economic brain competition

20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi saat ini berada pada era ekonomi kreatif seiring dengan akan diberlakukannya MEA 2015, yang menunjukkan segala kegiatan menjadi lebih dinamis. Masyarakat Indonesia dituntut untuk lebih mengembangkan diri dan memperkuat ketahanan supaya dapat menghadapi gejolak keterbukaan dunia. Masalah umum yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah kemiskinan. Penduduk miskin Indonesia sebesar 28,59 juta (BPS, September 2012). Penguatan basis ekonomi sangat penting untuk dilakukan dalam upaya mengurangi kemiskinan. Indonesia sebagai negara agraris sangat berpotensi menjadi negara yang memberi makan dunia. Sektor pertanian menyerap 35.9% dari total angkatan kerja di Indonesia dan menyumbang 14.7% bagi GNP Indonesia (BPS, 2012). Fakta- fakta tersebut menguatkan pertanian sebagai megasektor yang sangat vital bagi perekonomian. Akan tetapi ironisnya malah bergantung pada impor. Indonesia harus mengimpor 29 komoditas pangan (BPS, 2013). Sebagian pangan yang diimpor tersebut sebenarnya bisa dengan mudah dihasilkan di negeri sendiri. Bila bahan pangan penting masih terus mengandalkan impor, gejolak pangan di pasar internasional bisa memunculkan ketidakstabilan ekonomi ataupun politik. World Development Reeport (WDR) terbaru yang dikeluarkan Bank Dunia, menyatakan bahwa investasi pada sektor pertanian merupakan cara terbaik untuk mengentaskan kemiskinan di negara-negara berkembang. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa investasi di sektor pertanian selama ini dianggap kurang memberikan keuntungan baik bagi pemerintah maupun swasta domestik dan asing. Investor beranggapan kalau sektor ini belum mampu berperan meningkatkan perekonomian daerah sehingga belum memberikan tingkat return yang tinggi. Padahal investasi diperlukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi maupun perluasan tenaga kerja. Penguasaan lahan yang sempit, akses input produksi yang kadang terkendala, dan harga panen produk yang rendah menyebabkan sektor pertanian semakin tidak

Upload: independent

Post on 29-Nov-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ekonomi saat ini berada pada era ekonomi kreatif seiring dengan

akan diberlakukannya MEA 2015, yang menunjukkan segala kegiatan menjadi

lebih dinamis. Masyarakat Indonesia dituntut untuk lebih mengembangkan diri

dan memperkuat ketahanan supaya dapat menghadapi gejolak keterbukaan dunia.

Masalah umum yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah kemiskinan.

Penduduk miskin Indonesia sebesar 28,59 juta (BPS, September 2012). Penguatan

basis ekonomi sangat penting untuk dilakukan dalam upaya mengurangi

kemiskinan.

Indonesia sebagai negara agraris sangat berpotensi menjadi negara yang memberi

makan dunia. Sektor pertanian menyerap 35.9% dari total angkatan kerja di

Indonesia dan menyumbang 14.7% bagi GNP Indonesia (BPS, 2012). Fakta-

fakta tersebut menguatkan pertanian sebagai megasektor yang sangat vital

bagi perekonomian. Akan tetapi ironisnya malah bergantung pada impor.

Indonesia harus mengimpor 29 komoditas pangan (BPS, 2013). Sebagian

pangan yang diimpor tersebut sebenarnya bisa dengan mudah dihasilkan di

negeri sendiri. Bila bahan pangan penting masih terus mengandalkan impor,

gejolak pangan di pasar internasional bisa memunculkan ketidakstabilan ekonomi

ataupun politik.

World Development Reeport (WDR) terbaru yang dikeluarkan Bank Dunia,

menyatakan bahwa investasi pada sektor pertanian merupakan cara terbaik untuk

mengentaskan kemiskinan di negara-negara berkembang. Namun tidak dapat

dipungkiri bahwa investasi di sektor pertanian selama ini dianggap kurang

memberikan keuntungan baik bagi pemerintah maupun swasta domestik dan

asing. Investor beranggapan kalau sektor ini belum mampu berperan

meningkatkan perekonomian daerah sehingga belum memberikan tingkat return

yang tinggi. Padahal investasi diperlukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi

maupun perluasan tenaga kerja.

Penguasaan lahan yang sempit, akses input produksi yang kadang terkendala, dan

harga panen produk yang rendah menyebabkan sektor pertanian semakin tidak

dilirik generasi-generasi muda. Mereka beranggapan sektor pertanian kurang

memiliki potensi. Peminat jurusan sarjana pertanian semakin tahun semakin

menurun, apabila keadaan ini terus berlanjut maka 10 tahun lagi, sektor pertanian

Indonesia makin terpuruk. Grafik di bawah ini menunjukkan semakin turunnya

minat masyarakat untuk terjun dalam dunia pertanian.

(Sumber: http://st2013.bps.go.id)

Gambar 1. Grafik Rumah Tangga Industri Pertanian 2003 dan 2013

Program pemberdayaan masyarakat desa yang dilakukan pemerintah juga

belum dapat berjalan efektif. Salah satunya Progam Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd). Total dana yang telah dikucurkan

oleh pemerintah untuk membiayai program ini selama 15 tahun lebih dari 70

trilyun. Namun ironisnya laju penurunan warga miskin melambat atau stagnan

(http://pspk.ugm.ac.id). Ada dua faktor penting dari kegagalan program

penanggulangan kemiskinan di Indonesia, yaitu: cenderung terfokus pada upaya

penyaluran bantuan sosial untuk orang miskin, dan kurangnya pemahaman

berbagai pihak tentang penyebab kemiskinan itu sendiri.

Berdasarkan kompleksnya permasalahan yang mendasari tertinggalnya

perekonomian masyarakat desa di atas, sudah sepantasnya memperoleh perhatian

dari berbagai pihak. Penulis memberikan gagasan berupa Move to Profit House:

Pengoptimalan agraria menuju DEWI SRI (Desa Wirausaha yang Sustainable,

Responsible, dan Impact Investing). Di sebuah desa diperlukan adanya sebuah

wadah sebagai penampung dan penggerak kreativitas masyarakat dalam upaya

2

mengembangkan desa. Pedesaan dituntut dapat berkembang dengan

karakteristiknya masing-masing (cycle of urban creativity).

Move to Profit House sebagai rumah pemberdayaan warga desa dalam

mengoptimalkan sumber daya sektor pertanian dan sub sektor di bawahnya.

Sektor pertanian nantinya juga akan dipadukan dengan potensi wirausaha di

daerah tersebut. Dalam rumah ini nantinya warga akan melalui beberapa program

pemberdayaan yang terorganisir, mulai dari motivation, vacancy, education in

entrepreneurship (MOVE) dan pemberdayaan melalui product seller, financial

management and tourism (PROFIT). Melalui rumah kreativitas pemberdayaan ini

diharapkan potensi desa dapat dioptmalkan. Dengan diversifikasi produk yang

dilakukan maka suatu produk akan dapat dioptimalkan di suatu wilayah tertentu,

sehingga apabila semua pedesaan mengembangkan produk unggulannya tidak

ayal bila pedesaan tidak lagi dipandang sebelah mata. Pedesaan dapat menjadi

destinasi wirausaha karena keunggulan sektor agrarisnya. Dampak

berkelanjutannya adalah ketahanan pangan Indonesia akan jauh lebih menguat

bahkan berpotensi menjadi supplier pangan dunia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, permasalahan yang akan

diangkat dalam penulisan karya tulis ini adalah.

1. Bagaimana konsep pengembangan potensi ekonomi di pedesaan dalam

mengembangkan ketahanan pangan di Indonesia?

2. Bagaimana konsep Move to Profit House dalam mengoptimalkan sektor

agriculture dan potensi wirausaha menuju DEWI SRI (Desa Wirausaha

Sustainable, Responsible, Impact Investment) untuk Memperkuat

Ketahanan Pangan Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan pemaparan di atas, tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk.

1. Menggambarkan dan menganalisis potensi sumber daya alam setiap desa

untuk dapat menghasilkan diversifikasi produk unggulan di Indonesia.

3

2. Menggambarkan konsep Move to Profit House dalam mengoptimalkan

sektor agriculture yang diintegrasikan dengan potensi wirausaha daerah

menuju DEWI SRI (Desa Wirausaha yang Sustainable, Responsible and

Impact Investing) untuk Memperkuat Ketahanan Pangan Indonesia.

D. Manfaat Penulisan

Adapaun manfaat yang dapat diambil dari penulisan karya tulis ini.

1. Manfaat praktis

Hasil karya tulis ini diharapkan dapat diterapkan dalam memberdayakan

warga desa untuk bergerak menuju satu titik pengembangan produk

unggulan dan menjadi desa wirausaha dalam upaya memperkuat

ketahanan pangan Indonesia.

2. Manfaat teoritis

Bagi kalangan akademisi, karya tulis ini diharapkan dapat memperkaya

dan memberikan sumbangan wacana kebijakan publik dan penelitian

selanjutnya.

4

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi Kemiskinan

Kemiskinan adalah permasalahan yang sifatnya multidimensional.

Pendekatan dengan satu bidang ilmu tertentu tidaklah mencukupi untuk mengurai

makna dan fenomena yang menyertainya. Definisi secara umum yang lazim

dipakai dalam perhitungan dan kajian-kajian akademik adalah pengertian

kemiskinan yang diperkenalkan oleh Bank Dunia yaitu sebagai ketidakmampuan

mencapai standar hidup minimum (Word Bank, 1990).

Scott menerangkan (Usman, 2006) bahwa kemiskinan setidaknya memiliki

kondisi-kondisi yang pada umumnya didekati:

1. Dari segi pendapatan dalam bentuk uang ditambah dengan keuntungan-

keuntungan non material yang diterima oleh seseorang sehingga secara

luas kemiskinan meliputi kekurangan atau tidak memiliki pendidikan,

keadaan kesehatan yang buruk atau kekurangan transportasi yang

dibutuhkan oleh masyarakat;

2. Kadang-kadang didefinisikan dari segi kepemilikan aset yakni tanah,

rumah, peralatan, uang, emas, kredit dan lain-lain;

3. Kemiskinan non-materi meliputi berbagai macam kebebasan, hak untuk

memperoleh pekerjaan yang layak, hak atas rumah tangga, dan kehidupan

yang layak.

Mayoritas penduduk desa merupakan kaum miskin. Dalam upaya

menurunkan angka kemiskinan, The International Fund for Agricultural

Development (IFAD) dalam Rural Poverty Report 2001 menulis bahwa kebijakan-

kebijakan pengurangan kemiskinan harus fokus pada daerah perdesaan. Apabila

tujuan pembangunan Indonesia adalah pembangunan manusia seutuhnya, maka

pembangunan desa dimana mayoritas manusia Indonesia berada tentulah hal yang

merupakan prioritas.

5

B. Move to Profit House (Rumah Kreatif Desa)

Move to Profit House adalah sebuah rumah kreatif untuk pemberdayaan

masyarakat desa. Desa berasal dari bahasa Sansekerta dhesi yang berarti “tanah

kelahiran”. Desa identik dengan kehidupan agraris dan keseherhanaannya. Ada

beberapa istilah desa, misalnya gampong (Aceh), kampung (Sunda), nagari

(Padang), wanus (Sulawesi Utara), dan huta (Batak). Menurut UU No. 6 Tahun

2014, Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau

hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Pemberdayaan sebagai proses mengembangkan, memandirikan,

menswadayakan, memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah

terhadap kekuatan-kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan

(Sutoro Eko, 2002). Konsep pemberdayaan dapat dipahami dengan dua cara.

Pertama, dimaknai dalam konteks menempatkan posisi berdiri masyarakat.

Posisi masyarakat bukanlah objek penerima manfaat (beneficiaries) yang

tergantung pada pemberian dari pihak luar. Posisi masyarakat adalah sebagai

subjek (agen atau partisipan yang bertindak) yang berbuat secara mandiri.

Masyarakat yang mandiri sebagai partisipan berarti terbukanya ruang dan

kapasitas mengembangkan potensi-kreasi, mengontrol lingkungan dan

sumberdayanya sendiri, menyelesaikan masalah secara mandiri, dan ikut

menentukan proses politik di ranah negara. Masyarakat ikut berpartisipasi dalam

proses pembangunan dan pemerintahan (Sutoro Eko, 2002).

Kreativitas adalah proses yang dapat menghasilkan sesuatu yang baru, baik

suatu gagasan ataupun objek dalam seuatu bentuk atau susunan yang baru

(Hurlock, 1978). Di dalam kreativitas terjadi proses kreatif di mana suatu aktivitas

dapat muncul dari karakter individu, peristiwa, masyarakat, dan keadaan pola

hidupnya (Rogers, 1992).

Desa kreatif yang dimaksud adalah desa yang mampu mampu menghasilkan

produk atau jasa yang kreatif. Kreativitas sebagai produk merupakan implikasi

dari proses kreatif yang digunakan sebagai kemampuan untuk menghasilkan

6

sesuatu yang baru. Selain unsur baru, dalam kreativitas juga terkandung peran

faktor lingkungan dan waktu. Produk baru dapat disebut sebagai suatu karya

kreatif jika mendapatkan pengakuan atau penghargaan oleh masyarakat pada

waktu tertentu (Stein, 1963).

C. Desa Wirausaha

Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang

dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan

hasil bisnis ((Acmad Sanusi, 1994).Sedangkan menurut Jean Baptista Say (1816)

seorang wirausahawan adalah agen yang menyatukan berbagai alat-alat produksi

dan menemukan nilai dari produksinya.

Perkembangan wirausaha Indonesia masih terbatas. Hal ini tercermin dari tiga

hal. Pertama, Populasi wirausaha baru mencapai angka 1,65% dari jumlah

penduduk, jauh tertinggal dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia,

Thailand, dan Singapura yang sudah mencapai di atas 4. Kedua, Dalam hal

kesehatan ekosistem kewirausahaan, Indonesia menempati peringkat ke-68 dari

121 negara di dunia menurut The Global Entrepreneurship & Development Index

20145. Ketiga, Berdasarkan The EY G20 Entrepreneurship Barometer 2013,

Indonesia di antara negara-negara G20 termasuk dalam kuartil keempat yaitu

kelompok negara yang memiliki ranking terendah dalam ekosistem

kewirausahaan.

Dengan adanya Desa Wirausaha sendiri dapat menjadi dorongan untuk

masyarakat berpartisipasi sebagai wirausaha dalam menciptakan inovasi dan

kreasi yang dapat mendongkrak komoditas desa tersebut.

D. SRI (Sustainable, Responsible and Impact Investing)

Istilah SRI sudah cukup terkenal dalam dunia pertanian Indonesia. SRI adalah

kepanjangan dari System of Rice Intensification. SRI merupakan suatu teknik

budidaya padi dengan memanfaatkan teknik pengelolaan tanaman, tanah, air dan

unsur hara. Dimana melalui teknologi SRI diharapkan mampu meningkatkan

produktivitas tanaman padi 50 persen bahkan mampu mencapai 100 persen.

Selain itu, teknik budidaya padi SRI merupakan sistem pertanian yang ramah

7

lingkungan karena mengutamakan penggunaan bahan organik sehingga mampu

mendukung terhadap pemulihan kondisi lahan yang cenderung mengalami

leveling-off (http://epetani.pertanian.go.id).

SRI, kependekan dari System of Rice Intensification adalah salah satu inovasi

metode budidaya padi yang diperkenalkan pada tahun 1983 di Madagaskar oleh

pastor sekaligus agrikulturis asal Perancis, Fr. Henri de Laulanie, yang telah

bertugas di Madagaskar sejak 1961. Awalnya SRI adalah singkatan dari "Systeme

de Riziculture Intensive" dan pertama kali muncul di jurnal Tropicultura tahun

1993. Di Madagaskar, hasil metode SRI sangat memuaskan dimana pada beberapa

tanah tidak subur dengan produksi normalnya 2 ton/ha, petani yang menggunakan

SRI memperoleh hasil panen lebih dari 8 ton/ha. Metode SRI minimal

menghasilkan panen dua kali lipat dibandingkan metode yang biasa dipakai

petani.

Pengertian SRI dari sisi lain, yaitu menurut cerita rakyat yang berasal dari

Jawa Tengah yaitu cerita rakyat Dewi Sri atau Dewi Padi. Dewi Sri dianggap

sebagai ‘ruh’ yang menghadirkan kesukacitaan, kebahagiaan dan kemakmuran.

Sosok dari Dewi Sri selalu digambarkan cantik jelita, dan senantiasa

menyunggingkan senyum yang anggun, dilukiskan bukan sebagai dewi pangan

saja, tapi juga lambang wanita yang cantik rupawan, simbol kecantikan isi bumi.

(F. Widayanto, 2003:10).

SRI yang digunakan dalam tulisan ini adalah Sustainable, responsible and

impact investing (SRI). Sustainable atau pembangunan berkelanjutan menurut

Brundtland (1987): pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa

mengorbankan kebutuhan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan

mereka sendiri. Sedangkan menurut Crossen (1992) pertanian berkelanjutan

adalah salah satu yang tanpa batas dapat memenuhi kebutuhan untuk makanan dan

serat dengan biaya diterima secara sosial, ekonomi dan lingkungan. Pada dasarnya

sebagian besar definisi sustainable mengandung salah satu atau lebih elemen-

elemen berikut ini (Van Kooten and Bulte, 2000):

1. Peduli terhadap kualitas lingkungan hidup.

2. Peduli terhadap kesejahteraan generasi mendatang

3. Peduli terhadap masalah pertumbuhan penduduk

8

4. Peduli untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi dengan

keterbatasan sumberdaya. (http://www.worldagroforestry.org).

Responsible atau responsibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan

seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik dilakukan dengan tidak

melanggar ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan (Lenvinne dalam

Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2005:175)). Impact Investing adalah

suatu bentuk investasi terkini yang dilakukan oleh perusahaan, organisasi atau

perorangan yang tidak hanya berfikir mengenai keuntungan materi akan tetapi

memperhatikan efek lingkungan dalam jangka panjang.

E. Food Security (Ketahanan Pangan)

Definisi dan paradigma ketahanan pangan terus mengalami perkembangan

sejak adanya Conference of Food and Agriculture tahun 1943 yang

mencanangkan konsep “secure, adequate and suitable supply of food for

everyone”. Definisi ketahanan pangan menurut Bank Dunia (1986) dan Maxwell

dan Frankenberger (1992) yakni “akses semua orang setiap saat pada pangan yang

cukup untuk hidup sehat (secure access at all times to sufficient food for a

healthy life).

Di Indonesia sesuai dengan Undang-undang No.7 Tahun 1996, pengertian

ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang

tercermin dari:

1. Tersedianya pangan secara cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya

2. Aman.

3. Merata.

4. Terjangkau.

Konsep ketahanan-pangan lazimnya melingkupi lima konsep utama, yaitu:

1. Ketersediaan Pangan (food availability), yaitu ketersediaan pangan dalam

jumlah yang cukup aman dan bergizi untuk semua orang dalam suatu

negara baik yang berasal dari produksi sendiri, impor, cadangan pangan

maupun bantuan pangan

2. Akses pangan (food access), yaitu kemampuan semua rumah tangga dan

individu dengan sumberdaya yang dimilikinya untuk memperoleh pangan

9

yang cukup untuk kebutuhan gizinya yang dapat diperoleh dari produksi

pangannya sendiri, pembelian ataupun melalui bantuan pangan

3. Stabilitas pangan (food stability) merupakan dimensi waktu dari ketahanan

pangan yang terbagi dalam kerawanan pangan kronis (chronic food

insecurity) dan kerawanan pangan sementara (transitory food insecurity).

Kerawanan pangan kronis adalah ketidakmampuan untuk memperoleh

kebutuhan pangan setiap saat, sedangkan kerawanan pangan sementara

adalah kerawanan pangan yang terjadi secara sementara yang diakibatkan

karena masalah kekeringan banjir, bencana,maupun konflik sosial.

4. Status gizi (Nutritional status) adalah outcome ketahanan pangan yang

merupakan cerminan dari kualitas hidup seseorang. Umumnya satus gizi

ini diukur dengan angka harapan hidup, tingkat gizi balita dan kematian

bayi.

Tujuan dari ketahanan pangan harus diorentasikan untuk pencapaian

pemenuhan hak atas pangan, peningkatan kualitas sumberdaya manusia, dan

ketahanan pangan nasional. sektor kegiatan.

10

BAB III

METODE PENULISAN

A. Teknik Pengumpulan Data

Teknik penulisan dilakukan dengan memahami atau mengeksplorasi beberapa

data sehingga mampu memberikan deskripsi tentang masalah yang dianalisis.

Sesuai dengan jenis penulisannya, maka penulisan karya tulis ini menggunakan

teknik penulisan yang berkarakter kualitatif dengan menguraikan, menjabarkan

dan merangkai variabel-variabel yang diteliti menjadi sebuah untaian kata-kata

dalam setiap bagian pembahasan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi literatur dilakukan

dengan cara mempelajari dan menganalisis beberapa literatur yang berkaitan

dengan pokok permasalahan. Data-data tersebut diperoleh dari beberapa media,

baik media cetak maupun media elektronik. Data-data yang telah didapatkan

kemudian dipelajari dan didiskusikan dengan orang yang berkompeten pada

permasalahan terkait, sehingga memperoleh penguatan argumen dan pemahaman.

Jenis data yang digunakan oleh penulis dalam penyusunan karya tulis ini

adalah jenis data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari orang

kedua yaitu melalui situs-situs internet, jurnal-jurnal maupuan buku-buku yang

membahas tentang Move to Profit House: Pengoptimalan Sektor Pertanian dan

Pariwisata Desa menuju DEWI SRI (Desa Wirausaha yang Sustainable,

Responsible and Impact Investing) untuk Memperkuat Ketahanan Pangan

Indonesia

B. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data (data processing). Data yang relevan akan digunakan

sebagai rujukan dalam pembahasan. Setelah proses pengolahan data, berikutnya

adalah menganalisis data dan menginterpretasikannya. Data hasil analisis tersebut

diinterpretasikan atau disimpulkan untuk menjawab keseluruhan masalah yang

diteliti. Agar hasil analisis ini memperoleh kebenaran yang ilmiah, maka analisis

dalam penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan beberapa tahapan yaitu

tahap penyajian bukti atau fakta (skeptik), memperhatikan permasalahan yang

11

relevan (analitik), dan tahap menimbang secara obyektif untuk berpikir logis

(kritik). (Narbuko, Achmad, 2004:6).

C. Kerangka Berfikir

Karya tulis ini merupakan jenis karya tulis deskriptif (descriptive research)

dengan pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang dan perilaku yang diamati,

didukung dengan studi literatur atau studi kepustakaan berdasarkan pendalaman

kajian pustaka berupa data dan angka, sehingga realitas dapat dipahami dengan

baik (Moloeng, 1990:5).

Dalam karya tulis ini, penulis menjabarkan tentang bagaimana

mengembangkan ekonomi di pedesaan, mengoptimalkan potensi produk unggulan

desa melalui pemberdayaan warga desa dengan Move to Profit House yang

dikomparasikan dengan potensi desa wirausaha sehingga mampu menjadi desa

unggulan sebagai destinasi wirausaha dan menopang ketahanan pangan Indonesia.

Dengan rumusan masalah yang telah tersusun, penulis menggunakan

pendekatan penulisan secara kualitatif untuk mendapatkan jenis data yang bersifat

deskriptif. Kemudian penulis berusaha melakukan eksplorasi data guna menjawab

pembahasan masalah yang aplikatif.

Setelah data terkumpul, selanjutnya diikuti dengan Prosedur penulisan karya

tulis ilmiah ini adalah:

1. Identifikasi masalah yang ada di masyarakat.

2. Pencarian data dan/atau informasi dari sumber terpercaya.

3. Penyusunan penulisan dirancang secara sistematis dan runtut.

4. Pencarian kajian pustaka atau hasil kajian pustaka yang didukung oleh

hasil pengamatan dan/atau wawancara.

5. Karya tulis di analisis-sintesis, kesimpulan dan rekomendasi.

12

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Potensi dan Tantangan Pengoptimalan Sumber Daya Alam Pedesaan

Diberlakukannya UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa menjadi peluang bagi

setiap desa untuk mengembangkan potensi yang dimiliki secara mandiri dalam

rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Potensi wilayah pedesaan yang

meliputi potensi fisik yang berupa tanah, air, iklim, lingkungan geografis,

binatang ternak, dan sumber daya manusia, serta potensi non-fisik berupa

masyarakat dengan corak dan interaksinya. Potensi tersebut belum tergarap

dengan optimal dan dibiarkan terbengkalai di sektor pedesaan.

Pembangunan desa hakekatnya merupakan basis dari pembangunan nasional,

karena apabila setiap desa telah mampu melaksanakan pembangunan secara

mandiri maka kemakmuran masyarakat akan mudah terwujud dan secara nasional

akan meningkatkan indek kemakmuran masyarakat Indonesia.

Potensi yang sedemikian besar pada daerah pedesaan ternyata tidak begitu saja

dapat tergarap dan teroptimalkan dengan baik. Tantangan begitu besar masih

harus dihadapi meliputi, optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pertanian,

peningkatan ketahanan pangan dan penyediaan bahan baku industri, penurunan

tingkat pengangguran dan kemiskinan, pembangunan daerah yang berkelanjutan

dalam era globalisasi, dan sinkronisasi program pusat dan daerah sejalan era

otonomi daerah.

1. Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pertanian

Potensi sumber daya pertanian belum dapat teroptimalkan. Salah

satu faktor penghambatnya adalah rendahnya kualitas SDM yang bekerja

pada sektor pertanian. Kemiskinan membuat mereka tidak memiliki

pendidikan tinggi. Generasi muda desa lebih memilih menjadi buruh di

kota daripada menjadi petani di desanya sendiri. Sehingga apabila terdapat

alih teknologi petani tidak bisa menggunakannya.

2. Peningkatan ketahanan pangan dan penyediaan bahan baku industri

Sebagai negara agraris tidak selayaknya Indonesia masih mengimpor

bahan makanan dari negara lain. Indonesia dapat mengurangi

ketergantungan impor dengan diversifikasi produk, sehingga suatu daerah

13

diharapkan mempunyai produk unggulan. Akan tetapi kendala yang

dihadapi adalah, kebanyakan daerah di Indonesia tidak mengetahui potensi

apa yang dapat menjadi unggulannya.

3. Penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan

Sektor pertanian diharapkan mampu menyediakan lapangan kerja,

setidaknya untuk masyarakat di daerah tersebut. Sehingga generasi muda

tidak meninggalkan desa untuk mencari penghidupan lain di perkotaan.

Faktor yang dapat berperan disini adalah investasi dan permodalan.

4. Pembangunan daerah yang berkelanjutan dalam era globalisasi

Pembangunan daerah tidak hanya mengeksplorasi sumber daya yang

ada akan tetapi juga harus mempertimbangkan keberlangsungan untuk di

masa yang akan datang.

5. Sinkronisasi program pusat dan daerah sejalan era otonomi daerah

Program pemberdayaan pedesaan yang diadakan pemerintah pusat

harusnya dapat dilaksanakan secara bersama-sama dan berkesinambungan

antara pusat dan daerah.

B. Move to Profit House: Pengoptimalan Agraria menuju DEWI SRI (Desa

Wirausaha Sustainable, Responsible, Impact Investing)

Move to Profit House merupakan suatu rumah alternatif dalam

memberdayakan masyarakat desa agar dapat meningkatkan kualitas

kehidupannya. Move to Profit House sebagai pemberdayaan formal yang

bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat dan instansi profesional terkait

untuk mengoptimalkan tujuannya. Move to Profit House bertujuan mewujudkan

DEWI SRI (Desa Wirausaha Sustainable, Responsible Impact Investment), jadi

suatu desa diharapkan dapat menjadi benih wirausaha. Objek wirausaha yang

ditekankan adalah desa tertentu yang dapat menjadi contoh desa yang mempunyai

produk unggulan, keberhasilan dalam pertanian, pengaturan keuangan, dan

penjualan produk yang tetap mempertahankan aspek SRI yang ramah lingkungan.

Disamping itu faktor keindahan alam dan keramahan masyarakat dari pedesaan

14

tersebut juga mendorong tercapainya DEWI SRI. Implementasi dari Move to

Profit House adalah sebagai berikut.

Keterangan:

1. : Alur Program

2. : Alur Kerjasama

3. : Alur Pendampingan dan Pengawasan

Gambar 2. Implementasi Move to Profit House dalam Pemberdayaan dan

Pengoptimalan Masyarakat Desa

Implementasi Move to Profit House dalam memberdayakan masyarakat desa

menuju DEWI SRI diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Move to Profit House dibentuk atas dasar persetujuan masyarakat desa

dengan ide dari masyarakat dan mahasiswa. Pembentukannya oleh

mahasiswa yang bekerjasama dengan Pemerintah Daerah dan investor.

15

Move to Profit House

Motivation

Vacancy

Education

Financial

Product Seller

Tourism

Mahasiswa

Mahasiswa

Investor

Mahasiswa

MasyarakatPemerintah

Daerah + Tokoh

Profesional

Pemerintah Daerah dan Investor

2. Pemberdayaan Tahap 1

Pemberdayaan dalam Move to Profit House meliputi dua tahap. Tahap 1

terdiri dari tiga program yaitu:

a. Motivation

Masyarakat dikumpulkan dalam Move to Profit House untuk diberi

motivasi. Pemberian motivasi dilakukan oleh Pemerintah Daerah atau

tokoh yang profesional di bidangnya. Motivasi sebagai langkah awal

untuk membangun masyarakat dalam menerima program selanjutnya.

Pengawasan dalamm pelaksanaannya adalah Pemerintah dan investor.

b. Vacancy

Pemberian lapangan pekerjaan diutamakan bagi generasi muda yang

baru saja menjadi angkatan kerja. Mereka biasanya langsung tertarik

menjadi buruh di kota. Untuk menghindari hal itu, generasi muda

diberdayakan terlebih dahulu dalam sektor pertanian dengan diberi

ketrampilan terlebih dahulu. Lapangan kerja kedua yaitu

mengorganisasikan Move to Profit House tentu saja dengan bimbingan

oleh mahasiswa atau lembaga pemerintah.

c. Education in Entrepreneurship

Pendidikan kewirausahaan dilakukan oleh instansi pemerintah atau

orang profesional di bidang pertanian. Praktek ini bertujuan

mengajarkan kepada masyarakat teknik pertanian yang tepat sehingga

dapat menghasilkan hasil maksimal. Mereka dituntut untuk

mengetahui potensi apa yang menonjol di daerahnya sehingga dapat

dijadikan produk unggulan. Selain dijual mentah, pelatihan ini juga

bertujuan untuk memberikan ketrampilan pada masyarakat bagaimana

mengolah produk menjadi produk lain yang lebih bernilai guna dan

bernilai ekonomis tinggi.

3. Pemberdayaan Tahap 2

a. Product Seller

Hasil pertanian masyarakat dipasarkan melalui Move to Profit House

untuk menghindari adanya makelar atau tengkulak yang merugikan

petani. Petani juga diajarkan untuk tidak menjual panennya dengan

16

sistem ijon, serta harus menyisihkan untuk persediaan bukan untuk

sekali jual. Produk olahan hasil pertanian juga dapat dipasarkan

melalui Move to Profit House dan dipasarkan di luar atau dalam desa.

b. Financial

Keuangan disini mencakup dua lingkup, yaitu intern Move to Profit

dan ekstern berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat dan

pelatihan manajeman keuangan. Cakupan financial intern dilakukan

oleh pemerintah daerah atau mahasiswa dan masyarakat setempat yang

diberi pelatihan. Dengan tujuan, keorganisasian nantinya dapat

dipegang keseluruhan oleh masyarakat. Cakupan ekstern adalah

pemberian modal jangka pendek kepada petani, dan pelatihan

manajeman keuangan yang baik.

c. Tourism

Pariwirausaha inilah sebagai puncak program Move to Profit House.

Suatu desa diharapkan dapat menjadi destinasi wirausaha karena

keberhasilan program pertanian, diversifikasi produk, pemasaran,

manajemen sumber daya dan keuangan dipadukan dengan keindahan

daerah dan keramahan masyarakat sekitar.

Pembentukan Desa Wirausaha dapat dilihat dalam gambar berikut.

Gambar 3. Sektor Pertanian dan Pariwirausaha yang diintegrasikan

Menuju DEWI SRI (Desa Wirausaha yang Sustainable, Responsible and

Impact Investment).

17

Tourism

DEWI SRI Desa Wisata

Sustainable

Responsible

Impact Investment

Ketahanan Pangan Pedesaan

Desa Wirausaha yang diharapkan terbentuk adalah desa yang maju

pertaniannya, mempunyai produk unggulan, dapat dijadikan teladan serta

dipadukan dengan keindahan alam dan keramahan. Desa Wirausaha yang

berprinsip:

1. Sustainable

Desa yang menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan, tidak hanya

mengeksploitasi untuk saat ini saja tetapi juga memperhatikan

keberlanjutan keseimbangan lingkungan.

2. Responsible

Desa yang dapat bertanggungjawab dan mandiri dalam mengusahakan

kemandirian dan ketahanan pangan daerahnya. Apabila ini diterapkan di

semua daerah pedesaan tidak mustahil jika Indonesia dapat memberi

makan dunia.

3. Impact Investment

Desa yang dapat menjadi bagi investor. Investasi juga dilakukan dalam

bidang yang tidak merusak lingkungan dan menjaga kelestarian jangka

panjang.

Peran dari berbagai pihak sangat diharapkan dalam upaya mencapai tujuan ini,

1. Pemerintah

Pemerintah berperan dalam pembentukan kebijakan yang mendukung

program ini, pemberian modal, pelatihan, mempromosikan potensi desa,

pendampingan dan pengawasan.

2. Investor

Investor berperan penting dan diharapkan kerjasamanya dalam pemberian

modal dan pengawasan dalam pelaksanaan Move to Profit House.

3. Masyarakat

Masyarakat sebagai pelaksana program ini diharapkan dapat aktif dalam

upaya pengembangan potensi desanya.

18

4. Mahasiswa

Peran mahasiswa adalah dalam pelatihan, memberikan ide dan mencari

relasi yang dapat mensukseskan program ini.

5. Balitbangtan (Badan Litbang Pertanian)

Sebagai lembaga pemerintahan yang menaungi program ini serta

menaungi, mengawasi, dan mengayomi pelaksanaan Move to Profit

House.

19

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Indonesia merupakan negara agraris dan maritim yang sangat besar

dengan sumber daya alam yang sangat melimpah. Namun, pada kenyataanya

sumberdaya dan potensi tersebut belum dikelola dengan baik sehingga belum

dapat memenuhi kebutuhan pangan Indonesia dan belum mampu

meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Hal tersebut dapat

dibuktikan dengan adanya peningkatan aktivitas impor indonesia dalam

kebutuhan pangan dan bahan makanan.selama ini pengelolaan sektor – sektor

di Indonesia belum dilakukan secara terpadu, khususnya dalam sektor

pertanian. Meskipun sudah dibentuk beberapa lembaga seperti Gabungan

Kelompok Tani, PIDERA dan lain sebagainya namun belum dapat

mengoptimalkan sektor pertanian Indonesia. Oleh karena itu diperlukan suatu

wadah pengelolaan pertanian dengan basis Sustainable, Responsible Impact

Investment yang dapat mencangkup pendidikan, motivasi, investasi dan

pengembangan lapangan kerja dalam Agroindustri yang dapat menciptakan

peluang wirausaha.

B. Saran

Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi

kesejahteraan dan kehidupan masyarakat indonesia. Oleh karena itu

sebaiknya pemerintah dan semua pihak berpartisipasi dalam pengembangan

sektor pertanian dengan pengelolaan yang baik. Dan terdapat pendampingan

bagi setiap petani dalam bertanam dan mengolah pertaniannya agar mendapat

siklus yang teratur sehingga usaha pertanian juga dapat menjadi wadah

penampungan bagi tenaga kerja Indonesia.

20