simulasi skema fractional frequency reuse

9
1 SIMULASI SKEMA FRACTIONAL FREQUENCY REUSE PADA JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) MENGGUNAKAN ATOLL Salimun 1) , Fitri Imansyah 2) , Redi Ratiandi Yacoub 3) 1,2,3) Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak Email: [email protected] [email protected] ABSTRAK Pada tugas akhir ini, simulasi yang dilakukan menggunakan software Atoll dengan skema FFR, pada skema ini, satu cell dibagi menjadi tiga sektor, dimana setiap sektornya dibagi lagi dengan dua area cakupan. Cakupan yang dekat dengan antena pemancar disebut dengan cell centre, sedangkan daerah yang berada pada pinggiran cell, di sebut cell edge. FFR membagi cell menjadi daerah bagian dalam dan luar, dan kemudian faktor-faktor penggunaan kembali frekuensi yang berbeda diterapkan di setiap daerah sedemikian rupa sehingga gangguan berkurang. Hasil dari simulasi skema fraqtional frequency reuse, cakupan kualitas sinyal memiliki rata-rata level sinyal cukup baik yaitu -77.1 dBm. Dimana sinyal dengan kualitas sangat baik -65 dBm dapat mencakup luas 2.5 Km², kecepatan transfer data downlink mencapai 36.000 Kbps dapat mencakup luas area 0.8 Km², sedangkan kecepatan transfer data uplink mencapai 27.000 Kbps yang dapat mencakup luas area 0.79 Km², Nilai SINR tertinggi pada Downlink yaitu 30 dB memiliki luas cakupan 1,9 Km², sedangkan nilai SINR tertinggi pada Uplink yaitu 18 dB memiliki luas cakupan 4,263 Km². Kata kunci: Cell, FFR, Software Atoll, SINR 1. PENDAHULUAN Kemajuan teknologi informasi pada saat ini berkembang seiring dengan kebutuhan yang menginginkan kemudahan, kecepatan, dan keakuratan dalam memperoleh informasi, oleh karena itu kemajuan teknologi informasi harus terus diupayakan dan ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya. Salah satu kemajuan teknologi pada saat ini, Long Term Evolution (LTE) merupakan teknologi yang mendukung layanan data dengan kecepatan tinggi. LTE merupakan teknologi alternatif untuk memenuhi meningkatnya tuntutan bagi layanan broadband dan mobilitas yang tinggi. Teknologi ini diklaim dirancang untuk menyediakan efisiensi frekuensi yang lebih baik, peningkatan kapasitas radio, latency, dan biaya operasional yang rendah bagi operator serta layanan mobile broadband kualitas tinggi untuk para pengguna. Hal itu dimungkinkan karena adanya teknologi orthogonal frequency division multiplexing (OFDM). Terbatasnya spektrum frekuensi yang dapat digunakan pada sistem komunikasi bergerak menyebabkan penggunaan spektrum frekuensi tersebut harus sebaik mungkin. Jarak antara 2 cell yang menggunakan frekuensi yang sama ini harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak akan mengakibatkan interferensi. Sebuah kanal radio terdiri dari sepasang frekuensi, masing-masing arah memakai satu frekuensi untuk keperluan komunikasi full duplex. Pengulangan frekuensi merupakan inti dari konsep sistem radio seluler, dengan menggunakan sistem pengulangan frekuensi maka pemakai yang berada di wilayah lain dapat secara simultan menggunakan frekuensi yang sama. Kedua cell yang sama tersebut disebut sebagai co- channel. Dengan demikian pengulangan frekuensi dapat meningkatkan efisiensi penggunaan spektrum frekuensi, akan tetapi apabila sistem tersebut tidak dirancang dengan baik dapat menimbulkan interferensi yang merupakan masalah utama dalam sistem seluler. Jarak minimum yang diijinkan untuk melakukan pengulangan frekuensi tergantung pada banyak faktor, seperti jumlah cell dengan frekuensi yang sama , tipe kontur dari permukaan, tinggi antena, dan daya yang ditransmisikan pada setiap cell site. Pada LTE, teknologi orthogonal frequency division multiplexing (OFDM) untuk digunakan mengurangi intersymbol interference (ICI), akan tetapi dengan diterapkannya teknologi OFDM yang memakai frekuensi tunggal menyebabkan peningkatan efek ICI yang menyebabkan nilai interferensi tetap saja tinggi. Dalam jaringan selular, skema alokasi daya dan frekuensi yang berbeda diterapkan untuk mengurangi dampak ICI sehingga efisiensi spektral sistem dapat ditingkatkan. Dalam banyak skema mitigasi ICI, teknik penggunaan kembali frekuensi diambil sebagai ide utama. ICI yang kecil pada cell, akan meningkatkan performansi user, oleh karena itu penggunaan skema frequency reuse akan mempengaruhi nilai SINR, throughput, kapasitas cell dan coverage [1,2,8]. 2. DASAR TEORI A. Frequensy Reuse Frequency reuse adalah penggunaan ulang sebuah frekuensi pada suatu cell, dimana frekuensi tersebut sebelumnya sudah digunakan pada satu atau beberapa cell lainnya. Jarak antara dua cell yang menggunakan frekuensi yang sama ini harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak akan mengakibatkan interferensi. Latar belakang penerapan frequency reuse ini adalah karena adanya keterbatasan resource frekuensi yang dapat digunakan, sedangkan kebutuhan

Upload: khangminh22

Post on 27-Apr-2023

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

SIMULASI SKEMA FRACTIONAL FREQUENCY REUSE PADA JARINGAN

LONG TERM EVOLUTION (LTE) MENGGUNAKAN ATOLL

Salimun 1), Fitri Imansyah 2), Redi Ratiandi Yacoub 3)

1,2,3)Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak

Email: [email protected] [email protected]

ABSTRAK

Pada tugas akhir ini, simulasi yang dilakukan menggunakan software Atoll dengan skema FFR, pada skema ini,

satu cell dibagi menjadi tiga sektor, dimana setiap sektornya dibagi lagi dengan dua area cakupan. Cakupan yang dekat

dengan antena pemancar disebut dengan cell centre, sedangkan daerah yang berada pada pinggiran cell, di sebut cell edge.

FFR membagi cell menjadi daerah bagian dalam dan luar, dan kemudian faktor-faktor penggunaan kembali frekuensi yang

berbeda diterapkan di setiap daerah sedemikian rupa sehingga gangguan berkurang. Hasil dari simulasi skema fraqtional

frequency reuse, cakupan kualitas sinyal memiliki rata-rata level sinyal cukup baik yaitu -77.1 dBm. Dimana sinyal dengan

kualitas sangat baik -65 dBm dapat mencakup luas 2.5 Km², kecepatan transfer data downlink mencapai 36.000 Kbps

dapat mencakup luas area 0.8 Km², sedangkan kecepatan transfer data uplink mencapai 27.000 Kbps yang dapat

mencakup luas area 0.79 Km², Nilai SINR tertinggi pada Downlink yaitu 30 dB memiliki luas cakupan 1,9 Km²,

sedangkan nilai SINR tertinggi pada Uplink yaitu 18 dB memiliki luas cakupan 4,263 Km².

Kata kunci: Cell, FFR, Software Atoll, SINR

1. PENDAHULUAN Kemajuan teknologi informasi pada saat ini

berkembang seiring dengan kebutuhan yang

menginginkan kemudahan, kecepatan, dan keakuratan

dalam memperoleh informasi, oleh karena itu kemajuan

teknologi informasi harus terus diupayakan dan

ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya. Salah satu kemajuan teknologi pada saat ini, Long Term Evolution

(LTE) merupakan teknologi yang mendukung layanan

data dengan kecepatan tinggi. LTE merupakan teknologi

alternatif untuk memenuhi meningkatnya tuntutan bagi layanan broadband dan mobilitas yang tinggi.

Teknologi ini diklaim dirancang untuk menyediakan

efisiensi frekuensi yang lebih baik, peningkatan

kapasitas radio, latency, dan biaya operasional yang

rendah bagi operator serta layanan mobile broadband

kualitas tinggi untuk para pengguna. Hal itu

dimungkinkan karena adanya teknologi orthogonal

frequency division multiplexing (OFDM).

Terbatasnya spektrum frekuensi yang dapat

digunakan pada sistem komunikasi bergerak

menyebabkan penggunaan spektrum frekuensi tersebut harus sebaik mungkin. Jarak antara 2 cell yang

menggunakan frekuensi yang sama ini harus diatur

sedemikian rupa sehingga tidak akan mengakibatkan

interferensi. Sebuah kanal radio terdiri dari sepasang

frekuensi, masing-masing arah memakai satu frekuensi

untuk keperluan komunikasi full duplex. Pengulangan

frekuensi merupakan inti dari konsep sistem radio

seluler, dengan menggunakan sistem pengulangan

frekuensi maka pemakai yang berada di wilayah lain

dapat secara simultan menggunakan frekuensi yang sama. Kedua cell yang sama tersebut disebut sebagai co-

channel. Dengan demikian pengulangan frekuensi dapat

meningkatkan efisiensi penggunaan spektrum frekuensi,

akan tetapi apabila sistem tersebut tidak dirancang

dengan baik dapat menimbulkan interferensi yang

merupakan masalah utama dalam sistem seluler. Jarak

minimum yang diijinkan untuk melakukan pengulangan

frekuensi tergantung pada banyak faktor, seperti jumlah cell dengan frekuensi yang sama , tipe kontur dari

permukaan, tinggi antena, dan daya yang ditransmisikan pada setiap cell site.

Pada LTE, teknologi orthogonal frequency division

multiplexing (OFDM) untuk digunakan mengurangi

intersymbol interference (ICI), akan tetapi dengan

diterapkannya teknologi OFDM yang memakai

frekuensi tunggal menyebabkan peningkatan efek ICI

yang menyebabkan nilai interferensi tetap saja tinggi.

Dalam jaringan selular, skema alokasi daya dan

frekuensi yang berbeda diterapkan untuk mengurangi

dampak ICI sehingga efisiensi spektral sistem dapat

ditingkatkan. Dalam banyak skema mitigasi ICI, teknik

penggunaan kembali frekuensi diambil sebagai ide

utama. ICI yang kecil pada cell, akan meningkatkan

performansi user, oleh karena itu penggunaan skema

frequency reuse akan mempengaruhi nilai SINR,

throughput, kapasitas cell dan coverage [1,2,8].

2. DASAR TEORI

A. Frequensy Reuse

Frequency reuse adalah penggunaan ulang sebuah

frekuensi pada suatu cell, dimana frekuensi tersebut

sebelumnya sudah digunakan pada satu atau beberapa cell lainnya. Jarak antara dua cell yang

menggunakan frekuensi yang sama ini harus diatur

sedemikian rupa sehingga tidak akan mengakibatkan

interferensi. Latar belakang penerapan frequency reuse

ini adalah karena adanya keterbatasan resource

frekuensi yang dapat digunakan, sedangkan kebutuhan

2

akan ketersedian coverage area yang lebih luas terus

meningkat. Maka agar coverage area baru dapat

diwujudkan, dibuatlah cell-cell baru dengan

menggunakan frekuensi yang sudah pernah digunakan

sebelumnya oleh cell lain [1,5].

Gambar 1. Skema Frequency Reuse

Inti dari konsep seluler adalah konsep frequency

reuse. Walaupun ada ratusan kanal yang tersedia bila

setiap frekuensi hanya digunakan oleh satu cell, maka

total kapasitas sistem akan sama dengan total jumlah

kanal. Dalam penggunaan kembali kanal frekuensi diusahakan agar daya pemancar masing-masing base

transceiver station (BTS) tidak terlalu besar, hal ini

untuk menghindari adanya interferensi akibat pemakaian

kanal yang sama Interferensi Co-Channel. Jarak

minumum frequency reuse yang diperbolehkan

ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu jumlah cell yang

melakukan frequency reuse, bentuk geografis suatu

wilayah, tinggi antena, dan besarnya daya pemancar

pada masing masing BTS. Dalam hal ini jarak minimum

frequency reuse dapat dicari dengan rumus pendekatan

teori cell hexagonal yaitu :

D = …...…………………………………. (1)

Dimana :

D = Jarak minimum cell yang menggunakan kanal

frekuensi yang sama.

R = Radius cell, dihitung dari pusat cell ke titik terjauh

dalam cell.

K = Banyaknya cell per kelompok / pola cell / pola

frequency reuse

Gambar 2 Jarak Bebas Interferensi

Tantangan dalam perencanaan adalah untuk

memperoleh K terkecil yang masih memenuhi

performansi sistem yang dibutuhkan. Hal ini meliputi

perkiraan interferensi co-channel dan penentuan jarak

minimum pengulangan frekuensi D untuk mengurangi

interferensi co-channel.

B. Fractional Frequensy Reuse

Pada skema ini, satu cell dibagi menjadi tiga sektor,

dimana setiap sektornya dibagi lagi dengan dua area

cakupan. Cakupan yang dekat dengan antena pemancar disebut dengan cell centre, sedangkan daerah yang

berada pada pinggiran cell, di sebut cell edge. FFR

membagi cell menjadi daerah bagian dalam dan luar,

dan kemudian faktor-faktor penggunaan kembali

frekuensi yang berbeda diterapkan di setiap daerah

sedemikian rupa sehingga gangguan berkurang.

Keuntungan skema FFR yaitu mampu memberikan performansi yang bagus pada user yang berada pada cell

edge [2,6].

Gambar 3 Skema cell FFR

Skema fractional frekuency reuse diusulkan untuk

mengatasi kekurangan dari skema frekuency reuse

konvensional. Dalam skema berbasis FFR, pengguna

dengan kualitas sinyal kuat menggunakan skema faktor reuse lebih rendah (seperti RF1) dan pengguna memiliki

SINR lebih rendah menggunakan skema reuse faktor

lebih tinggi (seperti RF3).

3. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Pada penulisan tugas akhir ini, penulis menggunakan

beberapa metode yang dapat menunjang penyelesaian

tugas akhir ini, diantaranya adalah :

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mencari data-

data pendukung seperti jumlah penduduk, data titik

site, serta data pendukung lainnya mengenai simulasi

skema fractional frequency reuse pada jaringan

LTE. 2. Menentukan titik site

Penentuan titik site, dilakukan secara manual

dengan mempertimbangkan level sinyal dan

kepadatan penduduk, serti di pusat kota.

3. Setting Parameter

Pada tahap ini setting parameter yang akan

digunakan pada simulasi seperti parameter site,

parameter antena, parameter frekuensi, dan parameter cell.

4. Simulasi

Pada tahap ini akan dilakukan simulasi skema FFR

dan di prediksi nilai luas cakupan kualitas sinyal, nilai luas cakupan kecepatan transfer data, dan nilai

SINR.

5. Hasil dan analisis

Pada tahap ini akan ditampilkan hasil dari simulasi

dan analisis dari hasil simulasi tersebut.

B. Tahapan Simulasi Jaringan

Dalam melakukan simulasi, tentu diperlukan adanya

tahapan yang jelas dan sistematis agar simulasi tersebut

dapat berjalan dengan baik. Dalam simulasi tugas akhir

ini, dibagi menjadi beberapa tahapan. Tahap pertama

dari simulasi ini adalah penentuan dan pengumpulan

data, data yang dikumpulkan adalah diantaranya statistik

3

jumlah penduduk dan luas perkecamatan Kota Pontianak, data titik site exiting pada setiap operator,

alokasi Bandwith kanal, daya pancar, dan parameter

yang digunakan.

Pada tahap kedua menetukan titik site dan jarak

masing-masing site sesuai kebutuhan coverage area

dengan mengacu pada titik site exiting operator yang

ada. Simulasi jaringan yang akan digunakan pada skema

FFR terdiri dari 7 site terdiri dari 3 sektor, tiap sektornya

di bagi lagi menjadi 2 bagian cell (cell centre dan cell

edge ).

Pada tahap ketiga melakukan setting parameter yang

akan digunakan dalam simulasi seperti parameter antena, frekuensi, cell, dan lain-lain sebelum digunakan

dalam skema FFR. Pada tahap keempat dilakukan proses simulasi jaringan dengan software Atoll 3.3

skema FFR pada jaringan LTE dengan melihat prediksi nilai coverage area sinyal, nilai, nilai best signal level,

nilai thoughtput dan SINR.

Pada tahap keempat melakukan analisis hasil

simulasi yang dilakukan pada software atoll.

Konfigurasi jaringan yang digunakan dalam simulasi

terdiri dari 7 site, setiap site terdiri dari tiga sektor.

Setiap sektor menggunakan maksimum daya pancar 25

Watt. Pada simulasi jaringan ini menggunakan model

propagasi Cost-Hata, secara keseluruhan proses simulasi

jaringan ditunjukan pada diagram alir.

Gambar 4 Diagram Alir Simulasi

C. Alokasi Bandwidth Kanal Tabel 1 Alokasi Bandwidth Kanal

Frekuensi Reuse

Sektor BW kanal

(MHz)

Daya Pancar

(Watt)

DL Frekuensi

(MHz)

Warna

FFR

Cell centre

1,2,3 10 15 1805 – 1815

1 5 25 1816 – 1821

Cell

Edge

2 5 25 1822 – 1827

3 5 25 1828 - 1833

Skema FFR dibagi menjadi menjadi 3 sektor setiap sektor dibagi lagi menjadi cell centre dan cell edge,

seperti pada tabel diatas cell centre pada tiap sector

memiliki nilai yang sama bandwidth kanal yaitu 10

MHz, daya pancar 15 Watt, dan memiliki frekuensi yang sama. Sedangkan pada cell edge tiap sektor

mempunyai bandwidth kanal 5 Mhz dan daya pancar 25

Watt yang sama, namun memiliki frekuensi yang

berbeda tetapi bisa digunakan ulang frekuensinya pada site yang berbeda.

D. Titik Site

Untuk penentuan posisi eNodeB LTE pada simulasi

ini, akan memperhatikan kondisi jaringan exiting yang

ada, dalam tugas akhir ini, peletakan titik site dilakukan

secara manual dengan tetap memperhatikan data exiting

yang ada dikecamatan Pontianak Kota. Penentuannya akan dianalisis berdasarkan nilai coverage area sinyal

maupun transmitter dan lain-lain. Berikut adalah peta

titik site dan data koordinatnya.

Tabel 2 Data Site Simulasi Nama Site Longitude Latitude Keterangan

Site0 109.331658805 -0.027139401 Microwave Tower

Site1 109.325137267 -0.023485768 Microwave Tower

Site2 109.330814493 -0.020320629 Microwave Tower

Site3 109.335647279 -0.022590591 Microwave Tower

Site4 109.337659388 -0.028025746 Microwave Tower

Site5 109.33209887 -0.033487913 Microwave Tower

Site6 109.326107337 -0.02960818 Microwave Tower

Gambar 5 Titik Site

Tabel 3 Standar KPI 4G LTE RSRP (dBm) RSSQ (dB) RSSI (dB) Keterangan

>= -84 >= -10 >= -65 Sangat Baik

-85 s.d -102 -9 s.d -15 -66 s.d -69 Baik

-103 s.d -110 -14 s.d -18 -70 s.d -75 Cukup Baik

-111 s.d -119 -19 s.d -20 -76 s.d -85 Buruk

<= -120 <= -20 <= -86 Sangat

Buruk

Tabel 4 Standar Spesifikasi 4G LTE No. Parameter Nilai

1 Frekuensi 1800 MHz

2 E-UTRA Operating

Band

Band 3

3 Bandwidth 15 MHz

4 Frekuensi DL (MHz) 1805-1880

5 Frekuensi UL (MHz) 1710-1785

6 Power EIRP 64 dBm

7 Gain Antenna 18 dBi

8 Antenna Polarization Linear

9 Antenna Down Tilt

Angle

3

10 Losses Cable 2 dB

11 Antenna Height 30 M

12 Model Propagasi Cost-Hata

13 Max Power 40 dBm

14 Antenna Diversity MIMO

15 Noise Figure 5 dB

4

4. HASIL DAN ANALISIS

A. Simulasi Jaringan

Pada bab ini, akan ditampilkan hasil dari simulasi

yang telah dilakukan, hasil tersebut kemudian dianalisis,

dimana hasil dari analisis tersebut juga dijelaskan pada

bagian ini. Simulasi yang dilakukan merupakan

pengujian terhadap skema fraqtional frequency reuse,

dimana dalam simulasi ini software yang digunakan

adalah atoll versi 3.3 adalah software yang menyediakan

prediksi suatu planning jaringan. Simulasi dilakukan

dalam beberapa tahapan seperti yang dijelaskan pada

bab sebelumnya.

B. Hasil dan Pembahasan

Dari simulasi yang telah dilakukan didapatkan hasil

sebagai berikut:

1. Analisis Hasil Coverage By Signal Level

Coverage by signal level merupakan prediksi suatu

planning jaringan yang menampilkan luas cakupan

kualitas sinyal dari tiap cell.

Gambar 6 Cakupan Kualitas Sinyal

Gambar 7 Histogram Cakupan Kualitas Sinyal

Tabel 5 Cakupan Kualitas Sinyal Level

(dBm)

-65

-70

-70

-75

-75

-80

-80

-85

-85

-90

-90

-95

-95

-100

-100

-105

Luas

(Km²)

2,01 1,28 1,02 1,48 2,01 3,12 4,8 7,67

Keterangan Sangat

Baik

Baik Baik Cukup

Baik

Sedang Buruk Buruk Sangat

Buruk

Warna

Hasil dari prediksi luas cakupan kualitas sinyal pada

skema FFR, dengan nilai histogram rata-ratanya adalah

-73,09 dBm. Sinyal dengan kualitas sangat baik (-65

sampai -70 dBm) memiliki luas jangkauan 2,01 Km²,

sedangkan sinyal dengan kualitas sangat buruk (-100

sampai -105 dBm) memiliki luas jangkauan 7,67 Km².

2. Analisis Hasil Coverage By Throughput

Coverage by throughtput Merupakan prediksi suatu

planning yang menampilkan cakupan area nilai

kecepatan transfer data (bps) downlink dan uplink.

a) Coverage by Throughput Downlink

Gambar 8 Cakupan Transfer Data Downlink

Gambar 9 Hirtogram Cakupan Transfer Data Downlink

Tabel 6 Cakupan Transfer Data Downlink No. Luas

(Km²) Kecepatan

(Kbps)

1. 0,92 36.000

2. 1,77 35.000

3. 1,51 34.000

4. 1,39 33.000

5. 0,16 32.000

6. 0,37 30.000

7. 0,59 26.000

8. 0,97 22.000

9. 0,06 19.000

10. 0,87 18.000

11. 0,73 16.000

12. 0,70 15.000

13. 0,11 14.000

14. 1,5 13.000

15. 0,69 11.000

16. 0,37 10.000

17. 1,29 9000

18. 0,47 8000

19. 0,79 7000

20. 1,96 6000

21. 6,97 5000

22. 10,1 4000

23. 7,84 3000

24. 9,73 2000

Hasil dari prediksi Coverage by Throughput

Downlink pada skema FFR dan nilai histogram

kecepatan rata-ratanya adalah 5.425 Kbps. Kecepatan

transfer data sangat baik (36.000 Kbps) memiliki luas

cakupan 0,01 Km², sedangkan kecepatan transfer data

sangat buruk (2.000 Kbps) memiliki luas cakupan 13,43

Km².

km²

0

1

2

3

4

5

6

7

-105

-100

-95

-90

-85

-80

-75

-70

-65

-60

Best Signal Level (dBm)

km²

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

0

5,0

00

10,0

00

15,0

00

20,0

00

25,0

00

30,0

00

35,0

00

40,0

00

45,0

00

50,0

00

Peak RLC Channel Throughput (DL) (kbps)

5

b) Coverage by Throughput Uplink

Gambar 10 Cakupan Transfer Data Uplink

Gambar 11 Hirtogram Cakupan Transfer Data Uplink

Tabel 7 Cakupan Transfer Data Uplink

No. Luas

(Km²)

Kecepatan

(Kbps) No.

Luas

(Km²)

Kecepatan

(Kbps)

1 2,55 25

14 0,09 12

2 0,03 24

15 0,06 11

3 0,06 23

16 0,08 10

4 0,05 22

17 0,08 9

5 0,08 21

18 0,13 8

6 0,06 20

19 0,1 7

7 0,06 19

20 0,15 6

8 0,04 18

21 0,17 5

9 0,06 17

22 0,22 4

10 0,05 16

23 0,32 3

11 0,05 15

24 0,51 2

12 0,07 14

25 1,01 1000

13 0,1 13

26 32,4 0

Hasil dari prediksi Coverage by Throughput Uplink

pada skema FFR dan nilai histogram kecepatan rata-

ratanya adalah 2,513 Kbps. Kecepatan transfer data

sangat baik (28.000 Kbps) memiliki luas cakupan 2,55 Km², sedangkan kecepatan transfer data sangat buruk (0

Kbps) memiliki luas cakupan 32,4 Km².

3. Analisis Hasil Nilai SINR

SINR Merupakan prediksi suatu planning yang

menampilkan cakupan area yang tertutupi oleh SINR

downlink dan SINR uplink.

a) Coverage by C (I + N) Level Downlink

Gambar 12 Nilai Cakupan SINR Downlink

Gambar 13 Histogram Nilai SINR Downlink

Tabel 8 Cakupan Nilai SINR Downlink

No. Luas (Km²) Level (dB)

No. Luas (Km²) Level (dB)

1 1,9 30

17 1,31 14

2 0,255 29

18 1,513 13

3 0,238 28

19 1,718 12

4 0,26 27

20 1,665 11

5 0,238 26

21 1,713 10

6 0,31 25

22 1,903 9

7 0,28 24

23 2,115 8

8 0,293 23

24 2,32 7

9 0,358 22

25 2,553 6

10 0,335 21

26 2,78 5

11 0,368 20

27 2,953 4

12 0,35 19

28 3,315 3

13 0,433 18

29 3,795 2

14 0,748 17

30 4,048 1

15 1,038 16

31 4,518 0

16 1,173 15

32 5,215 -1

Hasil dari prediksi nilai SINR downlink pada skema FFR dan histogram dengan nilai rata-ratanya adalah

8,19 dB. Nilai SINR 30 dB memiliki luas cakupan 1,9

Km² sedangkan nilai SINR -1 dB memiliki luas cakupan

5,215 Km². nilai interferensi pada cell centre lebih

tinggi dari pada cell edge, dikarenakan cell centre

menggunakan frekuensi sama.

km²

0

5

10

15

20

25

30

0

5,0

00

10,0

00

15,0

00

20,0

00

25,0

00

30,0

00

35,0

00

40,0

00

45,0

00

50,0

00

Peak RLC Allocated Bandwidth Throughput (UL) (kbps)

km²

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

5

-20

-15

-10 -5 0 5

10

15

20

25

30

PDSCH C/(I+N) Level (DL) (dB)

6

b) Coverage by C (I + N) Level Uplink

Gambar 14 Nilai Cakupan SINR Uplink

Gambar 15 Histogram nilai SINR Uplink

Tabel 9 Cakupan Nilai SINR Uplink No. Luas

(Km²) Level (dB)

1. 4,263 18

2. 2,118 17

3. 0,39 16

4. 0,148 15

5. 1,345 14

6. 1,35 13

7. 1,468 12

8. 1,585 11

9. 1,765 10

10. 4,225 7

11. 1,403 6

12. 3,785 4

13. 3,145 3

14. 2,435 2

15. 2,723 1

16. 3,043 0

17. 3,4 -1

Hasil dari prediksi nilai SINR Uplink pada skema

FFR dan histogram dengan nilai rata-ratanya adalah

7,58 dB. Nilai SINR 18 dB memiliki luas cakupan 4,263

Km² sedangkan nilai SINR -1 dB memiliki luas cakupan

3,4 Km². Nilai interferensi pada uplink tidak terlalu

tinggi di area cell centre dan cell edge.

5. PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil simulasi skema fraqtional frequensy

reuse, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Cakupan kualitas sinyal pada skema FFR memiliki rata-rata level sinyal cukup baik yaitu -73,09 dBm.

Dimana sinyal dengan kualitas sangat baik yaitu -65

dBm dapat mencakup luas 2,01 Km².

2. Kecepatan transfer data downlink mencapai 36.000

Kbps dapat mencakup luas area 0,92 Km²,

sedangkan kecepatan transfer data uplink mencapai

25.000 Kbps yang dapat mencakup luas area 2,55

Km² 3. Nilai SINR tertinggi pada Downlink yaitu 30 dB

memiliki luas cakupan 1,9 Km², sedangkan nilai SINR tertinggi pada Uplink yaitu 18 dB memiliki

luas cakupan 4,263 Km².

B. Saran

Untuk penelitian lebih lanjut dapat

direkomendasikan untuk melakukan penelitian

menggunakan beberapa skema dan membandingkan hasil prediksi setiap skema, seperti skema reuse

konvensional, reuse tiga sektor, soft frequency reuse

dengan frekuensi 1800 MHz pada jaringan LTE.

Sehingga dapat menjadi pembanding antara skema satu

dengan skema yang lain.

REFERENSI

[1] Frans Risky J.P. “Analisis Perancangan Jaringan

Long Term Evolution (LTE) Di Wilayah Kota

Banda Aceh Dengan Fractional Frequency Reuse

Sebagai Manajemen Interferensi”. Universitas

Telkom Bandung, 2014. [2] Evi Susanti Br. Tarigan. “Analisis Penerapan

Fractional Frequency Reuse Pada Mobile Wimax

Untuk Menekan Efek Inter Cell Interference”.

Universitas Telkom Bandung, 2010. [3] Saludin Muis, “Sistem Mobile 4G Komunikasi

Nirkabel Kecepatan Tinggi”. Yogyakarta, 2014.

[4] Dewi Sinta, Fitri Imansyah, Trias Pontia “Analisis

Sebaran BTS (BASE TRANSCEIVER STATION)

Menggunakan Atoll 3.3.2 Berdasarkan ALgoritma

Genetika”. Universitas Tanjungpura Pontianak,

2020.

[5] Fitri Imansyah, “Perencanaan Dan Upaya Optimasi

Jairngan GSM”. Pustaka Rumah Alloy, Pontianak,

2020

[6] Fitri Imansyah, “Buku ajar Teknologi GSM”.

Pontianak, Pustaka Rumah Alloy, 2018.

[7] Gatot Santoso. “Sistem Selular WCDMA

(Wideband Code Division Multiple Access)”.

Yogyakarta, 2006.

[8] Peraturan Mentri Kominfo “Alokasi Spektrum

Frekuensi Radio Indonesia”

https://www.kominfo.go.id/content/detail/2538/reg

ulasi-kebijakan-penataan-spektrum-frekuensi-

radio/0/pengumuman

[9] BPS Kota Pontianak. “Statistik Penduduk Kota

Pontianak”, 2020. https://pontianakkota.bps.go.id/

[10] Disdukcapil Kota Pontianak. “Jumlah Penduduk

Tahun 2020”. https://disdukcapil.pontianakkota.go.id/download/j

umlah-penduduk-semester-i-tahun-2020

[11] Modul 4 Introduction To Atoll (Panduan

Menggunakan Aplikasi Atoll) https://adoc.pub/queue/modul-4introduction-to-

atoll.html

km²

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

-20

-15

-10 -5 0 5

10

15

20

25

30

PUSCH & PUCCH C/(I+N) Level (UL) (dB)

7

[12] Dahlan Abdullah. “ SISTEM ANTENA – Pertemuan 9” https://dahlan.web.id

BIOGRAFI

Salimun, Lahir di Sambas,

Kabupaten Sambas, Kalimantan

Barat, Indonesia. Pada tanggal 26

April 1997. Menempuh

pendidikan di MIS Awaluddin Pal

IX lulus pada tahun 2009,

melanjutkan ke MTs Negeri 2

Pontianak lulus pada tahun 2012

dan melanjutkan pendidikan di SMK Negeri 1

Mempawah Timur lulus pada tahun 2015. Memperoleh

Gelar Sarjana Teknik dari Program Studi Teknik Elektro

Universitas Tanjungpura Pontianak pada tahun 2021

8

ABSTRACT

In this final project, the simulation is carried out using Atoll software with the FFR scheme, in this scheme, one cell

is divided into three sectors, where each sector is further divided into two coverage areas. The area that is close to the

transmitting antenna is called the cell center, while the area that is on the periphery of the cell is called the cell edge. FFR

divides the cell into inner and outer regions, and then different frequency reuse factors are applied to each region in such a

way that interference is reduced. The results of the simulation of the fractional frequency reuse scheme, the signal quality

coverage has a fairly good average signal level of -77.1 dBm. Where the signal with very good quality -65 dBm can cover

an area of 2.5 Km², the downlink data transfer speed reaches 36,000 Kbps can cover an area of 0.8 Km², while the uplink

data transfer speed reaches 27,000 Kbps which can cover an area of 0.79 Km², the highest SINR value in Downlink which

is 30 dB has a coverage area of 1.9 Km², while the highest SINR value on Uplink is 18 dB has a coverage area of 4.263

Km².

Keywords : Cell, FFR, Software Atoll, SINR