pengaruh free cash flow, leverage, profitabilitas
TRANSCRIPT
i
PENGARUH FREE CASH FLOW, LEVERAGE, PROFITABILITAS,
LIKUIDITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN
DIVIDEN
(Studi Empiris Pada Perusahaan LQ 45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2015-2017)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Akuntansi
Disusun oleh:
Andre Hand Prastya
11150820000069
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H / 2019 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
PENGARUH FREE CASH FLOW, LEVERAGE, PROFITABILITAS,
LIKUIDITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN
DIVIDEN
(Studi Empiris Pada Perusahaan LQ 45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2015-2017)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Akuntansi
Oleh:
Andre Hand Prastya
NIM. 11150820000069
Di Bawah Bimbingan
Fitri Yani Jalil, SE., M.Sc
NIP. 19870604 201903 2 013
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H / 2019 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, 9 April 2019 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
1. Nama : Andre Hand Prastya
2. NIM : 11150820000069
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : PENGARUH FREE CASH FLOW, LEVERAGE,
PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN
TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ
45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2017)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Akuntansi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 9 April 2019
1. Dr. Rini, M.Si., Ak., CA. ( _____________________ )
NIP. 197603152005012002 Penguji I
2. Nur Wachidah Yulianti, SE., MS. Ak. ( _____________________ )
NIDN. 195910301985031001 Penguji II
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Kamis, 28 November 2019 telah dilakukan Ujian Skripsi atas
mahasiswa/i:
1. Nama : Andre Hand Prastya
2. NIM : 11150820000069
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : PENGARUH FREE CASH FLOW, LEVERAGE,
PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN
TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ
45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2017)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa/i
tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 28 November 2019
1. Fitri Damayanti, SE., M.Si ( _____________________ )
NIP. 19810731 200604 2 003 Ketua Penguji
2. Fitri Yani Jalil, SE., M.Sc ( _____________________ )
NIP. 19870604 201903 2 013 Sekretaris Penguji
3. Zuwesty Eka Putri, SE., M.Ak ( _____________________ )
NIP. 19800416 200901 2 006 Penguji Ahli
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Andre Hand Prastya
Nomor Induk Mahasiswa : 11150820000069
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain
3. Tidak menggunakan karya ilmiah orang lain tanpa menyebutkan
sumber asli atau tanpa menyebut pemilik karya
4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini
Apabila dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah
melalui pembuktian yang dapat di pertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 28 November 2019
(Andre Hand Prastya)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Andre Hand Prastya
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 20 April 1995
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Anak ke : 2 dari 2 bersaudara
5. Alamat : Jalan H. Djairi No.53 RT001/02
Kelurahan Rawa Buaya,
Kecamatan Cengkareng
6. Telepon : 0895364775179
7. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SDN CENGKARENG TIMUR 14 PAGI Tahun 2001-2007
2. SMPN 248 JAKARTA Tahun 2007-2010
3. SMAN 95 JAKARTA Tahun 2010-2013
4. S1 Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2015-2019
Jakarta
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Sukamto
2. Ibu : Sunarti
3. Alamat : Jalan H. Djairi No.53 RT001/02
Kelurahan Rawa Buaya,
Kecamatan Cengkareng
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Tahun 2015-2016 : Anggota HMJ Akuntansi Divisi
Penelitian dan Pengembangan
vii
V. PENGALAMAN KEPANITIAN
1. Wakil Ketua Pelaksana Company Visit ke Astra International Tbk,
Acara yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiwa Jurusan
Akuntansi, April 2016
2. Ketua Pelaksana Company Visit ke KAP Deloitte, Acara yang
diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiwa Jurusan Akuntansi,
September 2016.
viii
THE EFFECTS OF FREE CASH FLOW, LEVERAGE, PROFITABILITY,
LIQUIDITY AND FIRM SIZE TO DIVIDEND POLICY ON LQ 45
COMPANY IN BEI 2015-2017 PERIOD
(Empirical Study On LQ 45 Companies Listed In Indonesian Stock
Exchange Period 2015-2017)
ABSTRACT
The purpose of this research is to find the effects of free cash flow, leverage,
profitability, liquidity and firm size to dividend policy. This research using a
sample of 21 LQ 45 companies registered in BEI 2015-2017. The method used is
purposive sampling. Hypothesis testing in this research using multiple linear
regression analysis. The result of this research show leverage, profitability, and
firm size significantly affect the dividend policy. While free cash flow and liquidity
have no effect on dividend policy.
Keyword Research : free cash flow, leverage, profitability, liquidity and firm size
dividend policy
ix
PENGARUH FREE CASH FLOW, LEVERAGE, PROFITABILITAS,
LIKUIDITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN
DIVIDEN
(Studi Empiris Pada Perusahaan LQ 45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2015-2017)
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini untuk menguji pengaruh free cash flow, leverage,
profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen.
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 21 perusahaan LQ 45 yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2017. Metode yang digunakan adalah
purposive sampling. Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan analisis regresi berganda. Hasil Penelitian ini menunjukkan
variabel leverage, profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap kebijakan dividen. Sementara itu free cash flow dan likuiditas tidak
berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Kata Kunci: Free Cash Flow, Leverage, Profitabilitas, Likuiditas, Ukuran
Perusahaan, Kebijakan Dividen
x
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuhu.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Pengaruh Free Cash Flow, Leverage, Profitabilitas, Likuiditas dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen (Studi Empiris Pada Perusahaan
LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2017)”. Tak lupa
juga shalawat dan salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membimbing kita dari zaman kegelapan hingga ke zaman yang terang benderang
seperti sekarang ini.
Penyusunan skripsi ini sebagai ditujukan untuk memenuhi syarat guna
mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari adanya banyak pihak yang turut serta
membantu dalam proses penyelesaian ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih atas doa,bantuan,dukungan,bimbingan baik secara langsung maupun
tidak langsung kepada :
1. Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan penulis sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua orang tua yang telah memberikan semangat, dukungan dan doa yang
tiada henti kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini.
3. Saudara Kandung penulis (Candra Dedi Hermawan) yang memberikan
semangat serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E., M.Si., Ak., CA., QIA., BKP., CRMP selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Fitri Damayanti, SE., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis.
xi
7. Ibu Fitri Yani Jalil, SE., M.Sc selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah
sabar dalam membimbing dan meluangkan waktunya untuk selalu
memberikan saran, referensi, dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat luas kepada
penulis selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan
menjadi amal kebaikan bagi kita semua.
9. Sahabat Masenk (Abi, Jodie, Oman, Farkhan, Azis, Manhajul, Arif, Fikra,
Bagas, Fiqih, Fatih, Bening, Yogi) yang selalu belajar bersama-sama dan
memberikan semangat untuk tetap mengerjakan skripsi ini.
10. Seluruh teman angkatan Akuntansi 2015 yang telah menemani proses belajar
selama 4 tahun di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
11. Keluarga Besar Empat Sekawan (Agung, Rezty, dan Ajeng) Seluruh teman-
teman Akuntansi 2015 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberi
dukungan, doa, dan saran kepada penulis.
12. Teman-teman SMA (Ragil, Aji dan Eka) yang selalu memberikan motivasi
kepada penulis.
Penulis menyadari pembuatan skripsi ini masih belum sempurna
dikarenakan masih adanya keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki
penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak
sangat dibutuhkan untuk penulis.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuhu.
Jakarta, 28 November 2019
Andre Hand Prastya
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ....................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi
ABSTRACT ........................................................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ................................................................................... 11
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 14
A. Landasan Teori .......................................................................................... 14
1. Teori Keagenan (Agency Theory) ............................................................. 14
2. Teori Sinyal (Signalling Theory) ............................................................... 15
3. Pecking Order Theory ............................................................................... 16
4. Kebijakan Dividen ..................................................................................... 17
xiii
5. Free Cash Flow ......................................................................................... 21
6. Leverage .................................................................................................... 22
7. Profitabilitas .............................................................................................. 23
8. Likuiditas ................................................................................................... 23
9. Ukuran Perusahaan .................................................................................... 24
B. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 26
C. Pengembangan Hipotesis .......................................................................... 32
1. Free Cash Flow terhadap Kebijakan Dividen ........................................... 32
2. Leverage terhadap Kebijakan Dividen ...................................................... 33
3. Profitabilitas terhadap Kebijakan Dividen ................................................ 34
4. Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen ..................................................... 35
5. Ukuran Perusahaan terhadap terhadap Kebijakan Dividen ....................... 37
D. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 39
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 40
A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 40
B. Metode Penentuan Sampel ........................................................................ 40
C. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 41
D. Metode Analisis Data ................................................................................ 41
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ......................................................... 50
1. Kebijakan Dividen ..................................................................................... 50
2. Free Cash Flow ......................................................................................... 50
3. Leverage .................................................................................................... 51
4. Profitabilitas .............................................................................................. 52
5. Likuiditas ................................................................................................... 52
6. Ukuran Perusahaan .................................................................................... 53
xiv
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................................ 55
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .............................................. 55
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian ............................................................. 56
1. Uji Statistik Deskriptif .............................................................................. 57
2. Uji Asumsi Klasik ..................................................................................... 59
3. Uji Hipotesis .............................................................................................. 68
C. Pembahasan ............................................................................................... 72
1. Pengaruh Free Cash Flow terhadap Kebijakan Dividen ........................... 72
2. Pengaruh Leverage terhadap Kebijakan Dividen ...................................... 75
3. Pengaruh Profitabilitas terhadap Kebijakan Dividen ................................ 78
4. Pengaruh Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen .................................... 80
5. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen...................... 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 85
A. Kesimpulan ................................................................................................ 85
B. Implikasi Penelitian ................................................................................... 86
C. Keterbatasan .............................................................................................. 86
D. Saran .......................................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 88
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Dividend Payout Ratio Perusahaan LQ 45 Tahun 2015-2017 (%) ......... 4
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 26
Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian............................................................ 54
Tabel 4.1 Tahapan Seleksi Sampel Penelitian dengan Kriteria ............................ 55
Tabel 4.2 Hasil Uji Deskriptif ............................................................................... 57
Tabel 4.3 Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov...................................... 62
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ................................................................... 63
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi .......................................................................... 64
Tabel 4.6 Hasil Uji Runs Test ............................................................................... 65
Tabel 4.7 Hasil Uji Gletser ................................................................................... 67
Tabel 4.8 Hasil Uji F ............................................................................................. 68
Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi ........................................................... 69
Tabel 4.10 Hasil Uji t ............................................................................................ 70
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran .............................................................. 39
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Dengan Histogram .......................................... 60
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Dengan Grafik Normal Probability Plot ......... 61
Gambar 4.3 Hasil Uji Heterokedastisitas Dengan Grafik Scatterplot ................... 66
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Perusahaan yang dijadikan Sampel Penelitian Tahun 2015-
2017 ...................................................................................................................... 94
Lampiran 2 Perhitungan Kebijakan Dividen......................................................... 95
Lampiran 3 Perhitungan Free Cash Flow ............................................................. 97
Lampiran 4 Perhitungan Leverage ........................................................................ 99
Lampiran 5 Perhitungan Profitabilitas ................................................................ 101
Lampiran 6 Perhitungan Likuiditas ..................................................................... 103
Lampiran 7 Perhitungan Ukuran Perusahaan ...................................................... 105
Lampiran 8 Hasil Output SPSS ........................................................................... 107
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi yang semakin pesat mendorong adanya peluang bisnis
yang cukup menjanjikan. Hal ini mendorong semakin banyak perusahaan
masuk ke pasar modal untuk mengambil peluang bisnis yang ada. Pasar
modal merupakan salah satu sarana yang tepat untuk memperoleh dana
usaha. Para investor yang tertarik akan menanamkan modal mereka ke
perusahaan sehingga nantinya para investor akan mendapatkan return dari
dana yang diinvestasikannya (Trisna & Gayatri, 2019).
Pada umumnya investor mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan
kesejahteraan dengan mengharapkan return atau keuntungan yang diperoleh
dari investasi yang dilakukan. Return atau keuntungan yang akan diperoleh
investor adalah dalam bentuk dividen maupun capital gain (Hardiatmo &
Daljono, 2013). Dividen merupakan bagian laba bersih perusahaan yang
dibagikan kepada para pemegang saham sedangkan capital gain merupakan
selisih positif antara harga perolehan saham dengan harga pasar saham.
Dividen merupakan salah satu bentuk peningkatan wealth pemegang saham.
Dividen merupakan distribusi yang bisa berbentuk kas, aktiva lain,
surat, atau bukti lain yang menyatakan utang perusahaan, dan saham kepada
pemegang saham suatu perusahaan sebagai proporsi dari jumlah saham yang
dimiliki oleh pemilik. Dividen akan dibagikan atau tidak, bagaimana sifat dan
jumlah dividen merupakan masalah yang ditentukan oleh dewan direksi
2
(Utama, 2012). Kebijakan dividen perusahaan tergambar pada dividen payout
ratio-nya, yaitu persentase laba yang dibagikan dalam bentuk tunai. Artinya,
besar kecilnya dividen payout ratio akan mempengaruhi keputusan investasi
para pemegang saham dan disisi lain juga akan berpengaruh terhadap kondisi
perusahaan.
Jensen & Meckling (1976) berpendapat bahwa umumnya pihak
manajemen perusahaan akan menahan kas yang dimiliki untuk melunasi
utang atau meningkatkan investasi. Namun hal ini tidak sejalan dengan
pemegang saham yang mengharapkan dividen kas dalam jumlah relatif besar
karena mereka sudah banyak menanamkan modal disana sehingga tentu saja
ingin menikmati hasil investasi perusahaan tersebut.
Jika suatu perusahaan ingin menahan pendapatannya dalam bentuk laba
ditahan (retained earnings), maka dividen yang dibagikan akan semakin
kecil. Pihak investor cenderung lebih suka perusahaan untuk membagikan
laba atau keuntungan tersebut dalam bentuk dividen untuk meningkatkan
kesejahteraan mereka. Akan tetapi, manajemen juga harus memperhatikan
kelangsungan perusahaan dengan menahan laba untuk diinvestasikan lagi di
masa mendatang (Halviani & Sisdyani, 2014). Oleh karena adanya perbedaan
kepentingan inilah akan memicu timbulnya masalah keagenan (agency
conflict) sesuai dengan agency theory.
Trisna & Gayatri (2019) menjelaskan bahwa untuk mencapai
kesejahteraan perusahaan maupun para pemegang saham, diperlukan
kebijakan-kebijakan yang dapat menyelaraskan kepentingan perusahaan
3
maupun pemegang saham. Kebijakan dividen menjadi salah satu kebijakan
krusial yang harus dipertimbangkan secara tepat karena melibatkan
kepentingan dari banyak pihak yang terkait.
Fenomena yang terjadi adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tidak semua perusahaan membagikan dividen kepada para
pemegang sahamnya, baik itu dalam dividen tunai maupun dividen saham.
Hanya industri tertentu yang dapat membayar dividennya secara konsisten,
walaupun dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham mengalami
perubahan setiap tahunnya (fluktuasi), padahal pihak investor lebih senang
memperoleh kembalian investasi berupa dividen yang stabil. Hal tersebut
disebabkan karena adanya pertimbangan-pertimbangan yang berbeda dalam
membuat keputusan kebijakan dan pembayaran dividen dalam setiap
perusahaan.
Perusahaan LQ 45 merupakan perusahaan yang dikenal dengan
likuiditasnya yang tinggi, selain itu juga memiliki kinerja keuangan yang baik
dan juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar. Kedudukan perusahaan yang
berada di dalam LQ 45 tidak bersifat tetap, setiap tiga bulan sekali dilakukan
review pergerakan ranking saham-saham yang akan dimasukan kedalam
perhitungan Indeks LQ 45 dan setiap enam bulan sekali ada penetapan
kembali saham yang memenuhi kriteria serta mengeliminasi saham yang
tidak memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
Penelitian ini menggunakan perusahaan LQ 45 sebagai objek
penelitian. Perusahaan yang pernah berada di indeks saham LQ 45 yang
4
listing di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2015-2017 berjumlah 54
perusahaan, namun yang membagikan dividen tunai berturut-turut selama
periode tersebut berjumlah 21 perusahaan. Berikut ini adalah perusahaan LQ
45 di Bursa Efek Indonesia yang berturut-turut membagikan dividen dari
tahun 2015-2017.
Tabel 1.1
Dividend Payout Ratio Perusahaan LQ 45 Tahun 2015-2017
No Kode
Emiten Nama Perusahaan
Dividend Payout Ratio
(%)
2015 2016 2017
1 AKRA PT AKR Corporindo Tbk. 45,74 47,39 66,68
2 ASII PT Astra International Tbk. 49,54 44,87 39,67
3 GGRM PT Gudang Garam Tbk. 77,73 74,92 64,51
4 ICBP PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. 49,75 24,94 49,76
5 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk. 49,70 49,79 49,92
6 INTP PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk. 35,07 88,36 138,55
7 JSMR PT Jasa Marga Tbk. 20,23 32,01 22,14
8 KLBF PT Kalbe Farma Tbk. 44,43 44,84 48,75
9 LPKR PT Lippo Karawaci Tbk. 7,89 3,65 7,27
10 LPPF PT Matahari Department Store Tbk. 70,01 70,01 70,00
11 LSIP PT PP London Sumatera Tbk. 40,50 40,21 40,21
12 PTBA PT Bukit Asam Tbk. 32,79 32,79 16,40
13 PWON PT Pakuwon Jati Tbk. 15,48 12,17 14,27
14 SCMA PT Surya Citra Media Tbk. 79,66 71,12 82,36
15 SMRA PT Summarecon Agung Tbk. 6,78 11,92 13,55
16 SSMS PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk. 30,01 30,01 30,00
17 TLKM PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. 61,59 90,82 76,32
18 UNTR PT United Tractors Tbk. 66,69 10,66 65,65
19 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk. 99,88 99,69 99,67
20 WIKA PT Wijaya Karya Tbk. 17,80 26,48 17,74
21 WSKT PT Waskita Karya Tbk. 20,01 28,35 18,48
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan bahwa pembayaran dividen pada
perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2015 sampai 2017
cenderung mengalami perubahan setiap tahunnya. Seperti yang dialami oleh
5
Astra Internasional Tbk. mengalami penurunan dividen yang cukup
signifikan mulai dari tahun 2015 sampai 2017. Pada tahun 2015 Astra
International Tbk membagikan dividend payout ratio sebesar 49,54%, tahun
2015 sebesar 44,86% dan tahun 2017 sebesar 39,67%. Bahkan masih
ditemukan beberapa perusahaan yang terdatar di LQ 45 tahun 2015 sampai
2017 yang tidak membagikan dividen, hal ini diindikasikan karena
perusahaan ingin meningkatkan kemampuan pembentukan dana internalnya.
Mereka tidak membagikan dividen untuk mengurangi ketergantungan
perusahaan terhadap dana eksternal sekaligus memperkecil risiko perusahaan.
Dengan demikian kebijakan dividen menjadi hal yang penting untuk
dijadikan tolak ukur bagi investor dalam menanamkan modalnya disuatu
perusahaan karena investor menginginkan pembagian dividen yang tinggi.
Hal ini sesuai dengan bird in hand theory yang menyatakan investor
menyukai pendapatan dividen yang tinggi karena pendapatan yang diterima
seperti burung ditangan yang mempunyai nilai lebih tinggi dan risiko yang
kecil dibanding capital gain. Teori ini juga berpendapat bahwa investor
menyukai dividen karena kas ditangan lebih bernilai dibanding kekayaan
dalam bentuk lain (Brigham & Houston, 2012).
Berdasarkan fenomena yang ada, peneliti tertarik untuk memfokuskan
masalah pada masih fluktuatifnya pembayaran dividen serta masih adanya
perusahaan yang tidak membayarkan dividen dengan menghubungkan faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Penelitian ini akan
mengidentifikasi beberapa variabel yang diduga berpengaruh terhadap
6
kebijakan dividen yaitu free cash flow, leverage, profitabilitas, likuiditas dan
ukuran perusahaan.
Banyak faktor yang dapat memengaruhi tingkat kebijakan dividen suatu
perusahaan, salah satunya adalah free cash flow (Utama & Gayatri, 2018).
Pembayaran dividen khususnya dividen tunai sangat tergantung pada posisi
kas yang tersedia. Free cash flow yang dimiliki perusahaan menunjukkan kas
yang tersedia bagi investor (Aristantia & Putra, 2015). Kebijakan dividen
mengurangi aliran kas bebas yang tersedia bagi manajer untuk melakukan
investasi.
Free cash flow merupakan gambaran perusahaan dari arus kas yang
tersedia untuk perusahaan dalam suatu periode akuntansi, setelah dikurangi
dengan biaya operasional dan pengeluaran lainnya (Trisna & Gayatri, 2019).
Perusahaan dengan tingkat aliran kas yang tinggi seharusnya membayar
dividen yang tinggi pula. Free cash flow inilah yang sering menjadi pemicu
timbulnya perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan manajer.
Aliran kas bebas yang tinggi bisa menjadi indikator kinerja perusahaan yang
cukup baik dibanding dengan perusahaan lainnya. Perusahaan dengan aliran
kas bebas yang tinggi diperkirakan akan lebih mampu bertahan dalam
lingkungan yang buruk. Hal ini menunjukan bahwa free cash flow mampu
memengaruhi tingkat kebijakan dividen yang dilakukan oleh perusahaan
untuk pemegang saham.
Selain faktor free cash flow, terdapat faktor lain yang mempengaruhi
kebijakan dividen, yakni leverage. Leverage merupakan suatu keputusan
7
yang diambil oleh pihak manajemen perusahaan untuk dijadikan modal
dalam rangka mendanai perusahaan. Thaib & Taroreh (2015) mengatakan
bahwa utang sebagai salah satu alternatif pengurangan biaya agensi sekaligus
sumber pendanaan.
Adanya leverage tertentu dalam perusahaan berdampak pada kebijakan
dividen suatu perusahaan. Murtini & Rante (2015) menjelasakan bahwa
perusahaan yang memiliki rasio utang yang besar cenderung membagikan
dividen dengan proporsi yang lebih kecil. Hal ini disebakan karena laba yang
diperoleh digunakan untuk melunasi kewajiban. Utang jangka panjang
biasanya disertai oleh sebuah perjanjian utang untuk melindungi kepentingan
kreditur. Hal ini menunjukan bahwa leverage mampu mempengaruhi
kebijakan dividen dalam pembagian dividen.
Menurut Arjana & Suputra (2017) profitabilitas merupakan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan dividen akan dibagi
apabila perusahaan tersebut memperoleh laba. Profitabilitas mutlak
diperlukan untuk perusahaan apabila hendak membayar dividen. Laba setelah
pajak yang diperoleh perusahaan sebagian dibagikan dalam bentuk dividen
dan sebagian lain ditahan diperusahaan dalam bentuk laba ditahan. Jika laba
yang diperoleh kecil, maka dividen yang dibagikan juga kecil, sedangkan jika
laba yang diperoleh besar maka dividen yang akan diterima perusahaan juga
besar.
8
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya dengan tepat waktu. Bagi perusahaan, dividen
adalah arus kas keluar, dan hal tersebut mempengaruhi posisi dari kas
perusahaan. Semakin likuid sebuah perusahaan, kemungkinan pembayaran
dividen yang dilakukan perusahaan tersebut akan semakin besar (Harun &
Jeandry, 2018).
Ukuran perusahaan menggambarkan skala besar kecilnya perusahaan
yang ditentukan berdasarkan beberapa aspek, diantaranya total penjualan,
total aktiva dan rata-rata penjualan perusahaan. Perusahaan yang berukuran
besar akan memiliki akses yang lebih mudah menuju pasar modal. Suatu
perusahaan besar yang sudah mapan akan memiliki akses yang mudah
menuju pasar modal, sementara perusahaan yang baru dan yang masih kecil
akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki akses ke pasar modal.
Karena kemudahan akses ke pasar modal cukup berarti untuk fleksibilitas dan
kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar, sehingga
perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi dari
pada perusahaan kecil (Akmal, Zainudin, & Yulianti, 2016).
Penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan
dividen sudah dilakukan. Anggraini & Wihandaru (2015) melakukan
penelitian mengenai pengaruh ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan,
free cash flow, leverage, profitabilitas dan struktur kepemilikan terhadap
kebijakan membayar dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI Periode 2011-2014. Hasil penelitian menunjukan bahwa ukuran
9
perusahaan, free cash flow dan profitabilitas mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kebijakan membayar dividen. Pertumbuhan perusahaan
dan leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan
membayar dividen. Sedangkan struktur kepemilikan tidak berpengaruh
terhadap kebijakan pembayaran dividen.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini &
Wihandaru (2015), (Hasana, Mardani, & Wahono, 2017) yang dalam
penelitiannya menggunakan 12 perusahaan food and beverages yang terdaftar
di BEI Periode 2014-2016. Penelitian tersebut menganalisis pengaruh free
cash flow, profitabilitas, likuiditas dan leverage terhadap kebijakan dividen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel free cash flow dan
profitabilitas berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan dividen,
sedangkan likuiditas dan leverage berpengaruh positif signifikan terhadap
kebijakan dividen.
Argamaya & Putri (2014) dalam penelitiannya menggunakan sampel 32
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013 yang
melakukan analisis pengaruh profitabilitas, leverage, collateralizable asset
dan investment opportunity set terhadap kebijakan dividen. Hasil uji hipotesis
menemukan bahwa profitabilitas dan investment opportunity set berpengaruh
positif terhadap kebijakan dividen, sedangkan collateralizable assets
berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Sementara itu, leverage
tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Harun & Jeandry (2018) meneliti tentang profitabilitas, free cash flow,
10
leverage, likuiditas dan size terhadap kebijakan dividen pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2011-2015. Hasil analisis
menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan
dividen dan free cash flow berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.
sedangkan leverage, likuiditas dan size tidak berpengaruh terhadap kebijakan
dividen.
Dari uraian hasil penelitian yang telah dikemukakan diatas, masih
ditemukan adanya perbedaan hasil penelitian dari para peneliti sebelumnya.
Perbedaan hasil penelitian tersebut terjadi mungkin karena adanya perbedaan
sampel penelitian serta adanya faktor-faktor lain diluar model penelitian yang
dapat mempengaruhi kebijakan dividen. Hal inilah yang membuat peneliti
ingin meneliti kembali faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen.
Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui bagaimana pengaruh free cash
flow, leverage, profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan terhadap
kebijakan dividen. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
tambahan pengetahuan terkait dengan agency theory untuk menjelaskan
kebijakan dividen.
Penelitian ini mengambil objek penelitian Perusahaan LQ 45 yang
terdaftar di BEI periode 2015-2017. LQ 45 yaitu indeks pasar saham Bursa
Efek Indonesia (BEI) yang terdiri dari perusahaan yang memiliki tingkat
likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Hal ini menjadi pertimbangan
bahwa Perusahaan LQ 45 merupakan 45 perusahaan teratas sehingga
kemungkinan para investor akan lebih memilih perusahaan yang menjanjikan
11
pembagian dividen yang lebih stabil.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh
Harun & Jeandry (2018) yang berjudul “Pengaruh Profitabilitas, Free Cash
Flow, Leverage, Likuiditas dan Size Terhadap Dividen Payout Ratio namun
dengan obyek yang berbeda, yaitu perusahaan LQ 45 yang derdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama periode 2015-2017. Dari fenomena dan teori yang
diungkapkan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul: “Pengaruh Free Cash Flow, Leverage, Profitabilitas, Likuiditas
dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan
LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2017”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan di atas, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah free cash flow berpengaruh terhadap kebijakan dividen?
2. Apakah leverage berpengaruh terhadap kebijakan dividen?
3. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen?
4. Apakah likuiditas berpengaruh terhadap kebijakan dividen?
5. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan dividen?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian sebagai
berikut:
1. Untuk menguji secara empiris pengaruh free cash flow terhadap kebijakan
dividen.
12
2. Untuk menguji secara empiris pengaruh leverage terhadap kebijakan
dividen.
3. Untuk menguji secara empiris pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan
dividen.
4. Untuk menguji secara empiris pengaruh likuiditas terhadap kebijakan
dividen.
5. Untuk menguji secara empiris pengaruh ukuran perusahaan terhadap
kebijakan dividen.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan yang
dapat digunakan di masa depan, untuk berbagai pihak antara lain sebagai
berikut
1. Kontribusi Teoritis
a. Bagi kalangan akademis atau mahasiswa, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan masukan dan kontribusi bagi perkembangan teori
di Indonesia khususnya mengenai faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi keputusan kebijakan dividen di Perusahaan LQ 45
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
b. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
sarana penyebaran informasi mengenai faktor apa saja yang dapat
digunakan untuk memprediksi keputusan kebijakan dividen serta
menambah wawasan akuntansi khususnya subtopik keuangan.
13
2. Kontribusi Praktis
a. Bagi perusahaan, penelitian ini bermanfaat sebagai rujukan dalam
pengambilan keputusan khusunya berkaitan dengan kebijakan
dividen.
b. Bagi investor, sebagai bahan pertimbangan dalam memprediksi dan
mengambil keputusan investasi agar dividen yang akan diterima
sesuai yang diharapkan.
c. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai informasi dan dapat dijadikan
referensi tambahan untuk menambah ilmu pengetahuan serta dalam
bidang ilmu ekonomi khususnya manajemen keuangan mengenai
kebijakan dividen.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan yang dikemukakan oleh Jensen & Meckling (1976)
merupakan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak yang mana satu
atau lebih principal (pemilik saham) menggunakan agen (manajemen)
untuk menjalankan aktifitas perusahaan. Prinsipal menyediakan fasilitas
dan dana sedangkan agen sebagai pengelola berkewajiban untuk
mrngelola perusahaan.
Menurut teori ini hubungan antara pemilik dan manajer pada
hakekatnya sulit tercipta karena adanya kepentingan yang saling
bertentangan. Manajemen perusahaan cenderung akan membuat
keputusan yang menguntungkan dirinya sendiri. Disisi lain, pemegang
saham tidak memiliki kemampuan untuk mengawasi manajer setiap
harinya untuk memastikan bahwa manajemen bekerja tidak hanya untuk
kepentingannya sendiri melainkan juga untuk kepentingan pemegang
saham selaku investor (Anthony & Govindarajan, 2012).
Konflik keagenan terjadi dalam perusahaan pada hubungan antara
pemegang saham dan manajemen. Pemegang saham menginginkan laba
dibagi dalam bentuk dividen sedangkan manajer menginginkan laba
ditahan untuk pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang.
Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen
15
maka akan mengurangi laba ditahan dan akan berpengaruh terhadap
sumber dana internal. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk
menahan laba yang diperoleh, maka pembentukan dana intern akan
semakin besar namun kepentingan pemegang saham akan terbaikan
(Wahyudi & Priiyadi, 2013).
2. Teori Sinyal (Signalling Theory)
Teori sinyal menurut Brigham & Houston (2010) adalah sebuah
aktivitas atau tindakan perusahaan guna memberikan petunjuk kepada
investor terhadap prospek perusahaan. Sinyal atau isyarat tersebut
dijadikan sebagai petunjuk untuk investor mengenai keadaan perusahaan
sebelum melakukan investasi. Sinyal tersebut dapat berupa informasi
atau laporan mengenai kinerja manajemen yang telah dilakukan guna
merealisasikan keinginan pemegang saham.
Kondisi perusahaan baik saat mengalami keuntungan maupun
kerugian dapat dijadikan berita atau sinyal positif dan negatif bagi
investor atau pemegang saham (Ratih & Damayanthi, 2016). Informasi
mengenai kondisi perusahaan seperti laporan keuangan dan laporan
kegiatan adalah sesuatu kegiatan yang penting sebelum perusahaan
menawarkan sahamnya di pasar. Di dalam informasi tersebut dapat
menjadi sinyal bagi calon investor mengenai kebijakan dividen di suatu
perusahaan (Yuliawan & Wirasedana, 2016). Peningkatan pembayaran
dividen merupakan salah satu sinyal kepada investor, meskipun dividen
dikenakan pajak yang lebih tinggi dibandingkan dengan capital gain,
16
investor mau membayar pajak yang tinggi atas dividen untuk
menukarnya dengan sinyal positif dari dividen sehubungan dengan nilai
dari saham.
3. Pecking Order Theory
Pecking Order Theory adalah teori yang membahas bagaimana
hierarki penggunaan dana keuangan pada perusahaan. Hierarki tersebut
diurutkan berdasarkan tingkat keamanan dari penggunaan dana tersebut
dan dampaknya terhadap perusahaan (Gitman & Zutter, 2015).
Pada dasarnya setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan
operasional menggunakan dana yang tidak sedikit. Perusahaan harus
mengoptimalkan struktur modal agar proporsi yang terdiri dari internal
financing perusahaan yang didapat dari retained earnings, debt
financing, dan external equity financing.
Hierarki yang pertama dalam hal pendanaan yaitu internal
financing yang berasal dari retained earnings. Perusahaan harus
mengutamakan dana internal terlebih dahulu dalam melakukan segala
aktivitas kegiatan operasional perusahaan selama dana internal masih
mampu untuk mendanai operasional. Apabila dana intenal sudah tidak
mampu dalam mendanai aktivitas perusahaannya maka menggunakan
debt financing, yaitu dengan melakukan pinjaman kepada para kreditur.
Jika dana internal dan debt financing sudah tidak mampu mendanai,
maka pilihan terakhir menggunakan external equity financing yaitu
17
dengan menerbitkan saham untuk memperoleh pendanaan (Gitman &
Zutter, 2015).
4. Kebijakan Dividen
a. Pengertian Kebijakan Dividen
Sartono (2010) mendefinisikan kebijakan dividen sebagai
keputusan pengalokasian laba yang diperoleh perusahaan apakah akan
dibagikan dalam bentuk dividen untuk pemegang saham atau
dialokasikan sepenuhnya sebagai laba ditahan yang nantinya akan
diinvestasikan kembali. Sedangkan menurut Sutrisno (2012)
kebijakan dividen merupakan salah satu kebijakan yang harus diambil
manajemen untuk memutuskan apakah laba yang diperoleh
perusahaan selama satu periode akan dibagikan dalam bentuk dividen
dijadikan laba ditahan. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen merupakan keputusan
manajerial perusahaan tentang bagaimana pengalokasian laba bersih
yang diperoleh perusahaan, apakah akan dibagikan kepada pemegang
saham sebagai return dari investasi yang diberikan atau digunakan
untuk eskpansi dan memaksimalkan operasional perusahaan.
Menurut (Fadli, 2017), kebijakan dividen penting karena 2 (dua)
alasan, yaitu (1) pembayaran dividen mungkin akan mempengaruhi
harga saham, (2) pendapatan yang ditahan (retained earning) biasanya
merupakan sumber tambahan modal sendiri yang terbesar dan
terpenting untuk pertumbuhan perusahaan. Kedua alasan tersebut
18
merupakan dua kepentingan yang bertolak belakang. Untuk itu agar
kedua kepentingan tersebut dapat terpenuhi, manajemen perusahaan
harus memutuskan kebijakan dividen dengan hati-hati dan teliti.
Kebijakan dividen sangat penting bagi perusahaan karena
pembayaran dividen dimungkinkan akan berpengaruh pada nilai
perusahaan dan laba ditahan yang biasanya merupakan sumber dana
internal yang terbesar bagi perusahaan. Kebijakan dividen adalah
bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam keputusan pendanaan
perusahaan. Aspek utama yang penting dari kebijakan dividen
perusahaan adalah menentukan alokasi laba yang tepat antara
pembayaran dividen dengan penambahan saldo laba perusahaan.
apabila perusahaan memilih membagikan laba sebagai dividen maka
tingkat pertumbuhan akan kurang sehingga berdampak negatif pada
kinerja keuangan perusahaan.
Disisi lain, apabila perusahaan tidak membagikan dividen maka
pasar akan memberikan sinyal negatif terhadap prospek perusahaan.
peningkatan dividen memberikan sinyal perubahan yang
menguntungkan dan penurunan dividen merupakam pandangan
pesimis prospek perusahaan dimasa yang akan datang (Prasetyanta,
2016).
b. Teori Kebijakan Dividen
Beberapa teori dapat digunakan sebagai landasan dalam
membuat kebijakan yang tepat bagi perusahaan. Brigham & Houston
19
(2011) menyebutkan beberapa teori kebijakan dividen yaitu:
1) Dividend Irrelevant Theory
Teori ini ditemukan oleh Merton Miller dan Franco
Modigliani. Nilai perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya
dividen payout ratio namun ditentukan oleh laba bersih setelah
pajak dan kelas risiko perusahaan. sehingga teori ini beranggapan
bahwa kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap harga
saham (nilai perusahaan) maupun terhadap biaya modalnya.
2) Bird-in-The Hand Theory
Teori yang di kemukakan oleh Myron Gordon dan John
lintner, berdasarkan teori ini sesungguhnya investor jauh lebih
menyukai pendapatan yang berasal dari dividen dibandingkan
dengan pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal karena
komponen hasil dividen risikonya lebih kecil dari komponen
keuntungan modal (capital gain). Hal tersebut dikarenakan dividen
merupakan faktor yang dapat dikendalikan oleh perusahaan
sedangkan capital gain merupakan faktor yang dikendalikan oleh
pasar melalui mekanisme penentuan harga saham.
3) Teori Preferensi Pajak
Teori preferensi pajak dikemukakan oleh Litzenberger
dan Ramaswamy. Menurut teori ini ada tiga alasan yang
berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor lebih
menyukai pembagian dividen yang rendah daripada yang tinggi,
20
yaitu:
a) Keuntungan modal (capital gain) dikenakan tarif pajak lebih
rendah dari pada pendapatan dividen. Untuk itu, investor
yang memiliki sebagian besar saham mungkin lebih suka
perusahaan menahan dan menanam kembali laba ke dalam
perusahaan.
b) Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai sahamnya
terjual, sehingga ada efek nilai waktu.
c) Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia
meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal
yang terutang. Adanya keunggulan-keunggulan di bidang
perpajakan ini, para investor mungkin lebih menyukai
perusahaan menahan sebagian besar laba mereka.
4) Teori Dividen Residual
Menurut teori dividen residual, perusahaan menetapkan
kebijakan dviden setelah semua investasi yang menguntungkan
habis dibiayai. Dengan kata lain, dividen yang dibayarkan
merupakan sisa (residual) setelah semua usulan investasi yang
menguntungkan habis dibiayai.
Kebijakan dividen residual jika dilakukan akan menyebabkan
fluktuasi pembayaran dividen yang sangat tinggi. Untuk
perusahaan yang memiliki penghasilan yang stabil, pendekatan
residual bisa dilakukan dengan mudah, karena perusahaan mampu
21
memperkirakan pendapatan dan investasi dimasa yang akan
datang. Untuk perusahaan yang pendapatannya tidak stabil,
pendekatan tersebut menjadi lebih sulit dilakukan, karena tidak
mudah memperkirakan periode baik dan buruk
5. Free Cash Flow
Menurut Brigham & Houston (2012) free cash flow adalah aliran
kas yang tersedia untuk dibagikan kepada kreditur dan pemegang saham
setelah perusahaan menginvestasikan kedalam aktiva tetap dan modal
kerja yang diperlukan untuk mempertahankan operasional perusahaan.
Free cash flow dapat digunakan untuk penggunaan diskeresioner seperti
akuisisi dan pembelanjaan modal dengan orientasi pertumbuhan,
pembayaran utang dan pembayaran dividen kepada pemegang saham.
Semakin besar free cash flow yang tersedia dala suatu perusahaan,
maka semakin sehat perusahaan tersebut karena memiliki kas yang
tersedia untuk pertumbuhan, pembayaran utang dan dividen. Jadi
semakin tinggi free cash flow semakin tinggi juga dividen yang
dibayarkan perusahaan, karena perusahaan memiliki ketersediaan kas
yang cukup (Adnan, Gunawan, & Candrasari, 2014).
Aliran kas positif perusahaan akan mencerminkan tingkat kinerja
operasional perusahaan yang baik. Dari sudut peluang investasi,
pemanfaatan sumber dana untuk keperluan investasi dapat memberikan
dampak yang lebih baik dari pada sumber dana eksternal karena hal ini
22
akan mengurangi beban bunga yang dibayarkan (Permata, Nawasiah, &
Indriati, 2018).
6. Leverage
Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh
mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang (Kasmir, 2010). Artinya
seberapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan
dengan aktivanya. Semakin tinggi rasio leverage ini menunjukkan
semakin besar penggunaan utang yang mengakibatkan semakin besar
pula risiko keuangan yang dihadapi oleh perusahaan.
Penggunaan utang ditujukan untuk membantu dalam pencapaian
laba yang diharapkan perusahaan. Namun laba bersih yang diperoleh
tersebut tidak serta merta diikuti dengan kemampuan perusahaan dalam
membayar dividen, sebab kewajiban membayar utang lebih diutamakan
dari pada membayar dividen (Widjaya & Darmawan, 2018).
Leverage mempengaruhi tingkat pengembalian investasi berupa
pendapatan dividen. Perusahaan yang leverage operasinya tinggi akan
memberikan dividen yang rendah. Penggunaan utang yang tinggi akan
menyebabkan penurunan dividen karena sebagian besar keuntungan
dialokasikan untuk pelunasan utang. Peningkatan penggunaan utang
menurunkan tingkat konflik antara manajer dengan pemilik sehingga
pemilik tidak terlalu menuntut pembayaran dividen yang tinggi (Trisna &
Gayatri, 2019).
23
7. Profitabilitas
Menurut Kasmir (2010) profitabilitas merupakan rasio untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atau
laba dalam suatu periode tertentu. Rasio ini juga memberikan ukuran
tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan
oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.
Profitabilitas bagi perusahaan merupakan kemampuan penggunaan
modal kerja tertentu untuk menghasilkan laba tertentu sehingga
perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam mengembalikan utang-
utangnya baik utang jangka pendek maupun utang jangka panjang serta
pembayaran dividen bagi para investor yang menanamkan modalnya
pada perusahaan tersebut (Harun & Jeandry, 2018).
Semakin tinggi laba yang diperoleh perusahaan maka semakin
besar tingkat pembayaran dividen yang dibagikan kepada pemegang
saham. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan hanya akan
meningkatkan pembayaran dividen apabila laba yang diperoleh
perusahaan tinggi. Dengan kata lain semakin besar keuntungan yang
didapat perusahaan semakin besar kemampuan perusahaan membayar
dividen kepada para investor (Arjana & Suputra, 2017).
8. Likuiditas
Likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara
tepat waktu (Fahmi, 2012). Artinya apabila perusahaan ditagih maka
24
akan mampu memenuhi utang (membayar) utang tersebut terutama utang
yang jatuh tempo. Posisi likuiditas perusahaan pada kemampuannya
pembayaran dividen sangat berpengaruh karena dividen dibayarkan
dengan kas dan tidak dengan laba ditahan, perusahaan harus memiliki
kas tersedia untuk pembayaran dividen. Oleh karena itu perusahaan yang
memiliki likuiditas baik maka kemungkinan pembayaran dividennya
lebih baik.
Likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor yang penting
yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk
menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para
pemegang saham. Oleh karena itu, semakin kuatnya posisi likuiditas
suatu perusahaan maka akan makin besar kemampuannya untuk
membayar dividen (Ginting, 2018).
9. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan pengklasifikasian besar kecilnya
suatu perusahaan. Menurut Brigham & Houston (2010) ukuran
perusahaan merupakan ukuran besar kecilnya sebuah perusahaan yang
ditunjukan atau dinilai dari total aset, total penjualan, jumlah laba, beban
pajak dan lain-lain.
Ukuran perusahaan dianggap mampu mempengaruhi kebijakan
dividen, semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin
mudah pula perusahaan memperoleh sumber pendanaan baik yang
internal maupun eksternal. Menurut Paramita (2015) perusahaan yang
25
memiliki total aktiva yang besar (perusahaan besar) akan lebih banyak
mendapatkan perhatian dari investor, kreditur maupun para pemakai
informasi keuangan lainnya dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Perusahaan yang besar relatif memiliki kemudahan akses pendanaan
baik melalui utang ataupun pasar modal. Suatu perusahaan besar dan mapan
akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal, sementara peru-
sahaan yang baru dan kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk
memiliki akses ke pasar modal karena kemudahan akses ke pasar modal
mempengaruhi fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana
yang lebih besar, sehingga perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran
dividen yang lebih tinggi dari pada perusahaan (Arjana & Suputra, 2017).
26
B. Penelitian Terdahulu
Adapun hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1 Trisna & Gayatri
(2019)
Ukuran
Perusahaan
Memoderasi
Pengaruh Free
Cash Flow dan
Leverage terhadap
Kebijakan
Dividen
Menggunakan
variabel free
cash flow,
leverage dan
ukuran
perusahaan
Menggunakan
variabel
profitabilitas
dan likuiditas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa free
cash flow berpengaruh terhadap kebijakan
dividen dan ukuran perusahaan mampu
memperkuat pengaruh free cash flow
terhadap kebijakan dividen. Leverage
berpengaruh terhadap kebijakan dividen dan
ukuran perusahaan mampu memperkuat
pengaruh leverage terhadap kebijakan
dividen.
2 Harun & Jeandry
(2018)
Pengaruh
Profitabilitas,
Free Cash Flow,
Leverage,
Likuiditas dan
Terhadap
Dividen Payout
Ratio
Menggunakan
variabel free
cash flow,
profitabilitas,
likuiditas,
leverage dan
ukuran
perusahaan
Objek
Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
profitabilitas berpengaruh terhadap dividen
payout ratio dan free cash flow berpengaruh
terhadap dividen payout ratio perusahaan.
Sedangkan variabel leverage, likuiditas dan
size tidak berpengaruh terhadap dividen
payout ratio.
Bersambung pada halaman berikutnya
27
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu (Lanjutan)
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
3 Hasana et al.,
(2017)
Pengaruh Free
Cash Flow,
Profitabilitas
Likuiditas dan
Leverage
Terhadap
Kebijakan
Dividen
Menggunakan
variabel free
cash flow,
profitabilitas
likuiditas dan
leverage
Menggunakan
variabel
ukuran
perusahaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel
free cash flow dan profitabilitast tidak
berpengaruh terhadap kebijakan dividen,
sedangkan likuiditas dan leverage berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan dividen.
4 Sari & Budiasih
(2016)
Pengaruh
Kepemilikan
Managerial,
Kepemilikan
Institusional,
Free Cash Flow
dan Profitabilitas
Pada Kebijakan
Dividen
Menggunakan
variabel free
cash flow dan
profitabilitas
Menggunakan
variabel
leverage,
likuiditas dan
ukuran
perusahaan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
variabel kepemilikan managerial dan free cash
flow mempunyai pengaruh signifikan terhadap
dividend payout ratio, serta kepemilikan
institusional dan profitabilitas tidak
berpengaruh signifikan pada dividen payout
ratio.
Bersambung pada halaman berikutnya
28
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu (Lanjutan)
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
5 (Khan et al.,
(2013)
Impact
Assessment Of
Financial
Performance And
Leverage On
Dividend Policy
Of
Pakistan
Chemical and
Pharmaceutical
Industries
Menggunakan
variabel
Profitabilitas,
Leverage
Menggunakan
variabel free
cash flow,
likuiditas dan
ukuran
perusahaan
Hasilnya penelitian menunjukan bahwa
profitabilitas dari setiap perusahaan
berpengaru signifikan dalam pembayaran
dividen sementara leverage tidak berpengaruh
signifikan terhadap pembayaran dividen
perusahaan. Selanjutnya, log variabel kontrol
dari total aset jug berpengaruh signifikan
dalam pembayaran dividen dari kedua
Industry.
6 Sindhu (2014) Relationship
between free cash
flow and
dividend:
Moderating role
of firm size:
evidence in
Pakistan
Menggunakan
variabel free
cash flow dan
ukuran
perusahaan
Menggunakan
variabel
profitabilitas,
leverage dan
likuiditas
Hasil uji penelitian ini menunjukkan bahwa
free cash flow memiliki pengaruh signifikan
secara statistik dengan kebijakan deviden.
Model moderator kedua menunjukkan hasil
yang tidak signifikan dengan hubungan antara
free cash flow dan kebijakan dividen dengan
ukuran perusahaan sebagai mediasi.
Bersambung pada halaman berikutnya
29
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu (Lanjutan)
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
7 Lestari &
Sulistyawati
(2017)
Kebijakan
Dividen Pada
Indeks Saham LQ
45 Di Bursa Efek
Indonesia
Menggunakan
variabel
profitabilitas,
leverage dan
likuiditas
Menggunakan
variabel free
cash flow dan
ukuran
perusahaan
Hasilnya penelitian menunjukan bahwa
profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan dividen.
Total asset turn over berpengaruh signifikan
terhadap kebijakan dividen.
Sedangkan leverage, likuiditas, asset growth
dan insider ownership tidak berpengaruh
terhadap kebijakan dividen
8 Sari & Wiksuana
(2018)
Peran
Profitabilitas
Dalam
Memediasi
Pengaruh
Financial
Leverage Dan
Investment
Opportunity Set
Terhadap
Kebijakan
Dividen Di
Bursa Efek
Indonesia
Menggunakan
variabel
profitabilitas
dan leverage
Menggunakan
variabel free
cash flow,
likuiditas dan
ukuran
perusahaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa financial
leverage berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan dividen. Investment opportunity set
tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan dividen. Profitabilitas mampu
memediasi pengaruh financial leverage dan
investment opportunity set terhadap kebijakan
dividen
Bersambung pada halaman berikutnya
30
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu (Lanjutan)
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
9 Arjana & Suputra
(2017)
Pengaruh
Profitabilitas,
Leverage, Ukuran
Perusahaan dan
Corporate Sosial
Responsibility
Pada Kebijakan
Dividen
Menggunakan
variabel
profitabilitas,
leverage,
ukuran
Perusahaan
Menggunakan
variabel free
cash flow dan
likuditas
Hasil analisis menunjukan bahwa:
profitabilitas berpengaruh pada kebijakan
dividen. Leverage tidak berpengaruh pada
kebijakan dividen. Ukuran perusahaan
berpengaruh pada kebijakan dividen, dan
corporate social responsibility berpengaruh
pada kebijakan dividen.
10 Paramita (2015) Free Cash Flow,
Leverage, Ukuran
dan Siklus Hidup
Perusahaan: Bukti
Kebijakan
Deviden di
Indonesia
Menggunakan
variabel free
cash flow,
leverage dan
ukuran
perusahaan
Menggunakan
variabel
profitabilitas
dan likuiditas
Hasil uji penelitian ini menunjukkan bahwa
free cash flow dan leverage berpengaruh
terhadap kebijakan dividen. Sedangkan ukuran
perusahaan dan siklus hidup perusahaan tidak
berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Bersambung pada halaman berikutnya
31
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu (Lanjutan)
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
11 Issa (2018) The Determinants
Of Dividend
Policy: Evidences
From Malaysia
Firms
Menggunakan
variabel free
cash flow,
profitabilitas,
ukuran
perusahaan
Menggunakan
variabel
leverage dan
likuiditas
Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel
Profitabilitas, market to book value, market
capitalization, business risk, ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan
dividen. Sedangkan free cash flow dan growth
opportunities tidak berpengaruh terhadap
kebijakan dividen.
12 (Rostamlu,
Pirayesh, &
Hasani, 2016)
The Effect of Free
Cash Flow-based
Agency Costs on
Dividends in
Companies
Listed on the
Tehran Stock
Exchange (TSE)
Menggunakn
variabel free
cash flow,
leverage,
profitabilitas
dan ukuran
perusahaan
Menggunakan
variabel
likuiditas
Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel
Free cash flow dan pertumbuhan perusahaan
tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Sedangkan variabel leverage, profitabilitas dan
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
kebijakan dividen
32
C. Pengembangan Hipotesis
1. Free Cash Flow terhadap Kebijakan Dividen
Free cash flow merupakan gambaran perusahaan dari arus kas yang
tersedia untuk perusahaan dalam suatu periode akuntansi, setelah
dikurangi dengan biaya operasional dan pengeluaran lainnya.
Pembayaran dividen khususnya dividen tunai sangat tergantung pada
posisi kas yang tersedia (Utama & Gayatri, 2018). Semakin bertambah
besarnya free cash flow yang ada dalam sebuah perusahaan, disinyalir
perusahaan tersebut memiliki sejumlah kas yang tersedia untuk
dibayarkan dalam bentuk dividen kepada para pemegang saham.
Peningkatan free cash flow akan memberikan sinyal pada peningkatan
dividen yang akan dibagikan pada para pemegang saham (Kafata &
Hartono, 2018).
Penelitian yang dilakukan oleh Paramita (2015) menunjukkan
bahwa free cash flow berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
dividen. Perusahaan yang memiliki free cash flow memiliki kemungkinan
besar untuk membagikan dividen. Pada saat suatu perusahaan memiliki
aliran free cash flow, perusahaan dianggap mempunyai fleksibilitas
keuangan yang memuaskan. Sehingga perusahaan yang memiliki free
cash flow mempunyai kemungkinan besar membagikan dividen, hal ini
bertujuan untuk mengurangi masalah keagenan yang mungkin terjadi
karena penggunaan free cash flow. Penelitian lain yang dilakukan oleh
Sari & Budiasih (2016), Silaban & Pengestuti (2017) serta Mangundap,
33
Ilat, & Pusung (2018) menyatakan bahwa free cash flow berpengaruh
terhadap kebijakan dividen.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Arilaha (2009), Utama
& Gayatri (2018) serta Kafata & Hartono (2018) memberikan hasil yang
berlawanan yakni free cash flow tidak berpengaruh terhadap kebijakan
dividen. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
H1: Free Cash Flow berpengaruh signifikan terhadap Kebijakan Dividen
2. Leverage terhadap Kebijakan Dividen
Leverage merupakan suatu keputusan yang diambil oleh pihak
manajemen perusahaan untuk dijadikan modal dalam rangka mendanai
perusahaan. Menurut Trisna & Gayatri (2019) adanya leverage dalam
perusahaan berdampak pada kebijakan dividen suatu perusahaan.
perusahaan yang memiliki rasio utang yang besar cenderung mebagikan
dividen dengan proporsi yang lebih kecil. Hal ini disebakan karena laba
yang diperoleh digunakan untuk melunasi kewajiban. Utang jangka
panjang biasanya disertai oleh sebuah perjanjian utang untuk meindungi
kepentingan kreditur. Kreditur biasanya membatasi pembayaran dividen,
pembelian saham beredar, dan penambahan utang yang untung menjamin
pembayaran pokok utang dan bunga pada saat jatuh tempo.
Perusahaan yang memiliki tingkat hutang tinggi maka agency cost
of debt harus dikurangi melalui pengurangan utang. Mengurangi utang
34
dapat dilakukan dengan membiayai investasi yang bersumber dari dana
internal sehingga akan menurunkan alokasi dividen kepada para
pemegang saham(Arjana & Suputra, 2017).
Penelitian yang dilakukan oleh (Devi & Erawati, 2014)
menunjukan bahwa leverage berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
semakin besar utang yang dimiliki perusahan maka semakin kecil dividen
yang akan dibagikan kepada investor. Penelitian lain yang dilakukan oleh
Trisna & Gayatri (2019) serta Sari & Wiksuana (2018) menyatakan
bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
Namun penelitan yang dilakukan oleh Lestari & Sulistyawati
(2017) serta Ginting (2018) memberikan hasil yang berbeda, bahwa
leverage tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan
uraian yang telah dijelaskan, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2: Leverage berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen
3. Profitabilitas terhadap Kebijakan Dividen
Profitabilitas adalah alat untuk mengukur seberapa besar efektivitas
manajemen perusahaan dalam mengelola aset dan modal yang dimiliki
perusahaan untuk menghasilkan laba bagi perusahaan. Semakin besar
profitabilitas mensinyalir bahwa kinerja perusahaan semakin meningkat
karena tingkat kembalian investasi (return) yang semakin besar, dengan
demikian meningkatnya profitabilitas juga akan meningkatkan
35
pendapatan dividen terutama dividen kas (Anggraini & Wihandaru,
2015).
Menurut Arjana & Suputra (2017) profitabilitas suatu perusahaan
dapat dinilai melalui berbagai cara tergantung pada laba dan modal yang
akan diperbandingkan satu dengan lainnya. Semakin tinggi tingkat laba
maka semakin besar tingkat pembayaran dividen yang dibagikan kepada
pemegang saham. Hal ini sesuai dengan signaling theory yang
menjelaskan bahwa pihak manajemen akan membayarkan dividen untuk
memberi sinyal mengenai keberhasilan perusahaan membukukan profit.
Penelitian yang dilakukan oleh Sari & Wiksuana (2018), Silaban &
Pengestuti (2017) serta Apriliani & Natalylova (2017) menyatakan
bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Namun hasil penelitian yang dilakukan oleh Lopolusi (2013) serta
Sari & Budiasih (2016) menyatakan bahwa profitabilitas tidak
berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan uraian yang telah
dijelaskan, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H3: Profiitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Kebijakan Dividen
4. Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen
Likuditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya menggunakan seluruh aset lancar yang
dimiliki sebelum jatuh tempo. Likuiditas dari suatu perusahaan
merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan sebelum
36
mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya deviden yang akan
dibayarkan kepada para pemegang saham Lestari & Sulistyawati (2017).
Bagi perusahaan, dividen adalah arus kas keluar dan hal tersebut
mempengaruhi posisi dari kas perusahaan. Semakin likuid sebuah
perusahaan, kemungkinan pembayaran dividen yang dilakukan
perusahaan tersebut akan semakin besar (Harun & Jeandry, 2018).
Penelitian yang dilakukan oleh Hasana et al., (2017) menunjukkan
hubungan yang signifikan terhadap kebijakan dividen. Dividen yang
dibagikan kepada para pemegang saham dibayar dengan menggunakan
kas yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi current ratio menunjukan
semakin besar kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka
pendeknya. Tingginya current ratio menunjukkan kepercayaan
pemegang saham terhadap perusahaan untuk membayar dividen.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Sunarya (2013) dan Apriliani &
Natalylova (2017) menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh terhadap
kebijakan dividen.
Namun penelitian yang dilakukan oleh Lopolusi (2013) serta
Yusman (2018) menyatakan bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap
kebijakan dividen. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H4: Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap Kebijakan Dividen
37
5. Ukuran Perusahaan terhadap terhadap Kebijakan Dividen
Ukuran perusahaan adalah gambaran perusahaan yang
menunjukkan keberhasilan perusahaan yang dapat tercermin dari total
aset yang dimiliki perusahaan. Perusahaan besar akan memberikan
pembayaran dividen yang tinggi, karena perusahaan besar tentu lebih
stabil dalam menghasilkan laba, serta lebih mampu memanfaatkan
sumber daya yang dimilikinya daripada perusahaan kecil. Perusahaan
kecil akan memberikan pembayaran dividen yang lebih rendah karena
laba yang dihasilkan dialokasikan pada laba ditahan untuk menambah
aset perusahaan (Devi & Erawati, 2014).
Sebuah perusahaan yang besar dan mapan akan memiliki akses
yang lebih mudah ke pasar modal, sedangkan perusahaan kecil lebih sulit
untuk mengaksesnya. Kemudahan akses ke pasar modal dapat diartikan
adanya fleksibilitas dan kemampuan perusahaan. Menurut Lopolusi
(2013) semakin besar ukuran perusahaan maka omset yang dihasilkan
juga semakin tinggi dan menyebabkan laba yang dihasilkan tingggi. Jika
laba yang dihasilkan tinggi maka dividen yang akan dibagikan juga
semakin tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Paramita (2015),
Anggraini & Wihandaru (2015) serta Apriliani & Natalylova (2017)
menyatakan bahwa ukuran perushaan berpengaruh terhadap kebijakan
dividen.
Namun penelitian yang dilakukan oleh Elinda & Sukirman (2015),
Harun & Jeandry (2018) menyatakan bahwa ukuran perusahan tidak
38
berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan uraian yang telah
dijelaskan, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H5: Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Kebijakan
Dividen
39
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar
2.1.
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Investor pada suatu perusahaan tentu mengharapkan
return baik itu dalam bentuk dividen maupun capital
gains. Di lain pihak perusahaan ingin menahan
sebagian besar dari pendapatan yang diperoleh
perusahaan digunakan untuk ekspansi perusahaan.
Perusahaan dalam pengambilan keputusan harus
lebih cermat dalam menentukan apakah laba yang
diperoleh akan dibagikan dalam bentuk dividen,
atau ditahan untuk keperluan reinvestasi kegiatan
operasional. Dalam menentukan besar kecilnya
dividen yang akan dibagikan kepada pemegang
saham harus mempertimbangkan beberapa faktor
yang mempengaruhinya.
GAP
Pengaruh Free Cash Flow, Leverage, Profitabilitas, Likuiditas Dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Kebijakan Dividen
Basis Teori: Teori Agensi
Metode analisis: Analisi Regresi Berganda
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan dan Saran
Free Cash Flow (X1)
Leverage (X2)
Kebijakan Dividen (Y) Profitabilitas (X3)
Likuiditas (X4)
Ukuran Perusahaan (X5)
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis hubungan kausalitas yang digunakan untuk menjelaskan
pengaruh variabel independen, yang terdiri dari free cash flow, leverage,
profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan terhadap variabel dependen,
yaitu kebijakan dividen. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
semua Perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adapun
periode yang diambil dalam penelitian ini adalah tahun 2015-2017.
Berdasarkan jenisnya penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif,
yakni menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel
penelitian dengan angka dan melakukan analisis data sekunder dengan
prosedur statistik. Dimana data yang digunakan berupa angka yang diperoleh
dari laporan keuangan perusahaan dengan mengakses website Bursa Efek
Indonesia yakni www.idx.co.id.
B. Metode Penentuan Sampel
Pada penelitian ini, populasi yang digunakan adalah semua perusahaan
LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tahun yang dijadikan dasar
pengambilan data adalah tahun pelaporan 2015-2017. Metode penentuan
sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan
sampel berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu. Adapun kriteria
penentuan sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
41
1. Perusahaan yang masuk dalam kategori LQ 45 dan bertahan selama tahun
2015-2017.
2. Perusahaan tersebut melaporkan annual report tahun 2015-2017 yang
dapat diakses melalui website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) dan
website perusahaan. Artinya, informasi yang terdapat dalam laporan
tahunan tersebut adalah accessible.
3. Perusahaan LQ 45 yang membagikan deviden selama periode 2015-2017.
4. Laporan Keuangan perusahaan disajikan dalam Rupiah.
5. Perusahaan yang memiliki data lengkap yang dibutuhkan penulis dalam
penelitian ini yaitu free cash flow, leverage, profitabilitas, likuiditas,
ukuran perusahaan dan kebijakan dividen.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
dokumentasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder
yang diperoleh dari analisis laporan keuangan masing-masing sampel
perusahaan yang diolah dari data laporan keuangan tahunan untuk mencari
sisi variabel free cash flow, leverage, profitabilitas, likuiditas dan ukuran
perusahaan sedangkan untuk variabel kebijakan dividen diolah dari Indonesia
Capital Market Directory (ICMD) yang keduanya diperoleh melalui website
BEI yakni www.idx.co.id.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
yang perhitungannya menggunakan software SPSS versi 25. Regresi
42
digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen. Penelitian ini menggunakan regresi linear berganda karena
variabel independen yang digunakan lebih dari satu variabel. Metode analisis
regresi linear berganda yang digunakan pada penelitian ini meliputi statistik
deskriptif, uji asumsi klasik dan uji hipotesis.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deksriptif memberikan gambaran atau deksripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi)
(Ghozali, 2018). Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata serta standar
deviasi. Sedangkan metode analisis dara dilakukan dengan bantuan
software SPSS vesri 25.
2. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan analisis regresi linear berganda terhadap data
yang diperoleh dalam penelitian, maka terlebih dahulu harus dilakukan uji
asumsi klasik untuk mendeteksi apakah data dalam penelitian ini terjadi
penyimpangan. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah uji normalitas, uji multikolonieritas uji heteroskedastisitas dan uji
autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah model regresi,
variabel pengganggu atau residual berdistribusi normal atau tidak.
43
Model regresi yang baik adalah distribusi datanya baik atau mendekati
normal. variabel pengganggu atau residual dapat dideteksi berdistribusi
normal atau tidak dengan menggunakan dua pendekatan analisis yaitu
analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2018). Metode statistik yang
dapat digunakan dalam uji normalitas salah satunya dapat diukur
dengan menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnov dengan taraf
signifikansi yaitu 0,05. Berdasarkan taraf tersebut dapat disimpulkan
bahwa:
1) Jika nilai Sig >0,05, maka distribusi bersifat normal
2) Jika nilai Sig <0,05, maka distribusi bersifat tidak normal
b. Uji Multikolinearitas
Multikolonieritas adalah suatu kondisi yang menunjukan dimana
satu atau lebih variabel independen terdapat korelasi dengan variabel
independen lainnya (Ghozali, 2018). Uji multikolenearitas bertujuan
untuk menguji apakah model regresi tersebut ditemukan adanya
hubungan korelasi atau keterkaitan antara variabel independen. Model
yang baik adalah yang menunjukkan tidak adanya hubungan korelasi
antara variabel independen.
Metode yang digunakan untuk uji multikolonieritas dalam
persamaan regresi dilakukan dengan meregresikan model analisis dan
melakukaj uji korelasi antar variabel independen dengan menggunakan
tolerance value dan varian inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance
value < 0,10 dan nilai VIF > 10 maka tidak terjadi multikolinearitas.
44
Karena tolerance value tersebut memiliki limit atau batasan nilai >0,10
dan nilai VIF <10 (Ghozali, 2018).
c. Uji AutoKorelasi
Menurut Ghozali (2018) uji autokorelasi bertujuan untuk menguji
apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t (saat ini) dengan kesalahan pengganggu
pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka disebut ada
permasalahan autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini
timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu
suatu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada
data runtut waktu (time series) karena gangguan pada seseorang
individu/kelompok cenderung mempengaruhi gangguan pada
individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya. Model regresi
yang baik adalah yang bebas dari permasalahan autokorelasi.
Salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau
tidaknya autokorelasi adalah dengan Uji Durbin Watson (DW Test)
pada tabel Model Summary (Ghozali, 2018). Uji ini bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu
pada periode t-1 (sebelumnya) untuk menguji ada tidaknya
autokorelasi. Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi
adalah sebagai berikut:
45
1) Apabila nilai DW terletak diantara batas atas atau upper bound (du)
dan (4-du) maka koefisien autokorelasi = 0, berarti tidak ada
autokorelasi.
2) Apabila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower
bound (dl) maka autokorelasi > 0, berarti ada autokorelasi positif.
3) Apabila DW lebih besar dari (4-dl) maka koefisien autokorelasi < 0,
berarti ada autokorelasi negatif.
4) Apabila DW terletak antara (du) dan (dl) atau DW terletak antara (4-
du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
Cara lain untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah
autokorelasi, yaitu menggunakan metode Run test sebagai salah satu uji
statistik non-parametrik (Ghozali, 2018). Run test merupakan salah
satu analisis non-parametrik yang dapat digunakan untuk menguji
apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual
tidak terdapat korelasi maka dikatakan bahwa nilai residual adalah acak
atau random. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual
terjadi secara random atau tidak (sistematis). Apabila tingkat
signifikansi hasil uji Run test di atas 0,05 atau lebih dari 0,05 maka
tidak terdapat gejala autokorelasi.
d. Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas merupakan suatu varian pengganggu yang
tidak mempunyai varian yang sama untuk setiap observasi sehingga
mengakibatkan penafsiran regresi tidak efisien. Uji heterokedastisitas
46
merupakan pengujian untuk menguji apakah dalam model regresi
tersebut adanya ketidaksamaan antara nilai residual dari satu
pengamatan ke pengamatan lainnya (Ghozali, 2018). Jika adanya
kesamaan antara pengamatan satu ke pengamatan lainnya maka disebut
homokedastisitas, sedangkan jika adanya perbedaan dinamakan
heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Dalam pengujian
heterokedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan analisis grafik
dan uji statistik.
Salah satu uji statistik yang dapat digunakan adalah uji gletser.
Uji gletser dilakukan dengan meregresi nilai residual terhadap variabel
independen (Ghozali, 2018). Apabila nilai signifikansi variabel diatas
0,05 maka model regresi dapat dikatakan tidak mengandung
heterokedastisitas. Sebaliknya apabila model regresi nilai
signifikansinya dibawah 0,05 maka dapat dikatakan model regresi
mengandung heterokedastisitas.
3. Pengujian Hipotesis
a. Analisis Regresi Berganda
Pada dasarnya analisis regresi berganda sama konsepnya dengan
analisis regresi sederhana, tetapi yang membedakan adalah jumlah
variabel bebas (independen). Pada analisis regresi sederhana terdiri
dari dua variabel (satu variabel dependen dan satu variabel
independen). Sedangkan pada analisis regresi berganda terdapat satu
47
variabel dependen dan dua atau lebih variabel dependen. Hipotesis
dalam penelitia ini diuji dengan menggunakan analisis regresi
berganda. Uji analisis berganda bertujuan untuk menguji adanya
pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen.
Hal tersebut dapat diukur dari uji statistik F, koefisien determinasi
(R2) dan uji statistik t (Arifin, 2017).
Varibel independen dalam penelitian ini adalah free cash flow,
leverage, profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan. Sedangakan
variabel dependennya adalah kebijakan dividen. Persamaan regresi
untuk menguji hipotessis tersebut sebagai berikut :
Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
Keterangan:
Y = Kebijakan Dividen
α = Konstanta
b = Koefisien Regresi
X1 = Free Cash flow
X2 = Leverage
X3 = Profitabilitas
X4 = Likuiditas
X5 = Ukuran Perusahaan
e = Error
48
1) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji F pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui apakah
semua variabel independen yang dimasukan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen (Ghozali, 2018). Jika variabel independen mempunyai
pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen maka
persamaan regresi yang diperoleh dapat diandalkan atau model
penelitian yang digunakan sudah fit. Untuk menguji hipotesis ini
digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan
sebagai berikut:
a) Jika nilai signifikansinya lebih dari 5%, maka Ho diterima
dan Ha ditolak. Ini berarti bahwa variabel independen tidak
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen.
b) Jika nilai signifikansinya kurang dari 5%, maka Ho ditolak
dan Ha diterima. Ini berarti bahwa variabel independen
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen.
2) Uji Koefisien Determinasi (R2)
Pengujian ini yaitu untuk menguji seberapa besar model
penelitian tersebut memiliki kontribusi dalam menerangkan
variabel dependen. Nilai koefesien determinasi berkisar antara nol
dan satu. Nilai R2 yang kecil menjelaskan bahwa kemampuan
49
variabel bebas (independen) dalam menjelaskan variabel
terikatnya (dependen) masih terbatas. Nilai yang mendekati satu
berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel
dependen.
Kelemahan yang mendasar dalam dalam menggunakan
koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah independen
yang dimasukkan dalam model. Apabila satu variabel independen
ditambah, R2 akan meningkat tanpa mempedulikan apakah
variabel tersebut signifikan atau tidak terhadap variabel dependen.
Oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan nilai adjusted
R2 karena memiliki jumlah variabel independen lebih dari satu.
Sama seperti R2 nilai adjusted R2 juga berkisar antara nol san
satu. Apabila mendekati nilai 1 berarti semakin kuat variabel
independen menjelaskan variabel dependen (Ghozali, 2018).
3) Uji t (t Test)
Uji t dilakukan untuk menguji pengaruh masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria
pengambilan keputusan dilakukan denga tingkan signifikansi 5%
(Ghozali, 2018).
a) Jika nilai signifikansinya lebih dari 5%, maka Ho diterima
dan Ha ditolak. Ini berarti bahwa variabel independen tidak
mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel
50
dependen.
b) Jika nilai signifikansinya kurang dari 5%, maka Ho ditolak
dan Ha diterima. Ini berarti bahwa variabel independen
mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel
dependen
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan dijelaskan dan diuraikan definisi dari masing-
masing variabel-variabel yang digunakan berikut dengan operasional dan cara
pengukurannya.
1. Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen merupakan suatu keputusan dimana laba yang
didapat perusahaan apakah akan dibagikan pada para pemegang saham
sebagai dividen atau akan ditahan yang berupa laba ditahan untuk
selanjutnya digunakan dalam rangka pembiayaan investasi perusahaan
dimasa mendatang (Kafata & Hartono, 2018). Dalam penelitian Trisna &
Gayatri (2019) kebijakan dividen diukur dengan menggunakan Dividend
Payout Ratio (DPR).
𝐷𝑃𝑅 = 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑃𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒
2. Free Cash Flow
Free cash flow dapat diartikan sebagai kas yang diperoleh dari
selisih aktivitas operasi dengan capital expenditures yang oleh
perusahaan dibelanjakan dengan tujuan memenuhi kapasitas produksi.
51
Diskresioner ini dimanfaatkan perusahaan untuk melakukan akuisisi dan
pembelanjaan modal yang berorientasi pada pertumbuhan, pembayaran
hutang maupun dividen perusahaan (Sari & Budiasih, 2016).
Free cash flow perusahaan yang semakin tinggi, akan memberikan
peluang bagi perusahaan untuk membayar dividen atau menahannya
sebagai laba ditahan. Selain itu perusahaan yang mempunyai free cash
flow lebih tinggi harus membayar lebih deviden untuk mengurangi biaya
keagenan. Pengukuran untuk free cash flow menggunakan rumus yang
digunakan oleh Hasana et al., (2017).
𝐹𝐶𝐹 = 𝐴𝐾𝑂 − 𝑃𝑀𝐵 − 𝑃𝑀𝐾
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
3. Leverage
Leverage merupakan suatu ukuran yang menunjukkan bagaimana
perusahaan menggunakan utang untuk mendanai pembiayaan investasi
perusahaan. Semakin tinggi rasio leverage menunjukkan semakin besar
pengguanaan utang yang mengakibatkan semakin besar pula risiko
keuangan yang dihadapi oleh perusahaan yang akan mempengaruhi
pembayaran dividen (Paramita, 2015).
Menurut Argamaya & Putri (2014) rasio yang digunakan untuk
mengukur variabel leverage adalah Debt to Equity Ratio (DER) dengan
jenis skala yaitu skala rasio.
𝐷𝐸𝑅 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
52
4. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam
memperoleh keuntungan (Ratih & Damayanthi, 2016). Rasio ini juga
memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan.
Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur seberapa besar efektivitas
manajemen perusahaan dalam mengelola aset dan modal yang dimiliki
perusahaan untuk menghasilkan laba bagi perusahaan. Sari & Budiasih
(2016) dalam penelitiannya mengunakan return on asset untuk mengukur
profitabilitas.
𝑅𝑂𝐴 = 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
5. Likuiditas
Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan mendanai
operasional perusahaan dan melunasi kewajiban jangka pendeknya
(Ginting, 2018). Semakin kuatnya posisi likuiditas suatu perusahaan
maka akan makin besar kemampuannya untuk membayar dividen. Hal ini
berarti bahwa makin kuat posisi likuiditasnya suatu perusahaan terhadap
prospek kebutuhan dana diwaktu-waktu mendatang, akan makin tinggi
rasio pembayaran dividennya Likuiditas dapat diproksikan dengan
menggunakan rumus current ratio (Lismawati & Suryanto, 2017).
𝐶𝑅 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
53
6. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan menggambarkan skala besar kecilnya
perusahaan. Besar kecilnya usaha tersebut ditinjau dari lapangan usaha
yang dijalankan (Anggraini & Wihandaru, 2015). Penentuan skala besar
kecilnya perusahaan dapat ditentukan berdasarkan total penjualan, total
assets, rata-rata tingkat penjualan. Rumus menghitung besarnya ukuran
perusahaan yaitu berdasarkan logaritma natural dari total aset (Paramita,
2015).
𝐹𝑖𝑟𝑚 = 𝐿𝑛 (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡)
Adapun operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini
dapat dilihat dalam tabel 3.1
54
Tabel 3.1
Operasional Variabel Penelitian
No Variabel Pengukuran Skala
1 Kebijakan Dividen
(Trisna & Gayatri,
2019)
𝐷𝑃𝑅 = 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑃𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒 Rasio
2 Free Cash Flow
(Hasana et al., 2017) 𝐹𝐶𝐹 = 𝐴𝐾𝑂 − 𝑃𝑀𝐵 − 𝑃𝑀𝐾
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 Rasio
3 Leverage
(Paramita, 2015) 𝐷𝐸𝑅 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 Rasio
4 Profitabilitas (Sari &
Budiasih, 2016) 𝑅𝑂𝐴 = 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 Rasio
5 Likuiditas
(Lismawati &
Suryanto, 2017)
𝐶𝑅 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 Rasio
6 Ukuran Perusahaan
(Apriliani &
Natalylova, 2017)
𝐹𝑖𝑟𝑚 𝑆𝑖𝑧𝑒 = 𝐿𝑛 (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡)
Rasio
55
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Dalam penelitian ini penentuan sampel menggunakan metode purposive
sampling. Penelitian secara purposive sampling mengindikasikan bahwa
sampel yang digunakan dalam penelitian merupakan representasi dari
populasi yang ada serta sesuai dengan tujuan penelitian.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia yang berada di dalam LQ 45. Penilitian ini mengambil
sampel selama tiga tahun, yaitu tahun 2015, 2016 dan 2017. Adapun data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari
laporan keuangan dan laporan tahunan 2015, 2016 dan 2017 yang diakses
melalui website resmi Bursa Efek Indonesia pada alamat website
www.idx.co.id. Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan dijelaskan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1
Tahapan Seleksi Sampel Penelitian dengan Kriteria
No Kriteria Jumlah
1. Perusaahaan yang pernah terdaftar di Bursa Efek
Indonesia yang berada di dalam LQ 45 tahun 2015-
2017
54
2. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
yang tidak konsisten berada di dalam LQ 45 tahun
2015-2017
(20)
3. Perusahaan LQ 45 yang tidak membagikan dividen
selama tahun 2015-2017
(7)
Bersambung pada halaman berikutnya
56
4. Perusahaan LQ 45 yang laporan keuangannya tidak
menyajikan data yang lengkap dan memenuhi
kriteria
(5)
5 Perusahaan Perusahaan LQ 45 yang tidak
menggunakan mata uang rupiah dalam laporan
keuangannya
(1)
Jumlah Sampel Perusahaan 21
Periode Penelitian 3
Jumlah Sample Akhir 63
Sumber: Diolah dari berbagai sumber referensi
Berdasarkan tabel 4.1 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia yang berada di dalam LQ 45 selama tahun 2015-2017 berjumlah
54 perusahaan. Sebanyak 20 perusahaan tidak konsisten berada di dalam LQ
45, sementara itu terdapat 7 perusahaan yang tidak membagikan dividen
selama tahun 2015-2017. Sebanyak 5 perusahaan tidak menyajikan data yang
lengkap dan memenuhi kriteria serta terdapat 1 perusahaan yang tidak
menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang rupiah. Dengan demikian
jumlah perusahaan LQ 45 tahun 2015-2017 yang sesuai dengan kriteria dan
dapat dijadikan sampel sebanyak 21 perusahaan, sehingga total sampel data
penelitian selama tahun 2015-2017 sebanyak 63 perusahaan.
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian
Metode pengujian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
memakai statistik deskriptif, asumsi klasik dan regresi linear berganda.
Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh
variabel independen free cash flow, leverage, profitabilitas, likuiditas dan
ukuran perusahaan terhadap variabel dependen yaitu kebijakan dividen.
57
1. Uji Statistik Deskriptif
Uji deskriptif merupakan suatu metode dimana semua data yang
berhubungan dengan penelitian dikumpulkan dan dikelompokkan untuk
kemudian di analisis dan diinterprestasikan secara objektif. Hasil uji
statistik deskriptif menggambarkan hasil statistik deskriptif yang berupa
gambaran umum perusahaan yang terdiri atas jumlah sampel penelitian
(N), nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata hitung (mean) serta
standar deviasi dari masing-masing variabel penelitian. Berikut adalah
hasil uji statistik deskriptif penelitian ini:
Tabel 4.2 Hasil Uji Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
FCF 63 -,74900 ,58317 -,0849658 ,26872960
DER 63 ,15348 3,31346 1,1102257 ,80955781
ROA 63 ,01510 ,45788 ,1208808 ,10902628
CR 63 ,48155 6,91327 2,1394374 1,40846645
SIZE 63 28,98925 33,32018 30,9844121 1,06587450
DPR 63 ,03648 1,38554 ,4584687 ,28742060
Valid N (listwise) 63
Sumber: Output SPSS yang diolah
Tujuan dari hasil uji statistik deskriptif adalah untuk melihat
kualitas data penelitian yang dapat dilihat dengan angka atau nilai yang
terdapat pada mean dan standar deviasi. Apabila nilai dari mean lebih
besar dari nilai standar deviasi maka kualitas data tersebut lebih baik.
Standar deviasi adalah besaran besar perbedaan dari nilai sampel dengan
nilai rata-rata. Standar deviasi digunakan untuk melihat sebaran data
58
dalam sampel. Semakin rendah standar deviasinya maka semakin dekat
dengan rata-rata dan sebaliknya semakin tinggi standar deviasi maka
semakin besar keragaman sampel.
Berdasarkan Tabel 4.2, menunjukkan statistik deskriptif masing-
masing variabel penelitian yang diuji. Hasil uji statistik pada tabel diatas
menunjukan bahwa kebijakan dividen dengan jumlah sampel (N) 63
memiliki nilai minimum sebesar 0,03648 yang diperoleh dari PT Lippo
Karawaci Tbk pada tahun 2016, sedangkan nilai maksimum 1,38554
diperoleh dari PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk pada tahun 2017.
Nilai rata-rata (mean) kebijakan dividen sebesar 0,4584687 dan standar
deviasi sebesar 0,28742060.
Hasil uji statistik pada tabel diatas menunjukan bahwa free cash
flow dengan jumlah sampel (N) 63 memiliki nilai minimum sebesar -
0,74900 yang diperoleh dari PT Lippo Karawaci Tbk pada tahun 2015,
sedangkan nilai maksimum 0,58317 yang diperoleh dari PT Unilever Tbk
pada tahun 2016. Nilai rata-rata (mean) free cash flow sebesar -
0,0849658 dan standar deviasi sebesar 0,26872960.
Hasil uji statistik variabel leverage dengan jumlah sampel (N) 63
memiliki nilai minimum sebesar 0,15348 yang diperoleh dari PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk pada tahun 2016, sedangkan nilai
maksimum 3,31346 yang diperoleh dari PT Jasa Marga Tbk pada tahun
2017. Nilai rata-rata (mean) leverage sebesar 1,1102257 dan standar
deviasi sebesar 0,80955781.
59
Hasil uji statistik variabel profitabilitas dengan jumlah sampel (N)
63 memiliki nilai minimum sebesar 0,01510 yang diperoleh dari PT
Lippo Karawaci Tbk pada tahun 2017, sedangkan nilai maksimum
0,45788 yang diperoleh dari PT Matahari Department Store Tbk pada
tahun 2015. Nilai rata-rata (mean) profitabilitas sebesar 0,1208808 dan
standar deviasi sebesar 0,10902628.
Hasil uji statistik variabel likuiditas dengan jumlah sampel (N) 63
memiliki nilai minimum sebesar 0,48155 yang diperoleh dari PT Jasa
Marga Tbk pada tahun 2015, sedangkan nilai maksimum 6,91327 yang
diperoleh dari PT Lippo Karawaci Tbk pada tahun 2015. Nilai rata-rata
(mean) profitabilitas sebesar 2,1394374 dan standar deviasi sebesar
1,40846645.
Hasil uji statistik variabel ukuran perusahaan dengan jumlah
sampel (N) 63 memiliki nilai minimum sebesar 28,98925 yang diperoleh
dari PT Matahari Department Store Tbk pada tahun 2015, sedangkan
nilai maksimum 33,32018 yang diperoleh dari PT Astra Internasional
Tbk pada tahun 2017. Nilai rata-rata (mean) ukuran perusahaan sebesar
30,9844121 dan standar deviasi sebesar 1,06587450.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah
memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk
60
menguji normalitas data, dalam penelitian ini menggunakan analisis
grafik histogram dan grafik normal plot serta menggunakan uji
statistik dengan uji One Sample Kolmogorov Smirnov. Berikut ini
grafik histogram dari hasil pengujian menggunakan SPSS.
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Dengan Histogram
Sumber: Output SPSS yang diolah
Pada gambar 4.1 dapat dilihat bahwa grafik histogram
mengambarkan bentuk yang simestris, yang artinya tidak melenceng
ke kanan atau ke kiri. Berdasarkan grafik histogram di atas, dapat
disimpulkan bahwa data yang terdapat dalam penelitian ini
terdistribusi normal. Selain grafik histogram, berikut ini grafik
normal plot dari hasil pengujian menggunakan SPSS.
61
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas Dengan Grafik Normal Probability Plot
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan gambar 4.2 dapat dilihat bahwa titik-titik
menyebar dan berhimpit disekitar garis diagonal. Pola penyebaran
tersebut menunjukan bahwa data terdistirbusi dengan normal,
sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan
memenuhi asumsi normalitas dan layak digunakan untuk pengujian
selanjutnya. Selain itu, uji normalitas data dapat dilakukan melalui
uji statistik yaitu uji One Sample Kolmogorov Smirnov. Uji ini
dilakukan untuk melengkapi uji grafik histogram dan grafik normal
P-Plot, serta untuk memberikan keyakinan lebih. Berikut tabel
dibawah ini menunjukkan hasil uji Kolmogorov Smirnov.
62
Tabel 4.3
Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 63
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,20116211
Most Extreme Differences Absolute ,091
Positive ,091
Negative -,066
Test Statistic ,091
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan Tabel 4.3, pada hasil uji Kolmogorov-Smirnov
diketahui Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,200. Nilai tersebut lebih
besar dari nilai signifikannya yaitu 0,05. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa data berdistribusi normal atau Ha ditolak dan Ho
diterima.
b. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinearitas merupakan pengujian untuk melihat
apakah terdapat hubungan korelasi antara variabel independen atau
satu sama lainnya. Salah satu asumsi dalam metode kuadrat terkecil
adalah tidak adanya hubungan linear antara variabel independen.
Metode yang digunakan untuk mendeteksi multikolonieritas
dalam penelitian ini adalah tolerance – Variance Inflactor Faktor
63
(VIF). Multikolonieritas terjadi apabila nilai tolerance < 0,10 dan
VIF > 10. Jika nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10, maka dapat
dikatakan tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen.
Berikut ini disajikan Tabel yaitu hasi dari uji multikolinearitas.
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
FCF ,206 4,857
DER ,697 1,434
ROA ,354 2,828
CR ,309 3,236
SIZE ,709 1,410
a. Dependent Variable: DPR
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan tabel di atas, hasil uji multikolinearitas
menunjukkan bahwa nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10. Maka dapat
disimpulkan bahwa variabel bebas dalam penelitian ini tidak saling
berkolerasi atau dapat dikatakan tidak terjadi gejala multikolinearitas
antar variabel.
c. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
t dengan kesalahan pada periode t-1 (tahun sebelumnya).
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
64
waktu berkaitan satu sama lain. Model regresi yang baik adalah
regresi yang bebas dari autokorelasi. Pada penelitian ini, gejala
autokorelasi dideteksi dengan menggunakan uji Durbin-Watson
lewat SPSS. Pada tabel berikut ini disajikan hasil pengujian
autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin-Watson.
Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-Watson
1 ,714a ,510 ,467 ,20979957 2,008
a. Predictors: (Constant), SIZE, DER, FCF, ROA, CR
b. Dependent Variable: DPR
Sumber: Output SPSS yang diolah
0 dl du 4-du 4-dl
1,494 1,693 2,008 2,307 2,506
Berdasarkan tabel 4.5 nilai DW sebesar 2,008. Nilai tersebut
lebih besar dari du dan lebih kecil dari 4-du, dimana nilai du sebesar
1,693 dan nilai 4-du sebesar 2,307 (4 - 1,693), atau dapat diartikan
Autokorelasi
positif
Ragu-ragu Tidak Ada
Korelasi
Ragu- ragu Autokorelasi
Negatif
65
bahwa 1,693 < 2,008 < 2,307. Apabila nilai DW terletak antara batas
atas atau upper bound (du) dan (4-du), maka koefisien autokorelasi
sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa data tidak mengandung gejala autokorelasi.
Untuk meyakinkan hasil diatas maka digunakan uji lain yaitu
menggunakan uji Run Test. Tabel dibawah ini menunjukan hasil
Run test tersebut:
Tabel 4.6
Hasil Uji Runs Test
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -,00347
Cases < Test Value 31
Cases >= Test Value 32
Total Cases 63
Number of Runs 29
Z -,887
Asymp. Sig. (2-tailed) ,375
a. Median
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui probabilitas (Asymp. Sig. 2-
tailed) sebesar 0,375 yang menunjukan bahwa nilai signifikansi lebih
dari 0,05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model
tersebut tidak mengalami masalah autokorelasi.
d. Uji Heterokedastisitas
Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah pada
model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu
66
pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika variabel dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau
tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk menguji ada tidaknya
heteroskedastisitas pada penelitian ini digunakan grafik plot antara
nilai prediksi variabel dependen (ZPRED) dengan residualnya
(SRESID) melalui program SPSS. Deteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilihat dengan ada atau tidaknya pola
tertentu pada grafik scatterplot. Berikut ini merupakan gambar hasil
uji heterokedasrisitas dengan menggunakan grafik scatterplot.
Gambar 4.3
Hasil Uji Heterokedastisitas Dengan Grafik Scatterplot
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan gambar 4.3 hasil uji heterokedastisitas dengan
grafik scatterplot dapat dilihat bahwa tidak terdapat pola yang jelas
67
pada gambar, selain itu titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada
model regresi ini tidak terjadi Heteroskedastisitas. Analisis grafik
plot memiliki kelemahan yang cukup signifikan karena jumlah
pengamatan akan mempengaruhi hasil ploting. Semakin sedikit
jumlah pengamatan semakin sulit menginterpretasikan grafik plot.
Oleh sebab itu, diperlukan uji statistik yang dapat menjamin
keakuratan hasil yang salah satunya dengan menggunakan uji
gletser.
Tabel 4.7
Hasil Uji Gletser
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -,266 ,650 -,409 ,684
FCF ,012 ,148 ,023 ,082 ,935
DER -,044 ,027 -,250 -1,637 ,107
ROA ,119 ,279 ,091 ,426 ,671
CR ,005 ,023 ,047 ,207 ,837
SIZE ,014 ,020 ,105 ,692 ,492
a. Dependent Variable: ABS
Sumber: Output SPSS yang diolah
Tabel 4.7 menunjukan bahwa keseluruhan variabel memiliki
nilai signifikansi diatas 0,05 yang artinya tidak ada indikasi
heteroskedastisitas dalam model regresi.
68
3. Uji Hipotesis
Uji Hipotesis dalam penelitian ini dilakukan untuk
membuktikan kebenaran atas hipotesis yang telah dibuat, bahwa free
cash flow, leverage, profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan
mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen. Pengujian
hipotesis dalam penelitian ini menggunakan model persamaan
regresi berganda. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji simultan
(F-test), uji koefisien determinasi (R2) dan uji parsial (t-test).
a. Uji Simultan (F-test)
Uji simultan (F–test) dipergunakan untuk mengetahui
apakah variabel independen secara bersama-sama atau simultan
mempengaruhi variabel dependen. Model regresi dikatakan
layak atau fit apabila nilai signifikansi dari F hitung harus lebih
kecil dari nilai alpha (α) sebesar 0,05. Tabel berikut ini
menunjukkan hasil uji simultan (F-test).
Tabel 4.8
Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2,613 5 ,523 11,873 ,000b
Residual 2,509 57 ,044
Total 5,122 62
a. Dependent Variable: DPR
b. Predictors: (Constant), SIZE, DER, FCF, ROA, CR
Sumber: Output SPSS yang diolah
69
Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa nilai F hitung sebesar
11,873 dengan nilai sig. Sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan
bahwa nilai signifikansi < alpha (α = 0,05). Maka dapat
disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan
antara free cash flow, leverage, profitabilitas likuiditas dan
ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen.
b. Uji Koeisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk menguji
seberapa besar model penelitian tersebut memiliki kontribusi
dalam menerangkan variabel dependen. Besarnya kontribusi
variabel bebas free cash flow, leverage, profitabilitas, likuiditas
dan ukuran perusahaan dalam menjelaskan kebijakan dividen
dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi (R2). Hasil uji
koefisien determinasi (R2) dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.9
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
1 ,714a ,510 ,467 ,20979957
a. Predictors: (Constant), SIZE, DER, FCF, ROA, CR
b. Dependent Variable: DPR
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa nilai
Adjusted R2 yang diperoleh sebesar 0,467. Ini berarti bahwa
kebijakan dividen perusahaan LQ 45 yang terdapat di BEI dapat
70
dijelaskan oleh variabel bebas yaitu free cash flow, leverage,
profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan yang diharapkan
sebesar 46,70%. Sisanya 53,30% ditentukan oleh variabel lain
seperti investment opportunity set, collateralizable asset,
kepemilikan manjerial, kepemilikan institusi dan struktur modal
yang tidak dianalisis dalam penelitian ini.
c. Uji Statistik t
Uji parsial (t-test) bertujuan untuk mengetahui pengaruh
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.
Dasar pengambilan kesimpulan pada uji parsial (t-test) dalam
penelitian ini adalah bila tingkat signifikansinya < α = 5%.,
maka H0 ditolak dan Ha diterima. Tabel berikut ini
menunjukkan hasil uji parsial (t-test).
Tabel 4.10
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -1,974 ,957 -2,063 ,044
FCF ,371 ,219 ,347 1,698 ,095
DER -,119 ,039 -,334 -3,011 ,004
ROA 1,447 ,411 ,549 3,521 ,001
CR ,018 ,034 ,088 ,531 ,598
SIZE ,077 ,030 ,285 2,590 ,012
a. Dependent Variable: DPR
Sumber: Output SPSS yang diolah
71
Berdasarkan hasil dari tabel 4.10 dapat disimpulkan
persamaan regresi berganda sebagai berikut:
𝑫𝑰𝑽𝑰𝑫𝑬𝑵 = −1,974 + 0,371 𝐹𝐶𝐹 − 0,119 𝐷𝐸𝑅 + 1,447 𝑅𝑂𝐴
+ 0,018 𝐶𝑅 + 0,077 𝑆𝐼𝑍𝐸
Dari model diatas dapat dilihat bahwa nilai konstanta
sebesar -1,974 dengan nilai negatif yang artinya kebijakan
dividen akan bernilai -1,974 apabila masing-masing variabel
free cash flow, leverage, profitabilitas, likuiditas dan ukuran
perusahaan bernilai 0 dengan asumsi variabel lain tetap
(konstan).
Variabel free cash flow memiliki koefisien regresi sebesar
0,371. Nilai koefisien regresi positif menunjukan bahwa free
cash flow berpengaru positif terhadap kebijakan dividen. Hal ini
menggambarkan bahwa jika setiap kenaikan satu persen variabel
free cash low dengan asusmsi variabel independen lain tetap
maka akan menaikan kebijakan dividen sebesar 0,371.
Variabel leverage memiliki koefisien regresi sebesar -
0,119. Nilai koefisien regresi negatif menunjukan bahwa
leverage berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Hal
ini menggambarkan bahwa jika setiap kenaikan satu persen
variabel leverage dengan asusmsi variabel independen lain tetap
maka akan menurunkan kebijakan dividen sebesar 0,119.
72
Variabel profitabilitas memiliki koefisien regresi sebesar
1,447. Nilai koefisien regresi positif menunjukan bahwa
profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.
Hal ini menggambarkan bahwa jika setiap kenaikan satu persen
variabel profitabilitas dengan asusmsi variabel independen lain
tetap maka akan menaikan kebijakan dividen sebesar 1,447.
Variabel likuiditas memiliki koefisien regresi sebesar
0,018. Nilai koefisien regresi negatif menunjukan bahwa
likuiditas berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Hal
ini menggambarkan bahwa jika setiap kenaikan satu persen
variabel likuiditas dengan asusmsi variabel independen lain
tetap maka akan menaikan kebijakan dividen sebesar 0,018.
Variabel ukuran perusahaan memiliki koefisien regresi
sebesar 0,077. Nilai koefisien regresi positif menunjukan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan
dividen. Hal ini menggambarkan bahwa jika setiap kenaikan
satu persen variabel ukuran perusaaan dengan asusmsi variabel
independen lain tetap maka akan menaikan kebijakan dividen
sebesar 0,077.
C. Pembahasan
1. Pengaruh Free Cash Flow terhadap Kebijakan Dividen
Free cash flow adalah arus kas yang tersisa setelah dikurangi
pendapatan yang diharapkan, biaya operasi yang diharapkan dan
73
investasi yang diperlukan untuk mempertahankan dan meningkatkan arus
kas. Pada saat suatu perusahaan memiliki aliran free cash flow,
perusahaan dianggap mempunyai fleksibilitas keuangan yang
memuaskan. Manajer akan mendapatkan tekanan dari para pemegang
saham untuk membagikan dividen untuk menghindari kemungkinan para
manajer melakukan investasi yang merugikan.
Dari tabel 4.10, menunjukan bahwa free cash low memiliki t hitung
1,698 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,095. Hal tersebut
menunjukan bahwa tingkat signifikansinya diatas 0,05. Dengan demikian
H1 Ditolak, yang berarti free cash flow tidak berpengaruh terhadap
kebijakan dividen.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Utama & Gayatri (2018) yang menyatakan bahwa free cash flow tidak
berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Free cash flow saat ini belum
menjadi perhatian bagi investor di Indonesia karena perusahaan yang ada
tidak menyampaikan data mengenai free cash flow secara eksplisit
sehingga belum mempengaruhi kebijakan dividen yang dilakukan oleh
perusahaan. Hal ini berhubungan langsung dengan konflik keagenan.
Sesuai dengan teori agensi, agency problem yang terjadi antara agen
dengan principal salah satunya terjadi karena pihak principal khawatir
jika perusahaan memiliki free cash flow dalam jumlah besar akan
dialokasikan pada sumber daya yang tidak efisien dan dan digunakan
untuk melakukan investasi yang tidak menguntungkan. Salah satu cara
74
yang dilakukan agen untuk meminimalkan cost agency akibat timbulnya
agency problem tersebut dengan melakukan pembayaran dividen kepada
pemegang saham.
Perusahaan akan berusaha memaksimumkan nilai perusahaan
dengan melakukan pembayaran dividen yang tinggi. Investor
menganggap dividen tunai (sudah pasti ditangan) sebagai hal yang
risikonya rendah dibandingkan dengan keuntungan atas modal yang
diinvestasikan (capital gain). Perusahaan yang mempunyai free cash flow
akan lebih baik jika dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk
dividen untuk menghindari investasi yang belum tentu menguntungkan
(Widjaya & Darmawan, 2018).
Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian Arilaha (2009) yang
menyatakan bahwa free cash flow tidak berpengaruh terhadap kebijakan
dividen. Besar kecilnya arus kas bebas tidak mempengaruhi tinggi
rendahnya pembagian dividen. Apabila perusahaan menginginkan untuk
memaksimumkan kekayaan pemegang saham dengan membagikan
dividen sedangkan kondisi arus kas bebas tidak memungkinkan,
perusahaan dapat menggunakan pendanaan eksternal. Sejalan dengan
Pecking Order Theory yang mengemukakan bahwa perusahaan
cenderung mengutamakan pendanaan internal guna membayar dividen
bila kebutuhan dana kurang maka dapat menggunakan dana eksternal
sebagai tambahannya.
75
Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sari & Budiasih (2016) yang menyatakan bahwa free
cash flow berpengaruh terhadap kebijakan dividen. semakin tinggi free
cash flow maka dividen yang dibagikan semakin besar, karena dipandang
perusahaan mempunyai kas yang lebih maka akan dibagikan sebagai
dividen sesuai persetujuan rapat umum pemegang saham. Hal ini sejalan
dengan teori residual dividen policy yang dimana perusahaan akan
membayaran dividennya apabila terdapat kelebihan kas perusahaan.
Semakin besar free cash flow yang tersedianya dalam suatu perusahaan,
maka semakin sehat perusahaan tersebut karena memiliki kas yang
tersedia untuk partumbuhan, pembayaran hutang dan dividen.
2. Pengaruh Leverage terhadap Kebijakan Dividen
Berdasarkan tabel 4.10, hasil penelitian ini menunjukan bahwa
leverage memiliki t hitung -3,011 dengan tingkat signifikansi sebesar
0,004. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat signifikansinya dibawah
0,05. Dengan demikian H2 Diterima, yang berarti leverage berpengaruh
terhadap kebijakan dividen.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Trisna & Gayatri (2019) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh
terhadap kebijakan dividen. Penggunaan utang yang tinggi akan
menyebabkan penurunan kemampuan perusahaan dalam membayarkan
dividennya, karena sebagian besar keuntungan akan dialokasikan pada
cadangan dana untuk pelunasan utang. Perusahaan yang memiliki tingkat
76
utang yang rendah akan lebih memprioritaskan kesejahteraan pemegang
sahamnya dengan pembagian dividen, sebaliknya jika perusahaan
tersebut memiliki tingkat utang yang besar maka perusahaan akan lebih
berkonsentrasi pada pelunasan kewajibannya dibanding membagikan
dividen agar dapat mencegah kebangkrutan karena tidak bisa memenuhi
kewajibannya kepada pihak kreditur.
Utang jangka panjang diikat oleh sebuah perjanjian utang untuk
melindungi kepentingan kreditur. Kreditur biasanya membatasi
pembayaran dividen, pembelian saham beredar, dan penambahan utang
untuk menjamin pembayaran pokok utang dan bunga. Untuk itu, semakin
tinggi rasio utang/ekuitas, maka semakin ketatnya perusahaan terhadap
perjanjian utang. Kaitannya dengan pembayaran dividen, maka dapat
dikatakan semakin tinggi rasio utang/ekuitas, pembayaran dividen akan
semakin kecil. Perusahaan dengan tingkat utang yang tinggi akan
berusaha untuk mengurangi agency cost of debt-nya dengan mengurangi
hutang, sehingga untuk membiayai investasinya digunakan pendanaan
dari aliran kas internal. Pemegang saham akan merelakan aliran kas
internal yang sebelumnya dapat digunakan untuk pembayaran dividen
untuk membiayai investasi.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sari & Wiksuana (2018) yang menyatakan bahwa leverage
berpengaruh dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Perusahaan yang
mempunyai utang yang tinggi akan lebih tinggi dalam membayar bunga
77
atas utang-utangnya, sehingga hal ini akan berdampak pada rendahnya
laba yang menyebabkan rendahnya dividen yang diberikan kepada para
pemegang saham. Hasil penelitian ini sejalan dengan pecking order
theory yang menyatakan bahwa perusahaan menyukai internal financing
(pendanaan dari hasil operasi perusahaan berwujud laba ditahan)
daripada pendanaan dari luar.
Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Lestari & Sulistyawati (2017) yang menyatakan bahwa
leverage tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Hal ini
dikarenakan bahwa semakin besar debt equity ratio yang dimiliki
perusahaan yang di identifikasikan dengan nilai utang yang besar, tidak
berpengaruh pada kebijakan deviden suatu perusahaan. Tidak adanya
pengaruh utang terhadap kebijakan dividen dikarenakan komitmen
perusahaan untuk melakukan pembayaran deviden secara teratur
menyebabkan kemampuan pembayaran deviden tidak dipengaruhi oleh
besar kecilnya utang perusahaan. Pembagian deviden merupakan
konsistensi perusahaan terhadap pemegang saham dengan cara
memprioritaskan pembagian laba perusahaan dalam bentuk deviden yang
lebih stabil sekaligus sebagai tanda keberhasilan perusahaan dalam
membukukan profit. Sehingga besar kecilnya rasio leverage suatu
perusahaan tidak akan mempengaruhi devidend payout ratio-nya.
78
3. Pengaruh Profitabilitas terhadap Kebijakan Dividen
Berdasarkan tabel 4.10, hasil penelitian ini menunjukan bahwa
profitabilitas memiliki t hitung 3,521 dengan tingkat signifikansi sebesar
0,001. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat signifikansinya dibawah
0,05. Dengan demikian H3 Diterima, yang berarti profitabilitas
berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Arjana & Suputra (2017)
yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan
dividen. Semakin tinggi return on assets yang dimiliki perusahaan maka
semakin tinggi pula dividen yang akan dibagikan. Semakin besar return
on assets menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik karena
tingkat kembalian (return) yang semakin besar . Hal ini sesuai dengan
signaling theory yang menjelaskan bahwa pihak manajemen akan
membayarkan dividen untuk memberi sinyal mengenai keberhasilan
perusahaan membukukan profit.
Perusahaan yang memiliki stabilitas keuntungan dapat menetapkan
tingkat pembayaran dividen dengan yakin dan mensinyalkan kualitas atas
keuntungan mereka. Perusahaan akan mensinyalkan hal tersebut kepada
investor dengan cara membagikan laba yang diperoleh dalam bentuk
dividen kepada para pemegang saham untuk memberikan sinyal
meningkatnya kinerja keuangan perusahaan dan meramalkan suatu
penghasilan yang baik di masa yang akan datang. Sehingga semakin
79
tinggi profitabilitas, semakin besar kemungkinan perusahaan membayar
dividen.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Sari & Wiksuana (2018) yang menyatakan bahwa profitabilitas
berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Dividen adalah bagian dari
keuntungan bersih perusahaan, yang artinya dividen akan dibagikan
kepada pemegang saham apabila perusahaan memperoleh laba. Dapat
dikatakan bahwa keuntungan perusahaan akan sangat mempengaruhi
besarnya tingkat pembayaran dividen. Jika perusahaan mengumumkan
pembayaran dividen, maka investor akan menganggap kondisi
perusahaan saat ini dan akan datang relatif baik. Hasil ini sesuai dengan
The bird in the hand theory yang menyimpulkan bahwa investor akan
senang dengan pendapatan pasti berupa dividen dari pada pendapatan
yang belum pasti seperti capital gain. Meningkatnya profitabilitas akan
meningkatkan kemampuan perusahaan dalam membayarkan dividen
kepada pemegang sahamnya, peningkatan dividen akan meningkatkan
harga saham yang selanjutnya berdampak terhadap nilai perusahaan.
Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Lopolusi (2013) yang menyatakan bahwa profitabilitas
tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Perusahaan yang
profitabilitasnya tinggi akan memiliki kesempatan investasi yang besar
dan perusahaan tersebut akan memilih mengalokasikannya ke dalam laba
ditahan agar dapat melakukan investasi yang menguntungkan dengan
80
tujuan untuk dapat terus mempertahakan keuntungan dan meningkatkan
nilai perusahaan.
4. Pengaruh Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen
Likuiditas mengukur bagaimana kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban lancarnya dengan asset lancar yang dimiliki
perusahaan. Current Ratio merupakan salah satu ukuran dari rasio
likuiditas yang dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan utang atau
kewajiban lancar. Semakin besar current ratio menunjukkan semakin
tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Tingginya current ratio menunjukkan keyakinan investor
terhadap kemampuan perusahaan untuk membayarkan deviden yang
dijanjikan.
Berdasarkan tabel 4.10, hasil penelitian ini menunjukan bahwa
likuiditas memiliki t hitung 0,531 dengan tingkat signifikansi sebesar
0,598. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat signifikansinya diatas
0,05. Dengan demikian H4 Ditolak, yang berarti likuiditas tidak
berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Lestari & Sulistyawati (2017) yang menyatakan bahwa likuiditas tidak
berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Tidak adanya pengaruh yang
signifikan dari likuiditas terhadap kebijakan deviden dikarenakan bahwa
likuiditas yang besar pada perusahaan mencerminkan bahwa perusahaan
tersebut memiliki banyak sumber aset yang dapat dikonversi menjadi kas
81
yang berasal dari laba perusahaan. Komponen kas dalam aset lancar
dapat menjadi sumber pendapatan bagi perusahaan. Sumber pendapatan
tersebut tidak dibagikan dalam bentuk deviden dan sering kali
dipergunakan untuk biaya oprasional perusahaan. Atau bisa dikatakan
laba lebih dioptimalkan untuk menjamin kelangsungan perusahaan,
Sehingga kas yang besar tidak selalu digunakan untuk membayar
dividen.
Ketika perusahaan dapat memenuhi kewajiban jangka pendek akan
tetapi belum tentu perusahaan tersebut akan membagikan dividen kepada
para pemegang saham dikarenakan ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan baik itu internal perusahaan seperti untuk membiayai
kegiatan operasional maupun eksternal perusahaan seperti untuk
kesempatan investasi.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Harun & Jeandry (2018) yang menyatakan likuiditas tidak
berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Likuiditas perusahaan
menunjukkan kemampuan perusahaan mendanai operasional perusahaan
dan melunasi kewajiban jangka pendeknya. Hasil analisis menunjukan
bahwa tinggi rendahnya likuiditas perusahaan tidak berarti
mempengaruhi besar kecilnya pembayaran dividen. Untuk itu perusahaan
yang memiliki likuiditas yang baik tidak berarti pembayaran dividen
lebih baik pula. likuiditas tidak digunakan untuk membayar dividen
tetapi untuk membayar kewajiaban jangka pendek sehubungan dengan
82
pembelian aktiva tetap guna memanfaatkan kesempatan investasi dilihat
dari semua perusahaan yang di amati sebagian besar mengalami
peningkatan jumlah aktiva tetap setiap tahunnya.
Namun penelitian ini bertentangan dengan penelitian Sari &
Suryantini (2019) yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh
terhadap kebijakan dividen. Semakin likuid perusahaan berarti semakin
besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial dan
telah menggunakan aktiva lancarnya dengan efektif. Hal ini diartikan
ketika perusahaan dalam kondisi likuid makan aktivitas produksi
perusahaan akan berjalan lancar sehingga akan menghasilkan laba yang
ditargetkan. Semakin besar posisi kas dan likuiditas maka akan semakin
besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
5. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen
Berdasarkan tabel 4.10, hasil penelitian ini menunjukan bahwa
ukuran perusahaan memiliki t hitung 2,590 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,012. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat signifikansinya
dibawah 0,05. Dengan demikian H5 Diterima, yang berarti ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Arjana & Suputra (2017)
yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
kebijakan dividen. Ukuran perusahaan yang besar dan terus tumbuh bisa
menggambarkan kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tinggi
sehingga menarik minat investor untuk menanam modal di perusahaan
83
tersebut. Perusahaan besar mereka akan memiliki kecenderungan untuk
membagikan dividen dalam jumlah tinggi untuk menjaga reputasi
perusahaan dimata para investor. Sedangkan perusahaan kecil cenderung
akan mengalokasikan laba yang diperoleh menjadi laba ditahan untuk
meningkatkan aset perusahaan sehingga membuat perusahaan cenderung
akan membagikan dividen yang rendah kepada investor.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Harun & Jeandry (2018) yang menyatakan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Sebuah perusahaan
yang besar dan mapan akan memiliki akses yang lebih mudah ke pasar
modal, sedangkan perusahaan kecil lebih sulit untuk mengaksesnya.
Kemudahan akses ke pasar modal dapat diartikan adanya fleksibilitas dan
kemampuan perusahaan memunculkan dana yang lebih besar. Dengan
memunculkan dana baru tersebut perusahaan dapat membayarkan
kewajiban yang dimiliki termasuk membayar dividen kepada para
pemegang saham. Apabila perusahaan telah mencapai tingkat
pertumbuhan sedemikian rupa maka perusahaan telah well established,
yang artinya kebutuhan danamya dapat dipenuhi dengan dana yang
berasal dari pasar modal atau sumber dana eksteren lainnya, maka
perusahaan berkesempatan untuk membayar dividen kepada pemegang
saham. Dalam hal yang demikian perusahaan dapat menetapkan dividend
payout ratio yang tinggi.
84
Namun penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Elinda & Sukirman (2015) yang menyatakan bahwa
ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Perusahaan yang berskala besar memiliki berbagai macam aktivitas.
Banyaknya aktivitas ini menimbulkan bertambahnya biaya. Sehingga
manajer perusahaan merasa besarnya dividen yang dibagikan tidak perlu
terlalu tinggi karena akan menimbulkan biaya yang lebih tinggi dan
perusahaan yang besar dengan likuiditas dan profitabilitas yang baik
cukup mampu menarik investor dengan mengesampingkan besaran
dividen yang dibagikan.
85
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh free cash flow,
leverage, profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan
dividen pada perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2015-2017. Data yang telah dikumpulkan dan telah di uji sebanyak 63
sampel dengan menggunakan uji regresi berganda. Dalam penelitian ini dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Free cash flow tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh (Utama &
Gayatri, 2018), serta (Arilaha, 2009).
2. Leverage berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh (Trisna & Gayatri, 2019)
serta (Sari & Wiksuana, 2018).
3. Profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh (Arjana & Suputra,
2017) serta (Sari & Wiksuana, 2018).
4. Likuiditas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian
ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh (Lestari &
Sulistyawati, 2017) serta (Harun & Jeandry, 2018).
86
5. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh (Arjana &
Suputra, 2017) serta (Harun & Jeandry, 2018).
B. Implikasi Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
akuntansi khususnya dalam hal yang berkaitan dengan kebijakan dividen.
Dengan memberikan bukti empiris mengenai pengaruh free cash flow,
leverage, profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan
dividen pada perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2015-2017.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi bagi manajer
perusahaan dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan kebijakan
dividen. Disamping itu penelitian ini diharapkan dapat memperkuat temuan-
temuan dari penelitian sebelumnya. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan referensi serta dapat meberikan perbandingan
dalam mengadakan penelitian terkait faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kebijakan dividen.
C. Keterbatasan
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki banyak
keterbatasan dalam penelitian ini, yang antara lain sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya menggunakan data keuangan Perusahaan LQ 45
selama 3 tahun (2015-2017) sehingga hasil penelitian hanya terbatas pada
lingkup tersebut.
87
2. Penelitian ini terbatas karena hanya menggunakan variabel free cash
flow, leverage, profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan sebagai
variabel yang mempengaruhi kebijakan dividen.
3. Penelitian ini hanya menggunakan data keuangan selama 3 tahun (2015-
2017).
D. Saran
Saran yang dapat peneliti berikan untuk peneliti selanjutnya dengan
adanya ketebatasan-keterbatasan tersebut, antara lain sebagai berikut:
1. Menambah jumlah tahun penelitian sehingga hasilnya lebih handal.
2. Menggunakan objek perusahaan lain yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
3. Menambah variabel-variabel independent seperti investment opportunity
set, collateralizable asset, kepemilikan manjerial, kepemilikan institusi
dan struktur modal yang diperkirakan dapat mempengaruhi kebijakan
dividen.
88
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, M. A., Gunawan, B., & Candrasari, R. (2014). Pengaruh profitabilitas,
leverage, growth, dan free cash flow terhadap dividend payout ratio
perusahaan dengan mempertimbangkan corporate governance sebagai
variabel intervening. Jurnal Akuntansi & Auditing Indonesia, 18(2), 89–100.
https://doi.org/10.20885/jaai.vol18.iss2.art1
Akmal, Zainudin, & Yulianti, R. (2016). Pengaruh Return on Asset, Sales
Growth, Firm Size Dan Debt To Equity Ratio Terhadap Pembayaran Dividen
Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Perusahaan Makanan Dan
Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014.
Ekonomi Manajemen Dan Akuntansi, 2(2), 24–36.
Anggraini, D. A. D., & Wihandaru. (2015). Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow, Leverage, Profitabilitas dan
Struktur Kepemilikan Terhadap Kebijakan Membayar Dividen. Jurnal
Manajemen Bisnis, 6(2), 397–418.
Anthony, R. N., & Govindarajan, V. (2012). Management Control System.
Jakarta: Salemba Empat.
Apriliani, A., & Natalylova, K. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI,
19(1), 49–57.
Argamaya, & Putri, A. A. (2014). Pengaruh Profitabilitas, Leverage,
Collateralizable Assets, Dan Investment S. Jurnal Media Riset Akuntansi,
4(2), 47–66.
Arifin, J. (2017). SPSS 24 Untuk Penelitian dan Skripsi. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Arilaha, M. A. (2009). Leverage Terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Keuangan
Dan Perbankan, 13(1), 78–87.
Aristantia, D., & Putra, I. M. P. D. (2015). Investment Opportunity Set Dan Free
Cash Flow Pada Tingkat Pembayaran Dividen Perusahaan Manufaktur. E-
Jurnal Akuntansi, 11(1), 220–234.
Arjana, I. P. P. H., & Suputra, I. D. G. D. (2017). E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana Pengaruh Profitabilitas , Leverage , Ukuran Perusahaan dan
Corporate Social Responsibility Pada Kebijakan Dividen Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Udayana ( Unud ), Bali , Indonesia Fakultas Ekonomi
dan Bisnis. E-Jurnal Akuntansi, 21(3), 2021–2051.
https://doi.org/10.24843/EJA.2017.v21.i03.p12
Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2010). Dasar-Dasar manajemen Keuangan
(2nd ed.). Jakarta: Salemba Empat.
89
Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2011). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan
(11th ed.). Jakarta: Salemba Empat.
Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2012). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan (5th
ed.). Jakarta: Salemba Empat.
Devi, N. P. Y., & Erawati, N. M. A. (2014). Pengaruh Kepemilikan Manajerial,
Leverage, Dan Ukuran Perusahaan Pada Kebijakan Dividen Perusahaan
Manufaktur. E-Jurnal Akuntansi, 9(3), 709–716.
Elinda, F., & Sukirman. (2015). Determinan Rasio Keuangan Terhadap Kebijakan
Dividen. Accounting Analysis Journal, 4(4), 1–8.
https://doi.org/10.15294/aaj.v4i4.9117
Fadli, A. A. Y. (2017). Analisis Pengaruh Return on Investment (Roi) Dan Debt
Equity Ratio (Der) Terhadap Dividend Payout Ratio (Dpr) Pada Pt. Hanjaya
Mandala Sampoerna, Tbk. Jurnal Ilmu Ekonomi Dan Pembangunan, 17(1),
61–70.
Fahmi, I. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IMB SPSS 25
(9th ed.). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ginting, S. (2018). Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas. Dan Leverage Terhadap
Kebijakan Deviden Pada Perusahaan Lq45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2012-2016. Jwem Stie Mikroskil, 8(2), 195–204.
Gitman, L. J., & Zutter, C. D. (2015). Principle of Managerial Finance
(Fourteenth). United States of America: Pearson Education.
Halviani, M. D., & Sisdyani, E. A. (2014). Pengaruh Moderasi Good Corporate
Governance Pada. E-Jurnal Akuntansi, 7(2), 400–413.
Hardiatmo, B., & Daljono. (2013). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kebijakan Dividen (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Listing di
Bursa Efek Indonesia Periode 2008 – 2010). Diponegoro Journal of
Accounting, 2(1), 1–13.
Harun, S., & Jeandry, G. (2018). Pengaruh Profitabilitas, Free Cash Flow,
Leverage, Likuiditas Dan Size terhadap Dividen Payout Ratio (DPR) pada
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Riset
Akuntansi, 5(2), 122–137. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Hasana, R., Mardani, R. M., & Wahono, B. (2017). Pengaruh Free Cash
Flow,Profitabilitas,Likuiditas Dan Leverage Terhadap Kebijakan Dividen
Pada Perusahaan Food And Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Periode 2014-2016. E-Jurnal Riset Manajemen, (Idx), 88–
102.
Issa, A. I. F. (2018). The Determinants of Dividend Policy : Evidence from
Malaysian Firms The Determinants of Dividend Policy : Evidence from
90
Malaysian Firms. 6(18), 69–86.
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of The Firm Manajerial
Behaviour, Ageny Cost and Ownership structure. Journal of Financial
Economics, 3(4), 305–360.
Kafata, A. A. A., & Hartono, U. (2018). Pengaruh Free Cash Flow, Investment
Opportunity Set, dan Return On Asset Terhadap Dividend Payout Ratio.
Jurnal Ilmu Manajemen, 6(1), 1–9.
Kasmir. (2010). Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana.
Khan, W., Naz, A., Khan, W., Khan, Q., Khan, T., & Mughal, I. (2013). Impact
assessment of financial performance and leverage on dividend policy of
pakistan chemical and pharmaceutical industries. Middle East Journal of
Scientific Research, 16(10), 1376–1382.
https://doi.org/10.5829/idosi.mejsr.2013.16.10.11862
Lestari, E., & Sulistyawati, A. I. (2017). Kebijakan Deviden Pada Indeks Saham
Lq45 Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Indonesia, 6(2), 113–130.
https://doi.org/10.30659/jai.6.2.113-130
Lismawati, L., & Suryanto. (2017). Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
Kebijakan Dividen: Ukuran Perusahaan Sebagai Pemoderasi. Jurnal Bisnis
Dan Akuntansi, 19(1), 365–374.
Lopolusi, I. (2013). Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan
Dividen Sektor Manufaktur Yang TerdafTar Di PT Bursa Efek Indonesia
Periode 2007-2011. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, 2(1), 1–18.
https://doi.org/10.1002/cbic.200800077
Mangundap, S., Ilat, V., & Pusung, R. (2018). Pengaruh Leverage Dan Free Cash
Flow Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Indeks LQ 45 Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun (2012-2016). Jurnal Riset
Akuntansi Going Concern, 13(2), 569–577.
Murtini, U., & Rante, G. (2015). Pengaruh Leverage, Dan Likuditas Terhadap
Kebijakan Dividen Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Kontrol. Jurnal
Riset Manajemen Bisnis, 10(1), 43–56.
Paramita, R. A. S. (2015). Free Cash Flow, Leverage, Besaran Dan Siklus Hidup
Perusahaan: Bukti Kebijakan Deviden Di Indonesia. Jurnal Riset Ekonomi
Dan Manajemen, 15(1), 169–181.
https://doi.org/10.17970/jrem.15.1501012.id
Permata, I. S., Nawasiah, N., & Indriati, T. (2018). Free cash flow ,Kinerja
Internal Dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan. Liquidity, 7(1), 63–
69.
Prasetyanta, A. (2016). Pengaruh Perubahan Dividen Terhadap Profitabilitas
Perusahaan Pada Masa Yang Akan Datang (Future Profitability). Jurnal
91
Ekonomi Dan Bisnis, 17(2), 129–148. https://doi.org/10.24914/jeb.v17i2.278
Ratih, I. D. A., & Damayanthi, I. G. A. E. (2016). Kepemilikan Manajerial Dan
Profitabilitas Pada Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Tanggungjawab
Sosial Sebagai Variabel Pemoderasi. E-Jurnal Akuntansi, 14(2), 1510–1538.
Rostamlu, A., Pirayesh, R., & Hasani, K. (2016). The Effect of Free Cash Flow-
based Agency Costs on Dividends in Companies Listed on the Tehran Stock
Exchange ( TSE ) 1 Abbas Rostamlu Pirayesh Hasani 2 Reza 3 Kazem.
Mediterranean Journal of Social Science, 7(4), 131–138.
https://doi.org/10.5901/mjss.2016.v7n4s2p131
Sari, N. K. A. P., & Budiasih, I. G. A. N. (2016). Pengaruh Kepemilikan
Managerial, Kepemilikan Institusional, Free Cash Flow Dan Profitabilitas
Pada Kebijakan Dividen. E-Jurnal Akuntansi, 15(3), 2439–2466.
Sari, N. M. D. P., & Wiksuana, I. G. B. (2018). Peran Profitabilitas dalam
Memediasi Pengaruh Financial Leverage dan Investment Opportunity Set
terhadap Kebijakan Dividen di BEI. E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 7(1),
143–176.
Sari, N. P. A. S. P., & Suryantini, N. P. S. (2019). Pengaruh Profitabilitas,
Likuiditas Dan Tingkat Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijakan
Dividen Pada Perusahaan Manufaktur. E-Jurnal Manajemen, 8(7), 4559–
4588. https://doi.org/10.24843/EJMUNUD.2019.v08.i07.p20
Sartono, A. (2010). Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi (4th ed.).
Yogyakarta: BPFE.
Silaban, C. N., & Pengestuti, I. R. D. (2017). Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kebijakan Dividen dengan Firm Size sebagai Variabel
Kontrol (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun
2011- 2015). Diponegoro Journal of Management, 6(3), 1–15.
Sindhu, M. I. (2014). Relationship between free cash flow and dividend :
Moderating role of firm size . Research Journal of Finance and Accounting,
5(5), 16–23.
Sunarya, D. H. (2013). Pengaruh Kebijakan Utang, Profitabilitas Dan Likuiditas
Terhadap Kebijakan Dividen Dengan Size Sebagai Variabel Moderasi Pada
Sektor Manufaktur Periode. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya,
2(1), 1–19.
Sutrisno. (2012). Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta:
Ekonisia.
Thaib, C., & Taroreh, R. (2015). Pengaruh Kebijakan Hutang Dan Profitabilitas
Terhadap Kebijakan Dividen (Studi Pada Perusahaan Food And Beverages
Yang Terdaftar Di BEI tahun 2010-2014). EMBA, 3(4), 215–225.
Trisna, I. K. E. R., & Gayatri. (2019). Ukuran Perusahaan Memoderasi Pengaruh
92
Free Cash Flow dan Leverage Terhadap Kebijakan Dividen. E-Jurnal
Akuntansi, 26(1), 484–509. https://doi.org/10.24843/eja.2019.v26.i01.p18
Utama, I. M. K. (2012). Devidend Payout Ratio Dan Faktor Yang
Mempengaruhinya (Studi pada Bursa Efek Indonesia periode 2006-2010).
Jurnal Manajemen Bisnis Syariah, 11(1).
Utama, N. P. S. P., & Gayatri. (2018). Pengaruh Profitabilitas , Investment
Opportunity Set dan Free Cash Flow Pada Kebijakan Dividen. E-Jurnal
Akuntansi, 22(2), 976–1003.
Wahyudi, A., & Priiyadi, M. P. (2013). Pengaruh Corporate Governance, Rasio
Keuangan dan Cash Position Terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Ilmu Dan
Riset Akuntansi, 2(2).
Widjaya, N. U., & Darmawan, A. (2018). Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan
Saham Manajer, Kepemilikan Institusi dan Leverage Terhadap Dividen (
Studi pada Perusahaan Sub Sektor Farmasi di Bursa Efek Indonesia ( BEI ).
Jurnal Administrasi Bisnis, 64(1), 10–18.
Yuliawan, K. T., & Wirasedana, I. W. P. (2016). Kepemilikan Institusional
Memoderasi Pengaruh Manajemen Laba Menjelang Initial Public Offering
Pada Return Saham. E-Jurnal Akuntansi, 14(2), 1396–1422.
Yusman, S. (2018). Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas dan Leverage terhadap
Kebijakan Dividen pada Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia yang
terdaftar di BEI. JOM Fisip, 5(1), 1–15.
94
Lampiran 1
Daftar Perusahaan yang dijadikan Sampel Penelitian Tahun 2015-2017
No Kode Emiten Nama Perusahaan
1 AKRA PT AKR Corporindo Tbk.
2 ASII PT Astra International Tbk.
3 GGRM PT Gudang Garam Tbk.
4 ICBP PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
5 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
6 INTP PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
7 JSMR PT Jasa Marga (Persero) Tbk.
8 KLBF PT Kalbe Farma Tbk.
9 LPKR PT Lippo Karawaci Tbk.
10 LPPF PT Matahari Department Store Tbk.
11 LSIP PT PP London Sumatera Tbk.
12 PTBA PT Bukit Asam Tbk.
13 PWON PT Pakuwon Jati Tbk.
14 SCMA PT Surya Citra Media Tbk.
15 SMRA PT Summarecon Agung Tbk.
16 SSMS PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk.
17 TLKM PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.
18 UNTR PT United Tractors Tbk.
19 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk.
20 WIKA PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.
21 WSKT PT Waskita Karya (Persero) Tbk.
95
Lampiran 2
Perhitungan Kebijakan Dividen
DPR = 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑃𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒
No Kode Tahun Dividen Per
Share
Earning Per
Share
Dividen Payout
Ratio
1 AKRA 2015 120,00 262,36 0,45739
2 ASII 2015 177,00 357,31 0,49537
3 GGRM 2015 2.600,00 3.344,78 0,77733
4 ICBP 2015 256,00 514,62 0,49745
5 INDF 2015 168,00 338,02 0,49701
6 INTP 2015 415,00 1183,48 0,35066
7 JSMR 2015 43,13 213,14 0,20236
8 KLBF 2015 19,00 42,76 0,44434
9 LPKR 2015 3,50 44,38 0,07886
10 LPPF 2015 427,30 610,31 0,70014
11 LSIP 2015 37,00 91,36 0,40499
12 PTBA 2015 289,73 883,59 0,32790
13 PWON 2015 4,50 29,08 0,15475
14 SCMA 2015 83,00 104,20 0,79655
15 SMRA 2015 5,00 73,76 0,06779
16 SSMS 2015 17,67 58,89 0,30005
17 TLKM 2015 94,64 153,66 0,61591
18 UNTR 2015 691,00 1.033,07 0,66688
19 UNVR 2015 766,00 766,95 0,99876
20 WIKA 2015 20,35 114,32 0,17801
21 WSKT 2015 15,44 77,18 0,20005
22 AKRA 2016 120,00 253,22 0,47390
23 ASII 2016 168,00 374,37 0,44875
24 GGRM 2016 2.600,00 3.470,26 0,74922
25 ICBP 2016 154,00 617,45 0,24941
26 INDF 2016 235,00 472,02 0,49786
27 INTP 2016 929,00 1051,37 0,88361
28 JSMR 2016 78,09 243,97 0,32008
29 KLBF 2016 22,00 49,06 0,44843
30 LPKR 2016 1,94 53,18 0,03648
31 LPPF 2016 484,60 692,17 0,70012
32 LSIP 2016 35,00 87,04 0,40211
33 PTBA 2016 285,50 870,69 0,32790
34 PWON 2016 4,50 36,97 0,12172
35 SCMA 2016 73,00 102,65 0,71115
36 SMRA 2016 5,00 41,94 0,11922
37 SSMS 2016 18,64 62,12 0,30006
Bersambung pada halaman berikutnya
96
38 TLKM 2016 156,14 171,93 0,90816
39 UNTR 2016 143,00 1.341,03 0,10663
40 UNVR 2016 835,00 837,57 0,99693
41 WIKA 2016 33,86 127,89 0,26476
42 WSKT 2016 37,87 133,58 0,28350
43 AKRA 2017 200,00 299,94 0,66680
44 ASII 2017 185,00 466,39 0,39666
45 GGRM 2017 2.600,00 4.030,66 0,64506
46 ICBP 2017 162,00 325,55 0,49762
47 INDF 2017 237,00 474,75 0,49921
48 INTP 2017 700,00 505,22 1,38554
49 JSMR 2017 60,63 273,91 0,22135
50 KLBF 2017 25,00 51,28 0,48752
51 LPKR 2017 2,70 37,13 0,07272
52 LPPF 2017 457,50 653,57 0,70000
53 LSIP 2017 45,00 111,9 0,40214
54 PTBA 2017 318,52 1.942,79 0,16395
55 PWON 2017 6,00 42,04 0,14272
56 SCMA 2017 75,00 91,06 0,82363
57 SMRA 2017 5,00 36,91 0,13546
58 SSMS 2017 24,79 82,63 0,30001
59 TLKM 2017 167,66 219,69 0,76317
60 UNTR 2017 1.303,00 1.984,64 0,65654
61 UNVR 2017 915,00 918,03 0,99670
62 WIKA 2017 26,82 151,18 0,17740
63 WSKT 2017 57,19 309,54 0,18476
97
Lampiran 3
Perhitungan Free Cash Flow
FCF = 𝐴𝐾𝑂 − 𝑃𝑀𝐵 − 𝑃𝑀𝐾
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
No Emiten Tahun Aliran Kas Operasi
Pengeluaran
Modal Bersih
Perubahan Modal
Kerja Total Aset
Free Cash
Flow
1 AKRA 2015 2.298.758.485.000 79.290.774.000 2.414.196.741.000 15.203.129.563.000 -0,01281
2 ASII 2015 25.899.000.000.000 452.000.000.000 28.919.000.000.000 245.435.000.000.000 -0,01415
3 GGRM 2015 3.200.820.000.000 1.133.216.000.000 18.523.345.000.000 63.503.413.000.000 -0,25913
4 ICBP 2015 3.485.533.000.000 716.817.000.000 7.959.156.000.000 26.560.624.000.000 -0,19542
5 INDF 2015 4.213.613.000.000 3.084.854.000.000 17.709.207.000.000 91.831.526.000.000 -0,18055
6 INTP 2015 5.049.117.000.000 1.670.260.000.000 10.446.111.000.000 27.638.360.000.000 -0,25570
7 JSMR 2015 1.713.543.029.000 212.115.473.000 -4.014.740.448.000 36.724.982.487.000 0,15020
8 KLBF 2015 2.456.995.428.106 534.036.920.427 6.382.611.117.839 13.696.417.381.439 -0,32561
9 LPKR 2015 - 2.710.700.676.429 -477.229.986.374 28.720.053.469.338 41.326.558.178.049 -0,74900
10 LPPF 2015 2.249.020.000.000 150.612.000.000 -166.073.000.000 3.889.291.000.000 0,58223
11 LSIP 2015 849.480.000.000 189.219.000.000 697.395.000.000 8.848.792.000.000 -0,00420
12 PTBA 2015 1.897.771.000.000 1.591.552.000.000 2.675.743.000.000 16.894.043.000.000 -0,14026
13 PWON 2015 1.741.992.351.000 492.899.877.000 984.883.832.000 18.778.122.467.000 0,01407
14 SCMA 2015 1.506.974.464.000 200.136.371.000 1.983.029.871.000 4.565.963.576.000 -0,14809
15 SMRA 2015 - 20.685.171.000 53.710.337.000 2.879.995.476.000 18.758.262.022.000 -0,15750
16 SSMS 2015 61.188.070.000 1.702.670.943.000 430.334.920.000 6.973.850.872.000 -0,29708
17 TLKM 2015 43.669.000.000.000 8.891.000.000.000 12.499.000.000.000 166.173.000.000.000 0,13407
18 UNTR 2015 12.039.161.000.000 -965.276.000.000 20.979.423.000.000 61.715.399.000.000 -0,12922
19 UNVR 2015 6.299.051.000.000 972.892.000.000 -3.504.428.000.000 15.729.945.000.000 0,56139
20 WIKA 2015 224.272.849.000 508.357.035.000 1.962.750.906.000 19.602.406.034.000 -0,11462
21 WSKT 2015 917.942.066.518 1.301.352.159.898 2.174.390.207.354 30.309.111.177.468 -0,08439
22 AKRA 2016 651.623.298.000 92.240.799.000 1.575.671.476.000 15.830.740.710.000 -0,06420
23 ASII 2016 19.407.000.000.000 1.535.000.000.000 21.324.000.000.000 261.855.000.000.000 -0,01318
24 GGRM 2016 6.937.650.000.000 392.462.000.000 20.294.608.000.000 62.951.634.000.000 -0,21841
25 ICBP 2016 4.584.964.000.000 558.628.000.000 9.101.577.000.000 28.901.948.000.000 -0,17560
26 INDF 2016 7.175.603.000.000 605.571.000.000 9.766.002.000.000 82.174.515.000.000 -0,03889
27 INTP 2016 3.546.113.000.000 829.803.000.000 11.236.880.000.000 30.150.580.000.000 -0,28260
28 JSMR 2016 2.245.042.812.000 -29.177.272.000 -5.661.104.507.000 53.500.322.659.000 0,14832
29 KLBF 2016 2.159.833.281.176 617.262.050.097 7.255.367.980.797 15.226.009.210.657 -0,37520
30 LPKR 2016 - 558.962.000.000 170.675.000.000 30.587.100.000.000 45.603.683.000.000 -0,68672
31 LPPF 2016 2.531.383.000.000 103.292.000.000 385.698.000.000 4.858.878.000.000 0,42034
32 LSIP 2016 1.071.563.000.000 8.120.000.000 1.139.034.000.000 9.459.088.000.000 -0,00799
Bersambung pada halaman berikutnya
98
33 PTBA 2016 1.928.346.000.000 508.629.000.000 3.307.180.000.000 18.576.774.000.000 -0,10160
34 PWON 2016 1.324.703.811.000 242.377.052.000 1.508.590.640.000 20.674.141.654.000 -0,02062
35 SCMA 2016 1.384.727.657.000 4.652.024.000 1.961.713.269.000 4.820.611.941.000 -0,12066
36 SMRA 2016 71.074.183.000 30.871.260.000 4.481.445.558.000 20.810.319.657.000 -0,21342
37 SSMS 2016 659.083.189.000 -549.759.535.000 482.264.319.000 7.162.970.110.000 0,10144
38 TLKM 2016 47.231.000.000.000 10.798.000.000.000 7.939.000.000.000 179.611.000.000.000 0,15864
39 UNTR 2016 10.005.397.000.000 -587.337.000.000 23.841.375.000.000 63.991.229.000.000 -0,20704
40 UNVR 2016 6.684.219.000.000 1.208.559.000.000 -4.289.965.000.000 16.745.695.000.000 0,58317
41 WIKA 2016 - 1.119.609.477.000 281.443.088.000 6.946.315.846.000 31.096.539.490.000 -0,26843
42 WSKT 2016 - 7.762.413.775.203 1.352.191.192.514 5.420.921.771.155 61.425.181.722.030 -0,23664
43 AKRA 2017 682.224.585.000 -347.044.214.000 3.386.857.643.000 16.823.208.531.000 -0,14014
44 ASII 2017 23.285.000.000.000 5.165.000.000.000 22.571.000.000.000 295.646.000.000.000 -0,01506
45 GGRM 2017 8.204.579.000.000 909.625.000.000 21.153.448.000.000 66.759.930.000.000 -0,20759
46 ICBP 2017 5.174.368.000.000 1.005.966.000.000 9.751.743.000.000 31.619.514.000.000 -0,17658
47 INDF 2017 6.507.803.000.000 4.085.390.000.000 10.877.636.000.000 87.939.488.000.000 -0,09615
48 INTP 2017 2.781.805.000.000 335.758.000.000 9.404.050.000.000 28.863.676.000.000 -0,24106
49 JSMR 2017 4.356.185.866.000 151.256.788.000 -6.010.875.240.000 79.192.772.790.000 0,12900
50 KLBF 2017 2.008.316.536.066 786.903.611.474 7.816.614.488.863 16.616.239.416.335 -0,39691
51 LPKR 2017 - 4.507.226.000.000 952.250.000.000 36.176.741.000.000 56.772.116.000.000 -0,73339
52 LPPF 2017 2.213.567.000.000 -6.160.000.000 362.925.000.000 5.427.426.000.000 0,34211
53 LSIP 2017 1.261.942.000.000 -202.110.000.000 1.752.156.000.000 9.744.381.000.000 -0,02957
54 PTBA 2017 2.415.444.000.000 111.553.000.000 6.604.519.000.000 21.987.482.000.000 -0,19559
55 PWON 2017 2.258.239.457.000 -17.714.058.000 3.514.427.451.000 23.358.717.736.000 -0,05302
56 SCMA 2017 1.250.519.493.000 62.569.182.000 1.965.270.095.000 5.385.807.878.000 -0,14433
57 SMRA 2017 - 370.350.666.000 -29.764.705.000 2.882.440.898.000 21.662.711.991.000 -0,14878
58 SSMS 2017 907.461.958.000 187.905.921.000 3.602.160.906.000 9.623.672.614.000 -0,29953
59 TLKM 2017 49.405.000.000.000 15.673.000.000.000 2.185.000.000.000 198.484.000.000.000 0,15894
60 UNTR 2017 11.951.265.000.000 4.302.453.000.000 22.825.638.000.000 82.262.093.000.000 -0,18449
61 UNVR 2017 7.059.862.000.000 892.657.000.000 -4.590.669.000.000 18.906.413.000.000 0,56901
62 WIKA 2017 1.885.252.166.000 607.439.384.000 8.934.490.968.000 45.683.774.302.000 -0,16760
63 WSKT 2017 - 5.959.562.435.459 1.466.952.942.663 117.819.501.557 97.895.760.838.624 -0,07706
99
Lampiran 4
Perhitungan Leverage
DER = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
No Kode Tahun Total Utang Total Modal Debt to
Equity
Ratio 1 AKRA 2015 7.916.954.220.000 7.286.175.343.000 1,08657 2 ASII 2015 118.902.000.000.000 126.533.000.000.000 0,93969 3 GGRM 2015 25.497.504.000.000 38.007.909.000.000 0,67085 4 ICBP 2015 10.173.713.000.000 16.386.911.000.000 0,62084 5 INDF 2015 48.709.933.000.000 43.121.593.000.000 1,12959 6 INTP 2015 3.772.410.000.000 23.865.950.000.000 0,15807 7 JSMR 2015 24.356.318.021.000 12.368.664.466.000 1,96920 8 KLBF 2015 2.758.131.396.170 10.938.285.985.269 0,25215 9 LPKR 2015 22.409.793.619.707 18.916.764.558.342 1,18465
10 LPPF 2015 2.783.124.000.000 1.106.167.000.000 2,51601 11 LSIP 2015 1.510.814.000.000 7.337.978.000.000 0,20589 12 PTBA 2015 7.606.496.000.000 9.287.547.000.000 0,81900 13 PWON 2015 9.323.066.490.000 9.455.055.977.000 0,98604 14 SCMA 2015 1.152.287.864.000 3.413.675.712.000 0,33755 15 SMRA 2015 11.228.512.108.000 7.529.749.914.000 1,49122 16 SSMS 2015 3.939.799.027.000 3.034.051.845.000 1,29853 17 TLKM 2015 72.745.000.000.000 93.428.000.000.000 0,77862 18 UNTR 2015 22.465.074.000.000 39.250.325.000.000 0,57235 19 UNVR 2015 10.902.585.000.000 4.827.360.000.000 2,25850 20 WIKA 2015 14.164.304.669.000 5.438.101.365.000 2,60464 21 WSKT 2015 20.604.904.309.804 9.704.206.867.664 2,12330 22 AKRA 2016 7.756.420.389.000 8.074.320.321.000 0,96063 23 ASII 2016 121.949.000.000.000 139.906.000.000.000 0,87165 24 GGRM 2016 23.387.406.000.000 39.564.228.000.000 0,59113 25 ICBP 2016 10.401.125.000.000 18.500.823.000.000 0,56220 26 INDF 2016 38.233.092.000.000 43.941.423.000.000 0,87009 27 INTP 2016 4.011.877.000.000 26.138.703.000.000 0,15348 28 JSMR 2016 37.161.482.595.000 16.338.840.064.000 2,27443 29 KLBF 2016 2.762.162.069.572 12.463.847.141.085 0,22161 30 LPKR 2016 23.528.544.000.000 22.075.139.000.000 1,06584 31 LPPF 2016 3.003.635.000.000 1.855.243.000.000 1,61900 32 LSIP 2016 1.813.104.000.000 7.645.984.000.000 0,23713 33 PTBA 2016 8.024.369.000.000 10.552.405.000.000 0,76043 34 PWON 2016 9.654.447.854.000 11.019.693.800.000 0,87611 35 SCMA 2016 1.115.203.785.000 3.705.408.156.000 0,30097 36 SMRA 2016 12.644.764.172.000 8.165.555.485.000 1,54855
Bersambung pada halaman berikutnya
100
37 SSMS 2016 3.709.172.838.000 3.453.797.272.000 1,07394 38 TLKM 2016 74.067.000.000.000 105.544.000.000.000 0,70176 39 UNTR 2016 21.369.286.000.000 42.621.943.000.000 0,50137 40 UNVR 2016 12.041.437.000.000 4.704.258.000.000 2,55969 41 WIKA 2016 18.597.824.186.000 12.498.715.304.000 1,48798 42 WSKT 2016 44.651.963.165.082 16.773.218.556.948 2,66210 43 AKRA 2017 7.793.559.184.000 9.029.649.347.000 0,86311 44 ASII 2017 139.317.000.000.000 156.329.000.000.000 0,89118 45 GGRM 2017 24.572.266.000.000 42.187.664.000.000 0,58245 46 ICBP 2017 11.295.184.000.000 20.324.330.000.000 0,55575 47 INDF 2017 41.182.764.000.000 46.756.724.000.000 0,88079 48 INTP 2017 4.307.169.000.000 24.556.507.000.000 0,17540 49 JSMR 2017 60.833.333.269.000 18.359.439.521.000 3,31346 50 KLBF 2017 2.722.207.633.646 13.894.031.782.689 0,19593 51 LPKR 2017 26.911.822.000.000 29.860.294.000.000 0,90126 52 LPPF 2017 3.009.441.000.000 2.327.985.000.000 1,29272 53 LSIP 2017 1.622.216.000.000 8.122.165.000.000 0,19973 54 PTBA 2017 8.187.497.000.000 13.799.985.000.000 0,59330 55 PWON 2017 10.567.227.711.000 12.791.490.025.000 0,82611 56 SCMA 2017 980.414.618.000 4.405.393.260.000 0,22255 57 SMRA 2017 13.308.969.928.000 8.353.742.063.000 1,59317 58 SSMS 2017 5.570.625.174.000 4.053.047.440.000 1,37443 59 TLKM 2017 86.354.000.000.000 112.130.000.000.000 0,77012 60 UNTR 2017 34.724.168.000.000 47.537.925.000.000 0,73045 61 UNVR 2017 13.733.025.000.000 5.173.388.000.000 2,65455 62 WIKA 2017 31.051.949.689.000 14.631.824.613.000 2,12222 63 WSKT 2017 75.140.936.029.129 22.754.824.809.495 3,30220
101
Lampiran 5
Perhitungan Profitabilitas
ROA = 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
No Kode Tahun Earning After Tax Total Aset Return On
Asset 1 AKRA 2015 1.058.741.020.000 15.203.129.563.000 0,06964 2 ASII 2015 15.613.000.000.000 245.435.000.000.000 0,06361 3 GGRM 2015 6.452.834.000.000 63.503.413.000.000 0,10161 4 ICBP 2015 2.923.148.000.000 26.560.624.000.000 0,11006 5 INDF 2015 3.709.501.000.000 91.831.526.000.000 0,04039 6 INTP 2015 4.356.661.000.000 27.638.360.000.000 0,15763 7 JSMR 2015 1.319.200.546.000 36.724.982.487.000 0,03592 8 KLBF 2015 2.057.694.281.873 13.696.417.381.439 0,15024 9 LPKR 2015 1.024.121.000.000 41.326.558.178.049 0,02478 10 LPPF 2015 1.780.848.000.000 3.889.291.000.000 0,45788 11 LSIP 2015 623.309.000.000 8.848.792.000.000 0,07044 12 PTBA 2015 2.037.111.000.000 16.894.043.000.000 0,12058 13 PWON 2015 1.400.554.118.000 18.778.122.467.000 0,07458 14 SCMA 2015 1.521.585.603.000 4.565.963.576.000 0,33325 15 SMRA 2015 1.064.079.939.000 18.758.262.022.000 0,05673 16 SSMS 2015 587.143.609.000 6.973.850.872.000 0,08419 17 TLKM 2015 23.317.000.000.000 166.173.000.000.000 0,14032 18 UNTR 2015 2.792.439.000.000 61.715.399.000.000 0,04525 19 UNVR 2015 5.851.805.000.000 15.729.945.000.000 0,37202 20 WIKA 2015 703.005.054.000 19.602.406.034.000 0,03586 21 WSKT 2015 1.047.590.672.774 30.309.111.177.468 0,03456 22 AKRA 2016 1.046.852.086.000 15.830.740.710.000 0,06613 23 ASII 2016 18.302.000.000.000 261.855.000.000.000 0,06989 24 GGRM 2016 6.672.682.000.000 62.951.634.000.000 0,10600 25 ICBP 2016 3.631.301.000.000 28.901.948.000.000 0,12564 26 INDF 2016 5.266.906.000.000 82.174.515.000.000 0,06409 27 INTP 2016 3.870.319.000.000 30.150.580.000.000 0,12837 28 JSMR 2016 1.803.054.456.000 53.500.322.659.000 0,03370 29 KLBF 2016 2.350.884.933.551 15.226.009.210.657 0,15440 30 LPKR 2016 1.227.374.000.000 45.603.683.000.000 0,02691 31 LPPF 2016 2.019.705.000.000 4.858.878.000.000 0,41567 32 LSIP 2016 592.769.000.000 9.459.088.000.000 0,06267 33 PTBA 2016 2.024.405.000.000 18.576.774.000.000 0,10898 34 PWON 2016 1.780.254.981.000 20.674.141.654.000 0,08611 35 SCMA 2016 1.511.144.612.000 4.820.611.941.000 0,31348 36 SMRA 2016 605.050.858.000 20.810.319.657.000 0,02907 37 SSMS 2016 591.658.772.000 7.162.970.110.000 0,08260
Bersambung pada halaman berikutnya
102
38 TLKM 2016 29.172.000.000.000 179.611.000.000.000 0,16242 39 UNTR 2016 5.104.477.000.000 63.991.229.000.000 0,07977 40 UNVR 2016 6.390.672.000.000 16.745.695.000.000 0,38163 41 WIKA 2016 1.147.144.922.000 31.096.539.490.000 0,03689 42 WSKT 2016 1.813.068.616.784 61.425.181.722.030 0,02952 43 AKRA 2017 1.304.600.520.000 16.823.208.531.000 0,07755 44 ASII 2017 23.165.000.000.000 295.646.000.000.000 0,07835 45 GGRM 2017 7.755.347.000.000 66.759.930.000.000 0,11617 46 ICBP 2017 3.543.173.000.000 31.619.514.000.000 0,11206 47 INDF 2017 5.145.063.000.000 87.939.488.000.000 0,05851 48 INTP 2017 1.859.818.000.000 28.863.676.000.000 0,06443 49 JSMR 2017 2.093.656.062.000 79.192.772.790.000 0,02644 50 KLBF 2017 2.453.251.410.604 16.616.239.416.335 0,14764 51 LPKR 2017 856.984.000.000 56.772.116.000.000 0,01510 52 LPPF 2017 1.907.077.000.000 5.427.426.000.000 0,35138 53 LSIP 2017 763.423.000.000 9.744.381.000.000 0,07834 54 PTBA 2017 4.547.232.000.000 21.987.482.000.000 0,20681 55 PWON 2017 2.024.627.040.000 23.358.717.736.000 0,08668 56 SCMA 2017 1.317.748.064.000 5.385.807.878.000 0,24467 57 SMRA 2017 532.437.613.000 21.662.711.991.000 0,02458 58 SSMS 2017 790.922.772.000 9.623.672.614.000 0,08219 59 TLKM 2017 32.701.000.000.000 198.484.000.000.000 0,16475 60 UNTR 2017 7.673.322.000.000 82.262.093.000.000 0,09328 61 UNVR 2017 7.004.562.000.000 18.906.413.000.000 0,37049 62 WIKA 2017 1.356.115.489.000 45.683.774.302.000 0,02968 63 WSKT 2017 4.201.572.490.754 97.895.760.838.624 0,04292
103
Lampiran 6
Perhitungan Likuiditas
CR = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
No Kode Tahun Aset Lancar Utang Lancar Current
Ratio 1 AKRA 2015 7.285.598.874.000 4.871.402.133.000 1,49559 2 ASII 2015 105.161.000.000.000 76.242.000.000.000 1,37931 3 GGRM 2015 42.568.431.000.000 24.045.086.000.000 1,77036 4 ICBP 2015 13.961.500.000.000 6.002.344.000.000 2,32601 5 INDF 2015 42.816.745.000.000 25.107.538.000.000 1,70533 6 INTP 2015 13.133.854.000.000 2.687.743.000.000 4,88657 7 JSMR 2015 3.729.046.503.000 7.743.786.951.000 0,48155 8 KLBF 2015 8.748.491.608.702 2.365.880.490.863 3,69777 9 LPKR 2015 33.576.937.023.270 4.856.883.553.932 6,91327
10 LPPF 2015 2.272.941.000.000 2.439.014.000.000 0,93191 11 LSIP 2015 1.268.557.000.000 571.162.000.000 2,22101 12 PTBA 2015 7.598.476.000.000 4.922.733.000.000 1,54355 13 PWON 2015 5.408.561.738.000 4.423.677.906.000 1,22264 14 SCMA 2015 2.843.499.538.000 860.469.667.000 3,30459 15 SMRA 2015 7.289.681.520.000 4.409.686.044.000 1,65311 16 SSMS 2015 1.732.967.777.000 1.302.632.857.000 1,33036 17 TLKM 2015 47.912.000.000.000 35.413.000.000.000 1,35295 18 UNTR 2015 39.259.708.000.000 18.280.285.000.000 2,14765 19 UNVR 2015 6.623.114.000.000 10.127.542.000.000 0,65397 20 WIKA 2015 12.560.285.337.000 10.597.534.431.000 1,18521 21 WSKT 2015 15.805.624.100.116 13.631.233.892.762 1,15952 22 AKRA 2016 7.391.379.002.000 5.815.707.526.000 1,27093 23 ASII 2016 110.403.000.000.000 89.079.000.000.000 1,23938 24 GGRM 2016 41.933.173.000.000 21.638.565.000.000 1,93789 25 ICBP 2016 15.571.362.000.000 6.469.785.000.000 2,40678 26 INDF 2016 28.985.443.000.000 19.219.441.000.000 1,50813 27 INTP 2016 14.424.622.000.000 3.187.742.000.000 4,52503 28 JSMR 2016 12.965.884.489.000 18.626.988.996.000 0,69608 29 KLBF 2016 9.572.529.767.897 2.317.161.787.100 4,13114 30 LPKR 2016 37.453.409.000.000 6.866.309.000.000 5,45466 31 LPPF 2016 2.974.052.000.000 2.588.354.000.000 1,14901 32 LSIP 2016 1.919.661.000.000 780.627.000.000 2,45913 33 PTBA 2016 8.349.927.000.000 5.042.747.000.000 1,65583 34 PWON 2016 6.126.852.547.000 4.618.261.907.000 1,32666 35 SCMA 2016 2.952.180.869.000 990.467.600.000 2,98059 36 SMRA 2016 8.698.817.086.000 4.217.371.528.000 2,06262 37 SSMS 2016 1.796.842.193.000 1.314.577.874.000 1,36686
Bersambung pada halaman berikutnya
104
38 TLKM 2016 47.701.000.000.000 39.762.000.000.000 1,19966 39 UNTR 2016 42.197.323.000.000 18.355.948.000.000 2,29884 40 UNVR 2016 6.588.109.000.000 10.878.074.000.000 0,60563 41 WIKA 2016 21.552.497.929.000 14.606.182.083.000 1,47557 42 WSKT 2016 36.882.457.492.758 31.461.535.721.603 1,17230 43 AKRA 2017 8.816.349.100.000 5.429.491.457.000 1,62379 44 ASII 2017 121.293.000.000.000 98.722.000.000.000 1,22863 45 GGRM 2017 43.764.490.000.000 22.611.042.000.000 1,93554 46 ICBP 2017 16.579.331.000.000 6.827.588.000.000 2,42829 47 INDF 2017 32.515.399.000.000 21.637.763.000.000 1,50272 48 INTP 2017 12.883.074.000.000 3.479.024.000.000 3,70307 49 JSMR 2017 18.987.065.058.000 24.997.940.298.000 0,75955 50 KLBF 2017 10.043.950.500.578 2.227.336.011.715 4,50940 51 LPKR 2017 44.921.927.000.000 8.745.186.000.000 5,13676 52 LPPF 2017 2.973.749.000.000 2.610.824.000.000 1,13901 53 LSIP 2017 2.168.414.000.000 416.258.000.000 5,20930 54 PTBA 2017 11.117.745.000.000 4.513.226.000.000 2,46337 55 PWON 2017 8.427.605.641.000 4.913.178.190.000 1,71531 56 SCMA 2017 2.708.606.433.000 743.336.338.000 3,64385 57 SMRA 2017 9.158.268.565.000 6.275.827.667.000 1,45929 58 SSMS 2017 4.724.577.403.000 1.122.416.497.000 4,20929 59 TLKM 2017 47.561.000.000.000 45.376.000.000.000 1,04815 60 UNTR 2017 51.202.200.000.000 28.376.562.000.000 1,80438 61 UNVR 2017 7.941.635.000.000 12.532.304.000.000 0,63369 62 WIKA 2017 34.910.108.265.000 25.975.617.297.000 1,34396 63 WSKT 2017 52.427.017.359.620 52.309.197.858.063 1,00225
105
Lampiran 7
Perhitungan Ukuran Perusahaan
𝑆𝑖𝑧𝑒 = Ln (Total Aset)
No Kode Tahun Total Aset Ln (Total Aset) 1 AKRA 2015 15.203.129.563.000 30,35252 2 ASII 2015 245.435.000.000.000 33,13405 3 GGRM 2015 63.503.413.000.000 31,78211 4 ICBP 2015 26.560.624.000.000 30,91045 5 INDF 2015 91.831.526.000.000 32,15098 6 INTP 2015 27.638.360.000.000 30,95023 7 JSMR 2015 36.724.982.487.000 31,23448 8 KLBF 2015 13.696.417.381.439 30,24816 9 LPKR 2015 41.326.558.178.049 31,35253
10 LPPF 2015 3.889.291.000.000 28,98925 11 LSIP 2015 8.848.792.000.000 29,81130 12 PTBA 2015 16.894.043.000.000 30,45798 13 PWON 2015 18.778.122.467.000 30,56371 14 SCMA 2015 4.565.963.576.000 29,14965 15 SMRA 2015 18.758.262.022.000 30,56266 16 SSMS 2015 6.973.850.872.000 29,57319 17 TLKM 2015 166.173.000.000.000 32,74405 18 UNTR 2015 61.715.399.000.000 31,75355 19 UNVR 2015 15.729.945.000.000 30,38659 20 WIKA 2015 19.602.406.034.000 30,60667 21 WSKT 2015 30.309.111.177.468 31,04247 22 AKRA 2016 15.830.740.710.000 30,39297 23 ASII 2016 261.855.000.000.000 33,19881 24 GGRM 2016 62.951.634.000.000 31,77339 25 ICBP 2016 28.901.948.000.000 30,99493 26 INDF 2016 82.174.515.000.000 32,03987 27 INTP 2016 30.150.580.000.000 31,03723 28 JSMR 2016 53.500.322.659.000 31,61071 29 KLBF 2016 15.226.009.210.657 30,35403 30 LPKR 2016 45.603.683.000.000 31,45101 31 LPPF 2016 4.858.878.000.000 29,21183 32 LSIP 2016 9.459.088.000.000 29,87800 33 PTBA 2016 18.576.774.000.000 30,55293 34 PWON 2016 20.674.141.654.000 30,65990 35 SCMA 2016 4.820.611.941.000 29,20392 36 SMRA 2016 20.810.319.657.000 30,66647 37 SSMS 2016 7.162.970.110.000 29,59995 38 TLKM 2016 179.611.000.000.000 32,82181 39 UNTR 2016 63.991.229.000.000 31,78977
Bersambung pada halaman berikutnya
106
40 UNVR 2016 16.745.695.000.000 30,44916 41 WIKA 2016 31.096.539.490.000 31,06812 42 WSKT 2016 61.425.181.722.030 31,74884 43 AKRA 2017 16.823.208.531.000 30,45378 44 ASII 2017 295.646.000.000.000 33,32018 45 GGRM 2017 66.759.930.000.000 31,83212 46 ICBP 2017 31.619.514.000.000 31,08480 47 INDF 2017 87.939.488.000.000 32,10767 48 INTP 2017 28.863.676.000.000 30,99361 49 JSMR 2017 79.192.772.790.000 32,00291 50 KLBF 2017 16.616.239.416.335 30,44140 51 LPKR 2017 56.772.116.000.000 31,67007 52 LPPF 2017 5.427.426.000.000 29,32249 53 LSIP 2017 9.744.381.000.000 29,90771 54 PTBA 2017 21.987.482.000.000 30,72149 55 PWON 2017 23.358.717.736.000 30,78199 56 SCMA 2017 5.385.807.878.000 29,31479 57 SMRA 2017 21.662.711.991.000 30,70661 58 SSMS 2017 9.623.672.614.000 29,89525 59 TLKM 2017 198.484.000.000.000 32,92173 60 UNTR 2017 82.262.093.000.000 32,04093 61 UNVR 2017 18.906.413.000.000 30,57052 62 WIKA 2017 45.683.774.302.000 31,45276 63 WSKT 2017 97.895.760.838.624 32,21492
107
Lampiran 8
Hasil Output SPSS
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
FCF 63 -,74900 ,58317 -,0849658 ,26872960
DER 63 ,15348 3,31346 1,1102257 ,80955781
ROA 63 ,01510 ,45788 ,1208808 ,10902628
CR 63 ,48155 6,91327 2,1394374 1,40846645
SIZE 63 28,98925 33,32018 30,9844121 1,06587450
DPR 63 ,03648 1,38554 ,4584687 ,28742060
Valid N (listwise) 63
Sumber: Output SPSS yang diolah
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Sumber: Output SPSS yang diolah
108
Sumber: Output SPSS yang diolah
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 63
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,20116211
Most Extreme Differences Absolute ,091
Positive ,091
Negative -,066
Test Statistic ,091
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber: Output SPSS yang diolah
109
b. Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
FCF ,206 4,857
DER ,697 1,434
ROA ,354 2,828
CR ,309 3,236
SIZE ,709 1,410
a. Dependent Variable: DPR
Sumber: Output SPSS yang diolah
c. Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-Watson
1 ,714a ,510 ,467 ,20979957 2,008
a. Predictors: (Constant), SIZE, DER, FCF, ROA, CR
b. Dependent Variable: DPR
Sumber: Output SPSS yang diolah
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -,00347
Cases < Test Value 31
Cases >= Test Value 32
Total Cases 63
Number of Runs 29
Z -,887
Asymp. Sig. (2-tailed) ,375
a. Median
Sumber: Output SPSS yang diolah
110
d. Uji Heterokedastisitas
Sumber: Output SPSS yang diolah
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -,266 ,650 -,409 ,684
FCF ,012 ,148 ,023 ,082 ,935
DER -,044 ,027 -,250 -1,637 ,107
ROA ,119 ,279 ,091 ,426 ,671
CR ,005 ,023 ,047 ,207 ,837
SIZE ,014 ,020 ,105 ,692 ,492
a. Dependent Variable: ABS
111
3. Hasil Uji Regresi Berganda
a. Uji Simultan (F test)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2,613 5 ,523 11,873 ,000b
Residual 2,509 57 ,044
Total 5,122 62
a. Dependent Variable: DPR
b. Predictors: (Constant), SIZE, DER, FCF, ROA, CR
Sumber: Output SPSS yang diolah
b. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
1 ,714a ,510 ,467 ,20979957
a. Predictors: (Constant), SIZE, DER, FCF, ROA, CR
b. Dependent Variable: DPR
Sumber: Output SPSS yang diolah
c. Uji Statistik T
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -1,974 ,957 -2,063 ,044
FCF ,371 ,219 ,347 1,698 ,095
DER -,119 ,039 -,334 -3,011 ,004
ROA 1,447 ,411 ,549 3,521 ,001
CR ,018 ,034 ,088 ,531 ,598
SIZE ,077 ,030 ,285 2,590 ,012
a. Dependent Variable: DPR
Sumber: Output SPSS yang diolah