dap - bab 14
TRANSCRIPT
BAB 14
Lingkungan Kognitif, Bahasa, dan Literasi yang sesuai dengan
perkembangan : Untuk anak usia Prasekolah
Objektif:
Setelah menyelasaikan bab ini, siswa harus mampu:
- Mendiskusikan karakteristik Preoperational Thinking
(pemikiran preoperasional)
- Mengidentifikasi dan menjelaskan tindakan guru dalam
mendukung permainan
- Mendiskusikan apa yang dimaksud dengan literasi dini dan
alasan ketepatannya dalam lingkungan bahasa dan literasi di
taman kanak-kanak
- Meggambarkan delapan komponen lingkungan bahasa yang sesuai
- Mengidentifikasi beberapa praktek guru yang tidak sesuai
dengan perkembangan
PREOPERATIONAL THINKING (PEMIKIRAN PREOPERASIONAL)
Piaget menjelaskan fungsi pemikiran dan kognitif pada anak usia
dua sampai tujuh sebagai tahapan preoperasional, yang berarti
bahwa ini merupakan saat sebelum anak mampu membuat hubungan
logis dalam pemikiran mereka. selama tahapan ini, “ anak-anak
tidak mampu memformulasikan atau memahami konsep yang
sesungguhnya, konsep yang stabil dan dapat dipercaya, yang tidak
berkontradiksi” (Van Hoorn, Nourot, & Scales, 1998, p.222). hal
ini dikarenakan, menurut Piaget, anak usia dini berpikir dari
khusus ke khusus dari pada dengan memahami bagaimana suatu kasus
tertentu berhubungan dengan keseluruhan kasus (Piaget, 1969)
Pada kenyataanya, Piaget mengungkapkan dua sub tahapan berbeda
dalam periode preoperasional yaitu: dari usia dua sampai empat
tahun, ketika anak-anak mulai menerapkan pola prilaku yang
dikenalnya terhadap sesuatu di luar diri mereka, dan kemudian
dari usia empat sampai tujuh tahun, ketika kognisi mereka menjadi
semakin kompleks, yang memungkinkan anak – anak sedikit memahami
berbagai kemungkinan dan hubungan. Akan tetapi, pada kedua
tahapan, pemikiran preoperasional anak hanya terbatas pada hal
yang mempunyai implikasi untuk mereka yang ingin mengerti
bagaimana anak-anak ini paling baik belajarnya.
Centration
Centration merupakan kecenderungan untuk pemikir pada tahap
preoperasional untuk memfokuskan perhatian pada satu aspek dari
sebuah situasi dengan mengabaikan aspek yang lain. Maka dari itu,
konsep mereka terbatas pada penampakan atau persepsi yang
menonjol, sampai tidak punya waktu untuk pemahaman yang
sesungguhnya dengan mempertimbangkan gambaran keseluruhan; yaitu,
mereka kebingungan mengenai beberapa aspek penampilan dengan
kenyataan. Dalam penelitian klasik Piaget mengenai konservasi,
anak-anak prasekolah tidak dapat memahami bahwa jumlah air tidak
berkurang ketika dituangkan dari wadah yang pendek dan lebar ke
dalam wadah yang lebih tinggi dan ramping dimana garis air
terlihat lebih tinggi, bahkan ketika mereka telah menyaksikan
penuangan dari wadah pertama ke wadah kedua.
Kemapuan untuk berkonsentrasi ini diperlukan untuk bisa fokus
terhadap detail, sambil berpikir secara keseluruhan. Hal ini
merupakan kecakapan yang diperlukan dalam belajar membaca, untuk
memahami setiap huruf sebagai bagian dari sebuah kata. Operasi
matematika memerlukan pemahaman mengenai transformasi, yang sulit
untuk pemikiran preoperasional. Jadi, karakteristik mental dari
centration menyatakan bahwa pembelajaran membaca dan matematika
di masa prasekolah sebagaimana dilakukan beberapa pendidik, tidak
tepat.
Egosentrisme
Egosentrisme adalah bagian dari ketidakmampuan untuk memusatkan
pada lebih dari satu aspek dari suatu situasi pada waktu yang
bersamaan, menurut Piaget. Jadi, egosentrisme menyebabkan anak-
anak prasekolah menginterpretasikan setiap kejadian berdasarkan
diri mereka sendiri dan membuat mereka tidak mungkin untuk
memahami pendapat ataupun perasaan orang lain. Egosentrisme
mengarahkan anak-anak prasekolah untuk mempercayai animisme,
mengasumsikan bahwa semua objek mempunyai karakteristik yang
mirip dengan apa yang telah mereka alami. Egosentrisme sangat
sesuai dengan perkembangan anak-anak prasekolah. Dengan melalui
berbagai pengalaman dan pertemuan dengan orang-orang dan objek
yang membuat anak-anak prasekolah secara perlahan menjadi lebih
berkonsentrasi yaitu untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas
mengenai dunia mereka
Keterbalikan
Keterbalikan adalah batasan lain dari pemikiran preoperasional.
Anak-anak prasekolah tidak bisa membalik pikiran mereka untuk
merekonstruksi secara mental tindakan yang telah mereka lakukan.
Ketidakmampuan ini juga berkontribusi terhadap sentrasi; mereka
hanya bisa fokus pada tahap awal atau terakhir saja, tanpa
memahami apa yang terjadi diantaranya. Anak yang mengatakan ada
lebih banyak cairan di dalam gelas yang tinggi dan ramping
dibandingkan dengan yang adal di dalam gelas yang pendek dan
lebar, bahkan setelah dia melihat cairan tersebut dituangkan dari
satu gelas ke gelas yang lain, memperlihatkan konsep
keterbalikan.
Kekonkritan
Kekonkritan merupakan karakteristik pemikiran preoperasional yang
lain. Anak usia dini bisa memahami objek nyata, situasi, dan
peristiwa yang mereka alami sendiri, tetapi mempunyai kesulitan
dengan ide abstrak, sesuatu yang diluar pengetahuan mereka, hal-
hal yang hanya mereka dengar dengan melalui penjelasan kata-kata
saja. Karakteristik ini juga mengikat mereka dengan interpretasi
harfiah dari kata-kata dan frase. Kebanyakan pembelajaran
akademis berhubungan dengan abstraksi; angka 5 adalah sebuah
abstraksi sampai si anak mempunyai pengalaman langsung dengan 5
untuk merubah konsep menjadi kenyataan.
Cara Berfikir yang Salah
Cara Berfikir pada anak-anak prasekolah menjadi salah ketika
dibandingkan dengan cara berpikiran anak yang lebih tua. Hal ini
dikarenakan kecenderungan untuk berpikir dari khusus ke khusus,
seperti pada, “ anjing tetangga menggonggong dan melompat padaku,
maka semua anjing menggonggong dan melompat padaku.” Mereka juga
mengasumsikan sebab dan akibat diantara kejadian-kejadian sangat
berhubungan atau membuat hubungan antara hal-hal yang sebenarnya
tidak benar. Misalnya “aku menjadi sakit karena aku pergi ke
rumah nenek”
Pemikiran Simbolis
Pemikiran Simbolis, atau kemampuan untuk merepresentasikan objek,
kejadian, dan tindakan secara mental, meningkat secara luar biasa
selama periode prasekolah. Kemampuan ini bisa terlihat dalam
penggunaan bahasa yang meningkat yang memungkinkan anak-anak
prasekolah berpikir kedepan, menyelasaikan masalah, dan
mengharapkan konsekuensi, tanpa harus mengaitkan kegiatan-
kegiatan ini dengan tindakan mereka. jadi kegiatan mereka menjadi
lebih bertujuan dan berorientasi pada tujuan. Pemikiran simbolis
juga merupakan bukti dalam peningkatan permainan yang kompleks.
Memahami kelebihan dan keterbatasan dari pemikiran
preoperasional memiliki implikasi untuk menyesuaikan gaya belajar
dan kemampuan untuk mereka yang merancang kurikulum untuk anak-
anak prasekolah. Dikarenakan kemampuan bahasa mereka (dan
keinginan untuk menyenangkan orang dewasa), anak-anak prasekolah
bisa diajarkan untuk mengulang banyak kata-kata konseptual yang
dirasa perlu diajarkan oleh orang dewasa. Banyak anak usia empat
tahun bisa menghitung dengan cepat sampai 10 atau 20, tapi mereka
tidak bisa ketika disuruh untuk mengambil 10 buah serbet atau
menunjukan objek yang berjumlah 10. Kenapa seperti ini? Menurut
Piaget, anak-anak aktif membuat pemahaman mereka sendiri mengenai
dunia sekitar mereka. Mereka tidak bisa mendapatkan pengetahuan
hanya dengan diberikan informasi dengan menghafalnya atau dengan
meniru orang lain, tetapi mereka membawa apa yang sudah mereka
ketahui pada setiap situasi pembelajaran yang baru untuk mencoba
memahami informasi baru tersebut. Mereka mengasimilasi informasi
dan mengorganisir informasi tersebut sehingga bisa dihubungkan
dengan informasi yang telah mereka ketahui sebelumnya
(akomodasi). Ketika mereka memanipulasi, mengalami, melakukan,
berinteraksi, mengamati, bermain dan menyelesaikan masalah,
mereka bergerak menuju pemahaman sebenarnya dari sebuah konsep
dasar. “Pengetahuan memerlukan tindakan spontan, yang berbentuk :
kegiatan yang digagas sendiri oleh pengalaman seseorang untuk
memahaminya (mengasmiliasi),(Jones & Reynolds, 1992). Setelah
anak usia dini mendapatkan pengalaman yang cukup bermakna untuk
memahami konsep “ke-sepuluhan” atau konsep apapun yang diajarkan
orang dewasa pada mereka. dan mereka benar-benar memahami, karena
mereka telah membangun pengetahuan mereka yang sebenarnya dari
pada belajar dengan mengahafalakn abstraksi orang lain.
Konstruktivisme
Teori Konstruktivisme ini berkaitan erat dengan kurikulum yang
sesuai dengan perkembangan. Teori Konstruktivisme ini mengarah
pada ide-ide Piaget, Vygotsky dan teori sosiokultural
konstruktivisnya, dan peniliti kognitif yang mengikuti: bahwa
kecerdasan dan pemahaman diciptakan secara aktif, atau dibangun,
oleh individu melalui interaksi dengan elemen-elemen lingkungan.
“ pandangan konstruktivis dalam kognisi ini menekankan pada
kebutuhan anak terhadap objek, interaksi dengan orang lain, dan
berfikir serta bercermin pada pengalaman mereka”. (Bredekamp &
Copple, 1997, p.110). maka, pandangan ini memaksa para pendidik
untuk mempertanyakan metode tradisional mengajar dengan
memberitahu. Orang dewasa bisa mengajarkan dan anak-anak
prasekolah bisa mengulangnya tetapi pembelajarannya tetap dangkal
bukan sebuah bagian dari realitas kognitif yang dibangun anak-
anak.
Jika membangun kecerdasan diibaratkan sebagai membangun
menara balok, dasar yang kuat adalah informasi yang diambil
selama masa bayi dan masa toddler dan berlajut pada masa
prasekolah. Bagian selanjutnya terdiri atas balok-balok yang
ditambahkan selama masa preoperasional, ketika anak-anak bermain
menuju pemahaman mengenai bagaimana informasi tersebut berkaitan
satu sama lain. Setelah konsep dasar ini terbentuk, bangunannya
bisa dilanjutkan menuju pembelajaran kecakapan akademis yang
memerlukan pondasi pemahaman konseptual. Menara tersebut berdiri
dengan kuat. Akan tetapi, jika terburu-buru mengarahkan anak
kepada tugas-tugas intelektual yang bermakna dan bisa diukur
untuk orang dewasa, balok preoperasionalnya ditambahkan secara
cepat dan seadanya atau dibiarkan begitu saja, menara tersebut
akan runtuh dikarenakan kurangnya tiang pondasi.
Pemahaman mengenai karakteristik pemikiran preoperasional
dalam mendefinisikan kurikulum yang sesuai dengan perkembangan
mengarah pada penemuan sebuah media untuk anak-anak untuk bisa
membangun kecerdasan mereka secara aktif. Media tersebut adalah
bermain.
Melalui bermain, anak-anak secara aktif menciptakan kembali
pengalaman dan pemahaman mereka mengenai dunia, membentuk dan
menghubungkan konsep mereka sendiri.
Dalam tahap ini (masa prasekolah) anak pertama kali menjadirepresentasi dari sebuah pengalaman dari ada seorang pelakupengalaman tersebut. Kumpulan dan pemikiran manusiadibangun diatas pencapaian terhadap representasi , yangmemungkinkan untuk melihat ke depan maupun ke belakang.,dari pada secara sederhana hidup pada saat itu. Eksplorasibatita adalah mengalami langsung bukan representasi. Tetapisandiwara dramatis dari anak usia empat dan lima tahunmerupakan representasi yang meningkat secara luar biasadari baik itu pengalaman nyata dan imajinasi. (Jones &Reynolds, 1992, p.4)
Tujuan dari kelas prasekolah yang sesuai dengan perkembangan
adalah untuk memungkinkan kesempatan anak-anak untuk membangun
dan merepresentasikan pemahaman mereka secara lisan dan melalui
tindakan dengan mendapatkan pengalaman, materi, dan dukungan
untuk pembelajaran kognitif aktif mereka melalui bermain.
PERAN GURU DALAM MENYEDIAKAN PERMAINAN
Walaupun kriteria untuk permainan dipilih secara spontan dan
bebas, guru tetap memiliki peran khusus dalam mendukung
permainan. Struktur yang diputuskan guru menyediakan lingkungan
belajar sambil bermain yang optimal untuk anak tertentu dan pada
waktu tertentu. banyak peran guru dimainkan di belakang layar,
mengatur sebuah panggung untuk titik awal sandiwara dan mengatur
ulang nya sebagaimana sandiwara tersebut berkembang. Bebrapa
peran lebih melibatkan interaksi langsung, walaupun bahkan
kemudia gambaran tradisional mengenai guru sebagai pemberi
informasi diganti oleh guru sebagai fasilitator, scaffolding, dan
pembimbing. Peran yang akan kita bahas meliputi pencipta
lingkungan, pengamat dan perekam, perencana, scaffolding, model,
penanya, dan penjawab.
Pencipta Lingkungan
Suatu kelas yang sesuai dengan perkembangan untuk anak-anak
prasekolah menemukan bahwa banyak hari-hari mereka yang harus
dihabiskan dalam masa bermain yang tidak terganggu. Maka,
lingkungannya disusun kedalam area yang berbeda dimana anak-ana
bisa memilih materi, kegiatan, dan teman bermain mereka.
pendekatan yang berpusat pada pembelajaran (learning-center) -,
atau minat-, mendukung permainan aktif karena menyediakan:
- Pilihan: ruang bermain terpisah dalam jumlah yang cukup
tersedia dalam ruangan sehingga setiap anak mempunyai
pilihan beberapa permainan
- Gerakan yang bebas: kebutuhan untuk menjadi aktif diterima
dengan berbagai pilihan dan gaya dari permainan yang
tersedia. Anak-anak memutuskan kapan mereka akan pindah ke
kegiatan yang lain
- Jarak perbedaan perkembangan: dengan berbagai materi yang
tersedia pada setiap pusat, anak-anak dengan minat dan
perhatian yang berbeda dapat terakomodir dalam suatu
persiapan yang berpusat pada pembelajaran (Learning-Center
Arrangement)
- Memfasilitasi Permainan: karena anak-anak berpereran dominan
dalam permainan dalam pusat pembelajaran, guru bebas dari
tugas instruksional. Mereka kemudian dapat bergerak diantara
siswa di dalam permainan, secara efektif memperkuat
pembelajaran yang mereka amati atau memperluas dan
menstimulasi penemuan-penemuan yang berdasarkan individu
Sejauh ini, poin-poin diatas menunjukan sedikit perbedaan dengan
alasan untuk menciptakan area aktif untuk kelas toddler. Karena
anak-anak prasekolah sekarang siap untuk permainan simbolis dan
sosiodramtis yang sesungguhnya, akan tetapi, pusat minta mereka
memungkinkan pembelajaran tambahan yang lebih kompleks seperti:
Cooperative Learning (pembelajraan cooperative): kebanyakan
pusat pembelajaran menyediakan ruang untuk beberapa anak-
anak prasekolah untuk bermain bersama, membantu perkembangan
bahasa, interaksi, dan kecakapan sosial. Arransemen
lingkungan yang dirancang dengan hati-hati akan menciptakan
kesempatan untuk bekerja sama dan juga meningkatkan
pemahaman melalui interaksi dengan orang lain yang mungkin
mempunyai pengalaman dan pembelajaran yang lebih banyak.
Guru memberikan kesempatan untuk anak yang lebih
berpengalaman dan kurang berpengalaman untuk bermain
bersama.
Insiatif : anak-anak merupakan agen aktif dalam rancangan
Learning-Center. Mereka didorong untuk merencanakan dan
menggagas kegiatan mereka sendiri, tidak hanya untuk
mengikuti instruksi orang dewasa secara pasif. Ketika materi
disusun pada teman yang terprediksi, anak-anak bisa
mnegikutinya melalui ide-ide yang dinamis dan berkembang.
Inti dari sebuah kelas untuk anak-anak prasekolah harus memasukan
seni/konstruksi kreatif, balok, permainan rumah-rumahan,
matematika, sains, seni bahasa (membaca dan menulis), computer,
dan musik. Tergantung pada ruangan dan orang dewasa yang
tersedia, pusat lain mungkin bisa saja tersedia seperti memasak,
pasir, air, atau eksplorasi sensoris yang lain.
Materi termasuk, tapi tidak terbatas pada, balok dan bahankonstruksi yang lain, buku dan bahan bahasa-seni yang lain,tema-tema dan peralatan permainan yang dramatis, pasir danair serta alat ukur, dan peralatan untuk kegiatan sainssederhana. (Bredekamp & Copple, p.126)
Dengan semua materi-materi ini, tujuannya adalah agar anak-anak
mengeksplorasi, menemukan, merepresentasi, dan menjelaskan
memahaman mereka mengenai dunia.
Keputusan- keputusan yang diambil oleh guru mengenai
penempatan pusat secara fisik; mengenai jenis, jumlah, dan
tahapan perkembangan dari materi yang tersedia; dan mengenai
jadwal mengenai blok waktu untuk bermain yang penting dalam
menciptakan lingkungan yang kaya yang membantu anak untuk memulai
dan tetap fokus pada permainan. Guru tetap memperhatikan
kebutuhan anak, kemampuan, dan minat bermain, dan membuat
perubahan responsive dalam lingkungan. Ketika ada anak-anak cacat
ataupun berkebutuhan khusus, guru secara terus menurus merubah
ruangan dan menyesuaikannya dengan kebutuhan semua anak.
perubahan dalam ruangan ataupun materi seperti ini akan
memungkinkan semua anak untuk bermain dan mengeksplor bersama,
tidak peduli apapun kebutuhan khusus mereka.
Peran penting guru sehubungan dengan lingkungan adalah untuk
menjelaskan berbagai pilihan permainan kepada siswa. ketika siswa
bermain, mereka mengacaukan perintah guru, merubahnya kedalam
konsepsi mereka sendiri. Guru menganggap hal ini sebagai bagian
yang tak terhindarkan dari sebuah permainan, dan kemudia membuat
kembali pilihan permainan tersebut.
Mungkin bahan inti dari suatu lingkungan yang mendukung
permainan adalah sikap orang dewasa. Ketika orang dewasa
menyampaikan rasa hormat mereka terhadap permainan, mereka
mendorong kegiatan anak-anak yang bermakna, anak-anak sangat
rentan terhadap pendapat dan sikap orang dewasa.
Rasa hormat orang dewasa terhadap permainan ditunjukan
dengan cara:
Menunjukan kesenangan dan minat yang jelas dalam mengamati
anak-anak dalam permainan
Menunjukan kelucuan mereka dalam berinteraksi dengan anak-
anak
Sekali-kali menerima undangan anak untuk bermain dan
mengikuti kepimpinan mereka
Memperkaya permainan mereka dengan menyediakan materi yang
sesuai
Mendorong anak untuk berbicara mengenai permainan mereka
Merekam contoh permainan mereka sebagai bahan diskusi dan
refleksi selanjutnya
Mengambil gambar anak-anak ketika bermain untuk mengabadikan
moment special
Memamerkan dan menginterpretasikan pemainan mereka kepada
orang tua dan yang lain
Kegiatan yang tidak mendukung permainan anak-anak antara
lain:
Mengawasi permainan dengan acuh
Hanya datang mendekat ketika intervensi dirasa perlu
Menyediakan waktu yang terbatas untuk bermain dan mengganggu
dengan seenaknya ketika orang dewasa ingin melakukan sesuatu
atau mengajar ( “ simpan baloknya, saatnya belajar”)
Menawarkan lingkungan yang kacau dan tidak menarik, dengan
permainan dan mainan yang rusak atau tidak dirubah dalam
waktu yang lama.
Menyibukan diri mereka dengan pekerjaan rumah tangga ataupun
persiapan materi untuk mengajar ketika waktu bermain anak
Membicarakan permainan dengan cara yang mengecilkan
kepentingannya, dan mencoba untuk mengesankan orang tua
dengan pembelajaran yang “sebenarnya” . (kami tidak
mengahbiskan banyak waktu hanya untuk bermain, kami telah
membuat rencana pembelajaran dan mengikuti kurikulum
tertentu”)
Pengamat dan Perekam
Bagi guru untuk memahami bagaiman cara terbaik mendukung
permainan anak, mereka harus menjadi pengamat anak-anak yang
cerdas. Guru telah mempelajari karakteristik perkembangan umum
dari setiap kelompok usia yang mereka kerjakan. Bagaimanapun,
tingkat perkembangan individual dan kebutuhan, minat, gaya
belajar, dan pilihan tertentu dari setiap anak dalam kelompok
hanya bisa dipelajari oleh pengamatan yang teliti oleh guru.
Ketika seorang anak ada dalam perhatian anda, anda harusbersikap seolah-olah anda mengetahui siapa dia dalam kondisiapapun. Bahayanya adalah anda bisa menganggap bahwa andabenar-benar mempunyai pengathuan itu. Anda bisa mengurangibahaya ini dengan sering mengamati dan merekam prilaku anak,apakah cocok atau tidak tidak prekonsepsi anda. (Clemen,1983, p.100)Mengamati anak-anak yang sedang bermain memungkinkan guru
untuk berlatih mengambil perspektif anak dan untuk bertanya pada
diri mereka pertanyaan kunci. Apa yang terjadi terhadap anak
ketika bermain?; apa agenda si anak?; apakah si anak mempunyai
kecakapan dan materi yang diperlukan untuk mencapai maksudnya?.
Mengamati merupakan satu-satunya cara untuk membuat
keputusan yang tepat mengenai kurikulum dan materi berdasarkan
pada apa yang diketahui mengenai minat khusus setiap anak dan
juga progress perkembangannya, tujuan yang menjadi fokus guru.
Maka dari itu, mengamati merupakan kegiatan siklis; guru
mengamati permainan anak untuk menilai kebutuhan individu,
kekuatan, dan minat. Kemudian mereka menyediakan materi dan
kegiatan yang mereka rasa akan merubah dan mendukung permaianan
anak. Pengamatan mengenai permainan berikutnya membantu guru
untuk terus merencanakan tahapan berikutnya untuk kurikulum.
Mengamati itu mungkin dikarenakan oleh pendekatan yang
berpusat pada pembelajaran (learning-center approach) terhadap
pembelajaran di kelas. Guru bebas mengambil waktu khusus untuk
mengamati dan merekam informasi karena anak-anak menggagas
pembelajaran mereka sendiri. Guru yang menyadari pentingnya
mengamati untuk merencanakan pengalaman yang sesuai dengan
individu menjadikan pengamatan sebuah prioritas, bukan hanya
sesuatu yang mereka “tidak pernah punya waktu untuk itu”.
Guru harus mengembangkan kecakapan untuk mengamati dan
merekam informasi dalam bentuk yang bisa digunakan . yaitu dengan
cara:
Strategi untuk mendukung pengamatan, seperti merancang
waktu, menyimpan pensil dan kertas dekat, dan menggunakan
daftar nama untuk memastikan tidak ada anak atau aspek
perkembangan yang terabaikan
Mengatur tujuan tertentu dan menentukan tugas-tugas untuk
pengamatan, seperti membuat catatan mengenai tiga anak
setiap waktu bermain atau mengamati cara anak yang berbeda
dalam mengeksplor aktifitas air dan gelembung. Mereka
mengetahui hal ini akan membantu mereka tetap fokus dalam
mengamati
Merekam objektif, fakta-fakta yang bukan pendapat,
berkonsentrasi pada menjelaskan apa yang terjadi dan apa
yang dikatakan dan dikomunikasikan secara non-verbal, tanpa
menggunakan kata-kata yang menunjukan opini subjektif.
Praktek ini memberika deskripsi dan fakta yang cukup yang
bisa guru kembalikan menjadi dokumentasi tertulis, tanpa
kehilangan insiden tersebut dalam ingatan mereka
Memasukan informasi yang relevan, seperti tanggal, waktu,
dan tempat pengamatan, dan anak lain yang terlibat. hal ini
memungkinkan guru menyusun rekamannya dalam buku catatan
atau kotak file dan untuk menyediakan informasi selama
bertahun-tahun sebagaimana anak berubah dan berkembang.
Mengamati tanpa rekaman yang benar itu kurang bermanfaat.
Menggunakan pengamatan mereka untuk membuat penilaian
sementara dan memformulasikan tujuan dan rencana untuk
setiap anak. guru akan membaca kembali melalui pengamatan
sebelumnya untuk mencari pertumbuhan dan pola dan untuk
memastikan bahwa semua anak tercatat.
Pengamatan yang direkam dengan hati-hati berharga untuk
alasan-alasan diluar perencanaan kurikulum yang tepat dan menilai
peermainan anak. karena guru fokus dalam memperhatikan semua
anak, tidak hanya aspek-aspek yang menganggu tetapi juga
kekuatannya dan belajar untuk lebih mengapresiasi anak-anak. Pola
prilaku yang diobservasi bisa membantu anak-anak yang memerlukan
penilaian dan bantuan khusus. Pengamatan juga bermanfaat untuk
membagi informasi dengan orang tua dan anggota staf yang lain.
Pengamatan harus membentuk dasar keputusan yang dibagi antara
orang tua dan guru mengenai langkah berikutnya yang tepat untuk
anak-anak. pengamatan yang sedang berlangsung adalah metode yang
jauh lebih akurat dalam menilai tingkat perkembangan anak-anak
dibanding tes apapun. Mengamati kemajuan dan pencapaian anak-anak
membantu mengevaluasi keefektifan program dan membantu guru dalam
menentukan tujuan professional untuk mereka sendiri.
Secara umum, mengamati dan merekam sepertinya merupakan
salah satu peran guru yang paling diabaikan. Ketika guru
mengambil peran yang sentral dan dominan di dalam kelas, secara
alamiah mereka tidak mempunyai waktu luang yang cukup untuk
kegiatan seperti itu. Setelah guru belajar untuk mengadopsi peran
yang lebih mendukung terhadap permainan yang digagas sendiri oleh
anak-anak, waktu untuk mengamati dan merekam menjadi tersedia.
Melalui pengamatan-pengamatan ini, guru belajar bagaimana
berinteraksi dengan cara yang lebih tepat untuk mendukung
permainan produktif.
Perencana
Pada bab 3, kita telah membahasa tanggung jawab - tanggung jawab
guru dalam perencanaan kurikulum dalam pengalaman belajar yang
sesuai dengan perkembangan. Permainan spontan anak-anak
prasekolah dan perencanaan guru berjalan bersamaan., walaupun
konsepnya terdengar berlawanan. Dalam konteks ini, perencanaan
datang dari pengamatan guru dalam konteks lingkungan belajar
mereka dan keterlibatan mereka dan fasilitasi permainan anak-
anak. dalam usaha mereka untuk mendukung langkah anak berikutnya,
guru merencanakan materi dan pengalaman yang dirancang untuk
mulai ketika anak siap untuk mengambilnya pada arah pembelajaran
dan minat berikutnya. Perencanaan guru tidak hanya didasarkan
pada objektif yang telah ditetapkan mengenai “apa yang akan anak
pelajari”, tetapi pada pemahaman terhadap tujuan yang luas untuk
anak-anak prasekolah, mengetahui anak-anak akan menemukan
kurikulum mereka sendiri dalam konteks yang ditawarkan.
Dari – ke Kemajuan dalam tujuhbelas area yang terhubung dengan pembelajaran dini
Dari merasakan ke penyortiran ke penyimbolan Dari spontan ke terkontrol, terkoordinasi, terarah sendiri, dan
gerakan imitative Dari ocehan ke bahasa Dari menebak symbol grafis ke membaca
Bagaimana kita membuat kurikulum memainkan peran penting
dalam menjawab pertanyaan : apa yang bisa dan harus dipelajari
anak usia dini? Catherine Landreth, dalam sebuah buku klasik
mengenai belajar dan pembelajaran prasekolah, menekankan 17
urutan yang berbeda dalam pembelajaran dalam “dari-ke kemajuan”,
bersamaan dengan materi, kegiatan minat, daftar cek pembelajaran
untuk setiap area pembelajaran (Landreth, 1972) (lihat gambar
diatas).
Daftar diatas menjelaskan bahwa guru membantu anak-anak
untuk bergerak dari tingkat pemahaman dan tindakan sederhana ke
tingkatan yang lebih kompleks dan dari cara yang umum ke yang
lebih khusus. Rangkaian kesatuan perkembangan yang merupakan
bagian dari tujuan dan objektif yang dikembangkan dalam Kurikulum
Dari – ke Kemajuan dalam tujuhbelas area yang terhubung dengan pembelajaran dini
Dari merasakan ke penyortiran ke penyimbolan Dari spontan ke terkontrol, terkoordinasi, terarah sendiri, dan
gerakan imitative Dari ocehan ke bahasa Dari menebak symbol grafis ke membaca
Kreatif (2002) menawarkan pedoman untuk kemajuan khusus dalam
domain perkembangan yang bermacam-macam, mencatat tiga tingkatan
prilaku yang mengindikasikan pertumbuhan dan pembelajaran dalam
50 area spesifik. High Scope menawarkan 10 kategori pengalaman
kunci yang memasukan penggunaan materi sensoris dan manipulative
untuk representasi, penggunaan bahasa, insiasi dan hubungan
sosial, kesempatan untuk klasifikasi dan pen-seri-an, kesempatan
untuk mengeksplor sejumlah hubungan konsep dan spasial, dan
pemahaman waktu. Semua pedoman ini membantu guru membuat
keputusan perencanaan mereka.
Apa yang diperlukan anak-anak adalah pengetahuna mengenai
dunia yang mengelilingi mereka pada konteks geografis dan budaya
tertentu yang tinggal dalam keluarga tertentu yang mempunyai
pemikiran tertentu mengenai apa yang penting untuk anak mereka.
pemahaman yang luas dan individual seperti itu membantu guru
merencanakan pengalaman kelas yang sesuai untuk anak-anak
prasekolah.
Cara berfikir guru mengenai kurikulum mempengaruhi jenis
perencanaan yang mereka lakukan. Sebuah konstruksi yang
bermanfaat ditemukan di model kurikulum Scoy (1995), yang
menyediakan empat E, yaitu : Pengalaman (Experience),
Perpanjangan (Extension), Ekspresi (Expression), dan Evaluasi
(Evaluation). Perencanaan tersebut mempertimbangkn kebutuhan akan
pengalaman pembelajaran aktif yang sesungguhnya; untuk kegiatan
yang mengijinkan anak-anak untuk mengunjungi kembali dan
membangun kembali pemahaman mereka; untuk kesempatan anak-anak
untuk mengkomunikasikan pembelajaran mereka sebisa mereka; dan
untuk guru untuk mempertimbangkan lemajuan yang dibuat dan
langkah selanjutnya untuk direncanakan.
Peringatan yang paling penting untuk perencanaan guru untuk
anak-anak prasekolah adalah untuk tidak menjadi terlalu asyik
dengan rencana dan ide mereka sendiri segingga mereka tidak bisa
memperhatikan respon anak-anak. perencanaan yang baik harus
memungkinkan titik awal permainan anak yang telah dipikirkan
dengan matang; pengajaran yang baik berarti memodifikasi atau
bahkan membuang rencana sementara guru terus mengamati permainan
anak. perencanaan yang baik menuntuk guru untuk berdiri di
belakang dan bertanyaapa yang telah mereka temukan karena mereka
telah menyaksikan interaksi anak-anak dengan banyak materi dan
kegiatan. Pertimbangan bijakasana ini mengarah pada perencaan
berikutnya. “ melalui proses ini kurikulum terus bermunculan dan
guru, bersama dengan anak-anak terus belajar”. (Jones & Reynolds,
1992,p. 105).
Scaffolder
Karena guru memahami kompleksitas permainan anak-anak dan
partisipasi di kelas, mereka menyadari bahwa anak-anak mempunya
kecakapan dan tingkat kemampuan yang berbeda dalam permainan
mereka. pengalaman hidup, kemampuan dalam berkomunikasi,
kemudahan sosial, perbedaan budaya, dan kompetensi intelektual
membentuk variasi yang luas. Pemahaman orang dewasa mengenai
prilaku “Scaffolding” yang bisa memfasilitasi permainan itu
penting dalam membantu mereka menemukan cara dan waktu untuk
terlibat dalam permainan yang memungkinkan anak-anak untuk
mencapai tingkatan kompetensi baru sebagai pemain. Karena
intervensi orang dewasa kadang bisa menganggu permainan,
kesempatan belajar yang berharga bisa hilang apabila orang dewasa
tidak belajar untuk bermain dengan benar dengan anak dan untuk
berpartisipasi dalam cara yang seharusnya, dari pada mengontrol
atau mengganggu permainan.
Apa saja alasan orang dewasa berpartisipasi dalam permainan
anak-anak? salah satu alasan adalah untuk meningkatakan
keterlibatan anak dengan temannya atau dengan materi permainan.
Orang dewasa bisa membantu anak meningkatkan kecakapan sosial
mereka dan juga kemampuan bermain dengan dukungan dari kehadiran
mereka dan dengan mendemonstrasikan dan membimbing anak-anak ke
tingkatan permainan yang baru (Smilansky, 1968).
Waktu lain untuk memasuki permainan adalah ketika permainan
menunjukan tanda mulai berhenti. Guru bisa berperan untuk
memperkenalkan ide atau materi baru, membantu anak
mengklarifikasi atau menyusun pemikiran mereka, atau merubah
mood.
Alasan lain adalah untuk membimbing permainan ke tingkat
yang lebih kompleks, yang menghasilkan perkembangan sosial dan
kognitif yang lebih besar. Ketika guru melihat permainannya mulai
“mentok”, komentar atau pertanyaan orang dewasa bisa memperkaya
permainan tersebut. Ketika guru mengamati permainan secara dekat,
mereka menemukan “teachable moment (moment untuk mengajar)” yang
tepat yang bisa mengembangkan pemikiran dan komunikasi.
Alasan lain dewasa bermain dengan anak-anak adalah untuk
menerima undangan mereka, setidaknya beberapa saat. Bermain
dengan anak-anak adalah cara lain untuk meningkatkan hubungan
orang dewasa dengan anak-anak dan membuat kontak personal. Guru
sering mempelajari anak-anak ketika mereka mununjukan diri mereka
melalui permainan “memutuskan apakah harus berpartisipasi dalam
permainan anak atau tidak memerlukan pemikiran mengenai kebutuhan
anak akan tantangan, kecakapan mereka dalam mendukung permainan,
dan gaya mengajar yang dipilih seseorang” (Jones & Reynold, 1992,
p.35).
Ketika ada beberapa alasan untuk memasuki permainan, ada
juga saatnya ketika intervensi guru bisa berbahaya. Ketika anak-
anak bermain dengan cara yang terorganisir, bijak, dan kooperatif
dengan teman-teman mereka, sepertinya guru tidak perlu terlibat -
bahkan jika mereka melihat kesempatan emas untuk mengajarkan
konsep kognitif. Ketika jelas bahwa anak menjadi terlalu
tergantung pada kehadiran orang dewasa untuk mendukung permainan
mereka, sebagaimana ketika permainan berhenti ketika orang dewasa
pergi, orang dewasa tersebut bisa jadi memiliki peran yang
terlalu dominan. Terkadang anak-anak menunjukan dengan jelas
ketika orang dewasa menjadi kehadiran yang tidak diharapkan.
Elizabeth Jones menceritakan sebuah cerita dari seorang guru yang
“terlalu memfasilitasi” episode permainan toko kelontong, terlalu
sering menggangu dengan pertanyaan seperti “dari mana kamu
mendapatkan semua makanan yang kamu jual di tokomu? Dan “ apakah
kamu akan memberikan harga lebih pada telur atau susu?” dan
akhirnya si penjaga toko bertanya “ apakah kamu bisa pergi
membantu permainan orang lain saja?” guru harus berhati-hati
terhadap keterlibatan yang tidak perlu seperti ini dalam
permainan. “ketika dalam keraguan, percayalah pada permainan. Ini
adalah kurikulum anak-anak. permainan yang kacau atau mempunyai
kemungkinan kekacauan bisa jadi memerlukan pem-fokusan ulang.,
tapi permainan yang terfokus dan kompleks tidak memerlukan
intervensi.” (Jones & Reynolds, 1992, p.55).
Menjadi seorang fasilitator atau scaffolder bergantung pada
sensitifitas guru terhadapa waktu ketika intervensi mereka dalam
permainan memperluas dan mendukung permainan dan waktu lain
ketika partisipasi mereka akan mengganggu. Strategi yang
digunakan akan tergantung pada sensitifitas mereka terhadap
situasi permainan dan penilaian mereka mengenai berapa banyak
dukungan yang diperlukan pada waktu tertentu. strategi umum
termasuk teknik mencontohkan model permainan, menanyakan, dan
merespon komentar dan minat anak-anak.
Model
Guru sebagai model mengambil peran sebagai pemain. Walaupun
permainan anak-anak itu digagas oleh mereka sendiri, guru
terkadang memasuki permainan. Tujuannya adalah untuk mendukung
permainan dengan cerdas mengenalkan ide-ide dan informasi.
Informasi ini tidak diberikan dengan memberitahu, tetapi dengan
menunjukan, modeling, dan membicarakan. Guru seringkali memainkan
peran dengan model anak-anak prasekolah atau mereka yang kurang
berpengalaman dalam permainan. Ketika anak-anak kekurangan ide,
guru bisa memperkaya pemikiran mereka.
Guru: (memasuki area rumah-rumahan) selamat pagi, aku sedanglewat dan penasaran jika kamu ada di rumah jadi akuberkunjung? (Katie dan Rachel sedang berpura-pura memasak pada saat ini)
Katie : ya, silahkan duduk disiniGuru : terima kasih. Apakah sudah hampir waktu makan siang?Rachel : (membawa sebuah makanan dan memberikan pada guru) iya,ini makan siang muGuru: oh, keliahatannya enak, apa yang telah kau masak untuku?(pura-pura makan)Katie : itu PizzaRachel : dengan JamurGuru : mmm, apa kalian mau makan juga?
(kedua anak duduk)Guru : (setelah satu atau dua menit) apakah gadis kecilmu inginpizza juga?
(menunjuk ke boneka bayi)
Ketika adegan makan siang terjadi, sang guru pergi, berjanji
untuk datang lagi. Ketika dia pergi, anak-anak sibuk menyuapi
beberapa bayi dan mengobrol bersama. guru bisa jadi bukan hanya
menjadi model untuk anak-anak, mereka model dengan pemain muda.
Guru yang sama kemudian melihat Pia mengamati area permainan
rumah-rumahan. Dia mendekati Pia dan bertanya apakah Pia mau
mengantarnya karena dia akan mengantarkan sebuah paker kepada
pemilik rumah.
Guru : ayo ketuk pintu dan bilang kalau ada pengantar paketmempunyai sebuah paket untuk merekaPia : okay, (dia memberikan paketnya pada Pia)
Guru : sekarang, ketuklah dengan keras dan bilang paketnya disiniPia : (mengetuk dan berkata) ini paket anda
(ada anak yang mengambil paketnya dari Pia)Pia : aku sudah mendapatkan yang lain, aku akan mengambilnya
Dengan melibatkan diri, guru dapat membantu anak-anak memahami
peran dan kemungkinan strategi untuk bermain. Mereka juga bisa
mendukung permainan dengan merespon ide-ide anak.
Katie : Hey,Tom, sini lihat kami sudah berdandanGuru : Wow, sepertinya kamu akan pergi ke tempat specialRachel : iya, kami akan ke New YorkGuru : hmm, jauh ya, siapa yang akan menjaga rumah kaliansementara kalian pergi?Katie : (melihat sekeliling) Hey Pia, mau manjaga rumah kami?Kami akan pergi ke New YorkRachel: iya, dan ketika kami pulang kami akan membawakanmu oleh-olehPia : (dengan gembira) okay, aku akan membersihkannya ketikakalian pergi
Orang dewasa sebagai model juga memasuki permainan sebagai model
menyelasaikan masalah sebagai sebuah cara untuk mendukung
permainan. Rachel dan Katie mulai bertengkar mengenai siapa yang
akan mengemudikan kereta ke New York.
Guru : (Menarik kursi ke dekat mereka) aku harap kereta ke new
York ini segera berangkat. Belum ada orang yang mengambil
tiketku. Dan aku punya tiket bolak-balik, karena aku akan
kembali lagi nanti. Yang diperlukan kereta ini adalah
pengambil tiket.
(Rachel dan Katie saling lihat)
Katie : Kamu bisa menjadi pengambil tiket
Rachel : okay, dan kemudian kamu bisa jadi ketika kita kembali
Peran guru sebagai model cukup berbeda dengan peran sebagai
orang dewasa yang mengganggu yang memerintahkan anak-anak apa
yang harus dilakukan. Ini bukan orang dewasa yang mengambil alih
dan mengarahkan permainan atau menjadi sangat terlibat sehingga
anak-anak menjadi pendengar terhadap penampilan orang dewasa yang
luar biasa. Orang dewasa ini hanya mengenalkan ide-ide atau
pertanyaan yang bisa anak-anak kembangkan dari pengalaman mereka
sendiri.
Guru sebagai model juga memasuki permainan sebagai seorang
orang dewasa yang tertarik dan mendukung, bukan seseorang yang
mengikuti agendanya sendiri. Peran sebagai model dimainkan
sekilas, karena guru bergerak keluar masuk permainan. Selalu,
sementara orang dewasa bergerak, mereka mengikuti naskah yang
telah dikembangkan oleh anak-anak, bergerak kedalam peran yang
membangun apa telah dilakukan anak-anak. dan ketika orang dewasa
meninggalkan permainan, telah ada perkerjaan yang telah disiapkan
sebelumnya sehingga anak-anak bisab melanjutkan peran mereka.
Wolfgang (1977) memformulasikan sebuah rangkaian kesatuan
prilaku guru yang bergerak dari prilaku interaksi guru yang
paling banyak sampai yang paling sedikit, tergantung pada
kemampuan anak-anak untuk menyokong permainan produktif mereka.
ketika guru merasa bahwa anak-anak memerlukan bantuan dan respon
mereka terus berkurang, mereka menjadi kurang terlibat dalam
permainan.
Penanya (Questioner)
Karena guru bergerak maju dan mundur dalam rangkaian kesatuan
prilaku guru, menemukan strategi terbaik untuk membantu anak-anak
mencapai tingkatan kompetensi baru, mereka sering mengadopsi
peran sebagai penanya. Dengan hal ini, kami tidak bermaksud bahwa
guru adalah pengetes, melemparkan pertanyaan sebagaimana bentuk
interaksi dominan – “apa warna potongan itu?” “berapa banyak
balok yang ada disana?” “bentuk apa ini?” pertanyaan seperti itu
dirancang untuk mengetes konsep anak-anak dan pembelajaran,
memerlukan jawaban yang spesifik, baik itu benar ataupun salah.
Mereka pada dasarnya pertanyaan tingkat rendah yang hanya
menuntut pengingatan kembali, tidak memperluas atau menantang
perkembangan cognitive yang lebih jauh (Cassidy, 1998). Sebuah
studi menemukan bahwa lebih dari 50% interaksi orang dewasa
dengan anak usia dini terdiri atas pertanyaan yang menawarkan
alternative – “kamu mau apel atau jeruk?” karena guru belajar
untuk menanyakan pertanyaan yang lebih baik, pertanyaan seperti
itu bisa ditingkatkan ke pemahaman kognitif yang lebih dewasa.
mempelajari cara untuk menanyakan pertanyaan bagus yang
benar-benar menyebabkan anak menganlisis pengalaman,
mensintesiskan, dan mengkomunikasikan pemahaman mereka, dan
mengevaluasi dan juga memperdalam pemahaman dalam kecakapan
penting. Pertanyaan yang bagus secara umum open-ended dan
berbeda, bisa dijawab dengan jawaban jawaban yang berbeda.
Pertanyaan seperti itu sering kali ditujukan sebagai pertanyaan
“WH”, termasuk bentuk pertanyaan (What (apa), Who (siapa), When
(kapan), Where (dimana), Why (mengapa), dan How (bagaimana)
(Cassidy, 1998). Pertanyaan yang bagus adalah yang membuat orang
dewasa tertarik dan tidak mengetahui jawaban pertanyaan
sebelumnya. Pertanyaan yang baik menyebabkan anak untuk bertanya
juga, dari pada hanya fokus pada memberikan guru jawaban yang
benar.
Pertanyaan yang baik membantu seorang anak fokus terhadap
tindakannya, mempertimbangkan kembali ide-ide dan mempelajari
penyebabnya
“jadi, bagaimana kamu membuat potongan itu menempel diatas
satu sama lain?”
“ apa yang kamu lakukan untuk membuat suara yang keras itu?”
Pertanyaan yang baik bisa membantu anak mengungkapkan dengan
kata-kata apa yang telah dia ketahui dengan indranya atau
kegiatannya
“bagaimana rasanya batu itu untukmu?”
“ seperti apa rasanya?”
Pertanyaan yang bagus itu bisa menyebabkan anak-anak untuk
memikirkan alternatifnya
“apa cara lain untuk membuat suara dengan badan mu?
“bagaimana kalian berdua bisa bermain dengan speda roda tiga
bersamaan?”
Pertanyaan yang bagus bisa menyebabkan anak untuk merekonstruksi
secara mental pengalaman dan pembelajaran sebelumnya.
“biji apa yang kita tanam di kebun kemarin?”
“apa yang kita tambahkan ke dalam adonan yang kita buat
kemarin?”
Pertanyaan yang baik bisa menambahkan tantangan untuk eksplorasi
lebih jauh atau tambahan aktifitas
“hmmm, aku penasaran apa yang akan terjadi jika kau
menambahkan lebih banyak air kedalam capuran itu?”
“apa lagi yang bisa menolongmu mencapai ketinggian itu?”
Pertanyaan yang bagus bisa menuntut anak-anak untuk menjauhkan
diri dalam ruang dan waktu dari tindakan mereka saat ini, dengan
membuat representasi mental dan hubungan antara pengalaman dan
pembelajaran
“apa lagi yang telah kamu lihat yang bisa terbang seperti
itu?”
“kapan kamu bisa mengunjungi nenekmu lagi?”
Pertanyaan yang bagus itu bisa mendorong anak untuk menempatkan
“objek, kejadian, dan tindakan kedalam semua jenis hubungan”
(Kamii, 1982, p.28)
“bagaimana kedua bunga itu mirip? Bagaimana mereka berbeda?”
“kapan kau bisa menggunakan air panas? Kapan lagi?”
Pertanyaan yang baik bisa menciptakan ketidaksesuaian untuk anak-
anak antara apa yang mereka lihat dan yang telah ketahui.
Menyelesaikan ketidaksesuaian menyebabkan anak untuk
merekonstruksi pemahaman mereka tentang dunia.
“mengapa batu yang sangat kecil ini tenggelam, dan pelampung
yang besar ini mengambang?”
“ mengapa kedua bunga itu tidak berukuran sama, padahal
mereka tumbuh dalam pot yang sama?”
Pertanyaan yang baik juga digunakan untuk menjawab
pertanyaan anak sendiri. Sebelum guru menentukan jawaban seperti
apa yang akan diberikan kepada anak atau apakah sebuah jawaban,
pada kenyataannya, diperlukan,, mereka bisa bertanya pada dirinya
sendiri.
Anak: “apakah ini?” memegang magnet berbentuk aneh.Guru : “ menurutmu apa itu?”Anak: “ aku piker ini adalah salah satu benda lengket itu”Guru : “apa kamu tahu itu disebut apa? Ketika benda menempelpadanya?”Anak : tidakGuru : “itu disebut magnet. Apa yang bisa kamu temukan yangmenempel padanya?
Ketika guru menjawab pertanyaan anak dengan informasi yang
benar diperlukan, mereka mendukung pertumbuhan kognitif anak
dengan tepat, membantu mereka bergerak dalam zona perkembangan
mereka. pertanyaan mereka sendiri membantu gutu menentukan dimana
pemahaman anak, sehingga mereka bisa mendukung anak dengan tepat.
Guru menggunakan pertanyaan untuk memahami kesalahan anak atau
tingkat pemikiran mereka.
“bagaimana kau memahami semua itu?”
“mengapa kamu memikirkan itu?”
Pertanyaan seperti itu membantu orang dewasa memahami
bagaimana untuk menyusun pengalaman belajar selanjutnya untuk
merancah pertumbuhan kognitif anak.
Penjawab (Responder)
Ketika guru bergerak dan mengamati anak-anak dalam permainan
mereka, guru melihat kesempatan untuk memperkuat dan memperkaya
pengalaman belajar anak-anak. dalam peran sebagai penjawab,
mereka membedakan persepsi mereka satu sama lain mengenai apa apa
yang bisa membantu anak-anak untuk membangun pembelajaran mereka.
terkadang sebuah jawaban adalah sebuah komentar apresiatif yang
menempatkan kata-kata apa yang telah dilakukan dan ditemukan
anak-anak.
“warna yang kamu gunakan dalam lukisanmu sangat cerah,
membuatku merasa terbangunkan!”
“hmm, aku melihat tanah liat yang sangat lembut, sepertinya
kamu menekan dengan kuat ketika kamu menggulungnya”
Terkadang suatu respon adalah dukungan dalam bentuk informasi,
petunjuk, dan dorongan ketika anak berjuang dengan tantangan yang
sulit.
“itu adalah puzzle yang sangat sulit. Aku piker kamu bisa
melakukannya. Lihat lagi gambar yang sedang kamu buat. Dia telah
mendapatkan satu kaki – dimana yang lain?”
“aku akan menunjukan sesuatu yang mungkin bisa membantu.
Jika kamu menggunakan tangan yang ini untuk memegang kertasnya
dengan erat mungkin akan lebih baik”
Terkadang suatu respon adalah sebuah saran atau tambahan materi
yang bisa memperpanjang permainan
“aku ingin tahu apakah kamu bisa menemukan seorang teman
yang bisa membantumu menyeimbangkan timbangan”
Kadang sebuah jawaban tersedia dengan fokusb tertentu untuk
membantu anak-anak menyokong kegiatan dan minat mereka sendiri
karena mereka merasa bahwa orang dewasa mengahargai keterlibatan
mereka.
Semua strategi bisa jadi datang dari “Scaffolding”, istilah
yang berarti mendukung anak untuk bergerak menuju prilaku yang
lebih luar biasa dari pada mereka akan bisa tanpa tambahan orang
dewasa (Elicker, 1995). Perlu diketahui bahwa semua jawaban yang
mungkin difokuskan pada apa yang saat ini sedang dilakukan anak-
anak. jawaban bersifat open-ended dan sementara, sehingga anak-
anak bisa dengan mudah memutuskan untuk membuangnya demi insiatif
mereka sendiri. Ingat kembali perbedaan strategi guru dalam
rangkaian kessatuan Wolfgang.
“akankah hal ini membantu untuk toko kelontong anda?”
dikatakan sambil menawarkan sebuah alat baru
Peran guru menjadi tidak mendukung ketika mereka:
Terlalu bergantung pada mengajar sebagai memberitahu dan
menanyakan anak-anak hanya untuk melihat apakah mereka ingat
apa yang telah diajarkan
Mengkoreksi kesalahan atau kesalahpahaman anak secara
langsung
Mengendalikan semua keputusan mengenai perencanaan dan
pembelajaran
Menggunakan rencana pembelajaran yang kaku atau kurikulum
yang terpaket
Mengganti pengalaman tidak langsung seperti gambar, video,
atau ceramah dengan pengalaman langsung.
LINGKUNGAN BAHASA/LITERASI
Belajar untuk memahami dunia dan orang lain dan untuk
merepresentasikan pembelajarannya, melibatkan bahasa. Bahasa
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari permainan dan
pembelajaran di kelas prasekolah. Pada usia tiga tahun, anak-anak
telah mencapai prestasi yang luar biasa dalam bahasa. Mereka
mungkin memiliki 900 sampai 1000 bahasa lisan dan memahami
kosakata beberapa ratus lebih banyak. Dengan penambahan 50 kata
dalam sebulan, kebanyakan anak mencapai 8000-14.000 kosakata pada
usia enam tahun. Panjang kalimat pun bertambah, begitu juga
dengan struktur kalimat yang kompleks (Bredekamp & Copple, 1997).
Mereka berbicara dengan mengikuti aturan struktur grammar bahasa
mereka, dan mereka juga menguasai komplesitas seperti bentuk
jamak dan bentuk past tense. Secara umum mereka telah belajar
untuk mengendalikan ritme dan kelancaran bicara mereka, terkadang
dengan ketidaklancaran. Mereka biasanya mengucapkan kata-kata
dengan cukup jelas sehingga orang asing bisa mengerti sekitar 75%
dari ujaran mereka, dan mereka juga baik dalam memahami apa yang
dikatakan pada mereka. akan tetapi, dalam mendengarkan kelompok
anak usia tiga, empat, dan lima tahun,terdapat sebuah perbedaan
yang luas dalam perkembangan bahasa anak-anak. latarbelakang
budaya dan sosial, pola komunikasi dalam keluarga, dan pengalaman
individu semuanya mempengaruhi kemampuan anak untuk
mengekspresikan diri dalam bahasa. Mengingat mereka baru
menghasilkan suara yang bermakna untuk mereka dua tahun
sebelumnya, hal ini merupakan prestasi yang luar biasa. Bagaimana
mereka mencapai semua itu dalam waktu yang singkat? Jawabannya
adalah tanpa latihan ataupun pelajaran dalam belajar bahasa, tapi
dengan kesempatan untuk berbicara dan mendengarkan orang lain
berbicaratanpa tekanan, tapi banyak waktu untuk bereksperiment
dan mengalami.
Sekarang ini, bicara dan mendengarkan dianggap berhubungan
dengan perkembangan bahasa dan literasi., bersama dengan membaca
dan menulis. Dulu, kecakapan-kecakapan ini diajarkan untuk
berkembang secara berurutan. Sekarang, berkat para ahli,
peneliti, dan praktisi yang membicarakan bahasa dan literasi
dini, kepercayaan bahwa mempelajari berbagai aspek bahasa lisan
dan tulisan merupakan proses berkelanjutan yang terjadi pada
waktu yang bersamaan dan dari lahir.
Walaupun masih agak aneh bagi para guru anak usia dini untuk
menganggap kegiatan membaca dan menulis sebagai bagian dari
lingkungan prasekolah yang tepat, filosofi literasi dini tidak
bersandar pada pendekatan instruksi langsung yang dihilangkan
dari gaya belajar aktif yang sesuai dengan perkembangan.
Kompetensi literasi dari setiap individu harus dipertimbangkan
karena guru merencanakan pengalaman yang menjadi dasar untuk
literasi.
Pada bagian ini, kita akan mendefinisikan literasi dini dan
menjelaskan praktek-praktek dalam lingkungan prasekolah yang
memfasilitasi perkembangan dari semua kecakapan bahasa dan
literasi.
Literasi Dini
Literasi dini dianggap memberikan pondasi untuk pembelajaran
literasi di taman kanak-kanak. Satuan ide-ide mengenai bagaimana
anak-anak belajar membaca, menulis, dan memahami bahasa tertulis
didasarkan pada teori, penelitian, dan latihan (Baker, Fernandez-
Fein, Scher,& William, 1998; Campbel, 1998; National Early
Literacy Panel, 2004). Ide yang mendasarinya adalah bahwa anak-
anak termotivasi untuk menunjukan pengalaman mereka baik melali
permainan dan tindakan dan juga melalui komunikasi. Anak-anak
membutuhkan alat untuk berfikir dan berkomunikasi. Anak-anak
belajar bahwa komunikasi memenuhi kebutuhan mereka, membawa
kesenangan dan persahabatan, dan membantu mereka untuk memahami
budaya mereka. karena mereka diarahkan pada lirasi orang dewasa
baik itu di rumah maupun di kelas, mereka menemukan bahwa bahasa
lisan dan tulisan itu saling berhubungan dan tulisan hanyalah
bentuk komunikasi yang lain. Membaca dan menulis kemudian dilihat
sebagai bagian dari sistem yang lebih besar untuk mencapai tujuan
mereka. begitu juga ketika anak-anak bermain untuk membentuk
konsep mereka sendiri menganai dunia, jadi keterlibatan aktif
mereka dengan tulisan akan membantu mereka membangun pemahaman
mengenai bagaimana bahasa tertulis itu bekerja. Kesadaran dan
motivasi ini, bersama dengan materi literasi, kegiatan, dan
dukungan orang dewasa dikombinasikan untuk mengembangkan apa yang
kita sebut Literasi Dini (Dickinson & Tabor, 2001; Morrow, 2001).
Tidak ada titik permulaan diaman anak disuruh untuk mempelajari
kesenian bahasa di dalam kelas dan tidak ada waktu terpisah kapan
literasi diajarkan. Melainkan, anak-anak menggunakan bahasa
secara terus menerus, mengalami bagaimana bahasa tulisan
berfungsi, dan terus bergerak menuju pengalaman media tulisan.
Kontinuitas ada diantara semua pengalaman bahasa, dari lahir
melalui tahun-tahun utama, bukan sebuah ketidakbersambungan dari
“sekarang saatnya kita belajar membaca”.
Perubahan ekspektasi mengenai apa yang diketahui anak-anak
dan dapat dilakukan sebelum memasuki taman kanak-kanak telah
meningkatkan tekanan pada pembelajaran literasi di prasekolah.
Semua standar pendidikan dini dikembangkan dengan pokok-pokok
dalam kecakapan literasi dan pengetahuan. Tidak ada alasan untuk
memasukan metode akademik yang tidak tepat ke dalam kelas
prasekolah. Guru taman kanak-kanak memerlukan pemahaman yang
menyuluruh mengenai komponen-komponen literasi dan kegiatan serta
pengalaman yang akan menyokong mereka untuk mendapatkan
pengetahuan literasi secara menyeluruh. Pendekatan literasi dini
melihat adanya kebutuhan untuk menawarkan banyak pengalaman
kepada anak-anak untuk membantu mereka mengembangkan berbagai
komponen literasi. Beberapa anak taman kanak-kanak dan sekolah
dasar tradisional yang telah dikenalkan pada membaca dan menulis
abesn dengan jelas. Tidak ada pembagian yang jelas antara
pelajaran membaca dan menulis, ketika membaca dikuasai sebelum
menulis hal itu merupakan sebuah pendekatan; tidak ada
pembelajaran kecakapan yang terisolasi, seperti latihan bunyi
huruf atau menulis sebaris huruf “h” yang nantinya akan mengarah
pada keseluruhan pemahaman mengenai mambaca dan menulis; tidak
ada lembar kerja; tidak ada huruf abjad minggu ini yang
dilatihkan; dan tidak ada hapalan hitungan sampai 100. Guru
menggunakan teks cerita anak-anak yang menyenangkan untuk
mengenalkan anak pada tulisan dan kemudian berlanjut pada fungsi
tulisan yang lain dalam kehidupan sehari-hari. Membaca dan
menulis adalah bagian penting dalam kegiatan sehari-hari dan sama
pentingnya dengan ,materi dan pengalaman lain yang membawa anak-
anak ke dalam dialog dan interaksi dengan orang lain. Kemahiran
bahasa lisan dilihat sehubungan dengan pertumbuhan minat dalam
membaca dan menulis, tetapi bukan suatu prasyarat, komunikasi
lisan dan tertulis terus berkembang dengan cara yang tidak
berhubungan. Orang tua dan guru mempunyai peran kunci dalam
mendorong komunikasi lisan dan dalam memelihara interaksi orang
dewasa dan anak-anak yang menyenangkan; mereka mencontohkan
literasi dan fungsinya. Telah lama diketahui bahwa anak yang
berasal dari rumah yang menghargai dan mencontohkan komunikasi
dan literasi bergerak dengan mudah kdalam membaca dan menulis di
sekolah (Barclay, Benelli, & Curtis, 1995). Pendekatan literasi
dini membawa kebiasaan keluarga terpelajar ke sekolah, mengetahui
kesesuaian dengan perkebangan dari medukung partisipasi aktif
anak dalam kegiatan literasi. Schickedanz, Chay, Gopin, Sheng,
Song, & Wild (1990) membedakan antara konten akademis dan metode
akademis dan menyarankan agar kelas membawa metode yang ditemukan
untuk mempromosikan literasi di rumah ke dalam kelas prasekolah.
Komponen-Komponen Literasi. Ada tujuh komponen literasi yang
dianggap sebagai dasar penting, yaitu: pemerolehan kosakata dan
bahasa, pendapatan kesadaran fonologis, mempunyai pengetahuan
mengenai tulisan, mempunyai pengetahuan mengenao huruf dan kata-
kata, memahami makna,mempunyai kesadaran mengenai buku-buku dan
teks lain, dan melihat literasi sebagai sumber kesenangan.
(Heroman & Jones, 2004).
Kosakata dan Bahasa. Bahasa tertulis memerlukan banyak kosakata
dan sebuah pemahaman mengenai aturan-aturan berbicara. Ketika
anak belajar untuk membaca, mereka menggunakan kosakata
pendengaran dan berbicara mereka untuk mengartikan kata-kata
tertulis. Kebanyak kosakata didapatkan dari pengalaman dan
percakapan sehari-hari. Para peneliti menemukan bahwa mayoritas
masalah dalam membaca dapat dicegah dengan meningkatkan kecakapan
bahasa lisan anak (Snow, Burns, & Griffin, 1998).
Kesadaran Fonologis. Kesadaran fonologis memasukan sebuah rangkaian
kesatuan dari kecakapan dalam mendengarkan dan memahami perbedaan
pola dalam bahasa lisan. Anak-anak mulai dengan mendengarkan
suara-suara di lingkungan. Kemudian diikuti dengan memperlajari
kecakapan untuk bersajak (mengenali suara-suara pada akhir kata)
dan aliterasi (mendengarkan suara yang mirip). Kecakapan
selanjutnya adalah belajar untuk mendengar suku kata terpisah
dalam kata-kata. Kecakapan yang paling kompleks dalam rangkaian
kesatuan kesadaran fonologis adalah kemampuan untuk fokus pada
fonem, unit terkecil dari suara. Kesadaran Fonologis dipromosikan
dengan penggunaan lagu, cerita, dan sajak di kelas. Pengetahuan
Mengenai Tulisan. Pengetahuan mengenai tulisan menjelaskan semua
pemikiran yang berhubungan dengan bagaiaman tulisan disusun dan
digunakan. Termasuk memahami fungsi tulisan. Juga temasuk
memahami berbagai bentuk tulisan dan perbedaan penampaka =n
setiap huruf dan kata. Anak-anak juga harus belajar bahwa ada
konvensi-konvensi tulisan, aturan-aturan yang mengatur penampakan
tulisan untuk menyampaikan makna kepada orang lain. Eksposur
terhadap tulisan adalah cara anak belajar mengenai tulisan.
Pengetahuan mengenai huruf dan kata-kata. Anak-anak yang belajar
membaca harus memahami bahwa huruf merupakan symbol yang mewakili
suatu bunyi dalam bahasa, bahwa symbol-simbol tersebut
dikelompokan untuk membentuk kata-kata, dan bahwa kata mempunyai
makna. Lebih jauh dari sekedar belajar menceritakan ABC atau
mengenal huruf. Konsep yang mengkoresponden huruf-huruf tertulis
menjadi kata-kata lisan disebut prinsip alfabetis. Anak-anak
mengembangkan ini ketika mereka belajar untuk mengenal dan
kemudian menuliskan nama mereka, ketika mereka melihat buku-buku
alphabet, dan ketika mereka mengeksplor atribut sensoris dari
huruf alphabet yang terbuat dari busa atau yang bermagnet.
Pemahaman Makna. Pemahaman melibatkan pemahaman terhadap makna
bahasa lisan maupun tulisan. Latarbelakang pengetahuan anak
membantu mereka memahami makna bahasa. Semakin banyak pengalaman
langsung yang dimiliki oleh anak-anak, semakin mereka
meningkatkan pemahaman mereka mengenai dunia. Kemudian ketika
mereka menemukan kata-kata dalam tulisan, mereka mempunyai
ingatan mengenai informasi sensoris untuk meningkatkan pemahaman
mereka. sandiwara dramatis dan story retelling adalah cara lain
untuk meningkatkan pemahaman bahasa anak-anak. pertanyaan guru
membantu anak menghubungkan informasi baru dengan gagasan yang
telah mereka pahami.
Kesadaran Mengenai Buku dan Teks Lain. Ketika anak mempunyai buku-
buku di lingkungan mereka dan yang dibaca dengan keras, mereka
menemukan banyak tujuan dari bahasa tertulis. Mereka
mengembangkan penegtahuan mengenai buku dan mekanisme yang mereka
gunakan, dan menemukan bahwa ada konvensi terhadap struktur
cerita – “Pada Suatu Hari”.
Melihat Literasi sebagai suatu Sumber Kesenangan. Anak-anak yang telah
mempunyai banyak pengalaman menyenangkan dengan buku akan sangat
termotivasi untuk belajar membaca untuk dirinya sendiri. Ketika
kegiatan yang melibatkan buku memasukan kegembiraan, permainan,
dan hubungan positif dengan orang dewasa, anak-anak mengembangkan
sikap positif terhadap membaca dan menulis. Ketika orang dewasa
menikmati membacakan untuk anak-anak, kesenangan mereka juga
tersampaikan kepada anak-anak.
Jelaslah bahwa komponen-komponen literasi ini merupakan
sebuah bagian dari semua kegiatan dan interaksi yang terjadi
sepanjang hari di kelas prasekolah yang baik. Sekarang mari kita
memikirkan aspek-aspek khusus dari lingkungan literasi yang
sesuai dengan perkembangan untuk anak-anak prasekolah, yaitu:
percakapan, sambutan, pengalaman, dan literature anak-anak.
Percakapan. Orang-orang dewasa mengetahui pentingnya percakapan
langsung dalam memberikan anak pengalaman dengan komunikasi lisan
dan pemikiran. Pendekatan Learning-Center terhadap instruksi yang
digunakan mendorong percakapan diantara anak-anak dalam
permainan. Guru juga bebas untuk mempunyai percakapan pribadi
dengan anak. guru menegtahui bahwa percakapan memberikan
kesempatan yang tidak tertekan untuk memformulasikan dan
mengkomunikasikan pemikiran mereka, untuk belajar bagaimana
mendengarkan, dan bagaimana merespon orang lain. Dalam
percakapannya, guru menanyakan pertanyaan yang mendorong anak
untuk berfikir dan menggunakan bahasa tambahan dan memilih topic
pembicaraan yang menarik bagi anak. orang dewasa memelihara
komunikasi dengan mendengarkan dengan penuh perhatian. Mereka
menggunakan setiap kesempatan untuk percakapan pribadi. Materi di
kelas mendorong percakapan; selalu ada sesuatu yang baru dan
menarik untuk didiskusikan, begitu juga dengan telepon dan tape
recorder. Mereka menghargai dan mendorong percakapan diantara
anak-anak, menyadari bahwa yang lebih pandai berbicara bisa
membantu yang anak yang kurang berpengalaman. Sebagiaman di
diskusikan dalam bab 6, ruangan dirancang untuk mendukung
percakapan dan interaksi sosial. Mereka membuat kesempatan
tertentu untuk berbicara dengan anak yang diam yang mungkin
memerlukan dorongan lebih untuk berkomunikasi. Mereka menyadari
bahwa anak yang bicara dan memahami bahasa lisan dengan baik
mempunyai beberapa pengetahuan dasar yang akan mengarah secara
alami pada media tulisan. Kesunyian tidak dihargai dalam konteks
taman kanak-kanak yang tepat.
Guru yang bekerja dengan anak-anak berbahasa inggris harus
mengerti pentingnya dasar yang kuat dalam bahasa ibu mereka.
mereka harus mampu mengekspresikan diri mereka dalam bahasa ibu
mereka. Ketika guru membantu mereka mendapatkan kemahiran
berbahasa inggris, mereka mendorong keluarga dan orang lain yang
berbicara dengan menggunakan bahasa ibu anak tersebut untuk
mendukung kecakapan percakapan anak tersebut. Guru harus
mengetahui bahwa dalam tahapan pembelajaran bahasa kedua, tahapan
pertama adalah tahap diam, ketika anak tidak akan bicara. Bahasa
rumah mereka harus didorong di sekolah dengan anak dan orang
dewasa lain. Akhirnya, mereka akan belajar untuk berbicara baik
dalam bahasa ibu maupun bahasa inggris.
Ketika mereka belajar, guru menjaga bahasanya tetap
sederhana, dan menggabungkan komunikasi non-verbal dengan
kemampuan bicara. Mereka juga mendorong anak-anak yang berbahasa
inggris untuk membantu dan bermain dengan anak yang belajar
bahasa inggris, juga mendorong anak bermain dengan anak yang
berbicara bahasa kedua anak tersebut (Espiritu, Meier, Villazana
– Price, & Wong, 2002).
Sambutan. Orang dewasa mengetahui bahwa koreksi atau penilaian
yang berlebihan mengenai komunikasi lisan maupun tulisan bisa
mengecilkan hati anak-anak untuk membuat usaha yang lebih jauh.
Bahasa yang mengontrol dan mengarahkan biasanya menghambat
perkembangan bahasa. Salah satu perbedaan yang ditemukan oleh
peneliti dalam pembicaraan oran tua dengan anaknya yang lambat
dalam berbicara adalah persetujuan dan ketidaksetujuan terhdapa
pembicaraan anak-anak mereka. sementara menerima tingkat
pembicaraan si anak saat ini, orang dewasa berhati-hati untuk
berbicara dengan contoh grammar dan pengucapan terbaik yang
mereka bisa, mengingat anak akan berbicara sebaik contoh mereka.
orang dewasa tidak membiarkan usaha anak-anak untuk diejek
ataupun diremehkan. Mereka menerima tantangan tambahan dari anak-
anak yang datang ke sekolah dengan dialek ataupun bahasa inggris
yang tidak standar. Mereka menyadari bahwa kemampuan linguistik
dalam bahasa lain merupakan faktor positif dalam perkembangan
kognitif, dibandingkan menilai anak kurang bisa, kurang rajin,
atau bahkan tertinggal secara pendidikan. Menyadari bahwa bahasa
anak tersebut merupakan bagian dirinya, orang dewasa mencoba
untuk mebuat anak mendengar kata-kata yang dikenal mereka. mereka
menampilkan beberapa kata dalam bahasa setiap anak dan
menggabungkan bahasa rumah dalam kegiatan di kelas, seperti
berhitung, atau nyayian. Mereka menggunakan buku bahasa inggris
yang mudah dipahami yang memungkinkan anak yang belajar bahasa
inggris bergabung dalam pengulangan frase-frase kunci.
Guru menggunakan pertanyaan dan perhatian untuk memahami dan
mengklarifikasi apa yang anak coba komunikasikan. Mereka menerima
ejaan anak usia dini dan menjelaskan kepada orang tua anak
tersebut hal itu merupakan tahapan literasi dini. Mereka
mempunyai kepercayaan terhadap keinginan anak-anak untuk
mendapatkan kecakapan dan kemampuan yang digunakan oleh orang
dewasa yang penting, dan sehingga mengasumsikan anak akan
secepatnya mengoreksi diri mereka sendiri ketika dikenalkan
dengan contoh yang baik.
Pengalaman. Guru mengetahui bahwa pengalaman langsung menyediakan
bahan bahar untuk representasi anak melalui permainan dan
komunikasi. Mereka mengadakan kunjungan di dalam kelas dan dalam
masyarakat untuk memperluas horizon dan kosakata anak, dan
kemudian menawarkan materi dan waktu untuk anak-anak membuat
kembali pengalaman mereka. guru mengetahu bahwa belajar melalui
pengalaman memperluas pemahaman anak terhadap hubungan antara
kata-kata lisan dan tulisan.
Anak-anak yang telah berkesempatan mengunjungi gedung
percakar langit yang masih dalam konstruksi kembali ke kelas
dengan kata-kata seperti arsitek, cetak biru, tiang, kerekan,
mandor. Mereka bisa mengkomunikasikan pengalamana mereka secara
lisan ataupun dengan permainan yang konstruktif, dramatis,
ataupun kreatif. Mereka mungkin merekam berita mengenani kejadian
tersebut, dengan menggunakan tulisan atau gambaran mereka
sendiri. Ketika guru terus menginformasikan kepada keluarga
mengenai pengalaman belajar, keluarga bisa meneruskan percakapan
dengan anak mereka di rumah, meningkatkan kesempatan pembelajaran
bahasa.
Bacaan untuk Anak-Anak. membaca buku anak –anak yang bagus,
mempunyai bagian penting dalam bagian instruksional pada hari
itu, baik untuk individu maupun kelompok yang ada di kelas taman
kanak-kanak. Penelitian menunjukan bahwa kegiatan yang paling
penting untuk membangun komponen literasi esensial untuk
kesuksesan membaca adalah membacakan dengan lantang untuk anak
(NAEYC, 1998).
Guru mengetahui bahwa anak-anak harus belajar kenapa orang
membaca; pengalaman yang menyenangkan dengan buku menawarkan
bukti nyata. Mereka berbagi semua jenis buku; buku cerita,
termasuk cerita tradisional, buku konsep; buku yang mengundang
partisipasi; buku yang dipilih dengan hati-hati untuk
mencerminkan pengalaman anak-anak; dan buku yang menyatakan
penerimaan terhadap perbedaan ras, budaya, lingkungan sosio-
ekonomi, usia, jenis kelamin, dan kemampuan. Terkadang mereka
membaca dari buku besar yang memungkinkan anak melihat tulisannya
ketika guru membacanya dan sekali-kali menunjuk sebuah kata.
Anak-anak juga harus belajar cara membaca,dan dengan meliah guru
mereka menemukan bahwa yang dibaca itu adalah tulisan bukan
gambar; bagaimana mengikuti tulisan yang ada di halaman tersebut;
dan bagaimana halaman beralih.
Guru membacakan buku favorit berulang-ulang, dan membuat
buku tersebut tersedia untuk bacaan pribadi dan diceritakan
kembali di perpustakaan. Pembacaan yang diulang digunakan untuk
menguatkan bahasa yang ada pada teks. Guru juga bisa menawarkan
orang tua daftar buku anak-anak yang bagus untuk mendorong orang
tua bergabung dalam usaha melibatkan anak-anak dengan buku-buku.
Perhatian dan perawatan diberikan pada buku-buku pilihan dan
pajangan di area perpustakaan. Anak-anak dan keluarganya didorong
untuk membaca bersama di rumah dengan memiliki sistem peminjaman
buku untuk keluarga (Brock & Dodd, 1994). Area perpustakaan di
dalam kelas juga harus terlihat nyaman, dengan area yang nyaman
untuk duduk juga perlindungan dari kebisingan dan gangguan. Buku-
buku yang menarik juga dipajangkan sepanjang kelas, ditambahkan
pada materi pada pusat minat yang lain; buku tentang seni di area
seni, buku mengenai bangunan di bagian kosntruksi, buku mengenai
alam di bagian sains.
Lingkungan yang Kaya akan Tulisan. Untuk belajar mengenai makan
dan struktur bahasa tertulis, anak usia dini perlu melihat
tulisan yang digunakan sehari-hari dengan cara yang bermakna di
sekeliling dunia. Hal ini berbeda dengan mendekorasikan huruf
lafabet di dinding kelas. Guru menulis dan membiarkan anak
mengatahui apa yang sedang mereka tulis. Mereka menempelkan
tulisan tulisan tersebut di sekeliling ruangan dengan cata yang
berbeda. Nama-nama anak ditulis diatas ruangan kecil mereka,
diatas meja mereka, pada diagram kehadiran yang mendorong anak-
anak untuk menuliskan namanya sendiri. Ada diagram tertulis yang
memberikan anak-anak arahan, aturan, jadwal, dan jalur kemajuan
suatu proyek. Guru dan anak-anak mendiskusikan topic yang menarik
kemudian menuliskannya, termasuk daftar lagu-lagu dan buku
favorit , rekaman pengalaman, berita, dan kejadian.
Bagaian dari lingkungan yang kaya akan tulisan akan
memasukan buku sebagai bagian dari setiap pusat pembelajaran,
tidak hanya ditempatkan di area perpustakaan. Mungkin ada buku
berhitung di bagian matematika, buku memasak, Koran,majalah, dan
buku telepon di bagian rumah, juga buku-buku dalam bahasa rumah
anak yang bukan berbahasa inggris, dan lain lain (Rybczynski &
Troy, 1995).
Pusat Penulisan. Pusat penulisan harus menjadi salah satu piliha
dalam pusat belajar yang ada di kelas prasekolah. Guru mengetahui
bahwa anak belajar menulis dengan menulis, sama ketika mereka
belajar bicara dengan bicara. Pusat ini harus memasukan materi
seperti kapur dan papan tulis, kertas bergaris dan tidak
bergaris, alat tulis dan amplop, spidol, krayon, pensil, dan
bahan lain untuk membuat buku. sebuah carta alphabet dan poster
lain bisa memberikan anak sesuatu untuk dicontoh. Anak-anak bisa
didorong untuk menyimpan “jurnal” mereka sendiri. Area pesan
dengan kotak-kotak yang berlabel untuk setiap orang di kelas bisa
mendorong komunikasi tertulis (Reutzel, 1997).
Sebagaimana buku, materi tulisan juga bisa ditambahkan ke
pusat lain selain pusat penulisan. Materi untuk membuat tanda dan
label, alas menu dan pesanan untuk sebuah restoran, daftar dan
catatan untuk toko sembako atau kantor. Guru menemukan bahwa
anak-anak menemukan penggunaan kreatif mereka ketika tersedia.
Waktu Kelompok
Kendaraan alamai untuk memperluas komunikasi di kelas prasekolah
adalah waktu kelompok. Tidak hanya karena waktu kelompok
merupakan kesempatan penting untuk mempelajari kecakapan dan
kesenangan keanggotaan kelompok, hal ini juag kesempatan untuk
guru untuk mengenalkan konsep dan informasi. Bruner menemukan
bahwa sebuah pengalaman kelompok besar setiap hari sangat
memperkaya permainan individu dari anak-anak kemudian (Bruner,
1991). Komunikasi baik itu lisan maupun tulisan, berada pada
jantung dari waktu kelompok.
Partisipasi dan oemahaman lisan dipelihara dengan labgu dan
nyanyian; perhatian anak didapat dengan lebih menyenangkan
melalui bernyanyi. Permainan bahasa juga memelihara kesadaran
fonologis, kata-akata dan ide baru, juga kepercayaan diri untuk
berbicara dalam kelompok dan juga untuk mengambil resiko yang
juga diperlukan dalam sebuah awal lingkungan bahasa. Kecakapan
mendengarkan juga dipelihara ketika guru menyampaikan sebuah buku
dan pengalaman menyenangkan lain. Guru berkonsentrasi
mengembangka metode verbal dan nonverbal yang melibatkan minat
dan partisipasi anak. waktu kelompok bisa berjarak sekitar 7 – 20
menit, tergantung pada pengalaman anak-anak, dan bisa jadi lebih
lama ketika anak lebih banyak berpartisipasi. Mereka direncanakan
dengan hati-hati untuk menyeimbangkan listening dengan
partisipasi aktif.
Beberapa praktek yang telah dimasukan ke dalam waktu
kelompok harus dievaluasi kesesuaiannya dengan perkembangan. Hal
ini termasuk Show and Tell (tunjukan dan ceritakan) dan waktu
kalender.
Show and Tell (tunjukan dan ceritakan) duduk melalui banyak sesi
tunjukan dan ceritakan dalam kelas prasekolah membuat pengamat
ingin mengetahui bagaimana guru memikirkan mengembangkan
kecakapan mendengarkan atau berbicara. Kemampuan untuk
mendengarkan orang lain sering kali didorong jauh di luar tipikal
perhatian anak-anak selama menunggu untuk giliran seseorang.
Situasinya biasanya memburuk menjadi permintaan guru yag meminta
anak-anak untuk diam sementara orang lain berbicara. Walaupun
menyediakan kesempatan terstruktur untuk anak-anak untuk
berbicara dan mendengarkan satu sama lain, metode ini bisa jadi
kurang tepat.
Untuk menghindari kesullitan perkembangan, coba:
Berikan anak kesempatan untuk menceritakan sebuah pengalaman
keluarga
Menanyakan pada anak mengenai apa yang mereka kerjakan di
sekolah hari itu,
Berikan setiap anak sebuah hari khusus untuk menceritakan
sesuatu yang penting untuk mereka
Dapatkan bantuan orang tua untuk mengisi “tas misteri”
dengan sebuah benda dari rumah (bukan mainan) dan rancang
tiga petunjuk untuk teman sekelas mereka pada waktu
kelompok, pemikiran dan percakapan yang menginspirasi ketika
mereka semua mencoba untuk menebak objeknya.
Mintalah siswa untuk membagi sebuah foto atau benda dari
liburan keluarga atau perayaan liburan.
Waktu Kalender. Peneliti kognitif telah member tahu bahwa
perasaan anak terhadap waktu itu tidak jelas. Jadi, mereka hanya
belajar dalam konteks yang bermakna; walaupun mereka bisa
menyanyikan “ada tujuh hari dalam seminggu” dan menyebutkan nama-
nama hari, pembelajaran hafalan seperti ini tidak diartikan
menajdi pengetahuan sesungguhnya mengenai waktu kalender.
Mempelajari hari-hari dalam minggu dan bulan mungkin merupakan
sesuatu yang bermakna untuk orang dewasa tetapi tidak terlalu
bermakna untuk anak-anak.
Diskusi yang paling tepat mengenai waktu kalender ditanmakan
ke dalam konteks pengalaman bermakna. Misalnya, setelah seorang
anak mengetahui ulang tahunnya jatuh pada bulan oktober, pada
bulan itu akan menimbulkan arti baru. Karena anak mengaharapkan
sebuah liburan ke kebun binatang, anak akan terus menghitung dan
menandai hari-hari sampai tiba saatnya. Mengetahu bahwa tinggal
tiga hari lagi sampai orang tua mengajaknya ke kebun binatang
memberikan makna untuk melihat kalender. Pengalaman seperti ini
akan lebih tepat untuk anak-anak dibandingkan dengan permainan
mengenai hari atau bulan. Hanya karena kalender dibuat menarik
dan lucu tidak membuat pengalaman penghafalan kalender menjadi
bermakna atau sesuai untuk anak-anak prasekolah.
Lingkungan Bahasa/Literasi yang Tidak Mendukung
Lingkungan bahasa/literasi yang tidak mendukung termasuk
diantaranya:
Guru terlalu mendominasi pembicaraan, menuntuk perhatian
anak
Waktu kelompok yang kebanyakan berisi pengulangan kata-kata
guru, pelajaran menghafal, atau penamaan huruf
Kecakapan membaca dan menulis diajarkan secara terpisah dari
konteks permainan aktif
Kurangnya penghargaan terhadap pelajar bahasa inggris yang
baru.