makalah teori penilaian program
TRANSCRIPT
TEORI-TEORI MODEL PENILAIAN ATAU EVALUASI PENILAIAN PROGRAM BK
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah PenilaianProgram BK
Dosen Pengampu: Drs. Eko Nusantoro, M.Pd.Kons dan ZakiNurul Amin, S.Pd.
Oleh :
Fachrunnisa Yunitasari 1301411080
Alif Gema Adzani 1301411000
Cempaka Wuryani Kusuma 1301411098
Arafi Taufiq Pambudi 1301411111
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELINGFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penilaian program bimbingan dan konseling merupakan
bagian integral dalam manajemen bimbingan dan
konseling. Melalui penilaian yang akurat akan dapat
memberikan : (a) umpan balik bagi konselor yang
selanjutnya dipakai sebagai upaya memperbaiki dan
mengembangkan program bimbingan dan konseling tahun
berikutnya, (b) informasi kepada pihak pimpinan
sekolah, guru mata pelajaran dan orang tua tentang
perkembangan sikap dan perilaku serta pencapaian tugas
perkembangan pada setiap peserta didik.
Namun pada kenyataannya bahwa kriteria Evaluasi
Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling di Sekolah,
belum ada penetapan kriteria yang bisa dijadikan
sebagai patokan dalam evaluasi program bimbingan dan
konseling, hal tersebut sudah lama menjadi persoalan
yang belum terpecahkan secara tuntas. Kriteria sebagai
patokan untuk mengevaluasi keberhasilan pelaksanaan
program bimbingan dan konseling di sekolah adalah
mengacu pada terpenuhi tidaknya kebutuhan-kebutuhan
peserta didik dan pihak-pihak yang terlibat baik secara
langsung maupun tidak langsung, berperan membantu
peserta didik memperoleh perubahan perilaku ke arah
yang lebih baik.( Sukardi, 1990: 48).
Model-model dalam evaluasi yang digunakan dalam
evaluasi bimbingan adalah goal attainment oleh Tyler
yang merupakan proses menentukan seberapa jauh tujuan
program yang telah tercapai. Tyler merupakan seorang
yang dianggap sebagai bapak evaluasi, karena pada tahun
1950 telah memberikan sumbangannya dalam memberikan
definisi pada evaluasi. Tyler dalam Brinkerhoff
memandang evaluasi sebagai bagian proses penentuan arah
mengaktualisasi tujuan yang dapat dicapai. Dapat
disimpulkan bahwa evaluasi merupakan proses pemberian
penilaian terhadap keberhargaan dan keberhasilan suatu
program yang dilakukan melalui pengumpulan data,
pengolahan data, serta analisis data yang akan
dijadikan dasar untuk membuat keputusan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan
masalah dalam makalah ini menitik beratkan pada
bagaimana teori-teori model penilaian atau evaluasi
penilaian program Bimbingan dan Konseling?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini yang membahasa
mengenai teori-teori model penilaian atau evaluasi
penilaian program Bimbingan dan Konseling yaitu agar
nantinya akan manmpu menerapkan sistem penilaian
program yang akan digunakan sesuai teori-teori yang
ada.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Penilaian Program BK
Evaluasi atau Penilaian merupakan langkah penting
dalam menejemen program bimbingan. Tanpa evaluasi
tidak mungkin kita akan mengetahui dan
mengidentifikasi keberhasilan pelaksanaan program
bimbingan yang telah kita rencanakan. Evaluasi juga
dapat diartikan sebagai proses pengumpulan informasi
untuk mengetahui evektifitas kegiatan-kegiatan yang
telah dilakukan dalam upaya mengambil keputusan.
Konsep evaluasi bimbingan konseling merupakan
kegiatan yang berkesinambungan dan terkait satu sama
lainnya meliputi kegiatan dalam perencanaan,
pelaksanaan, penilaian, dan tindak lanjut. Asesment
dalam setiap kegiatan itu akan memberikan berbagai
informasi sebagai tujuan dalam berbagai alternative
keputusan. Evaluasi dalam keterkaitan bimbingan
konseling yang akan melahirkan berbagai keputusan
baik terhadap bimbingan konseling, guru pembimbing,
maupun terhadap program kerja dan layanan itu
sendiri
Kriteria Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan
Dan Konseling di Sekolah, dalam hal penetapan
kriteria sebagai patokan dalam evaluasi program
bimbingan dan konseling sudah lama merupakan
persoalan yang belum terpecahkan secara tuntas.
Kriteria sebagai patokan untuk mengevaluasi
keberhasilan pelaksanaan program bimbingan dan
konseling di sekolah adalah mengacu pada terpenuhi
tidaknya kebutuhan-kebutuhan peserta didik dan
pihak-pihak yang terlibat baik secara langsung
maupun tidak langsung, berperan membantu peserta
didik memperoleh perubahan perilaku ke arah yang
lebih baik.( Sukardi, 1990: 48).
B. Perbedaan dan Persamaan Evaluasi Program BK dan
Evaluasi Hasil Belajar Mata Pelajaran
Terdapat perbedaan antara evaluasi program
Bimbingan dan Konseling dengan evaluasi hasil
belajar mata pelajaran, yaitu:
a. Evaluasi Program
1. Karakteristik Evaluasi program BK
2. Aspek yang dievaluasi Perencanaan (tujuan,
strategi yang digunakan), proses, serta
hasil
3. Pemberian nilai (judgement) Kepada program
Kepada siswa, Bentuk nilai Tidak harus skor
4. Instrumen yang digunakan Multi instrument
(angket, inventori, pedoman wawancara,
pedoman observasi, dll)
5. Keputusan yang diambil Program
efektif/kurang, efektif/tidak efektif/perlu
diperbaiki, dsb.
b. Evaluasi Hasil Belajar
1. Evaluasi Hasil Belajar Mata Pelajaran
2. Aspek yang di evaluasi Hasil
3. Pemberian nilai Harus skor,
4. Instrumen yang digunakan Tunggal (tes hasil
belajar)
5. Keputusan yang diambil Lulus/remedial
Persamaan anatara evaluasi program Bimbingan
dan Konseling dengan evaluasi hasil belajar mata
pelajaran, yaitu:
1. Karakteristik Evaluasi program BK Evaluasi
hasil belajar pada mata pelajaran
2. Tahapan evaluasi Pengumpulan data,
3. penmgolahan data,
4. analisis data,
5. serta pengambilan keputusan Pengumpulan data
evaluator Guru BK dan Guru mata pelajaran.
C. Model Penilaian Program BK
a. Model Menurut Stufflebeam
Menurut Stufflebeam, pada tahun 1970-an
terdapat sekitar lima puluh model evaluasi
(Stufflebeam & Shienkfield, 1985:49). Evaluasi yang
sering digunakan untuk program Bimbingan dan
Konseling, adalah evaluasi model planning,
programming, budgeting system (PPBS) yang memberikan
tekanannya pada menetapkan tujuan yang khusus,
objektif, dan criteria dalam evaluasi. Kriteria yang
digunakan dalam model ini adalah referensi criteria
bukan referensi norma. model CIPP yang memfokuskan
pada kekuatan dan kelemahan desain program.
Model-model dalam evaluasi yang digunakan dalam
evaluasi bimbingan adalah goal attainment oleh Tyler
yang merupakan proses menentukan seberapa jauh
tujuan program yang telah tercapai. Tyler merupakan
seorang yang dianggap sebagai bapak evaluasi, karena
pada tahun 1950 telah memberikan sumbangannya dalam
memberikan definisi pada evaluasi. Tyler dalam
Brinkerhoff memandang evaluasi sebagai bagian proses
penentuan arah menaktualisasi tujuan yang dapat
dicapai. Dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan
proses pemberian penilaian terhadap keberhargaan dan
keberhasilan suatu program yang dilakukan melalui
pengumpulan data, pengolahan data, serta analisis
data yang akan dijadikan dasar untuk membuat
keputusan.
b. Model Menurut Michael Scrive
Michael Scrive mengembangkan model evaluasi
formatif dan sumatif. model ini menunjukkan adanya
tahapan dan lingkup objek yang dievaluasi, yaitu
evaluasi yang dilakukan pada waktu program masih
berjalan (evaluasi formatif) dan ketika program
sudah selesai atau berakhir (evaluasi sumatif).
Model evaluasi formatif dan sumatif ketika
melaksanakan evaluasi, evaluator tidak dapat
melepaskan diri dari tujuan. Tujuan evaluasi
formatif memang berbeda dengan tujuan evaluasi
sumatif. Dengan demikian, model yang dikemukakan
oleh Michael Scrive ini menunjukakan “apa, kapan,
dan tujuan” evaluasi tersebut dilaksanakan.
Hampir setiap bulan guru-guru melaksanakan
evaluasi formatif dalam bentuk ulangan harian.
Evaluasi tersebut dilaksanakan untuk mengetahui
sampai berapa tinggi tingkat keberhasilan atau
ketercapaian tujuan untuk masing-masing pokok
bahasan. Dikarenakan luas atau sempitnya materi yang
tercakup didalam pokok bahasan setiap mata pelajaran
tidak sama, maka tidak dapat ditentukan dengan pasti
kapan eveluasi formatif dilaksanakan dan berapa kali
untuk masing-masing mata pelajaran.
1. Evaluasi Formatif
Menurut Scriven (1991) dalam diktat teori dan
praktek evaluasi program bimbingan dan konseling (Aip
Badrujaman, 2009), evaluasi formatif adalah suatu
evaluasi yang biasanya dilakukan ketika suatu produk
atau program tertentu sedang dikembangkan dan
biasanya dilakukan lebih dari sekali dengan tujuan
untuk melakukan perbaikan.
Yaitu evaluasi yang digunakan untuk mencari
umpan balik guna memperbaiki proses belajar mengajar
bagi guru maupun peserta didik. Evaluasi formatif
secara prinsip merupakan evaluasi yang dilaksanakan
ketika program masih berlangsung atau ketika program
masih dekat dengan permulaan kegiatan. Misalnya,
selama pengembangan program paket kurikulum,
evaluais formatif akan melibatkan pemeriksaan konten
oleh ahli, pilot tes terhadap sejumlah siswa, tes
lapangan terhadap siswa yang lebih banyak dan dengan
guru di beberapa sekolah, dan lain sebagainya. Pada
evaluasi formatif, audiensinya personalia program,
mereka yang bertanggung jawab atas pengembangan
kurikulum. Evaluasi formatif harus mengarah kepada
keputusan tentang perkembangan program termasuk
perbaikan, revisi, dan semacamnya.
Evaluasi formatif (kadang-kadang disebut sebagai
internal) adalah sebuah metode untuk menilai layak
program sementara kegiatan program
sedang membentuk (dalam proses). Ini bagian dari
evaluasi berfokus pada proses. Dengan demikian,
evaluasi formatif pada dasarnya dilakukan dengan
cepat. Mereka mengizinkan desainer, peserta didik,
dan instruktur untuk memantau seberapa baik tujuan
instruksional dan tujuan telah terpenuhi. Evaluasi
Formatif juga berguna dalam menganalisis materi
pembelajaran, dan prestasi belajar siswa, dan
efektifitas guru Evaluasi Formatif terutama suatu
proses pembangunan yang menumpuk serangkaian
komponen bahan baru, keterampilan, dan masalah
menjadi keseluruhan yang berarti utama. - Wally
Guyot (1978)
1.1. Tujuan Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif adalah mengetahui sejauh
mana program yang dirancang dapat berlangsung,
sekaligus mengidentifikasi hambatan. Dengan
diketahui hambatan dan hal-hal yang
menyebabkan program tidak lancar, pengambilan
keputusan secara dini dapat mengadakan
perbaikan yang mendukung kelancaran pencapaian
tujuan program.
Untuk memastikan tujuan yang diharapkan dapat
tercapai dan untuk melakukan perbaikan suatu
produk atau program.
1.2. Fungsi Evaluasi Formatif
Sebagai balikan bagi siswa dan guru tentang
kemajuan belajar.
Untuk memperoleh informasi yang dapat
membantu memperbaikai proyek, kurikulum, atau
lokakarya.
1.3. Teknik Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif terdiri dari beragam
bentuk. Menurut Martin Tessmer (1996) dalam diktat
teori dan praktek evaluasi program bimbingan dan konseling
(Aip Badrujaman, 2009) evaluasi formatif dapat
dilakukan sebagai berikut :
1.3.1. Review ahli (expert review)
Evaluasi dimana ahli yang mengkaji ulang
program layanan dengan atau tanpa kehadiran
evaluator. Ahli bisa ahli materi, ahli teknis,
perancang, atau instruktur. Evaluasi ini dilakukan
terhadap program muatan layanan yang masih kasar
atau masih dalam rancangan (draft) untuk mengetahui
kelebihan dan kelemahannya.
1.3.2. Kelebihan dari review ahli adalah :
a. Review menghasilkan tipe informasi yang berbeda
jika dibandingkan dengan informasi yang diperoleh
dari evaluasi orang per orang, kelompok kecil,
atau uji lapangan.
b. Kadang-kadang ahli yang dibutuhkan telah ada dan
dibayar dengan murah.
1.3.3. Sedangkan kelemahannya adalah :
a. Review ahli tidak memberikan pandangan atau
pendapat dari sudut pandang siswa.
b. Review ahli membutuhkan biaya tinggi jika orang
ahli harus didatangkan dari wilayah yang jauh.
c) Informasi yang dapat digali dari pelaksanaan
review ahli antara lain :
a. Informasi yang berkaitan dengan content (materi),
seperti kelengkapan, akurasi, kepentingan, serta
kedalaman.
b. Informasi yang berkaitan dengan disain
instruksional, seperti kesesuain dengan
karakteristik, dan tugas perkembangan siswa,
kesesuaian antara tujuan-materi-evaluasi, ketepatan
pemilihan media, dan ketertarikkan bagi siswa.
c. Informasi yang berkaitan dengan implementasi,
seperti kemudahan penggunaan, kesesuaian dengan
lingkungan belajar sebenarnya, kesesuaian dengan
lingkungan.
d. Informasi kualitas teknis, seperti kualitas layout,
grafis, audio, visual, dll.
2. Evaluasi orang per orang (one-to-one evaluation)
Evaluasi ini dilakukan dengan wawancara yang
dilakukan secara perorangan oleh evaluator terhadap
beberapa siswa dimana secara satu persatu siswa diminta
untuk memberikan komentarnya mengenai program layanan
yang sedang dikembangkan. Selain itu siswa juga
biasanya diminta untuk menyelesaikan pre dan post test
untuk mengukur efektifitas program layanan.
Keuntungan dari evaluasi ini adalah evaluasi ini
memberikan informasi dari sudut pandang siswa, serta
evaluasi ini dapat dilakukan dengan mudah, cepat,
murah, dan produktif.
Informasi yang dapat diperoleh dari evaluasi ini
meliputi beberapa aspek, antara lain:
a. Materi (content)
b. Seperti tingkat kesulitan, kejelasan, kemenarikan,
serta kekinian materi.
c. Disain instruksional
d. Seperti kejelasan tujuan, kelogisan sistematika
penyampaian materi.
e. Implementasi
f. Seperti tingkat kesulitan penggunaan, tingkat
kemudahan dana, kemungkinan kesulitan yang
dihadapi.
g. Kualitas teknis
h. Seperti kualitas animasi, video, serta layout.
i. Menurut Tessmer (1996) dalam diktat teori dan praktek
evaluasi program bimbingan dan konseling (Aip Badrujaman,
2009) untuk memilih subyek dalam evaluasi satu per
satu, ada beberapa karakteristik yang bisa
dijadikan patokan, yakni:
j. Pengetahuan siswa: meliputi seberapa jauh mereka
dapat mengetahui tentang materi yang akan
diberikan (pre test).
k. Kemampuan siswa: apakah siswa mempunyai kemampuan
intelektual dan strategi yang menunjukkan bahwa
dirinya sebagai siswa dapat belajar cepat atau
lambat.
l. Minat siswa: meliputi apakah mereka akan
menunjukkan motivasi yang kuat untuk mempelajari
dan mereview program layanan yang sedang
dikembangkan.
m. Keterwakilan siswa: seberapa jumlah siswa dari
populasi yang memiliki kemampuan, keterampilan,
dan motivasi.
n. Kepribadian siswa: apakah cukup percaya diri dan
terbuka untuk mengekspresikan kritiknya selama
evaluasi.
3. Evaluasi kelompok kecil (small group).
Evaluasi di mana evaluator mengujicobakan suatu
program layanan pada suatu kelompok siswa dan mencatat
performance dan komentar-komentarnya.
4. Uji lapangan (field test)
Evaluasi di mana evaluator mengobservasi program
layanan yang diujicobakan kepada sekelompok siswa
tertentu dalam suatu situasi nyata. Evaluasi ini
dilakukan terhadap suatu program layanan yang sudah
selesai dikembangkan, tapi masih membutuhkan atau
memungkinkan untuk direvisi akhir.
Salah satu kelebihan dari uji lapangan adalah bahwa
dengan evaluasi ini akan diperoleh informasi apakah
program layanan dengan menggunakan menggunakan metode
tertentu akan benar-benar berjalan sesuai dengan apa
yang diharapkan.
Menurut Tessmer (1996) dalam diktat teori dan praktek
evaluasi program bimbingan dan konseling (Aip Badrujaman,
2009) beberapa fokus penggalian informasi yang perlu
dijadikan patokan dalam uji lapangan adalah :
a) Kemampuan untuk dilaksanakan
b) Kesinambungan
c) Efektifitas
d) Kecocokan dengan lingkungan
e) Digunakan dalam beberapa variasi lingkungan.
d. Manfaat data penilaian hasil belajar formatif
Data hasil belajar formatif dapat diperoleh guru
secara langsung pada akhir proses belajar mengajar
berupa hasil skor pasca tes. data ini disamping
menggambarkan penguasaan tujuan instruksi oleh para
siswa, juga memberi petujuk kepada guru tentang
keberhasilan dirinya dalam mengajar. oleh sebab itu
data itu sangat bermanfaat bagi guru dalam upaya
memperbaiki tindakan mengajar selanjutnya. dari kajian
hasil penilaian ini guru dapat memetik mafaat dalam :
a. Memperbaiki program pengajaran atau suatu
pelajaran dimasa mendatang terutama dalam
merumuskan tujuan instruksional, organisasi bahan,
kegiatan belajar mengajar, dan pertanyaan
penilaian.
b. Meninjau kembali dan memperbaiki tindakan
mengajarnya dalam memilih dan menggunakan metode
mengajar, mengembangkan kegiatan belajar siswa,
bimbingan belajar, tugas dan latihan para siswa,
dll.
c. Mengulang kembali bahan pengajaran yang belum di
kuasai oleh siswa sebelum melanjutkan dengan bahan
baru, atau memberi penugasan kepada siswa untuk
memperdalam bahan yag belum dikuasainya.
d. Melakukan diagnosis kesulitan belajar para siswa
sehingga dapat di temukan faktor penyebab
kegagalan siswa dalam menguasai tujuan
instruksional.
B. Evaluasi Sumatif.
Yaitu evaluasi yang digunakan untuk mengukur atau
menilai sampai dimana pencapaian peserta didik terhadap
bahan pelajaran yang telah diajarkan, dan selanjutnya
untuk menentukan kenaikan tingkat atau kelulusan
peserta didik yang bersagkutan. Evaluasi sumatif
dilakukan pada akhir program untuk memberi informasi
kepada konsumen yang potensial tentang manfaat atau
kegunaan program. Misalnya, setelah paket kurikulum
dikembangkan, evaluasi sumatif mungkin dilaksanakan
untuk menentukan efektifitas paket tersebut pada
tingkat nasional atau sampel sekolah khusus, guru, dan
siswa pada tingkat perkembangan tertentu. Pada evaluasi
sumatif, audiensinya termasuk konsumen yang potensial
seperti siswa, guru, dan lain-lain yang terlibat dalam
program. Evaluasi sumatif mengarah ke arah keputusan
tentang kelanjutan program, berhenti atau program
diteruskan, pengadopsian dan selanjutnya. Evaluasi
sumatif biasanya kuantitatif, dengan menggunakan skor
numerik atau nilai surat untuk menilai prestasi peserta
didik.
Sebuah evaluasi sumatif (kadang-kadang disebut
sebagai eksternal) adalah metode menilai nilai suatu
program pada akhir kegiatan program
(penjumlahan). Fokusnya adalah pada hasil.
Semua penilaian dapat sumatif (yaitu, memiliki
potensi untuk melayani fungsi sumatif), tetapi hanya
beberapa memiliki kemampuan tambahan untuk melayani
fungsi formatif. - Scriven (1967)
Berbagai instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan data adalah kuesioner, survei, wawancara,
observasi, dan pengujian. Model atau metodologi yang
digunakan untuk mengumpulkan data harus prosedur
langkah-demi-langkah tertentu. Ini harus hati-hati
dirancang dan dilaksanakan untuk memastikan data akurat
dan valid.
a) Tujuan Evaluasi sumatif
a. Untuk mengukur ketercapaian program.
b. Untuk mengetahui seberapa jauh kurikulum yang
telah disusun sebelumnya memberikan hasil pada
siswa antara lain mencakup aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor.
b) Fungsi Evaluasi Sumatif
a.Menentukan kenaikan tingkat atau kelulusan, pada
akhir program atau pengajaran.
b.Sebagai sarana untuk mengetahui posisi atau
kedudukan individu di dalam kelompoknya.
c) Manfaat Evaluasi Sumatif
a.Mereka bisa, jika dirancang dengan tepat,
menyediakan bukti untuk sebuah hubungan sebab-
akibat.
b.Menilai hubungan jangka panjang.
c.Menyediakan data mengenai dampak program.
C. Contoh Evaluasi Formatif dan Sumatif
Contoh mudah dalam memahami evaluasi formatif dan
sumatif. evaluasi formatif ibaratnya proses dalam
pembuatan masakan, dimana ada proses pemasakan, proses
pemotongan sayur dan proses pemberian bumbu. sedangkan
evaluasi sumatif adalah proses ketika masakan itu telah
disajikan dan bagaimana tiap individu menikmati masakan
tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Teori Formatif Sumatif Evaluasi (Scriven) dibagi
menjadi dua yaiitu: Menurut Scriven (1991) dalam
diktat teori dan praktek evaluasi program bimbingan dan konseling
(Aip Badrujaman, 2009), yaitu evaluasi yang digunakan
untuk mencari umpan balik guna memperbaiki proses
belajar mengajar bagi guru maupun peserta didik.
Evaluasi formatif secara prinsip merupakan evaluasi
yang dilaksanakan ketika program masih berlangsung atau
ketika program masih dekat dengan permulaan kegiatan.
Evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang digunakan
untuk mengukur atau menilai sampai dimana pencapaian
peserta didik terhadap bahan pelajaran yang telah
diajarkan, dan selanjutnya untuk menentukan kenaikan
tingkat atau kelulusan peserta didik yang bersagkutan.
Evaluasi sumatif dilakukan pada akhir program untuk
memberi informasi kepada konsumen yang potensial
tentang manfaat atau kegunaan program.
DAFTAR PUSTAKA
M. Bahri Mustofa,M.Pd.I, Bimbingan Konseling DIsekolah,
(Surabaya: PT. Putra
Media Nusantara),2004.
Aip Badrujaman, M.pd,Teori dan Aplikasi evaluasi
program Bimbingan dan
Konseling, ( Jakarta :PT. Indeks,2010)hal 20.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta:Bumi Aksara, 2008.