kurikulum pba

24
IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN BAHASA ARAB DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 Oleh : Arif Widodo Abstract Generally, the objectives of this research are to know the implementation of curriculum of Arabic Education at Universitas Muhammadiyah Yogyakarta in Yogyakarta. In addition, specifically, it is to know 1) the Arabic language teacher profile, 2) the teaching and learning process. The data are collected by documentation and in depth interview. The data are analyzed by descriptive and content analysis. The results of the research show that 1) the Arabic language teacher profile is relatively standar in term of academic qualification in which most of them are S2 holders (Magister of Arabic Teaching), however, most of their education backgrounds are relevant to their Arabic Teaching program taught, 2) in general, the process and teaching and learning process runs relatively well such as learning atsmosphere, concepts and materials, instructions, and strategies, supporting activities, teaching methods, test and evaluation, and media used, nevertheless, to some extend, some point do not run well for examples, the curriculum, syllabus, the theachers’, learning material designed as well. Kata kunci:Implementasi, kurikulum, Bahasa Arab, Pendidikan Bahasa Arab A. PENDAHULUAN Jika ditinjau secara konseptual, kurikulum diartikan:“ a curriculum is a plan for learning, 1

Upload: independent

Post on 08-Apr-2023

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN BAHASA ARABDI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARABUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2012/2013

Oleh : Arif Widodo

AbstractGenerally, the objectives of this

research are to know the implementation ofcurriculum of Arabic Education at UniversitasMuhammadiyah Yogyakarta in Yogyakarta. Inaddition, specifically, it is to know 1) theArabic language teacher profile, 2) theteaching and learning process. The data arecollected by documentation and in depthinterview. The data are analyzed by descriptiveand content analysis.

The results of the research show that 1)the Arabic language teacher profile isrelatively standar in term of academicqualification in which most of them are S2holders (Magister of Arabic Teaching), however,most of their education backgrounds arerelevant to their Arabic Teaching programtaught, 2) in general, the process and teachingand learning process runs relatively well suchas learning atsmosphere, concepts andmaterials, instructions, and strategies,supporting activities, teaching methods, testand evaluation, and media used, nevertheless,to some extend, some point do not run well forexamples, the curriculum, syllabus, thetheachers’, learning material designed as well.

Kata kunci:Implementasi, kurikulum, Bahasa Arab,Pendidikan Bahasa Arab

A. PENDAHULUANJika ditinjau secara konseptual, kurikulum

diartikan:“ a curriculum is a plan for learning,

1

therefore what is know about the learning process and

the development of individual has bearing on the

shaping of the curriculum”. kurikulum adalah rencana belajar,

oleh karena itu, proses belajar dan perkembangan individu dapat

mewarnai bentuk-bentuk kurikulum. Dari pengertian ini,

kurikulum merupakan serangkaian rencana yang akan

diimplementasikan di lapangan yang nantinya diharapkan

berdampak positif bagi perkembangan pendidikan, dalam

hal ini adalah terlaksananya pendidikan bahasa Arab

dengan sebaik-baiknya berdasarkan idealisme kurikulum

yang disusun.

Selanjutnya, penerapan atau implementasi kurikulum

dalam satuan pendidikan adalah suatu proses

pengembangan kurikulum.1 Pengembangan Kurikulum

tersebut menuntut serangkain proses yang berorientasi

pada perbaikan kurikulum dari satu kondisi ke kondisi

yang lebih baik. Serangkaian proses yang dimaksud

adalah proses perencanaan, proses implementasi, dan

proses evaluasi. Karenanya, penerapan atau

implementasi kurikulum merupakan tindak lanjut dari

sebuah perencanaan yang nantinya berakhir pada evaluasi

setelah terjadi implementasi.

Berkaitan dengan kurikulum bahasa Arab, proses

implementasi terjadi setelah perencaan kurikulum bahasa

Arab terdefinisikan dalam bentuk ide dan program-

1 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi (Jakarta: Raja Granfindo Persada, 2010),cet.4., hlm.12

2

program, baik kurikulum yang ada di tingkat sekolah

dasar sampai menengah, atau tingkat institusi, sekolah

tinggi atau universitas.

Pada praktiknya, penerapan pada setiap lembaga

sekolah berbeda-beda tergantung bagaimana mengelola

kurikulum itu sendiri meskipun secara ideal dan

konseptual ada kesamaan arah dan tujuan kurikulum

bahasa Arab di bawah naungan departemen pemerintah,

baik di jalur depag maupun diknas, kecuali kurikulum

bahasa Arab pada tingkat institusi atau universitas

yang lebih bersifat fleksibel dan dinamis dan

kontekstualis.

Meskipun nampak lugas dan dapat dibayangkan oleh

sekian pendidik bahasa Arab bagaimana penerapan

kurikulum bahasa Arabterjadi dan bagaimana posisinya

dalam kerangka pengembangan kurikulum, akan tetapi

realitanya masih belum final jika belum secara tegas

menguraikan sebuah proses penerapan kurikulum yang

benar-benar terjadi di lapangan dan berproses sampai

sekarang. Karena itu, penulis ingin mewujudkan renungan

tentang proses penerapan atau implementasi kurikulum

bahasa Arab menjadi lebih riil dengan pemaparan

langsung dari hasil kajian penerapan kurikulum yang

dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Bahasa Arab di

Universitas.

Untuk membantu pemahaman pembaca, berikut batasan

masalah dan batasan makna konsep implementasi dan makna

3

kurikulum yang dimaksudkan oleh penulis, yaitu

bagaimana penerapan kurikulum bahasa Arab dalam

pembelajarannya di program studi Pendidikan Bahasa

Arab, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta?

Terkait dengan implementasi kurikulum dan dengan

melihat kompleksitas jangkauan komponen dari

implementasi kurikulum itu sendiri, maka yang

dimaksudkan di makalah ini adalah pelaksanaan kurikulum

yang dibatasi pada aspek profile pengajar dan proses

pembelajaran yang meliputi a) suasana dan situasi

pembelajaran, b) materi yang diajarkan, c) aspek dan

subtansi kebahasaan, d) strategi pembelajaran, e)

aktivitas pendukung PBM, f) jenis metode yang

diterapkan, g) jenis-jenis tes yang digunakan, dan h)

jenis instrumen/media pembelajaran. Implementasi

kurikulum ini difokuskan pada kurikulum Pendidikan

Bahasa Arab di program studi Pendidikan Bahasa Arab di

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tahun ajaran

2012/2013 yang menjadi prodi pertama di Yogyakarta yang

menggunakan kurikulum KBK-bersoft skill sehinga menarik

penulis untuk melihat sejauh mana implementasi

kurikulumnya.

B. LANDASAN TEORI

Untuk mempermudah arah kajian makalah pada kesempatan

kali ini, berikut beberapa konsep sederhana yang

dijadikan landasan konseptual penulis dalam

4

memaparkan makalah tentang implementasi kurikulum

bahasa Arab di program studi Pendidikan Bahasa Arab:

1. Implementasi :

Implementasi adalah operasionalisasi konsep

kurikulum yang masih bersifat tertulis menjadi

aktual ke dalam kegiatan.2 Lebih lanjut, Rino

memaparkan definisi tambahan dan lebih spesifik

dari arah implementasi, yaitu pelaksanaan proses

belajar mengajar itu sendiri yang di dalamnya

terdapat rencana pembelajaran, silabus, materi,

media dan sumber belajar, strategi pembelajaran

dan evaluasi.

Ranah implementasi meliputi komponen-komponen

implemantasi yang terdiri dari studi program-

program baru, identifikasi sumber daya, penetapan

peran, pengembangan profesionalitas, penjadwalan,

sistem komunikasi, pelaksanaan monitoring.3 Adapun

dalam implementasinya akan meliputi beberapa unsur

terkait yang berupa proses pembelajaran, yaitu:

bahasa pengantar, hari belajar, kegiatan

kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan

prasaranan, remidial, pengayaan dan percepatan

belajar, bimbingan konseling, pengembangan atau

penyusunan silabus, pengelolaan kurikulum.

2. Kurikulum : 2 Oemar Hamalik, Manajemen Implementasi Kurikulum: Bagi Pengembang, Pengelola dan Pengawas (Bandung: SPS UPI, 2006), 123.3 Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: Remaja Rosdakarya,2007), 745-748.

5

- Secara etimologis, kata kurikulum berasal dari

bahasa Latin race course (mata-pelajaran. Ali,

1984, dalam Munir (2008) menjabarkan kurikulum ke

dalam tiga ranah yaitu 1) kurikulum sebagai

pengalaman belajar peserta didik, 2) kurikulum

sebagai rencana pembelajaran, dan 3) kurikulum

sebagai pengalaman belajar peserta didik.

- Kurikulum  adalah seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan , isi, dan bahan

pelajaran   serta cara digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu ( Pasal 1

Butir 19 UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional ).

- Kurikulum Pendidikan Tinggi adalah seperangkat

rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan

kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan

penilaiannyaButir 6 Kepmendiknas No.232/U/2000

tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan

Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa).4

3. Pendekatan dalam implementasi kurikulum

- Implementasi sebagai suatu peristiwa/kejadian

untuk mengembangkan profesionalisme

- Implementasi sebagai bagian dari komponen

kurikulum5

4 http://muzarqoniblog.wordpress.com5 Rino, Strategi Implementasi KTSP, http://rinofeunp, 30.

6

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi

kurikulum

- Karakteristik kurikulum

- Strategi kurikulum

- Karakter pengguna kurikulum6

C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di program studi

Pendidikan Bahasa Arab Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta dengan populasi mahasiswa angkatan 2012-

2013. Metode penelitian dalam bentuk metode deskriptif

evaluatif. Metode ini relevan dengan tujuannya yaitu

untuk mengetahui kinerja atau performa sebuah program

yang telah dijalankan atau diimplementasikan. Sumber

data dari penelitian ini adalah lembaga sebagai

penyedia kurikulum dan dosen sebagai team pelaksana

terhadap implementasi kurikulum.

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan batasan masalah, hasil penelitian

terdiri atas 2 (dua) jenis data utama yang berkaitan

dengan implementasi kurikulum Pendidikan Bahasa Arab di

prodi PBA. Pertama data profil pengajar. Kedua data

mengenai implementasi kurikulum PBA dan kendala-kendala

yang dihadapi.

1. Profile Pengajar

6 Hamalik, Dasar-Dasar, 239.

7

Profil pengajar (dosen) di prodi PBA UMY dapat

dilihat dari dua indikator yaitu tingkat atau

kualifikasi pendidikan dan relevansi bidang ilmu

dengan bahasa Arab yang diajarkan. Berdasarkan kajian

di lapangan, mayoritas (90%) tingkat pendidikan

pengajar bahasa Arab di prodi PBA adalah S2

kependidikan bahasa Arab. Sedangkan sisanya (10%)

adalah lulusan S2 linguistik.

Meskipun mayoritas pengajar mempunyai

kualifikasi akademik yang sesuai dengan program studi

yaitu Pendidikan Bahasa Arab, hasil penelitian

menggambarkan adanya derelevansi keilmuan yang

dimiliki oleh pengajar dengan materi yang diajarkan

pada mata kuliah tertentu yaitu mata kuliah psikologi

pendidikan, pancasila dan kewarganegaraan, ICT

online, entreprenuership, filsafat ilmu. Bidang

kajian pada MK tersebut selama ini diampu oleh tenaga

pengajar yang tidak mempunyai background tersebut.

Dengan demikian, jabaran kualifikasi pengajar dengan

mata ajar masih terdapat ketimpangan dan terkesan

kurang profesional.

Masalah profil pengajar ini patut mendapat

perhatian serius dalam rangka implementasi kurikulum

bahasa Arab di tingkat pendidikan apa saja, terlebih

tingkat universitas. Karena, sebagaimana yang diikuti

oleh para ahli pendidikan, bahwa betapapun bagusnya

suatu kurikulum, hasinya tergantung pada apa yang

8

dilakukan oleh pendidik dalam kelas. Dengan demikian,

kurikulum yang baik belum menjmin menghasilkan

lulusan yang terbaik sebagaimana yang diharapkan oleh

kurikulum tertentu karena proses sampainya kepada

peserta didik bergantung kepada implementator

kurikulum, yaitu staf pengajar.7 Jadi, Fungsi mereka

dalam rangka implementasi kurikulum tidak boleh

diabaikan mengingat urgensinya dalam memperkaya

kurikulum yang telah direncanakan dan meningkatkan

relevansi kurikulum dengan kebutuhan peserta didik,

masyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

Makna dari pemaparan ini adalah adanya staf

pengajar bisa membuat kurikulum diterapkan secara

baik, tetapi juga bisa dapat menghambat

pelaksanaannya juga. Hal ini mengingat faktor utama

pennghambat kurikulum adalah karakteristik pemakai

kurikulum, di samping juga faktor strategi

implementasi dan faktor lingkungan. Intinya, tenaga

pengajar disyaratkan mempunyai kualifikasi dan

kompetensi khusus untuk menunjang pencapaian

kompetensi lulusan pada satuan pendidikan bidang

bahasa Arab ini.

2. Implementasi Kurikulum

7 Syafrudin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum (Jakarta: Quantun Teaching, 2005), 75-76.

9

Hasil penelitian mengenai implementasi kurikulum

bahasa Arab ini dikelompokkan menjadi 12 indikator

utama yang akan dipaparkan secara holistik.

a) Ketersediaan kurikulum, silabus dan RPBS

Dari hasil penelitian, dokumen kurikulum,

silabus dan RPBS telah tersedia dan tersusun

berdasarkan materi masing-masing dan tingkat satuan

semester. Dari hasil olah data, untuk

mengimplementasikan kurikulum dari aspek ini, dokumen

kurikulum dijabarkan ke dalam silabus dan silabus

terjabarkan dalam kontrak belajar yang di sebut RPBS.

Sedikit berbeda dengan prodi pendidikan bahasa Arab

yang lain, pada konten kurikulum sampai rancangan

pembelajaran selalu dicantumkan kompetensi non-hard

skill atau soft skill yang mendapat porsi dalam

penilaian.

b) Kesesuaian silabus dan RPBS dengan kurikulum

Hasil analisis dokumen kurikulum, silabus dan

RPBS yang diwujudkan dalam dokumen akademik program

studi Pendidikan Bahasa Arab berisi konten yang

merupakan pengembangan dari konten kurikulum. Silabus

ini pada praktiknya dikembangkan sendiri oleh

pengampu masing-masing mata kuliah dalam rangka

mengembangkan profesi kedoesenannya. Hanya saja, dari

sejumlah praktik pengembangan, pengembangan yang

dijabarkan dalam silabus adalah hasil aktualisasi

mata kuliah dan sedikit yang memperhatikan bahan

10

kajian dari mata kuliah yang bersangkutan. Artinya,

pengampu MK kurang cermat dalam melihat objektifitas

ranah materi yang akan diajarkan. Contohlah mata

kuliah qawa’id tathbiqiyyah, dalam kurikulum

dicantumkan bahan kajian berupa morfosintaksis,

leksikologi dan leksikografi dengan outcome mahasiswa

mampu merangkai kalimat dan menderivasi kata-kata

yang lebih kokpleks, namun dalam penjabaran

silabusnya, arah materi kurang orientit dengan bahan

kajian dan masih cenderung ke ranah sintaksis

praktis.

Kesesuaian antara silabus, RPBS dengan kurikulum

di prodi PBA untuk sejumlah MK nampaknya masih

dangkal dan perlu kecermatan lebih untuk

mensinkronkan antara keduanya.

c) Ketersediaan, ketercakupan dan relevansi buku teks

bahasa Arab

Ditinjau dari ketersediaan buku yang mencukupi

dan relevan dengan bahasa Arab di prodi Pendidikan

Bahasa Arab, peneliti menemukan empat MK yang minim

referensi yang dimiliki prodi dan bisa dikatakan

belum cukup baik untuk persediaan buku ajar. Mk

tersebut adalah materi Tahsinul Lughoh, Qawa’id

tathbiqiyyah, Kitabah muqtarifah, dan qithobah.

Meskipun referensi MK tersebut dari sisi struktur

bahannya relevan dengan pembelajaran yang

dimaksudkan, akan tetapi ketersediaannya masih belum

11

maksimal, bahkan dari hasil pengamatan, mahasiswa

tidak nampak terlihat memiliki referensi primer dari

MK yang dimaksud.

d) Ketersediaan, ketercakupan dan relevansi bahan

ajar rancangan dosen

Dari sampel empat pengampu MK (80%) untuk mata

kuliah tahsinul lughoh, ilmu lughoh an-nafsi, tarjamah, dan kitabah

rosyidah, peneliti belum menemukan adanya bahan ajar

yang betul-betul dirancang dan didesain oleh para

pengajar. Rata-rata masih menggunakan teknik

kompilasi beberapa referensi yang tanpa pengembangan

untuk dijadikan pedoman pembelajaran sebagai bahan

ajar. Ini menunjukkan produktifitas para pengampu di

prodi masih lemah, terlebih jika yang belum dirancang

dengan baik adalah mata kuliah yang sifatnya utama,

bukan pendukung dan lain-lain dalam lingkup kurikulum

KBK.

e) Suasana dan situasi pembelajaran berdasarkan

taksonomi bloom

Suasana dan situasi pembelajaran berdasarkan

taksonomi bloom digolongkan menjadi tiga aspek yaitu

kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam proses

pembelajaran dari segi kognitif afektif dan

psikomotorik, 90% pengampu sepakat bahwa penekanan

untuk memahami konsep yang bersifat hard skill dan

soft skill dimaksimalkan dalam KBM di kelas sebagai

12

cermin produk kurikulum dan sebagai penunjang soft

skill diilustrasikan dalam kegiatan terencana yang

dinamakan bridging course setiap pertengahan semester

dengan tema kepemimpinan, kerjasama, kreatifitas, ESQ

dan sebagainya, baik in door maupun out door.

Di sisi lain, suasana kebahasaan dimunculkan

dalam bi’ah arabiyah dan pengantar pembelajaran yang

menggunakan bahasa Arab untuk materi kuliah tertentu

guna menunjang maharotul kalam dan istima’. Mahasiswa

dikondisikan supaya dapat mempraktikkan bahasa

senyatanya terutama aspek komunikatif. Kondisi

seperti ini nampaknya sesuai dengan pendekatan

pembelajaran kotekstual sebagaimana konsep CTL yang

banyak melibatkan pembelajar dalam proses

pembelajaran.

Suasana pembelajaran tersebut sepertinya

dirancang oleh jurusan untuk memberikan pengalaman

belajar yang melibatkan mental dan fisik melalui

interaksi aktif dalam berbagai kegiatan dalam rangka

pencapaian kompetensi dasar. Meskipun masih nampak

sederhana, suasana tersebut paling tidak sudah

diarahkan pada salah satu poin dari standar proses

pendidikan, yaitu proses pembelajaran diselenggarakan

secara interaktif, inspiratif, memotivasi peserta

didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberi ruang

yang cukup bagi prakarsa, krativitas, dan kemandirian

13

sesuai dengan bakat peserta didik.8 Hanya saja,

situasi pembelajaran yang mengarah pada pengalaman

belajar di prodi ini masih masih belum jelas

tingkatannya yang menjadi prioritas utama sebagai

sarana efektif pembelajaran. Sebagaimana yang

diketahui bersama bahwa pengalaman belajar dapat

dirunut dalam beberapa tingkat, yaitu direct purposeful

exsperience, contrived experience, dramatized experience hingga

verbal symbol.9

f) Subtansi kebahasaan (keterampilan bahasa dan

komponen bahasa)

Subtansi kebahasaan pembelajaran bahasa Arab di

prodi Pendidikan Bahasa Arab ditinjau dari dua aspek

utama yaitu keterampilan berbahasa (language skills)

dan komponen (language components). Kedua aspek

tersebut sama-sama masuk dalam kategori MK utama yang

wajib ditempuh mahasiswa. Untuk keterampilan

berbahasa meliputi al Istima wal kalam lil mubtadiin,

al Istima wal kalam al mutakammil fil baramij ar

rasmiyyah, Fahmul maqru min nushushil Arabiyyah al

bashithah, Fahmul maqru min kutubil Arabiyyah, al

Kitabah ar rasyidah, al Kitabah al muhtarifah.

Sedangkan komponen bahasa meliputi nahwu dan shorof,

semantik, mantiq atau dengan bahasa lain meliputi

8 Mulyasa, Implementasi Kurikulum, 25.9 Sumiati, Methode Pembelajaran Seri Pembelajaran Efektif (Bandung: CV Wacana Prima, 2008), 175.

14

fonologi, pelafalan, kosa kata, tatabahasa,

menterjemahkan.

Baik keterampilan bahasa maupun kebahasaan

diajarkan pada semester I, II dan III dengan

mempertimbangkan peta kompetensi lulusan sebagai

pendidikan yang harus memiliki kompetensi bahasa

sebelum kompetensi kependidikan.

Dari subtansi tersebut, kurikulum PBA dirancang

untuk dua kemampuan dan ini merupakan standar yang

memang harus ada pada prodi pendidikan bahasa,

meskipun ada opini masyarakat akademik yang

mengatakan bahwa lulusan pendidikan bahasa Arab tidak

mahir berbahasa Arab atau minim pengetahuan

tentantang kebahasaan. Opini ini bisa benar benar

manakala program stdi kurang memperhatikan aspek

kebahasaan peserta didik dan lebih terkonsentrasi

dengan kependidikan dan lingkupnya untuk meluluskan

karakter pendidikan sehingga kurang diimbangi dengan

kemampuan kebahasaan dan komponennya.

g) Materi konsep dan kosa-kata yang diajarkan

Ditinjau dari materi konsep yang diajarkan,

peneliti mengambil sampel materi qawa’id. Materi ini

terbagi menjadi dua yaitu qawa’id muyassaroh dan

qawa’id tathbiqiyyah. Untuk qawa’id muyassaroh lebih

menekankan pada pola-pola forfologi yang meliputi

isim, fi’il dan harf. Sedangkan untuk qawa’id

tathbiqiyyah lebih pada pola-pola sintaksis yang

15

meliputi jumlah fi’liyah, ismiyah, dan keterangan

pendukung kedua jumlah tersebut.

Untuk materi kosa-kata, dalam MK qawaid,

pengampu memasukkan unsur mufrodat pada tataran

contoh-contoh qawa’id sesuai dengan tema. Perumusan

kosa-kata dalam hal ini lebih ditekankan pada kata-

kata yang populer penggunaannya dan sering didengar

dalam kehidupan sehari-hari, baik kosa-kata yang

bersifat konkret maupun abstrak. Untuk kosa-kata

konkret adalah yang dapat diilustrasikan dengan

contoh gambar seperti pergi, keluar, masuk, makan,

mandi, sholat, bermain, berlari, berjalan dan

sebagainya. Sedangkan yang bersifat abstrak seperti

memuji, berdiskusi, bercerita, berkata, bermimpi,

mengeluh, menderita, gembira dan sebagainya.

h) Instruksi dan strategi yang diterapkan dosen

pengampu

Dikaji dari instruksi dan strategi yang sering

diterapkan oleh pengampu dalam pembelajaran bahasa

Arab dengan sampel pembelajaran qawa’id, ada empat

jenis instruksi dan setrategi meskipun kuantitas

implementasi instruksi dan strategi satu dan lainnya

tersebut tidak proporsional. Keempat instruksi dan

strategi tersebut meliputi melihat dan mengulang-

ulang, aktivitas meniru-niru, analisis nahs, dan

korektif kesalahan. Untuk pemahaman teori dengan

melakukan kegiatan mengulang-ulang dan meniru, dan

16

untuk aplikasi teori dengan analisis nash dan

korektif kesalahan.

Kegiatan instruksi dan strategi di atas masih

umum dan penulis melihat implementasinya dalam

bingkai metode pembelajaran seperti metode

komunikatif, active learning, qawa’id dan tarjamah.

Berbagai metode digunakan oleh pengampu sesuai dengan

mata kuliah yang bersangkutan dan nampak beberapa

prinsip yang dipegangi oleh pendidik dalam

melaksanakan proses pembelajaran. Prinsip-prinsip

yang dapat penulis cermati adalah sebagai berikut:

- Materi pembelajaran berupa pengetahuan, sikap,

keterampilan.

- Pembelajaran bersifat spiral.

- Pembelajaran berpusat pada peserta didik

i) Aktivitas pendukung pembelajaran

Aktivitas pendukung sangat membantu siswa dalam

mempercepat dan mempermudah dalam memahami materi

ajar. Berkenaan dengan ini, aktivitas pendukung yang

memperlancar proses pembelajaran bahasa Arab di prodi

PBA ini adalah seperti ekstra learning, kontestan debate,

dan praktikum mengajar. Kegiatan ini dalam rangkang

pelaksanaan kurikulum memungkinkan mahasiswa mendapat

pelayanan yang bersifat pengayaan, percepatan sesuai

potensi, perbaikan, dan pengayaan.

Melihat aktivitas tersebut, nampak bahwa

programn studi pendidikan bahasa Arab melaksanakan

17

program kegiatan kurikuler yang terkelompokkan

menjadi kegiatan intra dan ekstrakurikuler. Kegiatan

intra kurikuler merupakan kegiatan pembelajaran untuk

menguasai kompetensi dengan pertimbangan hak-hak dan

kewajiban peserta didik, serta efisien dan

efektivitas pelaksanaan kegiatan. Sedangkan kegiatan

ekstrakurikuler dimaksudkan sebagai pembelajaran di

luar kegiatan intra kulikuler yang diselenggarakan

secara kontekstual dengan keadaan dan kebutuhan

lingkungan. Kegiatan ini nampaknya dimanfaatkan

program studi Pendidikan Bahasa Arab UMY untuk

memenuhi tuntutan penguasaan kompetensi mata

pelajaran, pembentukan karakter, dan peningkatan

kecakapan hidup seperti pada kegiatan bridging course

setiap semester.

j) Jenis metode yang diterapkan dalam pembelajaran

Hasil analisis lapangan menunjukkan adanya

serangkaian jenis metode mengajar yang diterapkan

oleh para pengajar bahasa Arab. Rangkaian metode

tersebut secara umum meliputi metode bermain,

bercakap-cakap, story telling, demonstrasi,

karyawisata, proyek, pemberian tugas, bernyanyi,

dialog, drama, pair dan group work. Meskipun jenis

metode cukup variatif, intensitas penggunaan dalam

praktiknya masih belum proporsioanal dalam artian

kontinyuitasnya belum sistematis.

18

Sebagai contoh penerapan jenis metode, MK

qawa’id lebih cenderung menggunakan jenis metode

demonstratif dan pemberian tugas dengan bentuk pair

dan group work. Sedangkan untuk MK maharotul karam

lebih cenderung pada bercakap-cakap dan bercerita.

k) Jenis media yang digunakan

Hasil kajian dari penelitian menemukan ada

sejumlah media pembelajaran variatif yang digunakan

untuk membelajarkan bahasa Arab. Sekian media

pembelajaran yang digunakan dapat dilihat pada tabel

berikut:Tabel: Jenis Media Pembelajaran

No. Jenis Media

Pembelajaran

Maharoh/Kebahasaan

1. Rule Play Card

Istima’ wal kalam2. Film3. Audio-Visual4. Gambar5. Card

Kitabah6. Film7. Nash Maping Qawa’id

Melihat jenis media yang digunakan, nampak

bahwa pemilihan media pembelajaran yang dimanfaatkan

didasarkan pada prinsip-prinsip pemilihan media

pembelajaran yaitu:

1. Menentukan jenis media dengan tepat;

19

2. Menetapkan atau mempertimbangkan subyek

dengan tepat;

3. Menyajikan media dengan tepat;

4. Menempatkan atau mempergunakan media pada

waktu, tempat dan situasi yang tepat.

l) Jenis-jenis tes yang diterapkan

Jenis tes atau alat evaluasi proses pembelajaran

bahasa Arab di prodi Pendidikan Bahasa Arab

menyesuaikan dengan sistem kurikulum prodi yang

berbasis KBK dab bersoft-skill. Hasil dokumentasi

memperlihatkan bahwa sistem evaluasi prodi meliputi

aspek hard skill dan soft skill yang bisa

diilustrasikan sebagai berikut:

Implementasi Tingkat penguasaan mahasiswa baik

hardskill/softskill pertemuan 1-14 :

Jenjang

tagihan

Jenis tagihanBobot Skor

Bobot X

skorHarian Presentasi,

Keaktifan

Penulisan

makalah

65%

Tengah

semester

Uji kompetensi

I15%

Akhir

semester

Uji kompetensi

II & remedial20%

Tingkat penguasaan (Hardskill/softskill)

20

Adapun jenis tes untuk sistem di atas meliputi

tes essay, multiple choice, dan sistem non-tes yang

berupa portofolio dan muqobalah dan presentasi.

Meskipun secara umum bentuk sistem evaluasi seperti

di atas, terdapat sejumlah mata-kuliah yang sama

sekali tidak menggunakan sistem tes melainkan dengan

sistem penilaian harian dan tugas akhir yang berupa

presentasi dan paper.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan hasil penelitian dan

pembahasannya, secara umum implementasi kurikulum

pendidikan bahasa Arab di program studi Pendidikan

Bahasa Arab Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sudah

berjalan, namun, jika dilihat lebih khusus lagi,

dapat ditarik beberapa kesimpulan yang lebih praktis

dan spesifik mengenai implementasi kurikulum

pendiidkan Bahasa Arab di program studi tersebut.

Pertama, profil dosen pengajar bahasa Arab di

program studi PBA di yogyakarta dari segi kualifikasi

pendidikan secara umum maupun khusus sudah memadai

karena 90% pengajar mempunyai kualifikasi S2 bidang

pendidikan bahasa Arab, 10% S2 linguistik. Ini

berarti sudah memenuhi standar minimal dosen

pendidikan bahasa Arab yang mengedepankan relevansi

keprofesian seorang pengajar denganorientasi mata

21

kuliah yang di ampu. Namun demikian, hal yang menarik

adalah muatan MK yang ada di program PBA ini baik

yang bersifat kebahasaan dan kependidikan non-Arab

seperti psikologi pendidikan, kewarganegaraan, ICT

online, statistik, entreprenuership, diampu oleh

tenaga kependidikan dengan latar belakang bahasa Arab

tersebut, kecuali materi bahasa Indonesia dan

Inggris.

Kedua, dari aspek implementasi kurikulum dan

pembelajaran bahasa Arab di prodi PBA secara umum

berlangsung dengan kategori baik seperti aspek a)

suasana dan situasi pembelajaran yang didasarkan pada

taksonomi bloom, b) materi yang diajarkan, c) aspek

dan subtansi kebahasaan, d) strategi yang diterapkan

dosen, e) aktivitas pendukung PBM, f) jenis metode

yang diterapkan, g) jenis-jenis tes yang diterapkan

oleh dosen, dan h) jenis instrumen/media

pembelajaran.

2. Saran

a) Prodi Pendidikan Bahasa Arab sebaiknya perlu

membuat peta potensi spesifikasi keilmuan setiap

pengampu. Karena, meskipun sama-sama lulusan

kependidikan berbasis Arab, setiap individu berbeda

kecenderungan keilmuannya. Ada dosen yang cenderung

menguasai metodologi pembelajaran dari pada

merekayasa media, atau kecendurungan menguasai

konsep kebahasaan dari pada strategi mengajar. Ha

22

seperti ini yang belum nampak di prodi penddidikan

bahasa Arab UMY karena masih terkesan penempatan

materi yang diampu oleh dosen yang kurang menguasai

dari aspek tersebut meskipun secara normatif

termasuk rumpun ilmu yang mempersyaratkan

kualifikasi kependidikan bahasa Arab.

b) Perlu adanya formulasi materi yang bersifat

gradasi setiap tingkatan. Hal ini karena terdapat

kasus MK yang mengarah adanya materi pembelajaran

seperti qiro’ah yang diajarkan di semester I

kurang disesuaikan dengan kemampuan mahasiswa yang

masih minim, terlebih yang riwayat pendidikannya

belum pernah bersentuhan dengan bahasa Arab.

Beberapa mahasiswa merasa kesulitan dengan materi

yang kontennya cukup tinggi untuk seorang pemula

yang belajar bahasa Arab.

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum,

Bandung: Remaja Rosdakarya,2007.

_____________, Manajemen Implementasi Kurikulum: Bagi

Pengembang, Pengelola dan Pengawas, Bandung: SPS UPI,

2006.

http://muzarqoniblog.wordpress.com

http://staff.uny.ac.id.

23

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di

Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, Jakarta: Raja

Granfindo Persada, 2010.

Rino, Strategi Implementasi KTSP, http://rinofeunp..

Sumiati, Methode Pembelajaran Seri Pembelajaran Efektif,

Bandung: CV Wacana Prima, 2008.

Syafrudin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum,

Jakarta: Quantun Teaching, 2005.

24