makalah dasar-dasar bioteknologi "rnai untuk mengobati infeksi virus hepatitis b" disusun...

14
MAKALAH DASAR-DASAR BIOTEKNOLOGI “RNAi UNTUK MENGOBATI INFEKSI VIRUS HEPATITIS B” Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar Bioteknologi Dosen Pengampu : Ir. Tuti Widianti, M.Biomed Drs. Sumadi, M.Si. Disusun oleh : Elyana Widianingrum 4401411018 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014

Upload: bapepam

Post on 30-Jan-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MAKALAH DASAR-DASAR BIOTEKNOLOGI

“RNAi UNTUK MENGOBATI INFEKSI VIRUS HEPATITIS B”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar Bioteknologi

Dosen Pengampu :

Ir. Tuti Widianti, M.Biomed

Drs. Sumadi, M.Si.

Disusun oleh :

Elyana Widianingrum

4401411018

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014

A. Latar Belakang

RNA interferensi (RNAi) masih dianggap sebagai fenomena yang

baru ditemukan, tetapi telah membuka jalan sebagai metode yang banyak

digunakan dalam biologi molekuler.Pada tahun 1998,Andrew Fire dan

Craig Mello adalah yang pertama untuk menggambarkan mekanisme

RNAi dalam nematoda C.elegans (Api et al, 1998). RNAi memiliki tingkat

pertumbuhan tertinggi dalam literatur biotek (Lawrence, 2005).

Selanjutnya, ini alam semesta yang baru ditemukan molekul RNA kecil

terpilih menjadi terobosan tahun pada tahun 2002 (Couzin,2002) dan

karena itu telah berada di Top 10 di tahun-tahun sebelumnya dan berhasil.

Banyak ilmuwan menganggap RNAi menjadi revolusi yang paling penting

dalam biologi molekuler sejak penemuan polymerase chain reaction

(PCR). Hal ini diantisipasi bahwa, seperti PCR, Metode RNAi adalah

menjadi prosedur standar dalam hampir semua laboratorium ilmu

kehidupan di seluruh dunia.

RNA interferensi (RNAi) adalah suatu mekanisme membloking

ekspresi gen (gen silencing) pada fase post-transkripsi dengan cara

meginduksi double-stranded RNA (dsRNA) ke dalam sel target sehingga

menempel pada sekuen mRNA dan memicu degradasinya (Estrada MPet

al.2007). RNA interference (RNAi) merupakan strategi pertahanan kuno

yang dimiliki oleh tumbuhan dan invertebrata tingkat rendah untuk

melawan infeksi virus dan kerusakan genomik akibat menyisipnya materi

genetik asing (Lieberman, et al., 2003; Downward, 2004). RNAi dapat

menghambat ekspresi gen pada sekuens yang spesifik dengan jalan

memutus mRNA yang mengandung sekuens pendek yang homolog

(kurang lebih 19 basa nukleotida) (Elbashir, et al. 2001; Kawasaki &Taira,

2004; Chen, et al., 2004). Para peneliti yang menekuni molekul RNA telah

memberikan hasil menggembirakan bahwa RNAi dapat berlaku juga pada

sel mamalia. Penelitian-penelitian in vitro selanjutnya diteruskan dengan

penelitian in vivo untuk mengetahui bagaimana mekanisme kerja RNAi

tersebut pada sel-sel mamalia.

Perkembangan aplikasi teknologi RNAi sangat pesat terutama

dibidang medis, pertanian, danakuakultur. Di bidang medis teknologi

RNAi paling berkembang pesat, terutama untuk terapi gen misalnya

silencing gen pada penderita hepatitis A dan B maupun penderita kanker

atau tumor,validasi model penyakit secarain-vitro maupun in-vivo,validasi

aktivitas obat, dan identifikasi kandidat obat baru (Sidahmed AME &

Wilkie B, 2010). Terapi RNA interferensi (RNAi) memiliki potensi untuk

mengobati infeksi virus hepatitis B (HBV) dengan cara yang

berbeda.Menggunakan RNAi untuk merobohkan ekspresi RNA virus

termasuk RNA pregenomic dari replikatif intermediet berasal, sehingga

mengurangi produksi virus, dan protein virus yang menyebabkan penyakit

dan mempengaruhi kemampuan sistem kekebalan tubuh untuk

menghilangkan virus. Adanya permasalahan tersebut membuat para ahli

dan para peneliti mulai melakukan berbagai percobaan, salah satunya

dalam bidang bioteknologi kedokteran. Dengan teknologi rekayasa

genetika telah dikembangkan RNAi yang dapat mengobati infeksi virus

hepatitis B.

B. Rumusan Masalah

Rumusan permasalahan dalam makalah ini meliputi:

a. Apakah RNAi dapat mengobati infeksi virus hepatitis B ?

b. Bagaimana cara RNAi mengobati infeksi virus hepatitis B ?

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk :

a. Mengetahui seperti apakah kerja dari RNAi

b. Mengetahui bagaimana cara RNAi mengobati infeksi virus hepatitis B

D. Pembahasan

Infeksi Virus Hepatitis B (HBV) adalah masalah kesehatan global

yang penting dengan lebih dari 350 juta pembawa HBV di seluruh dunia.

Sekitar satu juta kematian terjadi setiap tahun karena terinduksi penyakit

hati HBV, yang berkisar dari infeksi akut kronis dan sirosis ke

hepatoseluler karsinoma. Pasien terinfeksi kronis telah diobati dengan

interferon-α (IFN-α) dan analog nucleosida seperti lamivudine atau

adefovir. IFN-α memiliki mekanisme imunomodulator dan nucleosida

yang analog mengganggu replikasi DNA virus. obat ini sebagian efektif.

Selain itu, terapi berkepanjangan dengan lamivudine dikaitkan dengan

peningkatan perlawanan virus. Kemanjuran rendah, efek samping yang

tidak diinginkan, dan terjadinya resistensi terhadap mutasi HBV hal

tersebut menjadi hambatan besar dalam aplikasi klinis mereka dalam

mengobati infeksi HBV. Kebutuhan terapi alternatif pendekatan telah

memberikan dorongan untuk mengembangkan terapi untuk menghambat

replikasi HBV.

RNA Interferensi (RNAi) adalah proses alami dimana RNA small

interfering (siRNA) duplex mengarahkan ke urutan pasca-transkripsi

membungkam spesifik gen homolog dengan mengikat mRNA

komplementer dan memicu eliminasi. Hal ini merupakan mekanisme

evolusi untuk melindungi genom terhadap invasi oleh unsur-unsur genetik

bergerak seperti transposon dan virus. Temuan ini menghasilkan minat

yang besar dalam menerapkan RNAi untuk penelitian biomedis. RNAi

khusus dapat menghambat fungsi dari setiap memilih gen target dan telah

menunjukkan efek antivirus terhadap hepatitis B dan C virus (HBV, HCV)

dan Human Immunodeficiency Virus (HIV). Tidak seperti HCV dan HIV,

ada urutan heterogenitas hanya sederhana antara HBV DNA strain.

Dengan demikian, HBV membuat ekstensif menggunakan tumpang tindih

membaca frame (ORFs) dengan genom DNA, menunjukkan beberapa

HBV RNA akan membuat virus rentan untuk RNA interferensi.

HBV termasuk virus DNA terbungkus kecil yang dominan

menginfeksi hati. Partikel HBV virion dengan diameter 42 nm dan

memiliki inti nukleokapsid isometrik dengan diameter 27 nm, dikelilingi

oleh lapisan luar sekitar 4 nm tebal. Protein dari mantel virion dikenal

sebagai antigen permukaan hepatitis B (HBsAg), yang terdiri dari tiga

subspesies, tergantung pada yang hepadnavirus. Semua transkripsi virus

hepatitis memanfaatkan sinyal polyadenylation yang terletak di wilayah

pengkodean protein inti 3,5 kb pregenomic RNA dan tiga subgenomic

mRNA mengatur terjemahan protein HBV dan sebaliknya transkripsi

DNA HBV pregenomic mRNA tidak hanya berfungsi untuk terjemahan

protein inti, HBeAg dan polymerase transcriptase balik, tetapi juga

merupakan template untuk transkripsi terbalik. Polimerase DNA dan gen

X sangat penting untuk transkripsi balik. Kedua siklus hidup dan struktur

genom HBV rentan terhadap siRNA tertentu.

Gambar 1. Struktur Virus Hepatitis B

Fenomena RNAi

RNA adalah suatu asam ribonukleat yang terdapat dalam alur

informasi genetik organisme yang berupa dogma sentral dari DNA —

>RNA —> Protein, yaitu DNA ditranskripsi menjadi RNA, dan

selanjutnya RNA ditranslasi menjadi protein (Dale, 1994; Thenawijaya,

1994). Didalam sel terdapat tiga jenis RNA yaitu mRNA, tRNA dan

rRNA. RNA dalam keadaan normal merupakan untai tunggal, namun pada

kenyataannya untai tunggal ini dapat membentuk dupleks dengan

membentuk ikatan hidrogen, sebagaimana DNA, jika terdapat untai yang

komplemen dalam urutan basa nukleotidanya. Bentuk dupleks RNA akan

mengakibatkan terhalangnya proses translasi sehingga sintesis protein

terganggu, atau post transcriptional gene silencing (PTGS), atau gene

silencing (Agrawal, et al., 2003; Provost et al, 2002). Gene silencing

adalah suatu proses membungkam ekspresi gen yang pada mulanya

diketahui melibatkan mekanisme pertahanan alami pada tanaman untuk

melawan virus. Penghambatan proses ekspresi gen dapat dilakukan pada

beberapa tahap, diantaranya adalah tahap translasi, yaitu dengan

mengganggu proses translasi tersebut pada molekul mRNA. Manipulasi

pada tahap translasi mRNA yang bertujuan untuk mengatasi suatu

penyakit genetis saat ini dikenal dengan istilah antisense RNA, small

interfering RNA (siRNA), atau disebut pula RNA interference (RNAi).

Gambar 2. Mekanisme antisense RNA dalam menghalangi ekspresi gen

Prinsip Terapi Antisense RNA

Prinsip terapi antisense RNA ini diadopsi dari kondisi alamiah

seperti di dalam mekanisme pertahanan tanaman terhadap virus, dan suatu

mekanisme yang sama pada nematoda Caenorhabditis elegans (Pfeffer,

2004; Lee, 1993). Ketika itu ditemukan suatu RNA untai ganda (double

stranded RNA = dsRNA) yang menunjukkan kemampuan menghambat

ekspresi gen (Lieberman, 2003). Prinsip ini lebih cocok untuk

diimplementasikan dalam terapi gen untuk mengatasi penyakit tertentu

dimana terjadi ekspresi gen-gen abnormal yang menimbulkan penyakit.

Mekanisme kerja antisense RNA dalah sebagai berikut (Dale, 1994; Glick

& Pasternak, 1994). Untai RNA yang ditranslasi disebut sebagai untai

sense. Sementara itu, untai yang mempunyai sekuens basa nukleotida

komplemen dengan untai sensedisebut antisense. Jika untai sense berikatan

dengan untai antisense membentuk dupleks, maka terjadi pemblokiran

proses translasi yang mengakibatkan terjadinya penghambatan ekspresi

gen (Penman,2002). Hal ini dapat terjadi disebabkan ribosom tidak

memperoleh akses ke pada nukleotida pada untai mRNA, atau yang dapat

pula terjadi adalah disebabkan bentuk duplex RNA sangat mudah

terdegradasi oleh enzim pendegradasi ribonukleat, ribonuclease, di dalam

sel. Suatu antisense mRNA (aRNA) jika dimasukkan ke dalam sel suatu

organisme, maka aRNA akan berikatan dengan mRNA yang ada di dalam

sel tersebut sehingga membentuk suatu dupleks. Terbentuknya dupleks

RNA ini akan menyebabkan terjadinya penghambatan ekspresi gen pada

tahap translasi. Untuk berlangsungnya proses translasi, selain ribosom

sebagai mesin pensintesis protein, maka diperlukan pula mRNA untai

tunggal, juga diperlukan tRNA yang membawa asam amino – asam amino,

serta protein-protein kecil khusus yang terkandung di dalam ribosom

(Thenawijaya, 1994). Sebenarnya sel mengandung gen-gen yang secara

alami ditranslasikan menjadi RNA antisense yang mempunyai kemampuan

menghalangi translasi gen-gen lainnya di dalam sel (Agrawal, et al., 2003).

Terapi RNAi (RNA interference)

RNAi dapat menghambat ekspresi gen pada sekuens yang spesifik

dengan jalan memutus mRNA yang mengandung sekuens pendek yang

homolog (kurang lebih 19 basa nukleotida) (Elbashir, et al. 2001;

Kawasaki & Taira, 2004; Chen, et al., 2004). Para peneliti yang menekuni

molekul RNA telah memberikan hasil menggembirakan bahwa RNAi

dapat berlaku juga pada sel mamalia. Penelitian-penelitian in vitro

selanjutnya diteruskan dengan penelitian in vivo untuk mengetahui

bagaimana mekanisme kerja RNAi tersebut pada sel-sel mamalia.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa RNAi dapat digunakan untuk

melindungi mencit dari virus hepatitis (Xia, et al., 2004). Penelitian

tentang upaya RNAi untuk mengatasi penyakit-penyakit pada manusia

sampai saat ini masih terus dikembangkan.

Mekanisme kerja RNAi adalah melibatkan suatu intermediet aktif

yang disebut small interfering RNA (siRNA). Molekul siRNA

berukurankecil yaitu hanya 21-25 nukleotida dengan dua nukleotida pada

kedua ujung tidak berpasangan. Molekul ini dihasilkan dari hasil kerja

suatu enzim Dicer, yaitu suatu ribonuclease dengan energi ATP, yang

mengenali dan memotong mRNA yang membentuk dupleks untai ganda

menjadi potongan kecil fragmen untai ganda mRNA.

Gambar 3. Mekanisme penghambatan ekpresi gen oleh RNAi.

Selain itu, siRNA juga dihasilkan dari suatu short hairpin RNA, yaitu untai

dupleks RNA yang terbentuk dari suatu untai tunggal yang membentuk

hairpin (seperti jepit rambut, dengan lengkungan melipat pada salah satu

ujungnya) yang juga dipotong oleh Dicer.

Gambar 4. Mekanisme kerja small interfering RNA (siRNA) dalam

menghalangi ekspresi gen.

Berbagai jenis gen dapat dijadikan sebagai target potensial untuk

dibungkam ekspresinya oleh siRNA. Hal ini membuka harapan yang

menggembirakan tentang penggunaan siRNA dalam dunia pengobatan.

Potensi dan spesifisitas siRNA yang besar untuk membungkam ekspresi

gen, yaitu 1000 kali lebih besar dibandingkan oligonukleotida antisense.

Yang menjadikan RNAi lebih menarik untuk terus diteliti kemampuan

aktivitasnya adalah tingkat spesifisitasnya yang cukup tinggi yang tidak

dimiliki oleh inhibtor lain. Disamping itu, RNAi mampu bekerja pada

berbagai gen pada waktu bersamaan (Yague, et al., 2004 ; Holmes 2003).

Aplikasi RNAi dalam dunia Pengobatan

Konsep terapi antisense RNA dan RNAi atau RNA therapeutic ini

yang bekerja membungkam ekspresi gen pada tahap pasca translasi

(posttranscriptional gene-silencing) tampak sebagai suatu terapi yang

sangat ideal untuk mengatasi berbagai penyakit. Secara teori

mekanismenya sederhana, namun pada kenyataannya banyak hal yang

masih menjadi kendala dan menjadi pekerjaan penting bagi para peneliti,

antara lain kestabilan. Perlu kerja sama para peneliti dengan perusahaan-

perusahaan farmasi, sehingga terapi ini bisa dipercepat untuk dapat

dimanfaatkan bagi kesehatan seluruh manusia. RNAi memberikan harapan

yang lebih menggembirakan dibandingkan antisense RNA dalam dunia

pengobatan, salah satunya adalah dalam pengobatan hepatitis. Di seluruh

dunia, hepatitis menjangkiti lebih dari 270 juta orang. Penelitian siRNA

pada virus ini, membungkam (80%) mRNA (namun bukan genomic RNA)

yang terlibat dalam replikasi HDV. Percobaan yang mirip namun

mentarget daerah tidak tertranslasi ujung 5’ genom HCV, hanya

dengan 2.5 nM siRNA membungkam replikasi HCV 80%. siRNA juga

telah dipakai untuk membungkam ekspresi lamin A/C dan RNA-RNA

HCV pada galur sel hepatoma Huh-7, mengurangi produksi RNA HCV 80

kali dalam 4 hari, menghambat produksi virion infektif virus hepatitis C

(HCV), sehingga memulihkan 98% sel-sel terinfeksi.

Infeksi virus HBV tetap menjadi tantangan untuk dunia kedokteran

modern. RNAi dapat menghambat ekspresi dan replikasi gen HBV, dan

mungkin memiliki potensi untuk merevolusi pengobatan HBV. Tingkat

gen HBV silencing sangat tergantung pada urutan dan dosis siRNA.

mRNA virus dapat membentuk struktur ruang yang rumit yang

menghalangi peran siRNA. Sebuah mutan nuklir tunggal pada gen target

yang mungkin menghalangi gen silencing. HBV DNA bereplikasi melalui

pre mRNA intermediet dan transcriptase balik, Dengan demikian, strategi

harus dikembangkan secara efektif untuk mencegah mutasi virus dengan

menggabungkan siRNAs yang secara bersamaan dapat menargetkan

beberapa situs gen HBV. Virus DNA juga melawan RNAi, khususnya

menggunakan penekan virus. Faktor seluler juga dapat menyebabkan

resistensi RNAi. Sistemik pengiriman vektor ekspresi siRNA sintetik dan

shRNA untuk target tertentu masih menjadi masalah, karena stabilitas

rendah,distribusi luas dan gen silencing tidak efisien.

Mekanisme RNAi

Gambar 5. Mekanisme kerja RNAi (sumber: www.ncbi.nlm.nih.gov)

1. Rantai dsRNA masuk ke dalam sitoplasma sel, dan akan langsung

dikenali oleh enzim yang disebut Dicer (pemotong). Enzi mini akan

memotong rantai dsRNA menjadi rantai yang pendek-pendek.

2. Dicer-dicer (bersama co-factor lainnya) akan sangat aktif memotong-

motong dsRNA sehingga akan terdapat banyak potongan-potongan

kecil dari dsRNA,yang kita sebut dengan small interfering RNA

(siRNA) yang masih memiliki rantai ganda (double-stranded).

3. siRNA akan dikenali oleh RNA-induced Silencing Complex (RISC)

yang mengandung enzim Argonaut, dimana fase ini siRNA akan

dibelah menjadi rantai tunggal (single-stranded) yang akan

mengaktifkan RISC.

4. RISC yang aktif akan segera mencari messenger RNA (mRNA) yang

baru keluar dari inti sel, setelah proses transkripsi dari DNA. Dan

single-stranded siRNA didalam RISC akan dengan tepat mengenali

target dan mengikat pasangan basa komplemennya di mRNA.

5. Setiap RISC mengandung aktifitas enzim endonuclease (Argonaut

subunit) yang bertugas memotong target mRNA menjadi bagian-

bagian kecil, sehingga informasi genetic dari DNA untuk dirubah

menjadi protein musnah. Potongan-potongan mRNA ini akan

terdegradasi secara alami dengan mekanisme endogenous.

Teknik terapi dengan RNAi memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihannya adalah tidak menimbulkan respons imun, efek yang

ditimbulkan bisa terjaga sampai pada keturunan berikutnya (F1), siRNA

yang spesifik dengan RNA suatu virus akan menghambat ekspresi RNA

virus tersebut. Kekurangannya adalah biaya yang sangat mahal. Selain itu,

para ahli menyadari masih adanya kendalakendala yang harus diantisipasi

agar molekul RNA tersebut dapat digunakan dengan hasil yang optimal.

Faktor-faktor yang menjadi penyulit, yaitu karena antisense RNA maupun

siRNA harus dimasukan ke dalam sistem biologis sel hidup, bukan pada

media sel bebas (Agrawal, et al, 2003).

E. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan:

RNAi khusus dapat menghambat fungsi dari setiap memilih gen target

dan telah menunjukkan efek antivirus terhadap hepatitis B dan C virus

(HBV, HCV)

Konsep terapi antisense RNA dan RNAi atau RNA therapeutic ini

yang bekerja membungkam ekspresi gen pada tahap pasca translasi

(posttranscriptional gene-silencing)

RNAi dapat menghambat ekspresi dan replikasi gen HBV.

F. Referensi

Chen, Yong. et al. 2008. RNAi for Treating Hepatitis B Viral Infection.

Pharmaceutical Research, Vol. 25, No. 1, January 2008 DOI:

10.1007/s11095-007-9504-0

Wooddell, Christine I. et al. 2013. Hepatocyte-targeted RNAi Therapeutics

for the Treatment of Chronic Hepatitis B Virus Infection. The

American Society of Gene & Cell Therapy Molecular Therapy vol.

21 no. 5, 973–985 may 2013

Kurreck, Jens.2005. RNA interference: Perspectives and caveats. Journal

of RNAi and Gene Silencing (2005), 1(2), 50-51. Institute for

Chemistry (Biochemistry), Free University Berlin, Thielallee 63,

D-14195, Berlin, Germany

Malik, Amarila.2005. RNA Therapeutic,Pendekatan Baru Dalam Terapi

Gen. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. II, No.2, Agustus 2005, 51 –

61 ISSN : 1693-9883

Widianti,Tuti,dkk. 2013. Dasar-dasar Bioteknologi. Semarang : Jurusan

Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Semarang

NARASI

Assalammu’alaikum wr.wb, selamat pagi ibu tuti, selamat pagi

teman-teman semua. Disini saya akan mencoba bercerita tentang sebuah

trobosan terbaru dalam dunia kedokteran, yaitu terapi RNAi. Dari teman-

teman semua apakah sudah ada tahu apa itu terapi RNAi ? (ada yang

menjawab) Ya, terima kasih bagus sekali, untuk lebih jelasnya terapi

RNAi itu sendiri suatu mekanisme membloking ekspresi gen (gen silencing)

pada fase post-transkripsi dengan cara meginduksi double-stranded RNA

(dsRNA) ke dalam sel target sehingga menempel pada sekuen mRNA dan

memicu degradasinya. Perkembangan aplikasi teknologi RNAi sangat

pesat terutama dibidang medis, pertanian, danakuakultur. Di bidang medis

teknologi RNAi paling berkembang pesat, terutama untuk terapi gen

misalnya silencing gen pada penderita hepatitis A dan B maupun penderita

kanker atau tumor Terapi RNA interferensi (RNAi) memiliki potensi

untuk mengobati infeksi virus hepatitis B (HBV) dengan cara yang

berbeda.Menggunakan RNAi untuk merobohkan ekspresi RNA virus

termasuk RNA pregenomic dari replikatif intermediet berasal, sehingga

mengurangi produksi virus, dan protein virus yang menyebabkan penyakit

dan mempengaruhi kemampuan sistem kekebalan tubuh untuk

menghilangkan virus. Adanya permasalahan tersebut membuat para ahli

dan para peneliti mulai melakukan berbagai percobaan, salah satunya

dalam bidang bioteknologi kedokteran. Dengan teknologi rekayasa

genetika telah dikembangkan RNAi yang dapat mengobati infeksi virus

hepatitis B. Kira-kira bagaimana sih caranya RNAi itu mengobati infeksi

virus hepatitis B? Ada yang tahu? ( tidak ada yang menjawab) Jadi begini ,

Didalam sel terdapat tiga jenis RNA yaitu mRNA, tRNA dan rRNA. RNA

dalam keadaan normal merupakan untai tunggal, namun pada

kenyataannya untai tunggal ini dapat membentuk dupleks dengan

membentuk ikatan hidrogen, sebagaimana DNA, jika terdapat untai yang

komplemen dalam urutan basa nukleotidanya. Bentuk dupleks RNA akan

mengakibatkan terhalangnya proses translasi sehingga sintesis protein

terganggu, atau post transcriptional gene silencing (PTGS), atau gene

silencing .Gene silencing adalah suatu proses membungkam ekspresi gen

yang pada mulanya diketahui melibatkan mekanisme pertahanan alami

pada tanaman untuk melawan virus. Penghambatan proses ekspresi gen

dapat dilakukan pada beberapa tahap, diantaranya adalah tahap translasi,

yaitu dengan mengganggu proses translasi tersebut pada molekul mRNA.

Manipulasi pada tahap translasi mRNA yang bertujuan untuk mengatasi

suatu penyakit genetis saat ini dikenal dengan istilah antisense RNA, small

interfering RNA (siRNA), atau disebut pula RNA interference (RNAi).

[ menggambar di papan tulis Gambar 2 pada makalah ]

Tingkat gen HBV silencing sangat tergantung pada urutan dan

dosis siRNA. mRNA virus dapat membentuk struktur ruang yang rumit

yang menghalangi peran siRNA. Sebuah mutan nuklir tunggal pada gen

target yang mungkin menghalangi gen silencing. HBV DNA bereplikasi

melalui pre mRNA intermediet dan transcriptase balik, Dengan demikian,

strategi harus dikembangkan secara efektif untuk mencegah mutasi virus

dengan menggabungkan siRNAs yang secara bersamaan dapat

menargetkan beberapa situs gen HBV. Virus DNA juga melawan RNAi,

khususnya menggunakan penekan virus.

Teknik terapi dengan RNAi memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihannya adalah tidak menimbulkan respons imun, efek yang

ditimbulkan bisa terjaga sampai pada keturunan berikutnya (F1), siRNA

yang spesifik dengan RNA suatu virus akan menghambat ekspresi RNA

virus tersebut. Kekurangannya adalah biaya yang sangat mahal. Selain itu,

para ahli menyadari masih adanya kendalakendala yang harus diantisipasi

agar molekul RNA tersebut dapat digunakan dengan hasil yang optimal.

Faktor-faktor yang menjadi penyulit, yaitu karena antisense RNA maupun

siRNA harus dimasukan ke dalam sistem biologis sel hidup, bukan pada

media sel bebas. Sekian ilmu yang dapat saya bagi , kurang lebihnya saya

mohon maaf, terima kasih atas perhatiannnya.

Wassalamu’alaikum wr.wb.