pengaruh kinerja keuangan terhadapap nilai perusahaan dengan menggunakan coeporate social...

42
1 1. JUDUL : PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI 2. PENDAHULUAN 2.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan salah satu bentuk korporasi yang menjalankan setiap jenis usahanya, bersifat tetap, terus menerus dan bekerja dalam wilayah Negara Republik Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba (menurut ketentuan Pasal 1 huruf b UU Wajib Daftar Perusahaan). Dengan laba atau keuntungan maksimal itulah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan (Hadianto, 2013). Namun dewasa ini dunia usaha berkembang semakin pesat. Banyak perusahaan-perusahaan baru yang bermunculan sehingga membuat persaingan usaha yang begitu ketat dan kompetitif. Beberapa perusahaan yang bertujuan utama mencari laba, mulai dari perusahaan modal besar, misalnya: Carrefour, Giant, Hypermart; perusahaan menengah yang telah mampu mencermati peluang pasar misalnya: AlfaMidi, Alfamart, Indomart, Yomart, Ceriamart, Yogya, Griya; semuanya merupakan perusahaan yang bersaing dan berkembang dengan cukup cepat (Juwono, 2011).

Upload: independent

Post on 14-Nov-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

1. JUDUL : PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI

PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI PADA

PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

2. PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang

Perusahaan merupakan salah satu bentuk korporasi yang menjalankan

setiap jenis usahanya, bersifat tetap, terus menerus dan bekerja dalam wilayah

Negara Republik Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba

(menurut ketentuan Pasal 1 huruf b UU Wajib Daftar Perusahaan). Dengan laba

atau keuntungan maksimal itulah perusahaan dapat mempertahankan

kelangsungan hidup perusahaan (Hadianto, 2013). Namun dewasa ini dunia usaha

berkembang semakin pesat. Banyak perusahaan-perusahaan baru yang

bermunculan sehingga membuat persaingan usaha yang begitu ketat dan

kompetitif. Beberapa perusahaan yang bertujuan utama mencari laba, mulai dari

perusahaan modal besar, misalnya: Carrefour, Giant, Hypermart; perusahaan

menengah yang telah mampu mencermati peluang pasar misalnya: AlfaMidi,

Alfamart, Indomart, Yomart, Ceriamart, Yogya, Griya; semuanya merupakan

perusahaan yang bersaing dan berkembang dengan cukup cepat (Juwono, 2011).

2

Oleh karena itu para pelaku perusahaan dituntut untuk bisa mengelola sumber

daya yang mereka miliki lebih efektif dan efisien demi menunjang apa yang telah

menjadi tujuan perusahaan sebelumnya.

Rahayu (2010) berpendapat bahwa tujuan utama perusahaan adalah untuk

meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi dapat meningkatkan

kemakmuran bagi para pemegang saham, sehingga para pemegang saham pun

tidak ragu untuk menginvestasikan modal yang mereka miliki kepada perusahaan

tersebut. Naik turunnya nilai perusahaan salah satunya di pengaruhi oleh kinerja

keuangan, terutama pada profitabilitas dalam menghasilkan laba. Laba

perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi

kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan elemen dalam

penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang

akan datang.

Masih menurut Rahayu (2010), nilai perusahaan menggambarkan

seberapa baik atau buruk manajemen mengelola kekayaannya, hal ini bisa dilihat

dari pengukuran kinerja keuangan yang diperoleh. Suatu perusahaan akan

berusaha untuk memaksimalkan nilai perusahaannya. Peningkatan nilai

perusahaan biasanya ditandai dengan naiknya harga saham di pasar.

Penilaian kinerja keuangan perusahaan dapat dilakukan dengan analisis

rasio keuangan. Salah satu rasio yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja

3

keuangan perusahaan adalah return on assets (ROA). ROA sendiri merupakan

salah satu bentuk dari rasio profitablitas untuk mengukur kemampuan perusahaan,

dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada. ROA yang

positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang digunakan untuk operasi

perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya jika ROA

negatif menunjukkan total aktiva yang digunakan tidak memberikan keuntungan

(Hadianto, 2013). Oleh karena itu dengan semakin positifnya nilai dari ROA

maka akan menunjukkan kinerja keuangan yang baik pula yang akan diikuti

dengan meningkatnya harga saham dari perusahaan tersebut. Wahyuni (2009),

membuktikan bahwa semakin besar ROA maka semakin efektif kinerja keuangan

perusahaan yang dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Yuniasih dan Wirakusuma (2009) menemukan bahwa Return On Asset

(ROA) terbukti berpengaruh positif pada nilai perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2005 – 2006, menggunakan

pengungkapan corporate social responsibility (CSR) sebagai variabel pemoderasi

dan terbukti berpengaruh positif secara statistik pada hubungan return on asset

dan nilai perusahaan. Sejalan dengan penelitian Oktaviani (2013) yang

menyatakan bahwa ROA berpengaruh pada nilai perusahaan. Namun, hasil yang

berbeda diperoleh oleh Rahayu (2010) menemukan bahwa secara parsial ROE

berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.

4

Adanya ketidakkonsistenan hubungan antara kinerja keuangan (ROA)

terhadap nilai perusahaan, menunjukkan bahwa adanya variabel kontingen yang

turut menginteraksi. Sebagaimana penelitian yang telah dilakukan oleh Oktaviani

(2013), Rahayu (2010) dan Yuniasih dan Wirakusuma (2009) menggunakan

pengungkapan CSR yang berinteraksi antara kinerja keuangan dengan nilai

perusahaan.

Menurut Khairandy (2008) Corporate Social Responsibility (CSR) akhir-

akhir ini menjadi salah satu faktor yang penting untuk diperhatikan oleh

perusahaan karena keuntungan tidak hanya satu-satunya yang menjadi tolak ukur

dari kemajuan dan keberhasilan perusahaan. Perbincangan mengenai CSR ini

sebenarnya bukan merupakan hal baru. Istilah CSR mulai berkembang pada era

1970-an. Pada era tersebut dicetuskan agar pemerintah melakukan intervensi yang

bertujuan memperluas ruang lingkup CSR. Ruang lingkup CSR tidak hanya

mencakup tanggung jawab korporasi kepada pemegang saham (shareholder),

tetapi juga kepada pekerja, konsumen, pemasok. masyarakat, terciptanya udara

bersih, air bersih, dan konstituen lain di mana korporasi itu berada. Menurut

Wirakusuma dan Yuniasih (2009), CSR diduga ikut berpengaruh terhadap kinerja

keuangan, karena menurut teori stakeholder berpandangan bahwa perusahaan

harus melakukan pengungkapan sosial sebagai bentuk salah satu tanggung jawab

kepada para stakeholder. Hal ini menunjukkan bahwa selain melihat kinerja

keuangan, pasar juga memberikan respon yang positif terhadap pengungkapan

CSR yang dilakukan perusahaan.

5

Menurut Dyah dan Denies (2012) menjelaskan bahwa CSR merupakan

bentuk tanggung jawab perusahaan dalam memperbaiki kesenjangan sosial dan

kerusakan lingkungan yang terjadi akibat aktivitas operasional perusahaan.

Semakin banyak bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan perusahaan

terhadap lingkungannya, image perusahaan menjadi meningkat. Investor lebih

berminat pada perusahaan yang memiliki citra yang baik di masyarakat karena

semakin baiknya citra perusahaan, loyalitas konsumen semakin tinggi sehingga

dalam waktu lama penjualan perusahaan akan membaik dan profitabilitas

perusahaan juga meningkat. Menurut Wirakusuma dan Yuniasih (2009),

akuntabilitas dapat dipenuhi dan asimetri informasi dapat dikurangi jika

perusahaan melaporkan dan mengungkapkan kegiatan CSR-nya ke para

stakeholders. Dengan pelaporan dan pengungkapan CSR, para stakeholders akan

dapat mengevaluasi bagaimana pelaksanaan CSR dan memberikan penghargaan

atau sanksi terhadap perusahaan sesuai hasil evaluasinya.

Dari perspektif ekonomi, perusahaan akan mengungkapkan suatu

informasi, jika informasi tersebut dapat meningkatkan nilai perusahaan

(Verecchia, 1983 dalam Yuniasih dan Wirakusuma, 2009). Dalam hal ini

penelitian mengenai pengungkapan CSR mampu memoderasi kinerja keuangan

terhadap nilai perusahaan, dengan kata lain CSRI merupakan variabel pemoderasi

dalam kaitannya dengan hubungan return on asset dan nilai perusahaan.

Penelitian Oktaviani (2013) dinyatakan bahwa CSR sebagai variabel

pemoderasi tidak mampu memoderasi hubungan antara ROA terhadap nilai

6

perusahaan. Kemudian pada penelitian Lutfilah (2013) juga dinyatakan bahwa

CSR berpengaruh negatif sebagai variabel pemoderasi terhadap nilai perusahaan.

Namun pada penelitian Reny dan Denies (2012), pengungkapan CSR

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dengan variabel kontrol Ukuran

Perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas memberikan inspirasi untuk melakukan

penelitian yang berjudul “PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP

NILAI PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN CORPORATE

SOCIAL RESPONSIBILITY SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI PADA

PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI”.

2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang dapat

dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah kinerja keuangan berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

2. Apakah Corporate Social Responsibility berpengaruh terhadap hubungan

kinerja keuangan perusahaan dengan nilai perusahaan?

7

2.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan dari

penelitian ini untuk menganalisis:

1. Menguji pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan.

2. Meunguji pengungungkapan Corporate Social Responsibility terhadap

hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan.

2.4 Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis

Diharapkan dari penelitian ini dapat menjadi sarana bagi penulis untuk

melatih diri dan mengaplikasikan teori-teori yang diperoleh di bangku kuliah

pada kenyataannya di lapangan dan sebagai informasi tambahan bagi peneliti

yang lain dalam bidang yang sama.

2. Secara akademik

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai kebulatan studi program strata satu

(S1) pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Mataram.

3. Secara praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah berupa

pengetahuan dan wawasan mengenai pengaruh kinerja keuangan perusahaan

terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan Corporate Social

Responsibility sebagai variabel pemoderasi.

8

3. TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian dengan tema nilai perusahaan telah banyak dilakukan,

termasuk penelitian Wahyuni (2009) yang berjudul pengaruh kinerja

keuangan terhadap nilai perusahaan dengan good corporate governance

sebagai variabel pemoderasi. Penelitian ini membuktikan bahwa semakin

besar ROA maka semakin efektif kinerja keuangan perusahaan yang dapat

meningkatkan nilai perusahaan. Good corporate governance yang

diproksikan dengan kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh dalam

hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan .

Penelitian Dwinita (2013) yang berjudul kajian kinerja keuangan dan

corporate social responsibility terhadap good corporate governance dan nilai

perusahaan, menyatakan bahwa GCG tidak mempunyai pengaruh yang

terhadap nilai perusahaan baik langsung maupun tidak langsung. Kinerja

perusahaan mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan secara langsung,

tetapi tidak mempunyai pengaruh secara tidak langsung melalui variabel CSR.

9

Penelitian yang terkait dengan CSR dan nilai perusahaan dilakukan

oleh Oktaviani (2013). Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa

ROA berpengaruh terhadap nilai perusahaan (t hitung= 2,019; Sig.= 0,048).

Sedangkan analisis variabel moderating dengan pengungkapan CSR

menunjukkan bahwa pengungkapan CSR tidak mampu memoderasi hubungan

antara ROA terhadap nilai perusahaan (t hitung= -0,248; Sig.= 0,805).

Kepemilikan manajerial juga bukan merupakan variabel moderating yang

mampu memoderasi hubungan antara ROA terhadap nilai perusahaan (t

hitung= -0,718; Sig.= 0,479). Secara simultan variable ROA, interaksi antara

ROA dengan CSR, dan interaksi antara ROA dengan KM tidak berpengaruh

terhadap nilai perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (t

hitung= 0,921; Sig. 0,483).

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Lutfilah (2013) yang

berjudul pengaruh good corporate governance terhadap nilai perusahaan

dengan pengungkapan corporate sosial responsibility sebagai variabel

pemoderasi. Hasil penelitian menyatakan bahwa GCG terbukti berpengaruh

negatif terhadap nilai perusahaan. Hal ini dimungkinkan karena praktek GCG

pada perusahaan memang dilaksanakan, akan tetapi implementasinya masih

belum diterapkan oleh perusahaan secara penuh sesuai dengan prinsip-prinsip

GCG atau bisa dikatakan bahwa praktek GCG dilaksanakan oleh perusahaan

hanya untuk formalitas saja.

10

Pengungkapan CSR sebagai variabel pemoderasi tidak terbukti berpengaruh

terhadap nilai perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengungkapan

CSR sebagai moderating variable atas hubungan GCG terhadap nilai

perusahaan tidak mampu memoderasi hubungan kedua variabel tersebut. Hal

ini disebabkan oleh kemungkinan karena banyaknya pihak yang kontra

dengan produk dari perusahaan seperti lembaga agama, lembaga kesehatan

maupun pemerintah yang membatasi ruang gerak konsumen dalam

mengonsumsi produk dari perusahaan.

Ada juga hasil penelitian yang mendapatkan hasil penelitian yang

berbeda. Penelitian Reny dan Denies (2012) berjudul pengaruh good

corporate governance dan pengungkapan corporate social responsibility

terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian menyatakan bahwa GCG

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dengan variabel kontrol ukuran

perusahaan dan leverage pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2007-

2010. Pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

dengan variabel kontrol ukuran perusahaan, jenis industri, profitabilitas, dan

leverage pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2007-2010. Hal ini

dikarenakan kualitas pengungkapan CSR dari tahun 2007-2010 masih rendah

dan belum mengikuti standar GRI. Pada variabel kontrol ukuran perusahaan

memiliki korelasi signifikan terhadap Pengungkapan CSR, semakin besar

perusahaan pengungkapan CSR yang dibuat juga cenderung semakin luas.

11

Variabel kontrol jenis industri memiliki korelasi signifikan terhadap

pengungkapan CSR, dikarenakan luas pengungkapan CSR antar perusahaan

dalam industri yang satu dengan industri lainnya berbeda karena masing-

masing industri memiliki karakterisitik yang berbeda. Pada variabel kontrol

profitabilitas memiliki korelasi signifikan terhadap pengungkapan CSR

dikarenakan perolehan laba yang semakin besar membuat perusahaan

mengungkapkan informasi sosial yang lebih luas. Pada variabel kontrol

leverage, memiliki korelasi signifikan terhadap pengungkapan CSR

dikarenakan manajemen perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan

mengurangi pengungkapan CSR yang dibuat agar tidak menjadi sorotan

debtholders.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rosiyana dan Tia (2011)

berjudul pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan good

corporate governance sebagai variabel pemoderasi, pada penelitian ini

menggunakan GCG sebagai variable pemoderasi dengan kepemilikan

institusional sebagai proksinya. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ROA

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Good corporate governance

mempengaruhi hubungan kinerja keuangan (ROA) terhadap nilai perusahaan.

12

3.2 Tinjauan Teoritis

3.2.1 Teori Stakeholder

Stakeholder theory merupakan kumpulan kebijakan dan praktik yang

berhubungan dengan stakeholder, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum,

penghargaan masyarakat dan lingkungan, serta komitmen dunia usaha untuk

berkontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan. Menjelaskan bahwa

stakeholders dibagi dalam dua kategori: (Hadianto, 2013)

a. Inside stakeholders, terdiri atas orang-orang yang memiliki kepentingan

dan tuntutan terhadap sumber daya perusahaan serta berada di dalam

organisasi perusahaan. Pihak-pihak yang termasuk dalam kategori inside

stakeholders ini adalah pemegang saham (stakeholders), manajer, dan

karyawan.

b. Outside stakeholders, terdiri atas orang-orang maupun pihak-pihak yang

bukan pemilik perusahaan, bukan pemimpin perusahaan, serta bukan pula

karyawan perusahaan , namun memiliki kepentingan terhadap perusahaan

di pengaruhi oleh keputusan serta tindakan yang dilakukan oleh

perusahaan. Pihak-pihak yang termasuk dalam kategori outside

stakeholders ini adalah pelanggan (customers), pemasok (supplier),

pemerintah, masyarakat lokal, dan masyarakat secara umum.

13

Berdasarkan penjelasan dari stakeholder theory ini, maka perusahaan

tidak hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri, namun harus

memberikan manfaat bagi stakeholdersnya (pemegang saham, kreditor,

konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak lain). Untuk

memenuhi keinginan para stakeholder, corporate social responsibility bisa

menjadi salah satu strategi perusahaan. Para stakeholders akan memberikan

dukungan penuh kepada aktivitas perusahaan apabila pelaksanaan corporate

social responsibility dapat dilakukan dengan baik, sehingga tujuan perusahaan

untuk meningkatkan kinerja dan mencapai laba dapat tercapai.

3.2.2 Teori Sinyal

Teori sinyal membahas mengenai dorongan perusahaan untuk

memberikan informasi kepada pihak eksternal. Dorongan tersebut disebabkan

karena terjadinya asimetri informasi antara pihak manajemen dan pihak

eksternal. Rustiarini (2010) berpendapat bahwa untuk mengurangi asimetri

informasi maka perusahaan harus mengungkapkan informasi yang dimiliki,

baik informasi keuangan maupun non keuangan. Salah satu informasi yang

wajib untuk diungkapkan oleh perusahaan adalah informasi tentang tanggung

jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility. Informasi ini

dapat dimuat dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan sosial

perusahaan terpisah. Perusahaan melakukan pengungkapan corporate social

14

responsibility dengan harapan dapat meningkatkan reputasi dan nilai

perusahaan.

3.2.3 Kinerja Keuangan

Kinerja adalah suatu gambaran mengenai tingkat pencapaian

pelaksanaan suatu kegiatan perusahaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,

misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu

perusahaan. Sedangkan kinerja keuangan adalah prestasi kerja yang telah

dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu dan tertuang pada

laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan (Munawir, 1998 dalam

Rahayu, 2009).

Secara umum, ada banyak teknik analisis dalam melakukan penilaian

kinerja perusahaan, tetapi yang paling banyak dipakai adalah analisis yang

bersifat fundamental, analisis teknikal, analisis ekonomi, dan analisis rasio

keuangan (Anoraga, 2003:108 dalam Utami, 2011).

Analisis Rasio Keuangan dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis

berdasarkan ruang lingkupnya, yaitu: (Ang, 1997: pp. 18.23 dalam Utami,

2011)

15

a. Rasio Likuiditas

Rasio ini menyatakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajibannya dalam jangka pendek. Rasio likuiditas terdiri dari: Current

Ratio, Quick Ratio, dan Net Working Capital.

b. Rasio Solvabilitas

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka panjang. Rasio solvabilitas terdiri dari: Debt Ratio, debt to

Equity Ratio, Long Term Debt to equity Ratio, long Term Debt to

Capitalization Ratio, Times Interest Earned, Cash Flow Interest Coverage,

Cash Flow Interest Coverage, Cash Flow to Net Income, dan Cash Return on

Sales.

c. Rasio Aktivitas

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan

harta yang dimilikinya. Rasio Aktivitas terdiri dari: Total Asset Turnover,

Fixed Asset Turnover, Account Receivable Turnover, Inventory Turnover,

Average Collection Period, dan Day’s Sales in Inventory.

d. Rasio Rentabilitas/Profitabilitas

Rasio ini menunjukkan kemampuan dari perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan. Rasio rentabilitas terdiri dari: Gross Profit Margin,

Net Profit Margin, Return on Assets, Return on Equity, dan Operating Ratio.

16

e. Rasio Pasar

Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahaan dan

diungkapkan dalam basis per saham. Rasio pasar terdiri dari: Dividend Yield,

Dividend Per Share, Dividend Payout Ratio, Price Earning Ratio, Earning

Per Share, Book Value Per Share, dan Price to Book Value.

Dari kelima rasio tersebut, yang berkaitan langsung dengan

kepentingan analisis kinerja perusahaan adalah Return On Asset (ROA) yang

merupakan salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk

mengukur kemampuan perusahaan atas keseluruhan dana yang ditanamkan

dalam aktivitas yang digunakan untuk aktivitas operasi perusahaan dengan

tujuan menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.

ROA merupakan rasio yang terpenting di antara rasio profitabilitas yang ada

(Ang, 1997 dalam Utami, 2011). Return On Asset (ROA) atau yang sering

disebut juga Return On Investment (ROI) diperoleh dengan cara

membandingkan net income after tax (NIAT) terhadap average total asset.

NIAT merupakan pendapatan bersih sesudah pajak. Average Total

asset merupakan rat-rata total assets awal tahun dan akhir tahun. Semakin

besar ROA atau ROI menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat

pengembalian yang semakin besar (Ang, 1997 : 18.33 dalam Utami, 2011).

17

1. Manfaat Return On Asset (ROA) Menurut Munawir (2001 : 91-92) dalam

Utami (2011) adalah:

a. Jika perusahaan telah menjalankan praktik akuntansi dengan baik maka

dengan analisis ROA dapat diukur efisiensi penggunaan modal yang

menyeluruh, yang sensitif terhadap setiap hal yang mempengaruhi

keadaan keuangan perusahaan.

b. Dapat diperbandingkan dengan rasio industri sehingga dapat diketahui

posisi perusahaan terhadap industri. Hal ini merupakan salah satu langkah

dalam perencanaan strategi.

c. Selain berguna untuk kepentingan kontrol, analisis ROA juga berguna

untuk kepentingan perencanaan.

2. Keunggulan ROA diantaranya adalah sebagai berikut:

a. ROA merupakan pengukuran yang komprehensif dimana seluruhnya

mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini.

b. ROA mudah dihitung, dipahami, dan sangat berarti dalam nilai absolut.

c. ROA merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit

organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan unit usaha.

3.2.4 Nilai Perusahaan

Menurut Susanti (2010), nilai perusahaan sangat penting karena

dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran

pemegang saham. Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai

18

perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik

perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran

pemegang saham juga tinggi. Kekayaan pemegang saham dan perusahaan

dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari

keputusan investasi pendanaan (financing) dan manajemen asset.

Menurut Rahayu (2010), nilai perusahaan menggambarkan seberapa

baik atau buruk manajemen mengelola kekayaannya, hal ini bisa dilihat dari

pengukuran kinerja keuangan yang diperoleh. Suatu perusahaan akan

berusaha untuk memaksimalkan nilai perusahaannya. Peningkatan nilai

perusahaan biasanya ditandai dengan naiknya harga saham di pasar.

Nilai perusahaan merupakan cerminan dari kondisi atau kesehatan dari

perusahaan tersebut. Jika nilai perusahaan berada dalam kondisi yang baik

atau tinggi maka akan memberikan kesejahteraan bagi pemagang saham. Nilai

perusahaan yang tinggi diikuti oleh tingginya harga saham di pasar. Oleh

karena itu, pemilik saham menginginkan peningkatan nilai perusahaan agar

menarik para investor dan nilai perusahaan yang tinggi mencerminkan kinerja

yang baik oleh manajemen perusahaan.

Penelitian ini rasio yang digunakan dalam menilai nlai perusahaan

adalah menggunakan Tobin’s Q. Rasio ini dikembangkan oleh Profesor James

Tobin (1967). Secara sederhana, Tobin’s Q adalah pengukur kinerja dengan

membandingkan dua penilaian dari asset yang sama, Tobin’s Q merupakan

19

rasio dari nilai pasar aseet perusahaan yang diukur oleh nilai pasar dari jumlah

saham yang beredar dan hutang (enterprise value) terhadap replacement cost

dari aktiva perusahaan (Fiakas, 2005 dalam Hadianto, 2013). Apabila

perusahaan memiliki nilai lebih besar dari nilai sebelumnya, maka akan

memiliki biaya untuk meningkat kembali, dan memungkinkan untuk

mendapat laba. Berdasarkan pemikiran Tobin, bahwa intensif untuk membuat

modal investasi baru adalah tinggi ketika saham memberkan keuntungan di

masa depan dan dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi dari biaya

investasinya (Fiakas, 2005 dalam Hadianto, 2013). Jika nilai Q lebih besar

dari 1 maka perusahaan bisa meningkatkan nilai persediaan mereka dengan

meningkatkan modal, dan jika kurang satu, pasar saham menghargai modal

kurang dari 2 dari biaya penggantiannya dan perusahaan tidak akan mengganti

persediaan modalnya bila telah dipakai.

Secara umum Tobin’s Q hampir sama dengan market to book ratio,

namun Sukamulja (2004) dalam Hadianto (2013), Tobin’s Q memiliki

karakteristik yang berbeda antara lain:

1. Replacement Cost vs Book value

Tobin’s Q menggunakan (estimated) replacement cost sebagai

denominator, sedangkan market to book to book ratio menggunakan

book value of total equiy. Penggunaan replacement cost membuat nilai

yang digunakan untuk menentukan Tobin’s Q memasukkan berbagai

20

faktor, sehingga nilai yang digunakan mencerminkan nilai pasar dari

aset yang sebenarnya di masa kini, salah satu faktor tersebut inflasi.

2. Total Asset vs Total Equity

Market to book value hanya menggunakan faktor ekuitas (saham biasa

dan preferen) dalam pengukuran. Penggunaan faktor ekuitas ini

menunjukkan bahwa market to book ratio hanya memperhatikan satu

tipe investor saja, yaitu investor dalam bentuk saham, baik saham

biasa maupun preferen. Tobins’Q memberikan wawasan lebih luas

terhadap pengertian investor. Perusahaan sebagai entitas ekonomi,

tidak hanya menggunakan ekuitas untuk mendanai kegiatan

operasionalnya, namun juga sumber lain seperti hutang, baik jangka

pendek maupun jangka panjang.

3.2.5 Coporate Social Responsibility

3.2.5.1 Pengertian Coporate Social Responsibility

Menurut Prang (2014), perusahaan punya tanggung jawab terhadap

lingkungan sosial di mana perusahaan berada. Inilah konsep dasar dari CSR

(Corporate Social Responsibility). Adapun pelaksanaanya sesuai kemampuan

perusahaan tersebut. Bentuk kegiatan dari tanggung jawab itu boleh

bermacam-macam, mulai dari melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan, pemberian beasiswa

21

untuk anak tidak mampu, pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas umum,

sumbangan untuk desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna

untuk masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar

perusahaan tersebut berada, dan sebagainya.

Utami (2011) berpendapat bahwa, dengan CSR perusahaan diharapkan

dapat meningkatkan perhatian terhadap lingkungan, kondisi tempat kerja,

hubungan perusahaan masyarakat, investasi sosial perusahaan, dan citra

perusahaan di mata publik menjadi baik, meningkatkan kinerja keuangan

perusahaan dan akses kapital. Dalam aktifitasnya setiap perusahaan akan

beinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Akibat dari interaksi itu menuntut

adanya timbal balik antara perusahaan dan lingkungan sosialnya yang

berimplikasi pada timbulnya dampak-dampak sosial atas kegiatan operasi

perusahaan pada lingkungannya. Sepanjang perusahaan menggunakan sumber

daya manusia dan komunitas yang ada, maka perusahaan memiliki tanggung

jawab untuk menghasilkan profit dan mengembalikan sebagian profit tersebut

bagi masyarakat.

The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)

mendefinisikan Tanggung Jawab Sosial adalah tanggung jawab suatu

perusahaan atas dampak dari berbagai keputusan dan aktivitas mereka

terhadap masyarakat dan lingkungan melalui suatu perilaku yang terbuka dan

etis, yang konsisten dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan

22

masyarakat, memerhatikan ekspektasi para pemangku kepentingan, tunduk

kepada hukum yang berlaku dan kondidten dengan norma perilaku

internasional dan diintregasikan ke dalam seluruh bagian organisasi.

3.2.5.2 Pengungkapan Corporate Social Responsibility

Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sering juga

disebut sebagai social disclosure, corporate social reporting, social

accounting, merupakan cara mengkomunikasikan informasi sosial kepada

stakeholders. Dengan adanya hal ini maka akan dapat diketahui apa saja

aktifitas sosial yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini sangat penting

mengingat dampak-dampak yang mungkin timbul akibat aktifitas

perusahaan. Menurut Hafidzah (2013), Aktifitas dan tanggung jawab sosial

(corporate social responsibility) yang dilakukan oleh perusahan

diungkapkan dalam laporan keuangan tahunan .

Global Reporting Initiative (GRI) adalah sebuah jaringan berbasis

organisasi yang telah mempelopori perkembangan dunia, paling banyak

menggunakan kerangka laporan keberlanjutan dan berkomitmen untuk terus-

menerus melakukan perbaikan dan penerapan di seluruh dunia

(www.globalreporting.org). Daftar pengungkapan sosial yang berdasarkan

23

standar GRI juga pernah digunakan oleh Dahli dan Siregar (2008) dalam

Hadianto (2013). GRI terdiri dari 3 fokus pengungkapan, yaitu sebagai

berikut:

1. Ekonomi

Dimensi ekonomi menyangkut keberlanjutan organisasi berdampak

pada kondisi ekonomi dari stakeholder dan sistem ekonomi pada tingkat

lokal, nasional, dan tingkat global. Indikator ekonomi menggambarkan:

a. Arus modal di antara berbagai pemangku kepentingan; dan

b. Dampak ekonomi utama dari organisasi seluruh masyarakat

Kinerja keuangan merupakan hal yang mendasar untuk memahami

organisasi dan keberlanjutannya. Akan tetapi, informasi ini biasanya

sudah dilaporkan dalam laporan keuangan.

2. Lingkungan

Dimensi lingkungan menyangkut keberlanjutan organisasi berdampak

pada kehidupan, di dalam sistem alam, termasuk ekosistem, tanah, udara,

dan air. Indikator kinerja lingkungan terkait dengan input (bahan, energi,

air) dan output (emisi/gas, limbah sungai, limbah kering/sampah). Selain

itu, kinerja mereka mencakup kinerja yang berkaitan dengan

keanekaragaman hayati, kepatuhan lingkungan, dan informasi yang

berkaitan lainnya seperti limbah lingkungan dan dampak dari produk dan

jasa.

24

3. Sosial

Dimensi sosial menyangkut keberlanjutan sebuah organisasi yang

telah berdampak di dalam sistem sosial yang beroperasi. Indikator kinerja

sosial GRI mengidentifikasikan kunci aspek kinerja yang meliputi praktek

perburuhan/tenaga kerja, hak asasi manusia, masyarakat/sosial, dan

tanggung jawab produk.

3.3 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan perbedaaan hasil penelitian dan teori yang ada maka

pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan mengindikasikan terdapat

variabel lain yang diduga ikut mempengaruhi. Dalam hal ini penulis

memasukkan variabel Corporate Social Responsibility (CSR) yang nantinya

dapat dilihat apakah kedua variabel ini dapat memoderasi hubungan kinerja

keuangan terhadap nilai perusahaan atau tidak, maka kerangka pemikiran dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Corporate Social Responsibility (CSR)

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

Nilai perusahaan (Tobin’s Q)Kinerja keuangan (ROA)

25

3.4 Hipotesis

Para investor melakukan overview suatu perusahaan dengan melihat

profitabilitas perusahaan. Karena, profitabilitas dapat mengukur seberapa efektif

perusahaan bagi para investor. Salah satu rasio profitabilitas yang dipakai oleh

peneliti adalah Return On Asset (ROA) sebagai alat analisis utama dalam indikator

penilaian kinerja. ROA disini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

atas keseluruhan dan digunakan untuk aktivitas operasi perusahaan dengan tujuan

menghasilkan laba (Ang, 2007 dalam Hadianto, 2013).

Semakin baik nilai ROA maka secara teoritis kinerja keuangan perusahaan

dikatakan baik, yang berakibat pula naiknya harga saham perusahaan. Harga saham

dan jumlah saham yang beredar akan mempengaruhi nilai Tobin’s Q sebagai proksi

dari nilai perusahaan. Jika harga saham dan jumlah saham yang beredar naik maka

nilai Tobin’s Q juga akan naik (Kusumadilaga, 2010). Hasil penelitian Reny dan

Denies (2012) dan Rosiyana dan Tia (2011) menemukan bahwa ROA berpengaruh

positif terhadap nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Lutfilah (2013) dan

Sri wahyuni (2009) menemukan ROA berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan teori dan penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

H1: Kinerja keuangan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Adanya penelitian mengenai pengaruh ROA terhadap nilai perusahaan yang

tidak konsisten menunjukkan adanya faktor lain yang turut menginteraksi. Hasil

26

tersebut mendorong peneliti untuk memasukkan pengungkapan CSR sebagai

variabel pemoderasi. Penelitian ini menggunakan pengungkapan CSR sebagai

variabel pemoderasi dengan pemikiran bahwa pasar akan memberikan apresiasi

positif yang ditunjukkan dengan peningkatan harga saham perusahaan.

Peningkatan ini akan menyebabkan nilai perusahaan juga meningkat.

Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai

berikut.

H2: Pengungkapan CSR mempengaruhi hubungan kinerja keuangan dengan nilai

perusahaan.

4. METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kinerja keuangan

terhadap nilai perusahaan dengan corporate social responsibility sebagai variabel

pemoderasi. Dilihat dari sifat permasalahannya penelitian ini tergolong asosiatif.

Penlitian asosiatif adalah penelitian yang minimal terdapat dua variabel yang

dihubungkan. Jadi penelitian asosiatif merupakan suatu penelitian yang mencari

hubungan antara satu varibel dengan variabel lain (Sugiyono, 2014 : 224).

27

4.2 Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar pada

Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2013 yang diperoleh dari laporan

keuangan tahunan yang diterbitkan oleh BEI melalui situs resmi yakni

www.idx.co.id. Alasan untuk memilih Bursa Efek Indonesia sebagai lokasi

penelitian karena Bursa Efek Indonesia merupakan sarana Pasar Modal terbesar di

Indonesia sehingga mudah diperoleh informasi dalam menunjang penelitian.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan dalam kelompok

industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun

2011-2013 sebanyak 142 perusahaan. Dipilihnya satu kelompok industri yaitu

industri manufaktur sebagai populasi dimaksudkan untuk menghindari bias yang

disebabkan oleh efek industri (industrial effect), dan selain itu sektor manufaktur

memiliki jumlah terbesar perusahaan dibandingkan sektor lainnya.

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode

purposive sampling yakni pengambilan sampel dari populasi berdasarkan suatu

kriteria tertentu. Adapun kriteria sampel pada penelitian ini adalah:

1. Perusahaan manufaktur yang listing secara berturut-turut terdaftar di

BEI pada tahun 2011-2013

2. Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan tahunan periode

2011-2013 berturut-turut secara rutin

28

3. Perusahaan Manufaktur yang tidak mengalami kerugian pada tahun

2011-2013

4. Data mengenai variabel-variabel yang diteliti tersedia dengan lengkap

dan memenuhi kriteria dalam laporan keuangan perusahaan selama

tahun 2011-2013.

Tabel 1.

Prosedur Pemilihan Sampel

No Keterangan

Jumlah

Perusahaan

1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-

2013

142

2 Perusahaan yang tidak terdaftar dari tahun 2011-2013 (12)

3 Perusahaan Manufaktur yang mengalami Kerugian pada tahun

2011-2013

(22)

5 Perusahaan yang menyajikan informasi secara tidak lengkap

terkait dengan variabel yang digunakan ada dalam penelitian

ini.

(10)

6 Jumlah perusahaan manufaktur yang diteliti 98

7 Jumlah akhir sampel (Perusahaan manufaktur x 3 tahun) 294

Sumber: idx.co.id, sahamok.com (data diolah)

29

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh dengan menggunakan metode dokumentasi yaitu

penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data-data tertulis yang ada

kaitannya dengan penelitian ini. Data berupa laporan keuangan yang

diterbitkan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia yang telah diaudit periode 2011-2013.

4.5 Jenis dan Sumber Data

4.5.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif .

Data kuantitatif berupa data yang berbentuk angka atau data kuantitatif yang

diangkakan (Sugiyono, 2014: 23). Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah

laporan keuangan dan laporan tahunan masing-masing perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2013.

4.5.2 Sumber Data

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini mengunakan data

sekunder. Data sekunder penelitian ini berupa data laporan keuangan dan

laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia yang diperoleh dari situs BEI yaitu www.idx.co.id.

4.6 Identifikasi dan klasifikasi data

4.6.1 Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel

dependen, variabel independen, dan variabel moderating.

30

1. Variabel dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh

variabel independen. Variabel dependen pada penelitian ini adalah nilai

perusahaan yang diproksikan dengan rasio Tobin’s Q.

2. Variabel independen

Variabel independen adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi

variabel yang lain. Penelitian ini menggunakan variabel kinerja keuangan

yang diproksikan dengan nilai return on asset (ROA).

3. Variabel moderating

Variabel moderating adalah variabel yang memperkuat atau memperlemah

hubungan langsung antara variabel dependen dan variabel independen. Dalam

penelitian ini sebagai variabel moderating adalah corporate social

responsibility (CSR).

4.6.2 Definisi Operasional Variabel

1. Nilai Perusahaan ( diproksikan dengan Tobin’s Q)

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai

perusahaan yang diproksikan dengan menggunakan rasio Tobin’s Q. Rasio ini

memberi gambaran yang berfungsi sebagai proksi dari nilai perusahaan dari

perspektif investor berdasarkan nilai pasar dari firm’s assets dan replacement

value of those assets . Jika rasio Q di atas satu, ini menunjukkan bahwa

31

investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih

tinggi daripada pengeluaran investasi, hal ini akan merangsang investasi baru.

Jika rasio Q di bawah satu, investasi dalam aktiva tidaklah menarik

(Herawaty, 2008). Penghitungan menggunakan rumus:

MVE + DEBT

Tobin’s Q =

TA

Keterangan :Tobin’s Q : Nilai perusahaanMVE : Nilai pasar ekuitas (MVE = closing price saham x jumlah

saham yang beredar)DEBT : Total kewajiban.TA : Nilai buku dari total aktiva

2. Kinerja Keuangan (diproksikan dengan ROA)

Variabel independen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan yang

diproksikan dengan return on asset (ROA). ROA merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur seberapa besar laba atau rugi bersih yang

diperoleh dari seluruh kekayaan (aktiva) yang dimiliki perusahaan. Secara

matematis, ROA diformulasikan sebagai berikut (Carningsih, 2008)

ROA= Laba bersih setelah pajakTotal Aset

3. Corporate Social Responsibility

32

Penelitian ini mengadopsi indikator penelitian Lanis dan Richardson (2013)

dengan menggunakan instrumen interogasi, check list dan keputusan yang

relevan. Pengukuran pengungkapan dengan menggunakan check list ini

dilakukan dengan mencocokkan item pada check list dengan item yang

diungkapkan perusahaan. Maka rumus untuk pengukuran pengungkapan CSR

yaitu: (lihat lampiran 1)

Jumlah Butir Pengungkapan “Ya”Skor Pengungkapan CSR=

Total Jumlah Item Pengungkapan

4.7 Prosedur Analisis Data

Prosedur analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

4.7.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data

yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,

minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (Ghozali, 2005: 19). Analisis

deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui gambaran

mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

4.7.2 Uji Asumsi Klasik

33

Suatu model regresi berganda yang digunakan untuk menguji hipotesa

harus memenuhi asumsi klasik agar model regresi menjadi suatu model yang

lebih representatif. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji

multikolonieritas, uji heteroskedastisitas, serta uji autokorelasi.

4.7.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.

Model regresi yang baik adalah data yang berdistribusi normal atau

mendekati normal (Ghozali, 2005: 110). Untuk mendeteksi apakah

data berdistribusi normal atau tidak, penelitian ini menggunakan

analisis statistik. Analisis statistik merupakan alat statistik yang sering

digunakan untuk menguji normalitas residual yaitu uji statistik non-

parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Dalam mengambil keputusan

dilihat dari hasil uji K-S, jika nilai probabilitas signifikansinya lebih

besar dari 0,05 maka data tersebut terdistribusi secara normal.

Sebaliknya, jika nilai probabilitas signifikansinya lebih kecil dari 0,05

maka data tersebut tidak terdistribusi secara normal.

4.7.2.2 Uji Multikolonieritas

34

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel

independen (Ghozali, 2005: 91). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya

multikolonieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai

tolerance dan variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini

menunjukan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh

variabel bebas lainnya. Nilai cutoff yang umum digunakan adalah nilai

tolerance 0.10 atau sama dengan nilai VIF di atas 10. Apabila nilai

tolerance lebih dari 0.10 atau nilai VIF di atas 10 maka dapat

dikatakan bahwa tidak terjadi multikolonieritas antar variabel dalam

model regresi.

4.7.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak

terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali, 2005: 105). Untuk mendeteksi

ada atau tidaknya Heteroskedastisitas, penelitian ini menggunakan Uji

35

Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan meregres nilai absolute residual

terhadap variabel independen. Pengambilan keputusan dapat dilihat

dari koefisien parameter, jika nilai probabilitas signifikansinya di atas

0,05 maka dapat disimpulkan tidak terjadi Heteroskedastisitas.

4.7.2.4Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model

regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t

dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model

regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali,

2005: 95). Pengujian ada atau tidaknya autokorelasi dilakukan dengan

Uji Durbin-Watson (DW test). Uji autokorelasi dengan uji Durbin-

Watson (DW test) digunakan untuk autokorelasi tngkat satu dan

mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan

tidak ada variabel lag diantara variabel independen. Pengambilan

keputusan ada atau tidaknya autokorelasi yaitu:

Tabel

36

Uji Durbin Watson (DW test)

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl

Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du

Tidak ada autokorelasi negative Tolak 4 – dl < d < 4

Tidak ada autokorelasi negatif No decision 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl

Tidak ada autokorelasi positif

ataupun negative

Tidak ditolak du < d < 4-du

Sumber : Ghozali (2005: 96)

4.7.3 Uji Model

Model persamaan regresi yang akan diuji adalah sebagai berikut:

Tobins Q = a + b1 ROA + e

Tobins Q = a + b1ROA + b2CSR + b3 ROE.CSR + e

Keterangan :

Tobins Q : Nilai Perusahaan

a : Konstanta

b1, b2, b3 : Koefisien regresi

ROA : Variabel ROA

CSR : Variabel pengungkapan CSR

e : Error

37

Menurut Ghozali (2007), ketepatan fungsi regresi tersebut dalam

menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit-nya, yang secara

statistik dapat diukur dari koefisien determinasi, nilai statistik F, dan nilai

statistik t.

4.7.4 Pengujian Hipotesis

4.7.4.1 Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Ghozali (2005) menyatakan bahwa koefisien

determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam rangka menerangkan variasi variabel

dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.

Menurut Ghozali (2005) menyatakan jika dalam uji empiris didapat

nilai adjusted R2 negatif, maka nilai adjusted R2 dianggap nol.

4.7.4.2 Uji Signnifikansi Simultan (Uji F)

Menurut Ghozali (2005) menyatakan bahwa pada dasarnya uji

statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama

terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan dalam uji

ini yaitu menggunakan quick look yang berarti Ho dapat ditolak pada

derajat kepercayaan 5% apabila nilai F lebh besar daripada 4 dan

38

membandingkan nilai F hitung dengan F tabel yang berarti apabila

nilai Fhitung>Ftabel maka Ho ditolak dan menerima HA.

4.7.4.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)

Menurut Ghozali (2005) Uji t pada dasarnya menunjukkan

seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual

dalam menerangkan variasi variabel dependen. Cara melakukan uji t

yaitu dengan quick look yang artinya apabila jumlah df adalah 20 atau

lebih dan derajat kepercayaan sebesar 5% maka Ho yang menyatakan

bi=0 dapat ditolak bila nilai t lebih besar dari 2 dan dengan cara

membandingan nilai t hasil dengan titik krisis menurut tabel. Apabila

t hasil lebih tinggi daripada t tabel, maka HA yang meyatakan variabel

independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.

4.7.4.4 Analisis Regresi Moderasi (Moderated Regression Analysis)

Tujuan analisis ini untuk mengetahui apakah variabel

moderating akan memperkuat atau memperlemah hubungan antara

variabel independen dan variable dependen. Untuk menguji variabel

moderating digunakan Uji interaksi atau sering disebut Moderated

Regression Analysis (MRA) merupakan aplikasi khusus regresi

berganda linier di mana dalam persamaan regresinya mengandung

unsur interaksi (perkalian dua atau lebih independen) (Ghozali, 2005).

39

DAFTAR PUSTAKA

Amanti, Lutfilah. 2013. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai

Perusahaan dengan Pengungkapan Corporate Sosial Responsibility sebagai

Variabel Pemoderasi (Studi Kasus Pada Perusahaan Rokok yang Terdaftar

Di BEI). Jurusan S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

Surabaya.

Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia (The Intelligent Guide to

Indonesian Capital Market). Jakarta: Mediasoft Indonesia.

Anoraga, Panji. 1993. Pasar Modal Keberadaan dan manfaatnya bagi

Pembangunan. Jakarta: Rineka Cipta

Aryani, Dwinita. 2013. Kajian Kinerja Keuangan Dan Corporate Social

Responsibility Terhadap Good Corporate Governance dan Nilai

Perusahaan. Program Studi Manajemen STIE Malangkucecwara.

Bassamalah, A.S dan Johnny Jermias. 2005. Social and Environmental Reporting and

Auditing in Indonesia: Maintaining Organizational Legitimacy? Gadjah

Mada International Journal of Business. January- April Vol. 7 No. 1. pp:

109 – 127.

Carningsih, 2009. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Hubungan

Antar Kinerja Keuangan Dengan Nilai Perusahaan. Fakultas Ekonomi

Universitas Guna Dharma

40

Dwi, R. Rosyiana dan Tarnia Tia. 2011. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai

Perusahaan Dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel

Moderasi. Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi dan Keuangan Publik

Vol. 6, No. 2, Juli 2011, Hal. 115-132

Dyah, R. Reni dan Priantinah Denies. 2012. Pengaruh Good Corporate Governance

Dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai

Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia Periode 2007-2010). Jurnal Nominal,Vol. 1, No. 1, 2012.

Universitas Negeri Yogyakarta : Yogyakarta

Ghozali, Imam. 2005. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:

Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hadianto, M.L. 2013. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai

Perusahaan Dengan Pengungkapan CSR dan GCG Sebagai Variabel

Pemoderasi (Studi Empiris Pada Perusahaan Consumer Goods yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2008-2011). Skripsi. Fakultas Ekonomika

Dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang.

Hafidzah, Fajar Nur. 2013. Pengaruh Corporate Social Responsibility dan Good

Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan

yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index. Skripsi. Program Studi Keuangan

Islam Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga.

41

Juwono, Onny. 2011. Analisis Manajemen Strategik Perusahaan Waralaba (Franchise)

(Studi Kasus di Restoran Cepat Saji Mcdonald’s).

Khairandy, Ridwan. 2008. Corporate Social Responsibility: Dari Shareholder ke

Stakeholder, dan Dari Etika Bisnis ke Norma Hukum. Yogyakarta: Pusat

Studi Hak Asasi Manusia Unversitas Islam Indonesia.

Lanis, R. and G. Richardson. 2013. Corporate Social Responsibility and Tax Aggressiveness:

a test of legitimacy theory . Accounting Auditing and Accountability Journal, Vol.

26 No 1, pp.75-100.

Munawir. 2001. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

Oktaviani, Dwi dan Masodah. 2013. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai

Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan

Kepemilikan Manajerial Sebagai Variabel Pemoderasi. Fakultas Ekonomi

Jurusan Akuntansi Unversitas Gunadarma.

Prang, Steve. 2014. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Perusahan yang Baik Dalam

Perbandingan Antar Negara Sebagai Upaya Perwujudan Corporate Social

Responsibility (CSR). Prinsip-Prinsip Pengelolaan Perusahaan, Vol. 2, No.

1, Januari-Maret 2014

Rahayu, Sri. 2010. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan

Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate

Governance Sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Empiris Pada Perusahaan

Manufaktur di Bursa Efek Jakarta). Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas

Diponegoro Semarang.

42

Rustiarini, N. Wayan. 2010. Pengaruh Corporate Governance pada Hubungan

Corporate Social Responsibility dan Nilai Perusahaan. Simposium

Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto.

Sugiyono. 2014. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Susanti, Rika. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Nilai

Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Go Public yang Listed Tahun

2005- 2008). Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.

Utami, Anindyati Sarwindah. 2013. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai

Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan

Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi. Skripsi.

Jurusan S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Jember.

Wahyuni, Sri. 2009. Pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan

good corporate governance sebagai variabel pemoderasi. Skripsi. Fakultas

Ekonomi Universitas Mataram.

Yuniasih, N.W dan Wirakusuma, M.G. 2009. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap

Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility

dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi.

Universitas Udayana Bali.

http://www.idx.co.id (diakses tanggal 16 agustus 2015)

http://www.sahamok.com (diakses tanggal 16 agustus 2015)