perbedaan individu dan kemampuannya

32
PERBEDAAN INDIVIDU DAN KEMAMPUANNYA Disusun guna Melengkapi Tugas Mata Kuliah Teori Pembelajaran Dosen Pengampu Prof. Dr. FX. Sugiyanto, M. Pd & Dr. Yustinus Sukarmin, M. S. Oleh: Prahastara 14711251040

Upload: uny

Post on 27-Mar-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERBEDAAN INDIVIDU DAN KEMAMPUANNYA

Disusun guna Melengkapi Tugas Mata Kuliah TeoriPembelajaran

Dosen Pengampu Prof. Dr. FX. Sugiyanto, M. Pd & Dr.Yustinus Sukarmin, M. S.

Oleh:Prahastara14711251040

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAANPROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA2014

1

PERBEDAAN INDIVIDU DAN KEMAMPUANNYA

Oleh:Prahastara14711251040

ABSTRAK

Siapa pun mengetahui bahwa manusia sebagaiindividu pasti berbeda satu dengan yang lainnya.Perbedaan ini disebut perbedaan individu atau perbedaanindividual atau individual differences. Dalam duniapendidikan terdapat berbagai macam faktor yang memilikiandil dalam pendidikan. Salah satu tugas yang diembanoleh para pendidik adalah memahami akan berbagai faktorpendukung pendidikan tersebut.

Makalah ini membahas mengenai faktor yangmemengaruhi perbedaan individu dan kemampuannya. Sertamembahas mengenai konsep kemampuan (abilitas) motorikumum yang mula-mula dipahami sebagai kemampuanpotensial tunggal untuk melakukan berbagai tugas gerak,namun kemudian pandangan tersebut disanggah oleh hasil-hasil penelitian berikutnya. Sebab dalam duniapendidikan perlu untuk mengetahui segala perkembangandan kemampuan peserta didik yang termasuk sebagaiindividu-individu yang berbeda tersebut.

Setelah guru menemukan perbedaan-perbedaan darisetiap individu, maka langkah berikutnya adalahmelakukan perencanaan dan pelaksanaan programpengajaran yang disesuaikan dengan perbedaan tersebutagar setiap individu mampu berkembang sesuai dengankemampuan dan kecepatan yang dimiliki oleh masing-masing individu siswa. Para pendidik harus bisamemahami akan situasi dan kondisi, baik lingkunganmaupun peserta didik itu sendiri.

Kata Kunci: perbedaan, individu, kemampuan

2

PENDAHULUAN

Manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan dalam

pertumbuhan dan perkembangannya. Pada awal kehidupan

manusia, sebagai bayi hanya mementingkan kebutuhan

jasmaninya dan belum peduli dengan yang terjadi di luar

dirinya. Perkembangan selanjutnya, manusia akan mulai

mengenal lingkungannya, membutuhkan alat komunikasi

(bahasa), membutuhkan teman, keamanan, dan seterusnya.

Semakin manusia mengalami perkembangan, semakin banyak

kebutuhan non-fisik atau psikologis yang dibutuhkannya.

Salah satu tugas yang diemban oleh para pendidik

adalah memahami akan berbagai faktor pendukung

pendidikan. Di antara berbagai faktor tersebut adalah

para pendidik bisa memahami akan situasi dan kondisi,

baik lingkungan maupun peserta didik itu sendiri.

Peserta didik sebagai objek pendidikan sangat penting

untuk diperhatikan dari berbagai faktor. Faktor yang

harus diperhatikan adalah tahap perkembangan peserta

3

didik. Di antara perkembangan perserta didik tersebut

adalah individu dan kemampuannya.

Kegiatan belajar mengajar di sekolah bukan hanya

sebuah kegiatan transfer ilmu semata, tetapi lebih jauh

lagi dalam hal mempersiapkan dan membentuk generasi

yang lebih kompeten pada bidang yang dipilihnya.

Dibutuhkan upaya dan dukungan dari semua aspek yang

menjadi faktor penentu keberhasilan kegiatan belajar

mengajar di sekolah. Upaya maksimal tersebut datang

dari guru, siswa, sekolah, dan aspek lainnya yang

memengaruhi pendidikan.

Aspek yang akan dibahas dalam makalah ini adalah

peserta didik atau siswa di sekolah yang memiliki

perbedaan individu dan kemampuan masing-masing dalam

kegiatan belajar mengajar, khususnya pada pendidikan

jasmani “Pendidkan jasmani adalah proses pendidikan

melalui penyediaan pengalaman belajar kepada siswa

berupa aktivitas jasmani, bermain, dan berolahraga yang

direncanakan secara sistematis guna merangsang

pertumbuhan dan perkembangan fisik, keterampilan

4

motorik, keterampilan berpikir, emosional, sosial, dan

moral” (Depdiknas, 2007: 1).

Guru pendidikan jasmani harus memiliki kemampuan

untuk menemukan perbedaan individu dan kemampuan

peserta didik, memberikan pelayanan terhadap perbedaan

individu dan kemampuan peserta didik, melakukan

diagnosis kesulitan belajar siswa agar kegiatan belajar

mengajar terlaksana dan tujuannya pembelajaran

pendidikan jasmani akan tercapai secara keseluruhan.

PEMBAHASANIndividu

Individu berasal dari bahasa latin “individuum”

artinya “yang tidak terbagi”, merupakan sebutan yang

dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang

paling kecil dan terbatas. Menurut Hasan Alwi (2007:

125) individu adalah kata benda dari individual yang

berarti orang, perseorangan, dan oknum. Individu

manusia memiliki perbedaan kedudukan yang paling tinggi

di antara mahkluk ciptaan Tuhan lainnya. Individu

manusia memiliki sifat hakikat yang merupakan

5

karakteristik dan mempunyai akal yang membedakan

individu itu berbeda dengan makhluk lainnya bahkan

individu manusia lainnya.

Manusia menjadi bahan pembicaraan manusia itu

sendiri karena keunikannya. Unik dalam arti sisi fisik

dan jiwanya, sehingga wajar karena kompleksitas

keunikannya itulah sampai saat ini manusia hanya dapat

menduga-duga. Kalaupun kajian bersifat ilmiah,

konklusinya tidak dapat serta merta diproklamasikan

sebagi sumber informasi primer yang benar secara

generik. Dikatakan demikian karena manusia benar-benar

unik karena tidak ada dua individu yang identik,

walaupun kedua individu tersebut kembar. Apalagi jika

manusia diteliti dengan mengomparasikannya dengan hewan

atau makhluk lain. Manusia sebagai makhluk berakal,

makhluk berpikir, mahkluk sosial, beradab, berperasaan,

dan sekaligus mahkluk individu.

Individu perserta didik memiliki cara-cara yang

berbeda dalam memahami informasi dalam proses

pembelajaran. Perbedaan ini bergantung pada teori

6

belajar yang lebih disukai. Terdapat tiga komponen

utama dari yang dapat memengaruhi kemampuannya dalam

proses pembelajaran, yaitu gaya belajar merupakan

faktor kognitif atau pengetahuan individu, afektif atau

sikap, dan lingkungan belajar seperti suhu ruangan,

jumlah keanggotaan, dan dukungan emosi. Menurut Dwi

Cahyo Prabowo (2011: 1) dalam ilmu sosial, individu

menekankan penyelidikan kepada kenyataan-kenyataan

hidup. Individu bukan berarti manusia sebagai suatu

keseluruhan yang tidak dapat dibagi, melainkan sebagai

kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia

perseorangan, sehingga sering digunakan sebutan “orang-

seorang” atau “manusia perseorangan”. Sifat dan fungsi

orang-orang di lingkungan adalah makhluk-makhluk yang

berdiri sendiri, dalam berbagai hal bersama-sama satu

sama lain, tetapi dalam banyak hal terdapat

perbedaannya.

Manusia  merupakan makhluk individu, pola tingkah

lakunya bersifat spesifik dirinya dan bukan lagi

mengikuti pola tingkah laku umum. Ini berarti bahwa

7

individu adalah seorang manusia yang tidak hanya

memiliki peranan-peranan yang khas di dalam lingkungan

sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta

pola tingkah laku spesifik dirinya. Kepribadian suatu

individu tidak serta merta langsung terbentuk, akan

tetapi melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dan

melalui proses yang panjang.

Dari bahasa bemacam-macam aspek perkembangan

individu, dikenal ada dua fakta yang menonjol, yaitu:

1. Semua manusia mempunyai unsur-unsur kesamaan di

dalam pola perkembangannya.

2. Di dalam pola yang bersifat umum yang membentuk

warisan manusia secara biologis dan sosial, tiap-

tiap individu mempunyai kecenderungan berbeda.

Setiap orang, baik seorang anak atau seorang dewasa

dan berada di dalam suatu kelompok atau seorang diri

disebut individu. Individu menunjukkan kedudukan

seseorang sebagai orang perorangan atau perseorangan.

Sifat individual adalah sifat yang berkaitan dengan

orang perseorangan, berkaitan dengan perbedaan

8

individual perseorangan. Ciri dan sifat orang yang satu

berbeda dengan yang lain. Perbedaan ini disebut

perbedaan individu atau perbedaan individual, maka

perbedaan dalam perbedaan individual menurut Landgren

(1980: 578), menyangkut variasi yang terjadi baik

variasi pada aspek fisik maupun psikologis.

Seorang guru setiap tahun ajaran baru selalu

menghadapi siswa-siswa yang berbeda satu sama lain.

Siswa-siswa yang berada di dalam sebuah kelas, tidak

terdapat seorang pun yang sama. Mungkin sekali dua

orang dilihatnya hampir sama atau mirip, akan tetapi

pada kenyataannya jika diamati benar-benar antara

keduanya tentu terdapat perbedaan. Perbedaan yang

segera dapat dikenal oleh seorang guru tentang siswanya

adalah perbedaan fisiknya, seperti tinggi badan, bentuk

badan, warna kulit, bentuk muka, dan semacamnya.

Berdasarkan fisiknya seorang guru cepat mengenal siswa

di kelasnya satu per satu. Ciri lain yang segera dapat

dikenal adalah tingkah laku masing-masing, begitu pula

suara siswa. Ada siswa yang lincah, banyak gerak,

9

pendiam, ada siswa yang nada suaranya kecil dan ada

yang besar atau rendah, ada yang berbicara cepat dan

ada pula yang pelan-pelan. Apabila ditelusuri secara

cermat siswa yang satu dengan yang lain tentu memiliki

sifat psikis yang berbeda-beda.

Kemampuan (Abilitas)

Menurut Poerwadarminta (1984: 141) “kemampuan

berasal dari kata dasar mampu yang berarti kuasa (bisa,

sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya,

mempunyai harta berlebihan)”. Pengertian mengenai

kemampuan adalah kesanggupan, sanggup, dapat melakukan

sesuatu, memecahkan masalah. Ditinjau dari segi bahasa

Indonesia, kemampuan merupakan kesanggupan seseorang

untuk berinteraksi di suatu masyarakat bahasa, antara

lain mencakupi sopan santun.

Menurut Akhmad Sudrajat (2008: 1) kemampuan

individu dapat dibagi ke dalam dua bagian, yaitu

kemampuan nyata (actual ability) dan kemampuan potensial

(potential ability). Kecakapan nyata (actual ability) yaitu

10

kecakapan yang diperoleh melalui belajar

(achivement atau prestasi), yang dapat segera

didemonstrasikan dan diuji sekarang. Dapat dicontohkan

setelah selesai mengikuti proses pembelajaran (kegiatan

tatap muka), pada akhir pelajaran siswa diuji oleh guru

tentang materi yang disampaikannya (tes formatif).

Ketika siswa mampu menjawab dengan baik tentang

pertanyaan guru, kemampuan tersebut merupakan atau

kecakapan nyata (achievement). Kecakapan potensial

(potential ability) merupakan aspek kecakapan yang masih

terkandung dalam diri individu dan diperoleh dari

faktor keturunan (herediter). Kemampuan potensial dapat

dibagi ke dalam dua bagian, yaitu kemampuan dasar umum

(kecerdasan atau intelegency) dan kemampuan dasar khusus

(bakat atau aptitudes).

Istilah abilitas memang silih berganti

pemakaiannya dengan istilah kapabilitas (capability) dan

bakat (aptitude). Abilitas biasanya dianggap sebagai

karakteristik yang relatif stabil atau permanen,

ditentukan oleh faktor keturunan dan berkembang relatif

11

secara otomatis dalam proses pertumbuhan dan

kematangan, serta tidak mudah diubah melalui latihan

atau pengalaman. Sebaliknya, keterampilan (skill) mudah

diubah atau dipengaruhi melalui latihan atau

pengalaman. Abilitas menentukan baik buruknya dapat

dilakukannya suatu keterampilan motorik. Sebagai

contoh, abilitas berupa reaksi yang cepat bisa

dikatakan sebagai pendukung utama bagi keberhasilan

seseorang untuk menampilkan keterampilan yang baik

seperti dalam start lari cepat, renang atau bereaksi

dalam mengemudikan kendaraan (Schmidt dalam Rusli

Lutan, 1988: 339-340).

Dapat disimpulkan bahwa kemampuan (abilitas)

merupakan potensi yang melandasi penampilan gerak

seseorang, karena dianggap sebagai faktor pendukung

bagi pelaksanaan suatu keterampilan yang membedakan

kemampuan individual. Sebagai contoh, seseorang

menginginkan menjadi pemain bola basket profesional

yang berprestasi, namun seseorang tersebut tidak

memiliki potensi yang baik dalam cabang bola basket

12

(misalnya keterbatasan tinggi badan hanya 1,50 m,

sedangkan tinggi badan pemain basket profesional di

Amerika Serikat rata-rata mencapai 2 m).

Kemampuan (Abilitas) Motorik Umum

Kemampuan motorik lebih tepat disebut sebagai

kapasitas dari seseorang yang berkaitan dengan

pelaksanaan dan peragaan suatu ketrampilan yang relatif

melekat setelah masa kanak-kanak (Rusli Lutan, 1988:

96). Ada yang berpendapat bahwa semua keterampilan

motorik berlandaskan pada abilitas tunggal yang

mencakup semuanya. Ada orang yang mampu melakukan

keterampilan apa saja sehingga dia disebut serba bisa

atau atlet allround. Berdasarkan pengamatan sepintas

tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor yang cenderung

membuat semua tugas dalam olahraga ialah abilitas

motorik umum (Adams dalam Rusli Lutan, 1988: 342).

Meskipun demikian, konsep mengenai abilitas

motorik umum memperoleh kritik, terutama berdasarkan

hasil penelitian Franklin Henry dan murid-muridnya pada

13

tahun 1958/1968 dan 1961 di Berkeley. Hipotesis Henry

bertentangan dengan ide abilitas motorik umum, yakni

abilitas motorik bersifat spesifik bagi suatu tugas

tertentu, transfer antara keterampilan agaknya rendah

(Schmidt & Young dalam Rusli Lutan, 1988: 343). Program

penelitian yang berkenaan dengan perbedaan individu

dalam keterampilan sebagai pilot yang dilakukan oleh

Fleishman dan kawan-kawannya di jajaran Angkatan Udara

Amerika Serikat juga memperlihatkan kritik terhadap

konsep abilitas motorik umum, yakni korelasi di antara

keterampilan yang berbeda adalah rendah (Rusli Lutan,

1988: 343).

Fleishman dan kawan-kawannya merumuskan

seperangkat hipotesis tentang abilitas yang menjadi

landasan bagi berbagai aspek perilaku motorik (Schmidt,

1991: 137), sebagai berikut:

1. Reaction Time. Abilitas ini mendukung tugas dalam

keadaan terdapat satu stimulus dan satu respons dan

subjek harus bereaksi secepat mungkin setelah

14

stimulus disampaikan dalam situasi waktu reaksi.

Contoh yaitu start dalam lari cepat 100 meter.

2. Response Orientation. Abilitas ini mendukung tugas

gerak yang membutuhkan kecepatan orientasi penentuan

alternatif pola gerak yang akan dibuat, berkaitan

memilih gerakan yang tepat dalam situasi waktu

reaksi. Contoh yaitu memukul bola lemparan dari

pitcher pada baseball.

3. Speed of Movement. Abilitas menggerakkan anggota

tubuh dari satu tempat ke tempat lain dengan cepat,

tetapi tanpa stimulus waktu reaksi untuk memperkecil

waktu gerak. Contoh yaitu pitcher melakukan lemparan.

4. Finger Dexterity. Abilitas gerakan jari-jari untuk

menangani objek yang relatif kecil. Contoh yaitu

reparasi arloji.

5. Manual Dexterity. Abilitas menangani objek yang besar

menggunakan tangan dan lengan. Contoh yaitu melakukan

dribbling bola basket.

6. Response Integration. Abilitas ini menyokong tugas

seseorang harus memanfaatkan dan menerapkan petunjuk

15

penting bersifat sensoris dari beberapa sumber ke

dalam satu respons tunggal yang terpadu. Contoh:

passing dalam bolabasket atau bolavoli

7. Physical Proficiency Abilities. Abilitas yang berkaitan

dengan aspek struktur badan/fisik. Fleishman dalam

Rusli Lutan (1988: 346) mengidentifikasikannya

sebagai berikut: fleksibilitas statis dan dinamis,

kekuatan dinamis dan eksplosif, koordinasi badan,

keseimbangan badan, dan stamina (daya tahan

kardiovaskular). Abilitas tersebut merupakan landasan

bagi dimensi kesegaran jasmani dan terpisah dengan

abilitas yang membutuhkan keterampilan.

Motor ability atau kemampuan gerak pada dasarnya

merupakan kemampuan yang mendasari dari gerak yang

dibawa sejak lahir yang bersifat umum atau fundamental

yang berperan untuk melakukan gerak baik gerakan

olahraga maupun non-olahraga. Untuk itu, bagi siswa

sekolah dasar perlu ditanamkan kemampuan gerak dasar

yang dimiliki dapat dilakukan dengan benar. Menanamkan

cara melakukan gerak dasar yang benar sangat penting

16

bagi siswa sekolah dasar, karena pada usia sekolah

dasar merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan,

sehingga kemampuan gerak dasar yang dimiliki dapat

dilakukan dengan benar. Kesalahan dalam melakukan gerak

dasar akan berdampak pada pola gerakan yang salah,

sehingga akan berdampak pada aktivitas-aktivitas

geraknya. Upaya meningkatkan kemampuan gerak (motor

ability), harus dilakukan latihan dengan baik dan benar.

Kemampuan gerak (motor ability) tidak terlepas dari unsur-

unsur kondisi fisik yang ada di dalamnya. Tampilan

gerak yang dilakukan seseorang dalam kehidupan sehari-

hari atau aktivitas olahraga tidak terlepas dari unsur-

unsur kondisi fisiknya. Struktur kemampuan gerak (motor

ability) terdiri atas beberapa komponen. Komponen tersebut

terdiri atas faktor-faktor yang harus diteliti yaitu

kontrol gerak keseimbangan, koordinasi gerak badan,

kekuatan gerak yaitu kecepatan, power dan kelincahan.

Faktor-faktor tersebut memiliki kecenderungan cukup

besar dalam memengaruhi motor perfomance (penampilan

motorik).

17

Berdasarkan pendapat tersebut ditunjukkan

bahwa kemampuan gerak (motor ability) di dalamnya terdiri

atas beberapa macam unsur kondisi fisik, yaitu

koordinasi gerak badan, kekuatan, kecepatan, power,

kelentukan, daya tahan, dan kelincahan. Unsur-unsur

kondisi fisik tersebut sangat menunjang kemampuan gerak

(motor ability) seseorang.

Variabel Perbedaan Individual

Variabel perbedaan individual (misalnya jenis

kelamin, dan keturunan asal) juga disebut variabel

organismik (misalnya usia, tinggi, berat, jenis

kelamin, dan warna kulit). Menurut Rusli Lutan (1988:

347) faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan

individual yang dikaitkan dengan penampilan gerak

yaitu:

1. Pengaruh Usia terhadap Keterampilan

Ada dua kategori kegiatan penelitian sehubungan

pengaruh usia terhadap penampilan keterampilan

motorik. Golongan pertama menekankan perkembangan

18

motorik berdasarkan perkembangan yang berlangsung

pada seseorang. Golongan kedua adalah mempelajari

hubungan usia seseorang terhadap penampilan

keterampilan motorik misalnya pada waktu sebelum dan

sesudah pubertas. Keogh & Sugden dalam Rusli Lutan

(1988: 348) membahas penemuan bahwa ketika usia 18

tahun terjadi peningkatan yang banyak dan sistematik

dalam hampir setiap aspek penampilan motorik, setelah

lewat usia 25 tahun terjadi penurunan yang sistematik

dalam perilaku motorik.

2. Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Penampilan

Keterampilan Motorik

Berbagai studi yang dilakukan para peneliti ada

kecenderungan kesimpulan yang menyatakan kaum pria

lebih unggul dalam tugas-tugas motorik. Sebagai

contoh dari rekor-rekor Olimpiade selalu lebih unggul

pria daripada wanita. Ada penelitian yang menyatakan

wanita lebih terampil dalam tugas yang membutuhkan

penanganan cepat, seperti memilih kartu, membuat

titik, membidik ke suatu sasaran. Zaichkowsky, dkk

19

dalam Rusli Lutan (1988: 349) mengemukakan empat

alasan utama terjadi perbedaan dalam penampilan

motorik anak laki-laki dan perempuan: (a) bentuk

tubuh, (b) struktur anatomis, (c) fungsi fisiologis,

dan (d) faktor budaya.

3. Intelegensia dan Penampilan Motorik

Di Indonesia faktor intelegensia sering

diungkapkan oleh para pelatih sebagai faktor penentu

terhadap tingkat keberhasilan seseorang dalam suatu

cabang olahraga. Ryan dalam Rusli Lutan (1988: 350)

mengungkapkan tidak ada hubungan antara prestasi

akademis (dianggap sebagai IQ) dengan penampilan pada

tugas keseimbangan (stabilometer). Start dalam Rusli

Lutan (1988: 350) melaporkan bahwa korelasi antara IQ

dan belajar keterampilan pemula dalam senam sebesar

0,08. Suatu bukti bahwa hampir tidak ada kesamaan

antara kedua macam tes tersebut. Namun data empirik

dapat dikaji lebih lanjut bahwa seseorang yang

menderita cacat mental cenderung mengalami

keterbelakangan atau cacat keterampilan motorik.

20

Dengan demikian intelegensia dan penampilan motorik

ini masih merupakan topik kajian yang belum tuntas

jawabannya, sehingga dapat diungkapkan kembali

sebagai topik penelitan.

Makna perbedaan dan perbedaan individual menyangkut

variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik

maupun psikologis (Lindgren,1980: 578).

Adapun bidang-bidang dari perbedaannya yakni:

1. Perbedaan Kognitif

Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang

berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan

tehnologi. Setiap orang memiliki persepsi tentang

hasil pengamatan atau penyerapan atas suatu objek.

Berarti ia menguasai segala sesuatu yang diketahui,

dalam arti pada dirinya terbentuk suatu persepsi, dan

pengetahuan itu diorganisasikan secara sistematik

untuk menjadi miliknya.

2. Perbedaan Kecakapan Bahasa

Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu

yang sangat penting dalam kehidupan. Kemampuan tiap

21

individu dalam berbahasa berbeda-beda. Kemampuan

berbahasa merupakan kemampuan seseorang untuk

menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata

dan kalimat yang penuh makna, logis, dan sistematis.

Kemampuan berbahasa sangat dipengaruhi oleh faktor

kecerdasan dan faktor lingkungan serta faktor fisik

(organ bicara).

3. Perbedaan Kecakapan Motorik

Kecakapan motorik atau kemampuan psiko-motorik

merupakan kemampuan untuk melakukan koordinasi

gerakan syarat motorik yang dilakukan oleh saraf

pusat untuk melakukan kegiatan.

4. Perbedaan Latar Belakang

Perbedaaan latar belakang dan pengalaman tiap-

tiap individu dapat memperlancar atau menghambat

prestasinya, terlepas dari potensi individu untuk

menguasai bahan.

5. Perbedaan Bakat

Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa

sejak lahir. Kemampuan tersebut akan berkembang

22

dengan baik apabila mendapatkan rangsangan dan

pemupukan secara tepat, sebaliknya bakat tidak

berkembang sama, manakala lingkungan tidak memberikan

kesempatan untuk berkembang, dalam arti tidak ada

rangsangan dan pemupukan yang menyentuhnya.

6. Perbedaan Kesiapan Belajar

Perbedaan latar belakang, yang meliputi

perbedaan sisio-ekonomi sosio kultural, amat penting

artinya bagi perkembangan anak. Akibatnya anak-anak

pada umur yang sama tidak selalu berada pada tingkat

kesiapan yang sama dalam menerima pengaruh dari luar

yang lebih luas. Setiap individu siswa berbeda satu

dengan lainnya, hal ini di pengaruhi banyak faktor

yang membentuk kepribadian setiap siswa.

Perbedaan ini merupakan hal penting yang harus

diketahui oleh guru karena perbedaan ini dapat

digunakan oleh guru untuk menentukan metode belajar

yang tepat dalam proses belajar mengajar di kelas. Guru

haruslah teliti dalam mencari dan menemukan perbedaan

yang ada pada siswa, terutama perbedaan-perbedaan yang

23

menonjol. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam

proses belajar mengajar dan dalam memberikan pelayanan

terhadap siswa agar mampu menemukan dan mengembangkan

potensi yang dimiliki oleh siswa.

Perbedaan itu dapat dilihat dari dua segi, yakni

horisontal dan vertikal. Perbedaan segi horisontal

adalah perbedaan individu dalam aspek mental, seperti

tingkat kesadaran, bakat, minat, ingatan, dan emosi.

Perbedaan vertikal adalah perbedaan individu dalam

aspek jasmaniah, seperti: bentuk, tinggi dan besarnya

badan, dan tenaga (Massofa, 2011: 1).

Tiap-tiap aspek individu tersebut besar

pengaruhnya terhadap kegiatan dan keberhasilan belajar.

Mungkin salah satu faktor ada yang lebih dominan, namun

tetap kedua faktor tersebut masing-masing berpengaruh,

dan pada gilirannya ternyata tidak ada dua individu

yang sama. Menurut Hendriono (2010: 1) perbedaan

individu di atas dipengaruhi oleh: (1) faktor keturunan

(bakat) dan (2) faktor lingkungan.

24

Perbedaan ini merupakan hal penting yang harus

diketahui oleh guru karena perbedaan ini dapat

digunakan oleh guru untuk menentukan metode belajar

yang tepat dalam proses belajar mengajar di kelas. Guru

haruslah teliti dalam mencari dan menemukan perbedaan

yang ada pada siswa, terutama perbedaan-perbedaan yang

menonjol. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam

proses belajar mengajar dan dalam memberikan pelayanan

terhadap siswa agar mampu menemukan dan mengembangkan

potensi yang dimiliki oleh siswa.

Guru hendaknya memberikan perhatian khusus terhadap

siswa-siswa yang memiliki tingkat kemampuan rendah

dengan berusaha menemukan dan mengatasi kesulitan

belajar siswa dengan mendiagnosis kesulitan belajar

siswa tersebut. Jika tingkat kesulitan belajarnya

sangat sulit diidentifikasi, tidak ada salahnya meminta

bantuan guru lain atau guru yang berkompeten dalam hal

ini dan ini biasanya guru bimbingan dan penyuluhan.

Setelah guru menemukan perbedaan-perbedaan dari

setiap individu, langkah berikutnya adalah melakukan

25

perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran yang

disesuaikan dengan perbedaan tersebut agar setiap

individu mampu berkembang sesuai dengan kemampuan dan

kecepatan yang dimiliki oleh tiap-tiap individu siswa.

Mengajar siswa dengan kemampuan belajar cepat akan

berbeda dengan mengajar siswa dengan kemampuan belajar

kurang/lambat. Kemampuan yang berbeda dari setiap

individu memerlukan pelayanan tersendiri bagi guru

dalam upaya penyesuaian program pengajaran yang akan

dibuat dan dilaksanakan.

Hal ini tidaklah mudah bahkan sangat sulit

dilaksanakan bagi mereka yang belum terbiasa dalam

upaya pelayanan terhadap perbedaan individu siswa.

Kesulitan-kesulitan yang paling mudah ditemukan dalam

lingkungan sekitar, misalnya terbatasnya waktu yang

disediakan oleh sekolah dalam suatu pertemuan

pembelajaran di kelas akan membuat guru tidak maksimal

dalam menemukan dan melayani siswa sesuai dengan

perbedaan setiap individu walaupun hal ini sudah

26

direncanakan dalam program pengajaran yang akan atau

sedang dilaksanakan.

Jika kesulitan-kesulitan yang dihadapi ini memang

sangat sulit dipecahkan, guru tidak perlu memaksakan

diri sampai di luar batas kemampuannya. Minimal guru

mampu melaksanakan pada tahap yang dapat

dilaksanakannya, misal terhadap siswa yang memiliki

kemampuan cepat dalam menyerap materi pelajaran, guru

bisa saja memberinya materi atau tugas tambahan untuk

dikerjakannya di luar sekolah, sedangkan siswa yang

memiliki kemampuan kurang guru dapat memberinya materi

yang sesuai untuknya. Siswa yang memiliki bakat

menonjol bisa diberikan kesempatan atau diberikan

fasilitas untuk mengembangkannya sedangkan siswa yang

mengalami kesulitan dalam belajar perlu dibantu agar

siswa tersebut dapat mengatasi kesulitannya. Proses

belajar dikembangkan menurut keadaan dan kemampuan di

lingkungan sekolah.

PENUTUP

27

Kesimpulan

Terdapat berbagai macam faktor yang satu sama

lainnya memiliki andil dalam pendidikan. Salah satu

tugas yang diemban oleh para pendidik atau guru adalah

memahami akan berbagai faktor pendukung pendidikan

tersebut. Di antara berbagai faktor tersebut adalah

para pendidik dapat memahami akan situasi dan kondisi,

baik lingkungan maupun peserta didik tersebut. Peserta

didik sebagai objek dari pendidikan sangat penting

untuk diperhatikan dari berbagai faktor. Faktor

tersebut yang harus diperhatikan adalah tahap

perkembangan dari peserta didik tersebut dalam hal

perbedaan individual dan kemampuan dalam proses belajar

mengajar, khususnya dalam pendidikan jasmani.

Proses pendidikan memanfaatkan aktivitas fisik

untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas

individu, baik dalam hal fisik, mental, serta

emosional. Setelah guru menemukan perbedaan-perbedaan

dari setiap individu, langkah berikutnya adalah

melakukan perencanaan dan pelaksanaan program

28

pengajaran yang disesuaikan dengan perbedaan tersebut

agar setiap individu mampu berkembang sesuai dengan

kemampuan dan kecepatan yang dimiliki oleh tiap-tiap

individu siswa. Mengajar siswa dengan kemampuan belajar

cepat akan berbeda dengan mengajar siswa dengan

kemampuan belajar kurang/lambat. Kemampuan yang berbeda

dari setiap individu memerlukan pelayanan tersendiri

bagi guru dalam upaya penyesuaian program pengajaran

yang akan dibuat dan dilaksanakan.

Saran

Perbedaan individu merupakan hal penting yang

harus diketahui, terutama oleh guru karena dengan

mengetahui perbedaan individu tersebut guru dapat

menentukan metode belajar yang tepat dalam melaksanakan

proses belajar mengajar. Guru harus teliti dalam

mencari dan menemukan perbedaan yang ada pada siswa,

terutama perbedaan-perbedaan yang menonjol. Hal ini

dilakukan untuk memudahkan dalam proses belajar

mengajar dan dalam memberikan pelayanan terhadap siswa

29

agar mampu menemukan dan mengembangkan potensi yang

dimiliki oleh siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Sudrajat. (2008). Kemampuan Individu: Memahami Bakatda Kecerdasan Individu. Diakses darihttp://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/kemampuan-individu/ pada tanggal 9 November 2014, jam 14.05WIB.

Depdiknas. (2007). Standar Kompetensi dan Kompetensi DasarTingkat SD/MI (Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, danKesehatan). Jakarta: Depdiknas

Dwi Cahyo Prabowo. (2011). Pengertian Individu. Diaksesdari http://dwicahyoprabowo.wordpress.com/2011/01/09/pengertian-individu/ pada tanggal 29 Oktober 2014, jam 14.15WIB.

Hasan Alwi. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka.

Hendriono. (2010). Kemampuan Guru Mengatasi Kesulitan Belajar.Diaksesdari http://www.hendriono.web.id/2010/06/kemampuan-guru-mengatasi-kesulitan.html. pada tanggal 28 Oktober 2011,jam 15.15 WIB.

Landgren, H. C. (1980). Educational Psychology in theClassroom. New York: Ed 6

Massofa. (2011). Perbedaan Individual. Diakses darihttp://massofa.wordpress.com/2008/01/15/perbedaan-individual-

30

dan-jenis-kebutuhan-anak-usia-sekolah-dasar/. pada tanggal18 November 2014, jam 13.05 WIB.

Rusli Lutan. (1988). Belajar Keterampilan Motorik, PengantarTeori dan Metode. Jakarta: Depdiknas.

Schmidt, R. A. (1991). Motor Learning and Performance: FromPrinciples to Practice. Champaign, IL: Human Kinetics.

31