kebijakan lingkungan pemerintah indonesia pasca ktt copenhagen dalam implementasi program redd
TRANSCRIPT
KEBIJAKAN LINGKUNGAN PEMERINTAH
INDONESIA PASCA KTT COPENHAGEN
DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM REDD
ABSTRAKSI
Perubahan iklim saat ini sedang melanda dunia. Hal ini
adalah masalah bersama yang penting dan harus segera
dicari solusinya. Para tokoh dunia melalui berbagai
macam perjanjian kerjasama internasional, di mulai dari
KTT Bumi di Rio de Janeiro, Protokol Kyoto sampai KTT
Iklim Warsawa dan yang baru di gelar KTT Iklim
(Conference of the Parties/COP) 19 di Bonn, mencoba
mencari solusi yang tepat untuk dapat keluar dari
permasalahan ini. Dalam perundingan perubahan iklim di
Copenhagen ada dua topik besar yang dibahas oleh para
pihak yakni mitigasi dan adaptasi perubahan iklim., dan
REDD adalah inisiatif dalam mitigasi perubahan iklim.
Dalam bahasa Indonesia REDD biasa disebut pengurangan
emisi dari deforestasi dan degradasi hutan. Menurut
studi yang dilakukan oleh Stern(2007) untuk kerajaan
Inggris, dengan mengurangi deforestasi saja, kita bisa
segera mengurangi emisi karbon dengan cara yang hemat
biaya. Hal inilah yang mendorong dimasukkannya skema
REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Forest
Degradation) dalam skema penanggulangan perubahan iklim
tanpa mengesampingkan kontra yang sedang terjadi. Maka
diperlukan kebijakan- kebijakan dari pemerintah untuk
merealisasikan program ini.
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa yang telah melimpahkan karunia-Nya, sehingga
saya dapat menyelesaikan paper dengan judul “Kebijakan
Lingkungan Pemerintah Indonesia Pasca KTT Copenhagen
Dalam Implementasi Program REDD”.
Pada kesempatan ini perkenankan penyusun mengaturkan
ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan mendukung penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya, makalah ini masih jauh
sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan sebagaii koreksi
diri.
Ponorogo, 16 Juni 2014
Santinah
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................i
ABSTRAKSI......................................ii
KATA PENGANTAR.................................iii
DAFTAR ISI.....................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................1
B. Rumusan Masalah.......................2
C. Tujuan Penulisan......................3
D. Manfaat Penulisan.....................3
E. Tinjauan Pustaka......................3
BAB II PEMBAHASAN
A. REDD..................................5
B. Cara Kerja REDD.......................6
C. Kebijakan REDD di Indonesia...........15
D. Hambatan REDD.........................18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................20
B. Saran..................................20
DAFTAR PUSTAKA.................................22
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pemanasan global diperkirakan akan menyebabkan
perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya
permukaan air laut, meningkatnya intensitas
fenomena cuaca yang ekstrem, serta perubahan
jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat
pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya
hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya
berbagai jenis hewan. Maka berawal dari konferensi
di Rio de Janeiro 1992, telah disepakati tentang
konvensi kerangka kerja PBB tentang perubahan
iklim(UNFCCC). UNFCC adalah sebuah konvensi yang
bertujuan mencapai stabilisasi konsentrasi gas
rumah kaca di atmosfer pada tingkat tertentu yang
menghindari ancaman antropogenik yang berbahaya
bagi sistem iklim (Gas yang dikendalikan adalah
metan, nitrogen
oksida, dan karbon dioksida).
Ada dua upaya nasional dan internasional dalam
upaya menangani global warmning yaitu dengan
adaptasi perubahan iklim dan mitigasi. Adaptasi
ialah upaya meminimalisir dampak yang telah
terjadi, serta mengantisipasi resiko sekaligus
mengurangi biaya yang harus dikeluarkan akibat
perubahan iklim. Sedangkan mitigasi ialah usaha
untuk mengurangi gas rumah kaca sehingga dapat
memperlambat laju pemanasan global. Upaya mitigasi
harus mengutamakan pengurangan emisi dari
penggunaan bahan bakar fosil di negara-negara
industri. Meskipun pengaruhnya relatif kecil,
kegiatan penanaman pohon untuk menyerap karbon
juga berperan dalam mitigasi perubahan iklim.
Namun demikian, untuk mengurangi 20 persen dari
emisi yang berkaitan dengan hutan, kita memerlukan
pendekatan konservasi yang baru dan lebih efektif.
Salah satu pendekatan yang dimaksud adalah REDD,
reducing emissions from deforestation and forest
degradation (pengurangan emisi dari deforestasi
dan degradasi hutan). Ide ini berbeda dengan
kegiatan konservasi hutan sebelumnya karena
dikaitkan langsung dengan insentif finansial untuk
konservasi yang bertujuan menyimpan karbon di
hutan.
Pada negosiasi UNFCC(United Nations Framework
Convention on Climate Change ), Hasilnya untuk
REDD masih belum lengkap. Meskipun beberapa
kemajuan sudah dibuat, namun kelemahan-kelemahan
penting masih terjadi terutama mengenai kesesuaian
target. Dimana dalam COP ke15 di Copenhagen telah
meneguhkan sebuah tonggak. Inilah perjanjian
internasional pertama yang merekomendasikan bahwa
sumber pendanaan perlu dikumpulkan untuk mendukung
REDD-plus. Australia, Perancis, Jepang, Norwegia,
Inggris dan Amerika Serikat telah menawarkan paket
bantuan sebesar 3,5 triliun USD untuk persiapan
REDD. Perjanjian tersebut juga menerangkan
beberapa poin teknis yang dapat menyediakan
dukungan yang dibutuhkan oleh negara-negara yang
berminat untuk bergabung segera. Di samping itu
telah disepakati penyediaan pendanaan jangka
panjang (long- term finance) yang menyatakan
negara maju berkomitmen untuk memobilisasi dana
negara berkembang 100 miliar dolar AS jika
melakukan aksi mitigasi pengurangan emisi.
Pada konferensi tingkat tinggi perubahan iklim COP
19 di Warsawa, Polandia pada tanggal 11-23
November 2013, telah mencapai kesepakatan tentang
program batuan dana bagi negara-negara miskin
untuk mengatasi emisi akibat perusakan hutan.
B.Rumusan Masalah
Dengan melihat uraian latar belakang di atas, maka
perumusan masalah yang akan di kaji adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana potensi hutan yang dimiliki
Indonesia dalam tinjauan skema REDD.
2. Apa saja kebijakan pemerintah Indonesia dalam
upaya mengimplementasikan skema REDD dalam
sektor kehutanan di Indonesia.
C.Tujuan PenelitianDilihat dari rumusan permasalahan di atas, maka
dapat simpulkan tujuan penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui Bagaimana potensi hutan yang
dimiliki Indonesia dalam tinjauan skema REDD.
2. Mengetahui apa saja tindakan pemerintah dalam
upaya mengimplememtasikan skema REDD dalam
sektor kehutanan di Indonesia.
D.Manfaat PenelitianManfaat dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Menambah khasanah pengetahuan tentang
pentingnya menjaga lingkungan agar
keseimbangan siklus alam tetap terjaga.
2. Menambah pengetahuan tentang hubungan
internasional dalam mengatasi masalah
perubahan iklim.
3. Menambah pengetahuan tentang kesepakatan
internasional tentang perubahan iklim
E.Tinjauan Pustaka1. Pemanasan Global
Pemanasan global adalah menaiknya suhu rata-rata
permukaan bumi. Suhu rata-rata global pada
permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C
(1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir.
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan
suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-
20. Meningkatnya suhu global diperkirakan akan
menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti
naiknya permukaan air laut, meningkatnya
intensitas fenomena cuaca yang ekstrem, serta
perubahan jumlah dan pola presipitasi.
2. Pengertian Perubahan Iklim
Perubahan iklim merupakan efek dari adanya
pemanasan global. Perubahan iklim adalah
perubahan jangka panjang dalam distribusi pola
cuaca secara statistik sepanjang periode waktu
mulai dasawarsa hingga jutaan tahun. Istilah ini
bisa juga berarti perubahan keadaan cuaca rata-
rata atau perubahan distribusi peristiwa cuaca
rata-rata, contohnya, jumlah peristiwa cuaca
ekstrem yang semakin banyak atau sedikit.
Perubahan iklim terbatas hingga regional tertentu
atau dapat terjadi di seluruh wilayah Bumi.
3. Penyebab Terjadinya Perubahan Iklim
Perubahan iklim disebabkan oleh berbagai
aktivitas manusia seperti ekstraksi bahan bakar
fosil skala besar (batubara, minyak bumi dan gas
alam), perubahan pemanfaatan lahan (pembukaan
lahan untuk penebangan kayu, peternakan dan
pertanian) serta konsumerisme. Saat pengambilan
dan penggunaan sumberdaya ini, gas rumah kaca
dilepas secara besar-besaran ke atmosfir.
BAB II
PEMBAHASAN
A.REDD/ Reducings Emissions From
Deforestations And Degradations
REDD singkatan dari Reducing Emissions from
Deforestation and Forest Degradation, merupakan
suatu mekanisme global yang bertujuan untuk
memperlambat perubahan iklim dengan memberikan
kompensasi kepada negara berkembang untuk
melindungi hutannya. Skema ini mulai menjadi
perdebatan yang hangat sejak Papua Nugini dan
Kosta Rika menjabarkan proposal pengurangan emisi
deforestasi pada diskusi perubahan iklim pada
tahun 2005.
Indonesia maju untuk memperjuangkan REDD pada COP
13 di Bali 3-14 Desember 2007, di mana ide
tersebut telah berkembang dengan mengikutsertakan
isu ‘degradasi hutan’. Berbagai usul penambahan
isu tentang agroforestri dan pertanian juga
muncul. REDD berkembang lebih jauh lagi -- tanda
‘plus’ di belakangnya menambahkan konservasi dan
pengelolaan hutan secara lestari, pemulihan hutan
dan penghutanan kembali, serta peningkatan
cadangan karbon hutan. Dengan cepat REDD+ menjadi
faktor penting dalam berbagai negosiasi
internasional karena dianggap sebagai salah satu
cara paling murah untuk memperlambat laju
perubahan iklim. Modelnya menuruti prinsip “common
but differentiated responsibility”, di mana negara
maju, yang menghasilkan banyak emisi dalam proses
industrialisasi dan untuk menopang gaya hidup,
menyediakan dana dan teknologi untuk negara
berkembang sebagai bentuk komitmen mengurangi
dampak emisi karbon mereka. Nantinya, dana ini
akan berfungsi sebagai kompensasi bagi negara-
negara yang kehilangan pendapatan karena telah
menghentikan pengeksploitasian hutan. Guna
memperlancar program ini, dimana dalam KTT
Perubahan Iklim di Warsawa tahun 2013 telah
mencapai terobosan baru dengan menyepakati program
batuan dana bagi negara-negara miskin untuk
mengatasi emisi akibat perusakan hutan.
B.Cara Kerja REDD
Pengurangan emisi atau ‘deforestasi yang
dihindari’ diperhitungkan sebagai kredit. Jumlah
kredit karbon yang diperoleh dalam waktu tertentu
dapat dijual di pasar karbon internasional.
Sebagai alternatif, kredit yang diperoleh dapat
diserahkan ke lembaga pendanaan yang dibentuk
untuk menyediakan kompensasi finansial bagi
negara-negara peserta yang melakukan konservasi
hutannya. Skema REDD memperbolehkan konservasi
hutan untuk berkompetisi secara ekonomis dengan
berbagai kegiatan ekonomi lainnya yang memicu
deforestasi.
Daratan indonesia seluas 190.994 ha, dari total
itu 70%nya adalah kawasan hutan. Mencakup kawasan
yang begitu luas—terutama didorong kesadaran di
bumi kita saling terkait dan tidak peduli batas
negara—hutan Indonesia menjadi perhatian seluruh
dunia. Dengan besarnya luas hutan yang dikelola,
hutan Indonesia selalu menjadi isu penting, bukan
saja bagi kepentingan dalam negeri, tetapi juga
kontribusinya sebagai paru-paru dunia. Indonesia
menjadi negara partisipan dan berdampingan dengan
36 negara lainnya yang akan mengikuti program
REDD.
Deforestasi, degradasi hutan dan konversi lahan
gambut merupakan sumber utama emisi gas rumah kaca
di Indonesia. Hal ini membuat Indonesia menjadi
salah satu pelopor dimasukkannya skema REDD ,
yaitu mekanisme untuk memberikan kompensasi kepada
negara berkembang yang melindungi hutannya.
Tabel Proyek REDD Di IndonesiaProyek REDD+ di Indonesia (Pembaruan data Oktober 2010)
Strategies: AF: Reforestation, AD: Avoided
deforestation,
Adg: Avoided degradation, RS: Restoration
Nama Proyek Propinsi Lembaga yang
terlibat
Tu
ju
an
Doku
men
terk
ait
Proyek REDD
Ekosistem
Leuser
Aceh Global
EcoRescue /
Government of
Aceh
AD http
://
eco-
resc
ue.c
omPengurangan
emisi karbon
Aceh Pemerintah
daerah
AD
,
http
://
dari
deforestasi di
Ekosistem Ulu
Masen - Proyek
dengan manfaat
berlipat tiga
Propinsi
Aceh, Carbon
Conservation,
FFI
Ad
g
www.
clim
ate-
stan
dard
s.or
gKemitraan hutan
dan perubahan
iklim di
Kalimantan
Kalimanta
n Tengah
Kemitraan
antara
Pemerintah
Australia dan
Pemerintah
Indonesia.
Mitra
pelaksana
terdiri dari
CARE, BOS,
Wetlands
International
AD
,
Ad
g,
RS
,
AF
http
://
www.
ausa
id.g
ov.a
u
Area konservasi
Katingan :
Proyek tahap
akhir lahan
gambut global
Kalimanta
n Tengah
Starling
Resources
AD
,
Ad
g,
RS
,
AF
http
://
fore
stcl
imat
ecen
ter.
org
Lamandau Kalimanta
n Tengah
RARE /
YAYORIN /
Clinton
Foundation
AD
,
Ad
g,
RS
http
://
rare
cons
erva
tion
.orgREDD di Taman
Nasional
Sebangau
Kalimanta
n Tengah
WWF /
Sebangau
National Park
RS
,A
D
http
://
fore
stcl
imat
ecen
ter.
orgProyek
penyelamatan
keanekaragaman
hayati Rimba
Raya
Kalimanta
n Tengah
Infinite
Earth /
Orangutan
Foundation
International
AD
,
Ad
g,
RS
http
://
www.
infi
nite
-
eart
h.co
mTaman Nasional
Meru Betiri
Jawa
Timur
ITTO /
Lembaga riset
kehutanan dan
AD
,
Ad
http
://
www.
pembangunan
(Forestry
Research and
development
Agency
(FORDA))
g,
RS
itto
.int
Proyek Aksi
(untuk)
Iklim/program
karbon hutan,
Kabupaten
Berau,
Indonesia
Kalimanta
n Timur
TNC / ICRAF /
Sekala /
University
Mulawarman /
Winrock Int'l
/ University
of Queensland
AD
,
Ad
g,
RS
,
AF
http
://
www.
law.
harv
ard.
eduGlobal Green di
Kalimantan
Timur
Kalimanta
n Timur
Global Green AD
,
Ad
g,
RS
http
://
www.
glob
algr
een.
co.i
dHutan Lestari
untuk Orangutan
Kalimanta
n Timur
PT. RHOI
(Restorasi
Habitat
Orangutan
Indonesia)
formed by BOS
AD
,
Ad
g
http
://
oran
guta
n.or
.id
Kutai Barat,
HKM: Heart of
Borneo
Kalimanta
n Timur
WWF AD http
://
asse
ts.w
wfid
.pan
da.o
rgProyek
pencegahan
deforestasi
Malinau
Kalimanta
n Timur
GER / PT
Inhuntani
II / Malinau
Regency / KfW
/ FFI /
District
Governemnt /
GTZ /
Tropenbos
International
/ Global Eco
Rescue /
Borneo
Tropical
Rainforest
Foundation
Ad
g
http
://
fore
stcl
imat
ecen
ter.
org
FORCLIME -
proyek
percontohan
Kalimanta
n Timur
KfW, GTZ,
MoF, GFA,
district
AD
,
Ad
http
://
www.
Malinau government,
provincial
government
g,
RE
DD
+
forc
lime
.org
FORCLIME -
proyek
percontohan
Malinau
Kalimanta
n Timur
KfW, GTZ,
MoF, GFA,
district
government,
provincial
government
AD
,
Ad
g,
RE
DD
+
http
://
www.
forc
lime
.org
Menuju
terwujudnya
mitigasi
perubahan iklim
melalui
peningkatan
pertumbuhan
ekonomi
berbasis
komunitas
(Towards
Enabling
Mitigation of
Climate Change
Through
Promotion of
Nusa
Tenggara
Timur
KYEEMA
Foundation/
AusAID/ Yasan
Peduli
Sanlima
(SANLIMA)/
Yayasan Timor
Membangun
(YTM)
AD http
://
www.
kyee
mafo
unda
tion
.org
Community-Based
Economic Growth
(TEBE
Project ))Proyek
kerjasama
Korea-Indonesia
untuk adaptasi
dan mitigasi
perubahan iklim
di sektor
kehutanan
Nusa
Tenggara
Barat,
Lombok
Tengah
KIPCCF -
KOICA
AD
,
Ad
g,
RS
,
AF
http
://
koic
aind
ones
ia.o
rg/
pres
s-
rele
ase/
89-
kore
a-
and-
indo
nesi
a-
comm
enceGorontalo:
pembentukan dan
pengelolaan
Gorontalo Gorontalo
University /
YANI -
AD http
://
darw
Taman Nasional
Nantu
Yayasan Adudu
Nantu
Internasional
in.d
efra
.gov
.ukInisiatif nilai
karbon di
Berbak
Jambi ZSL / DEFRA /
LIPI / Berbak
National Park
/ US Fish and
Wildlife
Service
AD http
://
stat
ic.z
sl.o
rgKemitraan
karbon hutan
Sumatra
Jambi Partnership
between
Australian
and
Indonesian
governments
- http
://
www.
aler
tnet
.orgPengelolaan
berkelanjutan
dari Hutan
Poigar: REDD di
Sulawesi Utara
Sulawesi
Utara
ONF
International
/ Green
Synergies
AD
,
RS
,
AF
http
://
www.
plan
et-
acti
on.o
rgPendanaan
berkelanjutan
untuk manfaat-
Papua New Forests
Asset
Management /
AD http
://
www.
manfaat karbon PT Emerald
Planet
newf
ores
ts.c
om.a
uKampar Ring -
model
pembangunan
berkelanjutan
berdasarkan
pengelolaan
lahan gambut
yang
bertanggung
jawab
Riau APRIL AD
,
Ad
g,
RS
http
://
www.
apri
lasi
a.co
m
Proyek
percontohan
REDD di Tesso
Nilo
Riau WWF AD
,
Ad
g,
RS
,
AF
http
://
www.
apri
lasi
a.co
mCagar alam
karbon Kampar
Riau APP, Carbon
Conservation
AD http
://
www.
asia
pulp
pape
r.co
m Proyek
percontohan
REDD di Merang
(Merang REDD
Pilot Project
(MRPP))
Sumatera
Selatan
GTZ AD
,
Ad
g,
RS
http
://
mera
ng-
redd
.orgAvoided
Conversion of
the Danau
Siawan-Belida
peat swamp
forest
Kalimanta
n Barat
PT. Wana
Hijau
Nusantara in
collaboration
with Fauna &
Flora
International
/BioCarbon
Group Pte.
Limited
AD
,
Ad
g,
RS
http
://
wana
hija
unus
anta
ra.b
logs
pot.
com/Rehabilitasi
hutan rawa
gambut Sungai
Putri di
Ketapang,
Kalimantan
Kalimanta
n Barat
FFI/
Macquarie
Bank
AD
,
Ad
g,
RS
http
://
www.
faun
a-
flor
a.or
g
Pusat karbon
komunitas di
Kalimantan
Barat
Kalimanta
n Barat
FFI/ David
and Lucile
Packard
Foundation
AD
,
Ad
g,
RS
http
://
www.
faun
a-
flor
a.or
gFORCLIME -
proyek
percontohan
Kapuas Hulu
Kalimanta
n Barat
KfW, GTZ,
MoF, GFA,
district
government,
provincial
government
AD
,
Ad
g,
RE
DD
+
http
://
www.
forc
lime
.org
Habitat di
Mamuju
Sulawesi
Barat
PT Inhutani I AD
,
Ad
g,
RS
,
AF
http
://
www.
keep
theh
abit
at.c
omProyek
restorasi
ekosistem
Global Green
Sumatera
Barat
Global Green AD
,
Ad
g,
http
://
www.
glob
RS
,
AF
algr
een.
co.i
dProyek
restorasi
ekosistem
Global Green
Sumatera
Barat
Global Green AD
,
Ad
g,
RS
,
AF
http
://
www.
glob
algr
een.
co.i
dProyek
restorasi
ekosistem
Global Green
Sumatera
Barat
Global Green AD
,
Ad
g,
RS
,
AF
http
://
www.
glob
algr
een.
co.i
dProyek
restorasi
ekosistem
Global Green
Sumatera
Barat
Global Green AD
,
Ad
g,
RS
,
AF
http
://
www.
glob
algr
een.
co.i
dProyek
restorasi
ekosistem
Global Green
Sumatera
Barat
Global Green AD
,
Ad
g,
RS
,
AF
http
://
www.
glob
algr
een.
co.i
d
C.Kebijakan REDD Di Indonesia
Diawali dengan pembentukan Indonesian Forest-
Climate Alliance (IFCA), pemerintah mengundang
partisipasi berbagai pihak untuk mencermati
rancang bangun REDD. Kelompok ini kemudian
merumuskan perlunya kerangka kebijakan yang
terkait dengan:
(i) penentuan tingkat emisi acuan,
(ii) strategi penggunaan lahan,
(iii) pemantauan,
(iv) mekanisme keuangan dan
(v) pembagian keuntungan dan tanggung jawab.
Untuk mematangkan proses kebijakan yang akan
ditempuh, Pemerintah selanjutnya mengusulkan
rancangan kesiapan (Readiness Plan, R-Plan) kepada
Bank Dunia untuk menunjang pelaksanaan REDD di
Indonesia. Selain kelima komponen di atas, di
dalam R-Plan juga diuraikan rencana penilaian
dampak REDD terhadap kondisi sosial dan lingkungan
serta investasi untuk pengembangan kapasitas.
Bersamaan dengan ini, usulan lain juga diajukan
kepada UN-REDD, sebuah program kolaborasi badan-
badan PBB (FAO, UNEP dan UNDP), khususnya yang
menyangkut kerjasama lintas sektor di Indonesia.
Sejak penyelenggaraan COP13 di Bali Pemerintah
Indonesia melalui Departemen Kehutanan sangat giat
mengembangkan perangkat hukum atau peraturan yang
terkait langsung dengan pelaksanaan REDD. Di
antara perangkat tersebut terdapat tiga Peraturan
Menteri yang telah resmi diundangkan, yaitu:
(i) Permenhut No. P. 68/Menhut-II/2008 tentang
Penyelenggaraan
Demonstration Activities Pengurangan Emisi
Karbon dari Deforestasi dan Degradasi Hutan
(REDD) (www.dephut.go.id/files/P68_08.pdf)
(ii) Permenhut No. P. 30/Menhut-II/2009 tentang
Tata Cara Pengurangan Emisi dari Deforestasi
dan Degradasi Hutan (REDD)
(www.dphut.go.id/files/P30_09_r.pdf)
(iii)Permenhut No. P. 36/Menhut-II/2009 tentang
Tata Cara Perizinan Usaha Pemanfaatan
Penyerapan dan/atau Penyimpanan Karbon pada
Hutan Produksi dan Hutan Lindung
(www.dephut.go.id/files/P36_09.pdf)
Sedangkan peraturan presiden yang telah di
implementasikan adalah Perpres No. 61 tahun 2011
tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas
Rumah Kaca
(http://www.presidenri.go.id/DokumenUU.php/685.pdf
).
RAN GRK(Rencana Aksi Nasional Gas Rumah Kaca)
adalah pedoman untuk langkah langkah dalam
memfasilitasi mitigasi perubahan iklim.
Kebijakan yang Dilaksanakan untuk Menunjang RAN-
GRK :
a. Menurunkan emisi GRK dengan sekaligus
meningkatkan kenyamanan lingkungan, mencegah
bencana, menyerap tenaga kerja, menambah
pendapatan masyarakat dan negara.
b. Pengelolaan sistem jaringan dan tata airpada
rawa.
c. Pemeliharaan jaringan reklamasi rawa (termasuk
lahan bergambut yang sudah ada).
d. Peningkatan produktivitas dan efisiensi
produksi pertanian pada lahan gambut dengan
emisi serendah mungkin dan mengabsorbsi CO2
secara optimal.
Pemerintah Indonesia secara aktif mendorong
negosiasi bilateral dan internasional dan
bilateral tentang REDD , yang menjadi bagian
penting target penurunan emisi karbon Indonesia
sebesar 26 persen dari tingkat business-as-usual
dengan usaha sendiri dan 41 persen dengan bantuan
dari luar pada tahun 2020.
Sebagai bentuk komitmen Indonesia dalam mengatasi
perubahan iklim, pada konferensi perubahan iklim
di Bonn, Jerman pada 04-15 Juni 2014, melalui
Pimpinan Utusan Khusus Indonesia untuk Perubahan
Iklim Rachmat Witoelar menyampaikan empat poin
penguatan aksi mengatasi perubahan iklim dalam
pertemuan tinggi tingkat kementerian dalam
konferensi tersebut, yaitu:
Poin pertama, menyampaikan kesuksesan penguatan
Durban Platform akan memastikan kehidupan yang
lebih baik bagi generasi mendatang agar terhindar
dari efek perubahan iklim dengan pembangunan yang
berorientasi rendah karbon.
Poin kedua, Rachmat menggarisbawahi perjanjian
2015 tersebut harus dapat menjadi kelanjutan serta
penguatan hal-hal yang telah disepakati dan
berjalan di jalurnya.
Poin ketiga, pentingnya para peserta konferensi
untuk menyusun perjanjian yang hidup dan mendetail
tentang perubahan iklim 2015 yang tak lekang
waktu.
Poin keempat, langkah untuk mengatasi perubahan
iklim pra-2020 akan memberikan latihan dan
pelajaran terbaik untuk aksi nyata pasca-2020
nanti, dengan membangun kepercayaan dan komitmen
di antara negara-negara peserta.
D.Hambatan REDD1. Teknologi penghitungan karbon
Untuk memberikan nilai bagi sebidang lahan
berhutan yang berpotensi menyimpan karbon,
kita harus dapat menghitung secara tepat
berapa banyak jumlah karbon yang tersimpan.
Teknologi baru seperti citra satelit dan
pembuatan model komputer akan memudahkan
penghitungan cadangan karbon secara cepat
dan tepat.
2. Sistem yang transparan
Untuk melakukan penghitungan dan verifikasi
pengurangan emisi saat ini sudah banyak
tersedia. Pertanyaannya, terjangkau dan
ekonomiskah teknologi ini?
3. Pembayaran
Bagaimana cara suatu negara dapat memperoleh
pembayaran dan dalam bentuk apa pembayaran
itu diberikan? Siapa yang nantinya akan
menerima pembayaran untuk upaya melindungi
kawasan hutan tertentu: pemerintah nasional,
masyarakat lokal sekitar hutan atau
perusahaan kayu? Negara donor menghendaki
agar pembayaran dapat bermanfaat bagi
masyarakat yang kurang mampu. Pemerintah
suatu Negara yang berpeluang memperoleh
keuntungan dari skema REDD, sudah barang
tentu ingin mengatur distribusi
pembayarannya.
4. Akuntabilitas
Jika pembayaran REDD dilakukan, namun hutan
tetap saja dirusak, apa yang akan terjadi?
Akuntabilitas terkait dengan jaminan bahwa
pembayaran karbon dapat mewujudkan
perlindungan hutan berkelanjutan.
5. Pendanaan
Kita dihadapkan pada beberapa pilihan. Apakah
sebaiknya negara maju menyediakan dana untuk
memberikan penghargaan bagi negara-negara
yang dapat mengurangi emisinya dari
deforestasi? Atau apakah sebaiknya
pengurangan emisi ini dikaitkan dengan sistem
perdagangan karbon yang berbasis pasar?
Serta bagaimana pula skema pendanaan dan
pengelolaan secara global sampai dengan
tingkat lokal. Kita perlu mencari sistem
pasar yang paling sesuai.
Selain permasalahan di atas. Sebenarnya ada
permasalahan yang harus di utamakan dan perlu
kepastian hukum yang mengikat sehingga jangan
sampai suatu saat skema ini malah merugikan
negara-negara penerima dana mitigasi yang tidak
lain adalah negara-negara berkembang. Bagaimana
kepemilikan hutan selanjutnya yang telah
mendapatkan dana bantuan REDD ini? Bagaimana
tentang hak-hak kepemilikan masyarakat adat atas
hutan mereka yang masuk dalam skema REDD? Dan
masih banyak lagi.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
REDD adalah sebuah tindakan yang diambil dalam
rangka mengatasi perubahan iklim dalam skema
mitigasi. REDD merupakan suatu mekanisme global
yang bertujuan untuk memperlambat perubahan iklim
dengan memberikan kompensasi kepada negara
berkembang untuk melindungi hutannya. Indonesia
maju untuk memperjuangkan REDD pada konvensi
perubahan iklim di Bali tahun 2007. Dimana cara
kerja REDD ialah pengurangan emisi atau
‘deforestasi yang dihindari’ diperhitungkan
sebagai kredit. Jumlah kredit karbon yang
diperoleh dalam waktu tertentu dapat dijual di
pasar karbon internasional.
Sejalan dengan perjalanan REDD di Indonesia, telah
di keluarkan berbagai kebijakan-kebijakan yang
dapat memudahkan pengimplementasian REDD di
Indonesia.
B.SARAN
Pada intinya REDD adalah sebuah skema baru dalam
upaya untuk mengatasi perubahan iklim yang sedang
melanda. Skema ini memfokuskan pada kawasan hutan
negara-negara berkembang. Terlepas dari isu
tentang REDD yang banyak mendapat kritikan dari
para NGO dan aktifis lingkungan dimana mereka
menganggap skema ini tidak lebih dari sekedar
upaya negara-negara maju untuk ikut andil dalam
pemilikan hutan di negara-neara berkembang dan
upaya lepas tangan negara-negara industri dari
tanggung jawab mereka sebagai penyumbang kerusakan
lingkungan.
Mengacu pada program REDD yang di dalamnya
terdapat unsur masyarakat adat, program REDD
banyak mengalami kegagalan, dimana dalam
implementasiannya mereka banyak yang mengabaikan
fungsi kearifan lokal( masyarakat adat. Maka harus
ada kebijakan yang mengacu pada kinerja REDD,
dimana harus melibatkan unsur masyarakat adat
dalam menjaga keseimbangan ekologi. Dimana dalam
hal ini, REDD bersama pemerintah adalah hanya
sebagai pelengkap, pengawas serta penyandang dana
dari program mitigasi, dan membiarkan
pengimplementasiannya di pegang masyarakat adat
yang telah memahami lingkungan mereka. Dan untuk
pengawasan dalam pembayaran dan pendanaan REDD,
perlu adanya pengawasan yang ketat sehingga
peluang adanya penyelewengan ke arah KKN dapat
dihindari.
Di luar kebijakan lingkungan program REDD,
Indonesia harus lebih aktif mendorong negara-
negara industri untuk memiliki tanggung jawab
yang besar terhadap pengelolaan hutan mereka
dibanding dengan hanya menyalurkan dana mereka ke
negara-negara berkembang. Selain mengelola hutan
mereka sendiri, negara-negara industri maju juga
di tuntut untuk dapat menciptakan ekonomi hijau
dalam skema pembangunan berkelanjutan di negara-
negara di dunia, khususnya negara industri maju.
Sehingga akan terjadi keseimbangan hak dan
kewajiban antara negara-negara di dunia dimana
selain negara-negara maju memberi imbalan kepada
negara-negara berkembang yang telah berhasil
menjaga hutannya, disamping itu dibutuhkan sebuah
komitmen yang kuat dari negara-negara industri
untuk mengadakan upaya mitigasi dengan potensi
hutan yang mereka miliki serta membuat industri
mereka ke arah yang lebih ramah lingkungan atau
yang biasa di sebut dengan green economy, dengan
ini maka tujuan dari konvensi dapat segera
tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Djajadiningrat, S.T., Famiola, M., dan Hendriani, Y.
(2014).Green Economy.Bandung: Rekayasa Sains.
http://www.redd-indonesia.org/
http://id.wikipedia.org/wiki/ktt_bumi
http://www.walhi.or.id/
http://walhikalteng.org/
Natural Resources Development Center.(2013). Modul
“Kebijakan Nasional Perubahan Iklim”: Jakarta.
Anonim.Indonesia: The First National Communication on
Climate Change Convention. Kementerian Lingkungan Hidup
Republik Indonesia.
Murniningtyas, Endah. (2011). “Kebijakan Nasional
Mitigasi Dan Adaptasi Perubahan Iklim”, Forum Diskusi
Nasional: Menuju Kota Masa Depan yang Berkelanjutan dan
Berketahanan Iklim, Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Hidup. Jakarta
http://politik.kompasiana.com/2009/12/21/indonesia-dan-
kesepakatan-copenhagen-41261.html
http://www.dw.de/ktt-kopenhagen-berakhir-tanpa-hasil/a-
5039010
http://josuasilitonga.wordpress.com/2009/12/16/efek-
perubahan-iklim-di-indonesia/#comment-133
http://www.antaranews.com/berita/166542/indonesia-puas-
hasil-ktt-kopenhagen
http://www.antaranews.com/berita/436592/konferensi-di-
bonn-tutup-perundingan-perubahan-iklim
http://wwf.panda.org/what_we_do/footprint/
climate_carbon_energy/