proposal skripsi pengembangan bahan ajar berbasis pembelajaran kolaboratif disertai asesmen teman...
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA SMA KELAS X
BERBASIS PEMBELAJARAN KOLABORATIF
DISERTAI ASESMEN TEMAN SEJAWAT
PADA POKOK BAHASAN DINAMIKA PARTIKEL
DI SMA MUHAMMADIYAH I BANJARMASIN
Proposal
Untuk Memenuhi Persyaratan Melakukan Penelitian
dalam Rangka Penyusunan Skripsi
Oleh:
Hayatul Mu’awwanah
NIM A1C412007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2015
PROPOSAL
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA SMA KELAS XBERBASIS PEMBELAJARAN KOLABORATIF
DISERTAI ASESMEN TEMAN SEJAWATPADA POKOK BAHASAN DINAMIKA PARTIKEL
Oleh:
Hayatul Mu’awwanahNIM. A1C412007
Disetujui untuk diseminarkan
Pembimbing I
Mustika Wati, M.Sc.NIP. 19811001 200312 2 001
Pembimbing II
Sri Hartini M.Sc.NIP. 19850414 200812 2 001
Mengetahui, Ketua Program Studi Pendidikan Fisika
Mustika Wati, M.Sc.NIP. 19811001 200312 2 001
2
A. JUDUL
Pengembangan Bahan Ajar Fisika SMA Kelas X Berbasis Pembelajaran
Kolaboratif disertai Asesmen Teman Sejawat pada Pokok Bahasan Dinamika Partikel
di SMA Muhammadiyah I Banjarmasin.
B. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat
mengakibatkan perubahan peran guru dalam pembelajaran. Peran guru sebagai
sumber pengetahuan berubah menjadi fasilitator, motivator, konsultan, pembimbing,
dan mitra belajar. Pembelajaran yang berpusat pada guru berubah menjadi
pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Model pembelajaran kolaboratif merupakan salah satu model yang banyak
digunakan, karena jika ditinjau dari perspektif sosial, maka seseorang akan saling
membutuhkan satu sama lain jika sedang menghadapi masalah yang kompleks.
Konsep belajar kolaboratif sering diidentikkan dengan konsep belajar
kooperatif, tetapi ada yang secara tegas membedakan antara keduanya. Dalam belajar
kooperatif belum tentu ada peristiwa kolaboratif, tetapi pada setiap peristiwa
kolaboratif diperlukan suasana kerjasama atau kooperatif (Suratno, 2009: 77). Ada
banyak alasan yang mendukung penggunaan pembelajaran kolaboratif, antara lain:
peningkatan pencapaian prestasi siswa, mengembangkan hubungan antar kelompok,
penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan
meningkatkan rasa kepercayaan diri. Selain itu tumbuhnya kesadaran pada guru
1
bahwa siswa perlu belajar untuk berfikir, menyelesaikan masalah dan
mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuannya melalui
belajar kelompok (Slavin, 2010: 4-5).
Penilaian siswa dalam memecahkan masalah pada proses pembelajaran
dapat diukur melalui asesmen. Selama ini untuk menilai kemampuan siswa, asesmen
diberikan oleh guru dan dinilai sendiri oleh guru. Bentuk penilaian seperti ini
seringkali tidak memberi ruang bagi siswa untuk merefleksi hasil kerjanya sendiri.
Dalam beberapa tahun terakhir mulai banyak diteliti tentang penilaian teman sejawat
(peer assessment).
Menurut Clarke, sebagaimana yang dikutip oleh Suratno (2009), asesmen
teman sejawat pada hakikatnya adalah bentuk asesmen untuk memperoleh informasi
balikan dari hasil kerja siswa yang didapat dari teman sejawat, selain yang sudah
lazim dilakukan yakni balikan dari guru. Asesmen teman sejawat memiliki
keunggulan yakni pada saat siswa mengevluasi kinerja atau hasil bealajar temannya,
secara tidak langsung siswa tersebut juga sekaligus dapat merefleksi pencapaian
dirinya sendiri.
Asesmen teman sejawat sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran
kolaboratif, karena di dalamnya terdapat elemen-elemen: (1) kesalingtergantungan
secara positif, (2) adanya interaksi saling bertemu muka dalam bekerja sama, dan (4)
dibutuhkannya keterampilan interpretasional dan kerjasama kelompok kecil, hal
tersebut dikemukakan oleh Johnson & Johnson dan telah dikutip oleh Suratno (2009:
110).
Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran kolaboratif memberikan
2
peluang bagi siswa untuk meningkatkan interaksi pembelajaran, baik dengan sesama
teman maupun dengan guru. Model pembelajaran ini cocok diterapkan jika guru
ingin melatihkan kemampuan pemecahan masalah karena siswa bisa saling bertukar
pendapat dan bertukar informasi. Penilaian berbasis kelas (PBK) merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dalam model pembelajaran ini. Jenis PBK antara lain adalah
asesmen teman sejawat (peer assessment). Oleh karena itu peneliti akan
mengembangkan bahan ajar berbasis pembelajaran kolaboratif disertai asesmen
teman sejawat (meliputi buku ajar siswa, RPP, LKS dan THB).
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diperoleh rumusan masalah,
“bagaimanakah kelayakan bahan ajar Fisika SMA kelas X berbasis pembelajaran
kolaboratif disertai asesmen teman sejawat pada pokok bahasan dinamika partikel?”.
Adapun pertanyaan penelitian yang sehubungan dengan rumusan masalah
umum tersebut adalah sebagai berikut:
a. Bagaimakah validitas bahan ajar Fisika SMA kelas X berbasis pembelajaran
kolaboratif disertai asesmen teman sejawat pada pokok bahasan dinamika
partikel?
b. Bagaimakah kepraktisan bahan ajar Fisika SMA kelas X berbasis pembelajaran
kolaboratif disertai asesmen teman sejawat pada pokok bahasan dinamika partikel
ditinjau dari keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)?
c. Bagaimakah efektivitas pengembangan bahan ajar Fisika SMA kelas X berbasis
pembelajaran kolaboratif disertai asesmen teman sejawat pada pokok bahasan
dinamika partikel ditinjau dari tes hasil belajar siswa?
3
3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini secara
umum adalah “membuat bahan ajar Fisika SMA kelas X berbasis pembelajaran
kolaboratif disertai asesmen teman sejawat pada pokok bahasan dinamika partikel”.
Adapun tujuan penelitian ini secara khusus adalah sebagai berikut:
a. Untuk mendeskripsikan validitas bahan ajar Fisika SMA kelas X berbasis
pembelajaran kolaboratif disertai asesmen teman sejawat pada pokok bahasan
dinamika partikel.
b. Untuk mendeskripsikan kepraktisan bahan ajar Fisika SMA kelas X berbasis
pembelajaran kolaboratif disertai asesmen teman sejawat pada pokok bahasan
dinamika partikel ditinjau dari keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP).
c. Untuk mendesdkripsikan efektivitas pengembangan bahan ajar Fisika SMA
kelas X berbasis pembelajaran kolaboratif disertai asesmen teman sejawat pada
pokok bahasan dinamika partikel ditinjau dari tes hasil belajar siswa.
4. Spesifikasi Produk yang Diharapkan
Spesifikasi produk yang dihasilkan melalui penelitian ini adalah berupa
bahan ajar sebagai berikut:
a. Buku ajar siswa atau buku teks yang digunakan sebagai rujukan selain
menyediakan materi hafalan dan pemahaman, juga menyediakan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari dan dalam produk teknologi sehingga pengetahuan
siswa semakin luas.
4
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berbasis pembelajaran
kolaboratif disertai asesmen teman sejawat yang dirancang untuk melatihkan
kemampuan memecahkan masalah fisika.
c. Lembar Kerja Siswa (LKS) harus memperjelas Buku Siswa dalam melatih
kemampuan siswa baik kemampuan berkomunikasi sosial antar siswa maupun
kemampuan pemecahan masalah. LKS selain menyediakan permasalahan
akademik, juga harus menyediakan permasalahan autentik agar dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah fisika.
d. Penilaian hasil belajar yang dilakukan harus mampu mengukur hasil belajar
kognitif siswa.
5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Bagi guru, pembelajaran berbasis pembelajaran kolaboratif disertai asesmen
teman sejawat dapat diterapkan sebagai alternatif untuk mendukung proses
belajar disekolah.
b. Bagi siswa, penelitian ini merupakan langkah alternatif yang dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah fisika yang berpengaruh
terhadap hasil belajar.
c. Bagi sekolah, penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan dapat
memberikan kontribusi terhadap perbaikan pembelajaran fisika dalam
meningkatkan mutu pendidikan siswa.
5
d. Bagi pembaca, dapat menambah pengetahuan dan dapat sebagai bahan
perbandingan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan
pembelajaran berbasis pembelajaran kolaboratif disertai asesmen teman sejawat.
e. Bagi penulis, dapat pengalaman yang berharga untuk melaksanakan tugas di
masa yang akan datang.
6. Penjelasan Istilah, Asumsi dan Batasan Masalah
Agar tidak menimbulkan salah penafsiran terhadap beberapa istilah yang
digunakan dan tercipta arah pemikiran yang sama terhadap isi penelitian ini, maka
diberikan penjelasan istilah, asumsi, dan batasan masalah.
a. Penjelasan Istilah
Beberapa istilah penting yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran
terdapat dalam penelitian ini. Untuk itu perlu adanya batasan atau definisi istilah
yang sesuai dengan tujuan penelitian:
1) Bahan ajar adalah sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan pedoman yang akan
digunakan dalam proses pembelajaran.
2) Model pembelajaran kolaboratif adalah model pembelajaran yang memusatkan
pada kerjasama antar siswa selama proses pembelajaran.
3) Asesmen teman sejawat adalah bentuk penilaian terhadap hasil kerja siswa yang
dilakukan oleh teman sejawat.
4) Hasil belajar adalah tingkat pencapaian atau ketuntasan belajar siswa terhadap
tujuan pembelajan yang telah ditetapkan dan diukur dengan menggunakan tes
hasil belajar yang dilakukan sesudah menerima pelajaran dan dinyatakan dengan
tuntas atau tidak tuntas.
6
b. Asumsi
Terdapat berbagai asumsi sebagai pandangan yang diajukan oleh peneliti
untuk melandasi kerangka pikir dalam penelitian ini adalah:
1) Validator bersikap profesional dalam memberikan validasi terhadap perangkat
pembelajaran yang diterapkan.
2) Siswa bersungguh-sungguh dan jujur dalam menyampaikan pendapat maupun
dalam mengerjakan tes hasil belajar dan mengisi LKS
3) Pengamat mengamati keterlaksanaan pembelajaran, pengamatan kemampuan
berkomunikasi ilmiah dengan sungguh-sungguh, seksama, objektif, dan mandiri
dalam menuangkan hasil pengamatannya pada instrumen lembar pengamatan.
c. Batasan Masalah
1) Bahan ajar yang dikembangkan hanya mencakup buku ajar siswa, RPP, LKS,
dan THB.
2) Model pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kolaboratif.
3) Asesmen yang digunakan adalah asesmen teman sejawat.
4) Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dinamika partikel.
5) Hasil belajar yang dilatihkan ditekankan pada kemampuan pemecahan masalah
otentik.
C. KAJIAN PUSTAKA
1. Penelitian dan Pengembangan
Penelitian pendidikan dan pengembangan, yang lebih sering kita kenal
dengan istilah Research & Development (R & D) adalah strategi untuk
7
mengembangkan suatu produk pendidikan oleh Brog dan Gall dalam Setyosari
(2013: 222) disebut juga sebagai penelitian dan pengembangan.
Suatu model dapat diartikan sebagai suatu representasi baik visual maupun
verbal. Model menyajikan sesuatu atau informasi yang kompleks atau rumit menjadi
sesuatu yang lebih sederhana atau mudah. Suatu model dalam penelitian
pengembangan dihadirkan dalam bagian prosedur pengembangan (Setyosari, 2013:
228).
Salah satu model pengembangan yang sering dipakai saat ini adalah model
ADDIE (Analiyze, Design, Development, Implimentation, Evaluation). Pemilihan
model ini didasari atas pertimbangan bahwa model ini dikembangkan secara
sistematis dan berpijak pada landasan teoritis desain pembelajaran. Model ini disusun
secara terprogram dengan urutan-urutan kegiatan yang sistematis dalam upaya
pemecahan masalah belajar yang terkait dengan sumber belajar yang sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik pebelajar. Model ini memiliki lima langkah atau tahapan
yang mudah dipahami dan diimplimentasikan untuk mengembangkan produk
pengembangan seperti buku ajar, modul pembelajaran, video pembelajaran,
multimedia dan lain sebagainya. Model ADDIE memberi peluang untuk melakukan
evaluasi terhadap aktivitas pengembangan pada setiap tahap. Hal ini berdampak
positif terhadap kualitas produk pengembangan. Dampak positif yang ditimbulkan
adalah dengan adanya evaluasi pada setiap tahapan adalah meminimalisir tingkat
kesalahan atau kekurangan produk pada tahap akhir model ini. Dengan demikian,
tahap kelima model ini, yakni tahap evaluasi merupakan tahap evaluasi terhadap
8
Analize
Evaluate
Develop
Design Implement
kesatuan atau keseluruhan produk pengembangan berupa evalusi formatif dan
evaluasi sumatif. (Tegeh, 2014: 41-42).
Secara visual tahapan ADDIE Model dapat dilihat seperti gambar berikut:
Gambar 1. Desain penelitian ADDIE Model
Dalam model ini terdiri atas 5 langkah, yaitu:
9
a. Tahap I Analisis (Analyze)
Tahap analisis meliputi kegiatan sebagai berikut: (1) melakukan analisis
kompetensi yang dituntut kepada peserta didik; (2) melakukan analisis karakteristik
peserta didik tentang kapasitas belajarnya, pengetahuan, keterampilan, sikap yang
telah dimiliki peserta didik serta aspek lain yang terkait; (3) melakukan analisis
materi sesuai dengan tuntutan kompetensi.
b. Tahap II Perancangan (Design)
Dalam merancang pembelajaran difokuskan pada tiga kegiatan, yaitu
pemilihan materi sesuai karakteristik peserta didik dan tuntutan kompetensi, strategi
pembelajaran yang diterapkan dan bentuk serta metode asesmen dan evaluasi yang
digunakan.
c. Tahap III Pengembangan (Development)
Tahap ketiga adalah kegiatan pengembangan (development) yang pada
intinya adalah kegiatan menerjemahkan spesifikasi desain kedalam bentuk fisik,
sehingga kegiatan ini menghasilkan prototype produk pengembangan.
d. Tahap IV Implementasi (Implimentation)
Hasil pengembangan diterapkan dalam pembelajaran untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap kualitas pembelajaran yang meliputi keefektifan, kemenarikan,
dan efisiensi pembelajaran. Keefektifan berkenaan dengan sejauh mana produk
pengembangan dapat mencapai tujuan atau kompetensi yang diharapkan.
Kemenarikan berkenaan dengan sejauh mana produk pengembangan dapat
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menantang dan memotivasi
10
peserta didik. Efisiensi berkaitan dengan penggunaan segala sumber seperti dana,
waktu dan tenaga untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
e. Tahap V Evaluasi (Evaluation)
Tahap terakhir adalah evaluasi (evaluation) yang meliputi evaluasi formatif
dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilakukan untuk mengumpulkan data pada
setiap tahapan yang digunakan untuk penyempurnaan dan evaluasi sumatif dilakukan
pada akhir program untuk mengetahui pengaruhnya terhadap hasil belajar peserta
didik dan kualitas pembelajaran secara luas.
Tabel 1. Perbedaan Evaluasi Formatif dan Sumatif
Aspek Pembeda Bentuk EvaluasiFormatif Sumatif
Komponen Bagian KeseluruhanInstrumen Buatan sendiri StandarPelaksana Intern Ekstern
Fungsi Perbaikan EfektivitasSifat Kontinu Satu tahapan
2. Bahan Ajar
a. Buku Ajar Siswa
Akbar (2013: 33-38) mengatakan buku ajar adalah buku teks yang
digunakan sebagai rujukan pada mata pelajaran tertentu. Ciri-ciri buku ajar adalah:
(1) sumber materi ajar; (2) menjadi referensi baku untuk mata pelajaran tertentu; (3)
disusun sistematis dan sederhana; dan (4) disertai petunjuk pembelajaran.
Buku ajar berbentuk: (1) Referensi, yaitu buku yang membahas bidang ilmu
tertentu secara mendalam, pembahasannya lengkap, lazimnya berbasis riset,
diterbitkan secara luas, dan digunakan sebagai referensi (rujukan), (2) Diktat, yaitu
buku yang disusun dengan cakupan isi terbatas. Diktat disusun sesuai kurikulum
11
silabus tertentu untuk satuan pendidikan tertentu pada tingkat dan semester tertentu.
Diktat yang ditujukan untuk keperluan pembelajaran secara mandiri (self instruction)
sering disebut modul. Adapun langkah-langkah menyusun diktat menurut Jones
(Akbar, 2013: 34) adalah sebagai berikut: (1) planning- yakni membuat perencanaan;
(2) gathering data – pengumpulan data; (3) writing – penulisan; (4) reflecting –
perefleksian; (5) revising – perevisian; dan (6) submitting – penyampaian pada
pembaca.
Buku ajar yang baik mengandung aspek antara lain (1) akurat; (2) sesuai
(relevan); (3) komunikatif; (4) lengkap dan sistematis; (5) berorientasi pada siswa
(student – centered); (6) berpihak pada ideologi bangsa dan negara; (7) kaidah
bahasa benar; dan (8) terbaca.
Prosedur pengembangan buku ajar pada dasarnya dapat dilakukan melalui:
(1) Identifikasi masalah pembelajaran yang terjadi di kelas melalui review buku ajar
yang ada, review literatur, observasi kelas pada saat pemanfaatan buku ajar, dan
telaah dokumen; (2) analisis kurikulum dengan menganalisis standar kompetensi,
kompetensi dasar, merumuskan indikator, dan merumuskan tujuan pembelajaran; (3)
menyusun draft buku ajar berdasarkan teoritik, validasi ahli untuk mengetahui
kesesuaian draft dengan landasan teoritiknya, dan menggunakan instrumen validasi;
(4) revisi draft buku ajar berdasarkan validasi ahli sehingga hasilnya lebih baik dan
sesuai teori. Validasi buku ajar adalah upaya untuk menghasilkan buku dengan
validitas tinggi, validasi ini dilakukan dengan uji validasi. Dimana uji validasi dapat
dilakukan oleh ahli, pengguna, dan audience.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
12
Martiono (2012: 229-236) menyatakan silabus merupakan program
pembelajaran yang masih umum sehingga perlu dibuat perencanaan pembelajaran
yang lebih operasional. Dalam rangka mengimplimentasikan program pembelajaran
yang sudah dituangkan di dalam silabus, guru harus menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). RPP merupakan rancangan yang berisi prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran RPP berisi penjabaran kompetensi dasar tertentu
yang termuat dalam silabus. Dengan kata lain, RPP adalah perencanaan jangka
pendek untuk memproyeksikan kegiatan pembelajaran yang dikembangkan dalam
silabus untuk satu atau lebih pertemuan pembelajaraan.
Dalam menyusun RPP guru harus mencantumkan standar kompetensi yang
memayungi kompetensi dasar yang akan disusun dalam RPP. Di dalam RPP secara
rinci harus dimuat tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran,
langkah-langkah kegiatan pembelajaran, sumber belajar dan penilaian.
RPP mempunyai dua fungsi strategis dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran, yaitu yang pertama fungsi perencanaan. Fungsi ini hendaknya
mendorong guru untuk lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran dengan
perencanaan matang karena merencanakan pembelajaran merupakan salah satu tugas
pokok guru. Fungsi kedua fungsi pelaksanaan dimana RPP menjadi pedoman dalam
melaksanakan pembelajaran karena disusun secara sistematik, utuh, menyeluruh
terhadap semua komponen pembelajaran. Dengan RPP yang baik akan menjamin
pelaksanaan pembelajaran yang lebih bermutu.
13
Sasaran akhir dari kegiatan pembelajaran adalah terbentuknya kompetensi
pada diri siswa. Untuk itu, RPP harus dikembangkan dengan memperhatikan prinsip-
prinsip sebagai berikut:
1) Kejelasan dalam perumusan kompetensi (Standar Kompetensi, Kompetensi
Dasar, dan Indikator) sehingga mudah diamati dan diukur.
2) Kesederhanaan, fleksibilitas, dan keterlaksanaan RPP merupakan panduan
pelaksanaan pembelajaran sehingga harus benar-benar dapat dilaksanakan.
3) Relevansi dengan kompetensi yang diharapkan, artinya RPP harus
mencerminkan upaya nyata dalam rangka mencapai kompetensi.
4) Utuh dan menyeluruh, artinya RPP harus mencerminkan langkah-langkah utuh
dalam rangka mencapai kompetensi.
5) Koordinatif, artinya RPP harus mencerminkan langkah-langkah koordinasi
dengan komponen-komponen atau subsistem pembelajaran yang lain sehingga
semua bersinergi dalam mencapai kompetensi yang dirumuskan.
Adapun langkah-langkah pengembangan RPP dan komponen yang termuat
dalam RPP adalah sebagai berikut:
(1) Mencantumkan identitas RPP; (2) Standar Kompetensi; (3) Kompetensi Dasar;
(4) Indikator pencapaian kompetensi; (5) Mencantumkan tujuan pembelajaran; (6)
Mencantumkan materi pembelajaran; (7) Mencantumkan metode pembelajaran; (8)
Mencantumkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran; (9) Mencantumkan sumber
belajar; (10) Penilaian.
c. Lembar Kerja Siswa (LKS)
14
Arsyad (Rohaeti, 2009: 2) salah satu sumber belajar dan media
pembelajaran yang dirasa dapat membantu siswa maupun guru dalam proses
pembelajaran adalah LKS. LKS termasuk media cetak hasil pengembangan teknologi
cetak yang berupa buku dan berisi materi visual.
Martiono (2012: 136-137) menyebutkan tujuan pengemasan materi
pembelajaran dalam bentuk LKS antara lain:
1) LKS yang membantu siswa menemukan suatu konsep
2) LKS yang membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep
yang telah dirumuskan.
3) LKS yang berfungsi sebagai penuntun belajar
4) LKS yang berfungsi sebagai penguatan
5) LKS yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum
d. Penilaian Hasil Belajar
Daryanto (2014: 140-144) menyatakan penilaian adalah proses sistematis
meliputi pengumpulan informasi (angka atau deskripsi verbal), analisis dan
interpretasi untuk mengambil keputusan. Sedangkan penilaian pendidikan adalah
proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil
belajar peserta didik.
Penilaian merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah
perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah
bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan dan
penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik, pengolahan dan
penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik.
15
Adapun fungsi penilaian hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:
1) Menggambarkan sejauh mana peserta didik telah menguasai suatu kompetensi
2) Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu memahami
dirinya, membuat keputusan berikutnya, baik untuk perencanaan program
belajar, pengembangan kepribadian, maupun penjurusan.
3) Menemukan kesulitan belajar, kemungkinan prestasi bisa dikembangkan peserta
didik, sebagai alat diagnosis yang membantu pendidik/guru menentukan apakah
seseorang perlu melakukan remidial atau pengayaan.
4) Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang sedang
berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran berikutnya
5) Pengendali bagi pendidik/guru dan sekolah tentang kemajuan perkemangan
peserta didik
Hamdani (2011: 314-315) menyatakan langkah-langkah yang dilakukan
dalam melaksanakan kegiatan evaluasi pendidikan adalah sebagai berikut:
1) Penentuan tujuan tes
2) Penyusunan kisi-kisi
3) Penulisan soal
4) Penelaahan dan perbaikan (review dan revisi soal)
5) Uji coba soal
6) Perakitan soal menjadi perangkat tes
7) Penyajian tes
8) Skoring
9) Pelaporan hasil tes
16
10) Pemanfaatan hasil tes
3. Kelayakan Perangkat Pembelajaran
Richey and Nelson (Hamdani, 2011: 24) mendefinisikan penelitian
pengembangan sebagai suatu pengkajian sistematis terhadap pendesainan,
pengembangan dan evaluasi program, proses dan produk pembelajaran yang harus
memenuhi kriteria validitas, praktikalitas dan efektivitas.
Adapun penjelasan lebih lengkap mengenai setiap kriteria tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Validitas
Arikunto (2010: 211) menyatakan validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu
instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen
yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan
valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan
valid apabila mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi
rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data terkumpul tidak
menyimpang dari gambaran validitas yang dimaksud.
Hamdani (2011: 24) menyatakan suatu produk atau program dikatakan valid
apabila ia merefleksikan jiwa pengetahuan (state of the art knowledge). Ini yang kita
sebut sebagai validitas isi. Sementara itu, komponen-komponen produk tersebut
harus konsisten satu sama lain (validitas konstruk)
b. Praktibilitas (kepraktisan)
17
Hamdani (2011: 24) menyatakan suatu produk dikatakan praktikal apabila
produk tersebut menganggap bahwa ia dapat digunakan. Dimana semakin tinggi
tingkat keterlaksanaan RPP maka semakin tinggi pula tingkat kepraktisan RPP
tersebut.
c. Efektivitas
Arens adn Lorlbecke ( Safutry, 2013) efektifitas mengacu pada pencapaian
suatu tujuan, sedangkan efisiensi mengacu kepada sumber daya yang digunakan
untuk mencapai tujuan itu. Efektivitas suatu produk apakah produk dapat
memfasilitasi ketercapaian hasil belajar siswa sesuai KKM yang ditentuksn dari
sekolah yang bersangkutan. Efektivitas perangkat pembelajaran dapat dilihat dari
nilai pre-test dan post-test siswa yang dinyatakan dengan kriteria minimal sedang.
Efektivitas bergantung kepada kesiapan dan cara belajar yang dilakukan oleh siswa
itu sendiri. Selain itu, efektivitas juga bergantung pada kemampuan guru untuk
memanfaatkan setiap peluang yang muncul pada saat pembelajaran berlangsung.
4. Model Pembelajaran Kolaboratif
Pembelajaran kolaboratif menekankan pada ketergantungan positif yang
terjadi manakala rekan sesama anggota tim saling mendorong satu sama lain untuk
meraih yang terbaik, dan ketika kesuksesan kelompok menjadi perhatian tiap-tiap
anggota kelompoknya (Preston, 2005: 42). Pembelajaran kolaboratif umumnya
berbentuk kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota 4 sampai 5 orang.
Penempatan siswa dalam kelompok belajar sebaiknya diatur oleh guru dengan
memperhatikan hiterogenitas anggota.
18
Secara umum, pembelajaran kolaboratif terbagi dalam dua kategori, yakni:
(1) action-oriented collaborative systems, dan (2) text-production oriented systems
(Dimitracopoulou, 1999: 115-116). Pembelajaran fisika meliputi dua ketegori
tersebut, action-oriented berlangsung pada saat siswa melaksanakan proses
praktikum dan mempresentasikan hasil kinerja mereka. Sedangkan text-production
oriented terjadi saat tugas yang diberikan guru berupa tes tertulis, latihan soal yang
berupa hitungan maupun penjelasan konsep.
Beberapa kriteria berikut cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran
kolaboratif, yakni: (1) tugas yang diberikan kompleks dan bersifat konseptual, (2)
menginginkan adanya pemecahan masalah, (3) memerlukan kreativitas atau
pemikiran yang berbeda (divergent thinking), (4) penguasaan konsep dan
pengulangan merupakan suatu yang penting, (5) diharapkan tumbuhnya kualitas
kinerja, (6) diperlukan kemampuan berfikir kritis dan strategi argumentasi tingkat
tinggi (Preston, 2005: 40).
Kriteria-kriteria pembelajaran kolaboratif tersebut sejalan dengan kriteria
yang diharapkan muncul dalam pembealajaran fisika. Oleh karena itu, pembelajaran
kolaboratif dapat dianggap sebagai model pembelajaran yang sesuai untuk dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah fisika siswa.
5. Hakikat Asesmen
Educational Assessment (penilaian pendidikan) digunakan untuk
menentukan seberapa baik tingkat pencapaian belajar siswa. Asesmen memberikan
informasi yang dapat digunakan sebagai umpan balik bagi siswa, guru, orang tua,
pembuat kebijakan, dan masyarakat umum tentang keefektifan penyelenggaraan
19
pendidikan (Pallegrino, dkk. 2001: 1). Pada umumnya pemberian asesmen dilakukan
dalam bentuk evaluasi sumatif. Penilaian sumatif biasanya digunakan untuk
mengukur tingkat pencapaian pengetahuan yang telah diperoleh siswa di akhir
pembelajaran, sebagai syarat kenaikan tingkat atau kelulusan, serta sebagai sarana
selesksi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Perkembangan dunia pendidikan menuntut adanya pergeseran penilaian,
sehingga saat ini banyak penelitian yang mengembangkan asesmen selama proses
pembelajaran atau yang sering disebut PBK (Penilaian Berbasis Kelas). Asesmen ini
bersifat evaluasi formatif dan dapat menilai berbagai aspek yang meliputi kognitif,
sikap dan kinerja siswa selama proses pembelajaran.
6. Asesmen Teman Sejawat
Melibatkan siswa berpartisipasi dalam melakukan penilaian (rating)
menurut Gronlund & Linn sebagaimana dikutip Suratno (2009: 107-108), dapat
memberikan keutungan antara lain: membantu siswa untuk (1) mengerti lebih baik
tujuan-tujuan pembelajaran, (2) menyadari kemajuan-kemajuan yang telah diperbuat
untuk mencapai tujuan, (3) mendiagnosa secara efektif kekuatan-kekuatan dan
kelemahan tertentu, dan (4) mengembangkan keterampilan dalam penilaian diri (self
assessment) siswa. Terdapat berbagai jenis asesmen teman sejawat, namun pada
intinya, penggunaan asesmen ini menginginkan adanya pelibatan siswa dalam
pemberian umpan balik terhadap siswa lain mengenai kualitas kinerja mereka
masing-masing.
Penggunaan asesmen teman sejawat melatih siswa untuk bertanggung jawab
terhadap hasil belajar serta mendapatkan wawasan terhadap kinerjanya sendiri
20
melalui penilaiannya terhadap pekerjaan teman sejawatnya (Heywood, 2000: 374).
Jadi, selain melatih untuk melakukan penilaian terhadap kinerja teman sejawatnya,
siswa yang menggunakan asesmen ini juga secara tidak langsung dapat
membandingkan hasil kinerjanya dan merefleksi dirinya sendiri.
Implementasi asesmen teman sejawat harus memperhatikan hal-hal berikut:
(1) siswa harus sering dilatih mempraktekkan cara-cara asesmen ini agar dapat
semakin meningkatkan kepercayaan dirinya dalam menilai, (2) pastikan bahwa
kriteria untuk semua bagian asesmen jelas dan telah dinegosiasikan ke siswa, (3)
berikan waktu untuk menumbuhkan suasana saling percaya antar siswa, (4) usahakan
lingkungan belajar yang diciptakan dalam suasana kerjasama (kolaboratif), (5)
pemberian simbol dan tanda untuk memberikan penghargaan dan hukuman telah
disepakati bersama (Spiller, 2012: 12-13).
7. Kemampuan Pemecahan Masalah dengan Model Pembelajaran Kolaboratif
disertai Asesmen Teman Sejawat
Menurut Miller, Imrie dan Cox, sebagaimana dikutip oleh Noble, et al (_: 4)
beberapa karakteristik kesuksesan pembelajaran kolaboratif antara lain: (1) masalah
yang dipecahkan merupakan masalah yang umumnya terdapat dalam lingkungan
masyarakat, (2) untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan pengetahuan,
keterampilan dan atribut yang merupakan bagian dari kurikulum, (3) masalah dapat
dipecahkan siswa dalam kelompok kecil, yang tidak ada anggotanya memiliki
keterampilan untuk menyelesaikan masalah sendiri, sehingga seluruh anggota
kelompok memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk berkontribusi.
21
Melalui pembelajaran kolaboratif, siswa dapat mengembangkan kemampuan
mereka dalam hal: berdiskusi, negosiasi, menafsirkan, mengelompokkan,
menggunakan pengetahuan dalam situasi baru, mengklarifikasi, mengabaikan,
mengerjakan ulang, dan problem solving (pemecahan masalah). (Noble, _: 6).
Didukung dengan penerapan asesmen teman sejawat, proses pembelajaran
kolaboratif menuntut adanya kerja sama antar anggota kelompok untuk memecahkan
masalah. Sehingga dapat dikatakan proses pembelajaran kolaboratif dan asesmen
teman sejawat merupakan sarana untuk siswa dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah.
8. Karakteristik Siswa
Siswa SMA/SMK kelas X rata-rata beurmur 15 sampai 16 tahun. Mengingat
dari perkembangan kognitif siswa SMA menurut Piaget, setiap individu pada saat
tumbuh mulai bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak dewasa akan mengalami
empat tingkat perkembangan kognitif.
Piaget berpendapat bahwa perkembangan intelektual individu melalui tahap-
tahap berikut seperti pada tebel di bawah ini:
Tabel 2. Skema 4 tahap perkembangan kognitif Piaget
Tahap Perkiraaan usia Ciri Pokok Perkembangan
Sensorimotor Lahir sampai 2 tahun Berdasarkan tindakan Langkah demi langkah
Praoperasional 2 sampai 7 tahun Penggunaan
simbol/bahasa tanda Konsep intuitif
Operasi konkret 7 sampai 11 tahun Pakai aturan jelas/logis Reversible dan kekekalan
Operasi formal 11 tahun sampai dewasa
Hipotesis Abstrak Deduktif dan induktif Logis dan probabilitas
(Adaptasi Ichsan, 2009)
22
9. Karakteristik Materi
Materi pokok dinamika partikel terdiri atas beberapa sub materi yaitu:
a. Formulasi hukum-hukum Newton
Pembahasan pada formulasi hukum-hukum Newton mencakup: hukum I
Newton, hukum II Newton, hukum II Newton, dan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Mengenal berbagai jenis gaya
Pembahasan tentang jenis-jenis gaya mencakup empat jenis gaya yang biasa
bekerja pada suatu benda, yaitu: (1) gaya berat, (2) gaya normal, (3) gaya gesekan,
dan (4) gaya tegangan tali.
c. Analisis kuantitatif masalah dinamika partikel sederhana
Pada bagian ini dilakukan pembahasan secara kuantitatif tentang masalah
dinamika partikel sederhana dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan jenis-jenis
gaya yang telah dipelajari, antara lain:
Masalah balok di atas lantai licin
Masalah dua buah benda yang dihubungkan dengan katrol
Masalah benda yang bergerak pada bidang miring licin, misalnya mobil yang
bergerak pada bidang miring licin
Masalah perubahan berat benda ketika berada di dalam elevator yang sedang
bergerak yang merupakan penerapan dari hukum II Newton
Masalah gerak melingkar pada bidang vertikal misalnya roller coster
Masalah mobil yang membelok pada jalan miring licin
23
Seluruh materi yang disajikan dalam pokok bahasan dinamika partikel ini
sangat banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga cocok untuk melatih
kemampuan pemecahan masalah fisika siswa, khususnya masalah otentik. Model
pembelajaran kolaboratif disertai asesmen teman sejawat cocok diterapkan pada
pembelajaran dengan pokok bahasan ini karena siswa dapat saling bertukar fikiran
dalam menyelesaikan masalah yang disajikan dan merefleksi diri atas hasil kerja
yang telah dilakukan.
10. Penelitian Relevan
Adapun hasil penelitian relevan terkait penelitian ini sebagai berikut:
a. Suratno (2009) melakukan penelitian dan pengembangan dengan uji emperik
dilaksanakan pada mahasiswa prodi pendidikan ekonomi jurusan pendidikan IPS
– FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Hasil penelitian memberi
kesimpulan, antara lain: (1) model asesmen teman sejawat (ATS) secara
sgnifikan lebih baik daripada model asesmen konvensional dalam meningkatkan
penguasaan kemampuan generik pemecahan masalah, penguasaan kemampuan
pengenalan pola pemecahan masalah (analog), dan kemampuan menggunakan
prosedur pemecahan masalah (relate), baik pada kelompok mahasiswa yang
memiliki adversity question (AQ) tinggi maupun AQ rendah, dan pada
kelompok mahasiswa yang memiliki lokus kendali (LK) tinggi msupun LK
rendah, tetapi tidak ditemukan perbedaan signifikan dalam meningkatkan
penguasaan kemampuan menemukan prosedur baru pemecahan masalah
(novelty), (2) model ATS selain dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
24
masalah, juga mendorong peningkatan kemampuan kerjasama kolaboratif
diantara individu mahasiswa dalam belajar.
b. Haryoko dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan asesmen teman sejawat
dalam setting pembelajaran kolaboratif pada pendidikan kejuruan menyimpulkan
bahwa, bagi siswa SMK, penerapan asesmen teman sejawat dalam setting
pembelajaran kolaboratif selain meningkatkan prestasi akademik dapat pula
menciptakan kemampuan melakukan hubungan sosial dan kerjasama,
menanamkan kejujuran, meningkatkan rasa percaya diri, dan mampu
menngembangkan rasa saling percaya antara individu maupun kelompok.
c. Margowati (2009) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kolaboratif disertai strategi Quantum Learning dapat
meningkatkan hasil belajar biologi siswa. Hasil belajar tersebut meliputi ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor. Peningkatan hasil belajar diukur dari nilai
kemampuan awal, tes evaluasi siklus 1, dan tes evaluasi siklus 2. Presentasi
ketuntasan hasil belajar siswa pada tes kemampuan awal adalah 55%, siklus 1
76,32%, dan siklus 2 97,5%. Presentasi hasil belajar ranah efektif pada tes
kemampuan awal sebesar 43,27%, siklus 1 sebesar 59,68%, dan siklus 2 sebesar
75,03%. Presentasi hasil belajar ranah psikomotorik pada tes kemampuan awal
siswa sebesar 49,76%, siklus 1 sebesar 60,73%, dan siklus 2 sebesar 86,73%.
11. Kerangka Berfikir
Berdasarkan hasil observasi di SMA Muhammadiyah I Banjarmasin,
didapatkan masih rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika, terutama
pada kelas X. Hal ini dibuktikan dengan masih adanya sebagian besar siswa yang
25
mendapat nilai dibawah KKM disekolah tersebut, sehingga masih sering kali perlu
dilakukan remidial perbaikan nilai. Diperkirakan bahwa penyebabnya antara lain
belum adanya bahan ajar yang mampu membuat siswa tertarik untuk belajar fisika.
Sementara pola belajar di kelas yang masih fokus pada teacher oriented
menyebabkan siswa kurang terlatih dalam melakukan pemecahan masalah fisika.
Selama ini siswa hanya mendapat ceramah dari guru mengenai materi pelajaran yang
sedang dipelajari, siswa menjadi pasif dan membuat mereka menganggap pelajaran
fisika sangat sulit dan tidak menyenangkan. Selain itu, siswa jarang dilatih
kemampuan komunikasi dan sosialnya dalam proses pemecahan masalah/contoh soal
yang diberikan guru. Walaupun ada tugas kelompok, hanya sebagian siswa saja yang
mengerjakan sedangkan siswa lainnya menyerahkan segala tanggung jawab terhadap
tugas tersebut kepada temannya karena menganggap dirinya tidak mampu
menyelesaikan masalah tersebut.
Langkah tepat dalam penyelesaian masalah di atas adalah dengan
mengembangkan suatu bahan ajar yang dapat meningkatkan rasa tertarik siswa pada
pembelajaran fisika dan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah fisika
oleh siswa. Model pembelajaran kolaboratif dianggap sesuai untuk mencapai harapan
tersebut, dimana siswa akan dibentuk dalam suatu kelompok hiterogen yang akan
memunculkan tutorial teman sebaya untuk memecahkan masalah fisika yang
disajikan selama pembelajaran. Dan asesmen teman sejawat akan membuat semua
siswa lebih aktif lagi selama proses pembelajaran dan memunculkan rasa tanggung
jawab setiap anggota kelompok terhadap kelompoknya.
26
Sehingga melalui pengembangan bahan ajar berbasis pembelajaran
kolaboratif disertai asesmen teman sejawat diharapkan dapat menciptakan produk
yang valid, efektif dan praktis dalam pemanfaatan serta pelaksanaan proses belajar
mengajar.
D. METODOLOGI PENGEMBANGAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Disebut penelitian
pengembangan karena mengembangkan bahan ajar Fisika SMA kelas X berbasis
pembelajaran kolaboratif disertai asesmen teman sejawat pada pokok bahasan
Dinamika Partikel. Dimana bahan ajar yang dikembangkan berupa buku ajar siswa,
RPP, LKS, dan tes hasil belajar yaitu pretest-postest. Dimana langkah-langkah
penelitian dan pengembangan yang dilakukan menggunakan model ADDIE antara
lain: analisis (analyze), perancangan (design), pengembangan (development),
implementasi (implementation), dan evaluasi (evaluation). Diharapkan setelah
melakukan langkah-langkah tersebut diperoleh bahan ajar yang valid sesuai dengan
tujuan penelitian ini.
2. Model Pengembangan
Bahan ajar yang dikembangkan menggunakan model pembelajaran
kolaboratif disertai asesmen teman sejawat pada pokok bahasan dinamika partikel
dan dikembangkan dengan desain penelitian ADDIE.
Prosedur pengembangan yang dilaksanakan pada penelitian ini, mengacu
pada desain penelitian ADDIE seperti dengan langkah-langkah sebagai berikut:
27
a. Tahap I Analisis (Analyze)
1) Mengidentifikasi tujuan pembelajaran
Mengidentifikasi tujuan pembelajaran dilakukan untuk menentukan masalah
dan solusi yang tepat dalam menentukan kompetensi siswa, dan pada dinamika
partikel memiliki:
Standar Kompetensi : 2. Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan
dinamika benda titik.
Kompetensi Dasar : 2.3 Menerapkan hukum Newton sebagai prinsip dasar
dinamika untuk gerak lurus, gerak vertical dan gerak
melingkar beraturan.
2) Analisis karakteristik siswa
Karakteristik siswa SMA kelas X berumur 15 sampai dengan 16 tahun
menurut teori Piaget tentang tingkat perkembangan kognitif, usia ini tergolong dalam
kategori operasional formal. Sehingga pada usia ini siswa dianggap mampu
melakukan komunikasi sosial dengan temannya dan mampu melakukan pemecahan
masalah serta memberikan penilaian terhadap suatu hasil kerja. Sehingga, dari
karakteristik siswa tersebut model pembelajaran kolaboratif disertasi asesmen teman
sejawat.
3) Analisis materi ajar
Materi dinamika partikel terdiri dari beberapa subbab, antara lain: formulasi
hukum-hukum Newton, mengenal berbagai jenis gaya, dan analisis kuantitatif
masalah dinamika partikel sederhana. Dari ketiga subbab tersebut mengadung
konsep-konsep yang dapat ditemukan dalam kehidupan seahari-hari. Hasil dari
28
identifikasi tujuan pembelajaran pada pokok bahasan dinamika partikel maka dapat
dikatakan bahwa model pembelajaran kolaboratif dapat digunakan dalam
pengembangan bahan ajar pada pokok bahasan dinamika partikel. Bahan ajar yang
dikembangkan untuk menunjang pembelajaran adalah buku ajar siswa, rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), dan tes hasil belajar
(THB).
b. Tahap II Perancangan (Design)
Merancang pembelajaran difokuskan pada tiga kegiatan, yaitu pemilihan
materi sesuai dengan karakteristik peserta didik dan tuntutan kompetensi, strategi
pembelajaran yang diterapkan dan bentuk serta metode asesmen dan evaluasi yang
digunakan.
Berdasarkan hasil analisis tujuan pembelajaran, analisis materi ajar, dan
analisis karakteristik siswa, maka tahap selanjutnya dirumuskan tujuan pembelajaran
materi dinamika partikel untuk setiap pertemuan. Perumusan tujuan pembealajaran
ini merupakan penjabaran dari indikator pembelajaran, sedangkan indikator
pembelajaran merupakan penjabaran dari kompetensi dasar. Adapun perumusan
tujuan pembelajaran dari materi dinamika partikel adalah:
1) Tujuan pembelajaran pertemuan pertama:
Siswa dapat membedakan pengertian kinematika dan dinamika
Siswa dapat menyebutkan bunyi hukum-hukum Newton tentang gerak
Siswa dapat menyebutkan contoh penerapan hukum-hukum Newton dalam
kehidupan sehari-hari,
29
Siswa dapat menerapkan hukum-hukum Newton untuk menyelesaikan soal
analisis dan soal hitungan.
2) Tujuan pembelajaran pertemuan kedua:
Siswa dapat menjelaskan fungsi diagram gaya yang bekerja pada benda
Siswa dapat menjelaskan aplikasi hukum Newton pada benda di atas bidang
datar, pada gaya yang membentuk sudut, pada benda di atas bidang miring, dan
pada gerak vertikal.
3) Tujuan pembelajaran pertemuan ketiga:
Siswa dapat menjelaskan pengertian gaya gesekan
Siswa dapat menyebutkan macam-macam gaya gesekan
Siswa dapat membedakan gaya gesekan statis dan gaya gesekan kinetis
Siswa dapat menyebutkan gaya gesekan yang bekerja pada benda
Siswa dapat menentukan koefisien gesekan statik antara balok dengan
permukaan datar
Siswa dapat menjelaskan manfaat mengontrol gaya gesekan yang terjadi pada
benda
4) Tujuan pembelajaran pertemuan keempat:
Siswa dapat menjelaskan pengertian gaya sentrepetal
Siswa dapat menerapkan konsep gaya sentripetal pada berbagai macam kasus
Strategi pembelajaran tertentu yang dirancang khusus untuk mencapai
tujuan dinyatakan secara eksplisit oleh pengembang. Strategi pembelajaran yang
dirancang ini juga berkaitan dengan produk atau desain yang dikembangkan
30
Penentuan strategi pembelajaran yang telah disesuaikan dengan analisis
materi ajar dan analisis karakteristik siswa ditujukan agar dapat tercapai tujuan
pembelajaran yang telah dibuat pada setiap pertemuan. Adapun strategi yang
diterapkan pada penelitian ini adalah membuat bahan ajar yang menggunakan model
pembelajaran kolaboratif disertai asesmen teman sejawat.
c. Tahap III Pengembangan (Development)
1) Mengembangkan bahan ajar
Setelah melalui tahapan sebelumnya dalam menyusun dan mengembangkan
produk penelitian. Adapun bahan ajar dikembangkan memenuhi komponen-
komponen yang disusun dalam instrumen penilaian antara lain berupa buku ajar
siswa, rencana pelaksanaan pembelajaran, (RPP) lembar kerja siswa (LKS), dan tes
hasil belajar (THB). Keseluruhan perangkat yang dikembangkan ini disebut draft I.
2) Melaksanakan validasi perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang dihasilkan (draf I) selanjutnya dimintakan
penilaian kepada pakar dan praktisi yang berkaitan dengan validitas bahan ajar yang
dikembangkan oleh peneliti. Validasi bahan ajar ini menggunakan dua validator,
yaitu satu validator pakar dalam bidang pendidikan fisika (Dosen pembimbing
Mustika Wati, M.Sc) dan satu orang validator praktisi yang dilakukan oleh guru mata
pelajaran fisika (Cuk Soebiyanto). Hasil penilaian dianalisis untuk mengetahui
validitas bahan ajar yang dikembangkan dan selanjutnya direvisi sesuai saran dari
pakar dan praktisi sehingga dihasilkan draf II.
3) Melaksanakan simulasi
31
Pada tahap ini dilakukan simulasi bahan ajar kepada teman-teman
mahasiswa sebanyak satu kali sehingga didapatkan kritik dan saran untuk
memperbaiki bahan ajar yang dikembangkan. Hasil simulasi digunakan untuk
merevisi bahan ajar yang dikembangkan sehingga dihasilkan draft III. Bahan ajar
draft III yang telah direvisi selanjutnya diuji cobakan.
d. Implementasi (Implementation)
Prototype produk pengembangan perlu diujicobakan secara riil di lapangan
untuk memperoleh gambaran tentang tingkat keefektifan, kemenarikan dan efisiensi
pembelajaran.
Uji coba kelas dilaksanakan pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah I
Banjarmasin dengan menggunakan bahan ajar yang dikembangkan yaitu
menggunakan model pembelajaran kolaboratif disertasi asesmen teman sejawat. Uji
coba dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan dengan waktu 3 x 45 menit pada setiap
pertemuan. Hal ini sebagai upaya untuk memperoleh perbakan terhadap bahan ajar
draft III yang telah dikembangkan dan melihat hasilnya di kelas. Dari hasil ini nanti
akan diperoleh hasil kepraktisan pelaksanaan RPP dan efektifitas hasil belajar siswa.
e. Evaluasi
Tahap terakhir adalah evaluasi (evaluation) yang meliputi evaluasi formatif
dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilakukan untuk mengumpulkan data pada
setiap tahapan yang digunakan untuk penyempurnaan dan evaluasi sumatif dilakukan
pada akhir program untuk mengetahui pengaruhnya terhadap hasil belajar peserta
didik dan kualitas pembelajaran secara luas.
3. Definisi Operasional Karakteristik yang Diamati
32
a. Validitas bahan ajar fisika yang dikembangkan ditentukan valid atau tidak
validnya berdasarkan hasil validasi akademisi dan praktisi dengan menggunakan
lembar validasi, dan dengan kategori valid tanpa revisi, valid dengan revisi kecil,
valid dengan revisi besar, atau tidak valid.
b. Kepraktisan bahan ajar berdasarkan keterlaksanaan RPP yang dikembangkan
ditentukan praktis atau tidak praktisnya bahan ajar berdasarkan tingkat
kesesuaian tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kolaboratif disertai asesmen teman sejawat yang diamati dengan
lembar pengamatan, dan dinyatakan dengan kategori terlaksana sangat baik,
terlaksana baik, terlaksana kurang, atau tidak terlaksana.
c. Efektifitas adalah keberhasilan atau ketercapaian pembelajaran menggunakan
bahan ajar yang dikembangkan untuk menentukan efektif atau tidak efektifnya
perangkat pembelajaran berdasarkan dari tes hasil belajar kognitif siswa, yang
telah ditetapkan dengan gain score dan diukur dengan menggunakan tes berupa
pretest maupun posttest, dan dinyatakan dengan kategori tinggi, sedang, atau
rendah
d. Kelayakan bahan ajar adalah kesesuaian bahan ajar yang dikembangkan dilihat
dari: validitas perangkat (minimal baik), kepraktisan dilihat dari keterlaksanaan
RPP (minimal baik), efektivitas dilihat dari hasil belajar (minimal
sedang/efektif), dan pencapaian kemampuan pemecahan masalah fisika (minimal
baik).
4. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian
33
Tempat penelitian adalah di SMA Muhammadiyah I Banjarmasin beralamat
di Jalan Let. Jend. S. Parman No 221, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia.
Penyusunan rencana penelitian dimulai bulan Oktober 2015 dan mengambil waktu
penelitian pada semester ganjil tahun 2015/2016. Penyelesaian laporan akhir
diperkirakan bulan Desember 2015.
5. Uji Coba Produk
a. Desain uji coba
Setyosari (2013: 182) desain uji coba produk yang digunakan pada
penelitian ini ialah menggunakan desain penelitian pengembangan pre-experimental
designs (non-design) yaitu one group pretest posttest designs sebagai berikut:
O1 X O2 (1)
Keterangan : O1 = pretest (tes awal sebelum pembelajaran dengan model
pembelajaran kolaboratif disertai asesmen teman sejawat
diterapkan)
X = menerapkan model penemuan terbimbing
O1 = posttest (tes akhir setelah pembelajaran dengan model
pembelajaran kolaboratif disertai asesmen teman sejawat
diterapkan)
Uji coba produk dilakukan melalui prosedur dengan memberikan pretest
yaitu sebelum diberikan pembelajaran dengan model pembelajaran kolaboratif
disertai asesmen teman sejawat. Kemudian melakukan kegiatan pembelajaran yang
menggunakan bahan ajar dengan model pembelajaran kolaboratif disertai asesmen
34
teman sejawat yang telah dikembangkan. Setelah pembelajaran berakhir dilakukan
posttest.
b. Subjek penelitian
Subjek penelitian yang diguanakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas
X SMA Muhammadiyah I Banjarmasin tahun ajaran 2015/2016 sebanyak 32 siswa.
Objek penelitian adalah kelayakan bahan ajar berbasis pembelajaran kolaboratif
disertai asesmen teman sejawat pada pokok bahasan dinamika partikel.
6. Jenis data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian pengembangan bahan ajar
berbasis pembelajaran kolaboratif disertai asesmen teman sejawat ini ialah penilaian
kelayakan bahan ajar yang dikembangkan. Data yang diperoleh meliputi hasil
validasi bahan ajar yang terdiri atas validasi RPP, validasi LKS, validasi buku ajar
siswa dan validasi THB; data tes hasil belajar siswa; dan data keterlaksanaan rencana
pelaksanaan pembelajaran. Data tersebut selanjutnya akan dianalisis dan dijabarkan
untuk mengetahui kelayakan bahan ajar yang dikembangkan.
7. Bahan ajar dan instrumen penilaian
a. Bahan ajar yang terdiri atas buku ajar, RPP, LKS, dan THB.
b. Lembar validasi bahan ajar
c. Lembar pengamatan keterlaksanaan RPP
d. Instrumen tes hasil belajar (THB)
8. Teknik Pengumpulan Data
a. Validasi
35
Validasi yang dilakukan oleh validator digunakan untuk mengetahui tingkat
validitas bahan ajar yang dilihat dari kesesuaian bahan ajar dengan landasan teoritik
pengembangannya serta untuk mengetahui kualitas dari bahan ajar yang
dikembangkan. Validasi dilakukan oleh validator pakar yaitu Mustika Wati, M.Sc.
dan validator praktisi Cuk Soebiyanto. Hasil validasi dari kedua validator nantinya
dianalisis dan dipakai sebagai penilaian validasi perangkat.
b. Observasi
Observasi dilakukan terhadap keterlaksanaan RPP yang diamati oleh dua
orang pengamat dengan aspek penilaian pada lembar pengamatan keterlaksanaan
RPP.
c. Penilaian (Asesmen)
Penilaian dilakukan terhadap LKS siswa yang telah dibuat untuk mengukur
kemampuan pemecahan masalah siswa. Penilaian dilakukan setelah LKS dikerjakan
oleh siswa dan dikumpulkan setiap akhir pertemuan.
d. Tes
Tes dilakukan dengan dua penilaian yaitu pretes yang dilakukan sebelum
pengembangan bahan ajar dan posttest yang dilakukan setelah pengembangan bahan
ajar.
9. Teknik Analisis Data
a. Analisis validitas bahan ajar
Data yang diperoleh dari hasil penilaian bahan ajar dianalisis secara
deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Menganalisis hasil validasi tersebut dengan
menggunakan Passing grage (X) yang merupakan skor rerata dari hasil penilaian
36
para pakar dan praktisi, dan disesuaikan dengan kriteria aspek penilaian bahan ajar
yang telah ditentukan pada tabel 2.
Tabel 3. Kriteria validasi perangkat pembelajaran
No Interval Kategori1 X ≥ 3,25 Sangat baik2 2,5 < X ≤ 3,25 Baik3 1,75 < X ≤ 2,5 Cukup5 X ≤ 1,75 Kurang
(Adaptasi Sudijono, 2009)
Perhitungan reabilitas instrumen penilaian perangkat menggunakan
persamaan berikut:
KK= 2 SN1+N2 (2)
Keterangan: KK = koefisien kesepakatan (reabilitas)
S = Jumlah kode yang sama untuk objek yang sama
N1 = Jumlah objek yang diamati pengamat 1
N1 = Jumlah objek yang diamati pengamat 2
Koefisien kesepakatan (KK) yang digunakan disini digunakan sebagai
koefisien reabilitas (r)
Adapun kriteria reliabilitas yang digunakan dapat dilihat dari tabel 3.
Tabel 4. Kriteria reliabilitas 2 pengamat
No Koefisien Reliabilitas Penafsiran1 0,80 ≤ r Derajat reliabilitas sangat tinggi2 0,60 ≤ r < 0,80 Derajat reliabilitas tinggi3 0,40 ≤ r < 0,60 Derajat reliabilitas sedang4 0,20 ≤ r < 0,40 Derajat reliabilitas rendah5 r < 0,20 Derajat reliabilitas sangat rendah
(Guildford dalam martadipura, 2008)
b. Analisis kepraktisan pembelajaran
37
Data kepraktisan pembelajaran berdasarkan keterlaksanaan RPP yang berisi
langkah-langkah yang harus dilakukan guru, diamati oleh dua orang pengamat untuk
memberikan penilaian skor yang tepat pada tiap kali pertemuan dan berdasarkan pada
petunjuk penilaian yang ada.
Kriteria persentasi keterlaksanaan RPP diperoleh dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
Keterlaksanaan keseluruhan =
skor perolehanskor maksimal
×100 %(3)
dan untuk kategori keterlaksanaannya menggunakan kriteria pada tabel 4.
Tabel 5. Kategori keterlaksanaan RPPNo Interval Kategori1 81,25% - 100% Sangat baik2 62,5% - 81,25% Baik3 43,75% - 62,5% Cukup4 0% - 43,75% Kurang
(Adaptasi sudijono, 2009)
Pengamatan dilakukan oleh dua orang pengamat sehingga reliabilitas
keterlaksanaan RPP dihitung dengan menggunakan rumus sebagai mana pada
persamaan (2).
c. Analisis efektifitas pembelajaran (hasil belajar)
Efektivitas pembelajaran diukur dari tes hasil belajar dengan melakukan
pretest dan posttest, untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif siswa maka
dilakukan dengan menggunakan persamaan Maltzer (2002) normalized gain (N-gain)
sebagai berikut:
g= posttest score−pretest scoremaksimum score−pretest score (4)
38
Kategori efektifitas menurut Hake (1998) dapat dilihat pada tabel 5 sebagai
berikut:
Tabel 6. Kategori efektifitas pembelajaranNo Nilai Kriteria1 g > 0,7 Tinggi/sangat efektif2 0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang/efektif3 g < 0,3 Rendah/cukup efektif
(Jumadi dkk, 2014: 21)
10. JADWAL PENELITIAN
Tabel 7. Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Oktober November Desember Januari
Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 41 Pengajuan
Proposal x
2 Konsultasi x3 Seminar x4 Revisi x5 Penyusunan
Instrumen X x
6 Pengumpulan Data x x x x x
7 Analisis Data x x x x x8 Seminar hasil x9 Revisi x10 Ujian x11 Revisi x12 Pelaporan x
11. BIAYA PENELITIAN
Adapun biaya yang diperlukan untuk peneitian ini, sebagai berikut.
1. Observasi awal Rp. 100.000,00
2. Menyusun Proposal Rp. 150.000,00
3. Penyusunan Instrumen Penelitian Rp. 300.000,00
4. Uji \coba Instrumen Penelitian Rp. 300.000,00
5. Revisi instrumen Rp. 200.000,00
39
6. Pengambilan Data Rp. 600.000,00
7. Analisis Data Rp. 300.000,00
8. Menyusun Draft Laporan Rp. 200.000,00
9. Seminar Draft Laporan Rp. 300.000,00
10. Revisi Laporan Penelitian Rp. 300.000,00
11. Penggandaan Laporan Penelitian Rp. 500.000,00
12. Transportasi Rp. 350.000,00
Jumlah Rp. 3.600.000,00
Biaya Tak Terduga Rp. 500.000,00
Total Rp. 4.100.000,00
12. DAFTAR PUSTAKA
Akbar, S. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Arikunto, Suharisimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta.
Custer, Rodney L., Brigitte G. Valesey, dan Barry N. 2001. An Assessment Model for a design approach of technologi problem solving. Journa of Technology Education.
Daryanto & Aris Dwicahyono. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran (silabus, RPP, PHB, dan bahan ajar). Yogyakarta: Penerbit Gava Media.
Dimitracapoulou, Angelique. Desagning Collaborative Learning Systems: Current Trends & Future Research Agenda. Prosiding of the 1999 conference on compputer support for collaborative learning CSCL ’99 Standford, CA, USA, https://dl.acm.org (diakses tanggal 28 September 2015).
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.Haryoko, Sapto. _. Penerapan asesmen teman sejawat dalam setting pembelajaran
kolaboratif pada pendidikan kejuruan. Disertasi Universitas Negeri Makassar. Tidak dipublikasikan.
Ichsan. 2009. Mempertimbangkan teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget dalam Pembelajaran PAI. Jurnal UIN Sunan Kalijaga. 1: 6-21
Jumadi, dkk 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Model Susan Loucks-Horsley. Jurnal kependidikan Universitas Negeri Yogyalarta. 44: 15-25
40
Margowati, Danik. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Kolaboratif Disertai Strategi Quantum Learning dalam Meningkatkan Hasil Belajar Biologi. Skripsi Sarjana. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tidak dipublikasikan.
Martadipura, Bambang Avip Priatna. 2008. Ujicoba instrumen penelitian menggunakan ms.excel dan SPSS. Makalah Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Tidak dipublikasikan.
Martiyono. 2012. Perencanaan pembelajaran suatu pendekatan praktis berdasarkan KTSP termasuk model tematik. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Meltzer, David E. 2002. The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible “Hidden of Variable” in Diagnostic Pretes Score. American Assosiation of Physics Teachers. 70: 1259-1268.
Noble, Ann, Christine Ingleton, Leone Doube, dan Tim Rogers. _. Colllaborative learning. Adelaide: Centre of Learning and Professional Development the University of Adelaide, https://digital.library.adelaide.edu.au/dspace/bitsteram/2440/71211/1/hdl_71211.pdf (diakses tanggal 28 September 2015).
Notko, Anthony J. 2001. Educational Assesment of Students. New Jersey: Merill Printece Hall.
Pasani, Chairil Faif. Pengembangan Nilai-nilai Kreatif melalui Pembelajaran Matermatika berbasis Problem Solving (studi pengembanagan di SMP Banjarmasin). Disertasi, PPs Universitas Pendidikan Indonesia
Pellegrino, James W., Naomi Chodowsky, dan Robert Glaser. 2001. Knowing what students know: The science and design of educational assessment. Washington DC: National Academy Press.
Preston, David. 2005. Pair Programming as a Model of Collaborative Learning: a riview of the research. Consorium for Computing Sciences in Collage.
Rohaeti, Eli, Endang Widjajanti LFX, dan Regina Tutik Padmaningrum. 2009. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) mata pelajaran sains kimia untuk SMP. Jurnal Inovasi Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. 10: 1-11.
Safutri, Windy. 2013 Efektivitas Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Penguatan Keluarga Oleh Yayasan Sos Children’s Village Medan di Lingkungan III Kelurahan Namo Gajar Kecamatan Medan Tuntungan. Jurnal skripsi Universitas Sumatera Utara. Tidak dipublikasikan.
Setyosari, Punaji. 2013. Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan. Jakarta: Erlangga.
Slavin, Robert E. 2010. Cooveratif Learning: Teori, Riset dan Praktik, terjemahan Nuralita Yusron. Bandung: Penerbit Nusa Pedia.
Spiller, Dorothy. 2012. Teaching Development. Hamilton: University of WaikatoSudijono, Anas. 2009 Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.Suratno. 2009. Pengembangan Model Asesmen Teman Sejawat Kompetensi Akutansi
Berbasis Model Pembelajaran Kolaboratif: Uji Empirik pada Mahasiswa prodi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan IPS-FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Disertasi, PPs Universitas Negeri Yogyakarta
41