integrated repetitive stress injury prevention (rsip) program implementation in ibu
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh
peserta didik, bukan dibuat untuk peserta didik.
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik
untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan
belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya
efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang
dilakukan peserta didik (Isjoni, 2009).
Dalam melakukan proses mengajar, guru harus dapat
memilih dan menggunakan beberapa metode mengajar.
Banyak metode mengajar yang dipakai oleh guru yang mana
masing-masing metode mempunyai kelebihan dan
kekurangan, kekurangan suatu metode dapat ditutupi oleh
metode mengajar yang lain sehingga guru dapat
menggunakan beberapa metode mengajar dalam melakukan
proses belajar mengajar. Pemilihan suatu metode perlu
memperhatikan suatu materi yang disampaikan, tujuan
pembelajaran, waktu yang tersedia, dan banyaknya
peserta didik serta hal-hal yang berkaitan dengan
proses belajar mengajar.
Pembelajaran kooperatif sesuai dengan fitrah
manusia sebagai makhluk sosial yang penuh
ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan
tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa
1
senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar
berkelompok secara kooperatif, peserta didik dilatih
dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing)
pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. saling
membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-
sosialisasi karena kooperatif adalah miniature dari
hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan
dan kelebihan masing-masing.
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai
macam metode pengajaran dimana para peserta didik
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling
membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi
pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para peserta didik
diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan
dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang
mereka saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman
masing-masing (Slavin, 2011).
Ada banyak alasan yang membuat pembelajaran
kooperatif memasuki jalur utama praktik pendidikan.
Salah satunya adalah meningkatkan pencapaian prestasi
para peserta didik, dan juga akibat-akibat positif
lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antar
kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah
dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga
diri. Selain itu, juga menyadarkan para peserta didik
akan pentingnya belajar berfikir, menyelesaikan
2
masalah, dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan
kemampuan dan pengetahuan mereka (Slavin, 2011).
Pembelajaran kooperatif memiliki tujuh konsep
kunci antara lain struktur, tim (teams), manajemen,
pembentukan kelas (classbuilding), pembentukan tim (team
building), ketermapilan sosial, dan prinsip-prinsip dasar
(adanya saling ketergantungan positif, akuntabilitas
individual, partisipasi yang sama, dan interaksi
simultan (Suprijono, 2008). Oleh karena itu,
pembelajaran kooperatif sangat menunjang bagi
tercapainya tujuan pembelajaran dalam pendidikan.
Model pembelajaran Think-Pair-Share merupakan salah
satu model pembelajaran kooperatif sederhana. Teknik
ini memberi kesempatan pada peserta didik untuk bekerja
sendiri serta bekerja sama dengan orang lain.
Keunggulan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi
peserta didik. Dengan metode klasikal yang memungkinkan
hanya satu peserta didik maju dan membagikan hasilnya
untuk seluruh kelas, teknik Think-Pair-Share (TPS) ini
memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak
kepada setiap peserta didik untuk dikenali dan
menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Lie,
2005).
Makalah ini membahas tentang sejarah Think Paire Share
(TPS), pengertian Think Paire Share (TPS), tujuan model
pembelajaran Think Paire Share (TPS), langkah-langkah model
pembelajaran Think Paire Share (TPS), kelebihan dan
3
kelemahan TPS, serta contoh implementasi Think Paire Share
(TPS) dalam pembelajaran di kelas melalui pembuatan
RPP.
B. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain:
1. Untuk mengetahui sejarah adanya model pembelajaran
Think Paire Share (TPS)
2. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran
Think Paire Share (TPS)
3. Untuk mengetahui tujuan model pembelajaran Think
Pair Share (TPS).
4. Untuk mengetahui langkah-langkah model
pembelajaran Think Paire Share (TPS)
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan model
pembelajaran Think Paire Share (TPS)
6. Untuk mengetahui implementasi model pembelajaran
Think Paire Share (TPS) di kelas
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
Think Pair Share (TPS) atau berfikir, berpasangan dan
berbagi, merupakan model pembelajaran kooperatif yang
berbasis pada pembelajaran diskusi kelas. Model
pembelajaran TPS ini dikembangkan oleh Frank Lyman, dkk
dari Universitas Maryland pada tahun 1985. TPS
dirancang untuk mempengaruhi pola pikir dan interaksi
peserta didik dalam kelompoknya. TPS memberikan waktu
kepada peserta didik untuk berfikir dan merespon serta
saling bantu satu sama lain (Trianto, 2010).
5
Frank Lyman berpendapat bahwa tipe pembelajaran
ini sangat efektif dalam membuat variasi suasana pola
diskusi di kelas. Karena semua diskusi di kelas
membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara
keseluruhan dan prosedur yang digunakan dalam tipe
pembelajaran ini memberikan waktu berfikir yang lebih
banyak bagi peserta didik, untuk merespon dan saling
membantu diantara peserta didik. (Trianto, 2010).
Proses pembelajaran yang kontekstual sangat
dibutuhkan oleh peserta didik terutama pada mata
pelajaran sains yang banyak mengkaji ilmu alam yang
nyata atau kontekstual. Kontekstual mempunyai makna
mengeksploarasi fakta-fakta yang terkait pembelajaran
sehingga dapat memberikan informasi yang aktual dan
dapat menstimulus otak peserta didik dalam menganalisa,
menemukan dan menginformasikan materi yang dipelajari.
Respon stimulasi dapat berupa pengajuan hipotesis,
menyelidiki dengan eksperimen atau diskusi sehingga
peserta didik dapat menemukan dan meyimpulkan tentang
kebenaran hipotesisnya.
B. Pengertian Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
Think Pair Share adalah suatu model pembelajaran
kooperatif yang memberi siswa waktu untuk berfikir dan
merespon serta saling bantu satu sama lain. Model ini
memperkenalkan ide “waktu berfikir atau waktu tunggu”
yang menjadi faktor kuat dalam meningkatkan kemampuan
6
siswa dalam merespon pertanyaan. Pembelajaran
Kooperatif model Think-Pair-Share ini relatif lebih
sederhana karena tidak menyita waktu yang lama untuk
mangatur tempat duduk ataupun mengelompokkan siswa.
Pembelajaran ini melatih siswa untuk berani berpendapat
dan menghargai pendapat teman (Trianto, 2010).
Think Pair Share memiliki prosedur yang secara
eksplisit untuk memberi siswa waktu untuk berpikir,
menjawab, saling membantu satu sama lain. Dengan
demikian diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling
membutuhkan, dan saling bergantung pada kelompok kecil
secara kooperatif. Teknik ini memberi siswa kesempatan
untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang
lain. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya
satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh
kelas, teknik think pair share ini memberi kesempatan
sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap
siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka
kepada orang lain, yaitu pada saat guru
mempresentasikan sebuah pelajaran di kelas, siswa duduk
berpasangan di dalam tim mereka (Hartina, 2008)
Hal senada juga disampaikan oleh Ibrahim, dkk,
mereka menyatakan bahwa TPS (Think- Pair-Share) atau
(Berfikir-Berpasangan-Berbagi) merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa. Think-Pair-Share
menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam
7
kelompok kecil (2-6 anggota) dan lebih dirincikan oleh
penghargaan kooperatif, dari pada penghargaan
individual ( Ibrahim, 2000 ).
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran koopratif learning tipe Think
Pair Share (TPS) adalah Model
Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi
berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno.
Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana
mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai
pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi
atau tujuan pembelajaran.
C. Tujuan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS)
Think Pair Share digunakan untuk mengajarkan isi
akademik atau untuk mengecek pemahaman siswa terhadap
isi tertentu. Guru menciptakan interaksi yang dapat
mendorong rasa ingin tahu, ingin mencoba, bersikap
mandiri, dan ingin maju. Guru memberi informasi, hanya
informasi yang mendasar saja, sebagai dasar pijakan
bagi anak didik dalam mencari dan menemukan sendiri
informasi lainnya. Atau guru menjelaskan materi dengan
mengaitkannya dengan pengalaman dan pengetahuan anak
sehingga memudahkan mereka menanggapi dan memahami
pengalaman yang baru bahkan membuat anak didik mudah
memusatkan perhatian. Karenanya guru sangat perlu
memperhatikan pengalaman dan pengetahuan anak didik
8
yang didapatinya dalam kehidupan sehari-hari (Lie,
2004).
Hasil dari Think Pair Share adalah untuk mengembangkan
partisipasi siswa dalam kelas dengan berdiskusi dan
meningkatkan pemahaman konsep. Dengan cara siswa saling
belajar satu sama lain dan mendapatkan jalan keluar
dari ide mereka setelah berdiskusi dan membuat ide
mereka untuk didiskusikan dalam kelas (Sanjaya, 2007).
Tujuan pembelajaran koopratif learning tipe Think Pair
Share antara lain :
a) Hasil belajar akademik
Menurut Ibrahim (2000), bahwa pembelajaran
kooperatif juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja
pebelajar dalam tugas - tugas akademik. Para ahli
mengemukakan bahwa model ini unggul dalam membantu
pembelajar yang memiliki konsep-konsep yang sulit.
Struktur penghargaan pada pembelajaran kooperatif telah
dapat meningkatkan penilaian pebelajar pada belajar
akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan
hasil belajar. Selain itu, pembelajaran kooperatif
dapat memberikan keuntungan baik pada pebelajar
kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerjasama
menyelesaikan tugas - tugas akademi.
b) Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain dari model pambelajaran kooperatif
adalah penerimaan terhadap orang yang berbeda ras,
9
budaya, kelas sosial, maupun kemampuan. (Ibrahim, 2000)
mengemukakan bahwa kontak fisik di antara orang-orang
yang berbeda ras atau kelompok etnis tidak cukup untuk
mengurangi kecurigaan dan perbedaan ide. Pembelajaran
kooperatif memungkinkan pebelajar yang berbeda latar
belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung
satu dengan yang lain atas tugas-tugas bersama, dan
melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif,
belajar untuk menghargai satu dengan yang lain.
c) Pengembangan keterampilan sosial
Keterampilan sosial sangat penting untuk dimiliki
oleh masyarakat. Banyak kerja orang dewasa sebagian
besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung
satu sama lain dan di dalam masyarakat yang secara
budaya beragam. Atas dasar itu, Ibrahim (2000)
mengemukakan bahwa tujuan penting yang lain dari
pembalajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada
pebelajar keterampilan kerja sama dan kolaborasi.
D. Langkah-langkah Model Pembelajaran Think Pair Share
(TPS)
Pembelajaran Kooperatif tipe think pair share
mempunyai tiga tahapan, yaitu tahap berpikir (thinking),
tahap berpasangan (pairing), dan tahap berbagi (sharing),
dijabarkan sebagai berikut:
1. Pikiran (Think)
10
Guru mendorong peserta didik berpikir dengan
pertanyaan atau observasi. Dalam langkah berfikir ini,
mungkin mengharuskan peserta didik untuk merenungkan
pikiran mereka mengenai pertanyaan. Mereka mungkin
menuliskan beberapa pikiran mereka dan menaggapi
pertanyaan. Guru membimbing peserta didik dalam
menjawab pertanyaan yang dituangkan dalam lembar kerja.
Apabila terdapat peserta didik yang belum paham diberi
kesempatan untuk bertanya kepada guru. Pastikan guru
memberikan gambaran kepada peserta didik tentang berapa
banyak waktu yang mereka miliki selama berfikir
(Trianto. 2010.)
2. Pasangkan (pair)
Tahap pair ini memberikan peluang bagi peserta
didik untuk mengungkapkan ide dan gagasan dengan saling
berdiskusi dengan pasangannya. Hal ini menjadikan
pembelajaran lebih efektif, karena masing- masing
peserta didik dituntut aktif dalam pembelajaran.
peserta didik diminta berpasangan dan membicarakan
tentang jawaban mereka masing-masing. Mereka
membandingkan catatan tertulis yang menurut mereka
terbaik, paling meyakinkan atau paling unik. Tahap pair
ini memberikan peluang bagi peserta didik untuk
mengungkapkan ide dan gagasan dengan saling berdiskusi
dengan pasangannya. Hal ini menjadikan pembelajaran
11
lebih efektif, karena masing- masing peserta didik
dituntut aktif dalam pembelajaran (Trianto, 2010).
3. Berbagi (Share)
Masing- masing kelompok pasangan menyampaikan
hasil diskusi kepada teman sekelas. Guru membimbing
peserta didik untuk menaggapi jawaban teman yang
menyampaikan hasil diskusi. Hal ini dilakukan guru
untuk melatih peserta didik berani mengeluarkan
pendapat dan berfikir kritis (Trianto, 2010).
Setelah peserta didik berbicara dengan
pasangannya pada kelompok besar untuk beberapa saat,
guru kemudian meminta pasangan berbagi pemikiran mereka
untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka
terkait permasalahan yang ada pada LKPD dengan
diperhatikan seluruh anggota kelas. Diskusi kelas
dibuka, dengan memberikan kesempatan teman lainnya
untuk menanggapi presentasi. (Trianto, 2010).
Pada akhir tahapan pembelajaran peserta didik yang
mampu atau memiliki kemampuan dasar untuk berfikir
logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan
masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial, dan
aktif diberikan reward oleh guru berupa “smile” atau
pujian. Siswa mendapat penghargaan berupa nilai baik
secara individu maupun kelompok. Nilai individu
berdasarkan hasil jawaban pada tahap think, sedangkan
12
nilai kelompok berdasarkan jawaban pada tahap pair dan
share, terutama pada saat presentasi memberikan
penjelasan terhadap seluruh kelas. Adanya reward ini
tentu menambah inat dan motivasi peserta didik dalam
mengikuti pembelajaran (Ibrahim,2000).
E. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Think
Pair Share (TPS)
Pada implementasinya di lapang, masing-masing model
pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan kekurangan.
Lie (2004) mengemukakan bahwa kelebihan dari kelompok
berpasangan (kelompok yang teridiri dari 2 orang
peserta didik) adalah 1) akan meningkatkan pasrtisipasi
peserta didik, 2) cocok untuk tugas sederhana, 3) lebih
banyak memberi kesempatan untuk kontribusi masing-
masing anggota kelompok, 4) interaksi lebih mudah, dan
5) lebih mudah dan cepat membentuk kelompok. Selain
itu, menurut Lie, keuntungan lain dari teknik ini
adalah teknik ini dapat digunakan dalam semua mata
pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share adalah sangat sulit diterapkan di sekolah yang
rata-rata kemampuan peserta didiknya rendah dan waktu
yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk
banyak (Hartina, 2008).
Menurut Isjoni, (2009) ada beberapa
manfaat/kelebihan TPS bagi murid antara lain:
13
1. Memungkinkan peserta didik untuk merumuskan dan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang
diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh
contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta
memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang
diajarkan.
2. Peserta didik akan terlatih menerapkan konsep
karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan
temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam
memecahkan masalah.
3. Peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran
karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana
tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.
4. Peserta didik memperoleh kesempatan untuk
mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh
peserta didik sehingga ide yang ada menyebar.
5. Dapat menerima teman dengan berbagai kelemahannya,
mendukung teman sebaya, meningkatkan prestasi
akademik, harga diri dan minat.
6. Mampu berbagi tanggapan dan meningkatkan kualitas
tanggapan.
7. Mengasah kemampuan berpikir kritis.
Isjoni (2009) menyatakaan bahwa ada beberapa
kelemahan penerapan pembelajaran TPS adalah sebagai
berikut:
1. Bagi guru:
14
a. Guru dituntut untuk mempersiapkan materi
pembelajaran dengan matang terkait waktu, tenaga
dan pemikiran.
b. Guru harus bisa menguasai kelas dalam diskusi
c. Pendampingan penuh harus dilakukan guru meskipun
student oriented
2. Bagi peserta didik:
a. Selama kegiatan berlangsung kecenderungan materi
yang dibahas terlalu meluas, sehingga kurang
efektif
b. Membutuhkan ketersedian waktu yang panjang untuk
diskusi dan penjelasan guru
c. Biasanya didominasi oleh peserta didik yang
kemampuan bicaranya menonjol, dan peserta didik
yang lain pasif saat diskusi.
d. Jika peserta didik tidak belajar terlebih dahulu
tentang materi yang akan dibahas di kelas sangat
berpeluang terjadinya miskonsepsi.
e. Harus ada penengah jika terjadi perselisihan
dalam kelompok.
F. Contoh Implementasi Model Pembelajaran Think Pair
Share (TPS) dalam Pembelajaran di Kelas
Langkah-langkah (sintaks) model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share terdiri dari lima
langkah, dengan tiga langkah utama sebagai ciri khas
yaitu think, pair, dan share. Kelima tahapan pembelajaran
15
dalam model pembelajaran kooperatif tipe think pair
share dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran TPS ( Think,
Pair, Share ) Fase atau Tahapan Perilaku guru
Fase 1 : Memberikan orientasi kepada peserta didik
Guru menjelaskan aturan main dan batasan waktu untuk tiap kegiatan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahanmasalah
Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa
Fase 2:Think (berpikir secara individu)
Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui kegiatan demonstrasi
Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada seluruh siswa
Siswa mengerjakan LKS tersebut secara individu
16
Fase 3:Pair (berpasangan dengan teman sebangku)
Siswa dikelompokkan dengan teman sebangkunya
Siswa berdiskusi dengan pasangannya mengenai jawaban tugas yang telah dikerjakan
Fase 4:Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain)
Satu pasang siswa dipanggil secara acak untuk berbagi pendapat kepada seluruh siswa di kelas dengan dipandu oleh guru.
Fase 5:Penghargaan
Siswa dinilai secara individu dankelompok
a) Denah Tempat Duduk
1. Think
2. Pair
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Strategi TPS adalah strategi diskusi kooperatif
yang dikembangkan oleh Lyman dan kawan-kawannya
Maryland. Pemberian nama TPS berasal dari tiga tahap
aktivitas yang dilakukan siswa dengan penekanan apa
yang harus siswa lakukan dalam setiap tahap tersebut
(think, pair and share).
2. Model pembelajaran kooperatif learning tipe Think
Pair Share (TPS) adalah Model
Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi
berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno.
Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana
mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar
menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu
pada materi atau tujuan pembelajaran.Untuk mengetahui
tujuan model pembelajaran Think Pair Share (TPS)
3. Tujuan pembelajaran koopratif learning tipe Think
Pair Share (TPS) adalah hasil belajar akademik,
penerimaan terhadap perbedaan individu, dan
pengembangan keterampildn sosial.
19
4. Pembelajaran Kooperatif tipe think pair share
mempunyai tiga tahapan, yaitu tahap berpikir
(thinking), tahap berpasangan (pairing), dan tahap
berbagi (sharing),
5. Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share adalah 1) akan meningkatkan pasrtisipasi
peserta didik, 2) cocok untuk tugas sederhana, 3)
lebih banyak memberi kesempatan untuk kontribusi
masing-masing anggota kelompok, 4) interaksi lebih
mudah, dan 5) lebih mudah dan cepat membentuk
kelompok. keuntungan lain dari teknik ini adalah
teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran
dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
6. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share adalah sangat sulit diterapkan di sekolah
yang rata-rata kemampuan peserta didiknya rendah dan
waktu yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang
terbentuk banyak.
DAFTAR RUJUKAN
Anita, Lie. 2004. Cooptive Learning: Mempraktekkan CooperativeLearning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT.Gransindo
Hartina. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ThinkPaire Share (TPS) terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XIIPA SMA Negeri 5 Makassar (Studi pada Materi Pokok LajuReaksi). Skripsi tidak diterbitkan. Jurusan KimiaFMIPA, UM.
20
Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif.Surabaya University Press
Isjoni. 2010. Cooperative Learning: Efektifitas PembelajaranKelompok. Bandung: Alfabeta.
Nurhadi, dkk. 2003. Pembelajaran Konstekstual (CooperatifLearning di Ruang-ruang Kelas). Jakarta: GramediaWidiasarana.
Slavin, R. 2011. Cooperative learning. Bandung: Nusa Media
Suprijono, A. 2010. Cooperative learning. Bandung: Pustakapelajar
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran: Berorientasi StandarProses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Trianto, 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif berorientasikonstruktifistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.
21