wahid artikel ilmiah

26
UJI KEMEMPANAN EMPAT ISOLAT JAMUR Trichoderma sp. TERHADAP PENYAKIT LAYU FUSARIUM PADA LADA PERDU (Piper nigrum L.) Efficacy test of four Trichoderma sp. isolates on Fusarium with of pepper shrub Wahid Arifudin Sidiq, Loekas Soesanto, dan Totok Agung D.H. Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman Jl. Jendral Soeparno 75, Purwokerto, 53123 Alamat Korespondensi: [email protected] ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh kemempanan empat isolat Trichoderma sp., menentukan isolat Trichoderma sp. yang paling baik, serta mengetahui pengaruh aplikasi Trichoderma sp. pada pertumbuhan lada perdu. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Perlindungan Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, dan Screen House di Fakultas Pertanian dengan ketinggian tempat 110 m dpl pada bulan April - Juni 2014. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan 15 perlakuan dan 4 kali ulangan. Perlakuan terdiri atas: kontrol; fungisida berbahan aktif propineb 70%; Trichoderma sp. isolat jahe; nenas; pisang; bawang merah; kombinasi Trichoderma sp. isolat jahe dan nenas; jahe dan pisang; jahe dan bawang merah; nenas dan pisang; nenas dan bawang merah; pisang dan bawang merah; jahe, nenas dan pisang; jahe, nenas dan bawang merah; nenas, pisang dan bawang merah; serta jahe, nenas, pisang dan bawang merah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa empat isolat Trichoderma sp. efektif menekan intensitas penyakit layu fusarium pada lada perdu dengan tingkat kemempanan isolat jahe 28,98 %, isolat nenas 29,02 %, isolat pisang 19,85%, isolat bawang merah 36,67 %. Isolat terbaik dalam menekan intensitas penyakit layu fusarium adalah 1

Upload: independent

Post on 19-Feb-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

UJI KEMEMPANAN EMPAT ISOLAT JAMUR Trichoderma sp.TERHADAP PENYAKIT LAYU FUSARIUM PADA

LADA PERDU (Piper nigrum L.)

Efficacy test of four Trichoderma sp. isolates on Fusariumwith of pepper shrub

Wahid Arifudin Sidiq, Loekas Soesanto, dan Totok AgungD.H.

Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian,Universitas Jenderal Soedirman

Jl. Jendral Soeparno 75, Purwokerto, 53123Alamat Korespondensi: [email protected]

ABSTRAKPenelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh

kemempanan empat isolat Trichoderma sp., menentukan isolatTrichoderma sp. yang paling baik, serta mengetahuipengaruh aplikasi Trichoderma sp. pada pertumbuhan ladaperdu. Penelitian dilaksanakan di LaboratoriumPerlindungan Tanaman Fakultas Pertanian, UniversitasJenderal Soedirman, Purwokerto, dan Screen House diFakultas Pertanian dengan ketinggian tempat 110 m dplpada bulan April - Juni 2014. Penelitian menggunakanRancangan Acak Kelompok Lengkap dengan 15 perlakuan dan4 kali ulangan. Perlakuan terdiri atas: kontrol;fungisida berbahan aktif propineb 70%; Trichoderma sp.isolat jahe; nenas; pisang; bawang merah; kombinasiTrichoderma sp. isolat jahe dan nenas; jahe dan pisang;jahe dan bawang merah; nenas dan pisang; nenas danbawang merah; pisang dan bawang merah; jahe, nenas danpisang; jahe, nenas dan bawang merah; nenas, pisang danbawang merah; serta jahe, nenas, pisang dan bawangmerah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa empat isolatTrichoderma sp. efektif menekan intensitas penyakit layufusarium pada lada perdu dengan tingkat kemempananisolat jahe 28,98 %, isolat nenas 29,02 %, isolat pisang19,85%, isolat bawang merah 36,67 %. Isolat terbaikdalam menekan intensitas penyakit layu fusarium adalah

1

kombinasi isolat pisang dan bawang merah dengan tingkatkemempanan 42,36%. Perlakuan menggunakan isolatTrichoderma sp. efektif meningkatkan tinggi tanamansebesar 19,09%; jumlah daun sebesar 16,5%; bobot tanamansegar sebesar 88,88%; bobot kering sebesar 79,75%; bobotbasah akar sebesar 34,12%; kering sebesar 24,24%.

Kata kunci: Lada Perdu, Trichoderma sp., Fusarium oxysporum

ABSTRACT A Research was aimed at knowing the efficacy effect of isolates

Trichoderma sp. most well against suppress determine the effect of theapplication suppres Trichoderma sp. on the growth of pepper shrubs. Thisresearch was conducted Laboratory of Plant Protection and the screenhouse Faculty of Agriculture, Jenderal Soedirman University, Purwokerto,with a height of 110 m above sea level started from April to June 2014.Randomized Block Design Complete was used with fifteen treatments andfour replicates. The treatments were: control, fungicides substance activepropineb 70%; isolates Trichoderma sp. ginger; isolates Trichodermasp. pineapple; isolates Trichoderma sp. banana; isolates Trichodermasp. shallot; isolates Trichoderma sp. ginger and pineapple; isolatesTrichoderma sp. ginger and banana; isolates Trichoderma sp. gingerand shallots; isolates Trichoderma sp. pineapple and bananas; isolatesTrichoderma sp. pineapple and shallot; isolates Trichoderma sp.bananas and shallot; isolates Trichoderma sp. ginger and pineapple andbanana; isolates Trichoderma sp. ginger, pineapple and shallot; isolatesTrichoderma sp. pineapple, banana and shallot; with isolatesTrichoderma sp. ginger, pineapple, banana and shallot. Results of thisresearch showed that four isolates of Trichoderma sp. effective suppressthe intensity of fusarium wilt disease in pepper shrub with impervious rateisolates ginger 28.98%; isolates pineapple 29.02%; banana isolates 19.85%and 36.67% isolates shallot. The best isolates inside effectively suppressintensity fusarium wilt disease is a combination of Trichoderma sp. andisolates banana shallot with impervious rate 42.36%. Treatment with ofisolates of Trichoderma sp. were effective enough to improve plant growthby 19.09%, quantity leaf by 16,5%, fresh plant weight by 88,88 %, freshplant dry by 79,75%, fresh root weight by 34,12 %, fresh root dry by 24,24%,

2

Keyword: Pepper shrub, Trichoderma sp., Fusarium oxysporum

PENDAHULUAN

Permintaan lada setiap

tahun selalu mengalami

peningkatan berkaitan

dengan jumlah penduduk yang

semakin meningkat,

sedangkan produksi lada

setiap tahunnya selalu

mengalami penurunan,

berdasarkan survei

pertanian, produksi lada

2008 – 2012 adalah 10,72

kw/ha atau 1,072 ton/ha

(Direktorat Jenderal

Perkebunan, 2013).

Budidaya lada perdu

tidak terlepas dari

berbagai kendala salah satu

masalah dalam upaya

meningkatkan produksi lada

adalah adanya penyakit layu

fusarium disebabkan oleh

jamur Fusarium oxysporum,

termasuk kelompok penyakit

tular-tanah, yang dapat

bertahan dalam waktu yang

lama. Penyakit ini, umumnya

menginfeksi pada bagian

akar tanaman (Manohara et

al., 2005).

Gejala layu fusarium,

terlihat apabila bagian

batangnya dipotong

melintang berbentuk cicin

hitam melingkar, daun

menjadi kuning kaku, dan

batang menjadi kuning. Daun

yang menguning tidak layu

tetapi sangat rapuh

sehingga secara bertahap

akan gugur. Apabila bagian

akar tanaman terserang

digali, tampak sebagian

rambut akar rusak (Manohara

et al., 2005).

Keadaan tersebut

mendorong petani

menggunakan pestisida untuk

pengandalian, sehingga

menyebabkan munculnya

3

bahaya residu pestisida.

Penggunaan bahan kimia

sering menimbulkan residu

pada lingkungan dan

membunuh organisme bukan

sasaran (Untung, 1996).

Oreopoulou et al. (2009)

menyatakan bahwa alternatif

pengendalian yang tepat

aman dan ramah lingkungan

perlu dilakukan, salah

satunya adalah dengan

memanfaatkan agensia

pengendali hayati.

Kemampuan agensia

hayati dalam menekan

penyakit layu fusarium

dibuktikan dengan hasil

penelitian Wardhana et al.

(2009), bahwa aplikasi

Trichoderma sp. isolat pisang

Haryono (2007), jahe

Soesanto et al. (2004),

bawang merah Santoso et al.

(2007), dan nenas (koleksi

Loekas Soesanto) mampu

menekan penyakit layu

fusarium in planta dengan

masa inkubasi 64 hari,

intensitas penyakit 15,55%

dan jumlah populasi 20

upk/g.

Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui

pengaruh kemempanan empat

isolat Trichoderma sp.,

menentukan isolat Trichoderma

sp. yang paling baik, serta

mengetahui pengaruh

aplikasi Trichoderma sp. pada

pertumbuhan lada perdu.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan

di Laboratorium

Perlindungan Tanaman

Fakultas Pertanian,

Universitas Jenderal

Soedirman, Purwokerto, dan

Screen House di Fakultas

Pertanian dengan ketinggian

tempat 110 m dpl pada bulan

April - Juni 2014.

4

Perbanyakan F. oxysporum danTrichoderma sp.

Medium perbanyakan F.

oxysporum dan Trichoderma sp.

menggunakan PDA (Potato

Dextrose Agar) (Tuite, 1969).

Perbanyakan dilakukan

dengan cara memanaskan

medium PDA steril dalam

erlemeyer 250 mL hingga

mencair.

Inokulasi Trichoderma sp.

pada PDA kemudian

diinkubasi sehingga

miselium memenuhi cawan

petri dan siap digunakan 5

hsi. Selanjutnya, isolat

tersebut dipindahkan secara

aseptis ke medium PDB

(Potato Dextrose Broth) dalam

labu erlenmeyer, dan

digojok dengan orbital shaker

150 rpm dalam waktu 4 hari

pada suhu kamar (Handaru,

2009). Selanjutnya,

dihitung kerapatannya

populasi konidium F.

oxysporum kerapatan spora x

106 konidium/mL. dan

Trichoderma sp. kerapatan

konidium x 107

konidium/mL.

Penyiapan Medium Tanaman

Medium tanam untuk

tanaman lada perdu dibuat

dengan mencampur tanah dan

kompos steril pada polybag

dengan perbandingan (2 : 1)

dengan ukuran polybag 30 cm

x 35 cm.

Penanaman Bibit Lada Perdu

Tanaman yang digunakan

berjumlah 128 tanaman

dengan umur tanaman 3

bulan. Bibit berasal dari

petani lada perdu Bpk.

Sahiri di Desa Dawuhan,

Kecamatan Karang Lewas,

Kabupaten Banyumas.

Investasi Trichoderma sp.pada lada perdu

5

Perlakuan minggu

pertama sampai minggu kedua

sebanyak 50 mL/tanaman,

minggu ketiga sampai minggu

kelima 100 mL/tanaman, dan

minggu keenam sampai minggu

ketuju 200 mL/tanaman,

dengan kerapatan konidium

Trichoderma sp. x 107 cara

penyiraman ke bagian akar

tanaman.

Rancangan Penelitian

Penelitian menggunakan

rancangan acak kelompok

lengkap (RAKL) dengan 15

perlakuan dan 4 kali

ulangan, semua diinvestasi

konidium F. oxysporum satu

kali di awal aplikasi. Macam

perlakuan adalah sebagai

berikut. P0 = kontrol, P1 =

fungisida berbahan aktif

propineb 70%, P2 =

Trichoderma sp. isolat jahe

(J), P3 = Trichoderma sp.

isolat nenas (N), P4 =

Trichoderma sp. isolat pisang

(P), P5 = Trichoderma sp.

isolat bawang merah (B), P6

= Trichoderma sp. isolat J+N,

P7 = Trichoderma sp. isolat

J+P, P8 = Trichoderma sp.

isolat J+B, P9 = Trichoderma

sp. isolat N+P, P10 =

Trichoderma sp. isolat N+B,

P11 = Trichoderma sp. isolat

P+B, P12 = Trichoderma sp.

isolat J+N+P, P13 =

Trichoderma sp. isolat J+N+B,

P14 = Trichoderma sp. isolat

N+P+B, P15 = Trichoderma sp.

isolat J+N+P+B.

Pengamatan KomponenPatosistem dan PertumbuhanLada Perdu

a. Komponen Patosistem

1. Masa inkubasi

Masa inkubasi diamati

sejak tanam sampai gejala

pertama muncul dalam

satuan hari setelah

inokulasi (hsi).

2. Intensitas penyakit

6

Perhitungan

intensitas penyakit di

hitung menggunakan rumus

(Departemen Pertanian,

2002):

IP = x 100%

Keterangan:

IP = intensitas penyakit

(%), n = jumlah daun

bergejala penyakit dengan

skala tertentu, v = nilai

hasil penukuran satuan

pengamatan, Z = nilai

numerik tertinggi

kategori kerusakan, N =

jumlah daun. Kategori

serangan F. oxysporum pada

tanaman lada perdu

(Departemen Pertanian,

2002), adalah 0 =

tanaman sehat, 1 = daun

layu 1 – 20%, dimulai

pada daun bagian bawah

dan pada pangkal batang

kecoklatan, 2 = daun layu

20 – 40%, pembusukan pada

pangkal batang berwarna

kecoklatan, 3 = daun layu

41 – 60%, pembusukan pada

pangkal batang semakin

meluas, tetapi masih di

permukaan tanah, 4 = daun

layu 61 – 80%, pembusukan

pada pangkal batang sudah

lebih dari 5 cm dan sudah

mencapai bawah, 5 = daun

layu ≥ 80% dan sudah

mencapai bagian

generatif.

3. Jumlah konidium akhir

Penghitungan populasi

jamur dilakukan dengan

cara mengambil tanah

sekitar perakaran

sebanyak 10 g, dimasukkan

ke dalam Erlenmeyer

berisi 90 mL air kemudian

dikocok hingga homogen.

Suspensi diambil 1 tetes

ditumbuhkan pada cawan

Petri yang berisi medium

PDA padat dan diinkubasi

7

selama 3 hari.

Penghitungan dilakukan

dengan menghitung jumlah

koloni yang ada dengan

satuan unit pembentuk

koloni (upk)/g tanah.

a. Komponen Pertumbuhan

Komponen pertumbuhan

meliputi tinggi tanaman,

jumlah daun, panjang

akar, bobot tanaman

segar, bobot tanaman

kering, bobot akar segar,

bobot akar kering.

b. Analisis jaringan

Analisis jaringan

tanaman diamati dengan

melakukan uji kandungan

senyawa fenol (glikosida,

saponin, dan tanin)

secara kualitatif

(Chairul, 2003).

d. Variabel pendukung

Variabel pendukung

yang diukur adalah suhu

serta kelembapan dengan

termohigrometer dan pH

tanah dengan soil tester.

Analisis Data

Data dianalisis menggunakan

uji F. Apabila berbeda

nyata, dilanjutkan

menggunakan BNT 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perlakuan

MasaInkubasi

(hsi)n

IntensitasPenyakit (%)n

KepadatanTrichoderma

sp.awal

(konidium/mL)

KepadatanTrichoderma

sp.akhir

(konidium/mL)

Kepadatan F. oxysporum

spakhir

(konidium/mL)

P0 3,57 7,03 a - - 18 x 104

8

abP1 3,17

ab5,79abc

- - -

P2 1,30ab

4,70cd

8, 63 x108

4 x 10 4 4 x 104

P3 0,75b

4,59ab

9, 09 x108

2 x 104 3 x 104

P4 3,41ab

5,86abc

13,05 x108

4 x 104 5 x104

P5 0,97b

4,25 c 7,73 x 108 3 x 104 4 x 104

P6 0,85b

4,12 c 8,86 x 108 5 x 104 3 x 104

P7 1,65ab

4,86 c 10,84 x108

3 x 104 5 x 104

P8 1,45ab

5,17 c 8,18 x 108 4 x 104 3 x 104

P9 2,59ab

5,17 c 11,07 x108

4 x 104 4 x 104

P10 1,43ab

4,55 c 8,41 x 108 5 x 104 3 x 104

P11 4,19a

4,05 c 10,39 x108

4 x 104 2 x 104

P12 1,67ab

4,76 c 10,26 x108

7 x 104 3 x 104

P13 3,59a

5,43bc

8,48 x 108 4 x 104 5 x104

P14 2,42ab

5,61abc

9,96 x 108 6 x 104 4 x 104

P15 2,92ab

4,35ab

9,62 x 108 3 x 104 3 x 104

Tabel 1. Pengaruh perlakuan Trichoderma sp. terhadapkomponen patosistem

Keterangan: P0 = kontrol; P1= fungisida berbahan aktif propineb70%; P2 = Trichoderma sp. isolat jahe (J); P3 =Trichoderma sp. isolat nenas (N); P4 = Trichoderma sp.isolat pisang (P); P5 = Trichoderma sp. isolat bawangmerah (B); P6 = Trichoderma sp. isolat J+N; P7 =Trichoderma sp. isolat J+P; P8 = Trichoderma sp. isolatJ+B; P9 = Trichoderma sp. isolat N+P; P10 = Trichodermasp. isolat N+B; P11 = Trichoderma sp. isolat P+B; P12 =Trichoderma sp. isolat J+N+P; P13 = Trichoderma sp. isolat

9

J+N+B; P14 = Trichoderma sp. isolat N+P+B; P15 =Trichoderma sp. isolat J+N+P+B; his = hari setelahinokulasi. Angka diikuti huruf yang berbeda pada kolomsama menunjukkan perbedaan nyata pada uji lanjut BNT5%. Data intensitas penyakit ditransformasi ke arcsin

.

Pengaruh Perlakuan terhadapKomponen Patosistem

Masa Inkubasi

Hasil pengamatan

aplikasi Trichoderma sp.

menunjukkan berbeda nyata

(Tabel 1.). Masa inkubasi

paling cepat pada perlakuan

P3 (Trichoderma sp. isolat

nenas) sebesar 79,02%.

Cepatnya masa inkubasi pada

perlakuan P3 dibandingkan

dengan kontrol dan

perlakuan lain. Diduga

Trichoderma sp. tidak mampu

berkembang dengan sempurna,

juga masih perlu

penyesuaian bagi agensia

hayati yang bukan berasal

dari daerah tersebut.

Masa inkubasi paling

lama nampak pada P11

(kombinasi Trichoderma sp.

isolat pisang + bawang

merah) sebesar 17,34%. Hal

ini diduga gabungan

metabolit sekunder yang

dihasilkan Trichoderma sp.

mampu menghambat

perkembangan jamur F.

oxysporum.

Soesanto et al. (2008)

menyatakan bahwa masa

inkubasi F. oxysporum f.sp.

gladiol, yang diberi

perlakuan dengan Trichoderma

sp. lebih lama dibandingkan

dengan kontrol. Hal ini

karena ada persaingan

antara patogen dengan

antagonis, sehingga waktu

yang diperlukan untuk

infeksi lebih lama.

10

Perlakuan P13

(kombinasi Trichoderma sp.

isolat jahe + nenas +

bawang merah) dibandingkan

dengan kontrol yaitu isolat

Trichoderma sp. isolat masa

inkubasi paling lama kedua

16,78%. Hal ini dapat

dikatakan bahwa perlakuan

tersebut mengalami

penurunan sebesar 0,55%.

Masa inkubasi pada P1

(fungisida propineb 70%)

sebesar 11,19%. Diduga

penyakit layu fusarium

mengalami resistensi atau

ketahanan terhadap bahan

aktif propineb pada

fungisida. Hal ini sesuai

pendapat Djatnika dan

Nuryani, (1993) bahwa upaya

pengendalian penyakit

dengan fungisida

menimbulkan efek adanya

ketahanan penyakit yang

semakin meningkat dalam

waktu ke waktu.

Intensitas Penyakit

Perlakuan P0 (kontrol)

memiliki intensitas paling

tinggi dibandingkan dengan

perlakuan yang lain. Hal

ini diduga tidak adanya

agensia hayati pengendali

penyakit layu dalam

perlakuan kontrol sehingga

tidak ada mekanisme

menghambat timbulnya

penyakit layu fusarium. Hal

ini sesuai dengan pendapat

Hersanti et al. (2000), bahwa

Trichoderma sp. sebagai

antagonis bagi patogen

tanaman, karena

menghasilkan antibiotika,

dan mempunyai sifat

mikoparasitik (Tindaon,

2008).

Hasil pengamatan

perlakuan P1 (fungisida

berbahan aktif propineb

70%), mampu memberikan

pengaruh dalam menekan

intensitas penyakit

11

dibandingkan dengan kontrol

sebesar 21,18%. Hal ini

bahwa pemberian fungisida

mampu menghambat jamur F.

oxysporum, sehingga dapat

menurunkan intensitas

penyakit. Sejalan dengan

pendapat Davidse (1982),

bahwa fungisida sintetis

akan memengaruhi pembelahan

sel dengan cara merusak dan

mengganggu pembagian sel,

yang mengakibatkan

terhambatnya kerusakan

tanaman.

Perlakuan terbaik dalam

menekan intensitas penyakit

adalah P11 (kombinasi

Trichoderma sp. isolat

pisang + bawang) sebesar

42,36%, sedangkan perlakuan

aplikasi P1 (fungisida

berbahan aktif propineb

70%) menekan intensitas

penyakit 21,18%.

Kurang efektifnya

fungisida berbahan aktif

propineb 70% dibandingkan

P11 (kombinasi Trichoderma

sp. isolat pisang + bawang)

diduga bahwa penggunaan

pestisida sintetis kurang

bijaksana mengakibatkan

timbulnya beberapa masalah

yang kurang menguntungkan,

di antaranya timbul

ketahanan terhadap

pestisida sintetis, residu

pestisida, dan pencemaran

lingkungan (Balai Proteksi

Tanaman Perkebunan, 2007).

Jumlah Kepadatan akhir

Kepadatan paling tinggi

yaitu Trichoderma sp. isolat

pisang sebesar 13,055 x 108

konidium/mL pada akhir

pengamatan diperoleh hasil

kepadatan akhir Trichoderma

sp. mengalami penurunan.

Kepadatan paling tinggi

yaitu P12 (kombinasi

Trichoderma sp. isolat pisang

+ bawang merah) 10,26 x 108

konidium/mL sedangkan,

12

kepadatan akhir 7 x 104

konidium/mL yang mengalami

penurunan 31,77 %.

Hal ini diduga terjadi

persaingan di dalam tanah

serta aliran air akibat

penyiraman air tercuci dan

hilang antara isolat

Trichoderma sp. dan F.

oxsposporum sehingga

kepadatan akhir mengalami

penurunan. Hal ini sejalan

dengan pendapat Hubbard et

al. (1983), bahwa menurunnya

Trichoderma sp. disebabkan

terjadi persaingan dengan

patogen lain dan kurangnya

sumber nutrisi.

Kepadatan akhir paling

rendah pada P3 (Trichoderma

sp. isolat nenas) kepadatan

awal isolat nenas sebesar

9,099 x 108 konidium/mL,

sedangkan kepadatan akhir 2

x 104 konidium/mL dan

mengalami penurunan 78,01%.

Hal ini diduga

keberadaan F. oxysporum

semakin berkurang di dalam

polibag, karena Trichoderma

sp. dapat berperan sebagai

pesaing atau antagonis, Hal

ini sesuai dengan

pernyataan Sukamto (1997),

bahwa Trichoderma sp. mampu

hidup sebagai hiperparasit,

menghasilkan antibiotika

viridin, mempunyai

kemampuan tumbuh yang lebih

cepat, dan dapat terjadi

persaingan dalam ruang

nutrisi.

Pengaruh PerlakuanTrichoderma sp.Terhadap PertumbuhanTanaman

Pengaruh perlakuan

isolat Trichoderma sp.

terhadap tinggi tanaman,

jumlah daun, bobot tanaman

13

segar, bobot akar segar,

bobot tanaman kering, dan

bobot akar kering tersaji

pada di bawah ini.

Tabel 2. Pengaruh perlakuan Trichoderma sp. terhadappertumbuhan tanaman

Perlakuan

TinggiTanaman

Jumlah

Daun

BobotAkarBasah

BobotBasah

Tanaman

BobotAkarKerin

g

BobotKeringTanaman

P0 0,68 d 0,50d

0,50c 0,50 c 0,50

a 0,50 d

P1 5,06 c 4,25c

1,70bc 3,02 b 0,43

a 1,15 c

P2 5,31 c 4,50c

2,40ab

3,77ab

0,65a 2,17 ab

P3 6,18 c 5,37bc

2,60ab 4,49 a 0,63

a1,95abc

P4 5,06 c 4,00c

3,12a

3,76ab

0,48a

1,76abc

P5 6,31 c 6,37bc

2,60ab 4,33 a 0,65

a 2,47 a

P6 10,56b

6,00bc

2,11ab

3,85ab

0,33a

1,76abc

P7 10,87b

7,25ab

1,92ab

3,53ab

0,36a

1,85abc

P8 5,25 c 5,50bc

2,12ab

4,07ab

0,37a 2,12 ab

P9 5,06 c 5,00bc

2,02ab

3,87ab

0,50a

1,87abc

P10 6, 00c

5,25bc

2,11ab

3,82ab

0,62a 2,22 ab

P11 13,81a

8,75a

2,65ab

3,97ab

0,62a 2,40 a

P12 5,12 c 4,62c

2,40ab

3,75ab

0,66a

1,60abc

P13 9,06 b 5,37bc

2,40ab 4,50 a 0,57

a 2,41 a

P14 5,25 c 4,87c

2,15ab

3,71ab

0,45a

2,03abc

P15 2,37 d 1,12d

1,87b 2,99 b 0,52

a 1,40 bc

Keterangan: Lihat Tabel 1.

14

Tinggi Tanaman

Hasil analisis

statistika menunjukkan

bahwa tinggi tanaman yang

diberi perlakuan Trichoderma.

berbeda nyata dibandingkan

dengan kontrol. Tinggi

tanaman paling tinggi

dijumpai pada perlakuan P11

(kombinasi Trichoderma sp.

isolat pisang + bawang

merah) dibandingkan dengan

kontrol yaitu sebesar 19,09

%, sedangkan P7 (kombinasi

Trichoderma sp. isolat jahe

+ pisang) dibandingkan

dengan kontrol sebesar

14,98 %.

Hal ini diduga bahwa

jamur Trichoderma sp. yang

diaplikasikan mampu

menghasilkan hormon tumbuh.

Seperti yang dilaporkan

oleh Hajieghrari et al.

(2008) dan Hajieghrari

(2010), bahwa Trichoderma

mampu mempromosi

pertumbuhan tanaman. lebih

lanjut dijelaskan tanaman

jagung yang diberi isolat

Trichoderma mampu

meningkatkan panjang akar

dan tunas bibit jagung

serta meningkatkan

konduktivitas stomata.

Selain itu, bertambahnya

tinggi dan jumlah daun

tanaman lada disebabkan

oleh kemampuan Trichoderma

untuk menekan populasi

patogen di sekitar

pertanaman lada.

Trichoderma telah dibuktikan

menekan populasi patogen

atau sebagai biokontrol.

Jumlah Daun

Jumlah daun paling

tinggi yaitu P11 (kombinasi

Trichoderma sp. isolat

pisang + bawang merah)

dibandingkan dengan kontrol

16,5% dan P7 (kombinasi

Trichoderma sp. isolat jahe

15

+ pisang) dibandingkan

dengan kontrol 13,5%.

Hal ini diduga

tingginya jumlah daun pada

perlakuan aplikasi tersebut

disebabkan isolat

Trichoderma sp. mampu

menghasilkan fitohormon,

mempercepat dekomposisi

bahan organik dan

menyediakan hara bagi

tanaman lada untuk

mendukung pertumbuhan

tanaman lada, menghambat

pertumbuhan gulma mencegah

erosi permukaan tanah dan

mendorong pertumbuhan

tanaman. Hal ini sesuai

dengan pendapat (Chang dan

Beker, 1986) bahwa aplikasi

Trichoderma sp. sangat tepat

dilakukan pada tanah karena

dapat meningkatkan

pertumbuhan tanaman.

Dugaan lain yang

diungkapkan Sutanto at al.

(2004), bahwa jamur

antagonis yang diperlakukan

mampu mempunyai mekanisme

plant growth promoting fungi

(PGPF) yang terbawa

supernatan.

Bobot Tanaman Segar dan

Kering

Hasil analisis

statistika pada bobot

tanaman segar menunjukkan

perbedaan nyata pada semua

perlakuan Trichoderma sp.

pada (Tabel. 2), diduga

menggunakan Trichoderma sp.

menghasilkan jumlah bobot

basah akar dan bobot basah

tanaman dibandingkan tanpa

aplikasi Trichoderma sp.

meningkatnya petumbuhan

tanaman dengan adanya

aplikasi Trichoderma sp.

yang bersifat antagonis

terhadap F. oxysporum dan

juga dapat berperan sebagai

pupuk biologis.

Berat bobot tanaman

segar tertinggi yaitu P13

16

(kombinasi Trichoderma sp.

isolat jahe + nenas +

bawang merah) sebesar

88,88% dibandingkan dengan

kontrol. Sedangkan, bobot

tanaman kering tertinggi

yaitu P5 Trichoderma sp.

isolat bawang merah

sebesar 79,75%. Tingginya

bobot tanaman segar dan

bobot tanaman kering pada

perlakuan menunjukkan

Trichoderma sp. dapat hidup

dengan baik pada sekitar

tanaman sehingga

menghasilkan hormon pemicu

pertumbuhan.

Tjandramukti (1999),

menyebutkan bahwa

antagonis Trichoderma mampu

meningkatkan pertumbuhan

tanaman kemampuan

Trichoderma sp. merangsang

tanaman meningkatkan

hormon pertumbuhan. Fungsi

hormon auksin antara lain

untuk pembentukan sel,

fototropisme, geotropisme,

dominasi apikal,

pertumbuhan akar dan

pembentukan kalus bila ada

jaringan luka.

Bobot Akar Segar dan Kering

Berdasarkan analisis

statistika pengkuran bobot

kering tanaman dan bobot

kering akar semua perlakuan

tidak menunjukan hasil yang

berbeda nyata dari semua

perlakuan Trichoderma sp.

dibandingkan dengan kontrol

pada semua perlakuan (Tabel

2.)

Perhitungan Bobot

kering akar tertinggi yaitu

P12 (kombinasi Trichoderma

sp. isolat jahe + nenas +

pisang) sebesar 24,24%. Hal

ini disebabkan lada perdu

merupakan tanaman tahunan

yang memiliki batang yang

keras, tebal, dan sukar

untuk menghilangkan

17

kandungan air secara

maksimum.

Berdasarkan hasil

pengukuran tersebut

meskipun menunjukan

pengaruh yang berbeda

nyata, dapat dilihat secara

keseluruhan bahwa pemberian

semua isolat Trichoderma sp.

pada tanaman lada perdu

belum memberikan pengaruh

yang nyata. Soesanto

(2008), melaporkan bahwa

pengaplikasian Plant Growth

Promoting Fungi (PGPF) di

lapang tidak selalu

optimum, dan kepadatan

populasi jamur antagonis

yang tinggi untuk

meningkatkan pertumbuhan

dan hasil tanaman tidak

dapat diperoleh dalam waktu

yang singkat.

Analisi Kandungan Senyawa

Fenol

Hasil pengujian

kandungan senyawa fenol

secara kualitatifpada akar,

daun dan bantang tanaman

lada perdu secara

kualitatif, menunjukan

adanya perbedaan Perlakuan

pemberian Trichoderma sp.

formula cair mampu

meningkatkan kandungan

senyawa fenol lebih tinggi

dibandingkan kontrol.

tersaji pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil pengujian kandungan senyawa fenol secarakualitatifPerlakua

n Glikosida Saponin TaninP0 - - -P1 + + +P2 + + +P3 + ++ +P4 ++ ++ +

18

P5 + ++ +P6 + ++ ++P7 + ++ +P8 + + +P9 + + +P10 + + ++P11 +++ +++ +++P12 + ++ +P13 + + +P14 +++ +++ ++P15 ++ ++ +

Keterangan: Lihat Tabel

1.

Kandungan glikosida

paling tinggi terdapat

pada P11. Hal ini

dibuktikan dengan

banyaknya endapan

berwarna merah bata pada

larutan ekstrak tanaman

lada perdu yang diuji,

setelah ditambahkan H2SO4

dan Fecl3. Sejalan dengan

pernyataan Chairul

(2003), bahwa glikosida

merupakan senyawa alam

yang terdapat pada

berbagai tumbuhan untuk

mempertahankan diri dari

penyakit.

Kandungan saponin

paling tinggi yaitu P11,

yang diduga pemberian P11

(kombinasi Trichoderma sp.

isolat pisang + bawang)

memberikan interaksi

antagonis secara nyata

mampu menghambat

pertumbuhan F. oxsposporum

pada lada perdu. Hal ini

sejalan dengan pendapat

Lamothe et al. (2009), bahwa

senyawa saponin yang

dapat ditemukan pada

berbagai jenis tanaman

berpengaruh dalam

memberikan perlindungan

secara alami terhadap

patogen potensial, karena

19

memiliki aktivitas

antimikroba.

Kandungan tanin lada

perdu P11 (kombinasi

Trichoderma sp. isolat

pisang + bawang merah)

memiliki kandungan tanin

yang tinggi hal ini

sesuai dengan pendapat

Suganda (2000), bahwa

reaksi ketahanan dapat

muncul dari hasil

ekspresi adanya

serangkaian gen

pertahanan yang

teraktifkan oleh

rangsangan dari luar. Hal

ini terjadi saat

pengimbasan seyawa

protein dan asam

salisilat yang di

transfer ke seluruh

bagian tanaman.

Hasil analisis

pengujian secara

kualitatif diketahui

bahwa kandungan

glikosida, tanin, dan

saponin pada tanaman

sangat berfluktuatif.

Aplikasi penyiraman

isolat Trichoderma sp.

mampu meningkatkan

ketahanan biokimia

tanaman terhadap penyakit

layu fusarium. De Meyer et

al. (1998) dan Levy et al.

(2004) menyatakan bahwa

salah satu mekanisme

penghambatan terhadap

patogen oleh Trichoderma

sp. adalah pengimbasan

ketahanan lokal maupun

sistemik pada tanaman

inangnya.

Peningkatan kandungan

fenol dalam tanaman

terjadi karena terimbas

oleh penambahan metabolit

jamur antagonis ke dalam

jaringan tanaman.

Peningkatan ini terjadi

karena adanya perlakuan

isolat Trichoderma sp. yang

20

di translokasikan secara

sistemik ke seluruh

bagian lada perdu,

sehingga menghasilkan zat

yang bertanggung jawab

dalam ketahanan terimbas,

di antaranya senyawa

fenol (Agrios, 2005).

KESIMPULAN

1. Empat isolat Trichoderma

sp. efektif menekan

intensitas penyakit

layu fusarium pada

lada perdu dengan

tingkat kemempanan

isolat jahe sebesar

28,98%; isolat nenas

sebesar 29,02%; isolat

pisang sebesar 19,85%

dan isolat bawang

merah sebesar 36,67%.

2. Isolat terbaik dalam

menekan intensitas

penyakit layu fusarium

adalah kombinasi

Trichoderma sp. isolat

pisang + bawang merah

dengan tingkat

kemempanan sebesar

42,36%.

3. Perlakuan menggunakan

isolat Trichoderma sp.

efektif meningkatkan

tinggi tanaman sebesar

19,09%; jumlah daun

sebesar 16,5%; bobot

tanaman segar sebesar

88,88%; bobot kering

sebesar 79,75%; bobot

segar akar sebesar

34,12%; kering sebesar

24,24%.

SARAN

Perlu dilakukan

penelitian lanjutan

tentang kemampuan

Trichoderma sp. isolat

jahe, nenas, pisang,

bawang merah dan

kombinasi dalam formulasi

cair dengan frekuensi

yang lebih banyak untuk

21

meningkatkan pertumbuhan

lada perdu dan menekan

intensitas penyakit layu

fusarium lada perdu.

DAFTAR PUSTAKA

Agrios, G.N. 2005. PlantPathology 5th ed. ElsevierAcademic Press, SanDiego. 922p.

Balai Proteksi TanamanPerkebunan.2007..Dasar.pelaksanaan.kegiatanpengembangan agenshayati, Jawa Barat.(Online)..http://litbang.deptan.co.id/207/OPT.htm. diakses 5September 2014.

Bridge, J. 1978. PlantNematodes Associated withCloves and Black Pepper inSumatera and Bangka,Indonesia. ODMTechnical Report onvisit to Indonesia.9-19 th July, 1978.UK Ministry ofOverseasDevelopment. 19 pp.

Chairul. 2003.Identifikasi secaracepat bahan bioaktifpada tumbuhan di

lapangan. Berita Biologi6 (4): 621-628.

Chang, Y.C., R. Baker, O.Kleifeld, and I.Chet. 1986.Increased growth ofplants in presenceof the biologicalcontrol agentTrichoderma harzianum.Plant Dis. 70:145-148.

Davidse L.C., L.D Daniel,and J. van W Cees.1983. Resistance tometalaxyl inPhytophthora infestansin the Netherlands.Neth. J. Pl. Path. 89:1-20.

De Meyer, G., J.Bigirinaba, Y. Elad,and M. Hofte. 1998.Induced systemictesistence inTrichoderma harzianumY39 bicontrol ofBotrytis cinerea. European J.Plant Pathology. 104:279-286.

Departemen Pertanian.2002. Metodepengamatan OPT. (On-line).http://ditlin.hortikultura.deptan.go.id/index.php?option=com_wrapper&Itemid=55 . diakses 13agustus 2014.

22

Direktorat JenderalPerkebunan. 2013.Luas Panen, Produksi, danProduktivitas LadaPerkebunan Rakyat.Indonesia, Jakarta.

Djatnika, I, dan W.Nuryani. 1993.Pengendalian Penyakit LayuFusarium pada BawangPutih secara Hayati. SubBalai PenelitianHortikulturaSegunung. Yogyakarta.hal. 625 – 630.

Hajieghrari, B., M.G.Torabi, M.R.Mohammadi, and M.Davari. 2008.Biological potentialof some iranianTrichoderma isolatesin control of soilborne plantpathogenic fungi.African journalBiotechnology. 7(8):967 -972.

Hajieghrari, B. 2010.Effects of someIranian Trichodermaisolates on maizeseed germinationand seedling vigor.African journal ofBiotechnology. 28:4342- 4347.

Handaru, O.D. 2009.PengimbasanKetahanan Bibit

Pisang Ambon KuningTerhadap PenyakitLayu Fusarium DenganBeberapa JamurAntagonis. Skripsi.Fakultas PertanianUniversitas JenderalSoedirman,Purwokerto. 67 hal(Tidakdipublikasikan).

Haryono, J. 2007.Pengaruh PemasteuranMedium Tanam danPengendalian HayatiPenyakit Busuk HatiPada PembibitanPisang di PesemaianPT. NusantaraTropikal Fruit,Lampung. Skripsi.Fakultas PertanianUniversitas JenderalSoedirman,Purwokerto. (Tidakdipublikasikan).

Hersanti., Y.D. Endah,dan Luciana. 2000.Pengaruh IntroduksiJamur Trichoderma sppdan EfektiveMikroorganisme MS(EM4) TerhadapPerkembanganPenyakit (Fusariumoxysporum sp.) PadaTanaman Tomat.Laporan Penelitian.Fakultas PertanianUniversitas

23

Padjadjaran Bandung,Bandung.

Hubbard, P., J. Hywel, T.Barbara, and W. Rod.1983. A Training Coursefor TEFL, OxfordUniversity Press:Oxford.

Lamothe, G., R.G.Mitchell, M.Gattuso, M.S.Diarra, F. Malouin,and K. Bouarab.2009. Plantantimicrobial agentsand their effects onplant and humanpathogens. Internationaljournal of molecularsciences, 10(8), 3400-3419. (On-line)http://www.mdpi.com/1422-0067/10/8/3400/pdf.diakses tanggal 16Februari 2014.

Levy, N.O., Y. Elad, N.Korolev, and J.Katan. 2004.Resistence inducedby soil biocontrolapplication abd soilsolarization for thecontrol of foliarpathogens. IOBC wprsBulletin. 27(1): 171-176.

Manohara, D., W. Wahyuno,dan R. Noveriza.2005. Penyakit busuk

pangkal batangtanaman lada danlayu fusarium(Fusarium oxysporum).Pengembangan TeknologiPertanian. TRO XVII(2): 41-51.

Oreopoulou, V., D.Lembesi, C. Dimakou,T. Tsironi, S.Paulin, R. Lake,J.E. Haugen, C. vonHolst, and M.Thomas. 2009. FoodQuality and Safety Issues inthe Priority Areas withinMoniQA. QualityAssurance and Safetyof Crops and Foods.Blackwel PublishingLtd.

Santoso, S.E., L.Soesanto, dan T.A.D.Haryanto. 2007.Penekanan hayatipenyakit moler padabawang merah denganTrichoderma harzianum,Trichoderma koningii danPseudomonas fluorescensP60. Jurnal HPT Tropika.7(1): 53-61.

Soesanto, L., E.Mugiastuti, dan W.Prihartono. 2004.Uji ketoksinanantibiotika 2,4-diacetylphloroglucinol terhadap sembilanisolat Fusarium

24

oxysporum Schlecht.f.sp. zingiberiTrujillo. Eugenia10(4):267-274.

Soesanto, L. 2008.Pengantar PengendalianHayati Penyakit Tanama.PT. Raja GrafindoPersada, Jakarta.573 hal.

Suganda, T. 2000.Penginduksianresistensisistematik buahcabai merah terhadappenyakit antraknosadenganpengaplikasianpenginduksian biotikdan abiotik. JurnalAgrikultura 11 (2): 67-75.

Sukamto, S. 1997. Ujiantagonis Trichodermasp. terhadap jamurakar coklat padatanaman kakao dilaboratorium. Hal.453-460. Dalam:Suparman (Ed.),Prosiding Kongres NasionalXIV dan Seminar IlmiahPFI, Palembang, 27-29 Oktober.

Tindaon, H. 2008.Pengaruh JamurAntagonis Trichodermaharzianum dan PupukOrganik UntukMengendalikan

Patogen Tular TanahSclerotium rolsfsii Sacc.Pada Tanaman Kedelai(Glycine max L.) diRumah Kaca. Skripsi.Universitas SumatraUtara. Medan. 79hal.(Online).http://repository.usu.ac.id.pdfAkses. diakses 25 juli2014.

Tjandramukti. 1980. Bio-starter Bmf biofad. AnekaUsaha Tani Budi,Purwadadi.

Tuite, J. 1996. PlantPathological Methods.Fungi and BacteriaBurgess Pub. Co.Minneapolis, Minn.USA. 293pp.

Untung, K. (1996).Pengantarpengelolaan hamatanaman terpadu.Yogyakarta: GadjahMada UniversityPress.(Online)..http://lib.ugm.ac.id/digitasi/index.php?module=cari_hasil_full&idbuku. diakses25 juli 2014.

Wardhana, D.W., L.Soesanto, dan D.S.Utami. 2009.

25

Penekanan hayatipenyakit layufusarium padasubang gladiol. J.Hort. 19(2): 199-206.

26