emp lampiran 8 biodiversity
TRANSCRIPT
1
LAMPIRAN 8
RENCANA PENGELOLAAN KERAGAMAN HAYATI
DAFTAR ISI
1.0 Pendahuluan .................................................................................................................................... 3
1.1 Deskripsi Proyek ..................................................................................................................... 3
1.2 Latar Belakang Studi dan Penilaian Dampak .......................................................................... 4
1.3 Maksud/ Tujuan Rencana ...................................................................................................... 5
1.4 Jadual ................................................................................................................................... 5
1.5 Kerangka EMP ........................................................................................................................ 5
1.6 Revisi, Review dan Pembaharuan Rencana............................................................................ 8
2.0 Peran dan Tanggungjawab ............................................................................................................... 8
3.0 Jenis Ekosistem Utama dan Nilai Keragaman Hayati pada Daerah Proyek ...................................... 9
3.1 Ekosistem Tanah .................................................................................................................... 9
3.2 Ekosistem Sungai.................................................................................................................. 12
3.3 Spesies Fauna yang Langka dan Dilindungi .......................................................................... 12
3.4 Spesies Flora......................................................................................................................... 14
3.5 Ringkasan Keragaman Hayati ............................................................................................... 14
4.0 Mitigasi Standar Minimum ............................................................................................................. 15
4.1 Sisa Hutan ............................................................................................................................ 15
4.2 Pemulihan Greenbelt ........................................................................................................... 15
4.3 Lingkungan Sungai ............................................................................................................... 15
5.0 Sekilas Proses Pendekatan Pengembangan Pengelolaan Adaptif untuk Konservasi
Keragaman Hayati. ......................................................................................................................... 15
5.1 Pendahuluan ........................................................................................................................ 15
5.2 Peninjauan Tahapan Pengelolaan ........................................................................................ 16
5.3 Tahap 1 : Penelitian lebih lanjut dan Investigasi Lapangan ................................................. 16
5.4 Tahap 2: Pilihan Pengelolaan Keragaman Hayati dan Pengembangan strategi................... 17
2
5.5 Tahap 3 dan seterusnya: Implementasi Rencana Pengelolaan Keragaman Hayati,
Pemantauan, Review dan Pembaharuan ............................................................................. 18
5.6 Bagan Alir Pembuatan Keputusan ....................................................................................... 19
6.0 Kapasitas dan Pelatihan ................................................................................................................. 20
7.0 Anggaran ........................................................................................................................................ 20
8.0 Komunikasi dan Laporan ................................................................................................................ 20
9.0 Referensi ........................................................................................................................................ 20
3
1.0 Pendahuluan
Konsep Rencana Pengelolaan Keragaman Hayati ini meliputi Pengelolaan terhadap spesies yang
terancam punah dan habitat hutan di dalam wilayah proyek PLTA Upper Cisokan. Dokumen rencana
pendekatan pengelolaan adaptif untuk konservasi keragaman Hayati, yang mencakup pendekatan
bertahap untuk :
• Mengevaluasi lebih lanjut kesinambungan dan kerentanan sisa habitat dan biotanya.
• Mengidentifikasi metode pengelolaan yang tepat untuk melestarikan habitat dan populasi spesies yang terancam punah.
• Mengimplementasikan metode pengelolaan yang tepat terutama selama konstruksi dan pra‐penggenangan (dengan proses monitoring dan review untuk kelanjutan pengelolaan yang tepat selama penggenangan dan tahap operasional).
Rencana tersebut meliputi :
• Sisa habitat hutan yang terletak diantara dua reservoir.
• Spesies fauna yang terancam punah dalam daerah proyek
• Greenbelt reservoir
• Lingkungan sungai
Rencana ini terdiri dari :
• Peran dan tanggung jawab PLN, konsultan, kontraktor, dan departemen pemerintah.
• Nilai‐nilai Keragaman Hayati.
• Upaya‐upaya pencegahan minimum.
• Garis besar Proses Pengelolaan Adaptif, termasuk penelitian lebih lanjut.
• Kapasitas dan Pelatihan
• Anggaran
• Proses Tinjauan
1.1 Deskripsi Proyek
Dalam rangka memenuhi kebutuhan listrik pada beban puncak yang meningkat dan untuk
mengembangkan keandalan sistem interkoneksi Jawa‐Bali, badan usaha milik negara, PT Perusahaan
Listrik Negara (PLN), merencanakan pembangunan PLTA Upper Cisokan Pumped Storage yang
berkapasitas 1040MW di Propinsi Jawa Barat.
4
PLTA Upper Cisokan Pumped Storage terdiri dari dua reservoir, masing‐masing dengan volume aktif
10.000.000 m3. Luas keseluruhan Upper reservoir 80ha dan lower reservoir 260ha (pada ketinggian muka
air maksimum).
Lokasi ini terletak di Provinsi Jawa Barat. PLTA Upper Cisokan terletak di perbukitan yang melintang
dari Barat ke Timur sepanjang Pulau Jawa, merupakan pulau terpadat di Indonesia, dan terletak sekitar
150 km dari Jakarta. Reservoir berada dalam jajaran dan bendungan dua sungai (Cisokan dan Cirumanis)
pada DAS sungai Cisokan, anak sungai utama sungai Citarum, yang mengalir ke Laut Jawa di pantai utara
Jawa. Lokasi proyek ditunjukkan di peta pada Lampiran 1.
Upper reservoir akan mengalirkan air untuk membangkitkan energi listrik pada saat beban puncak
(Jam 5 sore – jam 11 malam). Air yang ditampung dari reservoir akan dipompa ke upper reservoir
pada saat beban dasar atau di luar beban puncak (jam 1 malam – jam 10 pagi) setiap hari,
menggunakan energy listrik dipasok dari pembangkit listrik beban dasar. Sebagai tambahan, proyek ini
akan memanfaatkan kembali energy sisa dan membangkitkan kembali seperti peralatan tambahan pada
system tenaga listrik. PLTA Cisokan Pumped Storage akan lebih fleksibel dalam jaringan listrik, dan PLN
menyediakan metoda yang lebih murah untuk memenuhi beban puncak harian dan permintaan beban
tambahan.
Jaringan Transmisi 500kV akan mengalirkan energi listrik dari pembangkit listrik ke system
interkoneksi Jawa‐Bali. Dari pembangkit ke utara akan dibangun transmisi dua jalur yang akan
dikoneksikan dengan transmisi Cibinong‐Saguling.
1.2 Latar Belakang Studi dan Penilaian Dampak
Sebagai bagian dari studi rona awal EIA PLTA Upper Cisokan, survei ‘ada/tidaknya’ spesies flora dan
fauna di daerah tertentu dan ekosistem sungai yang berada di sekitar lokasi proyek.
Survei mengindentifikasikan sisa kecil hutan sepanjang Sungai Cirumamis, hulu dari pertemuan hilir
Sungai Cisokan, yang menyediakan habitat bagi setidaknya tiga spesies yang terancam punah1. Sisa hutan
ini ditunjukkan pada gambar 4 di bawah ini. Sisa hutan memiliki keragaman spesies tanaman yang tinggi,
sebagian besar vegetasi asli dan merupakan spesies kanopi besar. Sebanyak 34 spesies langka yang
rentan atau dilindungi diidentifikasikan dalam serangkaian survey flora dan fauna di daerah sekitar,
bendungan bawah, bendungan atas, jaringan transmisi, quarry dan daerah jalan hantar.
Pengetahuan Keragaman Hayati saat ini, berdasarkan survey sudah cukup memberikan informasi
dalam menyoroti masalah potensial dengan PLTA Upper Cisokan, akan tetapi tanpa penilaian lebih lanjut
terhadap nilai sisa habitat hutan, keberlangsungan hidup populasi spesies, dan fungsi‐fungsi ekologi serta
1 Menurut IUCN Red List.
5
interaksi antara spesies dan habitatnya, belum cukup informasi untuk mengembangkan sebuah rencana
yang jelas untuk pengelolaan Keragaman Hayati.
Yang jadi pertanyaan khusus adalah apakah habitat atau populasi spesies yang mandiri akan dapat
terus produktif dan ada tanpa gangguan atau intervensi, dan jenis perlindungan atau pencegahan apa
yang diperlukan untuk menjamin keberlangsungan habitat sisa hutan dan sistem sungai.
Suatu pendekatan pengelolaan adaptif akan dilakukan untuk mengisi kesenjangan dalam
pengetahuan saat ini dan tepat guna dalam menanggapi resiko potensial pada Keragaman Hayati,
sebagai petunjuk dengan proses yang rinci pada rencana ini.
1.3 Maksud/ Tujuan Rencana
• Untuk melindungi dan, bila memungkinkan, meningkatkan komunitas hutan sisa (baik habitat maupun biota/habitatnya) sehingga menjadi ekosistem yang mandiri.
• Melindungi dan memulihkan greenbelt reservoir guna menyediakan habitat tambahan untuk satwa liar langka.
• Untuk melindungi dan, bila memungkinkan meningkatkan populasi spesies yang terancam punah di daerah proyek.
1.4 Jadual
Rencana tersebut harus sudah jadi setidaknya enam bulan sebelum dimulainya konstruksi, dan akan
tetap beroperasi melalui tahap PLTA Upper Cisokan pra‐konstruksi, konstruksi, penggenangan, dan
operasional.
1.5 Kerangka EMP
EMP ini sesuai dengan EMP PLTA Upper Cisokan, seperti yang ditunjukkan pada diagram berikut.
Yang pertama menunjukkan kerangka tahap konstruksi dan yang kedua menunjukkan rencana pada
penggenangan dan kerangka tahap operasional:
6
Gambar 2 Kerangka Tahap Konstruksi EMP
Keterangan :
EMP (Environmental Management Plan )
‐ Rencana Pengelolaan Lingkungan ‐
PLTA Upper Cisokan (Unit Lingkungan PLN PHJ)
Konstruksi Utama
Manajemen Konstruksi dan Barak Pekerja
(SCMP)
Pembersihan Lahan
Reservoir
Pengelolaan Lalu Lintas
Sosial dan Komunitas
Hubungan Sosial (jalan)
Pengelolaan peninggalan budaya fisik
Proses penanganan pengaduan
Hubungan Masyarakat
Keaneka‐ragaman‐Hayati
Pemantauan dan survey fauna hutan dan ikan
Pengembangan Sabuk hijau
Prasarana dan Sarana
Jalan Hantar
Jalur Transmisi *(termasuk operasi)
Quarry
Rencana Implementasi
Komunikasi dan Pelaporan
Peningkatan Kapasitas dan Pelatihan
Rencana Pemantauan, Review dan Revisi
Jaminan Kualitas
Supervisi Konstruksi
Pemantauan Lingkungan
Hidrologi, kualitas air, habitat sungai
7
Gambar 2 Penggenangan dan Kerangka Tahapan Operasional EMP
Keterangan :
EMP (Environmental Management Plan )
‐ Rencana Pengelolaan Lingkungan ‐
PLTA Upper Cisokan (Unit Lingkungan PLN PHJ)
Rencana Pengelolaan Lingkungan Tahap Operasi
Sosial dan Hubungan Masyarakat
Penanganan pengaduan, CSR
Keaneka‐ragaman‐Hayati
Pengelolaan fauna hutan dan ikan
Pengembangan Sabuk hijau
Pengelolaan Dam dan Reservoir
Operasi Darurat
Aliran air ke hilir
Pengelolaan Reservoir dan DAS
Pemant auan Instrumen
Rencana Implementasi
Komunikasi dan Pelaporan
Peningkatan Kapasitas dan Pelatihan
Rencana Pemantauan, Review dan Revisi
Jaminan Kualitas
Pemantauan Lingkungan
Hidrologi, kualitas air, habitat sungai
Dokumen Utama EMP
Pengawasan EMP, Pemantauan dan Proses Pengendalian Mutu
Sub‐Rencana EMP dan Tugas
8
Semua prosedur dalam Skema EMP PLTA Upper Cisokan tetap sesuai dengan rencana ini, dan akan
diikuti. Rencana pengelolaan lainnya melingkupi kerangka proyek EMP yang sesuai untuk kemajuan dan
implementasi rencana ini, antara lain :
• Rencana Pemantauan Lingkungan
• Rencana Pengelolaan Konstruksi Barak/Basecamp Pekerja
• Rencana Pengelolaan Operasional Lingkungan
• Rencana Pembukaan Lahan Reservoir
• Rencana Pengelolaan Bendungan dan Reservoir
1.6 Revisi, Review dan Pembaharuan Rencana
Rencana adalah dokumen yang dinamis, yang mungkin menjadi subyek perubahan atau modifikasi
akibat Pemeriksaan ekologi yang selanjutnya, hasil dari upaya pengelolaan, dan / atau perkembangan
proyek. Prosedur review untuk merubah atau pemakaian alternatif lain adalah sama dengan PLTA Upper
Cisokan.
Rencana Pengelolaan Keragaman Hayati adalah dokumen terkendali; versi berikutnya harus tetap
didokumentasikan dan dikendalikan, dengan disertai ringkasan singkat tentang perubahannya.
Berikut Konsep Versi 1: Untuk Review Internal.
2.0 Peran dan Tanggungjawab
Tanggungjawab untuk pengembangan dan implementasi pada perubahan rencana melalui tahapan
proyek dan seperti diringkas pada Table 1;
Tabel 1 Peran dan Tanggungjawab sesuai Tahapan Proyek
Tahapan Proyek Tim Pengelolaan Proyek PLN PHJ (Unit Lingkungan Hidup)
Konsultan Supervisi (Pengawas Keselamatan & Kesehatan kerja dan Lingkungan)
Kontraktor Instansi Terkait1
Pra‐konstruksi • Pengembangan rencana final
• Pelaksanaan sampai Konsultan Supervisi bertugas
• Pengawasan Konsultan Supervisi
• Review dan Revisi
• Implementasi ketika rencana sudah berlaku.
• Supervisi Penerimaan Laporan
9
Konstruksi • Pengawasan Konsultan Supervisi
• Review dan Revisi
• Melakukan Supervisi kerja
• Kontraktor
• Implementasi sesuai yang didelegasikan / diinstruksikan Konsultan Supervisi
• Supervisi Penerimaan Laporan
Penggenangan • Pengawasan Konsultan Supervisi
• Review dan Revisi
• Melakukan Supervisi kerja
• Kontraktor
• Implementasi sesuai yang didelegasikan / diinstruksikan Konsultan Supervisi
• Supervisi
• Penerimaan Laporan
Operasi • Review dan revisi Rencana yang lengkap untuk implementasi review dan revisi tahap operasional
• Implementasi
• Review dan Revisi
• Supervisi
• Penerimaan Laporan
Catatan 1 : Lembaga yang akan bertindak sebagai pengawas dan menerima laporan pemantauan antara lain: BPLHD Provinsi Jawa Barat BPLHD Kabupaten Cianjur dan Bandung Barat BKSDA (Pusat Konservasi Sumber Daya Alam)
PLN, Konsultan Supervisi, Kontraktor dan Instansi Terkait harus berkomitmen atau menggunakan
staf ahli dan sumberdaya dari luar bila mereka tidak mempunyai kapasitas untuk melaksanakan peran
dan tanggungjawab seperti Tabel 1.
3.0 Jenis Ekosistem Utama dan Nilai Keragaman Hayati pada Daerah Proyek
3.1 Ekosistem Tanah
Penggunaan lahan dan ekosistem yang ditemukan di lokasi proyek terdiri dari:
• Sawah dan kolam ikan
• Pekarangan
• Tanah belukar
• Perkebunan campuran
• Hutan pinus
• Hutan dengan vegetasi sekunder lebat (kurang lebih 1ha berlokasi di sepanjang sungai Cirumamis (diantara upper dan lower reservoir)
• Permukiman
Daerah calon proyek adalah daerah yang banyak dipengaruhi manusia. Penebangan pepohonan,
pengembangan pertanian, permukiman penduduk dan hutan yang dahulu mencakup seluruh daerah
telah banyak berubah, tetapi masih tersisa beberapa habitat hutan. Sebagian besar lahan digunakan
10
untuk persawahan, yang mencukupi kebutuhan hidup kelompok masyarakat yang tinggal di daerah calon
proyek.
Habitat utama yang memiliki nilai Keragaman Hayati yang dijelaskan di bawah ini (sumber foto:
Rahmat, 2009); perkebunan campuran, perkebunan pinus, hutan sekunder.
Kebun Campuran
Pertanian dan perkebunan di daerah hutan.
Penggunaan lahan ini untuk mendukung kehidupan
subsisten, dan menyediakan pendapatan, meliputi
tanaman pangan, kopi, pisang, alpukat, kelapa,
bambu dan aren. Jenis habitat ini dapat menutupi
sebagian besar daerah lereng bukit.
Karena adanya struktur kanopi hutan,
keragaman dan diversitas dari spesies vegetasi dan
lainnya serta penutupan daerah yang luas dan
berlanjut maka ada beberapa habitat makanan
untuk binatang lokal.
Hutan Produksi
Didominasi oleh pinus dan mahoni. Semak dan belukar telah
membentuk komunitas vegetasi di tanah hutan. Hutan produksi telah
menjadi tempat tinggal untuk banyak binatang alami. Getah pinus
disadap dari pepohonan hidup.
Hutan Sekunder
Hutan Sekunder adalah campuran dari spesies semak belukar
dan pohon yang tumbuh kembali setelah pembersihan lahan.
Sepanjang daerah survey ditemukan sisa‐sisa vegetasi, yang
umumnya di daerah curam dimana pertanian dan hutan belum
tumbuh kembali. Hal ini termasuk jurang dan tebing sungai di bukit
yang tidak terjangkau, yang umumnya berlokasi di Sungai Cirumamis
antara daerah upper dan lower reservoir.
Terhindar dari gangguan, terdapat pohon besar dan ditumbuhi
berbagai vegetasi campuran. Habitat tersebut merupakan habitat
alamiah untuk berbagai jenis fauna dilindungi dan langka di daerah
11
survey.
Habitat tersebut mungkin tidak beresiko akibat pembangunan
karena daerahnya curam, walaupun penebangan dan pemanenan
masih terjadi dari waktu ke waktu. Kebakaran sewaktu‐waktu
merupakan resiko. Fauna beresiko terisolasi dari populasi fauna yang
lainnya, dan terbatasnya daya dukung sisa‐sisa hutan tersebut.
Sisa‐sisa kecil hutan menyediakan habitat yang terbaik dan mendukung sebagian besar keragaman
spesies flora dan fauna, meskipun ditemukan dalam survey bahwa hutan produksi dan habitat pertanian
campuran memberikan beberapa alternatif habitat campuran bagi burung, reptil dan mamalia. Spesies
yang terancam punah ditemukan di hutan adalah :
• Trenggiling
• Monyet Lutung
• Siamang Jawa
Hanya trenggiling yang ditemukan di banyak tempat lain di daerah proyek (sepanjang jalur jaringan
transmisi), hal ini menunjukkan adanya kelangkaan habitat yang cocok bagi monyet dan siamang.
Gambar 3 menunjukkan Siamang Jawa (Hylobates moloch) (Sumber: Rahmat, 2009)
Sisa‐sisa terbesar dari habitat ini (sekitar 1 hektar sepanjang sungai Cirumamis) adalah yang paling
penting agar mampu untuk bertahan hidup secara fungsional ekosistem dan mendukung populasi
spesies‐spesies yang dilindungi dan terancam punah.
12
Gambar 4 menunjukkan Sisa‐Sisa hutan, dengan Sungai Cisokan ke utara dan Sungai Cirumamis
yang mengalir dari Tenggara menuju utara ke Sungai Cisokan. (sumber: Google Earth, 2009)
3.2 Ekosistem Sungai
Anak sungai hilir merupakan habitat campuran air deras dan tenang (riffle‐run‐pool) dengan kerikil,
bebatuan dan batu besar. Kualitas air rata‐rata rendah, kondisi aliran rendah, penyuburan dan
pencemaran dari aktivitas pertanian dan erosi. Berdasarkan hasil studi tahun 2009 (Rahmat, 2009), paling
sedikit terdapat 19 spesies ikan kemungkinan ada di daerah survei. Biasanya jenis ikan impun, mujair,
beunteur, hampal, dan bogo dari jenis yang sama yang ada di Jawa. Tidak ada spesies yang langka dan
terancam punah yang ditemukan di penelitian AMDAL sebelumnya. Ikan lokal yang dianggap rentan
terhadap perubahan habitat adalah kancra dan kehkel. Spesies ini lebih menyukai habitat aliran air yang
cepat dengan air yang bersih daripada di perairan tergenang (reservoir / danau).
3.3 Spesies Fauna yang Langka dan Dilindungi
Daftar lengkap spesies langka dan dilindungi yang ditemukan dalam studi keragaman Hayati yang
terbaru, terdapat pada Tabel 3.
13
Tabel 3 Ringkasan Spesies yang dilindungi dan terdaftar di IUCN (Sumber Rahmat, 2009;
PLN/Newjec Inc., 2007)
Genus / Nama Spesies Nama lokal Nama Inggris
Ende
mik/ Migrasi
Status
perlindu
ngan
Interview
Observasi
Suara
Rahmat, 2009Mamalia
Tragulus javanicus Pelanduk kecil Lesser Mouse‐Deer P √ Aonyx cinerea Sero ambrang Oriental Small‐
clawed Otter Vu √
Felis bengalensis Meong congkok Leopard Cat P, II √ Panthera pardus melas Macan Tutul Javan Leopard NT, P, I √ Pteropus vampyrus Kalong besar Large Flying Fox NT √ Manis javanica Trenggiling peusing Pangolin En, P, II √ Nycticebus coucang Kukang bukang Slow Loris Vu, P, I √ Trachypithecus auratus Lutung budeng Javan Langur Vu √ √ Presbytis comata Surili Grizzled Leaf Monkey En, P √ √
Hylobates moloch Owa jawa Silvery Javan Gibbon En, P, I √ √ √
Ratufa bicolor Jelarang hitam Giant Squirrel NT, P, II √ Hystrix javanica Landak jawa Javan Porcupine P √ Tupaia javanica Tupai kekes Javan Treeshrew II √ √ √
Burung Actitis hypoleucos (Linnaeus, 1758) Trinil Pantai Common Sandpiper II, P Aethopyga mystacalis (Temminck, 1822)
Burungmadu Jawa JavanSunbird P
Alcedo meninting (Horsfield, 1821) Rajaudang Meninting Blue‐eared Kingfisher P Anthreptes malacensis (Scopoli, 1786) Burungmadu Kelapa Brown‐throated
Sunbird P
Anthreptes singalensis (Gmelin, 1789) Burungmadu Belukar Ruby‐cheeked
Sunbird P
Arachnothera longirostra (Latham, 1790)
Pijantung Kecil Little Spiderhunter P
Bubo sumatranus (Raffless, 1822) Beluk Jempuk Barred Eagle‐Owl II Cinnyris jugularis (Linnaeus, 1766) Burungmadu Sriganti Olive‐backed Sunbird P Falco moluccensis) Moluccan Kestrel II, P Halcyon chloris (Boddaert, 1783) Cekakak Sungai Collared Kingfisher P Halcyon cyanoventris (Vieillot, 1818) Cekakak Jawa Javan Kingfisher P Ictinaetus malayensis (Temminck, 1822)
Elang Hitam Black Eagle II, P
Ketupa ketupu (Horsfield, 1821)* Beluk Ketupa Buffy Fish‐Owl II Leptocoma sperata (Linnaeus, 1766) Burungmadu Pengantin Purple‐throated
Sunbird P
Megalaima armillaris (Temminck, 1821)
Takur Tohtor Flame‐fronted Barbet P
Megalaima javensis (Horsfield, 1821) Takur Tulung‐tumpuk Black‐banded Barbet NT, P Necarinia jugularis Yellow‐bellied
sunbird P
Pitta guajana (P. L. S. Müller, 1776) Paok Pancawarna Banded Pitta II, P
14
Genus / Nama Spesies Nama lokal Nama Inggris
Ende
mik/ Migrasi
Status
perlindu
ngan
Interview
Observasi
Suara
Spilornis cheela (Latham, 1790) Elangular Bido Crested Serpent Eagle
II, P
Spizaetus cirrhatus (Gmelin, 1788) Elang Brontok Crested Hawk‐Eagle II, P Spizaetus sp. Unidentified
Spizaetus II, P
Spizeatus cirrhatus Changeable Hawk‐
Eagle P
Stachyris melanothorax (Temminck, 1823)
Tepus Pipi‐perak Crescent‐chested Babbler
P
Reptilia Phyton reticulatus Sanca Kembang Reticulated python II, P Python molurus Sanca Boo Burmese python II, P
Keterangan:
I – Di bawah perlindungan Lampiran 1 CITES II –Di bawah perlindungan Lampiran 2 CITES E –IUCN Red List, Langka P – Di bawah perlindungan hukum Indonesia: PP RI No. 7 Tahun 1999 & UU No. 5 Tahun 1990 M Bermigrasi NT – IUCN Red List, Terancam Punah V – IUCN Red List, Rentan
3.4 Spesies Flora
Tidak ada tumbuh‐tumbuhan langka atau terancam punah yang ditemukan, meskipun salam
(Eugenia polyantha), baros (Magnolia glauca), manglid (Magnolia blumei), dan kitambaga (Eugenis
cuprea) dianggap secara lokal tanaman yang jarang dijumpai karena penggunaan tanah pertanian.
3.5 Ringkasan Keragaman Hayati
• 1 hektar dari sisa hutan sekunder, menyediakan habitat untuk spesies yang terancam punah dan berbagai keragaman flora.
• Keragaman spesies flora dan fauna disebabkan oleh adanya habitat tumbuh‐tumbuhan dan habitat perkebunan campuran.
• Adanya tiga spesies binatang yang terancam Punah:
o Trenggiling
o Monyet Lutung
o Siamang Jawa
15
4.0 Mitigasi Standar Minimum
4.1 Sisa Hutan
• Tidak berkurangnya populasi spesies yang terancam punah.
• Pemeliharaan dan perlindungan dari sisa‐sisa hutan sekunder.
4.2 Pengembangan Greenbelt
• Pengembangan dengan menggunakan spesies hutan lokal.
• Perlindungan dari pembangunan, pertanian, pembersihan lahan, pemukiman, perburuan atau pemanenan.
4.3 Lingkungan Sungai
• Tidak berkurangnya populasi spesies pangan untuk masyarakat sekitar.
• Tidak berkurangnya populasi spesies ikan lokal.
5.0 Sekilas Proses Pendekatan Pengembangan Pengelolaan Adaptif untuk Konservasi Keragaman Hayati.
5.1 Pendahuluan
Pengelolaan adaptif adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sebuah proses
penyelidikan, implementasi program, tinjauan kemajuan dan penelitian lebih lanjut untuk mengatur
persoalan lingkungan yang kompleks. Pengelolaan adaptif biasanya digunakan dimana informasi yang
ditemukan tidak cukup membahas kompleksitas permasalahan, atau apakah upaya pengelolaan yang
diusulkan cukup untuk mencegah dampak‐dampak potensial, dan untuk mengelola hasil dari program
pengelolaan yang tidak dapat diprediksi atau hasil program pengelolaan yang tidak diinginkan.
Proses itu meliputi kebijakan tipikal atau program pengulangan dari investigasi awal dan
menjelaskan masalah lingkungan, menemukan pilihan untuk pencegahan dampak, mengembangkan dan
mengimplementasikan program upaya penanggulangan, lalu melakukan pemantauan dan review hasil
program sebelum pengulangan dimulai lagi.
Proses di bawah diusulkan untuk mengatasi kurangnya Informasi mengenai nilai dan kerentanan
keragaman hayati di daerah proyek, dan upaya pengelolaan apakah yang diperlukan untuk mencapai
tujuan proyek.
16
5.2 Peninjauan Tahapan Pengelolaan
Proses pengelolaan adaptif dikembangkan melalui tahap‐tahap berikut:
Tahap 1: Penelitian Lebih Lanjut dan Pemeriksaan Lapangan (sebelum pekerjaan konstruksi)
Penelitian lebih lanjut, termasuk investigasi lapangan, diperlukan dalam menganalisis penetapan
nilai dan kerentanan habitat sisa hutan yang kecil dan populasi spesies yang terancam punah, dan habitat
alternatif lokal. Isu‐isu penting yang perlu dipertimbangkan :
• Seberapa rentan habitat dan spesies yang terancam punah terhadap perubahan di daerah proyek?
• Apakah habitat dan populasi spesies yang terancam punah dapat bertahan hidup tanpa intervensi sekarang? Apakah mereka dapat bertahan hidup tanpa intervensi jika PLTA dibangun?
Tahap 2: Pilihan Konservasi dan Pengembangan Strategi Pengelolaan Keragaman Hayati (Sebelum
pekerjaan Konstruksi)
• Pengembangan pilihan untuk konservasi / perlindungan, termasuk biaya dan manfaat, berdasarkan nilai‐nilai yang diidentifikasi dalam Tahap 1.
• Memperbaharui rencana ini dengan pilihan yang lebih tepat.
Tahap 3: Penerapan Strategi Pengelolaan Keragaman Hayati (Selama Konstruksi dan Pembersihan
Lahan Reservoir )
Mengimplementasikan strategi selama konstruksi.
Tahap 4: Pemantauan dan Review (Sebelum Penggenangan)
Pekerjaan lapangan lebih lanjut dan penilaian atas pekerjaan yang telah diselesaikan selama masa
konstruksi terhadap tujuan Rencana ini, sebelum penggenangan, dengan rekomendasi untuk perubahan
yang diperlukan pada konservasi keragaman Hayati dan perlindungan selama penggenangan dan
operasional. Pembaharuan Rencana dibutuhkan selama tahap ini.
Tahap 5: Implementasi Pada Strategi Yang Diperbaharui (Selama Penggenangan dan Operasional)
Implementasi rencana yang diperlukan, meliputi pemantauan, review dan pembaharuan sesuai
kebutuhan.
5.3 Tahap 1 : Penelitian lebih lanjut dan Investigasi Lapangan
Adanya kekurangan pemahaman yang rinci tentang nilai‐nilai keragaman Hayati dan kerentanan
habitat dan spesies di daerah proyek. Sampai saat ini hanya survey ‘ ada/tidaknya‘ spesies, dimana daftar
semua spesies (yang diidentifikasi dalam survei lapangan dan wawancara) di lokasi tertentu dalam
17
wilayah proyek, belum memberikan rincian yang cukup untuk menentukan tingkat kepentingan dan
kerentanan habitat dan spesies, dan pada akhirnya dampak proyek apa yang bisa diperkirakan.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan :
• Jumlah dan dinamika populasi, relung ekologi, kebutuhan musiman dan jangkauan habitat spesies darat (terutama spesies yang dilindungi dan terancam punah);
• Interaksi dan ketergantungan antar spesies dan antara spesies dengan ekosistem darat;
• Ketersediaan habitat alternatif sesuai yang berdekatan dengan daerah proyek untuk spesies utama dan kemampuan spesies utama untuk bermigrasi ke lokasi‐lokasi di masa depan;
• Analisis kemandirian hutan yang tersisa 1ha, mengingat kendala, kerentanan dan resiko ekosistem yang ada; dan
• Ekosistem sungai, populasi ikan dan dinamika populasi, relung ekologis, kebutuhan musiman dan berbagai spesies dan spesies pangan.
Berdasarkan hasil studi, penilaian dampak PLTA Upper Cisokan perlu dievaluasi.
5.4 Tahap 2: Pilihan Pengelolaan Keragaman Hayati dan Pengembangan strategi
A. Pilihan‐pilihan tersebut termasuk:
• Melindungi habitat yang ada untuk mendukung spesies yang terancam punah.
• Pendidikan masyarakat sekitar mengenai upaya‐upaya perlindungan.
• Memulihkan lahan yang berdekatan (atau koridor ke lahan terdekat) untuk menyediakan habitat tambahan untuk menjamin keberlangsungan hidup populasi spesies yang terancam punah. Hal ini termasuk restorasi green belt reservoir dengan ditanami vegetasi yang sesuai.
• Relokasi populasi spesies terancam punah ke hutan lindung atau habitat lainnya yang tersisa di Jawa.
• Tidak melakukan apa‐apa
. B. pengelolaan keragaman Hayati adalah:
• Memastikan bahwa sisa hutan dilindungi selama konstruksi dan proses pembersihan lahan reservoir melalui papan pengumuman (dan pembatasan visual lainnya daerah yang akan dilindungi) dan pendidikan pekerja dan masyarakat sekitar.
• Menggunakan proses dalam Rencana Pengelolaan Barak/Basecamp Pekerja Konstruksi Kontraktor untuk mengatur larangan pengambilan, perburuan, pengumpulan makanan ternak, pemanenan dan pengumpulan kayu bakar di daerah proyek.
18
• Mendidik pekerja dan masyarakat sekitar tentang pentingnya upaya‐upaya perlindungan spesies yang dilindungi dan yang terancam punah, bagaimana mengenali mereka, dan upaya‐upaya perlindungan/ konservasi yang akan dilakukan oleh PLTA Upper Cisokan.
• Menanami daerah greenbelt (5 m vertikal dari sekitar reservoir masing‐masing) dengan jenis vegetasi untuk memberikan tambahan habitat yang berhubungan. Penanaman dimulai pada masa konstruksi.
• Mengamankan daerah greenbelt dari akses masyarakat dan digunakan sebagai bagian dari proses untuk melindungi masyarakat sekitar dari risiko operasional harian reservoir.
• Pemantauan spesies darat dan ikan untuk menentukan dinamika populasi dan dampak pembangunan, penggenangan dan operasional terhadap keberlanjutan populasi.
Sebuah laporan harus dibuat dengan mencantumkan berbagai pilihan, biaya dan manfaat, dan
rekomendasi untuk memenuhi tujuan dari rencana pengelolaan keragaman Hayati
5.5 Tahap 3 dan seterusnya: Implementasi Rencana Pengelolaan Keragaman Hayati, Pemantauan, Review dan Pembaharuan
Implementasi Rencana ini melalui berbagai tahapan proyek, memastikan bahwa upaya‐upaya
dipantau, dievaluasi dan diperbaharui berdasarkan hasil. Kajian ini akan membandingkan hasil
pemantauan dengan tujuan rencana keragaman Hayati, dan upaya diperbarui tergantung pada apakah
tujuan dari program tersebut terpenuhi atau tidak.
19
5.6 Bagan Alir Pembuatan Keputusan
Phase 1: Pemeriksaan
Apakah spesies berhabitat darat dan yang terancam punah dapat bertahan hidup tanpa intervensi?
Tidak Ya
Tahap 2A: Pilihan Pengelolaan
Mana yang baik: memindahkan populasi sisa spesies yang dilindungi atau mengelola populasi secara lokal?
Tahap 2A: Pilihan Pengelolaan
Menjaga habitat yang ada dan memulihkan greenbelt untuk menyediakan habitat tambahan
Memindahkan Pengelolaan secara lokal
Tahap 2B: Strategi Pengelolaan Keragaman Hayati
Strategi Pemindahan Perlindungan Sisa Hutan
Pendidikan Pekerja dan masyarakat lokal
Pemulihan green belts
Perlindungan green belts
Pemantauan Populasi
Pengelolaan Populasi
Perlindungan Sisa Hutan
Pendidikan Pekerja dan masyarakat lokal
Pemulihan green belts
Perlindungan green belts
Tahap 3 seterusnya: Implementasi dan Review Rencana Pengelolaan Keragaman Hayati
20
6.0 Kapasitas dan Pelatihan
Spesialis eksternal harus dilibatkan untuk menyelesaikan Rencana Pengelolaan Keragaman Hayati,
melaksanakan penelitian, pilihan, strategi dan untuk memfasilitasi implementasi Rencana. Hal ini
mencakup, namun tidak terbatas pada ahli ekologi hutan, ekologi primata, dan ekologi ikan. PLN harus
memiliki kapasitas untuk mengelola spesialis eksternal.
7.0 Anggaran
Lihat Lampiran 14
8.0 Komunikasi dan Laporan
Pelaporan dan review mengikuti prosedur pengelolaan pelaporan dalam rencana peninjauan EMP
PLTA Upper Cisokan Pumped Storage.
9.0 Referensi
• PLN/Newjec Inc. 2007a. Environmental Impact Assessment. 500kV Transmission Line Development for Upper Cisokan Pumped Storage Hydroelectric Power Plant (UCPS) Bandung Regency and Cianjur Regency West Java Province.
• PLN. 2010. Upper Cisokan Hydropower Scheme Consolidated EIA.
• Rahmat, A. 2009. UCPSS Biodiversity Survey. Upper Cisokan Pumped Storage Power Project (UCPSS) Additional Environmental Studies 2009.