skripsi efektivitas pelayanan pemberian izin

97
SKRIPSI EFEKTIVITAS PELAYANAN PEMBERIAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU (DPMPTSP) KOTA MAKASSAR Oleh: ALFIANSYAH. Nomor Induk Mahasiswa: 10561 0523515 PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTASILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

Upload: khangminh22

Post on 20-Jan-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

SKRIPSI

EFEKTIVITAS PELAYANAN PEMBERIAN IZIN MENDIRIKAN

BANGUNAN DI KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU

PINTU (DPMPTSP) KOTA MAKASSAR

Oleh:

ALFIANSYAH.

Nomor Induk Mahasiswa: 10561 0523515

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTASILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

ii

SKRIPSI

EFEKTIVITAS PELAYANAN PEMBERIAN IZIN MENDIRIKAN

BANGUNAN DI KANTOR PELAYANAN PERIZINANTERPADU SATU

PINTU (DPMPTSP) KOTA MAKASSAR

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi

dan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara (S.Sos)

Disusun dan Diajukan Oleh:

ALFIANSYAH.

Nomor Stambuk: 10561 0523515

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

iii

iii

PERSETUJUAN UJIAN AKHIR

Judul Skripsi : Efektivitas Pelayanan Pemberian Izin Mendirikan

Bangunan Di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu

Satu Pintu (DPM-PTSP) Kota Makassar

Nama Mahasiswa : Alfiansyah

Nomor Induk Mahasiwa : 105610523515

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyetujui:

Pembimbing I

Drs. H. Ansyari Mone, M.Pd

Pembimbing II

Riska sari. S.Sos M.ap

Mengetahui:

Dekan Ketua ProgramStudi

Dr. Hj.Ikhyani Malik, S.Sos., M.Si Narul Haq, S.Sos., M.PA

NBM: 730727 NBM:1067463

iv

HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama Mahasiswa : Alfiansyah

Nomor Stambuk Mahasiswa : 105610523515

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar skripsi ini adalah karya saya sendiri dan bukan

hasil plagiat dari sumber lain. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan

apabila dikemudian hari ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi

akademik berupa pencabutan gelar akademik dan pemberian sanksi lainnya sesuai

dengan aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Makassar.

.

Makassar, 20 April 2020

Yang Menyatakan,

.Alfiansyah

v

ABSTRAK

ALFIANSYAH,Efektivitas Pelayanan Pemberian Izin Mendirikan Bangunan

Di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Kota

Makassar. (dibimbing oleh Ansyari Mone dan Riskasari).

Efektivitas Pelayanan Pemberian Izin Mendirikan Bangunan merupakan

suatu aktivitas yang bertujuan untuk menilai keberhasilan suatu program atau

mengetahui efektivitas pelayanan pemberian izin mendirikan bangunan di kantor

pelayanan perizinan terpadu satu pintu (DPMPTSP) kota Makassar.

Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan tipe

deskriptif. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 9 orang yang ditentukan

dengan tehnik purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan

metode observasi, wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengenai aspek optimasi tujuan

yang akan dicapaiDinas PTSP Kota Makassar telah memberikan layanan kepada

masyarakat dengan mempermudah bentuk pengurusan sehingga terlayani dengan

baik, aspek interaksi antara organisasi dengan lingkungan sekitar seperti

DTRBterkait efektivitas pelayanan pemberian IMB terjalin dengan baik sehingga

menunjang efektivitas pelayanan. Aspek peran perilaku organisasisudah baik,

ditandai dengan pelayanan masyarakat sesuai SOP serta tersedianya fasilitas

pendukung berupa ruang tunggu yang ramah anak, sehingga memberikan

kenyamanan kepada masyarakat pengguna layanan PTSP, meskipun masih perlu

penambahan loket pelayanan untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi

pelayanan.

Kata Kunci: Efektivitas, pelayanan, IMB

vi

KATA PENGATAR

BISMILLAHIRROHMANIRROHIM

Alhamdulillahi Rabbil „Alamin, puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat

ALLAH SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “AFEKTIVITAS

PELAYANAN PEMBERIAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI KANTOR

PELAYANAN PERIZINANTERPADU SATU PINTU (DPM-PTSP) KOTA

MAKASSAR”. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana

Strata Satu (S1) Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Administrasi

Negara pada Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini, terkadang penulis

dihadapkan dengan berbagai hambatan. Namun berkat kesabaran, ketekunan,

kerja keras, bantuan serta kerja keras dari berbagai pihak yang telah memberikan

motivasi, maupun secara materi kepada penulis. Sehingga pada kesempatan ini

dengan segala kerendahan dan ketulusan yang dimiliki penulis, ingin

menyampaikan terima kasih yang tak henti kepada kedua orang tua tercinta,

Minson dan Muliati yang telah melahirkan, membesarkan, merawat dan

mencurahkan seluruh cinta, kasih sayang, cucuran keringat, air mata, untaian do‟a

serta pengorbanan yang tiada henti yang hingga kapanpun penulis tidak akan bisa

membalasnya dan taklupa pula penulis menyampaikan terima kasih kepada orang

tua wali, Fitriani. S.Pd dan kiki reskiana yang telah membimbing dan

memberikan pengorbanan yang tiada henti yang hingga kapanpun penulis tidak

vii

akan bisa membalasnya. Maaf jika Ananda sering menyusahkan, merepotkan

serta melukai hati Ibu, semoga selalu dalam lindungan ALLAH SWT. dan

keselamatan dunia dan akhirat semoga selalu untukmu. Kepada saudarahku

Hardianti Amd. Kep, Alfaica. Spd, Nurfadillah. Spd,yang selalu memberikan

kasih sayang serta dukungan kepada penulis, semoga kita menjadi kebanggaan

kedua orang tua.

Serta penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada

yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE., MM selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., MPA selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah

Makassar.

4. Bapak Drs. H. Ansyari Mone, M.Pd selaku Pembimbing I dan Ibu Riska

Sari., S.Sos., M.Ap selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan

waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan.

5. Ibu Rasdiana. S.Sos., M.Si selaku Penasehat Akademik.

6. Seluruh Dosen Pengajar, Staf dan pegawai di lingkungan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

viii

7. Ucapan terima kasih kepada Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu

Pintu (DPMPTSP) Kota Makassar, sebagai tempat meneliti penulis yang

telah menerima dan membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir

skripsi ini.

8. Segenap keluarga besar Ilmu Administrasi Negara Angkatan 2015, khusus-

nya kelas A yang Bersama-sama telah melewati masa perkuliahan selama 8

semester yaitu kurang lebih 4 tahun lamanya.

9. Segenap keluarga besar NUSANTARA INSTITUTE yang selalu

memberikan support dan kritikan yang membangun sehingga penulis bisa

selesaikan skripsi ini sampai sekarang.

10. Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis

dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini, Zulkifli, S.Sos, Husril S.Sos,

Khaerati Suci Alam, S.Sos, dan masih banyak yang tidak penulis sebutkan

Namanya satu persatu.

11. Ucapan terima kasih kepada terkhusus yang selalu mendampingi dari awal

penyusunan sampai selesai penyusunan skripsi dan memberikan support

berupa materi maupun non materi.

Semoga ALLAH SWT. Senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya

untuk kita semua. Terima kasih atas bantuannya selama ini, semoga dapat menjadi

amal ibadah di hadapan-Nya.

Selain itu penulis juga mengucapkan permohonan maaf yang sedalam-

dalamnya jika penulis melakukan kesalahan dan kekhilafan yang di sengaja maupun

ix

tidak di sengaja baik dalam bentuk ucapan maupun tingkah laku selama

menyelesaikan studi di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Demikianlah, penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, oleh karena

itu pada kesempurnaan skripsi ini, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat

penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai

tambahan informasi bagi pihak yang membutuhkan. Sekian dan Terima Kasih.

Makassar,20 April 2020

Alfiansyah

x

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI .............................................................. I

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... II

HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................ III

ABSTRAK .......................................................................................................... V

KATA PENGANTAR ......................................................................................... VI

DAFTAR ISI ........................................................................................................ X

DAFTAR TABEL ............................................................................................. XII

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………....XIII

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.Penelitian terdahulu ................................................................................. 8

B.Pengertian Konsep dan Teori ................................................................... 12

1. Konsep Manajemen Kerja .................................................................. 12

2. Konsep Efektifitas .............................................................................. 13

C.Kerangka Pikir ......................................................................................... 30

D.Fokus Penelitian ....................................................................................... 32

E.Deskripsi Fokus Penelitian ....................................................................... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu Dan Lokasi Penelitian ................................................................. 34

B. Jenis Dan Tipe Penelitian........................................................................ 34

C. Sumber Data............................................................................................ 35

D. Informan Penelitian ................................................................................. 35

E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 36

F. Teknik Analisis Data............................................................................... 37

G. Pengabsahan Data ................................................................................... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Dan Objek Penelitian .............................................................. 39

B. Deskripsi Hasil Penelitian ...................................................................... 42

xi

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................. 55

B. Saran ....................................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 57

LAMPIRAN ......................................................................................................... 60

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Informan .................................................................................... 36

Tabel 4.1 Rekapitulasi Izin PadaDinas PTSP Kota Makassar .............................. 66

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir ................................................................... 32

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penelitian yang mengkaji tentang kinerja telah banyak dilakukan dengan

berbagai sudut pandang. Namun kajian tentang efektivitas kinerja masih

relatifterbatas, sehingga hal ini masih menarik dikaji secara empiris. Hal ini

didasarkan pada asumsi bahwa kinerja merupakan faktor penting yang

mencerminkan performan seorang pegawai. Selain itu juga mencerminkan

performan organisasi dalam menjalankan akitivitasnya. Bahkan jika ditelaah dari

paradigma kedayagunaan kinerja, maka kinerja dapat berperan sebagai umpan

balik terhadap berbagai hal, terutama terhadap pengembangan sumber daya

manusia dalam menuju tatanan organisasi yang efektif dan efisien guna mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu penilaian kinerja menjadi sangat

penting. Hal ini sesuai pendapat Siagian (2014) bahwa hasil penilaian kinerja

sangat penting dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan tentang berbagai

hal seperti identifikasi kebutuhan program pendidikan dan pelatihan, rekrutmen,

seleksi, program pengenalan, penempatan, promosi, sistem balas jasa, serta

berbagai aspek lain dalam proses manajemen sumber daya manusia.

Kinerja sering dimaknai sebagai perwujudan hasil kerja seorang

pegawaisecara kuantitas dan kualitas. Sejalan dengan itu kinerja (job

performance) diartikan sebagai hasil dari pekerjaan yang terkait dengan tujuan

organisasi, efisiensi dan keefektifan kinerja lainnya (Gibson, dkk, 2011). Dari sini

dapat dipahami bahwa kinerja merupakan hasil yang dicapai oleh individu

ataupun hasil yang dicapai organisasi. Lebih lanjut Gibson menulis bahwa kinerja

1

2

perorangan (individual performance) dengan kinerja lembaga (institutional

performance) atau kinerja organisasi (organizational performance) terdapat

hubungan yang erat. Dalam arti bahwa apabila kinerja pegawai (individual

performance) baik, maka kemungkinan besar kinerja organisasi (organizational

performance) atau kinerja lembaga (institutional performance) juga baik.

Berkaitan dengan efektivitas kinerja, Gibson, Ivancevich dan Donnely

(2003), menulis bahwa efektivitas memiliki tiga tingkatan, yaitu : 1) Efektivitas

Individu, hal ini didasarkan pada pandangan dari segi individu yang menekankan

pada hasil karya pekerja atau anggota dari organisasi; 2) Efektivitas kelompok,

yaitu adanya pandangan bahwa pada kenyataannya individu saling bekerja sama

dalam kelompok. Jadi efektivitas kelompok merupakan Jumlah kontribusi dari

semua anggota kelompoknya; 3) Efektivitas Organisasi, yaituterdiri dari

efektivitas individu dan kelompok. Melalui pengaruh sinergitas, organisasi akan

mampu memperoleh hasil yang lebih tinggi tingkatannya dari pada jumlah

hasiltiap-tiap bagiannya. Jadi efektivitas kinerja pegawai dapat dilihat dari

perbadingan target/rencana dengan hasil yang telah dicapai (realisasi). Dari

berbagai sumber dan studi literatur dapat diketahui bahwa banyak faktor yang

berpotensi mempengaruhi efektivitas kinerja pegawai, diantaranya adalah iklim

organisasi. Iklim organisasi berhubungan dengan pola perilaku berulang yang

ditunjukkan dalam lingkungan keseharian dari organisasi, sebagai pengalaman,

pemahaman, dan interpretasi individu dalam organisasi (Ekvall, 2010). Dari sini

dapat dipahami bahwa seorang pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya tidak

bisa lepas dari pengaruh pola perilaku berulang yang terdapat dalam organisasi

3

dimana mereka bekerja. Suatu misal jika dalam suatu organisasi terjadi pembiaran

tanpa ada sanksi bagi pegawai yang terlambat datang, maka hal ini akan

berdampak pada sikap pegawai pada umumnya. Karena lambat atau cepat

pegawai yang biasanya disiplin datang tepat waktu akan ikut-ikutan terlambat. Hal

ini jelas akan membawa konsekuensi kinerja pegawai cenderung rendah.

Jumlah penduduk Kota Makassar terus mengalami peningkatan setiap tahun.

Hal tersebut terlihat dari data yang dilansir Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil. Tahun 2015 jumlah pendudukKota Makassar berada diangka 1.653.386.

Angka tersebut mengalami penambahan sebesar 5.117 ditahun 2016 menjadi

1.658.503 jiwa. Sedang tahun 2017 angka ini kembali mengalami meningkatan

yang cukup signifikan sebesar 111.417. Sehingga, jumlah penduduk di Kota

Daeng hingga Maret 2017 mencapai 1.769.920. Hal ini ini disampaikan Kabid

pengelolaan data dan informasi Dispendukcapil Makassar, Chaidir kepada berita-

sulsel.com, Jumat (31/3/2017). Kata dia, bertambahnya jumlah penduduk di Kota

Makassar sejalan dengan perkembangan dibeberapa sektor, baik perekonomian,

penataan kota yang semakin membaik dari tahun ke tahun. Selain itu, jelas

Chaidir, tingginya peluang lapangan kerja bagi masyarakat diluar kota menjadi

penyebab utama bertambahnya jumlah penduduk Makassar.

Faktor lain yang berpotensi mempengaruhi efektivitas organisasi

adalahlingkungan kerja. Lingkungan kerja adalah segala hal yang terdapat di

lingkungan dimana pegawai melakukan aktivitasnya (Mardiana, 2014). Jadi bisa

dinyatakan bahwa lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap

pegawai dalam melaksanakan tugas pekerjaannya. Sehingga sangatlah wajar jika

4

kondisi lingkungan yang kondusif berpotensi mendorong pegawai untuk

meningkatkan kinerjanya, sebaliknya pada kondisi lingkungan yang tidak

kondusif akan berdampak pada penurunan kinerja pegawai.

Pembangunan daerah, hakekatnya adalah upaya untuk meningkatkan

kapasitas pemerintahan daerah sehingga tercipta suatu kemampuan yang handal

dan profesional dalam menjalankan pemerintahan serta memberikan pelayanan

prima kepada masyarakat. Pembangunan daerah juga berarti memampukan daerah

untuk mengelolah sumber daya ekonominya secara berdaya dan berhasil guna

untuk kemajuan daerah dan kesejahteraan masyarakat (Juli P.Saragih, 2010).

Menurut Juli P. Saragih, pembangunan daerah dilakukan dengan dua pendekatan,

yaitu dengan pendekatan sentralistis, dan kedua, pendekatan desentralisasi.

Pendekatan desentralisasi mengandung arti bahwa pembangunan daerah, sebagian

besar merupakan wewenang daerah dan dilaksanakan sendiri oleh daerah

(pemerintah daerah) secara otonom. Dengan diberlakukannya UU No.32 tahun 3

2004 tentang Pemerintahan Daerah, membuka jalan bagi daerah untuk

mengembangkan daerahnya masing-masing dengan berbagai strategi kebijakan.

Era Otonomi Daerah yang digulirkan oleh Pemerintah Pusat melalui

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah ternyata

mampu membawa efek yang besar terhadap perkembangan kehidupan masyarakat

di daerah. Dengan adanya sistem kewenangan yang kini bersifat desentralistis,

masing-masing daerah seolah dituntut untuk dapat mempertahankan eksistensi

rumah tangga mereka dengan berpondasi pada kemampuan dan kemauan mereka

sendiri. Kemampuan dalam artian menyangkut aspek sumber daya- sumber daya

5

yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Kemauan menyangkut seberapa keras

pimpinan daerah memiliki motivasi untuk melejitkan potensi-potensi daerahnya

yang mungkin saja “terpendam” selama ini.

Dapat dikatakan bahwa di era otonomi daerah ini peran Kepala Daerah

sangat menentukan seberapa pesat kemajuan suatu daerah seperti halnya dalam

penataan tata ruang Kota Makassar Seperti yang kita ketahui bersama bahwa Kota

Makassar sebagai kota metropolitan seperti sekarang ini memiliki kemajuan

yangbegitu pesat. Kemajaun tersebut seiring dengan banyaknya investor-investor

yang masuk di kota ini. Pemerintah Kota Makassar tentu tidak tinggal diam dalam

menanggapi kemajuan yang terjadi sekarang ini. Dalam mengganggapi hal

tersebut Pemerintah Kota Makkassar giat malakukan perbaikan-perbaikan baik

dalam bentuk fisik maupun non fisik, salah satunya ialah perbaikan dalam sektor

pelayanan publik khususnya dipelayanan perizinan salah satunya adalah

pelayanan Izin Mendirkan Bangunan (IMB), dimana Dinas PTSP kota Makassar

yang berperan aktif dalam penataan Ruang kota diukur dalam efektivitas kinerja

yang mampu mencapai hasil maksimal sesuai dengan tujuan dan sasaran kerja

yang ditetapkan dimana Dinas PTSP kota Makassar membantu walikota

melaksanakan urusan pemerintahan bidang penataan ruang yang menjadi

kewenangan Dinas atau instansi tersebut.Namun dari segi peraturan atau

pelayanan yang di berikan pemerintah kota Makassar dalam hal ini Dinas PTSP

Kota Makassar masih banyak di temukan kasus-kasus seperti pelanggaran

bangunan Kota seperti ditemukannya beberapa bangunan yang tidak memiliki Izin

Mendirikan Bangunan (IMB), padahal diketahui IMB sangat diperlukan agar

6

terhindar dari razia-razia. Maka dari itu kita dapat menilai efektivitas kinerja

Dinas DPMPTSP Kota Makassar

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diatas, maka judul

penelitian ini adalah “Efektivitas pelayanan pemberian izin mendirikan

bangunan di kantor pelayanan perizinan terpadu satu pintu (DPMPTSP)

kota Makassar.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, rumusan masalah

pada penelitian ini adalah:

Bagaimana Efektivitas pelayanan pemberian izin mendirikan bangunan di

kantor pelayanan perizinan terpadu satu pintu (DPMPTSP) kota Makassar?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dari rumusan masalah yang telah dipaparkan

diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui Efektivitas pelayanan pemberian izin mendirikan

bangunan di kantor pelayanan perizinan terpadu satu pintu (DPMPTSP) kota

Makassar.

7

B. Manfaat Penelitian

1.Manfaat Teoritis

Pebelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah wawasan dan

pemahaman serta menjadi aplikasi ilmu pengetahuan yang telah didapatkan

selama perkuliahan.

2.Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak-pihak

yang mempunyai perhatian dalam

pembangunan dan perkembangannya, bagi instansi DMPPTSP diharapkan

dapat memberikan sumbangan saran dalam pengembangan pembangunan di Kota

Makassar.

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penilitian Terdahulu

1.)WAHYUNI, VITA and Loesida, Roeliana and Nursanty, Nursanty (2016),

Jurnal ini berjudul Efektivitas Pelayanan Pemberian Izin Mendirikan Bangunan

(IMB) Di Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Lebong yang bertujuan untuk

mengetahui, mendeskripsikan, dan menganalisis tentang efektivitas pelayanan

pemberian izin mendirikan bangunan (IMB) di Kantor Pelayanan Perizinan

Kabupaten Lebong. Aspek penelitian ini berdasarkan teori Sondang P. Siagian

Tentang kriteria mengukur efektivitas pelayanan yang meliputi ukuran waktu,

ukuran harga, ukuran nilai-nilai sosial budaya dan ukuran ketelitian. Teknik

pengumpulan data yang digunakan antara lain wawancara, observasi dan

dokumentasi. Sasaran penelitian ini terdiri dari 3 orang pegawai Kantor Pelayanan

Terpadu dan 10 orang masyarakat yang sedang mengurus IMB dengan

menggunakan teknik sampling insidental, penelitian ini dilakukan selama 3

minggu, untuk teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan

disajikan dalam kalimat maupun dalam bentuk angka dan tabel.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa kriteria mengukur

efektivitas pelayanan yaitu ukuran waktu, ukuran harga, dan ukuran ketelitian

masyarakat merasa bahwa pelayanan yang diberikan sudah efektif. Hal ini

menunjukkan bahwa pelayanan yang diberikan sudah sesuai dengan kriteria

8

9

mengukur efektivitas pelayanan sehingga terciptanya pelayanan yang efektif

dalam pelayanan pembuatan izin mendirikan bangunan yang diberikan kepada

masyarakat. Sedangkan untuk ukuran nilai-nilai sosial budaya masyarakat merasa

bahwa pelayanan yang diberikan belum efektif. Hal ini menunjukkan bahwa

pelayanan yang diberikan belum sesuai dengan kriteria mengukur efektivitas

pelayanan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa efektivitas

pelayanan pemberian izin mendirikan bangunan (IMB) di Kantor Pelayanan

Terpadu Kabupaten Lebong sudah berjalan efektif namun masih perlu

ditingkatkan lagi. Karena pelayanan yang baik sangat berpengaruh terhadap nama

baik instansi tersebut. Kata kunci: Efektivitas Pelayanan, Izin Mendirikan

Bangunan, Kantor Pelayanan Terpadu.

2.)Jurnal efektivitas Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Dalam

Sektor Industri Pariwisata Di Kota Batu (Studi pada Kantor Pelayanan Perizinan

Terpadu Kota Batu) Irsa Yonanda, Mochammad Makmur, Romula Adiono

Jurusan Administrasi Publik, FIA, Universitas Brawijaya,Malang Email: -

Pemerintah dalam rangka mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih, dan

berwibawa diharapkan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dan

kompleks. Pemerintah memiliki badan wewenang untuk mengatur kehidupan

warga negaranya dan juga memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan yang

maksimal pada masyarakat. Pelayanan terhadap masyarakat selama ini

diupayakan oleh pemerintah selaku penyelenggara administrasi Negara melalui

Proses perizinan telah dipermudah melalui program Pelayanan Perizinan Terpadu

10

Satu Pintu (PPTSP) yang mana dalam proses awal hingga akhir perizinan

dilakukan di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Batu.

Perizinan pembangunan ini sangat berkaitan dengan Izin Mendirikan Bangunan

(IMB) yang belakangan ini menjadi sorotan beberapa pihak mengenai kemudahan

mendirikan bangunan industri pariwisata di Kota Batu. Metode penelitian ini

adalah kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa penyelenggaraan pelayanan IMB sektor industri pariwisata yang dilakukan

di KPPT sudah efektif dan memuaskan pemohon IMB yang dinilai dari mutu

pekerjaan, ketetapan waktu atau volume pekerja, pengetahuan dan inisiatif

pegawai, serta sikap kerja yang telah diberikan dalam proses pelayanan IMB.

Namun standar minimal yang ditetapkan dalam IMB sektor industri pariwisata

masih kurang jelas. Karena di dalamnya KPPT dinilai kurang mandiri dalam

memberikan pertimbangan dan keputusan.

3.) Siska Dwi Sutantri S1 Ilmu Administrasi Publik, FIS, UNESA

([email protected]), Jurnal: Efektivitas pelayanan pemberian surat izin

mendirikan bangunan di badan pelayanan perijinan terpadu kabupaten

sidoarjo Pada dasarnya pelayanan publik dapat diartikan pemberian layanan

(melayani) keperluan perorangan maupun masyarakat yang mempunyai

kepentingan sesuai dengan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.

Kecenderungan yang terjadi di lapangan para petugas pemberi pelayanan masih

memposisiskan masyarakat sebagai pihak yang “melayani” bukan yang dilayani.

Permasalahan ini yang menimbulkan dampak buruk terhadap perkembangan

kualitas pelayanan publik. Salah satu instansi pemerintah yang menyediakan

11

pelayanan perijinan adalah Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT)

Kabupaten Sidoarjo. Instansi ini yang berkewajiban melayani segala

kepengurusan ijin di Kabupaten Sidoarjo. Berdasarkan data yang diperoleh

dengan adanya pengurusan Izin Mendirikan Bangunan ini Pemerintah kabupaten

Sidoarjo mendapatkan pemasukan yang setiap tahunya bertambah. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis Efektivitas Pelayanan Pemberian

Izin Mendirikan Bangunan di Badan Pelayanan Perijinan terpadu (BPPT)

Kabupaten Sidoarjo.

Pengukuran Efektifitas Pelayanan Pemberian Izin Mendirikan Bangunan ini

menggunakan enam indikator dari keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara No. 63 Tahun 2003 , yaitu prosedur pelayanan, waktu penyelesaian, biaya

pelayanan, produk pelayanan, sarana dan prasarana dan kompetensi petugas

pemberi pealyanan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Simple

Random Sampling dengan menggunakan rumus slovin. Penelitian ini mengambil

sampel sebanyak 90 dari jumlah populasi 701 pemohon yang datang ke kantor

BPPT Kabupaten Sidoarjo. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

observasi, kuesioner, dokumentasi, dan studi kepustakaan. Teknik analisis data

kuantitatif menggunakan analisis statistik dan anlisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas pelayanan pemberian Izin

Mendirikan Bangunan di BPPT Kabupaten Sidoarjo dapat dikatakan sudah cukup

efektif. Dari pengujian validitas, reliabilitas, dan analisis statistik-deskriptif

12

dihsilkan bahwa penilaian setiap sub variabel sebagian besar mendapatkan

prosentase antara 41% - 60% dimana prosentase tersebut digolongkan dalam

kategori cukup efektif. Dari 28 sub variabel yang tercantum dalam kuesioner

penelitian terdapat 15 sub variabel yang tergolong kategori cukup efektif dan 13

sub variabel tergolong dalam kategori efektif. Saran yang diberikan peneliti dari

hasil penelitian ini meliputi, Memperbaiki proses pelayanan agar tepat dan sesuai

dengan proses yang telah ditentukan, melihat masih banyak pemohon yang belum

jelas terlkait ketepatan proses pelayanan, Memperbaiki kejelasan prosedur proses

pelayanan. Dimana masih banyak pemohon yang bingung dengan alur proses

pelayanan.

B. Pengertian Konsep dan Teori

1. Konsep Manajemen Kinerja

Pada dasarnya manajemen kinerja merupakan rangkaian kegiatan yang

dimulai dari perencanaan kinerja, pemantauan / peninjauan kinerja, penilaian

kinerja dan tindak lanjut berupa pemberian penghargaan dan hukuman. Rangkaian

kegiatan tersebut haruslah dijalankan secara berkelanjutan.

Menurut Dessler (2011) manajemen kinerja adalah proses mengonsolidasi

penetapan tujuan, penilaian, dan pengembangan kinerja ke dalam satu sistem

tunggal bersama, yang bertujuan memastikan kinerja karyawan mendukung tujuan

strategis perushaan. Baird (2011) manajemen kinerja adala suatu proses kerja dari

kumpulan orang-orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dimana

proses kerja ini berlangsung secara berkelanjutan dan terus-menerus.

13

Costello (2010) mengatakan manajemen kinerja merupakan dasar dan

kekuatan pendorong yang berada dibelakang semua keputusan organisasi, usaha

kerja dan alokasi sumber daya. Sedangkan Udekusuma (2013) mengatakan

manajemen kinerja merupakan suatu proses manajemen yang dirancang untuk

menghubungkan tujuan organisasi dengan tujuan individu sedemikian rupa,

sehingga baik tujuan individu maupun tujuan persuahaan dapat bertemu.

Pencapaian individu sekaligus pencapaian perushaan merupakan tujuan dari

manajemen kinerja yang seharusnya berjalan seksama dan saling berkaitan erat.

Menurut Direktorat Jenderal Anggara (2015) manajemen kinerja adalah

suatu proses strategis dan terpadu yang menunjang keberhasilan organisasimelalui

pengembangan performansi aspek-aspek yang menunjang keberadaan organisasi.

Dari semua penjelasan para ahli diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa

manajemen kinerja merupakan proses kerja yang mengacu pada kinerja sumber

daya sehingga dapat menciptakan visi dan tujuan organisasi secara bersama-sama.

2. Konsep Efektivitas Kinerja

a. Definisi Efektivitas Kinerja

Efektivitas (efectiveness) secara umum dapat diartikan “melakukan sesuatu

yang tepat” (Stoner, 2013). Menurut Yukl (2015) efektivitas diartikan berkaitan

dengan tepat tidaknya pemilihan sesuatu sehingga mampu mencapai sasaran yang

diinginkan. Istilah efektivitas sering digunakan dalam lingkungan organisasi atau

perusahaan yakni untuk menggambarkan tepat tidaknya sasaran yang dipilih

perusahaan tersebut. Efektivitas tersebut dapat dilihat dari manfaat atau

keuntungan dari sesuatu yang dipilih untuk kepentingan organisasi atau

perusahaan.

14

Efektivitas juga sering digunakan untuk mengukur keberhasilan yang

dicapai oleh organisasi atau perusahaan terkait dengan program-progam yang

direncanakan. Pengelolaan sebuah organisasi atau perusahaan dikatakan berhasil

apabila sasaran atau tujuan yang ditetapkan mampu dilaksanakan dan memberikan

kegunaan bagi perusahaan tersebut. Ukuran dari efektivitas dapat dinilai dengan

cara membandingkan pencapaian tujuan dari suatu aktivitas yang dilakukan dan

bukan mengenai biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan aktivitas tersebut

(Danim, 2011).

Istilah efektivitas dalam ruang lingkup organisasi atau perusahaan biasanya

dikaitkan dengan pelaksanaan program yang ditetapkan atau kegiatan-kegiatan

yang dilakukan perusahaan untuk memajukan dan mengembangkan organisasi

atau perusahaan tersebut. Untuk melaksanakan program atau kegiatan ini harus

didukung dengan sumber daya manusia yang memadai yakni kemampuan,

keahlian, dan keterampilan. Efektif tidaknya suatu program yang dilaksanakan

dinilai dari kemampuan sumber daya manusia yang menjalankannya

dibandingkan dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan.

Penilaian semacam ini bertujuan untuk mengukur kinerja sumber daya

manusia. Kinerja sumber daya manusia dikatakan baik apabila hasil yang

diperoleh sesuai dengan yang ditetapkan. Itu berarti sumber daya manusia telah

mampu menjalankan program atau aktivitas yang tepat dan dapat dikatakan

kinerjanya sudah efektif (Soeprihanto, 2010).

Sebaliknya, buruknya kinerja sumber daya manusia ditunjukkan dengan

ketidakmampuannya melaksanakan suatu program sesuai dengan yang telah

15

ditetapkan. Hal itu menggambarkan kinerja yang kurang efektif karena tidak

mampu melakukan sesuatu berdasarkan kriteria yang diinginkan.

Pendapat lain dikemukakan Robbins (2015) yang mengatakan efektivitas

berkaitan dengan kemampuan untuk memilih atau melakukan sesuatu yang paling

sesuai atau tepat dan mampu memberikan manfaat secara langsung. Ukuran

penilaian yang digunakan adalah tepat tidaknya organisasi atau perusahaan

menjalankan segala sesuatu misalnya pelaksanaan program atau aktivitas.

Efektivitas kinerja diartikan sebagai suatu kemampuan untuk memilih

sasaran yang tepat sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dari awal.

Pendapat ini didukung Danim (2011) yang mengatakan efektivitas kinerja

kelompok, berkaitan dengan kemampuan anggota-anggota untuk memilih atau

melakukan sesuatu yang tepat demi kepentingan bersama.

Efektivitas kinerja akan meningkat apabila seseorang memiliki

keterampilan dan keahlian yang sesuai dengan tuntutan kerja. Efektivitas kinerja

individu dapat diukur dari keterampilan kerja, peningkatan prestasi, kemampuan

untuk beradaptasi, dan mampu menghadapi perubahan (Bass dan Daft, 2010).

Timpe (2010) mengungkapkan kinerja yang baik dari individu akan

menggambarkan kinerja organisasi, kinerja individu sangat mempengaruhi kinerja

organisasi atau perusahaan. Kinerja organisasi menjadi buruk apabila individu

berkemampuan rendah dan upaya pengembangan keterampilan dan keahliannya

juga rendah. Sebaliknya, kinerja yang baik dari seseorang akan mampu

meningkatkan kinerja organisasi atau perusahaan.

16

Soeprihanto (2010) mengatakan efektivitas kinerja berkaitan erat dengan

prestasi kerja seseorang. Efektivitas kinerja dan prestasi tidak hanya dinilai dari

hasil secara fisik tetapi juga mencakup pelaksanaan kerja secara keseluruhan yang

meliputi kemampuan kerja, hubungan kerja, disiplin kerja, prakarsa dan

kepemimpinan. Kemampuan individu untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan

tujuan dan sasaran yang ditetapkan merupakan salah satu indikator kinerja yang

efektif dan prestasi yang tinggi. Perencanaan efektivitas kinerja dan prestasi

didahului dengan perencanaan cara mencapainya dan menetapkan tujuan yang

akan dicapai. Fungsi pengorganisasian menjelaskan tanggung jawab dan

wewenang individu dalam organisasi sedangkan fungsi pengarahan menjelaskan

panduan pencapaian hasil dalam bentuk interaksi yang lebih berorientasi pada

psikologi individu dalam organisasi. Sementara fungsi pengendalian menjelaskan

kemampuan individu untuk menjamin konsistensi hasil aktual dengan yang telah

direncanakan.

Gibson (2011) menambahkan kemampuan mengelola individu dalam

organisasi secara efektif merupakan kunci peningkatan efektivitas kinerja.

Pendapat lain dikemukakan Kuswadi (2010) yang mengatakan efektivitas kinerja

merupakan kesesuaian antara kompetensi individu dengan persyaratan kerja atau

kebutuhan tugas yang diharapkan organisasi (competencies and job demands).

Keterbatasan kompetensi individu dapat menghambat pelaksanaan pekerjaan atau

tugas-tugas seseorang. Ketidakmampuan seseorang mencapai sasaran atau tujuan

yang ditetapkan mencerminkan kinerja individu yang kurang baik.

17

Dari definisi-definisi tersebut, maka efektivitas kinerja dapat dijelaskan

sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu yang tepat didasarkan pada tujuan

yang telah ditetapkan atau direncanakan. Pelaksanaan suatu program sesuai

dengan tujuan yang direncanakan menunjukkan efektivitas program tersebut dapat

terlaksana dengan baik. Sebaliknya, ketidaksesuaian pelaksanaan program dengan

tujuan yang ditetapkan memperlihatkan program yang dilaksanakan belum efektif.

b. Aspek-Aspek Efektivitas Kinerja

Adapun aspek-aspek yang dinilai berkaitan dengan efektivitas kinerja

individu dalam sebuah organisasi atau perusahaan menurut Daft (2010) adalah

meliputi sebagai berikut :

1) Keterampilan Kerja

Keterampilan menunjukkan kemampuan dan keahlian karyawan yang

mendukung pelaksanaan tugas. Keterampilan merupakan bekal karyawan dalam

menjalankan pekerjaannya. Ketrampilan karyawan mencakup kemampuan,

pengetahuan, kecakapan interpersonal, dan kecakapan teknis.

Keterampilan dapat dipelajari secara formal atau dengan cara belajar sendiri

tergantung dengan kebutuhan. Seorang karyawan yang memiliki keterampilan

rendah akan mengalami banyak hambatan dalam menjalankan pekerjaannya

sehingga kinerjanya menjadi kurang efektif. Sebaliknya, karyawan yang memiliki

keterampilan tinggi akan mampu menjalankan pekerjaannya dengan baik sehingga

kinerjanya dapat dinilai efektif. Keterampilan kerja dapat dilihat dari cara

seseorang untuk menangani sebuah pekerjaan. Setiap pekerjaan membutuhkan

keterampilan yang memadai sehingga seseorang tidak akan mengalami kesulitan

18

dalam menyelesaikannya. Keterampilan yang memadai akan dapat meningkatkan

kinerja seseorang karena tingkat kesalahan-kesalahan seseorang dalam

menjalankan pekerjaan yang ditangani akan semakin rendah.

19

2) Peningkatan Perestasi Kerja

Prestasi kerja merupakan salah satu tolak ukur yang dapat digunakan untuk

menilai kinerja seseorang ataupun organisasi. Prestasi kerja individu menyangkut

kemampuan ataupun keberhasilan seseorang menjalankan pekerjaannya sesuai

dengan yang diharapkan atau bahkan melebihi baik darisegi kualitas maupun

kuantitas.

Hasil kerja seseorang yang semakin baik mencerminkan prestasi kerja yang

semakin tinggi dan hal itu menggambarkan suatu kinerja yang efektif. Sebaliknya,

hasil kerja yang buruk mencerminkan prestasi kerja rendah dan menggambarkan

kinerja yang kurang efektif. Peningkatan prestasi kerja merupakan salah satu

ukuran untuk menilai efektif tidaknya kinerja seseorang.

3) Kemampuan Berkompetisi

Dalam dunia kerja, kompetisi merupakan salah satu hal yang penting.

Kompetisi yang dimaksud dilakukan secara positif misalnya bekerja lebih baik

dari orang lain. Kompetisi semacam ini sifatnya positif dan tidak merugikan pihak

lain. Setiap orang diharapkan mampu berkompetisi secara sehat karena akan dapat

memotivasi setiap karyawan untuk memberikan hasil yang terbaik. Karyawan

yang mampu berkompetisi selalu berusaha untuk meningkatkan hasil kerjaannya

dari waktu ke waktu. Kemampuan berkompetisi ini dapat dilihat dari sikap kerja

pantang menyerah, aktif, berani menjalankan tugastugas baru.

4) Daya Tahan Terhadap Perubahan

Lingkungan kerja umumnya sering mengalami perubahan misalnya faktor

cuaca, iklim, suhu udara. Sehubungan dengan itu, seorang karyawan diharapkan

20

memiliki daya tahan terhadap perubahan tersebut. Untuk mampu terhadap

perubahan, setiap karyawan harus memiliki kekuatan fisik. Karyawan yang

memiliki daya tahan terhadap perubahan tidak akan mengganggu pekerjaannya

sehingga kinerjanya menjadi efektif. Sebaliknya, seseorang yang tidak memiliki

daya tahan terhadap perubahan akan mengalami kesulitan untuk menjalankan

pekerjaannya sehingga kinerjanya menjadi kurang efektif.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Kinerja

Efektivitas kinerja dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Danim (2011)

efektivitas kinerja dipengaruhi oleh interaksi antar-sesama yang mencakup hal-hal

berikut :

1) Gaya kepemimpinan, dapat mempengaruhi efektivitas kinerja di antaranya:

otoriter, demokratis, pseudo demokratis, situasional, paternalistis, orientasi

pemusatan, dan lain-lain.

2) Ketergantungan, dapat mempengaruhi efektivitas kinerja misalnya:

ketergantungan penuh, ketergantungan sebagian, ketergantungan situasional,

dan tidak ada ketergantungan.

3) Hubungan persahabatan dapat mempengaruhi efektivitas kinerja misalnya:

kaku, longgar, situasional, berpusat pada seseorang, danberpusat secara

kombinasi.

4) Kultur dapat mempengaruhi efektivitas kinerja seperti: menghambat dan

menunjang.

5) Kemampuan dasar setiap orang untuk berinteraksi misalnya ada yang cepat dan

ada yang lambat, situasional, dan tidak berinteraksi sama sekali.

21

6) Sistem nilai dapat mempengaruhi efektivitas nilai misalnya: terbuka, tertutup,

dan prasangka.

d. Ukuran Efektivitas Kinerja

Menurut Gibson dalam bukunya Organisasi. Prilaku, struktur dan proses

efektivitas juga merupakan pengukuran dalam arti tercapainya sasaran dan tujuan

yang telah ditentukan sebelumnya merupakan sebuah pengukuran dimana suatu

target telah tercapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Adapun ukuran

efektivitas secara umum menurut Gibson (2011) dapat dilihat dari beberapa

kriteria berikut :

1) Proses adalah kemampuan untuk memproduksi jumlah dan mutu output sesuai

dengan permintaan lingkungan.

2) Efisiensi adalah perbandingan ratio antara output dengan input.

3) Kepuasan adalah ukuran untuk menunjukkan tingkat dimana organisasi dapat

memenuhi kebutuhan masyarakat.

4) Keunggulan adalah tingkat dimana organisasi benar-benar tanggap terhadap

perubahan internal dan eksternal.

5) Pengembangan adalah mengukur kemampuan untuk meningkatkan kapasitas

organisasi dalam menghadapi tuntutan masyarakat.

Untuk mengukur efektivitas menurut Richard M. Steers (2010)

mengemukakan 5 kriteria yaitu :

1) Kemampuan menyesuaikan diri

2) Produktivitas

3) Kepuasan kerja

22

4) Kemampuan berlaba

5) Pencarian sumber daya

Lebih lanjut Steers (2010) mengatakan bahwa untuk menilai efektivitas

mencakup 3 sudut pandang yaitu :

1) optimasi tujuan yang akan dicapai yaitu bila beberapa bagian dari tujuan itu

mendapat perhatian dan alokasi sumber dana dan daya yang lebih besar.

2) interaksi antara organisasi dengan keadaan sekeliling. Dalam perspektif ini

lebih menekankan pentingnya arti interaksi organisasi dengan lingkungan.

Bagaimana memusatkan perhatian pada hubungan antara komponen-komponen

baik yang ada didalam organisasi maupun diluar organisasi.

3) penekanan pada aspek perilaku yang lebih memusatkan perhatian pada

pentingnya peranan perilaku manusia dalam proses pencapai tujuan organisasi

dan dalam efektivtias suatu organisasi. Menganalisis tingkahlaku dan peran

individu terhadap organisasinya, yang pada akhirnya yang menjadi penyebab

atau yang menghalangi tercapainya tujuan organisasi.

3. Tinjauan Penataan Ruang Bangunan Kota Makassar

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa Kota Makassar sebagai kota

metropolitan seperti sekarang ini memiliki kemajuan yangbegitu pesat. Kemajaun

tersebut seiring dengan banyaknya investor-investor yang masuk di kota ini.

Pemerintah Kota Makassar tentu tidak tinggal diam dalam menanggapi kemajuan

yang terjadi sekarang ini. Dalam mengganggapi hal tersebut Pemerintah Kota

Makkassar giat malakukan perbaikan-perbaikan baik dalam bentuk fisik maupun

non fisik, salah satunya ialah perbaikan dalam sektor pelayanan publik khususnya

23

dipelayanan perizinan salah satunya adalah pelayanan Izin Mendirikan Bangunan

(IMB).

Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan wujud struktural dan pola

pemanfaatan ruang. Yang dimaksud dengan wujud structural pemanfaatan ruang

adalah susunan unsur-unsur pembentuk lingkungan sosial dan lingkungan buatan

yang secara struktural berhubungan satu dengan lainnya membentuk tata ruang;

diantaranya meliputi pusat pelayanan seperti pusat kota, lingkungan; prasarana

jalan seperti jalan arteri, kolektor, lokal dan sebagainya. Sementara pola

pemanfaatan ruang adalah bentuk pemanfaatan ruang yang menggambarkan

ukuran fungsi, serta karakter kegiatan manusia dan atau kegiatan alam;

diantaranya meliputi pola lokasi, sebaran permukiman, tempat kerja, industri, dan

pertanian, serta pola penggunaan tanah perdesaan dan perkotaan.

Pengaturan dan pemanfaatan ruang merupakan salah satu kewenangan dari

pemerintah, mulai tingkat pusat sampai tingkat daerah. Proses pengaturan dan

pemanfaatan ruang ini dilaksanakan secara bersama-sama, terpadu dan

menyeluruh,dalam upaya mencapai tujuan pembangunan,sesuai amanah Undang-

Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pada Bab II Pasal 2 yang

menyatakan bahwa penataan ruang diselenggarakan berdasarkan asas:

1) Keterpaduan,

2) Keserasian, keselarasan, dan kesinambungan,

3) Keberlanjutan.

4) Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan,

24

5) Keterbukaan,

6) Kebersamaan dan kemitraan,

7) Perlindungan kepentingan umum.

8) Kepastian hukum dan keadilan.

9) Akuntabilitas.

Menurut Daud Silalahi, yang mengemukakan bahwa“Rencana tata ruang

wilayah merupakan suatu pengertian yang secara eksplisit tersirat cakupan yang

luas mengandung arti bahwa:

1) Seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah air dari seluruh rakyat

Indonesia yang bersatu sebagai bangsa Indonesia.

2) Seluruh bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaanalam yang terkandung

didalamnya sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa merupakan kekayaan

nasional

3) Hubungan antara bangsa Indonesia dan bumi, air serta ruang angkasa termasuk

bagian hubungan yang bersifat abadi.

4) Dalam pengertian bumi, selain permukaan bumi termasuk pula tubuh bumi

dibawahnya serta yang berada dibawah air.

5) Dalam pengertian air termasuk baik perairan pedalaman maupun laut wilayah

Indonesia.

6) Yang dimaksud dengan ruang angkasa ialah ruang di atas bumi dan air adalah

yang berada didalam bumi.

25

Keenam poin tersebut di atas secara tersirat mengandung pemaknaan

terhadap ruang suatu wilayah yang perlu ditata khususnya yang berkaitan dengan

bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan yang terdapat dalam suatu wilayah.

Dalam Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah berdasarkan konsideran, memberikan pengertian bahwa:

“Rencana tata ruang wilayah adalah suatu tindakan dalam mengelola dan

menata suatu ruangan berdasarkan pemanfaatan pengelolaan sumber daya alam

yang beraneka ragam di dataran, di lautan dan di udara, yang perlu dilakukan

secara terkoordinasi dan terpadu dalam pola pembangunan berkelanjutan dengan

mengembangkan tata ruang dalam satu kesatuan tata lingkungan yang dinamis

serta tetap terpeliharanya kelestarian kemampuan lingkungan hidup sesuai dengan

pembangunan berwawasan lingkungan, yang menjadikan rencana tata ruang

wilayah menjadi penting dan utama, sehingga diberikan adanya pengertian yang

dapat dibedakan menurut peraturan daerah pengertian ruang, tata ruang, rencana

tata ruang wilayah, rencana tata ruang dan wilayah. Penjelasan uraian tersebut di

atas maka dapat dibedakan pengertian yang memberikan keutuhan atas pengertian

rencana tata ruang wilayah yang dikemukakan oleh Sadli Samad sebagai berikut:

1) Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan makhluk

lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan

hidupnya;

2) tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang baik

direncanakan maupun tidak;

26

3) rencana tata ruang wilayah adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan

ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang,

4) rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang, dan

5) wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap

unsur terkait padanya ruang batas dan sistem ditentukan berdasarkan aspek

administrasi dan atau aspek fungsional.

Sugianto juga menyatakan bahwa pengertian perencanaan rencana tata ruang

wilayah mencakup:“Perencanaan struktur dan pola pemanfaatan ruang, yang

meliputi tata guna tanah, tata guna udara dan ruang angkasa dan tata guna sumber

daya alam lainnya yang disesuaikan dengan fungsi pertahanan keamanan

subsistem perencanaan tata ruang, tata cara penyusunannya dengan peraturan

perundang-undangan yang mengatur bentuk-bentuk perencanaan rencana tata

ruang wilayah.

Tinjauan rencana tata ruang wilayah yang terencana sangat komperatif

dengan pemanfaatan ruang yang dikembangkan. Menurut Sugianto pemanfaatan

ruang memberikan eksis pemaknaan mengenai:

1) pola pengelolaan tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara dan tata guna

sumber lainnya sesuai dengan asas rencana tata ruang wilayah.

2) segala ketentuan mengenai pola pengelolaan tata guna, tata guna air, tata guna

udara dan tata guna lainnya harus diatur oleh negara dan direalisasikan sesuai

dengan peraturan pemerintah.

Menurut Tarmidzi, bahwa berbagai bentuk perencanaan tata ruang wilayah

dalam suatu daerah, maka perlu ditetapkan adanya peraturan pemerintah. Bentuk

27

kongkrit dari peraturan pemerintah yang dimaksud dari Peraturan Daerah Dalam

pelaksanaan pembuatan bangunan telah di ataur dalam PERDA (Peraturan

Daerah) Kota Makassar No. 15 Tahun 2004 tentang Tata Bangunan, di dalam

peraturan tersebut telah di tetapkan berbagai macam aturan mengenai penataan

ruang tata bangunan kota makassar. Pada dasarnya izin merupakan suatu

ketetapan pejabat tata usaha negara yang berwenang, yang isi atau substansinya

memiliki sifat, sebagai berikut :

1) Izin bersifat terikat

2) Izin bersifat bebas

3) Izin yang bersifat pribadi

4) Izin yang bersifat kebendaan

5) Izin yang besifat menguntungkan

6) Izin bersifat memberatkan

7) Izin berlangsung lama

8) Izin yang segera berakhir

Secara yuridis, pengertian izin dan perizinan tertuang dalam pasal 1 angka 8

dan 9 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pedoman

Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.Di dalam pasal 1 angka 8,

dijelaskan bahwa izin adalah dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah

berdasarkan peraturan daerah atau peraturan lainnya yang merupakan bukti

legalitas menyatakan sah atau diperbolehkannya seseorang atau badan untuk

melakukan usaha atau kegiatan tertentu.Kemudian di dalam pasal 1 angka 9

28

ditegaskan bahwa perizinan adalah pemberian legalitas kepada seseorang atau

pelaku usaha/kegiatan tertentu, baik dalam bentuk izin maupun tanda daftar usaha.

a. Unsur-Unsur Perizinan

Berdasarkan beberap asifat izin tersebut,maka dapat dilihat beberapa unsur

dalam perizinan, antara lain sebagai berikut:

1) Instrumen Yuridis

Salah satu prinsip negara hukum ialah pemerintahan berdasarkan peraturan

perundang-undangan. Dengan kata lain, setiap tindakan hukum pemerintah harus

didasarkan pada wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan.

Tugas dan kewenangan pemerintah tidak hanya sekedar menjaga ketertiban dan

keamanan tetapi juga untuk mengupayakan kesejahteraan umum.Dalam

melaksanakan tugasnya, pemerintah diberi kewenangan dalam fungsi

pengaturan.Dari fungsi tersebut, muncul beberapa instrument yuridis untuk

menghadapi bebarapa perisitiwa yang bersifat individual dan konkret yaitu dalam

bentuk ketetapan. Berdasarkan sifatnya, individual dan konkret, ketetapan ini

merupakan ujung tombak dari instrumen hukum dalam penyelenggaraan

pemerintahan, atau sebagai norma penutup dalam rangkaian norma hukum. Salah

satu wujud dari ketetapan tersebut adalah izin.

2) Peraturan Perundang-undangan

Pembuatan dan penerbitan ketetapan izin merupakan sutu tindakan hukum

pemerintahan. Oleh karena itu, sebagai tindakan hukum, seharusnya ada

wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan, karena suatu

tindakan hukum tidak dapat dikatakan sah jika tanpa adanya dasar wewenang

29

3) Organ Pemerintah

Organ pemerintah adalah bagian dari lembaga yang menjalankan urusan

pemerintahan baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah. Menurut Sjahran

Basah, dari penelusuran berbagai ketentuan penyelenggaraan pemerintahan dapat

diketahui bahwa mulai dari administrasi negara tertinggi (Presiden) sampai

dengan administrasi negara terendah (lurah) berwenang memberikan izin. Antara

pemerintah dan masyarakat terjalin suatu hubungan timbal balik, yaitu pada satu

sisi masyarakat berpengaruh pada pemerintah dalam menjalankan tugasnya, dari

sisi lain pemerintah memberikan pengaruh tertentu pada masyarakat melalui

tugasnya.

4) Peristiwa Konkret

Disebutkan bahwa izin merupakan instrumen yuridis yang berbentuk

ketetapan, yang digunakan oleh pemerintah dalam menghadapi peristiwa konkret

dan individual. Peristiwa konkret artinya peristiwa yang terjadi pada waktu

tertentu, orang tertentu, tempat tertentu, dan fakta hukum tertentu.

5) Prosedur dan Persyaratan

Pada umumnya permohonan izin harus menempuh prosedur tertentu yang

ditentukan oleh pemerintah, selaku pemberi izin.Pemohon izin juga harus

memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang ditentukan secara sepihak oleh

pemerintah atau pemberi izin.Prosedur dan persyaratan perizinan itu berbeda-beda

tergantung dari jenis izin, tujuan izin, dan instansi pemberi izin.

30

b. Fungsi dan Tujuan Pemberian Izin

Didalam ketentuan perizinan, izinmemiliki fungsi sebagai penertib dan

pengatur. Dimaksudkan sebagai fungsi penertib yaitu agar setiap izin tidak

bertentangan satu sama lain, sehingga ketertiban dalam setiap segi kehidupan

masyarakat dapat terwujud. Sebagai fungsi pengatur dimaksudkan agar setiap

perizinan yang ada dapat dilaksanakan sesuai dengan peruntukkannya, sehingga

tidak terdapat penyalahgunaan izin. Dalam hal Izin Mendirikan Bangunan, fungsi

dari izin bangunan dijelaskan dalam beberapa hal sebagai berikut:

1) Segi Teknis Perkotaan

Pemberian izin mendirikan bangunan memiliki arti penting bagi pemerintah

daerah untuk mengatur, menetapkan dan merencanakan setiap pembangunan

sesuai dengan potensial dan prioritas kota, serta untuk mendapatkan pola

pembangunan kota yang terencana dan terkontrol.

2) Segi Kepastian Hukum

Izin mendirikan bangunan sebagai pengawas dan pengendali bagi

pemerintah dalam hal pembangunan. Bagi masyarakat, pentingnya izin

mendirikan bangunan ini adalah untuk mendapat kepastian hukum terhadap hak

bangunan yang dilakukan, sehingga dapat menjamin tidak adanya gangguan atau

hal-hal yang dapat merugikan pihak lain dan memungkinkan untuk mendapatkan

keamanan dan ketentraman dalam pelaksanaan usaha atau pekerjaan.

Disamping itu, Izin dapat pula difungsikan sebagai instrument pengendali

untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang telah

31

diamanatkan pada alinea keempat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, maka

penataan dan pengaturan izin sudah seharusnya dilakukan dengan sebaik-baiknya.

Sehingga dapat dikemukakan tujuan dan fungsi perizinan sebagai pengendali

aktivitas pemerintah dalam hal-hal tertentu, dimana ketentuannya berisi pedoman-

pedoman yang harus dilksanakan baik oleh masyarakat maupun oleh pejabat

negara.

Hemat penulis Izin Mendirikan Bangunan (IMB) ialah suatu ketetapan

administrasi negara (pemerintah) yang memberikan perkenaan untuk mendirikan

bangunan, mengubah, memperbaiki, atau merenovasi suatu bangunan setelah

memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Sedangkan tujuan izin mendirikan

bangunan yaitu sebagai upaya untuk melindungi semua pihak agar memperoleh

keadilan dalam hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pembangunan

dan untuk mengantisipasi kepesatan pembangunan perumahan dan sarana fisik

lainnya dengan mengadakan peraturan dalam bentuk peraturan daerah untuk

menciptakan keadaan dan kondisi kehidupan dan penghidupan yang memenuhi

ketentuan dan persyaratan lingkungan hidup yang sehat, aman, tentram, dan

indah.

C.Kerangka Pikir

Efektivitas umumnya dipandang sebagai tingkat pencapaian operatif

danoperasional. Dengan demikian pada dasarnya efektivitas adalah

tingkatpencapaian tujuan atau sasaran organisasional sesuai yang ditetapkan.

Efektivitas adalah seberapa baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh manaseseorang

menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan ini. Ini dapatdiartikan,

32

apabila sesuatu pekerjaan dapat dilakukan dengan baik sesuai denganyang

direncanakan, dapat dikatakan efektif tanpa memperhatikan waktu, tenagadan

yang lain. Efektivitas sebagai tingkat pencapaian organisasi jangka pendek

danjangka panjang Robbin (Pabundu Tika 2010).

Istilah “Kinerja” atau prestasi sebenarnya pengalih bahasaan dari bahasa

Inggris “performance”. Bernadin dan Russel (2013) yang memberikan difinisi

tentang performance adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-

fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu.

Pengertian kinerja menurut Rue dan Byars (2010) didefinisikan sebagai tingkat

pencapaian hasil.

Pemerintah Kota Makassar, sebagai pengambil kebijakan, telah menetapkan

Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor. 15 Tahun 2004 tentang DPMPTSP

Bangunan dan Nomor 6 Tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

Makassar Tahun 2005-2015 Perda itupun menjadi acuan strategi peruntukan

kawasan di Kota Makassar.

Dari pengertian diatas maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa

pemerintah daerah merupakan sebuah lembaga atau institusi yang memiliki

kewenangan dan kekuatan dalam melakukan berbagai tindakan dan upaya

membangun penataan kota dari segi tata bangunan, maka dari peraturan di atas

tersebut kita dapat melihat bahwa sejauh mana tingkat efektivitas kinerja Dinas

DPMPTSP Kota dalam menangani setiap bangunan-bangunan yang ada, seperti

halnya dalam bangunan yang tidak memiliki izin mendirikan bangunan. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan kerangka pikir di bawah ini.

33

Bagan kerangka pikir

Gambar 1.KerangkaPikir

D.Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian dari bagan kerangka fikir di atas, maka fokus penelitian

ini adalah mengenai Efektivitas Kinerja Dinas DPMPTSP Kota Makassar dalam

menangani bangunan yang tidak memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang

ada di Kota Makassar, sesuai dengan rumusan masalah yang telah penulis

kemukakan.

Kinerja Dinas PTSP Kota Makassar

Efektivitas pelayanan pemberian izin mendirikan

bangunan di kantor pelayanan perizinan terpadu satu pintu

(DPM-PTSP) kota Makassar.

Efektivitas Kinerja

(Steers, 2010) :

1. Optimasi Tujuan yang akan

dicapai

2. Interaksi antara organisasi

dengan Lingkungan Sekitar

3. Peran Perilaku individu

terhadap Evektifitas dalam

suatu Organisasi

Faktorpendukung

1. Faktor Kesadaran Aparatur

2. Faktor Aturan Dalam

Pelaksanaan Pelayanan Publik

3. Faktor organisasi Dalam

Pelaksanaan Pelayanan Publik

4. Faktor Kemampuan dan

Keterampilan

5. Faktor Sarana dan Prasarana

Faktorpenghambat

1. Faktor Kemampuaan 2. Faktor Kualitas Sumber

Daya Aparatur 3. Faktor Dukungan

Pemerintah 4. Kondisi Kerja

34

E.Deskripsi Fokus Penelitian

Adapun deskripsi fokus pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Optimasi tujuan yaitu suatu proses untuk mencapai hasil yang ideal atau nilai

yang efektifdi lihat dari segi pelayanan, begitu juga dengan DinasDPMPTSP

Kota Makassar dalam menangani masalah bangunan kota yang tentunya

melanggar aturan yang telah di tetapkan seperti bangunan yang tidak memeliki

izin, maka dari itu Dinas PTSP Kota Makassar memiliki serta membuat

rancangan untuk mencapai tujuannya yaitu mengatasi bangunan kota yang

melanggar aturan atau tidak sesuai dengan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

2. Interaksi antara organisasi dengan lingkungan sekitar khususnyaDinas DPM-

PTSP Kota Makassar tentu harus mampu berinteraksi dengan baik internal

maupun eksternal kelembagaan khususnya Dinas DPM-PTSP Kota Makassar

tanpa terkecuali kepada pemilik bangunan yang melanggar agar mampu

memberitahukan ataupun memberikan sanksi kepada pelanggar agar tidak

terjadi lagi masalah serupa yaitu bangunan yang tidak memiliki izin,sehingga

di kemudian hari tidak ada sengketa mengenai IMB pemilik bangunan dan

pemerintah daerah. Tentunya interaksi organisasi di sini memiliki peran khusus

penerepan efektivitas pelayanan pemberian IMB.

3. Peran perilaku organisasi dan efektivitas dalam suatu organisasi adalah

penekanan pada aspek perilaku yang lebih memusatkan perhatian pentingnya

perilaku individu terhadap organasasi sehingga dapat di analisa penyebab

penghalang tujuan suatu organisasi begitupun kaitannya dengan efektifitas

pelayanan pemberian IMB, karena dalam memberikan IMB di lihat dari segi

35

aspek perilaku individu terkadang memunculkan suatu problem yang nantinya

menjadi masalah untuk organisasinya khususnya Dinas DPM-PTSP Kota

Makassar dalam memberikan layanan IMB kepada masyarakat.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Pelayanan Pemberian Izin

a. Faktor Pendukung Pelaksanaan Pelayanan Publik

Faktor-faktor pendukung pelaksanaan pelayanan publik khususnya Dinas

DPM-PTSP Kota Makassardiantaranya:

1) Faktor Kesadaran Aparatur

Kesadaran aparatur dalam pelaksanaan pelayanan publik di lingkungan

Dinas PTSP kota Makassar. Hal ini dilihat dari adanya evaluasi dan

pembinaan secara rutin sehingga aparatur mengetahui tugas yang harus

dikerjakan. Bahkan dengan adanya evaluasi tersebut, aparatur

termotivasi untuk melakukan pekerjaan dengan sungguh-sungguh dan

setiap permasalahan dalam pelaksanaan pelayanan dapat ditemukan

solusinya.

2) Faktor Aturan Dalam Pelaksanaan Pelayanan Publik

Jadi aturan adalah perangkat penting dalam segala tindakan dan

perbuatan dari aparatur sebagai petugas pelayanan aturan. Aturan juga

menjadi indikator maju atau tidaknya individu maupun kelompok di

lingkungan Dinas PTSP kota Makassar dalam memberikan pelayanan

publik, aparatur sudah memahami dan melaksanakan aturan-aturan yang

sudah ditetapkan dalam standar operasional prosedur (SOP) dan standar

pelayanan (SP) sebagai petunjuk proses pelayanan publik.

36

3) Faktor Organisasi Dalam Pelaksanaan Pelayanan Publik

Pembagian tugas dalam pelaksanaan setiap jenis pelayanan publik di

Dinas PTSP kota Makassar sudah berjalan dengan baik dan sesuai

dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing aparatur. Pelaksanaan

setiap jenis pelayanan publik di Dinas PTSP kota Makassar dilihat dari

sistimnya terdapat seksi-seksi yang mempunyai tugas masing-masing

sehingga ada kerjasama dan koordinasi untuk menjalankan setiap jenis

pelayanan publik sesuai dengan bidangnya masing-masing.

4) Faktor Kemampuan dan Keterampilan

Dalam standar pelayanan (SP) sudah dijelaskan bahwa hal utama yang

harus dimiliki oleh aparatur dalam memberikan pelayanan adalah

petugas pelayanan memiliki kemampuan mengoperasionalkan computer

dan memiliki kemampuan dalam mengolah data. Dalam hal ini aparatur

Dinas PTSP kota Makassar sudah memiliki kemampuan dan

keterampilan komunikasi dalam memberikan pelayanan.

5) Faktor Sarana dan Prasarana

Faktor sarana dan prasarana yang dimaksud disini ialahsegala jenis

peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas lainnya yang berfungsi

sebagai alat utama dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga berfungsi

dalam rangka kepentingan orang-orang yang sedang berhubungan

dengan organisasi. Namun demikian, sarana yang dibutuhkan oleh Dinas

PTSP kota Makassar untuk menunjang kualitas pelayanan kurang baik,

seperti tidak memadainya kursi dan meja kerja sehingga mempengaruhi

37

kenyamanan aparatur dalam bekerja. Dan juga tidak tersedianya fasilitas

internet dan ruang tunggu. Barang-barang pendukung seperti computer

dan printer memang sudah ada, namun perlu adanya tambahan sehingga

layanan masyarakat dalam pengurusan izin dapat lebih cepat karena

barang pendukung itu sudah lebih dari sebelumnya sehingga dapat

membuka beberapa akses layanan lagi.

b. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pelayanan Publik

Bebrapa faktor penghambat pelaksanaan pelayanan publik Dinas PTSP kota

Makassar diantaranya:

1) Faktor Kemampuaan

Pelaksanaan pelayanan di Dinas PTSP kota Makassar terhambat karena

adanya ketebatasan pegawai dalam menggunakan komputer. Maka dapat

diambil kinformasi bahwa faktor kemampuan aparatur menjadi faktor

penghambat dalam pelaksanaan pelayanan publik. Pemerintah Dinas

PTSP kota Makassar sebagai organisasi pemerintah yang mempunyai

tugas pokok memberikan pelayanan kepada masyarakat dituntut

memiliki aparatur kelurahan yang mempunyai kemampuan dalam

melaksanakan tugas pokok dan fungsinya agar pelaksanaan pelayanan

kepada masyarakat terlaksana secara optimal tidak ada lagi berbagai

macam keluhan ketidakpuasan dari masyarakat atas pelayanan yang

diberikan.

38

2) Faktor Kualitas Sumber Daya Aparatur

Kualitas sumber daya aparatur di Dinas PTSP kota Makassar pada

kondisi yang ada saat ini masih rendah, hal tersebut disebabkan aparatur

di kantor Dinas PTSP kota Makassar yang berpendidikan S1 hanya

beberapa orang saja, sedangkan para staf lainnya lulusan sekolah

lanjutan tingkat atas (SLTA).

3) Faktor Dukungan Pemerintah

Sebagai bentuk dukungan dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan

terhadap penyelenggaraan pelayanan publik oleh Dinas PTSP kota

Makassar yaitu upaya untuk memperjuangkan status kepegawaian para

aparatur di Dinas PTSP kota Makassar.

4) Kondisi Kerja

Kondisi kerja yang dimaksud disini ialah suasana kerja yang dapat

mendorong aparatur di Dinas PTSP kota Makassar untuk

mengaktualisasikan potensinya dan menampilkan pekerjaannya secara

baik. Kondisi kerja yang dapat menunjang pelaksanaan pekerjaan yang

dilakukan oleh para aparatur di Dinas PTSP kota Makassar apabila

suasana kerja yang kooperatif dan kolaboratif, fasilitas kerja yang

memadai, kejelasan tugas dan tanggung jawab setiap aparat diciptakan.

Akan tetapi kondisi kerja di Kantor Dinas PTSP kota Makassar kurang

disiplin dalam mematuhi waktu kerja, tidak terampilnya dan minimnya

dedikasi dan komitmen terhadap tugas dan tanggung jawabnya. Hal

tersebut merupakan refleksi dari suasana kerja yang tidak kooperatif,

39

kolaboratif, kurangnya kejelasan tugas dab tanggung jawab masing-

masing aparat, juga karena minimnya fasilitas kerja.

40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 02 Maret 2019 sampai dengan 01

April2019. Penelitian ini dilaksanakan di Dinas DPMPTSP Kota Makassar.

Adapun alasan dalam pemilihan lokasi didasarkan karena instansi tersebut yang

menangani masalah tata pembangunan Kota Makassar. Adapun pertimbangan

dalam pemilihan lokasi penelitian didasarkan atas efektivitas, waktu, dana serta

kemudahan akses dalam mengumpulkan data-data penelitian karena lokasi

tersebut mudah dijangkau oleh penulis.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kualitatif yaitu suatu penelitian

untuk memberikan gambaran secara jelas dan obyektif mengenai efektivitas

kinerja Dinas DPMPTSP Kota Makassar mengenai bangunan yang tidak

memiliki izin mendirikan bangunan berdasarkan observasi dan wawancara

secara mendalam.

2. Tipe penelitian

Penelitian ini bertipe fenomenologi yaitu suatu penelitian yang didasarkan

pada pemaparan dan pengalaman yang dialami oleh informan terkait dengan

efektivitas kinerja Dinas DPMPTSP Kota Makassar mengenai bangunan yang

tidak memiliki izin mendirikan bangunan.

39

40

C. Sumber Data

Sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Data primer

Merupakan data yang diperoleh penulis melalui hasil wawancara yang

dilakukan secara mendalam kepada informan yang menjadi obyek penelitian,

termasuk data-data yang diperoleh dari Dinas DPMPTSP Kota Makassar

yang dapat menunjang hasil penelitian.

2. Data sekunder

Adalah data yang diperoleh penulis melalui berbagai dokumen dan laporan

tertulis mengenai Efektivitas Kinerja Dinas DPMPTSP di Kota Makassar

yang dapat dijadikan sebagai pegangan untuk menguatkan hasil penelitian.

D. Informan Penelitian

Adapun informan yang dimaksud dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

41

Tabel 3.1 Informan Penelitian

No Nama Inisial Jabatan Jumlah

1 A. Bukti Djufrie.,SP.,M.Si ABD Kepala dinas 1

2 Armin Paera. AP., M.Si AP Sekertaris Dinas 1

3 A. Agustina, SE AG Kabid penanaman

modal

1

4 Dra.Asriati Arifin, MM AA Kabid pelayanan

depan perizinan

1

5 Faisal Burhan,

S.STP.,M.Adm,K.P

FB Kabid pelyanan

belakang perizinan

teknis

1

6 Andik Tendri Lengka, SH, M.Si ATL Kabid pelayanan

belakang non teknis

1

7 Awaluddin Sulaiman AS Masyarakat yang

dilayani

1

8 Mustarman MT Masyarakat yang

dilayani

1

9 Asdar AD Masyarakat yang

dilayani

1

Jumlah 9

Sumber : Penetapan Informan Oleh Penulis Tahun 2020

42

E. Teknik Pengumpulan Data

Agar penulis mendapatkan data yang relevan dan sesuai dengan tujuan

penelitian, maka digunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data yaitu:

1. Observasi

Pada tahapan ini, penulis akan melakukan pengamatan secara langsung di

lapangan mengenai efektifitas kinerja Dinas PTSP mengenai Bangunan yang

tidak memiliki izin mendirikan bangunandi Kota Makassar.

2. Wawancara

Tahap selanjutnya adalah dengan melakukan wawancara secara mendalam

kepada para informan yang menjadi obyek dalam penelitian ini dengan tujuan

agar penulis dapat memperoleh data-data secara obyektif sehingga dapat

dijadikan sebagai landasan/acuan dalam tahapan berikutnya.

3. Dokumentasi

Tahap akhir adalah dengan mencari segala bentuk data dan informasi yang

dapat menunjang penelitian dan penyusunan proposal penulis terkait dengan

efektivitas kinerja Dinas PTSP Kota Makassar mengenai bangunan yang

tidak memiliki izin mendirikan bangunan

F. Teknik Analisis Data

Berdasarkan pemaparan sebelumnya mengenai metode penelitian yang

digunakan oleh penulis, maka dalam teknik analisis data, penulis menggunakan 3

(tiga) teknik sebagaimana yang dijelaskan oleh Miles dan Huberman dalam

Sugiyono (2018), yaitu sebagai berikut:

43

1. Reduksi data (data reduction), pada tahap ini penulis mencoba untuk memilih

data-data yang dianggap sesuai dengan penelitian untuk kemudian dilakukan

perangkuman, memilih data pokok, dan memfokuskan pada hal yang penting.

Setelah itu, penulis mencoba untuk menetukan tema dan polanya serta

membuang hal-hal yang tidak masuk dalam penelitian.

2. Penyajian data (data display), penulis menyajikan dalam bentuk data

termasuk di dalamnya uraian singkat atau narasi dengan tujuan untuk

menjelaskan berbagai hubungan antar kategori.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing dan verivication),

kesimpulan yang ditarik oleh penulis masih bersifat sementara, sampai

penulis menemukan data-data dan informasi yang dapat menguatkan hasil

penelitian ini.

G. Keabsahan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan model triangulasi, dimana pada

model ini menggunakan setidaknya 3 (tiga) teknik, yaitu:

1. Triangulasi sumber

Pada tahap ini, penulis mencoba untuk mengumpulkan berbagai sumber

terhadap obyek yang dimaksud baik melalui hasil observasi, wawancara dan

dokumentasi untuk selanjutnya melakukan perbandingan hasil yang

diperoleh.

2. Triangulasi teknik

Tahapan selanjutnya adalah dengan menggunakan teknik yang berbeda

namun dengan sumber yang sama baik melalui wawancara, observasi dan

44

dokumentasi. Apabila hasil yang ditemukan berbeda, maka penulis akan

mencoba melakukan sebuah diskusi kepada informan untuk memastikan

kebenaran dari sebuah data yang ditemukan.

3. Triangulasi waktu

Data penelitian yang ditemukan belum tentu sama saat waktu pagi, siang dan

malam. Oleh karena itu, agar data yang ditemukan sesuai dengan hasil yang

diinginkan maka dilakukan pengecekan data pada tiap-tiap waktu yang

berbeda.

45

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Deskripsi Objek Penelitian

1. Gambaran Umum Kota Makassar

Makassar adalah Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan, yang terletak di

bagian Selatan Pulau Sulawesi yang dahulu disebut Ujung Pandang, terletak

antara 119º24‟17‟38” Bujur Timur dan 5º8‟6‟19” Lintang Selatan yang berbatasan

sebelah Utara dengan Kabupaten Maros, sebelah Timur Kabupaten Maros,

sebelah selatan Kabupaten Gowa dan sebelah Barat adalah Selat Makassar. Kota

Makassar memiliki topografi dengan kemiringan lahan 0-2°(datar) dan

kemiringan lahan 3-15° (bergelombang). Luas Wilayah Kota Makassar tercatat

175,77 km persegi. Kota Makassar memiliki kondisi iklim sedang hingga tropis

memiliki suhu udara rata-rata berkisar antara 26,°C sampai dengan 29°C. Kota

Makassar adalah kota yang terletak dekat dengan pantai yang membentang

sepanjang koridor barat dan utara dan juga dikenal sebagai “Waterfront City”

yang didalamnya mengalir beberapa sungai (Sungai Tallo, Sungai Jeneberang, dan

Sungai Pampang) yang kesemuanya bermuara ke dalam kota. Kota Makassar

merupakan hamparan daratan rendah yang berada pada ketinggian antara 0-25

meter dari permukaan laut.

Dari kondisi ini menyebabkan Kota Makassar sering mengalami genangan

air pada musim hujan, terutama pada saat turun hujan bersamaan dengan naiknya

air pasang. Secara administrasi Kota Makassar dibagi menjadi 15 kecamatan

dengan 153 kelurahan. Di antara 15 kecamatan tersebut, ada tujuh kecamatan

44

46

yang berbatasan dengan pantai yaitu Kecamatan Tamalate, Kecamatan Mariso,

Kecamatan Wajo, Kecamatan Ujung Tanah, Kecamatan Tallo, Kecamatan

Tamalanrea, dan Kecamatan Biringkanaya. Batas-batas administrasi Kota

Makassar adalah:

Batas Utara: Kabupaten Maros

Batas Timur: Kabupaten Maros

Batas Selatan: Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar

Batas Barat: Selat Makassar

Secara umum topografi Kota Makassar dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu :

a. Bagian Barat ke arah Utara relatif rendah dekat dengan pesisir pantai.

b. Bagian Timur dengan keadaan topografi berbukit seperti di Kelurahan Antang

Kecamatan Panakukang.

Perkembangan fisik Kota Makassar cenderung mengarah ke bagian Timur

Kota. Hal ini terlihat dengan giatnya pembangunan perumahan di Kecamatan

Biringkanaya, Tamalanrea, Mangggala, Panakkukang, dan Rappocini.

2. Profil Singkat Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu

SatuPintu (DPMPTSP) Kota Makassar.

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)

Kota Makassar merupakan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang dibentuk

berdasarkan Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 8 Tahun 2016 Tentang

Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah. dan Peraturan Walikota Makassar

SNomor 61 Tahun 2016, tentang Kedudukan, Struktur Organisasi, Tugas, Fungsi

dan Tata Kerja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

47

Pada tahun 2019, wilayah administrasi Kota Makassar terdiri dari 15

kecamatan, luas daratan masing-masing kecamatan, yaitu: Mariso (1,82 km2),

Mamajang (2,25 km2), Tamalate (20,21 km2), Rappocini (9,23 km2), Makassar

(2,52 km2), Ujung Pandang (2,63 km2), Wajo (1,99 km2), Bontoala (2,10 km2),

Ujung Tanah (5,94 km2), Tallo (5,83 km2), Panakkukang (17,05 km2), Manggala

(24,14 km2), Biringkanaya (48,22 km2), Tamalanrea (31,84 km2) dan Kep.

Sangkarrang (1.54 km2).

Pemerintahan Kota Makassar pada tanggal 1 September 1971 berubah

namanya menjadi Kota Ujung Pandang setelah diadakan perluasan kota dari 21

km² menjadi 175,77 km². Namun kemudian, pada tanggal 13 Oktober 1999

berubah kembali namanya menjadi Kota Makassar. Kota Makassar merupakan

kota internasional serta terbesar di Kawasan Indonesia Timur dan pada masa lalu

pernah menjadi ibu kota Negara Indonesia Timur Provinsi Sulawesi. Secara

administratif Kota Makassar terdiri dari 14 kecamatan dan 143 kelurahan.

Kependudukan Penduduk Kota Makassar berdasarkan proyeksi penduduk tahun

2019 sebanyak 1,526,677 jiwa.

Dengan keberadaan OPD ini, diharapkan dapat meningkatkan

profesionalisme kinerja aparatur Pemerintah Kota Makassar dalam memberikan

pelayanan perizinan yang didasarkan kepada nilai-nilai komitmen dan konsistensi,

wewenang dan tanggungjawab, integritas dan profesional, ketepatan/keakurasian

dan kecepatan, disiplin, serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

48

2.Visi dan Misi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

Pintu(DPMPTSP) Kota Makassar

1). Visi

Terwujudnya iklim inventasiyang kondusif bagi semua melalui

penyelanggaraan perizinan dan penanaman modal uang berkelas dunia

2). Misi

a. Meningkatkan standar dan mutu pelayanan perizinan dan penanaman

modal yang transparan, akuntabel dan bebas korupsi.

b. Modernisasi pelayanan perizinan dan penanaman modal melalui

penerapan teknologi informasi.

c. Meningkatkan konpetensi aparatur DPMPTSP melalui penerapan sistem

reward and punishment.

d. Optimalisasi potensi daerah untuk peningkatan daya saing investasi.

3.Susunan Organisasi Dnas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(DPMPTSP) Kota Makassar Terdiri dari:

a. Kepala Dinas

b. Sekertaris terdiri dari:

1). kasubbag perencanaan dan pelaporan

2).kasubbg keuangan

49

3).Kasubbag umum dan kepagawaian

c. Kabid penanaman modal

1). Kasie perencanaan dan pengawasan penanaman modal

2). Kasi pemberdayaan usaha daerah

3). Kasi promosi penanaman modal

d. kabid pelayanan depan perizinan

1). Kasi pelayanan informasi dan pengaduan

2). kasie pendaftaran dan verifikasi berkas perizinan

3). Kasie sisstem informasi dokumentasi dan evaluasi pelaporan perizinan

e. kabid pelayanan belakang perizinan teknis

1). Kasie penkajian dan verifikasi perizinan teknis

2). Kasie peninjauan perizinan teknis

3). Kasie penetapan perizinan teknis

f. kabid pelayanan belakang perizinan non teknis

1). Kasie pengkajian dan verifikasi perizinan non teknis

2). Kasie peninjauan perizinan non teknis

50

3). Kasie penetapan perizinan non teknis

4.Tugas dan fungsi dinas penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu kota

Makassar (DPM-PTSP).

1) Perumusan kebijakan teknis di bidang peneneman modal

2) Pembrian dukungan atas penyelenggaraan pemerintah daerah di bidang

penanaman modal dan PTSP.

3) Pelaksanaan administrasi pelayanan prijinan depan dan pelayanan

belakang perijinan teknis dan non teknis secara terpadu.

4) Pelaksanaan koordinasi proses penanaman modal dan pelayanan

perijinan secara terpadu.

5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan walikota sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

50

KABID

PENANAMAN MODAL

A. AGUSTINA, SE

KASIE PENDAFTARAN DAN

VERIFIKASI BERKAS PERIZINAN

ABDULLAH S. STP

KASI PEMBERDAYAAN USAHA

DAERAH

HJ. HARTATI USMAN, SE., MM

KASI PELAYANAN INFORMASI

DAN PENGADUAN

A. ASFIANTI, S.Sos., M.Si

STRUKTUR ORGANISASI

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

KOTA MAKASSAR

KASIE PERENCANAAN DAN

PENGAWASAN PENANAMAN MODAL

A. MUHAMMAD MUHSIN, ST

KABID

PELAYANAN DEPAN PERIZINAN

Dra. ASRIANTI ARIFIN, MM

KASI PROMOSI PENANAMAN

MODAL

TWIE WIWENI, SH

KASIE SISTEM INFORMASI, DOKUMENTASI,

DAN EVALUASI PELAPORAN PERIZINAN

MUHAMMAD AL GAZALI, SE

KASIE PENGKAJIAN

PERIZINAN VERIFIKASI TEKNIS

AAN KONERY,ST

KABID PELAYANAN

BELAKANG PERIZINAN TEKNIS

FAISAL BURHAN, S.STP., M.Adm, K.P

KABID PELAYANAN BELAKANG

PERIZINAN NON TEKNIS

ANDI TEMRI LENGKA, SH, M.Si

KASIE PENETAPAN PERIZINAN

TEKNIS

A. RASYITA, S. STP., M.Si

KASIE PENINJAUAN

PERIZINAN NON TEKNIS

A.PANGERAN .P

KASIE PENINJAUAN

PERIZINAN TEKNIS

MUHAMMAD RIYADI, S.Kom

KASIE PENGKAJIAN PERIZINAN

VERIFIKASI NON TEKNIS

HJ. HAMMA FAISAL., ST,.MM

KASIE PENETAPAN PERIZINAN

NON TEKNIS

Drs. H. RUSLI ISMAIL

KASUBBAG PERENCANAAN

DAN PELAPORAN

ALAMSYAH ISMAIL, SH

KASUBBAG KEUANGAN

ST. SYAHRIANI UKKAS, SE

KASUBBAG UMUM DAN

KEPEGAWAIAN

NUR INTAN ABDULLAH, SE.,MM

SEKRETARIS DINAS

ARMIN PAERA, AP., M.Si

KEPALA DINAS

A.BUKTI DJUFRI, SP., M.Si

UPT

KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL

51

B. Hasil dan pembahasanEvektifitas pelayanan pemberian izin mendirikan

bangunan di kantor pelayanan perizinan terpadu satu pintu (DPM-

PTSP) di kota Makassar.

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP)

Kota Makassar merupakan sebuah instansi yang memberikan jasa pelayanan

publik di sektor perizinan.

"Pembentukan DPM-PTSP atau yang dulunya dikenal sebagai Badan Perizinan

Terpadu dan Penanaman Modal (BPTPM) ini adalah jawaban atas kebutuhan dan

tuntutan masyarakat akan adanya sistem perizinan yang lebih kondusif," terang

Kepala DPM-PTSP Makassar Andi Bukti Djufri, Jumat (24/2/2017) . Sebagai

bentuk komitmen Pemerintah Kota Makassar dalam meningkatkan sistem

pelayanan di sektor perizinan. Maka Wali Kota Makassar menetapkan DPM-

PTSP sebagai tempat pelayanan perizinan dengan sistem pelayanan satu pintu.

Kebijakan ini ditandai dengan dikeluarkannya Peraturan Wali Kota

(Perwali) Makassar Nomor 20 Tahun 2014 yang memuat tentang Tata Cara

Pemberian Izin melalui satu pintu. Dimana pelayanan hanya berawal dan berakhir

di dinas yang baru saja mengalami perubahan struktur kerja tersebut.

"Sesuai dengan Tupoksi DPM-PTSP Makassar, kami hadir untuk

mengoptimalkan pelayanan masyarakat. Menyederhanakan proses, efisiensi, dan

ketetapan waktu setiap pelayanan, serta mewujudkan pelayanan berkelas dunia,"

tuturnya. Dengan dilaksanakannya pelayanan perizinan yang prima, lanjut Andi

52

Bukti, maka secara bertahap perizinan dan legalitas bagi usaha akan memberikan

multiflier effect kepada Kota Makassar.

"Di antaranya perkembangan sektor riil, perdagangan, dan investasi yang secara

tidak langsung memberikan dampak positif pada penerimaan Pendapatan Asli

Daerah (PAD)," tutupnya.

Izin Mendirikan Bangunan atau yang disingkat (IMB) memiliki peran

penting bagi pembangun rumah. Hal ini berfungsi untuk mendapatkan kepastian

hukum pada bangunan yang dibangun sehingga ketika bangunan tersebut berdiri,

tidak akan mengakibatkan gangguan atau hal yang merugikan kepentingan orang

lain. Salah satu dasar hukum penyelenggaraan perizinan mendirikan bangunan

adalah Peraturan Daerah kota Makassar Nomor 20 Tahun 2012 tentang Retribusi

Izin Mendirikan Bangunan dan mengenai pelayanan perizinan di atur pula dalam

Undang- undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Berdasarkan

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi dan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2016 tentang Satuan

Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar serta dalam upaya Pemerintah Kota Makassar

khususnya pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(DPMPTSP) kota makassar untuk mencegah terjadinya praktik Pungutan Liar

(PUNGLI) dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pelayanan perizinan, baik oleh

oknum aparatur pemerintah maupun yang mengatasnamakan aparatur pemerintah

diatur bahwa:

a. Dalam rangka meningkatkan integritas Aparatur Sipil Negara (ASN)

di lingkungan DPMPTSP kota makassar, maka segala bentuk kegiatan

53

yang terindikasi adanya PUNGLI akan ditindak tegas sesuai dengan

ketentuan dan peraturan yang berlaku.

b. DPMPTSP Kabupaten Sinjai memiliki sistem pelayanan perizinan

melalui Teknologi Informasi (Website) yang dapat dimanfaatkan oleh

masyarakat untuk melakukan pendaftaran perizinan dalam rangka

mengurangi intensitas pertemuan langsung.

c. Memberi akses seluas-luasnya kepada masyarakat terhadap standar

pelayanan dan persyaratan perizinan secara jelas dan transparan

melaui media informasi yang ada di DPMPTSP kota makassar.

d. Melakukan sistem pengawasan internal di lingkungan DPMPTSPkota

Makassar dalm upaya mencegah terjadinya praktik pungutan liar.

e. Merahasiakan dan menjaga identitas pelapor dan melakukan respon

secara cepat terhadap pengaduan dan laporan yang disampaikan.

1. Optimasi Tujuan yang Akan Dicapai

Suatu proses untuk mencapai hasil yang ideal atau optimasi (nilai efektif

yang dapat dicapai). Optimasi dapat diartikan sebagai suatu bentuk

mengoptimalkan sesuatu hal yang sudah ada, ataupun merancang dan membuat

sesuatu secara optimal. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

Pintu (DPMPTSP) Makassar menerbitkan 4.551 izin sepanjang Januari-Maret

2018.

Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

mendominasi izin yang terbit pada awal 2018 ini. Data yang dihimpun dari

DPMPTSP Makassar, ada 2.049 SIUP yang diterbitkan pada periode Januari-

54

Maret. Dan periode yang sama diterbitkan 2.047 TDP. Dimana, DPMPTSP

Makassar menangani 17 item izin usaha. Kendati demikian, jenis izin tersebut

belum mencakup di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang lain. Sekarang

ini, sudah hampir seratus izin kalau diurai dari masing-masing izin yang ada di

SKPD,” tutur Andi Bukti Djufrie, Kepala DPMPTSP Makassar, Rabu 4 April

2018. Menurutnya, SIUP-TDP memang paling mendominasi izin yang ada di

Makassar. Hal ini menunjukkan masyarakat di Kota Makassar banyak yang ingin

berwirausaha .(Sumber: arsip 2019Dinas PTSP Kota Makassar)

Berdasarkandengan indikator yang ada di atas peneliti dapat menghimpin

hasil wawancara dengan ABD selaku kepala Dinas Penanaman Modal (PTSP)

mengatakan:

“Kami selaku pemerintah Dinas Penanaman Modal (PTSP) sudah

memberikankeringanan kepada semua masyarakat yang ingin mendirikan

bangunan dengan memperlihatkan buku kepemilikan atau sertifikat tanah

dengan kelengkapan berkas yang dimiliki sehingga tidak ada kesalah

pahaman antara kami dengan seluruh masyarakat.” (hasil wawancara

dengan ABD pada tanggal 22 juli 2020)

Berdasarkan hasil wawancara informan tersebut dapat diketahuibahwa

Dinas Penanaman modal (PTSP) kota Makassar sudah memberikan keringanan

kepada masyarakat yang ingin mederikan bangunan dengan membutikan buku

kepemilikan tanah ataupun sertifikat tanah yang dimiliki untuk izin mendirikan

bangunan, tentunya dengan pemenuhan persyaratan yang nantinya memberikan

kemudahan kepada siapapun yang ingin melakukan pengurusan Izin Mendirikan

Bangunan (IMB) khusunya di Kota Makassar sehingga tidak ada kesalahan dalam

pemberian izin maka dari itu Dinas Penanaman Modal (PTSP) menghimbau untuk

memenuhi kelengkapan berkas agar di proses lebih mudah.

55

Adapun yang di tambahkan oleh AA selaku kabid pelayanan depan

perizinan di Dinas PTSP Kota Makassar yang di himpun oleh penulis yang ada di

bawah ini terkait optimasi pelayanan izin:

“Jika di dinas PTSP perlu kita ketahui bahwa Optimasi pelayanan tentunya

mengedapankan pelayanan yang baik sehingga tujuan serta visi misi kami

selaku pelayan masyarakat dapat terpenuhi. Kami selaku pemerintah Dinas

yang memberikan Izin Khusunya IMB tentu saja memberikan keringanan

kepada semua masyarakat yang ingin mendirikan bangunan, tentu saja tidak

terlepas dari prosedur yang ada sehingga tidak ada pihak yang di rugikan.”

(hasil wawancara dengan AA pada tanggal 22 juli 2020).

Berdasarkan hasil wawancara informan di atas dapat diketahui optimasi

Pelayanan dalam pemberian izin khususnya IMB itu tentunya memiliki tingkat

kesuksesan berdasarkan target yang menjadi sasaran pelayanan, tentunya

mengedepankan pelayanan prima sehingga tidak ada yang di rugikan. Menurut

narasumber Dinas PTSP kota Makassar sudah memaksimalkan prosedur dalam

memberikan pelayanan kepada siapa saja yang ingin mendirikan bangunan dan

mengurus Izinnya tentunya dengan memperhatikan semua persyaratan yang ada

maka dari itu masyarakat yang ingin mengurus IMB harus memperhatikan syarat

yang di berikan oleh pemerintah khusunya dalam mengurus izin di Dinas PTSP

kota Makassar agar memiliki timbal balik yang positif dan tidak ada pihak yang di

rugikan.

Adapun yang tambahan oleh FB selaku kabid pelayanan belakang perizinan

di Dinas PTSP Kota Makassar yang penulis himpun yakni terkait optimasi

pelayanan izin:

“Membahas tentang optimasi dalam pelayanan pemberian izin di dinas

PTSP kota makassar tentu telah di jelaskan oleh kadis kabid sebelumnya,

sehingga saya selaku Kabid Pelayanan Belakang Perizinan di Dinas PTSP

Kota Makassar cuman menambahkan apa yang di sampaikan oleh kedua

narasumber sebelumnya, melihat dari beberapa sisi saya ingin

56

menambahkan bahwa optimasi pelayanan dalam pemberian izin tentunya

harus memperhatikan sisi SDM baik dari yang memberikan layanan maupun

yang di berikan layanan, karena point efektif yang di capai tentu saja tidak

boleh menilai dari satu sudut pandang karena dapat menyesatkan, maka dari

itu perlu adanya kerjasama yang baik atar pemberi layanan dan yang di

berikan layanan khususnya dalam pemberian IMB di Dinas PTSP Kota

Makassar.” (hasil wawancara dengan FB pada tanggal 23 juli 2020)

Optimasi Pelayanan dalam pemberian izin khususnya IMB menurut

informan yang ada di atas tentunya memiliki tingkat kesuksesan berdasarkan kaca

mata penulis itu dapat di lihat dari segi SDM (Sumber Daya Manusia), dalam hal

ini SDM yang di maksud adalah pelaksana pelayanan dan sasaran pelayanan dari

2 unsur SDM yang berbeda tentunya harus saling bersinergi agar tujuan dari

optimasi pelayanan khususnya dalam pemberian izin di Dinas PTSP Kota

Makassar itu tidak hanya melibatkan internal dinas namun juga melibatkan

masyarakat sebagai sasran pemberian izin, maka dari itu sangat di butuhkan sikap

masyarakat yang mendukung kinerja pelaksanaan pelayanan Dinas PTSP Kota

Makassar agar saling bersinergi untuk pencapaian optimasi yang baik khususnya

dalam pemberian pelayanan perizinan IMB.

Adapun yang tambahan oleh ATL selaku kabid pelayanan belakang non

teknis di Dinas PTSP Kota Makassar yang penulis himpun yakni terkait optimasi

pelayanan izin:

“Berbicara tentang optimasi pelayanan di Dinas PTSP Kota Makassar

tentu saja tidak terlepas dari bidang pelayanan yang ada di dinas

PTSP, karena jika kita melihat semua bentuk pelayanan yang ada di

kantor PTSP Makassar itu semua sudah hampir memadai dan

memenuhi standar pelayanan yang sangat baik di bandingkan dengan

beberapa pelayanan Dinas yang ada di Kota Makassar, di bidang saya

sebagai pelayanan nonteknis biasanya memberikan layanan yang tentu

saja menyesuaikan dengan SOP yang ada sehingga konsumen atau

masyarakat sebagai pengguna layanan merasa puas akan layanan yang

57

kami berikan baik secara teknis maupun non teknis” (hasil wawancara

dengan AA pada tanggal 23 juli 2020).

Berdasarkan hasil wawancara informan di atas dapat diketahui optimasi

Pelayanan dalam pemberian izin khususnya IMB itu tentunya mengedepankan

pelayanan prima sehingga SOP pelayanan di kantor Dinas PTSP kota Makassar

itu berjalan dengan baik dan masyarakat juga sebagai konsumen merasa lebih

puas dengan layanan yang di berikan pemerintah khususnyadi Dinas PTSP kota

Makassar. Menurut narasumber bahwa hampir semua bidang bersentuhan dengan

pelayanan, sehingga dapat kita simpulkan bahwa pelayanan kedapa masyarakat di

kantor Dinas PTSP kota Makassar menjadi ukuran sangat penting dalam pelayana

publik yang baik.

Selanjutnya yang tambahan oleh AP selaku sekretaris Dinas PTSP Kota

Makassar yang penulis himpun yakni terkait optimasi pelayanan izin:

“Optimasi pelayanan di Dinas PTSP Kota Makassar tentu saja tidak

terlepas dari bagian kesretariatan, saya sebagai sekretaris dinas tentu

saja orang yang melibatkan diri atau memiliki keterlibatan penting

dalam pencapaikan pelayanan yang baik khusunya di dinas PTSP kota

Makassar, ada banyak hal yang sangat menunjang optimasi pelayanan

di dinas ini, seperti menjaga komunikasi dan menjadi penengah antar

bidang termasuk dalam hal-hal yang menyangkut rahasia dinas. (hasil

wawancara dengan AP pada tanggal 23 juli 2020).

Berdasarkan hasil wawancara informan di atas dapat diketahui optimasi

Pelayanan pada kantor Dinas PTSP kota Makassar sangat penting dalam

pelayanan publik yang baik, menurut informan yakni sekretaris dinas mengatakan

pelayanan di PTSP tentu memiliki keterkaitan dengan kesekretariatan dinas

sehingga adanya kesinambungan antara bidang yang satu dengan yang lain dalam

memberikan layanan kepada masyarakat agar optimasi pelayanan berjalan dengan

baik.

58

Selanjutnyadi tambahkan oleh hasil wawancara dengan MT selaku

Masyarakat yang dilayani :

“Menurut saya, kami memang terbantu dengan layanan ini tapi masih

kurang layak loket-loketnya jadi biasa itu antri ki, biasanya itu yang makan

waktu lama dalam pengurusan.” (Hasil wawancara dengan bapak MT pada

tanggal 30 juli 2020)

Hal yang sama ditambahkan oleh AD selaku masyarakat yang dilayani :

“Panjang antriannya biasa itu kasih lamaki kalau mengurus, biasa baku

tumpuk mi orang adami yang baku terobos, baku dorong-dorong, Karena

saking banyaknya orang tapi bagus tongji ia sebenarnya karena sedikit

nabantuki.”(Hasil wawancara dengan bapak AD pada tanggal 30 juli

2020).

Berdasarkanhasil wawancara dengan beberapa informan di atas,

makadisimpulan bahwa dalam pelaksanaan pelayanan Dinas PTSP Kota Makassar

dalam pencapaian optimasi tujuan yakni pelayanan dalam memberikan izin

mendirikan bangunan tentu saja tidak hanya melibatkan Dinas PTSP Kota

Makassar saja namun juga melibatkan masyarakat selaku konsumen yang

membutuhkan izin mendirikan bangunan, Dinas PTSP Kota Makassar sendiri

telah memberikan kemudahan kepada siapa saja dalam melakukan pengurusan

izin mendirikan bangunan sehingga tidak ada pihak yang dirugikan. Dari segi

optimasi pelayanan pemberian izin dapat kita simpulkan bahwa Dinas PTSP Kota

Makassar sudah berusaha untuk melaksankan tugasnya selaku pelayan masyarakat

khususnya di bidang pemberian izindenganmempermudah syarat dalam

melakukan pengurusan di Dinas PTSP Kota Makassar.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan mengenai Efektivitas Pelayanan

Pemberian Izin Mendirikan Bangunan di Dinas PTSP Kota Makassar dalam Hal

ini dapat dikaitkan dengan indikator TeoriRichardM. Steers yakni Optimasi tujuan

59

yang akan dicapai. Berdasarkan hasil observasi,berkaitan dengan Optimasi tujuan

yang akan dicapai, dinas PTSP sebagai pelaksana melibatkan masyarakat dan

seluruh stakeholdersdari pelayanan yang di berikan, sehingga optimasi pelayanan

dapat berjalan baik.

2. Interaksi Antar Organisasi dengan Lingkungan Sekitar

Hubungan antara organisasi dengan lingkungan sekitar. Terdapat hubungan

yang erat antara organisasi dengan lingkungan organisasi. Lingkungan organisasi

sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup suatu organisasi. Kesuksesan

suatu organisasi tergantung pada kemampuan organisasi tersebut dalam

menginterpretasikan dan merespon kondisi (perubahan yang terjadi) lingkungan

organisasi. Adanya hubungan antara organisasi dengan lingkungan organisasi

akan menghasilkan organisasi sebagai sebuah sistem. Di mana sistem organisasi

dipegaruhi oleh sub-sub sistem yang terdiri dari lingkungan internal dan

lingkungan eksternal, yang keduanya akan sangat berhubungan. Sistem organisasi

yang terbentuk dapat berupa:

1).organisasi sistem tertutup, yaitu suatu organisasi yang membatasi diri

dariinteraksi dengan lingkungan di luar organisasi, yang berarti cenderung

mengambil peran yang menjauh dari lingkungan luar. Penggunaan sistem tertutup

dewasa ini banyak dihindari oleh organisasi, selain tidak sehat, keputusan yang

diambil adalah dari atasan atau pimpinan biasanya cenderung merugikan bawahan

atau karyawannya.

2).organisasi sistem terbuka, yaitu suatu organisasi yang memiliki tingkat

interaksi yang tinggi terhadap lingkungan di luar organisasi. Sistem terbuka ini

60

membuat suatu organisasi lebih aktif dan dinamis dalam menyikapi setiap

perubahan yang terjadi. Sistem terbuka lebih mengedepankan keuntungan

bersama antara lingkungan internal dan lingkungan eksternal.

Dalam penyusunan kajian ini, kami memanfaatkan data sekunder yang

diterbitkan atau yang disediakan oleh berbagai institusi. Selain itu, kami juga

menggunakan data primer dan informasi yang kami peroleh dari hasil survei dan

liaison atau hasil kunjungan ke sejumlah perusahaan besar di Sulsel. Sehubungan

dengan hal tersebut, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi

kepada semua pihak, terutama bagi Bapak/Ibu yang telah berkontribusi dalam

sharing pemikiran dan membantu dalam penyediaan data atau informasi yang

lengkap, akurat dan terkini. Saran serta masukan dari para stakeholders sangat

kami harapkan agar ke depan kajian yang kami susun menjadi semakin lebih baik.

Aktivitas pelayanan perizinan mendirikan bagunan, dan melihat dari aspek

ekonomi Sulsel pada triwulan I 2019 tercatat mengalami akselerasi yang lebih

tinggi dari dari kinerja pada triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi

mencapai (6,6%), urutan kelima tertinggi di nasional setelah Maluku Utara

(7,6%), Kalimatan Utara (7,1%), Sulawesi Tengah (6,8%), dan Gorontalo (6,6%).

Meskipun meningkat, angka pertumbuhan pada triwulan I 2019 tersebut berada di

bawah kisaran proyeksi Bank Indonesia. Kinerja perekonomian Sulsel terutama

ditopang oleh kuatnya konsumsi. Dari sisiLapangan Usaha (LU), dorongan

terhadap pertumbuhan secara signifikan datang dari LU Perdagangan Besar dan

Eceran, serta Industri pengolahan. Sejalan dengan kinerja perekonomian, laju

inflasi terkendali dengan capaian (3,08%), turun dari (3,50%) di akhir 2018

61

meskipun inflasi tarif angkutan udara meningkat sangat signifikan. Melanjutkan

capaian di triwulan pertama, ekonomi Sulsel pada triwulan II 2019 dan

keseluruhan tahun 2019 kami perkirakan meningkat pada kisaran (7,0%-7,4%)

dengan inflasi terkendali pada kisaran target 3,5%±1% didukung oleh sinergi yang

solid dari Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), serta stabilitas sistem

keuangan tetap terjaga. Pencapaian atas perkiraan tersebut tentu dapat

memperbaiki tingkan kemiskinan dan kesenjangan kedepan. (sumber: data

laporan triwulan tahun 2019 PTSP provinsi Sulawesi Selatan)

Berdasarkan dengan indikator tersebut peneliti kemudian mewawancarai

Bapak ABD selaku kepala dinas penanaman modal (PTSP) kota Makassar

mengatakan:

“Kami selaku pemerintah Dinas Penanaman Modal (PTSP) kota Makassar

suda berusaha dan berupaya mengatasi masyarakat untuk tidak mendirikan

bangunan secara ilegal di sekitaran jalan tanpa sepengetahuan pemerintah

atau dinas yang terkiait.” (hasil wawancara dengan Bapak ABD tanggal 28

juli 2020)

Berdasarkan hasil wawancara informan tersebut mengatakan bahwa

pemerintah Dinas Penanaman Modal (PTSP) kota Makassar telah berusaha dan

berupayamemberikan pemahaman secara baik kepada masayarakat yang

mendirikan bangunan secara ilegal di simpangan jalan di kota Makassar.

Selanjutnya hasil wawancara dengan Bapak FB selaku kabid pelayanan

belakang perizinan Teknis mengatakan:

“Upaya pemerintah Dinas Penanaman Modal (PTSP) sejauh ini sudah

lebih maju melaui konsep pendataan secarah menyeluruh kepada

masyarakat tentang perizinan mendirikan bangunan di simpangan jalan

kota Makassar dan melalui media informasi masyarakat juga dapat paham

dan melihat dimedia bahwa tidak diperbolehkan mendirikan bangunan

62

secara ilegal tanpa sepengetahuan pemerintah.” (Hasil wawancara dengan

bapak FB pada tanggal 29 juli 2020)

Berdarkan hasil wawancara informan tersebut mengatakan bahwa upaya

pemerintah Dinas Penanaman Modal (PTSP) sudah lebih maju dalam perizinan

mendirikan bangunan melaui media informasi sehingga masyarakat mudah

memahami peraturan pemerintah dalam perizinan mendirikan bangunan di kota

Makassar.

Selanjutnya hasil wawancara dengan AP selaku Sekretaris Dinas PTSP

kota Makassar mengatakan:

“Upaya pemerintah Dinas Penanaman Modal (PTSP) sejauh ini sudah

lebih maju melaui konsep pendataan secara menyeluruh kepada

masyarakat tentang perizinan mendirikan bangunan kota Makassar dan

melalui media informasi masyarakat juga dapat paham dan melihat

dimedia bahwa tidak diperbolehkan mendirikan bangunan secara ilegal

tanpa sepengetahuan pemerintah, seperti yang disampaikan oleh rekan

saya sebelumnya, saya menambahkan bahwa interaksi antar organisasi dan

lingkungan sekitar tentunya memiliki banyak manfaat. Dengan melihat 2

faktor yang sangat berpengaruh bagi efektivitas kinerja pegawai di kantor

dinas PTSP temasuk dalam pelayanan IMB tentu kami dapat melihat

kekurangan kami dari segi faktor penghambat kinerja begitupun

sebaliknya sehingga kami dapat mengetahui apa saja yang perlu di benahi

dan apa saja yang perlu kita pertahaankan.” (Hasil wawancara dengan

bapak AP pada tanggal 29 juli 2020)

Berdasarkan hasil wawancara informan tersebut mengatakan bahwa upaya

pemerintah Dinas Penanaman Modal (PTSP) sudah lebih maju dalam perizinan

mendirikan bangunan melaui media informasi sehingga masayarakat mudah

memahami peraturan pemerintah dalam perizinan mendirikan bangunan di kota

Makassar, terlepas dari aturan tentu saja pemerintah kota dalam hal ini adalah

Dinas PTSP kota Makassar mengukur kinerja mereka dengan melihat 2 faktor

yakni faktor pendukung dan faktor penghambat. Tentu saja dengan adanya kedua

63

fartor tersebut maka Dinas PTSP kota Makassar dapat mengetahui apa saja yang

perlu di tingkatkan dan yang perlu di pertahankan khusunya dalam pelayanan

kepada masyarakat.

Selanjutnya hasil wawancara dengan AG selaku kabid penanaman modal

di Dinas PTSP kota Makassar mengatakan:

“Masyarakat sekarang dapat paham dan melihat dimedia bahwa tidak di

perbolehkan mendirikan bangunan secara ilegal tanpa sepengetahuan

pemerintah, halini dapat dilihat dari upaya pemerintah Dinas Penanaman

Modal (PTSP) sejauh ini sudah lebih maju melaui konsep pendataan secara

menyeluruh kepada masyarakat tentang perizinan mendirikan bangunan

kota Makassar. Tentu tidak terlepas integritas dinas dengan lingkungan

serta organisasi organisasi yang ada di kota Makassar.” (Hasil wawancara

dengan bapak AG pada tanggal 29 juli 2020)

Berdasarkan hasil wawancara informan tersebut mengatakan bahwa upaya

pemerintah Dinas PTSP sudah lebih maju dalam perizinan mendirikan bangunan

melaui media informasi sehingga masayarakat mudah, di tambah dengan adanya

komunikasi serta interaksi yang massif serta baik maka akan menambah hubungan

yang baik serta melahirkan layanan yang nyaman kepada masyarakat.

Selanjutnyadi tambahkan oleh hasil wawancara dengan AS selaku

Masyarakat yang dilayani mengatakan:

“Masyarakat sebenarnya sudah bisa di katakan nyaman dengan layanan

yang diberikan dinas PTSP, saya selaku masyarakat mengatakan nyaman

karena saya merasakan sendiri layanan yang diberikan kepada saya pada

saat sedang mengurus izin di Dinas PTSP kota Makassar, memang betul

bahwa tingkat pemberian layanan dinas itu sangat baik karena mengikuti

kecenderunganmasyarakat indonesia yang instan, sehingga dinas

memberikan layanan yang tentunya sangat baik kepada masyarakat kita di

Makassar ” (Hasil wawancara dengan bapak AS pada tanggal 30 juli 2020)

Berdasarkan hasil wawancara informan tersebut mengatakan bahwa upaya

pemerintah Dinas PTSP dalam pemberian layanan sudah lebih baik dalam

64

memberikan layanan terhadap masayarakat, di tambah dengan adanya komunikasi

serta interaksi yang baik tentu saja memberikan tendensi bahwa dinas PTSP kota

Makassar sangat mengedepankan layanan prima, seperti apa yang dikatakan oleh

informan selaku orang yang merasakan langsung layanan yang diberikan,

mengatakan bahwa layanan sangat baik sehingga penulis menyimpulkan bahwa

pemerintah khusunya Dinas PTSP sangat loyal dalam menjalin hubungan

interaksi kepada lingkungan di sekitarnya berdasarkan apa yang diamati oleh

penulis.

Selanjutnyadi tambahkan oleh hasil wawancara dengan MT selaku

Masyarakat yang dilayani :

“Menurut saya, kami memang terbantu dengan layanan ini tapi masih

kurang layak loket-loketnya jadi biasa itu antri ki, biasanya itu yang makan

waktu lama dalam pengurusan.”(Hasil wawancara dengan bapak MT pada

tanggal 30 juli 2020)

Hal yang sama ditambahkan oleh AD selaku masyarakat yang dilayani :

“Panjang antriannya biasa itu kasih lamaki kalau mengurus, biasa baku

tumpuk mi orang adami yang baku terobos, baku dorong-dorong, Karena

saking banyaknya orang tapi bagus tongji ia sebenarnya karena sedikit

nabantuki.”(Hasil wawancara dengan bapak AD pada tanggal 30 juli 2020)

Berdasarkan beberapa kutipan di atas maka dapat disimpulakan bahwa

upaya pemerintah Dinas Penanaman Modal (PTSP) kota Makassar dalam

mengatasi masyarakat yang mendirikan bangunan secara ilegal maka pemerintah

memberikan pemahaman kepada masyarakat melaui media sosial media informasi

agar seluruh masyarakat kota Makassar dapat mudah mengetahui peraturan

peraturan yang dibuat oleh pemerintah Dinas Penanaman Modal (PTSP) kota

Makassar.

65

Berdasarkan hasil observasi lapangan mengenai Efektivitas Pelayanan

Pemberian Izin Mendirikan Bangunan di Dinas PTSP Kota Makassar dalam Hal

ini dapat dikaitkan dengan indikator Teori RichardM. Steers yakni interaksi antar

organisasi dengan lingkungan sekitar. Berdasarkan hasil observasi berkaitan

dengan indikator ini bahwa layanan di Dinas PTSP ada kemajuan dalam

mengedepankan layanan prima dalam berinteraksi dengan masyarakat yang

datang dan melakukan interaksi dengan orang-orang yang ada di Dinas PTSP

sendiri seperti melayani masyarakat yang akan melakukan pengurusan dengan

model pelayanan lebih nyaman dan fasilitas yang lebih memadai seperti di

sediakannya banyak loket yang siap melayani secara langsung, serta di bukanya

pelayanan online, dan fasilitas lain seperti wifi gratis bagi pengunjung kantor

dinas PTSP, dan juga adanya mesin komputer yang di pajang sebagai tempat

mendapatkan informasi sementara sebelum menuju ke pada loket yang sudah di

siapkan.

3. Peran prilaku organisasi dan efektifitas dalam suatu organisasi

Efektivitas dalam suatu organisasi konsep efektivitas sesungguhnya

merupakan suatu konsep yang luas, mencakup berbagai faktor di dalam maupun

di luar organisasi. Konsep efektivitas ini oleh para ahli belum ada keseragaman

pandangan, dan hal tersebut dikarenakan sudut pandang yang dilakukan dengan

pendekatan disiplin ilmu yang berbeda, sehingga melahirkan konsep yang berbeda

pula di dalam pengukurannya. Namun demikian, banyak juga ahli dan peneliti

yang telah mengungkapkan apa dan bagaimana mengukur efektivitas itu.

66

Efektivitas dalam suatu organisasi merupakan suatu konsep yang sangat

penting karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan dalam

mencapai sasarannya atau dapat dikatakan bahwa efektivitas merupakan tingkat

ketercapaian tujuan dari aktivasi-aktivasi yang telah dilaksanakan dibandingkan

dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya. Jadi, Efektivitas organisasi dapat

diartikan sebagai suatu keberhasilan sebuah organisasi dalam mencapai tujuan dan

sasaran nya. namun melihat data kependudukan kota Makassar dilangsir dari dinas

Kependudukan dan catatan sipil, membuat DPM-PTSP kesulitan dalam

melakukan pendataan dalam memberikan perizinan mendirikan bangunan di kota

Makassar jumlah penduduk Kota Makassar terus mengalami peningkatan setiap

tahun. Hal tersebut terlihat dari data yang dilansir Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil.

Penyelenggaraan Pelayanan izin Mendirikan Bangunan di Kota Makassar

yang diselenggarakan yaitu Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

Pintu (DPM-PTSP) dan Dinas Tata Ruang dan Bangunan (DTRB) Kota Makassar

merupakan salah satu bagian dari pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yaitu:

pelayanan administrasi kepada masyarakat oleh DPM-PTSP dan DTRB. Secara

legal formal penyelenggaraan pelayanan Izin mendirikan Bangunan di Kota

Makassar di atur dalam Peraturan Daerah Kota Makassar No. 15 Tahun 2004

tentang Tata Bangunan.

Pelayanan Perizinan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks.

Untuk mendirikan sebuah bangunan, masyarakat harus memiliki surat Izin

MendirkanBangunan, karena tanpa memiliki izin, maka bangunan akan di katakan

67

ilegal oleh pemerintah yang sewaktu-waktu dapat dirobohkan pula oleh

pemerintah. Hal ini, tidaklah diinginkan oleh masyarakat kota Makassar yang

telah memiliki kesadaran tinggi akan konsekuensi tersebut.

Tingginya tingkat pembangunan di Kota Makassar dapat dilihat secara kasat

mata, hal ini tidaklah mengherankan karena salah satu visi dari kota Makassar

ialah mewujudkan kota Makassar sebagai kota Niaga yang telah membuat

investor tertarik untuk menanamkan modalnya, banyaknya masyarakat pendatang

dari luar Makassar yang kemudian menetap membuat investor tertarik untuk

membangun pusat perumahan di Kota Makassar. Tingginya pembangunan di kota

Makassar dapat dilihat dari banyaknya Izin Mendirikan Bangunan yang

dikeluarkan oleh pemerintah yang mencapai 4.198 IMB pada tahun2019. berikut

rekapitulasi izin yang diterbitkan DPM-PTSP Kota Makassar:

Tabel.2

Rekapitulasi Izin PadaDinas Penanaman Modal dan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Kota Makassar

NO JENIS IZIN/TDI TAHUN

2019 2020 (21APRIL)

1. IMB 4.198 732

Total 4.930

Sumber: PadaDinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Makassar

Banyaknya izin mendirikan bangunan yang dikeluarkan pemerintah dari

tahun ketahun menunjukkan tingginya kesadaran masyarakat kota Makassar

untuk mentaati aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Tak heran jika

hal inilah yang memberikan sumbangsi terhadap Pendapatan Asli Daerah

(PAD) yang terus mengalami surplus dari tahun ke tahun.

68

Berdasarkan dengan indikator tersebut peneliti kemudian mewawancarai

Bapak ABD selaku kepala Dinas Penanaman Modal (PTSP), mengatakan:

“Kami selaku pemerintah Dinas Penanaman Modal (PTSP) kota Makassar

sudah melakukan kerjasama terhadap masyarakat setempat tentang perizian

mendirikan bangunan tetapi dalam program ini masih saja banyak ditemui

masyarakat yang melanggar peraturan yang dibuat oleh pemerintah dengan

mendirikan bangunan di simpangan jalan secara ilegal.” Hasil wawancara

dengan bapak ABD pada tenggal 30 juli 2020).

Berdasarkan hasil wawancara informan tersebut mengatakan bahwa masih

saja banyak yang ditemui di simpangan jalan masyarakat yang melanggar

peraturan yang dibuat oleh pemerintah kota Makassar dengan mendirikan

bangunan di simpangan jalan kota Makassar.

Salanjutnya hasil wawancara dengan Bapak AP selaku Sekertaris

DinasPenanaman Modal (PTSP) kota Makassar, mengatakan bahwa:

“Kami selaku pemerintah Dinas Penanaman Modal (PTSP) kota Makassar

selalu melakukan pendekatan secara baik kepada seluruh masyarakat dan

memberikan pelayan secara baik pulah dan kami juga menerima masukan

dari setiap masyarakat yang mengeluh tentang perizinan mendirikan

bangunan dan kami selaku pemerintah dinas penanaman modal (PTSP) akan

merapatkan dari setiap keluhan masyarakat dan kami kembali akan

mensosialisasikan yang menjadi keluhan masyarakat tersebut.”(hasil

wawancara dengan bapak AP selaku Sekertaris Dinas Penanaman Modal

(PTSP) pada tanggal 4 agustus 2020).

Berdasarkan beberapa kutipan wawancara di atas maka dapat disimpulkan

bahwa pemerintah Dinas Penanaman Modal (PTSP) kota Makassar sudah

berupaya menerima masukan atau keluhan masyarakat dalam perizian mendirikan

bangunan dalam meningkatkan kualitas dengan di adakannya evaluasi di dinas

PTSP untuk membahas keluhan masyarakat serta memunculkan solusi dari

masalah dan keluhan masyarakat.

69

selanjutnya hasil wawancara dengan AG selaku kabid penanaman modal

Dinas PTSP kota Makassar, mengatakan bahwa:

“Kami selaku pemerintah bidang Penanaman Modal Dinas PTSP kota

Makassar tentu saja memliki peran tersendiri dalam meningkatkan

efektivitas dinas, selain sebagai bidang yang mendukung dalam peningkatan

kinerja selalu melakukan pendekatan secara baik kepada seluruh masyarakat

dan memberikan pelayan secara baik dalam hal yang berkaitan dengan

Dinas PTSP”(hasil wawancara dengan AG pada tanggal 5 agustus 2020).

Berdasarkan kutipan wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pemerintah yakni Dinas PTSP kota Makassar sangat mengedepankan efektivitas

dalam suatu organisasi, hal ini dapat kita lihat dari apa yang dilakukan oleh salah

satu bidang yakni bidang penanaman modal yang integritasnya dalam

meningkatkan evektivitas di Dinas PTSP sudah tidak diragukan lagi dengan

menjadikan layanan yang diberikan kepada masyarakat sebagai salah satu tolak

ukur dalam peran organisasi dan efektivitas dalam suatu organiasisi.

Salanjutnya hasil wawancara dengan AA selaku kabid pelayanan depan

perizinan di Dinas PTSP kota Makassar, mengatakan bahwa:

“Berbicara peran perilaku organisasi dan efektivitas dalam suatu organisasi,

jika di kaitkan dengan Dinas PTSP tentu saja sangat memeliki keterkaitan

yang sangat banyak, karena berbicara efektivitas Dinas tentu saja kami

selaku bidang yang langsung berada di bagian depan dalam memberikan

layanan kepada masyarakat tentu saja menjadi point sangat penting dan

sangat fatal jika melakukan sedikit saja kesalahan maka dari itu kami punya

peran sangat penting karena di poisiskan pada bagian depan dalam

pemberian layanan terbaik dinas PTSP kota Makassar, karena posisi kami

yang sangat sensitive dengan hubungan kepada masyarakat secara langsung

maka tentu saja sangat menghindari prilaku buruk yang bisa memberikan

dampak yang tidak baik kepada Dinas PTSP kota Makassar.”(hasil

wawancara dengan AA pada tanggal 5 agustus 2020).

Berdasarkan kutipan wawancara di atas maka penulismenyimpulkan bahwa

pemerintah yakni Dinas PTSP kota Makassar memiliki peran dalam hal perilaku

70

organisasi dan efektivitas dalam suatu organisasi, karena dapat kita lihat bahwa

banyak bidang yang memiliki peran sangat penting sehingga sangat berpengaruh

kepada pelayanan yang diberikan oleh Dinas PTSP kota Makassar, melihat apa

yang dikatakan narasumber bahwa hal yang paling di hindari adalah perilaku yang

buruk dari oknum yang ada di dinas PTSP itu tidak dimunculkan dikantor karena

sangat berpengaruh terhadap integritas Dinas PTSP yang sudah di kenal

masyarakat dengan pelayanan yang baik.

Salanjutnyaditambahkan wawancara dengan ATL selaku kabid pelayanan

belakangnon teknis di Dinas PTSP kota Makassar, mengatakan bahwa:

“Pada pertanyaan ini sudah dijelaskan oleh rekan saya sebelumnya namun

saya menambahkan saja bahwa prilaku organisasi dan efektivitas organisasi

yang ada di Dinas PTSP kota Makassar itu dapat kita lihat dari semua

kinerja bidangnya sehingga tentu saja semua bidang di dinas PTSP itu

memiliki keterkaitan satu dengan yang lain yang tentu saja sangat

menunjang kinerja di dinas serta mampu mengetahui seperti apa efektivitas

Dinas PTSP kota Makassar. Peran organisasi di sini adalah bagaimana

Dinas itu menjadi Stakeholder yang penting dalam mencapai tujuan serta

pemenuhan kebutuhan bagi masyarakat baik dari segi pelayanan dan lain-

lain.”(hasil wawancara dengan ATL pada tanggal 5 agustus 2020).

Selanjutnyadi tambahkan oleh hasil wawancara dengan MT selaku

Masyarakat yang dilayani :

“Menurut saya, kami memang terbantu dengan layanan ini tapi masih

kurang layak loket-loketnya jadi biasa itu antri ki, biasanya itu yang makan

waktu lama dalam pengurusan.” (Hasil wawancara dengan bapak MT pada

tanggal 30 juli 2020)

Hal yang sama ditambahkan oleh AD selaku masyarakat yang dilayani :

“Panjang antriannya biasa itu kasih lamaki kalau mengurus, biasa baku

tumpuk mi orang adami yang baku terobos, baku dorong-dorong, Karena

saking banyaknya orang tapi bagus tongji ia sebenarnya karena sedikit

nabantuki.”(Hasil wawancara dengan bapak AD pada tanggal 30 juli 2020)

71

Berdasarkan kutipan wawancara di atas maka penulismenyimpulkan

bahwasemua bidang yang ada dikantor Dinas PTSP kota Makassar memiliki peran

dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memberikan pelayanan

termasuk IMB kepada masyarakat, berdasarkan indikator di atas kita dapat

melihat bahwa Dinas PTSP adalah suatu oeganisasi yang tentu saja efektivitas

kinerjanya tidak di ragukan tingkat keberhasilannya berdasarkan data yang ada,

baik dari observasi awal hingga akhir yang di lakukan penulis.

Sesuai dengan tujuan penulis kita dapat melihat bahwa efektifitas pelayanan

IMB di Kota Makassar memiliki banyak peminat dangan itu kita dapat menarik

kesimpulan bahwa pertumbuhan daerah tentunya akan bertambah sesuai dengan

pembangunan yang berjalan sangat pesat ,tetapi tentu saja dengan dilakukan

pengawasan yang rutin agar tidak melanggar Izin Mendirikan Bangunan oleh

Dinas PTSP kota Makassar, pada dasarnya pembangunan yang pesat sangat

menunjang kemajuan suatu kota tetapi perlu dilakukan pengawasan oleh pihak

pemerintah secara objektif dan rutin agar tidak terjad ihal-hal yang tidak

diinginkan yang merugikan banyak pihak apalagi merugikan masyarakat, sebagai

dinas dalam pelayanan pemberian izin maka Dinas PTSP kota Makassar

memberikan layanan yang baik kepada siapa saja yang ingin mengurus IMB tetapi

juga dengan persyaratan yang harus dipenuhi.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan mengenai efektivitas pelayanan

pemberian izin mendirikan bangunan di Dinas PTSP Kota Makassar dalam Hal ini

dapat dikaitkan dengan Teori Richard M. Steers yakni Peran perilaku individu

terhadap efektifitas dalam suatu organisasi. Berdasarkan hasil observasi penulis,

72

bahwa Dinas PTSP kota Makassar telah menjalankan semua SOP pelayanan

kepada masyarakat khusunya dalam pelayanan pemberian IMB. Penulis juga

menemukan bahwa pemerintah kota Makassar dalam Hal ini Dinas PTSP

memberikan kemudahan pelayanan bagi masyarakat yang ingin mengurus IMB.

73

BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kota Makassar Provinsi

Sulawesi Selatan mengenai Efektivitas Pelayanan Pemberian Izin Mendirikan

Bangunan di Kantor PTSP Kota Makassar. Maka dari itu penulis dapat

menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut:

1. Optimasi tujuan yang akan dicapai, terkait efektivitas Pelayanan pemberian

IMB oleh Dinas PTSP kota Makassar, dinilai sudah berjalan baik. Dimana

dinas PTSP sebagai pelaksana melibatkan masyarakat dan seluruh

stakeholdersdari pelayanan yang di berikan. Memberikan layanan kepada

masyarakat dengan mempermudah bentuk pengurusan dengan melengkapi

sejumlah persyaratan dalam bentuk berkas-berkas untuk pengurusan IMB di

Dinas PTSP kota Makassar.

2. Interaksi antara organisasi dengan lingkungan sekitar terkait efektivitas

Pelayanan pemberian IMB oleh Dinas PTSP kota Makassar, dinilai masih

kurang baik, itu dilihat pada fasilitas pendukung kenyamanan kepada

masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan Dinas PTSP masih kurang.

3. Peran perilaku organisasi dan efektivitas Dinas DPM-PTSP kota

Makassardinilai cukup baik dilihat dari pemberian pelayanan pada stakeholder

sesuai SOP diantaranya bentuk layanan kepada masyarakat yang membawa

anak, maka dinas PTSP memberikan layanan dengan menyediakan ruangan

tunggu bagi anak dalam bentuk wahana mini bermain pada sudut ruangan,

72

74

telah terjalin hubungan dan komunikasi yang harmonis baik antar Dinas PTSP

dengan organisasi yang ada diluar PTSP, seperti DTRB sehingga menunjang

efektifitas pelayanan pemberian izin pada masyarakat.

B.Saran

Dari kesimpulan diatas maka ada berapa hal yang penulis sarankan untuk

menjadi bahan evaluasi bagi dinas terkait. sabagai berikut:

1. Untuk meningkatkan kualitas Dinas PTSP maka dianggap perlu melakukan

pengecekan atau evaluasi lapangan secara berkala sebagai bentuk antisipasi

adanya bangunan liar atau ilegal di kota Makassar.

2. Karena kurangnya loket pelayanan maka antrian masyarakat menumpuk

sehingga perlu penambahan loket untuk mempermudah terlaksananya

pelayanan dengan baik.

3. Dalam meningkatkan kualitas Dinas PTSP perlu rutin melakukan pengecekan

ke lapangan agar menjadi bahan evaluasi untuk dinas kedepannya.

75

DAFTAR PUSTAKA

A.F.Stoner Janes, dkk. 2013.Manajemen, edisi Indonesia. Jakarta: PT.

Prenhalindo

Anggara. 2015 . Pengantar penelitian ilmiah. Bandung : Cv pustaka setia

Bair, Lioyd. 2011.Managing performance, Jhon Wilyed Son, Inc., New York.

Bernardin, H.J. & Russel, J.E.A. 2013.Human resource management an

experimental approach. Singaore: Mc Grauw- hill,Inc.

Castello,S.j. 2010.Effective ferformance management . New York: Mc Gauw-Hill

Componies,Inc.

Dale Timpe. 2010.Seri manajemen sumber daya manusia, kinerja/ Performance.

Jakarta: Elex Media Kompotindo.

Damin, sudarwan. 2011.motivasi kepemeinpinan & Efektifitas kelompok. Jakarta:

PT Rineka Cipta.

Dessler, Gary. 2011.manajemen sumber daya manusia. Jilid I. Edisi 10. Penerbit

Jakarta : pt.indeks

Gibson, J.L. 2011.sturktur organisasi dan manajemen. Jakarta: Erlangga saragih ,

juli panglima desentralisasi fiscal dan keuangan daerah dalam otonom.

Bogor: penerbit Ghalia indonesia.

Kuswadi. 2010.Cara mengukur kepuasan karyawan. Jakarta: PT Elex Media

Kompotindo.

Mardiana. 2014.Manajemen produksi. Jakarta : Penerbit Badan IPWI.

74

76

Robbins.2015.Perilaku organisasi. Index. Jakarta.

Siagian, Sondang. 2014.Manajemen sumber daya manusia. (Edisi pertama).

Jakarta: Binapura Aksara.

Soeprianto, Jhon. 2010. Penilaian kenerja dan pengembangan kariyawan, Edisi

pertama. Yogyakarta : Cetakan kelima BPPFE.

Steers Richard. M. 2010.Efektivitas organisasi. (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Tika pabundu.2010.Budaya organisasi dan peningkatan kenerja perusahaan,

Jakarta: Bumi Aksara.

Udekusuma. 2013.Performance manajement. University of Indonesia Samad.

Yukl , Gary.2015.Leadership in organisations. Terjemah jusuf udayana.

kepeminpian dalam organisasi. Edisi 3. Jakarta :Penerbit Prenhalindoh.

Undang- Undang

PERDA (peraturan pemerintah) kota Makassar Nomor. 15 Tahun 2004 tentang

tata bangunan.

PERDA (peraturan pemerintah) Nomor 6 Tahun 2006 tentang rencana tata ruang

wilaya berdasarkan konsideran.

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang pemerintah daerah.

Undang-Undang Tahun 2006 Pedoman penyelenggara pelayanan terpadu satu

pintu.

77

L

A

M

P

I

R

A

N

78

(Bersama bapak kabid belakang perizinan teknis)

79

(Bersama bapak kabid belakang perizinan teknis)

80

Alfiansyah, lahir pada tanggal 24

April 1996 di Sinjai. Ia anak ke

empat dari delapan bersaudara. Buah

Cinta dari pasangan Bapak Minson

dan Ibu Muliati. Penulis

menyelesaikan pendidikan sekolah

dasar di SDN 105 Bonto Sinjai Utara

pada tahun 2008. Pada tahun itu juga

peulis melanjutkan pendidikan di

SMP Negeri 3 Sinjai Utara dan tamat

pada tahun 2011, kemudian penulis

melanjutkan pendidikan di SMKN 1

Sinjai Utara, mengambil jurusan TKJ

dan tamat 2014. Penulis melanjutkan

pendidikan di perguruan tinggi

tepatnya di Universitas

Muhammadiyah Makassar

mengambil Jurusan Ilmu

Administrasi Negara, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik strata 1 (S1) kemudian penulis menyelesaikan kuliah S1

pada tahun 2020, dan berhasil mempertanggung jawabkan hasil karya ilmiah

didepan penguji berjudul “Efektivitas Pelayanan Pemberian Izin Mendirikan

Bangunan Di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Kota

Makassar” dan mendapatkan gelar S.Sos.

81