proposal skripsi pengembangan bahan ajar berbasis pembelajaran kolaboratif disertai asesmen teman...

43
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA SMA KELAS X BERBASIS PEMBELAJARAN KOLABORATIF DISERTAI ASESMEN TEMAN SEJAWAT PADA POKOK BAHASAN DINAMIKA PARTIKEL DI SMA MUHAMMADIYAH I BANJARMASIN Proposal Untuk Memenuhi Persyaratan Melakukan Penelitian dalam Rangka Penyusunan Skripsi Oleh: Hayatul Mu’awwanah NIM A1C412007 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN 2015

Upload: independent

Post on 15-Nov-2023

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA SMA KELAS X

BERBASIS PEMBELAJARAN KOLABORATIF

DISERTAI ASESMEN TEMAN SEJAWAT

PADA POKOK BAHASAN DINAMIKA PARTIKEL

DI SMA MUHAMMADIYAH I BANJARMASIN

Proposal

Untuk Memenuhi Persyaratan Melakukan Penelitian

dalam Rangka Penyusunan Skripsi

Oleh:

Hayatul Mu’awwanah

NIM A1C412007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2015

PROPOSAL

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA SMA KELAS XBERBASIS PEMBELAJARAN KOLABORATIF

DISERTAI ASESMEN TEMAN SEJAWATPADA POKOK BAHASAN DINAMIKA PARTIKEL

Oleh:

Hayatul Mu’awwanahNIM. A1C412007

Disetujui untuk diseminarkan

Pembimbing I

Mustika Wati, M.Sc.NIP. 19811001 200312 2 001

Pembimbing II

Sri Hartini M.Sc.NIP. 19850414 200812 2 001

Mengetahui, Ketua Program Studi Pendidikan Fisika

Mustika Wati, M.Sc.NIP. 19811001 200312 2 001

2

A. JUDUL

Pengembangan Bahan Ajar Fisika SMA Kelas X Berbasis Pembelajaran

Kolaboratif disertai Asesmen Teman Sejawat pada Pokok Bahasan Dinamika Partikel

di SMA Muhammadiyah I Banjarmasin.

B. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat

mengakibatkan perubahan peran guru dalam pembelajaran. Peran guru sebagai

sumber pengetahuan berubah menjadi fasilitator, motivator, konsultan, pembimbing,

dan mitra belajar. Pembelajaran yang berpusat pada guru berubah menjadi

pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Model pembelajaran kolaboratif merupakan salah satu model yang banyak

digunakan, karena jika ditinjau dari perspektif sosial, maka seseorang akan saling

membutuhkan satu sama lain jika sedang menghadapi masalah yang kompleks.

Konsep belajar kolaboratif sering diidentikkan dengan konsep belajar

kooperatif, tetapi ada yang secara tegas membedakan antara keduanya. Dalam belajar

kooperatif belum tentu ada peristiwa kolaboratif, tetapi pada setiap peristiwa

kolaboratif diperlukan suasana kerjasama atau kooperatif (Suratno, 2009: 77). Ada

banyak alasan yang mendukung penggunaan pembelajaran kolaboratif, antara lain:

peningkatan pencapaian prestasi siswa, mengembangkan hubungan antar kelompok,

penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan

meningkatkan rasa kepercayaan diri. Selain itu tumbuhnya kesadaran pada guru

1

bahwa siswa perlu belajar untuk berfikir, menyelesaikan masalah dan

mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuannya melalui

belajar kelompok (Slavin, 2010: 4-5).

Penilaian siswa dalam memecahkan masalah pada proses pembelajaran

dapat diukur melalui asesmen. Selama ini untuk menilai kemampuan siswa, asesmen

diberikan oleh guru dan dinilai sendiri oleh guru. Bentuk penilaian seperti ini

seringkali tidak memberi ruang bagi siswa untuk merefleksi hasil kerjanya sendiri.

Dalam beberapa tahun terakhir mulai banyak diteliti tentang penilaian teman sejawat

(peer assessment).

Menurut Clarke, sebagaimana yang dikutip oleh Suratno (2009), asesmen

teman sejawat pada hakikatnya adalah bentuk asesmen untuk memperoleh informasi

balikan dari hasil kerja siswa yang didapat dari teman sejawat, selain yang sudah

lazim dilakukan yakni balikan dari guru. Asesmen teman sejawat memiliki

keunggulan yakni pada saat siswa mengevluasi kinerja atau hasil bealajar temannya,

secara tidak langsung siswa tersebut juga sekaligus dapat merefleksi pencapaian

dirinya sendiri.

Asesmen teman sejawat sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran

kolaboratif, karena di dalamnya terdapat elemen-elemen: (1) kesalingtergantungan

secara positif, (2) adanya interaksi saling bertemu muka dalam bekerja sama, dan (4)

dibutuhkannya keterampilan interpretasional dan kerjasama kelompok kecil, hal

tersebut dikemukakan oleh Johnson & Johnson dan telah dikutip oleh Suratno (2009:

110).

Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran kolaboratif memberikan

2

peluang bagi siswa untuk meningkatkan interaksi pembelajaran, baik dengan sesama

teman maupun dengan guru. Model pembelajaran ini cocok diterapkan jika guru

ingin melatihkan kemampuan pemecahan masalah karena siswa bisa saling bertukar

pendapat dan bertukar informasi. Penilaian berbasis kelas (PBK) merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dalam model pembelajaran ini. Jenis PBK antara lain adalah

asesmen teman sejawat (peer assessment). Oleh karena itu peneliti akan

mengembangkan bahan ajar berbasis pembelajaran kolaboratif disertai asesmen

teman sejawat (meliputi buku ajar siswa, RPP, LKS dan THB).

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diperoleh rumusan masalah,

“bagaimanakah kelayakan bahan ajar Fisika SMA kelas X berbasis pembelajaran

kolaboratif disertai asesmen teman sejawat pada pokok bahasan dinamika partikel?”.

Adapun pertanyaan penelitian yang sehubungan dengan rumusan masalah

umum tersebut adalah sebagai berikut:

a. Bagaimakah validitas bahan ajar Fisika SMA kelas X berbasis pembelajaran

kolaboratif disertai asesmen teman sejawat pada pokok bahasan dinamika

partikel?

b. Bagaimakah kepraktisan bahan ajar Fisika SMA kelas X berbasis pembelajaran

kolaboratif disertai asesmen teman sejawat pada pokok bahasan dinamika partikel

ditinjau dari keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)?

c. Bagaimakah efektivitas pengembangan bahan ajar Fisika SMA kelas X berbasis

pembelajaran kolaboratif disertai asesmen teman sejawat pada pokok bahasan

dinamika partikel ditinjau dari tes hasil belajar siswa?

3

3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini secara

umum adalah “membuat bahan ajar Fisika SMA kelas X berbasis pembelajaran

kolaboratif disertai asesmen teman sejawat pada pokok bahasan dinamika partikel”.

Adapun tujuan penelitian ini secara khusus adalah sebagai berikut:

a. Untuk mendeskripsikan validitas bahan ajar Fisika SMA kelas X berbasis

pembelajaran kolaboratif disertai asesmen teman sejawat pada pokok bahasan

dinamika partikel.

b. Untuk mendeskripsikan kepraktisan bahan ajar Fisika SMA kelas X berbasis

pembelajaran kolaboratif disertai asesmen teman sejawat pada pokok bahasan

dinamika partikel ditinjau dari keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP).

c. Untuk mendesdkripsikan efektivitas pengembangan bahan ajar Fisika SMA

kelas X berbasis pembelajaran kolaboratif disertai asesmen teman sejawat pada

pokok bahasan dinamika partikel ditinjau dari tes hasil belajar siswa.

4. Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Spesifikasi produk yang dihasilkan melalui penelitian ini adalah berupa

bahan ajar sebagai berikut:

a. Buku ajar siswa atau buku teks yang digunakan sebagai rujukan selain

menyediakan materi hafalan dan pemahaman, juga menyediakan penerapannya

dalam kehidupan sehari-hari dan dalam produk teknologi sehingga pengetahuan

siswa semakin luas.

4

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berbasis pembelajaran

kolaboratif disertai asesmen teman sejawat yang dirancang untuk melatihkan

kemampuan memecahkan masalah fisika.

c. Lembar Kerja Siswa (LKS) harus memperjelas Buku Siswa dalam melatih

kemampuan siswa baik kemampuan berkomunikasi sosial antar siswa maupun

kemampuan pemecahan masalah. LKS selain menyediakan permasalahan

akademik, juga harus menyediakan permasalahan autentik agar dapat

meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah fisika.

d. Penilaian hasil belajar yang dilakukan harus mampu mengukur hasil belajar

kognitif siswa.

5. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Bagi guru, pembelajaran berbasis pembelajaran kolaboratif disertai asesmen

teman sejawat dapat diterapkan sebagai alternatif untuk mendukung proses

belajar disekolah.

b. Bagi siswa, penelitian ini merupakan langkah alternatif yang dapat

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah fisika yang berpengaruh

terhadap hasil belajar.

c. Bagi sekolah, penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan dapat

memberikan kontribusi terhadap perbaikan pembelajaran fisika dalam

meningkatkan mutu pendidikan siswa.

5

d. Bagi pembaca, dapat menambah pengetahuan dan dapat sebagai bahan

perbandingan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan

pembelajaran berbasis pembelajaran kolaboratif disertai asesmen teman sejawat.

e. Bagi penulis, dapat pengalaman yang berharga untuk melaksanakan tugas di

masa yang akan datang.

6. Penjelasan Istilah, Asumsi dan Batasan Masalah

Agar tidak menimbulkan salah penafsiran terhadap beberapa istilah yang

digunakan dan tercipta arah pemikiran yang sama terhadap isi penelitian ini, maka

diberikan penjelasan istilah, asumsi, dan batasan masalah.

a. Penjelasan Istilah

Beberapa istilah penting yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran

terdapat dalam penelitian ini. Untuk itu perlu adanya batasan atau definisi istilah

yang sesuai dengan tujuan penelitian:

1) Bahan ajar adalah sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan pedoman yang akan

digunakan dalam proses pembelajaran.

2) Model pembelajaran kolaboratif adalah model pembelajaran yang memusatkan

pada kerjasama antar siswa selama proses pembelajaran.

3) Asesmen teman sejawat adalah bentuk penilaian terhadap hasil kerja siswa yang

dilakukan oleh teman sejawat.

4) Hasil belajar adalah tingkat pencapaian atau ketuntasan belajar siswa terhadap

tujuan pembelajan yang telah ditetapkan dan diukur dengan menggunakan tes

hasil belajar yang dilakukan sesudah menerima pelajaran dan dinyatakan dengan

tuntas atau tidak tuntas.

6

b. Asumsi

Terdapat berbagai asumsi sebagai pandangan yang diajukan oleh peneliti

untuk melandasi kerangka pikir dalam penelitian ini adalah:

1) Validator bersikap profesional dalam memberikan validasi terhadap perangkat

pembelajaran yang diterapkan.

2) Siswa bersungguh-sungguh dan jujur dalam menyampaikan pendapat maupun

dalam mengerjakan tes hasil belajar dan mengisi LKS

3) Pengamat mengamati keterlaksanaan pembelajaran, pengamatan kemampuan

berkomunikasi ilmiah dengan sungguh-sungguh, seksama, objektif, dan mandiri

dalam menuangkan hasil pengamatannya pada instrumen lembar pengamatan.

c. Batasan Masalah

1) Bahan ajar yang dikembangkan hanya mencakup buku ajar siswa, RPP, LKS,

dan THB.

2) Model pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kolaboratif.

3) Asesmen yang digunakan adalah asesmen teman sejawat.

4) Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dinamika partikel.

5) Hasil belajar yang dilatihkan ditekankan pada kemampuan pemecahan masalah

otentik.

C. KAJIAN PUSTAKA

1. Penelitian dan Pengembangan

Penelitian pendidikan dan pengembangan, yang lebih sering kita kenal

dengan istilah Research & Development (R & D) adalah strategi untuk

7

mengembangkan suatu produk pendidikan oleh Brog dan Gall dalam Setyosari

(2013: 222) disebut juga sebagai penelitian dan pengembangan.

Suatu model dapat diartikan sebagai suatu representasi baik visual maupun

verbal. Model menyajikan sesuatu atau informasi yang kompleks atau rumit menjadi

sesuatu yang lebih sederhana atau mudah. Suatu model dalam penelitian

pengembangan dihadirkan dalam bagian prosedur pengembangan (Setyosari, 2013:

228).

Salah satu model pengembangan yang sering dipakai saat ini adalah model

ADDIE (Analiyze, Design, Development, Implimentation, Evaluation). Pemilihan

model ini didasari atas pertimbangan bahwa model ini dikembangkan secara

sistematis dan berpijak pada landasan teoritis desain pembelajaran. Model ini disusun

secara terprogram dengan urutan-urutan kegiatan yang sistematis dalam upaya

pemecahan masalah belajar yang terkait dengan sumber belajar yang sesuai dengan

kebutuhan dan karakteristik pebelajar. Model ini memiliki lima langkah atau tahapan

yang mudah dipahami dan diimplimentasikan untuk mengembangkan produk

pengembangan seperti buku ajar, modul pembelajaran, video pembelajaran,

multimedia dan lain sebagainya. Model ADDIE memberi peluang untuk melakukan

evaluasi terhadap aktivitas pengembangan pada setiap tahap. Hal ini berdampak

positif terhadap kualitas produk pengembangan. Dampak positif yang ditimbulkan

adalah dengan adanya evaluasi pada setiap tahapan adalah meminimalisir tingkat

kesalahan atau kekurangan produk pada tahap akhir model ini. Dengan demikian,

tahap kelima model ini, yakni tahap evaluasi merupakan tahap evaluasi terhadap

8

Analize

Evaluate

Develop

Design Implement

kesatuan atau keseluruhan produk pengembangan berupa evalusi formatif dan

evaluasi sumatif. (Tegeh, 2014: 41-42).

Secara visual tahapan ADDIE Model dapat dilihat seperti gambar berikut:

Gambar 1. Desain penelitian ADDIE Model

Dalam model ini terdiri atas 5 langkah, yaitu:

9

a. Tahap I Analisis (Analyze)

Tahap analisis meliputi kegiatan sebagai berikut: (1) melakukan analisis

kompetensi yang dituntut kepada peserta didik; (2) melakukan analisis karakteristik

peserta didik tentang kapasitas belajarnya, pengetahuan, keterampilan, sikap yang

telah dimiliki peserta didik serta aspek lain yang terkait; (3) melakukan analisis

materi sesuai dengan tuntutan kompetensi.

b. Tahap II Perancangan (Design)

Dalam merancang pembelajaran difokuskan pada tiga kegiatan, yaitu

pemilihan materi sesuai karakteristik peserta didik dan tuntutan kompetensi, strategi

pembelajaran yang diterapkan dan bentuk serta metode asesmen dan evaluasi yang

digunakan.

c. Tahap III Pengembangan (Development)

Tahap ketiga adalah kegiatan pengembangan (development) yang pada

intinya adalah kegiatan menerjemahkan spesifikasi desain kedalam bentuk fisik,

sehingga kegiatan ini menghasilkan prototype produk pengembangan.

d. Tahap IV Implementasi (Implimentation)

Hasil pengembangan diterapkan dalam pembelajaran untuk mengetahui

pengaruhnya terhadap kualitas pembelajaran yang meliputi keefektifan, kemenarikan,

dan efisiensi pembelajaran. Keefektifan berkenaan dengan sejauh mana produk

pengembangan dapat mencapai tujuan atau kompetensi yang diharapkan.

Kemenarikan berkenaan dengan sejauh mana produk pengembangan dapat

menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menantang dan memotivasi

10

peserta didik. Efisiensi berkaitan dengan penggunaan segala sumber seperti dana,

waktu dan tenaga untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

e. Tahap V Evaluasi (Evaluation)

Tahap terakhir adalah evaluasi (evaluation) yang meliputi evaluasi formatif

dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilakukan untuk mengumpulkan data pada

setiap tahapan yang digunakan untuk penyempurnaan dan evaluasi sumatif dilakukan

pada akhir program untuk mengetahui pengaruhnya terhadap hasil belajar peserta

didik dan kualitas pembelajaran secara luas.

Tabel 1. Perbedaan Evaluasi Formatif dan Sumatif

Aspek Pembeda Bentuk EvaluasiFormatif Sumatif

Komponen Bagian KeseluruhanInstrumen Buatan sendiri StandarPelaksana Intern Ekstern

Fungsi Perbaikan EfektivitasSifat Kontinu Satu tahapan

2. Bahan Ajar

a. Buku Ajar Siswa

Akbar (2013: 33-38) mengatakan buku ajar adalah buku teks yang

digunakan sebagai rujukan pada mata pelajaran tertentu. Ciri-ciri buku ajar adalah:

(1) sumber materi ajar; (2) menjadi referensi baku untuk mata pelajaran tertentu; (3)

disusun sistematis dan sederhana; dan (4) disertai petunjuk pembelajaran.

Buku ajar berbentuk: (1) Referensi, yaitu buku yang membahas bidang ilmu

tertentu secara mendalam, pembahasannya lengkap, lazimnya berbasis riset,

diterbitkan secara luas, dan digunakan sebagai referensi (rujukan), (2) Diktat, yaitu

buku yang disusun dengan cakupan isi terbatas. Diktat disusun sesuai kurikulum

11

silabus tertentu untuk satuan pendidikan tertentu pada tingkat dan semester tertentu.

Diktat yang ditujukan untuk keperluan pembelajaran secara mandiri (self instruction)

sering disebut modul. Adapun langkah-langkah menyusun diktat menurut Jones

(Akbar, 2013: 34) adalah sebagai berikut: (1) planning- yakni membuat perencanaan;

(2) gathering data – pengumpulan data; (3) writing – penulisan; (4) reflecting –

perefleksian; (5) revising – perevisian; dan (6) submitting – penyampaian pada

pembaca.

Buku ajar yang baik mengandung aspek antara lain (1) akurat; (2) sesuai

(relevan); (3) komunikatif; (4) lengkap dan sistematis; (5) berorientasi pada siswa

(student – centered); (6) berpihak pada ideologi bangsa dan negara; (7) kaidah

bahasa benar; dan (8) terbaca.

Prosedur pengembangan buku ajar pada dasarnya dapat dilakukan melalui:

(1) Identifikasi masalah pembelajaran yang terjadi di kelas melalui review buku ajar

yang ada, review literatur, observasi kelas pada saat pemanfaatan buku ajar, dan

telaah dokumen; (2) analisis kurikulum dengan menganalisis standar kompetensi,

kompetensi dasar, merumuskan indikator, dan merumuskan tujuan pembelajaran; (3)

menyusun draft buku ajar berdasarkan teoritik, validasi ahli untuk mengetahui

kesesuaian draft dengan landasan teoritiknya, dan menggunakan instrumen validasi;

(4) revisi draft buku ajar berdasarkan validasi ahli sehingga hasilnya lebih baik dan

sesuai teori. Validasi buku ajar adalah upaya untuk menghasilkan buku dengan

validitas tinggi, validasi ini dilakukan dengan uji validasi. Dimana uji validasi dapat

dilakukan oleh ahli, pengguna, dan audience.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

12

Martiono (2012: 229-236) menyatakan silabus merupakan program

pembelajaran yang masih umum sehingga perlu dibuat perencanaan pembelajaran

yang lebih operasional. Dalam rangka mengimplimentasikan program pembelajaran

yang sudah dituangkan di dalam silabus, guru harus menyusun rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP). RPP merupakan rancangan yang berisi prosedur dan

pengorganisasian pembelajaran RPP berisi penjabaran kompetensi dasar tertentu

yang termuat dalam silabus. Dengan kata lain, RPP adalah perencanaan jangka

pendek untuk memproyeksikan kegiatan pembelajaran yang dikembangkan dalam

silabus untuk satu atau lebih pertemuan pembelajaraan.

Dalam menyusun RPP guru harus mencantumkan standar kompetensi yang

memayungi kompetensi dasar yang akan disusun dalam RPP. Di dalam RPP secara

rinci harus dimuat tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran,

langkah-langkah kegiatan pembelajaran, sumber belajar dan penilaian.

RPP mempunyai dua fungsi strategis dalam rangka mencapai tujuan

pembelajaran, yaitu yang pertama fungsi perencanaan. Fungsi ini hendaknya

mendorong guru untuk lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran dengan

perencanaan matang karena merencanakan pembelajaran merupakan salah satu tugas

pokok guru. Fungsi kedua fungsi pelaksanaan dimana RPP menjadi pedoman dalam

melaksanakan pembelajaran karena disusun secara sistematik, utuh, menyeluruh

terhadap semua komponen pembelajaran. Dengan RPP yang baik akan menjamin

pelaksanaan pembelajaran yang lebih bermutu.

13

Sasaran akhir dari kegiatan pembelajaran adalah terbentuknya kompetensi

pada diri siswa. Untuk itu, RPP harus dikembangkan dengan memperhatikan prinsip-

prinsip sebagai berikut:

1) Kejelasan dalam perumusan kompetensi (Standar Kompetensi, Kompetensi

Dasar, dan Indikator) sehingga mudah diamati dan diukur.

2) Kesederhanaan, fleksibilitas, dan keterlaksanaan RPP merupakan panduan

pelaksanaan pembelajaran sehingga harus benar-benar dapat dilaksanakan.

3) Relevansi dengan kompetensi yang diharapkan, artinya RPP harus

mencerminkan upaya nyata dalam rangka mencapai kompetensi.

4) Utuh dan menyeluruh, artinya RPP harus mencerminkan langkah-langkah utuh

dalam rangka mencapai kompetensi.

5) Koordinatif, artinya RPP harus mencerminkan langkah-langkah koordinasi

dengan komponen-komponen atau subsistem pembelajaran yang lain sehingga

semua bersinergi dalam mencapai kompetensi yang dirumuskan.

Adapun langkah-langkah pengembangan RPP dan komponen yang termuat

dalam RPP adalah sebagai berikut:

(1) Mencantumkan identitas RPP; (2) Standar Kompetensi; (3) Kompetensi Dasar;

(4) Indikator pencapaian kompetensi; (5) Mencantumkan tujuan pembelajaran; (6)

Mencantumkan materi pembelajaran; (7) Mencantumkan metode pembelajaran; (8)

Mencantumkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran; (9) Mencantumkan sumber

belajar; (10) Penilaian.

c. Lembar Kerja Siswa (LKS)

14

Arsyad (Rohaeti, 2009: 2) salah satu sumber belajar dan media

pembelajaran yang dirasa dapat membantu siswa maupun guru dalam proses

pembelajaran adalah LKS. LKS termasuk media cetak hasil pengembangan teknologi

cetak yang berupa buku dan berisi materi visual.

Martiono (2012: 136-137) menyebutkan tujuan pengemasan materi

pembelajaran dalam bentuk LKS antara lain:

1) LKS yang membantu siswa menemukan suatu konsep

2) LKS yang membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep

yang telah dirumuskan.

3) LKS yang berfungsi sebagai penuntun belajar

4) LKS yang berfungsi sebagai penguatan

5) LKS yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum

d. Penilaian Hasil Belajar

Daryanto (2014: 140-144) menyatakan penilaian adalah proses sistematis

meliputi pengumpulan informasi (angka atau deskripsi verbal), analisis dan

interpretasi untuk mengambil keputusan. Sedangkan penilaian pendidikan adalah

proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil

belajar peserta didik.

Penilaian merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah

perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah

bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan dan

penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik, pengolahan dan

penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik.

15

Adapun fungsi penilaian hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:

1) Menggambarkan sejauh mana peserta didik telah menguasai suatu kompetensi

2) Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu memahami

dirinya, membuat keputusan berikutnya, baik untuk perencanaan program

belajar, pengembangan kepribadian, maupun penjurusan.

3) Menemukan kesulitan belajar, kemungkinan prestasi bisa dikembangkan peserta

didik, sebagai alat diagnosis yang membantu pendidik/guru menentukan apakah

seseorang perlu melakukan remidial atau pengayaan.

4) Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang sedang

berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran berikutnya

5) Pengendali bagi pendidik/guru dan sekolah tentang kemajuan perkemangan

peserta didik

Hamdani (2011: 314-315) menyatakan langkah-langkah yang dilakukan

dalam melaksanakan kegiatan evaluasi pendidikan adalah sebagai berikut:

1) Penentuan tujuan tes

2) Penyusunan kisi-kisi

3) Penulisan soal

4) Penelaahan dan perbaikan (review dan revisi soal)

5) Uji coba soal

6) Perakitan soal menjadi perangkat tes

7) Penyajian tes

8) Skoring

9) Pelaporan hasil tes

16

10) Pemanfaatan hasil tes

3. Kelayakan Perangkat Pembelajaran

Richey and Nelson (Hamdani, 2011: 24) mendefinisikan penelitian

pengembangan sebagai suatu pengkajian sistematis terhadap pendesainan,

pengembangan dan evaluasi program, proses dan produk pembelajaran yang harus

memenuhi kriteria validitas, praktikalitas dan efektivitas.

Adapun penjelasan lebih lengkap mengenai setiap kriteria tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Validitas

Arikunto (2010: 211) menyatakan validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu

instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen

yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan

valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan

valid apabila mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi

rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data terkumpul tidak

menyimpang dari gambaran validitas yang dimaksud.

Hamdani (2011: 24) menyatakan suatu produk atau program dikatakan valid

apabila ia merefleksikan jiwa pengetahuan (state of the art knowledge). Ini yang kita

sebut sebagai validitas isi. Sementara itu, komponen-komponen produk tersebut

harus konsisten satu sama lain (validitas konstruk)

b. Praktibilitas (kepraktisan)

17

Hamdani (2011: 24) menyatakan suatu produk dikatakan praktikal apabila

produk tersebut menganggap bahwa ia dapat digunakan. Dimana semakin tinggi

tingkat keterlaksanaan RPP maka semakin tinggi pula tingkat kepraktisan RPP

tersebut.

c. Efektivitas

Arens adn Lorlbecke ( Safutry, 2013) efektifitas mengacu pada pencapaian

suatu tujuan, sedangkan efisiensi mengacu kepada sumber daya yang digunakan

untuk mencapai tujuan itu. Efektivitas suatu produk apakah produk dapat

memfasilitasi ketercapaian hasil belajar siswa sesuai KKM yang ditentuksn dari

sekolah yang bersangkutan. Efektivitas perangkat pembelajaran dapat dilihat dari

nilai pre-test dan post-test siswa yang dinyatakan dengan kriteria minimal sedang.

Efektivitas bergantung kepada kesiapan dan cara belajar yang dilakukan oleh siswa

itu sendiri. Selain itu, efektivitas juga bergantung pada kemampuan guru untuk

memanfaatkan setiap peluang yang muncul pada saat pembelajaran berlangsung.

4. Model Pembelajaran Kolaboratif

Pembelajaran kolaboratif menekankan pada ketergantungan positif yang

terjadi manakala rekan sesama anggota tim saling mendorong satu sama lain untuk

meraih yang terbaik, dan ketika kesuksesan kelompok menjadi perhatian tiap-tiap

anggota kelompoknya (Preston, 2005: 42). Pembelajaran kolaboratif umumnya

berbentuk kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota 4 sampai 5 orang.

Penempatan siswa dalam kelompok belajar sebaiknya diatur oleh guru dengan

memperhatikan hiterogenitas anggota.

18

Secara umum, pembelajaran kolaboratif terbagi dalam dua kategori, yakni:

(1) action-oriented collaborative systems, dan (2) text-production oriented systems

(Dimitracopoulou, 1999: 115-116). Pembelajaran fisika meliputi dua ketegori

tersebut, action-oriented berlangsung pada saat siswa melaksanakan proses

praktikum dan mempresentasikan hasil kinerja mereka. Sedangkan text-production

oriented terjadi saat tugas yang diberikan guru berupa tes tertulis, latihan soal yang

berupa hitungan maupun penjelasan konsep.

Beberapa kriteria berikut cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran

kolaboratif, yakni: (1) tugas yang diberikan kompleks dan bersifat konseptual, (2)

menginginkan adanya pemecahan masalah, (3) memerlukan kreativitas atau

pemikiran yang berbeda (divergent thinking), (4) penguasaan konsep dan

pengulangan merupakan suatu yang penting, (5) diharapkan tumbuhnya kualitas

kinerja, (6) diperlukan kemampuan berfikir kritis dan strategi argumentasi tingkat

tinggi (Preston, 2005: 40).

Kriteria-kriteria pembelajaran kolaboratif tersebut sejalan dengan kriteria

yang diharapkan muncul dalam pembealajaran fisika. Oleh karena itu, pembelajaran

kolaboratif dapat dianggap sebagai model pembelajaran yang sesuai untuk dapat

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah fisika siswa.

5. Hakikat Asesmen

Educational Assessment (penilaian pendidikan) digunakan untuk

menentukan seberapa baik tingkat pencapaian belajar siswa. Asesmen memberikan

informasi yang dapat digunakan sebagai umpan balik bagi siswa, guru, orang tua,

pembuat kebijakan, dan masyarakat umum tentang keefektifan penyelenggaraan

19

pendidikan (Pallegrino, dkk. 2001: 1). Pada umumnya pemberian asesmen dilakukan

dalam bentuk evaluasi sumatif. Penilaian sumatif biasanya digunakan untuk

mengukur tingkat pencapaian pengetahuan yang telah diperoleh siswa di akhir

pembelajaran, sebagai syarat kenaikan tingkat atau kelulusan, serta sebagai sarana

selesksi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Perkembangan dunia pendidikan menuntut adanya pergeseran penilaian,

sehingga saat ini banyak penelitian yang mengembangkan asesmen selama proses

pembelajaran atau yang sering disebut PBK (Penilaian Berbasis Kelas). Asesmen ini

bersifat evaluasi formatif dan dapat menilai berbagai aspek yang meliputi kognitif,

sikap dan kinerja siswa selama proses pembelajaran.

6. Asesmen Teman Sejawat

Melibatkan siswa berpartisipasi dalam melakukan penilaian (rating)

menurut Gronlund & Linn sebagaimana dikutip Suratno (2009: 107-108), dapat

memberikan keutungan antara lain: membantu siswa untuk (1) mengerti lebih baik

tujuan-tujuan pembelajaran, (2) menyadari kemajuan-kemajuan yang telah diperbuat

untuk mencapai tujuan, (3) mendiagnosa secara efektif kekuatan-kekuatan dan

kelemahan tertentu, dan (4) mengembangkan keterampilan dalam penilaian diri (self

assessment) siswa. Terdapat berbagai jenis asesmen teman sejawat, namun pada

intinya, penggunaan asesmen ini menginginkan adanya pelibatan siswa dalam

pemberian umpan balik terhadap siswa lain mengenai kualitas kinerja mereka

masing-masing.

Penggunaan asesmen teman sejawat melatih siswa untuk bertanggung jawab

terhadap hasil belajar serta mendapatkan wawasan terhadap kinerjanya sendiri

20

melalui penilaiannya terhadap pekerjaan teman sejawatnya (Heywood, 2000: 374).

Jadi, selain melatih untuk melakukan penilaian terhadap kinerja teman sejawatnya,

siswa yang menggunakan asesmen ini juga secara tidak langsung dapat

membandingkan hasil kinerjanya dan merefleksi dirinya sendiri.

Implementasi asesmen teman sejawat harus memperhatikan hal-hal berikut:

(1) siswa harus sering dilatih mempraktekkan cara-cara asesmen ini agar dapat

semakin meningkatkan kepercayaan dirinya dalam menilai, (2) pastikan bahwa

kriteria untuk semua bagian asesmen jelas dan telah dinegosiasikan ke siswa, (3)

berikan waktu untuk menumbuhkan suasana saling percaya antar siswa, (4) usahakan

lingkungan belajar yang diciptakan dalam suasana kerjasama (kolaboratif), (5)

pemberian simbol dan tanda untuk memberikan penghargaan dan hukuman telah

disepakati bersama (Spiller, 2012: 12-13).

7. Kemampuan Pemecahan Masalah dengan Model Pembelajaran Kolaboratif

disertai Asesmen Teman Sejawat

Menurut Miller, Imrie dan Cox, sebagaimana dikutip oleh Noble, et al (_: 4)

beberapa karakteristik kesuksesan pembelajaran kolaboratif antara lain: (1) masalah

yang dipecahkan merupakan masalah yang umumnya terdapat dalam lingkungan

masyarakat, (2) untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan pengetahuan,

keterampilan dan atribut yang merupakan bagian dari kurikulum, (3) masalah dapat

dipecahkan siswa dalam kelompok kecil, yang tidak ada anggotanya memiliki

keterampilan untuk menyelesaikan masalah sendiri, sehingga seluruh anggota

kelompok memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk berkontribusi.

21

Melalui pembelajaran kolaboratif, siswa dapat mengembangkan kemampuan

mereka dalam hal: berdiskusi, negosiasi, menafsirkan, mengelompokkan,

menggunakan pengetahuan dalam situasi baru, mengklarifikasi, mengabaikan,

mengerjakan ulang, dan problem solving (pemecahan masalah). (Noble, _: 6).

Didukung dengan penerapan asesmen teman sejawat, proses pembelajaran

kolaboratif menuntut adanya kerja sama antar anggota kelompok untuk memecahkan

masalah. Sehingga dapat dikatakan proses pembelajaran kolaboratif dan asesmen

teman sejawat merupakan sarana untuk siswa dapat meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah.

8. Karakteristik Siswa

Siswa SMA/SMK kelas X rata-rata beurmur 15 sampai 16 tahun. Mengingat

dari perkembangan kognitif siswa SMA menurut Piaget, setiap individu pada saat

tumbuh mulai bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak dewasa akan mengalami

empat tingkat perkembangan kognitif.

Piaget berpendapat bahwa perkembangan intelektual individu melalui tahap-

tahap berikut seperti pada tebel di bawah ini:

Tabel 2. Skema 4 tahap perkembangan kognitif Piaget

Tahap Perkiraaan usia Ciri Pokok Perkembangan

Sensorimotor Lahir sampai 2 tahun Berdasarkan tindakan Langkah demi langkah

Praoperasional 2 sampai 7 tahun Penggunaan

simbol/bahasa tanda Konsep intuitif

Operasi konkret 7 sampai 11 tahun Pakai aturan jelas/logis Reversible dan kekekalan

Operasi formal 11 tahun sampai dewasa

Hipotesis Abstrak Deduktif dan induktif Logis dan probabilitas

(Adaptasi Ichsan, 2009)

22

9. Karakteristik Materi

Materi pokok dinamika partikel terdiri atas beberapa sub materi yaitu:

a. Formulasi hukum-hukum Newton

Pembahasan pada formulasi hukum-hukum Newton mencakup: hukum I

Newton, hukum II Newton, hukum II Newton, dan penerapannya dalam kehidupan

sehari-hari.

b. Mengenal berbagai jenis gaya

Pembahasan tentang jenis-jenis gaya mencakup empat jenis gaya yang biasa

bekerja pada suatu benda, yaitu: (1) gaya berat, (2) gaya normal, (3) gaya gesekan,

dan (4) gaya tegangan tali.

c. Analisis kuantitatif masalah dinamika partikel sederhana

Pada bagian ini dilakukan pembahasan secara kuantitatif tentang masalah

dinamika partikel sederhana dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan jenis-jenis

gaya yang telah dipelajari, antara lain:

Masalah balok di atas lantai licin

Masalah dua buah benda yang dihubungkan dengan katrol

Masalah benda yang bergerak pada bidang miring licin, misalnya mobil yang

bergerak pada bidang miring licin

Masalah perubahan berat benda ketika berada di dalam elevator yang sedang

bergerak yang merupakan penerapan dari hukum II Newton

Masalah gerak melingkar pada bidang vertikal misalnya roller coster

Masalah mobil yang membelok pada jalan miring licin

23

Seluruh materi yang disajikan dalam pokok bahasan dinamika partikel ini

sangat banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga cocok untuk melatih

kemampuan pemecahan masalah fisika siswa, khususnya masalah otentik. Model

pembelajaran kolaboratif disertai asesmen teman sejawat cocok diterapkan pada

pembelajaran dengan pokok bahasan ini karena siswa dapat saling bertukar fikiran

dalam menyelesaikan masalah yang disajikan dan merefleksi diri atas hasil kerja

yang telah dilakukan.

10. Penelitian Relevan

Adapun hasil penelitian relevan terkait penelitian ini sebagai berikut:

a. Suratno (2009) melakukan penelitian dan pengembangan dengan uji emperik

dilaksanakan pada mahasiswa prodi pendidikan ekonomi jurusan pendidikan IPS

– FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Hasil penelitian memberi

kesimpulan, antara lain: (1) model asesmen teman sejawat (ATS) secara

sgnifikan lebih baik daripada model asesmen konvensional dalam meningkatkan

penguasaan kemampuan generik pemecahan masalah, penguasaan kemampuan

pengenalan pola pemecahan masalah (analog), dan kemampuan menggunakan

prosedur pemecahan masalah (relate), baik pada kelompok mahasiswa yang

memiliki adversity question (AQ) tinggi maupun AQ rendah, dan pada

kelompok mahasiswa yang memiliki lokus kendali (LK) tinggi msupun LK

rendah, tetapi tidak ditemukan perbedaan signifikan dalam meningkatkan

penguasaan kemampuan menemukan prosedur baru pemecahan masalah

(novelty), (2) model ATS selain dapat meningkatkan kemampuan pemecahan

24

masalah, juga mendorong peningkatan kemampuan kerjasama kolaboratif

diantara individu mahasiswa dalam belajar.

b. Haryoko dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan asesmen teman sejawat

dalam setting pembelajaran kolaboratif pada pendidikan kejuruan menyimpulkan

bahwa, bagi siswa SMK, penerapan asesmen teman sejawat dalam setting

pembelajaran kolaboratif selain meningkatkan prestasi akademik dapat pula

menciptakan kemampuan melakukan hubungan sosial dan kerjasama,

menanamkan kejujuran, meningkatkan rasa percaya diri, dan mampu

menngembangkan rasa saling percaya antara individu maupun kelompok.

c. Margowati (2009) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa penerapan model

pembelajaran kolaboratif disertai strategi Quantum Learning dapat

meningkatkan hasil belajar biologi siswa. Hasil belajar tersebut meliputi ranah

kognitif, afektif, dan psikomotor. Peningkatan hasil belajar diukur dari nilai

kemampuan awal, tes evaluasi siklus 1, dan tes evaluasi siklus 2. Presentasi

ketuntasan hasil belajar siswa pada tes kemampuan awal adalah 55%, siklus 1

76,32%, dan siklus 2 97,5%. Presentasi hasil belajar ranah efektif pada tes

kemampuan awal sebesar 43,27%, siklus 1 sebesar 59,68%, dan siklus 2 sebesar

75,03%. Presentasi hasil belajar ranah psikomotorik pada tes kemampuan awal

siswa sebesar 49,76%, siklus 1 sebesar 60,73%, dan siklus 2 sebesar 86,73%.

11. Kerangka Berfikir

Berdasarkan hasil observasi di SMA Muhammadiyah I Banjarmasin,

didapatkan masih rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika, terutama

pada kelas X. Hal ini dibuktikan dengan masih adanya sebagian besar siswa yang

25

mendapat nilai dibawah KKM disekolah tersebut, sehingga masih sering kali perlu

dilakukan remidial perbaikan nilai. Diperkirakan bahwa penyebabnya antara lain

belum adanya bahan ajar yang mampu membuat siswa tertarik untuk belajar fisika.

Sementara pola belajar di kelas yang masih fokus pada teacher oriented

menyebabkan siswa kurang terlatih dalam melakukan pemecahan masalah fisika.

Selama ini siswa hanya mendapat ceramah dari guru mengenai materi pelajaran yang

sedang dipelajari, siswa menjadi pasif dan membuat mereka menganggap pelajaran

fisika sangat sulit dan tidak menyenangkan. Selain itu, siswa jarang dilatih

kemampuan komunikasi dan sosialnya dalam proses pemecahan masalah/contoh soal

yang diberikan guru. Walaupun ada tugas kelompok, hanya sebagian siswa saja yang

mengerjakan sedangkan siswa lainnya menyerahkan segala tanggung jawab terhadap

tugas tersebut kepada temannya karena menganggap dirinya tidak mampu

menyelesaikan masalah tersebut.

Langkah tepat dalam penyelesaian masalah di atas adalah dengan

mengembangkan suatu bahan ajar yang dapat meningkatkan rasa tertarik siswa pada

pembelajaran fisika dan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah fisika

oleh siswa. Model pembelajaran kolaboratif dianggap sesuai untuk mencapai harapan

tersebut, dimana siswa akan dibentuk dalam suatu kelompok hiterogen yang akan

memunculkan tutorial teman sebaya untuk memecahkan masalah fisika yang

disajikan selama pembelajaran. Dan asesmen teman sejawat akan membuat semua

siswa lebih aktif lagi selama proses pembelajaran dan memunculkan rasa tanggung

jawab setiap anggota kelompok terhadap kelompoknya.

26

Sehingga melalui pengembangan bahan ajar berbasis pembelajaran

kolaboratif disertai asesmen teman sejawat diharapkan dapat menciptakan produk

yang valid, efektif dan praktis dalam pemanfaatan serta pelaksanaan proses belajar

mengajar.

D. METODOLOGI PENGEMBANGAN

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Disebut penelitian

pengembangan karena mengembangkan bahan ajar Fisika SMA kelas X berbasis

pembelajaran kolaboratif disertai asesmen teman sejawat pada pokok bahasan

Dinamika Partikel. Dimana bahan ajar yang dikembangkan berupa buku ajar siswa,

RPP, LKS, dan tes hasil belajar yaitu pretest-postest. Dimana langkah-langkah

penelitian dan pengembangan yang dilakukan menggunakan model ADDIE antara

lain: analisis (analyze), perancangan (design), pengembangan (development),

implementasi (implementation), dan evaluasi (evaluation). Diharapkan setelah

melakukan langkah-langkah tersebut diperoleh bahan ajar yang valid sesuai dengan

tujuan penelitian ini.

2. Model Pengembangan

Bahan ajar yang dikembangkan menggunakan model pembelajaran

kolaboratif disertai asesmen teman sejawat pada pokok bahasan dinamika partikel

dan dikembangkan dengan desain penelitian ADDIE.

Prosedur pengembangan yang dilaksanakan pada penelitian ini, mengacu

pada desain penelitian ADDIE seperti dengan langkah-langkah sebagai berikut:

27

a. Tahap I Analisis (Analyze)

1) Mengidentifikasi tujuan pembelajaran

Mengidentifikasi tujuan pembelajaran dilakukan untuk menentukan masalah

dan solusi yang tepat dalam menentukan kompetensi siswa, dan pada dinamika

partikel memiliki:

Standar Kompetensi : 2. Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan

dinamika benda titik.

Kompetensi Dasar : 2.3 Menerapkan hukum Newton sebagai prinsip dasar

dinamika untuk gerak lurus, gerak vertical dan gerak

melingkar beraturan.

2) Analisis karakteristik siswa

Karakteristik siswa SMA kelas X berumur 15 sampai dengan 16 tahun

menurut teori Piaget tentang tingkat perkembangan kognitif, usia ini tergolong dalam

kategori operasional formal. Sehingga pada usia ini siswa dianggap mampu

melakukan komunikasi sosial dengan temannya dan mampu melakukan pemecahan

masalah serta memberikan penilaian terhadap suatu hasil kerja. Sehingga, dari

karakteristik siswa tersebut model pembelajaran kolaboratif disertasi asesmen teman

sejawat.

3) Analisis materi ajar

Materi dinamika partikel terdiri dari beberapa subbab, antara lain: formulasi

hukum-hukum Newton, mengenal berbagai jenis gaya, dan analisis kuantitatif

masalah dinamika partikel sederhana. Dari ketiga subbab tersebut mengadung

konsep-konsep yang dapat ditemukan dalam kehidupan seahari-hari. Hasil dari

28

identifikasi tujuan pembelajaran pada pokok bahasan dinamika partikel maka dapat

dikatakan bahwa model pembelajaran kolaboratif dapat digunakan dalam

pengembangan bahan ajar pada pokok bahasan dinamika partikel. Bahan ajar yang

dikembangkan untuk menunjang pembelajaran adalah buku ajar siswa, rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), dan tes hasil belajar

(THB).

b. Tahap II Perancangan (Design)

Merancang pembelajaran difokuskan pada tiga kegiatan, yaitu pemilihan

materi sesuai dengan karakteristik peserta didik dan tuntutan kompetensi, strategi

pembelajaran yang diterapkan dan bentuk serta metode asesmen dan evaluasi yang

digunakan.

Berdasarkan hasil analisis tujuan pembelajaran, analisis materi ajar, dan

analisis karakteristik siswa, maka tahap selanjutnya dirumuskan tujuan pembelajaran

materi dinamika partikel untuk setiap pertemuan. Perumusan tujuan pembealajaran

ini merupakan penjabaran dari indikator pembelajaran, sedangkan indikator

pembelajaran merupakan penjabaran dari kompetensi dasar. Adapun perumusan

tujuan pembelajaran dari materi dinamika partikel adalah:

1) Tujuan pembelajaran pertemuan pertama:

Siswa dapat membedakan pengertian kinematika dan dinamika

Siswa dapat menyebutkan bunyi hukum-hukum Newton tentang gerak

Siswa dapat menyebutkan contoh penerapan hukum-hukum Newton dalam

kehidupan sehari-hari,

29

Siswa dapat menerapkan hukum-hukum Newton untuk menyelesaikan soal

analisis dan soal hitungan.

2) Tujuan pembelajaran pertemuan kedua:

Siswa dapat menjelaskan fungsi diagram gaya yang bekerja pada benda

Siswa dapat menjelaskan aplikasi hukum Newton pada benda di atas bidang

datar, pada gaya yang membentuk sudut, pada benda di atas bidang miring, dan

pada gerak vertikal.

3) Tujuan pembelajaran pertemuan ketiga:

Siswa dapat menjelaskan pengertian gaya gesekan

Siswa dapat menyebutkan macam-macam gaya gesekan

Siswa dapat membedakan gaya gesekan statis dan gaya gesekan kinetis

Siswa dapat menyebutkan gaya gesekan yang bekerja pada benda

Siswa dapat menentukan koefisien gesekan statik antara balok dengan

permukaan datar

Siswa dapat menjelaskan manfaat mengontrol gaya gesekan yang terjadi pada

benda

4) Tujuan pembelajaran pertemuan keempat:

Siswa dapat menjelaskan pengertian gaya sentrepetal

Siswa dapat menerapkan konsep gaya sentripetal pada berbagai macam kasus

Strategi pembelajaran tertentu yang dirancang khusus untuk mencapai

tujuan dinyatakan secara eksplisit oleh pengembang. Strategi pembelajaran yang

dirancang ini juga berkaitan dengan produk atau desain yang dikembangkan

30

Penentuan strategi pembelajaran yang telah disesuaikan dengan analisis

materi ajar dan analisis karakteristik siswa ditujukan agar dapat tercapai tujuan

pembelajaran yang telah dibuat pada setiap pertemuan. Adapun strategi yang

diterapkan pada penelitian ini adalah membuat bahan ajar yang menggunakan model

pembelajaran kolaboratif disertai asesmen teman sejawat.

c. Tahap III Pengembangan (Development)

1) Mengembangkan bahan ajar

Setelah melalui tahapan sebelumnya dalam menyusun dan mengembangkan

produk penelitian. Adapun bahan ajar dikembangkan memenuhi komponen-

komponen yang disusun dalam instrumen penilaian antara lain berupa buku ajar

siswa, rencana pelaksanaan pembelajaran, (RPP) lembar kerja siswa (LKS), dan tes

hasil belajar (THB). Keseluruhan perangkat yang dikembangkan ini disebut draft I.

2) Melaksanakan validasi perangkat pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang dihasilkan (draf I) selanjutnya dimintakan

penilaian kepada pakar dan praktisi yang berkaitan dengan validitas bahan ajar yang

dikembangkan oleh peneliti. Validasi bahan ajar ini menggunakan dua validator,

yaitu satu validator pakar dalam bidang pendidikan fisika (Dosen pembimbing

Mustika Wati, M.Sc) dan satu orang validator praktisi yang dilakukan oleh guru mata

pelajaran fisika (Cuk Soebiyanto). Hasil penilaian dianalisis untuk mengetahui

validitas bahan ajar yang dikembangkan dan selanjutnya direvisi sesuai saran dari

pakar dan praktisi sehingga dihasilkan draf II.

3) Melaksanakan simulasi

31

Pada tahap ini dilakukan simulasi bahan ajar kepada teman-teman

mahasiswa sebanyak satu kali sehingga didapatkan kritik dan saran untuk

memperbaiki bahan ajar yang dikembangkan. Hasil simulasi digunakan untuk

merevisi bahan ajar yang dikembangkan sehingga dihasilkan draft III. Bahan ajar

draft III yang telah direvisi selanjutnya diuji cobakan.

d. Implementasi (Implementation)

Prototype produk pengembangan perlu diujicobakan secara riil di lapangan

untuk memperoleh gambaran tentang tingkat keefektifan, kemenarikan dan efisiensi

pembelajaran.

Uji coba kelas dilaksanakan pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah I

Banjarmasin dengan menggunakan bahan ajar yang dikembangkan yaitu

menggunakan model pembelajaran kolaboratif disertasi asesmen teman sejawat. Uji

coba dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan dengan waktu 3 x 45 menit pada setiap

pertemuan. Hal ini sebagai upaya untuk memperoleh perbakan terhadap bahan ajar

draft III yang telah dikembangkan dan melihat hasilnya di kelas. Dari hasil ini nanti

akan diperoleh hasil kepraktisan pelaksanaan RPP dan efektifitas hasil belajar siswa.

e. Evaluasi

Tahap terakhir adalah evaluasi (evaluation) yang meliputi evaluasi formatif

dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilakukan untuk mengumpulkan data pada

setiap tahapan yang digunakan untuk penyempurnaan dan evaluasi sumatif dilakukan

pada akhir program untuk mengetahui pengaruhnya terhadap hasil belajar peserta

didik dan kualitas pembelajaran secara luas.

3. Definisi Operasional Karakteristik yang Diamati

32

a. Validitas bahan ajar fisika yang dikembangkan ditentukan valid atau tidak

validnya berdasarkan hasil validasi akademisi dan praktisi dengan menggunakan

lembar validasi, dan dengan kategori valid tanpa revisi, valid dengan revisi kecil,

valid dengan revisi besar, atau tidak valid.

b. Kepraktisan bahan ajar berdasarkan keterlaksanaan RPP yang dikembangkan

ditentukan praktis atau tidak praktisnya bahan ajar berdasarkan tingkat

kesesuaian tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran kolaboratif disertai asesmen teman sejawat yang diamati dengan

lembar pengamatan, dan dinyatakan dengan kategori terlaksana sangat baik,

terlaksana baik, terlaksana kurang, atau tidak terlaksana.

c. Efektifitas adalah keberhasilan atau ketercapaian pembelajaran menggunakan

bahan ajar yang dikembangkan untuk menentukan efektif atau tidak efektifnya

perangkat pembelajaran berdasarkan dari tes hasil belajar kognitif siswa, yang

telah ditetapkan dengan gain score dan diukur dengan menggunakan tes berupa

pretest maupun posttest, dan dinyatakan dengan kategori tinggi, sedang, atau

rendah

d. Kelayakan bahan ajar adalah kesesuaian bahan ajar yang dikembangkan dilihat

dari: validitas perangkat (minimal baik), kepraktisan dilihat dari keterlaksanaan

RPP (minimal baik), efektivitas dilihat dari hasil belajar (minimal

sedang/efektif), dan pencapaian kemampuan pemecahan masalah fisika (minimal

baik).

4. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian

33

Tempat penelitian adalah di SMA Muhammadiyah I Banjarmasin beralamat

di Jalan Let. Jend. S. Parman No 221, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia.

Penyusunan rencana penelitian dimulai bulan Oktober 2015 dan mengambil waktu

penelitian pada semester ganjil tahun 2015/2016. Penyelesaian laporan akhir

diperkirakan bulan Desember 2015.

5. Uji Coba Produk

a. Desain uji coba

Setyosari (2013: 182) desain uji coba produk yang digunakan pada

penelitian ini ialah menggunakan desain penelitian pengembangan pre-experimental

designs (non-design) yaitu one group pretest posttest designs sebagai berikut:

O1 X O2 (1)

Keterangan : O1 = pretest (tes awal sebelum pembelajaran dengan model

pembelajaran kolaboratif disertai asesmen teman sejawat

diterapkan)

X = menerapkan model penemuan terbimbing

O1 = posttest (tes akhir setelah pembelajaran dengan model

pembelajaran kolaboratif disertai asesmen teman sejawat

diterapkan)

Uji coba produk dilakukan melalui prosedur dengan memberikan pretest

yaitu sebelum diberikan pembelajaran dengan model pembelajaran kolaboratif

disertai asesmen teman sejawat. Kemudian melakukan kegiatan pembelajaran yang

menggunakan bahan ajar dengan model pembelajaran kolaboratif disertai asesmen

34

teman sejawat yang telah dikembangkan. Setelah pembelajaran berakhir dilakukan

posttest.

b. Subjek penelitian

Subjek penelitian yang diguanakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas

X SMA Muhammadiyah I Banjarmasin tahun ajaran 2015/2016 sebanyak 32 siswa.

Objek penelitian adalah kelayakan bahan ajar berbasis pembelajaran kolaboratif

disertai asesmen teman sejawat pada pokok bahasan dinamika partikel.

6. Jenis data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian pengembangan bahan ajar

berbasis pembelajaran kolaboratif disertai asesmen teman sejawat ini ialah penilaian

kelayakan bahan ajar yang dikembangkan. Data yang diperoleh meliputi hasil

validasi bahan ajar yang terdiri atas validasi RPP, validasi LKS, validasi buku ajar

siswa dan validasi THB; data tes hasil belajar siswa; dan data keterlaksanaan rencana

pelaksanaan pembelajaran. Data tersebut selanjutnya akan dianalisis dan dijabarkan

untuk mengetahui kelayakan bahan ajar yang dikembangkan.

7. Bahan ajar dan instrumen penilaian

a. Bahan ajar yang terdiri atas buku ajar, RPP, LKS, dan THB.

b. Lembar validasi bahan ajar

c. Lembar pengamatan keterlaksanaan RPP

d. Instrumen tes hasil belajar (THB)

8. Teknik Pengumpulan Data

a. Validasi

35

Validasi yang dilakukan oleh validator digunakan untuk mengetahui tingkat

validitas bahan ajar yang dilihat dari kesesuaian bahan ajar dengan landasan teoritik

pengembangannya serta untuk mengetahui kualitas dari bahan ajar yang

dikembangkan. Validasi dilakukan oleh validator pakar yaitu Mustika Wati, M.Sc.

dan validator praktisi Cuk Soebiyanto. Hasil validasi dari kedua validator nantinya

dianalisis dan dipakai sebagai penilaian validasi perangkat.

b. Observasi

Observasi dilakukan terhadap keterlaksanaan RPP yang diamati oleh dua

orang pengamat dengan aspek penilaian pada lembar pengamatan keterlaksanaan

RPP.

c. Penilaian (Asesmen)

Penilaian dilakukan terhadap LKS siswa yang telah dibuat untuk mengukur

kemampuan pemecahan masalah siswa. Penilaian dilakukan setelah LKS dikerjakan

oleh siswa dan dikumpulkan setiap akhir pertemuan.

d. Tes

Tes dilakukan dengan dua penilaian yaitu pretes yang dilakukan sebelum

pengembangan bahan ajar dan posttest yang dilakukan setelah pengembangan bahan

ajar.

9. Teknik Analisis Data

a. Analisis validitas bahan ajar

Data yang diperoleh dari hasil penilaian bahan ajar dianalisis secara

deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Menganalisis hasil validasi tersebut dengan

menggunakan Passing grage (X) yang merupakan skor rerata dari hasil penilaian

36

para pakar dan praktisi, dan disesuaikan dengan kriteria aspek penilaian bahan ajar

yang telah ditentukan pada tabel 2.

Tabel 3. Kriteria validasi perangkat pembelajaran

No Interval Kategori1 X ≥ 3,25 Sangat baik2 2,5 < X ≤ 3,25 Baik3 1,75 < X ≤ 2,5 Cukup5 X ≤ 1,75 Kurang

(Adaptasi Sudijono, 2009)

Perhitungan reabilitas instrumen penilaian perangkat menggunakan

persamaan berikut:

KK= 2 SN1+N2 (2)

Keterangan: KK = koefisien kesepakatan (reabilitas)

S = Jumlah kode yang sama untuk objek yang sama

N1 = Jumlah objek yang diamati pengamat 1

N1 = Jumlah objek yang diamati pengamat 2

Koefisien kesepakatan (KK) yang digunakan disini digunakan sebagai

koefisien reabilitas (r)

Adapun kriteria reliabilitas yang digunakan dapat dilihat dari tabel 3.

Tabel 4. Kriteria reliabilitas 2 pengamat

No Koefisien Reliabilitas Penafsiran1 0,80 ≤ r Derajat reliabilitas sangat tinggi2 0,60 ≤ r < 0,80 Derajat reliabilitas tinggi3 0,40 ≤ r < 0,60 Derajat reliabilitas sedang4 0,20 ≤ r < 0,40 Derajat reliabilitas rendah5 r < 0,20 Derajat reliabilitas sangat rendah

(Guildford dalam martadipura, 2008)

b. Analisis kepraktisan pembelajaran

37

Data kepraktisan pembelajaran berdasarkan keterlaksanaan RPP yang berisi

langkah-langkah yang harus dilakukan guru, diamati oleh dua orang pengamat untuk

memberikan penilaian skor yang tepat pada tiap kali pertemuan dan berdasarkan pada

petunjuk penilaian yang ada.

Kriteria persentasi keterlaksanaan RPP diperoleh dengan menggunakan

persamaan sebagai berikut:

Keterlaksanaan keseluruhan =

skor perolehanskor maksimal

×100 %(3)

dan untuk kategori keterlaksanaannya menggunakan kriteria pada tabel 4.

Tabel 5. Kategori keterlaksanaan RPPNo Interval Kategori1 81,25% - 100% Sangat baik2 62,5% - 81,25% Baik3 43,75% - 62,5% Cukup4 0% - 43,75% Kurang

(Adaptasi sudijono, 2009)

Pengamatan dilakukan oleh dua orang pengamat sehingga reliabilitas

keterlaksanaan RPP dihitung dengan menggunakan rumus sebagai mana pada

persamaan (2).

c. Analisis efektifitas pembelajaran (hasil belajar)

Efektivitas pembelajaran diukur dari tes hasil belajar dengan melakukan

pretest dan posttest, untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif siswa maka

dilakukan dengan menggunakan persamaan Maltzer (2002) normalized gain (N-gain)

sebagai berikut:

g= posttest score−pretest scoremaksimum score−pretest score (4)

38

Kategori efektifitas menurut Hake (1998) dapat dilihat pada tabel 5 sebagai

berikut:

Tabel 6. Kategori efektifitas pembelajaranNo Nilai Kriteria1 g > 0,7 Tinggi/sangat efektif2 0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang/efektif3 g < 0,3 Rendah/cukup efektif

(Jumadi dkk, 2014: 21)

10. JADWAL PENELITIAN

Tabel 7. Jadwal Penelitian

No Kegiatan

Oktober November Desember Januari

Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 41 Pengajuan

Proposal x

2 Konsultasi x3 Seminar x4 Revisi x5 Penyusunan

Instrumen X x

6 Pengumpulan Data x x x x x

7 Analisis Data x x x x x8 Seminar hasil x9 Revisi x10 Ujian x11 Revisi x12 Pelaporan x

11. BIAYA PENELITIAN

Adapun biaya yang diperlukan untuk peneitian ini, sebagai berikut.

1. Observasi awal Rp. 100.000,00

2. Menyusun Proposal Rp. 150.000,00

3. Penyusunan Instrumen Penelitian Rp. 300.000,00

4. Uji \coba Instrumen Penelitian Rp. 300.000,00

5. Revisi instrumen Rp. 200.000,00

39

6. Pengambilan Data Rp. 600.000,00

7. Analisis Data Rp. 300.000,00

8. Menyusun Draft Laporan Rp. 200.000,00

9. Seminar Draft Laporan Rp. 300.000,00

10. Revisi Laporan Penelitian Rp. 300.000,00

11. Penggandaan Laporan Penelitian Rp. 500.000,00

12. Transportasi Rp. 350.000,00

Jumlah Rp. 3.600.000,00

Biaya Tak Terduga Rp. 500.000,00

Total Rp. 4.100.000,00

12. DAFTAR PUSTAKA

Akbar, S. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Arikunto, Suharisimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta.

Custer, Rodney L., Brigitte G. Valesey, dan Barry N. 2001. An Assessment Model for a design approach of technologi problem solving. Journa of Technology Education.

Daryanto & Aris Dwicahyono. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran (silabus, RPP, PHB, dan bahan ajar). Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

Dimitracapoulou, Angelique. Desagning Collaborative Learning Systems: Current Trends & Future Research Agenda. Prosiding of the 1999 conference on compputer support for collaborative learning CSCL ’99 Standford, CA, USA, https://dl.acm.org (diakses tanggal 28 September 2015).

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.Haryoko, Sapto. _. Penerapan asesmen teman sejawat dalam setting pembelajaran

kolaboratif pada pendidikan kejuruan. Disertasi Universitas Negeri Makassar. Tidak dipublikasikan.

Ichsan. 2009. Mempertimbangkan teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget dalam Pembelajaran PAI. Jurnal UIN Sunan Kalijaga. 1: 6-21

Jumadi, dkk 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Model Susan Loucks-Horsley. Jurnal kependidikan Universitas Negeri Yogyalarta. 44: 15-25

40

Margowati, Danik. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Kolaboratif Disertai Strategi Quantum Learning dalam Meningkatkan Hasil Belajar Biologi. Skripsi Sarjana. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tidak dipublikasikan.

Martadipura, Bambang Avip Priatna. 2008. Ujicoba instrumen penelitian menggunakan ms.excel dan SPSS. Makalah Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Tidak dipublikasikan.

Martiyono. 2012. Perencanaan pembelajaran suatu pendekatan praktis berdasarkan KTSP termasuk model tematik. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Meltzer, David E. 2002. The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible “Hidden of Variable” in Diagnostic Pretes Score. American Assosiation of Physics Teachers. 70: 1259-1268.

Noble, Ann, Christine Ingleton, Leone Doube, dan Tim Rogers. _. Colllaborative learning. Adelaide: Centre of Learning and Professional Development the University of Adelaide, https://digital.library.adelaide.edu.au/dspace/bitsteram/2440/71211/1/hdl_71211.pdf (diakses tanggal 28 September 2015).

Notko, Anthony J. 2001. Educational Assesment of Students. New Jersey: Merill Printece Hall.

Pasani, Chairil Faif. Pengembangan Nilai-nilai Kreatif melalui Pembelajaran Matermatika berbasis Problem Solving (studi pengembanagan di SMP Banjarmasin). Disertasi, PPs Universitas Pendidikan Indonesia

Pellegrino, James W., Naomi Chodowsky, dan Robert Glaser. 2001. Knowing what students know: The science and design of educational assessment. Washington DC: National Academy Press.

Preston, David. 2005. Pair Programming as a Model of Collaborative Learning: a riview of the research. Consorium for Computing Sciences in Collage.

Rohaeti, Eli, Endang Widjajanti LFX, dan Regina Tutik Padmaningrum. 2009. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) mata pelajaran sains kimia untuk SMP. Jurnal Inovasi Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. 10: 1-11.

Safutri, Windy. 2013 Efektivitas Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Penguatan Keluarga Oleh Yayasan Sos Children’s Village Medan di Lingkungan III Kelurahan Namo Gajar Kecamatan Medan Tuntungan. Jurnal skripsi Universitas Sumatera Utara. Tidak dipublikasikan.

Setyosari, Punaji. 2013. Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan. Jakarta: Erlangga.

Slavin, Robert E. 2010. Cooveratif Learning: Teori, Riset dan Praktik, terjemahan Nuralita Yusron. Bandung: Penerbit Nusa Pedia.

Spiller, Dorothy. 2012. Teaching Development. Hamilton: University of WaikatoSudijono, Anas. 2009 Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.Suratno. 2009. Pengembangan Model Asesmen Teman Sejawat Kompetensi Akutansi

Berbasis Model Pembelajaran Kolaboratif: Uji Empirik pada Mahasiswa prodi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan IPS-FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Disertasi, PPs Universitas Negeri Yogyakarta

41