estimasi parameter model regresi probit dengan metode

15
Estimasi Parameter Model Regresi Probit Dengan Metode Ridge Pada Data yang Mengandung Multikolinieritas Sri Irma Yani 1* , Anisa 2* , Amran 3* Abstrak Model regresi probit merupakan suatu model regresi yang digunakan ketika variabel respon yang bertipe kategorik berupa variabel dikotomi yang menunjukkan ada atau tidaknya kriteria atribut dengan menggunakan nilai 0 atau 1. Terdapat banyak cara yang dapat digunakan untuk mengestimasi parameter model regresi probit, salah satunya dengan menggunakan metode maximum likelihood estimation (MLE). Namun, ketika terjadi multikolinieritas antar variabel prediktor, maka variansi semakin membesar yang menyebabkan estimasi dengan MLE menjadi tidak efisien. Salah satu metode untuk menangani multikolinearitas adalah regresi ridge. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh estimasi parameter model regresi probit dengan menggunakan metode ridge pada data yang mengandung multikolinearitas. Pendugaan paremeter pada model regresi probit dengan metode ridge melibatkan penambahan konstanta bias () ke setiap elemen diagonal matriks. Penelitian ini diaplikasikan pada data kemiskinan kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2017. Variabel respon yang bersifat kategorik dalam penelitian ini yaitu persentase penduduk miskin sesuai indikator kemiskinan dari Badan Pusat Statistik dan variabel prediktor yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan yaitu pengeluaran perkapita, ketenagakerjaan, fasilitas perumahan dan pendidikan. Hasil yang diperoleh adalah nilai mean square error (MSE) dari penduga parameter dengan metode ridge sebesar 0.3672 sedangkan dengan metode MLE diperoleh MSE sebesar 4.5108 dan metode klasik, yaitu metode Ordinary Least Square diperoleh MSE sebesar 10.19. Hal ini menunjukkan bahwa metode ridge lebih efektif digunakan untuk mengatasi masalah multikolinearitas. Kata kunci: Regresi Probit, Multikolinieritas, Maximum Likelihood Estimation, Ridge, Mean Square Error. ABSTRACT The probit regression model is a regression model that is used when the response variable with the categorical type is a dichotomous variable that indicates the presence or absence of attribute criteria using a value of 0 or 1. There are many ways that can be used to estimate the parameters of the probit regression model, one of them using the maximum method likelihood estimation (MLE). However, when there is multicollinearity between predictor variables, the variance will increase which will make estimation with MLE inefficient. One method for dealing with multicollinearity is ridge regression. The estimation of parameters in the probit regression model with the ridge method involves adding a bias constant (k) to each diagonal element of the matrix. This study aims to obtain parameter estimates of probit regression models using the ridge method on data containing multicollinearity. This study was applied to the poverty data of districts / cities in South Sulawesi Province in 2017. Categorical response variables in this study were the percentage of poor people according to poverty indicators from the Central Statistics Agency and predictor variables namely factors that influence poverty, namely expenditure per capita, employment housing and education facilities. The results obtained are the mean square error (MSE) of the parameter estimator with the ridge method of 0.3672 while the MLE method obtained by MSE is 4.5108 and the classical method, namely the Ordinary Least Square method obtained by MSE is 10.19. This shows that the ridge method is more effectively used to overcome multicollinearity problems. Keywords: Probit Regression, Multicollinearity, Maximum Likelihood Estimation, Ridge, Mean Square Error. *Program Studi Statistika, Universitas Hasanuddin Email : 1 [email protected], 2 [email protected], 3 [email protected]

Upload: khangminh22

Post on 19-Jan-2023

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Estimasi Parameter Model Regresi Probit Dengan Metode Ridge Pada

Data yang Mengandung Multikolinieritas

Sri Irma Yani1*, Anisa2*, Amran3*

Abstrak

Model regresi probit merupakan suatu model regresi yang digunakan ketika variabel respon yang bertipe

kategorik berupa variabel dikotomi yang menunjukkan ada atau tidaknya kriteria atribut dengan menggunakan

nilai 0 atau 1. Terdapat banyak cara yang dapat digunakan untuk mengestimasi parameter model regresi probit,

salah satunya dengan menggunakan metode maximum likelihood estimation (MLE). Namun, ketika terjadi

multikolinieritas antar variabel prediktor, maka variansi semakin membesar yang menyebabkan estimasi dengan

MLE menjadi tidak efisien. Salah satu metode untuk menangani multikolinearitas adalah regresi ridge. Penelitian

ini bertujuan untuk memperoleh estimasi parameter model regresi probit dengan menggunakan metode ridge

pada data yang mengandung multikolinearitas. Pendugaan paremeter pada model regresi probit dengan metode

ridge melibatkan penambahan konstanta bias (๐‘˜) ke setiap elemen diagonal matriks. Penelitian ini diaplikasikan

pada data kemiskinan kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2017. Variabel respon yang bersifat

kategorik dalam penelitian ini yaitu persentase penduduk miskin sesuai indikator kemiskinan dari Badan Pusat

Statistik dan variabel prediktor yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan yaitu pengeluaran perkapita,

ketenagakerjaan, fasilitas perumahan dan pendidikan. Hasil yang diperoleh adalah nilai mean square error

(MSE) dari penduga parameter dengan metode ridge sebesar 0.3672 sedangkan dengan metode MLE diperoleh

MSE sebesar 4.5108 dan metode klasik, yaitu metode Ordinary Least Square diperoleh MSE sebesar 10.19. Hal

ini menunjukkan bahwa metode ridge lebih efektif digunakan untuk mengatasi masalah multikolinearitas.

Kata kunci: Regresi Probit, Multikolinieritas, Maximum Likelihood Estimation, Ridge, Mean Square

Error.

ABSTRACT

The probit regression model is a regression model that is used when the response variable with the categorical

type is a dichotomous variable that indicates the presence or absence of attribute criteria using a value of 0 or 1.

There are many ways that can be used to estimate the parameters of the probit regression model, one of them

using the maximum method likelihood estimation (MLE). However, when there is multicollinearity between

predictor variables, the variance will increase which will make estimation with MLE inefficient. One method for

dealing with multicollinearity is ridge regression. The estimation of parameters in the probit regression model

with the ridge method involves adding a bias constant (k) to each diagonal element of the matrix. This study aims

to obtain parameter estimates of probit regression models using the ridge method on data containing

multicollinearity. This study was applied to the poverty data of districts / cities in South Sulawesi Province in

2017. Categorical response variables in this study were the percentage of poor people according to poverty

indicators from the Central Statistics Agency and predictor variables namely factors that influence poverty,

namely expenditure per capita, employment housing and education facilities. The results obtained are the mean

square error (MSE) of the parameter estimator with the ridge method of 0.3672 while the MLE method obtained

by MSE is 4.5108 and the classical method, namely the Ordinary Least Square method obtained by MSE is 10.19.

This shows that the ridge method is more effectively used to overcome multicollinearity problems.

Keywords: Probit Regression, Multicollinearity, Maximum Likelihood Estimation, Ridge, Mean

Square Error.

*Program Studi Statistika, Universitas Hasanuddin

Email : [email protected], [email protected], [email protected]

1. Pendahuluan Model regresi probit adalah model tak linier yang digunakan untuk menganalisis hubungan

antara satu variabel respon dan beberapa variabel bebas, dengan variabel responnya berupa data

kualitatif dikotomi yaitu bernilai 1 untuk menyatakan keberadaan suatu karakteristik dan bernilai

0 untuk menyatakan ketidakberadaan suatu karakteristik [25]. Permasalahan yang sering terjadi

pada regresi probit dengan variabel prediktor lebih dari satu adalah terjadi korelasi antar variabel-

variabel prediktor tersebut yang disebut sebagai multikolinieritas. Hal ini mengakibatkan

penduga/estimator yang dihasilkan menjadi tidak efisien sehingga variansi dari koefisien regresi

menjadi tidak minimum serta variabel prediktor tidak signifikan mempengaruhi variabel respon,

meskipun nilai koefisien determinasinya (R2) tinggi sehingga model yang didapatkan menjadi

kurang layak.

Metode ridge merupakan salah satu metode untuk mengatasi masalah multikolinearitas yakni

dengan cara menambahkan suatu konstanta positif (k) yang kecil pada elemen diagonal matriks

๐‘ฟ๐‘ก๐‘ฟ, yang mengakibatkan matriks ๐‘ฟ๐‘ก๐‘ฟ menjadi matriks non-singular. Berdasarkan uraian diatas,

pada penelitian ini penulis mengkaji tentang estimasi parameter model regresi prob it. Sehingga

penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian Estimasi Parameter Model Regresi Probit

Dengan Metode Ridge Pada Data yang Mengandung Multikolinieritas.

2. Tinjauan Pustaka

2.1 Estimasi Parameter

Estimasi merupakan suatu pernyataan untuk menduga hubungan mengenai parameter populasi

yang tidak diketahui menggunakan sampel (statistik), dalam hal ini peubah acak yang diambil dari

populasi yang bersangkutan. Jadi dengan estimasi, keadaan populasi dapat diketahui [8]. Adapun

sitat-sifat estimator yang baik adalah sebagai berikut:

1) Unbiased

Suatu hal yang menjadi tujuan dalam mengestimasi adalah estimator harus mendekati nilai

sebenarnya dari parameter yang diduga tersebut.

2) Efisien

Suatu estimator misalkan ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ dikatakan efisien bagi parameter ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ apabila penduga tersebut

mempunyai variansi yang kecil.

3) Konsisten

Suatu estimasi dikatakan konsisten apabila nilai estimasi tersebut sama dengan parameter yang

diestimasi.

2.2 Analisis Regresi

Analisis regresi adalah teknik analisis yang mencoba menjelaskan bentuk hubungan antara

peubah-peubah yang mendukung sebab akibat. Prosedur analisisnya didasarkan atas distribusi

probabilitas bersama peubah-peubahnya. Tujuan utama dari analisi regresi adalah untuk

mendapatkan dugaan dari suatu variabel dengan menggunakan variabel lain yang diketahui.

2.2.1 Regresi Linier Berganda

Persamaan model regresi linier dengan ๐‘˜ variabel bebas diberikan sebagai

๐‘Œ = ๐›ฝ0 + ๐›ฝ1๐‘‹1 + ๐›ฝ2๐‘‹2 + โ‹ฏ+ ๐›ฝ๐‘๐‘‹๐‘ + ๐œ€ (2.1)

dengan,

๐‘Œ = variabel respon

๐‘‹1, ๐‘‹2, โ€ฆ , ๐‘‹๐‘ = variabel prediktor

๐›ฝ0, ๐›ฝ1, ๐›ฝ2, โ€ฆ , ๐›ฝ๐‘ = parameter

๐œ€ = galat

Bila pengamatan ๐‘Œ, ๐‘‹1, ๐‘‹2, โ€ฆ , ๐‘‹๐‘ dinyatakan masing-masing dengan ๐‘Œ๐‘– , ๐‘‹๐‘–1, ๐‘‹๐‘–2, โ€ฆ , ๐‘‹๐‘–๐‘ dan

galatnya ๐œ€๐‘–, maka Persamaan (2.1) dapat dituliskan sebagai

๐‘Œ๐‘– = ๐›ฝ0 + ๐›ฝ1๐‘‹๐‘–1 + ๐›ฝ2๐‘‹๐‘–2 + โ‹ฏ+ ๐›ฝ๐‘๐‘‹๐‘–๐‘ + ๐œ€๐‘–, ๐‘– = 1,2,โ€ฆ , ๐‘› (2.2)

dengan mean ๐ธ(๐œ€๐‘–) = 0 dan variansinya ๐œŽ2(๐œ€๐‘–) = ๐œŽ2, dan tidak berkorelasi

sehingga kovariansinya ๐ธ(๐œ€๐‘–, ๐œ€๐‘—) = 0,๐‘– โ‰  ๐‘—, ๐‘– = ๐‘™ = 1,2,โ€ฆ , ๐‘›. Apabila dinotasikan dalam bentuk

matriks, menjadi

[

๐‘Œ1

๐‘Œ2

โ‹ฎ๐‘Œ๐‘›

] =

[ 1 ๐‘‹11 โ€ฆ ๐‘‹1๐‘

1โ‹ฎ1

๐‘‹21

โ‹ฎ๐‘‹๐‘›1

โ€ฆโ‹ฑโ€ฆ

๐‘‹2๐‘

โ‹ฎ๐‘‹๐‘ ]

[

๐›ฝ0

๐›ฝ1

โ‹ฎ๐›ฝ๐‘

] + [

๐œ€1

๐œ€2

โ‹ฎ๐œ€๐‘›

] (2.3)

Persamaan (2.3) dapat dinyatakan sebagai [17]

๐’€ = ๐‘ฟ๐œท + ๐œบ (2.4)

dengan,

๐’€ = vektor variabel respon (ukuran ๐‘› ร— 1)

๐‘ฟ = matriks variabel prediktor ukuran (๐‘› ร— (๐‘ + 1))

๐œท = vektor parameter (ukuran (๐‘ + 1) ร— 1)

๐œบ = vektor galat (ukuran ๐‘› ร— 1)

Persamaan matriks (2.4) dikenal sebagai penyajian matriks model regresi linier (๐‘-variabel).

2.2.1 Regresi Probit

Regresi probit merupakan regresi nonlinier yang digunakan untuk menganalisis hubungan

antara satu variabel respon dengan beberapa variabel prediktor, dengan variabel respon berupa

data kualitatif dikotomi yaitu bernilai 1 untuk menyatakan keberadaan sebuah atribut dan bernilai

0 untuk menyatakan ketidakberadaan sebuah atribut [4]. Menurut Skrondal & Hesketh [23],

regresi probit merupakan modifikasi regresi logistik dengan menetapkan persamaan regresi logit

berdistribusi normal.

Model regresi probit ditunjukkan pada persamaan [13]

๐‘ฆ๐‘–โˆ— = ๐‘ฅ๐‘–โ€ฒ๐œท + ๐œ€๐‘– (2.5)

dengan ๐‘ฆ๐‘–โˆ— merupakan variabel laten, ๐‘ฅ๐‘– adalah baris ke-i dari ๐‘ฟ yang merupakan matriks berordo

๐‘› ร— (๐‘ + 1) dengan ๐‘ merupakan banyaknya variabel prediktor, ๐œท adalah vektor koefisien (๐‘ +

1) ร— 1 dan ๐œ€๐‘– adalah error yang diasumsikan berdistribusi normal. Variabel laten tidak dapat

diamati secara langsung, namun dapat dianalisis melalui variabel dummy sebagai berikut:

๐‘ฆ๐‘– = {1, ๐‘—๐‘–๐‘˜๐‘Ž ๐‘ฆ๐‘–

โˆ— > 0

0, ๐‘ข๐‘›๐‘ก๐‘ข๐‘˜ ๐‘ฆ๐‘–โˆ— ๐‘™๐‘Ž๐‘–๐‘›๐‘›๐‘ฆ๐‘Ž

๐‘ฆ๐‘– berdistribusi ๐ต๐‘’(๐œ‹๐‘–), dengan ๐œ‹๐‘– = ะค(๐‘ฅ๐‘–โ€ฒ๐œท) dan ะค adalah fungsi distribusi normal standar.

2.3 Metode Maximum Likelihood Estimator

Metode Maximum Likelihood Estimator (MLE) merupakan metode yang digunakan dalam

menduga parameter regresi logistik. Karena setiap observasi bersifat independen, maka bentuk

umum fungsi likelihood dari distribusi Bernoulli adalah [2]:

๐ฟ(๐œท) = โˆ๐‘“(๐‘ฆ๐‘–)

๐‘›

๐‘–=1

= โˆ ๐œ‹๐‘–๐‘ฆ๐‘–(1 โˆ’ ๐œ‹๐‘–)

1โˆ’๐‘ฆ๐‘–๐‘›๐‘–=1 (2.6)

dengan

๐œ‹๐‘– =exp (๐›ฝ0+๐›ฝ1๐‘ฅ๐‘–1+๐›ฝ2๐‘ฅ๐‘–2+โ‹ฏ+๐›ฝ๐‘˜๐‘ฅ๐‘–๐‘˜)

1+exp (๐›ฝ0+๐›ฝ1๐‘ฅ๐‘–1+๐›ฝ2๐‘ฅ๐‘–2+โ‹ฏ+๐›ฝ๐‘˜๐‘ฅ๐‘–๐‘˜)

=exp (โˆ‘ ๐›ฝ๐‘—๐‘‹๐‘–๐‘—)

๐‘˜๐‘—=0

1+exp (โˆ‘ ๐›ฝ๐‘—๐‘‹๐‘–๐‘—)๐‘˜๐‘—=0

=exp (๐‘ฟ๐’Š๐œท)

1+exp (๐‘ฟ๐’Š๐œท), ๐‘– = 1,2, โ€ฆ , ๐‘›

dengan ๐‘ฟ๐’Š = (1, ๐‘ฅ๐‘–1, ๐‘ฅ๐‘–2, โ€ฆ , ๐‘ฅ๐‘–๐‘˜) dan ๐œท = (๐›ฝ0 ๐›ฝ1 ๐›ฝ2 โ€ฆ๐›ฝ๐‘˜)๐‘ก

Perhitungan lebih mudah dilakukan dengan memaksimumkan fungsi likelihood yang disebut

fungsi log-likelihood berupa logaritma natural dari fungsi likelihood tersebut, sehingga dituliskan

sebagai:

โ„“ = ln ๐ฟ(๐œท) = ln(โˆ๐œ‹๐‘–๐‘ฆ๐‘–(1 โˆ’ ๐œ‹๐‘–)

1โˆ’๐‘ฆ๐‘–

๐‘›

๐‘–=1

)

= โˆ‘ {โˆ’ ln (1 + exp(๐‘ฟ๐’Š๐œท)) + ๐‘ฆ๐‘– ๐‘ฟ๐’Š๐œท}๐‘›๐‘–=1 (2.7)

Penduga varian dan kovarian diperoleh dari turunan kedua fungsi log likelihood, sebagai

berikut [14]:

๐œ•2โ„“

๐œ•2๐›ฝ= โˆ’โˆ‘ (๐‘ฟ๐‘–

2๐œ‹๐‘–(1 โˆ’ ๐œ‹๐‘–)) =๐‘›๐‘–=1 โˆ’ โˆ‘ (๐‘ฟ1

2๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘–)๐‘›๐‘–=1

= โˆ’๐‘ฟ๐‘ก๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘ฟ (2.8)

dengan ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ = ๐‘‘๐‘–๐‘Ž๐‘”[๐œ‹๐‘–(1 โˆ’ ๐œ‹๐‘–)]

Karena model regresi logistik merupakan fungsi nonlinear, maka proses perhitungan MLE

dapat didekati dengan metode Weighted Least Square (WLS) yang dapat ditulis sebagai berikut:

๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘Š๐ฟ๐‘† = (๐‘ฟ๐‘ก๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘ฟ)โˆ’1

๐‘ฟ๐‘ก๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ (2.9)

Metode ini merupakan pengembangan dari metode fisher scoring [2]. Penduga parameter

dengan metode fisher scoring pada iterasi ke-๐‘ก + 1 dalam proses iterasi ๐‘ก= 0, 1, 2 ,... adalah

sebagai berikut :

๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘ก+1 = ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘ก + ๐‘ฐโˆ’1(๐œท๐‘ก)๐‘บ(๐œท๐‘ก) (2.10)

dengan

๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘ก dan ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘ก+1 : vektor untuk ๐œท pada iterasi ke-t dan ke-t + 1

๐‘ฐโˆ’1(๐œท๐‘ก) : matriks informasi yang berisi negatif ekspektasi dari turunan kedua ln-likelihood

terhadap ๐œท๐‘ก

๐‘บ(๐œท๐‘ก) : vektor turunan pertama ln-likelihood terhadap ๐œท๐‘ก

Dari iterasi tersebut akan diperoleh penduga maksimum likelihood untuk ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ dan ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ yang

dinotasikan dengan ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘€๐ฟ dan ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ

๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘€๐ฟ = (๐‘ฟ๐‘ก๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘ฟ)โˆ’1

๐‘ฟ๐‘ก๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ (2.11)

dengan merupakan vektor yang setiap elemen ke-i bernilai

๐‘ง๐‘– = ln (๐œ‹๐‘–

1โˆ’๐œ‹๐‘–) +

๐‘ฆ๐‘–โˆ’๐œ‹๐‘–

๐œ‹๐‘–(1โˆ’๐œ‹๐‘–) (2.12)

2.4 Iterasi Method of Scoring

Iterasi method of scoring adalah salah satu iterasi dari metode nonlinier maximum likelihood

untuk mendapatkan estimasi prameter ๐›ฝ yang merupakan bagian dari metode fisher scoring

dengan

๐œท(๐‘ก+1) = ๐œท๐‘ก โˆ’ (๐ธ (๐œ•2โ„“

๐œ•๐œท๐œ•๐œท๐‘ก โƒ’๐œท๐‘ก))

โˆ’1๐œ•โ„“

๐œ•๐œทโƒ’๐œท๐‘ก (2.13)

Selanjutnya PDF dari ๐‘ฆ๐‘– yang diberikan oleh ๐‘ฟ๐‘–, ๐œท, dan ๐œŽ2 berikut :

๐‘“(๐‘ฆ๐‘–|๐‘ฟ๐‘–, ๐œท, ๐œŽ2) =1

๐œŽโˆš2๐œ‹๐‘’๐‘ฅ๐‘ (โˆ’

1

2๐œŽ2(๐‘ฆ๐‘– โˆ’ ๐‘“(๐‘ฟ๐‘–, ๐œท))2)

= ๐ฟ๐‘–(๐œท, ๐œŽ2) (2.14)

sebagaimana diketahui Persamaan (2.14), maka dapat dibentuk

โ„“๐‘– = ln๐ฟ๐‘–(๐œท, ๐œŽ2) = ln ๐‘“(๐‘ฆ๐‘–|๐‘ฟ๐‘–, ๐œท, ๐œŽ2) (2.15)

maka

๐œ•โ„“๐‘–

๐œ•๐œท=

1

๐ฟ๐‘–(๐œท, ๐œŽ2)

๐œ•๐ฟ๐‘–(๐œท, ๐œŽ2)

๐œ•๐œท

=1

๐‘“(๐‘ฆ๐‘–|๐‘ฟ๐‘–, ๐œท, ๐œŽ2)

๐œ•๐‘“(๐‘ฆ๐‘–|๐‘ฟ๐‘–, ๐œท, ๐œŽ2)

๐œ•๐œท (2.16)

dari Persamaan (2.16) diperoleh

โˆซ๐œ•๐‘“(๐‘ฆ๐‘–|๐‘ฟ๐‘–, ๐œท, ๐œŽ2

)

๐œ•๐œท๐‘‘

โˆž

โˆ’โˆž๐‘ฆ๐‘– = 0

= โˆซ๐œ•โ„“๐‘–

๐œ•๐œท๐‘“(๐‘ฆ๐‘–|๐‘ฟ๐‘–, ๐œท, ๐œŽ2)๐‘‘

โˆž

โˆ’โˆž๐‘ฆ๐‘– (2.17)

Selanjutnya turunan parsial pertama Persamaan (2.19) terhadap ๐œท๐‘ก dan menyakaman

persamaanya dengan nol sehingga diperoleh, ๐œ•

๐œ•๐œท๐‘ก (โˆซ๐œ•โ„“๐‘–

๐œ•๐œท๐‘“(๐‘ฆ๐‘–|๐‘ฟ๐‘–, ๐œท, ๐œŽ2)๐‘‘

โˆž

โˆ’โˆž๐‘ฆ๐‘–) = 0

= ๐ธ (๐œ•2โ„“๐‘–

๐œ•๐œท๐œ•๐œท๐‘ก +๐œ•โ„“๐‘–

๐œ•๐œท

๐œ•โ„“๐‘–

๐œ•๐œท๐‘ก)

atau dapat dituliskan sebagai

๐ธ (๐œ•2โ„“๐‘–

๐œ•๐œท๐œ•๐œท๐‘ก) = โˆ’๐ธ (๐œ•โ„“๐‘–

๐œ•๐œท

๐œ•โ„“๐‘–

๐œ•๐œท๐‘ก) (2.18)

2.5 Multikolinieritas

Istilah multikolinieritas diciptakan oleh Ragner Frish yang menyatakan adanya hubungan linier

yang sempurna atau eksak (perfect or exact) di antara variabel-variabel prediktor dalam model

regresi yang menyebabkan variabel prediktor ๐‘ฟ akan mengakibatkan determinan matriks ๐‘ฟ๐‘ก๐‘ฟ

pada estimator ordinary least square maupun maximum likelihood mendekati nol sehingga

menjadi singular. [6] menyatakan bahwa hal ini dapat diketahui dari matriks korelasi hasil

pemusatan dan penskalaan matriks X sebagai berikut:

๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐ฟ๐‘† = (๐‘ฟ๐‘ก๐‘ฟ)โˆ’1๐‘ฟ๐‘ก๐’€

= [1 ๐‘Ÿ12

๐‘Ÿ21 1]โˆ’1

[๐‘Ÿ1๐‘ฆ

๐‘Ÿ2๐‘ฆ] (2.19)

dengan ๐‘Ÿ12 adalah koefisien korelasi antara ๐‘ฟ1 dan ๐‘ฟ2.

Menurut Setiawan dan Kusrini (2010), salah satu ukuran untuk menguji adanya

multikolinieritas adalah Variance Inflation Factors (VIF). VIF merupakan elemen diagonal dari

matriks ๐‘ฟ๐‘ก๐‘ฟ.

(๐‘ฟ๐‘ก๐‘ฟ)โˆ’1 = [

1

1โˆ’๐‘Ÿ122

โˆ’๐‘Ÿ12

1โˆ’๐‘Ÿ122

โˆ’๐‘Ÿ12

1โˆ’๐‘Ÿ122

1

1โˆ’๐‘Ÿ122

] (2.20)

๐‘‰๐ผ๐น๐‘— = ๐‘‘๐‘–๐‘Ž๐‘”(๐‘ฟ๐‘ก๐‘ฟ) =1

1โˆ’๐‘น๐‘—2 (2.21)

Pengujian multikolinieritas juga dapat dilakukan dengan menghitung nilai Tolerance (TOL)

dengan persamaan

๐‘‡๐‘‚๐ฟ๐‘— =1

๐‘‰๐ผ๐น๐‘— (2.22)

Nilai ๐‘‡๐‘‚๐ฟ < 0.1 mengindikasikan bahwa terjadi multikolinieritas antar variabel prediktor.

Sedangkan nilai VIF dari estimator generalized ridge regression dapat dihitung melalui

persamaan

๐‘‰๐ผ๐น = ๐‘‘๐‘–๐‘Ž๐‘” (1

๐‘›โˆ’1(๐‘ฟ๐‘ก๐‘ฟ) โˆ’ ๐‘ซ๐‘ฒ๐‘ซ๐‘ก)

โˆ’1(

1

๐‘›โˆ’1(๐‘ฟ๐‘ก๐‘ฟ)) (

1

๐‘›โˆ’1(๐‘ฟ๐‘ก๐‘ฟ) โˆ’ ๐‘ซ๐‘ฒ๐‘ซ๐‘ก)

โˆ’1 (2.23)

dengan K adalah matriks yang elemen diagonalnya merupakan parameter ridge ๐‘˜ โ‰ฅ 0. D

menyatakan suatu matriks ortogonal dengan ๐‘ซ = ๐‘ซโˆ’1sedemikian sehingga ๐‘ซ๐‘ก๐‘ซ = ๐‘ฐ dan

๐‘ซ๐‘ก๐‘ช๐‘ซ = ษ…, dengan ๐‘ช = ๐‘ฟ๐‘ก๐‘ฟ dan ษ… merupakan matriks ๐‘ ร— ๐‘ yang anggota diagonal utamanya

merupakan nilai eigen dari matriks ๐‘ฟ๐’•๐‘ฟ.

2.6 Metode Ridge

Estimasi ridge untuk koefisien regresi dapat diperoleh dengan menyelesaikan suatu bentuk dari

persamaan normal regresi [10]. Penduga ridge dapat dituliskan sebagai berikut:

๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘…๐‘… = (๐‘ฟ๐‘ก๐‘ฟ + ๐‘˜๐‘ฐ)โˆ’1๐‘ฟ๐‘ก๐’€ (2.24)

Pada dasarnya penduga ridge merupakan metode kuadrat terkecil. Perbedaannya adalah bahwa

pada metode regresi ridge, nilai variabel bebasnya ditransformasikan dahulu melalui prosedur

centering dan rescaling [22].

Pada tahun 1984, R.L Schaefer, L.D Roi dan R.A Wolfe mengembangkan penduga ridge pada

model regresi logistik untuk menangani masalah multikolinearitas dengan metode Lagrange yang

meminimumkan fungsi Weighted Sum of Square Error (WSSE) berikut:

๐‘พ๐‘บ๐‘บ๐‘ฌ = (๐’€ โˆ’ ๐‘ฟ๐œท)๐‘ก๐‘พ(๐’€ โˆ’ ๐‘ฟ๐œท) (2.25)

Parameter penting yang membedakan regresi ridge dari metode kuadrat terkecil adalah k.

Parameter ridge k yang relatif kecil ditambahkan pada diagonal utama matriks ๐‘ฟ๐‘ก๐‘ฟ, sehingga

koefisien estimator regresi ridge dipenuhi dengan besarnya parameter ridge k. Estimator ridge

diperoleh dengan meminimumkan jumlah kuadrat error untuk model

๐’€ = ๐‘ฟ๐œท + ๐œบ (2.26)

dengan menggunakan metode pengali Lagrange yang meminimumkan fungsi

๐œบ๐‘ก๐œบ = (๐’€ โˆ’ ๐‘ฟ๐œท๐‘…๐‘…)๐‘ก(๐’€ โˆ’ ๐‘ฟ๐œท๐‘…๐‘…) (2.27)

dengan syarat pembatas

๐œท๐‘…๐‘…๐‘ก ๐œท๐‘…๐‘… โˆ’ ๐‘2 = 0

๐‘ฎ = (๐’€ โˆ’ ๐‘ฟ๐œท๐‘…๐‘…)๐‘ก(๐’€ โˆ’ ๐‘ฟ๐œท๐‘…๐‘…) + ๐‘˜(๐œท๐‘…๐‘…๐‘ก ๐œท๐‘…๐‘… โˆ’ ๐‘2) (2.28)

yang memenuhi syarat ๐œ•๐‘ฎ

๐œ•๐œท๐‘…๐‘…| ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘…๐‘… = 0

โˆ’2๐‘ฟ๐‘ก๐’€ + 2๐‘ฟ๐‘ก๐‘ฟ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘…๐‘… + 2๐‘˜๐‘ฐ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘…๐‘… = 0

๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘…๐‘… = (๐‘ฟ๐‘ก๐‘ฟ + ๐‘˜๐‘ฐ)โˆ’1๐‘ฟ๐‘ก๐’€ (2.29)

dengan ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘…๐‘… = (๐‘ฟ๐‘ก๐‘ฟ + ๐‘˜๐‘ฐ)โˆ’1๐‘ฟ๐‘ก๐’€ dengan 0 โ‰ค ๐‘˜ โ‰ค โˆž, itulah yang disebut sebagai estimator

regresi ridge. k โ‰ฅ 0 aalah nilai konstan yang dipilih sebagai indeks dari kelas estimator. Adapun

model regresi probit dengan metode ridge menggunakan parameter ridge

๐‘˜ = ๐‘š๐‘Ž๐‘ฅ (1

๐‘ž๐‘—) (2.30)

๐‘ž๐‘— =๐œ†๐‘š๐‘Ž๐‘ฅ

(๐‘›โˆ’๐‘)๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ2+๐œ†๐‘š๐‘Ž๐‘ฅ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘—2 (2.31)

2.7 Kemiskinan

Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian

pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung Strategi

Penanggulangan Kemiskinan adalah tersedianya data kemiskinan yang akurat. Pengukuran

kemiskinan yang dapat dipercaya dapat menjadi instrumen tangguh bagi pengambil kebijakan

dalam memfokuskan perhatian pada kondisi hidup orang miskin. Data kemiskinan yang baik dapat

digunakan untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah terhadap kemiskinan, membandingkan

kemiskinan antar waktu dan daerah, serta menentukan target penduduk miskin dengan tujuan

untuk memperbaiki kondisi mereka [3].

Kemiskinan telah menjadi masalah di hampir semua negara, baik negara maju atau negara

yang sedang berkembang. Tingkat kekompleksitas tiap negara berbeda dalam menyelesaikan

masalah kemiskinan. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, angka kemiskinan masih

cukup tinggi. Pemerintah melalui Badan Pusat Statistik (BPS) membuat kriteria kemiskinan, agar

dapat menyusun secara lengkap pengertian kemiskinan sehingga dapat diketahui dengan pasti

jumlahnya dan cara tepat menanggulanginya.

3. Metodologi Penelitian

3.1 Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dari 24 kabupaten/kota

di provinsi Sulawesi Selatan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Provinsi

Sulawesi Selatan tahun 2017. Sumber data diperoleh dari publikasi BPS berupa buku yang

berjudul โ€œData dan Informasi Kemiskinan Kabupaten/Kota Tahun 2017โ€.

Variabel respon Y bersifat kategorik yaitu dengan mengelompokkan kabupaten/kota menjadi

dua kelompok, yakni miskin atau tidak miskin berdasarkan nilai Head Count Index (HCI) Provinsi

Sulawesi Selatan tahun 2016 sebesar 10.34% [9], yaitu: 0 = kabupaten/kota tidak miskin (nilai

HCI dibawah 10,34%)

1 = kabupaten/kota miskin (nilai HCI diatas 10,34%)

Adapun variabel prediktor berdasarkan masing-masing sektor yang

ditampilkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3. 1 Variabel penelitian kemiskinan

Sektor Simbol Variabel

- Y (HCI) Persentase penduduk miskin (%)

Pendidikan

X1 Persentase penduduk miskin usia 15 tahun keatas (<SD)

(%)

X2 Angka melek huruf untuk golongan usia 15-55 tahun

(%)

Ketenagakerjaan

X3 Persentase penduduk usia >15 tahun yang tidak bekerja

(%)

X4 Persentase penduduk miskin usia 15 tahun keatas yang

bekerja di sektor pertanian (%)

X5 Persentase penduduk miskin usia 15 tahun keatas yang

bekerja bukan di sektor pertanian (%)

Pengeluaran Perkapita X6 Persentase pengeluaran perkapita penduduk miskin

untuk makanan (%)

Fasilitas Perumahan

X7 Persentase rumah tangga miskin yang menggunakan air

layak (%)

X8 Persentase rumah tangga miskin yang menggunakan

jamban sendiri/bersama (%)

3.2 Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Mendeteksi adanya multikolinieritas pada data dengan menghitung nilai korelasi antar

variabel prediktor (X) dan dengan menghitung nilai VIF serta nilai TOL menggunakan

Persamaan (2.21) dan Persamaan (2.22).

2. Melakukan proses standariasi pada variabel prediktor (X) menggunakan Persamaan

๐‘ =๐‘‹ โˆ’ ๐œ‡

๐œŽ

3. Melakukan proses pendeskripsian model ke bentuk GLM.

4. Melakukan pendugaan koefisien regresi probit ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘€๐ฟ dengan proses sebagai berikut:

a. Menghitung nilai dugaan awal ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘€๐ฟ0 yang diperoleh dari penduga parameter dengan

menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS).

b. Menghitung nilai ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ dan ๐œ€ = ๐‘ฆ โˆ’ ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ;๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ = ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ

c. Menghitung nilai ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ dan ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ serta nilai ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ1 dengan metode MLE menggunakan Persamaan

(2.11)

d. Mengulangi langkah b dan c agar nilai ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘€๐ฟ konvergen hingga m iterasi

๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘€๐ฟ๐‘š = (๐‘ฟ๐‘ก๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘š๐‘ฟ)

โˆ’1๐‘ฟ๐‘ก๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘š๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘š

5. Menghitung nilai eigen dan vektor eitgen dari ๐‘ฟ๐‘ก๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘š๐‘ฟ.

6. Menghitung nilai tetapan ๐‘˜.

๐‘˜ = ๐‘š๐‘Ž๐‘ฅ (1

๐‘ž๐‘—) dengan ๐‘ž๐‘— =

๐œ†๐‘š๐‘Ž๐‘ฅ

(๐‘›โˆ’๐‘)๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ2+๐œ†๐‘š๐‘Ž๐‘ฅ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘—2

7. Melakukan pendugaan koefisien regresi Probit dengan metode ridge, dinotasikan dengan

๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘…๐‘….

๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘…๐‘… = (๐‘ฟ๐‘ก๐‘พ๐‘ฟ + ๐‘˜๐‘ฐ)โˆ’1๐‘ฟ๐‘ก๐‘พ๐‘ฟ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘€๐ฟ๐‘š

8. Membentuk model regresi Probit.

9. Memeriksa apakah multikolinieritas telah teratasi dengan melakukan uji formal, yakni

dengan menghitung kembali nilai VIF setelah penambahan parameter ridge.

10. Membandingkan hasil estimasi dengan data yang sebenarnya untuk mengetahui kesesuaian

model yang didapatkan. Perbandingan dilakukan dengan mengkategorikan nilai ๐‘ฆ๐‘–โˆ—, dengan

๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘– = {1, ๐‘—๐‘–๐‘˜๐‘Ž ๐‘ฆ๐‘–

โˆ— > 0

0, ๐‘—๐‘–๐‘˜๐‘Ž ๐‘ฆ๐‘–โˆ— โ‰ค 0

11. Penarikan Kesimpulan.

4 Hasil dan Pembahasan

4.1 Estimasi Parameter Model Regresi Probit

Estimasi parameter model regresi probit menggunakan metode ridge diperoleh dengan terlebih

dahulu mendeskripsikan model berupa fungsi distribusi yang dari model ke dalam bentuk GLM,

kemudian dilanjutkan dengan estimasi parameter menggunakan metode MLE. Estimator yang

telah didapatkan kemudian digunakan untuk mengestimasi parameter regresi probit dengan

metode ridge.

Variabel respon ๐‘ฆ๐‘–(๐‘– = 1,2,โ€ฆ , ๐‘›) dalam model regresi probit diasumsikan berdistribusi

Bernoulli dengan peluang sukses ๐œ‹๐‘– = ะค(๐‘ฅ๐‘–๐‘ก, ๐œท), ๐‘– = 1,2,โ€ฆ , ๐‘› dengan ะค adalah fungsi distribusi

normal standar, ๐‘ฅ๐‘– adalah kolom ke-i dari matriks X berordo ๐‘› ร— ๐‘ dengan ๐‘ adalah banyaknya

variabel prediktor, dan ๐œท adalah matriks berordo ๐‘ ร— 1.

Karena ๐‘ฆ๐‘– berdistribusi Bernoulli dengan peluang sukses ๐œ‹๐‘–, maka dalam bentuk persamaan

dapat dituliskan sebagai

๐‘“(๐‘ฆ๐‘–) = ๐œ‹๐‘–๐‘ฆ๐‘–(1 โˆ’ ๐œ‹๐‘–)

1โˆ’๐‘ฆ๐‘– (4.1)

Untuk mengestimasi parameter ๐œท digunakan metode MLE setelah mendeskripsikan Persamaan

(4.1) ke dalam bentuk GLM terlebih dahulu.

4.1.1 Deskripsi Model ke Bentuk Generalized Linier Model

Model regresi probit merupakan hasil modifikasi dari model regresi logistik yang merupakan

anggota dari exponential family. Oleh karena itu langkah pertama yang harus dilakukan untuk

mendeskripsikan fungsi distribusi dari variabel respon ke dalam bentuk GLM adalah dengan

menunjukkan bahwa fungsi distribusi tersebut merupakan keluarga eksponensial. Dengan

menggunakan fungsi logaritma natural, Persamaan (4.1) menjadi

ln ๐‘“(๐‘ฆ๐‘–) = ๐‘ฆ๐‘– ln(๐œ‹๐‘–) + (1 โˆ’๐‘ฆ๐‘–)ln (1 โˆ’ ๐œ‹๐‘–)

= ๐‘ฆ๐‘– ln (๐œ‹๐‘–

1โˆ’๐œ‹๐‘–) + ln(1 โˆ’ ๐œ‹๐‘–) (4.2)

Persamaan (4.2) dapat dituliskan sebagai

โ„“๐‘– = ln๐‘“( ๐‘ฆ๐‘–) = ๐‘ฆ๐‘–๐œƒ๐‘– โˆ’ ๐‘(๐œƒ๐‘–)

dari ๐œƒ๐‘– = ln (๐œ‹๐‘–

1โˆ’๐œ‹๐‘–), dapat diperoleh ๐œ‹๐‘– sebagai berikut:

๐œ‹๐‘– =๐‘’๐œƒ๐‘–

1 + ๐‘’๐œƒ๐‘–

sehingga,

๐‘(๐œƒ๐‘–) = โˆ’ ln(1 โˆ’ ๐œ‹๐‘–) = ln(1 + ๐‘’๐œƒ๐‘–) (4.3)

Dari Persamaan (4.3), diperoleh

๐ธ(๐‘ฆ๐‘–) = ๐œ‹๐‘–

dan

๐‘‰๐‘Ž๐‘Ÿ(๐‘ฆ๐‘–) = ๐œ‹๐‘–(1 โˆ’ ๐œ‹๐‘–)

4.1.2 Estimasi dengan Metode Maximum Likelihood

Metode MLE untuk GLM digunakan pada penduga parameter model yang distribusi

eksponensial. Adapun penduga parameter regresi probit dengan variabel respon mengikuti

distribusi Bernouli diberikan PDF sebagai berikut :

๐‘“(๐‘ฆ๐‘–) = (๐œ‹๐‘–)๐‘ฆ๐‘–(1 โˆ’ ๐œ‹๐‘–)

1โˆ’๐‘ฆ๐‘– , ๐‘ฆ = 0,1 (4.4)

dari Persamaan (4.4) diperoleh fungsi likelihood:

๐ฟ(๐œท) = โˆ ๐‘“(๐‘ฆ๐‘–)๐‘›๐‘–=1 = โˆ (

exp (๐‘ฟ๐’Š๐œท)

1+exp (๐‘ฟ๐’Š๐œท))

๐‘ฆ๐‘–(

1

1+exp (๐‘ฟ๐’Š๐œท))1โˆ’๐‘ฆ๐‘–๐‘›

๐‘–=1 (4.5)

dan fungsi log-likelihood sebagai berikut :

โ„“ = ln ๐ฟ(๐œท) = โˆ‘ [โˆ’ ln(1 + exp(๐‘ฟ๐‘–๐œท)) + ๐‘ฆ๐‘–๐‘ฟ๐‘–๐œท]๐‘›๐‘–=1 (4.6)

turunan pertama dari fungsi log-likelihood terhadap parameter ๐œท yaitu:

๐œ•โ„“

๐œ•๐œทโƒ’๐œท=๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ = โˆ‘ ๐‘ฟ๐‘– [๐‘ฆ๐‘– โˆ’

(exp(๐‘ฟ๐‘–๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ))

1+exp(๐‘ฟ๐‘–๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ)]๐‘›

๐‘–=1 (4.7)

dengan ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ(๐‘ฅ) =(exp(๐‘ฟ๐‘–๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ))

1+exp(๐‘ฟ๐‘–๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ) atau dalam bentuk matriks dapat dituliskan sebagai:

๐œ•โ„“

๐œ•๐œท= ๐‘ฟ๐‘ก(๐‘ฆ โˆ’ ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ(๐‘ฅ)) (4.8)

turunan kedua dari fungsi log-likelihood menghasilkan

๐œ•2โ„“

๐œ•2๐œท= โˆ’โˆ‘ (๐‘ฟ๐‘–

2๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘–)๐‘›๐‘–=1

dalam bentuk matriks, dapat dituliskan sebagai:

๐œ•2โ„“

๐œ•2๐œท= โˆ’๐‘ฟ๐‘ก๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘ฟ (4.9)

dengan ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ = ๐‘‘๐‘–๐‘Ž๐‘”[๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘–(1 โˆ’ ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘–)]

Iterasi fisher scoring dapat dibentuk ulang menggunakan menjadi

๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘ก+1 = ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘ก+ (๐‘ฟ๐‘ก๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘ฟ)โˆ’1

(๐‘ฟ๐‘ก(๐‘ฆ โˆ’ ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ(๐‘ฅ))) (4.10)

Persamaan (4.10) dapat dituliskan dalam bentuk matriks sebagai berikut :

๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘ก+1 = (๐‘ฟ๐‘ก๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘ฟ)โˆ’1

๐‘ฟ๐‘ก๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ

dengan ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ = ๐‘ง๐‘– = ln (๐œ‹๐‘–

1โˆ’๐œ‹๐‘–) +

๐‘ฆ๐‘–โˆ’๐œ‹๐‘–

๐œ‹๐‘–(1โˆ’๐œ‹๐‘–) dan ๐‘ก menyatakan banyakmya iterasi.

Dari iterasi Method of Scoring tersebut diperoleh penduga MLE yang dituliskan sebagai

๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘€๐ฟ = (๐‘ฟ๐‘ก๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘ฟ)โˆ’1

๐‘ฟ๐‘ก๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ (4.11)

4.2 Estimasi Parameter Model Regresi Probit Ridge

Penduga parameter ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘€๐ฟ akan menghasilkan galat yang lebih tinggi ketika variabel-variabel

prediktor mengandung multikolinieritas. Penduga parameter dengan metode ridge pada keluarga

regresi logistik diperoleh dengan metode Lagrange yang fungsi tujuannya meminimumkan fungsi:

๐‘พ๐‘บ๐‘บ๐‘ฌ = (๐’€ โˆ’ ๐‘ฟ๐œท)๐‘ก๐‘พ(๐’€ โˆ’ ๐‘ฟ๐œท)

dengan fungsi kendala ๐‘˜๐œท๐‘ก๐œท, sehingga dapat diperoleh

๐‘ฎ = ๐’€๐‘ก๐‘พ๐’€ โˆ’ 2๐œท๐‘…๐‘…๐‘ก ๐‘ฟ๐‘ก๐‘พ๐’€ + ๐œท๐‘…๐‘…

๐‘ก ๐‘ฟ๐‘ก๐‘พ๐‘ฟ๐œท๐‘…๐‘… + ๐‘˜(๐œท๐‘…๐‘…๐‘ก ๐œท๐‘…๐‘… โˆ’ ๐‘2) (4.12)

kemudian untuk memaksimalkan Persamaan (4.12) maka turunan pertama dari ๐‘ฎ terhadap

๐œท๐‘…๐‘… disamakan dengan nol diperoleh:

๐œ•๐‘ฎ

๐œ•๐œท๐‘…๐‘…โƒ’๐œท๐‘…๐‘…=๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘…๐‘…

= 0 โˆ’ 2๐‘ฟ๐‘ก๐‘พ๐’€ + 2๐‘ฟ๐‘ก๐‘พ๐‘ฟ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘…๐‘… + 2๐‘˜๐‘ฐ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘…๐‘…

๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘…๐‘… = (๐‘ฟ๐‘ก๐‘พ๐‘ฟ + ๐‘˜๐‘ฐ)โˆ’1๐‘ฟ๐‘ก๐‘พ๐’€

Berdasarkan persamaan yang diperoleh, maka penduga parameter dengan metode ridge

untuk model regresi probit dapat dituliskan sebagai:

๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘…๐‘… = (๐‘ฟ๐‘ก๐‘พ๐‘ฟ + ๐‘˜๐‘ฐ)โˆ’1๐‘ฟ๐‘ก๐‘พ๐‘ฟ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘€๐ฟ (4.13)

4.3 Aplikasi pada Data yang Mengandung Multikolinieritas

4.3.1 Uji Multikonieritas

Pengujian multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah antara sesama variabel

prediktor (X) memiliki korelasi (hubungan) yang kuat. Korelasi yang kuat mengakibatkan biasnya

hasil penelitian. Masalah multikolinearitas pada model regresi logistik dapat dideteksi dengan

melihat nilai VIF, TOL maupun matriks korelasinya. Jika nilai VIF<10 pada variabel prediktor,

maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas, sedangkan apabila nilai VIF>10

maka telah terjadi multikolinearitas pada data. Dilakukan perhitungan matriks korelasi, nilai untuk

VIF dan TOL pada variabel prediktor dengan hasil sebagai berikut sebagai berikut:

Tabel 4. 1 Nilai korelasi antar Variabel Prediktor

Variabel

Prediktor X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8

X1 1

X2 -0.548 1

X3 -0.408 0.253 1

X4 0.606 -0.312 -0.728 1

X5 -0.612 0.342 0.431 -0.877 1

X6 0.316 -0.371 -0.204 0.341 -0.380 1

X7 -0.475 0.001 0.534 -0.607 0.512 0.145 1

X8 -0.116 0.300 0.012 0.019 0.034 0.125 -0.040 1

Sumber : Data diolah, 2019

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa terdapat beberapa nilai korelasi yang tinggi antar

variabel prediktor yang menunjukkan bahwa terdapat gejala multikolinearitas pada data.

Tabel 4. 2 Nilai VIF dan TOL

Variabel VIF TOL Keterangan

X1 2.499 0.400 Tidak Multikolinearitas

X2 1.994 0.501 Tidak Multikolinearitas

X3 11.652 0.086 Multikolinearitas

X4 38.274 0.026 Multikolinearitas

X5 19.957 0.050 Multikolinearitas

X6 1.786 0.560 Tidak Multikolinearitas

X7 2.688 0.372 Tidak Multikolinearitas

X8 1.270 0.787 Tidak Multikolinearitas

Sumber : Data diolah, 2019

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa variabel X3, X4 dan X5 memiliki nilai VIF yang lebih besar

dari 10 yaitu masing-masing sebesar 11.652, 38.274 dan 19.957. Nilai TOL yang kurang dari 0.1

terlihat pada variabel X3, X4 dan X5. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat masalah

multikolinearitas pada model regresi.

4.3.2 Pendugaan Parameter Regresi dengan Metode MLE

Langkah pertama yang dilakukan untuk mengestimasi parameter model dengan metode ridge

adalah dengan menentukan nilai penduga awal yang digunakan menggunakan metode (OLS).

Model regresi yang diperoleh dengan menggunakan metode OLS diberikan sebagai berikut :

๐‘ฆ๐‘–โˆ— = โˆ’0.3750 โˆ’ 0.1146๐‘‹1๐‘– + 0.0386๐‘‹2๐‘– โˆ’ 0.2969๐‘‹3๐‘– โˆ’ 0.281๐‘‹4๐‘– โˆ’ 0.2032๐‘‹5๐‘–

โˆ’ 0.0889๐‘‹6๐‘– + 0.0968๐‘‹7๐‘– โˆ’ 0.0974๐‘‹8๐‘–

Dengan menggunakan proses iterasi Method of Scoring, dengan nilai dugaan awal dari metode

OLS, maka model regresi yang diperoleh dengan menggunakan metode MLE diberikan sebagai

berikut :

๐‘ฆ๐‘–โˆ— = โˆ’0.4339 โˆ’ 0.3836๐‘‹1๐‘– + 0.0754๐‘‹2๐‘– โˆ’ 1. 5450๐‘‹3๐‘– โˆ’ 1. 1092๐‘‹4๐‘– โˆ’ 1.2081๐‘‹5๐‘–

โˆ’ 0.2996๐‘‹6๐‘– + 0.2942๐‘‹7๐‘– โˆ’ 0.2694๐‘‹8๐‘–

4.3.3 Pendugaan Parameter Regresi dengan Metode Ridge

Langkah awal dalam proses estimasi menggunakan metode ridge dilakukan dengan pemilihan

nilai konstanta ridge (๐‘˜). Terdapat beragam metode yang telah dikemukakan peneliti sebelumnya

dalam pemilihan nilai tetapan k. Penduga parameter ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘…๐‘… dapat diperoleh dengan mengunakan

rumus berikut:

๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘…๐‘… = (๐‘ฟ๐‘ก๐‘พ๐‘ฟ + ๐‘˜๐‘ฐ)โˆ’1๐‘ฟ๐‘ก๐‘พ๐‘ฟ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘€๐ฟ

Untuk mendapatkan ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘…๐‘…, maka harus ditentukan parameter ridge (๐‘˜). Dalam hal ini digunakan

๐‘˜ = ๐‘š๐‘Ž๐‘ฅ (1

๐‘ž๐‘—)

dengan ๐‘ž๐‘— =๐œ†๐‘š๐‘Ž๐‘ฅ

(๐‘›โˆ’๐‘)๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ2+๐œ†๐‘š๐‘Ž๐‘ฅ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘—2, dan ๐œ†๐‘š๐‘Ž๐‘ฅ adalah nilai eigen maksimum dari ๐‘ฟ๐‘ก๐‘พ๐‘ฟ, ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘—

2

didefinisikan sebagai elemen ke-๐‘— dari ๐œธ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘€๐ฟ yang merupakan vektor eigen sedemikian sehingga

๐‘ฟ๐’•๐‘พ๐‘ฟ = ๐œธ๐‘กษ…๐œธ, dengan ษ… yang merupakan matriks diagonal dengan elemen diagonal berupa ๐œ†๐‘—

dan ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ2 merupakan jumlah kuadrat sisa dibagi derajat bebas. Adapun persamaannya dapat

dituliskan sebagai berikut :

๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ2 =โˆ‘ (โˆšโˆ’2(๐‘ฆ๐‘– log ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘–+(1โˆ’๐‘ฆ๐‘–) log(1โˆ’๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘–)))

2๐‘›๐‘–=1

๐‘›โˆ’๐‘โˆ’1

Pemilihan koefisien ridge untuk model regresi probit dilakukan dengan memilih nilai ๐‘ž

yang paling optimal, dimana ๐‘ž menjadi optimal saat nilai jumlah kuadrat sisa (๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ2) besar, sehingga

harus di pilih nilai ๐‘ž terkecil. Adapun nilai ๐‘ž diperoleh sebagai berikut:

๐’’ =

[ โˆ’11.15290.40190.60130.70611.41130.41941.02731.15930.5896 ]

maka diperoleh ๐‘˜ = ๐‘š๐‘Ž๐‘ฅ (1

๐‘ž๐‘—) = 2.4879

Untuk mengetahui model terbaik dari metode pendugaan parameter yang dugunakan,

dilakukan perbandingan nilai MSE masing-masing metode. Adapun perbandingan nilai MSE dan

๐‘น๐Ÿ tiap metode dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut :

Tabel 4. 3 Perbandingan nilai MSE dan ๐‘น๐Ÿ tiap metode pendugaan parameter

No Metode Nilai MSE Nilai ๐‘…2

1 OLS 10.19 36.62 %

2 MLE 4.5108 46.16%

3 Ridge 0.3672 63.45%

Sumber : Data diolah, 2019

Berdasarkan perbandingan nilai MSE pada Tabel 4.3, diperoleh nilai MSE terkecil terdapat

pada penduga metode ridge yakni sebesar 0.3672, sehingga dapat disimpulkan bahwa metode

penduga parameter terbaik untuk penduga parameter data kemiskinan di tiap Kabupaten/Kota di

Sulawesi Selatan adalah penduga dengan menggunakan metode ridge. Model regresi probit

dengan metode ridge untuk kasus kemiskinan di tiap Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan dapat

dibentuk sebagai berikut :

๐‘ฆ๐‘–โˆ— = โˆ’0.1674 โˆ’ 0.078๐‘‹1๐‘– + 0.0779๐‘‹2๐‘– โˆ’ 0.2265๐‘‹3๐‘– + 0.181๐‘‹4๐‘– โˆ’ 0.01263๐‘‹5๐‘– โˆ’ 0.0528๐‘‹6๐‘–

+ 0.0046๐‘‹7๐‘– โˆ’ 0.1729๐‘‹8๐‘–

dengan ๐‘ฆ๐‘–โˆ— merupakan variabel laten sedemikian sehingga ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘– = {

1, ๐‘—๐‘–๐‘˜๐‘Ž ๐‘ฆ๐‘–โˆ— > 0

0, ๐‘—๐‘–๐‘˜๐‘Ž ๐‘ฆ๐‘–โˆ— โ‰ค 0

4.3.4 Uji Multikolinieritas Parameter Ridge

Untuk mengetahui apakah multikolinieritas antar variabel prediktor telah teratasi, maka

dilakukan uji multikolinieritas kembali setelah penambahan parameter ridge. Nilai VIF setelah

penambahan konstanta bias (๐‘˜), dengan ๐‘ฒ = ๐‘˜๐‘ฐ, maka diperoleh:

๐‘‰๐ผ๐น = ๐‘‘๐‘–๐‘Ž๐‘” (1

๐‘› โˆ’ 1(๐‘ฟ๐‘ก๐‘ฟ) โˆ’ ๐‘ฒ)

โˆ’1

(1

๐‘› โˆ’ 1(๐‘ฟ๐‘ก๐‘ฟ)) (

1

๐‘› โˆ’ 1(๐‘ฟ๐‘ก๐‘ฟ) โˆ’ ๐‘ฒ)

โˆ’1

Perhitungan yang dilakukan menghasilkan VIF dan TOL yang sangat kecil, dapat dilihat pada

Tabel 4.4 berikut:

Tabel 4. 4 Nilai VIF dan TOL setelah penambahan parameter ridge

Variabel VIF TOL Keterangan

X1 0.5664 1.7655 Tidak Multikolinearitas

X2 0.6885 1.4524 Tidak Multikolinearitas

X3 0.5550 1.8018 Tidak Multikolinearitas

X4 0.6745 1.4825 Tidak Multikolinearitas

X5 0.5909 1.6923 Tidak Multikolinearitas

X6 0.6317 1.5830 Tidak Multikolinearitas

X7 0.6872 1.4552 Tidak Multikolinearitas

X8 0.5794 1.7259 Tidak Multikolinearitas

Sumber : Data diolah, 2019

Tabel 4.4 menunjukkan nilai VIF setelah penambahan ๐‘˜, sehingga dapat diketahui bahwa

dengan menggunakan parameter ridge sebesar ๐‘˜ = 2.4879 multikolinieritas pada data

kemiskinan di tiap Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2017 dapat teratasi dengan

baik menggunakan model regresi probit.

4.3.5 Analisis Hasil

Ketepatan model yang diperoleh dapat diketahui dengan melakukan perbandingan antara

data asli dengan hasil pendugaan. Adapun pendugaan dari nilai ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘–โˆ— dan ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘– beserta keterangan hasil

pendugaa disajikan dalam Tabel 4.5 berikut:

Tabel 4. 5 Hasil pengkategorian nilai ๐’š

No Kabupaten/Kota ๐‘ฆ๐‘– ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘–โˆ— ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘– Keterangan

1 Selayar 1 0.6231 0.3137 1 Sesuai

2 Bulukumba 0 0.3171 -0.4759 0 Sesuai

3 Bantaeng 0 0.1424 -0.1824 0 Sesuai

4 Jeneponto 1 0.4778 -0.0557 0 Tidak Sesuai

5 Takalar 0 0.3341 -0.4287 0 Sesuai

6 Gowa 0 0.2884 -0.5582 0 Sesuai

7 Sinjai 0 0.3258 -0.4516 0 Sesuai

8 Maros 1 0.3864 -0.2886 0 Tidak Sesuai

9 Pangkajene

Kepulauan 1 0.3133 -0.4866 0 Tidak Sesuai

10 Barru 0 0.3410 -0.4096 0 Sesuai

11 Bone 0 0.5480 0.1205 1 Tidak Sesuai

12 Soppeng 0 0.5504 0.1267 1 Tidak Sesuai

13 Wajo 0 0.3165 -0.4774 0 Sesuai

14 Sidrap 0 0.2649 -0.6284 0 Sesuai

15 Pinrang 0 0.3024 -0.5175 0 Sesuai

16 Enrekang 1 0.7653 0.7233 1 Sesuai

17 Luwu 1 0.6267 0.3230 1 Sesuai

18 Tana Toraja 1 0.6101 0.2796 1 Sesuai

19 Luwu Utara 1 0.5941 0.2381 1 Sesuai

20 Luwu Timur 0 0.6532 0.3941 1 Tidak Sesuai

21 Toraja utara 1 0.6013 0.2566 1 Sesuai

22 Makassar 0 0.2122 -0.7988 0 Sesuai

23 Pare-Pare 0 0.2230 -0.7622 0 Sesuai

24 Palopo 0 0.2626 -0.6354 0 Sesuai

Sumber : Data diolah, 2019

Tabel 4.5 menunjukkan hasil pendugaan parameter model dengan nilai ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘–โˆ— yaitu nilai variabel

respon (nilai HCI) dugaan, nilai ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ menyatakan kecenderungan suatu kabupaten atau kota

tergolong kabupaten/kota yang miskin atau tidak miskin dan nilai ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘– adalah hasil mengkaterorian

nilai HCI dugaan.

Dengan melihat hasil pendugaan dari model regresi probit yang diperoleh terlihat bahwa

terdapat enam kabupaten/kota yang tidak sesuai dengan model, atau hanya 18 (75%) dari 24

kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan yang bersesuaian dengan model. Adapun enam

kabupaten/kota yang tidak sesuai dengan nilai ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘–โˆ— dari model yang diperoleh, yakni:

1. Kabupaten Jeneponto, berdasarkan BPS dikategorikan kapubaten/kota yang miskin tetapi

berdasarkan nilai ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘–โˆ— dikategorikan kabupaten/kota yang tidak miskin.

2. Kabupaten Maros, berdasarkan BPS dikategorikan kapubaten/kota yang miskin tetapi

berdasarkan nilai ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘–โˆ— dikategorikan kabupaten/kota yang tidak miskin.

3. Kabupaten Pangkajene Kepulauan, berdasarkan BPS dikategorikan kapubaten/kota yang

miskin tetapi berdasarkan nilai ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘–โˆ— dikategorikan kabupaten/kota yang tidak miskin.

4. Kabupaten Bone, berdasarkan BPS dikategorikan kapubaten/kota yang tidak miskin tetapi

berdasarkan nilai ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘–โˆ— dikategorikan kabupaten/kota yang miskin.

5. Kabupaten Soppeng, berdasarkan BPS dikategorikan kapubaten/kota yang tidak miskin

tetapi berdasarkan nilai ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘–โˆ— dikategorikan kabupaten/kota yang miskin.

6. Kabupaten Luwu Timur, berdasarkan BPS dikategorikan kapubaten/kota yang tidak miskin

tetapi berdasarkan nilai ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘–โˆ— dikategorikan kabupaten/kota yang miskin

5 Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Masalah multikolinieritas pada model regresi prrobit dapat diatasi dengan menggunakan

metode ridge. Penduga parameter model regresi probit dengan metode ridge diperoleh

dengan menggunakan penduga maximum likelihood dengan persamaan sebagai berikut:

๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘€๐ฟ = (๐‘ฟ๐‘ก๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘ฟ)โˆ’1

๐‘ฟ๐‘ก๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ

selanjutnya diperoleh penduga metode ridge yang melibatkan penambahan satu konstanta

(๐‘˜) pada setiap elemen diagonal matriks ๐‘ฟ๐‘ก๐‘พ๐‘ฟ, menghasilkan penduga dengan persamaan

sebagai berikut :

๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘…๐‘… = (๐‘ฟ๐‘ก๐‘พ๐‘ฟ + ๐‘ฒ)โˆ’1๐‘ฟ๐‘ก๐‘พ๐‘ฟ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘€๐ฟ

2. Model regresi probit yang terbentuk untuk kasus data kemiskinan di tiap Kabupaten/Kota di

Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2017 menggunakan penduga ridge adalah sebaga berikut :

๐‘ฆ๐‘–โˆ— = โˆ’0.1674 โˆ’ 0.078๐‘‹1๐‘– + 0.0779๐‘‹2๐‘– โˆ’ 0.2265๐‘‹3๐‘– + 0.181๐‘‹4๐‘– โˆ’ 0.01263๐‘‹5๐‘–

โˆ’ 0.0528๐‘‹6๐‘– + 0.0046๐‘‹7๐‘– โˆ’ 0.1729๐‘‹8๐‘–

dengan melihat nilai ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘–โˆ—, yaitu nilai variabel respon (nilai HCI) dugaan yang diperoleh,

terdapat enam kabupaten/kota yang tidak sesuai dengan model, yakni berdasarkan Badan

Pusat Statistik dikategorikan kapubaten/kota miskin tetapi berdasarkan nilai ๏ฟฝฬ‚๏ฟฝ๐‘–โˆ—dikategorikan

sebagai kabupaten/kota yang tidak miskin, begitupun sebaliknya.

Daftar Pustaka [1] Aziz, A. 2010. Ekonometrika Teori & Praktik Eksperimen dengan MATLAB. Malang: UIN-

Maliki Press.

[2] Agresti, A. 2002. Categorical Data Analysis. New York: John Wiley and Sons.

[3] Badan Pusat Statistik. Publikasi: Data dan Informasi Kemiskinan Kabupaten/Kota Tahun

2017. (http://bps.go.id/Publikasi/). Diakses pada tanggal 10 Oktober 2018.

[4] Candra, Y. 2009. Pembentukan Model Probit Bivariat. Semarang: Universitas Diponegoro.

[5] Djalal, N. 2004. Teknik Pengambilan Keputusan. Jakarta: Gasindo.

[6] Draper, N. dan Smith, H. 1992. Analisis Regresi Terapan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Umum.

[7] Gujarati, D.N. 2006. Dasar-dasar Ekonometrika. (terj. Eugenia Mardanugraha, Sita

Wardhani, dan Carlos Mangunsong). Jakarta: Salemba Empat.

[8] Hasan, I. 2002. Pokok-pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif). Jakarta: Bumi Aksara.

[9] Hasriana. 2016. Pemodelan Kemiskinan Menggunakan Geographically Weighted Logistic

Regression Dengan Fungsi Pembobot Fixed Kernel. Makassar: Universitas Hasanuddin.

[10] Hoerl, A.E. dan Kennard, R.W. 1970. Ridge Regression: Biased Estimation For

Nonorthogonal Problems. Technometrics, 12: 55-67.

[11] Hosmer, D.W. dan Lemeshow, S. 2000. Applied Logistic Regression 2nd Edition. New

York: John Willey and Sons.

[12] Kibria, B.M.G. dan Saleh, A.K.Md.E. 2012. Improving the Estimators of the Parameters of

a Probit Regression Model: A Ridge Regression Approach. Journal of Statistical Planning

and Inference, 142: 1421-1435.

[13] Locking, H., Mansson, K., dan Shukur, G. 2011. Performance of Some Ridge Parameters

for Probit Regression: with Application on Swedish Job Search Data. Journal of

Computational Econometrics, 40: 415-433.

[14] McCullagh, P. dan Nelder, J.A. 1989. Generalized Linear Models. Second Edition. London

New York: Chapman and Hall.

[15] Muliati, A. 2018. Pendugaan Parameter Model Regresi Logistik dengan Metode Ridge.

Makassar: Universitas Hasanuddin.

[16] Myers, R.H. 1990. Classical And Modern Regression With Applications. Boston: PWS-

KENT Publishing Company.

[17] Sembiring, R.K. 1995. Analisis Regresi. Bandung: ITB.

[18] Setiawan dan Kusrini, D.E. 2010. Ekonometrika. Yogyakarta: Andi.

[19] Sunyoto. 2009. Regresi Logistik Ridge: Pada Keberhasilan Siswa SMA Negeri 1 Kediri

Diterima di Perguruan Tinggi Negeri. Surabaya: Institut Teknolni Sepuluh Nopember.

[20] Supranto, J. 2005. Ekonometri. Bogor: Ghalia Indonesia.

[21] Supranto, M.A. 1986. Pengantar Probabilita Dan Statistik Induk. Jakarta: Erlangga.

[22] Wasilaine, T.L., Talakua, M.W., dan Lesnussa, Y.A. 2014. Model Regresi Ridge untuk

Mengatasi Model Regresi Linier Berganda Yang Mengandung Multikolinearitas. Barekeng,

8(1), 31-37.

[23] Widhiarso, W. 2012. Berkenalan dengan Regresi Probit. Yogyakarta: Universitas Gadjah

Mada.

[24] Yitnosumarto. 1990. Dasar-Dasar Statistika. Jakarta: Rajawali.

[25] Young, B. 2003. Penaksir Maksimum Likelihood Bagi Model Probit Dan Model Probit

Bivariat. Bandung: Universitas Katolik Parahyangan.