economic brain competition
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ekonomi saat ini berada pada era ekonomi kreatif seiring dengan
akan diberlakukannya MEA 2015, yang menunjukkan segala kegiatan menjadi
lebih dinamis. Masyarakat Indonesia dituntut untuk lebih mengembangkan diri
dan memperkuat ketahanan supaya dapat menghadapi gejolak keterbukaan dunia.
Masalah umum yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah kemiskinan.
Penduduk miskin Indonesia sebesar 28,59 juta (BPS, September 2012). Penguatan
basis ekonomi sangat penting untuk dilakukan dalam upaya mengurangi
kemiskinan.
Indonesia sebagai negara agraris sangat berpotensi menjadi negara yang memberi
makan dunia. Sektor pertanian menyerap 35.9% dari total angkatan kerja di
Indonesia dan menyumbang 14.7% bagi GNP Indonesia (BPS, 2012). Fakta-
fakta tersebut menguatkan pertanian sebagai megasektor yang sangat vital
bagi perekonomian. Akan tetapi ironisnya malah bergantung pada impor.
Indonesia harus mengimpor 29 komoditas pangan (BPS, 2013). Sebagian
pangan yang diimpor tersebut sebenarnya bisa dengan mudah dihasilkan di
negeri sendiri. Bila bahan pangan penting masih terus mengandalkan impor,
gejolak pangan di pasar internasional bisa memunculkan ketidakstabilan ekonomi
ataupun politik.
World Development Reeport (WDR) terbaru yang dikeluarkan Bank Dunia,
menyatakan bahwa investasi pada sektor pertanian merupakan cara terbaik untuk
mengentaskan kemiskinan di negara-negara berkembang. Namun tidak dapat
dipungkiri bahwa investasi di sektor pertanian selama ini dianggap kurang
memberikan keuntungan baik bagi pemerintah maupun swasta domestik dan
asing. Investor beranggapan kalau sektor ini belum mampu berperan
meningkatkan perekonomian daerah sehingga belum memberikan tingkat return
yang tinggi. Padahal investasi diperlukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi
maupun perluasan tenaga kerja.
Penguasaan lahan yang sempit, akses input produksi yang kadang terkendala, dan
harga panen produk yang rendah menyebabkan sektor pertanian semakin tidak
dilirik generasi-generasi muda. Mereka beranggapan sektor pertanian kurang
memiliki potensi. Peminat jurusan sarjana pertanian semakin tahun semakin
menurun, apabila keadaan ini terus berlanjut maka 10 tahun lagi, sektor pertanian
Indonesia makin terpuruk. Grafik di bawah ini menunjukkan semakin turunnya
minat masyarakat untuk terjun dalam dunia pertanian.
(Sumber: http://st2013.bps.go.id)
Gambar 1. Grafik Rumah Tangga Industri Pertanian 2003 dan 2013
Program pemberdayaan masyarakat desa yang dilakukan pemerintah juga
belum dapat berjalan efektif. Salah satunya Progam Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd). Total dana yang telah dikucurkan
oleh pemerintah untuk membiayai program ini selama 15 tahun lebih dari 70
trilyun. Namun ironisnya laju penurunan warga miskin melambat atau stagnan
(http://pspk.ugm.ac.id). Ada dua faktor penting dari kegagalan program
penanggulangan kemiskinan di Indonesia, yaitu: cenderung terfokus pada upaya
penyaluran bantuan sosial untuk orang miskin, dan kurangnya pemahaman
berbagai pihak tentang penyebab kemiskinan itu sendiri.
Berdasarkan kompleksnya permasalahan yang mendasari tertinggalnya
perekonomian masyarakat desa di atas, sudah sepantasnya memperoleh perhatian
dari berbagai pihak. Penulis memberikan gagasan berupa Move to Profit House:
Pengoptimalan agraria menuju DEWI SRI (Desa Wirausaha yang Sustainable,
Responsible, dan Impact Investing). Di sebuah desa diperlukan adanya sebuah
wadah sebagai penampung dan penggerak kreativitas masyarakat dalam upaya
2
mengembangkan desa. Pedesaan dituntut dapat berkembang dengan
karakteristiknya masing-masing (cycle of urban creativity).
Move to Profit House sebagai rumah pemberdayaan warga desa dalam
mengoptimalkan sumber daya sektor pertanian dan sub sektor di bawahnya.
Sektor pertanian nantinya juga akan dipadukan dengan potensi wirausaha di
daerah tersebut. Dalam rumah ini nantinya warga akan melalui beberapa program
pemberdayaan yang terorganisir, mulai dari motivation, vacancy, education in
entrepreneurship (MOVE) dan pemberdayaan melalui product seller, financial
management and tourism (PROFIT). Melalui rumah kreativitas pemberdayaan ini
diharapkan potensi desa dapat dioptmalkan. Dengan diversifikasi produk yang
dilakukan maka suatu produk akan dapat dioptimalkan di suatu wilayah tertentu,
sehingga apabila semua pedesaan mengembangkan produk unggulannya tidak
ayal bila pedesaan tidak lagi dipandang sebelah mata. Pedesaan dapat menjadi
destinasi wirausaha karena keunggulan sektor agrarisnya. Dampak
berkelanjutannya adalah ketahanan pangan Indonesia akan jauh lebih menguat
bahkan berpotensi menjadi supplier pangan dunia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, permasalahan yang akan
diangkat dalam penulisan karya tulis ini adalah.
1. Bagaimana konsep pengembangan potensi ekonomi di pedesaan dalam
mengembangkan ketahanan pangan di Indonesia?
2. Bagaimana konsep Move to Profit House dalam mengoptimalkan sektor
agriculture dan potensi wirausaha menuju DEWI SRI (Desa Wirausaha
Sustainable, Responsible, Impact Investment) untuk Memperkuat
Ketahanan Pangan Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan pemaparan di atas, tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk.
1. Menggambarkan dan menganalisis potensi sumber daya alam setiap desa
untuk dapat menghasilkan diversifikasi produk unggulan di Indonesia.
3
2. Menggambarkan konsep Move to Profit House dalam mengoptimalkan
sektor agriculture yang diintegrasikan dengan potensi wirausaha daerah
menuju DEWI SRI (Desa Wirausaha yang Sustainable, Responsible and
Impact Investing) untuk Memperkuat Ketahanan Pangan Indonesia.
D. Manfaat Penulisan
Adapaun manfaat yang dapat diambil dari penulisan karya tulis ini.
1. Manfaat praktis
Hasil karya tulis ini diharapkan dapat diterapkan dalam memberdayakan
warga desa untuk bergerak menuju satu titik pengembangan produk
unggulan dan menjadi desa wirausaha dalam upaya memperkuat
ketahanan pangan Indonesia.
2. Manfaat teoritis
Bagi kalangan akademisi, karya tulis ini diharapkan dapat memperkaya
dan memberikan sumbangan wacana kebijakan publik dan penelitian
selanjutnya.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi Kemiskinan
Kemiskinan adalah permasalahan yang sifatnya multidimensional.
Pendekatan dengan satu bidang ilmu tertentu tidaklah mencukupi untuk mengurai
makna dan fenomena yang menyertainya. Definisi secara umum yang lazim
dipakai dalam perhitungan dan kajian-kajian akademik adalah pengertian
kemiskinan yang diperkenalkan oleh Bank Dunia yaitu sebagai ketidakmampuan
mencapai standar hidup minimum (Word Bank, 1990).
Scott menerangkan (Usman, 2006) bahwa kemiskinan setidaknya memiliki
kondisi-kondisi yang pada umumnya didekati:
1. Dari segi pendapatan dalam bentuk uang ditambah dengan keuntungan-
keuntungan non material yang diterima oleh seseorang sehingga secara
luas kemiskinan meliputi kekurangan atau tidak memiliki pendidikan,
keadaan kesehatan yang buruk atau kekurangan transportasi yang
dibutuhkan oleh masyarakat;
2. Kadang-kadang didefinisikan dari segi kepemilikan aset yakni tanah,
rumah, peralatan, uang, emas, kredit dan lain-lain;
3. Kemiskinan non-materi meliputi berbagai macam kebebasan, hak untuk
memperoleh pekerjaan yang layak, hak atas rumah tangga, dan kehidupan
yang layak.
Mayoritas penduduk desa merupakan kaum miskin. Dalam upaya
menurunkan angka kemiskinan, The International Fund for Agricultural
Development (IFAD) dalam Rural Poverty Report 2001 menulis bahwa kebijakan-
kebijakan pengurangan kemiskinan harus fokus pada daerah perdesaan. Apabila
tujuan pembangunan Indonesia adalah pembangunan manusia seutuhnya, maka
pembangunan desa dimana mayoritas manusia Indonesia berada tentulah hal yang
merupakan prioritas.
5
B. Move to Profit House (Rumah Kreatif Desa)
Move to Profit House adalah sebuah rumah kreatif untuk pemberdayaan
masyarakat desa. Desa berasal dari bahasa Sansekerta dhesi yang berarti “tanah
kelahiran”. Desa identik dengan kehidupan agraris dan keseherhanaannya. Ada
beberapa istilah desa, misalnya gampong (Aceh), kampung (Sunda), nagari
(Padang), wanus (Sulawesi Utara), dan huta (Batak). Menurut UU No. 6 Tahun
2014, Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau
hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Pemberdayaan sebagai proses mengembangkan, memandirikan,
menswadayakan, memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah
terhadap kekuatan-kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan
(Sutoro Eko, 2002). Konsep pemberdayaan dapat dipahami dengan dua cara.
Pertama, dimaknai dalam konteks menempatkan posisi berdiri masyarakat.
Posisi masyarakat bukanlah objek penerima manfaat (beneficiaries) yang
tergantung pada pemberian dari pihak luar. Posisi masyarakat adalah sebagai
subjek (agen atau partisipan yang bertindak) yang berbuat secara mandiri.
Masyarakat yang mandiri sebagai partisipan berarti terbukanya ruang dan
kapasitas mengembangkan potensi-kreasi, mengontrol lingkungan dan
sumberdayanya sendiri, menyelesaikan masalah secara mandiri, dan ikut
menentukan proses politik di ranah negara. Masyarakat ikut berpartisipasi dalam
proses pembangunan dan pemerintahan (Sutoro Eko, 2002).
Kreativitas adalah proses yang dapat menghasilkan sesuatu yang baru, baik
suatu gagasan ataupun objek dalam seuatu bentuk atau susunan yang baru
(Hurlock, 1978). Di dalam kreativitas terjadi proses kreatif di mana suatu aktivitas
dapat muncul dari karakter individu, peristiwa, masyarakat, dan keadaan pola
hidupnya (Rogers, 1992).
Desa kreatif yang dimaksud adalah desa yang mampu mampu menghasilkan
produk atau jasa yang kreatif. Kreativitas sebagai produk merupakan implikasi
dari proses kreatif yang digunakan sebagai kemampuan untuk menghasilkan
6
sesuatu yang baru. Selain unsur baru, dalam kreativitas juga terkandung peran
faktor lingkungan dan waktu. Produk baru dapat disebut sebagai suatu karya
kreatif jika mendapatkan pengakuan atau penghargaan oleh masyarakat pada
waktu tertentu (Stein, 1963).
C. Desa Wirausaha
Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang
dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan
hasil bisnis ((Acmad Sanusi, 1994).Sedangkan menurut Jean Baptista Say (1816)
seorang wirausahawan adalah agen yang menyatukan berbagai alat-alat produksi
dan menemukan nilai dari produksinya.
Perkembangan wirausaha Indonesia masih terbatas. Hal ini tercermin dari tiga
hal. Pertama, Populasi wirausaha baru mencapai angka 1,65% dari jumlah
penduduk, jauh tertinggal dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia,
Thailand, dan Singapura yang sudah mencapai di atas 4. Kedua, Dalam hal
kesehatan ekosistem kewirausahaan, Indonesia menempati peringkat ke-68 dari
121 negara di dunia menurut The Global Entrepreneurship & Development Index
20145. Ketiga, Berdasarkan The EY G20 Entrepreneurship Barometer 2013,
Indonesia di antara negara-negara G20 termasuk dalam kuartil keempat yaitu
kelompok negara yang memiliki ranking terendah dalam ekosistem
kewirausahaan.
Dengan adanya Desa Wirausaha sendiri dapat menjadi dorongan untuk
masyarakat berpartisipasi sebagai wirausaha dalam menciptakan inovasi dan
kreasi yang dapat mendongkrak komoditas desa tersebut.
D. SRI (Sustainable, Responsible and Impact Investing)
Istilah SRI sudah cukup terkenal dalam dunia pertanian Indonesia. SRI adalah
kepanjangan dari System of Rice Intensification. SRI merupakan suatu teknik
budidaya padi dengan memanfaatkan teknik pengelolaan tanaman, tanah, air dan
unsur hara. Dimana melalui teknologi SRI diharapkan mampu meningkatkan
produktivitas tanaman padi 50 persen bahkan mampu mencapai 100 persen.
Selain itu, teknik budidaya padi SRI merupakan sistem pertanian yang ramah
7
lingkungan karena mengutamakan penggunaan bahan organik sehingga mampu
mendukung terhadap pemulihan kondisi lahan yang cenderung mengalami
leveling-off (http://epetani.pertanian.go.id).
SRI, kependekan dari System of Rice Intensification adalah salah satu inovasi
metode budidaya padi yang diperkenalkan pada tahun 1983 di Madagaskar oleh
pastor sekaligus agrikulturis asal Perancis, Fr. Henri de Laulanie, yang telah
bertugas di Madagaskar sejak 1961. Awalnya SRI adalah singkatan dari "Systeme
de Riziculture Intensive" dan pertama kali muncul di jurnal Tropicultura tahun
1993. Di Madagaskar, hasil metode SRI sangat memuaskan dimana pada beberapa
tanah tidak subur dengan produksi normalnya 2 ton/ha, petani yang menggunakan
SRI memperoleh hasil panen lebih dari 8 ton/ha. Metode SRI minimal
menghasilkan panen dua kali lipat dibandingkan metode yang biasa dipakai
petani.
Pengertian SRI dari sisi lain, yaitu menurut cerita rakyat yang berasal dari
Jawa Tengah yaitu cerita rakyat Dewi Sri atau Dewi Padi. Dewi Sri dianggap
sebagai ‘ruh’ yang menghadirkan kesukacitaan, kebahagiaan dan kemakmuran.
Sosok dari Dewi Sri selalu digambarkan cantik jelita, dan senantiasa
menyunggingkan senyum yang anggun, dilukiskan bukan sebagai dewi pangan
saja, tapi juga lambang wanita yang cantik rupawan, simbol kecantikan isi bumi.
(F. Widayanto, 2003:10).
SRI yang digunakan dalam tulisan ini adalah Sustainable, responsible and
impact investing (SRI). Sustainable atau pembangunan berkelanjutan menurut
Brundtland (1987): pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa
mengorbankan kebutuhan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan
mereka sendiri. Sedangkan menurut Crossen (1992) pertanian berkelanjutan
adalah salah satu yang tanpa batas dapat memenuhi kebutuhan untuk makanan dan
serat dengan biaya diterima secara sosial, ekonomi dan lingkungan. Pada dasarnya
sebagian besar definisi sustainable mengandung salah satu atau lebih elemen-
elemen berikut ini (Van Kooten and Bulte, 2000):
1. Peduli terhadap kualitas lingkungan hidup.
2. Peduli terhadap kesejahteraan generasi mendatang
3. Peduli terhadap masalah pertumbuhan penduduk
8
4. Peduli untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi dengan
keterbatasan sumberdaya. (http://www.worldagroforestry.org).
Responsible atau responsibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik dilakukan dengan tidak
melanggar ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan (Lenvinne dalam
Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2005:175)). Impact Investing adalah
suatu bentuk investasi terkini yang dilakukan oleh perusahaan, organisasi atau
perorangan yang tidak hanya berfikir mengenai keuntungan materi akan tetapi
memperhatikan efek lingkungan dalam jangka panjang.
E. Food Security (Ketahanan Pangan)
Definisi dan paradigma ketahanan pangan terus mengalami perkembangan
sejak adanya Conference of Food and Agriculture tahun 1943 yang
mencanangkan konsep “secure, adequate and suitable supply of food for
everyone”. Definisi ketahanan pangan menurut Bank Dunia (1986) dan Maxwell
dan Frankenberger (1992) yakni “akses semua orang setiap saat pada pangan yang
cukup untuk hidup sehat (secure access at all times to sufficient food for a
healthy life).
Di Indonesia sesuai dengan Undang-undang No.7 Tahun 1996, pengertian
ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang
tercermin dari:
1. Tersedianya pangan secara cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya
2. Aman.
3. Merata.
4. Terjangkau.
Konsep ketahanan-pangan lazimnya melingkupi lima konsep utama, yaitu:
1. Ketersediaan Pangan (food availability), yaitu ketersediaan pangan dalam
jumlah yang cukup aman dan bergizi untuk semua orang dalam suatu
negara baik yang berasal dari produksi sendiri, impor, cadangan pangan
maupun bantuan pangan
2. Akses pangan (food access), yaitu kemampuan semua rumah tangga dan
individu dengan sumberdaya yang dimilikinya untuk memperoleh pangan
9
yang cukup untuk kebutuhan gizinya yang dapat diperoleh dari produksi
pangannya sendiri, pembelian ataupun melalui bantuan pangan
3. Stabilitas pangan (food stability) merupakan dimensi waktu dari ketahanan
pangan yang terbagi dalam kerawanan pangan kronis (chronic food
insecurity) dan kerawanan pangan sementara (transitory food insecurity).
Kerawanan pangan kronis adalah ketidakmampuan untuk memperoleh
kebutuhan pangan setiap saat, sedangkan kerawanan pangan sementara
adalah kerawanan pangan yang terjadi secara sementara yang diakibatkan
karena masalah kekeringan banjir, bencana,maupun konflik sosial.
4. Status gizi (Nutritional status) adalah outcome ketahanan pangan yang
merupakan cerminan dari kualitas hidup seseorang. Umumnya satus gizi
ini diukur dengan angka harapan hidup, tingkat gizi balita dan kematian
bayi.
Tujuan dari ketahanan pangan harus diorentasikan untuk pencapaian
pemenuhan hak atas pangan, peningkatan kualitas sumberdaya manusia, dan
ketahanan pangan nasional. sektor kegiatan.
10
BAB III
METODE PENULISAN
A. Teknik Pengumpulan Data
Teknik penulisan dilakukan dengan memahami atau mengeksplorasi beberapa
data sehingga mampu memberikan deskripsi tentang masalah yang dianalisis.
Sesuai dengan jenis penulisannya, maka penulisan karya tulis ini menggunakan
teknik penulisan yang berkarakter kualitatif dengan menguraikan, menjabarkan
dan merangkai variabel-variabel yang diteliti menjadi sebuah untaian kata-kata
dalam setiap bagian pembahasan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi literatur dilakukan
dengan cara mempelajari dan menganalisis beberapa literatur yang berkaitan
dengan pokok permasalahan. Data-data tersebut diperoleh dari beberapa media,
baik media cetak maupun media elektronik. Data-data yang telah didapatkan
kemudian dipelajari dan didiskusikan dengan orang yang berkompeten pada
permasalahan terkait, sehingga memperoleh penguatan argumen dan pemahaman.
Jenis data yang digunakan oleh penulis dalam penyusunan karya tulis ini
adalah jenis data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari orang
kedua yaitu melalui situs-situs internet, jurnal-jurnal maupuan buku-buku yang
membahas tentang Move to Profit House: Pengoptimalan Sektor Pertanian dan
Pariwisata Desa menuju DEWI SRI (Desa Wirausaha yang Sustainable,
Responsible and Impact Investing) untuk Memperkuat Ketahanan Pangan
Indonesia
B. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data (data processing). Data yang relevan akan digunakan
sebagai rujukan dalam pembahasan. Setelah proses pengolahan data, berikutnya
adalah menganalisis data dan menginterpretasikannya. Data hasil analisis tersebut
diinterpretasikan atau disimpulkan untuk menjawab keseluruhan masalah yang
diteliti. Agar hasil analisis ini memperoleh kebenaran yang ilmiah, maka analisis
dalam penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan beberapa tahapan yaitu
tahap penyajian bukti atau fakta (skeptik), memperhatikan permasalahan yang
11
relevan (analitik), dan tahap menimbang secara obyektif untuk berpikir logis
(kritik). (Narbuko, Achmad, 2004:6).
C. Kerangka Berfikir
Karya tulis ini merupakan jenis karya tulis deskriptif (descriptive research)
dengan pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang dan perilaku yang diamati,
didukung dengan studi literatur atau studi kepustakaan berdasarkan pendalaman
kajian pustaka berupa data dan angka, sehingga realitas dapat dipahami dengan
baik (Moloeng, 1990:5).
Dalam karya tulis ini, penulis menjabarkan tentang bagaimana
mengembangkan ekonomi di pedesaan, mengoptimalkan potensi produk unggulan
desa melalui pemberdayaan warga desa dengan Move to Profit House yang
dikomparasikan dengan potensi desa wirausaha sehingga mampu menjadi desa
unggulan sebagai destinasi wirausaha dan menopang ketahanan pangan Indonesia.
Dengan rumusan masalah yang telah tersusun, penulis menggunakan
pendekatan penulisan secara kualitatif untuk mendapatkan jenis data yang bersifat
deskriptif. Kemudian penulis berusaha melakukan eksplorasi data guna menjawab
pembahasan masalah yang aplikatif.
Setelah data terkumpul, selanjutnya diikuti dengan Prosedur penulisan karya
tulis ilmiah ini adalah:
1. Identifikasi masalah yang ada di masyarakat.
2. Pencarian data dan/atau informasi dari sumber terpercaya.
3. Penyusunan penulisan dirancang secara sistematis dan runtut.
4. Pencarian kajian pustaka atau hasil kajian pustaka yang didukung oleh
hasil pengamatan dan/atau wawancara.
5. Karya tulis di analisis-sintesis, kesimpulan dan rekomendasi.
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Potensi dan Tantangan Pengoptimalan Sumber Daya Alam Pedesaan
Diberlakukannya UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa menjadi peluang bagi
setiap desa untuk mengembangkan potensi yang dimiliki secara mandiri dalam
rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Potensi wilayah pedesaan yang
meliputi potensi fisik yang berupa tanah, air, iklim, lingkungan geografis,
binatang ternak, dan sumber daya manusia, serta potensi non-fisik berupa
masyarakat dengan corak dan interaksinya. Potensi tersebut belum tergarap
dengan optimal dan dibiarkan terbengkalai di sektor pedesaan.
Pembangunan desa hakekatnya merupakan basis dari pembangunan nasional,
karena apabila setiap desa telah mampu melaksanakan pembangunan secara
mandiri maka kemakmuran masyarakat akan mudah terwujud dan secara nasional
akan meningkatkan indek kemakmuran masyarakat Indonesia.
Potensi yang sedemikian besar pada daerah pedesaan ternyata tidak begitu saja
dapat tergarap dan teroptimalkan dengan baik. Tantangan begitu besar masih
harus dihadapi meliputi, optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pertanian,
peningkatan ketahanan pangan dan penyediaan bahan baku industri, penurunan
tingkat pengangguran dan kemiskinan, pembangunan daerah yang berkelanjutan
dalam era globalisasi, dan sinkronisasi program pusat dan daerah sejalan era
otonomi daerah.
1. Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pertanian
Potensi sumber daya pertanian belum dapat teroptimalkan. Salah
satu faktor penghambatnya adalah rendahnya kualitas SDM yang bekerja
pada sektor pertanian. Kemiskinan membuat mereka tidak memiliki
pendidikan tinggi. Generasi muda desa lebih memilih menjadi buruh di
kota daripada menjadi petani di desanya sendiri. Sehingga apabila terdapat
alih teknologi petani tidak bisa menggunakannya.
2. Peningkatan ketahanan pangan dan penyediaan bahan baku industri
Sebagai negara agraris tidak selayaknya Indonesia masih mengimpor
bahan makanan dari negara lain. Indonesia dapat mengurangi
ketergantungan impor dengan diversifikasi produk, sehingga suatu daerah
13
diharapkan mempunyai produk unggulan. Akan tetapi kendala yang
dihadapi adalah, kebanyakan daerah di Indonesia tidak mengetahui potensi
apa yang dapat menjadi unggulannya.
3. Penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan
Sektor pertanian diharapkan mampu menyediakan lapangan kerja,
setidaknya untuk masyarakat di daerah tersebut. Sehingga generasi muda
tidak meninggalkan desa untuk mencari penghidupan lain di perkotaan.
Faktor yang dapat berperan disini adalah investasi dan permodalan.
4. Pembangunan daerah yang berkelanjutan dalam era globalisasi
Pembangunan daerah tidak hanya mengeksplorasi sumber daya yang
ada akan tetapi juga harus mempertimbangkan keberlangsungan untuk di
masa yang akan datang.
5. Sinkronisasi program pusat dan daerah sejalan era otonomi daerah
Program pemberdayaan pedesaan yang diadakan pemerintah pusat
harusnya dapat dilaksanakan secara bersama-sama dan berkesinambungan
antara pusat dan daerah.
B. Move to Profit House: Pengoptimalan Agraria menuju DEWI SRI (Desa
Wirausaha Sustainable, Responsible, Impact Investing)
Move to Profit House merupakan suatu rumah alternatif dalam
memberdayakan masyarakat desa agar dapat meningkatkan kualitas
kehidupannya. Move to Profit House sebagai pemberdayaan formal yang
bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat dan instansi profesional terkait
untuk mengoptimalkan tujuannya. Move to Profit House bertujuan mewujudkan
DEWI SRI (Desa Wirausaha Sustainable, Responsible Impact Investment), jadi
suatu desa diharapkan dapat menjadi benih wirausaha. Objek wirausaha yang
ditekankan adalah desa tertentu yang dapat menjadi contoh desa yang mempunyai
produk unggulan, keberhasilan dalam pertanian, pengaturan keuangan, dan
penjualan produk yang tetap mempertahankan aspek SRI yang ramah lingkungan.
Disamping itu faktor keindahan alam dan keramahan masyarakat dari pedesaan
14
tersebut juga mendorong tercapainya DEWI SRI. Implementasi dari Move to
Profit House adalah sebagai berikut.
Keterangan:
1. : Alur Program
2. : Alur Kerjasama
3. : Alur Pendampingan dan Pengawasan
Gambar 2. Implementasi Move to Profit House dalam Pemberdayaan dan
Pengoptimalan Masyarakat Desa
Implementasi Move to Profit House dalam memberdayakan masyarakat desa
menuju DEWI SRI diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Move to Profit House dibentuk atas dasar persetujuan masyarakat desa
dengan ide dari masyarakat dan mahasiswa. Pembentukannya oleh
mahasiswa yang bekerjasama dengan Pemerintah Daerah dan investor.
15
Move to Profit House
Motivation
Vacancy
Education
Financial
Product Seller
Tourism
Mahasiswa
Mahasiswa
Investor
Mahasiswa
MasyarakatPemerintah
Daerah + Tokoh
Profesional
Pemerintah Daerah dan Investor
2. Pemberdayaan Tahap 1
Pemberdayaan dalam Move to Profit House meliputi dua tahap. Tahap 1
terdiri dari tiga program yaitu:
a. Motivation
Masyarakat dikumpulkan dalam Move to Profit House untuk diberi
motivasi. Pemberian motivasi dilakukan oleh Pemerintah Daerah atau
tokoh yang profesional di bidangnya. Motivasi sebagai langkah awal
untuk membangun masyarakat dalam menerima program selanjutnya.
Pengawasan dalamm pelaksanaannya adalah Pemerintah dan investor.
b. Vacancy
Pemberian lapangan pekerjaan diutamakan bagi generasi muda yang
baru saja menjadi angkatan kerja. Mereka biasanya langsung tertarik
menjadi buruh di kota. Untuk menghindari hal itu, generasi muda
diberdayakan terlebih dahulu dalam sektor pertanian dengan diberi
ketrampilan terlebih dahulu. Lapangan kerja kedua yaitu
mengorganisasikan Move to Profit House tentu saja dengan bimbingan
oleh mahasiswa atau lembaga pemerintah.
c. Education in Entrepreneurship
Pendidikan kewirausahaan dilakukan oleh instansi pemerintah atau
orang profesional di bidang pertanian. Praktek ini bertujuan
mengajarkan kepada masyarakat teknik pertanian yang tepat sehingga
dapat menghasilkan hasil maksimal. Mereka dituntut untuk
mengetahui potensi apa yang menonjol di daerahnya sehingga dapat
dijadikan produk unggulan. Selain dijual mentah, pelatihan ini juga
bertujuan untuk memberikan ketrampilan pada masyarakat bagaimana
mengolah produk menjadi produk lain yang lebih bernilai guna dan
bernilai ekonomis tinggi.
3. Pemberdayaan Tahap 2
a. Product Seller
Hasil pertanian masyarakat dipasarkan melalui Move to Profit House
untuk menghindari adanya makelar atau tengkulak yang merugikan
petani. Petani juga diajarkan untuk tidak menjual panennya dengan
16
sistem ijon, serta harus menyisihkan untuk persediaan bukan untuk
sekali jual. Produk olahan hasil pertanian juga dapat dipasarkan
melalui Move to Profit House dan dipasarkan di luar atau dalam desa.
b. Financial
Keuangan disini mencakup dua lingkup, yaitu intern Move to Profit
dan ekstern berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat dan
pelatihan manajeman keuangan. Cakupan financial intern dilakukan
oleh pemerintah daerah atau mahasiswa dan masyarakat setempat yang
diberi pelatihan. Dengan tujuan, keorganisasian nantinya dapat
dipegang keseluruhan oleh masyarakat. Cakupan ekstern adalah
pemberian modal jangka pendek kepada petani, dan pelatihan
manajeman keuangan yang baik.
c. Tourism
Pariwirausaha inilah sebagai puncak program Move to Profit House.
Suatu desa diharapkan dapat menjadi destinasi wirausaha karena
keberhasilan program pertanian, diversifikasi produk, pemasaran,
manajemen sumber daya dan keuangan dipadukan dengan keindahan
daerah dan keramahan masyarakat sekitar.
Pembentukan Desa Wirausaha dapat dilihat dalam gambar berikut.
Gambar 3. Sektor Pertanian dan Pariwirausaha yang diintegrasikan
Menuju DEWI SRI (Desa Wirausaha yang Sustainable, Responsible and
Impact Investment).
17
Tourism
DEWI SRI Desa Wisata
Sustainable
Responsible
Impact Investment
Ketahanan Pangan Pedesaan
Desa Wirausaha yang diharapkan terbentuk adalah desa yang maju
pertaniannya, mempunyai produk unggulan, dapat dijadikan teladan serta
dipadukan dengan keindahan alam dan keramahan. Desa Wirausaha yang
berprinsip:
1. Sustainable
Desa yang menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan, tidak hanya
mengeksploitasi untuk saat ini saja tetapi juga memperhatikan
keberlanjutan keseimbangan lingkungan.
2. Responsible
Desa yang dapat bertanggungjawab dan mandiri dalam mengusahakan
kemandirian dan ketahanan pangan daerahnya. Apabila ini diterapkan di
semua daerah pedesaan tidak mustahil jika Indonesia dapat memberi
makan dunia.
3. Impact Investment
Desa yang dapat menjadi bagi investor. Investasi juga dilakukan dalam
bidang yang tidak merusak lingkungan dan menjaga kelestarian jangka
panjang.
Peran dari berbagai pihak sangat diharapkan dalam upaya mencapai tujuan ini,
1. Pemerintah
Pemerintah berperan dalam pembentukan kebijakan yang mendukung
program ini, pemberian modal, pelatihan, mempromosikan potensi desa,
pendampingan dan pengawasan.
2. Investor
Investor berperan penting dan diharapkan kerjasamanya dalam pemberian
modal dan pengawasan dalam pelaksanaan Move to Profit House.
3. Masyarakat
Masyarakat sebagai pelaksana program ini diharapkan dapat aktif dalam
upaya pengembangan potensi desanya.
18
4. Mahasiswa
Peran mahasiswa adalah dalam pelatihan, memberikan ide dan mencari
relasi yang dapat mensukseskan program ini.
5. Balitbangtan (Badan Litbang Pertanian)
Sebagai lembaga pemerintahan yang menaungi program ini serta
menaungi, mengawasi, dan mengayomi pelaksanaan Move to Profit
House.
19
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Indonesia merupakan negara agraris dan maritim yang sangat besar
dengan sumber daya alam yang sangat melimpah. Namun, pada kenyataanya
sumberdaya dan potensi tersebut belum dikelola dengan baik sehingga belum
dapat memenuhi kebutuhan pangan Indonesia dan belum mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan adanya peningkatan aktivitas impor indonesia dalam
kebutuhan pangan dan bahan makanan.selama ini pengelolaan sektor – sektor
di Indonesia belum dilakukan secara terpadu, khususnya dalam sektor
pertanian. Meskipun sudah dibentuk beberapa lembaga seperti Gabungan
Kelompok Tani, PIDERA dan lain sebagainya namun belum dapat
mengoptimalkan sektor pertanian Indonesia. Oleh karena itu diperlukan suatu
wadah pengelolaan pertanian dengan basis Sustainable, Responsible Impact
Investment yang dapat mencangkup pendidikan, motivasi, investasi dan
pengembangan lapangan kerja dalam Agroindustri yang dapat menciptakan
peluang wirausaha.
B. Saran
Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi
kesejahteraan dan kehidupan masyarakat indonesia. Oleh karena itu
sebaiknya pemerintah dan semua pihak berpartisipasi dalam pengembangan
sektor pertanian dengan pengelolaan yang baik. Dan terdapat pendampingan
bagi setiap petani dalam bertanam dan mengolah pertaniannya agar mendapat
siklus yang teratur sehingga usaha pertanian juga dapat menjadi wadah
penampungan bagi tenaga kerja Indonesia.
20