enumerasi tpc (finish) - rifky eko s. - alfa4
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN
Enumerasi Mikroorganisme dengan Metode Total Plate Count (TPC)
KELOMPOK α4
Rifky Eko Sulistiyo 1306367870
Sesara Maharani 1306446875
Tanggal Praktikum : 2 November 2015
Asisten Praktikum : An Nisa Rizkiyani
Tanggal disetujui : November 2015
Nilai :
Paraf Asisten :
LABORATORIUM PENYEHATAN DAN LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2015
I. Tujuan
Untuk menghitung jumlah koloni mikroorganisme dari sampel padatan siomay
kantin teknik dengan menggunakan metode TPC.
II. Teori Dasar
II.1 Enumerasi
Pada dasarnya, mikroorganisme berada dimana saja selama kondisi lingkungan
di sekitarnya mendukung pertumbuhannya. Mikroorganisme sendiri memiliki dampak
positif maupun negatif tergantung pada jenisnya masing-masing, baik di lingkungan,
di tubuh kita maupun di dalam makanan dan juga minuman. Keberadaan
mikroorganisme di suatu makanan dan minuman yang kita konsumsi sehari-hari
dapatlah berdampak negatif bagi kesehatan kita khususnya jika mikrooganisme
tersebut bersifat patogen. Sehingga, jumlah mikroorganisme di suatu makanan dan
minuman haruslah sesuai dengan standar baku mutu yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah. Oleh karena itu, dalam cabang ilmu mikrobiologi terdapat cara yang biasa
disebut enumerasi untuk mengetahui jumlah mikroorganisme tersebut.
Pengertian mikroorganisme itu sendiri yaitu suatu makhluk hidup ataupun
organisme yang memiliki ukuran sangat kecil bahkan sebagian besar jenisnya tidak
bisa jika dilihat dengan mata telanjang. Sehingga diperlukan alat bantu untuk
melihatnya seperti dengan menggunakan mikroskop. Sedangkan pengertian enumerasi
yaitu suatu perhitungan jumlah mikroorganisme yang terkandung di dalam suatu
sampel (Kawuri dkk., 2007).
II.2 Metode Enumerasi
Metode enumerasi dibedakan menjadi dua yaitu perhitungan secara langsung
dan tidak langsung. Perhitungan secara langsung dapat dilakukan dengan beberapa
cara, salah satunya yaitu dengan menggunakkan ruang hitung (Counting Chamber).
Sampel cairan atau larutan yang akan diperiksa dimasukkan ke dalam ruang hitung
yang telah diketahui volumenya. Ruang hitung tersebut dibagi menjadi 25 kotak
dengan luas maupun volume tertentu. Jumlah mikroba di dalam masing-masing kotak
dihitung dan selanjutnya dikalikan dengan volumenya sehingga didapat jumlah
mikroba tiap mililiternya sampel. Kelemahan cara ini yaitu tidak dapat dibedakan
antara sel hidup dengan sel yang telah mati.
Sedangkan perhitungan dengan cara tidak langsung dapat dilakukan dengan
menggunakkan metode Total Plate Count (TPC). Sampel yang akan diperiksa
diencerkan, diinokulasikan (isolasi) secara tuang (pour plate) di atas medium. Setelah
diinkubasikan, cawan petri yang memiliki jumlah mikroba 30 – 300 dihitung jumlah
koloninya. Jumlah mikroba tiap 1 ml sampel dapat diperoleh dengan membagi jumlah
koloni terhitung dengan volume sampel yang diinokulasikan dan dibagi dengan
pengenceran yang digunakkan.
II.3 Definisi TPC
Metode Total Plate Count (TPC) merupakan jenis perhitungan mikroorganisme
dengan cara tidak langsung. Pada metode ini sampel yang akan diperiksa, diencerkan
terlebih dahulu sampai konsenterasi tertentu menggunakan akuades steril. Kemudian
diinokulasikan menggunakan metode tuang pada 3 cawan petri untuk setiap
pengenceran. Lalu diinkubasi pada temperature 300C selama 24-48 jam dan
dilanjutkan dengan pengamatan & perhitungan jumlah koloni pada setiap cawan.
Syarat perhitungan jumlah koloni mikroba yaitu :
a) Jumlah koloni tiap cawan petri antara 30-300 koloni, bila tidak ada, pilih yang
mendekati.
b) Tidak ada spreader (koloni yang menutup lebih dari setengah luas cawan petri).
c) Bila perbandingan jumlah mikroba antara pengenceran yang lebih besar
dengan pengenceran sebelumnya <2, hasilnya dirata-ratakan, tetapi bila >2,
yang dipakai jumlah mikroba dari pengenceran sebelumnya.
d) Rata-ratakan jumlah koloni mikroba untuk pengenceran yang sama.
Perhitungan jumlah mikroba (CFU/ml) dilakukan dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut :
Persamaan Rumus 1 - Jumlah Mikroba Sampel Cairan (CFU/ml)
CFU/ml = CFU x Faktor Pengenceran
Volume Inokulasi (ml)
II.4 Kultur Media
Berikut merupakan tabel klasifikasi medium pertumbuhan mikroba.
Gambar 1. Tabel Klasifikasi Medium Pertumbuhan Mikrobial
sumber : Modul Praktikum Mikrobiologi
Dengan keterangan sebagai berikut.
Irreversible
Sifat medium yang tidak dapat kembali lagi ke fase semula. Seperti darah yang
telah berkoagulasi (menggumpal) tidak dapat kembali menjadi darah cair.
Reversible
Sifat medium yang dapat kembali ke fase semula setelah terjadi perubahan,
seperti agar yang dapat memadat apabila didinginkan dan dapat mencair
kembali apabila dipanaskan.
Enrichment Media
Medium yang dapat menunjang pertumbuhan mikroba yang memiliki
persyaratan untuk tumbuh yang rumit. Mikroba ini tidak dapat ditumbuhkan
pada medium biasa karena membutuhkan beberapa nutrisi pengaya guna
menyokong proses pertumbuhannya.
Gambar 2. Medium Blood Agar
sumber :learn.chm.msu.edu
Differential Media
Medium yang digunakan untuk membedakan bentuk dan karakter koloni
mikroba yang tumbuh. Beberapa mikroba dapat tumbuh di dalam medium
tertentu tetapi jenis lain tidak dapat tumbuh di media tersebut. Selain itu,
mikroba tersebut juga mempunyai penampilan pertumbuhan yang khas
sehingga mudah untuk dikenali. Medium ini berguna untuk isolasi dan
identifikasi mikroba.
Gambar 3. Medium Eosin-Methylene Blue Agar
sumber :atlas.sund.ku.dk
Selected Media
Medium pertumbuhan yang terpilih dan khusus atau dengan kata lain medium
ini dapat menghambat pertumbuhan jenis mikroba lain namun membiarkan
hanya jenis mikroba tertentu yang dapat tumbuh. Medium ini sangat berguna
untuk proses identifikasi mikroba.
Gambar 4. Medium Endo Agar
sumber :studyblue.com
Test Media
Medium yang digunakan untuk mengukur secara kuantitatif suatu vitamin
maupun antibiotik.
II.5 Fase Pertumbuhan Mikroorganisme
Gambar 5. Grafik Pertumbuhan Mikroba Pada Sistem Tertutup
sumber : www.kmitl.ac.th
Fase Lag
Fase dimana mikroorganisme pada umumnya belum mengalami pertambahan
populasi. Pada fase ini, mikroorganisme sudah mulai beradaptasi dengan medium
barunya dan sel-sel didalamnya mulai mengalami perubahan dalam komposisi kimia
serta bertambah ukurannya.
Fase Log
Pada fase ini, sel-sel di dalam mikroorganisme mulai membelah diri dengan laju
yang konstan, massa menjadi naik dua kali lipatnya dan keadaan pertumbuhan menjadi
seimbang.
Fase Statis
Dimana produk beracun mulai menumpuk ataupun karena nutrient yang
terdapat didalam medium berkurang bahkan habis. Sehingga beberapa sel mati namun
sel - sel lainnya tumbuh. Sehingga jumlah sel hidup menjadi relati tetap atau konstan
Fase Kematian
Jumlah sel yang mati menjadi banyak yang terjadi akibat penumpukan racun
dan habisnya nutrisi. Sehingga mengalami penurunan jumlah sel secara eksponensial.
II.6 Faktor Pengaruh Pertumbuhan Mikroorganisme
Beberapa faktor yag dapat mempengaruhi atau memicu pertumbuhan
mikroorganisme yaitu sebagai berikut,
pH
Setiap jenis mikroorganisme memiliki kisaran nilai pH tertentu agar mereka
dapat tumbuh. Berikut merupakan jenis mikroorganisme berdasarkan nilai pH
di lingkungan tempat mereka berada.
Acidophile
Merupakan mikroorganisme yang dapat tumbuh secara optimum pada
pH kisaran 0 sampai 5.5 . Contohnya seperti Sulfolobus, Picrophilus
dan Ferroplasma.
Neutrophile
Merupakan mikroorganisme ynag tumbuh secara optimum pada pH
kisaran 5.5 sampai 8. Contohnya seperti Escherichia, Euglena dan
Paramecium.
Alkalophile
Merupakan mikroorganisme ynag tumbuh secara optimum pada pH
kisaran 8 sampai 11.5. Contohnya seperti Bacillus alcalophilus
scherichia dan Natronobacterium.
Suhu
Suhu lingkungan dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
Berikut merupakan klasifikasi mikroorganisme berdasarkan tingkat suhu di
lingkungan tempat mereka berada.
Psychrophile
Merupakan mikroorganisme yang dapat tumbuh baik pada suhu 00C
dan tumbuh optimum pada suhu 150C atau lebih rendah. Contohnya
seperti Bacillus psychrophilus dan Chlamydomonas nivalis.
Psychrotroph
Merupakan mikroorganisme yang dapat tumbuh pada suhu kisaran 0
sampai 70C dan tumbuh optimum pada suhu kisaran 20 sampai 300C
serta maksimum pada suhu sekitar 350C. Contohnya seperti
Pseudomonas fluorescens dan Listeria monocytogenes.
Mesophile
Merupakan mikroorganisme yang tumbuh secara optimum pada suhu
kisaran 20 sampai 450C. Contohnya seperti E. coli dan Trichomonas
vaginalis.
Thermophile
Merupakan mikroorganisme yang bisa tumbuh pada suhu 550C atau
lebih dan dapat tumbuh optimum pada kisaran suhu 55 sampai 650C.
Contohnya seperti Thermus aquaticus dan Cyanidium caldarium.
Hyperthermophile
Merupakan mikroorganisme yang tumbuh optimum pada kisaran suhu
80 sampai 1130C. Contohnya seperti Sulfolobus, Pyrococcus dan
Pyrodictium.
Konsentrasi Oksigen
Pentingnya keberadaan oksigen terhadap pertumbuhan mikroorganisme sangat
berkaitan erat dengan metabolisme mikroorganisme itu sendiri. Berikut
merupakan jenis mikroorganisme berdasarkan tingkat konsenterasi oksigen di
lingkungan.
Obligate Aerob
Merupakan mikroorganisme yang sangat bergantung pada keberadaan
oksigen untuk dapat tumbuh. Contohnya yaitu Pseudomonas dan
Mycobacterium.
Facultative Anaerobe
Jenis mikroorganisme ini tidak membutuhkan oksigen untuk dapat
tumbuh, tetapi mereka akan tumbuh lebih baik jika terdapat oksigen.
Contohnya yaitu Eschericia, dan Enterococcus.
Aerotolerant Anaerobe
Mikroorganisme ini dapat tumbuh dengan baik dengan ataupun tanpa
adanya oksigen. Contohnya yaitu Streptococcus pyogenes.
Obligate Anaerobe
Merupakan mikroorganisme yang tidak mentoleransi keberadaan
oksigen di lingkungan tempat mereka berada dan mereka akan langsung
mati jika terdapat oksigen di tempat tersebut. Contohnya seperti
Clostridium dan Bacteroides.
Microaerophile
Mikroorganisme ini membutuhkan oksigen dengan tingkat dibawah 2-
10% untuk tumbuh dan akan mati jika tingkat oksigen mencapai 20%
atau lebih. Contohnya seperti Treponema pallidum dan Campylobacter.
Tekanan
Berdasarkan besar tekanan, hanya terdapat satu jenis mikroorganisme yaitu
Barophilic dimana mikroorganisme tersebut dapat tumbuh lebih cepat di
daerah dengan tekanan hidrostatik yang tinggi. Contohnya yaitu
Photobacterium profundum.
Kelarutan dan Aktivitas Air
Berdasarkan tingkat kelarutan dan aktivitas air, jenis mikroorganisme
dibedakan menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut.
Osmotolerant
Merupakan mikroorganimse yang dapat hidup pada rentang aktivitas
air atau konsenterasi osmotic yang tinggi. Contohnya yaitu
Staphylococcus aureus.
Halophile
Merupakan mikroorganisme yang tumbuh dengan membutuhkan
tingkat sodium klorida yang tinggi, biasanya diatas 0.2 M. Contohnya
yaitu Halobacterium.
II.7 Jenis-Jenis Mikroorganisme Pada Makanan
Keberadaan mikroorganisme pada makanan dapat berdampak positif maupun
negatif. Mikroorganisme yang berdampak positif yaitu karena keberadaannya
diperlukan guna proses pembuatan makanan itu sendiri. Sedangkan, berdampak
negatif karena keberadaannya di suatu makanan dengan jumlah yang melebihi standar
baku mutu dapat memicu terjadinya penyakit bagi manusia yang mengkonsumsinya.
Berikut merupakan beberapa mikroorganisme yang memiliki dampak positif, seperti :
Lactobacillus
Beberapa jenis bakteri ini sering dimanfaatkan dalam pembuatan makanan
ataupun minuman seperti keju dan yoghurt dengan bahan dasar susu. Bakteri
ini bertugas dalam mengubah laktosa menjdai asam laktat.
Rhizopus sp.
Merupakan jenis jamur yang digunakan dalam pembuatan tempe dengan
bahasn dasar kedelai. Mikroorganisme ini bertugas mengubah protein
kompleks kacang kedelai menjadi protein yang lebih sederhana. Selama
prosesnya, akah dihasilkan antibiotic yang dapat mencegah penyakit perut
seperti diare.
Saccharomyces cerevisiae
Meupakan jenis jamur yang terdapat pada ragi. Jamur ini biasa digunakan
untuk mengembangkan roti. Jamur ini akan berkembang biak dengan cepat
dalam substrat tepung dan memfermentasi glukosa. Dalam proses fermentasi
akan dihasilkan gelembung gas CO2. Kemudian gas tersebut keluar dan
mnjadikan roti mengembang.
dan berikut merupakan mikroorganisme yang memiliki dampak negatif, seperti :
Escherichia coli
Merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk batang. Bakteri ini biasa
ditemukan pada daging yang tidak dimasak sampai matang maupun sayur dan
buah yang tidak dibersihkan dahulu. ika masuk ke dalam tubuh manusia,
bakteri ini dapat menyebabkan gangguan pencernaan seperti diare.
Cronobacter spp. (E. sakazaki)
Merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk batang dan bersifta pathogen.
Bakteri tersebut biasa ditemukan di beberapa lingkungan industri makanan,
lingkungan berair dan sedimen tanah yang lembap. Selain itu, bakteri ini dapat
menyebabkan radang selaput otak dan radang usus pada bayi.
Salmonella sp.
Merupakan kelompok bakteri yang sering ditemukan pada makanan seperti
telur yang dimasak tidak terlalu matang, daging bahkan sayur maupun buah
yang tidak dicuci hingga bersih. Salmonella merupakan suatu genus bakteri
enterobakteria gram negatif yang memiliki bentuk tongkat. Salmonella adalah
penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui makanan sehingga
berdampak pada timbulnya penyakit di organ pencernaan.
II.8 Baku Mutu Makanan dan Minuman
Penetapan batas maksimum cemaran mikroorganisme pada makanan diatur oleh
Peratutan BPOM. Berikut merupakan batas maksimum jumlah mikroba yang
diperbolehkan pada makanan olahan berbahan dasar ikan.
Gambar 6. Tabel Batas Maksimum Jumlah Mikroba yang Diperbolehkan Pada
Makanan
sumber : BPOM RI
Dalam Peraturan tersebut dapat diketahui bahwa batas maksimal kandungan
mikroba yang diperbolehkan pada makanan olahan ikan yang berlapis tepung yaitu 5
x 105 koloni/gr untuk ALT atau CFU, kurang dari 3/gr untuk Escherichia coli,
negatif/25 gr untuk Salmonella sp dan Vibrio cholera. Oleh karena itu, jika suatu
makanan berbahan dasar tersebut memiliki kandungan mikroba melebihi batas
maksimal dapat menyebabkan dampak negatif seperti gangguan pada saluran
pencernaan manusia yang mengkonsumsinya.
II.9 Aplikasi Enumerasi di Bidang Teknik Lingkungan
Data dari jumlah mikroorganisme yang diketahui dengan cara enumerasi, dapat
digunakan seperti pada industri pangan maupun instalasi pengolahan air. Pada industri
pangan, perhitungan mikroorganisme digunakan untuk menetapkan apakah suatu
produk makanan ataupun minuman kemasan dan jenis lainnya layak untuk dipasarkan
ke konsumen. Sedangkan pada instalasi pengolahan air, data tersebut digunakan dalam
penentuan kelayakan air minum. Sebab, jika jumlah mikroorganisme patogen di air
tersebut masih melebihi batas maksimum, maka perlu dilakukan proses lebih lanjut
sehingga air minum tersebut dapat didistribusikan.
III. Alat dan Bahan
Alat :
2 Buah Erlenmeyer 100 ml
Shaker
1 Buah Spatel
Alat Sentrifugal
1 buah Tabung Sentrifugal
4 Tabung Reaksi
6 Cawan Petri steril dengan medium Plate Count Agar
1 Buah Pipet 0.1 ml & 1 ml
4 Buah Pipet Tip 1 ml dan 2 Buah Pipet Tip 0.1 ml
Spirtus
Bahan :
5 gr sampel padatan siomay dengan faktor pengencer 104
Alkohol 70%
Air Steril
50 ml NaCl 0.85N
IV. Cara Kerja
Persiapan Praktikum
Menyiapkan sampel padatan siomay
Menimbang sampai 5 gr dan memindahkan
ke blender
Menuangkan 20 ml larutan NaCL 0.85 N
Memblender sampai halus
Menuangkan 30 ml larutan NaCL 0.85 N
Menginokulasi ke Erlenmeyer 100 ml
Men-shaker selama 30 menit, v = 250 rpm
Menuang ke Tabung Sentrifugal
Mensentrifugasi selama 3 menit, v = 6000 rpm
Memindahkan ke Botol dan memasukkan ke lemari pendingin
Praktikum
Membersihkan area kerja dan tangan dengan alkohol lalu menyalakan spirtus
Mengambil 1 ml sampel
Memanaskan mulut tabung reaksi fp 101
Memasukkan sampel ke tabung reaksi
Memanaskan mulut tabung reaksi dan
menutup dengan kapas
Menghomogenkan dengan cara digoyang
ke telapak tangan
Mengambil 1 ml dari tabung reaksi fp 101 dan melakukan langkah-
langkah sebelumnya sampai pada tabung reaksi fp 104
Memanaskan mulut tabung reaksi fp 104
Mengambil 0.1 ml
Memasukkan sampel ke cawan petri dan
menutupnya
Memanaskan spatel Memasukkan ke dalam alkohol
V. Data Pengamatan
Suhu Inkubasi : 36,50C
Waktu Inkubasi : 48 Jam
Jam Pengamatan : 10.03
Tingkat
pengenceran
Jumlah Koloni tiap
cawan (CFU/Plate)
Rata-rata jumlah koloni tiap
pengenceran (CFU/Plate)
10-3
77
55 46
42
10-4
-
47 47
-
VI. Pengolahan Data
Persamaan Rumus 2 - Jumlah Mikroba Sampel Padatan (CFU/gram)
CFU/gram = CFU x Faktor Pengenceran x Volume Pembuatan Suspensi (ml)
Volume Inokulasi (ml) x Bobot sampel (gr)
Memanaskan spatel lagi Menggoyangkan spatel sampai dingin
Men-spreading searah jarum jam
Melakukan langkah-langkah
sebelumnya untuk sampel fp 103
Menginkubasi, 36.50C , 24-48 jam
Melakukan pengamatan / perhitungan jumlah
mikroba
Tingkat Pengenceran 10-3
CFU/gram = 55 x 103 x 50
0.1 x 5
CFUgram⁄ = 5.5 x 106
Tingkat Pengenceran 10-4
CFU/gram = 44 x 104 x 50
0.1 x 5
CFUgram⁄ = 44 x 106
VII. Analisis
VII.1 Analisis Percobaan
Percobaan dengan judul enumerasi mikroorganisme dengan metode TPC ini
bertujuan untuk menghitung jumlah koloni mikroorganisme dari suatu sampel
padatan siomay kantin teknik dengan menggunakan metode TPC. Dikarenakan
sampel yang digunakan berupa padatan, sehingga perlu dilakukan persiapan
percobaan. Langkah pertama yang harus praktikan lakukan yaitu menyiapkan sampel
padatan berupa siomay. Sampel kemudian ditimbang menggunakan timbangan
sampai berat siomay mencapai 5 gr. Kemudian sampel dipindahkan ke blender dan
ditambahkan 20 ml Nacl 0.85 N lalu sampel tersebut diblender hingga halus. Fungsi
dari larutan Nacl tersebut yaitu untuk mengencerkan sampel. Selain itu, NaCl juga
merupakan larutan pendispersi. Setelah halus, maka sampel tersebut ditambahkan
NaCl 0.85 N lagi sebanyak 30 ml agar total NaCl yang digunakan sebanyak 50 ml
atau sesuai perbandingan dengan jumlah sampel yang digunakan yaitu 1:10. Setelah
itu, campuran tersebut dipindahkan ke dalam Erlenmeyer 100 ml dan men-shaker
menggunakan shaker selama 30 menit dengan kecepatan 250 rpm. Langkah tersebut
dilakukan untuk menghomogenkan antara sampel dengan larutan NaCl. Jika langkah
tersebut telah selesai, maka campuran langsung dipindahkan ke dalam tabung
sentrifugal. Kemudian dilakukan proses sentrifugasi menggunakan sentrifugal
dengan kecepatan 6000 rpm selama 3 menit. Proses tersebut bertujuan untuk
memisahkan antara partikel padatan dengan cairan, sebab sampel yang digunakan
pada proses percobaan yaitu berupa cairan. Lalu sampel dipindahkan ke dalam botol
dan dimasukkan ke dalam lemari pendingin agar mikroorganisme yang ada di dalam
sampel tetap dapat hidup sampai proses percobaan enumerasi dilakukan.
Pada percobaan enumerasi, pertama-tama praktikan menyiapkan seluruh alat
dan bahan yang diperlukan termasuk sampel yang sebelumnya disimpan di dalam
lemari pendingin. Setelah semuanya siap, praktikan lalu mensterilkan meja atau area
dimana percobaan dilakukan dan juga tangan praktikan sendiri menggunakan
alkohol. Hal itu dilakukan agar saat percobaan dilakukan, tidak terjadi kontaminasi
oleh mikroorganisme yang berada di lingkungan sebab dapat mempengaruhi data
hasil percobaan. Kemudian, praktikan meyalakan spirtus yang akan digunakan saat
percobaan. Spirtus digunakan untuk mensterilisasikan alat-alat seperti spatel dan juga
untuk menghangatkan lingkungan tempat percobaan dilakukan sehingga membantu
menciptakan kondisi yang steril di tempat tersebut. Lalu mengambil sampel sebanyak
1 ml dari botol sampel menggunakan pipet 1 ml dan dilanjutkan dengan
memasukkannya ke dalam tabung reaksi dengan faktor pengenceran 101.
Pengenceran dilakukan agar memudahkan praktikan dalam perhitungan jumlah
mikroorganisme yang ada. Sebelum sampel dimasukkan,ke dalam tabung yang berisi
9 ml air steril, mulut tabung di panaskan menggunakan api pada spirtus yang telah
dinyalakan. Hal ini juga bertujuan untuk menghindari kontaminasi oleh
mikroorganisme yang berada di lingkungan. Setelah sampel dimasukkan, mulut
tabung dipanaskan kembali dengan tujuan yang sama. Kemudian tabung ditutup
dengan kapas dan dilakukan proses penghomogenan. Proses penghomogenan
dilakukan agar sampel menjadi menjadi tercampur sempurna atau menyatu dengan
air steril. Penghomogenan dilakukan dengan cara memegang bagian atas tabung
menggunakan tangan kanan sembari menggerakkannya hingga bagian bawah tabung
menyentuh ke telapak tangan kiri dan dilakukan secara berulang agar sampel dan air
steril benar-benar menyatu.
Selanjutnya, larutan tersebut diambil sebanyak 1 ml untuk dimasukkan ke
dalam tabung reaksi dengan faktor pengenceran 102. Kemudian dilakukan langkah-
langkah yang sama seperti sebelumnya sampai pada faktor pengenceran 103 dan 104.
Namun, setiap pengambilan 1 ml, pipet tip harus diganti dengan yang baru agar
mikroorganisme yang berada pada pengenceran sebelumnya tidak ikut terbawa ke
tingkat pengenceran setelahnya. Jika proses pengenceran telah selesai dilakukan,
maka dilanjutkan dengan menginokulasikan sampel pada faktor pengenceran 104 dan
103 secara bergantian ke dalam tiga cawan petri berbeda untuk masing-masing faktor
pengenceran dimana di dalam cawan tersebut terdapat medium Plate Count Agar
(PCA) sebagai medium tempat tumbuhnya. Pemilihan pengambilan 0.1 ml sampel
pada faktor pengenceran 103 dan 104 dikarenakan pada faktor pengenceran tersebut,
jumlah mikroba yang terdapat di dalam sampel padatan dapat dihitung. Sedangkan
penentuan jumlah cawan petri sebanyak tiga pada masing-masing faktor pengenceran
dimaksudkan untuk mendapatkan data hasil percobaan yang akurat dan juga sebagai
alternatif jika salah satu cawan tidak dapat dihitung jumlah koloni bakterinya. Sampel
dimasukkan sebanyak 0.1 ml menggunakan pipet 0.1 ml ke dalam masing-masing
cawan. Pada saat memasukkan sampel, harus dilakukan didekat api agar tidak terjadi
kontaminasi mikrooganisme di lingkungan tempat percobaan dilakukan. Lalu
melakukan spreading menggunakan spatel yang telah disterilkan. Spatel disterilkan
dengan cara membakar bagian bawah ke api pada spirtus, lalu memasukkan ke dalam
alkohol, kemudian di bakar lagi dan didiamkan sejenak sampai spatel tidak terasa
panas. Proses sterilisasi tersebut agar mikroorganisme spatel tidak ikut tercampur ke
dalam cawan saat proses spreading dilakukan. Sedangkan pendinginan spatel
dimaksudkan agar medium yang berada di dalam cawan tidak robek dan terbakar
akibat spatel yang masih panas, sebab hal itu dapat berdampak pada matinya
mikroorganisme yang berasal dari sampel percobaan.
Proses spreading dilakukan dengan cara memutarkan spatel searah atau
berlawanan jarum jam yang bertujuan agar bakteri tersebar merata di cawan, sehingga
praktikan lebih mudah dalam proses pengamatan dan perhitungannya. Setelah proses
spreading selesai, maka cawan diletakkan dengan cara membaliknya agar
mempermudah proses perhitungan. Setelah melakukan spreading, lalu cawan
tersebut diinkubasi selama 48 jam pada suhu 36.50C. Kemudian dilakukan
pengamatan dan menghitung jumlah mikroorganisme yang ada pada cawan. Suhu
tersebut dipilih karena merupakan suhu optimum dimana bakteri yang ada di dalam
sampel dapat bertahan hidup. Sedangkan pengamatan dilakukan setelah 48 jam sebab
pada waktu tersebut mikroba telah mengalami fase statis dimana jumlahnya sudah
dapat dihitung oleh praktikan.
VII.2 Analisis Hasil
Dari percobaan ini didapatkan data jumlah koloni mikroorganisme tiap
cawannya seperti yang terlihat pada tabel data pengamatan. Kemudian dilakukan
perhitungan menggunakan persamaan rumus 2 dan didapatkanlah jumlah bakteri pada
faktor pengenceran 103 sebanyak 5.5 x 105 CFU/gram dan faktor pengenceran 104
sebanyak 47 x 105 CFU/gr. Sehingga jumlah mikroorganisme yang terdapat pada
siomay yang dijadikan sampel di percobaan ini berkisar antara (5,5 - 47) x 105
CFU/gr.
Jika ditinjau dengan Peraturan BPOM, dimana batas maksimum
mikroorganisme menggunakan metode TPC yang diperbolehkan ada di suatu
makanan, maka dapat dikatakan bahwa kandungan mikroba pada siomay yang
dijadikan sampel percobaan ini telah melewati batas yang ditetapkan yaitu 5 x 105
CFU/gr. Oleh karena itu, jika sampel tersebut dikonsumsi maka dapat menyebabkan
efek negatif seperti gangguan pencernaan pada manusia yang mengkonsumsinya.
Namun, hasil yang didapatkan dari percobaan ini kurang akurat atau representatif.
Hal tersebut dikarenakan terjadinya kontaminasi seperti yang akan dijelaskan pada
analisis kesalahan dibawah. Sehingga jumlah mikroorganisme yang terdapat pada
sampel siomay tersebut belum dapat dikatakan melebihi batas aman yang
diperbolehkan. Oleh karenanya belum dapat diketahui apakah siomay tersebut layak
untuk dikonsumsi atau tidak.
Selain itu, dari hasil pengamatan pada percobaan ini dapat diketahui bahwa
warna dan bentuk bakteri yang terlihat pada cawan petri hampir seeluruhnya seragam
khususnya pada cawan dengan sampel faktor pengenceran 103, dimana jumlah koloni
bakteri dapat dihitung pada ketiga cawan yang ada. Sedangkan pada cawan dengan
sampel faktor pengenceran 104 hanya terdapat 1 cawan yang dapat dihitung jumlah
koloninya sedangkan kedua cawan lainnya tidak. Hal itu dikarenakan adanya
kemungkinan terjadinya kontaminasi maupun akibat proses spreading yang tidak
benar. Sehingga koloni bakteri tidak tersebar merata dan menjadi sulit dihitung
jumlahnya.
VII.3 Analisis Kesalahan
Beberapa kesalahan yang mungkin terjadi sehingga mempengaruhi data hasil
percobaan yaitu sebagai berikut,
Terjadinya kontaminasi mikroorganisme lain akibat proses pembersihan area
percobaan maupun tangan praktikan yang kurang bersih.
Terjadinya kontaminasi dikarenakan pada proses percobaan tidak selalu
dilakukan dekat dengan api pada spirtus.
Praktikan yang kurang tepat saat melakukan penghomogenan sampel yang
diencerkan sehingga persebaran mikroorganisme pada sampel kurang merata.
Spreading yang dilakukan secara bergantian (faktor pengencer 104 dahulu,
lalu faktor pengencer 103) dimana terdapat jeda waktu yang cukup lama
sebelum dilakukan spreading untuk faktor pengencer 103. Hal itu
memungkinkan adanya mikroorganisme / bakteri pada sampel dengan faktor
pengenceran 103 yang mengendap ke bagian dasar tabung reaksi. Sedangkan
saat praktikan melakukan pengambilan sampel tersebut sebanyak 0.1 ml, tidak
dilakukan di dasar tabung melainkan hanya sampai bagian tengahnya.
Sehingga jumlah bakteri di dalam 0.1 ml sampel tersebut menjadi tidak
representatif atau akurat.
Kesalahan praktikan saat melakukan spreading dengan tidak tepat sehingga
bakteri tidak tersebar merata di cawan dan praktikan pun menjadi sulit saat
melakukan pengamatan dan perhiungan jumlahnya.
Kesalahan saat melakukan sterilisasi pada spatel dimana spatel yang
digunakan belum benar-benar steril dari mikroorganisme sehingga terjadi
kontaminasi pada cawan yang menyebabkan jumlah mikroorganisme yang
terdapat di cawan menjadi sangat banyak. Spatel yang tidak steril
kemungkinan dikarenakan proses pendinginan spatel yang bisa saja terlalu
lama. Hal itu dapat menyebabkan mikroorganisme lain di lingkungan akan
menempel pada spatel lagi dan terbawa saat melakukan spreading di cawan
petri.
VIII. Kesimpulan
1. Percobaan enumerasi ini bertujuan untuk menghitung jumlah mikroorganisme pada
sampel siomay dengan metode TPC.
2.Jumlah bakteri pada sampel siomay di percobaan ini berkisar antara (5.5 - 47) x 105
CFU/gr.
3.Pada dasarnya, semakin tinggi tingkat pengenceran maka semakin sedikit jumlah
bakteri yang terdapat di dalamnya.
4.Hasil percobaan yang tidak sesuai dengan teori tersebut dapat diakibatkan karena
adanya kesalahan-kesalahan yang telah dijelaskan sebelumnya sehingga data
perhitungan pada percobaan ini dapat dikatakan kurang akurat.
5.Sampel siomay yang digunakan pada percobaan ini belum dapat dikatakan tidak layak
untuk dikonsumsi dikarenakan data hasil percobaan yang kurang akurat atau
representatif akibat terjadinya kontaminasi.
IX. Daftar Pustaka
Gusniani, Irma. Dkk.2009. Modul Praktikum Mikrobiologi Lingkungan (ENV31006).
Depok : Laboratorium Teknik Penyehatan & Lingkungan Program Studi Teknik
Lingkungan Universitas Indonesia
Willey et al. 2008. Prescoot, Harley, and Klein’s 7th Edition. New York : McGraw-
Hill.
http://download.fa.itb.ac.id/filenya/Handout%20Kuliah/Biosintesis%20Senyawa%20
Obat/PERTUMBUHAN%20MIKROORGANISME.pdf (Diakses pada Kamis 05
November 2015 Pukul 22.00)
http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/32584/0c2a582ed21cf033f9a070e0ff20f
c6d (Diakses pada Kamis, 05 November 2015 Pukul 23.20 WIB)
http://pom.go.id (Diakses pada Jumat 06 November 2015 Pukul 00.35)
http://learn.chm.msu.edu (Diakses pada Sabtu 07 November 2015 Pukul 18.00)
http://atlas.sund.ku.dk (Diakses pada Sabtu 07 November 2015 Pukul 20.15)
http://studyblue.com (Diakses pada Sabtu 07 November 2015 Pukul 20.45)
X. Lampiran
Lembar Kerja Praktikum
Bagan Salah