1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya pendidikan merupakan kebutuhan mutlak yang harus
dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok
manusia (dalam hal ini masyarakat petani) dapat berkembang, sejahtera dan
bahagia. Pendidikan sebagai salah satu kebutuhan hidup, salah satu fungsi sosial,
sebagai bimbingan, dan sebagai sarana pertumbuhan yang mempersiapkan diri
membentuk disiplin hidup. Dengan demikian pendidikan ini sama pentingnya
dengan kebutuhan manusia yang lainnya, sehingga kita tidak boleh
mengesampingkan pendidikan.
Dalam memajukan pendidikan nasional, peranan orang tua sangat
menentukan, khususnya pola pikir orang tua terhadap masa depan anaknya.
Dalam hal ini diperlukan pendidikan formal yang harus dijalani oleh anak-anak
usia 7 (tujuh) sampai 18 (delapan belas) tahun. Orang tua memiliki peranan
penting dalam pengembangan kualitas pendidikan dan tenaga kerja yang sesuai
dengan tuntutan kesempatan yang ada. Namun demikian, pendidikan masih
merupakan konsep yang belum jelas, bahkan masih terus diperdebatkan
dikalangan para orang tua. Sebagian besar dari mereka memiliki pandangan
bahwa pendidikan di sekolah belum atau tidak mampu menjamin kehidupan yang
akan datang. Dilain pihak berpendapat bahwa pendidikan tidak akan pernah
memiliki kemampuan untuk mempertahankan tradisi bertani yang selama ini
mereka jalani. Pandangan terakhir selalu beranggapan bahwa pendidikan
memerlukan biaya yang sangat mahal, sehingga masyarakat yang kehidupan
sehari-harinya bertani sulit untuk mencapainya karena keterbatasan biaya.
Selain itu masyarakat memiliki pandangan yang salah terhadap
pendidikan, bahwa kalau anak selesai sekolah berarti mereka akan mudah untuk
mendapatkan pekerjaan, kesalahpahaman terhadap pendidikan ini membuat
masyarakat atau orang tua semakin enggan untuk menyekolahkan anaknya, karena
kebanyakan ketika seorang anak selesai sekolah mereka tidak langsung
2
memperoleh pekerjaan. Dengan demikian maka pendidikan terlihat seolah tidak
ada gunanya. Padalah kalau kita tahu, tujuan utama pendidikan adalah untuk
mengentaskan masyarakat dari adanya buta huruf, selain itu pendidikan juga
berfungsi untuk menggali dan mengembangkan potensi atau kemampuan yang ada
dalam diri si anak.
Menurut UU No.20 pasal 19 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan uraian diatas jelaslah bahwa pendidikan ini merupakan suatu
usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh seseorang agar mereka bisa
mengembangkan semua potensi yang ada dalam diri mereka masing-masing, jadi
pendidikan bukan suatu hal yang dilakukan secara tiba-tiba tanpa adanya
petimbangan terlebih dahulu. Dengan demikian maka pendidikan akan
memampukan mereka untuk dapat mengembangkan semua kemampuan dan
potensi diri serta dapat mengendalikan diri mereka sehingga bisa menempatkan
diri dengan tepat di dalam masyarakat atau dimana pun mereka berada. Selain itu
pendidikan sendiri juga turut berperan dalam membantu membentuk kepribadian
si anak yang masih polos dan membantu meningkatkan pengetahuan anak yang
masih terbatas.
Dalam menentukan pendidikannya tiap anak terlebih dahulu harus
memiliki minat untuk bisa melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi
lagi. Tapi disatu sisi, orang tua tetap memiliki peranan penting dalam menentukan
pendidikan yang akan ditempuh oleh si anak. Meskipun si anak memiliki minat
yang cukup tinggi untuk melanjutkan sekolah, tapi jika orang tua tidak memiliki
minat yang sama besar untuk menyekolahkan anak, maka si anak pun tidak akan
mungkin bisa memaksakan diri melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
Bernard menyatakan, minat timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan,
melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu
3
belajar untuk bekerja (Sardiman, 2007:76). Dengan demikian minat sendiri
merupakan sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhan maupun keinginan, jadi
minat tidak akan muncul sendiri secara tiba-tiba. Oleh karena itu penting untuk
menciptakan kondisi tertentu agar siswa selalu butuh dan ingin terus belajar.
Dalam melanjutkan suatu pendidikan, seorang anak tidak mungkin bisa
memutuskan sepenuhnya terhadap pendidikan yang akan ditempuhnya sekalipun
mereka yang menjalani, karena orang disekitar tetap memiliki peran di dalamnya.
Salah satunya adalah orang tua. Mereka memiliki andil yang besar terhadap setiap
keputusan yang akan diambil oleh anak, tidak terkecuali terhadap pendidikan.
Faktor eksternal ini sangat berpengaruh dalam keputusan seseorang. Sama halnya
ketika seorang anak memutuskan untuk meneruskan suatu pendidikan atau tidak,
keputusan atau pertimbangan yang diambil bukan semata-mata berdasarkan
pertimbangan diri sendiri, tetapi juga melihat bagaimana kondisi sosial ekonomi
keluarga dan bagaimana orang tua mereka memandang pendidikan tersebut
sebagai hal yang penting atau tidak. Jadi orang tua memiliki peran penting dalam
setiap keputusan yang akan diambil oleh si anak.
Tingkat pendapatan orang tua tentu saja menjadi hal yang menentukan
apakah seorang anak bisa melanjutkan suatu pendidikan atau tidak. Apabila
pendapatan orang tua banyak, maka mereka bisa mengalokasikan sebagian
pendapatan untuk pendidikan sang anak, tetapi bila pendapatan orang tua sedikit
atau pas-pasan maka mereka akan lebih mengesampingkan pendidikan dan
mengutamakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau kebutuhan yang
mereka anggap jauh lebih penting daripada pendidikan.
Selain tingkat pendapatan, tingkat pendidikan orang tua tidak kalah
pentingnya dalam menentukan pendidikan si anak. Pendidikan merupakan proses
mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk perilaku lainnya di
masyarakat sebagai proses sosial di mana individu dihadapkan pada pengaruh
lingkungan yang terpilih dan terkontrol sehingga dapat memperoleh atau
mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang
optimal. Sementara tingkat pendidikan yang dimaksud dalam penelitian adalah
4
jenjang pendidikan atau pelatihan yang diperoleh melalui lembaga pendidikan
formal.
Petani biasanya memiliki tingkat pendidikan yang tidak terlalu tinggi,
bahkan banyak diantaranya tidak tamat sekolah dasar. Oleh karena itu mereka
juga menerapkan hal yang sama pada anak-anaknya. Mereka hanya mendidik
anak untuk bekerja, bukan untuk mencari ilmu yang pada akhirnya bisa menjadi
bekal hidup mereka dimasa yang akan datang. Asalkan anak mereka pernah
mengenyam bangku pendidikan saja itu sudah cukup, tidak perlu lagi mereka
bersekolah tinggi-tinggi. Mereka memiliki pandangan kalau anak mereka
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan menjadi anak yang
pintar tidak akan menjamin si anak akan memperoleh pekerjaan yang layak dan
mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga, malahan mereka berfikir kalau
anak bersekolah maka akan menghabiskan banyak biaya dan menambah beban
keluarga.
Dalam hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari yang namanya
kebutuhan hidup. Sebagai mahkluk psiko-fisik manusia memiliki kebutuhan fisik
dan psikologi, sedangkan sebagai mahkluk sosial manusia memiliki kebutuhan
pribadi dan kebutuhan sosial kemasyarakatan. Oleh karena itu tiap orang memiliki
kebutuhan sendiri yang berbeda dengan kebutuhan orang lain.
Dalam perkembangannya, kebutuhan manusia akan mengalami perubahan
sesuai dengan tingkat pertumbuhannya. Kebutuhan dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder (Godam: 2006). Kebutuhan
primer ini sering dikenal dengan kebutuhan pokok yang meliputi kebutuhan
sandang, pangan dan papan. Kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan yang
mendesak dan harus segera dipenuhi, sedangkan kebutuhan sekunder dapat
ditunda pemenuhannya.
Bagi masyarakat petani, pendidikan bukan suatu kebutuhan utama dan
harus dipenuhi. Seperti yang kita tahu, banyak masyarakat petani yang hidup pas-
pasan karena penghasilan yang mereka peroleh tidak terlalu besar. Dengan kondisi
pekerjaan yang tidak banyak memberikan hasil, maka banyak dari mereka lebih
mengutamakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau kebutuhan pokok dari
5
pada untuk bersekolah. Dan hal tersebut menunjukkan bahwa mereka tidak
menganggap pendidikan sebagai suatu hal yang penting dan harus dipenuhi
sesegera mungkin. Bagi mereka ketika kebutuhan pendidikan tidak dipenuhi itu
tidak akan menjadi masalah yang besar, karena ada serangkaian kebutuhan pokok
yang harus mereka penuhi yang akan berpengaruh terhadap kelangsungan
hidupnya.
Faktor diatas tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi bagaimana minat
orang tua dalam menyekolahkan anaknya. Hal tersebut tentu akan berpengaruh
terhadap pandangan si anak mengenai pendidikan sendiri, dan pandangan si anak
pun akan dipengaruhi juga oleh pemikiran orang tua terhadap pendidikan tersebut.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, tingkat pendapatan, tingkat
pendidikan orang tua dan tingkat kebutuhan serta minat orang tua dalam
menyekolahkan anak sangat menarik untuk diteliti. Oleh karena itu, penulis
mengangkat penelitian dengan judul ”Hubungan antara Tingkat Pendapatan,
Pendidikan Orang Tua dan Kebutuhan Keluarga Petani dengan Minat
Menyekolahkan Anak di Doplang Kecamatan Karangpandan Kabupaten
Karanganyar Tahun 2010.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka secara umum perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara tingkat pendapatan,
tingkat pendidikan orang tua dan kebutuhan keluarga petani dengan minat
menyekolahkan anak di Doplang ?
Secara khusus, perumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Apakah terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan minat orang
tua menyekolahkan anak di Doplang Kecamatan Karangpandan Kabupaten
Karanganyar ?
2. Apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan
minat orang tua menyekolahkan anak di Doplang Kecamatan
Karangpandan Kabupaten Karanganyar ?
6
3. Apakah terdapat hubungan antara tingkat kebutuhan keluarga petani
dengan minat orang tua menyekolahkan anak di Doplang Kecamatan
Karangpandan Kabupaten Karanganyar ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas tujuan yang dicapai melalui
penelitian ini secara umum untuk mengetahui hubungan antara tingkat
pendapatan, tingkat pendidikan orang tua kebutuhan keluarga petani dengan minat
menyekolahkan anak di Doplang Kecamatan Karangpandan Kabupaten
Karanganyar.
Sementara secara khusus tujuan penelitian yang dicapai melalui penelitian
ini untuk mengetahui :
1. Hubungan antara tingkat pendapatan dengan minat menyekolahkan anak
di Doplang kecamatan Karangpandan kabupaten Karanganyar.
2. Hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan minat
menyekolahkan anak di Doplang kecamatan Karangpandan kabupaten
Karanganyar.
3. Hubungan antara tingkat kebutuhan keluarga petani dengan minat
menyekolahkan anak di Doplang kecamatan Karangpandan kabupaten
Karanganyar.
D. Manfaat Penelitian
Kegunaan penelitian dengan judul “Hubungan antara tingkat pendapatan,
pendidikan orang tua dan kebutuhan keluarga petani dengan minat
menyekolahkan anak di Doplang Kecamatan Karangpandan Kabupaten
Karangayar Tahun 2010” adalah :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
bermanfaat dalam bidang pendidikan ilmu pengetahuan sosial, khususnya
pendidikan Sosiologi Antropologi.
2. Manfaat Praktis
7
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukkan
untuk penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan masalah ini.
b. Untuk mengetahui pentingnya suatu pendidikan dan menunjukkan
manfaat pendidikan bagi masyarakat.
c. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi minat orang tua dalam
menyekolahkan anak ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
8
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Tingkat Pendapatan
Kehidupan bermasyarakat memiliki ukuran-ukuran yang membedakan
status sosial seseorang. Dan pelapisan sosial ini dapat ditemukan dimasyarakat
manapun disepanjang zaman. Pelapisan sosial ini sendiri muncul karena
adanya sesuatu yang di hargai oleh masyarakat. Pelapisan sosial adalah
pembedaan penduduk atau para warga masyarakat kedalam kelas secara
hierarkis (bertingkat). Perwujudannya adalah adanya kelas-kelas tinggi dan
kelas-kelas yang lebih rendah dalam masyarakat (Tim Sosiologi, 2002:148).
Tingkat pendapatan juga berpengaruh terhadap pelapisan yang muncul
dalam masyarakat, tetapi pelapisan masyarakat memiliki beberapa perbedaan
jadi antara masyarakat yang satu dan masyarakat yang lain memiliki ukuran
yang berbeda terhadap penggolongan masyarakat sendiri.
Manusia tidak akan pernah terlepas dari kegiatan ekonomi dimana pun
mereka berada karena ini berkaitan dengan kebutuhan mereka sebagai
individu maupun sebagai mahkluk sosial. Salah satu kegiatan ekonomi ini
berkaitan dengan pendapatan, oleh karena itu maka kita akan menelaah
mengenai definisi dari pendapatan.
Pendapatan menurut ilmu ekonomi merupakan nilai maksimum yang
dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan
keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian
tersebut menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi
selama satu periode. Dengan kata lain, pendapatan adalah jumlah harta
kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu
periode, bukan hanya yang dikonsumsi (USU digital library: 2002).
Pendapatan diartikan sebagai suatu aliran uang atau daya beli yang
dihasilkan dari penggunaan sumber daya properti manusia. Menurut Winardi
dalam asmarabanjar mengemukakan pendapatan (income), secara teori
9
ekonomi adalah hasil berupa uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari
penggunaan kekayaan atau jasa-jasa manusia bebas. Dalam pengertian
pembukuan pendapatan diartikan sebagai pendapatan sebuah perusahaan atau
individu (asramabanjar: 2008).
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (1999: 233) menyebutkan bahwa
pendapatan adalah: “Arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari
aktivitas normal perusahaan selama satu periode, bila arus masuk itu
mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi
penanaman modal”. Sedangkan menurut Accounting Principle Board dikutip
oleh Theodorus Tuanakotta dalam buku Teori Akuntansi pengertian
pendapatan adalah” Pendapatan sebagai inflow of asset kedalam perusahaan
sebagai akibat penjualan barang dan jasa” (dahlanforum: 2007).
Paton dan Littleton (dahlanforum: 2007) mengemukakan bahwa
pengertian pendapatan dapat ditinjau dari aspek fisik dan moneter. Hal ini juga
dikemukakan Suwardjono dalam buku teori akuntansi Perekayasaan
Akuntansi Keuangan dalam dahlanforum bahwa dari aspek fisik pendapatan
dapat dikatakan sebagai hasil akhir suatu aliran fisik dalam proses
menghasilkan laba. Aspek moneter memberikan pengertian bahwa pendapatan
dihubungkan dengan aliran masuk aktiva yang berasal dari kegiatan operasi
perusahaan dalam arti luas.
Pendapatan adalah uang yang diterima dan diberikan kepada subyek
ekonomi berdasarkan prestasi-prestasi yang diserahkan yaitu berupa
pendapatan dari pekerjaan, pendapatan dari profesi yang di lakukan sendiri
atau usaha perorangan dan pendapatan dari kekayaan serta dari subsistem
(Mulyanto Sumardi, 1987).
Dalam istilah analisa mikro ekonomi, istilah pendapatan khususnya
dipakai berkenaan dengan aliran penghasilan dalam suatu periode waktu yang
berasal dari penyediaan faktor-faktor produksi, tenaga kerja dan modal
masing-masing dalam bentuk sewa, upah dan bunga atau laba secara berurutan
(Chistopher Pass dan Bryan Lowes, 1988). Dengan demikian pendapatan
10
merupakan penghasilan yang diterima oleh seseorang dalam suatu periode
waktu tertentu.
Menurut kamus istilah managemen, pendapatan adalah uang atau harta
yang diperoleh secara berkala sebagai hasil pemilikan, perdagangan atau
pekerjaan. Sedang tingkat pendapatan adalah pendapatan yang diperoleh
responden beserta anggota keluarga yang bersumber dari sektor formal, sektor
informal dan sektor subsistem dalam waktu satu bulan yang diukur dengan
rapi (Mulyanto Sumardi, 1987)
Berdasarkan beberapa definisi pendapatan diatas, maka dapat kita
ketahui bahwa pendapatan itu sendiri merupakan jumlah uang atau upah yang
diterima seseorang yang kemudian digunakan untuk kegiatan konsumsi
selama waktu tertentu secara maksimal. Jadi pendapatan merupakan
penghasilan yang akan diperoleh seseorang setelah dia melakukan suatu
pekerjaan, dan upah yang diperoleh disebut dengan pendapatan. Dengan
demikian pendapatan merupakan upah yang diterima seseorang atas pekerjaan
yang telah dilakukan berdasarkan pada profesi yang telah dipercayakan atau
telah dipilihnya sendiri.
Berdasarkan uraian diatas dapat kita simpulkan, pendapatan
merupakan uang yang diperoleh sebagai hasil dari tindakan maupun pekerjaan
yang telah dilakukan seseorang. Oleh karena itu setiap pekerjaan pasti akan
memberikan suatu pendapatan bagi orang yang telah mengeluarkan tenaga
maupun pikirannya.
Pendapatan sendiri dapat dibagi menjadi dua:
Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang
sifatnya regular dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa atau
kontrak prestasi.
Pendapatan berupa barang adalah penghasilan yang sifatnya regular
dan biasa akan tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa dan diterimakan
dalam bentuk barang dan jasa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan keluarga:
11
Pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
semakin tinggi pula penghasilan yang akan diperolehnya, sebaliknya
semakin rendah tingkat pendidikan seseorang maka semakin rendah
pula tingkat pendapatannya.
Pekerjaan, semakin tinggi pekerjaan seseorang maka penghasilan yang
akan diperolehnya akan semakin tinggi pula.
Jumlah anggota keluarga yang bekerja, semakin banyak anggota
keluarga yang bekerja maka semakin banyak pula pendapatan yang
akan diperoleh semua keluarga.
Beban tanggungan keluarga, semakin banyak orang yang tidak bekerja
maka semakin besar pula beban tanggungan keluarga.
(Samir Radwan dan Torkel, 1978: 198)
2. Tinjauan Tentang Tingkat pendidikan
Keluarga merupakan tempat pertama kali seorang anak memperoleh
pendidikan secara informal. Sejak dini anak akan memperoleh pendidikan
secara langsung dari orang tuanya. Segala sesuatu yang ada dalam keluarga,
baik itu adat-istiadat, peraturan maupun tata perilaku dalam keluarga akan
sangat menentukan perkembangan anak.
Dalam kehidupannya, manusia akan senantiasa membutuhkan
pendidikan. Melalui pendidikan seseorang bisa mengembangkan dirinya,
selain itu dapat juga dilihat bagaimana kualitas diri seseorang.
Dilain pihak, tingkat pendidikan orang tua sangat berpengaruh
terhadap perkembangan anak karena orang tua lah yang pertama kali dan yang
utama dalam memberikan pendidikan bagi anak. Pengetahuan orang tua
penting dalam membentuk sikap anak, tingkat pengetahuan orang tua dapat
dilihat dengan jenjang pendidikan yang dicapai.
Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya
dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya
kearah kedewasaan (Ngalim Purwanto 1988: 11). Dari urian ini, pendidikan
12
adalah pemberian pengaruh oleh orang yang bertanggung jawab terhadap
pertumbuhan dan perkembangan individu agar mencapai kedewasaan.
Pendidikan secara luas diartikan segala pengalaman belajar yang
berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup, pendidikan adalah
segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Sementara
pendidikan secara sempit merupakan pengajaran yang diselenggarakan di
sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Jadi pendidikan adalah segala
pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan
kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh
terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka (Redja
Mudyahardjo, 2001: 6).
Dari uraian diatas maka dapat kita ketahui bahwa pendidikan itu
berlangsung seumur hidup kita, jadi dalam suatu pendidikan seseorang tidak
akan dibatasi oleh usia. Sementara untuk pendidikan formal sendiri dapat
diperoleh seseorang melalui pendidikan di sekolah, dengan demikian maka
peserta didik akan memperoleh pengertian mengenai tugas dan tanggung
jawab mereka sebagai anggota masyarakat.
Jadi pendidikan itu merupakan cara dimana seseorang dilatih mengenai
sesuatu yang awalnya belum diketahui. Dan dalam pelatihan ini harus ada
seseorang yang lebih tahu atau lebih menguasai untuk mengajarkannya,
dengan demikian maka pikiran si anak pun akan semakin berkembang.
Menurut bahasa Yunani : pendidikan berasal dari kata "Pedagogi"
yaitu kata "paid" artinya "anak" sedangkan "agogos" yang artinya
membimbing sehingga " pedagogi" dapat di artikan sebagai "ilmu dan seni
mengajar anak" (Arif Rohman, 2009: 5).
Orang Romawi melihat pendidikan sebagai educare, yaitu
mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang
dibawa waktu dilahirkan di dunia. Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai
Erzeihung yang setara dengan educare, yaitu membangkitkan kekuatan
terpendam atau mengaktifkan kekuatan atau potensi anak. Dalam kamus
bahasa Inggris, Oxford Learner’s Pocket Dictionary kata pendidikan diartikan
13
sebagai pelatihan dan pembelajaran (Arif Rohman, 2009:5).
Menurut UU No.20 pasal 19 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dengan
demikian pendidikan itu merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh manusia
untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri mereka masing-masing.
Melalui pengembangan potensi diri ini maka anak akan dapat meningkatkan
kualitas diri mereka ditengah perkembangan zaman.
Jenjang pendidikan atau tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan
yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang
akan dicapai dan kemampuan yang akan dikembangkan merupakan uraian
mengenai jenjang pendidikan dari UU No 20 tahun 2003 pasal I.
Berdasarkan beberapa uraian tentang pendidikan diatas dapat kita
ketahui pendidikan sendiri merupakan ilmu untuk membimbing seorang anak.
Melalui ilmu ini anak belajar tentang berbagai hal baru dan disertai dengan
bimbingan untuk mengarahkan pandangan mereka tentang apa yang sedang
dipelajari, sehingga melalui pendidikan ini anak akan memahami hal baru
dalam hidup mereka. Sedangkan masa pendidikan merupakan masa dimana
anak diajak untuk melihat potensi apa yang mungkin ada didalam diri mereka,
setelah mengetahui potensinya mereka akan membangkitkan dan
mengembangkan potensi yang mereka miliki itu, dengan demikian ini akan
membantu mereka untuk meningkatkan kualitas dirinya sendiri dan
menunjukkan kemampuan yang ada dalam diri si anak.
Tujuan umum dari pendidikan adalah kedewasaan anak didik. Berikut
ini beberapa tujuan pendidikan menurut para pakar antara lain:
1. Socrates (469-399 SM)
14
Tujuan pendidikan Socrates adalah mengembangkan daya pikir sehingga
memungkinkan orang untuk mengerti pokok-pokok kesusilaan.
2. Plato (427-347 SM)
Tujuan pendidikan adalah menyajikan individu bahagia dan berguna bagi
negara. Di dalam bukunya ”Republik” berpendapat bahwa tujuan
pendidikan ialah mencapai keadilan di dalam negara dengan pimpinan
seorang raja yang bijaksana.
3. Aristoteles (384-332 SM)
Tujuan pendidikan menurut Aristoteles adalah membuat kehidupan
rasional. Individu bersama-sama dengan orang lain hendaknya tingkah
lakunya selalu dipimpin oleh akal.
4. Agustinus (354-430 SM)
Tujuan pendidikan adalah cinta sepenuhnya pada Tuhan agar mendapat
ketentraman dialam baka kelak.
5. Francois Rabelais (1483-1553 SM)
Tujuan pengajaran adalah membentuk manusia yang lengkap, cakap dalam
kesenian dan industri, perkembagan manusia dalam segala segi: jasmani,
kesusilaan dan akal.
6. Prof Dr. Ph. Kohnstam (Belanda 1875)
Tujuan pendidikan ialah menolong manusia yang sedang berkembang
supaya ia memperoleh kedamaian batin yang sedalam-dalamnya tanpa
mengganggu atau menjadi beban orang lain.
7. John Milton (Inggris 1608-1674)
Tujuan pendidikan adalah persiapan untuk kehidupan yang sebenarnya
didunia nyata.
8. Richard Mulcastes (Inggris 1531-1626)
Tujuan pendidikan adalah membantu kodrat kearah kesempurnaan.
15
9. Francis Bacon (Inggris 1561-1626)
Tujuan pendidikan adalah mengusahakan agar manusia dapat menguasai
benda-benda, meningkatkan kekuatan manusia dengan penggunaan ilmu
pengetahuan.
10. John Locke (Inggris 1632-1704)
Tujuan akhir pendidikan adalah pembentukan watak perkembagan
manusia sebagai kebulatan moral, jasmani dan mental.
11. Jean Jacques Rousseau (Geneva 1712-1778)
Tujuan pendidikan adalah mengembangkan pembawaan anak itu menurut
alamnya.
12. John Dewey (AS 1859-1952)
Tujuan pendidikan menurut Dewey adalah membentuk anak untuk
menjadi warga negara yang baik.
(Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 1991: 132-134)
Dalam pendidikan sendiri terdapat unsur-unsur yang terkandung
didalamnya, unsur pendidikan tersebut antara lain:
Komunikasi, adanya interaksi hubungan timbal balik dari anak dengan
orang tua atau pendidik atau dari orang kaya belum dewasa kepada orang
yang sudah dewasa dan sebaliknya.
Kesenjangan, komunikasi yang terjadi merupakan suatu proses
kesenjangan perbuatan yang disadari oleh orang dewasa demi anak.
Kewibawaan, perbuatan orang dewasa yang hendaknya ada unsur wibawa
dalam arti diharapkan baik secara sadar atau tidak anak yang belum
dewasa tadi patuh akan hasil didikan orang dewasa.
Normatif, adanya komunikasi tadi dibatasi adanya ketentuan suatu norma
baik norma adat, agama, hukum, sosial atau norma pendidikan formal.
16
Unsur anak, perlu diperhatikan keadaan anak yang akan menerima
pelajaran pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kenalilah
anak sebaik-baiknya.
Unsur kedewasaan atau tujuan, perlu dipelajari arti kedewasaan baik
secara phisik maupun psikis sesuai dengan norma yang berlaku.
(Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 1991: 93-94)
3. Tinjauan Tentang Tingkat kebutuhan
Dalam menjalani kehidupan, manusia membutuhkan berbagai jenis
dan macam barang-barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya. Manusia
sejak lahir hingga meninggal dunia tidak terlepas dari kebutuhan akan segala
sesuatunya. Untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan diperlukan
pengorbanan untuk mendapatkannya.
Manusia memiliki kebutuhan yang tidak terbatas jumlah maupun
jenisnya. Semakin tinggi tingkat kebudayaan dan peradapan manusia akan
semakin tinggi pula tingkat kebutuhannya. Semakin tinggi kedudukan dan
taraf hidup manusia akan semakin tinggi jumlah dan kualitas kebutuhannya.
Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia tidak dapat memenuhinya
sekaligus, melainkan harus mendahulukan kebutuhan mana yang dianggap
lebih pokok atau penting dan kebutuhan mana yang dapat ditunda
pemenuhannya, tindakan ini dalam ekonomi disebut intensitas kebutuhan
(Sukayat Alia, dkk: 1994).
Mulyanto Sumardi dan Hans-dietervers mendefinisikan kebutuhan
pokok atau kebutuhan dasar atau basic human needs dapat dijelaskan sebagai
kebutuhan yang sangat penting guna kelangsungan hidup manusia, baik yang
terdiri dari kebutuhan atau konsumsi individu (makanan, perumahan, pakaian)
maupun keperluan pelayanan sosial tertentu (air minum, sanitasi, transportasi,
kesehatan dan pendidikan).
Dibawah ini akan diberikan jenis, macam aneka ragam definisi atau
pengertian dari tiap-tiap definisi kebutuhan manusia selama hidupnya didunia:
1. Kebutuhan manusia berdasarkan tingkat kepentingan atau prioritas
17
a) Kebutuhan primer
Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang benar-benar amat
sangat dibutuhkan orang dan sifatnya wajib untuk dipenuhi.
Contohnya adalah seperti sembilan bahan makanan pokok atau
sembako, rumah, pakaian dan lain sebagainya.
b) Kebutuhan sekunder
Kebutuhan sekunder adalah merupakan jenis kebutuhan yang
diperlukan setelah semua kebutuhan pokok primer telah semuanya
terpenuhi dengan baik. Kebutuhan sekunder sifatnya menunjang
kebutuhan primer. Misalnya seperti makanan yang bergizi, pendidikan
yang baik, pakaian yang baik, perumahan yang baik, dan sebagainya
yang belum masuk dalam kategori mewah.
c) Kebutuhan tertier atau mewah
Kebutuhan tersier adalah kebutuhan manusia yang sifatnya
mewah, tidak sederhana dan berlebihan yang timbul setelah
terpenuhinya kebutuhan primer dan kebutuhan skunder. Contohnya
adalah mobil, antena parabola, pda phone, komputer, laptop, notebook,
tv 50 inchi, dan lain sebagainya.
2. Kebutuhan manusia berdasarkan sifat
a) Kebutuhan jasmani atau fisik
Kebutuhan jasmani adalah kebutuhan yang berkaitan dengan
badan. Contohnya seperti makanan, minuman, pakaian, sandal, pisau
cukur, tidur, buang air kecil dan besar, seks, dan lain sebagainya.
b) Kebutuhan rohani atau mental
Kebutuhan rohani adalah kebutuhan yang dibutuhkan
seseorang untuk mendapatkan sesuatu bagi jiwanya secara kejiwaan.
Contohnya seperti mendengarkan musik, siraman rohani, beribadah
kepada Tuhan YME.
3. Kebutuhan manusia berdasar waktu
a) Kebutuhan sekarang
18
Kebutuhan sekarang adalah kebutuhan yang benar-benar
diperlukan pada saat ini secara mendesak. Contoh adalah kebelet
pipis, makan karena sangat lapar, pengobatan akibat kecelakaan, dan
lain sebagainya.
b) Kebutuhan masa depan
Kebutuhan masa depan adalah kebutuhan yang dapat ditunda
serta dipenuhi di lain waktu di masa yang akan datang. Contoh yaitu
pergi haji, pendidikan tinggi, dan lain sebagainya.
4. Kebutuhan manusia berdasarkan penggunaanya
a). Kebutuhan individu atau pribadi
Kebutuhan individu adalah jenis kebutuhan yang dibutuhkan
oleh orang perseorangan secara pribadi. Contohnya adalah sikat gigi,
menuntut ilmu, makan, dan lainnya.
b). Kebutuhan kolektif atau sosial
Kebutuhan sosial adalah kebutuhan akan berbagai barang dan
jasa yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan sosial suatu
kelompok masyarakat. Contohnya adalah jalan umum, penerangan
tempat umum, berserikat mengeluarkan pendapat, berbisnis,
berorganisasi, dan lainnya.
5. Kebutuhan menurut wujudnya
a). Kebutuhan kebendaan atau materiil
Yaitu kebutuhan yang dapat dilihat, diukur dan dikelompokkan
dan mudah dinilai dengan satuan uang.
b). Kebutuhan spiritual atau materiil
Yaitu kebutuhan yang pemenuhannya tidak dapat dilihat dengan
panca indra, sulit diukur, ditimbang tapi dirasakan oleh jiwa kita.
(Sukayat Alia, dkk: 1994)
Karena manusia memiliki banyak kebutuhan, pada waktu
tertentu kebutuhan manakah yang mereka coba untuk
dipenuhi. Maslow mengemukakan hierarki atau tingkatan kebutuhan yang
terdiri atas dua bagian utama yaitu:
19
1. Kebutuhan dasar, berada pada hierarki paling bawah, berturut-turut
terdiri dari:
a) kebutuhan fisiologis
b) kebutuhan akan rasa aman
c) kebutuhan untuk dicintai
d) kebutuhan untuk dihargai
2. Kebutuhan tumbuh, yang berada di atas kebutuhan dasar, berturut-turut
dari bawah terdiri dari:
a) kebutuhan untuk mengetahui dan memahami
b) kebutuhan keindahan
c) kebutuhan aktualisasi diri.
Menurut teori kebutuhan Maslow, kebutuhan yang berada pada
hierarki lebih paling bawah tidak harus dipenuhi sebagian sebelum
seseorang akan mencoba untuk memiliki kebutuhan yang lebih tinggi
tingkatannya. Sebagai misal seorang yang lapar atau seorang yang secara
fisik dalam bahaya tidak begitu menghiraukan untuk mempertahankan
konsep diri positif (gambaran terhadap diri sendiri sebagai orang baik)
dibandingkan untuk mendapatkan makanan atau keamanan; namun begitu,
orang yang tidak lagi lapar atau tidak lagi dicekam rasa
takut, kebutuhan akan harga diri menjadi penting.
Satu konsep penting yang diperkenalkan Maslow adalah perbedaan
antara kebutuhan dasar dan kebutuhan tumbuh. Kebutuhan
dasar (fisiologis, rasa aman, cinta, dan penghargaan)
adalah kebutuhan yang penting untuk kebutuhan fisik dan psikologis.
Sekali kebutuhan ini dipenuhi, motivasi seseorang untuk
memenuhi kebutuhan ini surut. Sebaliknya kebutuhan tumbuh, sebagai
misal kebutuhan untuk mengetahui dan memahami sesuatu, menghargai
keindahan, atau menumbuhkan dan mengembangkan apresiasi
(penghargaan) dari orang lain, tidak pernah dapat dipenuhi seluruhnya.
Dalam kenyataannya, semakin orang dapat memenuhi kebutuhan mereka
20
untuk mengetahui dan memahami dunia disekeliling mereka, motivasi
belajar mereka dapat menjadi semakin kuat (blogcatalog: 1999).
4. Tinjauan Tentang Minat
a. Pengertian Minat
Sebelum kita meninjau pengertian minat menyekolahkan anak, terlebih
dahulu kita akan menelaah pengertian dari minat. Minat diartikan sebagai
suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti
sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau
kebutuhan-kebutuhannya sendiri (Sardiman, 2007: 76).
Berdasarkan pada defisi diatas maka minat merupakan keadaan dimana
seseorang menunjukkan keinginan ataupun kebutuhan yang ada dalam dirinya,
hal tersebut dapat terlihat dari ciri-ciri yang nampak pada diri mereka dan ciri
tersebut memunculkan arti yang terkadung didalamnya.
Minat timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul
akibat dari partisapasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar untuk
bekerja, demikian definisi minat yang diutarakan oleh Bernard (Sardiman,
2007:76). Jadi jelas, minat akan selalu berkaitan dengan kebutuhan dan
keinginan. Oleh karena itu yang penting bagaimana menciptakan kondisi
tertentu agar siswa itu selalu butuh dan ingin terus belajar.
Dalam Djaali 2007 diungkapkan beberapa pengertian dari minat. Minat
adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa
ada yang menyuruh. Sehingga minat itu merupakan suatu dorongan yang
timbul karena adanya perasaan senang terhadap sesuatu. Minat pada dasarnya
adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu
diluar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar
minatnya.
Minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang
untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman
yang di rangsang oleh kegiatan itu sendiri, merupakan pendapat dari Crow dan
Crow. Minat adalah perasaan ingin tahu, mempelajari, mengagumi dan
21
memiliki sesuatu. Disamping itu minat merupakan bagian dari ranah afeksi,
mulai dari kesadaran sampai pada pilihan nilai. Gerungan menyebutkan minat
merupakan pengerahan perasaan dan menafsirkan untuk sesuatu hal. Holland
mengatakan minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu
(Djaali, 2007: 122).
Berdasarkan pada beberapa definisi dari minat diatas maka dapat kita
ketahui bahwa minat itu muncul karena ada perasaan tertarik terhadap sesuatu
hal yang sedang dikerjakan atau suatu kegiatan, dengan demikian minat itu
merupakan dorongan yang muncul dari dalam diri seseorang terhadap suatu
kegiatan yang membuat orang tersebut merasa tertarik. Jadi minat tidak timbul
sendirian, ada unsur kebutuhan yang terkandung didalamnya. Selain itu minat
akan muncul karena adanya dorongan atau motivasi dari orang lain.
Minat adalah sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk
melakukan apa yang ingin dilakukan ketika bebas memilih Hurlock (1993).
Ketika seseorang menilai bahwa sesuatu akan bermanfaat, maka akan menjadi
berminat, kemudian hal tersebut akan mendatangkan kepuasan. Ketika
kepuasan menurun maka minatnya juga akan menurun. Sehingga minat tidak
bersifat permanen, tetapi minat bersifat sementara atau dapat berubah-ubah
(mathedu: 2009/10).
Crow & Crow dalam mathedu menjabarkan bahwa minat dapat
menunjukkan kemampuan untuk memperhatikan seseorang, suatu barang atau
kegiatan atau sesuatu yang dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman
yang telah distimuli oleh kegiatan itu sendiri. Minat dapat menjadi sebab
sesuatu kegiatan dan hasil dari turut sertanya dalam kegiatan tersebut. Lebih
lanjut, Crow and Crow menyebutkan bahwa minat mempunyai hubungan yang
erat dengan dorongan-dorongan, motif-motif dan respon-respon emosional.
Sementara minat, menurut Chauhan pada orang dewasa menentukan aturan
penting dalam perkembangan pribadi dan perilaku mereka. Minat adalah hal
penting untuk mengerti individu dan menuntun aktivitas dimasa yang akan
datang (mathedu: 2009/10).
22
Minat adalah perpaduan antara keinginan dan kemauan yang dapat
berkembang jika ada motivasi, merupakan pendapat yang dikemukakan oleh
Tampubolon (unika: 2005). Hal senada juga dikemukakan oleh Sandjaja
bahwa suatu aktivitas akan dilakukan atau tidak sangat tergantung sekali oleh
minat seseorang terhadap aktivitas tersebut, disini nampak bahwa minat
merupakan motivator yang kuat untuk melakukan suatu aktivitas. Meichati
(Sandjaja, 2005) mengartikan minat adalah perhatian yang kuat, intensif dan
menguasai individu secara mendalam untuk tekun melakukan suatu aktivitas
(unika: 2005/05).
Aiken Ginting mengungkapkan definisi minat sebagai kesukaan
terhadap kegiatan melebihi kegiatan lainnya. Ini berarti minat berhubungan
dengan nilai-nilai yang membuat seseorang mempunyai pilihan dalam
hidupnya, hal tersebut diungkapkan oleh Anastasia dan Urbina (bpkpenabur:
2004). Selanjutnya Ginting menjelaskan, minat berfungsi sebagai daya
penggerak yang mengarahkan seseorang melakukan kegiatan tertentu yang
spesifik, lebih jauh lagi minat mempunyai karakteristik pokok yaitu
melakukan kegiatan yang dipilih sendiri dan menyenangkan sehingga dapat
membentuk suatu kebiasaan dalam diri seseorang (bpkpenabur: 2004).
Berdasarkan uraian tersebut dapat kita pahami bahwa minat berasal
dari dalam diri seseorang, dan orang akan mengerjakan sesuatu apabila
mereka memiliki ketertarikan atau minat terlebih dahulu, apabila tidak ada
ketertarikan atau kesenangan maka mereka akan melakukan kegiatan tersebut
dengan terpaksa, bahkan mungkin akan menghilangkan minat yang sudah ada
dalam dirinya apabila mereka tidak menemukan kepuasan dari kegiatan yang
dilakukan tersebut. Selain itu minat akan sangat menentukan aktivitas apa saja
yang akan dilakukan oleh seseorang, dengan demikian melalui minat ini kita
akan dapat memahami individu yang lain karena minat yang ada dalam diri
tiap orang berbeda.
Aktivitas akan dilakukan atau tidak, itu semua sangat tergantung oleh
adanya minat, sehingga minat merupakan motivator kuat untuk melakukan
suatu aktivitas. Minat ini berkaitan dengan keinginan dan kemauan yang selalu
23
tumbuh dalam diri seseorang. Minat akan menolong seseorang untuk
menentukan pilihan hidupnya, sehingga minat ini akan memunculkan
perbedaan pilihan yang akan diambil oleh seseorang dengan orang lain,
sehingga hal ini akan memunculkan karakteristik yang berbeda dalam diri
seseorang dan akan membentuk suatu kebiasaan yang berbeda dalam diri
mereka.
Qym (2009) menjelaskan apabila seseorang menaruh perhatian
terhadap sesuatu, maka minat akan menjadi motif yang kuat untuk
berhubungan secara lebih aktif dengan sesuatu yang menarik minatnya. Minat
akan semakin bertambah jika disalurkan dalam suatu kegiatan. Keterikatan
dengan kegiatan tersebut akan semakin menumbuh kembangkan minat. Sesuai
pendapat yang dikemukakan Hurlock (1990:144), “bahwa semakin sering
minat diekspresikan dalam kegiatan maka semakin kuatlah ia”. Minat dapat
menjadi sebab terjadinya suatu kegiatan dan hasil yang akan diperoleh. Minat
adalah suatu pemusatan perhatian secara tidak sengaja yang terlahir dengan
penuh kemauan, rasa ketertarikan, keinginan, dan kesenangan merupakan
pendapat yang dikemukakan oleh Natawijaya (bpkpenabur: 2004).
Menurut Soesilowindradini (dalam Tuharjo,1989:13), “suatu kegiatan
yang dilakukan tidak sesuai minat akan menghasilkan prestasi yang kurang
menyenangkan”. Dapat dikatakan bahwa dengan terpenuhinya minat
seseorang akan mendapatkan kesenangan dan kepuasan batin yang dapat
menimbulkan motivasi. Purnama (1994:15) menjabarkan karakteristik
individu yang memiliki minat tinggi terhadap sesuatu yaitu: adanya perhatian
yang besar, memiliki harapan yang tinggi, berorientasi pada keberhasilan,
mempunyai kebangggaan, kesediaan untuk berusaha dan mempunyai
pertimbangan yang positif. Pendapat tersebut tidak jauh berbeda dengan
pendapat Slameto dalam (Tomi Darmawan,2007) yang menyatakan “bahwa
minat adalah rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas
tanpa ada yang menyuruh, minat pada hakekatnya adalah penerimaan
hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar dirinya, semakin kuat atau
semakin dekat hubungan tersebut maka semakin besar minatnya”.
24
Suyanto (1969:9) memandang minat sebagai pemusatan perhatian
yang tidak sengaja yag terlahir dengan penuh kemauan dan tergantung dari
bakat dan lingkungan. Utami dan Fauzan dalam (Tomi Darmawan,2007)
memandang minat sebagai kecenderungan yang relatif menetap sebagai
bagian diri seseorang, untuk tertarik dan menekuni bidang-bidang tertentu.
Winkel (1987:105) menyatakan “bahwa minat merupakan suatu
kecenderungan subjek yang menetap untuk merasa tertarik pada bidang studi
tertentu dan merasa senang untuk mempelajari materi itu”. Dari berbagai
pendapat tersebut dapat ditemukan adanya beberapa unsur pokok dalam
pengertian minat, yaitu adanya perhatian, daya dorong tiap-tiap individu dan
kesenangan.
Kesimpulan dari beberapa definisi di atas tentang minat, bahwa minat
merupakan suatu perhatian khusus terhadap suatu hal tertentu yang tercipta
dengan penuh kemauan dan tergantung dari bakat dan lingkungannya. Minat
dapat dikatakan sebagai dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan
segala sesuatu dalam mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang
menjadi keinginannya
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan
terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. Menurut Winkel (1996:24)
minat adalah “kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa
tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam
bidang itu.” Selanjutnya Slameto (1995:57) mengemukakan bahwa minat
adalah “kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang
disertai dengan rasa sayang.”
Sardiman (1992:76) mengemukakan minat adalah “suatu kondisi yang
terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang
dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya
sendiri.”
25
Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya
terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa
lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar.
Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di
sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya
sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai
minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk
melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan
keinginannya.
Pengertian minat menurut kamus bahasa indonesia, berarti perhatian
atau kesukaan pada suatu obyek (Poerwodarminto, 1983). Menurut Jones
(dalam Indarto, 1994) minat diartikan sebagai suatu perasaan terhadap suatu
obyek berupa benda atau situasi tertentu, dan perasan suka ini
dimanifestasikan dalam bentuk reaksi nyata atau berupa angan-angan saja.
Perasaan ini tidak dapat ditentukan secara obyektif tetapi hanya dapat
diketahui dari pernyataan yang dibuat subyek sendiri.
Asher, Tiffin, dan Knight (1953) mengartikan minat sebagai sikap atau
kondisi psikologis yang ditandai dengan pemusataan perhatian terhadap
masalah-masalah atau aktivitas tertentu atau sebagai kecenderungan untuk
memahami suatu pengalaman dan akan selalu diulang. Selain itu minat juga
diartikan sebagai suatu perasaan senang yang dihasilkan dari adanya perhatian
khusus terhadap sesuatu atau aktivitas tertentu. Hal ini senada dengan
pendapat Lukas dan Britt (dalam Indarto, 1993) di mana minat bukan sekedar
suatu proses mekanik dari perhatian karena di dalamnya tercakup masalah
perasaan (feeling).
Minat selalu berhubungan dengan obyek yang menarik individu, dan
obyek yang menarik adalah yang dirasakan menyenangkan. Apabila seseorang
mempunyai minat terhadap suatu obyek maka minat tersebut akan mendorong
seseorang untuk berhubungan lebih dekat dengan obyek tersebut, yaitu dengan
26
melakukan aktivitas lebih aktif dan positif demi mencapai sesuatu yang
diminatinya, Skinner (1977).
Chaplin (dalam Hastuti, 1993) memberikan definisi minat sebagai
suatu pernyataan yang menyatakan bahwa satu aktivitas, pekerjaan, atau
obyek itu berharga atau berarti bagi individu. Minat juga merupakan sikap
yang berlangsung selektif terhadap obyek minatnya. Selain itu menurut
Chaplin, minat adalah suatu keadaan motivasi yang menuntun tingkah laku
seseorang menuju satu arah atau sasaran tertentu. Walgito (1982) juga
memberi definisi yang hampir sama yaitu sebagai suatu keadaan ketika
seseorang menaruh perhatian pada sesuatu dan disertai dengan keinginan
untuk mengtahui dan mempelajari serta membuktikan lebih lanjut tentang itu.
Di dalam minat itu sendiri terkandung unsur kognitif, emosi, atau
afektif dan kemauan atau konatif untuk mencari sesuatu obyek tertentu (Lauw,
1992). Eysenck dan Arnold (dalam Indarto, 1993) menyatakan minat
merupakan kecenderungan berperilaku yang pada setiap individu berbeda
intensitasnya, karena minat dipengaruhi oleh kebutuhan atau kepentingan
individu akan suatu obyek minat itu. Semakin individu membutuhkan atau
tertarik terhadap obyek minat tersebut, semakin besar pula minatnya.
Drever (1982) meninjau minat berdasarakan fungsi dan strukturnya.
Secara fungsional minat merupakan suatu jenis pengalaman perasaan yang
dianggap bermanfaat dan diasosiasikan dengan perhatian pada suatu obyek
tertentu. Sementara secara struktural minat merupakan suatu elemen dalam
diri individu baik bawaan maupun yang diperoleh lewat proses belajar, yang
menyebabkan seseorang merasa mendapatkan manfaat terhadap suatu obyek
tertentu atau merasa yang berhubungan dengan obyek tertentu atau terhadap
suatu pengetahuan tertentu.
Crow dan Crow (1973) mengemukakan minat atau interest adalah
merupakan kekutan individu yang menyebabkan individu memberikan
perhatian pada orang, benda atau aktivitas. 3 faktor yang mendasari timbulnya
minat adalah:
27
1. Faktor dorongan dalam; dorongan dari individu itu sendiri, sehingga
timbul minat untuk melakukan aktivitas atau tindakan tertentu untuk
memenuhinya. Misalnya untuk dorongan makan, menimbulkan minat
untuk mencari makanan.
2. Faktor motivasi sosial; faktor ini merupakan faktor untuk melakukan suatu
aktivitas agar dapat diterima dan diakui oleh lingkungannya. Minat ini
merupakan semacam kompromi pihak individu dengan lingkungan
sosialnya. Misalnya minat pada studi karena ingin mendapatkan
penghargaan dari orang tuanya.
3. Faktor emosional; minat erat hubungannya dengan emosi karena faktor ini
selalu menyertai seseorang dalam berhubungan dengan obyek minatnya.
Kesuksesan seseorang pada suatu aktivitas disebabkan karena aktivitas
tersebut menimbulkan perasaan suka atau puas, sedangkan kegagalan akan
menimbulkan perasaan tidak senang dan mengurangi minat seseorang
terhadap kegiatan yang bersangkutan.
Karena kekomplekan kepribadian seseorang faktor-faktor tersebut di
atas tidak berdiri sendiri secara terpisah tetapi terpadu sebagai penyebab
timbulnya minat pada diri seseorang.
Beberapa pendapat di atas menunjukkan bahwa minat merupakan
suatu hal yang penting karena minat merupakan suatu kondisi awal sebelum
subyek mempertimbangkan atau membuat keputusan untuk melakukan
tindakan. Minat merupakan perasaan tertarik, suka dan percaya terhadap suatu
obyek yang dipersepsi menyenangkan dan bermanfaat bagi subyek dan minat
memiliki komponen afektif, kognitif, dan konatif.
Minat adalah kesadaran seseorang terhadap suatu objek, orang,
masalah, atau situasi yang mempunyai kaitan dengan dirinya. Artinya, minat
harus dipandang sebagai sesuatu yang sadar, merupakan pendapat yang
dikemukakan oleh Sutjipto (2001). Karenanya minat merupakan aspek
psikologis seseorang untuk menaruh perhatian yang tinggi terhadap kegiatan
tertentu dan mendorong yang bersangkutan untuk melaksanakan kegiatan
tersebut.
28
Dalam Sutjipto (2001) dikemukakan beberapa pendapat mengenai
definisi minat yang dikemukakan oleh beberapa tokoh. Nunnally menjabarkan
minat sebagai suatu ungkapan kecenderungan tentang kegiatan yang sering
dilakukan setiap hari, sehingga kegiatan itu disukainya. Sedangkan Guilford
menyatakan minat sebagai tendensi seseorang untuk berperilaku berdasarkan
ketertarikannya pada jenis-jenis kegiatan tertentu. Sementara Sax
mendefinisikan bahwa minat sebagai kecenderungan seseorang terhadap
kegiatan tertentu di atas kegiatan yang lainnya. Crites mengemukakan bahwa
minat seseorang terhadap sesuatu akan lebih terlihat apabila yang
bersangkutan mempunyai rasa senang terhadap objek tersebut. Hidi & Derson
berpendapat minat adalah bentuk dari motivasi intrinsik. Pengaruh positif
minat akan membuat seseorang merasa tertarik untuk bereksperimen seperti
merasakan kesenangan, kegembiraan, dan kesukaan. Garner menjelaskan
bahwa seseorang yang memiliki minat terhadap apa yang dipelajari lebih
dapat mengingatnya dalam jangka panjang dan menggunakannya kembali
sebagai sebuah dasar untuk pembelajaran dimasa yang akan datang. Dengan
demikian apabila seseorang melakukan sesuatu yang diminati, maka hal
tersebut akan berbekas dalam ingatannya.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut jelaslah bahwa minat itu
muncul apabila kita melakukan sesuatu yang kita sukai, karena perasaan suka
tersebut maka pada akhirnya kita akan mengunggulkan kegiatan yang kita
sukai tersebut dari pada kegiatan lain. Dari beberapa definisi minat di atas
dapat ditarik kesimpulan, bahwa minat merupakan sebuah motivasi intrinsik
sebagai kekuatan pembelajaran yang menjadi daya penggerak seseorang
dalam melakukan aktivitas dengan penuh ketekunan dan cenderung menetap,
dimana aktivitas tersebut merupakan proses pengalaman belajar yang
dilakukan dengan penuh kesadaran dan mendatangkan perasaan senang, suka
ataupun gembira pada orang tersebut.
Dengan demikian minat bukanlah hasil bawaan lahir seseorang, tetapi
lebih merupakan suatu pengalaman belajar. Minat ini pada akhirnya akan
menjadi motivasi yang kuat bagi seseorang untuk belajar.
29
Krapp Hidi, dan Renninger membagi definisi minat secara umum
menjadi tiga, yaitu: minat pribadi, minat situasi dan minat dalam ciri psikologi
(mathedu: 2009/10).
a) Minat pribadi, diartikan sebagai karakteristik kepribadian seseorang yang
relatif stabil, yang cenderung menetap pada diri seseorang. Minat pribadi
biasanya dapat langsung membawa seseorang pada beberapa aktifitas atau
topik yang spesifik. Minat pribadi dapat dilihat ketika seseorang
menjadikan sebuah aktivitas atau topik sebagai pilihan untuk hal yang
pasti, secara umum menyukai topik atau aktivitas tersebut, menimbulkan
kesenangan pribadi serta topik atau aktivitas yang dijalani memiliki arti
penting bagi seseorang.
b) Minat situasi merupakan minat yang sebagian besar dibangkitkan oleh
kondisi lingkungan.
c) Minat dalam ciri psikologi merupakan interaksi dari minat pribadi
seseorang dengan ciri-ciri minat lingkungan. Renninger menjelaskan
bahwa minat pada definisi ini tidak hanya karena seseorang lebih
menyukai sebuah aktivitas atau topik, tetapi karena aktivitas atau topik
tersebut memiliki nilai yang tinggi dan mengetahui lebih banyak mengenai
topik atau aktivitas tersebut.
Berdasarkan pada orangnya dan pilihan kerja Djaali (2007: 122-124)
mengelompokkan minat menjadi enam, yaitu :
1. Realistis
Orang realistis umumnya mapan, kasar, praktis, bersifat kuat dan
sering sangat atletis, memiliki koordinasi otot yang baik dan trampil. Akan
tetapi dia kurang mampu menggunakan medium komunikasi verbal dan
kurang memiliki ketrampilan berkomunikasi dengan orang.
2. Investigatif
Orang investigatif termasuk orang yang berorientasi keilmuan. Mereka
umumnya berorientasi pada tugas, intropektif dan asosial, lebih menyukai
memikirkan sesuatu daripada melaksanakannya, memiliki dorongan kuat
untuk memahami alam, menyukai tugas-tugas yang tidak pasti, suka
30
bekerja sendiri, kurang pemahaman dalam kepemimpinan akademik dan
intelektualnya.
3. Artistik
Orang artistik menyukai hal-hal tidak terstruktur, bebas, memiliki
kesempatan bereaksi, sangat membutuhkan suasana yang dapat
mengekspresikan sesuatu secara individual, sangat kreatif dalam bidang
seni musik.
4. Sosial
Tipe ini dapat bergaul, bertanggung jawab, berkemanusiaan dan sering
alim, suka bekerja dalam kelompok, senang menjadi pusat perhatian
kelompok, memiliki kemampuan verbal, terampil bergaul, menghindari
pemecahan masalah secara intelektual, suka memecahakan masalah yang
berkaitan dengan perasaan, suka kegiatan menginformasikan, melatih dan
mengajar.
5. Enterprising
Tipe ini cenderung menguasai atau memimpin orang lain, memiliki
ketrampilan verbal untuk berdagang, memiliki kemampuan untuk
mencapai tujuan organisasi, agresif, percaya diri dan umumnya sangat
aktif.
6. Konvensional
Tipe ini menyukai lingkungan yang sangat tertib, menyenangi
komunikasi verbal, senang kegiatan yang berhubungan dengan angka,
sangat efektif menyelesaikan tugas yang terstruktur tetapi mengindari
situasi tertentu.
b. Minat Orang Tua Menyekolahkan Anak
Ketika orang tua menyekolahkan anaknya, tentu mereka tidak akan
asal-asalan dalam menentukan pillihan. Ada beberapa pertimbangan yang
dipikirkan oleh orang tua dalam menyekolahkan anaknya. Aprilia Lestari
(2009) menjabarkan pertimbangan tersebut antara lain sebagai berikut:
1) Biaya
31
Lebih bijak bagi orang tua untuk menyekolahkan anak sesuai dengan
kemampuan ekonominya. Memang ada orang tua yang rela berhutang atau
menjual barang-barang produktif milik keluarga untuk membiayai anaknya
yang bersekolah di sekolah bergengsi. Pendidikan dasar di beberapa
tempat memang sudah digratiskan, tetapi biaya buku, seragam, kegiatan
dan lain-lain sebaiknya diperhatikan juga.
2) Nilai
Seleksi masuk sekolah, baik itu melalui nilai UAN atau tes masuk, juga
menjadi bahan penentuan di mana anak akan bersekolah. Tentukan dahulu
targetnya, kemudian ajarkan dan dukung anak untuk berusaha mencapai
target tersebut. Jika anak terbiasa seperti itu dia akan merasakan banyak
manfaat dalam kehidupannya.
3) Jarak
Perjalanan ke sekolah akan dilakukan anak setiap hari, berangkat dan
pulang. Jarak tempuh ke sekolah tentunya menjadi bahan pertimbangan.
Rute yang lebih dekat atau lebih mudahlah yang menjadi pilihan. Rute
yang jauh atau sulit selain akan memakan waktu, tenaga, mungkin juga
ongkos dan pikiran.
4) Pergaulan
Di beberapa sekolah, biasanya SMP atau SMA, rawan tawuran, tempat
‘nongkrong’ yang tidak ada tujuan produktif, atau teman-teman yang
‘mengkhawatirkan’ menurut orang tua. Tentunya ini juga menjadi bahan
pertimbangan. Walaupun si anak ‘baik-baik saja’, tetapi kalau
lingkungannya ‘berbahaya’ tentu akan mengkhawatirkan juga. Ada juga
orang tua yang memindahkan anaknya dari sekolah yang kompleknya
dekat dengan suatu universitas. Karena di situ anak menjadi lebih cepat
‘dewasa’ atau lebih tepat dikatakan sok dewasa, tanpa diikuti dengan
kedewasaan yang sebenarnya.
5) Jam Belajar/Kurikulum
Orang tua yang teliti memilih sekolah, biasanya menanyakan apa saja
pelajaran yang akan diajarkan nanti. Apa muatan lokal yang diberikan di
32
sekolah tersebut. Dan buku apa yang digunakan. Apa kegiatan
ekstrakurikulernya. Orang tua yang lebih berani akan menanyakan guru-
gurunya lulusan mana, seperti apa metode mengajarnya dan bagaimana
manajemen sekolah. Tapi biasanya pertanyaan-pertanyaan terakhir ini
ditujukan pada sekolah-sekolah swasta di kota yang persaingannya ketat
dalam mencari murid baru, umumnya di kota besar dan kota pendidikan.
6) Minat Anak
Anak-anak seusia SD, SMP, apalagi SMA biasanya sudah punya pendapat
sendiri dalam memilih sekolahya. Orang tua sebaiknya mendengarkan dan
memasukkan pendapat mereka ini dalam bahan pertimbangan. Jika orang
tua merasa yakin bahwa pilihan anak itu kurang tepat karena kadang
pertimbangan mereka kurang matang, bantahlah dengan argumen yang
bisa diterima anak. Atau jika mereka memilih sekolah karena ikut-ikutan,
ajari mereka bahwa semua keputusan ada konsekuensinya, dan bantulah
mereka melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa mereka pilih.
Sekolah sebagai suatu sistem, memiliki komponen inti yang terdiri dari
input, proses dan output yang merupakan satu kesatuan utuh yang saling
terkait, terikat, mempengaruhi, membutuhkan dan menentukan input
dikategorikan menjadi dua, yaitu input sumber daya yakni meliputi sumber
daya manusia serta sumber daya lainnya dan input manajemen yakni input
potensial bagi pembentukan sistem yang efektif dan efisien. Sedangkan output
sekolah yaitu berupa kelulusan siswa yang berguna bagi kehidupan yaitu
lulusan yang bermanfaat bagi dirinya, keluarga dan masyarakat.
Pada zaman sekarang para orang tua ingin membuktikan apa saja yang
telah diterima anaknya dalam mengikuti proses pendidikan dan pengajaran
terutama di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya. Sejalan dengan itu pula
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 7 ayat 1 menjelaskan
bahwa Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan
memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya.
Pendidikan tidak lepas dari pada kaitan dengan ekonomi secara umum,
bahwa untuk mencapai ekonomi yang mapan, masyarakat indonesia harus
33
matang dalam pendidikan, bahwa kunci pembangunan ekonomi terletak pada
pengetahuan, dan karena itu proses yang terpenting dalam pembangunan
ekonomi adalah belajar; belajar sifatnya interaktif dan terjalin dalam proses di
masyarakat. Sedangkan belajar itu sendiri merupakan inti dari pendidikan baik
di sekolah maupun di luar sekolah. Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut : 1)
melalui pendidikan setiap orang dapat belajar; 2) dengan belajar orang akan
menguasai kompetensi tertentu; 3) dengan menguasai kompetensi orang dapat
berkarya atau memberikan jasa; 4) dengan berkarya atau memberikan jasa
mereka dapat memperoleh penghasilan; 5) dengan memperoleh penghasilan
mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya yang senantiasa berkembang; 6)
dengan adanya kebutuhan yang semakin berkembang maka akan berkembang
pula produksi dan perdagangan untuk memenuhi kebutuhan; 7) dan dengan
perkembangan produksi dan perdagangan ini maka ekonomi dapat tumbuh dan
maju.
Efektifitas sekolah merujuk pada pemberdayaan semua komponen
sekolah sebagai organisasi tempat belajar berdasarkan tugas pokok dan fungsi
masing-masing dalam struktur program dengan tujuan agar siswa belajar dan
mencapai hasil yang telah ditetapkan yaitu memiliki kompetensi cognitive,
psikomotor dan afektif. Pada sekolah efektif tidak hanya siswa yang memiliki
kemampuan tinggi dalam belajar yang dapat mengembangkan diri, siswa yang
memiliki inteletualitas yang biasa pun dapat mengembangkan dirinya sejauh
mungkin, apalagi biasa dibandingkan dengan kondisi awal ketika mereka baru
masuk sekolah.
Tentu saja titik akhir semua itu diharapkan sekolah dapat mencetak
generasi bermutu dan berakhlak mulia sekaligus menjadi panutan masyarakat
sekitarnya, karena di masa mendatang generasi sekaranglah yang diharapkan
menjadi penerus cita-cita dan harapan orang tua sekarang.
Sementara menurut Dalyono (2008), rendahnya minat orang tua
terhadap pendidikan disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya faktor pribadi
(tingkat kesadaran), faktor ekonomi, faktor sosial budaya (social cultur), dan
faktor letak geografis sekolah.
34
Pengaruh budaya yang negatif dan salah terhadap dunia pendidikan
akan turut berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak.
Peserta didik yang bergaul dengan teman-temannya yang tidak sekolah atau
putus sekolah akan terpengaruh dengan mereka.
Adanya faktor lingkungan sosial budaya ini berawal dari sebuah teori
empiris dari Jhon Locke, seorang ahli filsafat Inggris pada tahun 1632-1704.
Ia mengatakan bahwa anak lahir seperti kertas putih yang belum mendapat
coretan sedikitpun. Akan dijadikan apa kertas itu terserah kepada yang
menulisnya. Teori Jhon Locke ini disebut pula dengan teori tabularasa.
Menurut teori Jhon Locke, manusia tidak memiliki pembawaan. Seluruh
perkembangan hidupnya sejak lahir sampai dewasa semata-mata ditentukan
oleh faktor luar atau faktor lingkungan, seperti lingkungan keluarga dan
masyarakat.
Menurut Dalyono (2008), “Lingkungan sosial budaya masyarakat
adalah semua orang/manusia yang dapat berpengaruh terhadap kehidupan
anak.” Pengaruh sosial tersebut dapat dilihat secara langsung maupun tidak
langsung. Pengaruh secara langsung, seperti terjadi di dalam pergaulan anak
sehari-hari dengan teman sebayanya atau orang lain. Yang tidak langsung
dapat terjadi melalui jalur informasi, seperti radio atau televisi. Masih menurut
Dalyono (2008), “Anak-anak yang dibesarkan di kota pola pikirnya berbeda
dengan anak di desa.” Pada umumnya anak yang tinggal di kota lebih bersikap
aktif dan dinamis, bila dibandingkan dengan anak desa yang selalu bersikap
statis dan lamban. Itulah sebabnya, perkembangan dan kemajuan anak yang
tinggal di kota jauh lebih pesat daripada anak yang tinggal di desa.
Penelitian Firdaus (2005) menyebutkan bahwa rendahnya minat orang
tua untuk melanjutkan pendidikan anaknya ke Sekolah Menengah Pertama
disebabkan: Pertama, faktor sosial budaya sebesar 87,3%. Kedua, faktor
kurangnya biaya pendidikan (ekonomi tidak mampu) diperoleh sebesar 86,0%.
Ketiga, faktor kurangnya tingkat kesadaran orang tua akan pentingnya
pendidikan (faktor orang tua) diperoleh sebesar 59,1%. Keempat, letak
geografis sekolah sebesar 50,8%.
35
Data di atas menunjukkan bahwa masyarakat kecewa dengan kualitas
pendidikan. Masyarakat ‘yang berpikiran sempit’ memandang bahwa
pendidikan formal tidak begitu penting. Asumsi ini lahir karena masyarakat
beranggapan bahwa menyekolahkan anaknya di pendidikan formal hanya
menambah jumlah pengangguran. Hal ini disebabkan oleh keluaran para
lulusan sekolah lanjutan belum mampu memenuhi dunia kerja. Akibatnya,
selalu terjadi penumpukan tenaga kerja setiap tahunnya (Tirtarahardja dan La
Sula, 2000).
Rendahnya minat untuk melanjutkan sekolah sungguh sangat
memperihatinkan semua pihak. Meskipun pemerintah telah memberikan
sosialisasi tentang pendidikan, tetapi masih ada sebagian anak terpaksa tidak
bisa melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi. Kondisi ini terjadi
karena masih banyak masyarakat yang kurang menyadari akan pentingnya
pendidikan.
c. Asal-Usul Minat
Menurut Bernard, minat timbul tidak secara tiba-tiba, melainkan
timbul akibat dari partisipasi dan pengalaman hidupnya. Sementara Ngalim
Purwanto berpendapat, minat itu timbul dengan menyatakan diri dalam
kecenderungan umum untuk menyelidiki dan menggunakan lingkungan dari
pengalaman, anak bisa berkembang kearah berminat atau tidak berminat
kepada sesuatu (mathedu: 2009/10).
Untuk itu ada dua hal yang menyangkut minat yang perlu diperhatikan yakni :
1. Minat pembawaan
Minat ini muncul dengan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, baik itu
kebutuhan maupun lingkungan. Minat semacam ini biasanya muncul
berdasarkan bakat yang ada.
2. Minat muncul karena adanya pengaruh dari luar
Minat seseorang bisa saja berubah karena adanya pengaruh dari luar,
seperti : lingkungan, orang tuanya, dan bisa saja gurunya.
36
d. Peranan Dan Fungsi Minat
Pada setiap minat manusia, minat memegang peranan penting dalam
kehidupannya dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap,
minat menjadi sumber motivasi yang kuat bagi seseorang. Dengan demikian
maka seseorang tidak mungkin akan melakukan suatu kegiatan apabila dia
tidak memiliki minat sama sekali. Oleh karena itu minat sangat menentukan
seseorang dalam memperoleh kesuksesan.
Minat bisa tumbuh dari dalam diri seseorang, tapi tentu saja tidak akan
tumbuh dengan sendirinya. Cara menimbulkan minat (Effendi dan Praja,
1993:72 ) dapat dilakukan melalui beberapa hal, yaitu:
a. Membangkitkan suatu kebutuhan
b. Menghubungkan dengan pengalaman lampau
c. Memberikan kesempatan untuk mendapat hasil yang lebih baik.
(wordpress: 2008/04/2)
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian mengenai tingkat pendapatan, tingkat pendidikan orang tua
dan kebutuhan keluarga dengan minat menyekolahkan anak di Doplang
Kecamatan Karanpandan Kabupaten Karanganyar atau penelitian yang serupa
pernah dilaksanakan oleh peneliti lain, penelitian tersebut antara lain:
Drs. Suprian AS dalam penelitian yang berjudul Pengaruh hubungan
sosial dan ekonomi orang tua terhadap prestasi akademik. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan keadaan hubungan sosial
mahasiswa dan keadaan ekonomi orang tua mahasiswa FPTK IKIP Bandung
antara yang tertinggi dan terendah prestasinya; (2) keadaan ekonomi orang tua
mahasisiwa FPTK IKIP Bandung pada umumnya; (3) korelasi hubungan
sosial mahasiswa dan keadaan ekonomi orang tua dengan prestasinya masing-
masing pada mahasiswa yang berprestasi tertinggi dan terendah; (4) perbedaan
korelasi masing-masing variable hubungan sosial mahasiswa dan keadaan
ekonomi orang tua mereka dengan mahasiswa yang berprestasi tertinggi
dengan yang terendah.
37
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasional, dengan
instrument lembaran alih data untuk indeks prestasi (IP) sebagai indikator
prestasi belajar, serta angket yang telah diuji coba untuk menguji validitas dan
realibilitasnya untuk variabel hubungan sosial dan keadaan ekonomi orang
tua. Teknik analisis data, menggunakan uji perbedaan dua rata-rata, korelasi
sederhana dan parsial, serta uji signifikansi perbedaan korelasi.
Dari hasil analisis diatas dan dari hasil pengujian hipotesis, dapat
disimpulkan hasil penelitian seperti yang diuraikan dibawah ini.
Pada pengujian keberartian korelasi diperoleh sebagai berikut: (1) baik
pada mahasiswa-mahasiswa yang tertinggi maupun yang terendah prestasinya,
korelasi hubungan sosial mahasiswa dengan prestasinya adalah signifikan
pada =0,01; (2) baik pada mahasiswa yang tertinggi maupun yang terendah
prestasinya, korelasi keadaan ekonomi mereka dengan prestasinya adalah
signifikan pada = 0,01; (3) baik pada mahasiswa yang tertinggi maupun
yang terendah prestasinya korelasi hubungan sosial mahasiswa dengan
keadaan ekonominya adalah signifikan pada =0,01.
Pada hasil uji signifikan perbedaan dua koefisien korelasi dengan
pemakaian rumus Z Fisher diperoleh sebagai berikut: (1) pada = 0,05
terbukti ada perbedaan yang signifikan antara dua koefisien korelasi tentang
hubungan sosial mahasiswa yang berprestasi tertinggi dengan yang terendah;
(2) pada = 0,05 terbukti tidak ada perbedaan signifikan antara dua koefisien
korelasitentang hubungan sosial mahasiswa yang berprestasi tertinggi dengan
yang terendah; (3) pada = 0,05 terbukti tidak ada perbedaan yang signifikan
antara dua koefisien korelasi tentang hubungan sosial mahasiswa dengan
keadaan ekonominya antara mahasiswa yang berprestasi tertinggi dengan yang
terendah.
Heny Prihatiningsih dalam penelitian yang berjudul Hubungan tingkat
pendidikan orang tua dan minat baca dengan prestasi belajar sosiologi siswa
kelas II SMA N 8 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui signifikansi hubungan antara: (1) tingkat pendidikan
orang tua (ayah) dengan prestasi belajar sosiologi siswa. (2) tingkat
38
pendidikan orang tua (ibu) dengan prestasi belajar sosiologi siswa. (3) minat
baca dengan prestasi belajar sosiologi. (4) tingkat pendidikan orang tua dan
minat baca dengan prestasi belajar sosiologi siswa.
Penelitian ini menggunakan metode ex post facto dengan pendekatan
inferensial. Populasi adalah siswa kelas II SMA Negeri 8 Surakarta tahun
ajaran 2005/2006, sejumlah 192 siswa. Sampel diambil dengan teknik
proporsional random sampling sejumlah 50 siswa. Teknik pengumpulan data
menggunakan teknik angket dan dokumentasi. Teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis regresi ganda.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) ada hubungan
yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua (ayah) dengan prestasi
belajar sosiologi siswa kelas II SMA Negeri 8 Surakarta (r= 0,330 dengan =
0,018 pada taraf signifikasi 5%) dengan sumbangan relatif (SR) sebesar
1,810% dan sumbangan efektif (SE) sebesar 1,153% (2) ada hubungan yang
signifikan antara tingkat pendidikan orang tua (ibu) dengan prestasi belajar
sosiologi siswa kelas II SMA Negeri 8 Surakarta (r yx2 = 0,418 dengan =
0,003 pada taraf signifikansi 5%) dengan sumbangan relatif (SR) sebesar
7,097% dan sumbangan efektif (SE) sebesar 4,519% (3) ada hubungan yang
signifikan antara minat baca dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas II
SMA Negeri 8 Surakarta (r yx3 = 0,762 dengan = 0,000 pada taraf
signifikansi 5%) dengan sumbangan relatif (SR) sebesar 91,093% dan
sumbangan efektif (SE) sebesar 57,999% (4) ada hubungan yang signifikan
antara tingkat pendidikan orang tua (ayah dan ibu) dengan prestasi belajar
sosiologi siswa kelas II SMA Negeri 8 Surakarta (r yxxx 321 = 0,637 dengan =
0,000 pada taraf signifikasi 5%) dengan sumbangan relatif (SR) 100,000% dan
sumbangan efektif (SE) sebesar 63,670%.
Retno Purwanti dalam penelitian yang berjudul Hubungan pendidikan
orang tua dan pendapatan keluarga dengan prestasi belajar anak di desa
Cidora, kecamatan Lumbir, kabupaten Banyumas. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan antara pendidikan orang tua dan pendapatan
39
keluarga dengan keberhasilan prestasi belajar anak di desa Cidora, Kecamatan
Lumbir, Kabupaten Banyumas.
Penelitian ini menggunkan metode deskriptif korelasional. Populasinya
adalah seluruh kepala keluarga di Desa Cidora, Kecamatan Lumbir,
Kabupaten Banyumas sebesar 718 KK. Sampel diambil dengan teknik
proporsional random sampling cara undian sebanyak 108 orang. Teknik
pengumpulan data variabel pendidikan orang tua, pendapatan keluarga dan
keberhasilan prestasi belajar anak diperoleh dengan menggunakan kuesioner
atau angket dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah
teknik analisis statistik korelasi ganda dan teknik regresi linier ganda.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan (1) hubungan antara
pendidikan orang tua dengan keberhasilan prestasi belajar anak berdasarkan
perhitungan diperoleh r yx1 = 0,300 dengan = 0,002 maka dapat disimpulkan
terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan orang tua dengan
keberhasilan prestasi belajar anak. Sumbangan relatif (SR) sebesar 2,377%
dan sumbangan efektif (SE) sebesar 0,561% terhadap keberhasilan prestasi
belajar anak. (2) hubungan antara pendapatan keluarga dengan keberhasilan
prestasi belajar anak berdasarkan perhitungan diperoleh r yx2 = 0,480 dengan
= 0,000 maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara
pendapatan keluarga dengan keberhasilan prestasi belajar anak.
Sumbanganrelatif (SR) sebesar 97,623% dan sumbangan efektif (SE) sebesar
23,047% terhadap keberhasilan prestasi belajar anak. (3) hubungan antara
pendidikan orang tua dan pendapatan keluarga dengan keberhasilan prestasi
belajar anak berdasarkan perhitungan diperoleh r yxxx 321 = 0,486 dengan =
0,000 dan F= 16,225 maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang
signifikan antara pendidikan orang tua dan pendapatan keluarga dengan
keberhasilan prestasi belajar anak. Sumbangan relatif (SR) sebesar 100% dan
sumbangan efektiff (SE) sebesar 23,608%.
Lukita Munawaroh dalam penelitian yang berjudul Hubungan antara
tingkat pendidikan orang tua dan pergaulan peer group dengan motivasi
40
berprestasi mahasiswa pendidikan sosiologi-antropologi FKIP UNS tahun
2008. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) hubungan antara
tingkat pendidikan orang tua dengan motivasi berprestasi, (2) hubungan antara
pergaulan peer group dengan motivasi berprestasi, (3) hubungan antara tingkat
pendidikan orang tua dan pergaulan peer group dengan motivasi berprestasi.
Penelitian ini menggunakan metoda deskriptif korelasional. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa pendidikan sosiologi-
antropologi mulai angkatan 2004-2007 yang berjumlah 179, sedangkan
sampel yang diambil berjumlah 45 mahasiswa, yaitu dengan teknik
pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Teknik
pengumpulan data untuk variabel X1 X 2 dan Y dengan menggunakan metode
angket atau kuesioner sebagai metode utama dan sebagai metode bantu
menggunakan teknik wawancara. Teknik analisis data menggunakan analisis
korelasi dan regresi ganda, dengan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas
dan uji linieritas.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) ada
hubungan positif yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dengan
motivasi berprestasi, dengan korelasi r yx1 sebesar 0,349 (p> 0,050 atau 0,349>
0,050); sumbangan efektif (SE) sebesar 12,186% dan sumbangan relatif (SR)
sebesar 77,301%. (2) ada hubungan positif yang signifikan antara pergaulan
peer group dengan motivasi berprestasi dengan korelasi r yx2 sebesar 0,329 (p>
0,050 atau 0,329> 0, 050); sumbangan efektif (SE) sebesar 3,579% dan
sumbangan relatif (SR) sebesar 22,699%. (3) ada hubungan positif yang
signifikan secara bersama-sama antara tingkat pendidikan orang tua dan
pergaulan peer group dengan motivasi berprestasi mahasiswa pendidikan
sosiologi-antropologi FKIP UNS dengan korelasi r yxx 21 sebesar 0,397.
Ayu Turasmini dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Jenjang
Pendidikan Dan Penghasilan Terhadap Minat Orang Tua Menyekolahkan
Anak Sampai Jenjang Sma Di Desa Pingkuk Kecamatan Jatiroto Kabupaten
Wonogiri Tahun 2008.
41
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh jenjang pendidikan
dan penghasilan terhadap minat orang tua menyekolahkan anak sampai
jenjang SMA di Desa Pingkuk Kecamatan Jatiroto Kabupaten Wonogiri tahun
2008. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan strategi survey. Populasi
dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Pingkuk sebanyak 502 kepala
keluarga dengan sampel 100 orang kepala keluarga. Teknik sampling yang
digunakan adalah teknik random sampling. Pengumpulan data dengan
menggunakan metode angket, observasi dan dokumentasi. Data diolah dengan
menggunakan bantuan program SPSS for Windows V. 11.5. Sebelum
dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian instrumen,
yaitu uji validitas dan uji reliabilitas. Dilanjutkan teknik uji persyaratan
analisis, yaitu uji normalitas dan uji linieritas. Analisis data dengan
menggunakan; Analisis korelasi product moment dua variabel, Korelasi
Parsial, Analisis korelasi berganda (R), Analisis Regresi Linier Berganda, uji
F, uji t, serta Sumbangan Relatif (SR) dan Sumbangan Efektif (SE). Hasil
perhitungan menunjukkan bahwa jenjang pendidikan berpengaruh positif
terhadap minat orang tua menyekolahkan anak sampai jenjang SMA. Hal
tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi sebesar 0,216 didukung nilai
thitung sebesar 2.486 ttabel sebesar 1.980 atau (2.486 > 1.980) dengan nilai
signifikansi sebesar 0.000 < 0.05. Penghasilan berpengaruh positif terhadap
minat orang tua menyekolahkan anak sampai jenjang SMA ditunjukkan oleh
nilai koefisien regresi sebesar 0,219. Hasil tersebut didukung nilai t hitung
sebesar 2.783 t tabel sebesar 1.980 atau (2.783 > 1.980) dengan nilai
signifikansi sebesar 0.001 < 0.05. Total sumbangan Efektif kedua variabel
dalam penelitian ini adalah 77,4 % mendukung minat orang tua
menyekolahkan anak sampai jenjang SMA, sementara 22,6 % lainnya
ditentukan oleh variabel lain di luar variabel dalam penelitian ini.
Tri Puji Utami dalan judul Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Tingkat
Pendapatan Orang Tua Terhadap Minat Menyekolahkan Anak ke Madrasah
Diniyah al-Ikhlas Dusun Kalikidang Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten
Kendal.
42
Permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah ada pengaruh
tingkat pendidikan orang tua terhadap minat menyekolahkan anak ke
Madrasah Diniyah al-Ikhlas Dusun Kalikidang Desa Kliris Kecamatan Boja
Kabupaten Kendal; 2) Apakah ada pengaruh tingkat pendapatan orang tua
terhadap minat menyekolahkan anak ke Madrasah Diniyah al-Ikhlas Dusun
Kalikidang Desa Kliris Kecamatan Boja Kaupaten. Kendal; 3) Apakah ada
pengaruh tingkat pendidikan dan pendapatan orang tua terhadap minat
menyekolahkan anak ke Madrasah Diniyah al-Ikhlas Dusun Kalikidang Desa
Kliris Keamatan Boja Kabupaten Kendal.
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research),
menggunakan metode angket dan dokumentasi. Subjek penelitian sebanyak 50
responden. Pengumpulan data dilakukan melalui angket untuk menjaring data
tentang tingkat pendidikan orang tua (X1), tingkat pendapatan orang tua (X2)
dan minat menyekolahkan anak ke Madrasah Diniyah (Y).
Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik
analisis statistik kuantitatif. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan
analisis korelasi dengan rumus regresi. Pengujian hipotesis penelitian
menunjukkan bahwa: 1) Terdapat pengaruh yang signifikan tingkat
pendidikan orang tua (X1) terhadap minat menyekolahkan anak ke Madrasah
Diniyah (Y) Dusun Kalikidang Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten
Kendal. Kadar hubungan kedua variabel ditunjukkan oleh koefisien korelasi
sebesar 0,40837501. Sementara itu, koefisien korelasi determinasi sebesar
0,16803924 yang berarti bahwa tingkat pendidikan orang tua memberikan
sumbangan sebesar 12,29% terhadap minat menyekolahkan anak ke Madrasah
Diniyah. Kemudian harga Freg sebesar 9,69502826, setelah dikonsultasikan
dengan nilai tabel F dengan db = 1 lawan 48 di mana Ft (0,05) = 2,008 dan
harga Ft (0,01) = 2,678 maka harga Freg = 9,69502826 > Ft baik pada taraf
signifikansi 5% = 3,23 maupun pada taraf signifikansi 1% = 5,18, sehingga
dinyatakan signifikan. 2) Terdapat pengaruh yang signifikan tingkat
pendapatan orang tua (X2) terhadap minat menyekolahkan anak ke Madrasah
Diniyah (Y) Dusun Kalikidang Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten
43
Kendal. Kadar hubungan kedua variabel tersebut ditunjukkan oleh koefisien
korelasi sebesar 0,38995175. Sementara itu, koefisien korelasi determinasi
sebesar 0,15206437 yang berarti bahwa tingkat pendapatan orang tua
memberikan sumbangan sebesar 10,67% terhadap minat menyekolahkan anak
ke Madrasah Diniyah. Kemudian diperoleh harga Freg sebesar 8,6076378,
setelah dikonsultasikan dengan nilai tabel F dengan db = 1 lawan 48 di mana
Ft (0,05) = 3,23 dan harga Ft (0,01) = 5,18 maka harga Freg = 8,6076378 > Ft
baik pada taraf signifikansi 5% = 3,23 maupun pada taraf signifikansi 1% =
5,18, sehingga dinyatakan signifikan. 3) Terdapat pengaruh yang signifikan
antara tingkat pendidikan orang tua (X1) dan tingkat pendapatan orang tua
(X2) terhadap minat menyekolahkan anak ke Madrasah Diniyah (Y). Hal ini
berarti terdapat hubungan yang signifikan antara X1 dan X2 terhadap Y.
Kadar hubungan ketiga variabel tersebut ditunjukkan oleh koefisien korelasi
sebesar 0,48432224. Sementara itu, koefisien korelasi determinasi sebesar
0,23456803 yang berarti bahwa tingkat pendidikan dan pendapatan orang tua
memberikan sumbangan sebesar 23% terhadap minat menyekolahkan anak ke
Madrasah Diniyah. Kemudian diperoleh Freg sebesar 7,20161809, setelah
dikonsultasikan dengan nilai tabel dengan db = 2 lawan 47 diperoleh Ft (0,05)
= 3,23 dan Ft (0,01) = 5,18 maka harga Freg = 7,20161809 > Ft baik pada
taraf signifikansi 5% = 3,23 maupun pada taraf signifikansi 1% = 5,18
sehingga dinyatakan signifikan.
Sundahyani dalam judul Pengaruh kebutuhan berprestasi, berfaliasi
dan berkuasa terhadap minat masyarakat menyekolahkan anaknya di sekolah
dasar negeri 02 Selokaton kecamatan Gondangrejo Karanganyar.
Tujuan penelitian ini untuk : (1) mengetahui pengaruh kebutuhan
berprestasi, kebutuhan beafiliasi dan kebutuhan berkuasa secara parsial
terhadap minat masyarakat menyekolahkan anaknya. (2) mengetahui pengaruh
kebutuhan berprestasi, kebutuhan berafiliasi dan kebutuhan berkuasa secara
bersama-sama terhadap minat masyarakat menyekolahkan anaknya. (3)
mengetahui variabel yang paling dominan pengaruhnya di antara kebutuhan
berprestasi, kebutuhan berafiliasi dan kebutuhan berkuasa terhadap minat
44
masyarakat menyekolahkan anaknya. Responden dalam penelitian ini adalah
para orang tua murid TK di sekitar SD Negeri 02 Selokaton. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskiptif melalui
pendekatan kuantitatif dengan menggunakan teknik angket, wawancara,
observasi dan dokumentasi di dalam pengumpulan datanya. Berdasarkan
analisis data penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) Kebutuhan berprestasi
secara parsial berpengaruh positif terhadap minat menyekolahkan anak dengan
diperoleh nilai koefisien korelasi parsial sebesar 0,423 diterima taraf
signifikansi 5% dan memberikan sumbangan efektif sebesar 21,7% (2)
Kebutuhan berafiliasi secara parsial berpengaruh positif terhadap minat
menyekolahkan anak dengan diperoleh nilai koefisien korelasi parsial sebesar
0,348 diterima taraf signifikansi 5% dan memberikan sumbangan efektif
sebesar 16,5% (3) Kebutuhan berkuasa secara parsial berpengaruh positif
terhadap minat menyekolahkan anak dengan diperoleh nilai koefisien korelasi
parsial sebesar 0,325 diterima taraf signifikansi 5% dan memberikan
sumbangan efektif sebesar 14,7% (4) Kebutuhan berprestasi, berafiliasi, dan
berkuasa secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap minat
menyekolahkan anak. Hal ini terbukti dari hasil uji F yang memperoleh nilai F
hitung sebesar 35,931 diterima pada taraf signifikansi 5%. (5) Kebutuhan
berprestasi merupakan faktor yang berpengaruh dominan terhadap minat
menyekolahkan anak. Hal ini terbukti dari perhitungan sumbangan efektif
yang menunjukkan bahwa sumbangan variabel kebutuhan berprestasi terhadap
minat menyekolahkan anak (21,7%) adalah yang paling besar di antara ketiga
variabel.
C. Kerangka Pemikiran
Setiap orang memiliki minat dalam dirinya, dan minat ini akan
memacu mereka untuk melakukan kegiatan yang mereka senangi. Minat
sendiri bukan merupakan bawaan dari lahir, tetapi minat muncul sebagai hasil
dari pembelajaran yang selama ini mereka terima.
45
Dalam menempuh suatu pendidikan sendiri, seseorang harus memiliki
minat terlebih dahulu untuk mengikuti pendidikan formal yang ada disekolah.
Meskipun anak memiliki hak atas pendidikan yang sedang ditempuhnya,
tetapi keputusan anak untuk melanjutkan suatu pendidikan tidak semata-mata
diputuskan perdasarkan pertimbangan mereka sendiri, disini orang tua pun
memiliki andil yang sangat besar dalam keputusan yang akan dipilih oleh sang
anak mengenai pendidikan mereka.
Orang tua sendiri memiliki beberapa pertimbangan dalam menetukan
pendidikan yang akan ditempuh oleh si anak. Tingkat pendapatan orang tua
memiliki peranan yang sangat penting dalam keputusan ini, karena saat anak
memasuki dunia pendidikan maka akan ada sejumlah biaya yang akan
dikeluarkan untuk menujang pendidikan tersebut, maka harus dilihat terlebih
dahulu seberapa besar pendapatan yang diperoleh orang tua.
Pendapatan orang tua sendiri disini akan sangat menentukan keputusan
orang tua berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan keluarga. Orang tua akan
cenderung berusaha untuk memenuhi kebutuhan pokok terlebih dahulu,
sehingga mereka akan mengesampingkan kebutuhan yang menurut mereka
kurang penting. Terlebih apabila orang tua sendiri memiliki tingkat
pendidikan yang tidak cukup tinggi, maka mereka akan semakin menganggap
pendidikan bukan merupakan kebutuhan yang harus diutamakan.
Selain itu tingkat pendidikan orang tua juga berperan terhadap
pendidikan yang akan ditempuh seorang anak. Seperti yang kita ketahui,
banyak petani yang pendidikannya tidak cukup tinggi, oleh karena itu
sebagian dari mereka kadang memiliki pandangan bahwa pendidikan bukanlah
suatu hal yang penting bagi kehidupan mereka. Meskipun demikian ada
pandangan lain, dimana sebagian orang tua menganggap pendidikan
merupakan hal yang penting, oleh karena itu mereka berusaha sebisa mungkin
agar anak mereka tidak mengalami nasib yang sama, dengan demikian mereka
akan memperjuangkan agar si anak memperoleh pendidikan yang layak.
46
Maka tingkat pendapatan, tingkat pendidikan orang tua dan tingkat
kebutuhan keluarga akan mempengaruhi minat orang tua untuk
menyekolahkan anak mereka ke jenjang pendidikan formal.
Berdasarkan pada uraian diatas, adapun model kerangka berfikir antar
variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 1. Kerangka berfikir
D. Hipotesis
Dugaan sementara dari penelitian yang berjudul “Hubungan antara
Tingkat Pendapatan, Tingkat Pendidikan Orang Tua dan Kebutuhan Keluarga
Petani dengan Minat Menyekolahkan Anak di Doplang Kecamatan
Karangpandan Kabupaten Karanganyar Tahun 2010” secara umum adalah
terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan, tingkat
pendidikan orang tua dan kebutuhan keluarga petani dengan minat orang tua
menyekolahkan anak di Doplang Kecamatan Karanpandan Kabupaten
Karanganyar.
Sedangkan dugaan sementara dari penelitian tersebut secara khusus
adalah sebagai berikut :
Tingkat Pendapatan(X1)
Minat Orang TuaMenyekolahkan Anak (Y)
Tingkat PendidikanOrang Tua (X2)
(X2)
Tingkat KebutuhanKeluarga Petani (X3)
(X2)
47
1. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan dengan minat
orang tua menyekolahkan anak di Doplang kecamatan Karangpandan
Kabupaten Karanganyar.
2. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dengan
minat menyekolahkan anak di Doplang Kecamatan Karangpandan
Kabupaten Karanganyar.
3. Ada hubungan signifikan antara tingkat kebutuhan keluarga petani dengan
minat orang tua menyekolahkan anak di Doplang Kecamatan
Karangpandan Kabupaten Karanganyar.
48
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam metodologi penelitian ini, selanjutnya secara berturut-turut akan
diuraikan mengenai beberapa hal yang berkaitan langsung dengan penelitian
yang akan dilaksanakan, yaitu meliputi tempat penelitian, waktu penelitian,
metode penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data,
rancangan penelitian dan teknik analisis data.
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian mengenai ”Hubungan antara Tingkat Pendapatan,
Pendidikan Orang Tua dan Kebutuhan Keluarga Petani dengan Minat
Menyekolahkan Anak di Doplang Kecamatan Karangpandan Kabupaten
Karanganyar Tahun 2010” akan dilaksanakan di Doplang kecamatan
Karangpandan yang beralamat di Jl. Lawu.
2. Waktu Penelitian
Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini direncanakan selama
enam bulan yaitu dari penyusunan usulan proposal sampai penulisan
laporan. Penelitian ini dimulai sejak bulan februari 2010 s/d juli 2010.
Adapun jadwal kegiatan penelitian tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
Tabel. 1 : Uraian Waktu Penelitian
Kegiatan Bulan
Februari Maret April Mei Juni Juli
Penyusunan
proposal
Perizinan
Penyusunan
Instrumen
Pengumpulan
49
Data
Analisis Data
Penulisan
Laporan
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Dalam suatu penelitian perlu ditetapkan terlebih dahulu objek
penelitian yang sering disebut dengan populasi. Sebelum menentukan
populasi, perlu kiranya diketahui tentang pengertian populasi. Menurut
Sutrisno Hadi (2001:102), populasi adalah sejumlah individu yang
mempunyai satu sifat yang sama. Dalam hal ini adalah keseluruhan individu-
individu yang ada di suatu tempat tertentu yang dikenai penelitian. Sementara
Arikunto (2006: 130) mendefinisikan populasi merupakan keseluruhan subyek
penelitian.
Dilihat dari jumlahnya, Arikunto mengelompokkan populasi menjadi:
Jumlah terhingga, merupakan populasi yang terdiri dari elemen dengan
jumlah tertentu.
Jumlah tak hingga, merupakan populasi yang terdiri dari elemen yang
sukar sekali dicari batasnya.
Populasi atau universe adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa
yang ciri-cirinya akan diduga. Populasi dapat dibedakan pula antara populasi
sampling dengan populasi sasaran. Sebagai misal, apabila kita mengambil
rumah tangga sebagai sampel, sedangkan yang diteliti hanya orang rumah
tangga yang bekerja sebagai petani, maka seluruh rumah tangga dalam
wilayah penelitian disebut populasi sampling, sedangkan seluruh petani dalam
wilayah penelitian disebut populasi sasaran (Masri Singarimbun dan Sofian
Effendi, 1989: 152).
Dengan demikian, populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang
ada dalam wilayah penelitian tertentu dan mempunyai sifat, kualitas serta
50
karakteristik yang sama. Dalam penelitian ini petani yang dimaksud adalah
petani kecil yang memiliki lahan yang tidak terlalu luas. Populasi dalam
penelitian ini adalah petani di Doplang yang masih memiliki anak usia
sekolah.
2. Sampel
Dalam suatu penelitian tidak semua anggota populasi dapat diteliti. Hal
ini dikarenakan besarnya jumlah populasi dan adanya keterbatasan dalam diri
peneliti. Untuk itu perlu ditetapkan sampel untuk membatasi jumlah populasi
dan dapat mewakili populasi tersebut. Menurut Winarno Surakhmad
(1994:93), sampel adalah sebagian wakil dari populasi yang diteliti dengan
menggunakan cara-cara tertentu. Sampel diambil dari anggota populasi
dengan metode tertentu sebagai objek yang akan diteliti dalam suatu
penelitian.
Syaifuddin Azwar menyatakan bahwa sampel adalah sebagian dari
populasi. Hal ini berarti bahwa sampel harus memiliki ciri-ciri yang dimiliki
oleh populasinya. Apakah sampel merupakan representasi yang baik bagi
populasinya sangat bergantung pada sejauh mana karakteristik sampel itu
sama dengan karakteristik populasinya (2009: 79).
Untuk memperoleh sampel dalam penelitian, maka digunakan teknik
sampling agar jumlah sampel sesuai dengan jumlah populasi yang ada.
Maksudnya adalah agar peneliti mendapatkan sampel yang representatif atau
dapat mewakili populasi yang ada. Teknik pengambilan sampel ini sering
disebut dengan teknik sampling.
Menurut Y. Slamet (2008 : 45) pada prinsipnya ada dua jenis metode
sampling atau cara pengambilan sampel, yaitu:
1) Sampel probabilitas (probability sampling), yaitu probabilitas atau peluang
terpilihnya masing-masing responden diketahui. Adapun jenis dari
sampling probabilitas adalah :
a. Random Sampling
51
Didalam sampel acak setiap anggota populasi memiliki
kemungkinan yang sama untuk menjadi anggota sampel.
Kemungkinan untuk menjadi anggota sampel berlaku bagi semua
individu terlepas dari persamaan maupun perbedaan diantara
mereka yang sepanjang mereka anggota populasi.
b. Systematic Sampling
Penarikan sampel secara sistematik bisa dipakai bilamana
unit populasi terdaftar secara acak. Cara ini sangat sederhana
dalam arti kita tidak memerlukan banyak tenaga untuk memilih
anggota sampel.
Dibanding random sampling, systematic sampling
dipandang lebih akurat salah satu syarat yang harus terpenuhi agar
systematic sampling ini dapat dipandang sebagai cara praktis yang
mendekati cara pengambilan sampel dengan random harus
memenuhi asumsi bahwa kerangka sampelnya tersebar secara
random.
Keuntungan dengan systematic sampling ialah lebih
praktis, mengurangi tenaga, menghemat waktu, yang akibatnya
dapat menekan biaya. Kerugian systematic sampling ialah bila
sampling frame atau kerangka sampelnya tidak tersebar secara
acak, hasil yang diperoleh tidak akan mewakili populasinya.
c. Stratified Random Sampling
Kata strata berasal dari kata stratum yang artinya tata
jenjang. Dalam metode pengambilan sampel acak berstrata dapat
diterapkan bagi setiap pembagian golongan sampel, lepas dari
golongan itu berjenjang ataupun tidak. Yang penting kelompok-
kelompok didalam populasi atau subpopulasi itu tidak ovelap,
tumpang tindih dan masing-masing dapat di pisahkan secara
eksklusif: artinya tidak bisa terjadi satu unit. Sampel dapat
tergolong atau muncul di dalam dua kelompok berbeda.
d. Cluster Sampling
52
Pengambilan sampel secara cluster pada hakikatnya sama
dengan pengambilan sampel secara acak dengan perbedaan bahwa
setiap unit sampelnya adalah kumpulan cluster daripada unsur-
unsur.
e. Area sampling
Area sampling umumnya dipakai bila tidak mungkin dan
tidak praktis menyusun kerangka pengambilan sampel (sampling
frame) yang meliputi suatu daerah yang luas.
2) Sampling nonprobabilitas
a. Convenience Sampling
b. Quota Sampling
c. Dimensional Sampling
d. Snowball Sampling
e. Pengambilan sampling terhadap kasus-kasus ekstrim atau
menyimpang
f. Pengambilan sampel variasi maksimum
g. Pengambilan sampel homogeny
h. Penmgambilan sampel tipikal
i. Pengambilan sampel kritis
j. Pengambilan sampel berkriteria.
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 134), apabila subjeknya kurang
dari 100, lebih baik ambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10%-
15%, atau 20%- 25% atau lebih, tergantung setidaknya dari:
a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana.
b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini
banyak sedikitnya data.
c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian
yang resikonya besar, tentu saja jika sampelnya besar, hasilnya akan
lebih baik.
53
Kebanyakan peneliti beranggapan bahwa semakin banyak sampel, atau
semakin besar presentase sampel dari populasi, hasil penelitian akan semakin
baik. Anggapan ini benar, tetapi tidak selalu demikian. Hal ini tergantung dari
sifat-sifat atau ciri-ciri yang dikandung oleh subjek penelitian dalam populasi.
Selanjutnya sifat-sifat atau ciri-ciri tersebut bertalian erat dengan homogenitas
subjek dalam penelitian.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif karena
penelitian ini bermaksud menggambarkan sifat atau keadaan yang sementara
sedang berjalan dan berusaha meneliti sejauh mana hubungan antara variabel
satu dengan variabel lainnya. Penelitian ini tidak hanya berusaha
menggambarkan suatu fenomena yang sesuai dengan fakta yang ada tetapi
juga mencari hubungan diantara variabel-variabel yang diteliti dengan cara
menguji hipotesis. Adapun variabel tersebut adalah variabel bebas yang diberi
kode (X) dalam hal ini adalah tingkat pendapatan, tingkat pendidikan orang
tua serta kebutuhan keluarga, dan variabel terikat diberi kode (Y) dalam hal ini
adalah minat orang tua menyekolahkan anak.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik proporsional random sampling, dimana penarikan sampel
berdasarkan pada kriteria tertentu di wilayah yang akan digunakan dalam
penelitian, dan wilayah yang akan dijadikan tempat penelitian adalah Desa
Doplang dengan sampel para petani yang memiliki anak yang masih
bersekolah. Dan sampel yang diambil disini berjumlah 50 orang. Pengambilan
sampel secara proporsional random sampling pada hakikatnya sama dengan
pengambilan sampel secara acak dengan perbedaan bahwa setiap unit
sampelnya memiliki ciri umum yang sama yang telah disepakati dalam
penelitian.
Proses randomisasi tersebut menurut Suharsimi Arikunto (2006: 136-
137) ada tiga cara. Sebelumnya untuk mempermudah, maka dimisalkan kita
mempunyai 1000 orang dan sampelnya kita tentukan sebanyak 200 orang.
Kemudian semua sampel ini diberi nomor urut 1-200, lalu di ambil secara
random dengan menggunakan salah satu dari ketiag cara dibawah ini, yaitu:
54
a. Undian (untung-untungan)
Pada kertas-kertas kecil kita tuliskan nomor subjek, satu nomor
untuk setiap kertas. Kemudian kertas ini digulung. Dengan tanpa
prasangka, kita mengambil 200 gulungan kertas, sehingga nomor-nomor
yang tertera pada gulungan kertas yang terambil itulah yang merupakan
nomor subjek sampel penelitian kita.
b. Ordinal (tingkatan sama)
Setelah 1000 orang subjek kita beri nomor, kita membuat 5
gulungan kertas dengan nomor 1, 2, 3, 4, 5. Kita ambil satu, misalnya
setelah dibuka tertera angka 3. Oleh karena sampel kita 200 padahal
populasinya 1000 maka besarnya sampel seperlima populasi.
Demikianlah maka kita ambil nomor dengan melompat setiap 5 subjek,
mulai dari nomor 3, lalu 8, 13, 18, 23, dan seterusnya, dan kalau sudah
sampai nomor terbawah padahal belum diperoleh 200 subjek, kita
kembali keatas lagi. Nomor-nomor yang terambil itulah nomor subjek
sampel penelitian kita.
c. Menggunakan tabel bilangan random
Didalam buku-buku statistik bagian belakang, biasanya terdapat
halaman yang memuat angka-angka yang disusun secara acak. Angka-
angka tersebut dapat dicari letaknya menurut baris dan kolom. Agar
pengambilan sampel terlepas dari perasaan subjektif, maka sebaiknya
peneliti menuliskan langkah-langkah yang akan diambil, misalnya:
1) Menjatuhkan ujung pensil, menemukan nomor baris;
2) Menjatuhkan ujung pensil kedua, menemukan nomor kolom.
Pertemuan antara baris dan kolom inilah nomor subjek ke-1;
3) Bergerak dari nomor tersebut 2 langkah ke kanan, menemukan
nomor subjek ke-2;
4) Bergerak ke bawah 5 langkah menemukan nomor subjek ke-3;
5) Bergerak ke kiri 2 langkah menemukan nomor subjek ke-4.
Demikian seterusnya sampai diperoleh jumlah subjek yang
dikehendaki.
55
Perlu ditambahkan disini bahwa apabila jumlah subjeknya tidak terlalu
banyak, maka semua langkah dapat ditulis. Tetapi jika jumlah subjeknya
banyak, kita dapat mengulang langkah yang sudah kita lalui. Apabila suatu
ketika kita menemukan angka nomor subjek yang sudah terambil, maka kita
melewati langkah tersebut dan meneruskan ke langkah berikutnya.
Pengambiln nomor tentu saja tidak selalu harus satu angka. Untuk
memperoleh subjek dengan nomor lebih besar dari 9, kita gunakan 2 atau 3
angka, kekanan, ke kiri, ke bawah atau ke atas.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Suharsimi Arikunto (2006: 129) menyebutkan bahwa sumber dataadalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Data yag dikumpulkantersebut menurut Syaifuddin Azwar (2009: 36) ada dua, yaitu:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama
melalui prosedur dan tekhnik pengambilan data yang dapat berupa
interview, observasi, maupun penggunaan instrumen pengukuran
yang khusus dirancang sesuai dengan ukurannya. Dalam penelitian
ini, yang menjadi subyeknya adalah petani yang memiliki anak usia
sekolah.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber tidaklangsung yang biasanya berupa data dokumentasi dan arsip-arsipresmi. Dalam penelitian ini, peneliti mempergunakan monografisebagai data sekunder.
2. Variabel Penelitian
Istilah variabel itu sendiri pada dasarnya merupakan istilah yang tidak
pernah ketinggalan dalan setiap penelitian. F. N. Kerlinger dalam Suharsimi
Arikunto (2006: 116) menyebut variabel sebagai sebuah konsep seperti
halnya laki-laki dalam konsep jenis kelamin, insaf dalam konsep kesadaran.
Sutrisno Hadi, juga dalam Suharsimi Arikunto (2006: 116) mendefinisikan
variabel sebagai gejala yang bervariasi misalnya jenis kelamin, karena jenis
56
kelamin mempunyai variasi: laki-laki-perempuan; berat badan, karena ada
berat badan 40 kg, dan sebagainya. Gejala adalah objek penelitian, sehingga
variabel adalah objek penelitian yang bervariasi.
Didalam penelitian ini, peneliti akan meneliti empat variabel yang
terdiri atas tiga variabel bebas dan satu variabel terikat.
a. Variabel bebas : Tingkat Pendapatan ( 1X )
Tingkat Pendidikan Orang Tua ( 2X )
Kebutuhan Keluarga (X3)
b. Variabel terikat : Minat Orang Tua Menyekolahkan Anak (Y)
3. Penyusunan Instrumen
Teknik penyusunan instrumen untuk memperoleh data didalam
penelitian Hubungan antara Tingkat Pendapatan, Pendidikan Orang Tua dan
Kebutuhan Keluarga Petani dengan Minat Menyekolahkan Anak di Doplang
Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 dilakukan
dengan :
a. Metode observasi
Pengamatan adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.
Yehoda dan kawan-kawan menjelaskan, pengamatan akan menjadi alat
pengumpul data yang baik apabila:
Mengabdi pada tujuan penelitian
Direncanakan secara sistematik
Dicatat dan dihubungkan dengan proposisi yang umum
Dapat dicek dan dikontrol validitas, reliabilitas dan ketelitiannya
(Cholid Narbuko dan Abu achmadi, 2005:70)
Dilain pihak Good mengemukakan ciri-ciri pengamatan dalam
penelitian sebagai berikut:
Mempunyai arah yang khusus
Sistematik
57
Bersifat kuantitatif
Diikuti pencatatan segera (waktu observasi berlangsung)
Menuntut keahlian
Hasilnya dapat dicek dan dibuktikan
(Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 2005: 70,71)
Didalam penelitian jenis teknik observasi yang lazim digunakan
untuk alat pengumpul data ialah:
a) Observasi partisipan
Observasi ini sering digunakan dalam penelitian eksploratif.
Yang dimaksud dengan observasi partisipan adalah apabila
observer turut ambil bagian atau berada dalam keadaan obyek yang
diobservasi.
b) Observasi sistematik
Ciri pokok observasi sistematik adalah adanya kerangka yang
memuat faktor-faktor yang telah diatur kategorinya, karenanya
sering disebut observasi berkerangka atau observasi berstruktur.
c) Observasi eksperimental
Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan
dimana ada observer mengadakan pengendalian unsur-unsur
penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi ini dapat
diatur sesuai dengan tujuan penelitian dan dapat dikendalikan
untuk menhindari atau mengurangi timbulnya faktor-faktor yang
secara tak diharapkan mempengaruhi situasi itu.
(Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 2005: 72,73)
Metode observasi ini memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan, kekurangan dari metode observasi antara lain:
Banyak kejadian-kejadian yang tidak dapat dicapai dengan observasi
langsung, misalnya kehidupan pribadi seseorang yang sangat rahasia.
Bila observee tahu bahwa ia sedang diteliti, maka mereka akan
menunjukkan sikap atau sengaja menimbulkan kesan yang lebih baik
ataupun lebih jelek terhadap observer.
58
Setiap kejadian tidak terus dapat diramalkan sebelumnya, sehingga
menyulitkan observer.
Sering kali tugas observasi terganggu karena adanya peristiwa-
peristiwa yang tidak diduga-duga terlebih dahulu.
Observer sering kali mengalami kesulitan didalam mengumpulkan
bahan-bahan yang diperlukan, karena kejadian-kejadian itu ada
kalanya berlangsung bertahun-tahun tetapi ada kalanya sangat
pendek waktu berlangsung kejadian tersebut.
Sementara kelebihan observasi antara lain:
Observasi merupakan alat yang langsung untuk meneliti bermacam-
macam gejala.
Bagi seseorang yang selalu sibuk, lebih tidak berkeberatan untuk
diamat-amati, daripada mengisi jawaban-jawaban dalam kuesioner.
Dapat mencatat secara serempak dengan terjadinya sesuatu gejala.
(Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 2005: 75,76)
b. Dokumentasi
Tidak kalah pentingnya dari metode-metode lainnya, yaitu metode
dokumentasi. Metode dokumentasi menurut Suharsimi Arikunto (2006:
231), adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
legger, agenda dan sebagainya. Dokumentasi sendiri berasal dari kata
dokumen yang berarti barang-barang tertulis.
Sedangkan menurut Tentrem Widodo (2002; 54), teknik
dokumentasi merupakan cara mengumpulkan data responden atau populasi
penelitian dengan mengambil data tertulis (dokumen) yang telah tersimpan
secara baik. Misalnya data usia, pekerjaan, tempat tinggal, status
kekeluargaan. Pada umunya dokumentasi digunakan untuk memperoleh
informasi karakteristik populasi penelitian. Keabsahan data terletak pada
sumber data dokumentasi.
Dibandingkan dengan metode lainnya, metode dokumentasi agak
tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih
59
tetap, belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan
benda hidup tetapi benda mati. Dalam menggunakan metode dokumentasi
ini peneliti memegang check-list untuk mencatat variabel yang sudah
ditentukan. Apabila terdapat / muncul variabel yang dicari, maka peneliti
tinggal membubuhkan tanda check atau tally ditempat yang sesuai. Untuk
mencatat hal-hal yang bersifat bebas atau belum ditentukan dalam daftar
peneliti dapat menggunakan kalimat bebas. Metode dokumentasi ini
peneliti gunakan untuk memperoleh data berkaitan dengan data penduduk
dan pekerjaan mereka.
c. Metode kuesioner
Kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan
mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Untuk
memperoleh data, angket disebarkan kepada responden (orang yang
menjawab, jadi yang diselidiki), terutama pada penelitian survai.
Tujuan dilakukan angket atau kuesioner adalah:
Memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian
Memperoleh informasi mengenai suatu masalah secara serentak
(Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 2005: 76,77)
Macam-macam angket antara lain:
1. Menurut prosedurnya
a) Angket langsung, yaitu angket yang dikirimkan kepada dan
dijawab oleh responden
b) Angket tidak langsung, yaitu angket yang dikirim kepada
seseorang untuk mencari informasi atau keterangan tentang orang lain.
2. Menurut jenis penyusunan itemnya dapat dibedakan:
a) Angket tipe isian, yaitu angket yang harus dijawab oleh responden
dengan mengisi format titik pada tiap pertanyaan, angket tipe isian
menurut bentuknya dapat dibedakan menjadi:
Angket terbuka, apabila responnya tentang masalah yang
dipertanyakan
60
Angket tertutup, angket yang diwajibkan oleh responden secara
oleh faktor-faktor tertentu misalnya faktor subyektivitas seseorang.
b) Angket tipe pilihan
Angket yang harus dijawab oleh responden dengan cara tinggal
memilih salah satu jawaban yang sudah tersedia. Jumlah alternatif
minimal 2 dan maksimal 5 dengan maksud supaya tidak menjemukan
responden.
(Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 2005: 77)
Dalam Penyusunan angket, hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Persiapan
Sebelum materi yang berupa item-item disusun atau
dirumuskan, terlebih dahulu harus disusun kerangka materi atau
blue print yang berisi tentang faktor-faktor atau aspek-aspek yang
akan diteliti serta sejumlah item yang dibutuhkan.
2. Penyusunan materi
Materi angket yang berupa item-item pertanyaan harus
dirumuskan dengan memperhatikan hal-hal tersebut:
Isi pertanyaan
Biasanya isi pertanyaan termuat dalam petunjuk angket yang
sekaligus menjelaskan tentang maksud atau tujuan, cara
menjawab dan contoh.
Perumusan pertanyaan
Pertanyaan dalam angket harus dirumuskan dalam kalimat yang
sederhana, tidak ada kata-kata rangkap arti, tidak subyektif,
tidak emosional, dan sebagainya.
Susunan pertanyaan
Susunan pertanyaan harus disusun sedemikian rupa sehingga
merangsang responden untuk menjawab seluruh angket dengan
sejujur-jujurnya, bukan karena terpaksa, tertekan, takut.
Bentuk pertanyaan
61
Perlu diperhatikan apakah penelitian mau menggunakan isian
atau pilihan atau campuran, dimaksud untuk memudahkan
responden menjawab, supaya data yang akan terkumpul benar-
benar data yang kualified.
Penyebaran angket
Penyebaran angket disusun lengkap, tahap penggunaan
kuesioner tersebut yaitu menyebarkannya kepada calon
responden yang menjadi obyek penelitian.
(Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 2005: 78,79)
Dalam penyusunan petunjuk-petunjuk untuk menjawab pertanyaan
perlu diperhatikan petunjuk-petunjuk dibawah ini:
Petunjuk harus singkat, lengkap, jelas tetapi tepat.
Petunjuk harus jelas, hindarkan kata-kata asing, sulit, bahkan kabur.
Kalau ada yang perlu ditonjolkan, tonjolkan dengan huruf besar atau
digaris bawahi atau pun dengan tanda petik ”....”
Tiap-tiap jawaban yang berbeda dengan jawaban berikutnya, hendaklah
diberi petunjuk baru lagi.
Bila perlu menggunakan contoh, berilah satu atau dua contoh tentang
bagaimana cara menjawabnya, asal jangan sampai menimbulkan
semacam saran atau sugesti pada responden.
(Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 2005: 81)
Teknik pengumpulan data dengan metode angket memiliki kelebihan
dan kelemahan. Sumadi Suryabrata (2002:75), mengemukakan ada
beberapa kelebihan angket, diantaranya sebagai berikut:
a) Biaya relatif murah, karena dengan menggunakan angket lebih
memungkinkan dijangkaunya sampel daerah dan responden dalam
jumlah besar.
b) Waktu dalam memperoleh data relatif singkat, dalam waktu singkat
dapat diperoleh banyak data. Pengumpulan data dapat berlangsung
serempak tanpa begitu tergantung pada besarnya jumlah petugas
pengumpulan data.
62
c) Untuk para pelaksana tidak dibutuhkan keahilan mengenai lapangan
yang sedang diselidiki.
d) Pengumpulan data dapat dilaksanakan sekaligus terhadap subyek yang
jumlahnya besar.
Selain memiliki kelebihan-kelebihan seperti yang disebutkan diatas,
angket juga memiliki beberapa kelemahan. Sutrisno Hadi (1994:187)
mengemukakan bahwa kelemahan angket sebagai alat pengumpul data di
antaranya adalah:
a) Unsur-unsur yang tidak disadari tidak dapat diungkap. Penggunaan
angket hanya bagi sampel responden yang tergolong mampu membaca
dan menulis. Untuk sampel responden yang tergolong buta huruf,
praktis tidak dapat menggunakan teknik angket.
b) Besar kemungkinanan jawaban-jawaban dipengaruhi oleh keinginan-
keinginan pribadi.
c) Ada hal-hal yang dirasa tidak perlu dinyatakan, misalnya hal-hal yang
memalukan atau yang dipandang tidak penting untuk dikemukakan.
d) Kesukaran merumuskan keadaan diri sendiri kedalam bahasa. Ada
kecenderungan untuk mengkonstruksi secara logik unsur-unsur yang
dirasa kurang berhubungan secara logik.
D. Rancangan Penelitian
Penelitian tentang “Hubungan antara Tingkat Pendapatan, Pendidikan
Orang Tua dan Kebutuhan Keluarga Petani dengan Minat Menyekolahkan
Anak di Doplang Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar Tahun
2010” ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif
sendiri menurut Purwanto, merupakan sebuah paradigma dalam penelitian
yang memandang kebenaran sebagai sesuatu yang tunggal, objektif, universal,
dan dapat diverifikasi.
Adapun metode penelitian kuantitatif yang dipilih oleh peneliti adalah
metode penelitian deskriptif korelasi, yaitu penelitian yang bertujuan untuk
menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, berapa eratnya hubungan
63
serta berarti atau tidaknya hubugan tersebut (Suharsimi Arikunto, 1998; 251).
Penelitian korelasi ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah
pengaruh atau hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
Penelitian jenis korelasi digunakan untuk menemukan kemungkinan
ada-tidaknya hubungan antar dua atau lebih variabel bebas dengan variabel
bergantung (Tentrem Widodo, 2008 : 41). Variabel-variabel itu terjadi secara
bersamaan dan bersifat konstruk. Apapun variabel konstruk bisa dicari
hubungannya dalam penelitian sepanjang didukung teori. Berdasarkan arah
hubungan dibedakan menjadi hubungan positif dan negatif. Berdasarkan
banyaknya variabel dibedakan menjadi hubungan tunggal, hubungan ganda,
hubungan multi, hubungan siklus, dan hubungan rumit (path correlation).
Kaitannya dengan penelitian ini, banyaknya variabel menunjukkan hubungan
ganda.
1. Validitas Instrumen
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya
(Saifudin Anwar, 1997; 5). Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2006:
168), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan
atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat
dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut
menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang sesuai
dengan maksud yang dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang
menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan
sebagai tes yang memiliki validitas rendah.
Dalam penelitian ini, jenis validitas yang digunakan adalah validitas
konstruk (construct validity). Menurut Tentrem Widodo (2008: 77) validitas
konstruk dibatasi ketepatan item instrumen pengukuran dengan bangunan
variabel (batasan variabel) yang bersifat abstrak. Sejauh mana item-item ini
mengukur indikator-indikator yang dihipotesiskan dalam batasan variabel
64
yang diukur. Bukti empiris validitas konstruk ditunjukkan dengan koefisien
korelasi antara skor per item (X) dengan skor total (Y).
Untuk menguji uji validitas angket digunakan rumus korelasi product
moment sebagai berikut:
r xy
2222 )()(
))((
YYNXXN
YXXYN
Keterangan:
r xy = Koefisien antara variabel X dan variable Y
X = Skor subjek pada item tertentu
Y = Skor total subjek
N = Jumlah subjek
Jika r xy hitung r xy tabel maka instrumen dikatakan valid
Jika r xy hitung r xy tabel maka instrumen dikatakan tidak valid
Menurut Sifuddin Azwar (1997: 10), validitas pada umumnya
dinyatakan secara empirik oleh suatu koefisien, yaitu koefisien validitas.
Validitas dinyatakan oleh korelasi antara distribusi skor tes yang
bersangkutan dengan distribusi skor suatu kriteria yang relevan. Kriteria
ini dapat berupa skor tes lain yang mempunyai fungsi ukur yang sama
dengan tes yang bersangkutan dan dapat pula berupa ukuran-ukuran lain
yang relevan, misalnya performansi pada suatu pekerjaan, hasil rating oleh
pihak ketiga dan semacamnya.
Saifuddin Azwar (1997: 10) menyatakan apabila skor pada tes diberi
lambang X dan skor pada kriterianya mempunyai lambang Y, maka
koefisien korelasi antara tes dan kriteria itu adalah xyr . Simbol xyr inilah
yang digunakan untuk menyatakan tinggi rendahnya validitas suatu alat
ukur. Koefisien validitas hanya mempunyai makna jika mempunyai harga
65
yang positif. Walaupun semakin tinggi mendekati angka 1,0 berarti suatu
tes semakin valid hasil ukurnya, namun dalam kenyataannya suatu
koefisien validitas tidak akan pernah mencapai angka maksimal atau
medekati angka 1,0.
2. Reliabilitas Instrumen
Menurut Saifudin Azwar (1997: 4), reliabilitas merupakan
penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan
ability. Meskipun realiabilitas mempunyai berbagai nama lain seperti
keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi, dan
sebagainya, namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas
adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.
Reliabilitas dibatasi seberapa keajegan atau kekonstanan hasil
pengukuran suatu variabel. Bedanya, validitas yang diuji adalah item
instrumennya, sedang reliabilitas yang diuji hasil pengukurannya. Adapun
uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
reliabilitas konsistensi internal. Reliabilitas konsistensi internal merupakan
keajegan hasil pengukuran statu variabel antara kelompok item tertentu
dengan kelompok item lainya dalam satu perangkat pengukuran yang
diberikan dalam satu kali pengukuran (Tentrem Widodo, 2008; 78).
Untuk melakukan uji reliabilitas digunakan rumus alpha (Suharsimi
Arikunto, 2006: 196), sebagai berikut:
r 11 =
2
2
11 t
b
kk
Keterangan:
11r = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
2b = Jumlah varians butir
2t = Varians total
66
Jika r hitung r tabel maka instrumen dikatakan reliabel
Jika r hitung r tabel maka instrumen dikatakan tidak reliabel
Menurut Saifuddin Azwar (1997: 8) secara empirik, tinggi rendahnya
reliabilitas ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien
reliabilitas. Pada awalnya, tinggi rendahnya reliabilitas tes dicerminkan
oleh koefisien korelasi antara skor pada dua tes yang pararel, yang
dikenakan pada sekelompok individu yang sama. Semakin tinggi koefisien
korelasi termaksud berarti konsistensi antara hasil pengenaan dua tes
tersebut semakin baik dan hasil ukur kedua tes itu dikatakan semakin
reliabel. Sebaliknya, apabila dua tes yang dianggap pararel ternyata
menghasilkan skor yang satu sama lain berkorelasi rendah maka dapat
dikatakan bahwa reliabilitas hasil ukur tes tersebut tidak tinggi.
Saifuddin Azwar (1997: 9) juga menyebutkan walaupun secara
teoritik besarnya koefisien reliabilitas berkisar mulai dari 0,0 sampai
dengan 1,0 tetapi pada kenyataannya koefisien sebesar 1,0 dan sekecil 0,0
tidak pernah dijumpai. Disamping itu, walaupun koefisien korelasi dapat
saja bertanda negatif (-), koefisien reliabilitas selalu mengacu pada angka
positif (+) dikarenakan angka yang negatif tidak ada artinya bagi
interpretasi reliabilitas yang diukur. Koefisien reliabilitas 2xxr = 1,0
berarti adanya konsistensi yang sempurna pada hasil ukur yang
bersangkutan. Konsistensi yang sempurna seperti itu tidak dapat terjadi
dalam pengukuran aspek-aspek psikologis dan sosial yang menggunakan
manusia sebagai subjeknya dikarenakan terdapatnya berbagai sunber error
dalam diri manusia dan dalam pelaksanaan pengukuran yang sangat
mudah mempengaruhi kecermatan hasil pengukuran.
E. Teknik Analisis Data
67
Untuk mengukur uji hipotesis kaidah yang digunakan dapat dilakukan
dengan kaidah konvensional atau kaidah komputer. Kaidah tersebut dapat
dijabarkan seperti berikut :
Kaidah konvensional :
p ≤ 0,010 sangat signifikan
p ≤ 0,050 signifikan
p > 0,050 nirsignifikan
Kaidah komputer :
p < 0,01 sangat signifikan
p < 0,05 signifikan
p < 0,15 cukup signifikan
p < 0,30 kurang signifikan
p > 0,30 nirsignifikan
Setelah data terkumpul dengan lengkap dan benar, langkah selanjutnya
menganalisis data dengan cara menyederhanakan data ke dalam bentuk yang
lebih mudah untuk dibaca agar dapat menjawab hipotesis penelitian yang
diajukan oleh peneliti. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analisis regresi ganda. Teknik analisis regresi ganda adalah
analisis tentang hubungan antara satu dependent variable dengan dua atau
lebih independent variable (Suharsimi Arikunto, 2006: 296).
Adapun langkah-langkah analisis yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Menyusun Tabulasi data
Menyusun tabulasi data maksudnya adalah data-data yang telah
diperoleh kemudian disusun kedalam tabel-tabel untuk memudahkan
dalam proses penghitungan. Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 236),
yang termasuk dalam kegiatan tabulasi ini adalah:
a) Memberikan skor (scoring) terhadap item-item yang perlu diberi
skor. Misalnya tes, angket bentuk pilihan ganda rating scale dan
sebagainya.
68
b) Memberikan kode-kode terhadap item-item yang tidak diberi skor.
Contoh:
1) Jenis kelamin : laki-laki diberi kode 1
Perempuan diberi kode 0
2) Tingkat pendidikan : Sekolah Dasar diberi kode 1
Sekolah Menengah Pertama diberi kode 2
Sekolah Menengah Atas diberi kode 3
Perguruan Tinggi diberi kode 4
3) Banyaknya penataran yang pernah diikuti dikelompokkan dan
diberi kode atas :
Mengikuti lebih dari 10 kali diberi kode 3
Mengikuti antara 1 s/d 9 kali diberi kode 2
Tidak pernah mengikuti diberi kode 1
c) Mengubah jenis data, disesuaikan atau dimodifikasikan dengan
teknik analisis yang akan digunakan.
d) Memberikan kode dalam hubungan dengan pengolahan data jika
akan menggunakan komputer. Dalam hal ini pengolah data
memberikan kode pada semua variabel, lalu mencoba menentukan
tempatnya didalam coding sheet (coding form), dalam kolom berapa
baris ke berapa. Apabila akan dilanjutkan, sampai kepada petunjuk
penempatan setiap variabel pada kartu kolom (punc card).
2. Uji Asumsi Klasik
a) Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data
yang didapat berdistribusi normal. Untuk menguji normalitas data
digunakan uji Chi Kuadrat (Chi-Square) dalam Sukardi (2002 : 54-
55), yaitu sebagai berikut :
X 2 = fh
fhfo 2)(
Keterangan :
69
X 2 = koefisien chi kuadrat
Fo = jumlah frekuensi yang telah diperoleh
Fh = jumlah frekuensi yang diharapkan
jumlah
gorijumlahkatenganjumlahgolofh
b) Uji Signifikansi
Untuk uji signifikansi menggunakan rumus sebagai berikut :
F = )1()1( 2
2
knRkR
Keterangan :
F = harga F garis regresi
N= jumlah sampel
K= jumlah variabel bebas
R= Koefisien korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat.
(Sudjana, 2001:108)
c) Uji Linieritas
Uji linieritas digunakan untuk mengetahui hubungan yang
linier antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat
yaitu antara X1 dengan Y dan antara X2 dengan Y. Uji linieritas
dilakukan dengan mengunakan rumus dari Sudjana (2002: 332)
sebagai berikut :
1. JK (G) = 1X
N
YY
2
2
2. JK (TC) = JK (S) – JK (G)
3. Dk(G) = N – K
4. Dk (TC) = k – 2
5. RJK (TC) = )()(
T Cd fT CJ K
70
6. RJK (G) = )()(
Gd fGJ K
7. F hitung = )()(
GR JKT CR JK
Keterangan :
JK (G) = Jumlah Kuadrat Galat
JK (TC) = Jumlah Kuadrat Tuna Cocok
Dk (G) = Derajat Kebebasan Galat
Dk (TC) = Derajat Kebebasan Tuna Cocok
RJK (G) = Kuadrat Tengah Galad
RJK (TC) = Kuadrat Tengah Tuna Cocok
Atau dapat menggunakan rumus lain dari Ronald E. Walpole (1995; 342) :
2
11
1 11
2
n
ii
n
ii
n
i
n
ii
n
iiii
xxn
yxyxnb
xbya
persamaan garis regresinya menjadi :
bxay ˆ
d) Uji Independensi
Uji independensi digunakan untuk mengetahui hubungan antara
variabel bebas X1 dan X2.
222
121
212121
YYNXXN
XXXXNxrx
Keterangan :
71
rx1x2 = koefisien korelasi X1 dan X2
X1 = variabel pertama
X2 = variabel kedua
N = menyatakan jumlah data observas
(Suharsimi Arikunto, 2002:124)
e) Uji Hipotesis
Mencari korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat1) Menghitung korelasi sederhana antara variabel bebas dengan
variabel terikat digunakan rumus :
NY
YNX
X
NYX
YXr yx
22
212
1
11
1
2) Menghitung korelasi sederhana antara variabel bebas dengan variabel
terikat, digunakan rumus:
NY
YNX
X
NYX
YXr yx
22
222
2
22
2
3) Menentukan koefisien korelasi antara variabel bebas dengan variabel
terikat, yaitu dengan rumus :
2
22112,1y
yxayxaRY
Keterangan :
ry(1,2) = Koefisien korelasi antara Y dengan X 1 dan X2
a1 = Koefisien prediktor X 1
72
a2 = Koefisien prediktor X 2
X1Y = Jumlah produk antara X1 dan Y
X2Y = Jumlah produk antara X2 dan Y
Y2 = Jumlah kuadrat kriterium Y (dalam Sukardi, 2002 : 65)
b. Sumbangan Relatif
Mencari sumbangan relatif variabel bebas dengan variabel terikat
digunakan rumus:
Untuk 1X terhadap Y :
%100
%100
2211
11
11
1
1
YXaYXaYXa
SR
regJKYXa
SR
X
X
untuk 2X terhadap Y :
%100
%100
2211
22
22
2
2
YXaYXaYXa
SR
regJKYXa
SR
X
X
(Sukardi, 2002; 66-67)
c. Sumbangan Efektif
Untuk mencari sumbangan ini, dihitung dulu efektivitas garis regresi,
yaitu :
222211
22112
22112
2
1 YRYXaYXaYXaYXa
R
resJKregJKYXaYXa
R
TOTJKregJKR
1) mencari sumbangan efektif 1X terhadap Y, yaitu :
SE% X 1 = SR% X 21 xR
73
2) mencari sumbangan efektif 2X terhadap Y, yaitu :
SE% X 222 % xRXSR
Keterangan :
SR : Sumbangan Relatif masing-masing prediktor.
SE : Sumbangan Efektif masing-masing prediktor.
R² : Koefisien antara X1 dan X2.
Dimana R 2 =ss SE adalah efektifitas garis regresi
(Sukardi, 2002; 66-67)
74
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Keadaan Geografis
Desa Doplang merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan
Karangpandan, Kabupaten Karanganyar. Desa Doplang berjarak ±0,5 Km
dari Kecamatan Karangpandan, ±15 Km dari Kabupaten Karanganyar, ±128
Km dari ibu kota Propinsi Jawa Tengah.
Letak Desa Doplang dibatasi oleh desa-desa yang ada disekitarnya.
Adapun batas-batas Desa Doplang adalah sebagai berikut :
a. Sebelah utara dibatasi oleh Desa Karangpandan
b. Sebelah selatan dibatasi oleh desa Pablengan
c. Sebelah barat dibatasi oleh Desa Ngemplak
d. Sebelah timur dibatasi oleh desa Gerdu
Luas daerah Doplang adalah 2.842.465 Ha dan ketinggian tanahnya
adalah 550 M dari permukaan laut. Secara administratif Desa Doplang
terbagi dalam 5 dusun atau pedukuhan yang terdiri dari 11 RW dan 23 RT.
Masyarakat Desa Doplang memiliki sumber penghidupan yang
penting terhadap perkembangan sosial ekonomi yaitu hasil pertanian,
peternakan dan lain sebagainya. Luas desa sebagian besar digunakan untuk
tanah sawah dan kebun yang biasanya ditanami padi, jagung, ketela pohon,
palawija dan lain sebagainya. Hal ini tidak terlepas dari kondisi geografis
desa yang merupakan dataran tinggi.
Secara terperinci pembagian lahan Desa Doplang menurut jenis dan
luas tanahnya dapat dilihat dalam tabel.
Tabel 2. Jenis tanah di Desa Doplang
No. Jenis tanah Luas tanah (dalam Ha)
1.
2.
Status tanah
Tanah milik bersertifikat
Tanah sawah :
1760
75
3.
4.
a. Sawah irigasi teknis
b. Sawah irigasi setengah teknis
c. Sawah irigasi sederhana
Tanah kering :
a. Pekarangan/bangunan
b. Tegal/kebun
Tanah keperluan fasilitas umum dan sosial
a. Lapangan olah raga
b. Pemakaman
c. Masjid/mushola
d. Gereja
e. Sarana pendidikan
f. Sarana kesehatan
406.500
435.600
287.100
1.007.545
603.720
0,3600
60.000
0,2000
0,0200
0,7655
0,5200
Sumber : Monografi Desa Doplang Tahun 2009
2. Keadaan Demografi
a. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin
Jumlah penduduk Desa Doplang berdasar data monografi tahun
2009 seluruhnya berjumlah 3.271 jiwa yang terdiri dari 1.623 penduduk
laki-laki dan 1.648 penduduk perempuan.
b. Jumlah penduduk berdasarkan usia
Jumlah penduduk Desa Doplang berdasarkan usia pada tahun
2009 adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Komposisi penduduk menurut kelompok usia di Desa Doplang
No. Umur Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
0-4 tahun
5-9 tahun
10-14 tahun
15-19 tahun
20-24 tahun
274
276
255
280
339
76
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
25-29 tahun
30-34 tahun
35-39 tahun
40-44 tahun
45-49 tahun
50-54 tahun
55-59 tahun
60 tahun keatas
364
306
277
246
232
104
103
102
Jumlah 3271
Sumber : Monografi Desa Doplang Tahun 2009
Pada tahun 2009, dari seluruh jumlah penduduk menurut
kelompok usia tersebut tercatat bahwa jumlah yang paling banyak
adalah usia 25-29 tahun dengan jumlah 364 orang. Sedangkan jumlah
penduduk paling sedikit adalah penduduk pada kelompok diatas usia 60
tahun yaitu sebanyak 102 orang.
c. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan
Pendidikan merupakan sarana penting untuk mencerdaskan
bangsa, disadari ataupun tidak setiap manusia memerlukan pendidikan.
Di Desa Doplang telah dibangun gedung sekolah mulai dari TK sampai
dengan SLTA. Tingkat pendidikan sendiri akan mencerminkan
bagaimana kualitas hidup masyarakat itu sendiri. Makin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, pada umumnya kualitas sumber daya
manusianya lebih baik jika dibandingkan dengan seseorang yang
pendidikannya rendah. Dengan diketahuinya komposisi penduduk
menurut tingkat pendidikan, maka dapat diperoleh gambaran mengenai
jenjang pendidikan mayoritas yang dapat dijangkau oleh penduduk
suatu daerah.
Tabel 4. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan
No. Pendidikan Jumlah
1. TK 92
77
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Belum tamat SD
Lulusan pendidikan khusus
SD / MI / sederajat
SMP / MTS / Sederajat
SMA / SMK / MA / sederajat
Akademi / D1-D4
Sarjana / S1
386
20
867
526
217
26
29
Sumber : Monografi Desa Doplang Tahun 2009
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk Desa
Doplang berpendidikan SD yaitu sebanyak 867 orang. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan di Desa Doplang masih
rendah.
d. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian
Mata pencaharian merupakan sumber penghasilan bagi
kehidupan manusia untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, mereka harus melakukan pekerjaan
sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Mata pencaharian penduduk Desa Doplang ada beberapa sektor,
baik sektor pemerintahan maupun sektor swasta. Untuk lebih jelas jenis
mata pencaharian penduduk dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 5. Jenis mata pencaharian penduduk di Desa Doplang
No. Mata pencaharian Jumlah (orang)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pegawai negeri sipil (PNS)
TNI / POLRI
Swata
Wiraswasta / pedagang
Tani
Pertukangan
Buruh tani
Pensiunan
43
5
246
440
504
749
824
38
78
9.
10.
11.
Angkutan
Jasa
Lainnya
27
43
5
Sumber : Monografi Desa Doplang Tahun 2009
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mata pencaharian terbesar
penduduk Desa Doplang adalah buruh tani sebesar 824 orang,
sementara urutan kedua ditempati oleh penduduk dengan mata
pencaharian di bidang pertukangan dengan jumlah 749 orang, dan
urutan ketiga ditempati oleh penduduk dengan mata pencaharian
sebagai petani dengan jumlah 504 orang.
3. Potensi Desa Doplang
Potensi desa merupakan kemampuan yang mungkin diaktifkan
dalam pembangunan baik itu potensi alam, manusia serta hasil kerja
manusia itu sendiri. Adapun potensi alam Desa Doplang sebagai berikut :
a. Sarana keamanan desa
Rasa aman sangat diperlukan oleh setiap orang, oleh karena itu
untuk menjaga keamanan desa sendiri terdapat fasilitas yang bisa
dimanfaatkan oleh masyarakat. Untuk lebih lanjut mengenai sarana
keamanan desa dapat dilihat dalam tabel.
Tabel 6. Sarana keamanan Desa Doplang
No. Sarana keamanan Jumlah
1.
2.
3.
LINMAS
Pos kamling
Peronda
28 orang
17 buah
85 orang
Sumber : Monografi Desa Doplang Tahun 2009
b. Sarana dan prasarana pendidikan
Pendidikan merupakan cara untuk meningkatkan kualitas
manusia dan meningkatkan sumber daya manusia. Bagi bangsa yang
sedang berkembang seperti bangsa kita, pendidikan merupakan upaya
untuk meningkatkan kualitas atau mutu bangsa kita dari bangsa lain
79
yang lebih maju. Adapun sarana pendidikan yang bisa dijumpai di
Desa Doplang adalah :
Tabel 7. Sarana pendidikan Desa Doplang
No. Sarana pendidikan Negeri Swasta
1.
2.
3.
4.
TK
SD/MI
SLTP/MTs
SLTA
-
-
1
-
1
2
1
1
Sumber : Monografi Desa Doplang Tahun 2009
c. Sarana peribadatan
Masyarakat Desa Doplang sebagian besar memeluk agama
Islam dengan jumlah 3218 orang dari keseluruhan jumlah penduduk.
Sisanya memeluk agama Kristen sebanyak 30 orang, 21 orang
beragama Katholik dan 2 orang beragama Hindu.
Tabel 8. Jumlah sarana ibadah di Desa Doplang
No. Jenis prasarana Jumlah
1.
2.
3.
Masjid
Mushola
Gereja
8
1
1
Sumber : Monografi Desa Doplang Tahun 2009
d. Sarana kesehatan
Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga, karena
tanpa jiwa dan raga yang kuat manusia tidak mungkin bisa melakukan
aktifitasnya seperti biasa.
Dimanapun berada masyarakat akan selalu memerlukan
fasilitas kesehatan, untuk lebih jelas bisa dilihat dalam tabel.
Tabel 9. Sarana kesehatan
No. Jenis prasarana Jumlah
1.
2.
Puskesmas
Puskesmas pembantu
1
1
80
3.
4.
Posyandu
Rumah bersalin
5
1
Sumber : Monografi Desa Doplang Tahun 2009
B. Deskripsi Data Penelitian
Didalam deskripsi data ini akan dikemukakan hasil pengumpulan
data tiap-tiap varibel yang diteliti secara deskriptif. Dalam pembahasan yang
terkait dengan masalah yang dikaji dalam penelitian yang berjudul
“Hubungan antara Tingkat Pendapatan, Pendidikan Orang Tua dan
Kebutuhan Keluarga Petani dengan Minat Menyekolahkan Anak di Doplang
Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar Tahun 2010” ini,
dibutuhkan empat macam data yaitu:
1. Data tingkat pendapatan, sebagai variabel bebas pertama 1
2. Data tingkat pendidikan orang tua, sebagai variabel bebas kedua 2
3. Data tingkat kebutuhan keluarga petani, sebagai variabel bebas ketiga
3
4. Data minat menyekolahkan anak sebagai variable terikat Data tersebut diperoleh melalui teknik pengumpulan data dengan
menggunakan instrumen penelitian berupa angket dan melalui teknik
dokumentasi dengan mempergunakan monografi desa.
1. Tingkat Pendapatan ( 1 )
Data dari variabel tingkat pendapatan diperoleh dari skor hasil
pengisian angket tentang tingkat pendapatan. Data yang diperoleh
menunjukkan bahwa skor angket yang tertinggi adalah 40 dan nilai terendah
adalah 12 sedangkan nilai rata-ratanya (mean) adalah 25,58. Data tersebut
dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif sebagaimana yang
terdapat dalam lampiran halaman 148. Berdasarkan lampiran data tersebut
diperoleh deskripsi data dari variabel tingkat pendapatan yang dapat
disajikan dalam tabel berikut ini:
81
Variabel Max Min Mean Median Modus SB SR
Tingkat
Pendapatan
40 12 25,58 25,68 26,50 5,87 4,43
Tabel 10. Deskripsi Data Variabel 1
Distribusi frekuensi dari data variabel tingkat pendapatan dapat dilihat
pada tabel berikut:
Variat f Fx Fx 2 f % Fk % - naik
35,5 - 41,5 3 114,00 4.338,00 6,00 100,00
29,5 – 35,5 8 248,00 7.694,00 16,00 94,00
23,5 – 29, 5 22 593,00 16.043,00 44,00 78,00
17,5 – 23,5 12 247,00 5.125,00 24,00 34,00
11,5 – 17,5 5 77,00 1.203,00 10,00 10,00
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Variabel 1
Dari tabel distribusi frekuensi variabel 1 di atas dapat diketahui
bahwa skor angket yang memiliki frekuensi tertinggi adalah skor antara
23,5-29,5; sedangkan skor angket yang memiliki skor terendah adalah skor
antara 35,5-41,5. Distribusi variabel 1 dapat digambarkan dalam bentuk
grafik sebagai berikut:
Gambar 1. Grafik Histogram Variabel 1
82
Dari gambar grafik histogram diatas, dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar responden mempunyai skor tingkat pendapatan pada kisaran
23,5-29,5. Skor ini termasuk dalam kategori sedang. Hanya sebagian kecil
saja orang tua yang memiliki penghasilan yang tinggi dan rendah.
2. Tingkat Pendidikan Orang Tua ( 2 )
Data dari variabel tingkat pendidikan orang tua diperoleh dari skor
hasil pengisian angket tentang tingkat pendidikan orang tua. Data yang
diperoleh menunjukkan bahwa skor angket yang tertinggi adalah 6,00 dan
nilai terendah adalah 2,00, sedangkan nilai rata-ratnya (mean) adalah 3,02.
Data tersebut dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif
sebagaimana yang terdapat dalam lampiran halaman 149. Berdasarkan
lampiran data tersebut diperoleh deskripsi data dari variabel tingkat
pendidikan orang tua yang dapat disajikan dalam tabel berikut ini:
Variabel Max Min Mean Median Modus SB SR
Tingkat
pendidikan
orang tua
6,00 2,00 3,02 2,85 2,00 1,04 0,79
Tabel 12. Deskripsi Data Variabel 2
Distribusi frekuensi dari data variabel tingkat pendidikan orang tua
dapat dilihat pada tabel berikut:
Variat f fx Fx 2 f % Fk % - naik
5,5 – 6,5 1 6,00 36,00 2,00 100,00
4,5 – 5,5 4 20,00 100,00 8,00 98,00
3,5 – 4,5 9 36,00 144,00 18,00 90,00
2,5 – 3,5 17 51,00 153,00 34,00 72,00
1,5 – 2,5 19 38,00 76,00 38,00 38,00
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Variabel 2
83
Dari tabel distribusi frekuensi variabel 2 di atas dapat diketahui
bahwa skor angket yang memiliki frekuensi tertinggi adalah skor antara 1,5-
2,5; sedangkan skor angket yang memiliki skor terendah adalah skor antara
5,5-6,5. Distribusi variabel 2 dapat digambarkan dalam bentuk grafik
sebagai berikut:
Gambar 2. Grafik Histogram Variabel 2
Dari gambar grafik histogram di atas, dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar responden mempunyai skor tingkat pendidikan tertinggi pada
kisaran 1,5-2,5 dan 2,5-3,5. Skor ini termasuk dalam kategori rendah.
3. Tingkat Kebutuhan Keluarga Petani (X3)
Data dari variabel tingkat kebutuhan keluarga petani diperoleh dari
skor hasil pengisian angket tentang tingkat kebutuhan keluarga petani. Data
yang diperoleh menunjukkan bahwa skor angket yang tertinggi adalah 40,00
dan nilai terendah adalah 10,00; sedangkan nilai rata-ratanya (mean) adalah
31,12. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif
sebagaimana yang terdapat dalam lampiran halaman 150. Berdasarkan
lampiran data tersebut diperoleh deskripsi data dari variabel tingkat
kebutuhan keluarga petani yang dapat disajikan dalam tabel berikut ini:
Variabel Max Min Mean Median Modus SB SR
Tingkat 40,00 10,00 31,12 31,14 34,00 5,33 3,83
84
kebutuhan
keluarga petani
Tabel 14. Deskripsi Data Variabel 3
Distribusi frekuensi dari data variabel tingkat kebutuhan keluarga
petani dapat dilihat pada tabel berikut:
Variat f Fx Fx 2 f % Fk % - naik
37,5-44,5 5 196,00 7.688,00 10,00 100,00
30,5-37,5 22 740,00 24.940,00 44,00 90,00
23,5-30,5 20 569,00 16.247,00 40,00 46,00
16,5-23,5 2 41,00 841,00 4,00 6,00
9,5-16,5 1 10,00 100,00 2,00 2,00
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Variabel 3
Dari tabel distribusi frekuensi variabel 3 di atas dapat diketahui
bahwa skor angket yang memiliki frekuensi tertinggi adalah skor antara
30,5-37,5; sedangkan skor angket yang memiliki skor terendah adalah skor
antara 9,5-16,5. Distribusi variabel 3 dapat digambarkan dalam bentuk
grafik sebagai berikut:
Gambar 3. Grafik Histogram Variabel 3
85
Dari gambar grafik histogram di atas, dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar responden mempunyai skor tingkat kebutuhan keluarga
petani pada kisaran 30,5-37,5 dan 23,5-30,5. Skor ini termasuk dalam
kategori sedang.
4. Minat Orang Tua Menyekolahkan Anak (Y)
Data dari variabel minat orang tua menyekolahkan anak diperoleh dari
skor pengisian angket mengenai minat orang tua menyekolahkan anak. Data
yang diperoleh menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 60,00 dan nilai
terendah adalah 33,00; sedangkan nilai rata-ratanya (mean) adalah 46,74.
Data tersebut dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif
sebagaimana yang terdapat dalam lampiran halaman 151. Berdasarkan
lampiran data tersebut diperoleh deskripsi data dari variabel minat orang tua
menyekolahkan anak yang dapat disajikan dalam tabel berikut ini:
Variabel Max Min Mean Median Modus SB SR
Minat orang tua
menyekolahkan
anaknya
60,00 33,00 46,74 45,70 41,50 7,11 5,89
Tabel 16. Deskripsi Data Variabel Y
Distribusi frekuensi dari data variabel minat orang tua menyekolahkan
anak dapat dilihat pada tabel berikut:
Variat f Fx Fx 2 f % fk % - naik
56,5-62,5 5 294,00 17.294,00 10,00 100,00
50,5-56,5 8 433,00 23.447,00 16,00 90,00
44,5-50,5 15 729,00 35.463,00 30,00 74,00
38,5-44,5 17 706,00 29.362,00 34,00 44,00
32,5-38,5 5 175,00 6.139,00 10,00 10,00
Tabel 17. Distribusi Frekuensi Variabel Y
Dari tabel distribusi frekuensi variabel Y diatas dapat diketahui bahwa
skor angket yang memiliki frekuensi tertinggi adalah skor antara 38,5-44,5
dan 44,5-50,5; dedangkan skor angket yang memiliki frekuensi terendah
86
adalah skor antara 56,5-62,5 dan 32,5-38,5. Distribusi variabel Y dapat
digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
024681012141618
32,5-38,5 38,5-44,5 44,5-50,5 50,5-56,5 56,5-62,5
frequency
minat orang tua menyekolahkan anaknya
Gambar 4. Grafik Histogram Variabel Y
Dari gambar grafik histogram di atas, dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar responden mempunyai skor minat menyekolahkan anak
tertinggi pada kisaran 38,5-44,5 dan 44,5-50,5. Skor ini termasuk dalam
kategori sedang.
C. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakan uji persyaratan analisis, yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji signifikan, uji
linieritas, uji independensi dan uji hipotesis.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang
dianalisis mempunyai sebaran yang normal atau tidak. Perhitungan uji
normalitas yang didapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Data Tingkat Pendapatan ( 1 )
Langkah pertama yang dilakukan untuk menguji normalitas
variabel 1 adalah membuat tabel rangkuman variabel 1 , kemudian
dilakukan perhitungan dengan mempergunakan rumus chi-kuadrat. Dari
87
perhitungan diperoleh hasil 2 = 11,453; dan p = 0,246. Hasil
perhitungan tersebut menunjukkan p > 0,050; maka sesuai dengan
kaidah p > 0,050 sebarannya normal dapat dinyatakan bahwa data
variabel 1 berdistribusi normal.
b. Data Tingkat Pendidikan Orang Tua ( 2 )
Langkah pertama yang dilakukan untuk menguji normalitas
variabel 2 adalah membuat tabel rangkuman variabel 2 , kemudian
dilakukan perhitungan dengan mempergunakan rumus chi-kuadrat. Dari
perhitungan diperoleh hasil 2 = 12,483; dan p = 0,002. Hasil
perhitungan tersebut menunjukkan p > 0,050, maka sesuai dengan
kaidah p > 0,050 sebarannya normal, dapat dinyatakan bahwa data
variabel 2 berdistribusi tidak normal.
c. Data Tingkat Kebutuhan Keluarga Petani ( 3 )
Langkah pertama yang dilakukan untuk menguji normalitas
variabel X3 adalah membuat tabel rangkuman variabel 3 , kemudian
dilakukan perhitungan dengan mempergunakan rumus chi-kuadrat. Dari
perhitungan diperoleh hasil 2 = 9,625; dan p = 0,382. Hasil
perhitungan tersebut menunjukkan p > 0,050, maka sesuai dengan
kaidah p > 0,050 sebarannya normal, dapat dinyatakan bahwa data
variabel 3 berdistribusi normal.
d. Data Minat Orang Tua Menyekolahkan Anak (Y)
Langkah pertama yang dilakukan untuk menguji normalitas
variabel Y adalah membuat tabel rangkuman variabel Y, kemudian
dilakukan perhitungan dengan mempergunakan rumus chi-kuadrat. Dari
perhitungan diperoleh hasil 2 = 5,894 dan p = 0,750. Hasil perhitungan
tersebut menunjukkan p > 0,050, maka sesuai dengan kaidah p > 0,050
sebarannya normal, dapat dinyatakan bahwa data variabel Y
berdistribusi normal.
88
2. Uji Linieritas
a. Hubungan Tingkat Pendapatan ( 1 ) dengan Minat Orang Tua
Menyekolahkan Anak (Y)
Hasil perhitungan uji linieritas antara 1 dengan Y sebagaimana
terdapat dalam lampiran halaman 159 diperoleh harga F sebesar 1,291
dan p = 0,260. Didalam lampiran disebutkan bahwa hasil korelasi antara
1 terhadap Y adalah korelasi linier.
b. Hubungan Tingkat Pendidikan Orang Tua ( 2 ) dengan Minat Orang
Tua Menyekolahkan Anak (Y)
Hasil perhitungan uji linieritas antara 2 dengan Y sebagaimana
terdapat dalam lampiran halaman 159 diperoleh harga F sebesar 6,066
dan p = 0,017. Didalam lampiran disebutkan bahwa hasil korelasi antara
2 terhadap Y adalah korelasi linier.
c. Hubungan Tingkat Kebutuhan Keluarga Petani ( 3 ) dengan Minat
Orang Tua Menyekolahkan Anak (Y)
Hasil perhitungan uji linieritas antara 3 dengan Y sebagaimana
terdapat dalam lampiran halaman 159 diperoleh harga F sebesar 6,886
dan p = 0,011. Didalam lampiran disebutkan bahwa hasil korelasi antara
3 terhadap Y adalah korelasi linier.
3. Uji Independensi
Salah satu asumsi yang penting dari model regresi linier klasik adalah
varian residual yang bersifat homokedastis atau bersifat konstan. Apabila
terjadi pelonggaran asumsi klasik itu, maka varian residual tidak lagi bersifat
konstan (disebut heteroskedastisitas) dan apabila model yang mengandung
heteroskedastisitas diestimasi, varian estimator tidak lagi minimum, kendati
pun estimator itu sendiri tidak bias.
89
Pratisto (2004:155) menerangkan tentang cara mendeteksi gangguan
heteroskedastisitas adalah dengan melihat pola diagram pencar residual. Ada
dua keputusan:
Jika diagram pencar yang ada membentuk pola-pola tertentu yang
teratur, maka regresi mengalami gangguan heteroskedastisitas.
Jika diagram pencar tidak membentuk pola atau acak, maka regresi
tidak mengalami gangguan heteroskedastisitas.
Untuk gambar pencaran variabel-variabel dalam penelitian ini dapat
dilihat dalam lampiran halaman 176-179.
a. Hubungan antara tingkat pendapatan (X1) dengan minat orang tua
menyekolahkan anak (X4)
Hasil perhitungan uji Independensi antara X1 terhadap Y
sebagaimana terdapat dalam lampiran halaman 180 diperoleh constant
sebesar 41,726 dan b1 sebesar 0,196. Maka dapat dinyatakan bahwa
variabel tingkat pendapatan (X1) dengan variabel minat orang tua
menyekolahkan anak (X4) mengalami gangguan heteroskedastisitas.
b. Hubungan antara tingkat pendidikan orang tua (X2) dengan minat orang
tua menyekolahkan anak (X4)
Hasil perhitungan uji Independensi antara X2 dengan X4
sebagaimana terdapat dalam lampiran halaman 182 diperoleh constant
sebesar 39,828 dan b1 sebesar 2,289. Maka dapat dinyatakan bahwa
variabel tingkat pendidikan orang tua (X2) dengan minat orang tua
menyekolahkan anak (X4) tidak mengalami gangguan heteroskedastisitas.
c. Hubungan antara kebutuhan keluarga petani (X3) dengan minat orang tua
menyekolahkan anak (X4)
Hasil perhitungan uji Independensi antara 3 dengan X4
sebagaimana terdapat dalam lampiran halaman 184 diperoleh constant
sebesar 32,053 dan b1 sebesar 0,472. Maka dapat dinyatakan bahwa
variabel kebutuhan keluarga petani (X3) dengan minat orang tua
menyekolahkan anak (X4) tidak mengalami gangguan heteroskedastisitas.
90
4. Uji Hipotesis
Karena penelitian menganalisis data dengan menggunakan jasa
komputer maka pengambilan keputusanuntuk menolak atau menerima Ho
menggunakan kaedah uji hipotesis komputer dimana apabila p < 0,01 maka
dinyatakan sangat signifikan, bila p < 0,05 maka dinyatakan signifikan,
apabila p < 0,15 maka dinyatakan cukup signifikan, jika p < 0,30 maka
dinyatakan kurang signifikan dan apabila p > 0,30 maka dinyatakan
nirsignifikan. Setelah syarat-syarat tersebut terpenuhi, selanjutnya dapat
dilakukan analisis data untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah
dirumuskan sebelumnya diterima atau ditolak. Adapun analisis regresi ganda
menggunakan komputer seri SPS edisi: Prof. Sutrisno Hadi dan Yuni
Pamardiningsih UGM Yogyakarta tahun 2004 versi IBM/N. Hipotesis yang
akan diajukan untuk di uji adalah hipotesis nihil, karena pengujian hipotesis
dilakukan secara statistik. Adapun hipotesis yang diajukan antara lain
adalah:
1. Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan, tingkat
pendidikan orang tua dan tingkat kebutuhan keluarga petani terhadap
minat orang tua menyekolahkan anak di Doplang Kecamatan
Karangpandan Kabupaten Karanganyar.
2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan dengan
minat orang tua menyekolahkan anak di Doplang Kecamatan
Karangpandan Kabupaten Karanganyar.
3. Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua
dengan minat orang tua menyekolahkan anak di Doplang Kecamatan
Karangpandan Kabupaten Karanganyar.
4. Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat kebutuhan keluarga
petani dengan minat orang tua menyekolahkan anak di Doplang
Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar.
91
a. Hasil Uji Hipotesis
1. Menghitung Koefisien Korelasi Sederhana antara 1 dan Y ; 2
dan Y; 3 dan Y
a) Koefisien korelasi sederhana antara tingkat pendapatan dengan
minat orang tua menyekolahkan anaknya di Doplang.
H1 : Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan dengan
minat orang tua menyekolahkan anaknya di Doplang.
H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan
dengan minat orang tua menyekolahkan anaknya di Doplang.
Setelah membuat tabel kerja pada lampiran, selanjutnya dilakukan
perhitungan sesuai dengan rumus sehingga diperoleh :
r 1= 0,162
p = 0,260
Karena p > 0,010; maka berdasarkan pedoman kaidah uji
hipotesis menurut Prof. Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih UGM
Yogyakarta tahun 2004 versi IBM/N disimpulkan bahwa H1 ditolak dan
H0 diterima. Dengan demikian pengujian hipotesis alternatif yang
berbunyi “Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan
dengan minat orang tua menyekolahkan anak di Doplang” dinyatakan
ditolak, dan hipotesis nihil yang berbunyi “Tidak ada hubungan yang
signifikan antara tingkat pendapatan dengan minat orang tua
menyekolahkan anak di Doplang” dinyatakan diterima.
b. Koefisien korelasi sederhana antara tingkat pendidikan orang tua
dengan minat orang tua menyekolahkan anak
H1 : Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan orang
tua dengan minat orang tua menyekolahkan anak di Doplang.
H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan
orang tua dengan minat orang tua menyekolahkan anak di
Doplang.
92
Setelah membuat tabel kerja pada lampiran, selanjutnya dilakukan
perhitungan sesuai dengan rumus sehingga diperoleh :
r 2= 0,335
p = 0,017
Karena p < 0,050; maka berdasarkan pedoman kaidah uji
hipotesis menurut Prof. Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih UGM
Yogyakarta tahun 2004 versi IBM/N disimpulkan bahwa H1 diterima dan
H0 ditolak. Dengan demikian hipotesis alternatif yang berbunyi “Ada
hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dengan
minat orang tua menyekolahkan anak di Doplang” dinyatakan diterima,
dan hipotesis nihil yang berbunyi “Tidak ada hubungan yang signifikan
antara tingkat pendapatan dengan minat orang tua menyekolahkan anak
di Doplang” dinyatakan ditolak.
c. Koefisien korelasi sederhana antara tingkat kebutuhan keluarga
petani dengan minat orang tua menyekolahkan anak di Doplang
H1 : Ada hubungan yang signifikan antara tingkat kebutuhan
keluarga petani dengan minat orang tua menyekolahkan anak di
Doplang.
H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat kebutuhan
keluarga petani dengan minat orang tua menekolahkan anak di
Doplang.
Setelah membuat tabel kerja pada lampiran, selanjutnya dilakukan
perhitungan sesuai dengan rumus sehingga diperoleh :
r 3= 0,354
p = 0,011
Karena < 0,050; maka berdasarkan pedoman kaidah uji
hipotesis menurut Prof. Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih UGM
Yogyakarta tahun 2004 versi IBM/N disimpulkan bahwa H1 diterima dan
H0 ditolak. Dengan demikian hipotesis alternatif yang berbunyi “Ada
hubungan yang signifikan antara tingkat kebutuhan keluarga petani
93
dengan minat orang tua menyekolahkan anak di Doplang” dinyatakan
diterima, dan hipotesis nihil yang berbunyi “Tidak ada hubungan yang
signifikan antara tingkat kebutuhan keluarga petani dengan minat orang
tua menyekolahkan anak di Doplang” dinyatakan ditolak.
2. Menghitung Koefisien Korelasi Ganda antara X1, X2 dan X3 dengan Y
Ha : Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan, tingkat
pendidikan orang tua dan tingkat kebutuhan keluarga petani
terhadap minat orang tua menyekolahkan anak.
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan,
tingkat pendidikan orang tua dan tingkat kebutuhan keluarga
petani terhadap minat orang tua menyekolahkan anak.
Setelah membuat tabel kerja pada lampiran, selanjutnya dilakukan
perhitungan sesuai dengan rumus sehingga diperoleh :
Ry(1,2,3) = 0,474
F = 4,442
p = 0,008
Karena p > 0,010; maka berdasarkan pedoman kaidah uji
hipotesis menurut Prof. Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih UGM
Yogyakarta tahun 2004 versi IBM/N disimpulkan bahwa H1 diterima dan
H0 ditolak. Dengan demikian hipotesis alternatif yang berbunyi “Ada
hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan, tingkat pendidikan
orang tua dan tingkat kebutuhan keluarga petani terhadap minat orang tua
menyekolahkan anak” dinyatakan diterima karena berdasarkan hasil
analisis tersebut menunjukkan hubungan yang sangat signifikan antar
tiap variabel sehingga hipotesis nihil yang berbunyi “Tidak ada hubungan
yang signifikan antara tingkat pendapatan, tingkat pendidikan orang tua
dan tingkat kebutuhan keluarga petani terhadap minat menyekolahkan
anak” dinyatakan ditolak.
94
b. Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif
Besarnya kontribusi atau sumbangan perubahan variabel X terhadap
perubahan pada variabel Y ditunjukkan dengan sumbangan relatif (SR) dan
sumbangan efektif (SE). SR menunjukkan berapa persen perubahan variabel
Y yang dipengaruhi perubahan variabel 1 , 2 dan 3 sedangkan SE
menunjukkan berapa persen perubahan variabel Y yang dipengaruhi
perubahan variabel 1 , 2 dan 3 secara parsial.
1. r 1= 0,162, maka SE 1 terhadap Y = 0,831 %, diinterpretasikan
bahwa variabel tingkat pendapatan (X1) memberikan pengaruh pada
variabel minat orang tua menyekolahkan anak (Y) karena pengaruh yang
diberikan hanya 0,831 % (1 %), sehingga variabel ini memberikan
pengaruh yang sangat rendah atau tidak terlalu berpengaruh.
2. r yx2= 0,335, maka SE 2 terhadap Y = 9,084%, diinterpretasikan
bahwa variabel tingkat pendidikan orang tua ( 2 ) memberikan
pengaruh pada variabel minat orang tua menyekolahkan anak (Y)
sebesar 9,084 % ( 9 % ).
3. r yx3= 0,354, maka SE 3 terhadap Y = 12,546%, diinterpretasikan
bahwa variabel tingkat kebutuhan keluarga petani memberikan pengaruh
pada variabel minat orang tua menyekolahkan anak (Y) sebesar 12,546%
( 13 % ), dengan demikian variabel ini memberikan pengaruh yang
cukup besar.
4. SE 1 , X2 dan 3 terhadap Y = 22,461%, diinterpretasikan bahwa
variabel tingkat pendapatan ( 1 ), tingkat pendidikan orang tua ( 2 )
dan tingkat kebutuhan keluarga petani ( 3 ) memberikan pengaruh pada
variabel minat orang tua menyekolahkan anak sebesar 22,461%
(22,5%).
95
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Setelah dilakukan analisis data untuk pengujian hipotesis maka
pembahasan analisis data sebagai berikut :
1. Hubungan antara tingkat pendapatan (X1) dengan minat orang tua
menyekolahkan anak (Y)
Hipotesis nihil yang berbunyi “Tidak ada hubungan yang signifikan
antara tingkat pendapatan dengan minat orang tua menyekolahkan anak di
Desa Doplang.” Dinyatakan diterima, karena dari variabel ini diperoleh
r 1= 0,162 dengan nilai signifikansi sebesar 0,260.
Menurut Mulyanto Sumardi, tingkat pendapatan adalah pendapatan
yang diperoleh responden beserta anggota keluarga yang bersumber dari
sektor formal, sektor informal dan sektor subsistem dalam waktu satu bulan
yang diukur dengan rapi.
Dengan demikian pendapatan sendiri merupakan uang atau
penghasilan yang diterima oleh suatu keluarga berdasarkan pekerjaan yang
dilakukannya dan di gunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dalam
jangka waktu tertentu. Melalui penghasilan yang diperoleh keluarga, maka
akan ada dana yang di alokasikan bagi setiap kebutuhan.
Dalam penelitian ini tingkat pendapatan sendiri tidak cukup member
pengaruh terhadap minat orang tua untuk menyekolahkan anaknya, karena
meskipun orang tua memiliki penghasilan yang sedikit atau rendah mereka
akan tetap mengusahakan anak menempuh pendidikan sebagaimana
seharusnya, tapi disisi lain apabila orang tua mengharapkan anaknya bekerja
maka orang tua akan mengusahakan supaya anak mereka memiliki
pekerjaan yang layak.
Disamping itu data yang diperoleh dari angket penelitian yang
disebar kepada responden cukup terbatas karena disini peneliti menyatakan
tingkat pendapatan keluarga tertinggi berkisar pada nominal RP.800.000,-
sementara dalam lapangan sangat dimungkinkan tingkat pendapatan suatu
keluarga jauh lebih besar dari nominal yang disebutkan. Dengan demikian
dalam menilai pendapatan sendiri boleh dikatakan bahwa pendapatan
96
tersebut masih cukup kasar dalam penghitungannya. Selain itu antara
pendapatan dan jumlah pekerja sendiri tidak cukup bisa digambarkan seperti
keadaan yang ada di lapangan karena disini tenaga pekerja tidak cukup
dihargai sehingga boleh dibilang tenaga pekerja petani ini tidak ada
harganya. Karena keterbatasan peneliti ini maka data yang diperoleh tidak
cukup menggambarkan hubungan antara besarnya tingkat pendapatan
terhadap minat orang tua menyekolahkan anaknya secara akurat.
2. Hubungan antara tingkat pendidikan orang tua (X2) dengan minat orang
tua menyekolahkan anak (Y)
Hipotesis alternatif yang berbunyi “Ada hubungan yang signifikan
antara tingkat pendidikan orang tua dengan minat orang tua menyekolahkan
anak” diterima, karena variabel tingkat pendidikan orang tua yang diperoleh
r 2= 0,335 dengan nilai signifikansi sebesar 0,017.
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa pendidikan orang tua
memberikan pengaruh terhadap minat orang tua untuk menyekolahkan anak.
Seperti yang kita tahu bahwa keluarga merupakan tempat pertama kali
seorang anak memperoleh pendidikan, dan orang tua yang merupakan orang
yang lebih dewasa dalam keluarga yang mampu mendidik anak-anak, hal
tersebut sesuai dengan pendapat yang dinyatakan dari Ngalim Purwanto
yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha orang dewasa dalam
pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani
dan rohani kearah kedewasaan.
Sementara pendidikan sendiri merupakan proses pengalaman belajar
yang berlangsung melalui pengalaman hidup, dengan demikian apabila
orang tua memiliki pengalaman bahwa pendidikan merupakan hal yang
penting maka orang tua pun akan menerapkan hal yang sama pada si anak,
sebaliknya pun demikian. Dari penelitian ini dapat diketahui apabila orang
tua memiliki tingkat pendidikan yang rendah maka minat untuk
menyekolahkan anak sampai ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi pun
juga rendah, sebaliknya apabila orang tua memiliki tingkat pendidikan yang
97
tinggi maka minat untuk menyekolahkan anak sampai ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi pun juga besar.
3. Hubungan antara tingkat kebutuhan keluarga petani (X3) dengan minat
orang tua menyekolahkan anak (Y)
Hipotesis alternatif yang berbunyi “Ada hubungan yang signifikan
antara tingkat kebutuhan keluarga petani dengan minat orang tua
menyekolahkan anak” dinyatakan diterima, karena variabel tingkat
kebutuhan keluarga petani diperoleh r 3= 0,354 dengan nilai signifikan
sebesar 0,011.
Mulyanto Sumardi dan Hans-dietervers mendefinisikan kebutuhan
pokok atau kebutuhan dasar atau basic human needs dapat dijelaskan
sebagai kebutuhan yang sangat penting guna kelangsungan hidup manusia,
baik yang terdiri dari kebutuhan atau konsumsi individu (makanan,
perumahan, pakaian) maupun keperluan pelayanan sosial tertentu (air
minum, sanitasi, transportasi, kesehatan, pendidikan dan hiburan). Dari
definisi tersebut dapat kita lihat bahwa setiap keluarga memiliki kebutuhan
pokok yang tidak boleh dikesampingkan antara satu dengan yang lainnya,
dengan demikian apa yang menjadi kebutuhan pokok itu harus bisa dipenuhi
dan disini pendidikan sendiri termasuk salah satu kebutuhan yang harus
dipenuhi karena termasuk kebutuhan yang penting demi kelangsungan
hidup mereka.
Melalui pendidikan tentu saja kita bisa meningkatkan kualitas
sumber daya yang ada, selain itu melalui pendidikan kita juga bisa
meningkatkan kesejahteraan keluarga karena semakin tinggi pendidikan
seseorang akan semakin tinggi pula pendapatan yang akan diperolehnya.
4. Hubungan antara tingkat pendapatan (X1), tingkat pendidikan orang tua
(X2) dan tinbgkat kebutuhan keluarga petani (X3) dengan minat orang
tua menyekolahkan anak (Y)
Hipotesis alternatif yang berbunyi “Ada hubungan yang signifikan
antara tingkat pendapatan, tingkat pendidikan orang tua dan tingkat
kebutuhan keluarga petani terhadap minat orang tua menyekolahkan anak.”
98
dinyatakan diterima, karena berdasarkan uji hipotesis prediktor diperoleh
p=0,008. Karena harga p lebih kecil dari 0,010 yaitu 0,008 < 0,010. Tingkat
pendapatan, tingkat pendidikan orang tua dan tingkat kebutuhan keluarga
petani memiliki hubungan yang signifikan dengan minat orang tua
menyekolahkan anak. Keempat faktor tersebut saling berkaitan erat dalam
setiap keputusan orang tua untuk meyekolahkan anak.
Dari penelitian ini dapat kita ketahui bahwa minat orang tua untuk
menyekolahkan anak sampai ke jenjang pendidikan yang tinggi akan
berjalan dengan lancar dan akan tercapai apabila orang tua memiliki
pendidikan yang tinggi sehingga memiliki pandangan yang sama bahwa
pendidikan merupakan sesuatu yang penting untuk bisa diperoleh anak, dan
orang tua juga harus memiliki penghasilan yang tinggi, sehingga semua
kebutuhan dapat terpenuhi termasuk untuk pemenuhan untuk kebutuhan
pendidikan.
Dari ketiga faktor yang mempengaruhi minat orang tua
menyekolahkan anak yang diteliti oleh peneliti, dapat dilihat bahwa faktor
tingkat kebutuhan keluarga petani memiliki pengaruh yang besar jika
dibandingkan dengan tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan orang tua.
Tingginya tingkat kebutuhan keluarga petani akan mempengaruhi tingginya
capaian minat orang tua menyekolahkan anak.
Selain variabel tingkat pendapatan, tingkat pendidikan orang tua dan
kebutuhan keluarga petani yang diteliti, tentunya masih ada banyak faktor
lain yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya capaian minat orang tua
untuk menyekolahkan anak. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya sumbangan
efektif variabel tingkat pendapatan, tingkat pendidikan orang tua dan
kebutuhan keluarga petani terhadap variabel minat orang tua menyekolahkan
anak sebesar 22,5%. Ini berarti bahwa masih terdapat 77,5% faktor lain yang
mempengaruhi minat orang tua menyekolahkan anak. Faktor-faktor lain
tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi minat orang tua
menyekolahkan anak yang tidak diteliti oleh peneliti.
99
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
5. Tingkat pendapatan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan
minat orang tua menyekolahkan anak, maka tidak ada hubungan yang
signifikan antara tingkat pendapatan yang diperoleh orang tua dengan
minat orang tua untuk menyekolahkan anaknya.
6. Tingkat pendidikan orang tua memiliki hubungan yang signifikan
dengan minat orang tua menyekolahkan anak, maka dengan tingginya
pendidikan orang tua maka akan semakin besar minatnya untuk
menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan
semakin rendah tingkat pendidikan orang tua maka akan semakin rendah
pula minat orang tua untuk menyekolahkan anaknya.
7. Tingkat kebutuhan keluarga petani memiliki hubungan yang signifikan
dengan minat orang tua menyekolahkan anak, maka bila orang tua
memiliki pandangan bahwa pendidikan merupakan suatu kebutuhan
yang harus segera dipenuhi mereka akan memiliki kecenderungan untuk
menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
8. Tingkat pendapatan, tingkat pendidikan orang tua dan tingkat kebutuhan
keluarga petani secara bersama-sama mempunyai hubungan yang
signifikan dengan minat orang tua menyekolahkan anak, dengan
demikian ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan,
pendidikan orang tua dan kebutuhan keluarga petani dengan minat orang
tua menyekolahkan anak di Desa Doplang Kecamatan Karangpandan
Kabupaten Karanganyar.
9. SE 1 , X2 dan 3 terhadap Y = 22,461 %, diinterpretasikan bahwa
variabel tingkat pendapatan, tingkat pendidikan orang tua dan tingkat
100
kebutuhan keluarga petani memberikan pengaruh pada variabel minat
orang tua menyekolahkan anaknya sebesar 22,461 % (22,5%). Masih
terdapat 77,539 % atau sebesar 77,5 % yang berasal dari faktor lain yang
tidak diteliti oleh peneliti yang dapat mempengaruhi minat orang tua
dalam menyekolahkan anak.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian tersebut di atas, maka
selanjutnya dapat dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai berikut:
1. Tidak adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan
dengan minat orang tua menyekolahkan anak di desa Doplang, bukan
berarti bahwa orang tua tidak memperdulikan pendidikan anak mereka.
Bagi pihak-pihak terkait, terutama bagi orang tua tentunya harus tetap
memiliki kesadaran untuk terus menyekolahkan anaknya sampai ke
jenjang pendidikan yang tinggi, minimal sampai jenjang SLTA. Bagi
anak sendiri tentu harus memiliki semangat yang besar untuk terus
menempuh pendidikan sebagaimana mestinya.
2. Adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua
terhadap minat orang tua menyekolahkan anak di desa Doplang,
menunjukkan bahwa pendidikan orang tua akan mempengaruhi
pandangan orang tua sendiri terhadap penting atau tidaknya pendidikan
bagi anak mereka. Dengan demikian orang tua dapat menanamkan
pentingnya pendidikan bagi masa depan si anak sendiri, sehingga anak
bisa memandang pendidikan adalah hal yang penting.
3. Adanya hubungan yang signifikan antara tingkat kebutuhan keluarga
petani terhadap minat orang tua menyekolahkan anak di desa Doplang,
menunjukkan bahwa orang tua menganggap pendidikan sebagai suatu
kebutuhan yang penting bagi si anak sehingga harus dipenuhi, dengan
demikian maka anak sendiri juga akan menganggap pendidikan
merupakan kebutuhan yang penting bagi diri mereka sendiri.
101
4. Dengan memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap minat
orang tua menyekolahkan anak di desa Doplang seperti adanya faktor
tingkat pendapatan, tingkat pendidikan orang tua dan tingkat kebutuhan
keluarga petani serta faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti,
diharapkan semua pihak dapat lebih mudah dalam meningkatkan dan
menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pendidikan sendiri.
C. Saran
1. Bagi Kepala Desa Doplang
Kepala desa hendaknya dapat bekerja sama dengan para orang tua,
khususnya orang tua yang memiliki anak usia sekolah untuk dapat
menumbuhkan kesadaran terhadap pentingnya pendidikan bagi masa
depan anak dan masa depan bangsa.
2. Bagi Orang Tua di Desa Doplang
Bagi para orang tua, khususnya orang tua yang memiliki anak usia
sekolah hendaknya senantiasa memantau anak dalam belajar dan
memberikan bimbingan sebagaimana diperlukan oleh si anak sendiri
agar anak merasa bahwa orang tua memberikan perhatian dalam bidang
pendidikan.
3. Bagi Prodi Pendidikan Sosiologi-Antropologi Universitas Sebelas Maret
Bagi Prodi Sosiologi-Antropologi hendaknya dapat terus menghasilkan
lulusan yang berkualitas sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan,
sehingga dapat menciptakan calon guru yang handal dan berkompeten di
bidangnya.
4. Bagi Peneliti Dan Peneliti Lainnya
Penelitian ini hendaknya dijadikan pelajaran, sehingga dapat
menyempurnakan penelitian yang selanjutnya. Diharapkan juga kepada
peneliti lain agar dapat melakukan penelitian serupa dengan pendekatan
yang lain atau dengan mempergunakan pendekatan kualitatif.
102
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati. 1991. Ilmu pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta.
Aprilia Lestari. 2009. Memilih Sekolah Untuk Anak. Tarmizi.Wordpress.com
Arif Rohman. 2009. Memahami pendidikan dan ilmu pendidikan. Yogyakarta.
LaksBag Mediatama.
Aris Ananta. 1993. Demografis Kualitas Penduduk dan Pembangunan Ekonomi.
Jakarta. Lembaga Demografi FE UI.
Asramabanjar. 2008. Distribusi pendapatan dan kekayaan - pengantar studi
komparasi antara ekonomi konvensional dan ekonomi islam.
Wordpress.
Ayu Turasmini. 2008. Pengaruh Jenjang Pendidikan Dan Penghasilan Terhadap
Minat Orang Tua Menyekolahkan Anak Sampai Jenjang SMA Di Desa
Pingkuk Kecamatan Jatiroto Kabupaten Wonogiri Tahun 2008.
Basri MS. 2006. Metode Penelitian. Jakarta. PT Rajagrafindo Persada.
Bimo Walgito. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset
Blogcatalog. 1999. Motivasi belajar. www.blogcatalog.com
Bpkpenabur jurnal. Minat orang tua menyekolahkan anak. www.bpkpenabur.or.id
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta. Bumi
Aksara.
Creasoft files. 2008. Definisi minat. Wordpress.com
Damandiri. Pengertian ekonomi. www.damandiri.or.id
Dahlan. 2007. Tingkat Pendapatan Masyarakat. Dalanforum@onlline
Djaali. 2007. Psikologi pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara.
Dewisnawati. 2009. Pengertian minat. Mathedu-unila.blogspot.com.
Fitri. 2008. Pengertian Pendidikan. Wordpress.com
Godam64. 2006. Kebutuhan Hidup Ekonomi Manusia-Kebutuhan Primer,
Sekunder, Tersier, Jasmani,, Rohani, Sekarang, Masa Depan, Pribadi
dan Sosial. Wordpress.com
Hurlock, B. Elizabeth (Alih bahasa : Istiwidayanti). 1993. Perkembangan Anak.
Jakarta. Erlangga.
103
Hurlock, Elizabeth (Penyunting : Istiwidayanti). 2000. Psikologi Perkembangan.
Jakarta. Erlangga.
J Supranto. 1998. Teknik Sampling untuk Survei dan Eksperimen. Jakarta. Rineke
Cipta
James, Scoot. 1994. Moral ekonomi Petani. Jakarta. LP3ES.
Lunung Agung. 2007. Tingkat Kebutuhan Manusia. Rson-r-son.com
Masri Singarimbun. 1995. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta
Muhibbin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung.
Remaja Rosdakarya.
Mulyanto Sumardi. 1987. Sumber Pendapatan Kebutuhan Pokok dan Perilaku
Menyimpang. Jakarta: CV Rajawali.
Munandir. 2001. Ensklopedi Pendidikan. Malang. UM Press.
Nana Syaodih Sukmadinata. 1997. Pengembangan kurikulum Teori dan Praktek.
Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.
Nation Publishing. 28 Maret 2010. Minat orang tua menyekolahkan anak.
Ngalim Purwanto. 1988. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung. CV
Remaja Karya.
One indoskripsi.com. Pekerjaan orang tua dan implikasinya dalam kelangsungan
pendidikan anak.
Organisasi.org. Kebutuhan hidup ekonomi manusia kebutuhan primer sekunder
tersier jasmani rohani sekarang masa depan pribadi dan sosial.
Pass Chistoper dan Bryan Lowes. 1988. Kamus lengkap ekonomi. Jakarta.
Erlangga.
Qym. 2009. Pengertian minat. Posted by Qym 3/21/2009.
Redja Mudyahardjo. 2001. Pengantar pendidikan, sebuah studi awal tentang
dasar-dasar pendidikan di indonesia. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.
Saifuddin Azwar. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Offset.
Sardiman A. M. 2007. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta. PT. Raja
Grafindo Persada.
104
Seville, Consuelo G., et,al. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Terj Alimuddin
Tuwu. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Soedomo Hadi. 2003. Pendidikan suatu pengantar. Surakarta. Sebelas maret
university press.
Sudjana. 2001. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Para Peneliti.
Bandung. CV Tarsito.
Suharsimi Arikunto. 2000. Evaluasi Pengajaran Suatu Pendekatan Praktek.
Bandung. Rineka Cipta.
Sukayat Alia, dkk. 1994. Ekonomi untuk sekolah menengah umum. Surakarta. CV.
Handayani Surakarta.
Suprian AS. 1998. Mimbar pendidikan, jurnal pendidikan no.3 tahun XVIII.
Surya. 2010. Didikan Sejak Balita. Surya@online
Sutjipto jurnal. 2001. Minat. www.depdiknas.go.id
Sutrisno Hadi. 2001. Analisis Regresi. Yogyakarta : Andi Offset.
Tentrem Widodo. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif. Surakarta: UPT
Penerbitan dan Pencetakan UNS.
Tim Sosiologi. 2002. Panduan Belajar Sosiologi kelas XI. Yudhistira. Jakarta.
Tri Puji Utami. 2006. Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pendapatan
Orang Tua Terhadap Minat Menyekolahkan Anak ke Madrasah Diniyah al-
Ikhlas Dusun Kalikidang Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal.
Undang-undang No.20 Pasal 19 Tahun 2003 :3
Unica. 2005. Definisi minat. www. unika.ac.id
USU digital library. 2002. Definisi Pendapatan. www@2002/digitized
Winarno Surakhmad. 1994. Pengantar Penelitian Dasar Metode Teknik.
Bandung. CV Tarsito.
Zanikhan. 2008. Minat menyekolahkan anak. multiply.com