Download - 142646201 Makalah Forensik Kasus I
Sesosok Mayat di Tepi Sungai
KELOMPOK 9
030.08.198 Raissa Andi Sukrisno
030.08.199 Raisya Purnama Putri
030.08.200 Rara Amourra Arviolla
030.08.205 Ria Evasari Pratiwi
030.08.206 Ricksando Siregar
030.08.210 Ririn Aprilya Anggela
030.08.211 Rizki Dianti F
030.08.215 Saddam Haykal Bafadhal
030.08.216 Santri Dwizamzami Faridah
030.08.220 Selvi Annisa Meldy
030.08.222 Shabrina Herdiana Putri
030.08.227 Silminati Nur Saadah
030.08.228 Sodiqa Aksiani
030.08.234 Suci Dwi Putri
030.08.303 Siti Nasirah
030.08.304 Siti Azliza
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu Kedokteran Forensik adalah salah satu cabang spesialistik dari ilmu kedokteran
yang mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum dan
keadilan. Di masyarakat, kerap terjadi peristiwa pelanggaran hukum menyangkut tubuh dan
nyawa manusia. Untuk pengusutan, penyelidikan, serta penyelesaian masalah hukum ini di
tingkat lebih lanjut sampai akhirnya pemutusan perkara di pengadilan, diperlukan bantuan
berbagai ahli di bidang terkait untuk membuat jelas jalannya peristiwa serta keterkaitan antara
tindakan yang satu dengan yang lain dalam rangkaian peristiwa tersebut. Dalam hal terdapat
korban, baik yang masih hidup maupun yang meninggal akibat peristiwa tersebut, diperlukan
seorang ahli dalam bidang kedokteran untuk memberikan penjelasan bagi para pihak yang
menangani kasus tersebut. Dalam menjalankan fungsinya sebagai dokter yang diminta untuk
membantu dalam pemeriksaan kedokteran forensik oleh penyidik, dokter tersebut dituntut oleh
undang-undang untuk melakukannya dengan sejujur-jujurnya serta menggunakan pengetahuan
yang sebaik-baiknya. Bantuan yang wajib diberikan oleh dokter apabila diminta oleh penyidik
antara lain melakukan pemeriksaan kedokteran forensik terhadap seseorang, baik korban hidup,
mati, maupun bagian tubuh yang diduga berasal dari tubuh manusia. Apabila lalai, maka dokter
tersebut dapat diancam pidana penjara. Untuk kesemuanya itu, dalam kedokteran forensic
dipelajari tata laksana medico-legal, tanatologi, traumatologi, toksikologi, teknik pemeriksaan
dan segala sesuatu yang terkait, agar semua dokter dalam memnuhi kewajibannya membantu
penyidik, dapat benar-benar memanfaatkan segala pengetahuan kedokterannya untuk
kepentingan peradilan serta kepentingan lain yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.
BAB II
LAPORAN KASUS
Di daerah yang agak terpencil, datang seorang anggota polisi ke puskesmas. Polisi
tersebut mengaku sebagai wakapolsek setempat. Ia meminta dokter yang bekerja di puskesmas
tersebut untuk pergi ke suatu tempat di tepi sungai yang menurutnya telah ditemukan sesosok
mayat yang telah agak berbau busuk. Polisi juga bercerita bahwa mayat tersebut ditemukan
warga yang sedang memancing di sungai. Mayat tersebut seorang laki-laki, hingga saat ini tidak
dikenal oleh karena tidak ditemukan identitas dan bukan warga setempat. Wajah mayat masih
tampak jelas, dan di lehernya terdapat memar dan lecet. Sebuah luka terbuka berbentuk lubang
kecil ditemukan di dada kanan mayat. Polisi ingin agar dokter melakukan pemeriksaan di TKP
dan dilanjutkan pemeriksaan autopsy di Puskesmas. Ia akan membantu apa saja yang diperlukan
oleh dokter tersebut karena ia ingin sekali mengungkap kasus tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN
Aspek hukum dan prosedur mediko legal yang berkaitan dengan kasus ini adalah
1. Pasal 133
(1) Permintaan keterangn ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit
harus dilakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan
diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang
diilekatkan pada aibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.
2. Pasal 186 KUHAP
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan
3. Pasal 216 KUHP
Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan
menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh
pejabat berdasarkan tugasnya. Demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau
memeriksa tindak pidana; demikian pula barang siapa yang berusaha mencegah,
menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam
dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak
Sembilan ribu rupiah.
4. Pasal 222 KUHP
Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau pedana denda pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah.
5. Pasal 120 KUHAP
(1) Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli atau orang
yang memiliki keahlian khusus
(2) Ahli tersebut mengangkat sumpah atau mengucapkan janji di muka penyidik bahwa
ia akan memberi keterangn menurut pengetahuannya yang sebaik-baiknya kecuali
bila disebabkan karena harkat serta martabat, pekerjaan, atau jabatannya yang
mewajibkan ia menyimpan rahasia dapat menolak untuk memberikan keterangn yang
diminta.
6. Pasal 179 KUHAP ayat 1
Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter
atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan
7. Pasa 168 KUHAP
Kecuali ketentuan lain dalam undang-undang ini, maka tidak dapat didengar
keterangannya dandapat mengundurkan diri sebagai saksi:
a. Keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai
derajat ketiga dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa;
b. Saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa. Saudara ibu atau
saudara bapak, juga mereka yang memppunyai hubungan karena perkawinan dan
anak-anak saudara terdakwa sampai derajat ketiga;
c. Suami atau istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersama-sama sebagai
terdakwa.
8. Pasal 7 KODEKI
Seorang dokter hanya memberikan keterangn atau pendapat yang dapat dibuktikan
kebenarannya.
Pemeriksaan medis dibidang thanatologis dan traumatologis
Berdasarkan thanatologis, kami memperkirakan saat kematian korban adalah sekitar 2-3 hari
yang lalu karena dilihat dari keadaan korban saat ditemukan berada di air dan telah mulai
membusuk, dimana pembusukan (oleh udara) biasanya terjadi dalam waktu kurang lebih 24 jam.
Korban ditembak dari jarak jauh karena pada pemeriksaan tidak ditemukan adanya kelim
tattoo. Korban disimpulkan mati karena asfiksia karena luka memar dan lecet di lehernya akibat
kekerasan akibat benda tumpul.
Kesimpulan
Korban awalnya ditembak dari jarak jauh dan mengenai dada kanan, akan tetapi korban belum
tewas, lalu korban dicekik hingga tewas. Kemudian korban dibuang ke sungai lalu terbawa arus
sampai daerah terpencil sehingga ditemukan oleh pemancing di tepi sungai.
Alasan penarikan kesimpulan
Pada dada korban sebelah kanan ditemukan luka terbuka berupa lubang kecil akibat tembakan
senjata api, namun korban belum meninggal karena tembakan tidak mengenai organ vital yaitu
jantung. Kematian korban diakibatkan oleh kekerasan benda tumpul berupa pencekikan dimana
hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya luka memar dan lecet pada leher korban yang
menandakan korban tewas akibat asfiksia.
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
Ilmu kedokteran forensik, juga dikenal dengan nama Legal Medicine, adalah salah satu
cabang spesialistik dari ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum serta keadilan.
Dalam perkembangan lebih lanjut, ilmu kedokteran forensik tidak semata-mata
bermanfaat dalam urusan penegakan hukum dan keadilan di lingkup pengadilan saja, tetapi juga
bermanfaat dalam segi kehidupan masyarakat lain, misalnya dalam membantu penyelesaian
klaim asuransi, dalam membantu pemecahan masalah paternitas, membantu upaya keselamatan
kerja dalam bidang industri dan otomotif dengan pengumpulan data korban kecelakaan industri
maupun kecelakaan lalu-lintas dan sebagainya.
Aspek Hukum dan Prosedur Mediko-Legal
1. Kewajiban Dokter Membantu Peradilan
Pasal 133 KUHAP
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan
tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan
luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan badah mayat.
(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter
pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan
terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak
dengan diberi cap jabatan yang diletakkan pada ibu jari kaki atau bagian lain
badan.
Pasal 179 KUHAP
(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter atau ahli atau lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
Pasal 120 KUHAP
(1) Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli atau
orang yang memiliki keahlian khusus.
2. Hak Menolak Menjadi Saksi / Ahli
Pasal 168 KUHAP
Kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini, maka tidak dapat didengar
keterangannya dan dapat mengundurkan diri sebagai saksi :
a. Keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai
derajat ketiga dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa;
b. Saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa, saudara ibu atau
saudara bapak, juga mereka yang mempunyai hubungan karena perkawinan dan anak-
anak saudara terdakwa sampai derajat tiga.
c. Suami istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersama-sama sebagai
terdakwa.
3. Bentuk Bantuan Dokter Bagi Peradilan dan Manfaatnya
Pasal 186 KUHAP
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di bidang pengadilan.
4. Sanksi Bagi Pelanggar Kewajiban Dokter
Pasal 216
(1) Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang
dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi
sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya. Demikian pula yang diberi
kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula barang siapa
dengan sengaja mencegah , menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan
guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
bulan dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah.
Pasal 22 KUHP
Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
5. Kewajiban Moral
Pasal 7 KODEKI
Seorang dokter memberikan keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan
kebenarannya.
THANATOLOGI
Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos
(ilmu). Tanatologi adalah bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik yang mempelajari kematian dan
perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.
Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati yaitu mati somatic (mati klinis), mati suri.
Mati seluler, mati serebral dan mati otak (mati batang otak).
Mati somatic (mati klinis) terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang
kehidupan, yaitu susunan saraf pusat, sistem kardiovaskular dan sistem pernapasan, yang
menetap. Secara klinis tidak dapat ditemukan reflex-refleks, EEG mendatar, nadi tidak teraba,
denyut jantung tidak terdengar, tidak ada gerak pernapasan dan suara napas tidak terdengar pada
asukultasi.
Mati suri adalah terhentinya ketiga sistim kehidupan diatas yang ditentukan dengan alat
kedokteran sederhana. Dengan peralatan kedokteran canggih masih dapat dibuktikan bahwa
ketiga sistim tersebut masih berfungsi. Mati suri sering ditemukan pada kasus keracunan obat
tidur, tersengat aliran listrik dan tenggelam.
Mati seluler adalah kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah
kematian somatic. Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan tidak bersamaan.
Pengetahuan ini penting dalam transplantasi organ.
Mati serebral adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel kecuali batang otak
dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistim pernapasan dan kardiovaskular
masih berfungsi dengan bantuan alat.
Mati otak adalah bila terjadi kerusakan seluruh isi neuronal intracranial yang ireversibel,
termasuk batang otak dan serebelum. Dengan diketahui mati otak (mati batang otak) maka dapat
dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu
napas dapat dihentikan.
A. TANDA KEMATIAN TIDAK PASTI
- Pernapasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit (inspeksi, palpasi,
auskkultasi)
- Terhentinya sirkulasi, dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba
- Kulit pucat, tetapi bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya, karena mungkin
terjadi spasme agonal sehingga wajah tampak kebiruan.
- Tonus otot menghilang dan relaksasi.
- Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian.
- Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang masih
dapat dihilangkan dengan penetesan air.
B. TANDA KEMATIAN PASTI
- Livor mortis
- Rigor mortis (cadaveric spasm, heat stiffening, cold stiffening)
- Penurunan suhu
- Pembusukan
- Adiposera
- Mumifikasi
C. PERKIRAAN SAAT KEMATIAN
- Perubahan pada mata (kekeruhan kornea yang telah menetap menandakan 6 jam
pasca kematian).
- Perubahan dalam lambung (keadaan lambung dan isinya mungkin membantu dalam
membuat keputusan).
- Perubahan rambut (kecepatan tumbuh rambut dapat dipergunakan untuk
memperkirakan saat kematian bagi pria yang punya kebiasaan mencukur
kumis/jenggot).
- Pertumbuhan kuku (untuk memperkirakan saat kematian dari saat terkahir korban
memotong kuku).
- Perubahan cairan LCS (kadar nitrogen asam amino kurang dari 14 mg%
menunjukkan kematian belum lewat 10 jam, kadar nitrogen non-protein kurang dari
80mg% nenunjukkan kematian belum 24 jam, kadar keratin kurang dari 5 mg% dan
10 mg% masing-masing menunjukkan kematian belum mencapai 10 jam dan 30 jam).
- Kadar kalium dalam cairan vitreus.
- Kadar semua komponen darah (belum ditemukan perubahan yang dapat digunakan
untuk memperkirakan saat kematian).
- Reaksi supravital
TRAUMATOLOGI
Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya
dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan yang dimaksudkan dengan luka adalah suatu
keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan.
Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan yang bersifat
mekanik (kekerasan oleh benda tajam, tumpul, tembakan senjata api), fisika (suhu, listrik dan
petir,perubahan tekanan udara, akustik, radiasi), kimia (asam atau basa kuat).
LUKA AKIBAT KEKERASAN BENDA TUMPUL
1. Memar: suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit akibat pecahnya kapiler dan vena
yang disebabkan kekerasan oleh benda tumpul.
2. Luka lecet: terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda yang
memiliki permukaan kasar atau runcing.
3. Luka lecet gores: diakibatkan oleh benda runcing yang menggeser lapisan permukaan
kulit di depannya dan menyebabkan lapisan tersebut terangkat sehingga dapat
menunjukkan arah kekerasan yang terjadi.
4. Luka lecet serut: variasi luka dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya dengan
permukaan kulit lebih lebar.
5. Luka lecet tekan: disebabkan penjejakan benda tumpul pada kulit.
6. Luka lecet geser: tekanan linier kulit disertai gerakan bergesar misalnya pada kasus
gantung.
7. Luka robek: luka terbuka akibat trauma benda tumpul
8. Cedera kepala
9. Cedera leher: missal pada whiplash injury
10. Trauma pada kecelakaan lalu lintas
LUKA AKIBAT BENDA SETENGAH TAJAM
- Jejas gigit (bite-mark) merupakan luka lecet tekan hematoma berbentuk garis
lengkung terputus-putus.
LUKA AKIBAT KEKERASAN BENDA TAJAM
1. Luka iris
2. Luka sayat
3. Luka tusuk
4. Luka bacok
Pembunuhan Bunuh diri Kecelakaan
Lokasi luka Sembarang terpilih Terpapar
Jumlah luka Banyak Banyak Tunggal/banyak
Pakaian Terkena Tidak terkena Terkena
Luka tangkis Ada Tidak ada Tidak ada
Luka percobaan Tidak ada Ada Tidak ada
Cedera sekunder Mungkin ada Tidak ada Mungkin ada
LUKA AKIBAT TEMBAKAN SENJATA API
1. Luka tembak masuk jarak jauh: luka terjadi semata-mata ditimbulkan oleh anak peluru.
Hanya ditemukan lubang luka dan kelim lecet saja.
2. Luka tembak masuk jarak dekat: gambaran luka ditimbulkan oleh anak peluru dan butir-
butir mesiu yang tidak habis terbakar. Ditemukan lubang luka, kelim lecet, kelim tato.
3. Luka tembak masuk jarak sangat dekat: ditimbulkan oleh kekerasan anak peluru, sisa
mesiu, asap dan udara panas yang keluar pada suatu tembakan. Ditemukan lubang luka,
kelim lecet, kelim tato, kelim jelaga dan kelim api.
4. Luka tembak masuk tempel: ditimbulkan oleh senjata api yang ditempelkan ke kulit.
Anak peluru, butir mesiu yg tidak habis terbakar dan asap masuk ke dalam tubuh.
Ditemukan jejas laras pada kulit berupa luka lecet jenis tekan, saluran luka berdiding
hitam oleh butir mesiu yg tidak habis terbakar dan asap.
LUKA AKIBAT SUHU / TEMPERATUR
Luka bakar dikategorikan ke dalam 4 derajat luka bakar:
I Eritema
II Vesikel dan bullae
III Nekrosis koagulatif
IV Karbonisasi
Kematian akibat luka bakar dapat melalui pelbagai mekanisme:
1. Syok neurogen
2. Gangguan permeabilitas akibat pengelepasan histamine dan kehilangan NaCl kulit yg
cepat (dehidrasi).
LUKA AKIBAT TRAUMA LISTRIK
Faktor yang berperan pada cedera listrik adalah tegangan (volt), kuat arus (ampere), tahanan
kulit (ohm), luas dan lama kontak. Tegangan yang dapat mematikan adalah 65-1000 V.
Kematian dapat terjadi karena fibrilasi ventrike, kelumpuhan otot pernapasan dan kelumpuhan
pusat pernapasan.
LUKA AKIBAT LISTRIK
Petir adalah loncatan arus listrik tegangan tinggi yang dapat mencapai 10 mega volt dengan kuat
arus mencapai 100.000 ampere. Kematian dapat terjadi karena efek arus listrik (kelumpuhan
sususan saraf pusat, fibrilasi ventrikel), panas dan ledakan gas panas yang timbul. Pada korban
biasanya ditemukan aboresent mark, metalisasi, magnetisasi. Pakaian sering terbakar dan robek-
robek akibat ledakan atau panas.
LUKA AKIBAT PERUBAHAN TEKANAN UDARA
1. Barotrauma aural: rasa nyeri ringan dan berdengung pada telinga yang sering dijumpai
pada saat pesawat lepas landas, mendarat, atau menyelam
2. Barotrauma pulmoner: dapat menjadi emfisema, pneumotorak, kerusakan jaringan paru
sampai emboli udara.
LUKA AKIBAT TRAUMA BAHAN KIMIA
Merupakan efek korosi dari asam kuat dan basa kuat. Pada efek korosi asam kuat lukanya
tampak kering, keras seperti kertas perkamen, sedangkan basa kuat menimbulkan luka yang
basah, licin, dan kerusakan akan berlanjut terus sampai dalam.
LUKA AKIBAT RADIASI DAN TRAUMA AKUSTIK
Sangat jarang terjadi dan umumnya tidak berkaitan dengan Ilmu Kedokteran Forensik.
INTRAVITALITAS ATAU REAKSI VITAL TERHADAP LUKA
Reaksi vital yang umumnya terjadi adalah perdarahan (ekimosis), ptekie, dan emboli. Emboli
lemak dapat terjadi pada kasus fraktur tulang dan trauma tumpul jaringan lemak.
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Trisakti
Jl. Kyai tapa grogol, Jakarta
Nomor : ……………………. Jakarta, 12 oktober 2010
Lamp : Satu sampul tersegel
Perihal : Hasil Pemeriksaan Pembedahan atas Jenazah tak Dikenal
PROJUSTITIA
Visum Et Repertum
Yang betanda tangan dibawah ini, …….. , dokter ahli kedokteran forensik pada Bagian
Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta, menerangkan
bahwa atas permintaan tertulis dari Kepolisian ……………. No …………. Tertanggal
……………… , maka maka pada tanggal …………… , pukul ………, betempat di ruang bedah
jenazah Bagian Forensik Fakultas Kedokteran Trisakti telah melakukan pemeriksaan atas
jenazah yang menurut surat permintaan tersebut adalah :
Nama : Tak dikenal
Jenis Kelamin : laki-laki
Umur : ± 35th
Kebangsaan : Indonesia
Agama : -
Pekerjaan : -
Alamat : -
Mayat telah diidentifikasi dengan sehelai label bewarna merah muda tanpa materai yang terikat
pada ibu jari kiri.
Hasil Pemeriksaan
I. Pemeriksaan Luar
1. mayat tidak terbungkus
2. mayat berpakaian sebagai berikut
a. tidak memakai baju
b. tidak memakai celana
c. tidak memakai perhiasan
3. tidak terdapat kaku mayat, lebam mayat terdapat dibagian punggungbewarna merah kebiruan
4. mayat adalah seorang laki-laki berkebangsaan Indonesia, umur kurang lebih 35 tahun, kulit
bewarna sawo matang, tinggi badan kurang lebih 170cm, dengan berat 65kg
5. kepala mayat botak. Alis bewarna hitam lebat, bulu mata bewarna hitam sepanjang 6mm, tidak
berkumis maupun berjenggot,
6. kedua mata terbuka kurang lebih 4mm. selaput mata bening, kedua teleng mata bundar dengan
garis tengah ±4mm. tirai mata bewarna cokelat. Selaput mata dan selalput kelopak mata bewarna
hitam
7. tidak ditemukan adanya patah tulang
8. di dada sebelah kanan terdapat luka terbuka berupa lubang kecil berukuran delapan milimeter.
9.pada leher tedapat memar. Pada leher sebelah kiri terdapat luka lecet kecil-kecil berbentuk
bulan
sabit berjumlah buah. Pada leher sebelah kanan berjumlah dua buah
10. tidak ditemukan klem tattoo.
II. Pemeriksaan Dalam
11. pada paru sebelah kanan terdiri dari tiga bagian dan perabaan seperti karet busa. Di paru
kanan ditemukan sebutir peluru dan dari luka keluar sedikit darah. Paru kiri normal
Kesimpulan
Pada mayat laki-laki berusia kurang lebih 35tahun ini ditemukan luka bebentuk lubang kecil
pada dada kanan akibat tembakan senjata api. Pada daerah leher ditemukan memar dan lecet
akibat kekerasan benda tumpul.
Sebab kematian adalah tindak kekerasan pencekikan yang menyebabkan korban mengalami
asfiksia.
Demikianlah saya uraikan dengan sebenar-benarnya berdasar keilmuan saya yang sebaik-
baiknya mengingat sumpah sesuai dengan KUHAP.
Dokter yang memeriksa,
……
NIP …………….
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil pemeriksaan thanatologi, yaitu dari lama pembusukan mayat, korban diperkirakan
telah meninggal 2-3 hari yang lalu.
Dari hasil pemeriksaan traumatologi, penyebab luka yang terdapat pada tubuh korban ada 2,
yaitu ditembak jarak jauh di mana ditemukan luka terluka berupa lubang kecil di dada kanannya
dan dicekik menggunakan tangan di mana terdapat memar dan lecet di lehernya.
Kemungkinan cara mati korban adalah dibunuh dengan rangkaian peristiwa sebagai berikut:
awalnya korban ditembak dari jarak jauh, setelah tertembak ternyata korban belum mati. Karena
panik, pembunuh segera mendatangi korban dan mencekik korban dengan tangannya sampai
korban mati karena asfiksia. Kemudian untuk menghilangkan identitas korban, pembunuh
melucuti semua pakaian korban dan mengambil semua barang maupun perhiasan pada tubuh
korban dan kemudian membuang korban ke sungai. Korban terhanyut terbawa air sungai sampai
terdampar di tepi sungai di desa terpencil dan ditemukan oleh warga yang sedang memancing.
DAFTAR PUSTAKA
1. Budiyanto A,Widiatmaka W, Sudiono S, Winardi T, Mun’im A, Sidhi, et al. Ilmu
Kedokteran Forensik Ed.I. Jakarta: Bagian Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 1997.
2. Staf Pengajar Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Peraturan Perundang-undangan
Bidang Kedokteran Ed.I. Jakarta: Bagian Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 1994.
3. Staf Pengajar Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Teknik Autopsi Forensik. Jakarta:
Bagian Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000.
4. Dahlan S. Petunjuk Praktikum Pembuatan Visum et Repertum Ed.II.Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro; 2003.