pengaruh objektivitas, independensi - perpustakaan
TRANSCRIPT
i
TESIS
PENGARUH OBJEKTIVITAS, INDEPENDENSI, PENGALAMAN AUDIT, DAN TEKANAN ANGGARAN
WAKTU TERHADAP KUALITAS AUDIT APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH
(THE INFLUENCE OF OBJECTIVITY, INDEPENDENCY, AUDIT EXPERIENCE, AND THE TIME BUDGET PRESSURE ON AUDIT
QUALITY OF GOVERNMENT INTERNAL SUPERVISOR APPARATUS)
YOPYN SOLON
PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2018
ii
TESIS
PENGARUH OBJEKTIVITAS, INDEPENDENSI, PENGALAMAN AUDIT DAN TEKANAN ANGGARAN
WAKTU TERHADAP KUALITAS AUDIT APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH
(THE INFLUENCE OF OBJECTIVITY, INDEPENDENCY, AUDIT EXPERIENCE, AND THE TIME BUDGET PRESSURE ON AUDIT
QUALITY OF GOVERNMENT INTERNAL SUPERVISOR APPARATUS)
Sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Magister
Disusun dan diajukan oleh
YOPYN SOLON
P3400214314
Kepada
PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2018
vi
PRAKATA Segala puji dan syukur hanya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, melalui petunjuk dan karunia-Nya, sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Penulisan karya ilmiah ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Magister (S2) Program Studi Magister Akuntansi di Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar. Berkat bantuan dari berbagai pihak pada kesempatan ini dari lubuk hati yang dalam ungkapan kami haturkan terima kasih yang tidak terhingga dan rasa hormat kepada pihak-pihak yang telah membimbing, memotivasi, memberikan bantuan moril dan materi, beliau adalah: 1. Prof. Dr. Gagaring Pagalung, SE.,Ak. MS.,CA sebagai pembimbing satu yang
senantiasa memberi masukan, saran-saran, pengarahan, dan kesempatan yang luas dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
2. Dr. Sanusi Fattah, SE.,M.Si.,CA sebagai pembimbing kedua yang senantiasa memberi masukkan dan dorongan dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
3. Dr. Aini Indrijawati, SE.,Ak.,M.Si.,CA sebagai penguji satu yang senantiasa memberikan pengarahan dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
4. Dr. Syamsuddin.,SE.,Ak.,M.Si.,CA sebagai penguji kedua yang senantiasa memberikan saran-saran dan dorongan dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
5. Dr. Asri Usman.,SE.,Ak.,M.Si.,CA sebagai penguji ketiga yang senantiasa memberikan saran-saran dan dorongan dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
6. Dr. R.A Damayanti.,SE.,Ak.,M.Soc.,Sc.,CA, sebagai Ketua Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin yang selalu memberi arahan dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
7. Seluruh staf di Bagian Akademik Pascasarjana dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin yang mendukung dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
8. Rektor Universitas Hasanuddin, Direktur Pasca Sarjana, Dekan, dan Wakil Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin yang mendukung dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
9. Pihak Donatur Beasiswa Star BPKP yang telah memberi kesempatan pada kami untuk mengikuti Pendidikan Magister (S2) Program Studi Magister Akuntansi di Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar.
10. Segenap Pimpinan dan Aparatur Pemerintah Kabupaten Luwu dan Luwu Utara yang telah mendukung dan membantu dalam melakukan proses penyelesaian studi di Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar.
11. Semua rekan sejawat, teman, dan sahabat yang selama ini memberi dukungan dan bantuan yang ikhlas terhadap penyelesaian studi kami.
12. Segenap keluarga, kepada Bapak, Ibunda dan Saudara (i) kami haturkan segala hormat dan terima kasih atas segala bantuan, kasih sayang, dukungan, dan doanya yang tulus dan tanpa henti.
Akhirnya kami berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan menjadi motivasi untuk rekan sejawat dalam meneliti dan menyempurnakan tema ini lebih lanjut, kami juga menyadari bahwa karya ilmiah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan saran serta kritikan yang membangun demi kesempurnaan selanjutnya. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa membimbing dan melindungi serta melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua, terkhusus kepada pihak yang telah mendidik dan membantu kami selama pendidikan hingga kini.
Makassar, 25 Januari 2018
Yopyn Solon
vii
ABSTRAK
YOPYN SOLON. Pengaruh objektivitas, independensi, pengalaman audit dan tekanan anggaran waktu terhadap kualitas audit Aparat Pengawas Intern Pemerintah (dibimbing oleh Gagaring Pagalung dan Sanusi Fattah) Penelitian ini bertujuan menganalisa dan mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh objektivitas, independensi, pengalaman audit dan tekanan anggaran waktu Aparat Pengawas Intern Pemerintah terhadap kualitas audit pada Inspektorat Kabupaten Luwu dan Luwu Utara Provinsi Sulawesi-Selatan. Data primer diperoleh melalui kuisioner yang disebarkan langsung kepada seluruh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dan sebanyak 89 kuisoner tersebut dikembalikan dan diolah. Penelitian ini dianalisis dengan metode analisis regresi linier berganda dengan variabel independen adalah objektivitas, independensi, pengalaman audit dan tekanan anggaran dan variabel dependen adalah hasil audit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa objektivitas, independensi, pengalaman audit dan tekanan anggaran waktu Aparat Pengawasan Intern Pemerintah pada Inspektorat Kabupaten Luwu dan Luwu Utara Provinsi Sulawesi-Selatan secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Kata Kunci: audit, objektivitas, independensi, pengalaman audit, tekanan
anggaran waktu.
viii
ABSTRACT
YOPYN SOLON. The Influence of Objectivity, Independency, Audit Experience, and Time Budget Pressure on Audit Quality of Government Internal Supervisor Apparatus (Supervised by Gagaring Pagalung and Sanusi Fattah) This research aims to analyze and obtain empirical evidence about influence of objectivity, independency, audit experience, and time budget pressure on audit quality of government Internal Supervisor Apparatus toward audit quality, on inspectorate of Luwu regency and North Luwu regency of South Sulawesi province. The primary data were obtained through questionnaires directly spread to all apparatus of government internal supervisors and 89 questionnaries were collected and analyzed. The research analyzed with multiple linear regression method with independent variable was audit result. The result indicate that objectivity, independence, audit experience, and time budget pressure of government internal supervisor towards inspectorate of Luwu Regency and North Luwu regency of South Sulawesi province simultaneously have effect positive and significant towards audit quality. Kata Kunci: Audit, Objectivity, Independency, Audit Experience, and Time Budget
Pressure
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................................ i
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ......................................... v
PRAKATA .............................................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................. vii
ABSTRACT ........................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1 .1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................6 1.3 Tujuan Penelitian ...........................................................................6 1.4 Kegunaan Penelitian……….. .........................................................7 1.4.1 Kegunaan Teoritis ...............................................................7 1.4.2 Kegunaan Praktis ................................................................7 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori dan Konsep………. ................................................9
2.1.1 Teori Stewardship ...............................................................9 2.1.2 Teori Atribusi…………… .................................................. 10 2.1.3 Teori Kebutuhan Maslow ................................................. 11 2.1.4 Theory of Planned Behavior .............................................12 2.1.5 Objektivitas .......................................................................15 2.1.6 Independen………….. ......................................................16 2.1.7 Pengalaman Audit……………. .........................................18 2.1.8 Tekanan Anggaran Waktu……………. .............................20 2.1.9 Kualitas Audit…………… .................................................21 2.1.10 Pengertian Audit ...............................................................24 2.1.11 Audit di lingkungan Pemerintahan……… .................. …..26
2.1.12 Aparat Pengawasan Intern Pemerintahan .......................28 2.2 Tinjauan Empiris ..........................................................................28
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Pemikiran .....................................................................31 3.2 Hipotesis .......................................................................................33
x
3.2.1 Pengaruh Objektivitas terhadap kualitas audit ..................... 33 3.2.2 Pengaruh Independensi terhadap kualitas audit .................. 35 3.2.3 Pengaruh Pengalaman terhadap Kualitas Audit .................. 37 3.2.4 Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu ................................... 38
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian ...................................................................... 40 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 40 4.3 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ...................... 41 4.4 Jenis dan Sumber Data ................................................................... 42 4.5 Metode Pengumpulan Data ............................................................. 42 4.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .................................. 42 4.7 Instrumen Penelitian ........................................................................ 45 4.8 Teknik Analis Data ........................................................................... 46 4.8.1 Analis Statistik Deskriptif…… . ............................................ 45 4.8.2 Analis Uji Validitas ………… . .............................................. 46 4.8.3 Analis Uji Realibilitas………… ............................................. 46 4.8.4 Model Analis ......................................................................... 46 4.8.5 Uji Parsial ............................................................................. 47 4.8.6 Uji Simultan .......................................................................... 47
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Data…. ............................................................................. 48 5.1.1 Gambaran Umum Responden Penelitian ............................ 48 5.1.2 Karateristik Responden Penelitian ....................................... 49 5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen…………………….. ............ 50 5.3 Deskripsi Variabel Penelitian……………. ........................................ 53 5.4 Pengujian Asumsi Klasik…………….. ............................................. 60 5.5 Hasil Analisis Regresi…………… .................................................... 63 5.6 Uji Parsial…………… ....................................................................... 65 5.7 Uji Simultan…………… .................................................................... 67 5.8 Pengujian Hipotesis…………… ....................................................... 67
BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Pengaruh Objektivitas terhadap Kualitas Hasil Audit ...................... 71 6.2 Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit ........................... 74 6.3 Pengaruh Pengalaman Audit terhadap Kalitas Audit……............. 77 6.4 Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu terhadap Kualitas Audt…. ... 79
BAB VII PENUTUP
7.1 Kesimpulan…………….. .................................................................. 82 7.2 Implikasi……………………… .......................................................... 83 7.3 Keterbatasan Penelitian……………………………………………… 83 7.4 Saran………………….…. ................................................................. 84 DAFTAR PUSTAKA………………….…..................................................................... 86
LAMPIRAN…………………..………………….…. ...................................................... 90
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tabel 5.1 Distribusi Kuisioner Menurut Instansi ..........................................48 2. Tabel 5.2 Karateristik Responden Penelitian ..............................................49 3. Tabel 5.3 Uji Validitas Instrumen Penelitian ................................................51 4. Tabel 5.4 Uji Realibilitas Instrumen Penelitian ............................................52 5. Tabel 5.5 Deskripsi Variabel Objektivitas ....................................................53 6. Tabel 5.6 Deskripsi Variabel Independensi .................................................55 7. Tabel 5.7 Deskripsi Variabel Pengalaman Audit .........................................56 8. Tabel 5.8 Deskripsi Variabel Tekanan Anggaran Waktu.............................57 9. Tabel 5.9 Variabel Kualitas Audit .................................................................59 10. Tabel 5.10 Hasil Uji Asumsi Non-Multikolinieritas .........................................61 11. Tabel 5.11 Hasil Uji Asumsi Non-Heteroskedastisitas ..................................61 12. Tabel 5.12 Hasil Pengujian Asumsi Linieritas................................................62 13. Tabel 5.13 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ................................................63
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Gambar 3.1 Kerangka Pikir Penelitian ........................................................33 2. Gambar 5.1 Deskripsi Rata-Rata Indikator Pada Variabel Objektivitas ....54 3. Gambar 5.2 Deskripsi Rata-Rata Indikator Pada Variabel Independensi ..55 4. Gambar 5.3 Deskripsi Rata-Rata Indikator Pada Pengalaman Audit.........56 5. Gambar 5.4 Deskripsi Rata-Rata Indikator Pada Variabel Tekanan
Anggaran Waktu ......................................................................58 6. Gambar 5.5 Deskripsi Rata-Rata Indikator Pada Variabel Kualitas Audit ..59
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Lampiran 1 Kuisioner Penelitian .................................................................90 2. Lampiran 2 Identitas responden .................................................................94 3. Lampiran 3 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...................................95 4. Lampiran 4 Statistika Deskriptif Tiap Variabel Penelitian ....................... 100 5. Lampiran 5 Hasil Analisis Regresi Model 1 ............................................ 109
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Audit pada sektor publik umumnya proses identifikasi masalah, analisis,
dan evaluasi yang dilakukan secara independen, objektiv, dan profesional
berdasarkan standar audit, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas,
efektivitas, efisiensi, dan keandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi
instansi pemerintah (AAIPI, 2013). Audit tersebut tidak dapat dilepaskan dari
peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai instansi pemerintah
dengan tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan pemerintah pusat
dan/atau pemerintah daerah, yang terdiri dari Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal/Inspektorat/Unit Pengawasan Intern
pada Kementerian/Kementerian Negara, Inspektorat Utama/Inspektorat Lembaga
Pemerintah Non Kementerian, Inspektorat/Unit Pengawasan Intern pada
Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara dan Lembaga Negara, Inspektorat
Provinsi/Kabupaten/Kota, dan Unit Pengawasan Intern pada Badan Hukum
Pemerintah lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dalam peran pengawasannya, APIP dituntut untuk menghasilkan audit
yang berkualitas sebagaimana kualitas audit adalah probabilitas auditor dapat
menemukan dan melaporkan kekeliruan dan ketidakberesan yang terjadi dalam
laporan keuangan yang di audit (DeAngelo, 1980). Namun Auditor APIP yang
juga adalah Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam tugasnya untuk menemukan,
melaporkan kekeliruan dan ketidakberesan yang terjadi pada laporan keuangan
2
yang di audit serta penyimpangan yang terjadi di sektor publik sering mendapat
sorotan dari masyarakat terutama hasil audit yang kurang meyakinkan dan
dianggap mencari-cari kesalahan saja.
Untuk mendukung kualitas audit tersebut, sejak tahun 2008 pemerintah
telah menerbitkan standar umum untuk meningkatkan kualitas audit APIP yang
tertuang dalam PERMENPAN No. PER/05/M.PAN/03/2008, Tanggal 31 Maret
2008 tentang kode etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah, menyatakan
bahwa: (a) pengawasan intern pemerintah merupakan salah satu unsur
manajemen Pemerintah yang penting dalam rangka mewujudkan kepemimpinan
yang baik; (b) bahwa dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik,
berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab diperlukan adanya
pengawasan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang
berkualitas; (c) bahwa dalam rangka mewujudkan adanya pengawasan oleh
APIP yang berkualitas diperlukan suatu ukuran mutu yang sesuai mandat audit
masing-masing APIP. Standar umum tersebut menunjukkan bahwa independensi
APIP serta objektivitas auditor diperlukan agar hasil audit APIP meningkat dan
berkualitas.
Namun, kenyataan di lapangan hasil audit yang dilakukan oleh APIP masih
menjadi sorotan publik. Salah satu sorotan adalah kasus Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) menangkap dua orang auditor APIP Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) di Manado, Sulawesi Utara yaitu Munzir dan Bahar menerima suap
sebesar 600 juta dari Walikota Tomohon sebagai hadiah. Pemberian uang
tersebut supaya hasil audit menyatakan Wajar Dengan Pengecualian (WDP)
pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Tomohon (Sumber:
Detiknews.com, 2010). Kasus tersebut menunjukkan bahwa kerjasama auditor
3
dengan auditee bukan tidak mungkin menjadikan auditor APIP tidak jujur dalam
mengungkapkan fakta, belum lagi berbagai fasilitas yang disediakan auditee
kepada auditor selama penugasan dapat mempengaruhi kualitas audit.
Kelemahan lain yang juga sering dihadapi dalam peningkatan kualitas hasil
audit APIP adalah bagaimana auditor meningkatkan objektivitas. Pusat Pendidikan,
Pelatihan dan Pengawasan (Pusdiklatwas BPKP, 2005), menyatakan objektivitas
sebagai bebasnya seseorang dari pengaruh pandangan subyektif pihak-pihak lain
yang berkepentingan, sehingga dapat mengemukaan pendapat menurut apa
adanya. Dengan objektivitas maka mengharuskan praktisi untuk tidak
membiarkan subyektivitas, benturan-benturan kepentingan, atau pengaruh yang
tidak layak dari pihak-pihak lain yang dapat mempengaruhi pertimbangan
profesional atau pertimbangan bisnisnya (Wardhani, dkk. 2014). Hal ini
dimaksudkan untuk menjaga kualitas audit yang tinggi sehingga dapat
dipertangungjawabkan kepada para pengambil keputusan (stake holder).
Sesuai dengan standar audit untuk meningkatkan kualitas audit maka
APIP tidak hanya perlu memiliki objektivitas tetapi juga harus independen dalam
pengauditan. Standar umum kedua (SA seksi 220 dalam SPAP, 2009)
menyebutkan bahwa dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. Standar ini
mengharuskan bahwa auditor harus bersikap independen (tidak mudah
dipengaruhi), karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan
umum. Namun terjadinya kasus berskala besar seperti kasus Hambalang
(Sumber: Media Indonesia, 18 September 2013) berkaitan dengan banyaknya
nama-nama yang hilang terkait kasus proyek Hambalang telah menimbulkan
pandangan skeptis masyarakat menyangkut ketidakmampuan auditor APIP
4
dalam menjaga independensinya.
Kemampuan mengungkapkan masalah yang terjadi dalam tugas
pengauditan juga dipengaruhi oleh banyaknya pengalaman dalam bidang audit
yang dimiliki auditor APIP dalam menghasilkan kualitas audit yang lebih baik.
Banyak orang percaya bahwa semakin pengalaman seseorang dalam
pekerjaannya, maka hasil pekerjaannya semakin bagus ( Bouman dan Bradley,
1997) hal ini dikarenakan tugas berbasis pengalaman yang diperoleh dapat
meningkatkan kinerja seseorang dalam melaksanakan tugasnya (Robyn dan
Peter, 2008). Hal ini senada dengan penelitian Rahmatika (2011) bahwa seorang
auditor yang memiliki pengalaman kerja yang semakin lama akan menghasilkan
kualitas audit yang lebih baik.
Pada penugasan yang padat, tekanan anggaran waktu ( time budget
pressure) telah menjadi masalah yang serius bagi auditor berkaitan dengan
ketersediaan waktu audit. Bahkan, beberapa auditor mengalami tekanan yang
cukup besar ketika dihadapkan pada suatu penugasan audit dengan time budget
yang singkat dan tidak terukur. Bertumpuk-tumpuknya penugasan dan individu
yang bekerja dibawah tekanan anggaran waktu dengan menggunakan banyak
energi akan mempengaruhi kualitas audit menyebabkan kinerja mereka akan
cenderung buruk. Auditor cenderung akan berperilaku disfungsional dalam
melakukan penugasan audit saat berada dalam kondisi time budget pressure
(Suprianto ,2009).
Pada akhirnya hasil audit yang berkualitas menjadi hal wajib yang dijaga
agar proses pengambilan keputusan dan pertimbangan hasil audit dapat
berkualitas juga. Menurut Deis dan Giroux (1992) menyebutkan ada empat hal
dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu: (1) lama waktu
5
auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan (tenure),
semakin lama seorang auditor telah melakukan audit pada klien yang sama maka
kualitas audit yang dihasilkan akan semakin rendah, (2) jumlah klien, semakin
banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik karena auditor
dengan jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya, (3)
kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan klien maka akan ada
kecenderungan klien tersebut untuk menekan auditor agar tidak mengikuti
standar, dan (4) review oleh pihak ketiga, kualitas audit akan meningkat jika
auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direviu oleh pihak
ketiga. Dalam sektor publik, Government Accountability Office (GAO)
mendefinisikan kualitas audit sebagai ketaatan terhadap standar profesi dan
ikatan kontrak selama melaksanakan audit (Lowenshon, dkk, 2005).
Inspektorat Kabupaten/Kota merupakan bagian dari APIP yg berfungsi
untuk melakukan pengawasan, yaitu seluruh proses kegiatan audit, review,
pemantauan, evaluasi dan kegiatan pengawasan lainnya berupa asistensi,
sosialisasi dan konsultansi. Sebagai lembaga pengawasan penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah di tingkat Kabupaten/Kota dipimpin oleh seorang Inspektur
dan bertanggung jawab langsung kepada Bupati/Walikota memiliki tugas
pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintah di daerah, pelaksanaan
pembinaan atas penyelenggaraan dan pelaksanaan urusan Pemerintah Daerah
serta melaksanakan ketatausahaan Inspektorat.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukanan, maka peneliti
melakukan penelitian pada wilayah yang berbeda yaitu penelitian dilakukan pada
wilayah Kabupaten Luwu dan Luwu Utara untuk mengetahui pengaruh
6
objektivitas, independensi, pengalaman audit, dan tekanan anggaran waktu
terhadap kualitas audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah objektivitas berpengaruh terhadap kualitas hasil audit Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)?
2. Apakah independensi berpengaruh terhadap kualitas hasil audit Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)?
3. Apakah pengalaman audit berpengaruh terhadap kualitas hasil audit Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)?
4. Apakah tekanan anggaran waktu berpengaruh terhadap kualitas hasil audit
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dan menganalisa:
1. Pengaruh objektivitas terhadap kualitas hasil audit Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah (APIP).
2. Pengaruh independensi terhadap kualitas hasil audit Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah (APIP).
3. Pengaruh pengalaman audit terhadap kualitas hasil audit terhadap kualitas
audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).
7
4. Pengaruh tekanan anggaran waktu terhadap kualitas hasil audit Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk
memberikan wawasan dan pengetahuan yang dapat digunakan dalam
pengembangan ilmu lebih lanjut khususnya yang berkaitan dengan dalam
pengembangan ilmu yang berkaitan dengan objektivitas, indepensi, pengalaman
audit dan tekanan anggaran waktu terhadap kualitas hasil audit. Selain itu
diharapkan dapat menambah referensi serta dapat memberikan sumbangan
untuk penelitian berikutnya dengan demikian dapat mendorong dilakukannya
penelitian akuntansi khususnya pada sektor publik.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk menentukan
tindakan apa yang harus dilakukan oleh Inspektorat untuk meningkatkan kualitas
audit. Bagi auditor dan APIP, penelitian ini dapat memberikan masukan
mengenai pentingnya menjaga objektivitas, independensi, pengalaman audit dan
memaksimalkan tekanan anggaran waktu dalam rangka mempertahankan dan
meningkatkan kualitas audit.
8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) Inspektorat Kabupaten Luwu dan Luwu Utara serta seluruh
anggota APIP di kedua SKPD tersebut yang selanjutnya dalam menjalankan
tugas pokok dan fungsinya melakukan pembinaan, pengawasan dan
pemeriksaan SKPD dan Pemerintahan Desa dalam kegiatan pengelolaan
keuangan daerah serta terhadap Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam rangka
ketaatan dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori dan Konsep
2.1.1 Teori Stewardship
Teori Stewardship menjelaskan bahwa kondisi dimana manajemen tidaklah
termotivasi oleh tujuan - tujuan individu tetapi lebih ditujukan pada sasaran hasil
utama mereka untuk kepentingan organisasi (Davis, Schoorman, dan
Donalson,1997). Teori Stewardship dibangun atas asumsi filosofis mengenai sifat
manusia yakni bahwa manusia pada hakekatnya dapat dipercaya, mampu
bertindak dengan penuh tanggung jawab, memiliki integritas dan kejujuran
terhadap pihak lain. Dengan kata lain bahwa teori Stewardship memandang
manajemen dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik – baiknya bagi
kepentingan publik maupun stakeholder. Inti teori Stewardship menurut Davis,
Schoorman, dan Donalson, (1997) bahwa manajemen sebagai agent adalah
pelayan (steward) akan bertindak sesuai dengan keinginan principal (publik). Hal
ini dapat dianalogikan antara pemerintah daerah sebagai steward akan bertindak
sesuai dengan kepercayaan dan kepentingan rakyat (publik).
Implikasi teori Stewardship terhadap penelitian ini berguna untuk
menjelaskan eksistensi Inspektorat Kabupaten/Kota sebagi suatu lembaga APIP
(agent) yang dapat dipercaya untuk bertindak dengan cara terbaik bagi principal
(publik) dengan melaksanakan tugas dan fungsinya dengan menghasilkan
kualitas audit yang dipercayakan kepadanya. Untuk melaksanakan tanggung
10
jawab tersebut maka steward mengerahkan semua potensi kemampuan dan
keahliannya untuk menghasilkan audit yang berkualitas.
2.1.2 Teori Atribusi
Teori Atribusi merupakan teori yang menjelaskan tentang perilaku
seseorang. Frits Heider sebagai pencetus teori atribusi, berpendapat bahwa
perilaku seseorang merupakan kombinasi antara kekuatan internal dan kekuatan
eksternal.Teori atribusi adalah sebuah teori yang menjelaskan bagaimana cara
menentukan penyebab atau motif perilaku seseorang. Pada dasarnya, ketika
mengamati perilaku individu, kita dapat melihat apakah hal tersebut disebabkan
oleh pengaruh eksternal ataupun internal (Robbins, 1996).
Pengaruh internal menyebabkan perilaku individu diyakini berada di
bawah kendali pribadi masing-masing individu tersebut, seperti: kemampuan,
pengetahuan, pengalaman dan usaha. Sedangkan pengaruh eksternal
menyebabkan perilaku individu sebagai akibat sebab-sebab dari luar atau
dipaksa oleh situasi, seperti: keberuntungan, kesempatan, dan lingkungan
(Robbins, 1996). Penentuan penyebab perilaku apakah merupakan atribusi
internal/eksternal dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: 1). Konsensus (consensus):
perilaku yang ditunjukkan jika semua orang yang menghadapi situasi yang
serupa merespon dengan cara yang sama, 2). Kekhususan (distincveness):
perilaku yang ditunjukkan individu berlainan dalam situasi yang berlainan. 3).
Konsistensi (consistency): perilaku yang sama dalam tindakan seseorang dari
waktu ke waktu.
Relevansi teori atribusi dalam penelitian ini adalah bahwa seseorang
dalam melakukan audit dipengaruhi oleh faktor – faktor internal dan
11
ekternal. Faktor internal merupakan perasaan yang dialami oleh auditor yang
mempengaruhi objektivitas mereka. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor
yang berada diluar kendalinya yaitu keberuntungan, kesempatan, dan
lingkungan.
2.1.3 Teori Kebutuhan Maslow
Maslow merumuskan lima jenjang kebutuhan manusia, sebagaimana
dijelaskan sebagai berikut (Wahjosumidjo, 1987) yaitu: (1) Kebutuhan
mempertahankan hidup (Physiological Needs). Kebutuhan ini tampak pada tiga
hal yaitu sandang, pangan, dan papan. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan
primer untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan biologi, (2) Kebutuhan rasa
aman (Safety Needs). Manifestasi kebutuhan ini antara lain adalah kebutuhan
akan keamanan jiwa, di mana manusia berada, kebutuhan keamanan harta,
perlakuan yang adil, pensiun, dan jaminan hari tua, (3) Kebutuhan sosial (Social
Needs). Manifestasi kebutuhan ini antara lain tampak pada kebutuhan akan
perasaan diterima oleh orang lain (sense of belonging), kebutuhan untuk maju
dan tidak gagal (sense of achievement), kekuatan ikut serta (sense of
participation), (4) Kebutuhan akan penghargaan/prestise (esteem needs),
semakin tinggi status, semakin tinggi pula prestisenya. Prestise dan status ini
diwujudkan dalam banyak hal, misalnya mobil, kamar kerja yang full AC, dan
lain-lain,(5) Kebutuhan mempertinggi kapasitas kerja (self actualization),
kebutuhan ini bermanifestasi pada keinginan mengembangkan kapasitas mental
dan kerja melalui seminar, konferensi, pendidikan akademis, dan lain-lain.
12
Relevansi teori kebutuhan Maslow terhadap penelitian ini, dapat
menjelaskan bahwa eksistensi Inspektorat Kabupaten/Kota sebagai suatu
lembaga (agent) yang dapat dipercaya untuk bertindak sesuai dengan
kepentingan publik (principal), haruslah mendapat dukungan oleh APIP lainnya
yang memiliki wawasan yang memadai, kemampuan teknis yang diandalkan dan
integritas yang tinggi, terkait dengan pengetahuan yang memadai, mutu personel
yang baik dan keahlian khusus audit sebagai potensi yang dimilikinya untuk
menghasilkan kinerja terbaiknya termasuk kualitas audit yang hendak dihasilkan
oleh auditor.
Personil APIP dalam melaksanakan tugas auditnya sejalan dengan teori
kebutuhan Maslow yaitu adanya usaha auditor untuk pemenuhan kebutuhan
akan aktualisasi diri (self actualization) terhadap dirinya, lingkungan kerja dan
lingkungan sosialnya sebagai kebutuhan yang dirasakan dengan menggunakan
kemampuan, keahlian dan potensi dirinya secara maksimal.
2.1.4 Theory of Planned Behavior
Theory of Planned Behavior (Teori Perilaku Terencana) dikembangkan
oleh Icek Ajzen (1985). Menurut Ajzen niat untuk melakukan berbagai jenis
perilaku dapat diprediksi dengan tingkat keakuratan yang tinggi dari sikap
seseorang terhadap perilaku, norma subyektif, dan kontrol perilaku yang
dirasakan. Teori ini digunakan untuk memprediksi apakah seseorang akan
melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku, memprediksi dan memahami
dampak niat berperilaku, serta mengidentifikasi strategi untuk merubah perilaku.
Teori Perilaku Terencana ini diperkenalkan oleh Icek Ajzen dengan
menambahkan komponen baru yaitu kontrol perilaku (perceived behavioral
13
control) dengan memperluas theory of reasoned action untuk menutupi perilaku
non-kehendak. Dalam Teori Perilaku Terencana, perilaku yang ditampilkan
individu timbul karena adanya intensi untuk berperilaku. Intensi individu untuk
menampilkan suatu perilaku adalah kombinasi dari sikap untuk menampilkan
perilaku tersebut dan norma subjektif. Sikap individu terhadap perilaku meliputi
kepercayaan mengenai suatu perilaku, evaluasi terhadap hasil perilaku,
normasubjektif, kepercayaan-kepercayaan normatif dan motivasi untuk patuh.
Theory of planned behavior memperhitungkan bahwa niat individu untuk
melakukan suatu tindakan atau berperilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu: 1) Sikap Terhadap Perilaku (Atitude TowardThe Behavior) Individu akan
bertindak atau berprilaku sesuai dengan sikap yang melekat dalam dirinya
terhadap suatu perilaku. Sikap terhadap perilaku yang dianggap positif, nantinya
akan dijadikan pilihan individu untuk membimbingnya dalam berperilaku di
kehidupannya. 2) Norma Subyektif (Subjective Norm) Persepsi individu tentang
perilaku tertentu, yang dipengaruhi oleh penilaian orang lain yang signifikan. 3)
Persepsi kontrol perilaku (Perceived Behavioral Control). Kontrol perilaku
mengacu pada persepsi-persepsi individu akan kemampuannya untuk
mewujudkan suatu perilaku tertentu.
Implikasi Theory of planned behavior terhadap penelitian ini, bahwa
seseorang yang memiliki indepedensi (dalam dimensi dedikasi terhadap profesi)
yang baik cenderung akan memiliki keyakinan yang relatif stabil dalam segala
situasi. Studi yang dilakukan oleh Firth (1980), misalnya mengemukakan alasan
bahwa, jika auditor tidak terlihat independen, maka pengguna laporan keuangan
semakin tidak percaya atas laporan keuangan yang dihasilkan auditor dan opini
14
auditor tentang laporan keuangan perusahaan yang diperiksa menjadi tidak ada
nilainya.
Sejalan dengan Arens dan Loebbecke, Mulyadi (2008) menguraikan
independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan
oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi auditor didasari
dengan sikap yang melekat dalam dirinya terhadap suatu perilaku, maka sebagai
seorang profesional yang berdedikasi terhadap profesi atau pekerjaan harus
menilai segala jenis perilaku yang positif dengan menggunakan peraturan dan
kode etik yang berlaku dalam profesinya. Dengan demikian mereka telah
memiliki sikap independensi terhadap perilaku yang baik dan menjunjung profesi
karena telah bekerja dengan berdasarkan peraturan yang ada dan kode etik
profesi.
Selain independensi, tekanan anggaran waktu (time budget pressure)
merupakan ancaman bagi auditor yang memungkinkan auditor melakukan
disfungsional audit yang berakibat penurunan kualita audit. Menurut perceived
behavioral control dalam theory planned of behavior, auditor diharuskan memiliki
kendali sepenuhnya atas setiap perilakunya, sehingga disetiap penugasan audit
tekanan waktu tidaklah menjadi ancaman yang berarti bagi seorang auditor
dalam meyelesaikan tugas auditnya, dengan demikian auditor akan mudah
memunculkan tingkah laku tertentu yaitu tingkah menjalankan tugas audit sesuai
prosedur program audit kemudian mampu menghasilkan dan mempertahankan
kualitas auditnya.
15
2.1.5 Objektivitas
Semakin tinggi objektivitas auditor, maka semakin baik kualitas auditnya.
Hubungan keuangan dengan klien dapat mempengaruhi objektivitas dan dapat
mengakibatkan pihak ketiga berkesimpulan bahwa objektivitas auditor tidak
dapat dipertahankan (Mabruri dan Winarna, 2010). Dengan adanya kepentingan
keuangan, seorang auditor jelas berkepentingan dengan laporan hasil
pemeriksaan yang diterbitkan. Objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil,
tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias dan bebas
kepentingan atau berada dibawah pengaruh pihak lain. (Mulyadi, 2002).
Hal ini senada dengan Pusdiklatwas BPKP (2005), menyatakan bahwa
objektivitas sebagai bebasnya seseorang dari pengaruh pandangan subyektif
pihak-pihak lain yang berkepentingan, sehingga dapat mengemukaan pendapat
menurut apa adanya. Unsur perilaku yang dapat menunjang objektivitas antara
lain (1) dapat diandalkan dan dipercaya, (2) tidak merangkap sebagai panitia
tender, kepanitiaan lain dan atau pekerjaan-pekerjaan lain yang merupakan
tugas operasional obyek yang diperiksa, (3) Tidak berangkat tugas dengan niat
untuk mencari-cari kesalahan orang lain, (4) dapat mempertahankan kriteria dan
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang resmi, serta (5) dalam bertindak maupun
mengambil keputusan didasarkan atas pemikiran yang logis.Sukrisno Agoes
(2012:19) menyatakan bahwa objektivitas adalah suatu keyakinan, kualitas yang
memberikan nilai bagi jasa/ pelayanan auditor. Objektivitas merupakan suatu ciri
yang membedakan profesi akuntan dengan profesi-profesi lain. Prinsip
objektivitas menetapkan suatu kewajiban bagi auditor untuk tidak memihak, jujur
secara intelektual, dan bebas dari konflik kepentingan. Objektiv menurut Standar
APIP yaitu auditor harus memiliki sikap yang netral dan tidak bias serta
16
menghindari konflik kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan dan
melaporkan penugasan yang dilakukannya. Prinsip objektivitas mensyaratkan
agar auditor melaksanakan audit dengan jujur dan tidak mengkompromikan
kualitas. Pimpinan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) tidak
diperkenankan menempatkan auditor dalam situasi yang membuat auditor tidak
mampu mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan
profesionalnya. Auditor yang independen akan memungkinkan yang
bersangkutan bersikap objektiv (Standar Audit Intern Pemerintahan, Seksi 1120).
2.1.6 Independensi
Pernyataan standar umum dalam SPKN yang menyatakan bahwa: dalam
semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa
dan pemeriksa harus bebas dalam sikap dan penampilan dari gangguan pribadi,
ekstren dan organisasi yang mempengaruhi independensinya. Independensi
dalam lampiran 2 (dua) SPKN disebutkan bahwa gangguan pribadi yang
disebabkan oleh suatu hubungan dan pandangan pribadi mungkin
mengakibatkan pemeriksa membatasi lingkup pertanyaan dan pengungkapan
atau melemahkan temuan dalam segala bentuknya. Pemeriksa
bertanggungjawab untuk memberitahukan kepada pejabat yang berwenang
dalam organisasi pemeriksanya apabila memiliki gangguan pribadi terhadap
independensi. Gangguan pribadi dari pemeriksa secara individu meliputi antara
lain:(a) memiliki hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah, atau semenda
sampai dengan derajat kedua dengan jajaran manajemen entitas atau program
yang diperiksa atau sebagai pegawai dari entitas yang diperiksa, dalam posisi
17
yang dapat memberikan pengaruh langsung dan signifikan terhadap entitas atau
program yang diperiksa, (b) memiliki kepentingan keuangan baik secara
langsung maupun tidak langsung pada entitas atau program yang diperiksa, (c)
pernah bekerja atau memberikan jasa kepada entitas atau program yang
diperiksa dalam kurun waktu dua tahun terakhir, (d) mempunyai hubungan
kerjasama dengan entitas atau program yang diperiksa, (e) terlibat baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan obyek pemeriksaan, seperti
memberikan asistensi, jasa konsultasi, pengemangan sistem, menyusun
dan/atau mereviu laporan keuangan entitas atau program yang diperiksa.
Independensi dalam Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
(SAAPI) memiliki arti bahwa posisi auditor ditempatkan secara tepat sehingga
bebas dari intervensi, dan memperoleh dukungan yang memadai dari pimpinan
tertinggi organisasi sehingga dapat bekerja sama dengan auditi dan
melaksanakan pekerjaan dengan leluasa. Standar Audit Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah (APIP) Seksi 2110 – Independensi APIP dijelaskan bahwa:
pimpinan APIP bertanggung jawab kepada pimpinan tertinggi organisasi agar
tanggung jawab pelaksanaan audit dapat terpenuhi. Posisi APIP ditempatkan
secara tepat sehingga bebas dari intervensi, dan memperoleh dukungan yang
memadai dari pimpinan tertinggi organisasi sehingga dapat bekerjasama dengan
auditi dan melaksanakan pekerjaan dengan leluasa.Meskipun demikian, APIP
harus membina hubungan kerja yang baik dengan auditee terutama dalam saling
memahami diantara peranan masing-masing lembaga.
Independensi memiliki tiga dimensi, yaitu independensi dalam pelaksanaan
audit, independensi dalam melakukan pemeriksaan dan independensi dalam
membuat laporan. Independensi dalam pelaksanaan audit meliputi bebas dari
18
campur tangan dan intervensi yang membatasi, menetapkan dan mengurangi
berbagai bagian audit; bebas dari campur tangan dengan atau sikap yang tidak
kooperatif yang berkaitan dengan prosedur yang dipilih dan bebas dari berbagai
usaha yang dikaitkan dengan pekerjaan audit untuk me-review selain dari yang
diberikan dalam proses audit. Independensi auditor juga dipengaruhi oleh ukuran
klien dan pemberian hadiah (Pany dan Reckers, 1980). Independensi sebagai
keadaan bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak
tergantung pada orang lain dan akuntan publik yang independen haruslah
akuntan publik yang tidak terpengaruh dan tidak dipengaruhi oleh berbagai
kekuatan yang berasal dari luar diri akuntan dalam mempertimbangkan fakta
yang dijumpainya dalam pemeriksaan (Mulyadi, 1992). Hal ini senada dengan
Nurhayanto dkk (2009) yang mengatakan auditor yang independent adalah
auditor yang mandiri atau tidak tergantung pada sesuatu yang lain atau tidak bias
dalam bersikap.
2.1.7 Pengalaman Audit
Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan penambahan
perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non
formal atau bisa juga diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang
kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi (Knoers dan
Haditono, 1999). Pengalaman akan mengurangi pengaruh informasi yang tidak
relevan dalam pertimbangan (judgment) auditor. Auditor yang berpengalaman
(partner dan manager) dalam membuat pertimbangan (judgment)tidakdapat
dipengaruhi oleh kehadiran informasi yang tidak relevan. Sedangkan auditor
19
yang kurang berpengalaman membuat pertimbangan (judgment) dipengaruhi
olehkehadiran informasi yang tidak relevan (Shelton,1999).
Pengalaman dari seorang auditor merupakan komponen yang penting
karena pengalaman merupakan suatu faktor yang sangat vital yang
mempengaruhi keputusan yang kompleks. Di bidang audit, pengalaman auditor
merupakan faktor penting yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Pengalaman adalah salah satu penentu utama yang mempengaruhi efisiensi
kinerja dalam praktek professional. Semakin tinggi pengalaman auditor, maka
semakin tinggi kualitas pengambilan keputusan audit (Abdolmohammadi dan
Wright dalam Aris Eddy Sarwono, 2006). Pengalaman bagi para auditor
merupakan unsur penting dalam menjalankan tugasnya. Auditor yang profesional
harus mempunyai pengalaman yang cukup tentang tugas dan
tanggungjawabnya. Profesionalisme, kinerja komitmen terhadap organisasi serta
kualitas auditor diperolehnya dari pengalaman melakukan audit (Libby dan
Frederick, 1990).
Auditor berpengalaman akan mempunyai pemahaman yang lebih baik,
mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas kesalahan-
kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat mengelompokkan kesalahan
berdasarkan pada tujuan audit dan struktur sistem akuntansi yang mendasari.
Butt (1983) juga mengungkapkan bahwa auditor yang berpengalaman akan
membuat pertimbangan yang relatif lebih baik dalam melaksanakan tugas –
tugas profesionalnya daripada auditor yang kurang berpengalaman. Hal tersebut
akan membantu seorang auditor dalam membuat pertimbangan yang lebih
baik.Hal ini juga di pertegas oleh Haynes dkk (1983) yang menemukan bahwa
20
pengalaman audit yang dimiliki auditor ikut berperan dalam menentukan
pertimbangan yang diambil.
2.1.8 Tekanan Anggaran Waktu
Tekanan anggaran waktu adalah suatu keadaan yang menunjukkan auditor
dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah
ditetapkan atau mendapat pembatasan waktu dengan anggaran yang cenderung
ketat dan kaku (DeZoort, 1998). Tuntutan tersebut menyebabkan timbulnya
tekanan dalam anggaran waktu. Kelley dan Marghem (1990) mengatakan
bahwa anggaran waktu audit yang ketat dapat mengakibatkan auditor merasakan
tekanan anggaran waktu audit dalam pelaksanaan program audit. Tekanan
anggaran waktu tersebut terjadi akibat ketidakseimbangan antara anggaran
waktu audit yang tersedia dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
program audit. Ketidakseimbangan antara anggaran waktu audit yang tersedia
dan waktu yang dibutuhkan menyebabkan menurunnya efektifitas dan efisiensi
kegiatan pengauditan (McDaniel, 1990). Auditor akan memberikan respon
dengan dua cara ketika menghadapi tekanan waktu, yaitu: fungsional dan
disfungsional.Tipe fungsional adalah perilaku auditor untuk bekerja lebih baik dan
menggunakan waktu sebaik-baiknya dalam melakukan tugasnya. Hal ini senada
dengan Otley & Pierce (1996), menyatakan bahwa auditor yang menghadapi
tekanan waktu dapat merespon dalam dua cara yaitu dengan bekerja lebih
keras, atau semakin efisien dalam menggunakan waktu. Apabila diperlukan,
auditor dapat meminta waktu tambahan pada atasan. Kualitas audit bisa menjadi
semakin buruk bila alokasi waktu yang dianggarkan tidak realistis dengan
21
kompleksitas audit yang diembannya, namun apabila alokasi waktu dilakukan
dengan tepat justru berfungsi sebagai mekanisme control dan suatu indikator
keberhasilan bagi kinerja auditor dan kantor akuntan publik (Cook & Kelly, 1991).
2.1.9 Kualitas Audit
Menurut Deis dan Giroux (1992) menyebutkan ada empat hal dianggap
mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu: (1) lama waktu auditor telah
melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan (tenure), semakin lama
seorang auditor telah melakukan audit pada klien yang sama maka kualitas audit
yang dihasilkan akan semakin rendah, (2) jumlah klien, semakin banyak jumlah
klien maka kualitas audit akan semakin baik karena auditor dengan jumlah klien
yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya, (3) kesehatan keuangan klien,
semakin sehat kondisi keuangan klien maka akan ada kecenderungan klien
tersebut untuk menekan auditor agar tidak mengikuti standar, dan (4) review oleh
pihak ketiga, kualitas audit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui
bahwa hasil pekerjaannya akan direviu oleh pihak ketiga. Dalam sektor publik,
Government Accountability Office (GAO) mendefinisikankualitas audit sebagai
ketaatan terhadap standar profesi dan ikatan kontrak selama melaksanakan audit
(Lowenshon et al., 2005). Standar audit menjadi bimbingan dan ukuran kualitas
kinerja auditor (Messier, dkk. 2005). Menurut Peraturan MenteriNegara
Pendayagunaan Aparatur Negara nomor PER/05/M.PAN/03/2008, pengukuran
kualitas audit atas laporan keuangan, khususnya yang dilakukan oleh APIP,
wajib menggunakan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Dalam
lampiran 3 SPKN disebutkan bahwa besarnya manfaat yang diperoleh dari
22
pekerjaan pemeriksaan tidak terletak pada temuan pemeriksaan yang dilaporkan
atau rekomendasi yang dibuat, tetapi terletak pada efektivitas penyelesaian yang
ditempuh oleh entitas yang diperiksa. Manajemen entitas yang diperiksa
bertanggung jawab untuk menindaklanjuti rekomendasi serta menciptakan dan
memelihara suatu proses dan sistem ini formasi untuk memantau status tindak
lanjut atas rekomendasi pemeriksa dimaksud. Jika manajemen tidak memiliki
cara semacam itu, pemeriksa wajib merekomendasikan agar manajemen
memantau status tindak lanjut atas rekomendasi pemeriksa
AAA Financial Accounting Commite (2000), menyatakan bahwa kualitas
audit ditentukan oleh 2 (dua) hal yaitu kompetensi (keahlian) dan independensi.
Kedua hal tersebut berpengaruh langsung terhadap kualitas audit. Persepsi
pengguna laporan keuangan atas kualitas audit merupakan fungsi dari persepsi
mereka atas independensi dan keahlian auditor, sedangkan Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang di lakukan auditor dikatakan
berkualitas jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian
mutu.Mihret dan Yismaw’s (2007) menyatakan bahwa kualitas audit internal
ditentukan oleh fungsi dari tingkat keahlian staf, ruang lingkup layanan yang
diberikan dan sejauh mana audit telah direncanakan dengan baik, dilaksanakan
dan dikomunikasikan. Copley dan Doucet (1993) menjelaskan kualitas audit
ditentukan oleh kesesuaian dengan standar profesional pelaporan dan pekerjaan
lapangan. Budaya dan lingkungan kerja organisasi sering memberikan kontribusi
positif terhadap kualitas audit. Kualitas audit akan mengalami suatu peningkatan
saat pimpinan organisasi tersebut: Menciptakan lingkungan yang mempunyai
nilai baik bagi auditor maupun bagi perusahaan audit. Pimpinan meyakinkan
kepada jajaran pimpinan dan staf auditor memiliki waktu yang cukup untuk
23
menyelesaikan pemeriksaan secara efektif dan profesional sesuai dengan
standar pemeriksaan. Pertimbangan keuangan tidak akan mempengaruhi
keputusan atau dijadikan alasan untuk mengurangi kualitas hasil audit. Pimpinan
menetapkan system penilaian dan pemberian penghargaan untuk rekan dan staf
auditor yang menunjukkan prestasi dalam meningkatkan kualitas audit.
Kualitas audit ditentukan dalam hal kepatuhan terhadap standar audit
pemerintah. Kerangka kerja kualitas audit yang dikembangkan UK Financial
Reporting Council (FRC) dalam Hariyati (2011) meliputi: budaya dan lingkungan
kerja organisasi sering memberikan kontribusi positif terhadap kualitas audit.
Kualitas audit akan mengalami suatu peningkatan saat pimpinan organisasi
menciptakan lingkungan yang mempunyai nilai baik bagi auditor maupun bagi
perusahaan audit. Government Accountability Office (GAO 1987: 11)
menyatakan kriteria umum yang digunakan dalam kualitas hasilaudit
menunjukkan keberadaan (kualitas yang dapat diterima) atau tidak (kualitas tidak
dapat diterima) dari laporan - laporan dan prosedur audit yang diperlukan
berdasarkan ketentuan program bantuan federal. Pertimbangan keuangan
perusahaan audit tidak akan mempengaruhi keputusan atau dijadikan alasan
untuk mengurangi kualitas hasil audit. Pimpinan menetapkan sistem penilaian
dan pemberian penghargaan untuk rekan dan staf auditor yang menunjukkan
prestasi dalam meningkatkan kualitas audit.Laporan hasil audit yang dapat
diandalkan dan bermanfaat dengan kriteria yaitu disajikan secara jelas dan tidak
mengundang penafsiran ganda terhadap opini auditor dan memenuhi kebutuhan
pengguna laporan keuangan sesuai hukum dan peraturan yang berlaku.
Komunikasi dengan komite audit membahas mengenai lingkup
pemeriksaan,pertimbangan yang mendasari opini, resiko kunci yang mampu
24
diidentifikasikan, aspek kualitatif dari entitas akuntansi dan pelaporan sampai
dengan upaya untuk meningkatkan laporan keuangan klien. Prinsip laporan audit
harus mampu menyakinkan manajemen, memberikan peringatan kepada
manajemen, memberikan saran kepada manajemen dan mendukung langkah
perbaikan yang dibuat manajemen (BPKP, 2009:149).
Kualitas audit harus tepat waktu, lengkap, akurat, obyektif, menyakinkan,
serta jelas dan seringkas mungkin. Standar pemeriksaan keuangan negara
nomor 3 alinea 24 menyatakan definisi kualitas audit yaitu bahwa laporan hasil
audit yang memuat adanya kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan,
penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan, dan
ketidakpatutan, harus dilengkapi tanggapan dari pimpinan atau pejabat yang
bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa mengenai temuan dan
rekomendasi serta tindakan koreksi yang direncanakan (BPKP, 2009:155). Cara
yang paling efektif untuk menjamin bahwa suatu laporan hasil audit telah dibuat
secara wajar, lengkap, dan obyektif adalah dengan mendapatkan reviu dan
tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang
diperiksa. Pejabat yang bertanggungjawab memberikan tanggapan atau
pendapat hanya mencakup kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan,
penyimpangan terhadap ketentuan perundang-undangan, atau tidak
ketidakpatutan yang dilaporkan oleh pemeriksa, tetapi juga tindakan perbaikan
yang direncanakan.
2.1.10 Pengertian Audit
Auditing didefinisikan sebagai proses pengumpulan dan pengevaluasian
bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi
25
yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat
menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-
kriteria yang telah didapatkan (Arens dan Loebbecke, 1997:1). Sedangkan, audit
pada sektor publik didefinisikan sebagai suatu proses sistematik secara objektif
untuk melakukan pengujian keakuratan dan kelengkapan informasi yang
disajikan dalam suatu laporan keuangan organisasi sektor publik (Bastian,
2014:4). Menurut AAIPI, Standar Audit Intern Pemerintah yaitu adalah proses
identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen,
objektif, dan profesional berdasarkan standar audit, untuk menilai kebenaran,
kecermatan, kredibilitas, efektivitas, efisiensi, dan keandalan informasi
pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah.
Mulyadi (2009:9) mengatakan bahwa audit adalah suatu proses
sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai
pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan
untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut
dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada
pemakai yang berkepentingan. Mulyadi (2002:9), menyebutkan beberapa unsur-
unsur audit: (1) Suatu proses sistematis, artinya audit merupakan suatu langkah
atau prosedur yang logis, berkerangka dan terorganisasi, (2) Untuk memperoleh
dan mengevaluasi bukti secara objektif, (3) Pernyataan mengenai kegiatan dan
kejadian ekonomi, (4) Menetapkan tingkat kesesuaian (5) Kriteria yang telah
ditetapkan, (6) Penyampaian hasil (atestasi), (7) Pemakai yang berkepentingan.
Audit dibagi menjadi tiga golongan yaitu sebagai berikut: Pertama, audit laporan
keuangan (financial audit), merupakan audit yang menjamin sistem akuntansi
dan pengendalian keuangan berjalan secara efisien dan tepat serta transaksi
26
keuangan diotorisasi serta dicatat secara benar. Kedua, audit kepatuhan
(compliance audit), merupakan audit yang memverifikasi/memeriksa bahwa
pengeluaran-pengeluaran untuk pelayanan masyarakat telah disetujui dan telah
sesuai dengan undang-undang peraturan. Ketiga, audit kinerja (performance
audit), merupakan perluasan dari audit keuangan dalam tujuan dan prosedurnya
(Halim dan Ikbal, 2012:65).
2.1.11 Audit di Lingkungan Pemerintahan
Pemerintah berbeda dengan private sektor dalam beberapa hal,
termasuk sifat operasinya, akuntansinya, dan pelaporan keuangannya. Unit
pemerintahan berbeda dari private sektor/organisasi komersil, yaitu: ketiadaan
motif mencari untung, kepemilikan kolektif dari para constituen (rakyat adalah
pemilik), yang tidak berbagi secara proporsional dalam penyediaan barang atau
jasa bagi pemerintah (Samelson, dkk. 2006) dan adanya proses politik yang
mempengaruhi proses pengambilan keputusan (Freeman dan Shoulders, 2003).
Senada dengan lingkungan akuntansi pemerintahan oleh Kawedar
(2008) yang menyatakan bahwa lingkungan operasional organisasi pemerintah
berpengaruh terhadap karakteristik tujuan akuntansi dan pelaporan
keuangannya. Ciri utama menurut Kawedar (2008) adalah struktur pemerintahan
dan pelayanan yang diberikan meliputi: a). Bentuk umum pemerintahan dan
pemisahan kekuasaan, b). Sistem pemerintahan otonomi dan transfer
pendapatan antar pemerintah, c). Adanya pengaruh proses politik, d). hubungan
antara pembayaran pajak dengan pelayanan pemerintah. Hal tersebut
mengakibatkan prosedur audit pada unit pemerintahan akan lebih kompleks
27
dibandingkan prosedur audit pada perusahaan atau private sektor. Prosedur
audit dalam hal ini merupakan kegiatan pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak
yang memiliki independensi dan memiliki kompetensi professional untuk
memeriksa apakah laporan keuangan dan hasil kinerja yang disusun pemerintah
telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Badan Pemerikasaan
Keuangan (BPK) mendefinisikan pemeriksaan sebagai proses identifikasi
masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif, dan
professional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran,
kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara/daerah. Prosedur audit pada unit
pemerintahan harus ditingkatkan atau diubah untuk menjawab permasalahan-
permasalahan unik yang ada pada pemerintahan yaitu dana akuntansi,
penganggaran, kepatuhan terhadap hukum dan regulasi..
Pada perikatan pemerintahan, auditor harus mengikuti Standar Audit
Intern Pemerintah Indonesia yang diamanatkan dalam pasal 53 Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalain Intern
Pemerintah bahwa: (1). Untuk menjaga mutu hasil audit yang dilaksanakan
aparat pengawasan intern pemerintah, disusun standar audit. (2). Setiap pejabat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1) wajib melaksanakan audit
sesuai dengan standar audit sebagaimana dimaksud pada ayat 1. (3). Standar
audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh organisasi profesi
auditor dengan mengacu pada pedoman yang ditetapkan oleh pemerintah.
Penekanan pada kualitas hasil audit menyebabkan aparat pengawasan
intern pemerintah memerlukan proses audit yang berbeda dibandingkan sektor
28
private (dengan beberapa pertimbangan-pertimbangan) khususnya dalam hal
atribut- atribut kualitas audit (Carcello, dkk, 1992).
2.1.12 Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) adalah aparatur sipil
negara yang melakukan tugas audit dan dalam menjalankan tugas auditnya wajib
mentaati kode etik APIP yang berkaitan dengan statusnya sebagai aparatur sipil
negara dan standar audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)
sebagimana diatur dalam Permenpan No. PER/ 04.M.PAN/03/ 2008 dan No.
PER/05/M.PAN/03/2008. Tanggal 31 Maret 2008, yang terdiri dari:
1. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang
bertanggung jawab kepada Presiden.
2. Inspektorat Jenderal (Itjen)/ Inspektorat Utama (Ittama) yang bertanggung
jawab kepada Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen
(LNPD).
3. Inspektorat Pemerintah Provinsi yang bertanggung jawab kepada Gubernur,
4. Inspektorat Pemerintah Kabupaten/kota yang bertanggung jawab kepada
Bupati/ Walikota.
2.2 Tinjauan Empiris
2.2.1 Penelitian Terdahulu
Sebagaimana yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu
menurut Sukriah, dkk. (2009) menunjukkan menunjukkan bahwa objektivitas
berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hal ini sejalan dengan
29
penelitian yang dilakukan oleh Mabruri dan Winarna (2010) yang juga
menunjukkan bahwa objektivitas berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas
hasil audit. Semakin tinggi tingkat objektivitas auditor, maka semakin baik
kualitas hasil pemeriksaannya.
Alim, dkk (2007) menemukan bahwa independensi berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit. Penelitian Achyarsyah (2015), menemukan bahwa
independensi audit atas laporan keuangan berpengaruh positif terhadap kualitas
audit dan dengan indenpendensi audit maka kualitas dapat dipertahankan.
Singgih dan Bawono (2010) menemukan bahwa independensi berpengaruh
secara simultan terhadap kualitas audit dalam penelitiannya tentang pengaruh
independensi, pengalaman, due professional care dan akuntabilitas terhadap
kualitas audit. Christiawan, Yulius Rogi (2002) menunjukkan bahwa kualitas audit
ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi. Penelitian Alim, dkk
(2007), berhasil membuktikan bahwa independensi berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit
Penelitian Lauw Tjun Tjun, dkk (2012), menemukan bahwa pengalaman
berpengaruh terhadap kualitas audit. Hasil tersebut menunjukkan semakin lama
masa kerja auditor maka semakin baik pula kualitas audit yang dihasilkan. Hasil
penelitian. Hal ini berarti bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki
independensi yang baik. Abdolmohamadi dan Wrighy (1987) menemukan bahwa
auditor yang berpengalaman akan membuat jugment yang relatif lebih baik
dalam tugas-tugas profesionalnya. DeZoort dan Lord (1997) menemukan bahwa
tekanan waktu akan menyebabkan auditor memberikan respon dengan dua cara,
yaitu: fungsional dan disfungsional. Tipe fungsional adalah perilaku auditor untuk
bekerja lebih baik dan menggunakan waktu sebaik-baiknya. Hal tersebut sesuai
30
dengan Glover (1997) yang mengatakan bahwa anggaran waktu diidentifikasikan
sebagai suatu potensi untuk meningkatkan audit judgment dengan mendorong
auditor untuk memilih informasi yang relevan dan menghindari judgment yang
tidak relevan. Sedangkan tipe dis-fungsional adalah perilaku menyimpang yang
dapat dilakukan auditor ketika melakukan anggaran waktu yang ketat
menyebabkan auditor melakukan perilaku penyimpang dalam pelaksanaan
program audit (Kelly dan Margheim, 1990). Tekanan anggaran waktu tersebut
terjadi akibat adanya ketidakseimbangan antara anggaran waktu audit yang
tersedia dan waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian program audit. Svenson
dan Edland (1987), menemukan bahwa dalam tekanan waktu, auditor
memberikan pertimbangan lebih besar kepada atribut yang paling penting dalam
pembuatan keputusan, sehingga dalam tekanan anggaran waktu auditor akan
mempertimbangkan risiko kesalahan dalam memutuskan apakah menggunakan
perilaku penurunan kualitas audit atau tidak. Rustiarini (2013) dalam
penelitiannya menunjukkan bahwa tekanan anggaran waktu tidak berpengaruh
pada kinerja auditor dan meskipun dihadapkan pada masalah tekanan waktu,
auditor justru memberikan respon positif dengan melakukan pekerjaan sebaik-
baiknya dalam batasan waktu yang diberikan.
31
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Pemikiran
Kualitas hasil audit sektor publik khususnya yang dilakukan oleh APIP
sangat penting artinya mendukung tanggungjawab pengelolaan keuangan
negara yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam upaya memenuhi tuntutan
akuntabilitas publik dan good governance sehingga pemerintah daerah yang
bersangkutan memperoleh kepercayaan dari masyarakat atau publik. Kualitas
audit merupakan fungsi jaminan dimana kualitas tersebut akan digunakan untuk
membandingkan kondisi yang sebenarnya dengan yang seharusnya (Russel,
2000). Kondisi sebenarnya dengan yang seharusnya merupakan penilain
objektifitas auditor yang pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor internal dan
ekternal ketika melakukan pekerjaan.Teori atribusi memberikan gambaran
bagimana kita dapat melihat apakah hal tersebut disebabkan oleh pengaruh
eksternal ataupun internal (Robbins, 1996). Frits Heider sebagai pencetus teori
atribusi, berpendapat bahwa perilaku seseorang merupakan kombinasi antara
kekuatan internal dan kekuatan ekternal. Pengaruh internal menyebabkan
perilaku individu diyakini berada di bawah kendali pribadi masing-masing individu
tersebut, seperti: kemampuan, pengetahuan, dan usaha. Sedangkan pengaruh
eksternal menyebabkan perilaku individu sebagai akibat dan sebab-sebab dari
luar atau dipaksa oleh situasi, seperti: keberuntungan, kesempatan, dan
lingkungan (Robbins, 1996). Teori kebutuhan Maslow memberikan gambaran
bahwa eksistensi Inspektorat Kabupaten/Kota sebagai suatu lembaga (agent)
32
yang dapat dipercaya untuk bertindak sesuai dengan kepentingan publik
(principal), haruslah mendapat dukungan oleh APIP lainnya yang memiliki
wawasan yang memadai, kemampuan teknis yang diandalkan dan integritas
yang tinggi, terkait dengan pengetahuan yang memadai, mutu personel yang
baik dan keahlian khusus audit sebagai potensi yang dimilikinya untuk
menghasilkan kinerja terbaiknya termasuk kualitas audit yang hendak dihasilkan
oleh auditor. Penelitian ini juga menggunakan Teori Perilaku Terencana (Theory
of Planned Behavior) merupakan perluasan dari Theory of Reasoned Action
(TRA) yang dikembangkan oleh Icek Ajzen (1985), menurutnya, seseorang yang
memiliki indepedensi (dalam dimensi dedikasi terhadap profesi) yang baik
cenderung akan memiliki keyakinan yang relatif stabil dalam segala situasi. Studi
yang dilakukan oleh Firth (1980), misalnya mengemukakan alasan bahwa, jika
auditor tidak terlihat independen, maka pengguna laporan keuangan semakin
tidak percaya atas laporan keuangan yang dihasilkan auditor dan opini auditor
tentang laporan keuangan perusahaan yang diperiksa menjadi tidak ada
nilainya.Tekanan anggaran waktu (time budget pressure) merupakan ancaman
bagi auditor yang memungkinkan auditor melakukan disfungsional audit yang
berakibat penurunan kualitas audit. Menurut perceived behavioral control dalam
theory of planned behavior, auditor diharuskan memiliki kendali sepenuhnya atas
setiap perilakunya, sehingga disetiap penugasan audit tekanan waktu tidaklah
menjadi ancaman yang berarti bagi seorang auditor dalam.
Kerangka konseptual yang dikemukakan pada uraian sebelumnya serta
penjelasan pada bab terdahulu terhadap penelitian ini, maka kerangka pikir dapat
dilihat pada gambar sebagai berikut:
33
Gambar 3.1 Kerangka Pikir Penelitian
Pengaruh Objektivitas, Independensi, Pengalaman Audit dan Tekanan Waktu Terhadap Kualitas APIP
3.2 Hipotesis
3.2.1 Pengaruh Objektivitas terhadap Kualitas Audit Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah (APIP)
Objektivitas seorang auditor dapat dipengaruhi oleh kekuatan internal dan
eksternal dalam melaksanakan tugas audit yang berdampak pada kualitas audit
yang dilakukannya. Dalam teori atribusi yang dicetuskan oleh Heider bahwa
perilaku seseorang dipengaruhi antara kekuatan internal dan kekuatan eksternal.
Objektivitas (X1)
Independensi (X2)
Pengalaman Audit (X3)
Tekanan Anggaran Waktu
(X4)
(X4)
Kualitas Audit (Y)
34
Pengaruh internal menyebabkan perilaku individu diyakini berada di
bawah kendali pribadi masing-masing individu tersebut, seperti: kemampuan,
pengetahuan, pengalaman dan usaha. Sedangkan pengaruh eksternal
menyebabkan perilaku individu sebagai akibat sebab-sebab dari luar atau
dipaksa oleh situasi, seperti: keberuntungan, kesempatan, dan lingkungan
(Robbins, 1996). Hal ini mengharuskan auditor dapat dipercaya untuk bertindak
dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan publik mauoun stakeholder, bahwa
manajemen sebagai agent adalah pelayan (steward) akan bertindak sesuai
dengan keinginan principal (publik), sehingga kualitas audit yang tinggi dapat
tercapai.
Penelitian Sukriah, dkk. (2009) menunjukkan menunjukkan bahwa
objektivitas berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Mabruri dan Winarna (2010) yang juga
menunjukkan bahwa objektivitas berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas
hasil audit. Semakin tinggi tingkat objektivitas auditor, maka semakin baik
kualitas hasil pemeriksaannya.
Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati (2009:52) mengatakan bahwa
objektivitas harus bebas dari masalah benturan kepentingan ( conflict of interest)
dan tidak boleh membiarkan salah saji material (material misstatement) ) yang
diketahuinya atau mengalihkan pertimbangannya kepada pihak lain. Dengan
mempertahankan dengan mempertahankan objektivitasnya, auditor akan
bertindak adil, tidak memihak dalam melaksanakan pekerjaannya tanpa
dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadi.
Menurut Lawrence B. Swyer, dkk, yang diterjemahkan oleh Desi
Anhariani (2006:103) bahwa objektivitas adalah suatu hal yang langka dan
35
hendaknya tidak dikompromikan. Auditor hendaknya tidak menempatkan diri atau
ditempatkan dalam posisi di mana objektivitas mereka dapat dipertanyakan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis penelitian yang dirumuskan
adalah:
H1: Objektifitas berpengaruh terhadap kualitas audit APIP
3.2.2 Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah (APIP)
Independensi auditor Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)
sangat penting bagi dalam menjaga kualitas audit. Kepercayaan masyarakat
akan menurun jika terdapat bukti bahwa independensi sikap auditor ternyata
berkurang, bahkan kepercayaan masyarakat dapat juga menurun disebabkan
oleh keadaan yang oleh mereka yang berpikiran sehat (rasionable) dianggap
dapat mempengaruhi sikap independensi. Indepedensi auditor berkaitan dengan
menekankan pada niat auditor untuk melakukan berbagai jenis perilaku yang
dapat diprediksi dengan tingkat keakuratan yang tinggi dari sikap seseorang
terhadap perilaku, norma subyektif, dan kontrol perilaku yang dirasakan dalam
melakukan tugasnya. Theory of planned behavior memperhitungkan bahwa niat
individu untuk melakukan suatu tindakan atau berperilaku dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu: 1) Sikap Terhadap Perilaku (Atitude TowardThe Behavior)
Individu akan bertindak atau berprilaku sesuai dengan sikap yang melekat dalam
dirinya terhadap suatu perilaku. Sikap terhadap perilaku yang dianggap positif,
nantinya akan dijadikan pilihan individu untuk membimbingnya dalam berperilaku
di kehidupannya. 2) Norma Subyektif (Subjective Norm) Persepsi individu
tentang perilaku tertentu, yang dipengaruhi oleh penilaian orang lain yang
36
signifikan. 3) Persepsi kontrol perilaku (Perceived Behavioral Control) Kontrol
perilaku mengacu pada persepsi-persepsi individu akan kemampuannya untuk
mewujudkan suatu perilaku tertentu. Theory of planned behavior ini digunakan
untuk memprediksi apakah seseorang auditor akan melakukan atau tidak
melakukan suatu perilaku, memprediksi dan memahami dampak niat berperilaku,
serta mengidentifikasi strategi untuk merubah perilaku dalam menghasilkan
kualitas audit yag tinggi.
Nurhayanto, dkk (2009) dalam penelitiannya mengatakan bahwa auditor
yang independen adalah auditor yang mandiri atau tidak tergantung pada
sesuatu yang lain atau tidak bias dalam bersikap. Auditor yang independen akan
memungkinkan bersikap objektif. Hal ini senada dengan yang dikemukakan
Ardini (2010) dalam penelitiannya bahwa independensi berpengaruh terhadap
kualitas audit adalah signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa naik turunnya
kualitas audit dipengaruhi oleh tingkat independensi yang dimiliki oleh auditor.
Penelitian Cahyono, dkk (2015) menyebutkan bahwa independensi
auditor berpengaruh secara positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan.Semakin
tinggi tingkat independensi seorang auditor maka semakin berkualitas hasil
pemeriksaannya.Selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Fauziah (2010)
yang menyatakan bahwa independensi berpengaruh terhadap kualitas hasil
audit. Martini (2011) yang menyatakan bahwa independensi auditor berpengaruh
terhadap kualitas audit.
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian yang dirumuskan
adalah:
H3: Independensi audit berpengaruh terhadap kualitas audit APIP
37
3.2.3 Pengaruh Pengalaman Audit terhadap Kualitas Audit Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)
Berdasarkan teori stewardship yang menjelaskan bahwa rakyat (principal)
mengharapkan kualitas audit yang tinggi dari auditor sebagai agent yang
memiliki pengalaman audit yang tinggi, sehingga pengalaman juga memberikan
dampak pada setiap keputusan yang diambil dalam melaksanakan audit dan
diharapkan setiap keputusan yang diambil merupakan keputusan yang tepat.
Bouman dan Bradley (1997) mengatakan bahwa pengalaman
didefinisikan sebagai lamanya waktu bekerja di bidangnya dan secara spesifik
pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap
suatu pekerjaan atau tugas. Penelitian Cristiawan (2002) mengatakan bahwa
pengalaman akan mempengaruhi kemampuan auditor untuk mengetahui
kekeliruan yang ada diperusahaan yang menjadi kliennya dan pelatihan yang
dilakukan akan meningkatkan keahlian akuntan publik dalam melakukan audit.
Butt (1983) mengungkapkan bahwa auditor yang berpengalaman akan
membuat pertimbangan yang relatif lebih baik dalam melaksanakan tugas –
tugas profesionalnya daripada auditor yang kurang berpengalaman. Dipertegas
oleh Haynes, dkk (1983) yang menemukan bahwa pengalaman audit yang
dimiliki auditor ikut berperan dalam menentukan pertimbangan yang diambil.Hal
tersebut senada dengan Kusharyanti (2003:26) yang mengatakan bahwa auditor
yang berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik atas laporan
keuangan.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin lama masa kerja dan
pengalaman yang dimiliki auditor maka akan semakin baik dan meningkat pula
38
kualitas audit yang dihasilkan (Alim dkk., 2007). Hasil penelitian Herliansyah dkk.
(2006) menunjukkan bahwa pengalaman mengurangi dampak informasi tidak
relevan terhadap judgment auditor
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian yang dirumuskan
adalah:
H2: Pengalaman berpengaruh terhadap kualitas audit APIP
3.2.4 Pengaruh Tekanan Waktu Audit terhadap Kualitas Audit Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)
Kelley dan Marghem (1990) mengatakan bahwa anggaran waktu audit
yang ketat dapat mengakibatkan auditor merasakan tekanan anggaran waktu
audit dalam pelaksanaan program audit. Tekanan anggaran waktu tersebut
terjadi akibat ketidakseimbangan antara anggaran waktu audit yang tersedia dan
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan program audit. Ketidakseimbangan
antara anggaran waktu audit yang tersedia dan waktu yang dibutuhkan
menyebabkan menurunnya efektifitas dan efisiensi kegiatan pengauditan
(McDaniel, 1990). Kualitas audit bisa menjadi semakin buruk bila alokasi waktu
yang dianggarkan tidak realistis dengan kompleksitas audit yang diembannya,
namun apabila alokasi waktu dilakukan dengan tepat justru berfungsi sebagai
mekanisme kontrol dan suatu indikator keberhasilan bagi kinerja auditor dan
kantor akuntan publik (Cook & Kelly, 1991). Hal ini senada dengan Otley &
Pierce (1996), mengatakan bahwa auditor yang menghadapi tekanan waktu
dapat merespon dalam dua cara yaitu dengan bekerja lebih keras, atau semakin
efisien dalam menggunakan waktu. Tambahan waktu audit dapat diminta oleh
auditor kepada pimpinan apabila diperlukan.
39
Hasil penelitian Savitri (2008) mengatakan bahwa ketika tekanan
anggaran waktu tinggi, tingkat risiko kesalahan yang rendah dalam pelaksanaan
tugas tidak menyebabkan rendahnya tingkat penurunan kualitas audit.
Berdasarkan uraian – uraian di atas, maka hipotesis penelitian yang dirumuskan
adalah:
H4: Tekanan anggaran waktu berpengaruh terhadap kualitas audit APIP
40
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan tujuan penelitian adalah
pengujian hipotesis (hypothesis testing) untuk memastikan hubungan sebab
akibat dan untuk memastikan independensi dari beberapa variabel.
Penelitian kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana
persepsi, jawaban serta tanggapan dari para responden melalui kuisioner yang
akan disebarkan untuk diisi oleh masing – masing responden yang menjadi
sampel dalam penelitian ini, khususnya mengenai masalah pengaruh
kompetensi, indenpendensi, pengalaman dan tekanan waktu terhadap kualitas
audit APIP. Teknik analisisnya menggunakan analisa regresi linear berganda
yang dinyatakan dalam suatu hubungan matematika mengenai pengaruh
kompetensi, independensi, pengalaman dan tekanan waktu terhadap kualitas
audit APIP.
4.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah pada Inspektorat
di Kabupaten Luwu dan Luwu Utara. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada
kedekatan dan tersedianya data di kedua wilayah. Penelitian ini dilakukan pada
tahun 2017 setelah proposal diajukan dan disetujui untuk seminarkan.
41
4.3 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah auditor intern pemerintah yang bekerja
pada Inspektorat Kabupaten Luwu dan Luwu Utara. Jumlah pegawai pada
Inspektorat Kabupaten Luwu tahun 2017 sebanyak 39 orang, terdiri dari auditor
dengan Jabatan Fungsional Auditor (JFA) sebanyak 14 orang, Jabatan
Fungsional Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah
(JFPUP2UPD) sebanyak 12 orang, Auditor Kepegawaian (Audiwan) sebanyak 2
orang, Inspektur pembantu sebanyak 4 orang, Staf sebanyak 3 orang, Kasubag
sebanyak 2 orang, Sekretaris 1 sebanyak orang dan Inspektur sebanyak 1
orang. Pada Inspektorat Kabupaten Luwu Utara tahun 2017 adalah 54 orang,
terdiri dari , terdiri dari auditor dengan Jabatan Fungsional Auditor (JFA)
sebanyak 30 orang, Jabatan Fungsional Pengawas Penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan Daerah ( JFPUP2UPD) sebanyak 2 orang, Inspektur pembantu
sebanyak 4 orang, Staf sebanyak 12 orang, Kasubag sebanyak 3 orang,
Sekretaris 1 sebanyak orang dan Inspektur sebanyak 1 orang. Jumlah populasi
secara keseluruhan dari kedua daerah penelitian adalah sebanyak 87
orang.Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling
dengan kriteria tertentu. Kriteria sampel yang dipilih adalah : (1) Auditor yang
memiliki sertifikat atau pernah melalui ujian sertifikasi JFA, atau (2) Jabatan
Fungsional Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Daerah
(JFP2UPD), atau (3) PNS selain auditor JFA dan JFP2UPD yang sudah sering
melakukan pemeriksaan dengan pengalaman minimal dua tahun melaksanakan
pekerjaan pemeriksaan (audit) agar lebih memahami proses kerja dalam
pemeriksaan (audit).
42
4.4 Jenis dan Sumber Data
Data dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder.
Pengumpulan data primer dilakukan melalui kuisioner yang yang telah diisi oleh
responden. Kuisioner disebarkan langsung ke kantor Inspektorat Kabupaten
Luwu dan Kota Makassar. Sedangkan data sekunder berupa data pendukung
yang diperoleh dari daftar pegawai Inspektorat yang melakukan pemeriksaan
pada bagian kepegawaian Inspektorat Kabupaten Luwu dan Luwu Utara.
4.5 Metode Pengumpulan Data
Data penelitian ini dikumpulkan menggunakan metode survey dengan
teknik kuisioner yaitu dengan cara mendistribusikan kuisioner secara langsung
maupun melalui email, untuk selanjutnya kuisioner tersebut di distribusikan
kepada responden.
4.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel – variabel dalam penelitian ini dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
1. Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen.
Variabel independennya adalah objektifitas (X1), independensi (X2),
pengalaman (X3) dan tekanan anggaran waktu (X4).
2. Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat
karena adanya variabel dependen. Variabel dependen (Y) adalah kualitas
hasil audit aparat pengawas intern pemerintah.
43
Definisi operasional dan pengukuran variabel penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Kualitas hasil audit (Y) merupakan konsep audit yang harus dibangun sejak
awal pelaksanaan audit hingga pelaporan dan pemberian rekomendasi.
Indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas audit antara lain kualitas
proses, apakah audit dilakukan dengan cermat, sesuai prosedur, sambil terus
mempertahankan sikap skeptis (Efendy, 2010). Indikator lainnya yaitu
penguasaan standar akuntansi dan auditing, wawasan tentang pemerintahan
dan peningkatan keahlian. Kualitas audit ini diukur dengan menggunakan
instrument yang dikembangkan oleh Efendy (2010) dengan delapan
pertanyaan.
2. Objektivitas (X1) dalam pengauditan objektifitas merupakan pengungkapan
kondisi sesuai fakta dapat dilihat dari apakah auditor tidak dipengaruhi oleh
pandangan subjektif pihak - pihak lain serta menggunakan pikiran yang logis
sehingga auditor dapat mengemukakan pendapat sesuai fakta, apakah
auditor dalam melaksanakan tugas tidak mencari-cari kesalahan dari objek
pemeriksaan dan memperhatikan kriteria dan kebijakan yang resmi. Siti
Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati (2009:52) mengatakan bahwa objektivitas
harus bebas dari masalah benturan kepentingan (conflict of interest) dan
tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement)
yang diketahuinya atau mengalihkan pertimbangannya kepada pihak lain.
Indikator lainnya yaitu auditor bertindak adil, tidak memihak dalam
melaksanakan pekerjaannya tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan
pihak tertentu atau kepentingan pribadi.
44
3. Independensi (X2) merupakan sikap auditor yang tidak mudah dipengaruhi,
karena auditor melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum.
Indikator lainnya yaitu independensi dalam pelaksanaan audit, independensi
dalam melakukan pemeriksaan dan independensi dalam membuat laporan.
Independensi dalam pelaksanaan audit meliputi bebas dari campur tangan
dan intervensi yang membatasi, menetapkan dan mengurangi berbagai
bagian audit; bebas dari campur tangan dengan atau sikap yang tidak
kooperatif yang berkaitan dengan prosedur yang dipilih dan bebas dari
berbagai usaha yang dikaitkan dengan pekerjaan audit untuk me-review
selain dari yang diberikan dalam proses audit. Independensi auditor juga
dipengaruhi oleh ukuran klien dan pemberian hadiah (Pany dan Reckers,
1980). Variabel ini diukur dengan instrumen yang dikembangkan oleh Sri
Trianingsih(2007).
4. Pengalaman Audit (X3) adalah lamanya waktu bekerja di bidangnya dan
secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah
digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas (Bouman dan Bradley,
1997). Indikator lainnya yaitu auditor yang berpengalaman akan dapat
memberikan pertimbangan yang relatif lebih baik dalam melaksanakan
tugas – tugas profesionalnya daripada auditor yang kurang berpengalaman
(Butt, 1983) dan banyaknya penugasan oleh auditor maka semakin banyak
pengalaman yang dimiliki auditor (Suryani, 2014). Variabel ini diukur dengan
menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Sukriah, dkk (2009)
5. Tekanan Anggaran Waktu (X4) merupakan waktu audit yang ketat dapat
mengakibatkan auditor merasakan tekanan anggaran waktu audit dalam
pelaksanaan program audit. Indikator lainnya yaitu ketidakseimbangan antara
45
anggaran waktu audit yang tersedia dan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan program audit (Kelley dan Marghem, 1990). Individu yang
bekerja dibawah tekanan anggaran waktu, ketepatan waktu melaksanakan
program audit, dan menggunakan banyak energi untuk mengatasi tekanan
stress akan mempengaruhi kualitas audit. Variabel ini diukur dengan
instrumen yang dikembangkan oleh Silaban (2013).
4.7 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuisioner yang
terdiri atas lima bagian yang diadopsi pada penelitian sebelumnya yang
berkaitan dengan kualitas audit, kompetensi, pengalaman, independensi dan
tekanan anggaran waktu. Pertanyaan – pertanyaan dalam kuisioner adalah
pertanyaan tertutup dan responden dapat memilih satu diantara lima jawaban
yang telah disediakan. Jawaban diukur dengan skala Likert dengan skor mulai
dari angka 1= sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju dan 5=
sangat setuju untuk variable kualitas audit, objektifitas, pengalaman audit,
independensi dan tekanan anggaran waktu.
4.8 Teknik Analisi Data
4.8.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif dimaksudkan untuk mengetahui karateristik
variable penelitian dan data responden. Dengan cara mengumpulkan data
demografi dari jawaban – jawaban responden selanjutnya ditabulasi dalam table
46
dan dilakukan pembahasan secara deskriptif. Data responden yang digunakan
dalam penelitian ini seperti umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir dan lama
bertugas.
4.8.2 Analisis Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk menguji instrumen kuisioner yang digunakan
dalam pengumpulan data. Uji validitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah
item-item yang tersaji dalam kuesioner benar-benar mampu mengungkapkan
dengan pasti apa yang akan diteliti. Pengujian validitas dengan korelasi Pearson,
instrumen dinyatakan valid jika nilai korelasi > 0.3.
4.8.3 Analisis Uji Realibilitas
Pengujian realibilitas instrument dapat dilakukan dengan Cronbach Alpha
(α) untuk masing-masing variabel adalah lebih besar dari 0,6, dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa item-item instrumen untuk masing-masing variabel
adalah reliable. Intrumen yag reliable belum tentu valid dan instrument yang
valid belum tentu reliable, sehingga instrument merupakan syarat untuk
pengujian validitas instrument (Sugiyono, 2011).
4.8.4 Model Analisis: Regresi Linier Berganda
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi
linier berganda yang untuk mengetahui besarnya pengaruh dari perubahan suatu
47
variabel terhadap variabel lainnya. Adapun persamaan regresinya sebagai
berikut :
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + e
Keterangan:
Y = Kualitas audit APIP
α = konstanta
β1 s/d β4 = Koefisien regresi
X1 = Objektivitas
X2 = Independensi
X3 = Pengalaman audit
X4 = Tekanan anggaran waktu
e = Standar error
4.8.5 Uji Parsial ( Uji T )
Uji parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh masing - masing
variable independen terhadap variable dependen. Kriteria pengujian yang
digunakan adalah jika p value < 0,05, maka Ha diterima dan jika p value > 0,05,
maka Ha ditolak.
4.8.6 Uji Simultan ( Uji F )
Uji simultan digunakan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-
sama (simultan) variabel bebas yaitu objektifitas, independensi, pengalaman
audit dan tekanan anggaran waktu terhadap variabel terikat yaitu kualitas audit.
48
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Deskripsi Data
5.1.1 Gambaran Umum Responden
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan kuisioner
kepada responden dengan mendatangi langsung lokasi responden di wilayah
Luwu dan Luwu Utara Provinsi Sulawesi – Selatan dengan populasi sasaran
aparat pengawas intern pemerintah dengan pengalaman kerja minimal 2 tahun
dalam kegiatan audit. Dengan menggunakan purposive samping terpilih 93
orang aparat pengawas intern pemerintah. Dalam penelitian ini sebanyak 89
kuisioner kembali dan diolah .
Tabel 5.1 Distribusi Kuisioner Menurut Instansi
Instansi Jumlah
kuisioner Tidak
kembali Kembali
dan diolah
Kabupaten Luwu 39 1 38
Kabupaten Luwu Utara 54 3 51
Total 93 4 89
Persentase
4,30% Tingkat Pengembalian (response rate) 89/93 X 100% 95,70%
Tabel 5.1 memperlihatkan bahwa untuk pengiriman 93 kuesioner, yang
kembali dan untuk diolah sebanyak 89 kuesioner, dengan tingkat pengembalian
(response rata) 95,70% yang berarti bahwa tingkat pengembalian tersebut diatas
tingkat rata-rata response rate untuk ukuran Indonesia yaitu dengan rata-rata
1% - 20% (Indriantoro dan Bambang, 1999). Tingginya tingkat response rate
49
tersebut dikarenakan pengumpulan kuesioner dalam penelitian ini dilakukan
dengan mengantar dan menjemput secara langsung.
5.1.2 Karakteristik Responden Penelitian
Tabel 5.2 berikut menyajikan karakteristik identitas responden penelitian
meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan, dan masa kerja.
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Penelitian
No Karakteristik Kriteria Frekuensi (orang)
Persentase (%)
1 Jenis Kelamin Laki-laki 53 59.55
Perempuan 36 40.45
2 Umur 20 s/d 30 th 6 6.74
31 s/d 40 th 43 48.31
41 s/d 50 th 33 37.08
51 s/d 60 th 7 7.87
3 Pendidikan SMA 6 6.74
Diploma 2 2.25
S1 66 74.16
S2 15 16.85
4 Masa Kerja <=5 th 5 5.62
5 s/d 10 th 35 39.33
11 s/d 15 th 26 29.21
16 s/d 20 th 3 3.37
>20 th 20 22.47
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Mayoritas responden dalam penelitian ini adalah laki-laki sebanyak 53
orang atau 59.55%, sedangkan sisanya 36 orang adalah perempuan atau
40.45%. Jika melihat pendidikan terakhir, mayoritas responden berpendidikan S1
yaitu 74.16% atau 66 orang, diikuti oleh responden berpendidikan S2 sebesar
16.85% atau 15 orang, 6.74% atau 6 orang berpendidikan SMA dan hanya 2
50
orang berpendidikan Diploma. Hal ini memperlihatkan bahwa responden yang
terpilih dalam penelitian ini memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi, yang di
rasa cukup memahami isi dari kuesioner yang diberikan.
Berdasarkan umur, mayoritas responden atau sebesar 48.31% (43 orang)
berusia 31 sampai dengan 40 tahun, 37.08% (33 orang) berusia antara 41
sampai dengan 50 tahun. Jika dikaitkan dengan masa kerja, mayoritas
responden memiliki pengalaman bekerja yang cukup tinggi, yaitu mayoritas 35
orang atau 39.33% telah bekerja 5 sampai dengan 10 tahun, 29.21% (26 orang)
responden yang memiliki pengalaman bekerja selama 11 sampai dengan 15
tahun, 22.47% (20 orang) responden yang memiliki pengalaman bekerja lebih
dari 20 tahun, responden dengan pengalaman bekerja kurang dari 5 tahun hanya
ada 5.62% (5 orang) responden dan hanya 3 responden (3.37%) yang memiliki
pengalaman kerja selama 16 sampai dengan 20 tahun.
5.2. Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen
Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner (disajikan pada
Lampiran 1) menggunakan Skala Likert 5 pilihan jawaban dari sangat tidak setuju
hingga sangat setuju. Sebelum data dari pengumpulan kuesioner dapat
digunakan untuk analisis selanjutnya, diperlukan pengujian validitas dan
reliabilitas instrumen. Pengujian validitas dengan korelasi Pearson, instrumen
dinyatakan valid jika nilai korelasi > 0.3. Hasil lengkap disajikan pada Lampiran 3,
dan teringkas pada Tabel 5.3 berikut:
51
Tabel 5.3. Uji Validitas Instrumen Penelitian
Variabel Item Korelasi Kesimpulan
Objektivitas (X1) X1.1 0.749 Valid
X1.2 0.738 Valid
X1.3 0.738 Valid
X1.4 0.653 Valid
X1.5 0.754 Valid
X1.6 0.608 Valid
Independensi (X2) X2.1 0.663 Valid
X2.2 0.653 Valid
X2.3 0.610 Valid
X2.4 0.594 Valid
X2.5 0.588 Valid
X2.6 0.497 Valid
X2.7 0.554 Valid
X2.8 0.676 Valid
Pengalaman audit (X3) X3.1 0.675 Valid
X3.2 0.581 Valid
X3.3 0.743 Valid
X3.4 0.534 Valid
X3.5 0.558 Valid
X3.6 0.696 Valid
X3.7 0.596 Valid
X3.8 0.516 Valid
Tekanan anggaran waktu (X4)
X4.1 0.631 Valid
X4.2 0.598 Valid
X4.3 0.788 Valid
X4.4 0.761 Valid
X4.5 0.732 Valid
Kualitas Audit (Y) Y.1 0.591 Valid
52
Variabel Item Korelasi Kesimpulan
Y.2 0.677 Valid
Y.3 0.647 Valid
Y.4 0.484 Valid
Y.5 0.659 Valid
Y.6 0.644 Valid
Y.7 0.447 Valid
Y.8 0.602 Valid
Sumber: Data Primer Diolah, 2017 (Lampiran 3)
Tabel 5.3 di atas memperlihatkan nilai korelasi semua item pertanyaan
pada kuesioner untuk keseluruhan indikator dan item bernilai di atas 0.3. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh item telah memenuhi validitas.
Tahapan berikutnya disajikan pengujian reliabilitas instrumen. Instrumen
dinyatakan reliabel jika nilai Alpha Cronbach > 0.6. Hasil lengkap disajikan pada
Lampiran 3, dan teringkas pada Tabel 5.3 berikut:
Tabel 5.4. Uji Reliabiltas Instrumen Penelitian
Variabel Alpha Cronbach Kesimpulan
Objektifitas (X1) 0.799 Reliabel
Independensi (X2) 0.753 Reliabel
Pengalaman audit (X3) 0.763 Reliabel
Tekanan anggaran waktu (X4) 0.747 Reliabel
Kualitas Audit (Y) 0.739 Reliabel
Sumber: Data Primer Diolah, 2017 (Lampiran 3)
Tabel 5.4 di atas memperlihatkan nilai Alpha Cronbach kelima variabel
penelitian bernilai di atas 0.6. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
instrumen telah memenuhi persyaratan valid dan reliabel, sehingga data yang
diperoleh dari instrumen (kuesioner) dapat digunakan untuk analisis data pada
tahapan selanjutnya.
53
5.3. Deskripsi Variabel Penelitian
Penelitian ini melibatkan lima variabel yaitu objektivitas (X1),
independensi (X2), pengalaman audit (X3), tekanan anggaran waktu (X4), dan
kualitas audit (Y). Kelima variabel terukur menggunakan skala Likert 5 tingkatan.
Pada bagian berikut disajikan deskripsi tiap variabel penelitian guna mengetahui
gambaran tentang kondisi dari variabel-variabel yang diteliti, berbasis
pengukuran distribusi frekuensi jawaban responden, serta rata-rata (mean)
dengan kriteria yang disajikan pada Tabel 5.2. Pada bagian pertama disajikan
deskripsi variabel objektivitas (X1). Variabel ini terukur oleh enam indikator.
Distribusi frekuensi jawaban responden tiap item pertanyaan pada tiap indikator
dan variabel secara lengkap disajikan pada Lampiran 4, dan teringkas pada
Tabel 5.5 dan Gambar 5.1 berikut:
Tabel 5.5. Deskripsi Variabel Objektivitas (X1)
Item Frekuansi Pilihan Jawaban Rata-rata
STS TS N S SS
X1.1 0 29 13 37 10 3.31
X1.2 0 25 16 41 7 3.34
X1.3 0 15 28 32 14 3.51
X1.4 0 19 19 40 11 3.48
X1.5 0 19 24 34 12 3.44
X1.6 0 23 23 30 13 3.37
Rata-rata 3.41
Sumber: Data Primer Diolah, 2017 (Lampiran 4)
54
Gambar 5.1. Deskripsi Rata-rata Indikator pada Variabel Objektifitas (X1) Sumber: Data Primer Diolah, 2017 (Lampiran 4)
Gambar 5.1 di atas memperlihatkan bahwa dari nilai rata-rata (mean) tiga
dari enam indikator berada pada kategori tinggi (rata-rata antara 3.41-4.20).
sedangkan tiga lainnya berada pada kategori sedang (rata-rata antara 2.61-
3.40). Secara keseluruhan, responden mempersepsikan variabel objektivitas (X1)
dengan rata-rata 3.41 (kategori tinggi). Hal ini mengindikasikan bahwa
objektivitas (X1) yang dimiliki responden berada dalam kategori tinggi. Pada
bagian kedua disajikan deskripsi variabel Independensi (X2). Variabel ini terukur
oleh delapan indikator. Distribusi frekuensi jawaban respon tiap item pertanyaan
pada tiap indikator dan variabel secara lengkap disajikan pada Lampiran 4, dan
teringkas pada Tabel 5.5 dan Gambar 5.2 berikut:
1,00
1,80
2,60
3,40
4,20
5,00
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6
3,31 3,34 3,51 3,48 3,44 3,37
55
Tabel 5.6 Deskripsi Variabel Independensi (X2)
Item Frekuansi Pilihan Jawaban Rata-rata
STS TS N S SS
X2.1 0 28 14 36 11 3.34
X2.2 0 26 24 28 11 3.27
X2.3 0 20 21 35 13 3.46
X2.4 0 26 25 29 9 3.24
X2.5 0 22 25 31 11 3.35
X2.6 0 14 26 36 13 3.54
X2.7 0 16 26 38 9 3.45
X2.8 0 27 18 38 6 3.26
3.36
Sumber: Data Primer Diolah, 2017 (Lampiran 4)
Gambar 5.2 Deskripsi Rata-rata Indikator pada Variabel Independensi (X2). Sumber: Data Primer Diolah, 2017 (Lampiran 4)
Gambar 5.2 di atas memperlihatkan bahwa dari nilai rata-rata (mean) tiga
dari delapan item berada pada kategori dipersepsikan tinggi (rata-rata antara
3.41-4.20). sedangkan lima indikator lainnya dipersepsikan sedang (rata-rata
antara 2.61-3.40). Secara keseluruhan, responden mempersepsikan variabel
Independensi (X2) dengan rata-rata 3.36 (kategori sedang). Hal ini
1,00
1,80
2,60
3,40
4,20
5,00
X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2.7 X2.8
3,34 3,27 3,46
3,24 3,35 3,54 3,45
3,26
56
mengindikasikan bahwa independensi (X2) yang dimiliki responden berada
dalam kategori sedang.
Pada bagian ketiga disajikan deskripsi variabel pengalaman audit (X3).
Variabel ini terukur oleh delapan indikator. Distribusi frekuensi jawaban respon
tiap item pertanyaan pada tiap indikator dan variabel secara lengkap disajikan
pada Lampiran 4, dan teringkas pada Tabel 5.7 dan Gambar 5.3 berikut:
Tabel 5.7 Deskripsi Variabel Pengalaman audit (X3)
Sumber: Data Primer Diolah, 2017 (Lampiran 4)
Gambar 5.3 Deskripsi Rata-rata Indikator pada Variabel Pengalaman audit (X3). Sumber: Data Primer Diolah, 2017 (Lampiran 4)
1,00
1,80
2,60
3,40
4,20
5,00
X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 X3.6 X3.7 X3.8
3,60 3,47 3,36 3,21 3,42 3,35 3,33 3,22
Item Frekuansi Pilihan Jawaban Rata-rata
STS TS N S SS
X3.1 0 14 20 43 12 3.60
X3.2 0 21 18 37 13 3.47
X3.3 0 24 18 38 9 3.36
X3.4 0 27 23 32 7 3.23
X3.5 0 17 26 38 8 3.42
X3.6 0 25 21 30 13 3.35
X3.7 0 25 20 34 10 3.33
X3.8 0 19 33 35 2 3.22
3.37
57
Gambar 5.3 di atas memperlihatkan bahwa dari nilai rata-rata (mean)
empat dari delapan indikator dipersepsikan tinggi (rata-rata antara 3.41-4.20).
sedangkan empat indikator lainnya dipersepsikan sedang (rata-rata antara
2.61-3.40). Secara keseluruhan, responden mempersepsikan variabel
pengalaman audit (X3) dengan rata-rata 3.37 (kategori sedang). Hal ini
mengindikasikan bahwa pengalaman audit (X3) yang dimiliki responden
berada dalam kategori sedang.
Pada bagian keempat disajikan deskripsi variabel tekanan anggaran
waktu (X4). Variabel ini terukur oleh lima indikator. Distribusi frekuensi
jawaban respon tiap item pertanyaan pada tiap indikator dan variabel secara
lengkap disajikan pada Lampiran 4, dan teringkas pada Tabel 5.8 dan
Gambar 5.4 berikut:
Tabel 5.8 Deskripsi Variabel Tekanan anggaran waktu (X4)
Item Frekuansi Pilihan Jawaban Rata-
rata STS TS N S SS
X4.1 0 17 17 40 15 3.60
X4.2 0 16 23 44 6 3.45
X4.3 0 19 28 26 16 3.44
X4.4 0 26 18 29 16 3.39
X4.5 0 22 17 35 15 3.48
3.47
Sumber: Data Primer Diolah, 2017 (Lampiran 4)
58
Gambar 5.4 Deskripsi Rata-rata Indikator pada Variabel Tekanan anggaran waktu (X4). Sumber: Data Primer Diolah, 2017
(Lampiran 4)
Gambar 5.4 di atas memperlihatkan bahwa dari nilai rata-rata (mean)
empat dari lima indikator dipersepsikan tinggi (rata-rata antara 3.41-4.20).
sedangkan satu indikator berada dalam kategori sedang (rata-rata antara 2.61-
3.40). Secara keseluruhan, responden mempersepsikan variabel tekanan
anggaran waktu (X4) dengan rata-rata 3.47 (kategori tinggi). Hal ini
mengindikasikan bahwa tekanan anggaran waktu (X4) yang dimiliki responden
berada dalam kategori tinggi.
Pada bagian kelima disajikan deskripsi variabel kualitas audit (Y).
Variabel ini terukur oleh delapan indikator. Distribusi frekuensi jawaban respon
tiap item pertanyaan pada tiap indikator dan variabel secara lengkap disajikan
pada Lampiran 4, dan teringkas pada Tabel 5.9 dan Gambar 5.5 berikut:
1,00
1,80
2,60
3,40
4,20
5,00
X4.1 X4.2 X4.3 X4.4 X4.5
3,60 3,45 3,44 3,39 3,48
59
Tabel 5.9 Deskripsi Variabel Kualitas Audit (Y)
Sumber: Data Primer Diolah, 2017 (Lampiran 4)
Gambar 5.5 Deskripsi Rata-rata Indikator pada Variabel Kualitas Audit (Y). Sumber: Data Primer Diolah, 2017 (Lampiran 4)
Gambar 5.5 memperlihatkan bahwa dari nilai rata-rata (mean) empat dari
delapan indikatordipersepsikantinggi (rata-rata antara3.41-4.20). sedangkan
empat indikator lainnya dipersepsikan sedang (rata-rata antara 2.61-3.40).
Secara keseluruhan, responden mempersepsikan variabel kualitas audit (Y)
1,00
1,80
2,60
3,40
4,20
5,00
Y.1 Y.2 Y.3 Y.4 Y.5 Y.6 Y.7 Y.8
3,46 3,40 3,54 3,57 3,31 3,45
3,29 3,40
Item Frekuansi Pilihan Jawaban Rata-rata
STS TS N S SS
Y.1 0 22 18 35 14 3.46
Y.2 0 22 20 36 11 3.40
Y.3 0 18 18 40 13 3.54
Y.4 0 14 26 33 16 3.57
Y.5 0 25 20 35 9 3.31
Y.6 0 22 19 34 14 3.45
Y.7 0 24 24 32 9 3.29
Y.8 0 21 22 35 11 3.40
3.40
60
dengan rata-rata 3.40 (kategori sedang). Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas
audit (Y) yang dimiliki responden berada dalam kategori sedang.
5.4. Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum analisis regresi dapat diinterpretasikan, terlebih dahulu dilakukan
pengujian asumsi klasik yang meliputi asumsi normalitas, heteroskedastisitas,
dan linieritas.
a. Normalitas
Hasil pengujian disajikan pada lampiran 5a diperoleh titik-titik pada grafik
p-plot menunjukkan pola yang menyebar mengikuti garis lurus dan pada grafik
histogram terlihat kurva yang membentuk sebaran normal sehingga asumsi
normalitas terpenuhi. Pengujian normalitas secara test dapat menggunakan uji
Kolmogorov Smirnov. Jika Hasil pengujian memperlihatkan nilai Sig > 0.05, maka
asumsi normalitas terpenuhi. Sebaliknya jika nilai Sig < 0.05, maka asumsi
normalitas tidak terpenuhi. Hasil pengujian disajikan pada Lampiran 5a, diperoleh
nilai Sig Kolmogorov Smirnov sebesar 0.814. Karena nilai Sig > 0.05, maka
asumsi normalitas terpenuhi.
b. Multikolinieritas
Uji asumsi multikolinieritas diuji dengan menghitung nilai VIF (Variance
Inflating Factor). Jika nilai VIF <10, maka dapat disimpulkan tidak terdapat
autokorelasi. Hasil pengujian asumsi multikolinieritas ditunjukkan Tabel 5.10
berikut:
61
Tabel 5.10
Hasil Uji Asumsi Non-Multikolinieritas
Variabel bebas VIF Keterangan
X1 1.097 Non multikolinieritas X2 1.023 Non multikolinieritas X3 1.179 Non multikolinieritas X4 1.214 Non multikolinieritas
Sumber: Data diolah : 2017 (Lampiran 5b)
Dari Tabel 5.10 menunjukkan bahwa nilai VIF seluruhnya di bawah 10
sehingga seluruh variabel bebas adalah tidak mengandung multikolinieritas (non
multikolinieritas). Artinya keempat variabel bebas yang diteliti tidak saling
berhubungan sehingga tepat digunakan sebagai variabel bebas dalam model.
c. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas diuji dengan menggunakan uji Korelasi Spearman yaitu
mengkorelasikan antara absolut residual dengan semua variabel bebas. Jika nilai
Sig (probabilitas) > 0.05, mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas,
sebaliknya jika nilai Sig < 0.05, mengindikasikan terjadinya heteroskedastisitas.
Berikut disajikan tabel uji non-heteroskedastisitas semua variabel :
Tabel 5.11
Hasil Uji Asumsi Non-Heteroskedastisitas
Variabel bebas Sig Keterangan
Objektifitas (X1) 0.418 Non heteroskedastisitas
Independensi (X2) 0.520 Non heteroskedastisitas
Pengalaman audit (X3) 0.383 Non heteroskedastisitas
Tekanan anggaran waktu (X4) 0.654 Non heteroskedastisitas
Sumber: Data diolah : 2017 (Lampiran 5c)
62
Dari Tabel 5.11 menunjukkan bahwa variabel yang diuji tidak mengandung
heteroskedastisitas, karena seluruh nilai Sig > 0.05. Artinya tidak ada korelasi
antara besarnya data dengan residual sehingga bila data diperbesar tidak
menyebabkan residual (kesalahan) semakin besar pula. Metode lain yang
dapat digunakan ialah dengan melihat plot antara nilai standardize predicted
value dan residualnya. Jika titik-titik pada grafik menunjukkan pola acak, maka
tidak ada indikasi terjadinya heteroskedastisitas. Hasil pengujian pada lampiran
5c menunjukkan pola grafik yang acak sehingga tidak terjadi heteroskedastisitas
sehingga asumsi tidak adanya heteroskedastisitas terpenuhi.
d. Linieritas
Pengujian asumsi linieritas menggunakan metode Curve Fit.. Hasil
pengujian asumsi linieritas disajikan pada Lampiran 5d. Rujukan yang digunakan
adalah prinsip parsimony, yaitu bilamana seluruh model yang digunakan sebagai
dasar pengujian signifikan atau nonsignifikan berarti model dikatakan linier.. Hasil
pengujian linieritas hubungan antar variabel secara ringkas disajikan pada Tabel
5.12 berikut:
Tabel 5.12. Hasil Pengujian Asumsi
Hubungan Antar Variabel Hasil Pengujian K Keputusan
Objektifitas (X1) Kualitas Audit (Y1) Model linier signifikan Linier
Independensi (X2) Kualitas Audit (Y1) Model linier signifikan Linier
Pengalaman audit (X3) Kualitas Audit (Y1) Model linier signifikan Linier
Tekanan anggaran waktu
(X4) Kualitas Audit (Y1) Model linier signifikan Linier
Sumber: Data Penelitian Diolah, 2017 (Lampiran 5d)
63
Data pada Tabel 5.12 memperlihatkan bahwa model linier menunjukkan
hasil yang signifikan sehingga asumsi linieritas terpenuhi.
5.5 Hasil Analisis Regresi
Tabel 5.13 adalah hasil perhitungan dari uji regresi linier berganda model
pengaruh objektifitas (X1), independensi (X2), pengalaman audit (X3) dan
tekanan anggaran waktu (X4) terhadap kualitas audit (Y),.
Berdasarkan Tabel 5.13, diperoleh nilai koefisien determinasi R Square
menunjukkan nilai sebesar 0.651 atau 65.1%. Artinya bahwa variabel kualitas
audit dipengaruhi sebesar 65.1% oleh objektifitas (X1), independensi (X2),
pengalaman audit (X3) dan tekanan anggaran waktu (X4) sedangkan sisanya
34.9% dipengaruhi oleh variabel lain di luar dua variabel bebas yang diteliti
dalam penelitian ini.
Tabel 5.13
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Variabel Koefisien Beta T Sig t Ket
Konstanta -5.168 -1.913 0.059
Objektifitas (X1) 0.369 0.328 4.851 0.000 Signifikan
Independensi (X2) 0.308 0.310 4.753 0.000 Signifikan
Pengalaman audit (X3) 0.338 0.336 4.791 0.000 Signifikan
Tekanan anggaran waktu (X4) 0.441 0.330 4.642 0.000 Signifikan
ttabel = 1.989
R Square = 0.651
Fhitung = 39.100
Sig F = 0.000
Ftabel = 2.480
Sumber: Data Penelitian Diolah 2017 (Lampiran 5e)
64
Adapun model persamaan regresi linier berganda yang diperoleh adalah
sebagai berikut :
Y = 0.328X1 + 0.310X2 + 0.336X3 + 0.330X4 + e
Di mana:
Y = Kualitas Audit
X1 = Objektifitas
X2 = Independensi
X3 = Pengalaman audit
X4 = Tekanan anggaran waktu
e = residual
Secara Grafis, pengujian hipotesis dapat disajikan sebagai berikut :
Objektifitas (X1)
Independensi
(X2)
Pengalaman
Audit (X3)
Tekanan
Anggaran Waktu
(X4)
Kualitas Audit
(Y)
Gambar 5.6 Hasil Analisis Regresi
65
5.6 Uji Parsial (Uji t)
Untuk menguji hipotesis secara parsial digunakan uji t yaitu untuk menguji
secara parsial variabel bebas terhadap variabel terikat. Berikut disajikan uji
hipotesis yang melibatkan tiga variabel dalam penelitian ini :
1. Uji t pengaruh variabel objektifitas (X1) terhadap kualitas audit (Y).
Pada variabel objektivitas diperoleh nilai thitung sebesar 4.851 dengan
signifikansi t sebesar 0.000. Karena thitung lebih besar ttabel (4.851>1.989) atau
signifikansi t lebih kecil dari 5% (0.000<0.05), maka secara parsial variabel
objektivitas (X1) berpengaruh signifikan terhadap variabel kualitas audit (Y).
Berdasarkan atas nilai koefisien regresi standardize (0.328) bertanda positif,
mengindikasikan pengaruhnya positif. Artinya semakin tinggi objektivitas
(X1), akan semakin tinggi pula kualitas audit (Y). Sebaliknya, semakin
rendah objektifitas (X1), akan semakin rendah pula kualitas audit (Y).
2. Uji t pengaruh variabel independensi (X2) terhadap kualitas audit (Y).
Pada variabel independensi diperoleh nilai thitung sebesar 4.753 dengan
signifikansi t sebesar 0.000. Karena nilai thitung lebih besar ttabel (4.753>1.989)
atau signifikansi t lebih kecil dari 5% (0.000<0.05), maka secara parsial
variabel independensi (X2) berpengaruh signifikan terhadap variabel kualitas
audit (Y). Berdasarkan atas nilai koefisien regresi standardize (0.310)
bertanda positif, mengindikasikan pengaruhnya positif. Artinya semakin
tinggi independensi (X2), akan semakin tinggi pula kualitas audit (Y).
Sebaliknya, semakin rendah Independensi (X2), akan semakin rendah pula
kualitas audit (Y).
3. Uji t pengaruh variabel pengalaman audit (X3) terhadap kualitas audit (Y)
66
Pada variabel pengalaman audit diperoleh nilai thitung sebesar 4.791 dengan
signifikansi t sebesar 0.000. Karena nilai thitung lebih besar ttabel (4.791>1.989)
atau signifikansi t lebih kecil dari 5% (0.000<0.05), maka secara parsial
variabel pengalaman audit (X3) berpengaruh signifikan terhadap variabel
Kualitas Audit (Y). Berdasarkan atas nilai koefisien regresi standardize
(0.336) bertanda positif, mengindikasikan pengaruhnya positif.
Artinya semakin tinggi Pengalaman audit (X3), akan semakin tinggi pula
kualitas audit (Y). Sebaliknya, semakin rendah pengalaman audit (X3), akan
semakin rendah pula kualitas audit (Y).
4. Uji t pengaruh variabel tekanan anggaran waktu (X4) terhadap kualitas audit
(Y). Pada variabel tekanan anggaran waktu diperoleh nilai thitung sebesar
4.642 dengan signifikansi t sebesar 0.000. Karena nilai thitung lebih besar
ttabel (4.642>1.989) atau signifikansi t lebih kecil dari 5% (0.000<0.05), maka
secara parsial variabel tekanan anggaran waktu (X4) berpengaruh signifikan
terhadap variabel Kualitas Audit (Y). Berdasarkan atas nilai koefisien regresi
standardize (0.330) bertanda positif, mengindikasikan pengaruhnya positif.
Artinya semakin tinggi tekanan anggaran waktu (X4), akan berpengaruh
pada semakin tinggi kualitas audit (Y). Sebaliknya, semakin rendah tekanan
anggaran waktu (X4), akan semakin rendah pula kualitas audit (Y). Untuk
menentukan variabel bebas yang paling dominan mempengaruhi variabel
terikat dapat dilihat dari koefisien regresi terstandarisasi (atau beta). Nilai
yang paling tinggi mengindikasikan variabel yang paling dominan.
Berdasarkan Tabel 4.10 disimpulkan bahwa variabel Pengalaman audit
(X3)adalah variabel yang paling dominan mempengaruhi Kualitas Audit,
dengan koefisien beta sebesar 0.336.
67
5.7 Uji Simultan (Uji F)
Untuk menguji hipotesis pengaruh secara bersama-sama (simultan)
variabel bebas yaitu objektifitas, independensi, pengalaman audit dan tekanan
anggaran waktu terhadap variabel terikat yaitu Kualitas Audit digunakan uji F.
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai Fhitung sebesar 39.100 (signifikansi
F = 0.000). Jadi Fhitung>Ftabel(39.100>2.480) atau Sig F < 5% (0.000<0.05).
Artinya bahwa secara bersama-sama (simultan) variabel bebas yang
terdiri dari objektifitas, independensi, pengalaman audit dan tekanan anggaran
waktu berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu kualitas audit. Hal ini
berarti bila objektifitas, independensi, pengalaman audit dan tekanan anggaran
waktu ditingkatkan secara bersama-sama maka akan berdampak pada
peningkatan kualitas audit dan sebaliknya jika objektifitas, independensi,
pengalaman audit dan tekanan anggaran waktu menurun secara bersama-sama
maka akan mengakibatkan penurunan kualitas audit. Dengan demikian hipotesis
yang menduga secara bersama-sama variabel objektifitas, Independensi,
pengalaman audit dan tekanan anggaran waktu berpengaruh signifikan terhadap
variabel kualitas audit terbukti kebenarannya. Jadi untuk hipotesis ini diterima
5.8 Pengujian Hipotesis
Terdapat 4 hipotesis yang diuji yang terdiri atas pengujian hipotesis
pengaruh langsung.
H1. Pengaruh Langsung antara Objektifitas (X1) terhadap Kualitas Audit (Y)
68
Pengujian hipotesis antara hubungan objektifitas (X1) terhadap kualitas
audit (Y) secara grafik disajikan sebagai berikut:
Objektifitas (X1) Kualitas Audit (Y)
Berdasarkan hasil analisis, koefisien hubungan antara Objektifitas (X1)
dengan kualitas audit (Y) adalah sebesar 0.328 dengan p-value sebesar
0.000. Karena nilai p-value < 0.05 mengindikasikan bahwa objektifitas (X1)
signifikan terhadap kualitas audit (Y). Karena koefisien bertanda positif
mengindikasikan hubungan searah. Artinya semakin tinggi nilai objektifitas (X1),
akan mengakibatkan semakin tinggi pula nilai kualitas audit (Y).
H2 Pengaruh Langsung antara Independensi (X2) terhadap Kualitas
Audit (Y)
Pengujian hipotesis antara hubungan independensi (X2) terhadap kualitas
audit (Y) secara grafik disajikan sebagai berikut:
Independensi (X2) Kualitas Audit (Y)
Berdasarkan hasil analisis, koefisien hubungan antara Independensi (X2)
dengan Kualitas Audit (Y) adalah sebesar 0.310 dengan p-value sebesar 0.000.
Karena nilai p-value < 0.05 mengindikasikan bahwa independensi (X2)
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit (Y). Karena koefisien bertanda
positif mengindikasikan hubungan searah. Artinya semakin tinggi nilai
69
independensi (X2), akan mempengaruhi tingginya nilai kualitas audit (Y).
H3. Pengaruh Langsung antara Pengalaman Audit (X3) terhadap Kualitas
Audit (Y)
Pengujian hipotesis antara hubungan pengalaman audit (X3) terhadap
kualitas Audit (Y) secara grafik disajikan sebagai berikut:
Pengalaman Audit
(X3)Kualitas Audit (Y)
Berdasarkan hasil analisis, koefisien hubungan antara pengalaman audit
(X3) dengan Kualitas Audit (Y) adalah sebesar 0.336 dengan p-value sebesar
0.000. Karena nilai p-value < 0.05 mengindikasikan bahwa Pengalaman audit
(X3) signifikan terhadap Kualitas Audit (Y). Karena koefisien bertanda positif
mengindikasikan hubungan searah. Artinya semakin tinggi nilai Pengalaman
audit (X3), akan mengakibatkan semakin tinggi pula nilai Kualitas Audit (Y).
H4. Pengaruh Langsung antara Tekanan Anggaran Waktu (X4) terhadap
Kualitas Audit (Y)
Pengujian hipotesis antara hubungan Tekanan anggaran waktu (X4)
terhadap Kualitas Audit (Y) secara grafik disajikan sebagai berikut:
Tekanan Angaran
Waktu (X4)Kualitas Audit (Y)
Berdasarkan hasil analisis, koefisien hubungan antara Tekanan anggaran
waktu (X4) dengan Kualitas Audit (Y) adalah sebesar 0.330 dengan p-value
sebesar 0.000. Karena nilai p-value < 0.05 mengindikasikan bahwa Tekanan
70
anggaran waktu (X4) berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit (Y). Karena
koefisien bertanda positif mengindikasikan hubungan searah. Artinya semakin
tinggi nilai Tekanan anggaran waktu (X4), akan mengakibatkan semakin tinggi
nilai Kualitas Audit (Y).
71
BAB VI
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis yang telah diakukan pada bab V, maka terlihat
bahwa variabel objektivitas (X1), independensi (X2), pengalaman audit (X3) dan
tekanan anggaran waktu (X4) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kualitas audit (Y). Hal ini juga menjelaskan bahwa hipotesis pertama (H1),
hipotesis kedua (H2), hipotesis ketiga (H3) dan hipotesis keempat (H4) dapat di
terima. Adapun pembahasan pengaruh masing-masing variabel independen
terhadap variabel dependen dijelaskan sebagai berikut:
6.1 Pengaruh Objektivitas terhadap Kualitas Audit.
Penelitian ini menemukan bahwa objektivitas (X1) berpengaruh terhadap
kualitas audit (Y). Semakin tinggi objektivitas auditor semakin baik pula kualitas
hasil auditnya. Objektivitas yang tinggi terlihat dari tingginya bebas benturan
kepentingan dan pengungkapan kondisi sesuai fakta akan berdampak pada
tingginya kualitas audit (Y), yang tercermin dari keakuratan temuan audit, sikap
skeptis, nilai rekomendasi, kejelasan laporan, manfaat audit dan tindak lanjut
hasil audit. Penelitian ini juga menemukan bahwa indikator bebas benturan pada
variabel objektivitas, responden memberikan nilai tertinggi dengan nilai rata-rata
responden mempersepsikan variabel objektivitas (X1) dengan rata-rata 3.51
(kategori tinggi). yang berkepentingan sehingga auditor dapat mengemukakan
pendapat menurut apa adanya. Dengan mempertahankan sikap objektivitasnya,
dalam proses pengambilan keputusan, seorang auditor akan selalu berpedoman
72
pada fakta yang ditemukan, tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak
tertentu atau pribadi, sehingga laporan audit yang dihasilkan berkualitas dan
dapat dipertanggung jawabkan.
Dalam menjalankan tugasnya auditor harus mempertahankan
objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak
boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang
diketahuinya atau mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangannya kepada
pihak lain. Prinsip objektivitas menetapkan suatu kewajiban bagi auditor untuk
tidak memihak, jujur secara intelektual dan bebas dari konflik kepentingan. hal ini
disebabkan responden memandang bahwa audit yang berhubungan dengan
pandangan – pandangan subyektif dari pihak lain, tidak mencari-cari kesalahan,
menggunakan pikiran yang logis dalam melakukan tugas audit telah diantipasi
dengan menempatkan auditor pada keadaan bebas dari benturan kepentingan.
Dengan demikian hal tersebut dapat mempengaruhi tingginya kualitas hasil audit,
sehingga objektivitas auditor tetap terjaga terkait dengan tugas pokok dan fungsi
(tupoksi) sebagai APIP yang salah satu tugas pokoknya dalam melakukan audit
terhadap penyimpangan atau penyalahgunaan pengelolaan dana keuangan
daerah terkait penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa semakin tinggi objektivitas
seorang auditor APIP, maka semakin tinggi pula kualitas audit yang dilakukan.
Sebaliknya semakin rendah objektivitas seseorang auditor APIP maka semakin
rendah kualitas audit yang dihasilkan. Hasil penelitian ini memberi bukti bahwa
objektivitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas hasil audit APIP.
Hasil penelitian ini mendukung Stewardship Theory yang menjelaskan
bahwa APIP dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik – baiknya bagi
73
kepentingan publik maupun stakeholder. bahwa APIP sebagai agent adalah
pelayan (steward) akan bertindak sesuai dengan keinginan principal (publik), hal
ini disebabkan auditor memandang bahwa audit yang berhubungan dengan
pandangan – pandangan subyektif dari pihak lain, tidak mencari-cari kesalahan,
menggunakan pikiran yang logis dalam melakukan tugas audit telah diantipasi
dengan menempatkan auditor pada keadaan bebas dari benturan kepentingan
dan pengungkapan kondisi sesuai fakta sesuai. Dengan demikian hal tersebut
dapat mempengaruhi tingginya kualitas hasil audit, sehingga objektivitas auditor
tetap terjaga terkait dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) sebagai APIP yang
salah satu tugas pokoknya dalam melakukan audit terhadap penyimpangan atau
penyalahgunaan pengelolaan dana keuangan daerah.
Pada tinjauan teori Atribusi pada penelitian ini adalah perilaku yang
dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat eksternal atau keadaan tertentu yang
memaksa seseorang melakukan perbuatan tertentu.. Pengaruh perilaku
seseorang inilah yang diyakini dapat membuat seorang auditor dapat berlaku
objektiv atau sebaliknya. Misalnya pengaruh eksternal yaitu kondisi ekonomi,
perilaku seseorang memberikan faslitas selama auditor melakukan tugas
auditnya dan tidak jarang ditemui kasus auditor yang berlaku curang dengan
jalan mau melakukan keinginan klien yang tidak benar hanya karena kompensasi
yang diberikan klien lebih besar jika auditor memenuhi keinginan klien
dibandingkan melaporkan fakta sebenarnya yang terjadi namun hal ini telah
diantisipasi dengan menempatkan auditor bebas dari benturan kepentingan dan
mengungkapkan kondisi sesuai fakta sehingga hasil audit bebas dari pengaruh
ekternal yang pada akhirnya meningkatkan kualitas audit.
Penelitian ini juga mendukung penelitian Sukriah, dkk .(2009) yang
74
mengatakan bahwa objektivitas berpengaruh terhadap kualitas hasil
pemeriksaan dan penelitian Mabruri dan Winata (2010) yang juga mengatakan
bahwa objektivitas berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil audit.
Semakin tinggi tingkat objektivitas auditor, maka semakin baik kualitas hasil
pemeriksaannya.
6.2 Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Hasil Audit.
Penelitian ini menemukan bahwa independensi (X2) berpengaruh
terhadap kualitas audit (Y). Koefisien bertanda positif mengindikasikan bahwa
independensi yang tinggi, akan berdampak pada tingginya tingginya kualitas
audit (Y). Independensi yang tinggi dapat terlihat dari indikator independensi
pelaporan hasil pemeriksaan. Hal ini disebabkan responden memandang audit
yang berhubungan dengan hal-hal yang terkait dengan pelaporan hasil
pemeriksaan untuk menolak pertimbangan yang menganggu proses
pemeriksaan.
Penelitian ini menemukan bahwa indikator pelaporan hasil pemeriksaan,
responden rata-rata memberikan nila tertinggi dengan nilai rata-rata 3,54. Hal ini
sebabkan responden memandang audit yang dilakukan harus bebas dari
modifikasi fakta-fakta, pelaporan menghindari praktek untuk meniadakan
peroalan penting dari laporan kedalam bentuk yang disenangi, bebas dari usaha
tertentu untuk mengesampingkan pertimbangan akuntan pemeriksa terhadap isi
laporan pemeriksaan memliki tanggapan yang positif untuk menjawab
independensi pelaporan hasil audit. Dengan demikian dalam kegiatan audit
independensi auditor APIP dapat terjaga dengan baik dan secara signifikan
75
berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit. Berdasarkan hal tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa auditor dalam menjaga independensinya terkait
dengan independensi laporan hasil pemeriksaan rata rata auditor memliki kendali
yang tinggi sebagaimana yang dimaksudkan dalam teori perceived behavioral
control dalam teori planned behavior, sehingga kualitas audit dapat dihasilkan
dengan baik. Hal ini berarti bahwa pelayanan publik yang baik dan berkualitas
tercapai.
Dari.hasil pengujian hipotesis tersebut menunjukkan bahwa semakin
tinggi tingkat tingkat independensi seorang auditor APIP, maka semakin tinggi
pula kualitas audit yang dihasilkan. Sebaliknya semakin rendah independensi
seoran auditor, maka semakin rendah kualitas audit yang dihasilkan. Hail
penelitian ini memberikan bukti bahwa independensi berpengaruh signifikan dan
positif terhadap kualitas audit APIP. Indikator pelaksanaan pemeriksaan pada
variabel independensi ternyata responden member nilai rata – rata terendah yaitu
3,24. Hal ini disebabkan responden masih memiliki kendala dalam pelaksanaan
tugasnya sebagaimana dimaksudkan dalam teori kebutuhan Maslow bahwa
eksistensi auditor Inspektorat Kabupaten sebagai suatu lembaga (agent) yang
dapat dipercaya untuk bertindak sesuai dengan kepentingan public (principal)
haruslah mendapat dukungan oleh APIP lainnya yang memiliki wawasan yang
memadai, kemampuan teknis yang diandalkan dan itegritas yang tinggi,
pengetahuan yang memadai , mutu personel dan keahlian khusus sebagai
potensi yang dimilikinya untuk menghasilkan kualitas audit yang baik.
Penelitian ini mendukung Theory of Planned Behavior terlihat bahwa
seorang auditor yang bersikap independen dan semakin tinggi kontrol atas
dirinya (perceived behavioral control) maka semakin tinggi perilaku
76
independensinya. Dengan demikian auditor dengan sikap independensi yang
tinggi akan meningkatkan kualitas audit APIP. berpengaruh signifikan dan positif
terhadap kualitas audit APIP sehingga dapat memberikan keakuratan temuan
audit, mempunyai sikap skeptis, nilai rekomendasi, kejelasan laporan, manfaat
audit, dan tindak lajut hasil audit yang baik pula.
Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Alim, dkk (2007)
menemukan bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Penelitian Achyarsyah (2015), menemukan bahwa independensi audit atas
laporan keuangan berpengaruh positif terhadap kualitas audit dan dengan
indenpendensi audit maka kualitas dapat dipertahankan. Singgih dan Bawono
(2010) menemukan bahwa independensi berpengaruh secara simultan terhadap
kualitas audit dalam penelitiannya tentang pengaruh independensi, pengalaman,
due professional care dan akuntabilitas terhadap kualitas audit. Christiawan,
Yulius Rogi (2002) menunjukkan bahwa kualitas audit ditentukan oleh dua hal
yaitu kompetensi dan independensi. Penelitian Alim, dkk (2007), berhasil
membuktikan bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas
audit. Penelitian Lauw Tjun Tjun, dkk (2012), menemukan bahwa pengalaman
berpengaruh terhadap kualitas audit. Hasil tersebut menunjukkan semakin lama
masa kerja auditor maka semakin baik pula kualitas audit yang dihasilkan. Hasil
penelitan ini menunjukkan bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor
memiliki independensi yang baik.
6.3 Pengaruh Pengalaman Audit terhadap Kualitas Hasil Audit.
Penelitian ini menemukan bahwa pengalaman audit (X3) berpengaruh
77
terhadap kualitas auditor (Y) yang mengindikasikan bahwa pengalaman audit
yang tinggi, akan berdampak pada tingginya kualitas audit (Y). Pengalaman
audit yang tinggi, terlihat dari lamanya bekerja sebagai auditor dan banyknya
tugas audit akan berdampak pada tingginya kualitas hasil audit (Y) yang
tercermin pada keakuratan temuan audit, sikap skeptis, nilai rekomendasi,
kejelasan laporan, manfaat audit dan Tindak lanjut hasil audit.
Penelitian ini menemukan bahwa indikator lama bekerja sebagai auditor
pada variabel pengalaman audit, responden memberikan nilai tertinggi dengan
nilai rata-rata 3,60. Hal ini disebabkan responden memandang lama bekerja
sebagai auditor merupakan pengalaman yang sangat membantu dalam
mempercepat dan memahami tugas – tugas audit yang diberikan kepadanya.
Dengan demikian hal tersebut mempengaruhi tingginya kualitas audit yang
dihasilkan oleh auditor yang secara positif dapat meningkatkan kepercayaan
sebagai principal serta memberikan kepuasan tersendiri bagi auditor sebagai
aktualisasi diri auditor yang akan memberikan hasil yang positif yaitu tercapainya
kualitas audit yang baik sebagaimana yang dimaksud dalam teori kebutuhan
Maslow. Penelitian ini juga menemukan bahwa indikator banyaknya tugas audit
sebagai auditor pada variabel pengalaman audit, responden memberikan nilai
terendah dengan dengan nilai rata-rata 3,22. Hal ini disebabkan karena
responden berpandangan bahwa banyaknya tugas audit sudah memberikan
pengalaman yang cukup dalam melakukan audit, maka dengan banyaknya
tugas audit mendorong auditor auditor untuk memahami tugas –tugas audit yang
diberikan kepadanya sebagai proses terbentuknya kualitas pengalaman audit
dari seorang auditor. .
78
Hasil pengujian hipotesis tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi
tingkat tingkat pengalaman seorang auditor APIP, maka semakin tinggi pula
kualitas audit yang dihasilkan. Sebaliknya semakin rendah pengalaman audit
seoran auditor, maka semakin rendah kualitas audit yang dihasilkan. Hail
penelitian ini memberikan bukti bahwa pengalaman audit berpengaruh signifikan
dan positif terhadap kualitas audit APIP.
Penelitian ini mendukung teori stewardship yang menjelaskan bahwa
auditor sebagai agen yang memiliki pengalaman audit yang tinggi bertindak
sesuai dengan kepentingan rakyat (principal) yang mengharapkan adanya
kualitas audit yang tinggi dari auditor APIP yang dipercayakan oleh principal.
Dengan demikian eksistensi Inspektorat Kabupaten sebagai suatu lembaga
yang dapat dipercaya untuk bertindak sesuai dengan kepentingan publik dengan
melaksanakan tugas dan fungsinya dengan tepat dapat menghasilkan kualitas
audit yang tinggi sebagaimana yang diamanahkan kepadanya, sehingga
pelayanan public dapat tercapai secara maksimal.
Pada tinjauan teori kebutuhan Maslow terlihat bahwa kebutuhan auditor
dapat dilihat dari kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization) sebagai
kebutuhan yang dirasakan seorang auditor dengan menggunakan pengalaman
dirinya secara maksimal yang dapat terlihat dari tingginya pengaruh bebas
benturan, pengungkapan kondisi sesuai fakta, sikap independensi, independensi
pelaksanaan pemeriksaan, independensi pelaporan hasil pemeriksaan, lama
bekerja auditor, banyaknya tugas audit, alokasa dan ketepatan waktu, sikap
auditor memanfaatkan waktu, keakuratan temuan, sikap skeptos, nilai
rekomendasi, manfaat audit dan tindak lanjut hasil temuan.
79
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman audit yang tinggi
akan meningkatkan kualitas audit APIP. berpengaruh signifikan dan positif
terhadap kualitas audit APIP. Lamanya bekerja sebagai auditor dapat
memberikan keakuratan temuan audit, mempunyai sikap skeptis, nilai
rekomendasi, kejelasan laporan, manfaat audit, dan tindak lajut hasil audit yang
baik pula.
Penelitian ini mendukung Abdolmohamadi dan Wrighy (1987)
menemukan bahwa auditor yang berpengalaman akan membuat judgment yang
relatif lebih baik dalam menjalankan tugas-tugas profesionalnya. Hasil ini
diperkuat dengan temuan dilapangan bahwa auditor APIP dengan lamanya
bekerja sebagai auditor memudahkan APIP untuk dapat memberikan keakuratan
temuan audit, mempunyai sikap skeptis, nilai rekomendasi, kejelasan laporan,
manfaat audit, dan tindak lajut hasil audit yang baik pula.
1.3 Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu terhadap Kualitas Audit
Penelitian ini menemukan bahwa tekanan anggaran waktu (X4)
berpengaruh terhadap kualitas audit. Tekanan anggaran waktu yang terlihat dari
pengalokasian waktu yang ketat dan kaku, penyelesaian pekerjaan tepat waktu
sesuai waktu yang ditentukan, memanfaatkan waktu secara maksimal, batasan
waktu akan berpengaruh terhadap keakuratan temuan audit, sikap skeptik, nilai
rekomendasi, kejelasan laporan, manfaat audit dan tingkat hasil audit.
Penelitian ini menemukan bahwa alokasi dan ketepatan waktu yang ketat
pada variabel tekanan anggaran waktu tanggapan responden cukup tinggi yaitu
dengan nilai rata-rata sebesar 3,60. Hal ini disebabkan responden berpandangan
bahwa alokasi dan ketepatan waktu yang ketat yang diberikan kepadanya akan
80
meningkatkan ketepatan waktu sesuai alokasi waktu yang diberikan kepadanya
sehingga tidak terjadinya disfungsional dalam alokasi waktu.
Hasil dari pengujian hipotesis tersebut menunjukkan bahwa tekanan
anggaran waktu yang tinggi yaitu pengalokasian waktu yang ketat,
menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, memanfaatkan waktu secara maksimal,
batasan waktu dalam audit, berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan
oleh auditor tersebut.
Penelitian ini mendukung theory planned of behavioral terlihat bahwa
menurut perceived control, auditor diharuskan memiliki kendali sepenuhnya atas
setiap perilakunya, sehingga disetiap penugasan audit baik itu time budget
pressure maupun time deadline pressure tidaklah menjadi kendala yang berarti
bagi auditor dalam menyelesaikan tugas auditnya dan kemudian mampu
menghasilkan dan mempertahankan kualitas auditnya.
Pada tinjauan teori Stewardship bahwa sebagai agent yang bekerja
dengan tekanan waktu yang tinggi dan rendah auditor tetap bertindak sesuai
kepentingan publik ( principal) yang mengharapkan adanya kualitas audit yang
tinggi dari seorang APIP yang menerima kepercayaan dari publik, sehingga
eksistensi Inspektorat kabupaten sebagai lembaga yang dapat dipercaya untuk
bertindak sesuai dengan kepentingan public dapat menghailkan kualitas audit
yang tinggi sesuai dengan tugas dan fungsinya, sehingga pelayanan publik dapat
tercapai secara maksimal.
Penelitian ini mendukung penelitian Edland (1987) yang mengatakan
bahwa dalam tekanan anggaran waktu tinggi auditor memberikan pertimbangan
lebih besar kepada atribut yang paling penting dalam pembuatan keputusan,
sehingga dalam tekanan anggaran waktu auditor akan mempertimbangkan
81
resiko kesalahn dalam memutuskan apakah menggunakan perilaku penurunan
kualitas audit atau tidak. Dalam tekanan anggaran waktu tinggi diharapkan
auditor akan menjamin pekerjaannya dilakukan dengan selayaknya. Hasil ini
justru memberikan respon yang positif dengan memberikan APIP untuk dapat
memberikan keakuratan temuan audit, mempunyai sikap skeptis, nilai
rekomendasi, kejelasan laporan, manfaat audit, dan tindak lajut hasil audit yang
baik, bahwa secara positif tekanan anggaran waktu berpengaruh terhadap
peningkatan kualitas audit.
82
BAB VII
PENUTUP
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian ini yang menguji adanya
pengaruh objektivitas, indepedensi, pengalaman auidt dan tekanan anggaran
waktu terhadap kualitas audit APIP pada Kabupaten Luwu dan Luwu Utara
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Objektivitas berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil audit. Artinya
peningkatan objektivitas memberi dampak positif terhadap kualitas hasil
audit yang dilakukan auditor pada Inspektorat di kabupaten Luwu dan Luwu
Utara. Semakin tinggi objektivitas yang dimiliki auditor semakin tinggi sikap
kualitas audit.
2. Independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil audit.. Artinya
peningkatan Independensi memberi dampak positif terhadap kualitas hasil
audit yang dilakukan auditor pada Inspektorat di kabupaten Luwu dan Luwu
Utara. Semakin tinggi Independensi yang dimiliki auditor semakin tinggi
sikap kualitas audit.
3. Pengalaman audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil audit..
Artinya peningkatan pengalaman audit memberi dampak positif terhadap
kualitas hasil audit yang dilakukan auditor pada Inspektorat di kabupaten
Luwu dan Luwu Utara. Semakin tinggi pengalaman audit yang dimiliki
auditor semakin tinggi sikap kualitas audit.
4. Tekanan anggaran waktu berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil
audit. Artinya peningkatan tekanan anggaran waktu memberi dampak
83
positif terhadap kualitas audit yang dilakukan auditor APIP pada
Inspektorat di kabupaten Luwu dan Luwu Utara. Semakin tinggi tekanan
anggaran waktu yang dimiliki auditor semakin tinggi kualitas audit.
7.2. Implikasi
Penelitian ini memberikan implikasi praktis bagi Inspektorat kabupaten
Luwu dan Luwu Utara, agar meningkatkan objektivitas, independensi,
pengalaman audit dan tekanan anggaran waktu bagi seluruh auditor di
wilayahnya. Hal ini dapat dilihat bahwa tingginya objektivitas, independensi,
pengalaman audit dan tekanan anggaran waktu bagi auditor maka semakin tinggi
kualitas hasil auditnya. Selanjutnya bagi APIP Inspektorat Kabupaten Luwu dan
Luwu Utara selain implikasi praktis, implikasi teoritis dari penelitian ini juga
memberikan hasil dimana penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan
ilmu lebih lanjut khususnya yang berkaitan dengan tingginya objektivitas,
independensi, pengalaman audit dan tekanan anggaran waktu dan kualitas hasil
audit.
7.3. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tidak terlepas dari adanya beberapa
keterbatasan yang dapat mengurangi kualitas hasil penelitian. Keterbatasan-
keterbatasan tersebut antara lain:
1. Data dalam penelitian ini terbatas hanya pada populasi APIP Inspektorat
Kabupaten Luwu dan Luwu Utara sehingga hasil penelitian tidak dapat
digeneralisasikan untuk APIP pada daerah lainnya.
84
2. Penelitian ini hanya menggunakan empat variabel bebas yaitu
objektivitas, indepedensi, pengalaman audit dan tekanan anggaran waktu
sehingga kesimpulan terhadap kualitas audit masih belum optimal.
3. Penelitian ini dilakukan di saat beberapa auditor APIP sedang melakukan
tugas pemeriksaan, sehingga jawaban yang diberikan responden masih
terkesan terburu-buru.
7.4. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian, beberapa saran kepada penelitian
berikutnya yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas audit Inspektorat,
yaitu :
1. Lembaga Inspektorat di wilayah Kabupaten Luwu dan Luwu Utara tetap
menjaga kualitas auditnya dengan meningkatkan objektivitas,
independensi, pengalaman audit dan tekakanan anggaran waktu sehingga
kualitas hasil audit semakin tinggi.
2. Penelitian ini hanya menggunakan variabel objektivitas, independensi,
pengalaman audit, tekanan anggaran waktu terhadap kualitas audit
sehingga disarankan kepada peneliti selanjunya hendaknya dapat
memperluas variabel - variabel hipotesis yang digunakan untuk mendalami
penelitian yang berkaitan dengan kualitas audit.
3. Terkait dengan auditor APIP dalam lingkup Inspektorat Luwu dan Luwu
Utara agar memperhatikan indikator-indikator bebas benturan,
pengungkapan kondisi sesuai fakta, sikap independensi auditor,
independensi pelaksanaan penugasan, pelaporan hasil pemeriksaan, lama
bekerja, alokasi dan ketepatan waktu, sikap memanfaatkan waktu,
85
keakuratan temuan audit, sikap skeptis, nilai rekomendasi, kejelasan
laporan, manfaat audit dan tindak lanjut hasil audit yang telah terbukti
secara empiris berpengaruh terhadap peningkatan kualitas audit.
86
Daftar Pustaka
AAA Financial Accounting Standard Committee, 2000. Commentary: SEC Auditor Independence Requirements. Accounting Horizons, Vol. 15 No.4 December 2001, hal: 373-386.
Ajzen, Icek. 1991. Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and Human Decision Processes,Vol. 50 Issue 2, hal : 179-211.
Annesa Adriyani, Andreas, Hardi, 2013. Pengaruh Keahlian, Independensi, Kecakapan Profesional, Tingkat Pendidikan Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Dengan Pengalaman Kerja Sebagai Variabel Moderating. Jurnal Akuntansi Keuangan dan Bisnis Vol. 6, Desember 2013, hal:10-18.
Arens, A. A., Randal J.E dan Mark S.B. 2004. Auditing dan Pelayanan Verifikasi.Pendekatan Terpadu. Jilid 1, Edisi Kesembilan. Penerbit PT. Indeks. Jakarta.
Arens, Alvin A. James L. Loebbecke 2008, Auditing Pendekatan Terpadu, Terjemahan oleh Amir Abadi Yusuf, Buku Dua, Edisi Indonesia, Salemba Empat, Jakarta.
Ben Zur, H and S.J Breznitz. 1981. The Effect of Time Pressure on Risky Choice Behaviour. Acta Psychologica 14.
Bouman, Marinus J, dan Bradley Wray E (1997). Judgement and Decision Making, Part II: Expertise, Consensus and Accuracy, Behaviour Accounting Research: Fondation and Frontiers. American Accounting Association, hal: 89 – 123.
Castellani, Justinia. 2008. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor pada Kualitas Audit. Trikonomika, 7(2).
Chun, Cai .2007. On The Functions and Objectives Of Audit internal and Their Underlying Conditions. Managerial Auditing Journal.Vol 12 Iss 4/5, hal: 247-250.
Christiawan, Yulius Jogi. 2002. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol.4,No. 2, November, hal: 79 - 92.
Cook, E., and T. Kelley, 1991, An International Comparison of Audit Time Budget Pressures: The United States and New Zealand, The Women CPA, (Spring), hal: 25-30.
87
De Angelo, L.E. 1981. Auditor Size and Audit Quality.Journal of Accounting and Economics. December, hal: 183-199.
Donal. L. Deis & Dan Gari A. Giroux. 1992. Determinants of Audit Quality in The Public PublicDeZoort, F. T. 1998. Time Pressure Research in Auditing: Implication for Practice. The Auditor’s Report. Vol 22 No.1, hal:11-14.
Eddy Sarwono, Aris. 2001. Analisis Pengaruh Tindakan Supervisi terhadap Kepuasan Kerja.Auditor Pemula.Tesis Universitas Diponegoro Semarang.
Effendi, Muh.Taufiq. 2010. Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Motivasi terhadap Kualitas Audit pada Aparat Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah Kota Gorontalo). Tesis.Program Pasca Sarjana UniversitasDiponegoro Semarang.
Endaya, Khaled Ali and Mustafa Mohd Hanefa.2013. Internal Audit Effectiveness: An Approach Proposition to Develop the Theoretical Framework. Research Journal of Finance and Accounting ISSN 2222- 1697 (Paper) ISSN 2222-2847 (Online) Vol.4, No.10, 2013fh.
Ely Suhayati.,& Siti Kurnia Rahayu. (2010). AUDITING, Konsep Dasar dan Pedoman Pemeriksaan Akuntan Publik.Yogyakarta : Graha Ilmu.
Firth M, 1980.Perception of Auditor Independence and Official Ethical Guidelines.The Accounting Review, Vol. LV, No. 3, July 1980, hal: 451- 466.
Hahn, Rainer Lenz Ulrich.2015. A Syntesis of The Empirical Audit internal Effectiveness Literature Pointing to New Research
Idris, Kartika Hanafi. 2012. Dimensi Internal Control dan Internal auditor Dalam Accountabilty Dan Fraud Prevention. Disertasi. Makassar: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Hasanuddin.
J.P. Russel, 2000. The Quality Audit Handbook second edition ASQ Quality, United States of America.
Knoers dan Haditono, 1999. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagian, Cetakan ke-12, Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Kelley,T. dan Margheim, L. 1990. The Impact of Time Budget Pressure, Personality, and Leadership Variables on Dysffunctional Auditor Behavior.Auditing: A Journal of Practice & Theory. Vol 9 No.2, hal:21-24.
Keputusan Presiden no 14 tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi.
88
Libby.R. and D.M.Fredrick, 1990.Experience and the ability to explain auditing findings.Journal of accounting Research.
Lowensohn, S., L. E. Johnson., R. J. Elder dan S. P. Davies. 2007. Auditor Specialization, Perceived Audit Quality, and Audit Fee in the Local Government Audit Market. Journal of Accounting and Public Policy, 26, hal: 705-732
Mahmudah, Hadi. 2015. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern, Dukungan Manajemen, Profesionalism Audit dan terhadap Keefektifan Audit Internal Pemerintah Daerah.
Mabruri dan Winarna. 2010. Analisis Faktor-Faktor Mempengaruhi Hasil Audit di Lingkungan Pemerintah daerah. Simposium Nasional Akuntansi XIII :
Purwokerto.
Masran, Hasbia, Gagaring Pagalung, Abdul Hamid Habbe. Pengaruh Kompetensi, Integritas, Objektivitas dan Independensi Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) terhadap Kualitas Audit. Jurnal.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unuversitas Hasanuddin.
Martini. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Audit. Universitas Budi Luhur. Jakarta.
Musdar, Muh, Syarifuddin, Arifuddin. 2014. Analisis faktor yang mempengaruhi kualitas audit Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP). Studi Empiris pada Inspektorat kabupaten Wakatobi. Tesis.Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.Makasar.
Messier.F.W, dkk (2005).Jasa Audit dan Assurance. Suatu Pendekatan Sistematis. Diterjemahkan oleh Nuri Hinduan.Edisi 4 buku 1 dan 2.Jakarta Salemba Empat.
Mihret, D. G. & Yismaw, A. W. 2007. “Internal Audit Effectiveness: An Ethiopian Public Sector Case Study”. Managerial Auditing Journal, 22(5), hal: 470-484
Otley, D. T & Pierce, B. J. (1996). Auditor time budget pressure: consequences and antecedents. Accounting, Auditing & Accountability Journal
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia No. 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).
Permenpan No. PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
Pusdiklatwas BPKP. 2005. Kode Etik Standar Audit. Jakarta.
89
Riyanto, Bambang. 2013. The Impact Of Agreebleness, Extraversion, and Independence on Profesional Skepticism: An Empirical Assement of New Recruits of the Indonesian Supreme Audit Institution.
Shelton, Sandra Waller. 1999. The Effect of Experience on The Use of Irrelevant Evidence in Auditor Judgment. The Accounting Review 74(2) hal: 217-224.
Stephen P. Robbins. 1996.Perilaku Organisasi, Konsep, Kontroversi danAplikasi. Alih Bahasa : Hadyana Pujaatmaka. Edisi Keenam. Penerbit PT.Bhuana Ilmu Populer, Jakarta. Kotter, John P., Heskett, James.
Sukriah, dkk.2009, Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan.Simposium Nasional Akuntansi XII, Palembang.
Svenson, O., and Edland. 1987. Change of Preferences Under Time Pressure Chioces and Judgements. Scandinavians Journal of Psychology 29 (4).
Standar Profesi Akuntan Publik, 1999 seksi 220 PSA No.04.
Sawyer, Lawrence B, Dittenhofer Mortimer A, Scheiner James H, 2006, Internal Auditing, Diterjemahkan oleh : Ali Akbar, Jilid 3, Edisi 5. Jakarta. Salemba Empat.
Tjun Tjun, Lauw, Elyzabet Indrawati Marpaung, dan Santy Setiawan. 2012. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit.Jurnal Akuntansi Vol.4 No. 1 Mei 2012, hal: 33-56.
United States Government Accountability Office (GAO).Generally Accepted Government Auditing Standards (GAGAS), Government Auditing Standards.2011 Revision. 2011.
Van Gansberghe, C.N., 2005. Internal auditing in the public sector: a consultative forum in Nairobi, Kenya, shores up best practices for government audit professionals in developing nations’, Internal Auditor, 62, 4, hal:. 69-73..
Wahyu, Anita Indrasti. 2011. “Pengaruh Kompetensi, Independensi, Kompleksitas Tugas, Objektivitas dan Intergritas Auditor terhadap kualitas Hasil Audit (Studi Empirik pada 25 Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta Pusat Tahun 2011)”. Universitas Budi Luhur Jakarta.
Wahjosumidjo, 1987.Kepemimpinan dan Motivasi, Jakarta: Ghalia Indonesia
Wandawa Sarmado Putu. 2013. Kualitas Audit Sektor Publik Studi Pada Kantor Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. Tesis. Fakultas Ekonomi Sebelas Maret Universitas Surakarta.