need and demand
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu ekonomi dewasa ini telah diterapkan di
berbagai bidang kehidupan mulai dari aspek terkecil
hingga aspek yang luas. Penerapan prinsip efektivitas
dan efisiensi yang menjadi salah satu bidang kajian
ilmu ekonomi menjadi dasar pemikiran para praktisi
dalam menjalankan industri. Kajian ilmu ekonomi
memberikan dampak yang signifikan untuk kemajuan
perekonomian, sehingga ilmu ekonomi mengalami
perkembangan yang cukup pesat hingga sekarang. Dalam
perkembangannya, dunia industri termasuk pelayanan
kesehatan menerapkan berbagai prinsip ekonomi untuk
dapat bersaing dengan industry yang sejenis.
Pelayanan kesehatan adalah berbagai upaya yang
dilakukan oleh perorangan maupun kelompok yang
ditujukan kepada perseorangan atau suatu masyarakat
untuk meningkatkan derajat kesehatannya meliputi
kegiatan preventive, kurative, dan rehabilitative (Levey dan
1
Loomba, 1973). Kemudahan akses dalam mendapatkan
informasi yang dimiliki pelanggan dewasa ini,
berpotensi untuk meningkatkan persaingan para penyedia
pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, dalam
melaksanakan fungsinya sebagai penyedia layanan
kesehatan, diperlukan penerapan ilmu ekonomi untuk
mengelola sumber daya secara efektif dan efisien.
Salah satu hal yang penting untuk memenangkan
persaingan adalah dengan meningkatkan kualitas
pelayanan. Pemenuhan terhadap kebutuhan pelanggan
menjadi prioritas dalam pembahasan kepuasan pelanggan.
Lebih jauh dari dampak pemenuhan kebutuhan pelanggan,
suatu penyedia pelayanan kesehatan harus menyeimbangkan
dengan program yang ditawarkan oleh penyedia pelayanan
kesehatan.
Secara ringkas, informasi mengenai kebutuhan
pelanggan bagi penyedia pelayanan kesehatan adalah
upaya untuk menciptakan penawaran program yang sesuai
dengan kebutuhan pelanggan. Sehingga, kepuasan
pelanggan dapat tercapai. Dengan demikian, pembahasan
tentang permintaan dan penawaran, serta kepuasan
2
menjadi bahasan yang penting bagi penyedia pelayanan
kesehatan dalam melaksanakan fungsinya.
1.2. Tujuan
1. Mengetahui definisi need, want, demand, dan utility
2. Mengetahui cara mengukur need, demand, dan utility
3. Mengetahui bentuk kurva demand dan
elastisitasnya
4. Mengetahui berbagai faktor yang mempengaruhi
permintaan
5. Mengetahui berbagai faktor yang mempengaruhi
elastisitas demand
6. Mengatahui hukum utility dan konsekuensi marjinal
hukum utility
1.3 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi need,want, demand, dan utility ?
2. Bagaimana cara mengukur need, demand, dan utility ?
3. Bagaimana bentuk kurva demand dan elastisitasnya
?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi permintaan ?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi elastisitas
demand ?
3
6. Bagaimana hukum utility dan konsekuensi marjinal
hukum utility ?
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Want, Need, Demand dan Utility
Menurut Septo P. Arso (2009), kebutuhan (need)
diartikan sebagai keadaan kurangnya atau tidak adanya
pemenuhan kebutuhan secara mendasar. Kebutuhan
menyatakan tuntutan dasar manusia. Sedangkan keinginan
(want) diartikan sebagai hasrat terhadap pemenuhan yang
lebih lanjut setelah merasakan kebutuhan. Keinginan
biasanya bersifat subjektif dan bersifat individual.
Permintaan (demand) adalah hasrat terhadap produk yang
dapat memenuhi keinginan yang telah didukung dengan
kemampuan dan kemauan untuk membayar.
Pengertian permintaan (demand) tidak terpisah dari
arti kebutuhan (need) dan keinginan (want). Kebutuhan
(need) adalah sesuatu yang dirasa kurang dari diri
manusia itu sendiri, keinginan (want) adalah sesuatu
yang dirasa kurang karena lingkungan, dan permintaan
4
(demand) adalah keinginan yang disertai dengan daya
beli. Demand merupakan ungkapan permintaan dari
keinginan dan kebutuhan (Irawan dkk., 1996)
Menurut Philip Kotler (2002), definisi dari
kebutuhan (needs), keinginan (wants), dan permintaan
(demand) adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan (needs) dimana manusia merasa
kekurangan. Kebutuhan (needs) adalah keinginan
manusia atas barang dan jasa yang perlu dipenuhi
untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Needs
menggambarkan kebutuhan dasar manusia seperti
pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan,
rekreasi, dan lainnya. Needs menjadi wants jika
kebutuhan tadi telah menjurus pada satu keinginan
tertentu yang dapat memberikan kepuasan.
Kebutuhan dibagi menjadi dua, yaitu perceived needs
dan expressed needs. Perceived needs atau kebutuhan
yang dirasakan adalah hasrat atau keinginan yang
dimiliki oleh semua orang dimana kebutuhan ini
menunjukkan kesenjangan antara tingkat
keterampilan/kenyataan yang nampak dengan yang
5
dirasakan. Sedangkan expressed needs atau kebutuhan
yang diekspresikan yaitu kebutuhan yang dirasakan
seseorang mampu untuk ditunjukkan dalam tindakan.
2. Keinginan (wants) adalah kebutuhan (needs)
yang dibentuk oleh budaya dan kepribadian
individu.
3. Permintaan (demand) adalah keinginan yang
didukung daya beli. Demand atau permintaan
adalah jumlah dari suatu barang yang mau dan
mampu dibeli pada berbagai kemungkinan harga,
selama jangka waktu tertentu, dengan anggapan
berbagai hal lain tetap sama (ceteris paribus). Mau
dan mampu disini memiliki arti betapapun orang
berkeinginan atau membutuhkan sesuatu, kalau ia
tidak mempunyai uang atau tidak bersedia
mengeluarkan uang sebanyak itu untuk membeli,
maka keinginan itu tetap keinginan dan belum
disebut permintaan. Namun ketika
keinginan/kebutuhan itu disertai kemauan dan
kemampuan untuk membeli dan didukung oleh uang
6
yang secukupnya untuk membayar harga disebut
permintaan.
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa permintaan (demand) tidak terpisah
dari kebutuhan (need) dan keinginan (want). Kebutuhan
(need) berawal dari keinginan (want). Sedangkan
permintaan atau demand merupakan kebutuhan (need) yang
telah didukung dengan daya beli.
2.2 Cara Mengukur Need, Demand dan Utility
Pengukuran need bertujuan untuk menggali dan
mengetahui selera pasar terhadap suatu produk.
Sedangkan pengukuran demand dapat membantu produsen
mengetahui penggunaan atau pemanfaatan produk oleh
pasar secara real, karena demand merupakan realisasi
dari need.
Walaupun demikian, pengukuran need saja atau demand
saja belum mampu mengukur kebutuhan konsumen terhadap
produk yang akan digunakan untuk realisasi penjualan di
masa mendatang. Sehingga setelah dilakukan pengukuran
need, perlu juga dilakukan pengukuran demand.
2.2.1 Cara Pengukuran Need dan Demand
7
Pengukuran Need dan Demand dapat dilakukan baik
pada individu maupun organisasi. Cara pengukuran untuk
need dan demand pada tingkat individu tentunya berbeda
dengan pengukuran pada tingkat organisasi.
Pengukuran need terhadap individu tidak dapat
dilakukan dengan observasi. Hal ini dikarenakan need
merupakan sesuatu yang masih ada dalam benak konsumen
dan belum terealisasikan sehingga akan sangat sulit
jika pengukuran need dilakukan dengan observasi. Cara
pengukurannya adalah dengan melakukan indepth interview
terhadap konsumen atau melalui kuisioner.
Need dapat diukur baik sebelum maupun setelah
penggunaan produk. Berbeda dengan demand,
pengukurannya harus dilakukan setelah penggunaan
produk. Demand dapat diukur dengan menggunakan metode
observasi maupun wawancara.
Bagi organisasi, pengukuran need dan demand tentu
penting untuk realisasi penjualan produk. Pengukurannya
dapat dilakukan dengan melihat data dan catatan laporan
penjualan perusahaan.
2.2.2 Cara Pengukuran Utility
8
Pengukuran utility dapat dilakukan dengan dua metode,
yaitu metode langsung dan metode tidak langsung.
a. Metode Langsung
Pengukuran utility secara langsung dapat dilakukan
dengan melakukan wawancara atau kuisioner kepada
konsumen yang telah menggunakan suatu produk.
Pertanyaan tentu berkenaan dengan penggunaan atau
pemanfaatan produk tersebut. Jawaban dari
wawancara atau kuisioner secara ordinal.
b. Metode Tidak Langsung
Secara tidak langsung, pengukuran utility dilakukan
2 kali, yaitu pertama mengukur harapan konsumen
terhadap produk, kemudian mengukur kenyataan atau
realitas penggunaan produk tersebut. Jika secara
realnya lebih baik dari harapan, berarti konsumen
sangat puas. Harapan sama dengan kenyataannya,
berarti konsumen puas. Sebaliknya jika harapan
lebih besar dari kenyataannya, maka konsumen
dapat dikatakan tidak puas.
9
2.3 Bentuk Kurva Demand dan Elastisitasnya
2.3.1 Bentuk Kurva Demand
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa
permintaan adalah suatu kemauan dan kemampuan pembeli
untuk dapat membeli produk (barang atau jasa) tertentu.
Untuk dapat membeli produk yang diinginkan tersebut
maka terdapat banyak sekali hal yang mampu mempengaruhi
permintaan. Pada pembahasan sebelumnya juga telah
dijelaskan mengenai hukum permintaan bahwa “Permintaan
terhadap barang atau jasa cenderung turun apabila harga barang atau
jasa tersebut meningkat, dan sebaliknya, permintaan terhadap suatu
barang atau jasa meningkat apabila harga barang atau jasa tersebut
turun (Ceteris paribus)”. Hukum tersebut menekankan pada
kondisi terjadinya permintaan yang ada dalam dunia
ekonomi dan akan menunjukkan seperti apa gambaran
situasinya dalam kurva permintaan.
Menurut Sadono Sukirno (2009) dalam bukunya dengan
judul Teori Pengantar Mikro Ekonomi, yang dimaksud kurva
permintaan adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat
hubungan antara harga suatu barang tertentu dengan
jumlah barang yang diminta para pembeli. Jadi,
10
permintaan dapat digambarkan pada dua hal yang telah
disebutkan, yaitu harga dan jumlah barang yang diminta
dalam kondisi ceteris paribus.Berikut adalah contoh dari
pembentukan kurva permintaan.
Tabel 2.1 Permintaan Terhadap Buku Tulis pada BerbagaiTingkat Harga
Keadaan Harga(Rupiah)
Jumlah yangDiminta (Unit)
P 5000 200Q 4000 400R 3000 600S 2000 900T 1000 1300
Dari tabel tersebut, akan dapat digambarkan kurva
permintaan seperti berikut:
Gambar 2.1 Kurva Permintaan Permintaan Terhadap BukuTulis
Sumber : Sadono Sukirno, Teori Pengantar Mikro Ekonomi
11
Dari gambar dalam kurva permintaan tersebut, titik
P, Q, R, S, T adalah titik temu dari tiap kondisi
tingkat harga buku tulis yang ada pada saat tersebut
dengan jumlah permintaan yang terjadi. Umumnya bentuk
kurva akan menurun dari kiri atas ke kanan bawah akibat
hubungan harga dengan jumlah yang memang memiliki
hubungan terbalik. Jika salah satu variabel naik
(misal, harga), maka akan terjadi penurunan pada
variabel lainnya (jumlah barang yang diminta).
2.3.2 Elastisitas Demand
Elastisitas permintaan harga menunjukkan seberapa
besar perubahan permintaan atas suatu barang sebagai
akibat dari perubahan haga barang/jasa itu sendiri.
Elastisitas permintaan harga dapat diketahui melalui
nilai koefisien elastisitas permintaan (Ed) yang
berkisar diantara nol sampai tak terhingga atau 0 ≤ Ed
≥ 1. Nilai koefisien elastisitas permintaan didapatkan
dari penghitungan presentasi perubahan jumlah barang
yang diminta dibagi dengan presentasi perubahan harga.
12
P
0
D
DQ
Berdasarkan tingkat elastisitasnya, elastisitas
permintaan harga dapat dibedakan menjadi 5 yaitu:
a. Tidak elastis sempurna (Ed= 0)
Permintaan disebut tidak elastis sempurna
apabila koefisien elastisitas bernilai 0. Dalam
hal ini artinya adalah berapapun perubahan harga
yang terjadi tidak mempengaruhi dan tidak merubah
kuantitas atau jumlah permintaan barang/jasa.
Jumlah barang/jasa yang diminta akan tetap saja
walaupun harga mengalami kenaikan atau
penurunan.Secara matematis %∆Q = 0, berapapun
%∆P. Dengan demikan, kurva permintaannya
berbentuk vertikal atau sejajar dengan sumbu
harga (P). kurva berbentuk vertikal ini berarti
13
Gambar 2.2 Kurva Tidak
Elastis Sempurna
P
0
D
D Q
bahwa berapapun harga yang ditawarkan, kuantitas
barang/jasa tetap tidak berubah.
Kasus permintaan tidak elastis sempurna
terjadi apabila konsumen dalam membeli barang
tidak lagi memperhatikan harganya, tetapi lebih
memperhatikan pada seberapa besar kebutuhannya
dan kegunaan barang tersebut. Peningkatan harga
akan menyebakan meningkatnya total pendapatan.
Contohnya adalah obat pada waktu sakit dan
membeli lukisan karya pelukis terkenal yang telah
meninggal. Konsumen membeli obat ketika sakit
lebih mempertimbangkan kebutuhannya akan obat
agar dapat cepat sembuh, bukan kepada harganya.
Sama halnya dengan pembelian lukisan karya
pelukis yang telah meninggal, berapapun harga
yang ditawarkan si pelukis tidak dapat menambah
kuantitas dari lukisan tersebut.
b. Tidak elastisitas (0 < Ed< 1)
14
Permintaan disebut tidak elastis apabila
koefisien elastisitas bernilai kurang dari 1 atau
diantara 0 dan 1.Dalam hal ini artinya adalah
prosentase perubahan harga adalah lebih besar
daripada prosentase perubahan jumlah barang/jasa
yang diminta.Perubahan harga yang terjadi hanya
diikuti perubahan jumlah atau kuantitas
permintaan barang/jasa yang relatif lebih
kecil.Secara sistematis %∆Q < %∆P. Dengan kata
lain, perubahan harga kurang begitu berpengaruh
pada perubahan permintaan.
Contoh permintaan tidak elastis ini dapat
terjadi diantaranya pada produk kebutuhan
pokok,seperti beras dan bensin. Dalam kondisi
yang normal, setiap orang akan tetap membutuhkan
beras sebagai makanan pokok walaupun harga beras
naik. Sebaliknya jika harga beras turun, hal itu
tentu tidak akan menambah pola konsumsi beras
15
Gambar 2.3 Kurva Tidak
Elastis
P
0
D
DQ
karena konsumen memiliki keterbatasan yaitu rasa
kenyang. Sama halnya dengan kebutuhan bensin.
Jika harga bensin naik, tingkat penurunan
penggunaannya tidak sebesar tingkat kenaikan
harganya. Hal ini dikarenakan para pengendara
kendaraan bermotor tetap membutuhkan bensin untuk
mengisi bahan bakar kendaraannya agar dapat bisa
berpergian. Namun jika harga bensin turun, para
pengendara motor tidak mungkin berpergian terus-
menerus dan menikmati penurunan harga bensin
tersebut. Karakteristik produk yang seperti itu
mengakibatkan permintaan menjadi tidak elastis.
c. Elastisitas uniter (Ed= 1)
16
Gambar 2.4 Kurva
Permintaan disebut elastis uniter apabila
koefisien elastisitas bernilai 1. Dalam hal ini
artinya adalah berapapun perubahan harga
pengaruhnya sebanding terhadap perubahan jumlah
atau kuantitas barang/jasa yang diminta dengan
prosentase perubahan yang sama. Secara
sistematis, %∆Q = %∆P.
Jika harga berubah turun sebesar 10% maka
jumlah barang/jasa yang diminta juga akan berubah
menjadi naik sebesar 10%. Jadi perubahan
permintaan dibandingkan perubahan harga adalah
1 : 1. Sebagai contoh sebuah toko menjual
penggaris merek tertentu. Suatu saat harga
penggaris tersebut naik menjadi Rp 1.500,00 dari
harga awal Rp 1.000,00.Semula dalam sehari
penggaris mampu terjual 10 buah, namun setelah
harga penggaris naik, penggaris hanya terjual 5
buah. Harga penggaris naik sebesar Rp 500,00 dari
harga semula Rp 1.000,00. Jadi proporsi
kenaikannya adalah 500/1000 = 1/2. Sedangkan
17
jumlah permintaan turun sebesar 5 buah dari
jumlah permintaan semula sebanyak 10 buah. Jadi
proporsi penurunan jumlah permintaannya adalah
5/10 = 1/2. Dari contoh tersebut dapat
disimpulkan, bahwa proporsi kenaikan harga
penggaris sebesar 1/2 dari harga semula sebanding
dengan proporsi penurunan jumlah permintan
sebesar 1/2 dari jumlah permintaan semula,
sehingga didapatkan nilai koefisien
elastisitasnya adalah satu.
Kasus permintaan elastisitas uniter sulit
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, kalaupun
terjadi sebenarnya hanyalah secara kebetulan.
Permintaan elastisitas uniter lebih sebagai
pembatas antara permintaan elastis dan tidak.
Contoh barang/jasa yang elastisitasnya uniter
sebenarnya tidak dapat disebutkan secara
spesifik, sehingga belum tentu ada produk yang
dapat dikatakan memiliki elastisitas yang uniter.
18
P
0
D
D
Q
d. Elastis (Ed> 1)
Permintaan disebut elastis apabila koefisien
elastisitas bernilai lebih dari 1. Dalam hal ini
artinya adalah prosentase perubahan jumlah atau
kuantitas barang/jasa lebih besar daripada
prosentase perubahan harga. Perubahan harga yang
terjadi diikuti oleh perubahan jumlah atau
kuantitas permintaan barang/jasa dalam jumlah
yang lebih besar. Secara sistematis %∆Q > %∆P.
Dengan kata lain, perubahan harga berpengaruh
cukup besar pada perubahan jumlah permintaan.
Kasus permintaan elastis terjadi apabila
permintaan peka terhadap perubahan harga. Hal ini
dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dan
terjadi pada produk yang mudah dicari
19
Gambar 2.5 Kurva
Elastis
P
0
D D
Q
subsitusinya. Sehingga ketika harganya naik,
konsumen akan dengan mudah menemukan produk
penggantinya. Contohnya adalah barang-barang
mewah, seperti mobil, alat-alat elektronik,
pakaian, dan lain-lain.
e. Elastis sempurna (Ed= ∞)
Permintaan disebut elastis sempurna apabila
koefisien elastisitas bernilai tak terhingga.
Dalam hal ini artinya adalah pada suatu harga
tertentu pasar sanggup membeli semua barang yang
ada di pasar. Berapa pun banyaknya barang yang
20
Gambar 2.6 Kurva
Elastisitas Sempurna
ditawarkan oleh penjual pada harga tersebut,
semuanya akan dapat terjual. Namun setiap
kenaikan harga, tidak peduli seberapa kecil, akan
menyebabkan permintaan turun ke nol yang dapat
mengakibatkan total pendapatan menurun drastis.
Secara sistematis %∆P= 0. Bentuk kurva
permintaannya horizontal atau sejajar dengan
sumbu jumlah barang/jasa yang diperjualbelikan
(Q).
Kasus permintaan elastis sempurna terjadi
apabila suatu harga barang/jasa bersifat
komoditi, yaitu barang/jasa yang memiliki
karakteristik dan fungsi yang sama walaupun
dijual di tempat yang berbeda tetap akan
mempunyai harga yan sama. Contohnya adalah
membeli isi stapler merek J dan K yang rata-rata
berharga Rp 2500. Jika kita ke toko untuk membeli
isi stappler, kita cenderung tidak akan
memperhatikan perbedaan merek. Satu-satunya yang
sering dijadikan bahan perbandingan adalah harga.
Kita akan membeli isi stappler yang harganya paling
21
murah atau pada harga rata-rata yang diterima
oleh pasar. Akibatnya, bagi toko dan produsen
yang menjual isi stappler diatas harga rata-rata
permintaan akan barangnya akan turun ke nol
karena semua isi stappler fungsinya sama, meskipun
harganya berbeda-beda.
Untuk menunjukkan perbandingan antara jenis
elastisitas permintaan dapat dimisalkan ada suatu
produk yang harganya naik dari Rp 5.000,00
menjadi Rp 7.500,00 yaitu kenaikan harga sebesar
50%. Maka elastisitas yang terjadi adalah :
22
P
7500
Gambar 2.7 Kurva Perbandingan Jenis ElastisitasPermintaan
= Q akhir = Q awal
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Elastisitas
Permintaan
Menurut Jaesron (2003), permintaan konsumen
terhadap suatu barang tidak hanya dipengaruhi oleh
harga dari barang lain, selera dan sebagainya. Secara
matematis hal itu dapat dirumuskan dalam formula
sebagai berikut:
23
Elastis
1
satuanElastis 5000
Tidak
Elastis
Sempurn
Elastis
Tidak
300100 200 Q
Qx= f(x)cp
Menurut Gulton (1996), tingkat harga suatu barang
berpengaruh terhadap besarnya jumlah yang dibeli oleh
seseorang. Makin mahal harga suatu barang, maka akan
berkurang jumlah yang dibeli dengan syarat keadaan yang
lain- lain tidak berubah (cateris paribus). Jika rumus
diatas diuraikan dengan beberapa variabel, maka
didapatkan hasil formula sebagai berikut:
Qx= f (Px,Ax,Dx,Ox Ic,Tc,Ec Py,Ay,Dy,Oy
N,W,G,...)
Qx = Jumlah barang X yang diminta
Px = Harga barang X per unit
Ax = Advertensi barang
Dx = Desain barang
Ox = Outlet (tempat menjual ) barang X
Ic = Income (pendapatan) konsumen
Tc = Taste (selera atau cita rasa) konsumen
Ec = Expectation (harapan, perkiraan atau ramalan)
konsumen
24
VariabelStrategi
VariabelPesaing
Variabel lain
Variabel Konsumen
Py = Harga barang Y per unit
Ay = Advertensi barang Y
Dy = Desain barang Y
Oy = Outlet (tempat menjual) barang Y
N = Number (jumlah) penduduk
W = Weather (cuaca)
G = Government (kebijakan pemerintah)
Terdapat empat kelompok variabel didalam persamaan
fungsional tersebut, yakni variabel strategis, variabel
konsumen, variabel pesaing, dan variabel lain. Kelompok
variabel strategis berisi variabel-variabel yang dapat
dikendalikan oleh produsen. Kelompok variabel konsumen
berisi variabel-variabel yang berhubungan dengan
konsumen. Kelompok variabel pesaing berisi variabel-
variabel yang berhubungan dengan pesaing. Terakhir,
kelompok variabel lain berisi variabel-variabel yang
bukan sebelas variabel pertama, yang juga ikut
mempengaruhi permintaan.
Sementara itu, empat belas variabel yang ada disisi
kanan persamaan diatas terbagi menjadi dua kelompok
besar. Kelompok pertama terdiri dari satu variabel
25
saja, yakni Px atau harga barang X. Variabel ini sudah
kita kenal dengan baik. Jika Px berubah, jumlah yang
diminta akan berubah pula, sementara kurva permintaan
tidak akan bergeser kekiri maupun kekanan. Kelompok
kedua terdiri dari semua variabel yang lain, selain Px
dan berjumlah tiga belas. Ketiga belas variabel ini,
jika berubah akan menyebabkan kurva permintaan bergeser
atau dengan kata lain akan menyebabkan terjadinya
perubahan permintaan. Diantara ketiga belas variable
ini, terdapat empat variabel yang telah kita kenal
diatas, yakni pendapatan perkapita konsumen (Ic),
selera konsumen (Tc), perkiraan konsumen (Ec) dan harga
barang lain (Py), baik barang substitusi maupun barang
komplementer.
2.4.1 Faktor yang Mempengaruhi Permintaan
a. Tingkat pendapatan per kapita (per capita income)
masyarakat
Hampir untuk setiap orang dan hampir untuk
setiap barang, semakin besarnya pendapatan
selalu berarti semakin besarnya permintaan.
26
b. Cita rasa atau selera (taste) konsumen terhadap
barang itu
Cita rasa atau selera masyarakat terhadap
segala sesuatu itu, pada lazimnya, senantiasa
berubah dari waktu ke waktu. Jika saja pada
suatu waktu selera masyarakat terhadap sepeda
motor meningkat, misalnya sudahlah pasti bahwa
jumlah sepeda motor yang diminta masyarakat
akan bertambah pula, sekalipun harganya tidak
turun, maka hal yang sebaliknyalah yang
terjadi, yakti jumlah sepeda motor yang diminta
akan merosot, sekalipun harga jualnya tidak
naik.
c. Harga barang lain (prices of related goods), terutama
barang pelengkap (complementary goods) dan barang
pengganti (subtitution goods)
Misalnya terjadi kenaikan harga daging ayam di
suatu daerah, sedangkan masyarakat di daerah
itu amat suka makan daging ayam (artinya daging
ayam adalah produk penting). Kenaikan harga
daging ayam itu akan menyebabkan konsumen
27
mengurangi permintaannya akan daging ayam dan
sebagai gantinya mereka akan membeli pengganti
atau substitusinya, yakni daging sapi.
Demikianlah permintaan akan daging sapi tiba-
tiba meningkat sekalipun para produsennya tidak
menurunkan harga. Sebaliknya, jika harga daging
ayam turun, orang akan meninggalkan konsumsi
daging sapi dan kembali mengonsumsi daging ayam
kesukaan mereka. Demikianlah permintaan akan
daging sapi itu menurun sekalipun para
produsennya tidak menaikkan harga jual.
Permintaan akan daging sapi itu merosot memang
bukan disebabkan oleh perubahan harga daging
sapi itu sendiri, melainkan oleh turunnya harga
produk pengganti (substitusinya), yakni daging
ayam.
Hal yang sebaliknya terjadi pada dua barang
yang berhubungan komplementer atau saling
melengkapi. Contohnya seperti sepeda motor dan
bensinnya. Sepeda motor dan bensin merupakan
pelengkap yang baik satu sama lain sehingga
28
yang satu tidak akan dapat dipakai tanpa adanya
yang lain. Misalkanlah barang yang sedang
dianalisis adalah sepeda motor. Kenaikan harga
bensin akan menyebabkan masyarakat lebih
sedikit membeli bensin. Akibatnya pembelian
mereka terhadap sepeda motor pun menurun pula.
Sebaliknya jika harga bensin turun, orang akan
jadi lebih banyak membeli bensin. Akibatnya
permintaan masyarakat terhadap sepeda motor
akan meningkat.
d. Harapan atau perkiraan konsumen (consumer
expectation) terhadap harga barang yang
bersangkutan
Yang dimaksud dalam hal ini adalah ekspektasi
konsumen terhadap harga barang di masa
mendatang, yakni apakah harga itu akan naik,
turun, atau tetap. Perkiraan itu amat
menentukan. Misalkan kita sedang menganalisis
permintaan akan mobil. Jika para konsumen
mengira bahwa harga mobil akan naik bulan
depan, permintaan mobil sekarang akan tiba-tiba
29
naik karena mereka akan segera membeli sebelum
harga barang itu betul-betul naik nanti.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Menurut
Faried Wijaya (1991) selain harga barang itu sendiri,
faktor-faktor lain yang menentukan permintaan individu
maupun pasar adalah :
1. Selera konsumen
Perubahan selera konsumen yang lebih menyenangi
barang tersebut misalnya, akan berarti lebih
banyak barang yang akan diminta pada setiap
tingkat harga. Jadi, permintaan akan naik atau
kurva permintaan akan bergeser kekanan.
Sebaliknya, berkurangnya selera konsumen akan
barang tersebut menyebabkan permintaan turun
yang berarti kurva permintaan bergeser kekiri.
Misalnya, saat ini handphone blackberry sedang
trend dan banyak yang beli, tetapi beberapa
tahun mendatang mungkin blackberry sudah
dianggap kuno.
2. Banyaknya konsumen pembeli
30
Bila volume pembelian oleh masing-masing
konsumen adalah sama, maka kenaikan jumlah
konsumen di pasar akan menyebabkan kenaikan
permintaan, sehingga kurvanya bergeser ke
kanan. Penurunan jumlah atau banyaknya konsumen
akan menyebabkan penurunan permintaan.
Misalnya, ketika flu burung dan flu babi sedang
menggila, produk masker pelindung akan sangat
laris. Contoh lain, Pada bulan puasa (ramadhan)
permintaan blewah, timun suri, cincau, sirup,
esbatu, kurma, dan lain sebagainya akan sangat
tinggi dibandingkan bulan lainnya.
3. Pendapatan konsumen
Pengaruh perubahan pendapatan terhadap
permintaan mempunyai dua kemungkinan. Pada
umumnya pengaruh pendapatan terhadap permintaan
adalah positif dalam arti bahwa kenaikan
pendapatan akan menaikkan permintaan. Hal ini
terjadi apabila barang tersebut merupakan
barang superior atau normal. Ini seperti efek
selera dan efek banyaknya pembeli yang
31
mempunyai efek positif. Pada kasus barang
inferior, maka kenaikkan pendapatan justru
menurunkan permintaan. Misalnya, orang yang
punya gaji dan tunjangan besar dia dapat
membeli banyak barang yang dia inginkan, tetapi
jika pendapatannya rendah, maka seseorang
mungkin akan mengirit pemakaian barang yang
dibelinya agar jarang beli.
4. Harga barang lain yang bersangkutan
Barang lain yang bersangkutan biasanya
merupakan barang subsitusi (pengganti) atau
barang komplementer (pelengkap). Suatu barang
disebut sebagai barang substitusi yang lain
jika barang tersebut dapat menggantikan fungsi
barang lain tersebut. Harga barang pengganti
dapat mempengaruhi permintaan barang yang dapat
digantikannya. Jika harga barang pengganti
bertambah murah maka barang yang digantikannya
akan mengalami penurunan permintaan, begitu
pula sebaliknya. Sedangkan barang pelengkap
adalah suatu barang yang selalu digunakan
32
bersamaan dengan barang lainnya. Kenaikan atau
penurunan permintaan barang pelengkap selalu
sejalan dengan perubahan permintaan barang yang
dilengkapinya. Misalnya, jika roti tawar tidak
ada atau harganya sangat mahal maka meises,
selai dan margarine akan turun permintaannya.
5. Ekspektasi (perkiraan harga-harga barang dan
pendapatan di masa depan)
Ekspektasi para konsumen bahwa harga-harga akan
naik di masa depan mungkin menyebabkan mereka
membeli barang tersebut sekarang untuk
menghindari kemungkinan akibat adanya kenaikan
harga tersebut. Demikian juga halnya jika
konsumen memperkirakan bahwa pendapatannya akan
naik dimasa depan. Sebaliknya, terjadi
penurunan permintaan bila para konsumen
memperkirakan bahwa di masa depan harga-harga
akan naik atau pendapatannya akan turun.
Misalnya adanya berita tentang kenaikan
bbm/bensin, kenaikan sembako maka orang akan
membeli lebih banyak untuk menimbunnya.
33
2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Elastisitas
Permintaan
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi ED
yang menyebabkan terjadinya perbedaan nilai
elastisitasnya, yaitu sebagai berikut:
a. Adanya barang subtitusi
Barang subtitusi adalah barang yang memiliki
manfaat dan kegunaan yang hampir sama dengan
barang dengan utamanya. Misalnya, jagung adalah
subtitusi beras. Barang subtitusi ada yang
biasa ada juga yang disebut subtitusi dekat.
Barang subtitusi dekat adalah barang yang
fungsi dan kegunaannya sama, hanya mungkin
berbeda merek, kemasan, dan pelayanan.
Misalnya, beras cianjur dengan beras raja lele.
Makin banyak subtitusi suatu barang, maka
semakin besar kemungkinan pembeli untuk
bertindak dari barang utama seandainya terjadi
kenaikan atau penurunan harga. Secara teoritis,
bila suatu barang memiliki substitusi, maka
permintaannya cenderung elastis, (ED) > 1,
34
yaitu manakala harga naik sebesar 1%, maka
permintaan akan barang tersebut akan turun
diatas 1% demikian juga sebaliknya.
Dengan demikian komoditas yang bersubstitusi
cenderung memiliki elastisitas lebih tinggi
daripada komoditas yang tidak memiliki
substitusi. Contohnya jika hari ini harga beras
naik 20% di pulau Jawa, jumlah beras yang
diminta akan turun sedikit karena permintaan
terhadap beras tersebut inelastis. Lain halnya
dengan permintaan akan daging sapi. Jika pada
suatu saat banyak sapi yang mati karena wabah
penyakit sehingga menyebabkan kenaikan harga
daging sapi, maka orang dapat saja beralih ke
daging kambing, daging ayam atau daging
lainnya. Hal ini dikarenakan daging sapi
memiliki elastisitas permintaan terhadap harga
yang tinggi.
Permintaan komoditas yang tidak banyak
mempunyai komoditas pengganti bersifat tidak
elastis karena jika harga komoditas tersebut
35
naik, para pembelinya sulit mendapatkan
pengganti, oleh karenanya tetap akan membeli
komoditas tersebut. Sehingga permintaannya
tidak berkurang. Sebaliknya jika harga
komoditas tersebut turun, permintaannya tidak
banyak bertambah karena tidak banyak tambahan
pembeli yang beralih dari membeli komoditas
yang bersaingan dengan komoditas tersebut.
b. Persentase pendapatan yang digunakan atau jenis
barang
Seorang konsumen akan memberikan porsi yang
besar dari pendapatannya untuk membeli barang
yang biasa digunakan sehari-hari (sudah menjadi
kebutuhan), sementara untuk barang yang masih
bisa ditunda porsi dari pendapatan untuknya
kecil. Jadi, bila barang yang dimaksud tersebut
adalah barang yang dibutuhkan atau dengan kata
lain sebagaian besar pendapatan dipergunakan
untuk mendapatkan barang yang dimaksud. Maka
semakin elastislah permintaannya.
36
Sebagai contoh perbandingan antara naiknya
harga sebuah mobil menjadi dua kali lipat
dibandingkan dengan kenaikan harga tali sepatu
yang dua kali lipat juga, memberikan dampak
perubahan permintaan yang berbeda karena
elastisitas permintaan terhadap kedua komoditas
tersebut berbeda. Permintaan tali sepatu
bersifat inelastis karena bagian pendapatan
yang digunakan untuk membeli sepatu relatif
lebih kecil. Sedangkan permintaan mobil
bersifat elastis karena bagian pendapatan untuk
membeli mobil relatif besar. Dengan demikian
adanya perubahan harga mobil akan membuat orang
menunda untuk membeli mobil dibandingkan beli
sepatu karena lebih terlihat nyata besar harga
yang dikeluarkan untuk membeli komoditas
tersebut.
c. Jangka waktu analisis/ perkiraan atau
pengetahuan konsumen
37
Dalam jangka pendek terjadi perubahan harga
tidak secara otomatis menyebabkan terjadinya
permintaan. Hal ini disebabkan perubahan yang
terjadi di pasar belum diketahui oleh konsumen
sehingga dalam jangka pendek permintaan
cenderung tidak elastis. Jadi, ketika
mengetahui terjadi perubahan harga masyarakat
setempat tidak langsung mengetahui jika tidak
datang langsung ke pasar atau ada seseorang
yang memberi tahunya.
d. Tersedianya sarana kredit
Meskipun harga barang telah diketahui naik,
sementara pendapatan tidak mencukupi,
permintaan harga barang tersebut akan tetap
bila ada fasilitas kredit dari penjual atau
produsen. Sebaliknya, bila harga barang yang
dimaksud turun maka permintaan atas barang
tersebut tidak akan naik bila fasilitas naik
untuk barang subtitusi ada. Dengan demikian
bila terdapat fasilitas kredit, maka
38
elastisitas cenderung inelastis atau elastis
sempurna.
Sebagai contoh konsumen akan membeli HP
Blackberry yang harganya memang mahal. Bagi
konsumen yang tidak memiliki banyak modal untuk
membeli sedangkan kebutuhan akan penggunaannya
tinggi, maka konsumen tersebut akan mencari
fasilitas kredit untuk membelinya. Dengan
demikian, permintaan terhadap HP Blackberry
cenderung inelastis.
e. Masa pakai dari produk
Dimana semakin lama pakai suatu produk tertentu
akan memberikan kemungkinan penundaan pembelian
produk itu oleh konsumen untuk keperluan
penggantian, hal ini sering menyebabkan
elastisitas permintaan untuk produk yang
bermasa pakai lama akan semakin elastis.
Contoh pada barang konsumsi seperti buah atau
sayur dengan masa pakai produk yang pendek,
39
maka konsumen tidak akan menunda pembelian
sehingga elastisitas permintaannya semakin
tidak elastis. Sedangkan untuk produk buku atau
barang lain dengan masa pakai produk yang
panjang, konsumen dapat menunda pembeliaan
sehingga elastisitas permintaan akan lebih
elastis.
f. Derajat kepentingan kebutuhan konsumen terhadap
produk
Dimana semakin tinggi derajat kepentingan atau
kebutuhan konsumen terhadap produk tertentu,
elastisitas permintaan dari produk itu semakin
inelastis. Dalam situasi ini sering tampak
bahwa elastisitas permintaan untuk produk-
produk untuk yang memenuhi kebutuhan primer
(seperti: beras, pasta gigi, sabun) pada
umumnya inelastis, dibandingkan produk-produk
kebutuhan sekunder (seperti: mobil, telepon
genggam, laptop) yang pada umumnya lebih
elastis.
g. Derajat kejenuhan pasar pada produk
40
Dimana semakin tinggi derajat kejenuhan pasar
bagi suatu produk tertentu, elastisitas
permintaan terhadap produk itu menjadi semakin
inelastis. Dalam situasi ini, meskipun harga
diturunkan, tetapi karena pasar dari produk itu
telah jenuh, maka tidak akan mempengaruhi
permintaan terhadap produk itu.
Misalnya pada sebuah produk pakaian wanita
dengan model A yang terkenal pada periode 2011,
tingkat kejenuhan konsumen terhadap produk
pakaian model A akan lebih tinggi dan beralih
pada model B yang lebih terbaru atau new arrival.
Dari hal tersebut, semakin tinggi tingkat
kejenuhan pasar terhadap suatu barang maka
permintaan semakin elastis.
h. Range penggunaan produk
Semakin lebar atau semakin luas range
penggunaan dari suatu produk tertentu akan
menyebabkan elastisitas permintaan untuk produk
itu menjadi semakin elastis. Penggunaan yang
semakin luas dari suatu produk tertentu
41
(seperti: kertas, plastik, alumunium, kaca)
akan memberikan peluang munculnya beragam
produk sejenis diluar di pasar, sehingga
kenaikan harga pada produk tertentu dapat
tersubstitusi oleh konsumen dengan produk-
produk alternatif.
Misalnya pada produk air minum dalam kemasan.
Kebutuhan akan air minum ini sangatlah banyak
karena tubuh butuh banyak cairan. Jadi jelas
range penggunaan produk ini sangatlah luas.
Sebagai asumsi jika suatu air minum X mengalami
kenaikan harga, tentunya ini akan sangat
mempengaruhi jumlah permintaan. Mungkin
konsumen akan mencari air minum merek lain yang
harganya lebih murah mengingat kebutuhannya
yang banyak serta didukung banyak munculnya
produk serupa di pangsa pasar ini. Jadi jelas
dalam kondisi ini terjadi elastisitas akibat
range penggunaan produk. Semakin tinggi range
penggunaan produk maka akan semakin elastis
permintaannya. Contoh lain Ketumbar yang
42
digunakan sebagai bumbu dapur, permintaannya
cenderung kurang elastis meskipun harganya
berubah, karena penggunaannya tidak terlalu
banyak.
2.5Utility
2.5.1 Pengertian Utility
Utility dalam teori ekonomi memiliki arti nilai
guna. Nilai guna dirasakan oleh konsumen setelah
menikmati barang/jasa. Seberapa besar nilai guna
yang dirasakan konsumen tersebut tergantung pada
tingkat kepuasan konsumen. Kotler (1997) dalam
Anonim (2009) mendefinisikan kepuasan konsumen
sebagai sebuah perasaan senang atau kecewa
seseorang yang berasal dari perbandingan antara
kesan terhadap kinerja ( hasil) suatu produk dengan
harapan sebelumnya.
Windu (2013) dalam artikelnya menuliskan bahwa
nilai guna atau utility terbagi menjadi dua, yaitu
total utility dan marginal utility. Total utility adalah
jumlah kepuasan total yang dinikmati konsumen akibat
43
mengkonsumsi sejumlah barang/jasa. Sedangkan Marginal
Utility adalah tambahan kepuasan yang dinikmati
konsumen akibat adanya tambahan barang/jasa yang
dikonsumsi.
2.5.2 Hukum Utility
Dalam pembahasan mengenai nilai guna, juga
dikenal hukum nilai guna yang berbunyi sebagai
berikut:
“Semakin banyak suatu barang yang dikonsumsi oleh
seseorang semakin besar nilai guna total yang akan
diperolehnya, tetapi tingkat pertambahan nilai guna
marjinal yang akan diperoleh akan semakin kecil.
Suatu saat nilai guna marjinalnya akan mencapai nol
dan nilai guna total akan mencapai maksimum.
Apabila penambahan konsumsi barang tersebut
dilanjutkan, maka nilai guna marjinalnya akan
negatif dan nilai guna total akan menurun.”
Hipotesis teori nilai guna atau lebih dikenal
sebagai hukum nilai guna marginal menurun menyatakan
bahwa tambahan nilai guna yang akan diperoleh
seseorang dari mengkonsumsi suatu barang akan
44
menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus
menerus menambah konsumsinya ke atas barang
tersebut. Hal ini merujuk pada Hukum Gossen I ( The
Law of Diminishing Returns) yang berbunyi:
“ Semakin banyak suatu barang dikonsumsi,maka
tamabahan kepuasan yang diperoleh setiap satuan
tambahan yang dikonsumsikan akan menurun “.
Pada hakikatnya hipotesis tersebut menjelaskan
bahwa pertambahan yang terus menerus dalam
mengkonsumsi suatu barang tidak secara terus menerus
menambah kepuasan yang dinikmati orang yang
mengkonsumsinya. Pada permulaannya setiap tambahan
konsumsi akan mempetinggi tingkat kepuasan orang
tersebut. Misalnya, apabila seseorang yang berbuka
puasa atau baru selesai berolah raga memperoleh
segelas air, maka ia memperoleh sejumlah kepuasan
dari padanya, dan jumlah kepuasan itu akan menjadi
bertambah tinggi apabila ia dapat meminum segelas
air lagi.
Kepuasan yang lebih tinggi akan diperolehnya
apabila dia diberi kesempatan untuk memperoleh gelas
45
yang ketiga. Pertambahan kepuasan ini tidak terus
berlangsung. Katakanlah pada gelas yang kelima orang
yang berpuasa atau olahragawan itu merasa bahwa yang
diminumnya sudah cukup banyak dan sudah memuaskan
dahaganya. Kalau ditawarkan gelas keenam dia akan
menolak, karena dia merasa lebih puas meminum lima
gelas air daripada enam gelas air. Ini bermakna pada
gelas yang keenam tambahan nilai guna adalah
negatif, nilai guna total daripada meminum enam
gelas adalah lebih rendah dari nilai guna yang
diperoleh dari meminum lima gelas.
2.5.3 Cara Mengukur Utility
Menurut Kotler (2000), Alat untuk mengukur
kepuasan pelanggan/ konsumen berkisar dari yang
primitif sampai canggih, dengan menggunakan beberapa
metode diantaranya:
1. Sistem keluhan dan saran
Pengukuran kepuasan dengan cara ini dapat
dilakukan dengan meletakkan fasilitas seperti
kotak saran, costumer service bebas pulsa, maupun
46
media sosial yang sudah banyak digunakan
diberbagai kalangan saat ini.
2. Survei kepuasan pelanggan
Perbedaan cara pengukuran ini dengan sistem
keluhan dan saran adalah pada gaya
komunikasinya. Dimana dengan sistem survey
memungkinkan pelanggan bertatap muka secara
langsung untuk menyampaikan penilaiannya
terhadap pengalamannya menggunakan suatu produk
barang/jasa.
3. Pembelanja siluman (Ghost Shopping)
Pembelanja disini adalah seseorang yang berpura-
pura menjadi pelanggan dan melaporkan berbagai
temuan penting di lapangan maupun dalam lingkup
karyawan dari sebuah perusahaaan barang/jasa.
4. Analisis pelanggan yang hilang (Lost Customer
Analiysis)
Cara pengukuran kepuasan dengan metode ini
dilakukan dengan cara mencari informasi dan
menghubungi kembali pelanggan yang telah beralih
menjadi pelanggan produk barang/jasa lain.
47
2.6 Konsekuensi dari Hukum Marginal Utility
Marginal utility adalah alat yang digunakan dalam Nilai
Guna (Utility) Kardinal. Marginal utility (kepuasan marginal)
adalah pertambahan atau pengurangan kepuasan sebagai
akibat adanya pertambahan atau pengurangan penggunaan
satu unit barang tertentu.
Dalam marginal utility terdapat sebuah hukum marginal
utility yaitu Law of Diminishing Marginal Utility. Hukum tersebut
berisi, “apabila tambahan nilai guna yang akan
diperoleh dari seseorang dari mengkonsumsi suatu barang
akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut
terus menerus menambah konsumsinya dan pada akhirnya
tambahan nilai guna tersebut akan menjadi negatif.”
Hukum Penurunan Daya Guna (The Law of Dimishing Marginal
Utility) awalnya akan bertambah besar dengan penambahan
satu unit konsumsi, kemudian penambahan konsumsi
selanjutnya akan menambah total daya guna yang semakin
kecil (marginal utilitynya turun), sehingga akhirnya
tercapai kekenyangan. Artinya semakin banyak seseorang
48
mengkonsumsi suatu barang, makin berkuranglah daya guna
yang dapat diberikan barang tersebut baginya.
Perubahan marginal utility suatu barang dipengaruhi
oleh perubahan harga barang dan perubahan pendapatan
konsumen. Perubahan harga suatu barang akan mengubah
nilai marjinal utility dari barang yang mengalami
perubahan harga tersebut, apabila harga suatu barang
makin naik maka nilai marginal rupiah akan semakin
rendah dan sebaliknya apabila suatu barang mengalami
penurunan harga maka nilai marginal utility akan
semakin tinggi.
Beberapa pakar ekonomi telah mengembangkan gagasan
mengenai konsep nilai guna. Dari hasil penelitian
Herman Heinrich Gossen mengenai nilai guna total dan
nilai guna marjinal yang terkandung dalam hukum Gossen
I, nilai guna total adalah kepuasan total yang di
nikmati oleh konsumen dalam mengkonsumsi sejumlah
barang tertentu secara keseluruhan sedangkan nilai guna
marjinal atau kepuasan marjinal adalah tambahan
kepuasan yang dinikmati dari setiap tambahan barang
atau jasa yang di konsuminya.
49
Sebagai contoh Andi adalah seorang yang sangat
menyukai es krim. Dia membeli 6 buah es krim sekaligus.
Es krim pertama nikamatnya bukan main karena merupakan
es krim kesukaan Andi, kemudian es krim kedua makin
terasa enak dan kepuasan Andi meningkat. Es krim ke
tiga masih terasa enak meskipun tidak seenak es krim
pertama , dan sampai pada akhirnya es krim ke 6 mulai
terasa tidak enak lagi. Situasi ini dapat kita lihat
pada tabel di bawah ini.
Gambar 2.8 Tabel dan Grafik Nilai Guna Total danNilai Guna Marjinal
Menurut Hukum Gossen I Sumber: Ekonomi jilid satu, Alam S.
Teori nilai guna dapat menerangkan mengenai wujud
kelebihan kepuasan yang dinikmati oleh konsumen, dalam
analisis ekonomi kelebihan kepuasan tersebut lebih
50
dikenal dengan surplus ekonomi. Surplus konsumen
menunjukkan adanya perbedaan antara kepuasan yang
didapat oleh seseorang pada saat mengonsumsi barang
atau jasa dengan pembayaran yang harus ia lakukan
untuk mendapatkan produk atau jasa tersebut. Kepuasan
yang diperoleh seseorang selalu lebih besar dari
pembayaran yang dilakukan. Surplus konsumen ini sangat
berkaitan dengan nilai guna marginal yang semakin
sedikit. Misal pada barang ke-n yang dibeli, nilai guna
marginalnya sama dengan harga. Dengan demikian, karena
nilai guna marginal barang ke-n lebih rendah dari
barang sebelumnya, maka nilai guna marginal barang
sebelumnya lebih tinggi dari harga barang tersebut, dan
perbedaan harga yang terjadi merupakan surplus
konsumen.
Sebagai contoh seseorang anak ingin membeli es
krim. Ia pun menyediakan uang sebanyak Rp 10.000,00.
Namun, ternyata di pasarang harga es krim yang ingin ia
beli Rp 6.000,00, sehingga terdapat selisih antar uang
yang telah disediakan dengan harga es krim tersebut di
51
pasaran yakni sebanyak Rp 4.000,00. Inilah yang disebut
dengan surplus konsumen.
Tabel 2.2 Surplus Konsumen yang Dinikmati KonsumenJumlahbarangyang
dikonsumsi (Qx)
Hargayang
disediakan
konsumen(Pc)
Hargayang
berlakudi pasar
Surpluskonsumen
JumlahKeseluruha
n
1 Rp 10.000 Rp 6.000 Rp 4.000 Rp 4.0002 Rp 8.000 Rp 6.000 Rp 2.000 Rp 6.0003 Rp 6.000 Rp 6.000 - Rp 6.0004 Rp 4.000 Rp 6.000 - -
Pada kolom tabel yang kedua menunjukkan jumlah
uang yang disediakan oleh konsumen dan kolom ketiga
adalah harga yang berlaku dipasaran, serta kolom ke
empat adalah surplus konsumen yang ia terima. Pada saat
pembelian pertama dan kedua, konsumen memberikan harga
lebih tinggi terhadap es krim yang ingin ia beli
daripada harga es krim tersebut di pasaran, sehingga ia
memperoleh surplus
konsumen. Namun, pada
pemebelian ke-3 dan ke-
4 ia tidak memperoleh
surplus konsumen karena
52
uang yang ia sediakan dengan harga es krim tersebut
dipasaran sama atau lebih kecil. Surplus ekonomi ini
apabila dapat pula digambarkan dengan grafik.
Gambar 2.9 Grafik Surplus Konsumen Sumber: Sadono Sukirno (2010)
Pada grafik tersebut digambarkan bahwa konsumen
bersedia membeli suatu barang seharga A, Namun ternyata
dipasaran harga barang tersebut sebesar P. Pada harga
tersebut jumlah barang yang dibeli konsumen sebanyak Q.
Surplus konsumen yang ia terimapun sebesar APB.
53
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Need, demand maupun supply merupakan tiga faktor
dalam kegiatan ekonomi yang tidak terpisahkan. Baik
need, demand dan supply saling mempengaruhi untuk
54
membentuk suatu keseimbangan ekonomi. Pengukuran need
bertujuan untuk menggali dan mengetahui selera pasar
terhadap suatu produk. Sedangkan pengukuran demand
dapat membantu produsen mengetahui penggunaan atau
pemanfaatan produk oleh pasar secara real. Pengukuran
need dapat dilakukan baik metode langsung maupun tak
langsung.
Demand mempunyai kurva dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pergerakannya. Elastisitas permintaan
harga menunjukkan seberapa besar perubahan permintaan
atas suatu barang sebagai akibat dari perubahan harga
barang/jasa itu sendiri. Berdasarkan tingkat
elastisitasnya, elastisitas permintaan harga dapat
dibedakan menjadi 5 yaitu 1) Tidak elastis sempurna; 2)
Tidak Elastis; 3) Elastisitas Uniter; 4) Elastis ; dan
5) Elastis.
Utility dalam teori ekonomi memiliki arti nilai guna.
Nilai guna dirasakan oleh konsumen setelah menikmati
barang/jasa. Alat untuk mengukur kepuasan pelanggan
menurut Kotler (2000) antara lain: 1) Sistem keluhan
dan saran; 2) Survei kepuasan pelanggan; 3) Pembelanja
55
siluman (Ghost Shopping); 4) Analisis pelanggan yang
hilang (Lost Customer Analiysis).
Dalam marginal utility terdapat sebuah hukum marginal
utility yaitu Law of Diminishing Marginal Utility. Hukum Penurunan
Daya Guna (The Law of Dimishing Marginal Utility) awalnya akan
bertambah besar dengan penambahan satu unit konsumsi,
kemudian penambahan konsumsi selanjutnya akan menambah
total daya guna yang semakin kecil (marginal utilitynya
turun), sehingga akhirnya tercapai kekenyangan. Artinya
semakin banyak seseorang mengkonsumsi suatu barang,
makin berkuranglah daya guna yang dapat diberikan
barang tersebut baginya.
56