apa perbedaan penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif

of 36 /36
Apa Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Penelitian Kuantitatif PERBEDAAN PENELITIAN KUALITATIF DAN PENELITIAN KUALITATIF Perbedaan penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif menurut Prof.Dr. Lexy J. Moleong, M.A disajikan dalam table sebagai berikut: ASPEK PENELITIAN KUANTITATIF PENELITIAN KUALITATIF 1. Maksud Penelitian Membuat deskripsi objektif tentang fenomena yang terbatas dan menentukan apakah fenomena tersebut dapat dikontrol melalui beberapa intervensi Maksud penelitian mengembangkan pengertian tentang individu dan kejadian dengan nmemperhitungkan konteks yang relevan 2. Tujuan penelitian Menjelaskan, meramalkan, dan/ atau mengontrol fenomena melalui pengumpulan data Memahami fenomena social melalui gamabaran holistic dan memperbanyak pemahaman mendalam

Upload: unmul

Post on 21-Jan-2023

5 views

Category:

Documents


0 download

Embed Size (px)

TRANSCRIPT

Apa Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Penelitian KuantitatifPERBEDAAN PENELITIAN KUALITATIF DAN PENELITIAN KUALITATIF

Perbedaan penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif

menurut Prof.Dr. Lexy J. Moleong, M.A disajikan dalam table

sebagai berikut:

ASPEK PENELITIAN

KUANTITATIF

PENELITIAN

KUALITATIF

1. Maksud Penelitian Membuat deskripsi

objektif tentang

fenomena yang

terbatas dan

menentukan apakah

fenomena tersebut

dapat dikontrol

melalui beberapa

intervensi

Maksud penelitian

mengembangkan

pengertian tentang

individu dan

kejadian dengan

nmemperhitungkan

konteks yang

relevan

2. Tujuan penelitian Menjelaskan,

meramalkan, dan/

atau mengontrol

fenomena melalui

pengumpulan data

Memahami fenomena

social melalui

gamabaran holistic

dan memperbanyak

pemahaman mendalam

terfokus dari data

numeric

3. Pendekatan

pelenlitian

Menjelaskan

penyebab fenomena

social melalui

pengukuran objektif

dan analisis

numeric

Berasumsi bahwa

‘subjek matter ’

suatuilmu social

adalah amat berbeda

dengan subjek

matter dari ilmu

fisik/ alamiah dan

mempersyaratkan

tujuan yang berbeda

untuk inkuiri dan

seperangkat metode

penyelidikan yang

berbeda. Induktif

berisi

nilai(subjektif),

holistic dan

berorientasi proses

4. Asumsi penelitian Berasumsi bahwa

tujuan dan metode

ilmun social adalah

sama dengan ilmu

fisik/alamiah

dengan jalan

mencari teori yang

Perilaku terikat

konteks dimana

halnitu terjadi dan

kenyataan social

tidak direduksi

menjadi variable-

variabel sam a

dites atau

dikonfirmasikan

yang menjelaskan

fenomena.

Deduksitif, bebas-

nilai

( objektif),

terfokus, dan

berorientasi tujuan

dengan kenyataan

fisik. Berupaya

mencari pemahaman

tentang kenyataan

dari segi

perspektif ‘ orang

dalam’;menerima

subjektivitas dari

peneliti dan

pemeran serta

5. Model penjelasan Penemuan ‘fakta’

social tidak

berasal dari

persepsi subjektif

dan terpisah dari

konteks

Upaya generalisasi

tidak dikenal

karenaterikat

konteks dan harus

diinterpretasikan

kasus per kasus

6. Nilai Bergantung pada

model penjelasan

hipotetiko deduktif

dengan memulai dari

teori dari mana

hipotesis ditarik

dan di tes dengan

menggunakan

prosedur yang

ditentukan terlebih

Berargumentasi

bahwa peneliti

senantiasa terikat

nilai dan peneliti

harus eksplisit

tentang peranan

bahwa nilai

memegang peranan

dalam sesuatu

pilihan inheren

dahulu dalam ;a) masalah

yang harus

diselidiki, b)

metode yang harus

diselidiki, c) cara

menginterpretasi,

dan d) konteks

dimana studi itu

berada

7. Alasan penelitian Menerima nilai

peneliti dapat

berperan dalam

permassalahan yang

sedang diteliti,

tetapi penelitian

itu sendiri harus

bebas nilai dengan

prosedur khusus

yang dirancang

untuk

mengisolasikan dan

mengeluarkan unsur-

unsur subjektif dan

mencari kenyataan

objektif

Induktif, melakukan

pengamatan dan

menarik kesimpulan

8. Generalisasi Deduktif- diduksi Berasumsi bahwa

dari teori tentang

apa yang akan

diamati

setiap individu ,

budaya, latar

adalah unik dan

penting untuk

mengapresiasi

keunikan,

generalisasi

bergantung pada

konteks.

9. Hubungan peneliti

dengan subjek

Berasumsi bahwa

cara ini dapat

menemukan ‘hukum’

yang menambah pada

prediksi yang dapat

dipercaya dan pada

control tentang

kenyataan/fenomena.

Mencari keteraturan

dalam sampel

individ; analisis

statistic

menyatakan

kecenderungan

perilaku dan

kecenderungan sudah

cukup kuat untuk

Peneliti secar

aktif berinteraksi

secara pribadi.

Proses pengumpulan

data dapat duibah

dan hal itu

bergantung pada

situasi. Peneliti

bebas menggunakan

intuisi dan dapat

memutuskan

bagaimana

merumuskan

pertanyaan atau

bagaimana melakukan

pengamatan.

Individu yang

memperoleh nilai

praktis

diteliti dapat

diberi kesempatan

agar secara

sukarela mengajukan

gagasan dan

persepsinya dan

berpartisipasi

dalam analisi data.

10. Nilai orientasi Tujuan penelitian

adalah

objektivitas;

berusaha memelihara

pandangan pribadi,

kepercayaan ,’biase

s’ dari pengaruh

pengumpulan data

dan analisis

proses. Melibatkan

interaksi minimal

dan jika interaksi

diperlukan

(wawancara) lalu

berusaha membakukan

proses. Peranan

sampel dalam studi

adalah pasif.

Mempercayau bahwa

seluruh kegiatan

penelitian terikat

nilai. Tidak

menghindari isu

nilai, nilai

pribadi dinyatakan

secara terbuka dan

mencoba

memperagakan nilai

yang terikat pada

konteks.

11. Studi tentan

konteks

Berupaya agar nilai

pribadi bebas dari

pengaruh desain

penelitian dan

menghindari usaha

membuat keputusan

nilai tentang hal-

hal yang diteliti.

Berupaya memahami

fenomena yang

komlpeks dengan

jalan mengujinya

dalam

keseluruhannya

dalam konteks.

Belum mengetahui

apa yang difokus

sampai studi itu

sudah berlangsung;

mengidentifikasikan

tema yang relevan

dan pola-pola (yang

meuncul) yang

kemudian menjadi

focus studi.

Pengumpulan data

sedikit banyak

adalah kontinyu dan

intensif lebih dari

penelitian

kuantitatif.

12. Desain Berupaya memahami

fenomena yang

komlpeks dengan

Fleksibel/luwes,

dikembangkan, umum,

dinegosiasikan,

jalan menganalisis

bagian-bagian

komponen (disebut

variable). Setiap

upaya penelitian

menguji hanya

beberapa dari

kemungkinan

variable yang dapat

diteliti; konteks

situasi diabaikan

atau dikontrol.

Data dikumpulkan

dalam beberapa

interval dan

menfokus pada

pengukuran yang

tepat.

sebagai acuan untuk

diikuti,

dikhususkan hanya

dalam istilah umum

sebelum studi

dilakukan. Tidak

mengikutkan

intervensi dan

berupaya agar

gangguan sesedikit

mungkin.

13. Metode Terstruktur,

formal, ditentukan

terlebuh dahulu,

tidak luwes,

dijabarkan secara

rinci terlebih

dahulu sebelum

penelitian

Historical,

etnografis, dan

studi kasus.

Intervensi dan

berupaya agar

gangguan sesedikit

mungkin.

dilakukan dapat

diteliti; konteks

situasi diabaikan

atau dikontrol.

Data dikumpulkan

dalam beberapa

interval dan

memfokus pada

pengukuran yang

tepat

14. Hipotesis Deskriptif,

korelasional,

perbandingan –

kausal, dan

eksperimen

Cenderung untuk

mencri dan

menemukan dan

menyimpulkan

hipotesis.

Hipotesis dilihat

sebagai sesuatu

yang tentative,

berkembang, dan

didasarkan pada

sesuatu studi

tertentu.

15. Pengukuran Hampir selalu

mengetes hipotesis.

Hipotesis dilihat

sebagai sesuatu

Prosedur sedikit

subjektif; peneliti

memiliki kemampuan

untuk mengamati dan

yang khusus, dapat

dites, dan

dinyatakan sebelum

sesuatu studi

dilakukan.

berinteraksi dengan

manusia lainnya dan

dengan lingkungan;

percaya bahwa

kemampuan manusia

diperlukan untuk

melaksanakan tugas

yang rumit dan

terhadap dunia yang

sangat bervariasi

dan yang selalu

berubah.

16. Review Kepustakaan Tujuan pengukuran

adalah

objektivitas,

member makna pada

scoring dan

pengumpulan data

tidak dipengaruhi

oleh nilai-nilai

peneliti, ‘bias’

dan persepsi;

banyak bergantung

pada tes, skala dan

kuesioner

terstruktur yang

Terbatas, sebagai

acuan teori, dan

tidak mempengaruhi

studi. Tidak

dilakukan untuk

mengkaji teori

karena dengan cara

ini bukan dengan

cara ini bukan

mengkaji teori

tetapi menemikan

teori dari data.

dapat

diadministrasikan

pada kondisi baku

terhadap seluruh

individu dalam

sampel dan prosedur

untuk scoring data

dirinci secara

tepat untuk

meningkatkan

kemungkinan

terjadinya bahwa

setiap dua skor

memperoleh hasil

yang sama.

Akhirnya, baku dan

numerical.

17. Latae Penelitian Ekstentsif, yang

dengan hal itu

mempengaruhi studi.

Pengkajian teori

diperlukan untuk

menemukan konsep,

variable, dan

menata penelitian

hipotesis.

Naturalistic

(sebagaimana

adanya) sejauh

mungkin.

18. Sampling Sejauh mungkin

dikontrol sampling

teoritis dan

sampling sebanyak

mungkin digunakan

sebagai

mempertimbangkan

Bertujuan:

dimaksudkan untuk

memilih sejumlah

‘kecil’, dan tidak

harus

representatid;

sampel dimaksudkan

untuk mengarah

kepada pemahaman

secara mendalam.

19. Data Random/acak:

dimaksudkan untuk

memilih dari

sejumlah besar

indiuvidu dalam

polulasi dimasukan

dalam sampel yang

dianggap mewakili.

Hal itu diragukan

untuk

mengeneralisasikan

hasilnya kepada

polulasi.

Statifikasi,

kelompok control,

mengontrol variable

Naratif,

deskriptif, dalam

kata-kata mereka

yang diteliti,

dokumen pribadi,

catatan lapangan,

artifak, dokumen

resmi dan video

tape, transkrip.

ekstreneus

20. Statregi

pengumpulan data

Numeric, variable

dioperasionalkan,

kode

dikuantifikasikan,

statistical,

dihitung dan

diadakan

pengukuran.

Pengumpulan

dokumen, pengmatan

berperan

serta( participant

observation),

wawancara tidak

terstruktur dan

informal, mencatat

lapangan secara

intensif, menilai

artifak.

21. Subjek Pengamatan

terstruktur yang

partisipan,

wawancara semi –

terstruktur dan

formal,

administrasi tes

dan kuesioner,

eksperimen,

penelitian servei,

eksperimen-kuasai.

Subjek penelitian

berjumlah besar ;

pemilihan secara

Ju8mlah subjek

penelitian kecil

teknik sampling

bertujuan.

acak

22. Analisis ndata Deduktuf, secara

statistic .

teritama

menghasilkan data

numeric yang

biasanya dianalisis

secara statistic.

Data kasar terdiri

dari bilangan dan

analisis dilakukan

pada akhir

penelitian

Induktif, model-

model, teori-teori,

konsep, metode

perbandingan tetap.

Basanya data

dianalisis secara

deskriptif yang

sebagaian besar

berasal dari

wawancara dan

catatan pengamatan;

catatan dianalisis

untuk memperoleh

tema dan pola-pola

yang dideskripsikan

dan diilustrasikan

dengan contoh-

contoh, termsuk

kutipan-kutipan dan

rangkuman dari

dokumen; koding

data dan analisis

verbal.

23. Interpretasi Data Kesimpulan dan

generalisasi

Kesimpulan adalah

tentative, direview

diformulasikan pada

akhir penelitian,

dinyatakan dengan

derajat kepercayaan

tertentu yang

ditentukan terlebih

dahulu.

atas dasar sesuatu

yang masih

berlangsung, sedang

generalisasi

diabaikan.

24. Criteria Validitas interval-

bagaimana kebenaran

ditemukan.

Validitas

eksternal-bagaimana

penerapan temuan-

temuan pada latar

lainnya.

Objektivitas-

bagaimana

seharusnya kita

dapat diyakinkan

bahwa temuan-temuan

adalah reflektif

dari subjek

daripada hasil dari

‘ biases’ para

peneliti

Krediblitas-

penelitian

dilakukan

sedemikian rupa

untuk memastikan

bahwa subjek itu

secara secukupnya

diperoleh itu

secara secukupnya

diperoleh dan

diuraikan.

Keteralihan-beban

untuk memaparkan

penerapan temuan-

temuan pada latar

lainnya tergantung

pada peneliti yang

harus mengadakan

‘uraian rinci’

tentang keadaan

latar untuk

keperluan

penerapan.

25. Frasa Kunci Eksperimental, data

numeric, empiric,

dan statistical,

Deskriptif,

naturalistic, dan

berorientasi kata

26. Konsep Kunci Reliabilitas,

variable,

operasionalisasi,

hipotesis,

validitas,

statistical,

signifikasi,

replikasi.

Bermakna, pemahaman

awam, proses,

dibangun secara

social, tema,

keabsahan data.

27. Instrument

Penelitian

Inventori,

kuesioner, skala,

skor tes, indicator

‘Tape recorder’,

catatan lapangan,

peneliti adalah

instrument itu

sendiri.

28. Masalah Mengontrol

variable, validitas

Memakan waktu,

prosedur tindakan

baku, reliabilitas-

keabsahan data.

Dapat disimpulkan secara garis besar perbedaan antara

penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif, jika pada

penelitian kuantitatif permasalahan yang akan diteliti sudah

jelas, realitanya sudah ada, terukur, menggunakan pola pikir

secara deduktif sedangkan dalam penelitian kualitatif

permasalahan yang akan diteliti masih kabur atau belum jelas

sehingga masalah yang diteliti akan berkembang ketika memasuki

lapangan, penelitiannya belum terukur, dalam penelitian

menggunakan pola pikir secara induktif. Judul dalam penelitian

kuantutatif kemungkinan besar tidak berubah tetapi pada

penelitian kualitatif bisa berubah menyesuaikan hasil

perkembangan penelitian yang dilaksanakan di lapangan.

KONSEP DASAR PENELITIAN KUALITATIF

Metodologi penelitian kualitatif mempunyai konsep

dasar/landasan berdasarkan pada kenyataan yang ada atau

fenomenologi pada kehidupan manusia, selain hal tersebut ada

landasan tambahan lainnya seperti interaksi simbolik, kebudayaan,

dan etnometodologi yang dapat dijadikan dasar tambahan dalam

penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif judul

penelitian disusun berdasarkan masalah yang telah ditetapkan yang

bersifat masih sementara, yang bisa berubah atau berkembang

setelah memasuki lapangan. Judul bisa berubah sesuai dengan

keadaan dilapangan, jika diperlukan judul dapat diganti sesuai

dengan hasil studi di lapangan. Pada penelitian kualitatif

landasan teori yang dimiliki peneliti sebaiknya luas, dalam arti

peneliti banyak pengetahuan/ ilmu tentang studi yang akan

diteliti sehingga penelitian dapat dihasilkan secara maksimal,

tetapi teori tersebut hanya sebagai pedoman dalam penelitian,

sehingga jika terjadi perbedaan yang mendasar antara pedoman

dengan realitas dilapangan maka peneliti dituntut untuk dapat

berkretifitas berdasarkan data yang terjadi di lapangan. Peneliti

dalam penelitian kualitatif harus bersifat ‘perspektif emic’ yang

mengandung arti memperoleh data bukan sebagaimana seharusnya.

Bukan berdasarkan apa yang difikirkan oleh peneliti, tetapi

berdasarkan kenyataan yang ada dilapangan. Teknik pengambilan

sampel ditentukan pada saat memasuki lapangan dan selama

penelitian berlangsung . caranya yaitu peneliti memilih orang

tertentu dengan criteria tertentu yang dipertimbangkan akan

memberikan datga yang diperlukan, selanjutnya berdasarkan data

atau informasi yang diperoleh dari sampel sebelumnyaitu, peneliti

dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan

memberikan data lebih lengkap. Instrument yang digunakan

penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri, tetapi setelah

focus penelitian menjadi focus atau jelas maka kemungkinan akan

dikembangkan instrument penelitian sederhana yang diharapkan

dapat melengkapai data dan membandingkan dengan data telah

ditemukan melalui observasi dan wawancara. Untuk teknik

pengumpulan data pada penelitian kualitatif dilakukan untuk

mendapatkan data yang dianggap perlu, pengumpulan data dapat

dilakukan dengan cara observasi, wawancara, catatan lapangan,

dokumentasi, triangulasi/ gabungan dan dalam pengumpulan data ini

dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Teknik dalam

menganalisi data dalam penelitian kualitatif belum begitu jelas /

fleksibel, analisis data kualitatif adalah bersifat induktif

yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya

dikembangkan menjadi hipotesis. Anasisis data dalam penelitian

kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di

lapangan dan setelah selesai lapangan. Secara garis besar tahapan

penelitian kualitatif dimulai dari pemilihan situasi social

(tempat, orang, dan aktivitas) kemudian melaksanakan observasi

partisipan, mencatat hasil observasi dan wawancara, melakukan

observasi deskriptif, melakukan analisis, penulisan laporan.

I. JUDUL PENELITIAN

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN OLEH GURU KELAS 3 SD NEGERI

PEJENGKOLAN KECAMATAN PADURESO KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2011

I. RUMUSAN MASALAH/ FOKUS PENELITIAN :

1. Apa saja media pembelajaran yang digunakan oleh guru

kelas 3 SD Negeri. Pejengkolan Kecamatan Padureso

Kabupaten Kebumen Tahun 2011.

2. Bagaimanakah guru dalam menggunakan media pembelajaran

oleh guru kelas 3 SD Negeri Pejengkolan Kecamatan

Padureso Kabupaten Kebumen Tahun 2011.

3. Alasan menggunakan media pembelajaran dalam proses

pembelajaran .

4. Proses penggunaan media pembelajaran dalam kegiatan

belajar mengajar.

5. Manfaat penggunaan media pembelajaran.

6. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap media yang yang

digunakan oleh guru .

7. Bagaimanakah tanggapan rekan guru terhadap media yang

digunakan oleh guru kelas 3 SD Negeri Pejengkolan

Kecamatan Padureso Kabupaten Kebumen Tahun 2011.

8. Bagaimana tanggapan kepala sekolah SD Negeri Pejengkolan

terhadap media yang digunakan .

I. TUJUAN PENELITIAN :

1. Menemukan pola/ koherensi tentang penggunaan media

pembelajaran oleh guru kelas 3 di SD Negeri Pejengkolan

Kecamatan Padureso Kabupaten Kebumen Tahun 2011.

2. Menggambarkan proses dalam penggunaan media pembelajaran

oleh guru kelas 3 di SD Negeri Pejengkolan Kecamatan

Padureso Kabupaten Kebumen Tahun 2011.

I. TEORI ACUAN

A. Pengertian Media Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, media diartikan

sebagai alat (2000: 726). Dari sumber internet diketahui

bahwa kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan

bentuk jamak dari kata “medium” yang berarti “pengantar

atau perantara”, dengan demikian dapat diartikan bahwa

media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau

penyalur pesan.Media pendidikan adalah alat dan bahan

yang digunakan dalam proses pengajaran atau pembelajaran

(2000: 726).Kaitannya dengan pembelajaran, maka media

pembelajaran adalah media yang digunakan dalam PBM.

Media menurut Brings (1970) adalah ”Segala alat fisik

yang dapat menyajikan pesan serta perangsang peserta

didik untuk belajar”. Media/alat peraga merupakan alat

pembantu pengajaran yang mudah memberi pengertian kepada

peserta didik. Media pengajaran merupakan bagian dari

sumber pengajaran yang digunakan sebagai perantara dalam

proses belajar mengajar untuk lebih mempertinggi

efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan

pendidikan (Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 2001:

262).

Gagne dan Reisen dalam buku Strategi Belajar Mengajar

(Mulyani Sumantri 2001:150) mendefinisikan media

pengajaran sebagai ”Alat fisik dimana pesan-pesan

instruksional dikomunikasikan.” Jadi seorang instruktur,

buku cerita, pertunjukan film, atau tape recorder, dan

lain-lain peralatan fisik yang mengkomunikasikan pesan

instruksional dianggap sebagai media.

Dinje Bowman Rumupuk dari buku Strategi Belajar

Mengajar (Mulyani Sumantri 2001 : 153) mendefinisikan

”Media pengajaran sebagai setiap alat, baik software

maupun hardware yang dipergunakan sebagai media

komunikasi dan yang tujuannya untuk meningkatkan

efektifitas proses belajar mengajar.” Dari dua definisi

media pengajaran yang dikemukakan di atas dapat

dipelajari bahwa media pengajaran adalah segala alat

pengajaran yang digunakan guru sebagai perantara untuk

menyampaikan bahan-bahan instruksional dalam proses

belajar mengajar sehingga memudahkan pencapaian tujuan

pengajaran tersebut.

Secara umum media pembelajaran dapat

diklasifikasikan dalam empat golongan yaitu:

1. Media Audio

Adalah media yang dapat diterima dengan indera

pendengar. Contoh: tape recorder, radio.

2. Media Visual

Adalah media yang dapat diterima dengan indera

penglihat. Contoh: media grafik, gambar-gambar, atau

benda asli dan benda tiruan.

3. Media Audio Visual

Adalah media yang dapat diterima dengan indera

pendengar dan indera penglihat. Contoh: televisi,

suara dengan foto, suara dengan slide, video.

4. Multimedia

adalah media yang berasal dari sumber animasi

computer.

B. Tujuan Penggunaan Media Pengajaran

Secara umum tujuan penggunaan suatu media yaitu untuk

membantu guru menyampaikan pesan-pesan secara mudah

kepada peserta didik, sehingga peserta didik dapat

menguasai pesan-pesan tersebut secara tepat dan akurat.

Sedangkan secara khusus media pengajaran digunakan

dengan tujuan sebagai berikut :

1. Memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk lebih

memahami konsep, prinsip, dan ketrampilan tertentu.

Dengan menggunakan media yang paling tepat untuk

karakteristik bahan ajar.

2. Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan

bervariasi sehingga lebih merangsang minat peserta

didik untuk belajar.

3. Menumbuhkan sikap dan keterampilan tertentu dalam

teknologi, karena peserta didik tertarik untuk

menggunakan atau mengoperasikan media tertentu.

4. Menciptakan situasi belajar yang tidak dapat dilupakan

peserta didik. ( Mulyani Sumantri 2001 : 153 )

C. Fungsi Media Pengajaran

Media pengajaran sebagai segala sesuatu yang

digunakan untuk mengantarkan atau menyampaikan pesan,

Secara umum media berfungsi sebagai :

1. Alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar

yang efektif.

2. Bagian integral dari keseluruhan situasi mengajar.

3. Meletakkan dasar-dasar yang kongkret dari konsep yang

abstrak sehingga dapat mengurangi pemahaman yang bersifat

verbalisme.

4. Membangkitkan motivasi belajar peserta didik.

5. Mempertinggi mutu proses pengajaran. ( Mulyani

Sumantri 2001 : 154)

Levie and Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media

pembelajaran khususnya media visual, yaitu:

1. Fungsi Atensi

Yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk

berkosentrasi kepada isi pelajaran.

2. Fungsi Afektif

Yaitu dapat menggugah emosi dan sikap siswa.

3. Fungsi Kognitif

Yaitu memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami

dan mengingat informasi atau pesan.

4. Fungsi Kompensatoris

Yaitu untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan

lambat dalam menerima dan memahami isi pelajaran yang

disajikan secara verbal.

Dari berbagai fungsi tersebut dapat disimpulkan

bahwa media sangat bermanfaat dalam proses belajar

mengajar guna memperdalam pemahaman siswa terhadap

materi yang dipelajarinya. Selain untuk siswa, media

juga bermanfaat bagi guru.

Adapun uraian manfaat media secara lebih rinci yaitu

sebagai berikut:

1. Memudahkan belajar siswa dan memberi kemudahan

mengajar bagi siswa,

2. Membantu mewujudkan pengajaran konsep dan tema

pengajaran yang abstrak dalam bentuk konkret,

3. Membantu jalannya pelajaran tidak monoton dan tidak

membosankan,

4. Membantu semua indra siswa secara aktif dan turut

berproses, sehingga kelemahan siswa dalam salah satu

indra dapat diimbangi oleh kekuatan indra lainnya,

5. Membantu meraih minat siswa dan memberikan motivasi

dalam penyajian pelajaran,

6. membantu mendekatkan dunia teori dengan dunia

realistis.

D. Alasan Penggunaan Media

Penggunaaan media pengajaran bertitik tolak pada dua hal

berikut, yaitu :

1. Belajar Merupakan Perubahan Perilaku,menurut Mulyani

Sumantri 2001 : 155 menyatakan bahwa:

Perubahan perilaku terjadi akibat adanya suatu prosesyang diawali dengan adanya rangsangan yang kemudiandiolah menjadi persepsi. Untuk menanggulangi hambatanterbentuknya persepsi harus diupayakan suatu bentukalat bantu yang memudahkan atau mengurangi hambatan-hambatan penguasaan kemampuan peserta didik.

2. Belajar Merupakan Proses Komunikasi

Mulyani Sumantri (2001: 155) ’’Proses komunikasi adalah

proses penyampaian pesan dari sumber ke penerima. Media

digunakan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan

hambatan-hambatan tersebut.”

E. Prinsip-Prinsip Pemilihan Suatu Media

Dalam proses pengajaran hendaknya seorang guru

menggunakan media pengajaran yang sesuai agar tujuan

pengajaran tercapai sesuai dengan optimal. Adapun

prinsip-prinsip pemilihan media meliputi:

1. Memilih media harus berdasarkan pada tujuan pengajaran

dan bahan ajar yang akan disampaikan.

2. Memilih media harus disesuaikan dengan tingkat

perkembangan peserta didik.

3. Memilih media harus disesuaikan dengan kemampuan guru,

baik dari pengadaannya maupun penggunaannya.

4. Memilih media harus disesuaikan dengan situasi dan

kondisi atau pada waktu, tempat, dan situasi yang

tepat.

5. Memilih media harus memahami karakteristik dari media

itu sendiri.

( Mulyani Sumantri 2001 : 156 )

Sedangkan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam

memilih media pengajaran adalah :

1. Objektifitas yaitu pemilihan suatu media tidak

didasarkan karena kesukaan pribadi atau sekedar hiburan,

sehingga menghiraukan kegunaan dan relevansinya dengan

bahan ajar dan karakteristik peserta didik.

2. Program pengajaran artinya dalam memilih media harus

disesuaikan dengan program pengajaran, karena tidak

semua media dapat digunakan untuk semua program

pengajaran.

3. Situasi dan kondisi artinya pemilihan media harus

disesuaikan dengan situasi belajar mengajar yaitu

disesuaikan dengan metode mengajar, materi pelajaran,

serta lingkungan sekolah dan kelas.

4. Kualitas teknik yaitu kesiapan operasional media

sebelum digunakan, misalnya untuk video compact disk

apakah kondisinya masih bagus atau sudah rusak.

5. Keefektifan dan efisien penggunaan artinya penggunaan

media bukan semata-mata karena melaksanakan salah satu

komponen-komponen tetapi apakah media itu betul-betul

berguna untuk memudahkan pemahaman peserta didik.

( Mulyani Sumantri 2001 : 156 )

Kesimpulan dari uraian media pembelajaran, maka media

pembelajaran merupakan alat dan bahan yang digunakan dalam

proses pembelajaran.

F. Pengertian Guru

Menurut undang-undang guru dan dosen pasal satu, Guru

adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini

jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

menengah.

G. Tugas guru dalam proses pendidikan

Tugas guru dalam proses pendidikan antara lain sebagi

beikut

1. Guru sebagai sumber belajar

Maksudnya adalah peran guru dalam kaitannya dengan

penguasaan materi pelajaran. Dikatakan guru yang baik

manakala ia dapat menguasai materi pelajaran dengan

baik.

2. Guru sebagai falilitator

Maksud guru sebagai fasilitator adalah perannya

dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa

dalam kegiatan proses pembelajaran

3. Guru sebagai pengelola

Guru sebagai pengelola pembelajaran berusaha

menciptakan ikllim belajar yang memungkinkan siswa

dapat belajar secara optimal. Melalui pengelolaan yang

baik guru dapat menjagakelas agr tetap kondusif untuk

proses belajar siswa.

4. Guru sebagai demonstrator

Yang dimaksud dengan peran guru sebagai

demonstrator adalah peran untuk mempertunjukan kepada

siswa yang berkaitan denang materi sehinga dapat

membuat siswa lebih mengreti tentang materi yang

diajarkan oileh guru.

5. Guru sebagai pembimbing

Guru sebagai pembimbing maksudnya peran guru agar

dapat mengarahkan siswanya untuk dapat menemukan

potensi yang dimilikinya sebagai bekal dalam hidupnya,

berusaha membimbing siswa supaya mencapai perkembangan

yang maksimal sebagai manusia yang menjadi harapan

oleh orang tuannya, masyarakat dan bangsa.

6. Guru sebagai motivator

Guru memberikan motivasi suapaya proses

pembelajaran yang terjadi dapat berhasil degnan

maksimal, siswa yang rendah nilainya belum tentu bodoh

maka tugas guru adalah membangkitkan motivasi siswa

sehingga prestasinya dapat optimal

7. Guru sebagai evaluator

Sebagai evaluator guru berperan untuk mengumpulkan

data atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran

yang telah dilakukan

Jadi dari pengertian guru dan tugas-tugasnya maka

dapat disimpulkan bahwa guru SD adalah, guru adalah

pendidik professional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini

jalur pendidikan formal,dalam pendidikan dasar.

ARGUMEN BAHWA PENELITIAN KUALITATIF ADALAH ILMIAH

Secara umum penelitian bertujuan untuk menguji, menemukan

teori baru, atau untuk menemukan sebuah jawaban. Pada

Penelitian kualitatif dikatakan ilmiah jika penelitian

tersebut memenuhi kebenaran secara ilmiah. Penelitan

kualitatif dikatakan ilmiah karena dalam penulisannya secara

sistematis menggunakan acuan baku yang telah disepakati.

Penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah untuk mencari

jawaban yang masih belum jelas atau samar-samar, sehingga

pada penelitian kualitatif langkah-langkah yang digunakan

dalam mencari jawabannya harus dengan pertanyaan-pertanyaan

logis / masuk akal sehingga jawabannya juga logis. Oleh

karena itu penelitian kualitatif dapat ilmiah jika dalam

dalam proses penelitan tersebut ada data pembandingnya

sehingga lebih objektif (triangulasi), selain itu dalam

proses pengumpulan data harus objektif, pencarian data harus

sampai pada titik jenuh (ajeg/sama) dan tidak ragu ragu dalam

pengambilan keputusan yang dianggap perlu dengan

mempertimbangkan fakta-fakta yang didapat dari lapangan.

Disamping itu dalam penelitian kualitatif juga menggunakan

teori acuan yang digunakan untuk pedoman dalam proses

penelitian, pedoman ini semata-mata digunakan untuk acuan

sehingga tidak harus sama antara teori dengan hasil

penelitian. Hasil penelitian kualitatif juga dapat

digeneralisasikan seperti pada penelitian kuantitatif jika

focus penelitian sama atau mirip dengan hasi penelitian yang

telah dilakukan di tempat lain.

CARA MENENTUKAN TOPIK DALAM PENELITIAN KUALITATIF

Untuk menentukan topic penelitian kualitatif antara lain sebagai

berikut :

1. Cari/ tentukan focus penelitian (dalam hal ini permasalahan

yang akan diangkat oleh peneliti untuk diteliti).

2. Setelah menenemukan focus penelitian langkah selanjutnya

adalah mencari factor-faktor yang mempunyai kaitan dengan

focus penelitian yang akan diteliti.

3. Setelah mengkaitkan factor-faktor , langkah selanjutnya

adalah memilih factor yang dianggap cocok oleh peneliti

untuk diadakan penelitian lebih mendalam.

4. Setelah itu kaitkan secara logis factor-faktor subfokus yang

akan dipilih dengan focus penelitian.

FUNGSI TEORI DALAM PENELITIAN KUALITATIF

Menurut Snelbecker dalam Moleong (1988) mendefinisikan teori

sebagai seperangkat proporsi yang berinteraksi secara sintaksi

yaitu yang mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan

secara logis dengan lainnya sebagai wahana untuk meramalkan

dan menjelaskan fenomena yang diamati. Dari segi fungsi teori

ada dua pendapat yang dikemukakan yang pertama menurut

Selbecker(1974: 28-31) dalam Moelong (1988) menyatakan ada

empat fungsi teori yaitu:

1. Mensistematiskan penemuan-penemuan penelitian.

2. Menjadi pendorong untuk menyusun hipotesis dan dengan

hipotesis membimbing peneliti mencari jawaban-jawaban.

3. Membuat ramalan atas dasar penemuan.

4. Menyajikan penjelasan untuk menjawab pertanyaan mengapa.

Menurut Glaser dan Strauss (1967: 3) dalam Moleong fungsi

teori antara lain;

1. Memberikan kesempatan untuk meramalkan dan menerangkan

perilaku.

2. Bermanfaat dalam menemukan teori sosiologi.

3. Dapat dgunakan dalam aplikasi praktis –peramalan.

4. Memberikan perspektif bagi perilaku yaitu pandangan yang

harus di saring dari data.

5. Membimbing serta menyajikan gaya bagi peneliti dalam

beberapa bidang perilaku.

Jadi dapat disimpulkan fungsi teori dalam penelitian

kualitatif adalah untuk menjadi pedoman dalam penelitian

tetapi bukan untuk dibuktikan dalam hipotesis melainkan

sebagai pedoman. Disamping itu fungsi teori digunakan untuk

menjelaskan dan meramalkan fenomena yang terjadi dalam proses

penelitian.

Dari segi permasalahan atau tujuan penelitian, penelitian kuantitatif menanyakan atau ingin mengetahui tingkat pengaruh,

keeretan korelasi atau asosiasi antar variabel, atau kadar satu variabel dengan cara pengukuran, sedangkan penelitian kualitatif menanyakan atau ingin mengetahui tentang makna (berupa konsep) yang ada di balik cerita detail para responden dan latar sosial yang diteliti.

Sumber : http://bacindul.blogspot.com/2012/10/makalah-penelitian-kuantitatif-dan.html#ixzz2QbvTenGI