dinamika politik islam pada periode awal orde ... - e-campus

98
DINAMIKA POLITIK ISLAM PADA PERIODE AWAL ORDE BARU DI KOTA SAWAHLUNTO, SUMATERA BARAT 1965-1971 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora ( S.Hum) pada Program Studi Sejarah Peradaban Islam Oleh: Rahmad Illahi 4416.014 PRORAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI 1441 H/2020 M

Upload: khangminh22

Post on 11-May-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

DINAMIKA POLITIK ISLAM PADA PERIODE AWAL ORDE BARU DIKOTA SAWAHLUNTO, SUMATERA BARAT 1965-1971

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syaratuntuk Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora ( S.Hum)

pada Program Studi Sejarah Peradaban Islam

Oleh:Rahmad Illahi

4416.014

PRORAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAMFAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI1441 H/2020 M

II

ABSTRAK

Skripsi atas nama Rahmad Illahi, NIM 4416014, Program Sudi SejarahPeradaban Islam, Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri(IAIN) Bukittinggi, dengan judul “Dinamika Politik Islam Pada Periode Awal OrdeBaru di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat 1965-1971“.

Krisis perpolitikan yang terjadi ketika penghujung Pemerintahan Orde lama danberganti ke Pemerintahan Orde Baru. Yang diawali dengan dikeluarkannya PiagamJakarta oleh Soekarno dan memberikan keluasan pada partai PKI, yang membawadampak yang signifikan baik secara Nasional terkhusus di Sumatera Barat yang beraliranIslam. Dan pada saat itu juga banyak kebijakan kebijakan Soekarno merugikan partaipolitik Islam seperti pembubaran partai politik Islam Masjumi pada tanggal 30 September1960. Kemudian PKI mulai menguasai pemerintahan berujung kepada peristiwa G30S/PKI yang terjadi sejak Oktober 1964 yang menjadi titik puncak pada September 1965yang menjadi korban yakni kelompok elit militer dan partai politik Islam. Kemudian padatahun ini menjadi masa transisi Orde Lama ke Orde Baru yang ditandai denganpenumpasan PKI di Indonesia, setelah itu masyarakat dihadapkan pada pembenahandisegala bidang dan dihadapkan pada pemilu pertama Orde Baru

Penelitian ini menekankan kepada pokok masalah yakni bagaimana prosesKonsolidasi atau pembenahan kelompok kelompok Islam setelah Gestapu dan Bagaimanapersiapan persiapan kelompok kelompok Islam menjelang pemilu pertama pada periodeawal Orba pada 5 Juli 1971. Penelitian ini bersifat kepustakaan (library Reaserch) yangdidasarkan pada data data melalui referensi dan ditambah dengan wawancara terkait danrelevan dengan permasalahan. Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptifnaratif. Metode ini digunakan untuk memberikan gambaran dan menceritakan mengenaifakta yang berhubungan dengan masalah masalah yang diteliti. Metode penelitian inimemiliki beberapa tahapan yakni, 1). Heuristik yaitu pengumpulan sumber yangberkaitan dengan permasalahan yang diteliti, 2). Kritik Sumber yakni menyelidiki sumbersumber tersebut itu asli dan memiliki kredibilitas, 3). Interpretasi yakni menetapkanmakna dan saling berhubungan dengan fakta yang diperoleh dari sejarah itu, 4).Historiografi yakni merangkai fakta sesuai kronologis/diakronis, dan sistematis, menjaditulisan sejarah dalam bentuk Skripsi yang berpedoman pada penulisan Skripsi Prodi SPIIAIN Bukittinggi dan FUAD IAIN Bukittinggi.

Dinamika politik Islam pada periode awal Orde Baru di Sawahlunto, SumateraBarat tahun 1965-1971. Diawali dengan proses pembenahan yang terjadi dalam partaiatau Kelompok kelompok politik Islam yakni Masjumi dan perti. Kemudian berakhirpada proses persiapan persiapan partai atau kelompok kelompok politik Islam, Masjumidan Perti untuk mengikuti pemilu pertama Orde baru. Proses pembenahan dalam partaiMasjumi dilakukan dengan dibentuknya partai baru yakni Parmusi, guna menyalurkanaspirasi masyarakat Islam pada Orde Baru karena gagalnya rehabilitasi Masjumi karenasempat dilarang pada Orde lama. Kemudian proses pembenahan dari Perti membagi duakubu partai yakni kembali ke khitbahnya Tarbiyah Islamiyah dan yang kedua bergabungdengan Parmusi dalam perpolitikan. Dan proses persiapan menjelang pemilu tahun 1971yakni adanya penggabungan partai politik guna mendapatkan kemenangan kembali umatIslam dan perpolitkan.

Kata Kunci : Dinamika, Politik, Islam, kelompok-Kelompok, Partai Islam,Masjumi, Perti, Awal Orde Baru, Pemilu 1971.

III

SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Skripsi dengan judul “Dinamika Politik Islam Pada Periode Awal Orde

Baru di Sawahlunto, Sumatera Barat 1965-1971” ditulis oleh Rahmad Illahi

NIM : 4416014, telah memenuhi persyaratan Ilmiah dan dapat disetujui untuk

diujikan pada Sidang Munaqasah.

Demikianlah persetujuan yang diberikan agar dapat dipergunakan

sebagaimana mestinya. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Bukittinggi,10 Dzulqaidah 1441 H

02 Juli 2020 M

Pembimbing,

Drs.Miswar Munir, M.AgNIP. 195602051993031001

IV

SURAT PERNYATAAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Rahmad Illahi

NIM : 4416014

Jurusan : Sejarah Peradaban Islam

Fakultas : Ushuluddin Adab dan Dakwah

Judul : “Dinamika Politik Islam pada periode awal Orde Baru diSawahlunto, Sumatera Barat 1965-1971”.

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi saya ini adalah asli hasilkarya atau laporan penelitian saya yang saya lakukan sendiri dan bukan plagiasidari hasil karya orang lain. Kecuali yan secara tertulis menjadi acuan dalampenelitian ini dan disebutkan dalam acuan daftar pustaka.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenar benarnya.

Bukittinggi,10 Dzulqaidah 1441 H

02 Juli 2020 M

Yang menyatakan,

Rahmad IllahiNIM. 4416014

V

MOTTO

من سبر زفر( siapa yang Sabar pasti akan mendapat)

“ Hiduplah seperti Lebah”

“Yang mana bila ia hinggap hanya di kelopak bunga

Yang sayapnya tak henti henti menari

Yang makanannya hanyalah sari bunga

Bila iya mengeluarkan sesuatu hanyalah Madu

Bila hinggap di rating yang rapuh tak akan patah

Yang hidupnya tak pernah menyendiri

Di bawah semburat menteri ia bernyanyi percaya diri

Tetapi, jangan pernah mengganggunya

Walau tampak lemah, sesungguhnya ia sangat gagah

Ia akan menyengat walau harus mati tebusannya”

VI

Persembahan

Secara khusus Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Bapak dan ibu tercinta, yang tak henti-hentinya mendidik, membimbing,dengan penuh kesabaran dan Do’a. Semoga kasih sayang mereka

dibalasi oleh Allah SWT. Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, terutama Jurusan Sejarah

Peradaban Islam, adalah tempat banyak hal yang tak terhingga bisasaya dapatkan, serta tak lupa Bapak dan Ibuk dosen, yang telah bekerja

keras dalam mencerdaskan anak didiknya. Tak lupa untuk semua Sahabat di Prodi Sejarah Peradaban Islam.

Yakub, zakri, Novia, Tika, della, resi, Indah, Mirna, Doly, Niken, nely,rahma, wulan, wella, nita, riva, iyet, narti dll.

Buat Junior angkatan 17 dan Buat senior angkatan 15, terima kasihsudah mensupport dan nasihatnya.

VII

KATA PENGANTAR

بسم هللا الر حمن الر حیم

Allhamdulillahirabbil’alamin, segala puji hanyalah untuk Allah SWT,

Tuhan semesta alam yang tidak pernah lekang memberikan segala bentuk

kenikmatan kepada setiap makhluk ciptaan-Nya. Semoga kita termasuk golongan

yang senantiasa diberikan hidayah, dan taufik sehingga dapat menggapai

kemuliaan hidup baik di dunia maupun di akhirat.

Segala puji dan beriring syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT

atas segala kelimpahan rahmat, taufik dan ‘inayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan Skripsi dengan judul “Dinamika Politik Islam pada

periode awal Orde Baru di Sawahlunto, Sumatera Barat 1965-1971” sebagai

bagian dari tugas akhir dalam menempuh studi Sarjana Strata Satu ( S1) di

Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri ( IAIN)

Bukittinggi.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kehadirat Nabi

Muhammad SAW keluarga beserta segenap sahabatnya yang tidak pernah

berhenti berjuang menyebarkan Islam sehingga umat manusia dapat mengetahui

jalan yang benar.

VIII

Dengan segenap kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih

kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moril dan materil, tenaga

dan fikiran, sehingga penulisan Skripsi ini dapat berjalan dengan baik. Oleh

karena itu tak lupa penulis mengghaturkan rasa ta’zim dan terima kasih yang

sebesar besarnya kepada:

1. Ibu Dr. Ridha Ahida M.Hum Selaku Rektor Institut Agama Islam

Negeri Bukittinggi

2. Bapak Dr. H. Nunu Burhanuddin, Lc. MA. Selaku Dekan Fakultas

Ushuluddin Adab dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri

Bukittinggi

3. Bapak Dr. Junaidi, S. Ag, M.Pd. Selaku Wakil Dekan I Fakultas

Ushuluddin Adab dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri

Bukittinggi

4. Bapak Dr. H. Darul Ilmi, M. Pd Selaku Wakil Dekan II Fakultas

Ushuluddin Adab dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri

Bukittinggi

5. Bapak Drs.Miswar Munir, M.Ag. Selaku pembimbing Skripsi yang

telah sabar memberikan pengarahan. Semoga kebaikan yang

diberikan dibalasi Allah SWT

6. Bapak Dedi Arsya M.Hum. Selaku Kaprodi Sejarah Peradaan

Islam, Institut Agama Islam Negeri Bukittinggi.

7. Ibu Melia Afdayeni M.Hum. Selaku Sekretaris Kaprodi Sejarah

Peradaan Islam, Institut Agama Islam Negeri Bukittinggi.

IX

8. Bapak dan Ibu Dosen beserta jajaran Seluruh Civitas Akademika

Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, Institut Agama Islam

Negeri Bukittinggi.

9. Kedua Orang Tua dan Saudara/i yang penulis sayangi dan cintai.

Demikianlah ucapan terima kasih penulis, semoga amal baik Bapak/Ibuk,

saudara/i, dan teman teman yangg telah penulis sebutkan diatas diterima oleh

Allah SWT. Dan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua

pihak yang memerlukannya. Amin ya rabbal ‘alamin.

Bukittinggi,10 Dzulqaidah 1441 H

02 Juli 2020 M

Penulis

X

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................................IABSTRAK ........................................................................................................................ IISURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................................................IIISURAT PERNYATAAN................................................................................................IVMOTTO ............................................................................................................................ VPERSEMBAHAN ...........................................................................................................VIKATA PENGANTAR................................................................................................... VIIDAFTAR ISI..................................................................................................................... XDAFTAR TABEL ...........................................................................................................XIDAFTAR GAMBAR..................................................................................................... XIIBAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1A. Latar Belakang Masalah................................................................................................ 1B. Perumusan dan Batasan Masalah .................................................................................. 8C. Tujuan dan Kegunaan Masalah ..................................................................................... 9D. Penjelasan Judul. ......................................................................................................... 10E. Tinjauan Pustaka ......................................................................................................... 12F. Metode Penelitian dan Rencana Sumber ..................................................................... 14G. Sistematika Penulisan. ................................................................................................. 21BAB II GAMBARAN UMUM...................................................................................... 22A. Kondisi Geografis dan Topogfrafis kota Sawahlunto. ................................................ 22B. Kondisi Demografis kota Sawahlunto........................................................................ 26C. Sejarah Toponomi/Asal Muasal Nama Sawahlunto.................................................... 29D. Sejarah Pembentukan Daerah Sawahlunto.................................................................. 33E. Kondisi Pemerintahan dan Administrasi Sawahlunto ................................................. 37F. Perekonomian .............................................................................................................. 40G. Sosial dan Budaya....................................................................................................... 42H. Keagamaan.................................................................................................................. 44BAB III DESKRIPSI POLITIK ISLAM PADA MASA ORDE LAMA DISAWAHLUNTO ............................................................................................................. 47A. Peta/kondisi politik di Sawahlunto pada Orde lama. .................................................. 48B. Gerakan politik Islam pada masa akhir Orde Lama di Sawahlunto.. .......................... 54BAB IV PEMBAHASAN : DINAMIKA POLITIK ISLAM PADA PERIODEAWAL ORDE BARU DI SAWAHLUNTO.................................................................. 62A. Proses konsolidasi/Pembenahan partai politik Islam pasca gestapu. .......................... 63B. Persiapan partai politik Islam menjelang pemilu pertama Orde Baru 1971................ 67BAB V PENUTUP.......................................................................................................... 73A. Kesimpulan. ................................................................................................................ 73B. Saran............................................................................................................................ 75DAFTAR KEPUSTAKAAN .......................................................................................... 76GLOSARIUM ................................................................................................................. 79LAMPIRAN LAMPIRAN.............................................................................................. 80

XI

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Nama derah dan jarak dengan Sawahlunto .......................................... 26Tabel 2.2. Klasifikasi jumlah penduduk tahun 1971 ............................................ 28Tabel 2.3. Penduduk kota Sawahlunto 1969-1978................................................ 29Tabel 2.4. Daerah administratif kotamadya Sawahlunto pada September 1971.. 40Tabel 2.5. Pemeluk Agama 1974-1978................................................................ 44Tabel 2.6. Nama-nama surau atau Masjid Tua di kota Sawahlunto...................... 45Tabel 3.1. Perolehan Suara DPRD dan DPD tahun 1956 di Sawahlunto ............. 49

XII

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kota Tuo Sawahlunto.......................................................................... 23Gambar 2. Peta Wilayah Sawahlunto.................................................................... 80

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dinamika Politik Islam di Indonesia sudah menunjukkan jati dirinya

pada abad ke 20 M ketika dalam memperjuangan Kemerdekaan Indonesia.

Perjuangan dalam mencapai Kemerdekaan ini sudah menjadi fakta sejarah,

mengingat masyarakat Indonesia mayoritas pemeluk agama Islam yang

memiliki berbagai macam Organisasi organisasi Islam baik dengan

kekuatan keagamaan, Sosial dan Politik yang harus diperhitungkan dalam

pentas politik Nasional di Indonesia.1

Kemudian pada pemilu tahun 1955, Organisasi atau partai politik Islam

semakin memperkokoh kedudukan dan pengaruhnya di Legislatif,

walaupun di skala Nasional yang mengisi posisi pertama adalah PNI (

22,32%) yang memperoleh 57 kursi DPR, Masyumi (20,92%) yang sama

memperoleh 57 kursi DPR, NU (18,41%) memperoleh 45 kursi DPR, PKI (

16,36%) memperoleh kursi 39, dan posisi terakhir PSII (2,98) yang hanya

mendapatkan 8 kursi DPR. 2

Pengaruh Islam di bidang Politik sangat kuat di Sumatera Barat pada

pemilu tahun 1955. Karena pada pemilu 29 September 1955, kelompok

kelompok Politik Islam mendominasi hasil pemilu legislatif yaitu partai

Masjumi memperoleh 797.692 suara, diikuti oleh partai Perti yang

1 Syarifudin Jurdi, Pemikiran Politik Islam Indonesia Pertautan Negara, Khilafah,Masyarakat madani dan Demokrasi, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008) Hal. 197

2Aiyub Mohsin, Partai Politik dan Sistem Demokrasi di Indonsia, Jurnal Populis(Jakarta: FISIP Universitas Nasional dan UIN Jakarta) Hal. 797

2

memperoleh 351.768 suara, kemudian diikuti oleh partai Komunis PKI

dengan 90.513 suara dan partai nasional PNI jauh dibelakangnya dengan

42.558 suara.3

Pengaruh Islam di bidang Politik juga sangat kuat di Sawahlunto

usai pemilu tahun 1955. Sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang

No. 3 tahun 1956, dengan status kota kecil yang dikepalai oleh Wali Kota

Sutan Kamaroeddin dan mempunyai DPRD dan DPD, yang beranggotakan

beberapa orang, yang terdiri dari 4 Partai Masyumi, 1 Perti, 1 PSI, 1 IPKI,

dan 3 PKI dan keanggotaan itu sampai pada tahun 1957 dan keanggotaan

DPRD tersebut yang mana diketuai oleh Maridin dari Partai Masjumi dan

wakilnya Rohoyudo dari Partai PKI.4

Sesudah pemilu tahun 1955, masyarakat Islam Sumatera Barat

sangat kecewa dan tidak bisa berbuat apa apa dalam memperjuangkan

Konstituate dikarenakan walaupun Partai Politik Islam menang telak di

Sumbar tetapi tidak dalam skala nasional yang dimenangkan oleh partai

nasional yakni PNI. Diperparah lagi pada bulan Maret 1956 Kabinet Ali

Sastroamidjojo II dari PNI menggantikan Kabinet Burhanuddin dari

Masjumi. Kekuasaan Kabinet Ali Sastroamidjojo II ini yang didukung oleh

Partai Komunis dan non-Islam yang bertolak belakang dengan Islam, dan

3Hasil Pemilu tahun 1955 ,Haluan, Padang, 14 Oktober 19554Sekretariat Daerah, Sejarah Ringkas Pertumbuhan KotaMadya Sawahlunto Sumatera

Barat,( Sawahlunto : Sekretariat Daerah, 1972), Hal.7

3

juga Kabinet ini dalam kenyataannya tidak dapat menyelesaikan masalah

berlanjutnya kekosongan Demokrasi di Sumatera Barat.5

Pada tanggal 5 juli 1959, presiden soekarno mengeluarkan Dekrit

Presiden Indonesia / Panglima tertinggi Angkatan Perang yang berisikan

salahsatunya pembubaran Majelis Konstituente, yang banyak menuai

kontroversi dan partai politik islam yang menentang Dekrit tersebut adalah

Masyumi dan PSII dan beberapa partai politik Islam lainnya mengikuti

peraturan tersebut, yang membuat persatuan umat islam terpecah baik di

nasional maupun di daerah daerah.6 pada tahun 1959 Soekarno

mengeluarkan Pempres No.7 tahun 1959 yang menganjurkan agar semua

partai politik mencantumkan atas dasar UUD 1945 dan anggaran dasar

partainya, dalam hal ini semua gagasan Soekarno sesuai dengan ayat ayat al-

Qur’an karena itu beberapa partai politik Islam lainnya mengikuti Soekarno

kecuali Masyumi dan PSII.7

Dalam al-Qur’an istilah partai disebut dengan perkataanhizb. partai

(hisb) yang memiliki makna : pertama, suatu komunitas yang memiliki

kesamaan konsep dan aktivitas. Kedua, kumpulan yang memiliki kekuatan

dan persaudaraan. Ketiga, kader partisipannya.8 Sebagaimana terdapat

dalam Q.S al-Mujadallah ayat 19 yang berbunyi:

5Audrey Kahin, Dari Pemberontakan ke Integrasi, Sumatera barat dan Politik Indonesia1926-1998, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), Hal. 271

6Sulasman, Metode Penelitian Sejarah, ( Bandung: Pustaka Setia, 2014) Hal. 3827Sulasman, Metode Penelitian Sejarah,..Hal. 3828Hasanuddin Yusuf Adan, Partai Politik dalam Pespektif Islam, Jurna dakwah (Banda

aceh: Fakultas Syari’ah dan hukum UIN Ar-Raniry), Hal. 488

4

Artinya:“ syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupamengingat Allah; mereka Itulah golongan syaitan. ketahuilah,bahwa Sesungguhnya golongan partai syaitan Itulah golonganyang merugi.”( Q.S al-Mujadillah/58: 19).9

Dan masyarakat Islam dalam hal ini akan selalu berpandangan untuk

meniadakan perbedaan antara aktivitas agama dan aktivitas sekuler, dan

politik yang harus diciptakan dalam pandangan mereka adalah politik yang

berkerangka pada nilai dan ajaran islam, dalam kalangan santri politik Islam

adalah sama dengan izzu al-islamwa al-Muslimin.10

Dengan dikeluarkannya Piagam Jakarta tersebut oleh Soekarno yang

pada masa itu memakai sistem Demokrasi terpimpin jutru memberikan

ruang kekuasaan bagi partai Komunis untuk menguasai perpolitikan di

Nasional yang berpengaruh ke daerah khususnya Sumatera Barat yang

menjadi basis partai politik Islam. Dan juga banyak kebijakan kebijakan

Soekarno merugikan Partai Politik Islam sebagai contoh pembubaran Partai

Masjumi pada tanggal 13 September 1960 dikarenakan sebagian

pemimpinnya terlibat dalam pemberontakan PRRI.11Masyumi

membubarkan diri dan terpecah pecah menjadi organisasi Islam yang baru,

9 Ahcmad R. Hidayat dkk, Al-Qur’anul Karim Tafsir Per Kata Tajwid Kode(Jakarta :alfatih, 2015), Hal. 544

10 Muhammad Hisyam, Krisis Masa Kini dan Orde Baru, (Jakarta: YayasanOborIndonesia, 2003), Hal. 348

11Fakhri Ali, Bachtiar Efendi, Merambah jalan baru Islam di masa Orde Baru ( Bandung: Mizan 1989) Hal, 89

5

dan NU keluar dari keanggotaan pendukung Masjumi dan tampil menjadi

wakil politik Islam kala itu. karena tekanan yang dilakukan oleh Soekarno

dan PKI.

Sejak Oktober 1964 sampai tanggal 30 September 1965 terjadi

pertumpahan darah di Indonesia yang diperankan oleh PKI (Partai

Komunis Indonesia), militer dan kelompok-kelompok Islam serta partai

partai Islam seperti Partai NU wakil politik Islam pendukung Masjumi

yang menjadi partai terbesar yang menduduki peringkat pertama pada

pemilu 1955 dan Perti menjadi korban dari kekejian G30S/PKI.12

Arin Kusumaningrum, dalam Tulisannya berjudul Awal Orde

baru, 2019.13 Menjelaskan kondisi bangsa Indonesia pada periode awal

Orde Baru, dimulai dari pemberontakan G30S/PKI sampai penyeragaman

ideologi Indonesia dan kondisi bangsa Indonesia pada tahun 1965

diberbagai aspek kehidupan.

Dan di tahun yang sama 1965 pada bulan Oktober dan November

dimulailah gerakan penumpasan PKI diseluruh wilayah Indonesia tidak

terkecuali di Sumatera Barat.Setelah tahun 1965, militer, birokrasi dan

masyarakat anti Komunis membersihkan berbagai sektor yang disusupi

oleh Komunisme. Tokoh tokoh politik dan Pegawai-pegawai diganti dan

sebahagian diberhentikan. Penangkapan terhadap anggota PKI dilakukan

dimana mana. Dalam beberapa tempat berbeda ada bentrok fisik antara

12Robert Cribb, Pembantaian PKI di Jawa dan Bali 1965-1966 (Yogyakarta : MataBangsa, 2000), Hal. 38-39.

13 Arin Kusumaningrum, Awal Orde Baru ( Jakarta : Maraga Borneo Tarigas PT , 2019)Hal. 2

6

mereka yang mendukung Komunis-Soekarno dan yang anti-Komunis.

Dalam bidang politik Pemerintahan membersihkan DPRD-GR dari

anggota PKI, termasuk mengganti dan menahan wakil ketua DPRD-GR

yang berpengaruh di Sawahlunto.14

Andi Asoka dalam tulisannya yang berjudul Sawahlunto Dulu,

Kini dan Esok15. Menjelaskan bagaimana sejarah Sawahlunto dimulai dari

geografis, topografi, sejarah awal mula Sawahlunto, Sawahlunto masa

revolusi dan Orde lama, Orde Baru sampai era Reformasi. Dan juga situasi

perpolitikannya.

Dan Audrey Kahin dalam tulisannya yang berjudul Dari

Pemberontakan ke Integrasi, Sumatera Barat dan Politik Indonesia

1926-1998.16 Menjelaskan tentang gerakan anti Komunis di Sawahlunto

pada tahun 1965, terjadi di pertengahan Desember yang dilaksanakan oleh

Mokoginta dan menjelaskan bagaimana pergerakan politik di Sumatera

barat dimulai dari tahun 1926 sampai 1998.

Setelah penumpasan kader partai Komunis tersebut, maka

masyarakat Indonesia dihadapkan pada pembenahan dalam segi bidang

kehidupan baik ekonomi, sosial budaya, pertanian serta politik. Karena

pengaruh dari komunis maka harus diatur kembali dan dibenahi oleh

pemerintahan Orde Baru. Pembenahan tersebut dilakukan di berbagai

daerah di Indonesia tidak terkecuali di Sawahlunto, Sumatera barat.

14Andi Asoka, dkk, Sawahlunto Dulu, Kini, dan Esok ( Padang : LPTIK UniversitasAndalas, 2016), Hal. 193

15 Andi Asoka, dkk, Sawahlunto Dulu, Kini, dan Esok,...Hal. 116AudreyKahin, Dari Pemberontakan ke Integrasi ,...Hal.384

7

Serta pengaturan kembali tersebut dilakukan juga oleh partai partai

di Indonesia tidak terkecuali partai Islam, partai Islam ini menjadi juga

korban dalam peristiwa G30 S/PKI, maka dalam periode awal ini partai

Islam ini membenahi partainya demi untuk mempersiapkan diri dalam

pemilu pertama pada tahun 1971 yang dilaksanakan untuk memilih

anggota legislatif pada 5 juli 1971. Dan menetapkan kedudukan di

legislatif dengan tepat dan jelas. Sebagaimana terdapat dalam Q.S

Muhammad ayat 7 yang berbunyi:

Artinya: “Hai orang-orang mu'min, jika kamu menolong (agama)

Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkankedudukanmu.”(Q.S Muhammad/49: 7).17

Dalam tulisan lain yang ditulis oleh Al Kahfi, “Peran dan

Perpolitikan Perti di Sumatra Barat 1928-1970”, Skripsi tahun 2014.

Menjelaskan tentang dan perpolitikan Perti di Sumatra barat dari tahun

1928 sampai 1970 yang semulanya hanya bergerak dalam pendikan

keagamaan, kemudian menjadi partai politik Islam tradisional pada tahun

1955 dan akhirnya kembali ke tujuan utama pendirian partai tersebut.18

Analisis ini digunakan hanya untuk dijadikan pembanding saja dalam

penelitian ini, karena dalam tulisan ini hanya mengambil skop satu partai

politik dan mencangkup wilayah yang luas yakni Sumatera Barat.

17Ahcmad R. Hidayat dkk, al-Qur’anul Karim Tafsir Per Kata ,...Hal. 50718Al Kahfi, “Peran dan Perpolitikan Perti di Sumatra Barat 1928-1970”, Skripsi

(Yogyakarta : Fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN SunanKalijaga), Hal. 4

8

Dari Beberapa karya tulis ilmiah membahas tentang politik Islam

masa Orde Baru lebih cendrung membahas pada periode pertengahan dan

akhir pemerintahan Orde Baru dan Skopnya Nasional serta sedikit yang

membahas gerakan politik Islam pada tingkat lokalitas di Indonesia. Dalam

konteks itulah penulisan ini untuk membicarakan pada tingkat lokalitas.

Tulisan ini diberi judul“Dinamika Politik Islam Pada Periode Awal

Orde Baru di Sawahlunto, Sumatera Barat 1965-1971”.

B. Perumusan dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Bagaimana gerakan Politik Islam pada periode awal Orde Baru

di Sumatera Barat tahun 1965-1971:

a. Bagaimana proses Konsolidasi atau pembenahan kelompok

kelompok Islam setelah Gestapu?

b. Bagaimana persiapan persiapan kelompok kelompok Islam

menjelang pemilu pertama pada periode awal Orba pada 5 Juli

1971?

2. Batasan Masalah

a. Batasan Temporal

Batasan temporal yaitu dari tahun 1965 hingga 1971. Tahun

1965, alasan penulis mengambil batasan ini karena di tahun

inilah terjadinya gejolak di pemerintahan Orde Lama yaitu

peristiwa G30S/PKI sekaligus menjadi akhir dari pemerintahan

Orde Lama dan awal pemerintahan dan terbentuknya Orde

9

Baru atau dikenal dengan masa transisi. Hingga 1971, di tahun

ini diadakan pemilu pertama pada masa Orde Baru yaitu pada

tanggal 5 juli 1971. Tahun 1965-1971 adalah tahun tahun

rekonstruksi dari partai politik Islam.

b. Batasan Spasial

Batasan spasial yaitu Sawahlunto, karena daerah ini kekuatan

Politik relatif stabil seimbang dimasa Orde lama, yaitu antara

kekuatan partai politik Islam (Masjumi dan Perti) dengan

partai PKI.

c. Batasan Tematis

Batasan Tematis yaitu sejarah politik Islam di tingkat

Sawahlunto pada periode awal Orde Baru

C. Tujuan dan Kegunaan

1. Tujuan penulisan

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penelitian ini bertujuan

untuk merumuskan Dinamika politik Islam pada periode awal Orde

Baru di Sawahlunto, Sumatera Barat dari tahun 1965-1971:

a. Merumuskan proses konsolidasi atau pembenahan kelompok

kelompok Politik Islam setelah Gestapu.

b. Merumuskan persiapan persiapan kelompok kelompok Politik

Islam menjelang pemilu pertama pada periode awal Orba pada 5

Juli 1971.

10

2. Kegunaaan penulisan

a. Sebagai sumbangan penelitian terhadap ilmu pengetahuan

khususnya dalam Ilmu Sejarah.

b. Untuk menjelaskan Dinamika politik Islam pada periode awal Orde

Baru di Sawahlunto, Sumatera Barat dari tahun 1965-1971.

c. Sebagai sumbangan penulis untuk menambah karya Ilmiah pada

Perpustakaan Institut Agama Islam Negeri Bukittinggi.

d. Untuk mencapai gelar Sarjana (S.1) dalam Ilmu Sejarah Peradaban

Islam (S.Hum).

D. Penjelasan Judul

Untuk menghindari terjadinya salah pengertian dalam memahami

penelitian ini maka penulis akan menjelaskan:

Dinamika : suatu hak yang bersifat memiliki kekuatan sehingga selalu

bergerak19.

Politik Islam: Politik berasal dari bahasa Yunani Politic yang berarti

negara atau kota. Sedangkan dalam Islam dikenal denagan

Siyasah yang berarti mengatur, mengurus, memerintah

memimpin, membuat kebijakan tentang politik untuk

mencapai suatu tujuan. Secara terminologi Siyasah diartikan

mengatur manusia dalam hidup bermasyarakat dan

19Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: PusatBahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2018), Hal 373.

11

bernegara yang mengandung bimbingan yang bertujuan

meraih kemaslahatan dan melindungi dari kerusakan.20

Orde Baru : Tata Pemerintahan dengan sistem baru di Indonesia,

berlangsung sejak tanggal 11 Maret 1966 hingga 20 Mei

1998.21

Sawahlunto : Sebuah Kotamadya di Sumatera Barat yang dikenal dengan

kota Tambang Batu bara. Dan juga dikenal dengan Kota

Kuali.22

Maksud dalam penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana

pergerakan dari kelompok kelompok elit politik Islam dalam membenahi

kelompoknya setelah Gestapu dalam bidang politik dan pererakan

kelompok Islam dalam menetapkan kedudukannya menjelang pemilu

tahun 1971 di Sawahlunto, Sumatera Barat pada periode awal Orde Baru

tahun 1965-1971.

20Yusnadi, Fiqh Politik Muslim Doktrin Sejarah dan Pemikiran ( Yogyakarta : AmaraBoks, 2011) Hal, 8

21Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia, KBBI Online. Di unduh pada 1 januari 2019.22Andi Asoka, dkk, Sawahlunto Dulu, Kini, dan Esok,....Hal. 3

12

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa Literatur

Kepustakaan tentang karya karya terdahulu terkait dinamika politik di

Sawahlunto dan data internet. Dengan tinjauan pustaka sebagai berikut:

Al Kahfi, Peran dan Perpolitikan Perti di Sumatra Barat 1928-1970,

Skripsi tahun 2014, mengungkapkan bagaimana peran dan perpolitikan

Perti di Sumatra barat dari tahun 1928 sampai 1970 yang semulanya hanya

bergerak dalam pendikan keagamaan, kemudian menjadi partai politik

Islam tradisional pada tahun 1955 dan akhirnya kembali ke tujuan utama

pendirian Partai tersebut.23

Andi Asoka dalam tulisannya yang berjudul Sawahlunto Dulu,

Kini dan Esok24. Menjelaskan bagaimana Sejarah Sawahlunto dimulai dari

geografis, topografi, sejarah awal mula Sawahlunto, Sawahlunto masa

revolusi dan Orde lama, Orde Baru sampai era reformasi. Dan juga situasi

perpolitikannya.

Okrisal Eka Putra, Hubungan Islam dan Politik masa Orde Baru,

jurnal Dakwah vol ix no 2 pdf, juli-desember 2008,mengugkapkan tentang

hubungan Islam dan politik masa Orde Baru, dimulai dari awal

terbentuknya Orde Baru sampai berakhirnya Orde Baru.25

23 Al Kahfi, “Peran dan Perpolitikan Perti di Sumatra...Hal. 1624 Andi Asoka, dkk, Sawahlunto Dulu, Kini, dan Esok...Hal. 325Okrisal Eka Putra, “ Hubungan Islam dan Politik masa Orde baru”,Jurnal dakwah Vol

IX , ( Juli – Desember 2018), Hal.186

13

Ahmad Sayuti, Wasino, Ibnu Sodiq, Dinamika Politik Partai

Nahdlatul Ulama di Semarang tahun 1952-1979, jurnal Sejarah 2018,

mengungkapkan tentang perkembangan partai Nahdlatul Ulama dalam

perpolitikan di Semarang dimulai dari berpisahnya Nahdlatul Ulama

dengan Masyumi pada tahun 1952 sampai periode kedua Orde Baru yakni

sampai tahun 1979.26

Audrey Kahin, Dari Pemberontakan keIntegrasi, Sumatera Barat

dan Politik Indonesia (1926-1998),2008 Menjelaskan tentang perbedaan

persepsi Minangkabau atau Sumatera Barat dan Jawa mengenai bentuk

dan sistem pemerintahan Indonesia Pasca Kemerdekaan yang akan

menggantikan bentuk dan sistem pemerintahan Kolonial Hindia Belanda.27

Tengku Riva valentina, Dinamika Politik Lokal di Minangkabau,

2018 menjelaskan tentang adanya konsep pengakuan dalam legitimasi, dan

konstitusi di nagari nagari di Minangkabau.28

Arin Kusumaningrum, Awal Orde baru, 2019 menjelaskan kondisi

bangsa Indonesia pada periode awal Orde Baru, dimulai dari

pemberontakan G30S/PKI sampai penyeragaman ideologi Indonesia.29

Dalier Noer, Partai islam di Pentas Nasional 1945-1965.

Menjelaskan tentang sejarah partai Islam di Indonesia dan bagaimana

posisinya.30

26 Ahmad Sayuti, Wasino, Ibnu Sodiq, Dinamika Politik Partai Nahdlatul Ulama diSemarang tahun 1952-1979, jurnal Sejarah, ( Semarang : Universita Negeri Semarang, 2018),Hal.24

27 AudreyKahin, Dari Pemberontakan ke Integrasi, Sumatera Barat,...Hal. 27128 Tengku Riva valentina, Dinamika Politik Lokal di Minangkabau, (Depok : Raja

Grafindo Persada, 2018) Hal.1029 Arin Kusumaningrum, Awal Orde Baru,...Hal. 9

14

Dalam penelitian ini Penulis mengambil judul penelitian yaitu

Dinamika Politik Islam pada masa awal Orde Baru di Sawahlunto,

Sumatera Barat 1965-1971, karena penelitian tentang sejarah politik lokal

sangat jarang sekali di bahas, apalagi tentang Islam, penelitian Penulis ini

sangat berbeda dengan tinjuan pustaka diatas yaitu penulis mengambil

batasan spasial nya yaitu pada periode awal orde baru yaitu 1965-1971,

dan juga hal yang membedakannya penelitian ini mengkaji bagaimana

partai politik Islam itu sendiri (Masjumi dan Perti) dalam pembenahan

partainya dan persiapan untuk pemilu tahun 1971.

F. Metode Penelitian dan Rencana Sumber

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian sejarah yang deskriptif

naratif dan menggunakan metode penelitian sejarah. Dalam penulisan ini

penulis menggunakan library research (Penelitian kepustakaan), seperti

Perpustakaan daerah Provinsi Sumatera barat, Arsip Daerah dan

Perpustakan dan Arsip Kota. Dan Perpustakaan lainnya dan juga

menggunakan wawancara atau Observasi. Metode penelitian sejarah terdiri

dari beberapa tahapan, yaitu:31

1. Pengumpulan Sumber ( Heuristik)

Pada tahap ini, kegiatan yang diarahkan pada penjajakan, pencarian,

dan pengumpulan sumber sumber yang akan diteliti, baik yang terdapat di

lokasi penelitian temuan benda maupun sumber tulisan. Sumber sejarah

30 Dalier Noer, Partai islam di Pentas Nasional 1945-1965, ( Jakarta : Pustaka UtamaGrafiti, 1987)

31 Dudung Abdurrahaman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, (Yogyakarta: Ombak,2012), hlm. 125-126. Lihat juga A. Daliman, Metode Penelitian Sejarah, (Yogyakarta: Ombak,2018), cet. 5, hlm. 70-75.

15

terbagi tiga yaitu sumber tertulis, sumber lisan dan sumber benda. Sumber

sejarah dapat dibedakan menjadi sumber primer dan sumber sekunder.32

Dan juga penulis pada tahap ini melakukan Observasi ke tempat

Penelitian yakni kota Sawahlunto. Observasi ke daerah penelitian ini

dilakukan sejak Februari hingga April 2020. Dalam tahap ini diperoleh

sumber sumber baik primer dan sekunder dan langsung mengidentifikasi

antara sumber primer dan sekunder. Dalam tahap ini ditemukan sumber

berupa Sumber tertulis, dan Sumber lisan.

Sumber primer adalah kesaksian dari seorang saksi yang melihat

peristiwa sejarah dengan mata kepala sendiri atau panca indra atau alat

mekanis yang hadir pada peristiwa itu. Sumber primer ini harus sezaman

dengan peristiwa yang dikisahkan. Sumber sekunder adalah kesaksian dari

orang yang bukan merupakan saksi pandangan mata, yaitu seseorang yang

tidak hadir pada peristiwa yang dikisahkan.

Pada tahap awal pengumpulan sumber, untuk mendapatkan data-

data yang berkaitan dengan penelitian ini penulis mengadakan penelitian

kepustakaan library research. Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka

yang menjadi sumber primer adalah sebuah buku yang dikeluarkan oleh

Sekretaris Daerah Sawahlunto pada tahun 1972 dengan judul Sejarah

Ringkas Pertumbuhan KotaMadya Sawahlunto Sumatera Barat dan Surat

kabar Kompas yang berjudul pengelompokkan Partai Islam tanggal 10

32Sulasman, Metode Penelitian Sejarah,...hlm.93-96

16

Maret tahun 1970, Kompas 22 Februari 1968 yang berjudul Harapan

Harapan terhadap Partai Politik Parmusi. Dan Sumber wawancara,

Zulfikar, Saudara dari anggota partai politik Parmusi tahun 1968.

Wawancara langsung, 23 Maret 2020.

Sedangkan sumber sekunder adalah buku karangan Andi Asoka,

yang berjudul Sawahlunto Dulu, Kini dan Esok, dan buku karangan

Audrey Kahin, Dari Pemberontakan keIntegrasi, Sumatera Barat dan

Politik Indonesia (1926-1998) dan buku buku, skripsi dan jurnal yang

membahas tentang Islam dimasa awal Orde Baru selain itu penulis juga

mengambil data dari internet. .

2. Kritik Sumber

Untuk menyelidiki apakah sumber-sumber sejarah itu asli maupun

penjelasan yang juga melacak data-data itu memiliki kredibilitas kemudian

penulis mengadakan pengujian dan penelitian terhadap sumber yang

ditemukan dalam kritik ekstern dan intern.33

Kritik ekstern adalah cara melakukan verivikasi atau pengujian

terhadap aspek-aspek “luar” sumber sejarah. Sebelum semua kesaksian

berhasil dikumpulkan oleh sejarawan dapat digunakan untuk

merekonstruksikan masa lalu, terlebih dahulu harus dilakukan

pemerikasaan yang ketat. Kritik ekstern ini harus menegaskan fakta dari

kesaksian itu yaitu kesaksian itu benar benar diberikan pada waktu ini (

33Sulasman, Metode Penelitian Sejarah,...hlm. 102-104

17

Authenticity) dan kesaksian yang telah diberikan telah bertahan tanpa ada

perubaha (uncorrupted), tanpa ada tambahan dan penghilangan substansial

( integrity).

Kritik ekstern yaitu proses melihat keaslian sumber, terutama

dilihat dari kesaksian mata, apakah sumber dari hasil fotocopy, atau tulisan

tangan, stensilan, percetakan. Apakah sumber tersebut teruji kebenarannya

atau menimbulkan kecurigaan, dan sesuai dengan zamannya. Pada tahap

ini penulis telah melakukannya yakni dengan mengidentifikasi kedua

sumber utama tersebut. Pertama, Surat kabar Kompas tersebut hasil

fotocopy dari surat kabar asli, serta dalam surat kabar ini diterbitkan tahun

1968 dan 1970 memiliki kesesuaian zaman dan buku yang dikeluarkan

tahun 1972 ini berupa hasil cetakan yang pertama dan dikeluarkan pada

tahun 1972 dan dilihat dari segi isinya secara umum dari bahasa yang

digunakan dalam buku tersebut memiliki kesesuain zaman.

Dalam segi wawancara dengan narasumber yakni Zulfikar berumur

80 tahun, salah seorang tokoh masyarakat yang mana saudaranya ikut

dalam perpolitikan kala itu, namun nasumber ini tidak ikut dalam

perpolitikan dan hanya menyaksikan. Dilihat dari kritik ekstern nya

termasuk kedalam sumber primer, karena dilihat dari umur nasumber

yakni 80 tahun dan sezaman kala itu, walaupun tidak terlibat secara

langsung.

18

Kritik intern menekankan pada aspek dalam, yaitu isi dari sumber

yaitu kesaksian. Setelah fakta kesaksian ditegakkan melalui kritik ekstern,

sejarawan mengadakan evaluasi terhadap kesaksian itu sendiri. Ia harus

memutuskan kesaksian itu bisa diandalkan atau tidak. Hal ini terdiri dari

dua penyelidikan yakni arti sebenarnya kesaksian itu harus dipahami dan

setelah fakta kesaksian itu dibuktikan dan isinya telah dibuat sejelas

mungkin selanjutnya kredibilitas saksi harus ditegakkan.

Pada tahap ini penulis telah melakukannya yakni dengan

mengidentifikasi tiga sumber utama tersebut. Pertama, Surat kabar

Kompas tersebut hasil fotocopy dari surat kabar asli, serta dalam surat

kabar ini diterbitkan tahun 1968 dan 1970 dan buku yang dikeluarkan

tahun 1972 dilihat dari segi isinya secara umum dari bahasa dan ejaannya

memang digunakan dalam buku dan surat tersebut memiliki kesesuain

zaman dalam penelitian ini.

Dan segi wawancara penulis melakukan kritik intern dari hasil

wawancara tersebut dengan nasumber yakni Zulfikar (80 tahun).

Diperoleh yakni sumber lisan ini termasuk sumber primer karena dalam

hasil wawancara tersebut adanya kesesuaian dan adanya kaitan isi

wawancara dengan sumber sebelumnya sumber tertulis, walaupun ingatan

dari nasumber sedikit kurang.

19

3. Interpretasi (Penafsiran Sejarah)

Setelah melakukan kritik ekstern dan kritik Intern maka pada tahap

ini dilakukan interpretasi yaitu menetapkan makna dan saling berhubungan

dengan fakta yang diperoleh dari sejarah itu.34 Dalam tahap Interpretasi

ini disebut dengan Penafsiran Sejarah. Langkah langkah Penafsiran

Sejarah tersebut adalah pertama, data data atau fakta fakta yang sudah

melalui kritik ekstern dan intern di kelompokan (classification) sesuai

topik atau makna yang akan dikaji, sesuai waktu kejadian ( temporal)

untuk memudahkan dalam penulisan sejarah, kedua, melakukan analisis

terhadap fakta fakta yang diperoleh yakni dengan menguraikan fakta fakta

yang sudah dikelompokkan tersebut.

Ketiga, melakukan Sintesis menetapkan makna dan saling

berhubungan dengan fakta yang diperoleh dari sejarah itu.Penafsiran

sejarah bertujuan melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh

dari sumber sejarah dan bersama teori disusunlah data data tersebut dalam

interpretasi yang menyeluruh.

34Sulasman, Metode Penelitian Sejarah,.....hlm. 107

20

4. Penulisan ( Historiografi)

Historiografi merupakan tingkatan kemampuan seni yang

menekankan pentingnya keterampilan, tradisi akademis, ingatan subjektif (

imajinasi) dan pandangan arah yang semuanya memberikan warna pada

hasil penulisan. Dengan kata lain historiografi adalah merangkaikan fakta

berikut maknanya secara kronologis /diakronis dan sistematis, menjadi

tulisan sejarah sebagai kisah. Kedua sifat uraian itu harus tampak karena

kedua hal itu merupakan bagian dari ciri karya sejarah ilmiah, sekaligus

ciri sejarah sebagai ilmu.35

Dalam hal ini penulis berusaha semaksimal mungkin menyusun,

merangkai dan mencurahkan segenap kemampuan untuk mencari sesuatu

yang dimaksud, menyusun rangkuman sejarah kemudian menjelaskan

dengan ungkapan historis yang rasional. Dan menggambarkan kronologis

peristiwa sejarah sesuai dengan kaidah kaidah yang berlaku.

35Sulasman, Metode Penelitian Sejarah,.....hlm. 148

21

G. Sistematika Penulisan

Penulisan karya ilmiah ini disusun berdasarkan uraian yang berpola

pada V bab yaitu :

BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,

rumusandan batasan masalah, penjelasan judul, tujuan dan

kegunaan penelitian,tinjauan pustaka, metode penelitian

dan rencana sumber serta sistematika penulisan.

BAB II : gambaran umum wilayah Sawahlunto.

BAB III : Dinamika politik pada Orde lama yang terdiri dari Peta

politik nasional dan islam di Sawahlunto dan gerakan

gerakan politik pada akhir akhir Orde Lama

BAB IV : Pembahasan pokok mengenai penelitian ini yaitu dinamika

gerakan gerakan politik islam di Sawahlunto, Sumatera

Barat pada periode awal Orde Baru tahun 1965 sampai

1971 .

BAB V : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

22

BAB II

GAMBARAN UMUM KOTA SAWAHLUNTO

A. Kondisi Geografis dan Topografi Kota Sawahlunto

Kota Sawahlunto memiliki bentangan alam yang terbentuk dari

perbukitan terjal, landai dan daratan dengan ketingian 250-650 m di atas

permukaan laut. Bentangan alam dengan perbukitan terjal merupakan

faktor pembatas dalam pengembangan tata wilayah kota ini, dimana

sebelumnya pusat kota lama terletak pada daerah yang landai dan sempit

serta memanjang dengan luas 5.8 Km2. Sedangkan kawasan datar yang

luas terdapat di kecamatan Talawi, wilayah ini terbentang dari utara ke

selatan, sementara pada bagian utara yang bergelombang dan relatif datar,

kawasan berpenduduk paling banyak berada pada kawasan dengan

ketinggian 100 – 500 m di permukaan laut. Sedangkan kawasan bagian

timur dan selatan, memiliki topografi wilayah yang curam.1

Kota Sawahlunto terdiri dari kawasan hutan lindung ( 26,5 %) dan

kawasan budidaya ( 73,5 %). Sedangkan untuk penggunaan tanah yang

dominan adalah untuk perkebunan campuran ( 34,1%), hutan lebat dan

belukar (19,5%), serta kawasan danau akibat bekas galian penambangan

batu bara (0,2%). Seperti daerah lainnya di Provinsi Sumatera Barat, kota

Sawahlunto mempunyai iklim tropis dengan suhu berkisar antara 220C.

Sepanjang tahun terdapat dua musim yaitu musim hujan pada bulan

1 Rizki Shofi Zhelbina, Perlakuan Akuntansi Aset Bersejarah Bab IV, Jurnal ekonomi(Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia, 2017) Hal. 7

23

November sampai Juni dan musim kemarau pada bulan Juli sampai

Oktober. Curah hujan rata rata lebih kurang sebesar 1.071,6 milimeter per

tahun dan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember.2

Kota Sawahlunto merupakan sebuah kota tua dari provinsi Sumatera

Barat, yang mana dibentuk menjadi Kotamadya Sawahlunto pada 1 Juli

1918 pada pemerintahan Belanda.3 Kota Sawahlunto dalam

perkembangannya terdiri dari dua kota yakni kota “lama” dan kota “baru”.

Kota lama ini terdiri dari 779,6 Ha seiring pembukaan lahan tambang batu

bara terletak di sebuah lembah yang dikelilingi oleh bukit bukit, sehingga

berbentuk “kuali” besar. Sedangkan kota baru dimekarkan pada tahun

1990 dan memiliki luas 27.347,70 ha. 4

Gambar 1. Kota Tuo Sawahlunto

2 Rizki Shofi Zhelbina, Perlakuan Akuntansi ,..Hal. 73 Sekretariat Daerah, Sejarah Ringkas Pertu,.... Hal 314 Andi Asoka, dkk, Sawahlunto Dulu, Kini,,..... Hal. 2

24

Kota lama sebagai pusat pemerintahan, perekonomian, pendidikan dan

sebagainya, selain itu juga sebagai pusat administrasi pertambangan batu

bara. Secara administarasi pemerintahan “ kota lama” berada dalam

wilayah Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung dengan batas sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Nagari Kolok dan Sijantan

( Kecamatan Talawi ).

2. Sebelah Timur dan barat berbatasan dengan Nagari Kubang

( Kecamatan Sawahlunto )

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Nagari Kubang dan Nagari

Silunkang ( Kecamatan Sawahlunto ).5

Sementara itu, “ kota baru” merupakan pemekaran dari “ kota lama”

tahun 1990 dengan luas 27.347,7 Ha. Pemekaran itu dilakukan dengan

meranggkul nagari nagari yang berada disekitarnya.6 Dan memiliki batas

sebagai berikut:7

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tanah datar

2. Sebelah Selatan dan Barat berbatasan dengan Kabupaten Solok

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung.

Kota Sawahlunto terletak sekitar 95 km sebelah Timur kota Padang,

ibukota Provinsi Sumatera Barat dan secara astronomis berada pada

0’.34 – 0.46 Lintang Selatan dan 100’.41– 100’.49 Bujur Timur.

Sawahlunto terletak di daerah dataran tinggi pada bagian tengah Bukit

5 Sekretariat Daerah, Sejarah Ringkas Pertum,... Hal. 286 Peraturan pemerintah No. 44 Tahun 1990 dan terdapat di dalam Lembar Negara No. 99

Tahun 1990 lihat juga No. 34237 Peta Wilayah Kota Sawahlunto, lihat di lampiran 1

25

Barisan, pegunungan yang membujur sepanjang Pulau Sumatera. Letaknya

berada pada ketinggian antara 250 – 650 meter di atas permukaan laut.

Sebagai kota tropis Sawahlunto memiliki suhu minimum 22,5’C dan

maksimum 27,5’C dengan curah hujan ratarata pertahun 1.072 mm.8

Daerah kota “ baru” Sawahlunto terletak dalam cekungan batuan pra-

tersier Ombilin yang seolah berbentuk belah ketupat panjang yang

ujunggnya bulat. Daerahnya dengan 27.347,70 Ha itu memiliki lebar

22,5 Km dan panjang 47 Km. Sedangkan kota “lama” Sawahlunto berada

dalam formasi Sawahlunto berusia 40-60 juta tahun yang lalu. Sementara

pendapat para ahli kepulauan Nusantara terbentuk sekitar 4 juta tahun lalu,

sehingga dapat disimpulkan bahwa belum ada pulau Sumatera yang kita

kenal saat ini.9

Cekungan Ombilin meliputi daerah yang memiliki cadangan batu

bara adalah Parambahan, Sikalang, Sungai Durian, Sigaluik,

Padangsibusuak, Lurah gadang dan Tanjuang Ampalu. Ketujuh daerah

tersebut terletak di sekitar Sawahlunto. Tabel berikut menjelaskan jarak

daerah daerah sekitar dari Sawahlunto.

8Pemkot Sawahlunto,Sawahlunto dalam Angka Tahun 1997, ( Sawahlunto : PemkoSawahlunto, 1998) Hal. 2

9 Andi Asoka, dkk, Sawahlunto Dulu, Kini,... Hal. 11

26

Tabel 2.1. Nama derah dan jarak dengan Sawahlunto

No Nama Daerah Jarak denganSawahlunto

123456

ParambahanSikalangSungai DurianPadang SibusuakLurah GadangTanjuang Ampalu

10 Km5 Km7 Km20 Km6 Km25 Km

Secara keseluruhan daerah yang mengandung batu bara berada di

sekitar kota “lama” Sawahlunto. Kondisi geografis yang demikian menjadi

pilihan pemerintah Hindia Belanda untuk menjadikan Sawahlunto sebagai

pusat pertambangan batu bara.10

B. Kondisi Demografis Kota Sawahlunto

Penduduk asli kota Sawahlunto berasal dari penduduk Luhak nan

Tuo, Kabupaten Tanah Datar dikarenakan pada awalnya Sawahlunto

termasuk ke dalam wilayah Onderafdeling VII Koto dalam Afdeeling

Tanah datar yang beribu kota di Batusangkar yang berasal dari etnis

Minankabau. 11

Penduduk asli Sawahlunto ini berasal dari negeri negeri yang

berdampingan terutama di Negeri Kubang, Kolok, Muaro Kalaban dan

banyak mempunyai atas tanah itu yang berupa tanah ulayat suku dan lain

sebagainya. Sebagian mereka mendiami daerah pinggir kota Sawahlunto.

10 Andi Asoka, et al, Sawahlunto Dulu, Kini,...... Hal. 1211 Andi Asoka, et al, Sawahlunto Dulu, Kini,...... Hal. 31

27

Kota Sawahlunto tidak hanya dihuni oleh penduduk asli

Minangkabau juga dihuni oleh etnis Jawa terbanyak kedua setelah etnis

minangkabau. Hal ini terlihat dari kebudayaan yang ada di sawahlunto

yakni adanya kesenian jawa seperti Wayang Kulit dan Kesenian Kuda

Kepang yang sudah melakat di Sawahlunto.12 Dan juga Hal ini

dikarenakan semakin intensifnya pertamangan batu bara di Sawahlunto

yang dibuka oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1887 yang

membutuhkan buruh untuk pertambangan walaupun buruh tambang

tersebut juga dilakukan pertama kali oleh penduduk asli Minankabau

yakni masyarakat Sungai durian.13

Etnis jawa di Sawahlunto adalah suku adat dan berbudaya tidak

seperti suku jawa di daerah aslinya yakni Yogyakarta, dimana mereka

sudah bertransmisi lokal dan menyesuaikan diri. Etnis jawa di sawahlunto

tersebar dibeberapa wilayah seperti di daerah Sapan, Sungai durian,

Sikalang, Tangsi, Sidomulyo, Waringin dan Satur.

Selain penduduk jawa di Kota Sawahlunto juga terdapat orang

Belanda ( Eropa) berjumlah 564 jiwa dari total penduduk 43.576 jiwa

pada tahun 1930 pada saat itu usaha tambang batu naik signifikan. Namun

pada tahun 1940 sampai dengan akhir 70an jumlah penduduk di Kota

Sawahlunto mengalami penurunan yang tajam yakni 13.561 jiwa. Hal ini

disebabkan oleh merosotnya produksi batu bara. Kemudian secara

12 Desi darmayanti, “ Dinamika kehidupan Seniman Kuda Kepang di Kota Sawahlunto”,Skripsi, ( Padang : Jurusan Sejarah Fakultas sastra UNAND, 2006), Hal. 26

13Rizki Shofi Zhelbina, Perlakuan Akuntansi Aset,... Hal. 2

28

perlahan, jumlah penduduk di Kota ini meningkat pada tahun 1990, sejalan

dengan kembali pulihnya produksi batu bara pada tahun 1980.14

Berdasarkan data yang ditemukan pada akhir September 1971 yang

berisikan jumlah pertambahan penduduk kota Sawahlunto, yang

mengklasifikan antara laki-laki dan perempuan adalah sebagai berikut:15

Tabel 2.2. Klasifikasi jumlah penduduk tahun 1971

No Kenagarian Penduduk BangunanLaki-laki Perempuan

12345

Kubang SirakukKampung Teleng

Tanah LapangSaringan

Sungai Durian

70421615308701630

730126717828591648

203599705360845

JumlahWarga Negara Asing

495023

628617

2712

Jumlah Semua 4973 6303

Pada tahun 1990, wilayah administrasi kota Sawahlunto diperluas dari

0.778 Km2 menjadi 27, 345 Km2 dan membawa konsekuensi jumlah

penduduk yang meningkat. Sehingga pada tahun 1995, jumlah penduduk

kota ini mencapai 55.090 jiwa. Namun pada tahun 2000 jumlah penduduk

berkurang sebanyak 8%. Hal ini disebabkan oleh sebagian perumahan

pegawai Perusahaan Tambang Bukit Asam unit Pertambangan Ombilin

14 Alvino “ Rencana Revitalisasi lanskap Kota Tuo Sawahlunto Provinsi Sumatera Barat”,Skripsi ,( Bogor :Departemen Arsitektur Lanskap IPB, 2014 ) Hal. 12

15 Sekretariat Daerah, Sejarah Ringkas Pertu.....Hal. 30

29

dipindahkan keluar kota Sawahlunto.16 Berikut ini daftar Penduduk

Sawahlunto rentang 1969-1978.

Tabel 2.3. Penduduk kota Sawahlunto 1969-1978

No Tahun Jumlah penduduk12345678910

1969197019711972197319741975197619771978

11.81111.95712.46212.59812.75512.89913.00013.12513.39413.511

C. Sejarah Toponomi (Asal Muasal nama) Sawahlunto

Nama Sawahlunto berasal dari dua kata, yaitu sawah dan lunto. Sawah

itu terletak di sebuah lembah yang dialiri sebuah anak sungai yang

bernama Batang Lunto, yang sekaligus berfungsi untuk mengairi areal

persawahan itu. Anak sungai itu berhulu di lembah bukit-bukit Nagari

Lumidai di sebelah Barat, lalu mengalir ke Nagari Lunto dan mengairi

areal persawahan itu. Dari kondisi tersebut muncul nama Batang Lunto,

yang sekarang membelah kota “ lama” Sawahlunto.

Sementara itu nama “Sawahlunto” itu sudah dikenal sejak daerah itu

di taruko menjadi areal perasawahan oleh nenek moyang dari tiga Nagari

yaitu Nagari Kubang, Lumidai dan Lunto. Oleh karena daerah persawahan

itu dialiri oleh sungai Batang Lunto, maka dinamai pula dengan “ Sawah

16 Alvino, “ Rencana Revitalisasi lanskap Kota Tuo,.... Hal. 12

30

Lunto”. Selain itumereka juga menamainya dengan “ Sawah Aru” karena

di sekelilingi areal persawahan itu ditanami dengan pohon Aru, sejenis

tanaman Bambu. Pohon Aru sengaja ditanam dengan maksud untuk

menjaga sawah sawah tersebut dari gangguan binatang liar, seperti gajah

dan babi. Kapan nama Sawahlunto atau Sawah Aru itu dimunculkan, tidak

dapat dibuktikan dalam fakta sejarah.

Pada tahun 1868, De Greve dan Kalshoven merupakan geolog Belanda

yang menyelidiki adanya “emas hitam” atau batu bara di Sawahluntoyang

menyebutkan bahwa daerah itu (Sawahlunto) belum didiami oleh manusia,

ketika meneliti deposit batu bara di daerah itu yang berjumlah lebih dari

200 juta ton. Nama lengkap De Greve adalah Willem Hendrick De Greve

lahir 15 April 1840 di sebuah kota yang dijuluki sebagai Froom-Acker

yang berarti sebuah Negara atau Negeri Raja di Franeker Belanda. Yang

mengatakan bahwa Sawahlunto terdiri dari dua suku kata yaitu “Sawah

dan Lunto”.17

Pada tanggal 27 juli 1886 terjadi pembebasan lahan tambang batu bara

di Sawahlunto, ketika daerah itu resmi diserahterimakan untuk dijadikan

areal pertambangan. Serah terima itu berdasarkan pada Akte Notaris yang

dikeluarkan oleh E.L van Rouvery selaku Asisten Residen Tanah Datar

dan Djaar Sutan Pamuncak sebagai kepala laras Silunkang. Penerimanya

adalah Hendrik Yakobus Shuuring yang memegang konsensi

17 Yonni Saputra, jejak De Greve dalam kenangan Sawahlunto, ( Sawahlunto : Ombak,2012) Hal. 23

31

pertambangan Belanda. Pembebasan tanah ulayat ini mengikuti hukum

adat Minangkabau. 18

Proses pembebasan tanah ulayat ini secara keseluruhan dikatakan

lancar artinya dengan kondisi tanah ulayat ini tidak dapat digunakan oleh

masyarakat sekitar yakni untuk bercocok tanam ataupun tidak memiliki

nilai ekonomis sama sekali. Oleh karena itu masyarakat pada saat itu

dengan mudahnya memberikan izin pada orang luar. Karena pada

dasarnya hukum adat di daerah ini sedikit longgar, pada dasarnya dalam

hukum adat Minangkabau terutama Luhak nan Tigo tidak

memperbolehkan orang asing untuk memanfaatkan tanah ulayat. Apabila

orang asing mengelola harus memiliki syarat syarat sebagai berikut yakni

harus membayar bea jangka waktu pengerjaan tanah terbatas, tidak boleh

memindahkan hak pada orang lain, pemegang izin wajib mengembalikan

pada penghulu yang memberi izinnya, apabila penggarap itu meninggal

maka garapannya itu menjadi harta gantung sampai waktu tertentu.19

Kemudian menurut Rusli Ramlan dalam bukunya “Sumatera Barat

Plakat Panjang” tahun 1985 menyebutkan proses pembebasan lahan yaitu

sebagai berikut, para Penghulu, sebagai wakil seluruh nagari, menjaga

agar dalam setiap penjualan jangan ada tanah yang jatuh ke pihak di luar

nagari. Maka diprioritaskan kepada anak nagari bersangkutan. Kalau ada

transaksi demikian maka harus ada mengisi adat, mengadakan perjamuan

makan, pemberian hadiah kepada penghulu, barulah penjualan dianggap

18Majalah Pariwisata Kota Sawahlunto Mak Itam Gerbang Informasi PembangunanKota Arang “Sawahlunto Dari Masa ke Masa”, (Sawahlunto : edisi ke 4, 2013), Hal. 30

19 A.A Navis, Alam Takambang Jadi Guru, ( Jakarta : Grafiti, 1996), Hal. 152-153

32

sah. Pola penjualan ini hanya berlaku bagi masyarakat setempat

sedangkan untuk orang di luar nagari tidak berlaku. Dalam pembesan yang

dilakukan oleh belanda bersifat imbalan terhadap tanah yang diambil

hasilnya.20

Menurut Van Lier (1917) dan Gedenboek der Staarsoor en Tramvegen

dalam Nederlandsch Indie 1875-1925, diterbitkan tahun 1925 mengatakan

bahwa Sawahlunto terdiri dari dua suku kata yaitu “Sawah dan Lunto”.

Hal ini mungkin berkaitan langsung dengan daerah pertambangan Ombilin

itu sendiri.21

Di dalam pertambangan Sungai Durian (daerah pertambangan yang

pertama) terdapat sebuah negeri yang bernama Lunto. Membelah kota

Sawahlunto dari Selatan ke Utara terdapat sebuah sungai yang bernama

Batang Lunto. Daratan yang sekarang menjadi perumahan dan pasar

sampai ke timur (Rumah sakit) dahulunya adalah persawahan. Jadi

Sawahlunto berasal dari daerah persawahan negeri Lunto yang dialiri oleh

sungai Batang Lunto.22

20 Rusli Ramlan, Sumatera Barat Plakat Panjang, ( Jakarta : Sinar harapan, 1985), Hal..262

21 Rizki Shofi Zhelbina, Perlakuan Akuntansi Aset,.... Hal. 122Majalah Pariwisata Kota Sawahlunto Mak Itam,..Hal. 32

33

D. Sejarah pembentukan daerah Sawahlunto

Kota Sawahlunto sebagai kota tambang, yang dimulai sejak

ditemukannya cadangan batu di kota ini pada pertengahan abad ke-19 oleh

Ir. de Greve. Sejak 1 desember 1888 pemerintahan Hindia-Belanda mulai

melakukan investasi, yaitu ketika uang sebesar 5,5 juta gulden ditanamkan

oleh pemerintahan Hindia-Belanda untuk membangun berbagai fasilitas

pengusahaan tambang batu bara, dalam memenuhi kebutuhan industri dan

transportasi masa itu. Kemudian peristiwa ini dijadikan sebagai Hari Jadi

Kota Sawahlunto.23

Sejak tahun 1887 Pemerintahan Hindia-Belanda melakukan persiapan

pembangunan prasana transportasi kereta api yang menghubungkan

Sawahlunto dengan pelabuhan Emma Heave ( Teluk Bayur) sebagai

penunjang proses pengeksporasian produksi batu bara dari kota

Sawahlunto.24

Keputusan untuk membangun jalur kereta api untuk membawa batu

bara dari Sawahlunto ke Pelabuhan Teluk Bayur diputuskan oleh

pemerintahan Hindia-Belanda pada tahun 1887 dan kemudian ditetapkan

menjadi undang undang perkeretaapian di Sumatera Barat sebagaimana

tercantum dalam Staatsblad van Nederlandsch Indie nomor 163 tanggal 6

juni 1887. Untuk menindaklanjuti hal tersebut maka dikeluarkan Surat

23. Rizki Shofi Zhelbina, Perlakuan Akuntansi Aset,.... Hal. 124 .Majalah Pariwisata Kota Sawahlunto Mak Itam,....Hal. 12

34

Keputusan Gubernur Jenderal Hindia-Belanda tanggal 17 September

1887.25

Menurut Ir.R.J. Van Lier dalam Onze Kolonial Mijnbouw III de

Steen-Kolenindustrie, 1917. Pada bulan Oktober 1892 mulailah oran

mengerjakan ladang batu bara di Sungai durian, yang menjadi sebahagian

pekerjaan membuat pintu pintu lubang lubang penggalian batu bara yang

terletak di sawah sawah yang berair dan di lereng lereng bukit yang terjal

yang sekarang menjadi kota kecil pertambangan Sawahlunto.

Rusli Ramlan dalam bukunya “Sumatera Barat sampai Plakat

Panjang” Jilid II. Menjelaskan bahwa Negeri Lunto termasuk konsensi

Sungai durian 70 Ha. Dan ia juga mencatatkan tambang Ombilin yang

pertama dibuka adalah di Sungai durian pada tahun 1892. Dalam

“Gedenboek der Staatsspoor en Tramvagen In Nederlandsch Indie 1875 –

1925, yang diterbitkan tahun 1925 ( Buku peringatan Kereta Api

Pemerintahan dan tram di Hindia- Belanda 1875 – 1925 ) yang berisikan

bahwa pembuatan jalan kereta api di Sumatera Barat dari masa ke masa.

Pembuatan jalan kereta ini dimulai dari Pulau Air ke Padang Panjang (

71 KM) yang selesai pada juli 1891, Padang Panjang-Bukittinggi ( 19

KM) selesai pada November 1891, Padang Panjang-Solok ( 53 KM)

selesai pada Juli 1892, Solok-Muaro Kalaban ( 23 KM) dan Padang-Teluk

Bayur ( 7 KM) keduanya selesai pada Oktober 1892 serta jalan kereta Api

25 Andi Asoka, et al, Sawahlunto Dulu, Kini,..Hal. 58

35

dari Muaro Kalaban ke Sawahlunto dengan menembus sebuah bukit yang

kemudian bernama “ Lubang Kalam” yang selesai pada Januari 1894.26

Pembukaan jalan kereta Api ke Sawahlunto dengan menembus sebuah

bukit y pada Januari 1894 dijadikan alternatif tahun pemukaaan tambang

batu bara. Kereta api ini tidak hanya digunakan untuk mengangkut hasil

tambang melainkan juga mengakut orang yang kemudian menjadi

penduduk di kotamadya Sawahlunto. Kota Sawahlunto hampir sama

dengan kota kota sejarah di Indonesia yang merupakan warisan sejarah

Islam dan masa Kolonialisme.

Dengan dibangunnya sarana jalan kereta api dari Muaro Kalaban ke

Sawahunto sejak tahun 1894, meningkatkan produksi tambang batu bara

yang signifikan sampai tahun 1901 dan produksi tersebut kian signifikan

sampai berakhir pemerintahan Kolonial. Namun masa penjajahan jepang

dan setelah Indonesia merdeka produksi tambang ini mengalami

kemerosotan akan tetapi pada tahun 1985 usaha tambang ini kembali

siginifikan.

Dengan pembangunan jalur kereta api, Sawahlunto-Padang selesai

dibangun tahun 1894, usaha penambangan terus meningkat dan signifikan

sampai tahun 1920. Ketika pada tahun 1918 Sawahlunto dikategorikan

sebagai Gemeentelijk Ressort atau Gemeente dengan luas wilayah 779 Ha,

hal ini dikarenakan adanya keberhasilan pada usaha tambang batu bara .

pada tahun 1930 wilayah ini berpenduduk 43.576 jiwa, diantaranya 564

26 Rizki Shofi Zhelbina, Perlakuan Akuntansi Aset,... Hal. 2

36

orang Belanda. Meskipun demikian Sawahlunto belum sempat menjadi

Stadsggemeente, yang penyelenggar kotanya dilakukan oleh

Stadsggemeentraad ( DPRD ) dan Burgemeente ( Walikota).27

Pembentukan daerah Sawahlunto diperkirakan menjadi daerah

pemukiman pada tahun 1887. Menurut Informasi lain yang diperoleh

menyebutkan bahwa pada tahun 1891 dimulai usaha pertambangan dan

dengan produksi perdana mulai pada tahun 1892 atau 6 tahun setelah

penandatangan konsensi itu. 28

Pada tahun yang sama 1892, nama Sawahlunto baru tercantum dalam

Regeering Almanak van Nederlandsch Indie. Hal ini menunjukkan bahwa

pada tahun itu Sawahlunto secara resmi masuk dalam peta geo-politik

pemerintahan Hindia-Belanda. Dengan kata lain adanya pengakuan secara

resmi tentang keberadaanya. Akan tetapi proses pencatatan membutuhkan

waktu untuk memproses hal tersebut. Sebelum melakukan pencatatan

dilakukan maka adanya penandatanganan konsensi serah terima kawasan

tamabng pada tahun 1886 yang dijadikan sebagai dasar hukum pembukaan

lahan tambang oleh pemerintah Hindia-Belanda.29

Dilain sisi, secara kebetulan pula pada tahun 1888 itu mulai pula

adanya penetapan sebuah Natijah yang dibuat oleh ulama tariqat di daerah

sekitar Sijunjung yang termasuk kedalam afdeeling Tanah Datar. Natijah

ini ditemukan oleh seorang petualang jerman, yang melakukan perjalanan

ke Sijunjung dan dataran tinggi Minangkabau. Hal ini menunjukkan

27 Rizki Shofi Zhelbina, Perlakuan Akuntansi Aset,.......Hal. 628 Andi Asoka, et al, Sawahlunto Dulu, Kini,....Hal. 5329 Andi Asoka, et al, Sawahlunto Dulu, Kini,....Hal. 54

37

adanya jaringan Ulama Tariqat yang berakar pada hubungan guru-murid

telah berjalan dengan baik. Natijah ini menjadi acuan bagi para ulama

untuk menetapkan tanggal tanggal penting seperti awal Ramadhan, Idul

Fitri, dan Idul Adha. Hal ini didukung pula oleh adanya masjid masjid

yang berfungsi sebagai lembaga pendidikan surau pada abad ke 19 M.30

E. Kondisi Pemerintahan dan Administrasi

Seiring perkembangan penambangan batu bara di Sawahlunto, para

pendatang mulai berdatangan ke Sawahlunto baik dari daratan Sumatera

barat maupun yang datang dari luar Sumatera barat seperti suku Jawa,

Madura, Ambon, Bugis, Nias, Batak, Sunda, Aceh, dan sebagainya

disamping bangsa Tionghoa dan Eropa. Sehingga daerah Sawahlunto

sudah menjadi tempat mencari nafkah baik pekerja buruh tambang dan

pekerja lainnya menjadikan Sawahlunto menjadi pusat pemerintahan dari

Afdeeling Solok.31

Dengan semakin banyak bangsa Eropa dan pendatang yang datang ke

Sawahlunto, sehingga kota Sawahlunto diberi hak untuk mengurus

pemerintahan sendiri, atau hak Desentralisasi dengan status Geemente

berdasarkan Staatdblad van Nederlandsch Indie tahun 1918 No. 312, yang

mulai berlaku 1 Juli 1918. Staatdblad ini berisikan 4 artikel sebagai

berikut:32

30 Andi Asoka, et al, Sawahlunto Dulu, Kini,....Hal. 5531 Sekretariat Daerah, Sejarah Ringkas Pertu... Hal. 1332 Sekretariat Daerah, Sejarah Ringkas Pertu....Hal. 13

38

1. Untuk Geemente Sawahlunto didirikan satu dewan yang disebut

dewan Geemente Sawahlunto.

2. Anggota dewan itu terdiri dari 9 orang, susunannya terdiri dari 5

bangsa Eropa, yang dipersamakan dengan itu 3 orang bangsa Bumi

Putera dan 1 bangsa Timur asing.

3. Kepala pemerintahan setempat dari Luhak Sawahlunto adalah Ketua

dari dewan.

4. Adapun daerah yang termasuk ke dalam Geemente Sawahlunto adalah

mencakup atas daerah penambangan batu bara Ombilin sebagai

kelanjutan dari Notaricle Acte tanggal 27 Juli 1886 dalam Besluit

Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 1 Desember 1888 No.1

Kemudian dengan kemajuan tambang, perhubungan dan pertambahan

penduduk terutama pekerja tambang yang terdiri dari orang orang rantai

dan kontrak yang masing masingnya terdiri dari 5.000 orang, serta

pendatang bangsa Eropa yang berjumlah 564 orang dan Tionghoa 650

orang, menjadikan kepengurusan dari pemerintahan Gemeente semakin

banyak, sehingga Gemeente dirubah dan ditambah wewenang dan

daerahnya dengan ketetapan Belsuit Gubernur Jenderal Hindia-Belanda

tanggal 25 Oktober 1929 No. 31.33

33 Sekretariat Daerah, Sejarah Ringkas Pertu..... Hal. 14

39

Pada tahun 1930, Sawahlunto memiliki penduduk yang banyak namun

belum sempat menjadi Stadsgeemente, yang penyelenggaraan kotanya

dilakukan oleh Stadsgeementraad (DPRD) dan Burgeementer

(Walikota). Kemudian pada tanggal 10 Maret 1949, kota ini sebagai

Stadsgeemente Sawahlunto menjadi bagian daerah Afdeeling Solok,

dimana beserta kawasan Kabupaten Solok, kota Solok, Kabupaten

Sijunjung, dan Kabupaten Dharmasraya yang sekarang, dibawah

pemerintahan Bupati Sawahlunto/Sijunjung.34

Kemudian dengan keluarnya Undang-undang nomor 18 tahun 1965

status kota ini berubah menjadi tingkat II dengan sebutan “ Kotamadya

Sawahlunto” dibawah pemerintahan Walikota, terhitung mulai 11 Juni

1965. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 8

Maret 1965 nomor 15/2/13-227 yang berisikan penunjukkan pejabat

Walikota Sawahlunto adalah Achmad Noerdin S.H.35

Dalam daerah kotamadya Sawahlunto terdiri dari 5 daerah

administratif dengan istilah kenagarian yang masing masingnya sebagai

berikut:36

34 Rizki Shofi Zhelbina, Perlakuan Akuntansi......Hal. 935 Rizki Shofi Zhelbina, Perlakuan Akuntansi,......Hal. 936 Sekretariat Daerah, Sejarah Ringkas Pertu.....Hal. 30

40

Tabel 2.4. Daerah administratif kotamadya Sawahlunto pada

September 1971

No Nama Nagari Luas daerah Jumlahpenduduk

ket

12345

Kubang SirakukKampung Teleng

Tanah LapangSaringan

Sungai durian

40 Ha64 Ha

42,2 Ha80 Ha

553,4 Ha

14342510348117333299

Jumlah 779,6 Ha 12457

F. Perekonomian

Berdasarkan hasil statistik oleh Badan Pusat Statistik, Sawahlunto

merupakan kota dengan angka kemiskinan terendah di Indonesia, setelah

kota Denpasar Bali. Sawahlunto juga kota dengan tingkat pendapatan

perkapita kedua tertinggi di Sumatera Barat, dimana sektor mata

pencaharian didominasi oleh pertambangan batu bara dan jasa. Selain itu

juga ditopang oleh sektor pertanian dan perternakan juga dilakoni

masayarakat. Bahkan ada beberapa kawasan yang dikembangkan menjadi

kawasan industri kerajinan dan makanan kecil.37

Selama seratus tahun lebih batu bara di eksploitasi mencapai

sekitar 30 juta ton, dan masih tersisa cadangan sekitar 100 ton. Namun

masa depan penamangan batu bara Ombilin ini masih belum jelas, karena

cadangan yang tersisa hanya bisa dieksploitasi sebagai tambang dalam.

Dan dapat tidaknya eksploitasi tersebut penggunaan teknologi, permintaan

37 Alvino, “ Rencana Revitalisasi lanskap Kota Tuo ......Hal.12-13

41

dan penawaran pasar tambang batu bara, selain itu penambangan batu bara

ini juga sedang mengalami pembaharuan oleh berkembangnya sistem

pemerintahan Desentralisasi atau otonomi daerah.38

Selain itu sistem perekonomian Sawahlunto juga ditopang oleh sektor

pariwisata. Pada masa pemeritahan Hindia-Belanda waktu itu membangun

rel kereta dari Sawahlunto ke Padang untuk mengangkut batu bara yang

selesai pada tahun 1896. Kemudian di era saat ini pemerintah dan

masyarakat Sawahlunto bertekat untuk menjadikan kota wisata sejarah

berbasis pertambangan.39

Dibeberapa tempat yang terbatas di pinggiran kota pemerintah

mengadakan Bimas/Inmas, dengan meningkatkan intensifitas pertanian.

Tanaman yang ditanam berupa ubi kayu, ketela rambat, jagung, dan

kedelai serta sedikit sayuran lainnya. Khusus ubi kayu masyarakat dapat

diproduksi menjadi kerupuk. Akan tetapi pertanian terbatas tersebut tidak

cukup mendukung pada pertumbuhan kota.

Salah satu objek wisata sejarah yang ditawarkan adalah salah satu

bekas penambangan batu bara yang dilakukan pertama kali di Sawahlunto

oleh pemerintahan Hindia-Belanda yang bernama Lubang Suro yang mana

nama ini diambil dari seorang mandor tambang batu bara yaitu Mbah Suro

dengan julukan mandor orang rantai. Dan selain itu terdapat museum

kerata api mak itam, dan situs kota lama Sawahlunto.

38 Rizki Shofi Zhelbina, Perlakuan Akuntansi,.......Hal. 939 Rizki Shofi Zhelbina, Perlakuan Akuntansi,.......Hal. 10

42

G. Sosial Budaya

Penduduk kota Sawahlunto terdiri atas berbagai suku bangsa, maka

kebudayaannya ( kesenian dan adat istiadatnya) juga berbagai macam.

Dalam hal kesenian yang paling dominan adalah kesenian Minangkabau

dan Jawa. Dikarenakan penduduk Minangkabau dan Jawa mendominasi di

kota Sawahlunto.

Disamping kedua kesenian ada juga kesenian lainnya yakni kesenian

Nasional berupa orkes-orkes (band) seperi Drumband Tamboria, band

PLTA, band Foska, band Tumerco dan band Mudaria. Band band tersebut

disamping membawakan lagu lagu daerah/Nasional, juga membawakan

nyanyian Barat. Dalam lapangan olahraga ada satu band kota yaitu

PS.G.A.S. disamping itu ada band Ombilin untuk bola kaki dan tennis

lapangan.

Tidak hanya itu kesenian Sawahlunto juga ada dari budaya Jawa yakni

kesenian Kuda Kepang dan wayang kulit. Kesenian Wayang kulit pertama

kali di Sawahlunto digunakan untuk menghibur buruh tambang batu bara.

Pementasan pertama kali dipentaskan di Sungai Durian pada tahun 190,

dan dalang pertama kali yang membawakan pementasan ini adalah Raden

Purworejo, yang langsung dibawa oleh Belanda dari Jawa. Saat itu

kesenian Wayang kulit digunakan untuk menghibur Orang rantai buruh

tambang yang berasal dari jawa sebagai hiburan pelepas rindu akan tanah

Jawa dan juga untuk membuat mereka tetap tinggal di Sawahlunto.

43

Walaupun ada juga buruh tambang yang melarikan diri, namun

mereka selalu gagal, hal ini disebabkan penjara yang terletak di Sungai

Durian memiliki penjagaan yang ketat. Jadi tidak ada celah bagi mereka

untuk kabur, jadi pementasan wayang ini dilakukan untuk menghibur

mereka.40

Berkenaan dengan adat istiadat suku Minang masih mempunyai

pertalian darah dan adat istiadat dengan daerah tempat asal mereka tapi

suku Jawa, Madura, Ambon, Bugis, Nias, Batak, Sunda, Aceh, Tionghoa

dan suku suku lainnya telah melepaskan hubungan pertalian darah dan

adat istiadat dengan daerah/ tempat asalnya serta menjadi penduduk

campuran. Tidak hanya wayang kulit ada juga kesenian lainnya seperti

Barongsai dari suku Tionghoa, Ronggeng, Angklung, Silat dan sebagainya

yang dipentaskan pada perayaan perayaan besar.

40 Erwina erman, Orang rantai dari Penjara ke Penjara, ( Yogyakarta : Ombak, 2012),Hal.70

44

H. Keagamaan

Masyarakat Sawahlunto sejak terbentuk pada akhir abad ke 19 sudah

terbiasa dengan pluralitas msayarkat, komposisinya terdiri dari bangsa

asing ( Eropa dan Timur), berbagai pemeluk agama dan suku. Sepanjang

tahun 1974-1978 komposisi agama dapat terlihat dalam tabel.41

Tabel 2.5. Pemeluk Agama 1974-1978

No Tahun Agama JumlahIslam Khatolik Protestan Hindu-

Budhakonghucu

123456789

197019711972197319741975197619771978

11.72312.09012.28412.44112.58512.68912.81313.08213.203

106204122122167166166166177

97107167167122120120120106

4---11-

272525252525252525

11.95712.42612.59812.75512.89913.00013.12513.39413.511

Keagamaan yang dianut oleh masyarakat di sawahlunto beragam

yakni Islam paling dominan, dikarenakan masayarakat Sawahlunto meiliki

adat istiadat yang berlandaskan pada al-Qur’an. Kemudian di posisi kedua

agama yang dianut oleh penduduk Sawahlunto adalah Room Katholik,

kemudian Kristen Protestan dan diposisi ke empat agama yang dianut

adalah agama Konghucu.42 Pada tahun 1980 terjadi perubahan yang

signifikan pemeluk agama, yaitu dengan hilangnya komunitas Tionghoa.

Perubahan komposisi tersebut membawa dampak yakni banyak mereka

41 Sekretariat Daerah, Sejarah Ringkas Pertum...... Hal. 6542 Sekretariat Daerah, Sejarah Ringkas Pertum...... Hal. 65

45

yang berpindah ke kota lain dan menjual rumah mereka yang ada di pusat

kota.

Begitu juga dengan tempat peribadatan masyarakat Sawahlunto yang

berneka macam yang dimulai dari Masjid yang berjumlah 6 buah masjid,

12 Surau dan 2 gereja. Hal ini dapat disimpulkan bahwa umat Islam di

Sawahlunto lebih mendominasi. Dan juga didukung oleh sistem

pendidikan berbasisi agama adalah adanya lembaga pendidikan tradisi

Surau. Berikut tabel nama nama Surau dan Masjid Tua di Sawahlunto

yang didirikan pada abad ke-19 adalalah sebagai berikut:43

Tabel 2.6. Nama-nama surau atau Masjid Tua di kota Sawahlunto

No Nama Masjid dan Tahun Didirikan Lokasi

12345678

Masjid Taqwa 1834Masjid Ar-Rahman 1835Masjid Islam 1852Masjid Al-Hidayah 1854Masjid Baitun-Nur 1860Masjid Syuhada 1876Masjid Nurul yakin 1881Masjid Baru 1889

Kubang TangahLunto TimurKubang SirakuakUtaraAia DinginPasar KubangKubang SirakuakSelatanLunto BaratLunto barat

43 Andi Asoka, et al, Sawahlunto Dulu, Kini.... Hal. 56

46

Meskipun terdapat perbedaan dalam beragama dan kepercayaan,

penduduk kota sawahlunto memiliki rasa toleransi yang tinggi atas umat

beragama. Dengan ini membawa dampak yang baik bagi kehidupan

masayarkat kota Sawhlunto baik segi kemastarakatan maupun pemerintah.

Sehingga partisipasi penduduk Sawhlunto dapat dikoordinir dengan

mudah untuk diarahkan dalam pembangunan physik dan mental/ spritual.44

44 Sekretariat Daerah, Sejarah Ringkas Pertum,..... Hal. 30

47

BAB III

DINAMIKA POLITIK DI SAWAHLUNTO

PADA ORDE LAMA

Perkembangan krisis perpolitikan yang terjadi pada awal Orde lama di

Indonesia terutama wilayah Sumatera termasuk kota Sawahlunto. Akibat

ketidakpuasaan masyarakat Sumatera Barat dari keputusan pemerintahan

pusat untuk mengganti Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi

Republik Indonesia Serikat pada tanggal 17 Agustus 1950. Dan

memberlakukan UUDS 1950 sebagai pengganti UUD 1945. Yang mengganti

sistem pemerintahan Presidensial menjadi sistem Federal. Hal ini diperparah

dengan kemajuan pesat di wilayah Jawa ketimbang Sumatera pada Januari

1951 dengan beberapa tahun sesudahnya.1

Gambaran umum tentang Sawahlunto sudah dijelaskan pada bab

sebelumnya. Pada bab III ini, akan menguraikan tentang Dinamika Politik

islam pada masa Orde lama tetapnya tahun 1955 sampai periode akhir Orde

lam. Bab ini terdiri dari beberapa sub bab yaitu a. Peta politik atau kondisi

politik di Sawahlunto Orde lama b. Gerakan gerakan politik pada akhir Orde

lama.

1 Audrey Kahin, Dari Pemberontakan ke Intergra,......Hal. 251

48

A. Peta atau Kondisi Politik di Sawahlunto pada masa Orde Lama

Pada pemilu 1955 PKI di Sumatera Barat menduduki urutan ke-

tiga yaitu 7%. atau sebanyak 61.591 dari 1.624.316 suara. Ia berada di

bawah Masyumi (49%) sebagai urutan pertama dan Perti (28%) sebagai

urutan kedua. Dan PKI berhasil menempatkan satu kader partainya di

DPRD dan dua kader partainya di Konstituente.2

Pada pemilu tersebut, Partai Komunis Indonesia mendapat tiga

kursi DPRD-GR di kota Sawahlunto, dan salah satu diantaranya

merupakan Wakil Ketua. Dan salah satu kader Partai Komunisme

Indonesia juga dapat duduk di kursi Dewan Perwakilan Daerah

Sawahlunto. Dikarenakan PKI mendapat dukungan dari buruh buruh

tambang Sawahlunto. 3

Organisasi buruh tambang di Sawahlunta ada dua yaitunya

pertama, Serikat Organisasi Buruh Indonesia ( SOBSI) yang pro PKI,

lebih cendrung ekslusif bagi anggotanya dan menutup diri untuk kelompok

kelompok di luar dari kebijakan politiknya, mereka lebih

memperjuangkan kelas pekerja. Dan kemudian kedua, Serikat Organisasi

Karyawan Indonesia (SOKSI). Kedua nya saling berlawanan politiknya.

Sebelum terjadinya gejolak G30 S/PKI Serikat Organisasi Buruh

Indonesia (SOBSI) sering melakukan gerakan demonstrasi.4 Selain

SOBSI, Partai Komunis Indonesia juga mendirikan Gerwani (Gerakan

2 Hasri Chaniago & Chairul Jasmi, kaharoedin Dt Rangkayo Basa Gubernur di TengahPergolakan, ( Jakarta : Sinar Harapan, 1998), Hal. 237-238

3 Andi Asoka, dkk, Sawahlunto Dulu, Kini, dan ,.....hlm 1884 Andi Asoka, dkk, Sawahlunto Dulu, Kini, dan ,.....hlm 189

49

Wanita Indonesia) yaitu sebuah organisasi wanita Komunis digunakan

sebagai kesempatan untuk menyebarkan pengaruh Komunis di

Sawahlunto.5

Pengaruh Islam di bidang Politik sangat kuat di Sawahlunto usai

pemilu tahun 1955. Sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang No.

3 tahun 1956, dengan status kota kecil yang dikepalai oleh Wali Kota Sutan

Kamaroeddin dan mempunyai DPRD dan DPD, yang beranggotakan

beberapa orang, yang terdiri dari 4 Partai Masyumi, 1 Perti, 1 PSI, 1 IPKI,

dan 3 PKI dan keanggotaan itu sampai pada tahun 1957 dan keanggotaan

DPRD tersebut adalah :6

Tabel 3.1.Perolehan Suara DPRD dan DPD tahun 1956 di Sawahlunto

Nama Organisasi Jabatan

1. Maridin2. Rohoyudo3. Sultan

Abdullah4. Kamisan P.S5. Sultan Harun

Abdillah6. Soedono M.W7. Dt. sinarajo8. M. Yunus9. Syariffudin10. A. Ramli

MasyumiPKI

MasyumiMasyumiMasyumi

PSIPERTIIPKIPKIPKI

KetuaWakil ketua

AnggotaAnggotaAnggotaAnggotaAnggotaAnggotaAnggotaAnggota

5 Rika Wahyuni, ”Zainar : Biografi Seorang Aktifis Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani)di Sungai Sariak Kabupaten Padang Pariaman Pada Tahun 1958-2008”, Skripsi (Padang : FakultasSastra Universitas Andalas, 2010), Hal. 31

6 Sekretaris Daerah, Sejarah Ringkas Pertum,.... Hal. 17

50

Berdasarkan tabel diatas dapat penulis simpulkan bahwa pengaruh

islam pada bidang Politik usai Pemilu tahun 1955 sangat berpengaruh

walaupun politik Islam mendapat tekanan yang cukup besar.7Dikarenakan

salah satu organisasi Islam asyumi berkuasa pada saat itu yang merupakan

salah satu organisasi Islam yang dibidang politik berhasil angggotanya

menduduki jabatan ketua DPRD di sawahlunto dan beberapa orang

anggotanya menjadi anggota DPRD terbanyak pertama. Sebelum partai PKI

yang hanya memperoleh 3 kursi saja.

Sesudah pemilu tahun 1955, masyarakat Islam Sumatera Barat

sangat kecewa dan tidak bisa berbuat apa apa dalam memperjuangkan

Konstituate dikarenakan walaupun Partai Politik Islam menang telak di

Sumbar tetapi tidak dalam skala nasional yang dimenangkan oleh partai

nasional yakni PNI. Diperparah lagi pada bulan Maret 1956 Kabinet Ali

Sastroamidjojo II dari PNI menggantikan Kabinet Burhanuddin dari

Masjumi. Kekuasaan Kabinet Ali Sastroamidjojo II ini yang didukung oleh

Partai Komunis dan non-Islam yang bertolak belakang dengan Islam, dan

juga Kabinet ini dalam kenyataannya tidak dapat menyelesaikan masalah

berlanjutnya kekosongan Demokrasi di Sumatera Barat.8

7 Muhammad Hisyam, Krisis Masa Kini dan,.... Hal. 3488 Audrey Kahin, Dari Pemberontakan ke Inte,.....Hal. 271

51

Dan pada Juli 1956, polemik perpolitikan di Sumatera Barat

bertambah buruk hingga sampai ke pusat. Dan hal ini diperparah dari surat

surat kabar di Sumatera Barat secara umum menyuarakan ketidaksenangan

mereka terhadap pemerintahan pusat kala itu. Mereka kala itu menuduh

bahwa pemerintahan pusat tidak koefisien atau korupsi, karena provinsi

Sumatera Barat diperlakukan lebih buruk ketimbang Jawa dan

mengorbankan orang Sumatera untuk membangun Jawa. Dan tokoh yang

paling diharapkan oleh Sumatera Barat kala itu, Wakil Presiden Hatta dinilai

kurang simbiosis. 9

Dan pada tahun itu juga terjadinya keretakan hubungan antara

Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta, selaku dwi tunggal akibat

persaingan antar partai politik. Keretakan tersebut berujung kepada

mundulnya Hatta dari jabatan Wakil Presiden. Kemudian pada 21 Desember

1956 terjadi perisiwa yang mengejutkan semua kalangan, yakni ketua

Dewan Banteng di Sumatera mengambil alih kekuasaan Gubernur Sumatera

Barat, Roselan Muljoharjo.10

Ketegangan politik tersebut memuncak dan berujung kepada adanya

reuni Dewan Banteng di Sungai Dareh tahun 1958. Reuni tersebut kemudian

menyebar menjadi perlawanan politik terhadap Pemerintahan Pusat, atau

mendirikan Pemerintahan tandingan. Dan informasi lain, menurut Dewan

9 Audrey Kahin, Dari Pemberontakan ke Integras,.....Hal. 27210 Andi Asoka, dkk, Sawahlunto Dulu, Kini, dan ,.....Hal 186

52

Banteng tindakan mereka itu suatu bentuk koreksi terhadap Pemerintahan

pusat.11

Pada tanggal 10 Februari 1958, Ahmad Huseain selaku ketua PRRI

mengeluarkan Ultimatum terhadap pemerintahan pusat. Salah satu isinya

yakni memberikan waktu 1 kali 24 jam kepada Kabinet Djuanda untuk

membubarkan diri dan kemudian membentuk Pemerintahan baru dibawah

Hatta-Sri Sultan Hamengkubuwono IX.12 Kemudian pada peristiwa PRRI

ini banyak memakan korban dan trauma masyarakat Minankabau. Kondisi

hal itu memberikan kesempatan untuk kelompok politik PKI untuk

mengembangkan pengaruhnya di seluruh wilayah Sumatera barat tidak

terkecuali di Sawahlunto, bahkan tercatat dalam sejarah Sawahlunto

merupakan tempat yang paling banyak pengaruh PKI.

Pada tanggal 5 juli 1959, presiden soekarno mengeluarkan Dekrit

Presiden Indonesia / Panglima tertinggi Angkatan Perang yang berisikan

salahsatunya pembubaran Majelis Konstituente, yang banyak menuai

kontroversi dan partai politik islam yang menentang Dekrit tersebut adalah

Masyumi dan PSII dan beberapa partai politik islam lainnya mengikuti

peraturan tersebut, yang membuat persatuan umat islam terpecah baik di

nasional maupun di daerah daerah. 13 pada tahun 1959 Soekarno

mengeluarkan Pempres No.7 tahun 1959 yang menganjurkan agar semua

Partai politik mencantumkan atas dasar UUD 1945 dan anggaran dasar

Partainya, dalam hal ini semua gagasan Soekarno sesuai dengan ayat ayat

11 Andi Asoka, dkk, Sawahlunto Dulu, Kini, dan ,.....Hal 18712 Andi Asoka, dkk, Sawahlunto Dulu, Kini, dan ,.....Hal 18713 Sulasman, Metode Penelitian Sejarah,... Hal. 382

53

al-Qur’an karena itu beberapa Partai politik Islam lainnya mengikuti

Soekarno kecuali Masyumi dan PSII.14

Dengan dikeluarkannya Piagam Jakarta tersebut oleh Soekarno yang

pada masa itu memakai sistem Demokrasi terpimpin jutru memberikan

ruang kekuasaan bagi Partai Komunis untuk menguasai perpolitikan di

nasional yang berpengaruh ke daerah khususnya Sumatera Barat yang

menjadi basis Partai Politik Islam. Dan juga banyak kebijakan kebijakan

Soekarno merugikan Partai Politik Islam sebagai contoh pembubaran Partai

Masjumi pada tanggal 13 September 1960 dikarenakan sebagian

pemimpinnya terlibat dalam pemberontakan PRRI.15Masyumi

membubarkan diri dan terpecah pecah menjadi organisasi islam yang baru,

dan NU keluar dari keanggotaan pendukung Masjumi dan tampil menjadi

wakil Politik Islam kala itu. karena tekanan yang dilakukan oleh Soekarno

dan PKI.

Kemudian sebelum tahun 1964, Organisasi wanita PKI Gerwani di

Sawahlunto membina kader kadernya untuk mengadakan propaganda dalam

bidang politik. Sebelumnya organisasi ini mendirikan Sekolah Taman

Kanak kanak dan mengadakan kursus kursus kerajinan dan perpolitikan.

Dan salah satu cara mereka merekrut kadernya melalui kesenian yan digelar

di Sawahlunto, yakni kesenian Ronggeng dan Ketoprak, serta kesenian

14 Sulasman, Metode Penelitian Sejarah,.....Hal. 38215 Fakhri Ali, Bachtiar Efendi, Merambah jalan baru,.... Hal, 89

54

Barongsai, dengan melalui kesenian ini organisasi PKI ini mudah merekrut

kadernya. 16

Kemudian Sejak Oktober 1964 sampai tanggal 30 September 1965

terjadi pertumpahan darah di Indonesia yang diperankan oleh PKI (Partai

Komunis Indonesia),militer dan kelompok-kelompok Islam serta partai

partai Islam seperti Partai NU wakil politik Islam pendukung Masjumi

yang menjadi partai terbesar yang menduduki peringkat pertama pada

pemilu 1955 dan perti menjadi korban dari kekejian G30S/PKI.

Kemudian pada hari sebelum terjadinya G30S/PKI ini, masyarakat

menyaksikan adanya perintah untuk menggali lobang di dekat rumah

masing masing. Kemudian satu lubang besar ada di depan Rumah Sakit

Umum, hal itu bertujuan untuk penguburan massal.17

B. Gerakan gerakan politik pada akhir Orde Lama

Pada akhir Pemerintahan Orde lama diperkirakan terjadi pada

tahun 1957-1965. Karena ditahun tersebut persaingan perpolitikan yang

kian kuat baik di daerah maupun pusat. Dan juga pada tahun ini

banyaknya terjadinya pemberontakan pemberontakan akibat tidak

koefisiennya Pemerintahan pusat terhadap daerah seperti Sumatera

Barat.

16 Andi Asoka, dkk, Sawahlunto Dulu, Kini, dan ,.....Hal 19017 Andi Asoka, dkk, Sawahlunto Dulu, Kini, dan ,.....Hal 190

55

Pada tahun 1956, setelah diadakan pemilu tahun 1955,

perpolitikan di Sumatera barat memanas, pasalnya partai Islam seperti

Masjumi yang menjadi pemenang pada pemilu ini tahun 1955 di

Sumatera Barat tidak bisa memperjuangkan hak hak nya yakni di

Konstituante dipusat. Dikarenakan pada saat itu Konstituante dipimpin

oleh Kabinet Ali Sastromidjojo II ini didukung oleh partai Non Islam

yang bertolak belakang dengan Islam.

Kemudian pada tahun 1957, adanya Kongres Alim Ulama

Sumatera di Bukittinggi. Kongres ini bertujuan untuk memberikan

dukungan kepada Dewan Banteng untuk mengambil alih Pemerintahan

daerah Sumatera Barat. Setelah diadakan kongres tersebut maka

dihasilkan sejumlah keputusan yan intinya sebagai berikut:18

1. Tentang kepala Negara

a. Umat Islam wajib mengangkat imam ( Kepala Negara)

yang adil sebagai pengganti Nabi untuk menegakkan dan

menjalankan Islam.

b. Perintah Kepala Negara wajib ditaati selama tidak

melanggar atau menentang hukum Islam

2. Tentang Masjelis Ulama di Sumatera

a. Membentuk persatuan Ulama di seluruh Sumatera.

b. Majelis ini berdasarkan cita cita untuk mendirikan

Negara Islam yang sebenar benarnya.

18 Gusti Asnan, Memikirkan Ulang Regionalisme: Sumatera Barat tahun 1950 an,(Padang : Yayasan Obor Indonesia, 2007, Hal..25-26

56

3. Tentang Konsepsi Bung Karno

a. Konsepsi Bung Karno, tidak dapat mencapai

maksudnya, bahkan menimbulkan pertentangan

pertentangan di dalam masyarakat, serta belum terdapat

dalam hukum ketatanegaraan RI yang berlaku serta

bertentangan dengan Al-Qur’an Surah al-Mujadallah

ayat 22.

b. Menasihatkan kepada Bung Karno, untuk menarik

kembali Konsepsinya dan menyerahkan kembali kepada

Konstituate.

c. Mempercayakan Kepada Paduka Yang Mulia Presiden

Soekarno membentuk Kabinet yang dipimpin oleh Bung

Hatta tanpa Dewan Nasional.

4. Tentang Otonomi dan Desentralisasi

a. Agar dilakukan sesegera mungkin Otonomi Daerah

b. Berikan hak daerah kepada daerah

c. Agar persoalan daerah, seperti Aceh diselesaikan oleh

orang daerah.

57

Dan kemudian tahun 1957. Adanya Reuni Dewan banteng Sumatera

di Sungai Dareh. Reuni tersebut kemudian menyebar menjadi perlawanan

politik terhadap Pemerintahan Pusat, atau mendirikan Pemerintahan

tandingan. Dan informasi lain, menurut Dewan Banteng tindakan mereka itu

suatu bentuk koreksi terhadap Pemerintahan pusat.19

Setelah pengambilan kekuasaan daerah Sumatea Barat oleh Dewan

Banteng. Penghulu dari hampir seluruh daerah sumatera barat mengadakan

pertemuan di Bukittinggi. Pertemuan tersebut beragendakan, pembubaran

Panitia Alam Minangkabau dan membentuk organisasi kaum adat yang

baru. Dalam pertemuan ini disepakati membentuk organisasio baru yang

bernama Lembaga Adat Alam Minangkabau (LAAM) yang bertujuan untuk

menjaga adat Minangkabau.20 Dalam kepengurusannya antara lain: Dt.Rajo

Nan kuniang (Agam), Dt Paduko Batuah (Tanah datar), Th Rajo Sontang

(Pasaman), Dt Rajo Diateh (Kubuang XIII), A.Mona Basa

(Sawahlunto/Sijunjun), B.A Rahim (Pariaman), Aman Dt.Kayo (Sungai

Pagu), Jamila Djambek dan Darani Mohammad ( dari perwakilan Bundo

Kanduang).

19 Andi Asoka, dkk, Sawahlunto Dulu, Kini, dan ,.....Hal 18720 Gusti Asnan, Memikirkan Ulang Regionalisme,......Hal. 31

58

Kemudian pada tahun 1957 adanya Kongres lanjutan dukungan

terhadap Dewan Banteng Sumatera Barat yakni pada tanggal 28 Februari

sampai 2 Maret 1957. Pada Kongres ini melahirkan sebuah pernyataan yang

berbunyi antara lain sebagai berikut:21

1. Tentang Konsepsi Presiden

a. Menolak konsepsi Presiden yan akan membentuk Dewan

Nasional

b. Menuntut agar Dwi Tunggal Soekarno-Hatta diutuhkan

kembali.

c. Membentuk satu Presidentil kabinet dibawah pimpinan Hatta

2. Mengenai susunan ketatanegaraan Indonesia di masa depan

a. Menuntut Dewan Perwakilan Kembar diatas susunan negara

yang federatif

b. Menuntut supaya Konstituante menyusun UUD dengan

berpedoman kepada norma norma dan fakta fakta yan hidup

di Indonesia

3. Mengenai hak atas hutan dan tanah

a. Pengakuan terhadap hak atas kekuasaan tanah dan hutan

berada pada tangan pemegang ulayat di Sumatera Tengah.

b. Peninjauan kembali, dan kalau ada perlu pembatasan

kedatangan transmigran ke daerah ulayat Sumatera Tengah

21 Gusti Asnan, Memikirkan Ulang Regionalisme,.....Hal. 32

59

c. Pelaksanaan transmigran lokal di daerah ulayat Sumatera

Tengah

Dan juga adanya dukungan dari Partai politik Islam Masjumi kepada

Dewan Banteng. Dukungan ini ditunjukkan antara lain, melalui kegiatan

rapat umum Masjumi Sumatera Tengah di Bukittinggi, 9 November 195,

yang diadiri oleh para pejabat daerah, mulai dari pejabat tingkat Provinsi

sampai tingkat daerah, dan disaksikan oleh masyarakat.22

Pada tanggal 10 Februari 1958, Ahmad Huseain selaku ketua PRRI

mengeluarkan Ultimatum terhadap pemerintahan pusat. Salah satu isinya

yakni memberikan waktu 1 kali 24 jam kepada Kabinet Djuanda untuk

membubarkan diri dan kemudian membentuk Pemerintahan baru dibawah

Hatta-Sri Sultan Hamengkubuwono IX.23 Dalam PRRI ini melibatkan

banyak dari tokoh Masjumi dan PSII.

Pada tanggal 5 juli 1959, presiden soekarno mengeluarkan Dekrit

Presiden Indonesia / Panglima tertinggi Angkatan Perang yang berisikan

salahsatunya pembubaran Majelis Konstituente, yang banyak menuai

kontroversi dan partai politik islam yang menentang Dekrit tersebut adalah

Masyumi dan PSII dan beberapa partai politik islam lainnya mengikuti

peraturan tersebut, yang membuat persatuan umat islam terpecah baik di

nasional maupun di daerah daerah. 24 Sebelumnya Masjumi sudah adanya

konflik internal antara Masjumi dan Muhammadiyah, dan konflik ini

22 Reni Nuryanti, Perempuan berselimut Konflik Perempuan Minangkabau di masaDewan Banteng dan PRRI, ( Yogyakarta : Tiara Wacana, 2011), Hal. 53

23 Andi Asoka, dkk, Sawahlunto Dulu, Kini, dan ,.....Hal 18724 Sulasman, Metode Penelitian Sejarah,.... Hal. 382

60

memuncak ketika Masjumi menyatakan dukungan terhadap Dewan

Banteng.

Dengan dikeluarkannya Piagam Jakarta tersebut oleh Soekarno yang

pada masa itu memakai sistem Demokrasi terpimpin jutru memberikan

ruang kekuasaan bagi Partai Komunis untuk menguasai perpolitikan di

nasional yang berpengaruh ke daerah khususnya Sumatera Barat yang

menjadi basis Partai Politik Islam. Dan juga banyak kebijakan kebijakan

Soekarno merugikan Partai Politik Islam sebagai contoh pembubaran Partai

Masjumi pada tanggal 13 September 1960 dikarenakan sebagian

pemimpinnya terlibat dalam pemberontakan PRRI.25

Ketika Presiden Soekarno mengeluarkan peraturan yang

menyebabkan Masjumi dan PSII membubarkan diri, serta partai partai-

partai kecil yang tidak bisa memenuhi syarat minimum jumlah anggota atau

jumlah cabang, maka partai tersebut harus membubarkan diri. Partai kecil

tersebut dipimpin oleh Dt. Bagindo Basa Nan Kuniang. Setelah dibubarkan

Dt. Bagindo Basa Nan Kuniang bergabung dengan Partindo.

Dengan dibubarkan nya Masjumi dan PSII, partai politik islam di

Sumatera barat mengalami kekosongan. Dan bahkan partai politik Perti

yang kala itu juga partai yang berkuasa di Sumatera Barat tidak dapat

melakukan apa apa karena dalam informasi lain mengatakan bahwa Perti

pada saat itu sudah berafiliasi dengan PKI setalah mencabut dukungannya

terhadap Dewan Banteng.

25Fakhri Ali, Bachtiar Efendi, Merambah jalan baru,... Hal, 89

61

Kemudian Sejak Oktober 1964 sampai tanggal 30 September 1965

terjadi pertumpahan darah di Indonesia yang diperankan oleh PKI (Partai

Komunis Indonesia), militer dan kelompok-kelompok Islam serta partai

partai Islam seperti Partai NU wakil politik Islam pendukung Masjumi

yang menjadi partai terbesar yang menduduki peringkat pertama pada

pemilu 1955 dan perti menjadi korban dari kekejian G30S/PKI. Dan

kemudian pada peristiwa ini menjadi akhir Orde lama dan diambil alih

oleh Suharto dari pemerintahan Orde Baru. Dan pada peristiwa ini

disebut juga masa transisi Orde lama ke Orde baru.

62

BAB IV

DINAMIKA POLITIK ISLAM DI SAWAHLUNTO

PADA PERIODE AWAL ORDE BARU

Krisis perpolitikan yang terjadi ketika penghujung Pemerintahan Orde

lama dan berganti ke Pemerintahan Orde Baru. Yang diawali dengan

dikeluarkannya Piagam Jakarta oleh Soekarno dan memberikan keluasan

pada partai PKI, yang membawa dampak yang signifikan baik secara

Nasional terkhusus di Sumatera Barat yang beraliran Islam. Dan pada saat itu

juga banyak kebijakan kebijakan Soekarno merugikan partai politik Islam

seperti pembubaran partai politik Islam Masjumi pada tanggal 30 September

1960. Kemudian PKI mulai menguasai pemerintahan berujung kepada

peristiwa G30 S/PKI yang terjadi sejak Oktober 1964 yang menjadi titik

puncak pada September 1965 yang menjadi korban yakni kelompok elit

militer dan partai politik Islam.

Kemudian di tahun itu juga 1965 tepatnya bulan Oktober dan November

adanya gerakan penumpasan PKI di seluruh daerah termasuk Sawahlunto.

Hal ini telah dibahas pada bab sebelumnya. Pada bab IV merumuskan tentang

hasil penelitian yakni Dinamika Politik Islam Pada periode awal Orde Baru di

Sawahlunto 1976-1971. Terdiri dari beberapa sub bab yakni a. Proses

konsolidasi atau pembenahan partai politik Islam pasca Gestapu, b. persiapan

persiapan atau langkah langkah partai politik Islam menjelang pemilu

pertama Orde Baru 1971, serta dalam bab ini juga dirumuskan perolehan

suara pemilu tahun 1971.

63

A. Proses Konsolidasi/Pembenahan partai politik Islam pasca Gestapu

Pada Oktober dan November 1965, terjadinya gerakan penumpasan

PKI diseluruh wilayah Indonsesia termasuk di Sawahlunto, Sumatera

Barat. Setelah tahun 1965, militer, birokrasi dan masyarakat anti komunis

membersihkan berbagai sektor yang disusupi oleh komunis. Tokoh tokoh

politik dan pegawai pegawai diganti dan diberhentikan.1

“........pas maso itu, sasudah peri peri,urang pado heboh garagara PKI tahun 65 ndak salah apak. Sudah tahun PKI PKI tuditangkok, diseret ka walikota maso itu, pejabat pejabat yang adoindikasi PKI tu dipenjaro lupo apak tahun bara itu tajadi.......”.2

Penumpasan dan penangkapan terhadap anggota PKI dilakukan

dimana mana. Dibeberapa tempat yang berbeda adanya bentrok fisik

antara pendukung Komunis dan kelompok anti-Komunis. Dalam bidang

politik pemerintahan di Sawahlunto adanya pembersihan anggota DPR-

GR yang berasal dari anggota PKI, dan juga mencopot, dan menahan

wakil ketua DPR-GR yang berasal dari partai Komunis.Setelah

penumpasan partai PKI, partai politik di seluruh Indonseia dihadapkan

pada pembenahan dalam berbagai bidang. Pembenahan itu juga terjadi di

Sawahlunto.3

1 Audrey Kahin, Dari Pemerontakan ke Integrasi,......Hal. 3842 Zulfikar (80 tahun), Tokoh masyarakat kerabat anggota cabang partai politik Parmusi

Sawahlunto tahun 1968-1971, wawancara langsung, 23 Maret 20203 Andi Asoka, dkk, Sawahlunto Dulu, Kini, dan Esok,...Hal. 191-194

64

Pada tahun 1966, PKI diseluruh Indonesia dilarang keberadaannya

baik di skala Nasional begitu juga di Sawahlunto. Kemudian rakyat

Indonesia dihadapkan pada pembenahan di segala bidang. Pada tahun ini

juga tepatnya bulan Februari, dimulai lah usaha usaha untuk

mengembalikan kestabilan perpolitikan di Nasional maupun daerah

termasuk Sawahlunto. 4

Di Sumatera Barat untuk mengembalikan kestabilan politik adalah

membentuk BKPUI (Badan Kontak Perjuangan Umat Islam), lembaga ini

sebagai bentuk pengganti politik Islam tradisional Perti.5 Sebelumnya

partai politik Perti juga menguasai perpolitikan di Sumatera barat yang

menempati posisi kedua dengan perolehan suara 28 %, setelah Masjumi

pada pemilu tahun 1955. 6

Namun pada tahun 1960 partai politik Masjumi dan PSI

perpolitikannya lemah, karena adanya pelarangan dari Soekarno secara

Nasional. Pada saat itu sistem perpolitikan di Sumatera barat hanya

mengandalkan Perti. Dikarenakan perti merupakan partai politik Islam

yang beraliran tradisional tidak seperti Masjumi yang beraliran Islam

keras. Dan pada tahun 1961, Perti ini juga mendukung sistem

pemerintahan Terpimpin Soekarno dan juga adanya hubungan yang baik

antara Perti dan PKI.

4 Audrey Kahin, Dari Pemerontakan ke Integrasi,......Hal 3855 Audrey Kahin, Dari Pemerontakan ke Integrasi,....Hal. 3866 Sekretaris Daerah, Sejarah Ringkas Pertum,....Hal. 17 lihat juga. dalam Hasri Chaniago

& Chairul Jasmi, kaharoedin Dt Rangkayo Basa Gubernur, ...Hal. 237-238

65

Kemudian pada tahun 1966, setelah Gestapu, empat orang anggota

Perti mengundurkan diri, setelah terjadinya demonstrasi mahasiswa yang

menunjukkan ketidaksenangan mahasiswa terhadap sikap Perti sebagai

wakil rakyat. Dan di Sumatera Barat Perti pada tahun itu melakukan

proses pemersihan besar besaran ditubuh partai politik Islam tradisional

tersebut, bahkan banyak elit politik Perti yang berpindah ke partai

Nasional yakni Golkar, yang mana partai Golkal ini organisasi yang

mendukung pemerintah Orde Baru dan militer pada saat itu hal ini juga

terjadi di kota Sawahlunto.7

Pada tahun 1966 sampai 1967, tanda tanda kebangkitan dari partai

politik Masjumi tidak ada untuk mengikuti pemilu 1971 yang awalnya

dijadwalkan 5 Juli 1968 yang diamanatkan dalam TAP MPRS Nomor XI

tahun 1966. Karena tokoh tokoh elit dari Masjumi terlibat langsung

dalam kasus pemberontakan PRRI. Ditambah adanya pelarangan secara

Nasional terhadap partai politik ini.

Akan tetapi adanya desakan desakan dari kelompok kelompok elit

politik bekas partai Masjumi untuk merehabilitasi Masjumi ini. Tidak

hanya anggota bekas Majumi saja, melainkan anggota Muhammadiyah

salah satunya menginginkan rehabilitasi masjumi, seperti Lukman Harun,

seseoran berdarah Minang yang lahir di Limbanang, kabupaten Lima

puluh kota, Sumatera Barat.

7 Audrey Kahin, Dari Pemerontakan ke Integrasi,......Hal. 402

66

Di Sawahlunto, adanya reorganisasi politik, terutama ditubuh

DPR-GR tahun 1967, dan mulai mucul tatanan baru perpolitikan di

Sawahlunto yang dilindungi oleh militer. Dan pada tahun ini juga adanya

beberapa ormas dan 17 orang untuk mewakili Sawahlunto untuk mengisi

kekosongan politik yang diakibatkan oleh G30S/PKI dan juga

membentuk pemerintahan anti-komunis. Namun pada tahun ini belum

adanya perpolitikan dari partai Islam yang terlihat untuk mengikuti

pemilu Legislatif pertama tahun 1971 pada masa Orde Baru.8

Dan pada 20 Februari 1968, pemerintahan Orde baru, mulai

memberikan hati kepada umat Islam yakni organisasi masyarakat Islam

di Indonesia terutama Sumatera Barat yakni mengizinkan pembentukan

partai politik Islam baru. Partai politik Islam ini guna menampung

aspirasi umat Islam. Dan juga untuk mewujudkan kehidupan demokrasi

yang sehat. Partai politik ini diberi nama Partai Muslim Indonesia.9

“............pas urang sibuk sibuk ka pemilu, suharto maagiahizin ka urang Islam untuak membentuk Partai Islam. Sebagaipenampung aspirasi Islam yang bernama Partai MuslimIndonesia, partai iko dulu masih saketek anggotanyo tu suhartoado marekrut anggota untuak partai iko tu ikuik lo uwan apakko kasitu........”.10

8 Andi Asoka, et al, Sawahlunto Dulu, Kini, dan Esok,.........hlm. 191-1949 Litbang Kompas, Pemilu 1971 Pemilu Pertama Orde Baru,( Jakarta : Kompas, 2019),

hlm. 910 Zulfikar (80 tahun), Tokoh masyarakat kerabat.... wawancara langsung, 23 Maret 2020

67

Dengan lahirnya partai politik Islam yang baru pada tahun 1968,

umat Islam dapat kembali memperoleh hak haknya. Dan juga dengan

lahirnya partai politik Islam ini dapat memenuhi harapan harapan

pemerintah yakni pertama, partai politik menjadi harapan bagi umat

Islam untuk dapat membangun kembali imagenya sebagai partai Islam

yang menampung aspirasi masyarakat. Kedua, partai Islam ini dapat

menjadi bagian penting bagi Negara dan bangsa.11

Kemudian partai Parmusi ini mulai melakukan rekrutmen angggota

Partainya atau Kaderisasi, tidak terkecuali di Sawahlunto. Partai ini

melakukan Kaderisasi pada masa itu tidak mengikut proses

pengkaderisasian partai politik pada umumnya. Partai ini pada masa itu

sedikit sekali melakukan pengkaderisasian yang melibatkan masyarakat

umum bahkan cendrung adanya politik keluarga. Dikarenakan pada tahun

1968 ini tidak banyak yang mengetahui akan partai politik ini, dan juga

anggotanya langsung banyak dari mantan anggota partai Masyumi. Hal

ini juga dikarenakan dengan kondisi semakin dekatnya masa pemilu

pertama Orde Baru tahun 1971. Dan juga pada masa rentang tahun 1968-

1971, partai Parmusi ini dalam proses pembenahannya tidak terlalu

terfokus pada pengkaderisasian namun terfokus pada pemenangan pemilu

legislatif tahun 1971. 12

11 Kompas, Harapan Harapan kepada Parmusi,22 Februari 196812 Zulfikar (80 tahun), Tokoh masyarakat kerabat....wawancara langsung, 23 Maret 2020

68

Meskipun pemerintah pada saat itu memberi izin, untuk mendirikan

partai politik Islam yang baru yakni Partai Muslim Indonesia, akan tetapi

tokoh tokoh masjumi dilarang menduduki posisi pimpinan. Dalam

pembentukan partai politik Islam ini semua hal di kontrol oleh

pemerintahan pada saat itu. Dengan kata lain pemerintah pada saat itu

memanipulasi partai Islam untuk memengkan pemilu legislatif pertama

5 Juli 1971. 13

B. Persiapan persiapan partai politik Islam menjelang pemilu 1971

Menjelang pemilu pertama Orde Baru tahun 1971, banyak upaya

upaya yang dilakukan oleh partai politik untuk memenangkan pemilu ini

baik partai Nasional maupun partai Islam. Hal ini tidak hanya terjadi di

skala Nasional, melainkan juga terjadi di Sawahlunto, Sumatera Barat. Di

Sumatera Barat partai politik yang terkuat pada waktu itu adalah partai

politik Islam, Partai Muslim Indonesia dan Perti begitu juga di

Sawahlunto.

Tidak hanya partai politik Islam Parmusi dan Perti saja yang

terkuat pada saat itu, melainkan ada satu partai Nasional yang terkuat

pada saat itu yakni Golkar. Partai Golkar ini merupakan partai yang

mendapatkan dukungan yang luas saat itu dari pemerintahan Orde Baru

dan dijadikan sebagai alat politik untuk memenangkan pemilu tahun

1971.14

13 Audrey Kahin, Dari Pemerontakan ke Integrasi Sumatera barat dan Politik,......hlm403

14 Audrey Kahin, Dari Pemerontakan ke Integrasi Sumatera barat dan Politik,......hlm404

69

Pada tahun 1969, partai politik Perti di Sumatera Barat, tidak

menunjukkan adanya keikutsertaan dalam pemilu tahun 1971. Hal ini

dibuktikan dari terpecahnya Perti menjadi dua bagian. Perti pada

dasarnya partai politik yang tradional lebih berbasisi kepada keagamaan

atau Tarbiyah Islamiyah dan tidak terlalu banyak kontribusi dalam

perpolitikan.

Oleh karena itu partai politik Perti ini mudah untuk dimanfaatkan

oleh pihak yang berkepentingan untuk penguasa pada saat itu. Yang

membuat Perti terpecah menjadi dua yakni pertama, Perti berbasis

keagamaan terfokus pada Tarbiyah Islamiyah dan kedua, Perti yang ikut

dalam perpolitikan di Sumatera Barat. Dengan terpecahnya Perti

kekuasaan perpolitikannya lemah dan memberikan peluang yang kuat

untuk partai Nasional.

Dalam beberapa informasi lain, pada saat menjelang pemilu tahun

1971, di daerah pinggiran termasuk Sawahlunto yang pada dasarnya

memegang politik Islam tradisional yakni berupa organisasi organisasi

Tariqat tidak menunjukkan keikutan dalam pemilu tahun 1971. Hal ini

dikarenakan pada perpecahan ditubuh Perti banyak yang memanfaatkan

hal tersebut khususnya di Sawahlunto sebagai daerah pinggiran yang juga

ajaran tariqatnya cukup berpengaruh kala itu.

70

Upaya upaya pihak luar untuk melemahkan Perti saat itu adalah

dengan masukkan anggota yang berpengaruh ke tubuh partai Perti yang

berbasis keagamaan atau Tarbiyah Islamiyah. Pihak luar tersebut

menggandeng Ulama Ulama berpengaruh dalam Perti, untuk

mengkampanyekan mendukung partai Nasional, Golkar untuk

memenangkan pemilu tahun 1971, dengan cara memberikan buku buku

(kitab) suci, kain sarung, lampu minyak sebagai sarana pendukung untuk

meningkatkan kegiatan keagamaan kala itu, dan menghimpun mereka

untuk mendukung partai Golkar dalam pemilu tahun 1971.15

Hal ini jauh bersebrangan denga partai politik islam yang lainnya

yakni Parmusi. Pada saat itu Parmusi menjelang pemilu tahun 1971

melakukan pengelompokan federasi partai Islam dengan partai Islam

yang lainnya.16

Pengelompokan tersebut tidak hanya tejadi di skala Nasional juga

terjadi di wilayah Sawahlunto, Sumatera Barat. Partai Parmusi

melakukan penggabungan dengan partai Islam lainnya yakni NU, PSII,

Muhammadiyah dan Perti. Dengan kata lain jika perolehan suara kurang

dari 25 % akan dihitung masuk ke Parmusi hal ini berlaku untuk semua

partai Islam yang ikut dalam pengelompokan federasi partai Islam.

“. ......pas ka pemilu tahun 71, Parmusi ko saketek urangpartai nyo nyo kecek uwan apak ka apak. Tu pas maso itu adolokebijakan Parmusi di jakarta untuk melakukan pengelompokanpartai Islam tu jadi Parmusi disiko ko maaikuik ka pimpinannyo,kan ado baraja dalam kuliahkan harus maaikuik atau mentaatilah

15 Audrey Kahin, Dari Pemerontakan ke Integrasi,......Hal. 40416 Pengelompokkan partai Islam dalam Konfederasi Pimpinan, Kompas, Jakarta, 10

Maret 1970

71

ka pemimpin, partai Islam, kayak NU, jo Muhammadiyah masuakka Parmusi...kalau Perti ndak tau apak do....”.17

Pengelompokkan tersebut dilakukan untuk menghindari dari

tejadinya produk produk yang kurang memuaskan di lembaga

perwakilan. Partai Parmusi berpendapat perlu mengganti landasan

musyawarah untuk mufakat dengan landasan yang lebih menjamin

dihasilkannya produk yang lebih mantap dan representatif. Dan juga

Parmusi juga berpandangan pengelompokkan ini sesuai dengan apa yang

diajarkan dalam al-Qur’an yakni agar umat Islam itu bersatu. Dan

dipandang disegi lain persatuan umat Islam lebih menguntungkan.18

Pengelompokan tersebut tidaklah efisen dalam memengkan pemilu

tahun 1971. Dikarenakan menjelang pemilu tahun 1971, ditubuh Parmusi

adanya konflik internal antara kelompok kelompok elit politiknya.

Konflik internal tersebut terjadi antara elit politik pendukung Masjumi

dan adanya elit politik Parmusi yang pro ke Pemerintah.

“.....pas ka pemilu bana, tibo tibo ado kasus anggota Parmusi kopindahnyo ka Golkar, mendukung Golkarnyo maso itu, pindah kagolkarnyo, maso itu Golkarko partainyo suharto mah, kecek kecekurang kanai pitih kecek urang, apak ndak lo tau baa pastinyo dootomatis suaro pacah ka pemilu tu bana...bertepatan kejadian ituParmusi jakarta terjadi masalah...”.19

17 Zulfikar (80 tahun), Tokoh masyarakat kerabat....wawancara langsung, 23 Maret 202018 Pengelompokkan partai Islam dalam Konfederasi Pimpinan, Kompas, Jakarta, 10

Maret 197019 Zulfikar (80 tahun), Tokoh masyarakat kerabat....wawancara langsung, 23 Maret 2020

72

Elit politik pendukung Masjumi yang menginginkan

memperjuangkan hak hak umat Islam dalam pemilu kali ini sama halnya

dengan partai Masjumi, dengan beberapa elit politik pendukung

pemerintah Orde baru yang berasumsi bahwa pada dasarnya Parmusi

harus mendukung pemerintah pada saat itu yakni partai Golkar untuk

memenangkan pemilu tahun 1971, dikarenakan pembentukan Parmusi ini

diberi izin oleh Pemerintahan Orde Baru.

73

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan:

Dinamika politik Islam pada periode awal Orde Baru di

Sawahlunto, Sumatera Barat tahun 1965-1971. Pada tahun 1965,

terjadinya pergolakan politik di Indonesia termasuk Sawahlunto, Sumatera

barat yakni terjadinya G30S/PKI yang melibatkan partai politik PKI dan

menjadi akhir dari Pemerintah Orde Lama dan berganti ke Pemerintahan

Orde baru. Masa ini juga disebut masa transisi Indonesia. Dan pada

periode tahun 1965-1971 ini dinamika politik Islam dihadapkan pada dua

keadaan yakni proses pembenahan tau Konsolidasi partai politik dan

persiapan persiapan menjelang pemilu tahun 1971.

Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa partai politik Islam dapat

dikatakan gagal dalam mengkonsolidasi partai politiknya, pasalnya, partai

politik Islam Masjumi tidak dapat direhabilitasi, dikarenakan tokoh tokoh

tersebut terlibat PRRI dan mendukung secara langsung Dewan Banteng.

Hal ini dilakukan oleh Masjumi dikarenakan adanya sifat dari tidak

koefisen dari Pemerintahan Pusat kala itu terhadap Pemerintahan daerah

Sumatera Barat.

74

Akan tetapi dalam konsolidasi atau pembenahan partai politik

islam membentuk Partai Islam yang baru yakni bernama Parmusi (Partai

Muslim Indonesia). Walaupun dalam pembentukan partai ini adanya

manipulasi dari Pemerintahan kala itu. Bersebrangan dengan partai politik

Islam yang lain Islam tradisonal Perti merombak habis partainya namun

tidak secara keseluruan yang terlibat dalam PKI dengan membentuk

organisasi guna menjaga kestabilan politik yaitu BKPUI ( Badan Kontak

Perjuangan Umat Islam).

Dalam menjelang pemilu tahun 1971, Perti tidak melakukan

persiapan karena pada saat itu Perti pecah menjadi Perti yang kembali

kekhitahnya yakni Tarbiyah Islamiyah dan perti yang ikut dalam

perpolitikan. Berbeda dengan Parmusi yang merupakan wujud baru dari

Masjumi melakukan konfederasi dengan partai politik Islam lainnya.

Namun pada waktu menjelang pemilu tahun 1971, Parmusi mengalami

konflik Internal yakni antara kelompok pendukung Masjumi yang

menginginkan Islam mendapatkan kembali hak haknya dengan pendukung

pemerintah yang menginginkan Parmusi menjadi pendukung Golkar

sebagai partai Nasional alat Pemerintah Orde Baru.

Dan pada pemilu tahun 1971, suara partai politik Islam pecah, dan

Islam saat itu tidak dapat menetapkan kedudukannya kembali di

Konsituate Sawahlunto. Pada DPRD nya Partai Islam hanya mendaptakan

2 kursi saja , selebihnya dikuasai Golkar.

75

B. Saran

Penulis sadar dalam penulisan skripsi ini, jauh dari kata sempurna

dan masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan ini. Oleh

karena itu bagi peneliti yang ingin meneliti tentang Dinamika Politik Islam

lainnya diharpakan dapat menyempurnakannya.

Pertama, Islam itu pada dasarnya sebuah proses, dalam menuju

pencerahan dalam kehidupan dunia dan akhirat. Politik islam itu tidak

salah akan tetapi cara nya itulah yang salah. Saran penulis dalam politik

islam ini adalah dengan tidak menjadikan Islam itu sebagai alat politik.

Kedua, berkacalah ke sejarah sejarah umat islam yang telah lalu.

Islam itu bukan hanya untuk beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Akan tetapi Islam itu juga mengatur kehidupan jadi Islam itu harus dalam

perpolitikan.

76

DAFTAR KEPUSTAKAAN

a. Al-Qur’an dan TerjemahanHidayat, Ahcmad R. et al. 2015. Al-Qur’anul Karim Tafsir Per Kata

Tajwid Kode Jakarta : al-fatih.

b. BukuAbdurrahaman, Dudung. 2012. Metodologi Penelitian Sejarah

Islam.Yogyakarta: Ombak.Asnan, Gusti. 2007. Memikirkan Ulang Regionalisme: Sumatera

Barat tahun 1950 an. Padang : Yayasan Obor Indonesia.Asoka, Andi dkk.2016. Sawahlunto Dulu, Kini, dan Esok. Padang :

LPTIK Universitas Andalas.Ali, Fakhri Bachtiar Efendi. Merambah jalan baru islam di masa

Orde Baru Bandung : MizanCribb, Robert. 2000. Pembantaian PKI di Jawa dan Bali 1965-

1966. Yogyakarta: Mata Bangsa.Daliman, A. 2018 Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: OmbakDaerah, Sekretariat. 1972. Sejarah Ringkas Pertumbuhan

KotaMadya Sawahlunto Sumatera Barat. Sawahlunto:Sekretariat Daerah

Erman , Erwina. 2012.Orang orang rantai dari Penjara ke Penjara.Yogyakarta : Ombak

Hisyam, Muhammad. 2003. Krisis Masa Kini dan Orde Baru.Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Jasmi, Hasri Chaniago & Chairul. 1998. kaharoedin Dt RangkayoBasa Gubernur di Tengah Pergolakan. Jakarta : Sinar Harapan

Jurdi Syarifudin. , 2008 Pemikiran Politik Islam Indonesia PertautanNegara, Khilafah, Masyarakat madani danDemokrasi.Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Kahin, Audrey. 2008. Dari Pemberontakan ke Integrasi, SumateraBarat dan Politik Indonesia 1926-1998. Jakarta : Yayasan OborIndonesia.

Kusumaningrum, Arin. 2019. Awal Orde Baru .Jakarta : MaragaBorneo Tarigas PT

Navis.A, A. 1996. Alam Takambang Jadi Guru. Jakarta : GrafitiNoer, Dalier. 1987. Partai islam di Pentas Nasional 1945-

1965.Jakarta : Pustaka Utama GrafitiPemkot. 1998. Sawahluto Dalam Angka Tahun 1997. Sawahlunto:

Ombak.Ramlan, Rusli. 1985. Sumatera Barat Plakat Panjangg. Jakarta :

Sinar HarapanSaputra, Yonni. 2012. Jejak de Greve dalam kenangan Sawahlunto.

Sawahlunto : OmbakSulasman. 2014. Metode Penelitian Sejarah. Bandung: Pustaka

Setia.

77

Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia. 2018. Kamus BahasaIndonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen PendidikanNasional.

valentina,Tengku Riva. 2018. Dinamika Politik Lokal diMinangkabau. Depok : Raja Grafindo Persada

Yusnadi. 2011. Figh Muslim Doktrin Sejarah dan Pemikiran.Yogyakarta : Amara Books

c. Jurnal.Mohsin, Aiyub Partai Politik dan Sistem Demokrasi di Indonsia,

Jurnal Populis Jakarta: FISIP Universitas Nasional dan UINJakarta

Putra, Okrisal Eka .Hubungan Islam dan Politik masa Orde Baru.jurnal Dakwah vol ix no 2 pdf, juli-desember 2008 di unduhpada 1 Desember 2018.

Sodiq, Ahmad Sayuti, Wasino, Ibnu Dinamika Politik PartaiNahdlatul Ulama di Semarang tahun 1952-1979. 2018. jurnalSejarah. Semarang : Universita Negeri Semarang

Yusuf ,Hasanuddin Adan. Partai Politik dalam Pespektif Islam.Jurnal dakwah. Banda aceh: Fakultas Syari’ah dan hukum UINAr-Raniry di unduh pada 5 mei 2019

Zhelbina, Shofie Rizki. Perlakuan Akuntansi dalam Aset Sejarah,Jurnal ekonomi. 2017. Bandung : Universitas PendidikanIndonesia.

d. Majalah dan Surat KabarHaluan, Hasil pemilu tahun 1955. Padang, 14 Oktober 1955Kompas, Harapan harapan kepada Parmusi. Jakarta, 20 Februari

1968Kompas, pengelompokkan Partai partai Islam dalam Konfederasi

pimpinan. Jakarta, 10 Maret 1970Majalah Pariwisata Mak itam. 2013. Sawahlunto dari masa ke masa.

Edisi ke-4Peraturan pemerintah no.44 tahun 1990KBBI online

e. SkripsiAl Kahfi. 2014 “Peran dan Perpolitikan Perti di Sumatra Barat 1928-

1970”.Skripsi.Yogyakarta : Fakultas Syari’ah dan Hukum,UIN Sunan Kalijaga.

Alvino. 2014. “Rencana Revitalisasi Lanskap Kota TuoSawahlunto,Sumatera Barat”. Skripsi. Bogor : FakultasArsitektur Lanskap, IPB.

78

Darmayanti, Resi. 2006. “Dinamika Kehidupan Seniman KudaKepang di Sawahlunto”. Skripsi. Padang : UniversitasAndalas.

Wahyuni, Rika. 2010 ”Zainar : Biografi Seorang Aktifis GerakanWanita Indonesia (Gerwani) di Sungai Sariak KabupatenPadang Pariaman Pada Tahun 1958-2008”. Skripsi . Padang :Fakultas Sastra Universitas Andalas.

f. WawancaraZulfikar (80 tahun), Tokoh masyarakat kerabat anggota cabang

partai politik Parmusi Sawahlunto tahun 1968-1971,wawancara langsung, 23 Maret 2020.

79

GLOSARIUM

Afdeeling : Departemen

Besluit : Keputusan

Burgemeente : Kota Madya

DPRD-GR : Dewan perwakilan Rakyat Daerah Gotong Royong

Gemeente : Kota

Gemeentelijk Ressort : Resort Kota

Konsepsi : Pendapat, Wawasan, Gagasan dan Rancangan

Konstituente : Lembaga negara Republik Indonesia untuk mementukUUD 1945

Lubang Suro : Lubang penggalian batu bara yang mandor bernama Suro

Natijah : Kalender Islam

Nederlandsch Indie : Hindia Belanda

Onderafdeling : Pasal atau Ayat

orang rantai : Buruh-buruh tambang batu bara

peri peri : PRRI dalam bahasa minang

Presidensial : Sistem pemerintahan yang kepala negara dipimpin olehPresiden

PRRI : Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia

Regeering Almanak : Suatu publikasi tahunan yang mengandung informasitabular pada suatu atau beberapa topik.

Residen : Penduduk

Representatif : Sesuai dengan fungsi

Staatsblad : Berita Resmi

Stadsggemeente : Berita Kota

Stadsggemeentraad : Bentuk jamak dari Stadsggemeente yang berarti BeritaKota

Tarbiyah Islamiyah : Pendidikan yang Islami.

Ulayat : Wilayah yang berdasarkan hukum Adat.

80

LAMPIRAN

Gambar 2. Peta Wilayah Sawahlunto

81

Kliping Surat Kabar/Koran

81

Kliping Surat Kabar/Koran

81

Kliping Surat Kabar/Koran

82

83

84

85

Buku

86

CURRICULUME VITAE

DATA PRIBADI

Nama Lengkap Rahmad IllahiTempat & Tanggal Lahir Batusangkar, 05 September 1997Jenis Kelamin Laki-LakiAgama IslamAlamat Sumanik, Salimpaung, Tanah DatarNama Ibu IsnaNama Ayah Lemyardi

RIWAYAT PENDIDIKAN

SDN 12 Sumanik 2004-2010SMPN 3 Salimpaung 2010-2013SMAN 1 Sungai Tarab 2013-2016IAIN Bukittinggi 2016-2020

RIWAYAT ORGANISASI

IMATAR (Ikatan MahasasiswaTanah Datar)

2017-2018

HMPS SPI 2018-2019