tata cahaya (lighting)

13
Tata Cahaya (Lighting) Created by Ming Muslimin 29 TATA CAHAYA (Lighting) Tata cahaya adalah seni pengaturan cahaya dengan mempergunakan peralatan pencahayaan agar kamera mampu melihat obyek dengan jelas, dan menciptakan ilusi sehingga penonton mendapatkan kesan adanya jarak, ruang, waktu dan suasana dari suatu kejadian yang dipertunjukkan dalam sebuah film. Seperti halnya mata manusia, kamera membutuhkan cahaya yang cukup agar bisa berfungsi secara efektif. Dengan pencahayaan, penonton akan bisa melihat seperti apa bentuk obyek, di mana dia saling berhubungan dengan obyek lainnya, dengan lingkungannya, dan kapan peristiwa itu terjadi. Banyak hal yang bisa dikerjakan bekaitan dengan peran tata cahaya tetapi fungsi dasar tata cahaya antara lain berfungsi sebagai: a. Lighting sebagai Penerangan. Inilah fungsi paling mendasar dari tata cahaya. Lampu memberi penerangan pada pemain dan setiap objek yang ada di dalam setting. Istilah penerangan disini bukan hanya sekedar memberi efek terang sehingga bisa dilihat tetapi juga membantu kerja kamera agar lebih optimal, sebab bila cahaya pada sebuah lokasi sangat minim, maka kamera akan dipaksakan bekerja dengan bukaan diafragma lebar sehingga gambar akan menjadi sangat titpis dan kadang grain (bintik-bintik seperti pasir), gambar seperti ini susah diolah pada tahap editing nantinya, oleh karena itu sebaiknya kita mengambil gambar dengan bukaan diafragma kecil dengan menambahkan cahaya yg cukup pada setting agar gambar yang dihasilkan lebih tebal. b. Lighting Sebagai Pembentuk Dimensi. Dengan tata cahaya kedalaman sebuah objek dapat dicitrakan. Dimensi dapat diciptakan dengan membagi sisi gelap dan terang suatu objek yang disinari sehingga memunculkan gradasi warna yang tipis. Jika semua objek diterangi dengan intensitas yang sama maka gambar yang akan tertangkap oleh kamera menjadi datar. Dengan pengaturan tingkat intensitas serta pemilahan sisi gelap dan terang maka dimensi subyek dan gambar akan muncul. Gambar yang mulanya terlihat dua dimensi bisa lebih memiliki kedalaman bidang. Cahaya sebagai pembentuk dimensi bisa menunjukan pemisahan antara background dengan objek di depannya. Dan antara subyek dengan foregroundnya.

Upload: independent

Post on 31-Jan-2023

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Tata Cahaya (Lighting)  

Created by  Ming Muslimin   29  

TATA CAHAYA (Lighting)

Tata cahaya adalah seni pengaturan cahaya dengan mempergunakan peralatan pencahayaan

agar kamera mampu melihat obyek dengan jelas, dan menciptakan ilusi sehingga penonton

mendapatkan kesan adanya jarak, ruang, waktu dan suasana dari suatu kejadian yang

dipertunjukkan dalam sebuah film. Seperti halnya mata manusia, kamera membutuhkan

cahaya yang cukup agar bisa berfungsi secara efektif. Dengan pencahayaan, penonton akan

bisa melihat seperti apa bentuk obyek, di mana dia saling berhubungan dengan obyek

lainnya, dengan lingkungannya, dan kapan peristiwa itu terjadi.

Banyak hal yang bisa dikerjakan bekaitan dengan peran tata cahaya tetapi fungsi dasar tata

cahaya antara lain berfungsi sebagai:

a. Lighting sebagai Penerangan.

Inilah fungsi paling mendasar dari tata cahaya. Lampu memberi penerangan pada

pemain dan setiap objek yang ada di dalam setting. Istilah penerangan disini bukan

hanya sekedar memberi efek terang sehingga bisa dilihat tetapi juga membantu kerja

kamera agar lebih optimal, sebab bila cahaya pada sebuah lokasi sangat minim,

maka kamera akan dipaksakan bekerja dengan bukaan diafragma lebar sehingga

gambar akan menjadi sangat titpis dan kadang grain (bintik-bintik seperti pasir),

gambar seperti ini susah diolah pada tahap editing nantinya, oleh karena itu

sebaiknya kita mengambil gambar dengan bukaan diafragma kecil dengan

menambahkan cahaya yg cukup pada setting agar gambar yang dihasilkan lebih

tebal.

b. Lighting Sebagai Pembentuk Dimensi.

Dengan tata cahaya kedalaman sebuah objek dapat dicitrakan. Dimensi dapat

diciptakan dengan membagi sisi gelap dan terang suatu objek yang disinari sehingga

memunculkan gradasi warna yang tipis. Jika semua objek diterangi dengan intensitas

yang sama maka gambar yang akan tertangkap oleh kamera menjadi datar. Dengan

pengaturan tingkat intensitas serta pemilahan sisi gelap dan terang maka dimensi

subyek dan gambar akan muncul. Gambar yang mulanya terlihat dua dimensi bisa lebih

memiliki kedalaman bidang. Cahaya sebagai pembentuk dimensi bisa menunjukan

pemisahan antara background dengan objek di depannya. Dan antara subyek dengan

foregroundnya.

Tata Cahaya (Lighting)  

Created by  Ming Muslimin   30  

c. Lighting Sebagai Pemilihan Fokus Perhatian.

Tata cahaya dapat dimanfaatkan untuk menentukan objek dan area yang

hendak disinari. Camera secara normal dapat melihat seluruh area setting, untuk

memberikan fokus perhatian pada area atau objek tertentu, maka perlu memanfaatkan

cahaya. Pemilihan ini tidak hanya berpengaruh bagi kamera, akan tetapi juga fokus

perhatian penonton pada suatu objek tertentu yang ingin kita tonjolkan bisa lebih

memberi perhatian khusus.

d. Atmosfir

Yang paling menarik dari fungsi tata cahaya adalah kemampuannya menghadirkan

suasana yang mempengaruhi emosi penonton. Kata “atmosfir” digunakan untuk

menjelaskan suasana serta emosi yang terkandung dalam peristiwa dan setting. Tata

cahaya mampu menghadirkan suasana yang dikehendaki oleh sutradara.

Sejak ditemukannya teknologi pencahayaan, efek lampu dapat diciptakan untuk

menirukan cahaya bulan, matahari dan cahaya pada waktu-waktu tertentu. Misalnya,

warna cahaya matahari pagi berbeda dengan siang hari. Sinar mentari pagi membawa

kehangatan sedangkan sinar mentari siang hari terasa panas. Inilah gambaran suasana

dan emosi (look and mood) yang dapat dimunculkan oleh tata cahaya.

Berdasarkan pemahaman di atas, maka cahaya berdasarkan konsep dasar pencahayaan dapat

dibedakan menjadi:

1. Natural light/availible Light.

Cahaya natural light yang sumber cahaya dalam satu frame atau adegan maupun

scene bersumber dari cahaya yang bersifat natural. Misalnya cahaya pagi hari dari

sebelah timur (key). Maka shot-shot dalam scene tersebut key lightnya dari arah yang

sama.

2. Pictorial light / Artificial light.

Cahaya yang bersifat artistik atau ciptaan, dibentuk sesuai kebutuhan artistik, mood

sebuah adegan atau scene. Jadi arah sumber cahaya (key) dapat berubah-ubah sesuai

dengan kebutuhan artistik gambar atau mood dari adegan tersebut.

Secara teknis Tujuan penataan cahaya adalah untuk

a. Memperoleh cahaya dasar (base light) sehingga kamera mampu melihat obyek dengan

jelas.

Tata Cahaya (Lighting)  

Created by  Ming Muslimin   31  

b. Menghasilkan contrast ratio yang tepat, perbandingan antara cahaya yang kuat dan

bayangan tidak menyolok, begitu juga warna-warna yang terang dengan warna yang

gelap.

c. Mengatur suhu warna yang tepat, sehingga warna kulit manusia akan nampak alamiah.

Secara artistik Tujuan penataan cahaya adalah untuk:

a. Memperjelas bentuk dan dimensi obyek.

b. Menciptakan ilusi dari suatu realitas.

c. Menciptakan kesan/suasana tertentu.

d. Memusatkan perhatian pada unsur-unsur penting dalam suatu adegan.

THREE POINTS LIGHTING

Ini sudah menjadi rumusan atau formula dasar sebuah pencahayaan dalam produksi film,

video dan foto. Tiga poin penting itu terdiri atas; Key Light, Fill Light, Back Light.

a. Key Light

adalah pencahayaan utama yang diarahkan pada objek. Keylight merupakan sumber

pencahayaan paling dominan. Biasanya keylight lebih terang dibandingkan dengan fill

light. Dalam desain 3 poin pencahyaan, keylight ditempatkan pada sudut 45 derajat di

atas subjek.

b. Fill Light

merupakan pencahyaan pengisi, biasanya digunakan untuk menghilagkan bayangan

objek yang disebabkan oleh key light. Fill light ditempatkan berseberangan dengan

subyek yang mempunyai jarak yang sama dengan keylight. Intensitas pencahyaan fill

light biasanya setengah dari key light.

c. Back Light

pencahayaan dari arah belakang objek, berfungsi untuk meberikan dimensi agar

subjek tidak “menyatu” dengan latar belakang. Pencahyaan ini diletakkan 45 derajat

di belakang subyek. Intensitas pencahyaan backlight sangat tergantung dari

pencahayaan key light dan fill light, dan tentu saja tergantung pada subyeknya. Misal

backlight untuk orang berambut pirang akan sedikit berbeda dengan pencahayaan

untuk orang dengan warna rambut hitam.

Tata Cahaya (Lighting)  

Created by  Ming Muslimin   32  

Selain 3 poin pencahayaan tadi masih ada jenis pencahyaan lainnya, yakni Background

Light, yakni pencahayaan yang dimaksudkan agar setting/panggung tetap bisa kelihatan

dengan baik.

Gambar 1. Basic Three Point Lighting Setup

COLOUR TEMPERATUR

Secara teknis, cahaya merupakan radiasi gelombang elekromagnetik yang dapat dilihat oleh

mata (Visible Light Spectrum). Panjang gelombang elekromagnetik ini diukur dalam

satuan yang disebut nanometer (1 nanometer = 1/1 Milyar Meter). Gelombang

elektromagnetik yang dapat dilihat oleh mata manusia berkisar diantara 40 sampai

dengan 700 nanometer.

Gambar 1. Visible Light Spectrum

Setiap obyek memancarkan radiasi (energi panas) yang besar kecilnya tergantung pada

panjang atau pendeknya gelombang radiasi yang dipancarkannya. Hal ini merupakan salah

satu unsur dalam tata cahaya yang penting untuk diketahui, dalam tata cahaya film hal ini

biasa disebut Color Temperature (Suhu Warna).

Tata Cahaya (Lighting)  

Created by  Ming Muslimin   33  

Color Temperatur dihitung dengan derajat kelvin yaitu digunakan untuk menjelaskan

perbedaan campuran dari spektral. Berikut gambar hasil warna dan colour temperaturnya.

Gambar 2. Color Temperature (Suhu Warna)

Adapun satuan yang digunakan untuk mengukur suhu warna adalah Derajat Kelvin, atau

biasa disingkat dengan “K”. Alat yang digunakan untuk mengukurnya adalah Kelvin Meter

atau lebih umum disebut light meter.

Gambar 3. Alat pengukur suhu warna cahaya (light meter)

Dalam produksi audio visual, baik film maupun televisi sumber pencahayan yang digunakan

pada umumnya adalah matahari dan peralatan lampu, baik yang tergolong sebagai sumber

pencahayaan daylight yang memiliki suhu warna 5600K, maupun tungsten dengan suhu

warnanya 3200K. Bahan baku film memang didesain untuk kebutuhan tersebut. Sementara

Tata Cahaya (Lighting)  

Created by  Ming Muslimin   34  

kamera2 elektronikpun memiliki fasilitas yang dapat memenuhi kebutuhan dalam hal suhu

warna.

Gambar 4. Selector Penggunaan Suhu Warna pada kamera Panasonic Varicam HD

Dengan demikian warna putih (yang memiliki spectrum warna-warna) akan terekam

sebagai putih, jika kita menggunakan Film Daylight yang pada waktu shooting sumber

pencahyaannya 5600 Derajat Kelvin. Sama halnya dengan penggunaan Tungsten Film, juga

akan menghasilkan warna yang sesuai dengan aslinya,jika sumber pencahayaan yang

digunakan suhu warnanya 3200 Derajat Kelvin (Tungsten).

Sama halnya yang bisa dilakukan dengan kamera elektronik(video). Setelah

melakukan pemilihan selector yang sesuai, kemudian dilakukan proses “White Balance”

dengan sumber pencahayaan yang sesuai, maka warna pada reproduksi gambarpun akan

sempurna.

Jika sumber cahaya tidak sesuai dengan jenis filmnya,maka akan terjadi reproduksi gambar

yang tidak seimbang (tidak akan seperti warna aslinya). Emulsi Film Tungsten (3200

Kelvin) digunakan dengan sumber pencahayaan Daylight (5600 Derajat Kelvin), hasil

reproduksinya akan kebiru-biruan. Sementara Emulsi Film Daylight (5600 Derajat Kelvin)

dipergunakan dengan sumber pencahayaan 3200 Derajat Kelvin (Tungsten), akan

menghasilkan gambar yang cenderung kemerah-merahan.

Demikian pula halnya yang terjadi dengan kamera video.Jika pemilihan selector suhu warna

tidak sesuai dengan suhu warna dari sumber pencahayaannya,maka reproduksi warna yang

dihasilkanpun akan tidak sesuai dengan warna asli dari subyek.

Tata Cahaya (Lighting)  

Created by  Ming Muslimin   35  

Tata Cahaya (Lighting)  

Created by  Ming Muslimin   36  

PENYESUAIAN PADA SUHU WARNA

§ Untuk mengatasi hasil reproduksi yang warnanya tidak seimbang, tersebut

dibutuhkan penggunaan filter khusus, atau yang tergolong sebagai “Color Correction

Filters”.

§ Filter 85, dipasang untuk mengoreksi suhu warna Daylight (5600 Derajat Kelvin)

yang masuk melalui lensa, dan emulsi film yang digunakan Tungsten (3200

Derajat Kelvin).

§ Filter 80 A, juga dipergunakan untuk mengoreksi suhu warna sumber

pencahayaan Tungsten, sementara emulsi film yang digunakan Daylight (5600

Derajat Kelvin).

Upaya yang dilakukan tersebut diatas jarang sekali diterapkan pada penggunaan kamera

video standard professional dan lebih umum diterapkan pada kamera film. Walaupun

demikian, hal-hal tersebut bisa saja diterapkan pada penggunaan kamera digital seperti

halnya pada kamera Panasonic HD serta kamera seri DSLR Cinematography yang tujuan

penggunaannya memang untuk layar lebar.

Adapun cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi ketidak sesuaian antara selector suhu

warna pada kamera video dengan sumber pencahayaan adalah dengan menggunakan

filter pada lampu . Seperti halnya penggunaan Filter CTO (Color Temperature Blue)

yang dapat mengubah suhu warna lampu tungsten (3200K) menjadi Daylight (5600K).

Atau sebaliknya mengubah suhu warna Daylight (5600K) menjadi Tungsten (3200K)

yaitu dengan menggunakan Filter CTO (ColorTemperature Orange) pada sumber

pencahayaan/lampu yang suhu warnanya 5600K, seperti halnya lampu-lampu HMI.

DISAIN LAMPU

Pada dasarnya, disain lampu yang saat ini banyak digunakan pada produksi baik

industri pertelevisian maupun film, terbagi dalam 3 katagori :

1. Open Face Fixures Design.

Jenis-jenis lampu yang didisain dengan permukaan yang terbuka. Kemasannya (

housing ) tidak dilengkapi dengan lensa sebagai penutupnya. Dengan rancangan design

tersebut maka arah dan kualitas pencahayan yang dihasilkan sangat ditentukan oleh

Tata Cahaya (Lighting)  

Created by  Ming Muslimin   37  

reflektor yang dimilikinya. Bayangan yang muncul dari lampu jenis ini cenderung

tajam atau keras.

Gambar 5. Lampu jenis Open Face Fixures Design

a. Blonde 2000 watt temperature 3200K, b. Redhead 800 Watt temperature 3200K

2. Enclosed Type Housing Design.

Jenis jenis lampu yang tergolong pada katagori ini adalah lampu2 yang permukaannya

ditutupi dengan lensa (condenser lens). Sama halnya dengan lampu jenis Open Face,

lampu jenis ini pun memunculkan bayangan yang cenderung tajam atau keras pula.

Gambar 6. Lampu jenis Enclosed Type Housing Design

HMI 18000 Watt temperature 5600K.

Tata Cahaya (Lighting)  

Created by  Ming Muslimin   38  

Lensa (condenser lens) sebagai penutup permukaan lampu berfungsi sebagai penentu

arah, juga kwalitas dari pencahyaan. Jenis Condenser Lens ini bermacam-macam

antara lain:

a. Plano Convex

Plano Convex, merupakan lensa yang terbuat dari bahan gelas. Terdiri dari dua

permukaan. Pertama berbentuk “flat “ (plano), sedang permukaan lain berbentuk

bola yang dibelah seperti lensa cembung (convex).

b. Fresnel

Bentuk dasarnya merupakan bentuk lensa cembung (plano convex) yang kemudian

dipotong pada bagian cembungnya sehingga menjadi bentuk lekukan bersiku.

Ukuran sudut pemotongan sudah diperhitungkan sesuai dengan arah sebar serta

kwalitas pencahayaan yang akan dihasilkannya.

c. Step Lens

Bentuk dasarnya adalah plano yang pada bagian dalamnya dipotong dengan pola

seperti tahapan tangga (step). Dengan pola desain lensa seperti ini cahaya yang

dipantulkan melalui reflektor serta sebagian cahaya dari bulb (sumber pencahyaan)

dipancarkan secara paralel.(setelah melalui melalui lensa). Kwalitas pencahayaan

akan menjadi menyebar serta lembut ketimbang menggunakan lensa fresnel.

Gambar 7. Jenis-jenis lensa pada lampu Enclosed Type Housing Design.

3. Fluorescent Design.

Fluorescent merupakan desain yang dirancang teknologi tinggi sehingga menghasilkan

cahaya yang lembut (soft) dan bayangan yang tipis atau lembut pula. Salah satu jenis

lampu yang sering dugunakan pada produksi film adalah lampu Kinoflo yang

merupakan jenis lampu yang didesain menyerupai lampu fluorescent, namun suhu

Tata Cahaya (Lighting)  

Created by  Ming Muslimin   39  

warnanya sudah didesain 3200 (Tungsten) dan 5600 derajat Kelvin (Daylight).

Gambar 8. Lampu jenis Kinoflo 450 watt

tersedia temperature 3200K maupun 5600K.

BENTUK- BENTUK REFLECTOR LIGHTING

1. Spherical Reflector

Bentuk reflektor ini banyak digunakan pada lampu2 yang tergolong “ Enclosed

Type Housing “. Prinsip kerjanya, cahaya yang dipancarkan dari sumbernya (bulb

source) sebagian dipantulkan ke permukaan reflektor, seterusnya dipantulkan melalui

lensa (condenser lens).Sementara sebagian pancaran cahaya langsung mengarah ke

lensa.

Gambar 9. Bentuk reflector Spherical

2. Parabolic

Bentuk reflektor parabolic ini dijumpai pada lampu jenis lampu yang didesain khusus,

seperti halnya jenis lampu “ Module “. Jenis lampu yang sumber cahayanya didesain

bersatu dengan reflektor berbentuk parabolis serta permukaannya tertutup lensa.

Tata Cahaya (Lighting)  

Created by  Ming Muslimin   40  

Gambar 10. Bentuk reflector parabolic

Gambar 11. Aplikasi bentuk reflector parabolic pada lampu jenis PAR.

Bentuk reflektor jenis inipun dimiliki oleh lampu HMI yang tergolong sebagai HMI

PAR. Namun jika pada jenis lampu Module lensa pada permukaan lampu terpasang

secara permanen, maka pada lampu HMI lensa pentutupnya dapat dibuka serta diganti

dengan jenis-jenis lensa yang dibutuhkan.

3. Kombinasi Spherical & Parabolic

Gambar 12. Bentuk kombinasi Spherical & Parabolic

Tata Cahaya (Lighting)  

Created by  Ming Muslimin   41  

REFLECTION FACTOR

“ Reflection Faktor “, secara sederhana dapat diartikan “ indikator dari jumlah cahaya

yang terserap saat direfleksikan “. Besar kecilnya jumlah cahaya yang terserap atau terbuang

saat direfleksikan, tergantung pada karakteristik bahan yang dipergunakan pada

permukaan reflektornya.

Dibawah ini ada beberapa indikasi yang memberikan keterangan tentang seberapa

besar bahan yang dipergunakan sebagai pelapis pada permukaan reflektor lampu:

MATERIAL PERCENT REFLECTION (%) Alzak Alumunium 80 - 85 Stainless Steel 56 - 65 Nickel 60 - 63 Chrome 60 - 67 Porcelain - Glossy 62 – 79 Porcelain - Dull 60 - 77

Note : Alzak adalah sebuah produk dari Alumunium Company of America, Produk

alumunium yang banyak dipergunakan sebagai bahan pelapis reflektor pada peralatan lampu.

BIODATA PENULIS

Ming Muslimin, lahir di Rensing Bat, Sakra Barat, Lombok

Timur, NTB pada 02 Mei 1986, menyelesaikan studi S1 di

Program Studi Televisi, Fakultas Seni Media Rekam, Institut

Seni Indonesia Yogyakarta pada tahun 2012.

Sejak 2005 sudah mulai aktif di dunia broadcasting dengan

menggarap iklan-iklan nasional seperti iklan sepatu loggo,

iklan pertamina, iklan bank indonesia, serta video clip

nasional seperti video clip jikustik, the potter dan lain-lain.

Pada tahun 2012 film yang disutradarainya meraih juara

umum 1 pada Festival Video edukasi.

Saat ini tergabung dalam Asosiasi Guru Broadcasting Indonesia sebagai Humas Wilayah

Indonesia Timur.