simulasi skema fractional frequency reuse
TRANSCRIPT
1
SIMULASI SKEMA FRACTIONAL FREQUENCY REUSE PADA JARINGAN
LONG TERM EVOLUTION (LTE) MENGGUNAKAN ATOLL
Salimun 1), Fitri Imansyah 2), Redi Ratiandi Yacoub 3)
1,2,3)Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
Email: [email protected] [email protected]
ABSTRAK
Pada tugas akhir ini, simulasi yang dilakukan menggunakan software Atoll dengan skema FFR, pada skema ini,
satu cell dibagi menjadi tiga sektor, dimana setiap sektornya dibagi lagi dengan dua area cakupan. Cakupan yang dekat
dengan antena pemancar disebut dengan cell centre, sedangkan daerah yang berada pada pinggiran cell, di sebut cell edge.
FFR membagi cell menjadi daerah bagian dalam dan luar, dan kemudian faktor-faktor penggunaan kembali frekuensi yang
berbeda diterapkan di setiap daerah sedemikian rupa sehingga gangguan berkurang. Hasil dari simulasi skema fraqtional
frequency reuse, cakupan kualitas sinyal memiliki rata-rata level sinyal cukup baik yaitu -77.1 dBm. Dimana sinyal dengan
kualitas sangat baik -65 dBm dapat mencakup luas 2.5 Km², kecepatan transfer data downlink mencapai 36.000 Kbps
dapat mencakup luas area 0.8 Km², sedangkan kecepatan transfer data uplink mencapai 27.000 Kbps yang dapat
mencakup luas area 0.79 Km², Nilai SINR tertinggi pada Downlink yaitu 30 dB memiliki luas cakupan 1,9 Km²,
sedangkan nilai SINR tertinggi pada Uplink yaitu 18 dB memiliki luas cakupan 4,263 Km².
Kata kunci: Cell, FFR, Software Atoll, SINR
1. PENDAHULUAN Kemajuan teknologi informasi pada saat ini
berkembang seiring dengan kebutuhan yang
menginginkan kemudahan, kecepatan, dan keakuratan
dalam memperoleh informasi, oleh karena itu kemajuan
teknologi informasi harus terus diupayakan dan
ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya. Salah satu kemajuan teknologi pada saat ini, Long Term Evolution
(LTE) merupakan teknologi yang mendukung layanan
data dengan kecepatan tinggi. LTE merupakan teknologi
alternatif untuk memenuhi meningkatnya tuntutan bagi layanan broadband dan mobilitas yang tinggi.
Teknologi ini diklaim dirancang untuk menyediakan
efisiensi frekuensi yang lebih baik, peningkatan
kapasitas radio, latency, dan biaya operasional yang
rendah bagi operator serta layanan mobile broadband
kualitas tinggi untuk para pengguna. Hal itu
dimungkinkan karena adanya teknologi orthogonal
frequency division multiplexing (OFDM).
Terbatasnya spektrum frekuensi yang dapat
digunakan pada sistem komunikasi bergerak
menyebabkan penggunaan spektrum frekuensi tersebut harus sebaik mungkin. Jarak antara 2 cell yang
menggunakan frekuensi yang sama ini harus diatur
sedemikian rupa sehingga tidak akan mengakibatkan
interferensi. Sebuah kanal radio terdiri dari sepasang
frekuensi, masing-masing arah memakai satu frekuensi
untuk keperluan komunikasi full duplex. Pengulangan
frekuensi merupakan inti dari konsep sistem radio
seluler, dengan menggunakan sistem pengulangan
frekuensi maka pemakai yang berada di wilayah lain
dapat secara simultan menggunakan frekuensi yang sama. Kedua cell yang sama tersebut disebut sebagai co-
channel. Dengan demikian pengulangan frekuensi dapat
meningkatkan efisiensi penggunaan spektrum frekuensi,
akan tetapi apabila sistem tersebut tidak dirancang
dengan baik dapat menimbulkan interferensi yang
merupakan masalah utama dalam sistem seluler. Jarak
minimum yang diijinkan untuk melakukan pengulangan
frekuensi tergantung pada banyak faktor, seperti jumlah cell dengan frekuensi yang sama , tipe kontur dari
permukaan, tinggi antena, dan daya yang ditransmisikan pada setiap cell site.
Pada LTE, teknologi orthogonal frequency division
multiplexing (OFDM) untuk digunakan mengurangi
intersymbol interference (ICI), akan tetapi dengan
diterapkannya teknologi OFDM yang memakai
frekuensi tunggal menyebabkan peningkatan efek ICI
yang menyebabkan nilai interferensi tetap saja tinggi.
Dalam jaringan selular, skema alokasi daya dan
frekuensi yang berbeda diterapkan untuk mengurangi
dampak ICI sehingga efisiensi spektral sistem dapat
ditingkatkan. Dalam banyak skema mitigasi ICI, teknik
penggunaan kembali frekuensi diambil sebagai ide
utama. ICI yang kecil pada cell, akan meningkatkan
performansi user, oleh karena itu penggunaan skema
frequency reuse akan mempengaruhi nilai SINR,
throughput, kapasitas cell dan coverage [1,2,8].
2. DASAR TEORI
A. Frequensy Reuse
Frequency reuse adalah penggunaan ulang sebuah
frekuensi pada suatu cell, dimana frekuensi tersebut
sebelumnya sudah digunakan pada satu atau beberapa cell lainnya. Jarak antara dua cell yang
menggunakan frekuensi yang sama ini harus diatur
sedemikian rupa sehingga tidak akan mengakibatkan
interferensi. Latar belakang penerapan frequency reuse
ini adalah karena adanya keterbatasan resource
frekuensi yang dapat digunakan, sedangkan kebutuhan
2
akan ketersedian coverage area yang lebih luas terus
meningkat. Maka agar coverage area baru dapat
diwujudkan, dibuatlah cell-cell baru dengan
menggunakan frekuensi yang sudah pernah digunakan
sebelumnya oleh cell lain [1,5].
Gambar 1. Skema Frequency Reuse
Inti dari konsep seluler adalah konsep frequency
reuse. Walaupun ada ratusan kanal yang tersedia bila
setiap frekuensi hanya digunakan oleh satu cell, maka
total kapasitas sistem akan sama dengan total jumlah
kanal. Dalam penggunaan kembali kanal frekuensi diusahakan agar daya pemancar masing-masing base
transceiver station (BTS) tidak terlalu besar, hal ini
untuk menghindari adanya interferensi akibat pemakaian
kanal yang sama Interferensi Co-Channel. Jarak
minumum frequency reuse yang diperbolehkan
ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu jumlah cell yang
melakukan frequency reuse, bentuk geografis suatu
wilayah, tinggi antena, dan besarnya daya pemancar
pada masing masing BTS. Dalam hal ini jarak minimum
frequency reuse dapat dicari dengan rumus pendekatan
teori cell hexagonal yaitu :
D = …...…………………………………. (1)
Dimana :
D = Jarak minimum cell yang menggunakan kanal
frekuensi yang sama.
R = Radius cell, dihitung dari pusat cell ke titik terjauh
dalam cell.
K = Banyaknya cell per kelompok / pola cell / pola
frequency reuse
Gambar 2 Jarak Bebas Interferensi
Tantangan dalam perencanaan adalah untuk
memperoleh K terkecil yang masih memenuhi
performansi sistem yang dibutuhkan. Hal ini meliputi
perkiraan interferensi co-channel dan penentuan jarak
minimum pengulangan frekuensi D untuk mengurangi
interferensi co-channel.
B. Fractional Frequensy Reuse
Pada skema ini, satu cell dibagi menjadi tiga sektor,
dimana setiap sektornya dibagi lagi dengan dua area
cakupan. Cakupan yang dekat dengan antena pemancar disebut dengan cell centre, sedangkan daerah yang
berada pada pinggiran cell, di sebut cell edge. FFR
membagi cell menjadi daerah bagian dalam dan luar,
dan kemudian faktor-faktor penggunaan kembali
frekuensi yang berbeda diterapkan di setiap daerah
sedemikian rupa sehingga gangguan berkurang.
Keuntungan skema FFR yaitu mampu memberikan performansi yang bagus pada user yang berada pada cell
edge [2,6].
Gambar 3 Skema cell FFR
Skema fractional frekuency reuse diusulkan untuk
mengatasi kekurangan dari skema frekuency reuse
konvensional. Dalam skema berbasis FFR, pengguna
dengan kualitas sinyal kuat menggunakan skema faktor reuse lebih rendah (seperti RF1) dan pengguna memiliki
SINR lebih rendah menggunakan skema reuse faktor
lebih tinggi (seperti RF3).
3. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Pada penulisan tugas akhir ini, penulis menggunakan
beberapa metode yang dapat menunjang penyelesaian
tugas akhir ini, diantaranya adalah :
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan mencari data-
data pendukung seperti jumlah penduduk, data titik
site, serta data pendukung lainnya mengenai simulasi
skema fractional frequency reuse pada jaringan
LTE. 2. Menentukan titik site
Penentuan titik site, dilakukan secara manual
dengan mempertimbangkan level sinyal dan
kepadatan penduduk, serti di pusat kota.
3. Setting Parameter
Pada tahap ini setting parameter yang akan
digunakan pada simulasi seperti parameter site,
parameter antena, parameter frekuensi, dan parameter cell.
4. Simulasi
Pada tahap ini akan dilakukan simulasi skema FFR
dan di prediksi nilai luas cakupan kualitas sinyal, nilai luas cakupan kecepatan transfer data, dan nilai
SINR.
5. Hasil dan analisis
Pada tahap ini akan ditampilkan hasil dari simulasi
dan analisis dari hasil simulasi tersebut.
B. Tahapan Simulasi Jaringan
Dalam melakukan simulasi, tentu diperlukan adanya
tahapan yang jelas dan sistematis agar simulasi tersebut
dapat berjalan dengan baik. Dalam simulasi tugas akhir
ini, dibagi menjadi beberapa tahapan. Tahap pertama
dari simulasi ini adalah penentuan dan pengumpulan
data, data yang dikumpulkan adalah diantaranya statistik
3
jumlah penduduk dan luas perkecamatan Kota Pontianak, data titik site exiting pada setiap operator,
alokasi Bandwith kanal, daya pancar, dan parameter
yang digunakan.
Pada tahap kedua menetukan titik site dan jarak
masing-masing site sesuai kebutuhan coverage area
dengan mengacu pada titik site exiting operator yang
ada. Simulasi jaringan yang akan digunakan pada skema
FFR terdiri dari 7 site terdiri dari 3 sektor, tiap sektornya
di bagi lagi menjadi 2 bagian cell (cell centre dan cell
edge ).
Pada tahap ketiga melakukan setting parameter yang
akan digunakan dalam simulasi seperti parameter antena, frekuensi, cell, dan lain-lain sebelum digunakan
dalam skema FFR. Pada tahap keempat dilakukan proses simulasi jaringan dengan software Atoll 3.3
skema FFR pada jaringan LTE dengan melihat prediksi nilai coverage area sinyal, nilai, nilai best signal level,
nilai thoughtput dan SINR.
Pada tahap keempat melakukan analisis hasil
simulasi yang dilakukan pada software atoll.
Konfigurasi jaringan yang digunakan dalam simulasi
terdiri dari 7 site, setiap site terdiri dari tiga sektor.
Setiap sektor menggunakan maksimum daya pancar 25
Watt. Pada simulasi jaringan ini menggunakan model
propagasi Cost-Hata, secara keseluruhan proses simulasi
jaringan ditunjukan pada diagram alir.
Gambar 4 Diagram Alir Simulasi
C. Alokasi Bandwidth Kanal Tabel 1 Alokasi Bandwidth Kanal
Frekuensi Reuse
Sektor BW kanal
(MHz)
Daya Pancar
(Watt)
DL Frekuensi
(MHz)
Warna
FFR
Cell centre
1,2,3 10 15 1805 – 1815
1 5 25 1816 – 1821
Cell
Edge
2 5 25 1822 – 1827
3 5 25 1828 - 1833
Skema FFR dibagi menjadi menjadi 3 sektor setiap sektor dibagi lagi menjadi cell centre dan cell edge,
seperti pada tabel diatas cell centre pada tiap sector
memiliki nilai yang sama bandwidth kanal yaitu 10
MHz, daya pancar 15 Watt, dan memiliki frekuensi yang sama. Sedangkan pada cell edge tiap sektor
mempunyai bandwidth kanal 5 Mhz dan daya pancar 25
Watt yang sama, namun memiliki frekuensi yang
berbeda tetapi bisa digunakan ulang frekuensinya pada site yang berbeda.
D. Titik Site
Untuk penentuan posisi eNodeB LTE pada simulasi
ini, akan memperhatikan kondisi jaringan exiting yang
ada, dalam tugas akhir ini, peletakan titik site dilakukan
secara manual dengan tetap memperhatikan data exiting
yang ada dikecamatan Pontianak Kota. Penentuannya akan dianalisis berdasarkan nilai coverage area sinyal
maupun transmitter dan lain-lain. Berikut adalah peta
titik site dan data koordinatnya.
Tabel 2 Data Site Simulasi Nama Site Longitude Latitude Keterangan
Site0 109.331658805 -0.027139401 Microwave Tower
Site1 109.325137267 -0.023485768 Microwave Tower
Site2 109.330814493 -0.020320629 Microwave Tower
Site3 109.335647279 -0.022590591 Microwave Tower
Site4 109.337659388 -0.028025746 Microwave Tower
Site5 109.33209887 -0.033487913 Microwave Tower
Site6 109.326107337 -0.02960818 Microwave Tower
Gambar 5 Titik Site
Tabel 3 Standar KPI 4G LTE RSRP (dBm) RSSQ (dB) RSSI (dB) Keterangan
>= -84 >= -10 >= -65 Sangat Baik
-85 s.d -102 -9 s.d -15 -66 s.d -69 Baik
-103 s.d -110 -14 s.d -18 -70 s.d -75 Cukup Baik
-111 s.d -119 -19 s.d -20 -76 s.d -85 Buruk
<= -120 <= -20 <= -86 Sangat
Buruk
Tabel 4 Standar Spesifikasi 4G LTE No. Parameter Nilai
1 Frekuensi 1800 MHz
2 E-UTRA Operating
Band
Band 3
3 Bandwidth 15 MHz
4 Frekuensi DL (MHz) 1805-1880
5 Frekuensi UL (MHz) 1710-1785
6 Power EIRP 64 dBm
7 Gain Antenna 18 dBi
8 Antenna Polarization Linear
9 Antenna Down Tilt
Angle
3
10 Losses Cable 2 dB
11 Antenna Height 30 M
12 Model Propagasi Cost-Hata
13 Max Power 40 dBm
14 Antenna Diversity MIMO
15 Noise Figure 5 dB
4
4. HASIL DAN ANALISIS
A. Simulasi Jaringan
Pada bab ini, akan ditampilkan hasil dari simulasi
yang telah dilakukan, hasil tersebut kemudian dianalisis,
dimana hasil dari analisis tersebut juga dijelaskan pada
bagian ini. Simulasi yang dilakukan merupakan
pengujian terhadap skema fraqtional frequency reuse,
dimana dalam simulasi ini software yang digunakan
adalah atoll versi 3.3 adalah software yang menyediakan
prediksi suatu planning jaringan. Simulasi dilakukan
dalam beberapa tahapan seperti yang dijelaskan pada
bab sebelumnya.
B. Hasil dan Pembahasan
Dari simulasi yang telah dilakukan didapatkan hasil
sebagai berikut:
1. Analisis Hasil Coverage By Signal Level
Coverage by signal level merupakan prediksi suatu
planning jaringan yang menampilkan luas cakupan
kualitas sinyal dari tiap cell.
Gambar 6 Cakupan Kualitas Sinyal
Gambar 7 Histogram Cakupan Kualitas Sinyal
Tabel 5 Cakupan Kualitas Sinyal Level
(dBm)
-65
–
-70
-70
–
-75
-75
–
-80
-80
–
-85
-85
–
-90
-90
–
-95
-95
–
-100
-100
–
-105
Luas
(Km²)
2,01 1,28 1,02 1,48 2,01 3,12 4,8 7,67
Keterangan Sangat
Baik
Baik Baik Cukup
Baik
Sedang Buruk Buruk Sangat
Buruk
Warna
Hasil dari prediksi luas cakupan kualitas sinyal pada
skema FFR, dengan nilai histogram rata-ratanya adalah
-73,09 dBm. Sinyal dengan kualitas sangat baik (-65
sampai -70 dBm) memiliki luas jangkauan 2,01 Km²,
sedangkan sinyal dengan kualitas sangat buruk (-100
sampai -105 dBm) memiliki luas jangkauan 7,67 Km².
2. Analisis Hasil Coverage By Throughput
Coverage by throughtput Merupakan prediksi suatu
planning yang menampilkan cakupan area nilai
kecepatan transfer data (bps) downlink dan uplink.
a) Coverage by Throughput Downlink
Gambar 8 Cakupan Transfer Data Downlink
Gambar 9 Hirtogram Cakupan Transfer Data Downlink
Tabel 6 Cakupan Transfer Data Downlink No. Luas
(Km²) Kecepatan
(Kbps)
1. 0,92 36.000
2. 1,77 35.000
3. 1,51 34.000
4. 1,39 33.000
5. 0,16 32.000
6. 0,37 30.000
7. 0,59 26.000
8. 0,97 22.000
9. 0,06 19.000
10. 0,87 18.000
11. 0,73 16.000
12. 0,70 15.000
13. 0,11 14.000
14. 1,5 13.000
15. 0,69 11.000
16. 0,37 10.000
17. 1,29 9000
18. 0,47 8000
19. 0,79 7000
20. 1,96 6000
21. 6,97 5000
22. 10,1 4000
23. 7,84 3000
24. 9,73 2000
Hasil dari prediksi Coverage by Throughput
Downlink pada skema FFR dan nilai histogram
kecepatan rata-ratanya adalah 5.425 Kbps. Kecepatan
transfer data sangat baik (36.000 Kbps) memiliki luas
cakupan 0,01 Km², sedangkan kecepatan transfer data
sangat buruk (2.000 Kbps) memiliki luas cakupan 13,43
Km².
km²
0
1
2
3
4
5
6
7
-105
-100
-95
-90
-85
-80
-75
-70
-65
-60
Best Signal Level (dBm)
km²
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0
5,0
00
10,0
00
15,0
00
20,0
00
25,0
00
30,0
00
35,0
00
40,0
00
45,0
00
50,0
00
Peak RLC Channel Throughput (DL) (kbps)
5
b) Coverage by Throughput Uplink
Gambar 10 Cakupan Transfer Data Uplink
Gambar 11 Hirtogram Cakupan Transfer Data Uplink
Tabel 7 Cakupan Transfer Data Uplink
No. Luas
(Km²)
Kecepatan
(Kbps) No.
Luas
(Km²)
Kecepatan
(Kbps)
1 2,55 25
14 0,09 12
2 0,03 24
15 0,06 11
3 0,06 23
16 0,08 10
4 0,05 22
17 0,08 9
5 0,08 21
18 0,13 8
6 0,06 20
19 0,1 7
7 0,06 19
20 0,15 6
8 0,04 18
21 0,17 5
9 0,06 17
22 0,22 4
10 0,05 16
23 0,32 3
11 0,05 15
24 0,51 2
12 0,07 14
25 1,01 1000
13 0,1 13
26 32,4 0
Hasil dari prediksi Coverage by Throughput Uplink
pada skema FFR dan nilai histogram kecepatan rata-
ratanya adalah 2,513 Kbps. Kecepatan transfer data
sangat baik (28.000 Kbps) memiliki luas cakupan 2,55 Km², sedangkan kecepatan transfer data sangat buruk (0
Kbps) memiliki luas cakupan 32,4 Km².
3. Analisis Hasil Nilai SINR
SINR Merupakan prediksi suatu planning yang
menampilkan cakupan area yang tertutupi oleh SINR
downlink dan SINR uplink.
a) Coverage by C (I + N) Level Downlink
Gambar 12 Nilai Cakupan SINR Downlink
Gambar 13 Histogram Nilai SINR Downlink
Tabel 8 Cakupan Nilai SINR Downlink
No. Luas (Km²) Level (dB)
No. Luas (Km²) Level (dB)
1 1,9 30
17 1,31 14
2 0,255 29
18 1,513 13
3 0,238 28
19 1,718 12
4 0,26 27
20 1,665 11
5 0,238 26
21 1,713 10
6 0,31 25
22 1,903 9
7 0,28 24
23 2,115 8
8 0,293 23
24 2,32 7
9 0,358 22
25 2,553 6
10 0,335 21
26 2,78 5
11 0,368 20
27 2,953 4
12 0,35 19
28 3,315 3
13 0,433 18
29 3,795 2
14 0,748 17
30 4,048 1
15 1,038 16
31 4,518 0
16 1,173 15
32 5,215 -1
Hasil dari prediksi nilai SINR downlink pada skema FFR dan histogram dengan nilai rata-ratanya adalah
8,19 dB. Nilai SINR 30 dB memiliki luas cakupan 1,9
Km² sedangkan nilai SINR -1 dB memiliki luas cakupan
5,215 Km². nilai interferensi pada cell centre lebih
tinggi dari pada cell edge, dikarenakan cell centre
menggunakan frekuensi sama.
km²
0
5
10
15
20
25
30
0
5,0
00
10,0
00
15,0
00
20,0
00
25,0
00
30,0
00
35,0
00
40,0
00
45,0
00
50,0
00
Peak RLC Allocated Bandwidth Throughput (UL) (kbps)
km²
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
-20
-15
-10 -5 0 5
10
15
20
25
30
PDSCH C/(I+N) Level (DL) (dB)
6
b) Coverage by C (I + N) Level Uplink
Gambar 14 Nilai Cakupan SINR Uplink
Gambar 15 Histogram nilai SINR Uplink
Tabel 9 Cakupan Nilai SINR Uplink No. Luas
(Km²) Level (dB)
1. 4,263 18
2. 2,118 17
3. 0,39 16
4. 0,148 15
5. 1,345 14
6. 1,35 13
7. 1,468 12
8. 1,585 11
9. 1,765 10
10. 4,225 7
11. 1,403 6
12. 3,785 4
13. 3,145 3
14. 2,435 2
15. 2,723 1
16. 3,043 0
17. 3,4 -1
Hasil dari prediksi nilai SINR Uplink pada skema
FFR dan histogram dengan nilai rata-ratanya adalah
7,58 dB. Nilai SINR 18 dB memiliki luas cakupan 4,263
Km² sedangkan nilai SINR -1 dB memiliki luas cakupan
3,4 Km². Nilai interferensi pada uplink tidak terlalu
tinggi di area cell centre dan cell edge.
5. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil simulasi skema fraqtional frequensy
reuse, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Cakupan kualitas sinyal pada skema FFR memiliki rata-rata level sinyal cukup baik yaitu -73,09 dBm.
Dimana sinyal dengan kualitas sangat baik yaitu -65
dBm dapat mencakup luas 2,01 Km².
2. Kecepatan transfer data downlink mencapai 36.000
Kbps dapat mencakup luas area 0,92 Km²,
sedangkan kecepatan transfer data uplink mencapai
25.000 Kbps yang dapat mencakup luas area 2,55
Km² 3. Nilai SINR tertinggi pada Downlink yaitu 30 dB
memiliki luas cakupan 1,9 Km², sedangkan nilai SINR tertinggi pada Uplink yaitu 18 dB memiliki
luas cakupan 4,263 Km².
B. Saran
Untuk penelitian lebih lanjut dapat
direkomendasikan untuk melakukan penelitian
menggunakan beberapa skema dan membandingkan hasil prediksi setiap skema, seperti skema reuse
konvensional, reuse tiga sektor, soft frequency reuse
dengan frekuensi 1800 MHz pada jaringan LTE.
Sehingga dapat menjadi pembanding antara skema satu
dengan skema yang lain.
REFERENSI
[1] Frans Risky J.P. “Analisis Perancangan Jaringan
Long Term Evolution (LTE) Di Wilayah Kota
Banda Aceh Dengan Fractional Frequency Reuse
Sebagai Manajemen Interferensi”. Universitas
Telkom Bandung, 2014. [2] Evi Susanti Br. Tarigan. “Analisis Penerapan
Fractional Frequency Reuse Pada Mobile Wimax
Untuk Menekan Efek Inter Cell Interference”.
Universitas Telkom Bandung, 2010. [3] Saludin Muis, “Sistem Mobile 4G Komunikasi
Nirkabel Kecepatan Tinggi”. Yogyakarta, 2014.
[4] Dewi Sinta, Fitri Imansyah, Trias Pontia “Analisis
Sebaran BTS (BASE TRANSCEIVER STATION)
Menggunakan Atoll 3.3.2 Berdasarkan ALgoritma
Genetika”. Universitas Tanjungpura Pontianak,
2020.
[5] Fitri Imansyah, “Perencanaan Dan Upaya Optimasi
Jairngan GSM”. Pustaka Rumah Alloy, Pontianak,
2020
[6] Fitri Imansyah, “Buku ajar Teknologi GSM”.
Pontianak, Pustaka Rumah Alloy, 2018.
[7] Gatot Santoso. “Sistem Selular WCDMA
(Wideband Code Division Multiple Access)”.
Yogyakarta, 2006.
[8] Peraturan Mentri Kominfo “Alokasi Spektrum
Frekuensi Radio Indonesia”
https://www.kominfo.go.id/content/detail/2538/reg
ulasi-kebijakan-penataan-spektrum-frekuensi-
radio/0/pengumuman
[9] BPS Kota Pontianak. “Statistik Penduduk Kota
Pontianak”, 2020. https://pontianakkota.bps.go.id/
[10] Disdukcapil Kota Pontianak. “Jumlah Penduduk
Tahun 2020”. https://disdukcapil.pontianakkota.go.id/download/j
umlah-penduduk-semester-i-tahun-2020
[11] Modul 4 Introduction To Atoll (Panduan
Menggunakan Aplikasi Atoll) https://adoc.pub/queue/modul-4introduction-to-
atoll.html
km²
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
-20
-15
-10 -5 0 5
10
15
20
25
30
PUSCH & PUCCH C/(I+N) Level (UL) (dB)
7
[12] Dahlan Abdullah. “ SISTEM ANTENA – Pertemuan 9” https://dahlan.web.id
BIOGRAFI
Salimun, Lahir di Sambas,
Kabupaten Sambas, Kalimantan
Barat, Indonesia. Pada tanggal 26
April 1997. Menempuh
pendidikan di MIS Awaluddin Pal
IX lulus pada tahun 2009,
melanjutkan ke MTs Negeri 2
Pontianak lulus pada tahun 2012
dan melanjutkan pendidikan di SMK Negeri 1
Mempawah Timur lulus pada tahun 2015. Memperoleh
Gelar Sarjana Teknik dari Program Studi Teknik Elektro
Universitas Tanjungpura Pontianak pada tahun 2021
8
ABSTRACT
In this final project, the simulation is carried out using Atoll software with the FFR scheme, in this scheme, one cell
is divided into three sectors, where each sector is further divided into two coverage areas. The area that is close to the
transmitting antenna is called the cell center, while the area that is on the periphery of the cell is called the cell edge. FFR
divides the cell into inner and outer regions, and then different frequency reuse factors are applied to each region in such a
way that interference is reduced. The results of the simulation of the fractional frequency reuse scheme, the signal quality
coverage has a fairly good average signal level of -77.1 dBm. Where the signal with very good quality -65 dBm can cover
an area of 2.5 Km², the downlink data transfer speed reaches 36,000 Kbps can cover an area of 0.8 Km², while the uplink
data transfer speed reaches 27,000 Kbps which can cover an area of 0.79 Km², the highest SINR value in Downlink which
is 30 dB has a coverage area of 1.9 Km², while the highest SINR value on Uplink is 18 dB has a coverage area of 4.263
Km².
Keywords : Cell, FFR, Software Atoll, SINR