kelarutan / ksp

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 TUJUAN PERCOBAAN 1. Mampu menentukan kelarutan elektrolit yang bersifat sedikit larut. 2. Mampu menentukan panas pelarutan (ΔH 0 ) PbCl 2, dengan menggunakan sifat ketergantungan Ksp pada suhu. 1.2 DASAR TEORI 1.2.1 Larutan Larutan adalah Campuran homogen dari molekul. Atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Larutan disebut suatu campuran karena susunannya dapat berubah – ubah. Larutan disebut homogen karena susunannya seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian – bagian yang berbeda, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Dalam campuran heterogen, permukaan – permukaan tertentu dapat dideteksi antara fase – fase yang terpisah. Lazimya semua campuran fase gas bersifat homogen dan karena itu juga dapat disebut larutan, namun molekul – molekulnya terpisah sehingga tidak dapat saling menarik dengan efektif. Larutan fase padat sangat berguna dan dikenal baik, contohnya antara lain : perunggu (tembaga dan zink sebagai penyusun utama), emas perhiasan (biasanya emas dan tembaga) dan amalgam kedokteran gigi (merkurium dan perak). Biasanya yang dimaksud dengan larutan adalah fase cair,lazimnya salah satu komponen (penyusunnya) larutan semacam itu adalah suatu cairan.(Keenan, Dkk ,1980.) 1.2.2 Kelarutan Menurut Achmad (1996), kelarutan suatu zat adalah jumlah zat yang melarut dalam satu liter larutan jenuh pada suhu tertentu, jumlah zat dapat dinyatakan

Upload: independent

Post on 25-Nov-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN PERCOBAAN

1. Mampu menentukan kelarutan elektrolit yang bersifat sedikit larut.

2. Mampu menentukan panas pelarutan (ΔH0) PbCl2, dengan menggunakan

sifat ketergantungan Ksp pada suhu.

1.2 DASAR TEORI

1.2.1 Larutan

Larutan adalah Campuran homogen dari molekul. Atom ataupun ion dari dua zat

atau lebih. Larutan disebut suatu campuran karena susunannya dapat berubah – ubah.

Larutan disebut homogen karena susunannya seragam sehingga tidak dapat diamati

adanya bagian – bagian yang berbeda, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun.

Dalam campuran heterogen, permukaan – permukaan tertentu dapat dideteksi antara

fase – fase yang terpisah.

Lazimya semua campuran fase gas bersifat homogen dan karena itu juga dapat

disebut larutan, namun molekul – molekulnya terpisah sehingga tidak dapat saling

menarik dengan efektif. Larutan fase padat sangat berguna dan dikenal baik,

contohnya antara lain : perunggu (tembaga dan zink sebagai penyusun utama), emas

perhiasan (biasanya emas dan tembaga) dan amalgam kedokteran gigi (merkurium dan

perak).

Biasanya yang dimaksud dengan larutan adalah fase cair,lazimnya salah satu

komponen (penyusunnya) larutan semacam itu adalah suatu cairan.(Keenan,

Dkk ,1980.)

1.2.2 Kelarutan

Menurut Achmad (1996), kelarutan suatu zat adalah jumlah zat yang melarut

dalam satu liter larutan jenuh pada suhu tertentu, jumlah zat dapat dinyatakan

dalam mol atau gram. Kelarutan suatu zat biasanya juga dinyatakan sebagai massa

dalam gram yang dapat melarut dalam 100 gram pelarut membentuk larutan jenuh

pada suhu tertentu. Kelarutan molar suatu zat adalah jumlah mol zat yang melarut

dalam satu liter larutan jenuh pada suhu tertentu. Hasil kali kelarutan suatu garam

adalah hasil kali konsentrasi semua ion dalam larutan jenuh pada suhu tertentu

dan masing-masing ion diberi pangkat dengan koefisien dalam rumus tersebut.

AgCl Ksp = [Ag+] [Cl-]

AgCr Ksp = [Ag+]2 [CrO42-]

Ag3PO4 Ksp = [Ag+]3 [PO43-]

CaK2(SO4)2.6H2O Ksp = [Ca2+] [K+]2 [SO42-]2

NH4MnPO4.6H2O Ksp = [NH4+] [Mn2+] [PO4

3-]

Ksp suatu garam adalah ukuran kelarutan garam tersebut. Jika diketahui kelarutan

molar, maka Ksp dapat dihitung. Sebaliknya jika diketahui Ksp maka dapat

dihitung kelarutan molar. Selain daripada Ksp, kadang-kadang adalah lebih

mudah jika menggunakan pKsp yaitu negatif logaritma dari Ksp (-log Ksp).

Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin kecil Ksp maka semakin besar

pKsp. Harga pKsp yang besar (positif) menunjukkan kelarutan yang kecil, pKsp

yang kecil (negatif) menunjukkan kelarutan besar (Achmad, 1996).

Banyaknya zat terlarut yang dapat menghasilkan larutan jenuh dalam

jumlah tertentu pelarut pada temperatur konstan disebut kelarutan. Kelarutan

suatu zat bergantung pada sifat zat itu, molekul pelarut, temperatur, dan tekanan.

Meskipun larutan dapat mengandung banyak komponen, tetapi pada kesempatan

ini hanya dibahas larutan yang mengandung dua komponen yaitu larutan biner.

Komponen dari larutan biner yaitu zat terlarut dan pelarut (Achmad, 1996).

1.2.3 faktor – faktor yang mempengaruhi kelarutan

1. Sifat alami dari solute dan solvent

Substansi polar cenderung lebih miscible atau soluble dengan substansi

polar lainnya. Substansi non polar cenderung untuk miscible dengan substansi

nonpolar lainnya, dan tidak miscible dengan substansi polar lainnya.

2.     Efek dari temperature terhadap kelarutan

Kebanyakan zat terlarut mempunyai kelarutan yang terbatas pada

sejumlah solvent tertentu dan pada temperatur tertentu pula. Temperature dari

solvent memiliki efek yang besar dari zat yang telah larut. Untuk kebanyakan

padatan yang terlarut pada liquid, kenaikkan temperatur akan berdampak pada

kenaikkan kelarutan (Solubilitas).

3. Efek tekanan pada kelarutan

Perubahan tekanan berpengaruh sedikit saya pada kelarutan jika zat yang

terlarut itu cairan atau padatan. Tetapi dalam pembentukan larutan jenuh pada gas

dalam suatu cairan,tekanan gas sangat berperan dalam menentukan beberapa

banyak gas tersebut yang melarut. Sesuai dengan bunyi hokum henry “bobot suatu

gas yang melarut dalam sejumlah tertentu cairan berbanding lurus dengan tekanan

yang dilakukan oleh gas itu, yang berada dalam kesetimbangan larutan itu”.

Hukum ini tidak berlaku bagi gas – gas yang dapat melarut dalam air seperti

hydrogen klorida atau amoniak.

4. Pengaruh ion senama

rubahan kecil dalam tekanan memiliki efek yang kecil pada kelarutan dari

padatan dalam cairan tetapi memiliki efek yang besar pada kelarutan gas dalam

cairan. Kelaruatn gas dalam cairan berbanding langsung pada tekanan dari gas 

diatas larutan. Sehingga sejumlah gas yang terlarut dalam larutan akan menjadi

dua kali lipat jika tekanan dari gas diatas larutan adalah dua kali lipat.

Pengaruh ion senama terhadap kelarutan

Contoh, NaCl dan AgCl mempunyai ion senama yaitu Cl-, AgNO3 dan AgCl

juga mempunyai ion senama yaitu Ag+. Ion senama memperkecil kelarutan, hal ini

sesuai dengan azas Le Chatelier tentang pergeseran kesetimbangan, misalnya

reaksi:

AgCl → Ag+ + Cl-

Bila kedalam larutan jenuh AgCl ditambahkan suatu khlorida atau suatu garam

perak maka kesetimbangan akan bergeser dari kanan ke kiri membentuk endapan

AgCl, berarti bahwa, jumlah AgCl yang terlarut berkurang. Jumlah AgCl yang

mengendap adalah sedemikian hingga larutan tetap jenuh dimana hasil kali

konsentrasi ion senama makin kecil kelarutan.

4.      Kelajuan dari zat terlarut

a.       Ukuran partikel

b.      Temperatur dari solvent

c.       Pengadukan dari larutan

d.      Konsentrasi dari larutan (Sukardjo, 1997).

1.2.3 Reaksi Pengendapan

Proses pengendapan merupakan proses pemisahan yang mudah, cepat dan

murah. Pada prinsipnya pemisahan unsur-unsur dengan cara pengendapan karena

perbedaan besarnya harga hasil kali kelarutan Ksp (solubility product constant).

Proses pengendapan adalah proses terjadinya padatan karena melewati besarnya

Ksp, yang harganya tertentu dan dalam keadaan jenuh. Untuk memudahkan, Ksp

diganti dengan pKsp yang merupakan –log Ksp, yang besaran harganya adalah

positif dan nilainya lebih dari nol sehingga mudah untuk dimengerti. Jika harga

Ksp kecil atau pKsp besar maka unsur atau senyawa mudah mengendap, jika

harga Ksp besar atau pKsp kesil maka unsur atau senyawa sulit mengendap.

(Suyanti, dkk, 2008)

Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menurunkan konsentrasi

ion logam berat dalam limbah cair diantaranya adalah adsorpsi, pengendapan,

penukar ion dengan menggunakan resin, filtrasi, dan dengan cara penyerapan

bahan pencemar oleh adsorben baik berupa resin sintetik. Hasil penelitian yang

telah dilakukan dapat kita ketahui pH optimum untuk logam Pb terjadi pada pH 4.

Hal ini terjadi karena pada pH di atas pH 4 kondisi logam Pb telah mengendap

sebagai timbal hidroksida (Pb(OH)2) dengan lewat harga Ksp Pb(OH)2 yaitu 3,0 x

10-16 (Darmayanti, 2012).

Bubuk PbCl2 berbahaya jika tertelan, atau terhirup. PbCl2 beracun jika

diserap melalui kulit. Asam nitrat terkonsentrasi adalah racun dan dapat berakibat

fatal jika tertelan atau dihirup. Hal ini sangat korosif. Kontak dengan kulit atau

mata dapat menyebabkan luka bakar dan kerusakan permanen.

Pada percobaan untuk menentukan kelarutan yang garam larut, PbCl2, dapat

diketahui melalui reaksi : (Hwang dan Oweimreen, 2003 dalam Anonim, 2013)

PbCl2 Pb2+ + 2Cl-

Suatu substansi dapat dikelompokkan sangat mudah larut, dapat larut (Moderately

Soluble), sedikit larut (Slightly Soluble), dan tidak dapat larut. Beberapa variabel,

Timbal Khlorida (PbCl2) sedikit larut dalam air. Kesetimbangan yang terjadi pada

larutan PbCl2 jenuh dituliskan sebagai berikut :

PbCl2 → Pb2+(aq) + 2Cl-

(aq)

Konstanta kesetimbangan termodinamika untuk persamaan reaksi diatas adalah :

ka=¿¿

Karena aktivitas padatan murni = 1, maka persamaan diatas dapat disederhanakan

menjadi :

Ksp = (aPb2+) (aCl-)

Dalam larutan, aktivitas dapat dianggap sama dengan konsentrasi dalam larutan

dalam satuan molar. Nilai Ksp diatas sebagai konstanta hasil kali kelarutan PbCl2

secara matematis dapat ditulis :

[Pb2+] [Cl-] < Ksp PbCl2 ( belum terlihat endapan PbCl2)

[Pb2+] [Cl-] > Ksp PbCl2 ( terjadi endapan )

[Pb2+] [Cl-] = Ksp PbCl2 ( tepat jenuh )

1.2.5 Hubungan Kelarutan

1. Kelarutan jenuh

Larutan jenuh adalah larutan yang megandung zat terlarut dalam jumlah

yang diperlukan untuk adanya kesetimbangan antara zat terlarut yang dapat larut

dan tidak dapat larut. Pembentukan laruatan jenuh dapat dipercepat dengan

pegadukan yang kuat dengan zat terlarut yang berlebih. Banyaknya zat terlarut

yang melarut dalam pelarut yang banyaknya tertentu untuk menghasilkan suatu

larutan jenuh disebut kelarutan zat terlarut tersebut biasanya dinyatakan dalam

gram zat terlarut dalam 100 cm3 atau 100 gram pelarut temperatur yang

ditentukan.

2. Larutan Tak Jenuh Dan Lewat Jenuh

Larutan tak jenuh adalah lebih encer dibandingkan dengan larutan jenuh,

sedangkan lewat jenuh adalah larutan yang lebih pekat dibandingkan dengan

menggunakan air panas, karena zat terlarut akan banyak melarut dengan pelarut

panas dibanding pelarut yang dingin. (Tim Laboratorium Kimia Dasar,2010)

3. Ekstraksi Pelarut

Ekstraksi pelarut adalah peristiwa melarutnya suatu zat terlarut dalam zat

terlarut dan larutan oleh pelarut lain. Ekstraksi pelarut skala laboratorium biasanya

dilakukan dalam corong pemisah. Dalam industri, ekstraksi sering dilaksanakan

diman tetesan-tetesan pelarut yang ringan bergerak keatas melewati arus kebawah

dari pelarut yang lebih kerak penerapan teknik ekstraksi dari air ke Minyak.

BAB II

METODOLOGI

2.1 ALAT DAN BAHAN

2.1.1 Alat yang digunakan

Rak tabung reaksi

Sepuluh tabung reaksi

Labu erlenmeyer 250 ml

Dua buah buret 50 ml

Heater

2.1.2 Bahan yang digunakan

Termometer 0 – 100 ℃ Larutan Pb (NO3)2 0,075 M

Larutan KCl 1,0 M

2.2 PROSEDUR KERJA

1. Menempatkan larutan Pb(NO3)2 dan larutan KCl pada buret yang

berbeda.

2. Menyiapkan larutan seperti dibawah ini dengan cara pertama – tama

menambahkan 10 ml Pb(NO3)2 kedalam tiap tabung reaksi,baru

menambahkan KCl sebanyak volume yang dicantumkan. Pada saat dan

setelah pencampuran tabung reaksi harus dikocok. Biarkan selama 5

menit dan amati apakah sudah terbentuk endapan atau belum.

No campuranVolume Pb(NO3)2

0,075 M (ml)

Volume KCl

1,0 M (ml)

1 10 0,7

2 10 1,0

3 10 1,3

4 10 1,6

5 10 1,9

6 10 2,2

7 10 2,5

8 10 2,8

9 10 3,1

10 10 3,4

3. Menempatkan campuran no.1 pada penangas labu erlemeyer. Ketika penangas

dipanaskan gunakan termometer untuk mengaduk larutan secara perlahan lahan

(kecepatan pemanasan penangas sekitar 10℃ per menit). Mencatat suhu ketika

endapan tepat larut.Lakukan hal yang sama untuk campuran lain.

2.3 Diagram AlirMenyiapkan larutan Pb(No3)2 dan KCl dengan volume yang telah

ditentukan

Mencampurkan kedua larutan tersebut sesuai volume yang ditentukan

Mendiamkan ± 5 menit dan mengamati apakah terbentuk endapan atau belum

Memanaskan campuran yang terdapat endapan sampai endapan tersebut larut dan

mencatat suhu pemanasannya

BAB III

HASIL DAN PEMAHASAN

3.1 DATA PENGAMATAN

Tabel 3.1.1 Pembentukan E ndapan PbCl2

Campuran

Volumen

Pb(NO3)2 0,075 M

(ml)

Volume KCl

1.0 M (ml)

Pembentukan

endapan

Suhu

pelarutan

endapan (

℃)

1 10 0,7 Sudah 38

2 10 1,0 Sudah 39

3 10 1,3 Sudah 40

4 10 1,6 Sudah 46

5 10 1,9 Sudah 56

6 10 2,2 Sudah 60

7 10 2,5 Sudah 61

8 10 2,8 Sudah 68

9 10 3,1 Sudah 70

10 10 3,4 Sudah 72

3.2 HASIL PENGAMATAN

Tabel 3.2.1 Hasil Perhitungan

No

Campuran

suhu

Endapan

(k)

1/T (x) Qsp -log Qsp (y) T sebenarnya

(k)

ΔH0

( Jmol

)

1 311 3,215 .10−3 2,996 . 10−4 3,523 302,03 -51350,72

2 312 3,205 .10−3 5,632 . 10−4 3,249 322,64 -51350,72

3 313 3,195 .10−3 8,765 . 10−4 3,057 318,75 -51350,72

4 319 3,135 .10−3 1,248 . 10−3 2,903 324,70 -51350,72

5 329 3,040 . 10−3 1,607 . 10−3 2,794 329,04 -51350,72

6 333 3,003 .10−3 1,999 . 10−3 2,699 332,92 -51350,72

7 334 2,994 . 10−3 2,400 . 10−3 2,619 \336,26 -51350,72

8 341 2,933 . 10−3 2,880 . 10−3 2,540 339,54 -51350,72

9 343 2,915 . 10−3 3,209 . 10−3 2,494 341,61 -51350,72

10 345 2,899 . 10−3 3,599 . 10−3 2,444 343,80 -51350,72

Panas pelarut (ΔH0) = - 51350,72 J/mol

Persamaan yang dapat berdasarkan hasil grafik – log Qsp vs 1/T

-Log Qsp = −ΔH

2,303R. 1T

+b

y = ax + b y = 2681,9x – 5,3567 R2 = 0,8949

a = −∆ H °2,303 R

2681,9 = −ΔH

2,303 .8,314 Jgmol . K

ΔH = -51350,72 J/mol

3.3 PEMBAHASAN Pada praktikum Hasil Kali Kelarutan (Ksp) ini bertujuan untuk menentukan kelarutan elektrolit yang bersifat sedikit larut dan menentukan panas pelarutan (∆ H ° ¿ Pb Cl2 dengan menggunakan sifat ketergantungan pada suhu. Diberikan perlakuan dengan volume larutan KCl yang divariasikan, dimaksudkan untuk mengetahui berapa volume larutan KCl yang diperlukan sampai keadaan jenuhnya dilewati sehingga endapan mulai terbentuk. Pada data pengamatan di dapat pada tabung pertama sudah terjadi endapan karena,Syarat larutan dikatakan belum jenuh, tepat jenuh, dan lewat jenuh (mengendap) apa bila mememnuhi 3 syarat yaitu :

[ P b+2 ] ¿[ P b+2 ] ¿

[ P b+2 ] ¿

Pembentukan endapan sendiri diperoleh oleh sejumlah zat pelarut. Penambahan jumlah zat pelarut sangat berpengaruh karena semakin banyak jumlah KCl yang ditambahkan akan meningkatkan nilai hasil kali ion-ion PbC l2, ketika hasil kali ion – ion telah melampaui batas Ksp-nya maka akan mulai terbentuk endapan yang menyebabkan semakin banyak endapan yang terbentuk seiring bertambahnya volume KCl. Reaksi yang terjadi adalah :

Pb ¿ + 2KCl PbC l2 + 2KNO3

Kemudian tempat campuran no.1 pada labu Erlenmeyer. Ketika penganas dipanaskan gunakan termometer untuk mengaduk secara perlahan. Catat suhu ketika endapan tepat larut dan lakukkan perlakuan yang sama pada campuran yang lain. Semakin banyak endapan yang terbentuk, karena kelarutan endapan meningkat dengan bertambahnya suhu. Setelah mendapatkan suhu pada saat endapan tepat larut. Catat suhunya. Suhu merupakan salah satu factor yang dapat mempercepat proses kelarutan. Hal ini di karenakan dengan adanya penambahan maka diikuti juga dengan penambahan energi kalor yang membuat partikel – partikel endpan mulai lebih aktif maka menyebkan semakin banyak tumbukkan. Akibat tumbukkan yang semakin banyak maka melarutkan paertikel – partikel endapan yang sukar larut pada saat endapan larut.

Dengan mengetahui nilai Ksp suatu senyawa juga suhu pada suhu kamar seluruhnya. Maka dapat ditentukan nilai panas pelarutannya (∆ H ° ¿.

Nilai ∆ H ° dari PbC l2yang diperoleh adalah -51350,72 J

mol .

Dariperhitungan diperoleh bahwa semakin banyak volume KCl yang dimasukkan kedalam Pb ¿ maka nilai Ksp larutan tersebut akan semakin besarvdan nilai 1/T akan semakin kecil. Nilai 1/T semakin kecil karena semakin banyak endapan yang terbentuk maka suhu yang diperoleh untuk melakukan akan semakin besar

BAB IV PENUTUP

4.1 KESIMPULANDari Praktikum ini dapat disimpulkan bahwa : Panas pelarutan (ΔH o) yang didapat adalah -51350,72 j/mol Semakin banyak volume KClnya maka semakin banyak endapan PbCl2.

4.2 SARANDiharapkan agar dalam melakukan percobaan dapat lebih teliti khususnya dalam mengamati hilangnya endapanpada saat dilakukan pemanasan.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, H., 1996, Penuntun Belajar Kimia Dasar: Kimia Larutan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Anonim. 2013. “Hasil Kali Kelarutan”. (https://www.academia.edu/8402222/Laporan _hasil_kali_kelarutan)

Darmayanti, Rahman N., Supriadi, 2012, Adsorpsi Timbal (Pb) Dan Zink (Zn) Dari Larutannya Menggunakan Arang Hayati (Biocharcoal) Kulit Pisang Kepok Berdasarkan Variasi Ph, Jurnal Akademika Kimia (Online), 1(4): 159-165.

Keenan, Dkk ,1980. “ kimia untuk universitas ”. Jakarta : Erlangga http : // www. Wikipedia. Org / Kelarutan / 27 – 05 -15

Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Jakarta: Rineka Cipta

Suyanti, Purwani MV., Muhadi, 2008, Peningkatan Kadar Neodimium Secara Proses Pengendapan Bertingkat Memakai Amonia, Jurnal SDM Teknologi Nuklir (online)

Tim Laboratorium Kimia Dasar. 2010. “Penuntun Praktikum kimia fisika”. Samarinda: POLNES

LAMPIRAN I

PERHITUNGAN

A) Menghitung nilai Ksp

Diketahui = M Pb(NO3)2 = 0,075 M = 0,075 mmol

ml

M KCl = 1,0 M = 1,0 mmol

ml V Pb(NO3)2 = 10 ml V KCl = 0,7 ml V total = V Pb(NO3)2 + V KCl = 10 ml + 0,7 ml = 10,7 m

n Pb(NO3)2 = M Pb(NO3)2 × V Pb(NO3)2

= 0,075 mmol

ml × 10 ml

= 0,75 mmol

n KCl = M KCl × V KCl

= 1,0 mmol

ml × 0,7 ml

= 0,7 mmol

Reaksi

Pb(NO3)2 + 2 KCl → PbCl2 + 2 KNO3

Mula 0,75 mmol 0,7 mmol - - Reaksi 0,35 mmol 0,7 mmol 0,35 mmol 0,7 mmol Setimbang 0,40 mmol - 0,35 mmol 0,7 mmol

Menghitung banyak Pb(NO3)2 yang beraksi

n Pb(NO3)2 = koefisien Pb¿¿

= 12

×0,7 mmol

= 0,35 mmol

PbCl2 → Pb2+ + 2 Cl-

0,35 0,35 2(0,35)

Ksp = [Pb2+] [Cl-]2

= ¿] ¿

= [0,3510,7 ] [

0,710,7 ]2

= 0,033 × 4,28 . 10−3

= 1,41 . 10-4

B) Qsp berdasarkan data percobaan1. 10 ml Pb(NO3)2 + 0,7 ml KCl

Qsp = [Pb2+] [Cl-]2

= [0,7510,7 ] [

0,710,7 ]2

= 0,07 × 4,28 . 10−3

= 2,996 . 10-4

-log Qsp = -log 2,996 . 10-4

= 3,523

T dalam Kelvin = 38 ℃ + 273 = 311 K

Nilai 1/T

= 1

311 = 3,215 . 10−3

2. 10 ml Pb(NO3)2 + 1,0 ml KClQsp = [Pb2+] [Cl-]2

= [0,7511 ] [

1,011 ]2

= 0,068 × 8,26 . 10−3

= 5,632 . 10-4

-log Qsp = -log 5,632 . 10-4

= 3,249

T dalam Kelvin = 39 ℃ + 273 = 312 K

Nilai 1/T

= 1

312 = 3,205 . 10−3

3. 10 ml Pb(NO3)2 + 1,3 ml KClQsp = [Pb2+] [Cl-]2

= [0,7511,3 ] [

1,311,3]2

= 0,0664 × 0,0132 = 8,765 . 10-4

-log Qsp = -log 8,765 . 10-4

= 3,057

T dalam Kelvin = 40 ℃ + 273 = 313 K

Nilai 1/T

= 1

313 = 3,195 . 10−3

4. 10 ml Pb(NO3)2 + 1,6 ml KCl

Qsp = [Pb2+] [Cl-]2

= [0,7511,6 ] [

1,611,6 ]2

= 0,0657 × 0,0190 = 1,248 . 10-3

-log Qsp = -log 1,248 . 10-3

= 2,903

T dalam Kelvin = 46 ℃ + 273 = 319 K

Nilai 1/T

= 1

319 = 3,135 . 10−3

5. 10 ml Pb(NO3)2 + 1,9 ml KClQsp = [Pb2+] [Cl-]2

= [0,7511,9 ] [

1,911,9]2

= 0,0630 × 0,0255 = 1,607 . 10-3

-log Qsp = -log 1,607 . 10-3

= 2,794

T dalam Kelvin = 56℃ + 273 = 329 K

Nilai 1/T

= 1

329 = 3,040 . 10−3

6. 10 ml Pb(NO3)2 + 2,2 ml KClQsp = [Pb2+] [Cl-]2

= [0,7512,2 ] [

2,212,2]2

= 0,0615 × 0,0325 = 1,999 . 10-3

-log Qsp = -log 1,999 . 10-3

= 2,699

T dalam Kelvin = 60 ℃ + 273 = 333 K

Nilai 1/T

= 1

333 = 3,003 . 10−3

7. 10 ml Pb(NO3)2 + 2,5 ml KClQsp = [Pb2+] [Cl-]2

= [0,7512,5 ] [

2,512,5]2

= 0,060 × 0,040 = 2,4 . 10-3

-log Qsp = -log 2,4 . 10-3

= 2,619

T dalam Kelvin = 61℃ + 273 = 334 K

Nilai 1/T

= 1

334 = 2,994. 10−3

8. 10 ml Pb(NO3)2 + 2,8 ml KClQsp = [Pb2+] [Cl-]2

= [0,7512,8 ] [

2,812,8 ]2

= 0,06 × 0,048 = 2,880 . 10-3

-log Qsp = -log 2,880 . 10-3

= 2,880

T dalam Kelvin = 68 ℃ + 273 = 341 K

Nilai 1/T

= 1

341 = 2,933 . 10−3

9. 10 ml Pb(NO3)2 + 3,1 ml KClQsp = [Pb2+] [Cl-]2

= [0,7513,1 ] [

3,113,1]2

= 0,057 × 0,056 = 3,209 . 10-3

-log Qsp = -log 3,209 . 10-3

= 2,494

T dalam Kelvin = 70℃ + 273 = 343 K

Nilai 1/T

= 1

343

= 2,915 . 10−3

10. 10 ml Pb(NO3)2 + 3,4 ml KClQsp = [Pb2+] [Cl-]2

= [0,7513,4 ] [

3,413,4 ]2

= 0,0559 × 0,0644 = 3,599 . 10-3

-log Qsp = -log 3,599 . 10-3

= 2,444

T dalam Kelvin = 72 ℃ + 273 = 345 K

Nilai 1/T

= 1

345 = 2,899 . 10−3

C) Berdasarkan data grafik –log Qsp vs 1/T ( menggunakan Microsoft Excel )y = 2681,9 x - 5,3567y = ax + b

a = −ΔH

2,303 R

2681,9 = −ΔH

2,303× 8,314 Jg . mol . K

-∆H = 51350,72 J

g . mol . K

∆H = -51350,72 J

g .mol . K

D) Nilai T sebenarnya1. y = ax + b

-log Qsp = −Δ

2,303 R. 1T

+b

3,5230 = 2681,9

T+(−5,3567)

3,5230 + 5,3567 = 2681,9

T

T = 2681,98,8797

T = 302,03 K

2. y = ax + b

-log Qsp = −Δ

2,303 R. 1T

+b

3,2490 = 2681,9

T+(−5,3567)

3,2490 + 5,3567 = 2681,9

T

T = 2681,98,6056 T = 311,64 K

3. y = ax + b

-log Qsp = −Δ

2,303 R. 1T

+b

3,057 = 2681,9

T+(−5,3567)

3,057 + 5,3567 = 2681,9

T

T = 2681,98,4137

T = 318,75 K

4. y = ax + b

-log Qsp = −Δ

2,303 R. 1T

+b

2,903 = 2681,9

T+(−5,3567)

2,901 + 5,3567 = 2681,9

T

T = 2681,98,2597

T = 324,70 K

5. y = ax + b

-log Qsp = −Δ

2,303 R. 1T

+b

2,794 = 2681,9

T+(−5,3567)

2,794 + 5,3567 = 2681,9

T

T = 2681,98,1507

T = 329,04 K

6. y = ax + b

-log Qsp = −Δ

2,303 R. 1T

+b

2,699 = 2681,9

T+(−5,3567)

2,699 + 5,3567 = 2681,9

T

T = 2681,98,0557

T = 332,92 K

7. y = ax + b

-log Qsp = −Δ

2,303 R. 1T

+b

2,619 = 2681,9

T+(−5,3567)

2,619 + 5,3567 = 2681,9

T

T = 2681,97,9757

T = 336,26 K

8. y = ax + b

-log Qsp = −Δ

2,303 R. 1T

+b

2,542 = 2681,9

T+(−5,3567)

2,542 + 5,3567 = 2681,9

T

T = 2681,97,8987

T = 339,54 K

9. y = ax + b

-log Qsp = −Δ

2,303 R. 1T

+b

2,494 = 2681,9

T+(−5,3567)

2,494 + 5,3567 = 2681,9

T

T = 2681,97,8507

T = 341,61 K

10. y = ax + b

-log Qsp = −Δ

2,303 R. 1T

+b

2,444 = 2681,9

T+(−5,3567)

2,444 + 5,3567 = 2681,9

T

T = 2681,97,8007

T = 343,80 K

LAMPIRAN II

Grafik

0.0028 0.0030 0.0032 0.00340.0000

0.5000

1.0000

1.5000

2.0000

2.5000

3.0000

3.5000

4.0000

f(x) = 2681.90052771728 x − 5.35671507133194R² = 0.894877874647876

Grafik -log Ksp vs 1/T

Y-ValuesLinear (Y-Values)Linear (Y-Values)

1/T

-log

Qsp

Panas pelarut (ΔH0) = - 51350,72 J/mol

Persamaan yang dapat berdasarkan hasil grafik – log Qsp vs 1/T

-Log Qsp = −ΔH

2,303 R. 1T

+b

y = ax + b y = 2681,9x – 5,3567 R2 = 0,8949

a = −∆ H °2,303 R

2681,9 = −ΔH

2,303. 8,314 Jgmol .K

ΔH = -51350,72 J/mol

LAMPIRAN III

GAMBAR ALAT

Erlenmeyer Buret

Tabung Reaksi

Hot Plate

Rak Tabung