kurikulum pba
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN BAHASA ARABDI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARABUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2012/2013
Oleh : Arif Widodo
AbstractGenerally, the objectives of this
research are to know the implementation ofcurriculum of Arabic Education at UniversitasMuhammadiyah Yogyakarta in Yogyakarta. Inaddition, specifically, it is to know 1) theArabic language teacher profile, 2) theteaching and learning process. The data arecollected by documentation and in depthinterview. The data are analyzed by descriptiveand content analysis.
The results of the research show that 1)the Arabic language teacher profile isrelatively standar in term of academicqualification in which most of them are S2holders (Magister of Arabic Teaching), however,most of their education backgrounds arerelevant to their Arabic Teaching programtaught, 2) in general, the process and teachingand learning process runs relatively well suchas learning atsmosphere, concepts andmaterials, instructions, and strategies,supporting activities, teaching methods, testand evaluation, and media used, nevertheless,to some extend, some point do not run well forexamples, the curriculum, syllabus, thetheachers’, learning material designed as well.
Kata kunci:Implementasi, kurikulum, Bahasa Arab,Pendidikan Bahasa Arab
A. PENDAHULUANJika ditinjau secara konseptual, kurikulum
diartikan:“ a curriculum is a plan for learning,
1
therefore what is know about the learning process and
the development of individual has bearing on the
shaping of the curriculum”. kurikulum adalah rencana belajar,
oleh karena itu, proses belajar dan perkembangan individu dapat
mewarnai bentuk-bentuk kurikulum. Dari pengertian ini,
kurikulum merupakan serangkaian rencana yang akan
diimplementasikan di lapangan yang nantinya diharapkan
berdampak positif bagi perkembangan pendidikan, dalam
hal ini adalah terlaksananya pendidikan bahasa Arab
dengan sebaik-baiknya berdasarkan idealisme kurikulum
yang disusun.
Selanjutnya, penerapan atau implementasi kurikulum
dalam satuan pendidikan adalah suatu proses
pengembangan kurikulum.1 Pengembangan Kurikulum
tersebut menuntut serangkain proses yang berorientasi
pada perbaikan kurikulum dari satu kondisi ke kondisi
yang lebih baik. Serangkaian proses yang dimaksud
adalah proses perencanaan, proses implementasi, dan
proses evaluasi. Karenanya, penerapan atau
implementasi kurikulum merupakan tindak lanjut dari
sebuah perencanaan yang nantinya berakhir pada evaluasi
setelah terjadi implementasi.
Berkaitan dengan kurikulum bahasa Arab, proses
implementasi terjadi setelah perencaan kurikulum bahasa
Arab terdefinisikan dalam bentuk ide dan program-
1 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi (Jakarta: Raja Granfindo Persada, 2010),cet.4., hlm.12
2
program, baik kurikulum yang ada di tingkat sekolah
dasar sampai menengah, atau tingkat institusi, sekolah
tinggi atau universitas.
Pada praktiknya, penerapan pada setiap lembaga
sekolah berbeda-beda tergantung bagaimana mengelola
kurikulum itu sendiri meskipun secara ideal dan
konseptual ada kesamaan arah dan tujuan kurikulum
bahasa Arab di bawah naungan departemen pemerintah,
baik di jalur depag maupun diknas, kecuali kurikulum
bahasa Arab pada tingkat institusi atau universitas
yang lebih bersifat fleksibel dan dinamis dan
kontekstualis.
Meskipun nampak lugas dan dapat dibayangkan oleh
sekian pendidik bahasa Arab bagaimana penerapan
kurikulum bahasa Arabterjadi dan bagaimana posisinya
dalam kerangka pengembangan kurikulum, akan tetapi
realitanya masih belum final jika belum secara tegas
menguraikan sebuah proses penerapan kurikulum yang
benar-benar terjadi di lapangan dan berproses sampai
sekarang. Karena itu, penulis ingin mewujudkan renungan
tentang proses penerapan atau implementasi kurikulum
bahasa Arab menjadi lebih riil dengan pemaparan
langsung dari hasil kajian penerapan kurikulum yang
dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Bahasa Arab di
Universitas.
Untuk membantu pemahaman pembaca, berikut batasan
masalah dan batasan makna konsep implementasi dan makna
3
kurikulum yang dimaksudkan oleh penulis, yaitu
bagaimana penerapan kurikulum bahasa Arab dalam
pembelajarannya di program studi Pendidikan Bahasa
Arab, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta?
Terkait dengan implementasi kurikulum dan dengan
melihat kompleksitas jangkauan komponen dari
implementasi kurikulum itu sendiri, maka yang
dimaksudkan di makalah ini adalah pelaksanaan kurikulum
yang dibatasi pada aspek profile pengajar dan proses
pembelajaran yang meliputi a) suasana dan situasi
pembelajaran, b) materi yang diajarkan, c) aspek dan
subtansi kebahasaan, d) strategi pembelajaran, e)
aktivitas pendukung PBM, f) jenis metode yang
diterapkan, g) jenis-jenis tes yang digunakan, dan h)
jenis instrumen/media pembelajaran. Implementasi
kurikulum ini difokuskan pada kurikulum Pendidikan
Bahasa Arab di program studi Pendidikan Bahasa Arab di
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tahun ajaran
2012/2013 yang menjadi prodi pertama di Yogyakarta yang
menggunakan kurikulum KBK-bersoft skill sehinga menarik
penulis untuk melihat sejauh mana implementasi
kurikulumnya.
B. LANDASAN TEORI
Untuk mempermudah arah kajian makalah pada kesempatan
kali ini, berikut beberapa konsep sederhana yang
dijadikan landasan konseptual penulis dalam
4
memaparkan makalah tentang implementasi kurikulum
bahasa Arab di program studi Pendidikan Bahasa Arab:
1. Implementasi :
Implementasi adalah operasionalisasi konsep
kurikulum yang masih bersifat tertulis menjadi
aktual ke dalam kegiatan.2 Lebih lanjut, Rino
memaparkan definisi tambahan dan lebih spesifik
dari arah implementasi, yaitu pelaksanaan proses
belajar mengajar itu sendiri yang di dalamnya
terdapat rencana pembelajaran, silabus, materi,
media dan sumber belajar, strategi pembelajaran
dan evaluasi.
Ranah implementasi meliputi komponen-komponen
implemantasi yang terdiri dari studi program-
program baru, identifikasi sumber daya, penetapan
peran, pengembangan profesionalitas, penjadwalan,
sistem komunikasi, pelaksanaan monitoring.3 Adapun
dalam implementasinya akan meliputi beberapa unsur
terkait yang berupa proses pembelajaran, yaitu:
bahasa pengantar, hari belajar, kegiatan
kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan
prasaranan, remidial, pengayaan dan percepatan
belajar, bimbingan konseling, pengembangan atau
penyusunan silabus, pengelolaan kurikulum.
2. Kurikulum : 2 Oemar Hamalik, Manajemen Implementasi Kurikulum: Bagi Pengembang, Pengelola dan Pengawas (Bandung: SPS UPI, 2006), 123.3 Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: Remaja Rosdakarya,2007), 745-748.
5
- Secara etimologis, kata kurikulum berasal dari
bahasa Latin race course (mata-pelajaran. Ali,
1984, dalam Munir (2008) menjabarkan kurikulum ke
dalam tiga ranah yaitu 1) kurikulum sebagai
pengalaman belajar peserta didik, 2) kurikulum
sebagai rencana pembelajaran, dan 3) kurikulum
sebagai pengalaman belajar peserta didik.
- Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan , isi, dan bahan
pelajaran serta cara digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu ( Pasal 1
Butir 19 UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional ).
- Kurikulum Pendidikan Tinggi adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan
kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan
penilaiannyaButir 6 Kepmendiknas No.232/U/2000
tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan
Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa).4
3. Pendekatan dalam implementasi kurikulum
- Implementasi sebagai suatu peristiwa/kejadian
untuk mengembangkan profesionalisme
- Implementasi sebagai bagian dari komponen
kurikulum5
4 http://muzarqoniblog.wordpress.com5 Rino, Strategi Implementasi KTSP, http://rinofeunp, 30.
6
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi
kurikulum
- Karakteristik kurikulum
- Strategi kurikulum
- Karakter pengguna kurikulum6
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di program studi
Pendidikan Bahasa Arab Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta dengan populasi mahasiswa angkatan 2012-
2013. Metode penelitian dalam bentuk metode deskriptif
evaluatif. Metode ini relevan dengan tujuannya yaitu
untuk mengetahui kinerja atau performa sebuah program
yang telah dijalankan atau diimplementasikan. Sumber
data dari penelitian ini adalah lembaga sebagai
penyedia kurikulum dan dosen sebagai team pelaksana
terhadap implementasi kurikulum.
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan batasan masalah, hasil penelitian
terdiri atas 2 (dua) jenis data utama yang berkaitan
dengan implementasi kurikulum Pendidikan Bahasa Arab di
prodi PBA. Pertama data profil pengajar. Kedua data
mengenai implementasi kurikulum PBA dan kendala-kendala
yang dihadapi.
1. Profile Pengajar
6 Hamalik, Dasar-Dasar, 239.
7
Profil pengajar (dosen) di prodi PBA UMY dapat
dilihat dari dua indikator yaitu tingkat atau
kualifikasi pendidikan dan relevansi bidang ilmu
dengan bahasa Arab yang diajarkan. Berdasarkan kajian
di lapangan, mayoritas (90%) tingkat pendidikan
pengajar bahasa Arab di prodi PBA adalah S2
kependidikan bahasa Arab. Sedangkan sisanya (10%)
adalah lulusan S2 linguistik.
Meskipun mayoritas pengajar mempunyai
kualifikasi akademik yang sesuai dengan program studi
yaitu Pendidikan Bahasa Arab, hasil penelitian
menggambarkan adanya derelevansi keilmuan yang
dimiliki oleh pengajar dengan materi yang diajarkan
pada mata kuliah tertentu yaitu mata kuliah psikologi
pendidikan, pancasila dan kewarganegaraan, ICT
online, entreprenuership, filsafat ilmu. Bidang
kajian pada MK tersebut selama ini diampu oleh tenaga
pengajar yang tidak mempunyai background tersebut.
Dengan demikian, jabaran kualifikasi pengajar dengan
mata ajar masih terdapat ketimpangan dan terkesan
kurang profesional.
Masalah profil pengajar ini patut mendapat
perhatian serius dalam rangka implementasi kurikulum
bahasa Arab di tingkat pendidikan apa saja, terlebih
tingkat universitas. Karena, sebagaimana yang diikuti
oleh para ahli pendidikan, bahwa betapapun bagusnya
suatu kurikulum, hasinya tergantung pada apa yang
8
dilakukan oleh pendidik dalam kelas. Dengan demikian,
kurikulum yang baik belum menjmin menghasilkan
lulusan yang terbaik sebagaimana yang diharapkan oleh
kurikulum tertentu karena proses sampainya kepada
peserta didik bergantung kepada implementator
kurikulum, yaitu staf pengajar.7 Jadi, Fungsi mereka
dalam rangka implementasi kurikulum tidak boleh
diabaikan mengingat urgensinya dalam memperkaya
kurikulum yang telah direncanakan dan meningkatkan
relevansi kurikulum dengan kebutuhan peserta didik,
masyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Makna dari pemaparan ini adalah adanya staf
pengajar bisa membuat kurikulum diterapkan secara
baik, tetapi juga bisa dapat menghambat
pelaksanaannya juga. Hal ini mengingat faktor utama
pennghambat kurikulum adalah karakteristik pemakai
kurikulum, di samping juga faktor strategi
implementasi dan faktor lingkungan. Intinya, tenaga
pengajar disyaratkan mempunyai kualifikasi dan
kompetensi khusus untuk menunjang pencapaian
kompetensi lulusan pada satuan pendidikan bidang
bahasa Arab ini.
2. Implementasi Kurikulum
7 Syafrudin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum (Jakarta: Quantun Teaching, 2005), 75-76.
9
Hasil penelitian mengenai implementasi kurikulum
bahasa Arab ini dikelompokkan menjadi 12 indikator
utama yang akan dipaparkan secara holistik.
a) Ketersediaan kurikulum, silabus dan RPBS
Dari hasil penelitian, dokumen kurikulum,
silabus dan RPBS telah tersedia dan tersusun
berdasarkan materi masing-masing dan tingkat satuan
semester. Dari hasil olah data, untuk
mengimplementasikan kurikulum dari aspek ini, dokumen
kurikulum dijabarkan ke dalam silabus dan silabus
terjabarkan dalam kontrak belajar yang di sebut RPBS.
Sedikit berbeda dengan prodi pendidikan bahasa Arab
yang lain, pada konten kurikulum sampai rancangan
pembelajaran selalu dicantumkan kompetensi non-hard
skill atau soft skill yang mendapat porsi dalam
penilaian.
b) Kesesuaian silabus dan RPBS dengan kurikulum
Hasil analisis dokumen kurikulum, silabus dan
RPBS yang diwujudkan dalam dokumen akademik program
studi Pendidikan Bahasa Arab berisi konten yang
merupakan pengembangan dari konten kurikulum. Silabus
ini pada praktiknya dikembangkan sendiri oleh
pengampu masing-masing mata kuliah dalam rangka
mengembangkan profesi kedoesenannya. Hanya saja, dari
sejumlah praktik pengembangan, pengembangan yang
dijabarkan dalam silabus adalah hasil aktualisasi
mata kuliah dan sedikit yang memperhatikan bahan
10
kajian dari mata kuliah yang bersangkutan. Artinya,
pengampu MK kurang cermat dalam melihat objektifitas
ranah materi yang akan diajarkan. Contohlah mata
kuliah qawa’id tathbiqiyyah, dalam kurikulum
dicantumkan bahan kajian berupa morfosintaksis,
leksikologi dan leksikografi dengan outcome mahasiswa
mampu merangkai kalimat dan menderivasi kata-kata
yang lebih kokpleks, namun dalam penjabaran
silabusnya, arah materi kurang orientit dengan bahan
kajian dan masih cenderung ke ranah sintaksis
praktis.
Kesesuaian antara silabus, RPBS dengan kurikulum
di prodi PBA untuk sejumlah MK nampaknya masih
dangkal dan perlu kecermatan lebih untuk
mensinkronkan antara keduanya.
c) Ketersediaan, ketercakupan dan relevansi buku teks
bahasa Arab
Ditinjau dari ketersediaan buku yang mencukupi
dan relevan dengan bahasa Arab di prodi Pendidikan
Bahasa Arab, peneliti menemukan empat MK yang minim
referensi yang dimiliki prodi dan bisa dikatakan
belum cukup baik untuk persediaan buku ajar. Mk
tersebut adalah materi Tahsinul Lughoh, Qawa’id
tathbiqiyyah, Kitabah muqtarifah, dan qithobah.
Meskipun referensi MK tersebut dari sisi struktur
bahannya relevan dengan pembelajaran yang
dimaksudkan, akan tetapi ketersediaannya masih belum
11
maksimal, bahkan dari hasil pengamatan, mahasiswa
tidak nampak terlihat memiliki referensi primer dari
MK yang dimaksud.
d) Ketersediaan, ketercakupan dan relevansi bahan
ajar rancangan dosen
Dari sampel empat pengampu MK (80%) untuk mata
kuliah tahsinul lughoh, ilmu lughoh an-nafsi, tarjamah, dan kitabah
rosyidah, peneliti belum menemukan adanya bahan ajar
yang betul-betul dirancang dan didesain oleh para
pengajar. Rata-rata masih menggunakan teknik
kompilasi beberapa referensi yang tanpa pengembangan
untuk dijadikan pedoman pembelajaran sebagai bahan
ajar. Ini menunjukkan produktifitas para pengampu di
prodi masih lemah, terlebih jika yang belum dirancang
dengan baik adalah mata kuliah yang sifatnya utama,
bukan pendukung dan lain-lain dalam lingkup kurikulum
KBK.
e) Suasana dan situasi pembelajaran berdasarkan
taksonomi bloom
Suasana dan situasi pembelajaran berdasarkan
taksonomi bloom digolongkan menjadi tiga aspek yaitu
kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam proses
pembelajaran dari segi kognitif afektif dan
psikomotorik, 90% pengampu sepakat bahwa penekanan
untuk memahami konsep yang bersifat hard skill dan
soft skill dimaksimalkan dalam KBM di kelas sebagai
12
cermin produk kurikulum dan sebagai penunjang soft
skill diilustrasikan dalam kegiatan terencana yang
dinamakan bridging course setiap pertengahan semester
dengan tema kepemimpinan, kerjasama, kreatifitas, ESQ
dan sebagainya, baik in door maupun out door.
Di sisi lain, suasana kebahasaan dimunculkan
dalam bi’ah arabiyah dan pengantar pembelajaran yang
menggunakan bahasa Arab untuk materi kuliah tertentu
guna menunjang maharotul kalam dan istima’. Mahasiswa
dikondisikan supaya dapat mempraktikkan bahasa
senyatanya terutama aspek komunikatif. Kondisi
seperti ini nampaknya sesuai dengan pendekatan
pembelajaran kotekstual sebagaimana konsep CTL yang
banyak melibatkan pembelajar dalam proses
pembelajaran.
Suasana pembelajaran tersebut sepertinya
dirancang oleh jurusan untuk memberikan pengalaman
belajar yang melibatkan mental dan fisik melalui
interaksi aktif dalam berbagai kegiatan dalam rangka
pencapaian kompetensi dasar. Meskipun masih nampak
sederhana, suasana tersebut paling tidak sudah
diarahkan pada salah satu poin dari standar proses
pendidikan, yaitu proses pembelajaran diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberi ruang
yang cukup bagi prakarsa, krativitas, dan kemandirian
13
sesuai dengan bakat peserta didik.8 Hanya saja,
situasi pembelajaran yang mengarah pada pengalaman
belajar di prodi ini masih masih belum jelas
tingkatannya yang menjadi prioritas utama sebagai
sarana efektif pembelajaran. Sebagaimana yang
diketahui bersama bahwa pengalaman belajar dapat
dirunut dalam beberapa tingkat, yaitu direct purposeful
exsperience, contrived experience, dramatized experience hingga
verbal symbol.9
f) Subtansi kebahasaan (keterampilan bahasa dan
komponen bahasa)
Subtansi kebahasaan pembelajaran bahasa Arab di
prodi Pendidikan Bahasa Arab ditinjau dari dua aspek
utama yaitu keterampilan berbahasa (language skills)
dan komponen (language components). Kedua aspek
tersebut sama-sama masuk dalam kategori MK utama yang
wajib ditempuh mahasiswa. Untuk keterampilan
berbahasa meliputi al Istima wal kalam lil mubtadiin,
al Istima wal kalam al mutakammil fil baramij ar
rasmiyyah, Fahmul maqru min nushushil Arabiyyah al
bashithah, Fahmul maqru min kutubil Arabiyyah, al
Kitabah ar rasyidah, al Kitabah al muhtarifah.
Sedangkan komponen bahasa meliputi nahwu dan shorof,
semantik, mantiq atau dengan bahasa lain meliputi
8 Mulyasa, Implementasi Kurikulum, 25.9 Sumiati, Methode Pembelajaran Seri Pembelajaran Efektif (Bandung: CV Wacana Prima, 2008), 175.
14
fonologi, pelafalan, kosa kata, tatabahasa,
menterjemahkan.
Baik keterampilan bahasa maupun kebahasaan
diajarkan pada semester I, II dan III dengan
mempertimbangkan peta kompetensi lulusan sebagai
pendidikan yang harus memiliki kompetensi bahasa
sebelum kompetensi kependidikan.
Dari subtansi tersebut, kurikulum PBA dirancang
untuk dua kemampuan dan ini merupakan standar yang
memang harus ada pada prodi pendidikan bahasa,
meskipun ada opini masyarakat akademik yang
mengatakan bahwa lulusan pendidikan bahasa Arab tidak
mahir berbahasa Arab atau minim pengetahuan
tentantang kebahasaan. Opini ini bisa benar benar
manakala program stdi kurang memperhatikan aspek
kebahasaan peserta didik dan lebih terkonsentrasi
dengan kependidikan dan lingkupnya untuk meluluskan
karakter pendidikan sehingga kurang diimbangi dengan
kemampuan kebahasaan dan komponennya.
g) Materi konsep dan kosa-kata yang diajarkan
Ditinjau dari materi konsep yang diajarkan,
peneliti mengambil sampel materi qawa’id. Materi ini
terbagi menjadi dua yaitu qawa’id muyassaroh dan
qawa’id tathbiqiyyah. Untuk qawa’id muyassaroh lebih
menekankan pada pola-pola forfologi yang meliputi
isim, fi’il dan harf. Sedangkan untuk qawa’id
tathbiqiyyah lebih pada pola-pola sintaksis yang
15
meliputi jumlah fi’liyah, ismiyah, dan keterangan
pendukung kedua jumlah tersebut.
Untuk materi kosa-kata, dalam MK qawaid,
pengampu memasukkan unsur mufrodat pada tataran
contoh-contoh qawa’id sesuai dengan tema. Perumusan
kosa-kata dalam hal ini lebih ditekankan pada kata-
kata yang populer penggunaannya dan sering didengar
dalam kehidupan sehari-hari, baik kosa-kata yang
bersifat konkret maupun abstrak. Untuk kosa-kata
konkret adalah yang dapat diilustrasikan dengan
contoh gambar seperti pergi, keluar, masuk, makan,
mandi, sholat, bermain, berlari, berjalan dan
sebagainya. Sedangkan yang bersifat abstrak seperti
memuji, berdiskusi, bercerita, berkata, bermimpi,
mengeluh, menderita, gembira dan sebagainya.
h) Instruksi dan strategi yang diterapkan dosen
pengampu
Dikaji dari instruksi dan strategi yang sering
diterapkan oleh pengampu dalam pembelajaran bahasa
Arab dengan sampel pembelajaran qawa’id, ada empat
jenis instruksi dan setrategi meskipun kuantitas
implementasi instruksi dan strategi satu dan lainnya
tersebut tidak proporsional. Keempat instruksi dan
strategi tersebut meliputi melihat dan mengulang-
ulang, aktivitas meniru-niru, analisis nahs, dan
korektif kesalahan. Untuk pemahaman teori dengan
melakukan kegiatan mengulang-ulang dan meniru, dan
16
untuk aplikasi teori dengan analisis nash dan
korektif kesalahan.
Kegiatan instruksi dan strategi di atas masih
umum dan penulis melihat implementasinya dalam
bingkai metode pembelajaran seperti metode
komunikatif, active learning, qawa’id dan tarjamah.
Berbagai metode digunakan oleh pengampu sesuai dengan
mata kuliah yang bersangkutan dan nampak beberapa
prinsip yang dipegangi oleh pendidik dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Prinsip-prinsip
yang dapat penulis cermati adalah sebagai berikut:
- Materi pembelajaran berupa pengetahuan, sikap,
keterampilan.
- Pembelajaran bersifat spiral.
- Pembelajaran berpusat pada peserta didik
i) Aktivitas pendukung pembelajaran
Aktivitas pendukung sangat membantu siswa dalam
mempercepat dan mempermudah dalam memahami materi
ajar. Berkenaan dengan ini, aktivitas pendukung yang
memperlancar proses pembelajaran bahasa Arab di prodi
PBA ini adalah seperti ekstra learning, kontestan debate,
dan praktikum mengajar. Kegiatan ini dalam rangkang
pelaksanaan kurikulum memungkinkan mahasiswa mendapat
pelayanan yang bersifat pengayaan, percepatan sesuai
potensi, perbaikan, dan pengayaan.
Melihat aktivitas tersebut, nampak bahwa
programn studi pendidikan bahasa Arab melaksanakan
17
program kegiatan kurikuler yang terkelompokkan
menjadi kegiatan intra dan ekstrakurikuler. Kegiatan
intra kurikuler merupakan kegiatan pembelajaran untuk
menguasai kompetensi dengan pertimbangan hak-hak dan
kewajiban peserta didik, serta efisien dan
efektivitas pelaksanaan kegiatan. Sedangkan kegiatan
ekstrakurikuler dimaksudkan sebagai pembelajaran di
luar kegiatan intra kulikuler yang diselenggarakan
secara kontekstual dengan keadaan dan kebutuhan
lingkungan. Kegiatan ini nampaknya dimanfaatkan
program studi Pendidikan Bahasa Arab UMY untuk
memenuhi tuntutan penguasaan kompetensi mata
pelajaran, pembentukan karakter, dan peningkatan
kecakapan hidup seperti pada kegiatan bridging course
setiap semester.
j) Jenis metode yang diterapkan dalam pembelajaran
Hasil analisis lapangan menunjukkan adanya
serangkaian jenis metode mengajar yang diterapkan
oleh para pengajar bahasa Arab. Rangkaian metode
tersebut secara umum meliputi metode bermain,
bercakap-cakap, story telling, demonstrasi,
karyawisata, proyek, pemberian tugas, bernyanyi,
dialog, drama, pair dan group work. Meskipun jenis
metode cukup variatif, intensitas penggunaan dalam
praktiknya masih belum proporsioanal dalam artian
kontinyuitasnya belum sistematis.
18
Sebagai contoh penerapan jenis metode, MK
qawa’id lebih cenderung menggunakan jenis metode
demonstratif dan pemberian tugas dengan bentuk pair
dan group work. Sedangkan untuk MK maharotul karam
lebih cenderung pada bercakap-cakap dan bercerita.
k) Jenis media yang digunakan
Hasil kajian dari penelitian menemukan ada
sejumlah media pembelajaran variatif yang digunakan
untuk membelajarkan bahasa Arab. Sekian media
pembelajaran yang digunakan dapat dilihat pada tabel
berikut:Tabel: Jenis Media Pembelajaran
No. Jenis Media
Pembelajaran
Maharoh/Kebahasaan
1. Rule Play Card
Istima’ wal kalam2. Film3. Audio-Visual4. Gambar5. Card
Kitabah6. Film7. Nash Maping Qawa’id
Melihat jenis media yang digunakan, nampak
bahwa pemilihan media pembelajaran yang dimanfaatkan
didasarkan pada prinsip-prinsip pemilihan media
pembelajaran yaitu:
1. Menentukan jenis media dengan tepat;
19
2. Menetapkan atau mempertimbangkan subyek
dengan tepat;
3. Menyajikan media dengan tepat;
4. Menempatkan atau mempergunakan media pada
waktu, tempat dan situasi yang tepat.
l) Jenis-jenis tes yang diterapkan
Jenis tes atau alat evaluasi proses pembelajaran
bahasa Arab di prodi Pendidikan Bahasa Arab
menyesuaikan dengan sistem kurikulum prodi yang
berbasis KBK dab bersoft-skill. Hasil dokumentasi
memperlihatkan bahwa sistem evaluasi prodi meliputi
aspek hard skill dan soft skill yang bisa
diilustrasikan sebagai berikut:
Implementasi Tingkat penguasaan mahasiswa baik
hardskill/softskill pertemuan 1-14 :
Jenjang
tagihan
Jenis tagihanBobot Skor
Bobot X
skorHarian Presentasi,
Keaktifan
Penulisan
makalah
65%
Tengah
semester
Uji kompetensi
I15%
Akhir
semester
Uji kompetensi
II & remedial20%
Tingkat penguasaan (Hardskill/softskill)
20
Adapun jenis tes untuk sistem di atas meliputi
tes essay, multiple choice, dan sistem non-tes yang
berupa portofolio dan muqobalah dan presentasi.
Meskipun secara umum bentuk sistem evaluasi seperti
di atas, terdapat sejumlah mata-kuliah yang sama
sekali tidak menggunakan sistem tes melainkan dengan
sistem penilaian harian dan tugas akhir yang berupa
presentasi dan paper.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan hasil penelitian dan
pembahasannya, secara umum implementasi kurikulum
pendidikan bahasa Arab di program studi Pendidikan
Bahasa Arab Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sudah
berjalan, namun, jika dilihat lebih khusus lagi,
dapat ditarik beberapa kesimpulan yang lebih praktis
dan spesifik mengenai implementasi kurikulum
pendiidkan Bahasa Arab di program studi tersebut.
Pertama, profil dosen pengajar bahasa Arab di
program studi PBA di yogyakarta dari segi kualifikasi
pendidikan secara umum maupun khusus sudah memadai
karena 90% pengajar mempunyai kualifikasi S2 bidang
pendidikan bahasa Arab, 10% S2 linguistik. Ini
berarti sudah memenuhi standar minimal dosen
pendidikan bahasa Arab yang mengedepankan relevansi
keprofesian seorang pengajar denganorientasi mata
21
kuliah yang di ampu. Namun demikian, hal yang menarik
adalah muatan MK yang ada di program PBA ini baik
yang bersifat kebahasaan dan kependidikan non-Arab
seperti psikologi pendidikan, kewarganegaraan, ICT
online, statistik, entreprenuership, diampu oleh
tenaga kependidikan dengan latar belakang bahasa Arab
tersebut, kecuali materi bahasa Indonesia dan
Inggris.
Kedua, dari aspek implementasi kurikulum dan
pembelajaran bahasa Arab di prodi PBA secara umum
berlangsung dengan kategori baik seperti aspek a)
suasana dan situasi pembelajaran yang didasarkan pada
taksonomi bloom, b) materi yang diajarkan, c) aspek
dan subtansi kebahasaan, d) strategi yang diterapkan
dosen, e) aktivitas pendukung PBM, f) jenis metode
yang diterapkan, g) jenis-jenis tes yang diterapkan
oleh dosen, dan h) jenis instrumen/media
pembelajaran.
2. Saran
a) Prodi Pendidikan Bahasa Arab sebaiknya perlu
membuat peta potensi spesifikasi keilmuan setiap
pengampu. Karena, meskipun sama-sama lulusan
kependidikan berbasis Arab, setiap individu berbeda
kecenderungan keilmuannya. Ada dosen yang cenderung
menguasai metodologi pembelajaran dari pada
merekayasa media, atau kecendurungan menguasai
konsep kebahasaan dari pada strategi mengajar. Ha
22
seperti ini yang belum nampak di prodi penddidikan
bahasa Arab UMY karena masih terkesan penempatan
materi yang diampu oleh dosen yang kurang menguasai
dari aspek tersebut meskipun secara normatif
termasuk rumpun ilmu yang mempersyaratkan
kualifikasi kependidikan bahasa Arab.
b) Perlu adanya formulasi materi yang bersifat
gradasi setiap tingkatan. Hal ini karena terdapat
kasus MK yang mengarah adanya materi pembelajaran
seperti qiro’ah yang diajarkan di semester I
kurang disesuaikan dengan kemampuan mahasiswa yang
masih minim, terlebih yang riwayat pendidikannya
belum pernah bersentuhan dengan bahasa Arab.
Beberapa mahasiswa merasa kesulitan dengan materi
yang kontennya cukup tinggi untuk seorang pemula
yang belajar bahasa Arab.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum,
Bandung: Remaja Rosdakarya,2007.
_____________, Manajemen Implementasi Kurikulum: Bagi
Pengembang, Pengelola dan Pengawas, Bandung: SPS UPI,
2006.
http://muzarqoniblog.wordpress.com
http://staff.uny.ac.id.
23
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di
Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, Jakarta: Raja
Granfindo Persada, 2010.
Rino, Strategi Implementasi KTSP, http://rinofeunp..
Sumiati, Methode Pembelajaran Seri Pembelajaran Efektif,
Bandung: CV Wacana Prima, 2008.
Syafrudin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum,
Jakarta: Quantun Teaching, 2005.
24