yoghurt ekstrak tempe
TRANSCRIPT
YOGHURT SARI TEMPE AROMA “RINGO (Stroberi dan
Mangga)”
Parni Astuti
PGMIPA BI Biology Education of Ahmad Dahlan University
2013
ABSTRAKYoghurt merupakan salah satu produk minuman dari
susu yang dihasilkan melalui proses fermentasi oleh
kombinasi bakteri penghasil laktat. Umumnya yogurt dapat
dibuat dari susu tetapi dapat juga dibuat dari sari
tempe. Tempe merupakan sumber protein nabati, vitamin,
mineral dan asam amino essential. Tempe juga mudah
didapat dan harganya ekonomis. Penelitian ini bertujuan
untuk memproduksi minuman fermentasi yoghurt sari tempe
yang mengandung probiotik yang baik untuk pencernaan.
Produk ini dibuat dengan menfermentasi tempe untuk
yang kedua kalinya dengan bantuan starter yoghurt yang
mengandung biakan aktif bakteri Lactobacillus bulgaricus dan
L. acidophilus. Yogurt tempe yang diperoleh sebagian
dicampur dengan aroma strawberry dan mangga sehingga
terasa asam manis, dan sebagiannya lagi tidak dicampur
dengan aroma sehingga rasanya asam dan tekstur yang
dihasilkan cair.
Berdasarkan hasil uji organoleptik, secara
keseluruhan yogurt tempe dapat diterima baik oleh
konsumen, kecuali teksturnya yang dianggap kurang kental.
Dari ketiga rasa yang disajikan yang paling disukai
panelis adalah rasa mangga. Dengan demikian, yogurt
berbahan dasar sari tempe merupakan produk yang mempunyai
nilai jual, baik dari segi manfaat, rasa dan penampilan,
maupun keunikannya.
Kata kunci: tempe, yogurt, stroberi, mangga, probiotik,
fermentasi
CHAPTER I
INTRODUCTION
A. Latar Belakang
Yoghurt merupakan produk berbasis susu yang telah
dikonsumsi selama berabad-abad yang mempunyai efek
menguntungkan bagi kesehatan. Dengan berjalannya
waktu, yoghurt terus menerus dimodifikasi untuk
mendapatkan karakteristik dan efek nutrisi yang lebih
baik (Rootray dan Mishra, 2011) (Yunita, dkk, 2011).
Yoghurt memiliki kelebihan dibandingkan susu segar
antara lain nilai gizinya tinggi, mengandung
antioksidan dan antimikroba. Selain itu yogurt juga
merupakan sumber kalsium, baik bagi orang yang sudah
tua untuk mencegah degradasi tulang, dan bagi
penderita defisiensi enzim lactase yang tidak dapat
mencerna susu (Bintang, 1999) (Kusumaningrum, 2004).
Yoghurt berasal dari susu yang mengalami fermentasi
(Tamime dan Robinson, 2007) (Yunita, dkk, 2011) dengan
bentuk seperti bubur atau es krim. Yoghurt dapat
dibuat dari susu, susu kambing, atau lainnya (Stelios
dan Emmanuel, 2004) (Yunita, dkk, 2011). Salah satu
bahan yang dapat digunakan dalam proses pembuatan
yoghurt adalah tempe. Tempe adalah makanan tradisional
Indonesia yang dibuat melalui proses fermentasi dengan
menumbuhkan kapang Rhizopus sp. pada kedelai yang telah
dikuliti dan dimasak (Tanuwidjaja, 1991)
(Kusumaningrum, 2004).
Penelitian yang telah dilakukan dalam pembuatan
minuman fermentasi yang sehat dari sari tempe atau
lebih dikenal sebagai soygurt menggunakan bahan dasar
tempe sebagai pengganti susu sapi atau susu kedelai.
Kultur soygurt yang digunakan adalah bakteri Lactobacillus
bulgaricus dan Lactobacillus.Yoghurt tempe yang telah di buat
perlu dilakukan uji organoleptic dimana uji yang
dilakukan berupa uji kesukaan pada produk. Pada
penelitian ini digunakan tempe sebagai bahan dasar
pembuatan yoghurt karena tempe merupakan sumber
protein nabati, vitamin, mineral dan asam amino
essential yang memang sudah ada dalam kedelai sebagai
bahan pokoknya, selain itu tempe juga mudah didapat
dan harganya yang ekonomis. Yogurt berbahan dasar tempe
menggabungkan manfaat tempe dengan yogurt yang
mengandung probiotik yang baik untuk pencernaan.
CHAPTER II
LANDASAN TEORI
A. YOGHURT
Yoghurt merupakan salah satu produk minuman dari
susu yang dihasilkan melalui proses fermentasi oleh
kombinasi bakteri penghasil laktsat, yaitu Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus thermophillus. Pada umumnya yogurt
dibuat dari susu hewan seperti susu sapi, susu
kambing, susu kuda dan susu domba (Rahayu et al., 1993)
(Kusumaningrum, 2004).
Yoghurt memiliki kelebihan dibandingkan susu
segar antara lain nilai gizinya tinggi, mengandung
antioksidan dan antimikroba. Selain itu yogurt juga
merupakan sumber kalsium, baik bagi orang yang sudah
tua untuk mencegah degradasi tulang, dan bagi
penderita defisiensi enzim lactase yang tidak dapat
mencerna susu (Bintang, 1999) (Kusumaningrum, 2004).
Beberapa manfaat yoghurt yang ditimbulkan oleh
bakteri asam laktat dalam yoghurt yaitu :
1. Mengatasi Laktosa Intoleran
Laktosa intoleran adalah suatu kondisi dimana usus
tidak dapat mencerna dan menyerap laktosa secara
sempurna. Hal ini terjadi karena terbatasnya enzim
lactase pada saluran pencernaan yang berfungsi dalam
memecah laktosa. Adanya luka karena virus atau
gangguan saluran pencernaan pada lapisan usus
terutama pada sel-sel penghasil enzim lakta seakan
menyebabkan produksi enzim lactase sangat terbatas.
Tanda atau gejala seseorang mengalami laktosa
intoleran setelah minum susu adalah diare, mual,
muntah, dan gejala sakit perut lainnya. Bakteri asam
laktat dalam yoghurt dapat menguraikan laktosa susu
menjadi monosakarida yaitu glukosa dan galaktosa,
sehingga susu mudah dicerna dan diserap tubuh.
Selama proses pembuatan yoghurt diperkirakan
terdapat 30% laktosa susu yang Diurai menjadi
glukosa dan galaktosa (Surajudinet al., 2006)
(Rumiati, dkk, 2008).
2. Menyeimbangkan Sistem Pencernaan
Bakteri dalam yoghurt akan menjaga keseimbangan
flora normal usus, sehingga dapat memperbaiki dan
menyempurnakan fungsi pencernaan. Selain itu,
yoghurt juga memiliki daya antibiotika yang dapat
menghindarkan pembusukan dini dalam usus halus
(Shah, 1999) (Rumiati, dkk, 2008).
3. Menurunkan Kadar Kolesterol
Bakteri asam laktat dalam yoghurt dapat menghasilkan
sejumlah asam organic seperti asam propionate dan
asam orotat (Vitamin B13) yang berperan dalam
penurunan kadar kolesterol. Asam propionate akan
menghambat sintesis kolesterol dalam hati dengan
cara menekan aktivitas enzim 3-hidroksi-3-metil
glutaril CoA reduktase sebagai salah satu pemicu
sintesis kolesterol. Kemudian kolesterol dalam
tubuh akan diubah oleh bakteri asam laktat dalam
yoghurt menjadi coprostanol, sebuah sterol yang
tidak dapat diserap oleh usus. Dengan demikian
coprostanol dan sisa kolesterol akan dikeluarkan
bersama dengan tinja. Senyawa asam orotat dalam
yoghurt akan bersaing dengan kolesterol dari makanan
untuk pembentukan kolesterol dalam hati sehingga
produksi kolesterol tetap normal (Suarsanaet al, 2005)
(Rumiati, dkk, 2008).
4. Mencegah Kanker
Senyawa yang terkandung dalam yoghurt akan memacu
sistem pertahanan tubuh, seperti interferon dan sel
NK (natural killer cell) yang akan melawan tumor dan
kanker. Selain itu, unsure probiotik dalam yoghurt
akan menekan pertumbuhan dan aktivitas mikroba usus
halus yang memproduksi senyawa racun atau asam lemak
berantai pendek. Yoghurt juga akan mengikat dan
memindahkan senyawa karsinogen, memproduksi senyawa
anti mutagenik yang akan menghambat munculnya
kanker, dan memproduksi senyawa butirat yang akan
menstimulasi penghancuran sel abnormal yang
berpotensi menjadi sel kanker (Surajudin et al, 2006)
(Rumiati, dkk, 2008).
5. Mengatasi Infeksi Jamur dan Bakteri
Bakteri asam laktat dalam yoghurt akan menghasilkan
suatu senyawa anti mikroba yang disebut bakteriosin,
yang akan melawan infeksi mikroba pathogen dalam
tubuh, seperti infeksi karena jamur Candida albicans dan
bakteri Helicobacter pylori. Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan, diketahui bahwa yoghurt bekerja
secara sinergis jika digunakan bersama dengan
antibiotic biasa (Felleyetal, 2003) (Rumiati, dkk,
2008).
6. Kaya Kalsium
Dalam satu gelas yoghurt rata-rata terkandung
sekitar 450 mg kalsium. Mineral ini sangat
bermanfaat bagi kesehatan kolon. Orang yang diet
tinggi kalsium seperti di negara Skandinavia,
mempunyai tingkat kejadian kanker kolorektal lebih
rendah disbanding negara lain (Rumiati, dkk, 2008).
7. Sumber Protein
Satu gelas yoghurt tawar mengandung 10-14 gram
protein atau sekitar 20 persen dan kebutuhan protein
harian. Proses fermentasi membuat protein yang ada
pada yoghurt lebih mudah dicerna. Keberadaan protein
yang mudah dicerna serta asam laktat yang
meningkatkan penyerapan mineral, membuat yoghurt
baik dikonsumsi oleh anak dengan gangguan penyerapan
di saluran cerna (Rumiati, dkk, 2008).
B. TEMPE
Menurut Djanis dan Hanafi (2008) tempe adalah
produk pangan yang dibuat dari kedelai yang
difermentasikan menggunakan kapang Rhizopus oligospuros.
Pertumbuhan kapang Rhizopus yang menghubungkan biji-biji
kedelai akan menghasilkan tempe yang berwarna putih,
tekstur yang kompak dan aroma yang khas.
Tempe adalah makanan tradisional Indonesia yang
dibuat melalui proses fermentasi dengan menumbuhkan
kapang Rhizopus sp. pada kedelai yang telah dikuliti dan
dimasak (Tanuwidjaja, 1991) (Kusumaningrum, 2004).
Tempe merupakan sumber protein nabati, vitamin,
mineral dan asam amino essential yang memang sudah ada
dalam kedelai sebagai bahan pokoknya. Banyak faktor
keunggulan yang dimiliki oleh tempe yaitu: rasanya
enak; kandungan protein tinggi dan mengandung 8 macam
asam amino essensial (Shurtleff & Aoyagi, 1979)
(Kusumaningrum, 2004); mengandung berbagai senyawa
yang memiliki sifat antioksidan (misalnya senyawa
isoflavon: genistein (5,7,4’-trihidroksi isoflavon),
diadzein (7,4’-dihidroksi isoflavon), glisitein (7,4’-
dihidroksi-6-metoksi isoflavon) dan faktor-2 (6,7,4’-
trihidroksi isoflavon); mengandung zat anti bakteri
serta anti toksin. Di samping itu kandungan lemak
jenuh dan kolesterol tempe rendah, nilai gizi tinggi,
dan mudah dicerna dan diserap, serta kandungan vitamin
B12 tinggi (Steinkraus, 1961 dalam Murata, 1970)
(Kusumaningrum, 2004).
Namun demikian tempe termasuk ke dalam bahan
makanan yang mudah rusak dan daya simpannya tidak lama
yaitu ± 72 jam pada suhu kamar (Kasmidjo, 1990)
(Kusumaningrum, 2004). Kerusakan yang terjadi
disebabkan oleh aktivitas enzim proteolitik yang
mendegradasi protein menjadi amonia. Hal ini
menyebabkan tempe tidak layak lagi untuk dikonsumsi
setelah waktu tersebut. Dengan cara pengolahan
tambahan tempe diharapkan dapat digunakan untuk
pembuatan minuman dengan cita rasa yang berbeda.
Isoflavon, salah satu golongan flavonoid yang
merupakan senyawa metabolit sekunder mempunyai
struktur dasar C6-C3-C6 dan banyak terdapat pada biji
jenis tanaman leguminose (kacang-kacangan) termasuk
kedelai sebagai bahan baku tempe. Isoflavon yang
terdapat pada tempe adalah genistein, diadzein,
glisitein dan isoflavon faktor-2. Isoflavon faktor-2
hanya terdapat pada kedelai yang difermentasi oleh
kapang tempe seperti misalnya Rhizopus sp. dan mempunyai
potensi sebagai antioksidan, antihemolitik dan
antifungi (Pawiroharsono, 1996) (Kusumaningrum, 2004).
Proses perebusan bertujuan untuk melunakkan biji
kedelai yang keras sehingga memudahkan miselium kapang
melakukan penetrasi dan dapat tumbuh pada biji
kedelai. Perendaman dengan air mendidih memerlukan
waktu satu sampai satu setengah jam, sedangkan dengan
perebusan hanya memerlukan waktu 20-30 menit (Hermana
dan Karmini, 1996) (Amalia, 2002).
Proses pendinginan bertujuan untuk mengurangi
kelebihan air pada waktu inokulasi, yang dapat
mendorong pertumbuhan bakteri pembusukan (Kuswara,
1992) (Amalia, 2002).
Proses perendaman biji kedelai yang telah dikupas
bertujuan untuk membiarkan terjadinya pertumbuhan
bakteri asam laktat yaitu Lactobacillus sp, sehingga kedelai
menjadi asam. Penurunan nilai pH air perendaman
menjadi 4,5 – 5,3, menghambat pertumbuhan bakteri dan
kapang terutama yang bersifat proteolitik dari dalam
kedelai (Steinkraus, 1983) (Amalia, 2002). Setelah
proses perendaman dilakukan prses pencucian yang
bertujuan untuk menghilang bakteri dan mikroorganisme
lain yang tumbuh selama perendaman, juga untuk
membuang kelebihan asam dan lender yang terproduksi.
Inkubasi selama 8 jam bertujuan untuk memberikan
kesempatan tumbuh pada kapang. Pertumbuhan kapang yang
baik akan terjadi pada suhu 420C (Dewi, 2010).
Sedangkan menurut Hermana dan Karmini, 1996) (Amalia,
2002) inkubasi dilakukan dalam waktu 36 jam dengan
suhu antara 200C-370C. Waktu inkubasi dilakukan selama
36 jam sangat baik untuk pembentukan zat-zat yang
bermanfaat bagi kesehatan.
C. BAKTERI Lactobacillus acidophilus dan Lactobacillus bulgaricus
Bakteri Laktobacilus tumbuh sangat baik pada pH
5,5 dan pertumbuhannya terhenti pada keasaman pH 3,8 -
3,8 . Helferich dan Westhoff (1980) (Sugiarto, 1997)
menyatakan bahwa bakteri ini mempunyai suhu optimum
untuk pertumbuhannya dan menyukai suasana agak asam
(pH 5,5).
Lactobacillus bulgaricus memiliki cirri-ciri berbentuk
batang (ujung membulat) dengan ukuran 0,5-0,8 x 2-9 um
dan tunggal atau rantai pendek, Lactobacili
homofermentatif obligat, bakteri ini memfermentasi
sedikit gula, memproduksi asam laktat dan asetaldehida
dari laktosa susu, dan beberapa strain menghasilkan
EPS, dan sedikit tumbuh pada suhu <10OC dan sebagian
strain dapat tumbuh pada suhu 50-55OC (Tamime dan
Robinson, 1999).
Lactobacillus acidophilus memiliki ciri-ciri berbentuk
batang (ujung membulat) dengan ukuran 0,6 – 0,9 x 1,5
– 6 um, dan bentuk tunggal, berpasangan atau rantai
pendek, Lactobacilli homofermentatif obligat, bakteri ini
membutuhkan riboflavin, asam pantotenat, asam folat
dan niasin untuk tu mbuh, tidak tumbuh pada suhu
<15o C, hampir semua strain tumbuh dengan baik pada
suhu 35-45o C dan pH optimal pertumbuhan adalah 5,5 –
6,0 (Tamime dan Robinson, 1999).
Starter bakteri lainnya yang bersifat probiotik
adalah Lactobacillus acidophilus, namun starter bakteri ini
kurang dapat diandalkan bila digunakan dalam bentuk
tunggal seperti flavor rasa yang kurang disukai. Oleh
karena itu, untuk mendapatkan hasil yang maksimal agar
supaya dikombinasikan dengan starter bakteri lainnya,
seperti L. bulgaricus dan S. thermophilus yang umum dikenal
untuk pembuatan yoghurt. Menurut Shah (1994) (Sunarlim
dan Setiyanto, 2008) bahwa L. acidophilus dapat bertahan
hidup lebih lama dibandingkan dengan L. bulgaricus dan S.
thermophilus pada kondisi pH rendah. Dengan demikian
diharapkan diperoleh hasil yang lebih baik karena L.
acidophilus juga memiliki sifat therapeutic, terutama untuk
mengontroli gangguan pencernaan (Oberman, 1985)
(Sunarlim dan Setiyanto, 2008).
D. Uji Organoleptik
Pengujian organoleptik merupakan cara pengujian
dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama
untuk pengukuran daya penerimaan terahadap produk.
Pengujian organoleptik memunyai peranan penting dalam
penerapan mutu. Pengujian organoleptic dapat
memberikan indikasi kebusukan, kemunduran mutu, dan
kerusakan lainnya dari produk. Menurut Amaliah (2002),
uji organoleptic umumnya digunakan uji kesukaan (uji
hedonic), dimana panelis dimintai tanggapan pribadinya
tenatang kesukaan atas suau produk menurut tingkatan-
tingkatan tertentu. Uji yang dilakukan meliputi
warna,aroma, rasa, kekentalan, keasaman dan penerimaan
yoghurt tempe.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. ALAT DAN BAHAN
ALAT
1. Panci email
2. Inkubator
3. Kompor
4. pH indikator
5. Sendok
6. Mangkok
7. Botol
8. Saringan
BAHAN
1. Tempe 588 gram
2. Air 1176 ml
3. Gula pasir
4. Starter yoghurt : Lactobacillus bulgaricus serta Lactobacillus
acidophylus
5. Susu UHT
B. CARA KERJA
1. Tempe dicuci dan direbus selama 10 menit
2. Tempe diblender dan disaring untuk mendapatkan sari
patinya
3. Sari pati tersebut dicampur dengan gula dan susu
skim dimasak hingga mendidih dan didinginkan sampai
hangat-hangat kuku.
4. Setelah dingin, campuran tersebut diberikan starter
yoghurt diinkubasi pada suhu 42oC selama 8 jam.
5. Setelah diinkubasi ditambahkan dengan aroma stroberi
dan nangka atau ditambahkan dengan sirup mangga.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Yoghurt adalah produk fermentasi susu yang mempunyai
rasa asam. Rasa asam yang ditimbulkan pada produk yoghurt
berasal dari fermentasi laktosa oleh kelompok Bakteri
Asam Laktat (BAL) menjadi asam laktat, asetaldehid, asam
asetat, dan diasetil Reed, (1982) di dalam Akoma et al.(2000) Yunita, et al, (2011). Pada penelitian ini, bahan baku
yang digunakan adalah sari tempe yang dicampur dengan starter
yoghurt : Lactobacillus bulgaricus serta Lactobacillus acidophilus.
Parameter yang diuji dalam pembuatan yoghurt tempe
yakni pH dan suhu yang optimal serta organoleptik. Uji
organoleptik bertujuan untuk untuk mengetahui tingkat
kesukaan dan penerimaan panelis terhadap masing-masing
perlakuan dan untuk menentukan produk yang paling disukai
oleh panelis. Uji yang dilakukan meliputi beberapa
atribut sensori antara lain tekstur, warna, rasa, dan
aroma.
Yogurt tempe dibuat dengan menggunakan tambahan
starter yoghurt yang mengandung bakteri Lactobacillus
bulgaricus dan bakteri Lactobacillus acidophilus. Menurut Sunarlim
(2009), penambahan L.acidophilus ternyata tidak berpengaruh
terhadap mutu fisik dan mutu organoleptik karena
Lactobacillus acidophylus menghasilkan keasaman yang tidak
khas. Yoghurt tempe yang akan diujikan sebelumnya
diberikan penambahan essens stroberi dan sirup mangga.
Penambahan essens stroberi dan sirup mangga bertujuan
untuk menambah daya terima produk. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa yoghurt dengan tambahan sirup mangga
lebih disukai jika dibandingkan dengan dua jenis lainnya
karena aroma dan rasa sudah enak. Perbandingan uji
organoleptik dapat diketahui dari tabel sebagai berikut.
Tabel 1. Hasil Uji Atribut Sensori Panelis
Atributsensori
Original(tanpatambahanperasa)
Ditambahkanperisastroberi
Ditambahkansirup mangga
Kenampakan (tekstur)
-Bentuk lebih encer
-Bentuk lebih encer
- Kurang kental
Warna -Warna lebih pucat
-Warna menarik tetapi terlalu mencolok
-Kurang identikdengan mangga,agak susah dibedakan dengan original.
Rasa - Tempe danrasa asampas
- Sedikit pahit di akhir
- Cukup segar- Asam- Agak pahit
- Mangga lebih terasa
- Pahit di akhiragak menghilang
- Asamnya terasa
Aroma -Aroma tempe lebih
-Cukup - Aroma tempe masih terasa
terasa
Tekstur
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kenampakan tekstur
pada yoghurt baik yoghurt original maupun yoghurt setelah
penambahan sirup dan essens lebih encer daripada yoghurt
pada umumnya. Hal ini dikarenakan tempe hanya diambil
sarinya sehingga tidak menghasilkan ampas.
Warna
Warna yang dihasilkan dipengaruhi oleh essens stroberi
(berwarna merah), sirup mangga, dan kepekatan sari tempe.
Warna yoghurt yang dihasilkan setelah ditambahkan dengan
essens stroberi ternyata sangat mencolok. Sebab untuk
menyesuaikan dengan aroma dan rasa pada yoghurt tersebut.
Perubahan warna pada yoghurt berbanding lurus dengan
aroma dan rasa. Meskipun pada penambahan essens stroberi
menghasilkan rasa yang agak pahit di akhir pengecapan.
Warna yang dihasilkan pada penambahan sirup menunjukkan
tidak ada beda yang nyata dengan warna yoghurt original
yang belum ditambahkan essens atau sirup. Warna yoghurt
dengan penambahn sirup lebih memudar sementara rasa yang
dihasilkan sedikit menghilangkan rasa pahit yoghurt. Uji
kesukaan terhadap warna yoghurt menunjukkan bahwa panelis
lebih menyukai yoghurt dengan tambahan sirup mangga.
Aroma
Aroma (flavor) yang terbentuk pada yoghurt tempe bersifat
unik, karena dipengaruhi oleh persentase kultur, jenis
kultur dan pH akhir produk. Komponen aroma yang paling
utama dalam yoghurt adalah asetaldehida. Glukosa
dimetabolisme menjadi asetaldehida dan etanol oleh kultur
yoghurt melalui aktivitas enzim aldehid dehydrogenase
Tamime dan Robinson (1999). Aroma yang dihasilkan pada
yoghurt tempe dipengaruhi oleh aroma khas tempe, dimana
aroma tersebut ditimbulkan oleh aroma miselium kapang
yang bercampur dengan aroma asam amino bebas dan asam
lemak bebas hasil aktivitas kapang Rhizopus sp. selama
proses pengolahan tempe. Hasil uji organoleptic terhadap
aroma menunjukkan panelis lebih menyukai aroma mangga.
Rasa
Yoghurt tempe yang dibuat dalam percobaan menghasilkan
rasa asam dengan tingkat keasaman PH 4. Timbulnya rasa
asam terjadi karena adanya asam laktat yang diproduksi
oleh bakteri L. bulgaricus dan L acidophilus melalui
proses fermentasi. Hasil uji ternyata menghasilkan after
taste yang pahit. Rasa pahit dapat di pengaruhi oleh
kadar tempe yang relative tinggi. Tempe mengandung
protein yang telah di ubah oleh jamur melalui proses
proteolitik. Menurut Lehniger (1990) dalam Kusumaningrum
(2004), mengungkapkan bahwa ada beberapa asam amino, misalnya
metionin, histidin, lisin, triptofan, dan arginin ternyata
menimbulkan rasa pahit. Sedangkan menurut Nurhayati (2001)
dalam Amaliah (2002), komponen yang menimbulkan rasa pahit
pada tempe adalah 9, 12-octadecadienoic acid (asam linoleat)
dan 9-octadecenoic acid (asam oleat), dimana dari deskripsi
rasa berdasarkan standar rasa asam linoleat dan asam oleat
murni dapat diketahui bahwa asam linoleat mempunyai deskripsi
rasa oily, getir, dan pahit, sedangkan alsam oleat mempunyai
deskripsi rasa oily dan getir. Komponen 9, 12-octadecadienoic
acid dapat menghasilkan asam lemak berhidroksi yang rasanya
pahit melalui oksidasi enzimatis dengan bantuan enzim
lipoksigenase dan peroksidase.
Rasa pahit ternyata dapat berkurang dengan adanya penambahan
sirup mangga, sebab sirup mangga memiliki rasa yang cukup
manis. Sementara itu, untuk rasa asam hampir tidak terpengaruh
oleh adanya penambahan baik essens stroberi maupun sirup
mangga.
Berdasarkan hasil uji, panelis lebih memilih yoghurt dengan
penambahan sirup mangga sebab rasa pahit pada tempe pada after
taste sedikit berkurang. Sedangkan pada penambahan essens
stroberi cnderung menghasilkan rasa yang agak pahit meskipun
sedikit segar. Pada yoghurt original lebih unggul pada aroma
tempe yang lebih terasa.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yoghurt tempe menghasilkan
tekstur yang lebih encer daripada yoghurt pada
umumnya. Penambahan sirup mangga menghasilkan rasa
tidak terlalu pahit, akan tetapi warna yang dihasilkan
kurang menarik sehingga sulit dibedakan dengan yoghurt
rasa original. Sementara pada penambahan essens
stroberi menghasilkan warna yang terlalu pekat dan
rasa yang dihasilkan agak pahit. Hasil uji organoleptik
menunjukkan bahwa yoghurt tempe yang dihasilkan secara
keseluruhan dapat diterima baik oleh konsumen, kecuali
teksturnya yang dianggap kurang kental. Dari ketiga
rasa yang disajikan yang paling disukai panelis adalah
rasa mangga.
B. Saran
Berdasarkan penerimaan dapat diketahui bahwa
warna yang dihasilkan oleh penambahan dengan essens
stroberi menghasilkan warna yang pekat untuk lebih
mendapatkan rasa stroberi. Aroma stroberi juga dapat
menutupi aroma tempe berdasarkan pertimbangan warna
yang cukup tua. Disarankan untuk tidak menggunakan
essens tetapi menggunakan aroma dan pewarna secara
terpisah untuk menghindari pewarnaan yang terlalu tua.
DAFTAR PUSTAKA
Amaliah, Alia. 2002. Pembuatan Soyghurt dengan Media Ekstrak
Tempe. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Balizt, H.D. and Grosch W. 1999. Food Chemistry, Second Edition.
Berlin : Dpringer-Verlag, 493.
Dewi, Rifka Kumala. 2010. Yoghurt Tempe Mampu Turunkan
Tingkat Kerusakan Hati.
http://www.ugm.ac.id/new/id/news/yoghurt-tempe-mampu-
menurunkan-tingkat-kerusakan-hati. Diakses 20 Januari 2013.
Djanis, L. Ratnawati dan Hanafi. 2008. Analisis Mutu Gizi
Tempe Selama Penyimpanan Dingin. Warta Akab No. 19.
Bogor. Akademik Kimia Analisis.
Kusumaningrum, Elizabeth Novi. 2004. Pembuatan Minuan
Soyghurt dari Sari Tempe dengan Menggunakan Bakteri
Lactobacillus plantarum. Jurnal Matematika, Sains dan
Teknologi, Vol 5 No. 1.
Muawanah, Anna. Pengaruh Lama Inkubasi dan Variasi Jenis St 2008rter
terhadap Kadar Gula, Asam Laktat, Total Asam dan pH Yoghurt Susu
Kedelai. Jakarta : PST UIN Syarif Hidayatullah.
Purnomo, H. 1985. Ilmu Pangan. Jakarta : UI Press.
Rumiati, dkk, 2008. Penyuluhan Pentingnya Konsumsi Yoghurt dan Metode Pembuatannya dengan Cara Sederhana dalam Rangka Peningkatan Derajat Kesehatan dan Ekonomi Masyarakat di
Kelurahan Sukaluyu Kota Bandung. Bandung : DIPA PNBP UniversitasPadjadjaran.
Sugiarto. 1997. Proses Pembuatan dan Penyimpanan Yoghurt yang
Baik. Bogor : Balai Penelitian Ternak, Ciawi.
Sunarlim, Roswita dan H. Setiyanto. 2008. Pengaruh
Kombinasi Lactobacillus adidophilus dengan Starter Yoghurt
(Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus) terhadap
Mutu Susu Fermentasi. Bogor : Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian.
Tamime, A.Y. and R.K. Robinson. 1999. Yoghurt Science and
Technology (2nd Ed). Woodhead Publishing Ltd : Cambridge
England.
Yunita, et al. 2011. Pembuatan Niyghurt dengan Perbedaan Perbandingan
Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus Serta Perubahan
Mutunya Selama Penyimpanan. Banda Aceh : Jurusan Teknologi
Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Syiah
Kuala.