proses abnormal jaringan keras mulut

33
BAB II ISI 2.1 Gigi Kelainan gigi geligi atau disebut anomali gigi yaitu gigi yang bentuknya menyimpang dari bentuk aslinya. Faktor-faktor yang menyebabkan anomali gigi: 1. Gangguan metabolisme 2. Faktor herediter 3. Gangguan pada waktu pertumbuhan, perkembangan gigi Anomali gigi sering terjadi: a. Bentuk abnormal atau terjadi perubahan bentuk b. Gigi kembar (bersatu)/ fused anterior teeth c. Kelebihan gIgi atau supernumerary (extra) tooth d. Anodontia yaitu tidak ada benih gigi di dalam rahang e. Untuk gigi tetap lebih banyak daripada gigi susu f. Untuk gigi geligi atas lebih banyak daripada gigi geligi bawah A. Kelainan Ukuran Gigi 1. Makrodonsia : Definisi : 1

Upload: moestopo

Post on 23-Mar-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

ISI

2.1 Gigi

Kelainan gigi geligi atau disebut anomali gigi yaitu gigi

yang bentuknya menyimpang dari bentuk aslinya.

Faktor-faktor yang menyebabkan anomali gigi:

1. Gangguan metabolisme

2. Faktor herediter

3. Gangguan pada waktu pertumbuhan, perkembangan gigi

Anomali gigi sering terjadi:

a. Bentuk abnormal atau terjadi perubahan bentuk

b. Gigi kembar (bersatu)/ fused anterior teeth

c. Kelebihan gIgi atau supernumerary (extra) tooth

d. Anodontia yaitu tidak ada benih gigi di dalam rahang

e. Untuk gigi tetap lebih banyak daripada gigi susu

f. Untuk gigi geligi atas lebih banyak daripada gigi

geligi bawah

A. Kelainan Ukuran Gigi

1. Makrodonsia :

Definisi :

1

Makrodonsia yaitu suatu keadaan yang menunjukkan ukuran

gigi lebih besar dari normal, hampir 80 % lebih besar

(bisa mencapai 7,7-9,2 mm). Keadaan ini jarang

dijumpai, sering di DD (Diferensial Diagnosa/Diagnosa

Banding) dengan FusionTeeth. Gigi yang sering

mengalaminya adalah gigi insisivus satu atas.

Perawatan :

Hampir tidak ada, kecuali dicabut bila dianggap

mengganggu estetis

2. Mikrodonsia :

Definisi :

Yaitu suatu keadaan yang menunjukkan ukuran gigi lebih

kecil dari

2

normal. Bentuk koronanya (mahkota) seperti conical atau

peg shaped. Sering diduga sebagai gigi berlebih dan

sering dijumpai pada gigi insisivus dua atas atau molar

tiga. Ukuran gigi yang kecil ini dapat menimbulkan

diastema. Mikrodentia ini merupakan kelainan herediter.

Perawatan :

Pada gigi insisivus dua dapat ditambal dengan komposit

resin (dapat digunakan

selluloid crown sebagai alat bantu) sehingga kembali

seperti ukuran normal atau

dibuatkan jaket krown bila akarnya sudah tertutup

sempurna. Sedangkan pada molar tiga umumnya tidak

dilakukan perawatan.

Gambar. Gigi 12 dan 22 mikrodontia

B. Kelainan Jumlah Gigi

3

1. Hipodonsia

Jumlah gigi kurang karena tidak tumbuh 1 atau lebih

elemen gigi secara normal, akibat dari gigi geligi yang

agenesis yaitu tidak dibentuknya atau tidak tumbuhnya

benih gigi tersebut, antara lain:

Agenesis soliter : tidak terbentuknya satu atau

beberapa elemen.

Oligodonsia : multi agenesis/ reduksi multiple jumlah

elemen gigi geligi.

Anodonsia : sedikit atau sama sekali tidak mempunyai

gigi.

Ada 2 macam anodonsia:

A. Anodonsia Iengkap

sering karena penyakit herediter (sex linked genetik

trait), dan jarang sekali terjadi

B. Anodontia sebagian

Biasanya kongenital. Kehilangan satu atau beberapa

gigi di dalam rahang meskipun belum terbukti karena

herediter tetapi tendensi untuk tidak ada gigi yang

sama pada suatu keluarga sering dijumpai.

Urutan gigi-geligi yang mengalami anodontia:

4

Gigi M3 tetap, I2 atas tetap, P2 bawah tetap, 12 bawah

(desidui/ tetap)

2. Hiperodonsia/Supernumerary

adanya 1 atau lebih elemen gigi melebihi jumlah gigi

yang normal.

Elemen-elemen tambahan atipis (tidak dapat

dideterminasikan) contohnya, gigi mesiodens,

distomolar, paramolar. Sering dijumpai pada gigi tetap

dan gigi susu dan 90% terjadi pada rahang atas.

Terletak pada daerah I1 atas atau regio M3 atas.

Macam-macamnya adalah:

Daerah incisivus atas : Mesiodens

Adalah gigi yang terdapat antara gigi I1 atas atau

mesial dan kedua gigi I1 bawah.

Dapat terlihat di rongga mulut/ erupsi, atau terpendam/

tidak erupsi, sehingga terlihat diastema/ ruangan pada

lengkung

gigi.

5

C.Kelainan Struktur Gigi

1. Kelainan enamel :

Kelainan pada struktur jaringan keras gigi dapat

terjadi pada tahap histodiferensiasi, aposisi dan

kalsifikasi selama tahap pertumbuhan dan perkembangan

gigi, yang dapat mengenai gigi sulung maupun gigi

tetap. Kelainan-kelainan tersebut adalah :

Amelogenesis Imperfekta, ada 3 bentuk yaitu :

1. Hipoplastik : Terjadi akibat kerusakan pada

pembentukan matriks enamel.

2. Hipokalsifikasi :Terjadi akibat kerusakan pada

mineralisasi deposit matriks

enamel.

3. Hipomaturasi :Terjadi akibat adanya gangguan pada

perkembangan atau

pematangan enamel.

Hipoplasia Enamel

6

Hipoplasia enamel atau sering juga disebut enamel

hipoplasia adalah suatu

gangguan pada enamel yang ditandai dengan tidak lengkap

atau tidak sempurnanya pembentukan enamel. Dapat

terjadi pada gigi sulung maupun tetap.

Gambaran klinis :

· Terdapatnya groove, pit dan fisur yang kecil pada

permukaan enamel

· Pada keadaan yang lebih parah dijumpai adanya guratan

guratan pit yang dalam,tersusun secara horizontal pada

permukaan gigi.

Etiologi :

- Faktor Lokal :

1.trauma (misal Turner Teeth)

2. infeksi

3. radiasi

4. idiopatik

- Faktor Umum :

7

1. Lingkungan,

Prenatal : Sifilis kongenital (Hutchinson’s

Teeth/Mulberry Molar)

Neonatal : Hipokalsemia

Postnatal : Defisiensi vitamin atau fluor yang

berlebihan (Mottlet enamel).

· Herediter

Gambar. Enamel hipoplasia krn kekurangan vit D

Gambar. Enamel Hipoplasia karena gagal ginjal kronis

8

2. Kelainan-kelainan pada dentin :

Dentinogenesis Imperfekta

Gambaran klinis :

- Pada anomali ini gigi berwarna biru keabu-abuan

atau translusen.

- Enamel cenderung terpisah dari dentin yang relatif

lunak dibanding enamel.

- Dentin tipis, enamel normal dan tanduk pulpa besar.

Dentin Displasia

Yaitu kelainan pada dentin yang melibatkan sirkum

pulpa dentin dan morfologi akar, sehingga akar

terlihat pendek.

Etiologi:

Sebagai etiologi dentinogenesis imperfekta dan dentin

displasia ialah faktor herediter yang diturunkan

secara autosomal dominan.

3. Bentuk abnormal gigi

Gemination

Bentuk abnormal dimana 2 mahkota gigi terbentuk tidak

sempurna karena pada tahap proliferasi tdk terbentuk

9

secara sempurna dan pada bagian akar tampak normal.

Gambaran klinis : pada mahkota terlihat 2 mahkota

menjadi 1 biasa nya terdapat di daerah incisal, sering

terdapat pada gigi susu atau gigi tetap dan bersifat

genetik.

Fusion :

Bersatunya 2 mahkota gigi menjadi 1,sedangkan bagian

akar normal. Bersifat genetik

10

Dens in dente (dens invaginatus)

Perekembangan invaginatus abnormal dari enamel bagian

lingual, bisa terdapat pada gigi permanen. Sering

terdapat pada gigi I1RA,I2RA, CRB, dan M2RB. Sedangkan

bagian klinis terdapat lingual pit yang dalam atau

adanya celah pada bagian cingulum, bersifat genetik,.

Pengobatan : aplikasi sealent, atau restorasi gigi yg

melibatkan jaringan pulpa atau bisa dilakukan

perawatan endodontik. Pada keadaan belum erupsi secara

sempurna bisa menghilangkan jaringan gingiva utk

mendukung preparasi kapitas dan indikasi restorasi.

Dens evaginatus

Tambahan cups enamel yg ditemukan pada bagian oklusal

gigi, yg merupakan proliferasi dari enamel selama

perkembangan gigi.

Supernumerary root

11

Ada nya tambahan akar gigi sehingga gigi tersebut

memiliki jumlah akar dari normal. Faktor : disfungsi

metabolic, trauma, dan tekanan dari luar

2.2 Tulang Rahang

A.Infeksi Pada Tulang Rahang

1. Osteomielitis

Osteomielitis merupakan suatu inflamasi yang

terjadi pada tulang dan sumsum tulang, infeksi

tersebut disebabkan oleh infeksi odontogenik.

Osteomielitis dibagi menjadi beberapa jenis yang

akut, subakut, dan kronis yang memiliki gambaran

klinis yang berbeda tergantung sifat alamiah

penyakit. Osteomielitis terjadi pada maksila dan

mandibula. Pada maksila biasanya lesi lebih

terlokalisir dan tidak menyebar, tetapi pada

mandibula lesi bersifat lebih menyebar.

Patogenesis osteomielitis pada rahang biasanya

ditandai dengan adanya eksudat inflamasi yang

terdiri dari fibrin, polimorfonuklear leukosit dan

12

makrofag. Inflamasi terjadi di dalam rongga medula

dalam tulang spongiosa dan dapat melibatkan

trabekula spongiosa serta dapat mempenetrasi korteks

dan mencapai periosteum. Daerah sumsum tulang

dipenuhi oleh neutrofil, debris nekrotik dan

mikroorganisme. Jaringan sumsum tulang yang berlemak

dan sumsum hematopoetik menjadi nekrosis dan

berganti menjadi eksudat inflamasi. Tekanan di dalam

rongga medula meningkat dan pembuluh darah menjadi

hancur. Akibatnya perfusi vaskular mengakibatkan

terjadinya nekrosis pada tulang spongiosa dan

korteks. Pada tulang trabekula yang nekrosis terjadi

hipereusinofilik. Osteosit membesar dengan tepi yang

berwarna biru tua. Pembentukan sequester dapat

terjadi. Sequester akan dikolonisasi oleh

mikroorganisme dalam bentuk biofilm dan akan

memperparah inflamasi.

Infiltrat inflamasi mengandung sel plasma,

selain itu juga terdapat limfosit dan makrofag.

Fibrosis pada sumsum tulang akan terjadi setelah

faktor pertumbuhan fibroblas dilepas. Pembentukan

13

tulang baru berlangsung dengan cepat dan memicu

tulang penderita menjadi sklerosis. Aktivitas

osteoblas meningkat yang mengakibatkan meningkatnya

diameter intralesional dan trabekular medula.

B. Kelainan Tumbuh Kembang

1. Torus

Torus merupakan pembengkakan pada rahang yang

menonjol dari mukosa mulut yang tidak berbahaya dan

disebabkan oleh pembentukan tulang normal yang

berlebihan, tampak radiopak dan dapat terjadi di

beberapa tempat dari tulang rahang.

  Pada garis tengah palatum keras, tampak

sebagai massa tonjolan tunggal atau multipel

didaerah sutura palatal bagian tengah, berbentuk

konveks, dapat pula berbentuk gepeng, nodular atau

lobular dan dinamakan torus palatinus.

Mandibula umumnya merupakan massa putih

bilateral di bagian lingual akar gigi premolar dan

dinamakan torus mandibularis. Bentuk bervariasi,

dapat satu lobus atau multipel, unilateral atau

14

bilateral. Tumbuh langsung di atas garis milohioid,

meluas dari kaninus sampai molar pertama.

Umumnya, torus menjadi jelas sesudah dewasa

meskipun kadang-kadang pada anak-anak sudah jelas.

Pasien umumnya tek menyadari, hanya diketahui oleh

dokter atau dokter gigi, terutama dalam hubungannya

dengan pembuatan desain geligi tiruan. Frekuensi

bervariasi dengan usia. Rasio wanita:pria adalah 2:1

Torus dapat disebabkan oleh faktor genitik

atau fungsi. Namun, peran faktor fungsi tidak begitu

kuat karena frekuensi kejadian pada wanita Eskimo

kurang dibandingkan laki-laki Eskimo meskipun fungsi

rahang pada wanita Eskimo ini lebih besar mengingat

wanita Eskimo sering mengunyah sejenis tumbuhan.

Gambaran mikroskopis tampak korteks tulang

yang padat dan kompak, dengan daerah sentral tulang

lebih spongiosa dan kadang-kadang ditemukan lemak

dalam sumsum tulang.

Proyeksi tulang yang sama dapat terlihat pada

permukaan labial atau bukal dari lingir alveolar

maksila atau mandibula dan dinamakan tulang

15

eksostosis. Umumnya, kelainan ini tidak membutuhkan

perawatan. Kalau mengganggu pemakaian gigi tiruan

atau bicara, dapat dilakukan pengambilan secara

bedah.

2. Agnasia

       Kesalahan pembentukan lengkung mandibula

sering dihubungkan dengan anomali fusi telinga luar

pada daerah garis tengah yang normalnya ditempati

oleh mandibula sehingga telinga bertemu di garis

tengah.

Agenesis absolut mandibula masih diragukan

apakah bisa terjadi. Pada keadaan ini, lidah juga

tidak terbentuk atau mengalami reduksi ukuran.

Meskipun astomia (tidak terbentuknya mulut) dapat

terjadi, mikrostomia (mulut yang kecil) lebih sering

terjadi. Kadang-kadang tidak ada hubungan dengan

faring, yang tersisa hanya membran buko faringeal.

Agnasia sering juga disebabkan oleh gangguan

vaskularisasi.

16

3. Mikrognasia

Istilah mikrognasia umumnya dipakai khusus

untuk mandibula meskipun dapat pula dipakai untuk

menunjukkan pengecilan ukuran mandibula dan maksila.

Dagu dapat sangat retrusif atau absen sama sekali.

Hidung dan bibir atas menjadi menonjol sehingga muka

seperti burung.

Keadaan ini dapat bersifat kongenital seperti

yang ditemukan pada berbagai sindrom, dapat pula

terjadi sesudah lahir, misalnya akibat trauma, atau

infeksi seperti atritis rematoid juvenilis.

Mikrognasia disebabkan oleh kegagalan pusat

pertumbuhan di kepala sendi. Penyebabnya adalah

kelainan perkembangan atau didapat. Cedera pada

kepala sendi oleh trauma pada saat lahir atau 

infeksi pada telinga dapat menyerang pusat

pertumbuhan kepala sendi. Kemungkinan lain adalah

trauma atau infeksi daerah kepala sendi yang umumnya

unilateral dan menyebabkan pengecilan ukuran rahang

yang unilateral.

17

Mikrognasia rahang atas ditemukan pada

disostosis kraniofasial sindrom

akrosefalosindaktilia yang karakteristik ditemukan

pada oksisefalik, sindaktilia tangan dan kaki dan

pada sindrom down.

Keadaan ini dapat dikoreksi dengan bedah. Bila

perkembangan rahang tidak bagus, gigi geligi menjadi

berdesakan dan rahang gagal untuk menyesuaikan diri

sehingga gigi tidak dapat beroklusi dengan baik atau

dalam posisi buruk untuk berfungsi atau mengganngu

estetik.

4. Makrognasia

Makrognasia adalah rahang yang besar. Jika

terjadi pada rahang bawah, hal ini dapat menyebabkan

protrusi (kelas III Angle) dengan dagu menonjol.

Keadaan ini dapat bersifat kongenital dan dapat pula

bersifat dapatan melalui penyakit serta dapat

dikoreksi dengan tindakan bedah. Pada akromegali,

penderita mempunyai tumor kelenjar hipofisis yang

akan mendorong pertumbuhan terus menerus pada tempat

18

tertentu, misalnya jari dan tulang mandibula.

Beberapa kelainan menyerang rahang dan juga daerah

lain, antara lain merupakan sindrom seperti sindrom

Pierre Robin. Pada sindrom ini, anak lahir dengan

mikrognasia rahang bawah yang berat, lidah menjulur

keluar dan sumbing palatum. Cacat lain seperti

deformitas telinga dapat juga terjadi. Contoh lain

adalah sindrom Treacher Collins. Ada beberapa

sindrom perkembangan yang menunjukkan mikrognasia

rahang atas sebagai bagian suatu sindrom, misalnya

sindrom down atau sindrom Apert. Sindrom down

merupakan penyakit genetika yang paling sering

ditemukan dengan ciri khas berupa rahang atas yang

kecil selain tanda lainnya. Pada penyakit Crouzon

yang merupakan kraniofasial sinostosis yang

berkaitan dengan sindrom Apert, ditemukan rahang

atas dan hidung yang kecil sehingga menyebabkan muka

melesak kedalam.

2.3 Neoplasma

A. Tumor Jinak Odontogen

19

Merupakan tumor yang berasal dari sel-sel odontogen

yang meliputi jaringan epitel gigi, jaringan ikat

mesenkim atau gabungan dari keduanya

Neoplasma yang terjadi hanya dari satu/semua jaringan 

pembentuk gigi/ mengandung sel odontogenik pada

stadium pertumbuhan tanpa menghasilkan suatu struktur

intersel yang mmiliki krakteristik.

Yang termasuk epitel odontogen: sisa enamel organ,

perkembangan enamel organ, epitel kista odontogen, sel

basal mukosa rongga mulut.

Sekelompok lesi yang kompleks dan punya sifat klinis

dan gambaran histologi yang bervariasi. Berupa

neoplasia sebenarnya (true neoplasma) dan neoplasia

bentukan salah menyerupai tumor (tumor-like

malformation atau hamartomas)

Merupakan interaksi antara epitel odontogen dengan

jaringan ikat mesenkim odontogen.

Menurut WHO 1992, berdasarkan asal sel / jaringan

tumor, tumor jinak dapat diklasifikasikan sebagai berikut

:

20

1. Tumor yang berasal dari jaringan epitel odontogen

tanpa melibatkan ektomesenkim odontogen.

Tumor ini dibagi menjadi empat tipe, yaitu :

A.  Ameloblastoma

Merupakan tumor odontogen yang berasal dari enamel

organ (ameloblas) yang merupakan sel pembentuk

gigi.

Merupakan tumor yang secara klinis sering ditemui

dan paling umum, tumor ini tumbuh lambat,

terlokalisir, sebagian besar jinak.

Dibagi menjadi 3 yaitu: solid (multikistik),

unikistik,dan periferal.

A.1 Ameloblastoma multikistik (solid)

Gambaran Klinis:

Pada penderita lanjut usia, melibatkan

laki-laki dan perempuan, perkembangan lambat,

asymptomatis, pembesaran tumor menyebabkan

ekspansi rahang tidak sakit dan tidak disertai

parastesia. 85% pada mandibula terutama pada

21

daerah ramus ascendens (regio molar), 15% pada

region posterior maksila.

 

 

Gambar

an klinis ameloblastoma pada rahang bawah

kanan

Rontgenologis:

Pada ameloblastoma multikistik: gambaran,

radiografi sangat khas pada lesi-lesi yang

radiolusen multikistik, jika berkembang menjadi

lokus yang besar digambarkan seperti buih sabun

(soap bubble) & jika lokus masih kecil

digambarkan seperti honey combed, terlihat

bukal dan lingual korteks terekpansi, resorbsi

akar gigi, pada beberapa kasus berhubungan

dengan erupsi M3.

22

Pada ameloblastoma solid: menunjukkan

adanya radiolusen yang unilokuler, sebagian

besar menyerupai tipe multikistik. Gambaran

Radiolusen berbentuk skallop tidak teratur.

A.2 Ameloblastoma Unikistik

Gambaran Klinis:

Pada umumnya pada usia muda, 90% didapatkan

pada mandibula khususnya region posterior,

asymptomatik, menimbulkan pembengkakan pada

rahang, pertumbuhan lambat, lokalis. DD: kista

primordial, kista radikuler, dan kista residual.

Rontgenologis:

Tampak gambaran radiolusen berbatas jelas

mengelilingi mahkota M3 yang tidak erupsi.

A.3 Ameloblastoma periferal (diluar tulang)

Gambaran Klinis:

23

Muncul dari sisa-sisa epitelial odontoghen

di bawah mukosa Rongga mulut atau dari  epitel

basal. Secara klinis simptomatis, bertangkai,

ulserasi atau berupa lesi mukosa alveolar/

berupa gingiva peduculated. Diameter lesi

<1,5cm, ditemukan pada pasien usia lanjut.

Sering ditemukan pada gingiva posterior /

mukous alveolar, sering terjadi pada mandibula.

Perubahan menjadi ganas jarang terjadi.

DD: fibroma

Rontgenologis:

Tampak radiolusen, permukaan tulang alveolar

sedikit erosi.

B. Calcifying ephitelial odontogenic tumor (Pinborg

Tumor)

Gambaran Klinis:

Jarang ditemukan, tidak ada faktor predileksi,

kebanyakan pada regio posterior madibula,

24

symptomatis berupa sakit ringan, terdapat

pembengkakan, terlokalisir, pertumbuhan lambat.

Rontgenologis:

Dijumpai lesi unilokuler, tetapi  juga ditemukan

multilokuler lebih sering dari pada skallop. Adanya

strktur berkalsifikasi dengan ukuran dan densitas yg

variatif. Berhubungan dengan adanya impaksi pada gigi

M3. Campuran antara radiolusen dan radiopak, dengan 

pulau-pulau padat banyak tersebar dan bervariasi di

seluruh bagian.

C. Squamous odontogenic tumor

Gambaran Klinis:

Tumor ini berasal dari transformasi neoplasi

dari sisa-sisa epitel mallasez. Kelihatan berasal

dari ligamen periodontal dan berhubungan dengan

permukaan lateral akar gigi dan gigi tidak erupsi.

Melibatkan proc. alveolar dan maksila. Tidak ada

faktor predileksi sisi dan jenis kelamin. Symptomatis

25

berupa sakit ringan berupa pembengkakan gingiva, Gigi

goyang, pertumbuhan lambat.

Rontgenologis:

Gambaran rontgen tidak menunjukkan gambaran yang

spesifik, menunjukkan kerusakan tulang yang berbentuk

triangular di sebelah lateral akar gigi. Kadang juga

adanya kerusakan tulang arah vertical, lesi

menunjukkan gambaran sklerosis, diameter > 1,5cm

D. Clear cell odontogenic tumor

Gambaran Klinis:

Jarang ditemukan pada rahang, tumor berasal

dari odontogen tetapi histogenesisnya masih belum

jelas. Pemeriksaan histokimia dan ultra struktur

pada tumor menunjukkan sel-sel bersih yang mirip

pada ameloblast yang kaya dengan glikogen.

Penderita pada usia diatas 50 tahun, dapat

melibatkan mandibula dan maksila. Symptomatis,

pembesaran rahang.

Rontgenologis:

26

Lesi radiolusen unilokuler atau multilokuler,

dengan tepi dari radiolusen, mempunyai batas jelas,

tidak teratur.

2. Tumor yang berasal dari jaringan epitel odontogen dan

melibatkan ektomesenkim odontogen dengan atau tanpa

pemebentukan jaringan keras gigi.

A. Ameloblastic fibroma

Merupakan tumor campuran jaringan Epitel dan

jaringan mesenkim.

Gambaran Klinis:

Cenderung pada usia muda dekade kedua,

melibatkan laki-laki sedikit lebih umum dibandingkan

perempuan. Lesi kecil asymtomatic, pada lesi yang

besar menyebabkan pembesaran rahang. Sisi posterior

mandibula paling sering, lokalis, dan pertumbuhannya

slambat.

Rontgenologis:

27

Lesi menunjukkan gambaran radiolusen, berbatas

tegas, dan lesi menunjukkan sklerotik, dihubungkan

pada gigi yang tidak erupsi, lesi yang

B. Ameloblastic fibro-odontoma

Merupakan sebuah tumor yang gambaran umumnya

merupakan suatu fibroma ameloblastik tetapi juga

mengandung enamel dan dentin. Peneliti berpendapat

tumor ini merupakan suatu tahap dalam perkembangan

suatu odontoma. Dalam beberapa kasus tumor tumbuh

progresif menyebabkn perubahan bentuk dan kehancuran

tulang.

Gambaran Klinis:

Dapat melibatkan kedua rahang, tidak ada faktor

predileksi jenis kelamin, pada umumnya asymptomatis,

terlokalisir dan terjadi pembengkakan setempat.

Rontgenologis:

Secara umum menunjukkan gambaran radiolusen

unilokuler, berbatas tegas. Jarang ditemukan

radiolusen multilokuler. Lesi mengandung sejumlah

28

bahan terkalsifikasi dengan radiodensitas dari

struktur gigi. Bahan kalsifikasi menunjukkan

gambaran multiple, radiopak yang kecil dan bergabung

menjadi besar dan keras.

C. Odontoma

Merupakan jenis tumor jinak odontogen yang

tergolong sering ditemui. Tumor ini dipertimbangkan

sebagai anomali perkembangan (hamartomas) agak

jarang disebut neoplasia sesungguhnya.

Patogenesis:

Pada awalnya dari perkembangan awal lesi ini

menunjukkan proliferasi epitel odontogen dan

jaringan mesenchim kemudian perkembangan

selanjutnya diikuti pembentukan enamel, dentin,

dan variasi dari pulpa dan sementum.

Tumor ini dibagi menjadi dua tipe yaitu compound

dan compleks odontoma. Compound odontoma

mengandung struktur seperti gigi , sedangkan

complex odontoma mengandung masa dominan dari

29

enamel  dan dentin dan bentuknya tidak menyerupai

gigi.

Gambaran Klinis:

Asymtomatik, biasanya terjadi pada usia

setengah baya, pada pemeriksaan rontgen ditemukan

dengan gigi yang tidak erupsi, lesi kecil, jarang

menjadi besar, bisa menjadi besar sampai 6cm

sehingga menyebabkan ekpansi rahang, sering di

maksila dari pada mandibula, ada pembengkakan.

Rontgenologis:

Compound odontoma menunjukkan kumpulan

struktur yang mirip gigi dengan ukuran dan bentuk

variatif dikelilingi daerah radiolusen yang tipis.

Complex odontoma menunjukkan gambaran radiopak

pada struktur gigi yang dikelilingi garis

radiolusen tipis.

 

30

3.Tumor yang berasal dari ektomesenkim odontogen dengan

atau tanpa melibatkan epitel odontogen.

A. Fibroma odontogen

Merupakan tumor yang jarang ditemukan

Gambaran Klinis:

Variatif umur, paling banyak usia setengah

baya. Kebanyakan 60% pada maksila region anterior

hingga posterior pada gigi Molar 1, sedangkan 40%

pada region posterior mandibula. Dihubungkan

dengan Molar tiga tidak erupsi, fibroma odontogen

berukuran kecil, asymptomatis,  jika lesi membesar

menyebabkan ekspansi tulang pada regio yang

terlibat, gigi menjadi goyang, adanya pembengkakan

setempat.

Rontgenologis:

Gambaran fibroma odontogen ukuran kecil

menunjukkan gambaran berbatas jelas, unilokuler.

Lesi-lesi radiolusen seringkali berhubungan dengan

daerah apikal gigi yang erupsi. Lesi yang besar

31

cenderung tampak gambaran Radiolusen yang

multilokuler. Beberapa lesi menunjukkan tepi yang

sklerotik. Sering terjadi resorpsi akar gigi, lesi

yang berlokasi antara gigi menyebabkan akar gigi

yang satu dengan lain menjadi divergen.

B. Odontogenic mysoma / myofibroma

Gambaran Klinis:

Jarang dijumpai, merupakan neoplasia yang

pertumbuhannya lambat, terlokalisir, tapi

mempunyai sifat invasif dan agresif. Berasal dari

jaringan ikat dental papilla. Umumnya pada faktor

predileksi usia, melibatkan kedua rahang pada

mandibula bisa korpus maupun ramus, asymptomatis,

menyebabkan gigi goyang, ekspansi menipis.

Rontgenologis:

Lesi tampak radiolusen yang dipisahkan oleh

gambaran tulang trabekular. Batas lesi dengan

tulang tidak berbatas jelas.

C. Cementoblastoma

32

Gambaran Klinis:

Asymptomatis, dapat melibatkan seluruh gigi

gligi baik RA dan RB anterior atau posterior.

Apabila lesi cukup besar secara klinis menunjukkan

suatu ekspansi tulang sehingga ada pembengkakan

rahang, terlokalisir, sering disebabkan trauma

pada jaringan periodontal.

Rontgenologis:

Lesi menunjukkan suatu massa radiopak yang

melekat pada apeks gigi penyebab. Batas lesi dengan

jaringan sekitarnya dipisahkan suatu gambaran

Radiolusen yang tipis.

 

33