pengaruh free cash flow, leverage, profitabilitas

128
PENGARUH FREE CASH FLOW, LEVERAGE, PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ 45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2017) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Akuntansi Disusun oleh: Andre Hand Prastya 11150820000069 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H / 2019 M

Upload: khangminh22

Post on 28-Nov-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

PENGARUH FREE CASH FLOW, LEVERAGE, PROFITABILITAS,

LIKUIDITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN

DIVIDEN

(Studi Empiris Pada Perusahaan LQ 45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia Tahun 2015-2017)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Akuntansi

Disusun oleh:

Andre Hand Prastya

11150820000069

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H / 2019 M

ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENGARUH FREE CASH FLOW, LEVERAGE, PROFITABILITAS,

LIKUIDITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN

DIVIDEN

(Studi Empiris Pada Perusahaan LQ 45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia Tahun 2015-2017)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Akuntansi

Oleh:

Andre Hand Prastya

NIM. 11150820000069

Di Bawah Bimbingan

Fitri Yani Jalil, SE., M.Sc

NIP. 19870604 201903 2 013

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H / 2019 M

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Selasa, 9 April 2019 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas

mahasiswa:

1. Nama : Andre Hand Prastya

2. NIM : 11150820000069

3. Jurusan : Akuntansi

4. Judul Skripsi : PENGARUH FREE CASH FLOW, LEVERAGE,

PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN

TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ

45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2017)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa

mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk

melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Akuntansi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 9 April 2019

1. Dr. Rini, M.Si., Ak., CA. ( _____________________ )

NIP. 197603152005012002 Penguji I

2. Nur Wachidah Yulianti, SE., MS. Ak. ( _____________________ )

NIDN. 195910301985031001 Penguji II

iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Kamis, 28 November 2019 telah dilakukan Ujian Skripsi atas

mahasiswa/i:

1. Nama : Andre Hand Prastya

2. NIM : 11150820000069

3. Jurusan : Akuntansi

4. Judul Skripsi : PENGARUH FREE CASH FLOW, LEVERAGE,

PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN

TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ

45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2017)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa/i

tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 28 November 2019

1. Fitri Damayanti, SE., M.Si ( _____________________ )

NIP. 19810731 200604 2 003 Ketua Penguji

2. Fitri Yani Jalil, SE., M.Sc ( _____________________ )

NIP. 19870604 201903 2 013 Sekretaris Penguji

3. Zuwesty Eka Putri, SE., M.Ak ( _____________________ )

NIP. 19800416 200901 2 006 Penguji Ahli

v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Andre Hand Prastya

Nomor Induk Mahasiswa : 11150820000069

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Akuntansi

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan

mempertanggungjawabkan

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain

3. Tidak menggunakan karya ilmiah orang lain tanpa menyebutkan

sumber asli atau tanpa menyebut pemilik karya

4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas

karya ini

Apabila dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah

melalui pembuktian yang dapat di pertanggungjawabkan, ternyata memang

ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap

untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 28 November 2019

(Andre Hand Prastya)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Andre Hand Prastya

2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 20 April 1995

3. Jenis Kelamin : Laki-laki

4. Anak ke : 2 dari 2 bersaudara

5. Alamat : Jalan H. Djairi No.53 RT001/02

Kelurahan Rawa Buaya,

Kecamatan Cengkareng

6. Telepon : 0895364775179

7. Email : [email protected]

II. PENDIDIKAN

1. SDN CENGKARENG TIMUR 14 PAGI Tahun 2001-2007

2. SMPN 248 JAKARTA Tahun 2007-2010

3. SMAN 95 JAKARTA Tahun 2010-2013

4. S1 Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2015-2019

Jakarta

III. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Sukamto

2. Ibu : Sunarti

3. Alamat : Jalan H. Djairi No.53 RT001/02

Kelurahan Rawa Buaya,

Kecamatan Cengkareng

IV. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Tahun 2015-2016 : Anggota HMJ Akuntansi Divisi

Penelitian dan Pengembangan

vii

V. PENGALAMAN KEPANITIAN

1. Wakil Ketua Pelaksana Company Visit ke Astra International Tbk,

Acara yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiwa Jurusan

Akuntansi, April 2016

2. Ketua Pelaksana Company Visit ke KAP Deloitte, Acara yang

diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiwa Jurusan Akuntansi,

September 2016.

viii

THE EFFECTS OF FREE CASH FLOW, LEVERAGE, PROFITABILITY,

LIQUIDITY AND FIRM SIZE TO DIVIDEND POLICY ON LQ 45

COMPANY IN BEI 2015-2017 PERIOD

(Empirical Study On LQ 45 Companies Listed In Indonesian Stock

Exchange Period 2015-2017)

ABSTRACT

The purpose of this research is to find the effects of free cash flow, leverage,

profitability, liquidity and firm size to dividend policy. This research using a

sample of 21 LQ 45 companies registered in BEI 2015-2017. The method used is

purposive sampling. Hypothesis testing in this research using multiple linear

regression analysis. The result of this research show leverage, profitability, and

firm size significantly affect the dividend policy. While free cash flow and liquidity

have no effect on dividend policy.

Keyword Research : free cash flow, leverage, profitability, liquidity and firm size

dividend policy

ix

PENGARUH FREE CASH FLOW, LEVERAGE, PROFITABILITAS,

LIKUIDITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN

DIVIDEN

(Studi Empiris Pada Perusahaan LQ 45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Tahun 2015-2017)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini untuk menguji pengaruh free cash flow, leverage,

profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen.

Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 21 perusahaan LQ 45 yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2017. Metode yang digunakan adalah

purposive sampling. Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan analisis regresi berganda. Hasil Penelitian ini menunjukkan

variabel leverage, profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan

terhadap kebijakan dividen. Sementara itu free cash flow dan likuiditas tidak

berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

Kata Kunci: Free Cash Flow, Leverage, Profitabilitas, Likuiditas, Ukuran

Perusahaan, Kebijakan Dividen

x

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuhu.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Pengaruh Free Cash Flow, Leverage, Profitabilitas, Likuiditas dan Ukuran

Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen (Studi Empiris Pada Perusahaan

LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2017)”. Tak lupa

juga shalawat dan salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah

membimbing kita dari zaman kegelapan hingga ke zaman yang terang benderang

seperti sekarang ini.

Penyusunan skripsi ini sebagai ditujukan untuk memenuhi syarat guna

mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari adanya banyak pihak yang turut serta

membantu dalam proses penyelesaian ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terima kasih atas doa,bantuan,dukungan,bimbingan baik secara langsung maupun

tidak langsung kepada :

1. Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan penulis sehingga

dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Kedua orang tua yang telah memberikan semangat, dukungan dan doa yang

tiada henti kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini.

3. Saudara Kandung penulis (Candra Dedi Hermawan) yang memberikan

semangat serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E., M.Si., Ak., CA., QIA., BKP., CRMP selaku

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Ibu Fitri Damayanti, SE., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis.

xi

7. Ibu Fitri Yani Jalil, SE., M.Sc selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah

sabar dalam membimbing dan meluangkan waktunya untuk selalu

memberikan saran, referensi, dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat luas kepada

penulis selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan

menjadi amal kebaikan bagi kita semua.

9. Sahabat Masenk (Abi, Jodie, Oman, Farkhan, Azis, Manhajul, Arif, Fikra,

Bagas, Fiqih, Fatih, Bening, Yogi) yang selalu belajar bersama-sama dan

memberikan semangat untuk tetap mengerjakan skripsi ini.

10. Seluruh teman angkatan Akuntansi 2015 yang telah menemani proses belajar

selama 4 tahun di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

11. Keluarga Besar Empat Sekawan (Agung, Rezty, dan Ajeng) Seluruh teman-

teman Akuntansi 2015 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberi

dukungan, doa, dan saran kepada penulis.

12. Teman-teman SMA (Ragil, Aji dan Eka) yang selalu memberikan motivasi

kepada penulis.

Penulis menyadari pembuatan skripsi ini masih belum sempurna

dikarenakan masih adanya keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki

penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak

sangat dibutuhkan untuk penulis.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuhu.

Jakarta, 28 November 2019

Andre Hand Prastya

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ....................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................................ v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi

ABSTRACT ........................................................................................................... viii

ABSTRAK ............................................................................................................. ix

KATA PENGANTAR ............................................................................................ x

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Perumusan Masalah ................................................................................... 11

C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 11

D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 14

A. Landasan Teori .......................................................................................... 14

1. Teori Keagenan (Agency Theory) ............................................................. 14

2. Teori Sinyal (Signalling Theory) ............................................................... 15

3. Pecking Order Theory ............................................................................... 16

4. Kebijakan Dividen ..................................................................................... 17

xiii

5. Free Cash Flow ......................................................................................... 21

6. Leverage .................................................................................................... 22

7. Profitabilitas .............................................................................................. 23

8. Likuiditas ................................................................................................... 23

9. Ukuran Perusahaan .................................................................................... 24

B. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 26

C. Pengembangan Hipotesis .......................................................................... 32

1. Free Cash Flow terhadap Kebijakan Dividen ........................................... 32

2. Leverage terhadap Kebijakan Dividen ...................................................... 33

3. Profitabilitas terhadap Kebijakan Dividen ................................................ 34

4. Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen ..................................................... 35

5. Ukuran Perusahaan terhadap terhadap Kebijakan Dividen ....................... 37

D. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 39

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 40

A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 40

B. Metode Penentuan Sampel ........................................................................ 40

C. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 41

D. Metode Analisis Data ................................................................................ 41

E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ......................................................... 50

1. Kebijakan Dividen ..................................................................................... 50

2. Free Cash Flow ......................................................................................... 50

3. Leverage .................................................................................................... 51

4. Profitabilitas .............................................................................................. 52

5. Likuiditas ................................................................................................... 52

6. Ukuran Perusahaan .................................................................................... 53

xiv

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................................ 55

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .............................................. 55

B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian ............................................................. 56

1. Uji Statistik Deskriptif .............................................................................. 57

2. Uji Asumsi Klasik ..................................................................................... 59

3. Uji Hipotesis .............................................................................................. 68

C. Pembahasan ............................................................................................... 72

1. Pengaruh Free Cash Flow terhadap Kebijakan Dividen ........................... 72

2. Pengaruh Leverage terhadap Kebijakan Dividen ...................................... 75

3. Pengaruh Profitabilitas terhadap Kebijakan Dividen ................................ 78

4. Pengaruh Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen .................................... 80

5. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen...................... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 85

A. Kesimpulan ................................................................................................ 85

B. Implikasi Penelitian ................................................................................... 86

C. Keterbatasan .............................................................................................. 86

D. Saran .......................................................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 88

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Dividend Payout Ratio Perusahaan LQ 45 Tahun 2015-2017 (%) ......... 4

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 26

Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian............................................................ 54

Tabel 4.1 Tahapan Seleksi Sampel Penelitian dengan Kriteria ............................ 55

Tabel 4.2 Hasil Uji Deskriptif ............................................................................... 57

Tabel 4.3 Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov...................................... 62

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ................................................................... 63

Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi .......................................................................... 64

Tabel 4.6 Hasil Uji Runs Test ............................................................................... 65

Tabel 4.7 Hasil Uji Gletser ................................................................................... 67

Tabel 4.8 Hasil Uji F ............................................................................................. 68

Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi ........................................................... 69

Tabel 4.10 Hasil Uji t ............................................................................................ 70

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran .............................................................. 39

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Dengan Histogram .......................................... 60

Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Dengan Grafik Normal Probability Plot ......... 61

Gambar 4.3 Hasil Uji Heterokedastisitas Dengan Grafik Scatterplot ................... 66

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Perusahaan yang dijadikan Sampel Penelitian Tahun 2015-

2017 ...................................................................................................................... 94

Lampiran 2 Perhitungan Kebijakan Dividen......................................................... 95

Lampiran 3 Perhitungan Free Cash Flow ............................................................. 97

Lampiran 4 Perhitungan Leverage ........................................................................ 99

Lampiran 5 Perhitungan Profitabilitas ................................................................ 101

Lampiran 6 Perhitungan Likuiditas ..................................................................... 103

Lampiran 7 Perhitungan Ukuran Perusahaan ...................................................... 105

Lampiran 8 Hasil Output SPSS ........................................................................... 107

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era globalisasi yang semakin pesat mendorong adanya peluang bisnis

yang cukup menjanjikan. Hal ini mendorong semakin banyak perusahaan

masuk ke pasar modal untuk mengambil peluang bisnis yang ada. Pasar

modal merupakan salah satu sarana yang tepat untuk memperoleh dana

usaha. Para investor yang tertarik akan menanamkan modal mereka ke

perusahaan sehingga nantinya para investor akan mendapatkan return dari

dana yang diinvestasikannya (Trisna & Gayatri, 2019).

Pada umumnya investor mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan

kesejahteraan dengan mengharapkan return atau keuntungan yang diperoleh

dari investasi yang dilakukan. Return atau keuntungan yang akan diperoleh

investor adalah dalam bentuk dividen maupun capital gain (Hardiatmo &

Daljono, 2013). Dividen merupakan bagian laba bersih perusahaan yang

dibagikan kepada para pemegang saham sedangkan capital gain merupakan

selisih positif antara harga perolehan saham dengan harga pasar saham.

Dividen merupakan salah satu bentuk peningkatan wealth pemegang saham.

Dividen merupakan distribusi yang bisa berbentuk kas, aktiva lain,

surat, atau bukti lain yang menyatakan utang perusahaan, dan saham kepada

pemegang saham suatu perusahaan sebagai proporsi dari jumlah saham yang

dimiliki oleh pemilik. Dividen akan dibagikan atau tidak, bagaimana sifat dan

jumlah dividen merupakan masalah yang ditentukan oleh dewan direksi

2

(Utama, 2012). Kebijakan dividen perusahaan tergambar pada dividen payout

ratio-nya, yaitu persentase laba yang dibagikan dalam bentuk tunai. Artinya,

besar kecilnya dividen payout ratio akan mempengaruhi keputusan investasi

para pemegang saham dan disisi lain juga akan berpengaruh terhadap kondisi

perusahaan.

Jensen & Meckling (1976) berpendapat bahwa umumnya pihak

manajemen perusahaan akan menahan kas yang dimiliki untuk melunasi

utang atau meningkatkan investasi. Namun hal ini tidak sejalan dengan

pemegang saham yang mengharapkan dividen kas dalam jumlah relatif besar

karena mereka sudah banyak menanamkan modal disana sehingga tentu saja

ingin menikmati hasil investasi perusahaan tersebut.

Jika suatu perusahaan ingin menahan pendapatannya dalam bentuk laba

ditahan (retained earnings), maka dividen yang dibagikan akan semakin

kecil. Pihak investor cenderung lebih suka perusahaan untuk membagikan

laba atau keuntungan tersebut dalam bentuk dividen untuk meningkatkan

kesejahteraan mereka. Akan tetapi, manajemen juga harus memperhatikan

kelangsungan perusahaan dengan menahan laba untuk diinvestasikan lagi di

masa mendatang (Halviani & Sisdyani, 2014). Oleh karena adanya perbedaan

kepentingan inilah akan memicu timbulnya masalah keagenan (agency

conflict) sesuai dengan agency theory.

Trisna & Gayatri (2019) menjelaskan bahwa untuk mencapai

kesejahteraan perusahaan maupun para pemegang saham, diperlukan

kebijakan-kebijakan yang dapat menyelaraskan kepentingan perusahaan

3

maupun pemegang saham. Kebijakan dividen menjadi salah satu kebijakan

krusial yang harus dipertimbangkan secara tepat karena melibatkan

kepentingan dari banyak pihak yang terkait.

Fenomena yang terjadi adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tidak semua perusahaan membagikan dividen kepada para

pemegang sahamnya, baik itu dalam dividen tunai maupun dividen saham.

Hanya industri tertentu yang dapat membayar dividennya secara konsisten,

walaupun dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham mengalami

perubahan setiap tahunnya (fluktuasi), padahal pihak investor lebih senang

memperoleh kembalian investasi berupa dividen yang stabil. Hal tersebut

disebabkan karena adanya pertimbangan-pertimbangan yang berbeda dalam

membuat keputusan kebijakan dan pembayaran dividen dalam setiap

perusahaan.

Perusahaan LQ 45 merupakan perusahaan yang dikenal dengan

likuiditasnya yang tinggi, selain itu juga memiliki kinerja keuangan yang baik

dan juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar. Kedudukan perusahaan yang

berada di dalam LQ 45 tidak bersifat tetap, setiap tiga bulan sekali dilakukan

review pergerakan ranking saham-saham yang akan dimasukan kedalam

perhitungan Indeks LQ 45 dan setiap enam bulan sekali ada penetapan

kembali saham yang memenuhi kriteria serta mengeliminasi saham yang

tidak memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.

Penelitian ini menggunakan perusahaan LQ 45 sebagai objek

penelitian. Perusahaan yang pernah berada di indeks saham LQ 45 yang

4

listing di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2015-2017 berjumlah 54

perusahaan, namun yang membagikan dividen tunai berturut-turut selama

periode tersebut berjumlah 21 perusahaan. Berikut ini adalah perusahaan LQ

45 di Bursa Efek Indonesia yang berturut-turut membagikan dividen dari

tahun 2015-2017.

Tabel 1.1

Dividend Payout Ratio Perusahaan LQ 45 Tahun 2015-2017

No Kode

Emiten Nama Perusahaan

Dividend Payout Ratio

(%)

2015 2016 2017

1 AKRA PT AKR Corporindo Tbk. 45,74 47,39 66,68

2 ASII PT Astra International Tbk. 49,54 44,87 39,67

3 GGRM PT Gudang Garam Tbk. 77,73 74,92 64,51

4 ICBP PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. 49,75 24,94 49,76

5 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk. 49,70 49,79 49,92

6 INTP PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk. 35,07 88,36 138,55

7 JSMR PT Jasa Marga Tbk. 20,23 32,01 22,14

8 KLBF PT Kalbe Farma Tbk. 44,43 44,84 48,75

9 LPKR PT Lippo Karawaci Tbk. 7,89 3,65 7,27

10 LPPF PT Matahari Department Store Tbk. 70,01 70,01 70,00

11 LSIP PT PP London Sumatera Tbk. 40,50 40,21 40,21

12 PTBA PT Bukit Asam Tbk. 32,79 32,79 16,40

13 PWON PT Pakuwon Jati Tbk. 15,48 12,17 14,27

14 SCMA PT Surya Citra Media Tbk. 79,66 71,12 82,36

15 SMRA PT Summarecon Agung Tbk. 6,78 11,92 13,55

16 SSMS PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk. 30,01 30,01 30,00

17 TLKM PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. 61,59 90,82 76,32

18 UNTR PT United Tractors Tbk. 66,69 10,66 65,65

19 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk. 99,88 99,69 99,67

20 WIKA PT Wijaya Karya Tbk. 17,80 26,48 17,74

21 WSKT PT Waskita Karya Tbk. 20,01 28,35 18,48

Sumber: Output SPSS yang diolah

Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan bahwa pembayaran dividen pada

perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2015 sampai 2017

cenderung mengalami perubahan setiap tahunnya. Seperti yang dialami oleh

5

Astra Internasional Tbk. mengalami penurunan dividen yang cukup

signifikan mulai dari tahun 2015 sampai 2017. Pada tahun 2015 Astra

International Tbk membagikan dividend payout ratio sebesar 49,54%, tahun

2015 sebesar 44,86% dan tahun 2017 sebesar 39,67%. Bahkan masih

ditemukan beberapa perusahaan yang terdatar di LQ 45 tahun 2015 sampai

2017 yang tidak membagikan dividen, hal ini diindikasikan karena

perusahaan ingin meningkatkan kemampuan pembentukan dana internalnya.

Mereka tidak membagikan dividen untuk mengurangi ketergantungan

perusahaan terhadap dana eksternal sekaligus memperkecil risiko perusahaan.

Dengan demikian kebijakan dividen menjadi hal yang penting untuk

dijadikan tolak ukur bagi investor dalam menanamkan modalnya disuatu

perusahaan karena investor menginginkan pembagian dividen yang tinggi.

Hal ini sesuai dengan bird in hand theory yang menyatakan investor

menyukai pendapatan dividen yang tinggi karena pendapatan yang diterima

seperti burung ditangan yang mempunyai nilai lebih tinggi dan risiko yang

kecil dibanding capital gain. Teori ini juga berpendapat bahwa investor

menyukai dividen karena kas ditangan lebih bernilai dibanding kekayaan

dalam bentuk lain (Brigham & Houston, 2012).

Berdasarkan fenomena yang ada, peneliti tertarik untuk memfokuskan

masalah pada masih fluktuatifnya pembayaran dividen serta masih adanya

perusahaan yang tidak membayarkan dividen dengan menghubungkan faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Penelitian ini akan

mengidentifikasi beberapa variabel yang diduga berpengaruh terhadap

6

kebijakan dividen yaitu free cash flow, leverage, profitabilitas, likuiditas dan

ukuran perusahaan.

Banyak faktor yang dapat memengaruhi tingkat kebijakan dividen suatu

perusahaan, salah satunya adalah free cash flow (Utama & Gayatri, 2018).

Pembayaran dividen khususnya dividen tunai sangat tergantung pada posisi

kas yang tersedia. Free cash flow yang dimiliki perusahaan menunjukkan kas

yang tersedia bagi investor (Aristantia & Putra, 2015). Kebijakan dividen

mengurangi aliran kas bebas yang tersedia bagi manajer untuk melakukan

investasi.

Free cash flow merupakan gambaran perusahaan dari arus kas yang

tersedia untuk perusahaan dalam suatu periode akuntansi, setelah dikurangi

dengan biaya operasional dan pengeluaran lainnya (Trisna & Gayatri, 2019).

Perusahaan dengan tingkat aliran kas yang tinggi seharusnya membayar

dividen yang tinggi pula. Free cash flow inilah yang sering menjadi pemicu

timbulnya perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan manajer.

Aliran kas bebas yang tinggi bisa menjadi indikator kinerja perusahaan yang

cukup baik dibanding dengan perusahaan lainnya. Perusahaan dengan aliran

kas bebas yang tinggi diperkirakan akan lebih mampu bertahan dalam

lingkungan yang buruk. Hal ini menunjukan bahwa free cash flow mampu

memengaruhi tingkat kebijakan dividen yang dilakukan oleh perusahaan

untuk pemegang saham.

Selain faktor free cash flow, terdapat faktor lain yang mempengaruhi

kebijakan dividen, yakni leverage. Leverage merupakan suatu keputusan

7

yang diambil oleh pihak manajemen perusahaan untuk dijadikan modal

dalam rangka mendanai perusahaan. Thaib & Taroreh (2015) mengatakan

bahwa utang sebagai salah satu alternatif pengurangan biaya agensi sekaligus

sumber pendanaan.

Adanya leverage tertentu dalam perusahaan berdampak pada kebijakan

dividen suatu perusahaan. Murtini & Rante (2015) menjelasakan bahwa

perusahaan yang memiliki rasio utang yang besar cenderung membagikan

dividen dengan proporsi yang lebih kecil. Hal ini disebakan karena laba yang

diperoleh digunakan untuk melunasi kewajiban. Utang jangka panjang

biasanya disertai oleh sebuah perjanjian utang untuk melindungi kepentingan

kreditur. Hal ini menunjukan bahwa leverage mampu mempengaruhi

kebijakan dividen dalam pembagian dividen.

Menurut Arjana & Suputra (2017) profitabilitas merupakan

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan dividen akan dibagi

apabila perusahaan tersebut memperoleh laba. Profitabilitas mutlak

diperlukan untuk perusahaan apabila hendak membayar dividen. Laba setelah

pajak yang diperoleh perusahaan sebagian dibagikan dalam bentuk dividen

dan sebagian lain ditahan diperusahaan dalam bentuk laba ditahan. Jika laba

yang diperoleh kecil, maka dividen yang dibagikan juga kecil, sedangkan jika

laba yang diperoleh besar maka dividen yang akan diterima perusahaan juga

besar.

8

Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka pendeknya dengan tepat waktu. Bagi perusahaan, dividen

adalah arus kas keluar, dan hal tersebut mempengaruhi posisi dari kas

perusahaan. Semakin likuid sebuah perusahaan, kemungkinan pembayaran

dividen yang dilakukan perusahaan tersebut akan semakin besar (Harun &

Jeandry, 2018).

Ukuran perusahaan menggambarkan skala besar kecilnya perusahaan

yang ditentukan berdasarkan beberapa aspek, diantaranya total penjualan,

total aktiva dan rata-rata penjualan perusahaan. Perusahaan yang berukuran

besar akan memiliki akses yang lebih mudah menuju pasar modal. Suatu

perusahaan besar yang sudah mapan akan memiliki akses yang mudah

menuju pasar modal, sementara perusahaan yang baru dan yang masih kecil

akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki akses ke pasar modal.

Karena kemudahan akses ke pasar modal cukup berarti untuk fleksibilitas dan

kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar, sehingga

perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi dari

pada perusahaan kecil (Akmal, Zainudin, & Yulianti, 2016).

Penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan

dividen sudah dilakukan. Anggraini & Wihandaru (2015) melakukan

penelitian mengenai pengaruh ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan,

free cash flow, leverage, profitabilitas dan struktur kepemilikan terhadap

kebijakan membayar dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI Periode 2011-2014. Hasil penelitian menunjukan bahwa ukuran

9

perusahaan, free cash flow dan profitabilitas mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap kebijakan membayar dividen. Pertumbuhan perusahaan

dan leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan

membayar dividen. Sedangkan struktur kepemilikan tidak berpengaruh

terhadap kebijakan pembayaran dividen.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini &

Wihandaru (2015), (Hasana, Mardani, & Wahono, 2017) yang dalam

penelitiannya menggunakan 12 perusahaan food and beverages yang terdaftar

di BEI Periode 2014-2016. Penelitian tersebut menganalisis pengaruh free

cash flow, profitabilitas, likuiditas dan leverage terhadap kebijakan dividen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel free cash flow dan

profitabilitas berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan dividen,

sedangkan likuiditas dan leverage berpengaruh positif signifikan terhadap

kebijakan dividen.

Argamaya & Putri (2014) dalam penelitiannya menggunakan sampel 32

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013 yang

melakukan analisis pengaruh profitabilitas, leverage, collateralizable asset

dan investment opportunity set terhadap kebijakan dividen. Hasil uji hipotesis

menemukan bahwa profitabilitas dan investment opportunity set berpengaruh

positif terhadap kebijakan dividen, sedangkan collateralizable assets

berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Sementara itu, leverage

tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

Harun & Jeandry (2018) meneliti tentang profitabilitas, free cash flow,

10

leverage, likuiditas dan size terhadap kebijakan dividen pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2011-2015. Hasil analisis

menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan

dividen dan free cash flow berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.

sedangkan leverage, likuiditas dan size tidak berpengaruh terhadap kebijakan

dividen.

Dari uraian hasil penelitian yang telah dikemukakan diatas, masih

ditemukan adanya perbedaan hasil penelitian dari para peneliti sebelumnya.

Perbedaan hasil penelitian tersebut terjadi mungkin karena adanya perbedaan

sampel penelitian serta adanya faktor-faktor lain diluar model penelitian yang

dapat mempengaruhi kebijakan dividen. Hal inilah yang membuat peneliti

ingin meneliti kembali faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen.

Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui bagaimana pengaruh free cash

flow, leverage, profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan terhadap

kebijakan dividen. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

tambahan pengetahuan terkait dengan agency theory untuk menjelaskan

kebijakan dividen.

Penelitian ini mengambil objek penelitian Perusahaan LQ 45 yang

terdaftar di BEI periode 2015-2017. LQ 45 yaitu indeks pasar saham Bursa

Efek Indonesia (BEI) yang terdiri dari perusahaan yang memiliki tingkat

likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Hal ini menjadi pertimbangan

bahwa Perusahaan LQ 45 merupakan 45 perusahaan teratas sehingga

kemungkinan para investor akan lebih memilih perusahaan yang menjanjikan

11

pembagian dividen yang lebih stabil.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh

Harun & Jeandry (2018) yang berjudul “Pengaruh Profitabilitas, Free Cash

Flow, Leverage, Likuiditas dan Size Terhadap Dividen Payout Ratio namun

dengan obyek yang berbeda, yaitu perusahaan LQ 45 yang derdaftar di Bursa

Efek Indonesia selama periode 2015-2017. Dari fenomena dan teori yang

diungkapkan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul: “Pengaruh Free Cash Flow, Leverage, Profitabilitas, Likuiditas

dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan

LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2017”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan di atas, maka

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah free cash flow berpengaruh terhadap kebijakan dividen?

2. Apakah leverage berpengaruh terhadap kebijakan dividen?

3. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen?

4. Apakah likuiditas berpengaruh terhadap kebijakan dividen?

5. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan dividen?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian sebagai

berikut:

1. Untuk menguji secara empiris pengaruh free cash flow terhadap kebijakan

dividen.

12

2. Untuk menguji secara empiris pengaruh leverage terhadap kebijakan

dividen.

3. Untuk menguji secara empiris pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan

dividen.

4. Untuk menguji secara empiris pengaruh likuiditas terhadap kebijakan

dividen.

5. Untuk menguji secara empiris pengaruh ukuran perusahaan terhadap

kebijakan dividen.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan yang

dapat digunakan di masa depan, untuk berbagai pihak antara lain sebagai

berikut

1. Kontribusi Teoritis

a. Bagi kalangan akademis atau mahasiswa, penelitian ini diharapkan

dapat memberikan masukan dan kontribusi bagi perkembangan teori

di Indonesia khususnya mengenai faktor apa saja yang dapat

mempengaruhi keputusan kebijakan dividen di Perusahaan LQ 45

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

b. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

sarana penyebaran informasi mengenai faktor apa saja yang dapat

digunakan untuk memprediksi keputusan kebijakan dividen serta

menambah wawasan akuntansi khususnya subtopik keuangan.

13

2. Kontribusi Praktis

a. Bagi perusahaan, penelitian ini bermanfaat sebagai rujukan dalam

pengambilan keputusan khusunya berkaitan dengan kebijakan

dividen.

b. Bagi investor, sebagai bahan pertimbangan dalam memprediksi dan

mengambil keputusan investasi agar dividen yang akan diterima

sesuai yang diharapkan.

c. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai informasi dan dapat dijadikan

referensi tambahan untuk menambah ilmu pengetahuan serta dalam

bidang ilmu ekonomi khususnya manajemen keuangan mengenai

kebijakan dividen.

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan yang dikemukakan oleh Jensen & Meckling (1976)

merupakan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak yang mana satu

atau lebih principal (pemilik saham) menggunakan agen (manajemen)

untuk menjalankan aktifitas perusahaan. Prinsipal menyediakan fasilitas

dan dana sedangkan agen sebagai pengelola berkewajiban untuk

mrngelola perusahaan.

Menurut teori ini hubungan antara pemilik dan manajer pada

hakekatnya sulit tercipta karena adanya kepentingan yang saling

bertentangan. Manajemen perusahaan cenderung akan membuat

keputusan yang menguntungkan dirinya sendiri. Disisi lain, pemegang

saham tidak memiliki kemampuan untuk mengawasi manajer setiap

harinya untuk memastikan bahwa manajemen bekerja tidak hanya untuk

kepentingannya sendiri melainkan juga untuk kepentingan pemegang

saham selaku investor (Anthony & Govindarajan, 2012).

Konflik keagenan terjadi dalam perusahaan pada hubungan antara

pemegang saham dan manajemen. Pemegang saham menginginkan laba

dibagi dalam bentuk dividen sedangkan manajer menginginkan laba

ditahan untuk pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang.

Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen

15

maka akan mengurangi laba ditahan dan akan berpengaruh terhadap

sumber dana internal. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk

menahan laba yang diperoleh, maka pembentukan dana intern akan

semakin besar namun kepentingan pemegang saham akan terbaikan

(Wahyudi & Priiyadi, 2013).

2. Teori Sinyal (Signalling Theory)

Teori sinyal menurut Brigham & Houston (2010) adalah sebuah

aktivitas atau tindakan perusahaan guna memberikan petunjuk kepada

investor terhadap prospek perusahaan. Sinyal atau isyarat tersebut

dijadikan sebagai petunjuk untuk investor mengenai keadaan perusahaan

sebelum melakukan investasi. Sinyal tersebut dapat berupa informasi

atau laporan mengenai kinerja manajemen yang telah dilakukan guna

merealisasikan keinginan pemegang saham.

Kondisi perusahaan baik saat mengalami keuntungan maupun

kerugian dapat dijadikan berita atau sinyal positif dan negatif bagi

investor atau pemegang saham (Ratih & Damayanthi, 2016). Informasi

mengenai kondisi perusahaan seperti laporan keuangan dan laporan

kegiatan adalah sesuatu kegiatan yang penting sebelum perusahaan

menawarkan sahamnya di pasar. Di dalam informasi tersebut dapat

menjadi sinyal bagi calon investor mengenai kebijakan dividen di suatu

perusahaan (Yuliawan & Wirasedana, 2016). Peningkatan pembayaran

dividen merupakan salah satu sinyal kepada investor, meskipun dividen

dikenakan pajak yang lebih tinggi dibandingkan dengan capital gain,

16

investor mau membayar pajak yang tinggi atas dividen untuk

menukarnya dengan sinyal positif dari dividen sehubungan dengan nilai

dari saham.

3. Pecking Order Theory

Pecking Order Theory adalah teori yang membahas bagaimana

hierarki penggunaan dana keuangan pada perusahaan. Hierarki tersebut

diurutkan berdasarkan tingkat keamanan dari penggunaan dana tersebut

dan dampaknya terhadap perusahaan (Gitman & Zutter, 2015).

Pada dasarnya setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan

operasional menggunakan dana yang tidak sedikit. Perusahaan harus

mengoptimalkan struktur modal agar proporsi yang terdiri dari internal

financing perusahaan yang didapat dari retained earnings, debt

financing, dan external equity financing.

Hierarki yang pertama dalam hal pendanaan yaitu internal

financing yang berasal dari retained earnings. Perusahaan harus

mengutamakan dana internal terlebih dahulu dalam melakukan segala

aktivitas kegiatan operasional perusahaan selama dana internal masih

mampu untuk mendanai operasional. Apabila dana intenal sudah tidak

mampu dalam mendanai aktivitas perusahaannya maka menggunakan

debt financing, yaitu dengan melakukan pinjaman kepada para kreditur.

Jika dana internal dan debt financing sudah tidak mampu mendanai,

maka pilihan terakhir menggunakan external equity financing yaitu

17

dengan menerbitkan saham untuk memperoleh pendanaan (Gitman &

Zutter, 2015).

4. Kebijakan Dividen

a. Pengertian Kebijakan Dividen

Sartono (2010) mendefinisikan kebijakan dividen sebagai

keputusan pengalokasian laba yang diperoleh perusahaan apakah akan

dibagikan dalam bentuk dividen untuk pemegang saham atau

dialokasikan sepenuhnya sebagai laba ditahan yang nantinya akan

diinvestasikan kembali. Sedangkan menurut Sutrisno (2012)

kebijakan dividen merupakan salah satu kebijakan yang harus diambil

manajemen untuk memutuskan apakah laba yang diperoleh

perusahaan selama satu periode akan dibagikan dalam bentuk dividen

dijadikan laba ditahan. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut

dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen merupakan keputusan

manajerial perusahaan tentang bagaimana pengalokasian laba bersih

yang diperoleh perusahaan, apakah akan dibagikan kepada pemegang

saham sebagai return dari investasi yang diberikan atau digunakan

untuk eskpansi dan memaksimalkan operasional perusahaan.

Menurut (Fadli, 2017), kebijakan dividen penting karena 2 (dua)

alasan, yaitu (1) pembayaran dividen mungkin akan mempengaruhi

harga saham, (2) pendapatan yang ditahan (retained earning) biasanya

merupakan sumber tambahan modal sendiri yang terbesar dan

terpenting untuk pertumbuhan perusahaan. Kedua alasan tersebut

18

merupakan dua kepentingan yang bertolak belakang. Untuk itu agar

kedua kepentingan tersebut dapat terpenuhi, manajemen perusahaan

harus memutuskan kebijakan dividen dengan hati-hati dan teliti.

Kebijakan dividen sangat penting bagi perusahaan karena

pembayaran dividen dimungkinkan akan berpengaruh pada nilai

perusahaan dan laba ditahan yang biasanya merupakan sumber dana

internal yang terbesar bagi perusahaan. Kebijakan dividen adalah

bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam keputusan pendanaan

perusahaan. Aspek utama yang penting dari kebijakan dividen

perusahaan adalah menentukan alokasi laba yang tepat antara

pembayaran dividen dengan penambahan saldo laba perusahaan.

apabila perusahaan memilih membagikan laba sebagai dividen maka

tingkat pertumbuhan akan kurang sehingga berdampak negatif pada

kinerja keuangan perusahaan.

Disisi lain, apabila perusahaan tidak membagikan dividen maka

pasar akan memberikan sinyal negatif terhadap prospek perusahaan.

peningkatan dividen memberikan sinyal perubahan yang

menguntungkan dan penurunan dividen merupakam pandangan

pesimis prospek perusahaan dimasa yang akan datang (Prasetyanta,

2016).

b. Teori Kebijakan Dividen

Beberapa teori dapat digunakan sebagai landasan dalam

membuat kebijakan yang tepat bagi perusahaan. Brigham & Houston

19

(2011) menyebutkan beberapa teori kebijakan dividen yaitu:

1) Dividend Irrelevant Theory

Teori ini ditemukan oleh Merton Miller dan Franco

Modigliani. Nilai perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya

dividen payout ratio namun ditentukan oleh laba bersih setelah

pajak dan kelas risiko perusahaan. sehingga teori ini beranggapan

bahwa kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap harga

saham (nilai perusahaan) maupun terhadap biaya modalnya.

2) Bird-in-The Hand Theory

Teori yang di kemukakan oleh Myron Gordon dan John

lintner, berdasarkan teori ini sesungguhnya investor jauh lebih

menyukai pendapatan yang berasal dari dividen dibandingkan

dengan pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal karena

komponen hasil dividen risikonya lebih kecil dari komponen

keuntungan modal (capital gain). Hal tersebut dikarenakan dividen

merupakan faktor yang dapat dikendalikan oleh perusahaan

sedangkan capital gain merupakan faktor yang dikendalikan oleh

pasar melalui mekanisme penentuan harga saham.

3) Teori Preferensi Pajak

Teori preferensi pajak dikemukakan oleh Litzenberger

dan Ramaswamy. Menurut teori ini ada tiga alasan yang

berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor lebih

menyukai pembagian dividen yang rendah daripada yang tinggi,

20

yaitu:

a) Keuntungan modal (capital gain) dikenakan tarif pajak lebih

rendah dari pada pendapatan dividen. Untuk itu, investor

yang memiliki sebagian besar saham mungkin lebih suka

perusahaan menahan dan menanam kembali laba ke dalam

perusahaan.

b) Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai sahamnya

terjual, sehingga ada efek nilai waktu.

c) Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia

meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal

yang terutang. Adanya keunggulan-keunggulan di bidang

perpajakan ini, para investor mungkin lebih menyukai

perusahaan menahan sebagian besar laba mereka.

4) Teori Dividen Residual

Menurut teori dividen residual, perusahaan menetapkan

kebijakan dviden setelah semua investasi yang menguntungkan

habis dibiayai. Dengan kata lain, dividen yang dibayarkan

merupakan sisa (residual) setelah semua usulan investasi yang

menguntungkan habis dibiayai.

Kebijakan dividen residual jika dilakukan akan menyebabkan

fluktuasi pembayaran dividen yang sangat tinggi. Untuk

perusahaan yang memiliki penghasilan yang stabil, pendekatan

residual bisa dilakukan dengan mudah, karena perusahaan mampu

21

memperkirakan pendapatan dan investasi dimasa yang akan

datang. Untuk perusahaan yang pendapatannya tidak stabil,

pendekatan tersebut menjadi lebih sulit dilakukan, karena tidak

mudah memperkirakan periode baik dan buruk

5. Free Cash Flow

Menurut Brigham & Houston (2012) free cash flow adalah aliran

kas yang tersedia untuk dibagikan kepada kreditur dan pemegang saham

setelah perusahaan menginvestasikan kedalam aktiva tetap dan modal

kerja yang diperlukan untuk mempertahankan operasional perusahaan.

Free cash flow dapat digunakan untuk penggunaan diskeresioner seperti

akuisisi dan pembelanjaan modal dengan orientasi pertumbuhan,

pembayaran utang dan pembayaran dividen kepada pemegang saham.

Semakin besar free cash flow yang tersedia dala suatu perusahaan,

maka semakin sehat perusahaan tersebut karena memiliki kas yang

tersedia untuk pertumbuhan, pembayaran utang dan dividen. Jadi

semakin tinggi free cash flow semakin tinggi juga dividen yang

dibayarkan perusahaan, karena perusahaan memiliki ketersediaan kas

yang cukup (Adnan, Gunawan, & Candrasari, 2014).

Aliran kas positif perusahaan akan mencerminkan tingkat kinerja

operasional perusahaan yang baik. Dari sudut peluang investasi,

pemanfaatan sumber dana untuk keperluan investasi dapat memberikan

dampak yang lebih baik dari pada sumber dana eksternal karena hal ini

22

akan mengurangi beban bunga yang dibayarkan (Permata, Nawasiah, &

Indriati, 2018).

6. Leverage

Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh

mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang (Kasmir, 2010). Artinya

seberapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan

dengan aktivanya. Semakin tinggi rasio leverage ini menunjukkan

semakin besar penggunaan utang yang mengakibatkan semakin besar

pula risiko keuangan yang dihadapi oleh perusahaan.

Penggunaan utang ditujukan untuk membantu dalam pencapaian

laba yang diharapkan perusahaan. Namun laba bersih yang diperoleh

tersebut tidak serta merta diikuti dengan kemampuan perusahaan dalam

membayar dividen, sebab kewajiban membayar utang lebih diutamakan

dari pada membayar dividen (Widjaya & Darmawan, 2018).

Leverage mempengaruhi tingkat pengembalian investasi berupa

pendapatan dividen. Perusahaan yang leverage operasinya tinggi akan

memberikan dividen yang rendah. Penggunaan utang yang tinggi akan

menyebabkan penurunan dividen karena sebagian besar keuntungan

dialokasikan untuk pelunasan utang. Peningkatan penggunaan utang

menurunkan tingkat konflik antara manajer dengan pemilik sehingga

pemilik tidak terlalu menuntut pembayaran dividen yang tinggi (Trisna &

Gayatri, 2019).

23

7. Profitabilitas

Menurut Kasmir (2010) profitabilitas merupakan rasio untuk

menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atau

laba dalam suatu periode tertentu. Rasio ini juga memberikan ukuran

tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan

oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.

Profitabilitas bagi perusahaan merupakan kemampuan penggunaan

modal kerja tertentu untuk menghasilkan laba tertentu sehingga

perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam mengembalikan utang-

utangnya baik utang jangka pendek maupun utang jangka panjang serta

pembayaran dividen bagi para investor yang menanamkan modalnya

pada perusahaan tersebut (Harun & Jeandry, 2018).

Semakin tinggi laba yang diperoleh perusahaan maka semakin

besar tingkat pembayaran dividen yang dibagikan kepada pemegang

saham. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan hanya akan

meningkatkan pembayaran dividen apabila laba yang diperoleh

perusahaan tinggi. Dengan kata lain semakin besar keuntungan yang

didapat perusahaan semakin besar kemampuan perusahaan membayar

dividen kepada para investor (Arjana & Suputra, 2017).

8. Likuiditas

Likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara

tepat waktu (Fahmi, 2012). Artinya apabila perusahaan ditagih maka

24

akan mampu memenuhi utang (membayar) utang tersebut terutama utang

yang jatuh tempo. Posisi likuiditas perusahaan pada kemampuannya

pembayaran dividen sangat berpengaruh karena dividen dibayarkan

dengan kas dan tidak dengan laba ditahan, perusahaan harus memiliki

kas tersedia untuk pembayaran dividen. Oleh karena itu perusahaan yang

memiliki likuiditas baik maka kemungkinan pembayaran dividennya

lebih baik.

Likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor yang penting

yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk

menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para

pemegang saham. Oleh karena itu, semakin kuatnya posisi likuiditas

suatu perusahaan maka akan makin besar kemampuannya untuk

membayar dividen (Ginting, 2018).

9. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan pengklasifikasian besar kecilnya

suatu perusahaan. Menurut Brigham & Houston (2010) ukuran

perusahaan merupakan ukuran besar kecilnya sebuah perusahaan yang

ditunjukan atau dinilai dari total aset, total penjualan, jumlah laba, beban

pajak dan lain-lain.

Ukuran perusahaan dianggap mampu mempengaruhi kebijakan

dividen, semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin

mudah pula perusahaan memperoleh sumber pendanaan baik yang

internal maupun eksternal. Menurut Paramita (2015) perusahaan yang

25

memiliki total aktiva yang besar (perusahaan besar) akan lebih banyak

mendapatkan perhatian dari investor, kreditur maupun para pemakai

informasi keuangan lainnya dibandingkan dengan perusahaan kecil.

Perusahaan yang besar relatif memiliki kemudahan akses pendanaan

baik melalui utang ataupun pasar modal. Suatu perusahaan besar dan mapan

akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal, sementara peru-

sahaan yang baru dan kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk

memiliki akses ke pasar modal karena kemudahan akses ke pasar modal

mempengaruhi fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana

yang lebih besar, sehingga perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran

dividen yang lebih tinggi dari pada perusahaan (Arjana & Suputra, 2017).

26

B. Penelitian Terdahulu

Adapun hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian

Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

1 Trisna & Gayatri

(2019)

Ukuran

Perusahaan

Memoderasi

Pengaruh Free

Cash Flow dan

Leverage terhadap

Kebijakan

Dividen

Menggunakan

variabel free

cash flow,

leverage dan

ukuran

perusahaan

Menggunakan

variabel

profitabilitas

dan likuiditas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa free

cash flow berpengaruh terhadap kebijakan

dividen dan ukuran perusahaan mampu

memperkuat pengaruh free cash flow

terhadap kebijakan dividen. Leverage

berpengaruh terhadap kebijakan dividen dan

ukuran perusahaan mampu memperkuat

pengaruh leverage terhadap kebijakan

dividen.

2 Harun & Jeandry

(2018)

Pengaruh

Profitabilitas,

Free Cash Flow,

Leverage,

Likuiditas dan

Terhadap

Dividen Payout

Ratio

Menggunakan

variabel free

cash flow,

profitabilitas,

likuiditas,

leverage dan

ukuran

perusahaan

Objek

Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

profitabilitas berpengaruh terhadap dividen

payout ratio dan free cash flow berpengaruh

terhadap dividen payout ratio perusahaan.

Sedangkan variabel leverage, likuiditas dan

size tidak berpengaruh terhadap dividen

payout ratio.

Bersambung pada halaman berikutnya

27

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian

Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

3 Hasana et al.,

(2017)

Pengaruh Free

Cash Flow,

Profitabilitas

Likuiditas dan

Leverage

Terhadap

Kebijakan

Dividen

Menggunakan

variabel free

cash flow,

profitabilitas

likuiditas dan

leverage

Menggunakan

variabel

ukuran

perusahaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel

free cash flow dan profitabilitast tidak

berpengaruh terhadap kebijakan dividen,

sedangkan likuiditas dan leverage berpengaruh

signifikan terhadap kebijakan dividen.

4 Sari & Budiasih

(2016)

Pengaruh

Kepemilikan

Managerial,

Kepemilikan

Institusional,

Free Cash Flow

dan Profitabilitas

Pada Kebijakan

Dividen

Menggunakan

variabel free

cash flow dan

profitabilitas

Menggunakan

variabel

leverage,

likuiditas dan

ukuran

perusahaan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

variabel kepemilikan managerial dan free cash

flow mempunyai pengaruh signifikan terhadap

dividend payout ratio, serta kepemilikan

institusional dan profitabilitas tidak

berpengaruh signifikan pada dividen payout

ratio.

Bersambung pada halaman berikutnya

28

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian

Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

5 (Khan et al.,

(2013)

Impact

Assessment Of

Financial

Performance And

Leverage On

Dividend Policy

Of

Pakistan

Chemical and

Pharmaceutical

Industries

Menggunakan

variabel

Profitabilitas,

Leverage

Menggunakan

variabel free

cash flow,

likuiditas dan

ukuran

perusahaan

Hasilnya penelitian menunjukan bahwa

profitabilitas dari setiap perusahaan

berpengaru signifikan dalam pembayaran

dividen sementara leverage tidak berpengaruh

signifikan terhadap pembayaran dividen

perusahaan. Selanjutnya, log variabel kontrol

dari total aset jug berpengaruh signifikan

dalam pembayaran dividen dari kedua

Industry.

6 Sindhu (2014) Relationship

between free cash

flow and

dividend:

Moderating role

of firm size:

evidence in

Pakistan

Menggunakan

variabel free

cash flow dan

ukuran

perusahaan

Menggunakan

variabel

profitabilitas,

leverage dan

likuiditas

Hasil uji penelitian ini menunjukkan bahwa

free cash flow memiliki pengaruh signifikan

secara statistik dengan kebijakan deviden.

Model moderator kedua menunjukkan hasil

yang tidak signifikan dengan hubungan antara

free cash flow dan kebijakan dividen dengan

ukuran perusahaan sebagai mediasi.

Bersambung pada halaman berikutnya

29

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian

Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

7 Lestari &

Sulistyawati

(2017)

Kebijakan

Dividen Pada

Indeks Saham LQ

45 Di Bursa Efek

Indonesia

Menggunakan

variabel

profitabilitas,

leverage dan

likuiditas

Menggunakan

variabel free

cash flow dan

ukuran

perusahaan

Hasilnya penelitian menunjukan bahwa

profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap

kebijakan dividen.

Total asset turn over berpengaruh signifikan

terhadap kebijakan dividen.

Sedangkan leverage, likuiditas, asset growth

dan insider ownership tidak berpengaruh

terhadap kebijakan dividen

8 Sari & Wiksuana

(2018)

Peran

Profitabilitas

Dalam

Memediasi

Pengaruh

Financial

Leverage Dan

Investment

Opportunity Set

Terhadap

Kebijakan

Dividen Di

Bursa Efek

Indonesia

Menggunakan

variabel

profitabilitas

dan leverage

Menggunakan

variabel free

cash flow,

likuiditas dan

ukuran

perusahaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa financial

leverage berpengaruh signifikan terhadap

kebijakan dividen. Investment opportunity set

tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap

kebijakan dividen. Profitabilitas mampu

memediasi pengaruh financial leverage dan

investment opportunity set terhadap kebijakan

dividen

Bersambung pada halaman berikutnya

30

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian

Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

9 Arjana & Suputra

(2017)

Pengaruh

Profitabilitas,

Leverage, Ukuran

Perusahaan dan

Corporate Sosial

Responsibility

Pada Kebijakan

Dividen

Menggunakan

variabel

profitabilitas,

leverage,

ukuran

Perusahaan

Menggunakan

variabel free

cash flow dan

likuditas

Hasil analisis menunjukan bahwa:

profitabilitas berpengaruh pada kebijakan

dividen. Leverage tidak berpengaruh pada

kebijakan dividen. Ukuran perusahaan

berpengaruh pada kebijakan dividen, dan

corporate social responsibility berpengaruh

pada kebijakan dividen.

10 Paramita (2015) Free Cash Flow,

Leverage, Ukuran

dan Siklus Hidup

Perusahaan: Bukti

Kebijakan

Deviden di

Indonesia

Menggunakan

variabel free

cash flow,

leverage dan

ukuran

perusahaan

Menggunakan

variabel

profitabilitas

dan likuiditas

Hasil uji penelitian ini menunjukkan bahwa

free cash flow dan leverage berpengaruh

terhadap kebijakan dividen. Sedangkan ukuran

perusahaan dan siklus hidup perusahaan tidak

berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

Bersambung pada halaman berikutnya

31

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian

Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

11 Issa (2018) The Determinants

Of Dividend

Policy: Evidences

From Malaysia

Firms

Menggunakan

variabel free

cash flow,

profitabilitas,

ukuran

perusahaan

Menggunakan

variabel

leverage dan

likuiditas

Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel

Profitabilitas, market to book value, market

capitalization, business risk, ukuran

perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan

dividen. Sedangkan free cash flow dan growth

opportunities tidak berpengaruh terhadap

kebijakan dividen.

12 (Rostamlu,

Pirayesh, &

Hasani, 2016)

The Effect of Free

Cash Flow-based

Agency Costs on

Dividends in

Companies

Listed on the

Tehran Stock

Exchange (TSE)

Menggunakn

variabel free

cash flow,

leverage,

profitabilitas

dan ukuran

perusahaan

Menggunakan

variabel

likuiditas

Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel

Free cash flow dan pertumbuhan perusahaan

tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

Sedangkan variabel leverage, profitabilitas dan

ukuran perusahaan berpengaruh terhadap

kebijakan dividen

32

C. Pengembangan Hipotesis

1. Free Cash Flow terhadap Kebijakan Dividen

Free cash flow merupakan gambaran perusahaan dari arus kas yang

tersedia untuk perusahaan dalam suatu periode akuntansi, setelah

dikurangi dengan biaya operasional dan pengeluaran lainnya.

Pembayaran dividen khususnya dividen tunai sangat tergantung pada

posisi kas yang tersedia (Utama & Gayatri, 2018). Semakin bertambah

besarnya free cash flow yang ada dalam sebuah perusahaan, disinyalir

perusahaan tersebut memiliki sejumlah kas yang tersedia untuk

dibayarkan dalam bentuk dividen kepada para pemegang saham.

Peningkatan free cash flow akan memberikan sinyal pada peningkatan

dividen yang akan dibagikan pada para pemegang saham (Kafata &

Hartono, 2018).

Penelitian yang dilakukan oleh Paramita (2015) menunjukkan

bahwa free cash flow berpengaruh signifikan terhadap kebijakan

dividen. Perusahaan yang memiliki free cash flow memiliki kemungkinan

besar untuk membagikan dividen. Pada saat suatu perusahaan memiliki

aliran free cash flow, perusahaan dianggap mempunyai fleksibilitas

keuangan yang memuaskan. Sehingga perusahaan yang memiliki free

cash flow mempunyai kemungkinan besar membagikan dividen, hal ini

bertujuan untuk mengurangi masalah keagenan yang mungkin terjadi

karena penggunaan free cash flow. Penelitian lain yang dilakukan oleh

Sari & Budiasih (2016), Silaban & Pengestuti (2017) serta Mangundap,

33

Ilat, & Pusung (2018) menyatakan bahwa free cash flow berpengaruh

terhadap kebijakan dividen.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Arilaha (2009), Utama

& Gayatri (2018) serta Kafata & Hartono (2018) memberikan hasil yang

berlawanan yakni free cash flow tidak berpengaruh terhadap kebijakan

dividen. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka dirumuskan

hipotesis sebagai berikut:

H1: Free Cash Flow berpengaruh signifikan terhadap Kebijakan Dividen

2. Leverage terhadap Kebijakan Dividen

Leverage merupakan suatu keputusan yang diambil oleh pihak

manajemen perusahaan untuk dijadikan modal dalam rangka mendanai

perusahaan. Menurut Trisna & Gayatri (2019) adanya leverage dalam

perusahaan berdampak pada kebijakan dividen suatu perusahaan.

perusahaan yang memiliki rasio utang yang besar cenderung mebagikan

dividen dengan proporsi yang lebih kecil. Hal ini disebakan karena laba

yang diperoleh digunakan untuk melunasi kewajiban. Utang jangka

panjang biasanya disertai oleh sebuah perjanjian utang untuk meindungi

kepentingan kreditur. Kreditur biasanya membatasi pembayaran dividen,

pembelian saham beredar, dan penambahan utang yang untung menjamin

pembayaran pokok utang dan bunga pada saat jatuh tempo.

Perusahaan yang memiliki tingkat hutang tinggi maka agency cost

of debt harus dikurangi melalui pengurangan utang. Mengurangi utang

34

dapat dilakukan dengan membiayai investasi yang bersumber dari dana

internal sehingga akan menurunkan alokasi dividen kepada para

pemegang saham(Arjana & Suputra, 2017).

Penelitian yang dilakukan oleh (Devi & Erawati, 2014)

menunjukan bahwa leverage berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

semakin besar utang yang dimiliki perusahan maka semakin kecil dividen

yang akan dibagikan kepada investor. Penelitian lain yang dilakukan oleh

Trisna & Gayatri (2019) serta Sari & Wiksuana (2018) menyatakan

bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.

Namun penelitan yang dilakukan oleh Lestari & Sulistyawati

(2017) serta Ginting (2018) memberikan hasil yang berbeda, bahwa

leverage tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan

uraian yang telah dijelaskan, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2: Leverage berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen

3. Profitabilitas terhadap Kebijakan Dividen

Profitabilitas adalah alat untuk mengukur seberapa besar efektivitas

manajemen perusahaan dalam mengelola aset dan modal yang dimiliki

perusahaan untuk menghasilkan laba bagi perusahaan. Semakin besar

profitabilitas mensinyalir bahwa kinerja perusahaan semakin meningkat

karena tingkat kembalian investasi (return) yang semakin besar, dengan

demikian meningkatnya profitabilitas juga akan meningkatkan

35

pendapatan dividen terutama dividen kas (Anggraini & Wihandaru,

2015).

Menurut Arjana & Suputra (2017) profitabilitas suatu perusahaan

dapat dinilai melalui berbagai cara tergantung pada laba dan modal yang

akan diperbandingkan satu dengan lainnya. Semakin tinggi tingkat laba

maka semakin besar tingkat pembayaran dividen yang dibagikan kepada

pemegang saham. Hal ini sesuai dengan signaling theory yang

menjelaskan bahwa pihak manajemen akan membayarkan dividen untuk

memberi sinyal mengenai keberhasilan perusahaan membukukan profit.

Penelitian yang dilakukan oleh Sari & Wiksuana (2018), Silaban &

Pengestuti (2017) serta Apriliani & Natalylova (2017) menyatakan

bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

Namun hasil penelitian yang dilakukan oleh Lopolusi (2013) serta

Sari & Budiasih (2016) menyatakan bahwa profitabilitas tidak

berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan uraian yang telah

dijelaskan, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3: Profiitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Kebijakan Dividen

4. Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen

Likuditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka pendeknya menggunakan seluruh aset lancar yang

dimiliki sebelum jatuh tempo. Likuiditas dari suatu perusahaan

merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan sebelum

36

mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya deviden yang akan

dibayarkan kepada para pemegang saham Lestari & Sulistyawati (2017).

Bagi perusahaan, dividen adalah arus kas keluar dan hal tersebut

mempengaruhi posisi dari kas perusahaan. Semakin likuid sebuah

perusahaan, kemungkinan pembayaran dividen yang dilakukan

perusahaan tersebut akan semakin besar (Harun & Jeandry, 2018).

Penelitian yang dilakukan oleh Hasana et al., (2017) menunjukkan

hubungan yang signifikan terhadap kebijakan dividen. Dividen yang

dibagikan kepada para pemegang saham dibayar dengan menggunakan

kas yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi current ratio menunjukan

semakin besar kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka

pendeknya. Tingginya current ratio menunjukkan kepercayaan

pemegang saham terhadap perusahaan untuk membayar dividen.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Sunarya (2013) dan Apriliani &

Natalylova (2017) menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh terhadap

kebijakan dividen.

Namun penelitian yang dilakukan oleh Lopolusi (2013) serta

Yusman (2018) menyatakan bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap

kebijakan dividen. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka

dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H4: Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap Kebijakan Dividen

37

5. Ukuran Perusahaan terhadap terhadap Kebijakan Dividen

Ukuran perusahaan adalah gambaran perusahaan yang

menunjukkan keberhasilan perusahaan yang dapat tercermin dari total

aset yang dimiliki perusahaan. Perusahaan besar akan memberikan

pembayaran dividen yang tinggi, karena perusahaan besar tentu lebih

stabil dalam menghasilkan laba, serta lebih mampu memanfaatkan

sumber daya yang dimilikinya daripada perusahaan kecil. Perusahaan

kecil akan memberikan pembayaran dividen yang lebih rendah karena

laba yang dihasilkan dialokasikan pada laba ditahan untuk menambah

aset perusahaan (Devi & Erawati, 2014).

Sebuah perusahaan yang besar dan mapan akan memiliki akses

yang lebih mudah ke pasar modal, sedangkan perusahaan kecil lebih sulit

untuk mengaksesnya. Kemudahan akses ke pasar modal dapat diartikan

adanya fleksibilitas dan kemampuan perusahaan. Menurut Lopolusi

(2013) semakin besar ukuran perusahaan maka omset yang dihasilkan

juga semakin tinggi dan menyebabkan laba yang dihasilkan tingggi. Jika

laba yang dihasilkan tinggi maka dividen yang akan dibagikan juga

semakin tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Paramita (2015),

Anggraini & Wihandaru (2015) serta Apriliani & Natalylova (2017)

menyatakan bahwa ukuran perushaan berpengaruh terhadap kebijakan

dividen.

Namun penelitian yang dilakukan oleh Elinda & Sukirman (2015),

Harun & Jeandry (2018) menyatakan bahwa ukuran perusahan tidak

38

berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan uraian yang telah

dijelaskan, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H5: Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Kebijakan

Dividen

39

D. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar

2.1.

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Investor pada suatu perusahaan tentu mengharapkan

return baik itu dalam bentuk dividen maupun capital

gains. Di lain pihak perusahaan ingin menahan

sebagian besar dari pendapatan yang diperoleh

perusahaan digunakan untuk ekspansi perusahaan.

Perusahaan dalam pengambilan keputusan harus

lebih cermat dalam menentukan apakah laba yang

diperoleh akan dibagikan dalam bentuk dividen,

atau ditahan untuk keperluan reinvestasi kegiatan

operasional. Dalam menentukan besar kecilnya

dividen yang akan dibagikan kepada pemegang

saham harus mempertimbangkan beberapa faktor

yang mempengaruhinya.

GAP

Pengaruh Free Cash Flow, Leverage, Profitabilitas, Likuiditas Dan Ukuran Perusahaan Terhadap

Kebijakan Dividen

Basis Teori: Teori Agensi

Metode analisis: Analisi Regresi Berganda

Hasil Pengujian dan Pembahasan

Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan dan Saran

Free Cash Flow (X1)

Leverage (X2)

Kebijakan Dividen (Y) Profitabilitas (X3)

Likuiditas (X4)

Ukuran Perusahaan (X5)

40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini bertujuan

untuk menganalisis hubungan kausalitas yang digunakan untuk menjelaskan

pengaruh variabel independen, yang terdiri dari free cash flow, leverage,

profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan terhadap variabel dependen,

yaitu kebijakan dividen. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

semua Perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adapun

periode yang diambil dalam penelitian ini adalah tahun 2015-2017.

Berdasarkan jenisnya penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif,

yakni menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel

penelitian dengan angka dan melakukan analisis data sekunder dengan

prosedur statistik. Dimana data yang digunakan berupa angka yang diperoleh

dari laporan keuangan perusahaan dengan mengakses website Bursa Efek

Indonesia yakni www.idx.co.id.

B. Metode Penentuan Sampel

Pada penelitian ini, populasi yang digunakan adalah semua perusahaan

LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tahun yang dijadikan dasar

pengambilan data adalah tahun pelaporan 2015-2017. Metode penentuan

sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan

sampel berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu. Adapun kriteria

penentuan sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

41

1. Perusahaan yang masuk dalam kategori LQ 45 dan bertahan selama tahun

2015-2017.

2. Perusahaan tersebut melaporkan annual report tahun 2015-2017 yang

dapat diakses melalui website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) dan

website perusahaan. Artinya, informasi yang terdapat dalam laporan

tahunan tersebut adalah accessible.

3. Perusahaan LQ 45 yang membagikan deviden selama periode 2015-2017.

4. Laporan Keuangan perusahaan disajikan dalam Rupiah.

5. Perusahaan yang memiliki data lengkap yang dibutuhkan penulis dalam

penelitian ini yaitu free cash flow, leverage, profitabilitas, likuiditas,

ukuran perusahaan dan kebijakan dividen.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode

dokumentasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder

yang diperoleh dari analisis laporan keuangan masing-masing sampel

perusahaan yang diolah dari data laporan keuangan tahunan untuk mencari

sisi variabel free cash flow, leverage, profitabilitas, likuiditas dan ukuran

perusahaan sedangkan untuk variabel kebijakan dividen diolah dari Indonesia

Capital Market Directory (ICMD) yang keduanya diperoleh melalui website

BEI yakni www.idx.co.id.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi

yang perhitungannya menggunakan software SPSS versi 25. Regresi

42

digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen. Penelitian ini menggunakan regresi linear berganda karena

variabel independen yang digunakan lebih dari satu variabel. Metode analisis

regresi linear berganda yang digunakan pada penelitian ini meliputi statistik

deskriptif, uji asumsi klasik dan uji hipotesis.

1. Statistik Deskriptif

Statistik deksriptif memberikan gambaran atau deksripsi suatu data

yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,

minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi)

(Ghozali, 2018). Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata serta standar

deviasi. Sedangkan metode analisis dara dilakukan dengan bantuan

software SPSS vesri 25.

2. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan analisis regresi linear berganda terhadap data

yang diperoleh dalam penelitian, maka terlebih dahulu harus dilakukan uji

asumsi klasik untuk mendeteksi apakah data dalam penelitian ini terjadi

penyimpangan. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini

adalah uji normalitas, uji multikolonieritas uji heteroskedastisitas dan uji

autokorelasi.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah model regresi,

variabel pengganggu atau residual berdistribusi normal atau tidak.

43

Model regresi yang baik adalah distribusi datanya baik atau mendekati

normal. variabel pengganggu atau residual dapat dideteksi berdistribusi

normal atau tidak dengan menggunakan dua pendekatan analisis yaitu

analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2018). Metode statistik yang

dapat digunakan dalam uji normalitas salah satunya dapat diukur

dengan menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnov dengan taraf

signifikansi yaitu 0,05. Berdasarkan taraf tersebut dapat disimpulkan

bahwa:

1) Jika nilai Sig >0,05, maka distribusi bersifat normal

2) Jika nilai Sig <0,05, maka distribusi bersifat tidak normal

b. Uji Multikolinearitas

Multikolonieritas adalah suatu kondisi yang menunjukan dimana

satu atau lebih variabel independen terdapat korelasi dengan variabel

independen lainnya (Ghozali, 2018). Uji multikolenearitas bertujuan

untuk menguji apakah model regresi tersebut ditemukan adanya

hubungan korelasi atau keterkaitan antara variabel independen. Model

yang baik adalah yang menunjukkan tidak adanya hubungan korelasi

antara variabel independen.

Metode yang digunakan untuk uji multikolonieritas dalam

persamaan regresi dilakukan dengan meregresikan model analisis dan

melakukaj uji korelasi antar variabel independen dengan menggunakan

tolerance value dan varian inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance

value < 0,10 dan nilai VIF > 10 maka tidak terjadi multikolinearitas.

44

Karena tolerance value tersebut memiliki limit atau batasan nilai >0,10

dan nilai VIF <10 (Ghozali, 2018).

c. Uji AutoKorelasi

Menurut Ghozali (2018) uji autokorelasi bertujuan untuk menguji

apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan

pengganggu pada periode t (saat ini) dengan kesalahan pengganggu

pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka disebut ada

permasalahan autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang

berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini

timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu

suatu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada

data runtut waktu (time series) karena gangguan pada seseorang

individu/kelompok cenderung mempengaruhi gangguan pada

individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya. Model regresi

yang baik adalah yang bebas dari permasalahan autokorelasi.

Salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau

tidaknya autokorelasi adalah dengan Uji Durbin Watson (DW Test)

pada tabel Model Summary (Ghozali, 2018). Uji ini bertujuan untuk

menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara

kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu

pada periode t-1 (sebelumnya) untuk menguji ada tidaknya

autokorelasi. Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi

adalah sebagai berikut:

45

1) Apabila nilai DW terletak diantara batas atas atau upper bound (du)

dan (4-du) maka koefisien autokorelasi = 0, berarti tidak ada

autokorelasi.

2) Apabila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower

bound (dl) maka autokorelasi > 0, berarti ada autokorelasi positif.

3) Apabila DW lebih besar dari (4-dl) maka koefisien autokorelasi < 0,

berarti ada autokorelasi negatif.

4) Apabila DW terletak antara (du) dan (dl) atau DW terletak antara (4-

du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

Cara lain untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah

autokorelasi, yaitu menggunakan metode Run test sebagai salah satu uji

statistik non-parametrik (Ghozali, 2018). Run test merupakan salah

satu analisis non-parametrik yang dapat digunakan untuk menguji

apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual

tidak terdapat korelasi maka dikatakan bahwa nilai residual adalah acak

atau random. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual

terjadi secara random atau tidak (sistematis). Apabila tingkat

signifikansi hasil uji Run test di atas 0,05 atau lebih dari 0,05 maka

tidak terdapat gejala autokorelasi.

d. Uji Heterokedastisitas

Heterokedastisitas merupakan suatu varian pengganggu yang

tidak mempunyai varian yang sama untuk setiap observasi sehingga

mengakibatkan penafsiran regresi tidak efisien. Uji heterokedastisitas

46

merupakan pengujian untuk menguji apakah dalam model regresi

tersebut adanya ketidaksamaan antara nilai residual dari satu

pengamatan ke pengamatan lainnya (Ghozali, 2018). Jika adanya

kesamaan antara pengamatan satu ke pengamatan lainnya maka disebut

homokedastisitas, sedangkan jika adanya perbedaan dinamakan

heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang

homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Dalam pengujian

heterokedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan analisis grafik

dan uji statistik.

Salah satu uji statistik yang dapat digunakan adalah uji gletser.

Uji gletser dilakukan dengan meregresi nilai residual terhadap variabel

independen (Ghozali, 2018). Apabila nilai signifikansi variabel diatas

0,05 maka model regresi dapat dikatakan tidak mengandung

heterokedastisitas. Sebaliknya apabila model regresi nilai

signifikansinya dibawah 0,05 maka dapat dikatakan model regresi

mengandung heterokedastisitas.

3. Pengujian Hipotesis

a. Analisis Regresi Berganda

Pada dasarnya analisis regresi berganda sama konsepnya dengan

analisis regresi sederhana, tetapi yang membedakan adalah jumlah

variabel bebas (independen). Pada analisis regresi sederhana terdiri

dari dua variabel (satu variabel dependen dan satu variabel

independen). Sedangkan pada analisis regresi berganda terdapat satu

47

variabel dependen dan dua atau lebih variabel dependen. Hipotesis

dalam penelitia ini diuji dengan menggunakan analisis regresi

berganda. Uji analisis berganda bertujuan untuk menguji adanya

pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen.

Hal tersebut dapat diukur dari uji statistik F, koefisien determinasi

(R2) dan uji statistik t (Arifin, 2017).

Varibel independen dalam penelitian ini adalah free cash flow,

leverage, profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan. Sedangakan

variabel dependennya adalah kebijakan dividen. Persamaan regresi

untuk menguji hipotessis tersebut sebagai berikut :

Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e

Keterangan:

Y = Kebijakan Dividen

α = Konstanta

b = Koefisien Regresi

X1 = Free Cash flow

X2 = Leverage

X3 = Profitabilitas

X4 = Likuiditas

X5 = Ukuran Perusahaan

e = Error

48

1) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji F pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui apakah

semua variabel independen yang dimasukan dalam model

mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel

dependen (Ghozali, 2018). Jika variabel independen mempunyai

pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen maka

persamaan regresi yang diperoleh dapat diandalkan atau model

penelitian yang digunakan sudah fit. Untuk menguji hipotesis ini

digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan

sebagai berikut:

a) Jika nilai signifikansinya lebih dari 5%, maka Ho diterima

dan Ha ditolak. Ini berarti bahwa variabel independen tidak

mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel

dependen.

b) Jika nilai signifikansinya kurang dari 5%, maka Ho ditolak

dan Ha diterima. Ini berarti bahwa variabel independen

mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel

dependen.

2) Uji Koefisien Determinasi (R2)

Pengujian ini yaitu untuk menguji seberapa besar model

penelitian tersebut memiliki kontribusi dalam menerangkan

variabel dependen. Nilai koefesien determinasi berkisar antara nol

dan satu. Nilai R2 yang kecil menjelaskan bahwa kemampuan

49

variabel bebas (independen) dalam menjelaskan variabel

terikatnya (dependen) masih terbatas. Nilai yang mendekati satu

berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel

dependen.

Kelemahan yang mendasar dalam dalam menggunakan

koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah independen

yang dimasukkan dalam model. Apabila satu variabel independen

ditambah, R2 akan meningkat tanpa mempedulikan apakah

variabel tersebut signifikan atau tidak terhadap variabel dependen.

Oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan nilai adjusted

R2 karena memiliki jumlah variabel independen lebih dari satu.

Sama seperti R2 nilai adjusted R2 juga berkisar antara nol san

satu. Apabila mendekati nilai 1 berarti semakin kuat variabel

independen menjelaskan variabel dependen (Ghozali, 2018).

3) Uji t (t Test)

Uji t dilakukan untuk menguji pengaruh masing-masing

variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria

pengambilan keputusan dilakukan denga tingkan signifikansi 5%

(Ghozali, 2018).

a) Jika nilai signifikansinya lebih dari 5%, maka Ho diterima

dan Ha ditolak. Ini berarti bahwa variabel independen tidak

mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel

50

dependen.

b) Jika nilai signifikansinya kurang dari 5%, maka Ho ditolak

dan Ha diterima. Ini berarti bahwa variabel independen

mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel

dependen

E. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Pada bagian ini akan dijelaskan dan diuraikan definisi dari masing-

masing variabel-variabel yang digunakan berikut dengan operasional dan cara

pengukurannya.

1. Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen merupakan suatu keputusan dimana laba yang

didapat perusahaan apakah akan dibagikan pada para pemegang saham

sebagai dividen atau akan ditahan yang berupa laba ditahan untuk

selanjutnya digunakan dalam rangka pembiayaan investasi perusahaan

dimasa mendatang (Kafata & Hartono, 2018). Dalam penelitian Trisna &

Gayatri (2019) kebijakan dividen diukur dengan menggunakan Dividend

Payout Ratio (DPR).

𝐷𝑃𝑅 = 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑃𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒

𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒

2. Free Cash Flow

Free cash flow dapat diartikan sebagai kas yang diperoleh dari

selisih aktivitas operasi dengan capital expenditures yang oleh

perusahaan dibelanjakan dengan tujuan memenuhi kapasitas produksi.

51

Diskresioner ini dimanfaatkan perusahaan untuk melakukan akuisisi dan

pembelanjaan modal yang berorientasi pada pertumbuhan, pembayaran

hutang maupun dividen perusahaan (Sari & Budiasih, 2016).

Free cash flow perusahaan yang semakin tinggi, akan memberikan

peluang bagi perusahaan untuk membayar dividen atau menahannya

sebagai laba ditahan. Selain itu perusahaan yang mempunyai free cash

flow lebih tinggi harus membayar lebih deviden untuk mengurangi biaya

keagenan. Pengukuran untuk free cash flow menggunakan rumus yang

digunakan oleh Hasana et al., (2017).

𝐹𝐶𝐹 = 𝐴𝐾𝑂 − 𝑃𝑀𝐵 − 𝑃𝑀𝐾

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡

3. Leverage

Leverage merupakan suatu ukuran yang menunjukkan bagaimana

perusahaan menggunakan utang untuk mendanai pembiayaan investasi

perusahaan. Semakin tinggi rasio leverage menunjukkan semakin besar

pengguanaan utang yang mengakibatkan semakin besar pula risiko

keuangan yang dihadapi oleh perusahaan yang akan mempengaruhi

pembayaran dividen (Paramita, 2015).

Menurut Argamaya & Putri (2014) rasio yang digunakan untuk

mengukur variabel leverage adalah Debt to Equity Ratio (DER) dengan

jenis skala yaitu skala rasio.

𝐷𝐸𝑅 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙

52

4. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam

memperoleh keuntungan (Ratih & Damayanthi, 2016). Rasio ini juga

memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan.

Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur seberapa besar efektivitas

manajemen perusahaan dalam mengelola aset dan modal yang dimiliki

perusahaan untuk menghasilkan laba bagi perusahaan. Sari & Budiasih

(2016) dalam penelitiannya mengunakan return on asset untuk mengukur

profitabilitas.

𝑅𝑂𝐴 = 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡

5. Likuiditas

Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan mendanai

operasional perusahaan dan melunasi kewajiban jangka pendeknya

(Ginting, 2018). Semakin kuatnya posisi likuiditas suatu perusahaan

maka akan makin besar kemampuannya untuk membayar dividen. Hal ini

berarti bahwa makin kuat posisi likuiditasnya suatu perusahaan terhadap

prospek kebutuhan dana diwaktu-waktu mendatang, akan makin tinggi

rasio pembayaran dividennya Likuiditas dapat diproksikan dengan

menggunakan rumus current ratio (Lismawati & Suryanto, 2017).

𝐶𝑅 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

53

6. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan menggambarkan skala besar kecilnya

perusahaan. Besar kecilnya usaha tersebut ditinjau dari lapangan usaha

yang dijalankan (Anggraini & Wihandaru, 2015). Penentuan skala besar

kecilnya perusahaan dapat ditentukan berdasarkan total penjualan, total

assets, rata-rata tingkat penjualan. Rumus menghitung besarnya ukuran

perusahaan yaitu berdasarkan logaritma natural dari total aset (Paramita,

2015).

𝐹𝑖𝑟𝑚 = 𝐿𝑛 (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡)

Adapun operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini

dapat dilihat dalam tabel 3.1

54

Tabel 3.1

Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Pengukuran Skala

1 Kebijakan Dividen

(Trisna & Gayatri,

2019)

𝐷𝑃𝑅 = 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑃𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒

𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒 Rasio

2 Free Cash Flow

(Hasana et al., 2017) 𝐹𝐶𝐹 = 𝐴𝐾𝑂 − 𝑃𝑀𝐵 − 𝑃𝑀𝐾

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 Rasio

3 Leverage

(Paramita, 2015) 𝐷𝐸𝑅 =

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 Rasio

4 Profitabilitas (Sari &

Budiasih, 2016) 𝑅𝑂𝐴 = 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 Rasio

5 Likuiditas

(Lismawati &

Suryanto, 2017)

𝐶𝑅 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 Rasio

6 Ukuran Perusahaan

(Apriliani &

Natalylova, 2017)

𝐹𝑖𝑟𝑚 𝑆𝑖𝑧𝑒 = 𝐿𝑛 (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡)

Rasio

55

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

Dalam penelitian ini penentuan sampel menggunakan metode purposive

sampling. Penelitian secara purposive sampling mengindikasikan bahwa

sampel yang digunakan dalam penelitian merupakan representasi dari

populasi yang ada serta sesuai dengan tujuan penelitian.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia yang berada di dalam LQ 45. Penilitian ini mengambil

sampel selama tiga tahun, yaitu tahun 2015, 2016 dan 2017. Adapun data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari

laporan keuangan dan laporan tahunan 2015, 2016 dan 2017 yang diakses

melalui website resmi Bursa Efek Indonesia pada alamat website

www.idx.co.id. Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah

ditetapkan dijelaskan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1

Tahapan Seleksi Sampel Penelitian dengan Kriteria

No Kriteria Jumlah

1. Perusaahaan yang pernah terdaftar di Bursa Efek

Indonesia yang berada di dalam LQ 45 tahun 2015-

2017

54

2. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

yang tidak konsisten berada di dalam LQ 45 tahun

2015-2017

(20)

3. Perusahaan LQ 45 yang tidak membagikan dividen

selama tahun 2015-2017

(7)

Bersambung pada halaman berikutnya

56

4. Perusahaan LQ 45 yang laporan keuangannya tidak

menyajikan data yang lengkap dan memenuhi

kriteria

(5)

5 Perusahaan Perusahaan LQ 45 yang tidak

menggunakan mata uang rupiah dalam laporan

keuangannya

(1)

Jumlah Sampel Perusahaan 21

Periode Penelitian 3

Jumlah Sample Akhir 63

Sumber: Diolah dari berbagai sumber referensi

Berdasarkan tabel 4.1 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia yang berada di dalam LQ 45 selama tahun 2015-2017 berjumlah

54 perusahaan. Sebanyak 20 perusahaan tidak konsisten berada di dalam LQ

45, sementara itu terdapat 7 perusahaan yang tidak membagikan dividen

selama tahun 2015-2017. Sebanyak 5 perusahaan tidak menyajikan data yang

lengkap dan memenuhi kriteria serta terdapat 1 perusahaan yang tidak

menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang rupiah. Dengan demikian

jumlah perusahaan LQ 45 tahun 2015-2017 yang sesuai dengan kriteria dan

dapat dijadikan sampel sebanyak 21 perusahaan, sehingga total sampel data

penelitian selama tahun 2015-2017 sebanyak 63 perusahaan.

B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian

Metode pengujian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan

memakai statistik deskriptif, asumsi klasik dan regresi linear berganda.

Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh

variabel independen free cash flow, leverage, profitabilitas, likuiditas dan

ukuran perusahaan terhadap variabel dependen yaitu kebijakan dividen.

57

1. Uji Statistik Deskriptif

Uji deskriptif merupakan suatu metode dimana semua data yang

berhubungan dengan penelitian dikumpulkan dan dikelompokkan untuk

kemudian di analisis dan diinterprestasikan secara objektif. Hasil uji

statistik deskriptif menggambarkan hasil statistik deskriptif yang berupa

gambaran umum perusahaan yang terdiri atas jumlah sampel penelitian

(N), nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata hitung (mean) serta

standar deviasi dari masing-masing variabel penelitian. Berikut adalah

hasil uji statistik deskriptif penelitian ini:

Tabel 4.2 Hasil Uji Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

FCF 63 -,74900 ,58317 -,0849658 ,26872960

DER 63 ,15348 3,31346 1,1102257 ,80955781

ROA 63 ,01510 ,45788 ,1208808 ,10902628

CR 63 ,48155 6,91327 2,1394374 1,40846645

SIZE 63 28,98925 33,32018 30,9844121 1,06587450

DPR 63 ,03648 1,38554 ,4584687 ,28742060

Valid N (listwise) 63

Sumber: Output SPSS yang diolah

Tujuan dari hasil uji statistik deskriptif adalah untuk melihat

kualitas data penelitian yang dapat dilihat dengan angka atau nilai yang

terdapat pada mean dan standar deviasi. Apabila nilai dari mean lebih

besar dari nilai standar deviasi maka kualitas data tersebut lebih baik.

Standar deviasi adalah besaran besar perbedaan dari nilai sampel dengan

nilai rata-rata. Standar deviasi digunakan untuk melihat sebaran data

58

dalam sampel. Semakin rendah standar deviasinya maka semakin dekat

dengan rata-rata dan sebaliknya semakin tinggi standar deviasi maka

semakin besar keragaman sampel.

Berdasarkan Tabel 4.2, menunjukkan statistik deskriptif masing-

masing variabel penelitian yang diuji. Hasil uji statistik pada tabel diatas

menunjukan bahwa kebijakan dividen dengan jumlah sampel (N) 63

memiliki nilai minimum sebesar 0,03648 yang diperoleh dari PT Lippo

Karawaci Tbk pada tahun 2016, sedangkan nilai maksimum 1,38554

diperoleh dari PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk pada tahun 2017.

Nilai rata-rata (mean) kebijakan dividen sebesar 0,4584687 dan standar

deviasi sebesar 0,28742060.

Hasil uji statistik pada tabel diatas menunjukan bahwa free cash

flow dengan jumlah sampel (N) 63 memiliki nilai minimum sebesar -

0,74900 yang diperoleh dari PT Lippo Karawaci Tbk pada tahun 2015,

sedangkan nilai maksimum 0,58317 yang diperoleh dari PT Unilever Tbk

pada tahun 2016. Nilai rata-rata (mean) free cash flow sebesar -

0,0849658 dan standar deviasi sebesar 0,26872960.

Hasil uji statistik variabel leverage dengan jumlah sampel (N) 63

memiliki nilai minimum sebesar 0,15348 yang diperoleh dari PT

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk pada tahun 2016, sedangkan nilai

maksimum 3,31346 yang diperoleh dari PT Jasa Marga Tbk pada tahun

2017. Nilai rata-rata (mean) leverage sebesar 1,1102257 dan standar

deviasi sebesar 0,80955781.

59

Hasil uji statistik variabel profitabilitas dengan jumlah sampel (N)

63 memiliki nilai minimum sebesar 0,01510 yang diperoleh dari PT

Lippo Karawaci Tbk pada tahun 2017, sedangkan nilai maksimum

0,45788 yang diperoleh dari PT Matahari Department Store Tbk pada

tahun 2015. Nilai rata-rata (mean) profitabilitas sebesar 0,1208808 dan

standar deviasi sebesar 0,10902628.

Hasil uji statistik variabel likuiditas dengan jumlah sampel (N) 63

memiliki nilai minimum sebesar 0,48155 yang diperoleh dari PT Jasa

Marga Tbk pada tahun 2015, sedangkan nilai maksimum 6,91327 yang

diperoleh dari PT Lippo Karawaci Tbk pada tahun 2015. Nilai rata-rata

(mean) profitabilitas sebesar 2,1394374 dan standar deviasi sebesar

1,40846645.

Hasil uji statistik variabel ukuran perusahaan dengan jumlah

sampel (N) 63 memiliki nilai minimum sebesar 28,98925 yang diperoleh

dari PT Matahari Department Store Tbk pada tahun 2015, sedangkan

nilai maksimum 33,32018 yang diperoleh dari PT Astra Internasional

Tbk pada tahun 2017. Nilai rata-rata (mean) ukuran perusahaan sebesar

30,9844121 dan standar deviasi sebesar 1,06587450.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data

berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah

memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk

60

menguji normalitas data, dalam penelitian ini menggunakan analisis

grafik histogram dan grafik normal plot serta menggunakan uji

statistik dengan uji One Sample Kolmogorov Smirnov. Berikut ini

grafik histogram dari hasil pengujian menggunakan SPSS.

Gambar 4.1

Hasil Uji Normalitas Dengan Histogram

Sumber: Output SPSS yang diolah

Pada gambar 4.1 dapat dilihat bahwa grafik histogram

mengambarkan bentuk yang simestris, yang artinya tidak melenceng

ke kanan atau ke kiri. Berdasarkan grafik histogram di atas, dapat

disimpulkan bahwa data yang terdapat dalam penelitian ini

terdistribusi normal. Selain grafik histogram, berikut ini grafik

normal plot dari hasil pengujian menggunakan SPSS.

61

Gambar 4.2

Hasil Uji Normalitas Dengan Grafik Normal Probability Plot

Sumber: Output SPSS yang diolah

Berdasarkan gambar 4.2 dapat dilihat bahwa titik-titik

menyebar dan berhimpit disekitar garis diagonal. Pola penyebaran

tersebut menunjukan bahwa data terdistirbusi dengan normal,

sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan

memenuhi asumsi normalitas dan layak digunakan untuk pengujian

selanjutnya. Selain itu, uji normalitas data dapat dilakukan melalui

uji statistik yaitu uji One Sample Kolmogorov Smirnov. Uji ini

dilakukan untuk melengkapi uji grafik histogram dan grafik normal

P-Plot, serta untuk memberikan keyakinan lebih. Berikut tabel

dibawah ini menunjukkan hasil uji Kolmogorov Smirnov.

62

Tabel 4.3

Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 63

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation ,20116211

Most Extreme Differences Absolute ,091

Positive ,091

Negative -,066

Test Statistic ,091

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

Sumber: Output SPSS yang diolah

Berdasarkan Tabel 4.3, pada hasil uji Kolmogorov-Smirnov

diketahui Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,200. Nilai tersebut lebih

besar dari nilai signifikannya yaitu 0,05. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa data berdistribusi normal atau Ha ditolak dan Ho

diterima.

b. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinearitas merupakan pengujian untuk melihat

apakah terdapat hubungan korelasi antara variabel independen atau

satu sama lainnya. Salah satu asumsi dalam metode kuadrat terkecil

adalah tidak adanya hubungan linear antara variabel independen.

Metode yang digunakan untuk mendeteksi multikolonieritas

dalam penelitian ini adalah tolerance – Variance Inflactor Faktor

63

(VIF). Multikolonieritas terjadi apabila nilai tolerance < 0,10 dan

VIF > 10. Jika nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10, maka dapat

dikatakan tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen.

Berikut ini disajikan Tabel yaitu hasi dari uji multikolinearitas.

Tabel 4.4

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

FCF ,206 4,857

DER ,697 1,434

ROA ,354 2,828

CR ,309 3,236

SIZE ,709 1,410

a. Dependent Variable: DPR

Sumber: Output SPSS yang diolah

Berdasarkan tabel di atas, hasil uji multikolinearitas

menunjukkan bahwa nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10. Maka dapat

disimpulkan bahwa variabel bebas dalam penelitian ini tidak saling

berkolerasi atau dapat dikatakan tidak terjadi gejala multikolinearitas

antar variabel.

c. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model

regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode

t dengan kesalahan pada periode t-1 (tahun sebelumnya).

Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang

64

waktu berkaitan satu sama lain. Model regresi yang baik adalah

regresi yang bebas dari autokorelasi. Pada penelitian ini, gejala

autokorelasi dideteksi dengan menggunakan uji Durbin-Watson

lewat SPSS. Pada tabel berikut ini disajikan hasil pengujian

autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin-Watson.

Tabel 4.5

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-Watson

1 ,714a ,510 ,467 ,20979957 2,008

a. Predictors: (Constant), SIZE, DER, FCF, ROA, CR

b. Dependent Variable: DPR

Sumber: Output SPSS yang diolah

0 dl du 4-du 4-dl

1,494 1,693 2,008 2,307 2,506

Berdasarkan tabel 4.5 nilai DW sebesar 2,008. Nilai tersebut

lebih besar dari du dan lebih kecil dari 4-du, dimana nilai du sebesar

1,693 dan nilai 4-du sebesar 2,307 (4 - 1,693), atau dapat diartikan

Autokorelasi

positif

Ragu-ragu Tidak Ada

Korelasi

Ragu- ragu Autokorelasi

Negatif

65

bahwa 1,693 < 2,008 < 2,307. Apabila nilai DW terletak antara batas

atas atau upper bound (du) dan (4-du), maka koefisien autokorelasi

sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa data tidak mengandung gejala autokorelasi.

Untuk meyakinkan hasil diatas maka digunakan uji lain yaitu

menggunakan uji Run Test. Tabel dibawah ini menunjukan hasil

Run test tersebut:

Tabel 4.6

Hasil Uji Runs Test

Runs Test

Unstandardized

Residual

Test Valuea -,00347

Cases < Test Value 31

Cases >= Test Value 32

Total Cases 63

Number of Runs 29

Z -,887

Asymp. Sig. (2-tailed) ,375

a. Median

Sumber: Output SPSS yang diolah

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui probabilitas (Asymp. Sig. 2-

tailed) sebesar 0,375 yang menunjukan bahwa nilai signifikansi lebih

dari 0,05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model

tersebut tidak mengalami masalah autokorelasi.

d. Uji Heterokedastisitas

Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah pada

model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu

66

pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika variabel dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau

tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk menguji ada tidaknya

heteroskedastisitas pada penelitian ini digunakan grafik plot antara

nilai prediksi variabel dependen (ZPRED) dengan residualnya

(SRESID) melalui program SPSS. Deteksi ada tidaknya

heteroskedastisitas dapat dilihat dengan ada atau tidaknya pola

tertentu pada grafik scatterplot. Berikut ini merupakan gambar hasil

uji heterokedasrisitas dengan menggunakan grafik scatterplot.

Gambar 4.3

Hasil Uji Heterokedastisitas Dengan Grafik Scatterplot

Sumber: Output SPSS yang diolah

Berdasarkan gambar 4.3 hasil uji heterokedastisitas dengan

grafik scatterplot dapat dilihat bahwa tidak terdapat pola yang jelas

67

pada gambar, selain itu titik-titik menyebar di atas dan di bawah

angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada

model regresi ini tidak terjadi Heteroskedastisitas. Analisis grafik

plot memiliki kelemahan yang cukup signifikan karena jumlah

pengamatan akan mempengaruhi hasil ploting. Semakin sedikit

jumlah pengamatan semakin sulit menginterpretasikan grafik plot.

Oleh sebab itu, diperlukan uji statistik yang dapat menjamin

keakuratan hasil yang salah satunya dengan menggunakan uji

gletser.

Tabel 4.7

Hasil Uji Gletser

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -,266 ,650 -,409 ,684

FCF ,012 ,148 ,023 ,082 ,935

DER -,044 ,027 -,250 -1,637 ,107

ROA ,119 ,279 ,091 ,426 ,671

CR ,005 ,023 ,047 ,207 ,837

SIZE ,014 ,020 ,105 ,692 ,492

a. Dependent Variable: ABS

Sumber: Output SPSS yang diolah

Tabel 4.7 menunjukan bahwa keseluruhan variabel memiliki

nilai signifikansi diatas 0,05 yang artinya tidak ada indikasi

heteroskedastisitas dalam model regresi.

68

3. Uji Hipotesis

Uji Hipotesis dalam penelitian ini dilakukan untuk

membuktikan kebenaran atas hipotesis yang telah dibuat, bahwa free

cash flow, leverage, profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan

mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen. Pengujian

hipotesis dalam penelitian ini menggunakan model persamaan

regresi berganda. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji simultan

(F-test), uji koefisien determinasi (R2) dan uji parsial (t-test).

a. Uji Simultan (F-test)

Uji simultan (F–test) dipergunakan untuk mengetahui

apakah variabel independen secara bersama-sama atau simultan

mempengaruhi variabel dependen. Model regresi dikatakan

layak atau fit apabila nilai signifikansi dari F hitung harus lebih

kecil dari nilai alpha (α) sebesar 0,05. Tabel berikut ini

menunjukkan hasil uji simultan (F-test).

Tabel 4.8

Hasil Uji F

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 2,613 5 ,523 11,873 ,000b

Residual 2,509 57 ,044

Total 5,122 62

a. Dependent Variable: DPR

b. Predictors: (Constant), SIZE, DER, FCF, ROA, CR

Sumber: Output SPSS yang diolah

69

Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa nilai F hitung sebesar

11,873 dengan nilai sig. Sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan

bahwa nilai signifikansi < alpha (α = 0,05). Maka dapat

disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan

antara free cash flow, leverage, profitabilitas likuiditas dan

ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen.

b. Uji Koeisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk menguji

seberapa besar model penelitian tersebut memiliki kontribusi

dalam menerangkan variabel dependen. Besarnya kontribusi

variabel bebas free cash flow, leverage, profitabilitas, likuiditas

dan ukuran perusahaan dalam menjelaskan kebijakan dividen

dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi (R2). Hasil uji

koefisien determinasi (R2) dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.9

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 ,714a ,510 ,467 ,20979957

a. Predictors: (Constant), SIZE, DER, FCF, ROA, CR

b. Dependent Variable: DPR

Sumber: Output SPSS yang diolah

Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa nilai

Adjusted R2 yang diperoleh sebesar 0,467. Ini berarti bahwa

kebijakan dividen perusahaan LQ 45 yang terdapat di BEI dapat

70

dijelaskan oleh variabel bebas yaitu free cash flow, leverage,

profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan yang diharapkan

sebesar 46,70%. Sisanya 53,30% ditentukan oleh variabel lain

seperti investment opportunity set, collateralizable asset,

kepemilikan manjerial, kepemilikan institusi dan struktur modal

yang tidak dianalisis dalam penelitian ini.

c. Uji Statistik t

Uji parsial (t-test) bertujuan untuk mengetahui pengaruh

masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.

Dasar pengambilan kesimpulan pada uji parsial (t-test) dalam

penelitian ini adalah bila tingkat signifikansinya < α = 5%.,

maka H0 ditolak dan Ha diterima. Tabel berikut ini

menunjukkan hasil uji parsial (t-test).

Tabel 4.10

Hasil Uji t

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -1,974 ,957 -2,063 ,044

FCF ,371 ,219 ,347 1,698 ,095

DER -,119 ,039 -,334 -3,011 ,004

ROA 1,447 ,411 ,549 3,521 ,001

CR ,018 ,034 ,088 ,531 ,598

SIZE ,077 ,030 ,285 2,590 ,012

a. Dependent Variable: DPR

Sumber: Output SPSS yang diolah

71

Berdasarkan hasil dari tabel 4.10 dapat disimpulkan

persamaan regresi berganda sebagai berikut:

𝑫𝑰𝑽𝑰𝑫𝑬𝑵 = −1,974 + 0,371 𝐹𝐶𝐹 − 0,119 𝐷𝐸𝑅 + 1,447 𝑅𝑂𝐴

+ 0,018 𝐶𝑅 + 0,077 𝑆𝐼𝑍𝐸

Dari model diatas dapat dilihat bahwa nilai konstanta

sebesar -1,974 dengan nilai negatif yang artinya kebijakan

dividen akan bernilai -1,974 apabila masing-masing variabel

free cash flow, leverage, profitabilitas, likuiditas dan ukuran

perusahaan bernilai 0 dengan asumsi variabel lain tetap

(konstan).

Variabel free cash flow memiliki koefisien regresi sebesar

0,371. Nilai koefisien regresi positif menunjukan bahwa free

cash flow berpengaru positif terhadap kebijakan dividen. Hal ini

menggambarkan bahwa jika setiap kenaikan satu persen variabel

free cash low dengan asusmsi variabel independen lain tetap

maka akan menaikan kebijakan dividen sebesar 0,371.

Variabel leverage memiliki koefisien regresi sebesar -

0,119. Nilai koefisien regresi negatif menunjukan bahwa

leverage berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Hal

ini menggambarkan bahwa jika setiap kenaikan satu persen

variabel leverage dengan asusmsi variabel independen lain tetap

maka akan menurunkan kebijakan dividen sebesar 0,119.

72

Variabel profitabilitas memiliki koefisien regresi sebesar

1,447. Nilai koefisien regresi positif menunjukan bahwa

profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.

Hal ini menggambarkan bahwa jika setiap kenaikan satu persen

variabel profitabilitas dengan asusmsi variabel independen lain

tetap maka akan menaikan kebijakan dividen sebesar 1,447.

Variabel likuiditas memiliki koefisien regresi sebesar

0,018. Nilai koefisien regresi negatif menunjukan bahwa

likuiditas berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Hal

ini menggambarkan bahwa jika setiap kenaikan satu persen

variabel likuiditas dengan asusmsi variabel independen lain

tetap maka akan menaikan kebijakan dividen sebesar 0,018.

Variabel ukuran perusahaan memiliki koefisien regresi

sebesar 0,077. Nilai koefisien regresi positif menunjukan bahwa

ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan

dividen. Hal ini menggambarkan bahwa jika setiap kenaikan

satu persen variabel ukuran perusaaan dengan asusmsi variabel

independen lain tetap maka akan menaikan kebijakan dividen

sebesar 0,077.

C. Pembahasan

1. Pengaruh Free Cash Flow terhadap Kebijakan Dividen

Free cash flow adalah arus kas yang tersisa setelah dikurangi

pendapatan yang diharapkan, biaya operasi yang diharapkan dan

73

investasi yang diperlukan untuk mempertahankan dan meningkatkan arus

kas. Pada saat suatu perusahaan memiliki aliran free cash flow,

perusahaan dianggap mempunyai fleksibilitas keuangan yang

memuaskan. Manajer akan mendapatkan tekanan dari para pemegang

saham untuk membagikan dividen untuk menghindari kemungkinan para

manajer melakukan investasi yang merugikan.

Dari tabel 4.10, menunjukan bahwa free cash low memiliki t hitung

1,698 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,095. Hal tersebut

menunjukan bahwa tingkat signifikansinya diatas 0,05. Dengan demikian

H1 Ditolak, yang berarti free cash flow tidak berpengaruh terhadap

kebijakan dividen.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Utama & Gayatri (2018) yang menyatakan bahwa free cash flow tidak

berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Free cash flow saat ini belum

menjadi perhatian bagi investor di Indonesia karena perusahaan yang ada

tidak menyampaikan data mengenai free cash flow secara eksplisit

sehingga belum mempengaruhi kebijakan dividen yang dilakukan oleh

perusahaan. Hal ini berhubungan langsung dengan konflik keagenan.

Sesuai dengan teori agensi, agency problem yang terjadi antara agen

dengan principal salah satunya terjadi karena pihak principal khawatir

jika perusahaan memiliki free cash flow dalam jumlah besar akan

dialokasikan pada sumber daya yang tidak efisien dan dan digunakan

untuk melakukan investasi yang tidak menguntungkan. Salah satu cara

74

yang dilakukan agen untuk meminimalkan cost agency akibat timbulnya

agency problem tersebut dengan melakukan pembayaran dividen kepada

pemegang saham.

Perusahaan akan berusaha memaksimumkan nilai perusahaan

dengan melakukan pembayaran dividen yang tinggi. Investor

menganggap dividen tunai (sudah pasti ditangan) sebagai hal yang

risikonya rendah dibandingkan dengan keuntungan atas modal yang

diinvestasikan (capital gain). Perusahaan yang mempunyai free cash flow

akan lebih baik jika dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk

dividen untuk menghindari investasi yang belum tentu menguntungkan

(Widjaya & Darmawan, 2018).

Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian Arilaha (2009) yang

menyatakan bahwa free cash flow tidak berpengaruh terhadap kebijakan

dividen. Besar kecilnya arus kas bebas tidak mempengaruhi tinggi

rendahnya pembagian dividen. Apabila perusahaan menginginkan untuk

memaksimumkan kekayaan pemegang saham dengan membagikan

dividen sedangkan kondisi arus kas bebas tidak memungkinkan,

perusahaan dapat menggunakan pendanaan eksternal. Sejalan dengan

Pecking Order Theory yang mengemukakan bahwa perusahaan

cenderung mengutamakan pendanaan internal guna membayar dividen

bila kebutuhan dana kurang maka dapat menggunakan dana eksternal

sebagai tambahannya.

75

Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sari & Budiasih (2016) yang menyatakan bahwa free

cash flow berpengaruh terhadap kebijakan dividen. semakin tinggi free

cash flow maka dividen yang dibagikan semakin besar, karena dipandang

perusahaan mempunyai kas yang lebih maka akan dibagikan sebagai

dividen sesuai persetujuan rapat umum pemegang saham. Hal ini sejalan

dengan teori residual dividen policy yang dimana perusahaan akan

membayaran dividennya apabila terdapat kelebihan kas perusahaan.

Semakin besar free cash flow yang tersedianya dalam suatu perusahaan,

maka semakin sehat perusahaan tersebut karena memiliki kas yang

tersedia untuk partumbuhan, pembayaran hutang dan dividen.

2. Pengaruh Leverage terhadap Kebijakan Dividen

Berdasarkan tabel 4.10, hasil penelitian ini menunjukan bahwa

leverage memiliki t hitung -3,011 dengan tingkat signifikansi sebesar

0,004. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat signifikansinya dibawah

0,05. Dengan demikian H2 Diterima, yang berarti leverage berpengaruh

terhadap kebijakan dividen.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Trisna & Gayatri (2019) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh

terhadap kebijakan dividen. Penggunaan utang yang tinggi akan

menyebabkan penurunan kemampuan perusahaan dalam membayarkan

dividennya, karena sebagian besar keuntungan akan dialokasikan pada

cadangan dana untuk pelunasan utang. Perusahaan yang memiliki tingkat

76

utang yang rendah akan lebih memprioritaskan kesejahteraan pemegang

sahamnya dengan pembagian dividen, sebaliknya jika perusahaan

tersebut memiliki tingkat utang yang besar maka perusahaan akan lebih

berkonsentrasi pada pelunasan kewajibannya dibanding membagikan

dividen agar dapat mencegah kebangkrutan karena tidak bisa memenuhi

kewajibannya kepada pihak kreditur.

Utang jangka panjang diikat oleh sebuah perjanjian utang untuk

melindungi kepentingan kreditur. Kreditur biasanya membatasi

pembayaran dividen, pembelian saham beredar, dan penambahan utang

untuk menjamin pembayaran pokok utang dan bunga. Untuk itu, semakin

tinggi rasio utang/ekuitas, maka semakin ketatnya perusahaan terhadap

perjanjian utang. Kaitannya dengan pembayaran dividen, maka dapat

dikatakan semakin tinggi rasio utang/ekuitas, pembayaran dividen akan

semakin kecil. Perusahaan dengan tingkat utang yang tinggi akan

berusaha untuk mengurangi agency cost of debt-nya dengan mengurangi

hutang, sehingga untuk membiayai investasinya digunakan pendanaan

dari aliran kas internal. Pemegang saham akan merelakan aliran kas

internal yang sebelumnya dapat digunakan untuk pembayaran dividen

untuk membiayai investasi.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Sari & Wiksuana (2018) yang menyatakan bahwa leverage

berpengaruh dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Perusahaan yang

mempunyai utang yang tinggi akan lebih tinggi dalam membayar bunga

77

atas utang-utangnya, sehingga hal ini akan berdampak pada rendahnya

laba yang menyebabkan rendahnya dividen yang diberikan kepada para

pemegang saham. Hasil penelitian ini sejalan dengan pecking order

theory yang menyatakan bahwa perusahaan menyukai internal financing

(pendanaan dari hasil operasi perusahaan berwujud laba ditahan)

daripada pendanaan dari luar.

Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Lestari & Sulistyawati (2017) yang menyatakan bahwa

leverage tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Hal ini

dikarenakan bahwa semakin besar debt equity ratio yang dimiliki

perusahaan yang di identifikasikan dengan nilai utang yang besar, tidak

berpengaruh pada kebijakan deviden suatu perusahaan. Tidak adanya

pengaruh utang terhadap kebijakan dividen dikarenakan komitmen

perusahaan untuk melakukan pembayaran deviden secara teratur

menyebabkan kemampuan pembayaran deviden tidak dipengaruhi oleh

besar kecilnya utang perusahaan. Pembagian deviden merupakan

konsistensi perusahaan terhadap pemegang saham dengan cara

memprioritaskan pembagian laba perusahaan dalam bentuk deviden yang

lebih stabil sekaligus sebagai tanda keberhasilan perusahaan dalam

membukukan profit. Sehingga besar kecilnya rasio leverage suatu

perusahaan tidak akan mempengaruhi devidend payout ratio-nya.

78

3. Pengaruh Profitabilitas terhadap Kebijakan Dividen

Berdasarkan tabel 4.10, hasil penelitian ini menunjukan bahwa

profitabilitas memiliki t hitung 3,521 dengan tingkat signifikansi sebesar

0,001. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat signifikansinya dibawah

0,05. Dengan demikian H3 Diterima, yang berarti profitabilitas

berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Arjana & Suputra (2017)

yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan

dividen. Semakin tinggi return on assets yang dimiliki perusahaan maka

semakin tinggi pula dividen yang akan dibagikan. Semakin besar return

on assets menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik karena

tingkat kembalian (return) yang semakin besar . Hal ini sesuai dengan

signaling theory yang menjelaskan bahwa pihak manajemen akan

membayarkan dividen untuk memberi sinyal mengenai keberhasilan

perusahaan membukukan profit.

Perusahaan yang memiliki stabilitas keuntungan dapat menetapkan

tingkat pembayaran dividen dengan yakin dan mensinyalkan kualitas atas

keuntungan mereka. Perusahaan akan mensinyalkan hal tersebut kepada

investor dengan cara membagikan laba yang diperoleh dalam bentuk

dividen kepada para pemegang saham untuk memberikan sinyal

meningkatnya kinerja keuangan perusahaan dan meramalkan suatu

penghasilan yang baik di masa yang akan datang. Sehingga semakin

79

tinggi profitabilitas, semakin besar kemungkinan perusahaan membayar

dividen.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Sari & Wiksuana (2018) yang menyatakan bahwa profitabilitas

berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Dividen adalah bagian dari

keuntungan bersih perusahaan, yang artinya dividen akan dibagikan

kepada pemegang saham apabila perusahaan memperoleh laba. Dapat

dikatakan bahwa keuntungan perusahaan akan sangat mempengaruhi

besarnya tingkat pembayaran dividen. Jika perusahaan mengumumkan

pembayaran dividen, maka investor akan menganggap kondisi

perusahaan saat ini dan akan datang relatif baik. Hasil ini sesuai dengan

The bird in the hand theory yang menyimpulkan bahwa investor akan

senang dengan pendapatan pasti berupa dividen dari pada pendapatan

yang belum pasti seperti capital gain. Meningkatnya profitabilitas akan

meningkatkan kemampuan perusahaan dalam membayarkan dividen

kepada pemegang sahamnya, peningkatan dividen akan meningkatkan

harga saham yang selanjutnya berdampak terhadap nilai perusahaan.

Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Lopolusi (2013) yang menyatakan bahwa profitabilitas

tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Perusahaan yang

profitabilitasnya tinggi akan memiliki kesempatan investasi yang besar

dan perusahaan tersebut akan memilih mengalokasikannya ke dalam laba

ditahan agar dapat melakukan investasi yang menguntungkan dengan

80

tujuan untuk dapat terus mempertahakan keuntungan dan meningkatkan

nilai perusahaan.

4. Pengaruh Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen

Likuiditas mengukur bagaimana kemampuan perusahaan dalam

membayar kewajiban lancarnya dengan asset lancar yang dimiliki

perusahaan. Current Ratio merupakan salah satu ukuran dari rasio

likuiditas yang dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan utang atau

kewajiban lancar. Semakin besar current ratio menunjukkan semakin

tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka

pendeknya. Tingginya current ratio menunjukkan keyakinan investor

terhadap kemampuan perusahaan untuk membayarkan deviden yang

dijanjikan.

Berdasarkan tabel 4.10, hasil penelitian ini menunjukan bahwa

likuiditas memiliki t hitung 0,531 dengan tingkat signifikansi sebesar

0,598. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat signifikansinya diatas

0,05. Dengan demikian H4 Ditolak, yang berarti likuiditas tidak

berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Lestari & Sulistyawati (2017) yang menyatakan bahwa likuiditas tidak

berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Tidak adanya pengaruh yang

signifikan dari likuiditas terhadap kebijakan deviden dikarenakan bahwa

likuiditas yang besar pada perusahaan mencerminkan bahwa perusahaan

tersebut memiliki banyak sumber aset yang dapat dikonversi menjadi kas

81

yang berasal dari laba perusahaan. Komponen kas dalam aset lancar

dapat menjadi sumber pendapatan bagi perusahaan. Sumber pendapatan

tersebut tidak dibagikan dalam bentuk deviden dan sering kali

dipergunakan untuk biaya oprasional perusahaan. Atau bisa dikatakan

laba lebih dioptimalkan untuk menjamin kelangsungan perusahaan,

Sehingga kas yang besar tidak selalu digunakan untuk membayar

dividen.

Ketika perusahaan dapat memenuhi kewajiban jangka pendek akan

tetapi belum tentu perusahaan tersebut akan membagikan dividen kepada

para pemegang saham dikarenakan ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan baik itu internal perusahaan seperti untuk membiayai

kegiatan operasional maupun eksternal perusahaan seperti untuk

kesempatan investasi.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Harun & Jeandry (2018) yang menyatakan likuiditas tidak

berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Likuiditas perusahaan

menunjukkan kemampuan perusahaan mendanai operasional perusahaan

dan melunasi kewajiban jangka pendeknya. Hasil analisis menunjukan

bahwa tinggi rendahnya likuiditas perusahaan tidak berarti

mempengaruhi besar kecilnya pembayaran dividen. Untuk itu perusahaan

yang memiliki likuiditas yang baik tidak berarti pembayaran dividen

lebih baik pula. likuiditas tidak digunakan untuk membayar dividen

tetapi untuk membayar kewajiaban jangka pendek sehubungan dengan

82

pembelian aktiva tetap guna memanfaatkan kesempatan investasi dilihat

dari semua perusahaan yang di amati sebagian besar mengalami

peningkatan jumlah aktiva tetap setiap tahunnya.

Namun penelitian ini bertentangan dengan penelitian Sari &

Suryantini (2019) yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh

terhadap kebijakan dividen. Semakin likuid perusahaan berarti semakin

besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial dan

telah menggunakan aktiva lancarnya dengan efektif. Hal ini diartikan

ketika perusahaan dalam kondisi likuid makan aktivitas produksi

perusahaan akan berjalan lancar sehingga akan menghasilkan laba yang

ditargetkan. Semakin besar posisi kas dan likuiditas maka akan semakin

besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

5. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen

Berdasarkan tabel 4.10, hasil penelitian ini menunjukan bahwa

ukuran perusahaan memiliki t hitung 2,590 dengan tingkat signifikansi

sebesar 0,012. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat signifikansinya

dibawah 0,05. Dengan demikian H5 Diterima, yang berarti ukuran

perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Arjana & Suputra (2017)

yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap

kebijakan dividen. Ukuran perusahaan yang besar dan terus tumbuh bisa

menggambarkan kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tinggi

sehingga menarik minat investor untuk menanam modal di perusahaan

83

tersebut. Perusahaan besar mereka akan memiliki kecenderungan untuk

membagikan dividen dalam jumlah tinggi untuk menjaga reputasi

perusahaan dimata para investor. Sedangkan perusahaan kecil cenderung

akan mengalokasikan laba yang diperoleh menjadi laba ditahan untuk

meningkatkan aset perusahaan sehingga membuat perusahaan cenderung

akan membagikan dividen yang rendah kepada investor.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Harun & Jeandry (2018) yang menyatakan bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Sebuah perusahaan

yang besar dan mapan akan memiliki akses yang lebih mudah ke pasar

modal, sedangkan perusahaan kecil lebih sulit untuk mengaksesnya.

Kemudahan akses ke pasar modal dapat diartikan adanya fleksibilitas dan

kemampuan perusahaan memunculkan dana yang lebih besar. Dengan

memunculkan dana baru tersebut perusahaan dapat membayarkan

kewajiban yang dimiliki termasuk membayar dividen kepada para

pemegang saham. Apabila perusahaan telah mencapai tingkat

pertumbuhan sedemikian rupa maka perusahaan telah well established,

yang artinya kebutuhan danamya dapat dipenuhi dengan dana yang

berasal dari pasar modal atau sumber dana eksteren lainnya, maka

perusahaan berkesempatan untuk membayar dividen kepada pemegang

saham. Dalam hal yang demikian perusahaan dapat menetapkan dividend

payout ratio yang tinggi.

84

Namun penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Elinda & Sukirman (2015) yang menyatakan bahwa

ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

Perusahaan yang berskala besar memiliki berbagai macam aktivitas.

Banyaknya aktivitas ini menimbulkan bertambahnya biaya. Sehingga

manajer perusahaan merasa besarnya dividen yang dibagikan tidak perlu

terlalu tinggi karena akan menimbulkan biaya yang lebih tinggi dan

perusahaan yang besar dengan likuiditas dan profitabilitas yang baik

cukup mampu menarik investor dengan mengesampingkan besaran

dividen yang dibagikan.

85

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh free cash flow,

leverage, profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan

dividen pada perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada

tahun 2015-2017. Data yang telah dikumpulkan dan telah di uji sebanyak 63

sampel dengan menggunakan uji regresi berganda. Dalam penelitian ini dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Free cash flow tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Hasil

penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh (Utama &

Gayatri, 2018), serta (Arilaha, 2009).

2. Leverage berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini

konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh (Trisna & Gayatri, 2019)

serta (Sari & Wiksuana, 2018).

3. Profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen Hasil penelitian ini

konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh (Arjana & Suputra,

2017) serta (Sari & Wiksuana, 2018).

4. Likuiditas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian

ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh (Lestari &

Sulistyawati, 2017) serta (Harun & Jeandry, 2018).

86

5. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Hasil

penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh (Arjana &

Suputra, 2017) serta (Harun & Jeandry, 2018).

B. Implikasi Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

akuntansi khususnya dalam hal yang berkaitan dengan kebijakan dividen.

Dengan memberikan bukti empiris mengenai pengaruh free cash flow,

leverage, profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan

dividen pada perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada

tahun 2015-2017.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi bagi manajer

perusahaan dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan kebijakan

dividen. Disamping itu penelitian ini diharapkan dapat memperkuat temuan-

temuan dari penelitian sebelumnya. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini

diharapkan dapat dijadikan referensi serta dapat meberikan perbandingan

dalam mengadakan penelitian terkait faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

kebijakan dividen.

C. Keterbatasan

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki banyak

keterbatasan dalam penelitian ini, yang antara lain sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya menggunakan data keuangan Perusahaan LQ 45

selama 3 tahun (2015-2017) sehingga hasil penelitian hanya terbatas pada

lingkup tersebut.

87

2. Penelitian ini terbatas karena hanya menggunakan variabel free cash

flow, leverage, profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan sebagai

variabel yang mempengaruhi kebijakan dividen.

3. Penelitian ini hanya menggunakan data keuangan selama 3 tahun (2015-

2017).

D. Saran

Saran yang dapat peneliti berikan untuk peneliti selanjutnya dengan

adanya ketebatasan-keterbatasan tersebut, antara lain sebagai berikut:

1. Menambah jumlah tahun penelitian sehingga hasilnya lebih handal.

2. Menggunakan objek perusahaan lain yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.

3. Menambah variabel-variabel independent seperti investment opportunity

set, collateralizable asset, kepemilikan manjerial, kepemilikan institusi

dan struktur modal yang diperkirakan dapat mempengaruhi kebijakan

dividen.

88

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, M. A., Gunawan, B., & Candrasari, R. (2014). Pengaruh profitabilitas,

leverage, growth, dan free cash flow terhadap dividend payout ratio

perusahaan dengan mempertimbangkan corporate governance sebagai

variabel intervening. Jurnal Akuntansi & Auditing Indonesia, 18(2), 89–100.

https://doi.org/10.20885/jaai.vol18.iss2.art1

Akmal, Zainudin, & Yulianti, R. (2016). Pengaruh Return on Asset, Sales

Growth, Firm Size Dan Debt To Equity Ratio Terhadap Pembayaran Dividen

Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Perusahaan Makanan Dan

Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014.

Ekonomi Manajemen Dan Akuntansi, 2(2), 24–36.

Anggraini, D. A. D., & Wihandaru. (2015). Pengaruh Ukuran Perusahaan,

Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow, Leverage, Profitabilitas dan

Struktur Kepemilikan Terhadap Kebijakan Membayar Dividen. Jurnal

Manajemen Bisnis, 6(2), 397–418.

Anthony, R. N., & Govindarajan, V. (2012). Management Control System.

Jakarta: Salemba Empat.

Apriliani, A., & Natalylova, K. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI,

19(1), 49–57.

Argamaya, & Putri, A. A. (2014). Pengaruh Profitabilitas, Leverage,

Collateralizable Assets, Dan Investment S. Jurnal Media Riset Akuntansi,

4(2), 47–66.

Arifin, J. (2017). SPSS 24 Untuk Penelitian dan Skripsi. Jakarta: PT Elex Media

Komputindo.

Arilaha, M. A. (2009). Leverage Terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Keuangan

Dan Perbankan, 13(1), 78–87.

Aristantia, D., & Putra, I. M. P. D. (2015). Investment Opportunity Set Dan Free

Cash Flow Pada Tingkat Pembayaran Dividen Perusahaan Manufaktur. E-

Jurnal Akuntansi, 11(1), 220–234.

Arjana, I. P. P. H., & Suputra, I. D. G. D. (2017). E-Jurnal Akuntansi Universitas

Udayana Pengaruh Profitabilitas , Leverage , Ukuran Perusahaan dan

Corporate Social Responsibility Pada Kebijakan Dividen Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Udayana ( Unud ), Bali , Indonesia Fakultas Ekonomi

dan Bisnis. E-Jurnal Akuntansi, 21(3), 2021–2051.

https://doi.org/10.24843/EJA.2017.v21.i03.p12

Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2010). Dasar-Dasar manajemen Keuangan

(2nd ed.). Jakarta: Salemba Empat.

89

Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2011). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan

(11th ed.). Jakarta: Salemba Empat.

Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2012). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan (5th

ed.). Jakarta: Salemba Empat.

Devi, N. P. Y., & Erawati, N. M. A. (2014). Pengaruh Kepemilikan Manajerial,

Leverage, Dan Ukuran Perusahaan Pada Kebijakan Dividen Perusahaan

Manufaktur. E-Jurnal Akuntansi, 9(3), 709–716.

Elinda, F., & Sukirman. (2015). Determinan Rasio Keuangan Terhadap Kebijakan

Dividen. Accounting Analysis Journal, 4(4), 1–8.

https://doi.org/10.15294/aaj.v4i4.9117

Fadli, A. A. Y. (2017). Analisis Pengaruh Return on Investment (Roi) Dan Debt

Equity Ratio (Der) Terhadap Dividend Payout Ratio (Dpr) Pada Pt. Hanjaya

Mandala Sampoerna, Tbk. Jurnal Ilmu Ekonomi Dan Pembangunan, 17(1),

61–70.

Fahmi, I. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta.

Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IMB SPSS 25

(9th ed.). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ginting, S. (2018). Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas. Dan Leverage Terhadap

Kebijakan Deviden Pada Perusahaan Lq45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia Periode 2012-2016. Jwem Stie Mikroskil, 8(2), 195–204.

Gitman, L. J., & Zutter, C. D. (2015). Principle of Managerial Finance

(Fourteenth). United States of America: Pearson Education.

Halviani, M. D., & Sisdyani, E. A. (2014). Pengaruh Moderasi Good Corporate

Governance Pada. E-Jurnal Akuntansi, 7(2), 400–413.

Hardiatmo, B., & Daljono. (2013). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Kebijakan Dividen (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Listing di

Bursa Efek Indonesia Periode 2008 – 2010). Diponegoro Journal of

Accounting, 2(1), 1–13.

Harun, S., & Jeandry, G. (2018). Pengaruh Profitabilitas, Free Cash Flow,

Leverage, Likuiditas Dan Size terhadap Dividen Payout Ratio (DPR) pada

Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Riset

Akuntansi, 5(2), 122–137. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Hasana, R., Mardani, R. M., & Wahono, B. (2017). Pengaruh Free Cash

Flow,Profitabilitas,Likuiditas Dan Leverage Terhadap Kebijakan Dividen

Pada Perusahaan Food And Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia (BEI) Periode 2014-2016. E-Jurnal Riset Manajemen, (Idx), 88–

102.

Issa, A. I. F. (2018). The Determinants of Dividend Policy : Evidence from

Malaysian Firms The Determinants of Dividend Policy : Evidence from

90

Malaysian Firms. 6(18), 69–86.

Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of The Firm Manajerial

Behaviour, Ageny Cost and Ownership structure. Journal of Financial

Economics, 3(4), 305–360.

Kafata, A. A. A., & Hartono, U. (2018). Pengaruh Free Cash Flow, Investment

Opportunity Set, dan Return On Asset Terhadap Dividend Payout Ratio.

Jurnal Ilmu Manajemen, 6(1), 1–9.

Kasmir. (2010). Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana.

Khan, W., Naz, A., Khan, W., Khan, Q., Khan, T., & Mughal, I. (2013). Impact

assessment of financial performance and leverage on dividend policy of

pakistan chemical and pharmaceutical industries. Middle East Journal of

Scientific Research, 16(10), 1376–1382.

https://doi.org/10.5829/idosi.mejsr.2013.16.10.11862

Lestari, E., & Sulistyawati, A. I. (2017). Kebijakan Deviden Pada Indeks Saham

Lq45 Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Indonesia, 6(2), 113–130.

https://doi.org/10.30659/jai.6.2.113-130

Lismawati, L., & Suryanto. (2017). Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi

Kebijakan Dividen: Ukuran Perusahaan Sebagai Pemoderasi. Jurnal Bisnis

Dan Akuntansi, 19(1), 365–374.

Lopolusi, I. (2013). Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan

Dividen Sektor Manufaktur Yang TerdafTar Di PT Bursa Efek Indonesia

Periode 2007-2011. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, 2(1), 1–18.

https://doi.org/10.1002/cbic.200800077

Mangundap, S., Ilat, V., & Pusung, R. (2018). Pengaruh Leverage Dan Free Cash

Flow Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Indeks LQ 45 Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun (2012-2016). Jurnal Riset

Akuntansi Going Concern, 13(2), 569–577.

Murtini, U., & Rante, G. (2015). Pengaruh Leverage, Dan Likuditas Terhadap

Kebijakan Dividen Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Kontrol. Jurnal

Riset Manajemen Bisnis, 10(1), 43–56.

Paramita, R. A. S. (2015). Free Cash Flow, Leverage, Besaran Dan Siklus Hidup

Perusahaan: Bukti Kebijakan Deviden Di Indonesia. Jurnal Riset Ekonomi

Dan Manajemen, 15(1), 169–181.

https://doi.org/10.17970/jrem.15.1501012.id

Permata, I. S., Nawasiah, N., & Indriati, T. (2018). Free cash flow ,Kinerja

Internal Dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan. Liquidity, 7(1), 63–

69.

Prasetyanta, A. (2016). Pengaruh Perubahan Dividen Terhadap Profitabilitas

Perusahaan Pada Masa Yang Akan Datang (Future Profitability). Jurnal

91

Ekonomi Dan Bisnis, 17(2), 129–148. https://doi.org/10.24914/jeb.v17i2.278

Ratih, I. D. A., & Damayanthi, I. G. A. E. (2016). Kepemilikan Manajerial Dan

Profitabilitas Pada Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Tanggungjawab

Sosial Sebagai Variabel Pemoderasi. E-Jurnal Akuntansi, 14(2), 1510–1538.

Rostamlu, A., Pirayesh, R., & Hasani, K. (2016). The Effect of Free Cash Flow-

based Agency Costs on Dividends in Companies Listed on the Tehran Stock

Exchange ( TSE ) 1 Abbas Rostamlu Pirayesh Hasani 2 Reza 3 Kazem.

Mediterranean Journal of Social Science, 7(4), 131–138.

https://doi.org/10.5901/mjss.2016.v7n4s2p131

Sari, N. K. A. P., & Budiasih, I. G. A. N. (2016). Pengaruh Kepemilikan

Managerial, Kepemilikan Institusional, Free Cash Flow Dan Profitabilitas

Pada Kebijakan Dividen. E-Jurnal Akuntansi, 15(3), 2439–2466.

Sari, N. M. D. P., & Wiksuana, I. G. B. (2018). Peran Profitabilitas dalam

Memediasi Pengaruh Financial Leverage dan Investment Opportunity Set

terhadap Kebijakan Dividen di BEI. E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 7(1),

143–176.

Sari, N. P. A. S. P., & Suryantini, N. P. S. (2019). Pengaruh Profitabilitas,

Likuiditas Dan Tingkat Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijakan

Dividen Pada Perusahaan Manufaktur. E-Jurnal Manajemen, 8(7), 4559–

4588. https://doi.org/10.24843/EJMUNUD.2019.v08.i07.p20

Sartono, A. (2010). Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi (4th ed.).

Yogyakarta: BPFE.

Silaban, C. N., & Pengestuti, I. R. D. (2017). Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Kebijakan Dividen dengan Firm Size sebagai Variabel

Kontrol (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun

2011- 2015). Diponegoro Journal of Management, 6(3), 1–15.

Sindhu, M. I. (2014). Relationship between free cash flow and dividend :

Moderating role of firm size . Research Journal of Finance and Accounting,

5(5), 16–23.

Sunarya, D. H. (2013). Pengaruh Kebijakan Utang, Profitabilitas Dan Likuiditas

Terhadap Kebijakan Dividen Dengan Size Sebagai Variabel Moderasi Pada

Sektor Manufaktur Periode. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya,

2(1), 1–19.

Sutrisno. (2012). Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta:

Ekonisia.

Thaib, C., & Taroreh, R. (2015). Pengaruh Kebijakan Hutang Dan Profitabilitas

Terhadap Kebijakan Dividen (Studi Pada Perusahaan Food And Beverages

Yang Terdaftar Di BEI tahun 2010-2014). EMBA, 3(4), 215–225.

Trisna, I. K. E. R., & Gayatri. (2019). Ukuran Perusahaan Memoderasi Pengaruh

92

Free Cash Flow dan Leverage Terhadap Kebijakan Dividen. E-Jurnal

Akuntansi, 26(1), 484–509. https://doi.org/10.24843/eja.2019.v26.i01.p18

Utama, I. M. K. (2012). Devidend Payout Ratio Dan Faktor Yang

Mempengaruhinya (Studi pada Bursa Efek Indonesia periode 2006-2010).

Jurnal Manajemen Bisnis Syariah, 11(1).

Utama, N. P. S. P., & Gayatri. (2018). Pengaruh Profitabilitas , Investment

Opportunity Set dan Free Cash Flow Pada Kebijakan Dividen. E-Jurnal

Akuntansi, 22(2), 976–1003.

Wahyudi, A., & Priiyadi, M. P. (2013). Pengaruh Corporate Governance, Rasio

Keuangan dan Cash Position Terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Ilmu Dan

Riset Akuntansi, 2(2).

Widjaya, N. U., & Darmawan, A. (2018). Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan

Saham Manajer, Kepemilikan Institusi dan Leverage Terhadap Dividen (

Studi pada Perusahaan Sub Sektor Farmasi di Bursa Efek Indonesia ( BEI ).

Jurnal Administrasi Bisnis, 64(1), 10–18.

Yuliawan, K. T., & Wirasedana, I. W. P. (2016). Kepemilikan Institusional

Memoderasi Pengaruh Manajemen Laba Menjelang Initial Public Offering

Pada Return Saham. E-Jurnal Akuntansi, 14(2), 1396–1422.

Yusman, S. (2018). Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas dan Leverage terhadap

Kebijakan Dividen pada Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia yang

terdaftar di BEI. JOM Fisip, 5(1), 1–15.

93

LAMPIRAN

94

Lampiran 1

Daftar Perusahaan yang dijadikan Sampel Penelitian Tahun 2015-2017

No Kode Emiten Nama Perusahaan

1 AKRA PT AKR Corporindo Tbk.

2 ASII PT Astra International Tbk.

3 GGRM PT Gudang Garam Tbk.

4 ICBP PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.

5 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk.

6 INTP PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

7 JSMR PT Jasa Marga (Persero) Tbk.

8 KLBF PT Kalbe Farma Tbk.

9 LPKR PT Lippo Karawaci Tbk.

10 LPPF PT Matahari Department Store Tbk.

11 LSIP PT PP London Sumatera Tbk.

12 PTBA PT Bukit Asam Tbk.

13 PWON PT Pakuwon Jati Tbk.

14 SCMA PT Surya Citra Media Tbk.

15 SMRA PT Summarecon Agung Tbk.

16 SSMS PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk.

17 TLKM PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.

18 UNTR PT United Tractors Tbk.

19 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk.

20 WIKA PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.

21 WSKT PT Waskita Karya (Persero) Tbk.

95

Lampiran 2

Perhitungan Kebijakan Dividen

DPR = 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑃𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒

𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒

No Kode Tahun Dividen Per

Share

Earning Per

Share

Dividen Payout

Ratio

1 AKRA 2015 120,00 262,36 0,45739

2 ASII 2015 177,00 357,31 0,49537

3 GGRM 2015 2.600,00 3.344,78 0,77733

4 ICBP 2015 256,00 514,62 0,49745

5 INDF 2015 168,00 338,02 0,49701

6 INTP 2015 415,00 1183,48 0,35066

7 JSMR 2015 43,13 213,14 0,20236

8 KLBF 2015 19,00 42,76 0,44434

9 LPKR 2015 3,50 44,38 0,07886

10 LPPF 2015 427,30 610,31 0,70014

11 LSIP 2015 37,00 91,36 0,40499

12 PTBA 2015 289,73 883,59 0,32790

13 PWON 2015 4,50 29,08 0,15475

14 SCMA 2015 83,00 104,20 0,79655

15 SMRA 2015 5,00 73,76 0,06779

16 SSMS 2015 17,67 58,89 0,30005

17 TLKM 2015 94,64 153,66 0,61591

18 UNTR 2015 691,00 1.033,07 0,66688

19 UNVR 2015 766,00 766,95 0,99876

20 WIKA 2015 20,35 114,32 0,17801

21 WSKT 2015 15,44 77,18 0,20005

22 AKRA 2016 120,00 253,22 0,47390

23 ASII 2016 168,00 374,37 0,44875

24 GGRM 2016 2.600,00 3.470,26 0,74922

25 ICBP 2016 154,00 617,45 0,24941

26 INDF 2016 235,00 472,02 0,49786

27 INTP 2016 929,00 1051,37 0,88361

28 JSMR 2016 78,09 243,97 0,32008

29 KLBF 2016 22,00 49,06 0,44843

30 LPKR 2016 1,94 53,18 0,03648

31 LPPF 2016 484,60 692,17 0,70012

32 LSIP 2016 35,00 87,04 0,40211

33 PTBA 2016 285,50 870,69 0,32790

34 PWON 2016 4,50 36,97 0,12172

35 SCMA 2016 73,00 102,65 0,71115

36 SMRA 2016 5,00 41,94 0,11922

37 SSMS 2016 18,64 62,12 0,30006

Bersambung pada halaman berikutnya

96

38 TLKM 2016 156,14 171,93 0,90816

39 UNTR 2016 143,00 1.341,03 0,10663

40 UNVR 2016 835,00 837,57 0,99693

41 WIKA 2016 33,86 127,89 0,26476

42 WSKT 2016 37,87 133,58 0,28350

43 AKRA 2017 200,00 299,94 0,66680

44 ASII 2017 185,00 466,39 0,39666

45 GGRM 2017 2.600,00 4.030,66 0,64506

46 ICBP 2017 162,00 325,55 0,49762

47 INDF 2017 237,00 474,75 0,49921

48 INTP 2017 700,00 505,22 1,38554

49 JSMR 2017 60,63 273,91 0,22135

50 KLBF 2017 25,00 51,28 0,48752

51 LPKR 2017 2,70 37,13 0,07272

52 LPPF 2017 457,50 653,57 0,70000

53 LSIP 2017 45,00 111,9 0,40214

54 PTBA 2017 318,52 1.942,79 0,16395

55 PWON 2017 6,00 42,04 0,14272

56 SCMA 2017 75,00 91,06 0,82363

57 SMRA 2017 5,00 36,91 0,13546

58 SSMS 2017 24,79 82,63 0,30001

59 TLKM 2017 167,66 219,69 0,76317

60 UNTR 2017 1.303,00 1.984,64 0,65654

61 UNVR 2017 915,00 918,03 0,99670

62 WIKA 2017 26,82 151,18 0,17740

63 WSKT 2017 57,19 309,54 0,18476

97

Lampiran 3

Perhitungan Free Cash Flow

FCF = 𝐴𝐾𝑂 − 𝑃𝑀𝐵 − 𝑃𝑀𝐾

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡

No Emiten Tahun Aliran Kas Operasi

Pengeluaran

Modal Bersih

Perubahan Modal

Kerja Total Aset

Free Cash

Flow

1 AKRA 2015 2.298.758.485.000 79.290.774.000 2.414.196.741.000 15.203.129.563.000 -0,01281

2 ASII 2015 25.899.000.000.000 452.000.000.000 28.919.000.000.000 245.435.000.000.000 -0,01415

3 GGRM 2015 3.200.820.000.000 1.133.216.000.000 18.523.345.000.000 63.503.413.000.000 -0,25913

4 ICBP 2015 3.485.533.000.000 716.817.000.000 7.959.156.000.000 26.560.624.000.000 -0,19542

5 INDF 2015 4.213.613.000.000 3.084.854.000.000 17.709.207.000.000 91.831.526.000.000 -0,18055

6 INTP 2015 5.049.117.000.000 1.670.260.000.000 10.446.111.000.000 27.638.360.000.000 -0,25570

7 JSMR 2015 1.713.543.029.000 212.115.473.000 -4.014.740.448.000 36.724.982.487.000 0,15020

8 KLBF 2015 2.456.995.428.106 534.036.920.427 6.382.611.117.839 13.696.417.381.439 -0,32561

9 LPKR 2015 - 2.710.700.676.429 -477.229.986.374 28.720.053.469.338 41.326.558.178.049 -0,74900

10 LPPF 2015 2.249.020.000.000 150.612.000.000 -166.073.000.000 3.889.291.000.000 0,58223

11 LSIP 2015 849.480.000.000 189.219.000.000 697.395.000.000 8.848.792.000.000 -0,00420

12 PTBA 2015 1.897.771.000.000 1.591.552.000.000 2.675.743.000.000 16.894.043.000.000 -0,14026

13 PWON 2015 1.741.992.351.000 492.899.877.000 984.883.832.000 18.778.122.467.000 0,01407

14 SCMA 2015 1.506.974.464.000 200.136.371.000 1.983.029.871.000 4.565.963.576.000 -0,14809

15 SMRA 2015 - 20.685.171.000 53.710.337.000 2.879.995.476.000 18.758.262.022.000 -0,15750

16 SSMS 2015 61.188.070.000 1.702.670.943.000 430.334.920.000 6.973.850.872.000 -0,29708

17 TLKM 2015 43.669.000.000.000 8.891.000.000.000 12.499.000.000.000 166.173.000.000.000 0,13407

18 UNTR 2015 12.039.161.000.000 -965.276.000.000 20.979.423.000.000 61.715.399.000.000 -0,12922

19 UNVR 2015 6.299.051.000.000 972.892.000.000 -3.504.428.000.000 15.729.945.000.000 0,56139

20 WIKA 2015 224.272.849.000 508.357.035.000 1.962.750.906.000 19.602.406.034.000 -0,11462

21 WSKT 2015 917.942.066.518 1.301.352.159.898 2.174.390.207.354 30.309.111.177.468 -0,08439

22 AKRA 2016 651.623.298.000 92.240.799.000 1.575.671.476.000 15.830.740.710.000 -0,06420

23 ASII 2016 19.407.000.000.000 1.535.000.000.000 21.324.000.000.000 261.855.000.000.000 -0,01318

24 GGRM 2016 6.937.650.000.000 392.462.000.000 20.294.608.000.000 62.951.634.000.000 -0,21841

25 ICBP 2016 4.584.964.000.000 558.628.000.000 9.101.577.000.000 28.901.948.000.000 -0,17560

26 INDF 2016 7.175.603.000.000 605.571.000.000 9.766.002.000.000 82.174.515.000.000 -0,03889

27 INTP 2016 3.546.113.000.000 829.803.000.000 11.236.880.000.000 30.150.580.000.000 -0,28260

28 JSMR 2016 2.245.042.812.000 -29.177.272.000 -5.661.104.507.000 53.500.322.659.000 0,14832

29 KLBF 2016 2.159.833.281.176 617.262.050.097 7.255.367.980.797 15.226.009.210.657 -0,37520

30 LPKR 2016 - 558.962.000.000 170.675.000.000 30.587.100.000.000 45.603.683.000.000 -0,68672

31 LPPF 2016 2.531.383.000.000 103.292.000.000 385.698.000.000 4.858.878.000.000 0,42034

32 LSIP 2016 1.071.563.000.000 8.120.000.000 1.139.034.000.000 9.459.088.000.000 -0,00799

Bersambung pada halaman berikutnya

98

33 PTBA 2016 1.928.346.000.000 508.629.000.000 3.307.180.000.000 18.576.774.000.000 -0,10160

34 PWON 2016 1.324.703.811.000 242.377.052.000 1.508.590.640.000 20.674.141.654.000 -0,02062

35 SCMA 2016 1.384.727.657.000 4.652.024.000 1.961.713.269.000 4.820.611.941.000 -0,12066

36 SMRA 2016 71.074.183.000 30.871.260.000 4.481.445.558.000 20.810.319.657.000 -0,21342

37 SSMS 2016 659.083.189.000 -549.759.535.000 482.264.319.000 7.162.970.110.000 0,10144

38 TLKM 2016 47.231.000.000.000 10.798.000.000.000 7.939.000.000.000 179.611.000.000.000 0,15864

39 UNTR 2016 10.005.397.000.000 -587.337.000.000 23.841.375.000.000 63.991.229.000.000 -0,20704

40 UNVR 2016 6.684.219.000.000 1.208.559.000.000 -4.289.965.000.000 16.745.695.000.000 0,58317

41 WIKA 2016 - 1.119.609.477.000 281.443.088.000 6.946.315.846.000 31.096.539.490.000 -0,26843

42 WSKT 2016 - 7.762.413.775.203 1.352.191.192.514 5.420.921.771.155 61.425.181.722.030 -0,23664

43 AKRA 2017 682.224.585.000 -347.044.214.000 3.386.857.643.000 16.823.208.531.000 -0,14014

44 ASII 2017 23.285.000.000.000 5.165.000.000.000 22.571.000.000.000 295.646.000.000.000 -0,01506

45 GGRM 2017 8.204.579.000.000 909.625.000.000 21.153.448.000.000 66.759.930.000.000 -0,20759

46 ICBP 2017 5.174.368.000.000 1.005.966.000.000 9.751.743.000.000 31.619.514.000.000 -0,17658

47 INDF 2017 6.507.803.000.000 4.085.390.000.000 10.877.636.000.000 87.939.488.000.000 -0,09615

48 INTP 2017 2.781.805.000.000 335.758.000.000 9.404.050.000.000 28.863.676.000.000 -0,24106

49 JSMR 2017 4.356.185.866.000 151.256.788.000 -6.010.875.240.000 79.192.772.790.000 0,12900

50 KLBF 2017 2.008.316.536.066 786.903.611.474 7.816.614.488.863 16.616.239.416.335 -0,39691

51 LPKR 2017 - 4.507.226.000.000 952.250.000.000 36.176.741.000.000 56.772.116.000.000 -0,73339

52 LPPF 2017 2.213.567.000.000 -6.160.000.000 362.925.000.000 5.427.426.000.000 0,34211

53 LSIP 2017 1.261.942.000.000 -202.110.000.000 1.752.156.000.000 9.744.381.000.000 -0,02957

54 PTBA 2017 2.415.444.000.000 111.553.000.000 6.604.519.000.000 21.987.482.000.000 -0,19559

55 PWON 2017 2.258.239.457.000 -17.714.058.000 3.514.427.451.000 23.358.717.736.000 -0,05302

56 SCMA 2017 1.250.519.493.000 62.569.182.000 1.965.270.095.000 5.385.807.878.000 -0,14433

57 SMRA 2017 - 370.350.666.000 -29.764.705.000 2.882.440.898.000 21.662.711.991.000 -0,14878

58 SSMS 2017 907.461.958.000 187.905.921.000 3.602.160.906.000 9.623.672.614.000 -0,29953

59 TLKM 2017 49.405.000.000.000 15.673.000.000.000 2.185.000.000.000 198.484.000.000.000 0,15894

60 UNTR 2017 11.951.265.000.000 4.302.453.000.000 22.825.638.000.000 82.262.093.000.000 -0,18449

61 UNVR 2017 7.059.862.000.000 892.657.000.000 -4.590.669.000.000 18.906.413.000.000 0,56901

62 WIKA 2017 1.885.252.166.000 607.439.384.000 8.934.490.968.000 45.683.774.302.000 -0,16760

63 WSKT 2017 - 5.959.562.435.459 1.466.952.942.663 117.819.501.557 97.895.760.838.624 -0,07706

99

Lampiran 4

Perhitungan Leverage

DER = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙

No Kode Tahun Total Utang Total Modal Debt to

Equity

Ratio 1 AKRA 2015 7.916.954.220.000 7.286.175.343.000 1,08657 2 ASII 2015 118.902.000.000.000 126.533.000.000.000 0,93969 3 GGRM 2015 25.497.504.000.000 38.007.909.000.000 0,67085 4 ICBP 2015 10.173.713.000.000 16.386.911.000.000 0,62084 5 INDF 2015 48.709.933.000.000 43.121.593.000.000 1,12959 6 INTP 2015 3.772.410.000.000 23.865.950.000.000 0,15807 7 JSMR 2015 24.356.318.021.000 12.368.664.466.000 1,96920 8 KLBF 2015 2.758.131.396.170 10.938.285.985.269 0,25215 9 LPKR 2015 22.409.793.619.707 18.916.764.558.342 1,18465

10 LPPF 2015 2.783.124.000.000 1.106.167.000.000 2,51601 11 LSIP 2015 1.510.814.000.000 7.337.978.000.000 0,20589 12 PTBA 2015 7.606.496.000.000 9.287.547.000.000 0,81900 13 PWON 2015 9.323.066.490.000 9.455.055.977.000 0,98604 14 SCMA 2015 1.152.287.864.000 3.413.675.712.000 0,33755 15 SMRA 2015 11.228.512.108.000 7.529.749.914.000 1,49122 16 SSMS 2015 3.939.799.027.000 3.034.051.845.000 1,29853 17 TLKM 2015 72.745.000.000.000 93.428.000.000.000 0,77862 18 UNTR 2015 22.465.074.000.000 39.250.325.000.000 0,57235 19 UNVR 2015 10.902.585.000.000 4.827.360.000.000 2,25850 20 WIKA 2015 14.164.304.669.000 5.438.101.365.000 2,60464 21 WSKT 2015 20.604.904.309.804 9.704.206.867.664 2,12330 22 AKRA 2016 7.756.420.389.000 8.074.320.321.000 0,96063 23 ASII 2016 121.949.000.000.000 139.906.000.000.000 0,87165 24 GGRM 2016 23.387.406.000.000 39.564.228.000.000 0,59113 25 ICBP 2016 10.401.125.000.000 18.500.823.000.000 0,56220 26 INDF 2016 38.233.092.000.000 43.941.423.000.000 0,87009 27 INTP 2016 4.011.877.000.000 26.138.703.000.000 0,15348 28 JSMR 2016 37.161.482.595.000 16.338.840.064.000 2,27443 29 KLBF 2016 2.762.162.069.572 12.463.847.141.085 0,22161 30 LPKR 2016 23.528.544.000.000 22.075.139.000.000 1,06584 31 LPPF 2016 3.003.635.000.000 1.855.243.000.000 1,61900 32 LSIP 2016 1.813.104.000.000 7.645.984.000.000 0,23713 33 PTBA 2016 8.024.369.000.000 10.552.405.000.000 0,76043 34 PWON 2016 9.654.447.854.000 11.019.693.800.000 0,87611 35 SCMA 2016 1.115.203.785.000 3.705.408.156.000 0,30097 36 SMRA 2016 12.644.764.172.000 8.165.555.485.000 1,54855

Bersambung pada halaman berikutnya

100

37 SSMS 2016 3.709.172.838.000 3.453.797.272.000 1,07394 38 TLKM 2016 74.067.000.000.000 105.544.000.000.000 0,70176 39 UNTR 2016 21.369.286.000.000 42.621.943.000.000 0,50137 40 UNVR 2016 12.041.437.000.000 4.704.258.000.000 2,55969 41 WIKA 2016 18.597.824.186.000 12.498.715.304.000 1,48798 42 WSKT 2016 44.651.963.165.082 16.773.218.556.948 2,66210 43 AKRA 2017 7.793.559.184.000 9.029.649.347.000 0,86311 44 ASII 2017 139.317.000.000.000 156.329.000.000.000 0,89118 45 GGRM 2017 24.572.266.000.000 42.187.664.000.000 0,58245 46 ICBP 2017 11.295.184.000.000 20.324.330.000.000 0,55575 47 INDF 2017 41.182.764.000.000 46.756.724.000.000 0,88079 48 INTP 2017 4.307.169.000.000 24.556.507.000.000 0,17540 49 JSMR 2017 60.833.333.269.000 18.359.439.521.000 3,31346 50 KLBF 2017 2.722.207.633.646 13.894.031.782.689 0,19593 51 LPKR 2017 26.911.822.000.000 29.860.294.000.000 0,90126 52 LPPF 2017 3.009.441.000.000 2.327.985.000.000 1,29272 53 LSIP 2017 1.622.216.000.000 8.122.165.000.000 0,19973 54 PTBA 2017 8.187.497.000.000 13.799.985.000.000 0,59330 55 PWON 2017 10.567.227.711.000 12.791.490.025.000 0,82611 56 SCMA 2017 980.414.618.000 4.405.393.260.000 0,22255 57 SMRA 2017 13.308.969.928.000 8.353.742.063.000 1,59317 58 SSMS 2017 5.570.625.174.000 4.053.047.440.000 1,37443 59 TLKM 2017 86.354.000.000.000 112.130.000.000.000 0,77012 60 UNTR 2017 34.724.168.000.000 47.537.925.000.000 0,73045 61 UNVR 2017 13.733.025.000.000 5.173.388.000.000 2,65455 62 WIKA 2017 31.051.949.689.000 14.631.824.613.000 2,12222 63 WSKT 2017 75.140.936.029.129 22.754.824.809.495 3,30220

101

Lampiran 5

Perhitungan Profitabilitas

ROA = 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡

No Kode Tahun Earning After Tax Total Aset Return On

Asset 1 AKRA 2015 1.058.741.020.000 15.203.129.563.000 0,06964 2 ASII 2015 15.613.000.000.000 245.435.000.000.000 0,06361 3 GGRM 2015 6.452.834.000.000 63.503.413.000.000 0,10161 4 ICBP 2015 2.923.148.000.000 26.560.624.000.000 0,11006 5 INDF 2015 3.709.501.000.000 91.831.526.000.000 0,04039 6 INTP 2015 4.356.661.000.000 27.638.360.000.000 0,15763 7 JSMR 2015 1.319.200.546.000 36.724.982.487.000 0,03592 8 KLBF 2015 2.057.694.281.873 13.696.417.381.439 0,15024 9 LPKR 2015 1.024.121.000.000 41.326.558.178.049 0,02478 10 LPPF 2015 1.780.848.000.000 3.889.291.000.000 0,45788 11 LSIP 2015 623.309.000.000 8.848.792.000.000 0,07044 12 PTBA 2015 2.037.111.000.000 16.894.043.000.000 0,12058 13 PWON 2015 1.400.554.118.000 18.778.122.467.000 0,07458 14 SCMA 2015 1.521.585.603.000 4.565.963.576.000 0,33325 15 SMRA 2015 1.064.079.939.000 18.758.262.022.000 0,05673 16 SSMS 2015 587.143.609.000 6.973.850.872.000 0,08419 17 TLKM 2015 23.317.000.000.000 166.173.000.000.000 0,14032 18 UNTR 2015 2.792.439.000.000 61.715.399.000.000 0,04525 19 UNVR 2015 5.851.805.000.000 15.729.945.000.000 0,37202 20 WIKA 2015 703.005.054.000 19.602.406.034.000 0,03586 21 WSKT 2015 1.047.590.672.774 30.309.111.177.468 0,03456 22 AKRA 2016 1.046.852.086.000 15.830.740.710.000 0,06613 23 ASII 2016 18.302.000.000.000 261.855.000.000.000 0,06989 24 GGRM 2016 6.672.682.000.000 62.951.634.000.000 0,10600 25 ICBP 2016 3.631.301.000.000 28.901.948.000.000 0,12564 26 INDF 2016 5.266.906.000.000 82.174.515.000.000 0,06409 27 INTP 2016 3.870.319.000.000 30.150.580.000.000 0,12837 28 JSMR 2016 1.803.054.456.000 53.500.322.659.000 0,03370 29 KLBF 2016 2.350.884.933.551 15.226.009.210.657 0,15440 30 LPKR 2016 1.227.374.000.000 45.603.683.000.000 0,02691 31 LPPF 2016 2.019.705.000.000 4.858.878.000.000 0,41567 32 LSIP 2016 592.769.000.000 9.459.088.000.000 0,06267 33 PTBA 2016 2.024.405.000.000 18.576.774.000.000 0,10898 34 PWON 2016 1.780.254.981.000 20.674.141.654.000 0,08611 35 SCMA 2016 1.511.144.612.000 4.820.611.941.000 0,31348 36 SMRA 2016 605.050.858.000 20.810.319.657.000 0,02907 37 SSMS 2016 591.658.772.000 7.162.970.110.000 0,08260

Bersambung pada halaman berikutnya

102

38 TLKM 2016 29.172.000.000.000 179.611.000.000.000 0,16242 39 UNTR 2016 5.104.477.000.000 63.991.229.000.000 0,07977 40 UNVR 2016 6.390.672.000.000 16.745.695.000.000 0,38163 41 WIKA 2016 1.147.144.922.000 31.096.539.490.000 0,03689 42 WSKT 2016 1.813.068.616.784 61.425.181.722.030 0,02952 43 AKRA 2017 1.304.600.520.000 16.823.208.531.000 0,07755 44 ASII 2017 23.165.000.000.000 295.646.000.000.000 0,07835 45 GGRM 2017 7.755.347.000.000 66.759.930.000.000 0,11617 46 ICBP 2017 3.543.173.000.000 31.619.514.000.000 0,11206 47 INDF 2017 5.145.063.000.000 87.939.488.000.000 0,05851 48 INTP 2017 1.859.818.000.000 28.863.676.000.000 0,06443 49 JSMR 2017 2.093.656.062.000 79.192.772.790.000 0,02644 50 KLBF 2017 2.453.251.410.604 16.616.239.416.335 0,14764 51 LPKR 2017 856.984.000.000 56.772.116.000.000 0,01510 52 LPPF 2017 1.907.077.000.000 5.427.426.000.000 0,35138 53 LSIP 2017 763.423.000.000 9.744.381.000.000 0,07834 54 PTBA 2017 4.547.232.000.000 21.987.482.000.000 0,20681 55 PWON 2017 2.024.627.040.000 23.358.717.736.000 0,08668 56 SCMA 2017 1.317.748.064.000 5.385.807.878.000 0,24467 57 SMRA 2017 532.437.613.000 21.662.711.991.000 0,02458 58 SSMS 2017 790.922.772.000 9.623.672.614.000 0,08219 59 TLKM 2017 32.701.000.000.000 198.484.000.000.000 0,16475 60 UNTR 2017 7.673.322.000.000 82.262.093.000.000 0,09328 61 UNVR 2017 7.004.562.000.000 18.906.413.000.000 0,37049 62 WIKA 2017 1.356.115.489.000 45.683.774.302.000 0,02968 63 WSKT 2017 4.201.572.490.754 97.895.760.838.624 0,04292

103

Lampiran 6

Perhitungan Likuiditas

CR = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

No Kode Tahun Aset Lancar Utang Lancar Current

Ratio 1 AKRA 2015 7.285.598.874.000 4.871.402.133.000 1,49559 2 ASII 2015 105.161.000.000.000 76.242.000.000.000 1,37931 3 GGRM 2015 42.568.431.000.000 24.045.086.000.000 1,77036 4 ICBP 2015 13.961.500.000.000 6.002.344.000.000 2,32601 5 INDF 2015 42.816.745.000.000 25.107.538.000.000 1,70533 6 INTP 2015 13.133.854.000.000 2.687.743.000.000 4,88657 7 JSMR 2015 3.729.046.503.000 7.743.786.951.000 0,48155 8 KLBF 2015 8.748.491.608.702 2.365.880.490.863 3,69777 9 LPKR 2015 33.576.937.023.270 4.856.883.553.932 6,91327

10 LPPF 2015 2.272.941.000.000 2.439.014.000.000 0,93191 11 LSIP 2015 1.268.557.000.000 571.162.000.000 2,22101 12 PTBA 2015 7.598.476.000.000 4.922.733.000.000 1,54355 13 PWON 2015 5.408.561.738.000 4.423.677.906.000 1,22264 14 SCMA 2015 2.843.499.538.000 860.469.667.000 3,30459 15 SMRA 2015 7.289.681.520.000 4.409.686.044.000 1,65311 16 SSMS 2015 1.732.967.777.000 1.302.632.857.000 1,33036 17 TLKM 2015 47.912.000.000.000 35.413.000.000.000 1,35295 18 UNTR 2015 39.259.708.000.000 18.280.285.000.000 2,14765 19 UNVR 2015 6.623.114.000.000 10.127.542.000.000 0,65397 20 WIKA 2015 12.560.285.337.000 10.597.534.431.000 1,18521 21 WSKT 2015 15.805.624.100.116 13.631.233.892.762 1,15952 22 AKRA 2016 7.391.379.002.000 5.815.707.526.000 1,27093 23 ASII 2016 110.403.000.000.000 89.079.000.000.000 1,23938 24 GGRM 2016 41.933.173.000.000 21.638.565.000.000 1,93789 25 ICBP 2016 15.571.362.000.000 6.469.785.000.000 2,40678 26 INDF 2016 28.985.443.000.000 19.219.441.000.000 1,50813 27 INTP 2016 14.424.622.000.000 3.187.742.000.000 4,52503 28 JSMR 2016 12.965.884.489.000 18.626.988.996.000 0,69608 29 KLBF 2016 9.572.529.767.897 2.317.161.787.100 4,13114 30 LPKR 2016 37.453.409.000.000 6.866.309.000.000 5,45466 31 LPPF 2016 2.974.052.000.000 2.588.354.000.000 1,14901 32 LSIP 2016 1.919.661.000.000 780.627.000.000 2,45913 33 PTBA 2016 8.349.927.000.000 5.042.747.000.000 1,65583 34 PWON 2016 6.126.852.547.000 4.618.261.907.000 1,32666 35 SCMA 2016 2.952.180.869.000 990.467.600.000 2,98059 36 SMRA 2016 8.698.817.086.000 4.217.371.528.000 2,06262 37 SSMS 2016 1.796.842.193.000 1.314.577.874.000 1,36686

Bersambung pada halaman berikutnya

104

38 TLKM 2016 47.701.000.000.000 39.762.000.000.000 1,19966 39 UNTR 2016 42.197.323.000.000 18.355.948.000.000 2,29884 40 UNVR 2016 6.588.109.000.000 10.878.074.000.000 0,60563 41 WIKA 2016 21.552.497.929.000 14.606.182.083.000 1,47557 42 WSKT 2016 36.882.457.492.758 31.461.535.721.603 1,17230 43 AKRA 2017 8.816.349.100.000 5.429.491.457.000 1,62379 44 ASII 2017 121.293.000.000.000 98.722.000.000.000 1,22863 45 GGRM 2017 43.764.490.000.000 22.611.042.000.000 1,93554 46 ICBP 2017 16.579.331.000.000 6.827.588.000.000 2,42829 47 INDF 2017 32.515.399.000.000 21.637.763.000.000 1,50272 48 INTP 2017 12.883.074.000.000 3.479.024.000.000 3,70307 49 JSMR 2017 18.987.065.058.000 24.997.940.298.000 0,75955 50 KLBF 2017 10.043.950.500.578 2.227.336.011.715 4,50940 51 LPKR 2017 44.921.927.000.000 8.745.186.000.000 5,13676 52 LPPF 2017 2.973.749.000.000 2.610.824.000.000 1,13901 53 LSIP 2017 2.168.414.000.000 416.258.000.000 5,20930 54 PTBA 2017 11.117.745.000.000 4.513.226.000.000 2,46337 55 PWON 2017 8.427.605.641.000 4.913.178.190.000 1,71531 56 SCMA 2017 2.708.606.433.000 743.336.338.000 3,64385 57 SMRA 2017 9.158.268.565.000 6.275.827.667.000 1,45929 58 SSMS 2017 4.724.577.403.000 1.122.416.497.000 4,20929 59 TLKM 2017 47.561.000.000.000 45.376.000.000.000 1,04815 60 UNTR 2017 51.202.200.000.000 28.376.562.000.000 1,80438 61 UNVR 2017 7.941.635.000.000 12.532.304.000.000 0,63369 62 WIKA 2017 34.910.108.265.000 25.975.617.297.000 1,34396 63 WSKT 2017 52.427.017.359.620 52.309.197.858.063 1,00225

105

Lampiran 7

Perhitungan Ukuran Perusahaan

𝑆𝑖𝑧𝑒 = Ln (Total Aset)

No Kode Tahun Total Aset Ln (Total Aset) 1 AKRA 2015 15.203.129.563.000 30,35252 2 ASII 2015 245.435.000.000.000 33,13405 3 GGRM 2015 63.503.413.000.000 31,78211 4 ICBP 2015 26.560.624.000.000 30,91045 5 INDF 2015 91.831.526.000.000 32,15098 6 INTP 2015 27.638.360.000.000 30,95023 7 JSMR 2015 36.724.982.487.000 31,23448 8 KLBF 2015 13.696.417.381.439 30,24816 9 LPKR 2015 41.326.558.178.049 31,35253

10 LPPF 2015 3.889.291.000.000 28,98925 11 LSIP 2015 8.848.792.000.000 29,81130 12 PTBA 2015 16.894.043.000.000 30,45798 13 PWON 2015 18.778.122.467.000 30,56371 14 SCMA 2015 4.565.963.576.000 29,14965 15 SMRA 2015 18.758.262.022.000 30,56266 16 SSMS 2015 6.973.850.872.000 29,57319 17 TLKM 2015 166.173.000.000.000 32,74405 18 UNTR 2015 61.715.399.000.000 31,75355 19 UNVR 2015 15.729.945.000.000 30,38659 20 WIKA 2015 19.602.406.034.000 30,60667 21 WSKT 2015 30.309.111.177.468 31,04247 22 AKRA 2016 15.830.740.710.000 30,39297 23 ASII 2016 261.855.000.000.000 33,19881 24 GGRM 2016 62.951.634.000.000 31,77339 25 ICBP 2016 28.901.948.000.000 30,99493 26 INDF 2016 82.174.515.000.000 32,03987 27 INTP 2016 30.150.580.000.000 31,03723 28 JSMR 2016 53.500.322.659.000 31,61071 29 KLBF 2016 15.226.009.210.657 30,35403 30 LPKR 2016 45.603.683.000.000 31,45101 31 LPPF 2016 4.858.878.000.000 29,21183 32 LSIP 2016 9.459.088.000.000 29,87800 33 PTBA 2016 18.576.774.000.000 30,55293 34 PWON 2016 20.674.141.654.000 30,65990 35 SCMA 2016 4.820.611.941.000 29,20392 36 SMRA 2016 20.810.319.657.000 30,66647 37 SSMS 2016 7.162.970.110.000 29,59995 38 TLKM 2016 179.611.000.000.000 32,82181 39 UNTR 2016 63.991.229.000.000 31,78977

Bersambung pada halaman berikutnya

106

40 UNVR 2016 16.745.695.000.000 30,44916 41 WIKA 2016 31.096.539.490.000 31,06812 42 WSKT 2016 61.425.181.722.030 31,74884 43 AKRA 2017 16.823.208.531.000 30,45378 44 ASII 2017 295.646.000.000.000 33,32018 45 GGRM 2017 66.759.930.000.000 31,83212 46 ICBP 2017 31.619.514.000.000 31,08480 47 INDF 2017 87.939.488.000.000 32,10767 48 INTP 2017 28.863.676.000.000 30,99361 49 JSMR 2017 79.192.772.790.000 32,00291 50 KLBF 2017 16.616.239.416.335 30,44140 51 LPKR 2017 56.772.116.000.000 31,67007 52 LPPF 2017 5.427.426.000.000 29,32249 53 LSIP 2017 9.744.381.000.000 29,90771 54 PTBA 2017 21.987.482.000.000 30,72149 55 PWON 2017 23.358.717.736.000 30,78199 56 SCMA 2017 5.385.807.878.000 29,31479 57 SMRA 2017 21.662.711.991.000 30,70661 58 SSMS 2017 9.623.672.614.000 29,89525 59 TLKM 2017 198.484.000.000.000 32,92173 60 UNTR 2017 82.262.093.000.000 32,04093 61 UNVR 2017 18.906.413.000.000 30,57052 62 WIKA 2017 45.683.774.302.000 31,45276 63 WSKT 2017 97.895.760.838.624 32,21492

107

Lampiran 8

Hasil Output SPSS

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

FCF 63 -,74900 ,58317 -,0849658 ,26872960

DER 63 ,15348 3,31346 1,1102257 ,80955781

ROA 63 ,01510 ,45788 ,1208808 ,10902628

CR 63 ,48155 6,91327 2,1394374 1,40846645

SIZE 63 28,98925 33,32018 30,9844121 1,06587450

DPR 63 ,03648 1,38554 ,4584687 ,28742060

Valid N (listwise) 63

Sumber: Output SPSS yang diolah

2. Hasil Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Sumber: Output SPSS yang diolah

108

Sumber: Output SPSS yang diolah

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 63

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation ,20116211

Most Extreme Differences Absolute ,091

Positive ,091

Negative -,066

Test Statistic ,091

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

Sumber: Output SPSS yang diolah

109

b. Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

FCF ,206 4,857

DER ,697 1,434

ROA ,354 2,828

CR ,309 3,236

SIZE ,709 1,410

a. Dependent Variable: DPR

Sumber: Output SPSS yang diolah

c. Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-Watson

1 ,714a ,510 ,467 ,20979957 2,008

a. Predictors: (Constant), SIZE, DER, FCF, ROA, CR

b. Dependent Variable: DPR

Sumber: Output SPSS yang diolah

Runs Test

Unstandardized

Residual

Test Valuea -,00347

Cases < Test Value 31

Cases >= Test Value 32

Total Cases 63

Number of Runs 29

Z -,887

Asymp. Sig. (2-tailed) ,375

a. Median

Sumber: Output SPSS yang diolah

110

d. Uji Heterokedastisitas

Sumber: Output SPSS yang diolah

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -,266 ,650 -,409 ,684

FCF ,012 ,148 ,023 ,082 ,935

DER -,044 ,027 -,250 -1,637 ,107

ROA ,119 ,279 ,091 ,426 ,671

CR ,005 ,023 ,047 ,207 ,837

SIZE ,014 ,020 ,105 ,692 ,492

a. Dependent Variable: ABS

111

3. Hasil Uji Regresi Berganda

a. Uji Simultan (F test)

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 2,613 5 ,523 11,873 ,000b

Residual 2,509 57 ,044

Total 5,122 62

a. Dependent Variable: DPR

b. Predictors: (Constant), SIZE, DER, FCF, ROA, CR

Sumber: Output SPSS yang diolah

b. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 ,714a ,510 ,467 ,20979957

a. Predictors: (Constant), SIZE, DER, FCF, ROA, CR

b. Dependent Variable: DPR

Sumber: Output SPSS yang diolah

c. Uji Statistik T

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -1,974 ,957 -2,063 ,044

FCF ,371 ,219 ,347 1,698 ,095

DER -,119 ,039 -,334 -3,011 ,004

ROA 1,447 ,411 ,549 3,521 ,001

CR ,018 ,034 ,088 ,531 ,598

SIZE ,077 ,030 ,285 2,590 ,012

a. Dependent Variable: DPR

Sumber: Output SPSS yang diolah