harga pokok pesanan

23
SISTEM HARGA POKOK PESANAN 1. KARAKTERISTIK SISTEM HARGA POKOK PESANAN Pengumpulan biaya produksi dalam suatu perusahaan dipengaruhi oleh karakteristik kegiatan produksi perusahaan tersebut. Oleh karena itu sebelum dibahas prosedur metode harga pokok pesanan, perlu diuraikan lebih dahulu karakteristik kegiatan usaha perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan yang berpengaruh terhadap metode pengumpulan biaya produksi. Pada perusahaan yang menggunakan metode harga pokok pesanan memiliki karateristik sebagai berikut: 1. Tujuan produksi perusahaan untuk melayani pesanan pembeli yang bentuknya tergantung pada spesifikasi pemesan, sehingga sifat produksinya terputus-putus dan setiap pesanan dapat dipisahkan identitasnya secara jelas. 2. Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan dengan tujuan dapat dihitung harga pokok pesanan dengan relatif teliti dan adil. 3. Jumlah total harga pokok untuk pesanan tertentu dihitung pada pesanan tersebut selesai, dengan menjumlahkan semua biaya yang dibebankan kepada pesanan tersebut. Harga pokok satuan untuk pesanan tertentu dihitung dengan membagi jumlah total harga pokok pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk pesanan tersebut. 4. Pesanan yang sudah selesai dimasukkan ke gudang produk selesai dan biasanya segera akan diserahkan (dijual) kepada pemesan sesuai dengan saat/tanggal pesanan harus diserahkan. Pada perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, informasi harga pokok produksi per pesanan bermanfaat bagi manajemen untuk: 1. Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan. 2. Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan. 3. Memantau realisasi biaya produksi.

Upload: independent

Post on 10-Nov-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

SISTEM HARGA POKOK PESANAN

1. KARAKTERISTIK SISTEM HARGA POKOK PESANAN

Pengumpulan biaya produksi dalam suatu perusahaan dipengaruhi oleh karakteristik

kegiatan produksi perusahaan tersebut. Oleh karena itu sebelum dibahas prosedur metode

harga pokok pesanan, perlu diuraikan lebih dahulu karakteristik kegiatan usaha perusahaan

yang produksinya berdasarkan pesanan yang berpengaruh terhadap metode pengumpulan

biaya produksi.

Pada perusahaan yang menggunakan metode harga pokok pesanan memiliki

karateristik sebagai berikut:

1.      Tujuan produksi perusahaan untuk melayani pesanan pembeli yang bentuknya tergantung

pada spesifikasi pemesan, sehingga sifat produksinya terputus-putus dan setiap pesanan dapat

dipisahkan identitasnya secara jelas.

2.      Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan dengan tujuan dapat dihitung harga pokok

pesanan dengan relatif teliti dan adil.

3.      Jumlah total harga pokok untuk pesanan tertentu dihitung pada pesanan tersebut selesai,

dengan menjumlahkan semua biaya yang dibebankan kepada pesanan tersebut. Harga pokok

satuan untuk pesanan tertentu dihitung dengan membagi jumlah total harga pokok pesanan

tersebut dengan jumlah satuan produk pesanan tersebut.

4.      Pesanan yang sudah selesai dimasukkan ke gudang produk selesai dan biasanya segera akan

diserahkan (dijual) kepada pemesan sesuai dengan saat/tanggal pesanan harus diserahkan.

Pada perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, informasi harga pokok

produksi per pesanan bermanfaat bagi manajemen untuk:

1. Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan.

2. Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan.

3. Memantau realisasi biaya produksi.

4. Menghitung laba atau rugi tiap pesanan.

5. Menghitung harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang

disajikan dalam neraca.

Manfaat Informasi harga pokok produksi per pesananBermanfaat bagi manajemen untuk:

1. Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan.2. Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan3. Memantau realisasi biaya produksi4. Menghitung laba atau rugi tiap pesanan5. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi & produk dalam

proses yang disajikan dalam Neraca

Aliran Kegiatan Perusahaan Manufaktur

Aliran harga pokok produk menunjukkan aliran biaya produksi dalam rangka kegiatan

pengolahan bahan baku menjadi produk selesai yang selanjutnya dijual, oleh karena itu aliran

harga pokok produk akan dipengaruhi aliran kegiatan.

Aliran kegiatan perusahaan manufaktur secara umum terdiri dari:

1.      Pengadaan

Pengadaan adalah kegiatan untuk memperoleh atau mengadakan barang dan jasa yang akan

dikonsumsi dalam kegiatan produksi, dapat dikelompokkan menjadi:

a.       Pembelian, penerimaan, dan penyimpanan bahan baku, bahan penolong, supplies

pabrik, dan elemen lainnya yang akan dikonsumsi dalam kegiatan produksi

b.      Perolehan jasa dari tenaga kerja langsung, tenaga kerja tak langsung dan jasa lainnya

yang akan dikonsumsi dalam kegiatan produksi.

2.      Produksi

Produksi adalah kegiatan pengolah bahan baku menjadi produk selesai. Pada kegiatan

tersebut akan dikonsumsi bahan baku, tenaga kerja langsung, barang dan jasa lainnya yang

dikelompokkan dalam overhead pabrik.

3.      Penyimpanan produk selesai

Produk yang telah selesai diproduksi dari pabrik akan dipindahkan ke dalam gudang produk

selesai menunggu saat dijual atau diserahkan kepada pemesan.

4.      Penjualan produk selesai.

Produk yang sudah laku dijual akan dikeluarkan dari gudang produk selesai untuk dikirim

kepada pembeli, dan perusahaan dapat membebani rekening langganan atau pembeli.

D.    Prosedur Akuntansi Biaya pada metode Harga Pokok Pesanan

Prosedur akuntansi biaya pada metode harga pokok pesanan dapat dikelompokkan

menjadi:

1.      Prosedur akuntansi biaya bahan dan supplies.

2.      Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja.

3.      Prosedur akuntansi biaya overhead pabrik.

4.      Prosedur akuntansi produk selesai dan produk dalam proses akhir periode

5.      Prosedur akuntansi penjualan dan penyerahan produk kepada pemesan.

Berikut ini akan dibahas per prosedur, sesuai dengan urutan yang telah disebutkan

diatas.

1.      Prosedur akuntansi biaya bahan dan supplies

Prosedur akuntansi biaya bahan dan supplies meliputi prosedur pembelian sampai dengan

pemakaian bahan dan supplies di dalam pabrik. Secara ringkas prosedur akuntansi bahan dan

supplies dapat digambarkan sebagai berikut:.

Transaksi dan Dokumen

Dasar

Jurnal Transaksi Buku Besar

Pembantu

Pembelian Bahan dan

Supplies:

   Faktur Pembelian

   BuktiPenerimaan

Barang

   Pesanan Pembelian

Pengembalian

Pembelian:

   Debit Memorandum

   Laporan Pengiriman

Pengembalian

Pembelian

Persediaan Bahan Baku        xx

Persediaan Bahan Penolong   xx

Persediaan Supplies Pabrik    xx

          Hutang Dagang                        xx

Hutang Dagang                      xx

          Persediaan Bahan Baku         xx

          Persediaan Bahan Penolong    xx

          Persediaan Supplies Pabrik     xx

Kartu Persediaan:

   Bahan Baku

   Bahan Penolong

   Supplies Pabrik

Kartu Persediaan:

   Bahan Baku

   Bahan Penolong

   Supplies Pabrik

Potongan Tunai

Pembelian:

  Bukti Kas Keluar

Hutang Dagang                      xx

          Persediaan Bahan Baku         xx

          Persediaan Bahan Penolong    xx

          Persediaan Supplies Pabrik     xx

          Kas                                         xx

Atau:

Hutang Dagang                      xx

          Penghasilan Lain-Lain           xx

Kartu Persediaan:

   Bahan Baku

   Bahan Penolong

   Supplies Pabrik

          Kas                                         xx

Pemakaian Bahan Baku:

  Bon Permintaan Bahan

Barang Dalam Proses- B. Bhn Baku xx

          Persediaan Bahan Baku               xx

Kartu Persediaan:

   Bahan Baku

   Kartu Harga

Pokok Pesanan

Pemakaian Bahan

Penolong:

  Bon Permintaan Bahan

Pemakaian Supplies

Pabrik:

   Bon Permintaan

Bahan

Biaya Overhead P Sesungguhnya     xx

           Persediaan Bahan Penolong        xx

Biaya Overhead P Sesungguhnya     xx

          Persediaan Supplies Pabrik          xx

Kartu Persediaan:

    Bahan

Penolong

Kartu Biaya:

     Overhead

Pabrik

Kartu Persediaan:

     Supplies

Pabrik

Kartu Biaya:

     Overhead

Pabrik

Pengembalian Bahan

Baku dari Pabrik ke

Gudang Bahan

Persediaan Bahan Baku                   xx

         Barang Dalam Proses-

         Biaya Bahan Baku                       xx

Kartu Persediaan:

    Bahan Baku

Kartu Harga

Pokok Pesanan

2.      Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja.

Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja meliputi prosedur terjadinya gaji dan upah,

pembayaran gaji dan upah, dan distribusi gaji dan upah untuk semua karyawan perusahaan

baik produksi maupun bagian non produksi. Secara ringkas prosedur akuntansi biaya tenaga

kerja adalah sebagai berikut:

     

Transaksi dan Dokumen

Dasar

Jurnal Transaksi Buku Besar

Pembantu

Penentuan Gaji dan

Upah:

   Daftar Hadir

   Kartu Jam Kerja

   Daftar Gaji dan Upah

Biaya Gaji dan Upah                xx

          Hutang Pajak Pendapatan          xx

          Hutang Dana Pensiun                xx

          Hutang Astek                             xx

          Hutang Asuransi Hari Tua         xx

          Piutang Karyawan                     xx

          Hutang Gaji dan Upah               xx

Pembayaran Gaji dan

Upah:

   Bukti Kas Keluar

Hutang Gaji dan Upah             xx

          Kas                                            xx

Distribusi Gaji dan

Upah:

   Perintah Jurnal

Barang Dalam Proses- B TKL  xx

BOP Sesungguhnya                  xx

Biaya Pemasaran                      xx

Biaya Administrasi dan Umum xx

          Biaya Gaji dan Upah                xx

Kartu Harga

Pokok Pesanan

dan Kartu Biaya

Overhead Pabrik

Pemasaran

Administrasi dan

Umum

Beban atas Gaji dan

Upah:

BOP Sesungguhnya                  xx Karu Biaya:

   Overhead

   Daftar Sumbangan

atas    

   Gaji dan Upah

Biaya Pemasaran                      xx

Biaya Administrasi dan Umum xx

          Hutang Pajak Pendapatan          xx

          Hutang Dana Pensiun                xx

          Hutang Astek                             xx

          Hutang Asuransi Hari Tua         xx

Pabrik

   Pemasaran

   Administrasi

dan   

   Umum

Penyetoran atas

Potongan dan beban

Gaji dan upah:

    Bukti Kas Keluar

Hutang Pajak Pendapatan          xx

Hutang Dana Pensiun                xx

Hutang Astek                             xx

Hutang Asuransi Hari Tua         xx

           Kas                                          xx

3.      Prosedur akuntansi biaya overhead pabrik

Biaya overhead pabrik merupakan biaya yang paling komplek.untuk keadilan dan ketelitian

pembebanan harus digunakan tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan dimuka.

Apabila tarif biaya overhead pabrik sudah ditentukan, prosedur akuntansi biaya overhead

pabrik sebagai berikut:

a.       Prosedur pembebanan biaya overhead pabrik pada pesanan

Atas dasar perintah jurnal, maka dibuat jurnal pembebanan BOP dan dimasukkan ke dalam

Kartu Harga Pokok Pesanan.

            Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik         xx

                        Biaya Overhead Pabrik Dibebankan                           xx

b.      Prosedur akuntansi pengumpulan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya

Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dalam periode yang bersangkutan

ditampung dalam rekening Biaya Overhead Sesungguhnya dan dimasukkan ke dalam Kartu

Pembantu Biaya Overhead Pabrik. Berikut ini dibahas  jurnal untuk setiap elemen:

(1)   Biaya Bahan Penolong (secara detail telah dibahas di prosedur akuntansi biaya Bahan).

Jurnal untuk pemakaian bahan penolong sbb:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya                       xx

            Persediaan Bahan Penolong                                        xx

(2)   Biaya tenaga Kerja Tak Langsung (secara detail telah dibahas di prosedur akuntansi

biaya tenaga kerja). Atas dasar Daftar Gaji dan Upah, maka jurnal untuk biaya tenaga kerja

tak langsung sbb:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya                       xx

                  Biaya Gaji dan Upah                                                  xx

Jika Pajak, dan asuransi menjadi tanggungan perusahaan, maka jurnalnya:

                                    Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya                         xx

                                                 Hutang Pajak Pendapatan                                           xx

                                                 Hutang Dana Pensiun                                                 xx

                                                 Hutang Astek                                                                          xx

                                                 Hutang Asuransi Hari Tua                                                      xx

(3)   Biaya Penyusutan dan Amortisasi Aktiva Tetap Pabrik

Jurnal untuk penyusutan dan amortisasi aktiva pabrik adalah:

      Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya                       xx

                  Akumulasi Peyusutan Mesin                                       xx

                  Akumulasi Penyusutan Bangunan                              xx

                  Akumulasi Penyusutan Peralatan                                xx

                  Amortisasi Hak Paten                                                 xx

(4)   Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Aktiva Tetap Pabrik

Biaya reparasi dan pemeliharaan timbul karena pembelian suku cadang atau pembelian jasa

reparasi.

Jika terjadi pembelian suku cadang, maka jurnalnya sbb:

      Persediaan Suku Cadang                                            xx

                  Hutang Dagang/ Kas                                                  xx

Jika terjadi pemakaian suku cadang, mak jurnalnya sbb:

      Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya                       xx

                  Persediaan Suku Cadang                                            xx

Jika terjadi pembayaran jasa atas servis yang diterima perusahaan, maka jurnalnya adalah:

      Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya                       xx

                  Kas                                                                              xx

(5)   Biaya Listrik dan Air untuk Pabrik

Jurnal untuk pemakaian listrik dan air untuk pabrik sbb:

      Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya                       xx

                  Kas/ Hutang Biaya                                                      xx

(6)   Biaya Asuransi Pabrik

Jurnal pada saat pembayaran persekot asuransi sbb:

      Persekot Asuransi                                                       xx

                  Kas                                                                              xx

Jurnal pada saat pengakuan biaya:

      Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya                       xx

                  Persekot Asuransi                                                       xx

c.       Prosedur akuntansi perhitungan dan perlakuan selisih biaya overhead pabrik

Pada akhir periode akuntansi akan dihitung besarnya selisih biaya BOP sesungguhnya dengan

BOP yang dibebankan. Berikut ini jurnal yang biasanya dibuat di perusahaan:

(1)   Jurnal menutup biaya overhead pabrik dibebankan ke biaya overhead pabrik

sesungguhnya.

Biaya Overhead Pabrik Dibebankan                           xx

            Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya                       xx

(2)   Jurnal untuk menutup biaya overhead pabrik sesungguhnya dan menghitung selisih

Apabila BOP sesungguhnya lebih besar dibandingkan BOP dibebankan, maka jurnalnya sbb:

      Selisih Biaya Overhead Pabrik                                   xx

                  BOP Sesungguhnya                                                    xx

Apabila BOP sesungguhnya lebih kecil dibandingkan BOP dibebankan, maka jurnalnya sbb:

      BOP Sesungguhnya                                                    xx

                  Selisih Biaya Overhead Pabrik                                   xx

(3)   Salah satu perlakuan yaitu masuk ke rekening Rugi laba

Jika terdapat selisih tidak mengguntungkan, maka jurnal sbb:

      Rugi-Laba                                                                   xx

                  Selisih Biaya Overhead Pabrik                                   xx

Jika terdapat selisih menguntungkan, maka jurnalnya yang dibuat adalah:

      Selisih Biaya Overhead Pabrik                                   xx

                  Rugi-Laba                                                                   xx

4.      Prosedur akuntansi produk selesai dan produk dalam proses akhir periode

Jika pesanan telah selesai di produksi, maka jurnal yang dibuat sbb:

      Persediaan Produk Selesai                                                      xx

                  Barang Dalam Proses- Biaya Bahan Baku                              xx

                  Barang Dalam Proses- Biaya Tenaga Kerja Langsung           xx

                  Barang Dalam Proses- Biaya Overhead Pabrik                      xx

Jika pada akhir periode masih ada pesanan yang belum selesai, maka jurnalnya adalah:

      Persediaan Produk dalam Proses                                            xx

                  Barang Dalam Proses- Biaya Bahan Baku                              xx

                  Barang Dalam Proses- Biaya Tenaga Kerja Langsung           xx

                  Barang Dalam Proses- Biaya Overhead Pabrik                      xx

5.      Prosedur akuntansi penjualan dan penyerahan produk kepada pemesan.

Berdasarkan faktur penjualan, maka jurnal penjualan barang adalah:

      Piutang Dagang/ Kas                                                              xx

                  Penjualan                                                                                 xx

      Harga Pokok Penjualan                                                           xx

                  Persediaan Produk Selesai                                                      xx

2. PENGOLAHAN / PRODUKSI LEBIH DARI SATU DEPARTEMEN

METODE HARGA POKOK PROSES –PRODUK DIOLAH MELALUI LEBIH DARI SATU DEPARTEMEN PRODUKSI

Perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama adalah merupakan perhitungan yang bersifat kumulatif. Karena produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama telah merupakan produk jadi dari departemen sebelumnya, yang membawa biaya produksi dari departemen produksi sebelumnyua tersebut, maka harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama terdiri dari:

a.       biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumnyab.      biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen pertama

Contoh2:PT eliona sari memiliki 2 departemen produksi untk menghasilkna produknya : Departemen A dan Departemen B. Data produksi dan biaya produksi ke dua departemen tersebut untuk bulan Januari 19 x1 disajikan dalam gambar berikut :

Data produksi Bulan Januari 19x1Departemen

ADepartemen

BProduk yang dimasukkan dalam proses 35.000 kgProduk selesai yang ditransfer ke Departemen B 30.000 kgProduk selesai yang ditransfer ke gudang 24.000 kgProduk dalam proses akhir bulan 5.000 kg 6.000 kgBiaya yang dikeluarkan bulan Januari 19x1Biaya bahan bakuBiaya tenaga kerjaBiaya overhead pabrik

Rp 70.000Rp 155.000Rp 248.000

Rp 0Rp 270.000Rp 405.000

Tingkat penyelesaian produk dalam produk proses akhirBiaya bahan bakuBiaya konversi

100%20% 50%

Perhitungan harga pokok produksi per satuan departemen AUnsur biaya

produksiTotal biaya Unit ekuivalensi Biaya produksi per

kgBahan bakuTenaga kerjaOverbead pabrik

Rp 70.000155.000248.000

35.00031.00031.000

Rp 258

Total Rp 173.000 Rp 15

Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses dep A

Harga pokok produk jadi : 30.000 x Rp 15 Rp 450.000Harga pokok persediaan produk dalam prosesBiaya bahan baku : 100 % x 5.000 x Rp 2 = Rp 10.000Biaya tenaga kerja 20 % x 5.000 x Rp 5 = Rp5.000Biaya overhead pabrik 20 % x 5.000 x Rp 8= Rp 8.000

Rp 23.000Jumlah biaya produksi Departemen A bulan januari 19x1 Rp 473.000

Jurnal pencatatan biaya produksi departemen AJurnal untuk mencatat biaya bahan baku :Barang dalam proses-biaya bahan baku departemen A Rp 70.000

Persediaan bahan baku Rp 70.000

Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja :Barang dalam proses- biaya tenaga kerja departemen A Rp 155.000

Gaji dan upah Rp 155.000

Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik departemen A Barang dalam proses- biaya overhead pabrik departemen A Rp 248.000

Berbagai rekening yang di kredit Rp 248.000

Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh departemen A ke departemen B:Barang dalam proses – biaya bahan baku departemen B Rp 450.000

Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen A Rp 60.000Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen A Rp 150.000Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen A Rp 240.000

Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai diolah dalam department A pada akhir bulan januari 19x1

Persediaan produk dalam proses-departemen A Rp 23.000Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen A Rp 10.000Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen A Rp 5.000Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen A Rp 8.000

Perhitungan harga pokok produksi per satuan departemen BUnsur biaya

produksiTotal biaya Unit ekuivalensi Biaya produksi per

kgTenaga kerjaOverbead pabrik

270.000405.000

27.00027.000

1015

Total Rp 675.000 Rp 25

Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses dep B

Harga pokok produk selesai yang di transfer departemen B ke gudangHarga pokok dari departemen A : 24.000 x Rp 15Biaya yang ditambahkan oleh departemen B : 24.000x Rp 25

Rp 360.000600.000

Total harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang 24.000 x Rp 40

960.000

Harga pokok persediaan produk dalam proses akhirHarga pokok dari departemen A : 6.000 x Rp 15Biaya yang ditambahkan oleh departemen B:Biaya tenaga kerja 50 % x 6.000 x Rp 10 = Rp30.000Biaya overhead pabrik 50 % x 6.000 x Rp 15= Rp 45.000

90.000

Rp 75.000Total harga pokok persediaan produk dalam proses departemen B 165.000Jumlah biaya produksi kumulatif Departemen B bulan januari 19x1 Rp 1.125.000

jurnal pencatatan biaya produksi departemen B

Jurnal untuk mencatat penerimaan produk dari departemen A: :Barang dalam proses – biaya bahan baku departemen B Rp 450.000

Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen A Rp 60.000Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen A Rp 150.000Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen A Rp 240.000

Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja :Barang dalam proses- biaya tenaga kerja departemen B Rp 270.000

Gaji dan upah Rp 270.000

Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik departemen B Barang dalam proses- biaya overhead pabrik departemen B Rp 405.000

Berbagai rekening yang di kredit Rp 405.000

Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh departemen B ke gudangPersediaan produk jadi Rp 960.000

Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen B Rp 360.000Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen B Rp 240.000Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen B Rp 360.000

Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai diolah dalam department A pada akhir bulan januari 19x1

Persediaan produk dalam proses-departemen B Rp 165.000Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen B Rp 90.000Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen B Rp 30.000Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen B Rp 45.000

3.      PENGARUH TERJADINYA PRODUK YANG HILANG DALAM PROSES TERHADAP PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK PER SATUAN

Pengaruh terjadinya produk yang hilang pada awal proses terhadap perhitungan harga pokok produksi per satuan

Contoh3:PT eliona sari memiliki 2 departemen produksi untk menghasilkna produknya : Departemen A dan Departemen B. Data produksi dan biaya produksi ke dua departemen tersebut untuk bulan Januari 19 x1 disajikan dalam gambar berikut :

Data produksi Bulan Januari 19x1Departemen

ADepartemen

BProduk yang dimasukkan dalam proses 1.000 kgProduk selesai yang ditransfer ke Departemen B 700 kgProduk selesai yang ditransfer ke gudang 400 kg

Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat penyelesaian sebagai berikut :Biaya bahan baku & penolong 100 % biaya konversi 40 %Biaya bahan penolong 60 %, biaya konversi 50 %

200 kg100 kg

Produk yang hilang pada awal proses 100 kg 200 kg

Biaya produksi Bulan Januari 19 x1

Departemen A Departemen BBiaya bahan baku Rp 22.500 Rp -Biaya bahan penolong 26.100 16.100Biaya tenaga kerja 35.100 22.500Biaya overhead pabrik 45.800 24.750

Perhitungan biaya produksi per unit departemen A bulan januari 19 x1Jenis biaya Jumlah produk yang dihasilkan oleh

departemn A ( unit ekuivalensi)Biaya produksi Departemen A

Biaya per kg produk yang dihasilkan oleh departemen A

Biaya bahan baku 700 kg + 100 % x 200 kg = 900 kg Rp 22.500 Rp 25Biaya bahan penolong

700 kg + 100 % x 200 kg = 900 kg 26.100 29

Biaya tenaga kerja 700 + 40%x200kg=780kg 35.100 45Biaya overhead pabrik

700 + 40%x200kg=780kg 46.800 60

Rp 130.500 Rp 159

Perhitungan biaya produksi Departemen A bulan Januari 19x1

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 700 x Rp 159

Rp 111.300

Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 200 Kg)Biaya bahan baku 200 kg x 100 % x Rp 25 = 5.000Biaya bahan penolong 200 kg x 100 % x Rp 29 = 5.800Biaya tenaga kerja 200 kg x 40 %x Rp 45= 3.600Biaya overhead pabrik 200 kg x 40 %x Rp 60= 4.800 Rp 19.200Jumlah biaya produksi Departemen A Rp 130.500

Produk yang hilang pada awal proses di Departemen setelah departemen pertama

Perhitungan penyesuaian harga pokok per unit dari departemen A

Harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari departemen ARp 111.300 : 700

Rp 159,00

Harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari departemen A setelah adanya produk yang hilang dalam proses di Departemen B sebanyak 200 kg adalah Rp 111.300 : ( 700 kg-200 kg)

Rp 222.60

Penyesuaian harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari Rp 63.60

Departemen A

Perhitungan biaya produksi per unit Departemen B bulan januari 19 x1

Jenis biaya Jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen B ( unit ekuivalensi)

Jumlah biaya produksi yang ditambahkan di departemen B

Biaya per kg yang ditambahkan Departemen B

Biaya bahan penolong

400 kg + 60 % x 100 kg = 460 kg

Rp 16.100 Rp 35

Biaya tenaga kerja 400 kg + 50 %x 100 kg = 450 kg

Rp 22.500 Rp 50

Biaya overhead pabrik

400 kg + 50 %x 100 kg = 450 kg

Rp 24.750 Rp 55

Rp 63.350 Rp 140

Perhitungan biaya produksi departemen B bulan Januari 19x1Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang 400 kg @ Rp 362.60

Rp 145.040

Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 100 kg):Harga pokok dari departemen A : 100 kg x Rp 222.6= Rp 22.260Biaya bahan penolong : 100 kg x 60 % x Rp 35 = 2.100Biaya tenaga kerja : 100 kg x 50 % x Rp 50 = 2.500Biaya overhead pabrik : 100 kg x 50 %x Rp 55 =2.750 Rp 29.610Jumlah kumulatif dalam departemen B Rp 174.650

Pengaruh terjadinya produk yang hilang pada akhir proses terhadap perhitungan harga pokok produksi per satuan

Contoh:PT eliona sari memiliki 2 departemen produksi untk menghasilkna produknya : Departemen A dan Departemen B. Data produksi dan biaya produksi ke dua departemen tersebut untuk bulan Januari 19 x1 disajikan dalam gambar berikut :

Data produksi Bulan Januari 19x1Departemen

ADepartemen

BProduk yang dimasukkan dalam proses 1.000 kgProduk selesai yang ditransfer ke Departemen B 700 kgProduk selesai yang ditransfer ke gudang 400 kgProduk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat penyelesaian sebagai berikut :Biaya bahan baku & penolong 100 % biaya konversi 40 %Biaya bahan penolong 60 %, biaya konversi 50 %

200 kg100 kg

Produk yang hilang pada akhir proses 100 kg 200 kg

Biaya produksi Bulan Januari 19 x1Departemen A Departemen B

Biaya bahan baku Rp 22.500 Rp -Biaya bahan penolong 26.100 16.100Biaya tenaga kerja 35.100 22.500Biaya overhead pabrik 45.800 24.750

Perhitungan biaya produksi per unit departemen A bulan januari 19 x1

Jenis biaya Jumlah produk yang dihasilkan oleh departemn A ( unit ekuivalensi)

Biaya produksi Departemen A

Biaya per kg produk yang dihasilkan oleh departemen A

Biaya bahan baku 700 kg + 100 % x 200 kg + 100 kg= 1000 kg

Rp 22.500 Rp 22.5

Biaya bahan penolong

700 kg + 100 % x 200 kg+ 100 kg = 1000 kg

26.100 26.10

Biaya tenaga kerja 700 + 40%x200kg + 100 kg = 880kg 35.100 39.89Biaya overhead pabrik

700 + 40%x200kg+ 100 kg = 880kg 46.800 53.18

Rp 130.500 Rp141.67

Perhitungan biaya produksi Departemen A bulan Januari 19x1

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 700 x Rp 141.67

Rp 99.169

Penyesuaian harga pokok produk selesai karena adanya produk yang hilang pada akhir proses 100 xRp 141,67

14.167,00

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B setelah disesuaikan : 700 x Rp 161,91

113.334,40

Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 200 Kg)Biaya bahan baku 200 kg x 100 % x Rp 22.5 = 4.500Biaya bahan penolong 200 kg x 100 % x Rp 26.1 = 5.220Biaya tenaga kerja 200 kg x 40 %x Rp 39.89= 3.191,2Biaya overhead pabrik 200 kg x 40 %x Rp 53.18= 4.254,4 Rp 17.165.60Jumlah biaya produksi Departemen A Rp 130.500,00

Produk yang hilang pada akhir proses di departemen produksi setelah departemen produksi pertama

Perhitungan biaya produksi per unit Departemen B bulan januari 19 x1

Jenis biaya Jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen B ( unit ekuivalensi)

Jumlah biaya produksi yang ditambahkan di departemen B

Biaya per kg yang ditambahkan di Departemen B

Biaya bahan penolong 400 kg + 60 % x 100 kg + 200 kg = 660 kg

Rp 16.100 Rp 24.39

Biaya tenaga kerja 400 kg + 50 % x 100 kg + 200 kg = 650 kg

Rp 22.500 Rp 34.62

Biaya overhead pabrik 400 kg + 50 % x 100 kg + 200 kg = 650 kg

Rp 24.750 Rp 38.08

Rp 63.350 Rp 97.09

Perhitungan biaya produksi Departemen B bulan Januari 19x1

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 400 x Rp 161.91

Rp 64.764,00

Biaya yang ditambahkan departemen B 400 x Rp 97.09 38.836,00Harga pokok produk yang hilang pada akhir proses : 200 kg ( Rp 161.91+Rp 97.09

51.800,00

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B setelah disesuaikan : 400 x Rp 388.5

155.400,00

Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 100 Kg)Harga pokok dari departemen A : 100 kg x Rp 161.91 = Rp 16.191,00Biaya bahan penolong 100 kg x 60 % x Rp 24.39 = 1.463.3Biaya tenaga kerja 100 kg x 50 %x Rp 34.62= 1.731Biaya overhead pabrik 100 kg x 50 %x Rp 38.08= 1.904 Rp 21.289.40Jumlah biaya produksi Departemen B Rp 176.689.40

Perbedaan Antara Akuntansi Perusahaan Manufaktur Dan Akuntansi Perusahaan Dagang

Akuntansi perusahaan manufaktur dan akuntansi perusahaan dagang berbeda dalam

hal rekening-rekening yang disajikan dalam laporan keuangan, yaitu neraca dan laporan laba-

rugi. Disamping itu dalam perusahaan manufaktur harus membuat laporan biaya produksi.

Perbedaan keduanya diuraikan sebagai berikut:

Di dalam neraca perusahaan dagang, hanya terdapat satu rekening persediaan barang,

yaitu Persediaan barang dagangan, sedangkan rekening persediaan dalam neraca perusahaan

manufaktur meliputi persediaan bahan baku, persediaan bahan penolong, persediaan barang

dalam proses, persediaan barang jadi dan persediaan suplai perlengkapan pabrik. 

Perbedaan dalam laporan laba rugi

Perbedaan dalam laporan laba-rugi antara perusahaan dagang dan perusahaan

manufaktur terletak pada perhitungan harga pokok penjualan. Pada perusahaan dagang

barang tersedia untuk dijual diperoleh dengan menjumlahkan persediaan awal dan pembelian

bersih, sedangkan pada perusahaan manufaktur diperoleh dengan menjumlahkan persediaan

awal barang jadi dan harga pokok produksi.

3. SISA BAHAN, PRODUK RUSAK, DAN PRODUK CACAT

Dalam pengolahan produk untuk melayani pesanan, kemungkinan timbul sisa bahan, produk

rusak, maupun produk cacat.Bagi manajemen masalahnya adalah bagaimana dapat menekan

timbulnya sisa bahan, produk cacat dan produk rusak serendah mungkin. Berkut ini dibahas

tentang masalah perlakuan akuntansi untuk masing-masing:

a. Sisa Bahan

Dalam perusahaan manufaktur dapat timbul sisa bahan dari proses pengolahan produk,

yang disebut sisa bahan. Sisa bahan adalah bahan yang tersisa atau bahan yang rusak di

dalam proses pengolahan produk atau penyimpanan dan tidak dapat digunakan kembali

dalam perusahaan.

Sisa bahan dapat dikelompokkan menjadi dua:

Sisa bahan yang tidak laku dijual

(1)   Apabila sisa bahan terjadinya karena pengerjaan pesanan tertentu, biaya pembuangan

atau pemusnahan sisa bahan dapat digunakan untuk menambah elemen biaya bahan baku

pesanan yang bersangkutan. Jurnal yang digunakan untuk mencatat biaya pemusnahan sisa

bahan adalah:

Barang Dalam Proses – Biaya Bahan          xx

         Kas                                                                  xx

(2)   Apabila sisa bahan secara normal terjadinya dalam perusahaan, biaya tersebut dapat

diperlakukan sebagai biaya overhead pabrik sesungguhnya.Jurnal yang digunakan untuk

mencatat biaya pemusnahan sisa bahan adalah:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya        xx

         Kas                                                                  xx

Sisa bahan yang laku dijual

(1)   Apabila timbulnya sisa bahan disebabkan karena pengolahan pesanan tertentu, hasil sisa

bahan diperlakukan sebagai pengurang biaya bahan baku atau pengurang biaya keseluruhan

biaya produksi pesanan yang bersangkutan. Jurnal yang digunakan untuk mencatat penjualan

sisa bahan adalah:

Kas                                                               xx

         Barang Dalam Proses – Biaya Bahan             xx

(2)   Apabila timbulnya sisa bahan sifanya normal di dalam suatu perusahaan, perlakuan hasil

penjualan dapat digunakan cara sbb:

(a)    Hasil penjualan sisa bahan diperlakukan sebagai pengurang biaya overhead pabrik yang

sesungguhnya. Jurnal yang digunakan untuk mencatat penjualan sisa bahan adalah:

Kas                                                      xx

            Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya           xx

(b)   Hasil penjualan sisa bahan diperlakukan sebagai penghasilan lain-lain.Jurnal yang

digunakan untuk mencatat penjualan sisa bahan adalah:

Kas                                                      xx

            Penghasilan Lain – Lain                      xx

b. Produk Rusak

Produk rusak adalah produk dihasilkan dalam kondisi rusak atau tidak memenuhi ukuran

mutu yang sudah ditentukan dan tidak ekonomis untuk diperbaiki menjadi produk yang baik,

meskipun mungkin secara tehnik dapat diperbaiki menjadi produk yang baik. Produk yang

rusak dapat digolongkan menjadi dua:

Produk rusak yang tidak laku dijual

Perlakuan produk yang rusak tergantung penyebab timbulnya produk rusak:

(1)   Apabila produk rusak disebabkan sulitnya pengerjaan pesanan tertentu, maka harga

pokok produk yang rusak dibebankan pada pesanan yang menimbulkan produk rusak,

sehingga harga pokok produksi per unit produk menjadi lebih besar. Akan tetapi tidak ada

tambahan jurnal yang harus dicatat.

(2)   Apabila produk yang rusak terjadinya bersifat normal dalam suatu perusahaan,maka

harga pokok produk rusak diperlakukan sebagai elemen biaya overhead sesungguhnya. Jurnal

yang harus dicatat adalah:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya                 xx

      Barang Dalam Proses – Biaya Bahan                         xx

      Barang Dalam Proses – B. Tenaga Kerja Langsung   xx

      Barang dalam Proses – BOP                                       xx                               

(3)   Apabila produk rusak karena kesalahan atau kurangnya pengawasan, maka harga pokok

produk yang rusak diperlakukan sebagai Rugi produk yang rusak. Jurnal yang harus dicacat

adalah:

Rugi Produk Rusak                                               xx

      Barang Dalam Proses – Biaya Bahan                         xx

      Barang Dalam Proses – B. Tenaga Kerja Langsung   xx

      Barang dalam Proses – BOP                                       xx

Produk rusak yang laku dijual

Perlakuan akuntansi untuk produk rusak yang laku dijual:

(1)   Apabila produk rusak yang disebabkan sulitnya pengerjaan pesanan tertentu, rugi atas

penjualan produk yang rusak akan dibebankan pada pesanan yang bersangkutan. Karena

sebagian pesanan akan mengalami rusak, dalam pengolahan pesanan harus dimasukkan

jumlah yang lebih besar dibanding dengan jumlah yang dipesan. Jurnal yang dicatat pada saat

penjualan produk rusak:

Kas                                                                        xx

      Barang Dalam Proses – Biaya Bahan                         xx

      Barang Dalam Proses – B. Tenaga Kerja Langsung   xx

      Barang dalam Proses – BOP                                       xx

(2)   Apabila timbulnya produk rusak bersifat normal di dalam suatu perusahaan, rugi produk

yang rusak diperlakukan sebagai elemen biaya overhead pabrik sesungguhnya.Jurnal yang

dicatat pada saat penjualan produk rusak:

Kas                                                                        xx

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya                 xx

      Barang Dalam Proses – Biaya Bahan                         xx

      Barang Dalam Proses – B. Tenaga Kerja Langsung   xx

      Barang dalam Proses – BOP                                       xx

(3)   Apabila timbulnya produk yang rusak karena kesalahan atau kurangnya pengawasan

produksi, rugi produk yang rusak diperlakukan sebagai Rugi produk yang rusak. Jurnal yang

dicatat pada saat penjualan produk rusak:

Kas                                                                        xx

Rugi Produk Rusak                                               xx

      Barang Dalam Proses – Biaya Bahan                         xx

      Barang Dalam Proses – B. Tenaga Kerja Langsung   xx

      Barang dalam Proses – BOP                                       xx

c. Produk cacat

Produk cacat adalah produk dihasilkan yang kondisinya rusak atau tidak memenuhi

ukuran mutu yang sudah ditentukan, akan tetapi produk tersebut masih dapat diperbaiki

secara ekonomis menjadi produk yang baik. Perlakuan akuntansi untuk produk yang cacat:

(1)   biaya perbaikan produk cacat diperlakukan sebagai penambah harga pokok pesanan

tertentu. Metode ini digunakan apabila penyebab produk cacat karena sulitnya pengerjaan

produk. Jurnal yang digunakan untuk mencatat biaya perbaikan produk cacat adalah:

Barang Dalam Proses – Biaya bahan Baku                             xx

Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Langsung          xx

Barang Dalam Proses – Biaya Overhead pabrik                     xx

            Persediaan Bahan                                                                    xx

            Gaji dan Upah                                                                         xx

            Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan                              xx

(2)   Biaya perbaikan produk yang cacat diperlakukan sebagai penambah biaya overhead

sesungguhnya. Metode ini digunakan apabila produk cacat sifatnya normal terjadi dalam

perusahaan. Jurnal yang digunakan untuk mencatat biaya perbaikan produk cacat adalah:

Biaya Overhead Sesungguhnya                                              xx

            Persediaan Bahan                                                                    xx

            Gaji dan Upah                                                                         xx

            Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan                              xx

(3)   Biaya perbaikan produk cacat diperlakukan sebagai elemen Rugi produk cacat. Metode

ini digunakan jika produk cacat disebabkan karena lemahnya pengawasan. Jurnal yang

digunakan untuk mencatat biaya perbaikan produk cacat adalah:

Rugi Produk cacat                                                                  xx

            Persediaan Bahan                                                                    xx

            Gaji dan Upah                                                                         xx

            Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan                              xx

http://accountingiismylife.blogspot.co.id/2014/01/metode-harga-pokok-pesanan.html

http://rumah-akuntansi.blogspot.co.id/2014/03/pengertian-dan-konsep-metode-harga.html