mikrokontroler at89s51™ sebagai pengendali pengiriman informasi kebakaran melalui telepon seluler
TRANSCRIPT
MIKROKONTROLER AT89S51™ SEBAGAI PENGENDALI PENGIRIMANINFORMASI KEBAKARAN MELALUI TELEPON SELULER.
Eri Prasetyo, Wahyu K.R. dan Riko AprihadiUniversitas Gunadarma
Jl. Margonda Raya 100 Depokemail : [email protected]
ABSTRAKSI
Paper ini membahas mengenai sistem penyampaian informasi kebakaran melalui teleponseluler berbasis mikrokontroler. Sistem ini menggunakan beberapa perangkat utama dantambahan, diantaranya adalah detektor asap sebagai pendeteksi asap jika terjadi kebakaran,mikrokontroler dan dua buah telepon seluler yang menggunakan jaringan GSM. Dengan sistemini dapat mendeteksi kumpulan-kumpulan asap diatas 50°C dan mengirimkan informasi data(SMS) yang berisi “kebakaran” kepada nomor telepon seluler yang telah terprogram didalammikrokontroler AT89S51. Dimana sistem ini dilengkapi dengan feed back untuk menyalakanbuzzer dengan mengirimkan SMS balasan yang isinya berupa huruf “B”.
Kata Kunci : Detektor Asap, Mikrokontoler AT89S51, Komunikasi Serial, GSM
Pendahuluan
Kemajuan teknologi yang semakin pesat, membuat kehidupan manusia
menjadi lebih mudah dan praktis. Kemajuan teknologi tersebut salah satu
diantaranya adalah teknologi mikrokontroler. Penggunaan mikrokontroler
akhir-akhir ini telah meluas ke segala bidang. Penggunaannya tidak hanya
pada bidang komputer saja, tetapi juga telah digunakan pada peralatan-
peralatan elektronik lainnya, misalnya perangkat yang bisa kita lihat
sehari-hari, seperti telepon seluler, televisi, mesin cuci bahkan sampai ke
instrument ruang angkasa. Mikrokontroler itu sendiri merupakan suatu komponen
elektronika yang jika diberikan data masukan (input), memproses data
masukan (input) tersebut, dan kemudian mengeluarkan hasil (output) dari data
yang diproses tadi.
Teknologi lainnya adalah media yang digunakan dalam suatu hubungan
telekomunikasi. Teknologi komunikasi jarak jauh sekarang ini tidak hanya
menggunakan suatu kabel sebagai medianya, tetapi teknologi tanpa kabel yang
biasa disebut dengan wireless sudah menjadi hal umum. Contoh teknologi
tersebut adalah telepon seluler yang sudah berkembang sangat pesat, dimana
hampir setiap orang mengunakan telepon seluler dalam berkomunikasi.
Dampak kemajuan teknologi lain yang tak kalah penting adalah adanya
suatu alat yang dapat membantu dan meringankan manusia dalam mengurangi
korban jiwa dan kerugian secara materil jika terjadi kebakaran pada suatu
ruangan (rumah/gedung), yaitu dengan alat yang dapat mendeteksi asap (yang
mengindikasikan terjadinya kebakaran) dalam suatu ruangan. Penggunaan alat
ini semakin dibutuhkan, dengan semakin kompleksnya pekerjaan manusia dan
tingginya faktor terjadinya kebakaran.
Didalam paper ini dibahas bagaimana merancang suatu sistem pemantau
atau pendeteksi pada suatu ruangan (rumah/gedung) bila terdapat asap yang
mengindikasikan terjadinya suatu kebakaran dengan menggunakan
mikrokontroler. Mikrokontroler lewat telepon seluler didalam sistem
memberikan informasi kepada pemilik ruangan, melalui pesan pendek (SMS) ke
telepon seluler pemilik ruangan tersebut. Dan pemilik ruangan tersebut
dapat menyalakan alarm lewat sms balik.
Landasan Teori
Detektor Asap (Smoke Detector)
Detektor asap merupakan sebuah produk yang dirancang untuk suatu
bangunan (rumah atau gedung), yang bekerja untuk mendeteksi kumpulan-
kumpulan asap. Agar manusia dapat mengetahui lebih cepat jika terjadi suatu
kebakaran, sehingga dapat meminimalisir kerugian-kerugian yang diakibatkan
dari kebakaran tersebut.
Detektor asap ini mempunyai beberapa sifat, diantaranya adalah [4]:
1. Sangat sensitif terhadap asap.
2. Jika supply yang masuk salah polaritas, tidak akan rusak.
3. Dapat dihubungkan lebih dari satu detektor asap secara bersama-sama.
Pada gambar 2.1 menunjukkan salah satu bentuk dari beberapa jenis
detektor asap, yaitu Ionization Smoke Detector HC-202D.
Gambar 1 Ionization Smoke Detector HC-202D [4]
Detektor asap yang digunakan dalam alat yang dibuat adalah jenis
detektor yang banyak dijual dipasaran, yaitu Ionization Smoke Detector (model :
HC-202D). Spesifikasi dari detektor asap tersebut adalah seperti tabel 1.
Tabel 1. Spesifikasi Smoke Detector [4]
Detektor seperti ini cocok untuk instalasi di tempat-tempat seperti
pintu masuk tangga rumah, koridor, aula/ruangan lift, ruang dalam rumah, dan
lain lain. Skema rangkaian dalam pemasangan lebih dari satu detektor asap
ditunjukkan pada gambar 2. yang terhubung pada adaptor.
Gambar 2. Pemasangan Kawat Dengan LED [4]
Model Ionization Smoke Detector HC-202D
Tegangan nominal 24 volt (DC)
Batasan tegangan masukan 18 volt s/d 28 volt (DC)
Suhu normal ruangan -15˚C s/d 50˚CUkuran 103 mm x 47 mmBerat 140 gram
Mikrokontroler AT89S51
Adapun mikrokontroler tipe AT89S51 yang kompatibel dengan produk MCS-
51, yang diproduksi oleh ATMEL dengan teknologi memori yang tidak dapat
hilang dan densitas tinggi, dimana penggunaannya cukup luas. AT89S51
memerlukan daya yang rendah dengan penampilan yang baik dengan menggunakan
pengisi sistem yang dapat diprogram dengan mudah melalui ISP Memory Flash.
Instruksi program dan model pin tidak beda dengan standar AT80C51. Komputer
dengan mikrokontroler dapat berhubungan secara langsung hanya dengan
menggunakan kabel antar muka (konektor paralel). Dengan ISP Memory Flash
mengijinkan program yang telah dibuat dapat diganti dengan program yang
baru dengan cara menghapus data yang ada pada mikrokontroler lalu mengisi
dengan program baru. Fitur-fitur yang dimiliki oleh mikrokontroler ini
adalah sebagai berikut [5]:
1. 4 Kbytes ISP (In- System Programmable) Memory Flash.
2. 8 bit CPU
3. 32 jalur I/O (Input/Output) yang dapat diprogram.
4. Dua buah timer/counter 16 bit.
5. Full DuplexSerial Port UART (Universal Asynchronous Receiver Transmitter).
6. 128 x 8 bit RAM internal.
7. 4 Kbyte EPROM ( Erasable and Programmable ROM).
8. Chip Oscillator.
9. Enam sumber sistem interupsi.
10. Watchdog Timer.
11. Daerah operasi 4-5 Volt.
12. Daerah frekuensi 0-33 MHz.
13. Waktu pengisian program singkat.
14. Program ISP sangat fleksible.
Pada gambar 4. menunujukkan sebuah konfigurasi pin-pin dari
mikrokontroler AT89S51.
Gambar 4. Konfigurasi Pin Mikrokontroler AT89S51 [5]
Short Message Service Centre (SMSC)
Short Message Service merupakan salah satu fitur yang disediakan dalam
komunikasi seluler berupa pesan pendek, yang ditetapkan standart ETSI, pada
dokumentasi GSM 3.40 dan GSM 3.38.
Pada saat mengirim pesan melalui SMS dari pesawat telepon seluler,
pesan tersebut tidak akan langsung dikirim ke telepon seluler tujuan,
melainkan akan dikirim terlebih dahulu ke SMSC, yang secara fisik dapat
berwujud sebuah PC biasa. Setelah SMSC menerima pesan SMS dari pengirim,
maka SMSC akan langsung mengirimkan pesan SMS tersebut ke telepon seluler
yang dituju oleh pengirim, seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.
Gambar 5. Blok Diagram Cara Kerja SMS [2]
Pesan SMS yang dikirim apakah telah diterima oleh si penerima atau
gagal terkirim dapat kita ketahui karena adanya peralatan SMSC tersebut.
Pesan SMS tersebut akan dapat terkirim apabila telepon seluler yang dituju
dalam keadaan aktif, dan telepon seluler tersebut akan memberikan konfirmasi
kepada SMSC yang menyatakan bahwa pesan SMS tersebut telah diterima. Dan
SMSC pun akan mengirimkan status tersebut kepada telepon seluler pengirim.
Apabila telepon seluler si penerima dalam keadaan tidak aktif, maka pesan
SMS tersebut akan disimpan pada SMSC sampai period validity terpenuhi. Tabel 3.
menunjukkan nomor SMSC dari beberapa operator GSM.
Tabel 3. Daftar SMS Centre [2]Operator GSM No. SMSC
Telkomsel 6281100000
Satelindo 62816124
IM3 62855000000
Exelcomindo 62818445009
Mengirim SMS
Pada operasi mengirim dan menerima SMS, dapat digunakan dengan dua
mode yaitu mode teks dan mode PDU (Protocol data Unit).
Mode PDU (Protocol Data Unit) adalah format pesan dalam hexadecimal octet dan
semidecimal. Kelebihan menggunakan mode PDU adalah dapat melakukan encoding
sendiri yang tentunya harus pula didukung oleh hardware dan operator GSM,
melakukan kompresi data, menambahkan nada dering dan gambar pada pesan yang
akan dikirim.
SMS Submit PDU (Mobile Originited)
SMS Submit PDU adalah pesan yang dikirim dari terminal ke SMS-Center
dalam format PDU. Gambar 6. menunjukkan sebuah skema format SMS Submit PDU.
Gambar 6. Skema Format SMS Submit PDU [2]
Pada tabel 4. dibawah ini merupakan sebuah format dari SMS Submit
PDU.
Tabel 4. Format SMS Submit PDU Pesan “kebakaran”
PDU0001000CA1803181828202000009EBB238BC0ECBC36E (21
octet)
SCA (Service Centre Address), memiliki tiga komponen utama yaitu : Len,
Type of Number dan BCD Digits, yang mana penjelasannya terdapat pada tabel 5.
Tabel 5. Penjelasan SCA (SMS Submit) [2]Octet Keterangan Nilai
Len Panjang informasi SMSC dalam
octet00
Type of number Type of address dari SMSC 81 h=
local format 91h = international format<none>
BCD Digits Nomor SMSC, jika panjangnya
ganjil, pada akhir karakter
tambahkan OF hexa<none>
Oleh karena panjang dari SMSC adalah 0, bagian-bagian yang lain dapat
diabaikan. SMSC yang digunakan adalah SMSC yang terdapat pada SIM Card
berdasarkan perintah “AT+CMGS”. Pada tabel 6. berikut merupakan contoh
penulisan nomor SMSC untuk masing-masing operator.
Tabel 6. Nomor SMSC Dalam Format PDU [2]Operator Nomor SMSC Format dalam PDU
Satelindo 62816124 05 91 26 18 16 42Exelcomindo 62818445009 07 91 26 18 48 54 00 F9Telkomsel 6281100000 06 91 26 18 01 00 00IM3 62855000000 05 91 26 58 05 00 00 F0
PDU (Protocol Data Unit) Type, nilai default dari PDU untuk SMS Submit
adalah 01h. Pada contoh di atas, PDU Type-nya adalah 11 yang memiliki
arti yang tersebut pada tabel 7.
Tabel 7. Nilai Default PDU [2]Bit no. 7 6 5 4 3 2 1 0Nama RP UDHI SRR VPF VPF RD MTI MTINilai 0 0 0 1 0 0 0 1
MR (Message Reference), nomor referensi ini dibiarkan dulu 0, jadi
bilangan hexa-nya 00. nanti akan diberikan sebuah nomor referensi otomatis
oleh telepon seluler/alat SMS gateway. Jadi pada contoh di atas MR adalah
00.
DA (Destination Address), penulisan format Destination Address sama dengan
original address. Pada tabel 8. merupakan penjelasan dari Destination Address.
Tabel 8. Penjelasan Destination Address
Octet Keterangan NilaiLen Panjang nomor destination address
0C
Type of number Tipe dari destination address 81 h =
local
91
91 h =international
BCD Digits
Nomor destination address. Jika
panjangnya ganjil, pada akhir
karakter tambahkan OF hexa
803181828202
PID (Protocol Identifier), nilai default dari PID, sebagai berikut :
0 = 00 = dikirim sebagai SMS.
1 = 01 = dikirim sebagai telex.
2 = 02 = dikirim sebagai fax.
Dalam hal ini, untuk mengirim dalam bentuk SMS tentu saja kita
memakai 00.
DCS (Data Coding Scheme), terdiri dari dua jenis, yaitu :
1. Skema 7 bit, ditandai dengan angka 0 sampai 00.
2. Skema 8 bit ditandai dengan angka lebih besar dari 0 diubah ke hexa.
Kebanyakan telepon seluler/SMS gateway yang ada dipasaran sekarang
menggunakan skema 7 bit, sehingga pada contoh diatas menggunakan DCS 00.
VP (Validity Period), merupakan jangka waktu sebelum SMS expired. Jika
bagian ini di skip, itu berarti kita tidak membatasi waktu berlakunya SMS.
Sedangkan jika kita isi dengan suatu bilangan integer yang kemudian diubah
kepasangan hexa tertentu, bilangan yang kita berikan tersebut akan mewakili
jumlah waktu validitas SMS tersebut. Pada contoh diatas, VP-nya adalah AA,
atau 170d, 170-166 = 4 hari. Rumus untuk menghitumg waktu validitas SMS
tersebut dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Validity Period [2]Nilai VP Nilai Validitas Periode
0-143 (VP+1)x45 menit (berarti : interval 5 menit s/d
12 jam)
144-167 12 jam+ (TP-VP-143)x 30 menit
168-196 (VP-166)x 1 hari197-255 (VP-192) x 1 minggu
Agar SMS pasti terkirim sampai ke telepon seluler penerima, sebaiknya
tidak memberikan batasan waktu valid-nya.
UDL (User Data Length), merupakan panjang isi SMS (jumlah huruf dari
isi). Pada contoh di atas, User Data Length-nya adalah 09 (9 angka).
UD (User Data), untuk telepon seluler/SMS gateway berskema encoding 7
bit, jika kita mengetikkan suatu huruf dari keypad-nya, berarti kita telah
membuat 7 angka 1/0 berurutan. Ada dua langkah yang dilakukan untuk
mengkonversikan isi SMS, yaitu :
1. Mengubah isi SMS menjadi kode 7 bit. Dimana pada contoh diatas isi
pesannya adalah “kebakaran”.
Bit 765 4321
k 110 1011
e 110 0101
b 110 0010
a 110 0001
k 110 1011
a 110 0001
r 111 0010
a 110 0001
n 110 1110
2. Mengubah kode 7 bit (septet) menjadi 8 bit (octet), yang mewakili pasangan
heksa. Pada setiap octet, jika jumlah bit kurang dari 8 , maka diambil
dari bit paling kanan pada septet selanjutnya dan digabungkan pada bagian
kiri septet sebelumnya. Seperti pada contoh dibawah ini, dimana nomor bit
yang dicetak tebal merupakan kode awal dari 7 bit.
E B
k 1110 1011
B 2
e 1011 0010 1
3 8
b 0011 1000 10
B C
a 1011 1100 001
0 E
k 0000 1110 1011
C B
a 1100 1011 00001
C 3
r 1100 0011 110010
6 E
a 0110 1110 1100001
n 0 110 1110
Dengan demikian konversi dari 7 bit menjadi 8 bit dari isi pesan
“kebakaran” tersebut adalah “EBB238BC0ECBC36E”.
AT Command
Di balik tampilan menu message pada sebuah telepon seluler sebenarnya
ada AT Command yang bertugas mengirim dan menerima data dari/ke SMS Centre.
AT Command dari setiap SMS device dapat berbeda-beda, walaupun pada dasarnya
sama.
AT Command digunakan untuk berkomunikasi dengan terminal melalui serial
port pada komputer. Dengan AT Command, kita dapat mengetahui besarnya suatu
sinyal dari terminal, mengirim pesan, menambahakan item pada buku alamat,
mematikan terminal dan fungsi-fungsi lainnya. Setiap vendor biasanya
memberikan suatu referensi tentang daftar AT Command yang tersedia.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah dengan membuat desain sebuah
sistem baik secara hardware maupun software. Mengimplementasikan desain yang
telah dibuat tersebut, selanjutnya dilakukan beberapa uji coba sistem
tersebut secara keseluruhan dan mengambil data-data yang diperlukan.
Prosedur pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:
1. mendesain dan membuat perangkat keras yang dibutuhkan.
2. mendesain dan membuat perangkat lunak yang dibutuhkan.
3. menguji coba sistem keamanan yang dihasilkan dengan cara:
a. memasang sistem sensor yang dihasilkan di suatu ruangan
b. memasang sistem keamanan mikrokontroler di suatu ruangan
c. Membuat asap didalam ruangan
d. Mengamati fungsi sistem
Pembahasan
Perancangan sistem
Dalam perancangan alat ini meliputi dua bagian, yaitu perangkat keras dan
perangkat lunak. Perangkat keras, terdiri dari detektor asap,
mikrokontroler AT89S51, kabel konektor serial, dua buah pesawat telepon
seluler dan buzzer. Sedangkan perangkat lunak berisikan program komunikasi
antara mikrokontroler dengan telepon seluler, dimana program tersebut telah
diprogram dalam mikrokontroler AT89S51.
Prinsip kerja dari alat ini secara umum dapat dilihat pada gambar 7.
dibawah ini.
Gambar 7. Blok Diagram Alir Sistem
Perancangan Mikrokontroler
Mikrokontroler yang digunakan pada alat ini sudah dalam bentuk sistem
minimum, yang terdiri atas IC mikrokontroler, empat port I/O 10 kaki (8 bit
data beserta Vcc dan ground), satu port ISP (In-System Progamming), rangkaian
osilator (dengan frekuensi ±12 Mhz), port ALE dan PSEN dua kaki serta
tombol RESET. Dengan internal program memory sebesar 4 Kbyte dan internal data
memory sebesar 128 RAM.
Port 3.0 dan port 3.1 digunakan sebagai masukkan ke IC MAX 232, port
3.2 dari mikrokontroler terhubung ke detektor asap (terminal 4) yang
digunakan sebagai masukkan mikrokontroler. Port 2.0 yang terhubung ke
buzzer, digunakan untuk menyalakan alarm, seperti yang terlihat pada gambar
8.
Gambar 8. Perancangan Mikrokontroler AT89S51 [1]
RS-232
Komunikasi serial relatif lambat dan melibatkan interupsi untuk
mengetahui apakah pengiriman maupun penerimaan data telah selesai atau
belum. Alamat interupsi serial yang disediakan oleh MCS-51 adalah 23H.
Alamat ini tidak membedakan apakah interupsi yang terjadi adalah interupsi
setelah pengiriman data selesai atau interupsi oleh adanya penerimaan data.
MCS-51 menyediakan flag untuk membedakan asal interupsi tersebut. Flag R1 akan
di-set apabila ada data yang siap untuk dibaca berada pada register SBUF.
Sementara jika data yang berada pada SBUF telah selesai dikirim, flag TI akan
di-set.
Register SBUF adalah register tempat data serial akan dikirimkan,
atau tempat dimana data serial diterima. Secara fisik register ini ada dua,
tetapi memiliki alamat yang sama. Register yang satu hanya terlibat dalam
proses pengiriman data, sementara register yang lain hanya terlibat dalam
proses penerimaan data. Jadi, program assembly seperti:
mov SBUF, A
mov B, SBUF
tidak akan menghasilkan B sama dengan A. Perintah tersebut akan diartikan
sebagai pengiriman data pada register A melalui kabel serial, dan pengambilan
data yang diterima secara serial ke dalam register B.
Pengiriman data ke SBUF yang terlalu cepat akan mengakibatkan data
yang terkirim rusak dan tidak dapat dibaca oleh si penerima. Metode yang
paling aman untuk proses pengiriman dan penerimaan data serial adalah
dengan menyediakan buffer untuk kedua proses tersebut. Data yang dikirim
tidak langsung ke SBUF, melainkan ke buffer. Demikian juga sebaliknya dengan
pengambilan data.
Pada gambar 9. menunjukkan rangkaian RS 232 yang digunakan pada
perancangan sistem ini, dimana perangkat ini yang menjalankan komunikasi
antara mikrokontroler dengan telepon seluler.
Gambar 9. Rangkaian IC MAX 232 [3]
Hardware pada komunikasi serial port dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu
Data Communication Equipment (DCE) dan Data Terminal Equipment (DTE). Contoh DCE
seperti modem, plotter, scanner, sedangkan contoh DTE seperti terminal di
komputer. Spesifikasi elektronik dari serial port merujuk pada Electronic
Industry Association (EIA) adalah sebagai berikut [3]:
1. “Space” (logika 0) adalah tegangan antara +3V hingga +25V.
2. “Mark” (logika 1) adalah tegangan antara -3V hingga -25V.
3. Daerah antara +3V hingga -3V tidak didefinisikan/tidak terpakai.
4. Tegangan open circuit tidak boleh melebihi 25V.
5. Arus hubungan singkat tidak boleh melebihi 500 mA.
Telepon seluler
Dalam pembuatan alat ini, untuk dapat mengirimkan informasi data yang
berbentuk SMS maka memerlukan perangkat pendukung, yaitu telepon seluler
Siemens tipe C55, yang memiliki kabel data serial, dimana kabel tersebut
terhubung ke port DB9 dan telepon seluler.
Untuk dapat mengetahui isi SMS yang dikirim, maka diperlukan
perangkat tambahan satu buah telepon seluler jenis apa saja yang
menggunakan sistem jaringan GSM. Perangkat tambahan yang digunakan pada
perancangan alat ini adalah telepon seluler NOKIA tipe 6681. Telepon
seluler ini juga digunakan untuk membalas (reply) SMS yang telah diterima
tadi. Pada gambar 10. menunjukkan duah buah telepon seluler dan kabel data
yang digunakan.
Gambar 10. Siemens C55, Kabel Data Serial Dan Nokia 6681
Skema rangkaian dari perangkat keras secara keseluruhan dapat
terlihat pada gambar 11.
Gambar 11. Skema Rangkaian Perangkat Keras
Perangkat Lunak
Perangkat lunak atau yang biasa disebut software adalah instruksi-
instruksi yang digunakan sebagai sistem suatu operasi agar dapat
mengendalikan perangkat keras (hardware). Perangkat lunak ini merupakan
suatu pendukung dari perangkat keras.
Untuk dapat mengendalikan sistem pada alat ini, digunakan
mikrokontroler AT89S51. Bahasa program yang digunakan adalah bahasa assembler
dengan sotfware program 8051 Editor, Assembler, Simulator IDE versi 1.18 produksi
AceBus, yang dapat dijalankan pada platform windows dan kompatibel dengan
produk MCS-51. Seperti nama softwarenya, kemampuannya adalah sebagai Editor
(meng-edit program yang sudah ada secara langsung), Assembler (mengkompilasi
program yang sudah ada untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak) dan
Simulator (mensimulasi hasil program yang telah jalan, sehingga mengetahui
secara jelas urutan deskripsi program yang telah dibuat). Sedangkan dalam
pengisian program ke mikrokontroler hanya menggunakan ISP flash memory dan
kabel antar muka ISP yang dihubungkan langsung ke komputer (PC) melalui
koneksi RS 232. Program ini bertujuan untuk memberikan informasi (berupa
SMS) kepada nomor telepon seluler yang telah diprogram di mikrokontroler
AT89S51, dan menerima balasan SMS (apakah menyalakan buzzer atau tidak).
Program Mendeteksi Asap
Program ini merupakan program untuk mendeteksi adanya kumpulan-
kumpulan asap di daerah sekitar detektor asap. Script atau listing program
untuk mendeteksi asap ini dapat terlihat seperti dibawah ini:
mulai:
setb p2.0
jnb p3.2,main
sjmp mulai
Program Mengirim SMS
Program ini merupakan program untuk mengirimkan SMS kepada nomor
telepon seluler yang telah terprogram di mikrokontroler AT89S51 jika
detektor asap sudah dapat mendeteksi kumpulan-kumpulan asap dan mengirimkan
sinyal alarm ke mikrokontroler. Listing program dari program mengirim SMS
yaitu seperti dibawah ini:
Main:
clr p2.5
Mov dptr,#Setting
acall send_call
acall delay_2s
setb p2.5
clr p2.1
mov dptr,#smsKirim
acall send_call
acall delay_2s
setb p2.1
clr p2.2
mov a,#26
acall send
acall delay_2s
acall delay_5S
setb p2.2
Isi SMS yang akan dikirim tersebut adalah “kebakaran”. Dan isi dari
SMS serta nomor telepon seluler yang dituju itu pun telah terprogram
didalam mikrokontroler AT89S51. Berikut merupakan listing program yang dari
isi SMS dan nomor tujuan:
smsKirim: db"0001000CA1803181828202000009EBB238BC0ECBC36E",0
Program Menerima SMS Dan Bunyi Buzzer
Program ini merupakan penerimaan SMS atau jawaban atas SMS atas
program sebelumnya, yaitu program mengirim SMS. Jawaban atau balasan dari
SMS tersebut diatas tidak harus dari nomor telepon seluler yang dikirimkan
SMS tadi (nomor tujuan yang telah terprogram dalam mikrokontroler AT89S51),
namun balasan SMS-nya dapat direspon dari nomor mana saja. Dan buzzer akan
berbunyi bersamaan dengan diterimanya SMS. Listing program untuk menerima
dan bunyi buzzer adalah sebagai berikut:
program_baca:
acall receive
acall send
cjne a,#'T',program_baca
acall receive
acall delay_1s
clr p2.7
baca_sms:
mov dptr,#cmgr
acall send_call
nop
nop
nop
setb p2.7
mov r6,#52
baca:
acall receive
djnz r6,baca
baca2:
acall receive
cjne a,#'4',baca2
acall receive
cjne a,#'2',baca2
alarm:
clr p2.0
acall delay_5s
acall delay_5s
Hasil Uji Coba
Pengujian Detektor Asap
Untuk pengujian ini digunakan detektor asap (HC-202D), yang merupakan
sebuah komponen yang dapat mendeteksi ada atau tidaknya kumpulan-kumpulan
asap didalam suatu ruangan. Batas tegangan masukan yang diperbolehkan
antara 18 VDC s/d 28 VDC.
Detektor asap diberikan tegangan masukkan dari adaptor sebesar 24
volt DC, pada terminal 1 dari detektor asap terhubung ke bagian positif (+)
dari adaptor, sedangkan bagian negatif (-) dari adaptor terhubung pada
terminal 3 pada detektor asap. Pada terminal 2 dan terminal 4 dari detektor
asap, yang merupakan output dari detektor asap digunakan sebagai masukan
untuk mikrokontroler. Detektor asap ini diletakkan diatas sebuah plat besi
yang mempunyai ukuran 18cm X 18cm, dengan tinggi 50cm. Didekat detektor
asap diletakkan sebuah termometer untuk mengetahui keadaan suhu pada saat
percobaan. Pada gambar 12. merupakan cara pengukuran yang dilakukan pada
detektor asap.
Gambar 12. Pengukuran Detektor Asap
Sedangkan hasil dari pengukuran yang dilakukan terhadap detektor asap
dapat terlihat pada tabel 10.
Tabel 10. Pengukuran Suhu Detektor Asap
Percobaan Suhu Detektor asapVout
(DC)
1 35ºC Off 0 volt
2 40ºC Off 0 volt3 45ºC Off 0 volt4 48ºC Off 0 volt5 50ºC Off 0 volt6 52ºC On 5 volt7 55ºC On 5 volt
Pengujian Alat Keseluruhan
Pengujian dilakukan dengan maksud untuk mengetahui bekerja atau
tidaknya alat secara keseluruhan, dengan cara memberikan tegangan dari
adaptor ke detektor asap sebesar 24 volt. Lalu dibuat kumpulan-kumpulan
asap dengan membakar kertas-kertas bekas hingga mencapai suhu diatas 50ºC.
Setelah detektor asap bekerja, maka akan mengirimkan alarm ke
mikrokontroler sebagai masukkan. Kemudian isi pesan (“kebakaran”) yang
telah diprogram di mikrokontroler akan dikirim ke nomor telepon seluler
dituju yang juga telah diprogram di dalam mikrokontroler. Setelah
mendapatkan balasan SMS yang berisikan huruf “B”, maka secara otomatis
buzzer akan berbunyi, bersamaan dengan diterimanya SMS tersebut. Pada gambar
13. merupakan sebuah skema rangkaian dari pengujian alat secara
keseluruhan.
Gambar 13. Skema Rangkaian Pengujian Alat
Cara lain yang dapat dilakukan dalam pengujian ini adalah dengan
menggunakan sebuah tombol sebagai pengganti masukan dari detektor asap.
Dimana pada input ini diberikan masukan tegangan sebesar 12 volt DC. Dan
output dari port DB9 terhubung ke CPU melalui kabel serial. Sehingga jika
tombol pengganti tersebut ditekan, maka tampilan pada layar monitor akan
tampak pada gambar 14, yang menandakan bahwa simulasi pengiriman SMS telah
dikirim.
Gambar 14. Tampilan Program Pada Layar Monitor
Pada gambar 15. dibawah ini menunjukkan photo pengujian alat secara
keseluruhan.
Gambar 15. Photo Pengujian Alat
Penutup
Setelah alat yang dirancang terealisasi, dan dilakukan uji coba maka dapat
diambil beberapa kesimpulan dengan melihat dari proses pengukuran,
diantaranya adalah :
1. Komponen/bagian detektor asap akan bekerja pada suhu diatas 50ºC.
2. Rangkaian mikrokontroler akan bekerja jika terdapat tegangan masukan
sebesar ± 5 volt DC, sehingga dapat segera mengirimkan SMS yang telah
terprogram didalam mikrokontroler tersebut.
3. Buzzer akan menyala jika telepon seluler Siemens C55 mendapatkan balasan
SMS yang berisikan huruf “B”.
4. Alat ini dapat memberikan informasi jika terjadi kebakaran kepada
pemilik ruangan melalui telepon selulernya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudjadi, Teori dan Aplikasi Mikrokontroler, Graha Ilmu, 2005.
2. Ir. Bustam Khang, Trik Pemrograman Aplikasi Berbasis SMS, PT Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2002.
3. Widodo Budiharto S., Si., M.Kom., Elektronika Digital dan Mikroprosesor, Andi,
Yogyakarta, 2005.
4. http://www.smoke detector.com , Ionization Smoke Detector HC-202D.
5. http://www.atmel.com , Microcontroller AT89S51 ISP Flash Memory, Atmel
Corporation, 2001.