corporate social responsibility sebagai pilar kedua triple bottom line development
TRANSCRIPT
12/11/2015
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY SEBAGAI PILAR KEDUA TRIPLE BOTTOM LINE DEVELOPMENT[AKUNTANSI INTERNASIONAL]
Muhammad Abel ArkhanUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
ABSTRACT
Ekonomi, sosial dan lingkungan adalah tiga hal yang tidak dapat dipisahkan. Pada jurnal
ini, akan dibahas tentang pelaporan akuntansi yang berdasarkan kepada triple bottom-line
(economics, environment, social). Kepedulian pada sosial dan lingkungan memunculkan
peraturan pelaporan akuntansi yang melibatkan aspek non-keuangan yang bertujuan untuk
mengukur keberlangsungan perusahaan tersebut. Menurut pendapat saya, hal ini berdampak baik
bagi kemajuan dunia akuntansi. Sehingga perusahaan tidak akan profit oriented dengan
mengeksploitasi habis sumber daya, namun mereka akan mengkonservasi dan tetap menjaga
keseimbangan alam. Demi kelangsungan hidup generasi yang akan datang.
INTRODUCTION
Ekonomi, social dan lingkungan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan di dunia, namun justru ekonomilah yang sering menjadi prioritas, setiap orang
berusaha memperoleh manfaat ekonomi atau bisa dibilang yaitu uang untuk bertahan hidup. Cara
yang dilakukan adalah beragam yaitu, dengan bekerja maupun mendirikan sebuah instansi baik
kecil maupun besar (SME / small medium enterprise). Dengan mendirikan instansi, orang
tersebut bisa dianggap sebagai shareholder / pemegang saham. Tujuan didirikannya enterprise
(perusahaan) tersebut adalah untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dan juga
untuk memakmurkan nilai pemegang saham. Salah satu alat yang digunakan perusahaan untuk
mencapai tujuannya adalah laporan keuangan, Semakin relevan dan handal suatu laporan
keuangan yang dibuat, maka semakin besar kecenderungan yang sejalan dengan kepercayaan
investor untuk tetap menanamkan modalnya di perusahaan. Dengan begitu, profit telah dicapai
dan kemakmuran nilai pemegang saham juga telah terpenuhi, dan hal tersebut merupakan
dampak positif dari berdirinya sebuah instansi. Secara umum, itulah beberapa hal yang biasa kita
pahami apabila mendengar kata perusahaan. Ada beberapa hal juga ang sebenarnya perlu
diungkapkan terkait dengan perusahaan, mengenai keikutsertaannya dalam perbaikan lingkungan
maupun social, contohnya adalah mengenai perbaikan lingkungan, pemberian beasiswa,
sumbangan untuk fasilitas umum dan lain – lain.
P a g e 1 | 16
CSR adalah wujud dari tanggung jawab perusahaan baik kepada karyawan, lingkungan,
masyarakat, bahan baku, dan setiap operasi perusahaan untuk keberlangsungan kehidupan. “CSR
is about public relations exercises more focused on corporate image than corporate behavior.”
(Marques and Mintzberg 2015) Corporate social resposibilty diatur dalam UUPT (undang-
undang Perseroan Terbatas) pasal 74 yakni UU nomor 40 tahun 2007, dengan adanya undang
undang tersebut diharapkan bahwa kewajiban tersebut bisa dilaksanakan dan bukan malah
dianggap sebagai sesuatu yang merugikan perusahaan. Dan juga ada ISO 26000:2010, Guidance
on Social responsibility. Disebutkan juga mengapa social responsibility sangat penting, “An
organization’s commitment to the welfare of society and the environment has become a central
criterion in measuring its overall performance and its ability to continue operating effectively.
This, in part, is a reflection of the growing recognition that we need to ensure healthy
ecosystems, social equity and good organizational governance. Ultimately, an organization’s
activities depend on the health of the world’s ecosystems” (Journal and Studies 2012).
Penulis memilih topik Corporate Social Responsibility sebagai bahan penelitian makalah
dikarenakan hal ini sangat penting untuk dibahas mengenai keberlanjutannya, mengapa?
program ini bisa dibilang sebagai pilar kedua setelah pemerintah untuk pemberdayaan
lingkungan dan social negara tersebut. Standar seperti ini ditetapkan sebagai kewajiban,
contohnya di Indonesia. Meskipun ditetapkan sebagai kewajiban, pemerintah berharap bahwa
perusahaan tidak menganggap aturan seperti ini pemberat bagi perusahaan..
Oleh karena itu, pembuatan makalah inipun bertujuan agar dapat menjadi pembelajaran
untuk memahami pentingnya Corporate social responsibility sebagai pilar kedua setelah
pemerintah dalam pemberdayaan lingkungan maupun social.
1.1 Rumusan Masalah
a. Mengapa CSR manjadi norma bisnis internasional yang begitu penting ?
b. Bagaimana penerapan CSR dan apa yang menjadi penghambatnya ?
P a g e 2 | 16
1.2 Tujuan Penelitian
a. Menegetahui besarnya value dan manfaat dari diberlakukannya Corporate Social
Responsibility
b. Mengetahui
1.3 Manfaat Penelitian
a. Mengetahui penerapan dari Corporate Social Responsibility dalam upaya untuk
membantu pemberdayaan lingkungan dan social
b. Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, serta bahan dalam penerapan
ilmu metode penelitian, khususnya mengenai gambaran pengetahuan tentang
Corporate Social Responsibility
PEMBAHASAN
Pengertian Corporate Social Responsibility secara umum
CSR merupakan sebuah hal baru khususnya bagi Indonesia yang termasuk dalam jajaran
negara berkembang, bagaimana tidak? CSR selain fokusnya untuk pemberdayaan lingkungan
dan social, ini juga bisa menjadi strategi perusahaan dan masuk dalam emotional benefit. Jika
dikaitkan dengan ekuitas merek, CSR sangat membantu perusahaan melekatkan mereknya di
benak konsumen sebagai merek yang peduli kehidupan sosial. Kelak, keputusan konsumen untuk
memutuskan membeli produk tidak sekadar didasarkan atas keunggulan yang tangible, namun
juga karena sentuhan yang intangible. .Selain pada eksternal, perusahaan juga harus
memperhatikan karyawannya agar hak mereka tidak terabaikan sperti kenaikan gaji. Hopkins
( dalam Trong Tuan 2012) menjelaskan bahwa corporate social responsibility adalah untuk
menciptakan standar hidup yang tinggi, sambil menjaga profitabilitas korporasi, baik bagi orang-
orang didalam maupun diluar perusahaan.
Customer maupun Stakeholder sekarang lebih teliti dalam penentuan perilaku mereka,
khususnya untuk berinvestasi. Mereka melihat perilaku perusahaan yang mereka sumbangakan, P a g e 3 | 16
apakah perusahaan tersebut lebih pada profit oriented atau perusahaan tersebut justru
memperhatikan isu – isu tertentu?. Sejak isu mengenai social responsibility ini mulai menguak,
arah dari bisnis yang tadinya profit oriented mulai dihubungkan dengan isu pengembangan social
karena kedua hal tersebut tidak terpisahkan dalam praktek bisnis. Hal ini mendorong perusahaan
unluk aktif melakukan dan melaporkan aklivilas-aktivitas yang merupakan bagian dari tanggung
jawab sosial perusahaan. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan dukungan pemerintah
selaku pihak yang bertanggung jawab untuk menjaga kelangsungan hidup masyarakat. Peran
pemerintah dalam hubungan dengan perusahaan diperlukan bukan sebagai pihak pengatur atau
pengendali tetapi lebih merupakan pihak yang berperan sebagai mitra, (Anatan and Si, n.d.).
Dampak dari kesadaran akan pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan salah satunya
adalah konsep triple bollom line (profit. people. planet) yang dipopulerkan oleh John Elkington
pada awal tahun 1980-an yang mendorong berkembangnya konsep sustainabiliry reporting.
Kondisi ini kemudian diikuti dengan munculnya lernbaga - lernbaga yang memberikan pedomen
pelaporan tanggung jawab sosial seperti Global Reporting Initiative (GRI) serta munculnya
lembaga – lembaga baik dalam tingkat nasional ataupun intemasional yang memberikan
penghargaan kepada perusahaan-perusahaan karena keaktifannya dalam melakukan kegiatan
tanggung jawab sosial. Masyarakat juga tentunya mernberikan suatu apresiasi terhadap
perusahaan-perusahaan yang dianggap aktif melakukan tanggung jawab sosialnva baik melalui
penghargaan-penghargaan yang ditujukan kepada perusahaan tersebut sebagai sebuah entitas
maupun terhadap produk-produk yang dihasilkan perusahaan.
Contoh sederhana pelaksanaan CSR adalah dengan menghasilkan produk yang aman, tidak
berbahaya bagi kesehatan, dan ramah lingkungan; membuat sumur resapan; penyaluran limbah
dengan baik; dan pembatasan penggunaan AC dan listrik. Millon (2011) dalam (Mujtaba and
Cavico 2013) menjelaskan bahwa konstituen atau pemangku kepentingan lebih menekankan
pada tanggung jawab sosial perusahaan, mengharuskan manajemen untuk menyeimbangkan
kepentingan pemegang saham dan non-pemegang saham. “The importance of CSR is remarkable
not only for running a successful business, but also for the welfare of society” (Varadarajan and
Menon, 1988) dalam (Mobin Fatma and Zillur Rahman 2014).
P a g e 4 | 16
Penerapan Corporate Social Responsibility
Ketika ada hal baru dalam penerapannya terhadap bisnis khusunya secara global tentu
ada maksud dari penetapannya tersebut, dan juga pasti terdapat suatu lembaga yang mengatur hal
tersebut agar sesuai dengan visi misinya. lembaga tersebut menetapkan sebuah peraturan /
guidelines agar visi misinya bisa berjalan dengan lancer dan terarah, hal inipun sama dengan
penerapan Corporate Social Responsibility. Guideline yang diberlakukan untuk Corporate Social
responsibility ada beberapa lembaga yang mengangkat isu mengenai hal ini. Diantaranya :
International Organization for Standardization, Global Reporting Initiative, United Nations
Global Impact, United Nations Environment Programmed dan juga ada The Organisation for
Economic Co-operation and Development (OECD). Secara keseluruhan beberapa organisasi
tersebut memiliki visi dan misi yang tergolong sama yaitu mengenai yang membantu bisnis,
pemerintah dan organisasi lainnya memahami dan mengkomunikasikan dampak bisnis pada isu-
isu keberlanjutan penting seperti perubahan iklim, hak asasi manusia, korupsi dan banyak
lainnya. Bagi sebagian kalangan masyarakat mungkin lebih familiar hanya dengan ISO dan juga
GRI.
ISO (International Organization for Standardization) merupakan pedoman bagi
perusahaan untuk kontribusinya dalam sustainable development. ISO 26000 merupakan standar
pedoman mengenai tanggung tanggung jawab sosial suatu institusi yang mencakup semua sektor
badan publik ataupun badan privat baik di negara berkembang maupun negara maju. Standar ini
dikembangkan oleh Technical Committee ISO/TMB WG “Social Responsibility” sejak tahun
2004 dan diluncurkan pada tanggal 1 November 2010, setelah disetujui 93% negara anggota ISO
yang memilih, termasuk Indonesia. Standar ISO 26000 bukan merupakan standar untuk
sertifikasi yang memuat persyaratan yang harus dipenuhi oleh sebuah perusahaan/organisasi,
namun lebih kepada penyediaan panduan teknis bagi perusahaan/organisasi dalam menerapkan
social responsibility dengan mengacu kepada 7 core subjects. Didalam 7 core subjects ini juga
memuat beberapa isu yang dicantumkan dalam outline ISO 26000.
P a g e 5 | 16
(Source : http://www.iso.org/iso/home.html )
Setelah mempertimbangkan karakteristik Social responsibility dan hubungannya dengan
sustainable development, disarankan bahwa organisasi harus meninjau prinsip-prinsip social
responsibility seperti yang dicantumkan dalam outline ISO 26000. Sebelum menganalisis core
subject dan isu-isu tanggung jawab sosial, sebuah organisasi harus mempertimbangkan dua
praktek fundamental tanggung jawab social yaitu : recognizing its social responsibility within its
sphere of influence, and identifying and engaging with its stakeholders. Secara garis besar ISO
26000 merupakan panduan apabila perusahaan peduli terhadap isu-isu mengenai sustainable
development tidak sampai menilai dengan menggunakan sebuah ukuran terhadap apa yang
perusshaan sudah lakukan dalam isu-isu mengenai sustainable development. Gambar yang akan
disajikan menyangkut secara garisa besar outline dari ISO 26000 yang menjelaskan bagaimana
antara beberapa clause standar yang ada pada ISO 26000.
P a g e 6 | 16
Setelah ISO, kemudian adalah mengenai GRI (Global Reporting Initiative). Secara
keseluruhan hampir sama yaitu mengenai kerangka yang digunakan perusahaan untuk
melaporkan kinerja ekonomi, lingkungan dan social, Namun hal yang membedakan adalah GRI
disetiap indicator kinerja tersebut terdapat sebuah penilaian yang mana akan mengukur dari
kinerja yang telah dilakukan oleh perusahaan baik pada ekonomi, social mapun lingkungan atau
bisa dibilang dari setiap aspek tersebut ada alat pengujinya. Pada umumnya Tiga elemen utama
dalam proses pelaporan dideskripsikan dalam Bagian 1. Untuk membantu dalam menentukan apa
yang harus dilaporkan, bagian ini mencakup Prinsip Pelaporan terkait materialitas, pelibatan
pemangku kepentingan, konteks keberlanjutan dan kelengkapan laporan, beserta seperangkat
Alat Penguji singkat untuk setiap Prinsip.
Manfaat dan Hambatan Penerapan Corporate Social Responsibility
Manfaat yang bisa diperoleh adalah Kinerja organisasi pada tanggung jawab sosial dapat
mempengaruhi, antara lain : Keunggulan kompetitif, Reputasi, Kemampuan untuk menarik dan
mempertahankan pekerja atau anggota, pelanggan, klien dan pengguna, Pemeliharaan semangat
kerja karyawan, komitmen dan produktivitas, Persepsi investor, pemilik, donor, sponsor dan
komunitas keuangan, Hubungan dengan perusahaan, pemerintah, media, pemasok, rekan,
pelanggan dan masyarakat di mana ia beroperasi. (Khan and Manwani 2013) Perusahaan dan
korporasi mempraktikkan CSR & kesejahteraan agar memperluas persepsi positif & membantu
membangun kepercayaan yang kuat, serta, praktek-praktek ini mempromosikan dengan kuantitas
yang besar untuk membangun persepsi secara optimal terkait merek mereka, agar ada niatan
untuk dibeli. Oleh karena itu, ini adalah bagaimana meningkatkan ekuitas merek & juga
membawa pada peningkatan reputasi perusahaan anggota, manajer, & pemasok yang terkait
dengan proses. Hal seperti Ini pada akhirnya menyebabkan kinerja merek tinggi.
Selain ada manfaat juga terdapat kendala yang sering dihadapi dalam penerapan CSR ini,
adalah perusahaan tidak secara konsisten menerapkan CSR ini atau hanya sebagai pencitraan
saja. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa perusahaan yang ektif melakukan
tanggung jawab soslal ditunjukkan dengan perusahaan yang memperoleh penghargaan ICA
( Indonesia CSR Awards) memiliki manajemen laba yang rendah. Hal ini berarti perusahaan
yang aktif melakukan tanggung jawab social juga berusuha menekan praktek manajemen laba
yang terjadi di perusahaan, (Santoso 2013). (Kristi, n.d.) menyimpulkan bahwa sesuai dengan
teori stakeholder, semakin besar ukuran perusahaan maka tuntutan stakeholder atas manfaat
keberadaan perusahaan tersebut cenderung lebih besar. Perusahaan besar akan berusaha
mempengaruhi opini publik dan mengurangi tekanan stakeholder dengan jalan pengungkapan
yang lebih dan beragam, salah satunya dengan melakukan pengungkapan corporate social
responsibility.
. (Nejati 2012) menjelaskan, sebagai bagian dari upaya untuk bergerak menuju
keberlanjutan, perusahaan perlu menanamkan inisiatif sosial dan lingkungan sebagai bagian dari
strategi mereka untuk memastikan pencapaian keberlanjutan. Hal ini membutuhkan pemahaman
yang lebih baik mengenai CSR dan menetapkan strateginya berdasarkan kebutuhan lokal. CSR
bisa dibilang merupakan strategi yang dilakukan secara tidak langsung, diharapkan dengan
P a g e 1 | 16
pengunkapannya akan terjadi timbal balik terhadap ekonomi perusahaan, tapi Titisari
(dalam(Kusuma and Syafruddin 2014)) menjelaskan bahwa tidak berpengaruhnya CSR terhadap
kinerja keuangan dapat dikarenakan oleh isu mengenai CSR yang cenderung merupakan sesuatu
hal yang baru di Indonesia dan adanya ajang ISRA belum banyak diketahui oleh perusahaan di
Indonesia. “Reform will only happen when governments, businesses, NGOs and other
associations of the plural sector join forces. In recent years, we have seen the rise of partnerships
on issues such as carbon pricing, corruption and human rights. Some of these collaborations have
undoubtedly involved some “icing on the cake,” but many have been able to pool expertise, to
experiment with solutions and gradually establish consensus for change”, (Marques and
Mintzberg 2015), dari penjelasan tersebut bahwa kerjasama dari berbagai elemen dari Negara
tersebut akan sangat menentukan tingkat kesuksesan dari program yang akan dijalankan.
CSR di Indonesia
Program CSR di tahun 2008 memiliki tema khusus “Indosat Cinta Indonesia”, yang kemudian
pada tahun 2009, tema CSR Indosat berkembang menjadi “Satukan Cinta Negeri” sebagai
bentuk refleksi komitmen dan tanggungjawab Indosat sebagai perusahaan di Indonesia yang
Peduli atas kesejahteraan masyarakat dan lingkungan, serta upayanya untuk senantiasa berkarya,
memberikan manfaat, serta mengajak peran serta seluruh stakeholder untuk mewujudkan bangsa
Indonesia yang lebih baik, yang merupakan terjemahan dari keinginan masyarakat pada
umumnya untuk terlibat secara aktif dalam berbagai program sosial Indosat.
Analisis:
CSR adalah salah satu program yang bisa dilakukan perusahaan untuk melakukan kepedulian
terhadap konsumen atau masyarakat umum. Hal ini tidak merupakan kewajiban melainkan
kesukarelaan pihak perusahaan. Melihat penerapan CSR yang dilakukan indosat tersebut, saya
berpendapat bahwa perusahaan yang menyediakan jasa telekomunikasi tersebut tidak hanya
berorientasi pada profitabilitas internal tetapi sangat peduli terhadap lingkungan sekitar
perusahaan. 5 hal yang inisiatif saya rasa cukup untuk memenuhi kepedulian terhadap
lingkungan yang notabene bukan hanya lingkungan mikro tetapi lingkungan bangsa secara
global. Dan untuk merealisasikan teori inisiatif diatas sebaiknya perusahaan menggunakan P a g e 2 | 16
langkah-langkah yang strategis sesuai yang dikemukakan diatas. Dengan demikian akan
ditemukan titik temu antara makna tindakan CSR yang memberikan dampak positif bagi
kehidupan sosial dan sekaligus mendatangkan manfaat ekonomi baik bagi masyarakat maupun
perusahaan. Sepanjang keseimbangan ini dijaga dengan saksama, CSR bisa dipastikan
diselenggarakan dengan penuh tanggung jawab.
KESIMPULAN
Program CSR merupakan investasi bagi perusahaan demi pertumbuhan dan keberlanjutan
(sustainability) perusahaan dan bukan lagi dilihat sebagai sarana biaya (cost centre) melainkan
sebagai sarana meraih keuntungan (profit centre). Program CSR merupakan komitmen
perusahaan untuk mendukung terciptanya pembangunan berkelanjutan (sustainable
development). Disisi lain masyarakat mempertanyakan apakah perusahaan yang berorientasi
pada usaha memaksimalisasi keuntungan-keuntungan ekonomis memiliki komitmen moral untuk
mendistribusi keuntungan-keuntungannya membangun masyarakat lokal, karena seiring waktu
masyarakat tak sekedar menuntut perusahaan untuk menyediakan barang dan jasa yang
diperlukan, melainkan juga menuntut untuk bertanggung jawab sosial. Menurut pendapat saya,
hal ini berdampak baik bagi kemajuan dunia akuntansi. Sehingga perusahaan tidak akan profit
oriented dengan mengeksploitasi habis sumber daya, namun mereka akan mengkonservasi dan
tetap menjaga keseimbangan alam. Demi kelangsungan hidup generasi yang akan datang.
P a g e 3 | 16
REFERENCES
Anatan, Lina, and M Si. n.d. “CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY ( CSR ): Tinjauan
Teoritis Dan Praktik Di Indonesia Oleh :,” 1–11.
Journal, Korean, and Communication Studies. 2012. “Iso 26000:2010, Guidance on Social
Responsibility.,” 47–71.
Khan, Abdul Alim, and D T Manwani. 2013. “‘Sustainability & Corporate Brand Equity through
Corporate Social Responsibility Initiatives.’” Asia Pacific Journal of Management &
Entrepreneurship Research 2 (2): 267–79.
http://search.proquest.com/docview/1353015815?accountid=13250.
Kristi, Agatha Aprinda. n.d. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan CSR Pada
Perusahaan Publik Di Indonesia.”
Kusuma, Destia, and Muchamad Syafruddin. 2014. “Analisis Pengaruh Corporate Social
Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Manajemen Laba Sebagai
Variabel Pemoderasi.” Diponegoro Journal of Accounting Issn: 2337-3806 3 (1): 1–13.
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting.
Lucky, By, and Enajite Edjenekpo. 2010. “Employee Perception of Nigerian Content, Corporate
Social Responsibility and Sustainability Issues in the Oil and Gas Equipment and Service
Industry in the Niger Delta: 2010 and Beyond,” 1–87.
Marques, José Carlos, and Henry Mintzberg. 2015. “Why Corporate Social Responsibility Isn’t a
Piece of Cake.” MIT Sloan Management Review 56 (4): 8–11.
Mobin Fatma and Zillur Rahman. 2014. “Building a Corporate Identity Using Corporate Social
Responsibility: A Website Based Study of Indian Banks.” Social Responsibility Journal 10
(4): 591–601. doi:10.1108/SRJ-01-2013-0002.
Mujtaba, Bahaudin G, and Frank J Cavico. 2013. “Corporate Social Responsibility and
Sustainability Model for Global Firms.” Journal of Leadership, Accountability and Ethics
10 (1): 58–75. http://search.proquest.com/docview/1450019543?accountid=14089\nhttp://
linksource.ebsco.com/linking.aspx?
sid=ProQ:abiglobal&fmt=journal&genre=article&issn=&volume=10&issue=1&date=2013-P a g e 4 | 16
02-01&spage=58&title=Journal+of+Leadership,+Accountability+and+Ethics&at.
Nejati, Mehran. 2012. “Corporate Social Responsibility in Iran from the Perspective of
Employees.” Social Responsibility Journal 8 (4): 578–88.
doi:10.1108/17471111211272552.
Santoso, Eko Budi. 2013. “Corporate Social Responsibility :”
Trong Tuan, Luu. 2012. “Corporate Social Responsibility, Ethics, and Corporate Governance.”
Social Responsibility Journal 8 (4): 547–60. doi:10.1108/17471111211272110.
P a g e 5 | 16