pengaruh kinerja keuangan terhadapap nilai perusahaan dengan menggunakan coeporate social...
TRANSCRIPT
1
1. JUDUL : PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI
2. PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang
Perusahaan merupakan salah satu bentuk korporasi yang menjalankan
setiap jenis usahanya, bersifat tetap, terus menerus dan bekerja dalam wilayah
Negara Republik Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba
(menurut ketentuan Pasal 1 huruf b UU Wajib Daftar Perusahaan). Dengan laba
atau keuntungan maksimal itulah perusahaan dapat mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan (Hadianto, 2013). Namun dewasa ini dunia usaha
berkembang semakin pesat. Banyak perusahaan-perusahaan baru yang
bermunculan sehingga membuat persaingan usaha yang begitu ketat dan
kompetitif. Beberapa perusahaan yang bertujuan utama mencari laba, mulai dari
perusahaan modal besar, misalnya: Carrefour, Giant, Hypermart; perusahaan
menengah yang telah mampu mencermati peluang pasar misalnya: AlfaMidi,
Alfamart, Indomart, Yomart, Ceriamart, Yogya, Griya; semuanya merupakan
perusahaan yang bersaing dan berkembang dengan cukup cepat (Juwono, 2011).
2
Oleh karena itu para pelaku perusahaan dituntut untuk bisa mengelola sumber
daya yang mereka miliki lebih efektif dan efisien demi menunjang apa yang telah
menjadi tujuan perusahaan sebelumnya.
Rahayu (2010) berpendapat bahwa tujuan utama perusahaan adalah untuk
meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi dapat meningkatkan
kemakmuran bagi para pemegang saham, sehingga para pemegang saham pun
tidak ragu untuk menginvestasikan modal yang mereka miliki kepada perusahaan
tersebut. Naik turunnya nilai perusahaan salah satunya di pengaruhi oleh kinerja
keuangan, terutama pada profitabilitas dalam menghasilkan laba. Laba
perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan elemen dalam
penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang
akan datang.
Masih menurut Rahayu (2010), nilai perusahaan menggambarkan
seberapa baik atau buruk manajemen mengelola kekayaannya, hal ini bisa dilihat
dari pengukuran kinerja keuangan yang diperoleh. Suatu perusahaan akan
berusaha untuk memaksimalkan nilai perusahaannya. Peningkatan nilai
perusahaan biasanya ditandai dengan naiknya harga saham di pasar.
Penilaian kinerja keuangan perusahaan dapat dilakukan dengan analisis
rasio keuangan. Salah satu rasio yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja
3
keuangan perusahaan adalah return on assets (ROA). ROA sendiri merupakan
salah satu bentuk dari rasio profitablitas untuk mengukur kemampuan perusahaan,
dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada. ROA yang
positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang digunakan untuk operasi
perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya jika ROA
negatif menunjukkan total aktiva yang digunakan tidak memberikan keuntungan
(Hadianto, 2013). Oleh karena itu dengan semakin positifnya nilai dari ROA
maka akan menunjukkan kinerja keuangan yang baik pula yang akan diikuti
dengan meningkatnya harga saham dari perusahaan tersebut. Wahyuni (2009),
membuktikan bahwa semakin besar ROA maka semakin efektif kinerja keuangan
perusahaan yang dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Yuniasih dan Wirakusuma (2009) menemukan bahwa Return On Asset
(ROA) terbukti berpengaruh positif pada nilai perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2005 – 2006, menggunakan
pengungkapan corporate social responsibility (CSR) sebagai variabel pemoderasi
dan terbukti berpengaruh positif secara statistik pada hubungan return on asset
dan nilai perusahaan. Sejalan dengan penelitian Oktaviani (2013) yang
menyatakan bahwa ROA berpengaruh pada nilai perusahaan. Namun, hasil yang
berbeda diperoleh oleh Rahayu (2010) menemukan bahwa secara parsial ROE
berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.
4
Adanya ketidakkonsistenan hubungan antara kinerja keuangan (ROA)
terhadap nilai perusahaan, menunjukkan bahwa adanya variabel kontingen yang
turut menginteraksi. Sebagaimana penelitian yang telah dilakukan oleh Oktaviani
(2013), Rahayu (2010) dan Yuniasih dan Wirakusuma (2009) menggunakan
pengungkapan CSR yang berinteraksi antara kinerja keuangan dengan nilai
perusahaan.
Menurut Khairandy (2008) Corporate Social Responsibility (CSR) akhir-
akhir ini menjadi salah satu faktor yang penting untuk diperhatikan oleh
perusahaan karena keuntungan tidak hanya satu-satunya yang menjadi tolak ukur
dari kemajuan dan keberhasilan perusahaan. Perbincangan mengenai CSR ini
sebenarnya bukan merupakan hal baru. Istilah CSR mulai berkembang pada era
1970-an. Pada era tersebut dicetuskan agar pemerintah melakukan intervensi yang
bertujuan memperluas ruang lingkup CSR. Ruang lingkup CSR tidak hanya
mencakup tanggung jawab korporasi kepada pemegang saham (shareholder),
tetapi juga kepada pekerja, konsumen, pemasok. masyarakat, terciptanya udara
bersih, air bersih, dan konstituen lain di mana korporasi itu berada. Menurut
Wirakusuma dan Yuniasih (2009), CSR diduga ikut berpengaruh terhadap kinerja
keuangan, karena menurut teori stakeholder berpandangan bahwa perusahaan
harus melakukan pengungkapan sosial sebagai bentuk salah satu tanggung jawab
kepada para stakeholder. Hal ini menunjukkan bahwa selain melihat kinerja
keuangan, pasar juga memberikan respon yang positif terhadap pengungkapan
CSR yang dilakukan perusahaan.
5
Menurut Dyah dan Denies (2012) menjelaskan bahwa CSR merupakan
bentuk tanggung jawab perusahaan dalam memperbaiki kesenjangan sosial dan
kerusakan lingkungan yang terjadi akibat aktivitas operasional perusahaan.
Semakin banyak bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan perusahaan
terhadap lingkungannya, image perusahaan menjadi meningkat. Investor lebih
berminat pada perusahaan yang memiliki citra yang baik di masyarakat karena
semakin baiknya citra perusahaan, loyalitas konsumen semakin tinggi sehingga
dalam waktu lama penjualan perusahaan akan membaik dan profitabilitas
perusahaan juga meningkat. Menurut Wirakusuma dan Yuniasih (2009),
akuntabilitas dapat dipenuhi dan asimetri informasi dapat dikurangi jika
perusahaan melaporkan dan mengungkapkan kegiatan CSR-nya ke para
stakeholders. Dengan pelaporan dan pengungkapan CSR, para stakeholders akan
dapat mengevaluasi bagaimana pelaksanaan CSR dan memberikan penghargaan
atau sanksi terhadap perusahaan sesuai hasil evaluasinya.
Dari perspektif ekonomi, perusahaan akan mengungkapkan suatu
informasi, jika informasi tersebut dapat meningkatkan nilai perusahaan
(Verecchia, 1983 dalam Yuniasih dan Wirakusuma, 2009). Dalam hal ini
penelitian mengenai pengungkapan CSR mampu memoderasi kinerja keuangan
terhadap nilai perusahaan, dengan kata lain CSRI merupakan variabel pemoderasi
dalam kaitannya dengan hubungan return on asset dan nilai perusahaan.
Penelitian Oktaviani (2013) dinyatakan bahwa CSR sebagai variabel
pemoderasi tidak mampu memoderasi hubungan antara ROA terhadap nilai
6
perusahaan. Kemudian pada penelitian Lutfilah (2013) juga dinyatakan bahwa
CSR berpengaruh negatif sebagai variabel pemoderasi terhadap nilai perusahaan.
Namun pada penelitian Reny dan Denies (2012), pengungkapan CSR
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dengan variabel kontrol Ukuran
Perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas memberikan inspirasi untuk melakukan
penelitian yang berjudul “PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI”.
2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang dapat
dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah kinerja keuangan berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
2. Apakah Corporate Social Responsibility berpengaruh terhadap hubungan
kinerja keuangan perusahaan dengan nilai perusahaan?
7
2.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan dari
penelitian ini untuk menganalisis:
1. Menguji pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan.
2. Meunguji pengungungkapan Corporate Social Responsibility terhadap
hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan.
2.4 Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
Diharapkan dari penelitian ini dapat menjadi sarana bagi penulis untuk
melatih diri dan mengaplikasikan teori-teori yang diperoleh di bangku kuliah
pada kenyataannya di lapangan dan sebagai informasi tambahan bagi peneliti
yang lain dalam bidang yang sama.
2. Secara akademik
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai kebulatan studi program strata satu
(S1) pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Mataram.
3. Secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah berupa
pengetahuan dan wawasan mengenai pengaruh kinerja keuangan perusahaan
terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan Corporate Social
Responsibility sebagai variabel pemoderasi.
8
3. TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian dengan tema nilai perusahaan telah banyak dilakukan,
termasuk penelitian Wahyuni (2009) yang berjudul pengaruh kinerja
keuangan terhadap nilai perusahaan dengan good corporate governance
sebagai variabel pemoderasi. Penelitian ini membuktikan bahwa semakin
besar ROA maka semakin efektif kinerja keuangan perusahaan yang dapat
meningkatkan nilai perusahaan. Good corporate governance yang
diproksikan dengan kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh dalam
hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan .
Penelitian Dwinita (2013) yang berjudul kajian kinerja keuangan dan
corporate social responsibility terhadap good corporate governance dan nilai
perusahaan, menyatakan bahwa GCG tidak mempunyai pengaruh yang
terhadap nilai perusahaan baik langsung maupun tidak langsung. Kinerja
perusahaan mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan secara langsung,
tetapi tidak mempunyai pengaruh secara tidak langsung melalui variabel CSR.
9
Penelitian yang terkait dengan CSR dan nilai perusahaan dilakukan
oleh Oktaviani (2013). Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa
ROA berpengaruh terhadap nilai perusahaan (t hitung= 2,019; Sig.= 0,048).
Sedangkan analisis variabel moderating dengan pengungkapan CSR
menunjukkan bahwa pengungkapan CSR tidak mampu memoderasi hubungan
antara ROA terhadap nilai perusahaan (t hitung= -0,248; Sig.= 0,805).
Kepemilikan manajerial juga bukan merupakan variabel moderating yang
mampu memoderasi hubungan antara ROA terhadap nilai perusahaan (t
hitung= -0,718; Sig.= 0,479). Secara simultan variable ROA, interaksi antara
ROA dengan CSR, dan interaksi antara ROA dengan KM tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (t
hitung= 0,921; Sig. 0,483).
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Lutfilah (2013) yang
berjudul pengaruh good corporate governance terhadap nilai perusahaan
dengan pengungkapan corporate sosial responsibility sebagai variabel
pemoderasi. Hasil penelitian menyatakan bahwa GCG terbukti berpengaruh
negatif terhadap nilai perusahaan. Hal ini dimungkinkan karena praktek GCG
pada perusahaan memang dilaksanakan, akan tetapi implementasinya masih
belum diterapkan oleh perusahaan secara penuh sesuai dengan prinsip-prinsip
GCG atau bisa dikatakan bahwa praktek GCG dilaksanakan oleh perusahaan
hanya untuk formalitas saja.
10
Pengungkapan CSR sebagai variabel pemoderasi tidak terbukti berpengaruh
terhadap nilai perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengungkapan
CSR sebagai moderating variable atas hubungan GCG terhadap nilai
perusahaan tidak mampu memoderasi hubungan kedua variabel tersebut. Hal
ini disebabkan oleh kemungkinan karena banyaknya pihak yang kontra
dengan produk dari perusahaan seperti lembaga agama, lembaga kesehatan
maupun pemerintah yang membatasi ruang gerak konsumen dalam
mengonsumsi produk dari perusahaan.
Ada juga hasil penelitian yang mendapatkan hasil penelitian yang
berbeda. Penelitian Reny dan Denies (2012) berjudul pengaruh good
corporate governance dan pengungkapan corporate social responsibility
terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian menyatakan bahwa GCG
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dengan variabel kontrol ukuran
perusahaan dan leverage pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2007-
2010. Pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
dengan variabel kontrol ukuran perusahaan, jenis industri, profitabilitas, dan
leverage pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2007-2010. Hal ini
dikarenakan kualitas pengungkapan CSR dari tahun 2007-2010 masih rendah
dan belum mengikuti standar GRI. Pada variabel kontrol ukuran perusahaan
memiliki korelasi signifikan terhadap Pengungkapan CSR, semakin besar
perusahaan pengungkapan CSR yang dibuat juga cenderung semakin luas.
11
Variabel kontrol jenis industri memiliki korelasi signifikan terhadap
pengungkapan CSR, dikarenakan luas pengungkapan CSR antar perusahaan
dalam industri yang satu dengan industri lainnya berbeda karena masing-
masing industri memiliki karakterisitik yang berbeda. Pada variabel kontrol
profitabilitas memiliki korelasi signifikan terhadap pengungkapan CSR
dikarenakan perolehan laba yang semakin besar membuat perusahaan
mengungkapkan informasi sosial yang lebih luas. Pada variabel kontrol
leverage, memiliki korelasi signifikan terhadap pengungkapan CSR
dikarenakan manajemen perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan
mengurangi pengungkapan CSR yang dibuat agar tidak menjadi sorotan
debtholders.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rosiyana dan Tia (2011)
berjudul pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan good
corporate governance sebagai variabel pemoderasi, pada penelitian ini
menggunakan GCG sebagai variable pemoderasi dengan kepemilikan
institusional sebagai proksinya. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ROA
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Good corporate governance
mempengaruhi hubungan kinerja keuangan (ROA) terhadap nilai perusahaan.
12
3.2 Tinjauan Teoritis
3.2.1 Teori Stakeholder
Stakeholder theory merupakan kumpulan kebijakan dan praktik yang
berhubungan dengan stakeholder, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum,
penghargaan masyarakat dan lingkungan, serta komitmen dunia usaha untuk
berkontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan. Menjelaskan bahwa
stakeholders dibagi dalam dua kategori: (Hadianto, 2013)
a. Inside stakeholders, terdiri atas orang-orang yang memiliki kepentingan
dan tuntutan terhadap sumber daya perusahaan serta berada di dalam
organisasi perusahaan. Pihak-pihak yang termasuk dalam kategori inside
stakeholders ini adalah pemegang saham (stakeholders), manajer, dan
karyawan.
b. Outside stakeholders, terdiri atas orang-orang maupun pihak-pihak yang
bukan pemilik perusahaan, bukan pemimpin perusahaan, serta bukan pula
karyawan perusahaan , namun memiliki kepentingan terhadap perusahaan
di pengaruhi oleh keputusan serta tindakan yang dilakukan oleh
perusahaan. Pihak-pihak yang termasuk dalam kategori outside
stakeholders ini adalah pelanggan (customers), pemasok (supplier),
pemerintah, masyarakat lokal, dan masyarakat secara umum.
13
Berdasarkan penjelasan dari stakeholder theory ini, maka perusahaan
tidak hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri, namun harus
memberikan manfaat bagi stakeholdersnya (pemegang saham, kreditor,
konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak lain). Untuk
memenuhi keinginan para stakeholder, corporate social responsibility bisa
menjadi salah satu strategi perusahaan. Para stakeholders akan memberikan
dukungan penuh kepada aktivitas perusahaan apabila pelaksanaan corporate
social responsibility dapat dilakukan dengan baik, sehingga tujuan perusahaan
untuk meningkatkan kinerja dan mencapai laba dapat tercapai.
3.2.2 Teori Sinyal
Teori sinyal membahas mengenai dorongan perusahaan untuk
memberikan informasi kepada pihak eksternal. Dorongan tersebut disebabkan
karena terjadinya asimetri informasi antara pihak manajemen dan pihak
eksternal. Rustiarini (2010) berpendapat bahwa untuk mengurangi asimetri
informasi maka perusahaan harus mengungkapkan informasi yang dimiliki,
baik informasi keuangan maupun non keuangan. Salah satu informasi yang
wajib untuk diungkapkan oleh perusahaan adalah informasi tentang tanggung
jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility. Informasi ini
dapat dimuat dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan sosial
perusahaan terpisah. Perusahaan melakukan pengungkapan corporate social
14
responsibility dengan harapan dapat meningkatkan reputasi dan nilai
perusahaan.
3.2.3 Kinerja Keuangan
Kinerja adalah suatu gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan perusahaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,
misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu
perusahaan. Sedangkan kinerja keuangan adalah prestasi kerja yang telah
dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu dan tertuang pada
laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan (Munawir, 1998 dalam
Rahayu, 2009).
Secara umum, ada banyak teknik analisis dalam melakukan penilaian
kinerja perusahaan, tetapi yang paling banyak dipakai adalah analisis yang
bersifat fundamental, analisis teknikal, analisis ekonomi, dan analisis rasio
keuangan (Anoraga, 2003:108 dalam Utami, 2011).
Analisis Rasio Keuangan dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis
berdasarkan ruang lingkupnya, yaitu: (Ang, 1997: pp. 18.23 dalam Utami,
2011)
15
a. Rasio Likuiditas
Rasio ini menyatakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajibannya dalam jangka pendek. Rasio likuiditas terdiri dari: Current
Ratio, Quick Ratio, dan Net Working Capital.
b. Rasio Solvabilitas
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka panjang. Rasio solvabilitas terdiri dari: Debt Ratio, debt to
Equity Ratio, Long Term Debt to equity Ratio, long Term Debt to
Capitalization Ratio, Times Interest Earned, Cash Flow Interest Coverage,
Cash Flow Interest Coverage, Cash Flow to Net Income, dan Cash Return on
Sales.
c. Rasio Aktivitas
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan
harta yang dimilikinya. Rasio Aktivitas terdiri dari: Total Asset Turnover,
Fixed Asset Turnover, Account Receivable Turnover, Inventory Turnover,
Average Collection Period, dan Day’s Sales in Inventory.
d. Rasio Rentabilitas/Profitabilitas
Rasio ini menunjukkan kemampuan dari perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan. Rasio rentabilitas terdiri dari: Gross Profit Margin,
Net Profit Margin, Return on Assets, Return on Equity, dan Operating Ratio.
16
e. Rasio Pasar
Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahaan dan
diungkapkan dalam basis per saham. Rasio pasar terdiri dari: Dividend Yield,
Dividend Per Share, Dividend Payout Ratio, Price Earning Ratio, Earning
Per Share, Book Value Per Share, dan Price to Book Value.
Dari kelima rasio tersebut, yang berkaitan langsung dengan
kepentingan analisis kinerja perusahaan adalah Return On Asset (ROA) yang
merupakan salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk
mengukur kemampuan perusahaan atas keseluruhan dana yang ditanamkan
dalam aktivitas yang digunakan untuk aktivitas operasi perusahaan dengan
tujuan menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
ROA merupakan rasio yang terpenting di antara rasio profitabilitas yang ada
(Ang, 1997 dalam Utami, 2011). Return On Asset (ROA) atau yang sering
disebut juga Return On Investment (ROI) diperoleh dengan cara
membandingkan net income after tax (NIAT) terhadap average total asset.
NIAT merupakan pendapatan bersih sesudah pajak. Average Total
asset merupakan rat-rata total assets awal tahun dan akhir tahun. Semakin
besar ROA atau ROI menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat
pengembalian yang semakin besar (Ang, 1997 : 18.33 dalam Utami, 2011).
17
1. Manfaat Return On Asset (ROA) Menurut Munawir (2001 : 91-92) dalam
Utami (2011) adalah:
a. Jika perusahaan telah menjalankan praktik akuntansi dengan baik maka
dengan analisis ROA dapat diukur efisiensi penggunaan modal yang
menyeluruh, yang sensitif terhadap setiap hal yang mempengaruhi
keadaan keuangan perusahaan.
b. Dapat diperbandingkan dengan rasio industri sehingga dapat diketahui
posisi perusahaan terhadap industri. Hal ini merupakan salah satu langkah
dalam perencanaan strategi.
c. Selain berguna untuk kepentingan kontrol, analisis ROA juga berguna
untuk kepentingan perencanaan.
2. Keunggulan ROA diantaranya adalah sebagai berikut:
a. ROA merupakan pengukuran yang komprehensif dimana seluruhnya
mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini.
b. ROA mudah dihitung, dipahami, dan sangat berarti dalam nilai absolut.
c. ROA merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit
organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan unit usaha.
3.2.4 Nilai Perusahaan
Menurut Susanti (2010), nilai perusahaan sangat penting karena
dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran
pemegang saham. Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai
18
perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik
perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran
pemegang saham juga tinggi. Kekayaan pemegang saham dan perusahaan
dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari
keputusan investasi pendanaan (financing) dan manajemen asset.
Menurut Rahayu (2010), nilai perusahaan menggambarkan seberapa
baik atau buruk manajemen mengelola kekayaannya, hal ini bisa dilihat dari
pengukuran kinerja keuangan yang diperoleh. Suatu perusahaan akan
berusaha untuk memaksimalkan nilai perusahaannya. Peningkatan nilai
perusahaan biasanya ditandai dengan naiknya harga saham di pasar.
Nilai perusahaan merupakan cerminan dari kondisi atau kesehatan dari
perusahaan tersebut. Jika nilai perusahaan berada dalam kondisi yang baik
atau tinggi maka akan memberikan kesejahteraan bagi pemagang saham. Nilai
perusahaan yang tinggi diikuti oleh tingginya harga saham di pasar. Oleh
karena itu, pemilik saham menginginkan peningkatan nilai perusahaan agar
menarik para investor dan nilai perusahaan yang tinggi mencerminkan kinerja
yang baik oleh manajemen perusahaan.
Penelitian ini rasio yang digunakan dalam menilai nlai perusahaan
adalah menggunakan Tobin’s Q. Rasio ini dikembangkan oleh Profesor James
Tobin (1967). Secara sederhana, Tobin’s Q adalah pengukur kinerja dengan
membandingkan dua penilaian dari asset yang sama, Tobin’s Q merupakan
19
rasio dari nilai pasar aseet perusahaan yang diukur oleh nilai pasar dari jumlah
saham yang beredar dan hutang (enterprise value) terhadap replacement cost
dari aktiva perusahaan (Fiakas, 2005 dalam Hadianto, 2013). Apabila
perusahaan memiliki nilai lebih besar dari nilai sebelumnya, maka akan
memiliki biaya untuk meningkat kembali, dan memungkinkan untuk
mendapat laba. Berdasarkan pemikiran Tobin, bahwa intensif untuk membuat
modal investasi baru adalah tinggi ketika saham memberkan keuntungan di
masa depan dan dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi dari biaya
investasinya (Fiakas, 2005 dalam Hadianto, 2013). Jika nilai Q lebih besar
dari 1 maka perusahaan bisa meningkatkan nilai persediaan mereka dengan
meningkatkan modal, dan jika kurang satu, pasar saham menghargai modal
kurang dari 2 dari biaya penggantiannya dan perusahaan tidak akan mengganti
persediaan modalnya bila telah dipakai.
Secara umum Tobin’s Q hampir sama dengan market to book ratio,
namun Sukamulja (2004) dalam Hadianto (2013), Tobin’s Q memiliki
karakteristik yang berbeda antara lain:
1. Replacement Cost vs Book value
Tobin’s Q menggunakan (estimated) replacement cost sebagai
denominator, sedangkan market to book to book ratio menggunakan
book value of total equiy. Penggunaan replacement cost membuat nilai
yang digunakan untuk menentukan Tobin’s Q memasukkan berbagai
20
faktor, sehingga nilai yang digunakan mencerminkan nilai pasar dari
aset yang sebenarnya di masa kini, salah satu faktor tersebut inflasi.
2. Total Asset vs Total Equity
Market to book value hanya menggunakan faktor ekuitas (saham biasa
dan preferen) dalam pengukuran. Penggunaan faktor ekuitas ini
menunjukkan bahwa market to book ratio hanya memperhatikan satu
tipe investor saja, yaitu investor dalam bentuk saham, baik saham
biasa maupun preferen. Tobins’Q memberikan wawasan lebih luas
terhadap pengertian investor. Perusahaan sebagai entitas ekonomi,
tidak hanya menggunakan ekuitas untuk mendanai kegiatan
operasionalnya, namun juga sumber lain seperti hutang, baik jangka
pendek maupun jangka panjang.
3.2.5 Coporate Social Responsibility
3.2.5.1 Pengertian Coporate Social Responsibility
Menurut Prang (2014), perusahaan punya tanggung jawab terhadap
lingkungan sosial di mana perusahaan berada. Inilah konsep dasar dari CSR
(Corporate Social Responsibility). Adapun pelaksanaanya sesuai kemampuan
perusahaan tersebut. Bentuk kegiatan dari tanggung jawab itu boleh
bermacam-macam, mulai dari melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan, pemberian beasiswa
21
untuk anak tidak mampu, pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas umum,
sumbangan untuk desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna
untuk masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar
perusahaan tersebut berada, dan sebagainya.
Utami (2011) berpendapat bahwa, dengan CSR perusahaan diharapkan
dapat meningkatkan perhatian terhadap lingkungan, kondisi tempat kerja,
hubungan perusahaan masyarakat, investasi sosial perusahaan, dan citra
perusahaan di mata publik menjadi baik, meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan dan akses kapital. Dalam aktifitasnya setiap perusahaan akan
beinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Akibat dari interaksi itu menuntut
adanya timbal balik antara perusahaan dan lingkungan sosialnya yang
berimplikasi pada timbulnya dampak-dampak sosial atas kegiatan operasi
perusahaan pada lingkungannya. Sepanjang perusahaan menggunakan sumber
daya manusia dan komunitas yang ada, maka perusahaan memiliki tanggung
jawab untuk menghasilkan profit dan mengembalikan sebagian profit tersebut
bagi masyarakat.
The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)
mendefinisikan Tanggung Jawab Sosial adalah tanggung jawab suatu
perusahaan atas dampak dari berbagai keputusan dan aktivitas mereka
terhadap masyarakat dan lingkungan melalui suatu perilaku yang terbuka dan
etis, yang konsisten dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan
22
masyarakat, memerhatikan ekspektasi para pemangku kepentingan, tunduk
kepada hukum yang berlaku dan kondidten dengan norma perilaku
internasional dan diintregasikan ke dalam seluruh bagian organisasi.
3.2.5.2 Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sering juga
disebut sebagai social disclosure, corporate social reporting, social
accounting, merupakan cara mengkomunikasikan informasi sosial kepada
stakeholders. Dengan adanya hal ini maka akan dapat diketahui apa saja
aktifitas sosial yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini sangat penting
mengingat dampak-dampak yang mungkin timbul akibat aktifitas
perusahaan. Menurut Hafidzah (2013), Aktifitas dan tanggung jawab sosial
(corporate social responsibility) yang dilakukan oleh perusahan
diungkapkan dalam laporan keuangan tahunan .
Global Reporting Initiative (GRI) adalah sebuah jaringan berbasis
organisasi yang telah mempelopori perkembangan dunia, paling banyak
menggunakan kerangka laporan keberlanjutan dan berkomitmen untuk terus-
menerus melakukan perbaikan dan penerapan di seluruh dunia
(www.globalreporting.org). Daftar pengungkapan sosial yang berdasarkan
23
standar GRI juga pernah digunakan oleh Dahli dan Siregar (2008) dalam
Hadianto (2013). GRI terdiri dari 3 fokus pengungkapan, yaitu sebagai
berikut:
1. Ekonomi
Dimensi ekonomi menyangkut keberlanjutan organisasi berdampak
pada kondisi ekonomi dari stakeholder dan sistem ekonomi pada tingkat
lokal, nasional, dan tingkat global. Indikator ekonomi menggambarkan:
a. Arus modal di antara berbagai pemangku kepentingan; dan
b. Dampak ekonomi utama dari organisasi seluruh masyarakat
Kinerja keuangan merupakan hal yang mendasar untuk memahami
organisasi dan keberlanjutannya. Akan tetapi, informasi ini biasanya
sudah dilaporkan dalam laporan keuangan.
2. Lingkungan
Dimensi lingkungan menyangkut keberlanjutan organisasi berdampak
pada kehidupan, di dalam sistem alam, termasuk ekosistem, tanah, udara,
dan air. Indikator kinerja lingkungan terkait dengan input (bahan, energi,
air) dan output (emisi/gas, limbah sungai, limbah kering/sampah). Selain
itu, kinerja mereka mencakup kinerja yang berkaitan dengan
keanekaragaman hayati, kepatuhan lingkungan, dan informasi yang
berkaitan lainnya seperti limbah lingkungan dan dampak dari produk dan
jasa.
24
3. Sosial
Dimensi sosial menyangkut keberlanjutan sebuah organisasi yang
telah berdampak di dalam sistem sosial yang beroperasi. Indikator kinerja
sosial GRI mengidentifikasikan kunci aspek kinerja yang meliputi praktek
perburuhan/tenaga kerja, hak asasi manusia, masyarakat/sosial, dan
tanggung jawab produk.
3.3 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan perbedaaan hasil penelitian dan teori yang ada maka
pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan mengindikasikan terdapat
variabel lain yang diduga ikut mempengaruhi. Dalam hal ini penulis
memasukkan variabel Corporate Social Responsibility (CSR) yang nantinya
dapat dilihat apakah kedua variabel ini dapat memoderasi hubungan kinerja
keuangan terhadap nilai perusahaan atau tidak, maka kerangka pemikiran dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Corporate Social Responsibility (CSR)
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual
Nilai perusahaan (Tobin’s Q)Kinerja keuangan (ROA)
25
3.4 Hipotesis
Para investor melakukan overview suatu perusahaan dengan melihat
profitabilitas perusahaan. Karena, profitabilitas dapat mengukur seberapa efektif
perusahaan bagi para investor. Salah satu rasio profitabilitas yang dipakai oleh
peneliti adalah Return On Asset (ROA) sebagai alat analisis utama dalam indikator
penilaian kinerja. ROA disini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
atas keseluruhan dan digunakan untuk aktivitas operasi perusahaan dengan tujuan
menghasilkan laba (Ang, 2007 dalam Hadianto, 2013).
Semakin baik nilai ROA maka secara teoritis kinerja keuangan perusahaan
dikatakan baik, yang berakibat pula naiknya harga saham perusahaan. Harga saham
dan jumlah saham yang beredar akan mempengaruhi nilai Tobin’s Q sebagai proksi
dari nilai perusahaan. Jika harga saham dan jumlah saham yang beredar naik maka
nilai Tobin’s Q juga akan naik (Kusumadilaga, 2010). Hasil penelitian Reny dan
Denies (2012) dan Rosiyana dan Tia (2011) menemukan bahwa ROA berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Lutfilah (2013) dan
Sri wahyuni (2009) menemukan ROA berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan teori dan penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
H1: Kinerja keuangan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Adanya penelitian mengenai pengaruh ROA terhadap nilai perusahaan yang
tidak konsisten menunjukkan adanya faktor lain yang turut menginteraksi. Hasil
26
tersebut mendorong peneliti untuk memasukkan pengungkapan CSR sebagai
variabel pemoderasi. Penelitian ini menggunakan pengungkapan CSR sebagai
variabel pemoderasi dengan pemikiran bahwa pasar akan memberikan apresiasi
positif yang ditunjukkan dengan peningkatan harga saham perusahaan.
Peningkatan ini akan menyebabkan nilai perusahaan juga meningkat.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai
berikut.
H2: Pengungkapan CSR mempengaruhi hubungan kinerja keuangan dengan nilai
perusahaan.
4. METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kinerja keuangan
terhadap nilai perusahaan dengan corporate social responsibility sebagai variabel
pemoderasi. Dilihat dari sifat permasalahannya penelitian ini tergolong asosiatif.
Penlitian asosiatif adalah penelitian yang minimal terdapat dua variabel yang
dihubungkan. Jadi penelitian asosiatif merupakan suatu penelitian yang mencari
hubungan antara satu varibel dengan variabel lain (Sugiyono, 2014 : 224).
27
4.2 Penentuan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar pada
Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2013 yang diperoleh dari laporan
keuangan tahunan yang diterbitkan oleh BEI melalui situs resmi yakni
www.idx.co.id. Alasan untuk memilih Bursa Efek Indonesia sebagai lokasi
penelitian karena Bursa Efek Indonesia merupakan sarana Pasar Modal terbesar di
Indonesia sehingga mudah diperoleh informasi dalam menunjang penelitian.
4.3 Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan dalam kelompok
industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun
2011-2013 sebanyak 142 perusahaan. Dipilihnya satu kelompok industri yaitu
industri manufaktur sebagai populasi dimaksudkan untuk menghindari bias yang
disebabkan oleh efek industri (industrial effect), dan selain itu sektor manufaktur
memiliki jumlah terbesar perusahaan dibandingkan sektor lainnya.
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling yakni pengambilan sampel dari populasi berdasarkan suatu
kriteria tertentu. Adapun kriteria sampel pada penelitian ini adalah:
1. Perusahaan manufaktur yang listing secara berturut-turut terdaftar di
BEI pada tahun 2011-2013
2. Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan tahunan periode
2011-2013 berturut-turut secara rutin
28
3. Perusahaan Manufaktur yang tidak mengalami kerugian pada tahun
2011-2013
4. Data mengenai variabel-variabel yang diteliti tersedia dengan lengkap
dan memenuhi kriteria dalam laporan keuangan perusahaan selama
tahun 2011-2013.
Tabel 1.
Prosedur Pemilihan Sampel
No Keterangan
Jumlah
Perusahaan
1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-
2013
142
2 Perusahaan yang tidak terdaftar dari tahun 2011-2013 (12)
3 Perusahaan Manufaktur yang mengalami Kerugian pada tahun
2011-2013
(22)
5 Perusahaan yang menyajikan informasi secara tidak lengkap
terkait dengan variabel yang digunakan ada dalam penelitian
ini.
(10)
6 Jumlah perusahaan manufaktur yang diteliti 98
7 Jumlah akhir sampel (Perusahaan manufaktur x 3 tahun) 294
Sumber: idx.co.id, sahamok.com (data diolah)
29
4.4 Teknik Pengumpulan Data
Data diperoleh dengan menggunakan metode dokumentasi yaitu
penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data-data tertulis yang ada
kaitannya dengan penelitian ini. Data berupa laporan keuangan yang
diterbitkan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia yang telah diaudit periode 2011-2013.
4.5 Jenis dan Sumber Data
4.5.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif .
Data kuantitatif berupa data yang berbentuk angka atau data kuantitatif yang
diangkakan (Sugiyono, 2014: 23). Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah
laporan keuangan dan laporan tahunan masing-masing perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2013.
4.5.2 Sumber Data
Data-data yang digunakan dalam penelitian ini mengunakan data
sekunder. Data sekunder penelitian ini berupa data laporan keuangan dan
laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia yang diperoleh dari situs BEI yaitu www.idx.co.id.
4.6 Identifikasi dan klasifikasi data
4.6.1 Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel
dependen, variabel independen, dan variabel moderating.
30
1. Variabel dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh
variabel independen. Variabel dependen pada penelitian ini adalah nilai
perusahaan yang diproksikan dengan rasio Tobin’s Q.
2. Variabel independen
Variabel independen adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi
variabel yang lain. Penelitian ini menggunakan variabel kinerja keuangan
yang diproksikan dengan nilai return on asset (ROA).
3. Variabel moderating
Variabel moderating adalah variabel yang memperkuat atau memperlemah
hubungan langsung antara variabel dependen dan variabel independen. Dalam
penelitian ini sebagai variabel moderating adalah corporate social
responsibility (CSR).
4.6.2 Definisi Operasional Variabel
1. Nilai Perusahaan ( diproksikan dengan Tobin’s Q)
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai
perusahaan yang diproksikan dengan menggunakan rasio Tobin’s Q. Rasio ini
memberi gambaran yang berfungsi sebagai proksi dari nilai perusahaan dari
perspektif investor berdasarkan nilai pasar dari firm’s assets dan replacement
value of those assets . Jika rasio Q di atas satu, ini menunjukkan bahwa
31
investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih
tinggi daripada pengeluaran investasi, hal ini akan merangsang investasi baru.
Jika rasio Q di bawah satu, investasi dalam aktiva tidaklah menarik
(Herawaty, 2008). Penghitungan menggunakan rumus:
MVE + DEBT
Tobin’s Q =
TA
Keterangan :Tobin’s Q : Nilai perusahaanMVE : Nilai pasar ekuitas (MVE = closing price saham x jumlah
saham yang beredar)DEBT : Total kewajiban.TA : Nilai buku dari total aktiva
2. Kinerja Keuangan (diproksikan dengan ROA)
Variabel independen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan yang
diproksikan dengan return on asset (ROA). ROA merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur seberapa besar laba atau rugi bersih yang
diperoleh dari seluruh kekayaan (aktiva) yang dimiliki perusahaan. Secara
matematis, ROA diformulasikan sebagai berikut (Carningsih, 2008)
ROA= Laba bersih setelah pajakTotal Aset
3. Corporate Social Responsibility
32
Penelitian ini mengadopsi indikator penelitian Lanis dan Richardson (2013)
dengan menggunakan instrumen interogasi, check list dan keputusan yang
relevan. Pengukuran pengungkapan dengan menggunakan check list ini
dilakukan dengan mencocokkan item pada check list dengan item yang
diungkapkan perusahaan. Maka rumus untuk pengukuran pengungkapan CSR
yaitu: (lihat lampiran 1)
Jumlah Butir Pengungkapan “Ya”Skor Pengungkapan CSR=
Total Jumlah Item Pengungkapan
4.7 Prosedur Analisis Data
Prosedur analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
4.7.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (Ghozali, 2005: 19). Analisis
deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui gambaran
mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
4.7.2 Uji Asumsi Klasik
33
Suatu model regresi berganda yang digunakan untuk menguji hipotesa
harus memenuhi asumsi klasik agar model regresi menjadi suatu model yang
lebih representatif. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji
multikolonieritas, uji heteroskedastisitas, serta uji autokorelasi.
4.7.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Model regresi yang baik adalah data yang berdistribusi normal atau
mendekati normal (Ghozali, 2005: 110). Untuk mendeteksi apakah
data berdistribusi normal atau tidak, penelitian ini menggunakan
analisis statistik. Analisis statistik merupakan alat statistik yang sering
digunakan untuk menguji normalitas residual yaitu uji statistik non-
parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Dalam mengambil keputusan
dilihat dari hasil uji K-S, jika nilai probabilitas signifikansinya lebih
besar dari 0,05 maka data tersebut terdistribusi secara normal.
Sebaliknya, jika nilai probabilitas signifikansinya lebih kecil dari 0,05
maka data tersebut tidak terdistribusi secara normal.
4.7.2.2 Uji Multikolonieritas
34
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independen (Ghozali, 2005: 91). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolonieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai
tolerance dan variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini
menunjukan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh
variabel bebas lainnya. Nilai cutoff yang umum digunakan adalah nilai
tolerance 0.10 atau sama dengan nilai VIF di atas 10. Apabila nilai
tolerance lebih dari 0.10 atau nilai VIF di atas 10 maka dapat
dikatakan bahwa tidak terjadi multikolonieritas antar variabel dalam
model regresi.
4.7.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak
terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali, 2005: 105). Untuk mendeteksi
ada atau tidaknya Heteroskedastisitas, penelitian ini menggunakan Uji
35
Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan meregres nilai absolute residual
terhadap variabel independen. Pengambilan keputusan dapat dilihat
dari koefisien parameter, jika nilai probabilitas signifikansinya di atas
0,05 maka dapat disimpulkan tidak terjadi Heteroskedastisitas.
4.7.2.4Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model
regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali,
2005: 95). Pengujian ada atau tidaknya autokorelasi dilakukan dengan
Uji Durbin-Watson (DW test). Uji autokorelasi dengan uji Durbin-
Watson (DW test) digunakan untuk autokorelasi tngkat satu dan
mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan
tidak ada variabel lag diantara variabel independen. Pengambilan
keputusan ada atau tidaknya autokorelasi yaitu:
Tabel
36
Uji Durbin Watson (DW test)
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du
Tidak ada autokorelasi negative Tolak 4 – dl < d < 4
Tidak ada autokorelasi negatif No decision 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
Tidak ada autokorelasi positif
ataupun negative
Tidak ditolak du < d < 4-du
Sumber : Ghozali (2005: 96)
4.7.3 Uji Model
Model persamaan regresi yang akan diuji adalah sebagai berikut:
Tobins Q = a + b1 ROA + e
Tobins Q = a + b1ROA + b2CSR + b3 ROE.CSR + e
Keterangan :
Tobins Q : Nilai Perusahaan
a : Konstanta
b1, b2, b3 : Koefisien regresi
ROA : Variabel ROA
CSR : Variabel pengungkapan CSR
e : Error
37
Menurut Ghozali (2007), ketepatan fungsi regresi tersebut dalam
menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit-nya, yang secara
statistik dapat diukur dari koefisien determinasi, nilai statistik F, dan nilai
statistik t.
4.7.4 Pengujian Hipotesis
4.7.4.1 Koefisien Determinasi (R2)
Menurut Ghozali (2005) menyatakan bahwa koefisien
determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam rangka menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.
Menurut Ghozali (2005) menyatakan jika dalam uji empiris didapat
nilai adjusted R2 negatif, maka nilai adjusted R2 dianggap nol.
4.7.4.2 Uji Signnifikansi Simultan (Uji F)
Menurut Ghozali (2005) menyatakan bahwa pada dasarnya uji
statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan dalam uji
ini yaitu menggunakan quick look yang berarti Ho dapat ditolak pada
derajat kepercayaan 5% apabila nilai F lebh besar daripada 4 dan
38
membandingkan nilai F hitung dengan F tabel yang berarti apabila
nilai Fhitung>Ftabel maka Ho ditolak dan menerima HA.
4.7.4.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Menurut Ghozali (2005) Uji t pada dasarnya menunjukkan
seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Cara melakukan uji t
yaitu dengan quick look yang artinya apabila jumlah df adalah 20 atau
lebih dan derajat kepercayaan sebesar 5% maka Ho yang menyatakan
bi=0 dapat ditolak bila nilai t lebih besar dari 2 dan dengan cara
membandingan nilai t hasil dengan titik krisis menurut tabel. Apabila
t hasil lebih tinggi daripada t tabel, maka HA yang meyatakan variabel
independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.
4.7.4.4 Analisis Regresi Moderasi (Moderated Regression Analysis)
Tujuan analisis ini untuk mengetahui apakah variabel
moderating akan memperkuat atau memperlemah hubungan antara
variabel independen dan variable dependen. Untuk menguji variabel
moderating digunakan Uji interaksi atau sering disebut Moderated
Regression Analysis (MRA) merupakan aplikasi khusus regresi
berganda linier di mana dalam persamaan regresinya mengandung
unsur interaksi (perkalian dua atau lebih independen) (Ghozali, 2005).
39
DAFTAR PUSTAKA
Amanti, Lutfilah. 2013. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai
Perusahaan dengan Pengungkapan Corporate Sosial Responsibility sebagai
Variabel Pemoderasi (Studi Kasus Pada Perusahaan Rokok yang Terdaftar
Di BEI). Jurusan S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Surabaya.
Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia (The Intelligent Guide to
Indonesian Capital Market). Jakarta: Mediasoft Indonesia.
Anoraga, Panji. 1993. Pasar Modal Keberadaan dan manfaatnya bagi
Pembangunan. Jakarta: Rineka Cipta
Aryani, Dwinita. 2013. Kajian Kinerja Keuangan Dan Corporate Social
Responsibility Terhadap Good Corporate Governance dan Nilai
Perusahaan. Program Studi Manajemen STIE Malangkucecwara.
Bassamalah, A.S dan Johnny Jermias. 2005. Social and Environmental Reporting and
Auditing in Indonesia: Maintaining Organizational Legitimacy? Gadjah
Mada International Journal of Business. January- April Vol. 7 No. 1. pp:
109 – 127.
Carningsih, 2009. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Hubungan
Antar Kinerja Keuangan Dengan Nilai Perusahaan. Fakultas Ekonomi
Universitas Guna Dharma
40
Dwi, R. Rosyiana dan Tarnia Tia. 2011. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel
Moderasi. Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi dan Keuangan Publik
Vol. 6, No. 2, Juli 2011, Hal. 115-132
Dyah, R. Reni dan Priantinah Denies. 2012. Pengaruh Good Corporate Governance
Dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai
Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2007-2010). Jurnal Nominal,Vol. 1, No. 1, 2012.
Universitas Negeri Yogyakarta : Yogyakarta
Ghozali, Imam. 2005. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hadianto, M.L. 2013. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan Pengungkapan CSR dan GCG Sebagai Variabel
Pemoderasi (Studi Empiris Pada Perusahaan Consumer Goods yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2008-2011). Skripsi. Fakultas Ekonomika
Dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang.
Hafidzah, Fajar Nur. 2013. Pengaruh Corporate Social Responsibility dan Good
Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan
yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index. Skripsi. Program Studi Keuangan
Islam Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga.
41
Juwono, Onny. 2011. Analisis Manajemen Strategik Perusahaan Waralaba (Franchise)
(Studi Kasus di Restoran Cepat Saji Mcdonald’s).
Khairandy, Ridwan. 2008. Corporate Social Responsibility: Dari Shareholder ke
Stakeholder, dan Dari Etika Bisnis ke Norma Hukum. Yogyakarta: Pusat
Studi Hak Asasi Manusia Unversitas Islam Indonesia.
Lanis, R. and G. Richardson. 2013. Corporate Social Responsibility and Tax Aggressiveness:
a test of legitimacy theory . Accounting Auditing and Accountability Journal, Vol.
26 No 1, pp.75-100.
Munawir. 2001. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Oktaviani, Dwi dan Masodah. 2013. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan
Kepemilikan Manajerial Sebagai Variabel Pemoderasi. Fakultas Ekonomi
Jurusan Akuntansi Unversitas Gunadarma.
Prang, Steve. 2014. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Perusahan yang Baik Dalam
Perbandingan Antar Negara Sebagai Upaya Perwujudan Corporate Social
Responsibility (CSR). Prinsip-Prinsip Pengelolaan Perusahaan, Vol. 2, No.
1, Januari-Maret 2014
Rahayu, Sri. 2010. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate
Governance Sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Jakarta). Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro Semarang.
42
Rustiarini, N. Wayan. 2010. Pengaruh Corporate Governance pada Hubungan
Corporate Social Responsibility dan Nilai Perusahaan. Simposium
Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto.
Sugiyono. 2014. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Susanti, Rika. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Nilai
Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Go Public yang Listed Tahun
2005- 2008). Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.
Utami, Anindyati Sarwindah. 2013. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan
Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi. Skripsi.
Jurusan S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Jember.
Wahyuni, Sri. 2009. Pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan
good corporate governance sebagai variabel pemoderasi. Skripsi. Fakultas
Ekonomi Universitas Mataram.
Yuniasih, N.W dan Wirakusuma, M.G. 2009. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap
Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility
dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi.
Universitas Udayana Bali.
http://www.idx.co.id (diakses tanggal 16 agustus 2015)
http://www.sahamok.com (diakses tanggal 16 agustus 2015)