document.pdf
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGARUH CAR, NPL, LDR, NIM, DAN BOPO
TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS (ROA)
PADA BANK MUAMALAT INDONESIA
Disusun Oleh :
Siti Sumiati105081002591
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009 M / 1430 H
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
1. Nama : Siti Sumiati
2. Tempat/Tanggal Lahir : Karawang, 30 Mei 1987
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Telepon : (0264) 302155 / 085218999844
6. E-mail : [email protected]
7. Alamat : Jl. Lapang Wirasaba No.49 Rt.02 Rw.12
Sukamanah Timur Cikampek Barat
Karawang 41373
II. Pendidikan
1. SDN Cikampek Utara VI Tahun 1993-1999
2. MTs PP. Darussalam Subang Tahun 1999-2002
3. MA PP. Darussalam Subang Tahun 2002-2005
4. Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Jakarta Tahun 2005-2009
i
ABSTRACT
This research was conducted with the aim to analyze the influence of CAR, NPL, LDR, NIM, and BOPO level of profitability (ROA) at the Bank Muamalat Indonesia. This research uses data from the monthly financial reports in January 2002 to December 2005. Statistical method used was path analysis.
The results from the research showed that the five variables examined, such as CAR, NPL, LDR, NIM, and BOPO there are only 2 variables that affect the ROA in Bank Muamalat LDR and the NIM, so that further research needs to be Trimming because there are 3 variables that are not significant , so further research using only 2 variables that are significant and the LDR and NIM, and the result is the second variable in a positive effect on the ROA of LDR 0.301 and 0.758 of NIM
Key Word : Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio, Net Intersest Margin, Biaya Operasional Pendapatan Operasional, Return On Asset , Profitabilitas
ii
ABSRTAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh CAR, NPL, LDR, NIM, dan BOPO terhadap tingkat profitabilitas (ROA) pada Bank Muamalat Indonesia. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan bulanan dari Januari 2002 sampai Desember 2005. Metode statistik yang digunakan adalah analisis jalur.
Hasil penelitian menunjukan dari kelima variabel yang diteliti seperti CAR, NPL, LDR, NIM, dan BOPO hanya terdapat 2 variabel saja yang berpengaruh terhadap ROA pada Bank Muamalat yaitu LDR dan NIM, sehingga penelitian selanjutnya perlu di trimming karena masih terdapat 3 variabel yang tidak signifikan, dengan demikian penelitian selanjutnya hanya menggunakan 2 variabel yang signifikan yaitu LDR dan NIM, dan hasilnya adalah kedua variabel tersebut berpengaruh secara positif terhadap ROA sebesar LDR 0,301 dan NIM sebesar 0,758.
Kata Kunci : Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio, Net Intersest Margin, Biaya Operasional Pendapatan Operasional, Return On Asset , Profitabilitas
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji atas maha raja yang tunggal dengan kesempurnaan, tunggal
dengan kedigjayaan, tunggal dengan kemegahan, tunggal dengan keindahan,
tunggal menguasai setiap kejap perputaran kejadian dalam kerajaan Nya, alangkah
luas kerajaannya, setiap atom dan molekul menyimpan isyarat keagungan Nya,
tiada sejengkal tanah dipermukaan bumi terkecuali milik Nya, dan dia penguasa
tunggal yang maha berkuasa atas setiap tanah dibentangan barat dan timur. Tiada
untaian kata selain syukur kepada sang maha agung.
Shalawat dan salam selalu terlimpah kepada manusia yang engkau
muliakan yaitu nabi muhamad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya hingga
dunia ini tiada, dan semoga syafaat yang kau janjikan menyinari dan memberi
pertolongan kepada seluruh umatnya dihari dimana seluruh umatnya
dikumpulkan.
Kendatipun skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun ini
merupakan suatu hasil yang maksimal, karena dalam penyelesaiannya tidak
sedikit hambatan yang penilis temui. Namun berkat pertolongan yang Maha Kasih
Allah SWT dengan memberikan pertolongan, dorongan, kesabaran, dan semangat
bagi penulis serta bantuan yang penulis terima dari berbagai pihak. Untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ayahanda H. Didi Muhidin serta Ibunda Hj. Nurlismah selaku orang tua
yang paling penulis sayangi dan hormati yang senantiasa tiada henti
mengalirkan doanya dari waktu kewaktu serta tak luput dari itu motivasi,
iv
nasihat, keikhlasannya untuk menyediakan segala yang penulis butuhkan
hingga membuat penulis terketuk untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
“semoga Allah melimpahkan kasih sayang kepada mereka”. Dan juga
untuk keluarga tercinta yang selalu memberikan motivasinya sehingga
membuat penulis berusaha untuk menjadi manusia yang lebih baik
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. selaku dosen pembimbing I sekaligus
dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, yang bersedia meluangkan
waktu ditengah kesibukannya untuk memberikan masukan yang
bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Arief Mufraini, Lc, M.Si. Selaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk berdiskusi, memberikan
petunjuk, bimbingan, dan masukannya yang sangat berharga hingga
terselesaikannya skripsi ini.
4. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. Serta Perpustakaan
FEIS, perpstakaan UIN, perpustakaann PERBANAS, perpustakaan
UNPAD Bandung, dan LIPI yang telah menyediakan buku dan jurnal-
jurnal sehingga memberikan inspirasi bagi penulis.
5. Teman-teman seperjuangan Manajemen E (Intan, Rachma, Amy, Echa,
Riny) Manajemen Perbankan, teman-teman kost. Terutama untuk Ozy &
Wita, Thank for your motivation. Specially for “My Chayur” yang selalu
menemani di saat senang dan duka.
v
Semoga atas segala bantuan dan kebaikannya yang telah rela memberikan
kontribusinya kepada penulis akan dibalas oleh Allah SWT dengan pahala dan
rizqi yang berlimpah.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya, serta semoga Allah senantiasa
memberikan kemudahan bagi kita semua dalam meniti hari esok yang lebih baik,
amiiin ya Allah ya robbal ‘alamiin.
Jakarta, 10 Juni 2009
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif
Lembar Pengesahan Sidang Skripsi
Daftar Riwayat Hidup ……………………………………………… i
Abstract …………………………………………………………….. ii
Abstrak ……………………………………………………………… iii
Kata Pengantar ……………………………………………………... iv
Daftar Isi ……………………………………………………………. vii
Daftar Tabel ……………………………………………..…………. x
Daftar Gambar ……………………………………………………… xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian …………………………………. 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………. 10
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ………………………….... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Bank Syariah……………………………………………….. 13
B. Dana Bank Syariah………………………………………… 19
B.1. Sumber Dana Bank……………………………………… 21
B.2. Penggunaan Dana Bank…………………………………. 23
vii
C. Mekanisme Perhitungan Bagi Hasil ………………………. 27
C.1. Keuntungan Bank……………………………………….. 28
D. Laporan Keuangan Bank Syariah ………………………… 28
D.1. Perangkat Laporan Keuangan…………………………….. 30
E. Rasio Keuangan ………………………………………….. 32
F. Kesehatan Bank …………………………..……………… 33
G. CAMEL……………………………………………………. 34
H. Manajemen Asset dan Liabilitas…………………………… 40
I. Manajemen Permodalan……….……………………………43
J. Manajemen Liikuiditas…………..………………………. 44
K. Penelitian Terdahulu ……………………………………….45
L. Hipotesis ………………………………………………….. 50
M. Kerangka Pemikiran ………………………………………..51
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ……………………………….. 52
B. Metode Penentuan Sampel ……………………………….. 53
C. Metode Pengumpulan Data ………………………………. 53
D. Metode Analisis ………………………………………….. 54
E. Operasaional Variabel Penelitian …………………………. 60
viii
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian…………………… 67
1. Latar Belakang Bank Muamalat ………………………… 67
2. Visi dan Misi Bank Muamalat …………………….. …….. 70
3. Struktur Organisasi ……………………………………… 71
4. Produk dan Jasa Bank Muamalat ………………………. 72
B. Pengolahan Data Dan Analisis Deskriptif …………………….. 75
C. Penemuan Dan Pembahasan ………………………………… 78
Analisis Jalur………..…………………………………….. 78
a) Analisis Regresi .……………………………………………. 78
b) Analisis Korelasi .…………………………………………... 88
c) Diagram Jalur ………………………………………………. 94
d) Persamaan struktural ……………………………………..… 96
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan …………………………………………………… 108
B. Implikasi ……………………..……………………………….. 111
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Jaringan Layanan Bank Muamalat Indonesia 3
3.1 Operasional Variabel 64
4.1 Statistik Deskriptif 76
4.2 Model Summary 79
4.3 Uji F 80
4.4 Uji T 82
4.5 Analisis Korelasi 88
4.6 Model Summary 98
4.7 Uji F 99
4.8 Uji T 101
4.9 Analisis Korelasi 104
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Sumber dan penggunaan dana 25 (pool of fund approach) 2.2 Sumber dan penggunaan dana 26 (asset allocation approach) 2.3 Kerangka pemikiran 51
3.1 Diagram Jalur 56
4.1 Struktur Organisasi 71
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
Pertumbuhan dan perkembangan lembaga perbankan syari’ah mengalami
kemajuan yang sangat pesat, baik di dunia internasional maupun di Indonesia.
Konsep perbankan dan keuangan Islam yang pada mulanya di tahun 1970-an
hanya merupakan diskusi teoritis, kini telah menjadi realitas faktual yang
mencengangkan banyak kalangan. Penerapan ekonomi yang islami menjadi
fenomena baru di berbagai negara, baik di Asia, Eropa, Afrika, hingga Amerika.
Khusus di Indonesia, ekonomi islam mulai diterapkan dalam bentuk Institusi pada
tahun 1991 dengan bentuk baitul mal wat tamwil (BMT) dan pada tahun 1992
berdiri bank syariah pertama yaitu Bank Muamalat Indonesia.
Perkembangan pesat tersebut dapat terlihat ketika pasca krisis moneter
yang menerpa Indonesia, dimana bank syariah termasuk bank yang kokoh dalam
menghadapi krisis. Meskipun kala itu hanya baru ada satu lembaga keuangan
perbankan syariah, namun, diakui oleh banyak kalangan bahwa sistem yang
dianut dapat menjawab tantangan krisis yang terjadi pada tahun 1997 – 1998.
Maka, dengan fakta tersebut, pemerintah berupaya mendorong perkembangan
perbankan syariah menjadi lebih baik setiap tahunnya.
Tujuan fundamental perbankan syariah adalah untuk mendorong dan
mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat dengan melakukan kegiatan
perbankan, financial, komersial, dan investasi sehingga meningkatkan kesempatan
1
kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan syariah islam. Tujuan
bisnis perbankan syariah tidak berbeda dengan perbankan konvensional yaitu
memperoleh keuntungan optimal dengan jalan memberikan layanan jasa keuangan
kepada masyarakat dengan prinsip syariah.
Target utamanya adalah kesejahteraan ekonomi, perluasan kesempatan
kerja, dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, keadilan sosio-ekonomi
serta distribusi pendapatan dan kekayaan yang wajar, stabilitas nilai uang, dan
mobilisasi serta investasi tabungan untuk pembangunan ekonomi yang mampu
memberikan jaminan keuntungan (bagi hasil) kepada semua pihak yang terlibat.
Tampaknya dimensi religious harus dikemukakan sebagai tujuan akhir, dalam arti
bahwa peluang untuk melakukan operasi keuangan yang halal jauh lebih penting
dibanding model operasi keuangan itu sendiri (Lewis & Algaoud, 2007)
Lahirnya Bank Muamalat Indonesia sebagai pelopor pertama bank islam di
Indonesia merupakan hasil kerja tim perbankan MUI yang menyelenggarakan
Lokakarya Bunga Bank pada tahun 1990 di Cisarua Bogor, dan kemudian Bank
Muamalat Indonesia mulai beroperasi pada tanggal 1 Mei 1992 dengan modal
awal sebesar 106.382.000,00. Yang sejak tahun 1998 sampai dengan 2007 total
asset Bank muamalat Indonesia meningkat mendekati 2.100% dan ekuitas tumbuh
sebesar 2.000%. Sedangkan jaringan layanan Bank Muamalat Indonesia hingga
akhir desember 2007 Bank Muamalat Indonesia telah memiliki 51 Cabang, 8
Cabang Pembantu, 90 Kantor Kas, 43 Gerai Muamalat, 21 Unit Pelayanan
Syariah, dan 1800 SOPP Pos.
2
Tabel 1.1 Jaringan Layanan Bank Muamalat Indonesia
(Jumlah Unit)
Cabang Cabang
PembantuKantor
Kas Gerai
MuamalatUnit
Pelayanan SOPP
Pos
Desember 2002 13 7 46 - - - Desember 2003 32 8 70 46 - - Desember 2004 43 10 78 46 - 292 Desember 2005 47 13 81 46 - 573 Desember 2006 51 8 89 43 18 1400 Desember 2007 51 8 90 43 21 1800
Pada awalnya keberadaan Bank Muamalat Indonesia ini belum mendapat
perhatian yang optimal dalam tatanan industri perbankan nasional. Landasan
hukum operasi bank yang mengggunakan sistem syariah ini hanya dikategorikan
sebagai “bank dengan sistem bagi hasil” tidak terdapat rincian landasan hukum
syariah serta jenis-jenis usaha yang diperbolehkan. Hal ini sangat jelas tercermin
dari UU No.7 Tahun 1992 dimana pembahasan perbankan sengan sistem bagi
hasil sepintas lalu dan merupakan “sisipan balaka” (Syafi’I, 2001).
Dengan lahirnya bank islam yang beroperasi berdasarkan sistem bagi hasil
sebagai alternatif pengganti bunga pada bank-bank konvensional, merupakan
peluang bagi umat islam untuk memanfaatkan jasa bank seoptimal mungkin,
merupakan peluang karena umat islam akan berhubungan dengan perbankan
dengan tenang, tanpa keraguan dan didasari oleh motivasi keagamaan yang kuat
di dalam memobilisasi dana masyarakat untuk pembiayaan pembangunaan
ekonomi umat.
Peluang tersebut tidak hanya dirasakan oleh umat islam saja tetapi juga
oleh umat non muslim, karena bank islam dinilai terbukti mampu menjadi sarana
3
penunjang pembangunan ekonomi yang handal dan dapat beroperasi secara sehat,
karena di dalam operasinya terkandung misi kebersamaan antara nasabah dengan
bank. Selain itu bank islam mampu hidup berdampingan secara serasi dan
kompetisi secara sahat dan wajar dengan bank-bank konvensional yang telah ada,
karena bank islam tidak bersifat eksklusif untuk umat islam saja, tetapi tidak ada
larangan bagi umat non muslim untuk melakukan hubungan dengan bank islam.
Bahkan pengelolaannya pun dapat dilakukan oleh non muslim, seperti terjadi pada
bank islam di London, Luxemburg, Switzerland, dan bank-bank asing di Pakistan.
(Sumitro Warkum, 22004)
Bank islam dengan sistem bagi hasilnya sebagai alternatif pengganti dari
penerapan sistem bunga ternyata dinilai telah berhasil menghindarkan dampak
negatif dari penerapan bunga, seperti :
1. Pembebanan pada nasabah berlebih-lebih dengan beban berbunga (compound
interest) bagi nasabah yang tidak mampu membayar pada saat jatuh temponya
2. Timbulnya pemerasan (eksploitasi) yang kuat terhadap yang lemah
3. Terjadinya konsentrasi kekuatan ekonomi di tangan kelompok elit, para
bankir dan pemilik modal
4. Kurangnya peluang bagi kekuatan ekonomi lemah/bawah untuk
mengembangkan potensi usahanya
Selain mampu menghindarkan dari dampak negatif penerapan bunga, bank
islam dengan sistem bagi hasil dinilai mampu mengalokasikan sumber dana
secara efisien (Siddiqi Najatullah, 1980).
4
Untuk Mengetahui bagaimana kinerja keuangan suatu bank apakah dalam
kategori baik/buruk, salah satunya dapat diukur dengan menggunakan rasio
keuangan, penggunaan rasio keuangan ini merupakan cara yang paling banyak
digunakan dalam pengukuran kinerja suatu bank baik yang konvensional maupun
yang syariah. Rasio ini digunakan untuk mengetahui keadaan dan perkembangan
keuangan bank terutama bagi pihak debitur. Hasil analisis dapat digunakan untuk
melihat kelemahan financial bank selama periode waktu berjalan. Kelemahan
yang terdapat di bank dapat segera diperbaiki, sedangkan hasil yang cukup baik
untuk dipertahankan pada waktu yang akan datang. Selanjutnya analisis histories
tesebut dapat digunakan untuk penyusunan rencana dan kebijakan di masa
mendatang. Rasio-rasio tersebut yaitu likuiditas, rentabilitas, resiko usaha bank,
permodalan, dan efisiensi usaha.
Dapat dilihat dari Surat Edaran Bank Indonesia No. 26 / 5 / BPPP
mengenai pengukuran tingkat kesehatan yang dilakukan dengan
mengkuantifikasikan CAMEL dan melihat kepatuhan pada ketentuan pemerintah.
CAMEL terdiri dari faktor Permodalan (Capital), Kualitas Aktiva Produktif
(Asset), Manajemen (Management), Rentabilitas (Earning), dan Likuiditas
(Liquidity). Sedangkan kepatuhan pada ketentuan pemerintah dapat dilihat dari
dari judgment, pemberian batas maksimum pemberian kredit (BMPK), serta
posisi devisa neto.
Banyak cara yang telah dilakukan pemerintah, dalam hal ini melalui Bank
Indonesia untuk melakukan restrukturisasi dalam perbankan Indonesia menjadi
sehat. Dapat kita lihat dari tahun 1995 yang terdiri dari 240 bank menjadi 131
5
bank pada 2007. Pengurangan jumlah bank dilakukan dengan cara menutup bank
(likuidasi) atau dengan cara melakukan merger dengan beberapa bank agar
memiliki asset dan modal yang kuat. Program restrukturisasi diyakini akan
memberikan arah kepada penyehatan perbankan Indonesia dengan menghasilkan
peningkatan kecukupan modal yang nantinya akan mempengaruhi kemampuan
bank yang bersangkutan untuk menyalurkan kredit. Penyaluran akan kredit yang
baik akan membantu bank dalam menjalankan fungsi bank. Keberhasilan akan
program tersebut dapat dilihat dari bagaimana suatu bank menghasilkan profit
yang baik bagi bank.
Dalam menjalankan fungsinya perbankan Indonesia berasaskan demokrasi
ekonomi dan menggunakan prinsip kehatihatian (Prudential banking). Fungsi
utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana
masyarakat serta untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam
rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan
ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.
Sesuai dengan pengertian bank menurut Undang-Undang No.7 Tahun 1992 yang
disempurnakan menjadi Undang-Undang No.10 Tahun 1998 mengenai perbankan
yaitu : “bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak”.
Dana-dana masyarakat yang dihimpun oleh bank dapat disimpan dalam
bentuk tabungan, giro, deposito. Dana-dana tersebut diolah sedemikian rupa oleh
6
bank agar dapat memberikan pendapatan bagi bank yang bersangkutan. Dalam
upaya agar permodalan bank senantiasa sehat dan didukung oleh kualitas aset
yang sehat pula, otoritas moneter telah menentukan aturan-aturan kesehatan
permodalan bank sehingga bank tidak goyah dalam menghadapi kesulitan-
kesulitan yang mungkin timbul
Bank Indonesia melalui Surat Edaran BI No. 23 / 67 / KEP / DIR tanggal
28 Februari 1991 (PakFeb ’91) yang kembali dipertegas melelui peraturan BI No.
3 / 21 / PBI / 2001 tentang kewajiban modal minimum bank, menetapkan bahwa
rasio kecukupan modal (CAR) harus mencapai 8%. Dengan ketentuan tersebut,
bank wajib memelihara ketersediaan modal karena setiap pertambahan kegiatan
bank khususnya yang mengakibatkan pertumbuhan aktiva harus diimbangi dengan
pertumbuhan pendapatan sebesar 100 berbanding 8.
Capital Adequacy Ratio (CAR) pada perbankan sesuai dengan aturan yang
berlaku di Indonesia besarnya ditentukan oleh seberapa besar modal yang dimiliki
yang terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. Serta besarnya ATMR dimana
bobot risiko masing-masing aktiva telah ditetapkan. Sesuai dengan prinsip yang
telah ditetapkan BI, kewajiban penyediaan minimum bank didasarkan pada resiko
aktiva bank yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat
administratif yang merupakan kewajiban komitmen dan kontjusi, dimana resiko
aktiva tersebut dapat berupa resiko kredit, fluktuasi bunga, fluktuasi nilai tukar,
dan fluktuasi harga dari surat-surat berharga.
Dampak dari peraturan mengenai CAR tersebut adalah batasan-batasan
yang harus diperhatikan oleh bank dalam rangka melakukan pengembangan
7
usahanya adalah apabila batasan CAR tidak diperhatikan, resiko yang mungkin
terjadi adalah penurunan tingkat CAR bank yang pada akhirnya akan berimplikasi
kepada penurunan tingkat kesehatan bank.
Sebaliknya dengan Non Performing Loan (NPL), jika NPL mengalami
kenaikan maka akan berdampak pada penurunan profitabilitas bank karena rassio
NPL menunjukan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit
bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka
akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit
bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi
bermasalah semakin besar. Oleh karena itu BI menetapkan maksimal NPL suatu
bank adalah sebesar 5 %.
Selain itu NIM (Net Interest Margin) juga digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk
menghasilkan pendapatan bunga bersih, pendapatan bunga bersih tersebut
diperoleh dari pendapatan bunga. Semakin besar rasio ini makan semakin
meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank
sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
Pos-pos pada laporan keuangan bank yang menggambarkan pendapatan
bagi bank yang bersangkutan disebut aktiva prouktif. Aktiva Produktif merupakan
suatu media menyaluran dana bagi bank untuk memperoleh pendapatan yang
termasuk ke dalam Aktiva Produktif adalah : penyaluran kredit, surat-surat
berharga, penyertaan, penempatan pada bank lain, dan transaksi rekening
administrative. Penghimpunan dana masyarakat dimaksudkan untuk dijadikan
8
ladang perolehan pendapatan bank, yaitu dengan jalan menanamkan dana tersebut
ke dalam sektor produktif yang dikenal dengan nama Aktiva Produktif. Karena
Aktiva Produktif adalah kunci pertama pendapatan bank, maka pengelolaan yang
baik merupakan hal yang mutlak untuk dilakukan, dengan maksud untuk menjaga
Kualitas Aktiva Produktifnnya.
Rasio efisiensi atau yang sering disebut rasio BOPO (Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional) dalam menilai tingkat kesehatan bank
digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam mengendalikan biaya
operasional terhadap pendapatan operasional, semakin kecil rasio ini maka
semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan
sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
Dalam CAMEL yang dibahas mengenai likuiditas sebuah bank, salah satu
indikatornya adalah dengan mengukur LDR dari sebuah bank. Bank Indonesia
menetapkan batas maksimum rasio pemberian kredit terhadap dana yang
terhimpun atau LDR adalah maksimal 110% dan standar besar tingkat LDR yang
optimal adalah 85% - 110%. Semakin besar LDR maka semakin besar
profitabilitas bank. Tatapi apabila LDR terlalu besar maka bank tersebut
cenderung tidak likuid.
Penilaian tingkat kesehatan salah satunya menggunakan rasio profitabilitas
atau disebut juga rentabilitas atau kemampu labaan. Rasio profitabilitas di
terjemahkan sebagai kemampuan bank untuk menghasilkan laba. Umumnya
dikenal 6 tolak ukur tingkat profitabilitas, yaitu Net Profit Margin (NPM), Gross
Profit Margin GPM), Assets Utilization, Return On Asset (ROA), Earnings Per
9
Share, dan Return On Equity (ROE). Menurut tata cara penilainan tingkat
kesehatan ada dua metode yang menjadi ukuran tingkat kesehatan bank dilihat
dari rentabilitasnya. Dua metode itu adalah Return On Asset (ROA) dan Beban
Operasional Pendapatan Operasional (BOPO). Dalam penelitian ini penulis
menggunakan Return On Asset (ROA) sebagai tolak ukur
Berdasarkan alasan tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “ANALISIS PENGARUH CAR, NPL, LDR, NIM,
DAN BOPO TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS (ROA) PADA
BANK MUAMALAT INDONESIA”
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
penelitian ini bermaksud menganalisis seberapa besarkah pengaruh CAR, NPL,
LDR, NIM, dan BOPO terhadap ROA. Dalam penelitian ini, peneliti akan
menguji dengan menggunakan metode statistik analisis jalur. Adapun
permasalahan-permasalahan pokok yang diangkat dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah CAR, NPL, LDR, NIM, dan BOPO secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap ROA Bank Muamalat Indonesia
2. Apakah CAR, NPL, LDR, NIM, dan BOPO secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap ROA Bank Muamalat Indonesia
3. Bagaimana ketereratan hubungan antara variabel (CAR, NPL, LDR, NIM
dan BOPO) Bank Muamalat Indonesia
10
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Tujuan penelitian
a) Untuk menganalisis CAR, NPL, LDR, NIM, dan BOPO secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap ROA Bank Muamalat
Indonesia
b) Untuk menganalisis CAR, NPL, LDR, NIM, dan BOPO secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap ROA Bank Muamalat Indonesia
c) Untuk menganalisis ketereratan hubungan antara variabel (CAR, NPL,
LDR, NIM, dan BOPO) Bank Muamalat Indonesia
2. Manfaat penelitian
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh CAR, NPL, LDR,
NIM, dan BOPO terhadap ROA Bank Muamalat Indonesia periode 2002-
2005 akan memperoleh beberapa manfaat bagi pihak-pihak sebagai
berikut:
a) Bagi penulis, untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan penganalisaan
laporan keuangan bank terutama raasio-rasio penting bagi bank seperti
CAR, NPL, LDR, NIM dan BOPO terhadap ROA Bank muamalat
Indonesia periode 2002-2005.
b) Bagi perbankan, untuk masukan bagi bank bagaimana CAR, NPL,
LDR, NIM dan BOPO dapat mempengaruhi kinerja bank dan tingkat
kesehatan bank, serta dapat meningkatkan efektifitas dalam
penghimpunan dan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan.
11
c) Bagi akademisi / peneliti, dapat dijadikan referensi untuk membuat
penelitian lebih lanjut terutama megenai CAMEL
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. BANK SYARIAH
Menurut Arifin, Kata bank dapat ditelusuri dari kata banque dalam bahasa
prancis, dan dari kata banco dalam bahasa italia, yang dapat berarti peti/lemari
bangku yang menyiaratkan fungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda
berharga seperti peti emas, peti uang dan sebagainya. Peti bank berarti portepel
aktiva yang menghasilkan yaitu portofolio yang memberi bank laba. Namun pada
abad ke-12 kata banco di itali merujuk pada meja, counter atau tempat usaha
penukaran uang, arti ini menyiratkan fungsi transaksi yaitu penukaran uang atau
dalam transaksi bisnis yang lebih luas yaitu “membayar barang dan jasa”
Menurut Karim, Bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi
utama yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang dan memberikan jasa
pengiriman uang.
Bank didefinisikan oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagai
“badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”
Sedangkan perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang
bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya. (Rolana, 2006)
13 2
Menurut Triandaru, Bank syariah yaitu bank yang dalam aktivitasnya baik
penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan
mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil
Menurut Rolana, Bank syariah adalah bank yang menggunakan sistem dan
operasi perbankan berdasarkan prinsip syariah islam, yaitu mengikuti tata cara
berusaha dan perjanjian berusaha yang dituntun oleh Al Quran dan Al Hadist, dan
mengikuti tata cara berusaha dan perjanjian berusaha yang tidak dilarang oleh Al
Quran dan Al Hadist.
Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/34/KEP/DIR
12 Mei 1999 tentang bank berdasarkan prinsip syariah, prinsip kegiatan usaha
bank syariah adalah (Triandaru, 2000) :
1. Prinsip bagi hasil (profit and loss sharing)
Ada dua macam kontrak dalam kategori ini yaitu :
a) Musyarakah
Adalah akad kerjasama usaha patungan antara dua pihak atau lebih pemilik
modal untuk membiayai suatu jenis usaha yang halal dan produktif.
Pendapatan atau keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang telah
disepakati.
b) Mudharabah
Adalah akad jual beli antara pihak pemilik modal dengan pengelola untuk
memperoleh pendapatan atau keuntungan. Pendapatan atau keuntungan
tersebut dibagi berdasarkan nisbah yang disepakati di awal akad. (Wiyono,
2005) menambahkan ada dua tipe mudharabah, yaitu :
14
1) Mudharabah Mutlaqoh
Adalah akad Mudharabah dimana pemilik dana memberikan kebebasan
kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasi.
2) Mudharabah Muqayyadah
Adalah akad Mudharabah dimana pemilik dana memberikan batasan
kepada pengelola dana mengenai tempat, cara, dan objek investasi.
2. Prinsip jual beli (Al Bai)
Pengertian jual beli meliputi berbagai akad pertukaran antara satu barang
dan jasa dalam jumlah tertentu atas barang dan jasa lainnya. Penyerahan jumlah
atau harga barang dan jasa tersebut dapat dilakukan dengan segera ataupun secara
tangguh. Prinsip jual beli yang digunakan sebagai pembiayaan syariah adalah:
c) Murabahah
Adalah akad jual beli antara bank dan nasabah. Bank membeli barang yang
diperlukan nasabah yang bersangkutan sebesar harga pokok ditambah
dengan keuntungan yang disepakati.
d) Salam
Adalah akad jual beli barang pesanan antara pembeli dengan penjual.
Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati di awal akad dan
pembayaran dilakukan di muka secara penuh. Apabila bank bertindak
sebagai pembeli dan pemesanan dilakukan kepada pihak lain untuk
menyediakan barang , maka hal itu disebut Salam Paralel
15
e) Istishna
Adalah akad jual beli barang antara pemesan dengan penerima pesanan.
Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati di awal akad dengan
pembayaran dilakukan secara bertahap sesuai kesepakatan. Apabila bank
bertindak sebagai penerima pesanan dan penunjukan dilakukan kepada
pihak lain untuk membuat barang, maka hal ini disebut Istishna Paralel
3. Prinsip sewa (ijarah) dan sewa beli (ijarah muntahiyah bi tamlik)
Sewa (ijarah) adalah akad pemindahan hak guna atau manfaat atas barang atau
jasa melalui upah sewa tanpa di ikuti pemindahan hak kepemilikan atas barang
itu sendiri. Sedangkan sewa beli (ijarah muntahiyah bi tamlik) adalah transaksi
ijarah yang diikuti dengan proses perpindahan hak kepemilikan atas barang itu
sendiri. (Wiyono, 2005)
4. Prinsip Qard (pinjaman)
Adalah akad pinjaman dari bank kepada pihak tertentu yang wajib
dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman tanpa mengharapkan
imbalan
5. Prinsip Wadi’ah (titipan)
Adalah akad penitipan barang/uang antara pihak yang mempunyai barang/uang
dengan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga
keselamatan, keamanan, serta keutuhan barang/uang. Berdasarkan jenisnya
wadi’ah terdiri dari :
16
f) Wadi’ah Yad Amanah
Adalah akad penitipan barang/uang dengan pihak penerima tidak
diperkenankan menggunakan barang/uang yang dititipkan dan tidak
bertanggung jawab atas kerusakan/kehilangan barang titipan yang bukan
diakibatkan perbuatan atau kelalaian penerima titipan.
g) Wadi’ah Yad Dhamanah
Adalah akad penitipan barang/uang dengan pihak penerima titipan dengan
atau tanpa izin pemilik barang/uang dapat memanfaatkan barang/uang
titipan dan harus bertangggung jawab terhadap kehilangan/kerusakan
barang/uang titipan. Semua manfaat dan keuntungan yang diperolah dalam
penggunaan barang/uang tersebut menjadi hak penerima titipan.
6. Prinsip lainnya
h) Rahn
Adalah akad penyerahan barang harta dan nasabah kepada bank sebagai
jaminan sebagian atau seluruh hutang.
i) Wakalah
Adalah akad pemberian kuasa dari pemberi kuasa kepada penerima kuasa
untuk melaksanakan suatu tugas atas nama pemberi kuasa.
j) Kafalah
Adalah akad pemberian jaminan yang diberikan satu pihak kepada pihak
lain sebagai pemberi jaminan bertanggung jawab atas pembayaran kembali
suatu hutang yang menjadi hak penerima jaminan
17
k) Hawalah
Adalah akad pemindahan piutang nasabah kepada bank dari nasabah lain.
l) Ju’alah atau Ujr
Adalah akad yang diberikan atau yang diminta atas suatu pekerjaan yang
dilakukan
m) Sharf
Adalah akad jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya
Tujuan sistem perbankan syariah dalam menjalankan aktivitasnya yang
dapat dipandang bagi masyarakat modern untuk membawa mereka dalam
pelaksanaan dua ajaran Al Quran (Arifin Zainul, 2006), yaitu:
1. Prinsip Ta’awun, yaitu saling membantu dan saling bekerja sama diantara
anggota masyarakat untuk kebaikan,sebagaimana dinyatakan dalam Al
Quran:
“…Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
taqwa, Dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran…”
2. Prinsip menghindari Al Iktinaz, yaitu menahan uang (dana) dan
membiarkannya menganggur (idle) dan tidak berputar dalam transaksi
yang bermanfaat bagi masyarakat umum, sebagaimana dinyatakan dalam
Al Quran:
“…Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu…”
18
Perbedaan pokok antara perbankan islam dengan perbankan konvensional
adalah adanya larangan riba (bunga) bagi perbankan islam. Bagi islam riba
dilarang sedangkan jual beli dihalalkan
Sejak awal dasawarsa 1970-an, umat islam diberbagai negara telah berusaha
untuk mendirikan bank islam. Tujuannya pada umumnya adalah untuk
mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip syariah islam
dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang
terkait.
Prinsip utama yang dianut bank islam adalah :
1. Larangan riba (bunga) dalam berbagai bentuk transaksi
2. Menjalankan bisnis dan aktivitas perdagangan yang berbasis pada perolehan
keuntungan yang sah menurut syariah
3. Memberikan zakat
B. DANA BANK SYARIAH
(Arifin, 2006; 47) Pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh
perkembangan kemampuannya menghimpun dana masyarakat, baik berskala kecil
maupun besar dengan masa pengendapan yang memadai. Sebagai lembaga
keuangan, masalah bank yang paling utama adalah dana. Dana adalah uang tunai
yang dimiliki atau dikuasai oleh bank dalam bentuk tunai atau aktiva lain yang
dapat segera diubah menjadi uang tunai. Dana tersebut tidak hanya berasal dari
para pemilik bank itu saja tetapi juga berasal dari titipan atau penyertaan dana
19
orang lain atau pihak lain yang sewaktu-waktu dapat ditarik kembali baik secara
berangsur-angsur maupun sekaligus.
Berdasarkan data empiris, dana yang berasal dari para pemilik bank itu
sendiri ditambah cadangan modal yang berasal dari akumulasi keuntungan yang
ditanam kembali pada bank hanya sebesar 7% sampai 8% dari total aktiva bank.
Bahkan di Indonesia rata-rata jumlah modal dan cadangan yang dimiliki oleh
bank belum pernah melebihi 4% dari total aktiva. Ini berarti sebagian besar modal
kerja bank berasal dari masyarakat, lembaga keuangan lain dan pinjaman
likuiditas dari bank sentral.
Berdasarkan prinsip tersebut bank syariah dapat menarik dana dari pihak
ketiga atau masyarakat dalam bentuk :
1. Titipan (wadiah) yaitu simpanan yang dijamin keamanan dan
pengembaliannya (guaranteed deposit) tetapi tanpa memperoleh imbalan
atau keuntungan
2. Partisipasi modal berbagi hasil dan berbagi risiko (non guaranteed
account) untuk investasi umum (general investment account/mudharabah
mutkaqoh) dimana bank akan membayar bagian keuntungan secara
proforsional dengan portofolio yang didanai dengan modal tersebut
3. Investasi khusus (special investment account/mudharabah muqayyadah)
dimana bank bertindak sebagai manager investasi untuk memperoleh fee,
jadi bank tidak ikut berinvestasi sedangkan investor sepenuhnya
mengambil risiko atas investasi itu.
20
B.1. Sumber Dana Bank
Sumber dana bank syariah terdiri dari :
1. Modal inti (core capital)
Modal inti adalah dana modal sendiri, yaitu dana yang berasal dari para
pemegang saham, yakni pemilik bank. Umumnya modal inti terdiri dari :
a) Modal yang disetor oleh para pemegang saham, sumber utama dari
modal perusahaan adalah saham
b) Cadangan, yaitu sebagian laba bank yang tidak dibagi, yang disisihkan
untuk menutup timbulnya risiko kerugian di kemudian hari
c) Laba ditahan, yaitu dana yang tidak dibagikan kepada para pemegang
saham namun ditanam kembali di dalam bank untuk menambah dana
modal lebih lanjut
2. Kuasi ekuitas (mudharabah account)
Bank menghimpun dana bagi hasil atas dasar prinsip mudharabah, yaitu
akad kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengusaha
(mudharib) untuk melakukan suatu usaha bersama dan pemilik dana tidak
boleh mencampuri pengelolaan bisnis sehari-hari. Berdasarkan prinsip ini,
dalam kedudukannya sebagai mudharib, bank menyediakan jasa bagi para
investor berupa :
a) Rekening investasi umum, dimana bank menerima simpanan dari
nasabah yang mencari kesempatan investasi atas dana mereka dalam
bentuk investasi berdasarkan prinsip mudhrabah mutlaqah
21
(unrestricted investment account), simpanan diperjanjikan untuk
jangka waktu tertentu.
b) Rekening investasi khusus, dimana bank bertindak sebagai manajer
investasi bagi nasabah institusi (pemerintah atau lembaga keuangan)
atau nasabah korporasi untuk menginvestasikan dana mereka pada
unit-unit usaha atau proyek-proyek tertentu yang mereka setujui atau
mereka kehendaki.
c) Rekening tabungan mudharabah, prinsip mudharabah juga digunakan
untuk jasa pengelolaan rekening tabungan. Salah satu syarat
mudharabah adalah dananya harus dalam bentuk uang (monetary
form), dalam jumlah tertentu dan diserahkan kepada mudharib.
3. Titipan (wadiah) atau simpanan tanpa imbalan (non remunerated deposit)
Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank, yang
umumnya berupa giro atau tabungan.
a) Rekening giro wadiah
Dalam hal ini bank islam menggunakan prinsip wadiah yad dhamanah.
Bank sebagai kustodian yang menjamin kembali simpanan wadiah,
dana tersebut dapat digunakan untuk kegiatan usaha dan bank berhak
atas pendapatan yang diperoleh. Bank tidak boleh menjanjikan
imbalan atau keuntungan kepada pemegang rekening wadiah dan
pemilik rekening pun tidak boleh meminta imbalan atau keuntungan
tersebut karena setiap imbalan atau keuntungan yang diperjanjikan
22
dapat dianggap riba, namun bank dapat memberikan imbalan berupa
bonus (hibah) kepada pemilik dana.
b) Prinsip wadiah yad dhamanah juga dipergunakan oleh bank dalam
mengelola jasa tabungan, yaitu simpanan dari nasabah yang
memerlukan jasa penitipan dana dengan tingkat keleluasaan tertentu
untuk menariknya kembali.
B.2. Penggunaan Dana Bank
Bank harus mempersiapkan strategi penggunaan dana-dana yang
dihimpunnya sesuai rencana alokasi berdasarkan kebijakan yang telah digariskan.
Alokasi ini mempunyai beberapa tujuan, yaitu ;
1. Mencapai tingkat profitabilitas yang cukup dan tingkat risiko yang rendah
2. Mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi
likuiditas tatap aman
Alokasi penggunaan dana bank syariah pada dasarnya dapat dibagi dalam dua
bagian penting dari aktiva bank, yaitu ;
1. Earning asset (aktiva yang menghasilkan)
Earning asset adalah berupa investasi dalam bentuk ;
a) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah)
b) Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan (musyarakah)
c) Pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli (al-bai’)
d) Pembiayaan berdasarkan prinsip sewa (iajrah)
e) Surat-surat berharga syariah dan investasi lainnya
23
2. Non earning asset (aktiva yang tidak menghasilkan)
Non earning asset terdiri dari :
a) Aktiva dalam bentuk tunai (cash asset)
b) Pinjaman (qard)
c) Penanaman dana dalam aktiva tetap dan inventaris (premises and
aquipment)
Gambaran tentang pola penghimpunan dana dan pengalokasiannya dapat
dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu :
1. Pendekatan pusat pengumpulan dana (pool of funds approach), yaitu
dengan melihat sumber-sumber dana dan penempatannya
24
Gambar 2.1 Sumber dan penggunaan dana
(pool of fund approach)
Sumber Dana : Penggunaan Dana :
Primary Reserve
Secondary Reserve
Qard
Istishna
Salam
Murabahah
Mudharabah
Musyarakah
Aktiva Tetap
DANA
POOLMudharabah
Mutlaqah
Musyarakah
Wadiah
Ijarah
Mudharabah Muqayyadah
Special Project
25
2. Pandekatan alokasi aktiva (asset allocation approach), yaitu penempatan
masing-masing jenis dana ke dalam aktiva bank
Gambar 2.2 Sumber dan penggunaan dana
(asset allocation approach)
Sumber Dana : Penggunaan Dana :
Secondary Reserve
Qard
Murabahah
Salam
Istishna
Ijarah (Wa Iqtina)
Murabahah
Musyarakah
Aktiva Tetap
Wadiah
Mudharabah Mutlaqah
Mudharabah Muqayyadah
Musyarakah
Primary Reserve
26
C. MEKANISME PERHITUNGAN BAGI HASIL
(Wiyono, 2005) Konsep yang ditawarkan bank syariah adalah penggunaan
sistem bagi hasil, yaitu pembagian hasil usaha yang dapat berupa keuntungan atau
kerugian sesuai dengan nisbah bagi hasil (persentase) yang telah disepakati di
awal kontrak antara bank dengan nasabah.
Mekanisme perhitungan bagi hasil tersebut dapat didasarkan pada dua cara
profit sharing (bagi laba) dan revenue sharing (bagi pendapatan), yakni sebagai
berikut :
1. Profit sharing (bagi laba)
Perhitungan bagi hasil menurut profit sharing adalah perhitungan bagi hasil
yang mendasarkan pada laba dari pengelola dana, yaitu pendapatan usaha
dikurangi beban usaha untuk mendapatkan pendapatanusaha tersebut.
2. Revenue sharing (bagi pendapatan)
Perhitungan bagi hasil menurut revenue sharing adalah perhitungan bagi hasil
yang mendasarkan pada revenue sharing (pendapatan) dari pengelola dana,
yaitu pendapatan usaha sebelum dikurangi dengan beban usaha untuk
mendapatkan pendapatan usaha tersebut.
Aplikasi kedua dasar bagi hasil ini mempunyai kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Pada profit sharing, semua pihak yang terlibat
dalam akad akan mendapatkan laba apabila pengelola dana mengalami kerugian
yang normal. Apabila pengelola dana mendapatkan laba besar maka pemilik dana
juga mendapatkan bagian besar, sedangkan kalau labanya kecil maka pemilik
27
dana juga mendapatkan bagi hasil dalam jumlah yang kecil pula, dalam hal ini
unsur keadilan benar-benar diterapkan. Dalam revenue sharing kedua belah pihak
akan selalu mendapatkan bagi hasil karena bagi hasil dihitung dari pendapatan
pengelola dana.
C.1. Keuntungan Bank
Tingkat keuntungan bersih (Net Income) yang dihasilkan oleh bank
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat dikendalikan (Controlable Factors) dan
faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan (Uncontrolable Factors).
Controlable Factors adalah faktor-faktor yang dapat dipengaruhi oleh
manajemen seperti segmentasi bisnis, pengendalian pendapatan, dan pengendalian
biaya-biaya. Sedangkan Uncontrolable Factors atau faktor-faktor eksternal
adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja bank seperti kondisi
ekonomi secara umum dan situasi lingkungan wilayah operasinya. (Arifin, 2006;
59)
D. LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH
Prinsip dasar bank syariah adalah adanya pelarangan riba dan persepsi
mengenai uang sebagai alat tukar dan sarana untuk membayar kewajiban
keuangan bukan komoditas karena uang tidak mempunyai sisi time value. Oleh
karena itu bank syariah didirikan berdasar konsep pembagian keuntungan dan
kerugian sesuai dengan konsep islam mengenai “keuntungan adalah bagi siapa
28
yang menanggung risiko”. Bank syariah menolak bunga sebagai biaya atas
penggunaan uang dan pinjaman sebagai suatu alat investasi.
Pemahaman mengenai latar belakang operasi secara rinci dan susunan
laporan keuangan sangat diperlukan sebelum seseorang dapat menganalisis atau
melakukan perubahan dalam portofolio aktiva dan pasiva untuk memperbaiki
laba.
Laporan keuangan (financial statement) menyimpulkan kegiatan dalam
setiap bidang fungsional. Neraca mewakili kesimpulan tentang keputusan
manajemen yang telah diambil untuk bidang-bidang fungsional dan pernyataan
laba rugi mengukur tingkat kemampuan menghasilkan laba (profitability) dari
keputusan-keputusan manajemen selama periode tertentu.
Hasil operasi financial bervariasi di antara bank-bank syariah tergantung
pada ukuran, lokasi, dan tipe bisnis yang digeluti oleh masing-masing bank.
Beberapa bank dapat menunjukkan tingkat penghasilan aktiva (rate of return on
asset) dan tingkat penghasilan modal (rate of return on equity) yang sama tetapi
dapat sangat berbeda dalam struktur aktiva, pasiva dan modal, atau dalam hal
struktur pendapatan investasi dan jasa-jasa.
29
D.1. Perangkat Laporan Keuangan
Perangkat laporan keuangan lengkap yang harus diterbitkan oleh bank-
bank islam terdiri dari :
1. Laporan posisi keuangan (Neraca)
Laporan posisi keuangan mencakup asset, liabilitas, equity, dari para pemilik
rekening investasi tidak terbatas dan sejenisnya, dan modal pemilik pada
suatu tanggal yang harus diungkapkan
2. Laporan laba rugi
Laporan laba rugi mencakup pendapatan investasi, biaya-biaya, keuntungan
atau kerugian yang harus diungkapkan berdasarkan jenis-jenisnya selama
periode yang dicakup oleh laporan laba-rugi.
3. Laporan arus kas
Laporan arus kas harus membedakan antara arus kas dari operasi, arus kas
dari kegiatan investasi dan arus kas dari kegiatan pembiayaan. Di samping itu
laporan ini harus mengungkapkan komponen utama dari masing-masing
kategori arus kas. Laporan arus kas harus mengungkapkan kenaikan atau
penurunan netto pada kas dan setara kas selama periode yang sicakup dalam
laporan ini dan saldo kas dan setara kas pada awal dan akhir periode
4. Laporan perubahan modal pemilik dan laporan laba ditahan
Periode yang dicakup oleh laporan perubahan pada equity pemilik atau laba
ditahan harus diungkapkan. Laporan tersebut harus mengungkapkan
diantaranya hal-hal sebagai berikut :
a) Modal disetor, cadangan legal dan pilihan
30
b) Kontribusi modal para pemilik selama periode
c) Pendapatan (kerugian) netto selama periode
5. Laporan perubahan investasi terbatas
Laporan ini harus memisahkan investasi terbatas berdasarkan sumber
pembiayaan (misalnya yang dibiayai oleh rekening investasi terbatas, unit
investasi pada portofolio investasi terbatas). Disamping laporan ini juga harus
memisahkan portofolio investasi berdasarkan jenisnya.
6. Laporan sumber dan penggunaan dana zakat dan sumbangan
Periode yang dicakup dalam laporan sumber-sumber dan penggunaan dana
zakat dan dana sumbangan harus diungkapkan, pengungkapan harus
dilakukan mengenai tanggung jawab bank atas nama para pemilik rekening
investasi tidak terbatas. Sumber-sumber dana lain dalam zakat dan
sumbangan harus diungkapkan, pengungkapan harus dilakukan untuk dana-
dana yang dibayarkan oleh bank dari dana zakat dan sumbangan selama
periode dan dana-dana yang tersedia pada akhir periode.
7. Laporan sumber dan penggunaan dana qard
Dalam laporan sumber-sumber dan penggunaan dana qard harus diungkapkan
hal-hal yang meliputi periode yang dicakup, saldo qard yang beredar dan
dana-dana yang tersedia pada awal periode berdasarkan jenisnya, jumlah dan
sumber-sumber dan peggunaan dana yang disumbangkan selama periode
berdasarkan jenisnya serta saldo dana qard yang beredar dan dana yang
tersedia pada akhir periode
31
8. Catatan-catatan laporan keuangan
Laporan keuangan harus mengungkapkan semua informasi dan material yang
perlu untuk menjadikan laporan keuangan tersebut memadai, relevan dan bisa
dipercaya (andal) bagi para pemakainya
E. RASIO KEUANGAN
Rasio keuangan adalah hasil perhitungan antara dua macam data keuangan
bank, yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara kedua data keuangan
tersebut yang pada umumnya dinyatakan secara numerik, baik dalam presentase
atau kali. Hasil perhitungan rasio ini dapat digunakan untuk mengukur kinerja
keuangan bank pada periode tertentu, dan dapat dijadikan tolok ukur untuk
menilai tingkat kesehatan bank selama periode keuangan tesebut.
Rasio keuangan perbankan yang sering diumumkan dalam neraca publikasi
diantaranya meliputi :
1. Rasio Solvabilitas (Permodalan)
Untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka
panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika
terjadi likuidasi bank.
2. Rasio Profitabilitas
Yaitu alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan
profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan, (Sumitro Warkum,
2004) menambahkan bahwa penilaiannya adalah perbandingan laba/rugi dalam
12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha.
32
3. Rasio Likuiditas
Menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan nasabah dengan mengandalkan kredit yang
diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
F. KESEHATAN BANK
Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk
melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi
semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan
perbankan yang berlaku. Pengertian tentang kesehatan diatas merupakan suatu
batasan yang sangat luas, karena kesehatan bank memang mencangkup kesehatan
suatu bank untuk melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya, kegiatan
tersebut meliputi (Tiandaru dkk, 2006 ; 51) :
1. Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan dari
modal sendiri
2. Kemampuan mengelola dana
3. Kamampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat
4. Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik
modal, dan pihak lain
Dengan semakin meningkatnya kompleksitas usaha dan profil risiko, bank
perlu mengidentifikasikan permasalahan yang mungkin timbul dari operasional
bank. Bagi perbankan, hasil akhir penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan
sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha di waktu yang akan
33
datang sedangkan bagi bank Indonesia antara lain digunakan sebagai sarana
penetapan dan implementasi strategi pengawasan bank oleh Bank Indonesia.
Tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek
yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank meliputi penilaian
faktor permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan
sensitivitas terhadap risiko pasar. Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut
dilakukan melalui penilaian kuantitatif dan atau kualitatif setelah
mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas materialitas dan
signifikansi dari faktor-faktor penilaian serta pengaruh dari faktor-faktor lainnya
seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian nasional.
G. CAMEL
Penilain tingkat kesehatan bank mencangkup penilaian terhadap faktor-
faktor CAMEL yang terdiri dari (Tiandaru dkk, 2006) :
1. Capital (Permodalan)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan antara lain
dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut :
a) Kecukupan pemenuhan Kewjiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM)
terhadap ketentuan yang berlaku
b) Komposisi permodalan
c) Tren ke depan / proyeksi KPMM
d) Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan modal bank
34
e) Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang
berasal dari keuntungan (laba ditahan)
f) Rencana permodalan untuk mendukung pertumuhan usaha
g) Akses kepada sumber permodalan
h) Kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan
2. Asset Quality (Kualitas Asset)
Penialaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas asset antara lain
dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut :
a) Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan total aktiva produktif
b) Debitur inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit
c) Perkembangan aktiva produktif bermasalah (non performing asset)
dibandingkan aktiva produktif
d) Tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif
(PPAP)
e) Kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif
f) Sistem kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif
g) Dokumentasi aktiva produktif
h) Kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah
3. Management (Manajemen)
Penialaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui penilaian
terhadap komponen-komponen sebagai berikut :
a) Manajemen umum
35
b) Penerapan sistem manajemen risiko
c) Kebutuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada
bank Indonesia dan atau pihak lainnya
4. Earning (Rentabilitas)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas antara lain
dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut :
a) Pengembalian atas aktiva (Return On Asset – ROA)
b) Pengembalian atas ekuitas (Return On equity – ROE)
c) Margin bunga bersih (Net Interest margin – NIM)
d) Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO)
e) Pertumbuhan laba operasional
f) Komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi pendapatan
g) Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya
h) Prospek laba operasional
5. Liquidity (Likuiditas)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas antara lain
dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut :
a) Aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan pasiva likuid kurang dari 1
bulan
b) Rasio pinjaman terhadap dana pihak ketiga (Loan to Deposit Ratio – LDR)
c) Proyeksi arus kas 3 bulan mendatang
d) Ketergantungan pada dana antar bank dan deposan inti
36
e) Kebijakan dan pengelolaan likuiditas (Asset and Liability Management –
ALMA)
f) Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar
modal, atau sumber-sumber pendanaan lainnya
g) Stabilitas dana pihak ketiga (DPK)
Beberapa indikator dalam rasio CAMEL adalah sebagai berikut :
1. ROA (Return On Assets)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari
rata-rata total asset yang bersangkutan. Semakin besar ROA, maka semakin
besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan
suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba sebelum pajak
adalah laba bersih dari kegiatan operasional sebelum pajak. Sedangkan rata-
rata volume usaha atau aktiva. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI
No.3/30 DPNP tgl 14 Desember 2001) :
ROA = x 100%
2. CAR (Capital Adequacy Ratio)
Adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva
bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan
pada bank lain) ikut membiayai dari modal sendiri disamping memperoleh
dana-dana dari sumber-sumber diluar bank. Bank Indonesia menetapkan
37
ketentuan minimal CAR yaitu sebesar 8%, jika kurang dari 8% maka bank
dikatakan tidak sehat dan jika lebih besar dari 8% maka bank dapat dikatakan
sehat. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
CAR = x 100%
3. NPL (Non Performing Loan)
Rasio ini menunjukan bahwa kemampuan manajemen bank dalam
mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin
tinggi rassio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang
menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan
suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Kredit dalam hal ini
adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga dengan tingkat
kolektibilitas 3 sampai dengan 5 (kurang lancar, diragukan, macet)
dibandinngkan dengan total kredit yang diberikan oleh bank. Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut (SE BI No.3/30 DPNP tgl 14 Desember 2001) :
NPL = x 100%
4. LDR (Loan to Deposit ratio)
Rasio ini digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank dengan cara
membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga.
Semakin tinggi rasio ini, semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank
yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi
bermasalah akan semakin besar. Kredit yang diberikan tidak termasuk kredit
38
kepada bank lain LDR akan menunjukan tingkat kemampuan bank dalam
menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan
seperti giro, tabungan, deposito, simpanan berjangka sertifikat deposito.
Maksimal LDR yang diperkenankan oleh Bank Indonesia adalah sebesar
110%. Jika < 110 % maka dapat dikatakan sehat dan jika > 110% maka bank
tersebut dapat dikategorikan tidak sehat. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai
berikut (SE BI No.3/30 DPNP tgl 14 Desember 2001):
LDR = x 100%
5. NIM (Net Interest Margin)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga
bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi
beban bunga. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga
atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank
dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Rasio ini dirumuskan sebagai
berikut (SE BI No.3/30 DPNP tgl 14 Desember 2001):
NIM = x 100%
6. BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional)
Rasio yang sering disebut rasio efisien ini digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional
terhadap pendapatan opersaional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin
39
efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga
kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermaslah semakin kecil. Biaya
operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan
total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah penjumlahan
dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya. Dalam
rasio ini dapat diketahui tingkat efisiensi kinerja manajemen suatu bank, jika
angka rasio menunjukan angka diatas 90% dan mendekati 100% ini berarti
bahwa kinerja bank tersebut menunjukan tingkat efisiensi yang rendah, tetapi
jika tingkat rassio ini rendah misalnya mendekati 75% ini berarti kinerja bank
yang bersangkutan muenunujukan tingkat efisiensi yang tingggi. Rasio ini
dirumuskan sebagai berikut (SE BI No.3/30 DPNP tgl 14 Desember 2001):
BOPO = x 100%
H. MANAJEMEN ASET DAN LIABILITAS
Pada dasarnya manajemen aset dan liabilitas merupakan suatu proses
planning, organizing, actuating, controlling untuk mendapatkan penetapan
kebijaksanaan di bidang pengelolaan permodalan, pemupukan dana, dan
penggunaan dana (Riyadi, 2004; 21).
Karena manajemen asset menyangkut likuiditas maka memerlukan
pembangunan asset-aset sedemikian rupa sehingga aliran keluar dana dapat
diakomodasikan tanpa membuat penyesuaian dalam liabilitas, likuiditas suatu
asset berasal dari salah satu dari dua sumber yaitu daya cair dari asset itu sendiri
(self contanined liquidity) dan daya jualnya (marketability).
40
Dari segi likuiditas, tidak semua asset dalam kategori likuid artinya bank
tidak dapat dengan leluasa menggunakan asset tersebut untuk memenuhi
kebutuhan dananya proses untuk menjamin likuiditas melalui konstruksi asset
bukan tanpa biaya, pada umumnya pinjaman mempunyai yield yang tinggi, tatapi
merupakan asset berbunga yang paling tidak likuid, makin tinggi derajat likuiditas
suatu portofolio asset yang tersedia, maka semakin yield yang dihasilkan. Untuk
memastikan likuiditas, bank terpaksa mengorbankan profitabilitas.
Pada tahun 1960-1970 para bankir mulai meninggalkan tekanan utama
pada asset menuju tekanan pada kedua sisi yaitu manajemen asset dan liabilitas.
Karena melihat potensi bahwa sumber likuiditas lainnya dapat dipakai, dana dapat
dipinjam melalui peningkatan liabilitas seperti halnya likuidasi asset. Beberapa
perubahan dalam penekanan tersebut juga disebabkan oleh perubahan dalam
lingkungan ekonomi.
Perubahan dari ketergantungan pada likuidasi asset menjadi
ketergantungan pada kombinasi dari likuidasi asset dan liabilitas. Bank dapat
mengurangi likuiditas dalam portofolio asset untuk memenuhi likuiditas pada
portofolio liabilitas karena bank sangat percaya pada pinjaman dana untuk
memenuhi kebutuhan likuiditasnya.
Dalam manajemen asset, bank harus mengurangi profitabilitasnya untuk
memenuhi likuiditas yang lebih besar pada portofolio asetnya, juga biaya untuk
memastikan likuiditas melalui portofolio liabilitas. Ketergantungan pada dana
pinjaman untuk memenuhi kebutuhan likuiditas bank berarti bank cenderung
harus membayar bunga yang lebih tinggi dari pada pinjaman (dibanding dengan
41
giro dan tabungan) dan juga akan mengalami variasi yang lebih besar dalam biaya
dana-dana.
Untuk menilai dampak manajemen labilitas pada profitabilitas bank,
selisih antara meningkatnya pendapatan pada portofolio asset dengan peningkatan
biaya dana pinjaman dari pasar terbuka. Meningkatnya pendapatan dari portofolio
asset karena meningkatnya konsentrasi asset pada pinjaman dengan yield tinggi.
Meningkatnya biaya untuk menjamin likuiditas melalui pinjaman dana
diakibatkan oleh bunga pasar yang harus dibayar atas dana tersebut, spread antara
meningkatnya pendapatan dari asset diatas liabilitas merupakan ukuran perubahan
dalam interest margin.
Dampak dari pemakaian manajemen liabilitas terhadap keuntungan bank
tergantung pada penggunaan dana-dana pinjaman untuk mendukung pinjaman
jangka panjang dengan tingkat bunga tetap, maka keuntungan bank akan
bervariasi sesuai dengan variasi yang terdapat pada tingkat bunga pasar. Bila bank
menggunakan dana pinjaman untuk memadai asset yang pendapatannya juga
berfluktuasi sesuai dengan tingkat bunga pasar, maka tidak berdampak pada
keuntungan.
Meningkatnya kepercayaan pada manajemen liabilitas telah mengurangi
tekanan likuiditas dan kemungkinan bank untuk menggunakan dana-dana dengan
persentase yang lebih besar untuk asset dengan yield yang lebih tinggi. Pada saat
yang sama meningkatnya penggunaan dana-dana pinjaman telah berkomplikasi
pada proses pengelolaan portofolio bank. Untuk memastikan profitabilitas dan
meminimalkan resiko, bank harus secara simultan mengelola jangka waktu
42
(maturity), tingkat pendapatan/biaya (rate), dan karakteristik volume dalam
portofolio asset dan liabilitas. Hal in mendorong pengembanngan strategi
pengelolaan interest margin, yang didesain untuk mengkordinasikan maturity,
rate, dan karakteristik volume dalam portofolio asset dan liabilitas.(Arifin, 2006)
I. MANAJEMEN PERMODALAN
Modal merupakan faktor yang amat penting bagi perkembangan dan
kemajuan bank sekaligus berfungsi sebagai penjaga kepercayaan masyarakat, oleh
karena itu modal juga harus dapat digunakan untuk menjaga kemungkinan
terjadinya resiko kerugian atas investasi pada aktiva terutama yang berasal dari
dana-dana pihak ketiga atau masyarakat.
Berdasarkan nilai buku, modal didefinisikan sebagai kekayaan bersih (net
worth), yaitu selisih antara nilai buku dari aktiva dikurangi dengan nilai buku dari
kewajiban (liabilitas). Dalam neraca terlihat pada sisi aktiva bank, yaitu rekening
modal dan cadangan. Rekening modal berasal dari setoran para pemegang saham,
sedangkan rekening cadangan berasal dari bagian keuntungan yang tidak
dibagikan kepada pemegang saham, yang digunakan untuk keperluan tertentu
misalnya untuk perluasan usaha dan menjaga likuiditas karena adanya kredit-
kredit yang diragukan atau menjurus kepada macet.
Bank memiliki tiga fungsi. Pertama, sebagai penyangga untuk menyerap
kerugian operasional dan kerugian lainnya. Kedua, sebagai dasar bagi penetapan
batas maksimum pemberian kredit. Ketiga, sebagai dasar perhitungan bagi para
43
partisipan pasar untuk mengevaluasi tingkat kemampuan bank secara relative
dalam menghasilkan keuntungan.
Kecukupan modal bank dinyatakan dengan suatu rasio tertentu yang
disebut rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR, tingkat
kecukupan modal ini diukur dengan cara membandingkan modal dengan dana-
dana pihak ketiga dan membandingkan modal dengan aktiva berisiko.
Aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) merupakan resiko yang
dipertimbangkan dalam perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum
menurut ketentuan Bank Indonesia adalah resiko penyaluran dana dan resiko
pasar. (Arifin, 2006)
J. MANAJEMEN LIKUIDITAS
Likuiditas bank adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya,
terutama kewajiban dana jangka pendek. Dari sudut aktiva, likuiditas adalah
kemampuan untuk mengubah seluruh asset menjadi bentuk tunai (cash).
Sedangkan dari sudut pasiva, likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi
kebutuhan dana melalui peningkatan portofolio liabilitas. Kemampuan likuiditas
asset tergantung pada dua faktor utama, yaitu daya cair dari asset itu sendiri (self
contanined liquidity) dan daya jualnya (marketability).
Kewajiban reserve adalah rasio antara komponen-komponen alat likuid
dengan komponen-komponen dengan kewajiban bank yang harus dipelihara bank
dalam setiap periode tertentu. Sekarang ini kewajiban reserve ditetapkan dalam
bentuk Giro Wajib Minimum (GWM), yaitu simpanan minimum bank umun
44
dalam bentuk giro pada Bank Indonesia yang besarnya ditetapkan oleh Bank
Indonesia berdasarkan persentase tertentu dari Dana Pihak Ketiga (DPK). Giro
Wajib Minimum ini merupakan kewajiban bank dalam melaksanakan prinsip
kehati-hatian bank dan berperan sebagai instrument moneter untuk mengendalikan
jumlah uang beredar. (Arifin, 2006)
K. PENELITIAN TERDAHULU
Tengku Fachriadi (2007) melakukan penelitian untuk mengetahui rasio
NPL dan CAR baik secara individu ataupun bersama-sama terhadap tingkat
profitabilitas bank Riau dari bulan januari 2006 sampai oktober 2006. NPL
menunjukan jumlah kredit bermasalah sedangkan menunjukan jumlah kecukupan
modal. Tingkat profitabilitas diukur dengan ROE yang mengggunakan profit
sensitivity analysis. Hipotesis dalam penelitiannya adalah terdapat pengaruh
antara rasio NPL dan CAR terhadap tingkat profitabilitas, alat analisis
menggunakan analisis jalur. Terdapat 2 substruktur dalam diagram jalur,
substruktur pertama menunjukan hubungan sebab akibat dari rasio NPL terhadap
CAR, sedangkan substruktur kedua menunjukan hubungan sebab akibat dari NPL
dan CAR terhadap profitabilitas. Hasil mengindikasikan bahwa rasio NPL tidak
berpengaruh terhadap CAR dengan tingkat signifikannya 95%, dan juga dengan
tingkat signifikansi yang sama rasio NPL dan CAR secara bersama-sama
berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas. Hasil dari uji parsial (individu)
mengindikasikan bahwa terdapat satu Ho ditolak, ini bermakna rasio NPL
berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas sebesar 72,35 dan sisanya27,65
45
dipengaruhi oleh faktor lain. Hipotesis kedua menunjukan Ho diterima, artinya
CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas.
Surya Pramudya (2009), menganalisa apakah perkembangan CAR dan
NPL mampu menjelaskan perubahan LDR pada PT. Bank Jabar Banten.
Metodologi yang digunakan adalah deskriptif dan verifikatif dengan
menggunakan pengajuan 2 variabel independent terhadap satu variabel dependent,
lalu analisis yang digunakan adalah uji asumsi klasik dengan pengujian hipotesis
regresi linear berganda dan uji korelasi. Data sekunder berupa laporan keuangan
semester selama periode januari 2002 – 2007. Hasil mengindikasikan bahwa rasio
CAR dan NPL secara simultan tidak berpengaruh terhadap LDR. Sedangkan CAR
secara parsial tidak berpengaruh signifikan secara positif terhadap LDR dan NPL
secara parsial tidak berpengaruh signifikan secara negatif terhadap LDR
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Vicer Nixon (2005) mengenai
apakah PPAP memiliki pengaruh terhadap tingkat kecukupan modal (CAR),
penelitian dilakukan pada perusahaan bank-bank yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta (BEJ), pengambilan sampel dengan cara purposive sampling dan
metodologi yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan survey yang
kemudian dianalisa dengan menggunakan analisis regresi sederhana. Hasil
membuktikan bahwa terdapat hubungan serta pengaruh positif yang signifikan
antara PPAP dengan CAR.
Taufiq Muttaqin (2007), meneliti untuk melihat apakah terdapat pengaruh
yang signifikan dari CAR, LDR, KAP, dan NPL terhadap tingkat profitabilitas
46
(ROA) BPR, metodeoogi yang digunakan analisis deskriptif dengan pendekatan
survey, data kuantitatif laporan keuangan triwulan PT. BPR Duta Pasundan.
Untuk mengolah dan menganalisis data serta mengambil kesimpulan penelitian
penelitian menggunakan statistik analisis jalur. Analisis ini mengungkapkan pola
hubungan antara variabel independent serta pengaruh yang terjadi antara variabel
independent dengan variabel dependent baik berpengaruh langsung maupun tidak.
Uji signifikansi menggunakan Uji F statistik dengan uji keseluruhan dan Uji T
statistik untuk uji parsial serta penempatan tingkat signifikansi sebesar 0,05. Hasil
penelitian untuk uji keseluruhan menunjukan bahwa terdapat pengaruh secara
keseluruhan dari CAR, NPL, KAP dan LDR terhadap ROA BPR sedangkan hasil
penelitian individu dengan menggunakan dua subhipotesis, subhipotesis pertama
diterima yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara CAR dengan
tingkat profitabilitas bank dengan besarnya total pengaruh langsung dan tidak
langsung sebesar 30,6% sedangkan subhipotesis keduanya ditolak yang berarti
tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara CAR terhadap profitabilitas (ROA)
BPR.
Heri Sutadanu melakukan penelitian tentang pengaruh Loan to Deposit
Ratio (LDR) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return On Asset
(ROA) bank devisa selama tahun 2000-2003 baik secara persial maupun secara
bersama-sama, pengolahan dan analisis data menggunakan statistik parametrik
yakni analisis regresi multipel dan korelasi multipel. Hasil penelitian
menggunakan tingkat signifikansi 0,95 dan tingkat kesalahan 0,05 menunjukan
bahwa secara parsial LDR tidak mempunyai pengaruh negatif yang signifikan
47
terhadap ROA bank dan secara parsial CAR memiliki pengaruh positif yang
signifikan terhadap ROA bank, secara bersama-sama LDR dan CAR memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap ROA bank yakni sebesar 19,6% dan sisanya
80,4% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Syahril dan Trini Saptarini (2006) menganalisis pengaruh dari pinjaman
macet (PM) dan rasio kecukupan modal (RKM) terhadap pengembalian ekuitas
(PE) bank muamalat, teknis analisis yang digunakan untuk menguji hipotesisnya
adalah analisis korelasi parsial dan analisis korelasi berganda, dengan
menggunakan analisis korelasi parsial hasilnya menunjukan bahwa PM dan RKM
mempunyai pengaruh yang relatif lemah terhadap PE bank muamalat sedangkan
hasil analisis korelasi berganda menunjukan bahwa secara bersama PM dan RKM
mampu mempengaruhi PE bank muamalat dengan tingkat signifikansi sebesar
72,40% dan sisanya sebesar 27,60% dipengaruhi oleh variabel lainnya.
Anggi Suwandhani melakukan penelitian untuk mengetahui apakah
terdapat pengaruh yang signifikan dan seberapa besar pengaruh Loan to Deposit
Ratio (LDR) terhadap Profitabilitas Bank yang dinyatakan dengan Return on
Asset (ROA). Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode asosiatif dengan pendekatan survei. Sementara untuk menganalisis data,
digunakan pendekatan kuantitatif, yaitu dengan teknik analisis korelasi dan
analisis regresi linier sederhana sebagai alat bantu perhitungannya. Sampel
penelitian adalah 5 bank go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI),
dengan data penelitian berasal dari laporan keuangan masing-masing bank pada
48
periode tahun 2004-2006. Dari hasil penelitian, diperoleh persamaan regresi yaitu
: Y = 0,481 + 0,056 X. Persamaan tersebut mengandung pengertian bahwa, pada
saat tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 0%, maka profitabilitas bank
adalah sebesar 0,481%. Kemudian setiap terjadi perubahan tingkat Loan to
Deposit Ratio (LDR) sebesar 1% akan menyebabkan peningkatan profitabilitas
bank sebesar 0,056%. Kemudian dari perhitungan analisis korelasi didapat nilai
korelasi ( r ) positif sebesar 0,808. Hal ini mengandung arti bahwa apabila Loan to
Deposit Ratio (LDR) meningkat, maka profitabilitas bank juga ikut meningkat.
Nilai 0,808 menunjukkan keeratan hubungan yang sangat kuat antara variabel X
dengan variabel Y. Kemudian dari hasil perhitungan koefisien determinasi ( r2 )
didapat nilai sebesar 65,28%, atau dengan kata lain tingkat Loan to Deposit Ratio
(LDR) berpengaruh sebesar 65,28% terhadap tingkat profitabilitas bank. Dari
hasil uji statistik t didapat nilai t hitung sebesar 4,945 dan t tabel ( á = 0,05, df =
n-2 ) sebesar 2,160. Dengan demikian nilai t hitung lebih besar dibandingkan
dengan t tabel. Hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga hipotesis yang
diajukan bahwa tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR) mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap Profitabilitas Bank dapat diterima.
M.Khoirul Anam, (2005). Meneliti tentang pengaruh rasio CAMEL terhadap
prediksi keuntungan pada industry keuangan mikro syariah di Tanggerang.
Metodologi yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan metode
purposive sampling, dari pengujian terhadap 8 rasio yang terdiri dari Capital
Adequacy Ratio, Financung Risk Ratio, Asset Utilization, Leverage Multiplier,
Grosss Yoeld On Total Asset, Net Present Value, Biaya Operasional Pendapatan
49
Operasonal, Quick Ratio. Hasilnya rasio NPM dan BOPO berpengaruh negatif
dan signifikan pada alpha 5%,
Tini Munani (2004) yang menguji bukti empiris mengenai pengaruh rasio
perbankan (CAR, LDR, CR, NPL) terhadap ROA pada perbankan di BEJ,
metodelogi statistik yang digunakan adalah model regresi berganda. Hasil dari
pengujian adalah hanya CAR saja yang berpengaruh signifikan terhadap ROA
sedangkan yang lainnya tidak berpengaruh secara signifikan.
Dede Misliyah (2007), menguji tentang pengaruh rasio perbankan (CAR,
LDR, NPL, NIM, dan BOPO) terhadap ROA. Hasilnya adalah CR (Quick Ratio)
tidak berpengaruh terhadap ROA, sedangkan yang lainnya berpengaruh.
L. HIPOTESIS
1. Terdapat pengaruh antara CAR, NPL, LDR, NIM, dan BOPO secara
simultan terhadap profitabilitas (CAR) Bank Muamalat Indonesia
2. Terdapat pengaruh antara CAR, NPL, LDR, NIM, dan BOPO secara
parsial terhadap profitabilitas (ROA) Bank Muamalat Indonesia
3. Terdapat keeratan hubungan antara vaiabel (CAR, NPL, LDR, NIM, dan
BOPO)
50
M. KERANGKA PEMIKIRAN
Gambar 2.3 Kerangka pemikiran
LAPORAN KEUANGAN
CAMEL
Variabel Endogen
CAR (X1), NPL (X2), LDR (X3), NIM (X4), BOPO (X5)
Variabel Endogen
(ROA) Y
ANALISIS JALUR
BANK MUAMALAT INDONESIA
UJI T UJI F
51
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
F. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan terhadap Bank Muamalat Indonesia karena bank
tersebut merupakan bank pelopor islam pertama di Indonesia. Ruang lingkup pada
penelitian ini difokuskan pada :
1. Pengukuran kinerja bank dilakukan berdasarkan laporan keuangan Bank
Muamalat Indonesia yang di dapat dari Bursa Efek Indonesia, publikasi Bank
Indonesia dan juga yang dipublikasikan oleh Bank Muamalat Indonesia
melalui situsnya, dimana data tersebut merupakan data bulanan dari bulan
Januari 2002 – Desember 2008
2. Ukuran kinerja yang digunakan adalah rasio CAMEL yang meliputi :
a) Capital Adequacy Ratio (CAR)
b) Non Performing Loan (NPL)
c) Loan to Deposit Ratio (LDR)
d) Net Interest Margin (NIM)
e) Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
Rasio-rasio tersebut dijadikan sebagai variabel independen yang
disimbolkan dengan X
f) Return On Asset (ROA)
Rasio Return On Asset (ROA) dijadikan sebagai variabel dependent
yang disimbolkan dengan Y
52
G. METODE PENENTUAN SAMPEL
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
purposive sampling, yaitu sampel yang dipilih memiliki tujuan dan target tertentu
dalam memilih sampel secara tidak acak artinya sampel dipilih secara cermat
sehingga relevan dengan rancangan penelitian dan memiliki kriteria sebagai
berikut :
1. Bank Muamalat Indonesia (BMI) merupakan bank pelopor islam pertama
di Indonesia
2. Tersedia laporan keuangan bulanan selama periode penelitian yaitu dari
Januari 2002 – desember 2005
H. METODE PENGUMPULAN DATA
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu:
1. Library Research
Data yang diperoleh dari berbagai literatur seperti buku, jurnal, internet dan
lain-lain yang berhubungan dengan aspek penelitian
2. Field Research
Data yang diperoleh dari laporan keuangan Bank Muamalat Indonesia dari
Januari 2002 – Desember 2005. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a) Neraca keuangan bulanan dari Januari 2002 – Desember 2005
b) Laporan laba rugi bulanan dari Januari 2002 – Desember 2005
53
c) Laporan kualitas aktiva produktif bulanan dari Januari 2002 –
Desember 2005
d) Perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum bulanan dari
Januari 2002 – Desember 2005
e) Ikhtisar keuangan tahun 2002 - 2005
I. METODE ANALISIS
Analisis Jalur (Path Analysis)
Menurut Sambas (2007;221) analisis jalur (path analysis) dikembangkan
oleh Sewall Wright pada tahun 1934 yang bertujuan untuk menerangkan akibat
langsung dan tidak langsung seperangkat variabel, sebagai variabel penyebab
terhadap variabel lainnya yang merupakan variabel akibat.
Menurut Sugiyono (2007;297) analisis jalur merupakan pengembangan
dari analisis regresi, sehingga analisis regresi dapat dikatakan sebagai bentuk
khusus dari analisis jalur (regression is special case of path analysis). Analisis
jalur digunakan untuk melukiskan dan menguji model hubungan antara variabel
yang berbentuk sebab akibat (bukan bentuk hubungan interaktif / reciprocal).
Dengan demikian dalam model hubungan antar variabel tersebut variabel Eksogen
(Exogenous), dan variabel dependent yang disebuut variabel Endogen
(Endogenous)
Pengggunaan analisis jalur dalam analisis data penelitian didasarkan pada
beberapa asumsi sebagai berikut :
54
1. Hubungan antar variabel yang akan dianalisis berbentuk linier, aditif dan
kausal
2. Variabel-variabel residual tidak berkorelasi dengan variabel yang
mendahuluinya, dan tidak juga berkorelasi dengan variabel yang lain
3. Dalam model hubungan variabel hanya terdapat jalur kausal/sebab akibat
searah
4. Data setiap variabel yang dianalisis adalah data interval dan berasal dari
sumber yang sama
55
Berdasarkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini, maka diagram jalur
yang akan diuji adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1. Diagram Jalur
ε
X1
X2
X3
Pyx2
Pyx1
X4
Pyx5
Pyx4
Pyx3
rx1x5
rx2x3
rx3x4
rx4x5
rx1x3
rx2x4
rx3x5
rx1x4
rx2x5
rx1x2
X5
Y
56
Keterangan :
X1 = CAR [ variabel eksogen ke 1 ]
X2 = NPL [ variabel eksogen ke 2 ]
X3 = LDR [ variabel eksogen ke 3 ]
X4 = NIM [ variabel eksogen ke 4 ]
X5 = BOPO[ variabel eksogen ke 5 ]
Y = ROA [ variabel endogen ]
ε = Error model structural
Pyx1 = Koefisien jalur X1 terhadap Y
Pyx2 = Koefisien jalur X2 terhadap Y
Pyx3 = Koefisien jalur X3 terhadap Y
Pyx4 = Koefisien jalur X4 terhadap Y
Pyx5 = Koefisien jalur X5 terhadap Y
rx1x2 = Koefisien korelasi antara X1 dengan X2
rx1x3 = Koefisien korelasi antara X1 dengan X3
rx1x4 = Koefisien korelasi antara X1 dengan X4
rx1x5 = Koefisien korelasi antara X1 dengan X5
rx2x3 = Koefisien korelasi antara X2 dengan X3
rx2x4 = Koefisien korelasi antara X2 dengan X4
rx2x5 = Koefisien korelasi antara X2 dengan X5
rx3x4 = Koefisien korelasi antara X3 dengan X4
rx3x5 = Koefisien korelasi antara X3 dengan X5
rx4x5 = Koefisien korelasi antara X4 dengan X5
57
Diagram jalur tersebut terdiri atas satu persamaan struktural dengan hanya
satu substruktur, yaitu X1 , X2, X3, X4, dan X5 disebut sebagai variabel eksogen
dan Y sebagai variabel endogen, dengan demikian persamaan struktural dalam
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = Pyx1 + Pyx2 + Pyx3 + Pyx4 + Pyx5 + ε
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Hipotesis 1
Ho : CAR, NPL, LDR, NIM, dan BOPO tidak terdapat pengaruh secara
simultan terhadap ROA Bank Muamalat
H1 : CAR, NPL, LDR, NIM, dan BOPO terdapat pengaruh secara simultan
terhadap ROA Bank Muamalat
Hipotesis 2
Hipotesis untuk CAR
Ho : Tidak terdapat pengaruh parsial yang positif antara CAR terhadap ROA
Bank Muamalat
H1 : Terdapat pengaruh parsial yang positif antara CAR terhadap ROA Bank
Muamalat
Hipotesis untuk NPL
Ho : Tidak terdapat pengaruh parsial yang positif antara NPL terhadap ROA
Bank Muamalat
58
H1 : Terdapat pengaruh parsial yang positif antara NPL terhadap ROA Bank
Muamalat
Hipotesis untuk LDR
Ho : Tidak terdapat pengaruh parsial yang positif antara LDR terhadap ROA
Bank Muamalat
H1 : Terdapat pengaruh parsial yang positif antara LDR terhadap ROA Bank
Muamalat
Hipotesis untuk NIM
Ho : Tidak terdapat pengaruh parsial yang positif antara NIM terhadap ROA
Bank Muamalat
H1 : Terdapat pengaruh parsial yang positif antara NIM terhadap ROA Bank
Muamalat
Hipotesis untuk BOPO
Ho : Tidak terdapat pengaruh parsial yang positif antara BOPO terhadap ROA
Bank Muamalat
H1 : Terdapat pengaruh parsial yang positif antara BOPO terhadap ROA Bank
Muamalat
Hipotesis 3
Ho : Tidak terdapat hubungan yang erat antara variabel eksogen (variabel x)
H1 : Terdapat hubungan yang erat antara variabel eksogen (vairabel x)
59
Dalam bukunya Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdul Rahman
mengenai “Analisis Korelasi, Regresi, Dan Jalur Dalam Penelitian “
menerangkan bahwa jika terjadi trimming, maka perhitungan harus diulang
dengan menghilangkan jalur yang menurut pengujian tidak bermakna (non
significant).
J. OPERASAIONAL VARIABEL PENELITIAN
1. Variabel Independent
ROA (Return On Assets)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari rata-
rata total asset yang bersangkutan. Semakin besar ROA, maka semakin
besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan
suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba sebelum pajak
adalah laba bersih dari kegiatan operasional sebelum pajak. Sedangkan
rata-rata volume usaha atau aktiva. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut
(SE BI No.3/30 DPNP tgl 14 Desember 2001) :
ROA = x 100%
60
2. Variabel Independent
CAR (Capital Adequacy Ratio)
Adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva
bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan
pada bank lain) ikut membiayai dari modal sendiri disamping memperoleh
dana-dana dari sumber-sumber diluar bank. Rasio ini dirumuskan sebagai
berikut :
CAR = x 100%
NPL (Non Performing Loan)
Rasio ini menunjukan bahwa kemampuan manajemen bank dalam
mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin
tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang
menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan
suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Kredit dalam hal ini
adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit
kepada bank lain. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang
lancar, diragukan, macet. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (SE
BI No.3/30 DPNP tgl 14 Desember 2001) :
NPL = x 100%
61
LDR (Loan to Deposit ratio)
Rasio ini digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank dengan cara
membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak
ketiga. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendahnya kemampuan likuiditas
bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi
bermasalah akan semakin besar. Kredit yang diberikan tidak termasuk
kredit kepada bank lain sedangkan untuk dana pihak ketiga adalah giro,
tabungan, deposito, simpanan berjangka sertifikat deposito. Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut (SE BI No.3/30 DPNP tgl 14 Desember
2001):
LDR = x 100%
NIM (Net Interest Margin)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga
bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga
dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya
pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga
kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Rasio
ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI No.3/30 DPNP tgl 14 Desember
2001):
NIM = x 100%
62
BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional)
Rasio yang sering disebut rasio efisien ini digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional
terhadap pendapatan opersaional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin
efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan
sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermaslah semakin
kecil. Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total
beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional
adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan
operasional lainnya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI No.3/30
DPNP tgl 14 Desember 2001):
BOPO = x 100%
Tabel 3.1 Operasional variabel
Variabel Konsep variable Indikator Satuan Skala
Return On
Asset
(ROA)
Y
Kemampuan
manajemen bank
dalam memperoleh
keuntungan (laba
sebelum pajak) yang
dihasilkan dari rata-
rata total asset yang
Persentase
(%)
Rasio
63
bersangkutan.
Capital
Adequacy
Ratio
(CAR)
X1
Memperlihatkan
seberapa besar
jumlah seluruh
aktiva bank yang
mengandung resiko
(kredit, penyertaan,
surat berharga,
tagihan pada bank
lain) ikut membiayai
dari modal sendiri
disamping
memperoleh dana-
dana dari sumber-
sumber diluar bank
Persentase
(%)
Rasio
Non
Performing
Loan
(NPL)
X2
Kemampuan
manajemen bank
dalam mengelola
kredit bermasalah
yang diberikan oleh
bank.
Persentase
(%)
Rasio
Loan To
Deposit Ratio
Menilai likuiditas
suatu bank dengan
Persentase
(%)
Rasio
64
(LDR)
X3
cara membagi
jumlah kredit yang
diberikan oleh bank
terhadap dana pihak
ketiga.
Net Interest
Margin
(NIM)
X4
Kemampuan
manajemen bank
dalam mengelola
aktiva produktifnya
untuk menghasilkan
pendapatan bunga
bersih.
Persentase
(%)
Rasio
Biaya
Operasional
Pendapatan
Operasional
(BOPO)
X5
kemampuan
manajemen bank
dalam
mengendalikan
biaya operasional
terhadap pendapatan
opersaional.
Persentase
(%)
Rasio
65
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
D. SEKILAS GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
1. Latar Belakang Bank Muamalat
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada tahun 1991,
diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah
Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada bulan Mei 1992.
Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-
Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank
Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen
pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat
penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara
silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh
tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam
modal senilai Rp 106 miliar.
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan,
Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa.
Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank
syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun
produk yang terus dikembangkan.
66
Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang
memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara.
Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen
korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998,
rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan
mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah,
yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal setor awal.
Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat
mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh
Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab
Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah
satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu
antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan
sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut,
Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba
berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh
kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta
ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.
Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari
keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana
seluruh anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank
67
Muamalat kemudian menggelar rencana kerja lima tahun dengan
penekanan pada :
a) tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang
saham
b) tidak melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada,
dan dalam hal pemangkasan biaya, tidak memotong hak Kru
Muamalat sedikitpun
c) pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri Kru Muamalat menjadi
prioritas utama di tahun pertama kepengurusan Direksi baru
d) peletakan landasan usaha baru dengan menegakkan disiplin kerja
Muamalat menjadi agenda utama di tahun kedua
e) pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan menciptakan serta
menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran
Bank Muamalat pada tahun ketiga dan seterusnya, yang akhirnya
membawa Bank Muamalat, dengan rahmat Allah Rabbul Izzati, ke era
pertumbuhan baru memasuki tahun 2004 dan seterusnya.
Hingga akhir tahun 2004, Bank Muamalat tetap merupakan bank
syariah terkemuka di Indonesia dengan jumlah aktiva sebesar Rp 5,2
triliun, modal pemegang saham sebesar Rp 269,7 miliar serta perolehan
laba bersih sebesar Rp 48,4 miliar pada tahun 2004.
68
2. Visi dan Misi Bank Muamalat
Visi Bank Muamalat
Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual,
dikagumi di pasar rasional.
Misi Bank Muamalat
Menjadi ROLE MODEL Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan
penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan
orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai bagi
stakeholder.
69
3. Struktur Organisasi
Ditetapkan di Jakarta, 26 September 2006 M / 03 Ramadhan 1427 H
Gambar 4.1 Struktur Organisasi
Sumber : www.muamalat.com
70
4. Produk dan Jasa Bank Muamalat
Penyimpanan dana
a) Tabungan Ummat
Tabungan Ummat merupakan sara investasi murni sesuai syariah
dalam mata uang Rupiah yang memungkinkan nasabah melakukan
penyetoran dan penarikan tunai dengan sangat mudah
b) Tabungan Umat Junior
Tabungan Umat Junior adalah Tabungan khusus untuk pelajar
c) Kartu shar-e
Kartu Shar-E adalah investasi murni sesuai syariah yang dikemas
khusus dalam bentuk paket perdana seharga Rp. 125.000.- dan dapat
diperoleh di Kantor-Kantor Pos Online di seluruh Indonesia.
d) Tabungan Haji Arafah
Tabungan Haji Arafah merupakan jenis tabungan yang ditujukan
bagi nasabah yang berniat melaksanakan ibadah haji secara
terencana sesuai dengan kemampuan dan jangka
waktu yang Anda kehendaki
e) Giro Wadiah
Giro Wadiah Bank Muamalat dalam mata uang rupiah maupun
valas, pribadi ataupun perusahaan, ditujukan untuk mendukung
aktivitas usaha nasabah
71
f) Deposito Mudharabah
Merupakan investasi dalam mata uang rupiah maupun USD dengan
jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan yang ditujukan bagi nasabah yang
ingin berinvestasi secara halal, murni sesuai syariah. Dana nasabah
akan diinvestasikan secara optimal untuk membiayai berbagai
macam usaha produktif yang berguna bagi kepentingan Ummat.
g) Deposito Fulinves
Merupakan investasi dalam mata uang rupiah maupun USD dengan
jangka waktu 6 dan 12 bulan yang ditujukan bagi nasabah yang ingin
berinvestasi secara halal, murni sesuai syariah. Deposito ini
dilengkapi dengan fasilitas asuransi jiwa.
h) DPLK Muamalat
Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Muamalat, merupakan
Badan Hukum yang menyelanggarakan Program Pensiun, yaitu
suatu program yang menjanjikan sejumlah uang yang
pembayarannya secara berkala dan dikaitkna dengan pencapaian usia
tertentu.
Pengelola Dana
a) Piutang Murabahah
Fasilitas penyaluran dana dengan sistem jual beli. Bank akan
membelikan barang-barang halal apa saja yang dibutuhkan nasabah
kemudian menjualnya kepada nasabah untuk diangsur sesuai dengan
72
kemampuan nasabah. Produk ini dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan usaha (modal kerja dan ivestasi : pengadaan barang modal
seperti mesin, peralatan, dll) maupun pribadi (misalnya pembelian
kendaraan bermotor, rumah, dll)
b) Piutang Istishna
Fasilitas penyaluran dana untuk pengadaan objek / barang investasi
yang diberikan berdasarkan pesanan nasabah
c) Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan dalam bentuk modal/dana yang diberikan oleh Bank
untuk dikelola nasabah dalam usaha yang telah disepakati bersama.
Selanjutnya dalam pembiayaan ini nasabah dan Bank sepakat untuk
berbagi hasil atas pendapatan usaha tersebut. Resiko kerugian
ditanggung penuh oleh pihak Bank kecuali kerugian yang
diakibatkan oleh kesalahan pengelolaan, kelalaian dan
penyimpangan pihak nasabah seperti penyelewengan, kecurangan
dan penyalahgunaan.
Jenis usaha yang dapat dibiayai antara lain perdagangan,
industri/manufacturing, usaha atas dasar kontrak, dan lain-lain
berupa modal kerja dan investasi.
d) Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan Musyarakah adalah kerjasama perkongsian yang
dilakukan antara nasabah dan Bank Muamalat dalam suatu usaha
dimana masing-masing pihak berdasarkan kesepakatan memberikan
73
kontribusi sesuai dengan kesepakatan bersama berdasarkan porsi
dana yang ditanamkan.
Jenis usaha yang dapat dibiayai antara lain perdagangan,
industri/manufacturing, usaha atas dasar kontrak dan lain-lain
e) Rahn (Gadai Syariah)
Rahn (Gadai Syariah) adalah perjanjian penyerahan barang atau
harta nasabah sebagai jaminan berdasarkan hukum gadai berupa
emas/perhiasan/kendaraan. nasabah hanya cukup mengisi dan
menandatangani Surat Bukti Rahn, serta kemudian dana segarpun
dapat segera nasabah terima dengan jumlah maksimal 90% dari nilai
taksir terhadap barang yang diserahkan.
Rahn (Gadai Syariah) Bank Muamalat Bekerja sama dengan Perum
Pegadaian membentuk Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS)
B. PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DESKRIPTIF
Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan Microsoft Excel dan
SPSS versi 17,0 untuk memudahkan perolehan data sehingga dapat ,menjelaskan
variabel-variabel yang diteliti. Langkah pertama dalam penelitian ini adalah
melakukan penentuan sampel dengan metode purposive sampling yaitu pada Bank
Muamalat Indonesia yang tersedia laporan keuangan bulanan dari januari 2002 -
Desember 2005 dengan jumlah N sebanyak 48.
74
Tujuan dari penyajian statistik deskriptif adalah untuk memberikan
gambaran tentang data yang akan digunakan dalam penelitian ini. Mean
menggambarkan rata-rata (nilai tengah) dari penjumlahan seluruh data dibagi
jumlah data yang ada. Dari tabel 4.1 dapat dilihat statistik deskriptif dari penulisan
yang telah ditentukan.
Tabel 4.1 Statistik deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROA 48 .06 2.53 1.0765 .66192
CAR 48 8.96 21.49 14.2042 3.35494
NPL 48 2.05 6.36 3.8758 1.30833
LDR 48 77.91 105.55 90.3171 5.46436
NIM 48 .42 18.62 4.1719 2.87247
BOPO 48 50.67 92.94 79.5956 7.97499
Valid N (listwise) 48 Sumber : data diolah
Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pada Rasio ROA Bank Muamlaat menunjukan nilai rata-rata 1,07 % sedangkan
minimum nilai ROA Bank Muamalat adalah 0,06% dan maksimum nilai ROA
Bank Muamalat adalah 2,53%.
Rasio CAR Bank Muamalat menunjukan nilai rata-rata 14,20% artinya
berdasarkan ketentuan BI rata-rata CAR Bank Muamalat termasuk kriteria sehat
sehat karena > 8%. sedangkan minimum dan maksimum nilai CAR Bank
75
Muamalat adalah 8,96% dan 21,49% hal ini menunjukan bahwa minimum dan
maksimum CAR Bank Muamalat termasuk kriteria sehat karena > 8%.
Rasio NPL Bank Muamalat menunjukan nilai rata-rata 3,7% artinya
berdasarkan ketentuan BI nilai rata-rata NPL Bank Muamalat termasuk kriteria
sehat sehat karena < 5%. Untuk minimum nilai CAR Bank Muamalat adalah
sebesar 2,05% yang berarti bahwa minimum CAR Bank Muamalat masih
dikategorikan sehat karena < 5%, namun untuk maksimum nilai CAR Bank
Muamalat adalah 6,36% hal ini termasuk dalam kriteria tidak sehat karena > 5%.
Rasio LDR Bank Muamalat menunjukan nilai rata-rata 90,31% artinya
berdasarkan ketentuan BI rata-rata LDR Bank Muamalat termasuk kriteria sehat
sehat karena < 110%. sedangkan minimum dan maksimum nilai LDR Bank
Muamalat adalah 77,91% dan 105,55% hal ini menunjukan bahwa minimum dan
maksimum LDR Bank Muamalat termasuk kriteria sehat karena < 110%.
Rasio NIM Bank Muamalat menunjukan nilai rata-rata 4,17% sedangkan
minimum nilai NIM Bank Muamalat adalah 0,42% dan maksimum nilai NIM
Bank Muamalat adalah 18,62%.
Rasio BOPO Bank Muamalat menunjukan nilai rata-rata 79,59% artinya
berdasarkan ketentuan BI rata-rata BOPO Bank Muamalat memiliki tingkat
efisiensi yang tinggi karena mendekati 75%. sedangkan minimum nilai BOPO
Bank Muamalat adalah 50,67% yang berarti tingkat efisiensi Bank Muamalat
sangat tinggi, dan maksimum nilai BOPO Bank Muamalat adalah 92,94% hal ini
menunjukan bahwa tingkat efisien Bank Muamalat rendah karena > 90%.
76
C. PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
Analisis Jalur
Berdasarkan model diagram jalur dalam penelitian ini yang hanya
menggunakan satu substruktur, maka untuk menguji hipotesis dalam
penelitian ini menggunakan dua analisis yaitu analisis regresi dan analisis
korelasi karena model dalam penelitian ini sama dengan model regresi
berganda.
a) Analisis Regresi
Pada analisis regresi dalam penelitian ini terbagi menjadi dua
bagian, yaitu melihat pengaruh secara gabungan (simultan) dan
melihat pengaruh secara parsial.
(1) Pengaruh variabel CAR, NPL, LDR, NIM, dan BOPO
terhadap ROA secara simultan
Untuk mengetahui pengaruh CAR, NPL, dan LDR terhadap
ROA secara simultan, maka dapat dilihat dari hasil perhitungan
dalam model summary dibawah ini khususnya nilai R square adalah :
77
Tabel 4.2 Model Summary Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .887a .787 .762 .32293
a. Predictors: (Constant), BOPO, CAR, LDR, NIM, NPL
Besarnya angka R square ( ) adalah 0,787. Angka tersebut digunakan
untuk melihat besarnya pengaruh CAR, NPL, LDR, NIM, dan BOPO secara
simultan terhadap ROA dengan cara menghitung koefisisen (KD) dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
KD = x 100%
KD = 0,787 x 100%
KD = 78,7%
Angka tersebut mempunyai maksud bahwa pengaruh CAR, NPL, LDR,
NIM, dan BOPO secara simultan terhadap ROA adalah 78,7%. Sedangkan
sisanya sebesar 21,3% (100% - 78,7%) dijelaskan oleh faktor lain.
Untuk mengetahui apakah model regresi diatas sudah benar atau
salah, diperlukan uji hipotesis. Uji hipotesis ini menggunakan angka F
sebagaimana tertera dalam tabel dibawah ini :
78
Tabel 4.3 Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 16.213 5 3.243 31.094 .000a
Residual 4.380 42 .104 1
Total 20.592 47
a. Predictors: (Constant), BOPO, CAR, LDR, NIM, NPL
b. Dependent Variable: ROA
Sumber : data diolah
Hipotesis dalam uji ini berbunyi sebagai berikut :
HO : CAR, NPL, LDR, NIM, dan BOPO tidak terdapat pengaruh
secara simultan terhadap ROA Bank Muamalat
H1 : CAR, NPL, LDR, NIM, dan BOPO terdapat pengaruh secara
simultan terhadap ROA Bank Muamalat
Berdasarkan hasil output SPSS yang ditunjukan oleh tabel diatas
bahwa nilai F-hitung sebesar 31,094 sementara F tabel sebesar 2.42. ini
berarti bahwa nilai F-hitung lebih besar dari nilai F-tabel (31,094 > 2,42).
Hal ini berarti bahwa HO ditolak dan H1 diterima, artinya variabel-
variabel independen secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap tingkat profitabilitas (ROA) Bank Muamalat sejak
januari 2002 hingga desember 2005. Keputusan untuk menolak HO dan
menerima H1 juga diambil jika nilai signifikansi F lebih kecil dengan taraf
79
signifikansi yang digunakan yaitu sebesar 5%. Dari hasil analisis
ditemukan nilai F sebesar 0.000 < 0.05
Dari uaraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa semua
variabel independen yaitu CAR, NPL, LDR, NIM, dan BOPO secara
bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap tingkat
profitabilitas (ROA) Bank Muamalat selama periode penelitian yaitu sejak
januari 2002 hingga desember 2005.
(2) Pengaruh variabel eksogenus (CAR, NPL, LDR, NIM, dan
BOPO) terhadap variabel endogenus ROA secara parsial
Untuk melihat pengaruh eksogenus CAR, NPL, LDR, NIM
dan BOPO terhadap variabel endogenus ROA secara parsial
dengan menggunakan Uji T. Sedangkan untuk melihat besarnya
pengaruh, digunakan angka Beta atau standardized coefficients.
Berdasarkan tabel dibawah ini diketahui nilai T-hitung untuk
variabel independen CAR, NPL, LDR, NIM, dan BOPO adalah
sebagai berikut :
80
Tabel 4.4 Uji T
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -3.264 1.401 -2.329 .025
CAR .016 .016 .079 .967 .339
NPL -.062 .050 -.124 -1.258 .215
LDR .037 .010 .302 3.746 .001
NIM .173 .020 .751 8.483 .000
1
BOPO .004 .010 .051 .433 .667
a. Dependent Variable: ROA Sumber : data diolah
(a) Pengaruh Capital Adequay Ratio (CAR) terhadap tingkat
profitabilitas (ROA)
Hipotesis :
HO : Tidak terdapat pengaruh parsial yang positif antara CAR dengan
ROA Bank Muamalat
H1 : Terdapat pengaruh parsial yang positif antara CAR dengan ROA
Bank Muamalat
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, diperoleh nilai T-hitung
untuk variabel independent CAR adalah sebesar 0,967 sementara nilai
T-tabel adalah sebesar 2,01 yang berarti bahwa nilai T-hitung lebih
kecil dari nilai T-tabel (0,967 < 2,01). Dengan demikian Ho diterima
dan H1 ditolak, artinya tidak ada hubungan linear antara CAR dengan
81
ROA. Besarnya pengaruh CAR terhadap ROA adalah sebesar 0,079
atau 7,9% dianggap tidak signifikan. Hal ini sesuai juga dengan angka
signifikan sebesar 0,339 > 0,05.
Meskipun yang seharusnya terjadi adalah jika adanya perubahan
pada rasio CAR maka akan berdampak pada tingkat profitabilitas
(ROA) karena besarnya CAR ditentukan oleh seberapa besar modal
yang dimiliki yang terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. Serta
besarnya ATMR dimana bobot resiko masing-masing aktiva telah
ditetapkan. Sehingga CAR memiliki batasan bagi bank dalam
melakukan pengembangan usahanya, jika tidak diperhatikan maka
akan terjadi penurunan CAR yang akan berimplikasi pada penurunan
tingkat kesehatan bank.
Namun hasil penelitian tersebut sama seperti penelitian
terdahulu (Taufik Muttaqin, 2007) yang juga tidak terdapat pengaruh
antara CAR terhadap ROA terlihat dari subhipotesis keduanya bahwa
tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara CAR terhadap
profitabilitas (ROA).
82
(b) Pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap tingkat
profitabilitas (ROA)
Hipotesis :
HO : Tidak terdapat pengaruh parsial yang positif antara NPL dengan
ROA Bank Muamalat
H1 : Terdapat pengaruh parsial yang positif antara NPL dengan ROA
Bank Muamalat
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, diperoleh nilai T-hitung
untuk variabel independent NPL adalah sebesar -1,258 sementara nilai
T-tabel adalah sebesar 2,01 yang berarti bahwa nilai T-hitung lebih
kecil dari nilai T-tabel (-1,258 < 2,01). Dengan demikian Ho diterima
dan H1 ditolak, artinya tidak ada hubungan linear antara NPL dengan
ROA. Besarnya pengaruh NPL terhadap ROA adalah sebesar -0,124
atau -12,4% dianggap tidak signifikan. Hal ini sesuai juga dengan
angka signifikan sebesar 0,215 > 0,05.
Hal ini tidak sesuai dengan teori, yang seharusnya terjadi adalah
naik turunnya NPL akan berpengaruh negative terhadap ROA,
kenaikan NPL akan berpengaruh terhadap penurunan ROA dan
sebaliknya.
Hasil penelitan tersebut sama seperti penelitian terdahulu (Tini
Munani, 2004) yang menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh
antara NPL terhadap tingkat profitabilitas (ROA).
83
(c) Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap tingkat
profitabilitas (ROA)
Hipotesis :
HO : Tidak terdapat pengaruh parsial yang positif antara LDR dengan
ROA Bank Muamalat
H1 : Terdapat pengaruh parsial yang positif antara LDR dengan ROA
Bank Muamalat
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, diperoleh nilai T-hitung
untuk variabel independent LDR adalah sebesar 3,746 sementara nilai
T-tabel adalah sebesar 2,01 yang berarti bahwa nilai T-hitung lebih
besar dari nilai T-tabel (3,746 > 2,01). Dengan demikian HO ditolak
dan H1 diterima, artinya ada hubungan linear antara LDR dengan
ROA. Besarnya pengaruh LDR terhadap ROA adalah sebesar 0,302
atau 30,2% dianggap signifikan. Hal ini sesuai juga dengan angka
signifikan sebesar 0,001 < 0,05.
Hasil peneliitan tersebut sama seperti penelitian terdahulu
(Anggi Suwandhani) yang menunjukkan bahwa adanya pengaruh
antara LDR terhadap tingkat profitabilitas (ROA).
Loan to Deposit Ratio (LDR) yang merupakan perbandingan
antara kredit yang disalurkan dengan dana masyarakat yang
dikumpulkan Bank Muamalat baik berupa tabungan, giro, maupun
deposito, memiliki pengaruh terhadap tingkat profitabilitas (ROA) jika
adanya perubahan pada rasio LDR. Hal ini disebabkan karena jika
84
semakin banyak total DPK yang diterima bank maka semakin besar
pula peluang bank untuk menyalurkan kreditnya, dengan demikian jika
semakin banyak total kredit yang diberikan maka semakin besar
kemampuan bank untuk mendapatkan pendapatan sehingga akan
meningkatklan tingkat profitabilitas.
(d) Pengaruh Net Interest Margin (NIM) terhadap tingkat
profitabilitas (ROA)
Hipotesis :
HO : Tidak terdapat pengaruh parsial yang positif antara NIM dengan
ROA Bank Muamalat
H1 : Terdapat pengaruh parsial yang positif antara NIM dengan ROA
Bank Muamalat
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, diperoleh nilai T-hitung
untuk variabel independent NIM adalah sebesar 8,483 sementara nilai
T-tabel adalah sebesar 2,01 yang berarti bahwa nilai T-hitung lebih
besar dari nilai T-tabel (8,483 > 2,01). Dengan demikian HO ditolak
dan H1 diterima, artinya ada hubungan linear antara NIM dengan
ROA. Besarnya pengaruh NIM terhadap ROA adalah sebesar 0,751
atau 75,1% dianggap signifikan. Hal ini sesuai juga dengan angka
signifikan sebesar 0,000 < 0,05.
NIM (Net Interest Margin) yang merupakan alat untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva
produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih,
85
pendapatan bunga bersih tersebut diperoleh dari pendapatan bunga.
Semakin besar rasio ini makan semakin meningkatnya pendapatan
bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank. Dengan demikian jika
meningkatnya pendapatan maka akan meningkatkan tingkat
profitabilitas bank.
(e) Pengaruh Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
terhadap tingkat profitabilitas (ROA)
Hipotesis :
HO : Tidak terdapat pengaruh parsial yang positif antara BOPO dengan
ROA Bank Muamalat
H1 : Terdapat pengaruh parsial yang positif antara BOPO dengan
ROA Bank Muamalat
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, diperoleh nilai T-hitung
untuk variabel independent BOPO adalah sebesar 0,433 sementara
nilai T-tabel adalah sebesar 2,01 yang berarti bahwa nilai T-hitung
lebih kecil dari nilai T-tabel (0,433 < 2,01). Dengan demikian HO
diterima dan H1 ditolak, artinya tidak ada hubungan linear antara
BOPO dengan ROA. Besarnya pengaruh BOPO terhadap ROA adalah
sebesar 0,51 atau 51% dianggap tidak signifikan. Hal ini sesuai juga
dengan angka signifikan sebesar 0,667 > 0,05.
b) Analisis Korelasi
Untuk melihat hubungan antara variabel eksogenus yaitu CAR,
NPL, LDR, NIM, dan BOPO Bank Muamalat dengan menggunakan
86
analisis korelasi. Berdasarkan tabel dibawah ini diketahui korelasi
antar variabel independen (CAR, NPL, LDR, NIM, dan BOPO)
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5 Analisis Korelasi
Correlations
CAR NPL LDR NIM BOPO
Pearson Correlation 1 -.334* -.174 .111 -.332*
Sig. (2-tailed) .020 .236 .453 .021
CAR
N 48 48 48 48 48
Pearson Correlation -.334* 1 -.255 -.214 .651**
Sig. (2-tailed) .020 .081 .144 .000
NPL
N 48 48 48 48 48
Pearson Correlation -.174 -.255 1 .227 -.342*
Sig. (2-tailed) .236 .081 .120 .017
LDR
N 48 48 48 48 48
Pearson Correlation .111 -.214 .227 1 -.558**
Sig. (2-tailed) .453 .144 .120 .000
NIM
N 48 48 48 48 48
Pearson Correlation -.332* .651** -.342* -.558** 1
Sig. (2-tailed) .021 .000 .017 .000 BOPO
N 48 48 48 48 48
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber : data diolah
Menurut Sarwono (2007; 35) kriteria korelasi adalah sebagai berikut :
0 – 0,25 = korelasi sangat lemah (tidak ada korelasi)
> 0,25 – 0,5 = korelasi cukup
87
> 0,5 – 0,75 = korelasi kuat
> 0,75 – 1 = korelasi sangat kuat
(1) Korelasi antara CAR dengan NPL
Berdasarkan perhitungan SPSS diatas diperolah angka
korelasi antara variabel CAR dengan NPL sebesar -0,334. Korelasi
sebesar -0,334 ini mempunyai maksud hubungan antara variabel
CAR dengan variabel NPL cukup kuat. Korelasi antara kedua
variabel bersifat signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,020
< 0,050.
(2) Korelasi antara CAR dengan LDR
Berdasarkan perhitungan SPSS diatas diperolah angka
korelasi antara variabel CAR dengan LDR sebesar -0.174. Korelasi
sebesar -0.174 ini mempunyai maksud hubungan antara variabel
CAR dengan variabel LDR lemah. Korelasi antara kedua variabel
bersifat tidak signifikan karena angka signifikansi sebesar 0.236 >
0.050.
(3) Korelasi antara CAR dengan NIM
Berdasarkan perhitungan SPSS diatas diperolah angka
korelasi antara variabel CAR dengan NIM sebesar 0,111. Korelasi
sebesar 0,111 ini mempunyai maksud hubungan antara variabel
88
CAR dengan variabel NIM lemah. Korelasi antara kedua variabel
bersifat tidak signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,453 >
0,050.
(4) Korelasi antara CAR dengan BOPO
Berdasarkan perhitungan SPSS diatas diperolah angka
korelasi antara variabel CAR dengan BOPO sebesar -0,332.
Korelasi sebesar -0,332 ini mempunyai maksud hubungan antara
variabel CAR dengan variabel BOPO cukup kuat. Korelasi antara
kedua variabel bersifat signifikan karena angka signifikansi sebesar
0,021 < 0,050.
(5) Korelasi antara NPL dengan LDR
Berdasarkan perhitungan SPSS diatas diperolah angka
korelasi antara variabel NPL dengan LDR sebesar -0,255. Korelasi
sebesar -0,255 ini mempunyai maksud hubungan antara variabel
NPL dengan variabel LDR cukup kuat. Korelasi antara kedua
variabel bersifat tidak signifikan karena angka signifikansi sebesar
0,081 > 0,050.
(6) Korelasi antara NPL dengan NIM
Berdasarkan perhitungan SPSS diatas diperolah angka
korelasi antara variabel NPL dengan NIM sebesar -0,214. Korelasi
sebesar -0,214 ini mempunyai maksud hubungan antara variabel
89
NPL dengan variabel NIM lemah. Korelasi antara kedua variabel
bersifat tidak signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,144 >
0,050.
(7) Korelasi antara NPL dengan BOPO
Berdasarkan perhitungan SPSS diatas diperolah angka
korelasi antara variabel NPL dengan BOPO sebesar 0,651.
Korelasi sebesar 0,651 ini mempunyai maksud hubungan antara
variabel NPL dengan variabel BOPO kuat. Korelasi antara kedua
variabel bersifat signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,000
< 0,01.
Angka 0,01 digunakan karena hasil penghitungan SPSS
memberikan angka signifikansi sebesar 0,01 yanng ditandai dengan
dua bintang (**).
(8) Korelasi antara LDR dengan NIM
Berdasarkan perhitungan SPSS diatas diperolah angka
korelasi antara variabel LDR dengan NIM sebesar 0,227. Korelasi
sebesar 0,227 ini mempunyai maksud hubungan antara variabel
LDR dengan variabel NIM lemah. Korelasi antara kedua variabel
bersifat tidak signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,120 >
0,050.
90
(9) Korelasi antara LDR dengan BOPO
Berdasarkan perhitungan SPSS diatas diperolah angka
korelasi antara variabel LDR dengan BOPO sebesar -0,342.
Korelasi sebesar -0,342 ini mempunyai maksud hubungan antara
variabel LDR dengan variabel BOPO cukup kuat. Korelasi antara
kedua variabel bersifat signifikan karena angka signifikansi sebesar
0,120 > 0,050.
(10) Korelasi antara NIM dengan BOPO
Berdasarkan perhitungan SPSS diatas diperolah angka
korelasi antara variabel NIM dengan BOPO sebesar -0,558.
Korelasi sebesar -0,558 ini mempunyai maksud hubungan antara
variabel NIM dengan variabel BOPO kuat. Korelasi antara kedua
variabel bersifat signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,000
> 0,010.
Angka 0,01 digunakan karena hasil penghitungan SPSS
memberikan angka signifikansi sebesar 0,01 yanng ditandai dengan
dua bintang (**).
Hal ini berarti bahwa ada hubungan yang signifikan secara
negatif antara NIM dengan BOPO
Hipotesis untuk korelasi dalam penelitian ini adalah:
HO : Tidak terdapat hubungan yang erat antara variabel-
variabel bebas (variabel x)
91
H1 : Terdapat hubungan yang erat antara variabel-variabel
bebas (vairabel x)
Berdasarkan hasil analisis korelasi antar variabel eksogen
tersebut dapat disimpulkan terdapat 6 variabel yang memiliki
korelasi yaitu variabel CAR dengan NPL, variabel CAR dengan
BOPO, variabel NPL dengan LDR, variabel NPL dengan BOPO,
variabel LDR dengan BOPO, dan variabel NIM dengan BOPO.
Dan 4 variabel yang tidak memiliki korelasi adalah variabel CAR
dengan LDR, variabel CAR dengan NIM, variabel NPL dengan
LDR, dan LDR dengan NIM. Dengan demikian secara keseluruhan
HO ditolak dan H1 diterima, yang berarti terdapat hubungan antar
variabel eksogen.
92
c) Diagram Jalur
Diagram jalur dari persamaan struktural diatas adalah sebagai berikut
:
ε
CAR
NPL
LDR
-0,124
0,079
NIM
BOPO
0,051
0,751
0,302
-0,332
-0,255
0,227
-0,558
-0,174
-0,214
-0,342
0,111
0,651
-0,334
ROA
93
Keterangan :
Pyx1 = (0,079), Koefisien jalur CAR terhadap ROA
Pyx2 = (-0,124), Koefisien jalur NPL terhadap ROA
Pyx3 = (0,302), Koefisien jalur LDR terhadap ROA
Pyx4 = (0,751) Koefisien jalur NIM terhadap ROA
Pyx5 = (0,051) Koefisien jalur BOPO terhadap ROA
rx1x2 = (-0,334) Koefisien korelasi antara CAR dengan NPL
rx1x3 = (-0,174) Koefisien korelasi antara CAR dengan LDR
rx1x4 = (0,111) Koefisien korelasi antara CAR dengan NIM
rx1x5 = (-0,332) Koefisien korelasi antara CAR dengan BOPO
rx2x3 = (-0,255) Koefisien korelasi antara NPL dengan LDR
rx2x4 = (-0,214) Koefisien korelasi antara NPL dengan NIM
rx2x5 = (0,651) Koefisien korelasi antara NPL dengan BOPO
rx3x4 = (0,227) Koefisien korelasi antara LDR dengan NIM
rx3x5 = (-0,342) Koefisien korelasi antara LDR dengan BOPO
rx4x5 = (-0,558) Koefisien korelasi antara NIM dengan BOPO
94
d) Persamaan Struktural
Persamaan struktural untuk model tersebut adalah :
Y = Pyx1 + Pyx2 + Pyx3 + Pyx4 + Pyx5 + ε
ROA = 0,079 CAR + -0,124 NPL + 0,302 LDR + 0,751 NIM +
0,051 BOPO + ε
Sambas (2007; 235) menambahkan Pada persamaan jalur
tersebut, koefisien jalur residu ( ε ) dapat dihitung berdasarkan output
Model Summary. Rumus yang digunakan adalah :
Pyε = . Pada output Model Summary
diketahui = 0.787. sehingga koefisien
residu adalah Pyε = = 0,461. Setelah koefisien residu
diperoleh, persamaan jalurnya menjadi :
Y = Pyx1 + Pyx2 + Pyx3 + Pyx4 + Pyx5 + ε
ROA = 0,079 CAR + -0,124 NPL + 0,302 LDR + 0,751 NIM +
0,051 BOPO + 0,461
Dari hasil penelitian, diperoleh persamaan regresi yaitiu Y = 0,079 CAR
+ -0,124 NPL + 0,302 LDR + 0,751 NIM + 0,051 BOPO + 0,461. Persamaan
tersebut mengandung pengertian sebagai berikut :
95
Jika adanya kenaikan Capital Adequancy Ratio (CAR) sebesar 1% maka
akan berpengaruh positif terhadap kenaikan tingkat profitabilitas (ROA) Bank
Muamalat sebesar 0,079 namun hal ini dianggap tidak signifikan.
Sedangkan pada Non Performing Loan (NPL) jika adanya kenaikan pada
NPL sebesar 1% maka akan berpengaruh negatif terhadap penurunan terhadap
tingkat profitabilitas (ROA) Bank Muamalat sebesar -0,124 namun hal ini
dianggap tidak signifikan.
Dan pada Loan to Deposit Ratio (LDR) jika adanya kenaikan sebesar 1%
maka akan berpengaruh positif secara signifikan terhadap tingkat profitabilitas
(ROA) Bank Muamalat sebesar 0,302.
Selanjutnya jika Net Interest Margin (NIM) memiliki kenaikan sebesar 1%
maka akan berpengaruh positif secara signifikan terhadap tingkat profitabilitas
(ROA) Bank Muamalat sebesar 0,751.
Dalam variabel Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) jika
adanya kenaikan sebesar 1% maka akan berpengaruh positif terhadap tingkat
profitabilitas (ROA) Bank Muamalat sebesar 0,461 namun hal ini dianggap tidak
signifikan.
Secara keseluruhan, hasil penelitian yang tidak sesuai dengan teori
mengindikasikan karena adanya perubahan dalam perangkat laporan keuangan
selama periode penelitian.
96
Dikarenakan terjadi trimming dalam penelitian ini yang hanya terdapat 2
koefisien jalur yang signifikan terhadap ROA yaitu LDR dan NIM, dan terdapat 3
koefisien jalur yang tidak signifikan yaitu CAR, NPL, dan BOPO maka
perhitungan tersebut harus diulang dengan menghilangkan jalur yang dianggap
tidak signifikan.
Dengan demikian pengujian selanjutnya bertujuan sebagai berikut :
1. Melihat pengaruh secara simultan antara LDR dan NIM terhadap ROA
2. Melihat pengaruh secara parsial antara LDR dan NIM terhadap ROA
3. Melihat korelasi antara LDR dan NIM
Hasil analisis tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh secara simultan antara LDR dan NIM terhadap ROA
Untuk mengetahui pengaruh LDR dan NIM terhadap ROA secara
simultan, maka dapat dilihat dari hasil perhitungan dalam model summary
dibawah ini khususnya nilai R square adalah :
Tabel 4.6 Model Summary Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .876a .768 .757 .32602
a. Predictors: (Constant), NIM, LDR
Besarnya angka R square ( ) adalah 0,768. Angka tersebut
digunakan untuk melihat besarnya pengaruh LDR dan NIM secara
97
simultan terhadap ROA dengan cara menghitung koefisisen (KD) dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
KD = x 100%
KD = 0,768 x 100%
KD = 76,8%
Angka tersebut mempunyai maksud bahwa pengaruh LDR dan
NIM secara simultan terhadap ROA adalah 76,8%. Sedangkan sisanya
sebesar 23,2% (100% - 76,8%) dijelaskan oleh faktor lain.
Untuk mengetahui apakah model regresi diatas sudah benar atau
salah, diperlukan uji hipotesis. Uji hipotesis ini menggunakan angka F
sebagaimana tertera dalam tabel dibawah ini :
Tabel 4.7 Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 15.809 2 7.905 74.368 .000a
Residual 4.783 45 .106 1
Total 20.592 47
a. Predictors: (Constant), NIM, LDR
b. Dependent Variable: ROA
Sumber : data diolah
Hipotesis dalam uji ini berbunyi sebagai berikut :
HO : LDR dan NIM tidak terdapat pengaruh secara simultan terhadap
ROA Bank Muamalat
98
H1 : LDR dan NIM terdapat pengaruh secara simultan terhadap ROA
Bank Muamalat
Berdasarkan hasil output SPSS yang ditunjukan oleh tabel diatas
bahwa nilai F-hitung sebesar 74,368 sementara F tabel sebesar 4.06. ini
berarti bahwa nilai F-hitung lebih besar dari nilai F-tabel (74,368 > 4,06).
Hal ini berarti bahwa HO ditolak dan H1 diterima, artinya variabel-
variabel independen secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap tingkat profitabilitas (ROA) Bank Muamalat sejak
januari 2002 hingga desember 2005. Keputusan untuk menolak HO dan
menerima H1 juga diambil jika nilai signifikansi F lebih kecil dengan taraf
signifikansi yang digunakan yaitu sebesar 5%. Dari hasil analisis
ditemukan nilai F sebesar 0.000 < 0.05
Dari uaraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa semua
variabel independen yaitu LDR dan NIM secara bersama-sama (simultan)
berpengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas (ROA) Bank
Muamalat selama periode penelitian yaitu sejak januari 2002 hingga
desember 2005.
2. Pengaruh secara parsial antara LDR dan NIM terhadap ROA
Untuk melihat pengaruh eksogenus LDR dan NIM terhadap variabel
endogenus ROA secara parsial dengan menggunakan Uji T. Sedangkan untuk
melihat besarnya pengaruh, digunakan angka Beta atau standardized
99
coefficients. Berdasarkan tabel dibawah ini diketahui nilai T-hitung untuk
variabel independen LDR dan NIM adalah sebagai berikut :
Tabel 4.8 Uji T
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -2.940 .795 -3.696 .001
LDR .036 .009 .301 4.073 .000
1
NIM .175 .017 .758 10.269 .000
a. Dependent Variable: ROA Sumber : data diolah
(a) Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap tingkat
profitabilitas (ROA)
Hipotesis :
HO : Tidak terdapat pengaruh parsial yang positif antara LDR dengan
ROA Bank Muamalat
H1 : Terdapat pengaruh parsial yang positif antara LDR dengan ROA
Bank Muamalat
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, diperoleh nilai T-hitung
untuk variabel independent LDR adalah sebesar 4,073 sementara nilai
T-tabel adalah sebesar 2,01 yang berarti bahwa nilai T-hitung lebih
besar dari nilai T-tabel (4,073 > 2,01). Dengan demikian HO ditolak
100
dan H1 diterima, artinya ada hubungan linear antara LDR dengan
ROA. Besarnya pengaruh LDR terhadap ROA adalah sebesar 0,301
atau 30,1% dianggap signifikan. Hal ini sesuai juga dengan angka
signifikan sebesar 0,000 < 0,05.
Hasil peneliitan tersebut sama seperti penelitian terdahulu
(Anggi Suwandhani) yang menunjukkan bahwa adanya pengaruh
antara LDR terhadap tingkat profitabilitas (ROA).
Loan to Deposit Ratio (LDR) yang merupakan perbandingan
antara kredit yang disalurkan dengan dana masyarakat yang
dikumpulkan Bank Muamalat baik berupa tabungan, giro, maupun
deposito, memiliki pengaruh terhadap tingkat profitabilitas jika adanya
perubahan pada rasio LDR. Hal ini disebabkan karena jika semakin
banyak total DPK yang diterima bank maka semakin besar pula
peluang bank untuk menyalurkan kreditnya, dengan demikian jika
semakin banyak total kredit yang diberikan maka semakin besar
kemampuan bank untuk mendapatkan pendapatan sehingga akan
meningkatklan tingkat profitabilitas.
(b) Pengaruh Net Interest Margin (NIM) terhadap tingkat
profitabilitas (ROA)
Hipotesis :
HO : Tidak terdapat pengaruh parsial yang positif antara NIM dengan
ROA Bank Muamalat
101
H1 : Terdapat pengaruh parsial yang positif antara NIM dengan ROA
Bank Muamalat
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, diperoleh nilai T-hitung
untuk variabel independent NIM adalah sebesar 10,269 sementara nilai
T-tabel adalah sebesar 2,01 yang berarti bahwa nilai T-hitung lebih
besar dari nilai T-tabel (10,269 > 2,01). Dengan demikian HO ditolak
dan H1 diterima, artinya ada hubungan linear antara NIM dengan
ROA. Besarnya pengaruh NIM terhadap ROA adalah sebesar 0,758
atau 75,8% dianggap signifikan. Hal ini sesuai juga dengan angka
signifikan sebesar 0,000 < 0,05.
NIM (Net Interest Margin) yang merupakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya
untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih, pendapatan bunga
bersih tersebut diperoleh dari pendapatan bunga. Semakin besar rasio
ini makan semakin meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva
produktif yang dikelola bank. Dengan demikian semakin besar
pendapatan maka semakin besar tingkat profitabilitas bank.
3. Korelasi antara LDR dan NIM
Untuk melihat hubungan antara LDR dengan NIM Bank Muamalat
dengan menggunakan analisis korelasi. Berdasarkan tabel dibawah ini diketahui
korelasi antar LDR dengan NIM adalah sebagai berikut :
102
Tabel 4.9 Analisis Korelasi
Correlations
LDR NIM
Pearson Correlation 1 .227
Sig. (2-tailed) .120
LDR
N 48 48
Pearson Correlation .227 1
Sig. (2-tailed) .120 NIM
N 48 48
Sumber : data diolah
Menurut Sarwono (2007; 35) kriteria korelasi adalah sebagai berikut :
0 – 0,25 = korelasi sangat lemah (tidak ada korelasi)
> 0,25 – 0,5 = korelasi cukup
> 0,5 – 0,75 = korelasi kuat
> 0,75 – 1 = korelasi sangat kuat
Berdasarkan perhitungan SPSS diatas diperolah angka korelasi antara
variabel LDR dengan NIM sebesar 0,227. Korelasi sebesar 0,227 ini mempunyai
maksud hubungan antara variabel LDR dengan variabel NIM lemah. Korelasi
antara kedua variabel bersifat tidak signifikan karena angka signifikansi sebesar
0,120 > 0,050.
Hal ini berarti bahwa tidak ada hubungan yang signifikan secara positif
antara LDR dengan NIM
103
Diagram jalur baru :
ε
LDR
NIM
0,758
0,227
0,301
ROA
Keterangan :
Pyx1 = (0,301), Koefisien jalur LDR terhadap ROA
Pyx2 = (0,758) Koefisien jalur NIM terhadap ROA
rx1x2 = (0,227) Koefisien korelasi antara LDR dengan NIM
Persamaan Struktural
Persamaan struktural untuk model tersebut adalah :
Y = Pyx1 + Pyx2 + ε
ROA = 0,3021 LDR + 0,758 NIM + ε
Sambas (2007; 235) menambahkan Pada persamaan jalur tersebut,
koefisien jalur residu ( ε ) dapat dihitung berdasarkan output Model Summary.
Rumus yang digunakan adalah :
104
Pyε = . Pada output Model Summary diketahui =
0.787. sehingga koefisien residu adalah Pyε = = 0,481. Setelah
koefisien residu diperoleh, persamaan jalurnya menjadi :
Y = Pyx1 + Pyx2 + ε
ROA = 0,301 LDR + 0,758 NIM + 0,481
Dari hasil penelitian, diperoleh persamaan regresi yaitiu Y = 0,301 LDR
+ 0,758 NIM + 0,481. Persamaan tersebut mengandung pengertian sebagai
berikut :
Jika adanya kenaikan pada Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 1% maka
akan berpengaruh positif secara signifikan terhadap tingkat profitabilitas (ROA)
Bank Muamalat sebesar 0,301.
Dan jika adanya kenaikann pada Net Interest Margin (NIM) sebesar 1%
maka akan berpengaruh positif secara signifikan terhadap tingkat profitabilitas
(ROA) Bank Muamalat sebesar 0,758.
105
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
C. Kesimpulan
Berdasarkan analisa dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab IV
(empat) dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil analisis menunjukan bahwa variabel CAR, NPL, LDR, MIN, dan
BOPO secara simultan berpengaruh terhadap ROA Bank muamalat
Indonesia sebesar 31,094 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. dan
besarnya pengaruh secara simultan terhadap ROA adalah sebesar 78,7%.
Sedangkan sisanya sebesar 21,3% dipengaruhi oleh faktor lain.
Dikarenakan terjadi trimming maka pengujian selanjutnya hanya
menggunakan variabel LDR dan NIM untuk melihat secara simultan
terhadap ROA, hasilnya adalah sebesar 74,368 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,000, dengan besarnya pengaruh secara simultan adalah 76,8%
dan sisanya sebesar 23,2% dipengaruhi oleh faktor lain.
2. Pengaruh CAR, NPL, dan LDR terhadap ROA secara parsial adalah
sebagai berikut :
a) Variabel CAR tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
ROA sebesar 0,079 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,339
b) Variabel NPL tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
ROA sebesar -0,124 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.215
106
c) Variabel LDR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA
sebesar 0,302 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,001
d) Variabel NIM memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA
sebesar 0,751 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000
e) Variabel BOPO tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
ROA sebesar 0,051 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,667
Dikarenakan terjadi trimming maka pengujian selanjutnya hanya
menggunakan variabel LDR dan NIM untuk melihat secara parsial
terhadap ROA, hasilnya adalah sebagai berikut :
a) Variabel LDR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA
sebesar 0,301 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000
b) Variabel NIM memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA
sebesar 0,758 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000
3. Hubungan antar variabel eksogenus yaitu CAR, NPL, dan LDR Bank
Muamalat adalah sebagai berikut :
a) Hubungan antara variabel CAR dengan NPL cukup kuat sebesar
0.334 dengan angka signifikansi sebesar 0.020
a) Hubungan antara variabel CAR dengan LDR lemah sebesar 0.174
dengan angka signifikansi sebesar 0.236
b) Hubungan antara variabel CAR dengan NIM lemah sebesar 0.111
dengan angka signifikansi sebesar 0.453
c) Hubungan antara variabel CAR dengan BOPO cukup kuat sebesar
0.332 dengan angka signifikansi sebesar 0.021
107
d) Hubungan antara variabel NPL dengan LDR cukup kuat sebesar
0.255 dengan angka signifikansi sebesar 0.081
e) Hubungan antara variabel NPL dengan NIM lemah sebesar 0.214
dengan angka signifikansi sebesar 0.144
f) Hubungan antara variabel NPL dengan BOPO kuat sebesar 0.651
dengan angka signifikansi sebesar 0.000
g) Hubungan antara variabel LDR dengan NIM lemah sebesar 0.227
dengan angka signifikansi sebesar 0.120
h) Hubungan antara variabel LDR dengan BOPO cukup kuat sebesar
0.342 dengan angka signifikansi sebesar 0.017
i) Hubungan antara variabel NIM dengan BOPO kuat sebesar 0.558
dengan angka signifikansi sebesar 0.000
Dikarenakan terjadi trimming maka pengujian selanjutnya hanya
melihat korelasi antara LDR dengan NIM, dan hasilnya adalah sebesar
0.227 yang berarti lemah dengan angka signifikan 0.120
108
D. Implikasi
Berdasarkan dari kesimpulan diatas, hasil penelitian ini berimplikasi
terhadap pihak-pihak yang terkait, antara lain:
1. Bagi perbankan, Bank Muamalat harus lebih memperhatikan rasio penting
seperti LDR dan NIM karena dari hasil penelitian menunjukkann jika
adanya perubahan pada variabel ini maka akan berpengaruh secara positif
terhadap tingkat profitabilitas (ROA).
2. Bagi penulis, memberikan ilmu pengetahuan untuk menganalisis sejauh
mana pengaruh rasio – rasio penting dalam menilai kinerja bank terutama
rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan
to Deposit Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), dan Biaya
Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap tingkat
profitabilitas (ROA)
3. Bagi akademisi / peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
acuan untuk meneliti lebih jauh lagi karena variabel yang digunakan dalam
penelitian ini hanya 5 variabel saja dan penelitian dengan menggunakan
analisis 2 jalur.
109
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Arifin, Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Pustaka Alvabet, Jakarta:
2006
Hamid, Abdul. “Pedoman Penulisan Skripsi” Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta : 2007
Indriantoro, Nur & Bambang Supomo. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi Dan Manajemen. BPFE, Yogjakarta, 2004
Karim, Adiwarman. Bank Islam Analisis Fiqih Dan Keuangana, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta : 2004
Lewis, Mervyn K dan Algaoud, Latifa M. Perbankan Syariah Prinsip, Praktek
dan Prospek, PT. Serambi Ilmu Semesta, Jakarta : 2007
Rafiudin Rahmat, Asep Saepudin. “Praktek langsung SPSS 17” PT. Alex Media
Komputindo, Jakarta : 2009
Ralona M. “Kamus Istilah Ekonomi Popule”r, Gorga Media, Jakarta: 2006
Riyadi, Slamet. “Banking Assets And Liability Management”, Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta: 2004
Santoso,S., dan F Tjiptono, RISEt pemasaranm ; konep dan aplikasi dh=gn SPSS
elek media kom,jkt,2001
Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdul Rahman. “Analisi Korelasi, Regresi dan
Jalur Dalam Penelitian”, Pustaka setia, Bandung : 2007
110
Sarwono, jonathan. “Analisis Jalur Untuk Riset Bisnis Dengan SPSS”, Yogjakarta
: 2007
Siddiqi, Nejatullah Muhammad. Bank Islam, Pustaka, Bandung :1984
Sugiyono, “Statistik Untuk Penelitian” CV. Alfabeta, Bandung ; 2007
Sumitro, Warkum. Asas-Asas Perbankan Islam & Lembaga-Lembaga terkait, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta : 2004
Susilo Sri Y Dkk, Bank Dan Lembaga Keuangan Lain, Salemba Empat, Jakarta:
2000
Syaf’I, M Antonio. Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Gema Insani, Jakarta :
2001
Wiyono Slamet, Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syariah
Berdasarkan PSAK Dan PAPSI, Grasindo, Jakarta: 2005
Yarnest. “panduan aplikasi statistic: dengan menggunakan SPSS 12” Dioma,
Malang, 2004
111
Jurnal-Jurnal
Anam, M. Khoirul, Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap Prediksi keuntungan
(Study Kasus Pada Industri Keuangan Makro Syariah di Tanggerang),
Jakarta; 2005
Chantong, Saovanee. 2003, “Comparative Analisys Of Foreign And Domestic
Bank Operation In Thailand” the regression anlisys, journal of economic
literature (JEL) Classificarion G15,G21, G32, G34
Fachriadi, Tengku. “Pengaruh Rasio NPL dan CAR Terhadap Tingkat
Profitabilitas Bank Riau Januari 2006 - Oktober 2006”. Bandung : 2007
Munani, Tini, Analisis Capital Adequacy Ratio, Quick Ratio, Non Performing
Loan, dan Loan to Deposit Ratio Terhadap Profitabilitas Perbankan (Study
Kasus Pada Perbankan Go Publik 2001), Skripsi UIN Syarif Hidayatullah,
Jakrta; 2004
Muttaqin, Taufiq. “Pengaruh CAR, LDR, KAP, dan NPL Terhadap Tingkat
Profitabilitas (ROA) BPR”, Bandung : 2007.
Nixon, Vicer. “Pengaruh PPAP Terhadap Tingkat Kecukupan Modal (CAR),
Pada Perusahaan Bank-Bank Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta
(BEJ)”, Bandung: 2005
Pramudya Surya, “Perkembangan CAR dan NPL Terhadap Perubahan LDR Pada
PT. Bank Jabar Banten”, Bandung : 2009
Saptarini, Trini dan Syahril. “Pengaruh Pinjaman Macet (PM) Dan Rasio
Kecukupan Modal (RKM) Terhadap Pengembalian Ekuitas (PE) Bank
Muamalat”, Jakarta : 2006
112
Sutadanu, Heri. “pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Capital Adequacy
Ratio (CAR) terhadap Return On Asset (ROA) bank devisa selama tahun
2000-2003”
Suwandhani, Anggi. “Pengaruh Tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR) Terhadap
Profitabilitas Bank (Studi Survei pada bank-bank go public yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI))”, Bandung : 2008
Website
www.bi.go.id
www.muamalatbank.com
113