ib rita dan ita fix

26
A. DEFINISI INSEMINASI BUATAN IB adalah proses memasukkan sperma ke dalam saluran reproduksi betina dengan tujuan untuk membuat betina jadi bunting tanpa perlu terjadi perkawinan alami. Konsep dasar dari teknologi ini adalah bahwa seekor pejantan secara alamiah memproduksi puluhan milyar sel kelamin jantan (spermatozoa) per hari, sedangkan untuk membuahi satu sel telur (oosit) pada hewan betina diperlukan hanya satu spermatozoon. Potensi terpendam yang dimiliki seekor pejantan sebagai sumber informasi genetik, apalagi yang unggul dapat dimanfaatkan secara efisien untuk membuahi banyak betina (Hafez, 1993). Namun dalam perkembangan lebih lanjut, program IB tidak hanya mencakup pemasukan semen ke dalam saluran reproduksi betina, tetapi juga menyangkut seleksi dan pemeliharaan pejantan, penampungan, penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencatatan dan penentuan hasil inseminasi pada hewan/ternak betina, bimbingan dan penyuluhan pada peternak. Dengan demikian pengertian IB menjadi lebih luas yang mencakup aspek reproduksi dan pemuliaan, sehingga istilahnya menjadi artificial breeding (perkawinan buatan) (Toelihere, 1985). Inseminator Adalah tenaga teknis menengah yang telah dididik dan mendapat sertifikat sebagai inseminator dari pemerintah (dalam hal ini Dinas Peternakan). B. TUJUAN INSEMINASI BUATAN 1

Upload: independent

Post on 07-Jan-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

A. DEFINISI INSEMINASI BUATAN

IB adalah proses memasukkan sperma ke dalam saluran

reproduksi betina dengan tujuan untuk membuat betina jadi

bunting tanpa perlu terjadi perkawinan alami. Konsep

dasar dari teknologi ini adalah bahwa seekor pejantan

secara alamiah memproduksi puluhan milyar sel kelamin

jantan (spermatozoa) per hari, sedangkan untuk membuahi

satu sel telur (oosit) pada hewan betina diperlukan hanya

satu spermatozoon. Potensi terpendam yang dimiliki seekor

pejantan sebagai sumber informasi genetik, apalagi yang

unggul dapat dimanfaatkan secara efisien untuk membuahi

banyak betina (Hafez, 1993).

Namun dalam perkembangan lebih lanjut, program IB

tidak hanya mencakup pemasukan semen ke dalam saluran

reproduksi betina, tetapi juga menyangkut seleksi dan

pemeliharaan pejantan, penampungan, penilaian,

pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan

pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencatatan

dan penentuan hasil inseminasi pada hewan/ternak betina,

bimbingan dan penyuluhan pada peternak. Dengan demikian

pengertian IB menjadi lebih luas yang mencakup aspek

reproduksi dan pemuliaan, sehingga istilahnya menjadi

artificial breeding (perkawinan buatan) (Toelihere, 1985).

Inseminator Adalah tenaga teknis menengah yang telah

dididik dan mendapat sertifikat sebagai inseminator dari

pemerintah (dalam hal ini Dinas Peternakan).

B. TUJUAN INSEMINASI BUATAN

1

1. Memperbaiki mutu genetika ternak

2. Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat

yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya

3. Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara

lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama

4. Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur

5. Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin.

C. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN INSEMINASI BUATAN

Keuntungan Inseminasi Buatan (IB)

1. Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik

2. Meningkatkan produksi ternak secara cepat

3. Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina

(inbreeding)

4. Dengan peralatan dan teknologi yang baik sperma dapat

simpan dalam jangka waktu yang lama.

5. Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun

kemudian walaupun pejantan telah mati.

6. Dapat mengawinkan ternak yang berbeda ukuran. Sehingga

menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat

perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar.

7. Menghindari ternak dari penularan penyakit terutama

penyakit yang ditularkan dengan hubungan kelamin.

8. Dapat mengawinkan ternak yang berbeda jarak. Sehingga

menghemat biaya dan lebih efisien.

Kerugian Inseminasi Buatan (IB)

1. Petugas inseminator yang kurang terampil.

2

2. Petani peternak yang tidak mengetahui tanda tanda

birahi / terlambat dalam melaporkan,mengakibatkan

keberhasian IB rendah.

3. Ada beberapa peternak yang belum mau melaksanakan IB

karena di anggap tabu.

D. SEJARAH PERKEMBANGAN IB DI INDONESIA

Inseminasi Buatan pertama kali diperkenalkan di

Indonesia pada awal tahun 1950-an oleh Prof. B. Seit dari

Denmark di Fakultas Hewan dan Lembaga Penelitian

Peternakan Bogor. Dalam rangka rencana kesejahteraan

istimewa (RKI) didirikanlah beberpa satsiun IB di

beberapa daerah di awa Tenggah (Ungaran dan Mirit/Kedu

Selatan), Jawa Timur (Pakong dan Grati), Jawa Barat

(Cikole/Sukabumi) dan Bali (Baturati). Juga FKH dan LPP

Bogor, difungsikan sebagai stasiun IB untuk melayani

daerah Bogor dan sekitarnya. Aktivitas dan pelayanan IB

waktu itu bersifat hilang, timbul sehingga dapat

mengurangi kepercayaan masyarakat.

Kekurang berhasilan program IB antara tahun 1960-

1970, banyak disebabkan karena semen yang digunakan semen

cair, dengan masa simpan terbatas dan perlu adanya alat

simpan sehingga sangat sulit pelaksanaanya di lapangan.

Disamping itu kondisi perekonomian saat itu sangat kritis

sehingga pembangunan bidang peternakan kurang dapat

perhatian.

Dengan adanya program pemerintah yang berupa Rencana

Pembangunan Lima Tahun yang dimulai tahun 1969, maka3

bidang peternakan pun ikut dibangun. Tersedianya dana dan

fasilitas pemerintah akan sangat menunjang peternakan di

Indonesia, termasuk program IB. Pada awal tahun 1973

pemerintah memasukan semen beku ke Indonesia. Dengan

adanya semen beku inilah perkembangan IB mulai maju

dengan pesat, sehingga hampir menjangkau seluruh provinsi

di Indonesia.

Semen beku yang digunakan selama ini merupakan

pemberian gratis pemerintah Inggris dan Selandia Baru.

Selanjutnya pada tahun 1976 pemerintah Selandia Baru

membantu mendirikan Balai Inseminasi Buatan, dengan

spesialisasi memproduksi semen beku yang terletak di

daerah Lembang Jawa Barat. Setahun kemudian didirikan

pula pabrik semen beku kedua yakni di Wonocolo Suranaya

yang perkembangan berikutnya dipindahkan ke Singosari

Malang Jawa Timur.

Hasil evaluasi pelaksanaan IB di Jawa, tahun 1972-

1974 menunjukkan angka konsepsi yang dicapai selama dua

tahun tersebut sangat rendah yaitu antara 21,3 – 38,92

persen. Dari survei ini disimpulkan juga bahwa tayam

lemah pelaksaan IB, tidak terletak pada kualitas semen,

tidak pula pada keterampilan inseminator, melainkan

sebagian besar terletak pada ketidak suburan ternak-

ternak betina itu sendiri. Ketidak suburan ini banyak

disebabkan oleh kekurangan pakan, kelainan fisiologi

anatomi dan kelainan patologik alat kelamin betina serta

merajalelanya penyakit kelamin menular. Dengan adanya

evaluasi terebut maka perlu pula adanya penyempurnaan

4

bidang organisasi IB, perbaikan sarana, intensifikasi dan

perhatian aspek pakan, manajemen, pengendalian penyakit.

E. TEKNIK INSEMINASI BUATAN

Teknik IB pada ternak ada tiga yaitu :

1. Vaginal insemination

2. Cervical insemination

3. Rectovaginal insemination

Vaginal insemination adalah suatu teknik IB dengan

mendeposisikan atau menyemprotkan sperma ke dalam vagina.

Cara ini sangat sederhana dan mudah dilakukan dengan

tanpa memerlukan ketrampilan khusus, namun demikian

diperlukan sperma yang lebih banyak dan hasil angka

konsepsi (conception rate) relative rendah. Teknik ini sudah

jarang digunakan, namun pada domba dan kambing, dan

unggas masih sering dilakukan.

Menempatkan air mani di dalam vagina, sesuai dengan

kawin secara alamiah, merupakan cara pertama-tama

inseminasi buatan dijalankkan. Cara ini sangat sederhana

dan mudah sekali dilaksanakan dengan menggunakan alat

suntikan atau penyemprot yang dihubungkan dengan pembuluh

inseminasi sepanjang 40 cm. Satu hal yang penting sekali

diperhatikan untuk melaksanakan cara inseminasi buatan di

dalam vagina dengan menggunakan pipa-pipa dari gelas,

plastic atau logam dengan diameter kecil, ialah pada

waktu memasukannya ujung pipa itu supaya ditekankan kea

rah dorsal. Maksudnya supaya pipa tadi tidak masuk ke

5

dalam diverticulum sub-urethralis (kantung buntu di

lantai vagina atau urethra.

Teknik inseminasi dalam vagina pada waktu sekarang

telah diganti dengan cara-cara yang lebih moderm. Hal ini

disebabkan karena cara vaginal memerlukan jumlah air mani

yang cukup besar, sedangkan inseminasi di dalam cervix

atau uterus cukup dengan menggunakan sedikit air mani.

Salah satu laporan mengatakan bahwa 0,2 cc air mani yang

tidak diencerkan yang disemprotkan di dalam cervix sama

efektifnya dengan dengan 4 cc air mani yang disemprotkan

di dalam vagina. Perbandingan antara 1 – 4 cc air mani

yang diinseminasikan di dalam vagina dengan 0,5 – 1 cc

air mani yang sama yang disemprotkan di dalam cervix,

menunjukkan bahwa 20 ekor sapi-sapi yang diinseminasi di

dalam vagina hanya 25% menjadi bunting, sedangkan 65%

dari 20 inseminasi di dalam cervix berhasil menjadi

bunting. Selain dari pada itu 2 cc air mani yang

dimasukkan di dalam kapsel gelatin dan ditempatkan di

bagian terdepan vagina memiliki hasil yang sama dengan

penempatan air mani di dalam cervix dengan menggunakan

penyemprotan dan pipa inseminasi.

6

Gambar 1. Contoh Vaginal Insemination

Cervical insemination adalah suatu teknik IB dengan

mendeposisikan sperma pada bagian pangkal servix. Dengan

teknik ini diperlukan bantuan alat yaitu speculum atau

vaginoskop yang dilengkapi dengan lampu dimasukkan ke

dalam vagina secara pelan-pelan hingga mencapai pangkal

cervix. Pada ternak yang sedang berahi pangkal cervix

akan tampak merah seperti bunga mawar dan lubang cervik

tampak membuka, dengan pipet inseminasi sperma

disemprotkan pada lubang cervix tersebut. Alat ini sering

digunakan pada sapi, kerbau dan kambing dengan hasil

inseminasi yang lebih baik dari pada dengan menggunakan

VB dan jumlah sperma yang digunakan lebih sedikit.

Besarnya speculum biasanya tergantung jenis ternak dan

umur ternak, dan sebelum dimasukkan ke dalam vagina ujung

speculum diolesi dengan vaselin yang steril agar lebih

mudah masuk ke dalam vagina.

Cara memasukkan air mani ke dalam cervix dengan

menggunakan speculum adalah sederhana seperti metode

inseminasi dalam vagina. Namun demikian teknik inseminasi

speculum dalam cervix mempunyai kelemahan. Salah satu

kelemahannya, bahwa kita harus mencuci dan mensterilisir

speculum itu setiap kali sesudah melaksanakan inseminasi

dan sebelum dilaksanakan inseminasi sapi lain. Hal ini

penting sekali dilaksanakan, sebab kalau tidak akan

terjadi malapetaka besar karena terjadi penyebaran

penyakit kelamin menular. Membersihkan dan mensterilisasi

alat-alat di dalam kandang bukannya tidak mungkin, tetapi

7

sulit dikerjakan. Jadi bagi teknisi perlu membawa

speculum yang cukup banyak dalam keadaan bersih dan

steril. Konsepsi yang lebih rendah dari pada metode

rektovaginal.

Gambar 2. Contoh Cervical Insemination

Rectovaginal insemination adalah suatu teknik IB dengan

mendeposisikan sperma pada bagian midcervix (pertengahan

cervix) atau pada bagian corpus uteri bahkan lebih dalam

lagi yaitu pada bagian cornu uteri tergantung keadaan

ternak dan kemampuan inseminator. Teknik ini cukup mudah

dan praktis dengan hasil yang lebih baik dari teknik yang

lain, namun demikian diperlukan ketrampilan khusus untuk

dapat melakukannya. Teknik ini hanya digunakan pada

ternak sapi dan kerbau saja, adapun caranya sebagai

berikut :

a) Ternak betina yang sedang berahi ditempatkan pada

kandang khusus untuk kawin (kandang jepit).

b) Inseminator mengambil straw (sperma beku) dari dalam

container sesuai dengan bibit ternak yang dikehendaki,

8

kemudian segera di thawing (dicairkan) ke dalam air es

atau air kran, lalu keringkan dengan handuk. Straw

dipanaskan diantara telapak tangan, lalu straw

dimasukkan ke dalam pipet inseminasi (PI) atau

insemination gun dalam posisi vertical, setelah alat

penyemprotnyan ditarik kurang lebih 12 cm. Pemasukan

straw ke dalam pipet inseminasi dengan posisi ujung

penyumbat.

c) Inseminator menggigit PI secara horizontal sambil

membasahi tangan kiri/kanan yang akan masuk ke dalam

rectum dengan air dan sedikit sabun.

d) Tangan kiri membuka vulva dan tangan kanan memasukan

PI ke dalam vulva (terus ke dalam) atau tangan kiri

masuk ke dalam rectum, sewaktu tangan masuk ke rectum

jari-jari harus kukunya tumpul, masuk secara pelan-

pelan dan bila terjadi kontraksi rectum jangan dilawan

tetapi cukup posisi dengan diam bertahan. Kotoran

dalam rectum dikeluarkan lalu tangan mencari cervix

sambil memonitor ujung PI agar dapat masuk lebih dalam

lagi. Apabila cervix telah bertemu maka segera

dipegang dan posisinya diluruskan (horizontal)

sehingga memudahkan PI masuk ke dalam cervix korpus

uteri atau ke dalam kornu uteri dan disinilah sperma

disemprotkan.

e) Tangan kiri ditarik dari rectum secara pelan-pelan dan

PI ditarik ke luar maka

selesai sudah IB pada ternak betina.

9

Meskipun teknik rektovaginal lebih sulit untuk

dipelajari, tetapi cara ini lebih banyak keuntungannya

dari pada teknik yang lain. Kemungkinan yang paling

penting adalah angka konsepsi yang lebih tinggi. Selain

daripada itu cara ini hanya memerlukan sedikit sekali

alat-alat yang perlu disterilisasi setiap kali sesudah

melakukan inseminasi. Penggunaan pipet plastic yang dapat

dibuang sesudah terpakai, termasuk penyemprotannya pada

waktu sekarang terpakai secara luas, sehingga alat-alat

itu tak perlu dicuci ataupun disterilisasi. Sarung tangan

karet dapat dicuci dan didesinfektasi dengan mudah

sesudah dipakai. Alat-alat yang diperlukan sedikit sekali

dan mudah dibawa. Disamping itu teknik rektovaginal telah

terbukti dapat memacu aktivitas uterus sapi seperti

perkawinan secara alamiah.

Gambar 3. Artifical Insemination

Tempat inseminasi

10

Hasil inseminasi di dalam vagina dan di dalam cervix

memiliki angka konsepsi yang lebih rendah daripada teknik

rektovaginal. Meski demikian dapat juga teknik

rektovaginal dapat dipakai untuk menyemprotkan air mani

ke dalam cervix, di corpus uteri dan di cornua uteri.

Bila seorang mengira bahwa kemungkinan terjadinya

perlukaan karena inseminasi di cervix, corpus uteri atau

cornua uteri, maka kemungkinan terjadinya perlukaan ini

akan lebih besar bila diinseminasi lebih dalam. Uterus

mukosa mudah sekali terluka dan terjadi pendarahan. Ini

sering terbukti pada waktu orang mencoba untuk mengambil

cairan dari uterus. Keadaan ini janganlah disamakan

dengan keadaan pada waktu sapi itu diinseminasi. Setiap

kali terjadi perlukaan kemungkinan menjadi infeksi lebih

besar terutama bila inseminasi itu dilakukan sesudah

berahi, pada waktu menjelang masa luteal.

Mengingat volume semen yang sangat sedikit pada

penggunaan semen beku, khususnya straw, maka deposisi

semen melalui insemination-gun harus dilakukan beberapa

millimeter dari ujung dalam cervix pada pangkal corpus

uteri. Lipatan-lipatan anuler transversal cervix dapat

merupakan penghalang mekanik terhadap spermatozoa yang

bergerak maju ke uterus. Lipatan tersebut berjumlah 3

buah. Apabila lipatan-lipatan tersebut dinyatakan sebagai

posisi satu sampai 3 dihitung mulai dari os externa ke os

interna dan pangkal korpus uteri sebagai posisi 4, maka

tempat deposisi atau peletakan semen beku yang terbaik

adalah posisi 4. Angka konsepsi adalah tinggi pada

11

posisi 4; makin rendah angka posisi makin rendah pula

angka konsepsi, sedangkan makin tinggi angka posisi makin

mudah terjadi perlukaan pada endometrium yang dapat

menyebabkan perdarahan dinding dalam uerus tersebut atau

endometritis atau malah rupture atau sobek uterus pada

betina yang bunting, atau keguguran dan kematian embrio

atau fetus pada betina yang bunting.

F. INSEMINASI PADA UNGGAS

Menurut Hardjosworo (2001) inseminasi buatan pada

unggas seperti ayam dapat dilakukan melaui beberapa macam

tahap, seperti:

1. Mengoleksi sperma ayam jantan

a. Ayam jantan yang akan diambil spermanya harus

dipelihara secara terpisah dari ayam betina, paling

sedikit sebulan sebelum digunakan sebagai penghasil

sperma.

b. Sebaiknya ayam jantan dipelihara di dalam kandang

berbentuk sangkar.

c. Paling sedikit delapan jam sebelum diambil

spermanya, ayam jantan jangan diberi makan tetapi

tetap diberi air minum.

1) Membersihkan kulit di sekitar dubur

Bersihkan kulit disekitar dubur dan bila ada bulu

yang cukup panjang, potonglah bulu sependek mungkin

agar dubur kelihatan jelas dan bersih.

2) Memberikan rangsang birahi pada ayam12

Pengang ayam dengan posisi bagian ekor menghadap

ke depan dan kepal menghadap ke belakang dari posisi

pemegang. Tangan kiri memegang kaki ayam sedangkan

tangan kanan, menahan dada ayam dengan posisi telapak

tangan diletakan di dada. Leher ayam diapit di antara

lengan kanan dan bagian rusuk sisi kanan dari

sipemegang.

3) Mengumpulkan semua semen

Persyaratan agar ayam penjantan dapat menghasilkan

semen dalam jumlah yang banyak dan berkualitas baik

adalah sebagai berikut :

a) Ayam pejantan harus sehat dan mendapat pakan yang

cukup gizi.

b) Ayamnya harus sudah dipelihara terpisah dari betina

paling sedikit dua minggu debelu diambil semennya.

c) Ayamnya harus dalam kondisi tenang

Cara-cara mengumpulkan semen metoda dua orang adalah

sebagai berikut:

Orang pertama

1) Ayam disangga dengan paha kanan, tangan kiri memegang

kaki kiri dan kedua ujung sayap agar ayam tidak

meronta. Kepala ayam menghadap ke sebelah kanan.

2) Tangan kanan mengurut punggung ayam dengan tekanan

halus, mulai dari pangkal leher ke arah pangkal ekor

dengan menggunakan telapak tangan. Biasanya ayam akan

bereaksi dengan menaikan ekornya.

13

3) Ulangi gerakan mengurut beberapa kali. Tanda-tanda

bahwa ayam telah terangsang adalah bila sudah

terlihat dubur menyembur.

4) Bila ayam sudah terangsang, pengurutan dilanjutkan

dengan jari telunjuk dan ibu jari dengan menjepit

pangkal kloaka sambil menekan dengan lembut ke arah

dalam dan menarik ke arah luar juga denan lembut,

jangan sampai alat kelamin keluar seluruhnya, tetapi

hanya pangkal muara semen yang keluar. Pengurutan

tetap diulangi selama semen masih mengalir.

Orang Kedua

Tugas orang kedua adalah menampung semen, caranya

adalah sebagai berikut:

1) Bila ayam sudah terangsang, orang kedua mulai

memegang alat penampung semen dengan tangan kanan

dan menempelkan pada muara semen. Tangan kiri

membantu menekan ekor ayam ke arah punggung supaya

tidak menggangu atau mengahalangi saat penyedotan

semen.

2) Semen yang keluar langsung disedot dengan

menggunakan penyedot dari aspirator untuk di tampung

di dalam tabung.

4) Menginseminasi Ayam Betina

Persyaratan ayam betina yang akan diinseminasi

sebagai berikut:

a) Ayam betina yang akan diinseminasi sudah harus

bertelur paling sedikit 4 minggu.

14

b) Sebelum diinseminasi, ayam betina harus dipelihara

terpisah dari jantan paling sedikit selama 2 minggu.

c) Ayam betina harus sehat dan mendapat pakan yang

cukup gizi.

d) Sebaiknnya 6 jam sebelum diinseminasi, ayam betina

tidak diberi makan agar tidak berak pada saat

diinseminasi.

Perlu diketahui bahwa ayam betina hanya mempunyai

satu alat reproduksi yang terletak di sebelah kiri.

Alat reproduksi ini bermuara di suatu rongga di dalam

tubuh dan menyambung ke dubur. Rongga tersebut

dinamakan kloaka. Untuk menginseminasi ayam betina,

semen harus dimasukan kedalam alat reproduksi betina

melalui lubang atau muara tersebut.

a. Cara-cara merangsang ayam betina dengan metode dua

orang :

Orang pertama

Ayam disangga pada bagian perutnya, kedua kaki

dan sayap dipegang dengan tangan kiri dan kepala ayam

dijepit dengan tangan kiri dan badan. Ekor ayam

diangkat kearah punggung dengan tangan kanan untuk

memudahkan orang kedua merangsang ayam.

Orang kedua

Tugas orang kedua adalah merangsang ayam betina

agar menyembulkan lubang tempat alat reproduksi

bermuara dengan cara sebagai berikut : Jari tngan

kiri menekan perut lalu mengangkat atau menyodok

kearah kloaka. Tangan kanan siap dengan tabung suntik

15

tuberkulin yang berisi semen.

Perhatian : Pada saat terangsang dan kloaka menyembul

dari dubur, akan terlihat dua lubang. Lubang yang

terletak di sebelah kiri ayam adalah muara alat

reproduksi, sedangkan yang satu lagi adalah muara

dari alat pencernaan.

b. Cara menginseminasi.

1) Sebelum diinseminasi, semen yang telah terkumpul dapat

diencerkan terlebih dahulu dengan Nac1 fisiologis.

Pengenceran yang aman adalah satu bagian semen dengan

tiga bagian larutan NaC1 fisiologis.Perhatian : Agar

sperma yang hidup jumlahnya tinggi, sebaiknya semen

tidak disimpan di penampungan lebih dari 20 menit.

2) Sedot semen dengan tabung suntik tuberkulin (1 cc)

sebanyak 0.1 cc untuk setiap ekor atau 1 cc untuk

setiap 10 ekor

3) Masukkan tabung yang sudah terisi semen ke dalam lubang

sebelah kiri.

4) Lepaskan jari-jari tangan kiri orang kedua dari perut

ayam dan lepaskan ekor ayam dari pegangan orang

pertama. Kloaka akan masuk kembali ke dalam tubuh.

5) Suntikkan semen sebanyak 0.1 cc secara perlahan-lahan.

6) Lepaskan ayam. Dua hari setelah inseminasi, ayam betina

akan menghasilakan telur fertil.

7) Untuk mendapatkan fertilitas yang baik, ulangi

inseminasi 4-5 hari kemudian.

16

Gambar 4. Inseminasi Buatan pada Ayam

G. INSEMINASI PADA SAPI

1. Penampungan Semen

a. Dapat dilakukan 1-3 x /minggu

b. Harus terampil dalam menyiapkan alat penampung

(vagina buatan) dan terampil dalam menampung semen

c. Evaluasi kualitas semen : gerakan massa, motilitas,

LD dan konsentrasi. Hanya yang kualitas baik yang

dapat diproses lebih lanjut.

d. Pengenceran dan pengawetan

e. Pengawetan : semen beku atau semen cair (chilled

semen)

Cara Penampungan Semen

a. Siapkan pejantan yang akan diambil semennya.

b. Bersihkan preputium dengan jalan mencuci dengan

sabun dan bulu (rambut yang ada disekitarnya)

digunting tinggalkan 2 - 3 cm.

c. Bersihkan pula bagian belakang betina pemancing

terutama pangkal ekor.

d. Siapkan kondisi sapi pejantan sehingga nafsu

birahinya meluap dengan cara :

17

1) Gunakan  hewan pemancing yang sedang birahi dan

biarkan untuk beberapa  saat pejantan mencium

dan menunggangi  tetapi tidak ditampung.

2) Bawa pejantan mengelilingi atau berputar-putar

didekat pemancing.

3) Mengganti pemancing setiap kali penampungan.

4) Penampungan semen tidak selalu di satu sisi.

e. Masukkan penis yang sedang ereksi kedalam Vagina

Buatan dengan membentuk sudut ± 30º.

f. Setelah selesai penampungan, VB digoyang dengan

membentuk angka delapan untuk menghindari tinggalnya

semen pada selonsong karet .

g. Tabung semen dibuka dari corong karet dan ditutup

dengan kertas atau kain agar terhindar dari sinar

matahari lansung.

h. Semen siap dibawa ke Laboratorium untuk diperiksa

dan diproses.

Vagina Buatan terdiri dari  :

Sebuah tabung keras dan kaku (ebonit) dengan

diameter   ± 6,25 cm dan panjang ± 40 cm.

Sebuah selongsong karet tipis dengan permukaan

halus.

Sebuah corong karet tipis dengan diameter mulut ±

7 cm dan diameter ujungnya 1 cm serta panjang   ±

20 cm.

Gelang karet pengikat selongsong.

Stron druff yang berskala/tabung sperma.

18

Alat pelicin.

Termos berisi es dan handuk pembawa sperma ke

laboratorium.

Pemasangan VB

Selongsong karet dimasukan kedalam tabung

ebonit.

Kedua ujung selonsong karet dikuakkan keluar

tabung dan dipasang terbalik dibibir tabung.

Kedua ujung selongsong karet diikat dengan karet

ikat.

Corong dari karet tipis dipasang pada salah satu

ujung dan dieratkan dengan karet gelang.

Tabung penampung semen dipasang diujung corong

karet diikat erat dengan karet gelang dan

dibungkus dengan kain/kertas tissue.

Air panas ± 45 – 50ºC dimasukan kedalam kedalam

lobang tabung ebonit yang telah tersedia kira-

kira ¼ dari tabung.

Oleskan pelicin kira-kira ¼ panjang tabung dari

mulut tabung.

Frekuensi Penampungan

Dari berbagai penelitian frekuensi penampungan

semen tidak ada patokan yang pasti berapa kali

frekuensi pengambilan semen yang paling baik. Sapi

jantan umur 12 - 15 bulan diperoleh jumlah sper-

19

matozoa per ejakulasi tertinggi dari pengambilan 2

kali perminggu.

Penampungan dua kali seminggu dengan frekuensi

tetap, kualitas dan kuantitas akan tetap baik dan

kondisi pejantan akan terjaga dengan baik asal

perawatan dan makanannya terjaga dengan baik.

2. Waktu Melakukan Inseminasi Buatan (IB)

Pada waktu di Inseminasi Buatan (IB) ternak harus

dalam keadaan birahi, karena pada saat itu liang leher

rahim (servix) pada posisi yang terbuka. Kemungkinan

terjadinya konsepsi (kebuntingan) bila diinseminasi

pada periode-periode tertentu dari birahi telah

dihitung oleh para ahli, perkiraannya adalah :

- permulaan birahi : 44%

- pertengahan birahi : 82%

- akhir birahi : 75%

- 6 jam sesudah birahi : 62,5%

- 12 jam sesudah birahi : 32,5%

- 18 jam sesudah birahi : 28%

- 24 jam sesudah birahi : 12%

3. Faktor - faktor yang menyebabkan rendahnya prosentase

kebuntingan

a. Fertilitas dan kualitas mani beku yang jelek / rendah;

b. Inseminator kurang / tidak terampil;

c. Petani / peternak tidak / kurang terampil mendeteksi

birahi;

20

d. Pelaporan yang terlambat dan / atau pelayanan

Inseminator yang lamban;

e. Kemungkinan adanya gangguan reproduksi / kesehatan sapi

betina. Jelaslah disini bahwa faktor yang paling

penting adalah mendeteksi birahi, karena tanda-tanda

birahi sering terjadi pada malam hari. Oleh karena itu

petani diharapkan dapat memonitor kejadian birahi

dengan baik dengan cara:

1) Mencatat siklus birahi semua sapi betinanya (dara

dan dewasa);

2) Petugas IB harus mensosialisasikan cara-cara

mendeteksi tanda-tanda birahi. Salah satu cara yang

sederhana dan murah untuk membantu petani untuk

mendeteksi birahi, adalah dengan memberi cat diatas

ekor, bila sapi betina minta kawin (birahi) cat akan

kotor / pudar / menghilang karena gesekan akibat

dinaiki oleh betina yang lain.

4. Cara Menginseminasi

Cara menginseminasi buatan pada sapi, dapat

dilakukan dengan beberapat tahapan sebagai berikut:

1. Sebelum melaksanakan prosedur Inseminasi Buatan (IB)

maka semen harus dicairkan (thawing) terlebih dahulu

dengan mengeluarkan semen beku dari nitrogen cair dan

memasukkannya dalam air hangat atau meletakkannya

dibawah air yang mengalir. Suhu untuk thawing yang baik

adalah 37 0C. Jadi semen/straw tersebut dimasukkan

dalam air dengan suhu badan 37 0C, selama 7-18 detik.

21

2. Setelah dithawing, straw dikeluarkan dari air kemudian

dikeringkan dengan tissue. Kemudian straw dimasukkan

dalam gun, dan ujung yang mencuat dipotong dengan

menggunakan gunting bersih.

3. Setelah itu Plastic sheath dimasukkan pada gun yang

sudah berisi semen beku/straw.

4. Sapi dipersiapkan (dimasukkan) dalam kandang jepit,

ekor diikat.

5. Petugas Inseminasi Buatan (IB) memakai sarung tangan

(glove) pada tangan yang akan dimasukkan ke dalam

rektum.

6. Tangan petugas Inseminasi Buatan (IB) dimasukkan ke

rektum, hingga dapat menjangkau dan memegang leher

rahim (servix), apabila dalam rektum banyak kotoran

harus dikeluarkan lebih dahulu.

7. Semen disuntikkan/disemprotkan pada badan uterus yaitu

pada daerah yang disebut dengan 'posisi ke empat'.

8. Setelah semua prosedur tersebut dilaksanakan maka

keluarkanlah gun dari uterus dan servix dengan

perlahan-lahan.

Gambar 5. Alat dan Bahan Inseminasi Buatan pada Sapi

22

Gambar 6. Inseminasi Buatan pada Sapi

H. PENERAPAN IB DITINJAU DARI ASPEK BIOETIKA

Dalam pandangan bioetika, penerapan bioteknologi

reproduksi IB berhubungan erat dengan aspek kesehatan dan

penyelamatan dari kepunahan ternak asli (animal welfare).

Problem utama dalam sistem animal welfare dalam kaitannya

dengan penerapan bioteknologi adalah efisiensi produksi.

Problem ini berkaitan erat pula dengan beberapa faktor,

diantaranya:

a. Ekspresi gen (pertumbuhan yang cepat atau produksi susu

tinggi)

b. Teknik perkawinan

c. Mutasi gen

Dampak negatif yang akan timbul apabila penerapan

bioteknologi IB tidak terkontrol dalam kaitannya dengan

animal welfare, seperti :

1. Hilangnya/punahnya ternak lokal akibat terkikis oleh

munculnya ternak persilangan (crossbred animal). Hal ini

bisa muncul karena persepsi masyarakat (petani/peternak)

yang lebih menyukai ternak persilangan karena

23

pertumbuhannya lebih cepat dan dampak akhirnya adalah

nilai jual yang tinggi.

2. Dapat menyebabkan stress dan menimbulkan resiko pada animal

welfare. Pemilihan pejantan sebagai sumber semen yang

tidak tepat (kemungkinan mengandung gen lethal) akan

menimbulkan beberapa dampak negatif, antara lain masa

kebuntingan lebih panjang, meningkatnya kejadian

kesulitan melahirkan (distokia) dan tingginya frekuensi

gen anomali dan anak yang dilahirkan memiliki bobot lahir

yang melebihi ukuran normal dan penurunan daya

reproduksi.

3. Apabila identifikasi birahi (estrus) dan waktu

pelaksanaan IB tidak tepat maka tidak akan terjadi

terjadi kebuntingan;

4. Akan terjadi kesulitan kelahiran (distokia), apabila

semen beku yang digunakan berasal dari pejantan dengan

breed / turunan yang besar dan diinseminasikan pada sapi

betina keturunan / breed kecil;

5. Bisa terjadi kawin sedarah (inbreeding) apabila menggunakan

semen beku dari pejantan yang sama dalam jangka waktu

yang lama;

6. Dapat menyebabkan menurunnya sifat-sifat genetik yang

jelek apabila pejantan donor tidak dipantau sifat

genetiknya dengan baik (tidak melalui suatu progeny

test).

7. Apabila identifikasi birahi (estrus) dan waktu

pelaksanaan IB tidak tepat maka tidak akan terjadi

terjadi kebuntingan;

24

8. Akan terjadi kesulitan kelahiran (distokia), apabila

semen beku yang digunakan berasal dari pejantan dengan

breed / turunan yang besar dan diinseminasikan pada sapi

betina keturunan / breed kecil;

9. Bisa terjadi kawin sedarah (inbreeding) apabila menggunakan

semen beku dari pejantan yang sama dalam jangka waktu

yang lama;

10. Dapat menyebabkan menurunnya sifat-sifat genetik

yang jelek apabila pejantan donor tidak dipantau sifat

genetiknya dengan baik (tidak melalui suatu progeny

test).

11. Hilangnya keanekaragaman akibat dipertahankan alel

yang sama pada populasi ( hilangnya gen), sehingga rentan

terhadap penyakit bila alel resisten hilang. Namun

demikian dampak negatif tersebut dapat ditanggulangi

melalui upaya konservasi in-situ dimana petani/peternak

ikut serta di dalamnya. Program konservasi insitu yang

telah dilakukan pada ternak lokal antara lain : (1)

mengisolasi bangsa ternak lokal dalam suatu lokasi

tertutup dan dilakukan upaya pemurniannya, (2)

mendatangkan pejantan unggul yang sejenis dengan bangsa

ternak lokal tersebut untuk dilakukan program perkawinan

dengan ternak lokal yang telah diisolasi, (3) melakukan

program pemuliaan dan seleksi dengan ketat, dan (4)

mengaplikasikan program IB dengan menggunakan semen yang

berasal dari pejantan unggul. Hal yang terpenting adalah

upaya dari petugas dan petani dalam mencatat (recording)

identitas semen induk dan turunannya, serta adanya bank

25

sperma yang untuk semua ternak lokal atau non lokal

sehingga tidak terjadi kemusnahan.

DAFTAR PUSTAKA

Ditjen Peternakan. 2009. Renstra Kecukupan Daging Sapi Tahun 2010-2-14.

Semnas Pengembangan Ternak Potong untuk Mewujudkan Program

Kecukupan/Swasembada Daging. Yogyakarta: Fafet UGM.

Hafez, E.S.E. 1993. Artificial insemination. In: HAFEZ, E.S.E.

1993. Reproduction in Farm Animals. 6th Ed. Lea & Febiger,

Philadelphia. pp. 424-439.

Hardjosworo, Peni, Rukmisiani M.S., 2001. Ayam, Permaslahan dan

Pencegahan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Toelihere, M.R. 1985. Inseminasi Buatan pada Ternak. Edisi ke-2.

Bandung: Angkasa.Hlm. 292

26