makalah metalurgi fisik-metode penguatan logam

29
MAKALAH METALURGI FISIK MENGENAI METODE PENGUATAN LOGAM Dosen : Harnowo Supriadi, ST, MT Oleh : Nama : Okta Syahputra Sembiring NPM : 1415021065 LABORATORIUM MEKATRONIKA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG 2015

Upload: unila

Post on 26-Apr-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MAKALAH METALURGI FISIK

MENGENAI

METODE PENGUATAN LOGAM

Dosen :

Harnowo Supriadi, ST, MT

Oleh :

Nama : Okta Syahputra Sembiring

NPM : 1415021065

LABORATORIUM MEKATRONIKA

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

2015

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan

Yang Maha Esa karena atas rahmat serta izin-Nya lah

kami dapat menyelesaikan makalah metalurgi fisik

mengenai “Penguatan Logam” untuk menyelesaikan makalah

ini untuk penyelesaian tugas dari mata kuliah Metalurgi

Fisik.

Makalah ini dapat terselesaikan tidak lepas karena

bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang dengan

tulus dan sabar memberikan sumbangsih berupa ide-ide

dan bahan tambahan yang menunjang pembuatan makalah

ini. Makalah ini kami susun untuk membantu proses

pembelajaran mahasiswa khususnya untuk mahasiswa

Teknik Mesin.

Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak

kekurangan yang terdapat dalam makalah yang kami buat.

Oleh karena itu kami meminta saran dari bapak Dosen

untuk penyempurnaan makalah ini. Sebagai penulis, Kami

berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat

bagi pembaca.

Bandar Lampung, 13 Juni 2015

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Logam merupakan bahan material yang memiliki

ketahanan yang lebih kuat dibandingkan dengan bahan

material lainnya. Logam juga merupakan konduktor

terhadap listrik serta panas yang sangat baik.

Pemakaian kogam diperkirakan pada masa mendatang

masih terbuka luas baik sebagai material utama

maupun material pendukung dengan ketersediaan bijih

logam di bumi yang melimpah. Dalam kehidupan sehari-

hari, banyak peralatan disekitar kita yang

menggunakan material-material seperti logam sebagai

bahan baku utamanya. Seperti baterai, kompor,

penyangga bangunan dll. Bahan Logam dipilih untuk

digunakan sebagai salah satu bahan baku utama

dikarenakan memiliki tekstur yang lebih kuat karena

mampu menahan beban yang berat serta memiliki

kekerasan diatas bahan material yang lain seperti

plastik, karet, polymer dsb.

Pada umumnya material berupa logam memiliki

keterbatasan untuk mencapai kombinasi yang sempurna,

baik segi kekuatan, kekakuan, ketangguhan, dan

kepadatan. Untuk mengatasi kekurangan ini dan untuk

mencapai kombinasi yang sempurna agar menghasilkan

keuntungan yang lebih besar maka diperlukan

perlakuan-perlakuan agar logam tersebut memiliki

sifat campuran yang lebih baik dari sifat aslinya.

Oleh karena itu, kami membahas bagaimana cara

penguatan suatu material berupa logam agar

mendapatkan gabungan sifat terbaik dan lebih baik

dari sifat asli yang dimiliki olah logam tersebut

sebelum diberikan perlakuan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas,

kita dapat mendapatkan masalah :

1. Bagaimana cara sifat logam diubah menjadi sifat

yang lebih baik dari yang sebelumnya.

2. Metode apa saja yang dapat digunakan untuk

menambah kekuatan suatu logam.

3. Bagaimana mendapatkan keuntungan yang lebih besar

dengan perlakuan pada logam yang diuji.

C. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah :

1. Dapat mengetahui langkah serta prosedur untuk

merubah sifat logam.

2. Mengetahui pengerjaan yang tepat untuk

mendapatkan hasil yang

diinginkan.

3. Mengetahui cara mendapatkan keuntugan yang lebih

besar dengan perlakuan pada logam yang diuji

BAB II

PEMBAHASAN

A. Logam

Logam merupakan pali kristal yang terdiri dari

banyak kristal yang tersusun secara teratur. Logam

memiliki berbagai jenis sesuai unsur penyusunnya.

Logam dibuat dari bijih besi yang dijumpai di alam.

1. Pengertian Logam.

Logam merupakan unsur kimia yang memiliki sifat

kuat, keras, liat, merupakan penghantar panas dan

listrik, serta mempunyai titik lebur tinggi.

Benda logam pada awalnya dibuat dari bijih logam,

dimana bijih logam dapat diperolah dengan cara

menambang baik yang berupa bijih logam murni

maupun yang bercampur dengan materi lain. Bijih

logam yang diambil dalam keadaan murni

diantaranya adalah emas, platina, perak, bismus

dll. Sedangkan ada juga bijih logam yang

bercampur dengan unsur lain seperti tanah liat,

fosfor, silikon, karbon, serta pasir.

2. Sifat dan Fungsi Logam.

Fungsi logam adalah digunakan untuk bahan-bahan

teknik yang penting, dipakai untuk kontruksi

mesin, kendaraan jembatan, bangunan dan pesawat

terbang.

Sifat-sifat logam di antaranya adalah

a) Tahan panas.

b) Mampu menghantar panas.

c) Mampu menghantar listrik.

3. Macam-macam Logam.

Logam terdiri dari dua macam:

a) Logam ferro yaitu logam yang mengandung unsur-

unsur besi dan baja. Sifat-sifatnya:

1) Keras.

2) Kuat.

3) Tahan korosi.

4) Penghantar listrik dan panas.

5) Mampu memantulkan cahanya.

6) Mempunya titik cair yang tinggi.

b) Logam Non Ferro yaitu logam yang tidak

mengandung unsur besi dan baja. Logam non

ferro terdiri dari tiga macam:

1) Logam berat.

Contoh ; tenbaga (Cu), nikel (Ni), seng

(Zn), dll

2) Logam ringan.

Contoh ; allumanium (Al), timah (T)

3) Logam mulia.

Contoh ; emas (Au), mangan (Mn).

4. Sifat Fisik Logam

Logam mempunyai sifat fisik yang menyatakan

kemampuan suatu logam dalam menerima suatu beban

atau gaya tanpa mengalami kerusakan pada logam

tersebut:

a) Kekuatan (strength).

Kemampuan material logam dalam menerima gaya

berupa tegangan tanpa mengalami patah. Ada

beberapa jenis kekuatan tergantung jenis bahan

yang dipakai diantaranya ; kekuatan tekan,

tarik, kerja dan geser.

b) Kekerasan (hardness).

Kemampuan material logam dalam menerima gaya

berupa penetrasi pengikisan dan pergeseran

sifat ini berhubungan dengan sifat ketahanan

aus.

c) Kekakuan (stiffness).

Kemampuan material dalam mempertahan kan

bentuk setelah mendapat gaya dari arah

tertentu.

d) Ketangguhan (toughtness).

Merupakan sifat yang menyatakan kemampuan

bahan dalam menyerap gaya yang diberikan.

e) Kelenturan (alasticity).

Menyatakan kemampuan material kembali kebentuk

asal setelah gaya dihilangkan. Hal ini terjadi

sebelum masuk wilayah plastis.

f) Plastisitas (plasticity).

Kemampuan bahan dalam mengalami sejumblah

deformasi permanen sebelum terjadi patah, hal

ini setelh masuk wilayah plastis.

g) Mulur (creep).

Menyatakan kecendrungan logam mengalami

deformasi plastis apabila diberi gaya dalam

jangka waktu tertentu.

h) Kelelahan (fatigue).

Merupakan kemampuan material dalam menahan

beban secara terus menerus.

B. Mekanisme Penguatan Logam

Deformasi plastis terjadi ketika banyak dislokasi

bergerak dan berkembang biak sehingga mengakibatkan

deformasi makroskopik. Dengan kata lain, itu adalah

gerakan dislokasi dalam materi yang memungkinkan

untuk deformasi. Untuk meningkatkan sifat mekanik

bahan (yaitu meningkatkan hasil dan kekuatan tarik),

hanya perlu memperkenalkan suatu mekanisme yang

melarang mobilitas dislokasi. Apa pun mekanismenya

(bekerja pengerasan, ukuran butir, pengurangan, dll)

mereka semua menghambat gerak dan membuat materi

lebih kuat daripada sebelumnya. Tekanan yang

diperlukan untuk menimbulkan gerakan dislokasi lebih

rendah daripada tegangan teoritis yang diperlukan

untuk memindahkan seluruh bidang atom. Oleh karena

itu, kekerasan dan kekuatan (baik hasil dan tarik)

secara kritis tergantung pada kemudahan yang

bergerak dislokasi. Menjepit poin, atau lokasi dalam

kristal yang menentang gerakan dislokasi dapat

diperkenalkan ke dalam kisi untuk mengurangi

mobilitas dislokasi , dengan demikian kekuatan

mekanik meningkat. Mekanisme penguatan pada material

logam merupakan hubungan antar pergerakan dislokasi

dan sifat mekanik dari logam. Kemampuan suatu

material logam untuk di ubah secara plastis

tergantung pada kemampuan dislokasi untuk dapat

bergerak. Denagn mengurangi pergerakan dislokasi,

kekuatan mekanik dapat di tingkatkan, dimana di

sebabkan energi mekanik yang di butuhkan untuk

membuat deformasi plastis akan semakin besar.

Sebaliknya apabila pergerakan dislokasi tidak ada

yang menahan, logam akan lebih mudah untuk

terdeformasi. Secara umum mekanisme penguatan yang

di gunakan pada material logam adalah melalui

pengerasan regang, penguatan larutan padat,

penguatan presipitasi, dan penguatan batas butir.

Mekanisme penguatan memiliki 3 metode yaitu

Pengerasan Tegangan (Strain Hardening), Penguatan

Larutan Padat (Solid-Solution Strengthening), Penghalusan

Butin (Grain-Size Reduction).

1. Grain-size reduction (penghalusan butir).

Penghalusan butir adalah salah satu cara yang

efektif bagi penguatan yang dihasilkan dengan 

menghalangi pergerakan dislokasi di sekitar batas

butir. Dengan mengecilnya ukuran dari butir akan

meningkatkan batas butir per unit volume dan

mengurangi garis edar bebas dari slip yang

berkelanjutan. Pergerakan selanjutnya membutuhkan

tegangan yang tinggi untuk membuka atau

menghasilkan suatu dislokasi baru pada butir

berikutnya.

Gambar 2.1 Dislokasi butir.

Grain boundary barrier terhadap pergerakan dislokasi : Slip plane tidak berlanjut ataumengalami perubahan arah. Sudut yang kecil darilapisan butir tidak efektif dalam menahandislokasi.Sudut yang besar dari lapisan butirmampu menahan block slip dan meningkatkankekuatan pada material. Konsentrasi tegangan diujung slip plane kemungkinan akan memicudislokasi baru dalam pertambahan butir. Materialdengan butir yang halus akan lebih keras dan kuatdibanding butiran yang kasar, disebabkan karenamempunyai jumlah permukaan lebih besar pada totalarea lapisan butir yang akan menghambatpergerakan dislokasi.

Gambar 2.2 Grafik perubahan Grain size terhadap

yield strength dan diameter butir pada paduan

kuningan 70Cu–30 Zn.

Penurunan ukuran butir biasanya lebih baik dalammeningkatkan ketangguhan. Dalam banyak hal,variasi yield strength dengan ukuran butirmengacu pada persamaan Hall-Petch:

σ y  = σ 0  + k y d...........................................(2.1)Keterangan:σ0 adalah tegangan geser yang berlawanan arahdengan pergerakan dislokasi pada butir.d adalah diameter butir dan k adalah suatukonstanta yang merepresentasikan tingkatkesulitan untuk menghasilkan suatu dislokasi barupada butir  berikutnya  Walaupun  demikian,  pengaruh  ukuran  butir terhadap  sifat mekanis memiliki batasan dimanabutir yang terlalu halus (<10nm) akan menurunkansifat mekanis akibat grain boundary sliding. Diameterukuran butir d dapat di kontrol melalui :

a) Laju pembekuan (solidification),b) Deformasi plastis,c) Perlakuan panas (heat treatment) yang sesuai.Struktur butir dengan kehalusan tinggi padamaterial baja dapat diperoleh dengan kombinasidari proses pengerjaan panas dan pendinginanterkendali serta pengaruh penambahan paduan.Dalam hal ini ukuran butir dikendalikan melaluipengaturan temperatur dan besar deformasi dalamsuatu konsep perlakuan thermomekanik atau TMCP.

2. Pengerasan Endapan (Precepitation Hardening )

Pengerasan presipitasi , atau usia pengerasan ,

menyediakan salah satu mekanisme yang paling

banyak digunakan untuk penguatan paduan logam.

Pemahaman dasar dan dasar untuk teknik ini

didirikan pada awal bekerja di US Bureau of

Standards on Duralumin. Pentingnya saran teoritis

untuk pengembangan paduan baru jelas dari catatan

sejarah . Pada akhir abad ke-19 , besi cor adalah

satu-satunya paduan komersial yang penting belum

diketahui teknologi barat pada zaman Romawi .

Ketika usia pengerasan aluminium ditemukan secara

tidak sengaja oleh Wilm , selama tahun-tahun 1903

-1911 , dengan cepat menjadi paduan komersial

yang penting di bawah nama dagang

Duralumin .Kekuatan dan kekerasan dari beberapa

paduan logam dapat ditingkatkan dengan

pembentukan seragam tersebar sangat kecil

partikel fase kedua dalam fase matriks asli dalam

proses yang dikenal sebagai presipitasi atau usia

pengerasan . Partikel endapan bertindak sebagai

hambatan untuk gerakan dislokasi dan dengan

demikian memperkuat paduan dipanaskan . Banyak

paduan aluminium berbasis , tembaga - timah ,

baja tertentu , nikel berbasis super- paduan dan

paduan titanium dapat diperkuat dengan proses

pengerasan usia .

Agar sistem paduan untuk dapat menjadi

presipitasi-diperkuat, harus ada solusi yang

solid terminal yang memiliki kelarutan padat

menurun karena penurunan suhu. Al-Cu (Duralumin

adalah paduan aluminium kelompok 2XXX) Dalam

upaya untuk memahami penguatan dramatis paduan

ini , Paul D. Merica dan rekan -rekannya

mempelajari kedua pengaruh berbagai perlakuan

panas pada kekerasan alloy dan pengaruh komposisi

kimia pada kekerasan . Di antara yang paling

penting dari temuan mereka adalah pengamatan

bahwa kelarutan CuAl2 dalam aluminium meningkat

dengan meningkatnya suhu .

Meskipun fase tertentu yang bertanggung jawab

untuk pengerasan ternyata terlalu kecil untuk

diamati secara langsung , pemeriksaan optik mikro

memberikan identifikasi beberapa tahapan lain

yang hadir . Para penulis melanjutkan untuk

mengembangkan penjelasan mendalam untuk perilaku

pengerasan Duralumin yang cepat menjadi model

yang tak terhitung yang modern paduan kekuatan

tinggi telah dikembangkan .

Mereka meringkas empat fitur utama dari teori

Duralumin asli :

a) Usia - pengerasan ini dimungkinkan karena

hubungan - suhu kelarutan konstituen

pengerasan dalam aluminium.

b) Konstituen pengerasan adalah CuAl2.

c) Pengerasan disebabkan oleh pengendapan

konstituen dalam bentuk lain daripada dispersi

atom , dan mungkin dalam bentuk molekul ,

koloid atau kristal halus.

d) Efek pengerasan CuAl2 dalam aluminium dianggap

berkaitan dengan ukuran partikel nya .

Proses presipitasi - pengerasan melibatkan tiga

langkah dasar :

a) Solusi Pengobatan , atau Solutionizing ,

adalah langkah pertama dalam proses

presipitasi - pengerasan di mana paduan

dipanaskan di atas suhu solvus dan direndam di

sana sampai larutan padat homogen ( α )

diproduksi . Presipitat θ dilarutkan dalam

langkah ini dan setiap segregasi hadir dalam

paduan asli berkurang .

b) Quenching adalah langkah kedua di mana α padat

didinginkan secara cepat membentuk larutan

padat jenuh dari αSS yang berisi kelebihan

tembaga dan bukan merupakan struktur

keseimbangan . Atom tidak punya waktu untuk

berdifusi ke situs nukleasi potensial dan

dengan demikian presipitat θ tidak membentuk .

c) Aging adalah langkah ketiga dimana α jenuh ,

αSS , dipanaskan di bawah suhu solvus untuk

menghasilkan endapan terdispersi halus . Atom

berdifusi hanya jarak pendek pada suhu penuaan

ini. Karena α jenuh tidak stabil , atom

tembaga ekstra menyebar ke berbagai situs

nukleasi dan presipitat tumbuh. Pembentukan

endapan terdispersi halus dalam paduan adalah

tujuan dari proses presipitasi - pengerasan .

Presipitat baik dalam paduan menghambat

pergerakan dislokasi dengan memaksa dislokasi

baik memotong melalui partikel yang diendapkan

atau pergi di sekitar mereka . Dengan

membatasi gerakan dislokasi selama deformasi ,

paduan diperkuat .

3. Solid-solution alloying (paduan larutan padat)

Paduan umumnya logam paduan lebih kuat

dibandingkan dengan logam murni, karena impuritas

atom yang masuk ke dalam larutan padat memaksakan

tegangan kisi di sekeliling atom induknya.

Interstisial atau impuritas substitusi dalam

sebuah larutan akan mengakibatkan regangan kisi.

Dan hasilnya impuritas ini akan berinteraksi

dengan bidang dislokasi regangan dan menghambat

pergerakan dislokasi. Impuritas cenderung

menyebar dan memisah di sekitar inti (core)

dislokasi untuk menemukan atom yang sesuai dengan

radiusnya. Hal ini akan menurunkan tegangan

energi keseluruhan dan “jangkar” dislokasi.

Gambar 2.3 Pergerakan inti dislokasi menjauh

dari gerakan impuritas ke daerah kisi dimana

tegangan atom lebih besar (daerah tegangan

dislokasi yang tidak terkompensasi oleh impuritas

atom).

Gambar 2.4 Impuritas penyebab dislokasi.

Impuritas substitutional lebih kecil dan lebih

besar cenderung untuk menyebar ke area  tegangan

sekitar dislokasi yang menyebabkan penghapusan

impuritas dislokasi tegangan kisi .

Gambar 2.5 Grafik perbandingan konsentrasi Nikel

terhadap Tensile Strength dan Elongation.

4. Pengerasan Tegangan (Strain Hardening )

Strain hardening (pengerasan regangan) adalah

penguatan logam untuk deformasi plastik

(perubahan bentuk secara permanen atau tidak

dapat kembali seperti semula). Penguatan ini

terjadi karena dislokasi gerakan dalam struktur

kristal dari material. Deformasi bahan disebabkan

oleh slip (pergeseran) pada bidang kristal

tertentu. Jika gaya yang menyebabkan slip

ditentukan dengan pengandaian bahwa seluruh atom

pada bidang slip kristal serempak bergeser, maka

gaya tersebut akan besar sekali. Dalam kristal

terdapat cacat kisi yang dinamakan dislokasi.

Dengan pergerakan dislokasi pada bidang slip yang

menyebabkan deformasi dengan memerlukan tegangan

yang sangat kecil. Kalau kristal dipotong menjadi

pelat tipis dan dipoles secara elektrolisa, maka

akan terlihat di bawah mikroskop elektron,

sejumlah cacat yang disebut dislokasi. Dislokasi

merupakan cacat kisi yang menentukan kekuatan

bahan berkristal. Karena adanya tegangan dari

luars, dislokasi akan bergerak kepermukaan luar,

sehingga terjadi deformasi. Selama bergerak

dislokasi bereaksi satu sama lain. Hasil reaksi

ada yang mudah bergerak dan ada yang sulit

bergerak. Yang sulit bergerak berfungsi sebagai

sumber dislokasi baru (multiplikasi dislokasi).

Sehingga kerapatan dislokasi semakin tinggi.

Semakin tinggi kerapatan dislokasi, maka semakin

sulit dislokasi bergerak sehingga kekuatan logam

akan naik.

Strain hardening (pengerasan regangan) terjadi

selama pengujian tarik. Pada proses uji tarik

regangan akan bertambah sehingga kekuatan tarik,

kekuatan mulur dan kekerasannya akan meningkat

pula sedangkan massa jenis dan hantaran

listriknya menurun. Hal ini juga mengakibatkan

menurunnya keuletan. Kristal logam mempunyai

kekhasan dalam keliatan yang lebih besar dan

pengerasan yang luar biasa. Sebagai contoh,

kekuatan mulur baja lunak sekitar 180 MPa dan

dapat ditingkatkan sampai kira – kira 900 MPa

oleh pengerasan regangan Inilah yang

melatarbelakangi mengapa mekanisme pengerasan

logam merupakan sesuatu yang berguna.

Tegangan di daerah elastis sampai sekitar titik

mulur didapat dengan jalan membagi beban oleh

luas penampang asal batang uji, biasanya dipakai

pada perencanaan mesin – mesin.  Tegangan ini

dinamakan tegangan teknis atau tegangan nominal.

Ketika deformasi bertambah, maka luas penampang

batang uji menjadi lebih kecil sehingga tegangan

dapat dinyatakan dalam tegangan sebenarnya.

Kekuatan tarik atau kekuatan maksimum yang

dinyatakan dalam tegangan teknis atau tegangan

nominal sering dipakai dalam bidang teknik.

Hubungan antara tegangan sebenarnya dan regangan

sebenarnya didekati oleh persamaan

ε’ = ln ( l / lo )

ε’ = ln ( 1 + ε )

σ’ = K ε’

n............................................

(2.2)

Keterangan:

n = eksponen pengerasan regangan (ukuran

pengerasan)

1 = koefisien kekuatan

K = konstanta

n = konstanta

ε’ =regangan sebenarnya

ε = regangan teknik

σ’= tegangan

K dan n adalah konstanta yang ditentukan oleh

jenis bahan dan keadaan deformasi tertentu.

Jadi kalau tegangan sebenarnya dan tegangan

sebenarnya diplot pada kertas grafik logaritma,

daerah deformasi plastis merupakan garis lurus,

sedangkan gradiennya merupakan harga n. Kalau

keadaan deformasi tertentu diperhitungkan,

regangan sebenarnya sama dengan perubahan

regangan memanjang dan melintang, atau regangan

dari tarikan dan tekanan. Selanjutnya regangan 

ε’neck pada permulaan pengecilan setempat dari

pengujian tarik sama dengan harga n.

Gambar 2.6 Grafik Stress dan Strain terhadap

deformasi plastis dan pengerjaan dingin.

Berikut adalah nilai K dan n. Hubungan antara

elastisitas dan strain hardening. Pada daerah

elastic bahan mengikuti Hukum Hook.

( E = σ /

ε)............................................

(2.3)

Kemudian setelah melewati titik luluh Y akan

mengalami deformasi plastis. Seperti yang telah

dijelaskan, deformasi berlanjut jika tegangan

bertambah sehingga K lebih besar dari Y dan n

lebih dari 0. Flow curve biasanya dinyatakan

dalam sebagai fungsi linier dengan sumbu

logaritma. Kebanyakan logam ulet (ductile)

bersifat seperti ini

1.      Factor yg mempengaruhi

2.      Dengan dislokasi

3.      Dengan perlakuan panas

4.      Contoh pengerjaannya d roll

5.      Data yang mendukung contohnya material

apa,kekuatannya brp,dll.

Logam ulet akan lebih kuat ketika mereka

terdeformasi plastis pada temperatur di bawah

titik leleh ( ≤ 7230 C ). Alasan untuk pengerasan

regangan (strain hardening) adalah meningkatkan

kerapatan dislokasi dengan deformasi plastik.

Jarak rata-rata antara penurunan dislokasi dan

dislokasi mulai memblokir gerakan satu sama lain.

Persentase cold work (%CW) sering digunakan untuk

menyatakan tingkat deformasi plastis. Yield

strength selanjutnya (σy0) lebih tinggi

dibandingkan inisial yield strength (σyi). Ini adalah

alasan untuk pengaruh terhadap strain hardening.

Yield strength dan hardness akan meningkat 

sebagai akibat strain hardening tetapi ductility

(keuletan) akan menurun (material menjadi lebih

brittle (getas)). Efek Strain Hardening dapat

dihilangkan dengan perlakuan panas annealing

Gambar 2.7 Grafik percent cold work terhadap

Yield strength, Tensile Strength,dan Ductility

pada 1040 Steel, Brass, dan Copper.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Logam Merupakan bahan material yang memiliki

ketahanan yang lebih kuat dibandingkan dengan bahan

material lainnya. Kekuatan logam tersebut ada yang

didapat dengan cara alami dan juga ada yang diberi

perlakuan yang dapat menguatkan logam. Penguatan

pada logam merupakan sebuah perlakuan untuk

menambahkan sifat logam menjadi sifat yang lebih

baik dibandingkan sifat aslinya. Penguatan pada

logam dapat dilakukan dengan cara Grain-size

reduction (penghalusan butir), Solid-solution

alloying (paduan larutan padat) dan Strain hardening

(pengerasan tegangan).

Penguatan pada logam tersebut dilakukan supaya

produsen mendapatkan keuntungan yang lebih baik dan

konsumen juga mendapatkan kualitas yang lebih baik

dari sifat asli logam tersebut.

B. Saran

Kami selaku penulis, mengharapkan ilmu metalurgi

fisik dibagian penguatan logam ini dilakukan dengan

cara yang sesuai serta prosedur yang telah

ditetapkan standarnya agar menghasilkan hasil yang

sempurna. Tak lupa juga kami juga mengharapkan

adanya perlakuan pada logam menggunakan cara yang

ramah terhadap lingkungan sekitar kita dan

menghasilkan bahan uji yang juga ramah terhadap

lingkungan agar menjaga kelestarian bumi dan

keberlangsungan hidup manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Rosdiana. 2014 “Makalah material teknik”. Dapat diakses

pada

http://www.slideshare.net/herarosdiana9/makalah-

tentang-mekanisme-penguatan-material. Diakses

pada 19 Juni 2015 pada pukul 14.00 WIB.

Widyastuti. 2009. “Rekayasa proses penguatan material”.

Dapat diakses pada http://lib.ui.ac.id/file?

file=digital/129830D%2000933%20%20 Rekayasa %

20proses--Pendahuluan.pdf. Diakses pada tanggal

19 Juni 2015 pada pukul 14.30 WIB.

Febriyan, 2010. “ Penguatan Logam” Dapat diakses pada

http://s3.

amazonaws.com/academia.edu.documents/3689794/1409

2706penguatan logam.pdf.html. Diakses pada

tanggal 20 Juni 2015 pada pukul 10.00 WIB.

Erikson, 2010. “Mekanika Penguatan pada Logam”. Dapat

diakses pada

http://daviderikson.blogspot.com/2010/02/

mekanika – penguatan - pada-logam.html. Diakses

pada tanggal 20 Juni 2015 pada pukul 11.00 WIB

Anrinal, 2011. “Materi Ajar Metalurgi Fisik”. Dapat

diakses pada

http://sisfo.itp.ac.id/bahanajar/BahanAjar/Anrina

l/Metalurgi%20Fisik/Materi%20Ajar%20(Pdf-

Version)/ 15% 20 Mekanisme % 20 Penguatan.pdf.

Diakses pada tanggal 20 Juni 2015 pada pukul

12.00 WIB.