iptek dan peradaban islam

76
IPTEK DAN PERADABAN ISLAM 1- Pendahuluan Bicara tentang kejayaan peradaban Islam di masa lalu, dan juga jatuhnya kemuliaan itu seperti nostalgia. Orang bilang, romantisme sejarah. Tidak apa-apa, terkadang ada baiknya juga untuk dijadikan sebagai bahan renungan. Karena bukankah masa lalu juga adalah bagian dari hidup kita. Baik atau buruk, masa lalu adalah milik kita. Kaum muslimin, pernah memiliki kejayaan di masa lalu. Masa di mana Islam menjadi trendsetter sebuah peradaban modern. Peradaban yang dibangun untuk kesejahteraan umat manusia di muka bumi ini. Masa kejayaan itu bermula saat Rasulullah mendirikan pemerintahan Islam, yakni Daulah Khilafah Islamiyah di Madinah. Tongkat kepemimpinan bergantian dipegang oleh Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khaththab, Usman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, dan seterusnya. Di masa Khulafa as-Rasyiddin ini Islam berkembang pesat. Perluasan wilayah menjadi bagian tak terpisahkan dari upaya penyebarluasan Islam ke seluruh penjuru dunia. Islam datang membawa rahmat bagi seluruh umat manusia. Penaklukan wilayah- wilayah, adalah sebagai bagian dari upaya untuk menyebarkan Islam, bukan menjajahnya. Itu sebabnya, banyak orang yang kemudian tertarik kepada Islam. Satu contoh menarik adalah tentang Futuh Makkah (penaklukan Makkah), Rasulullah dan sekitar 10 ribu pasukannya memasuki kota Makkah. Kaum Quraisy menyerah dan berdiri di bawah kedua kakinya di pintu Ka’bah. Mereka menunggu hukuman Rasul setelah mereka menentangnya selama 21 tahun. Namun, ternyata Rasulullah justru memaafkan mereka. Begitu pula yang dilakukan oleh Shalahuddin al-Ayubi ketika merebut kembali Yerusalem dari tangan Pasukan Salib Eropa, ia malah melindungi jiwa dan harta 100 ribu orang Barat. Shalahuddin juga memberi ijin ke luar kepada mereka dengan sejumlah tebusan kecil oleh mereka yang mampu, juga membebaskan sejumlah besar orang-orang miskin. Panglima Islam ini pun membebaskan 84 ribu orang dari situ. Malah, saudaranya, al-Malikul Adil, membayar tebusan untuk 2 ribu orang laki-laki di antara mereka.

Upload: uinsuka

Post on 25-Feb-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

IPTEK DAN PERADABAN ISLAM1- Pendahuluan

Bicara tentang kejayaan peradaban Islam di masa lalu, dan juga jatuhnya kemuliaan itu seperti nostalgia. Orang bilang, romantisme sejarah. Tidak apa-apa, terkadang ada baiknya juga untuk dijadikan sebagai bahan renungan. Karena bukankah masa lalujuga adalah bagian dari hidup kita. Baik atau buruk, masa lalu adalah milik kita. Kaum muslimin, pernah memiliki kejayaan di masa lalu. Masa di mana Islam menjadi trendsetter sebuah peradaban modern. Peradaban yang dibangun untuk kesejahteraan umat manusia di muka bumi ini.

Masa kejayaan itu bermula saat Rasulullah mendirikan pemerintahanIslam, yakni Daulah Khilafah Islamiyah di Madinah. Tongkat kepemimpinan bergantian dipegang oleh Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khaththab, Usman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, dan seterusnya. Di masa Khulafa as-Rasyiddin ini Islam berkembang pesat. Perluasan wilayah menjadi bagian tak terpisahkan dari upaya penyebarluasan Islam ke seluruh penjuru dunia. Islam datangmembawa rahmat bagi seluruh umat manusia. Penaklukan wilayah-wilayah, adalah sebagai bagian dari upaya untuk menyebarkan Islam, bukan menjajahnya. Itu sebabnya, banyak orang yang kemudian tertarik kepada Islam. Satu contoh menarik adalah tentang Futuh Makkah (penaklukan Makkah), Rasulullah dan sekitar 10 ribu pasukannya memasuki kota Makkah. Kaum Quraisy menyerah dan berdiri di bawah kedua kakinya di pintu Ka’bah. Mereka menunggu hukuman Rasul setelah mereka menentangnya selama 21 tahun. Namun, ternyata Rasulullah justru memaafkan mereka.

Begitu pula yang dilakukan oleh Shalahuddin al-Ayubi ketika merebut kembali Yerusalem dari tangan Pasukan Salib Eropa, ia malah melindungi jiwa dan harta 100 ribu orang Barat. Shalahuddinjuga memberi ijin ke luar kepada mereka dengan sejumlah tebusan kecil oleh mereka yang mampu, juga membebaskan sejumlah besar orang-orang miskin. Panglima Islam ini pun membebaskan 84 ribu orang dari situ. Malah, saudaranya, al-Malikul Adil, membayar tebusan untuk 2 ribu orang laki-laki di antara mereka.

Padahal 90 tahun sebelumnya, ketika pasukan Salib Eropa merebut Baitul Maqdis, mereka justru melakukan pembantaian. Diriwayatkan bahwa ketika penduduk al-Quds berlindung ke Masjid Aqsa, di atasnya dikibarkan bendera keamanan pemberian panglima Tancard. Ketika masjid itu sudah penuh dengan orang-orang (orang tua, wanita dan anak-anak), mereka dibantai habis-habisan seperti menjagal kambing. Darah-darah muncrat mengalir di tempat ibadah itu setinggi lutut penunggang kuda. Kota menjadi bersih oleh penyembelihan penghuninya secara tuntas. Jalan-jalan penuh dengankepala-kepala yang hancur, kaki-kaki yang putus dan tubuh-tubuh yang rusak. Para sejarawan muslim menyebutkan jumlah mereka yang dibantai di Masjid Aqsa sebanyak 70 ribu orang. Para sejarawan Perancis sendiri tidak mengingkari pembantaian mengerikan itu, bahkan mereka kebanyakan menceritakannya dengan bangga.

Fakta ini cukup membuktikan betapa Islam mampu memberikan perlindungan kepada penduduk yang wilayahnya ditaklukan. Karena perang dalam Islam memang bukan untuk menghancurkan, tapi memberikehidupan. Dengan begitu, Islam tersebar ke hampir sepertiga wilayah di dunia ini.

Peradaban Islam memang mengalami jatuh-bangun, berbagai peristiwatelah menghiasi perjalanannya. Meski demikian, orang tidak mudah untuk begitu melupakan peradaban emas yang berhasil ditorehkannyauntuk umat manusia ini. Pencerahan pun terjadi di segala bidang dan di seluruh dunia.

Sejarawan Barat beraliran konservatif, W Montgomery Watt menganalisa tentang rahasia kemajuan peradaban Islam, ia mengatakan bahwa Islam tidak mengenal pemisahan yang kaku antara ilmu pengetahuan, etika, dan ajaran agama. Satu dengan yang lain,dijalankan dalam satu tarikan nafas. Pengamalan syariat Islam, sama pentingnya dan memiliki prioritas yang sama dengan riset-riset ilmiah.

Orientalis Sedillot seperti yang dikutip Mustafa as-Siba’i dalam Peradaban Islam, Dulu, Kini, dan Esok, mengatakan bahwa, “Hanya bangsa Arab pemikul panji-panji peradaban abad pertengahan. Mereka melenyapkan barbarisme Eropa yang digoncangkan oleh serangan-serangan dari Utara. Bangsa Arab melanglang mendatangi

‘sumber-sumber filsafat Yunani yang abadi’. Mereka tidak berhentipada batas yang telah diperoleh berupa khazanah-khazanah ilmu pengetahuan, tetapi berusaha mengembangkannya dan membuka pintu-pintu baru bagi pengkajian alam.”

Andalusia, yang menjadi pusat ilmu pengetahuan di masa kejayaan Islam, telah melahirkan ribuan ilmuwan, dan menginsiprasi para ilmuwan Barat untuk belajar dari kemajuan iptek yang dibangun kaum muslimin.

Jadi wajar jika Gustave Lebon mengatakan bahwa terjemahan buku-buku bangsa Arab, terutama buku-buku keilmuan hampir menjadi satu-satunya sumber-sumber bagi pengajaran di perguruan-perguruantinggi Eropa selama lima atau enam abad. Tidak hanya itu, Lebon juga mengatakan bahwa hanya buku-buku bangsa Arab-Persia lah yangdijadikan sandaran oleh para ilmuwan Barat seperti Roger Bacon, Leonardo da Vinci, Arnold de Philipi, Raymond Lull, san Thomas, Albertus Magnus dan Alfonso X dari Castella.

Buku al-Bashariyyat karya al-Hasan bin al-Haitsam diterjemahkan oleh Ghiteleon dari Polska. Gherardo dari Cremona menyebarkan ilmu falak yang hakiki dengan menerjemahkan asy-Syarh karya Jabir. Belum lagi ribuan buku yang berhasil memberikan pencerahankepada dunia. Itu sebabnya, jangan heran kalau perpustakaan umum banyak dibangun di masa kejayaan Islam. Perpustakaan al-Ahkam di Andalusia misalnya, merupakan perpustakaan yang sangat besar dan luas. Buku yang ada di situ mencapai 400 ribu buah. Uniknya, perpustakaan ini sudah memiliki katalog. Sehingga memudahkan pencarian buku. Perpustakaan umum Tripoli di daerah Syam, memiliki sekitar tiga juta judul buku, termasuk 50.000 eksemplar al-Quran dan tafsirnya. Dan masih banyak lagi perpustakaan lainnya. Tapi naas, semuanya dihancurkan Pasukan Salib Eropa dan Pasukan Tartar ketika mereka menyerang Islam.

Peradaban Islam memang peradaban emas yang mencerahkan dunia. Itusebabnya menurut Montgomery, tanpa dukungan peradaban Islam yang menjadi ‘dinamo’nya, Barat bukanlah apa-apa. Wajar jika Barat berhutang budi pada Islam.

Empat belas abad yang silam, Allah Ta’ala telah mengutus Nabi Muhammad saw sebagai panutan dan ikutan bagi umat manusia. Beliauadalah merupakan Rasul terakhir yang membawa agama terakhir yakniIslam. Hal ini secara jelas dan tegas dikemukakan oleh Al-Quran dimana Kitab Suci tersebut memproklamasikan keuniversalan misi dari Muhammad saw sebagaimana kita jumpai dalam ayat-ayat berikutini:

“Katakanlah, “Wahai manusia , sesungguhnya aku ini Rasul kepada kamu sekalian dari Allah yang mempunyai kerajaan seluruh langit dan bumi. Tak ada yang patut disembah melainkan Dia.” (QS. 7:159).

“Dan kami tidaklah mengutus engkau melainkan sebagai pembawa kabar suka dan pemberi peringatan untuk segenap manusia…” (QS. 34:29).

“Dan tidaklah Kami mengutus engkau melainkan sebagai rahmat bagi seluruh umat…” (QS. 21:108).

Nabi Muhammad saw telah mengubah pandangan hidup dan memberi semangat yang menyala-nyala kepada umat Islam, sehingga dari bangsa yang terkebelakang dalam waktu yang amat singkat mereka, mereka telah menjadi guru sejagat. Umat Islam menghidupkan ilmu, mengadakan penyelidikan-penyelidikan. Fakta sejarah menjelaskan antara lain , bahwa Islam pada waktu pertama kalinya memiliki kejayaan, bahwa ada masanya umat Islam memiliki tokoh-tokoh seperti Ibnu Sina di bidang filsafat dan kedokteran, Ibnu Khaldundi bidang Filsafat dan Sosiologi, Al-jabar dll. Islam telah datang ke Spanyol memperkenalkan berbagai cabang ilmu pengetahuanseperti ilmu ukur, aljabar, arsitektur, kesehatan, filsafat dan masih banyak cabang ilmu yang lain lagi.

Masa Kejayaan Islam Pertama telah menjadi bukti sejarah bahwa dengan mengamalkan ajaran al-Quran umat Islam sendiri akan menikmati kemajuan peradaban dan kebudayaan diatas bumi ini. Di masa Kejayaan Islam Pertama, pimpinan Islam berada di tangan tokoh-tokoh yang setiap orangnya patuh sepenuhnya dan setia kepada Nabi Muhammad saw, baik secara keimanan, keyakinan,

perbuatan, akhlak, pendidikan, kesucian jiwa, keluhuran budi maupun kesempurnaan.

Pimpinan Umat Islam sesudah wafatnya nabi Muhammad saw, Abubakar,Umar, Utsman dan Ali adalah merupakan pemimpin-pemimpin duniawi dengan jabatan Khalifah, yang menganggap kedudukan mereka itu sebagai pengabdian pada umat Islam, bukan sebagai alat untuk mendapatkan kekuasaan mutlak dan kemegahan. Dalam tiga abad pertama sejarah permulaaan Islam (650-1000M), bagian-bagian duniayang dikuasai Islam adalah bagian-bagian yang paling maju dan memiliki peradaban yang tinggi. Negeri-negeri Islam penuh dengan kota-kota indah, penuh dengan mesjid-mesjid yang megah, dimana-mana terdapat perguruan tinggi dan Univesitas yang didalamnya tersimpan peradaban-peradaban dan hikmah-hikmah yang bernilai tiggi. Kecemerlangan Islam Timur merupakan hal yang kontras dengan dunia Nasrani Barat, yang tenggelam dalam masa kegelapan zaman.

2. Pembahasan

a. Kejayaan Islam masa Dinasti Abbasiyah

Dinasti Abbasiyah adalah suatu dinasti (Bani Abbas) yang menguasai daulat (negara) Islamiah pada masa klasik dan pertengahan Islam. Daulat Islamiah ketika berada di bawah kekuasaan dinasti ini disebut juga dengan Daulat Abbasiyah. Daulat Abbasiyah adalah daulat (negara) yang melanjutkan kekuasaan Daulat Umayyah. Dinamakan Dinasti Abbasiyah karena parapendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Abbas (Bani Abbas), paman Nabi Muhammad saw. Pendiri dinasti ini adalah Abu Abbas as-Saffah, nama lengkapnya yaitu Abdullah as-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas.

Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial , dan budaya.

Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan pola politik itu, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode:

1. Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia Pertama.

2. Periode Kedua (232 H/847 M – 234 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki Pertama.

3. Periode Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M, masa kekuasaan Dinasti Buwaih dalam pemerintahan Khilafah Abbasiyah. Periode inidisebut juga masa pengaruh Persia Kedua.

4. Periode Keempat (447 H/1055 M/ - 590 H/1194 M), masa kekuasaanDinasti Saljuk dalam pemerintahan Khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki Kedua.

5. Periode Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa Khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Bagdad.

Dalam zaman Daulah Abbasiyah, masa meranumlah kesusasteraan dan ilmu pengetahuan, disalin ke dalam bahasa Arab, ilmu-ilmu purbakala. Lahirlah pada masa itu sekian banyak penyair, pujangga, ahli bahasa, ahli sejarah, ahli hukum, ahli tafsir, ahli hadits, ahli filsafat, thib, ahli bangunan dan sebagainya.

Zaman ini adalah zaman keemasan Islam, demikian Jarji Zaidan memulai lukisannya tentang Bani Abbasiyah. Dalam zaman ini, kedaulatan kaum muslimin telah sampai ke puncak kemuliaan, baik kekayaan, kemajuan, ataupun kekuasaan. Dalam zaman ini telah lahir berbagai ilmu Islam, dan berbagai ilmu penting telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Masa Daulah Abbasiyah adalah masa di mana umat Islam mengembangkan ilmu pengetahuan, suatu kehausan akan ilmu pengetahuan yang belum pernah ada dalam sejarah.

Kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuan merefleksikan terciptanya beberapa karya ilmiah seperti terlihat pada alam pemikiran Islam pada abad ke-8 M. yaitu gerakan penerjemahan bukupeninggalan kebudayaan Yunani dan Persia.

Permulaan yang disebut serius dari penerjemahan tersebut adalah sejak abad ke-8 M, pada masa pemerintahan Al-Makmun (813 –833 M) yang membangun sebuah lembaga khusus untuk tujuan itu, “The Houseof Wisdom / Bay al-Hikmah”. Dr. Mx Meyerhof yang dikutip oleh Oemar Amin Hoesin mengungkapkan tentang kejayaan Islam ini sebagai berikut: “Kedokteran Islam dan ilmu pengetahuan umumnya, menyinari matahari Hellenisme hingga pudar cahayanya. Kemudian ilmu Islam menjadi bulan di malam gelap gulita Eropa, mengantarkan Eropa ke jalan renaissance. Karena itulah Islam menjadi biang gerak besar, yang dipunyai Eropa sekarang. Dengan demikian, pantas kita menyatakan, Islam harus tetap bersama kita.” (Oemar Amin Hoesin)

Adapun kebijaksanaan para penguasa Daulah Abbasiyah periode 1 dalam menjalankan tugasnya lebih mengutamakan kepada pembangunan wilayah seperti: Khalifah tetap keturunan Arab, sedangkan menteri, gubernur, dan panglima perang diangkat dari keturunan bangsa Persia. Kota Bagdad sebagai ibukota, dijadikan kota internasional untuk segala kegiatan ekonomi dan sosial serta politik segala bangsa yang menganut berbagai keyakinan diizinkan bermukim di dalamnya, ada bangsa Arab, Turki, Persia, Romawi, Hindi dan sebagainya.

Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatu hal yang sangat mulia dan berharga. Para khalifah dan para pembesar lainnya membuka kemungkinan seluas-luasnya untuk kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Pada umumnya khalifah adalah para ulama yang mencintai ilmu, menghormati sarjana dan memuliakan pujangga.

Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia diakui sepenuhnya. Pada waktu itu akal dan pikiran dibebaskan benar-benar dari belenggu taklid, hal mana menyebabkan orang sangat leluasa mengeluarkan pendapat dalam segala bidang, termasuk bidang aqidah, falsafah, ibadah dan sebagainya.

Para menteri keturunan Persia diberi hak penuh untuk menjalankan pemerintahan, sehingga mereka memegang peranan penting dalam membina tamadun/peradaban Islam. Mereka sangat mencintai ilmu danmengorbankan kekayaannya untuk memajukan kecerdasan rakyat dan meningkatkan ilmu pengetahuan, sehingga karena banyaknya

keturunan Malawy yang memberikan tenaga dan jasanya untuk kemajuan Islam.

b. Latar Belakang dan Faktor-faktor yang Memunculkan “Revolusi Abbasiyah”

Menjelang akhir daulah Umawiyah (akhir abad pertama Hijriyah) terjadilah bermacam-macam kekacauan dalam segala cabang kehidupannegara; terjadi kekeliruan dan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh para khalifah dan para pembesar negara lainnya, terjadilah pelanggaran-pelanggaranterhadap ajaran-ajaran Islam.

Di antara kesalahan-kesalahan dan kekeliruan-kekeliruan yang diperbuat, yaitu:

- Politik kepegawaian negara didasarkan pada klik, golongan, suku, kaum dan kawan (nepotisme)

- Penindasan yang terus-menerus terhadap pengikut-pengikut Imam Ali bin Abi Thalib RA pada khususnya dan terhadap Bani Hasyim (Hasyimiah) pada umumnya.

- Menganggap rendah terhadap kaum muslimin yang bukan bangsa Arab, sehingga mereka tidak diberi kesempatan dalam pemerintahan.

- Pelanggaran terhadap ajaran Islam dan hak-hak asasi manusia dengan cara yang terang-terangan.

Prof. Dr. Hamka melukiskan keadaan tersebut “Ketika Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah, waktu itulah mulai disusun dengan diam-diam propaganda untuk menegakkan Bani Abbas. Keadaan dan cara Umar bin Abdul Aziz memerintah telah menyebabkan suburnya propaganda untuk Daulat yang akan berdiri itu. Sebab sejak zaman Muawiyah Daulat Bani Umayyah itu didirikan dengan kekerasan. Siasat yang keras dan licik, yang pada zaman sekarang dalam ilmu politik disebut “Machiavellisme”, artinya mempergunakan segala kesempatan, sekalipun kesempatan yang jahat untuk memperbesar kekuasaan. Umpamanya memburuk-burukkan dan menyumpah Ali bin Abi Thalib RA dalam tiap khutbah Jum’at; itu sudah terang tidak dapatditerima umat dengan rela hati.”

Selanjutnya Dr. Badri Yatim. MA. mengungkapkan dalam bukunya

c. Kegemilangan Iptek di Masa Khilafah Abasiyyah

Kekhilafahan Abbasiyah tercatat dalam sejarah Islam dari tahun 750-1517 M/132-923 H. Diawali oleh khalifah Abu al-’Abbas as-Saffah (750-754) dan diakhiri Khalifah al-Mutawakkil Alailah III (1508-1517). Dengan rentang waku yang cukup panjang, sekitar 767 tahun, kekhilafahan ini mampu menunjukkan pada dunia ketinggian peradaban Islam dengan pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan danTeknologi di dunia Islam.

Di era ini, telah lahir ilmuwan-ilmuwan Islam dengan berbagai penemuannya yang mengguncang dunia. Sebut saja, al-Khawarizmi (780-850) yang menemukan angka nol dan namanya diabadikan dalam cabang ilmu matematika, Algoritma (logaritma). Ada Ibnu Sina (980-1037) yang membuat termometer udara untuk mengukur suhu udara. Bahkan namanya tekenal di Barat sebagai Avicena, pakar Medis Islam legendaris dengan karya ilmiahnya Qanun (Canon) yang menjadi referensi ilmu kedokteran para pelajar Barat. Tak ketinggalan al-Biruni (973-1048) yang melakukan pengamatan terhadap tanaman sehingga diperoleh kesimpulan kalau bunga memiliki 3, 4, 5, atau 18 daun bunga dan tidak pernah 7 atau 9.

Pada abad ke-8 dan 9 M, negeri Irak dihuni oleh 30 juta penduduk yang 80% nya merupakan petani. Hebatnya, mereka sudah pakai sistem irigasi modern dari sungai Eufrat dan Tigris. Hasilnya, dinegeri-negeri Islam rasio hasil panen gandum dibandingkan dengan benih yang disebar mencapai 10:1 sementara di Eropa pada waktu yang sama hanya dapat 2,5:1.

Kecanggihan teknologi masa ini juga terlihat dari peninggalan-peninggalan sejarahnya. Seperti arsitektur mesjid Agung Cordoba; Blue Mosque di Konstantinopel; atau menara spiral di Samara yang dibangun oleh khalifah al-Mutawakkil, Istana al-Hamra (al-Hamra Qasr) yang dibangun di Seville, Andalusia pada tahun 913 M. Sebuah Istana terindah yang dibangun di atas bukit yang menghadapke kota Granada.

Kekhilafahan Abbasiyah dengan kegemilangan ipteknya kini hanya tercatat dalam buku usang sejarah Islam. Tapi jangan khawatir, someday Islam akan kembali jaya dan tugas kita semua untuk mewujudkannya.

Dinasti Abbasiyiah membawa Islam ke puncak kejayaan. Saat itu, dua pertiga bagian dunia dikuasai oleh kekhalifahan Islam. Tradisi keilmuan berkembang pesat.

Masa kejayaan Islam, terutama dalam bidang ilmu pengetahun dan teknologi, kata Ketua Kajian Timur Tengah Universitas Indonesia, Dr Muhammad Lutfi, terjadi pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid. Dia adalah khalifah dinasti Abbasiyah yang berkuasa pada tahun 786.

Saat itu, kata Lutfi, banyak lahir tokoh dunia yang kitabnya menjadi referensi ilmu pengetahuan modern. Salah satunya adalah bapak kedokteran Ibnu Sina atau yang dikenal saat ini di Barat dengan nama Avicenna.

Sebelum Islam datang, kata Luthfi, Eropa berada dalam Abad Kegelapan. Tak satu pun bidang ilmu yang maju, bahkan lebih percaya tahyul. Dalam bidang kedoteran, misalnya. Saat itu di Barat, jika ada orang gila, mereka akan menangkapnya kemudian menyayat kepalanya dengan salib. Di atas luka tersebut mereka akan menaburinya dengan garam. ”Jika orang tersebut berteriak kesakitan, orang Barat percaya bahwa itu adalah momen pertempuranorang gila itu dengan jin. Orang Barat percaya bahwa orang itu menjadi gila karena kerasukan setan,” jelas Luthfi.

Pada saat itu tentara Islam juga berhasil membuat senjata bernama‘manzanik’, sejenis ketepel besar pelontar batu atau api. Ini membuktikan bahwa Islam mampu mengadopsi teknologi dari luar. Pada abad ke-14, tentara Salib akhirnya terusir dari Timur Tengahdan membangkitkan kebanggaan bagi masyarakat Arab.

Lain lagi pada masa pemerintahan dinasti Usmaniyah — di Barat disebut Ottoman — yang kekuatan militernya berhasil memperluas kekuasaan hingga ke Eropa, yaitu Wina hingga ke selatan Spanyol

dan Perancis. Kekuatan militer laut Usmaniyah sangat ditakuti Barat saat itu, apalagi mereka menguasai Laut Tengah.

Kejatuhan Islam ke tangan Barat dimulai pada awal abad ke-18. Umat Islam mulai merasa tertinggal dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi setelah masuknya Napoleon Bonaparte ke Mesir. Saat itu Napoleon masuk dengan membawa mesin-mesin dan peralatan cetak, ditambah tenaga ahli.

Dinasti Abbasiyah jatuh setelah kota Baghdad yang menjadi pusat pemerintahannya diserang oleh bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan. Di sisi lain, tradisi keilmuan itu kurang berkembangpada kekhalifahan Usmaniyah.

Salah langkah diambil saat mereka mendukung Jerman dalam perang dunia pertama. Ketika Jerman kalah, secara otomatis Turki menjadinegara yang kalah perang sehingga akhirnya wilayah mereka dirampas Inggris dan Perancis.

Tanggal 3 Maret 1924, khilafah Islamiyah resmi dihapus dari konstitusi Turki. Sejak saat itu tidak ada lagi negara yang secara konsisten menganut khilafah Islamiyah. Terjadi gerakan sekularisasi yang dipelopori oleh Kemal At-Taturk, seorang ZionisTurki.

Kini 82 tahun berlalu, umat Muslim tercerai berai. Akankah Islam kembali mengalami zaman keemasan seperti yang terjadi di 700 tahun awal pemerintahannya?

Ketua MUI, KH Akhmad Kholil Ridwan menyatakan optimismenya bahwa Islam akan kembali berjaya di muka bumi. Ridwan menyebut saat inimerupakan momen kebangkitan Islam kembali. ”Seperti janji Allah, 700 tahun pertama Islam berjaya, 700 tahun berikutnya Islam jatuhdan sekarang tengah mengalami periode 700 tahun ketiga menuju kembalinya kebangkitan Islam,” ujarnya.

Meskipun saat ini umat Islam banyak ditekan, ujar Ridwan, semua upaya ini justru semakin memperkuat eksistensi Islam. Ini sesuai janji Allah yang menyatakan bahwa meskipun begitu hebatnya musuh menindas Islam namun hal ini bukannya akan melemahkan umat Islam.

”Ibaratnya paku, semakin ditekan, Islam akan semakin menancap dengan kuat,”ujarnya.

Sementara itu, Luthfi menyatakan sistem khilafah Islamiyah masih relevan diterapkan pada zaman sekarang ini asal dimodifikasi. Ia mencontohkan konsep pemerintahan yang dianut Iran yang menjadi modifikasi antara teokrasi (kekuasaan yang berpusat pada Tuhan) dan demokrasi (yang berpusat pada masyarakat).

Di Iran, kekuasaan tertinggi tidak dipegang parlemen atau presiden, melainkan oleh Ayatullah atau Imam, yang juga memiliki Dewan Ahli dan Dewan Pengawas. Sistem pemerintahan Iran ini, menurut Luthfi, merupakan tandingan sistem pemerintahan Barat. ”Tak heran kalau Amerika Serikat sangat takut dengan Iran karena mereka bisa menjadi tonggak peradaban baru Islam.”

Konsep khilafah Islamiyah, kata Luthfi, mengharuskan hanya ada satu pemerintahan Islami di dunia dan tidak terpecah-belah berdasarkan negara atau etnis. ”Untuk mewujudkannya lagi saat ini, sangat sulit,” kata dia.

Sementara Kholil Ridwan menjelaskan ada tiga upaya konkret yang bisa dilakukan umat untuk mengembalikan kejayaan Islam di masa lampau. Yang pertama adalah merapatkan barisan. Allah berfirman dalam QS Ali Imran ayat 103 yang isinya “Dan berpeganglah kalian semuanya dengan tali (agama) Allah, dan janganlah kalian berceraiberai.”

Upaya lainnya adalah kembali kepada tradisi keilmuan dalam agama Islam. Dalam Islam, jelasnya, ada dua jenis ilmu, yaitu ilmu fardhu ‘ain dan fardhu kifayah. Yang masuk golongan ilmu fardhu ‘ain adalah Al-Quran, hadis, fikih, tauhid, akhlaq, syariah, dan cabang-cabangnya. Sedangkan yang masuk ilmu fardhu kifayah adalahkedokteran, matematika, psikologi, dan cabang sains lainnya.

Sementara upaya ketiga adalah dengan mewujudkan sistem yang berdasarkan syariah Islam.

d. Runtuhnya sebuah kejayaan

Jatuh itu memang menyakitkan. Apalagi ketika kita udah berada jauh di puncak kesuksesan. Setelah berhasil membangun kejayaan selama 14 abad lebih, akhirnya peradaban Islam jatuh tersungkur. Inilah kisah tragis yang dialami peradaban Islam. Bukan tanpa sebab tentunya. Serangan pemikiran dan militer dari Barat bertubi-tubi menguncang Islam. Akibatnya, kaum muslimin mulai goyah. Puncaknya, adalah tergusurnya Khilafah Islamiyah di Turki dari pentas perpolitikan dunia.

Saat itu, Inggris menetapkan syarat bagi Turki, bahwa Inggris takakan menarik dirinya dari bumi Turki, kecuali setelah Turki menjalankan syarat-syarat berikut: Pertama, Turki harus menghancurkan Khilafah Islamiyah, mengusir Khalifah dari Turki, dan menyita harta bendanya. Kedua, Turki harus berjanji untuk menumpas setiap gerakan yang akan mendukung Khilafah. Ketiga, Turki harus memutuskan hubungannya dengan Islam. Keempat, Turki harus memilih konstitusi sekuler, sebagai pengganti dari konstitusi yang bersumber dari hukum-hukum Islam. Mustafa Kamal Ataturk kemudian menjalankan syarat-syarat tersebut, dan negara-negara penjajah pun akhirnya menarik diri dari wilayah Turki (Jalal al-Alam dalam kitabnya Dammirul Islam Wa Abiiduu Ahlahu, hlm. 48)

Cerzon (Menlu Inggris saat itu) menyampaikan pidato di depan parlemen Inggris, “Sesungguhnya kita telah menghancurkan Turki, sehingga Turki tidak akan dapat bangun lagi setelah itu… Sebab kita telah menghancurkan kekuatannya yang terwujud dalam dua hal,yaitu Islam dan Khilafah.”

Jadi terakhir kaum muslimin hidup dalam naungan Islam adalah di tahun 1924, tepatnya tanggal 3 Maret tatkala Khilafah Utsmaniyah yang berpusat di Turki alias Konstantinopel diruntuhkan oleh kakitangan Inggris keturunan Yahudi, Musthafa Kemal Attaturk. Nah, dialah yang mengeluarkan perintah untuk mengusir Khalifah Abdul Majid bin Abdul Aziz, Khalifah (pemimpin) terakhir kaum muslimin ke Swiss, dengan cuma berbekal koper pakaian dan secuil uang. Sebelumnya Kemal mengumumkan bahwa Majelis Nasional Turki telah menyetujui penghapusan Khilafah. Sejak saat itulah sampai sekarang kita nggak punya lagi pemerintahan Islam.

Akibatnya, umat Islam terkotak-kotak di berbagai negeri berdasarkan letak geografis yang beraneka ragam, yang sebagian besarnya berada di bawah kekuasaan musuh yang kafir: Inggris, Perancis, Italia, Belanda, dan Rusia. Di setiap negeri tersebut, kaum kafir telah mengangkat penguasa yang bersedia tunduk kepada mereka dari kalangan penduduk pribumi. Para penguasa ini adalah orang-orang yang mentaati perintah kaum kafir tersebut, dan mampumenjaga stabilitas negerinya.

Kaum kafir segera mengganti undang-undang dan peraturan Islam yang diterapkan di tengah-tengah rakyat dengan undang-undang dan peraturan kafir milik mereka. Kaum kafir segera mengubah kurikulum pendidikan untuk mencetak generasi-generasi baru yang mempercayai persepsi kehidupan menurut Barat, serta memusuhi akidah dan syariat Islam. Khilafah Islamiyah dihancurkan secara total, dan aktivitas untuk mengembalikan serta mendakwahkannya dianggap sebagai tindakan kriminal yang dapat dijatuhi sanksi oleh undang-undang.

Harta kekayaan dan potensi alam milik kaum muslimin telah dirampok oleh penjajah kafir, yang telah mengeksploitasi kekayaantersebut dengan cara yang seburuk-buruknya, dan telah menghinakankaum muslimin dengan sehina-hinanya (Syaikh Abdurrahman Abdul Khalik, dalam kitabnya al-Muslimun Wal Amal as-Siyasi, hlm. 13)

Beginilah kita sekarang sobat. Tapi jangan bersedih, sebab kita akan kembali mengagungkan kejayaan Islam itu. Yakinlah, kita masih bisa merebutnya, meski dengan nyawa sebagai tebusannya. Kita lahir ke dunia ini dengan berlumur darah, maka kenapa musti takut mati dengan berlumur darah. Syahid di medan tempur.

e. Pandangan Islam terhadap IPTEK

Ahmad Y Samantho dalam makalahnya di ICAS Jakarta (2004) mengatakan bahwa kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh peradaban Barat satu abad terakhir ini, mencegangkan banyak orang di pelbagai penjuru dunia. Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan oleh perkembangan Iptek modern tersebut membuat banyak orang lalumengagumi dan meniru-niru gaya hidup peradaban Barat tanpa

dibarengi sikap kritis terhadap segala dampak negatif dan krisis multidimensional yang diakibatkannya.

Peradaban Barat moderen dan postmodern saat ini memang memperlihatkan kemajuan dan kebaikan kesejahteraan material yang seolah menjanjikan kebahagian hidup bagi umat manusia. Namun karena kemajuan tersebut tidak seimbang, pincang, lebih mementingkan kesejahteraan material bagi sebagian individu dan sekelompok tertentu negara-negara maju (kelompok G-8) saja denganmengabaikan, bahkan menindas hak-hak dan merampas kekayaan alam negara lain dan orang lain yang lebih lemah kekuatan iptek, ekonomi dan militernya, maka kemajuan di Barat melahirkan penderitaan kolonialisme-imperialisme (penjajahan) di Dunia Timur& Selatan.

Kemajuan Iptek di Barat, yang didominasi oleh pandangan dunia danparadigma sains (Iptek) yang positivistik-empirik sebagai anak kandung filsafat-ideologi materialisme-sekuler, pada akhirnya juga telah melahirkan penderitaan dan ketidakbahagiaan psikologis/ruhaniah pada banyak manusia baik di Barat maupun di Timur.

Krisis multidimensional terjadi akibat perkembangan Iptek yang lepas dari kendali nilai-nilai moral Ketuhanan dan agama. Krisis ekologis, misalnya: berbagai bencana alam: tsunami, gempa dan kacaunya iklim dan cuaca dunia akibat pemanasan global yang disebabkan tingginya polusi industri di negara-negara maju; Kehancuran ekosistem laut dan keracunan pada penduduk pantai akibat polusi yang diihasilkan oleh pertambangan mineral emas, perak dan tembaga, seperti yang terjadi di Buyat, Sulawesi Utara dan di Freeport Papua, Minamata Jepang. Kebocoran reaktor Nuklir di Chernobil, Rusia, dan di India, dll. Krisis Ekonomi dan politik yang terjadi di banyak negara berkembang dan negara miskin, terjadi akibat ketidakadilan dan ’penjajahan’ (neo-imperialisme) oleh negara-negara maju yang menguasai perekonomiandunia dan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

Negara-negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, saat ini pada umumnya adalah negara-negara berkembang atau negara terkebelakang, yang lemah secara ekonomi dan juga lemah atau

tidak menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan sains-teknologi. Karena nyatanya saudara-saudara Muslim kita itu banyakyang masih bodoh dan lemah, maka mereka kehilangan harga diri dankepercayaan dirinya. Beberapa di antara mereka kemudian menjadi hamba budaya dan pengikut buta kepentingan negara-negara Barat. Mereka menyerap begitu saja nilai-nilai, ideologi dan budaya materialis (’matre’) dan sekular (anti Tuhan) yang dicekokkan melalui kemajuan teknologi informasi dan media komunikasi Barat. Akibatnya krisis-krisis sosial-moral dan kejiwaan pun menular kepada sebagian besar bangsa-bangsa Muslim.

Kenyataan memprihatikan ini sangat ironis. Umat Islam yang mewarisi ajaran suci Ilahiah dan peradaban dan Iptek Islam yang jaya di masa lalu, justru kini terpuruk di negerinya sendiri, yang sebenarnya kaya sumber daya alamnya, namun miskin kualitas sumberdaya manusianya (pendidikan dan Ipteknya). Ketidakadilan global ini terlihat dari fakta bahwa 80% kekayaan dunia hanya dikuasai oleh 20 % penduduk kaya di negara-negara maju. Sementara80% penduduk dunia di negara-negara miskin hanya memperebutkan remah-remah sisa makanan pesta pora bangsa-bangsa negara maju.

Ironis bahwa Indonesia yang sangat kaya dengan sumber daya alam minyak dan gas bumi, justru mengalami krisis dan kelangkaan BBM. Ironis bahwa di tengah keberlimpahan hasil produksi gunung emas-perak dan tembaga serta kayu hasil hutan yang ada di Indonesia, kita justru mengalami kesulitan dan krisis ekonomi, kelaparan, busung lapar, dan berbagai penyakit akibat kemiskinan rakyat. Kemana harta kekayaan kita yang Allah berikan kepada tanah air dan bangsa Indonesia ini? Mengapa kita menjadi negara penghutang terbesar dan terkorup di dunia?

Kenyataan menyedihkan tersebut sudah selayaknya menjadi cambuk bagi kita bangsa Indonesia yang mayoritas Muslim untuk gigih memperjuangkan kemandirian politik, ekonomi dan moral bangsa dan umat. Kemandirian itu tidak bisa lain kecuali dengan pembinaan mental-karakter dan moral (akhlak) bangsa-bangsa Islam sekaligus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilandasi keimanan-taqwa kepada Allah swt. Serta melawan pengaruh buruk budaya sampah dari Barat yang Sekular, Matre dan hedonis (mempertuhankankenikmatan hawa nafsu).

Akhlak yang baik muncul dari keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt Sumber segala Kebaikan, Keindahan dan Kemuliaan. Keimanan danketaqwaan kepada Allah swt hanya akan muncul bila diawali dengan pemahaman ilmu pengetahuan dan pengenalan terhadap Tuhan Allah swt dan terhadap alam semesta sebagai tajaliyat (manifestasi) sifat-sifat KeMahaMuliaan, Kekuasaan dan Keagungan-Nya.

Islam, sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan, sangat mendorong dan mementingkan umatnya untuk mempelajari, mengamati, memahami dan merenungkan segala kejadian di alam semesta. Dengan kata lain Islam sangat mementingkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berbeda dengan pandangan dunia Barat yang melandasi pengembangan Ipteknya hanya untuk kepentingan duniawi yang ’matre’ dan sekular, maka Islam mementingkan pengembangan dan penguasaan Iptek untuk menjadi sarana ibadah-pengabdian Muslim kepada Allah swt dan mengembang amanat Khalifatullah (wakil/mandataris Allah) di muka bumi untuk berkhidmat kepada kemanusiaan dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan lil ’Alamin). Ada lebih dari 800 ayat dalam Al-Quran yang mementingkan proses perenungan, pemikiran dan pengamatan terhadap berbagai gejala alam, untuk ditafakuri dan menjadi bahan dzikir (ingat) kepada Allah. Yang paling terkenal adalah ayat:

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali Imron [3] : 190-191)

“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Mujadillah [58]: 11 )

Bagi umat Islam, kedua-duanya adalah merupakan ayat-ayat (atau tanda-tanda) ke-Mahakuasa-an dan Keagungan Allah swt. Ayat tanziliyah/naqliyah (yang diturunkan atau transmited knowledge),

seperti kitab-kitab suci dan ajaran para Rasul Allah (Taurat, Zabur, Injil dan Al Quran), maupun ayat-ayat kauniyah (fenomena, prinsip-prinsip dan hukum alam), keduanya bila dibaca, dipelajari, diamati dan direnungkan, melalui mata, telinga dan hati (qalbu + akal) akan semakin mempertebal pengetahuan, pengenalan, keyakinan dan keimanan kita kepada Allah swt, Tuhan Yang Maha Kuasa, Wujud yang wajib, Sumber segala sesuatu dan segala eksistensi). Jadi agama dan ilmu pengetahuan, dalam Islam tidak terlepas satu sama lain. Agama dan ilmu pengetahuan adalah dua sisi koin dari satu mata uang koin yang sama. Keduanya salingmembutuhkan, saling menjelaskan dan saling memperkuat secara sinergis, holistik dan integratif.

  index

IPTEK DAN PERADABAN ISLAMPendahuluan

Bicara tentang kejayaan peradaban Islam di masalalu, dan juga jatuhnya kemuliaan itu sepertinostalgia. Orang bilang, romantisme sejarah. Tidakapa-apa, terkadang ada baiknya juga untuk dijadikansebagai bahan renungan. Karena bukankah masa lalu

juga adalah bagian dari hidup kita. Baik atau buruk, masa laluadalah milik kita. Kaum muslimin, pernah memiliki kejayaan dimasa lalu. Masa di mana Islam menjadi trendsetter sebuahperadaban modern. Peradaban yang dibangun untuk kesejahteraanumat manusia di muka bumi ini.

Masa kejayaan itu bermula saat Rasulullahmendirikan pemerintahan Islam, yakni DaulahKhilafah Islamiyah di Madinah. Tongkat kepemimpinanbergantian dipegang oleh Abu Bakar as-Shiddiq, Umarbin Khaththab, Usman bin Affan, Ali bin Abu Thalib,dan seterusnya. Di masa Khulafa as-Rasyiddin ini Islam berkembangpesat. Perluasan wilayah menjadi bagian tak terpisahkan dariupaya penyebarluasan Islam ke seluruh penjuru dunia. Islam datangmembawa rahmat bagi seluruh umat manusia. Penaklukan wilayah-

wilayah, adalah sebagai bagian dari upaya untuk menyebarkanIslam, bukan menjajahnya. Itu sebabnya, banyak orang yangkemudian tertarik kepada Islam. Satu contoh menarik adalahtentang Futuh Makkah (penaklukan Makkah), Rasulullah dan sekitar10 ribu pasukannya memasuki kota Makkah. Kaum Quraisy menyerahdan berdiri di bawah kedua kakinya di pintu Ka’bah. Merekamenunggu hukuman Rasul setelah mereka menentangnya selama 21tahun. Namun, ternyata Rasulullah justru memaafkan mereka.

Begitu pula yang dilakukan oleh Shalahuddin al-Ayubi ketikamerebut kembali Yerusalem dari tangan Pasukan Salib Eropa, iamalah melindungi jiwa dan harta 100 ribu orang Barat. Shalahuddinjuga memberi ijin ke luar kepada mereka dengan sejumlah tebusankecil oleh mereka yang mampu, juga membebaskan sejumlah besarorang-orang miskin. Panglima Islam ini pun membebaskan 84 ribuorang dari situ. Malah, saudaranya, al-Malikul Adil, membayartebusan untuk 2 ribu orang laki-laki di antara mereka.

Padahal 90 tahun sebelumnya, ketika pasukan Salib Eropa merebutBaitul Maqdis, mereka justru melakukan pembantaian. Diriwayatkanbahwa ketika penduduk al-Quds berlindung ke Masjid Aqsa, diatasnya dikibarkan bendera keamanan pemberian panglima Tancard.Ketika masjid itu sudah penuh dengan orang-orang (orangtua,wanita, dan anak-anak), mereka dibantai habis-habisan sepertimenjagal kambing. Darah-darah muncrat mengalir di tempat ibadahitu setinggi lutut penunggang kuda. Kota menjadi bersih olehpenyembelihan penghuninya secara tuntas. Jalan-jalan penuh dengankepala-kepala yang hancur, kaki-kaki yang putus dan tubuh-tubuhyang rusak. Para sejarawan muslim menyebutkan jumlah mereka yangdibantai di Masjid Aqsa sebanyak 70 ribu orang. Para sejarawanPerancis sendiri tidak mengingkari pembantaian mengerikan itu,bahkan mereka kebanyakan menceritakannya dengan bangga.

Fakta ini cukup membuktikan betapa Islam mampu memberikanperlindungan kepada penduduk yang wilayahnya ditaklukan. Karenaperang dalam Islam memang bukan untuk menghancurkan, tapi memberikehidupan. Dengan begitu, Islam tersebar ke hampir sepertigawilayah di dunia ini.

Peradaban Islam memang mengalami jatuh-bangun, berbagai peristiwatelah menghiasi perjalanannya. Meski demikian, orang tidak mudahuntuk begitu melupakan peradaban emas yang berhasil ditorehkannyauntuk umat manusia ini. Pencerahan pun terjadi di segala bidangdan di seluruh dunia.

Sejarawan Barat beraliran konservatif, W Montgomery Wattmenganalisa tentang rahasia kemajuan peradaban Islam, iamengatakan bahwa Islam tidak mengenal pemisahan yang kaku antarailmu pengetahuan, etika, dan ajaran agama. Satu dengan yang lain,dijalankan dalam satu tarikan nafas. Pengamalan syariat Islam,sama pentingnya dan memiliki prioritas yang sama dengan riset-riset ilmiah.

Orientalis Sedillot seperti yang dikutip Mustafa as-Siba’i dalamPeradaban Islam, Dulu, Kini, dan Esok, mengatakan bahwa, “Hanyabangsa Arab pemikul panji-panji peradaban abad pertengahan.Mereka melenyapkan barbarisme Eropa yang digoncangkan olehserangan-serangan dari Utara. Bangsa Arab melanglang mendatangi‘sumber-sumber filsafat Yunani yang abadi’. Mereka tidak berhentipada batas yang telah diperoleh berupa khazanah-khazanah ilmupengetahuan, tetapi berusaha mengembangkannya dan membuka pintu-pintu baru bagi pengkajian alam.”

Andalusia, yang menjadi pusat ilmu pengetahuan di masa kejayaanIslam, telah melahirkan ribuan ilmuwan, dan menginsiprasi parailmuwan Barat untuk belajar dari kemajuan iptek yang dibangunkaum muslimin.

Jadi wajar jika Gustave Lebon mengatakan bahwa terjemahan buku-buku bangsa Arab, terutama buku-buku keilmuan hampir menjadisatu-satunya sumber-sumber bagi pengajaran di perguruan-perguruantinggi Eropa selama lima atau enam abad. Tidak hanya itu, Lebonjuga mengatakan bahwa hanya buku-buku bangsa Arab-Persia lah yangdijadikan sandaran oleh para ilmuwan Barat seperti Roger Bacon,Leonardo da Vinci, Arnold de Philipi, Raymond Lull, san Thomas,Albertus Magnus dan Alfonso X dari Castella.

Buku al-Bashariyyat karya al-Hasan bin al-Haitsam diterjemahkanoleh Ghiteleon dari Polska. Gherardo dari Cremona menyebarkan

ilmu falak yang hakiki dengan menerjemahkan asy-Syarh karyaJabir. Belum lagi ribuan buku yang berhasil memberikan pencerahankepada dunia. Itu sebabnya, jangan heran kalau perpustakaan umumbanyak dibangun di masa kejayaan Islam. Perpustakaan al-Ahkam diAndalusia misalnya, merupakan perpustakaan yang sangat besar danluas. Buku yang ada di situ mencapai 400 ribu buah. Uniknya,perpustakaan ini sudah memiliki katalog. Sehingga memudahkanpencarian buku. Perpustakaan umum Tripoli di daerah Syam,memiliki sekitar tiga juta judul buku, termasuk 50.000 eksemplaral-Quran dan tafsirnya. Dan masih banyak lagi perpustakaanlainnya. Tapi naas, semuanya dihancurkan Pasukan Salib Eropa danPasukan Tartar ketika mereka menyerang Islam.

Peradaban Islam memang peradaban emas yang mencerahkan dunia. Itusebabnya menurut Montgomery, tanpa dukungan peradaban Islam yangmenjadi ‘dinamo’nya, Barat bukanlah apa-apa. Wajar jika Baratberhutang budi pada Islam.

Empat belas abad yang silam, Allah Ta’ala telah mengutus NabiMuhammad SAW sebagai panutan dan ikutan bagi umat manusia. Beliauadalah merupakan Rasul terakhir yang membawa agama terakhir yakniIslam. Hal ini secara jelas dan tegas dikemukakan oleh Al-Qur’andimana Kitab Suci tersebut memproklamasikan keuniversalan misidari Muhammad SAW sebagaimana kita jumpai dalam ayat-ayat berikutini:

Katakanlah, “Wahai manusia , sesungguhnya aku ini Rasul kepadakamu sekalian dari Allah yang mempunyai kerajaan seluruh langitdan bumi. Tak ada yang patut disembah melainkan Dia.”…………..(QS.7:159).

Dan kami tidaklah mengutus engkau melainkan sebagai pembawa kabarsuka dan pemberi peringatan untuk segenap manusia……….(QS. 34:29).

Dan tidaklah Kami mengutus engkau melainkan sebagai rahmat bagiseluruh ummat…….(QS. 21:108).

Nabi Muhammad SAW telah mengubah pandangan hidup dan memberisemangat yang menyala-nyala kepada umat Islam, sehingga daribangsa yang terkebelakang dalam waktu yang amat singkat mereka,

mereka telah menjadi guru sejagat. Ummat Islam menghidupkan ilmu,mengadakan penyelidikan-penyelidikan. Fakta sejarah menjelaskanantara lain , bahwa Islam pada waktu pertama kalinya memilikikejayaan, bahwa ada masanya ummat Islam memiliki tokoh-tokohseperti Ibnu Sina di bidang filsafat dan kedokteran, Ibnu Khaldundi bidang Filsafat dan Sosiologi, Al-jabar dll. Islam telahdatang ke Spanyol memperkenalkan berbagai cabang ilmu pengetahuanseperti ilmu ukur, aljabar, arsitektur, kesehatan, filsafat danmasih banyak cabang ilmu yang lain lagi.

Masa Kejayaan Islam Pertama telah menjadi bukti sejarah bahwadengan mengamalkan ajaran Al-Qur’an ummat Islam sendiri akanmenikmati kemajuan peradaban dan kebudayaan diatas bumi ini. Dimasa Kejayaan Islam Pertama, pimpinan Islam berada di tangantokoh-tokoh yang setiap orangnya patuh sepenuhnya dan setiakepada Nabi Muhammad SAW, baik secara keimanan, keyakinan,perbuatan, akhlak, pendidikan, kesucian jiwa, keluhuran budimaupun kesempurnaan.

Pimpinan Ummat Islam sesudah wafatnya nabi Muhammad SAW,Abubakar, Umar, Utsman dan Ali adalah merupakan pemimpin-pemimpinduniawi dengan jabatan Khalifah, yang menganggap kedudukan merekaitu sebagai pengabdian pada ummat Islam, bukan sebagai alat untukmendapatkan kekuasaan mutlak dan kemegahan. Dalam tiga abadpertama sejarah permulaaan Islam (650-1000M) , bagian-bagiandunia yang dikuasai Islam adalah bagian-bagian yang paling majudan memiliki peradaban yang tinggi. Negeri-negeri Islam penuhdengan kota-kota indah, penuh dengan mesjid-mesjid yang megah,dimana-mana terdapat perguruan tinggi dan Univesitas yangdidalamnya tersimpan peradaban-peradaban dan hikmah-hikmah yangbernilai tiggi. Kecemerlangan Islam Timur merupakan hal yangkontras dengan dunia Nasrani Barat, yang tenggelam dalam masakegelapan zaman.

2. Pembahasan

a. Kejayaan Islam masa Dinasti Abbasiyah

Dinasti Abbasiyah adalah suatu dinasti (Bani Abbas) yangmenguasai daulat (negara) Islamiah pada masa klasik dan

pertengahan Islam. Daulat Islamiah ketika berada di bawahkekuasaan dinasti ini disebut juga dengan Daulat Abbasiyah.Daulat Abbasiyah adalah daulat (negara) yang melanjutkankekuasaan Daulat Umayyah. Dinamakan Dinasti Abbasiyah karena parapendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Abbas (BaniAbbas), paman Nabi Muhammad SAW. Pendiri dinasti ini adalah AbuAbbas as-Saffah, nama lengkapnya yaitu Abdullah as-Saffah ibnMuhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas.

Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkanberbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial , danbudaya.

Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan pola politik itu,para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbasmenjadi lima periode:

1. Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M), disebut periodepengaruh Persia Pertama.

2. Periode Kedua (232 H/847 M – 234 H/945 M), disebut masapengaruh Turki Pertama.

3. Periode Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M, masa kekuasaanDinasti Buwaih dalam pemerintahan Khilafah Abbasiyah. Periode inidisebut juga masa pengaruh Persia Kedua.

4. Periode Keempat (447 H/1055 M/ – 590 H/1194 M), masa kekuasaanDinasti Saljuk dalam pemerintahan Khilafah Abbasiyah; biasanyadisebut juga dengan masa pengaruh Turki Kedua.

5. Periode Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa Khalifahbebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanyaefektif di sekitar kota Bagdad.

Dalam zaman Daulah Abbasiyah, masa meranumlah kesusasteraan danilmu pengetahuan, disalin ke dalam bahasa Arab, ilmu-ilmupurbakala. Lahirlah pada masa itu sekian banyak penyair,pujangga, ahli bahasa, ahli sejarah, ahli hukum, ahli tafsir,ahli hadits, ahli filsafat, thib, ahli bangunan dan sebagainya.

Zaman ini adalah zaman keemasan Islam, demikian Jarji Zaidanmemulai lukisannya tentang Bani Abbasiyah. Dalam zaman ini,kedaulatan kaum muslimin telah sampai ke puncak kemuliaan, baikkekayaan, kemajuan, ataupun kekuasaan. Dalam zaman ini telahlahir berbagai ilmu Islam, dan berbagai ilmu penting telahditerjemahkan ke dalam bahasa Arab. Masa Daulah Abbasiyah adalahmasa di mana umat Islam mengembangkan ilmu pengetahuan, suatukehausan akan ilmu pengetahuan yang belum pernah ada dalamsejarah.

Kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuan merefleksikanterciptanya beberapa karya ilmiah seperti terlihat pada alampemikiran Islam pada abad ke-8 M. yaitu gerakan penerjemahan bukupeninggalan kebudayaan Yunani dan Persia.

Permulaan yang disebut serius dari penerjemahan tersebut adalahsejak abad ke-8 M, pada masa pemerintahan Al-Makmun (813 –833 M)yang membangun sebuah lembaga khusus untuk tujuan itu, “The Houseof Wisdom / Bay al-Hikmah”. Dr. Mx Meyerhof yang dikutip olehOemar Amin Hoesin mengungkapkan tentang kejayaan Islam inisebagai berikut: “Kedokteran Islam dan ilmu pengetahuan umumnya,menyinari matahari Hellenisme hingga pudar cahayanya. Kemudianilmu Islam menjadi bulan di malam gelap gulita Eropa,mengantarkan Eropa ke jalan renaissance. Karena itulah Islammenjadi biang gerak besar, yang dipunyai Eropa sekarang. Dengandemikian, pantas kita menyatakan, Islam harus tetap bersamakita.” (Oemar Amin Hoesin)

Adapun kebijaksanaan para penguasa Daulah Abbasiyah periode 1dalam menjalankan tugasnya lebih mengutamakan kepada pembangunanwilayah seperti: Khalifah tetap keturunan Arab, sedangkanmenteri, gubernur, dan panglima perang diangkat dari keturunanbangsa Persia. Kota Bagdad sebagai ibukota, dijadikan kotainternasional untuk segala kegiatan ekonomi dan sosial sertapolitik segala bangsa yang menganut berbagai keyakinan diizinkanbermukim di dalamnya, ada bangsa Arab, Turki, Persia, Romawi,Hindi dan sebagainya.

Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatu hal yang sangat muliadan berharga. Para khalifah dan para pembesar lainnya membuka

kemungkinan seluas-luasnya untuk kemajuan dan perkembangan ilmupengetahuan. Pada umumnya khalifah adalah para ulama yangmencintai ilmu, menghormati sarjana dan memuliakan pujangga.

Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia diakui sepenuhnya.Pada waktu itu akal dan pikiran dibebaskan benar-benar daribelenggu taklid, hal mana menyebabkan orang sangat leluasamengeluarkan pendapat dalam segala bidang, termasuk bidangaqidah, falsafah, ibadah dan sebagainya.

Para menteri keturunan Persia diberi hak penuh untuk menjalankanpemerintahan, sehingga mereka memegang peranan penting dalammembina tamadun/peradaban Islam. Mereka sangat mencintai ilmu danmengorbankan kekayaannya untuk memajukan kecerdasan rakyat danmeningkatkan ilmu pengetahuan, sehingga karena banyaknyaketurunan Malawy yang memberikan tenaga dan jasanya untukkemajuan Islam.

b. Latar Belakang dan Faktor-faktor yang Memunculkan “RevolusiAbbasiyah”

Menjelang akhir daulah Umawiyah (akhir abad pertama Hijriyah)terjadilah bermacam-macam kekacauan dalam segala cabang kehidupannegara; terjadi kekeliruan dan kesalahan-kesalahan yang dibuatoleh para khalifah dan para pembesar negara lainnya, terjadilahpelanggaran-pelanggaranterhadap ajaran-ajaran Islam.

Di antara kesalahan-kesalahan dan kekeliruan-kekeliruan yangdiperbuat, yaitu:

Politik kepegawaian negara didasarkan pada klik, golongan, suku,kaum dan kawan (nepotisme)

Penindasan yang terus-menerus terhadap pengikut-pengikut Imam Alibin Abi Thalib RA pada khususnya dan terhadap Bani Hasyim(Hasyimiah) pada umumnya.

Menganggap rendah terhadap kaum muslimin yang bukan bangsa Arab,sehingga mereka tidak diberi kesempatan dalam pemerintahan.

Pelanggaran terhadap ajaran Islam dan hak-haka asasi manusiadengan cara yang terang-terangan.

Prof. Dr. Hamka melukiskan keadaan tersebut “Ketika Umar binAbdul Aziz menjadi khalifah, waktu itulah mulai disusun dengandiam-diam propaganda untuk menegakkan Bani Abbas. Keadaan dancara Umar bin Abdul Aziz memerintah telah menyebabkan suburnyapropaganda untuk Daulat yang akan berdiri itu. Sebab sejak zamanMuawiyah Daulat Bani Umayyah itu didirikan dengan kekerasan.Siasat yang keras dan licik, yang pada zaman sekarang dalam ilmupolitik disebut “Machiavellisme”, artinya mempergunakan segalakesempatan, sekalipun kesempatan yang jahat untuk memperbesarkekuasaan. Umpamanya memburuk-burukkan dan menyumpah Ali bin AbiThalib RA dalam tiap khutbah Jum’at; itu sudah terang tidak dapatditerima umat dengan rela hati.”.

Selanjutnya Dr. Badri Yatim, MA,.mengungkapkan dalam bukunya

c. Kegemilangan Iptek di Masa Khilafah Abasiyyah

Kekhilafahan Abbasiyah tercatat dalam sejarah Islam dari tahun750-1517 M/132-923 H. Diawali oleh khalifah Abu al-’Abbas as-Saffah (750-754) dan diakhiri Khalifah al-Mutawakkil Alailah III(1508-1517). Dengan rentang waku yang cukup panjang, sekitar 767tahun, kekhilafahan ini mampu menunjukkan pada dunia ketinggianperadaban Islam dengan pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan danTeknologi di dunia Islam.

Di era ini, telah lahir ilmuwan-ilmuwan Islam dengan berbagaipenemuannya yang mengguncang dunia. Sebut saja, al-Khawarizmi(780-850) yang menemukan angka nol dan namanya diabadikan dalamcabang ilmu matematika, Algoritma (logaritma). Ada Ibnu Sina(980-1037) yang membuat termometer udara untuk mengukur suhuudara. Bahkan namanya tekenal di Barat sebagai Avicena, pakarMedis Islam legendaris dengan karya ilmiahnya Qanun (Canon) yangmenjadi referensi ilmu kedokteran para pelajar Barat. Takketinggalan al-Biruni (973-1048) yang melakukan pengamatanterhadap tanaman sehingga diperoleh kesimpulan kalau bungamemiliki 3, 4, 5, atau 18 daun bunga dan tidak pernah 7 atau 9.

Pada abad ke-8 dan 9 M, negeri Irak dihuni oleh 30 juta pendudukyang 80% nya merupakan petani. Hebatnya, mereka sudah pakaisistem irigasi modern dari sungai Eufrat dan Tigris. Hasilnya, dinegeri-negeri Islam rasio hasil panen gandum dibandingkan denganbenih yang disebar mencapai 10:1 sementara di Eropa pada waktuyang sama hanya dapat 2,5:1.

Kecanggihan teknologi masa ini juga terlihat dari peninggalan-peninggalan sejarahnya. Seperti arsitektur mesjid Agung Cordoba;Blue Mosque di Konstantinopel; atau menara spiral di Samara yangdibangun oleh khalifah al-Mutawakkil, Istana al-Hamra (al-HamraQasr) yang dibangun di Seville, Andalusia pada tahun 913 M.Sebuah Istana terindah yang dibangun di atas bukit yang menghadapke kota Granada.

Kekhilafahan Abbasiyah dengan kegemilangan ipteknya kini hanyatercatat dalam buku usang sejarah Islam. Tapi jangan khawatir,someday Islam akan kembali jaya dan tugas kita semua untukmewujudkannya.

Dinasti Abbasiyiah membawa Islam ke puncak kejayaan. Saat itu,dua pertiga bagian dunia dikuasai oleh kekhalifahan Islam.Tradisi keilmuan berkembang pesat.

Masa kejayaan Islam, terutama dalam bidang ilmu pengetahun danteknologi, kata Ketua Kajian Timur Tengah Universitas Indonesia,Dr Muhammad Lutfi, terjadi pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid. Dia adalah khalifah dinasti Abbasiyah yang berkuasa padatahun 786.

Saat itu, kata Lutfi, banyak lahir tokoh dunia yang kitabnyamenjadi referensi ilmu pengetahuan modern. Salah satunya adalahbapak kedokteran Ibnu Sina atau yang dikenal saat ini di Baratdengan nama Avicenna.

Sebelum Islam datang, kata Luthfi, Eropa berada dalam AbadKegelapan. Tak satu pun bidang ilmu yang maju, bahkan lebihpercaya tahyul. Dalam bidang kedoteran, misalnya. Saat itu diBarat, jika ada orang gila, mereka akan menangkapnya kemudianmenyayat kepalanya dengan salib. Di atas luka tersebut mereka

akan menaburinya dengan garam. ”Jika orang tersebut berteriakkesakitan, orang Barat percaya bahwa itu adalah momen pertempuranorang gila itu dengan jin. Orang Barat percaya bahwa orang itumenjadi gila karena kerasukan setan,” jelas Luthfi.

Pada saat itu tentara Islam juga berhasil membuat senjata bernama‘manzanik’, sejenis ketepel besar pelontar batu atau api. Inimembuktikan bahwa Islam mampu mengadopsi teknologi dari luar.Pada abad ke-14, tentara Salib akhirnya terusir dari Timur Tengahdan membangkitkan kebanggaan bagi masyarakat Arab.

Lain lagi pada masa pemerintahan dinasti Usmaniyah — di Baratdisebut Ottoman — yang kekuatan militernya berhasil memperluaskekuasaan hingga ke Eropa, yaitu Wina hingga ke selatan Spanyoldan Perancis. Kekuatan militer laut Usmaniyah sangat ditakutiBarat saat itu, apalagi mereka menguasai Laut Tengah.

Kejatuhan Islam ke tangan Barat dimulai pada awal abad ke-18.Umat Islam mulai merasa tertinggal dalam bidang ilmu pengetahuandan teknologi setelah masuknya Napoleon Bonaparte ke Mesir. Saatitu Napoleon masuk dengan membawa mesin-mesin dan peralatancetak, ditambah tenaga ahli.

Dinasti Abbasiyah jatuh setelah kota Baghdad yang menjadi pusatpemerintahannya diserang oleh bangsa Mongol di bawah pimpinanHulagu Khan. Di sisi lain, tradisi keilmuan itu kurang berkembangpada kekhalifahan Usmaniyah.

Salah langkah diambil saat mereka mendukung Jerman dalam perangdunia pertama. Ketika Jerman kalah, secara otomatis Turki menjadinegara yang kalah perang sehingga akhirnya wilayah merekadirampas Inggris dan Perancis.

Tanggal 3 Maret 1924, khilafah Islamiyah resmi dihapus darikonstitusi Turki. Sejak saat itu tidak ada lagi negara yangsecara konsisten menganut khilafah Islamiyah. Terjadi gerakansekularisasi yang dipelopori oleh Kemal At-Taturk, seorang ZionisTurki.

 

Kini 82 tahun berlalu, umat Muslim tercerai berai. Akankah Islamkembali mengalami zaman keemasan seperti yang terjadi di 700tahun awal pemerintahannya?

Ketua MUI, KH Akhmad Kholil Ridwan menyatakan optimismenya bahwaIslam akan kembali berjaya di muka bumi. Ridwan menyebut saat inimerupakan momen kebangkitan Islam kembali. ”Seperti janji Allah,700 tahun pertama Islam berjaya, 700 tahun berikutnya Islam jatuhdan sekarang tengah mengalami periode 700 tahun ketiga menujukembalinya kebangkitan Islam,” ujarnya.

Meskipun saat ini umat Islam banyak ditekan, ujar Ridwan, semuaupaya ini justru semakin memperkuat eksistensi Islam. Ini sesuaijanji Allah yang menyatakan bahwa meskipun begitu hebatnya musuhmenindas Islam namun hal ini bukannya akan melemahkan umat Islam.”Ibaratnya paku, semakin ditekan, Islam akan semakin menancapdengan kuat,”ujarnya.

Sementara itu, Luthfi menyatakan sistem khilafah Islamiyah masihrelevan diterapkan pada zaman sekarang ini asal dimodifikasi. Iamencontohkan konsep pemerintahan yang dianut Iran yang menjadimodifikasi antara teokrasi (kekuasaan yang berpusat pada Tuhan)dan demokrasi (yang berpusat pada masyarakat).

Di Iran, kekuasaan tertinggi tidak dipegang parlemen ataupresiden, melainkan oleh Ayatullah atau Imam, yang juga memilikiDewan Ahli dan Dewan Pengawas. Sistem pemerintahan Iran ini,menurut Luthfi, merupakan tandingan sistem pemerintahan Barat.”Tak heran kalau Amerika Serikat sangat takut dengan Iran karenamereka bisa menjadi tonggak peradaban baru Islam.”

Konsep khilafah Islamiyah, kata Luthfi, mengharuskan hanya adasatu pemerintahan Islami di dunia dan tidak terpecah-belahberdasarkan negara atau etnis. ”Untuk mewujudkannya lagi saatini, sangat sulit,” kata dia.

Sementara Kholil Ridwan menjelaskan ada tiga upaya konkret yangbisa dilakukan umat untuk mengembalikan kejayaan Islam di masalampau. Yang pertama adalah merapatkan barisan. Allah berfirmandalam QS Ali Imran ayat 103 yang isinya “Dan berpeganglah kalian

semuanya dengan tali (agama) Allah, dan janganlah kalian berceraiberai.”

Upaya lainnya adalah kembali kepada tradisi keilmuan dalam agamaIslam. Dalam Islam, jelasnya, ada dua jenis ilmu, yaitu ilmufardhu ‘ain dan fardhu kifayah. Yang masuk golongan ilmu fardhu‘ain adalah Al-Quran, hadis, fikih, tauhid, akhlaq, syariah, dancabang-cabangnya. Sedangkan yang masuk ilmu fardhu kifayah adalahkedokteran, matematika, psikologi, dan cabang sains lainnya.

Sementara upaya ketiga adalah dengan mewujudkan sistem yangberdasarkan syariah Islam.

d. Runtuhnya sebuah kejayaan

Jatuh itu memang menyakitkan. Apalagi ketika kita udah beradajauh di puncak kesuksesan. Setelah berhasil membangun kejayaanselama 14 abad lebih, akhirnya peradaban Islam jatuh tersungkur.Inilah kisah tragis yang dialami peradaban Islam. Bukan tanpasebab tentunya. Serangan pemikiran dan militer dari Baratbertubi-tubi menguncang Islam. Akibatnya, kaum muslimin mulaigoyah. Puncaknya, adalah tergusurnya Khilafah Islamiyah di Turkidari pentas perpolitikan dunia.

Saat itu, Inggris menetapkan syarat bagi Turki, bahwa Inggris takakan menarik dirinya dari bumi Turki, kecuali setelah Turkimenjalankan syarat-syarat berikut: Pertama, Turki harusmenghancurkan Khilafah Islamiyah, mengusir Khalifah dari Turki,dan menyita harta bendanya. Kedua, Turki harus berjanji untukmenumpas setiap gerakan yang akan mendukung Khilafah. Ketiga,Turki harus memutuskan hubungannya dengan Islam. Keempat, Turkiharus memilih konstitusi sekuler, sebagai pengganti darikonstitusi yang bersumber dari hukum-hukum Islam. Mustafa KamalAtaturk kemudian menjalankan syarat-syarat tersebut, dan negara-negara penjajah pun akhirnya menarik diri dari wilayah Turki(Jalal al-Alam dalam kitabnya Dammirul Islam Wa Abiiduu Ahlahu,hlm. 48)

Cerzon (Menlu Inggris saat itu) menyampaikan pidato di depanparlemen Inggris, “Sesungguhnya kita telah menghancurkan Turki,

sehingga Turki tidak akan dapat bangun lagi setelah itu… Sebabkita telah menghancurkan kekuatannya yang terwujud dalam dua hal,yaitu Islam dan Khilafah.”

Jadi terakhir kaum muslimin hidup dalam naungan Islam adalah ditahun 1924, tepatnya tanggal 3 Maret tatkala Khilafah Utsmaniyahyang berpusat di Turki alias Konstantinopel diruntuhkan oleh kakitangan Inggris keturunan Yahudi, Musthafa Kemal Attaturk. Nah,dialah yang mengeluarkan perintah untuk mengusir Khalifah AbdulMajid bin Abdul Aziz, Khalifah (pemimpin) terakhir kaum musliminke Swiss, dengan cuma berbekal koper pakaian dan secuil uang.Sebelumnya Kemal mengumumkan bahwa Majelis Nasional Turki telahmenyetujui penghapusan Khilafah. Sejak saat itulah sampaisekarang kita nggak punya lagi pemerintahan Islam.

Akibatnya, umat Islam terkotak-kotak di berbagai negeriberdasarkan letak geografis yang beraneka ragam, yang sebagianbesarnya berada di bawah kekuasaan musuh yang kafir: Inggris,Perancis, Italia, Belanda, dan Rusia. Di setiap negeri tersebut,kaum kafir telah mengangkat penguasa yang bersedia tunduk kepadamereka dari kalangan penduduk pribumi. Para penguasa ini adalahorang-orang yang mentaati perintah kaum kafir tersebut, dan mampumenjaga stabilitas negerinya.

Kaum kafir segera mengganti undang-undang dan peraturan Islamyang diterapkan di tengah-tengah rakyat dengan undang-undang danperaturan kafir milik mereka. Kaum kafir segera mengubahkurikulum pendidikan untuk mencetak generasi-generasi baru yangmempercayai persepsi kehidupan menurut Barat, serta memusuhiakidah dan syariat Islam. Khilafah Islamiyah dihancurkan secaratotal, dan aktivitas untuk mengembalikan serta mendakwahkannyadianggap sebagai tindakan kriminal yang dapat dijatuhi sanksioleh undang-undang.

Harta kekayaan dan potensi alam milik kaum muslimin telahdirampok oleh penjajah kafir, yang telah mengeksploitasi kekayaantersebut dengan cara yang seburuk-buruknya, dan telah menghinakankaum muslimin dengan sehina-hinanya (Syaikh Abdurrahman AbdulKhalik, dalam kitabnya al-Muslimun Wal Amal as-Siyasi, hlm. 13)

Beginilah kita sekarang sobat. Tapi jangan bersedih, sebab kitaakan kembali mengagungkan kejayaan Islam itu. Yakinlah, kitamasih bisa merebutnya, meski dengan nyawa sebagai tebusannya.Kita lahir ke dunia ini dengan berlumur darah, maka kenapa mustitakut mati dengan berlumur darah. Syahid di medan tempur.

e. Pandangan Islam terhadap IPTEK

Ahmad Y Samantho dalam makalahnya di ICAS Jakarta (2004):mengatakan bahwa kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi dunia,yang kini dipimpin oleh peradaban Barat satu abad terakhir ini,mencegangkan banyak orang di pelbagai penjuru dunia.Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkanoleh perkembangan Iptek modern tersebut membuat banyak orang lalumengagumi dan meniru-niru gaya hidup peradaban Barat tanpadibarengi sikap kritis terhadap segala dampak negatif dan krisismultidimensional yang diakibatkannya.

Peradaban Barat moderen dan postmodern saat ini memangmemperlihatkan kemajuan dan kebaikan kesejahteraan material yangseolah menjanjikan kebahagian hidup bagi umat manusia. Namunkarena kemajuan tersebut tidak seimbang, pincang, lebihmementingkan kesejahteraan material bagi sebagian individu dansekelompok tertentu negara-negara maju (kelompok G-8) saja denganmengabaikan, bahkan menindas hak-hak dan merampas kekayaan alamnegara lain dan orang lain yang lebih lemah kekuatan iptek,ekonomi dan militernya, maka kemajuan di Barat melahirkanpenderitaan kolonialisme-imperialisme (penjajahan) di Dunia Timur& Selatan.

Kemajuan Iptek di Barat, yang didominasi oleh pandangan dunia danparadigma sains (Iptek) yang positivistik-empirik sebagai anakkandung filsafat-ideologi materialisme-sekuler, pada akhirnyajuga telah melahirkan penderitaan dan ketidakbahagiaanpsikologis/ruhaniah pada banyak manusia baik di Barat maupun diTimur.

Krisis multidimensional terjadi akibat perkembangan Iptek yanglepas dari kendali nilai-nilai moral Ketuhanan dan agama. Krisisekologis, misalnya: berbagai bencana alam: tsunami, gempa dan

kacaunya iklim dan cuaca dunia akibat pemanasan global yangdisebabkan tingginya polusi industri di negara-negara maju;Kehancuran ekosistem laut dan keracunan pada penduduk pantaiakibat polusi yang diihasilkan oleh pertambangan mineral emas,perak dan tembaga, seperti yang terjadi di Buyat, Sulawesi Utaradan di Freeport Papua, Minamata Jepang. Kebocoran reaktor Nuklirdi Chernobil, Rusia, dan di India, dll. Krisis Ekonomi danpolitik yang terjadi di banyak negara berkembang dan negaramiskin, terjadi akibat ketidakadilan dan ’penjajahan’ (neo-imperialisme) oleh negara-negara maju yang menguasai perekonomiandunia dan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

Negara-negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, saat ini padaumumnya adalah negara-negara berkembang atau negaraterkebelakang, yang lemah secara ekonomi dan juga lemah atautidak menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan sains-teknologi. Karena nyatanya saudara-saudara Muslim kita itu banyakyang masih bodoh dan lemah, maka mereka kehilangan harga diri dankepercayaan dirinya. Beberapa di antara mereka kemudian menjadihamba budaya dan pengikut buta kepentingan negara-negara Barat.Mereka menyerap begitu saja nilai-nilai, ideologi dan budayamaterialis (’matre’) dan sekular (anti Tuhan) yang dicekokkanmelalui kemajuan teknologi informasi dan media komunikasi Barat.Akibatnya krisis-krisis sosial-moral dan kejiwaan pun menularkepada sebagian besar bangsa-bangsa Muslim.

Kenyataan memprihatikan ini sangat ironis. Umat Islam yangmewarisi ajaran suci Ilahiah dan peradaban dan Iptek Islam yangjaya di masa lalu, justru kini terpuruk di negerinya sendiri,yang sebenarnya kaya sumber daya alamnya, namun miskin kualitassumberdaya manusianya (pendidikan dan Ipteknya). Ketidakadilanglobal ini terlihat dari fakta bahwa 80% kekayaan dunia hanyadikuasai oleh 20 % penduduk kaya di negara-negara maju. Sementara80% penduduk dunia di negara-negara miskin hanya memperebutkanremah-remah sisa makanan pesta pora bangsa-bangsa negara maju.

Ironis bahwa Indonesia yang sangat kaya dengan sumber daya alamminyak dan gas bumi, justru mengalami krisis dan kelangkaan BBM.Ironis bahwa di tengah keberlimpahan hasil produksi gunung emas-perak dan tembaga serta kayu hasil hutan yang ada di Indonesia,

kita justru mengalami kesulitan dan krisis ekonomi, kelaparan,busung lapar, dan berbagai penyakit akibat kemiskinan rakyat.Kemana harta kekayaan kita yang Allah berikan kepada tanah airdan bangsa Indonesia ini? Mengapa kita menjadi negara penghutangterbesar dan terkorup di dunia?

Kenyataan menyedihkan tersebut sudah selayaknya menjadi cambukbagi kita bangsa Indonesia yang mayoritas Muslim untuk gigihmemperjuangkan kemandirian politik, ekonomi dan moral bangsa danumat. Kemandirian itu tidak bisa lain kecuali dengan pembinaanmental-karakter dan moral (akhlak) bangsa-bangsa Islam sekaligusmenguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilandasi keimanan-taqwa kepada Allah SWT. Serta melawan pengaruh buruk budayasampah dari Barat yang Sekular, Matre dan hedonis (mempertuhankankenikmatan hawa nafsu).

Akhlak yang baik muncul dari keimanan dan ketaqwaan kepada AllahSWT Sumber segala Kebaikan, Keindahan dan Kemuliaan. Keimanan danketaqwaan kepada Allah SWT hanya akan muncul bila diawali denganpemahaman ilmu pengetahuan dan pengenalan terhadap Tuhan AllahSWT dan terhadap alam semesta sebagai tajaliyat (manifestasi)sifat-sifat KeMahaMuliaan, Kekuasaan dan Keagungan-Nya.

Islam, sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan,sangat mendorong dan mementingkan umatnya untuk mempelajari,mengamati, memahami dan merenungkan segala kejadian di alamsemesta. Dengan kata lain Islam sangat mementingkan pengembanganilmu pengetahuan dan teknologi.

Berbeda dengan pandangan dunia Barat yang melandasi pengembanganIpteknya hanya untuk kepentingan duniawi yang ’matre’ dansekular, maka Islam mementingkan pengembangan dan penguasaanIptek untuk menjadi sarana ibadah-pengabdian Muslim kepada AllahSWT dan mengembang amanat Khalifatullah (wakil/mandataris Allah)di muka bumi untuk berkhidmat kepada kemanusiaan dan menyebarkanrahmat bagi seluruh alam (Rahmatan lil ’Alamin). Ada lebih dari800 ayat dalam Al-Qur’an yang mementingkan proses perenungan,pemikiran dan pengamatan terhadap berbagai gejala alam, untukditafakuri dan menjadi bahan dzikir (ingat) kepada Allah. Yangpaling terkenal adalah ayat:

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silihbergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kekuasaanAllah) bagi orang-orang berakal, (yaitu) orang-orang yangmengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaanberbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit danbumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau ciptakanini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami darisiksa neraka.” (QS Ali Imron [3] : 190-191)

“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman danberilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Mujadillah [58] :11 )

Bagi umat Islam, kedua-duanya adalah merupakan ayat-ayat (atautanda-tanda/sinyal) Ke-Maha-Kuasa-an dan Keagungan Allah SWT.Ayat tanziliyah/naqliyah (yang diturunkan atau transmitedknowledge), seperti kitab-kitab suci dan ajaran para Rasulullah(Taurat, Zabur, Injil dan Al Qur’an), maupun ayat-ayat kauniyah(fenomena, prinsip-prinsip dan hukum alam), keduanya bila dibaca,dipelajari, diamati dan direnungkan, melalui mata, telinga danhati (qalbu + akal) akan semakin mempertebal pengetahuan,pengenalan, keyakinan dan keimanan kita kepada Allah SWT, TuhanYang Maha Kuasa, Wujud yang wajib, Sumber segala sesuatu dansegala eksistensi). Jadi agama dan ilmu pengetahuan, dalam Islamtidak terlepas satu sama lain. Agama dan ilmu pengetahuan adalahdua sisi koin dari satu mata uang koin yang sama. Keduanya salingmembutuhkan, saling menjelaskan dan saling memperkuat secarasinergis, holistik dan integratif.

Bila ada pemahaman atau tafsiran ajaran agama Islam yangmenentang fakta-fakta ilmiah, maka kemungkinan yang salah adalahpemahaman dan tafsiran terhadap ajaran agama tersebut. Bila ada’ilmu pengetahuan’ yang menentang prinsip-prinsip pokok ajaranagama Islam maka yang salah adalah tafsiran filosofis atauparadigma materialisme-sekular yang berada di balik wajah ilmupengetahuan modern tersebut.

Karena alam semesta –yang dipelajari melalui ilmu pengetahuan–,dan ayat-ayat suci Tuhan (Al-Qur’an) dan Sunnah Rasulullah SAAW —yang dipelajari melalui agama– , adalah sama-sama ayat-ayat

(tanda-tanda dan perwujudan/tajaliyat) Allah SWT, maka tidakmungkin satu sama lain saling bertentangan dan bertolak belakang,karena keduanya berasal dari satu Sumber yang Sama, Allah YangMaha Pencipta dan Pemelihara seluruh Alam Semesta.

f. Keutamaan Mukmin yang berilmu

Keutamaan orang-orang yang berilmu dan beriman sekaligus,diungkapkan Allah dalam ayat-ayat berikut:

“Katakanlah: ‘Adakah sama orang-orang yang berilmu dengan orangyang tidak berilmu?’ Sesungguhnya hanya orang-orang yangberakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-Zumar [39] :9).

“Allah berikan al-Hikmah (Ilmu pengetahuan, hukum, filsafat dankearifan) kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Dan barangsiapayang dianugrahi al-Hikmah itu, benar-benar ia telah dianugrahikarunia yang banyak. Dan hanya orang-orang berakallah yang dapatmengambil pelajaran (berdzikir) dari firman-firman Allah.” (QS.Al-Baqoroh [2] : 269).

“… Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapaderajat.Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QSMujaadilah [58] :11)

Rasulullah SAW pun memerintahkan para orang tua agar mendidikanak-anaknya dengan sebaik mungkin. “Didiklah anak-anakmu, karenamereka itu diciptakan buat menghadapi zaman yang sama sekali laindari zamanmu kini.” (Al-Hadits Nabi SAW). “Menuntut ilmu itudiwajibkan bagi setiap Muslimin, Sesungguhnya Allah mencintaipara penuntut ilmu.” (Al-Hadits Nabi SAW).

Mengapa kita harus menguasai IPTEK? Terdapat tiga alasan pokok,yakni:

1. Ilmu pengetahuan yg berasal dari dunia Islam sudah diboyongoleh negara-negara barat. Ini fakta, tdk bisa dipungkiri.

2. Negara-negara barat berupaya mencegah terjadinya pengembanganIPTEK di negara-negara Islam. Ini fakta yang tak dapatdipungkiri.

3. Adanya upaya-upaya untuk melemahkan umat Islam dari memikirkankemajuan IPTEK-nya, misalnya umat Islam disodori persoalan-persoalan klasik agar umat Islam sibuk sendiri, ramai sendiri danakhirnya bertengkar sendiri.

Selama 20 tahun terakhir, jumlah kaum Muslim di dunia telahmeningkat secara perlahan. Angka statistik tahun 1973 menunjukkanbahwa jumlah penduduk Muslim dunia adalah 500 juta; sekarang,angka ini telah mencapai 1,5 miliar. Kini, setiap empat orangsalah satunya adalah Muslim. Bukanlah mustahil bahwa jumlahpenduduk Muslim akan terus bertambah dan Islam akan menjadi agamaterbesar di dunia. Peningkatan yang terus-menerus ini bukan hanyadikarenakan jumlah penduduk yang terus bertambah di negara-negaraMuslim, tapi juga jumlah orang-orang mualaf yang baru memelukIslam yang terus meningkat, suatu fenomena yang menonjol,terutama setelah serangan terhadap World Trade Center padatanggal 11 September 2001. Serangan ini, yang dikutuk oleh setiaporang, terutama umat Muslim, tiba-tiba saja telah mengarahkanperhatian orang (khususnya warga Amerika) kepada Islam. Orang diBarat berbicara banyak tentang agama macam apakah Islam itu, apayang dikatakan Al Qur’an, kewajiban apakah yang harusdilaksanakan sebagai seorang Muslim, dan bagaimana kaum Muslimdituntut melaksanakan urusan dalam kehidupannya. Ketertarikan inisecara alamiah telah mendorong peningkatan jumlah warga duniayang berpaling kepada Islam. Demikianlah, perkiraan yang umumterdengar pasca peristiwa 11 September 2001 bahwa “serangan iniakan mengubah alur sejarah dunia”, dalam beberapa hal, telahmulai nampak kebenarannya. Proses kembali kepada nilai-nilaiagama dan spiritual, yang dialami dunia sejak lama, telah menjadikeberpalingan kepada Islam.

Hal luar biasa yang sesungguhnya sedang terjadi dapat diamatiketika kita mempelajari perkembangan tentang kecenderungan ini,yang mulai kita ketahui melalui surat-surat kabar maupun berita-berita di televisi. Perkembangan ini, yang umumnya dilaporkansekedar sebagai sebuah bagian dari pokok bahasan hari itu,

sebenarnya adalah petunjuk sangat penting bahwa nilai-nilaiajaran Islam telah mulai tersebar sangat pesat di seantero dunia.Di belahan dunia Islam lainnya, Islam berada pada titikperkembangan pesat di Eropa. Perkembangan ini telah menarikperhatian yang lebih besar di tahun-tahun belakangan, sebagaimanaditunjukkan oleh banyak tesis, laporan, dan tulisan seputar“kedudukan kaum Muslim di Eropa” dan “dialog antara masyarakatEropa dan umat Muslim.”

Beriringan dengan berbagai laporan akademis ini, media massatelah sering menyiarkan berita tentang Islam dan Muslim. Penyebabketertarikan ini adalah perkembangan yang terus-menerus mengenaiangka populasi Muslim di Eropa, dan peningkatan ini tidak dapatdianggap hanya disebabkan oleh imigrasi. Meskipun imigrasidipastikan memberi pengaruh nyata pada pertumbuhan populasi umatIslam, namun banyak peneliti mengungkapkan bahwa permasalahan inidikarenakan sebab lain: angka perpindahan agama yang tinggi.Suatu kisah yang ditayangkan NTV News pada tanggal 20 Juni 2004dengan judul “Islam adalah agama yang berkembang paling pesat diEropa” membahas laporan yang dikeluarkan oleh badan intelejendomestik Prancis. Laporan tersebut menyatakan bahwa jumlah orangmualaf yang memeluk Islam di negara-negara Barat semakin terusbertambah, terutama pasca peristiwa serangan 11 September.Misalnya, jumlah orang mualaf yang memeluk Islam di Prancismeningkat sebanyak 30 hingga 40 ribu di tahun lalu saja.

g. Dampak Kemajuan Islam di bidang IPTEK

1) Gereja Katolik dan Perkembangan Islam

Gereja Katolik Roma, yang berpusat di kota Vatican, adalah salahsatu lembaga yang mengikuti fenomena tentang kecenderunganperpindahan agama. Salah satu pokok bahasan dalam pertemuan bulanOktober 1999 muktamar Gereja Eropa, yang dihadiri oleh hampirseluruh pendeta Katolik, adalah kedudukan Gereja di mileniumbaru. Tema utama konferensi tersebut adalah tentang pertumbuhanpesat agama Islam di Eropa. The National Catholic Reportermelaporkan sejumlah orang garis keras menyatakan bahwa satu-satunya cara mencegah kaum Muslim mendapatkan kekuatan di Eropaadalah dengan berhenti bertoleransi terhadap Islam dan umat

Islam; kalangan lain yang lebih objektif dan rasional menekankankenyataan bahwa oleh karena kedua agama percaya pada satu Tuhan,sepatutnya tidak ada celah bagi perselisihan ataupunpersengketaan di antara keduanya.

Dalam satu sesi, Uskup Besar Karl Lehmann dari Jerman menegaskanbahwa terdapat lebih banyak kemajemukan internal dalam Islamdaripada yang diketahui oleh banyak umat Nasrani, dan pernyataan-pernyataan radikal seputar Islam sesungguhnya tidak memilikidasar.

(1) Mempertimbangkan kedudukan kaum Muslim di saat menjelaskankedudukan Gereja di milenium baru sangatlah tepat, mengingatpendataan tahun 1999 oleh PBB menunjukkan bahwa antara tahun 1989dan 1998, jumlah penduduk Muslim Eropa meningkat lebih dari 100persen. Dilaporkan bahwa terdapat sekitar 13 juta umat Muslimtinggal di Eropa saat ini: 3,2 juta di Jerman, 2 juta di Inggris,4-5 juta di Prancis, dan selebihnya tersebar di bagian Eropalainnya, terutama di Balkan. Angka ini mewakili lebih dari 2%dari keseluruhan jumlah penduduk Eropa.

(2)Kesadaran Beragama di Kalangan Muslim Meningkat di Eropa.Penelitian terkait juga mengungkap bahwa seiring dengan terusmeningkatnya jumlah Muslim di Eropa, terdapat kesadaran yangsemakin besar dalam menjalankan agama di kalangan para mahasiswa.Menurut survei yang dilakukan oleh surat kabar Prancis Le Mondedi bulan Oktober 2001, dibandingkan data yang dikumpulkan ditahun 1994, banyak kaum Muslims terus melaksanakan sholat, pergike mesjid, dan berpuasa. Kesadaran ini terlihat lebih menonjol dikalangan mahasiswa universitas.

(3) Dalam sebuah laporan yang didasarkan pada media masa asing ditahun 1999, majalah Turki Aktüel menyatakan, para peneliti Baratmemperkirakan dalam 50 tahun ke depan Eropa akan menjadi salahsatu pusat utama perkembangan Islam.

h. Islam adalah Bagian Tak Terpisahkan dari Eropa

Bersamaan dengan kajian sosiologis dan demografis ini, kita jugatidak boleh melupakan bahwa Eropa tidak bersentuhan dengan Islam

hanya baru-baru ini saja, akan tetapi Islam sesungguhnyamerupakan bagian tak terpisahkan dari Eropa.

Eropa dan dunia Islam telah saling berhubungan dekat selamaberabad-abad. Pertama, negara Andalusia (756-1492) di SemenanjungIberia, dan kemudian selama masa Perang Salib (1095-1291), sertapenguasaan wilayah Balkan oleh kekhalifahan Utsmaniyyah (1389)memungkinkan terjadinya hubungan timbal balik antara keduamasyarakat itu. Kini banyak pakar sejarah dan sosiologimenegaskan bahwa Islam adalah pemicu utama perpindahan Eropa darigelapnya Abad Pertengahan menuju terang-benderangnya MasaRenaisans. Di masa ketika Eropa terbelakang di bidang kedokteran,astronomi, matematika, dan di banyak bidang lain, kaum Muslimmemiliki perbendaharaan ilmu pengetahuan yang sangat luas dankemampuan hebat dalam membangun.

i. Bersatu pada Pijakan Bersama: “Monoteisme”

Perkembangan Islam juga tercerminkan dalam perkembangan dialogantar-agama baru-baru ini. Dialog-dialog ini berawal denganpernyataan bahwa tiga agama monoteisme (Islam, Yahudi, danNasrani) memiliki pijakan awal yang sama dan dapat bertemu padasatu titik yang sama. Dialog-dialog seperti ini telah sangatberhasil dan membuahkan kedekatan hubungan yang penting,khususnya antara umat Nasrani dan Muslim. Dalam Al Qur’an, Allahmemberitahukan kepada kita bahwa kaum Muslim mengajak kaum AhliKitab (Nasrani dan Yahudi) untuk bersatu pada satu pijakan yangdisepakati bersama:

Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatukalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dankamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kitapersekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagiankita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah.Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlahbahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).”(QS. Ali ‘Imran, 3: 64)

Ketiga agama yang meyakini satu Tuhan tersebut memiliki keyakinanyang sama dan nilai-nilai moral yang sama. Percaya pada

keberadaan dan keesaan Tuhan, malaikat, Nabi, Hari Akhir, Surgadan Neraka, adalah ajaran pokok keimanan mereka. Di samping itu,pengorbanan diri, kerendahan hati, cinta, berlapang dada, sikapmenghormati, kasih sayang, kejujuran, menghindar dari berbuatzalim dan tidak adil, serta berperilaku mengikuti suara hatinurani semuanya adalah sifat-sifat akhak terpuji yang disepakatibersama. Jadi, karena ketiga agama ini berada pada pijakan yangsama, mereka wajib bekerja sama untuk menghapuskan permusuhan,peperangan, dan penderitaan yang diakibatkan oleh ideologi-ideologi antiagama. Ketika dilihat dari sudut pandang ini, dialogantar-agama memegang peran yang jauh lebih penting. Sejumlahseminar dan konferensi yang mempertemukan para wakil dari agama-agama ini, serta pesan perdamaian dan persaudaraan yangdihasilkannya, terus berlanjut secara berkala sejak pertengahantahun 1990-an.

j. Kabar Gembira tentang Datangnya Zaman Keemasan

Dengan mempertimbangkan semua fakta yang ada, terungkap bahwaterdapat suatu pergerakan kuat menuju Islam di banyak negara, danIslam semakin menjadi pokok bahasan terpenting bagi dunia.Perkembangan ini menunjukkan bahwa dunia sedang bergerak menujuzaman yang sama sekali baru. Yaitu sebuah zaman yang di dalamnya,insya Allah, Islam akan memperoleh kedudukan penting dan ajaranakhlak Al Qur’an akan tersebar luas. Penting untuk dipahami,perkembangan yang sangat penting ini telah dikabarkan dalam AlQur’an 14 abad yang lalu:

Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut(ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selainmenyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidakmenyukai. Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa)petunjuk (Al Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nyaatas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.(QS. At Taubah, 9: 32-33)

Tersebarnya akhlak Islami adalah salah satu janji Allah kepadaorang-orang yang beriman. Selain ayat-ayat ini, banyak haditsNabi kita SAW menegaskan bahwa ajaran akhlak Al Qur’an akanmeliputi dunia. Di masa-masa akhir menjelang berakhirnya dunia,

umat manusia akan mengalami sebuah masa di mana kezaliman,ketidakadilan, kepalsuan, kecurangan, peperangan, permusuhan,persengketaan, dan kebobrokan akhlak merajalela. Kemudian akandatang Zaman Keemasan, di mana tuntunan akhlak ini mulai tersebarluas di kalangan manusia bagaikan naiknya gelombang air lautpasang dan pada akhirnya meliputi seluruh dunia. Sejumlah haditsini, juga ulasan para ulama mengenai hadits tersebut, dipaparkansebagaimana berikut:

Selama [masa] ini, umatku akan menjalani kehidupan yangberkecukupan dan terbebas dari rasa was-was yang mereka belumpernah mengalami hal seperti itu. [Tanah] akan mengeluarkanpanennya dan tidak akan menahan apa pun dan kekayaan di masa ituakan berlimpah. (Sunan Ibnu Majah)

… Penghuni langit dan bumi akan ridha. Bumi akan mengeluarkansemua yang tumbuh, dan langit akan menumpahkan hujan dalam jumlahberlimpah. Disebabkan seluruh kebaikan yang akan Allah curahkankepada penduduk bumi, orang-orang yang masih hidup berharap bahwamereka yang telah meninggal dunia dapat hidup kembali.(Muhkhtasar Tazkirah Qurtubi, h. 437)

Bumi akan berubah seperti penampan perak yang menumbuhkan tumbuh-tumbuhan … (Sunan Ibnu Majah)

Bumi akan diliputi oleh kesetaraan dan keadilan sebagaimanasebelumnya yang diliputi oleh penindasan dan kezaliman. (AbuDawud)

Keadilan akan demikian jaya sampai-sampai semua harta yangdirampas akan dikembalikan kepada pemiliknya; lebih jauh, sesuatuyang menjadi milik orang lain, sekalipun bila terselip di antaragigi-geligi seseorang, akan dikembalikan kepada pemiliknya…Keamanan meliputi seluruh Bumi dan bahkan segelintir perempuanbisa menunaikan haji tanpa diantar laki-laki. (Ibn Hajar alHaitsami: Al Qawlul Mukhtasar fi `Alamatul Mahdi al Muntazar, h.23)

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, Zaman Keemasan akanmerupakan suatu masa di mana keadilan, kemakmuran, keberlimpahan,

kesejahteraan, rasa aman, perdamaian, dan persaudaraan akanmenguasai kehidupan umat manusia, dan merupakan suatu zaman dimana manusia merasakan cinta, pengorbanan diri, lapang dada,kasih sayang, dan kesetiaan. Dalam hadits-haditsnya, Nabi kitaSAW mengatakan bahwa masa yang diberkahi ini akan terjadi melaluiperantara Imam Mahdi, yang akan datang di Akhir Zaman untukmenyelamatkan dunia dari kekacauan, ketidakadilan, dan kehancuranakhlak. Ia akan memusnahkan paham-paham yang tidak mengenal Tuhandan menghentikan kezaliman yang merajalela. Selain itu, ia akanmenegakkan agama seperti di masa Nabi kita SAW, menjadikantuntunan akhlak Al Qur’an meliputi umat manusia, dan menegakkanperdamaian dan menebarkan kesejahteraan di seluruh dunia.

Kebangkitan Islam yang sedang dialami dunia saat ini, serta peranNegara Iran dan Turki di era baru merupakan tanda-tanda pentingbahwa masa yang dikabarkan dalam Al Qur’an dan dalam hadits Nabikita sangatlah dekat. Besar harapan kita bahwa Allah akanmemperkenankan kita menyaksikan masa yang penuh berkah ini.

k. Kekuatan Iptek

Hampir menjadi pengetahuan umum (common sense) bahwa dasar dariperadaban modern adalah ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek).Iptek merupakan dasar dan pondasi yang menjadi penyangga bangunanperadaban modern barat sekarang ini. Masa depan suatu bangsa akanbanyak ditentukan oleh tingkat penguasaan bangsa itu terhadapIptek. Suatu masyarakat atau bangsa tidak akan memilikikeunggulan dan kemampuan daya saing yang tinggi, bila ia tidakmengambil dan mengembangkan Iptek. Bisa dimengerti bila setiapbangsa di muka bumi sekarang ini, berlomba-lomba serta bersaingsecara ketat dalam penguasaan dan pengembangan iptek.(2)

Diakui bahwa iptek, disatu sisi telah memberikan “berkah” dananugrah yang luar biasa bagi kehidupan umat manusia. Namun disisi lain, iptek telah mendatangkan “petaka” yang pada gilirannyamengancam nilai-nilai kemanusiaan. Kemajuan dalam bidang iptektelah menimbulkan perubahan sangat cepat dalam kehidupan uamtmanusia. Perubahan ini, selain sangat cepat memiliki daya jangkauyang amat luas. Hampir tidak ada segi-segi kehidupan yang tidaktersentuh oleh perubahan. Perubahan ini pada kenyataannya telah

menimbulkan pergeseran nilai nilai dalam kehidupan umat manusia,termasuk di dalamnya nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan.(3)

Di Eropa, sejak abad pertengahan, timbul konflik antara ilmupengetahuan (sains) dan agama (gereja). Dalam konflik ini sainskeluar sebagai pemenang, dan sejak itu sains melepaskan diri darikontrol dan pengaruh agama, serta membangun wilayahnya sendirisecara otonom.(4)

Dalam perkembangannya lebih lanjut, setelah terjadi revolusiindustri di Barat , terutama sepanjang abad XVIII dan XIX, sainsbahkan menjadi “agama baru” atau “agama palsu”(Pseudo Religion).Dalam kajian teologi modern di Barat, timbul mazhab baru yangdinamakan “saintisme” dalam arti bahwa sains telah menjadi isme,ideologi bahkan agama baru.(5)

Namun sejak pertengahan abad XX, terutama seteleh terjadipenyalahgunaan iptek dalam perang dunia I dan perang dunia II,banyak pihak mulai menyerukan perlunya integrasi ilmu dan agama,iptek dan imtak. Pembicaraan tentang iptek mulai dikaitkan denganmoral dan agama hingga sekarang (ingat kasus kloning misalnya).Dalam kaitan ini, keterkaitan iptek dengan moral (agama) diharapkan bukan hanya pada aspek penggunaannya saja (aksiologi),tapi juga pada pilihan objek (ontologi) dan metodologi(epistemologi)-nya sekaligus.

Di negara ini, gagasan tentang perlunya integrasi pendidikanimtak dan iptek ini sudah lama digulirkan. Profesor B.J. Habibie,adalah orang pertama yang menggagas integrasi imtak dan iptekini. Hal ini, selain karena adanya problem dikotomi antara apayang dinamakan ilmu-ilmu umum (sains) dan ilmu-ilmu agama(Islam), juga disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa pengembanganiptek dalam sistem pendidikan kita tampaknya berjalan sendiri,tanpa dukungan asas iman dan takwa yang kuat, sehinggapengembangan dan kemajuan iptek tidak memiliki nilai tambah dantidak memberikan manfaat yang cukup berarti bagi kemajuan dankemaslahatan umat dan bangsa dalam arti yang seluas-luasnya.

Kekhwatiran ini, cukup beralasan, karena sejauh ini sistempendidikan kita tidak cukup mampu menghasilkan manusia Indonesiayang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT sebagaimanadiharapkan. Berbagai tindak kejahatan sering terjadi dan banyakdilakukan justru oleh orang-orang yang secara akademik sangatterpelajar, bahkan mumpuni. Ini berarti, aspek pendidikan turutmenyumbang dan memberikan saham bagi kebangkrutan bangsa yangkita rasakan sekarang. Kenyataan ini menjadi salah satu catatanmengenai raport merah pendidikan nasional kita.

Secara lebih spesifik, integrasi pendidikan imtak dan iptek inidiperlukan karena empat alasan.

Pertama, sebagaimana telah dikemukakan, iptek akan memberikanberkah dan manfaat yang sangat besar bagi kesejahteraan hidupumat manusia bila iptek disertai oleh asas iman dan takwa kepadaAllah SWT. Sebaliknya, tanpa asas imtak, iptek bisadisalahgunakan pada tujuan-tujuan yang bersifat destruktif. Iptekdapat mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Jika demikian, iptekhanya absah secara metodologis, tetapi batil dan miskin secaramaknawi. (6)

Kedua, pada kenyataannya, iptek yang menjadi dasar modernisme,telah menimbulkan pola dan gaya hidup baru yang bersifatsekularistik, materialistik, dan hedonistik, yang sangatberlawanan dengan nilai-nilai budaya dan agama yang dianut olehbangsa kita. (7)

Ketiga, dalam hidupnya, manusia tidak hanya memerlukan sepotongroti (kebutuhan jasmani), tetapi juga membutuhkan imtak dannilai-nilai sorgawi (kebutuhan spiritual). Oleh karena itu,penekanan pada salah satunya, hanya akan menyebabkan kehidupanmenjadi pincang dan berat sebelah, dan menyalahi hikmatkebijaksanaan Tuhan yang telah menciptakan manusia dalam kesatuanjiwa raga, lahir dan bathin, dunia dan akhirat. (8)

Keempat, imtak menjadi landasan dan dasar paling kuat yang akanmengantar manusia menggapai kebahagiaan hidup. Tanpa dasar imtak,segala atribut duniawi, seperti harta, pangkat, iptek, danketurunan, tidak akan mampu alias gagal mengantar manusia meraih

kebahagiaan. Kemajuan dalam semua itu, tanpa iman dan upayamencari ridha Tuhan, hanya akan mengahsilkan fatamorgana yangtidak menjanjikan apa-apa selain bayangan palsu (Q.S. An-Nur:39).Maka integrasi imtak dan iptek harus diupayakan dalam format yangtepat sehingga keduanya berjalan seimbang (hand in hand) dandapat mengantar kita meraih kebaikan dunia (hasanah fi al-Dunya)dan kebaikan akhirat (hasanah fi al-akhirah) seperti do’a yangsetiap saat kita panjatkan kepada Tuhan (Q.S. Al-Baqarah :201).

l. Menuju Integrasi Imtak dan Iptek

Untuk membangun sistem pendidikan yang mengintegrasikanpendidikan imtak dan iptek dalam sistem pendidikan nasional kita,kita harus melihat kembali aspek-aspek pendidikan kita, terutamaberkaitan dengan empat hal berikut ini, yaitu :

1) Filsafat dan orintasi pendidikan (termasuk di dalamnyafilsafat manusia),

2) Tujuan Pendidikan

3) Filsafat ilmu pengetahuan (Episemologi), dan

4) Pendekatan dan metode pembelajaran.

Dalam filsafat pendidikan konvensional, pendidikan dipahamisebagai proses mengalihkan kebudayaan dari satu generasi kegenerasi lain. Filsafat pendidikan semacam ini mengandung banyakkelemahan. Selain dapat timbul degradasi (penurunan kualitaspendidikan) setiap saat, pendidikan cenderung dipahami sebagaitransfer of knowledge semata dengan hanya menyentuh satu aspeksaja, aspek kognitif dan kecerdasan intelektual (IQ) sematadengan mengabaikan kecerdasan emosi (EQ) dan kecerdasan spiritual(SQ) peserta didik. Dengan filosofi seperti itu, peserta didiksering diperlakukan sebagai makhluk tidak berkesadaran.Akibatnya, pendidikan tidak berhasil melaksanakan fungsi dasarnyasebagai wahana pemberdayaan manusia dan peningkatan harkat danmartabat manusia dalam arti yang sebenar-benarnya.

Berbicara filsafat pendidikan, mau tidak mau, kita harusmembicarakan pula tentang filsafat manusia. Soalnya, prosespendidikan itu dilakukan oleh manusia dan untuk manusia pula.Pendeknya, pendidikan melibatkan manusia baik sebagai subjekmaupun objek sekaligus. Tanpa mengenal siapa manusia itusebenarnya, proses pendidikan, akan selalu menemui kegagalanseperti yang selama ini terjadi.

Manusia, dalam pandangan Islam, adalah puncak dari ciptaan tuhan(Q.S. At-Thiin : 4), mahluk yang dimuliakan oleh Allah dandilebihkan dibanding mahluk lain (Q.S. Al-Isra : 70), merupakanmahluk yang dipercaya oleh Tuhan sebagai Khalifah di muka bumi(Q.S. Al-Baqarah : 30, Shad :36), manusia dibekali oleh Allahpotensi-potensi baik berupa panca indera, akal pikiran (rasio),hati (Qalb), dan sanubari (Q.S. As-Sajadh : 9). Dengan demikian,manusia adalah mahluk rasional dan emosional, makhluk jasmani danrohani sekaligus.

Bertolak dari filsafat manusia ini, maka pendidikan tidak lainharus dipahami sebagai ikhtiar manusia yang dilakukan secarasadar untuk menumbuhkan potensi-potensi baik yang dimilikimanusia sehingga ia mampu dan sanggup mempertanggung jawabkaneksistensi dan kehadirannya di muka bumi. Dalam perspektif ini,adalah pendidikan manusia seutuhnya, dan harus diarahkan padapembentukan kesadaran dan kepribadian manusia. Disinilah, nilai-nilai budaya dan agama, imtak dan akhlaqul al-Karimah, dapatditanamkan, sehingga pendidikan, selain berisi transfer ilmu,juga bermakna transformasi nilai-nilai budaya dan agama (imtak).

Lalu, apa tujuan pendidikan itu? Dalam pandangan Islam, tujuanpendidikan tidak berbeda dengan tujuan hidup itu sendiri, yaituberibadah kepada Allah SWT (Q.S. Al-Dzariyat: 56). Dengan katalain, pendidikan harus menciptakan pribadi-pribadi muslim yangberiman dan bertakwa kepada Allah SWT yang dapat mengantarmanusia meraih kebahagiaan dalam kehidupan dunia dan akhirat.Pendidikan Islam berorientasi pada penciptaan ilmuwan (ulama)yang takut bercampur kagum kepada kebesaran Allah SWT (Q.S.Fathir : 28), dan berorientasi pada penciptaan intelektual dengankualifikasi sebagai Ulul Albab yang dapat mengembangkan kualitas

pikir dan kualitas dzikir (imtaq dan iptek) sekaligus (Q.S. AliImran : 191-193).

Proses integrasi imtak dan iptek, seperti telah disinggung dimuka, pada hemat saya, harus pula dilakukan dalam tataran atauranah metafisika keilmuan, khususnya menyangkut ontologi danepistemologi ilmu. Ontologi ilmu menjelaskan apa saja realitasyang dapat diketahui manusia, sedang epiremologi menjelaskanbagaimana manusia memperoleh pengetahuan itu dan dari manasumbernya.(9)

Dikotomi keilmuan yang terjadi selama ini sesungguhnya bermuladari sini. Untuk itu integrasi imtak dan iptek, harus puladimulai dari sini. Ini berarti, kita harus membongkar filsafatilmu sekuler yang selama ini dianut. Kita harus membangunepistemologi islami yang bersifat integralistik yang menegaskankesatuan ilmu dan kesatuan imtak dan iptek dilihat darisumbernya, yaitu Allah SWT seperti banyak digagas oleh tokoh-tokoh pendidikan Islam kontemporer semacam Ismail Raji al-Faruqi,Prof. Naquib al Attas, Sayyed Hossein Nasr, dan belakangan OsmanBakar. (10)

Selain pada pada aspek filsafat, orientasi, tujuan, danepistemologi pendidikan seperti telah diuraikan di atas,integrasi imtak dan iptek itu perlu dilakukan dengan metodepembelajaran yang tepat. Pendidikan imtak pada akhirnya harusberbicara tentang pendidikan agama (Islam) di berbagai sekolahmaupun perguruan tinggi. Untuk mendukung integrasi pendidikanimtak dan iptek dalam sistem pendidikan nasional kita, makapendidikan agama Islam disemua jenjang pendidikan tersebut harusdilakukan dengan pendekatan yang bersifat holistik, integralistikdan fungsional.

Dengan pendekatan holistik, Islam harus dipahami secara utuh,tidak parsial dan partikularistik. Pendidikan islam dapatmengikuti pola iman, Islam dan Ihsan, atau pola iman, ibadah danakhlakul karimah, tanpa terpisah satu dengan yang lain, sehinggapendidikan Islam dan kajian Islam tidak hanya melahirkan danmemparkaya pemikiran dan wacana keislaman, tetapi sekaligusmelahirkan kualitas moral (akhlaq al karimah) yang menjadi tujuan

dari agama itu sendiri. Pendidikan Islam dengan pendekatan iniharus melahirkan budaya “berilmu amaliah dan beramal ilmiah”.Integrasi ilmu dan amal, imtak dan iptek haruslah menjadi ciridan sekaligus nilai tambah dari pendidikan islam. (11)

Dengan pendekatan integralistik, pendidikan agama tidak bolehterpisah dan dipisahkan dari pendidikan sains dan teknologi.Pendidikan iptek tidak harus dikeluarkan dari pusat kesadarankeagamaan dan keislaman kita. Ini berarti, belajar sains tidakberkurang dan lebih rendah nilainya dari belajar agama. Belajarsains merupakan perintah Tuhan (Al -Quran), sama dan tidakberbeda dengan belajar agama itu sendiri. Penghormatan Islam yangselama ini hanya diberikan kepada ulama (pemuka agama) harus puladiberikan kepada kaum ilmuan (Saintis) dan intelektual.

Dengan secara fungsional, pendidikan agama harus berguna bagikemaslahatan umat dan mampu menjawab tantangan dan pekembanganzaman demi kemuliaan Islam dan kaum muslim. Dalam perspektifIslam ilmu memang tidak untuk ilmu dan pendidikan tidak untukpendidikan semata. Pendidikan dan pengembangan ilmu dilakukanuntuk kemaslahatan umat manusia yang seluas-luasnya dalamkerangka ibadah kepada Allah SWT.

Semetara dari segi metodologi, pendidikan dan pengajaran agamadisemua jenjang pendidikan tersebut, tidak cukup dengan metoderasional dengan mengisi otak dan kecerdasan peserta didik demata-mata, sementara jiwa dan spiritualitasnya dibiarkan kosong danhampa. Pendidikan agama perlu dilakukan dengan memberikanpenekanan pada aspek afektif melalui praktik dan pembiasaan,serta melalui pengalaman langsung dan keteladanan prilaku danamal sholeh. Dalam tradisi intelektual Islam klasik, pada saatmana Islam mencapai puncak kejayaannya, aspek pemikiran teoritik(al aql al nazhari) tidak pernah dipisahkan dari aspek pengalamanpraksis (al aql al amali). Pemikiran teoritis bertugas mencaridan menemukan kebenaran, sedangkan pemikiran praksis bertugasmewujudkan kebenaran yang ditemukan itu dalam kehidupan nyatasehingga tugas dan kerja intelektual pada hakekatnya tidak pernahterpisah dari realitas kehidupan umat dan bangsa. Dalam paradigmaini, ilmu dan pengembangan ilmu tidak pernah bebas nilai.Pengembangan iptek harus diberi nilai rabbani (nilai ketuhanan

dan nilai imtak), sejalan dengan semangat wahyu pertama, iqra’bismi rabbik. Ini berarti pengembangan iptek tidak bolehdilepaskan dari imtak. Pengembangan iptek harus dilakukan untukkemaslahatan kemanusiaan yang sebesar-besarnya dan dilakukandalam kerangka ibadah kepada Allah SWT.

Dalam perspektif ini, maka pengembangan pendidikan bermajnadakwah dalam arti yang sebenar-benarnya

m. Penyikapan terhadap Perkembangan IPTEK

Setiap manusia diberikan hidayah dari Allah SWT berupa “alat”untuk mencapai dan membuka kebenaran. Hidayah tersebut adalah (1)indera, untuk menangkap kebenaran fisik, (2) naluri, untukmempertahankan hidup dan kelangsungan hidup manusia secaraprobadi maupun sosial, (3) pikiran dan atau kemampuan rasionalyang mampu mengembangkan kemampuan tiga jenis pengetahuan akali(pengetahuan biasa, ilmiah dan filsafi). Akal juga merupakanpenghantar untuk menuju kebenaran tertinggi, (4) imajinasi, dayakhayal yang mampu menghasilkan kreativitas dan menyempurnakanpengetahuannya, (5) hati nurani, suatu kemampuan manusia untukdapat menangkap kebenaran tingkah laku manusia sebagai makhlukyang harus bermoral.

Dalam menghadapi perkembangan budaya manusia dengan perkembanganIPTEK yang sangat pesat, dirasakan perlunya mencari keterkaitanantara sistem nilai dan norma-norma Islam dengan perkembangantersebut. Menurut Mehdi Ghulsyani (1995), dalam menghadapiperkembangan IPTEK ilmuwan muslim dapat dikelompokkan dalam tigakelompok; (1) Kelompok yang menganggap IPTEK moderen bersifatnetral dan berusaha melegitimasi hasil-hasil IPTEK moderen denganmencari ayat-ayat Al-Qur’an yang sesuai; (2) Kelompok yangbekerja dengan IPTEK moderen, tetapi berusaha juga mempelajarisejarah dan filsafat ilmu agar dapat menyaring elemen-elemen yangtidak islami, (3) Kelompok yang percaya adanya IPTEK Islam danberusaha membangunnya. Untuk kelompok ketiga ini memunculkan namaAl-Faruqi yang mengintrodusir istilah “islamisasi ilmupengetahuan”. Dalam konsep Islam pada dasarnya tidak adapemisahan yang tegas antara ilmu agama dan ilmu non-agama. Sebabpada dasarnya ilmu pengetahuan yang dikembangkan manusia

merupakan “jalan” untuk menemukan kebenaran Allah itu sendiri.Sehingga IPTEK menurut Islam haruslah bermakna ibadah. Yangdikembangkan dalam budaya Islam adalah bentuk-bentuk IPTEK yangmampu mengantarkan manusia meningkatkan derajat spiritialitas,martabat manusia secara alamiah. Bukan IPTEK yang merusak alamsemesta, bahkan membawa manusia ketingkat yang lebih rendahmartabatnya.

Dari uraian di atas “hakekat” penyikapan IPTEK dalam kehidupansehari-hari yang islami adalah memanfaatkan perkembangan IPTEKuntuk meningkatkan martabat manusia dan meningkatkan kualitasibadah kepada Allah SWT. Kebenaran IPTEK menurut Islam adalahsebanding dengan kemanfaatannya IPTEK itu sendiri. IPTEK akanbermanfaat apabila (1) mendekatkan pada kebenaran Allah dan bukanmenjauhkannya, (2) dapat membantu umat merealisasikan tujuan-tujuannya (yang baik), (3) dapat memberikan pedoman bagi sesama,(4) dapat menyelesaikan persoalan umat. Dalam konsep Islamsesuatu hal dapat dikatakan mengandung kebenaran apabila iamengandung manfaat dalam arti luas.

n. Keselarasan IMTAQ dan IPTEK

“Barang siapa ingin menguasai dunia dengan ilmu, barang siapaingin menguasai akhirat dengan ilmu, dan barang siapa inginmenguasai kedua-duanya juga harus dengan ilmu” (Al-Hadist).

Perubahan lingkungan yang serba cepat dewasa ini sebagai dampakglobalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi(iptek), harus diakui telah memberikan kemudahan terhadapberbagai aktifitas dan kebutuhan hidup manusia.

Di sisi lain, memunculkan kekhawatiran terhadap perkembanganperilaku khususnya para pelajar dan generasi muda kita, dengantumbuhnya budaya kehidupan baru yang cenderung menjauh darinilai-nilai spiritualitas. Semuanya ini menuntut perhatian ekstraorang tua serta pendidik khususnya guru, yang kerap bersentuhanlangsung dengan siswa.

Dari sisi positif, perkembangan iptek telah memunculkan kesadaranyang kuat pada sebagian pelajar kita akan pentingnya memiliki

keahlian dan keterampilan. Utamanya untuk menyongsong kehidupanmasa depan yang lebih baik, dalam rangka mengisi era mileniumketiga yang disebut sebagai era informasi dan era bio-teknologi.Ini sekurang-kurangnya telah memunculkan sikap optimis, generasipelajar kita umumya telah memiliki kesiapan dalam menghadapiperubahan itu.

Don Tapscott, dalam bukunya Growing up Digital (1999), telahmelakukan survei terhadap para remaja di berbagai negara. Iamenyimpulkan, ada sepuluh ciri dari generasi 0 (zero), yang akanmengisi masa tersebut. Ciri-ciri itu, para remaja umumnyamemiliki pengetahuan memadai dan akses yang tak terbatas. Bergaulsangat intensif lewat internet, cenderung inklusif, bebasberekspresi, hidup didasarkan pada perkembangan teknologi,sehingga inovatif, bersikap lebih dewasa, investigative arahnyapada how use something as good as possible bukan how does itwork. Mereka pemikir cepat (fast thinker), peka dan kritisterutama pada informasi palsu, serta cek ricek menjadi keharusanbagi mereka.

Sikap optimis terhadap keadaan sebagian pelajar ini tentu harusdiimbangi dengan memberikan pemahaman, arti penting mengembangkanaspek spiritual keagamaan dan aspek pengendalian emosional.Sehingga tercapai keselarasan pemenuhan kebutuhan otak dan hati(kolbu). Penanaman kesadaran pentingnya nilai-nilai agama memberijaminan kepada siswa akan kebahagiaan dan keselamatan hidup,bukan saja selama di dunia tapi juga kelak di akhirat.

Jika hal itu dilakukan, tidak menutup kemungkinan para siswa akanterhindar dari kemungkinan melakukan perilaku menyimpang, yangjustru akan merugikan masa depannya serta memperburuk citrakepelajarannya. Amatilah pesta tahunan pasca ujian nasional, yangkerap dipertontonkan secara vulgar oleh sebagian para pelajar.Itulah salah satu contoh potret buram kondisi sebagian komunitaspelajar kita saat ini.

Untuk itu, komponen penting yang terlibat dalam pembinaankeimanan dan ketakwaan (imtak) serta akhlak siswa di sekolahadalah guru. Kendati faktor lain ikut mempengaruhi, tapi dalampembinaan siswa harus diakui guru faktor paling dominan. Ia ujung

tombak dan garda terdepan, yang memberi pengaruh kuat padapembentukan karakter siswa.

Kepada guru harapan tercapainya tujuan pendidikan nasionaldisandarkan. Ini sebagaimana termaktub dalam Pasal 3 Undang-undang No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.Intinya, para pelajar kita disiapkan agar menjadi manusia berimandan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri. Sekaligus jadi warga negarayang demokratis dan bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan sebenarnya mengisyaratkan, proses dan hasilharus mempertimbangkan keseimbangan dan keserasian aspekpengembangan intelektual dan aspek spiritual (rohani), tanpamemisahkan keduanya secara dikhotomis. Namun praktiknya, aspekspiritual seringkali hanya bertumpu pada peran guru agama. Inidirasakan cukup berat, sehingga pengembangan kedua aspek itutidak berproses secara simultan.

Upaya melibatkan semua guru mata ajar agar menyisipkan unsurkeimanan dan ketakwaan (imtak) pada setiap pokok bahasan yangdiajarkan, sesungguhnya telah digagas oleh pihak DepartemanPendidikan Nasional maupun Departemen Agama.

Survei membuktikan, mengintegrasikan unsur ‘imtaq’ pada mata ajarselain pendidikan agama adalah sesuatu yang mungkin. Namun dalampraktiknya, target kurikulum yang menjadi beban setiap guru yangharus tuntas serta pemahaman yang berbeda dalam menyikapi muatan-muatan imtaq yang harus disampaikan, menyebabkan keinginanmenyisipkan unsur imtak menjadi terabaikan.

Memang tak ada sanksi apapun jika seorang guru selain guru agamatidak menyisipkan unsur imtaq pada pelajaran yang menjaditanggung jawabnya. Jujur saja guru umumnya takut salah jikaberbicara masalah agama, mereka mencari aman hanya mengajarkanapa yang menjadi tanggung jawabnya.

Sesungguhnya ia bukan sekadar tanggung jawab guru agama, tapitanggung jawab semuanya. Dalam kacamata Islam, kewajiban

menyampaikan kebenaran agama kewajiban setiap muslim yang mengakuberiman kepada Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa.

o. Islamimisasi IPTEK

Sains adalah sarana pemecahan masalah mendasar setiap peradaban.Ia adalah ungkapan fisik dari world view di mana dia dilahirkan.Maka kita bisa memahami mengapa di Jepang yang kabarnya sangatmenghargai nilai waktu demikian pesat berkembang budaya“pachinko” dan game. Tentu disebabkan mereka tak beriman akankehidupan setelah mati, dan tak mempunyai batasan tentanghiburan.

Kini ummat Islam hanya sebagai konsumen sains yang ada sekarang.Kalaupun mereka ikut berperan di dalamnya, maka – secara umum —mereka tetap di bawah kendali pencetus sains tersebut. Ilmuwan-ilmuwan muslim masih sulit menghasilkan teknologi-teknologi eksak— apalagi non-eksak — untuk menopang kepentingan khusus ummatIslam.

Dunia Islam mulai bangkit (kembali) memikirkan kedudukan sainsdalam Islam pada dekade 70-an. Pada 1976 dilangsungkan seminarinternasional pendidikan Islam di Jedah. Dan semakin ramaidiseminarkan di tahun 80-an.

Secara umum, dikenal 4 kategori pendekatan sains Islam:

1. I’jazul Qur’an (mukjizat al-Qur’an).

I’jazul Qur’an dipelopori Maurice Bucaille yang sempat “boom”dengan bukunya “La Bible, le Coran et la Science” (edisiIndonesia: “Bibel, Qur’an dan Sains Modern“).

Pendekatannya adalah mencari kesesuaian penemuan ilmiah denganayat Qur’an. Hal ini kemudian banyak dikritik, lantaran penemuanilmiah tidak dapat dijamin tidak akan mengalami perubahan di masadepan. Menganggap Qur’an sesuai dengan sesuatu yang masih bisaberubah berarti menganggap Qur’an juga bisa berubah.

2. Islamization Disciplines.

Yakni membandingkan sains modern dan khazanah Islam, untukkemudian melahirkan text-book orisinil dari ilmuwan muslim.Penggagas utamanya Ismail Raji al-Faruqi, dalam bukunya yangterkenal, Islamization of Knowledge, 1982. Ide Al-Faruqi inimendapat dukungan yang besar sekali dan dialah yang mendorongpendirian International Institute of Islamic Thought (IIIT) diWashington (1981), yang merupakan lembaga yang aktif menggulirkanprogram seputar Islamisasi pengetahuan.

Rencana Islamisasi pengetahuan al-Faruqi bertujuan:

1. Penguasaan disiplin ilmu modern.

2. Penguaasaan warisan Islam.

3. Penentuan relevansi khusus Islam bagi setiap bidangpengetahuan modern.

4. Pencarian cara-cara untuk menciptakan perpaduan kreatif antarawarisan Islam dan pengetahuan modern (melalui survey masalah umatIslam dan umat manusia seluruhnya).

5. Pengarahan pemikiran Islam ke jalan yang menuntunnya menujupemenuhan pola Ilahiyah dari Allah.

6. Realisasi praktis islamisasi pengetahuan melalui: penulisankembali disiplin ilmu modern ke dalam kerangka Islam danmenyebarkan pengetahuan Islam.

3 Membangun sains pada pemerintahan Islami.

Ide ini terutama pada proses pemanfaatan sains. “Dalam lingkunganIslam pastilah sains tunduk pada tujuan mulia.” Ilmuwan Pakistan,Z.A. Hasymi, memasukkan Abdus Salam dan Habibie pada kelompokini.

4. Menggali epistimologi1 sains Islam (murni).

Epistimologi sains Islam murni digali dari pandangan dunia duniaIslam, dan dari sinilah dibangun teknologi dan peradaban Islam.Dipelopori oleh Ziauddin Sardar, dalam bukunya: “Islamic Futures:

“The Shape of Ideas to Come”” (1985), edisi Indonesia: “MasaDepan Islam”, Pustaka, 1987).

Sardar mengkritik ide Al-Faruqi dengan pemikiran:

1. Karena sains dan teknologilah yang menjaga struktur sosial,ekonomi dan politik yang menguasai dunia.

2. Tidak ada kegiatan manusia yang dibagi-bagi dalam kotak-kotak:“psikologi”, “sosiologi”, dan ilmu politik.

3. Menerima bagian-bagian disipliner pengetahuan yang dilahirkandari epistimologi Barat berarti menganggap pandangan dunia Islamlebih rendah daripada peradaban Barat. 1Epistimologi: teoripengetahuan, titik dari setiap pandangan dunia. Pokokpertanyaannya: “Apa yang dapat diketahui dan bagaimana kitamengetahuinya.

Penemuan kembali sifat dan gaya sains Islam di zaman sekarangmerupakan salah satu tantangan paling menarik dan penting, karenakemunculan peradaban muslim yang mandiri di masa akan datangtergantung pada cara masyarakat muslim masa kini menangani halini.

Dalam seminar tentang “Pengetahuan dan Nilai-Nilai” di Stocholm,1981, dengan bantuan International Federation of Institutes ofAdvance Study (IFIAS), dikemukakan 10 konsep Islam yangdiharapkan dapat dipakai dalam meneliti sains modern dalam rangkamembentuk cita-cita Muslim. Kesepuluh konsep ini adalah:

Paradigma Dasar:

(1) tauhid — meyakini hanya ada 1 Tuhan, dan kebenaran itu dari-Nya.

(2) khilafah — kami berada di bumi sebagai wakil Allah —segalanya sesuai keinginan-Nya.

(3)`ibadah (pemujaan) — keseluruhan hidup manusia harus selarasdengan ridha Allah, tidak serupa kaum Syu’aib yang memelopori

akar sekularisme: “Apa hubungan sholat dan berat timbangan (dalamdagang)”.

Sarana:

(4) `ilm — tidak menghentikan pencarian ilmu untuk hal-hal yangbersifat material, tapi juga metafisme, semisal diuraikan YusufQardhawi dalam “Sunnah dan Ilmu Pengetahuan”.

Penuntun:

(5) halal (diizinkan).

(6)`adl (keadilan) — semua sains bisa berpijak pada nilai ini:janganlah kebenciankamu terhadap suatu kaum membuat-mu berlakutidak adil. (Q.S. Al-Maidah 5 : 8). Keadilan yang menebarkanrahmatan lil alamin, termasuk kepada hewan, misalnya: menajamkanpisau sembelihan.

(7) istishlah (kepentingan umum).

Pembatas:

(8) haram (dilarang).

(9) zhulm (melampaui batas).

(10) dziya’ (pemborosan) — “Janganlah boros, meskipun berwudhudengan air laut”.

Dalam membangun dan mengejar perbaikan iptek dunia Islam, Sardarmengajukan 2 pemikiran dasar:

1. Menganalisa kebutuhan sosial masyarakat muslim sendiri, dandari sinilah dirancang teknologi yang sesuai.

2. Teknologi ini dikembangkan dalam kerangka pandangan-duniamuslim.

Kenyataannya, sangat tidak mudah bekerja di luar paradigma yangdominan, lantaran kita masih terikat dan terdikte dengan

disiplin-disiplin ilmu yang dicetuskan dari, oleh dan untukBarat.

Namun paling tidak ada dua agenda praktis yang dapat dijadikanlandasan: jangka pendek: membekali ilmuwan Islam dengansyakhshiyah Islamiyah, dan jangka panjang: perumusan kurikulumpendidikan Islam yang holistik.

Program perumusan kurikulum pendidikan Islam ini sudah mulaiterlihat bentuknya di Indonesia, dengan lahirnya banyak sekolahsekolah Islam. Secara umum garis besarnya berlandaskan: SD:habitual; SMP: habitual dengan konsep; SMU: habitual dengankonsep dan ideologi. Diharapkan, anak anak yang dididik di sini,pada saat memasuki universitas, sudah siap bertarung secaraideologi.

Peran Perguruan Tinggi Dalam Meningkatkan Keberadaban Islam

Islam merupakan agama yang punya perhatian besar kepada ilmupengetahuan. Islam sangat menekankan umatnya untuk terus menuntutilmu. Dalam surat Ar-Rahman, Allah menjelaskan bahwa diri-Nyaadalah pengajar (‘Allamahu al-Bayan) bagi umat Islam. Dalamagama-agama lain selain Islam kita tidak akan menemukan bahwawahyu pertama yang diturunkan adalah perintah untuk belajar. Kitatahu bahwa ayat pertama yang diturunkan adalah Surat Al-‘Alaqyang memerintahan kita untuk membaca dan belajar. Allahmengajarkan kita dengan qalam – yang sering kita artikan denganpena. Akan tetapi sebenarnya kata qalam juga dapat diartikansebagai sesuatu yang yang dapat dipergunakan untuk mentransferilmu kepada orang lain. Kata Qalam tidak diletakkan dalampengertian yang sempit. Sehingga pada setiap zaman kata qalamdapat memiliki arti yang lebih banyak. Seperti pada zamansekarang, komputer dan segala perangkatnya termasuk internet bisadiartikan sebagai penafsiran kata qalam. Dalam surat Al-‘Alaq,Allah Swt memerintahkan kita agar menerangkan ilmu. Setelah itukewajiban kedua adalah mentransfer ilmu tersebut kepada generasiberikutnya. Dalam hal pendidikan, ada dua kesimpulan yang dapatkita ambil dari firman Allah Swt tersebut; yaitu Pertama, kitabelajar dan mendapatkan ilmu yang sebanyak-banyaknya. Kedua,berkenaan dengan penelitian yang dalam ayat tersebut digunakan

kata qalam yang dapat kita artikan sebagai alat untuk mencatatdan meneliti yang nantinya akan menjadi warisan kita kepadagenerasi berikutnya.

Dalam ajaran Islam – baik dalam ayat Qur’an maupun hadits, bahwailmu pengetahuan paling tinggi nilainya melebihi hal-hal lain.Bahkan sifat Allah Swt adalah Dia memiliki ilmu yang MahaMengetahui. Seorang penyair besar Islam mengungkapkan bahwakekuatan suatu bangsa berada pada ilmu. Saat ini kekuatan tidakbertumpu pada kekuatan fisik dan harta, tetapi kekuatan dalam halilmu pengetahuan. Orang yang tinggi di hadapan Allah Swt adalahmereka yang berilmu.

Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad Saw menganjurkan kita untukmenuntut ilmu sampai ke liang lahat. Tidak ada Nabi lain yangbegitu besar perhatian dan penekanannya pada kewajiban menuntutilmu sedetail nabi Muhammad Saw. Maka bukan hal yang asing jikawaktu itu kita mendengar bahwa Islam memegang peradaban pentingdalam ilmu pengetahuan. Semua cabang ilmu pengetahuan waktu itudidominasi oleh Islam yang dibangun oleh para ilmuwan Islam padazaman itu yang berawal dari kota Madinah, Spanyol, Cordova dannegara-negara lainnya. Itulah zaman yang kita kenal dengan zamankeemasan Islam, walaupun setelah itu Islam mengalami kemunduran.Di zaman itu, di mana negara-negara di Eropa belum ada yangmembangun perguruan tinggi, negara-negara Islam telah banyakmembangun pusat-pusat studi pengetahun. Sekarang tugas kita untukmengembalikan masa kejayaan Islam seperti dulu melalui berbagailembaga keilmuan yang ada di negara-negara Islam.

Saya cukup apresiatif dengan Universitas Muhammadiyah Jakarta(UMJ) yang mengintegrasikan antara ilmu pengetahuan umum dan ilmuagama. Hal itu juga yang kami lakukan di negara kami, Iran.Sehingga generasi Islam mendatang pada masa yang sama, merekaahli dalam ilmu pengatahuan dan ahli dalam bidang agama. DalamAl-Qur’an sudah dijelaskan bahwa orang yang mulia di sisi Allahhanya karena dua hal; karena imannya dan karena ketinggianilmunya. Bukan karena jabatan atau hartanya. Karena itu dapatkita ambil kesimpulan bawa ilmu pengetahuan harus disandingkandengan iman. Tidak bisa dipisahkan antara keduanya. Perpaduan

antara ilmu pengetahuan dan iman akan menghasilkan peradaban yangbaik yang disebut dengan Al-Madinah al-Fadhilah.

Dalam menuntut ilmu tidak mengenal waktu, dan juga tidak mengenalgender. Pria dan wanita punya kesempatan yang sama untuk menuntutilmu. Sehingga setiap orang baik pria maupun wanita bisamengembangkan potensi yang diberikan oleh Allah Swt kepada kitasehingga potensi itu berkembang dan sampai kepada kesempurnaanyang diharapkan. Karena itulah, agama menganggap bahwa menuntutilmu itu termasuk bagian dari ibadah. Ibadah tidak terbataskepada masalah shalat, puasa, haji, dan zakat. Bahkan menuntutilmu itu dianggap sebagai ibadah yang utama, karena denganilmulah kita bisa melaksanakan ibadah-ibadah yang lainnya denganbenar. Imam Ja’far As-Shadiq pernah berkata: “Aku sangat senangdan sangat ingin agar orang-orang yang dekat denganku danmencintaiku, mereka dapat belajar agama, dan supaya ada di ataskepala mereka cambuk yang siap mencambuknya ketika ia bermalas-malasan untuk menuntut ilmu agama”.

Alhamdulillah saya melihat di negara Indonesia kaum pria danwanita punya kesempatan yang sama dalam menuntut ilmu. Itu semuakarena ajaran agama Islam yang menekankan kewajiban menuntut ilmutanpa mengenal gender. Karena menuntut ilmu sangat bermanfaat dansetiap ilmu pasti bemanfaat. Kalau kita dapati ilmu yang tidakbermanfaat, hal itu karena faktor-faktor lain yangmempengaruhinya. Sedangkan ilmu itu sendiri pasti sesuatu yangbermanfaat.

3. Penutup

Kejayaan Islam pada masa Dinasti Abbasiyah mencerminkan bahwa Islam adalah agama yang luar biasa. Bahkan Eropa pun seolah-olah tidak berdaya menghadapi kemajuan Islam terutama di bidang IPTEK.Walaupun pada akhirnya kejayaan Islam masa Dinasti Abbasiyah telah berakhir dan hanya menjadi kenagngan manis belaka kita sebagai generasi penerus harus senantiasa berusaha untuk menjadi generasi yang pantang menyerah apalagi di zaman serba modern ini kemajuan IPTEK semakin sulit untuk dibendung. Kemajuan IPTEK merupakan tantangan yang besar bagi kita. Apakah kita sanggup

atau tidak menghadapi tantangan ini tergantung pada kesiapan pribadi masing-masing .

Diantara penyikapan terhadap kemajuan IPTEK masa terdapat tigakelompok yaitu: (1) Kelompok yang menganggap IPTEK moderenbersifat netral dan berusaha melegitimasi hasil-hasil IPTEKmoderen dengan mencari ayat-ayat Al-Qur’an yang sesuai; (2)Kelompok yang bekerja dengan IPTEK moderen, tetapi berusaha jugamempelajari sejarah dan filsafat ilmu agar dapat menyaringelemen-elemen yang tidak islami, (3) Kelompok yang percaya adanyaIPTEK Islam dan berusaha membangunnya.

Daftar Pustaka

Farhana.Peradaban Islam Masa Dinasti Abbasiyah;Kebangkitan dan Kemajuan. Media ilmu.

Agar Umat Islam Mandiri.http://hidayatulloh.com

Samantho, Y.Ahmad.IPTEK dari Sudut Pandang Islam.http://ahmadsamantho.wordpress.com

Solihin, O.Sejarah Kejayaan Islam.www.gaulislam.com

Sa’aduddin, Nadri.Proletar : Masa Kejayaan Islam Pertama.http://www.mail-archive.com

Taher, Tarmizi.Ummatan Wasathan.www.republika.co.id

Yahya, Harun.Islam : Agama yang Berkembang Paling Pesat di Eropa.www.harunyahya.com

Mustafawi, Prof.Dr. Ayatulloh Sayyid Hasan Sadat.Peran Perguruan Tinggi Dalam Meningkatkan Keberadaan Islam.www.umj.ac.id

Hafidz.Kegemilangan IPTEK di Masa Khilafah Abbasiyah.http://sobatmuda.multiply.com

Uli dan Rio L.Dulu Islam Pernah Berjaya.www.swaramuslim.net

Dinamika Madinatus Salam.www.republika.co.id

Share this: Share

This entry was posted in Ibrah Sejarah, Islam & Sciences. Bookmark the permalink. ← MENAKAR KEMANDIRIAN EKONOMI   INDONESIA PRINSIP ILMU   TASAWUF → LikeBe the first to like this post.

13 Responses to Iptek & Peradaban Islam

1. taufik | March 26, 2008 at 1:47 pm | Reply

salam kenal, tulisan bp sangat2 panjang, pakai read more ajapak…

2. abdullah | September 25, 2008 at 3:59 pm | Reply

ass..tulisannya kepanjangan pak..jadi cape ngebacanye..pake read more aje..(maaf, saya betawi)

3. saNjunG cUaKepzZZ.. | April 27, 2009 at 3:55 am | Reply

pak..Qlo bisa jangan kepanjangan nulisnya,,kasihan yang baca, but gak apa-apa, yang penting ada manfaatnya juga.makasih..

4. yqkro | April 28, 2009 at 2:15 pm | Reply

kok tulisan panjang dikomentari..toh itu ilmu kan, selama itu bermanfaat, marilah kita kembangkan

5. syahking | May 12, 2009 at 10:47 am | Reply

saya merasamedapatkan ilmu yang baru setelah membaca artikelbapak, terimakasih dan tetaplah berkarya

6. eva | January 26, 2010 at 7:33 am | Reply

wahhhhhhhhhhhh tulisan nya bisa di ringkes gak.coz terlalu pjg n lebar

7. sallahuddinshah | January 29, 2010 at 4:20 am | Reply

tilisan tu bleh ringkas x..pjg sgt ..x faham..so ape2 pn thanks coz dh bg idea cam mane nak buat syarahan…

8. hamidy | January 30, 2010 at 8:26 am | Reply

subhanalloh wal haldulillah,tulisan ini adalah sebagian hikmah/ ilmu adalah barang hilang muslimin,harus kita ambil dimanapun kita temukan

9. Ahmad | March 11, 2010 at 5:13 am | Reply

What a brilliant article!!

10. dina | May 1, 2010 at 2:57 am | Reply

saya izin mengutip untuk tugas ya..

ICAS JAKARTA-

INDONESIA:

http://paramadina.ac.id/

THE IRANIAN QUR'ANIC

NEWS AGENCY:

http://indonesian.irib.ir/

A. PENGERTIAN PERADABAN

Sejarah Peradaban Islam, Kata Peradaban seringkali diberi arti yang sama dengan kebudayaan. Tetapi dalam B. Inggris terdapat perbedaan pengertian antara kedua istilah tersebut. Istilah Civilization untuk

peradaban dan Culture untuk kebudayaan. Demikian pula dalam B. Arab dibedakan antara kata Tsaqafah (kebudayaan), kata Hadharah (kemajuan),dan Tamaddun (peradaban)

Sejarah Peradaban Islam Menurut A.A. Fyzee, peradaban (civilization) dapat diartikan dalam hubungannya dengan kewarganegaraan karena berasal dari kata civies (Latin) atau civil (Inggris) yang berarti seorang warganegara yang berkemajuan. Dalam hal ini peradaban diartikan dalam dua cara:

* Proses menjadi berkeadaban, dan* Suatu masyarakat manusia yang sudah berkembang atau maju.

Suatu peradaban ditunjukkan dalam gejala-gejala lahir, mis. Memiliki kota-kota besar, masyarakat telah memiliki keahlian di dalam industri (pertanian, pertambangan, pembangunan, pengangkutan dsb), memiliki tertib politik dan kekuasaan, dan terdidik dalam kesenian yang indah-indah.

Adapun kebudayaan diartikan bersifat sosiologis di satu sisi dan antropologis di sisi lain. Istilah kebudayan (culture) pada dasarnya diartikan sebagai cara mengerjakan tanah, memelihara tumbuh2an, diartikan pula melatih jiwa dan raga manusia. Dalam latihan ini memerlukan proses dan mengembangkan cipta, karsa, dan rasa manusia. Maka culture adalah civilization dalam arti perkembangan jiwa.

Peradaban Islam memiliki tiga pengertian yang berbeda. Pertama, kemajuan dan tingkat kecerdasan akal yang dihasilkan dalam suatu periode kekuasaan Islam mulai dari periode Nabi Muhammad Saw. sampai perkembangan kekuasaan sekarang; kedua, hasil-hasil yang dicapai oleh umat Islam dalam lapangan kesusasteraan, ilmu pengetahuan dan kesenian; ketiga, kemajuan politik atau kekuasaan Islam yang berperan melindungi pandangan hidup Islam terutama dalam hubungannya dengan ibadah-ibadah, penggunaan bahasa, dan kebiasaan hidup kemasyarakatan.

B. MERAIH KEJAYAAN ISLAM DENGAN IPTEK

Berdasarkan penjelasan Ibnu Khaldun tentang kebangkitan suatu peradaban, jika umat Islam ingin membangun kembali peradabannya, mereka harus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa ini, kebangkitan Islam hanya akan menjadi utopia belaka.

Menurut Ibnu Khaldun, wujud suatu peradaban merupakan produk dari akumulasi tiga elemen penting yaitu, kemampuan manusia untuk berfikir yang menghasilkan sains dan teknologi, kemampuan berorganisasi dalam bentuk kekuatan politik dan militer, dan kesanggupan berjuang untuk hidup. Jadi kemampuan berfikir merupakan elemen asas suatu peradaban. Suatu bangsa akan beradab (berbudaya) hanya jika bangsa itu telah mencapai tingkat kemapuan intelektual tertentu. Sebab kesempurnaan manusia ditentukan oleh ketinggian pemikirannya.

Suatu peradaban hanya akan wujud jika manusia di dalamnya memiliki pemikiran yang tinggi sehingga mampu meningkatkan taraf kehidupannya. Suatu pemikiran tidak dapat tumbuh begitu saja tanpa sarana dan prasarana ataupun supra-struktur dan infra-struktur yang tersedia. Dalam hal ini pendidikan merupakan sarana penting bagi tumbuhnya pemikiran, namun yang lebih mendasar lagi dari pemikiran adalah struktur ilmu pengetahuan yang berasal dari pandangan hidup. Maka dariitu, pembangunan kembali peradaban Islam harus dimulai dari pembangunan ilmu pengetahuan Islam.

Orang mungkin memprioritaskan pembangunan ekonomi dari pada ilmu, dan hal itu tidak sepenuhnya salah, sebab ekonomi akan berperan meningkatkan taraf kehidupan. Namun, sejatinya faktor materi dan ekonomi menentukan setting kehidupan manusia, sedangkan yang mengarahkan seseorang untuk memberi respon seseorang terhadap situasi yang sedang dihadapinya adalah faktor ilmu pengetahuan. Dari sini, kita melihat peran vital pendidikan sebagai jalan kebangkitan peradaban Islam.

Lebih penting dari ilmu dan pemikiran yang berfungsi dalam kehidupan masyarakat, adalah intelektual. Ia berfungsi sebagai individu yang bertanggung jawab terhadap ide dan pemikiran tersebut. Bahkan perubahan di masyarakat ditentukan oleh ide dan pemikiran para

intelektual. Ini bukan sekedar teori tapi telah merupakan fakta yang terdapat dalam sejarah kebudayaan Barat dan Islam. Di Barat ide-ide para pemikir, seperti Descartes, Karl Marx, Emmanuel Kant, Hegel, JohnDewey, Adam Smith dan sebagainya adalah pemikir-pemikir yang menjadi rujukan dan merubah pemikiran masyarakat.

Demikian pula dalam sejarah peradaban Islam, pemikiran para ulama seperti Imam Syafii, Hanbali, Imam al-Ghazzali, Ibn Khaldun, dan lain sebagainya mempengaruhi cara berfikir masyarakat dan bahkan kehidupan mereka. Jadi membangun peradaban Islam harus dimulai dengan membangun pemikiran umat Islam, meskipun tidak berarti kita berhenti membangun bidang-bidang lain. Artinya, pembangunan ilmu pengetahuan Islam hendaknya dijadikan prioritas bagi seluruh gerakan Islam.

Guna memuluskan jalan menuju kebangkitan peradaban Islam ini, umat Islam harus giat belajar, mengkaji, dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Demi kemajuan para pemimpin dan umat Islam berada di atasnilai-nilai Islami. Sehingga umat Islam akan menjadi khairu ummah sebagaimana yang disinyalir QS Ali Imran [3]: 110.

C. DASAR-DASAR PERADABAN ISLAM

Analisis Historis Dan Konstektual Dalam Kajian Literatur Islam Klasik;Adalah kesepakatan keimanan seluruh kaum muslimin bahwa Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw adalah agama yang dihadirkan untuk menjadi petunjuk hidup bagi seluruh umat manusia. Pandangan ini didasarkan pada teks al Qur-an : Dan Kami tidak mengutus kamu (Muhammad) melainkan kepada seluruh umat manusia sebagai pembawa berita gembir Dan sebagai pemberi peringatan tetapi kebanyakan manusiatidakmengetahui”. Dalam teks lain dikemukakan bahwa visi atau tujuan akhir yang dibawa oleh agama ini adalah kerahmatan (kasih sayang). Danini bukan hanya bagi manusia tetapi juga bagi alam semesta. Ia adalah agama yang merahmati alam semesta.(Q.S. al Anbiya,21: 107). Berdasarkan teks al Qur-an tersebut, maka seluruh manusia merupakan ciptaan Tuhan Dan semuanya meski memiliki latarbelakang kultural, etnis, warna kulit, kebangsaan, Dan jenis kelaim, menempati posisi yang sama di hadapan-Nya.

Hal ini dinyatakan secara eksplisit Dalam al Qur-an :;Wahai manusia, Kami ciptakan kamu sekalian terdiri dari laki-laki Dan perempuan Dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa Dan bersuku-suku agar saling mengenal. Sesungguhnya yang paling unggul di antara kamu adalah yang paling bertaqwa (kepada Allah;.(Q.S. Al Hujurat, 13). Ini sungguh merupakan pernyataan paling tegas mengenal universalitas Islam Totalitas Islam pada sisi lain muncul Dalam konsep “Trilogi Islam”. Trilogi ini merupakan ajaran yang mewadahi dimensi-dimensi manusia. Pertama, dimensi keimanan. Dimensi ini berpusat pada keyakinan personal manusia terhadap;Kemahaesaan Tuhan;, pada;al Nubuwwat; (kenabian dan kitab-kitab suci) Dan;al Ghaibiyyat” (metafisika). Dimensi ini biasanya juga dikenal dengan istilah “aqidah”.

Kedua adalah dimensi aktualisasi keyakinan tersebut yang bersifat eksoterik (hal-hal yang dapat dilihat, yang lahiriyah). Dimensi ini berisi aturan-aturan bertingkahlaku baik tingkah laku personal dengan Tuhannya, tingkah laku interpersonal yakni antar suami-isteri Dan bertingkahlaku antar personal. Dimensi ini biasanya disebut “syari’ah”. Ketiga aturan ini kemudian dirumuskan oleh para ulama Islam sebagai : aturan ibadah, aturan hukum keluarga (al ahwal al syakhshiyyah), Dan aturan mu’amalat atau pergaulan antar manusia Dalamruang publik dengan segala persoalannya.

Dimensi ketiga adalah aturan-aturan yang mengarahkan gerak hati (dimensi esoterik) yang diharapkan akan teraktualisasi Dalam sikap- sikap moral luhur atau al Akhlaq al Karimah. Ini biasanya disebut jugadimensi “tasawuf/akhlaq”.Seluruh dimensi ajaran Islam tersebut diambildari sumber-sumber otoritatif Islam yakni al Qur-an Dan Hadits Nabi. Kedua sumber utama Islam ini mengandung prinsip-prinsip, dasar-dasar normatif, hikmah-hikmah Dan petunjuk-petunjuk yang diperlukan bagi hidup Dan kehidupan manusia. Al Qur-an menyatakan : “Kami tidak melupakan sesuatupun di Dalam al Kitab”. Q.S.Al An’am,6:38). Dari sinipara ulama kemudian mengeksplorasi Dan mengembangkan kandungannya untuk menjawab kebutuhan manusia Dalam ruang Dan waktu yang berbeda-beda Dan berubah-ubah.

Ekplorasi Dan pengembangan tersebut dilakukan melalui alat Analisis yang bernama Ijtihad, Istinbat atau Ilhaq al Masail bi Nazha-iriha atau sebutan lain yang identik dengan aktifitas intelektual. Alat-alatAnalisis inilah yang kemudian melahirkan khazanah intelektual Islam yang maha kaya Dalam beragam disiplin ilmu pengetahuan Dan teknologi. Inilah yang kemudian menciptakan peradaban Islam yang gemilang. Aktifitas intelektual kaum muslim paling produktif Dalam sejarah Islamlahir pada tiga abad pertama Islam.Menelusuri aktifitas intelektual kaum muslimin pada tiga abad pertama Islam kita menemukan bahwa para sarjana Klasik Islam Klasik ternyata tidak melakukan dikotomisasi antara ilmu pengetahuan Agama Dan pengetahuan umum (sekuler). Mereka meyakini bahwa beragam jenis ilmu pengetahuan adalah ilmu Allah yang mahakaya. Bahkan pergulatan intelektual mereka dilakukan dengan mengadopsi secara selektif produk-produk ilmu pengetahuan Helenistik Dan Persia terutama Dalam bidang filsafat Dan fisika.

Aspek Hukum Islam Pada tataranpengetahuan keagamaan, bidang paling hidup Dan produktif adalah bidang hukum. Ini memang wajar karena tingkahlaku manusia senantiasa bergerak Dan ruang Dan waktu yang semakin meluas Dan cepat disamping ini paling mudah dipahami banyak orang. Maka sampai abad ke IV H, peradaban Islam telah menghasilan ratusan para ahli hukum Islam terkemuka (mujtahidin) selain empat Imammujtahid; Abu Hanifah, Malik bin Anas, Muhammad bin Idris al Syafi’i Dan Ahmad bin Hanbal. Mereka bekerja keras untuk mengeksploitasi Dan mengembangkan hukum Islam bagi keperluan masyarakat yang senantiasa berkembang. Masing-masing dengan metodanya Dan kecenderungannya sendiri-sendiri.

Produk-produk hukum mereka yang dikemudian hari dikenal dengan sebutan“fiqh”, senantiasa memiliki relevansi dengan konteks sosio-kulturalnyamasing-masing. Jika kita harus memetakan pola fiqh ke empat mazhab paling terkenal di atas, maka dapat kita kemukakan : Mazhab Hanafi adalah mazhab ahl al Ra’y (rasionalis), mazhab Maliki; mazhab “muhafizhin” (menjaga tradisi), Syafi’i mazhab al Tawassuth, Dan Hanbali ; mazhab “mutasyaddidin”. Pembagian pola atau katagorisasi initentu saja tidak bersifat absolut, melainkan sebagai kecenderungan utama atau umum.

Satu hal yang sangat menarik adalah bahwa mereka Dan para pengikutnya yang awal senantiasa saling menghargai pendapat lainnya. Satu pernyataan yang sering dikemukakan mereka adalah “Ra’yuna Shawab Yahtamil al Khatha’ wa Ra’yu Ghairina Khatha Yahtamil al Shawab” (pendapat kami benar tetapi boleh jadi keliru, Dan pendapat selain kami keliru tetapi mungkin saja benar).Sikap menghargai pandangan orang lain yang berbeda ditunjukkan oleh Imam Malik bin Anas melalui penolakannya terhadap Khalifah dinasti Abbasiyah, Abu Ja;far al Manshur yang menghendaki kitab;Al Muwattha; sebagai rujukan hukum bagiseluruh masyarakat muslim. Kepada Khalifah beliau mengatakan :;anda tahu bahwa di berbagai wilayah negeri ini telah berkembang berbagai tradisi hukum sesuai dengan kemaslahatan setempat.

Beberapa hal yang bisa dijadikan dasar kontekstualisasi adalah :Mengkaji substansi, kausalita; hukum yang terdapat Dalam teks.Cara ini sejalan dengan kaedah fiqh :

* Mengkaji sosio-kultural Dan Politik yang melatarbelakangi teks-teks fiqh Klasik* Menjadikan realitas sosial baru sebagai bahan Analisis bagi kemungkinan dilakukannya perubahan hukum. Ini sejalan dengan kaedah “Taghayyur al Ahkam bi Taghayyur al Ahwal wa al Azminah wa al Amkinah”(hukum bisa berubah karena perubahan keadaan, zaman Dan tempat).* Perubahan hukum tersebut harus selalu mengacu pada empat hal : Keadilan, Kemaslahatan, Ke Kerahmatan Dan Kebijaksanaan.

D. PRIODESASI PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM

Sejak awal, Rasulullah SAW tidak pernah mengajar sistem feodal atau monarki. Maka, pemilihan khalifah (pada masa khulafaur rasyidin) dilakukan dengan tiga model pemilihan: aklamasi; penunjukan; atau (ketiga) melalui tim formatur (dewan syura).

Sementara di bidang ekonomi, Nabi SAW mewariskan prinsip: mengakui hakindividu berikut penggunaannya; kepemilikan pribadi itu harus

dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT; dan (prinsip ketiga) harta tersebut harus disalurkan kepada fakir miskin atau yang lebih membutuhkan. Sedang sistem sosial Islam merangkul semua lapisan masyarakat; mempertalikan si kaya dengan si miskin, dan raja dengan rakyat. Tidak ada kasta-kasta dalam Islam.

Islam menyajikan sistem tolong menolong antarumat dalam lapangan politik, perekonomian, kehidupan sosial, bahkan sistem perdamaian. Islamlah yang mencetuskan sistem perjanjian, konsulat, suaka politik, dan dakwah. Kerja sama dan kontak ekonomi dibolehkan dengan pihak lain, seperti Yahudi, Persia dan Romawi.Semasa Dinasti Umayyah (Amawiyah) berkuasa (661-770M), banyak institusi politik dibentuk, misalnya undang-undang pemerintahan, dewanmenteri, lembaga sekretariat negara, jawatan pos dan giro serta penasihat khusus di bidang politik.

Dalam tatanan ekonomi dan keuangan juga dibentuk jawatan ekspor dan impor, badan urusan logistik, lembaga sejenis perbankan, dan badan pertanahan negara. Sedang dalam tatanan teknologi, dinasti ini telah mampu menciptakan senjata-senjata perang yang canggih pada masanya, sarana transportasi darat maupun laut, sistem pertanian maupun pengairan.

Wilayah kekuasaan Umayyah berkembang di sebelah Timur sampai ke Oxus, bagian barat India sampai Punjab dan Lahore. Di Utara, dikuasainya Pulau Rhodes, Cretta, sampai Konstantinopel. Sementara di Barat, dinasti ini menguasai seluruh Afrika Utara, Aljazair, Tangiers dan Spanyol. Sebelah timur sampai ke Oxus, bagian barat India sampai Punjab dan Lahore. Di Utara, dikuasainya Pulau Rhodes, Cretta, sampai Konstantinopel. Sementara di Barat, dinasti ini menguasai seluruh Afrika Utara, Aljazair, Tangiers dan Spanyol.

Astronomi, astronom pertama Muslim Muhammad ibnu Ibrahim Al-Farazi (777M) membuat astrolobe atau alat ukur ketinggian bintang. Lalu ada Ali ibn Rabban Al-Tabari (850M) sebagai dokter pertama yang mengarang buku Firdaus Al Hikmah. Tokoh kedokteran lainnya adalah Ibnu Sina, Al Razi dan Al Farabi.

Sementara di bidang kimia, muncul Jabir ibn Hayyan sebagai Bapak Ilmu Kimia Islam. Kimiawan Muslim lainnya ketika itu adalah Al Razi dan Al Tuqrai (abad ke-12M). Muncul pula sejarawan seperti Ahmad al-Yakubi dan Abu Jafar Muhammad bin Jafar bin Jarir Al-Tabari. Sedang ahli ilmubumi termasyhur Ibnu Khurdazabah (820-913M). Khusus di bidang hadits, dilakukan penyempurnaan, pembukuan dan pencatatan dari hafalan para sahabat. Mulailah dilakukan pengklasifikasian secara sistematis dan krologis, sehingga muncul apa yang kita kenal sebagai hadits shahih, dhaif, maudhu.

Bahkan dikemukakan pula kritik sanad dan matan, sehingga terlihat jarah dan takdil rawi sebuah hadits . Apa yang disajikan Ajid Thohir dalam bukunya Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar Sosial, Politik dan Budaya Umat Islam terbitan Rajawali Pers(PT Raja Grafindo Perkasa) ini membuktikan argumentasi reformis Islam asal Mesir Muhammad Abduh bahwa sangat tidak benar (persangkaan Barat selama ini) mengaitkan Islam dengan keterbelakangan, kebodohan dan kemiskinan. Justru Baratlah yang kemudian mencomot apa-apa yang terbaik dari peradaban Islam. Pecahnya kekhalifahan Umayyah adalah penguasa pertama yang mengubah sistem pemerintahan Islam, dari yang bersifat demokrasi menjadi monarki absolut.

Demikian pula Bani Abbasiyah __meski berdasarkan nilai kebersatuan, moderat, universal, dan kesamaan hubungan dalam hukum__ merupakan daulat yang dibangun dengan sistem suksesi turun temurun. Ketika terjadi konflik internal keluarga dan pada saat mereka kehilangan kendali terhadap daulat-daulat kecil, maka pecahlah kekuasaan kekhalifahan.

Di wilayah Barat, Andalusia, Dinasti Umayyah bangkit lagi dengan mengangkat Abdurahman Nasr menjadi khalifah/Amir Al-Mukminin. Kekuasaan Umayyah dihancurkan Abbasiyah, karena ketidakadilan dalam kebijakan land reform serta konflik berkepanjangan dengan kaum Syiah. Sedang Daulat Abbasiyah dihancurkan pasukan Tartar dari Mongolia, ketika kejayaannya juga terus merosot dan lemah.Ajid Thohir secara sistematis menyajikan bagaimana prosesi sejarah

peradaban di kawasan dunia Islam ini berjaya dan jatuh bangun. Juga iahadirkan keinginan-keinginan untuk mendirikan negara Islam, seperti yang terjadi di Indonesia pada masa pemerintahan Ir Soekarno.

BAB IIIKESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Peradaban seringkali diartikan sama dengan kebudayaan menurut a.a. Fyzee, peradaban (civilization) dapat diartikan dalam hubungannya dengan kewarganegaraan karena berasal dari kata civies (latin) atau civil (inggris) yang berarti seorang warganegara yang berkemajuan

Suatu peradaban hanya akan wujud jika manusia di dalamnya memiliki pemikiran yang tinggi sehingga mampu meningkatkan taraf kehidupannya. Suatu pemikiran tidak dapat tumbuh begitu saja tanpa sarana dan prasarana ataupun supra-struktur dan infra-struktur yang tersedia. Dalam hal ini pendidikan merupakan sarana penting bagi tumbuhnya pemikiran, namun yang lebih mendasar lagi dari pemikiran adalah struktur ilmu pengetahuan yang berasal dari pandangan hidup.

Islam menyajikan sistem tolong menolong antarumat dalam lapangan politik, perekonomian, kehidupan sosial, bahkan sistem perdamaian. Islamlah yang mencetuskan sistem perjanjian, konsulat, suaka politik, dan dakwah. Kerja sama dan kontak ekonomi dibolehkan dengan pihak lain, seperti Yahudi, Persia dan Romawi.

B. SARAN

Diharapkan kepada seluruh mahasiswa pada umumnya. Dan pada mahasiswa/1semester empat pada khususnya. Agar lebih belajar dengan giat tentang sejarah peradaban islam karena agar kita lebih mengenal bagaimana sebuah peradaban tejadi yang pada makalah ini dititik beratkan pada peradaban islam.

DAFTAR PUSTAKA

Science And Civilization in islam, pengarang : seyyed Hossein nasr. penerbit : Barnes & Noble Books, State University of New York dialih bahasakan oleh DR. yazid penerbit Press, 1993Abu Ishaq al Syathibi, dalam bukunya Al Muwafaqat fi Ushul al Syari’ah, Maktabah Tijariyah Kubra, Kairo diterjemahlkan oleh. Mukhsindkk diterbitkan oleh yayasan UIN Jakarta- mei 2006Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar Sosial, Politik dan Budaya Umat Islam Penerbit: Rajawali Pers Penulis:Ajid Thohir Cetakan I: September 2004 + 364 halaman

sumber : http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/01/sejarah-peradaban-islam.html