ib rita dan ita fix
TRANSCRIPT
A. DEFINISI INSEMINASI BUATAN
IB adalah proses memasukkan sperma ke dalam saluran
reproduksi betina dengan tujuan untuk membuat betina jadi
bunting tanpa perlu terjadi perkawinan alami. Konsep
dasar dari teknologi ini adalah bahwa seekor pejantan
secara alamiah memproduksi puluhan milyar sel kelamin
jantan (spermatozoa) per hari, sedangkan untuk membuahi
satu sel telur (oosit) pada hewan betina diperlukan hanya
satu spermatozoon. Potensi terpendam yang dimiliki seekor
pejantan sebagai sumber informasi genetik, apalagi yang
unggul dapat dimanfaatkan secara efisien untuk membuahi
banyak betina (Hafez, 1993).
Namun dalam perkembangan lebih lanjut, program IB
tidak hanya mencakup pemasukan semen ke dalam saluran
reproduksi betina, tetapi juga menyangkut seleksi dan
pemeliharaan pejantan, penampungan, penilaian,
pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan
pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencatatan
dan penentuan hasil inseminasi pada hewan/ternak betina,
bimbingan dan penyuluhan pada peternak. Dengan demikian
pengertian IB menjadi lebih luas yang mencakup aspek
reproduksi dan pemuliaan, sehingga istilahnya menjadi
artificial breeding (perkawinan buatan) (Toelihere, 1985).
Inseminator Adalah tenaga teknis menengah yang telah
dididik dan mendapat sertifikat sebagai inseminator dari
pemerintah (dalam hal ini Dinas Peternakan).
B. TUJUAN INSEMINASI BUATAN
1
1. Memperbaiki mutu genetika ternak
2. Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat
yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya
3. Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara
lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama
4. Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur
5. Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin.
C. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN INSEMINASI BUATAN
Keuntungan Inseminasi Buatan (IB)
1. Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik
2. Meningkatkan produksi ternak secara cepat
3. Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina
(inbreeding)
4. Dengan peralatan dan teknologi yang baik sperma dapat
simpan dalam jangka waktu yang lama.
5. Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun
kemudian walaupun pejantan telah mati.
6. Dapat mengawinkan ternak yang berbeda ukuran. Sehingga
menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat
perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar.
7. Menghindari ternak dari penularan penyakit terutama
penyakit yang ditularkan dengan hubungan kelamin.
8. Dapat mengawinkan ternak yang berbeda jarak. Sehingga
menghemat biaya dan lebih efisien.
Kerugian Inseminasi Buatan (IB)
1. Petugas inseminator yang kurang terampil.
2
2. Petani peternak yang tidak mengetahui tanda tanda
birahi / terlambat dalam melaporkan,mengakibatkan
keberhasian IB rendah.
3. Ada beberapa peternak yang belum mau melaksanakan IB
karena di anggap tabu.
D. SEJARAH PERKEMBANGAN IB DI INDONESIA
Inseminasi Buatan pertama kali diperkenalkan di
Indonesia pada awal tahun 1950-an oleh Prof. B. Seit dari
Denmark di Fakultas Hewan dan Lembaga Penelitian
Peternakan Bogor. Dalam rangka rencana kesejahteraan
istimewa (RKI) didirikanlah beberpa satsiun IB di
beberapa daerah di awa Tenggah (Ungaran dan Mirit/Kedu
Selatan), Jawa Timur (Pakong dan Grati), Jawa Barat
(Cikole/Sukabumi) dan Bali (Baturati). Juga FKH dan LPP
Bogor, difungsikan sebagai stasiun IB untuk melayani
daerah Bogor dan sekitarnya. Aktivitas dan pelayanan IB
waktu itu bersifat hilang, timbul sehingga dapat
mengurangi kepercayaan masyarakat.
Kekurang berhasilan program IB antara tahun 1960-
1970, banyak disebabkan karena semen yang digunakan semen
cair, dengan masa simpan terbatas dan perlu adanya alat
simpan sehingga sangat sulit pelaksanaanya di lapangan.
Disamping itu kondisi perekonomian saat itu sangat kritis
sehingga pembangunan bidang peternakan kurang dapat
perhatian.
Dengan adanya program pemerintah yang berupa Rencana
Pembangunan Lima Tahun yang dimulai tahun 1969, maka3
bidang peternakan pun ikut dibangun. Tersedianya dana dan
fasilitas pemerintah akan sangat menunjang peternakan di
Indonesia, termasuk program IB. Pada awal tahun 1973
pemerintah memasukan semen beku ke Indonesia. Dengan
adanya semen beku inilah perkembangan IB mulai maju
dengan pesat, sehingga hampir menjangkau seluruh provinsi
di Indonesia.
Semen beku yang digunakan selama ini merupakan
pemberian gratis pemerintah Inggris dan Selandia Baru.
Selanjutnya pada tahun 1976 pemerintah Selandia Baru
membantu mendirikan Balai Inseminasi Buatan, dengan
spesialisasi memproduksi semen beku yang terletak di
daerah Lembang Jawa Barat. Setahun kemudian didirikan
pula pabrik semen beku kedua yakni di Wonocolo Suranaya
yang perkembangan berikutnya dipindahkan ke Singosari
Malang Jawa Timur.
Hasil evaluasi pelaksanaan IB di Jawa, tahun 1972-
1974 menunjukkan angka konsepsi yang dicapai selama dua
tahun tersebut sangat rendah yaitu antara 21,3 – 38,92
persen. Dari survei ini disimpulkan juga bahwa tayam
lemah pelaksaan IB, tidak terletak pada kualitas semen,
tidak pula pada keterampilan inseminator, melainkan
sebagian besar terletak pada ketidak suburan ternak-
ternak betina itu sendiri. Ketidak suburan ini banyak
disebabkan oleh kekurangan pakan, kelainan fisiologi
anatomi dan kelainan patologik alat kelamin betina serta
merajalelanya penyakit kelamin menular. Dengan adanya
evaluasi terebut maka perlu pula adanya penyempurnaan
4
bidang organisasi IB, perbaikan sarana, intensifikasi dan
perhatian aspek pakan, manajemen, pengendalian penyakit.
E. TEKNIK INSEMINASI BUATAN
Teknik IB pada ternak ada tiga yaitu :
1. Vaginal insemination
2. Cervical insemination
3. Rectovaginal insemination
Vaginal insemination adalah suatu teknik IB dengan
mendeposisikan atau menyemprotkan sperma ke dalam vagina.
Cara ini sangat sederhana dan mudah dilakukan dengan
tanpa memerlukan ketrampilan khusus, namun demikian
diperlukan sperma yang lebih banyak dan hasil angka
konsepsi (conception rate) relative rendah. Teknik ini sudah
jarang digunakan, namun pada domba dan kambing, dan
unggas masih sering dilakukan.
Menempatkan air mani di dalam vagina, sesuai dengan
kawin secara alamiah, merupakan cara pertama-tama
inseminasi buatan dijalankkan. Cara ini sangat sederhana
dan mudah sekali dilaksanakan dengan menggunakan alat
suntikan atau penyemprot yang dihubungkan dengan pembuluh
inseminasi sepanjang 40 cm. Satu hal yang penting sekali
diperhatikan untuk melaksanakan cara inseminasi buatan di
dalam vagina dengan menggunakan pipa-pipa dari gelas,
plastic atau logam dengan diameter kecil, ialah pada
waktu memasukannya ujung pipa itu supaya ditekankan kea
rah dorsal. Maksudnya supaya pipa tadi tidak masuk ke
5
dalam diverticulum sub-urethralis (kantung buntu di
lantai vagina atau urethra.
Teknik inseminasi dalam vagina pada waktu sekarang
telah diganti dengan cara-cara yang lebih moderm. Hal ini
disebabkan karena cara vaginal memerlukan jumlah air mani
yang cukup besar, sedangkan inseminasi di dalam cervix
atau uterus cukup dengan menggunakan sedikit air mani.
Salah satu laporan mengatakan bahwa 0,2 cc air mani yang
tidak diencerkan yang disemprotkan di dalam cervix sama
efektifnya dengan dengan 4 cc air mani yang disemprotkan
di dalam vagina. Perbandingan antara 1 – 4 cc air mani
yang diinseminasikan di dalam vagina dengan 0,5 – 1 cc
air mani yang sama yang disemprotkan di dalam cervix,
menunjukkan bahwa 20 ekor sapi-sapi yang diinseminasi di
dalam vagina hanya 25% menjadi bunting, sedangkan 65%
dari 20 inseminasi di dalam cervix berhasil menjadi
bunting. Selain dari pada itu 2 cc air mani yang
dimasukkan di dalam kapsel gelatin dan ditempatkan di
bagian terdepan vagina memiliki hasil yang sama dengan
penempatan air mani di dalam cervix dengan menggunakan
penyemprotan dan pipa inseminasi.
6
Gambar 1. Contoh Vaginal Insemination
Cervical insemination adalah suatu teknik IB dengan
mendeposisikan sperma pada bagian pangkal servix. Dengan
teknik ini diperlukan bantuan alat yaitu speculum atau
vaginoskop yang dilengkapi dengan lampu dimasukkan ke
dalam vagina secara pelan-pelan hingga mencapai pangkal
cervix. Pada ternak yang sedang berahi pangkal cervix
akan tampak merah seperti bunga mawar dan lubang cervik
tampak membuka, dengan pipet inseminasi sperma
disemprotkan pada lubang cervix tersebut. Alat ini sering
digunakan pada sapi, kerbau dan kambing dengan hasil
inseminasi yang lebih baik dari pada dengan menggunakan
VB dan jumlah sperma yang digunakan lebih sedikit.
Besarnya speculum biasanya tergantung jenis ternak dan
umur ternak, dan sebelum dimasukkan ke dalam vagina ujung
speculum diolesi dengan vaselin yang steril agar lebih
mudah masuk ke dalam vagina.
Cara memasukkan air mani ke dalam cervix dengan
menggunakan speculum adalah sederhana seperti metode
inseminasi dalam vagina. Namun demikian teknik inseminasi
speculum dalam cervix mempunyai kelemahan. Salah satu
kelemahannya, bahwa kita harus mencuci dan mensterilisir
speculum itu setiap kali sesudah melaksanakan inseminasi
dan sebelum dilaksanakan inseminasi sapi lain. Hal ini
penting sekali dilaksanakan, sebab kalau tidak akan
terjadi malapetaka besar karena terjadi penyebaran
penyakit kelamin menular. Membersihkan dan mensterilisasi
alat-alat di dalam kandang bukannya tidak mungkin, tetapi
7
sulit dikerjakan. Jadi bagi teknisi perlu membawa
speculum yang cukup banyak dalam keadaan bersih dan
steril. Konsepsi yang lebih rendah dari pada metode
rektovaginal.
Gambar 2. Contoh Cervical Insemination
Rectovaginal insemination adalah suatu teknik IB dengan
mendeposisikan sperma pada bagian midcervix (pertengahan
cervix) atau pada bagian corpus uteri bahkan lebih dalam
lagi yaitu pada bagian cornu uteri tergantung keadaan
ternak dan kemampuan inseminator. Teknik ini cukup mudah
dan praktis dengan hasil yang lebih baik dari teknik yang
lain, namun demikian diperlukan ketrampilan khusus untuk
dapat melakukannya. Teknik ini hanya digunakan pada
ternak sapi dan kerbau saja, adapun caranya sebagai
berikut :
a) Ternak betina yang sedang berahi ditempatkan pada
kandang khusus untuk kawin (kandang jepit).
b) Inseminator mengambil straw (sperma beku) dari dalam
container sesuai dengan bibit ternak yang dikehendaki,
8
kemudian segera di thawing (dicairkan) ke dalam air es
atau air kran, lalu keringkan dengan handuk. Straw
dipanaskan diantara telapak tangan, lalu straw
dimasukkan ke dalam pipet inseminasi (PI) atau
insemination gun dalam posisi vertical, setelah alat
penyemprotnyan ditarik kurang lebih 12 cm. Pemasukan
straw ke dalam pipet inseminasi dengan posisi ujung
penyumbat.
c) Inseminator menggigit PI secara horizontal sambil
membasahi tangan kiri/kanan yang akan masuk ke dalam
rectum dengan air dan sedikit sabun.
d) Tangan kiri membuka vulva dan tangan kanan memasukan
PI ke dalam vulva (terus ke dalam) atau tangan kiri
masuk ke dalam rectum, sewaktu tangan masuk ke rectum
jari-jari harus kukunya tumpul, masuk secara pelan-
pelan dan bila terjadi kontraksi rectum jangan dilawan
tetapi cukup posisi dengan diam bertahan. Kotoran
dalam rectum dikeluarkan lalu tangan mencari cervix
sambil memonitor ujung PI agar dapat masuk lebih dalam
lagi. Apabila cervix telah bertemu maka segera
dipegang dan posisinya diluruskan (horizontal)
sehingga memudahkan PI masuk ke dalam cervix korpus
uteri atau ke dalam kornu uteri dan disinilah sperma
disemprotkan.
e) Tangan kiri ditarik dari rectum secara pelan-pelan dan
PI ditarik ke luar maka
selesai sudah IB pada ternak betina.
9
Meskipun teknik rektovaginal lebih sulit untuk
dipelajari, tetapi cara ini lebih banyak keuntungannya
dari pada teknik yang lain. Kemungkinan yang paling
penting adalah angka konsepsi yang lebih tinggi. Selain
daripada itu cara ini hanya memerlukan sedikit sekali
alat-alat yang perlu disterilisasi setiap kali sesudah
melakukan inseminasi. Penggunaan pipet plastic yang dapat
dibuang sesudah terpakai, termasuk penyemprotannya pada
waktu sekarang terpakai secara luas, sehingga alat-alat
itu tak perlu dicuci ataupun disterilisasi. Sarung tangan
karet dapat dicuci dan didesinfektasi dengan mudah
sesudah dipakai. Alat-alat yang diperlukan sedikit sekali
dan mudah dibawa. Disamping itu teknik rektovaginal telah
terbukti dapat memacu aktivitas uterus sapi seperti
perkawinan secara alamiah.
Gambar 3. Artifical Insemination
Tempat inseminasi
10
Hasil inseminasi di dalam vagina dan di dalam cervix
memiliki angka konsepsi yang lebih rendah daripada teknik
rektovaginal. Meski demikian dapat juga teknik
rektovaginal dapat dipakai untuk menyemprotkan air mani
ke dalam cervix, di corpus uteri dan di cornua uteri.
Bila seorang mengira bahwa kemungkinan terjadinya
perlukaan karena inseminasi di cervix, corpus uteri atau
cornua uteri, maka kemungkinan terjadinya perlukaan ini
akan lebih besar bila diinseminasi lebih dalam. Uterus
mukosa mudah sekali terluka dan terjadi pendarahan. Ini
sering terbukti pada waktu orang mencoba untuk mengambil
cairan dari uterus. Keadaan ini janganlah disamakan
dengan keadaan pada waktu sapi itu diinseminasi. Setiap
kali terjadi perlukaan kemungkinan menjadi infeksi lebih
besar terutama bila inseminasi itu dilakukan sesudah
berahi, pada waktu menjelang masa luteal.
Mengingat volume semen yang sangat sedikit pada
penggunaan semen beku, khususnya straw, maka deposisi
semen melalui insemination-gun harus dilakukan beberapa
millimeter dari ujung dalam cervix pada pangkal corpus
uteri. Lipatan-lipatan anuler transversal cervix dapat
merupakan penghalang mekanik terhadap spermatozoa yang
bergerak maju ke uterus. Lipatan tersebut berjumlah 3
buah. Apabila lipatan-lipatan tersebut dinyatakan sebagai
posisi satu sampai 3 dihitung mulai dari os externa ke os
interna dan pangkal korpus uteri sebagai posisi 4, maka
tempat deposisi atau peletakan semen beku yang terbaik
adalah posisi 4. Angka konsepsi adalah tinggi pada
11
posisi 4; makin rendah angka posisi makin rendah pula
angka konsepsi, sedangkan makin tinggi angka posisi makin
mudah terjadi perlukaan pada endometrium yang dapat
menyebabkan perdarahan dinding dalam uerus tersebut atau
endometritis atau malah rupture atau sobek uterus pada
betina yang bunting, atau keguguran dan kematian embrio
atau fetus pada betina yang bunting.
F. INSEMINASI PADA UNGGAS
Menurut Hardjosworo (2001) inseminasi buatan pada
unggas seperti ayam dapat dilakukan melaui beberapa macam
tahap, seperti:
1. Mengoleksi sperma ayam jantan
a. Ayam jantan yang akan diambil spermanya harus
dipelihara secara terpisah dari ayam betina, paling
sedikit sebulan sebelum digunakan sebagai penghasil
sperma.
b. Sebaiknya ayam jantan dipelihara di dalam kandang
berbentuk sangkar.
c. Paling sedikit delapan jam sebelum diambil
spermanya, ayam jantan jangan diberi makan tetapi
tetap diberi air minum.
1) Membersihkan kulit di sekitar dubur
Bersihkan kulit disekitar dubur dan bila ada bulu
yang cukup panjang, potonglah bulu sependek mungkin
agar dubur kelihatan jelas dan bersih.
2) Memberikan rangsang birahi pada ayam12
Pengang ayam dengan posisi bagian ekor menghadap
ke depan dan kepal menghadap ke belakang dari posisi
pemegang. Tangan kiri memegang kaki ayam sedangkan
tangan kanan, menahan dada ayam dengan posisi telapak
tangan diletakan di dada. Leher ayam diapit di antara
lengan kanan dan bagian rusuk sisi kanan dari
sipemegang.
3) Mengumpulkan semua semen
Persyaratan agar ayam penjantan dapat menghasilkan
semen dalam jumlah yang banyak dan berkualitas baik
adalah sebagai berikut :
a) Ayam pejantan harus sehat dan mendapat pakan yang
cukup gizi.
b) Ayamnya harus sudah dipelihara terpisah dari betina
paling sedikit dua minggu debelu diambil semennya.
c) Ayamnya harus dalam kondisi tenang
Cara-cara mengumpulkan semen metoda dua orang adalah
sebagai berikut:
Orang pertama
1) Ayam disangga dengan paha kanan, tangan kiri memegang
kaki kiri dan kedua ujung sayap agar ayam tidak
meronta. Kepala ayam menghadap ke sebelah kanan.
2) Tangan kanan mengurut punggung ayam dengan tekanan
halus, mulai dari pangkal leher ke arah pangkal ekor
dengan menggunakan telapak tangan. Biasanya ayam akan
bereaksi dengan menaikan ekornya.
13
3) Ulangi gerakan mengurut beberapa kali. Tanda-tanda
bahwa ayam telah terangsang adalah bila sudah
terlihat dubur menyembur.
4) Bila ayam sudah terangsang, pengurutan dilanjutkan
dengan jari telunjuk dan ibu jari dengan menjepit
pangkal kloaka sambil menekan dengan lembut ke arah
dalam dan menarik ke arah luar juga denan lembut,
jangan sampai alat kelamin keluar seluruhnya, tetapi
hanya pangkal muara semen yang keluar. Pengurutan
tetap diulangi selama semen masih mengalir.
Orang Kedua
Tugas orang kedua adalah menampung semen, caranya
adalah sebagai berikut:
1) Bila ayam sudah terangsang, orang kedua mulai
memegang alat penampung semen dengan tangan kanan
dan menempelkan pada muara semen. Tangan kiri
membantu menekan ekor ayam ke arah punggung supaya
tidak menggangu atau mengahalangi saat penyedotan
semen.
2) Semen yang keluar langsung disedot dengan
menggunakan penyedot dari aspirator untuk di tampung
di dalam tabung.
4) Menginseminasi Ayam Betina
Persyaratan ayam betina yang akan diinseminasi
sebagai berikut:
a) Ayam betina yang akan diinseminasi sudah harus
bertelur paling sedikit 4 minggu.
14
b) Sebelum diinseminasi, ayam betina harus dipelihara
terpisah dari jantan paling sedikit selama 2 minggu.
c) Ayam betina harus sehat dan mendapat pakan yang
cukup gizi.
d) Sebaiknnya 6 jam sebelum diinseminasi, ayam betina
tidak diberi makan agar tidak berak pada saat
diinseminasi.
Perlu diketahui bahwa ayam betina hanya mempunyai
satu alat reproduksi yang terletak di sebelah kiri.
Alat reproduksi ini bermuara di suatu rongga di dalam
tubuh dan menyambung ke dubur. Rongga tersebut
dinamakan kloaka. Untuk menginseminasi ayam betina,
semen harus dimasukan kedalam alat reproduksi betina
melalui lubang atau muara tersebut.
a. Cara-cara merangsang ayam betina dengan metode dua
orang :
Orang pertama
Ayam disangga pada bagian perutnya, kedua kaki
dan sayap dipegang dengan tangan kiri dan kepala ayam
dijepit dengan tangan kiri dan badan. Ekor ayam
diangkat kearah punggung dengan tangan kanan untuk
memudahkan orang kedua merangsang ayam.
Orang kedua
Tugas orang kedua adalah merangsang ayam betina
agar menyembulkan lubang tempat alat reproduksi
bermuara dengan cara sebagai berikut : Jari tngan
kiri menekan perut lalu mengangkat atau menyodok
kearah kloaka. Tangan kanan siap dengan tabung suntik
15
tuberkulin yang berisi semen.
Perhatian : Pada saat terangsang dan kloaka menyembul
dari dubur, akan terlihat dua lubang. Lubang yang
terletak di sebelah kiri ayam adalah muara alat
reproduksi, sedangkan yang satu lagi adalah muara
dari alat pencernaan.
b. Cara menginseminasi.
1) Sebelum diinseminasi, semen yang telah terkumpul dapat
diencerkan terlebih dahulu dengan Nac1 fisiologis.
Pengenceran yang aman adalah satu bagian semen dengan
tiga bagian larutan NaC1 fisiologis.Perhatian : Agar
sperma yang hidup jumlahnya tinggi, sebaiknya semen
tidak disimpan di penampungan lebih dari 20 menit.
2) Sedot semen dengan tabung suntik tuberkulin (1 cc)
sebanyak 0.1 cc untuk setiap ekor atau 1 cc untuk
setiap 10 ekor
3) Masukkan tabung yang sudah terisi semen ke dalam lubang
sebelah kiri.
4) Lepaskan jari-jari tangan kiri orang kedua dari perut
ayam dan lepaskan ekor ayam dari pegangan orang
pertama. Kloaka akan masuk kembali ke dalam tubuh.
5) Suntikkan semen sebanyak 0.1 cc secara perlahan-lahan.
6) Lepaskan ayam. Dua hari setelah inseminasi, ayam betina
akan menghasilakan telur fertil.
7) Untuk mendapatkan fertilitas yang baik, ulangi
inseminasi 4-5 hari kemudian.
16
Gambar 4. Inseminasi Buatan pada Ayam
G. INSEMINASI PADA SAPI
1. Penampungan Semen
a. Dapat dilakukan 1-3 x /minggu
b. Harus terampil dalam menyiapkan alat penampung
(vagina buatan) dan terampil dalam menampung semen
c. Evaluasi kualitas semen : gerakan massa, motilitas,
LD dan konsentrasi. Hanya yang kualitas baik yang
dapat diproses lebih lanjut.
d. Pengenceran dan pengawetan
e. Pengawetan : semen beku atau semen cair (chilled
semen)
Cara Penampungan Semen
a. Siapkan pejantan yang akan diambil semennya.
b. Bersihkan preputium dengan jalan mencuci dengan
sabun dan bulu (rambut yang ada disekitarnya)
digunting tinggalkan 2 - 3 cm.
c. Bersihkan pula bagian belakang betina pemancing
terutama pangkal ekor.
d. Siapkan kondisi sapi pejantan sehingga nafsu
birahinya meluap dengan cara :
17
1) Gunakan hewan pemancing yang sedang birahi dan
biarkan untuk beberapa saat pejantan mencium
dan menunggangi tetapi tidak ditampung.
2) Bawa pejantan mengelilingi atau berputar-putar
didekat pemancing.
3) Mengganti pemancing setiap kali penampungan.
4) Penampungan semen tidak selalu di satu sisi.
e. Masukkan penis yang sedang ereksi kedalam Vagina
Buatan dengan membentuk sudut ± 30º.
f. Setelah selesai penampungan, VB digoyang dengan
membentuk angka delapan untuk menghindari tinggalnya
semen pada selonsong karet .
g. Tabung semen dibuka dari corong karet dan ditutup
dengan kertas atau kain agar terhindar dari sinar
matahari lansung.
h. Semen siap dibawa ke Laboratorium untuk diperiksa
dan diproses.
Vagina Buatan terdiri dari :
Sebuah tabung keras dan kaku (ebonit) dengan
diameter ± 6,25 cm dan panjang ± 40 cm.
Sebuah selongsong karet tipis dengan permukaan
halus.
Sebuah corong karet tipis dengan diameter mulut ±
7 cm dan diameter ujungnya 1 cm serta panjang ±
20 cm.
Gelang karet pengikat selongsong.
Stron druff yang berskala/tabung sperma.
18
Alat pelicin.
Termos berisi es dan handuk pembawa sperma ke
laboratorium.
Pemasangan VB
Selongsong karet dimasukan kedalam tabung
ebonit.
Kedua ujung selonsong karet dikuakkan keluar
tabung dan dipasang terbalik dibibir tabung.
Kedua ujung selongsong karet diikat dengan karet
ikat.
Corong dari karet tipis dipasang pada salah satu
ujung dan dieratkan dengan karet gelang.
Tabung penampung semen dipasang diujung corong
karet diikat erat dengan karet gelang dan
dibungkus dengan kain/kertas tissue.
Air panas ± 45 – 50ºC dimasukan kedalam kedalam
lobang tabung ebonit yang telah tersedia kira-
kira ¼ dari tabung.
Oleskan pelicin kira-kira ¼ panjang tabung dari
mulut tabung.
Frekuensi Penampungan
Dari berbagai penelitian frekuensi penampungan
semen tidak ada patokan yang pasti berapa kali
frekuensi pengambilan semen yang paling baik. Sapi
jantan umur 12 - 15 bulan diperoleh jumlah sper-
19
matozoa per ejakulasi tertinggi dari pengambilan 2
kali perminggu.
Penampungan dua kali seminggu dengan frekuensi
tetap, kualitas dan kuantitas akan tetap baik dan
kondisi pejantan akan terjaga dengan baik asal
perawatan dan makanannya terjaga dengan baik.
2. Waktu Melakukan Inseminasi Buatan (IB)
Pada waktu di Inseminasi Buatan (IB) ternak harus
dalam keadaan birahi, karena pada saat itu liang leher
rahim (servix) pada posisi yang terbuka. Kemungkinan
terjadinya konsepsi (kebuntingan) bila diinseminasi
pada periode-periode tertentu dari birahi telah
dihitung oleh para ahli, perkiraannya adalah :
- permulaan birahi : 44%
- pertengahan birahi : 82%
- akhir birahi : 75%
- 6 jam sesudah birahi : 62,5%
- 12 jam sesudah birahi : 32,5%
- 18 jam sesudah birahi : 28%
- 24 jam sesudah birahi : 12%
3. Faktor - faktor yang menyebabkan rendahnya prosentase
kebuntingan
a. Fertilitas dan kualitas mani beku yang jelek / rendah;
b. Inseminator kurang / tidak terampil;
c. Petani / peternak tidak / kurang terampil mendeteksi
birahi;
20
d. Pelaporan yang terlambat dan / atau pelayanan
Inseminator yang lamban;
e. Kemungkinan adanya gangguan reproduksi / kesehatan sapi
betina. Jelaslah disini bahwa faktor yang paling
penting adalah mendeteksi birahi, karena tanda-tanda
birahi sering terjadi pada malam hari. Oleh karena itu
petani diharapkan dapat memonitor kejadian birahi
dengan baik dengan cara:
1) Mencatat siklus birahi semua sapi betinanya (dara
dan dewasa);
2) Petugas IB harus mensosialisasikan cara-cara
mendeteksi tanda-tanda birahi. Salah satu cara yang
sederhana dan murah untuk membantu petani untuk
mendeteksi birahi, adalah dengan memberi cat diatas
ekor, bila sapi betina minta kawin (birahi) cat akan
kotor / pudar / menghilang karena gesekan akibat
dinaiki oleh betina yang lain.
4. Cara Menginseminasi
Cara menginseminasi buatan pada sapi, dapat
dilakukan dengan beberapat tahapan sebagai berikut:
1. Sebelum melaksanakan prosedur Inseminasi Buatan (IB)
maka semen harus dicairkan (thawing) terlebih dahulu
dengan mengeluarkan semen beku dari nitrogen cair dan
memasukkannya dalam air hangat atau meletakkannya
dibawah air yang mengalir. Suhu untuk thawing yang baik
adalah 37 0C. Jadi semen/straw tersebut dimasukkan
dalam air dengan suhu badan 37 0C, selama 7-18 detik.
21
2. Setelah dithawing, straw dikeluarkan dari air kemudian
dikeringkan dengan tissue. Kemudian straw dimasukkan
dalam gun, dan ujung yang mencuat dipotong dengan
menggunakan gunting bersih.
3. Setelah itu Plastic sheath dimasukkan pada gun yang
sudah berisi semen beku/straw.
4. Sapi dipersiapkan (dimasukkan) dalam kandang jepit,
ekor diikat.
5. Petugas Inseminasi Buatan (IB) memakai sarung tangan
(glove) pada tangan yang akan dimasukkan ke dalam
rektum.
6. Tangan petugas Inseminasi Buatan (IB) dimasukkan ke
rektum, hingga dapat menjangkau dan memegang leher
rahim (servix), apabila dalam rektum banyak kotoran
harus dikeluarkan lebih dahulu.
7. Semen disuntikkan/disemprotkan pada badan uterus yaitu
pada daerah yang disebut dengan 'posisi ke empat'.
8. Setelah semua prosedur tersebut dilaksanakan maka
keluarkanlah gun dari uterus dan servix dengan
perlahan-lahan.
Gambar 5. Alat dan Bahan Inseminasi Buatan pada Sapi
22
Gambar 6. Inseminasi Buatan pada Sapi
H. PENERAPAN IB DITINJAU DARI ASPEK BIOETIKA
Dalam pandangan bioetika, penerapan bioteknologi
reproduksi IB berhubungan erat dengan aspek kesehatan dan
penyelamatan dari kepunahan ternak asli (animal welfare).
Problem utama dalam sistem animal welfare dalam kaitannya
dengan penerapan bioteknologi adalah efisiensi produksi.
Problem ini berkaitan erat pula dengan beberapa faktor,
diantaranya:
a. Ekspresi gen (pertumbuhan yang cepat atau produksi susu
tinggi)
b. Teknik perkawinan
c. Mutasi gen
Dampak negatif yang akan timbul apabila penerapan
bioteknologi IB tidak terkontrol dalam kaitannya dengan
animal welfare, seperti :
1. Hilangnya/punahnya ternak lokal akibat terkikis oleh
munculnya ternak persilangan (crossbred animal). Hal ini
bisa muncul karena persepsi masyarakat (petani/peternak)
yang lebih menyukai ternak persilangan karena
23
pertumbuhannya lebih cepat dan dampak akhirnya adalah
nilai jual yang tinggi.
2. Dapat menyebabkan stress dan menimbulkan resiko pada animal
welfare. Pemilihan pejantan sebagai sumber semen yang
tidak tepat (kemungkinan mengandung gen lethal) akan
menimbulkan beberapa dampak negatif, antara lain masa
kebuntingan lebih panjang, meningkatnya kejadian
kesulitan melahirkan (distokia) dan tingginya frekuensi
gen anomali dan anak yang dilahirkan memiliki bobot lahir
yang melebihi ukuran normal dan penurunan daya
reproduksi.
3. Apabila identifikasi birahi (estrus) dan waktu
pelaksanaan IB tidak tepat maka tidak akan terjadi
terjadi kebuntingan;
4. Akan terjadi kesulitan kelahiran (distokia), apabila
semen beku yang digunakan berasal dari pejantan dengan
breed / turunan yang besar dan diinseminasikan pada sapi
betina keturunan / breed kecil;
5. Bisa terjadi kawin sedarah (inbreeding) apabila menggunakan
semen beku dari pejantan yang sama dalam jangka waktu
yang lama;
6. Dapat menyebabkan menurunnya sifat-sifat genetik yang
jelek apabila pejantan donor tidak dipantau sifat
genetiknya dengan baik (tidak melalui suatu progeny
test).
7. Apabila identifikasi birahi (estrus) dan waktu
pelaksanaan IB tidak tepat maka tidak akan terjadi
terjadi kebuntingan;
24
8. Akan terjadi kesulitan kelahiran (distokia), apabila
semen beku yang digunakan berasal dari pejantan dengan
breed / turunan yang besar dan diinseminasikan pada sapi
betina keturunan / breed kecil;
9. Bisa terjadi kawin sedarah (inbreeding) apabila menggunakan
semen beku dari pejantan yang sama dalam jangka waktu
yang lama;
10. Dapat menyebabkan menurunnya sifat-sifat genetik
yang jelek apabila pejantan donor tidak dipantau sifat
genetiknya dengan baik (tidak melalui suatu progeny
test).
11. Hilangnya keanekaragaman akibat dipertahankan alel
yang sama pada populasi ( hilangnya gen), sehingga rentan
terhadap penyakit bila alel resisten hilang. Namun
demikian dampak negatif tersebut dapat ditanggulangi
melalui upaya konservasi in-situ dimana petani/peternak
ikut serta di dalamnya. Program konservasi insitu yang
telah dilakukan pada ternak lokal antara lain : (1)
mengisolasi bangsa ternak lokal dalam suatu lokasi
tertutup dan dilakukan upaya pemurniannya, (2)
mendatangkan pejantan unggul yang sejenis dengan bangsa
ternak lokal tersebut untuk dilakukan program perkawinan
dengan ternak lokal yang telah diisolasi, (3) melakukan
program pemuliaan dan seleksi dengan ketat, dan (4)
mengaplikasikan program IB dengan menggunakan semen yang
berasal dari pejantan unggul. Hal yang terpenting adalah
upaya dari petugas dan petani dalam mencatat (recording)
identitas semen induk dan turunannya, serta adanya bank
25
sperma yang untuk semua ternak lokal atau non lokal
sehingga tidak terjadi kemusnahan.
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen Peternakan. 2009. Renstra Kecukupan Daging Sapi Tahun 2010-2-14.
Semnas Pengembangan Ternak Potong untuk Mewujudkan Program
Kecukupan/Swasembada Daging. Yogyakarta: Fafet UGM.
Hafez, E.S.E. 1993. Artificial insemination. In: HAFEZ, E.S.E.
1993. Reproduction in Farm Animals. 6th Ed. Lea & Febiger,
Philadelphia. pp. 424-439.
Hardjosworo, Peni, Rukmisiani M.S., 2001. Ayam, Permaslahan dan
Pencegahan. Jakarta: Penebar Swadaya.
Toelihere, M.R. 1985. Inseminasi Buatan pada Ternak. Edisi ke-2.
Bandung: Angkasa.Hlm. 292
26