modul askeb iii

201
Unit Belajar 1 Konsep Dasar Masa Nifas Tujuan pembelajaran Pada akhir pembelajaran mahasiswa dapat menjelaskan konsep dasar masa nifas Pokok bahasan/sub pokok bahasan 1. Pengertian masa nifas 2. Tujuan asuhan masa nifas 3. Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas 4. Tahapan masa nifas 5. Kebijakan program nasional masa nifas A. Pengertian Masa Nifas 1. Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). 2. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan

Upload: independent

Post on 02-Mar-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Unit Belajar 1

Konsep Dasar Masa Nifas

Tujuan pembelajaran

Pada akhir pembelajaran mahasiswa dapat menjelaskan

konsep dasar masa nifas

Pokok bahasan/sub pokok bahasan

1. Pengertian masa nifas

2. Tujuan asuhan masa nifas

3. Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas

4. Tahapan masa nifas

5. Kebijakan program nasional masa nifas

A. Pengertian Masa Nifas

1. Masa nifas adalah masa dimulai

beberapa jam sesudah lahirnya

plasenta sampai 6 minggu setelah

melahirkan (Pusdiknakes,

2003:003).

2. Masa nifas dimulai setelah

kelahiran plasenta dan berakhir

ketika alat-alat kandungan

kembali seperti keadaan sebelum

hamil yang berlangsung kira-kira

6 minggu. (Abdul Bari,2000:122).

3. Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan

segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu

berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke

keadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary

cunningham,Mac Donald,1995:281).

4. Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu

melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan

kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu

6- 12 minggu. ( Ibrahim C, 1998).

B. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas untuk :

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun

psikologis.

2. Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi

dini, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi

pada ibu maupun bayi.

3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan

kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat

menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi

sehari-hari.

4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

5. Mendapatkan kesehatan emosi.

C. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas

Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam

pemberian asuhan post partum. Adapun peran dan

tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :

1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama

masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk

mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama

masa nifas.

2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta

keluarga.

3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan

meningkatkan rasa nyaman.

4. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang

berkaitan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan

administrasi.

5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.

6. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya

mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-

tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta

mempraktekkan kebersihan yang aman.

7. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan

data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta

melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan,

mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu

dan bayi selama priode nifas.

8. Memberikan asuhan secara professional.

D. Tahapan Masa Nifas

Masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu :

1. Puerperium dini

Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk

berdiri dan berjalan-jalan.

2. Puerperium intermedial

Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ

reproduksi selama kurang lebih enam minggu.

3. Remote puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali

dlam keadaan sempurna terutama ibu bila ibu selama

hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi.

E. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu

paling sedikit empat kali melakukan kunjungan pada

masa nifas, dengan tujuan untuk :

1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.

2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-

kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan

bayinya.

3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang

terjadi pada masa nifas.

4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan

mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya.

Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa

nifas:

Kunjunga

nWaktu Asuhan

I 6-8

jam

post

partum

Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena

atonia uteri.

Mendeteksi dan perawatan penyebab lain

perdarahan serta melakukan rujukan bila

perdarahan berlanjut.

Memberikan konseling pada ibu dan keluarga

tentang cara mencegah perdarahan yang

disebabkan atonia uteri.

Pemberian ASI awal.

Mengajarkan cara mempererat hubungan

antara ibu dan bayi baru lahir.

Menjaga bayi tetap sehat melalui

pencegahan hipotermi.

Setelah bidan melakukan pertolongan

persalinan, maka bidan harus menjaga ibu

dan bayi untuk 2 jam pertama setelah

kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi

baru lahir dalam keadaan baik.

II

6 hari

post

partum

Memastikan involusi uterus barjalan dengan

normal, uterus berkontraksi dengan baik,

tinggi fundus uteri di bawah umbilikus,

tidak ada perdarahan abnormal.

Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi

dan perdarahan.

Memastikan ibu mendapat istirahat yang

cukup.

Memastikan ibu mendapat makanan yang

bergizi dan cukup cairan.

Memastikan ibu menyusui dengan baik dan

benar serta tidak ada tanda-tanda

kesulitan menyusui.

Memberikan konseling tentang perawatan

bayi baru lahir.

III 2

minggu

Asuhan pada 2 minggu post partum sama

dengan asuhan yang diberikan pada

post

partumkunjungan 6 hari post partum.

IV

6

minggu

post

partum

Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami

ibu selama masa nifas.

Memberikan konseling KB secara dini.

Unit Belejar 2Proses laktasi dan menyusui

Tujuan pembelajaran

Pada akhir pembelajaran mahasiswa dapat menjelaskan

proses laktasi dan menyusui serta mampu mempraktekkan

cara perawatan payudara.

Pokok bahasan/sub pokok bahasan

1. Anatomi dan fisiologi payudara

2. Dukungan bidan dalam pemberian ASI

3. Manfaat pemberian ASI

4. Komposisi gizi dalam ASI

5. Upaya memperbanyak ASI

6. Tanda bayi cukup ASI

7. ASI Eksklusif

8. Cara merawat payudara

9. Cara menyusu yang benar

10. Masalah dalam pemberian ASI

A. Anatomi dan Fisiologi Payudara

Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang

terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi

dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi

bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara,

yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600

gram dan saat menyusui 800 gram.

1. Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :

a) Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.

b) Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.

c) Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol

di puncak payudara.

Gambar 1. Anatomi payudara

1) Korpus

Alveolus, yaitu unit terkecil yang

memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel

Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot

polos dan pembuluh darah.

Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus.

Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul

menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.

ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam saluran

kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus

bergabung membentuk saluran yang lebih besar

(duktus laktiferus).

2) Areola

Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah

areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke

dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam

dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat

otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa

ASI keluar.

3) Papilla

Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk

yang normal, pendek/ datar, panjang dan terbenam

(inverted).

Gambar 2. Bentuk puting susu normal

Gambar 3. Bentuk puting susu pendek

Gambar 4. Bentuk puting susu panjang

Gambar 5. Bentuk puting susu terbenam/ terbalik

2. Proses laktasi

Laktasi adalah proses produksi, sekresi, dan

pengeluaran ASI.

Pengaruh Hormonal

Proses laktasi tidak terlepas dari pengaruh

hormonal, adapun hormon-hormon yang berperan

adalah :

a) Progesteron, berfungsi mempengaruhi pertumbuhan

dan ukuran alveoli. Tingkat progesteron dan

estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal

ini menstimulasi produksi secara besar-besaran.

b) Estrogen, berfungsi menstimulasi sistem saluran

ASI untuk membesar. Tingkat estrogen menurun saat

melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan

selama tetap menyusui. Sebaiknya ibu menyusui

menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen,

karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI.

c) Follicle stimulating hormone (FSH)

d) Luteinizing hormone (LH)

e) Prolaktin, berperan dalam membesarnya alveoil

dalam kehamilan.

f) Oksitosin, berfungsi mengencangkan otot halus

dalam rahim pada saat melahirkan dan setelahnya,

seperti halnya juga dalam orgasme. Selain itu,

pasca melahirkan, oksitosin juga mengencangkan

otot halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI

menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam

proses turunnya susu let-down/ milk ejection reflex.

g) Human placental lactogen (HPL): Sejak bulan kedua

kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL, yang

berperan dalam pertumbuhan payudara, puting, dan

areola sebelum melahirkan.

Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara

siap memproduksi ASI. Namun, ASI bisa juga

diproduksi tanpa kehamilan (induced lactation).

Proses Pembentukan Laktogen

Proses pembentukan laktogen melalui tahapan-tahapan

berikut:

1) Laktogenesis I

2) Laktogenesis II

3) Laktogenesis III

Laktogenesis I

Merupakan fase penambahan dan pembesaran lobulus-

alveolus. Terjadi pada fase terakhir kehamilan. Pada

fase ini, payudara memproduksi kolostrum, yaitu

berupa cairan kental kekuningan dan tingkat

progesteron tinggi sehingga mencegah produksi ASI.

Pengeluaran kolustrum pada saat hamil atau sebelum

bayi lahir, tidak menjadikan masalah medis. Hal ini

juga bukan merupakan indikasi sedikit atau banyaknya

produksi ASI.

Laktogenesis II

Pengeluaran plasenta saat melahirkan menyebabkan

menurunnya kadar hormon progesteron, esterogen dan

HPL. Akan tetapi kadar hormon prolaktin tetap

tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-

besaran. Apabila payudara dirangsang, level

prolaktin dalam darah meningkat, memuncak dalam

periode 45 menit, dan kemudian kembali ke level

sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya

hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli

untuk memproduksi ASI, dan hormon ini juga keluar

dalam ASI itu sendiri. Penelitian mengemukakan bahwa

level prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila

produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2

pagi hingga 6 pagi, namun level prolaktin rendah

saat payudara terasa penuh.

Laktogenesis III

Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi

ASI selama kehamilan dan beberapa hari pertama

setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai

stabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Pada tahap

ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan

memproduksi ASI banyak. Penelitian berkesimpulan

bahwa apabila payudara dikosongkan secara menyeluruh

juga akan meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan

demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa

sering dan seberapa baik bayi menghisap, dan juga

seberapa sering payudara dikosongkan.

Produksi ASI yang rendah adalah akibat dari:

Kurang sering menyusui atau memerah payudara

Apabila bayi tidak bisa menghisap ASI secara

efektif, antara lain akibat: struktur mulut dan

rahang yang kurang baik; teknik perlekatan yang

salah.

Kelainan endokrin ibu (jarang terjadi)

Jaringan payudara hipoplastik

Kelainan metabolisme atau pencernaan bayi,

sehingga tidak dapat mencerna ASI

Kurangnya gizi ibu

3. Fisiologi Laktasi

Produksi ASI (Prolaktin)

Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia

18-19 minggu, dan berakhir ketika mulai menstruasi.

Hormon yang berperan adalah hormon esterogen dan

progesteron yang membantu maturasi alveoli.

Sedangkan hormon prolaktin berfungsi untuk produksi

ASI.

Gambar 1. Proses produksi ASI/ refleks prolaktin

Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta

meningkat tetapi ASI belum keluar karena pengaruh

hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen

dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua

atau ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi

sekresi ASI. Pada proses laktasi terdapat dua reflek

yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks

aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu

dikarenakan isapan bayi.

1. Refleks prolaktin

Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang

peranan untuk membuat kolostrum, tetapi jumlah

kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas

prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron

yang masih tinggi. Pasca persalinan, yaitu saat

lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus

luteum maka estrogen dan progesteron juga

berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting

susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung

saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor

mekanik.

Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui

medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan

pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin

dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor

pemacu sekresi prolaktin. Faktor pemacu sekresi

prolaktin akan merangsang hipofise anterior

sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang

sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air

susu.

2. Refleks aliran (let down reflek)

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh

hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari

isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior

(neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan

oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini

menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi.

Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang

telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke

sistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui

duktus lactiferus masuk ke mulut bayi.

Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi

a) Refleks menangkap (rooting refleks)

Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya,

dan bayi akan menoleh ke arah sentuhan. Bibir

bayi dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi

akan membuka mulut dan berusaha menangkap puting

susu.

b) Refleks menghisap

Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut

bayi tersentuh oleh puting. Agar puting mencapai

palatum, maka sebagian besar areola masuk ke

dalam mulut bayi. Dengan demikian sinus

laktiferus yang berada di bawah areola, tertekan

antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI

keluar.

c) Refleks menelan

Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi

oleh ASI, maka ia akan menelannya.

Pengeluaran ASI (Oksitosin)

Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang

berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang

terdapat pada glandula pituitaria posterior,

sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini

menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar alveoli akan

berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh

ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi

oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak

pada duktus. Bila duktus melebar, maka secara

reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis.

Gambar 2. Proses pengaliran ASI/ refleks oksitosin

B. Dukungan Bidan Dalam Pemberian ASI

Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam

menunjang pemberian ASI. Peran bidan dapat membantu

ibu untuk memberikan ASI dengan baik dan mencegah

masalah-masalah umum terjadi.

Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian ASI

adalah :

1. Meyakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang

mencukupi dari payudara ibunya.

2. Membantu ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu

menyusui bayinya sendiri.

Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI,

dengan :

1. Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir

selama beberapa jam pertama.

2. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada

ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul.

3. Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.

4. Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama

(rawat gabung).

5. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.

6. Memberikan kolustrum dan ASI saja.

7. Menghindari susu botol dan “dot empeng”.

C. Manfaat Pemberian ASI Untuk Bayi

ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi. ASI tidak

hanya memberikan manfaat untuk bayi saja, melainkan

untuk ibu, keluarga dan negara.

1. Manfaat ASI untuk Bayi

a) Nutrien (zat gizi) dalam ASI sesuai dengan

kebutuhan bayi.

Zat gizi yang terdapat dalam ASI antara lain:

lemak, karbohidrat, protein, garam dan mineral,

serta vitamin. ASI memberikan seluruh kebutuhan

nutrisi dan energi selama 1 bulan pertama,

separuh atau lebih nutrisi selama 6 bulan kedua

dalam tahun pertama, dan 1/3 nutrisi atau lebih

selama tahun kedua.

Gambar 1. Manfaat ASI sebagai nutrient lengkap

b) ASI mengandung zat protektif.

Dengan adanya zat protektif yang terdapat dalam

ASI, maka bayi jarang mengalami sakit. Zat-zat

protektif tersebut antara lain:

1) Laktobasilus bifidus

2) Laktoferin

3) Lisozim

4) Komplemen C3 dan C4.

5) Faktor anti streptokokus, melindungi bayi dari

kuman streptokokus.

6) Antibodi.

7) Imunitas seluler

8) Tidak menimbulkan alergi.

Gambar 2. Manfaat ASI sebagai zat protektif

c) Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan bagi

ibu dan bayi.

Pada saat bayi kontak kulit dengan ibunya, maka

akan timbul rasa aman dan nyaman bagi bayi.

Perasaan ini sangat penting untuk menimbulkan

rasa percaya (basic sense of trust).

Gambar 3. Manfaat ASI sebagai efek psikologis

d) Menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan bayi

menjadi baik.

Bayi yang mendapatkan ASI akan memiliki tumbuh

kembang yang baik. Hal ini dapat dilihat dari

kenaikan berat badan bayi dan kecerdasan otak

baik.

Gambar 4. Manfaat ASI meningkatkan kecerdasan

e) Mengurangi kejadian karies dentis

Insidensi karies dentis pada bayi yang mendapat

susu formula jauh lebih tinggi dibandingkan

dengan bayi yang mendapat ASI. Kebiasaan menyusu

dengan botol atau dot akan menyebabkan gigi lebih

lama kontak dengan susu formula sehingga gigi

menjadi lebih asam.

f) Mengurangi kejadian maloklusi

Penyebab maloklusi rahang adalah kebiasaan

lidah yang mendorong ke depan akibat menyusui

dengan botol dan dot.

2. Manfaat ASI untuk Ibu

Manfaat ASI bagi ibu dapat ditinjau dari tiga

aspek, yaitu:

a. Aspek kesehatan ibu

Hisapan bayi akan merangsang terbentuknya

oksitosin yang membantu involusi uteri dan

mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan,

mengurangi prevalensi anemia dan mengurangi

terjadinya karsinoma indung telur dan mammae,

mengurangi angka kejadian osteoporosis dan patah

tulang panggul setelah menopause, serta

menurunkan kejadian obesitas karena kehamilan.

Gambar 1. Manfaat menyusui untuk mencegah

kanker payudara

b. Aspek keluarga berencana

Menyusui secara eksklusif dapat menjarangkan

kehamilan. Hormon yang mempertahankan laktasi

menekan ovulasi sehingga dapat menunda kesuburan.

Menyusui secara eksklusif dapat digunakan sebagai

kontrasepsi alamiah yang sering disebut metode

amenorea laktasi (MAL).

Gambar 2. Manfaat menyusui untuk keluarga

berencana

c. Aspek psikologis

Perasaan bangga dan dibutuhkan sehingga

tercipta hubungan atau ikatan batin antara ibu

dan bayi

Gambar 3. Manfaat menyusui untuk psikologis ibu

dan bayi

3. Manfaat ASI Untuk Negara

ASI memberikan manfaat untuk negara, yaitu:.

a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak.

Kandungan ASI yang berupa zat protektif dan

nutrien di dalam ASI yang sesuai dengan kebutuhan

bayi, menjamin status gizi bayi menjadi baik

serta kesakitan dan kematian anak menurun.

b. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit.

Rawat gabung akan memperpendek lama perawatan

ibu dan bayi di rumah sakit, sehingga mengurangi

subsidi/ biaya rumah sakit. Selain itu,

mengurangi infeksi nosokomial, mengurangi

komplikasi persalinan dan mengurangi biaya

perawatan anak sakit di rumah sakit.

c. Mengurangi devisa dalam pembelian susu formula.

ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional.

Dengan memberikan ASI maka dapat menghemat devisa

sebesar Rp 8,6 milyar/ tahun yang seharusnya

dipakai membeli susu formula.

d. Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa.

Anak yang mendapatkan ASI, tumbuh kembang

secara optimal sehingga akan menjamin kualitas

generasi penerus bangsa.

Gambar. ASI meningkatkan kualitas generasi

bangsa

D. Komposisi Gizi dalam ASI

ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Air susu ibu

khusus dibuat untuk bayi manusia. Kandungan gizi dari

ASI sangat khusus dan sempurna serta sesuai dengan

kebutuhan tumbuh kembang bayi.

ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu:

1. Kolustrum

Kolustrum adalah air susu yang pertama kali

keluar. Kolustrum ini disekresi oleh kelenjar

payudara pada hari pertama sampai hari ke empat

pasca persalinan. Kolustrum merupakan cairan dengan

viskositas kental , lengket dan berwarna kekuningan.

Kolustrum mengandung tinggi protein, mineral, garam,

vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan antibodi

yang tinggi daripada ASI matur. Selain itu,

kolustrum masih mengandung rendah lemak dan laktosa.

Protein utama pada kolustrum adalah imunoglobulin

(IgG, IgA dan IgM), yang digunakan sebagai zat

antibodi untuk mencegah dan menetralisir bakteri,

virus, jamur dan parasit.

Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurut

ukuran kita, tetapi volume kolostrum yang ada dalam

payudara mendekati kapasitas lambung bayi yang

berusia 1-2 hari. Volume kolostrum antara 150-300

ml/24 jam.

Kolostrum juga merupakan pencahar ideal untuk

membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi

yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan

makanan bagi bayi makanan yang akan datang.

2. ASI Transisi/ Peralihan

ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah

kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak

hari ke-4 sampai hari ke-10. Selama dua minggu,

volume air susu bertambah banyak dan berubah warna

serta komposisinya. Kadar imunoglobulin dan protein

menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat.

3. ASI Matur

ASI matur disekresi pada hari ke sepuluh dan

seterusnya. ASI matur tampak berwarna putih.

Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak

menggumpal bila dipanaskan. Air susu yang mengalir

pertama kali atau saat lima menit pertama disebut

foremilk. Foremilk lebih encer. Foremilk mempunyai

kandungan rendah lemak dan tinggi laktosa, gula,

protein, mineral dan air. Selanjutnya, air susu

berubah menjadi hindmilk. Hindmilk kaya akan lemak

dan nutrisi. Hindmilk membuat bayi akan lebih cepat

kenyang. Dengan demikian, bayi akan membutuhkan

keduanya, baik foremilk maupun hindmilk. Dibawah ini

bisa kita lihat perbedaan komposisi antara

kolustrum, ASI transisi dan ASI matur.

Gambar. Perbedaan kolustrum, ASI transisi dan ASI

matur

Tabel. Kandungan kolustrum, ASI transisi dan ASI matur

Kandungan KolustrumTransis

i

ASI

maturEnergi (kgkal) 57,0 63,0 65,0Laktosa

(gr/100 ml)6,5 6,7 7,0

Lemak (gr/100

ml)2,9 3,6 3,8

Protein

(gr/100 ml)1,195 0,965 1,324

Mineral

(gr/100 ml)0,3 0,3 0,2

Immunoglubin :Ig A (mg/100

ml)335,9 - 119,6

Ig G (mg/100

ml)5,9 - 2,9

Ig M (mg/100

ml)17,1 - 2,9

Lisosin

(mg/100 ml)14,2-16,4 -

24,3-

27,5Laktoferin 420-520 - 250-270

E. Upaya Memperbanyak ASI

Air susu ibu (ASI) adalah cairan kehidupan terbaik

yang sangat dibutuhkan oleh bayi. ASI mengandung

berbagai zat yang penting untuk tumbuh kembang bayi

dan sesuai dengan kebutuhannya. Meski demikian, tidak

semua ibu mau menyusui bayinya karena berbagai alasan.

Misalnya takut gemuk, sibuk, payudara kendor dan

sebagainya. Di lain pihak, ada juga ibu yang ingin

menyusui bayinya tetapi mengalami kendala. Biasanya

ASI tidak mau keluar atau produksinya kurang lancar.

Banyak hal yang dapat mempengaruhi produksi ASI.

Produksi dan pengeluaran ASI dipengaruhi oleh dua

hormon, yaitu prolaktin dan oksitosin. Prolaktin

mempengaruhi jumlah produksi ASI, sedangkan oksitosin

mempengaruhi proses pengeluaran ASI. Prolaktin

berkaitan dengan nutrisi ibu, semakin asupan

nutrisinya baik maka produksi yang dihasilkan juga

banyak.

Hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI:

1. Makanan

Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat

berpengaruh terhadap produksi ASI. Apabila makanan

yang ibu makan cukup akan gizi dan pola makan yang

teratur, maka produksi ASI akan berjalan dengan

lancar.

2. Ketenangan jiwa dan pikiran

Untuk memproduksi ASI yang baik, maka kondisi

kejiwaan dan pikiran harus tenang. Keadaan

psikologis ibu yang tertekan, sedih dan tegang akan

menurunkan volume ASI.

3. Penggunaan alat kontrasepsi

Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui,

perlu diperhatikan agar tidak mengurangi produksi

ASI. Contoh alat kontrasepsi yang bisa digunakan

adalah kondom, IUD, pil khusus menyusui ataupun

suntik hormonal 3 bulanan.

4. Perawatan payudara

Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara

mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan hormon

prolaktin dan oksitosin.

5. Anatomis payudara

Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi

produksi ASI. Selain itu, perlu diperhatikan juga

bentuk anatomis papila atau puting susu ibu.

6. Faktor fisiologi

ASI terbentuk oleh karena pengaruh dari hormon

prolaktin yang menentukan produksi dan

mempertahankan sekresi air susu.

7. Pola istirahat

Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan

pengeluaran ASI. Apabila kondisi ibu terlalu capek,

kurang istirahat maka ASI juga berkurang.

8. Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan

Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu,

maka produksi dan pengeluaran ASI akan semakin

banyak. Akan tetapi, frekuensi penyusuan pada bayi

prematur dan cukup bulan berbeda. Studi mengatakan

bahwa pada produksi ASI bayi prematur akan optimal

dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari

selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan

dilakukan karena bayi prematur belum dapat menyusu.

Sedangkan pada bayi cukup bulan frekuensi penyusuan

10 ± 3 kali perhari selama 2 minggu pertama setelah

melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang

cukup. Sehingga direkomendasikan penyusuan paling

sedikit 8 kali perhari pada periode awal setelah

melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan

kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.

9. Berat lahir bayi

Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai

kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah dibanding

bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr). Kemampuan

mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi

frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah

dibanding bayi berat lahir normal yang akan

mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan

oksitosin dalam memproduksi ASI.

10. Umur kehamilan saat melahirkan

Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi

poduksi ASI. Hal ini disebabkan bayi yang lahir

prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu)

sangat lemah dan tidak mampu menghisap secara

efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada

bayi yang lahir cukup bulan. Lemahnya kemampuan

menghisap pada bayi prematur dapat disebabkan berat

badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi

organ.

11. Konsumsi rokok dan alcohol

Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan

mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin untuk

produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan

adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasan

oksitosin. Meskipun minuman alkohol dosis rendah

disatu sisi dapat membuat ibu merasa lebih rileks

sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun

disisi lain etanol dapat menghambat produksi

oksitosin.

F. Tanda Bayi Cukup ASI

Bayi usia 0-6 bulan, dapat dinilai mendapat

kecukupan ASI bila mencapai keadaan sebagai berikut:

1. Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam

minimal mendapatkan ASI 8 kali pada 2-3 minggu

pertama.

2. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering, dan

warna menjadi lebih muda pada hari kelima setelah

lahir.

3. Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8 x

sehari.

4. Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI.

5. Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI

telah habis.

6. Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa

kenyal.

7. Pertumbuhan berat badan (BB) bayi dan tinggi badan

(TB) bayi sesuai dengan grafik pertumbuhan.

8. Perkembangan motorik baik (bayi aktif dan motoriknya

sesuai dengan rentang usianya).

Gambar 1. Bayi dengan motorik baik oleh karena

kecukupan ASI

9. Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu saat lapar bangun

dan tidur dengan cukup.

10. Bayi menyusu dengan kuat (rakus), kemudian

melemah dan tertidur pulas.

Gambar 2. Bayi tertidur pulas oleh karena

kecukupan ASI

G. ASI Eksklusif

ASI eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI

saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan

cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan

sampai bayi berusia 2 tahun.

Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dianjurkan

oleh pedoman internasional yang didasarkan pada bukti

ilmiah tentang manfaat ASI baik bagi bayi, ibu,

keluarga maupun negara.

WHO dan UNICEF merekomendasikan kepada para ibu,

bila memungkinkan memberikan ASI eksklusif sampai 6

bulan dengan menerapkan:

1. Inisiasi menyusu dini selama 1 jam setelah kelahiran

bayi.

2. ASI eksklusif diberikan pada bayi hanya ASI saja

tanpa makanan tambahan atau minuman.

3. ASI diberikan secara on demand atau sesuai kebutuhan

bayi, setiap hari setiap malam.

4. ASI diberikan tidak menggunakan botol, cangkir

maupun dot.

Bagi ibu yang bekerja, menyusui tidak perlu

dihentikan. Ibu bekerja harus tetap memberikan ASInya

dan jika memungkinkan bayi dapat dibawa di tempat

kerja. Apabila tidak memungkinkan, ASI dapat diperah

kemudian disimpan.

Cara penyimpanan ASI:

1. ASI dapat disimpan dalam botol gelas/ plastik,

termasuk plastik klip, ± 80-100 cc.

2. ASI yang disimpan dalam frezzer dan sudah

dikeluarkan sebaiknya tidak digunakan lagi setelah 2

hari.

3. ASI beku perlu dicairkan dahulu dalam lemari es 4

derajat Celcius.

4. ASI beku tidak boleh dimasak/ dipanaskan, hanya

dihangatkan dengan merendam dalam air hangat.

5. Petunjuk umum untuk penyimpanan ASI di rumah :

a. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

b. Setelah diperas, ASI dapat disimpan dalam lemari

es/ frezzer.

c. Tulis jam, hari dan tanggal saat diperas.

ASI Suhu Ruang Lemari es Freezer

Setelah di

peras

6-8 jam

(kurang

lebih  26

°C)

3-5

hari

(kurang

lebih

4o C)

2 mg freezer jadi

1 dg refrigerator, 3

bl dg

pintu sendiri, 6-12

bln.

(kurang lebih -18o C)Dari frezeer, 24 jam Jangan dibekukan

di simpan di

lemari es (tdk

di hangatkan)

4 jam atau

kurang

(minum

berikutnya

)

ulang

Dikeluarkan

dari lemari es

(di hangatkan)

Langsung

diberikan

4 jam/

minum

berikutn

ya

Jangan dibekukan

ulang

Sisa minum bayi Minum

berikutnyaBuang Buang

H. Cara Merawat Payudara

Pengertian Perawatan payudara adalah suatu cara yang

dilakukan untuk merawat payudara agar air susu keluar

dengan lancer.

Manfaat Perawatan Payudara Menjaga kebersihan

payudara, terutama kebesihan putting susu agar

terhindar dari infeksi Melunakkan serta memperbaiki

bentuk putting susu sehingga bayi dapat menyusu dengan

baik Merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga

produksi asi lancer Mengetahui secara dini kelainan

putting susu dan melakukan usaha-usaha untuk

mengatasinya Persiapan psikis ibu menyusui.

Cara melakukan perawatan payudara ibu menyusui :

1. Persiapan alat Alat yang dibutuhkan :

Handuk

Kapas

Minyak kelapa / baby oil

Waslap

2 Baskom (masing-masing berisi air hangat dan

dingin )

2. Prosedur pelaksanaan;

Buka pakaian ibu

Letakkan handuk diatas pangkuan ibu dan tutuplah

payudara dengan handuk.

Buka handuk pada daerah payudara.

Kompres putting susu dengan menggunakan kapas

minyak selama 3-5 menit.

Bersihkan dan tariklah putting susu keluar

terutama untuk putting susu yang datar.

Ketuk-ketuk sekeliling putting susu dengan ujung-

ujung jari.

Kedua telapak tangan dibasahi dengan minyak

kelapa

Kedua telapak tangan diletakkankan diantara kedua

payudara

Pengurutan dimulai kearah atas, samping, telapak

Tangan kiri kearah sisi kiri, telapak tangan

kanan kearah sisi kanan

Pengurutan diteruskan kebawah, samping,

selanjutnya melintang, telapak tangan mengurut

kedepan kemudian dilepas dari kedua payudara.

Telapak tangan kanan kiri menopang payudara kiri,

kemudian jari-jari tangan kanan sisi kelingking

mengurut payudara kearah putting susu.

Telapak tangan kanan menopang payudara dan tangan

lainnya menggengam dan mengurut payudara dari

arah pangkal ke arah putting susu. Payudara

disiram dengan air hangat dan dingan secara

bergantian kira-kira 5 menit ( air hangat dahulu)

Keringkan dengan handuk

Pakailah BH khusus untuk ibu menyusui (BH yang

menyangga payudara).

I. Cara Menyusui yang Benar

Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan

ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan

bayi dengan benar (Perinasia, 1994).

Pembentukan dan Persiapan ASI

Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan

kehamilan. Pada kehamilan, payudara semakin padat

karena retensi air, lemak serta berkembangnya

kelenjar-kelenjar payudara yang dirasakan tegang dan

sakit. Bersamaan dengan membesarnya kehamilan,

perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI makin

tampak. Payudara makin besar, puting susu makin

menonjol, pembuluh darah makin tampak, dan aerola

mamae makin menghitam.

Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan

dengan jalan :

a. Membersihkan puting susu dengan air atau minyak,

sehingga epitel yang lepas tidak menumpuk.

b. Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga

menonjol untuk memudahkan isapan bayi.

c. Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa

susu atau dengan jalan operasi.

Posisi dan perlekatan menyusui

Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara

menyususi yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan

duduk, berdiri atau berbaring.

Gambar 1. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar

(Perinasia, 1994)

Gambar 2. Posisi menyusui sambil duduk yang benar

(Perinasia, 1994)

Gambar 3. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar

(Perinasia, 1994)

Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi

tertentu seperti ibu pasca operasi sesar. Bayi

diletakkan disamping kepala ibu dengan  posisi kaki

diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara

seperti memegang bola bila disusui bersamaan,

dipayudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar

(penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan

ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini

bayi tidak tersedak.

Gambar 4. Posisi menyusui balita pada kondisi normal

(Perinasia, 1994)

Gambar 5. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar

di ruang perawatan (Perinasia, 2004)

Gambar 6. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar

di rumah (Perinasia, 2004)

Gambar 7. Posisi menyusui bayi bila ASI penuh

(Perinasia, 2004)

Gambar 8. Posisi menyusui bayi kembar secara

bersamaan (Perinasia, 2004)

Langkah-langkah menyusui yang benar

Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit

ASI dan oleskan disekitar putting, duduk dan berbaring

dengan santai.

Gambar 9. Cara meletakan bayi (Perinasia, 2004)

Gambar 10. Cara memegang payudara (Perinasia, 2004)

Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi

sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan

bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan

bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan

dengan puting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu,

menyetuh bibir bayi ke puting susunya dan menunggu

sampai mulut bayi terbuka lebar.

Gambar 11. Cara merangsang mulut bayi (Perinasia,

2004)

Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa

sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah puting

susu.

Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu

menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar

dan bibir bawah bayi membuka lebar.

Gambar 12. Perlekatan benar (Perinasia,

2004)

Gambar 13. Perlekatan salah (Perinasia, 2004)

Cara pengamatan teknik menyusui yang benar

Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat

mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak

keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI

selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Apabila bayi

telah menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan

tanda-tanda sebagai berikut :

1. Bayi tampak tenang.

2. Badan bayi menempel pada perut ibu.

3. Mulut bayi terbuka lebar.

4. Dagu bayi menmpel pada payudara ibu.

5. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola

bawah lebih banyak yang masuk.

6. Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.

7. Puting susu tidak terasa nyeri.

8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis

lurus.

9. Kepala bayi agak menengadah.

Gambar 14. Teknik menyusui yang benar (Perinasia,

2004)

Lama dan frekuensi menyusui

Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal,

sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan di setiap

saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan

sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila

bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing,

kepanasan/kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau

ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang

sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7

menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam

waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola

yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola

tertentu setelah 1 – 2 minggu kemudian.

Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik,

karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan

produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa

jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya

masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan agar

lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering

disusukan pada malam hari akan memicu produksi ASI.

Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara

maka sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua

payudara. Pesankan kepada ibu agar berusaha menyusui

sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI

menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui, dimulai

dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama masa

menyusui sebaiknya ibu menggunakan kutang (BH) yang

dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.

Gambar 15. Kutang (BH) yang baik untuk ibu menyusui

(Perinasia, 2004)

J. Masalah Dalam Pemberian ASI

Masalah Menyusui Pada Bayi

Masalah pada bayi dapat berupa bayi sering

menangis, bingung puting, bayi dengan kondisi

tertentu seperti BBLR, ikterus, bibir sumbing, bayi

kembar, bayi sakit, bayi dengan lidah pendek (lingual

frenulum), bayi yang memerlukan perawatan.

a. Bayi Sering Menangis

Tangisan bayi dapat dijadikan sebagai cara

berkomuniksi antara ibu dan buah hati. Pada saat

bayi menangis, maka cari sumber penyebabnya. Dan

yang paling sering karena kurang ASI.

b. Bayi Bingung Puting (Nipple Confusion)

Bingung Puting (Nipple Confusion) terjadi akibat

pemberian susu formula dalam botol yang berganti-

ganti. Hal ini akibat mekanisme menyusu pada

puting susu ibu berbeda dengan mekanisme menyusu

pada botol. Menyusu pada ibu memerlukan kerja

otot-otot pipi, gusi, langit-langit dan lidah.

Sedangkan menyusu pada botol bersifat pasif,

tergantung pada faktor pemberi yaitu kemiringan

botol atau tekanan gravitasi susu, besar lubang

dan ketebalan karet dot.

Tanda bayi bingung puting antara lain:

1. Bayi menolak menyusu

2. Isapan bayi terputus-putus dan sebentar-bentar

3. Bayi mengisap puting seperti mengisap dot

Hal yang perlu diperhatikan agar bayi tidak

bingung puting antara lain:

1. Berikan susu formula menggunakan sendok

ataupun cangkir.

2. Berikan susu formula dengan indikasi yang

kuat.

c. Bayi dengan BBLR dan Bayi Prematur

Bayi dengan berat badan lahir rendah, bayi

prematur maupun bayi kecil mempunyai masalah

menyusui karena refleks menghisapnya lemah. Oleh

karena itu, harus segera dilatih untuk menyusu.

Bila bayi dirawat di rumah sakit, harus lebih

sering dijenguk, disentuh dengan kasih sayang dan

bila memungkinkan disusui.

d. Bayi dengan Ikterus

Ikterik pada bayi sering terjadi pada bayi yang

kurang mendapatkan ASI. Ikterik dini terjadi pada

bayi usia 2-10 hari yang disebabkan oleh kadar

bilirubin dalam darah tinggi.

Untuk mengatasi agar tidak terjadi hiper

bilirubinemia pada bayi maka:

1. Segeralah menyusui bayi setelah lahir.

2. Menyusui bayi, sesering mungkin tanpa jadwal

dan on demand.

Oleh karena itu, menyusui dini sangat penting

karena bayi akan mendapat kolustrum. Kolustrum

membantu bayi mengeluarkan mekonium, bilirubin

dapat dikeluarkan melalui feses sehingga mencegah

bayi tidak kuning.

e. Bayi dengan Bibir Sumbing

Bayi dengan bibir sumbing tetap masih bisa

menyusu. Pada bayi dengan bibir sumbing pallatum

molle (langit-langit lunak) dan pallatum durum

(langit-langit keras), dengan posisi tertentu

masih dapat menyusu tanpa kesulitan. Meskipun

bayi terdapat kelainan, ibu harus tetap menyusui

karena dengan menyusui dapat melatih kekuatan

otot rahang dan lidah.

Anjuran menyusui pada keadaan ini dengan cara:

1. Posisi bayi duduk.

2. Saat menyusui, puting dan areola dipegang.

3. Ibu jari digunakan sebagai penyumbat celah pada

bibir bayi.

4. Asi perah diberikan pada bayi dengan

labiopalatoskisis (sumbing pada bibir dan langit-

langit).

f. Bayi Kembar

Posisi yang dapat digunakan pada saat menyusui

bayi kembar adalah dengan posisi memegang bola

(football position). Pada saat menyusui secara

bersamaan, bayi menyusu secara bergantian.

Susuilah bayi sesering mungkin. Apabila bayi ada

yang dirawat di rumah sakit, berikanlah ASI peras

dan susuilah bayi yang ada dirumah. Agar ibu

dapat beristirahat maka sebaiknya mintalah

bantuan pada anggota keluarga atau orang lain

untuk mengasuh bayi Anda.

g. Bayi Sakit

Bayi sakit dengan indikasi khusus tidak

diperbolahkan mendapatkan makanan per oral,

tetapi pada saat kondisi bayi sudah memungkinkan

maka berikan ASI. Menyusui bukan kontraindikasi

pada bayi sakit dengan muntah-muntah ataupun

diare. Posisi menyusui yang tepat dapat mencegah

timbulnya muntah, antara lain dengan posisi

duduk. Berikan ASI sedikit tapi sering kemudian

sendawakan. Pada saat bayi akan ditidurkan,

posisikan tengkurap atau miring kanan untuk

mengurangi bayi tersedak karena regurgitasi.

h. Bayi dengan Lidah Pendek (Lingual Frenulum)

Bayi dengan lidah pendek atau lingual frenulum

(jaringan ikat penghubung lidah dan dasar mulut)

yang pendek dan tebal serta kaku tak elastis,

sehingga membatasi gerak lidah dan bayi tidak

dapat menjulurkan lidahnya untuk “mengurut”

puting dengan optimal.

Akibat lidah bayi tidak sanggup “memegang” puting

dan areola dengan baik, maka proses laktasi tidak

dapat berjalan dengan sempurna. Oleh karena itu,

ibu dapat membantu dengan menahan kedua bibir

bayi segera setelah bayi dapat “menangkap”

putting dan areola dengan benar. Kemudian posisi

kedua bibir bayi dipertahankan agar tidak

berubah-ubah.

i. Bayi yang Memerlukan Perawatan

Pada saat bayi sakit dan memerlukan perawatan,

padahal bayi masih menyusu, sebaiknya ibu tetap

merawat dan memberikan ASI. Apabila tidak

terdapat fasilitas, maka ibu dapat memerah ASI

dan menyimpannya. Cara penyimpanan ASI perahpun

juga perlu diperhatikan, agar tidak mudah basi.

j. Menyusui dalam Keadaan Darurat

Masalah pada keadaan darurat misalnya: kondisi

ibu yang panik sehingga produksi ASI dapat

berkurang; makanan pengganti ASI tidak

terkontrol. Rekomendasi untuk mengatasi keadaan

darurat tersebut antara lain: pemberian ASI harus

dilindungi pada keadaan darurat, pemberian

makanan pengganti ASI (PASI) dapat diberikan

dalam kondisi tertentu dan hanya pada waktu

dibutuhkan; bila memungkinkan pemberian PASI

tidak menggunakan botol.

2. Masalah Menyusui Pada Keadaan Khusus

Masalah yang timbul pada periode ini adalah :

a. Ibu Melahirkan dengan Bedah Sesar

Meskipun seorang ibu menjalani persalinan sesar

tetapi ada juga yang mempunyai keinginan kuat

untuk tetap memberikan ASI pada bayinya. Namun

demikian, ada beberapa keadaan yang dapat

mempengaruhi ASI baik langsung maupun tidak

langsung antara lain: pengaruh pembiusan saat

operasi, psikologi ibu.

Ibu dengan pasca persalinan sesar tetap dapat

memberikan ASI nya. Hal yang perlu diperhatikan

pada kondisi ini adalah :

1. Mintalah segera mungkin untuk dapat menyusui.

2. Cari posisi yang nyaman untuk menyusui

seperti : lying flat on your back, clutch

(football) hold, side lying, cross cradle

(transition) hold.

3. Mintalah dukungan dari keluarga.

4. Berdoa dan yakinlah bahwa ibu dapat memberikan

ASI.

b. Ibu Sakit

Ibu sakit bukan merupakan alasan untuk berhenti

menyusui. Justru dengan tetap menyusui, ASI akan

melindungi bayi dari penyakit. Perlu

diperhatikan, pada saat ibu sakit diperlukan

bantuan dari orang lain untuk mengurus bayi dan

rumah tangga. Dengan harapan, ibu tetap

mendapatkan istirahat yang cukup. Periksalah ke

tenaga kesehatan terdekat, untuk mendapatkan

pengobatan yang tidak mempengaruhi ASI maupun

bayi.

c. Ibu Penderita HIV/AIDS (+) dan Hepatitis (HbsAg

+)

Masih ada perbedaan pandangan mengenai

penularan penyakit HIV/AIDS atau Hepatitis

melalui ASI dari ibu penderita kepada bayinya.

Ada yang berpendapat bahwa ibu penderita HIV/AIDS

atau Hepatitis tidak diperkenankan untuk

menyusui. Namun demikian, WHO berpendapat: ibu

penderita tetap dianjurkan memberikan ASI kepada

bayinya dengan berbagai pertimbangan. Antara

lain: alasan ekonomi, aspek kesehatan ibu.

d. Ibu Penderita TBC Paru

Pada ibu penderita TBC paru tetap dianjurkan

untuk menyusui, karena kuman TBC tidak ditularkan

melalui ASI. Ibu tetap diberikan pengobatan TBC

paru secara adekuat dan diajarkan cara pencegahan

pada bayi dengan menggunakan masker. Bayi

diberikan INH sebagai profilaksis. Pengobatan

pada ibu dilakukan kurang lebih 3 bulan kemudian

dilakukan uji Mantoux pada bayi. Bila hasil

negatif terapi INH dihentikan dan imunisasi bayi

dengan vaksinasi BCG.

e. Ibu Penderita Diabetes

Bayi tetap diberikan ASI, namun kadar gula

darahnya tetap dimonitor.

f. Ibu yang Memerlukan Pengobatan

Banyak dijumpai pada ibu menyusui yang meminum

obat-obatan dikarenakan sakit menghentikan

pemberian ASI nya. Dengan alasan, obat-obatan

yang ibu minum mengganggu bayi dan kadar ASI.

Namun demikian, ada jenis obat-obatan tertentu

yang sebaiknya tidak diberikan pada ibu menyusui.

Apabila ibu memerlukan obat, berikan obat yang

masa paruh obat pendek dan mempunyai rasio ASI-

plasma kecil atau dicari obat alternatif yang

tidak berakibat pada bayi maupun ASI.

g. Ibu Hamil

Pada saat ibu masih menyusui, terkadang hamil

lagi. Dalam hal ini tidak membahayakan bagi ibu

maupun bayi, asalkan asupan gizi pada saat

menyusui dan hamil terpenuhi. Namun demikian,

perlu dipertimbangkan adanya hal-hal yang dapat

dialami antara lain: puting susu lecet,

keletihan, ASI berkurang, rasa ASI berubah dan

dapat terjadi kontraksi uterus dari isapan bayi

3. Masalah Menyusui Masa Pasca Persalinan Lanjut

Masalah yang timbul pada periode ini adalah :

a. Sindrom ASI Kurang

Masalah sindrom ASI kurang diakibatkan oleh

kecukupan bayi akan ASI tidak terpenuhi sehingga

bayi mengalami ketidakpuasan setelah menyusu,

bayi sering menangis atau rewel, tinja bayi keras

dan payudara tidak terasa membesar. Namun

kenyataannya, ASI sebenarnya tidak kurang.

Sehingga terkadang timbul masalah bahwa ibu

merasa ASInya tidak mencukupi dan ada keinginan

untuk menambah dengan susu formula. Kecukupan ASI

dapat dinilai dari penambahan berat badan bayi

secara teratur, frekuensi BAK paling sedikit 6

kali sehari.

Cara mengatasi masalah tersebut, sebaiknya

disesuaikan dengan penyebabnya. Hal yang dapat

menyebabkan sindrom kekurangan ASI antara lain:

1. Faktor teknik menyusui, antara lain masalah

frekuensi, perlekatan, penggunaan dot/botol,

tidak mengosongkan payudara.

2. Faktor psikologis: ibu kurang percaya diri,

stress.

3. Faktor fisik, antara lain: penggunaan

kontrasepsi, hamil, merokok, kurang gizi.

4. Faktor bayi, antara lain: penyakit,

abnormalitas, kelainan kongenital.

Oleh karena itu, diperlukan kerjasama antara

ibu dan bayi sehingga produksi ASI dapat

meningkat dan bayi dapat memberikan isapan secara

efektif.

b. Ibu Bekerja

Ibu yang bekerja bukan menjadi alasan tidak

dapat menyusui bayinya. Banyak cara yang dapat

digunakan untuk mengatasi hal tersebut, antara

lain :

1. Bawalah bayi anda jika tempat kerja ibu

memungkinkan.

2. Menyusui sebelum berangkat bekerja.

3. Perahlah ASI sebagai persediaan di rumah

sebelum berangkat bekerja.

4. Di tempat kerja, ibu dapat mengosongkan

payudara setiap 3-4 jam.

5. ASI perah dapat disimpan di lemari es atau

freezer.

6. Pada saat ibu di rumah, susuilah bayi sesering

mungkin dan rubah jadwal menyusui.

7. Minum dan makan makanan yang bergizi serta

cukup istirahat selama bekerja dan menyusui.

Gambar ASI perah

4. Masalah Menyusui Masa Antenatal

Masalah yang timbul pada periode ini adalah :

a. Kurang/Salahnya Pemberian Informasi

Kebanyakan ibu masih beranggapan bahwa susu

formula jauh lebih baik daripada ASI, sehingga

apabila ASI dianggap kurang dengan segera

menggunakan susu formula. Pada saat pemeriksaan

kehamilan, pendidikan kesehatan tentang menyusui

yang diberikan oleh petugas kesehatanpun juga

masih kurang.

Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat

pemeriksaan kehamilan tentang menyusui adalah :

1. Fisiologi laktasi.

2. Keuntungan/ manfaat pemberian ASI.

3. Manfaat dari rawat gabung.

4. Teknik menyusui yang benar.

5. Kerugian susu formula.

6. Dukungan pemberian ASI eksklusif.

b. Puting Susu Terbenam (Retracted) atau Puting Susu

Datar

Bentuk anatomis dari papila atau puting susu

yang tidak menguntungkan juga mempengaruhi proses

menyusui. Meskipun pada masa antenatal telah

dilakukan perawatan payudara dengan teknik

Hoffman, yaitu dengan menarik-narik puting

ataupun penggunaan breast shield dan breast shell.

Hal yang paling efisien dilakukan adalah isapan

langsung yang kuat oleh bayi. Oleh karena itu,

segera setelah bayi lahir lakukan:

1. Biarkan bayi menyusu sedini mungkin dan lakukan

kontak skin-to-skin.

2. Lakukan inisiasi menyusu dini (IMD).

3. Apabila puting benar-benar tidak muncul,

lakukan penarikan dengan nipple puller atau

menggunakan spuit.

4. Bayi tetap disusui dengan sedikit penekanan

pada areola mammae dengan jari.

5. Bila ASI penuh, lakukan pemerasan dan berikan

dengan sendok, cangkir ataupun teteskan

langsung ke mulut bayi.

Unit Belajar III

Respon Oranr Tua Terhadap BBL

Tujuan pembelajaran

Pada akhir pembelajaran mahasiswa dapat menjelaskan

respon orang tua terhadap bayi baru lahir.

Pokok basasan/sub pokok bahasan

1. Bounding attachment

2. Respon ayah dan keluarga

3. Sibling rivally

A. Bounding Attachment

1. Pengertian Bounding Attachment

Klause dan Kennel (1983): interaksi orang tua dan

bayi secara nyata, baik fisik, emosi, maupun sensori

pada beberapa menit dan jam pertama segera bayi

setelah lahir.

Nelson (1986), bounding: dimulainya interaksi

emosi sensorik fisik antara orang tua dan bayi

segera setelah lahir, attachment: ikatan yang

terjalin antara individu yang meliputi pencurahan

perhatian; yaitu hubungan emosi dan fisik yang

akrab.

Saxton dan Pelikan (1996), bounding: adalah suatu

langkah untuk mengunkapkan perasaan afeksi (kasih

sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah

lahir; attachment: adalah interaksi antara ibu dan

bayi secara spesifik sepanjang waktu.

2. Tahap-Tahap Bounding Attachment

a. Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak

mata, menyentuh, erbicara, dan mengeksplorasi

segera setelah mengenal bayinya.

b. Bounding (keterikatan)

c. Attachment, perasaan sayang yang mengikat

individu dengan individu lain.

Menurut Klaus, Kenell (1982), bagian penting

dari ikatan ialah perkenalan.

3. Elemen-Elemen Bounding Attachment

a. Sentuhan – Sentuhan, atau indera peraba, dipakai

secara ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain

sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru

lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi

dengan ujung jarinya.

b. Kontak mata – Ketika bayi baru lahir mampu secara

fungsional mempertahankan kontak mata, orang tua

dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu

untuk saling memandang. Beberapa ibu mengatakan,

dengan melakukan kontak mata mereka merasa lebih

dekat dengan bayinya (Klaus, Kennell, 1982).

c. Suara – Saling mendengar dan merespon suara anata

orang tua dan bayinya juga penting. Orang tua

menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang.

d. Aroma – Ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki

aroma yang unik (Porter, Cernoch, Perry, 1983).

Sedangkan bayi belajar dengan cepat untuk

membedakan aroma susu ibunya (Stainto, 1985).

e. Entrainment – Bayi baru lahir bergerak-gerak

sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa.

Mereka menggoyang tangan, mengangkat kepala,

menendang-nendangkan kaki, seperti sedang

berdansa mengikuti nada suara orang tuanya.

Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara.

Irama ini berfungsi memberi umpan balik positif

kepada orang tua dan menegakkan suatu pola

komunikasi efektif yang positif.

f. Bioritme – Anak yang belum lahir atau baru lahir

dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah

ibunya. Untuk itu, salah satu tugas bayi baru

lahir ialah membentuk ritme personal (bioritme).

Orang tua dapat membantu proses ini dengan

memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan

memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan

perilaku yang responsif. Hal ini dapat

meningkatkan interaksi sosial dan kesempatan bayi

untuk belajar.

g. Kontak dini – Saat ini , tidak ada bukti-bukti

alamiah yang menunjukkan bahwa kontak dini

setelah lahir merupakan hal yang penting untuk

hubungan orang tua–anak.

Namun menurut Klaus, Kennel (1982), ada beberapa

keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari

kontak dini :

a. Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat.

b. Reflek menghisap dilakukan dini.

c. Pembentukkan kekebalan aktif dimulai.

d. Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan

anak (body warmth (kehangatan tubuh); waktu

pemberian kasih sayang; stimulasi hormonal).

4. Prinsip-Prinsip dan Upaya Meningkatkan Bounding

Attachment

a. Dilakukan segera (menit pertama jam pertama).

b. Sentuhan orang tua pertama kali.

c. Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa

kedekatan orang tua ke anak.

d. Kesehatan emosional orang tua.

e. Terlibat pemberian dukungan dalam proses

persalinan.

f. Persiapan PNC sebelumnya.

g. Adaptasi.

h. Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan

untuk merawat anak.

i. Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu

dalam memberi kehangatan pada bayi, menurunkan

rasa sakit ibu, serta memberi rasa nyaman.

j. Fasilitas untuk kontak lebih lama.

k. Penekanan pada hal-hal positif.

l. Perawat maternitas khusus (bidan).

m. Libatkan anggota keluarga lainnya/dukungan sosial

dari keluarga, teman dan pasangan.

n. Informasi bertahap mengenai bounding attachment.

5. Keuntungan Bounding Attachment

a. Bayi merasa dicintai, diperhatikan,

mempercayai, menumbuhkan sikap sosial.

b. Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi.

6. Hambatan Bounding Attachment

a. Kurangnya support sistem.

b. Ibu dengan resiko (ibu sakit).

c. Bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit,

bayi dengan cacat fisik).

d. Kehadiran bayi yang tidak diinginkan.

B. Respon ayah dan Keluarga

Reaksi orangtua dan keluarga terhadap bayi yang baru

lahir, berbeda-beda. Hal ini dapat disebabkan oleh

berbagai hal, diantaranya reaksi emosi maupun

pengalaman. Masalah lain juga dapat berpengaruh,

misalnya masalah pada jumlah anak, keadaan ekonomi,

dan lain-lain. Respon yang mereka perlihatkan pada

bayi baru lahir, ada yang positif dan ada juga yang

negatif.

1. Respon Positif

Respon positif dapat ditunjukkan dengan:

a. Ayah dan keluarga menyambut kelahiran bayinya

dengan bahagia.

b. Ayah bertambah giat bekerja untuk memenuhi

kebutuhan bayi dengan baik.

c. Ayah dan keluarga melibatkan diri dalam perawatan

bayi.

d. Perasaan sayang terhadap ibu yang telah

melahirkan bayi.

2. Respon Negatif

Respon negatif dapat ditunjukkan dengan:

a. Kelahiran bayi tidak dinginkan keluarga karena

jenis kelamin yang tidak sesuai keinginan.

b. Kurang berbahagia karena kegagalan KB.

c. Perhatian ibu pada bayi yang berlebihan yang

menyebabkan ayah merasa kurang mendapat

perhatian.

d. Faktor ekonomi mempengaruhi perasaan kurang

senang atau kekhawatiran dalam membina keluarga

karena kecemasan dalam biaya hidupnya.

e. Rasa malu baik bagi ibu dan keluarga karena anak

lahir cacat.

f. Anak yang dilahirkan merupakan hasil hubungan

zina, sehingga menimbulkan rasa malu dan aib bagi

keluarga.

3. Perilaku Orang Tua

Perilaku orang tua yang dapat mempengaruhi ikatan

kasih sayang antara orang tua terhadap bayi baru

lahir, terbagi menjadi:

a. Perilaku Memfasilitasi

1) Menatap, mencari ciri khas anak.

2) Kontak mata.

3) Memberikan perhatian.

4) Menganggap anak sebagai individu yang unik.

5) Menganggap anak sebagai anggota keluarga.

6) Memberikan senyuman.

7) Berbicara/bernyanyi.

8) Menunjukkan kebanggaan pada anak.

9) Mengajak anak pada acara keluarga.

10) Memahami perilaku anak dan memenuhi

kebutuhan anak.

11) Bereaksi positif terhadap perilaku anak.

b. Perilaku Penghambat

1) Menjauh dari anak, tidak memperdulikan

kehadirannya, menghindar, menolak untuk

menyentuh anak.

2) Tidak menempatkan anak sebagai anggota keluarga

yang lain, tidak memberikan nama pada anak.

3) Menganggap anak sebagai sesuatu yang tidak

disukai.

4) Tidak menggenggam jarinya.

5) Terburu-buru dalam menyusui.

6) Menunjukkan kekecewaan pada anak dan tidak

memenuhi kebutuhannya.

4. Respon Orang Tua

Respon orang tua terhadap bayinya dipengaruhi

oleh 2 faktor, yaitu:

a. Faktor Internal

Yang termasuk faktor internal antara lain

genetika, kebudayaan yang mereka praktekkan dan

menginternalisasikan dalam diri mereka, moral dan

nilai, kehamilan sebelumnya, pengalaman yang

terkait, pengidentifikasian yang telah mereka

lakukan selama kehamilan ( mengidentifikasikan

diri mereka sendiri sebagai orang tua, keinginan

menjadi orang tua yang telah diimpikan dan efek

pelatihan selama kehamilan ).

b. Faktor Eksternal

Yang termasuk faktor eksternal antara lain

perhatian yang diterima selama kehamilan,

melahirkan dan postpartum, sikap dan perilaku

pengunjung dan apakah bayinya terpisah dari orang

tua selama satu jam pertama dan hari-hari dalam

kehidupannya.

5. Sikap Orang Tua

Kondisi yang mempengaruhi sikap orang tua terhadap

bayi meliputi:

a. Kurang kasih sayang.

b. Persaingan tugas orang tua.

c. Pengalaman melahirkan.

d. Kondisi fisik ibu setelah melahirkan.

e. Cemas tentang biaya.

f. Kelainan pada bayi.

g. Penyesuaian diri bayi pascanatal.

h. Tangisan bayi.

i. Kebencian orang tua pada perawatan, privasi dan

biaya pengeluaran.

j. Gelisah tentang kenormalan bayi.

k. Gelisah tentang kelangsungan hidup bayi.

l. Penyakit psikologis atau penyalahgunaan alkohol

dan kekerasan pada anak.

6. Respon Antara Ibu dan Bayi

Respon Antara Ibu dan Bayi sejak kontak awal

hingga tahap perkembangannya meliputi:

a. Touch (Sentuhan). Ibu memulai dengan sebuah ujung

jarinya untuk memeriksa bagian kepala dan

ekstremitas bayinya. Perabaan digunakan sebagai

usapan lembut untuk menenangkan bayi.

b. Eye to Eye Contact (Kontak Mata). Kesadaran untuk

membuat kontak mata dilakukan kemudian dengan

segera. Kontak mata mempunyai efek yang erat

terhadap perkembangan dimulainya hubungan dan

rasa percaya sebagai faktor yang penting dalam

hubungan manusia pada umumnya.

c. Odor (Bau Badan). Indera penciuman pada bayi baru

lahir sudah berkembang dengan baik dan masih

memainkan peran dalam nalurinya untuk

mempertahankan hidup. Indera penciuman bayi akan

sangat kuat, jika seorang ibu dapat memberikan

bayinya Asi pada waktu tertentu.

d. Bodi Warm (Kehangatan Tubuh). Jika tidak ada

komplikasi yang serius, seorang ibu akan dapat

langsung meletakkan bayinya di atas perut ibu,

baik setelah tahap kedua dari proses melahirkan

atau sebelum tali pusat dipotong. Kontak yang

segera ini memberi banyak manfaat baik bagi ibu

maupun si bayi yaitu terjadinya kontak kulit yang

membantu agar si bayi tetap hangat.

e. Voice (Suara). Respon antara ibu dan bayi berupa

suara masing-masing. Orang tua akan menantikan

tangisan pertama bayinya. Dari tangisan itu, ibu

menjadi tenang karena merasa bayinya baik-baik

saja (hidup). Bayi dapat mendengar sejak dalam

rahim, jadi tidak mengherankan jika ia dapat

mendengarkan suara-suara dan membedakan nada dan

kekuatan sejak lahir, meskipun suara-suara itu

terhalang selama beberapa hari oleh sairan

amniotik dari rahim yang melekat dalam telinga.

f. Entrainment (Gaya Bahasa). Bayi baru lahir

menemukan perubahan struktur pembicaraan dari

orang dewasa. Artinya perkembangan bayi dalam

bahasa dipengaruhi kultur, jauh sebelum ia

menggunakan bahasa dalam berkomunikasi. Dengan

demikian terdapat salah satu yang akan lebih

banyak dibawanya dalam memulai berbicara (gaya

bahasa). Selain itu juga mengisyaratkan umpan

balik positif bagi orang tua dan membentuk

komunikasi yang efektif.

g. Biorhythmicity (Irama Kehidupan). Janin dalam rahim

dapat dikatakan menyesuaikan diri dengan irama

alamiah ibunya seperti halnya denyut jantung.

Salah satu tugas bayi setelah lahir adalah

menyesuaikan irama dirinya sendiri. Orang tua

dapat membantu proses ini dengan memberikan

perawatan penuh kasih sayang secara konsisten dan

dengan menggunakan tanda keadaan bahaya bayi

untuk mengembangkan respon bayi dan interaksi

sosial serta kesempatan untuk belajar.

C. Sibling Rivalry

1. Pengertian Sibling Rivalry

Kamus kedokteran Dorland (Suherni, 2008): sibling

(anglo-saxon sib dan ling bentuk kecil) anak-anak

dari orang tua yang sama, seorang saudara laki-laki

atu perempuan. Disebut juga sib. Rivalry keadaan

kompetisi atau antagonisme. Sibling rivalry adalah

kompetisi antara saudara kandung untuk mendapatkan

cinta kasih, afeksi dan perhatian dari satu kedua

orang tuanya, atau untuk mendapatkan pengakuan atau

suatu yang lebih.

Sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan

pertengkaran antara saudara laki-laki dan saudara

perempuan. Hal ini terjadi pada semua orang tua yang

mempunyai dua anak atau lebih.

Sibling rivalry atau perselisihan yang terjadi pada

anak-anak tersebut adalah hal yang biasa bagi anak-

anak usia antara 5-11 tahun. Bahkan kurang dari 5

tahun pun sudah sangat mudah terjadi sibling rivalry itu.

Istilah ahli psikologi hubungan antar anak-anak

seusia seperti itu bersifat ambivalent dengan love hate

relationship.

2. Penyebab Sibling Rivalry

Banyak faktor yang menyebabkan sibling rivalry, antara

lain:

a. Masing-masing anak bersaing untuk menentukan

pribadi mereka, sehingga ingin menunjukkan pada

saudara mereka.

b. Anak merasa kurang mendapatkan perhatian,

disiplin dan mau mendengarkan dari orang tua

mereka.

c. Anak-anak merasa hubungan dengan orang tua mereka

terancam oleh kedatangan anggota keluarga baru/

bayi.

d. Tahap perkembangan anak baik fisik maupun emosi

yang dapat mempengaruhi proses kedewasaan dan

perhatian terhadap satu sama lain.

e. Anak frustasi karena merasa lapar, bosan atau

letih sehingga memulai pertengkaran.

f. Kemungkinan, anak tidak tahu cara untuk

mendapatkan perhatian atau memulai permainan

dengan saudara mereka.

g. Dinamika keluarga dalam memainkan peran.

h. Pemikiran orang tua tentang agresi dan

pertengkaran anak yang berlebihan dalam keluarga

adalah normal.

i. Tidak memiliki waktu untuk berbagi, berkumpul

bersama dengan anggota keluarga.

j. Orang tua mengalami stres dalam menjalani

kehidupannya.

k. Anak-anak mengalami stres dalam kehidupannya.

l. Cara orang tua memperlakukan anak dan menangani

konflik yang terjadi pada mereka.

3. Segi Positif Sibling Rivalry

Meskipun sibling rivalry mempunyai pengertian yang

negatif tetapi ada segi positifnya, antara lain:

a. Mendorong anak untuk mengatasi perbedaan dengan

mengembangkan beberapa keterampilan penting.

b. Cara cepat untuk berkompromi dan bernegosiasi.

c. Mengontrol dorongan untuk bertindak agresif.

Oleh karena itu agar segi positif tersebut dapat

dicapai, maka orang tua harus menjadi fasilitator.

4. Mengatasi Sibling Rivalry

Beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua

untuk mengatasi sibling rivalry, sehingga anak dapat

bergaul dengan baik, antara lain:

a. Tidak membandingkan antara anak satu sama lain.

b. Membiarkan anak menjadi diri pribadi mereka

sendiri.

c. Menyukai bakat dan keberhasilan anak-anak Anda.

d. Membuat anak-anak mampu bekerja sama daripada

bersaing antara satu sama lain.

e. Memberikan perhatian setiap waktu atau pola lain

ketika konflik biasa terjadi.

f. Mengajarkan anak-anak Anda cara-cara positif

untuk mendapatkan perhatian dari satu sama lain.

g. Bersikap adil sangat penting, tetapi disesuaikan

dengan kebutuhan anak. Sehingga adil bagi anak

satu dengan yang lain berbeda.

h. Merencanakan kegiatan keluarga yang menyenangkan

bagi semua orang.

i. Meyakinkan setiap anak mendapatkan waktu yang

cukup dan kebebasan mereka sendiri.

j. Orang tua tidak perlu langsung campur tangan

kecuali saat tanda-tanda akan kekerasan fisik.

k. Orang tua harus dapat berperan memberikan

otoritas kepada anak-anak, bukan untuk anak-anak.

l. Orang tua dalam memisahkan anak-anak dari konflik

tidak menyalahkan satu sama lain.

m. Jangan memberi tuduhan tertentu tentang

negatifnya sifat anak.

n. Kesabaran dan keuletan serta contoh-contoh yang

baik dari perilaku orang tua sehari-hari adalah

cara pendidikan anak-anak untuk menghindari sibling

rivalry yang paling bagus.

5. Adaptasi Kakak Sesuai Tahapan Perkembangan

Respon kanak-kanak atas kelahiran seorang bayi

laki-laki atau perempuan bergantung kepada umur dan

tingkat perkembangan. Biasanya anak-anak kurang

sadar akan adanya kehadiran anggota baru, sehingga

menimbulkan persaingan dan perasaan takut kehilangan

kasih sayang orang tua. Tingkah laku negatif dapat

muncul dan merupakan petunjuk derajat stres pada

anak-anak ini.

Tingkah laku ini antara lain berupa:

a. Masalah tidur.

b. Peningkatan upaya menarik perhatian orang tua

maupun anggota keluarga lain.

c. Kembali ke pola tingkah laku kekanak-kanakan

seperti: ngompol dan menghisap jempol.

Batita (Bawah Tiga Tahun)

Pada tahapan perkembangan ini, yang termasuk

batita (bawah tiga tahun) ini adalah usia 1-2 tahun.

Cara beradaptasi pada tahap perkembangan ini antara

lain:

a. Merubah pola tidur bersama dengan anak-anak pada

beberapa minggu sebelum kelahiran.

b. Mempersiapkan keluarga dan kawan-kawan anak

batitanya dengan menanyakan perasaannya terhadap

kehadiran anggota baru.

c. Mengajarkan pada orang tua untuk menerima

perasaan yang ditunjukkan oleh anaknya.

d. Memperkuat kasih sayang terhadap anaknnya.

Anak yang Lebih Tua

Tahap perkembangan pada anak yang lebih tua,

dikategorikan pada umur 3-12 tahun. Pada anak seusia

ini jauh lebih sadar akan perubahan-perubahan tubuh

ibunya dan mungkin menyadari akan kelahiran bayi.

Anak akan memberikan perhatian terhadap perkembangan

adiknya. Terdapat pula, kelas-kelas yang

mempersiapkan mereka sebagai kakak sehingga dapat

mengasuh adiknya.

Remaja

Respon para remaja juga bergantung kepada tingkat

perkembangan mereka. Ada remaja yang merasa senang

dengan kehadiran angggota baru, tetapi ada juga yang

larut dalam perkembangan mereka sendiri. Adaptasi

yang ditunjukkan para remaja yang menghadapi

kehadiran anggota baru dalam keluarganya, misalnya:

a. Berkurangnya ikatan kepada orang tua.

b. Remaja menghadapi perkembangan seks mereka

sendiri.

c. Ketidakpedulian terhadap kehamilan kecuali bila

mengganggu kegiatan mereka sendiri.

d. Keterlibatan dan ingin membantu dengan persiapan

untuk bayi.

6. Peran Bidan

Peran bidan dalam mengatasi sibling rivalry, antara

lain:

a. Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu

dan bayi dalam jam pertama pasca kelahiran.

b. Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk

memberikan respon positif tentang bayinya, baik

melalui sikap maupun ucapan dan tindakan.

Unit Belajar IV

Perubahan Fisiologi Masa Nifas

Tujuan pembelajaran

Pada akhir pembelajaran mahasiswa mampu menjelaskan

perubahan fisiologis pada masa nifas.

Pokok bahasan/sub pokok bahasan

1. Perubahan system reproduksi

2. Perubahan system kardiovaskuler

3. Perubahan system hematologi

4. Perubahan tanda-tanda vital

5. Perubahan system endokrin

6. Perubahan system muskulokeletal

7. Perubahan system perkemihan

8. Perubahan system pencernaan

A. Perubahan Sistem Reproduksi

1. Uterus

a. Proses Involusi

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu

proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum

hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini

dimulai segera setelah plasenta lahir akibat

kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir kala

III persalinan, uterus berada digaris tengah,

kira-kira 2 cm dibawah umbilikus dengan bagian

fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada

saat ini besar uterus kira-kira sama dengan besar

uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu dengan

berat 1000 gram.

Peningkatan kadar estrogen dan progesterone

bertanggung jawab untuk pertumbuhan nasib uterus

selama masa hamil. Pertumbuhan uterus pada masa

prenatal tergantung pada hyperplasia, peningkatan

jumlah sel-sel otot dan hipertropi, yaitu

pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada masa

postpartum penurunan kadar hormone-hormon ini

menyebabkan terjadinya autolysis.

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :

1) Iskemia Miometrium

Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang

terus menerus dari uterus setelah pengeluaran

plasenta membuat uterus relative anemi dan

menyebabkan serat otot atrofi

2) Autolysis

Autolysis merupakan proses penghancuran diri

sendiri yang terjadi di dalam otot uterine.

Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan

otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali

panjangnya dari semula dan lima kali lebar dari

semula selama kehamilan atau dapat juga

dikatakan sebagai pengrusakan secara langsung

jaringan hipertropi yang berlebihan hal ini

disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan

progesteron. Sitoplasma sel yang berlebihan

akan tecerna sendiri sehingga tertinggal

jaringan fibroelastik dalam jumlah renik

sebagai bukti kehamilan.

3) Atropi jaringan

Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya

estrogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami

atropi sebagai reaksi terhadap penghentian

produksi estrogen yang menyertai pelepasan

plasenta. Selain perubahan atropi pada otot-

otot uterus, lapisan desidua akan mengalami

atropi dan terlepas dengan meninggaalkan

lapisan basal yang akan bergenerasi menjadi

endometrium yang baru.

4) Efek Oksitosin

Hormon Oksitosin yang dilepas dari kelenjar

hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi

uterus, mengompresi pembuluh darah dan membantu

proses hemostatis. Hormon oksitoksin

menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi

otot uterine sehingga akan menekan pembuluh

darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai

darah ke uterus. Proses ini membantu untuk

mengurangi situs atau tempat implantasi

plasenta serta mengurangi perdarahan. Luka

bekas perlekatan plasenta memerlukan waktu 8

minggu untuk sembuh total. Selama 1-2 jam

pertama postpartum intensitas kontraksi uterus

bisa berkurang dan menjadi teratur. Suntikan

oksitosin biasanya diberikan secara intravena

atau intramuskuler segera setelah bayi lahir.

5) Bagian Bekas Implantasi Plasenta

a) Bekas implantasi plasenta segera setelah

plasenta lahir seluas 12x5 cm, permukaan

kasar, dimana pembuluh darah besar bermuara.

b) Pada pembuluh darah terjadi pembentukan

trombosit disamping pembuluh darah tertutup

karena kontraksi otot rahim.

c) Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil,

pada minggu kedua sebesar 6-8 cm dan pada

akhir masa nifas sebesar 2 cm.

d) Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk

jaringan nekrosis bersama dengan lochea.

e) Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh

karena pertumbuhan endometrium yang berasal

dari tepi luka dan lapisan basalis

endometrium.

f) Luka sembuh sempurna pada 6-8 minggu

postpartum.

6). Perubahan Normal Pada Uterus Selama

Postpartum

Involus

i Uteri

Tinggi

Fundus

Uteri

Berat

Uterus

Diamete

r

Uterus

Palpasi

Serviks

Plasent

a lahir

Setinggi

pusat

1000

gram

12,5 cm Lembut/

lunak7 hari

(minggu

1)

Pertengah

an antara

pusat dan

simfisis

500

gram

7,5 cm 2 cm

14 hari

(minggu

2)

Tidak

teraba

350

gram

5 cm 1 cm

6

minggu

Normal 60

gram

2,5 cm Menyempit

Involusi uteri dari luar dapat diamati yaitu

dengan memeriksa fundus uteri dengan cara :

1. Segera setelah persalinan, TFU 2 cm dibawah

pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm diatas

pusat dan menurun kira0-kira 1 cm setiap

hari.

2. Pada hari kedua setelah persalinan TFU 1 cm

dibawah pusat. Pada hari ketiga sampai empat

TFU 2 cm dibawah pusat. Pada hari 5-7 TFU

setengah pusat simfisis. Pada hari ke 10 TFU

tidak teraba.

Bila uterus tidak mengalami atau terjadi

kegagalan dalam proses involusi disebut dengan

subinvolusi. Subinvolusi dapat disebabkan oleh

infeksi dan tertinggalnya sisa plasenta serta

perdarahan berlanjut (postpartum haemorrhage).

b. Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa

nifas. Lochea mengandung darah dan sisa jaringan

desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lochea

mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat

organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi

asam yang berada di vagina normal. Lochea

mempunyai bau amis/anyir seperti darah

menstruasi, meskipun tidak terlalu menyengat dan

volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lochea

yang berbau tidak sedap menandakan adanya

infeksi. Lochea mempunyai perubahan karena proses

involusi. Proses keluarnya darah nifas atau

lochea terdiri atas empat tahap :

a. Lochea Rubra/Merah (Kuruenta)

Lochea ini muncul pada hari 1-4 masa

postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah

karena berisi darah segar, jaringan sisa-sisa

plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo

(rambut bayi) dan mekonium.

b. Lochea Sanguinolenta

Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan

dan berlendir. Berlangsung dari hari ke 4-7

postpartum.

c. Lochea Serosa

Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena

mengandung serum, leukosit dan robekan atau

laserasi plasenta. Muncul pada hari ke 7-14

postpartum.

d. Lochea Alba

Mengandung leukosit, sel desidua, sel

epitel, selaput lendir serviks dan serabut

jaringan yang mati. Lochea alba bisa

berlangsung selama 2-6 minggu postpartum.

Lochea rubra yang menetap pada awal

postpartum menunjukkan adanya perdarahan

sekunder yang mungkin disebabkan tertinggalnya

sisa plasenta. Lochea serosa atau alba yang

berlanjut bisa menandakan adanya endometritis,

terutama jika disertai demam, rasa sakit atau

nyeri tekan pada abdomen. Bila terjadi infeksi,

keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut

dengan lochea purulenta. Pengeluaran lochea

yang kurang lancar disebut dengan lochea

statis.

2. Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan

uterus. Warna serviks itu sendiri merah kehitam-

hitaman karena pembuluh darah konsistensinya lunak,

kadang-kadang terdapat laserasi atau perlukaan

kecil. Karena robekan kecil yang terjadi sama

dilatasi, serviks tidak pernah kembali pada keadaan

sebelum hamil. Bentuknya seperti corong karena

disebabkan oleh korpus uteri yang mengadakan

kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi

sehingga pada pembatasan antara korpus uteri dan

serviks terbentuk cincin. Muara serviks yang

berdilatasi 10 cm pada waktu persalinan, menutup

secara bertahap. Setelah bayi lahir, tangan masih

bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat

dimasuki 2-3 jari, pada minggu ke 6 postpartum

serviks menutup.

3. Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta

peregangan yang sangat besar selama proses

persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-

8 minggu postpartum. Penurunan hormone estrogen pada

masa postpartum berperan dalam penipisan mukosa

vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan terlihat

kembali pada sekitar minggu keempat.

4. Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi

kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan

kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari

ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian

besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari

pada keadaan sebelum melahirkan. Pada umumnya

episiotomy hanya mungkin dilakukan bila wanita

baring miring dengan bokong diangkat atau

ditempatkan pada posisi lithotomi. Penerangan yang

baik diperlukan supaya episiotomi dapat terlihat

jelas. Proses penyembuhan luka episiotomy sama

dengan luka oprasi lain. Tanda-tanda infeksi :

nyeri, merah, panas, bengkak, atau rabas atau tepian

insisi tidak saling mendekat bisa terjadi.

Penyembuhan harus berlangsung dalam 2-3 minggu.

Hemoroid atau varises anus umumnya terlihat. Wanita

sering mengalami gejala terkait, seperti rasa gatal,

tidak nyaman, dan perdarahan berwarna merah terang

pada waktu defecator. Ukuran hemorrhoid biasanya

mengecil beberapa minggu setelah bayi lahir. Latihan

pengencangan otot perineum akan mengembalikan

tonusnya dan memungkinkan wanita secara perlahan

mengencangkan vaginanya. Pengencangan ini sempurna

pada akhir puerperium dengan latihan setiap hari.

Abrasi dan laserasi vulva dan perineum mudah sembuh

termasuk yang memerlukan perbaikan.

B. Sistem Kardiovaskuler

Volume darah normal yang diperlukan plasenta dan

pembuluh darah uterin, meningkat selama kehamilan.

Diuresis terjadi akibat adanya penurunan hormon

estrogen, yang dengan cepat mengurangi volume plasma

menjadi normal kembali. Meskipun kadar estrogen

menurun selama nifas, namun kadarnya masih tetap

tinggi daripada normal. Plasma darah tidak banyak

mengandung cairan sehingga daya koagulasi meningkat.

Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah

kelahiran bayi. Selama masa ini ibu mengeluarkan

banyak sekali jumlah urin. Hilangnya progesteron

membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan

meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama

kehamilan bersama-sama dengan trauma selama

persalinan.

Kehilangan darah pada persalinan per vaginam sekitar

300-400 cc, sedangkan kehilangan darah dengan

persalinan seksio sesarea menjadi dua kali lipat.

Perubahan yang terjadi terdiri dari volume darah dan

hemokonsentrasi. Pada persalinan per vaginam,

hemokonsentrasi akan naik dan pada persalinan seksio

sesarea, hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali

normal setelah 4-6 minggu. Pasca melahirkan, shunt

akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif

akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan

dekompensasi kordis pada penderita vitum cordia. Hal

ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan

timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah

kembali seperti sediakala. Pada umumnya, hal ini

terjadi pada hari ketiga sampai kelima post patum.

C. Sistem Hematologi

Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar

fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor pembekuan

darah meningkat. Pada hari pertama post partum, kadar

fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi

darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas

sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah.

Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel

darah putih sebanyak 15.000 selama persalinan. Jumlah

leukosit akan tetap tinggi selama beberapa hari

pertama masa post partum. Jumlah sel darah putih akan

tetap bisa naik lagi sampai 25.000 hingga 30.000 tanpa

adanya kondisi patologis jika wanita tersebut

mengalami persalinan lama.

Pada awal post partum, jumlah hemoglobin, hematokrit

dan eritrosit sangat bervariasi. Hal ini disebabkan

volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah

yang berubah-ubah. Tingkatan ini dipengaruhi oleh

status gizi dan hidarasi dari wanita tersebut. Jika

hematokrit pada hari pertama atau kedua lebih rendah

dari titik 2 persen atau lebih tinggi daripada saat

memasuki persalinan awal, maka pasien dianggap telah

kehilangan darah yang cukup banyak. Titik 2 persen

kurang lebih sama dengan kehilangan darah 500 ml

darah.

Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada

kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit

dan hemoglobin pada hari ke 3-7 post partum dan akan

normal dalam 4-5 minggu post partum. Jumlah kehilangan

darah selama masa persalinan kurang lebih 200-500 ml,

minggu pertama post partum berkisar 500-800 ml dan

selama sisa masa nifas berkisar 500 ml.

D. Tanda-Tanda Vital

Pada masa nifas, tanda-tanda vital yang harus dikaji

antara lain:

1. Suhu badan

Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2

derajat Celcius. Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat

naik kurang lebih 0,5 derajat Celcius dari keadaan

normal. Kenaikan suhu badan ini akibat dari kerja

keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun

kelelahan. Kurang lebih pada hari ke-4 post partum,

suhu badan akan naik lagi. Hal ini diakibatkan ada

pembentukan ASI, kemungkinan payudara membengkak,

maupun kemungkinan infeksi pada endometrium,

mastitis, traktus genetalis ataupun sistem lain.

Apabila kenaikan suhu di atas 38 derajat celcius,

waspada terhadap infeksi post partum.

2. Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali

per menit. Pasca melahirkan, denyut nadi dapat

menjadi bradikardi maupun lebih cepat. Denyut nadi

yang melebihi 100 kali per menit, harus waspada

kemungkinan infeksi atau perdarahan post partum.

3. Tekanan darah

Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah

pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh

jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan

darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120

mmHg dan diastolik 60-80 mmHg. Pasca melahirkan pada

kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah.

Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca

melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan.

Sedangkan tekanan darah tinggi pada post partum

merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post partum.

Namun demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi.

4. Pernafasan

Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa

adalah 16-24 kali per menit. Pada ibu post partum

umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini

dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam

kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu

berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi.

Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan

mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus

pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post

partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-

tanda

E. Sistem Endokrin

Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat

perubahan pada sistem endokrin. Hormon-hormon yang

berperan pada proses tersebut, antara lain:

1. Hormon plasenta

Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon

yang diproduksi oleh plasenta. Hormon plasenta

menurun dengan cepat pasca persalinan. Penurunan

hormon plasenta (human placental lactogen)

menyebabkan kadar gula darah menurun pada masa

nifas. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun

dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam

hingga hari ke-7 post partum dan sebagai onset

pemenuhan mamae pada hari ke-3 post partum.

2. Hormon pituitary

Hormon pituitary antara lain: hormon prolaktin,

FSH dan LH. Hormon prolaktin darah meningkat dengan

cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam

waktu 2 minggu. Hormon prolaktin berperan dalam

pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu.

FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler

pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi

terjadi.

3. Hipotalamik pituitary ovarium

Hipotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi

lamanya mendapatkan menstruasi pada wanita yang

menyusui maupun yang tidak menyusui. Pada wanita

manyusui mendapatkan menstruasi pada 6 minggu pasca

melahirkan berkisar 16% dan 45% setelah 12 minggu

pasca melahirkan. Sedangkan pada wanita yang tidak

menyusui, akan mendapatkan menstruasi berkisar 40%

setelah 6 minggu pasca melahirkan dan 90% setelah 24

minggu.

4. Hormon oksitosin

Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak

bagian belakang, bekerja terhadap otot uterus dan

jaringan payudara. Selama tahap ketiga persalinan,

hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta

dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah

perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi

ASI dan sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu

involusi uteri.

5. Hormon estrogen dan progesteron

Volume darah normal selama kehamilan, akan

meningkat. Hormon estrogen yang tinggi memperbesar

hormon anti diuretik yang dapat meningkatkan volume

darah. Sedangkan hormon progesteron mempengaruhi

otot halus yang mengurangi perangsangan dan

peningkatan pembuluh darah. Hal ini mempengaruhi

saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar

panggul, perineum dan vulva serta vagina.

F. Sistem Muskuloskeletal

Perubahan sistem muskuloskeletal terjadi pada saat

umur kehamilan semakin bertambah. Adaptasi

muskuloskelatal ini mencakup: peningkatan berat badan,

bergesernya pusat akibat pembesaran rahim, relaksasi

dan mobilitas. Namun demikian, pada saat post partum

sistem muskuloskeletal akan berangsur-angsur pulih

kembali. Ambulasi dini dilakukan segera setelah

melahirkan, untuk membantu mencegah komplikasi dan

mempercepat involusi uteri.

Adaptasi sistem muskuloskeletal pada masa nifas,

meliputi:

1. Dinding perut dan peritoneum

Dinding perut akan longgar pasca persalinan.

Keadaan ini akan pulih kembali dalam 6 minggu. Pada

wanita yang asthenis terjadi diastasis dari otot-

otot rectus abdominis, sehingga sebagian dari

dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari

peritoneum, fasia tipis dan kulit.

2. Kulit abdomen

Selama masa kehamilan, kulit abdomen akan

melebar, melonggar dan mengendur hingga berbulan-

bulan. Otot-otot dari dinding abdomen dapat kembali

normal kembali dalam beberapa minggu pasca

melahirkan dengan latihan post natal.

3. Striae

Striae adalah suatu perubahan warna seperti

jaringan parut pada dinding abdomen. Striae pada

dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna

melainkan membentuk garis lurus yang samar. Tingkat

diastasis muskulus rektus abdominis pada ibu post

partum dapat dikaji melalui keadaan umum, aktivitas,

paritas dan jarak kehamilan, sehingga dapat membantu

menentukan lama pengembalian tonus otot menjadi

normal.

4. Perubahan ligamen

Setelah janin lahir, ligamen-ligamen, diafragma

pelvis dan fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan

partus berangsur-angsur menciut kembali seperti

sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi

kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi

retrofleksi.

5. Simpisis pubis.

Pemisahan simpisis pubis jarang terjadi. Namun

demikian, hal ini dapat menyebabkan morbiditas

maternal. Gejala dari pemisahan simpisis pubis

antara lain: nyeri tekan pada pubis disertai

peningkatan nyeri saat bergerak di tempat tidur

ataupun waktu berjalan. Pemisahan simpisis dapat

dipalpasi. Gejala ini dapat menghilang setelah

beberapa minggu atau bulan pasca melahirkan, bahkan

ada yang menetap.

Beberapa gejala sistem muskuloskeletal yang timbul

pada masa pasca partum antara lain:

1. Nyeri punggung bawah

Nyeri punggung merupakan gejala pasca partum

jangka panjang yang sering terjadi. Hal ini

disebabkan adanya ketegangan postural pada sistem

muskuloskeletal akibat posisi saat persalinan.

Penanganan : Selama kehamilan, wanita yang

mengeluh nyeri punggung sebaiknya dirujuk pada

fisioterapi untuk mendapatkan perawatan. Anjuran

perawatan punggung, posisi istirahat, dan aktifitas

hidup sehari-hari penting diberikan. Pereda nyeri

elektroterapeutik dikontraindikasikan selama

kehamilan, namun mandi dengan air hangat dapat

menberikan rasa nyaman pada pasien.

2. Sakit kepala dan nyeri leher

Pada minggu pertama dan tiga bulan setelah

melahirkan, sakit kepala dan migrain bisa terjadi.

Gejala ini dapat mempengaruhi aktifitas dan

ketidaknyamanan pada ibu post partum. Sakit kepala

dan nyeri leher yang jangka panjang dapat timbul

akibat setelah pemberian anestasi umum.

3. Nyeri pelvis posterior

Nyeri pelvis posterior ditunjukan untuk rasa

nyeri dan disfungsi area sendi sakroiliaka. Gejala

ini timbul sebelum nyeri punggung bawah dan

disfungsi simfisis pubis yang ditandai nyeri di atas

sendi sakroiliaka pada bagian otot penumpu berat

badan serta timbul pada saat membalikan tubuh di

tempat tidur. Nyeri ini dapat menyebar ke bokong dan

paha posterior.

Penanganan: pemakaian ikat (sabuk) sakroiliaka

penyokong dapat membantu untuk mengistirahatkan

pelvis. Mengatur posisi yang nyaman saat istirahat

maupun bekerja, serta mengurangi aktifitas dan

posisi yang dapat memacu rasa nyeri.

4. Disfungsi simfisis pubis

Merupakan istilah yang menggambarkan gangguan

fungsi sendi simfisis pubis dan nyeri yang dirasakan

di sekitar area sendi. Fungsi sendi simfisis pubis

adalah menyempurnakan cincin tulang pelvis dan

memindahkan berat badan melalui pada posisis tegak.

Bila sendi ini tidak menjalankan fungsi semestinya,

akan terdapat fungsi/stabilitas pelvis yang

abnormal, diperburuk dengan terjadinya perubahan

mekanis, yang dapat mrmpengaruhi gaya berjalan suatu

gerakan lembut pada sendi simfisis pubis untuk

menumpu berat badan dan disertai rasa nyeri yang

hebat.

Penanganan: tirah baring selama mungkin;

pemberian pereda nyeri; perawatan ibu dan bayi yang

lengkap; rujuk ke ahli fisioterapi untuk latihan

abdomen yang tepat; latihan meningkatkan sirkulasi;

mobilisasi secara bertahap; pemberian bantuan yang

sesuai.

5. Diastasis rekti

Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus

abdominis lebih dari 2,5 cm pada tepat setinggi

umbilikus (Noble, 1995) sebagai akibat pengaruh

hormon terhadap linea alba serta akibat perenggangan

mekanis dinding abdomen. Kasus ini sering terjadi

pada multi paritas, bayi besar, poli hidramnion,

kelemahan otot abdomen dan postur yang salah. Selain

itu, juga disebabkan gangguan kolagen yang lebih ke

arah keturunan, sehingga ibu dan anak mengalami

diastasis.

Penanganan: melakukan pemeriksaan rektus untuk

mengkaji lebar celah antara otot rektus; memasang

penyangga tubigrip (berlapis dua jika perlu), dari

area xifoid sternum sampai di bawah panggul; latihan

transversus dan pelvis dasar sesering mungkin, pada

semua posisi, kecuali posisi telungkup-lutut;

memastikan tidak melakukan latihan sit-up atau curl-

up; mengatur ulang kegiatan sehari–hari,

menindaklanjuti pengkajian oleh ahli fisioterapi

selama diperlukan.

6. Osteoporosis akibat kehamilan

Osteoporosis timbul pada trimester ketiga atau

pasca natal. Gejala ini ditandai dengan nyeri,

fraktur tulang belakang dan panggul, serta adanya

hendaya (tidak dapat berjalan), ketidakmampuan

mengangkat atau menyusui bayi pasca natal,

berkurangnya tinggi badan, postur tubuh yang

buruk. .

7. Disfungsi dasar panggul

Disfungsi dasar panggul, meliputi :

a. Inkontinensia urin.

b. Inkontinensia alvi.

c. Prolaps.

G. Sistem Perkemihan

Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar

steroid tinggi yang berperan meningkatkan fungsi

ginjal. Begitu sebaliknya, pada pasca melahirkan kadar

steroid menurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi

ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu

bulan setelah wanita melahirkan. Urin dalam jumlah

yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam

sesudah melahirkan

Hal yang berkaitan dengan fungsi sistem perkemihan,

antara lain:

1. Hemostatis internal

Tubuh, terdiri dari air dan unsur-unsur yang

larut di dalamnya, dan 70% dari cairan tubuh

terletak di dalam sel-sel, yang disebut dengan

cairan intraselular. Cairan ekstraselular terbagi

dalam plasma darah, dan langsung diberikan untuk

sel-sel yang disebut cairan interstisial. Beberapa

hal yang berkaitan dengan cairan tubuh antara lain

edema dan dehidrasi. Edema adalah tertimbunnya

cairan dalam jaringan akibat gangguan keseimbangan

cairan dalam tubuh. Dehidrasi adalah kekurangan

cairan atau volume air yang terjadi pada tubuh

karena pengeluaran berlebihan dan tidak diganti.

2. Keseimbangan asam basa tubuh

Keasaman dalam tubuh disebut PH. Batas normal PH

cairan tubuh adalah 7,35-7,40. Bila PH >7,4 disebut

alkalosis dan jika PH < 7,35 disebut asidosis.

3. Pengeluaran sisa metabolisme, racun dan zat toksin

ginjal

Zat toksin ginjal mengekskresi hasil akhir dari

metabolisme protein yang mengandung nitrogen

terutama urea, asam urat dan kreatinin.

Ibu post partum dianjurkan segera buang air kecil,

agar tidak mengganggu proses involusi uteri dan ibu

merasa nyaman. Namun demikian, pasca melahirkan ibu

merasa sulit buang air kecil.

Hal yang menyebabkan kesulitan buang air kecil pada

ibu post partum, antara lain:

a. Adanya odema trigonium yang menimbulkan obstruksi

sehingga terjadi retensi urin.

b. Diaforesis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi

cairan yang teretansi dalam tubuh, terjadi selama 2

hari setelah melahirkan.

c. Depresi dari sfingter uretra oleh karena penekanan

kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus

sfingter ani selama persalinan, sehingga menyebabkan

miksi.

Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen

akan menurun, hilangnya peningkatan tekanan vena pada

tingkat bawah, dan hilangnya peningkatan volume darah

akibat kehamilan, hal ini merupakan mekanisme tubuh

untuk mengatasi kelebihan cairan. Keadaan ini disebut

dengan diuresis pasca partum. Ureter yang berdilatasi

akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.

Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan

jumlah urin menyebabkan penurunan berat badan sekitar

2,5 kg selama masa pasca partum. Pengeluaran kelebihan

cairan yang tertimbun selama hamil kadang-kadang

disebut kebalikan metabolisme air pada masa hamil

(reversal of the water metabolisme of pregnancy).

Rortveit dkk (2003) menyatakan bahwa resiko

inkontinensia urine pada pasien dengan persalinan

pervaginam sekitar 70% lebih tinggi dibandingkan

resiko serupa pada persalinan dengan Sectio Caesar.

Sepuluh persen pasien pasca persalinan menderita

inkontinensia (biasanya stres inkontinensia) yang

kadang-kadang menetap sampai beberapa minggu pasca

persalinan. Untuk mempercepat penyembuhan keadaan ini

dapat dilakukan latihan pada otot dasar panggul.

Bila wanita pasca persalinan tidak dapat berkemih

dalam waktu 4 jam pasca persalinan mungkin ada masalah

dan sebaiknya segera dipasang dower kateter selama 24

jam. Bila kemudian keluhan tak dapat berkemih dalam

waktu 4 jam, lakukan kateterisasi dan bila jumlah

residu > 200 ml maka kemungkinan ada gangguan proses

urinasinya. Maka kateter tetap terpasang dan dibuka 4

jam kemudian , bila volume urine < 200 ml, kateter

dibuka dan pasien diharapkan dapat berkemih seperti

biasa.

H. Sistem Pencernaan

Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi

oleh beberapa hal, diantaranya tingginya kadar

progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan cairan

tubuh, meningkatkan kolestrol darah, dan melambatkan

kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar

progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal

usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal.

Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada

sistem pencernaan, antara lain:

1. Nafsu Makan

Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar

sehingga diperbolehkan untuk mengkonsumsi

makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu

3–4 hari sebelum faal usus kembali normal.

Meskipun kadar progesteron menurun setelah

melahirkan, asupan makanan juga mengalami

penurunan selama satu atau dua hari.

2. Motilitas

Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot

traktus cerna menetap selama waktu yang singkat

setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan

anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus

dan motilitas ke keadaan normal.

3. Pengosongan Usus

Pasca melahirkan, ibu sering mengalami

konstipasi. Hal ini disebabkan tonus otot usus

menurun selama proses persalinan dan awal masa

pascapartum, diare sebelum persalinan, enema

sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi,

hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem

pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu

untuk kembali normal.

Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar

kembali teratur, antara lain:

1. Pemberian diet / makanan yang mengandung serat.

2. Pemberian cairan yang cukup.

3. Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca

melahirkan.

4. Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.

5. Bila usaha di atas tidak berhasil dapat

dilakukan pemberian huknah atau obat yang lain.

Unit Belajar V

Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

Tujuan pembelajaran

Pada akhir pembelajaran mahasiswa dapat menjelaskan

perubahan fisiologis ibu pada masa nifas.

Pokok bahasan/sub pokok bahasan

1. Adaptasi psikologis ibu masa nifas

2. Post partum blues

3. Kesedihan dan duka cita

A. Adaptasi Pikologis Ibu Masa Nifas

Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama

kehamilan, menjelang proses kelahiran maupun setelah

persalinan. Pada periode tersebut, kecemasan seorang

wanita dapat bertambah. Pengalaman yang unik dialami

oleh ibu setelah persalinan. Masa nifas merupakan masa

yang rentan dan terbuka untuk bimbingan dan

pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu memerlukan

adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah.

Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi

pada masa nifas adalah sebagai berikut:

1. Fungsi menjadi orang tua

2. Respon dan dukungan dari keluarga

3. Riwayat dan pengalaman kehamilan serta persalinan

4. Harapan, keinginan dan aspirasi saat hamil dan

melahirkan

Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas

antara lain:

1. Fase Taking In

Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang

berlangsung dari hari pertama sampai hari ke dua

setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya

sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap

lingkungannya. Ketidaknyamanan yang dialami antara

lain rasa mules, nyeri pada luka jahitan, kurang

tidur, kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada

fase ini adalah istirahat cukup, komunikasi yang

baik dan asupan nutrisi.

Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu

pada fase ini adalah:

b. Kekecewaan pada bayinya

c. Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik

yang dialami

d. Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya

e. Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan

bayinya

2. Fase Taking Hold

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah

melahirkan. Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan

dan rasa tanggung jawab dalam perawatan bayinya.

Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah

tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah

komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian

penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang perawatan

diri dan bayinya. Tugas bidan antara lain:

mengajarkan cara perawatan bayi, cara menyusui yang

benar, cara perawatan luka jahitan, senam nifas,

pendidikan kesehatan gizi, istirahat, kebersihan

diri dan lain-lain.

3. Fase Letting Go

Fase ini merupakan fase menerima tanggungjawab

akan peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari

setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat

menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.

Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan bayinya.

Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih

mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan

bayinya. Dukungan suami dan keluarga dapat membantu

merawat bayi. Kebutuhan akan istirahat masih

diperlukan ibu untuk menjaga kondisi fisiknya.

Hal-hal yang harus dipenuhi selama nihas adalah

sebagai berikut:

I. Fisik.Istirahat, asupan gizi, lingkungan bersih

J. Psikologi.Dukungan dari keluarga sangat

diperlukan

K. Sosial.Perhatian, rasa kasih sayang, menghibur

ibu saat sedih dan menemani saat ibu merasa

kesepian

L. Psikososial.

B. Post Partum Blues

Keadaan dimana ibu merasa sedih berkaitan dengan

bayinya disebut baby blues. Penyebabnya antara lain:

perubahan perasaan saat hamil, perubahan fisik dan

emosional. Perubahan yang ibu alami akan kembali

secara perlahan setelah beradaptasi dengan peran

barunya.

Gejala baby blues antara lain :

1. Menangis

2. Perubahan perasaan

3. Cemas

4. Kesepian

5. Khawatir dengan bayinya

6. Penurunan libido

7. Kurang percaya diri

Hal-hal yang disarankan pada ibu adalah sebagai

berikut :

1. Minta bantuan suami atau keluarga jika ibu ingin

istirahat

2. Beritahu suami tentang apa yang dirasakan oleh ibu

3. Buang rasa cemas dan khawatir akan kemampuan merawat

bayi

4. Meluangkan waktu dan cari hiburan untuk diri sendiri

Ibu merasakan kesedihan karena kebebasan, otonomi,

interaksi sosial, kurang kemandirian. Hal ini akan

mengakibatkan depresi pasca persalinan (depresi post

partum). Depresi masa nifas merupakan gangguan afeksi

yang sering terjadi pada masa nifas, dan tampak dalam

minggu pertama pasca persalinan. Insiden depresi post

partum sekitar 10-15 persen. Post partum blues disebut

juga maternity blues atau sindrom ibu baru. Keadaan ini

merupakan hal yang serius, sehingga ibu memerlukan

dukungan dan banyak istirahat. Adapun gejala dari

depresi post partum adalah :

1. Sering menangis

2. Sulit tidur

3. Nafsu makan hilang

4. Gelisah

5. Perasaan tidak berdaya atau hilang kontrol

6. Cemas atau kurang perhatian pada bayi

7. Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi

8. Pikiran menakutkan mengenai bayi

9. Kurang perhatian terhadap penampilan dirinya sendiri

10. Perasaan bersalah dan putus harapan (hopeless)

11. Penurunan atau peningkatan berat badan

12. Gejala fisik, seperti sulit bernafas atau

perasaan berdebar-debar

Beberapa faktor predisposisi terjadinya depresi post

partum adalah sebagai berikut :

1. Perubahan hormonal yang cepat (yaitu hormon

prolaktin, steroid, progesteron dan estrogen)

2. Masalah medis dalam kehamilan (PIH, diabetus

melitus, disfungsi tiroid)

3. Karakter pribadi (harga diri, ketidakdewasaan)

4. Marital dysfunction atau ketidakmampuan membina hubungan

dengan orang lain

5. Riwayat depresi, penyakit mental dan alkoholik

6. Unwanted pregnancy

7. Terisolasi

8. Kelemahan, gangguan tidur, ketakutan terhadap

masalah keuangan keluarga, kelahiran anak dengan

kecacatan/penyakit

Jika ibu mengalami gejala-gejala di atas, maka

segeralah memberitahu suami, bidan atau dokter.

Penyakit ini dapat disembuhkan dengan obat-obatan atau

konsultasi dengan psikiater. Perawatan di rumah sakit

akan diperlukan apabila ibu mengalami depresi

berkepanjangan.

Beberapa intervensi yang dapat membantu ibu

terhindar dari depresi post partum antara lain :

1. Pelajari diri sendiri

2. Tidur dan makan yang cukup

3. Olahraga

4. Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah

melahirkan

5. Beritahukan perasaan Anda

6. Dukungan keluarga dan orang lain

7. Persiapan diri yang baik

8. Lakukan pekerjaan rumah tangga

9. Dukungan emosional

10. Dukungan kelompok depresi post partum

11. Bersikap tulus ikhlas dalam menerima peran

barunya

DEPRESI BERAT

Depresi berat disebut juga dengan sindrom depresif

non psikotik pada kehamilan sampai beberapa

minggu/bulan setelah kelahiran.

Gejala-gejala depresi berat antara lain :

1. Perubahan mood

2. Gangguan tidur dan pola makan

3. Perubahan mental dan libido

4. Pobhia, ketakutan menyakiti diri sendiri atau

bayinya

Penatalaksanaan depresi berat adalah sebagai berikut

:

1. Dukungan keluarga dan sekitar

2. Terapi psikologis

3. Kolaborasi dengan dokter

4. Perawatan rumah sakit

5. Hindari rooming in dengan bayinya.

PSIKOSIS POST PARTUM

Insiden psikosis post partum sekitar 1-2 per 1000

kelahiran. Rekurensi dalam masa kehamilan 20-30

persen. Gejala psikosis post partum muncul beberapa

hari sampai 4-6 minggu post partum.

Faktor penyebab psikosis post partum antara lain :

1. Riwayat keluarga penderita psikiatri

2. Riwayat ibu menderita psikiatri

3. Masalah keluarga dan perkawinan

Gejala psikosis post partum sebagai berikut :

1. Gaya bicara keras

2. Menarik diri dari pergaulan

3. Cepat marah

4. Gangguan tidur

Penatalaksanaan psikosis post partum adalah :

1. Pemberian anti depresan

2. Berhenti menyusui

3. Perawatan di rumah sakit.

C. Kesedihan dan Duka Cita

Berduka yang paling besar adalah disebabkan karena

kematian bayi meskipun kematian terjadi saat

kehamilan. Bidan harus memahami psikologis ibu dan

ayah untuk membantu mereka melalui pasca berduka

dengan cara yang sehat.

Berduka adalah respon psikologis terhadap

kehilangan. Proses berduka terdiri dari tahap atau

fase identifikasi respon tersebut. Tugas berduka,

istilah ini diciptakan oleh Lidermann, menunjukkan

tugas bergerak melalui tahap proses berduka dalam

menentukan hubungan baru yang signifikan. Berduka

adalah proses normal, dan tugas berduka penting agar

berduka tetap normal. Kegagalan untuk melakukan tugas

berduka, biasanya disebabkan keinginan untuk

menghindari nyeri yang sangat berat dan stress serta

ekspresi yang penuh emosi. Seringkali menyebabkan

reaksi berduka abnormal atau patologis.

Tahap-tahap berduka :

1. Syok

Merupakan respon awal individu terhadap

kehilangan. Manifestasi perilaku dan perasaan

meliputi: penyangkalan, ketidakpercayaan, putus asa,

ketakutan, ansietas, rasa bersalah, kekosongan,

kesendirian, kesepian, isolasi, mati rasa, intoversi

(memikirkan dirinya sendiri) tidak rasional,

bermusuhan, kebencian, kegetiran, kewaspadaan akut,

kurang inisiatif, tindakan mekanis, mengasingkan

diri, berkhianat, frustasi, memberontak dan kurang

konsentrasi.

Manifestasi klinis :

a. Gel distress somatik yang berlangsung selama 20-

60 menit

b. Menghela nafas panjang

c. Penurunan berat badan

d. Anoreksia, tidur tidak tenang, keletihan, dan

gelisah

e. Penampilan kurus dan tampak lesu

f. Rasa penuh di tenggorokan, tersedak, nafas

pendek, nyeri dada, gemetaran internal

g. Kelemahan umum dan kelemahan tertentu pada

tungkai.

2. Berduka

Ada penderitaan, fase realitas. Penerimaan

terhadap fakta kehilangan dan upaya terhadap

realitas yang harus ia lakukan terjadi selama

periode ini. Contohnya orang yang berduka

menyesuaikan diri dengan lingkungan tanpa ada orang

yang disayangi atau menerima fakta adanya pembuatan

penyesuaian yang diperlukan dalam kehidupan dan

membuat perencanaan karena adanya deformitas.

Nyeri karena kehilangan dirasakan secara

menyeluruh dalam realitas yang memanjang dan dalam

ingatan setiap hari, setiap saat dan peristiwa yang

mengingatkan. Ekspresi emosi yang penuh penting

untuk resolusi yang sehat. Menangis adalah salah

satu bentuk pelepasan yang umum. Selain masa ini,

kehidupan orang yang berduka terus berlanjut. Saat

individu terus, melanjutkan tugas berduka. Dominasi

kehilangna secara bertahap menjadi ansietas terhadap

masa depan

3. Resolusi

Fase menentukan hubungan baru yang bermakna.

Selama periode ini seseorang yang berduka menerima

kehilangan, penyesuaian telah komplet dan individu

kembali pada fungsinya secara penuh. Kemajuan ini

berasal dari penanaman kembali emosi seseorang pada

hubungan lain yang bermakna.

Manifestasi perilaku reaksi berduka abnormal atau

patologis meliputi:

a. Menghindari dan distorsi pernyataan emosi berduka

normal

b. Depresi agitasi, kondisi psikosomatik, mengalami

gejala penyakit menular atau terakhir yang

diderita orang yang meninggal

c. Aktivitas yang merusak keberadaan sosial ekonomi

individu

d. Mengalami kehilangan pola interaksi sosial

Tanggung jawab utama bidan dalam peristiwa

kehilangan adalah membagi informasi tersebut dengan

orang tua. Bidan juga harus mendorong dan

menciptakan lingkungan yang aman untuk pengungkapan

emosi berduka. Jika kehilangan terjadi pada awal

kehamilan. Bidan dapat dipanggil untuk

berpartisipasi dalam perawatan.

4. Kemurungan Masa Nifas

Kemurungan masa nifas disebabkan perubahan dalam

tubuh selama kehamilan, persalinan dan nifas.

Kemurungan dalam masa nifas merupakan hal yang umum,

perasaan-perasaan demikian akan hilang dalam dua

minggu setelah melahirkan.

Tanda-tanda dan gejala kemurungan masa nifas

antara lain: emosional, cemas, sedih, khawatir,

mudah tersinggung, cemas, hilang semangat, mudah

marah, sedih tanpa sebab, sering menangis.

Etiologi: perubahan yang terjadi dalam kehamilan,

perubahan cara hidup, perubahan hormonal. Kemurungan

dapat menjadi semakin parah akibat ketidaknyamanan

jasmani, rasa letih, stress, maupun kecemasan.

Penatalaksanaan: bicarakan apa yang dialami ibu,

temani ibu, beri kesempatan ibu untuk bertanya,

berikan dorongan ibu untuk merawat bayinya, biarkan

ibu bersama dengan bayinya, gunakan obat bila perlu.

Unit Belajar VI

Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas

Tujuan pembelajaran

Pada akhir pembelajaran mahasiswa dapat menjelaskan

kebutuhan dasar ibu masa nifas.

Pokok bahasan/sub pokok bahasan

1. Nutrisi dan cairan

2. Ambulasi

3. Eliminasi : BAB/BAK

4. Kebersihan diri/perineum

5. Istirahat

6. Seksua

7. Keluarga berencana

8. Latihan/senam nifas

a. Nutrisi dan Cairan

Ibu nifas memerlukan nutrisi dan cairan untuk

pemulihan kondisi kesehatan setelah melahirkan,

cadangan tenaga serta untuk memenuhi produksi air

susu. Ibu nifas dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan

akan gizi sebagai berikut :

1. Mengkonsumsi makanan tambahan, kurang lebih 500

kalori tiap hari

2. Makan dengan diet gizi seimbang untuk memenuhi

kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan

mineral

3. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari

4. Mengkonsumsi tablet besi selama 40 hari post partum

5. Mengkonsumsi vitamin A 200.000 intra unit.

Zat-zat yang dibutuhkan ibu pasca persalinan antara

lain :

1. Kalori

Kebutuhan kalori pada masa menyusui sekitar 400-

500 kalori. Wanita dewasa memerlukan 1800 kalori per

hari. Sebaiknya ibu nifas jangan mengurangi

kebutuhan kalori, karena akan mengganggu proses

metabolisme tubuh dan menyebabkan ASI rusak.

2. Protein

Kebutuhan protein yang dibutuhkan adalah 3 porsi

per hari. Satu protein setara dengan tiga gelas

susu, dua butir telur, lima putih telur, 120 gram

keju, 1 ¾ gelas yoghurt, 120-140 gram

ikan/daging/unggas, 200-240 gram tahu atau 5-6

sendok selai kacang.

3. Kalsium dan vitamin D

Kalsium dan vitamin D berguna untuk pembentukan

tulang dan gigi. Kebutuhan kalsium dan vitamin D

didapat dari minum susu rendah kalori atau berjemur

di pagi hari. Konsumsi kalsium pada masa menyusui

meningkat menjadi 5 porsi per hari. Satu setara

dengan 50-60 gram keju, satu cangkir susu krim, 160

gram ikan salmon, 120 gram ikan sarden, atau 280

gram tahu kalsium.

4. Magnesium

Magnesium dibutuhkan sel tubuh untuk membantu

gerak otot, fungsi syaraf dan memperkuat tulang.

Kebutuhan megnesium didapat pada gandum dan kacang-

kacangan.

5. Sayuran hijau dan buah

Kebutuhan yang diperlukan sedikitnya tiga porsi

sehari. satu porsi setara dengan 1/8 semangka, 1/4

mangga, ¾ cangkir brokoli, ½ wortel, ¼-1/2 cangkir

sayuran hijau yang telah dimasak, satu tomat.

6. Karbohidrat kompleks

Selama menyusui, kebutuhan karbohidrat kompleks

diperlukan enam porsi per hari. Satu porsi setara

dengan ½ cangkir nasi, ¼ cangkir jagung pipil, satu

porsi sereal atau oat, satu iris roti dari bijian

utuh, ½ kue muffin dari bijian utuh, 2-6 biskuit

kering atau crackers, ½ cangkir kacang-kacangan, 2/3

cangkir kacang koro, atau 40 gram mi/pasta dari

bijian utuh.

7. Lemak

Rata-rata kebutuhan lemak dewasa adalah 41/2

porsi lemak (14 gram perporsi) perharinya. Satu

porsi lemak sama dengan 80 gram keju, tiga sendok

makan kacang tanah atau kenari, empat sendok makan

krim, secangkir es krim, ½ buah alpukat, dua sendok

makan selai kacang, 120-140 gram daging tanpa lemak,

sembilan kentang goreng, dua iris cake, satu sendok

makan mayones atau mentega, atau dua sendok makan

saus salad.

8. Garam

Selama periode nifas, hindari konsumsi garam

berlebihan. Hindari makanan asin seperti kacang

asin, keripik kentang atau acar.

9. Cairan

Konsumsi cairan sebanyak 8 gelas per hari. Minum

sedikitnya 3 liter tiap hari. Kebutuhan akan cairan

diperoleh dari air putih, sari buah, susu dan sup.

10. Vitamin

Kebutuhan vitamin selama menyusui sangat

dibutuhkan. Vitamin yang diperlukan antara lain :

a. Vitamin A yang berguna bagi kesehatan kulit,

kelenjar serta mata. Vitamin A terdapat dalam

telur, hati dan keju. Jumlah yang dibutuhkan

adalah 1,300 mcg.

b. Vitamin B6 membantu penyerapan protein dan

meningkatkan fungsi syaraf. Asupan vitamin B6

sebanyak 2,0 mg per hari. Vitamin B6 dapat

ditemui di daging, hati, padi-padian, kacang

polong dan kentang.

c. Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan,

meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh.

Terdapat dalam makanan berserat, kacang-kacangan,

minyak nabati dan gandum.

11. Zinc (Seng)

Berfungsi untuk kekebalan tubuh, penyembuhan luka

dan pertumbuhan. Kebutuhan Zinc didapat dalam

daging, telur dan gandum. Enzim dalam pencernaan dan

metabolisme memerlukan seng. Kebutuhan seng setiap

hari sekitar 12 mg. Sumber seng terdapat pada

seafood, hati dan daging.

12. DHA

DHA penting untuk perkembangan daya lihat dan

mental bayi. Asupan DHA berpengaruh langsung pada

kandungan dalam ASI. Sumber DHA ada pada telur,

otak, hati dan ikan.

B. Ambulasi

Setelah bersalin, ibu akan merasa lelah. Oleh karena

itu, ibu harus istirahat. Mobilisasi yang dilakukan

tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan

sembuhnya luka.

Ambulasi dini (early ambulation) adalah mobilisasi

segera setelah ibu melahirkan dengan membimbing ibu

untuk bangun dari tempat tidurnya. Ibu post partum

diperbolehkan bangun dari tempat tidurnya 24-48 jam

setelah melahirkan. Anjurkan ibu untuk memulai

mobilisasi dengan miring kanan/kiri, duduk kemudian

berjalan.

Keuntungan ambulasi dini adalah :

1. Ibu merasa lebih sehat dan kuat

2. Fungsi usus, sirkulasi, paru-paru dan perkemihan

lebih baik

3. Memungkinkan untuk mengajarkan perawatan bayi pada

ibu

4. Mencegah trombosis pada pembuluh tungkai

5. Sesuai dengan keadaan Indonesia (sosial ekonomis).

Menurut penelitian mobilisasi dini tidak berpengaruh

buruk, tidak menyebabkan perdarahan abnormal, tidak

mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi maupun luka

di perut, serta tidak memperbesar kemungkinan

prolapsus uteri. Early ambulation tidak dianjurkan pada

ibu post partum dengan penyulit, seperti anemia,

penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam, dan

sebagainya.

C. Eliminasi

1. Miksi

Buang air kecil sendiri sebaiknya dilakukan

secepatnya. Miksi normal bila dapat BAK spontan

setiap 3-4 jam. Kesulitan BAK dapat disebabkan

karena springter uretra tertekan oleh kepala janin

dan spasme oleh iritasi muskulo spingter ani selama

persalinan, atau dikarenakan oedem kandung kemih

selama persalinan. Lakukan kateterisasi apabila

kandung kemih penuh dan sulit berkemih.

2. Defekasi

Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post

partum. Apabila mengalami kesulitan BAB/obstipasi,

lakukan diet teratur; cukup cairan; konsumsi makanan

berserat; olahraga; berikan obat rangsangan per

oral/per rektal atau lakukan klisma bilamana perlu.

D. Kebersihan Diri

Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan

meningkatkan perasaan nyaman. Kebersihan diri meliputi

kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur maupun

lingkungan.

Beberapa hal yang dapat dilakukan ibu post partum

dalam menjaga kebersihan diri, adalah sebagai berikut:

1. Mandi teratur minimal 2 kali sehari

2. Mengganti pakaian dan alas tempat tidur

3. Menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal

4. Melakukan perawatan perineum

5. Mengganti pembalut minimal 2 kali sehari

6. Mencuci tangan setiap membersihkan daerah genetalia

E. Istirahat

Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat

tidur yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada

malam hari dan 1 jam pada siang hari.

Hal-hal yang dapat dilakukan ibu dalam memenuhi

kebutuhan istirahatnya antara lain :

1. Anjurkan ibu untuk cukup istirahat

2. Sarankan ibu untuk melakukan kegiatan rumah tangga

secara perlahan

3. Tidur siang atau istirahat saat bayi tidur

Kurang istirahat dapat menyebabkan :

1. Jumlah ASI berkurang

2. Memperlambat proses involusio uteri

3. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan dalam merawat

bayi sendiri.

F. Seksual

Hubungan seksual aman dilakukan begitu darah

berhenti. Namun demikian hubungan seksual dilakukan

tergantung suami istri tersebut. Selama periode nifas,

hubungan seksual juga dapat berkurang.

Hal yang dapat menyebabkan pola seksual selama nifas

berkurang antara lain:

1. Gangguan/ketidaknyamanan fisik

2. Kelelahan

3. Ketidakseimbangan hormon

4. Kecemasan berlebihan

Program KB sebaiknya dilakukan ibu setelah nifas

selesai atau 40 hari (6 minggu), dengan tujuan menjaga

kesehatan ibu. Pada saat melakukan hubungan seksual

sebaiknya perhatikan waktu, penggunaan kontrasepsi,

dispareuni, kenikmatan dan kepuasan pasangan suami

istri.

Beberapa cara yang dapat mengatasi kemesraan suami

istri setelah periode nifas antara lain :

1. Hindari menyebut ayah dan ibu

2. Mencari pengasuh bayi

3. Membantu kesibukan istri

4. Menyempatkan berkencan

5. Meyakinkan diri

6. Bersikap terbuka

7. Konsultasi dengan ahlinya.

G. Senam Nifas

Organ-organ tubuh wanita akan kembali seperti semula

sekitar 6 minggu. Oleh karena itu, ibu akan berusaha

memulihkan dan mengencangkan bentuk tubuhnya. Hal

tersebut dapat dilakukan dengan cara latihan senam

nifas. Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak

hari pertama melahirkan sampai dengan hari ke 

sepuluh.

Beberapa faktor yang menentukan kesiapan ibu untuk

memulai senam nifas antara lain :

1. Tingkat kebugaran tubuh ibu

2. Riwayat persalinan

3. Kemudahan bayi dalam pemberian asuhan

4. Kesulitan adaptasi post partum

Tujuan senam nifas adalah sebagai berikut :

1. Membantu mempercepat pemulihan kondisi ibu

2. Mempercepat proses involusio uteri

3. Membantu memulihkan dan mengencangkan otot panggul,

perut dan perineum

4. Memperlancar pengeluaran lochea

5. Membantu mengurangi rasa sakit

6. Merelaksasikan otot-otot yang menunjang proses

kehamilan dan persalinan

7. Mengurangi kelainan dan komplikasi masa nifas

Manfaat senam nifas antara lain :

1. Membantu memperbaiki sirkulasi darah

2. Memperbaiki sikap tubuh dan punggung pasca

persalinan

3. Memperbaiki otot tonus, pelvis dan peregangan otot

abdomen

4. Memperbaiki dan memperkuat otot panggul

5. Membantu ibu lebih relaks dan segar pasca melahirkan

Senam nifas dilakukan pada saat ibu benar-benar

pulih dan tidak ada komplikasi atau penyulit masa

nifas atau diantara waktu makan. Sebelum melakukan

senam nifas, persiapan yang dapat dilakukan adalah :

1. Mengenakan baju yang nyaman untuk olahraga

2. Minum banyak air putih

3. Dapat dilakukan di tempat tidur

4. Dapat diiringi musik

5. Perhatikan keadaan ibu.

Syarat senam nifas

Senam nifas dapat di lakukan setelah

persalinan, tetapi dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Untuk ibu melahirkan yang sehat dan tidak ada

kelainan.

2. Senam ini dilakukan setelah 6 jam persalinan dan

dilakukan di rumah sakit atau rumah bersalin, dan

diulang terus di rumah.

GAMBAR SENAM NIFAS

1. Berbaring dengan lutut di tekuk. Tempatkan

tangan diatas perut di bawah area iga-iga. Napas

dalam dan lambat melalui hidung dan kemudian

keluarkan melalui mulut, kencangkan dinding abdomen

untuk membantu mengosongkan paru-paru

2. Berbaring telentang, lengan dikeataskan diatas

kepala, telapak terbuka keatas. Kendurkan lengan

kiri sedikit dan regangkan lengan kanan. Pada waktu

yang bersamaaan rilekskan kaki kiri dan regangkan

kaki kanan sehingga ada regangan penuh pada seluruh

bagian kanan tubuh.

3. Kontraksi vagina. Berbaring telentang. Kedua

kaki sedikit diregangkan. Tarik dasar panggul, tahan

selama tiga detik dan kemudian rileks

4. Memiringkan panggul. Berbaring, lutut ditekuk.

Kontraksikan/kencangkan otot-otot perut sampai

tulang punggung mendatar dan kencangkan otot-otot

bokong tahan 3 detik kemudian rileks.

5. Berbaring telentang, lutut ditekuk, lengan

dijulurkan ke lutut. Angkat kepala dan bahu kira-

kira 45 derajat, tahan 3 detik dan rilekskan dengan

perlahan.

6. Posisi yang sama seperti diatas. Tempatkan

lengan lurus di bagian luar lutut kiri.

7. Tidur telentang, kedua lengan di bawah kepala

dan kedua kaki diluruskan. angkat kedua kaki

sehingga pinggul dan lutut mendekati badan

semaksimal mungkin. Lalu luruskan dan angkat kaki

kiri dan kanan vertical dan perlahan-lahan turunkan

kembali ke lantai.

8. tidur telentang dengan kaki terangkat ke atas,

dengan jalan meletakkan kursi di ujung kasur, badan

agak melengkung dengan letak pada dan kaki bawah

lebih atas. Lakukan gerakan pada jari-jari kaki

seperti mencakar dan meregangkan. Lakukan ini selama

setengah menit.

9. Gerakan ujung kaki secara teratur seperti

lingkaran dari luar ke dalam dan dari dalam keluar.

Lakukan gerakan ini selama setengah menit.

10. Lakukan gerakan telapak kaki kiri dan kanan ke

atas dan ke bawah seperti gerakan menggergaji.

Lakukan selama setengah menit.

11. Tidur telentang kedua tangan bebas bergerak.

Lakukan gerakan dimana lutut mendekati badan,

bergantian kaki kiri dan kaki kanan, sedangkan

tangan memegang ujung kaki, dan urutlah mulai dari

ujung kaki sampai batas betis, lutut dan paha.

Lakukan gerakan ini 8 sampai 10 setiap hari.

12. berbaring telentang, kaki terangkan ke atas,

kedua tangan di bawah kepala. Jepitlah bantal

diantara kedua kakidan tekanlah sekuat-kkuatnya.

Pada waktu bersamaan angkatlah pantat dari kasur

dengan melengkungkan badan. Lakukan sebanyak 4

sampai 6 kali selama setengah menit.

13. Tidur telentang, kaki terangkat ke atas, kedua

lengan di samping badan. kaki kanan disilangkan di

atas kaki kiri dan tekan yang kuat. Pada saat yang

sama tegangkan kaki dan kendorkan lagi perlahan-

lahan dalam gerakan selama 4 detik. Lakukanlah ini 4

sampai 6 kali selama setengah menit.

Unit Belajar VII

Konsep Asuhan Masa Nifas Normal dengan Metode Manajemen

Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas

Tujuan pembelajaran

Pada akhir pembelajaran mahasiswa dapat melakukan

manajemen kebidanan pada ibu nifas.

Pokok bahasan/sub pokok bahasan

1. Pengumpulan data dasar

2. Interpretasi data

3. Mengidentifikasi diagnose dan potensial masalah

4. Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan

segera

5. Merencanakan asuhan kebidanan

6. Implementasi asuhan

7. Evaluasi

Manajemen kebidanan adalah suatu pendekatan proses

pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk

mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori

ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang

logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada

klien (Varney, 1997). Menurut Helen Varney, proses

manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah yang

berurutan, dimulai dari:

1. Pengkajian(pengumpulan data dasar)

2. Interpretasi data

3. Diagnosa/masalah potensial

4. Kebutuhan tindakan segera

5. Rencana asuhan kebidanan

6. Implementasi/pelaksanaan

7. Evaluasi.

A. Pengkajian (Pengumpulan Data Dasar)

Pengkajian merupakan langkah mengumpulkan semua data

yang akurat dan lengkap dari  semua  sumber yang

berkaitan dengan kondisi klien secara keseluruhan.

Bidan dapat melakukan pengkajian dengan efektif, maka

harus menggunakan format pengkajian yang terstandar

agar pertanyaan yang diajukan lebih terarah dan

relevan.

Pengkajian data dibagi menjadi:

1. Data subjektif

Data subjektif diperoleh dengan cara melakukan

anamnesa. Anamnesa adalah pengkajian dalam rangka

mendapatkan data pasien dengan cara mengajukan

pertanyaan-pertanyaan, baik secara langsung pada

pasien ibu nifas maupun kepada keluarga pasien.

Bagian penting dari anamnesa adalah data subjektif

pasien ibu nifas yang meliputi: biodata/identitas

pasien dan suami pasien; alasan masuk dan keluhan;

riwayat haid/menstruasi; riwayat perkawinan; riwayat

obstetri (riwayat kehamilan, persalinan dan nifas

yang lalu); riwayat persalinan sekarang; riwayat dan

perencanan keluarga berencana; riwayat kesehatan

(kesehatan sekarang, kesehatan yang lalu, kesehatan

keluarga); pola kebiasaan (pola makan dan minum,

pola eliminasi, pola aktifitas dan istirahat,

personal hygiene); data pengetahuan, psikososial,

spiritual, budaya.

2. Data objektif

Data objektif dapat diperoleh melalui pemeriksaan

fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda–

tanda vital; dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan

fisik dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi,

auskultasi dan perkusi.

Pemeriksaan fisik meliputi: pemeriksaan keadaan

umum pasien; kesadaran pasien; tanda vital; kepala

dan wajah (kepala, muka, hidung dan telinga); gigi

dan mulut (bibir, gigi dan gusi); leher; dada dan

payudara; abdomen; ekstremitas (ekstremitas atas dan

bawah); genetalia (vagina, kelenjar bartholini,

pengeluaran pervaginam, perineum dan anus).

Sedangkan pemeriksaan penunjang dapat diperoleh

melalui pemeriksaan laboratorium (kadar Hb,

hematokrit, leukosit, golongan darah), USG, rontgen

dan sebagainya

B. Interpretasi data

Interpretasi data merupakan identifikasi terhadap

diagnosa, masalah dan kebutuhan pasien pada ibu nifas

berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data

yang telah dikumpulkan. Diagnosa dapat didefinisikan,

masalah tidak.

Pada langkah ini mencakup :

1. Menentukan keadaan normal.

2. Membedakan antara ketidaknyamanan dan kemungkinan

komplikasi.

3. Identifikasi tanda dan gejala kemungkinan

komplikasi.

4. Identifikasi kebutuhan.

Interpretasi data meliputi :

1. Diagnosis kebidanan

Diagnosis yang ditegakkan oleh profesi (bidan)

dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar

Nomenklatur (tata nama) diagnosis kebidanan, yaitu :

1. Diakui dan telah di di sahkan oleh profesi.

2. Berhubungan langsung dengan praktisi kebidanan.

3. Memiliki ciri khas kebidanan.

4. Didukung oleh clinical judgement dalam praktik

kebidanan.

5. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen

kebidanan.

Diagnosa dapat berkaitan dengan para, abortus,

anak hidup, umur ibu dan keadaan nifas. kemudian

ditegakkan dengan data dasar subjektif dan objektif.

Contoh:

Seorang P1A0 postpartum normal hari pertama

Dasar :

DS : Ibu mengatakan baru saja melahirkan anak

pertamanya.

DO : Partus tanggal 21 Oktober 2011, pukul 11.00

WIB. KU baik, kesadaran composmentis. TD 110/80

mmHg, N 80 x/menit, S 37 ?C, R 24 x/menit. TFU 1

jari di bawah pusat, keras. PPV: lochea rubra, warna

merah, jumlah perdarahan 1 pembalut tidak penuh.

2. Masalah

Masalah dirumuskan bila bidan bila menemukan

kesenjangan yang terjadi pada respon ibu terhadap

masa nifas. Masalah ini terjadi belum termasuk dalam

rumusan diagnosis yang ada, tetapi masalah tersebut

membutuhan penanganan bidan, maka masalah dirumuskan

setelah diagnosa. Permasalahan yang muncul merupakan

pernyataan dari pasien, ditunjang dengan data dasar

baik subjektif maupun objektif.

Contoh:

Masalah : Nyeri jahitan

Dasar :

DS : Ibu mengatakan nyeri pada luka jahitannya

DO : luka jahitan perineum derajat dua, keadaan

masih basah, jenis heating jelujur subcutis

3. Kebutuhan

C. Diagnosa/ Masalah Potensial

Langkah ini merupakan langkah antisipasi, sehingga

dalam melakukan asuhan kebidanan, bidan dituntut untuk

mengantisipasi permasalahan yang akan timbul dari

kondisi yang ada.

Contoh :

Seorang ibu postpartum P1A0 hari ke 3 dengan bendungan

ASI

Diagnosa potensial: mastitis

D. Kebutuhan Tindakan Segera

Setelah merumuskan tindakan yang perlu dilakukan

untuk mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada

langkah sebelumnya, bidan juga harus merumuskan

tindakan emergensi yang harus dirumuskan untuk

menyelamatkan ibu dan bayi, secara mandiri, kolaborasi

atau rujukan berdasarkan kondisi klien.

Contoh:

Diagnosa potensial: mastitis

Tindakan segera: kompres air hangat, pemberian

analgetik dan antibiotik, menyusui segera.

E. Rencana asuhan kebidanan

Langkah ini ditentukan dari hasil kajian pada

langkah sebelumnya. Jika ada informasi/data yang tidak

lengkap bisa dilengkapi. Merupakan kelanjutan

penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang

telah diidentifikasi atau diantisipasi yang sifatnya

segera atau rutin. Rencana asuhan dibuat berdasarkan

pertimbangan yang tepat, baik dari pengetahuan, teori

yang up to date, dan divalidasikan dengan kebutuhan

pasien. Penyusunan rencana asuhan sebaiknya melibatkan

pasien. Sebelum pelaksanaan rencana asuhan, sebaiknya

dilakukan kesepakatan antara bidan dan pasien ke dalam

informed consent.

Contoh:

1. Anjurkan ibu untuk mengeluarkan asi

2. Lakukan kompres air hangat dan dingin

3. Lakukan masase pada payudara secara bergantian

4. Berikan terapi antipiretik dan analgetik

5. Anjurkan ibu untuk tetap konsumsi makanan yang

bergizi.

F. Implementasi

Pelaksanaan dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan

atau bersama–sama dengan klien atau anggota tim

kesehatan. Bila tindakan dilakukan oleh dokter atau

tim kesehatan lain, bidan tetap memegang tanggung

jawab untuk mengarahkan kesinambungan asuhan

berikutnya. Kaji ulang apakah semua rencana asuhan

telah dilaksanakan.

Contoh:

Sesuai dengan pelaksanaan tetapi ada rasionalisasi

tindakan.

G. Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari

asuhan yang telah diberikan. Evaluasi didasarkan pada

harapan pasien yang diidentifikasi saat merencanakan

asuhan kebidanan. Untuk mengetahui keberhasilan

asuhan, bidan mempunyai pertimbangan tertentu antara

lain: tujuan asuhan kebidanan; efektifitas tindakan

untuk mengatasi masalah; dan hasil asuhan kebidanan.

Contoh:

1. Asi telah dikeluarkan, jumlah asi cukup

2. Kompres air hangat dan dingin telah dilakukan, ibu

merasa lebih nyaman

3. Telah dilakukan masase, ibu merasa lebih rileks

4. Terapi yang diberikan adalah parasetamol 500 mg 3×1

peroral dan antalgin 500 mg 3×1 peroral

5. Ibu bersedia mengkonsumsi makanan yang bergizi

Unit Belajar VIII

Deteksi Dini Komplikasi Pada Ibu Masa Nifas dan

Health Education

Tujuan pembelajaran

Pada akhir pembelajaran mahasiswa mampu melakukan deteksi

deteksi dini komplikasi pada ibu masa nifas dan health

education yang dilakukan.

Pokok bahasan/sub pokok bahasan

1. Deteksi deteksi dini komplikasi pada ibu masa nifas

2. Health education

a. Nutrisi

b. Hygiene

c. Perawatan perineum

d. Istirahat dan tidur

e. Ambulasi

B. Deteksi Dini Komplikasi Pada Ibu Masa Nifas

1. Perdarahan pervaginam postpartum

a. Pengertian

Defenisi perdarahan pervaginam 500 ml atau lebih,

sesudah anak lahir atau setelah kala III. Perdarahan

ini bisa terjadi segera begitu ibu melehirkan

terutama di dua jam pertama. Kalau terjadi

perdarahan, maka tinggi rahim akan bertambah naik,

tekanan darah menurun, dan denyut nadi ibu menjadi

cepat.

b. Klasifikasi klinis

Perdarahan Pasca Persalinan primer yakni

perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama,

penyebab: atonia uteri, retensio plasenta, dan

robekan jalan lahir. Perdarahan Pasca Persalinan

Sekunder, yakin perdarahan yang terjadi setelah 24

jam pertama, penyebab: robekan jalan lahir dan sisa

plasenta atau membran.

c. Etiologi dan faktor Predisposisi

Penyebab perdarahan pasca persalinan ada beberapa

sebab antara lain :

a. Atonia uteri (>75%), atau uteri tidak

berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan

pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir)

b. Robekan (laserasi, luka) jalan lahir atau robekan

yang terjadi pada jalan lahir bisa disebabkan

oleh robekan spontan atau memang sengaja di

lakukan episiotomi, robekan jalan lahir dapat

terjadi ditempat : Robekan serviks, perlukaan

vagina, robekan perinium.

c. Retensio Plasenta dan sisa plasenta (plasenta

tertahan didalam rahim baik sebahagian atau

seluruhnya).

d. Inversio Uterus (uterus keluar dari rahim)

e. Gangguan pembekuan darah (koagulopati).

d. Penanganan umum

a. Hentikan perdarahan

b. Cegah atau atasi syok

c. Ganti darah yang hilang :diberi infus cairan

( larutan garam fisiologis, plasma ekspander,

Dextran – L), tranfusi darah kalau perlu oksigen.

2. Infeksi masa nifas

Infeksi nifas merupakan masuknya bakteri pada

traktus genetalia, terjadi sesudah melahirkan,

kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih

selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan,

dengan mengecualikan 24 jam pertama.

1. Etiologi

Organisme pada bekas implantasi plasenta atau

laserasi akibat persalianan adalah Kuman anaerob :

kokus gram positif (peptostreptokok, peptokok,

bakteriodes dan clostridium). Kuman aerob : gram

positif dan E. Coli

2. Faktor Predisposisi

a. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan

tubuh.

b. Partus lama dengan ketuban pecah lama.

c. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput dan bekuan

darah.

d. Teknik aseptik yang tidak baik dan benar

e. Pemeriksaan vagina selama persalinan

f. Manipulasi intrauterus

g. Trauma/luka terbuka

h. Hematom dan hemoragi (darah hilang lebih dari

1000 ml)

i. Perawatan perinium yang tidak tepat

j. Infeksi vagina /servik atau penyakit menular

seksual yang tidak ditangani.

3. Macam –macam infeksi masa nifas

a. Infeksi perinium, vulva, vagina dan serviks :

Nyeri serta panas pada tempat infeksi dan

kadang –kadang perih bila kencing. Bila getah

radang bisa keluar, biasanya keadaan nya tidak

berat, suhu 38 derajat dan nadi dibawah 100 per

menit. Bila luka terinfeksi tertutup oleh jahitan

dan getah bening tidak dapat keluar, demam bisa

naik sampai 39 – 40, disertai mengigil.

b. Endometritis

Tanda – tanda dan gejala :

1) Takikardi

2) Suhu, 38 – 40 derajat celcius

3) Menggigil

4) Nyeri tekan uterus

5) Subinvolusi

6) distensi abdomen

7) lokea sedikit dan tidak berbau, atau banyak,

berbau busuk, mengandung darah, dan seropuralen

8) jumlah sel darah putih meningkat.

Penanganan Endrometritis

Rujuk kerumah sakit, konsultasi dokter,

diberikan obat anti mikroba spektum luas atau

terapi antiobiotik tripel, biasanya secara IV,

pulangkan jika dalam 24 jam tidak terjadi panas.

c. Septikemia dan piemia

Pada septikimia, penderita sudah sakit dan

lemah. Sampai tiga hari postpartum suhu meningkat

dengan cepat, biasanya disertai mengigil.

Selanjutnya, suhu berkisar antara 39 – 40 derajat

celcius, keadaan cepat memburuk, nadi menjadi

cepat ( 140 -160 kali /menit atau lebih).

Penderita meninggal dalam enam sampai tujuh hari

postpartum. Jika ia hidup terus, gejala – gajala

menjadi piema.

d. Peritonitis

Pada peritonitis umum terjadi peningkatan suhu

tubuh, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan

nyeri, dan ada defense musculaire. Muka yang

semula kemerah-merahan menjadi pucat, mata

cekung, kulit muka dingin, terdapat fasies

hippocratica. Pada peritonitis yang terbatas

didaerah pelvis, gejala tidak seberat peritonitis

umum.

Penanganan yang dapat dilakukan adalah

nasogastritik suction, berikan infus( Nacl atau

Ringer Laktat), antiobiotik sehingga bebas panas

selama 24 jam ( ampisilin 2 gr IV, kemudian 1 gr

setiap 6 jam, ditambah gentamisin 5 mg/kg BB IV

dosis tunggal/hari dan metronidazole 500 mg IV

setiap 8 jam). Laparatomi dilakukan pembersihan

perut (peritoneal lavage).

e. Selulitis pelvic

Selulitis pelvika ringan dapat menyebabkan suhu

yang meninggi dalam nifas. Bila suhu tinggi

menetap lebih dari satu minggu disertai dengan

rasa nyeri dikiri atau dikanan dan nyeri pada

pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai

terhadap kemungkinan selulitis pelvik. Pada

pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan

nyeri disebelah uterus dan tahanan ini yang

berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat

meluas keberbagai jurusan. Ditengah –tengah

jaringan yang meradang itu bisa tumbuh abses.

f. Salpingitis dan ooforitis

Gejala salpingitis dan ooforitis tidak dapat

dipisahkan dari pelvio peritonitis. Penyebaran

melalui permukaan endometrium. Kadang –kadang

jaringan infeksi menjalar ketuba fallopii dan

ovarium disini terjadi salpingitis dan / abfritis

yang sukar dipisahkan dari polvio peritonitis.

g. Tromboflebitis

Perluasan infeksi nifas yang mengikuti aliran

darah disepanjang vena dan cabang- cabangnya.

Tromboflebitis, dikelompokan sebagai berikut :

a) Pelvio tromboflebitis

1) Nyeri pada perut bagian bawah atau samping,

pada hari ke 2-3 masa nifas dengan atau tanpa

panas

2) Tampak sakit berat, menggigil berulang kali,

suhubadan naik turun secara tajam, dapat

berlangsung selama 1-3 bulan

3) Terdapat leukositas

4) Pada periksa dalam hampir tidak ditemukan apa-

apa karena yang paling banyak terkena ialah

vena ovarika yang sukar pada pemeriksaan

dalam.

b) Tromboflebitis femoralis

1) Keadaan umum yang baik, subfebris selama 7-10

hari, kemudiaan naik pada hari ke 10 – 20,yang

disertai menggigil dan nyeri.

2) Pada salah satu kaki (biasanya kaki kiri),

tanda –tanda seperti kaki sedikit fleksi dan

rotasi keluarserat sulit bergerak, lebih panas

dibandingkan dengan kaki yang lain. Nyeri

hebat pada lipatan paha. Edema kadang –kadang

terjadi sebelum atau setelah nyeri.

Penanganan :

a) Kaki ditinggikan untuk mengurangi edema,

lakukan kompresi pada kaki, setelah

mobilisasi kaki hendaknya tetap dibalut

elastik atau memakai kaus kaki panjang

selama mungkin.

b) Kondisi ibu jelek, sebaiknya jangan

menyusui.

c) Antiobiotik dan analgesic.

3. Pencegahan infeksi nifas

Masa kehamilan :

Mengurangi atau mencegah faktor – faktor

predisposisi, pemeriksaan dalam jaringan dilakukan

kalau tidak ada indikasi yang perlu, koitus pada

hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan

dilakukan hati – hati .

Selama persalinan :

Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah

lama, menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit

mungkin, perlukaan jalan lahir dijahit sebaik –

baiknya dan menjaga sterilitas, mecegah terjadinya

perdarahan banyak, semua petugas dalam kamar

bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan

masker, yang menderita infeksi pernafasan tidak

diperbolehkan masuk kekamar bersalin, alat – alat

dan kain-kain yang dipakai harus dicuci hama,

hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang.

Selama nifas :

luka dirawat dengan baik jangan sampai kena

infeksi, alat –alat dan pakaian serta kain yang

digunakan harus steril, penderita dengan infeksi

nifas sebaiknya tidak bercampur dengan ibu sehat,

pengunjung- pengunjung dari luar hendaknya pada hari

–hari pertama dibatasi sedapat mungkin.

Komplikasi lain yang harus diwaspadai :

1) Sakit kepala, nyeri epigastrik, penglihatan kabur

2) Pembengkakan diwajah atau ekstremitas

3) Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih

4) Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan

atau terasa sakit

5) Kehilanga nafsu makan dalam waktu yang lama

6) Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan di

kaki

7) Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri

bayinya dan diri sendiri.

3. Persiapan Pasien Pulang

1. Mengajari ibu tanda-tanda bahaya

Ajarkan ibu jika melihat hal-hal berikut atau

perhatikan bila ada sesuatu yang tidak beres,

sehingga perlu menemui seseorang bidan dengan segera

:

a. Pendarahan hebat atau peningkatan pendarahan

secara tiba-tiba (melebihi haid biasa atau jika

pendarahan tersebut membasahi lebih dari 2

pembalut dalam waktu setengah jam)

b. Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk yang

keras

c. Rasa nyeri diperut bagian bawah atau punggung

d. Sakit kepala yang terus-menerus, nyeri

epigastrik, atau masalah penglihatan

e. Pembekangkan pada wajah dan tangan

f. Demam, muntah, rasa sakit saat berkemih atau

merasa tidak enak badan

g. Payudara merah, panas,dan/atau sakit

h. Kehilangan selera makan untuk waktu yang lama

i. Rasa sakit, warna merah, nyeri tekan dan/atau

pembengkakan pada kaki

j. Merasa sedih atau merasa tidak mampu mengurus

diri sendiri dan bayinya

k. Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah

2. engajari ibu proses fisiologis masa pasca bersalin

dan perilaku yang baik pada kondisi tersebut.

a. Pengeluaran lokia

Setelah bersalin, rahim berusaha memulihkan

keadaanya sendiri dengan cara membersihkan

lapisan bagian luar dan membangun kembali lapisan

baru dari dalam. Ketika ia menguras lapisan lama,

kotoran tersebut akan keluar melalui vagina

seperti saat datang bulan. Warna dan

konsistensinya akan berubah seiring waktu.

Jelaskan tentang jumlah dan konsistensisnya yang

normal dari lokia. Sangat penting menjaga

kebersihan, mengganti pembalut secara teratur,

dan menjaga vagina tetap kering dan bersih.

b. Nyeri setelah kelahiran pada fundus

Mulas terjadi karena rahim berkontaraksi agar

ia dapat kembali ke keadaan sebelum hamil. Selain

itu, dipengaruhi oleh pemberian obat-obatan dan

proses menyusui. Ada beberapa hal yang dapat ibu

lakukan untuk mengatasi rasa nyeri, antara lain:

1) Cegah agar kandung kemih tidak penuh

2) Berbaring telungkup dengan sebuah bantal

dibawah perut

3) Mandi, duduk, berjalan-jalan, atau mengubah

posisi

4) Minum parasetamol kira-kira satu jam sebelum

menyusui

5) Pastikan ibu mengerti bahwa kontraksi ini

sangat penting untuk mengendalikan pendarahan

c. Perineum, Vagina dan vulva akan sedikit memerah,

bengkak, lecet dan nyeri, mungkin juga terluka

Selain itu, terasa alebih lembut. Biasanya akan

hilang setelah 1-2 minggu.

Tindakan untuk mengurangi rasa nyeri :

1) Kompres es

2) Rendam duduk

3) Latihan Kegel

d. Hemoroid

Sangat wajar terjadi hemoroid karena tekanan

kepala dan upaya meneran.

Ada beberapa hal untuk mengurangi rasa nyeri ini,

yaitu :

1) Rendam duduk

2) Hindari duduk terlalu lama

3) Banyak minum dan makan makanan berserat

4) Bidan dapat menggunakan salep Nupercainal.

e. Diuresis/diaforesi

Saat hamil, tubuh menyimpan cairan yang banyak.

Setelah lahir, tubuh membuangnya lewat urine dan

keringat. Hal ini terjadi pada minggu pertama

pascabersalin. Anjurkan ibu untuk tidak

menghambat proses ini. Tetaplah minum air putih

yang banyak, hindari menahan berkemih, kenakan

pakaian yang menyerap keringat, dan lain-lain

f. Bengkak dan pembesaran payudara

Lakukan beberapa hal berikut.

1) Kompres hangat payudara dengan kain atau handuk

yang dihangatkan, atau mandi air hangat.

2) Jika bengkak, perah ASI secara manual sebelum

memberikanya pada bayi.

3) Jika bayi sudah kenyang dan payudara masih

penuh, perah susu secara manual.

4) Gunakan BH/bra yang baik

5) Jika perlu, minum parasetamol untuk mengurangi

rasa sakit.

g. Hubungan seksual

Dapat dilakukan pada minggu ke-2 sampai minggu

ke-4 jika tidak ada pendarahan dan luka

episiotomi sudah sembuh. Untuk mengurangi rasa

nyeri, gunakan lubrikasi, Penetrasi penis.

B. Health Education

1. Pengertian Nifas

Masa nifas adalah masa setelah melahirkan selama

6 minggu atau 40 hari atau beberapa jam setelah

lahirnya plasenta dan mencakup 6 minggu bearikutnya.

Masa nifas merupakan masa pembersihan rahim, sama

seperti halnya masa haid. Selama masa nifas, tubuh

mengeluarkan darah nifas yang mengandung trombosit,

sel-sel generatif, sel-sel nekrosis atau sel mati

dan sel endometrium sisa.

Ada yang darah nifasnya cepat berhenti, ada pula

yang darah nifasnya masih keluar melewati masa 40

hari. Cepat atau lambat, darah nifas harus lancar

mengalir keluar. Bila tidak, misal, karena

tertutupnya mulut rahim sehingga bisa terjadi

infeksi.

Meskipun perdarahan nifas berlangsung singkat,

sebaiknya tetap menganggap masa nifas belum selesai.

Masa nifas tetap saja sebaiknya berlangsung selama

40 hari, baik ibu yang melahirkan normal atau sesar.

Sebab, meskipun gejala nifasnya sudah berlalu, belum

tentu rahimnya sudah kembali ke posisi semula.

2. Kebutuhan dalam Masa Nifas

Dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna

maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih seperti

ke keadaan sebelum hamil. Untuk membantu mempercepat

proses penyembuhan pada masa nifas, maka ibu nifas

membutuhkan pendidikan kesehatan / health education

seperti personal hygiene, istirahat dan tidur.

Kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan ibu nifas antara

lain:

b. Kebersihan diri atau personal hygiene.

Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber

infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman pada

ibu. Anjurkan ibu unutuk menjaga kebersihan diri

dengan cara mandi yang teratur minimal 2 kali

sehari, mengganti pakaian dan alas tempat tidur

serta lingkungan dimana ibu tinggal.

Ibu harus tetap bersih, segar dan wangi.

Merawat perineum dengan baik dengan menggunakan

antiseptik (PK / Dethol) dan selalu diingat bahwa

membersihkan perineum dari arah depan ke

belakang.

Jaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk

menghindari infeksi, baik pada luka jahitan

maupun kulit.

1) Pakaian

Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang

mudah menyerap keringat karena produksi

keringat menjadi banyak. Produksi keringat yang

tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra

volume saat hamil. Sebaiknya, pakaian agak

longgar di daerah dada sehingga payudara tidak

tertekan dan kering. Demikian juga dengan

pakaian dalam, agar tidak terjadi iritasi

(lecet) pada daerah sekitarnya akibat lochea.

2) Kebersihan rambut

Setelah bayi lahir, ibu mungkin akan

mengalami kerontokan rambut akibat gangguan

perubahan hormon sehingga keadaannya menjadi

lebih tipis dibandingkan keadaan normal. Jumlah

dan lamanya kerontokan berbeda-beda antara satu

wanita dengan wanita yang lain. Meskipun

demikian, kebanyakan akan pulih setelah

beberapa bulan. Cuci rambut dengan conditioner

yang cukup, lalu menggunakan sisir yang lembut.

Hindari penggunaan pengering rambut.

3) Kebersihan kulit

Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang

dibutuhkan saat hamil akan dikeluarkan kembali

melalui air seni dan keringat untuk

menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki,

betis, dan tangan ibu. oleh karena itu, dalam

minggu-minggu pertama setelah melahirkan, ibu

akan merasakan jumlah keringat yang lebih

banyak dari biasanya. Usahakan mandi lebih

sering dan jaga agar kulit tetap kering.

4) Kebersihan vulva dan sekitarnya.

Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin

dengan cara membersihkan daerah di sekitar

vulva terlebih dahulu, dari depan ke

belakang, baru kemudian membersihkan daerah

sekitar anus. Bersihkan vulva setiap kali

buang air kecil atau besar.

Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau

kain pembalut setidaknya dua kali sehari.

Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci

dengan baik dan dikeringkan di bawah

matahari atau disetrika.

Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan

sabun dan air sebelum dan sesudah

membersihkan daerah kelaminnya.

Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau

laserasi, sarankan kepada ibu untuk

menghindari menyentuh luka, cebok dengan air

dingin atau cuci menggunakan sabun.

Perawatan luka perineum bertujuan untuk

mencegah infeksi, meningkatkan rasa nyaman

dan mempercepat penyembuhan. Perawatan luka

perineum dapat dilakukan dengan cara mencuci

daerah genital dengan air dan sabun setiap

kali habis BAK/BAB yang dimulai dengan

mencuci bagian depan, baru kenudian daerah

anus. Sebelum dan sesudahnya ibu dianjukan

untuk mencuci tangan. Pembalut hendaknya

diganti minimal 2 kali sehari. Bila pembalut

yang dipakai ibu bukan pembalut habis pakai,

pembalut dapat dipakai kembali dengan

dicuci, dijemur dibawah sinar matahari dan

disetrika.

2. Istirahat dan tidur

Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar

yang mutlak harus dipenuhi oleh semua orang.

Dengan istirahat dan tidur yang cukup,tubuh baru

dapat berfungsi secara optimal. Istirahat dan

tidur sendiri memiliki makna yang berbeda pada

setiap individu. Secara umum,istirahat

berartisuatu keadaan tenang,relaks,tanpa tekanan

emosional,dan bebas dari perasaan gelisah.

Jadi,beristirahat bukan berarti tidak melakukan

aktivitas sama sekali. Terkadang,berjalan-jalan

di taman juga bisa dikatakan sebagai suatu bentuk

istirahat.

Sedangkan tidur adalah status perubahan

kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu

terhadap lingkungan menurun. Tidur

dikarakteristikkan dengan aktifitas fisik yang

minimal,tingkat kesadaran yang bervariasi,

perubahan proses fsiologis tubuh,dan penurunan

respons terhadap stimulus eksternal. Hampir

sepertiga dari waktu kita,kita gunakan untuk

tidur. Hal tersebut didasarkan pada keyakinan

bahwa tidur dapat memulihkan atau

mengistirahatkan fisik setelah seharian

beraktivitas,mengurangi stress dan

kecemasan,serta dapat meningkatkan kemampuan dan

konsenterasi saat hendak melakukan aktivitas

sehari-hari.

Istirahat yang memuaskan bagi ibu yang baru

melahirkan merupakan masalah yang sangat penting

sekalipun tidak mudah dicapai. Keharusan ibu

untuk beristirahat sesudah melahirkan memang

tidak diragukan lagi, kehamilan dengan beban

kandungan yang berat dan banyak keadaan yang

mengganggu lainnya, pekerjaan bersalin, bukan

persiapan yang baik dalam menghadapi kesibukan

yang akan terjadi. Padahal hari-hari postnatal

akan dipenuhi oleh banyak hal, begitu banyak yang

harus dipelajari, ASI yang diproduksi dalam

payudara, kegembiraan menerima kartu ucapan

selamat, karangan bunga, hadiah-hadiah serta

menyambut tamu dan juga kekhawatiran serta

keprihatinan yang tidak ada kaitannya dengan

situasi ini. Jadi, dengan tubuh yang letih dan

mungkin pula pikiran yang sangat aktif, ibu

sering perlu diingatkan dan dibantu agar

mendapatkan istirahat yang cukup.

Kegunaan atau fungsi dari Tidur yang cukup :

1) Regenerasi sel-sel tubuh yang rusak menjadi

baru.

2) Memperlancar produksi hormon pertumbuhan tubuh.

3) Mengistirahatkan tubuh yang letih akibat

aktivitas seharian.

4) Meningkatkan kekebalan tubuh kita dari serangan

penyakit.

5) Menambah konsentrasi dan kemampuan fisik.

Fase / Tahapan Tidur Seseorang :

1) Awal

2) Non rapid eyes movement (non-rem)

3) Rapid Eyes Movement (rem)

4) Dream Sleep

Posisi tidur ibu waktu beristirahat sesudah

melahirkan penderita harus tidur terlentang,

hanya dengan satu bantal yang tipis. Tetapi ada

juga pendapat lain mengatakan bahwa ibu bebas

memilih posisi tetapi untuk memudahkan pengawasan

sebenarnya tidur telentang lebih baik karena

dengan tidur terlentang mudah mengawasi keadaan

kontraksi uterus dan mengawasi pendarahan.

Biasanya setelah melahirkan penderita akan

merasa lelah dan dapat tidur sehingga merasa

nyaman berada ditempat tidur. Usaha agar

penderita dapat tidur ialah dengan menyakinkan

penderita bahwa keadaannya normal. Istirahat dan

tidur sangat perlu bagi penderita, selain untuk

mengembalikan kesehatan, juga untuk pembentukan

air susu ibu.

Penderita juga diperbolehkan bangun dan turun

dari tempat tidur pada hari kedua setelah

melahirkan karena membawa beberapa keuntungan:

a. Pelemasan otot lebih baik

b. Sirkulasi darah lebih lancar, mempercepat

penyembuhan

c. Memperlancar pengeluaran lochia berarti

mempercepat involusi

d. Penderita merasa sehat, karena tidak bersikap

sebagai orang sakit

e. Mengurangi bahaya embolus dan thrombosis

ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup,

istirahat tidur yang dibutuhkan ibu nifas sekitar

8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari.

Istirahat malam

Selama satu atau dua malam yang pertama,ibu

yang baru mungkin memerlukan obat tidur yang

ringan. Biasanya dokter akan memberikannya jika

benar-benar diperlukan. Kerapkali tubuhnya

sendiri yang mengambil alih fungsi obat tidur ini

dan ia benar-benar tidur lelap sehingga

pemeriksaan tanda-tanda vital serta fundus uteri

hanya sedikit mengganggunya. Sebagian ibu

menemukan bahwa lingkungan yang asing baginya

telah mengalihkan perhatiannya dan sebagian

lainnya merasa terganggu oleh luka bekas

episiotomy sehingga semua ini akan menghalangi

tidurnya ketika pengaruh pembiusan sudah hilang.

Rasa nyeri atau terganggu selalu memerlukan

pemeriksaan dan obat analgesic dapat diberikan

sebelum pasien menggunakan obat tidur

Setelah hari kedua postnatal, pemberian obat

tidur pada malam hari biasanya sudah tidak

diperlukan lagi dan tidak dianjurkan jika ibu

ingin menyusui bayinya pada malam hari. Ibu harus

dibantu agar dapat beristirahat lebih dini dan

tidak diganggu tanpa alas an. Hal-hal kecil yang

menarik perhatiannya seperti suara pintu yang

berderik atau bunyi tetesan air dari keran harus

dilaporkan pada siang harinya sehingga dapat

diatasi sebelum suara-suara tersebut mengganggu

tidur ibu.

Ibu yang baru yang tidak dapat tidur harus

diobservasi dengan ketat dan semua keadaan yang

ditemukan harus dilaporkan pada dokter. Insomnia

merupakan salah satu tanda peringatan untuk

psikosis nifas.

Pola istirahat

a. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk

mencegah kelelahan yang berlebihan

b. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kagiatan

rumah tangga biasa secara perlahan-lahan, serta

untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi

tidur.

c. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam

berbagai hal :

1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi

2) Memperlambat proses involusi uterus dan

memperbanyak perdarahan

3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk

merawat bayi dan dirinya sendiri

Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk

mencegah kelelahan yang berlebihan. Kurang

istirahat dapat mengurangi produksi ASI ,

memperlambat proses involusi uterus dan

memperbanyak pendarahan, menyebabkan depresi dan

ketidak mampuan untuk merawat bayinya (Saifudin

AB, 2002 : N – 25).

Setelah menghadapi ketegangan dan kelelahan

saat melahirkan, usahakan untuk rileks dan

istirahat yang cukup, terutama saat bayi sedang

tidur. Kebutuhan istirahat dan tidur harus lebih

diutamakan daripada tugas-tugas rumah tangga yang

kurang penting. Jangan sungkan untuk meminta

bantuan suami dan keluarga jika ibu merasa lelah.

Istirahat juga memberi ibu energi untuk memenuhi

kebutuhan makan dan perawatan bayi sering dapat

tidak terduga. Pasang dan dengarkan lagu-lagu

klasik pada saat ibu dan bayi beristirahat untuk

menghilangkan rasa tegang dan lelah.

Unit Belajar IXProgram Tindak Lanjut Asuhan Nifas Di Rumah

Tujuan pembelajaran

Pada akhir pembelajaran mahasiswa dapat menjelaskan

program tindak lanjut asuhan nifas di rumah.

Pokok bahasan/sub pokok bahasan

A. Jadwal Kunjungan Rumah Pada Masa Nifas

B. Asuhan Lanjutan Masa Nifas Di Rumah

C. Pendidikan Kesehatan Masa Nifas

1. Gizi

2. Tidur/istirahat

3. Suplemen zat besi/vit A

4. Kebersihan diri/bayi

5. Pemberian ASI

6. Latihan/senam nifas

7. Hubungan seks

8. Keluarga berancana

9. Tanda-tanda bahaya

Pelayanan nifas merupakan pelayanan kesehatan yang

sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai dengan 42 hari

pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Asuhan masa nifas

penting diberikan pada ibu dan bayi, karena merupakan

masa krisis baik ibu dan bayi. Enam puluh persen (60%)

kematian ibu terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian

pada masa nifas terjadi 24 jam pertama. Demikian halnya

dengan masa neonatus juga merupakan masa krisis dari

kehidupan bayi. Dua pertiga kematian bayi terjadi 4

minggu setelah persalinan, dan 60% kematian bayi baru

lahir terjadi 7 hari setelah lahir.

A. Jadwal Kunjungan Rumah Pada Masa Nifas

Kunjungan pada masa nifas dilakukan minimal 4 x.

Adapun tujuan kunjungan rumah untuk menilai keadaan

ibu dan bayi baru lahir serta mencegah, mendeteksi dan

menangani komplikasi pada masa nifas. Kunjungan rumah

memiliki keuntungan sebagai berikut: bidan dapat

melihat dan berinteraksi dengan keluarga dalam

lingkungan yang alami dan aman serta bidan mampu

mengkaji kecukupan sumber yang ada, keamanan dan

lingkungan di rumah. Sedangkan keterbatasan dari

kunjungan rumah adalah memerlukan biaya yang banyak,

jumlah bidan terbatas dan kekhawatiran tentang

keamanan untuk mendatangi pasien di daerah tertentu.

Jadwal kunjungan rumah pada masa nifas sesuai dengan

program pemerintah meliputi:

1. Kunjungan I (6-8 jam postpartum)

Kunjungan I (6-8 jam postpartum) meliputi:

a. Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia

uteri.

b. Deteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan

serta lakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.

c. Pemberian ASI awal.

d. Konseling ibu dan keluarga tentang cara mencegah

perdarahan karena atonia uteri.

e. Mengajarkan cara mempererat hubungan ibu dan bayi

baru lahir.

f. Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan

hipotermi.

2. Kunjungan II (6 hari postpartum)

Kunjungan II (6 hari postpartum) meliputi:

a. Memastikan involusi uterus berjalan normal,

uterus berkontraksi baik, tunggi fundus uteri di

bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan

perdarahan.

c. Memastikan ibu cukup istirahat, makanan dan

cairan.

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar

serta tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui.

e. Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru

lahir.

3. Kunjungan III (2 minggu postpartum)

Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan

asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari post

partum.

4. Kunjungan IV (6 minggu postpartum)

Kunjungan IV (6 minggu postpartum) meliputi:

a. Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu

selama masa nifas.

b. Memberikan konseling KB secara dini.

B. Asuhan Lanjutan Masa Nifas Di Rumah

Prinsip pemberian asuhan lanjutan pada masa nifas di

rumah meliputi:

1. Asuhan postpartum di rumah berfokus pada pengkajian,

penyuluhan dan konseling.

2. Pemberian asuhan kebidanan di rumah, bidan dan

keluarga dilakukan dalam suasana rileks dan

kekeluargaan.

3. Perencanaan kunjungan rumah.

4. Keamanan

Perencanaan kunjungan rumah meliputi:

1. Kunjungan rumah tidak lebih 24-48 jam setelah pasien

pulang.

2. Memastikan keluarga sudah mengetahui rencana

kunjungan rumah dan waktu kunjungan bidan telah

direncanakan bersama.

3. Menjelaskan maksud dan tujuan kunjungan.

4. Merencanakan tujuan yang ingin dicapai dan menyusun

alat serta perlengkapan yang digunakan.

5. Memikirkan cara untuk menciptakan dan mengembangkan

hubungan baik dengan keluarga.

6. Melakukan tindakan yang sesuai standar pelayanan

kebidanan dalam pemberian asuhan.

7. Membuat pendokumentasian hasil kunjungan.

8. Meyediakan sarana telepon untuk tindak lanjut

asuhan.

Keamanan pada saat kunjungan rumah meliputi:

1. Mengetahui alamat lengkap pasien dengan jelas.

2. Menggambar rute alamat pasien.

3. Memperhatikan keadaan di sekitar lingkungan rumah

pasien sebelum kunjungan.

4. Memberitahu rekan kerja ketika melakukan kunjungan.

5. Membawa telepon selular sebagi alat komunikasi.

6. Membawa cukup uang.

7. Menyediakan senter (kunjungan malam hari).

8. Memakai tanda pengenal dan mengenakan pakaian yang

sopan.

9. Waspada pada bahasa tubuh yang diisyaratkan dari

siapa saja yang ada selama kunjungan.

10. Menunjukkan perasaan menghargai di setiap

kesempatan.

11. Saat perasaan tidak aman muncul, segeralah

akhiri kunjungan.

Pelaksanaan Asuhan Nifas Masa Nifas Di Rumah

Pelaksanaan asuhan nifas meliputi:

a. Ibu baru pulang dari RS

Ibu baru pulang dari RS meliputi:

1) Keputusan bersama antara tenaga kesehatan dengan

ibu/keluarga.

2) Bidan memberikan informasi tentang ringkasan

proses persalinan, hasil dan info lain yang

relevan.

3) Mengulang kembali bilamana perlu.

b. Kunjungan postnatal rutin

Kunjungan postnatal rutin meliputi:

1) Kunjungan rumah dilakukan minimal 2x setiap hari.

2) Mengajarkan ibu dan keluarga tentang perawatan

bayi baru lahir.

3) Mengajarkan ibu untuk merawat diri.

4) Memberikan saran dan nasehat sesuai kebutuhan dan

realistis.

5) Bidan harus sabar dan telaten menghadapi ibu dan

bayi.

6) Melibatkan keluarga saat kunjungan rumah.

c. Pengamatan pada psikologi ibu

Bidan melakukan pengamatan pada psikologi ibu,

meliputi:

1) Memberikan pendidikan kesehatan tanda bahaya masa

nifas.

2) Bidan mengobservasi perilaku keluarga.

3) Meluangkan waktu untuk sharing dengan ibu dan

keluarga.

4) Memberikan dukungan.

5) Melakukan dokumentasi pasca kunjungan.

6) Perencanaan skrining test.

7) Memberikan penyuluhan sehubungan dengan kebutuhan

pada masa nifas.

C. Pendidikan Kesehatan Masa Nifas

Pendidikan kesehatan masa nifas meliputi:

1. Gizi

Pendidikan kesehatan gizi untuk ibu menyusui

antara lain: konsumsi tambahan 500 kalori setiap

hari, makan dengan diet berimbang, minum sedikitnya

3 liter air setiap hari, tablet zat besi harus

diminum selama 40 hari pasca bersalin dan minum

kapsul vitamin A (200.000 unit).

2. Kebersihan diri

Pendidikan kesehatan kebersihan diri untuk ibu

nifas antara lain: menganjurkan kebersihan seluruh

tubuh; mengajarkan ibu cara membersihkan daerah

kelamin; menyarankan ibu untuk mengganti pembalut;

menyarankan ibu untuk cuci tangan sebelum dan

sesudah membersihkan daerah kelamin; jika ibu

mempunyai luka episiotomi atau laserasi, menyarankan

untuk menghindari menyentuh daerah luka.

3. Istirahat / tidur

Pendidikan kesehatan untuk ibu nifas dalam hal

istirahat/tidur meliputi: menganjurkan ibu untuk

cukup istirahat; menyarankan ibu untuk kembali ke

kegiatan rumah secara perlahan-lahan; menjelaskan

pada ibu bahwa kurang istirahat akan pengaruhi ibu

dalam jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat

proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan,

menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk

merawat bayi serta diri sendiri.

4. Pemberian ASI

Pendidikan kesehatan untuk ibu nifas dalam

pemberian ASI sangat bermanfaat, karena pemberian

ASI merupakan cara yang terbaik untuk ibu dan bayi.

Oleh karena itu, berikan KIE tentang proses laktasi

dan ASI; mengajarkan cara perawatan payudara.

5. Latihan/ senam nifas

Pendidikan kesehatan tentang latihan/senam nifas

meliputi: mendiskusikan pentingnya pengembalian

otot-otot perut dan panggul kembali normal;

menjelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit

setiap hari dapat bantu mempercepat pengembalian

otot-otot perut dan panggul kembali normal.

6. Hubungan seks dan Keluarga Berencana

Pendidikan kesehatan tentang seks dan keluarga

berencana yaitu: hubungan seks dan KB dapat

dilakukan saat darah nifas sudah berhenti dan ibu

sudah merasa nyaman; keputusan untuk segera

melakukan hubungan seks dan KB tergantung pada

pasangan yang bersangkutan; berikan KIE tentang alat

kontrasepsi KB.

7. Tanda-tanda bahaya masa nifas

Pendidikan kesehatan tanda-tanda bahaya masa

nifas meliputi: berikan pendidikan kesehatan tanda

bahaya masa nifas untuk mendeteksi komplikasi selama

masa nifas. Tanda bahaya berupa: perdarahan dan

pengeluaran abnormal, sakit daerah abdomen/punggung,

sakit kepala terus menerus/penglihatan kabur/nyeri

ulu hati, bengkak pada ekstremitas,

demam/muntah/sakit saat BAK, perubahan pada

payudara, nyeri/kemerahan pada betis, depresi

postpartum.