soal thermodinamika ( turbin )
TRANSCRIPT
Archive for Februari, 2012Penyelesaian soal-soal Thermodinamika (lanjutan 1) Posted in Soal Jawab on 24 Februari 2012 | 3 Comments »
Soal 6.11
Pada siklus rankine dengan kombinasi rehrat dan regenerasi,uap air masuk turbin
tekanan tinggi 4 MPa dan 500 derajat celcius. seluruh uap kemudian dikeluarkan pada
tekanan 1 MPa untuk dipanaskan ulang sampai 500 derajat celcius. sejumlah uap hasil
pemanasn ulang diekstraksi pada tekanan ini untuk keperluanpemanasan air pengisi
ketel dan sisanya dimasukkan kembali ke turbin tekanan rendah. uap diekstraksi
untuk kedua kalinya pada 0,4 MPa untuk pemanasan air pengisi ketel. bila tekanan
kondensor 10 kPa tentukan efisiensi thermal siklus..
Read Full Post »
Penyelesaian Soal-soal Termodinamika Teknik Posted in Soal Jawab on 21 Februari 2012 | 2 Comments »
Soal 6.1 (Buku Termodinamika Teknik oleh Effendy Arif edisi Pertama)
Ingin diketahui pengaruh tekanan kondensor terhadap prestasi siklus Rankine. Uap
keluar ketel dan masuk turbin pada 4 MPa dan 400 derajat Celcius. Tentukan kualitas
uap keluar turbin dan efisiensi termal untuk tekanan kondensor 5 kPa, 10 kPa, 50
kPa dan 100 kPa. Buat juga grafik kualitas uap keluar turbin dan efisiensi termal
versus tekanan kondensor..
(Dijawab Oleh: Harman)
Dari hasil perhitungan diatas, dituangkan kedalam grafik seperti dibawah ini;
Analisa Grafik:
Dari grafik diatas terlihat bahwa kenaikan tekanan kondensor menyebabkan kualitas
uap yang keluar turbin mengalami kenaikan pula. sedangkan efisiensi thermal dari
siklus mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena…………..
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Read Full Post »
PROSPEK ENERGI ARUS LAUT SEBAGAI SUMBER TENAGA LISTRIK Posted in Energy terbarukan on 14 Februari 2012 | Leave a Comment »
PROSPEK ENERGI ARUS LAUT SEBAGAI SUMBER TENAGA LISTRIK DI SELAT-SELAT ANTAR PULAU
SUNDA KECIL, INDONESIA
Oleh:
Subaktian Lubis*
e-mail: [email protected]
Abstrak
Pulau-Pulau Sunda Kecil (Sunda Lesser) terletak memanjang di sebelah timur pulau
Jawa mulai dari Bali sampai ke Timor. Pulau-pulau tersebut secara geologi memiliki
perbedaan proses pembentukan yang signifikan, di bagian utara yaitu pulau Bali,
Lombok, Sumbawa, Flores dan Wetar terbentuk secara volkanik, dan pulau-pulau bagian
selatan termasuk Sumba, Timor dan Babar terbentuk secara non vulkanik. Selat-Selat
ini merupakan perlintasan arus terpenting di bagian selatan Arus Lintas Indonesia
(Arlindo). Di selat-selat ini terjadi arus berkecepatan relatif kuat, bukan saja
akibat Arlindo tetapi juga pengaruh bentuk geometrik dan pasang surut musiman.
Kegiatan pengukuran arus laut telah dilaksanakan oleh Puslitbang Geologi Kelautan,
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, menggunakan peralatan sepasang Acoustic
Doppler Current Profiler (ACDP). Pada umumnya, rata-rata kecepatan arus laut lebih
dari 1,5 m/detik dengan durasi aliran 8-12 jam per hari, dan maksimum kecepatan
mencapai 3,2 m/detik. Walaupun sampai saat ini di Indonesia sumber daya arus laut
ini belum digunakan, tetapi telah membuktikan bahwa arus laut merupakan potensi
penting untuk pengembangan listrik terutama untuk pemukiman wilayah pantai.
Prototype turbin vertikal modifikasi Gorlov juga telah diuji di selat Nusa Penida
salah satu selat yang terletak antara pulau Nusa Penida dan Bali pada tahun 2009.
Tujuan dari uji coba ini adalah menguji prototype energi arus T-Files pada skala
kecil, untuk membuktikan performanya secara langsung di laut, dan menyempurnakan
teknologi mencapai tahap yang bersaing dengan teknologi energi baru lainnya. Uji
coba memperlihatkan keberhasilan implementasi dan memperoleh ”proven design”
sebagai pembangkit listrik berdaya 0,8 kW/sel. Selain itu, uji coba ini juga
memperlihatkan bahwa peralatan ini dapat dioperasikan pada kondisi arus lemah.
Hasil uji coba ini dinilai sangat penting dalam rangka meningkatkan kepercayaan
dalam mengembangkan energi laut sebagai sumber energi yang dapat dipercaya.
PROSPEKSI ARUS LAUT SEBAGAI PEMBANGKIT ENERGI LISTRIK DI SELAT-SELAT ANTAR PULAU
SUNDA LESSER, INDONESIA
I. PENDAHULUAN
1.1. Energi Tenaga Arus Laut
Perkembangan teknologi pemanfaatan energi samudera khususnya arus laut sebagai
energi baru terbarukan di dunia saat ini berkembang dengan pesat, seiring dengan
meningkatnya tuntutan akan kebutuhan energi listrik masyarakat kawasan pesisir
serta semakin maraknya issu pemanasan global yang mendorong untuk membatasi
penggunaan bahan bakar hidrokarbon untuk pembangkit listrik.
Prinsip yang dikembangkan pada aplikasi teknologi pemanfaatan energi dari laut
adalah melalui konversi tenaga kinetik masa air laut menjadi tenaga listrik.
Tercatat beberapa negara telah berhasil melakukan instalasi pembangkit energi
listrik dengan memanfaatkan energi arus dan pasang surut, mulai dari prototype
turbin pembangkit hingga mencapai turbin skala komersial dengan kapasitas 1,2
MW/turbin, seperti yang telah dibangun di Skotlandia, Swedia, Perancis, Norwegia,
Inggris, Irlandia Utara, Australia, Italia, Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Berdasarkan rasio kelistrikan nasional, kondisi kelistrikan diIndonesiasaat ini
masih dirasakan belum memenuhi azas berkeadilan dan pemerataan. Hal ini dapat
dipahami karena ketersediaan listrik dari waktu ke waktu selalu lebih kecil dari
kebutuhan yang terus meningkat. Selain itu, kendala lain yang nampaknya masih belum
ditetapkan adalah tentang status pengelolaan listrik khusussnya sebagai energi baru
terbarukan sebagai infrastruktur dasar (sebagaimana jalan, jembatan, pelabuhan,
dsb.) untuk pemicu perekonomian atau status listrik sebagai sebuah komoditas.
Beberapa prakarsa telah diajukan, salah satu pilihan adalah menetapkan bahwa
pembangkit listrik yang menggunakan sumber daya alam pulih atau terbarukan (tanpa
bahan bakar tertentu), seyogiyanya diperlakukan sebagai listrik infrastruktur dasar
bagi masyarakat di wilayah terpencil, sedangkan pembangkit listrik yang dibangun di
pulau-pulau dan kota-kota besar yang telah mapan dan berkualitas berbahan-bakar
tertentu sebaiknya ditetapkan sebagai komoditas.
1.2. Rasio Elektrifikasi
Rasio elektrifikasi di Indonesia sampai tahun 2010 dilaporkan baru mencapai sekitar
60-70%, namun di kawasan Indonesia Bagian Timur belum mencapai 45%. Tingkat
penggunaan listrik bagi masyarakat yang lazim dinyatakan dalam konsumsi listrik per
kapita, juga tercatat masih belum cukup memadai. Sebagai pembanding, data tahun
2005-an di Amerika Serikat dengan Gross Domestic Product (GDP) masyarakat rata-rata
sekitar US$ 35.000,- pertahun maka konsumsi listriknya mencapai 10.000 kWh;
Masyarakat Uni Eropa dengan GDP rata-rata masyarakat US$ 18.800,- konsumsi
listriknya sekitar 5.700 kWh; Singapura dan Malaysia dengan GDP masyarakat rata-
rata US$ 4.000,- – US$ 6.000,- konsumsi listriknya sekitar 3.000 kWh; sedangkan di
Indonesia jika dibagi rata-rata jumlah penduduk hanya mencapai 500 kWh, inipun
dengan catatan bahwa pada kenyataannya masyarakat yang menikmati listrik ini baru
mencapai sekitar 65% saja.
Perkembangan teknologi pemanfaatan energi baru terbarukan, khususnya pemanfaatan
radiasi sinar matahari, angin, arus laut, gelombang, dan ocean thermal energy
conversion (OTEC) sebagai energi baru terbarukan di dunia saat ini mulai berkembang
dengan pesat, seiring dengan meningkatnya tuntutan akan kebutuhan energi listrik
masyarakat kawasan terpencil terutama di kawasan pesisir. Selain itu, semakin
maraknya issu pemanasan global yang mendorong untuk membatasi penggunaan bahan
bakar hidrokarbon telah memicu pemanfaatan energi non-fosil walaupun masih dalam
kualitas yang tidak sebaik energi fosil. Namun demikian, upaya untuk penyediaan
listrik bagi masyarakat pulau-pulau kecil terpencil ini telah mulai digulirkan
yaitu dengan target 100 pulau pada tahun 2010, dan selanjutnya secara bertahap
melistriki sekitar 1.000 pulau Indonesia Bagian Timur terutama melalui pengadaan
pembangkit energi baru terbarukan (PLN, 2009).
II. KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL
Langkah yang dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi kelangkaan/krisis energi di
Indonesia antara lain melalui Peraturan Pemerintah No. 3/2005, Peraturan Pemerintah
No. 5 tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional, Cetak Biru Pengelolaan Energi
Nasional 2005 – 2025, Kebijakan Strategis Nasional Pembangunan Iptek, serta
Kebijakan Nasional Eksploitasi Laut yang menekankan sustainabilitas energi melalui
penciptaan dan pemanfaatan sumber energi terbarukan. Pada Blue Print Energy
Management 2020, antara lain menjelaskan bahwa pada tahun 2020, diharapkan sekitar
90% dari seluruh rumah tangga telah memperoleh pelayanan listrik; dan setiap tahun
dilakukan penambahan 450 MW/tahun; serta 5% listrik akan terpenuhi oleh listrik
dari sumber energi terbarukan. Berdasarkan Blue Print Energy Management, target
bauran energi akan dioptimalkan, sehingga pada tahun 2025 komposisi energi
diharapkan menjadi 33% batubara, 30% gas, 20% minyak bumi dan 17% energi baru
terbarukan.
Kebijakan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM) dalam menjawab isu
nasional mengenai energi dengan diversifikasi energi adalah penganekaragaman
penyediaan dan pemanfaatan berbagai sumber energi baru, salah satunya adalah sumber
energi kelautan yaitu arus laut (DESDM, 2005), terutama untuk wilayah-wilayah
terpencil dan pulau-pulau kecil yang tidak terjangkau jaringan listrik nasional
khususnya di selat-selat diantara pulau-pulau Sunda Kecil (Sunda Lesser) .
III. PROSPEK ENERGI ARUS LAUT DI PERAIRAN INDONESIA
Kecepatan arus pasang-surut di perairan pantai-pantai Indonesia umumnya kurang dari
1,5 m/detik, kecuali di selat-selat diantara pulau-pulau Sunda Kecil seperti di
selat Bali, Lombok, dan Nusa Tenggara Timur, kecepatan signifikannya bisa mencapai
2,5 – 3,4 m/detik (Sudjono, 2007; Yuningsih et al, 2008; Mirayosi, 2009).
Arus pasang-surut terkuat yang tercatat di Indonesia adalah di Selat antara Pulau
Taliabu dan Pulau Mangole di Kepulauan Sula, Propinsi Maluku Utara, mencapai
kecepatan 5,0 m/detik, namun durasinya hanya mencapai 2-3 jam per hari.
Pulau-Pulau Sunda Kecil (Sunda Lesser) terletak memanjang di sebelah timur pulau
Jawa mulai dari Bali sampai ke Timor. Secara geologi Pulau-pulau tersebut memiliki
perbedaan proses pembentukan yang signifikan, di bagian utara yaitu pulau Bali,
Lombok, Sumbawa, Flores dan Wetar terbentuk secara volkanik, dan pulau-pulau bagian
selatan termasuk Sumba, Timor dan Babar terbentuk secara non vulkanik yaitu akibat
pengangkatan tumbukan lempeng benua Australia terhadap lempeng busur Banda. Selat-
Selat ini merupakan perlintasan arus terpenting di bagian selatan Arus Lintas
Indonesia (Arlindo). Di selat-selat ini terjadi arus berkecepatan relatif kuat,
bukan saja akibat Arlindo tetapi juga pengaruh bentuk geometrik dan pasang surut
musiman (Gordon, 1995; Gordon et al, 1996; Susanto et al, 2000).
Berbeda dengan energi gelombang laut yang hanya terjadi pada kolom air di lapisan
permukaan saja, arus laut bisa terjadi sampai pada lapisan yang lebih dalam dan
bahkan sampai ke dasar laut. Kelebihan karakter fisik arus laut ini memberikan
peluang yang lebih optimal dalam pemanfaatan konversi energi kinetik menjadi energi
listrik.
Road map penelitian karakteristik arus laut serta estimasi daya listrik yang telah dilaksanakan oleh PPPGL sampai tahun 2011 di perairan Sunda Kecil atau Nusa Tenggara Timur, seperti yang ditunjukkan table dibawah ini.
ENERGI ARUS LAUT
Selat Lombok
Selat Nusa Penida
Selat Larantuka
Selat Pantar
SelatMolo
Kecepatan Arus (m/det)1,8 – 8-2,4 0,5 – 3,2 1,5 -3 ,4 1,5 – 3,1 1,7 –
3,5Luas Turbin (m2) 15 40 40 40 40
Daya Listrik(kW/cel) 70 – 150 200 – 400 60 – 450 50 – 250 65 –
440Tahun Penelitian 2005, 2006 2007,
2009 2008 2010 2011
Kelebihan tenaga arus laut dibandingkan dengan sumber energi konvensional atau
energi terbarukan lainnya yaitu densitas air laut 800 kali densitas udara sehingga
untuk menghasilkan daya energi yang sama maka ukuran diameter turbin energi arus
laut akan jauh lebih kecil dari turbin angin sehingga tidak memerlukan penggunaan
lahan yang luas seperti sumber energi angin. Selain itu, turbin arus laut juga
tidak memerlukan perancangan untuk kondisi atmosfer yang ekstrim seperti turbin
angin karena keadaan di bawah air relatif konstan, sehingga dapat diprediksi secara
tepat karena kejadiannya merupakan fenomena alam yang berkala.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Asosiasi Energi Laut Indonesia (ASELI) pada
kongres II bulan September 2011, secara hipotetik, total sumber daya energi laut
nasional sangat cukup berlimpah yaitu mencapai 727.000 MW. Namun demikian, potensi
energi laut yang dapat dimanfaatkan dengan menggunakan teknologi sekarang dan
secara praktis memungkinkan untuk dikembangkan, berkisar antara 49.000 MW,
diantaranya 4800 MW dari tenaga arus laut (situsesdm.go.id tanggal 20 September
2011).IV. METODA KONVERSI ENERGI ARUS LAUT
Pengembangan teknologi ekstraksi energi arus laut lazimnya dilakukan dengan
mengadopsi prinsip teknologi energi angin yang telah lebih dulu berkembang, yaitu
dengan mengubah energi kinetik arus laut menjadi energi rotasi dan energi listrik.
Daya yang dihasilkan oleh turbin arus laut jauh lebih besar dari pada daya yang
dihasilkan oleh turbin angin, karena rapat massa air laut hampir 800 kali rapat
massa udara (Thomas, 1991). Kapasitas daya yang dihasilkan dapat dihitung dengan
pendekatan matematis yang memformulasikan daya yang melewati suatu permukaan atau
luasan. Misalkan suatu aliran fluida yang menembus suatu permukaan A dalam arah
yang tegak lurus permukaan, maka rumus umum yang digunakan adalah formulasi
Fraenkel (1999) yaitu:
dimana P= daya (watt);
ρ= rapat massa air (kg/m³);
A= luas penampang (m²); dan
V= kecepatan arus (m/s).V. PILOT PLANT PENGEMBANGAN ENERGI ARUS LAUT DIINDONESIA
Penelitian karakteristik arus laut yang telah dilakukan oleh Puslitbang Geologi
Kelautan (PPPGL) diawali pada tahun 2005 berkolaborasi dengan Program Studi
Oceanografi ITB. Pengukuran arus laut dilakukan menggunakan ADCP (Accoustic Doppler
Current Profiler) di Selat Lombok dan Selat Alas dalam kaitan dengan rencana
penyiapan lokasi dan instalasi untuk Turbin Kobold buatan Italia yang berkapasitas
300 kW di bawah koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi (Masduki, 2006).
Sejak tahun tahun 2006 – 2011 telah dilaksanakan penelitian karakteristik arus
laut di berbagai selat di Nusa Tenggara Timur, yaitu di Selat Lombok , Selat Alas,
Selat Nusa Penida, Selat Flores, Selat Pantar, dan Selat Molo. Hasil kompilasi data
arus dari BPPT diperoleh paling sedikit ada 20 selat di Indonesia yang memiliki
prospek untuk dimanfaatkan sebagai energy arus laut (Erwandi, 2011).
Prototipe turbin pertama telah dibangun secara kemitraan bersama Kelompok Teknik T-
Files ITB dan PT Dirgantara Indonesia, dengan mengadopsi dan memodifikasi model
turbin Gorlov skala kecil (0,8 kW/cel). Kelompok T-Files ITB adalah kelompok
mahasiswa yang terdiri dari berbagai latar belakang keilmuan yang secara langsung
dibimbing oleh Prof. Iskandar Alisyahbana (Alm), mengembangkan berbagai jenis
pembangkit listrik tenaga arus laut skala kecil menggunakan generator type PMG
(Permanent Magnet Generator).
Keuntungan menggunakan Generator Type PMG:
Dapat bekerja pada RPM rendah (40 – 60 RPM) Loses eksitasi dapat dihindari Pole pitch yang dihasilkan lebih kecil Tahan korosi (iron less)
Salah satu prototipe perangkat pembangkit listrik hasil rakitan perdana telah
diuji-coba di kolam uji PPPGL Cirebon dan tahun 2008, dilanjutkan dengan uji
lapangan tahun 2009 di Selat Nusa Penida sehingga telah berhasil memperoleh “proven
design” yang cocok untuk diterapkan pada perairan yang berkarakteristik selat (arus
pasang surut).
Prototipe dalam skala besar (> 80 kW) direncanakan akan dilaksanakan pada tahun
2012-2014 oleh institusi terkait lainnya yang berkewenangan (Ditjen Energi Baru,
Terbarukan dan Konservasi Energi, Puslitbangtek EBTKE, Kementerian Ristek, BPPT,
dsb.) untuk mengembangkan dan meningkatkan status skala prototipe menjadi skala
pilot dan skala komersial. Diharapkan pada tahun 2025 energi listrik tenaga arus
laut yang dihasilkan dari berbagai pembangkit (PLTAL) akan menunjang pencapaian
proporsi 5% berbagai energi terbarukan dari sasaran kebijakan energi 25% bauran
energi Indonesia, sesuai dengan visi bauran energi 25-25.
Beberapa “success story” pembangunan PLTAL yang telah dilakukan oleh berbagai
negara maju seperti Sea Flow dan Sea Snail (Inggris), SeaGen (Irlandia), Clean
Current Mark III (Canada), Kobold dan Marcee (Italia), memperlihatkan bahwa energi
dari laut ini telah berhasil dikembangkan menjadi pembangkit yang berskala
komersial dengan kapasitas terpasang 300kW – 2,0 MW per unit pembangkit.
VI. KESIMPULAN
Selat-selat antar pulau-pulau Sunda Kecil umumnya memiliki arus berkecepatan
relatif kuat, bukan saja akibat penyempitan lintasan Arlindo tetapi juga pengaruh
bentuk geometrik dan pasang surut musiman. Pada umumnya, rata-rata kecepatan arus
laut lebih dari 1,5 m/detik dengan durasi aliran 8-12 jam per hari, dan maksimum
kecepatan mencapai 3,5 m/detik.
Hasil uji coba pilot plant T-Files type turbin Gorlov memperlihatkan keberhasilan
dan memperoleh ”proven design” sebagai pembangkit listrik berdaya 0,8 kW/sel.
Selain itu, uji coba ini juga memperlihatkan bahwa peralatan ini dapat dioperasikan
pada kondisi arus lemah.
Salah satu isu nasional mengenai diversifikasi energi adalah penganekaragaman
penyediaan dan pemanfaatan berbagai sumber energi baru termasuk energi arus laut.
Sumber daya arus laut sampai saat ini secara hipotetik teknik mencapai 4800 MW
sayangnya masih belum prioritas untuk dimanfaatkan, padahal telah dibuktikan bahwa
arus laut mempunyai potensi yang cukup signifikan untuk penyediaan listrik di
pedesaan wilayah pantai terpencil dan pulau-pulau kecil yang tidak terjangkau
jaringan listrik nasional, khususnya di selat-selat berpotensi seperti pulau-pulau
Sunda Kecil (Sunda Lesser) .
DAFTAR PUSTAKA
DESDM, 2005. Diversifikasi Energi. ”Energi Kelautan sebagai Alternatif Baru”. DESDM
disampaikan pada Seminar Pembangunan Ekonomi Kemaritiman 15 Maret 2005, Jakarta
Erwandi, 2011. Potensi Listrik Arus Laut Nusatenggara. Harian Ekonomi Neraca
Pedagangan, Jakarta, 27 April 2011.
Fraenkel, P.,1999, Power from Marine Currents, Marine Currents Turbines Ltd. London, UK.
Gordon, A. L., 1995: When is “Appearance” Reality? Indonesian throughflow is in
fact primarily derived from North Pacific water masses, J. Phys. Oceanogr., vol.
25.
Gordon, A. L., and R. Fine, 1996: Pathways of water between the Pacific and Indian
Oceans in the Indonesian Seas, Nature, vol. 379.
Masduki, A. dan Mira Yosi, 2006, Laporan Arus Laut Untuk Listrik Daerah Lombok
Timur, Kerjasama Ristek dan Puslitbang Geologi Kelautan, (unpublished)
Mirayosi, 2009. Laporan Cruise: South China Sea – Indonesian Seas
Transport/Exchange (SITE) and Impacts on Seasonal Fish Migration in the Dynamic of
Sunda Strait. Marine Geological Institute, Bandung.
Sudjono, E, A. Yuningsih, dan T. Suprijo, 2007, Studi Awal Potensi Arus Laut
sebagai Energi Alternatif untuk Pembangkit Listrik di Selat Lombok, P3GL & ITB.
Susanto, R. D., A. L. Gordon, J. Sprintall, and B. Herunadi, 2000: Indonesian
Through Flow, Intraseasonal variability and Tides in Makassar Strait, Geophys. Res.
Lett.
Thomas, K., 1991. Low Speed Energy Conversion from Marine Currents,Comprehensive
Summaries of Uppsala Dissertations from the Faculty of Science and Technology 287,
ISBN 978-91-554-7063-0
Yuningsih, A. Masduki, B. Rachmat, P. Astjario, M. Akrom, E. Usman, and I. N.
Astawa, 2008, Penelitian Potensi Energi Arus Laut sebagai Pembangkit Listrik bagi
Masyarakat Pesisir di Selat Badung – Nusa Penida, Bali, P3GL, (unpublished).
Read Full Post »
BUKU TEKS DAN REFERENSI Posted in Tak Berkategori on 12 Februari 2012 | Leave a Comment »
Bagi yang memerlukan Buku teks ataupun sekedar buat referensi seperti yang terdapat
dibawah ini, dapat menghubungi Saya.
HEAT AND MASS TRANSFER
(Fundamentals and Applications)
Author: Yunus A. Cengel and Afshin J. Ghajar
Number of pages: 900 Pages
With DVD for solution to selected text problems
===========================================================
GEOTHERMAL POWER PLANTS
(Principles, Applications, Case Studies and Environmental Impact)
Author: Ronald DiPippo
Number of pages: 493 Pages
=========================================================
FLUID DYNAMICS
Author: James W. Daily and Donald R. F. Harleman
Number of pages: 454 Pages
Read Full Post »
Jawaban Bu Yolanda no. 4.15 Posted in Soal Jawab on 5 Februari 2012 | 1 Comment »
Read Full Post »
Fluid Dynamics Exam 4-24 page 93 (James W. Daily) Posted in Soal Jawab on 5 Februari 2012 | Leave a Comment »