pengaruh objektivitas, independensi - perpustakaan

127
TESIS PENGARUH OBJEKTIVITAS, INDEPENDENSI, PENGALAMAN AUDIT, DAN TEKANAN ANGGARAN WAKTU TERHADAP KUALITAS AUDIT APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (THE INFLUENCE OF OBJECTIVITY, INDEPENDENCY, AUDIT EXPERIENCE, AND THE TIME BUDGET PRESSURE ON AUDIT QUALITY OF GOVERNMENT INTERNAL SUPERVISOR APPARATUS) YOPYN SOLON PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018

Upload: khangminh22

Post on 26-Jan-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

TESIS

PENGARUH OBJEKTIVITAS, INDEPENDENSI, PENGALAMAN AUDIT, DAN TEKANAN ANGGARAN

WAKTU TERHADAP KUALITAS AUDIT APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH

(THE INFLUENCE OF OBJECTIVITY, INDEPENDENCY, AUDIT EXPERIENCE, AND THE TIME BUDGET PRESSURE ON AUDIT

QUALITY OF GOVERNMENT INTERNAL SUPERVISOR APPARATUS)

YOPYN SOLON

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2018

ii

TESIS

PENGARUH OBJEKTIVITAS, INDEPENDENSI, PENGALAMAN AUDIT DAN TEKANAN ANGGARAN

WAKTU TERHADAP KUALITAS AUDIT APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH

(THE INFLUENCE OF OBJECTIVITY, INDEPENDENCY, AUDIT EXPERIENCE, AND THE TIME BUDGET PRESSURE ON AUDIT

QUALITY OF GOVERNMENT INTERNAL SUPERVISOR APPARATUS)

Sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Magister

Disusun dan diajukan oleh

YOPYN SOLON

P3400214314

Kepada

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2018

iii

iv

v

vi

PRAKATA Segala puji dan syukur hanya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, melalui petunjuk dan karunia-Nya, sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Penulisan karya ilmiah ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Magister (S2) Program Studi Magister Akuntansi di Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar. Berkat bantuan dari berbagai pihak pada kesempatan ini dari lubuk hati yang dalam ungkapan kami haturkan terima kasih yang tidak terhingga dan rasa hormat kepada pihak-pihak yang telah membimbing, memotivasi, memberikan bantuan moril dan materi, beliau adalah: 1. Prof. Dr. Gagaring Pagalung, SE.,Ak. MS.,CA sebagai pembimbing satu yang

senantiasa memberi masukan, saran-saran, pengarahan, dan kesempatan yang luas dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

2. Dr. Sanusi Fattah, SE.,M.Si.,CA sebagai pembimbing kedua yang senantiasa memberi masukkan dan dorongan dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

3. Dr. Aini Indrijawati, SE.,Ak.,M.Si.,CA sebagai penguji satu yang senantiasa memberikan pengarahan dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

4. Dr. Syamsuddin.,SE.,Ak.,M.Si.,CA sebagai penguji kedua yang senantiasa memberikan saran-saran dan dorongan dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

5. Dr. Asri Usman.,SE.,Ak.,M.Si.,CA sebagai penguji ketiga yang senantiasa memberikan saran-saran dan dorongan dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

6. Dr. R.A Damayanti.,SE.,Ak.,M.Soc.,Sc.,CA, sebagai Ketua Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin yang selalu memberi arahan dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

7. Seluruh staf di Bagian Akademik Pascasarjana dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin yang mendukung dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

8. Rektor Universitas Hasanuddin, Direktur Pasca Sarjana, Dekan, dan Wakil Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin yang mendukung dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

9. Pihak Donatur Beasiswa Star BPKP yang telah memberi kesempatan pada kami untuk mengikuti Pendidikan Magister (S2) Program Studi Magister Akuntansi di Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar.

10. Segenap Pimpinan dan Aparatur Pemerintah Kabupaten Luwu dan Luwu Utara yang telah mendukung dan membantu dalam melakukan proses penyelesaian studi di Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar.

11. Semua rekan sejawat, teman, dan sahabat yang selama ini memberi dukungan dan bantuan yang ikhlas terhadap penyelesaian studi kami.

12. Segenap keluarga, kepada Bapak, Ibunda dan Saudara (i) kami haturkan segala hormat dan terima kasih atas segala bantuan, kasih sayang, dukungan, dan doanya yang tulus dan tanpa henti.

Akhirnya kami berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan menjadi motivasi untuk rekan sejawat dalam meneliti dan menyempurnakan tema ini lebih lanjut, kami juga menyadari bahwa karya ilmiah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan saran serta kritikan yang membangun demi kesempurnaan selanjutnya. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa membimbing dan melindungi serta melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua, terkhusus kepada pihak yang telah mendidik dan membantu kami selama pendidikan hingga kini.

Makassar, 25 Januari 2018

Yopyn Solon

vii

ABSTRAK

YOPYN SOLON. Pengaruh objektivitas, independensi, pengalaman audit dan tekanan anggaran waktu terhadap kualitas audit Aparat Pengawas Intern Pemerintah (dibimbing oleh Gagaring Pagalung dan Sanusi Fattah) Penelitian ini bertujuan menganalisa dan mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh objektivitas, independensi, pengalaman audit dan tekanan anggaran waktu Aparat Pengawas Intern Pemerintah terhadap kualitas audit pada Inspektorat Kabupaten Luwu dan Luwu Utara Provinsi Sulawesi-Selatan. Data primer diperoleh melalui kuisioner yang disebarkan langsung kepada seluruh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dan sebanyak 89 kuisoner tersebut dikembalikan dan diolah. Penelitian ini dianalisis dengan metode analisis regresi linier berganda dengan variabel independen adalah objektivitas, independensi, pengalaman audit dan tekanan anggaran dan variabel dependen adalah hasil audit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa objektivitas, independensi, pengalaman audit dan tekanan anggaran waktu Aparat Pengawasan Intern Pemerintah pada Inspektorat Kabupaten Luwu dan Luwu Utara Provinsi Sulawesi-Selatan secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Kata Kunci: audit, objektivitas, independensi, pengalaman audit, tekanan

anggaran waktu.

viii

ABSTRACT

YOPYN SOLON. The Influence of Objectivity, Independency, Audit Experience, and Time Budget Pressure on Audit Quality of Government Internal Supervisor Apparatus (Supervised by Gagaring Pagalung and Sanusi Fattah) This research aims to analyze and obtain empirical evidence about influence of objectivity, independency, audit experience, and time budget pressure on audit quality of government Internal Supervisor Apparatus toward audit quality, on inspectorate of Luwu regency and North Luwu regency of South Sulawesi province. The primary data were obtained through questionnaires directly spread to all apparatus of government internal supervisors and 89 questionnaries were collected and analyzed. The research analyzed with multiple linear regression method with independent variable was audit result. The result indicate that objectivity, independence, audit experience, and time budget pressure of government internal supervisor towards inspectorate of Luwu Regency and North Luwu regency of South Sulawesi province simultaneously have effect positive and significant towards audit quality. Kata Kunci: Audit, Objectivity, Independency, Audit Experience, and Time Budget

Pressure

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ................................................................................................ i

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ......................................... v

PRAKATA .............................................................................................................. vi

ABSTRAK ............................................................................................................. vii

ABSTRACT ........................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1 .1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah .........................................................................6 1.3 Tujuan Penelitian ...........................................................................6 1.4 Kegunaan Penelitian……….. .........................................................7 1.4.1 Kegunaan Teoritis ...............................................................7 1.4.2 Kegunaan Praktis ................................................................7 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori dan Konsep………. ................................................9

2.1.1 Teori Stewardship ...............................................................9 2.1.2 Teori Atribusi…………… .................................................. 10 2.1.3 Teori Kebutuhan Maslow ................................................. 11 2.1.4 Theory of Planned Behavior .............................................12 2.1.5 Objektivitas .......................................................................15 2.1.6 Independen………….. ......................................................16 2.1.7 Pengalaman Audit……………. .........................................18 2.1.8 Tekanan Anggaran Waktu……………. .............................20 2.1.9 Kualitas Audit…………… .................................................21 2.1.10 Pengertian Audit ...............................................................24 2.1.11 Audit di lingkungan Pemerintahan……… .................. …..26

2.1.12 Aparat Pengawasan Intern Pemerintahan .......................28 2.2 Tinjauan Empiris ..........................................................................28

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Pemikiran .....................................................................31 3.2 Hipotesis .......................................................................................33

x

3.2.1 Pengaruh Objektivitas terhadap kualitas audit ..................... 33 3.2.2 Pengaruh Independensi terhadap kualitas audit .................. 35 3.2.3 Pengaruh Pengalaman terhadap Kualitas Audit .................. 37 3.2.4 Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu ................................... 38

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian ...................................................................... 40 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 40 4.3 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ...................... 41 4.4 Jenis dan Sumber Data ................................................................... 42 4.5 Metode Pengumpulan Data ............................................................. 42 4.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .................................. 42 4.7 Instrumen Penelitian ........................................................................ 45 4.8 Teknik Analis Data ........................................................................... 46 4.8.1 Analis Statistik Deskriptif…… . ............................................ 45 4.8.2 Analis Uji Validitas ………… . .............................................. 46 4.8.3 Analis Uji Realibilitas………… ............................................. 46 4.8.4 Model Analis ......................................................................... 46 4.8.5 Uji Parsial ............................................................................. 47 4.8.6 Uji Simultan .......................................................................... 47

BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Data…. ............................................................................. 48 5.1.1 Gambaran Umum Responden Penelitian ............................ 48 5.1.2 Karateristik Responden Penelitian ....................................... 49 5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen…………………….. ............ 50 5.3 Deskripsi Variabel Penelitian……………. ........................................ 53 5.4 Pengujian Asumsi Klasik…………….. ............................................. 60 5.5 Hasil Analisis Regresi…………… .................................................... 63 5.6 Uji Parsial…………… ....................................................................... 65 5.7 Uji Simultan…………… .................................................................... 67 5.8 Pengujian Hipotesis…………… ....................................................... 67

BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Pengaruh Objektivitas terhadap Kualitas Hasil Audit ...................... 71 6.2 Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit ........................... 74 6.3 Pengaruh Pengalaman Audit terhadap Kalitas Audit……............. 77 6.4 Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu terhadap Kualitas Audt…. ... 79

BAB VII PENUTUP

7.1 Kesimpulan…………….. .................................................................. 82 7.2 Implikasi……………………… .......................................................... 83 7.3 Keterbatasan Penelitian……………………………………………… 83 7.4 Saran………………….…. ................................................................. 84 DAFTAR PUSTAKA………………….…..................................................................... 86

LAMPIRAN…………………..………………….…. ...................................................... 90

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel 5.1 Distribusi Kuisioner Menurut Instansi ..........................................48 2. Tabel 5.2 Karateristik Responden Penelitian ..............................................49 3. Tabel 5.3 Uji Validitas Instrumen Penelitian ................................................51 4. Tabel 5.4 Uji Realibilitas Instrumen Penelitian ............................................52 5. Tabel 5.5 Deskripsi Variabel Objektivitas ....................................................53 6. Tabel 5.6 Deskripsi Variabel Independensi .................................................55 7. Tabel 5.7 Deskripsi Variabel Pengalaman Audit .........................................56 8. Tabel 5.8 Deskripsi Variabel Tekanan Anggaran Waktu.............................57 9. Tabel 5.9 Variabel Kualitas Audit .................................................................59 10. Tabel 5.10 Hasil Uji Asumsi Non-Multikolinieritas .........................................61 11. Tabel 5.11 Hasil Uji Asumsi Non-Heteroskedastisitas ..................................61 12. Tabel 5.12 Hasil Pengujian Asumsi Linieritas................................................62 13. Tabel 5.13 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ................................................63

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Gambar 3.1 Kerangka Pikir Penelitian ........................................................33 2. Gambar 5.1 Deskripsi Rata-Rata Indikator Pada Variabel Objektivitas ....54 3. Gambar 5.2 Deskripsi Rata-Rata Indikator Pada Variabel Independensi ..55 4. Gambar 5.3 Deskripsi Rata-Rata Indikator Pada Pengalaman Audit.........56 5. Gambar 5.4 Deskripsi Rata-Rata Indikator Pada Variabel Tekanan

Anggaran Waktu ......................................................................58 6. Gambar 5.5 Deskripsi Rata-Rata Indikator Pada Variabel Kualitas Audit ..59

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Lampiran 1 Kuisioner Penelitian .................................................................90 2. Lampiran 2 Identitas responden .................................................................94 3. Lampiran 3 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...................................95 4. Lampiran 4 Statistika Deskriptif Tiap Variabel Penelitian ....................... 100 5. Lampiran 5 Hasil Analisis Regresi Model 1 ............................................ 109

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Audit pada sektor publik umumnya proses identifikasi masalah, analisis,

dan evaluasi yang dilakukan secara independen, objektiv, dan profesional

berdasarkan standar audit, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas,

efektivitas, efisiensi, dan keandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi

instansi pemerintah (AAIPI, 2013). Audit tersebut tidak dapat dilepaskan dari

peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai instansi pemerintah

dengan tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan pemerintah pusat

dan/atau pemerintah daerah, yang terdiri dari Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal/Inspektorat/Unit Pengawasan Intern

pada Kementerian/Kementerian Negara, Inspektorat Utama/Inspektorat Lembaga

Pemerintah Non Kementerian, Inspektorat/Unit Pengawasan Intern pada

Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara dan Lembaga Negara, Inspektorat

Provinsi/Kabupaten/Kota, dan Unit Pengawasan Intern pada Badan Hukum

Pemerintah lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dalam peran pengawasannya, APIP dituntut untuk menghasilkan audit

yang berkualitas sebagaimana kualitas audit adalah probabilitas auditor dapat

menemukan dan melaporkan kekeliruan dan ketidakberesan yang terjadi dalam

laporan keuangan yang di audit (DeAngelo, 1980). Namun Auditor APIP yang

juga adalah Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam tugasnya untuk menemukan,

melaporkan kekeliruan dan ketidakberesan yang terjadi pada laporan keuangan

2

yang di audit serta penyimpangan yang terjadi di sektor publik sering mendapat

sorotan dari masyarakat terutama hasil audit yang kurang meyakinkan dan

dianggap mencari-cari kesalahan saja.

Untuk mendukung kualitas audit tersebut, sejak tahun 2008 pemerintah

telah menerbitkan standar umum untuk meningkatkan kualitas audit APIP yang

tertuang dalam PERMENPAN No. PER/05/M.PAN/03/2008, Tanggal 31 Maret

2008 tentang kode etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah, menyatakan

bahwa: (a) pengawasan intern pemerintah merupakan salah satu unsur

manajemen Pemerintah yang penting dalam rangka mewujudkan kepemimpinan

yang baik; (b) bahwa dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik,

berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab diperlukan adanya

pengawasan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang

berkualitas; (c) bahwa dalam rangka mewujudkan adanya pengawasan oleh

APIP yang berkualitas diperlukan suatu ukuran mutu yang sesuai mandat audit

masing-masing APIP. Standar umum tersebut menunjukkan bahwa independensi

APIP serta objektivitas auditor diperlukan agar hasil audit APIP meningkat dan

berkualitas.

Namun, kenyataan di lapangan hasil audit yang dilakukan oleh APIP masih

menjadi sorotan publik. Salah satu sorotan adalah kasus Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK) menangkap dua orang auditor APIP Badan Pemeriksa Keuangan

(BPK) di Manado, Sulawesi Utara yaitu Munzir dan Bahar menerima suap

sebesar 600 juta dari Walikota Tomohon sebagai hadiah. Pemberian uang

tersebut supaya hasil audit menyatakan Wajar Dengan Pengecualian (WDP)

pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Tomohon (Sumber:

Detiknews.com, 2010). Kasus tersebut menunjukkan bahwa kerjasama auditor

3

dengan auditee bukan tidak mungkin menjadikan auditor APIP tidak jujur dalam

mengungkapkan fakta, belum lagi berbagai fasilitas yang disediakan auditee

kepada auditor selama penugasan dapat mempengaruhi kualitas audit.

Kelemahan lain yang juga sering dihadapi dalam peningkatan kualitas hasil

audit APIP adalah bagaimana auditor meningkatkan objektivitas. Pusat Pendidikan,

Pelatihan dan Pengawasan (Pusdiklatwas BPKP, 2005), menyatakan objektivitas

sebagai bebasnya seseorang dari pengaruh pandangan subyektif pihak-pihak lain

yang berkepentingan, sehingga dapat mengemukaan pendapat menurut apa

adanya. Dengan objektivitas maka mengharuskan praktisi untuk tidak

membiarkan subyektivitas, benturan-benturan kepentingan, atau pengaruh yang

tidak layak dari pihak-pihak lain yang dapat mempengaruhi pertimbangan

profesional atau pertimbangan bisnisnya (Wardhani, dkk. 2014). Hal ini

dimaksudkan untuk menjaga kualitas audit yang tinggi sehingga dapat

dipertangungjawabkan kepada para pengambil keputusan (stake holder).

Sesuai dengan standar audit untuk meningkatkan kualitas audit maka

APIP tidak hanya perlu memiliki objektivitas tetapi juga harus independen dalam

pengauditan. Standar umum kedua (SA seksi 220 dalam SPAP, 2009)

menyebutkan bahwa dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,

independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. Standar ini

mengharuskan bahwa auditor harus bersikap independen (tidak mudah

dipengaruhi), karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan

umum. Namun terjadinya kasus berskala besar seperti kasus Hambalang

(Sumber: Media Indonesia, 18 September 2013) berkaitan dengan banyaknya

nama-nama yang hilang terkait kasus proyek Hambalang telah menimbulkan

pandangan skeptis masyarakat menyangkut ketidakmampuan auditor APIP

4

dalam menjaga independensinya.

Kemampuan mengungkapkan masalah yang terjadi dalam tugas

pengauditan juga dipengaruhi oleh banyaknya pengalaman dalam bidang audit

yang dimiliki auditor APIP dalam menghasilkan kualitas audit yang lebih baik.

Banyak orang percaya bahwa semakin pengalaman seseorang dalam

pekerjaannya, maka hasil pekerjaannya semakin bagus ( Bouman dan Bradley,

1997) hal ini dikarenakan tugas berbasis pengalaman yang diperoleh dapat

meningkatkan kinerja seseorang dalam melaksanakan tugasnya (Robyn dan

Peter, 2008). Hal ini senada dengan penelitian Rahmatika (2011) bahwa seorang

auditor yang memiliki pengalaman kerja yang semakin lama akan menghasilkan

kualitas audit yang lebih baik.

Pada penugasan yang padat, tekanan anggaran waktu ( time budget

pressure) telah menjadi masalah yang serius bagi auditor berkaitan dengan

ketersediaan waktu audit. Bahkan, beberapa auditor mengalami tekanan yang

cukup besar ketika dihadapkan pada suatu penugasan audit dengan time budget

yang singkat dan tidak terukur. Bertumpuk-tumpuknya penugasan dan individu

yang bekerja dibawah tekanan anggaran waktu dengan menggunakan banyak

energi akan mempengaruhi kualitas audit menyebabkan kinerja mereka akan

cenderung buruk. Auditor cenderung akan berperilaku disfungsional dalam

melakukan penugasan audit saat berada dalam kondisi time budget pressure

(Suprianto ,2009).

Pada akhirnya hasil audit yang berkualitas menjadi hal wajib yang dijaga

agar proses pengambilan keputusan dan pertimbangan hasil audit dapat

berkualitas juga. Menurut Deis dan Giroux (1992) menyebutkan ada empat hal

dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu: (1) lama waktu

5

auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan (tenure),

semakin lama seorang auditor telah melakukan audit pada klien yang sama maka

kualitas audit yang dihasilkan akan semakin rendah, (2) jumlah klien, semakin

banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik karena auditor

dengan jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya, (3)

kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan klien maka akan ada

kecenderungan klien tersebut untuk menekan auditor agar tidak mengikuti

standar, dan (4) review oleh pihak ketiga, kualitas audit akan meningkat jika

auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direviu oleh pihak

ketiga. Dalam sektor publik, Government Accountability Office (GAO)

mendefinisikan kualitas audit sebagai ketaatan terhadap standar profesi dan

ikatan kontrak selama melaksanakan audit (Lowenshon, dkk, 2005).

Inspektorat Kabupaten/Kota merupakan bagian dari APIP yg berfungsi

untuk melakukan pengawasan, yaitu seluruh proses kegiatan audit, review,

pemantauan, evaluasi dan kegiatan pengawasan lainnya berupa asistensi,

sosialisasi dan konsultansi. Sebagai lembaga pengawasan penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah di tingkat Kabupaten/Kota dipimpin oleh seorang Inspektur

dan bertanggung jawab langsung kepada Bupati/Walikota memiliki tugas

pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintah di daerah, pelaksanaan

pembinaan atas penyelenggaraan dan pelaksanaan urusan Pemerintah Daerah

serta melaksanakan ketatausahaan Inspektorat.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukanan, maka peneliti

melakukan penelitian pada wilayah yang berbeda yaitu penelitian dilakukan pada

wilayah Kabupaten Luwu dan Luwu Utara untuk mengetahui pengaruh

6

objektivitas, independensi, pengalaman audit, dan tekanan anggaran waktu

terhadap kualitas audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,

maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah objektivitas berpengaruh terhadap kualitas hasil audit Aparat

Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)?

2. Apakah independensi berpengaruh terhadap kualitas hasil audit Aparat

Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)?

3. Apakah pengalaman audit berpengaruh terhadap kualitas hasil audit Aparat

Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)?

4. Apakah tekanan anggaran waktu berpengaruh terhadap kualitas hasil audit

Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui dan menganalisa:

1. Pengaruh objektivitas terhadap kualitas hasil audit Aparat Pengawasan

Intern Pemerintah (APIP).

2. Pengaruh independensi terhadap kualitas hasil audit Aparat Pengawasan

Intern Pemerintah (APIP).

3. Pengaruh pengalaman audit terhadap kualitas hasil audit terhadap kualitas

audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).

7

4. Pengaruh tekanan anggaran waktu terhadap kualitas hasil audit Aparat

Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk

memberikan wawasan dan pengetahuan yang dapat digunakan dalam

pengembangan ilmu lebih lanjut khususnya yang berkaitan dengan dalam

pengembangan ilmu yang berkaitan dengan objektivitas, indepensi, pengalaman

audit dan tekanan anggaran waktu terhadap kualitas hasil audit. Selain itu

diharapkan dapat menambah referensi serta dapat memberikan sumbangan

untuk penelitian berikutnya dengan demikian dapat mendorong dilakukannya

penelitian akuntansi khususnya pada sektor publik.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk menentukan

tindakan apa yang harus dilakukan oleh Inspektorat untuk meningkatkan kualitas

audit. Bagi auditor dan APIP, penelitian ini dapat memberikan masukan

mengenai pentingnya menjaga objektivitas, independensi, pengalaman audit dan

memaksimalkan tekanan anggaran waktu dalam rangka mempertahankan dan

meningkatkan kualitas audit.

8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD) Inspektorat Kabupaten Luwu dan Luwu Utara serta seluruh

anggota APIP di kedua SKPD tersebut yang selanjutnya dalam menjalankan

tugas pokok dan fungsinya melakukan pembinaan, pengawasan dan

pemeriksaan SKPD dan Pemerintahan Desa dalam kegiatan pengelolaan

keuangan daerah serta terhadap Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam rangka

ketaatan dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori dan Konsep

2.1.1 Teori Stewardship

Teori Stewardship menjelaskan bahwa kondisi dimana manajemen tidaklah

termotivasi oleh tujuan - tujuan individu tetapi lebih ditujukan pada sasaran hasil

utama mereka untuk kepentingan organisasi (Davis, Schoorman, dan

Donalson,1997). Teori Stewardship dibangun atas asumsi filosofis mengenai sifat

manusia yakni bahwa manusia pada hakekatnya dapat dipercaya, mampu

bertindak dengan penuh tanggung jawab, memiliki integritas dan kejujuran

terhadap pihak lain. Dengan kata lain bahwa teori Stewardship memandang

manajemen dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik – baiknya bagi

kepentingan publik maupun stakeholder. Inti teori Stewardship menurut Davis,

Schoorman, dan Donalson, (1997) bahwa manajemen sebagai agent adalah

pelayan (steward) akan bertindak sesuai dengan keinginan principal (publik). Hal

ini dapat dianalogikan antara pemerintah daerah sebagai steward akan bertindak

sesuai dengan kepercayaan dan kepentingan rakyat (publik).

Implikasi teori Stewardship terhadap penelitian ini berguna untuk

menjelaskan eksistensi Inspektorat Kabupaten/Kota sebagi suatu lembaga APIP

(agent) yang dapat dipercaya untuk bertindak dengan cara terbaik bagi principal

(publik) dengan melaksanakan tugas dan fungsinya dengan menghasilkan

kualitas audit yang dipercayakan kepadanya. Untuk melaksanakan tanggung

10

jawab tersebut maka steward mengerahkan semua potensi kemampuan dan

keahliannya untuk menghasilkan audit yang berkualitas.

2.1.2 Teori Atribusi

Teori Atribusi merupakan teori yang menjelaskan tentang perilaku

seseorang. Frits Heider sebagai pencetus teori atribusi, berpendapat bahwa

perilaku seseorang merupakan kombinasi antara kekuatan internal dan kekuatan

eksternal.Teori atribusi adalah sebuah teori yang menjelaskan bagaimana cara

menentukan penyebab atau motif perilaku seseorang. Pada dasarnya, ketika

mengamati perilaku individu, kita dapat melihat apakah hal tersebut disebabkan

oleh pengaruh eksternal ataupun internal (Robbins, 1996).

Pengaruh internal menyebabkan perilaku individu diyakini berada di

bawah kendali pribadi masing-masing individu tersebut, seperti: kemampuan,

pengetahuan, pengalaman dan usaha. Sedangkan pengaruh eksternal

menyebabkan perilaku individu sebagai akibat sebab-sebab dari luar atau

dipaksa oleh situasi, seperti: keberuntungan, kesempatan, dan lingkungan

(Robbins, 1996). Penentuan penyebab perilaku apakah merupakan atribusi

internal/eksternal dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: 1). Konsensus (consensus):

perilaku yang ditunjukkan jika semua orang yang menghadapi situasi yang

serupa merespon dengan cara yang sama, 2). Kekhususan (distincveness):

perilaku yang ditunjukkan individu berlainan dalam situasi yang berlainan. 3).

Konsistensi (consistency): perilaku yang sama dalam tindakan seseorang dari

waktu ke waktu.

Relevansi teori atribusi dalam penelitian ini adalah bahwa seseorang

dalam melakukan audit dipengaruhi oleh faktor – faktor internal dan

11

ekternal. Faktor internal merupakan perasaan yang dialami oleh auditor yang

mempengaruhi objektivitas mereka. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor

yang berada diluar kendalinya yaitu keberuntungan, kesempatan, dan

lingkungan.

2.1.3 Teori Kebutuhan Maslow

Maslow merumuskan lima jenjang kebutuhan manusia, sebagaimana

dijelaskan sebagai berikut (Wahjosumidjo, 1987) yaitu: (1) Kebutuhan

mempertahankan hidup (Physiological Needs). Kebutuhan ini tampak pada tiga

hal yaitu sandang, pangan, dan papan. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan

primer untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan biologi, (2) Kebutuhan rasa

aman (Safety Needs). Manifestasi kebutuhan ini antara lain adalah kebutuhan

akan keamanan jiwa, di mana manusia berada, kebutuhan keamanan harta,

perlakuan yang adil, pensiun, dan jaminan hari tua, (3) Kebutuhan sosial (Social

Needs). Manifestasi kebutuhan ini antara lain tampak pada kebutuhan akan

perasaan diterima oleh orang lain (sense of belonging), kebutuhan untuk maju

dan tidak gagal (sense of achievement), kekuatan ikut serta (sense of

participation), (4) Kebutuhan akan penghargaan/prestise (esteem needs),

semakin tinggi status, semakin tinggi pula prestisenya. Prestise dan status ini

diwujudkan dalam banyak hal, misalnya mobil, kamar kerja yang full AC, dan

lain-lain,(5) Kebutuhan mempertinggi kapasitas kerja (self actualization),

kebutuhan ini bermanifestasi pada keinginan mengembangkan kapasitas mental

dan kerja melalui seminar, konferensi, pendidikan akademis, dan lain-lain.

12

Relevansi teori kebutuhan Maslow terhadap penelitian ini, dapat

menjelaskan bahwa eksistensi Inspektorat Kabupaten/Kota sebagai suatu

lembaga (agent) yang dapat dipercaya untuk bertindak sesuai dengan

kepentingan publik (principal), haruslah mendapat dukungan oleh APIP lainnya

yang memiliki wawasan yang memadai, kemampuan teknis yang diandalkan dan

integritas yang tinggi, terkait dengan pengetahuan yang memadai, mutu personel

yang baik dan keahlian khusus audit sebagai potensi yang dimilikinya untuk

menghasilkan kinerja terbaiknya termasuk kualitas audit yang hendak dihasilkan

oleh auditor.

Personil APIP dalam melaksanakan tugas auditnya sejalan dengan teori

kebutuhan Maslow yaitu adanya usaha auditor untuk pemenuhan kebutuhan

akan aktualisasi diri (self actualization) terhadap dirinya, lingkungan kerja dan

lingkungan sosialnya sebagai kebutuhan yang dirasakan dengan menggunakan

kemampuan, keahlian dan potensi dirinya secara maksimal.

2.1.4 Theory of Planned Behavior

Theory of Planned Behavior (Teori Perilaku Terencana) dikembangkan

oleh Icek Ajzen (1985). Menurut Ajzen niat untuk melakukan berbagai jenis

perilaku dapat diprediksi dengan tingkat keakuratan yang tinggi dari sikap

seseorang terhadap perilaku, norma subyektif, dan kontrol perilaku yang

dirasakan. Teori ini digunakan untuk memprediksi apakah seseorang akan

melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku, memprediksi dan memahami

dampak niat berperilaku, serta mengidentifikasi strategi untuk merubah perilaku.

Teori Perilaku Terencana ini diperkenalkan oleh Icek Ajzen dengan

menambahkan komponen baru yaitu kontrol perilaku (perceived behavioral

13

control) dengan memperluas theory of reasoned action untuk menutupi perilaku

non-kehendak. Dalam Teori Perilaku Terencana, perilaku yang ditampilkan

individu timbul karena adanya intensi untuk berperilaku. Intensi individu untuk

menampilkan suatu perilaku adalah kombinasi dari sikap untuk menampilkan

perilaku tersebut dan norma subjektif. Sikap individu terhadap perilaku meliputi

kepercayaan mengenai suatu perilaku, evaluasi terhadap hasil perilaku,

normasubjektif, kepercayaan-kepercayaan normatif dan motivasi untuk patuh.

Theory of planned behavior memperhitungkan bahwa niat individu untuk

melakukan suatu tindakan atau berperilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu: 1) Sikap Terhadap Perilaku (Atitude TowardThe Behavior) Individu akan

bertindak atau berprilaku sesuai dengan sikap yang melekat dalam dirinya

terhadap suatu perilaku. Sikap terhadap perilaku yang dianggap positif, nantinya

akan dijadikan pilihan individu untuk membimbingnya dalam berperilaku di

kehidupannya. 2) Norma Subyektif (Subjective Norm) Persepsi individu tentang

perilaku tertentu, yang dipengaruhi oleh penilaian orang lain yang signifikan. 3)

Persepsi kontrol perilaku (Perceived Behavioral Control). Kontrol perilaku

mengacu pada persepsi-persepsi individu akan kemampuannya untuk

mewujudkan suatu perilaku tertentu.

Implikasi Theory of planned behavior terhadap penelitian ini, bahwa

seseorang yang memiliki indepedensi (dalam dimensi dedikasi terhadap profesi)

yang baik cenderung akan memiliki keyakinan yang relatif stabil dalam segala

situasi. Studi yang dilakukan oleh Firth (1980), misalnya mengemukakan alasan

bahwa, jika auditor tidak terlihat independen, maka pengguna laporan keuangan

semakin tidak percaya atas laporan keuangan yang dihasilkan auditor dan opini

14

auditor tentang laporan keuangan perusahaan yang diperiksa menjadi tidak ada

nilainya.

Sejalan dengan Arens dan Loebbecke, Mulyadi (2008) menguraikan

independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan

oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi auditor didasari

dengan sikap yang melekat dalam dirinya terhadap suatu perilaku, maka sebagai

seorang profesional yang berdedikasi terhadap profesi atau pekerjaan harus

menilai segala jenis perilaku yang positif dengan menggunakan peraturan dan

kode etik yang berlaku dalam profesinya. Dengan demikian mereka telah

memiliki sikap independensi terhadap perilaku yang baik dan menjunjung profesi

karena telah bekerja dengan berdasarkan peraturan yang ada dan kode etik

profesi.

Selain independensi, tekanan anggaran waktu (time budget pressure)

merupakan ancaman bagi auditor yang memungkinkan auditor melakukan

disfungsional audit yang berakibat penurunan kualita audit. Menurut perceived

behavioral control dalam theory planned of behavior, auditor diharuskan memiliki

kendali sepenuhnya atas setiap perilakunya, sehingga disetiap penugasan audit

tekanan waktu tidaklah menjadi ancaman yang berarti bagi seorang auditor

dalam meyelesaikan tugas auditnya, dengan demikian auditor akan mudah

memunculkan tingkah laku tertentu yaitu tingkah menjalankan tugas audit sesuai

prosedur program audit kemudian mampu menghasilkan dan mempertahankan

kualitas auditnya.

15

2.1.5 Objektivitas

Semakin tinggi objektivitas auditor, maka semakin baik kualitas auditnya.

Hubungan keuangan dengan klien dapat mempengaruhi objektivitas dan dapat

mengakibatkan pihak ketiga berkesimpulan bahwa objektivitas auditor tidak

dapat dipertahankan (Mabruri dan Winarna, 2010). Dengan adanya kepentingan

keuangan, seorang auditor jelas berkepentingan dengan laporan hasil

pemeriksaan yang diterbitkan. Objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil,

tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias dan bebas

kepentingan atau berada dibawah pengaruh pihak lain. (Mulyadi, 2002).

Hal ini senada dengan Pusdiklatwas BPKP (2005), menyatakan bahwa

objektivitas sebagai bebasnya seseorang dari pengaruh pandangan subyektif

pihak-pihak lain yang berkepentingan, sehingga dapat mengemukaan pendapat

menurut apa adanya. Unsur perilaku yang dapat menunjang objektivitas antara

lain (1) dapat diandalkan dan dipercaya, (2) tidak merangkap sebagai panitia

tender, kepanitiaan lain dan atau pekerjaan-pekerjaan lain yang merupakan

tugas operasional obyek yang diperiksa, (3) Tidak berangkat tugas dengan niat

untuk mencari-cari kesalahan orang lain, (4) dapat mempertahankan kriteria dan

kebijaksanaan-kebijaksanaan yang resmi, serta (5) dalam bertindak maupun

mengambil keputusan didasarkan atas pemikiran yang logis.Sukrisno Agoes

(2012:19) menyatakan bahwa objektivitas adalah suatu keyakinan, kualitas yang

memberikan nilai bagi jasa/ pelayanan auditor. Objektivitas merupakan suatu ciri

yang membedakan profesi akuntan dengan profesi-profesi lain. Prinsip

objektivitas menetapkan suatu kewajiban bagi auditor untuk tidak memihak, jujur

secara intelektual, dan bebas dari konflik kepentingan. Objektiv menurut Standar

APIP yaitu auditor harus memiliki sikap yang netral dan tidak bias serta

16

menghindari konflik kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan dan

melaporkan penugasan yang dilakukannya. Prinsip objektivitas mensyaratkan

agar auditor melaksanakan audit dengan jujur dan tidak mengkompromikan

kualitas. Pimpinan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) tidak

diperkenankan menempatkan auditor dalam situasi yang membuat auditor tidak

mampu mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan

profesionalnya. Auditor yang independen akan memungkinkan yang

bersangkutan bersikap objektiv (Standar Audit Intern Pemerintahan, Seksi 1120).

2.1.6 Independensi

Pernyataan standar umum dalam SPKN yang menyatakan bahwa: dalam

semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa

dan pemeriksa harus bebas dalam sikap dan penampilan dari gangguan pribadi,

ekstren dan organisasi yang mempengaruhi independensinya. Independensi

dalam lampiran 2 (dua) SPKN disebutkan bahwa gangguan pribadi yang

disebabkan oleh suatu hubungan dan pandangan pribadi mungkin

mengakibatkan pemeriksa membatasi lingkup pertanyaan dan pengungkapan

atau melemahkan temuan dalam segala bentuknya. Pemeriksa

bertanggungjawab untuk memberitahukan kepada pejabat yang berwenang

dalam organisasi pemeriksanya apabila memiliki gangguan pribadi terhadap

independensi. Gangguan pribadi dari pemeriksa secara individu meliputi antara

lain:(a) memiliki hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah, atau semenda

sampai dengan derajat kedua dengan jajaran manajemen entitas atau program

yang diperiksa atau sebagai pegawai dari entitas yang diperiksa, dalam posisi

17

yang dapat memberikan pengaruh langsung dan signifikan terhadap entitas atau

program yang diperiksa, (b) memiliki kepentingan keuangan baik secara

langsung maupun tidak langsung pada entitas atau program yang diperiksa, (c)

pernah bekerja atau memberikan jasa kepada entitas atau program yang

diperiksa dalam kurun waktu dua tahun terakhir, (d) mempunyai hubungan

kerjasama dengan entitas atau program yang diperiksa, (e) terlibat baik secara

langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan obyek pemeriksaan, seperti

memberikan asistensi, jasa konsultasi, pengemangan sistem, menyusun

dan/atau mereviu laporan keuangan entitas atau program yang diperiksa.

Independensi dalam Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah

(SAAPI) memiliki arti bahwa posisi auditor ditempatkan secara tepat sehingga

bebas dari intervensi, dan memperoleh dukungan yang memadai dari pimpinan

tertinggi organisasi sehingga dapat bekerja sama dengan auditi dan

melaksanakan pekerjaan dengan leluasa. Standar Audit Aparat Pengawasan

Intern Pemerintah (APIP) Seksi 2110 – Independensi APIP dijelaskan bahwa:

pimpinan APIP bertanggung jawab kepada pimpinan tertinggi organisasi agar

tanggung jawab pelaksanaan audit dapat terpenuhi. Posisi APIP ditempatkan

secara tepat sehingga bebas dari intervensi, dan memperoleh dukungan yang

memadai dari pimpinan tertinggi organisasi sehingga dapat bekerjasama dengan

auditi dan melaksanakan pekerjaan dengan leluasa.Meskipun demikian, APIP

harus membina hubungan kerja yang baik dengan auditee terutama dalam saling

memahami diantara peranan masing-masing lembaga.

Independensi memiliki tiga dimensi, yaitu independensi dalam pelaksanaan

audit, independensi dalam melakukan pemeriksaan dan independensi dalam

membuat laporan. Independensi dalam pelaksanaan audit meliputi bebas dari

18

campur tangan dan intervensi yang membatasi, menetapkan dan mengurangi

berbagai bagian audit; bebas dari campur tangan dengan atau sikap yang tidak

kooperatif yang berkaitan dengan prosedur yang dipilih dan bebas dari berbagai

usaha yang dikaitkan dengan pekerjaan audit untuk me-review selain dari yang

diberikan dalam proses audit. Independensi auditor juga dipengaruhi oleh ukuran

klien dan pemberian hadiah (Pany dan Reckers, 1980). Independensi sebagai

keadaan bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak

tergantung pada orang lain dan akuntan publik yang independen haruslah

akuntan publik yang tidak terpengaruh dan tidak dipengaruhi oleh berbagai

kekuatan yang berasal dari luar diri akuntan dalam mempertimbangkan fakta

yang dijumpainya dalam pemeriksaan (Mulyadi, 1992). Hal ini senada dengan

Nurhayanto dkk (2009) yang mengatakan auditor yang independent adalah

auditor yang mandiri atau tidak tergantung pada sesuatu yang lain atau tidak bias

dalam bersikap.

2.1.7 Pengalaman Audit

Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan penambahan

perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non

formal atau bisa juga diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang

kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi (Knoers dan

Haditono, 1999). Pengalaman akan mengurangi pengaruh informasi yang tidak

relevan dalam pertimbangan (judgment) auditor. Auditor yang berpengalaman

(partner dan manager) dalam membuat pertimbangan (judgment)tidakdapat

dipengaruhi oleh kehadiran informasi yang tidak relevan. Sedangkan auditor

19

yang kurang berpengalaman membuat pertimbangan (judgment) dipengaruhi

olehkehadiran informasi yang tidak relevan (Shelton,1999).

Pengalaman dari seorang auditor merupakan komponen yang penting

karena pengalaman merupakan suatu faktor yang sangat vital yang

mempengaruhi keputusan yang kompleks. Di bidang audit, pengalaman auditor

merupakan faktor penting yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaannya.

Pengalaman adalah salah satu penentu utama yang mempengaruhi efisiensi

kinerja dalam praktek professional. Semakin tinggi pengalaman auditor, maka

semakin tinggi kualitas pengambilan keputusan audit (Abdolmohammadi dan

Wright dalam Aris Eddy Sarwono, 2006). Pengalaman bagi para auditor

merupakan unsur penting dalam menjalankan tugasnya. Auditor yang profesional

harus mempunyai pengalaman yang cukup tentang tugas dan

tanggungjawabnya. Profesionalisme, kinerja komitmen terhadap organisasi serta

kualitas auditor diperolehnya dari pengalaman melakukan audit (Libby dan

Frederick, 1990).

Auditor berpengalaman akan mempunyai pemahaman yang lebih baik,

mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas kesalahan-

kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat mengelompokkan kesalahan

berdasarkan pada tujuan audit dan struktur sistem akuntansi yang mendasari.

Butt (1983) juga mengungkapkan bahwa auditor yang berpengalaman akan

membuat pertimbangan yang relatif lebih baik dalam melaksanakan tugas –

tugas profesionalnya daripada auditor yang kurang berpengalaman. Hal tersebut

akan membantu seorang auditor dalam membuat pertimbangan yang lebih

baik.Hal ini juga di pertegas oleh Haynes dkk (1983) yang menemukan bahwa

20

pengalaman audit yang dimiliki auditor ikut berperan dalam menentukan

pertimbangan yang diambil.

2.1.8 Tekanan Anggaran Waktu

Tekanan anggaran waktu adalah suatu keadaan yang menunjukkan auditor

dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah

ditetapkan atau mendapat pembatasan waktu dengan anggaran yang cenderung

ketat dan kaku (DeZoort, 1998). Tuntutan tersebut menyebabkan timbulnya

tekanan dalam anggaran waktu. Kelley dan Marghem (1990) mengatakan

bahwa anggaran waktu audit yang ketat dapat mengakibatkan auditor merasakan

tekanan anggaran waktu audit dalam pelaksanaan program audit. Tekanan

anggaran waktu tersebut terjadi akibat ketidakseimbangan antara anggaran

waktu audit yang tersedia dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan

program audit. Ketidakseimbangan antara anggaran waktu audit yang tersedia

dan waktu yang dibutuhkan menyebabkan menurunnya efektifitas dan efisiensi

kegiatan pengauditan (McDaniel, 1990). Auditor akan memberikan respon

dengan dua cara ketika menghadapi tekanan waktu, yaitu: fungsional dan

disfungsional.Tipe fungsional adalah perilaku auditor untuk bekerja lebih baik dan

menggunakan waktu sebaik-baiknya dalam melakukan tugasnya. Hal ini senada

dengan Otley & Pierce (1996), menyatakan bahwa auditor yang menghadapi

tekanan waktu dapat merespon dalam dua cara yaitu dengan bekerja lebih

keras, atau semakin efisien dalam menggunakan waktu. Apabila diperlukan,

auditor dapat meminta waktu tambahan pada atasan. Kualitas audit bisa menjadi

semakin buruk bila alokasi waktu yang dianggarkan tidak realistis dengan

21

kompleksitas audit yang diembannya, namun apabila alokasi waktu dilakukan

dengan tepat justru berfungsi sebagai mekanisme control dan suatu indikator

keberhasilan bagi kinerja auditor dan kantor akuntan publik (Cook & Kelly, 1991).

2.1.9 Kualitas Audit

Menurut Deis dan Giroux (1992) menyebutkan ada empat hal dianggap

mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu: (1) lama waktu auditor telah

melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan (tenure), semakin lama

seorang auditor telah melakukan audit pada klien yang sama maka kualitas audit

yang dihasilkan akan semakin rendah, (2) jumlah klien, semakin banyak jumlah

klien maka kualitas audit akan semakin baik karena auditor dengan jumlah klien

yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya, (3) kesehatan keuangan klien,

semakin sehat kondisi keuangan klien maka akan ada kecenderungan klien

tersebut untuk menekan auditor agar tidak mengikuti standar, dan (4) review oleh

pihak ketiga, kualitas audit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui

bahwa hasil pekerjaannya akan direviu oleh pihak ketiga. Dalam sektor publik,

Government Accountability Office (GAO) mendefinisikankualitas audit sebagai

ketaatan terhadap standar profesi dan ikatan kontrak selama melaksanakan audit

(Lowenshon et al., 2005). Standar audit menjadi bimbingan dan ukuran kualitas

kinerja auditor (Messier, dkk. 2005). Menurut Peraturan MenteriNegara

Pendayagunaan Aparatur Negara nomor PER/05/M.PAN/03/2008, pengukuran

kualitas audit atas laporan keuangan, khususnya yang dilakukan oleh APIP,

wajib menggunakan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Dalam

lampiran 3 SPKN disebutkan bahwa besarnya manfaat yang diperoleh dari

22

pekerjaan pemeriksaan tidak terletak pada temuan pemeriksaan yang dilaporkan

atau rekomendasi yang dibuat, tetapi terletak pada efektivitas penyelesaian yang

ditempuh oleh entitas yang diperiksa. Manajemen entitas yang diperiksa

bertanggung jawab untuk menindaklanjuti rekomendasi serta menciptakan dan

memelihara suatu proses dan sistem ini formasi untuk memantau status tindak

lanjut atas rekomendasi pemeriksa dimaksud. Jika manajemen tidak memiliki

cara semacam itu, pemeriksa wajib merekomendasikan agar manajemen

memantau status tindak lanjut atas rekomendasi pemeriksa

AAA Financial Accounting Commite (2000), menyatakan bahwa kualitas

audit ditentukan oleh 2 (dua) hal yaitu kompetensi (keahlian) dan independensi.

Kedua hal tersebut berpengaruh langsung terhadap kualitas audit. Persepsi

pengguna laporan keuangan atas kualitas audit merupakan fungsi dari persepsi

mereka atas independensi dan keahlian auditor, sedangkan Ikatan Akuntan

Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang di lakukan auditor dikatakan

berkualitas jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian

mutu.Mihret dan Yismaw’s (2007) menyatakan bahwa kualitas audit internal

ditentukan oleh fungsi dari tingkat keahlian staf, ruang lingkup layanan yang

diberikan dan sejauh mana audit telah direncanakan dengan baik, dilaksanakan

dan dikomunikasikan. Copley dan Doucet (1993) menjelaskan kualitas audit

ditentukan oleh kesesuaian dengan standar profesional pelaporan dan pekerjaan

lapangan. Budaya dan lingkungan kerja organisasi sering memberikan kontribusi

positif terhadap kualitas audit. Kualitas audit akan mengalami suatu peningkatan

saat pimpinan organisasi tersebut: Menciptakan lingkungan yang mempunyai

nilai baik bagi auditor maupun bagi perusahaan audit. Pimpinan meyakinkan

kepada jajaran pimpinan dan staf auditor memiliki waktu yang cukup untuk

23

menyelesaikan pemeriksaan secara efektif dan profesional sesuai dengan

standar pemeriksaan. Pertimbangan keuangan tidak akan mempengaruhi

keputusan atau dijadikan alasan untuk mengurangi kualitas hasil audit. Pimpinan

menetapkan system penilaian dan pemberian penghargaan untuk rekan dan staf

auditor yang menunjukkan prestasi dalam meningkatkan kualitas audit.

Kualitas audit ditentukan dalam hal kepatuhan terhadap standar audit

pemerintah. Kerangka kerja kualitas audit yang dikembangkan UK Financial

Reporting Council (FRC) dalam Hariyati (2011) meliputi: budaya dan lingkungan

kerja organisasi sering memberikan kontribusi positif terhadap kualitas audit.

Kualitas audit akan mengalami suatu peningkatan saat pimpinan organisasi

menciptakan lingkungan yang mempunyai nilai baik bagi auditor maupun bagi

perusahaan audit. Government Accountability Office (GAO 1987: 11)

menyatakan kriteria umum yang digunakan dalam kualitas hasilaudit

menunjukkan keberadaan (kualitas yang dapat diterima) atau tidak (kualitas tidak

dapat diterima) dari laporan - laporan dan prosedur audit yang diperlukan

berdasarkan ketentuan program bantuan federal. Pertimbangan keuangan

perusahaan audit tidak akan mempengaruhi keputusan atau dijadikan alasan

untuk mengurangi kualitas hasil audit. Pimpinan menetapkan sistem penilaian

dan pemberian penghargaan untuk rekan dan staf auditor yang menunjukkan

prestasi dalam meningkatkan kualitas audit.Laporan hasil audit yang dapat

diandalkan dan bermanfaat dengan kriteria yaitu disajikan secara jelas dan tidak

mengundang penafsiran ganda terhadap opini auditor dan memenuhi kebutuhan

pengguna laporan keuangan sesuai hukum dan peraturan yang berlaku.

Komunikasi dengan komite audit membahas mengenai lingkup

pemeriksaan,pertimbangan yang mendasari opini, resiko kunci yang mampu

24

diidentifikasikan, aspek kualitatif dari entitas akuntansi dan pelaporan sampai

dengan upaya untuk meningkatkan laporan keuangan klien. Prinsip laporan audit

harus mampu menyakinkan manajemen, memberikan peringatan kepada

manajemen, memberikan saran kepada manajemen dan mendukung langkah

perbaikan yang dibuat manajemen (BPKP, 2009:149).

Kualitas audit harus tepat waktu, lengkap, akurat, obyektif, menyakinkan,

serta jelas dan seringkas mungkin. Standar pemeriksaan keuangan negara

nomor 3 alinea 24 menyatakan definisi kualitas audit yaitu bahwa laporan hasil

audit yang memuat adanya kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan,

penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan, dan

ketidakpatutan, harus dilengkapi tanggapan dari pimpinan atau pejabat yang

bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa mengenai temuan dan

rekomendasi serta tindakan koreksi yang direncanakan (BPKP, 2009:155). Cara

yang paling efektif untuk menjamin bahwa suatu laporan hasil audit telah dibuat

secara wajar, lengkap, dan obyektif adalah dengan mendapatkan reviu dan

tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang

diperiksa. Pejabat yang bertanggungjawab memberikan tanggapan atau

pendapat hanya mencakup kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan,

penyimpangan terhadap ketentuan perundang-undangan, atau tidak

ketidakpatutan yang dilaporkan oleh pemeriksa, tetapi juga tindakan perbaikan

yang direncanakan.

2.1.10 Pengertian Audit

Auditing didefinisikan sebagai proses pengumpulan dan pengevaluasian

bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi

25

yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat

menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-

kriteria yang telah didapatkan (Arens dan Loebbecke, 1997:1). Sedangkan, audit

pada sektor publik didefinisikan sebagai suatu proses sistematik secara objektif

untuk melakukan pengujian keakuratan dan kelengkapan informasi yang

disajikan dalam suatu laporan keuangan organisasi sektor publik (Bastian,

2014:4). Menurut AAIPI, Standar Audit Intern Pemerintah yaitu adalah proses

identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen,

objektif, dan profesional berdasarkan standar audit, untuk menilai kebenaran,

kecermatan, kredibilitas, efektivitas, efisiensi, dan keandalan informasi

pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah.

Mulyadi (2009:9) mengatakan bahwa audit adalah suatu proses

sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai

pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan

untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut

dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada

pemakai yang berkepentingan. Mulyadi (2002:9), menyebutkan beberapa unsur-

unsur audit: (1) Suatu proses sistematis, artinya audit merupakan suatu langkah

atau prosedur yang logis, berkerangka dan terorganisasi, (2) Untuk memperoleh

dan mengevaluasi bukti secara objektif, (3) Pernyataan mengenai kegiatan dan

kejadian ekonomi, (4) Menetapkan tingkat kesesuaian (5) Kriteria yang telah

ditetapkan, (6) Penyampaian hasil (atestasi), (7) Pemakai yang berkepentingan.

Audit dibagi menjadi tiga golongan yaitu sebagai berikut: Pertama, audit laporan

keuangan (financial audit), merupakan audit yang menjamin sistem akuntansi

dan pengendalian keuangan berjalan secara efisien dan tepat serta transaksi

26

keuangan diotorisasi serta dicatat secara benar. Kedua, audit kepatuhan

(compliance audit), merupakan audit yang memverifikasi/memeriksa bahwa

pengeluaran-pengeluaran untuk pelayanan masyarakat telah disetujui dan telah

sesuai dengan undang-undang peraturan. Ketiga, audit kinerja (performance

audit), merupakan perluasan dari audit keuangan dalam tujuan dan prosedurnya

(Halim dan Ikbal, 2012:65).

2.1.11 Audit di Lingkungan Pemerintahan

Pemerintah berbeda dengan private sektor dalam beberapa hal,

termasuk sifat operasinya, akuntansinya, dan pelaporan keuangannya. Unit

pemerintahan berbeda dari private sektor/organisasi komersil, yaitu: ketiadaan

motif mencari untung, kepemilikan kolektif dari para constituen (rakyat adalah

pemilik), yang tidak berbagi secara proporsional dalam penyediaan barang atau

jasa bagi pemerintah (Samelson, dkk. 2006) dan adanya proses politik yang

mempengaruhi proses pengambilan keputusan (Freeman dan Shoulders, 2003).

Senada dengan lingkungan akuntansi pemerintahan oleh Kawedar

(2008) yang menyatakan bahwa lingkungan operasional organisasi pemerintah

berpengaruh terhadap karakteristik tujuan akuntansi dan pelaporan

keuangannya. Ciri utama menurut Kawedar (2008) adalah struktur pemerintahan

dan pelayanan yang diberikan meliputi: a). Bentuk umum pemerintahan dan

pemisahan kekuasaan, b). Sistem pemerintahan otonomi dan transfer

pendapatan antar pemerintah, c). Adanya pengaruh proses politik, d). hubungan

antara pembayaran pajak dengan pelayanan pemerintah. Hal tersebut

mengakibatkan prosedur audit pada unit pemerintahan akan lebih kompleks

27

dibandingkan prosedur audit pada perusahaan atau private sektor. Prosedur

audit dalam hal ini merupakan kegiatan pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak

yang memiliki independensi dan memiliki kompetensi professional untuk

memeriksa apakah laporan keuangan dan hasil kinerja yang disusun pemerintah

telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Badan Pemerikasaan

Keuangan (BPK) mendefinisikan pemeriksaan sebagai proses identifikasi

masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif, dan

professional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran,

kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan

tanggung jawab keuangan negara/daerah. Prosedur audit pada unit

pemerintahan harus ditingkatkan atau diubah untuk menjawab permasalahan-

permasalahan unik yang ada pada pemerintahan yaitu dana akuntansi,

penganggaran, kepatuhan terhadap hukum dan regulasi..

Pada perikatan pemerintahan, auditor harus mengikuti Standar Audit

Intern Pemerintah Indonesia yang diamanatkan dalam pasal 53 Peraturan

Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalain Intern

Pemerintah bahwa: (1). Untuk menjaga mutu hasil audit yang dilaksanakan

aparat pengawasan intern pemerintah, disusun standar audit. (2). Setiap pejabat

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1) wajib melaksanakan audit

sesuai dengan standar audit sebagaimana dimaksud pada ayat 1. (3). Standar

audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh organisasi profesi

auditor dengan mengacu pada pedoman yang ditetapkan oleh pemerintah.

Penekanan pada kualitas hasil audit menyebabkan aparat pengawasan

intern pemerintah memerlukan proses audit yang berbeda dibandingkan sektor

28

private (dengan beberapa pertimbangan-pertimbangan) khususnya dalam hal

atribut- atribut kualitas audit (Carcello, dkk, 1992).

2.1.12 Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)

Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) adalah aparatur sipil

negara yang melakukan tugas audit dan dalam menjalankan tugas auditnya wajib

mentaati kode etik APIP yang berkaitan dengan statusnya sebagai aparatur sipil

negara dan standar audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)

sebagimana diatur dalam Permenpan No. PER/ 04.M.PAN/03/ 2008 dan No.

PER/05/M.PAN/03/2008. Tanggal 31 Maret 2008, yang terdiri dari:

1. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang

bertanggung jawab kepada Presiden.

2. Inspektorat Jenderal (Itjen)/ Inspektorat Utama (Ittama) yang bertanggung

jawab kepada Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen

(LNPD).

3. Inspektorat Pemerintah Provinsi yang bertanggung jawab kepada Gubernur,

4. Inspektorat Pemerintah Kabupaten/kota yang bertanggung jawab kepada

Bupati/ Walikota.

2.2 Tinjauan Empiris

2.2.1 Penelitian Terdahulu

Sebagaimana yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu

menurut Sukriah, dkk. (2009) menunjukkan menunjukkan bahwa objektivitas

berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hal ini sejalan dengan

29

penelitian yang dilakukan oleh Mabruri dan Winarna (2010) yang juga

menunjukkan bahwa objektivitas berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas

hasil audit. Semakin tinggi tingkat objektivitas auditor, maka semakin baik

kualitas hasil pemeriksaannya.

Alim, dkk (2007) menemukan bahwa independensi berpengaruh signifikan

terhadap kualitas audit. Penelitian Achyarsyah (2015), menemukan bahwa

independensi audit atas laporan keuangan berpengaruh positif terhadap kualitas

audit dan dengan indenpendensi audit maka kualitas dapat dipertahankan.

Singgih dan Bawono (2010) menemukan bahwa independensi berpengaruh

secara simultan terhadap kualitas audit dalam penelitiannya tentang pengaruh

independensi, pengalaman, due professional care dan akuntabilitas terhadap

kualitas audit. Christiawan, Yulius Rogi (2002) menunjukkan bahwa kualitas audit

ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi. Penelitian Alim, dkk

(2007), berhasil membuktikan bahwa independensi berpengaruh signifikan

terhadap kualitas audit

Penelitian Lauw Tjun Tjun, dkk (2012), menemukan bahwa pengalaman

berpengaruh terhadap kualitas audit. Hasil tersebut menunjukkan semakin lama

masa kerja auditor maka semakin baik pula kualitas audit yang dihasilkan. Hasil

penelitian. Hal ini berarti bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki

independensi yang baik. Abdolmohamadi dan Wrighy (1987) menemukan bahwa

auditor yang berpengalaman akan membuat jugment yang relatif lebih baik

dalam tugas-tugas profesionalnya. DeZoort dan Lord (1997) menemukan bahwa

tekanan waktu akan menyebabkan auditor memberikan respon dengan dua cara,

yaitu: fungsional dan disfungsional. Tipe fungsional adalah perilaku auditor untuk

bekerja lebih baik dan menggunakan waktu sebaik-baiknya. Hal tersebut sesuai

30

dengan Glover (1997) yang mengatakan bahwa anggaran waktu diidentifikasikan

sebagai suatu potensi untuk meningkatkan audit judgment dengan mendorong

auditor untuk memilih informasi yang relevan dan menghindari judgment yang

tidak relevan. Sedangkan tipe dis-fungsional adalah perilaku menyimpang yang

dapat dilakukan auditor ketika melakukan anggaran waktu yang ketat

menyebabkan auditor melakukan perilaku penyimpang dalam pelaksanaan

program audit (Kelly dan Margheim, 1990). Tekanan anggaran waktu tersebut

terjadi akibat adanya ketidakseimbangan antara anggaran waktu audit yang

tersedia dan waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian program audit. Svenson

dan Edland (1987), menemukan bahwa dalam tekanan waktu, auditor

memberikan pertimbangan lebih besar kepada atribut yang paling penting dalam

pembuatan keputusan, sehingga dalam tekanan anggaran waktu auditor akan

mempertimbangkan risiko kesalahan dalam memutuskan apakah menggunakan

perilaku penurunan kualitas audit atau tidak. Rustiarini (2013) dalam

penelitiannya menunjukkan bahwa tekanan anggaran waktu tidak berpengaruh

pada kinerja auditor dan meskipun dihadapkan pada masalah tekanan waktu,

auditor justru memberikan respon positif dengan melakukan pekerjaan sebaik-

baiknya dalam batasan waktu yang diberikan.

31

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Pemikiran

Kualitas hasil audit sektor publik khususnya yang dilakukan oleh APIP

sangat penting artinya mendukung tanggungjawab pengelolaan keuangan

negara yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam upaya memenuhi tuntutan

akuntabilitas publik dan good governance sehingga pemerintah daerah yang

bersangkutan memperoleh kepercayaan dari masyarakat atau publik. Kualitas

audit merupakan fungsi jaminan dimana kualitas tersebut akan digunakan untuk

membandingkan kondisi yang sebenarnya dengan yang seharusnya (Russel,

2000). Kondisi sebenarnya dengan yang seharusnya merupakan penilain

objektifitas auditor yang pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor internal dan

ekternal ketika melakukan pekerjaan.Teori atribusi memberikan gambaran

bagimana kita dapat melihat apakah hal tersebut disebabkan oleh pengaruh

eksternal ataupun internal (Robbins, 1996). Frits Heider sebagai pencetus teori

atribusi, berpendapat bahwa perilaku seseorang merupakan kombinasi antara

kekuatan internal dan kekuatan ekternal. Pengaruh internal menyebabkan

perilaku individu diyakini berada di bawah kendali pribadi masing-masing individu

tersebut, seperti: kemampuan, pengetahuan, dan usaha. Sedangkan pengaruh

eksternal menyebabkan perilaku individu sebagai akibat dan sebab-sebab dari

luar atau dipaksa oleh situasi, seperti: keberuntungan, kesempatan, dan

lingkungan (Robbins, 1996). Teori kebutuhan Maslow memberikan gambaran

bahwa eksistensi Inspektorat Kabupaten/Kota sebagai suatu lembaga (agent)

32

yang dapat dipercaya untuk bertindak sesuai dengan kepentingan publik

(principal), haruslah mendapat dukungan oleh APIP lainnya yang memiliki

wawasan yang memadai, kemampuan teknis yang diandalkan dan integritas

yang tinggi, terkait dengan pengetahuan yang memadai, mutu personel yang

baik dan keahlian khusus audit sebagai potensi yang dimilikinya untuk

menghasilkan kinerja terbaiknya termasuk kualitas audit yang hendak dihasilkan

oleh auditor. Penelitian ini juga menggunakan Teori Perilaku Terencana (Theory

of Planned Behavior) merupakan perluasan dari Theory of Reasoned Action

(TRA) yang dikembangkan oleh Icek Ajzen (1985), menurutnya, seseorang yang

memiliki indepedensi (dalam dimensi dedikasi terhadap profesi) yang baik

cenderung akan memiliki keyakinan yang relatif stabil dalam segala situasi. Studi

yang dilakukan oleh Firth (1980), misalnya mengemukakan alasan bahwa, jika

auditor tidak terlihat independen, maka pengguna laporan keuangan semakin

tidak percaya atas laporan keuangan yang dihasilkan auditor dan opini auditor

tentang laporan keuangan perusahaan yang diperiksa menjadi tidak ada

nilainya.Tekanan anggaran waktu (time budget pressure) merupakan ancaman

bagi auditor yang memungkinkan auditor melakukan disfungsional audit yang

berakibat penurunan kualitas audit. Menurut perceived behavioral control dalam

theory of planned behavior, auditor diharuskan memiliki kendali sepenuhnya atas

setiap perilakunya, sehingga disetiap penugasan audit tekanan waktu tidaklah

menjadi ancaman yang berarti bagi seorang auditor dalam.

Kerangka konseptual yang dikemukakan pada uraian sebelumnya serta

penjelasan pada bab terdahulu terhadap penelitian ini, maka kerangka pikir dapat

dilihat pada gambar sebagai berikut:

33

Gambar 3.1 Kerangka Pikir Penelitian

Pengaruh Objektivitas, Independensi, Pengalaman Audit dan Tekanan Waktu Terhadap Kualitas APIP

3.2 Hipotesis

3.2.1 Pengaruh Objektivitas terhadap Kualitas Audit Aparat Pengawasan

Intern Pemerintah (APIP)

Objektivitas seorang auditor dapat dipengaruhi oleh kekuatan internal dan

eksternal dalam melaksanakan tugas audit yang berdampak pada kualitas audit

yang dilakukannya. Dalam teori atribusi yang dicetuskan oleh Heider bahwa

perilaku seseorang dipengaruhi antara kekuatan internal dan kekuatan eksternal.

Objektivitas (X1)

Independensi (X2)

Pengalaman Audit (X3)

Tekanan Anggaran Waktu

(X4)

(X4)

Kualitas Audit (Y)

34

Pengaruh internal menyebabkan perilaku individu diyakini berada di

bawah kendali pribadi masing-masing individu tersebut, seperti: kemampuan,

pengetahuan, pengalaman dan usaha. Sedangkan pengaruh eksternal

menyebabkan perilaku individu sebagai akibat sebab-sebab dari luar atau

dipaksa oleh situasi, seperti: keberuntungan, kesempatan, dan lingkungan

(Robbins, 1996). Hal ini mengharuskan auditor dapat dipercaya untuk bertindak

dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan publik mauoun stakeholder, bahwa

manajemen sebagai agent adalah pelayan (steward) akan bertindak sesuai

dengan keinginan principal (publik), sehingga kualitas audit yang tinggi dapat

tercapai.

Penelitian Sukriah, dkk. (2009) menunjukkan menunjukkan bahwa

objektivitas berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Mabruri dan Winarna (2010) yang juga

menunjukkan bahwa objektivitas berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas

hasil audit. Semakin tinggi tingkat objektivitas auditor, maka semakin baik

kualitas hasil pemeriksaannya.

Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati (2009:52) mengatakan bahwa

objektivitas harus bebas dari masalah benturan kepentingan ( conflict of interest)

dan tidak boleh membiarkan salah saji material (material misstatement) ) yang

diketahuinya atau mengalihkan pertimbangannya kepada pihak lain. Dengan

mempertahankan dengan mempertahankan objektivitasnya, auditor akan

bertindak adil, tidak memihak dalam melaksanakan pekerjaannya tanpa

dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadi.

Menurut Lawrence B. Swyer, dkk, yang diterjemahkan oleh Desi

Anhariani (2006:103) bahwa objektivitas adalah suatu hal yang langka dan

35

hendaknya tidak dikompromikan. Auditor hendaknya tidak menempatkan diri atau

ditempatkan dalam posisi di mana objektivitas mereka dapat dipertanyakan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis penelitian yang dirumuskan

adalah:

H1: Objektifitas berpengaruh terhadap kualitas audit APIP

3.2.2 Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit Aparat Pengawasan

Intern Pemerintah (APIP)

Independensi auditor Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)

sangat penting bagi dalam menjaga kualitas audit. Kepercayaan masyarakat

akan menurun jika terdapat bukti bahwa independensi sikap auditor ternyata

berkurang, bahkan kepercayaan masyarakat dapat juga menurun disebabkan

oleh keadaan yang oleh mereka yang berpikiran sehat (rasionable) dianggap

dapat mempengaruhi sikap independensi. Indepedensi auditor berkaitan dengan

menekankan pada niat auditor untuk melakukan berbagai jenis perilaku yang

dapat diprediksi dengan tingkat keakuratan yang tinggi dari sikap seseorang

terhadap perilaku, norma subyektif, dan kontrol perilaku yang dirasakan dalam

melakukan tugasnya. Theory of planned behavior memperhitungkan bahwa niat

individu untuk melakukan suatu tindakan atau berperilaku dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu: 1) Sikap Terhadap Perilaku (Atitude TowardThe Behavior)

Individu akan bertindak atau berprilaku sesuai dengan sikap yang melekat dalam

dirinya terhadap suatu perilaku. Sikap terhadap perilaku yang dianggap positif,

nantinya akan dijadikan pilihan individu untuk membimbingnya dalam berperilaku

di kehidupannya. 2) Norma Subyektif (Subjective Norm) Persepsi individu

tentang perilaku tertentu, yang dipengaruhi oleh penilaian orang lain yang

36

signifikan. 3) Persepsi kontrol perilaku (Perceived Behavioral Control) Kontrol

perilaku mengacu pada persepsi-persepsi individu akan kemampuannya untuk

mewujudkan suatu perilaku tertentu. Theory of planned behavior ini digunakan

untuk memprediksi apakah seseorang auditor akan melakukan atau tidak

melakukan suatu perilaku, memprediksi dan memahami dampak niat berperilaku,

serta mengidentifikasi strategi untuk merubah perilaku dalam menghasilkan

kualitas audit yag tinggi.

Nurhayanto, dkk (2009) dalam penelitiannya mengatakan bahwa auditor

yang independen adalah auditor yang mandiri atau tidak tergantung pada

sesuatu yang lain atau tidak bias dalam bersikap. Auditor yang independen akan

memungkinkan bersikap objektif. Hal ini senada dengan yang dikemukakan

Ardini (2010) dalam penelitiannya bahwa independensi berpengaruh terhadap

kualitas audit adalah signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa naik turunnya

kualitas audit dipengaruhi oleh tingkat independensi yang dimiliki oleh auditor.

Penelitian Cahyono, dkk (2015) menyebutkan bahwa independensi

auditor berpengaruh secara positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan.Semakin

tinggi tingkat independensi seorang auditor maka semakin berkualitas hasil

pemeriksaannya.Selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Fauziah (2010)

yang menyatakan bahwa independensi berpengaruh terhadap kualitas hasil

audit. Martini (2011) yang menyatakan bahwa independensi auditor berpengaruh

terhadap kualitas audit.

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian yang dirumuskan

adalah:

H3: Independensi audit berpengaruh terhadap kualitas audit APIP

37

3.2.3 Pengaruh Pengalaman Audit terhadap Kualitas Audit Aparat

Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)

Berdasarkan teori stewardship yang menjelaskan bahwa rakyat (principal)

mengharapkan kualitas audit yang tinggi dari auditor sebagai agent yang

memiliki pengalaman audit yang tinggi, sehingga pengalaman juga memberikan

dampak pada setiap keputusan yang diambil dalam melaksanakan audit dan

diharapkan setiap keputusan yang diambil merupakan keputusan yang tepat.

Bouman dan Bradley (1997) mengatakan bahwa pengalaman

didefinisikan sebagai lamanya waktu bekerja di bidangnya dan secara spesifik

pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap

suatu pekerjaan atau tugas. Penelitian Cristiawan (2002) mengatakan bahwa

pengalaman akan mempengaruhi kemampuan auditor untuk mengetahui

kekeliruan yang ada diperusahaan yang menjadi kliennya dan pelatihan yang

dilakukan akan meningkatkan keahlian akuntan publik dalam melakukan audit.

Butt (1983) mengungkapkan bahwa auditor yang berpengalaman akan

membuat pertimbangan yang relatif lebih baik dalam melaksanakan tugas –

tugas profesionalnya daripada auditor yang kurang berpengalaman. Dipertegas

oleh Haynes, dkk (1983) yang menemukan bahwa pengalaman audit yang

dimiliki auditor ikut berperan dalam menentukan pertimbangan yang diambil.Hal

tersebut senada dengan Kusharyanti (2003:26) yang mengatakan bahwa auditor

yang berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik atas laporan

keuangan.

Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin lama masa kerja dan

pengalaman yang dimiliki auditor maka akan semakin baik dan meningkat pula

38

kualitas audit yang dihasilkan (Alim dkk., 2007). Hasil penelitian Herliansyah dkk.

(2006) menunjukkan bahwa pengalaman mengurangi dampak informasi tidak

relevan terhadap judgment auditor

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian yang dirumuskan

adalah:

H2: Pengalaman berpengaruh terhadap kualitas audit APIP

3.2.4 Pengaruh Tekanan Waktu Audit terhadap Kualitas Audit Aparat

Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)

Kelley dan Marghem (1990) mengatakan bahwa anggaran waktu audit

yang ketat dapat mengakibatkan auditor merasakan tekanan anggaran waktu

audit dalam pelaksanaan program audit. Tekanan anggaran waktu tersebut

terjadi akibat ketidakseimbangan antara anggaran waktu audit yang tersedia dan

waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan program audit. Ketidakseimbangan

antara anggaran waktu audit yang tersedia dan waktu yang dibutuhkan

menyebabkan menurunnya efektifitas dan efisiensi kegiatan pengauditan

(McDaniel, 1990). Kualitas audit bisa menjadi semakin buruk bila alokasi waktu

yang dianggarkan tidak realistis dengan kompleksitas audit yang diembannya,

namun apabila alokasi waktu dilakukan dengan tepat justru berfungsi sebagai

mekanisme kontrol dan suatu indikator keberhasilan bagi kinerja auditor dan

kantor akuntan publik (Cook & Kelly, 1991). Hal ini senada dengan Otley &

Pierce (1996), mengatakan bahwa auditor yang menghadapi tekanan waktu

dapat merespon dalam dua cara yaitu dengan bekerja lebih keras, atau semakin

efisien dalam menggunakan waktu. Tambahan waktu audit dapat diminta oleh

auditor kepada pimpinan apabila diperlukan.

39

Hasil penelitian Savitri (2008) mengatakan bahwa ketika tekanan

anggaran waktu tinggi, tingkat risiko kesalahan yang rendah dalam pelaksanaan

tugas tidak menyebabkan rendahnya tingkat penurunan kualitas audit.

Berdasarkan uraian – uraian di atas, maka hipotesis penelitian yang dirumuskan

adalah:

H4: Tekanan anggaran waktu berpengaruh terhadap kualitas audit APIP

40

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan tujuan penelitian adalah

pengujian hipotesis (hypothesis testing) untuk memastikan hubungan sebab

akibat dan untuk memastikan independensi dari beberapa variabel.

Penelitian kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana

persepsi, jawaban serta tanggapan dari para responden melalui kuisioner yang

akan disebarkan untuk diisi oleh masing – masing responden yang menjadi

sampel dalam penelitian ini, khususnya mengenai masalah pengaruh

kompetensi, indenpendensi, pengalaman dan tekanan waktu terhadap kualitas

audit APIP. Teknik analisisnya menggunakan analisa regresi linear berganda

yang dinyatakan dalam suatu hubungan matematika mengenai pengaruh

kompetensi, independensi, pengalaman dan tekanan waktu terhadap kualitas

audit APIP.

4.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah pada Inspektorat

di Kabupaten Luwu dan Luwu Utara. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada

kedekatan dan tersedianya data di kedua wilayah. Penelitian ini dilakukan pada

tahun 2017 setelah proposal diajukan dan disetujui untuk seminarkan.

41

4.3 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah auditor intern pemerintah yang bekerja

pada Inspektorat Kabupaten Luwu dan Luwu Utara. Jumlah pegawai pada

Inspektorat Kabupaten Luwu tahun 2017 sebanyak 39 orang, terdiri dari auditor

dengan Jabatan Fungsional Auditor (JFA) sebanyak 14 orang, Jabatan

Fungsional Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah

(JFPUP2UPD) sebanyak 12 orang, Auditor Kepegawaian (Audiwan) sebanyak 2

orang, Inspektur pembantu sebanyak 4 orang, Staf sebanyak 3 orang, Kasubag

sebanyak 2 orang, Sekretaris 1 sebanyak orang dan Inspektur sebanyak 1

orang. Pada Inspektorat Kabupaten Luwu Utara tahun 2017 adalah 54 orang,

terdiri dari , terdiri dari auditor dengan Jabatan Fungsional Auditor (JFA)

sebanyak 30 orang, Jabatan Fungsional Pengawas Penyelenggaraan Urusan

Pemerintahan Daerah ( JFPUP2UPD) sebanyak 2 orang, Inspektur pembantu

sebanyak 4 orang, Staf sebanyak 12 orang, Kasubag sebanyak 3 orang,

Sekretaris 1 sebanyak orang dan Inspektur sebanyak 1 orang. Jumlah populasi

secara keseluruhan dari kedua daerah penelitian adalah sebanyak 87

orang.Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling

dengan kriteria tertentu. Kriteria sampel yang dipilih adalah : (1) Auditor yang

memiliki sertifikat atau pernah melalui ujian sertifikasi JFA, atau (2) Jabatan

Fungsional Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Daerah

(JFP2UPD), atau (3) PNS selain auditor JFA dan JFP2UPD yang sudah sering

melakukan pemeriksaan dengan pengalaman minimal dua tahun melaksanakan

pekerjaan pemeriksaan (audit) agar lebih memahami proses kerja dalam

pemeriksaan (audit).

42

4.4 Jenis dan Sumber Data

Data dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder.

Pengumpulan data primer dilakukan melalui kuisioner yang yang telah diisi oleh

responden. Kuisioner disebarkan langsung ke kantor Inspektorat Kabupaten

Luwu dan Kota Makassar. Sedangkan data sekunder berupa data pendukung

yang diperoleh dari daftar pegawai Inspektorat yang melakukan pemeriksaan

pada bagian kepegawaian Inspektorat Kabupaten Luwu dan Luwu Utara.

4.5 Metode Pengumpulan Data

Data penelitian ini dikumpulkan menggunakan metode survey dengan

teknik kuisioner yaitu dengan cara mendistribusikan kuisioner secara langsung

maupun melalui email, untuk selanjutnya kuisioner tersebut di distribusikan

kepada responden.

4.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel – variabel dalam penelitian ini dapat dikelompokkan sebagai

berikut:

1. Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen.

Variabel independennya adalah objektifitas (X1), independensi (X2),

pengalaman (X3) dan tekanan anggaran waktu (X4).

2. Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat

karena adanya variabel dependen. Variabel dependen (Y) adalah kualitas

hasil audit aparat pengawas intern pemerintah.

43

Definisi operasional dan pengukuran variabel penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Kualitas hasil audit (Y) merupakan konsep audit yang harus dibangun sejak

awal pelaksanaan audit hingga pelaporan dan pemberian rekomendasi.

Indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas audit antara lain kualitas

proses, apakah audit dilakukan dengan cermat, sesuai prosedur, sambil terus

mempertahankan sikap skeptis (Efendy, 2010). Indikator lainnya yaitu

penguasaan standar akuntansi dan auditing, wawasan tentang pemerintahan

dan peningkatan keahlian. Kualitas audit ini diukur dengan menggunakan

instrument yang dikembangkan oleh Efendy (2010) dengan delapan

pertanyaan.

2. Objektivitas (X1) dalam pengauditan objektifitas merupakan pengungkapan

kondisi sesuai fakta dapat dilihat dari apakah auditor tidak dipengaruhi oleh

pandangan subjektif pihak - pihak lain serta menggunakan pikiran yang logis

sehingga auditor dapat mengemukakan pendapat sesuai fakta, apakah

auditor dalam melaksanakan tugas tidak mencari-cari kesalahan dari objek

pemeriksaan dan memperhatikan kriteria dan kebijakan yang resmi. Siti

Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati (2009:52) mengatakan bahwa objektivitas

harus bebas dari masalah benturan kepentingan (conflict of interest) dan

tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement)

yang diketahuinya atau mengalihkan pertimbangannya kepada pihak lain.

Indikator lainnya yaitu auditor bertindak adil, tidak memihak dalam

melaksanakan pekerjaannya tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan

pihak tertentu atau kepentingan pribadi.

44

3. Independensi (X2) merupakan sikap auditor yang tidak mudah dipengaruhi,

karena auditor melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum.

Indikator lainnya yaitu independensi dalam pelaksanaan audit, independensi

dalam melakukan pemeriksaan dan independensi dalam membuat laporan.

Independensi dalam pelaksanaan audit meliputi bebas dari campur tangan

dan intervensi yang membatasi, menetapkan dan mengurangi berbagai

bagian audit; bebas dari campur tangan dengan atau sikap yang tidak

kooperatif yang berkaitan dengan prosedur yang dipilih dan bebas dari

berbagai usaha yang dikaitkan dengan pekerjaan audit untuk me-review

selain dari yang diberikan dalam proses audit. Independensi auditor juga

dipengaruhi oleh ukuran klien dan pemberian hadiah (Pany dan Reckers,

1980). Variabel ini diukur dengan instrumen yang dikembangkan oleh Sri

Trianingsih(2007).

4. Pengalaman Audit (X3) adalah lamanya waktu bekerja di bidangnya dan

secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah

digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas (Bouman dan Bradley,

1997). Indikator lainnya yaitu auditor yang berpengalaman akan dapat

memberikan pertimbangan yang relatif lebih baik dalam melaksanakan

tugas – tugas profesionalnya daripada auditor yang kurang berpengalaman

(Butt, 1983) dan banyaknya penugasan oleh auditor maka semakin banyak

pengalaman yang dimiliki auditor (Suryani, 2014). Variabel ini diukur dengan

menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Sukriah, dkk (2009)

5. Tekanan Anggaran Waktu (X4) merupakan waktu audit yang ketat dapat

mengakibatkan auditor merasakan tekanan anggaran waktu audit dalam

pelaksanaan program audit. Indikator lainnya yaitu ketidakseimbangan antara

45

anggaran waktu audit yang tersedia dan waktu yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan program audit (Kelley dan Marghem, 1990). Individu yang

bekerja dibawah tekanan anggaran waktu, ketepatan waktu melaksanakan

program audit, dan menggunakan banyak energi untuk mengatasi tekanan

stress akan mempengaruhi kualitas audit. Variabel ini diukur dengan

instrumen yang dikembangkan oleh Silaban (2013).

4.7 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuisioner yang

terdiri atas lima bagian yang diadopsi pada penelitian sebelumnya yang

berkaitan dengan kualitas audit, kompetensi, pengalaman, independensi dan

tekanan anggaran waktu. Pertanyaan – pertanyaan dalam kuisioner adalah

pertanyaan tertutup dan responden dapat memilih satu diantara lima jawaban

yang telah disediakan. Jawaban diukur dengan skala Likert dengan skor mulai

dari angka 1= sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju dan 5=

sangat setuju untuk variable kualitas audit, objektifitas, pengalaman audit,

independensi dan tekanan anggaran waktu.

4.8 Teknik Analisi Data

4.8.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif dimaksudkan untuk mengetahui karateristik

variable penelitian dan data responden. Dengan cara mengumpulkan data

demografi dari jawaban – jawaban responden selanjutnya ditabulasi dalam table

46

dan dilakukan pembahasan secara deskriptif. Data responden yang digunakan

dalam penelitian ini seperti umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir dan lama

bertugas.

4.8.2 Analisis Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk menguji instrumen kuisioner yang digunakan

dalam pengumpulan data. Uji validitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah

item-item yang tersaji dalam kuesioner benar-benar mampu mengungkapkan

dengan pasti apa yang akan diteliti. Pengujian validitas dengan korelasi Pearson,

instrumen dinyatakan valid jika nilai korelasi > 0.3.

4.8.3 Analisis Uji Realibilitas

Pengujian realibilitas instrument dapat dilakukan dengan Cronbach Alpha

(α) untuk masing-masing variabel adalah lebih besar dari 0,6, dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa item-item instrumen untuk masing-masing variabel

adalah reliable. Intrumen yag reliable belum tentu valid dan instrument yang

valid belum tentu reliable, sehingga instrument merupakan syarat untuk

pengujian validitas instrument (Sugiyono, 2011).

4.8.4 Model Analisis: Regresi Linier Berganda

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi

linier berganda yang untuk mengetahui besarnya pengaruh dari perubahan suatu

47

variabel terhadap variabel lainnya. Adapun persamaan regresinya sebagai

berikut :

Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + e

Keterangan:

Y = Kualitas audit APIP

α = konstanta

β1 s/d β4 = Koefisien regresi

X1 = Objektivitas

X2 = Independensi

X3 = Pengalaman audit

X4 = Tekanan anggaran waktu

e = Standar error

4.8.5 Uji Parsial ( Uji T )

Uji parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh masing - masing

variable independen terhadap variable dependen. Kriteria pengujian yang

digunakan adalah jika p value < 0,05, maka Ha diterima dan jika p value > 0,05,

maka Ha ditolak.

4.8.6 Uji Simultan ( Uji F )

Uji simultan digunakan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-

sama (simultan) variabel bebas yaitu objektifitas, independensi, pengalaman

audit dan tekanan anggaran waktu terhadap variabel terikat yaitu kualitas audit.

48

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Deskripsi Data

5.1.1 Gambaran Umum Responden

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan kuisioner

kepada responden dengan mendatangi langsung lokasi responden di wilayah

Luwu dan Luwu Utara Provinsi Sulawesi – Selatan dengan populasi sasaran

aparat pengawas intern pemerintah dengan pengalaman kerja minimal 2 tahun

dalam kegiatan audit. Dengan menggunakan purposive samping terpilih 93

orang aparat pengawas intern pemerintah. Dalam penelitian ini sebanyak 89

kuisioner kembali dan diolah .

Tabel 5.1 Distribusi Kuisioner Menurut Instansi

Instansi Jumlah

kuisioner Tidak

kembali Kembali

dan diolah

Kabupaten Luwu 39 1 38

Kabupaten Luwu Utara 54 3 51

Total 93 4 89

Persentase

4,30% Tingkat Pengembalian (response rate) 89/93 X 100% 95,70%

Tabel 5.1 memperlihatkan bahwa untuk pengiriman 93 kuesioner, yang

kembali dan untuk diolah sebanyak 89 kuesioner, dengan tingkat pengembalian

(response rata) 95,70% yang berarti bahwa tingkat pengembalian tersebut diatas

tingkat rata-rata response rate untuk ukuran Indonesia yaitu dengan rata-rata

1% - 20% (Indriantoro dan Bambang, 1999). Tingginya tingkat response rate

49

tersebut dikarenakan pengumpulan kuesioner dalam penelitian ini dilakukan

dengan mengantar dan menjemput secara langsung.

5.1.2 Karakteristik Responden Penelitian

Tabel 5.2 berikut menyajikan karakteristik identitas responden penelitian

meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan, dan masa kerja.

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Penelitian

No Karakteristik Kriteria Frekuensi (orang)

Persentase (%)

1 Jenis Kelamin Laki-laki 53 59.55

Perempuan 36 40.45

2 Umur 20 s/d 30 th 6 6.74

31 s/d 40 th 43 48.31

41 s/d 50 th 33 37.08

51 s/d 60 th 7 7.87

3 Pendidikan SMA 6 6.74

Diploma 2 2.25

S1 66 74.16

S2 15 16.85

4 Masa Kerja <=5 th 5 5.62

5 s/d 10 th 35 39.33

11 s/d 15 th 26 29.21

16 s/d 20 th 3 3.37

>20 th 20 22.47

Sumber: Data Primer Diolah, 2017

Mayoritas responden dalam penelitian ini adalah laki-laki sebanyak 53

orang atau 59.55%, sedangkan sisanya 36 orang adalah perempuan atau

40.45%. Jika melihat pendidikan terakhir, mayoritas responden berpendidikan S1

yaitu 74.16% atau 66 orang, diikuti oleh responden berpendidikan S2 sebesar

16.85% atau 15 orang, 6.74% atau 6 orang berpendidikan SMA dan hanya 2

50

orang berpendidikan Diploma. Hal ini memperlihatkan bahwa responden yang

terpilih dalam penelitian ini memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi, yang di

rasa cukup memahami isi dari kuesioner yang diberikan.

Berdasarkan umur, mayoritas responden atau sebesar 48.31% (43 orang)

berusia 31 sampai dengan 40 tahun, 37.08% (33 orang) berusia antara 41

sampai dengan 50 tahun. Jika dikaitkan dengan masa kerja, mayoritas

responden memiliki pengalaman bekerja yang cukup tinggi, yaitu mayoritas 35

orang atau 39.33% telah bekerja 5 sampai dengan 10 tahun, 29.21% (26 orang)

responden yang memiliki pengalaman bekerja selama 11 sampai dengan 15

tahun, 22.47% (20 orang) responden yang memiliki pengalaman bekerja lebih

dari 20 tahun, responden dengan pengalaman bekerja kurang dari 5 tahun hanya

ada 5.62% (5 orang) responden dan hanya 3 responden (3.37%) yang memiliki

pengalaman kerja selama 16 sampai dengan 20 tahun.

5.2. Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen

Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner (disajikan pada

Lampiran 1) menggunakan Skala Likert 5 pilihan jawaban dari sangat tidak setuju

hingga sangat setuju. Sebelum data dari pengumpulan kuesioner dapat

digunakan untuk analisis selanjutnya, diperlukan pengujian validitas dan

reliabilitas instrumen. Pengujian validitas dengan korelasi Pearson, instrumen

dinyatakan valid jika nilai korelasi > 0.3. Hasil lengkap disajikan pada Lampiran 3,

dan teringkas pada Tabel 5.3 berikut:

51

Tabel 5.3. Uji Validitas Instrumen Penelitian

Variabel Item Korelasi Kesimpulan

Objektivitas (X1) X1.1 0.749 Valid

X1.2 0.738 Valid

X1.3 0.738 Valid

X1.4 0.653 Valid

X1.5 0.754 Valid

X1.6 0.608 Valid

Independensi (X2) X2.1 0.663 Valid

X2.2 0.653 Valid

X2.3 0.610 Valid

X2.4 0.594 Valid

X2.5 0.588 Valid

X2.6 0.497 Valid

X2.7 0.554 Valid

X2.8 0.676 Valid

Pengalaman audit (X3) X3.1 0.675 Valid

X3.2 0.581 Valid

X3.3 0.743 Valid

X3.4 0.534 Valid

X3.5 0.558 Valid

X3.6 0.696 Valid

X3.7 0.596 Valid

X3.8 0.516 Valid

Tekanan anggaran waktu (X4)

X4.1 0.631 Valid

X4.2 0.598 Valid

X4.3 0.788 Valid

X4.4 0.761 Valid

X4.5 0.732 Valid

Kualitas Audit (Y) Y.1 0.591 Valid

52

Variabel Item Korelasi Kesimpulan

Y.2 0.677 Valid

Y.3 0.647 Valid

Y.4 0.484 Valid

Y.5 0.659 Valid

Y.6 0.644 Valid

Y.7 0.447 Valid

Y.8 0.602 Valid

Sumber: Data Primer Diolah, 2017 (Lampiran 3)

Tabel 5.3 di atas memperlihatkan nilai korelasi semua item pertanyaan

pada kuesioner untuk keseluruhan indikator dan item bernilai di atas 0.3. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh item telah memenuhi validitas.

Tahapan berikutnya disajikan pengujian reliabilitas instrumen. Instrumen

dinyatakan reliabel jika nilai Alpha Cronbach > 0.6. Hasil lengkap disajikan pada

Lampiran 3, dan teringkas pada Tabel 5.3 berikut:

Tabel 5.4. Uji Reliabiltas Instrumen Penelitian

Variabel Alpha Cronbach Kesimpulan

Objektifitas (X1) 0.799 Reliabel

Independensi (X2) 0.753 Reliabel

Pengalaman audit (X3) 0.763 Reliabel

Tekanan anggaran waktu (X4) 0.747 Reliabel

Kualitas Audit (Y) 0.739 Reliabel

Sumber: Data Primer Diolah, 2017 (Lampiran 3)

Tabel 5.4 di atas memperlihatkan nilai Alpha Cronbach kelima variabel

penelitian bernilai di atas 0.6. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

instrumen telah memenuhi persyaratan valid dan reliabel, sehingga data yang

diperoleh dari instrumen (kuesioner) dapat digunakan untuk analisis data pada

tahapan selanjutnya.

53

5.3. Deskripsi Variabel Penelitian

Penelitian ini melibatkan lima variabel yaitu objektivitas (X1),

independensi (X2), pengalaman audit (X3), tekanan anggaran waktu (X4), dan

kualitas audit (Y). Kelima variabel terukur menggunakan skala Likert 5 tingkatan.

Pada bagian berikut disajikan deskripsi tiap variabel penelitian guna mengetahui

gambaran tentang kondisi dari variabel-variabel yang diteliti, berbasis

pengukuran distribusi frekuensi jawaban responden, serta rata-rata (mean)

dengan kriteria yang disajikan pada Tabel 5.2. Pada bagian pertama disajikan

deskripsi variabel objektivitas (X1). Variabel ini terukur oleh enam indikator.

Distribusi frekuensi jawaban responden tiap item pertanyaan pada tiap indikator

dan variabel secara lengkap disajikan pada Lampiran 4, dan teringkas pada

Tabel 5.5 dan Gambar 5.1 berikut:

Tabel 5.5. Deskripsi Variabel Objektivitas (X1)

Item Frekuansi Pilihan Jawaban Rata-rata

STS TS N S SS

X1.1 0 29 13 37 10 3.31

X1.2 0 25 16 41 7 3.34

X1.3 0 15 28 32 14 3.51

X1.4 0 19 19 40 11 3.48

X1.5 0 19 24 34 12 3.44

X1.6 0 23 23 30 13 3.37

Rata-rata 3.41

Sumber: Data Primer Diolah, 2017 (Lampiran 4)

54

Gambar 5.1. Deskripsi Rata-rata Indikator pada Variabel Objektifitas (X1) Sumber: Data Primer Diolah, 2017 (Lampiran 4)

Gambar 5.1 di atas memperlihatkan bahwa dari nilai rata-rata (mean) tiga

dari enam indikator berada pada kategori tinggi (rata-rata antara 3.41-4.20).

sedangkan tiga lainnya berada pada kategori sedang (rata-rata antara 2.61-

3.40). Secara keseluruhan, responden mempersepsikan variabel objektivitas (X1)

dengan rata-rata 3.41 (kategori tinggi). Hal ini mengindikasikan bahwa

objektivitas (X1) yang dimiliki responden berada dalam kategori tinggi. Pada

bagian kedua disajikan deskripsi variabel Independensi (X2). Variabel ini terukur

oleh delapan indikator. Distribusi frekuensi jawaban respon tiap item pertanyaan

pada tiap indikator dan variabel secara lengkap disajikan pada Lampiran 4, dan

teringkas pada Tabel 5.5 dan Gambar 5.2 berikut:

1,00

1,80

2,60

3,40

4,20

5,00

X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6

3,31 3,34 3,51 3,48 3,44 3,37

55

Tabel 5.6 Deskripsi Variabel Independensi (X2)

Item Frekuansi Pilihan Jawaban Rata-rata

STS TS N S SS

X2.1 0 28 14 36 11 3.34

X2.2 0 26 24 28 11 3.27

X2.3 0 20 21 35 13 3.46

X2.4 0 26 25 29 9 3.24

X2.5 0 22 25 31 11 3.35

X2.6 0 14 26 36 13 3.54

X2.7 0 16 26 38 9 3.45

X2.8 0 27 18 38 6 3.26

3.36

Sumber: Data Primer Diolah, 2017 (Lampiran 4)

Gambar 5.2 Deskripsi Rata-rata Indikator pada Variabel Independensi (X2). Sumber: Data Primer Diolah, 2017 (Lampiran 4)

Gambar 5.2 di atas memperlihatkan bahwa dari nilai rata-rata (mean) tiga

dari delapan item berada pada kategori dipersepsikan tinggi (rata-rata antara

3.41-4.20). sedangkan lima indikator lainnya dipersepsikan sedang (rata-rata

antara 2.61-3.40). Secara keseluruhan, responden mempersepsikan variabel

Independensi (X2) dengan rata-rata 3.36 (kategori sedang). Hal ini

1,00

1,80

2,60

3,40

4,20

5,00

X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2.7 X2.8

3,34 3,27 3,46

3,24 3,35 3,54 3,45

3,26

56

mengindikasikan bahwa independensi (X2) yang dimiliki responden berada

dalam kategori sedang.

Pada bagian ketiga disajikan deskripsi variabel pengalaman audit (X3).

Variabel ini terukur oleh delapan indikator. Distribusi frekuensi jawaban respon

tiap item pertanyaan pada tiap indikator dan variabel secara lengkap disajikan

pada Lampiran 4, dan teringkas pada Tabel 5.7 dan Gambar 5.3 berikut:

Tabel 5.7 Deskripsi Variabel Pengalaman audit (X3)

Sumber: Data Primer Diolah, 2017 (Lampiran 4)

Gambar 5.3 Deskripsi Rata-rata Indikator pada Variabel Pengalaman audit (X3). Sumber: Data Primer Diolah, 2017 (Lampiran 4)

1,00

1,80

2,60

3,40

4,20

5,00

X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 X3.6 X3.7 X3.8

3,60 3,47 3,36 3,21 3,42 3,35 3,33 3,22

Item Frekuansi Pilihan Jawaban Rata-rata

STS TS N S SS

X3.1 0 14 20 43 12 3.60

X3.2 0 21 18 37 13 3.47

X3.3 0 24 18 38 9 3.36

X3.4 0 27 23 32 7 3.23

X3.5 0 17 26 38 8 3.42

X3.6 0 25 21 30 13 3.35

X3.7 0 25 20 34 10 3.33

X3.8 0 19 33 35 2 3.22

3.37

57

Gambar 5.3 di atas memperlihatkan bahwa dari nilai rata-rata (mean)

empat dari delapan indikator dipersepsikan tinggi (rata-rata antara 3.41-4.20).

sedangkan empat indikator lainnya dipersepsikan sedang (rata-rata antara

2.61-3.40). Secara keseluruhan, responden mempersepsikan variabel

pengalaman audit (X3) dengan rata-rata 3.37 (kategori sedang). Hal ini

mengindikasikan bahwa pengalaman audit (X3) yang dimiliki responden

berada dalam kategori sedang.

Pada bagian keempat disajikan deskripsi variabel tekanan anggaran

waktu (X4). Variabel ini terukur oleh lima indikator. Distribusi frekuensi

jawaban respon tiap item pertanyaan pada tiap indikator dan variabel secara

lengkap disajikan pada Lampiran 4, dan teringkas pada Tabel 5.8 dan

Gambar 5.4 berikut:

Tabel 5.8 Deskripsi Variabel Tekanan anggaran waktu (X4)

Item Frekuansi Pilihan Jawaban Rata-

rata STS TS N S SS

X4.1 0 17 17 40 15 3.60

X4.2 0 16 23 44 6 3.45

X4.3 0 19 28 26 16 3.44

X4.4 0 26 18 29 16 3.39

X4.5 0 22 17 35 15 3.48

3.47

Sumber: Data Primer Diolah, 2017 (Lampiran 4)

58

Gambar 5.4 Deskripsi Rata-rata Indikator pada Variabel Tekanan anggaran waktu (X4). Sumber: Data Primer Diolah, 2017

(Lampiran 4)

Gambar 5.4 di atas memperlihatkan bahwa dari nilai rata-rata (mean)

empat dari lima indikator dipersepsikan tinggi (rata-rata antara 3.41-4.20).

sedangkan satu indikator berada dalam kategori sedang (rata-rata antara 2.61-

3.40). Secara keseluruhan, responden mempersepsikan variabel tekanan

anggaran waktu (X4) dengan rata-rata 3.47 (kategori tinggi). Hal ini

mengindikasikan bahwa tekanan anggaran waktu (X4) yang dimiliki responden

berada dalam kategori tinggi.

Pada bagian kelima disajikan deskripsi variabel kualitas audit (Y).

Variabel ini terukur oleh delapan indikator. Distribusi frekuensi jawaban respon

tiap item pertanyaan pada tiap indikator dan variabel secara lengkap disajikan

pada Lampiran 4, dan teringkas pada Tabel 5.9 dan Gambar 5.5 berikut:

1,00

1,80

2,60

3,40

4,20

5,00

X4.1 X4.2 X4.3 X4.4 X4.5

3,60 3,45 3,44 3,39 3,48

59

Tabel 5.9 Deskripsi Variabel Kualitas Audit (Y)

Sumber: Data Primer Diolah, 2017 (Lampiran 4)

Gambar 5.5 Deskripsi Rata-rata Indikator pada Variabel Kualitas Audit (Y). Sumber: Data Primer Diolah, 2017 (Lampiran 4)

Gambar 5.5 memperlihatkan bahwa dari nilai rata-rata (mean) empat dari

delapan indikatordipersepsikantinggi (rata-rata antara3.41-4.20). sedangkan

empat indikator lainnya dipersepsikan sedang (rata-rata antara 2.61-3.40).

Secara keseluruhan, responden mempersepsikan variabel kualitas audit (Y)

1,00

1,80

2,60

3,40

4,20

5,00

Y.1 Y.2 Y.3 Y.4 Y.5 Y.6 Y.7 Y.8

3,46 3,40 3,54 3,57 3,31 3,45

3,29 3,40

Item Frekuansi Pilihan Jawaban Rata-rata

STS TS N S SS

Y.1 0 22 18 35 14 3.46

Y.2 0 22 20 36 11 3.40

Y.3 0 18 18 40 13 3.54

Y.4 0 14 26 33 16 3.57

Y.5 0 25 20 35 9 3.31

Y.6 0 22 19 34 14 3.45

Y.7 0 24 24 32 9 3.29

Y.8 0 21 22 35 11 3.40

3.40

60

dengan rata-rata 3.40 (kategori sedang). Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas

audit (Y) yang dimiliki responden berada dalam kategori sedang.

5.4. Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum analisis regresi dapat diinterpretasikan, terlebih dahulu dilakukan

pengujian asumsi klasik yang meliputi asumsi normalitas, heteroskedastisitas,

dan linieritas.

a. Normalitas

Hasil pengujian disajikan pada lampiran 5a diperoleh titik-titik pada grafik

p-plot menunjukkan pola yang menyebar mengikuti garis lurus dan pada grafik

histogram terlihat kurva yang membentuk sebaran normal sehingga asumsi

normalitas terpenuhi. Pengujian normalitas secara test dapat menggunakan uji

Kolmogorov Smirnov. Jika Hasil pengujian memperlihatkan nilai Sig > 0.05, maka

asumsi normalitas terpenuhi. Sebaliknya jika nilai Sig < 0.05, maka asumsi

normalitas tidak terpenuhi. Hasil pengujian disajikan pada Lampiran 5a, diperoleh

nilai Sig Kolmogorov Smirnov sebesar 0.814. Karena nilai Sig > 0.05, maka

asumsi normalitas terpenuhi.

b. Multikolinieritas

Uji asumsi multikolinieritas diuji dengan menghitung nilai VIF (Variance

Inflating Factor). Jika nilai VIF <10, maka dapat disimpulkan tidak terdapat

autokorelasi. Hasil pengujian asumsi multikolinieritas ditunjukkan Tabel 5.10

berikut:

61

Tabel 5.10

Hasil Uji Asumsi Non-Multikolinieritas

Variabel bebas VIF Keterangan

X1 1.097 Non multikolinieritas X2 1.023 Non multikolinieritas X3 1.179 Non multikolinieritas X4 1.214 Non multikolinieritas

Sumber: Data diolah : 2017 (Lampiran 5b)

Dari Tabel 5.10 menunjukkan bahwa nilai VIF seluruhnya di bawah 10

sehingga seluruh variabel bebas adalah tidak mengandung multikolinieritas (non

multikolinieritas). Artinya keempat variabel bebas yang diteliti tidak saling

berhubungan sehingga tepat digunakan sebagai variabel bebas dalam model.

c. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas diuji dengan menggunakan uji Korelasi Spearman yaitu

mengkorelasikan antara absolut residual dengan semua variabel bebas. Jika nilai

Sig (probabilitas) > 0.05, mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas,

sebaliknya jika nilai Sig < 0.05, mengindikasikan terjadinya heteroskedastisitas.

Berikut disajikan tabel uji non-heteroskedastisitas semua variabel :

Tabel 5.11

Hasil Uji Asumsi Non-Heteroskedastisitas

Variabel bebas Sig Keterangan

Objektifitas (X1) 0.418 Non heteroskedastisitas

Independensi (X2) 0.520 Non heteroskedastisitas

Pengalaman audit (X3) 0.383 Non heteroskedastisitas

Tekanan anggaran waktu (X4) 0.654 Non heteroskedastisitas

Sumber: Data diolah : 2017 (Lampiran 5c)

62

Dari Tabel 5.11 menunjukkan bahwa variabel yang diuji tidak mengandung

heteroskedastisitas, karena seluruh nilai Sig > 0.05. Artinya tidak ada korelasi

antara besarnya data dengan residual sehingga bila data diperbesar tidak

menyebabkan residual (kesalahan) semakin besar pula. Metode lain yang

dapat digunakan ialah dengan melihat plot antara nilai standardize predicted

value dan residualnya. Jika titik-titik pada grafik menunjukkan pola acak, maka

tidak ada indikasi terjadinya heteroskedastisitas. Hasil pengujian pada lampiran

5c menunjukkan pola grafik yang acak sehingga tidak terjadi heteroskedastisitas

sehingga asumsi tidak adanya heteroskedastisitas terpenuhi.

d. Linieritas

Pengujian asumsi linieritas menggunakan metode Curve Fit.. Hasil

pengujian asumsi linieritas disajikan pada Lampiran 5d. Rujukan yang digunakan

adalah prinsip parsimony, yaitu bilamana seluruh model yang digunakan sebagai

dasar pengujian signifikan atau nonsignifikan berarti model dikatakan linier.. Hasil

pengujian linieritas hubungan antar variabel secara ringkas disajikan pada Tabel

5.12 berikut:

Tabel 5.12. Hasil Pengujian Asumsi

Hubungan Antar Variabel Hasil Pengujian K Keputusan

Objektifitas (X1) Kualitas Audit (Y1) Model linier signifikan Linier

Independensi (X2) Kualitas Audit (Y1) Model linier signifikan Linier

Pengalaman audit (X3) Kualitas Audit (Y1) Model linier signifikan Linier

Tekanan anggaran waktu

(X4) Kualitas Audit (Y1) Model linier signifikan Linier

Sumber: Data Penelitian Diolah, 2017 (Lampiran 5d)

63

Data pada Tabel 5.12 memperlihatkan bahwa model linier menunjukkan

hasil yang signifikan sehingga asumsi linieritas terpenuhi.

5.5 Hasil Analisis Regresi

Tabel 5.13 adalah hasil perhitungan dari uji regresi linier berganda model

pengaruh objektifitas (X1), independensi (X2), pengalaman audit (X3) dan

tekanan anggaran waktu (X4) terhadap kualitas audit (Y),.

Berdasarkan Tabel 5.13, diperoleh nilai koefisien determinasi R Square

menunjukkan nilai sebesar 0.651 atau 65.1%. Artinya bahwa variabel kualitas

audit dipengaruhi sebesar 65.1% oleh objektifitas (X1), independensi (X2),

pengalaman audit (X3) dan tekanan anggaran waktu (X4) sedangkan sisanya

34.9% dipengaruhi oleh variabel lain di luar dua variabel bebas yang diteliti

dalam penelitian ini.

Tabel 5.13

Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Variabel Koefisien Beta T Sig t Ket

Konstanta -5.168 -1.913 0.059

Objektifitas (X1) 0.369 0.328 4.851 0.000 Signifikan

Independensi (X2) 0.308 0.310 4.753 0.000 Signifikan

Pengalaman audit (X3) 0.338 0.336 4.791 0.000 Signifikan

Tekanan anggaran waktu (X4) 0.441 0.330 4.642 0.000 Signifikan

ttabel = 1.989

R Square = 0.651

Fhitung = 39.100

Sig F = 0.000

Ftabel = 2.480

Sumber: Data Penelitian Diolah 2017 (Lampiran 5e)

64

Adapun model persamaan regresi linier berganda yang diperoleh adalah

sebagai berikut :

Y = 0.328X1 + 0.310X2 + 0.336X3 + 0.330X4 + e

Di mana:

Y = Kualitas Audit

X1 = Objektifitas

X2 = Independensi

X3 = Pengalaman audit

X4 = Tekanan anggaran waktu

e = residual

Secara Grafis, pengujian hipotesis dapat disajikan sebagai berikut :

Objektifitas (X1)

Independensi

(X2)

Pengalaman

Audit (X3)

Tekanan

Anggaran Waktu

(X4)

Kualitas Audit

(Y)

Gambar 5.6 Hasil Analisis Regresi

65

5.6 Uji Parsial (Uji t)

Untuk menguji hipotesis secara parsial digunakan uji t yaitu untuk menguji

secara parsial variabel bebas terhadap variabel terikat. Berikut disajikan uji

hipotesis yang melibatkan tiga variabel dalam penelitian ini :

1. Uji t pengaruh variabel objektifitas (X1) terhadap kualitas audit (Y).

Pada variabel objektivitas diperoleh nilai thitung sebesar 4.851 dengan

signifikansi t sebesar 0.000. Karena thitung lebih besar ttabel (4.851>1.989) atau

signifikansi t lebih kecil dari 5% (0.000<0.05), maka secara parsial variabel

objektivitas (X1) berpengaruh signifikan terhadap variabel kualitas audit (Y).

Berdasarkan atas nilai koefisien regresi standardize (0.328) bertanda positif,

mengindikasikan pengaruhnya positif. Artinya semakin tinggi objektivitas

(X1), akan semakin tinggi pula kualitas audit (Y). Sebaliknya, semakin

rendah objektifitas (X1), akan semakin rendah pula kualitas audit (Y).

2. Uji t pengaruh variabel independensi (X2) terhadap kualitas audit (Y).

Pada variabel independensi diperoleh nilai thitung sebesar 4.753 dengan

signifikansi t sebesar 0.000. Karena nilai thitung lebih besar ttabel (4.753>1.989)

atau signifikansi t lebih kecil dari 5% (0.000<0.05), maka secara parsial

variabel independensi (X2) berpengaruh signifikan terhadap variabel kualitas

audit (Y). Berdasarkan atas nilai koefisien regresi standardize (0.310)

bertanda positif, mengindikasikan pengaruhnya positif. Artinya semakin

tinggi independensi (X2), akan semakin tinggi pula kualitas audit (Y).

Sebaliknya, semakin rendah Independensi (X2), akan semakin rendah pula

kualitas audit (Y).

3. Uji t pengaruh variabel pengalaman audit (X3) terhadap kualitas audit (Y)

66

Pada variabel pengalaman audit diperoleh nilai thitung sebesar 4.791 dengan

signifikansi t sebesar 0.000. Karena nilai thitung lebih besar ttabel (4.791>1.989)

atau signifikansi t lebih kecil dari 5% (0.000<0.05), maka secara parsial

variabel pengalaman audit (X3) berpengaruh signifikan terhadap variabel

Kualitas Audit (Y). Berdasarkan atas nilai koefisien regresi standardize

(0.336) bertanda positif, mengindikasikan pengaruhnya positif.

Artinya semakin tinggi Pengalaman audit (X3), akan semakin tinggi pula

kualitas audit (Y). Sebaliknya, semakin rendah pengalaman audit (X3), akan

semakin rendah pula kualitas audit (Y).

4. Uji t pengaruh variabel tekanan anggaran waktu (X4) terhadap kualitas audit

(Y). Pada variabel tekanan anggaran waktu diperoleh nilai thitung sebesar

4.642 dengan signifikansi t sebesar 0.000. Karena nilai thitung lebih besar

ttabel (4.642>1.989) atau signifikansi t lebih kecil dari 5% (0.000<0.05), maka

secara parsial variabel tekanan anggaran waktu (X4) berpengaruh signifikan

terhadap variabel Kualitas Audit (Y). Berdasarkan atas nilai koefisien regresi

standardize (0.330) bertanda positif, mengindikasikan pengaruhnya positif.

Artinya semakin tinggi tekanan anggaran waktu (X4), akan berpengaruh

pada semakin tinggi kualitas audit (Y). Sebaliknya, semakin rendah tekanan

anggaran waktu (X4), akan semakin rendah pula kualitas audit (Y). Untuk

menentukan variabel bebas yang paling dominan mempengaruhi variabel

terikat dapat dilihat dari koefisien regresi terstandarisasi (atau beta). Nilai

yang paling tinggi mengindikasikan variabel yang paling dominan.

Berdasarkan Tabel 4.10 disimpulkan bahwa variabel Pengalaman audit

(X3)adalah variabel yang paling dominan mempengaruhi Kualitas Audit,

dengan koefisien beta sebesar 0.336.

67

5.7 Uji Simultan (Uji F)

Untuk menguji hipotesis pengaruh secara bersama-sama (simultan)

variabel bebas yaitu objektifitas, independensi, pengalaman audit dan tekanan

anggaran waktu terhadap variabel terikat yaitu Kualitas Audit digunakan uji F.

Dari hasil perhitungan didapatkan nilai Fhitung sebesar 39.100 (signifikansi

F = 0.000). Jadi Fhitung>Ftabel(39.100>2.480) atau Sig F < 5% (0.000<0.05).

Artinya bahwa secara bersama-sama (simultan) variabel bebas yang

terdiri dari objektifitas, independensi, pengalaman audit dan tekanan anggaran

waktu berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu kualitas audit. Hal ini

berarti bila objektifitas, independensi, pengalaman audit dan tekanan anggaran

waktu ditingkatkan secara bersama-sama maka akan berdampak pada

peningkatan kualitas audit dan sebaliknya jika objektifitas, independensi,

pengalaman audit dan tekanan anggaran waktu menurun secara bersama-sama

maka akan mengakibatkan penurunan kualitas audit. Dengan demikian hipotesis

yang menduga secara bersama-sama variabel objektifitas, Independensi,

pengalaman audit dan tekanan anggaran waktu berpengaruh signifikan terhadap

variabel kualitas audit terbukti kebenarannya. Jadi untuk hipotesis ini diterima

5.8 Pengujian Hipotesis

Terdapat 4 hipotesis yang diuji yang terdiri atas pengujian hipotesis

pengaruh langsung.

H1. Pengaruh Langsung antara Objektifitas (X1) terhadap Kualitas Audit (Y)

68

Pengujian hipotesis antara hubungan objektifitas (X1) terhadap kualitas

audit (Y) secara grafik disajikan sebagai berikut:

Objektifitas (X1) Kualitas Audit (Y)

Berdasarkan hasil analisis, koefisien hubungan antara Objektifitas (X1)

dengan kualitas audit (Y) adalah sebesar 0.328 dengan p-value sebesar

0.000. Karena nilai p-value < 0.05 mengindikasikan bahwa objektifitas (X1)

signifikan terhadap kualitas audit (Y). Karena koefisien bertanda positif

mengindikasikan hubungan searah. Artinya semakin tinggi nilai objektifitas (X1),

akan mengakibatkan semakin tinggi pula nilai kualitas audit (Y).

H2 Pengaruh Langsung antara Independensi (X2) terhadap Kualitas

Audit (Y)

Pengujian hipotesis antara hubungan independensi (X2) terhadap kualitas

audit (Y) secara grafik disajikan sebagai berikut:

Independensi (X2) Kualitas Audit (Y)

Berdasarkan hasil analisis, koefisien hubungan antara Independensi (X2)

dengan Kualitas Audit (Y) adalah sebesar 0.310 dengan p-value sebesar 0.000.

Karena nilai p-value < 0.05 mengindikasikan bahwa independensi (X2)

berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit (Y). Karena koefisien bertanda

positif mengindikasikan hubungan searah. Artinya semakin tinggi nilai

69

independensi (X2), akan mempengaruhi tingginya nilai kualitas audit (Y).

H3. Pengaruh Langsung antara Pengalaman Audit (X3) terhadap Kualitas

Audit (Y)

Pengujian hipotesis antara hubungan pengalaman audit (X3) terhadap

kualitas Audit (Y) secara grafik disajikan sebagai berikut:

Pengalaman Audit

(X3)Kualitas Audit (Y)

Berdasarkan hasil analisis, koefisien hubungan antara pengalaman audit

(X3) dengan Kualitas Audit (Y) adalah sebesar 0.336 dengan p-value sebesar

0.000. Karena nilai p-value < 0.05 mengindikasikan bahwa Pengalaman audit

(X3) signifikan terhadap Kualitas Audit (Y). Karena koefisien bertanda positif

mengindikasikan hubungan searah. Artinya semakin tinggi nilai Pengalaman

audit (X3), akan mengakibatkan semakin tinggi pula nilai Kualitas Audit (Y).

H4. Pengaruh Langsung antara Tekanan Anggaran Waktu (X4) terhadap

Kualitas Audit (Y)

Pengujian hipotesis antara hubungan Tekanan anggaran waktu (X4)

terhadap Kualitas Audit (Y) secara grafik disajikan sebagai berikut:

Tekanan Angaran

Waktu (X4)Kualitas Audit (Y)

Berdasarkan hasil analisis, koefisien hubungan antara Tekanan anggaran

waktu (X4) dengan Kualitas Audit (Y) adalah sebesar 0.330 dengan p-value

sebesar 0.000. Karena nilai p-value < 0.05 mengindikasikan bahwa Tekanan

70

anggaran waktu (X4) berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit (Y). Karena

koefisien bertanda positif mengindikasikan hubungan searah. Artinya semakin

tinggi nilai Tekanan anggaran waktu (X4), akan mengakibatkan semakin tinggi

nilai Kualitas Audit (Y).

71

BAB VI

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis yang telah diakukan pada bab V, maka terlihat

bahwa variabel objektivitas (X1), independensi (X2), pengalaman audit (X3) dan

tekanan anggaran waktu (X4) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

kualitas audit (Y). Hal ini juga menjelaskan bahwa hipotesis pertama (H1),

hipotesis kedua (H2), hipotesis ketiga (H3) dan hipotesis keempat (H4) dapat di

terima. Adapun pembahasan pengaruh masing-masing variabel independen

terhadap variabel dependen dijelaskan sebagai berikut:

6.1 Pengaruh Objektivitas terhadap Kualitas Audit.

Penelitian ini menemukan bahwa objektivitas (X1) berpengaruh terhadap

kualitas audit (Y). Semakin tinggi objektivitas auditor semakin baik pula kualitas

hasil auditnya. Objektivitas yang tinggi terlihat dari tingginya bebas benturan

kepentingan dan pengungkapan kondisi sesuai fakta akan berdampak pada

tingginya kualitas audit (Y), yang tercermin dari keakuratan temuan audit, sikap

skeptis, nilai rekomendasi, kejelasan laporan, manfaat audit dan tindak lanjut

hasil audit. Penelitian ini juga menemukan bahwa indikator bebas benturan pada

variabel objektivitas, responden memberikan nilai tertinggi dengan nilai rata-rata

responden mempersepsikan variabel objektivitas (X1) dengan rata-rata 3.51

(kategori tinggi). yang berkepentingan sehingga auditor dapat mengemukakan

pendapat menurut apa adanya. Dengan mempertahankan sikap objektivitasnya,

dalam proses pengambilan keputusan, seorang auditor akan selalu berpedoman

72

pada fakta yang ditemukan, tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak

tertentu atau pribadi, sehingga laporan audit yang dihasilkan berkualitas dan

dapat dipertanggung jawabkan.

Dalam menjalankan tugasnya auditor harus mempertahankan

objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak

boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang

diketahuinya atau mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangannya kepada

pihak lain. Prinsip objektivitas menetapkan suatu kewajiban bagi auditor untuk

tidak memihak, jujur secara intelektual dan bebas dari konflik kepentingan. hal ini

disebabkan responden memandang bahwa audit yang berhubungan dengan

pandangan – pandangan subyektif dari pihak lain, tidak mencari-cari kesalahan,

menggunakan pikiran yang logis dalam melakukan tugas audit telah diantipasi

dengan menempatkan auditor pada keadaan bebas dari benturan kepentingan.

Dengan demikian hal tersebut dapat mempengaruhi tingginya kualitas hasil audit,

sehingga objektivitas auditor tetap terjaga terkait dengan tugas pokok dan fungsi

(tupoksi) sebagai APIP yang salah satu tugas pokoknya dalam melakukan audit

terhadap penyimpangan atau penyalahgunaan pengelolaan dana keuangan

daerah terkait penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa semakin tinggi objektivitas

seorang auditor APIP, maka semakin tinggi pula kualitas audit yang dilakukan.

Sebaliknya semakin rendah objektivitas seseorang auditor APIP maka semakin

rendah kualitas audit yang dihasilkan. Hasil penelitian ini memberi bukti bahwa

objektivitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas hasil audit APIP.

Hasil penelitian ini mendukung Stewardship Theory yang menjelaskan

bahwa APIP dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik – baiknya bagi

73

kepentingan publik maupun stakeholder. bahwa APIP sebagai agent adalah

pelayan (steward) akan bertindak sesuai dengan keinginan principal (publik), hal

ini disebabkan auditor memandang bahwa audit yang berhubungan dengan

pandangan – pandangan subyektif dari pihak lain, tidak mencari-cari kesalahan,

menggunakan pikiran yang logis dalam melakukan tugas audit telah diantipasi

dengan menempatkan auditor pada keadaan bebas dari benturan kepentingan

dan pengungkapan kondisi sesuai fakta sesuai. Dengan demikian hal tersebut

dapat mempengaruhi tingginya kualitas hasil audit, sehingga objektivitas auditor

tetap terjaga terkait dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) sebagai APIP yang

salah satu tugas pokoknya dalam melakukan audit terhadap penyimpangan atau

penyalahgunaan pengelolaan dana keuangan daerah.

Pada tinjauan teori Atribusi pada penelitian ini adalah perilaku yang

dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat eksternal atau keadaan tertentu yang

memaksa seseorang melakukan perbuatan tertentu.. Pengaruh perilaku

seseorang inilah yang diyakini dapat membuat seorang auditor dapat berlaku

objektiv atau sebaliknya. Misalnya pengaruh eksternal yaitu kondisi ekonomi,

perilaku seseorang memberikan faslitas selama auditor melakukan tugas

auditnya dan tidak jarang ditemui kasus auditor yang berlaku curang dengan

jalan mau melakukan keinginan klien yang tidak benar hanya karena kompensasi

yang diberikan klien lebih besar jika auditor memenuhi keinginan klien

dibandingkan melaporkan fakta sebenarnya yang terjadi namun hal ini telah

diantisipasi dengan menempatkan auditor bebas dari benturan kepentingan dan

mengungkapkan kondisi sesuai fakta sehingga hasil audit bebas dari pengaruh

ekternal yang pada akhirnya meningkatkan kualitas audit.

Penelitian ini juga mendukung penelitian Sukriah, dkk .(2009) yang

74

mengatakan bahwa objektivitas berpengaruh terhadap kualitas hasil

pemeriksaan dan penelitian Mabruri dan Winata (2010) yang juga mengatakan

bahwa objektivitas berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil audit.

Semakin tinggi tingkat objektivitas auditor, maka semakin baik kualitas hasil

pemeriksaannya.

6.2 Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Hasil Audit.

Penelitian ini menemukan bahwa independensi (X2) berpengaruh

terhadap kualitas audit (Y). Koefisien bertanda positif mengindikasikan bahwa

independensi yang tinggi, akan berdampak pada tingginya tingginya kualitas

audit (Y). Independensi yang tinggi dapat terlihat dari indikator independensi

pelaporan hasil pemeriksaan. Hal ini disebabkan responden memandang audit

yang berhubungan dengan hal-hal yang terkait dengan pelaporan hasil

pemeriksaan untuk menolak pertimbangan yang menganggu proses

pemeriksaan.

Penelitian ini menemukan bahwa indikator pelaporan hasil pemeriksaan,

responden rata-rata memberikan nila tertinggi dengan nilai rata-rata 3,54. Hal ini

sebabkan responden memandang audit yang dilakukan harus bebas dari

modifikasi fakta-fakta, pelaporan menghindari praktek untuk meniadakan

peroalan penting dari laporan kedalam bentuk yang disenangi, bebas dari usaha

tertentu untuk mengesampingkan pertimbangan akuntan pemeriksa terhadap isi

laporan pemeriksaan memliki tanggapan yang positif untuk menjawab

independensi pelaporan hasil audit. Dengan demikian dalam kegiatan audit

independensi auditor APIP dapat terjaga dengan baik dan secara signifikan

75

berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit. Berdasarkan hal tersebut maka

dapat disimpulkan bahwa auditor dalam menjaga independensinya terkait

dengan independensi laporan hasil pemeriksaan rata rata auditor memliki kendali

yang tinggi sebagaimana yang dimaksudkan dalam teori perceived behavioral

control dalam teori planned behavior, sehingga kualitas audit dapat dihasilkan

dengan baik. Hal ini berarti bahwa pelayanan publik yang baik dan berkualitas

tercapai.

Dari.hasil pengujian hipotesis tersebut menunjukkan bahwa semakin

tinggi tingkat tingkat independensi seorang auditor APIP, maka semakin tinggi

pula kualitas audit yang dihasilkan. Sebaliknya semakin rendah independensi

seoran auditor, maka semakin rendah kualitas audit yang dihasilkan. Hail

penelitian ini memberikan bukti bahwa independensi berpengaruh signifikan dan

positif terhadap kualitas audit APIP. Indikator pelaksanaan pemeriksaan pada

variabel independensi ternyata responden member nilai rata – rata terendah yaitu

3,24. Hal ini disebabkan responden masih memiliki kendala dalam pelaksanaan

tugasnya sebagaimana dimaksudkan dalam teori kebutuhan Maslow bahwa

eksistensi auditor Inspektorat Kabupaten sebagai suatu lembaga (agent) yang

dapat dipercaya untuk bertindak sesuai dengan kepentingan public (principal)

haruslah mendapat dukungan oleh APIP lainnya yang memiliki wawasan yang

memadai, kemampuan teknis yang diandalkan dan itegritas yang tinggi,

pengetahuan yang memadai , mutu personel dan keahlian khusus sebagai

potensi yang dimilikinya untuk menghasilkan kualitas audit yang baik.

Penelitian ini mendukung Theory of Planned Behavior terlihat bahwa

seorang auditor yang bersikap independen dan semakin tinggi kontrol atas

dirinya (perceived behavioral control) maka semakin tinggi perilaku

76

independensinya. Dengan demikian auditor dengan sikap independensi yang

tinggi akan meningkatkan kualitas audit APIP. berpengaruh signifikan dan positif

terhadap kualitas audit APIP sehingga dapat memberikan keakuratan temuan

audit, mempunyai sikap skeptis, nilai rekomendasi, kejelasan laporan, manfaat

audit, dan tindak lajut hasil audit yang baik pula.

Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Alim, dkk (2007)

menemukan bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Penelitian Achyarsyah (2015), menemukan bahwa independensi audit atas

laporan keuangan berpengaruh positif terhadap kualitas audit dan dengan

indenpendensi audit maka kualitas dapat dipertahankan. Singgih dan Bawono

(2010) menemukan bahwa independensi berpengaruh secara simultan terhadap

kualitas audit dalam penelitiannya tentang pengaruh independensi, pengalaman,

due professional care dan akuntabilitas terhadap kualitas audit. Christiawan,

Yulius Rogi (2002) menunjukkan bahwa kualitas audit ditentukan oleh dua hal

yaitu kompetensi dan independensi. Penelitian Alim, dkk (2007), berhasil

membuktikan bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas

audit. Penelitian Lauw Tjun Tjun, dkk (2012), menemukan bahwa pengalaman

berpengaruh terhadap kualitas audit. Hasil tersebut menunjukkan semakin lama

masa kerja auditor maka semakin baik pula kualitas audit yang dihasilkan. Hasil

penelitan ini menunjukkan bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor

memiliki independensi yang baik.

6.3 Pengaruh Pengalaman Audit terhadap Kualitas Hasil Audit.

Penelitian ini menemukan bahwa pengalaman audit (X3) berpengaruh

77

terhadap kualitas auditor (Y) yang mengindikasikan bahwa pengalaman audit

yang tinggi, akan berdampak pada tingginya kualitas audit (Y). Pengalaman

audit yang tinggi, terlihat dari lamanya bekerja sebagai auditor dan banyknya

tugas audit akan berdampak pada tingginya kualitas hasil audit (Y) yang

tercermin pada keakuratan temuan audit, sikap skeptis, nilai rekomendasi,

kejelasan laporan, manfaat audit dan Tindak lanjut hasil audit.

Penelitian ini menemukan bahwa indikator lama bekerja sebagai auditor

pada variabel pengalaman audit, responden memberikan nilai tertinggi dengan

nilai rata-rata 3,60. Hal ini disebabkan responden memandang lama bekerja

sebagai auditor merupakan pengalaman yang sangat membantu dalam

mempercepat dan memahami tugas – tugas audit yang diberikan kepadanya.

Dengan demikian hal tersebut mempengaruhi tingginya kualitas audit yang

dihasilkan oleh auditor yang secara positif dapat meningkatkan kepercayaan

sebagai principal serta memberikan kepuasan tersendiri bagi auditor sebagai

aktualisasi diri auditor yang akan memberikan hasil yang positif yaitu tercapainya

kualitas audit yang baik sebagaimana yang dimaksud dalam teori kebutuhan

Maslow. Penelitian ini juga menemukan bahwa indikator banyaknya tugas audit

sebagai auditor pada variabel pengalaman audit, responden memberikan nilai

terendah dengan dengan nilai rata-rata 3,22. Hal ini disebabkan karena

responden berpandangan bahwa banyaknya tugas audit sudah memberikan

pengalaman yang cukup dalam melakukan audit, maka dengan banyaknya

tugas audit mendorong auditor auditor untuk memahami tugas –tugas audit yang

diberikan kepadanya sebagai proses terbentuknya kualitas pengalaman audit

dari seorang auditor. .

78

Hasil pengujian hipotesis tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi

tingkat tingkat pengalaman seorang auditor APIP, maka semakin tinggi pula

kualitas audit yang dihasilkan. Sebaliknya semakin rendah pengalaman audit

seoran auditor, maka semakin rendah kualitas audit yang dihasilkan. Hail

penelitian ini memberikan bukti bahwa pengalaman audit berpengaruh signifikan

dan positif terhadap kualitas audit APIP.

Penelitian ini mendukung teori stewardship yang menjelaskan bahwa

auditor sebagai agen yang memiliki pengalaman audit yang tinggi bertindak

sesuai dengan kepentingan rakyat (principal) yang mengharapkan adanya

kualitas audit yang tinggi dari auditor APIP yang dipercayakan oleh principal.

Dengan demikian eksistensi Inspektorat Kabupaten sebagai suatu lembaga

yang dapat dipercaya untuk bertindak sesuai dengan kepentingan publik dengan

melaksanakan tugas dan fungsinya dengan tepat dapat menghasilkan kualitas

audit yang tinggi sebagaimana yang diamanahkan kepadanya, sehingga

pelayanan public dapat tercapai secara maksimal.

Pada tinjauan teori kebutuhan Maslow terlihat bahwa kebutuhan auditor

dapat dilihat dari kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization) sebagai

kebutuhan yang dirasakan seorang auditor dengan menggunakan pengalaman

dirinya secara maksimal yang dapat terlihat dari tingginya pengaruh bebas

benturan, pengungkapan kondisi sesuai fakta, sikap independensi, independensi

pelaksanaan pemeriksaan, independensi pelaporan hasil pemeriksaan, lama

bekerja auditor, banyaknya tugas audit, alokasa dan ketepatan waktu, sikap

auditor memanfaatkan waktu, keakuratan temuan, sikap skeptos, nilai

rekomendasi, manfaat audit dan tindak lanjut hasil temuan.

79

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman audit yang tinggi

akan meningkatkan kualitas audit APIP. berpengaruh signifikan dan positif

terhadap kualitas audit APIP. Lamanya bekerja sebagai auditor dapat

memberikan keakuratan temuan audit, mempunyai sikap skeptis, nilai

rekomendasi, kejelasan laporan, manfaat audit, dan tindak lajut hasil audit yang

baik pula.

Penelitian ini mendukung Abdolmohamadi dan Wrighy (1987)

menemukan bahwa auditor yang berpengalaman akan membuat judgment yang

relatif lebih baik dalam menjalankan tugas-tugas profesionalnya. Hasil ini

diperkuat dengan temuan dilapangan bahwa auditor APIP dengan lamanya

bekerja sebagai auditor memudahkan APIP untuk dapat memberikan keakuratan

temuan audit, mempunyai sikap skeptis, nilai rekomendasi, kejelasan laporan,

manfaat audit, dan tindak lajut hasil audit yang baik pula.

1.3 Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu terhadap Kualitas Audit

Penelitian ini menemukan bahwa tekanan anggaran waktu (X4)

berpengaruh terhadap kualitas audit. Tekanan anggaran waktu yang terlihat dari

pengalokasian waktu yang ketat dan kaku, penyelesaian pekerjaan tepat waktu

sesuai waktu yang ditentukan, memanfaatkan waktu secara maksimal, batasan

waktu akan berpengaruh terhadap keakuratan temuan audit, sikap skeptik, nilai

rekomendasi, kejelasan laporan, manfaat audit dan tingkat hasil audit.

Penelitian ini menemukan bahwa alokasi dan ketepatan waktu yang ketat

pada variabel tekanan anggaran waktu tanggapan responden cukup tinggi yaitu

dengan nilai rata-rata sebesar 3,60. Hal ini disebabkan responden berpandangan

bahwa alokasi dan ketepatan waktu yang ketat yang diberikan kepadanya akan

80

meningkatkan ketepatan waktu sesuai alokasi waktu yang diberikan kepadanya

sehingga tidak terjadinya disfungsional dalam alokasi waktu.

Hasil dari pengujian hipotesis tersebut menunjukkan bahwa tekanan

anggaran waktu yang tinggi yaitu pengalokasian waktu yang ketat,

menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, memanfaatkan waktu secara maksimal,

batasan waktu dalam audit, berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan

oleh auditor tersebut.

Penelitian ini mendukung theory planned of behavioral terlihat bahwa

menurut perceived control, auditor diharuskan memiliki kendali sepenuhnya atas

setiap perilakunya, sehingga disetiap penugasan audit baik itu time budget

pressure maupun time deadline pressure tidaklah menjadi kendala yang berarti

bagi auditor dalam menyelesaikan tugas auditnya dan kemudian mampu

menghasilkan dan mempertahankan kualitas auditnya.

Pada tinjauan teori Stewardship bahwa sebagai agent yang bekerja

dengan tekanan waktu yang tinggi dan rendah auditor tetap bertindak sesuai

kepentingan publik ( principal) yang mengharapkan adanya kualitas audit yang

tinggi dari seorang APIP yang menerima kepercayaan dari publik, sehingga

eksistensi Inspektorat kabupaten sebagai lembaga yang dapat dipercaya untuk

bertindak sesuai dengan kepentingan public dapat menghailkan kualitas audit

yang tinggi sesuai dengan tugas dan fungsinya, sehingga pelayanan publik dapat

tercapai secara maksimal.

Penelitian ini mendukung penelitian Edland (1987) yang mengatakan

bahwa dalam tekanan anggaran waktu tinggi auditor memberikan pertimbangan

lebih besar kepada atribut yang paling penting dalam pembuatan keputusan,

sehingga dalam tekanan anggaran waktu auditor akan mempertimbangkan

81

resiko kesalahn dalam memutuskan apakah menggunakan perilaku penurunan

kualitas audit atau tidak. Dalam tekanan anggaran waktu tinggi diharapkan

auditor akan menjamin pekerjaannya dilakukan dengan selayaknya. Hasil ini

justru memberikan respon yang positif dengan memberikan APIP untuk dapat

memberikan keakuratan temuan audit, mempunyai sikap skeptis, nilai

rekomendasi, kejelasan laporan, manfaat audit, dan tindak lajut hasil audit yang

baik, bahwa secara positif tekanan anggaran waktu berpengaruh terhadap

peningkatan kualitas audit.

82

BAB VII

PENUTUP

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian ini yang menguji adanya

pengaruh objektivitas, indepedensi, pengalaman auidt dan tekanan anggaran

waktu terhadap kualitas audit APIP pada Kabupaten Luwu dan Luwu Utara

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Objektivitas berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil audit. Artinya

peningkatan objektivitas memberi dampak positif terhadap kualitas hasil

audit yang dilakukan auditor pada Inspektorat di kabupaten Luwu dan Luwu

Utara. Semakin tinggi objektivitas yang dimiliki auditor semakin tinggi sikap

kualitas audit.

2. Independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil audit.. Artinya

peningkatan Independensi memberi dampak positif terhadap kualitas hasil

audit yang dilakukan auditor pada Inspektorat di kabupaten Luwu dan Luwu

Utara. Semakin tinggi Independensi yang dimiliki auditor semakin tinggi

sikap kualitas audit.

3. Pengalaman audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil audit..

Artinya peningkatan pengalaman audit memberi dampak positif terhadap

kualitas hasil audit yang dilakukan auditor pada Inspektorat di kabupaten

Luwu dan Luwu Utara. Semakin tinggi pengalaman audit yang dimiliki

auditor semakin tinggi sikap kualitas audit.

4. Tekanan anggaran waktu berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil

audit. Artinya peningkatan tekanan anggaran waktu memberi dampak

83

positif terhadap kualitas audit yang dilakukan auditor APIP pada

Inspektorat di kabupaten Luwu dan Luwu Utara. Semakin tinggi tekanan

anggaran waktu yang dimiliki auditor semakin tinggi kualitas audit.

7.2. Implikasi

Penelitian ini memberikan implikasi praktis bagi Inspektorat kabupaten

Luwu dan Luwu Utara, agar meningkatkan objektivitas, independensi,

pengalaman audit dan tekanan anggaran waktu bagi seluruh auditor di

wilayahnya. Hal ini dapat dilihat bahwa tingginya objektivitas, independensi,

pengalaman audit dan tekanan anggaran waktu bagi auditor maka semakin tinggi

kualitas hasil auditnya. Selanjutnya bagi APIP Inspektorat Kabupaten Luwu dan

Luwu Utara selain implikasi praktis, implikasi teoritis dari penelitian ini juga

memberikan hasil dimana penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan

ilmu lebih lanjut khususnya yang berkaitan dengan tingginya objektivitas,

independensi, pengalaman audit dan tekanan anggaran waktu dan kualitas hasil

audit.

7.3. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tidak terlepas dari adanya beberapa

keterbatasan yang dapat mengurangi kualitas hasil penelitian. Keterbatasan-

keterbatasan tersebut antara lain:

1. Data dalam penelitian ini terbatas hanya pada populasi APIP Inspektorat

Kabupaten Luwu dan Luwu Utara sehingga hasil penelitian tidak dapat

digeneralisasikan untuk APIP pada daerah lainnya.

84

2. Penelitian ini hanya menggunakan empat variabel bebas yaitu

objektivitas, indepedensi, pengalaman audit dan tekanan anggaran waktu

sehingga kesimpulan terhadap kualitas audit masih belum optimal.

3. Penelitian ini dilakukan di saat beberapa auditor APIP sedang melakukan

tugas pemeriksaan, sehingga jawaban yang diberikan responden masih

terkesan terburu-buru.

7.4. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, beberapa saran kepada penelitian

berikutnya yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas audit Inspektorat,

yaitu :

1. Lembaga Inspektorat di wilayah Kabupaten Luwu dan Luwu Utara tetap

menjaga kualitas auditnya dengan meningkatkan objektivitas,

independensi, pengalaman audit dan tekakanan anggaran waktu sehingga

kualitas hasil audit semakin tinggi.

2. Penelitian ini hanya menggunakan variabel objektivitas, independensi,

pengalaman audit, tekanan anggaran waktu terhadap kualitas audit

sehingga disarankan kepada peneliti selanjunya hendaknya dapat

memperluas variabel - variabel hipotesis yang digunakan untuk mendalami

penelitian yang berkaitan dengan kualitas audit.

3. Terkait dengan auditor APIP dalam lingkup Inspektorat Luwu dan Luwu

Utara agar memperhatikan indikator-indikator bebas benturan,

pengungkapan kondisi sesuai fakta, sikap independensi auditor,

independensi pelaksanaan penugasan, pelaporan hasil pemeriksaan, lama

bekerja, alokasi dan ketepatan waktu, sikap memanfaatkan waktu,

85

keakuratan temuan audit, sikap skeptis, nilai rekomendasi, kejelasan

laporan, manfaat audit dan tindak lanjut hasil audit yang telah terbukti

secara empiris berpengaruh terhadap peningkatan kualitas audit.

86

Daftar Pustaka

AAA Financial Accounting Standard Committee, 2000. Commentary: SEC Auditor Independence Requirements. Accounting Horizons, Vol. 15 No.4 December 2001, hal: 373-386.

Ajzen, Icek. 1991. Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and Human Decision Processes,Vol. 50 Issue 2, hal : 179-211.

Annesa Adriyani, Andreas, Hardi, 2013. Pengaruh Keahlian, Independensi, Kecakapan Profesional, Tingkat Pendidikan Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Dengan Pengalaman Kerja Sebagai Variabel Moderating. Jurnal Akuntansi Keuangan dan Bisnis Vol. 6, Desember 2013, hal:10-18.

Arens, A. A., Randal J.E dan Mark S.B. 2004. Auditing dan Pelayanan Verifikasi.Pendekatan Terpadu. Jilid 1, Edisi Kesembilan. Penerbit PT. Indeks. Jakarta.

Arens, Alvin A. James L. Loebbecke 2008, Auditing Pendekatan Terpadu, Terjemahan oleh Amir Abadi Yusuf, Buku Dua, Edisi Indonesia, Salemba Empat, Jakarta.

Ben Zur, H and S.J Breznitz. 1981. The Effect of Time Pressure on Risky Choice Behaviour. Acta Psychologica 14.

Bouman, Marinus J, dan Bradley Wray E (1997). Judgement and Decision Making, Part II: Expertise, Consensus and Accuracy, Behaviour Accounting Research: Fondation and Frontiers. American Accounting Association, hal: 89 – 123.

Castellani, Justinia. 2008. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor pada Kualitas Audit. Trikonomika, 7(2).

Chun, Cai .2007. On The Functions and Objectives Of Audit internal and Their Underlying Conditions. Managerial Auditing Journal.Vol 12 Iss 4/5, hal: 247-250.

Christiawan, Yulius Jogi. 2002. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol.4,No. 2, November, hal: 79 - 92.

Cook, E., and T. Kelley, 1991, An International Comparison of Audit Time Budget Pressures: The United States and New Zealand, The Women CPA, (Spring), hal: 25-30.

87

De Angelo, L.E. 1981. Auditor Size and Audit Quality.Journal of Accounting and Economics. December, hal: 183-199.

Donal. L. Deis & Dan Gari A. Giroux. 1992. Determinants of Audit Quality in The Public PublicDeZoort, F. T. 1998. Time Pressure Research in Auditing: Implication for Practice. The Auditor’s Report. Vol 22 No.1, hal:11-14.

Eddy Sarwono, Aris. 2001. Analisis Pengaruh Tindakan Supervisi terhadap Kepuasan Kerja.Auditor Pemula.Tesis Universitas Diponegoro Semarang.

Effendi, Muh.Taufiq. 2010. Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Motivasi terhadap Kualitas Audit pada Aparat Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah Kota Gorontalo). Tesis.Program Pasca Sarjana UniversitasDiponegoro Semarang.

Endaya, Khaled Ali and Mustafa Mohd Hanefa.2013. Internal Audit Effectiveness: An Approach Proposition to Develop the Theoretical Framework. Research Journal of Finance and Accounting ISSN 2222- 1697 (Paper) ISSN 2222-2847 (Online) Vol.4, No.10, 2013fh.

Ely Suhayati.,& Siti Kurnia Rahayu. (2010). AUDITING, Konsep Dasar dan Pedoman Pemeriksaan Akuntan Publik.Yogyakarta : Graha Ilmu.

Firth M, 1980.Perception of Auditor Independence and Official Ethical Guidelines.The Accounting Review, Vol. LV, No. 3, July 1980, hal: 451- 466.

Hahn, Rainer Lenz Ulrich.2015. A Syntesis of The Empirical Audit internal Effectiveness Literature Pointing to New Research

Idris, Kartika Hanafi. 2012. Dimensi Internal Control dan Internal auditor Dalam Accountabilty Dan Fraud Prevention. Disertasi. Makassar: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Hasanuddin.

J.P. Russel, 2000. The Quality Audit Handbook second edition ASQ Quality, United States of America.

Knoers dan Haditono, 1999. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagian, Cetakan ke-12, Gajah Mada University Press, Yogyakarta

Kelley,T. dan Margheim, L. 1990. The Impact of Time Budget Pressure, Personality, and Leadership Variables on Dysffunctional Auditor Behavior.Auditing: A Journal of Practice & Theory. Vol 9 No.2, hal:21-24.

Keputusan Presiden no 14 tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi.

88

Libby.R. and D.M.Fredrick, 1990.Experience and the ability to explain auditing findings.Journal of accounting Research.

Lowensohn, S., L. E. Johnson., R. J. Elder dan S. P. Davies. 2007. Auditor Specialization, Perceived Audit Quality, and Audit Fee in the Local Government Audit Market. Journal of Accounting and Public Policy, 26, hal: 705-732

Mahmudah, Hadi. 2015. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern, Dukungan Manajemen, Profesionalism Audit dan terhadap Keefektifan Audit Internal Pemerintah Daerah.

Mabruri dan Winarna. 2010. Analisis Faktor-Faktor Mempengaruhi Hasil Audit di Lingkungan Pemerintah daerah. Simposium Nasional Akuntansi XIII :

Purwokerto.

Masran, Hasbia, Gagaring Pagalung, Abdul Hamid Habbe. Pengaruh Kompetensi, Integritas, Objektivitas dan Independensi Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) terhadap Kualitas Audit. Jurnal.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unuversitas Hasanuddin.

Martini. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Audit. Universitas Budi Luhur. Jakarta.

Musdar, Muh, Syarifuddin, Arifuddin. 2014. Analisis faktor yang mempengaruhi kualitas audit Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP). Studi Empiris pada Inspektorat kabupaten Wakatobi. Tesis.Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.Makasar.

Messier.F.W, dkk (2005).Jasa Audit dan Assurance. Suatu Pendekatan Sistematis. Diterjemahkan oleh Nuri Hinduan.Edisi 4 buku 1 dan 2.Jakarta Salemba Empat.

Mihret, D. G. & Yismaw, A. W. 2007. “Internal Audit Effectiveness: An Ethiopian Public Sector Case Study”. Managerial Auditing Journal, 22(5), hal: 470-484

Otley, D. T & Pierce, B. J. (1996). Auditor time budget pressure: consequences and antecedents. Accounting, Auditing & Accountability Journal

Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia No. 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).

Permenpan No. PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah

Pusdiklatwas BPKP. 2005. Kode Etik Standar Audit. Jakarta.

89

Riyanto, Bambang. 2013. The Impact Of Agreebleness, Extraversion, and Independence on Profesional Skepticism: An Empirical Assement of New Recruits of the Indonesian Supreme Audit Institution.

Shelton, Sandra Waller. 1999. The Effect of Experience on The Use of Irrelevant Evidence in Auditor Judgment. The Accounting Review 74(2) hal: 217-224.

Stephen P. Robbins. 1996.Perilaku Organisasi, Konsep, Kontroversi danAplikasi. Alih Bahasa : Hadyana Pujaatmaka. Edisi Keenam. Penerbit PT.Bhuana Ilmu Populer, Jakarta. Kotter, John P., Heskett, James.

Sukriah, dkk.2009, Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan.Simposium Nasional Akuntansi XII, Palembang.

Svenson, O., and Edland. 1987. Change of Preferences Under Time Pressure Chioces and Judgements. Scandinavians Journal of Psychology 29 (4).

Standar Profesi Akuntan Publik, 1999 seksi 220 PSA No.04.

Sawyer, Lawrence B, Dittenhofer Mortimer A, Scheiner James H, 2006, Internal Auditing, Diterjemahkan oleh : Ali Akbar, Jilid 3, Edisi 5. Jakarta. Salemba Empat.

Tjun Tjun, Lauw, Elyzabet Indrawati Marpaung, dan Santy Setiawan. 2012. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit.Jurnal Akuntansi Vol.4 No. 1 Mei 2012, hal: 33-56.

United States Government Accountability Office (GAO).Generally Accepted Government Auditing Standards (GAGAS), Government Auditing Standards.2011 Revision. 2011.

Van Gansberghe, C.N., 2005. Internal auditing in the public sector: a consultative forum in Nairobi, Kenya, shores up best practices for government audit professionals in developing nations’, Internal Auditor, 62, 4, hal:. 69-73..

Wahyu, Anita Indrasti. 2011. “Pengaruh Kompetensi, Independensi, Kompleksitas Tugas, Objektivitas dan Intergritas Auditor terhadap kualitas Hasil Audit (Studi Empirik pada 25 Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta Pusat Tahun 2011)”. Universitas Budi Luhur Jakarta.

Wahjosumidjo, 1987.Kepemimpinan dan Motivasi, Jakarta: Ghalia Indonesia

Wandawa Sarmado Putu. 2013. Kualitas Audit Sektor Publik Studi Pada Kantor Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. Tesis. Fakultas Ekonomi Sebelas Maret Universitas Surakarta.

90

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian

91

92

93

94

Lampiran 2. Identitas Responden

95

Lampiran 3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

A. Variabel Objektifitas (X1)

96

B. Variabel Independensi (X2)

97

C. Variabel Pengalaman (X3)

98

D. Variabel Tekanan Anggaran Waktu (X4)

99

E. Variabel Kualitas audit (Y)

100

Lampiran 4. Statistika Deskriptif Tiap Variabel Penelitian

A. Variabel Objektifitas (X1)

101

B. Variabel Independensi (X2)

102

103

C. Variabel Pengalaman (X3)

104

105

D. Variabel Tekanan Anggaran Waktu (X4)

106

107

E. Variabel Kualitas audit (Y)

108

109

Lampiran 5. Hasil Analisis Regresi Model 1

A. Asumsi Normalitas

110

B. Asumsi Multikolinieritas

C. Asumsi Homogenitas

111

D. Asumsi Linieritas

112

113

114

E. Analisis Regresi

Regression