need and demand

57
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu ekonomi dewasa ini telah diterapkan di berbagai bidang kehidupan mulai dari aspek terkecil hingga aspek yang luas. Penerapan prinsip efektivitas dan efisiensi yang menjadi salah satu bidang kajian ilmu ekonomi menjadi dasar pemikiran para praktisi dalam menjalankan industri. Kajian ilmu ekonomi memberikan dampak yang signifikan untuk kemajuan perekonomian, sehingga ilmu ekonomi mengalami perkembangan yang cukup pesat hingga sekarang. Dalam perkembangannya, dunia industri termasuk pelayanan kesehatan menerapkan berbagai prinsip ekonomi untuk dapat bersaing dengan industry yang sejenis. Pelayanan kesehatan adalah berbagai upaya yang dilakukan oleh perorangan maupun kelompok yang ditujukan kepada perseorangan atau suatu masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatannya meliputi kegiatan preventive, kurative, dan rehabilitative (Levey dan 1

Upload: unair

Post on 01-Feb-2023

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu ekonomi dewasa ini telah diterapkan di

berbagai bidang kehidupan mulai dari aspek terkecil

hingga aspek yang luas. Penerapan prinsip efektivitas

dan efisiensi yang menjadi salah satu bidang kajian

ilmu ekonomi menjadi dasar pemikiran para praktisi

dalam menjalankan industri. Kajian ilmu ekonomi

memberikan dampak yang signifikan untuk kemajuan

perekonomian, sehingga ilmu ekonomi mengalami

perkembangan yang cukup pesat hingga sekarang. Dalam

perkembangannya, dunia industri termasuk pelayanan

kesehatan menerapkan berbagai prinsip ekonomi untuk

dapat bersaing dengan industry yang sejenis.

Pelayanan kesehatan adalah berbagai upaya yang

dilakukan oleh perorangan maupun kelompok yang

ditujukan kepada perseorangan atau suatu masyarakat

untuk meningkatkan derajat kesehatannya meliputi

kegiatan preventive, kurative, dan rehabilitative (Levey dan

1

Loomba, 1973). Kemudahan akses dalam mendapatkan

informasi yang dimiliki pelanggan dewasa ini,

berpotensi untuk meningkatkan persaingan para penyedia

pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, dalam

melaksanakan fungsinya sebagai penyedia layanan

kesehatan, diperlukan penerapan ilmu ekonomi untuk

mengelola sumber daya secara efektif dan efisien.

Salah satu hal yang penting untuk memenangkan

persaingan adalah dengan meningkatkan kualitas

pelayanan. Pemenuhan terhadap kebutuhan pelanggan

menjadi prioritas dalam pembahasan kepuasan pelanggan.

Lebih jauh dari dampak pemenuhan kebutuhan pelanggan,

suatu penyedia pelayanan kesehatan harus menyeimbangkan

dengan program yang ditawarkan oleh penyedia pelayanan

kesehatan.

Secara ringkas, informasi mengenai kebutuhan

pelanggan bagi penyedia pelayanan kesehatan adalah

upaya untuk menciptakan penawaran program yang sesuai

dengan kebutuhan pelanggan. Sehingga, kepuasan

pelanggan dapat tercapai. Dengan demikian, pembahasan

tentang permintaan dan penawaran, serta kepuasan

2

menjadi bahasan yang penting bagi penyedia pelayanan

kesehatan dalam melaksanakan fungsinya.

1.2. Tujuan

1. Mengetahui definisi need, want, demand, dan utility

2. Mengetahui cara mengukur need, demand, dan utility

3. Mengetahui bentuk kurva demand dan

elastisitasnya

4. Mengetahui berbagai faktor yang mempengaruhi

permintaan

5. Mengetahui berbagai faktor yang mempengaruhi

elastisitas demand

6. Mengatahui hukum utility dan konsekuensi marjinal

hukum utility

1.3 Rumusan Masalah

1. Apakah definisi need,want, demand, dan utility ?

2. Bagaimana cara mengukur need, demand, dan utility ?

3. Bagaimana bentuk kurva demand dan elastisitasnya

?

4. Apa saja faktor yang mempengaruhi permintaan ?

5. Apa saja faktor yang mempengaruhi elastisitas

demand ?

3

6. Bagaimana hukum utility dan konsekuensi marjinal

hukum utility ?

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Want, Need, Demand dan Utility

Menurut Septo P. Arso (2009), kebutuhan (need)

diartikan sebagai keadaan kurangnya atau tidak adanya

pemenuhan kebutuhan secara mendasar. Kebutuhan

menyatakan tuntutan dasar manusia. Sedangkan keinginan

(want) diartikan sebagai hasrat terhadap pemenuhan yang

lebih lanjut setelah merasakan kebutuhan. Keinginan

biasanya bersifat subjektif dan bersifat individual.

Permintaan (demand) adalah hasrat terhadap produk yang

dapat memenuhi keinginan yang telah didukung dengan

kemampuan dan kemauan untuk membayar.

Pengertian permintaan (demand) tidak terpisah dari

arti kebutuhan (need) dan keinginan (want). Kebutuhan

(need) adalah sesuatu yang dirasa kurang dari diri

manusia itu sendiri, keinginan (want) adalah sesuatu

yang dirasa kurang karena lingkungan, dan permintaan

4

(demand) adalah keinginan yang disertai dengan daya

beli. Demand merupakan ungkapan permintaan dari

keinginan dan kebutuhan (Irawan dkk., 1996)

Menurut Philip Kotler (2002), definisi dari

kebutuhan (needs), keinginan (wants), dan permintaan

(demand) adalah sebagai berikut:

1. Kebutuhan (needs) dimana manusia merasa

kekurangan. Kebutuhan (needs) adalah keinginan

manusia atas barang dan jasa yang perlu dipenuhi

untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Needs

menggambarkan kebutuhan dasar manusia seperti

pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan,

rekreasi, dan lainnya. Needs menjadi wants jika

kebutuhan tadi telah menjurus pada satu keinginan

tertentu yang dapat memberikan kepuasan.

Kebutuhan dibagi menjadi dua, yaitu perceived needs

dan expressed needs. Perceived needs atau kebutuhan

yang dirasakan adalah hasrat atau keinginan yang

dimiliki oleh semua orang dimana kebutuhan ini

menunjukkan kesenjangan antara tingkat

keterampilan/kenyataan yang nampak dengan yang

5

dirasakan. Sedangkan expressed needs atau kebutuhan

yang diekspresikan yaitu kebutuhan yang dirasakan

seseorang mampu untuk ditunjukkan dalam tindakan.

2. Keinginan (wants) adalah kebutuhan (needs)

yang dibentuk oleh budaya dan kepribadian

individu.

3. Permintaan (demand) adalah keinginan yang

didukung daya beli. Demand atau permintaan

adalah jumlah dari suatu barang yang mau dan

mampu dibeli pada berbagai kemungkinan harga,

selama jangka waktu tertentu, dengan anggapan

berbagai hal lain tetap sama (ceteris paribus). Mau

dan mampu disini memiliki arti betapapun orang

berkeinginan atau membutuhkan sesuatu, kalau ia

tidak mempunyai uang atau tidak bersedia

mengeluarkan uang sebanyak itu untuk membeli,

maka keinginan itu tetap keinginan dan belum

disebut permintaan. Namun ketika

keinginan/kebutuhan itu disertai kemauan dan

kemampuan untuk membeli dan didukung oleh uang

6

yang secukupnya untuk membayar harga disebut

permintaan.

Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa permintaan (demand) tidak terpisah

dari kebutuhan (need) dan keinginan (want). Kebutuhan

(need) berawal dari keinginan (want). Sedangkan

permintaan atau demand merupakan kebutuhan (need) yang

telah didukung dengan daya beli.

2.2 Cara Mengukur Need, Demand dan Utility

Pengukuran need bertujuan untuk menggali dan

mengetahui selera pasar terhadap suatu produk.

Sedangkan pengukuran demand dapat membantu produsen

mengetahui penggunaan atau pemanfaatan produk oleh

pasar secara real, karena demand merupakan realisasi

dari need.

Walaupun demikian, pengukuran need saja atau demand

saja belum mampu mengukur kebutuhan konsumen terhadap

produk yang akan digunakan untuk realisasi penjualan di

masa mendatang. Sehingga setelah dilakukan pengukuran

need, perlu juga dilakukan pengukuran demand.

2.2.1 Cara Pengukuran Need dan Demand

7

Pengukuran Need dan Demand dapat dilakukan baik

pada individu maupun organisasi. Cara pengukuran untuk

need dan demand pada tingkat individu tentunya berbeda

dengan pengukuran pada tingkat organisasi.

Pengukuran need terhadap individu tidak dapat

dilakukan dengan observasi. Hal ini dikarenakan need

merupakan sesuatu yang masih ada dalam benak konsumen

dan belum terealisasikan sehingga akan sangat sulit

jika pengukuran need dilakukan dengan observasi. Cara

pengukurannya adalah dengan melakukan indepth interview

terhadap konsumen atau melalui kuisioner.

Need dapat diukur baik sebelum maupun setelah

penggunaan produk. Berbeda dengan demand,

pengukurannya harus dilakukan setelah penggunaan

produk. Demand dapat diukur dengan menggunakan metode

observasi maupun wawancara.

Bagi organisasi, pengukuran need dan demand tentu

penting untuk realisasi penjualan produk. Pengukurannya

dapat dilakukan dengan melihat data dan catatan laporan

penjualan perusahaan.

2.2.2 Cara Pengukuran Utility

8

Pengukuran utility dapat dilakukan dengan dua metode,

yaitu metode langsung dan metode tidak langsung.

a. Metode Langsung

Pengukuran utility secara langsung dapat dilakukan

dengan melakukan wawancara atau kuisioner kepada

konsumen yang telah menggunakan suatu produk.

Pertanyaan tentu berkenaan dengan penggunaan atau

pemanfaatan produk tersebut. Jawaban dari

wawancara atau kuisioner secara ordinal.

b. Metode Tidak Langsung

Secara tidak langsung, pengukuran utility dilakukan

2 kali, yaitu pertama mengukur harapan konsumen

terhadap produk, kemudian mengukur kenyataan atau

realitas penggunaan produk tersebut. Jika secara

realnya lebih baik dari harapan, berarti konsumen

sangat puas. Harapan sama dengan kenyataannya,

berarti konsumen puas. Sebaliknya jika harapan

lebih besar dari kenyataannya, maka konsumen

dapat dikatakan tidak puas.

9

2.3 Bentuk Kurva Demand dan Elastisitasnya

2.3.1 Bentuk Kurva Demand

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa

permintaan adalah suatu kemauan dan kemampuan pembeli

untuk dapat membeli produk (barang atau jasa) tertentu.

Untuk dapat membeli produk yang diinginkan tersebut

maka terdapat banyak sekali hal yang mampu mempengaruhi

permintaan. Pada pembahasan sebelumnya juga telah

dijelaskan mengenai hukum permintaan bahwa “Permintaan

terhadap barang atau jasa cenderung turun apabila harga barang atau

jasa tersebut meningkat, dan sebaliknya, permintaan terhadap suatu

barang atau jasa meningkat apabila harga barang atau jasa tersebut

turun (Ceteris paribus)”. Hukum tersebut menekankan pada

kondisi terjadinya permintaan yang ada dalam dunia

ekonomi dan akan menunjukkan seperti apa gambaran

situasinya dalam kurva permintaan.

Menurut Sadono Sukirno (2009) dalam bukunya dengan

judul Teori Pengantar Mikro Ekonomi, yang dimaksud kurva

permintaan adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat

hubungan antara harga suatu barang tertentu dengan

jumlah barang yang diminta para pembeli. Jadi,

10

permintaan dapat digambarkan pada dua hal yang telah

disebutkan, yaitu harga dan jumlah barang yang diminta

dalam kondisi ceteris paribus.Berikut adalah contoh dari

pembentukan kurva permintaan.

Tabel 2.1 Permintaan Terhadap Buku Tulis pada BerbagaiTingkat Harga

Keadaan Harga(Rupiah)

Jumlah yangDiminta (Unit)

P 5000 200Q 4000 400R 3000 600S 2000 900T 1000 1300

Dari tabel tersebut, akan dapat digambarkan kurva

permintaan seperti berikut:

Gambar 2.1 Kurva Permintaan Permintaan Terhadap BukuTulis

Sumber : Sadono Sukirno, Teori Pengantar Mikro Ekonomi

11

Dari gambar dalam kurva permintaan tersebut, titik

P, Q, R, S, T adalah titik temu dari tiap kondisi

tingkat harga buku tulis yang ada pada saat tersebut

dengan jumlah permintaan yang terjadi. Umumnya bentuk

kurva akan menurun dari kiri atas ke kanan bawah akibat

hubungan harga dengan jumlah yang memang memiliki

hubungan terbalik. Jika salah satu variabel naik

(misal, harga), maka akan terjadi penurunan pada

variabel lainnya (jumlah barang yang diminta).

2.3.2 Elastisitas Demand

Elastisitas permintaan harga menunjukkan seberapa

besar perubahan permintaan atas suatu barang sebagai

akibat dari perubahan haga barang/jasa itu sendiri.

Elastisitas permintaan harga dapat diketahui melalui

nilai koefisien elastisitas permintaan (Ed) yang

berkisar diantara nol sampai tak terhingga atau 0 ≤ Ed

≥ 1. Nilai koefisien elastisitas permintaan didapatkan

dari penghitungan presentasi perubahan jumlah barang

yang diminta dibagi dengan presentasi perubahan harga.

12

P

0

D

DQ

Berdasarkan tingkat elastisitasnya, elastisitas

permintaan harga dapat dibedakan menjadi 5 yaitu:

a. Tidak elastis sempurna (Ed= 0)

Permintaan disebut tidak elastis sempurna

apabila koefisien elastisitas bernilai 0. Dalam

hal ini artinya adalah berapapun perubahan harga

yang terjadi tidak mempengaruhi dan tidak merubah

kuantitas atau jumlah permintaan barang/jasa.

Jumlah barang/jasa yang diminta akan tetap saja

walaupun harga mengalami kenaikan atau

penurunan.Secara matematis %∆Q = 0, berapapun

%∆P. Dengan demikan, kurva permintaannya

berbentuk vertikal atau sejajar dengan sumbu

harga (P). kurva berbentuk vertikal ini berarti

13

Gambar 2.2 Kurva Tidak

Elastis Sempurna

P

0

D

D Q

bahwa berapapun harga yang ditawarkan, kuantitas

barang/jasa tetap tidak berubah.

Kasus permintaan tidak elastis sempurna

terjadi apabila konsumen dalam membeli barang

tidak lagi memperhatikan harganya, tetapi lebih

memperhatikan pada seberapa besar kebutuhannya

dan kegunaan barang tersebut. Peningkatan harga

akan menyebakan meningkatnya total pendapatan.

Contohnya adalah obat pada waktu sakit dan

membeli lukisan karya pelukis terkenal yang telah

meninggal. Konsumen membeli obat ketika sakit

lebih mempertimbangkan kebutuhannya akan obat

agar dapat cepat sembuh, bukan kepada harganya.

Sama halnya dengan pembelian lukisan karya

pelukis yang telah meninggal, berapapun harga

yang ditawarkan si pelukis tidak dapat menambah

kuantitas dari lukisan tersebut.

b. Tidak elastisitas (0 < Ed< 1)

14

Permintaan disebut tidak elastis apabila

koefisien elastisitas bernilai kurang dari 1 atau

diantara 0 dan 1.Dalam hal ini artinya adalah

prosentase perubahan harga adalah lebih besar

daripada prosentase perubahan jumlah barang/jasa

yang diminta.Perubahan harga yang terjadi hanya

diikuti perubahan jumlah atau kuantitas

permintaan barang/jasa yang relatif lebih

kecil.Secara sistematis %∆Q < %∆P. Dengan kata

lain, perubahan harga kurang begitu berpengaruh

pada perubahan permintaan.

Contoh permintaan tidak elastis ini dapat

terjadi diantaranya pada produk kebutuhan

pokok,seperti beras dan bensin. Dalam kondisi

yang normal, setiap orang akan tetap membutuhkan

beras sebagai makanan pokok walaupun harga beras

naik. Sebaliknya jika harga beras turun, hal itu

tentu tidak akan menambah pola konsumsi beras

15

Gambar 2.3 Kurva Tidak

Elastis

P

0

D

DQ

karena konsumen memiliki keterbatasan yaitu rasa

kenyang. Sama halnya dengan kebutuhan bensin.

Jika harga bensin naik, tingkat penurunan

penggunaannya tidak sebesar tingkat kenaikan

harganya. Hal ini dikarenakan para pengendara

kendaraan bermotor tetap membutuhkan bensin untuk

mengisi bahan bakar kendaraannya agar dapat bisa

berpergian. Namun jika harga bensin turun, para

pengendara motor tidak mungkin berpergian terus-

menerus dan menikmati penurunan harga bensin

tersebut. Karakteristik produk yang seperti itu

mengakibatkan permintaan menjadi tidak elastis.

c. Elastisitas uniter (Ed= 1)

16

Gambar 2.4 Kurva

Permintaan disebut elastis uniter apabila

koefisien elastisitas bernilai 1. Dalam hal ini

artinya adalah berapapun perubahan harga

pengaruhnya sebanding terhadap perubahan jumlah

atau kuantitas barang/jasa yang diminta dengan

prosentase perubahan yang sama. Secara

sistematis, %∆Q = %∆P.

Jika harga berubah turun sebesar 10% maka

jumlah barang/jasa yang diminta juga akan berubah

menjadi naik sebesar 10%. Jadi perubahan

permintaan dibandingkan perubahan harga adalah

1 : 1. Sebagai contoh sebuah toko menjual

penggaris merek tertentu. Suatu saat harga

penggaris tersebut naik menjadi Rp 1.500,00 dari

harga awal Rp 1.000,00.Semula dalam sehari

penggaris mampu terjual 10 buah, namun setelah

harga penggaris naik, penggaris hanya terjual 5

buah. Harga penggaris naik sebesar Rp 500,00 dari

harga semula Rp 1.000,00. Jadi proporsi

kenaikannya adalah 500/1000 = 1/2. Sedangkan

17

jumlah permintaan turun sebesar 5 buah dari

jumlah permintaan semula sebanyak 10 buah. Jadi

proporsi penurunan jumlah permintaannya adalah

5/10 = 1/2. Dari contoh tersebut dapat

disimpulkan, bahwa proporsi kenaikan harga

penggaris sebesar 1/2 dari harga semula sebanding

dengan proporsi penurunan jumlah permintan

sebesar 1/2 dari jumlah permintaan semula,

sehingga didapatkan nilai koefisien

elastisitasnya adalah satu.

Kasus permintaan elastisitas uniter sulit

ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, kalaupun

terjadi sebenarnya hanyalah secara kebetulan.

Permintaan elastisitas uniter lebih sebagai

pembatas antara permintaan elastis dan tidak.

Contoh barang/jasa yang elastisitasnya uniter

sebenarnya tidak dapat disebutkan secara

spesifik, sehingga belum tentu ada produk yang

dapat dikatakan memiliki elastisitas yang uniter.

18

P

0

D

D

Q

d. Elastis (Ed> 1)

Permintaan disebut elastis apabila koefisien

elastisitas bernilai lebih dari 1. Dalam hal ini

artinya adalah prosentase perubahan jumlah atau

kuantitas barang/jasa lebih besar daripada

prosentase perubahan harga. Perubahan harga yang

terjadi diikuti oleh perubahan jumlah atau

kuantitas permintaan barang/jasa dalam jumlah

yang lebih besar. Secara sistematis %∆Q > %∆P.

Dengan kata lain, perubahan harga berpengaruh

cukup besar pada perubahan jumlah permintaan.

Kasus permintaan elastis terjadi apabila

permintaan peka terhadap perubahan harga. Hal ini

dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dan

terjadi pada produk yang mudah dicari

19

Gambar 2.5 Kurva

Elastis

P

0

D D

Q

subsitusinya. Sehingga ketika harganya naik,

konsumen akan dengan mudah menemukan produk

penggantinya. Contohnya adalah barang-barang

mewah, seperti mobil, alat-alat elektronik,

pakaian, dan lain-lain.

e. Elastis sempurna (Ed= ∞)

Permintaan disebut elastis sempurna apabila

koefisien elastisitas bernilai tak terhingga.

Dalam hal ini artinya adalah pada suatu harga

tertentu pasar sanggup membeli semua barang yang

ada di pasar. Berapa pun banyaknya barang yang

20

Gambar 2.6 Kurva

Elastisitas Sempurna

ditawarkan oleh penjual pada harga tersebut,

semuanya akan dapat terjual. Namun setiap

kenaikan harga, tidak peduli seberapa kecil, akan

menyebabkan permintaan turun ke nol yang dapat

mengakibatkan total pendapatan menurun drastis.

Secara sistematis %∆P= 0. Bentuk kurva

permintaannya horizontal atau sejajar dengan

sumbu jumlah barang/jasa yang diperjualbelikan

(Q).

Kasus permintaan elastis sempurna terjadi

apabila suatu harga barang/jasa bersifat

komoditi, yaitu barang/jasa yang memiliki

karakteristik dan fungsi yang sama walaupun

dijual di tempat yang berbeda tetap akan

mempunyai harga yan sama. Contohnya adalah

membeli isi stapler merek J dan K yang rata-rata

berharga Rp 2500. Jika kita ke toko untuk membeli

isi stappler, kita cenderung tidak akan

memperhatikan perbedaan merek. Satu-satunya yang

sering dijadikan bahan perbandingan adalah harga.

Kita akan membeli isi stappler yang harganya paling

21

murah atau pada harga rata-rata yang diterima

oleh pasar. Akibatnya, bagi toko dan produsen

yang menjual isi stappler diatas harga rata-rata

permintaan akan barangnya akan turun ke nol

karena semua isi stappler fungsinya sama, meskipun

harganya berbeda-beda.

Untuk menunjukkan perbandingan antara jenis

elastisitas permintaan dapat dimisalkan ada suatu

produk yang harganya naik dari Rp 5.000,00

menjadi Rp 7.500,00 yaitu kenaikan harga sebesar

50%. Maka elastisitas yang terjadi adalah :

22

P

7500

Gambar 2.7 Kurva Perbandingan Jenis ElastisitasPermintaan

= Q akhir = Q awal

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Elastisitas

Permintaan

Menurut Jaesron (2003), permintaan konsumen

terhadap suatu barang tidak hanya dipengaruhi oleh

harga dari barang lain, selera dan sebagainya. Secara

matematis hal itu dapat dirumuskan dalam formula

sebagai berikut:

23

Elastis

1

satuanElastis 5000

Tidak

Elastis

Sempurn

Elastis

Tidak

300100 200 Q

Qx= f(x)cp

Menurut Gulton (1996), tingkat harga suatu barang

berpengaruh terhadap besarnya jumlah yang dibeli oleh

seseorang. Makin mahal harga suatu barang, maka akan

berkurang jumlah yang dibeli dengan syarat keadaan yang

lain- lain tidak berubah (cateris paribus). Jika rumus

diatas diuraikan dengan beberapa variabel, maka

didapatkan hasil formula sebagai berikut:

Qx= f (Px,Ax,Dx,Ox Ic,Tc,Ec Py,Ay,Dy,Oy

N,W,G,...)

Qx = Jumlah barang X yang diminta

Px = Harga barang X per unit

Ax = Advertensi barang

Dx = Desain barang

Ox = Outlet (tempat menjual ) barang X

Ic = Income (pendapatan) konsumen

Tc = Taste (selera atau cita rasa) konsumen

Ec = Expectation (harapan, perkiraan atau ramalan)

konsumen

24

VariabelStrategi

VariabelPesaing

Variabel lain

Variabel Konsumen

Py = Harga barang Y per unit

Ay = Advertensi barang Y

Dy = Desain barang Y

Oy = Outlet (tempat menjual) barang Y

N = Number (jumlah) penduduk

W = Weather (cuaca)

G = Government (kebijakan pemerintah)

Terdapat empat kelompok variabel didalam persamaan

fungsional tersebut, yakni variabel strategis, variabel

konsumen, variabel pesaing, dan variabel lain. Kelompok

variabel strategis berisi variabel-variabel yang dapat

dikendalikan oleh produsen. Kelompok variabel konsumen

berisi variabel-variabel yang berhubungan dengan

konsumen. Kelompok variabel pesaing berisi variabel-

variabel yang berhubungan dengan pesaing. Terakhir,

kelompok variabel lain berisi variabel-variabel yang

bukan sebelas variabel pertama, yang juga ikut

mempengaruhi permintaan.

Sementara itu, empat belas variabel yang ada disisi

kanan persamaan diatas terbagi menjadi dua kelompok

besar. Kelompok pertama terdiri dari satu variabel

25

saja, yakni Px atau harga barang X. Variabel ini sudah

kita kenal dengan baik. Jika Px berubah, jumlah yang

diminta akan berubah pula, sementara kurva permintaan

tidak akan bergeser kekiri maupun kekanan. Kelompok

kedua terdiri dari semua variabel yang lain, selain Px

dan berjumlah tiga belas. Ketiga belas variabel ini,

jika berubah akan menyebabkan kurva permintaan bergeser

atau dengan kata lain akan menyebabkan terjadinya

perubahan permintaan. Diantara ketiga belas variable

ini, terdapat empat variabel yang telah kita kenal

diatas, yakni pendapatan perkapita konsumen (Ic),

selera konsumen (Tc), perkiraan konsumen (Ec) dan harga

barang lain (Py), baik barang substitusi maupun barang

komplementer.

2.4.1 Faktor yang Mempengaruhi Permintaan

a. Tingkat pendapatan per kapita (per capita income)

masyarakat

Hampir untuk setiap orang dan hampir untuk

setiap barang, semakin besarnya pendapatan

selalu berarti semakin besarnya permintaan.

26

b. Cita rasa atau selera (taste) konsumen terhadap

barang itu

Cita rasa atau selera masyarakat terhadap

segala sesuatu itu, pada lazimnya, senantiasa

berubah dari waktu ke waktu. Jika saja pada

suatu waktu selera masyarakat terhadap sepeda

motor meningkat, misalnya sudahlah pasti bahwa

jumlah sepeda motor yang diminta masyarakat

akan bertambah pula, sekalipun harganya tidak

turun, maka hal yang sebaliknyalah yang

terjadi, yakti jumlah sepeda motor yang diminta

akan merosot, sekalipun harga jualnya tidak

naik.

c. Harga barang lain (prices of related goods), terutama

barang pelengkap (complementary goods) dan barang

pengganti (subtitution goods)

Misalnya terjadi kenaikan harga daging ayam di

suatu daerah, sedangkan masyarakat di daerah

itu amat suka makan daging ayam (artinya daging

ayam adalah produk penting). Kenaikan harga

daging ayam itu akan menyebabkan konsumen

27

mengurangi permintaannya akan daging ayam dan

sebagai gantinya mereka akan membeli pengganti

atau substitusinya, yakni daging sapi.

Demikianlah permintaan akan daging sapi tiba-

tiba meningkat sekalipun para produsennya tidak

menurunkan harga. Sebaliknya, jika harga daging

ayam turun, orang akan meninggalkan konsumsi

daging sapi dan kembali mengonsumsi daging ayam

kesukaan mereka. Demikianlah permintaan akan

daging sapi itu menurun sekalipun para

produsennya tidak menaikkan harga jual.

Permintaan akan daging sapi itu merosot memang

bukan disebabkan oleh perubahan harga daging

sapi itu sendiri, melainkan oleh turunnya harga

produk pengganti (substitusinya), yakni daging

ayam.

Hal yang sebaliknya terjadi pada dua barang

yang berhubungan komplementer atau saling

melengkapi. Contohnya seperti sepeda motor dan

bensinnya. Sepeda motor dan bensin merupakan

pelengkap yang baik satu sama lain sehingga

28

yang satu tidak akan dapat dipakai tanpa adanya

yang lain. Misalkanlah barang yang sedang

dianalisis adalah sepeda motor. Kenaikan harga

bensin akan menyebabkan masyarakat lebih

sedikit membeli bensin. Akibatnya pembelian

mereka terhadap sepeda motor pun menurun pula.

Sebaliknya jika harga bensin turun, orang akan

jadi lebih banyak membeli bensin. Akibatnya

permintaan masyarakat terhadap sepeda motor

akan meningkat.

d. Harapan atau perkiraan konsumen (consumer

expectation) terhadap harga barang yang

bersangkutan

Yang dimaksud dalam hal ini adalah ekspektasi

konsumen terhadap harga barang di masa

mendatang, yakni apakah harga itu akan naik,

turun, atau tetap. Perkiraan itu amat

menentukan. Misalkan kita sedang menganalisis

permintaan akan mobil. Jika para konsumen

mengira bahwa harga mobil akan naik bulan

depan, permintaan mobil sekarang akan tiba-tiba

29

naik karena mereka akan segera membeli sebelum

harga barang itu betul-betul naik nanti.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Menurut

Faried Wijaya (1991) selain harga barang itu sendiri,

faktor-faktor lain yang menentukan permintaan individu

maupun pasar adalah :

1. Selera konsumen

Perubahan selera konsumen yang lebih menyenangi

barang tersebut misalnya, akan berarti lebih

banyak barang yang akan diminta pada setiap

tingkat harga. Jadi, permintaan akan naik atau

kurva permintaan akan bergeser kekanan.

Sebaliknya, berkurangnya selera konsumen akan

barang tersebut menyebabkan permintaan turun

yang berarti kurva permintaan bergeser kekiri.

Misalnya, saat ini handphone blackberry sedang

trend dan banyak yang beli, tetapi beberapa

tahun mendatang mungkin blackberry sudah

dianggap kuno.

2. Banyaknya konsumen pembeli

30

Bila volume pembelian oleh masing-masing

konsumen adalah sama, maka kenaikan jumlah

konsumen di pasar akan menyebabkan kenaikan

permintaan, sehingga kurvanya bergeser ke

kanan. Penurunan jumlah atau banyaknya konsumen

akan menyebabkan penurunan permintaan.

Misalnya, ketika flu burung dan flu babi sedang

menggila, produk masker pelindung akan sangat

laris. Contoh lain, Pada bulan puasa (ramadhan)

permintaan blewah, timun suri, cincau, sirup,

esbatu, kurma, dan lain sebagainya akan sangat

tinggi dibandingkan bulan lainnya.

3. Pendapatan konsumen

Pengaruh perubahan pendapatan terhadap

permintaan mempunyai dua kemungkinan. Pada

umumnya pengaruh pendapatan terhadap permintaan

adalah positif dalam arti bahwa kenaikan

pendapatan akan menaikkan permintaan. Hal ini

terjadi apabila barang tersebut merupakan

barang superior atau normal. Ini seperti efek

selera dan efek banyaknya pembeli yang

31

mempunyai efek positif. Pada kasus barang

inferior, maka kenaikkan pendapatan justru

menurunkan permintaan. Misalnya, orang yang

punya gaji dan tunjangan besar dia dapat

membeli banyak barang yang dia inginkan, tetapi

jika pendapatannya rendah, maka seseorang

mungkin akan mengirit pemakaian barang yang

dibelinya agar jarang beli.

4. Harga barang lain yang bersangkutan

Barang lain yang bersangkutan biasanya

merupakan barang subsitusi (pengganti) atau

barang komplementer (pelengkap). Suatu barang

disebut sebagai barang substitusi yang lain

jika barang tersebut dapat menggantikan fungsi

barang lain tersebut. Harga barang pengganti

dapat mempengaruhi permintaan barang yang dapat

digantikannya. Jika harga barang pengganti

bertambah murah maka barang yang digantikannya

akan mengalami penurunan permintaan, begitu

pula sebaliknya. Sedangkan barang pelengkap

adalah suatu barang yang selalu digunakan

32

bersamaan dengan barang lainnya. Kenaikan atau

penurunan permintaan barang pelengkap selalu

sejalan dengan perubahan permintaan barang yang

dilengkapinya. Misalnya, jika roti tawar tidak

ada atau harganya sangat mahal maka meises,

selai dan margarine akan turun permintaannya.

5. Ekspektasi (perkiraan harga-harga barang dan

pendapatan di masa depan)

Ekspektasi para konsumen bahwa harga-harga akan

naik di masa depan mungkin menyebabkan mereka

membeli barang tersebut sekarang untuk

menghindari kemungkinan akibat adanya kenaikan

harga tersebut. Demikian juga halnya jika

konsumen memperkirakan bahwa pendapatannya akan

naik dimasa depan. Sebaliknya, terjadi

penurunan permintaan bila para konsumen

memperkirakan bahwa di masa depan harga-harga

akan naik atau pendapatannya akan turun.

Misalnya adanya berita tentang kenaikan

bbm/bensin, kenaikan sembako maka orang akan

membeli lebih banyak untuk menimbunnya.

33

2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Elastisitas

Permintaan

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi ED

yang menyebabkan terjadinya perbedaan nilai

elastisitasnya, yaitu sebagai berikut:

a. Adanya barang subtitusi

Barang subtitusi adalah barang yang memiliki

manfaat dan kegunaan yang hampir sama dengan

barang dengan utamanya. Misalnya, jagung adalah

subtitusi beras. Barang subtitusi ada yang

biasa ada juga yang disebut subtitusi dekat.

Barang subtitusi dekat adalah barang yang

fungsi dan kegunaannya sama, hanya mungkin

berbeda merek, kemasan, dan pelayanan.

Misalnya, beras cianjur dengan beras raja lele.

Makin banyak subtitusi suatu barang, maka

semakin besar kemungkinan pembeli untuk

bertindak dari barang utama seandainya terjadi

kenaikan atau penurunan harga. Secara teoritis,

bila suatu barang memiliki substitusi, maka

permintaannya cenderung elastis, (ED) > 1,

34

yaitu manakala harga naik sebesar 1%, maka

permintaan akan barang tersebut akan turun

diatas 1% demikian juga sebaliknya.

Dengan demikian komoditas yang bersubstitusi

cenderung memiliki elastisitas lebih tinggi

daripada komoditas yang tidak memiliki

substitusi. Contohnya jika hari ini harga beras

naik 20% di pulau Jawa, jumlah beras yang

diminta akan turun sedikit karena permintaan

terhadap beras tersebut inelastis. Lain halnya

dengan permintaan akan daging sapi. Jika pada

suatu saat banyak sapi yang mati karena wabah

penyakit sehingga menyebabkan kenaikan harga

daging sapi, maka orang dapat saja beralih ke

daging kambing, daging ayam atau daging

lainnya. Hal ini dikarenakan daging sapi

memiliki elastisitas permintaan terhadap harga

yang tinggi.

Permintaan komoditas yang tidak banyak

mempunyai komoditas pengganti bersifat tidak

elastis karena jika harga komoditas tersebut

35

naik, para pembelinya sulit mendapatkan

pengganti, oleh karenanya tetap akan membeli

komoditas tersebut. Sehingga permintaannya

tidak berkurang. Sebaliknya jika harga

komoditas tersebut turun, permintaannya tidak

banyak bertambah karena tidak banyak tambahan

pembeli yang beralih dari membeli komoditas

yang bersaingan dengan komoditas tersebut.

b. Persentase pendapatan yang digunakan atau jenis

barang

Seorang konsumen akan memberikan porsi yang

besar dari pendapatannya untuk membeli barang

yang biasa digunakan sehari-hari (sudah menjadi

kebutuhan), sementara untuk barang yang masih

bisa ditunda porsi dari pendapatan untuknya

kecil. Jadi, bila barang yang dimaksud tersebut

adalah barang yang dibutuhkan atau dengan kata

lain sebagaian besar pendapatan dipergunakan

untuk mendapatkan barang yang dimaksud. Maka

semakin elastislah permintaannya.

36

Sebagai contoh perbandingan antara naiknya

harga sebuah mobil menjadi dua kali lipat

dibandingkan dengan kenaikan harga tali sepatu

yang dua kali lipat juga, memberikan dampak

perubahan permintaan yang berbeda karena

elastisitas permintaan terhadap kedua komoditas

tersebut berbeda. Permintaan tali sepatu

bersifat inelastis karena bagian pendapatan

yang digunakan untuk membeli sepatu relatif

lebih kecil. Sedangkan permintaan mobil

bersifat elastis karena bagian pendapatan untuk

membeli mobil relatif besar. Dengan demikian

adanya perubahan harga mobil akan membuat orang

menunda untuk membeli mobil dibandingkan beli

sepatu karena lebih terlihat nyata besar harga

yang dikeluarkan untuk membeli komoditas

tersebut.

c. Jangka waktu analisis/ perkiraan atau

pengetahuan konsumen

37

Dalam jangka pendek terjadi perubahan harga

tidak secara otomatis menyebabkan terjadinya

permintaan. Hal ini disebabkan perubahan yang

terjadi di pasar belum diketahui oleh konsumen

sehingga dalam jangka pendek permintaan

cenderung tidak elastis. Jadi, ketika

mengetahui terjadi perubahan harga masyarakat

setempat tidak langsung mengetahui jika tidak

datang langsung ke pasar atau ada seseorang

yang memberi tahunya.

d. Tersedianya sarana kredit

Meskipun harga barang telah diketahui naik,

sementara pendapatan tidak mencukupi,

permintaan harga barang tersebut akan tetap

bila ada fasilitas kredit dari penjual atau

produsen. Sebaliknya, bila harga barang yang

dimaksud turun maka permintaan atas barang

tersebut tidak akan naik bila fasilitas naik

untuk barang subtitusi ada. Dengan demikian

bila terdapat fasilitas kredit, maka

38

elastisitas cenderung inelastis atau elastis

sempurna.

Sebagai contoh konsumen akan membeli HP

Blackberry yang harganya memang mahal. Bagi

konsumen yang tidak memiliki banyak modal untuk

membeli sedangkan kebutuhan akan penggunaannya

tinggi, maka konsumen tersebut akan mencari

fasilitas kredit untuk membelinya. Dengan

demikian, permintaan terhadap HP Blackberry

cenderung inelastis.

e. Masa pakai dari produk

Dimana semakin lama pakai suatu produk tertentu

akan memberikan kemungkinan penundaan pembelian

produk itu oleh konsumen untuk keperluan

penggantian, hal ini sering menyebabkan

elastisitas permintaan untuk produk yang

bermasa pakai lama akan semakin elastis.

Contoh pada barang konsumsi seperti buah atau

sayur dengan masa pakai produk yang pendek,

39

maka konsumen tidak akan menunda pembelian

sehingga elastisitas permintaannya semakin

tidak elastis. Sedangkan untuk produk buku atau

barang lain dengan masa pakai produk yang

panjang, konsumen dapat menunda pembeliaan

sehingga elastisitas permintaan akan lebih

elastis.

f. Derajat kepentingan kebutuhan konsumen terhadap

produk

Dimana semakin tinggi derajat kepentingan atau

kebutuhan konsumen terhadap produk tertentu,

elastisitas permintaan dari produk itu semakin

inelastis. Dalam situasi ini sering tampak

bahwa elastisitas permintaan untuk produk-

produk untuk yang memenuhi kebutuhan primer

(seperti: beras, pasta gigi, sabun) pada

umumnya inelastis, dibandingkan produk-produk

kebutuhan sekunder (seperti: mobil, telepon

genggam, laptop) yang pada umumnya lebih

elastis.

g. Derajat kejenuhan pasar pada produk

40

Dimana semakin tinggi derajat kejenuhan pasar

bagi suatu produk tertentu, elastisitas

permintaan terhadap produk itu menjadi semakin

inelastis. Dalam situasi ini, meskipun harga

diturunkan, tetapi karena pasar dari produk itu

telah jenuh, maka tidak akan mempengaruhi

permintaan terhadap produk itu.

Misalnya pada sebuah produk pakaian wanita

dengan model A yang terkenal pada periode 2011,

tingkat kejenuhan konsumen terhadap produk

pakaian model A akan lebih tinggi dan beralih

pada model B yang lebih terbaru atau new arrival.

Dari hal tersebut, semakin tinggi tingkat

kejenuhan pasar terhadap suatu barang maka

permintaan semakin elastis.

h. Range penggunaan produk

Semakin lebar atau semakin luas range

penggunaan dari suatu produk tertentu akan

menyebabkan elastisitas permintaan untuk produk

itu menjadi semakin elastis. Penggunaan yang

semakin luas dari suatu produk tertentu

41

(seperti: kertas, plastik, alumunium, kaca)

akan memberikan peluang munculnya beragam

produk sejenis diluar di pasar, sehingga

kenaikan harga pada produk tertentu dapat

tersubstitusi oleh konsumen dengan produk-

produk alternatif.

Misalnya pada produk air minum dalam kemasan.

Kebutuhan akan air minum ini sangatlah banyak

karena tubuh butuh banyak cairan. Jadi jelas

range penggunaan produk ini sangatlah luas.

Sebagai asumsi jika suatu air minum X mengalami

kenaikan harga, tentunya ini akan sangat

mempengaruhi jumlah permintaan. Mungkin

konsumen akan mencari air minum merek lain yang

harganya lebih murah mengingat kebutuhannya

yang banyak serta didukung banyak munculnya

produk serupa di pangsa pasar ini. Jadi jelas

dalam kondisi ini terjadi elastisitas akibat

range penggunaan produk. Semakin tinggi range

penggunaan produk maka akan semakin elastis

permintaannya. Contoh lain Ketumbar yang

42

digunakan sebagai bumbu dapur, permintaannya

cenderung kurang elastis meskipun harganya

berubah, karena penggunaannya tidak terlalu

banyak.

2.5Utility

2.5.1 Pengertian Utility

Utility dalam teori ekonomi memiliki arti nilai

guna. Nilai guna dirasakan oleh konsumen setelah

menikmati barang/jasa. Seberapa besar nilai guna

yang dirasakan konsumen tersebut tergantung pada

tingkat kepuasan konsumen. Kotler (1997) dalam

Anonim (2009) mendefinisikan kepuasan konsumen

sebagai sebuah perasaan senang atau kecewa

seseorang yang berasal dari perbandingan antara

kesan terhadap kinerja ( hasil) suatu produk dengan

harapan sebelumnya.

Windu (2013) dalam artikelnya menuliskan bahwa

nilai guna atau utility terbagi menjadi dua, yaitu

total utility dan marginal utility. Total utility adalah

jumlah kepuasan total yang dinikmati konsumen akibat

43

mengkonsumsi sejumlah barang/jasa. Sedangkan Marginal

Utility adalah tambahan kepuasan yang dinikmati

konsumen akibat adanya tambahan barang/jasa yang

dikonsumsi.

2.5.2 Hukum Utility

Dalam pembahasan mengenai nilai guna, juga

dikenal hukum nilai guna yang berbunyi sebagai

berikut:

“Semakin banyak suatu barang yang dikonsumsi oleh

seseorang semakin besar nilai guna total yang akan

diperolehnya, tetapi tingkat pertambahan nilai guna

marjinal yang akan diperoleh akan semakin kecil.

Suatu saat nilai guna marjinalnya akan mencapai nol

dan nilai guna total akan mencapai maksimum.

Apabila penambahan konsumsi barang tersebut

dilanjutkan, maka nilai guna marjinalnya akan

negatif dan nilai guna total akan menurun.”

Hipotesis teori nilai guna atau lebih dikenal

sebagai hukum nilai guna marginal menurun menyatakan

bahwa tambahan nilai guna yang akan diperoleh

seseorang dari mengkonsumsi suatu barang akan

44

menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus

menerus menambah konsumsinya ke atas barang

tersebut. Hal ini merujuk pada Hukum Gossen I ( The

Law of Diminishing Returns) yang berbunyi:

“ Semakin banyak suatu barang dikonsumsi,maka

tamabahan kepuasan yang diperoleh setiap satuan

tambahan yang dikonsumsikan akan menurun “.

Pada hakikatnya hipotesis tersebut menjelaskan

bahwa pertambahan yang terus menerus dalam

mengkonsumsi suatu barang tidak secara terus menerus

menambah kepuasan yang dinikmati orang yang

mengkonsumsinya. Pada permulaannya setiap tambahan

konsumsi akan mempetinggi tingkat kepuasan orang

tersebut. Misalnya, apabila seseorang yang berbuka

puasa atau baru selesai berolah raga memperoleh

segelas air, maka ia memperoleh sejumlah kepuasan

dari padanya, dan jumlah kepuasan itu akan menjadi

bertambah tinggi apabila ia dapat meminum segelas

air lagi.

Kepuasan yang lebih tinggi akan diperolehnya

apabila dia diberi kesempatan untuk memperoleh gelas

45

yang ketiga. Pertambahan kepuasan ini tidak terus

berlangsung. Katakanlah pada gelas yang kelima orang

yang berpuasa atau olahragawan itu merasa bahwa yang

diminumnya sudah cukup banyak dan sudah memuaskan

dahaganya. Kalau ditawarkan gelas keenam dia akan

menolak, karena dia merasa lebih puas meminum lima

gelas air daripada enam gelas air. Ini bermakna pada

gelas yang keenam tambahan nilai guna adalah

negatif, nilai guna total daripada meminum enam

gelas adalah lebih rendah dari nilai guna yang

diperoleh dari meminum lima gelas.

2.5.3 Cara Mengukur Utility

Menurut Kotler (2000), Alat untuk mengukur

kepuasan pelanggan/ konsumen berkisar dari yang

primitif sampai canggih, dengan menggunakan beberapa

metode diantaranya:

1. Sistem keluhan dan saran

Pengukuran kepuasan dengan cara ini dapat

dilakukan dengan meletakkan fasilitas seperti

kotak saran, costumer service bebas pulsa, maupun

46

media sosial yang sudah banyak digunakan

diberbagai kalangan saat ini.

2. Survei kepuasan pelanggan

Perbedaan cara pengukuran ini dengan sistem

keluhan dan saran adalah pada gaya

komunikasinya. Dimana dengan sistem survey

memungkinkan pelanggan bertatap muka secara

langsung untuk menyampaikan penilaiannya

terhadap pengalamannya menggunakan suatu produk

barang/jasa.

3. Pembelanja siluman (Ghost Shopping)

Pembelanja disini adalah seseorang yang berpura-

pura menjadi pelanggan dan melaporkan berbagai

temuan penting di lapangan maupun dalam lingkup

karyawan dari sebuah perusahaaan barang/jasa.

4. Analisis pelanggan yang hilang (Lost Customer

Analiysis)

Cara pengukuran kepuasan dengan metode ini

dilakukan dengan cara mencari informasi dan

menghubungi kembali pelanggan yang telah beralih

menjadi pelanggan produk barang/jasa lain.

47

2.6 Konsekuensi dari Hukum Marginal Utility

Marginal utility adalah alat yang digunakan dalam Nilai

Guna (Utility) Kardinal. Marginal utility (kepuasan marginal)

adalah pertambahan atau pengurangan kepuasan sebagai

akibat adanya pertambahan atau pengurangan penggunaan

satu unit barang tertentu.

Dalam marginal utility terdapat sebuah hukum marginal

utility yaitu Law of Diminishing Marginal Utility. Hukum tersebut

berisi, “apabila tambahan nilai guna yang akan

diperoleh dari seseorang dari mengkonsumsi suatu barang

akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut

terus menerus menambah konsumsinya dan pada akhirnya

tambahan nilai guna tersebut akan menjadi negatif.”

Hukum Penurunan Daya Guna (The Law of Dimishing Marginal

Utility) awalnya akan bertambah besar dengan penambahan

satu unit konsumsi, kemudian penambahan konsumsi

selanjutnya akan menambah total daya guna yang semakin

kecil (marginal utilitynya turun), sehingga akhirnya

tercapai kekenyangan. Artinya semakin banyak seseorang

48

mengkonsumsi suatu barang, makin berkuranglah daya guna

yang dapat diberikan barang tersebut baginya.

Perubahan marginal utility suatu barang dipengaruhi

oleh perubahan harga barang dan perubahan pendapatan

konsumen. Perubahan harga suatu barang akan mengubah

nilai marjinal utility dari barang yang mengalami

perubahan harga tersebut, apabila harga suatu barang

makin naik maka nilai marginal rupiah akan semakin

rendah dan sebaliknya apabila suatu barang mengalami

penurunan harga maka nilai marginal utility akan

semakin tinggi.

Beberapa pakar ekonomi telah mengembangkan gagasan

mengenai konsep nilai guna. Dari hasil penelitian

Herman Heinrich Gossen mengenai nilai guna total dan

nilai guna marjinal yang terkandung dalam hukum Gossen

I, nilai guna total adalah kepuasan total yang di

nikmati oleh konsumen dalam mengkonsumsi sejumlah

barang tertentu secara keseluruhan sedangkan nilai guna

marjinal atau kepuasan marjinal adalah tambahan

kepuasan yang dinikmati dari setiap tambahan barang

atau jasa yang di konsuminya.

49

Sebagai contoh Andi adalah seorang yang sangat

menyukai es krim. Dia membeli 6 buah es krim sekaligus.

Es krim pertama nikamatnya bukan main karena merupakan

es krim kesukaan Andi, kemudian es krim kedua makin

terasa enak dan kepuasan Andi meningkat. Es krim ke

tiga masih terasa enak meskipun tidak seenak es krim

pertama , dan sampai pada akhirnya es krim ke 6 mulai

terasa tidak enak lagi. Situasi ini dapat kita lihat

pada tabel di bawah ini.

Gambar 2.8 Tabel dan Grafik Nilai Guna Total danNilai Guna Marjinal

Menurut Hukum Gossen I Sumber: Ekonomi jilid satu, Alam S.

Teori nilai guna dapat menerangkan mengenai wujud

kelebihan kepuasan yang dinikmati oleh konsumen, dalam

analisis ekonomi kelebihan kepuasan tersebut lebih

50

dikenal dengan surplus ekonomi. Surplus konsumen

menunjukkan adanya perbedaan antara kepuasan yang

didapat oleh seseorang pada saat mengonsumsi barang

atau jasa dengan pembayaran yang harus ia lakukan

untuk mendapatkan produk atau jasa tersebut. Kepuasan

yang diperoleh seseorang selalu lebih besar dari

pembayaran yang dilakukan. Surplus konsumen ini sangat

berkaitan dengan nilai guna marginal yang semakin

sedikit. Misal pada barang ke-n yang dibeli, nilai guna

marginalnya sama dengan harga. Dengan demikian, karena

nilai guna marginal barang ke-n lebih rendah dari

barang sebelumnya, maka nilai guna marginal barang

sebelumnya lebih tinggi dari harga barang tersebut, dan

perbedaan harga yang terjadi merupakan surplus

konsumen.

Sebagai contoh seseorang anak ingin membeli es

krim. Ia pun menyediakan uang sebanyak Rp 10.000,00.

Namun, ternyata di pasarang harga es krim yang ingin ia

beli Rp 6.000,00, sehingga terdapat selisih antar uang

yang telah disediakan dengan harga es krim tersebut di

51

pasaran yakni sebanyak Rp 4.000,00. Inilah yang disebut

dengan surplus konsumen.

Tabel 2.2 Surplus Konsumen yang Dinikmati KonsumenJumlahbarangyang

dikonsumsi (Qx)

Hargayang

disediakan

konsumen(Pc)

Hargayang

berlakudi pasar

Surpluskonsumen

JumlahKeseluruha

n

1 Rp 10.000 Rp 6.000 Rp 4.000 Rp 4.0002 Rp 8.000 Rp 6.000 Rp 2.000 Rp 6.0003 Rp 6.000 Rp 6.000 - Rp 6.0004 Rp 4.000 Rp 6.000 - -

Pada kolom tabel yang kedua menunjukkan jumlah

uang yang disediakan oleh konsumen dan kolom ketiga

adalah harga yang berlaku dipasaran, serta kolom ke

empat adalah surplus konsumen yang ia terima. Pada saat

pembelian pertama dan kedua, konsumen memberikan harga

lebih tinggi terhadap es krim yang ingin ia beli

daripada harga es krim tersebut di pasaran, sehingga ia

memperoleh surplus

konsumen. Namun, pada

pemebelian ke-3 dan ke-

4 ia tidak memperoleh

surplus konsumen karena

52

uang yang ia sediakan dengan harga es krim tersebut

dipasaran sama atau lebih kecil. Surplus ekonomi ini

apabila dapat pula digambarkan dengan grafik.

Gambar 2.9 Grafik Surplus Konsumen Sumber: Sadono Sukirno (2010)

Pada grafik tersebut digambarkan bahwa konsumen

bersedia membeli suatu barang seharga A, Namun ternyata

dipasaran harga barang tersebut sebesar P. Pada harga

tersebut jumlah barang yang dibeli konsumen sebanyak Q.

Surplus konsumen yang ia terimapun sebesar APB.

53

BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Need, demand maupun supply merupakan tiga faktor

dalam kegiatan ekonomi yang tidak terpisahkan. Baik

need, demand dan supply saling mempengaruhi untuk

54

membentuk suatu keseimbangan ekonomi. Pengukuran need

bertujuan untuk menggali dan mengetahui selera pasar

terhadap suatu produk. Sedangkan pengukuran demand

dapat membantu produsen mengetahui penggunaan atau

pemanfaatan produk oleh pasar secara real. Pengukuran

need dapat dilakukan baik metode langsung maupun tak

langsung.

Demand mempunyai kurva dan faktor-faktor yang

mempengaruhi pergerakannya. Elastisitas permintaan

harga menunjukkan seberapa besar perubahan permintaan

atas suatu barang sebagai akibat dari perubahan harga

barang/jasa itu sendiri. Berdasarkan tingkat

elastisitasnya, elastisitas permintaan harga dapat

dibedakan menjadi 5 yaitu 1) Tidak elastis sempurna; 2)

Tidak Elastis; 3) Elastisitas Uniter; 4) Elastis ; dan

5) Elastis.

Utility dalam teori ekonomi memiliki arti nilai guna.

Nilai guna dirasakan oleh konsumen setelah menikmati

barang/jasa. Alat untuk mengukur kepuasan pelanggan

menurut Kotler (2000) antara lain: 1) Sistem keluhan

dan saran; 2) Survei kepuasan pelanggan; 3) Pembelanja

55

siluman (Ghost Shopping); 4) Analisis pelanggan yang

hilang (Lost Customer Analiysis).

Dalam marginal utility terdapat sebuah hukum marginal

utility yaitu Law of Diminishing Marginal Utility. Hukum Penurunan

Daya Guna (The Law of Dimishing Marginal Utility) awalnya akan

bertambah besar dengan penambahan satu unit konsumsi,

kemudian penambahan konsumsi selanjutnya akan menambah

total daya guna yang semakin kecil (marginal utilitynya

turun), sehingga akhirnya tercapai kekenyangan. Artinya

semakin banyak seseorang mengkonsumsi suatu barang,

makin berkuranglah daya guna yang dapat diberikan

barang tersebut baginya.

56

57