integrated repetitive stress injury prevention (rsip) program implementation in ibu

21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh peserta didik, bukan dibuat untuk peserta didik. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik (Isjoni, 2009). Dalam melakukan proses mengajar, guru harus dapat memilih dan menggunakan beberapa metode mengajar. Banyak metode mengajar yang dipakai oleh guru yang mana masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan, kekurangan suatu metode dapat ditutupi oleh metode mengajar yang lain sehingga guru dapat menggunakan beberapa metode mengajar dalam melakukan proses belajar mengajar. Pemilihan suatu metode perlu memperhatikan suatu materi yang disampaikan, tujuan pembelajaran, waktu yang tersedia, dan banyaknya peserta didik serta hal-hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar. Pembelajaran kooperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa 1

Upload: independent

Post on 24-Feb-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh

peserta didik, bukan dibuat untuk peserta didik.

Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik

untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan

belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya

efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang

dilakukan peserta didik (Isjoni, 2009).

Dalam melakukan proses mengajar, guru harus dapat

memilih dan menggunakan beberapa metode mengajar.

Banyak metode mengajar yang dipakai oleh guru yang mana

masing-masing metode mempunyai kelebihan dan

kekurangan, kekurangan suatu metode dapat ditutupi oleh

metode mengajar yang lain sehingga guru dapat

menggunakan beberapa metode mengajar dalam melakukan

proses belajar mengajar. Pemilihan suatu metode perlu

memperhatikan suatu materi yang disampaikan, tujuan

pembelajaran, waktu yang tersedia, dan banyaknya

peserta didik serta hal-hal yang berkaitan dengan

proses belajar mengajar.

Pembelajaran kooperatif sesuai dengan fitrah

manusia sebagai makhluk sosial yang penuh

ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan

tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa

1

senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar

berkelompok secara kooperatif, peserta didik dilatih

dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing)

pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. saling

membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-

sosialisasi karena kooperatif adalah miniature dari

hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan

dan kelebihan masing-masing.

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai

macam metode pengajaran dimana para peserta didik

bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling

membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi

pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para peserta didik

diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan

dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang

mereka saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman

masing-masing (Slavin, 2011).

Ada banyak alasan yang membuat pembelajaran

kooperatif memasuki jalur utama praktik pendidikan.

Salah satunya adalah meningkatkan pencapaian prestasi

para peserta didik, dan juga akibat-akibat positif

lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antar

kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah

dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga

diri. Selain itu, juga menyadarkan para peserta didik

akan pentingnya belajar berfikir, menyelesaikan

2

masalah, dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan

kemampuan dan pengetahuan mereka (Slavin, 2011).

Pembelajaran kooperatif memiliki tujuh konsep

kunci antara lain struktur, tim (teams), manajemen,

pembentukan kelas (classbuilding), pembentukan tim (team

building), ketermapilan sosial, dan prinsip-prinsip dasar

(adanya saling ketergantungan positif, akuntabilitas

individual, partisipasi yang sama, dan interaksi

simultan (Suprijono, 2008). Oleh karena itu,

pembelajaran kooperatif sangat menunjang bagi

tercapainya tujuan pembelajaran dalam pendidikan.

Model pembelajaran Think-Pair-Share merupakan salah

satu model pembelajaran kooperatif sederhana. Teknik

ini memberi kesempatan pada peserta didik untuk bekerja

sendiri serta bekerja sama dengan orang lain.

Keunggulan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi

peserta didik. Dengan metode klasikal yang memungkinkan

hanya satu peserta didik maju dan membagikan hasilnya

untuk seluruh kelas, teknik Think-Pair-Share (TPS) ini

memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak

kepada setiap peserta didik untuk dikenali dan

menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Lie,

2005).

Makalah ini membahas tentang sejarah Think Paire Share

(TPS), pengertian Think Paire Share (TPS), tujuan model

pembelajaran Think Paire Share (TPS), langkah-langkah model

pembelajaran Think Paire Share (TPS), kelebihan dan

3

kelemahan TPS, serta contoh implementasi Think Paire Share

(TPS) dalam pembelajaran di kelas melalui pembuatan

RPP.

B. Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain:

1. Untuk mengetahui sejarah adanya model pembelajaran

Think Paire Share (TPS)

2. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran

Think Paire Share (TPS)

3. Untuk mengetahui tujuan model pembelajaran Think

Pair Share (TPS).

4. Untuk mengetahui langkah-langkah model

pembelajaran Think Paire Share (TPS)

5. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan model

pembelajaran Think Paire Share (TPS)

6. Untuk mengetahui implementasi model pembelajaran

Think Paire Share (TPS) di kelas

4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

Think Pair Share (TPS) atau berfikir, berpasangan dan

berbagi, merupakan model pembelajaran kooperatif yang

berbasis pada pembelajaran diskusi kelas. Model

pembelajaran TPS ini dikembangkan oleh Frank Lyman, dkk

dari Universitas Maryland pada tahun 1985. TPS

dirancang untuk mempengaruhi pola pikir dan interaksi

peserta didik dalam kelompoknya. TPS memberikan waktu

kepada peserta didik untuk berfikir dan merespon serta

saling bantu satu sama lain (Trianto, 2010).

5

Frank Lyman berpendapat bahwa tipe pembelajaran

ini sangat efektif dalam membuat variasi suasana pola

diskusi di kelas. Karena semua diskusi di kelas

membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara

keseluruhan dan prosedur yang digunakan dalam tipe

pembelajaran ini memberikan waktu berfikir yang lebih

banyak bagi peserta didik, untuk merespon dan saling

membantu diantara peserta didik. (Trianto, 2010).

Proses pembelajaran yang kontekstual sangat

dibutuhkan oleh peserta didik terutama pada mata

pelajaran sains yang banyak mengkaji ilmu alam yang

nyata atau kontekstual. Kontekstual mempunyai makna

mengeksploarasi fakta-fakta yang terkait pembelajaran

sehingga dapat memberikan informasi yang aktual dan

dapat menstimulus otak peserta didik dalam menganalisa,

menemukan dan menginformasikan materi yang dipelajari.

Respon stimulasi dapat berupa pengajuan hipotesis,

menyelidiki dengan eksperimen atau diskusi sehingga

peserta didik dapat menemukan dan meyimpulkan tentang

kebenaran hipotesisnya.

B. Pengertian Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

Think Pair Share adalah suatu model pembelajaran

kooperatif yang memberi siswa waktu untuk berfikir dan

merespon serta saling bantu satu sama lain. Model ini

memperkenalkan ide “waktu berfikir atau waktu tunggu”

yang menjadi faktor kuat dalam meningkatkan kemampuan

6

siswa dalam merespon pertanyaan. Pembelajaran

Kooperatif model Think-Pair-Share ini relatif lebih

sederhana karena tidak menyita waktu yang lama untuk

mangatur tempat duduk ataupun mengelompokkan siswa.

Pembelajaran ini melatih siswa untuk berani berpendapat

dan menghargai pendapat teman (Trianto, 2010).

Think Pair Share memiliki prosedur yang secara

eksplisit untuk memberi siswa waktu untuk berpikir,

menjawab, saling membantu satu sama lain. Dengan

demikian diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling

membutuhkan, dan saling bergantung pada kelompok kecil

secara kooperatif. Teknik ini memberi siswa kesempatan

untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang

lain. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya

satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh

kelas, teknik think pair share ini memberi kesempatan

sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap

siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka

kepada orang lain, yaitu pada saat guru

mempresentasikan sebuah pelajaran di kelas, siswa duduk

berpasangan di dalam tim mereka (Hartina, 2008)

Hal senada juga disampaikan oleh Ibrahim, dkk,

mereka menyatakan bahwa TPS (Think- Pair-Share) atau

(Berfikir-Berpasangan-Berbagi) merupakan jenis

pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa. Think-Pair-Share

menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam

7

kelompok kecil (2-6 anggota) dan lebih dirincikan oleh

penghargaan kooperatif, dari pada penghargaan

individual ( Ibrahim, 2000 ).

Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran koopratif learning tipe Think

Pair Share (TPS) adalah Model

Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi

berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno.

Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana

mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai

pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi

atau tujuan pembelajaran.

C. Tujuan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS)

Think Pair Share digunakan untuk mengajarkan isi

akademik atau untuk mengecek pemahaman siswa terhadap

isi tertentu. Guru menciptakan interaksi yang dapat

mendorong rasa ingin tahu, ingin mencoba, bersikap

mandiri, dan ingin maju. Guru memberi informasi, hanya

informasi yang mendasar saja, sebagai dasar pijakan

bagi anak didik dalam mencari dan menemukan sendiri

informasi lainnya. Atau guru menjelaskan materi dengan

mengaitkannya dengan pengalaman dan pengetahuan anak

sehingga memudahkan mereka menanggapi dan memahami

pengalaman yang baru bahkan membuat anak didik mudah

memusatkan perhatian. Karenanya guru sangat perlu

memperhatikan pengalaman dan pengetahuan anak didik

8

yang didapatinya dalam kehidupan sehari-hari (Lie,

2004).

Hasil dari Think Pair Share adalah untuk mengembangkan

partisipasi siswa dalam kelas dengan berdiskusi dan

meningkatkan pemahaman konsep. Dengan cara siswa saling

belajar satu sama lain dan mendapatkan jalan keluar

dari ide mereka setelah berdiskusi dan membuat ide

mereka untuk didiskusikan dalam kelas (Sanjaya, 2007).

Tujuan pembelajaran koopratif learning tipe Think Pair

Share antara lain :

a) Hasil belajar akademik

Menurut Ibrahim (2000), bahwa pembelajaran

kooperatif juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja

pebelajar dalam tugas - tugas akademik. Para ahli

mengemukakan bahwa model ini unggul dalam membantu

pembelajar yang memiliki konsep-konsep yang sulit.

Struktur penghargaan pada pembelajaran kooperatif telah

dapat meningkatkan penilaian pebelajar pada belajar

akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan

hasil belajar. Selain itu, pembelajaran kooperatif

dapat memberikan keuntungan baik pada pebelajar

kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerjasama

menyelesaikan tugas - tugas akademi.

b) Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain dari model pambelajaran kooperatif

adalah penerimaan terhadap orang yang berbeda ras,

9

budaya, kelas sosial, maupun kemampuan. (Ibrahim, 2000)

mengemukakan bahwa kontak fisik di antara orang-orang

yang berbeda ras atau kelompok etnis tidak cukup untuk

mengurangi kecurigaan dan perbedaan ide. Pembelajaran

kooperatif memungkinkan pebelajar yang berbeda latar

belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung

satu dengan yang lain atas tugas-tugas bersama, dan

melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif,

belajar untuk menghargai satu dengan yang lain.

c) Pengembangan keterampilan sosial

Keterampilan sosial sangat  penting untuk dimiliki

oleh masyarakat. Banyak kerja orang dewasa sebagian

besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung

satu sama lain dan di dalam masyarakat yang secara

budaya beragam. Atas dasar itu, Ibrahim (2000)

mengemukakan bahwa tujuan penting yang lain dari

pembalajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada

pebelajar keterampilan kerja sama dan kolaborasi.

D. Langkah-langkah Model Pembelajaran Think Pair Share

(TPS)

Pembelajaran Kooperatif tipe think pair share

mempunyai tiga tahapan, yaitu tahap berpikir (thinking),

tahap berpasangan (pairing), dan tahap berbagi (sharing),

dijabarkan sebagai berikut:

1. Pikiran (Think)

10

Guru mendorong peserta didik berpikir dengan

pertanyaan atau observasi. Dalam langkah berfikir ini,

mungkin mengharuskan peserta didik untuk merenungkan

pikiran mereka mengenai pertanyaan. Mereka mungkin

menuliskan beberapa pikiran mereka dan menaggapi

pertanyaan. Guru membimbing peserta didik dalam

menjawab pertanyaan yang dituangkan dalam lembar kerja.

Apabila terdapat peserta didik yang belum paham diberi

kesempatan untuk bertanya kepada guru. Pastikan guru

memberikan gambaran kepada peserta didik tentang berapa

banyak waktu yang mereka miliki selama berfikir

(Trianto. 2010.)

2. Pasangkan (pair)

Tahap pair ini memberikan peluang bagi peserta

didik untuk mengungkapkan ide dan gagasan dengan saling

berdiskusi dengan pasangannya. Hal ini menjadikan

pembelajaran lebih efektif, karena masing- masing

peserta didik dituntut aktif dalam pembelajaran.

peserta didik diminta berpasangan dan membicarakan

tentang jawaban mereka masing-masing. Mereka

membandingkan catatan tertulis yang menurut mereka

terbaik, paling meyakinkan atau paling unik. Tahap pair

ini memberikan peluang bagi peserta didik untuk

mengungkapkan ide dan gagasan dengan saling berdiskusi

dengan pasangannya. Hal ini menjadikan pembelajaran

11

lebih efektif, karena masing- masing peserta didik

dituntut aktif dalam pembelajaran (Trianto, 2010).

3. Berbagi (Share)

Masing- masing kelompok pasangan menyampaikan

hasil diskusi kepada teman sekelas. Guru membimbing

peserta didik untuk menaggapi jawaban teman yang

menyampaikan hasil diskusi. Hal ini dilakukan guru

untuk melatih peserta didik berani mengeluarkan

pendapat dan berfikir kritis (Trianto, 2010).

Setelah peserta didik berbicara dengan

pasangannya pada kelompok besar untuk beberapa saat,

guru kemudian meminta pasangan berbagi pemikiran mereka

untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka

terkait permasalahan yang ada pada LKPD dengan

diperhatikan seluruh anggota kelas. Diskusi kelas

dibuka, dengan memberikan kesempatan teman lainnya

untuk menanggapi presentasi. (Trianto, 2010).

Pada akhir tahapan pembelajaran peserta didik yang

mampu atau memiliki kemampuan dasar untuk berfikir

logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan

masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial, dan

aktif diberikan reward oleh guru berupa “smile” atau

pujian. Siswa mendapat penghargaan berupa nilai baik

secara individu maupun kelompok. Nilai individu

berdasarkan hasil jawaban pada tahap think, sedangkan

12

nilai kelompok berdasarkan jawaban pada tahap pair dan

share, terutama pada saat presentasi memberikan

penjelasan terhadap seluruh kelas. Adanya reward ini

tentu menambah inat dan motivasi peserta didik dalam

mengikuti pembelajaran (Ibrahim,2000).

E. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Think

Pair Share (TPS)

Pada implementasinya di lapang, masing-masing model

pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan kekurangan.

Lie (2004) mengemukakan bahwa kelebihan dari kelompok

berpasangan (kelompok yang teridiri dari 2 orang

peserta didik) adalah 1) akan meningkatkan pasrtisipasi

peserta didik, 2) cocok untuk tugas sederhana, 3) lebih

banyak memberi kesempatan untuk kontribusi masing-

masing anggota kelompok, 4) interaksi lebih mudah, dan

5) lebih mudah dan cepat membentuk kelompok. Selain

itu, menurut Lie, keuntungan lain dari teknik ini

adalah teknik ini dapat digunakan dalam semua mata

pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair

Share adalah sangat sulit diterapkan di sekolah yang

rata-rata kemampuan peserta didiknya rendah dan waktu

yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk

banyak (Hartina, 2008).

Menurut Isjoni, (2009) ada beberapa

manfaat/kelebihan TPS bagi murid antara lain:

13

1. Memungkinkan peserta didik untuk merumuskan dan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang

diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh

contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta

memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang

diajarkan.

2. Peserta didik akan terlatih menerapkan konsep

karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan

temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam

memecahkan masalah.

3. Peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran

karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana

tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.

4. Peserta didik memperoleh kesempatan untuk

mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh

peserta didik sehingga ide yang ada menyebar.

5. Dapat menerima teman dengan berbagai kelemahannya,

mendukung teman sebaya, meningkatkan prestasi

akademik, harga diri dan minat.

6. Mampu berbagi tanggapan dan meningkatkan kualitas

tanggapan.

7. Mengasah kemampuan berpikir kritis.

Isjoni (2009) menyatakaan bahwa ada beberapa

kelemahan penerapan pembelajaran TPS adalah sebagai

berikut:

1. Bagi guru:

14

a. Guru dituntut untuk mempersiapkan materi

pembelajaran dengan matang terkait waktu, tenaga

dan pemikiran.

b. Guru harus bisa menguasai kelas dalam diskusi

c. Pendampingan penuh harus dilakukan guru meskipun

student oriented

2. Bagi peserta didik:

a. Selama kegiatan berlangsung kecenderungan materi

yang dibahas terlalu meluas, sehingga kurang

efektif

b. Membutuhkan ketersedian waktu yang panjang untuk

diskusi dan penjelasan guru

c. Biasanya didominasi oleh peserta didik yang

kemampuan bicaranya menonjol, dan peserta didik

yang lain pasif saat diskusi.

d. Jika peserta didik tidak belajar terlebih dahulu

tentang materi yang akan dibahas di kelas sangat

berpeluang terjadinya miskonsepsi.

e. Harus ada penengah jika terjadi perselisihan

dalam kelompok.

F. Contoh Implementasi Model Pembelajaran Think Pair

Share (TPS) dalam Pembelajaran di Kelas

Langkah-langkah (sintaks) model pembelajaran

kooperatif tipe Think-Pair-Share terdiri dari lima

langkah, dengan tiga langkah utama sebagai ciri khas

yaitu think, pair, dan share. Kelima tahapan pembelajaran

15

dalam model pembelajaran kooperatif tipe think pair

share dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran TPS ( Think,

Pair, Share ) Fase atau Tahapan Perilaku guru

Fase 1 : Memberikan orientasi kepada peserta didik

Guru menjelaskan aturan main dan batasan waktu untuk tiap kegiatan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahanmasalah

Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa

Fase 2:Think (berpikir secara individu)

Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui kegiatan demonstrasi

Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada seluruh siswa

Siswa mengerjakan LKS tersebut secara individu

16

Fase 3:Pair (berpasangan dengan teman  sebangku)

Siswa dikelompokkan dengan teman sebangkunya

Siswa berdiskusi dengan pasangannya mengenai jawaban tugas yang  telah dikerjakan

Fase 4:Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain)

Satu pasang siswa dipanggil secara acak untuk berbagi pendapat kepada seluruh siswa di kelas dengan dipandu oleh guru.

Fase 5:Penghargaan

Siswa dinilai secara individu dankelompok

a) Denah Tempat Duduk

1. Think

2. Pair

17

3. Share

18

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Strategi TPS adalah strategi diskusi kooperatif

yang dikembangkan oleh Lyman dan kawan-kawannya

Maryland. Pemberian nama TPS berasal dari tiga tahap

aktivitas yang dilakukan siswa dengan penekanan apa

yang harus siswa lakukan dalam setiap tahap tersebut

(think, pair and share).

2. Model pembelajaran kooperatif learning tipe Think

Pair Share (TPS) adalah Model

Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi

berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno.

Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana

mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar

menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu

pada materi atau tujuan pembelajaran.Untuk mengetahui

tujuan model pembelajaran Think Pair Share (TPS)

3. Tujuan pembelajaran koopratif learning tipe Think

Pair Share (TPS) adalah hasil belajar akademik,

penerimaan terhadap perbedaan individu, dan

pengembangan keterampildn sosial.

19

4. Pembelajaran Kooperatif tipe think pair share

mempunyai tiga tahapan, yaitu tahap berpikir

(thinking), tahap berpasangan (pairing), dan tahap

berbagi (sharing),

5. Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe

Think Pair Share adalah 1) akan meningkatkan pasrtisipasi

peserta didik, 2) cocok untuk tugas sederhana, 3)

lebih banyak memberi kesempatan untuk kontribusi

masing-masing anggota kelompok, 4) interaksi lebih

mudah, dan 5) lebih mudah dan cepat membentuk

kelompok. keuntungan lain dari teknik ini adalah

teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran

dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

6. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Think

Pair Share adalah sangat sulit diterapkan di sekolah

yang rata-rata kemampuan peserta didiknya rendah dan

waktu yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang

terbentuk banyak.

DAFTAR RUJUKAN

Anita, Lie. 2004. Cooptive Learning: Mempraktekkan CooperativeLearning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT.Gransindo

Hartina. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ThinkPaire Share (TPS) terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XIIPA SMA Negeri 5 Makassar (Studi pada Materi Pokok LajuReaksi). Skripsi tidak diterbitkan. Jurusan KimiaFMIPA, UM.

20

Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif.Surabaya University Press

Isjoni. 2010. Cooperative Learning: Efektifitas PembelajaranKelompok. Bandung: Alfabeta.

Nurhadi, dkk. 2003. Pembelajaran Konstekstual (CooperatifLearning di Ruang-ruang Kelas). Jakarta: GramediaWidiasarana.

Slavin, R. 2011. Cooperative learning. Bandung: Nusa Media

Suprijono, A. 2010. Cooperative learning. Bandung: Pustakapelajar

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran: Berorientasi StandarProses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Trianto, 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif berorientasikonstruktifistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.

21