pemisahan logam menggunakan mikroorganisme
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Mineral
Mineral merupakan zat non-organik padat yang terbentuk
secara alamiah, terdiri atas unsur atau senyawa unsur-unsur;
mempunyai susunan/komposisi kimia tertentu dan struktur
internal kristal beraturan. Mineral logam adalah mineral yang
unsur utamanya mengandung logam, memiliki kilap logam, dan
umumnya bersifat sebagai pengahantar panas dan listrik yang
baik. Mineral logam didapat dari bijih logam, bijih adalah
kumpulan mineral yang mengandung satu atau lebih logam yang
dapat diolah secara menguntungkan.
Bioteknologi merupakan suatu kajian yang berhubungan
dengan penggunaan organisme hidup atau produknya dalam proses
industri berskala-besar. Bioteknologi mikroorganisme adalah
aspek bioteknologi industri yang berhubungan dengan proses
yang melibatkan mikroorganisme. Pengolahan mineral hasil
tambang menjadi logam merupakan proses metalurgi yang telah
dikembangkan sejak ribuan tahun silam. Pengolahan tersebut
dilakukan melalui beberapa tahap yaitu proses pengolahan
mineral, proses ekstraksi logam, dan proses metalurgi fisika.
Pemanfaatan mikroorganisme untuk memisahkan logam dengan
bijih logam kini diterapkan di pertambangan logam. Banyak
jenis bakteri, khamir, dan gangang yang dapat digunakan untuk
mengoksidasi mineral sulfida.
1.2 Sumber logam yang diekstraksi
1
a. Bijih logam
Logam adalah unsur alam yang dapat diperoleh dari laut,
erosi batuan tambang, vulkanisme dan sebagainya (Clark,
1986). Umumnya logam-logam di alam ditemukan dalam bentuk
persenyawaan dengan unsur lain, sangat jarang yang
ditemukan dalam elemen tunggal
b. Limbah logam
Sumber logam pada limbah ini dibagi lagi menjadi dua
yakni, limbah padat dan limbah cair. Sedikitnya terdapat 80
jenis dari 109 unsur kimia di muka bumi ini yang telah
teridentifikasi sebagai jenis logam berat. Berdasarkan
sudut pandang toksikologi, logam berat ini dapat dibagi
dalam dua jenis. Jenis pertama adalah logam berat esensial,
di mana keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat
dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang
berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat
ini adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan lain sebagainya. Logam Zn
misalnya dalam jumlah kecil merupakan unsur penting dalam
metabolisme, sehingga kalau anak kekurangan Zn akan
menghambat pertumbuhan, namun bila terlalu banyak Zn akan
mempengaruhi metabolisme kolesterol, mengubah nilai lipo
protein dan dapat mempercepat timbulnya ateroklorosis.
(Sinaga, 2009)
Sedangkan jenis kedua adalah logam berat tidak esensial
atau beracun, di mana keberadaannya dalam tubuh masih belum
diketahui manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun,
seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain. Sebenarnya sumber-
sumber logam berat dapat berasal dari hasil pelapukan
2
batuan mineral dan antropogenik, namun ada juga yang
berasal dari aktivitas manusia melalui limbah dari suatu
industri atau penambangan, contohnya pertambangan minyak,
emas, batubara, pambangkit tenaga listrik, peptisida,
keramik, peleburan logam, dan pabrik-pabrik pupuk.
(Prayitno, 2009)
Sebagian logam berat seperti timbal (Pb), kadmium (Cd),
dan merkuri (Hg) merupakan zat pencemar yang berbahaya.
Logam berat termasuk zat pencemar karena sifatnya yang
stabil dan sulit untuk diuraikan. Berbeda dengan logam
biasa, logam berat adalah istilah yang digunakan secara
umum untuk kelompok logam berat dan metaloid yang
densitasnya lebih besar dari 5 g/cm3. Dalam perairan, logam
berat dapat ditemukan dalam bentuk terlarut dan tidak
terlarut. Logam berat terlarut adalah logam yang membentuk
komplek dengan senyawa organik dan anorganik, sedangkan
logam berat yang tidak terlarut merupakan partikel-partikel
yang berbentuk koloid dan senyawa kelompok metal yang
teradsorbsi pada partikel partikel yang tersuspensi (Razak,
1980)
Beberapa penelitian telah dilakukan guna mencari
penyelesaian dalam penanggulangan dan pencegahan logam
berat dalam libah. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
mikroorganisme memiliki kemampuan dalam menurunkan kadar
logam berat dari limbah
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pemisahan Logam
Metalurgi adalah pengetahuan yang mengkaji tentang cara-
cara pengolahan logam dari bijihnya hingga memperoleh logam
yang siap untuk digunakan. Pengolahan logam dilakukan melalui
beberapa proses, yaitu proses pengolahan mineral, proses
ekstraksi logam, dan proses metalurgi fisika. Dalam proses
pengolahan mineral, tahap uji yang paling kecil dilakukan
adalah tes metalurgi. Tes metalurgi dilakukan untuk mengetahui
komposisi kimia bijih, mempelajari mineralogi bijih (seperti:
komposisi mineral), densitas mineral, penetuan kadar air
(moisture), distribusi ukuran, dan derajat liberasi (rasio
antara berat mineral yang bebas dibandingkan dengan berat
mineral keseluruhan). Tahap lanjutan dari tes metalurgi adalah
pengujian skala laboratorium. Gambar 2 di bawah adalah diagram
alir yang menunjukkan alur proses dalam percobaan berskala
laboratorium.
Diagram alir proses percobaan skala laboratorium
(Kurniawan dkk, 2009)
4
Proses metalurgi fisika dibagi menjadi 3 prinsip
pengerjaan : (1) Perlakuan awal, dengan cara melakukan
pemekatan bijih (concentration of ore) agar bijih yang
diinginkan terpisah dari materi pengotor (gangue). (2) Proses
reduksi, yaitu mereduksi senyawa logam yang ada pada bijih
agar berubah menjadi logam bebas. (3) Pemurnian (refining),
yaitu melakukan pengolahan logam kotor melalui proses kimia
agar diperoleh tingkat kemurnian tinggi
Pemekatan Bijih bertujuan untuk memisahkan mineral dari
pengotornya sehingga diperoleh kadar bijih tinggi. Pemekatan
dapat dilakukan melalui dua teknik pemisahan, yaitu pemisahan
secara fisis dan pemisahan secara kimia.
1. Pemisahan secara fisis terdiri dari :
Pemisahan pengapungan (flotation separation),
Pemisahan gaya berat (gravity separation),
Pemisahan magtetik (magnetic separation),
Pemisahan pencairan (liquation separation), dan
5
Pemisahan amalgam (amalgams separation).
2. Pemisahan secara kimia terdiri dari :
Proses pelindian (leaching),
Proses pemanggangan (roasting),
2.2 Pemisahan logam dari bijih dan limbah logam
1. Bioleaching
Bioleaching adalah suatu proses pelarutan/pelepasan logam
atau pengambilan (ekstraksi) logam dari sedimen (limbah) atau
bijih logam menjadi bentuk yang larut dengan menggunakan
bantuan mikroorganisme. Pada metode bioleaching tidak
mempersoalkan tentang pelarut yang digunakan, jadi boleh
menggunakan pelarut yang tidak selektif terhadap logam
tertentu. Faktor penting yang dapat mempengaruhi kualitas dan
kuantitas bioleaching logam dari limbah padat (sedimen) atau
bijih logam adalah jenis limbah padat yang akan diolah, ukuran
partkel bijih, persen padatan, laju pengadukan yang paling
optimal, pemilihan jenis mikroorganisme, waktu ekstraksi,
persen ekstraksi, serta pH medium dan temperatur.
Jenis padatan logam yang daat digunakan untuk aplikasi
bioleaching dapat berupa bijih dengan kandungan logam yang
rendah ataupun limbah padat yang mengandung logam, seperti:
emas, timbal, seng, nikel, tembaga, krom dan sebagainya.
Pemilihan mikroorganisme yang akan digunakan harus memiliki
selektifitas terhadap logam-logam tertentu. Mikroorganisme
yang umumnya digunakan dalam proses bioleaching bisa dari
golongan bakteri dan fungi. Golongan bakteri seperti
Thiobacillus ferooxsidans, thiobasillus thiooxidans,
6
Escherechia Coli dan sebagainya, sedang golongan fungi seperti
Aspergillus niger, dan penicillium simplicissium
Pengembangbiakan mikroorganisme dilakukan dengan
mengambil sampel mineral dengan kondisi yang belum dilakukan
perlakuan apapun. Sampel masih dalam kondisi terkemas tepat
sebelum dilakukan pengambilan. Hal ini bertujuan untuk
mencegah terjadinya interaksi dengan mikroorganisme yang tidak
diharapkan, dengan kata lain untuk menjaga orisinalitas
sampel. Mikroorganisme dikembangbiakan didalam media dan
nutrisi tertentu. Media yang akan digunakan adalah media 9K+
yang mengandung (NH4)SO4, KCl, MgSO4.7H2O, FeSO4.7H2O. Nutrisi
untuk bakteri atau sumber energi didapat dari sulfur dan besi.
Sulfur dapat bersumber dari senyawa pirit (FeS2) atau sulfur
elemental dalam bentuk bubuk. Nutrisi lain seperti karbon,
oksigen dan nitrogen dapat diperoleh dari atmosfer dan limbah
industri tahu dan tempe yang kaya akan unsur-unsur ini
Penentuan temperatur bioleaching disesuaikan dengan
kondisi pertumbuhan optimum dari mikroorganisme yang digunakan
agar didapatkan yield konsentrasi logam yang maksimal. Dibawah
ini merupakan skema alat utama yang digunakan dalam proses
bioleaching
Skema Alat Bioleaching
7
(Kurniawan dkk, 2009)
Keterangan
A. Shaker
B. Water Batch
C. Termometer
D. Regulator Temperatur
E. Labu Erlemeyer
Bioleaching dilakukan dengan metode shaking (kocok)
menggunakan shaker yang kecepatan putarnya dapat diatur-atur
Tahap Pemisahan Logam dengan Bioleaching
(Kurniawan dkk, 2009)
8
A
BE
Mempersiapkan bahan baku spentcatalyst (pengecilan ukuran
menimbang bahan baku spentcatalyst dengan massa 100 g
Mempersiapkanmikroorganisme yang
Mempersiapkannutrisi
Pada percobaan bioleaching, medium cair terdiri dari aqua
DM, nutrisi, dan kultur mikroorganisme. Medium cair yang
mengandung asam organik inilah yang berperan sebagai solvent
untuk melarutkan logam ke dalam rafinat. Jika kandungan logam
dalam bahan baku relatif besar, maka volume medium cair yang
diumpankan juga harus besar. Hal ini bertujuan untuk
memperbesar yield logam dan juga menjamin mikroorganisme tetap
hidup , karena jika volume medium cair kecil sedanngkan
9
Nutrisi yangditambahkan
Jumlah mikroorganismeyang ditambahkan
adalah 10% dari total
Mencampur semua bahan dalam labu erlemeyerdan menambahkan aqua DM sebanyak 170 ml
Melakukan proses bioleaching secaraaerob pada temperatur 370C untukbakteri dan fungi, pada waktu
Melakukan dekantasi kemudianmengambil 25 ml sampel rafinatpada setiap variasi waktu yang
Padatan sisa yangdiperoleh dibuang karena
Melakukan analisiskonsetrasi logam pada 25 ml
Melakukan kembali percobaan sesuai denganvariasi jenis limbah, waktu bioleaching,
dan jenis mikroorganisme
kandungan logam dalam bahan baku besar, maka hal ini dapat
bersifat toxic bagi mikroorganisme sehingga kemungkinan
mikroorganisme akan menjadi non aktif lebih ceapat.
Selama bioleaching berlangsung pertumbuhan mikroorganisme
untuk memperbanyak diri tidak terlalu besar, karena
mikroorganisme ini akan lebih berkonsentrasi pada aktivitas
metabolismenya dengan mengkonsumsi makanan. Aktivitas
metabolisme yang dilakukan mikroorganism yaitu glikolisis.
Dalam hal ini glukosa sebagai sumber karbon berasal dari
medium nutrisi mikroorganisme yang ikut diumpankan bersama
mikroorganisme. Dengan pertimbangan bahwa bioleaching akan
dilangsungkan dalam waktu yang cukup lama, maka dibutuhkan
nutrisi yang cukup untuk menunjang aktivitas metabolisme
mikroorganisme untuk menghasilkan asam organik secara
kontinyu.
Aktivitas glikolisis yang terjadi berlangsung pada
suasana aerobik. Asam piruvat yang dihasilkan dari aktivitas
tersebut selanjutnya dikonversi oleh mikroorganisme dari
nutrisi menjadi senyawa asam organik, seperti asam asetat dan
asam sitrat. Asam organik yang dihasilkan berperan sebagai
agen leaching yang melarutkan solut logam menuju fasa cair
Pada saat logam mengalami pelarutan, maka reaksi yang
berlangsung adalah difusi, dimana driving forcenya adalah
perbedaan konsentrasi logam. Reaksi ini merupakan reaksi
antara atom-atom pada lapisan permukaan kristal logam dengan
larutan asam organik reaktif yang berada di luar kristal.
Waktu bioleaching sangat berpengaruh terhadap perolehan logam
dalam rafinat. Perolehan logam akan maksimal ketika tercapai
10
kondisi kesetimbangan yaitu ketika tidak terjadi lagi
pelarutan logam ke dalam rafinat. Pada umumnya proses
pelarutan dipengaruhi oleh temperatur, dimana semakin tinggi
temperatur maka pelarutan solut dari padatan ke dalam fasa
cair (rafinat) juga akan semakin besar, maka pada proses
bioleaching temperatur juga berpengaruh (Kurniawan dkk, 2009)
Contoh Mikroorganisme pada proses bioleaching
(1) Thiobacillus ferrooxidans
Di daerah pertambangan, bakteri Thiobacillus
ferrooxidans merupakan salah satu mikroorganisme
penting. Bakteri ini termasuk pelarut (leaching) logam-
logam dari bijih tambang, ditemukan pada daerah tambang
yang telah didrainase dengan pH lingkungan masam.
Thiobacillus ferrooxidans merupakan kelompok
acidophilik kemolithotropik yang toleran terhadap
logam-logam toksik (Clausen, 2000) dan hidup pada
lingkungan masam dengan temperatur panas, retakan bahan
volkanik, dan deposit bijih sulfida dengan konsentrasi
asam sulfurik tinggi. Bakteri ini dapat mengoksidasi
mineral sulfida dari fero menjadi feri dan mengubah
mineral sulfit menjadi asam sulfat. Thiobacillus
ferrooxidans berperan memisahkan logam dari bijinya
atau kotoran sehingga di dapat logam berkualitas
tinggi. Bakteri ini juga berperan memindahkan uranium
dari bijih tambang melalui reaksi secara langsung dan
tidak langsung.
(2) Sulfolobus acidocaldarius dan S. brierleyi
11
Kedua bakteri ini dapat mengoksidasi sulfur dan besi
sebagai sumber energi, dan memanfaatkan CO2 atau
senyawa organik sederhana untuk mendapatkan karbon.
Bakteri ini hidup dalam lingkungan aerobik maupun
anaerobik. Mineral-mineral chalcopyrite (CuFeS2) dan
molybdenite (MoS2) yang tahan terhadap kebanyakan
mikroorganisme, dapat dengan mudah diserang oleh
Sulfolobus dan menghasilkan logam-logam dapat larut
yang tidak toksik bagi organisme. Molibdenum adalah
sangat toksik untuk Thiobacilli, namun dengan mudah
dapat ditahan oleh S. brierleyi pada konsentrasi 750
mg/L. Walaupun Sulfolobus belum diisolasi sebagai
pelarut komersil, tetapi studi laboratorium menegaskan
bahwa mikroorganisme tersebut memiliki kemampuan untuk
berkembang biak di dalam lingkungan tanah. Kemampuannya
untuk melarutkan logam-logam dari bijih tambang baru
diakui saat ini, yaitu dapat menyerang struktur mineral
resisten (Brierley, 1982)
2. Bioremoval
Bioremoval didefinisikan sebagai terakumulasinya dan
terkonsentrasinya zat pencemar dari suatu cairan oleh bahan
biologi, selanjutnya melalui proses recovery bahan tersebut
dapat dibuang dan ramah terhadap lingkungan. Proses tersebut
meliputi pemilihan strain yang sesuai, metode kulturisasi dan
kondisi fisik biomassa. Mikroorganisme dimasukkan, ditumbuhkan
dan selanjutnya dikontakkan dengan air yang tercemar ion-ion
logam berat.
12
Proses pengontakkan dilakukan dalam jangka waktu tertentu
yang bertujuan agar biomassa terikat dengan ion logam. Semakin
lama logam dikontakkan dengan permukaan sel, maka akan semakin
banyak permukaan sel yang menjadi aktif dan melakukan
penyerapan terhadap logam. Setelah jangka waktu tertentu
kemampuan penyisihan logam oleh biomassa menjadi menurun
sampai mendekati konstan. Pada kondisi konstan mengindikasikan
tidak ada lagi permukaan sel yang dapat menjadi aktif untuk
membentuk ikatan dengan logam. Kemudian Ion logam yang telah
terikat tersebar pada permukaan sel, pengikatan ini didasarkan
pada kemampuan daya afnitas yang dimilikiya (Droste, 2007),
kemudian Ramadhan dan Marissa (2012) menambahkan Penyerapan
logam pada dinding sel terjadi akibat adanya berbagai senyawa
pembangun dinding sel seperti senyawa-senyawa polysaccharides
dan protein serta ligan-ligan ionik seperti asam karboksil,
amino dan posfat . Senyawa-senyawa ini yang dianggap sebagai
komponen aktif dalam proses biosopsi dengan membentuk senyawa
kompleks dengan logam.
Setelah terikat biomassa tersebut dipisahkan dari cairan.
Biomassa yang terikat dengan ion logam diregenerasi untuk
digunakan kembali atau kemudian dibuang ke lingkungan.
Kemudian Pembuangan limbah merupakan aspek yang terpenting
dari suatu proses bioremoval, pertama logam yang berikatan
dapat di elute dan biomassa dapat digunakan kembali untuk
beberapa siklus proses dan kedua biomassa yang berikatan
dengan logam berat dapat direduksi dengan menggunakan sistem
pengeringan
13
pemilihan
strain
Skema pemisahan dengan metode Bioremoval(Droste, 2007)
14
metode kulturisasi dankondisi fisik biomassa
Mikroorganisme
dimasukkan
Mikroorganisme
ditumbuhkan
Mikroorganisme dikontakkandengan limbah logam berat
Proses bioremoval ion logam berat umumnya melalui dua
mekanisme yaitu yang melibatkan proses active uptake dan
passive uptake.
a. Passive Uptake (Biosorpsi)
Passive uptake dikenal dengan istilah biosorpsi. Bisorpsi
merupakan salah satu proses penyerapan logam berat dari
limbah dengan menggunakan biomassa organisme. Proses
tersebut terjadi ketika ion logam berat mengikat dinding
sel dengan dua cara yang berbeda, yaitu :
i. pertukaran ion yang ion monovalen dan divalen seperti Na,
Mg, dan Ca pada dinding sel digantikan oleh ion-ion logam
berat,
ii. Pembentukan kompleks antara ion-ion logam berat dengan
gugus fungsi seperti karbonil, amino, thiol, hidroksi,
phosfat, dan hidroksi karboksil yang berada pada pada
dinding sel. Sebagian besar mikroorganisme mempunyai
15
Cairan tanpa logam dibuang ke
lingkungan.
Logam dan Biomassa dipisahkan dari
Biomassa yang terikat denganion logam diregenerasi untuk
logam di elute
suatu muatan elektrik negatif yakni yang terdapat pada
gugus bermuatan negatif dari atom membran sel dan dinding
sel. Selanjutnya kelompok bermuatan atau ligan contohnya
phosphoryl (PO4-), carboxyl (COO-), dan hidroksil (OH-)
bertanggung jawab untuk adsorpsi ion-ion logam bermuatan
positif dalam larutan
Proses biosorpsi bersifat bolak balik dan cepat tidak
tergantung terhadap faktor kinetik bioremoval bila
dikaitkan dengan penyebaran sel. Proses bolak balik ikatan
ion logam berat di permukaan sel tersebut dapat terjadi
pada sel mati dan sel hidup dari suatu biomassa. Proses
bisorpsi dapat lebih efektif dengan kehadiran pH tertentu,
karena pH dapat mempengaruhi titik isolistrik permukaan
biomassa. Pada pH rendah, permukaan sel akan bermuatan
negatif. dan kehadiran ion-ion lainnya di media dimana
logam berat dapat terendapkan sebagai garam yang tidak
larut. (Tortora, 2011)
Biosorpsi dapat didefinisikan sebagai kemampuan dari materi
biologi untuk mengakumulasi logam berat dari limbah melalui
metabolically mediated atau adsorpsi fisika-kimia dari
materi biologi tersebut
b. Actve uptake
Active Uptake dapat terjadi pada berbagai sel hidup.
Mekanisme tersebut secara simultan terjadi sejalan dengan
konsumsi ion logam untuk pertumbuhan mikroorganisme
atau/dan akumulasi intraseluler ion logam tersebut. logam
berat dapat juga diendapkan pada proses metabolisme dan
ekresi tingkat dua. Proses tersebut tergantung pada energi
16
yang terkandung, dan sentitifitasnya terhadap parameter-
parameter yang berbeda seperti suhu, kekuatan ikatan ionik,
dan cahaya. Proses tersebut dapat dihambat oleh suhu
rendah, tidak tersedianya sumber energi dan penghambat-
penghambat metabolisme sel. Biosorpsi logam berat dengan
sel hidup terbatas karena akumulasi ion yang menyebabkan
racun terhadap mikroorganisme. Hal tersebut dapat
menghalangi pertumbuhan mikroorganisme pada saat keracunan
terhadap ion logam tercapai. Kemampuan bertahan
mikoorganisme terhadap efek racun dari ion logam bergantung
pada jenis mikroorganisme. (Glik dan Pasternak, 2011)
Kedua mekanisme tersebut dapat berjalan serentak pada sel
hidup Mikroorganisme yang digunakan umumnya untuk kedua
mekanisme diatas adalah adalah sel biomassa mati, karena
lebih menguntungkan daripada menggunakan biomassa hidup.
Dengan sel biomassa mati ketoksikan ion logam yang diserap
tidak mempengaruhi sel, tidak memerlukan nutrien
tambahandan prosesnya relatif cepat dan efisien.
Contoh mikroorganisme pada proses biosorpsi
(1) Saccharomyces cerevisiae
Saccharomyces cerevisae sudah banyak diteliti berkaitan
dengan potensinya sebagai biosorben dan bioakumulator
logam berat, diantaranya karena memiliki persentase
material dinding sel sebagai sumber pengikat logam yang
tinggi juga biomassa. Mikroorganisme ini mudah
didapatkan karena banyak digunakan dalam proses
fermentasi., sedangkan kesetimbangan biosoprsi dengan
17
kondisi optimum untuk kadmium dilaporkan terjadi
sebesar 35 mg/g sel (Hadi et al.,2003)
(2) Chlorella regularis
Chlorella regularis digunakan dalam proses biosorpsi
ion logam berat. Pengambilan ion logam berat oleh
Chlorella regularis secara selektif dikarenakan adanya
ikatan yang kuat antara pasangan ion logam berat dan
komponen sel, khususnya protein.
2.3 Mekanisme Pemisahan Logam oleh Mikroorganisme
Mikroorganisme adalah lebih sensitif/stres terhadap
logam-logam berat dibandingkan binatang tanah atau tanaman
pada lingkungan tanah yang sama. Banyak jenis spesies
mikroorganisme yang telah diindentifikasi sejak 200 tahun lalu
tetapi sangat sedikit diantranya terindentifikasi sebagai
18
mikroorganisme yang mempunyai daya tahan tinggi terhadap
pengaruh ion logam. Pada konsentrasi tinggi, ion logam berat
akan bereaksi membentuk senyawa toksik di dalam sel
mikroorganisme. Agar dapat mempertahankan hidup dibawah
kondisi stres, bakteri mempunyai beberapa tipe mekanisme
toleran dalam pengambilan ion-ion logam berat. Secara umum
mekanisme ini meliputi:
Efflux ion logam pada bagian luar sel,
Akumulasi dan kompleks ion logam pada bagian dalam sel,
Reduksi ion logam untuk menurunkan efek toksik.
Kemudian peranan mikroorganisme dalam mempengaruhi proses
mobilisasi atau inmobilisasi unsur-unsur toksik adalah melalui
beberapa mekanisme berikut :
o Kelat unsur oleh proses metabolisme;
o Oksidasi-reduksi logam yang dipengaruhi daya larut atau
valensi;
o Perubahan pH yang mempengaruhi sifat ion, biosorpsi oleh
kelompok fungsional pada permukaan sel;
o Bioakumulasi oleh sistem transport energi;
o Immobilisasi untuk membentuk bahan stabil, biometilasi,
dan biodegradasi kompleks organik pada logam.
Mekanisme Pengolahan Logam berat oleh Mikroorganisme
(Sinaga, 2009)
19
Maka hal terpenting dalam pemilihan biomassa yaitu toleransi
suatu mikroorganisme terhadap ion logam berat.
a. Mobilisasi
Mobilisasi/pelarutan terhadap logam-logam toksik adalah
melalui reaksi oksidasi-reduksi dan produksi metabolisme asam
organik atau mineral yang dipengaruhi oleh naik turunnya pH
dalam larutan.
o Oksidasi enzimatik
Oksidasi enzimatik berguna untuk memindahkan spesies
inorganik dari larutan. Pencucian logam dari bijih
tambang secara biologi dilakukan oleh mikroorganisme
autotropik, seperti : Thiobacillus ferrooxidans atau
T.thiooxidans.
o Reduksi enzimatik
Reduksi enzimatik diperankan oleh mikroorganisme
anaerobik obligat dan fakultatif yang memiliki potensi
bioremidiasi secara in situ
o Pembentukan Kompleks
20
Agent pembentuk kompleks dari mikroorganisme bermanfaat
dalam menggerakkan senyawa inorganik toksik dan
memindahkannya dari sampah/limbah padat, melalui reaksi :
Logam + ligan kompleks logam
o Siderapore
memegang peranan penting dalam mengkompleks logam-logam
toksik dan meningkatkan daya larutnya (Gazso, 2001).
Siderapore lebih spesifik untuk Fe (III), tetapi dapat
juga mengkompleks logam-logam berat lainnya
b. Immobilisasi
Immobilisasi pada logam-logam berat ditunjukkan dengan
terbentuknya pengendapan (presipitasi), biosorpsi, dan
bioakumulasi.
o Pengendapan (presipitasi)
Degragasi mikroorganisme dari senyawa organo-phosphate
hingga orthophosphate dapat menyebabkan pengendapan logam
melalui pembentukan logam-phosphate, khususnya pada pH >
7, termasuk phosphate intraselular yang menyebabkan
immobilisasi logam-logam
o Biosorpsi
Biosorpsi logam toksik didasarkan pada proses non-
enzimatik seperti adsorpsi. Adsorpsi adalah pengikatan
non-spesifik dari spesies ionik pada permukaan sel, atau
polisakarida dan protein ekstraselular. Dinding sel
bakteri dan lapisannya, dinding fungi, ragi, dan alga
adalah efisien sebagai biosorbent logam (kelompok
21
pengikat bermuatan). Ion-ion logam dapat dipindahkan
melalui biomassa bakteri hidup atau mati
o Bioakumulasi
Salah satu faktor yang mempengaruhi bioakumulasi atau
biosorpsi oleh mikroorganisme adalah pH.
2.4 Proses pemisahan pada beberapa logam
1) Pemisahan Nikel
Pemisahan nikel menggunakan metode bioleaching.
Bioleaching merupakan salah satu proses ekstraksi dengan
memanfaatkan aktivitas bakteri. Bijih nikel sulfida dapat
diproses terlebih dahulu sebelum diekstraksi sehingga
dihasilkan konsentrat (hasil proses konsentrasi, yaitu salah
satu tahap operasi dalam pengolahan bahan galian yang
bertujuan untuk meningkatkan kadar mineral/logam dari bahan
galian tersebut) dengan kadar nikel 6-20 % dari semula 1-2%.
Sedangkan bijih laterit tidak dapat diaplikasikan seperti pada
bijih sulfida akibat unsur-unsur hidroksida di dalam laterit.
Akhirnya, energi yang dikonsumsi untuk mengekstraksi bijih
laterit lebih banyak sehingga biaya lebih mahal. Hal ini
mengakibatkan proses ekstraksi sulfida lebih efektif dan
efisien dengan metode konvensional.
2) Pemisahan Kromium
Kromium merupakan elemen berbahaya di permukaan bumi dan
dijumpai dalam kondisi oksida antara Cr(III) dan Cr(VI),
tetapi hanya Cr bervalensi tiga dan enam memeiliki kesamaan
sifat biologinya. Cr bervalensi tiga merupakan bentuk yang
umum dijumpai di alam dan dalam bahan biologis Cr selalu
22
berbentuk tiga valensi, karena Cr enam valenisi merupakan
salah satu bahan organik pengoksida tinggi. Cr tiga valensi
memiliki sifat racun yang rendah dibandingkan dengan enam
valensi. (Fairbridge dan Finkl, 2004)
Pemisahan kromium secara umum dilakukan terhadap Cr (VI)
karena tingkat toksiknya tinggi. Pemisahan kromium dalam
limbah menggunakan metode bioremoval dengan mekanisme
biosorpsi. Mekanisme biosorpsi ion Cr(VI) dengan menggunakan
biomassa atau mikroorganisme Saccaheromyces cerevisiae. Pada
pemisahan ini pH medium dibuat rendah, Pada pH rendah,
permukaan sel akan bermuatan negatif. Keadaan ini
memfasilitasi terserapnya ion logam Cr yang pada pH rendah
berada dalam bentuk Cr2O72- dan CrO42- (Tewari, 2005). Pada pH 3,
diduga permukaan sel berada dalam keadaan paling aktif
sehingga memberikan persentase penyisihan yang paling tinggi.
Pada pH rendah, reaksi hidrolitik dapat mengakibatkan
berubahnya komponen dan keadaan permukaan aktif sel. Hal ini
mengakibatkan terjadinya penurunan penyerapan yang dilakukan
sorben terhadap logam. Sedangkan pada pH tinggi, permukaan sel
akan perlahan menjadi bermuatan negatif, sehingga kekuatan
untuk mengikat ion-ion Cr menjadi semakin kecil dan mengurangi
kemampuan penyerapan. Pada pH tinggi juga terjadi presipitasi
ion Cr menjadi Cr(OH)3 yang mengurangi kelarutan ion Cr pada
larutan yang mengakibatkan berkurangnya jumlah ion Cr yang
dapat diserap oleh permukaan sel walaupun presipitasi Cr baru
dominan terjadi pada kisaran pH 9 sehingga biosorpsi tidak
dapat lagi dilakukan pada pH diatas 9 (Saefudin, 2007).
23
Semakin lama logam dikontakkan dengan permukaan sel, maka
akan semakin banyak permukaan sel yang menjadi aktif dan
melakukan penyerapan terhadap logam. Sehingga meningkatkan
kemampuan sorben dalam melakukan penyerapan terhadap Cr.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Manfaat Pemisahan
24
Secara umum, keuntungan pemanfaatan mikroorganisme
sebagai biosorben untuk pemisahan adalah
(1) Biaya operasional rendah,
(2) Efisiensi dan kapasitas pengikatan logam tinggi,
(3) Lumpur yang dihasilkan minimum,
(4) Memiliki mekanisme desorpsi yang memungkinkan
recovery logam,
(5) Memiliki mekanisme regenerasi sehingga dapat
digunakan kembali,
(6) bahan bakunya banyak tersedia dan mudah didapat,
(7) Tidak memerlukan tambahan nutrisi jika menggunakan
mikroba yang sudah mati
Proses ekstraksi menggunakan mikroorganisme lebih ramah
lingkungan karena kuantitas limbahnya sedikit dan bersifat
organik, mengurangi kebutuhan energi, dan mengurangi biaya,
sedangkan bila digunakan pengolahan dengan cara konvensional
tersebut membutuhkan biaya investai yang tinggi dan biaya
operasi yang mahal serta dampak lingkungan yang harus
dikendalikan dengan ketat, seperti polusi serta pencemaran zat
kimia lainnya. Hingga saat ini, teknologi yang efektif dan
efisien serta ramah lingkungan masih terus diteliti
3.2 Penggunaan Logam
Kromium
Pemanfaatan logam ini banyak digunakan dalam industri
penyepuhan logam, penyamakan kulit, tekstil pendinginan
air, pulp serta proses pemurnian bijih
Nikel
25
Dalam dunia industri, nikel digunakan sebagai bahan
paduan baja tahan karat (stainless steel), konduktor dan
paduan-paduan logam lainnya.
Seng
Dalam industri seng mempunyai arti penting diantaranya
yakni melapisi besi atau baja untuk proses tahan karat,
digunakan untuk bahan baterai, sengan dan aliasenya
digunakan untuk cetakan logam, penyepuhan listrik,
metalurgi bubuk. Seng dalam bentuk oksida digunakan untuk
industri kosmetik, plastik, karet, sabun, pigmen dalam
cat dan tinta. Seng dalam bentuk sulfida digunakan untuk
industri tabung televisi dan lampu pendar
3.3 Intisari
1. Dengan diterapkannya teknologi bioleaching, masalah energi,
biaya, dan lingkungan dapat teratasi
2. Proses bioremoval memberikan kontribusi yang cukup tinggi
guna mengurangi kadar logam berat pada level konsentrasi
yang sangat rendah.
3. Pengelolaan limbah secara biologis untuk mengurangi ion
logam berat dari air tercemar mucul sebagai teknologi
alternatif yang berpotensi untuk dikembangkan
dibandingkan dengan proses pengolahan air limbah secara
fisika-kimia.
4. Mikroorganisme memainkan peranan penting di banyak bidang
industri dan teknologi, terutama di tanah-tanah bekas
penambangan, pertanian, dan juga sebagai pengontrol
sampah/limbah buangan
26
5. Pengaruh menguntungkan antara mikroorganisme dan logam
adalah mikroorganisme dapat membersihkan lingkungan
terkontaminasi logam
Daftar Pustaka
Kurniawan, R dkk. 2009. Pemisahan Logam dari Limbah
Katalis Bekas dengan Proses Bioleaching. FT Industri
ITENAS, Bandung
Nopriani, L. S.2011. Teknik Uji Cepat untuk Identifikasi
Pencemaran Logam Berat Tanah di Lahan Apel Batu.
27
Proposal Disertasi. Program Doktor Pengelolaan Sumber
Daya Alam & Lingkungan Universitas Brawijaya, Kediri
Pratama, B. E dkk. Ekstraksi Nikel dari Bijih Nikel
Laterit melalui Proses Pelindian dengan Memanfaatkan
Bakteri. ITB, Bandung
Prayitno. 2009. Kajian Perbandingan Jenis Mikroba dalam
Bioremoval Logam berat dari limbah cair. Jurnal.
Politeknik Negeri Malang, Malang
Ramadhan, B dan Marissa H. 2012. Biosorpsi Logam Berat
Cr(VI) dengan Menggunakan Biomassa Saccharomyces
cerevisiae. FT Sipil dan Lingkungan ITB, Bandung
Said, I.N. 2010. Metoda Praktis Penghilangan Zat Besi dan
Mangan di dalam Air Minum. FMIPA Kimia USU, Medan
Sinaga, S. 2009. Studi Pemanfaatan Silika Gel Tersalut
Kitosan untuk Menurunkan Kadar logam Besi dan Seng
dalam Larutan Kopi. Thesis. Sekolah Pasca Sarjana USU,
Medan
Taberima, S. 2004. Peranan Mikroorganisme dalam Mengurangi
Efek Toksik pada Tanah Terkontaminasi Logam Berat.
Makalah Falsafah Sains. Program Psaca Sarjana/S3 IPB,
Bogor
28