metode studi islam (msi) perspektif insider outsider_general review

18
0 A. Pendahuluan Problem epistemologi Studi Islam pada masa perkembangan awal kelahiran Islam sesungguhnya bertumpu pada idealisme dengan menjadikan teks- teks suci sebagai satu-satunya sumber kebenaran. Pada perkembangan berikutnya bergerak pada empirisme dengan memandang bahwa Islam tidak bisa dilihat hanya dari teks-teks sucinya, sebab Islam telah menjadi budaya dalam perilaku penganutnya. Studi Islam pada masa modern ini telah berkembang ke dalam berbagai pendekatan ilmu pengetahuan, seperti antropologi, sosiologi, sejarah, HAM, dan lain-lain sebagainya. Pernyataan tersebut di atas diperkuat dengan berbagai pandangan Prof. Dr. H. Amin Abdullah, MAmemberikan pencerahan hingga dekonstruksi- rekonstruksi-konstruksi terhadap mindset yang telah menjadi habit of mind selanjutnya mengkristal menjadi belief, di setiap pertemuan mata kuliah Metode Studi Islam (MSI) yang diampunya bahwa pengembangan tradisi keilmuan yang mapan tidak cukup hanya bersandar pada tradisi intelektual dan ilmu-ilmu keagamaan klasik (‘Ulu>m al-Di>n al-Taqli>dy) dan juga tidak cukup bersandar pada tradisi intektual Islam modernitas (al-Fikr al-Isla>my al-H}a>dathah). Untuk itulah diperlukan pembaharuan paradigma, model, dan strategi yang disesuaikan dengan perkembangan kontemporer diskursus keislaman baik teoritis maupun praktis melalui dialog cerdas dengan berbagai bacaan dan pandangan dunia keagamaan Islam yang bercorak taqli>diyyah, ta>ri>khiyyah-‘Ilmiyyah dan Maqa>s}idiyyah. Pembaharuan paradigma, model, dan strategi yang disesuaikan dengan perkembangan kontemporer diskursus keislaman baik teoritis maupun praktis ini merupakan sebuah keharusan mengingat problematika keagamaan kontemporer bila didekati dengan aneka pendekatan klasik yang banyak bersifat eksklusif dan banyak bertumpu pada sudut pandang yang terbatas maka akan semakin menjauhkan diri dari nilai-nilai rasionalitas, moralitas, menebarkan kebaikan dan GENERAL REVIEW METODE STUDI ISLAM Oleh: Mujianto Solichin el Jambi

Upload: unipdu

Post on 10-Nov-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

0

A. Pendahuluan

Problem epistemologi Studi Islam pada masa perkembangan awal

kelahiran Islam sesungguhnya bertumpu pada idealisme dengan menjadikan teks-

teks suci sebagai satu-satunya sumber kebenaran. Pada perkembangan berikutnya

bergerak pada empirisme dengan memandang bahwa Islam tidak bisa dilihat

hanya dari teks-teks sucinya, sebab Islam telah menjadi budaya dalam perilaku

penganutnya. Studi Islam pada masa modern ini telah berkembang ke dalam

berbagai pendekatan ilmu pengetahuan, seperti antropologi, sosiologi, sejarah,

HAM, dan lain-lain sebagainya.

Pernyataan tersebut di atas diperkuat dengan berbagai pandangan “Prof.

Dr. H. Amin Abdullah, MA” — memberikan pencerahan hingga dekonstruksi-

rekonstruksi-konstruksi terhadap mindset yang telah menjadi habit of mind

selanjutnya mengkristal menjadi belief, di setiap pertemuan mata kuliah Metode

Studi Islam (MSI) yang diampunya — bahwa pengembangan tradisi keilmuan

yang mapan tidak cukup hanya bersandar pada tradisi intelektual dan ilmu-ilmu

keagamaan klasik (‘Ulu>m al-Di>n al-Taqli>dy) dan juga tidak cukup bersandar pada

tradisi intektual Islam modernitas (al-Fikr al-Isla>my al-H}a>dathah). Untuk itulah

diperlukan pembaharuan paradigma, model, dan strategi yang disesuaikan dengan

perkembangan kontemporer diskursus keislaman baik teoritis maupun praktis

melalui dialog cerdas dengan berbagai bacaan dan pandangan dunia keagamaan

Islam yang bercorak taqli>diyyah, ta>ri>khiyyah-‘Ilmiyyah dan Maqa>s}idiyyah.

Pembaharuan paradigma, model, dan strategi yang disesuaikan dengan

perkembangan kontemporer diskursus keislaman baik teoritis maupun praktis ini

merupakan sebuah keharusan mengingat problematika keagamaan kontemporer

bila didekati dengan aneka pendekatan klasik yang banyak bersifat eksklusif dan

banyak bertumpu pada sudut pandang yang terbatas maka akan semakin

menjauhkan diri dari nilai-nilai rasionalitas, moralitas, menebarkan kebaikan dan

GENERAL REVIEW METODE STUDI ISLAM Oleh: Mujianto Solichin el Jambi

1

keadilan yang kesemuanya menjadi tujuan utama dalam beragama Islam.

2

Kehadiran “Prof. Dr. H. Amin Abdullah, MA” melalui mata kuliah

Metode Studi Islam, tidak hanya memberikan kesan mendalam bagi kami atas

kontribusi terbesarnya merekonstruksi bangunan keilmuan para mahasiswa

Program Doktoral (Prodi PAI dan Ekonomi Islam), namun juga kekaguman atas

kedalaman intelektual, spiritual termasuk mendidik kami (baca: penulis)

bagaimana menyemaikan benih-benih cinta di segala ruang, waktu, dan entitas

kehidupan. Kami pun juga diajari bahwa manusia memiliki kemampuan di satu

sisi, sekaligus kelemahan di sisi yang lain, membumikan karakter mulia

“tawa>du’-khu>mul” ke dalam akal dan jiwa hingga perilaku, dan sadar bahwa di

atas langit masih ada langit (وفوق لّك ذي علم عليم).

Seiring bergulirnya waktu, tak terasa genap sudah 17 pertemuan (tatap

muka) berpartisipasi mengikuti perkuliahan Metode Studi Islam (MSI), —

pengelolaan kelas yang diselingi dengan humor-humor cerdas menyegarkan,

metode pembelajaran yang humanis menggunakan strategi every one is a teacher

here, real teaching, contextual learning, active debate, problem based learning

dan lain-lain, pengintegrasian antara disiplin ilmu dengan realitas kehidupan,

penguasaan epistemogi keilmuan dengan pengalaman mahasiswa, menawarkan

sekaligus menciptakan inovasi dan kreativitas berpikir kami — sungguh itu

semua, merupakan gambaran kecil dari pojok serambi rumah besar nan nyaman

“Metode Studi Islam”, sebuah “kunci” memahami tujuan di balik pesan-pesan

dasar studi Islam dan studi agama melalui mata kuliah tersebut, tentu posisi Prof.

Dr. H. Amin Abdullah di sini, sebagai “murrabi/penggagas/ideolog/inteligensia”

yang menggaungkan “cahaya kebenaran”, dan menjadi cerminan atas kiprah dan

keteladanan serta sikap egaliter yang telah diberikan kepada kami.

Setiap penggalan tatap muka perkuliahan meninggalkan “kesan/ذكريات”

tersendiri bagi kami — meskipun dalam kondisi tertatih menerima pembaharuan

(pengetahuan baru: konsep materi, model pendekatan, dan implementasinya) —

semangat untuk senantiasa bergerak ke depan (progresif) menjadi titik tolok

3

untuk menerima pencerahan, hingga perubahan/pergeseran worldview menggingat

kuatnya hegemoni habit of mind dalam “alam berpikir-perilaku” kami. Metode

Studi Islam hadir menjadi penyejuk “dahaga intelektual”, mensuguhkan

“problem based learning”, dan sekaligus menawarkan berbagai pendekatan dan

perspektif dalam memahami problematik kemanusiaan dan keislaman

kontemporer. Pendidikan Islam yang menjadi concern dan konsentasi kami

(penulis) merupakan bagian kecil (sub sistem) dari studi ini.

Di berbagai tulisannya, Prof. Dr. M. Amin Abdullah. MA juga

memberikan perhatian yang besar terhadap pendidikan Islam melalui kontribusi

intelektualnya. Ia turut berkontribusi memberikan pencerahan atas problematik

yang dihadapi masyarakat berilmu khususnya dunia pendidikan Islam. Apapun

sumbangsih yang diberikan, semoga menjadi amalun azi>mun dan amalun yuntaf

bihi, amal shalih wujud kedalaman intelektual dan ketajaman spritual beliau.

Sumbangsih yang dicurahkan tersebut sungguh membantu mahasiswa (penulis)

untuk senantiasa berpikir dinamis dan progresif.

Selanjutnya kami mencoba menguraikan pandangan umum tentang mata

kuliah ini (Metode Studi Islam) dalam optik “penulis”, kemudian mencoba

memotret problematik pendidikan Islam, dan menganalisisnya dengan

menggunakan pendekatan yang ditawarkan para tokoh Studi Islam dan Studi

Agama yang telah dipelajari. Itulah di antara sekian banyak kesan yang terpatri

selama menimba ilmu di forum seminar ilmiah yang difasilitasi Prof. Dr. H. Amin

Abdullah, MA dan tidak hanya itu, usaha yang telah kami dilakukan atas

response-reinforcement terhadap mata kuliah ini adalah upaya

mentransformasikan pengetahuan yang diperoleh ke dalam ranah empiris dunia

pendidikan Islam yang bercorak implementatif kasuistik.

4

B. Tema Utama dalam Mata Kuliah Metode Studi Islam (MSI)

Dalam silabi perkuliahan yang telah diberikan oleh dosen pengampu

(Prof. Dr. Amin Abdullah, MA), setidaknya memberikan gambaran kepada kami

(penulis) termasuk jabaran outline perkuliahan tentang kajian Studi Islam dan

Studi Agama, dan tema-tema yang ditawarkannya pun beragam terkait

pendekatan (approach) dan metode (The way to Obtain Data) dalam mengkaji

Islam dan Agama. Menurut Prof. Amin, pendekatan dan metode dalam

mempelajari Studi Islam dan Studi Agama menggunakan berbagai macam

pendekatan keilmuan yang bersifat historis empiris antara lain (1) sejarah agama

(history of religion), (2) sosiologi agama (sociology of religion), (3) psikologi

agama (psychology of religion), (4) antropologi agama (anthropology of religion)

dan berbagai pendekatan kontemporer lainnya.

Setidaknya, ada 3 (tiga) isu besar yang menjadi kegelisahan akademik

kami setelah mengikuti mata kuliah ini. Kegelisahan akademik tersebut

menyangkut penguasaan metodologi dan materi yang ditekuni dalam kegiatan

seminar kelas, didukung keilmuan prodi yang menjadi konsentrasi kami. Tiga isu

penting terkait fokus utama mata kuliah Metode Studi Islam (MSI), yaitu:

1. Problematika Studi Islam dan Studi Agama

Problematika studi Islam dan Studi Agama yang dihadapi umat

manusia di di berbagai belahan dunia sangatlah beragam, sesuai dengan ruang

dan waktu yang melingkupinya. Berbagai pendekatan yang ditawarkan para

tokoh intelektualis dan pemerhati bidang keilmuan ini memiliki tujuan mulia

yang menurut Prof. Dr. H. Amin Abdullah, diantaranya adalah untuk: (1)

pengembangan tradisi keilmuan dan pendidikan, (2) menjawab problematik

globalisasi dan masyarakat minoritas khususnya umat minoritas Muslim

Barat, mungkin termasuk di Benua Australia), (3) harmonisasi terhadap

dominasi peran kesejarahan dan peradaban barat (khususnya di bidang

IPTEK), (4) mensikapi perjumpaan “dakwah-tajdid” dan “dakwah-jihad” di

5

kalangan Umat Muslim, dan (5) Upaya membangun relasi dan dialog antar

umat beragama.

Corak pendekatan, paradigma, model dan strategi yang ditawarkan

para sarjana di atas cukup beralasan mengingat sejarah perkembangan studi

agama-agama (termasuk Islam) menurut Prof. Amin, telah melewati 4 (empat)

fase, yaitu: (1) lokal: ‘Ulu>m al-Di>n, al-Fikr al-Isla>my, dan Dira>sat Isla>miyyah

, (2) Canonical/Propositional: kitab suci sebagai kebenaran yang final dan

absolute, (3) Critical: doubt yang melahirkan research: insider-outsider,

faith-tradition, dan essence-manifestation, dan (4) Global: tradisi lokal

bergerak menuju global, Muslim diaspora, immigrant Muslim di Eropa, dan

gerakan transnasionalisme.

Demikianlah problematika yang senantiasan beriringan di setiap fase

sejarah perkembangan studi Islam dan studi agama pada akhirnya

menghendaki pendekatan, paradigma, model dan strategi yang sesuai dan

selaras dengan kontekstualisasi zaman. Pemikiran tokoh intelektualis yang

dikaji di setiap pertemuan mata kuliah MSI dipelajari secara holistik dan

komprehensif. Skema berikut ini menggambarkan secara umum tentang grand

desain mata kuliah Metode Studi Islam (MSI), menawarkan berbagai

pendekatan dan perspektif dalam memahami problematik kemanusiaan dan

keislamaann kontemporer. Pendidikan Islam merupakan bagian kecil dari

studi ini.

Berbagai tawaran pendekatan, teori dan tipologi pemikiran dalam

Studi Islam dan Studi Agama. Tawaran-tawaran berasal dari para sarjana dan

tokoh intelektualis Muslim maupun non-Muslim. Implikasi dan konsekuensi

dari tawaran-tawaran tersebut ternyata dapat menjadikan Islam sebagai agama

yang mampu berdialog dengan berbagai persoalan keislaman kontemporer

tanpa meninggalkan sumber primer hukum Islam, yaitu al-Qura>n. Tujuan

utama dan dianalisis yang diciptakan adalah maqa>s }id al-Shari >„ah yang

6

relevan dengan konstektualisasi zaman dengan menggunakan pendekatan baru

yang atau fresh ijtihad, tidak hanya berkutat pada teks dan interpretasi-

interpretasi klasik.Tawaran-tawaran yang diberikan dapat kami ilustrasikan

sebagai berikut:

Di berbagai tulisannya, M. Amin Abdullah juga memberikan perhatian

yang besar terhadap pendidikan Islam melalui kontribusi intelektualitasnya. Ia

telah memberikan pencerahan atas problematik yang dihadapi masyarakat

berilmu khususnya dunia pendidikan Islam dan membantu mahasiswa (kita)

untuk senantiasa berpikir dinamis dan progresif. Gagasan pemikiran (M.

Amin Abdullah) itu antara lain sebagai berikut:

a. Integrasi epistemologi keilmuan umum dan agama dalam sistem sekolah

dan madrasah (ke arah rumusan baru filsafat pendidikan Islam yang

integralistik)

7

b. Pengembangan pendidikan non formal berbasis kehidupan beragama

c. Pendidikan karakter: mengasah kepekaan hati nurani

d. Nilai-nilai perennial agama untuk masyarakat dan pemerintah bebas

korupsi: timbal balik antara teori dan praktek

e. Agama dan pembentukan kepribadian bangsa di Indonesia

f. Usaha memahami kemiskinan secara multidimensional ditinjau dari agama

g. Pesan Islam untuk perdamaian dan anti kekerasan

h. Mempertautkan ’Ulu >m al-Di >n, al-fikr al-Isla>miy dan Dira>sat Isla>miyyah:

sumbangan keilmuan islam untuk peradaban global.

i. Hak kebebasan beragama dan berkeyakinan: Pendekatan Filsafat Sistem

dalam Usul Fikih Sosial

2. Peran Pendekatan Studi Islam dan Studi Agama dalam pendidikan Islam

Menurut Prof. Dr. M. Amin Abdullah, bahwa dalam bahasa keilmuan

Islam tradisional biasa disebut al-Tariqah (Metode), sehingga sangat popular

pembedaan antara al-Maddah (Materi) dan al-Tariqah (Metode). Lalu,

dikenallah adagium al-Tariqah ahammu min al-Maddah (Metode

pembelajaran lebih penting dari pada materi pembelajaran). Biasanya

para guru PAI (Pendidikan Agama Islam) lebih menyukai pada materi

pembelajaran (karena sudah disediakan dan dipatok oleh Kurikulum Nasional

(Kurnas), tetapi tidak atau kurang begitu menyukai dan menekuni Metode

pembelajaran, karena dalam metode seseorang memang dituntut untuk berpikir

dan bertindak kreatif dan inovatif, serta komitmen. Dorongan dan panggilan dari

dalam (inner calling). Penekanan pada Approaches memang diperlukan

persyaratan yang lebih dari persyaratan yang biasa berlaku dalam metode.

Dalam Approaches terkandung syarat yang tidak tertulis bahwa seseorang,

baik guru, dosen, da’i dan leaders of influence yang lain harus bersedia

melakukan penelitian (research) dan studi perbandingan (comparasion)

dengan cara melibatkan disiplin ilmu-ilmu dan pengalaman-pengalaman

bidang lain untuk membangun kemampuan berkreasi dan melakukan inovasi.

Begitu juga bidang hukum Islam dan bidang-bidang ilmu keislaman yang

lainnya, persyaratan tersebut berlaku sepenuhnya.

8

Pemaparan M. Amin Abdullah tersebut di atas memang menjadi

problematik Pendidikan Agama Islam (PAI) yang mencakup persoalan

metode, materi, kurikulum, media, dan manajemen atau pengelolaan institusi

pendidikan itu sendiri. Selain itu terdapat problem teknis dalam Pendidikan

Agama Islam (PAI) yang hingga hari ini belum tuntas. Persoalan itu

diantaranya adalah:

a. Mutu pendidikan yang masih berkutat pada fiqih centris sehingga

berpengaruh terhadap kualitas/ mutu lulusan/ alumni.

b. Disparitas kualitas sumberdaya manusia antar institusi yang timpang

terlalu jauh, terlebih bila dibandingkan dengan kualitas sumber daya

manusia negara tetangga.

c. Perlunya koneksitas antara ilmu tarbiyah (PAI) dengan pendidikan yang

meliputi metode ilmiah (sainstifik), filosofis (kefilsafatan), dan mistik

(sufistik).

d. Pemahaman yang komprehensif terkait isu-isu pluralisme di Indonesia,

yakni konsep pendidikan damai (Penda), Pendidikan ruhani, pendidikan

multi kultural, pendidikan kewarganegaraan, pendidikan demokratis,

pendidikan humanis (pendidikan tanpa kekerasan), pendidikan holistik,

pendidikan moral, pendidikan budi pekerti, pendidikan kemajemukan,

pendidikan inklusif, pendidikan pembangunan berkelanjutan, pendidikan

pembangunan bangsa, sekolah internasional Islam, pendidikan kritis,

pendidikan deradikalisasi, pendidikan kesetaraan gender, dan pendidikan

ekologi/lingkungan.

e. Pengembangan institusi pendidikan model boardingschool, pendidikan

posmodernisme, pendidikan rimba, pendidikan iman, Lifelong Education,

pendidikan HAM, pendidikan meunasah, rangkah dan dayah, dan

pendidikan Agama Islam kontemporer yang menjawab problematik

kekinian.

9

f. Pengembangan konsep pendidikan karakter, pendidikan anti korupsi,

pengembangan pendidikan tematik-integratif dalam kurikulum 2013

(kurtilas), pemberdayaan laboratorium terpadu, pengembangan paradigma

baru “learning program development”, dan perlunya integrasi dalam

pendidikan Islam ke dalam individu (rasionalitas-spiritual dan human-

religius), termasuk integrasi multi-dimensi ke seluruh kebudayaan

manusia (kompleksitas ide-ide, gagasan, nilai-nilai, aturan dan lain-lain).

Berbagai problematik yang menuntut untuk segera diselesaikan

tersebut, mengisyaratkan bahwa Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki

tugas yang sangat berat, yakni bukan hanya mencetak peserta didik pada satu

bentuk, tapi berupaya untuk menumbuhkembangkan potensi yang ada pada

diri mereka seoptimal mungkin serta mengarahkannya agar perkembangan

potensi tersebut berjalan sesuai nilai-nilai ajaran Islam. Pendidikan Agama

Islam (PAI) sebagai sutu disiplin ilmu, mempunyai karakteristik dan tujuan

yang berbeda dari disiplin ilmu yang lain. Bahkan sangat mungkin berbeda

sesuai dengan orientasi dari masing-masing lembaga yang

menyelenggarakannya.

Berangkat dari pemahaman makna dan tugas berat yang diemban oleh

PAI di sekolah/ madrasah maka pembelajaran pendidikan agama Islam

diarahkan bagi terbentuknya kepribadian yang memiliki integritas diniyah

(tafaquh fi al-di>n) dan loyalitas nasional. Suatu kepribadian yang utuh tidak

saja taat beragama, lebih dari itu memiliki kesanggupan untuk menjaga dan

mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk mencapai tujuan yang

demikian mulia itu rasanya tidak mungkin terwujud apabila kurikulum atau

GBPP-nya menggunakan model organisasi Corelated Subyek Curriculum,

kompetensi dasarnya hanya rajin berdzikir dan berdoa, gemar membaca al-

Qura>n dan, sholat lima waktu dan terbiasa berakhlak mulia.

10

Di sekolah umum misalnya (SMA/SMU/SMK), dengan alokasi waktu

2 (dua) jam/seminggu dan harus mengajarkan materi al-Qura>n dan al-H}adi>th,

Akhlak Tauhid, Fiqih Ibadah, Muamalah dan Sejarah Islam. Ditambah lagi

wawasan metodologi dan kecakapan Guru Agama Islam yang terbatas, maka

sulit rasanya mewujudkan output pendidikan yang memiliki integritas

diniyyah dan loyaliyas nasional dalam era global dan abad informasi ini. Oleh

karena itu, pencerahan yang diberikan oleh M. Amin Abdullah bahwa

seseorang, baik guru, dosen, da’i dan leaders of influence yang lain harus

bersedia melakukan penelitian (research) dan studi perbandingan

(comparasion) dengan cara melibatkan disiplin ilmu-ilmu dan pengalaman-

pengalaman bidang lain untuk membangun kemampuan berkreasi dan

melakukan inovasi. Selain itu, solusi keluar dari kebuntuan ini adalah

pengembangan metodologi pembelajaran, mengajarkan metode pembelajaran

khususnya di PT, bukan mengajarkan materi (subject matter) seperti yang

terjadi sekarang ini.

Perkembangan teknologi informasi pada era global seperti sekarang ini

harus direspon sebagai peluang dalam pembelajaran PAI di sekolah.

Bagaimana agar tantangan ancaman yang ditimbulkan oleh efek negatif

teknologi, informasi yang menembus jagat raya termasuk dunia Islam itu

dapat diubah menjadi peluang bagi kemajuan pendidikan Islam khususnya

pembelajaran PAI di sekolah. Kata kuncinya ialah semua praktisi pendidikan

Islam mulai Menteri Agama sampai Guru Agama Islam menjadi seperti ikan

yang hidup dan bukan sebaliknya. Artinya semua yang terlibat dalam

Pendidikan Islam atau PAI sadar diri dan tidak mati suri terhadap teknologi

informasi. Ketika hal itu hadir di tengah-tengah komunitas muslim maka

segera dikelola dan dimanfaatkan sebagai piranti yang mendukung

pembelajaran PAI disekolah dan lembaga pendidikan Islam pada umumnya.

Upaya pembenahan yang perlu segera dilakukan antara lain: (1),

11

pengembangan kurikulum PAI, (2) perubahan paradigma pembelajaran PAI,

dan (3) mengakomodasi isu-isu global ke dalam silabi/ materi PAI di sekolah.

Pembelajaran PAI di sekolah yang berlaku selama ini disusun oleh

Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan Nasional dengan organisasi

Corelated Curriculum yang mengaitkan beberapa mata pelajaran yang

terpisah seperti al-Qur'a>n, al-H}adi>th, Aqi>dah Akhla>k, Fiqih Iba>dah,

Mua'amalah dan Sejarah Islam. Pada abad informasi ini model pengembangan

kurikulum PAI perlu ada pembaharuan dengan model integrasi, artinya semua

ilmu pengetahuan terkait dipadukan ke dalam mata pelajaran PAI di sekolah.

Bagaimana pengetahuan kealaman (IPA/IPS) dapat di integrasikan ke dalam

materi PAI di sekolah-sekolah. Gambar berikut memperjelas integrasi

kurikulum pembelajaran PAI di sekolah. Horison jaring laba-laba keilmuan

teoantroposentrik-integralistik yang digagas oleh Prof. Dr. H. M. Amin

Abdullah, MA dalam ”Islamic Studies di Perguruan Tinggi Pendekatan

Integratif-Interkonektif”.

12

Gambar di atas mengharuskan adanya integrasi/ keterpaduan/ materi

PAI dengan berbagai keilmua kontemporer masa kini. Menurut M. Abdullah

Saeed sebagaimana disampaikan oleh Amin Abdullah bahwa sejarah umat

manusia mengalami perubahan yang luar biasa dalam kurun waktu 100-150

tahun ini. Perubahan tersebut antara lain terkait dengan globalisasi, migrasi

penduduk, kemajuan sains dan teknologi, eksplorasi ruang angkasa,

penemuan- penemuan arkeologis, evolusi dan genetika, pendidikan umum

dan tingkat literasi. Diatas itu semua adalah bertambahnya pemahaman

dan kesadaran tentang pentingnya harkat dan martabat manusia (human

dignity), perjumpaan yang lebih dekat antar umat beragama (greater inter-

faith interaction), munculnya konsep negara-bangsa yang berdampak pada

kesetaraan dan perlakuan yang sama kepada semua warga negara (equal

citizenship), belum lagi kesetaraan gender dan begitu seterusnya. Perubahan

sosial yang dahsyat tersebut berdampak luar biasa dan mengubah pola

berpikir dan pandangan keagamaan (religious worldview) baik di lingkungan

umat Islam maupun umat beragama yang lain. Termasuk yang harus menjadi

perhatian penuh adalah keadilan sosial, lebih-lebih keadilan Gender, HAM

dan hubungan yang harmonis antara Muslim dan non-Muslim.

Karenanya penyusunan buku teks materi PAI harus disusun lebih

komprehensif dan holistik. Kemudian para guru pendidikan Agama Islam

(GPAI) ke depan juga dituntut memiliki basis pengetahuan yang lebih luas.

Mereka harus melek ilmu kealaman dan ilmu sosial humaniora disamping

menguasai ilmu keislaman yang menjadi kompetensinya. Artinya perlu

perubahan kurikulum dari Corelated Subject Matter Curriculum kepada

Integrated Subject Curriculum. Inovasi dalam pembelajaran PAI di sekolah

perlu dilakukan dalam rangka merespon perkembangan masyarakat dan

kemajunnnya di bidang sains dan teknologi informasi. Arah dan tujuan

pendidikan Islam yang hendak mewujudkan peserta didik yang memiliki

integritas diniyyah dan loyalitas nasional karenanya perlu dibarengi dengan

13

ikhtiar intensif bidang keilmuannya. Beberapa aspek keilmuan yang perlu

mendapat perhatian antara lain: pertama pembaharuan dalam pendekatan

epistemologis pembelajaran PAI dari organisasi kurikulum terkait (corelated

curriculum kepada integrated kurikulum) terpadu. Kedua, mengakomodasi

nilai isu-isu global dalam silabus/materi PAI seiring kemajuan zaman dan

kompleksitas permasalahan yang dihadapi manusia terlebih komunitas

Muslim yang harus meresponnya dengan berbuat lokal tetapi berpikir global.

Hanya dengan merespon kemajuan dalam konstruksi kekinian maka

pendidikan agama Islam di sekolah menjadi kebutuhan dan diperhitungkan

keberadaannya.

Berikut kesimpulan umum dari pembahasan di atas, kami gambarkan

dalam bentuk smartart relasi berikut:

14

3. Tindak lanjut dan implementasi pendekatan Studi Islam dan Studi Agama:

upaya pengembangan

Tantangan globalisasi secara menyeluruh yang di hadapi umat Muslim

di seluruh belahan dunia termasuk masyarakat Muslim Indonesia adalah lebih

rumit, lebih besar daripada keadaan yang dihadapi umat di masa klasik dan

zaman pertengahan. Khususnya dalam lapangan ekonomi, politik,

komunikasi, dan pendidikan. Masyarakat modern telah mengembangkan

pemikiran, pranata-pranata, dan struktur- struktur yang tak tertandingi

kerumitan dan kecanggihannya. Dunia Islam mengalami perubahan yang

cepat dan mendasar. Umat Islam sudah terpecah-pecah menjadi sekian banyak

negara-bangsa, penduduk Muslim menjadi mayoritas atau minoritas, dan

berbagai tradisi kenegaraan, budaya, serta keagamaan pun berubah. Namun di

sisi lain, persatuan Islam justru semakin intensif, karena adanya sarana

15

komunikasi dan transportasi yang semakin canggih. Di pihak lain,

perkembangan dunia Islam semakin tidak dapat dilepaskan dari dunia secara

keseluruhan. Di sinilah dibutuhkan sebuah perubahan paradigma (paradigm

shift) dari pendidikan untuk menghadapi prolematik dunia global dan menata

kembali kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya umat Muslim.

Menurut Prof. Dr. M. Amin Abdullah perkembagan Studi Islam dan

Studi Agama senantiasa dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut, meliputi: (1)

pendidikan dan keilmuan, (2) demografi: minority Muslim in the West, (3)

peradaban: world civilization, (4) keagamaan: tajdid atau jihad, dan (5) dialog:

interfaith and intercultural dialog. Lima aspek tersebut menjadi faktor

pendukung, penghambat sekaligus solusi jika kita bersikap inklusif dan

terbuka terhadap perubahan. Mulai belajar mengenal budaya nusantara yang

beragam, budaya global, agama-agama, dan memperkaya pengetahuan

sebagai modal menghadapi perkembangan zaman termasuk mendidik generasi

penerus dalam rangka menjaga dan mempertahankan keberlanjutan tradisi

intelektual.

C. Perubahan Paradigma

Sebagai seorang “migrasi” yang pernah menimba pengalaman dan

menempuh pendidikan di beberapa demografi berbeda (Jambi-Purwokerto-

Ponorogo-Jombang), berdialektika dengan paham keagamaan yang mewarnai,

termasuk latar belakang kami (penulis) turut berperan membentuk pribadi yang

kompleks dengan identitas yang terus berevolutif. Bagi kami mata kuliah ini

(MSI) telah memberikan kontribusi besar dalam rangka memperjelas arah

paradigma/ worldview dan identitas yang akan ditampilkan ke permukaan sebagai

cerminan dari kepribadian seseorang pasca menempuh sebuah pendidikan yaitu

kesadaran perubahan “afektif-kognitif-psikomotorik”. Jelaslah kiranya bagi kami

dibutuhkan sebuah paradigma dan kepribadian yang mengakomodir standar

etika global dan selanjutnya dikembangkan ke dalam ranah pendidikan Islam

16

serta dibumikan ke dalam relung-relung kehidupan dan aktivitas sehari-hari

(sebagai guru diniyyah di pesantren dan dosen di PT).

Berbagai pendekatan (approach) dan metode (The way to Obtain Data)

dalam Studi Islam dan Studi Agama terutama model dan teknis pembelajaran PAI

harus menggunakan berbagai macam pendekatan keilmuan yang bersifat historis

empiris antara lain (1) sejarah agama (history of religion), (2) sosiologi agama

(sociology of religion), (3) psikologi agama (psychology of religion), (4)

antropologi agama (anthropology of religion) dan berbagai pendekatan

kontemporer lainnya. Dengan demikian suasana pembelajaran tidak monoton,

muram dan lamban karena bersifat penggulangan dari pengetahuan yang telah

dipelajari sebelumnya oleh mahasiswa. Pendekatan pembelajaran PAI dari

berbagai perspektif historis empiris diharapkan mampu mencairkan “gunung es”

kejumudan dinamika dan tradisi pembelajaran yang sama sekali tidak inovatif

lebih-lebih menegasikan konstektualitas dan tidak bergerak kreatif menuju

pengembangan intelektualitas yang mapan, tidak sekedar mencapai tujuan-tujuan

praktis semata, namun memberikan bekal “inquiry/problem based learning”,

solusi bagaimana seorang alumnus PT mampu berkiprah di masyarakat dan

berkontribusi serta menyelesaikan problem kehidupannya di masa mendatang.

Sebagai seorang dosen kami mengemban amanah dan tanggungjawab

yang melekat pada profesi ini. Amanah dan tanggungjawab tersebut terkait

dengan menjalankan fungsi pendidikan yakni menumbuhkan daya kreatif,

kecerdasan personal dan kecerdasan sosial — kesadaran kemanusiaan, kesadaran

terhadap kesejarahan, peka terhadap kondisi sosial — mahasiswa dalam suasana

akademik dan pembelajaran. Upaya menciptakan pembelajaran yang Produktif,

Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan dan Islami (PAKEMI). Terkait dengan hal

ini, usaha kreatif yang kami lakukan dimulai dari intensitas pemantauan terhadap

perkembangan mahasiswa terutama mereka yang mengikuti program mata kuliah

yang diampu. Kami menempuh langkah-langkah pembelajaran dengan

pendekatan, metode, teknik, dan strategi yang sesuai dengan tujuan dan bahan

17

pembelajaran, serta memperhatikan relevansinya dengan kebutuhan mahasiswa di

masa mendatang ketika mereka hidup di dunia nyata sehingga diharapkan kelak

mereka mampu menyelesaikan problem hidup yang mereka hadapi dan dapat

menjawab kebutuhan masyarakat di bidang Pendidikan Agama Islam (PAI)

termasuk juga menggunakan metode dan pendekatan yang telah dipelajari pada

mata kuliah Metode Studi Islam (MSI).

D. Agenda Selanjutnya

Alla>h ‘Alam bi al-S}awa>b.

Menabur benih-benih perubahan dari diri sendiri merupakan langkah

utama sebagai tindak lanjut dan agenda kami selanjutnya. Di sinilah diperlukan

pendidikan dalam arti “lifelong education” dan membaca literatur yang

memiliki kualitas primer serta bahan-bahan pendukung yang relevan. Terus

belajar dan memperbaiki diri. Ilmu tak pernah mengenal batasan untuk

dipelajari karena pada hakikatnya tidak ada dikotomis dalam ilmu itu sendiri.

Selain itu, berperan aktif di berbagai komunitas masyarakat di sekitar kita, baik

komunitas tempat kami menjalani aktivitas (kampung desa-pesantren-PT),

merupakan tanggungjawab sebagai makhluk sosial yang merupakan bagian dari

komunitas masyarakat. Apalagi spirit dan motivasi untuk saling “berbagi dan

memberi” itu sendiri lahir dari rahim Agama Islam, Rasulullah saw bersabda:

“Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seseorang yang

tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baiknya manusia adalah orang yang paling

bermanfaat bagi manusia yang lain”. HR. al-T}abra>ny dan al-Da>r Qut}ny,

diriwayatkan dari Ja >bir ra. Wa