evaluasi ruangan perpustakaan universitas pandanaran semarang
TRANSCRIPT
MAKALAHEVALUASI RUANGAN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
PANDANARAN
Untuk memenuhi Ujian Akhir Semester pada MataKuliah Perpustakaan dan Desain Perpustakaan
Oleh
Nabela Kurnia SaraswatiNIM : 13040111130104
S1 ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perpustakaan merupakan tempat atau ruang atau gedung
yang dipergunakan sebagai penyimpanan koleksi dan
informasi yang kemudian dipergunakan dan
disebarluaskan. Perpustakaan juga dapat diartikan
sebagai sebuah ruangan atau gedung yang digunakan
untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang
biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu yang
digunakan pembaca bukan untuk dijual ( Sulistyo,
Basuki ; 1991 ).
Dengan disebutkannya ruang atau gedung dalam
pengertian tersebut, diharapkan perpustakaan memiliki
ruang tersendiri yang memiliki syarat-syarat yang
telah ditetapkan sebelumnya demi keamanan dan
keselamatan koleksi sehingga dalam pemanfaatannya oleh
pengguna dapat dijamin. Mulai dari lokasi gedung/ruang
tersebut hingga faktor eksternal dan internal lainnya
yang kemudian dari dua kondisi tadi, seorang arsitek
asal Inggris, Faulkner Brown, mengemukakan 10
Peraturan Faulkner Brown, yang berisi 10 kriteria
untuk membuat sebuah gedung perpustakaan yang bagus,
sehingga kiranya evaluasi ruangan tersebut diperlukan,
baik pada saat pembangunan ruang maupun setelah ruang
dipergunakan oleh pengguna (pemustaka) supaya tingkat
keamanan dan perlindungan koleksi terjamin. Di samping
itu, diutamakan pula keselamatan dan kenyamanan
pengguna dan pustakawan serta staf yang bekerja dalam
perpustakaan tersebut.
Dalam makalah ini, akan dievaluasi ruang perpustakaan,
dalam hal ini ruangan perpustakaan Universitas
Pandanaran hubungannya dengan 10 (Sepuluh) Dasar
Perencanaan dan Desain Perpustakaan serta Perlindungan
Gedung dan Koleksi.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana evaluasi perpustakaan Universitas
Pandanaran hubungannya dengan 10 Peraturan Faulkner
Brown?
Bagaimana perlindungan gedung dan koleksi di
perpustakaan Universitas Pandanara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN PERPUSTAKAAN
Perpustakaan menurut Sulistyo Basuki (1991) adalah
sebuah ruangan atau gedung yang digunakan untuk
menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya
disimpan menurut tata susunan tertentu yang digunakan
pembaca bukan untuk dijual
Terdapat dua unsur utama dalam perpustakaan yaitu
koleksi dan ruangan. Koleksi dibedakan lagi menjadi
koleksi buku dan non-buku, meliputi CD-R, flashdisk,
micro SD, harddisk, dan yang lainnya yang memiliki
nilai guna informasi sehingga dapat disebut sebagai
sumber informasi. Kemudian semua sumber informasi itu
diorganisir, disusun teratur, sehingga ketika kita
membutuhkan suatu informasi, kita dengan mudah dapat
menemukannya.
Dengan memperhatikan keterangan di atas, dapat
disimpulkan bahwa perpustakaan adalah suatu unit kerja
yang berupa tempat menyimpan koleksi bahan pustaka
yang diatur secara sistematis dan dapat digunakan oleh
pemakainya sebagai sumber informasi. (Sugiyanto)
Maksud dan tujuan Perpustakaan:
Menyediakan sarana atau tempat untuk menghimpun
berbagai sumber informasi untuk dikoleksi secara terus
menerus, diolah dan diproses.
Sebagai sarana atau wahana untuk melestarikan
hasil budaya manusia ( ilmu pengetahuan, teknologi dan
budaya ) melalui aktifitas pemeliharaan dan pengawetan
koleksi.
Sebagai agen perubahan ( Agent of changes ) dan
agen kebudayaan serta pusat informasi dan sumber
belajar mengenai masa lalu, sekarang, dan masa akan
datang. Selain itu, juga dapat menjadi pusat
penelitian, rekreasi dan aktifitas ilmiah lainnya.
B. SEPULUH DASAR PERENCANAAN DAN DESAIN GEDUNG
PERPUSTAKAAN
1. Fleksibel
Tata letak, struktur gedung dan layanan sudah
seharusnya bisa diadaptasikan secara mudah mengikuti
perkembangan perpustakaan. Sarana dan prasarana yang
ada bisa dipindahkan dengan mudah sebagai langkah
fleksibilitas dalam penyesuaian perkembangan layanan.
Dinding bagian dalam juga seharusnya bisa dengan mudah
dipindahkan. Singkatnya, desain perpustakaan harus
didesain untuk mengoperasikan materi dan teknik di
masa depan, mengantisipasi perkembangan teknologi yang
sangat pesat.
2. Lapang
Ini dimaksudkan agar pemustaka juga pustakawan dapat
bergerak dengan mudah, tanpa adanya halangan yang
dapat menyulitkan pergerakan mereka di perpustakaan.
Formasi paling lapang untuk desain perpustakaan adalah
bentuk kubus, sehingga formasi itu banyak dipakai di
perpustakaan hingga saat ini.
3. Akses Mudah
Perpustakaan dengan akses yang mudah akan membuat
pemustaka tidak membuang banyak waktu untuk segera
memanfaatkan perpustakaan. Akses yang dimaksud bukan
hanya akses dari luar, namun juga akses menuju
layanan-layanan yang terdapat di perpustakaan.
Layanan-layanan tersebut harus mudah untuk ditemukan,
dapat dilihat dengan mudah dari banyak sudut. Dengan
begitu pemustaka akan mengetahui dengan pasti kemana
mereka akan pergi saat mereka membutuhkan sesuatu di
perpustakaan.
4. Dapat Diperluas
Koleksi yang ada di perpustakaan tidak diragukan
berkembang dengan sangat pesat. Bahkan diprediksi
dalam 10-15 tahun koleksi di perpustakaan akan
berjumlah dua kali lipat lebih banyak dari saat ini.
Karenanya dibutuhkan ruangan yang dapat dengan mudah
diperluas untuk menampung koleksi yang begitu banyak
itu. Perluasan tidak harus dengan membangun gedung
baru atau membongkar bangunan lama, namun bisa
dilakukan dengan menambah jumlah lantai. Saat
pekerjaan perluasan dilakukan, perlu juga diperhatikan
keberlangsungan aktifitas di perpustakaan. Suara yang
muncul akibat pekerjaan bangunan akan mengganggu
aktifitas pemustaka, jadi harus dilakukan langkah
antisipasi terlebih dahulu.
5. Bervariasi
Pemustaka datang ke perpustakaan dengan berbagai
motif. Ada yang ingin mengerjakan tugas, ada yang
hanya ingin membaca koran, ada yang ingin refreshing
dengan membaca novel fiksi, dll. Motif-motif tersebut
sudah seharusnya diantisipasi dengan penyediaan lokasi
yang berbeda untuk tiap motif sehingga pemustaka dapat
dengan nyaman beraktifitas di perpustakaan. Sebagai
contoh, pemustaka yang ingin memanfaatkan perpustakaan
sebagai ruang diskusi akan membutuhkan meja besar dan
sejumlah kursi yang dapat digunakan oleh peserta
diskusi, sementara pemustaka yang ingin bersantai
lebih membutuhkan sofa yang empuk. Motif-motif seperti
inilah yang harus diperhatikan sebagai masukan dalam
perencanaan desain perpustakaan.
6. Terorganisir
Tujuan dari pengorganisasian desain perpustakaan
adalah agar pemustaka dapat mengakses setiap layanan
dengan mudah dan cepat. Tata letak yang simpel namun
efektif akan sangat membantu pemustaka dalam
beraktifitas di dalam perpustakaan.
7. Nyaman
Tingkat kenyamanan sebuah perpustakaan sangatlah
penting, karena ini akan mempengaruhi kemauan
pemustaka untuk kembali berkunjung ke perpustakaan.
Sebuah perpustakaan yang nyaman jelas akan membuat
pemustaka betah berada di perpustakaan dan akan
kembali lagi kesana di masa depan.
Kriteria nyaman untuk perpustakaan melibatkan banyak
hal. Diantaranya adalah pencahayaan, udara bersih dan
temperatur. Juga, interior perpustakaan sebaiknya
terlihat menarik untuk dipandang.
8. Lingkungan
Ada 3 kriteria yang termasuk ke dalam aturan ini,
yaitu : pemustaka & staf, koleksi dan gedung. Pertama,
pemustaka dan staf membutuhkan suhu tertentu, sekitar
200 – 250 C. Udara segar juga dibutuhkan oleh mereka.
Kedua, koleksi membutuhkan suhu yang lebih rendah dari
manusia, kurang lebih 200 C. Ketiga, lingkungan juga
memiliki pengaruh besar. Perpustakaan yang berada di
lingkungan ramai biasanya akan kesulitan untuk
mendapat pengunjung, begitu juga sebaliknya.
9. Aman
Aman disini bukan hanya untuk koleksi, namun juga bagi
pustakawan serta pemustaka. Untuk keamanan koleksi,
sebaiknya hanya ada 1 pintu masuk dan keluar utama,
pintu khusus staf sebaiknya dilengkapi dengan akses
pemindai. Jendela harus bisa dikunci. Untuk staf dan
pemustaka sendiri, pintu gawat darurat harus
disediakan sehingga dapat dilakukan antisipasi
penyelamatan seandainya terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.
10. Ekonomis
Perencanaan dan desain perpustakaan yang bagus jelas
tidak membutuhkan biaya yang sedikit. Selain harus
menyediakan dana untuk mengadakan sarana-prasarana,
perpustakaan juga harus mengalokasikan dana untuk
merawat fasilitas yang ada. Singkatnya, ada 2 faktor
yang terlibat, yaitu dana inisial dan dana perawatan.
Dana inisial dapat diprediksi dan lebih rinci
dibandingkan dengan dana perawatan yang tidak tentu
dan terlalu dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak
terduga. Dinding batu akan membutuhkan dana lebih
mahal untuk perawatan daripada dinding plester.
Pemakaian karpet di tempat yang salah juga akan
mempengaruhi biaya perawatan yang dipakai.
C. PERLINDUNGAN GEDUNG DAN KOLEKSI
Perlindungan Api.
Dari sudut pandang kelangsungan hidup koleksi,
keyakinan populer untuk beberapa dekade bahwa lebih
banyak buku dan dokumen yang kehilangan fungsinya dan
debit yang tidak diinginkan pemadaman api berbasis air
daripada api itu sendiri. Hal ini menyebabkan
penyebaran sistem non-air, sistem air didasarkan pada
menjaga pipa sprinkler diisi dengan udara daripada air
sampai api dipicu sistem untuk mengisi dengan air, dan
bahkan instalasi api sistem deteksi bukan sistem
pencegah kebakaran.
Kini praktik terbaik yaitu dengan :
1) meminimalkan paparan pembakaran yang bertanggung
jawab untuk hampir sepertiga dari semua kebakaran
perpustakaan,
2) menggunakan tata cara pembagian ruang untuk
membatasi penyebaran api, dan
3) mempekerjakan deteksi kebakaran dan sistem pencegah
kebakaran berbasis air untuk perlindungan koleksi.
STANDAR RUANG
Standar ruang sangat bergunasebagai langkah awal untuk
arsitek dan pustakawan mendirikan gedung perpustakaan
universitas baru. Apa yang membuat standar ruang
penting adalah setiap gedung perpustakaan universitas
melayankan fungsi yang sama: menyediakan dan
memelihara koleksinya untuk pembaca, yang merupakan
siswa, staf pengajar dan administrasi universitas.
Karena itulah mereka tidak dapat mengacuhkan standar
ruang jika mereka tidak dapat memfungsikan gedung
perpustakaan yang baru. Karena beberapa wilayah
mempunyai situasi dan kondisi tertentu, meskipun
demikian, beberapa penyesuaian untuk standar ruang
diperlukan. Untuk contoh, orang Indonesia membutuhkan
rak yang lebih rendah karena mereka cenderung lebih
pendek daripada orang Barat. Juga dalam menghadapi
iklim, perlakuan yang berbeda harus dilakukan. Sebagai
contoh, banyak jendela dan langit-langit yang lebih
tinggi dibutuhkan di kawasan tropis untuk mendapatkan
sirkulasi udara alami yang lebih baik. Hal ini
kontras, sedikit jendela dan langit-langit yang lebih
rendah yang biasanya diterapkan di negara barat,
seperti United Kingdom, untuk menjaga dan meminimalkan
pemanasan. Pada dasarnya ruang standar untuk bangunan
perpustakaan universitas dapat menjelaskan sebagai
berikut:
Standar Ruang Perpustakaan Universitas
Standar bangunan perpustakaan dapat didefinisikan
secara luas sebagai norma kuantitatif dan kualitatif
persyaratan fisik minimum untuk pelayanan perpustakaan
yang efektif. Hal tersebut merupakan suatu kasus utama
dari penentuan seberapa baik fasilitas yang berfungsi
dan memperkirakan kebutuhan ruang untuk saat ini dan
untuk masa depan.
Ada enam elemen yang telah menjadi sangat umum bagi
standar akademik atau standar perpustakaan
universitas, yaitu :
1). Ukuran dari stok buku atau koleksi,
2). Ukuran dan komposisi dari karyawan dalam banyak
hal dari pustakawan professional,
3). Presentase keseluruhan dana institusi yang
digunakan untuk menentukan anggaran perpustakaan,
4). Kapasitas tempat duduk di perpustakaan (biasanya
ditulis dalam hal presentase mahasiswa yang bisa duduk
di dalam perpustakaan pada waktu tertentu),
5). Layanan perpustakaan, dan
6). Administrasi perpustakaan.
Daerah penyimpanan
Pada umumnnya, ada dua jenis penyimpanan, yaitu
penyimpanan terbuka dan tertutup. Penyimpanan terbuka
disediakan untuk akses bebas bagi pengguna. Sedangkan
penyimpanan tertutup, seringkali tersusun rapi, tidak
bebas diakses oleh pengguna. Penyimpanan tertutup
memerlukan staf untuk beroperasi.
Disarankan agar ruang jelas antar kolom, bukan ruang
antara pusat kolom, dalam beberapa kolom yang
sebaiknya harus menjadi beberapa unit rak (biasanya 3
kaki atau 900 mm) ditambah 4 inci (0,102) untuk
memmumnkinkan penyimpangan dalam ukuran kolom. Jarak
antara pusat ke pusat, bagaimanapun, membutuhkan lebih
dari lebar bagian yang normal. Berdasarkan ketentuan
tabel yang berhubungan dengan tata letak standar dalam
pedoman ukuran yang biasa digunakan untuk daerah
penyimpanan, ketentuan untuk cacat akses ,
booktrucks , dll , tidak boleh diabaikan .
Akomodasi tempat duduk
Berbeda dengan daerah penyimpanan, jarak untuk
akomodasi tempat duduk kurang begitu penting sebagai
daerah yang mudah dimodifikasi. Tabel berikut
menunjukkan jumlah carrels maksimum yang tersedia di
satu sisi pepustakaan dan jumlah jika studi tersedia
di perpustakaan tersebut , dengan asumsi penggunaan
ukuran minimum akomodasi membaca. Lebar minimal yang
dibutuhkan sebuah carrel dengan permukaan 2 kaki 3
inci (0.838 m). Namun demikian, ketentuan untuk kursi
berroda harus dipertimbangkan.
Area yang diperlukan bergantung pada :
1 . nomor yang akan diberikan;
2 . jenis tempat duduk yang akan diberikan dan
persentase masing-masing ;
3 . dimensi kerja untuk setiap jenis tabel ;
4 . luas lantai rata-rata yang dibutuhkan untuk setiap
jenis tempat duduk ;
5 . ruang tambahan yang dibutuhkan untuk melayani
pembaca ; dll
Kualitas dari mahasiswa dan fakultas . Semakin tinggi
kualitas , semakin besar perpustakaan digunakan.
Fasilitas perpustakaan yang disediakan . Semakin
memuaskan akomodasi tempat duduk dan layanan yang
diberikan , misalnya , semakin besar penggunaan .
Area lantai
Area lantai dari suatu perpustakaan harus
menggambarkan apa rencana dasar yang menjadi tujuan
agar area menjadi berguna, berestetika. Pada umumnya
tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
1. organisasi koleksi yang sederhana,
2. lalulintas yang lancar,
3. pengawasan maksimal oleh staf terhadap pengguna,
4. fleksibelitas untuk mengakomodasi perubahan di
masa mendatang,
5. menyelesaikan kepadatan tanpa berkerumun,
6. tempat duduk diantara koleksi tanpa mengganggu
organisasi,
7. keanekaragaman dari tempat duduk bagi pengguna,
8. keuntungan maksimum dari pemandangan.
Area lantai meliputi keduanya dari lantai pada suatu
perpustakaan dan area dari masing-masing lantai
mungkin penting secara fungsional dan keindahan.*
______________*Jumino, Materi Perencanaan dan Desain Perpustakaan, untuk bahan
ajar semester 5 Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Undip 2013
III
GAMBARAN PERPUSTAKAAN
Perpustakaan Universitas Pandanaran terletak di lantai
1 gedung Universitas Pandanaran, yang beralamat di
Jalan Banjarsari Selatan 1, Kecamatan Tembalang, Kota
Semarang. Perpustakaan terletak di samping ruang
Rektorat yang langsung terlihat setelah memasuki lobi
kampus, sehingga akses ke perpustakaan sangat mudah.
Dengan luas sekitar 5,7 m2 x 10 m2, perpustakaan
Universitas Pandanaran (Unpand) terdiri dari satu
ruangan dan memiliki 2525 judul buku yang terdiri
dari :
1875 Skripsi dan TA
76 Jurnal, dan
563 koleksi Buku.
I. Jam Layanan Perpustakaan
Jam layanan perpustakaan sebagai berikut :
Senin-Kamis : 09.00-16.00
Jumat : 09.00-12.00
Sabtu : 09.00-18.00
Minggu : 09.00-16.00
II. Fasilitas, Sarana dan Prasarana Perpustakaan
Universitas Pandanaran memiliki fasilitas sebagai
berikut :
Rak buku koleksi
Rak jurnal
Rak koran
Rak skripsi dan TA
PC 2 unit untuk keperluan mahasiswa
Meja sirkulasi
Meja kelompok
Kipas angin
Tempat sampah
Berikut denah Perpustakaan Universitas Pandanaran
Keterangan :
1. Lemari dokumen
2. Meja sirkulasi dan meja staf
3. Meja diskusi
4. Rak koleksi umum
5. Meja baca
6. Rak skripsi/TA
7. Tempat sampah
8. Meja PC
9. Kipas angin
10. Rak koran
11. Rak jurnal
IV
ANALISIS
Analisis ruangan perpustakaan berdasarkan 10 Dasar
Perencanaan dan Desain Perpustakaan yakni sebagai
berikut :
1) Fleksibel
Dalam kasus perpustakaan Unpand, dapat dikatakan
bahwa keefisienan yang ada di Unpand tidak
dimiliki, karena letaknya yang langsung
berhimpitan dengan ruang Rektorat dan ruang kelas,
membuat ruangan perpustakaan tidak dapat
dikembangkan sesuai dengan rancangan kebutuhan
Universitas yang semakin banyak dan tidak dapat
menampung pengguna terlalu banyak. Penambahan rak
pun tidak dapat dilakukan mengingat ruang yang
terlalu kecil dan tidak dapat dikembangkan.
2) Lapang
Ruangan yang dijadikan sebagai perpustakaan Unpand
tergolong sempit, yang dimaksud adalah tidak
terlalu menghambat ruang pergerakan pengguna dan
pustakawan. Jarak antara ruang dengan tempat duduk
sempit, sehingga pengguna yang sedang mencari
koleksi akan bersinggungan dengan pengguna yang
menggunakan meja kelompok, atau pengguna yang
sedang mengambil koran akan bersinggungan pula
dengan yang lewat atau yang sedang menuju ke rak
buku dan jurnal.
3) Akses mudah
Kemudahan ruangan perpustakaan Unpand adalah
berada di lantai 1, memungkinkan pengguna dapat
langsung menuju perpustakaan dari lapangan parkir
dan dari lobi serta dapat dicapai dalam waktu
singkat pula dari kantin atau yang berada di
lantai dua. Akses menuju layanan, yang dimaksud
adalah layanan sirkulasi sangat mudah dikarenakan
terletak di samping pintu masuk, begitu pula
dengan layanan internet dan rak buku serta koran.
Di pintu masuk juga terpajang papan keterangan
tempat sehingga calon pengguna mudah menemukan
letak perpustakaan.
4) Dapat diperluas
Kemungkinan untuk syarat ini, bagi ruangan
perpustakaan Unpand adalah 0%, dikarenakan tembok
pembatas tetap bagi ruangan sehingga tidak mungkin
lagi diperluas. Disarankan untuk memindahkan
perpustakaan di tempat yang lebih luas atau masih
belum difungsikan sehingga dapat dirancang lagi
tata letak dan interior perpustakaan yang lebih
memudahkan pengguna untuk keperluan pemanfaatan
koleksi dan lain-lain.
5) Bervariasi
Dikarenakan terdapat rak jurnal dan rak koran
serta layanan internet, dapat dipastikan pengguna
perpustakaan Unpand memiliki motif penggunaan yang
bervariasi. Difungsikan pula sebagai ruang meeting
bagi dosen-dosen dan jajaran pimpinan kampus dan
ruang berdiskusi bagi mahasiswa yang ingin
mengerjakan tugas atau sedang dalam pelaksanaan
kegiatan kampus, seperti BEM dan rapat KKN. Meja
baca juga seringkali dipergunakan sebagai tempat
konsultasi bagi mahasiswa yang sedang menempuh
skripsi/tugas akhir. Sementara pengguna yang ingin
bersantai dapat menempatkan diri di meja yang
berada dekat dengan rak jurnal.
6) Terorganisir
Tata letak perpustakaan dan layanannya
memungkinkan pengguna dalam aksesnya ke
perpustakaan tersebut serta memanfaatkan
koleksinya.
7) Nyaman
Tingkat kenyamanan merupakan keutamaan dalam
perpustakaan, selain keamanan dan keselamatan
koleksi dan penggunanya. Tentunya, perpustakaan di
Unpand pun mengutamakan hal tersebut, karena
selain menghadap ke utara, yang artinya jauh dari
paparan sinar matahari, jendela yang ada pun
banyak dan dilapisi oleh teralis, sehingga angin
mudah masuk ke perpustakaan. Jika jendela ditutup
karena hujan, maka terdapat ventilasi yang baik
yang mampu mengubah temperatur perpustakaan
menjadi hangat di musim hujan dan sejuk di musim
kemarau. Terdapat pula kipas angin, untuk pengguna
di saat hari terik.
8) Lingkungan
Suhu yang ada di perpustakaan Unpand sesuai dengan
10 dasar perencanaan dan desain perpustakaan,
yakni pemustaka dan staf membutuhkan suhu sekitar
200 – 250 C. Udara disediakan dari jendela,
ventilasi dan kipas angin. Perpustakaan berada di
jalur koridor antara lobi-kelas-laboratorium-
kantin, sehingga sangat strategis bagi
perpustakaan mendapatkan pengguna.
9) Aman
Keamanan koleksi ditunjukkan dari pintu keluar
masuk yang terdiri dari satu pintu, teralis yang
berada di jendela dan ventilasi dan akses
perpustakaan yang langsung menghadap koridor dan
lapangan parkir sehingga penyelamatan di saat
darurat mudah dilakukan. Meja sirkulasi diletakkan
di samping pintu, sehingga pengawasan ke meja baca
dan rak sangat mudah dilakukan.
10) Ekonomis
Syarat ekonomis di perpustakaan Unpand ditemui
dalam hal bentuk dinding yang digunakan dalam
bangunannya, yaitu dinding beton sehingga biaya
pemeliharaannya pun menjadi lebih murah. Selain
itu, pemeliharaan dan inisial terbilang memiliki
tingkat nominal yang rendah. Hal ini dapat dilihat
dari fasilitas, perlengkapan dan peralatan yang
terdapat dalam perpustakaan, yaitu meja, kursi,
rak, kipas angin, PC, dan koleksi. Dana yang ada
umumnya akan terpakai untuk koleksi dan PC,
sementara untuk hal lain akan dibersihkan
secukupnya sehingga dapat dibilang syarat ini
terdapat pada perpustakaan Unpand.
Sementara perlindungan koleksi di dalam
perpustakaan Universitas Pandanaran diwujudkan
dalam hal sebagai berikut :
Teralis pada jendela. Ini dimaksudkan untuk
mengamankan koleksi milik perpustakaan.
Daun jendela yang terbuat dari kaca dan kusen
dari kayu, untuk mendapatkan sinar matahari
dan cahaya secara alami.
Ventilasi yang disekat untuk mendapatkan
udara yang baik.
Lampu di dalam ruangan, sehingga saat malam
hari, cahaya tetap dapat diberikan dalam
perpustakaan.
V
SIMPULAN
Desain interior dan penempatan perabotan pada
perpustakaan Unpand memenuhi beberapa syarat pada
10 Aturan Faulkner Brown dan perlindungan standar
pada perpustakaan. Pencahayaan alami dan buatan
yang terdapat pada lampu dimiliki oleh
perpustakaan. Yang tidak dimiliki adalah spasi
atau ruang kosong untuk pengunjung yang hendak
mencari koleksi di rak karena spasi tersebut
ditempati oleh meja baca sehingga jalan pengunjung
terhambat untuk menuju ke rak koleksi.
DAFTAR PUSTAKA
Eriani, Yustina. Evaluasi Desain Interior Ruang Baca
Perpustakaan MAN
Yogyakarta III.
http://digilib.uin-suka.ac.id/4129/1/BAB%20I,V,
%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf. Tanggal akses: 19/12/2013
Jumino. Materi Perencanaan dan Desain Perpustakaan,
untuk bahan ajar semester
5 Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Undip
2013
http://ilmuperpin.blogspot.com/2013/10/10-dasar-
perencanaan-dan-desain.html.
Tanggal akses 19/12/2013
Sulistyo-Basuki (1991). Pengantar Ilmu Perpustakaan.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
LAMPIRAN