metode studi islam (msi) perspektif insider outsider_general review
TRANSCRIPT
0
A. Pendahuluan
Problem epistemologi Studi Islam pada masa perkembangan awal
kelahiran Islam sesungguhnya bertumpu pada idealisme dengan menjadikan teks-
teks suci sebagai satu-satunya sumber kebenaran. Pada perkembangan berikutnya
bergerak pada empirisme dengan memandang bahwa Islam tidak bisa dilihat
hanya dari teks-teks sucinya, sebab Islam telah menjadi budaya dalam perilaku
penganutnya. Studi Islam pada masa modern ini telah berkembang ke dalam
berbagai pendekatan ilmu pengetahuan, seperti antropologi, sosiologi, sejarah,
HAM, dan lain-lain sebagainya.
Pernyataan tersebut di atas diperkuat dengan berbagai pandangan “Prof.
Dr. H. Amin Abdullah, MA” — memberikan pencerahan hingga dekonstruksi-
rekonstruksi-konstruksi terhadap mindset yang telah menjadi habit of mind
selanjutnya mengkristal menjadi belief, di setiap pertemuan mata kuliah Metode
Studi Islam (MSI) yang diampunya — bahwa pengembangan tradisi keilmuan
yang mapan tidak cukup hanya bersandar pada tradisi intelektual dan ilmu-ilmu
keagamaan klasik (‘Ulu>m al-Di>n al-Taqli>dy) dan juga tidak cukup bersandar pada
tradisi intektual Islam modernitas (al-Fikr al-Isla>my al-H}a>dathah). Untuk itulah
diperlukan pembaharuan paradigma, model, dan strategi yang disesuaikan dengan
perkembangan kontemporer diskursus keislaman baik teoritis maupun praktis
melalui dialog cerdas dengan berbagai bacaan dan pandangan dunia keagamaan
Islam yang bercorak taqli>diyyah, ta>ri>khiyyah-‘Ilmiyyah dan Maqa>s}idiyyah.
Pembaharuan paradigma, model, dan strategi yang disesuaikan dengan
perkembangan kontemporer diskursus keislaman baik teoritis maupun praktis ini
merupakan sebuah keharusan mengingat problematika keagamaan kontemporer
bila didekati dengan aneka pendekatan klasik yang banyak bersifat eksklusif dan
banyak bertumpu pada sudut pandang yang terbatas maka akan semakin
menjauhkan diri dari nilai-nilai rasionalitas, moralitas, menebarkan kebaikan dan
GENERAL REVIEW METODE STUDI ISLAM Oleh: Mujianto Solichin el Jambi
2
Kehadiran “Prof. Dr. H. Amin Abdullah, MA” melalui mata kuliah
Metode Studi Islam, tidak hanya memberikan kesan mendalam bagi kami atas
kontribusi terbesarnya merekonstruksi bangunan keilmuan para mahasiswa
Program Doktoral (Prodi PAI dan Ekonomi Islam), namun juga kekaguman atas
kedalaman intelektual, spiritual termasuk mendidik kami (baca: penulis)
bagaimana menyemaikan benih-benih cinta di segala ruang, waktu, dan entitas
kehidupan. Kami pun juga diajari bahwa manusia memiliki kemampuan di satu
sisi, sekaligus kelemahan di sisi yang lain, membumikan karakter mulia
“tawa>du’-khu>mul” ke dalam akal dan jiwa hingga perilaku, dan sadar bahwa di
atas langit masih ada langit (وفوق لّك ذي علم عليم).
Seiring bergulirnya waktu, tak terasa genap sudah 17 pertemuan (tatap
muka) berpartisipasi mengikuti perkuliahan Metode Studi Islam (MSI), —
pengelolaan kelas yang diselingi dengan humor-humor cerdas menyegarkan,
metode pembelajaran yang humanis menggunakan strategi every one is a teacher
here, real teaching, contextual learning, active debate, problem based learning
dan lain-lain, pengintegrasian antara disiplin ilmu dengan realitas kehidupan,
penguasaan epistemogi keilmuan dengan pengalaman mahasiswa, menawarkan
sekaligus menciptakan inovasi dan kreativitas berpikir kami — sungguh itu
semua, merupakan gambaran kecil dari pojok serambi rumah besar nan nyaman
“Metode Studi Islam”, sebuah “kunci” memahami tujuan di balik pesan-pesan
dasar studi Islam dan studi agama melalui mata kuliah tersebut, tentu posisi Prof.
Dr. H. Amin Abdullah di sini, sebagai “murrabi/penggagas/ideolog/inteligensia”
yang menggaungkan “cahaya kebenaran”, dan menjadi cerminan atas kiprah dan
keteladanan serta sikap egaliter yang telah diberikan kepada kami.
Setiap penggalan tatap muka perkuliahan meninggalkan “kesan/ذكريات”
tersendiri bagi kami — meskipun dalam kondisi tertatih menerima pembaharuan
(pengetahuan baru: konsep materi, model pendekatan, dan implementasinya) —
semangat untuk senantiasa bergerak ke depan (progresif) menjadi titik tolok
3
untuk menerima pencerahan, hingga perubahan/pergeseran worldview menggingat
kuatnya hegemoni habit of mind dalam “alam berpikir-perilaku” kami. Metode
Studi Islam hadir menjadi penyejuk “dahaga intelektual”, mensuguhkan
“problem based learning”, dan sekaligus menawarkan berbagai pendekatan dan
perspektif dalam memahami problematik kemanusiaan dan keislaman
kontemporer. Pendidikan Islam yang menjadi concern dan konsentasi kami
(penulis) merupakan bagian kecil (sub sistem) dari studi ini.
Di berbagai tulisannya, Prof. Dr. M. Amin Abdullah. MA juga
memberikan perhatian yang besar terhadap pendidikan Islam melalui kontribusi
intelektualnya. Ia turut berkontribusi memberikan pencerahan atas problematik
yang dihadapi masyarakat berilmu khususnya dunia pendidikan Islam. Apapun
sumbangsih yang diberikan, semoga menjadi amalun azi>mun dan amalun yuntaf
bihi, amal shalih wujud kedalaman intelektual dan ketajaman spritual beliau.
Sumbangsih yang dicurahkan tersebut sungguh membantu mahasiswa (penulis)
untuk senantiasa berpikir dinamis dan progresif.
Selanjutnya kami mencoba menguraikan pandangan umum tentang mata
kuliah ini (Metode Studi Islam) dalam optik “penulis”, kemudian mencoba
memotret problematik pendidikan Islam, dan menganalisisnya dengan
menggunakan pendekatan yang ditawarkan para tokoh Studi Islam dan Studi
Agama yang telah dipelajari. Itulah di antara sekian banyak kesan yang terpatri
selama menimba ilmu di forum seminar ilmiah yang difasilitasi Prof. Dr. H. Amin
Abdullah, MA dan tidak hanya itu, usaha yang telah kami dilakukan atas
response-reinforcement terhadap mata kuliah ini adalah upaya
mentransformasikan pengetahuan yang diperoleh ke dalam ranah empiris dunia
pendidikan Islam yang bercorak implementatif kasuistik.
4
B. Tema Utama dalam Mata Kuliah Metode Studi Islam (MSI)
Dalam silabi perkuliahan yang telah diberikan oleh dosen pengampu
(Prof. Dr. Amin Abdullah, MA), setidaknya memberikan gambaran kepada kami
(penulis) termasuk jabaran outline perkuliahan tentang kajian Studi Islam dan
Studi Agama, dan tema-tema yang ditawarkannya pun beragam terkait
pendekatan (approach) dan metode (The way to Obtain Data) dalam mengkaji
Islam dan Agama. Menurut Prof. Amin, pendekatan dan metode dalam
mempelajari Studi Islam dan Studi Agama menggunakan berbagai macam
pendekatan keilmuan yang bersifat historis empiris antara lain (1) sejarah agama
(history of religion), (2) sosiologi agama (sociology of religion), (3) psikologi
agama (psychology of religion), (4) antropologi agama (anthropology of religion)
dan berbagai pendekatan kontemporer lainnya.
Setidaknya, ada 3 (tiga) isu besar yang menjadi kegelisahan akademik
kami setelah mengikuti mata kuliah ini. Kegelisahan akademik tersebut
menyangkut penguasaan metodologi dan materi yang ditekuni dalam kegiatan
seminar kelas, didukung keilmuan prodi yang menjadi konsentrasi kami. Tiga isu
penting terkait fokus utama mata kuliah Metode Studi Islam (MSI), yaitu:
1. Problematika Studi Islam dan Studi Agama
Problematika studi Islam dan Studi Agama yang dihadapi umat
manusia di di berbagai belahan dunia sangatlah beragam, sesuai dengan ruang
dan waktu yang melingkupinya. Berbagai pendekatan yang ditawarkan para
tokoh intelektualis dan pemerhati bidang keilmuan ini memiliki tujuan mulia
yang menurut Prof. Dr. H. Amin Abdullah, diantaranya adalah untuk: (1)
pengembangan tradisi keilmuan dan pendidikan, (2) menjawab problematik
globalisasi dan masyarakat minoritas khususnya umat minoritas Muslim
Barat, mungkin termasuk di Benua Australia), (3) harmonisasi terhadap
dominasi peran kesejarahan dan peradaban barat (khususnya di bidang
IPTEK), (4) mensikapi perjumpaan “dakwah-tajdid” dan “dakwah-jihad” di
5
kalangan Umat Muslim, dan (5) Upaya membangun relasi dan dialog antar
umat beragama.
Corak pendekatan, paradigma, model dan strategi yang ditawarkan
para sarjana di atas cukup beralasan mengingat sejarah perkembangan studi
agama-agama (termasuk Islam) menurut Prof. Amin, telah melewati 4 (empat)
fase, yaitu: (1) lokal: ‘Ulu>m al-Di>n, al-Fikr al-Isla>my, dan Dira>sat Isla>miyyah
, (2) Canonical/Propositional: kitab suci sebagai kebenaran yang final dan
absolute, (3) Critical: doubt yang melahirkan research: insider-outsider,
faith-tradition, dan essence-manifestation, dan (4) Global: tradisi lokal
bergerak menuju global, Muslim diaspora, immigrant Muslim di Eropa, dan
gerakan transnasionalisme.
Demikianlah problematika yang senantiasan beriringan di setiap fase
sejarah perkembangan studi Islam dan studi agama pada akhirnya
menghendaki pendekatan, paradigma, model dan strategi yang sesuai dan
selaras dengan kontekstualisasi zaman. Pemikiran tokoh intelektualis yang
dikaji di setiap pertemuan mata kuliah MSI dipelajari secara holistik dan
komprehensif. Skema berikut ini menggambarkan secara umum tentang grand
desain mata kuliah Metode Studi Islam (MSI), menawarkan berbagai
pendekatan dan perspektif dalam memahami problematik kemanusiaan dan
keislamaann kontemporer. Pendidikan Islam merupakan bagian kecil dari
studi ini.
Berbagai tawaran pendekatan, teori dan tipologi pemikiran dalam
Studi Islam dan Studi Agama. Tawaran-tawaran berasal dari para sarjana dan
tokoh intelektualis Muslim maupun non-Muslim. Implikasi dan konsekuensi
dari tawaran-tawaran tersebut ternyata dapat menjadikan Islam sebagai agama
yang mampu berdialog dengan berbagai persoalan keislaman kontemporer
tanpa meninggalkan sumber primer hukum Islam, yaitu al-Qura>n. Tujuan
utama dan dianalisis yang diciptakan adalah maqa>s }id al-Shari >„ah yang
6
relevan dengan konstektualisasi zaman dengan menggunakan pendekatan baru
yang atau fresh ijtihad, tidak hanya berkutat pada teks dan interpretasi-
interpretasi klasik.Tawaran-tawaran yang diberikan dapat kami ilustrasikan
sebagai berikut:
Di berbagai tulisannya, M. Amin Abdullah juga memberikan perhatian
yang besar terhadap pendidikan Islam melalui kontribusi intelektualitasnya. Ia
telah memberikan pencerahan atas problematik yang dihadapi masyarakat
berilmu khususnya dunia pendidikan Islam dan membantu mahasiswa (kita)
untuk senantiasa berpikir dinamis dan progresif. Gagasan pemikiran (M.
Amin Abdullah) itu antara lain sebagai berikut:
a. Integrasi epistemologi keilmuan umum dan agama dalam sistem sekolah
dan madrasah (ke arah rumusan baru filsafat pendidikan Islam yang
integralistik)
7
b. Pengembangan pendidikan non formal berbasis kehidupan beragama
c. Pendidikan karakter: mengasah kepekaan hati nurani
d. Nilai-nilai perennial agama untuk masyarakat dan pemerintah bebas
korupsi: timbal balik antara teori dan praktek
e. Agama dan pembentukan kepribadian bangsa di Indonesia
f. Usaha memahami kemiskinan secara multidimensional ditinjau dari agama
g. Pesan Islam untuk perdamaian dan anti kekerasan
h. Mempertautkan ’Ulu >m al-Di >n, al-fikr al-Isla>miy dan Dira>sat Isla>miyyah:
sumbangan keilmuan islam untuk peradaban global.
i. Hak kebebasan beragama dan berkeyakinan: Pendekatan Filsafat Sistem
dalam Usul Fikih Sosial
2. Peran Pendekatan Studi Islam dan Studi Agama dalam pendidikan Islam
Menurut Prof. Dr. M. Amin Abdullah, bahwa dalam bahasa keilmuan
Islam tradisional biasa disebut al-Tariqah (Metode), sehingga sangat popular
pembedaan antara al-Maddah (Materi) dan al-Tariqah (Metode). Lalu,
dikenallah adagium al-Tariqah ahammu min al-Maddah (Metode
pembelajaran lebih penting dari pada materi pembelajaran). Biasanya
para guru PAI (Pendidikan Agama Islam) lebih menyukai pada materi
pembelajaran (karena sudah disediakan dan dipatok oleh Kurikulum Nasional
(Kurnas), tetapi tidak atau kurang begitu menyukai dan menekuni Metode
pembelajaran, karena dalam metode seseorang memang dituntut untuk berpikir
dan bertindak kreatif dan inovatif, serta komitmen. Dorongan dan panggilan dari
dalam (inner calling). Penekanan pada Approaches memang diperlukan
persyaratan yang lebih dari persyaratan yang biasa berlaku dalam metode.
Dalam Approaches terkandung syarat yang tidak tertulis bahwa seseorang,
baik guru, dosen, da’i dan leaders of influence yang lain harus bersedia
melakukan penelitian (research) dan studi perbandingan (comparasion)
dengan cara melibatkan disiplin ilmu-ilmu dan pengalaman-pengalaman
bidang lain untuk membangun kemampuan berkreasi dan melakukan inovasi.
Begitu juga bidang hukum Islam dan bidang-bidang ilmu keislaman yang
lainnya, persyaratan tersebut berlaku sepenuhnya.
8
Pemaparan M. Amin Abdullah tersebut di atas memang menjadi
problematik Pendidikan Agama Islam (PAI) yang mencakup persoalan
metode, materi, kurikulum, media, dan manajemen atau pengelolaan institusi
pendidikan itu sendiri. Selain itu terdapat problem teknis dalam Pendidikan
Agama Islam (PAI) yang hingga hari ini belum tuntas. Persoalan itu
diantaranya adalah:
a. Mutu pendidikan yang masih berkutat pada fiqih centris sehingga
berpengaruh terhadap kualitas/ mutu lulusan/ alumni.
b. Disparitas kualitas sumberdaya manusia antar institusi yang timpang
terlalu jauh, terlebih bila dibandingkan dengan kualitas sumber daya
manusia negara tetangga.
c. Perlunya koneksitas antara ilmu tarbiyah (PAI) dengan pendidikan yang
meliputi metode ilmiah (sainstifik), filosofis (kefilsafatan), dan mistik
(sufistik).
d. Pemahaman yang komprehensif terkait isu-isu pluralisme di Indonesia,
yakni konsep pendidikan damai (Penda), Pendidikan ruhani, pendidikan
multi kultural, pendidikan kewarganegaraan, pendidikan demokratis,
pendidikan humanis (pendidikan tanpa kekerasan), pendidikan holistik,
pendidikan moral, pendidikan budi pekerti, pendidikan kemajemukan,
pendidikan inklusif, pendidikan pembangunan berkelanjutan, pendidikan
pembangunan bangsa, sekolah internasional Islam, pendidikan kritis,
pendidikan deradikalisasi, pendidikan kesetaraan gender, dan pendidikan
ekologi/lingkungan.
e. Pengembangan institusi pendidikan model boardingschool, pendidikan
posmodernisme, pendidikan rimba, pendidikan iman, Lifelong Education,
pendidikan HAM, pendidikan meunasah, rangkah dan dayah, dan
pendidikan Agama Islam kontemporer yang menjawab problematik
kekinian.
9
f. Pengembangan konsep pendidikan karakter, pendidikan anti korupsi,
pengembangan pendidikan tematik-integratif dalam kurikulum 2013
(kurtilas), pemberdayaan laboratorium terpadu, pengembangan paradigma
baru “learning program development”, dan perlunya integrasi dalam
pendidikan Islam ke dalam individu (rasionalitas-spiritual dan human-
religius), termasuk integrasi multi-dimensi ke seluruh kebudayaan
manusia (kompleksitas ide-ide, gagasan, nilai-nilai, aturan dan lain-lain).
Berbagai problematik yang menuntut untuk segera diselesaikan
tersebut, mengisyaratkan bahwa Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki
tugas yang sangat berat, yakni bukan hanya mencetak peserta didik pada satu
bentuk, tapi berupaya untuk menumbuhkembangkan potensi yang ada pada
diri mereka seoptimal mungkin serta mengarahkannya agar perkembangan
potensi tersebut berjalan sesuai nilai-nilai ajaran Islam. Pendidikan Agama
Islam (PAI) sebagai sutu disiplin ilmu, mempunyai karakteristik dan tujuan
yang berbeda dari disiplin ilmu yang lain. Bahkan sangat mungkin berbeda
sesuai dengan orientasi dari masing-masing lembaga yang
menyelenggarakannya.
Berangkat dari pemahaman makna dan tugas berat yang diemban oleh
PAI di sekolah/ madrasah maka pembelajaran pendidikan agama Islam
diarahkan bagi terbentuknya kepribadian yang memiliki integritas diniyah
(tafaquh fi al-di>n) dan loyalitas nasional. Suatu kepribadian yang utuh tidak
saja taat beragama, lebih dari itu memiliki kesanggupan untuk menjaga dan
mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk mencapai tujuan yang
demikian mulia itu rasanya tidak mungkin terwujud apabila kurikulum atau
GBPP-nya menggunakan model organisasi Corelated Subyek Curriculum,
kompetensi dasarnya hanya rajin berdzikir dan berdoa, gemar membaca al-
Qura>n dan, sholat lima waktu dan terbiasa berakhlak mulia.
10
Di sekolah umum misalnya (SMA/SMU/SMK), dengan alokasi waktu
2 (dua) jam/seminggu dan harus mengajarkan materi al-Qura>n dan al-H}adi>th,
Akhlak Tauhid, Fiqih Ibadah, Muamalah dan Sejarah Islam. Ditambah lagi
wawasan metodologi dan kecakapan Guru Agama Islam yang terbatas, maka
sulit rasanya mewujudkan output pendidikan yang memiliki integritas
diniyyah dan loyaliyas nasional dalam era global dan abad informasi ini. Oleh
karena itu, pencerahan yang diberikan oleh M. Amin Abdullah bahwa
seseorang, baik guru, dosen, da’i dan leaders of influence yang lain harus
bersedia melakukan penelitian (research) dan studi perbandingan
(comparasion) dengan cara melibatkan disiplin ilmu-ilmu dan pengalaman-
pengalaman bidang lain untuk membangun kemampuan berkreasi dan
melakukan inovasi. Selain itu, solusi keluar dari kebuntuan ini adalah
pengembangan metodologi pembelajaran, mengajarkan metode pembelajaran
khususnya di PT, bukan mengajarkan materi (subject matter) seperti yang
terjadi sekarang ini.
Perkembangan teknologi informasi pada era global seperti sekarang ini
harus direspon sebagai peluang dalam pembelajaran PAI di sekolah.
Bagaimana agar tantangan ancaman yang ditimbulkan oleh efek negatif
teknologi, informasi yang menembus jagat raya termasuk dunia Islam itu
dapat diubah menjadi peluang bagi kemajuan pendidikan Islam khususnya
pembelajaran PAI di sekolah. Kata kuncinya ialah semua praktisi pendidikan
Islam mulai Menteri Agama sampai Guru Agama Islam menjadi seperti ikan
yang hidup dan bukan sebaliknya. Artinya semua yang terlibat dalam
Pendidikan Islam atau PAI sadar diri dan tidak mati suri terhadap teknologi
informasi. Ketika hal itu hadir di tengah-tengah komunitas muslim maka
segera dikelola dan dimanfaatkan sebagai piranti yang mendukung
pembelajaran PAI disekolah dan lembaga pendidikan Islam pada umumnya.
Upaya pembenahan yang perlu segera dilakukan antara lain: (1),
11
pengembangan kurikulum PAI, (2) perubahan paradigma pembelajaran PAI,
dan (3) mengakomodasi isu-isu global ke dalam silabi/ materi PAI di sekolah.
Pembelajaran PAI di sekolah yang berlaku selama ini disusun oleh
Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan Nasional dengan organisasi
Corelated Curriculum yang mengaitkan beberapa mata pelajaran yang
terpisah seperti al-Qur'a>n, al-H}adi>th, Aqi>dah Akhla>k, Fiqih Iba>dah,
Mua'amalah dan Sejarah Islam. Pada abad informasi ini model pengembangan
kurikulum PAI perlu ada pembaharuan dengan model integrasi, artinya semua
ilmu pengetahuan terkait dipadukan ke dalam mata pelajaran PAI di sekolah.
Bagaimana pengetahuan kealaman (IPA/IPS) dapat di integrasikan ke dalam
materi PAI di sekolah-sekolah. Gambar berikut memperjelas integrasi
kurikulum pembelajaran PAI di sekolah. Horison jaring laba-laba keilmuan
teoantroposentrik-integralistik yang digagas oleh Prof. Dr. H. M. Amin
Abdullah, MA dalam ”Islamic Studies di Perguruan Tinggi Pendekatan
Integratif-Interkonektif”.
12
Gambar di atas mengharuskan adanya integrasi/ keterpaduan/ materi
PAI dengan berbagai keilmua kontemporer masa kini. Menurut M. Abdullah
Saeed sebagaimana disampaikan oleh Amin Abdullah bahwa sejarah umat
manusia mengalami perubahan yang luar biasa dalam kurun waktu 100-150
tahun ini. Perubahan tersebut antara lain terkait dengan globalisasi, migrasi
penduduk, kemajuan sains dan teknologi, eksplorasi ruang angkasa,
penemuan- penemuan arkeologis, evolusi dan genetika, pendidikan umum
dan tingkat literasi. Diatas itu semua adalah bertambahnya pemahaman
dan kesadaran tentang pentingnya harkat dan martabat manusia (human
dignity), perjumpaan yang lebih dekat antar umat beragama (greater inter-
faith interaction), munculnya konsep negara-bangsa yang berdampak pada
kesetaraan dan perlakuan yang sama kepada semua warga negara (equal
citizenship), belum lagi kesetaraan gender dan begitu seterusnya. Perubahan
sosial yang dahsyat tersebut berdampak luar biasa dan mengubah pola
berpikir dan pandangan keagamaan (religious worldview) baik di lingkungan
umat Islam maupun umat beragama yang lain. Termasuk yang harus menjadi
perhatian penuh adalah keadilan sosial, lebih-lebih keadilan Gender, HAM
dan hubungan yang harmonis antara Muslim dan non-Muslim.
Karenanya penyusunan buku teks materi PAI harus disusun lebih
komprehensif dan holistik. Kemudian para guru pendidikan Agama Islam
(GPAI) ke depan juga dituntut memiliki basis pengetahuan yang lebih luas.
Mereka harus melek ilmu kealaman dan ilmu sosial humaniora disamping
menguasai ilmu keislaman yang menjadi kompetensinya. Artinya perlu
perubahan kurikulum dari Corelated Subject Matter Curriculum kepada
Integrated Subject Curriculum. Inovasi dalam pembelajaran PAI di sekolah
perlu dilakukan dalam rangka merespon perkembangan masyarakat dan
kemajunnnya di bidang sains dan teknologi informasi. Arah dan tujuan
pendidikan Islam yang hendak mewujudkan peserta didik yang memiliki
integritas diniyyah dan loyalitas nasional karenanya perlu dibarengi dengan
13
ikhtiar intensif bidang keilmuannya. Beberapa aspek keilmuan yang perlu
mendapat perhatian antara lain: pertama pembaharuan dalam pendekatan
epistemologis pembelajaran PAI dari organisasi kurikulum terkait (corelated
curriculum kepada integrated kurikulum) terpadu. Kedua, mengakomodasi
nilai isu-isu global dalam silabus/materi PAI seiring kemajuan zaman dan
kompleksitas permasalahan yang dihadapi manusia terlebih komunitas
Muslim yang harus meresponnya dengan berbuat lokal tetapi berpikir global.
Hanya dengan merespon kemajuan dalam konstruksi kekinian maka
pendidikan agama Islam di sekolah menjadi kebutuhan dan diperhitungkan
keberadaannya.
Berikut kesimpulan umum dari pembahasan di atas, kami gambarkan
dalam bentuk smartart relasi berikut:
14
3. Tindak lanjut dan implementasi pendekatan Studi Islam dan Studi Agama:
upaya pengembangan
Tantangan globalisasi secara menyeluruh yang di hadapi umat Muslim
di seluruh belahan dunia termasuk masyarakat Muslim Indonesia adalah lebih
rumit, lebih besar daripada keadaan yang dihadapi umat di masa klasik dan
zaman pertengahan. Khususnya dalam lapangan ekonomi, politik,
komunikasi, dan pendidikan. Masyarakat modern telah mengembangkan
pemikiran, pranata-pranata, dan struktur- struktur yang tak tertandingi
kerumitan dan kecanggihannya. Dunia Islam mengalami perubahan yang
cepat dan mendasar. Umat Islam sudah terpecah-pecah menjadi sekian banyak
negara-bangsa, penduduk Muslim menjadi mayoritas atau minoritas, dan
berbagai tradisi kenegaraan, budaya, serta keagamaan pun berubah. Namun di
sisi lain, persatuan Islam justru semakin intensif, karena adanya sarana
15
komunikasi dan transportasi yang semakin canggih. Di pihak lain,
perkembangan dunia Islam semakin tidak dapat dilepaskan dari dunia secara
keseluruhan. Di sinilah dibutuhkan sebuah perubahan paradigma (paradigm
shift) dari pendidikan untuk menghadapi prolematik dunia global dan menata
kembali kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya umat Muslim.
Menurut Prof. Dr. M. Amin Abdullah perkembagan Studi Islam dan
Studi Agama senantiasa dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut, meliputi: (1)
pendidikan dan keilmuan, (2) demografi: minority Muslim in the West, (3)
peradaban: world civilization, (4) keagamaan: tajdid atau jihad, dan (5) dialog:
interfaith and intercultural dialog. Lima aspek tersebut menjadi faktor
pendukung, penghambat sekaligus solusi jika kita bersikap inklusif dan
terbuka terhadap perubahan. Mulai belajar mengenal budaya nusantara yang
beragam, budaya global, agama-agama, dan memperkaya pengetahuan
sebagai modal menghadapi perkembangan zaman termasuk mendidik generasi
penerus dalam rangka menjaga dan mempertahankan keberlanjutan tradisi
intelektual.
C. Perubahan Paradigma
Sebagai seorang “migrasi” yang pernah menimba pengalaman dan
menempuh pendidikan di beberapa demografi berbeda (Jambi-Purwokerto-
Ponorogo-Jombang), berdialektika dengan paham keagamaan yang mewarnai,
termasuk latar belakang kami (penulis) turut berperan membentuk pribadi yang
kompleks dengan identitas yang terus berevolutif. Bagi kami mata kuliah ini
(MSI) telah memberikan kontribusi besar dalam rangka memperjelas arah
paradigma/ worldview dan identitas yang akan ditampilkan ke permukaan sebagai
cerminan dari kepribadian seseorang pasca menempuh sebuah pendidikan yaitu
kesadaran perubahan “afektif-kognitif-psikomotorik”. Jelaslah kiranya bagi kami
dibutuhkan sebuah paradigma dan kepribadian yang mengakomodir standar
etika global dan selanjutnya dikembangkan ke dalam ranah pendidikan Islam
16
serta dibumikan ke dalam relung-relung kehidupan dan aktivitas sehari-hari
(sebagai guru diniyyah di pesantren dan dosen di PT).
Berbagai pendekatan (approach) dan metode (The way to Obtain Data)
dalam Studi Islam dan Studi Agama terutama model dan teknis pembelajaran PAI
harus menggunakan berbagai macam pendekatan keilmuan yang bersifat historis
empiris antara lain (1) sejarah agama (history of religion), (2) sosiologi agama
(sociology of religion), (3) psikologi agama (psychology of religion), (4)
antropologi agama (anthropology of religion) dan berbagai pendekatan
kontemporer lainnya. Dengan demikian suasana pembelajaran tidak monoton,
muram dan lamban karena bersifat penggulangan dari pengetahuan yang telah
dipelajari sebelumnya oleh mahasiswa. Pendekatan pembelajaran PAI dari
berbagai perspektif historis empiris diharapkan mampu mencairkan “gunung es”
kejumudan dinamika dan tradisi pembelajaran yang sama sekali tidak inovatif
lebih-lebih menegasikan konstektualitas dan tidak bergerak kreatif menuju
pengembangan intelektualitas yang mapan, tidak sekedar mencapai tujuan-tujuan
praktis semata, namun memberikan bekal “inquiry/problem based learning”,
solusi bagaimana seorang alumnus PT mampu berkiprah di masyarakat dan
berkontribusi serta menyelesaikan problem kehidupannya di masa mendatang.
Sebagai seorang dosen kami mengemban amanah dan tanggungjawab
yang melekat pada profesi ini. Amanah dan tanggungjawab tersebut terkait
dengan menjalankan fungsi pendidikan yakni menumbuhkan daya kreatif,
kecerdasan personal dan kecerdasan sosial — kesadaran kemanusiaan, kesadaran
terhadap kesejarahan, peka terhadap kondisi sosial — mahasiswa dalam suasana
akademik dan pembelajaran. Upaya menciptakan pembelajaran yang Produktif,
Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan dan Islami (PAKEMI). Terkait dengan hal
ini, usaha kreatif yang kami lakukan dimulai dari intensitas pemantauan terhadap
perkembangan mahasiswa terutama mereka yang mengikuti program mata kuliah
yang diampu. Kami menempuh langkah-langkah pembelajaran dengan
pendekatan, metode, teknik, dan strategi yang sesuai dengan tujuan dan bahan
17
pembelajaran, serta memperhatikan relevansinya dengan kebutuhan mahasiswa di
masa mendatang ketika mereka hidup di dunia nyata sehingga diharapkan kelak
mereka mampu menyelesaikan problem hidup yang mereka hadapi dan dapat
menjawab kebutuhan masyarakat di bidang Pendidikan Agama Islam (PAI)
termasuk juga menggunakan metode dan pendekatan yang telah dipelajari pada
mata kuliah Metode Studi Islam (MSI).
D. Agenda Selanjutnya
Alla>h ‘Alam bi al-S}awa>b.
Menabur benih-benih perubahan dari diri sendiri merupakan langkah
utama sebagai tindak lanjut dan agenda kami selanjutnya. Di sinilah diperlukan
pendidikan dalam arti “lifelong education” dan membaca literatur yang
memiliki kualitas primer serta bahan-bahan pendukung yang relevan. Terus
belajar dan memperbaiki diri. Ilmu tak pernah mengenal batasan untuk
dipelajari karena pada hakikatnya tidak ada dikotomis dalam ilmu itu sendiri.
Selain itu, berperan aktif di berbagai komunitas masyarakat di sekitar kita, baik
komunitas tempat kami menjalani aktivitas (kampung desa-pesantren-PT),
merupakan tanggungjawab sebagai makhluk sosial yang merupakan bagian dari
komunitas masyarakat. Apalagi spirit dan motivasi untuk saling “berbagi dan
memberi” itu sendiri lahir dari rahim Agama Islam, Rasulullah saw bersabda:
“Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seseorang yang
tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baiknya manusia adalah orang yang paling
bermanfaat bagi manusia yang lain”. HR. al-T}abra>ny dan al-Da>r Qut}ny,
diriwayatkan dari Ja >bir ra. Wa