pendidikan agama islam - repository um metro

51

Upload: khangminh22

Post on 12-Jan-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN

PENELITIAN OPR (OPRASIONAL PENELITIAN RUTIN)

SKIM PENELITIAN INSTITUSI

IMPLEMENTASI KURIKULUM AL ISLAM DAN

KEMUHAMMADIYAHAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER

MAHASISWA

TIM PENGUSUL

Ketua Peneliti : Dr. M. Ihsan Dacholfany, M. Ed (NIDN. 0229077501) Anggota : Iswati, M.Pd.I (NIDN. 0212048503)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

2021

Kode/Nama Rumpun Ilmu: / Pendidikan Agama Islam

HALAMAN PENGESAHAN

PENELITIAN OPR (OPERASIONAL PENELITIAN RUTIN)

Judul Penelitian :Implementasi Kurikulum Al Islam Kemuhammadiyahan dalam membangun karakter mahasisswa Kode/Nama Rumpun Ilmu : /Pendidikan Agama Islam Ketua Peneliti a. Nama Lengkap : Dr. M. IHSAN DACHOLFANY, M. Ed b. NIDN : 0229077501 c. Jabatan Fungsional : Lektor III/d d. Program Studi : Administrasi Pendidikan e. Nomor HP /Surel : [email protected] Anggota Peneliti (1) a. Nama Lengkap : ISWATI, M.Pd.I b. NIDN : 0212048503 c. Perguruan Tinggi : Universitas Muhamadiyah Metro

Lama penelitian keseluruhan : 5 Bulan Penelitian tahun ke : 2 Biaya Penelitian keseluruhan : Rp. 5.000.000,00 Biaya Penelitian : - diusulkan ke DIKTI Rp. 0,00

- dana internal PT Rp. 5.000.000,00 - dana institusi lain Rp. 0,00

- inkid sebutkan

Mengetahui, Metro, 21 Juni 2021 Dekan, Ketua Tim Pengabdian,

Drs. Junaidi Songidan, M.Sos.I Dr. M. Ihsan Dacholfany, M. Ed

NIDN.02010096001 NIDN. 0229077501

Menyetujui, Ketua LPPM

Dr. Achyani, M.Si NIP. 19640815 198903 1003

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi kurikulum Al Islam dan Kemuhammadiyahan dalam membangun karakter mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Metro. Pendidikan karakter merupakan tujuan utama penyelenggaraan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Metro dan secara spesifik pendidikan karakter di lingkungan Perguruan Tinggi Muhammadiyah juga telah ada sejak PTM berdiri. Pendidikan karakter di PTM disebut pendidikan Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti adalah instrumen utama dalam mengumpulkan dan menafsirkan data yang ada. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan beberapa informan terkait, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa UM Metro telah mengembangkan dan mengimplementasikan pendidikan karakter melalui kurikulum AIK. Kurikulum AIK ini telah diformulasikan sedemikian rupa dengan tata kelola yang sistematis baik dari sisi kebijakan, muatan isi maupun manajemen pengorganisasiannya. Analisis Data yang digunakan yakni teknik reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Banyak hal positif dan telah dicapai melalui model implementasi kurikulum AIK. Namun demikian, penerapan kurikulum AIK belum sepenuhnya mencapai sasaran yang diharapkan secara maksimal. Ada beberapa hal yang harus dibenahi untuk tercapainya tujuan pendidikan karakter di UM Metro secara maksimal terutama adalah pada muatan materi dan metode pembelajaran yang masih cenderung baru mencapai ranah kognitif mahasiswa. Tetapi fungsi manajemen kurikulum AIK di UM Metro sudah disusun dan dilaksanakan dengan baik.

Kata kunci: Implementasi Kurikulum AIK, Pendidikan karakter, UM Metro

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya, ilmu pengetahuan, kekuatan dan petunjuk-Nya, sehingga laporan penelitian dengan judul: “Implementasi Kurikulum Al Islam dan Kemuhammadiyahan dalam membangun karakter mahasiswa di Universitas muhammadiyah Metro”, ini dapat terselesaikan.

Kegiatan penelitian ini dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab terhadap pelaksanaan salah satu catur dharma perguruan tinggi Muhammadiyah yang dilaksanakan pada lembaga pendidikan ataupun di masyarakat sebagai bentuk usaha meningkatkan kualitas pendidikan sebagai sumbangsih mencapai tujuan pendidikan Nasional.

Atas terlaksananya kegiatan dan terselesaikannya laporan penelitian ini, kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan dukungan sehingga kegiatan dapat terselenggara dengan baik. Kami mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Muhammadiyah Metro, Lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat (LPPM) Universitas Muhammadiyah Metro, kepada Dekan Fakultas Agama Islam (FAI) UM Metro atas izin yang diberikan sehingga kegiatan ini dapat terlaksanakan dengan baik. Terima kasih juga kepada segenap tim yang telah memfasilitasi waktu, sumbangan pemikiran dan atas keterlibatannya dalam pengumpulan data penelitian ini. Semoga laporan penelitian ini berguna bagi pembaca, semoga Allah SWT membalas amal dan kebaikan atas semua bantuan dan partisipasi semua pihak.Aamiin.

Metro, Juni 2021

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ....................................................... .................. ....... i HALAMAN PENGESAHAN ............................................ .................. ...... ii RINGKASAN .................................................................... .................. ..... iii PRAKATA .......................................................................... .................. ..... iv

DAFTAR ISI ....................................................................... .................. ...... v

DAFTAR TABEL .............................................................. .................. ..... vi DAFTAR GAMBAR .......................................................... .................. .... vii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................... .................. ... viii BAB 1 PENDAHULUAN ................................................. .................. ...... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ....................................... .................. ...... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................. .................. ...... 9

1.3 Tujuan Penelitian ................................................ .................. ...... 9 1.4 Asumsi dan Keterbatasan Penelitian .................... .................. .... 10 1.5 Target Luaran ....................................................... .................. .... 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................ .................. .... 11

2.1 Pendidikan Karakter ............................................. .................. .... 11 2.2 Kurikulum Al Islam dan Kemuhammadiyahan .... .................. .... 14 2.3 Implementasi Kurikulum Al Islam dan Kemuhammadiyahan dalam membangun karakter Mahasiswa ............... .................. .... 15 2.4 Penelitian yang Relevan ....................................... .................. .... 16 2.5 Peta Rencana Penelitian (Road Map) ................... .................. .... 17

BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ....... .................. .......

3.1 Tujuan Penelitian .................................................. .................. .... 18 3.2 Manfaat Penelitian ............................................... .................. ........ BAB 4 METODE PENELITIAN ..................................... .................. .... 18

4.1 Metode Penelitian ................................................. .................. .... 18 4.2 Lokasi dan Subjek Penelitian................................ .................. .... 18 4.3 Instrumen Penelitian ............................................. .................. .... 18 4.4 Analisis Data ......................................................... .................. .... 18

BAB 5 HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI ......... .................. .... 19 5.1 Hasil Penelitian .................................................... .................. ........ 5.2 Luaran yang dicapai .............................................. .................. ........

BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ............ .................. ........

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ............................ .................. ........

7.1 Kesimpulan .......................................................... .................. ........ 7.1 Saran ..................................................................... .................. ........

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran 1. Artikel Ilmiah

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Luaran Capaian Penelitian..................................................................

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan karakter dalam dunia pendidikan memiliki peran sentral

bagi kemajuan baik sikap, perilaku, maupun pemikiran. Pendidikan karakter

merupakan amanah konstitusi dan termaktub dalam undang-undang tentang

Sistem Pendidikan Nasional. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

tidak terbendung oleh kekuatan fisik dengan berbagai dampak baik positif

maupun negatif, menjadi alasan kuat untuk menjadikan pendidikan karakter

sebagai basis pertahanan moral dalam menghadapi pengaruh negatif

globalisasi.

Peningkatan kualitas pendidikan karakter memiliki dampak bagi

keterampilan berfikir kreatif tingkat tinggi sehingga peserta didik dapat

bersaing di era globalisasi (Mulyasa, 2016: 393). Berdasarkan pernyataan

tersebut artinya pendidikan karakter merupakan ujung tombak pendidikan

bagi kemajuan manusia, oleh karena itu pendidikan karakter hendaknya ada

di setiap level pendidikan.

Pendidikan karakter di perguruan tinggi merupakan salah satu tugas

utama perguruan tinggi sebagaimana yang kehendaki oleh Kurikulum 2012.

Berdasarkan UUPT No.12/2012 dan KKNI-Perpres No.8/2012 membahas

tentang kesetaraan mutu pendidikan yang meliputi kemampuan sikap dan tata

nilai, kemampuan kerja, penguasaan keilmuan, kewenangan, dan tanggung

jawab (Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan,2014:6). Di perguruan

tinggi umum baik di bawah Kemenristekdikti maupun di Kemenag

pendidikan karakter termasuk dalam ranah tridarma perguruan tinggi.

Di Perguruan Tinggi Umum pendidikan karakter tidak secara spesifik

ditetapkan. Berbeda dengan perguruan tinggi umum, pendidikan karakter di

lembaga pendidikan Muhammadiyah secara spesifik telah diterapkan

semenjak lembaga pendidikan Muhammadiyah lahir. Demikian juga

pendidikan karakter di lingkungan Perguruan Tinggi Muhammadiyah telah

ada sejak PTM berdiri.

Muhammadiyah adalah organisasi yang bercita-cita menegakkan

ajaran Islam secara kaafah yang bersifat moderat (wasatiah). Sebagai sebuah

organisasi Islam yang memiliki jargon Islam berkemajuan, Muhammadiyah

menekankan pada amal nyata dalam gerakan membela kaum lemah dengan

mendirikan Amal usaha Muhammadiyah. Amal Usaha Muhammadiyah

(AUM) memiliki beberapa jenis usaha yang dikelola, bukan hanya usaha

bidang pendidikan saja, namun juga kesehatan, perdagangan, rumah yatim

piatu dan lain-lain.

Bagi Muhammadiyah, pendidikan bukan sekedar alat untuk mencetak

manusia-manusia terampil dan menyiapkan masa depan mereka dalam

kehidupan dunia tapi mencakup dimensi ukhrawi. K.H. Ahmad Dahlan

menyebutnya dengan model pendidikan yang utuh, yaitu pendidikan yang

berkeseimbangan antara perkembangan mental dan jasmani, antara

keyakinan dan intelek, antara perasaan dengan akal pikiran, serta antara dunia

dengan akhirat. (hadikusumo, 1980:5).

Pandangan Muhammadiyah terhadap pendidikan dapat dilihat dalam

Tanfidz Keputusan Mukhtamar Satu Abad Muhammadiyah yang mengaskan

bahwa visi pendidikan muhammadiyah adalah terbentuknya manusia

pembelajar yang bertaqwa, berakhlak mulia, berkemajuan dan unggul dalam

Ipteks sebagai perwujudan tadjid dakwah amar makruf nahi munkar.

Sedangkan misi pendidikan muhammadiyah adalah: 1) mendidik manusia

memiliki kesadaran ketuhanan (spiritual makrifat), 2) membentuk manusia

berkemajuan yang memiliki etos tadjid, berfikir cerdas, alternatif dan

berwawasan luas.

Merealisasikan visi dan misi tersebut, di setiap lembaga pendidikan

Muhammadiyah, selain memasukkan kurikulum pada umumnya juga wajib

diadakan materi yang berkenaan dengan pembinaan keimanan yang

dinamakan dengan “Al Islam- Kemuhammadiyahan (AIK)”(PP Muh bab. III,

Pasal 2). Ini merupakan materi fardhu a’in, dimana setiap mahasiwa wajib

mengambil materi ini. Materi inilah yang menjadi ruh pendidikan

muhammadiyah. Inilah model islamisasi kampus yang dilakukan dalam

institusi pendidikan muhammadiyah untuk mengintegrasikan keilmuan antara

pengetahuan umum dan pengetahuan agama. Secara umum dapat disimpulkan

bahwa tujuan utama pendidikan muhammadiyah dengan kurikulum AIKnya

adalah pembinaan karakter (character building) peserta didik dimana materi

AIK menjadi sarana utamanya

Tidak berbeda dengan PTM lainnya, AIK di UM Metro menempati

posisi strategis. bahkan, menjadi ruh penggerak dan menjadi misi utama

penyelenggaraan perguruan tinggi. Pendidikan Al-Islam dan

Kemuhamadiyahan (AIK) juga menjadi Mata Kuliah Wajib Umum (MKWU)

yang wajib diikuti oleh semua mahasiswa tanpa kecuali. Pendidikan AIK juga

sebagai identitas karakter civitas akademika, menjadi basis kekuatan spiritual,

moral dan intelektual serta daya gerak bagi seluruh civitas akademika.

Bagi UM Metro pembelajaran AIK memegang peranan yang sangat

penting untuk membentuk insan akademis yang susila, karena itulah yang

menjadi tolak ukur keberhasilan matakuliah AIK yang paling pokok adalah

terletak pada perubahan sikap (attitude), mental dan tingkah laku mahasiswa.

Walaupun UM Metro lebih khusus AIK sudah jelas bahwasanya lembaga

yang bernafaskan Islam, akan tetapi tidak membatasi hanya mahasiswa

muslim saja, mahasiswa non muslim juga berhak untuk menjadi akademisi

yang mulia dan berkarakter.

Apabila melihat keadaan mahasiswa yang menjadi input di UM

Metro, tampaknya pihak kampus memerlukan kerja keras untuk mewujudkan

visi dari UM Metro. Hal itu tampak dari hasil observasi perilaku sehari-hari

mahasiswa di kampus. Perilaku dari mahasiswa yang sering terlihat adalah

perilaku yang kurang baik atau kurang terpuji seperti mudah mengeluarkan

kata-kata kotor tabu atau porno, merokok di kampus, kurangnya tata krama,

serta masih kurang beretika dalam berkomunikasi, tak jarang ketertarikan

mereka pada gadget yang begitu kuat menghilangkan rasa empati pada

lingkungan sekitar. Selain itu kesadaran mahasiswa dalam mengamalkan

ajaran agama seperti shalat berjamaah masih rendah, sedangkan pengamalan

agama merupakan cermin dari tingkatan kualitas keimanan dari seseorang.

Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa tantangan yang dihadapi oleh

UM Metro dalam mewujudkan visinya bisa dikatakan masih berat, karena

tidak mudah mengubah karakter mahasiswa dalam waktu singkat.

Pendidikan AIK sebagai Pendidikan Agama Islam di PTM diharapkan

dapat manjadi sarana utama untuk meningkatkan kadar religiusitas

mahasiswa. Dengan demikian diharapkan karakter atau akhlak dan kesadaran

agama mahasiswa yang rendah dapat berubah ke arah yang lebih baik.

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas maka tujuan dari penelitian ini

adalah mendekripsikan Implementasi kurikulum Al-Islam dan

Kemuhammadiyahan dalam membangun Karakter Mahasiswa.

1.2. Rumusan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan:

1. Bagaimana kurikulum AIK yang diberlakukan di UM Metro?

2. Bagaimana Karakter mahasiswa UM Metro?

3. Bagaimana Implementasi kurikulum AIK dalam membangun karakter

mahasiswa di UM Metro ?

1.3. TujuanPenelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas yang menjadi tujuan adalah:

1. Untuk memahami penerapan kurikulum AIK di UM Metro

2. Untuk mengetahui karakter input mahasiswa di UM Metro

3. Untuk Mengetahui Implementasi Kurikulum AIK dalam membangun

Karakter Mahasiswa UM Metro

1.4 Asumsi dan Keterbatasan Penelitian

1.4.1 Asumsi

Asumsi dalam penelitian ini adalah:

a. Penelitian ini harapannya akan menjadi rekomendasi penting untuk

perbaikan dan pengembangan pengajaran AIK di UM Metro

b. Penelitian ini sebagai rekomendasi menjadi kerangka acuan konseptual

bagi pembenahan pendidikan karakter di UM Metro. Di masa yang akan

datang, dengan acuan ini diharapkan UM Metro menjadi Perguruan

tinggi muhmmadiyah (PTM) atau bahkan perguruan tinggi secara umum

yang menjadi teladan bagi perguruan-perguruan tinggi lain, terutama

dalam hal pembinaan karakter.

c. Lulusan (output) pendidikan muhammadiyah diharapkan tidak hanya

cerdas secara kognitif, tapi yang utama dan terutama adalah ia

mempunyai sosok yang penuh empati dan punya kepedulian sosial yang

tinggi

1.4.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini terbatas hanya mengukur implementasi kurikulum AIK, belum

di fokuskan untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dari penerapan

AIK sehingga evaluasi belum dapat dilakukan dengan maksimal.

1.5 Target Luaran

Target luaran dalam penelitian ini adalah publikasi dalam jurnal Nasional

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter merupakan amanah persyarikatan muhammadiyah.

hal ini selaras dengan yang dicanangkan K.H. Ahmad Dahlan, founding

father organisasi ini bahwa pendidikan muhammadiyah diselenggarakan

terutama sebagai sarana untuk mendidik akhlak, yaitu usaha untuk membina

karakter peserta didik yang baik menurut Al-Qur’an dan Sunnah. Pendidikan

muhammadiyah juga dimaksudkan terutama untuk membina kompetensi

kepribadian yang seimbang antara jasmani dan rohani, antara perasaan dan

akal, antara keyakinan dan intelektualitas, dan antara dunia dan akhirat.

Selanjutnya, pendidikan muhammadiyah dimaksudkan untuk membina nalar

sosial peserta didik.

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 dinyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berahlak

mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.(UU Sisdiknas, 2003:5).

Undang-undang tersebut juga mengamanatkan bahwa tujuan pendidikan

nasional adalah mengembangkan karakter manusia Indonesia. Menurut

Menteri Pendidikan Nasional, karakter yang hendak dibangun bukan hanya

karakter berbasis kemuliaan diri semata, akan tetapi secara bersamaan

membangun karakter kemuliaan sebagai bangsa. (Sambutan mendiknas,

2011), Selain itu, Kemendiknas juga menyatakan bahwa karakter adalah

watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil

internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan

sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan

bertindak.(Wibowo, 2013:67).

Karakter adalah serangkaian sikap (attitude), perilaku (behaviors),

motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter meliputi sikap

seperti keinginan untuk melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual,

seperti sikap kritis dan alasan moral, perilaku seperti jujur dan bertanggung

jawab, mempertahankan prinsip-prinsip moral dalam situasi penuh

ketidakadilan, kecakapan interpersonal dan emosional yang memungkinkan

seseorang berinteraksi secara efektif dalam berbagai keadaan, dan komitmen

untuk berkonstribusi dengan komunitas dan masyarakatnya.(naim,2012:55).

Karakter memiliki persamaan arti dengan akhlak, akhlak adalah

seperangkat nilai yang dijadikan tolok ukur untuk menentukan baik buruknya

suatu perbuatan atau suatu sistem nilai yang mengatur pola sikap dan

tindakan manusia (Nurdin,1993:205), Yang berhubungan dengan akhlak,

etika, tata krama, adab (peradaban), sikap, tingkah laku, perilaku, dan

kesopanan pada batasan yang sangat halus, disebut dengan muru’ah. Muru’ah

adalah batasan kesopanan yang bersifat sangat pribadi yang membawa ke

arah pemeliharaan diri terhadap tegaknya kebijakan moral dan kebiasaan

seseorang.

Dalam Islam, karakter atau akhlak mempunyai kedudukan yang

penting karena berfungsi untuk memandu kehidupan individu muslim dalam

kehidupan sosial. Dalam al-Qur’an surat An-Nahl/16: 90 Allah SWT

berfirman:

حسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر يأمر بالعدل واإل m إن

ذكرون والبغي يعظكم لعلكم ت

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,

memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,

kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar

kamu dapat mengambil pelajaran.”(Depag RI, 2010:221) Selain membawa misi tauhid, Rasul juga membawa agenda perubahan

dalam kehidupan bangsa Arab yang ketika itu hidup dalam suasana dekadensi

moral, hal tersebut tersirat dalam hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa

sallam:

م صالح األخالق إنما بعثت .◌ألتم

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.”

(HR. Bukhori No. 273)

Konsep manusia yang ideal dalam Islam, adalah manusia yang kuat

imannya dan kuat taqwanya. Ketika manusia memiliki kekuatan taqwa, ia pun

dapat memiliki kekuatan ibadah dan kekuatan akhlaq.

Berdasarkan paparan tentang karakter di atas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa karakter adalah budi pekerti mulia yang harus dimiliki dan

diaplikasikan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari dan bidang

pekerjaan masing-masing sehingga diperoleh kualitas hidup yang baik serta

tatanan sosial yang teratur, terlebih lagi oleh umat Islam karena ajaran Islam

menghendaki umatnya untuk menjadi sebaik-baik umat. Pribadi yang

beriman, bertaqwa, bertanggung jawab, toleran, cerdas, memiliki motivasi

yang tinggi, sabar, pemaaf, ramah, cerdas dan suka menolong merupakan

bagian kecil dari karakter mulia yang harus dimiliki oleh manusia.

Pada konteks ini dapat disimpulkan bahwa UM Metro adalah kampus

kepanjangan dakwah Muhammadiyah yang dijadikan tempat untuk

mentransfer dan mengindoktrinasikan ajaran-ajaran Islam kepada peserta

didik (mahasiswa). Hal ini sejalan dengan tujuan yaitu menyiapkan

intelektual yang beriman dan bertakwa pada Allah SWT. berakhlak mulia,

percaya pada diri sendiri serta dapat beramal sesuai dengan bidang ilmu

dengan ikhlas demi terwujudnya masyarakat utama yang diridhai oleh Allah

SWT.

Mahasiswa UM Metro adalah para da’i yang nantinya harus

melanjutkan tugas dakwah amar makruf nahi munkar. Selanjutnya ditegaskan

bahwa syi’ar Islam sebagai basis berpikir dan bertindak dalam merumuskan

kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian untuk kesejahteraan

masyarakat berdasarkan nilai-nilai keislaman, kemuhammadiyahan, dan

keindonesiaan. target utama misi ini adalah menjadikan UM Metro sebagai

universitas unggulan dan sebagai pusat peradaban profetik professional,

modern dan mencerahkan.

Penjelasan di atas menghantarkan satu kesimpulan bahwa kompetensi

lulusan Perguruan tinggi muhammadiyah adalah sosok berkarakter yang

didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam. Sehingga profil lulusan UM Metro

adalah sosok yang tidak hanya mumpuni dalam disiplin ilmu pengetahuan

yang dipelajari, tapi dia adalah sosok yang berakhlak mulia dan berjiwa

sosial. hal ini selaras dengan apa yang digariskan dalam Catur Dharma

Pendidikan tinggi muhammadiyah dan selaras dengan tujuan UU

SISDIKNAS dimaksudkan untuk melahirkan manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Allah Swt, berakhlak mulia, cerdas, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri dan bertanggung jawab.

1.2 Kurikulum Al Islam dan Kemuhammadiyahan

Kurikulum Al Islam dan Kemuhammadiyahan yang selanjutnya

disingkat dengan AIK, pada dasarnya adalah nama satuan kurikulum

pembelajaran dan Kurikulum AIK merupakan inti (core) kurikulum di

lingkungan PTM/A. Semua mahasiswa di perguruan Tinggi Muhammadiyah

wajib mengambil mata kuliah ini tanpa kecuali. Mata kuliah inilah yang

dijadikan sarana untuk mentransfer dan menginternalisasi ajaran Islam

kepada para mahasiswa.

Kurikulum AIK merupakan inti pembinaan karakter di di PTM/A.

Melalui mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami dan

menghayati ajaran-ajaran Islam sehingga membentuk sikap dan kepribadian

dalam kehidupan mereka. Kurikulum AIK inilah yang menjadi model atau

istilahnya kiblat pembinaan karakter.

AIK adalah satuan pembelajaran yang sudah tersusun dan terencana

secara formal dan sistematis. bahkan kurikulum ini mempunyai payung

hukum yang kuat, baik di aturan-aturan internal di lingkungan PTM/A

maupun dalam kebijakan Muhammadiyah. Karenanya, jika ingin melihat

model pembinaan karakter di PTM/A, maka kurikulum AIK adalah objek

utama kajiannya. Kurikulum AIK merupakan inti kurikulum yang dijadikan

sarana pembinaan karakter bagi mahasiswa.

Pendidikan Agama pada Perguruan Tinggi di atur dalam Kepuntusan

Dirjen Dikti No. 43/DIKTI/Kep/2006, bahwa mata kuliah agama dimasukkan

dalam mata kuliah pengembangan kepribadian (MPK). Pendidikan Islam

dalam Perguruan Tinggi mempunyai posisi strategis, karena bertujuan

membentuk lulusan yang professional dibidangnya, memiliki karakter,

bermoral dan berakhlak yang sesuai dengan tuntunan Islam yang menjunjung

tinggi nilai kemanusiaan. Pendidikan Islam harus diajarkan dalam bentuk

integrasi transenden sehingga tidak terjadi bias antara ilmu umum dengan

perspektif Islam (Roqib, 2009).

Di PTM/A mata kuliah Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK)

adalah mata kuliah pendidikan Islam yang merupakan diskresi Pimpinan

Pusat Muhammadiyah yang tertuang dalam SK No. 027/SK-MPT/III.B/1996

tentang Kurikulum Pendidikan Al Islam dan kemuhammadiyahan.

AIK sebagai pembelajaran formal ditetapkan sebagai mata kuliah

sebagaimana mata kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI) di Perguruan Tinggi

di Indonesia yang bersifat wajib bagi pemeluk agama Islam. Perbedaannya

terletak pada total jumlah SKS (Sistem Kredit Semester) pada PAI dan AIK.

Jika PAI berjumlah 2 SKS yang diberikan pada satu semester, umumnya di

semester 1, sementara AIK berjumlah minimal 8 SKS dan maksimal 12 SKS.

Masing-masing Perguruan Tingi Muhammadiyah dapat berbeda dalam

jumlah jam pembelajaran dan total jumlah SKS AIK. Selain itu, pedoman

AIK di PTM menetapkan tahapan AIK menjadi empat; AIK I (berisi

kemanusiaan dan keimanan), AIK II (Ibadah, akhlaq dan muamalah), AIK III

(Kemuhammadiyahan), AIK IV (Islam dan Ilmu Pengetahuan).

Adapun tujuan pembelajaran AIK (Majlis Dikti PP Muhammadiyah,

2013) adalah; AIK I bertujuan membentuk sarjana muslim yang mengenal

diri dan Tuhan, misi, tujuan dan manfaat hidupnya sebagaimana dituntunkan

dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. AIK II bertujuan membentuk sarjana muslim

yang taat dan benar dalam beribadah, unggul dalam bermuamalah dan

bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan. AIK III bertujuan membentuk

sarjana muslim sebagai kader persyarikatan Muhammadiyah yang mampu

ber-amar ma’ruf nahi ‘an munkar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

AIK IV bertujuan membentuk sarjana muslim yang berjiwa dan berperilaku

cendekia (ulul albab).

2.3. Implementasi Kurikulum AIK dalam membentuk karakter mahasiswa

Visi dari Perguruan tinggi Muhammadiyah adalah Mewujudkan insan

yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Subhanahu Wata’ala, berakhlak

mulia, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri. Berdasarkan visi umum tersebut

jelas bahwa pendidikan karakter merupakan tujuan utama penyelenggaraan

pendidikan di sekolah Muhammadiyah.

Keberadaan PTM/A tidak hanya berfungsi sebagai institusi akademik,

melainkan juga institusi kepanjangan tangan dakwah Muhammadiyah. Sesuai

dengan ciri yang melekat pada perguruan tinggi Muhammadiyah adalah

keikutsertaannya dalam lembaga dakwah, karena itu upaya untuk melahirkan,

memperbanyak dan meningkatkan kualitas kader-kader Muhammadiyah.

Sesuai dengan hal itu, upaya maksimal untuk melahirkan kader-kader

Muhammadiyah melalui proses pendidikan di lembaga pendidikan

Muhammadiyah harus diupayakan melalui berbagai usaha terutama melalui

pendidikan dan pembelajaran Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK).

Pembelajaran AIK memegang peranan yang sangat penting untuk

membentuk insan akademis yang susila, karena itulah yang menjadi tolak

ukur keberhasilan matakuliah AIK yang paling pokok adalah terletak pada

perubahan sikap (attitude), mental dan tingkah laku mahasiswa, akan tetapi

tidak membatasi hanya mahasiswa muslim saja, mahasiswa non muslim juga

berhak untuk menjadi akademisi yang mulia dan berkarakter.

Secara psikologis, mahasiswa adalah orang yang sudah memasuki usia

dewasa. Karakter mahasiswa tentunya sudah ditempa sejak usia dini, baik di

lingkungan keluarga maupun di pendidikan tingkat dasar. Karenanya,

mahasiswa bukanlah orang yang kosong dari nilai-nilai karakter. mereka

terkondisikan oleh berbagai sifat dan tabiat tersendiri. Sebagian baik dan tak

sedikit pula yang buruk. Perguruan Tinggi sudah seharusnya memahami

betul kondisi ini. Karenanya, pendidikan karakter di perguruan tinggi

berfungsi sebagai sarana untuk mengubah dan atau memperkuat karakter

mahasiswa. Fungsi mengubah ditujukan bagi mereka yang terlanjur

mempunyai karakter buruk, sedangkan memperkuat ditujukan bagi mereka

yang telah mempunyai karakter baik.

Kurikulum AIK merupakan inti pembinaan karakter di PTM/A

Melalui mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami dan

menghayati ajaran-ajaran Islam sehingga membentuk sikap dan

kepribadian dalam kehidupan mereka. Kurikulum AIK inilah yang

menjadi model atau katakanlah kiblat pembinaan karakter di PTM/A.

Kurikulum AIK adalah satuan pembelajaran yang sudah tersusun

dan terencana secara formal dan sistematis. bahkan kurikulum ini

mempunyai payung hukum yang kuat, baik di aturan-aturan internal di

lingkungan PTM/A maupun dalam kebijakan PP Muhammadiyah.

Karenanya, jika ingin melihat model pembinaan karakter di PTM/A, maka

kurikulum AIK adalah objek utama kajiannya.

2.4. Penelitian yang Relevan

Penelitian Baidarus (Universitas Muhammadiyah Riau) yang berjudul

Muhammadiyah Dan Pendidikan Karakter Di Indonesia, tujuan penelitian

untuk memaparkan peran Muhammadiyah dalam Pendidikan karakter di

Indonesia, hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan karakter di

Indonesia sejak masa orde lama telah mendapat perhatian oleh pemerintah

akan pentingnya pendidikan ini terutama dalam hal pembangunan karakter

bangsa, begitu juga pada masa orde baru. Sejak masa reformasi, pendidikan

karakter ini menjadi keniscayaan pada setiap lembaga pendidikan mengingat

semakin lajunya arus perubahan kehidupan yang memberikan dampak negatif

pada perilaku masyarakat. Muhammadiyah sebagai bagian dari bangsa ini,

memiliki tanggungjawab moral untuk ikut serta membina dan mendidik

masyarakat Indonesia agar memiliki karakter unggul, yang diwiujudkan

melalui lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah (lembaga pendidikan

dasar, menengah, dan perguruan tinggi) yang tersebar di seluruh Indonesia.

Komitmen Muhammadiyah dalam pendidikan karakter ini diimplementasikan

dalam bentuk pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) di

seluruh lembaga pendidikannya. Melalui pendidikan AIK di lembagalembaga

pendidikannya, Muhammadiyah berusaha untuk mewujudkan masyarakat

Indonesia yang berkarakter unggul seperti; religius, moderat, cerdas, berilmu,

mandiri, dan kerjasama.

2.5. Peta Rencana Penelitian (Roadmap)

Desain atau rancangan penelitian meliputi beberapa tahapan mulai

tahap pra penelitian, tahap penelitian, dan tahap pasca penelitian. Tahap pra

penelitian yang dilakukan dalam tahap ini adalah menyusun rancangan awal

dalam penelitian, mengurus perijinan penelitian, memastikan keadaan

lapangan, dan mempersiapkan instrumen penelitian serta bahan yang

diperlukan guna mendukung dalam proses penelitian. Dalam tahap pra

penelitian, peneliti diusahakan terlebih dahulu memahami teori-teori dasar

yang berkaitan dengan kajian penelitian serta menguasai instrument dan

teknik wawancara yang berhubungan dengan kajian dalam penelitian. Tahap

penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tahap pengumpulan

data melalui wawancara dan pengamatan lapangan.

Penelitian dilakukan dengan teknik memilih lokasi penelitian,

melakukan pengumpulan data dari objek kajian, melakukan pengamatan

sesuai indikator yang telah ditentukan dalam hubungannya dengan kajian

penelitian. Tahap pasca penelitian, dalam tahap ini yang dilakukan adalah

pengolahan data yang diperolehan pada saat penelitian. Yakni dilakukan

tahap-tahap analisis data dengan rincian Classifying, Coding, Editing,

Interpreting. . Untuk data yang diperoleh dalam penelitian ini lebih bersifat

deskriptif kualitatif karena merupakan hasil wawancara yang mendalam dan

observasi. Hasil analisis data penelitian ditujukan khususnya pada masyarakat

sebagai sarana promosi karena merupakan satu keunggulan UM Metro

BAB 3

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian dengan judul “Implementasi Kurikulum Al Islam dan

Kemuhammadiyahan dalam membangun karakter mahasiswa di Universitas

muhammadiyah Metro ini bertujuan :

1. Untuk memahami penerapan kurikulum AIK di UM Metro

2. Untuk mengetahui karakter input mahasiswa di UM Metro

3. Untuk Mengetahui Implementasi Kurikulum AIK dalam membangun

Karakter Mahasiswa UM Metro

3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini tentunya akan sagat bermanfaat bagi beberapa

pihak baik secara teoritis maupun praktis, antara lain sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis:

Pendidikan karakter dan Pendidikan Al Islam dan Kemuhammadiyahan

(AIK) merupakan pendidikan berbasis nilai, untuk kurikulum pendidikan

AIK yang diimplementasikan di perguruan Tinggi Muhammadiyah sudah

jelas mampu membangun karakter islami mahasiswa. Oleh sebab itu

penelitian tentang pembentukan karakter yang di sandingkan dengan

kurikulum AIK di harapkan mampu memberikan sumbangan pengetahuan

tentang strategi pendidikan dan pembentukan karakter dalam

implementasi kurikulum AIK.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharrapkan mampu memberikan motivasi

sangat bermanfaat bagi lembaaga pendidikan Muhammadiyah dan para

akademisi untuk mengembangkan teori dan strategi pendidikan yang

bukan hanya terpaku pada peningkatan hasil belajar saja tetapi lebih

kepada penerapan pendidian karakter dalam pembelajaran sehingga nilai-

nilai karakter yang lebih baik dapat terbentuk.

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini termasuk kategori penelitian kualitatif

dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian kualitatif menurut Moleong

(2005) adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati. Adapun materi dalam penelitian ini adalah membahas implementasi

kurikulum Al Islam dan Kemuhammadiyahan dalam membangun karakter

mahasiswa. Adapun yang menjadi fokus penelitian ini adalah implementasi

kurikulum AIK dan Pendidikan karakter mahasiswa.

4.2 Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di UM Metro. Untuk subjek penelitian, peneliti

memilih informan yang menjadi subjek penelitian adalah pihak pihak terkait

AIK (WR IV, UPT AIK) dan dokumen-dokumen tertulis di UM Metro.

4.3. Instrumen Penelitian

Data Mengacu pada Moleong (2005), peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data, yaitu: Interview (wawancara) tidak terstruktur.

Wawancara merupakan sebuah percakapan dengan maksud tertentu dan

dilakukan oleh pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan, dan yang diwawancarai interviewee yang memberikan jawaban

atas pertanyaan tersebut. Yang menjadi interviewee di sini adalah structural

AIK dan dokumentasi dokumen tertulis di UM Metro

4.4. Analisis Data

Analisis data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah analisis data

kualitatif. Peneliti dalam penelitian ini akan melakukan tahap-tahap analisis

data yaitu teknik reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

BAB 5

HASIL DAN LUARAN YANG DI CAPAI

5.1 Hasil Penelitian

Penelitian tentang Implementasi Kurikulum Al Islam dan

Kemuhammadiyahan dalam membentuk karakter mahasiswa ini dilakukan di

universitas Muhammadiyah Metro, di mulai dari bulan april hingga bulan

juni. Peneliti dalam penelitian ini menjadi instrument utama dalam

mengumpulkan data dan menafsirkan data yang ada. Sumber utama penelitian

yang berkaitan dengan pendidikan karakter di UM Metro adalah melalui

wawancara dengan beberapa informan yang memiliki otoritatif yang

mewakili semua unsur mewakili semua unsur yang dibutuhkan dalam

penggalian data. Diantaranya dengan Wakil rector IV, Kepala UPT AIK,

Dosen AIK dan mahasiswa. Selain wawancara, pengumpulan data juga

dilakukan melalui dokumentasi sumber karakter tertulis internal UM Metro

antara lain Statuta, renstra (rencana Strategis), Standar mutu, Keputusan

rektor, kurikulum AIK, dan dokumen-dokumen lain yang relevan.

Wawancara yang dilakukan, disamping untuk mengumpulkan data juga

dimaksudkan sebagai klarifikasi relevansi data (triangulasi) untuk

mencocokkan apa yang tertulis dengan realitas yang ada.

Data selanjutnya diklasifikasi dan disusun secara sistematis untuk

mendapatkan gambaran secara komperehensif dan sistematis terkait dengan

AIK dari aspek kebijakan, proses aplikasi, dan sistem evaluasi yang ada.

Dengan demikian, secara konseptual, posisi, eksistensi, dan isi AIK dapat

diketahui secara jelas. Selanjutnya adalah tahap analisis.

Peneliti akan menganalisa temuan konseptual di atas secara

mendalam. Terkait apakah secara konseptual model pendidikan karakter

berbasis AIK ini sudah memenuhi syarat yang mengarahkan pada tercapainya

tujuan pembelajaran AIK sebagai inti (core) kurikulum untuk pembinaan

karakter. Selain itu analisis juga akan difokuskan untuk menemukan berbagai

kelebihan dan kekurangan penerapan AIK.

Dalam konteks ini, data wawancara menjadi bagian penting yang akan

peneliti gunakan sebagai alat baca analisis. terakhir, peneliti akan menyusun

berbagai rekomendasi penting untuk perbaikan dan pengembangan

pengajaran AIK di UM Metro. rekomendasi ini dapat menjadi kerangka acuan

konseptual bagi pembenahan pendidikan karakter di UM Metro Di masa yang

akan datang, dengan acuan ini diharapkan UM Metro menjadi Perguruan

tinggi muhmmadiyah (PTM) atau bahkan perguruan tinggi secara umum yang

menjadi teladan bagi perguruan-perguruan tinggi lain, terutama dalam hal

pembinaan karakter, karena tujuan utama pendidikan muhammadiyah dengan

kurikulum AIKnya adalah pembinaan karakter (character building) peserta

didik dimana materi AIK menjadi sarana utamanya

5.1.1 Kurikulum AIK yang diberlakukan di UM Metro

Kurikulum AIK merupakan inti pembinaan karakter di PTM/A

Melalui mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami dan

menghayati ajaran-ajaran Islam sehingga membentuk sikap dan kepribadian

dalam kehidupan mereka. Kurikulum AIK inilah yang menjadi model atau

katakanlah kiblat pembinaan karakter di PTM/A.

Berdasar pada Visi dari Perguruan tinggi Muhammadiyah yaitu

Mewujudkan insan yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Subhanahu

Wata’ala, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri. Maka

melalui visi umum tersebut tersirat jelas bahwa pendidikan karakter pun

merupakan tujuan utama penyelenggaraan pendidikan di Universitas

Muhammadiyah Metro. Di UM Metro pembelajaran AIK memegang

peranan yang sangat penting untuk membentuk insan akademis yang susila,

karena itulah yang menjadi tolak ukur keberhasilan matakuliah AIK yang

paling pokok adalah terletak pada perubahan sikap (attitude), mental dan

tingkah laku mahasiswa, akan tetapi tidak membatasi hanya mahasiswa

muslim saja, mahasiswa non muslim juga berhak untuk menjadi akademisi

yang mulia dan berkarakter.

Di UM Metro, AIK merupakan kategori mata kuliah wajib umum

(MKWU). Sesuai Pedoman Pendidikan AIK Perguruan Tinggi

Muhammadiyah yang dirumuskan oleh tim Majlis Pendidikan Tinggi

Pimpinan Pusat Muhammadiyah bahwa jumlah jam pembelajaran dan SKS

kuliah AIK minimal 8 SKS dan maksimal 12 SKS (Majlis Dikti PP

Muhammadiyah, 2013). Di UM Metro beban ajar mata kuliahAIK yang

ditetapkan yakni 8 SKS. Yaitu AIK I, AIK II, AIK III dan AIK IV. Sks

tersebut wajib di tempuh oleh mahasiswa mulai dari semester satu sampai

dengan semester empat. Pokok pembahasan AIK sesuai dengan meliputi:

AIK I (Kemanusiaan dan Keimanan), AIK II (Ibadah, Akhlak dan

Muamalah). AIK III (Kemuhammadiyahan), AIK IV (Islam dan Ilmu

Pengetahuan).

Dalam implementasi kurikulum ini, UM Metro membentuk perangkat

struktural mulai dari tingkat rektorat sampai pelaksanaan di kelas. Susunan

struktural tersebut secara berurutan dari yang tertinggi sampai urutan paling

bawah adalah: Rektor, Wakil Rektor IV, Unit Pelaksana Teknis (UPT) AIK,

Wakil Dekan Bidang Akademik, dan Dosen AIK. Rektor bertindak sebagai

pemegang otoritas dan penanggungjawab tertinggi. sehingga semua kebijakan

AIK harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari rektor . Kemudian wakil

rektor IV bidang AIK bertindak mewakili rektor dalam bidang AIK. Wakil

Rektor IV inilah yang bertindak sebagai perumus kebijakan dan pengendali

pelaksanaan AIK. jadi warek IV adalah top leader yang berhak menentukan

arah dan kebijakan sekaligus melakukan monitoring pelaksanaan AIK.

selanjutnya UPT AIK bertindak sebagai pelaksana lapangan. UPT AIK

bertugas membantu warek IV baik dalam hal perumusan arah dan misi,

pelaksanaan, maupun monitoring di lapangan. Dengan demikian, UPT AIK

adalah penanggungjawab lapangan pelaksanaan program AIK tingkat

universitas. Keempat, wakil Dekan bidang akademik dalah penanggung

jawab pelaksanan AIK di tingkat fakultas. berbagai kebijakan AIK yang telah

dirumuskan kemudian diteruskan kepada wakil Dekan bidang AIK di masing-

masing fakultas. Kelima, Dosen AIK adalah penanggungjawab mata kuliah

AIK, sekaligus sebagai penanggungjawab pelaksanaan program AIK.

Jenjang struktural dari puncak sampai bawah ini menggambarkan

bahwa pembinaan karakter di UM Metro sudah menjadi perhatian bahkan

menjadi bagian integral dari manajemen UM Metro. Struktur tanggungjawab

ini memungkinkan adanya konsentrasi tersendiri dalam hal pembinaan

karakter.

Berdasarkan wawancara dengan kepala UPT AIK didapatkan

informasi bahwa meskipun kurikulum dan materi AIK I sampai dengan IV

sudah jelas, namun di beberapa fakultas, semuanya belum berjalan

maksimal. Dari internal dosen dan pejabat berwenang di fakultas terkadang

masih belum sadar sepenuhnya atas tugas pembinaan karakter ini. Sehingga

sinergitas internalisasi karakter mahasiswa menjadi sedikit sulit sebab daya

dukung tidak berjalan beriringan. Umumnya AIK hanya dipahami sebagai

serangkaian mata kuliah yang harus didistribusikan kepada mahasiswa. jadi

terkesan tugas utama yang dipahami adalah membagi jadwal perkuliahan

AIK.

Adanya simplifikasi pemahaman bahwa AIK adalah pendidikan

agama yang konotasinya hanya masalah ibadah. Padahal kurikulum AIK

tujuannya adalah pendidikan karakter. Secara substansial, pemilahan atau

pun pembebanan khusus tanggungjawab AIK ini memang bisa saja menjadi

nilai lebih. Nilai lebihnya adalah untuk menfokuskan tanggungjawab

sehingga program pelaksanaan dan pengembangan AIK dapat dilaksanakan

dengan baik

Kurikulum AIK adalah satuan pembelajaran yang sudah tersusun

dan terencana secara formal dan sistematis. bahkan kurikulum ini

mempunyai payung hukum yang kuat, baik di aturan-aturan internal di

lingkungan UM Metro maupun dalam kebijakan PP Muhammadiyah.

Karenanya, jika ingin melihat model pembinaan karakter di UM Metro,

maka kurikulum AIK adalah objek utama kajiannya yang sangat selaras

dengan visi misi UM Metro yakni sebagai pusat keunggulan profetik

profesional, modern dan mencerahkan. Kurikulum AIK merupakan inti

kurikulum yang dijadikan sarana pembinaan karakter bagi mahasiswa.

materi ini meliputi: Pendidikan Agama, Akidah, muamalah, Ibadah-Akhlak,

dan Islam untuk disiplin Ilmu.

AIK merupakan inti (core) kurikulum yang harus diambil oleh

setiap mahasiswa, bahkan mahasiswa non muslim. Mata kuliah AIK juga

sering disebut dengan mata kuliah misi. maksudnya, mata kuliah ini adalah

mata kuliah yang punya misi untuk mendakwahkan ajaran Islam.

melaksanakan kurikulum ini, UM Metro membentuk perangkat struktural

mulai dari tingkat rektorat sampai pelaksanaan di kelas.

5.1.2 Karakter mahasiswa UM Metro

UM Metro telah menetapkan beberapa nilai karakter yang dijadikan

standar pembinaan. nilai-nilai karakter ini dapat dilihat dalam visi misi

UM Metro yakni sebagai pusat keunggulan profetik, profesional, modern

dan mencerahkan. Nilai-nilai inilah yang pada tahap selanjutnya akan

menjelma menjadi budaya di lingkungan UM Metro.

Sesuai visi misi di atas, UM Metro menetapkan beberapa nilai dasar

yang harus dianut dan dijadikan pedoman bagi seluruh keluarga besar UM

Metro, yaitu: Siddiq, Amanah , Fathonah dan Tabligh sebagaiamana telah

dijelaskan di atas, UM Metro adalah kampus kepanjangan dakwah

Muhammadiyah ( Pengikut Nabi Muhammad). Penyebaran dan internalisasi

ajaran Islam kepada para mahasiswa menjadi target dan sasaran utama visi

UM Metro.

Untuk menajamkan visi ini, kepla UPT AIK sering menyebut UM

Metro sebagai kampus bernuansa Islami. Islami maksudnya kampus yang

dijiwai dan menjadikan ajaran Islam sebagai landasan utama gerakan.

muhammadiyah artinya kampus yang dijiwai dengan semangat dan nilai-

nilai kemuhammadiyahan. Internalisasi nilai-nilai ajaran Islam inilah yang

pada gilirannya diharapan menjadi starting point untuk membina karakter

mahasiswa.

Secara sederhana, ada asumsi umum bahwa ketika seseorang

mempunyai pengamalan dan penghayatan spiritual yang baik maka akhlak

(karakter)-nya juga akan baik. Dalam konteks inilah materi AIK menjadi

ruh dan harga mati yang harus diberikan kepada seluruh mahasiswa. Sebab

materi inilah perwujudan teknis dari pembinaan jiwa spiritual tersebut.

Karenanya, sangat logis, bahkan menjadi sebuah keharusan jika pembinaan

keagamaan melalui kurikulum AIK menjadi penekanan utama bagi

pembinaan karakter di UM Metro.

AIK dianggap sebagai pioner dan titik perhatian pembinaan karakter

di UM Metro. Oleh sebab itu, AIK juga menjadi obyek yang seakan harus

bertanggung jawab jika ada pelanggaran-pelanggaran yang tidak diharapkan

terjadi. namun demikian realisasi AIK belum sepenuhnya memenuhi

harapan sebagai design kurikulum yang terfokus sebagai kurikulum

pembinaan karakter. Materi-materi AIK banyak diantaranya yang arahan

kompetensinya justru kognitif, tak ada bedanya dengan mata kuliah lain.

Melihat nilai-nilai karakter yang tertulis dalam visi misi UM Metro

seharusnya menjadi tugas dan dibebankan secara proporsional kepada setiap

dosen dan mata kuliah yang ada, namun umumnya menganggap bahwa

hanya AIK-lah yang bertugas membina karakter mahasiswa. Kedua,

anggapan pertama ini mengarahkan satu kesimpulan bahwa pendidikan

karakter di UM metro diajarkan terpisah dari mata kuliah lain, tapi

terintegrasi dalam mata kuliah AIK. Ketiga, silabus mata kuliah dan buku

ajar masih lebih banyak mencerminkan sasaran kompetensi kognitif,

ketimbangan pembentukan karakter. Dalam konteks ini, dosen memegang

peran kunci dalam pembinaan karakter. Mereka dituntut dapat

berimprofisasi untuk mengarahkan materi dan melakukan internalisasi

nilai-nilai keislaman terhadap mahasiswa. Keempat, pemahaman dan

komitmen beragama menjadi satu-satunya nilai andalan yang menjadi

sasaran pembinaan karakter di UM Metro. Anggapan utamanya adalah, jika

orang sudah baik agamanya pastilah akan baik karakternya. Pernyataan

tersebut tentu saja ini tidak sepenuhnya salah, tapi setidaknya anggapan ini

tentu terlalu simplistis dan mereduksi banyak hal. Faktanya, dalam tataran

praksis anggapan ini masih mengundang banyak problem.

5.1.3 Implementasi kurikulum AIK dalam membangun karakter mahasiswa

di UM Metro

Pembinaan karakter di UM Metro sudah diberikan sejak mahasiswa

baru masuk. Sebelum perkuliahan dimulai, mahasiswa baru wajib mengikuti

serangkaian kegiatan orientasi kampus yang biasa di sebut sebagai masa

ta’aruf mahasiswa atau yang biasa di singkat dengan mastama. Dengan

materi di dalamnya salah satunya yaitu tentang perilaku hidup Islami atau

pengenalan Al Islam kemuhammadiyahan (AIK). Semua mahasiswa harus

mengikuti kegiatan ini dan sertifikatnya nantinya dijadikan syarat untuk

mengikuti ujian akhir. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa masa

orientasi adalah pintu masuk untuk mata kuliah AIK.

Mastama merupakan orientasi mahasiswa baru pada umumnya, tapi

dengan muatan dan penekanan keislaman atau menjadi semacam islamisasi

orientasi kampus. Setelah rangkaian mastama selesai, pembinaan karakter

melalui AIK dilakukan dalam proses perkuliahan melalui materi-materi

AIK. Perkuliahan AIK dilaksanakan sesuai dengan jadwal perkuliahan.

Metode yang digunakan dalam perkuliahan ini umumnya adalah ceramah

dan diskusi, kecuali materi praktik ibadah, membaca kitab suci al-Qur’an.

Mahasiswa diberi tugas untuk membuat makalah secara berkelompok

kemudian mempresentasikan dan mendikusikannya di depan kelas.

Materi pengajaran AIK disesuaikan dengan silabus untuk masing-

masing mata kuliah. Sebelum perkuliahan dimulai, selama 10 (sepuluh)

menit dilakukan tadarus al-Quran terlebih dahulu. Dosen menunjuk

mahasiswa bergiliran untuk membaca ayat suci al-Qur’an. Setelah itu

kemudian dosen atau mahasiswa yang ditunjuk membacakan arti ayat dan

mengulas secara ringkas. tadarus al-Qur’an di awal perkuliahan ini, selain

untuk memetakan sekaligus memotifasti mahasiswa mengenai kemampuan

membaca kitab suci al-Qur’an, tujuan utamanya sebenarnya untuk

memberikan injeksi dan men-carger spiritual melalui keutamaan membaca

al-Qur’’an.

Mata kuliah AIK juga sudah dilengkapi dengan buku ajar yang

menjadi referensi utama mata kuliah terkait. buku ajar ini ada ynag ditulis

langsung oleh dosen-dosen AIKA yang kompeten di bidangnya. buku ajar

ini menjadi acuan utama dan bacaan wajib bagi mahasiswa. Dikarenakan

materi AIKA adalah materi sama yang diajarkan oleh dosen yang berbeda-

beda, maka untuk menghindari ketimpangan diadakan pertemuan rutin

setiap seminggu sekali bagi dosen pengampu mata kuliah yang sama.

melihat ini tentunya lebih cenderung ke arah pemahaman kognitif. Di

sinilah peran indoktrinasi yang sifatnya afektif sangat ditentukan oleh dosen

yang bersangkutan. Umumnya para dosen ini adalah para penceramah yang

bisa diandalkan untuk melakukan tugas ini.

Dosen AIKA harus mempunyai pengkhususan nilai dan

menanamkan nilai itu kepada mahasiswa. Namun hal ini belum menjadi

kebijakan yang sistematis atau setidaknya arahan khusus sehingga semua itu

berjalan menurut selera masing-masing dosen. jika kesadaran dari dosen

yang bersangkutan tak ada, maka dapat dipastikan proses penanaman nilai-

nilai karakter tak sampai sasaran. Perkuliahan AIK berjalan sebagaimana

materi-materi lain yang diajarkan, diterima, dann dipahami secara kognitif.

Di sinilah kemudian arah indoktrinasi untuk menanamkan nilai-nilai

karakter islami harus disistematisasikan dalam proses pembelajaran.

Semuanya harus diskenariokan dan dikemas sedemikian rupa mulai dari hal-

hal yang bersifat simbolik sampai yang substansial. harus ada semacam SoP

(standar operational procedure) tersendiri bagi dosen-dosen AIK.

Di PTM Dosen AIK diibaratkan penjaga moral yang menjadi

suritauladan dan rule model bagi seluruh sivitas akademika, tuntutan

yang besar ini tentunya harus dibarengi dengan tingkat perhatian yang besar

pula terhadap dosen-dosen AIK. Pada konteks ini, dosen AIK memagang

peran penting dalam pembinaan karakter di UM Metro. hal ini terutama

dilatarbelakangi oleh dua hal penting: pertama, secara konseptual,

kurikulum AIK belum mengarah sepenuhnya pada pembinaan karakter.

Kedua, tugas dosen AIK tidak hanya mentransfer pengetahuan), akan tetapi

yang terutama melakukan internalisasi nilai kepada mahasiswa. hal kedua

inilah yang membedakan dengan mata kuliah lain yang sekaligus juga

memberikan beban ganda yang berat bagi dosen-dosen AIK.

Menelaah silabus, buku referensi dan metode pembelajaran

semuanya adalah metode-metode yang berbasis kognitif. Dengan kata lain,

semuanya kurang mendukung sebagai instrumen untuk internalisasi nilai.

Inilah masalah utama yang harus dipecahkan oleh para dosen AIK. Apalagi

jika mengingat jarak tempuh studi yang tidak terlalu lama. Padahal,

mengubah sikap, menanamkan nilai, dan membentuk karakter bukanlah

persoalan mudah yang membutuhkan pembinaan simultan dalam waktu

yang panjang.

Evaluasi materi AIKA meliputi dua hal: ujian praktik dan ujian

tertulis. Ujian praktik diberlakukan untuk mata kuliah ibadah, membaca al-

Quran, dan kemuhammadiyahan. materi ibadah yang diujikan terutama

adalah shalat dan bacaannya. Secara umum, penekanan evaluasi terletak

pada sesuai dan tidaknya praktik shalat yang mereka jalankan dengan

standar standar muhammadiyah. Sedangkan materi baca al-Quran

penekanannya adalah kesesuaian bacaan dengan kaidah ilmu tajwid.

Selanjutnya, untuk materi kemuhammadiyahan materi praktiknya adalah

dakwah lapangan. maksud utama dakwah lapangan ini adalah untuk

mengasah kepedulian sosial mahasiswa. Selain ketiga materi di atas,

evaluasinya dengan cara tertulis. materi kemuhammadiyahan, kendati ada

praktik lapangan juga tetap ada ujian tertulis. bahkan yang menjadi dasar

kelulusan pada akhirnya adalah materi tertulis. Ujian tertulis ini

dilaksanakan sesuai dengan jadwal regular kampus melalui penugasan, ujian

tengah semester (UtS), dan ujian akhir semester (UAS). Ujian tertulis inilah

yang nantinya akan menentukan kelulusan mahasiswa untuk setiap materi

AIK. Sistem penilaian untuk mata kuliah AIK sama dengan mata kuliah

lain, meliputi: Tugas/Quis 30%, Nilai Uujian Tengah Semester (UTS) 30%,

dan Nilai Ujian Akhir Semester (UAS) 40%. bobot penilian ini bisa diubah

oleh dosen yang bersangkutan dengan tidak melampaui ketentuan yang telah

ditetapkan oleh bagian akademik dan kemahasiswaan (BAAK).

5.2 Luaran yang di capai

Luaran yang akan dicapai dari penelitian berjudul Implemenytasi

kurikulum Al Islam dan Kemuhammadiyahan dalam membangun Karakter

Mahasiswa disajikan pada tabel berikut:

Tabel 1. Target Capaian Luaran Penelitian

No Jenis Luaran Indikator Capaian

Luaran Wajib

1 Publikasi ilmiah pada jurnal berISSN/ Prosiding Jurnal Nasional

Published

2 Publikasi pada media masa cetak/online/ repository PT

Tidak Ada

3 Peningkatan daya saing (peningkatan kualitas, kuantitas serta nilai tambah barang, jasa, diversifikasi produk dan sumber daya lainnya)

Tidak Ada

4 Peningkatan penerapan Iptek di masyarakat (mekanisme, IT dan manajemen)

Tidak Ada

5 Perbaikan tata nilai masyarakat ( seni, budaya, social, politik, keamanan, ketentraman, pendidikan , kesehatan)

Tidak Ada

Luaran Tambahan

1 Publikasi di jurnal internasional Tidak ada

2 Jasa: rekayasa social, metode/system, produk/barang Tidak Ada

3 Inovasi baru TTG Tidak Ada

4 Hak Kekayaan Intelektual (Paten, Paten sederhana, Hak Cipta, merk dagang, rahasis dagang, desain produk industry, perlindungan varietas tanaman, perlindungan desain topografi sirkuit terpadu)

Tidak Ada

5 Buku berISBN Tidak Ada

BAB 6

RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

6.1 Rencana Tahapan Berikutnya

Rencana pada tahapan berikutnya setelah kegiatan penelitian ini

dilakukan yakni Tim peneliti ingin melakukan tahapan untuk buat rencana

tindak lanjut dari kegiatan penelitian tntang Implementasi Kurikulum AIK

tersebut, yaitu dengan cara sebagai berikut:

1) Melakukan peneninjauan terhadap silabus dan buku ajar dan di jadikan

rujukan oleh dosen-dosen AIK

2) Memberikan masukan kepada UPT AIK bahwa Standar operasional

Prosedur terkait perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran AIK

untuk dosen pada tiap jenjang baik AIK 1, II, III, maupun IV perlu

disusun guna menyamakan persepsi, sehingga bukan hanya transfer of

knowledge yang dilakukan melainkan yang lebih utama transfer of value

perlu di gagas bersama.

3) Mengadakan workshop penyusunan buku ajar dengan membentuk tim

penyusun dari dosen AIK per jenjang sesuai yang mereka ajar

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Pendidikan karakter di UM Metro dipahami sebagai penanaman nilai-

nilai keislaman dan kemuhammadiyahan sehingga menjadi watak dan

kepribadian mahasiswa. Selanjutnya nilai-nilai ini terwadahi dalam sebuah

kurikulum yang disebut dengan kurikulum Al-Islam dan

Kemuhammadiyahan (AIK). AIK merupakan inti (core) kurikulum yang

harus diambil oleh setiap mahasiswa, bahkan mahasiswa non muslim.

Impelementasi kurikulum AIK diorganisir melalui perangkat

struktural mulai dari wakil rektor IV bidang AIK sebagai penanggung jawab

utama dan perumus kebijakan di tingkat rektorat, Kemudian UPT AIK

sebagai pusat pengkajian dan koordinasi AIK di tingkat pusat, Wakil Dekan

bidang akademik sebagai penanggungjawab pelaksanaan program AIK di

tingkat fakultas, dan dosen AIK sebagai penanggungjawab pelaksanaan

kurikulum AIK di kelas.

Jenjang struktural dari puncak sampai bawah ini menggambarkan

bahwa pembinaan karakter di UM Metro sudah menjadi perhatian bahkan

menjadi bagian integral dari manajemen UM Metro. Struktur tanggungjawab

ini memungkinkan adanya konsentrasi tersendiri dalam hal pembinaan

karakter.

7.2 Saran

1) Kajian Penelitian ini baru membahas sebatas implementasi kurikulum

AIK, penulis berharap akan ada penelitian yang membahas lebih

mendalam tentang muatan kurikulum AIK dan karakter mahasiswa secara

lebih spesifik

2) Diskusi tentang perencanaan, pelaksanaan, metode pembelajaran dan

evaluasi yang cukup efisien untuk intenalisasi nilai karakter mahasiswa

perlu menjadi agenda berkala bagi dosen-dosen AIK. Sehingga kurikulum

AIK tidak cenderung hanya mencapai ranah kognitif saja.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Wibowo. 2013. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar. Depag RI. 2010. Al Qur’an dan Terjemahnya.Bandung: CV Diponegoro

Departemen Pendidikan Nasional RI. 2002. UU RI No. 20 tahun 2003 tentang

Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional). Jakarta: Sinar Grafika. Djarnawi hadikusumo. 1980. Ilmu Akhlaq. yogyakarta: Persatuan, HR. Al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad no. 273 (Shahiihul Adabil Mufrad No. 207), Ahmad (II/381), dan al-Hakim (II/613), dari Abu Hurairah. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah (No. 45).

Lexy J Moleong. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E.2016. Improved Quality Management Based Learning for preparing

The Character of Graduate in Response Globalisazion Era, International Journal of Education and Research Vol. 4 No. 11 November hal 385-394 , www. Ijern.Com

Muslim Nurdin, et.al. 1993. Moral Islam dan Kognisi Islam. Bandung: Alabeta. Ngainun Naim. 2012. Character Building. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Pedoman Pimpinan Pusat muhammadiyah nomor 02/PED/1.0/b/2012 tentang Perguruan tinggi muhammadiyah, bab. III, Pasal 2.

Sambutan Menteri Pendidikan Nasional pada peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2011, Senin, 2 Mei 2011 dengan tema “Pendidikan Karakter sebagai Pilar Kebangkitan Bangsa; Raih Prestasi Junjung Tinggi Budi Pekerti”. dalam http://nasional.kompas.com

Tim Kurikulum dan Pembelajaran Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan.

2014. Buku Penduan Kurikulum Pendidikan Tinggi. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Tim Pedoman AIK Majlis Dikti PP Muhammadiyah, Pedoman Pendidikan Al

Islam dan Kemuhammadiyahan Perguruan Tinggi Muhammadiyah, (Majlis Dikti PP Muhammadiyah: Yogyakarta, 2013

Roqib, Ilmu Pendidikan Islam ( Yogyakarta:LKI, 2009), h. 78

Lampiran 1. Artikel Ilmiah

IMPLEMENTASI KURIKULUM AL ISLAM DAN

KEMUHAMMADIYAHAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER

MAHASISWA

M. Ihsan Dacholfany, M. Ed*1) Iswati2)

1)Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Metro

2) [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi kurikulum Al Islam dan Kemuhammadiyahan dalam membangun karakter mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Metro. Pendidikan karakter merupakan tujuan utama penyelenggaraan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Metro dan secara spesifik pendidikan karakter di lingkungan Perguruan Tinggi Muhammadiyah juga telah ada sejak PTM berdiri. Pendidikan karakter di PTM disebut pendidikan Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa UM Metro telah mengembangkan dan mengimplementasikan pendidikan karakter melalui kurikulum AIK. Kurikulum AIK ini telah diformulasikan sedemikian rupa dengan tata kelola yang sistematis baik dari sisi kebijakan, muatan isi maupun manajemen pengorganisasiannya. Analisis Data yang digunakan yakni teknik reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Banyak hal positif dan telah dicapai melalui model implementasi kurikulum AIK. Namun demikian, penerapan kurikulum AIK belum sepenuhnya mencapai sasaran yang diharapkan secara maksimal. Ada beberapa hal yang harus dibenahi untuk tercapainya tujuan pendidikan karakter di UM Metro secara maksimal terutama adalah pada muatan materi dan metode pembelajaran yang masih cenderung baru mencapai ranah kognitif mahasiswa. Tetapi fungsi manajemen kurikulum AIK di UM Metro sudah disusun dan dilaksanakan dengan baik. Kata Kunci: Kurikulum, Al Islam dan Kemuhammadiyahan

PENDAHULUAN

Pendidikan karakter dalam dunia pendidikan memiliki peran sentral bagi kemajuan baik sikap, perilaku, maupun pemikiran. Pendidikan karakter merupakan amanah konstitusi dan termaktub dalam undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak terbendung oleh kekuatan fisik dengan berbagai dampak baik positif maupun negatif, menjadi alasan kuat untuk menjadikan pendidikan karakter sebagai basis pertahanan moral dalam menghadapi pengaruh negatif globalisasi.

Peningkatan kualitas pendidikan karakter memiliki dampak bagi keterampilan berfikir kreatif tingkat tinggi sehingga peserta didik dapat bersaing di era globalisasi (Mulyasa, 2016: 393). Berdasarkan pernyataan tersebut artinya pendidikan karakter merupakan ujung tombak pendidikan bagi kemajuan manusia, oleh karena itu pendidikan karakter hendaknya ada di setiap level pendidikan.

Pendidikan karakter di perguruan tinggi merupakan salah satu tugas utama perguruan tinggi sebagaimana yang kehendaki oleh Kurikulum 2012. Berdasarkan UUPT No.12/2012 dan KKNI-Perpres No.8/2012 membahas tentang kesetaraan mutu pendidikan yang meliputi kemampuan sikap dan tata nilai, kemampuan kerja, penguasaan keilmuan, kewenangan, dan tanggung jawab (Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, 2014:6). Di perguruan tinggi umum baik di bawah Kemenristekdikti maupun di Kemenag pendidikan karakter termasuk dalam ranah tridarma perguruan tinggi.

Di Perguruan Tinggi Umum pendidikan karakter tidak secara spesifik ditetapkan. Berbeda dengan perguruan tinggi umum, pendidikan karakter di lembaga pendidikan Muhammadiyah secara spesifik telah diterapkan semenjak lembaga pendidikan Muhammadiyah lahir. Demikian juga pendidikan karakter di lingkungan Perguruan Tinggi Muhammadiyah telah ada sejak PTM berdiri.

Muhammadiyah adalah organisasi yang bercita-cita menegakkan ajaran Islam secara kaafah yang bersifat moderat (wasatiah). Sebagai sebuah organisasi Islam yang memiliki jargon Islam berkemajuan, Muhammadiyah menekankan pada amal nyata dalam gerakan membela kaum lemah dengan mendirikan Amal usaha Muhammadiyah. Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) memiliki beberapa jenis usaha yang dikelola, bukan hanya usaha bidang pendidikan saja, namun juga kesehatan, perdagangan, rumah yatim piatu dan lain-lain.

Bagi Muhammadiyah, pendidikan bukan sekedar alat untuk mencetak manusia-manusia terampil dan menyiapkan masa depan mereka dalam kehidupan dunia tapi mencakup dimensi ukhrawi. K.H. Ahmad Dahlan menyebutnya dengan model pendidikan yang utuh, yaitu pendidikan yang berkeseimbangan antara perkembangan mental dan jasmani, antara keyakinan dan intelek, antara perasaan dengan akal pikiran, serta antara dunia dengan akhirat. (hadikusumo, 1980:5).

Pandangan Muhammadiyah terhadap pendidikan dapat dilihat dalam Tanfidz Keputusan Mukhtamar Satu Abad Muhammadiyah yang mengaskan bahwa visi pendidikan muhammadiyah adalah terbentuknya manusia pembelajar yang bertaqwa, berakhlak mulia, berkemajuan dan unggul dalam Ipteks sebagai perwujudan tadjid dakwah amar

makruf nahi munkar. Sedangkan misi pendidikan muhammadiyah adalah: 1) mendidik manusia memiliki kesadaran ketuhanan (spiritual makrifat), 2) membentuk manusia berkemajuan yang memiliki etos tadjid, berfikir cerdas, alternatif dan berwawasan luas.

Merealisasikan visi dan misi tersebut, di setiap lembaga pendidikan Muhammadiyah, selain memasukkan kurikulum pada umumnya juga wajib diadakan materi yang berkenaan dengan pembinaan keimanan yang dinamakan dengan “Al Islam- Kemuhammadiyahan (AIK)”(PP Muh bab. III, Pasal 2). Ini merupakan materi fardhu a’in, dimana setiap mahasiwa wajib mengambil materi ini. Materi inilah yang menjadi ruh pendidikan muhammadiyah. Inilah model islamisasi kampus yang dilakukan dalam institusi pendidikan muhammadiyah untuk mengintegrasikan keilmuan antara pengetahuan umum dan pengetahuan agama. Secara umum dapat disimpulkan bahwa tujuan utama pendidikan muhammadiyah dengan kurikulum AIKnya adalah pembinaan karakter (character

building) peserta didik dimana materi AIK menjadi sarana utamanya

Tidak berbeda dengan PTM lainnya, AIK di UM Metro menempati posisi strategis. bahkan, menjadi ruh penggerak dan menjadi misi utama penyelenggaraan perguruan tinggi. Pendidikan Al-Islam dan Kemuhamadiyahan (AIK)

juga menjadi Mata Kuliah Wajib Umum (MKWU) yang wajib diikuti oleh semua mahasiswa tanpa kecuali. Pendidikan AIK juga sebagai identitas karakter civitas akademika, menjadi basis kekuatan spiritual, moral dan intelektual serta daya gerak bagi seluruh civitas akademika.

Bagi UM Metro pembelajaran AIK memegang peranan yang sangat penting untuk membentuk insan akademis yang susila, karena itulah yang menjadi tolak ukur keberhasilan matakuliah AIK yang paling pokok adalah terletak pada perubahan sikap (attitude), mental dan tingkah laku mahasiswa. Walaupun UM Metro lebih khusus AIK sudah jelas bahwasanya lembaga yang bernafaskan Islam, akan tetapi tidak membatasi hanya mahasiswa muslim saja, mahasiswa non muslim juga berhak untuk menjadi akademisi yang mulia dan berkarakter.

Apabila melihat keadaan mahasiswa yang menjadi input di UM Metro, tampaknya pihak kampus memerlukan kerja keras untuk mewujudkan visi dari UM Metro. Hal itu tampak dari hasil observasi perilaku sehari-hari mahasiswa di kampus. Perilaku dari mahasiswa yang sering terlihat adalah perilaku yang kurang baik atau kurang terpuji seperti mudah mengeluarkan kata-kata kotor tabu atau porno, merokok di kampus, kurangnya tata krama, serta masih kurang beretika dalam berkomunikasi, tak jarang ketertarikan mereka pada gadget yang begitu kuat menghilangkan rasa

empati pada lingkungan sekitar. Selain itu kesadaran mahasiswa dalam mengamalkan ajaran agama seperti shalat berjamaah masih rendah, sedangkan pengamalan agama merupakan cermin dari tingkatan kualitas keimanan dari seseorang. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa tantangan yang dihadapi oleh UM Metro dalam mewujudkan visinya bisa dikatakan masih berat, karena tidak mudah mengubah karakter mahasiswa dalam waktu singkat.

Pendidikan AIK sebagai Pendidikan Agama Islam di PTM diharapkan dapat manjadi sarana utama untuk meningkatkan kadar religiusitas mahasiswa. Dengan demikian diharapkan karakter atau akhlak dan kesadaran agama mahasiswa yang rendah dapat berubah ke arah yang lebih baik.

METODE

Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini termasuk kategori penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian kualitatif menurut Moleong (2005) adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Adapun materi dalam penelitian ini adalah membahas implementasi kurikulum Al Islam dan Kemuhammadiyahan dalam membangun karakter mahasiswa. Adapun yang menjadi fokus penelitian ini adalah implementasi

kurikulum AIK dan Pendidikan karakter mahasiswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Kurikulum AIK yang

diberlakukan di UM Metro

Kurikulum AIK merupakan inti pembinaan karakter di PTM/A Melalui mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami dan menghayati ajaran-ajaran Islam sehingga membentuk sikap dan kepribadian dalam kehidupan mereka. Kurikulum AIK inilah yang menjadi model atau katakanlah kiblat pembinaan karakter di PTM/A.

Berdasar pada Visi dari Perguruan tinggi Muhammadiyah yaitu Mewujudkan insan yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Subhanahu Wata’ala, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri. Maka melalui visi umum tersebut tersirat jelas bahwa pendidikan karakter pun merupakan tujuan utama penyelenggaraan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Metro. Di UM Metro pembelajaran AIK memegang peranan yang sangat penting untuk membentuk insan akademis yang susila, karena itulah yang menjadi tolak ukur keberhasilan matakuliah AIK yang paling pokok adalah terletak pada perubahan sikap (attitude), mental dan tingkah laku mahasiswa, akan tetapi tidak membatasi hanya mahasiswa

muslim saja, mahasiswa non muslim juga berhak untuk menjadi akademisi yang mulia dan berkarakter.

Di UM Metro, AIK merupakan kategori mata kuliah wajib umum (MKWU). Sesuai Pedoman Pendidikan AIK Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang dirumuskan oleh tim Majlis Pendidikan Tinggi Pimpinan Pusat Muhammadiyah bahwa jumlah jam pembelajaran dan SKS kuliah AIK minimal 8 SKS dan maksimal 12 SKS (Majlis Dikti PP Muhammadiyah, 2013). Di UM Metro beban ajar mata kuliahAIK yang ditetapkan yakni 8 SKS. Yaitu AIK I, AIK II, AIK III dan AIK IV. Sks tersebut wajib di tempuh oleh mahasiswa mulai dari semester satu sampai dengan semester empat. Pokok pembahasan AIK sesuai dengan meliputi: AIK I (Kemanusiaan dan Keimanan), AIK II (Ibadah, Akhlak dan Muamalah). AIK III (Kemuhammadiyahan), AIK IV (Islam dan Ilmu Pengetahuan).

Dalam implementasi kurikulum ini, UM Metro membentuk perangkat struktural mulai dari tingkat rektorat sampai pelaksanaan di kelas. Susunan struktural tersebut secara berurutan dari yang tertinggi sampai urutan paling bawah adalah: Rektor, Wakil Rektor IV, Unit Pelaksana Teknis (UPT) AIK, Wakil Dekan Bidang Akademik, dan Dosen AIK. Rektor bertindak sebagai

pemegang otoritas dan penanggungjawab tertinggi. sehingga semua kebijakan AIK harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari rektor . Kemudian wakil rektor IV bidang AIK bertindak mewakili rektor dalam bidang AIK. Wakil Rektor IV inilah yang bertindak sebagai perumus kebijakan dan pengendali pelaksanaan AIK. jadi warek IV adalah top leader yang berhak menentukan arah dan kebijakan sekaligus melakukan monitoring pelaksanaan AIK. selanjutnya UPT AIK bertindak sebagai pelaksana lapangan. UPT AIK bertugas membantu warek IV baik dalam hal perumusan arah dan misi, pelaksanaan, maupun monitoring di lapangan. Dengan demikian, UPT AIK adalah penanggungjawab lapangan pelaksanaan program AIK tingkat universitas. Keempat, wakil Dekan bidang akademik dalah penanggung jawab pelaksanan AIK di tingkat fakultas. berbagai kebijakan AIK yang telah dirumuskan kemudian diteruskan kepada wakil Dekan bidang AIK di masing-masing fakultas. Kelima, Dosen AIK adalah penanggungjawab mata kuliah AIK, sekaligus sebagai penanggungjawab pelaksanaan program AIK.

Jenjang struktural dari puncak sampai bawah ini menggambarkan bahwa pembinaan karakter di UM Metro sudah menjadi perhatian bahkan

menjadi bagian integral dari manajemen UM Metro. Struktur tanggungjawab ini memungkin kan adanya konsentrasi tersendiri dalam hal pembinaan karakter.

Berdasarkan wawancara dengan kepala UPT AIK didapatkan informasi bahwa meskipun kurikulum dan materi AIK I sampai dengan IV sudah jelas, namun di beberapa fakultas, semuanya belum berjalan maksimal. Dari internal dosen dan pejabat berwenang di fakultas terkadang masih belum sadar sepenuhnya atas tugas pembinaan karakter ini. Sehingga sinergitas internalisasi karakter mahasiswa menjadi sedikit sulit sebab daya dukung tidak berjalan beriringan. Umumnya AIK hanya dipahami sebagai serangkaian mata kuliah yang harus didistribusikan kepada mahasiswa. jadi terkesan tugas utama yang dipahami adalah membagi jadwal perkuliahan AIK.

Adanya simplifikasi pemahaman bahwa AIK adalah pendidikan agama yang konotasinya hanya masalah ibadah. Padahal kurikulum AIK tujuannya adalah pendidikan karakter. Secara substansial, pemilahan atau pun pembebanan khusus tanggungjawab AIK ini memang bisa saja menjadi nilai lebih. Nilai lebihnya adalah untuk menfokuskan tanggungjawab sehingga program pelaksanaan dan pengembangan AIK dapat dilaksanakan dengan baik

Kurikulum AIK adalah satuan pembelajaran yang sudah tersusun dan terencana secara formal dan sistematis. bahkan kurikulum ini mempunyai payung hukum yang kuat, baik di aturan-aturan internal di lingkungan UM Metro maupun dalam kebijakan PP Muhammadiyah. Karenanya, jika ingin melihat model pembinaan karakter di UM Metro, maka kurikulum AIK adalah objek utama kajiannya yang sangat selaras dengan visi misi UM Metro yakni sebagai pusat keunggulan profetik profesional, modern dan mencerahkan. Kurikulum AIK merupakan inti kurikulum yang dijadikan sarana pembinaan karakter bagi mahasiswa. materi ini meliputi: Pendidikan Agama, Akidah, muamalah, Ibadah-Akhlak, dan Islam untuk disiplin Ilmu.

AIK merupakan inti (core) kurikulum yang harus diambil oleh setiap mahasiswa, bahkan mahasiswa non muslim. Mata kuliah AIK juga sering disebut dengan mata kuliah misi. maksudnya, mata kuliah ini adalah mata kuliah yang punya misi untuk mendakwahkan ajaran Islam. melaksanakan kurikulum ini, UM Metro membentuk perangkat struktural mulai dari tingkat rektorat sampai pelaksanaan di kelas.

2. Karakter mahasiswa UM Metro

UM Metro telah menetapkan beberapa nilai karakter yang dijadikan standar pembinaan. nilai-nilai karakter ini dapat dilihat dalam visi misi UM Metro yakni sebagai pusat keunggulan profetik, profesional, modern dan mencerahkan. Nilai-nilai inilah yang pada tahap selanjutnya akan menjelma menjadi budaya di lingkungan UM Metro.

Sesuai visi misi di atas, UM Metro menetapkan beberapa nilai dasar yang harus dianut dan dijadikan pedoman bagi seluruh keluarga besar UM Metro, yaitu: Siddiq, Amanah, Fathonah dan Tabligh sebagaiamana telah dijelaskan di atas, UM Metro adalah kampus kepanjangan dakwah Muhammadiyah ( Pengikut Nabi Muhammad). Penyebaran dan internalisasi ajaran Islam kepada para mahasiswa menjadi target dan sasaran utama visi UM Metro.

Untuk menajamkan visi ini, kepala UPT AIK sering menyebut UM Metro sebagai kampus bernuansa Islami. Islami maksudnya kampus yang dijiwai dan menjadikan ajaran Islam sebagai landasan utama gerakan. muhammadiyah artinya kampus yang dijiwai dengan semangat dan nilai-nilai kemuhammadiyahan. Internalisasi nilai-nilai ajaran Islam inilah yang pada gilirannya diharapan menjadi starting point

untuk membina karakter mahasiswa.

Secara sederhana, ada asumsi umum bahwa ketika seseorang mempunyai pengamalan dan penghayatan spiritual yang baik maka akhlak (karakter)-nya juga akan baik. Dalam konteks inilah materi AIK menjadi ruh dan harga mati yang harus diberikan kepada seluruh mahasiswa. Sebab materi inilah perwujudan teknis dari pembinaan jiwa spiritual tersebut. Karenanya, sangat logis, bahkan menjadi sebuah keharusan jika pembinaan keagamaan melalui kurikulum AIK menjadi penekanan utama bagi pembinaan karakter di UM Metro.

AIK dianggap sebagai pioner dan titik perhatian pembinaan karakter di UM Metro. Oleh sebab itu, AIK juga menjadi obyek yang seakan harus bertanggung jawab jika ada pelanggaran-pelanggaran yang tidak diharapkan terjadi. namun demikian realisasi AIK belum sepenuhnya memenuhi harapan sebagai design kurikulum yang terfokus sebagai kurikulum pembinaan karakter. Materi-materi AIK banyak diantaranya yang arahan kompetensinya justru kognitif, tak ada bedanya dengan mata kuliah lain.

Melihat nilai-nilai karakter yang tertulis dalam visi misi UM Metro seharusnya menjadi tugas dan dibebankan secara proporsional kepada setiap dosen

dan mata kuliah yang ada, namun umumnya menganggap bahwa hanya AIK-lah yang bertugas membina karakter mahasiswa. Kedua, anggapan pertama ini mengarahkan satu kesimpulan bahwa pendidikan karakter di UM metro diajarkan terpisah dari mata kuliah lain, tapi terintegrasi dalam mata kuliah AIK. Ketiga, silabus mata kuliah dan buku ajar masih lebih banyak mencerminkan sasaran kompetensi kognitif, ketimbangan pembentukan karakter. Dalam konteks ini, dosen memegang peran kunci dalam pembinaan karakter. Mereka dituntut dapat berimprofisasi untuk mengarahkan materi dan melakukan internalisasi nilai-nilai keislaman terhadap mahasiswa. Keempat, pemahaman dan komitmen beragama menjadi satu-satunya nilai andalan yang menjadi sasaran pembinaan karakter di UM Metro. Anggapan utamanya adalah, jika orang sudah baik agamanya pastilah akan baik karakternya. Pernyataan tersebut tentu saja ini tidak sepenuhnya salah, tapi setidaknya anggapan ini tentu terlalu simplistis dan mereduksi banyak hal. Faktanya, dalam tataran praksis anggapan ini masih mengundang banyak problem.

3. Implementasi kurikulum AIK

dalam membangun karakter

mahasiswa di UM Metro

Pembinaan karakter di UM Metro sudah diberikan sejak mahasiswa baru masuk. Sebelum perkuliahan dimulai, mahasiswa baru wajib mengikuti serangkaian kegiatan orientasi kampus yang biasa di sebut sebagai masa ta’aruf mahasiswa atau yang biasa di singkat dengan mastama. Dengan materi di dalamnya salah satunya yaitu tentang perilaku hidup Islami atau pengenalan Al Islam kemuhammadiyahan (AIK). Semua mahasiswa harus mengikuti kegiatan ini dan sertifikatnya nantinya dijadikan syarat untuk mengikuti ujian akhir. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa masa orientasi adalah pintu masuk untuk mata kuliah AIK.

Mastama merupakan orientasi mahasiswa baru pada umumnya, tapi dengan muatan dan penekanan keislaman atau menjadi semacam islamisasi orientasi kampus. Setelah rangkaian mastama selesai, pembinaan karakter melalui AIK dilakukan dalam proses perkuliahan melalui materi-materi AIK. Perkuliahan AIK dilaksanakan sesuai dengan jadwal perkuliahan. Metode yang digunakan dalam perkuliahan ini umumnya adalah ceramah dan diskusi, kecuali materi praktik ibadah, membaca kitab suci al-Qur’an. Mahasiswa diberi tugas

untuk membuat makalah secara berkelompok kemudian mempresentasikan dan mendikusikannya di depan kelas.

Materi pengajaran AIK disesuaikan dengan silabus untuk masing-masing mata kuliah. Sebelum perkuliahan dimulai, selama 10 (sepuluh) menit dilakukan tadarus al-Quran terlebih dahulu. Dosen menunjuk mahasiswa bergiliran untuk membaca ayat suci al-Qur’an. Setelah itu kemudian dosen atau mahasiswa yang ditunjuk membacakan arti ayat dan mengulas secara ringkas. tadarus al-Qur’an di awal perkuliahan ini, selain untuk memetakan sekaligus memotifasti mahasiswa mengenai kemampuan membaca kitab suci al-Qur’an, tujuan utamanya sebenarnya untuk memberikan injeksi dan men-carger spiritual melalui keutamaan membaca al-Qur’’an.

Mata kuliah AIK juga sudah dilengkapi dengan buku ajar yang menjadi referensi utama mata kuliah terkait. buku ajar ini ada ynag ditulis langsung oleh dosen-dosen AIKA yang kompeten di bidangnya. buku ajar ini menjadi acuan utama dan bacaan wajib bagi mahasiswa. Dikarenakan materi AIKA adalah materi sama yang diajarkan oleh dosen yang berbeda-beda, maka untuk menghindari ketimpangan diadakan pertemuan rutin setiap seminggu sekali bagi dosen pengampu mata kuliah yang sama.

melihat ini tentunya lebih cenderung ke arah pemahaman kognitif. Di sinilah peran indoktrinasi yang sifatnya afektif sangat ditentukan oleh dosen yang bersangkutan. Umumnya para dosen ini adalah para penceramah yang bisa diandalkan untuk melakukan tugas ini.

Dosen AIKA harus mempunyai pengkhususan nilai dan menanamkan nilai itu kepada mahasiswa. Namun hal ini belum menjadi kebijakan yang sistematis atau setidaknya arahan khusus sehingga semua itu berjalan menurut selera masing-masing dosen. jika kesadaran dari dosen yang bersangkutan tak ada, maka dapat dipastikan proses penanaman nilai-nilai karakter tak sampai sasaran. Perkuliahan AIK berjalan sebagaimana materi-materi lain yang diajarkan, diterima, dann dipahami secara kognitif. Di sinilah kemudian arah indoktrinasi untuk menanamkan nilai-nilai karakter islami harus disistematisasikan dalam proses pembelajaran. Semuanya harus diskenariokan dan dikemas sedemikian rupa mulai dari hal-hal yang bersifat simbolik sampai yang substansial. harus ada semacam SoP (standar operational procedure) tersendiri bagi dosen-dosen AIK.

Di PTM Dosen AIK diibaratkan penjaga moral yang menjadi suritauladan dan rule model bagi seluruh sivitas akademika, tuntutan yang besar

ini tentunya harus dibarengi dengan tingkat perhatian yang besar pula terhadap dosen-dosen AIK. Pada konteks ini, dosen AIK memagang peran penting dalam pembinaan karakter di UM Metro. hal ini terutama dilatarbelakangi oleh dua hal penting: pertama, secara konseptual, kurikulum AIK belum mengarah sepenuhnya pada pembinaan karakter. Kedua, tugas dosen AIK tidak hanya mentransfer pengetahuan), akan tetapi yang terutama melakukan internalisasi nilai kepada mahasiswa. hal kedua inilah yang membedakan dengan mata kuliah lain yang sekaligus juga memberikan beban ganda yang berat bagi dosen-dosen AIK.

Menelaah silabus, buku referensi dan metode pembelajaran semuanya adalah metode-metode yang berbasis kognitif. Dengan kata lain, semuanya kurang mendukung sebagai instrumen untuk internalisasi nilai. Inilah masalah utama yang harus dipecahkan oleh para dosen AIK. Apalagi jika mengingat jarak tempuh studi yang tidak terlalu lama. Padahal, mengubah sikap, menanamkan nilai, dan membentuk karakter bukanlah persoalan mudah yang membutuhkan pembinaan simultan dalam waktu yang panjang.

Evaluasi materi AIKA meliputi dua hal: ujian praktik dan ujian tertulis. Ujian praktik diberlakukan untuk mata kuliah

ibadah, membaca al-Quran, dan kemuhammadiyahan. materi ibadah yang diujikan terutama adalah shalat dan bacaannya. Secara umum, penekanan evaluasi terletak pada sesuai dan tidaknya praktik shalat yang mereka jalankan dengan standar standar muhammadiyah. Sedangkan materi baca al-Quran penekanannya adalah kesesuaian bacaan dengan kaidah ilmu tajwid. Selanjutnya, untuk materi kemuhammadiyahan materi praktiknya adalah dakwah lapangan. maksud utama dakwah lapangan ini adalah untuk mengasah kepedulian sosial mahasiswa. Selain ketiga materi di atas, evaluasinya dengan cara tertulis. materi kemuhammadiyahan, kendati ada praktik lapangan juga tetap ada ujian tertulis. bahkan yang menjadi dasar kelulusan pada akhirnya adalah materi tertulis. Ujian tertulis ini dilaksanakan sesuai dengan jadwal regular kampus melalui penugasan, ujian tengah semester (UtS), dan ujian akhir semester (UAS). Ujian tertulis inilah yang nantinya akan menentukan kelulusan mahasiswa untuk setiap materi AIK. Sistem penilaian untuk mata kuliah AIK sama dengan mata kuliah lain, meliputi: Tugas/Quis 30%, Nilai Uujian Tengah Semester (UTS) 30%, dan Nilai Ujian Akhir Semester (UAS) 40%. bobot penilian ini bisa diubah oleh dosen yang bersangkutan dengan

tidak melampaui ketentuan yang telah ditetapkan oleh bagian akademik dan kemahasiswaan (BAAK).

KESIMPULAN

Pendidikan karakter di UM Metro dipahami sebagai penanaman nilai-nilai keislaman dan kemuhammadiyahan sehingga menjadi watak dan kepribadian mahasiswa. Selanjutnya nilai-nilai ini terwadahi dalam sebuah kurikulum yang disebut dengan kurikulum Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK). AIK merupakan inti (core) kurikulum yang harus diambil oleh setiap mahasiswa, bahkan mahasiswa non muslim. Kurikulum ini terdiri dari beberapa mata kuliah khusus yang terdiri dari: Akidah, Ibadah, Akhlak, Kemuhammadiyahan, membaca al-Qur’an, dan Ipteks

Impelementasi kurikulum AIK diorganisir melalui perangkat struktural mulai dari wakil rektor IV bidang AIK sebagai penanggung jawab utama dan perumus kebijakan di tingkat rektorat, Kemudian UPT AIK sebagai pusat pengkajian dan koordinasi AIK di tingkat pusat, Wakil Dekan bidang akademik sebagai penanggung jawab pelaksanaan program AIK di tingkat fakultas, dan dosen AIK sebagai penanggung jawab pelaksanaan kurikulum AIK di kelas.

Jenjang struktural dari puncak sampai bawah ini

menggambarkan bahwa pembinaan karakter di UM Metro sudah menjadi perhatian bahkan menjadi bagian integral dari manajemen UM Metro. Struktur tanggungjawab ini memungkinkan adanya konsentrasi tersendiri dalam hal pembinaan karakter.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini terlaksana dengan bantuan anggaran dari Universitas Muhammadiyah Metro melalui Program dan Anggaran Wakil Rektor 1 bagian Akademik tahun 2020. Dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rektor Universitas Muhammadiyah Metro, Bapak Wakil Rektor 1 dan Ketua LPPM Universitas Muhammadiyah Metro DAFTAR PUSTAKA

Djarnawi hadikusumo. 1980. Ilmu

Akhlaq. yogyakarta: Persatuan,

Lexy J Moleong. 2005. Metodologi Penelitian

Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E.2016. Improved

Quality Management Based

Learning for preparing The

Character of Graduate in

Response Globalisazion

Era, International Journal of Education and Research Vol. 4 No. 11 November hal 385-394 , www. Ijern.Com

Pedoman Pimpinan Pusat muhammadiyah nomor 02/PED/1.0/b/2012 tentang

Perguruan tinggi muhammadiyah, bab. III, Pasal 2.

Tim Kurikulum dan Pembelajaran Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan. 2014. Buku Penduan Kurikulum

Pendidikan Tinggi. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Tim Pedoman AIK Majlis Dikti PP Muhammadiyah, Pedoman Pendidikan Al

Islam dan

Kemuhammadiyahan

Perguruan Tinggi

Muhammadiyah, (Majlis Dikti PP Muhammadiyah: Yogyakarta, 2013