fasilitasi pengembangan desa tangguh bencana (destana) desa pesanggaran kabupaten banyuwangi tahun...
TRANSCRIPT
Laporan evaluasi program Destana 2014 Ds. Pesanggaran - ii
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik,hidayah serta
inayahNya sehingga tim fasilitator dapat menyelesaikan laporan evaluasi kegiatan
program Desa Tangguh Bencana di Desa Pesanggaran sebagai bagian tugas dan
tanggungjawab. Dokumen ini berisi tentang laporan evaluasi kegiatan dan dokumen –
dokumen hasil kerja tim substansi Desa Pesanggaran selama kegiatan fasilitiasi Desa
Tangguh Bencana 2014. Kami menulis laporan evaluasi kegiatan dengan se-obyektif
mungkin, serta sesuai keadaan yang terjadi di lapangan. Dengan dokumen evaluasi ini
diharapkan ada banyak pembelajaran untuk kualitas program selanjutnya yang lebih baik.
Tentu kami menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan
laporan ini. Untuk itu perlu adanya koreksi dari pembaca sekalian.
Banyuwangi, 29 Desember 2014
Tim Fasilitator
Laporan evaluasi program Destana 2014 Ds. Pesanggaran - iii
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA ........................................................................................................ .... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
INFORMASI UMUM ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 2
B. Tujuan ........................................................................................................... 4
C. Hasil Kegiatan ............................................................................................... 5
D. Proses Pelaksanaan Kegiatan ...................................................................... 13
E. Pembelajaran ................................................................................................ 31
F. Rencana Tindak Lanjut ................................................................................. 31
G. Hasil Penilaian Mandiri Capaian Desa Tangguh Bencana ............................ 32
LAMPIRAN
1. Anggaran Dasar Forum PRB Desa Pesanggaran
2. Kajian Risiko Bencana Desa Pesanggaran
3. Rencana Penanggulangan Desa Pesanggaran
4. Sistem Peringatan Dini Desa Pesanggaran
5. Perencanaan Evakuasi Desa Pesanggaran
6. Rencana Kontinjensi Desa Pesanggaran
7. Rancangan Perdes Penanggulangan Bencana Desa Pesanggaran
Laporan program Destana 2014 Ds. Pesanggaran - 1
INFORMASI UMUM
Nama Kegiatan Pengembangan Desa Tangguh Bencana 2014
Provinsi Jawa Timur
Kabupaten Banyuwangi
Kecamatan Pesanggaran
Desa Pesanggaran
Peserta 30 tim substansi, 10 dari unsur terkait
Waktu dan tempat Oktober 2014 sampai Desember 2014
Fasilitator Mohamad Mambaus Su’ud, S.Pd, M.Sc
Anis Satuna Dhiroh, S.Pd, M.Sc
Penulis Laporan Mohamad Mambaus Su’ud, S.Pd, M.Sc
Laporan program Destana 2014 Ds. Pesanggaran - 2
A. LATAR BELAKANG
Desa Tangguh Bencana adalah desa yang memiliki kemampuan mandiri untuk
beradaptasi dan menghadapi ancaman bencana, serta memulihkan diri dengan segera
dari dampak bencana yang merugikan (Peraturan Kepala BNPB Nomor 1 Tahun 2012).
Berdasarkan definisi tersebut, desa tangguh tidak dapat dicapai hanya mengandalkan
kerja masyarakat atau pemerintah sendirian. Ketangguhan ini bersifat multi-disiplin dan
multi-sektoral, menyangkut infrastruktur, ekonomi, politik, dan sosial budaya. Salah satu
upaya untuk membangun masyarakat tangguh bencana, BNPB memiliki program
pengembangan Desa Tangguh Bencana. Pelaksanaan program ini tidak berdiri sendiri,
melainkan merupakan penguatan dan pengembangan program-program pemberdayaan
di desa/kelurahan yang sudah dilaksanakan oleh kementrian / lembaga lain, organisasi
internasional maupun nasional. Program ini adalah bagian dari pengembangan kapasitas
masyarakat di desa. Setidaknya terdapat 20 indikator untuk menggambarkan suatu desa
sebagai desa tangguh. Pendekatan satu sektor saja terbukti belum mampu membangun
ketangguhan secara memadai.
Program Desa Tangguh Bencana merupakan salah satu program utama BNPB
yang mulai dilaksanakan pada tahun 2012 dan terus dikembangkan sampai saat ini.
Sinergi antar program-program yang sudah ada di desa/kelurahan menjadi salah satu
kunci keberhasilan program ini. Untuk itu, kerjasama pemangku kepentingan sangat
diharapkan demi tercapainya masyarakat tangguh bencana. Salah satu Desa yang
menjadi program percontohan (pilot project) BNPB sebagai Desa Tangguh Bencana pada
tahun 2014 ialah Desa Pesanggaran, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi,
Jawa Timur. Desa Pesanggaran memiliki luas + 26,827 km2 / 2.682,7 Ha dengan batas
geografis 114º 4’ - 114º7’ BT dan 8º 33’ - 8º 37’ LS, batas administrasi sebelah utara
adalah Desa Sumbermulo, sebelah timur adalah Desa Siliragung, sebelah barat adalah
Desa Sumberagung, dan sebelah selatan adalah Samudra Hindia. Tsunami pada tahun
1994 yang meluluhlantahkan wilayah selatan Desa Pesanggaran merupakan pengalaman
pahit masyarakat dalam menghadapi bencana, 42 korban meninggal dunia diikuti
hancurnya seluruh pemukiman dan fasilitas umum. Dan setelah terjadinya tsunami
tersebut, wisata yang menjadi andalan ekonomi masyarakat hancur, dan belum pulih
sampai saat ini. Pengalaman tersebut hingga sekarang masih membekas di masyarakat
pesisir. Selain itu, karena wilayah Desa Pesanggaran merupakan wilayah yang dibatasi
dua Sungai Besar, yaitu Sungai Baru, dan Sungai Gangga, serta menjadi daerah muara
keduanya, sehingga seringkali terjadi banjir. Terutama di wilayah sepadan Sungai
Gangga, yang terus mengalami penyempitan dan pendangkalan akibat aktivitas tambang
masyarakat.
Laporan program Destana 2014 Ds. Pesanggaran - 3
Gambar 1: Peta Administrasi Desa Pesanggaran (Fasilitator, 2014)
Laporan program Destana 2014 Ds. Pesanggaran - 4
Adanya program Desa Tangguh Bencana ini memiliki nilai positif yang cukup
besar baik bagi masyarakat maupun pemerintah desa sendiri. Banyak pembelajaran
tentang kebencanaan yang diperoleh masyarakat dan pemerintah desa. Masyarakat
menjadi tahu dan memahami konsep penanggulangan bencana dengan baik, serta apa
saja yang perlu dilakukan dalam rangka mengurangi risiko bencana di wilayah Desa
Pesanggaran secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh. Begitu pula
dengan Pemerintah Desa, dengan program ini pemerintah desa telah memiliki
perencanaan dan program-program dalam hal penanggulangan bencana. Terlebih lagi,
dengan terbentuknya Forum PRB Desa Pesanggran dengan didukung tim relawan yang
sudah diberi pembekalan. Berbagai dokumen kajian dan perencanaan telah tersusun,
seperti Kajian Risiko Bencana Desa, Perencanaan Penanggulangan Bencana (RPB)
Desa termasuk Rencana Aksi Komunitas (RAK) Desa, perencanaan evakuasi Desa,
Sistem Peringatan Dini Desa, dan Rencana Kontinjensi Desa. Perdes tentang
Penanggulangan Bencanapun telah dibahas antara pemerintah desa dengan BPD, yang
harapan kedepan dapat disinergikan dalam RPJMDes.
Dengan dilaksanakan program Destana 2014 ini, penanggulangan benacana telah
menjadi salah satu konsen program pemerintah, hal tersebut merupakan bentuk
keberlanjutan Desa Tangguh Di Desa Pesanggaran. Akan tetapi, waktu tiga bulan tentu
belum cukup menggambarkan keberhasilan Desa Tangguh Bencana, masih banyak hal
yang harus dilakukan masyarakat, pemerintah, swasta, dan unsur terkait untuk tersu
mengawal dan menyempurnakan desain Desa Tangguh Bencana di Desa Pesanggaran
ini. Untuk itu, sangat perlu disusun dokumen evaluasi hasil pelaksanaan program, untuk
melihat kembali ke belakang (review), sebagai bentuk refleksi kedepan. Sehingga hal-hal
yang sekiranya masih kurang baik dapat dibenahi untuk kebermanfaatan Desa Tangguh
secara lebih luas.
B. TUJUAN
Tujuan penyusunan dokumen laporan evaluasi program ini adalah:
1. Menunjukkan hasil kegiatan program Desa Tangguh Bencana di Desa Pesanggaran,
Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur tahun 2014.
2. Menunjukkan proses pelaksanaan program Desa Tangguh Bencana di Desa
Pesanggaran, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur tahun
2014.
3. Pembelajaran (lesson learn) dalam program Desa Tangguh Bencana di Desa
Pesanggaran, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur tahun
2014.
Laporan program Destana 2014 Ds. Pesanggaran - 5
C. HASIL KEGIATAN
Hasil kegiatan Program Desa Tangguh Bencana di Desa Pesanggaran akan
dijabarkan dalam enam poin utama yaitu 1) Manfaat program untuk masyarakat; 2)
Capaian dan hal-hal yang sudah baik dalam pelaksanaan program; 3) Hal-hal yang perlu
diperbaiki dalam program; 4) Adaptasi ataupun replikasi untuk desa lain; 5) Kontribuasi
pihak lain dalam proses pelaksnaan maupun keberlanjutan program; 6) Peran fasilitator,
BPBD Kabupaten Banyuwangi, BPBD Provinsi Jawa Timur, dan BNPB dalam proses
pelaksanaan dan keberlanjutan program Desa Tangguh Bencana di Desa Pesanggaran,
Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur tahun 2014.
1. Manfaat Program untuk Masyarakat
Desa Pesanggaran adalah desa yang relatif minim ada program-program terkait
penanggulangan bencana, baik itu dari Daerah maupun Nasional. Kerangka konsep
tentang penanggulangan bencanapun masih belum dipahami dikalangan masyarakat,
pemerintah dan masyarakat masih menggunakan paradigma responsif dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana, hal ini dibuktikan dari kegiatan
penanganan darurat banjir besar pada tahun 2011, dan issu tsunami Chile tahun 2012.
Dalam dua momen tersebut pemerintah hanya melakukan kegiatan respon darurat
dengan memberikan bantuan dan meminta bantuan dari pihak luar, sementara
masyarakat yang tidak menjadi korban belum terlibat secara nyata. Pemerintah Daerah
masih sangat dominan dalam penanganannya, terutama dari BPBD dan Tagana.
Dengan hadirnya program Desa Tangguh Bencana BNPB tahun 2014 ini,
masyarakat mendapatkan pembelajaran dan pengetahuan tentang kerangka dan
paradigma sistem penanggulangan bencana nasional. Seperti keterangan Bapak
Marsudi sebegai berikut;
“kita jadi tau mas, kalau ternyata penanganan bencana itu bisa direncanakan dan dikaji sepanjang ini, yang saya pikir ya hanya penanganan darurat saja” (Marsudi, 2014)
Masyarakat mengetahui tentang bagaiman mengkaji risiko di wilayah Desa
Pesanggaran, menyusun rencana penanggulangan bencana pada saat pra, tanggap,
dan pasca bencana. Menyusun rencana Aksi untuk Komunitas dalam Penanggulangan
Bencana. Menyusun rencana evakuasi dan peringatan dini. Menyusun Rencana
Kontinjensi. Dan yang paling penting lagi adalah terbentuknya Forum Penanggulangan
Laporan program Destana 2014 Ds. Pesanggaran - 6
Bencana (FPRB) Desa Pesanggaran yang akan mengawal keberlanjutan
penyelenggaran penanggulangan bencana di Desa. Dengan adanya FPRB ini juga,
masyarakat telah memiliki wadah yang representatif untuk mengekspresikan dan
menggagas berbagai program untuk menangani bencana. Juga menjadi sumber berbagi
pengetahuan serta rembug antar pihak dari semua kalangan. FPRB juga sebagai simbol
Desa untuk membangun jejaring ke level daerah dan nasional. Hal itu sudah dilakukan
ketika dalam kegiatan relawan, lembaga di Kabupaten mulai sering berdiskusi untuk
mengadakan kerjasama dalam pelatiahan kerelawanan seperti Tagana, dan
Banyuwangi SAR Independent (BSI) yang akan menyelenggarakan pelatihan di pesisir
pantai Desa Pesanggaran. Ke depan, diharapkan dengan adanya FPRB pula, program
tentang penanggulangan bencana baik dari pemerintah daerah, nasional maupun
swasta dapat terkoordinasi dengan baik, dan melibatkan masyarakat secara aktif. Yang
sangat luar biasa, setelah FPRB terbentuk, pemerintah Desa langsung menyediakan
ruang khusus (sekretariat) untuk tempat “nimbrung” masyarakat membicarakan issu
Penanggulangan Bencana.
Bagi pemerintah Desa, dengan adanya program Destana BNPB 2014 ini sangat
membantu dan meringankan beban kerja di Desa. Sebelumnya pemerintah Desa harus
berfikir keras bagaimana menangani banjir yang seringkali melanda, kesulitan untuk
menghimpun dukungan dalam kaitannya penanggulangan bencana. Setelah ada
berbagai perencanaan yang matang dari Destana, tanggungjawab pemerintah Desa
secara tidak langsung sudah terpenuhi. Apalagi kedepan program tersebut akan segera
direalisasikan. Untuk mendukung Destanapun, pemerintah Desa telah melegalkan
berbagai dokumen perencanaan yang dihasilkan Destana, dan segera menyusun
Perdes Penyelenggaran Penanggulangan Bencana yang direncanakan rampung pada
akhir tahun 2014. Seperti keterangan ketua Badan Permusyawaran Desa (BPD) Desa
Pesanggaran sebagai berikut.
“kita akan terus kawal kegiatan penanggulangan bencana ini, karena Desa kita memang berpotensi bencana, Perdes bisa kita dukung dalam waktu dekat, kalau perlu akhir Desember segera kita bicarakan dengan pemerintah” (Endro Saksono, 2014)
Selain itu, program-program yang dicanangkan Destana selama lima tahun
kedepan yang tertuang dalam Rencana Penanggulangan Bencana secara tidak
langsung akan menyerap Anggaran Dana Desa yang dikabarkan akan turun lebih dari 1
Milyar ke Desa. Seperti keterangan Bapak Kepala Desa berikut:
Laporan program Destana 2014 Ds. Pesanggaran - 7
“kita sangat mendukung program Destana ini, dan terimakasih sekali kepada BNPB yang sudah memeperhatikan Desa Pesanggaran. Kita akan terus dukung, termasuk kami sudah menyediakan sekretariat FPRB untuk tempat nimbrung” (Suliono, 2014)
Kesimpulannya, program Desa Tangguh Bencana BNPB 2014, disambut baik dan
didukung oleh masyarakat dan pemerintah, manfaat yang dirasakanpun cukup besar baik
dari sisi pengetahuan masyarakat maupun secara politik pembangunan pemerintah Desa.
2. Hal Baik dalam Program
Program Destana 2014 ini telah memberi dampak yang cukup positif untuk
masyarakat Desa, hal-hal positif tersebut perlu tersu dipertahankan dan didukung terus.
Beberpa poin positif dalam program dan perlu dipertahankan kedepan adalah:
Perubahan cara berfikir baik tim substansi maupun pemerintah dalam
penanggulangan bencana dari responsif menjadi proaktif.
Dukungan penuh dari Pemerintah Desa baik dalam pelaksanaan maupun
kedepannya.
Dukungan dan antusias masyarakat dan lembaga Desa seperti LPMD, BPD, PKK,
dan kelompok-kelompok kerja lain yang ada di Desa dalam menyambut program
ini dan komitmen untuk melanjutkan program.
Partisipasi aktif tim substansi / pokja dalam menjalankan kegiatan dan menyusun
berbagai kajian dan perencanaan program.
Dukungan dari BNPB dan BPBD dalam pemenuhan kebutuhan teknis kegiatan
baik materi maupun non materi
Komunikasi yang baik dan positif antara Fasilitator, BPBD, Pemerintah Desa,
Pokja, dan PMU dalam menuntaskan program.
Kesanggupan untuk saling membantu dalam berbagai kesulitan dan tantangan
yang dihadapi baik Fasilitator, BPBD, Pemerintah Desa, Pokja, dan PMU.
Adanya sistem web yang disediakan sehingga memudahkan pelaporan dan
mengetahui progres pelaksanaan program
Laporan program Destana 2014 Ds. Pesanggaran - 8
3. Hal-hal yang Perlu Diperbaiki Dalam Program
Setiap pelaksanan Program pasti terdapat hal-hal yang belum maksimal yang
dapat menjadi kendala. Sehingga kedepan perlu adanya perbaikan. Berikut ini adalah
beberapa hal yang kurang baik dalam pelaksanaan Program Desa Tangguh Bencana di
Desa Pesanggaran tahun 2014.
Mulainya pelaksanaan yang tidak sesuai jadal/ timeline karena kendala pencairan
anggran sehingga output dan outcome belum tercapai secara maksimal.
Materi yang kurang sesuai antara pembekalan fasilitator dan pelaksanaan di Desa
Fasilitator tidak dapat mengakses RAB sehingga kesulitan dalam merencanakan
kebutuhan dan maksimalisasi anggaran.
Petunjuk teknis yang kurang operasional dan detil sehingga menimbulkan banyak
penafsiran
Pedoman kesiapsiagaan yang tidak termuat dalam petunjuk teknis
Pembuatan peta risiko yang tidak dijelaskan secara detail
Kurangnya keterwakilan perempuan dan pemuda dalam pelaksanaan program,
dikarenakan kurangnya pemahaman pemerintah Desa di awal kegiatan tentang
pentingnya gender dan keterwakilan pemuda.
Belum tersusunnya rencana evakuasi dan sistem peringatan dini untuk semua
ancaman, dikarenakan keterbatasan waktu.
Sistem web yang hanya bisa menilai kuantitas program
4. Adaptasi Ataupun Replikasi untuk Desa Lain
Hasil yang telah dicapai di Desa Pesanggaran dalam Program Desa Tangguh
Bencana BNPB Tahun 2014 perlu dipertahankan, dan diharapkan Desa yang sudah
mendapat program dapat menjadi percontohan untuk Desa lain dan menularkan virus
ketangguhannya. Sehingga hasil positif tersebut dapat diadaptasi bahkan direplikasi
untuk membangun Desa Tangguh yang lain, karena pada dasarnya ketangguhan desa
itu merupakan kebutuhan desa yang terancamn bencana. Sehingga desa sendirilah
yang harusnya berinisiasi menjadi Desa Tangguh, tentu dengan dukungan BPBD dan
BNPB. Dukungan tidak harus dalam bentuk materi. Hasil program yang telah
dilaksanakan di Desa Pesanggaran sangat memungkinkan untuk direpiklasi di Desa
lain. Desa yang sangat berpotensi untuk menjadi sasaran ini adalag Desa Buluagung,
Kecamatan Siliragung, yang berlokasi tepat disebelah timur Desa Pesanggaran. Dua
Desa ini (Pesanggaran dan Buluagung) hanya dibatasi oleh Sungai Baru. Pengamatan
spasial fasilitator, potens risiko tsunami di Desa Buluagung ini juga cukup tinggi, hal ini
Laporan program Destana 2014 Ds. Pesanggaran - 9
diperlihatkan pola pengelompokkan pemukiman tepat berada di muara Sungai Baru,
yang juga berbatasan langsung dengan Samudera Hindia.
Untuk itu, dalam salah satu Aksi Komunitasnya, Desa Pesanggaran telah
mencangkan untuk menginisiasi Desa Buluagung bermitra dengan Desa Pesanggaran,
dalam hal diskusi maupun pelaksanaan Aksi Komunitas. Replikasi tersebut sangat
mungkin dilakukan karena secara geografis, politis, dan sosial budaya kedua Desa ini
sama, interaksi masyarakat melalui mobilitas penduduk kedua wilayah sangat intensif.
Beberpa hal yang mungkin dapat direplikasi adalah: Kajian Risiko Bencana Desa,
Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Desa, rencana evakuasi, sistim peringatan
dini, dan rencana kontinjensi desa. Akan tetapi gagasan inipun perlu didukung dari
BPBD dan BNPB. Sehingga respon pemerintah desa dan masyarakat setempat lebih
tampak.
5. Kontribuasi Pihak Lain
Pelaksanaan program Desa Tangguh Bencana di desa Pesanggaran tidak hanya
bersumber dari kontribusi BNPB, BPBD, Fasilitator, dan Kelompok Kerja / Tim Substansi
Destana 2014. Akan tetapi terdapat lembaga dan perorangan yang memeberikan peran
dan kontribusi baik materi maupun non materi. Beberapa lembaga yang terlibat dan
berkontribusi dalam pengembangan Desa Tangguh Bencana BNPB 2014 adalah:
Nama Lembaga Bentuk Kontribusi
Pemerintah Desa Kontribusi Pemerintah Desa berupa dukungan materi
seperti tempat pertemuan untuk rapat Tim Substansi
selama 18 kali pertemuan, lengkap dengan peralatan
pendukung seperti sound sistem, dll. Selanjutnya
pemerintah Desa melegalkan berdirinya Forum dan
Dokumen-dokumen kajian dan perencanaan melalui SK
Kepala Desa. Pemerintah Desa telah menyediakan
ruang sekretariat untuk FPRB, lengkap dengan sarana
pendukung. Kontribusi lain adalah menyediakan
anggaran untuk transportasi tim relawan baik
berangkan maupun pulang ke/dari lokasi pelatihan.
Badan Permusyawaratan
Desa (BPD)
BPD memberikan kontribusi berupa rapat-rapat
penyusunan Raperdes dan Perdes tentang
Penanggulangan Bencana Desa Pesanggaran, selain
Laporan program Destana 2014 Ds. Pesanggaran - 10
Nama Lembaga Bentuk Kontribusi
itu BPD juga berkomitmen untuk membawa issu
penanggulangan bencana dalam pembahasan
RPJMDes yang akan datang.
Marinir Lampon Wilayah pesisir Desa Pesanggaran merupakan salah
satu lokasi latihan tempur Marinir, dan di sudut pantai
Lampon terdapat pos pangkalan tentara Marinir.
Sehingga kampung di pesisir Pesanggaran (Kampung
Baru) merupakan Kampung Binaan Marinir. Dengan
adanya program Destana 2014 ini Komandan Marinir
memberikan dukungan penuh terhadap pelaksanaan
dan keberlanjutan Destana. Marinirpun juga siap
memberikan pelatihan dan pengembangan relawan
desa. Selain itu, pengerahan sumber daya pada saat
darurat siap dikerahkan dari pasukan marinir baik
personel maupun perlengkapan.
Puskesmas Pesanggaran Puskesmas Pesanggaran merupakan salah satu
sarana paling vital dalam pembangunan kapasitas
masyarakat di lingkungan Desa Pesanggaran. Sebagai
Puskesmas terbesar di lingkungan Kecamatan
Pesanggaran, program penanggulangan bencana
dalam bidang kesehatanpun telah dicanangkan, Tim
Gerak Cepat (TGC) menjadi garda terdepan dalam
pelaksanaan darurat bencana. Oleh karenanya,
Puskesmas Pesanggaran juga sangat mendukung
proses dan keberlanjutan Destana Pesanggaran ini.
Selain dukungan data, Puskesmas juga siap
mengintregasikan program Destana dalam Program
Puskesmas yang berkaitan dengan penanganan
kesehatan.
Forum Pinpinan Kecamatan
Plus (FORPIMKA PLUS)
Forpimka yang terdiri dari Camat, Kapolsek, Danramil,
dan Danpuslatpur Marinir menyatakan siap mendukung
keberlanjutan program Destana di desa Pesanggaran,
terutama dalam pelaksanaan darurat. Forpimka Plus
telah menandatangani komitmen Rencana Kontinjensi
Tsunami sehingga siap sedia mengerahkan seluruh
Laporan program Destana 2014 Ds. Pesanggaran - 11
Nama Lembaga Bentuk Kontribusi
sumber daya yang dimiliki saat darurat. Selain itu,
Forpimka juga siap mendukung terselenggaranya
kegiatan drill simulasi tsunami yang rencananya akan
diselenggarakan minimal setiap tahun sekali.
Balai Penyuluh Pertanian
(BPP) Kecamatan Desa
Pesanggaran
Memberikan kontribusi berupa pemberian bibit pohon
trembesi sebanyak 500 batang, yang siap ditanam oleh
FPRB, relawan, dan masyarakat di sepanjang Pesisir
Lampon sebagai sabuk hijau.
6. Peran Fasilitator, BPBD Kabupaten Banyuwangi, BPBD Provinsi Jawa Timur,
dan BNPB
Berikut ini adalah beberapa peran yang telah diberikan Fasilitator, BPBD
Kabupaten Banyuwangi, dan BNPB dalam mensukseskan program desa Tangguh
Bencana di Desa Pesanggaran.
a. Peran Fasilitator
Fasilitator berperan dalam proses pelaksanaan program Destana dari awal hingga
akhir kegiatan, baik saat rapat resmi dengan Pokja / Tim Substansi (18 kali rapat
resmi) maupun di luar rapat resmi Pokja / Tim Substansi serta mamastikan output
dan outcome tercapai secara maksimal. Adapun peran fasilitator saat rapat resmi
dengan Pokja / Tim Substansi ialah:
Menyampaikan materi/konsep awal kepada tim substansi untuk setiap
pembahasan, dan memastikan tim substansi memahaminya
Memfasilitasi dan mengarahkan tim substansi dalam penyusunan output /
capaian setiap jenis kegiatan menggunakan media yang mudah difahami
dan diterima.
Menyatukan persepsi / pandangan yang kontradiksi antar tim substansi
Membangun kekompakan tim substansi melalui dinamika kelompok dan
berbagai strategi permainan
Membangun partsispasi aktif tim substansi dalam menyampaikan gagasan
atau ide dalam setiap diskusi
Menjawab setiap keraguan yang muncul dari tim substansi tentang
kesuksesan dan keberlanjutan program
Adapaun peran fasilitator di luar rapat resmi dengan Pokja / Tim Substansi ialah:
Laporan program Destana 2014 Ds. Pesanggaran - 12
Konsolidasi dengan pihak-pihak terkait seperti BPBD, PMU, pemerintah
Desa, tokoh masyarakat lembaga-lembaga desa, tokoh berpengaruh
dalam tim substansi, dan pihak swasta untuk mensukseskan program
Destana dan keberlanjutannya
Menyiapkan materi yang ringkas dan sederhana untuk dapat difahami tim
substansi setiap output yang akan dikerjakan
Menyiapkan media-media yang representatif untuk penuntasan setiap jenis
kegiatan sesuai output yang ditetapkan dalam Juknis
Membangun komunikasi yang intensif dengan tim substansi melalui
kegiatan non formal, seperti kunjungan ke rumah-rumah, makan bersama,
mengikuti kegiatan yang diselenggarakan pemerintah Desa.
Menyelesaikan dokumen untuk setiap output dan mengkoordinasikan
dengan pemerintah Desa untuk kepentingan legalisasi.
b. Peran BPBD Kabupaten Banyuwangi
Adapun peran BPBD Kabupaten Banyuwangi dalam proses pelaksanaan program
Destana ialah:
Mendukung dalam pemenuhan kebutuhan materi, seperti ATK, konsumsi,
dan administrasi lain
Memberi masukan kepada fasilitator untuk setiap jenis kegiatan sehingga
kegiatan dapat berjalan dengan baik
Mengkoordinasikan kegiatan Destana di Desa dengan berbagai kegiatan
BPBD sendiri
Mendampingi dalam setiap rapat dengan tim substansi
Koordinasi secara intensif dengan fasilitator dalam menentukan jadwal dan
bahan-bahan rapat
Melakukan koordinasi dengan BNPB
c. Peran BNPB
Adapun peran BNPB dalam proses pelaksanaan program Destana ialah:
Menyediakan anggaran program
Memberikan pembekalan dan pelatihan kepada fasilitator
Melakukan monitoring dan evaluasi proses dan hasil melalui tim PMU
Melakukan koordinasi dengan BPBD
Laporan program Destana 2014 Ds. Pesanggaran - 13
D. PROSES PELAKSANAAN KEGIATAN
Berikut adalah proses pelaksanaan program pengembangan Desa Tangguh
Bencana di Desa Pesanggaran tahun 2014:
1. Persiapan Pelaksanaan Program
Dalam kegiatan persiapan pelaksanaan program ini terdiri dari tiga jenis kegiatan,
yaitu: koordinasi awal daerah, sosialisasi program di desa, dan pengumpulan data
skunder untuk Kajian Risiko Bencana. Koordinasi awal di daerah dilaksanakan dua kali
yaitu pada tanggal 9 dan 13 Oktober 2014, dihadiri 40 undangan baik dari BPBD Provinsi
Jawa Timur, BPBD Kabupaten Banyuwangi, SKPD terkait, lembaga swasta, perguruan
tinggi, fasilitator Destana, dan pemerintah desa. Secara garis besar, kegiatan yang
diselenggarakan di Hotel Mirah Banyuwangi ini ditujukan untuk memperkenalkan
Destana kepada seluruh pemangku kepentingan, jadwal dan baseline kegiatan,
pemetaan program kementrian di Desa yang akan menjadi obyek program, dan masukan
dari seluruh peserta dalam rangka mensukseskan program Desatana 2014.
Sosialisasi program di desa dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober 2014
bertempat di Balai desa Pesanggaran, dihadiri 29 Tim Substansi dan 8 undangan. Dalam
kegiatan tersebut, fasilitator menjelaskan tentang latar belakang program, pokok-pokok
Perka BNPB No.1 tahun 2012, Rencana Aksi Nasional PB, dan tujuan pelaksanaan
Program. Selain itu fasilitator membuat kesepakan/kontrak kerja dengan tim substansi
tentang hak dan kewajiban tim substansi serta kesepakatan aturan lain. Pengumpulan
data skunder untuk kajian risiko bencana sudah dilaksanakan pada bulan Agustus,
kegiatannya dilakukan oleh fasilitator dengan malkukan pendataan ke Desa dan
Kecamatan, serta menemui tokoh masyarakat sebagai narasumber. Dokumen yang
terkumpul antara lain Profil Desa, peraturan Desa terkait dan APBDes.
Laporan program Destana 2014 Ds. Pesanggaran - 14
Rapat Koordinasi Daerah Pengembangan Desa Tangguh (dokumentasi fasilitator, 2014)
Rapat Sosialisasi Desa (dokumentasi fasilitator, 2014)
Laporan program Destana 2014 Ds. Pesanggaran - 15
Proses Pengambilan Data Skunder (dokumentasi fasilitator, 2014)
2. Pengkajian Risiko Bencana
Pengkajian risiko bencana dilaksanakan melalui beperapa jenias kegiatan antara
lain rapat persiapan teknis pengkajian risiko bencana dilakukan pada tanggal 16 Oktober
2014 dihadiri 27 tim substansi, transect walk dilakukan oleh fasilitator dan 3 orang tim
substansi, rapat pengkajian bahaya tanggal 18 Oktober 2014, analisa tingkat risiko dan
workshop pengkajian risiko bencana pada tanggal 22 Oktober 2014 yang dihadiri 30 tim
substansi dan 8 undangan dari unsur terkait. Dalam keseluruhan kegiatan pengkajian
risiko bencana dilakukan secara partisipatory termasuk pembuatan peta risiko. Fasilitator
menjelaskan konsep ancaman, kerentanan, kapasitas, risiko, dan pemetaan risiko.
Kegiatan lapangan dilakukan untuk survey lokasi dan pembuatan peta dasar. Sementara
Laporan program Destana 2014 Ds. Pesanggaran - 16
workshop yang dihadiri dari Forpimka plus, swasta dan tokoh masyarakat untuk
menyempurnakan kajian risiko sehingga tersusun dokumen yang valid.
Penyampaian materi awal Kajian Risiko (dokumentasi fasilitator, 2014)
Laporan program Destana 2014 Ds. Pesanggaran - 17
Pengkajian Risiko dan Pemetaan Risiko (dokumentasi fasilitator, 2014)
Workshop Kajian Risiko Bencana (dokumentasi fasilitator, 2014)
3. Perencanaan Penanggulangan Bencana dan Rencana Aksi Komunitas Desa
Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana dilakukan dimulai dari
pengelompokan indikator capaian, melalui program generik dan spesifik yang mengacu
Laporan program Destana 2014 Ds. Pesanggaran - 18
dari Rencana Aksi Nasional dan Daerah, sehingga perencanaan yang ada di desa dapat
sinergis. Selanjutnya adalah rapat perencanaan aksi yang dilakukan apada tanggal 24
Oktober 2014 dihadiri 29 tim substansi. Dalam rapat tersebut fasilitator menyampaikan
terlebih dahulu tentang konsep penanggulangan bencana baik pra, darurat, dan pasca,
tindakan apa saja yang dapat dilakukan setiap fase. Selanjutnya tim substansi
menyusun rencana dan pilihan tindakan untuk setiap fase bencana dari masing-masing
potensi.
Rapat dilanjutkan dengan membahas sumber daya dan periode aksi pada
tanggal 26 Oktober 2014 dihadiri oleh 29 tim substansi. Dalam rapat tersebut, dilakukan
pemetaan sumberdaya dan penentuan periode aksi untuk masing-masing tindakan.
Kemudian rapat dilanjutkan pada tanggal 28 Oktober 2014 dihadiri 30 tim substansi
dengan tema bahasan adalah penentuan anggaran penanggulangan bencana. Kegiatan
ini diselesaikan cukup panjang, karena penentuan pagu indikatif anggaran yang
bersumber dari desa harus menyesuaikan dengan jumlah ADD, APBDes, dll. Serta
program-program desa yang lain. Kemudian pada tanggal 31 Oktober 2014 hasil
penanggulangan bencana dipaparkan dalam workshop yang dihadiri oleh 29 tim
substansi dan 10 undangan. Berbagai masukan dihasilkan dari kegiatan ini, sehingga
RPB yang disusun operasional dan baik.
Laporan program Destana 2014 Ds. Pesanggaran - 19
Penyampaian materi awal (dokumentasi fasilitator, 2014)
Laporan program Destana 2014 Ds. Pesanggaran - 20
Dinamika kelompok perencanaan aksi, periode aksi, dan anggaran PB
(dokumentasi fasilitator, 2014)
Laporan program Destana 2014 Ds. Pesanggaran - 21
Workshop rencana Penaggulangan Bencana (dokumentasi fasilitator, 2014)
4. Pembentukan Forum Penanggulangan Bencana
Pembentukan Forum Pengurangan Desa ini dilakukan pada tanggal 4 November
2014, dihadiri oleh 29 tim substansi. Agendanya adalah pengenalan tentang sifat dan
fungsi FPRB Desa oleh fasilitator, pemilihan ketua, penyusunan struktur FPRB, dan
statuta / Anggaran Dasar FPRB. Selanjutnya dilakukan pembahasan legalisasi SK dan
tupoksi secara inetern dengan pengurus yang sudah terbentuk.
Pengenalan tentang FPRB (dokumentasi fasilitator, 2014)
Laporan program Destana 2014 Ds. Pesanggaran - 22
Proses Pemilihan Ketua FPRB (Dokumentasi fasilitator, 2014)
Strukturisasi FPRB (dokumentasi fasilitator, 2014)
Laporan program Destana 2014 Ds. Pesanggaran - 23
Sekretariat FPRB (dokumentasi fasilitator, 2014)
5. Pembentukan Relawan Desa
Pembentukan relawan dimulai dari rapat inisiasi pembentukan relawan pada
tanggal 6 November 2014, dihadiri oleh 29 tim substansi. Dalam rapat ini, fasilitator
memberikan pengenalan terhadap kebutuhan relawan dalam Desa Tangguh, dan proses
pelatihan dan pengembangan di level Daerah. Selain itu, dibahas pula penentuan nama-
nama dua puluh relawan yang akan dikirim dalam pelatihan dan pengembangan relawan
Desa.
Penyampaian Materi Inisiasi Relawan Desa (dokumentasi fasilitator, 2014)
Laporan program Destana 2014 Ds. Pesanggaran - 24
Pengembangan Relawan di Daerah (dokumentasi fasilitator, 2014)
6. Pembangunan Sistim Peringatan Dini
Penyusunana sistem peringatan dini dialksanakan melalui rapat tim substansi pada
tanggal 7 November 2014, dihadiri oleh 20 tim substansi. Dalam rapat tersebut, fasilitator
menyampaikan konsep peringatan dini, elemen kunci, hubungan peringatan dini daerah
dan nasional. Selanjutnya dialkukan fasilitasi penyusunan sistem peringatan dini secara
partisipatory. Rapat ini menghasilkan sistem peringatan dini untuk ancaman tsunami.
Keterbatasan waktu dan untuk memaksimalkan output, maka ancaman banjir belum
disusun peringatan dini, dan akan disusun oleh FPRB ke depan.
Laporan program Destana 2014 Ds. Pesanggaran - 25
Penyampaian Materi Awal (dokumentasi fasilitator, 2014)
Penyusunan Sistem Peringatan Dini (dokumentasi fasilitator, 2014)
7. Perencanaan Evakuasi (Peta, Jalur dan TES)
Penyusunan rencana evakuasi dialkuakn pada tanggal 10 November 2014, dengan
dihadiri oleh 30 tim substansi. Sebelum rapat, fasilitator memperkenalkan tentang konsep,
prinsip, dan mekanisme rencana evakuasi, serta pentingnya penyediaan sarana dan
Laporan program Destana 2014 Ds. Pesanggaran - 26
prasarana evakuasi. Dilanjutkan dengan identifikasi jalur, TES, TEA, dan titik
pemasangan tanda dan rambu evakuasi. Selanjutnya ditentukan moda transportasi,
sarana dan prasarana pendukung di masing-masing TES dan TEA.
Penyampaian Materi Rencana Evakuasi (dokumentasi fasilitator, 2014)
Penentuan Jalur dan Fasilitas Evakuasi (dokumentasi fasilitator, 2014)
Laporan program Destana 2014 Ds. Pesanggaran - 27
8. Peningkatan Ketahanan Ekonomi Masyarakat
Meskipun dalam revisi timeline yang diterbitkan PMU tidak lagi mencantukna
pembahasan Ketahanan Ekonomi Masyarakat, akan tetapi fasilitator dan tim substansi
tetap menganggap penting dan sangat perlu untuk dibahas bersama. Hal ini terkait
dengan peningkatan kapasitas masyarakat. Sehingga pada tanggal 14 November 2014
fasilitator dan 30 tim substansi mengadakan rapat untuk membahas potensi-potensi yang
dimiliki desa yang dapat menjadi mata pencaharian alternatif warga, terutama yang
terpapar. Rapat ini menghasilkan dokumen strategi mata pencaharian alternatif warga.
9. Perlindungan Aset Produktif Masyarakat
Sama halnya dengan Peningkatan Ketahanan Ekonomi Masyarakat, perlindungan
aset produktif tidak masuk dalam timeline PMU yang baru. Namun poin ini penting untuk
dibahas, karena terkait dengan melindungi aset produktif, yang menjadi nadi ekonomi
masyarakat. Pembahasan ini dilakukan pada tanggal 19 November 2014 dihadiri oleh 27
tim substansi.
10. Perencanaan Kontinjensi Desa
Perencanaan kontinjensi dilakukan melalui beberapa tahap kegiatan. Pertama
adalah pengumpulan data renkon yang dilakukan fasilitator ke pihak-pihak yang dapat
terlibat dan mendukung dalam penyusunan renkon, beberpa pihak yang dikunjungi ialah
Puskesmas Pesanggaran, Puslatpur Marinir Lampon, Kecamatan Pesanggaran, Polsek,
dan Koramil. Selanjutnya ialah rapat pengembangan skenario kejadian, dilakukan pada
tanggal 20 November 2014 dihadiri 30 tim substansi dan 8 undangan. Dalam kegiatan ini,
fasilitator menyampaikan materi tentang rencana kontinjensi, yang dilanjutkan dengan
rapat pengembangan skenario dan dampak, serta penentuan standar kualitas operasi
darurat. Tahap berikutnya ialah rapat penetapan taktik kelompok layanan pada tanggal 2
Desemeber 2014, dihadiri oleh 27 tim substansi dan 8 undangan. Kegiatan ini membahas
penetapan strategi dan taktik operasi, penetepan struktur komando dan fasilitas operasi,
dan identifikasi kebutuhan, kesenjangan dan mekanisme mobilisasi, keseluruhan
tahapan tersebut dilakuakn melalui dinamika kelompok.
Tahap selanjutnya adalah menyusun dokumen renkon bersama
perwakilan/koordinator kelompok di luar agenda rapat resmi. Setelah itu dipaparkan
dalam workshop rencana kontinjensi yang dilakukan pada tanggal 8 Desember 2014.
Rapat tersebut dihadiri 29 tim substansi dan 10 undangan. Dalam workshop ini, selain
dipaparkan hasil kerja tim substansi dalam menyusun renkon, juga banyak masukan dari
Laporan program Destana 2014 Ds. Pesanggaran - 28
undangan guna menyempurnakan dokumen. Selanjutnya diakhiri dengan
penandatanganan lebar komitmen.
Penyampaian Materi Awal Rencana Kontinjensi (dokumentasi fasilitator, 2014)
Penyelesaian Dokumen Rencana Kontinjensi (dokumentasi fasilitator, 2014)
Laporan program Destana 2014 Ds. Pesanggaran - 29
Workshop Renkon dan Penandatanganan Lembar Komitmen (dokumentasi fasilitator,
2014)
11. Legaliasasi
Legalisasi beberapa dokumen hasilkerja tim substansi telah dikeluarkan melalui
SK Kepala Desa. Sementara Peraturan Desa tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana di Desa sudah masuk dalam Rancangan Perdes. Proses penyusunan
Rancangan Perdes (Raperdes) ini dilakukan melalui beberapa pertemuan antara
fasilitator dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Setelah Raperdes tersusun,
tahapan yang akan dilakukan adalah melakukan rapat antara BPD dengan Pemerintah
Desa untuk membahas dan menyempurnakan Raperdes untuk bisa sdisahkan menjadi
Laporan program Destana 2014 Ds. Pesanggaran - 30
Perdes. Berikut ini adalah dokumen hasil kerja tim substansi yang telah dilegislasi oleh
Pemerintah Desa.
No. Nama Dokumen No. Surat Keputusan (SK)
1 Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) 2014-2019
145/10/429.525/2014
2
Rencana Penanggulangan Bencana Desa Pesanggaran untuk Pengurangan Risiko Bencana Yahun 2014-2019
188/18/kep/424.515.01/2014
3 Sistim Peringatan Dini Desa Pesanggaran
188/17/kep/424.515.01/2014
4 Rencana Evakuasi Desa Pesanggaran
188/19/kep/424.515.01/2014
5 Rencana Kontinjensi Bencana Tsunami Desa Pesanggaran
188/16/kep/424.515.01/2014
Fasilitator Memberi Penjelasan Pentingnya Perdes PB di Depan BPD Desa Pesanggaran dalam Rapat Internal BPD (dokuemntasi fasilitator, 2014)
Laporan program Destana 2014 Ds. Pesanggaran - 31
E. PEMBELAJARAN
Adapun pembelajaran yang dapat diambil dalam pelaksanaan program Desa
Tangguh Bencana di Desa Pesanggaran ini adalah:
Perencanaan harus dimatangkan jauh sebelum program dilaksanakan, baik
pembekalan fasilitator dan pendanaan, sehingga program dapat dimulai sesuai waktu
yang dijadwalkan
Dalam pembekalan fasilitator, sebaiknya pemateri menyesuaikan dengan juknis
Destana sehingga lebih operasional
Dalam situasi tertentu keterwakilan perempuan agak sulit untuk dipenuhi sebanyak
30%, seperti misalkan kegiatan panjang yang menyita waktu dan dimungkinkan
dilaksanakan malam hari
Pemerintah Desa seharusnya juga dibuatkan petunjuk teknis khusus yang berisi
pengenalan program, detail peran pemerintah desa, dan kiat-kiat membangun
keberlanjutan Desa Tangguh Bencana
Improvisasi dan kreativitas dalam fasilitasi harus dilakukan untuk membuat desain
fasilitasi yang menarik, mudah diterima, tidak membosankan, dan mencapai output
serta outcome yang ditargetkan
Dalam penilaian kinerja fasilitator akan lebih baik apabila tidak ada pembedaan
fasilitator utama dan pendamping, karena fasilitator bekerja secara tim, saling
mengisi, dan berganti peran sesuai dengan keahlian dan manajemen waktu
Pengetahuan dan pemetaan situasi politis lokasi program sangat diperlukan di luar
pengenalan budaya dan sosial masyarakat, untuk mensinergikan program dengan
situasi politik yang ada
Konsolidasi non formal dalam menentukan tokoh kunci seperti penentuan tim
substansi, pemetaan pengurus FPRB, penentuan relawan perlu dilakukan secara
intensif untuk menjamin keberlanjutan program
Semua pihak harus diberikan penyadaran dengan baik, bahwa tujuan
penyelenggaran program bukan diorientasikan pada uang, tetapi murni untuk
pengembangan desa yang mandiri dan tangguh dalam menghadapi bencana
F. RENCANA TINDAK LANJUT
Program Desa Tangguh Bencana di Desa Pesanggaran akan ditindaklanjuti
melalui kerjasama FPRB dengan berbagai pihak terkait, penyusunan Perdes PB oleh
pemerintah desa, pelaksanaan program aksi komunitas untuk kurun 3 tahun.
Laporan program Destana 2014 Ds. Pesanggaran - 32
Penyusunan proposal kegiatan dari FPRB kepada pemeriintah desa untuk penyerapan
ADD, pemerintah kecamatan untuk diteruskan ke SKPD terkait. Berperan aktif dalam
berbagi kegiatan penanggulangan bencana baik level daerah maupun nasional. Sebagai
bentuk komitmen para stakeholder, pada tanggal 28 Desember 2014 telah dilakukan
penanaman pohon trembesi dan nyamplung sebanyak 500 batang untuk greenbelt di
pesisir pantai Lampon oleh FPRB, relawan Desa, marinir Lampon, dan masyarakat
Lampon. Penanaman tersebut sebagai aksi awal FPRB dan relawan Desa juga dihadiri
kepala Desa, dan Camat Pesanggaran.
Penanaman Greenbelt di Pesisir Lampon (dokumentasi FPRB, 2014)
G. HASIL PENILAIAN MANDIRI CAPAIAN INDIKATOR DESA TANGGUH BENCANA
DESA PESANGGARAN
Penilaian indikator program didasarkan pada Petunjuk Teknis Pengembangan Desa
Tangguh BNPB tahun 2014. Dari hasil evaluasi dan penilaian setelah pelaksanaan
program secara mandiri oleh tim fasilitator, maka peningkatan ketangguhan masyarakat
Desa Pesanggaran sangat signifikan. Berikut adalah tabel penilaian ketangguhan dan
capaian indikator Program desa Tangguh Bencana.
Laporan program Destana 2014 Ds. Pesanggaran - 33
Tabel Capaian Indikator Ketangguhan Desa Sebelum Program dan Sesudah Program
Destana 2014
KATEGORI NO INDIKATOR NILAI SEBELUM NILAI SESUDAH
LEGISLASI 1 Kebijakan/Peraturan di Desa/Kel tentang PB/PRB
0 2
PERENCANAAN 2 Rencana Penanggulangan Bencana, Rencana Aksi Komunitas, dan/atau Rencana kontijensi
0 2
KELEMBAGAAN
3 Forum PRB 0 2
4 Relawan Penanggulangan Bencana 1 2
5 Kerjasama antar pelaku dan wilayah 0 2
PENDANAAN 6 Dana tanggap darurat 2 3
7 Dana untuk PRB 0 2
PENGEMBANGAN KAPASITAS
8 Pelatihan untuk pemerintah desa 1 2
9 Pelatihan untuk tim relawan 0 3
10 Pelatihan untuk warga desa 1 2
11 Pelibatan/partisipasi warga desa 1 3
12 Pelibatan Perempuan dalam tim relawan 0 2
PENYELENGGA-RAAN PENANGGULANGAN BENCANA
13 Peta dan analisa risiko 0 3
14 Peta dan jalur evakuasi serta tempat pengungsian
0 2
15 Sistem peringatan dini 1 2
16 Pelaksanaan mitigasi struktural (fisik) 1 1
17 Pola ketahanan ekonomi untuk mengurangi kerentanan masyarakat
1 1
18 Perlindungan kesehatan kepada kelompok rentan
0 2
19 Pengelolaan sumber daya alam (SDA) untuk PRB
0 1
20 Perlindungan aset produktif utama masyarakat
0 1
JUMLAH 9 40
Sebelum Program Desatan 2014, Desa Pesanggran Dikategorikan Desa belum Tangguh (Nilai 9).
Setelah Program Destana 2014 Desa Pesanggaran Dikategorikan Desa Tangguh Madya (Nilai 40)
Kategori Desa Tangguh: Desa Tangguh Utama =51-60 Desa Tangguh Madya = 36-50 Desa Tangguh Pratama = 20-35 Desa Belum Tangguh = <20
1
KEPUTUSAN KEPALA DESA PESANGGARAN
KECAMATAN PESANGGARAN KABUPATEN BANYUWANGI
NOMOR 145/ 10/ 429.515/ 2014
TENTANG FORUM PENGURANGAN RESIKO BENCANA DESA
PESANGGARAN
PERIODE 2014-2019
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
Menimbang: a. Bahwa dalam rangka upaya mengurangi resiko bencana yang mungkin
terjadi di Desa Pesanggaran Kecamatan Pesanggaran Kabupaten
Banyuwangi perlu dibentuk Forum Pengurangan Resiko Bencana Desa
Pesanggaran periode 2014-2019
a. Bahwa berdasarkan huruf a diatas perlu segera menetapkan Keputusan
Kepala Desa Pesanggaran kecamatan Pesanggaran kabupaten Banyuwangi
b. Tentang pembentukan Forum Pengurangan Resiko Bencana Desa
Pesanggaran Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi
Mengingat : Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
Memutuskan :
Menetapkan :
Pertama : Membentuk dan mengesahkan Forum Pengurangan Resiko Bencana Desa
Pesanggaran Periode 2014-2019 kecamatan Pesanggaran Kabupaten
Banyuwangi dengan susunan dan personalia sebagaimana disebut dalam
Keputusan Kepala desa ini.
Kedua : Mengesahkan anggaran Dasar Forum Pengurangan Resiko Bencana Desa
Pesanggaran Periode 2014-2019 sebagaimana tersebut dalam lampiran
keputusan Kepala Desa ini.
Ketiga : Lampiran susunan dan personalia sebagaimana tersebut dalam butir
Peratama dan Anggaran Dasar Forum Pengurangan Risiko Bencana Desa
Pesanggaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keputusan
Kepala Desa Pesanggaran ini.
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkanya, dengan ketentuanapabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.
Ditetapkan di Pesanggaran
Pada Tanggal 17 November 2014
Kepala Desa Pesanggaran
2
LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA DESA PESANGGARAN
KECAMATAN PESANGGARAN KABUPATEN BANYUWANGI
NOMOR 145/ 10/ 429.515/ 2014
TENTANG FORUM PENGURANGAN RESIKO BENCANA DESA PESANGGARAN
PERIODE 2014-2019
SUSUNAN PENGURUS
FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA (FPRB)
DESA PESANGGARAN
Penasehat : Camat Pesanggaran
Kepala Desa Pesanggaran
Ka LPMD
1. Ketua 1 : Marsudi
Ketua 2 : Endro Saksono, S.Pd
2. Sekretaris 1 : Agustina Dewi S
Sekretaris 2 : Subowo
3. Bendahara 1 : Suharianik
Bendahara 2 : Sutarji
4. Bidang-Bidang:
a. Bidang Pendidikan Dan Pelatihan
1. Pelda Nasikin (Ketua)
2. Bripka Suharyono
3. Trimanto
4. Tumpiyono
5. Purwantindari, S.Pd
b. Bidang Pendataan Dan Advokasi
1. Khudori (Ketua)
2. Agus Romadlon
3. Marno
4. Nurhidayat Sb, S.Pd
5. Sri Kuntari, A.Md.Keb
c. Bidang Informasi Dan Komunikasi
1. Sujarno (Ketua)
2. Djemadi
3. Mahfud
4. Juma’i
5. Sugiyono
3
d. Bidang Kesehatan Dan Lingkungan
1. Suyanto, A.Md (Ketua)
2. Mukhlisin
3. Jazim Mustofa
4. Paiman
5. Herwanto A, S.Ag
e. Bidang Usaha Dan Dana
1. Puji Pangestuti, A.Md (Ketua)
2. Sudomo
3. Subowo
4. Kasyan
5. Faisal, S.E
f. Bidang Evakuasi
1. Suwandi (Ketua)
2. Misdarto
3. Dadang Ady P
4. Marjuki
5. Anggota Linmas
g. Bidang Dapur Umum
1. Maningsih (Ketua)
2. Mulyani
3. Tukini
4. Sulkanah
5. Sudarmi
6. Suratemi
7. Srilowati
8. Ribut Fatimah
9. Indri Siami
5. Koordinator Dusun:
a. Dusun Krajan : Sukemi
b. Dusun Ringinagung: Sumargo
c. Dusun Ringinsari : Agus Maryono
d. Dusun Ringinmulyo: Sanimin
6. Koordinator Relawan: Supriyadi
Ditetapkan di Pesanggaran
Pada Tanggal 17 November 2014
Kepala Desa Pesanggaran
SULIONO
4
LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA DESA PESANGGARAN
KECAMATAN PESANGGARAN KABUPATEN BANYUWANGI
NOMOR 145/ 10/ 429.515/ 2014
TENTANG ANGGARAN DASAR FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA
DESA PESANGGARAN PERIODE 2014-2019
ANGGARAN DASAR
FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA
DESA PESANGGARAN
PEMBUKAAN
Forum Pengurangan Risiko Bencana Desa Pesanggaran (FPRB Desa) adalah wadah
yang menyatukan para pemangku kepentingan pengurangan risiko bencana (PRB) diwilayah
Pesanggaran. Sebagai wadah untuk meningkatkan komunikasi dan koordinasi pemangku
kepentingan dalam keberlanjutan aktifitas PRB melalui proses konsultasi dan parsitipasi yang
selaras dengan pelaksanaan kerja PRB sebagaimana ditetapkan Daerah.Sejalan dengan cita-
cita nasional untuk menjadi komunitas yang tangguh terhadap bencana. Forum Pengurangan
Risiko Bencana Desa Pesanggaran melaksanakan misi yang di ilhami oleh nilai-nilai
kemanusiaan guna mewujudkan komunitas Desa Pesanggaran yang tangguh terhadap
bencana.
Berdasarkan keyakinan tersebut, forum pengurangan risiko bencana Desa Pesanggaran
memberikan kontribusi dalam pengurangan risiko bencana melalui advokasi, pengawasan,
fasilitasi dan konsultasi yang memungkinkan terjadinya pengurangan risiko bencana bagi
semua pemangku kepentingan menuju komunitas yang tanggap dan tahan terhadap bencana.
Untuk mewujudkan dan mengatur pelaksanaan kegiatan tersebut disusunlah Anggaran
Dasar Forum Penguragan Risiko Bencana Pesanggaran ini. Anggaran Dasar ini sebagai norma
hukum dasar yang dipergunakan dalam merencanakan, mengembangkan, program, dan
menyelenggarakan kegiatan fungsional sesuai dengan tujuan forum serta merupakan sumber
dan dasar bagi penyusun peraturan dan prosedur operasional.
BAB I
NAMA, WAKTU DAN TEMPAT
Pasal 1
1. Forum Pengurangan Risiko Bencana desa Pesanggaran selanjutnya disebut FPRB
Pesanggaran
5
2. FPRB Pesanggaran berkedudukan di desa Pesanggaran Kecamatan Pesanggaran
Kabupaten Banyuwangi
3. FPRB Pesanggaran didirikan pada hari Jumat, tanggal 7 November 2014 untuk jangka
waktu yang tidak ditentukan lamanya
BAB II
BENTUK
Pasal 2
1. FPRB adalah perhimpunan yang merupakan lembaga pimpinan kolektif warga
masyarakat
2. FPRB merupakan milik seluruh masyarakat desa dan bukan milik pemerintah,
perorangan, ataupun kelompok masyarakat tertentu, dan merupakan wadah sinergis
seluruh warga masyarakat desa
BAB III
AZAS DAN LANDASAN
Pasal 3
1. FPRB Pesanggaran berazaskan Pancasila dan UUD 1945.
2. Landasan dasar filosofi forum ini adalah
b. Undang-undang RI nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
c. Peraturan Pemerintah nomor 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana
d. Peraturan Presiden nomor 8 tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan
Bencana
e. Peraturan Menteri Dalam Negri RI nomor 46 tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi
dan Tata Kerja Penanggulangan Bencana Daerah.
f. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi tahun 2012 Tentang Penanggulangan
Bencana.
BABIV
VISI, MISI DAN PRINSIP
Pasal 4
1. Visi FPRB adalah siaga dan tangguh terhadap bencana
2. Misi FPRB adalah:
a. Meningkatkan Kapasitas masyarakat Desa Pesanggaran terhadap bencana
b. Mengurangi Kerentanan masyarakat Desa Pesanggaran terhadap bencana
6
c. Memberikan sumbangan pemikiran tentang pengurangan risiko bencana melalui
upaya yang terpadu dan terorganisasi dalam penyusunan kebijakan, perencanaan,
administrasi, dan pengambilan keputusan pembangunan.
d. Menjadi wadah kerjasama efektif semua pihak dan lintas bidang/sektor dalam proses
pembangunan.
Pasal 5
Prinsip
1. Partisipasi aktif : Turut berperan aktif dalam pengurangan risiko bencana
2. Kesetiakawanan : Perasaan bersatu, sependapat, sekepentingan, senasib, sepenanggungan
3. Kesukarelaan : Atas kehendak sendiri, bukan karena keterpaksaan
4. Terbuka : tidak terbatas pada pihak tertentu saja, tidak dirahasiakan
5. Toleransi : sifat saling menghargai
6. Kesetaraan : Keadaan dimana seluruh unsur dalam forum mempunyai status yang sama
dalam hal tertentu , hal ini juga mencakup kewajiban dan kesempatan yang sama
7. Non-Diskriminatif : Tidak bersifat membeda-bedakan suku, agama, RAS, golongan
8. Komitmen : kesepakatan , keterikatan untuk melakukan keputusan bersama
9. Akuntabilitas : sebuah pengakuan dan asumsi tanggungjawab untuk sebuah tindakan,
hasil, keputusan, dan kebijakan termasuk administrasi, menejemen,pelaksanaan, dalam
lingkup peran atau posisi pekerjaan dan mencakup kewajiban untuk melaporkan,
menjawab segala konsekuensi yang timbul
BAB V
TUJUAN UMUM DAN KHUSUS
Pasal 6
Tujuan umum
1. Mengkoordinasi kegiatan pengurangan risiko bencana yang dilakukan oleh seluruh
komunitas di Desa Pesanggaran
2. Mendorong kerjasama efektif antar pihak dan pemangku kepentingan lokal dalam
kegiatan pengurangan risiko bencana Desa Pesanggaran.
3. Mengutamakan pengurangan risiko bencana dalam perncanaan,kebijakan dan program-
program pembangunan di desa Pesanggaran.
4. Melembagakan dan mengarustamakan pengurangan risiko bencana dalam
perencanaan,kebijakan pembangunan Desa Pesanggaran
7
Pasal 7
Tujuan Khusus
1. Mewujudkan upaya pengurangan risiko bencana yang memiliki sumber daya lebih
baik,efektif,terpadu antara pemangku kepentingan di Desa Pesanggaran
2. Mendorong partisipasi aktif komunitas, para pengambil keputusan, perencana dan
pelaku pembangunan.
3. Menjadi wadah untuk saling bertukar informasi, pengalaman,petikan pembelajaran atau
hikmah pembelajaran dan praktek terbaik atau good practices
4. Memfasilitasi semua pemangku kepentingan dalam mengarustamakan pengurangan
risiko bencana kedalam pembangunan.
5. Membangun dan meningkatkan hubungan antar pelaku pengurangan risiko bencana
ditingkat basis masyarakat sampai global.
BAB VI
Fungsi
Pasal 8
1. Wadah pembentukan sistem pengurangan risiko bencana,khususnya penyusunan
Rencana Aksi Pengurangan Risiko Bencana Desa Pesanggaran.
2. Media untuk meningkatkan koordinasi berbagai pemangku kepentingan dan
keberlanjutan aktifitas-aktifitas PRB selaras dengan rencana Daerah Pengurangan Risiko
Bencana dan Rencaa Aksi Pengurangan Risiko Bencana Desa Pesanggaran.
3. Mitra penanganan masalah kebencanaan berbasis komunitas.
BAB VII
RUANG LINGKUP DAN KEGIATAN
Pasal 9
1. Mendokumentasikan pengalaman,petikan, pembelajaran dan praktik terbaik.
2. Menyediakan informasi data dasar untuk pengurangan risiko bencana
3. Melakukan analisa sistem pengurangan risiko bencana dan kebijakan Pemerintah Desa
Pesanggaran
4. Berperan dalam pembentukan dan pengembangan sistem pengurangan risiko bencana.
5. Mengolah data, informasi dan mengkoordinasi antar pihak dalam rangka mengurangi
risiko bencana.
6. Menyusun aksi dalam pengurangan risiko bencana di Desa Pesanggaran.
7. Memantau,mencatat, dan melaporkan aksi-aksi pengurangan risiko bencana yang
disepakati.
8
8. Berperan dalam pendidikan pengurangan risiko bencana,serta meningkatkan kapasitas
dan pemberdayaan masyarakat.
BAB VIII
ORGANISASI
Pasal 10
Organisasi forum
1. Dewan Penasehat
1. Institusi pengurus yang dapat bertindak sebagai penasehat serta memfasilitasi
penyelesaian persengketaan antar unsur forum dan/ atau didalam institusi dewan
pengurus.
2. Terdiri dari 3 unsur yang memiliki kapasitas kepemimpinan di daerah dan/ atau
mewakili kelompok rentan yang belum terwakili kepentinganya dalam forum.
3. Dewan Penasehat terdiri dari Camat Pesanggaran, Kepala Desa Pesanggaran dan
Komandan Pusat Latihan Tempur Marinir Lampon.
2. Dewan Pengurus
a. Institusi pengurus yang terdiri dari 2 orang ketua, 2 orang sekretaris, 2 orang
bendahara dan beberapa bidang serta koordinator dusun.
b. Periode kepengurusan adalah 5 tahun dan dapat dipilih kembali dalam jabatan yang
sama maksimal 2 periode.
c. Pembagian bidang dalam kepegurusan sesuai kebutuhan forum pada saat
pembentukan kepengurusan.
Pasal 11
Unsur-unsur Organisasi
Unsur-unsur organisasi adalah sebagai berikut:
1. Anggota; Lembaga ,institusi,organisasi/kelompok yang dinyatakan atau menyatakan diri
menjadi anggota dan memenuhi kewajibanya sebagai anggota.
2. Peninjau; lembaga-lembaga yang menyatakan minat untuk ikut serta dalam proses-proses
forum untuk jangka waktu terbatas.
3. Mitra; Lembaga/institusi/organisasi/kelompok baik lokal,nasional,maupun
internasional,yang memiliki visi dan misi yang sama dalam pengurangan risiko bencana
dan mempunyai komitmen untuk bekerjasama dengan menjunjung prinsip Pengurangan
Risiko Bencana.
9
4. Sekretariat; Fasilitas dan logistik yang disediakan untuk pelaksanaan harian terkait
dengan administrasi keuangan, dan urusan umum lainnya,dengan keikutsertaan dan
kontribusi sukarela dari unsur-unsur instansi atau organisasi yang lain.
Pasal 12
Keanggotaan
1. Anggota forum adalah elemen-elemen pemangku kepentingan ( stakeholder ) dan atau
individu yang bergerak dalam mendukung upaya-upaya pengurangan risiko bencana di
wilayah Desa Pesanggaran.
2. Anggota pertama forum adalah anggota Pokja Desa Tangguh Bencana 2014.
BAB IX
MEKANISME PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 13
1. Kongres adalah pengambilan keputusan tertinggi.
2. Rapat kepengurusan adalah mekanisme kepengurusan yang melibatkan Dewan Penasehat
dan Dewan Pengurus.
3. Rapat harian Dewan Pengurus adalah mekanisme pengambilan keputusan yang dihadiri
oleh minimal 2/3 dari keseluruhan pengurus forum.
Pasal 14
Kongres Anggota
1. Dihadiri oleh minimal 2/3 dari keseluruhan anggota.
2. Kongres Anggota membahas Laporan pertanggungjawaban Dewan Pengurus yang
diwakili oleh Ketua.
3. Kongres Anggota membahas Program Kepengurusan Forum.
4. Kongres Anggota merekomendasikan anggota Dewan Penasihat.
5. Kongres Anggota memilih Ketua 1 dan Tim Formatur.
BAB X
TATA URUTAN PERATURAN DAN/ KEPUTUSAN
Pasal 15
Tata urutan peraturan dan/keputusan yang berlaku di forum pengurangan risiko bencana desa
Pesanggaran, adalah sebagai berikut;
1. Anggaran dasar forum
10
2. Peraturan Forum
3. Keputusan Dewan Pengurus
BAB XI
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Untuk pertama kalinya Anggaran Dasar disusun dan ditetapkan oleh formatur forum. Pada
periode selanjutnya Anggaran Dasar hanya dapat diubah oleh kongres anggota
BAB XII
ATURAN PERALIHAN
Pasal 17
1. Segala peraturan dan atau keputusan yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakan
perubahan menurut Anggaran Dasar ini.
2. Dalam tenggang waktu lima tahun atau periode kepengurusan forum sejak disahkannya
Anggaran Dasar ini, segala peraturan dan atau keputusan sudah disesuaikan dengan
ketentuan Anggaran Dasar.
BAB XIII
PENUTUP
Pasal 18
1. Anggaran Dasar ini mulai berlaku sejak tanggal disahkan.
2. Ketentuan pelaksaaan dari Anggaran Dasar akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Ditetapkan di Pesanggaran
Pada Tanggal 17 November 2014
Kepala Desa Pesanggaran
SULIONO
1
1. GAMBARAN UMUM WILAYAH
Desa Pesanggaran merupakan desa di wilayah selatan Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur
dengan topografi berlembah sebagai bentukan Pegunungan Tumpang Pitu di sebelah barat daya.
Sementara di wilayah selatan merupakan wilayah yang langsung berbatasan dengan Samudera Hindia.
Desa Pesanggaran merupakan bagian dari Daerah aliran Sungai (DAS) Sungai Baru disebelah timur dan
DAS Sungai Gangga di sebelah barat. Melihat kondisi geografis tersebut, maka potensi ekonomi yang
berkembang di Desa Pesanggaran ialah pertanian dan perikanan. Selain potensi alam, di Desa
Pesanggaran menyimpan potensi wisata yang cukup besar, kawasan Pantai Lampon dengan pasir putih
kecoklatannya menyimpan sisi estetis bagi para pelancong, terlebih lagi keragaman budaya masyarakat
khas pesisir pantai masih dipertahankan hingga saat ini. Perayaan 1 Muharram (suroan) yang merupakan
pengejawantahan rasa syukur kepada Tuhan YME selalu diselenggaran tiap tahunnya di pesisir Lampon.
Melimpahnya potensi alam selalu diimbangi dengan potensi ancaman bencana, begitu juga yang
terjadi di Desa Pesanggaran. Tsunami yang terjadi tahun 1994 dan banjir pada tahun 2003, 2004, 2005,
2008, 2010, dan 2011 merupakan bukti bahwa ancaman itu dapat terjadi setiap saat. Selain itu,
gelombang ekstrim dan abrasi mengancam masyarakat pesisir tiap tahunnya. Secara nyata banjir empat
kali dalam 10 tahun terakhir telah menghancurkan pertanian masyarakat bantaran sungai Gangga
(terutama petak 56), dan tsunami 1994 juga secara nyata telah melumpuhkan wisata Lampon hingga saat
ini. Dapat dibayangkan betapa besar potensi ekonomi masyarakat hilang dalam rentang 20 tahun terakhir
dan tentu saja masih mungkin berlanjut pada tahun-tahun berikutnya. Sehingga sangat penting untuk
dilakukan pengkajian risiko bencana sebagai langkah dasar untuk dapat melakukan kegiatan
Pengurangan Risiko Bencana (PRB) berikutnya. Berikut adalah rincian gambaran wilayah Desa
Pesanggaran.
1. Administrasi Wilayah
Desa Pesanggaran memiliki luas + 26,827 km2 / 2.682,7 Ha dengan batas geografis 114º 4’ -
114º7’ BT dan 8º 33’ - 8º 37’ LS, batas administrasi sebelah utara adalah Desa Sumbermulo, sebelah
timur adalah Desa Siliragung, sebelah barat adalah Desa Sumberagung, dan sebelah selatan adalah
Samudra Hindia. Jarak tempuh Desa Pesanggaran dari Kecamatan adalah 5 Km dengan waktu tempuh
20 menit, dari Kabupaten adalah 65 Km dengan waktu tempuh 2 jam , dari Ibu kota Propinsi adalah 380
Km, dari Ibu kota Negara adalah 1.100 Km. Desa Pesanggaran memiliki 4 Dusun yang terdiri dari:
- Dusun Krajan : 21 RT 6 RW
- Dusun Ringinsari : 38 RT 10 RW
- Dusun Ringinagung : 35 RT 8 RW
- Dusun Ringinmulyo : 19 RT 5 RW
2
2. Kondisi Geografis Wilayah
Ketinggain rata-rata wilayah Desa Pesanggaran berada pada kisaran 25 meter dpl, dengan
topografi dataran tanpa perbukitan. Desa Pesanggaran memiliki tanah yang cukup subur dengan tekstur
halus berpasir berwarna hitam dan kemerahan. Sementara itu BMKG mencatat curah hujan rata-rata di
Desa Pesanggaran ialah 1.900-2.700 mm, dengan suhu rata-rata 31 0C.
3. Penggunaan Lahan (Landuse) dan Komoditi
Penggunaan lahan (landuse) di Desa Pesanggaran meliputi:
- Sawah irigasi ½ tehnis : 408 Ha
- Sawah tadah hujan : 308 Ha
- Ladang/tegal : 556 Ha
- Permukiman : 246 Ha
- Tanah Lapang : 4 Ha
- Perkantoran : 0,5 Ha
- Tanah kas desa : 25 Ha
- Hutan produksi : 857 Ha
- Lainnya : 278,2 Ha
Total : 2.682,7 Ha
Sementara itu komoditi pertanian di Desa Pesanggaran yang menjadi andalan masyarakat ialah
padi, jagung dan tanaman palawija. Sedangkan aneka buah-buahan yang dibudidayakan ialah jeruk,
pisang, melon, semangka, dan buah naga. Adapaun komoditi untuk sektr peternakan banyak dijumpai
peternakan ayam, kambing, dan sapi.
4. Kependudukan
Berikut ini adalah profil kependudukan Desa Pesanggaran:
Penduduk Total : 12.537 Jiwa
- Laki-laki : 6.163 Jiwa
- Perempuan : 6.374 Jiwa
Jumlah Kepala Keluarga (KK) : 4.196 KK
Penduduk menurut usia
0-7 tahun : 4.838 Jiwa
7-18 tahun : 2.185 Jiwa
18-56 tahun : 4.370 Jiwa
>56 tahun : 744 Jiwa
3
Keadaan sosial menurut agama:
- Islam : 8.552 Jiwa
- Hindhu : 2.435 Jiwa
- Kristen : 1.388 Jiwa
- Budha : 144 Jiwa
- Katholik : 18 Jiwa
Keadaan penduduk menurut pendidikan
- Belum sekolah : 331 Jiwa
- Tidak tamat sekolah : 214 Jiwa
- Tamat SD/MI : 2.968 Jiwa
- Tamat SLTP : 873 Jiwa
- Tamat SLTA : 2.420 Jiwa
- Tamat Perguruan Tinggi : 256 Jiwa
- Tidak sekolah : 320 Jiwa
Penduduk menurut mata pencaharian
- Petani : 3.379 Orang
- Buruh : 1.193 Orang
- Pegawai negeri : 136 Orang
- TNI/POLRI : 82 Orang
- Dokter : 4 Orang
- Mantri kesehatan : 10 Orang
- Bidan desa : 6 Orang
- Tukang batu : 45 Orang
- Tukang kayu : 72 Orang
- Tukang jahit : 21 Orang
- Tukang ojek : 16 Orang
- Lain-lain : 511 Orang
5. Sejarah Bencana
Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, Desa Pesanggaran mengalami beberapa kejadian
bencana besar, dengan skala kerugian cukup tinggi. Pertama adalah kejadian tsunami pada tahun 1994.
Dari kajian Sunarto dan Marfai (2012) Universitas Gadjah Mada, tsunami tersebut menghantam pesisir
Pantai Lampon dengan ketinggian gelombang diperkirakan setinggi 11 m dengan jarak jangkau ke arah
4
daratan sepanjang 300 m. Pantai Lampon Dusun Ringinsari, Desa Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi,
merupakan salah satu daerah terdampak tsunami pada tahun 1994. Menurut Bapak Agus Mulyono, tokoh
masyarakat setempat, tsunami terjadi pada malam Jum’at Pon kurang lebih pukul 01.00 WIB. Kejadian
tsunami pada waktu itu telah merenggut 42 korban jiwa, 41 orang warga lokal dan 1 orang pemancing
dari daerah lain. Pemerintah setempat telah melakukan relokasi pemukiman dan wargan dari lokasi
terdampak menuju sebelah timur sejauh 1 km dari lokasi kejadian tsunami tersebut, kemudian
pemukiman hasil relokasi ini disebut sebagai Kampung Baru. Saat ini Kampung Baru merupakan
kampung yang terdiri dari 5 deret pemukiman yang berjarak kurang lebih 500 m dari garis pantai.
Kejadian bencana kedua adalah banjir pada tahun 2003, 2004, 2005, 2008, 2010, dan 2011. Dari enam
kejadian tersebut, skala terbesar dialami pada tahun 2005. Banjir ini terjadi disepanjang sungai gangga.
Pada saat itu hujan turun selama 4 hari berturut-turut dan secara bersamaan terjadi gelombang pasang
laut, atau warga lokal menyebut dengan lampek. Di wilayah Pesanggaran, 2 dusun yaitu Dusun Ringin
Agung dan Ringin Mulyo merupakan wilayah terparah, dengan tinggi genangan hampir 1 m. Kejadian ini
tidak memakan korban jiwa, tetapi kerugian harta benda diperkirakan sangat besar.
2. KAJIAN RISIKO BENCANA
Penilaian Risiko Bencana adalah mekanisme terpadu untuk memberikan gambaran menyeluruh
terhadap risiko bencana suatu daerah dengan menganalisis tingkat ancaman, tingkat kerugian dan
kapasitas daerah (Perka BNPB No. 2 Th. 2012). Kajian risiko yang dilakukan di Desa Pesanggaran
melalui beberapa tahapan sebgai berikut.
Gambar 2.1 Tahapan kajian risiko bencana (sumber: BNPB, 2014)
5
Dari tahapan yang digambarkan di atas, maka berikut ini dipaparkan capain pada masing-
masing tahapan hingga sampai pada tahap indeks risiko di Desa Pesanggaran.
A. Penilaian Ancaman/Hazard (H)
Ancaman didefinisikan sebagai suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana.
Identifikasi ancaman dilakukan dengan cara, pertama mengidentifikasi kejadian bencana yang menimpa
Desa Pesanggaran selama kurun 20 tahun terakhir, kedua membuat garis waktu dengan melakukan
identifikasi skala dampak, dampak negatif, dampak positif, dan kegiatan Pengurangan Risiko Bencana
(PRB) yang saat itu dilakukan. Ketiga, dengan menghitung persentase kecenderungan kejadian
menggunakan rumus sebagai berikut.
Berikut hasil identifikasi ancaman.
Tabel 2.1 Kejadian dan Potensi Bencana Desa Pesanggaran
No Jenis Bencana Pernah Potensi
1 Gempabumi v
2 Tsunami V
3 Banjir V
4 Tanah Longsor
5 Letusan Gunungapi
6 Gelombang Ekstrim Dan Abrasi V
7 Cuaca Ekstrim
8 Kekeringan
9 Kebakaran Hutan Dan Lahan
10 Kebakaran Gedung Dan Pemukiman
11 Epidemi Dan Wabah Penyakit
12 Gagal Teknologi
13 Konflik Sosial
(Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Dari tabel tersebut terdapat 4 potensi ancaman, dan dua diantaranya pernah melanda Desa
Pesanggaran yaitu; tsunami, gempabumi, banjir, gelombang ekstrim dan abrasi,. Serta 2 ancaman yang
sifatnya masih mungkin/berpotensi terjadi yaitu kebakaran gedung dan permukiman, dan wabah penyakit.
Dari identifikasi tersebut selanjutnya dilakukan penyekalaan dengan kriteria.
6
Tabel 2.2 Skala Dampak dan Kriterianya
Skala Dampak Kriteria
3 (Tinggi)
Bencana yang menimbulkan dampak pada ke 3 komponen kerentanan secara bersamaan atau bencana yang menimbulkan dampak kerusakan minimal pada 30% luas desa.
2 (Sedang)
Bencana yang menimbulkan dampak pada 2 (dua) dari 3 (tiga) komponen kerentanan secara bersamaan
1 (Rendah)
Bencana yang menimbulkan dampak pada salah 1 (satu) dari 2 (dua) komponen kerentanan (yaitu komponen lingkungan atau komponen fisik-ekonomi)
(Sumber: BNPB, 2014)
Berikut adalah identifikasi skala dampak bencana berdasarkan kejadian dan potensi bencana di
Desa Pesanggaran.
Tabel 2.3 Jenis Bencana dan Skala Dampaknya
No Jenis Bencana Skala Dampak
1 Tsunami 3
2 Banjir 2
3 Gempabumi 1
4 Gelombang Ekstrim Dan Abrasi 1
(Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Keterangan: Skala 3 = Tinggi Skala 2 = Sedang Skala 1 = Rendah
Selanjutnya, dari identifikasi skala dampak, dibuatlah garis waktu bencana untuk 20 tahun
terakhir dengan skala dampak bencana tinggi (3) dan sedang (2) yang pernah terjadi di desa
Pesanggaran serta rekapitulasi dampak negatif, dampak positif dan kegiatan PRB yang dilakukan
sebagai berikut.
Gambar 2.2. Garis Waktu Bencana 20 Tahun Terakhir Berskala Tinggi (3) dan Sedang (2) (Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
1994 2003 2004,2005 2008 2010, 2011
Skala 3 Skala 2
7
Selama 20 tahun terakhir, setidaknya telah terjadi bencana tsunami pada tahun 1994 dengan
tingkat skala tinggi, dan empat kali banjir melanda wilayah Desa Pesanggaran terutama di Dusun Ringin
Agun dan Ringin Mulyo dengan skala dampak sedang. Berikut adalah rekapitulasi dampak negatif,
dampak positif, dan tindakan PRB yang dilakukan saat bencana tersebut melanda.
Tabel 2.4 Rekapitulasi Dampak Negatif, Dampak Positif, dan Tindakan PRB
BENCANA TAHUN SKALA DAMPAK NEGATIF DAMPAK POSITIF TINDAKAN PRB
TSUNAMI 1994 3 90% Rumah warga dan Fasilitas Umum di sebagian dusun Ringinsari
Munculnya kegiatan ekonomi alternatif selain sebagai nelayan
Pendirian Posko Tanggap Darurat
41 Korban Jiwa Relokasi mengobati trauma warga
Relokasi Warga Pasca Tanggap Darurat
Gangguan psikologis masyarakat
Relokasi meningkatkan PHBS warga
99% Alat penangkap ikan rusak / hilang
BANJIR 2003, 2004, 2005, 2008, dan 2010, 2011
2 Kerugian sektor ekonomi akibat gagal panen
Masyarakat lebih tanggap terhadap ancaman banjir
Sosialisasi penyadaran masyarakat untuk pengelolaan lingkungan sungai
Menimbulkan wabah penyakit seperti DBD dan disentri
Melakukan sudetan sejaih 100 m dengan lebar 3 m.
(Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Setelah identifikasi skala dampak selesai, langkah selanjutnya adalah menilai persentase
kecenderungan kejadian dengan rumus yang telah dijelaskan sebelumnya. Sehingga menghasilkan tabel
sebagai berikut.
Tabel 2.5 Kecenderungan Potensi Bencana 20 Tahun Terakhir
Skala Dampak Bencana %Potensi Kejadian Kecenderungan
Kejadian
3 Tsunami 5% Tinggi
2 Banjir 30% Tinggi/Meningkat
1 Gempabumi 0% Rendah
1 Gelombang Ekstrim dan Abrasi 0% Rendah
(Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Keterangan: Menurun : < 15% Tetap : 15% - 30% Meningkat : >30% Catatan: khusus untuk ancaman tsunami harus diberi tingkat kecenderungan tinggi,
memperhatikan fenomena yang terjadi pada skala nasional dalam 20 tahun terakhir.
8
Berdasarkan hasil pemetaan diketahui bahwa bencana tsunami yang berpotensi di Desa
Pesanggaran diperkirakan akan memberi dampak maksimal pada area Desa seluas 892 Ha atau
sebesar 33,17% % dari total luas Desa, dampak tersebut masuk dalam kategori tinggi. Sementara banjir
diperkirakan akan memberi dampak masksimal pada area seluas 34,88 Ha atau 1,3% dari luas Desa,
dampak ini masuk dalam skala rendah. Sementara kejadian gempabumi dan abrasi belum diketahui
area yang terpapar dikarenakan belum pernah terjadi hingga mengancam kehidupan dan penghidupan.
Langkah Berikutnya adalah penentuan indeks bahaya/ancaman (H) dengan melakukan
tabulasi silang (cross tab) antara kecenderungan kejadian dengan area terpapar.
Gambar 2.3 Indeks Bahaya (H) Desa Pesanggaran (Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Dari gambar 2.3 dapat disimpulkan bahwa ancaman tsunami memiliki tingkat bahaya tinggi dan
banjir memiliki tingkat bahaya sedang, dan lainnya pada tingkat bahaya rendah.
B. Identifikasi Tingkat Kerentanan/Vulnerability (V)
Kerentanan/Kerawanan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis,
klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka
waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi
kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. Tahapan dalam menentukan indeks
kerentanan adalah dengan cara; pertama mengidentifikasi kelompok rentan yang ada di Desa
BANJIR
TSUNAMI
GEMPABUMI ABRASI
9
Pesanggaran sebagai acuan untuk persentase kelompok rentan di area terpapar bencana, kedua
menghitung persentase penduduk terpapar dengan rumus:
Ketiga, menghitung persentase kelompok rentan terpapar denga rumus:
Dengan berpedoman pada rentang skala sebagai berikut.
Rendah : < 15% Sedang : 15% - 30% Tinggi : >30%
Keempat, adalah melakukan tabulasi silang (cross tab) antara persentase penduduk terpapar dengan
persentase kelompok rentan terpapar. Berikut ini adalah hasil kajian kerentanan di Desa Pesanggaran.
Tabel 2.6 Kelompok Rentan Desa Pesanggaran
Anak-Anak (0-5 tahun)
Lansia (>65 tahun)
Difabel (cacat)
Ibu Hamil (rataan per tahun)
Jumlah
1037 744 37 117 1.035
(Sumber: Profil Desa dan Data Puskesmas Pesanggaran, 2014)
Setelah data kelompok rentan terkumpul, selanjutnya ialah mengidentifikasi untuk masing-masing
ancaman yang dikaji. Tabel 2.7 menunjukkan hasil rekapitulasi kerentanan untuk ancaman tsunami.
Sedangkan tabel 2.8 menunjukkan hasil rekapitulasi kerentanan untuk ancaman banjir.
10
Tabel 2.7 Rekapitulasi Kerentanan Ancaman Tsunami
BENCANA : Tsunami
% KEJADIAN : 5 %
DAMPAK MAKSIMAL : Skala 3
KAWASAN AREA
TERPAPAR PDDK
TERPAPAR PDDK
RENTAN
FASILTAS TERPAPAR LINGKUNGAN TERPAPAR
JENIS JML JENIS JMLH/LUAS
Ringin Sari 892 Ha 1.303 260
Gedung TK 1 Tambak 8 Ha
Gedung SD 1 Sawah pasang-surut
10 Ha
Masjid 3 Hutan Mangrove
60 Ha
Pura 1 Kuburan 0,5 Ha
Gereja 1 Bantaran Sungai Gangga
2,6 km
Pos Marinir 7 unit Bantaran Sungai Baru
3 km
Balai Pertemuan
1
TPI 1
Gedung TPQ (Madrasah)
2
Gardu Listrik 2
Jembatan 1
Perahu Nelayan 50
Jalan aspal 3km
Tiang listrik 50
Pos kamling 1
Alat pemakaman
2
Lapangan tembak
1
Sumur bor 4
Hellypad 1
Rumah warga 282
Sirine 1
Gudang ikan 2
Gudang lobster 2
Gudang tambak 4
Persentase 33,17 % 10,39 % 25,12 %
TINGKAT Tinggi Rendah Sedang
(Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa wialayah desa yang terpapar tsunami pada skala tinggi
(33,17%), penduduk terpapar 1.303 atau 8,96% (skala rendah) dari total penduduk desa, dan penduduk
rentan terpapar sebesar 260 atau 25,12 % (sedang) dari penduduk rentan desa.
11
Tabel 2.7 Rekapitulasi Kerentanan Ancaman Banjir
BENCANA : Banjir
% KEJADIAN : 20 %
DAMPAK MAKSIMAL : Skala 2
KAWASAN AREA
TERPAPAR PDDK
TERPAPAR PDDK
RENTAN
FASILTAS TERPAPAR
LINGKUNGAN TERPAPAR
JENIS JMLH JENIS JMLH/LUAS
Ringin Agung
1 % 146 61
Masjid 1 Sawah 4 Ha
Musholla 4 Ladang/Tegalan 5 Ha
Gereja 1
Wihara 1
Ringin Mulyo
0,3% 43 18
Masjid 1 Sawah 1 Ha
Musholla 1 Ladang/Tegalan 1 Ha
Gedung SD 1
TOTAL 1,3 % 2,4% 1,2%
TINGKAT Rendah Rendah Rendah
(Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa wialayah desa yang terpapar banjir pada skala rendah
(1,3%), penduduk terpapar 189 atau 2,4% (skala randah) dari total penduduk desa, dan penduduk rentan
terpapar sebesar 79 atau 1,2 % (rendah) dari penduduk rentan desa.
Selanjutnya adalah tabulasi silang antara penduduk terpapar dengan penduduk rentan untuk
mengahsilkan indeks penduduk terpapar.
Gambar 2.4 Indeks Penduduk Terpapar Desa Pesanggaran (Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran,
2014)
Banjir Gempabumi
Abrasi
Tsunami
12
Berdasarkan tabulasi terlihat bahwa penduduk terpapar pada ancaman tsunami dan penduduk
terpapar pada ancaman banjir pada tingkat rendah. Selanjutnya adalah tabulasi silang antara skala
dampak dengan indeks penduduk terpapar untuk mengetahui indeks tingkat kerentanan pada masing-
masing ancaman.
Gambar 2.5 Indeks Kerentanan (V) Desa Pesanggaran (Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran,
2014)
Matriks tersebut memperlihatkan bahwa wilayah Desa Pesanggaran yang terancam tsunami
memiliki tingkat kerentanan yang sedang, sementara banjir, gempabumi dan abrasi pada tingkat
kerentanan rendah.
C. Identifikasi Tingkat Kapasitas/Capacity (C)
Kapasitas/Kemampuan adalah sumberdaya, pengetahuan, ketrampilan, dan kekuatan yang
dimiliki sesorang atau sekelompok orang yang memungkinkan mereka untuk mempertahankan dan
mempersiapkan diri, mencegah, dan menanggulangi dampak buruk, atau dengan cepat memulihkan diri
dari bencana. Tahapan untuk menentukan indeks tingkat kapasitas dilakukan dengan cara; pertama,
menentukan indeks ketangguhan desa berdasarkan pada indikator desa tangguh menurut perka BNPB
No. 1 tahun 2012. Kedua, menentukan indeks kesiapsiagaan desa melalui beberapa indikator
kesiapsiagaan, dalam hal ini digunakan indikator kesiapsiagaan yang dikembangkan oleh LIPI pada
tahun 2010. Ketiga, melakukan tabulasi silang antara indeks ketangguhan desa dengan indeks
kesiapsiagaan untuk menentukan indeks kapasitas (C).
Gempabumi Abrasi
Banjir
Tsunami
13
Perhitungan persentase ketangguhan dan keseiapsiagaan menggunakan rumus (Ʃ Jawaban Ya
: Ʃ indikator) x 45%. Dan mengacu pada tingkat skala:
Rendah : < 15% Sedang : 15% - 30% Tinggi : >30%
Berikut ini adalah tabel rekapitulasi dan penghitungan indeks ketangguhan desa berdasar pada
Perka BNPB No. 1 tahun 2012 dan indeks kesiapsiagaan desa menurut indikator LIPI.
Tabel 2.7 Rekapitulasi Indikator Capaian dan Perhitungan Indeks Ketangguhan Desa Pesanggaran
(Perka BNPB Nomor 1 Tahun 2012)
Kategori No. Indikator Capaian
Legislasi 1 Kebijakan/ Perdes tentang Penanggulangan Bencana/ Pengurangan Risiko Bencana
0
Perencanaan 2 Rencana Penanggulangan Bencana (RPB), Rencana Aksi Komunitas (RAK), dan/atau Rencana Kontinjensi (Renkon)
0
Kelembagaan 3 Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) 0
4 Relawan Penanggulangan Bencana 1
5 Kerjasama dengan pihak lain (di luar desa dan wilayah sekitarnya) 0
Pendanaan 6 Dana Tanggap Darurat 2
7 Dana untuk Pengurangan Risiko Bencana (PRB) 0
Pengembangan Kapasitas
8 Pelatihan untuk pemerintah desa 1
9 Pelatihan untuk tim relawan 0
10 Pelatihan untuk warga desa 1
11 Pelibatan/ partisipasi warga dalam tim relawan desa 1
12 Pelibatan perempuan dalam tim relawan 0
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
13 Peta dan kajian risiko 0
14 Peta dan jalur evakuasi serta tempat pengungsian 0
15 Sistem Peringatan Dini 1
16 Pelaksanaan mitigasi struktural (pembangunan fisik)untuk mengurangi risiko bencana
1
17 Pola ketahanan ekonomi untuk mengurangi kerentanan masyarakat 1
18 Perlindungan kesehatan kepada kelompok rentan (ibu hamil, ibu menyusui, lansia, anak-anak, penyandang cacat)
0
19 Pengelolaan sumberdaya alam untuk pengurangan risiko 0
20 Perlindungan aset produktif untuk masyarakat 0
Total nilai 9
Kategori Desa Tangguh: Desa Tangguh Utama =51-60 Desa Tangguh Madya = 36-50 Desa Tangguh Pratama = 20-35 Desa Belum Tangguh = <20
(Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Tabel 2.8 Rekapitulasi Indikator Capaian dan Perhitungan Indeks Kesiapsiagaan Desa
14
No. Indikator Kesiapsiagaan Tsunami Banjir
Ya Tidak Ya Tidak
A. PENGETAHUAN Pemerintah Desa telah memberikan sosialisasi atau pelatihan kepada warga tentang:
1. Sejarah dan dampak bencana V V
2. Tipe, sumber dan skala bencana V V
3. Tingkat kerentanan masyarakat terhadap bencana
V V
B. KEBIJAKAN DAN PANDUAN Pemerintah Desa telah membuat dan menetapkan:
4. Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) V V
5. Rencana Aksi Desa V V
6. Rencana Tanggap Darurat V V
7. Alokasi dana kesiapsiagaan V V
C. RENCANA TANGGAP DARURAT Pemerintah Desa telah memiliki:
8. Organisasi Tanggap Darurat V V
9. Prosedur tetap operasi tanggap darurat V V
10. Peta bahaya V V
11. Peta evakuasi dan rambu-rambu evakuasi V V
12. Logistik dan perlatan tanggap darurat V V
13. Tempat Evakuasi Sementara (TES) dan Tempat Evakuasi Akhir (TEA)
V V
14. Gladi atau latihan secara reguler V V
D. SISTEM PERINGATAN BENCANA
15. Adanya pengakuan terhadap sistem peringatan bencana lokal dan tradisional
V V
16. Memiliki teknologi sistem peringatan bencana V V
17. Memiliki prosedur tetap pelaksanaan peringatan bencana
V V
18. Melakukan uji coba peralatan peringatan secara berkala
V V
E. MOBILISASI SUMBERDAYA
19. Adanya kesepakatan antar instansi tingkat desa untuk memobilisasi sumberdaya
V V
20. Adanya komando dan prosedur tetap sistem komando tanggap darurat
V V
21. Adanya relawan terlatih V V
22. Tersedia dana siap pakai tingkat desa untuk tanggap darurat
V V
Indeks kesiapsiagaan 6/22 x 45% =12,27 %
7/22 x 45% =14,3%
Tingkat kesiapsiagaan Rendah Rendah
(Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa indeks ketangguhan desa Pesanggaran
belum mencapai tingkat pratama, artinya Desa Pesanggaran belum mencapai derajat desa tangguh
bencana. Sementara itu indeks kesiapsiagaan untuk ancaman tsunami maupun ancaman banjir pada
tingkat rendah. Sedang untuk ancaman gempabumi dan abrasi juga rendah karena belum ada tindakan
sama sekali. Selanjutnya dari indeks ketangguhan dan kesiapsiagaan dilakukan tabulasi silang untuk
mengetahui indeks tingkat kapasitas.
15
Gambar 2.6 Indeks Tingkat Kapasitas (C) Desa Pesanggaran (Sumber: Analisis Forum PRB
Pesanggaran, 2014)
Hasil tabulasi silang tersebut menunjukkan bahwa tingkat kapsitas kedua masyarakat untuk
menghadapi ancaman tsunami maupun ancaman banjir masih pada skala rendah.
D. Penilian Risiko/Risk (R)
Risiko bencana didefinisikan sebagai potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada
suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya
rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. Seluruh
tahapan penentuan indeks yang telah dilakukan di atas, pada dasarnya bermuara pada penentuan indeks
risiko. Akan tetapi sebelum mengarah langsung pada penentuan indeks risiko, perlu penentuan terlebih
dahulu indeks eksposure, yang merupakan hasil tabulasi silang antara tingkat kerentanan dan tingkat
kapsitas untuk masing-masing ancaman bencana. Berikut ini adalah gambar indeks eksposure.
Banjir Tsunami
Gempabumi Abrasi
16
Gambar 2.7 Indeks Tingkat Eksposure Desa Pesanggaran (Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran,
2014)
Berdasarkan matrisk tersebut memperlihatkan bahwa tingkat eksposuer untuk kedua ancaman
pada posisi yang berbeda, yaitu eksposure tinggi untuk ancaman tsunami, dan eksposure sedang untuk
ancaman banjir, gempabumi, dan abrasi. Dari matrisk tersebut selanjutnya ditentukan indeks risiko
melalui tabulasi silang antara tingkat ancaman/bahaya dengan tingkat eksposur seperti dalam matriks di
bawah ini.
Tsunami
Banjir Gempabumi
Abrasi
17
Gambar 2.8 Indeks Tingkat Risiko (R) Desa Pesanggaran (Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran,
2014)
Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa untuk risiko ancaman tsunami berada pada tingkat
tinggi, sedangkan untuk risiko ancaman banjir berskala sedang, gempabumi dan abrasi pada skala
rendah.
Gempabumi Abrasi
Banjir
Tsunami
18
Ket. (TSUNAMI) MERAH = ANCAMAN TINGGI KUNING= ANCAMAN SEDANG PUTIH = ANCAMAN RINGAN PERKIRAAN TINGGI GELOMBANG = 11 mdpl INUNDASI WILAYAH DARATAN MERAH = 525 m
Ket. (TSUNAMI) MERAH = ANCAMAN TINGGI KUNING= ANCAMAN SEDANG PUTIH = ANCAMAN RINGAN PERKIRAAN TINGGI GELOMBANG = 11 mdpl INUNDASI WILAYAH DARATAN MERAH = 525 m
Ket. (TSUNAMI) MERAH = ANCAMAN TINGGI KUNING= ANCAMAN SEDANG PUTIH = ANCAMAN RINGAN PERKIRAAN TINGGI GELOMBANG = 11 mdpl INUNDASI WILAYAH DARATAN MERAH = 525 m
Ket. (TSUNAMI) MERAH = ANCAMAN TINGGI KUNING= ANCAMAN SEDANG PUTIH = ANCAMAN RINGAN PERKIRAAN TINGGI GELOMBANG = 11 mdpl INUNDASI WILAYAH DARATAN MERAH = 525 m
PETA RISIKO TSUNAMI DESA PESANGGARAN
19
Ket. (TSUNAMI) MERAH = ANCAMAN TINGGI KUNING= ANCAMAN SEDANG PUTIH = ANCAMAN RINGAN PERKIRAAN TINGGI GELOMBANG = 11 mdpl
Ket. (TSUNAMI) MERAH = ANCAMAN TINGGI KUNING= ANCAMAN SEDANG PUTIH = ANCAMAN RINGAN PERKIRAAN TINGGI GELOMBANG = 11 mdpl
Ket. (TSUNAMI) MERAH = ANCAMAN TINGGI KUNING= ANCAMAN SEDANG PUTIH = ANCAMAN RINGAN PERKIRAAN TINGGI GELOMBANG = 11 mdpl
Ket. (TSUNAMI) MERAH = ANCAMAN TINGGI KUNING= ANCAMAN SEDANG PUTIH = ANCAMAN RINGAN PERKIRAAN TINGGI GELOMBANG = 11 mdpl
KEPUTUSAN KEPALA DESA PESANGGARAN
NOMOR: 188/18/kep/429.515.01/2014
TENTANG
RENCANA PENAGGULANGAN BENCANA DESA PESANGGARAN
UNTUK PENGURANGAN RISIKO BENCANA TAHUN 2014-2019
Menimbang :
1. Bahwa ancaman bencana yang mengancam kehidupan dan penghidupan
masyarakat desa Pesanggaran harus diantisipasi dengan rencana yang matang
untuk pra bencana, tanggap darurat, dan pasca bencana.
2. Bahwa inisiasi Pengurangan Risiko Bencana di tingkat desa harus disusun dengan
dan untuk mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana
berbasis komunitas;
3. Bahwa aspirasi masyarakat desa Pesanggaran untuk menyelenggarakan program
aksi bersama untuk Penanggulangan Bencana berbasis komunitas telah sedemikian
besar, yang mendorong lahirnya inisiasi rencana penanggulangan bencana tahun
2014 - 2019.
Mengingat :
1. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana;
4. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008
Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana
5. Peraturan Kepala Badan Nasional Penaggulangan Bencana Nomor 01 Tahun 2012
tentang Pedoman Desa Tangguh
6. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 10 Tahun 2012 Tentang
Penanggulangan Bencana;
PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI KECAMATAN PESANGGARAN
KANTOR KEPALA DESA PESANGGARAN Jl. Soeprapto No. 74, Banyuwangi Kode Pos. 68488
KEPALA DESA PESANGGARAN
Memutuskan :
Menetapkan: PERATURAN KEPALA DESA PESANGGARAN
TENTANG RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DESA PESANGGARAN
UNTUK PENGURANGAN RISIKO BENCANA TAHUN 2014 – 2019
Pasal 1
Mengesahkan Rencana Penanggulangan Bencana Desa Pesanggaran
Untuk Pengurangan Risiko Bencana Tahun 2014-2019 atau untuk selanjutnya disebut
dengan RPB Desa 2014-2019
Pasal 2
Dokumen Rencana Penanggulangan Bencana Desa Pesanggaran
untuk Pengurangan Risiko Bencana Tahun 2014-2019 sebagaimana terlampir, merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala Desa ini
Pasal 3
Masyarakat dan swasta wajib untuk turut serta berpartisipasi dalam mensukseskan seluruh
kegiatan dalam Rencana Penanggulangan Bencana ini.
Pasal 4
Peraturan Kepala Desa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Desa Pesanggaran Pada tanggal 3 Desember 2014 Kepala Desa Pesanggaran
SULIONO
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu kabupaten di pesisir selatan Propinsi Jawa Timur
yang memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap bencana. Kabupaten Banyuwangi memiliki skor
kerawanan 67, masuk pada kelas kerawanan tinggi dan menduduki kerawanan peringkat 163 level
nasional. Ancaman bencana yang paling tinggi di kabupaten Banyuwangi adalah ancaman gempabumi
berpotensi tsunami. Perolehan skor 38 menempatkan Banyuwangi sebagai daerah rawan gempabumi
berpotensi tsunami rangking 9 nasional. Hal ini bukanlah hal yang aneh lagi mengingat pada tahun 1994
tsunami pernah menerjang pesisir selatan Kabupaten Banyuwangi. Tidak hanya ancaman gempabumi
berpotensi tsunami, Banyuwangi juga memiliki ancaman gempabumi, erupsi gunung api, kekeringan,
angin topan, banjir dan tanahlongsor (Data Informasi Bencana Indonesia, 2011).
Kompleksitas ancaman bencana yang berada di Kabupaten Banyuwangi memerlukan
perencanaan penanggulangan yang matang, agar penanggulangan bencana berjalan secara terarah,
terpadu dan berkesinambungan. Pengalaman penanggulangan bencana selama ini belum didasarkan
pada langkah-langkah sistematis dan terencana. Belum tersusunnya Rencana Penanggulangan tingkat
kabupaten menjadikan upaya penanggulangan bencana tumpang tindih, bahkan penanggulangan
bencana di level terendah (desa) belum menjadi prioritas program pengurangan risiko bencana daerah.
Hal ini bertentangan dengan pasal 35 dan 36 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 yang
mengamanatkan agar setiap daerah dalam upaya penanggulangan bencana mempunyai perencanaan
penanggulangan bencana.
Desa Pesanggaran Kecamatan Pesanggaran merupakan salah satu wilayah desa di pesisir
selatan Kabupaten Banyuwangi yang perlu diprioritaskan dalam rencana penangulangan bencana daerah.
Sejarah kejadian bencana menyebutkan bahwa daerah ini merupakan salah satu desa terdampak tsunami
tahun 1994. Sebanyak 43 jiwa meninggal dan ratusan rumah rusak parah, serta dampak kerugian fisik
maupun non material lainnya yang cukup besar. Ancaman gempabumi berpotensi tsunami yang tinggi,
jumlah penduduk terpapar saat ini yang mencapai kurang lebih seribu jiwa, dan dengan kapasitas
masyarakat yang rendah menempatkan Desa Pesanggaran sebagai desa yang berisiko tinggi terhadap
ancaman bencana. Untuk itu perlu dilakukan penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana dan
Rencana Aksi Komunitas sebagai upaya pengurangan risiko bencana di Desa Pesanggaran Kecamatan
Pesanggaran.
2
B. Gambaran Umum Desa
Desa Pesanggaran merupakan desa di wilayah selatan Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur
dengan topografi berlembah sebagai bentukan Pegunungan Tumpang Pitu di sebelah barat daya.
Sementara di wilayah selatan merupakan wilayah yang langsung berbatasan dengan Samudera Hindia.
Desa Pesanggaran merupakan bagian dari Daerah aliran Sungai (DAS) Sungai Baru disebelah timur dan
DAS Sungai Gangga di sebelah barat. Melihat kondisi geografis tersebut, maka potensi ekonomi yang
berkembang di Desa Pesanggaran ialah pertanian dan perikanan. Selain potensi alam, di Desa
Pesanggaran menyimpan potensi wisata yang cukup besar, kawasan Pantai Lampon dengan pasir putih
kecoklatannya menyimpan sisi estetis bagi para pelancong, terlebih lagi keragaman budaya masyarakat
khas pesisir pantai masih dipertahankan hingga saat ini. Perayaan 1 Muharram (suroan) yang merupakan
pengejawantahan rasa syukur kepada Tuhan YME selalu diselenggaran tiap tahunnya di pesisir Lampon.
Melimpahnya potensi alam selalu diimbangi dengan potensi ancaman bencana, begitu juga yang
terjadi di Desa Pesanggaran. Tsunami yang terjadi tahun 1994 dan banjir pada tahun 2003, 2004, 2005,
2008, 2010, dan 2011 merupakan bukti bahwa ancaman itu dapat terjadi setiap saat. Selain itu,
gelombang ekstrim dan abrasi mengancam masyarakat pesisir tiap tahunnya. Secara nyata banjir empat
kali dalam 10 tahun terakhir telah menghancurkan pertanian masyarakat bantaran sungai Gangga
(terutama petak 56), dan tsunami 1994 juga secara nyata telah melumpuhkan wisata Lampon hingga saat
ini. Dapat dibayangkan betapa besar potensi ekonomi masyarakat hilang dalam rentang 20 tahun terakhir
dan tentu saja masih mungkin berlanjut pada tahun-tahun berikutnya. Sehingga sangat penting untuk
dilakukan pengkajian risiko bencana sebagai langkah dasar untuk dapat melakukan kegiatan
Pengurangan Risiko Bencana (PRB) berikutnya. Berikut adalah rincian gambaran wilayah Desa
Pesanggaran.
1. Administrasi Wilayah
Desa Pesanggaran memiliki luas + 26,827 km2 / 2.682,7 Ha dengan batas geografis 114º 4’ -
114º7’ BT dan 8º 33’ - 8º 37’ LS, batas administrasi sebelah utara adalah Desa Sumbermulo, sebelah
timur adalah Desa Siliragung, sebelah barat adalah Desa Sumberagung, dan sebelah selatan adalah
Samudra Hindia. Jarak tempuh Desa Pesanggaran dari Kecamatan adalah 5 Km dengan waktu tempuh
20 menit, dari Kabupaten adalah 65 Km dengan waktu tempuh 2 jam , dari Ibu kota Propinsi adalah 380
Km, dari Ibu kota Negara adalah 1.100 Km. Desa Pesanggaran memiliki 4 Dusun yang terdiri dari:
- Dusun Krajan : 21 RT 6 RW
- Dusun Ringinsari : 38 RT 10 RW
- Dusun Ringinagung : 35 RT 8 RW
- Dusun Ringinmulyo : 19 RT 5 RW
3
2. Kondisi Geografis Wilayah
Ketinggain rata-rata wilayah Desa Pesanggaran berada pada kisaran 25 meter dpl, dengan
topografi dataran tanpa perbukitan. Desa Pesanggaran memiliki tanah yang cukup subur dengan tekstur
halus berpasir berwarna hitam dan kemerahan. Sementara itu BMKG mencatat curah hujan rata-rata di
Desa Pesanggaran ialah 1.900-2.700 mm, dengan suhu rata-rata 31 0C.
3. Penggunaan Lahan (Landuse) dan Komoditi
Penggunaan lahan (landuse) di Desa Pesanggaran meliputi:
- Sawah irigasi ½ tehnis : 408 Ha
- Sawah tadah hujan : 308 Ha
- Ladang/tegal : 556 Ha
- Permukiman : 246 Ha
- Tanah Lapang : 4 Ha
- Perkantoran : 0,5 Ha
- Tanah kas desa : 25 Ha
- Hutan produksi : 857 Ha
- Lainnya : 278,2 Ha
Total : 2.682,7 Ha
Sementara itu komoditi pertanian di Desa Pesanggaran yang menjadi andalan masyarakat ialah padi,
jagung dan tanaman palawija. Sedangkan aneka buah-buahan yang dibudidayakan ialah jeruk, pisang,
melon, semangka, dan buah naga. Adapaun komoditi untuk sektr peternakan banyak dijumpai peternakan
ayam, kambing, dan sapi.
4. Kependudukan
Berikut ini adalah profil kependudukan Desa Pesanggaran:
Penduduk Total : 12.537 Jiwa
- Laki-laki : 6.163 Jiwa
- Perempuan : 6.374 Jiwa
Jumlah Kepala Keluarga (KK) : 4.196 KK
Penduduk menurut usia
0-7 tahun : 4.838 Jiwa
4
7-18 tahun : 2.185 Jiwa
18-56 tahun : 4.370 Jiwa
>56 tahun : 744 Jiwa
Keadaan sosial menurut agama:
- Islam : 8.552 Jiwa
- Hindhu : 2.435 Jiwa
- Kristen : 1.388 Jiwa
- Budha : 144 Jiwa
- Katholik : 18 Jiwa
Keadaan penduduk menurut pendidikan
- Belum sekolah : 331 Jiwa
- Tidak tamat sekolah : 214 Jiwa
- Tamat SD/MI : 2.968 Jiwa
- Tamat SLTP : 873 Jiwa
- Tamat SLTA : 2.420 Jiwa
- Tamat Perguruan Tinggi : 256 Jiwa
- Tidak sekolah : 320 Jiwa
Penduduk menurut mata pencaharian
- Petani : 3.379 Orang
- Buruh : 1.193 Orang
- Pegawai negeri : 136 Orang
- TNI/POLRI : 82 Orang
- Dokter : 4 Orang
- Mantri kesehatan : 10 Orang
- Bidan desa : 6 Orang
- Tukang batu : 45 Orang
- Tukang kayu : 72 Orang
- Tukang jahit : 21 Orang
- Tukang ojek : 16 Orang
- Lain-lain : 511 Orang
5
5. Sejarah Bencana
Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, Desa Pesanggaran mengalami beberapa kejadian
bencana besar, dengan skala kerugian cukup tinggi. Pertama adalah kejadian tsunami pada tahun 1994.
Dari kajian Sunarto dan Marfai (2012) Universitas Gadjah Mada, tsunami tersebut menghantam pesisir
Pantai Lampon dengan ketinggian gelombang diperkirakan setinggi 11 m dengan jarak jangkau ke arah
daratan sepanjang 300 m. Pantai Lampon Dusun Ringinsari, Desa Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi,
merupakan salah satu daerah terdampak tsunami pada tahun 1994. Menurut Bapak Agus Mulyono, tokoh
masyarakat setempat, tsunami terjadi pada malam Jum’at Pon kurang lebih pukul 01.00 WIB. Kejadian
tsunami pada waktu itu telah merenggut 42 korban jiwa, 41 orang warga lokal dan 1 orang pemancing dari
daerah lain. Pemerintah setempat telah melakukan relokasi pemukiman dan wargan dari lokasi terdampak
menuju sebelah timur sejauh 1 km dari lokasi kejadian tsunami tersebut, kemudian pemukiman hasil
relokasi ini disebut sebagai Kampung Baru. Saat ini Kampung Baru merupakan kampung yang terdiri dari
5 deret pemukiman yang berjarak kurang lebih 500 m dari garis pantai. Kejadian bencana kedua adalah
banjir pada tahun 2003, 2004, 2005, 2008, 2010, dan 2011. Dari enam kejadian tersebut, skala terbesar
dialami pada tahun 2005. Banjir ini terjadi disepanjang sungai gangga. Pada saat itu hujan turun selama 4
hari berturut-turut dan secara bersamaan terjadi gelombang pasang laut, atau warga lokal menyebut
dengan lampek. Di wilayah Pesanggaran, 2 dusun yaitu Dusun Ringin Agung dan Ringin Mulyo
merupakan wilayah terparah, dengan tinggi genangan hampir 1 m. Kejadian ini tidak memakan korban
jiwa, tetapi kerugian harta benda diperkirakan sangat besar.
C. Tujuan
Penyusunan dokumen Rencana Penanggulangan Bencana Desa Pesangggaran ini antara lain
sebagai bagian dari perencanaan pembangunan desa secara terpadu dan terkoordinasi dengan
melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang ada, sehingga dapat menurunkan resiko bencana di
Desa Pesanggaran secara signifikan. Dokumen yang berisi pengenalan dan pengkajian ancaman
bencana, pemahaman tentang kerentanan masyarakat, analisis dampak bencana, identifikasi pilihan
tindakan pengurangan risiko bencana, penentuan mekanisme kesiapsiagaan dan pengggulangan dampak
bencana dan penentuan alokasi tugas kewenangan dan sumberdaya yang tersedia ini mengarah pada
program prioritas penanggulangan bencana yang harus segera ditangani oleh seluruh pemangku
kepentingan di Desa Pesanggaran Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi.
D. Landasan Hukum
Dalam penyusunan RPB Desa Pesanggaran, landasan hukum yang digunakan adalah :
1. Landasan Idiil
6
Dasar Negara RI, yaitu pancasila
2. Landasan konstitusional
Undang-undang dasar Negara RI, yaitu Undang-undang dasar 1945. 3. Landasan operasional
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia;
c. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
d. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah junctis Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang dan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008
Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah;
e. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa;
g. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana;
h. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008 Tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana
i. Peraturan Kepala Badan Nasional Penaggulangan Bencana Nomor 01 Tahun 2012 tentang
Pedoman Desa Tangguh;
E. Pengertian
Beberapa istilah yang dipakai dalam Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Desa
Pesanggaran adalah sebagai berikut:
1. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan
dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
2. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan
kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap
darurat, dan rehabilitasi.
3. Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau
menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan
pihak yang terancam bencana.
7
4. Kesiapsiagaan adalah serangkaian yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
5. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada
masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang
berwenang.
6. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan
fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana
7. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan
kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,
mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.
8. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat
kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan,
pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
9. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik ataumasyarakat
sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi
atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah
pascabencana.
10. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada
wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama
tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan
ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat
pada wilayah pascabencana.
8
BAB II
PENILAIAN RISIKO BENCANA
Penilaian Risiko Bencana adalah mekanisme terpadu untuk memberikan gambaran menyeluruh
terhadap risiko bencana suatu daerah dengan menganalisis tingkat ancaman, tingkat kerugian dan
kapasitas daerah (Perka BNPB No. 2 Th. 2012). Kajian risiko yang dilakukan di Desa Pesanggaran
melalui beberapa tahapan sebgai berikut.
Gambar 2.1 Tahapan kajian risiko bencana (sumber: BNPB, 2014)
Dari tahapan yang digambarkan di atas, maka berikut ini dipaparkan capain pada masing-masing
tahapan hingga sampai pada tahap indeks risiko di Desa Pesanggaran.
A. Penilaian Ancaman/Hazard (H)
Ancaman didefinisikan sebagai suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana.
Identifikasi ancaman dilakukan dengan cara, pertama mengidentifikasi kejadian bencana yang menimpa
Desa Pesanggaran selama kurun 20 tahun terakhir, kedua membuat garis waktu dengan melakukan
identifikasi skala dampak, dampak negatif, dampak positif, dan kegiatan Pengurangan Risiko Bencana
9
(PRB) yang saat itu dilakukan. Ketiga, dengan menghitung persentase kecenderungan kejadian
menggunakan rumus sebagai berikut.
Berikut hasil identifikasi ancaman.
Tabel 2.1 Kejadian dan Potensi Bencana Desa Pesanggaran
No Jenis Bencana Pernah Potensi
1 Gempabumi v
2 Tsunami V
3 Banjir V
4 Tanah Longsor
5 Letusan Gunungapi
6 Gelombang Ekstrim Dan Abrasi V
7 Cuaca Ekstrim
8 Kekeringan
9 Kebakaran Hutan Dan Lahan
10 Kebakaran Gedung Dan Pemukiman
11 Epidemi Dan Wabah Penyakit
12 Gagal Teknologi
13 Konflik Sosial
(Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Dari tabel tersebut terdapat 4 potensi ancaman, dan dua diantaranya pernah melanda Desa
Pesanggaran yaitu; tsunami, gempabumi, banjir, gelombang ekstrim dan abrasi,. Serta 2 ancaman yang
sifatnya masih mungkin/berpotensi terjadi yaitu kebakaran gedung dan permukiman, dan wabah penyakit.
Dari identifikasi tersebut selanjutnya dilakukan penyekalaan dengan kriteria.
Tabel 2.2 Skala Dampak dan Kriterianya
Skala Dampak Kriteria
3 (Tinggi)
Bencana yang menimbulkan dampak pada ke 3 komponen kerentanan secara bersamaan atau bencana yang menimbulkan dampak kerusakan minimal pada 30% luas desa.
2 (Sedang)
Bencana yang menimbulkan dampak pada 2 (dua) dari 3 (tiga) komponen kerentanan secara bersamaan
1 (Rendah)
Bencana yang menimbulkan dampak pada salah 1 (satu) dari 2 (dua) komponen kerentanan (yaitu komponen lingkungan atau komponen fisik-ekonomi)
(Sumber: BNPB, 2014)
Berikut adalah identifikasi skala dampak bencana berdasarkan kejadian dan potensi bencana di
Desa Pesanggaran.
10
Tabel 2.3 Jenis Bencana dan Skala Dampaknya
No Jenis Bencana Skala Dampak
1 Tsunami 3
2 Banjir 2
3 Gempabumi 1
4 Gelombang Ekstrim Dan Abrasi 1
(Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Keterangan: Skala 3 = Tinggi Skala 2 = Sedang Skala 1 = Rendah
Selanjutnya, dari identifikasi skala dampak, dibuatlah garis waktu bencana untuk 20 tahun
terakhir dengan skala dampak bencana tinggi (3) dan sedang (2) yang pernah terjadi di desa
Pesanggaran serta rekapitulasi dampak negatif, dampak positif dan kegiatan PRB yang dilakukan sebagai
berikut.
Gambar 2.2. Garis Waktu Bencana 20 Tahun Terakhir Berskala Tinggi (3) dan Sedang (2) (Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Selama 20 tahun terakhir, setidaknya telah terjadi bencana tsunami pada tahun 1994 dengan
tingkat skala tinggi, dan empat kali banjir melanda wilayah Desa Pesanggaran terutama di Dusun Ringin
Agun dan Ringin Mulyo dengan skala dampak sedang. Berikut adalah rekapitulasi dampak negatif,
dampak positif, dan tindakan PRB yang dilakukan saat bencana tersebut melanda.
1994 2003 2004,2005 2008 2010, 2011
Skala 3 Skala 2
11
Tabel 2.4 Rekapitulasi Dampak Negatif, Dampak Positif, dan Tindakan PRB
BENCANA TAHUN SKALA DAMPAK NEGATIF DAMPAK POSITIF TINDAKAN PRB
TSUNAMI 1994 3 90% Rumah warga dan Fasilitas Umum di sebagian dusun Ringinsari
Munculnya kegiatan ekonomi alternatif selain sebagai nelayan
Pendirian Posko Tanggap Darurat
41 Korban Jiwa Relokasi mengobati trauma warga
Relokasi Warga Pasca Tanggap Darurat
Gangguan psikologis masyarakat
Relokasi meningkatkan PHBS warga
99% Alat penangkap ikan rusak / hilang
BANJIR 2003, 2004, 2005, 2008, dan 2010, 2011
2 Kerugian sektor ekonomi akibat gagal panen
Masyarakat lebih tanggap terhadap ancaman banjir
Sosialisasi penyadaran masyarakat untuk pengelolaan lingkungan sungai
Menimbulkan wabah penyakit seperti DBD dan disentri
Melakukan sudetan sejaih 100 m dengan lebar 3 m.
(Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Setelah identifikasi skala dampak selesai, langkah selanjutnya adalah menilai persentase
kecenderungan kejadian dengan rumus yang telah dijelaskan sebelumnya. Sehingga menghasilkan tabel
sebagai berikut.
Tabel 2.5 Kecenderungan Potensi Bencana 20 Tahun Terakhir
Skala Dampak Bencana %Potensi Kejadian Kecenderungan
Kejadian
3 Tsunami 5% Tinggi
2 Banjir 30% Tinggi/Meningkat
1 Gempabumi 0% Rendah
1 Gelombang Ekstrim dan Abrasi 0% Rendah
(Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Keterangan: Menurun : < 15% Tetap : 15% - 30% Meningkat : >30% Catatan: khusus untuk ancaman tsunami harus diberi tingkat kecenderungan tinggi,
memperhatikan fenomena yang terjadi pada skala nasional dalam 20 tahun terakhir.
Berdasarkan hasil pemetaan diketahui bahwa bencana tsunami yang berpotensi di Desa
Pesanggaran diperkirakan akan memberi dampak maksimal pada area Desa seluas 892 Ha atau
12
sebesar 33,17% % dari total luas Desa, dampak tersebut masuk dalam kategori tinggi. Sementara banjir
diperkirakan akan memberi dampak masksimal pada area seluas 34,88 Ha atau 1,3% dari luas Desa,
dampak ini masuk dalam skala rendah. Sementara kejadian gempabumi dan abrasi belum diketahui area
yang terpapar dikarenakan belum pernah terjadi hingga mengancam kehidupan dan penghidupan.
Langkah Berikutnya adalah penentuan indeks bahaya/ancaman (H) dengan melakukan tabulasi
silang (cross tab) antara kecenderungan kejadian dengan area terpapar.
Gambar 2.3 Indeks Bahaya (H) Desa Pesanggaran (Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Dari gambar 2.3 dapat disimpulkan bahwa ancaman tsunami memiliki tingkat bahaya tinggi dan
banjir memiliki tingkat bahaya sedang, dan lainnya pada tingkat bahaya rendah.
B. Identifikasi Tingkat Kerentanan/Vulnerability (V)
Kerentanan/Kerawanan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis,
klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka
waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi
kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. Tahapan dalam menentukan indeks
kerentanan adalah dengan cara; pertama mengidentifikasi kelompok rentan yang ada di Desa
Pesanggaran sebagai acuan untuk persentase kelompok rentan di area terpapar bencana, kedua
menghitung persentase penduduk terpapar dengan rumus:
BANJIR
TSUNAMI
GEMPABUMI ABRASI
13
Ketiga, menghitung persentase kelompok rentan terpapar denga rumus:
Dengan berpedoman pada rentang skala sebagai berikut.
Rendah : < 15% Sedang : 15% - 30% Tinggi : >30%
Keempat, adalah melakukan tabulasi silang (cross tab) antara persentase penduduk terpapar dengan
persentase kelompok rentan terpapar. Berikut ini adalah hasil kajian kerentanan di Desa Pesanggaran.
Tabel 2.6 Kelompok Rentan Desa Pesanggaran
Anak-Anak (0-5 tahun)
Lansia (>65 tahun)
Difabel (cacat)
Ibu Hamil (rataan per tahun)
Jumlah
1037 744 37 117 1.035
(Sumber: Profil Desa dan Data Puskesmas Pesanggaran, 2014)
Setelah data kelompok rentan terkumpul, selanjutnya ialah mengidentifikasi untuk masing-masing
ancaman yang dikaji. Tabel 2.7 menunjukkan hasil rekapitulasi kerentanan untuk ancaman tsunami.
Sedangkan tabel 2.8 menunjukkan hasil rekapitulasi kerentanan untuk ancaman banjir.
14
Tabel 2.7 Rekapitulasi Kerentanan Ancaman Tsunami
BENCANA : Tsunami
% KEJADIAN : 5 %
DAMPAK MAKSIMAL : Skala 3
KAWASAN AREA
TERPAPAR PDDK
TERPAPAR PDDK
RENTAN
FASILTAS TERPAPAR LINGKUNGAN TERPAPAR
JENIS JML JENIS JMLH/LUAS
Ringin Sari 892 Ha 1.303 260
Gedung TK 1 Tambak 8 Ha
Gedung SD 1 Sawah pasang-surut
10 Ha
Masjid 3 Hutan Mangrove
60 Ha
Pura 1 Kuburan 0,5 Ha
Gereja 1 Bantaran Sungai Gangga
2,6 km
Pos Marinir 7 unit Bantaran Sungai Baru
3 km
Balai Pertemuan
1
TPI 1
Gedung TPQ (Madrasah)
2
Gardu Listrik 2
Jembatan 1
Perahu Nelayan 50
Jalan aspal 3km
Tiang listrik 50
Pos kamling 1
Alat pemakaman
2
Lapangan tembak
1
Sumur bor 4
Hellypad 1
Rumah warga 282
Sirine 1
Gudang ikan 2
Gudang lobster 2
Gudang tambak 4
Persentase 33,17 % 10,39 % 25,12 %
TINGKAT Tinggi Rendah Sedang
(Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa wialayah desa yang terpapar tsunami pada skala tinggi
(33,17%), penduduk terpapar 1.303 atau 8,96% (skala rendah) dari total penduduk desa, dan penduduk
rentan terpapar sebesar 114 atau 1,80 % (rendah) dari penduduk rentan desa.
15
Tabel 2.7 Rekapitulasi Kerentanan Ancaman Banjir
BENCANA : Banjir
% KEJADIAN : 20 %
DAMPAK MAKSIMAL : Skala 2
KAWASAN AREA
TERPAPAR PDDK
TERPAPAR PDDK
RENTAN
FASILTAS TERPAPAR
LINGKUNGAN TERPAPAR
JENIS JMLH JENIS JMLH/LUAS
Ringin Agung
1 % 146 61
Masjid 1 Sawah 4 Ha
Musholla 4 Ladang/Tegalan 5 Ha
Gereja 1
Wihara 1
Ringin Mulyo
0,3% 43 18
Masjid 1 Sawah 1 Ha
Musholla 1 Ladang/Tegalan 1 Ha
Gedung SD 1
TOTAL 1,3 % 2,4% 1,2%
TINGKAT Rendah Rendah Rendah
(Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa wialayah desa yang terpapar banjir pada skala rendah
(1,3%), penduduk terpapar 189 atau 2,4% (skala randah) dari total penduduk desa, dan penduduk rentan
terpapar sebesar 79 atau 1,2 % (rendah) dari penduduk rentan desa.
Selanjutnya adalah tabulasi silang antara penduduk terpapar dengan penduduk rentan untuk
mengahsilkan indeks penduduk terpapar.
Gambar 2.4 Indeks Penduduk Terpapar Desa Pesanggaran (Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran,
2014)
Banjir Gempabumi
Abrasi
Tsunami
16
Berdasarkan tabulasi terlihat bahwa penduduk terpapar pada ancaman tsunami dan penduduk
terpapar pada ancaman banjir pada tingkat rendah. Selanjutnya adalah tabulasi silang antara skala
dampak dengan indeks penduduk terpapar untuk mengetahui indeks tingkat kerentanan pada masing-
masing ancaman.
Gambar 2.5 Indeks Kerentanan (V) Desa Pesanggaran (Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran,
2014)
Matriks tersebut memperlihatkan bahwa wilayah Desa Pesanggaran yang terancam tsunami
memiliki tingkat kerentanan yang sedang, sementara banjir, gempabumi dan abrasi pada tingkat
kerentanan rendah.
C. Identifikasi Tingkat Kapasitas/Capacity (C)
Kapasitas/Kemampuan adalah sumberdaya, pengetahuan, ketrampilan, dan kekuatan yang
dimiliki sesorang atau sekelompok orang yang memungkinkan mereka untuk mempertahankan dan
mempersiapkan diri, mencegah, dan menanggulangi dampak buruk, atau dengan cepat memulihkan diri
dari bencana. Tahapan untuk menentukan indeks tingkat kapasitas dilakukan dengan cara; pertama,
menentukan indeks ketangguhan desa berdasarkan pada indikator desa tangguh menurut perka BNPB
No. 1 tahun 2012. Kedua, menentukan indeks kesiapsiagaan desa melalui beberapa indikator
kesiapsiagaan, dalam hal ini digunakan indikator kesiapsiagaan yang dikembangkan oleh LIPI pada tahun
Gempabumi Abrasi
Banjir
Tsunami
17
2010. Ketiga, melakukan tabulasi silang antara indeks ketangguhan desa dengan indeks kesiapsiagaan
untuk menentukan indeks kapasitas (C).
Perhitungan persentase ketangguhan dan keseiapsiagaan menggunakan rumus (Ʃ Jawaban Ya
: Ʃ indikator) x 45%. Dan mengacu pada tingkat skala:
Rendah : < 15% Sedang : 15% - 30% Tinggi : >30%
Berikut ini adalah tabel rekapitulasi dan penghitungan indeks ketangguhan desa berdasar pada
Perka BNPB No. 1 tahun 2012 dan indeks kesiapsiagaan desa menurut indikator LIPI.
Tabel 2.7 Rekapitulasi Indikator Capaian dan Perhitungan Indeks Ketangguhan Desa Pesanggaran
(Perka BNPB Nomor 1 Tahun 2012)
Kategori No. Indikator Capaian
Legislasi 1 Kebijakan/ Perdes tentang Penanggulangan Bencana/ Pengurangan Risiko Bencana
0
Perencanaan 2 Rencana Penanggulangan Bencana (RPB), Rencana Aksi Komunitas (RAK), dan/atau Rencana Kontinjensi (Renkon)
0
Kelembagaan 3 Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) 0
4 Relawan Penanggulangan Bencana 1
5 Kerjasama dengan pihak lain (di luar desa dan wilayah sekitarnya) 0
Pendanaan 6 Dana Tanggap Darurat 2
7 Dana untuk Pengurangan Risiko Bencana (PRB) 0
Pengembangan Kapasitas
8 Pelatihan untuk pemerintah desa 1
9 Pelatihan untuk tim relawan 0
10 Pelatihan untuk warga desa 1
11 Pelibatan/ partisipasi warga dalam tim relawan desa 1
12 Pelibatan perempuan dalam tim relawan 0
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
13 Peta dan kajian risiko 0
14 Peta dan jalur evakuasi serta tempat pengungsian 0
15 Sistem Peringatan Dini 1
16 Pelaksanaan mitigasi struktural (pembangunan fisik)untuk mengurangi risiko bencana
1
17 Pola ketahanan ekonomi untuk mengurangi kerentanan masyarakat 1
18 Perlindungan kesehatan kepada kelompok rentan (ibu hamil, ibu menyusui, lansia, anak-anak, penyandang cacat)
0
19 Pengelolaan sumberdaya alam untuk pengurangan risiko 0
20 Perlindungan aset produktif untuk masyarakat 0
Total nilai 9
Kategori Desa Tangguh: Desa Tangguh Utama =51-60 Desa Tangguh Madya = 36-50 Desa Tangguh Pratama = 20-35 Desa Belum Tangguh = <20
(Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
18
Tabel 2.8 Rekapitulasi Indikator Capaian dan Perhitungan Indeks Kesiapsiagaan Desa
No. Indikator Kesiapsiagaan Tsunami Banjir
Ya Tidak Ya Tidak
A. PENGETAHUAN Pemerintah Desa telah memberikan sosialisasi atau pelatihan kepada warga tentang:
1. Sejarah dan dampak bencana V V
2. Tipe, sumber dan skala bencana V V
3. Tingkat kerentanan masyarakat terhadap bencana
V V
B. KEBIJAKAN DAN PANDUAN Pemerintah Desa telah membuat dan menetapkan:
4. Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) V V
5. Rencana Aksi Desa V V
6. Rencana Tanggap Darurat V V
7. Alokasi dana kesiapsiagaan V V
C. RENCANA TANGGAP DARURAT Pemerintah Desa telah memiliki:
8. Organisasi Tanggap Darurat V V
9. Prosedur tetap operasi tanggap darurat V V
10. Peta bahaya V V
11. Peta evakuasi dan rambu-rambu evakuasi V V
12. Logistik dan perlatan tanggap darurat V V
13. Tempat Evakuasi Sementara (TES) dan Tempat Evakuasi Akhir (TEA)
V V
14. Gladi atau latihan secara reguler V V
D. SISTEM PERINGATAN BENCANA
15. Adanya pengakuan terhadap sistem peringatan bencana lokal dan tradisional
V V
16. Memiliki teknologi sistem peringatan bencana V V
17. Memiliki prosedur tetap pelaksanaan peringatan bencana
V V
18. Melakukan uji coba peralatan peringatan secara berkala
V V
E. MOBILISASI SUMBERDAYA
19. Adanya kesepakatan antar instansi tingkat desa untuk memobilisasi sumberdaya
V V
20. Adanya komando dan prosedur tetap sistem komando tanggap darurat
V V
21. Adanya relawan terlatih V V
22. Tersedia dana siap pakai tingkat desa untuk tanggap darurat
V V
Indeks kesiapsiagaan 6/22 x 45% =12,27 %
7/22 x 45% =14,3%
Tingkat kesiapsiagaan Rendah Rendah
(Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
19
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa indeks ketangguhan desa Pesanggaran
belum mencapai tingkat pratama, artinya Desa Pesanggaran belum mencapai derajat desa tangguh
bencana. Sementara itu indeks kesiapsiagaan untuk ancaman tsunami maupun ancaman banjir pada
tingkat rendah. Sedang untuk ancaman gempabumi dan abrasi juga rendah karena belum ada tindakan
sama sekali. Selanjutnya dari indeks ketangguhan dan kesiapsiagaan dilakukan tabulasi silang untuk
mengetahui indeks tingkat kapasitas.
Gambar 2.6 Indeks Tingkat Kapasitas (C) Desa Pesanggaran (Sumber: Analisis Forum PRB
Pesanggaran, 2014)
Hasil tabulasi silang tersebut menunjukkan bahwa tingkat kapsitas kedua masyarakat untuk
menghadapi ancaman tsunami maupun ancaman banjir masih pada skala rendah.
D. Penilian Risiko/Risk (R)
Risiko bencana didefinisikan sebagai potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada
suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya
rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. Seluruh
tahapan penentuan indeks yang telah dilakukan di atas, pada dasarnya bermuara pada penentuan indeks
risiko. Akan tetapi sebelum mengarah langsung pada penentuan indeks risiko, perlu penentuan terlebih
Banjir Tsunami
Gempabumi Abrasi
20
dahulu indeks eksposure, yang merupakan hasil tabulasi silang antara tingkat kerentanan dan tingkat
kapsitas untuk masing-masing ancaman bencana. Berikut ini adalah gambar indeks eksposure.
Gambar 2.7 Indeks Tingkat Eksposure Desa Pesanggaran (Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran,
2014)
Berdasarkan matrisk tersebut memperlihatkan bahwa tingkat eksposuer untuk kedua ancaman
pada posisi yang berbeda, yaitu eksposure tinggi untuk ancaman tsunami, dan eksposure sedang untuk
ancaman banjir, gempabumi, dan abrasi. Dari matrisk tersebut selanjutnya ditentukan indeks risiko melalui
tabulasi silang antara tingkat ancaman/bahaya dengan tingkat eksposur seperti dalam matriks di bawah
ini.
Tsunami
Banjir Gempabumi
Abrasi
21
Gambar 2.8 Indeks Tingkat Risiko (R) Desa Pesanggaran (Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran,
2014)
Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa untuk risiko ancaman tsunami berada pada tingkat
tinggi, sedangkan untuk risiko ancaman banjir berskala sedang, gempabumi dan abrasi pada skala
rendah.
Tsunami
Banjir
Gempabumi Abrasi
22
BAB III
PILIHAN TINDAKAN PENANGGULANGAN BENCANA
Pilihan tindakan dalam penanggulangan bencana merupakan berbagai upaya penanggulangan
yang akan dilakukan berdasarkan perkiraan ancaman bahaya yang akan terjadi dan kemungkinan
dampak yang ditimbulkan (Perka BNPB Nomor 4 Tahun 2008). Penentuan pilihan tindakan tersebut dapat
dilakukan setelah melakukan kajian risiko bencana yang ada di Desa Pesanggaran. Berdasarkan hasil
kajian risiko tersebut akan nampak tindakan pencegahan dan mitigasi apa yang sesuai, kesiapsiagaan
apa yang harus dibangun, rencana tanggap darurat yang sesuai dengan kebutuhan, serta tindakan
pemulihan pascabencana.
Tak hanya pengkajian risiko tingkat desa yang menjadi acuan penyusunan pilihan tindakan
penanggulangan bencana Desa Pesanggaran, tetapi juga rencana penanggulangan bencana tingkat di
atasnya. Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) tingkat desa harus sejalan dengan RPB tingkat
kabupaten, RPB tingkat propinsi dan Rencana Aksi Nasional (Renas) Penanggulangan Bencana
Indonesia, sehingga membentuk keterpaduan tingkat nasional hingga desa. Belum tersusunnya RPB
Kabupaten Banyuwangi dan RPB Propinsi Jawa Timur menjadi kendala tersendiri dalam menentukan
tindakan penanggulangan bencana di tingkat desa. Agar RPB Desa Pesanggaran tidak bertolak belakang
dengan RPB tingkat di atasnya, maka dalam proses penyusunan RPB tingkat desa dilakukan terlebih
dahulu analisis sandingan kebijakan dengan Rencana Aksi Nasional seperti yang tertera pada Tabel 3.1
berikut.
Tabel 3.1 Matrik Sandingan Program, Fokus Prioritas dan Sasaran Program Generik Penangulangan Bencana Desa Pesanggaran
NO. RENAS FOKUS PRIORITAS SASARAN
1. PROGRAM: PENGUATAN PERATURAN DAN KAPASITAS KELEMBAGAAN
1.1 Penyusunan peraturan, perda dan protap Penanggulangan Bencana yang memuat mekanisme PB, termasuk pembagian tugas, kewenangan dan sumber daya, serta koordinasi
Pembuatan peraturan desa tentang PRB, dan penyusunan SOP (Standart Operating Procedur) tanggap darurat
Peraturan Desa (Perdes) tentang PRB dan SOP tanggap darurat tingkat desa tersusun
1.2 Pembentukan dan penguatan lembaga dan kelengkapannya
Pembentukan FPRB, Pembentukan relawan, dan Pembentukan ICS (Insiden Comand Sistem)/Sistem Komando Tanggap Darurat
Terbentuknya FPRB, Relawan Desa, dan Sistem Komando Tanggap Darurat
1.3 Diklat penguatan kapasitas manajemen penanggulangan bencana
Pelatihan relawan Relawan desa mendapatkan pendidikan dan latihan mengenai manajemen bencana
1.4 Peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia Dalam Penanggulangan Bencana
Sosialisasi PRB di lokasi terpapar ancaman
Seluruh warga desa Pesanggaran yang bertempat tinggal di keempat dusun,
23
NO. RENAS FOKUS PRIORITAS SASARAN
terutama yang terpapar ancaman bencana, mendapatkan sosialisasi tentang penanggulangan bencana
2. PROGRAM : PERENCANAAN PENANGGULANGAN BENCANA YANG TERPADU
2.1 Pengarusutamaan rencana Penanggulangan Bencana ke dalam rencana pembangunan
Perencanaan pembangunan berbasis PRB
Pembangunan berbasis PRB masuk dalam RPJMDes
3. PROGRAM : PENCEGAHAN DAN MITIGASI BENCANA
3.1 Kebijakan pengendalian atas penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam yang berpotensi menimbulkan bencana
Penanaman dan pelestarian tanaman di kawasan terpapar bencana
Lahan di kawasan terpapar ditanami tanaman tertentu untuk pengurangan risiko bencana
3.2 Penyusunan kebijakan tentang pengelolaan lingkungan hidup yang berwawasan risiko bencana
Penyusunan Perdes tentang pengelolaan ligkungan hidup, perbaikan/peningkatan kualitas lingkungan hidup
Perdes mengatur tentang pengelolaan lingkungan hidup, perbaikan/peningkatan kualitas lingkungan hidup
4. PROGRAM : PENINGKATAN KAPASITAS DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DAN PARA PEMANGKU KEPENTINGAN LAINNYA DALAM PRB
4.1 Penguatan peran media dalam menumbuhkan budaya kesiapsiagaan untuk mendorong partisipasi masyarakat
Menjalin kerjasama dalam jaring komunikasi lokal untuk pengembangan sistem peringatan bencana lokal
RAPI, ORARI dan radio komunitas di Kecamatan Pesanggaran bekerjasama dalam pengembangan sistem peringatan dini lokal
4.2 Pengurangan risiko dan kesiapsiagaan spesifik untuk kaum perempuan, anak dan kelompok marjinal
Pendataan kelompok rentan secara berkala
Data kelompok rentan desa Pesanggaran tersusun dan divalidasi secara berkala
5. PROGRAM : KESIAPSIAGAAN
5.1 Penguatan SRC (Satuan Reaksi Cepat) Pembentukan Tim Reaksi Cepat (TRC) Desa Pesanggaran
Masyarakat desa Pesanggaran yang kompeten tergabung dalam TRC
5.2 Penyediaan dan penyiapan barang pasokan kebutuhan dasar
Pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi, Pengadaan alat dapur umum, Pengadaan Sarana/Perlengkapan Evakuasi, Pengadaan MCK Umum
Terpenuhinya kebutuhan dasar pengungsi
Sumber: Analisis FPRB Desa Pesanggaran, 2014
Berdasarkan Tabel 3.1 program generik (umum) penangulangan bencana di Desa Pesanggaran
terdiri dari lima program, yaitu (1) penguatan peraturan dan kapasitas kelembagaan; (2) perencanaan
penanggulangan bencana yang terpadu; (3) pencegahan dan mitigasi bencana; (4) peningkatan kapasitas
dan partisipasi masyarakat dan para pemangku kepentingan lainnya dalam PRB; dan (5) program
kesiapsiagaan.
Pilihan tindakan dalam program generik tersebut merupakan program yang sifatnya umum untuk
semua bencana, disamping itu terdapat program yang sifatnya lebih spesifik untuk masing-masing jenis
ancaman bencana di suatu daerah. Desa Pesanggaran dalam dokumen RPB ini memfokuskan kajian ke
24
arah pemilihan tindakan penanggulangan bencana untuk ancaman tinggi dan sedang. Ancaman tinggi
adalah tsunami dan ancaman sedang adalah banjir, maka program spesifik dibedakan menjadi program
spesifik ancaman tsunami dan program spesifik ancaman banjir. Penentuan program tersebut diperoleh
dari matrik sandingan kebijakan dengan Renas, seperti tercantum pada Tabel 3.2 dan Tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.2 Matrik Sandingan Program, Fokus Prioritas dan Sasaran Program Spesifik Penangulangan Tsunami Desa Pesanggaran
NO. RENAS FOKUS PRIORITAS SASARAN
1. PROGRAM : PENCEGAHAN DAN MITIGASI BENCANA
1.1 Pemetaan kawasan rawan bencana, pemetaan risiko bencana dan pemantauan tsunami
Pembuatan peta risiko bencana dan peta jalur evakuasi
Tersusun dan terpasang peta risiko tsunami dan peta jalur evakuasi tsunami di Pantai Lampon dan di dusun ringin Sari
1.2 Penerapan upaya mitigasi struktural dan non-struktural
Pembuatan beton pemecah ombak/gelombang
Terbangunnya beton pemecah ombak/gelombang di sepanjang Pantai Lampon (± 3km)
2. PROGRAM : KESIAPSIAGAAN
2.1 Penyusunan rencana kontijensi Penyusunan renkon tsunami tingkat desa
Tersusunnya rencana kontinjensi tsunami Desa Pesanggaran
2.2 Penyuluhan, pelatihan dan gladi mekanisme tanggap darurat
Pengadaan dan pemasangan rambu evakuasi serta sosialisasi kepada masyarakat
Terpasangnya rambu evakuasi tsunami di Kampung Baru Dusun Ringin Sari dan dipahami oleh semua warga
Penentuan TES dan TEA Disepakati dan dibangun TES di dusun Ringin Sari dan TEA di Balai Desa Pesanggaran
gladi tanggap darurat tingkat dusun/desa secara berkala
Terlaksananya tsunami drill dusun Ringin Sari atau Desa Pesanggaran secara berkala
3. PROGRAM : PERINGATAN DINI
Membangun sistem peringatan dini bencana tsunami
Membangun Sistem Peringatan Dini Tsunami lokal dan modern
Terpasang dan terintegrasinya sistem peringatan dini tsunami tingkat desa Pesanggaran dengan InaTEWS
4. PROGRAM : TANGGAP DARURAT
4.1 Kaji cepat bencana Identifikasi cakupan lokasi bencana, jumlah korban dan pengelompokan korban (triage), kerusakan sarana prasarana, gangguan fungsi pelayanan umum dan pemerintahan serta kemampuan sumberdaya alam dan buatan, dan saran yang tepat untuk penanganan bencana
Data cakupan lokasi bencana, jumlah korban, kerusakan sarana prasarana, gangguan fungsi pelayanan umum dan pemerintahan serta kemampuan sumberdaya alam dan buatan, dan saran yang tepat untuk penanganan bencana teridentifikasi secara tepat dan cepat
4.2 Pemenuhan kebutuhan dasar pangan, sandang, hunian sementara, layanan kesehatan, air bersih dan sanitasi
Pendirian posko pengungsi, Pendirian Dapur Umum, MCK Darurat
Posko pengungsi, dapur umum dan MCK darurat didirikan di TEA (Tempat Evakuasi Akhir) untuk korban tsunami
25
NO. RENAS FOKUS PRIORITAS SASARAN
4.3 Pemulihan darurat sarana-prasarana vital dan utilities
Pemulihan darurat layanan publik dan kesehatan
Layanan publik dan kesehatan dapat diakses oleh korban tsunami
5. PROGRAM : REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI
5.1 Pengkajian kerusakan dan kerugian Pendaataan kerusakan dan kerugian tingkat desa
Data kerusakan dan kerugian akibat tsunami terdata dengan benar
5.2 Penyusunan rencana rehabilitasi dan rekonstruksi
Perencanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi tingkat desa
Rencana rehabilitasi dan teronstruksi pascatsunami Desa Pesanggaran tersusun dengan benar
5.3 Pemulihan sarana prasarana publik dan rekonstruksi rumah warga korban bencana
Perbaikan dan peningkatan layanan publik
Layanan publik dapat diakses oleh warga pasca tsunami
Rekonstruksi wilayah pemukiman Pemukiman warga terdampak tsunami direkonstruksi
5.4 Pemulihan kesehatan dan kondisi psikologis
Perbaikan dan peningkatan sarana kesehatan,
Sarana kesehatan meningkat dan dapat diakses oleh warga terdampak tsunami
Penyuluhan Psikososial dan Psikologis
Trauma healing dan pendampingan psikososial bagi warga terdampak terselenggara dengan baik
Sumber: Analisis FPRB Desa Pesanggaran, 2014
Tabel 3.3 Matrik Sandingan Program, Fokus Prioritas dan Sasaran Program Spesifik Penangulangan Banjir Desa Pesanggaran
NO. RENAS FOKUS PRIORITAS SASARAN
1. PROGRAM : PENCEGAHAN DAN MITIGASI BENCANA
1.1 Pemetaan kawasan rawan bencana, pemetaan risiko bencana dan pemantauan tsunami
Pembuatan peta risiko bencana dan peta jalur evakuasi
Tersusun dan terpasangnya peta risiko dan peta jalur evakuasi banjir di Dusun Ringin Agung dan Desa Pesanggaran
1.2 Penerapan upaya mitigasi struktural dan non-struktural
Normalisasi Sungai Gangga Sungai Gangga terbebas dari materi sedimen sungai dan carang bambu
2. PROGRAM : PERINGATAN DINI
Membangun system peringatan dini bencana banjir
Membangun Sistem peringatan dini lokal
Tersusun dan terintegrasinya sistem peringatan dini lokal ancaman banjir Desa Pesanggaran
3. PROGRAM : TANGGAP DARURAT
3.1 Kaji cepat bencana Identifikasi cakupan lokasi bencana, jumlah korban dan pengelompokan korban (triage), kerusakan sarana prasarana, gangguan fungsi pelayanan umum dan pemerintahan serta kemampuan sumberdaya alam dan buatan, dan saran yang tepat untuk penanganan bencana
Data cakupan lokasi terdampak banjir, jumlah korban, kerusakan sarana prasarana, gangguan fungsi pelayanan umum dan pemerintahan serta kemampuan sumberdaya alam dan buatan, dan saran yang tepat untuk penanganan bencana teridentifikasi secara tepat dan cepat
3.2 Pemenuhan kebutuhan dasar pangan, Pendirian posko pengungsi, Posko pengungsi, dapur umum
26
NO. RENAS FOKUS PRIORITAS SASARAN
sandang, hunian sementara, layanan kesehatan, air bersih dan sanitasi
Pendirian Dapur Umum, MCK Darurat
dan MCK darurat didirikan di TEA (Tempat Evakuasi Akhir) untuk korban banjir
3.3 Pemulihan darurat sarana-prasarana vital dan utilities
Pemulihan darurat layanan publik dan kesehatan
Layanan publik dan kesehatan dapat diakses oleh korban banjir
4. PROGRAM : REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI
4.1 Pengkajian kerusakan dan kerugian Pendaataan kerusakan dan kerugian tingkat desa
Data kerusakan dan kerugian akibat banjir terdata dengan benar
4.2 Penyusunan rencana rehabilitasi dan rekonstruksi
Perencanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi tingkat desa
Rencana rehabilitasi dan teronstruksi pasca banjir Desa Pesanggaran tersusun dengan benar
4.3 Pemulihan sarana prasarana publik dan rekonstruksi rumah warga korban bencana
Perbaikan dan peningkatan layanan publik
Layanan publik dapat diakses oleh warga pasca banjir
Rekonstruksi wilayah pemukiman Pemukiman warga terdampak banjir direkonstruksi
Sumber: Analisis FPRB Desa Pesanggaran, 2014
Adapun pemilihan tindakan dalam rencana penanggulangan bencana di Desa
Pesanggaran dijabarkan sebagai berikut.
A. Pencegahan dan Mitigasi
Upaya atau kegiatan dalam rangka pencegahan dan mitigasi yang dilakukan bertujuan
untuk menghindari terjadinya bencana serta mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh bencana.
Adapun pilihan tindakan untuk pencegahan dan mitigasi di Desa Pesanggaran adalah sebagai
berikut.
1. Perencanaan pembangunan berbasis PRB
2. Pembuatan Perdes tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, perbaikan atau peningkatan kualitas
lingkungan hidup
3. Pembuatan peraturan desa tentang PRB
4. Normalisasi sungai Gangga
5. Pembuatan peta risiko bencana dan peta jalur evakuasi
6. Sosialisasi PRB di lokasi terpapar ancaman
7. Penanaman dan pelestarian green belt
8. Pelatihan relawan
9. Pendataan kelompok rentan secara berkala
10. Menjalin kerjasama dalam jaring komunikasi
11. Pembuatan beton pemecah ombak/gelombang
27
B. Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana
guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda dan berubahnya tata kehidupan
masyarakat. Upaya kesiapsiagaan dilakukan pada saat bencana mulai teridentifikasi akan terjadi.
Adapun pilihan tindakan untuk kesiapsiagaan di Desa Pesanggaran adalah sebagai berikut.
1. Penyelenggaraan gladi (drill) secara berkala
2. Penyusunan standar operasi darurat
3. Penyusunan rencana kontinjensi
4. Pembentukan Tim Reaksi Cepat (TRC)
5. Pengadaan Sarana/Perlengkapan Evakuasi
6. Pembangunan Sistem Peringatan Dini
7. Penentuan TES dan TEA
8. Pengadaan dan pemasangan rambu evakuasi serta sosialisasi kepada masyarakat
9. Pengadaan alat dapur umum
10. Pembentukan ICS (Insiden Comand Sistem)/Sistem Komando tanggap darurat
C. Tanggap Darurat
Tahap Tanggap Darurat merupakan tahap penindakan atau pengerahan pertolongan
untuk membantu masyarakat yang tertimpa bencana, guna menghindari bertambahnya korban
jiwa. Adapun pilihan tindakan untuk tanggap darurat di Desa Pesanggaran adalah sebagai
berikut.
1. Identifikasi cakupan lokasi bencana, jumlah korban dan pengelompokan korban (triage),
kerusakan sarana prasarana, gangguan fungsi pelayanan umum dan pemerintahan serta
kemampuan sumberdaya alam dan buatan, dan saran yang tepat untuk penanganan
bencana
2. Pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi
3. Pendirian posko pengungsi
4. Pendirian Dapur Umum
5. Penentuan status darurat
6. Pengadaan MCK Umum
7. Penyuluhan Psikososial dan Psikologis
28
D. Pemulihan
Tahap pemulihan meliputi tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. Upaya yang dilakukan
pada tahap rehabilitasi adalah untuk mengembalikan kondisi daerah yang terkena bencana yang
serba tidak menentu ke kondisi normal yang lebih baik, agar kehidupan dan penghidupan
masyarakat dapat berjalan kembali. Adapun pilihan tindakan untuk tanggap darurat di Desa
Pesanggaran adalah sebagai berikut.
1. Pendaataan kerusakan dan kerugian
2. Perencanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi
3. Perbaikan/Peningkatan kualitas lingkungan hidup
4. Perbaikan dan peningkatan layanan publik
5. Perbaikan dan peningkatan sarana kesehatan
6. Rekonstruksi wilayah pemukiman
29
BAB IV
ALOKASI TUGAS DAN SUMBERDAYA
A. Pelaku Kegiatan dan Alokasi Tugas
Dalam UUD Nomor 24 Tahun 2007 disebutkan bahwa prinsip dalam penanggulangan bencana
adalah terkoordinasi, terpadu, dan menyeluruh. Atas dasar prinsip tersebut maka setiap tindakan
penanggulangan bencana perlu melibatkan berbagai pemangku kepentingan (stakeholder). Selain
mengidentifikasi pemangku kepentingan yang terlibat, maka penting untuk dipetakan alokasi tugas sesuai
kapasitas masing-masing pemangku kepentingan, sehingga kegiatan penanggulangan bencana dapat
berlangsung secara terkoordinir. Berikut ini adalah identifikasi pemangku kepentingan terkait dan alokasi
perannya di Desa Pesanggaran.
Tabel 4.1 Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Perannya dalam Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Desa Pesanggaran
No Pemangku
Kepentingan Keterangan Pemangku
Kepentingan Alasan Dilibatkan/Peran
1 FPRB Desa Forum Pengurangan Risiko Bencana Desa yang diinisiasi melalui Program Desa Tangguh 2013.
Menjadi aktor utama dalam penanggulangan bencana desa
2 Tokoh Masyarakat Misalnya: Tokoh politik, tokoh pemberdayaan, tokoh pendidikan (guru), dan tokoh penggerak perempuan.
Memiliki kedudukan dan pengaruh di masyarakat sehingga dapat diberi peranan.
3 Tokoh Agama Para pemuka agama dari semua agama yang dianut masyarakat di Desa Pesanggaran
Memberikan motivasi spiritual kepada masyarakat untuk Penanggulangan Bencana
4 Perguruan Tinggi Misalnya: Program KKN, Program Penelitian, Pemberdayaan, dll
Memiliki sumber daya pengetahuan yang bermanfaat untuk Penanggulangan Bencana
5 LSM/Donatur/Program Donor
Misalnya: Program Desa Tangguh 2014
Memiliki sumber daya (pengetahuan, SDM, dan dana) untuk Penanggulangan Bencana
6 Pihak Swasta Para pelaku usaha di desa dan atau luar desa yang berkontribusi ke desa
Memiliki sumber daya untuk sponsorship kegiatan kebencanaan desa
7 Lain-Lain (tidak bisa disebutkan satu per satu)
Mengakomodir potensi dari pihak-pihak seperti : Palang Merah Indonesia, Masyarakat Umum, Forum RT, dll
Memiliki sumber daya berdasarkan program dan anggaran yang dimiliki untuk Penanggulangan Bencana
8 Pemerintah Pemerintah Desa, Pemerintah Kecamatan, Puskesmas, Pemerintah Kabupaten beserta SKPD terkait Pemerintah Provinsi beserta SKPD terkait, dan Pemerintah Pusat
1. Memiliki regulasi dan kebijakan, sekaligus skema pendanaan dalam anggaran pendapatan dan belanjanya.
2. Memiliki program, SDM, dan dana untuk Penanggulangan Bencana
Sumber: Hasil Rapat Kerja FPRB Desa Pesanggaran, 2014
30
Tabel 3.4 Peran Stakeholder dalam Rencana Penanggulangan Bencana (RPB)
FASE/TAHAP Pilihan Tindakan
Aktor
Pem
eri
nta
h D
esa
FPR
B
Toko
h A
gam
a
Toko
h M
asya
raka
t
Lem
bag
a Sw
asta
Do
nat
ur
Lain
-Lai
n
(pe
nd
uku
ng)
PRA BENCANA
Pembuatan peraturan desa tentang PRB dan lingkungan hidup O A A A + +
Perencanaan pembangunan berbasis PRB O A A A A A
Penyusunan standar operasi darurat A O A A A A
Pembentukan Tim Reaksi Cepa (TRC) A O A A A A
Pengadaan Sarana/Perlengkapan Evakuasi A O + + A A Puskesmas
Pengadaan dan pemasangan rambu evakuasi serta sosialisasi masyarakat A O + + A A
Normalisasi sungai Gangga A A + + A A BNPB
Pembuatan peta risiko bencana dan peta jalur evakuasi A O + + A A BPBD
Sosialisasi PRB di lokasi terpapar A O A A A A BPBD
Penanaman dan pelestarian green belt A O + + A A Perhutani, Marinir
Pelatihan relawan A O + + A A BPBD
Pembuatan beton pemecah ombak/gelombang A A + + A A BNPB
Pendataan kelompok rentan secara berkala A O + + + + Puskesmas
Penentuan TES dan TEA A O A A A A
Pengadaan alat dapur umum A O + + A A BPBD, BNPB
Penyelenggaraan gladi (drill) secara berkala A O A A A A Semua stakeholder
Pembangunan Sistem Peringatan Dini A O + + A A BNPB, BMKG
Penyusunan rencana kontinjensi A O A A A A Semua stakeholder
Menjalin kerjasama dalam jaring komunikasi + O + + A A
TANGGAP DARURAT
Identifikasi cakupan lokasi bencana, jumlah korban dan pengelompokan korban (triage), kerusakan sarana prasarana, gangguan fungsi pelayanan umum dan pemerintahan serta kemampuan sumberdaya alam dan buatan, dan saran yang tepat untuk penanganan bencana
A A + + + + O=Puskesmas
Pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi O A + + A A
Pendirian posko pengungsi A O + + A A
Pendirian Dapur Umum A O + + A A PKK, Muslimat NU, WHDI
Pembentukan ICS (Insiden Comand Sistem)/Sistem Komando tanggap darurat
A O + + + +
Penentuan status darurat O A + + + +
Pengadaan MCK Umum A O + + A A BPBD, BNPB
Penyuluhan Psikososial dan Psikologis A O A A A A Relawan
PASCA BENCANA
Pendaataan kerusakan dan kerugian A O + + A + Relawan
Perencanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi A O A A A A
Perbaikan/Peningkatan kualitas lingkungan hidup O A + + A A
Perbaikan dan peningkatan layanan publik O A + + + +
Perbaikan dan peningkatan sarana kesehatan O A + + A A Puskesmas
Rekonstruksi wilayah pemukiman O A + + A A BPBD, BNPB
Sumber: Rapat Kerja FPRB Desa Pesanggaran, 2014
Keterangan: O = Penanggungjawab A = Terlibat langsung + = Terlibat tidak langsung
31
B. Sumberdaya
Sumberdaya untuk semua pilihan tindakan dalam Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) ini
dinilai dengan nilai rupiah, dengan asumsi merupakan penilaian gabungan antara sumber daya berupa
uang tunai (in cash) maupun material non-uang (in kind).
Untuk sumberdaya yang bersifat in-kind dapat berasal dari:
a. Keswadayaan masyarakat dalam bentuk barang maupun jasa;
b. Tenaga, pikiran, waktu yang diperlukan untuk kegiatan Penanggulangan Bencana;
c. Bantuan material dari pihak eksternal;
d. Dan lain-lain sumber yang sah.
Untuk sumber daya yang bersifat dana cash dapat berasal dari:
a. Swadaya masyarakat;
b. ADD/APBDes
c. Satker/Musren/Stimulan
d. Proyek Khusus
e. Kerjasama lembaga.
f. Donatur
32
BAB V
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
A. Pemantauan
Rencana Penanggulangan Bencana Desa Pesanggaran ini dimaksudkan untuk menjadi acuan
bagi semua pihak dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana di Desa Pesanggaran, sebelum,
saat dan setelah terjadinya bencana. Dengan demikian diharapkan pelaksanaan Penanggulangan
Bencana dapat dilaksanakan secara efektif, efisien dan terkoordinasi dengan baik secara menyeluruh.
Rencana Penanggulangan Bencana Desa Pesanggaran ini akan diikuti dengan penyusunan Rencana
Aksi Pengurangan Resiko Bencana (RAK) dan Rencana Kontinjensi Desa (Renkonjen). Pemantauan RPB
akan dilaksanakan setiap saat oleh Forum PRB Desa Pesanggaran dan semua pihak yang terkait sesuai
dengan periode yang telah ditentukan.
B. Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) dan Rencana Aksi Komunitas (RAK)
akan dievaluasi setiap satu tahun sekali. Hasil evaluasi akan menjadi rekomendasi untuk RPB dan RAK
satu tahun berikutnya. RPB akan dilakukan dalam kurun waktu 5 tahun, sedangkan RAK akan
diperbaharui dalam kurun waktu 3 tahun.
33
BAB VI
PENUTUP
Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) yang telah disusun ini, semoga dapat menjadi
pedoman penyelenggaraan penanggulangan di desa Pesanggaran yang terpadu, terkoordinasi dan
menyeluruh. Serta sebagai bentuk kontribusi nyata dalam pembangunan Desa Pesanggaran selama lima
tahun kedepan. Akhirnya, diharapkan RPB ini terimplementasi dengan baik dengan dukungan seluruh
stakeholder di seluruh lapisan masyarakat.
34
Lampiran 1. Rencana Aksi Komunitas (RAK) Desa Pesanggaran
RENCANA AKSI KOMUNITAS SEKTOR PENCEGAHAN
No Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Output Pelaksana Waktu Besar Dana Per
Kegiatan
Sumber Dana 2015 2016 2017
1 Normalisasi sungai Gangga
Normalisasi fungsi sungai dan mengurangi ancaman banjir
Sungai gangga sepanjang 1 km
Sungai gangga Normalisasi/ pengurangan pendangkalan
FPRB, Masyarakat, Pemerintah Desa, Dukungan Dinas PU
v v 50.000.000 Swadaya (15%), ADD (15%), Proyek Khusus/BPBD (30%), Swasta (40%)
2 Penyusunan Perdes tentang PRB dan pengelolaan lingkungan hidup berbasis pengurangan risiko bencana
Pengintregasian PRB dalam pembangunan desa danPengelolaan lingkungan hidup yang teratur dan berkesinambungan
Lingkungan hidup wilayah Desa Pesanggaran
Balai desa Pesanggaran
Adanya Perdes tentang PRB dan pengelolaan lingkungan hidup berbasis pengurangan risiko bencana
Pemerintah Desa, BPD, FPRB
v 200.000 ADD (100%)
35
RENCANA AKSI KOMUNITAS SEKTOR MITIGASI
No Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Output Pelaksana Waktu Besar Dana per
kegiatan
Sumber Dana 2015 2016 2017
1 Sosialisasi PRB kepada masyarakat
Menyadarkan masyarakat pentingnya PRB, meningkatkan pengetahuan masyarakat
Masyarakat terpapar bencana
Dsn. Ringinsari, Dsn Ringin Agung, Dsn. Ringin Mulyo
Masyarakat sadar bencana
FPRB, Pemerintah Desa
v v v 6.000.000 Swadaya (15%), ADD (5%), Proyek khusus (45%), swasta (14%), BPBD (15%)
2. Penanaman dan pelestarian tanaman nyamplung
Reboisasi pesisir sebagai penahan gelombang dan abrasi
Wilayah pesisir pantai lampon
Dsn. Ringinsari (Kampung baru, Lampon)
Tanaman pesisir sebagai greenbelt
FPRB, Pemerintah Desa, Masyarakat, Swasta, Relawan, Dukungan Perhutani
v v v 20.000.000 (3 tahun)
Swadaya (10%), ADD (10%), Pengusaha (40%), Lainnya (40%)
3. Pelatihan relawan Menyiapkan relawan yang terlatih dan cakap
Relawan FPRB Ds Pesanggaran
Balai pertemuan yang ditentukan
Relawan yang terlatih dan cakap
FPRB, dukungan BPBD/BNPB
v 2.500.000 PMI (30%), Swasta (20%), BPBD (50%)
4. Pembuatan beton pemecah ombak/gelombang
Mengurangi laju gelombang dan abrasi
Wilayah pesisir pantai lampon
Dsn. Ringinsari (Kampung baru, Lampon)
Beton pemecah ombak/gelombang
FPRB, dukungan Dinas PU/BNPB
v Dalam kajian
100% APBN (BNPB)
5. Safari PRB ke sekolah/ lembaga pendidikan
Memberi sosialisasi pengetahuan PRB kepada lembaga pendidikan
Guru/siswa di wilayah terpapar bencana
Sekolah/lemabaga pendidikan di wilayah terpapar bencana Ds. Pesanggaran
Kesadaran PRB di Sekolah/lemabaga pendidikan di wilayah terpapar bencana
FPRB v v v 1.000.000 ADD (100%)
36
RENCANA AKSI KOMUNITAS SEKTOR KESIAPSIAGAAN
No. Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Output Pelaksana Waktu Besar Dana per
kegiatan
Sumber Dana 2015 2016 2017
1. Pengadaan perlengkapan evakuasi
Mempercepat dan mempermudah evakuasi
Tim relawan, masyarakat pesisir
Kampung baru (Dsn R. Sari) RW: 09, RW: 10
Terpenuhinya sarana/peralatan evakuasi
FPRB, Relawan, Masyarakat
v 5.000.000 Swadaya (5%), ADD (20%), Swasta (50%), BNPB/BPBD (25%)
2. Pemasangan rambu evakuasi
Memberi pedoman arah jalur evakuasi, mempermudah evakuasi
Wilayah terpapar tsunami
Sepanjang jalur-jalur evakuasi yang ditentukan
Rambu evakuasi yang cukup informatif
FPRB, Pemerintah Desa dan masyarakat
V 1.000.000 Swadaya masyarakat (100%)
3. Pembuatan peta rawan bencana dan peta jalur evakuasi
Pemetaan risiko dan jalur-jalur evakuasi
Wilayah desa Pesanggaran
Desa Pesanggaran
Peta Risiko dan Peta Evakuasi
FPRB 2014 2.000.000 BNPB (100%)
4 Penentuan TES dan TEA
Menjadikan beberapa lokasi TES dan satu lokasi TEA
Wilayah Desa Pesanggaran
Desa Pesanggaran
Beberapa TES dan 1 TEA
FPRB dan Pemerintah Desa
v 100.000 Swadaya
5 Pendataan kelompok rentan secara berkala
Perlindungan kelompok rentan
Wilayah terpapar bencana
Desa Pesanggaran
Data kelompok rentan yang terbaru
FPRB, Pemerintah Desa
v v v 100.000 Swadaya
6 Pengadaan peralatan Dapur Umum
Siap-siaga dalam tanggap darurat
Tim DU FPRB Desa Pesanggaran
Desa Pesanggaran
Peralatan dapur umum yang memadai
FPRB, Dukungan BPBD/BNPB
V 5.000.000 Swadaya (5%), ADD (20%), Swasta (50%), BNPB/BPBD (25%)
7 Pembentukan TRC (Tim Reaksi Cepat)
Persiapan untuk tanggap darurat yang cepat dan
FPRB Desa Pesanggaran
Desa Pesanggaran
Tim TRC FPRB V 100.000 Swadaya
37
tepat
8. Pengaktifan alat peringatan dini dan pembangunan sistem peringatan dini
Memberi peringatan dini kepada masyarakat terpapar bencana berbasis teknologi
Sirine peringatan dini di pesisir pantai lampon
Kampung Baru, Dsn. Ringinsari
Teknologi peringatan dini yang aktif dan sistem peringatan dini yang terbangun baik
FPRB, BPBD V Dalam kajian
9. Pengembangan lumbung desa
Membuat dan mengembangkan lumbung desa sebagai sarana pasokan kebutuhan dasar untuk tanggap darurat
Dsn. Krajan/R. Mulyo
Lumbung desa di titik yang aman
FPRB, masyarakat
V 10.000.000 Perhutani (85%), swadaya masyarakat (5%), ADD (5%)
10. Pengadaan alat komunikasi (HT)
Menyiapkan sarana komunikasi untuk FPRB
FPRB Ds. Pesanggaran
FPRB memiliki 2-3 alat komunikasi (HT)
FPRB, BPBD Kab. Banyuwangi
V 2.500.000 ADD (100%)
11. Menjalin kerjasama dengan komunitas RAPI
Membangun komunikasi yang efektif saat tanggap darurat
komunitas RAPI Ds. Pesanggaran
Kesepakatan kerjasama FPRB dengan komunitas RAPI
FPRB V 200.000 Swadaya
12. Melakukan simulasi/drill Tanggap Darurat tsunami tingkat dusun/desa secara berkala
Melatih kesigapan dan sinergi semua unsur dalam situasi darurat
Masyarakat terpapar tsunami dan unsur terkait
Ds. Pesanggaran
kesigapan dan sinergi semua unsur dalam situasi darurat
FPRB, masyarakat, unsur terkait
v v V 2.000.000 Swasta (50%), donatur (50%)
38
LAMPIRAN 2: STRATEGI PERLINDUNGAN KESEHATAN KELOMPOK RENTAN
Kelompok Rentan Strategi Perlindungan Kegiatan Penaggungjawab Penyandang Cacat (Difabel)
Prioritas evakuasi
Penyediaan fasilitas/sarana khusus
Pendampingan PHBS
Pendampingan psikologis dan trauma healing
Pembuatan peta evakuasi berbasis difabel
Pengadaan fasilitas / sarana khusus bagi kelompok rentan terutama yang belum dimiliki Puskesman
Sosialisasi dan pendampingan PHBS terutama pada saat tanggap darurat
Pendampingan psikologis saat darurat dan pasca bencana
FPRB Puskesmas Psg Puskesmas Psg Puskesmas Psg
Balita Penyediaan sarana belajar dan bermain
Posyandu anak-anak
Pemberian vaksin tertentu
Pemenuhan asupan gizi
Pendampingan PHBS
Pengadaan sarana belajar anak-anak saat darurat
Penyelenggaraan Posyandu anak-anak secara berkala
Vaksinasi dari penyalit tertentu, sesuai dengan kondisi
Pendataan anak dengan gizi kurang baik pra bencana, dan pendampingan gizi saat darurat
Sosialisasi dan pendampingan PHBS terutama pada saat tanggap darurat
FPRB Puskesmas Psg Puskesmas Psg Puskesmas Psg Puskesmas Psg
Lansia Prioritas Evakuasi
Posyandu lansia
Pendataan riwayat penyakit
Pendampingan PHBS
Pendampingan psikologis dan trauma healing
Pembuatan peta evakuasi berbasis lansia
Penyelenggaraan Posyandu lansia secara berkala
Pendataan riwayat penyalit secara berkala
Sosialisasi dan pendampingan PHBS terutama pada saat tanggap darurat
Pendampingan psikologis saat darurat dan pasca bencana
FPRB Puskesmas Psg Puskesmas Psg Puskesmas Psg Puskesmas Psg
Ibu Hamil Prioritas Evakuasi
Posyandu Ibu Hamil
Pemenuhan kebutuhan khusus ibu hamil dan asupan gizi
Pendampingan PHBS
Pendampingan psikologis dan trauma healing
Pembuatan peta evakuasi berbasis ibu hamil
Penyelenggaraan Posyandu ibu hamil secara berkala
Pemenuhan kebutuhan khusus ibu hamil dan asupan gizi saat darurat
Sosialisasi dan pendampingan PHBS terutama pada saat tanggap darurat
Pendampingan psikologis saat darurat dan pasca bencana
FPRRB Puskesmas Psg Puskesmas Psg Puskesmas Psg Puskesmas Psg
39
LAMPIRAN 3: STRATEGI PENGELOLAAN SDA UNTUK PENGURANGAN RISIKO BENCANA (PRB)
No Jenis SDA Strategi Pengelolaan Bentuk Kegiatan Sumber Dana Penanggungjawab
1. Tanaman nyamplung, dan tanaman lain sebagai greenbelt
Budidaya tanaman nyamplung sebagai bio solar.
Pelestarian tanaman nyamplung dan lainnya sebagai greenbelt
Sosialiasasi kegiatan pembudidayaan Nyamplung
Kerjasama dengan pihak pemerintah atau swasta terkait
Sosialisasi dan kerjasama dengan masayarakat dalam pelestarian greenbelt
Bekerjasama dengan marinir dalam kegiatan pelestaraian greenbelt
Pemerintah Desa, Swasta, Swadaya, dan Pemerintah Daerah
FPRB Desa Pesanggaran
2. Pesisir Pantai Mengembangkan kembali pantai Lampon sebagai daerah wisata dalam rangka peningkatan kapasitas ekonomi masyarakat
Bekerjasama dengan dinas pariwisata dalam pengembangan wisata Lampon
Pengajuan bantuan proyek perbaikan jalan raya Lampon kepada dinas PU
Bekerjasama dengan masyarakat sekitar dalam pengembangan dan pengelolaan wisata Lampon
Swasta, pemerintah daerah
Pemerintah Desa
3 Tanaman bambu di sepanjang Sungai Gangga
Tanaman bambu sebagai bahan bangunan sekaligus penguatan tanggul alam pada sepadan sungai
Sosialisasi kepada warga tentang pengelolaan dan pemanfaatan bambu
Pembuatan peraturan tentang penebangan dan pemanfaatan bambu
Swadaya dan swasta FPRB
40
LAMPIRAN 4: STRATEGI PERLINDUNGAN ASET PRODUKTIF
No Aset Strategi Pengelolaan Bentuk Kegiatan Sumber Dana Penanggungjawab
1 Perahu Nelayan dari ancaman tsunami
Pembuatan tanggul pemecah gelombang, selain sebagai penghambat tsunami juga melindungi perahu nelayan
Pengajuan proposal pembuatan Tanggul Pemecah Gelombang di Wilayah teluk untk melindungi perahu nelayan kepada Pemerintah Daerah atau BNPB
APBD/APBN Pemerintah Desa
2 Gudang ikan dari ancaman tsunami
Relokasi gudang ikan ke lokasi yang lebih aman
Relokasi ke tempat menjauhi teluk / yang lebih tinggi (sebelah utara gapura Lampon)
Swasta Swasta
3 Peternakan sapi dari ancaman tsunami
Membangun sistem gotong royong pemilik peternakan sapi untuk melindungi peternakan, dan menghindarkan peternakan dari wialayah terpapar tsunami.
Sosialisasi kepada masyarakat tentang pengelolaan peternakan sapi bersama
Membangun peternakan/kandang bersama di utara kampung baru yang tidak terpapar tsunami.
Swadaya, Swasta FPRB
4 Lahan pertanian dari ancaman banjir
Modifikasi kalender / masa tanam petani
Penanaman padi tidak dilakukan pada puncak musim penghujan.
- FPRB
41
LAMPIRAN 5: IDENTIFIKASI MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF DESA PESANGGARAN
No Potensi Wilayah Strategi Pelaksanaan
1 Buruh perkebunan Sungai Lembu, Sumber Agung
Bekerjasama dengan PTPN Sungai Lembu
2 Pengolahan gula kelapa (nderes) Kampung Baru Bekerjasama dengan pengepul yang berpihak pada peingkatan perekonomian UMKM
3 Buruh tani Ringin Agung, Ringin Mulyo
Bekerjasama dengan pemilik sawah yang kesulitan mendapatkan tenaga penggarap sawah
4 Membuka lahan baru Wilayah Perhutani Bekerjasama dengan Perhutani dengan sistem magersari
5 Pembuatan kerajinan pasir laut dan kerang laut
Pantai Lampon Bekerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Banyuwangi
6 Industri kreatif souvenir pantai Lampon, Pantai Pulau Merah
Pulau Merah Bekerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Banyuwangi
7 Penyerapan tenaga masyarakat (terdampak)untuk Rehabilitasi dan rekonstruksi
Pesanggaran Bekerjasama dengan pemenang tender pelaksana RR
KEPUTUSAN KEPALA DESA PESANGGARAN
NOMOR: 188/ 17/ kep/ 424.515.01/ 2014
TENTANG
SISTIM PERINGATAN DINI DESA PESANGGARAN
Menimbang :
1. Bahwa Desa Pesanggaran merupakan wilayah yang memungkinkan berbagai
ancaman bencana yang mengancam kehidupan dan penghidupan masyarakat.
2. Bahwa setiap ancaman yang mengancam warga masyarakat desa Pesanggaran
harus diantisipasi dengan perencanaan yang matang.
3. Bahwa berdasarkan aspirasi masyarakat desa Pesanggaran menginginkan adanya
sistem penanganan korban bencana tsunami yang mapan sangat besar, sehingga
mendorong penyusunan sisitim peringatan dini Desa Pesanggaran.
Mengingat :
1. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana;
4. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008
Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana
5. Peraturan Kepala Badan Nasional Penaggulangan Bencana Nomor 01 Tahun 2012
tentang Pedoman Desa Tangguh
6. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 10 Tahun 2012 Tentang
Penanggulangan Bencana;
PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI KECAMATAN PESANGGARAN
KANTOR KEPALA DESA PESANGGARAN Jl. Soeprapto No. 74, Banyuwangi Kode Pos. 68488
KEPALA DESA PESANGGARAN
Memutuskan;
Menetapkan: KEPUTUSAN KEPALA DESA PESANGGARAN TENTANG SISITIM
PERINGATAN DINI DESA PESANGGARAN
Pasal 1
Sistim Peringatan Dini Desa Pesanggaran ini disyahkan menjadi Keputusan Kepala Desa.
Pasal 2
Dokumen Sistim Peringatan Dini sebagaimana terlampir, merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Keputusan Kepala Desa
Pasal 3
Menugaskan kepada Forum PRB Desa Pesanggaran untuk:
a. Memobilisasi seluruh potensi yang telah terdaftar dalam dokumen Sistim Peringatan
Dini dan melakukan pengumpulan sumber daya untuk mengisi kekosongan sumber
daya dalam rencana kontinjensi ini;
b. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan Sistim Peringatan Dini ini.
Pasal 4
Keputusan Kepala Desa ini berlaku sejak tanggal penetapannya
Ditetapkan di Desa Pesanggaran Pada tanggal 3 Desember 2014 Kepala Desa Pesanggaran
SULIONO
SISTIM PERINGATAN DINI DESA PESANGGARAN
A. Pendahuluan
Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera
mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat
oleh lembaga yang berwenang (UU No. 24 Tahun 2007). Seperti diketahui bahwa Desa
Pesanggaran setidaknya memiliki 4 potensi ancaman yaitu tsunami, banjir, gempabumi, dan
abrasi. Dari empat potensi ancaman tersebut dua ancaman pernah terjadi dengan dampak
yang cukup tinggi yaitu tsunami pada tahun 1994, banjir pada tahun 2003, 2005, 2008, dan
2011.
Dari kedua ancaman yang paling berpotensi terulang, tsunami merupakan ancaman
yang sangat serius dikarenakan ancaman ini termasuk dalam kategori rapid onset (ancaman
cepat) sedang banjir termasuk dalam kategori slow onset (ancaman lambat). Sehingga
dalam penentuan sistim peringatan dini di Desa Pesanggaran, ancaman tsunami menjadi
pembahasan prioritas daripada ancaman banjir.
B. Sistem Peringatan Dini Tsunami Desa Pesanggaran
Dalam membangun sistem peringatan dini tsunami setidaknya empat hal berikut
menjadi titik bahasan.
1. Pengetahuan Risiko
Tsunami adalah bencana alam yang “istimewa”. Tingkat ancaman yang tinggi dan waktu
menghindar sangat singkat membutuhkan suatu bangunan sistem yang jelas.
2. Pemantauan dan layanan
Layanan peringatan merupakan inti dari sistem. Harus ada dasar ilmiah yang kuat untuk
dapat memprediksi dan meramalkan munculnya bahaya, dan harus ada sistem peramalan
dan peringatan yang andal yang beroperasi 24 jam sehari. Pemantauan yang terus-menerus
terhadap parameter bahaya dan gejala-gejala awalnya sangat penting untuk membuat
peringatan yang akurat secara tepat waktu. Layanan peringatan untuk bahaya yang
berbeda-beda sedapat mungkin harus dikoordinasikan dengan memanfaatkan jaringan
kelembagaan, prosedural, dan komunikasi yang ada.
3. Penyebaran dan komunikasi
Peringatan harus menjangkau semua orang yang terancam bahaya. Pesan yang jelas dan
berisi informasi yang sederhana namun berguna sangatlah penting untuk melakukan
tanggapan yang tepat, yang akan membantu menyelamatkan jiwa dan kehidupan. Sistem
komunikasi tingkat regional, nasional, dan masyarakat harus diidentifikasi dahulu, dan
pemegang kewenangan yang sesuai harus terbentuk. Penggunaan berbagai saluran
komunikasi sangat perlu untuk memastikan agar sebanyak mungkin orang yang diberi
peringatan, untuk menghindari terjadinya kegagalan di suatu saluran, dan sekaligus untuk
memperkuat pesan peringatan.
4. Kemampuan respon
Masyarakat di daerah resiko mendapatkan informasi kemungkinan (potensi) terjadi tsunami
dari 3 sumber yaitu tanda alam (isi pesan: gempa), dari TV dan Radio nasional (isi pesan:
kejadian gempa dan kemungkinan terjadi tsunami) serta dari Pemda (isi pesan: peringatan
dan arahan untuk evakuasi). Reaksi masyarakat setelah ada gempa adalah lari menjauhi
pantai dan muara sungai menuju daerah relatif aman sambil aktif mencari informasi tentang
konfirmasi atau pembatalan tsunami.
Selain keempat hal di atas, sistem peringatan dini Desa Pesanggaran ini harus dipastikan
tersambung dengan sistem yang telah dibangun di level daerah dan nasional. Sehingga
memperhatikan berbagai aspek tersebut, disusunlah bagan sebagai berikut.
Dari bagan di atas dapat dijelaskan beberapa hal sebagai berikut.
1. Sumber Peringatan
Sumber peringatan yang menjadi acuan haruslah terpercaya dan dapa
dipertanggungjawabkan, agar nantinya tidak terjadi distrust / ketidakpercayaan
masyarakat dikemudian hari. Adapun sumber peringatan yang ditetapkan ialah
a. BMKG pusat maupun regional, sebagai sumber langsung yang dapat
dipertanggungjawabkan melalui berbagai kajian ilmiah.
b. Pusdalops Provinsi maupun Kabupaten, sebagai sumber kedua setelah BMKG,
ditujukan untuk mengantisipasi terputusnya media antara BMKG dengan
masyarakat/pemerintah desa. Selain itu pusdalops dapat menjadi sumber acuan
tentang arahan dari Bupati kepada masyarakat.
c. Masyarakat pesisir, sumber peringatan dari masyarakat yang melihat langsung
tanda-tanda alam dimungkinkan dapat dilakukan, tentu dengan memperhatikan
siapakah narasumber yang menyampaikan peringatan, apakah terpercaya atau
tidak. Hal ini perlu ada kesepakatan lebih lanjut di level masyarakat.
2. Media Peringatan
Untuk menghimpun sebanyak mungkin informasi/peringatan dari sumber terpercaya
maka dibutuhkan media penghubung antara sumber peringatan dengan pemerintah
desa/masyarakat Desa Pesanggaran. Beberpa media yang dapat dipakai antara lain
adalah:
a. Media Nasional: TV Nasional/swasta, radio, dan internet
b. Media Regional (Provinsi/Kabupaten): Handy Talky (HT), sms gateways, TV
Regional, radio komunitas, dan handphone
c. Media Lokal (Desa): Handy Talky (HT), handphone, kentongan, pengeras suara, dll.
3. Mekanisme Diseminasi
Terdapat tiga hal mekanisme diseminasi yang dirumuskan:
a. Pringatan dari BMKG
- BMKG Pusat memberi peringatan kepada seluruh lapisan masyarakat secara
langsung melaui radio, TV maupun internet (laman wbsite BMKG:
www.bmkg.go.id / media sosial: twitter, facebook, dll)
- BMKG Regional memberi peringatan kepada Camat Pesanggaran, Kepala Desa
Pesanggaran, FPRB Pesanggaran, Babinsa, Bhabinkamtibmas, Kepala Dusun,
dan tokoh masyarakat melalui sms gateways yang nomor-nomornya telah
didaftarkan.
b. Peringatan dan arahan dari Pusdalops / Bupati
- Pusdalops memberi peringatan sekaligus arahan kepada FPRB Pesanggaran
dan Kepala Dusun melalui HT yang dimiliki oleh keduanya.
- Camat Pesanggaran diharapkan mampu mengakses arahan langsung dari
Bupati Banyuwangi yang selanjutnya langsung diteruskan kepada kepala Desa
Pesanggaran.
c. Arahan dari Pemerintah Desa
- Kepala Dusun, FPRB, Babinsa, Babinkamtibmas serta tokoh masyarakat
memberi peringatan dan arahan yang sumbernya dari BMKG dan Pusdalops
Provinsi atau Kabupaten
- Kepala Desa memberi arahan atas perintah Camat atau Bupati.
- Kepala desa dapat memberi arahan langsung ataupun mengkaji secara mandiri
bersama FPRB, Babinsa, Babinkamtibmas, dan kepala dusun perihal diseminasi
mandiri tingkat Desa melalui laporan narasumber (masyarakat) terpercaya yang
telah yakin melihat tanda-tanda potensi tsunami (air surut, suara dentuman, bau
anyir menyengat). Situasi ini dilakukan apabila peringatan ataupun arahan dari
institusi nasional maupun daerah dirasa lambat/tidak sampai dengan segera.
- Narasumber/masyarakat yang telah yakin melihat tanda-tanda potensi tsunami
(air surut, suara dentuman, bau anyir menyengat) harus segera melapor kepada
Kepala Dusun/FPRB/Babinsa/ Babinkamtibmas/Kepala Desa/Tokoh Mayarakat
dan mengabarkan kepada seluruh masyarakat yang dijumpai.
- Peringatan mandiri dari Pemerintah Desa berdasarkan laporan narasumber tadi
ditujukan untuk meyakinkan dam memastikan kepada masyarakat terdampak
untuk mengikuti arahan.
KEPUTUSAN KEPALA DESA PESANGGARAN
NOMOR: 188/ 19/kep/ 424.515.01/ 2014
TENTANG
RENCANA EVAKUASI DESA PESANGGARAN
Menimbang :
1. Bahwa Desa Pesanggaran merupakan wilayah yang memungkinkan berbagai
ancaman bencana yang mengancam kehidupan dan penghidupan masyarakat.
2. Bahwa setiap ancaman yang mengancam warga masyarakat desa Pesanggaran
harus diantisipasi dengan perencanaan yang matang.
3. Bahwa berdasarkan aspirasi masyarakat desa Pesanggaran menginginkan adanya
sistem penanganan korban bencana tsunami yang mapan sangat besar, sehingga
mendorong penyusunan rencana evakuasi Desa Pesanggaran.
Mengingat :
1. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana;
4. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 13 Tahun 2010
Tentang Pedoman Pencarian, Pertolongan dan Evakuasi
5. Peraturan Kepala Badan Nasional Penaggulangan Bencana Nomor 01 Tahun 2012
tentang Pedoman Desa Tangguh
6. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 10 Tahun 2012 Tentang
Penanggulangan Bencana;
PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI KECAMATAN PESANGGARAN
KANTOR KEPALA DESA PESANGGARAN Jl. Soeprapto No. 74, Banyuwangi Kode Pos. 68488
KEPALA DESA PESANGGARAN
Memutuskan;
Menetapkan: KEPUTUSAN KEPALA DESA PESANGGARAN TENTANG RENCANA
EVAKUASI DESA PESANGGARAN
Pasal 1
Rencana Evakuasi Desa Pesanggaran ini disyahkan menjadi Keputusan Kepala Desa.
Pasal 2
Dokumen Rencana Evakuasi sebagaimana terlampir, merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Keputusan Kepala Desa
Pasal 3
Menugaskan kepada Forum PRB Desa Pesanggaran untuk:
a. Memobilisasi seluruh potensi yang telah terdaftar dalam dokumen rencana evakuasi
dan melakukan pengumpulan sumber daya untuk mengisi kekosongan sumber daya
dalam rencana kontinjensi ini;
b. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana evakuasi ini.
Pasal 4
Keputusan Kepala Desa ini berlaku sejak tanggal penetapannya
Ditetapkan di Desa Pesanggaran Pada tanggal 3 Desember 2014 Kepala Desa Pesanggaran
SULIONO
PERENCANAAN EVAKUASI DESA PESANGGARAN
A. IDENTIFIKASI KELOMPOK RENTAN
No Nama Kondisi Lokasi Rumah
1 Pak Sunoto Lumpuh total Jalan 3, rumah pertama selatan jalan dari
timur
2 Angga Lumpuh total Jalan 3, rumah terakhir dari timur sebelum
gang 2 selatan jalan
3 Pak Suyono Cacat fisik Jalan 3, sebelah barat rumah kosong, utara
mushola
4 Bu Wagiyem Cacat fisik Baris 3, sebelah barat rumah kosong, utara
mushola
5 Bu Nasiah Cacat fisik Jalan 2, pojok timur, utara jalan
6 Bu Katemi Tuna netra Jalan 2, seberang (selatan) balai pertemuan
7 Bu Saroni Lumpuh, stroke Jalan 1, utara jalan, rumah ke 18 dari timur
(jalan lampon)
8 Bu Surati Cacat fisik Jalan 3, selatan jalan, rumah ke 7 dari gang
2.
9 NN (anak P.
Jemangin)
Cacat mental Jalan 1, utara jalan, rumah ke 18 dari gang
3
10 Bu Sumartin Cacat mental Jalan 1, utara jalan, rumah ke 17 dari gang
3
11 Ridwan Cacat mental Jalan 1, utara jalan, rumah ke 17 dari gang
3
12 Mbok Rin Lansia Jalan 1, utara jalan, rumah ke 23 dari timur
(jalan lampon)
13 Mbok Wasiem Lansia Jalan 2, utara jalan, rumah ke 4 dari gang 2.
14 Pak Surip Lansia Jalan 1, utara jalan, rumah ke 19 dari gang
3
15 Pak Jamari Lansia Sebelah barat Puslatpur
16 Bu Fasin Lansia Jalan 1, utara jalan, rumah ke 4 dari gang 3
17 Mbah Duro Cacat mental Sebelah timur jalan Lampon, dekat goa
Kikik
B. PETA EVAKUASI PARTISIPATIF
C. TEMPAT EVAKUASI SEMENTARA (TES)
Tabel Identifikasi Lokasi, Daya Tampung, Sarana dan Prasarana TES
No. Lokasi TES Daya Tampung Sarana Prasarana
SDN 11
Pesanggaran)*
1300 jiwa Gedung/ ruang kelas
Halaman sekolah
Area parkir
MCK
Penerangan
Meja dan kursi
Kotak P3K
Air bersih
Tongkat dan tali
Pramuka
Keterangan :
)* SDN 11 Presanggaran bukanlah TES yang utama. TES utama saat ini sedang dalam
perencanaan pembangunan oleh BNPB. Lokasi TES utama berada di sebelah barat laut
SDN 11 Pesanggaran, yang berjarak kurang lebih 50 meter. Halaman SDN 11 di jadikan
sebagai titik kumpul.
D. TEMPAT EVAKUASI AKHIR (TEA)
Tabel Identifikasi Lokasi, Daya Tampung, Sarana dan Prasarana TEA
No. Lokasi TES Daya
Tampung
Sarana Prasarana
1. Balai Desa
Pesanggaran
900 jiwa Pendopo
Gedung serba guna
Halaman
Area parkir
Mushola
Ruang Kepala Desa
Ruang PKK
Ruang BPD
Ruang Perpustakaan
Ruang LINMAS
Sekretariat FPRB
MCk
Air bersih
Penerangan
Meja dan kursi panjang
Kursi plastik
TV
Komputer
Printer
Sound system
Megaphone
Peralatan memasak
Tikar
Terpal
2. SDN 5
Pesanggaran
400 jiwa Gedung/ ruang kelas
Halaman sekolah
Area parkir
Ruang UKS
MCK
Penerangan
Meja dan kursi
Kotak P3K
Tempat tidur pasien
Air bersih
Megaphone
E. SARANA MODA EVAKUASI
No. Moda
Evakuasi
Jumlah Daya angkut Pemilik
1. Mobil Pick
Up
5 @ 20 orang 1. P. Yatno
2. P. Lamidi
3. P. Rolis (2 unit)
4. P. Jono
2. Minibus 33 @ 8 orang 1. P. Selat 2. P. Didik
3. P. Wandi 4. P. Slamet
5. P. Wayan 6. P. Dewa
7. P. Sunar 8. P. Riyadi
9. P. Atim 10. P. Sutarno
(2 unit)
11. P. Lamidi 12. P. Miseri
13. P. Zainal A 14. P. Andri
15. P. Giyanto 16. P. Sugiman
17. P. Asmu’in 18. P. Mutaidi
19. P. Dwi Nur C 20. P. Santoso
21. P. Solehan 22. P. Astugi
23. P. Legimin 24. P. Ayang
25. P. Rolis 26. P. Siswadi
27. P. Winardi 28. P. Suwoto
29. P. Samsi 30. P. Dariyanto
31. P. Rimba N 32. P. Idik
33. P. Samsul
3. Motor
TOSA
1 @ 5 orang P. Rolis
F. PERALATAN EVAKUASI
No. Nama Peralatan Jumlah Pemilik
1. Megaphone 3 1. Desa Pesanggaran
2. P. Agus Maryono
3. SDN 5 Pesanggaran
2. Telepon seluler Banyak Hampir seluruh warga memiliki
3. Jaringan data
internet
Banyak Warga Lampon yang memiliki handphone
yang mendukung koneksi data internet
4. Peta evakuasi 1 (dapat
diperbanyak)
FPRB
5. GPS sederhana Banyak Warga Lampon yang memiliki handphone
yang mendukung GPS
6. Tenda pleton 1 Puslatpur Marinir Lampon
7. Parang, cangkul,
sekop, cetok,
gergaji
Banyak Hampir seluruh warga memiliki
8. Genset 20 Warga Lampon
9. Tali tampar plastik Banyak Nelayan dan penambang emas Lampon
10. Arco/ gerobak
dorong
Banyak Warga Lampon
11. Sepatu boat Banyak Warga Lampon
G. PROSEDUR DAN MEKANISME EVAKUASI DI KAMPUNG BARU (PANTAI LAMPON)
Pembahasan mengenai prosedur dan mekanisme evakuasi masyarakat terpapar di
Pantai Lampon Kampung Baru dibedakan menjadi lima zona evakuasi. Pembagian tersebut
dimaksudkan untuk mempermudah pembahasan dan operasi evakuasi secara detail sesuai
wilayah. Selain itu pembagian tersebut juga bertujuan untuk mengkhususkan pelaku evakuasi
terhadap anggota kelompok rentan. Adapun pembagian kelima zona dapat dilihat pada peta
partisipatif evakuasi.
Prosedur dan mekanisme evakuasi untuk ancaman tsunami disusun berdasarkan zona
wilayah terpapar (seperti yang terlihat dalam peta), dengan menjawab pertanyaan inti yakni:
1. Bagaimanakah cara evakuasi dan moda transportasi apakah yang dipakai?
2. Jalur manakah yang dipilih untuk evakuasi dengan mempertimbangkan waktu kondisi
medan?
3. Bagaimanakah strategi khusus untuk evakuasi kelompok rentan?
4. Berapakah estimasi waktu tercepat yang dibutuhkan untuk evakuasi?
Jawaban dari keempat pertanyaan tersebut tertuang dalam prosedur evakuasi berikut ini.
PROSEDUR EVAKUASI TSUNAMI DESA PESANGGARAN KABUPATEN BANYUWANGI
1. Apabila Anda merasakan gempabumi dan sedang berada di dalam ruangan:
a. Lindungi kepala dan berlindunglah di bawah meja atau benda lain yang kuat;
b. Hindari kaca atau benda-benda yang menggantung; dan
c. Segera keluar dan menjauhi bangunan atau pohon tinggi menuju tempat terbuka.
2. Apabila Anda berada di pantai atau di bantaran sungai, jauhi pantai atau bantaran sungai
untuk menuju tempat yang tinggi atau menuju TES (Tempat Evakuasi Sementara)
mengikuti rambu-rambu evakuasi;
3. Dengarkan informasi dan himbauan resmi dari pihak berwenang melalui pengeras suara/
sirine/ kentongan dan ikuti arahan yang diberikan.
4. Apabila mendengarkan sirine/ kentongan berbunyi selama 3 menit segera lakukan
evakuasi diri.
5. Himbauan saat evakuasi:
a. Selamatkan diri dengan mulai mengevakuasi diri sendiri menuju tempat yang aman;
b. Ikutilah rambu-rambu evakuasi sepanjang jalan menuju TES (Tempat Evakuasi
Sementara) atau TEA (Tempat Evakuasi Akhir);
c. Bantulah warga di dekat Anda (terutama kelompok rentan) yang membutuhkan
pertolongan;
d. Lakukan evakuasi dengan berjalan kaki/ naik motor/ naik mobil menuju TES atau TEA
yang sudah ditentukan melalui jalur evakuasi;
e. Jangan mencoba mencari anak, istri, suami, saudara, atau teman Anda;
f. Bawalah barang-barang paling berharga saja (ijazah, surat nikah, akta kelahiran, akta
tanah/rumah, buku tabungan, uang dan perhiasan);
g. Jangan membawa benda berat atau hewan ternak;
h. Matikan arus listrik dan kompor/ tungku lalu tinggalkan rumah dalam keadaan terkunci;
i. Ikuti arahan petugas evakuasi di lapangan (TRC, Polisi, TNI).
6. Jika Anda berada di Zona 1 (kawasan Pos Puslatpur Marinir Lampon)
a. Lakukan evakuasi diri menggunakan sepeda motor melalui jalan setapak di belakang
Pos Puslatpur Marinir. Jalan tersebut menuju daratan yang lebih tinggi (elevasi rata-rata
7m dpl) dan terhubung dengan Jalan 3).
b. Ikuti rambu-rambu evakuasi di sepanjang jalan menuju TES (SDN 11 Pesanggaran)
c. Lakukan evakuasi terhadap Mbah Jamari dan istri (kelompok rentan) dengan
menggunakan motor.
d. Estimasi waktu menuju TES kurang lebih 7 menit dengan mengendarai sepeda motor.
7. Jika Anda berada di Zona II
a. Lakukan evakuasi diri menggunakan sepeda motor melalui Gg. 4 ke arah utara. Jalan
tersebut menuju daratan yang lebih tinggi (elevasi rata-rata 8m dpl) dan terhubung
dengan Jalan 3).
b. Ikuti rambu-rambu evakuasi di sepanjang jalan menuju TES (SDN 11 Pesanggaran)
c. Lakukan evakuasi terhadap NN (anak P. Jemangin), Bu Sumartin, Ridwan, Mbah Surip
dan Bu Fasin (kelompok rentan) dengan menggunakan mobil menuju TEA dengan
mengikuti rambu-rambu evakuasi melalui Jalan 1 (ke arah timur) lalu ke arah utara
melewati jalan utama Pantai Lampon.
d. Estimasi waktu menuju TEA kurang lebih 10 menit dengan berjalan kaki.
8. Jika Anda berada di Zona III
a. Lakukan evakuasi diri menggunakan sepeda motor atau berjalan kaki melalui Gg. 2, 3
maupun 4 ke arah utara, pilih gang yang terdekat dengan rumah Anda. Jalan tersebut
menuju daratan yang lebih tinggi (elevasi rata-rata 8m dpl) dan terhubung dengan Jalan
3).
b. Ikuti rambu-rambu evakuasi di sepanjang jalan menuju TES (SDN 11 Pesanggaran).
c. Lakukan evakuasi terhadap P. Suyono, B. Wagiyem, B. Katemi, B. Surati, B. Wasiyem
dan P. Tugiyono (kelompok rentan) dengan menggunakan mobil menuju TEA dengan
mengikuti rambu-rambu evakuasi melalui Jalan 1 (ke arah timur) lalu ke arah utara
melewati jalan utama Pantai Lampon.
d. Estimasi waktu menuju TEA kurang lebih 5-7 menit dengan berjalan kaki, dan 4 menit
dengan sepeda motor.
9. Jika Anda berada di Zona IV
a. Lakukan evakuasi diri menggunakan sepeda motor atau berjalan kaki melalui Gg. 1 dan
2 ke arah utara, pilih gang yang terdekat dengan rumah Anda. Jalan tersebut menuju
daratan yang lebih tinggi (elevasi rata-rata 8m dpl) dan terhubung dengan Jalan 3).
b. Ikuti rambu-rambu evakuasi di sepanjang jalan menuju TES (SDN 11 Pesanggaran).
c. Lakukan evakuasi terhadap P. Sunoto, Angga, dan B. Nasiah (kelompok rentan) dengan
menggunakan mobil menuju TEA dengan mengikuti rambu-rambu evakuasi melalui
Jalan 1 (ke arah timur) lalu ke arah utara melewati jalan utama Pantai Lampon.
d. Estimasi waktu menuju TEA kurang lebih 2-5 menit dengan berjalan kaki, dan 2 menit
dengan sepeda motor.
10. Jika Anda berada di Zona V
a. Lakukan evakuasi diri dengan berjalan kaki melalui Gg. 1 ke arah utara, jalan tersebut
menuju daratan yang lebih tinggi (elevasi rata-rata 8m dpl) dan terhubung dengan Jalan
3 menuju TES, atau evakuasi diri menggunakan sepeda motor ke arah timur langsung
menuju TEA.
b. Ikuti rambu-rambu evakuasi di sepanjang jalan menuju TES (SDN 11 Pesanggaran).
c. Ikuti rambu-rambu evakuasi di sepanjang jalan menuju TEA (Balai Desa Pesanggaran).
d. Lakukan evakuasi terhadap B. Saroni, Mbok Rin dan Mbah Duro (kelompok rentan)
dengan menggunakan mobil menuju TEA dengan mengikuti rambu-rambu evakuasi
melalui Jalan 1 (ke arah timur) lalu ke arah utara melewati jalan utama Pantai Lampon
menuju TEA (Balai Desa Pesanggaran).
e. Estimasi waktu menuju TES kurang lebih 2-5 menit dengan berjalan kaki.
f. Estimasi waktu menuju TEA kurang lebih 15 menit dengan mobil.
11. Apabila telah berada di Titik kumpul / TES (SDN 11 Pesanggaran) segera lakukan evakuasi
diri secara berjalan menuju arah utara sampai ke Puthukan, untuk diangkut secara
berkelompok dan bertahap oleh mobil warga yang telah bersiaga di sana menuju TEA
(Balai Desa Pesanggaran). Dibutuhkan waktu kurang lebih 10 menit untuk evakuasi
dengan mobil dari Puthukan ke TEA.
H. STRUKTUR KENDALI EVAKUASI
Otoritas pengendalian evakuasi Desa Pesanggaran dilakukan oleh Tim Rekasi Cepat
(TRC) dan Organisasi Tanggap Darurat (ICS) tingkat Desa. Apabila level bencana ditetapkan
pada level kabupaten, provinsi, atau nasional maka TRC dan ICS Desa Pesanggaran
berkoordinasi atau bergabung bersama tim TRC dan ICS kabupaten, provinsi, atau nasional.
Berikut ini adalah struktur Tim Rekasi Cepat (TRC) dan Organisasi Tanggap Darurat (ICS)
Desa Pesanggaran yang siap diaktifkan saat status tanggap darurat ditetapkan.
Struktur Organisasi Tanggap Darurat (ICS) Desa Pesanggaran
Struktur tersebut adalah bentuk metamorfosis dari Forum PRB, artinya bidang-bidang yang ada
dalam FPRB dioptimalkan untuk berbagai peran dalam Organisasi Tanggap Darurat sesuai
keahlian bidang tersebut.
Komandan dan Wakil
Kepala Desa Pesanggaran dan Babinkamtibmas
Perancanaan
Bid. Pendidikan dan Pelatihan FPRB
Operasi Bid. Dapur Umum,
Kesehatan, dan Lingkungan Hidup FPRB
Logistik & Peralatan
Bid. Advokasi dan Koor. Dusun FPRB
Admin-Keuangan Bendahara, Bid.
Usaha Dana FPRB
Sekretariat
Sekretaris dan Bid. Pendataan FPRB
Perwakilan lembaga Sekretaris Desa
Humas
Bidang Informasi dan Komunikasi FPRB
Keamanan dan Keselamatan
Anggota LINMAS
Struktur Tim Reaksi Cepat (TRC) Desa Pesanggaran
Komandan Wakil Komandan
Babinsa dan Co. Relawan
Tim Pencari Tim ahli Pencari dari
Relawan, LINMAS, kesehatan, dll
Tim Penolong Tim ahli Penolong dari
Relawan, LINMAS, kesehatan dll
Evakuasi Tim ahli Evakuasi dari
Relawan, LINMAS, kesehatan dll
KEPUTUSAN KEPALA DESA PESANGGARAN
NOMOR: 188/ 16/ kep/ 424.515.01/ 2014
TENTANG
RENCANA KONTIJENSI BENCANA TSUNAMI
DESA PESANGGARAN
Menimbang :
1. Bahwa Ancaman bencana tsunami yang mengancam warga masyarakat desa
Pesanggaran harus diantisipasi dengan rencana kontijensi yang siap untuk di
operasionalisasikan menjadi operasi tanggap darurat.
2. Bahwa berdasarkan aspirasi masyarakat desa Pesanggaran menginginkan adanya
sistem penanganan korban bencana tsunami yang mapan sangat besar, sehingga
mendorong penyusunan rencana kontijensi bencana tsunami.
3. Bahwa RPB Desa Pesanggaran telah memberikan peluang tersusunnya sebuah
rencana kontijensi bencana tsunami yang dilegalkan.
Mengingat :
1. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana;
4. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008
Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana
5. Peraturan Kepala Badan Nasional Penaggulangan Bencana Nomor 01 Tahun 2012
tentang Pedoman Desa Tangguh
6. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 10 Tahun 2012 Tentang
Penanggulangan Bencana;
PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI KECAMATAN PESANGGARAN
KANTOR KEPALA DESA PESANGGARAN Jl. Soeprapto No. 74, Banyuwangi Kode Pos. 68488
KEPALA DESA PESANGGARAN
Memutuskan;
Menetapkan: KEPUTUSAN KEPALA DESA PESANGGARAN TENTANG RENCANA
KONTIJENSI BENCANA TSUNAMI DESA PESANGGARAN
Pasal 1
Rencana Kontijesi Bencana Tsunami Desa Pesanggaran ini disyahkan menjadi Keputusan
Kepala Desa.
Pasal 2
Dokumen Rencana Kontinjensi Bencana Tsunami sebagaimana terlampir, merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan Kepala Desa
Pasal 3
Menugaskan kepada Forum PRB Desa Pesanggaran untuk:
a. Memobilisasi seluruh potensi yang telah terdaftar dalam dokumen rencana
kontinjensi dan melakukan pengumpulan sumber daya untuk mengisi kekosongan
sumber daya dalam rencana kontinjensi ini;
b. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana kontinjensi ini.
Pasal 4
Keputusan Kepala Desa ini berlaku sejak tanggal penetapannya
Ditetapkan di Desa Pesanggaran Pada tanggal 3 Desember 2014 Kepala Desa Pesanggaran
SULIONO
1
BAB I
GAMBARAN UMUM
Desa Pesanggaran merupakan desa di wilayah selatan Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur
dengan topografi berlembah sebagai bentukan Pegunungan Tumpang Pitu di sebelah barat daya.
Sementara di wilayah selatan merupakan wilayah yang langsung berbatasan dengan Samudera Hindia.
Desa Pesanggaran merupakan bagian dari Daerah aliran Sungai (DAS) Sungai Baru disebelah timur dan
DAS Sungai Gangga di sebelah barat. Melihat kondisi geografis tersebut, maka potensi ekonomi yang
berkembang di Desa Pesanggaran ialah pertanian dan perikanan. Selain potensi alam, di Desa
Pesanggaran menyimpan potensi wisata yang cukup besar, kawasan Pantai Lampon dengan pasir putih
kecoklatannya menyimpan sisi estetis bagi para pelancong, terlebih lagi keragaman budaya masyarakat
khas pesisir pantai masih dipertahankan hingga saat ini. Perayaan 1 Muharram (suroan) yang merupakan
pengejawantahan rasa syukur kepada Tuhan YME selalu diselenggaran tiap tahunnya di pesisir Lampon.
Melimpahnya potensi alam selalu diimbangi dengan potensi ancaman bencana, begitu juga yang
terjadi di Desa Pesanggaran. Tsunami yang terjadi tahun 1994 dan banjir pada tahun 2003, 2004, 2005,
2008, 2010 dan 2011 merupakan bukti bahwa ancaman itu dapat terjadi setiap saat. Selain itu,
gelombang ekstrim dan abrasi mengancam masyarakat pesisir tiap tahunnya. Secara nyata banjir empat
kali dalam 10 tahun terakhir telah menghancurkan pertanian masyarakat bantaran sungai Gangga
(terutama petak 56), dan tsunami 1994 juga secara nyata telah melumpuhkan wisata Lampon hingga saat
ini. Dapat dibayangkan betapa besar potensi ekonomi masyarakat hilang dalam rentang 20 tahun terakhir
dan tentu saja masih mungkin berlanjut pada tahun-tahun berikutnya. Sehingga sangat penting untuk
dilakukan pengkajian risiko bencana sebagai langkah dasar untuk dapat melakukan kegiatan
Pengurangan Risiko Bencana (PRB) berikutnya. Berikut adalah rincian gambaran wilayah Desa
Pesanggaran.
1. Administrasi Wilayah
Desa Pesanggaran memiliki luas + 26,827 km2 / 2.682,7 Ha dengan batas geografis 114º 4’ -
114º7’ BT dan 8º 33’ - 8º 37’ LS, batas administrasi sebelah utara adalah Desa Sumbermulo, sebelah
timur adalah Desa Siliragung, sebelah barat adalah Desa Sumberagung, dan sebelah selatan adalah
Samudra Hindia. Jarak tempuh Desa Pesanggaran dari Kecamatan adalah 5 Km dengan waktu tempuh
20 menit, dari Kabupaten adalah 65 Km dengan waktu tempuh 2 jam , dari Ibu kota Propinsi adalah 380
Km, dari Ibu kota Negara adalah 1.100 Km. Desa Pesanggaran memiliki 4 Dusun yang terdiri dari:
- Dusun Krajan : 21 RT 6 RW
- Dusun Ringinsari : 38 RT 10 RW
- Dusun Ringinagung : 35 RT 8 RW
- Dusun Ringinmulyo : 19 RT 5 RW
2
2. Kondisi Geografis Wilayah
Ketinggain rata-rata wilayah Desa Pesanggaran berada pada kisaran 25 meter dpl, dengan
topografi dataran tanpa perbukitan. Desa Pesanggaran memiliki tanah yang cukup subur dengan tekstur
halus berpasir berwarna hitam dan kemerahan. Sementara itu BMKG mencatat curah hujan rata-rata di
Desa Pesanggaran ialah 1.900-2.700 mm, dengan suhu rata-rata 310C.
3. Penggunaan Lahan (Landuse) dan Komoditi
Penggunaan lahan (landuse) di Desa Pesanggaran meliputi:
- Sawah irigasi ½ tehnis : 408 Ha
- Sawah tadah hujan : 308 Ha
- Ladang/tegal : 556 Ha
- Permukiman : 246 Ha
- Tanah Lapang : 4 Ha
- Perkantoran : 0,5 Ha
- Tanah kas desa : 25 Ha
- Hutan produksi : 857 Ha
- Lainnya : 278,2 Ha
Total : 2.682,7 Ha
Sementara itu komoditi pertanian di Desa Pesanggaran yang menjadi andalan masyarakat ialah padi,
jagung dan tanaman palawija. Sedangkan aneka buah-buahan yang dibudidayakan ialah jeruk, pisang,
melon, semangka, dan buah naga. Adapaun komoditi untuk sektr peternakan banyak dijumpai peternakan
ayam, kambing, dan sapi.
4. Kependudukan
Berikut ini adalah profil kependudukan Desa Pesanggaran tahun 2012:
Penduduk Total : 12.537 Jiwa
- Laki-laki : 6.163 Jiwa
- Perempuan : 6.374 Jiwa
Jumlah Kepala Keluarga (KK) : 4.196 KK
Penduduk menurut usia
0-7 tahun : 4.838 Jiwa
7-18 tahun : 2.185 Jiwa
18-56 tahun : 4.370 Jiwa
>56 tahun : 744 Jiwa
3
Keadaan sosial menurut agama:
- Islam : 8.552 Jiwa
- Hindhu : 2.435 Jiwa
- Kristen : 1.388 Jiwa
- Budha : 144 Jiwa
- Katholik : 18 Jiwa
Keadaan penduduk menurut pendidikan
- Belum sekolah : 331 Jiwa
- Tidak tamat sekolah : 214 Jiwa
- Tamat SD/MI : 2.968 Jiwa
- Tamat SLTP : 873 Jiwa
- Tamat SLTA : 2.420 Jiwa
- Tamat Perguruan Tinggi : 256 Jiwa
- Tidak sekolah : 320 Jiwa
Penduduk menurut mata pencaharian
- Petani : 3.379 Orang
- Buruh : 1.193 Orang
- Pegawai negeri : 136 Orang
- TNI/POLRI : 82 Orang
- Dokter : 4 Orang
- Mantri kesehatan : 10 Orang
- Bidan desa : 6 Orang
- Tukang batu : 45 Orang
- Tukang kayu : 72 Orang
- Tukang jahit : 21 Orang
- Tukang ojek : 16 Orang
- Lain-lain : 511 Orang
5. Sejarah Kejadian Bencana
Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, Desa Pesanggaran mengalami beberapa kejadian bencana
besar, dengan skala kerugian cukup tinggi. Pertama adalah kejadian tsunami pada tahun 1994. Dari
kajian Sunarto dan Marfai (2012) Universitas Gadjah Mada, tsunami tersebut menghantam pesisir Pantai
Lampon dengan ketinggian gelombang diperkirakan setinggi 11 m dengan jarak jangkau ke arah daratan
sepanjang 300 m. Pantai Lampon Dusun Ringinsari, Desa Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi,
4
merupakan salah satu daerah terdampak tsunami pada tahun 1994. Menurut Bapak Agus Mulyono, tokoh
masyarakat setempat, tsunami terjadi pada malam Jum’at Pon kurang lebih pukul 01.00 WIB. Kejadian
tsunami pada waktu itu telah merenggut 42 korban jiwa, 41 orang warga lokal dan 1 orang pemancing
dari daerah lain. Pemerintah setempat telah melakukan relokasi pemukiman dan wargan dari lokasi
terdampak menuju sebelah timur sejauh 1 km dari lokasi kejadian tsunami tersebut, kemudian
pemukiman hasil relokasi ini disebut sebagai Kampung Baru. Saat ini Kampung Baru merupakan
kampung yang terdiri dari 5 deret pemukiman yang berjarak kurang lebih 500 m dari garis pantai.
Kejadian bencana kedua adalah banjir pada tahun 2003, 2004, 2005, 2008, 2010 dan 2011. Dari enam
kejadian tersebut, skala terbesar dialami pada tahun 2005. Banjir ini terjadi disepanjang sungai gangga.
Pada saat itu hujan turun selama 4 hari berturut-turut dan secara bersamaan terjadi gelombang pasang
laut, atau warga lokal menyebut dengan lampek. Di wilayah Pesanggaran, 2 dusun yaitu Dusun Ringin
Agung dan Ringin Mulyo merupakan wilayah terparah, dengan tinggi genangan hampir 1 m. Kejadian ini
tidak memakan korban jiwa, tetapi kerugian harta benda diperkirakan sangat besar.
5
BAB II
PENILAIAN BAHAYA DAN PENENTUAN KEJADIAN
A. PENILAIAN BAHAYA
Penilaian bahaya dilakukan melalui identifikasi jenis ancaman dan pembobotan ancaman.
Tabel 2.1 Kejadian dan Potensi Bencana Desa Pesanggaran
No Jenis Bencana Pernah Potensi
1 Gempabumi v
2 Tsunami V
3 Banjir V
4 Tanah Longsor
5 Letusan Gunungapi
6 Gelombang Ekstrim Dan Abrasi V
7 Cuaca Ekstrim
8 Kekeringan
9 Kebakaran Hutan Dan Lahan
10 Kebakaran Gedung Dan Pemukiman
11 Epidemi Dan Wabah Penyakit
12 Gagal Teknologi
13 Konflik Sosial
(Sumber: Hasil Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Dari tabel tersebut terdapat 4 potensi ancaman, dan dua diantaranya pernah melanda Desa
Pesanggaran yaitu; tsunami, gempabumi, banjir, gelombang ekstrim dan abrasi,. Serta 2 ancaman yang
sifatnya masih mungkin/berpotensi terjadi yaitu kebakaran gedung dan permukiman, dan wabah penyakit.
Dari identifikasi tersebut selanjutnya dilakukan penyekalaan dengan kriteria.
Tabel 2.2 Skala Dampak dan Kriterianya
Skala Dampak Kriteria
3 (Tinggi)
Bencana yang menimbulkan dampak pada ke 3 komponen kerentanan secara bersamaan atau bencana yang menimbulkan dampak kerusakan minimal pada 30% luas desa.
2 (Sedang)
Bencana yang menimbulkan dampak pada 2 (dua) dari 3 (tiga) komponen kerentanan secara bersamaan
1 (Rendah)
Bencana yang menimbulkan dampak pada salah 1 (satu) dari 2 (dua) komponen kerentanan (yaitu komponen lingkungan atau komponen fisik-ekonomi)
(Sumber: BNPB, 2014)
6
Berikut adalah identifikasi skala dampak bencana berdasarkan kejadian dan potensi bencana di
Desa Pesanggaran.
Tabel 2.3 Jenis Bencana dan Skala Dampaknya
No Jenis Bencana Skala Dampak
1 Tsunami 3
2 Banjir 2
3 Gempabumi 1
4 Gelombang Ekstrim Dan Abrasi 1
(Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Keterangan: Skala 3 = Tinggi Skala 2 = Sedang Skala 1 = Rendah
Selanjutnya, dari identifikasi skala dampak, dibuatlah garis waktu bencana untuk 20 tahun
terakhir dengan skala dampak bencana tinggi (3) dan sedang (2) yang pernah terjadi di desa
Pesanggaran serta rekapitulasi dampak negatif, dampak positif dan kegiatan PRB yang dilakukan sebagai
berikut.
Gambar 2.1. Garis Waktu Bencana 20 Tahun Terakhir Berskala Tinggi (3) dan Sedang (2) (Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Selama 20 tahun terakhir, setidaknya telah terjadi bencana tsunami pada tahun 1994 dengan
tingkat skala tinggi, dan empat kali banjir melanda wilayah Desa Pesanggaran terutama di Dusun Ringin
Agun dan Ringin Mulyo dengan skala dampak sedang. Berikut adalah rekapitulasi dampak negatif,
dampak positif, dan tindakan PRB yang dilakukan saat bencana tersebut melanda.
1994 2003 2004, 2005 2008 2010, 2011
Skala 3 Skala 2
7
Tabel 2.4 Rekapitulasi Dampak Negatif, Dampak Positif, dan Tindakan PRB
BENCANA TAHUN SKALA DAMPAK NEGATIF DAMPAK POSITIF TINDAKAN PRB
TSUNAMI 1994 3 90% Rumah warga dan Fasilitas Umum di sebagian dusun Ringinsari
Munculnya kegiatan ekonomi alternatif selain sebagai nelayan
Pendirian Posko Tanggap Darurat
41 Korban Jiwa Relokasi mengobati trauma warga
Relokasi Warga Pasca Tanggap Darurat
Gangguan psikologis masyarakat
Relokasi meningkatkan PHBS warga
99% Alat penangkap ikan rusak / hilang
BANJIR 2003, 2004, 2005, 2008, dan 2010, 2011
2 Kerugian sektor ekonomi akibat gagal panen
Masyarakat lebih tanggap terhadap ancaman banjir
Sosialisasi penyadaran masyarakat untuk pengelolaan lingkungan sungai
Menimbulkan wabah penyakit seperti DBD dan disentri
Melakukan sudetan sejaih 100 m dengan lebar 3 m.
(Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Setelah identifikasi skala dampak selesai, langkah selanjutnya adalah menilai persentase
kecenderungan kejadian dengan rumus yang telah dijelaskan sebelumnya. Sehingga menghasilkan tabel
sebagai berikut.
Tabel 2.5 Kecenderungan Potensi Bencana 20 Tahun Terakhir
Skala Dampak Bencana %Potensi Kejadian Kecenderungan
Kejadian
3 Tsunami 5% Tinggi
2 Banjir 30% Tinggi/Meningkat
1 Gempabumi 0% Rendah
1 Gelombang Ekstrim dan Abrasi 0% Rendah
(Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Keterangan: Menurun : < 15% Tetap : 15% - 30% Meningkat : >30% Catatan: khusus untuk ancaman tsunami harus diberi tingkat kecenderungan tinggi,
memperhatikan fenomena yang terjadi pada skala nasional dalam 20 tahun terakhir.
8
Berdasarkan hasil pemetaan diketahui bahwa bencana tsunami yang berpotensi di Desa
Pesanggaran diperkirakan akan memberi dampak maksimal pada area Desa seluas 767,25 Ha atau
sebesar 28,6 % dari total luas Desa, dampak tersebut masuk dalam kategori sedang. Sementara banjir
diperkirakan akan memberi dampak masksimal pada area seluas 34,88 Ha atau 1,3% dari luas Desa,
dampak ini masuk dalam skala rendah. Sementara kejadian gempabumi dan abrasi belum diketahui area
yang terpapar dikarenakan belum pernah terjadi hingga mengancam kehidupan dan penghidupan.
Langkah Berikutnya adalah penentuan indeks bahaya/ancaman (H) dengan melakukan
tabulasi silang (cross tab) antara kecenderungan kejadian dengan area terpapar.
Gambar 2.2 Indeks Bahaya Desa Pesanggaran (Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Dari gambar 2.2 dapat disimpulkan bahwa ancaman tsunami memiliki tingkat bahaya tinggi dan
banjir memiliki tingkat bahaya sedang.
B. PENENTUAN KEJADIAN
Berdasarkan penilaian bahaya di Desa Pesanggaran tersebut, terlihat bahwa ancaman tsunami
merupakan bahaya dengan skala tinggi. Oleh karena itu, dalam penyusunan rencana kontinjensi Desa
Pesanggaran ini diputuskan bahwa bahaya ancaman tsunami merupakan prioritas untuk dibuat rencana
kontinjensi Desa Pesanggaran yang pertama.
BANJIR
TSUNAMI
GEMPABUMI ABRASI
9
BAB III
PENGEMBANGAN SKENARIO
A. Pengembangan Skenario Kejadian
Pada dini hari ± pkl. 02.00 bukan pada hari libur terjadi gempabumi dengan kekuatan 7,7 SR di
laut selatan pulau Jawa dengan jarak 30 km laut, dengan kedalaman 15 km. Diperkirakan akan
menimbulkan tsunami di kawasan pesisir pantai Desa Pesanggaran, tinggi gelombang 10-11 mdpl,
dengan durasi 2 jam. Mengancam 8,9 km2 wilayah Desa Pesanggaran bagian selatan.
B. Pengembangan Skenario Dampak
Pengembangan skenario dampak merupakan asumsi dampak terhadap aspek-aspek kehidupan
akibat bencana tsunami sesuai kesepakatan penetapan skenario kejadian pada subbab sebelumnya.
Skenario dampak terfokus pada aspek-aspek terdampak yang harus segera dipulihkan dalam upaya
tanggap darurat. Dengan mengetahui wilayah terdampak, selanjutnya dapat dilakukan analisis dampak
pada aspek kehidupan/penduduk, aspek sarana dan prasarana, aspek ekonomi, dan aspek lingkungan.
Berdasarkan peta ancaman tsunami Desa Pesanggaran, diperkirakan 8,9 km2 wilayah Desa Pesanggaran
terdampak tsunami.
1. Aspek Kehidupan/Penduduk
Asumsi dampak pada aspek kehidupan/penduduk dapat berupa kematian/ sulit diketemukan,
mengungsi, dan pindah/ selamat. Perhitungan asumsi aspek kehidupan/penduduk tergantung pada
tingkat kerentanan dan kapasitas penduduk, struktur fisik bangunan rumah, serta pola permukiman
penduduk di Kampung Baru, Dusun Ringin Sari RW 9 dan 10.
Tabel 3.1 Asumsi Dampak pada Aspek Kehidupan/Penduduk
Wilayah Terdampak
Kelompok Korban Berdasarkan usia
Jumlah terancam
(jiwa)
Dampak (jiwa)
Meninggal/ Sulit diketemukan
Mengungsi Pindah/ selamat
Luka Ringan
Luka Sedang
Luka Berat
Tidak Luka
Kampung Baru,
Ringinsari (RW 9,
10, 11)
Bayi
(0-<1tahun)
21 5 3 0
5 3 5
Balita
(1 - <5 tahun)
163 13 24 32
15 47 32
5-6 tahun 68 7 7 17 24 11 2
7-15 tahun 129 24 56 24 10 5 10
16-21 361 18 17 58 21 163 84
22-59 502 28 118 48 128 173 7
>60 tahun 59 33 2 5 10 1 8
Jumlah Total 1.303 128 227 184 213 403 148
10
Wilayah Terdampak
Kelompok Korban Berdasarkan usia
Jumlah terancam
(jiwa)
Dampak (jiwa)
Meninggal/ Sulit diketemukan
Mengungsi Pindah/ selamat
Luka Ringan
Luka Sedang
Luka Berat
Tidak Luka
1.303 1.303
Sumber: Data Pendamping Lapangan KB Desa Pesanggaran
2. Aspek Sarana dan Prasana
Sarana dan prasarana menjadi prioritas untuk dipulihkan fungsinya sesegera karena terkait
fungsinya sebagai aspek pendukung penyelamatan jiwa dan pemenuhan kebutuhan dasar.
Tabel 3.2 Asumsi Dampak pada Aspek Sarana dan Prasarana
No. Jenis Kerusakan Jumlah
Terancam Tingkat Kerusakan
Parah Sedang Ringan Tidak Rusak
1. Jalan aspal 3 km 3 km - - -
2. Pos marinir 7 2 3 2 -
3. Hellipad 1 1 - - -
4. Rumah penduduk 282 202 80 - -
5. Gapura 1 1 - - -
6. Pos kamling 1 1 - - -
7. Masjid/mushola 3 2 1 - -
8. Pura 1 - 1 - -
9. Gereja 1 1 - - -
10. SD 1 - 1 - -
11. TK 1 1 - - -
12. TPQ 2 2 - - -
13. Sirine 1 1 - - -
14. Gardu listrik 2 2 - - -
15. Balai pertemuan 1 - 1 - 1
16. Tiang listrik 50 30 10 - 10
17. Makam 0,5 ha 0,5 ha - - -
18. Alat pemakaman 2 2 - - -
19. Lapangan tembak 3 3 - - -
20. Sumur bor 4 4 - - -
Jumlah 364,5 255 97 3 11
11
3. Aspek Ekonomi
Dampak aspek ekonomi berkaitan dengan terganggunya kegiatan perekonomian/perdagangan
masyarakat yang menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat.
Tabel 3.3 Asumsi Dampak pada Aspek Ekonomi
No. Jenis Kerusakan Jumlah
Terancam Tingkat Kerusakan
Parah Sedang Ringan Tidak Rusak
1. TPI 1 1 - - -
2. Gudang ikan 2 2 - - -
3. Gudang lobster 2 2 - - -
4. Perahu nelayan 50 30 - - 20
5. Warung 38 38 - - -
6. Gudang tambak 4 4 - - -
7. Tambak udang 8 ha 8 ha - - -
8. Sapi 86 11 - - 75
9. Kambing 31 - - - 31
10. Sawah pasang surut 10 ha 10 ha - - -
Jumlah 232 106 - - 126
4. Aspek Lingkungan
Dampak aspek lingkungan berkaitan dengan lingkungan yang mendukung keberlangsungan
kehidupan masyarakat, dan rusak akibat ancaman tsunami.
Tabel 3.4 Asumsi Dampak pada Aspek Lingkungan
No. Jenis Kerusakan Jumlah
Terancam Tingkat Kerusakan
Parah Sedang Ringan Tidak Rusak
1. Hutan mangrove 60 ha 60 ha - - -
2. Bantaran Sungai Gangga 2,6 km 2,1 km 0,5 km - -
3. Bantaran Sungai Baru 3 km 2,1 km 0,9 km - -
Jumlah 65,6 64,2 1,4 - -
12
BAB IV
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Pemerintah Desa Pesanggaran perlu menyusun kebijakan dan strategi tanggap darurat supaya
perencanaan yang tercantum dalam rencana kontinjensi dapat berjalan menjadi operasi yang baik.
Adapun kebijakan dan strategi tersebut dipaparkan sebagai berikut.
A. Kebijakan
Bencana tsunami merupakan bencana dengan dampak yang sangat besar dan luas, tidak hanya
berdampak pada satu wilayah desa, akan tetapi dapat berdampak pada beberapa wilayah desa dan
kecamatan. Sehingga dapat dipastikan bahwa status darurat tsunami minimal berada pada level daerah.
Sehingga dalam tanggap darurat tsunami di Desa Pesanggaran, pemerintah desa mengeluarkan
kebijakan yang bersifat kuratif untuk mencegah dampak yang lebih luas dan menangani korban secepat
mungkin. Kebijakan ini dilakukan sebelum organisasi tanggap darurat (OTD/ICS) tingkat daerah bekerja.
Adapun kebijakan yang disusun ialah:
1. Penyelamatan warga terdampak secara cepat dan tepat;
2. Menentukan masa tanggap darurat selama 3 hari;
3. Memenuhi kebutuhan dasar pengungsi secara maksimal baik nutrisi dan makanan, pakaian,
kesehatan, air dan sanitasi;
4. Memenuhi kebutuhan pendidikan bagi pengungsi usia sekolah 2 hari setelah kejadian;
5. Bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk masa darurat selanjutnya; dan
6. Memulihkan pelayanan publik 2 hari setelah kejadian.
B. Strategi
Strategi untuk melaksanakan kebijakan pemerintah desa antara lain:
1. Pengaktifan Tim Reaksi Cepat (TRC) Desa Pesanggaran dan bekerjasama dengan Tim Gerak
Cepat (TGC) Puskesmas Pesanggaran;
2. Menetapkan masa tanggap darurat tsunami selama 3 hari dengan melalui penerbitan Surat
Keputusan Kepala Desa Pesanggaran, dan Organisasi Tanggap Darurat (OTD/ICS) Desa
Pesanggaran diaktifkan terhitung mulai status tanggap darurat ditetapkan;
3. Bekerjasama dengan Pemerintah Kecamatan Pesanggaran selama masa tanggap darurat tsunami;
13
4. Bekerjasama dengan Koramil, Polsek, Marinir Lampon, Puskesmas Pesanggaran dan Relawan
Desa Pesanggaran untuk kegiatan SAR;
5. Bekerjasama dengan Puskesmas Pesanggaran untuk pemenuhan layanan kesehatan dan SAR;
6. Mengerahkan seluruh sumberdaya yang ada sesuai perencanaan baik dari pemerintah desa,
masyarakat, dan swasta untuk memenuhi kebutuhan dasar pengungsi secara cepat, baik nutrisi dan
makanan, pakaian, kesehatan, air dan sanitasi;
7. Bekerjasama dengan UPTD Pendidikan Pesanggaran, dan beberapa sekolah di desa Pesanggaran
untuk pemenuhan layanan pendidikan pengungsi usia sekolah;
8. Segera bergabung dengan Organisasi Tanggap Darurat (OTD/ICS) tingkat daerah begitu OTD/ICS
daerah terbentuk dan bekerja; dan
9. Mengaktifkan kembali kantor pemerintahan desa untuk pelayanan publik dalam jangka waktu
minimal 2 hari pascatsunami.
14
BAB V
PERENCANAAN SEKTORAL
Terdapat tujuh sektor yang direncanakan dalam rencana kontinjensi untuk ancaman tsunami di
Desa Pesanggaran, yaitu; 1. Sektor SAR, 2. Sektor TEA/Huntara, 3. Sektor Makanan dan Nutrisi, 4.
Sektor Kesehatan dan Psikososisal, 5. Sektor Air dan Sanitasi, 6. Sektor Pendidikan, 7. Sektor Sarana
dan Prasarana,.
A. Perencanaan Sektor Pencarian dan Penyelamatan (SAR)
1. Situasi Sektor
Kejadian tsunami diasumsikan berdampak pada aspek kehidupan masyarakat Desa
Pesanggaran yang telah diasumsikan berdasarkan tingkat kerentanan dan kapasitas
masyarakat yaitu jumlah jiwa terancam sebanyak 1.303 jiwa, meninggal/sulit diketemukan
128 jiwa, luka-luka 222 jiwa, mengungsi 902 jiwa, pindah/selamat 148 jiwa. Seperti
tercantum dalam tabel berikut.
2. Sasaran
Adapun sasaran kegiatan pencarian dan penyelamatan (SAR) antara lain sebagai
berikut.
a. Pengaktifan Tim Reaksi Cepat (TRC);
b. Terpenuhinya personil SAR;
c. Terkoordinasinya kegiatan SAR;
d. Terpenuhinya peralatan SAR;
e. Terselamatkannya masyarakat terdampak dan dievakuasi ke TEA;
f. Adanya pengelompokan korban (triage) sehingga memudahkan tindakan pelayanan
kesehatan yang sesuai; dan
g. Adanya data yang valid tentang jumlah korban dari TRC untuk OTD.
3. Kegiatan
Tabel 5.2 Jenis Kegiatan Sektor SAR
No. Jenis Kegiatan Pelaku Jangka Waktu Pelaksanaan (hari ke-)
Durasi (hari)
Instansi Penanggungjawab Mulai Berakhir
15
No. Jenis Kegiatan Pelaku Jangka Waktu Pelaksanaan (hari ke-)
Durasi (hari)
Instansi Penanggungjawab Mulai Berakhir
1 Mengaktifkan tim rekasi cepat (TRC)
TRC Desa Pesanggaran
Ketua TRC
2 Koordinasi dengan instansi lain dan penyediaan peralatan SAR
Marinir, Koramil, Polsek, TRC, TGC puskesmas Psg
Danmarinir, Danramil, Kapolsek, Ketua TRC, ketua TGC
Hari H Hari H 1 Hari
3 Mobilisasi kegiatan SAR Marinir, Koramil, Polsek, TRC, TGC puskesmas Psg
Danmarinir, Danramil, Kapolsek, Ketua TRC, ketua TGC
Hari H Hari H+2 3 Hari
4 Pengelompokan korban untuk diberikan tindakan penyelamatan yang sesuai (Triage)
Puskesmas Puskesmas Hari H Hari H+2 3 Hari
5 Assessment TRC, TGC puskesmas Psg
Ketua TRC, ketua TGC
Hari H Hari H+2 3 Hari
6 Penyelenggaraan ketertiban dan keamanan di jalur evakuasi
Polsek Kapolesk Hari H Hari H 1 Hari
7 Melaporkan hasil kajian kepada Organisasi Tanggap Darurat
TRC, TGC puskesmas Psg
Ketua TRC, ketua TGC
Hari H Hari H+2 3 Hari
16
4. Kebutuhan Sektor dan Sumberdaya
Tabel 5.3 Kebutuhan Sumberdaya Sektor SAR
No. Jenis Sumbedaraya Satuan Kebutuhan Ketersediaan Kesenjangan Harga (Rp)
Jumlah Lokasi Jumlah Strategi Pemenuhan
1 Personil SAR orang 100 100 Puslatpur (25 org), polsek (5 org), koramil (5 org), relawan desa (20 org), puskesmas (5 org), relawan masy (40 org)
- - -
2 Peralatan
Mobil ambulance desa + bahan bakar unit 20 3 Puskesmas 17 Mobil warga difungsikan sebagai ambulan desa
-
Tandu buah 20 - - 20 Membuat tandu sederhana
-
Sarung tangan Pasang 500 - - 500 - -
Masker biasa buah 500 500 Puskesmas - - -
Alat komunikasi buah 4 HT - - 4 HT Pembelian oleh Forum 3.000.000
Tenda pleton Unit 1 1 Puslatpur - - -
Peta evakuasi Lembar 20 20 FPRB - - -
Gergaji mesin Buah 3 3 warga - - -
Tali Buah 50 50 warga - - -
Mobil pick up Unit 5 5 warga - - -
Senter buah 20 20 warga - - -
Kantong mayat buah 128 - - 128 Pengadaan Pemda -
Tabung oxygen unit 2 2 Puskesmas - - -
Total Biaya (Rp) 3.000.000
17
B. Perencanaan Sektor Tempat Evakuasi Akhir (TEA)/Huntara
1. Situasi Sektor
Kejadian tsunami diasumsikan berdampak pada aspek kehidupan sebagai berikut.
Total pengungsi di TEA = 1.124 jiwa
2. Sasaran
a. Terpenuhinya Sarana Tempat Evakuasi Akhir
b. Terpenuhinya Perlengkapan pendukung Tempat Evakuasi Akhir
c. Terpenuhinya kebutuhan pakaian bagi para pengungsi
d. Terjaganya keamanan dan ketertiban di TEA
3. Kegiatan
Tabel 5.4 Jenis Kegiatan Sektor TEA/Huntara
No. Jenis Kegiatan Pelaku Jangka Waktu Pelaksanaan
(hari ke-)
Durasi (hari)
Instansi Penanggungjawab Mulai Berakhir
1
Mengkondisikan gedung serbaguna, pendapa desa, dan SDN 5 Pesanggaran untuk TEA
Pemerintah Desa, petugas SDN 5 Psg
Kepala Desa, Kepala SD 5 Psg
Hari H Hari H 1 Hari
2
Penyediaan perlengkapan pendukung TEA
Pemerintah Desa, petugas SDN 5 Psg masyarakat
Kepala Desa, Kepala SD 5 Psg
Hari H Hari H+2 3 Hari
3
Penggalangan bantuan pakaian layak pakai
OTD, pemerintah desa, masyarakat
Kepala Desa Hari H Hari H+2 3 Hari
4
Pendataan dan pendistribusian bantuan pakaian layak pakai
Sekretariat OTD Ketua Tim Sekretariat OTD
Hari H Hari H+2 3 Hari
5. Operasi ketertiban dan keamanan TEA
Polsek, Pemdes, Koramil
Polsek Psg Hari H Hari H + 2 3 Hari
18
4. Kebutuhan Sektor dan Sumberdaya
Tabel 5.5 Kebutuhan Sumberdaya Sektor TEA No. Jenis Sumbedaraya Satuan Kebutuhan Ketersediaan Kesenjangan Harga (Rp)
Jumlah Lokasi Jumlah Strategi Pemenuhan
1. Personil urusan TEA orang 15 15 Relawan, FPRB, Pemdes
- - -
Personil Kemananan dan Ketertiban TEA
orang 5 5 Polsek, Koramil - - -
2 Terpal 12 m x 12 m buah 14 14 FPRB, masyarakat
- - -
3. Lampu penerangan buah 10 - - 10 x 18.000
Swadaya desa 180.000
4. Genset (+ roll kabel) unit 2 2 FPRB - - -
5 Solar liter 20 - - 20 x 7.500 Swadaya desa 150.000
6. Pengeras suara / megaphone buah 2 2 FPRB - - -
7. Pakaian;
Bayi= 21 Pasang 21 - - 21 Bantuan, donatur masyarakat, swasta
-
Anak-anak = 63 Pasang 63 - - 63 Bantuan, donatur masyarakat, swasta
-
Remaja dan dewasa = 1.040 Pasang 1.040 - - 1.040 Bantuan, donatur masyarakat, swasta
-
8. Selimut buah 566 - - 566 Bantuan, donatur masyarakat, swasta
-
9 Police line buah 3 - Polsek Psg - - -
Total biaya (Rp) 330.000
19
C. Perencanaan Sektor Makanan dan Nutrisi
1. Situasi Sektor
Kejadian tsunami diasumsikan berdampak pada aspek kehidupan sebagai berikut.
Total pengungsi di TEA =1.124 jiwa
Asumsi jumlah kebutuhan pangan untuk pengungsi dan personil Organisasi Tanggap Darurat
adalah 1.124 orang +174 orang= 1.300 porsi sekali makan.
2. Sasaran
a. Menjamin tersedianya dan tercukupinya makanan untuk pengungsi dan personil operasi
tanggap darurat
b. Pendistribusian bantuan makanan yang tepat sasaran dan merata bagi pengungsi.
c. Terpenuhinya standar kebutuhan makanan dan nutrisi bagi pengungsi sesuai kelompok usia.
d. Terpenuhinya standar kebutuhan makanan dan nutrisi untuk kelompok rentan.
e. Menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh pengungsi untuk mencegah timbulnya korban baru
akibat penyakit yang ditimbulkan dari kejadian tsunami.
20
3. Kegiatan
Tabel 5.6 Jenis Kegiatan Sektor Makanan dan Nutrisi
No. Jenis Kegiatan Pelaku Jangka Waktu
Pelaksanaan
(hari ke-)
Durasi
(hari)
Instansi Penanggungjawab Mulai Berakhir
1.
Mengumpulkan bantuan nasi
bungkus dari swadaya
masyarakat desa Pesanggaran
yang tidak terdampak tsunami
sebanyak 1.300 porsi sekali
makan
Masyarakat
Desa
Pesanggaran
Divisi Operasi OTD
dan Pemdes
Pesanggaran
Hari H Hari H 1 hari
2.
Mendistribusikan bantuan nasi
bungkus kepada pengungsi
dan personil operasi TD secara
merata
Organisasi
Tanggap
Darurat (OTD)
Divisi Operasi OTD
dan Relawan
Hari H Hari H 1 hari
3.
Berkoordinasi dengan
masyarakat yang tidak
terdampak tsunami dalam
menyediakan peralatan dapur
umum dan pendirian 5 dapur
umum
Organisasi
Tanggap
Darurat (OTD),
PKK
Divisi Operasi OTD
dan Relawan Dapur
Umum, PKK
Hari H Hari H 1 hari
4. Pengumpulan logistik dapur
umum
Organisasi
Tanggap
Darurat (OTD),
PKK
Divisi Operasi OTD
dan Relawan Dapur
Umum, PKK
Hari H Hari H 1 hari
5.
Menyediakan makanan pokok
dan minuman bagi pengungsi
dan personil OTD, sesuai
dengan standar minimal
pemenuhan gizi dan
kebutuhan kelompok rentan
Organisasi
Tanggap
Darurat (OTD),
PKK
Divisi Operasi OTD
dan Relawan Dapur
Umum, PKK
Hari
H+1
Hari
H+2
2 hari
6.
Menyediakan makanan dan
minuman tambahan untuk
peningkatan stamina dan daya
tahan tubuh pengungsi dan
personil OTD
Organisasi
Tanggap
Darurat (OTD),
PKK
Divisi Operasi OTD
dan Relawan Dapur
Umum, PKK
Hari
H+1
Hari
H+2
2 hari
7. Pendistribusian makanan dan
minuman pokok maupun
tambahan kepada pengungsi
dan personel OTD
Organisasi
Tanggap
Darurat (OTD),
PKK
Divisi Operasi OTD
dan Relawan Dapur
Umum, PKK
Hari
H+1
Hari
H+2
2 hari
21
4. Kebutuhan Sektor dan Sumberdaya
Tabel 5.7 Kebutuhan Sumberdaya Sektor Makanan dan Nutrisi
No. Jenis Sumbedaraya
Standar (SPM) Satuan Kebutuhan Ketersediaan Kesenjangan Harga (Rp)
Jumlah Lokasi Jumlah Strategi Pemenuhan
1. Personel 45:1 orang 1.300:45=28 50 Bid. DU FPRB=9 PKK=39, Relawan Desa=2
- - -
2. Bahan makanan pokok
a. Beras 0,3x1orangx1hari kg 1.300x2x0,3=780 - - 780 Swadaya masyarakat, donatur desa
-
b. Sayur mayur 1000x1orangx1 kali makan
Rp 1.300x3x1.000x2= 7800.000
- - 7.800.000 Penggalangan bantuan bahan sayur mayur dari masyarakat Psg dan pelaku usaha
-
c. Lauk pauk 2.000x1orangx1 kali makan
Rp 1.300x3x2.000x2= 15.600.000
- - 15.600.000 Penggalangan bantuan bahan lauk pauk dari masyarakat Psg dan pelaku usaha
-
3. Makanan tambahan
a. Kacang hijau 1.000x1orangx1 kali makan
Rp 1.300x1x1.000= 1.300.000
- - 1.300.000 Dana swadaya desa Pesanggaran
1.300.000
b. Buah-buah 1.000x1 orang Rp 1.300x1x1.000= 1.300.000
- - 1.300.000 Dana swadaya desa Pesanggaran
1.300.000
c. Susu formula untuk bayi
200x1bayix3hari gram 21x200=4.200 (21 kotak susu@200gram)
- - 21xRp.15.000= Rp315.000
Dana swadaya Desa Psg 315.000
d. Susu ibu hamil
200x1bayix3hari gram 10x200=200 (10 kotak
- - 10xRp.35.000= Rp350.000
Dana swadaya Desa Psg 350.000
22
No. Jenis Sumbedaraya
Standar (SPM) Satuan Kebutuhan Ketersediaan Kesenjangan Harga (Rp)
Jumlah Lokasi Jumlah Strategi Pemenuhan
susu@200gram)
e. Biskuit bayi Milna
2x1bayix3hari kotak 21x8.000=Rp. 168.000
- - 21x8.000=Rp. 168.000
Dana swadaya Desa Psg 168.000
4. Peralatan makan
a. Kertas minyak
3 lembar per hari lembar 1.300x2x3=7800 (78 pack)
- - 78xRp. 9.000=Rp 702.000
Dana swadaya Desa Psg 702.000
b. Sendok plastik
1 orang 1 sendok buah 1.300x1= 1.300 (110 lusin)
- - 110x2.000=Rp. 220.000
Dana swadaya Desa Psg 220.000
c. karet gelang 1kg per sekali makan untuk 1.300 orang
kg 2x3x1=6 6x15.000=Rp.90.000
Dana swadaya Desa Psg 90.000
d. botol bayi 1 botol per bayi buah 21x1=21 - - 21x12.500= Rp.262.500
Dana swadaya Desa Psg 262.500
e. gelas plastik 1 gelas 1 orang buah 1.250 50 Panti PKK Desa Psg
1.200x1.500= Rp. 180.000
Dana swadaya Desa Psg 180.000
f. kantong plastik
1 kantong isi 30 bungkus
kantong (1.250:30)x3x2=252 (6 pack)
- - 6x9.500= Rp. 57.000
Dana swadaya Desa Psg 57.000
Total Biaya (Rp) 4.944.500
23
D. Perencanaan Sektor Kesehatan dan Psikososial
1. Situasi Sektor
Kejadian tsunami diasumsikan berdampak pada kesehatan dan psikososial yaitu:
Tabel 5.8 Situasi Sektor Kesehatan dan Psikososial No. Jenis Gangguan Kesehatan Strategi Penanganan Jumlah (jiwa)
1 Penyakit kulit Phbs / pengobatan di tempat 280
2 Ispa Pengobatan di posko 300
3 Diare Pengobatan di posko/ rujuk 140
4 Penyakit darah tinggi Pengobatan di posko/ dirujuk 200
5 Luka luka: Berat = Sedang = Ringan =
Penanganan di posko/ puskesmas 250
6 Patah tulang Penanganan di posko/ di rujuk 70
2. Sasaran
1 Adanya pos kesehatan
2 Tersedianya tenaga kesehatan dan tenaga Psikososial yang optimal dan merata
3 Tersedianya SDM kesehatan dan Psikososial yang Profesional
4 Tersedianya rumah sakit rujukan
3. Kegiatan
Tabel 5.9 Kebutuhan Sumberdaya Sektor Kesehatan dan Psikososial
No. Jenis Kegiatan Pelaku Jangka Waktu Pelaksanaan (hari ke-)
Durasi (hari)
Instansi Penanggungjawab Mulai Berakhir
1
Pendirian posko keshatan Puskesmas Puskesmas, Marinir Lampon
Hari H Hari H + 2 3 hari
Tenda PPGD Puskesmas Puskesmas Hari H Hari H + 2 3 hari
Ambulance Puskesmas Puskesmas Hari H Hari H + 2 3 hari
Tempat tidur penderita Puskesmas Puskesmas, PMI Hari H Hari H + 2 3 hari
Peralatan medis Puskesmas Puskesmas Hari H Hari H + 2 3 hari
2 Pendataan korban & perkiraan kebutuhan yankes
Puskesmas, OTD
Puskesmas Hari H Hari H + 2 3 hari
3 Pengendalian penyakit menular
Dinas kesehatan & puskesmas
Puskesmas Hari H Hari H + 2 3 hari
4 Sistem rujukan Puskesmas Puskesmas Hari H Hari H + 2 3 hari
24
4. Kebutuhan Sektor dan Sumberdaya
Tabel 5.10 Kebutuhan Sumberdaya Sektor Kesehatan dan Psikososial
No. Jenis Sumbedaraya Standar (SPM)
Satuan Kebutuhan Ketersediaan Kesenjangan
Jumlah Lokasi Jumlah Strategi Pemenuhan
1 Personil 23
a.Dokter 2 org 2 2 PKM/Dinkes - -
b.Perawat 10 org 10 6 PKM/Dinkes 4 Bekerjasama dg Dinas Kesehatan Kab.
c.Bidan 5 org 5 5 PKM/Dinkes - -
d.Ass.Apoteker 1 org 1 1 PKM/Dinkes - -
e.Admin 1 org 1 1 PKM/Dinkes - -
f.Psikolog 1 org 1 PKM/Dinkes 1 Bekerjasama dg Dinas Kesehatan Kab.
g.Ahli gizi 1 org 1 1 PKM/Dinkes - -
h.Sopir 2 org 2 2 PKM/Dinkes - -
2 Peralatan
Tensimeter, senter , stetoscope 1 1 1 PKM/Dinkes - -
Surgical set 2 2 2 PKM/Dinkes - -
Humidifier Oxigen 2 2 2 PKM/Dinkes - -
Suktion 1 1 0 PKM/Dinkes 1 Bekerjasama dg Dinas Kesehatan Kab.
bidai 3 3 3 PKM/Dinkes - -
Strekcer 1 1 1 PKM/Dinkes - -
3 Obat obatan
25
No. Jenis Sumbedaraya Standar (SPM)
Satuan Kebutuhan Ketersediaan Kesenjangan
Jumlah Lokasi Jumlah Strategi Pemenuhan
Antipiretik 2 kaleng 2 2 PKM/Dinkes - -
Anti diare 7 bok 7 7 PKM/Dinkes - -
Aminopillin 2 kaleng 2 2 PKM/Dinkes - -
Aminopillin Inj 100 ampul 100 100 PKM/Dinkes - -
Amoxillin 500 mg 7 bok 7 7 PKM/Dinkes - -
Antasida doen 2 kaleng 2 2 PKM/Dinkes - -
Benang jahit 2 bok 2 2 PKM/Dinkes - -
Betadin 1 L 3 Btl 3 3 PKM/Dinkes - -
Chlorampenicol TM 100 tube 100 100 PKM/Dinkes - -
Ciprofloksacin 500 mg 7 bok 7 7 PKM/Dinkes - -
CTM 2 kaleng 2 2 PKM/Dinkes - -
dexamethason 2 kaleng 2 2 PKM/Dinkes - -
Gentamycin SK 100 tube 100 100 PKM/Dinkes - -
Gliseril guaiakolat 2 kaleng 2 2 PKM/Dinkes - -
H2o2 2 fls 2 2 PKM/Dinkes - -
Hand scoon 2 box 2 2 PKM/Dinkes - -
Hidrocortison SK 100 tube 100 100 PKM/Dinkes - -
Jarum jahit 2 box 2 2 PKM/Dinkes - -
Kapas 1 kg 2 rol 2 2 PKM/Dinkes - -
Kassa pembalut 100 box 100 100 PKM/Dinkes - -
kotrimoxazolle 7 box 7 7 PKM/Dinkes - -
26
No. Jenis Sumbedaraya Standar (SPM)
Satuan Kebutuhan Ketersediaan Kesenjangan
Jumlah Lokasi Jumlah Strategi Pemenuhan
ledokain 1 box 1 1 PKM/Dinkes - -
masker 10 Box 10 10 PKM/Dinkes - -
metronedasole 7 7 7 PKM/Dinkes - -
oralit 10 10 10 PKM/Dinkes - -
Pembalut wanita 160 160 160 PKM/Dinkes - -
Pempers bayi 500 buah 500 500 PKM/Dinkes - -
plaster 2 2 2 PKM/Dinkes - -
Spuit 3 cc 1 box 1 1 PKM/Dinkes - -
Spuit 5 cc 1 1 1 PKM/Dinkes - -
Tetracyclin 250 mg 2 kaleng 2 2 PKM/Dinkes - -
Vit B Complek 2 2 2 PKM/Dinkes - -
Plastik obat 50 bok 50 50 PKM/Dinkes - -
Analgetik 2 kaleng 2 2 PKM/Dinkes - -
ATS 50 Amp 50 50 PKM/Dinkes - -
Larutan Infus 100 btl 100 100 PKM/Dinkes - -
Set infus 100 buah 100 100 PKM/Dinkes - -
Total Biaya (Rp) 0
27
5. Perencanaan Sektor Air dan Sanitasi
1. Situasi Sektor
Kejadian tsunami diasumsikan berdampak pada aspek kehidupan sebagai berikut.
Total pengungsi di TEA = Total RW 9 + Total RW 10
= 260+864
= 1.124 jiwa
2. Sasaran
1. Terpenuhinya kebutuhanair bersih
2. Tersedianya sarana MCK
3. Terpenuhinya peralatan mandi
4. Penyebaran informasi upaya menjaga kebersihan lingkungan TEA
3. Kegiatan
Tabel 5.11 Jenis Kegiatan Sektor Air dan Sanitasi
No. Jenis Kegiatan Pelaku Jangka Waktu Pelaksanaan (hari ke-)
Durasi (hari)
Instansi Penanggungjawab Mulai Berakhir
1. Penyediaan air bersih a. PAM Desa Pesanggaran
b. Sumur warga
Pemdes Pesanggaran
Hari H H+2 3 hari
2. Sanitasi
a. Penyediaan MCK
Warga sekitar TEA
Pemdes Pesanggaran
Hari H H+2 3 hari
b. Pengelolaan sampah
Dinas Kebersihan Desa/Pasar
Pemdes Pesanggaran
Hari H H+2 3 hari
28
4. Kebutuhan Sektor dan Sumberdaya
Tabel 5.12 Kebutuhan Sumberdaya Air dan Sanitasi No. Jenis Sumbedaraya Standar (SPM) Satuan Kebutuhan Ketersediaan Kesenjangan Harga
(Rp)
Jumlah Lokasi Jumlah Strategi Pemenuhan
1. personil orang 10 4 FPRB Bidang LH 6 Pemdes, Relawan, warga sekitar TEA
-
2. Air minum
a. Air mentah untuk minum
3liter per hari untuk 1 orang liter 1.300x3x3= 11.700
15.000 PAM Desa Psg - - -
b. Kayu bakar untuk merebus air
1 kubik kayu untuk merebus 3000 liter air
kubik 11.700:3.000=4
- - a. 2
c. 2
Bekerjasama dengan PRKH Dana swadaya desa
140.000
d. Panci besar untuk merebus air
1 panci besar menampung 50 liter buah 5 5 Panti PKK - - -
e. Teko air buah 10 10 Panti PKK - - -
3. Sanitasi
a. MCK 1/30 orang unit 1.300:30= 44 3 Balai Desa Psg - - -
2 SDN 5 Psg - - -
30 Ringin Mulyo 01/01
- - -
30 Ringin Sari 05/05 - - -
b. Alat mandi per KK 1 set:1 sabun mandi, 3 sikat gigi, 1 pasta gigi ukuran sedang, 1 botol kecil sampo, 1 handuk kecil, 1 sachet detergen sedang (20.000)
set 283 - - 283 Pengadaan dg dana swadaya desa dan donatur
5.660.000
4. Truck pengelolaan sampah 1 Dinas Kebersihan Pasar
- - -
Total biaya 5.800.000
29
F. Perencanaan Sektor Pendidikan
1. Situasi Sektor
Kejadian tsunami diasumsikan berdampak pada aspek kehidupan sebagai berikut.
Tabel 5.13 Situasi Sektor Pendidikan
No. Dusun
(RW, RT)
Jumlah Pengungsi Usia Sekolah Jumlah Total (orang) TK SD
1 Ringinsari (RW 9, RT 1 dan 2) 7 20 27
2 Ringinsari (RW 10) 15 61 76
Jumlah 22 81 103
2. Sasaran
1. Tersedianya sekolah lapang
2. Tersedianya tenaga pengajar yang profesional
3. Terpenuhinya kebutuhan belajar mengajar
4. Terselenggaranya kegiatan belajar mengajar
3. Kegiatan
Tabel 5.14 Jenis Kegiatan Sektor Pendidikan
No. Jenis Kegiatan Pelaku Jangka Waktu Pelaksanaan (hari ke-)
Durasi (hari)
Instansi Penanggungjawab
Mulai Berakhir
1. Menyiapkan tim pelayanan pendidikan
UPTD Pendidikan Kec Pesanggaran
Ka. UPTDPendidikan Kec Pesanggaran
H+1 H+1 1 hari
2. Penentuan sekolah lapang
UPTDPendidikan Kec Pesanggaran
Ka. UPTDPendidikan Kec Pesanggaran
H+1 H+1 1 hari
3. Kegiatan pembelajaran UPTDPendidikan Kec Pesanggaran
Ka. UPTDPendidikan Kec Pesanggaran
H+2 H+5 4 hari
30
4. Kebutuhan Sektor dan Sumberdaya
Tabel 5.15 Kebutuhan Sumberdaya Pendidikan No. Jenis Sumbedaraya Standar
(SPM) Satuan Kebutuhan Ketersediaan Kesenjangan Harga (Rp)
Jumlah Lokasi Jumlah Strategi Pemenuhan
1. Tenaga pendidik SD Pesanggaran
20:1 orang 5 5 SDN 5 PSG - - -
3. ATK SD
- kertas rim 1 - - 1 Pengadaan oleh UPTD Pend. PSG 35.000
- spidol boardmarker unit 6 - - 6 Pengadaan oleh UPTD Pend. PSG 30.000
- penghapus unit 6 - - 6 Pengadaan oleh UPTD Pend. PSG 30.000
- kapur tulis kotak 2 - - 2 Pengadaan oleh UPTD Pend. PSG 10.000
- white board unit 6 - - 6 Pengadaan oleh UPTD Pend. PSG 120.000
- black board unit 6 - - 6 Pengadaan oleh UPTD Pend. PSG 120.000
4. Tenaga pendidik TK 20:1 orang 2 3 Dusun Krajan (TK Giri Saraswati)
- - -
5. ATK TK
- kertas rim 2 - - 2 Pengadaan oleh UPTD Pend. PSG 70.000
- lem unit 22 - - 22 Pengadaan oleh UPTD Pend. PSG 22.000
- gunting 24 - - 24 Pengadaan oleh UPTD Pend. PSG 48.000
- penggaris 24 - - 24 Pengadaan oleh UPTD Pend. PSG 48.000
- pensil 24 - - 24 Pengadaan oleh UPTD Pend. PSG 48.000
- spidol boardmarker 4 - - 4 Pengadaan oleh UPTD Pend. PSG 40.000
- kertas warna unit 12 12 Pengadaan oleh UPTD Pend. PSG 96.000
Total baiya (Rp) 717.000
31
G. Perencanaan Sektor Sarana dan Prasarana
1. Situasi Sektor
Kejadian tsunami diasumsikan berdampak pada aspek kehidupan sebagai berikut.
Total pengungsi di TEA = Total RW 9 + Total RW 10
= 260+864
= 1.124 jiwa
2. Sasaran
1 Pemenuhan sarana dan prasarana posko/sekretariat tanggap darurat
2 Pemenuhan sarana dan prasarana ibadah
3 Pemulihan jaringan komunikasi dan listrik
4 Pemulihan layanan publik untuk masyarakat pesanggaran
3. Kegiatan
Tabel 5.16 Jenis Kegiatan Sektor Sarana dan Prasarana No. Jenis Kegiatan Pelaku Jangka Waktu
Pelaksanaan (hari ke-) Durasi (hari)
Instansi Penanggungjawab Mulai Berakhir
1
Penyiapan dan pengkondisian posko/sekretarian tanggap darurat
Sekretariat OTD
Ketua Tim Sekretariat OTD
Hari H Hari H 1 Hari
2
Penyediaan perlengkapan posko/sekretariat tanggap darurat (meja, kursi, soundsistem, komputer, printer, ATK, dll)
Sekretariat OTD
Ketua Tim Sekretariat OTD
Hari H H + 3 3 Hari
3
Penyiapan sarana ibadah dan perlengkapan ibadah
Sekretariat OTD
Ketua Tim Sekretariat OTD
Hari H H + 3 3 Hari
4
Koordinasi dengan Telkom dan PLN
Sekretariat OTD
Ketua Tim Sekretariat OTD
Hari H H + 3 3 Hari
32
4. Kebutuhan Sektor dan Sumberdaya
Tabel 5.17 Kebutuhan Sumberdaya Sarana dan Prasarana No. Jenis Sumbedaraya Satuan Kebutuhan Ketersediaan Kesenjangan Harga (Rp)
Jumlah Lokasi Jumlah Strategi Pemenuhan
1 Personil orang 5 5 Sekretariat OTD - - -
2. Komputer unit 3 3 Kantor Desa - - -
3. Printer unit 3 3 Kantor Desa - - -
4. Soundsystem unit 1 1 Kantor Desa - - -
5. Papan tulis buah 1 1 Kantor Desa - - -
6. Papan pengumuman buah 1 1 Kantor Desa - - -
7. ATK:
Kertas rim 3 - - 3 x 35.000,-
Swadaya desa 105.000,-
Spidol buah 3 - - 3 x 8.000 Swadaya desa 24.000,-
Penghapus buah 1 1 Kantor Desa Swadaya desa
Ballpoint buah 50 - - 50 x 3.000 Swadaya desa 150.000
8. Sarana ibadah/masjid/musholla buah 5 5 Kantor Desa, Masjid dan mushola sekitar psoko
- - -
Perlengkapan ibadah (sarung, mukena, sajadah): 1 KK = 1 set
buah 200 - - 200 Bantuan masyarakat, donatur
9. Meja buah 3 3 Kantor Desa - - -
10. Kursi buah 10 10 Kantor Desa - - -
11. Alat Komunikasi/HT buah 1 1 FPRB -
Total Biaya (Rp) 279.000
33
REKAPITULASI KETERLIBATAN LANGSUNG INSTANSI
No Instansi Terlibat di Sektor
1 Puskesmas Pesanggaran SAR, Kesehatan dan Psikososial
2 Koramil Pesanggaran SAR, TEA, Makanan dan Nutrisi
3 Polsek Pesanggaran SAR, TEA
4 Puslatpur Marinir Lampon SAR, Makanan dan Nutrisi
5 KRPH Perhutani Air dan Sanitasi
6 UPTD Pesanggaran Pendidikan
7 SDN 11 Pesanggaran TES, Pendidikan
8 SDN 5 Pesanggaran TEA, Pendidikan, Air dan Sanitasi
9 Pemerintah Desa SAR, TEA, Makanan dan Nutrisi, Air dan Sanitasi, Sarana
dan Prasarana
10 Swasta SAR, TEA, Makanan dan Nutrisi, Air dan Sanitasi, Sarana
dan Prasarana
11 Masyarakat SAR, TEA, Makanan dan Nutrisi, Air dan Sanitasi, Sarana
dan Prasarana
34
BAB VI
PEMANTAUAN DAN RENCANA TINDAK LANJUT
Dalam rangka peningkatan kesiapsiagaan Desa Pesanggaran, keberadaan rencana kontinjensi
menjadi sangat strategis sebaagai upaya perencanaan tanggap darurat. Untuk itu, supaya rencana
kontinjensi ini dapat dilaksanakan dan di operasikan oleh semua pihak, maka perlu adanya rencana
tindak lanjut (RTL) yang melibatkan berbagai pihak yang terlibat dalam rencana kontinjensi ini. Berikut ini
adalah langkah-langkah rencana tindak lanjut setelah rencana kntinjensi tersusun.
1. Rapat koordinasi dengan pemerintah kecamatan, polsek, koramil, puslatpur, puskesmas, pemerintah
desa, FPRB, SDN 5 Pesanggaran, SDN 11 Pesanggaran, swasta, UPTD Pendidikan, KRPH
Perhutani, dan tokoh masyarakat.
2. Legalisasi dokumen rencana kontinjensi oleh pemerintah desa dalam bentuk Surat Keputusan (SK)
Kepala Desa Pesanggaran dan diatur dalam Peraturan Desa (Perdes).
3. Gladi lapang/drill secara berkala dilakukan minimal 1 tahun sekali.
Untuk menguji ketepatan Rencana Kontinjensi yang dibuat, maka perlu dilakukan uji coba dalam
bentuk simulasi atau gladi. Dalam gladi ini akan diusahakan besaran dan skalanya mendekati
peristiwa/kejadian yang di-skenario-kan. Apabila tidak memungkinkan, dapat diambil sebagian dari
luas yang sesungguhnya atau gladi sektoral, misalkan gladi posko, atau gladi SAR, dll.
4. Pemutakhiran data secara berkala oleh FPRB Desa Pesanggaran yang dilaksanakan dengan
beberapa tindakan/langkah:
Inventarisasi dan pemeliharaan ketersediaan dan kesiapan sumber daya, sarana dan
prasarana yang ada di tiap daerah dilakukan secara berkala.
Pertemuan-pertemuan berkala untuk kaji ulang dalam rangka pemutakhiran data dan asumsi-
asumsi dampak bencana atau proyeksi kebutuhan sumberdaya.
Menyusun prosedur-prosedur tetap yang sifatnya dapat mendukung pelaksanaan/aktivasi
rencana kontinjensi yang telah disusun.
Melakukan pemantauan secara periodik terhadap ancaman dan peringatan dini beserta
diseminasinya.
35
BAB VII
PENUTUP
Rencana kontinjensi Desa Pesanggaran ini dibuat atas dasar kajian risiko bencana, yang
menunjukkan bahwa tsunami merupakan ancaman dengan skala dampak dan risiko paling tinggi.
Sehingga menjadi prioritas perhatian dalam penyusunan rencana kontinjensi. Rencana kontinjensi untuk
ancaman tsunami ini dipergunakan sebagai bentuk kesipasiagaan pemerintah dan seluruh masyarakat
desa pesanggaran untuk menghadapi kemungkinan bencana tsunami yang pernah terjadi pada tahun
1994. Dengan dukungan dan komitmen berbagai pihak, termasuk jajaran FORPIMKA (Forum Pimpinan
Kecamatan) Pesanggaran menjadikan rencana kontinjensi ini menjadi dokumen strategis yang harus
dilakukan tindak lanjut yang konkrit untuk memastikan kedepan bahwa rencana kontinjensi ini dapat
menjadi rencana operasi.
Di samping itu, penyusunan rencana kontinjensi ini tentunya masih banyak kekurangan yang
perlu perbaikan. Sehingga saran dan masukan semua pihak sangat dibutuhkan dalam rangka
penyempurnaan dokumen.
36
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
STRUKTUR INCIDENT COMMAND SYSTEM (ICS) / ORGANISASI TANGGAP DARURAT (OTD)
DESA PESANGGARAN
Struktur tersebut adalah bentuk metamorfosis dari Forum PRB, artinya bidang-bidang
yang ada dalam FPRB dioptimalkan untuk berbagai peran dalam Organisasi Tanggap
Darurat sesuai keahlian bidang tersebut.
37
Lampiran 2
Struktur Tim Reaksi Cepat (TRC) Desa Pesanggaran
Komandan Wakil Komandan
Babinsa dan Co. Relawan
Tim Pencari Tim ahli Pencari dari
Relawan, LINMAS, kesehatan, dll
Tim Penolong Tim ahli Penolong dari
Relawan, LINMAS, kesehatan dll
Evakuasi Tim ahli Evakuasi dari
Relawan, LINMAS, kesehatan dll
PERATURAN DESA PESANGGARAN
NO ... TAHUN 2014
TENTANG
PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DESA PESANGGARAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA DESA PESANGGARAN
Menimbang :
a. Bahwa keselamatan dari ancaman bencana merupakan hak dari setiap warga desa
Pesanggaran tanpa terkecuali, yang harus diperjuangkan oleh seluruh elemen
masyarakat baik pemerintah maupun non pemerintah;
b. Bahwa masyarakat desa Pesanggaran adalah masyarakat yang rawan bencana baik
secara geografis maupun sosial yang harus diupayakan keselamatanya dengan
tindakan-tindakan yang terencana, terukur dan terkoordinasi dengan baik;
c. Bahwa inisiasi Pengurangan Risiko Bencana di tingkat desa harus disusun dengan
dan untuk mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana
berbasis komunitas;
d. Bahwa peraturan perundang-undangan mengenai kebencanaan di indonesia telah
memberikan dorongan sekaligus peluang kepada masyarakat untuk berperan serta
secara aktif dalam seluruh upaya penanggulangan bencana;
e. Bahwa untuk memberikan perlindungan hukum terhadap masyarakat Pesanggaran
dalam hal penanggulangan bencana,maka sangat diperlukan adanya peraturan desa
yang memuat rencana penanggulangan bencana tingkat desa yang disusun secara
partisipatif demi terjaminya hak masyarakat desa Pesanggaran atas keselamatan
dari ancaman bencana.
Mengingat :
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;
PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI KECAMATAN PESANGGARAN
KANTOR KEPALA DESA PESANGGARAN Jl. Soeprapto No. 74, Banyuwangi Kode Pos. 68488
3. Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
4. Undang – Undang No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah junctis Undang-
Undang No 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah pengganti
undang-undang No 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas undang-undang Nomor
32 tahun 2004 tentang pemerintah Daerah Menjadi Undang – Undang dan Undang –
Undang No 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No 32
Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah;
5. Undang – Undang Nomor 24 Thun 2007 tentang Penanggulanag bencana;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 20008 Tentang Penyelenggaran
Penanggulangan Bencana;
8. Peraturan kepala badan Nasional penanggulangan bencana Nomor 4 Tahun 2008
tentang pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana;
9. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 16 Tahun 2011 Tentang
Penanggulangan Bencana;
10. Peratutan Kepala BNPB No. 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Desa Tangguh
Dengan Persetujuan
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)
DESA PESANGGARAN KECAMATAN PESANGGARAN
Memutuskan:
Menetapkan: PERATURAN DESA PESANGGARAN TENTANG PENYELENGGARAAN
PENANGGULANGAN BENCANA DESA PESANGGARAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
(1) Dalam Peraturan Desa ini, yang di maksud dengan:
a. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.
b. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas – batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat,berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang di akui dan di
hormati dalam sistem Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
c. Forum Pengurangan Risiko Bencana / FPRB Desa atau yang dapat disebut dengan
nama lain adalah forum yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat desa secara
partisipatif, yang melibatkan segenap elemen masyarakat di tingkat desa, baik
elemen pemerintah maupun non pemerintah yang berfungsi sebagai wadah
partisipasi masyarakat dalam penanggulangan bencana di tingkat desa.
d. Rencana Penanggulangan Bencana Desa Pesanggaran Tahun 2014 – 2019 atau
yang selanjutnya disebut dengan RPB desa Pesanggaran tahun 2014 – 2019 adalah
rencana Indikatif Penanggulangan Bencana Desa Pesanggaran yang disusun secara
partisipatif, yang berlaku selama 5 (Lima) tahun, terhitung sejak tahun 2014 sampai
dengan tahun 2019.
(2) Peratutan Desa ini disusun dalam rangka operasionalisasi penyelenggaraan
penanggulangan bencana Desa Pesanggaran.
(3) Rencana Pra-Bencana Desa Pesanggaran terdiri atas;
a. Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Desa Pesanggaran;
b. Rencana Aksi Komunitas Desa Pesanggaran
c. Rencana Evakuasi Desa Pesanggaran
d. Sistem Peringatan Dini
e. Rencana Kontijensi Bencana Prioritas Desa Pesanggaran.
(4) Ketentuan lain dimaksudkan sebagai ketentuan tambahan yang tidak tercantum dalam
hal-hal di atas
Pasal 2
Segala upaya penanggulangan bencana di wilayah Desa Pesanggaran dilaksanakan
dengan semangat kerelawanan, kekeluargaan,dan kegotongroyongan demi kepentingan
seluruh masyarakat rawan bencana di Desa ini
BAB II
RENCANA PRA-BENCANA DESA PESANGGARAN
BAGIAN I
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DESA PESANGGARAN
Pasal 4
(1) Dalam rangkan pengembangan penanggulangan bencana di Desa Pesanggaran pada
periode 2014 – 2019, pemerintah desa bersama masyarakat Desa Pesanggaran
menyusun sebuah dokumen RPB Desa Pesanggaran tahun 2014 – 2019 untuk
panduan penangulangan bencana yang terpadu, terencana , dan terarah, yang
berisikan program pembiayaan baik untuk pra bencana , saat tanggap darurat,
maupuun pasca bencana pada periode tersebut.
(1) Beserta RPB yang berlaku pasca periode 2014 – 2019 di tetapkan dengan Peraturan
Desa ( PerDes )
(2) RPB Desa Pesanggaran 2014 – 2019 adalah landasan yuridis untuk memasukan
program – program penanggulangan bencana kedalam perencanaan pembangunan
pedesaan, baik dalam RPJMDes maupun RKPDes dan juga program-program lain yang
diselenggarakan baik oleh elemen pemerintah maupun non pemerintah di seluruh
wilayah Desa Pesanggaran.
(3) Perubahan atau Revisi terhadap rencana penanggulangan bencana dapat dilakukan
setiap 2 (dua) tahun sekali, atau sewaktu-waktu apabila terjadi bencana atau sewaktu –
waktu terjadi perubahan regulasi kebencanaan.
(4) Pada tahun terakhir masa berlakunya RPB Desa Pesanggaran 2014 – 2019, FPRB
Desa bersama dengan pemerintah desa menyusun RPB Desa Pesanggaran untuk 5
tahun berikutnya.
Bagian II
RENCANA AKSI KOMUNITAS
Pasal 5
(1) Rencana Aksi Komunitas ( RAK ) Desa Pesanggaran, yang untuk selanjutnya di sebut
sebagai RAK Desa adalah sebuah rencana yang detail untuk kegiatan pengurangan
Risiko bencana ( PRB ) oleh para pemangku kepentingan penanggulangan bencana
Desa yang berlaku selama 5 ( lima) tahun
(2) RAK Desa di dasarkan atas RPB Desa yang telah memuat tabel analisis risiko bencana
Desa yang terdiri dari kolom Nomor, Profil ancaman, Unsur Berisiko, Bentuk Risiko,
Lokasi, Kerentanan yang dimiliki, Kapasitas. Khusus untuk kolom kapasitas di bagi lagi
menjadi 3 kolom, yaitu kebutuhan, ketersediaan, kekurangan.
(3) RAK Desa sekurang-kurangnya memuat tabel diskripsi ringkas kegiatan yang terdiri
dari, kolom Nomor, Kegiatan, Pelaku, Lokasi, Besarnya Anggaran, Sumberdana dan
waktu pelaksanaan kegiatan
(4) RAK Desa disusun oleh FPRB Desa, dan di tetapkan dengan Peraturan Desa.
(5) RAK Desa Dusun berdasarkan RAB Desa 2014 – 2019
(6) Perubahan atau revisi terhadap RAK Desa dapat dilakukan setiap 1 (satu tahun sekali,
atau sewaktu-waktu apabila terjadi bencana
(7) Pada tahun terakhir masa berlakunya RAK Desa, FPRB Desa bersama dengan
Pemerintah Desa menyusun RPB untuk 5 (lima) tahun berikutnya.
Bagian III
RENCANA EVAKUASI DESA PESANGGARAN
Pasal 6
Penyelamatan dan evakuasi korban dilakukan dengan memberikan pelayanan kemanusiaan
yang timbul akibat bencana melalui upaya:
a. pencarian dan penyelamatan korban;
b. pertolongan darurat; dan/atau
c. evakuasi korban.
Pasal 7
Pemenuhan kebutuhan dasar meliputi bantuan penyediaan:
a. kebutuhan air bersih dan sanitasi;
b. pangan;
c. sandang;
d. pelayanan kesehatan;
e. pelayanan social psikologis; dan
f. penampungan dan tempat hunian.
Pasal 8
(1) Penanganan terhadap warga masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana dila-
kukan melalu kegiatan pencarian, pertolongan, penyelamatan, pendataan, penempat-an
pada lokasi yang aman, dan pemenuhan kebutuhan dasar.
(2) Penanganan terhadap masyarakat dan pengungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Desa.
Pasal 9
(1) Pelindungan terhadap kelompok rentan dilakukan dengan memberikan prioritas
pelayanan berupa penyelamatan, evakuasi, pengamanan,pelayanan kesehatan, dan
sosial-psikologis.
(2) Kelompok rentan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :
a. bayi, balita, dan anak-anak;
b. ibu hamil atau menyusui;
c. orang sakit;
d. penyandang cacat; dan
e. orang lanjut usia.
BAGIAN IV
SISTEM PERINGATAN DINI
Pasal 10
(1) Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin
kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh
lembaga yang berwenang.
(2) Peringatan dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar pemberian
komando untuk melakukan tindakan secara cepat dan tepat dalam rangka me-ngurangi
risiko timbulnya korban dan kerugian akibat bencana serta mempersiapkan tindakan
tanggap darurat.
(3) Peringatan dini sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui:
a. pengamatan gejala bencana;
b. analisis hasil pengamatan gejala bencana;
c. pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang;
d. penyebarluasan informasi tentang peringatan bencana; dan
e. pengambilan tindakan oleh masyarakat.
BAGIAN V
RENCANA KONTIJENSI (RENKON) DESA
Pasal 11
(1) Untuk kesiapsiagaan menghadapi bencana yang pasti atau hampir pasti akan terjadi,
FPRB Desa dapat menyusun Rencana Kontijensi Desa yang selanjutnya disebut renkon
desa, dengan melibatkan para pemangku kepentingan penanggulangan bencana,
(2) 1 dokumen renkon desa hanya untuk 1 jenis ancaman saja,
(3) Dokumen renkon Desa sekurang-kurangnya memuat :
a. Penilaian ancaman dan risiko bencana
b. Kejadian bencana yang menjadi kontinjensi
c. Sekenario kejadian
d. Kebijakan dan strategi
e. Proyeksi kebutuhan dan ketersediaan sumberdaya.
(4) Dalam hal ini lebih dari 1 ancaman, jumlah Renkon desa yang disusun tetap di
sesuaikan dengan jumlah ancaman yang ada.
(5) Renkon desa di susun berdasarkan RPB Desa Pesanggaran 2014 – 2019
(6) Renkon desa di tetapkan dengan peraturan Kepala Desa
(7) Perubahan atau revisi terhadap renkon desa dapat dilakukan sewaktu-waktu apabila
diperlukan
BAB III
FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA ( FPRB ) DESA
Pasal 12
(1) FPRB Desa adalah badan penanggulangan bencana di tingkat desa, yang di bentuk
secara partisipatif dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan penanggulangan
bencana di Desa Pesanggaran
(2) FPRB Desa berhak untuk melakukan koordinasi dan konsolidasi program
penanggulangan bencana di wilayah desa Pesanggaran
(3) Perangkat FPRB Desa sekurang-kurangnya terdiri dari pengurus FPRB dan Anggaran
Dasar FPRB yang di tentukan secara Partisipatif.
(4) Acuan kerja FPRB Desa adalah Dokumen perencanaan penanggulangan bencana
Desa Pesanggaran
(5) Kepengurusan FPRB Desa dan Anggaran Dasar FPRB Desa di tetapkan dengan
keputusan Kepala Desa
(6) Forum Pengurangan Risiko Bencana berhak untuk menyelenggarakan Mobilisasi
sumberdaya, baik materi maupun non-materi, untuk keperluan penyelenggaraan
program dan kegiatan dalam rangka penanggulangan bencana secara transparan dan
bertanggungjawab
(7) Sumberdaya yang di mobilisasi sebagaimana di atur dalam ayat 6 pasal ini dapat
berasal dari pemerintah maupun non pemerintah, dengan memperhatikan kemampuan
sumberdaya para pihak yang dimobilisasi.
BAB IV
KETENTUAN LAIN
Pasal 13
(1) Dokumen FPRB Desa Pesanggaran tahun 2014 – 2019 dan perencanaan Pra-Bencana
Desa Pesanggaran adalah landasan yuridis untuk seluruh dokumen perencanaan
pembangunan yang dilaksanakan di wilayah Desa Pesanggaran
(2) Perubahan terhadap format dokumen RPB Desa Pesanggaran 2014 – 2019 RAK Desa,
dan RenKon Desa dalam peraturan Desa ini hanya di lakukan apabila terdapat
peraturan hukum baru yang mengatur secara berbeda mengenai format tersebut
(3) a. RPB Desa Pesanggaran 2014 – 2019 ini juga merupakan Dokumen induk untuk
perencanaan kegiatan pembangunan saat tanggap darurat dan paska bencana, jika
selama periode berlakunya terjadi bencana.
b. Rencana Saat tanggap darurat terdiri dari rencana operasi tanggap darurat bencana
c. Rencana Pasca bencana sekurang-kurangnya meliputi rencana rehabilitasi dan
rekonstruksi
(4) Seluruh proses perencanaan pelaksanaan, monitoring dan evaluasi penanggulangan
bencana diselenggarakan dengan cara dan tujuan mengoptimalkan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan bidang penanggulangan bencana
Pasal 14
Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal penetapanya.
Ditetapkan di : Pesanggaran
Tanggal : ...................... 2014
Mengetahui, Kepala Desa Pesanggaran
Ketua BPD Desa Pesanggaran
Endro Saksono, S.Pd Suliono