berilmu dan beramal shalih perantara mendapatkan rahmat allah

22
BERILMU DAN BERAMAL SHALIH PERANTARA MENDAPATKAN RAHMAT ALLAH Khutbah Jum’at, Ust. Bernard Abdul Jabbar (Mantan Missionaris Kristen) ن م له و ل ض م لا ف لهد ه ال ه ي ن م ا، ن ل ما ع ا ات ن سي ا و ن س ف ن ور ا ر( ش ن م له ال+ ب وذ ع نره و ف ع ت س ن ه و ن ي ع ت س ن و7 مده ح ن له مد ل ح ل ا ن< ا عده+ ن ول س ولا ر ي+ ب نه لا ول س ده ور+ ن ع مدا ح م ن هد ا( ش له واG ك ري( ش وحده لا له ال لا< له ا< ا لا ن هد ا( ش له، ا هاذي لا ف له ل ض ي. له وي ال ق ت+ ن ي س ف ن اي ب< م وا ك ن ص و . ا ن ي وم الد ي ى ل< ا سان ح_ عه ب‘ا+ ت ن ن م ه و+ حاب ص له واe ي ا عل و7 مد ح م ي علG ارك+ م وب سل ل و ص م هل ل ا لe ا} َ ونُ مِ لْ سُ ّ م مُ ت نَ اَ وَ ّ لاِ < اَ ّ نُ ي وُ مَ تَ لاَ وِ هِ ابَ قُ نَ ّ قَ حَ ّ اْ واُ قَ ّ ن اْ واُ نَ مe اَ ن يِ دَ ّ ال اَ هُ ّ يَ ا اَ ب{ : ى ل عا ن ه و حاب+ ب س له ال ال د ف ق ف. ون ق ت م ل ا ار د ف ق ف: ران م ع102 Kita menyadari bahwa kehidupan yang dilakukan manusia semata- mata hanyalah untuk mengabdi dan beribadah kepada Allah Ta’ala. : ره ف+ ت لا( َ ونُ قَ ّ تَ نْ مُ كَ ّ لَ عَ لْ مُ كِ لْ + بَ ق نِ مَ ن يِ دَ ّ الَ وْ مُ كَ قَ لَ ح يِ دَ ّ الُ مُ كَ ّ + بَ رْ واُ دُ + نْ ع اُ اسَ ّ ن ل ا اَ هُ ّ يَ ا اَ ب21 ) “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa”. (Al Baqarah: 21) : ة ن ي+ ن لا( ِ هَ مِ ّ يَ فْ ل اُ ن يِ ذَ G كِ لَ ذَ وَ اهَ كَ ّ ز ل وا اُ يْ وُ يَ وَ اهَ لَ ّ ض ل وا اُ م يِ فُ نَ اء وَ قَ تُ حَ ن يِ ّ الدُ هَ لَ ن يِ ضِ لْ حُ مَ َ ّ وا اُ دُ + نْ عَ تِ ل اَ ّ لِ < وا اُ رِ مُ ا اَ مَ و5 ) “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus”. (Al Bayyinah: 5) : ات ارب الد( ِ ونُ دُ + نْ عَ تِ ل اَ ّ لِ < اَ س نِ < اْ الَ وَ ّ نِ + جْ ل اُ تْ فَ لَ ح اَ مَ و56 ) “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.(Adz Dzariyat: 56) Beberapa ayat di atas merupakan perintah untuk beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Tentunya, dalam beribadah bukan semata-mata karena kita ingin dipuji bahwa kita adalah seorang yang alim, shalih, orang yang dermawan. Tetapi semata- mata ibadah yang kita lakukan hanya mengharapkan ridha Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebagaimana firman-Nya, : راف ع لاا( َ ن يِ نِ سْ جُ مْ ل اَ نِ ّ مٌ + ب يِ زَ قِ ّ اَ تَ مْ حَ رَ ّ نِ < ا56 ) “Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”. (Al A’raaf: 56) Tentunya apa yang kita lakukan dalam kehidupan ini adalah karena Allah Ta’ala. Dalam doa iftitah shalat, sering kita berdoa

Upload: independent

Post on 21-Feb-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BERILMU DAN BERAMAL SHALIH PERANTARA MENDAPATKAN RAHMAT ALLAH

Khutbah Jum’at, Ust. Bernard Abdul Jabbar (Mantan Missionaris Kristen)

ل له وم�ن� لا م�ض هد ه ال�له ف� ا، م�ن� ي�� ع�مال�ن �ات� ا �ن ا وس�ي� سن ف ن� �رور ا ال�له م�ن� ش) عوذ ب�+ فره ون� ع ست� ه ون� ن عي� ست� حمده7 ون� ن� ال�حمد ل�له ن� ا>عده ي� ولا رس�ول ن�+ ب+ ده ورس�وله لا ن� ن� م�حمدا ع�ن+ �هد ا ش�) �كG له وا �Iي ر لا ال�له وح�ده لا ش) له ا> ن� لا ا> �هد ا ش�) �لا ه�اذي� له، ا لله ف� ض .ي��وي ال�له ق� ت� سي� ن�+ ف اي� ن� �Iب كم وا> وص�ن� �. ا ن� �Iي وم ال�د لى ي�� ح�سان� ا> ا_ عه ب�` ت+ ه وم�ن� ن�� ص�حاب�+ �له وا eع�لي م�حمد7 وع�لي ا Gارك� ال�لهم ص�ل وس�لم وب�+ل eسلمون� { ا م م� ت� vن �لا وا ن� ا> موي�� ه ولا ت�� �vب ا ق� ق� ن�� وا اهلل ح� ق� وا ان�� ن م� eن� ا �Iي د ها ال� �vي �ا ا عالى: }ب�� ه ون�� حاب� ال ال�له س�ب+ د ف�� ق� . ف� ون� ق� ار ال�مت� د ف� ق� ف�

: 102ع�مران�Kita menyadari bahwa kehidupan yang dilakukan manusia semata-mata hanyalah untuk mengabdi dan beribadah kepada Allah Ta’ala.

: ف�ره� ون� )ال�ت+ ق� ت� م ن�� ك عل م ل� لك ب+ ن� ق�� ن� م� �Iي د م وال� ك لق� ي� ح� د م ال� ك +vب دوا ر ن+ اس اع� ها ال�ن �vي �ا ا (21ب��“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa”. (Al Baqarah: 21)

: ة� ن ي� )ال�ن+ مه� ي� ف� ن� ال� �Iي كG ذ ل� اه� وذ ك� وا ال�ز �vي �و �vي لاه� و موا ال�ض ي� ف� اء ون�� ق ت ن� ح� �Iي ن� له ال�د ي� لض ح م� دوا اهلل عن+ ت� ا ل� ل مروا ا> �ا ا (5وم�“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulahagama yang lurus”. (Al Bayyinah: 5)

: ات� �vارب )ال�د دون� عن+ ت� ا ل� ل س ا> ن� ن� والا> ج+ ت� ال� لف� ا ح� (56وم�“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.(Adz Dzariyat: 56)Beberapa ayat di atas merupakan perintah untuk beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Tentunya, dalam beribadah bukan semata-mata karena kita ingin dipuji bahwa kita adalah seorang yang alim, shalih, orang yang dermawan. Tetapi semata-mata ibadah yang kita lakukan hanya mengharapkan ridha Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebagaimana firman-Nya,

: ع�راف �ي�ن� )الا سن مج ن� ال� ي�Iب+ م� �ز مت� اهلل ق� ن� رح� (56ا>“Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”. (Al A’raaf: 56)Tentunya apa yang kita lakukan dalam kehidupan ini adalah karena Allah Ta’ala. Dalam doa iftitah shalat, sering kita berdoa

ن� �ى� ل�له رت+ ال�عال�مي� vت اي� وم�ما سكي� وم�جن� �ى� ون� vن� ص�لات ا>Jadi, mengharapkan rahmat Allah adalah merupakan suatu hal yang mutlak dalam kehidupan manusia, Karena Allah Ta’ala memasukkan seseorang bukan karena ilmu yang senantiasa dipelajari, bukan karena amal shalih, melainkan lantaran rahmat dari Allah Ta’ala.

ا ل ا ا> vب �ال ولا ا ف�� ول اهلل ا رس� ب� ب�� ي� �وا ولا ا ال� مله ف�� ه ع� ن� ج+ ب± م ن�� ك ن د م� ح� �س ا ي� م ل� ل ه وس� لن� ع� ي اهلل ل ي� ص� ب+ ال ال�ي ال ف�� ره� ف�� �Iي ر ى� ه� +vت �ن� ا ع� مه� ره� ورح� ف مع ة ت�+ ن م� اهلل ى� ت¹ د م غ ت� ن� ن�� �اDari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu berkata, Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Tidaklah seorang pun dari kalian yg diselamatkan oleh amalnya. Seseorang bertanya: Tuan juga, wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Tidak juga aku, kecuali bila Allah melimpahkan ampunan & rahmat padaku”. (HR. Muslim)Upaya untuk menjadikan suatu ibadah yang kita lakukan itu bernilai ikhlas hanya untuk Allah merupakan perkara yang tidakmudah. Bahkan lebih berat daripada amal ibadah itu sendiri. Padahal keikhlasan  merupakan salah satu syarat diterimanya suatu ibadah sebagaimana banyak diterangkan dalam ayat Al Qur’an dan hadits Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam. Bisa jadipada saat kita beribadah, kita telah mengikhlaskan segalanya untuk Allah. Tetapi di lain waktu, karena terdorong riya’ kitapun membeberkan ibadah yang telah kita sembunyikan untuk Allahsemata. Kitapun ingin agar ibadah kita didengar oleh orang banyak dan akhirnya mengharapkan pujian dari manusia dan sebagainya. Yang lain lagi adalah merasa senang bila amalnya dapat dilihat orang. Perasaan ini adalah penyakit yang sangat berbahaya.  Riya’ maupun sum’ah merupakan penyakit ibadah yangsepanjang masa tetap ada dalam kehidupan manusia.Sesungguhnya, ibadah yang benar adalah melakukan amal perbuatan semata-mata hanya untuk memenuhi perintah dan hak-hak Allah Ta’ala dan mengikuti petunjuk Rasul-Nya.Sebab itu, Allah Ta’ala memasukkan seseorang karena rahmat-Nya, bukan karena ilmu dan amal shalih. Ilmu dan amal shalih hanya merupakan perantara menuju rahmat-Nya. Tetapi, jika kitaingin diberikan rahmat oleh Allah Ta’ala maka tuntutlah ilmu dan beramal shalihlah, karena keduanya adalah jalan mendapatkan Rahmat Allah Azza Wa Jalla.Kisah Orang Tua Imam Abu HanifahSeorang lelaki yang soleh bernama Tsabit bin Ibrahim sedang berjalan di pinggiran kota Kufah. Tiba-tiba dia melihat satu

buah apel jatuh keluar pagar sebuah kebun buah-buahan. Melihatapel yang merah ranum itu membuat Tsabit teringin untuk memakannya. Tambahan pula ketika itu panas dan dia kehausan. Tanpa berfikir panjang dipungut dan dimakannyalah buah apel itu. Akan tetapi baru separuh apel itu dimakan, tiba-tiba dia teringat bahawa apel bukan miliknya dan dia belum mendapat izin pemiliknya.Maka dia segera pergi ke dalam kebun buah-buahan itu untuk menemui pemiliknya dan meminta dihalalkan buah yang telah dimakannya. Di dalam kebun itu dia bertemu dengan seorang lelaki. Lalu dia pun berkata, “Aku sudah makan setengah dari buah epal ini. Aku berharap tuan menghalalkannya”. Orang itu menjawab, “Aku bukan pemilik kebun ini. Aku Khadamnya yang ditugaskan menjaga dan mengurus kebunnya”. Dengan nada menyesal Tsabit bertanya lagi, “Di mana rumah pemiliknya? Aku akan menemuinya dan minta agar dihalalkan epalyang telah aku makan ini.” Pengurus kebun itu memberitahunya, “Jika engkau ingin pergi ke sana maka engkau harus menempuh perjalanan sehari semalam”.Tsabit bin Ibrahim bertekad akan pergi menemui tuan pemilik kebun itu. Katanya kepada orang tua itu, “Tidak mengapa. Aku akan tetap pergi menemuinya, meskipun rumahnya jauh. Aku telahmemakan apel yang tidak halal bagiku kerana tanpa izin pemiliknya. Bukankah Rasulullah s.a.w. sudah memperingatkan kita melalui sabdanya: “Siapa yang tubuhnya tumbuh dari yang haram, maka ia lebih layak menjadi umpan api neraka”Tsabit pergi juga ke rumah pemilik kebun itu, dan setiba di sana dia terus mengetuk pintu sambil memberi salam dengan sopan,sambil berkata,” Wahai tuan yang pemurah, saya sudah terlanjur makan setengah dari buah apel tuan yang jatuh ke luar kebun tuan. Karena itu maukah tuan menghalalkan apa yang sudah ku makan itu?”Lelaki tua yang ada di hadapan Tsabit mengamatinya dengan cermat. Lalu dia berkata tiba-tiba, “Tidak, aku tidak boleh menghalalkannya kecuali dengan satu syarat.” Tsabit merasa khawatir dengan syarat itu kerana takut dia tidak dapat memenuhinya. Maka segera dia bertanya, “Apakah syarat itu tuan?” Orang itu menjawab, “Engkau harus mengawini putriku !”Tsabit bin Ibrahim tidak memahami apa maksud dan tujuan lelakiitu, maka dia berkata, “Apakah karena hanya aku makan setengahbuah epalmu dari kebunmu, aku harus mengkahwini puterimu?”

Pemilik kebun itu tidak mempedulikan pertanyaan Tsabit. Malah dia terus saja berkata , “Sebelum pernikahan dilakukan engkau harus tahu dulu kekurangan-kekurangan puteriku itu. Dia seorang yang buta, bisu, dan tuli. Lebih dari itu ia juga seorang yang lumpuh!”Tsabit amat terkejut dengan keterangan pemilik kebun. Dia berfikir di dalam hatinya, apakah wanita seperti itu patut diapersunting sebagai isteri gara-gara setengah buah apel yang tidak dihalalkan kepadanya? Kemudian pemilik kebun itu menyatakan lagi, “Selain syarat itu aku tidak boleh menghalalkan apa yang telah kau makan !”Tsabit kemudian menjawab dengan yakin, “Aku akan menerima pinangannya dan perkahwinanya. Aku telah bertekad akan mengadakan pertukaran dengan Allah Rabbul ‘alamin. Untuk itu aku akan memenuhi kewajipan-kewajian dan hak-hakku kepadanya kerana aku amat berharap Allah selalu meridhaiku dan mudah-mudahan aku dapat meningkatkan kebaikan-kebaikanku di sisi Allah Ta’ala”.Maka pernikahan pun dilaksanakan. Pemilik kebun itu menyediakan dua orang saksi yang akan menyaksikan pernikahan tersebut. Seusai majlis pernikahan, Tsabit dipersilakan masuk menemui isterinya.Sewaktu Tsabit hendak masuk kamar pengantin, dia berfikir akantetap mengucapkan salam walaupun isterinya tuli dan bisu, kerana bukankah malaikat Allah yang berkeliaran dalam rumahnyatentu tidak tuli dan bisu juga. Maka iapun mengucapkan salam, “Assalamu”alaikum…”Tidak disangkanya sama sekali wanita yang ada di hadapannya iaitu isterinya itu menjawab salamnya. Ketika Tsabit masuk hendak menghampiri wanita itu , dia mengulurkan tangan untuk menyambut tangannya. Sekali lagi Tsabit terkejut kerana wanitayang itu menyambut huluran tangannya.Tsabit merasa heran. “Ayahnya mengatakan bahwa wanita itu tulidan bisu tetapi ternyata dia menjawab salamnya dengan baik. Jika demikian bererti wanita yang ada di hadapanku ini dapat mendengar dan tidak bisu. Ayahnya juga mengatakan bahawa dia buta dan lumpuh tetapi ternyata dia menyambut kedatanganku dengan ramah dan mengulurkan tangan dengan mesra pula”, Kata Tsabit dalam hatinya. Tsabit berfikir, mengapa ayahnya menyampaikan berita-berita yang bertentangan dengan yang sebenarnya?

Setelah Tsabit duduk di samping isterinya, dia bertanya, “Ayahmu mengatakan kepadaku bahwa engkau buta. Mengapa?” Wanita itu kemudian berkata, “Ayahku benar, kerana aku tidak pernah melihat apa-apa yang diharamkan Allah”. Tsabit bertanyalagi, “Ayahmu juga mengatakan bahwa engkau tuli, mengapa?” Wanita itu menjawab, “Ayahku benar, kerana aku tidak pernah mau mendengar berita dan cerita orang yang tidak membuat ridhaAllah.”Ayahku juga mengatakan kepadamu bahwa aku bisu dan lumpuh, bukan?” Tanya wanita itu kepada Tsabit. Tsabit mengangguk perlahan mengiyakan pertanyaan isterinya. Selanjutnya wanita itu berkata, “Aku dikatakan bisu kerana dalam banyak hal aku hanya menggunakan lidahku untuk menyebut asma Allah Ta’ala saja. Aku juga dikatakan lumpuh kerana kakiku tidak pernah pergi ke tempat-tempat yang boleh menimbulkan kemurkaan Allah Ta’ala”.Tsabit amat bahagia mendapat seorang isteri shalehah dan wanita yang memelihara dirinya. Dengan penuh syukur dia berkata tentang isterinya, “Ketika kulihat wajahnya… Subhanallah, dia bagaikan bulan purnama di malam yang gelap”.Tsabit dan isterinya yang shalihah dan cantik itu hidup rukun dan berbahagia. Tidak lama kemudian mereka dikurniakan seorangputera yang ilmunya memancarkan hikmah ke seluruh penjuru dunia, Beliau adalah Al Imam Abu Hanifah An Nu’man bin Tsabit.Meninggalkan SyubhatBanyak hikmah yang dapat dipetik dari Kisah Pemuda dan Buah Apel tersebut. Di antaranya, meninggalkan syubhat, yakni perkara yang samar dan meragukan. Sang pemuda, Tsabit, meragukan kehalalan apel yang didapatkannya tanpa membeli, menanam, atau pun dari pemberian.Ia pun meyakinkan kehalalan terhadap apa yang dimakannya tersebut dengan meminta keridaan sang pemilik. Tsabit sangat berhati-hati terhadap apa yang ia masukkan ke perutnya. Meski menemukannya di jalan yang seharusnya tak lagidimiliki orang lain, Tsabit merasa ragu ia akan melanggar hak kepemilikan si pemilik kebun. Ia takut bahwa memakan harta orang lain dapat membawa kemurkaan Allah. Maka, Tsabit pun meminta izin dari sang pemilik apel.

 Allah Ta’ala dalam firmannya pun telah mewanti-wanti Muslimin agar tak terhanyut dengan perkara syubhat. Pasalnya, syubhat sering kali membawa seseorang terjatuh pada keharaman karena meremehkan perkara tersebut. “Katakanlah, tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu. Maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakalagar kamu mendapat keberuntungan.” (Al-Maidah: 100) Rasulullah pun menyebutkan dalam hadits An-Nu’man bin Basyir, 

حرام ي� ال� ع ف د وف�� ق� ف� هات� ب+ ي� ال�س) ع ف ن� وف�� وم�“Siapa yang terjatuh ke dalam syubhat (perkara yang samar), berarti dia jatuh ke dalam perkara yang haram,” (HR. Bukhari dan Muslim) Dalam hadits yang lain, Rasulullah juga memerintahkan kaum Muslimin agar meninggalkan segala perkara syubhat.

Gك ن+ �Àن ر ا لا ي�� لى م� كG ا> ن+ �Àن ر ا ي�� ذع م�“Tinggalkan apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu!”. (HR.Ahmad, Tirmidzi, Nasa’i) Seringkali kita lalai pada perkara syubhat dan tanpa sadar jatuh pada keharaman. Bahkan, tak sedikit pula yang justru dengan sadar melakukan perbuatan yang diharamkan. Dari kisah ini, dapat diambil pelajaran agar berhati-hati dan menjauhkan diri dari segala perkara haram dan syubhat. Setiap Muslim hendaknya melakukan sesuatu yang telah jelas kehalalannya. Setiap makanan, pakaian, harta harus dipastikan kehalalannya. Selain itu, terdapat hikmah lain yang dapat kita petik dari kisah Tsabit dan gadis yang shalehah, yakni pria shaleh akan mendapat atau berjodoh dengan wanita yang shalehah, demikian pula sebaliknya. Tsabit seorang pemuda shaleh yang tanpa diduga ia pun menikahiwanita yang sangat shalehah. “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula),

dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik ,dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)…,” (An Nur: 26) Kisah di atas juga mengajarkan agar senantiasa hanya berharap pada ridha Allah Ta’ala, bukan lainnya. 

و ه ه� ب� روه ا> ف ع ت� اس� ا ف� ولى� ه�د ول ق� ق� �م. ا كت� ح ز ال� ك� وال�د ات� �vب eن� الا ه م� ن� ما ق� م ت�+ اك� �Iب ي� وا> عب ق م، ون� �vري ك ال� ن� eرا�ف ي� ال� م ف ك ول� ارك�G ال�له لى� ب�+م ت� ح� ور ال�ز ق ع ال� 

MEMPERTAHANKAN PERSAHABATANKhutbah Jum’at. Ust. Wiwid Purwawan Lc, M.Si

هده ال�له ا م�ن� ي�� ع�مال�ن �ات� ا �ن ا وم�ن� س�ي� سن ف ن� �رور ا ال�له م�ن� ش) عوذ ب�+ ه ون� ل�ن� وت+ ا> ن� ±vره ونف ع ست� ه و ن� ن عي� ست� حمده7 و ن� ن� ال�حمد ل�له ن� لا ا> ف�عده. ي� ن�+ ب+ له لا ن� لن� ه وح� ن+ ي� ده ورس�وله وح�ن+ ن� م�حمدا ع�ن+ �هد ا ش�) �لا ال�له ، وا له ا> ن� لا ا> �هد ا ش�) �لا ه�اذي� له. ا لله ف� ض ل له وم�ن� ي�� م�ض

م ت� vن �ا وا ل ن� ا> موي�� ه ولا ت�� �vب ا ق� ق� ن�� ح� وا اهلل ق� وا ان�� ن م� eن� ا �Iي د ها ال� �vي �ا ا : ب�� ن� لي� �اب� ص�دق� ال�ق� �ل وه�و ا �vي نر ي م�حكم ال�ت� عالى ف ال ال�له ن�� د ف�� ق� ف�ل ع�مران� : eسلمون� )ا (102م�

وله ع ال�له ورس� ط ن� ي�� م وم� ك وب�+ vي م ذ ك ر ل� ف ع م ون�� ك مال� ع� �م ا ك لح ل� ض دا. ي�� �vب د ولا س� وا ق� ول� وا ال�له وق� ق� وا ان�� ن ن� ءام� �Iي د ها ال� �vي �اا عالى: ب�� ال ن�� وف��ما ي� Òظ ا ع� ور ار ق د ف� ق� ف�

ق� ال� ها ، وح� مح ة� ت�� سن ج ة� ال� �ن ي� ع ال�س ت+ �vن �نت� ، وا ت) ك� ن� ح� اهلل ق� ر ، اي�� ا ذ +vب �ا ا م – : ” ب�� ل له وس� eه وا لن� ع� ي اهلل ل – ص� ول اهلل ال رس� وف�� سن� ح� لق� ح اس ن�+ ال�ن

Ma’asyiral Muslimin jama’ah jum’at yang dimuliakan oleh Allah Ta’ala.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, kita patut bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dan itu merupakan sikap yangtinggi bagi seorang hamba yang menyadari akan berlimpahnya nikmat Allah Ta’ala kepada kita. Apalagi, kita dapat menghadiri panggilan Allah Subhanahu Wa Ta’ala pada hari ini,

dimana tidak semua kaum muslimin dapat hadir menjalankan ibadah shalat jum’at. Kita bertemu dengan saudara seiman, bersama-sama meningkatkan iman dan takwa, merupakan bukti bahwa kita masih berusaha untuk tetap istiqamah di jalan AllahTa’ala. Karena bila kita tidak berjumpa dengan saudara kita seiman, lalu kita akan berjumpa dengan siapa? Kalau kita berjumpa dengan mereka yang berbeda agama dan ideology, tentunya jika hal tersebut menyebabkan keluar dari ketaatan kepada Allah, maka kita bisa terlepas dari jalan istiqamah.

Oleh karena itu, bertemunya kita dengan saudara seiman kita dalam rangka berupaya untuk tetap istiqamah di jalan Allah, perlu kita syukuri bersama.

Pada kesempatan berbahagia ini, khatib ingin menyampaikan hal terkait persahabatan. Apa itu persahabatan, pentingnya bersahabat, dan bagaimana cara untuk melanggengkan persahabatan tersebut.

Kalau kita bercermin kepada masa Rasulullah, maka orang islam yang dikatakan sahabat adalah mereka yang bertemu dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, beriman kepada beliau dan meninggal dalam keadaan Islam.

Jika pengertian sahabat pada masa Rasulullah memiliki syarat keimanan dalam diri mereka, maka pelajaran yang dapat diambil darinya pada masa sekarang adalah seorang mukmin dikatakan sahabat mukmin lainnya jika keduanya sama-sama beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.

Lalu bagaimana dengan persahabatan seorang muslim dengan non muslim? Persahabatan tersebut bukanlah persahabatan ideologis karena disana tidak ada hak dan kewajiban untuk saling menjagakeimanan antara satu dengan lainnya, berbeda dengan persahabatan mukmin. Karena sudah menjadi sifat seorang mukmindalam rangka menunaikan hak persahabatannya adalah dengan menjaga keimanan saudaranya.

Memilih Dan Memilah Sahabat

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menjadikan teman sebagai patokan terhadap baik dan buruknya agama seseorang.

Oleh sebab itu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam memerintahkan kepada kita agar memilih teman dalam bergaul.

ل ال� ح ن� ن�� م م� دك� ح� �ر ا Òظ ن لي� له ف� لن� ح� ن� �Iي لي ذ مرء ع� م : ” ال� ل ه وس� لن� ع� ي اهلل ل ص� ول اهلل ال رس� ب� : ف�� ال� ها , ف�� ب ع� ي� اهلل ه� رض ش) �ان� ن� ع� ع�“

Dari ‘Aisyah Radhiallahu Anha berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Agama seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Maka hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya”.(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albanidalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)

Hadits ini memberikan keterangan tentang pentingnya memilah dan memilih tentang siapa yang baik untuk dijadikan sahabat. Tentunya sahabat disini adalah ia yang mengerti hak dan kewajiban bagi saudaranya. Sahabat yang menjaga agama saudaranya bukan yang menjerumuskan ke dalam kenistaan. Sahabat yang menjaga diri kita dari hal-hal yang haram, sahabat yang menyadari bahwa persahabatan bukan hanya di duniasaja, tetapi sahabat yang menjaga dan mengerti bahwa persahabatan tersebut bisa langgeng hingga ke akhirat.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam juga bersabda:

ي� ل Òا ظ� ل ل ا> Òوم لا ظ� ي� ي�� ل Òي� ظ� هم ف ل Òظ� �وم ا ن� لالى� ال� ح+ ون� ن�+ اي�+ ح مت� ن� ال� ي�� � ا امه� ن� ف� وم ال� ول ي�� ق� ن�� ن� اهلل ا>“Bahwasanya Allah berfirman pada hari kiamat: “Dimanakah orang-orang yang saling mengasihi dengan keagunganKu, maka pada hari ini aku menaungi mereka di bawah naunganku pada hari tidak ada naungan kecuali naunganKu”. (HR Muslim, dari hadits Abu Hurairah, kitabul Adab, bab Fadhlul hubbi fillah)

Sebaliknya, bergaul dengan teman yang buruk juga ada dua kemungkinan yang kedua-duanya buruk. Kita akan menjadi jelek atau kita akan ikut memperoleh kejelekan yang dilakukan teman kita. Memilih teman yang jelek akan menyebabkan rusaknya agamaseseorang. Jangan sampai kita menyesal pada hari kiamat nanti karena pengaruh teman yang jelek sehingga tergelincir dari jalan kebenaran dan terjerumus dalam kemaksiatan. Renungkanlahfirman Allah berikut:

ز ك� ال�د ن� ي� ع� ب ل ص� �د ا ق� لا ل� لن� ا ح� لاب� د ف� ح ن�� �م ا ي� ل� ب ي� ن� ي ل� لب� ا وب�� لا ب�� ن� ي` ول س� س� ع ال�ز ت� م� د ح ي� ان�� ب ي� ن� ا ل� ول ب�� ق� ه ن�� دب�� لي ب�� م ع� ال� Òال�ظ عض وم ن�� �vي وولا د ح� سان� ن� لا> ان� ل� ظ ن� ان� ال�س) ى� وك� اءت� ذ ح�+ عد ا> ن�+

“Dan ingatlah ketika orang-orang zalim menggigit kedua tanganya seraya berkata :“Aduhai kiranya aku dulu mengambil jalan bersama Rasul. Kecelakaan besar bagiku. Kiranya dulu aku tidak mengambil fulan sebagai teman akrabku. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur’an sesudah Al Qur’an itu datang kepadaku. Dan setan itu tidak mau menolong manusia”. (Al Furqan: 27-29)

Lihatlah bagaimana Allah menggambarkan seseorang yang telah menjadikan orang-orang yang jelek sebagai teman-temannya di dunia sehingga di akhirat menyebabkan penyesalan yang sudah tidak berguna lagi.

Imam Asy-Syafi’I Rahimahullahu banyak memberi pedoman dalam memilih kawan. Beliau juga mengakui sukar mencari sahabat sejati yang mau berbagi dalam suka dan duka bersama. Ketika menilai sahabat sejati pada waktu susah, katanya:

“Kawan yang tidak dapat dimanfaatkan ketika susah lebih mendekati musuh daripada sebagai kawan.”Tidak ada yang abadi dan tidak ada kawan yang sejati kecuali yang menolong ketika susah.

Beliau Rahimahullahu juga berkata,

هل ة ش� ن� ارق�� ق ، وم� عت+ ص� ق� ي�¹ د اذ ال�ض ح ن� ان�� ا> ه، ف� كG ب�+ �vي د ن� د ن�` س) ق� ق� ي�¹ د كG ص� ان� ل� ا ك� اذ“Jika engkau memiliki sahabat maka peganglah kedua tangannya erat-erat, karena mencari sahabat (sejati) sangatlah sulit, adapun meninggalkan sahabat perkara yang mudah”.

ه �vب لا ن� ر ا ع� ق له، وع� ل د ح� له ، وس� ل ل ع� ن+ ه: ق�� ن� ح� �ه� ا و ح� �ي� ا دق� ف ن� ص� م�“Siapa yang JUJUR dalam menjalin UKHUWWAH (persaudaraan) dengan saudaranya… maka ia akan menerima ‘kecacatan’nya, mengisi kekurangannya, danmemaafkan ketergelincirannya”.

Mempertahankan Persahabatan

Setelah mengetahui betapa pentingnya persahabatan tersebut, lalu bagaimana cara untuk mempertahankan persahabatan tersebut?

Banyak diantara kita yang mudah bergaul dan berteman dengan banyak manusia, tetapi berapa banyak orang yang dapat mempertahankan persahabatannya tersebut? Bahkan karena perselisihan dan kepentingan duniawi, persahabatan tersebut buyar. Disebabkan persahabatannya bukan berlandaskan cinta danbenci karena Allah Ta’ala, bahkan bernotabene kepentingan duniawi. Maka perebutan dunia, tidak sedikit menyisakan perselisihan diantara mereka sehingga menjauhkan hati seorang muslim dengan muslim lainnya.

1. a.      Bercerah Wajah

ه وج+ اك�G ي�+ ح� �ي ا لق� ن� ب�� �ا ول�و ا �ن ي� حف�رن�7 م�ن� ال�معروف س�) ه وس�لم: لا ن�� ي� ص�لي ال�له ع�لن� ب+ ال لى� ال�ي ال: ف�� ه ف�� ي� ال�له ع�ن ر رض ى� ذ +vت �ع�ن� ا. ظ�لق�

Dari Abu Dzar Radhiallahu Anhu berkata, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda kepadaku, “Janganlah engkau meremehkan kebaikan sekecil apapun, walaupun itu berupa cerahnya wajahmu terhadap saudaramu”. (HR. Muslim)

Senyum kepada lawan bicara, atau orang yang ditemui, akan mencairkan hati dan menimbulkan kebahagiaan. Tidak ada hati yang fitrah dan bersih kecuali pasti akan memberikan respon positif terhadap senyuman. Wajah yang penuh senyuman adalah akhlak Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. Selain menjadi bagiandari praktek akhlak mulia Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, senyuman juga hal yang diperintahkan oleh beliau kepada ummatnya dalam berinteraksi sosial. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

“Senyummu terhadap wajah saudaramu adalah sedekah”. (HR. Tirmidzi, ia berkata: “Hasan gharib”. Dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih At Targhib)

Hadits ini juga dalil bahwa senyum itu merupakan sedekah. Walhamdulillah, betapa Allah itu Ar Rahim, sangat penyayang kepada hamba-Nya. Karena ternyata sedekah itu tidak harus dengan uang atau harta benda. Cukup menggerakkan otot wajah

dan bibir, membentuk sebuah senyuman, seseorang sudah bisa bersedekah. Betapa banyak orang yang ditemui setiap hari sehingga betapa banyaknya sedekah yang dilakukan jika kita mempraktekan akhlak mulia ini.

Andai anda berat untuk tersenyum, setidaknya janganlah bermukamasam, kecut, sinis kepada orang lain. Sekedar memasang muka yang cerah, itu sudah dihitung kebaikan dalam Islam. Sekecil apapun kebaikan, pasti akan berpengaruh terhadap ikatan persahabatan atau persaudaraan kita. Apabila kita belum bisa memberikan kebaikan yang besar kepada saudara kita, maka kita harus memulainya dengan hal-hal yang kecil. Dan apabila persahabatan terlanjur rusak, maka mulailah memperbaikinya dengan hal-hal yang ringan, meskipun hanya bermuka ceria ketika bertemu dengannya.

1. b.      Lemah Lembut

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengatakan hal ini kepada ‘Aisyah-istri beliau Shallallahu Alaihi Wasallam,

ه ل مر ك� �ي� الا ق� ف ق ت+ ال�ز ج ق� ن�� ن� رق� ن� اهلل ا>“Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha Lembut yang mencintai kelembutan dalam seluruh perkara.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Beliau juga bersabda:

ه اب� ا س�) ل ء ا> ي� ن� ش) ع م� نر ه ولا ب�� اب� ا ر ل ء ا> ي� ي� ش) ون� ف ك ق� لا ب�� ق ن� ال�ز ا>“Sesungguhnya sifat lemah lembut itu tidak berada pada sesuatu melainkan dia akan menghiasinya (dengan kebaikan). Sebaliknya, tidaklah sifat itu dicabut dari sesuatu, melainkan dia akan membuatnya menjadi buruk”. (HR. Muslim)

Sifat Ar-Rifq (lemah lembut) merupakan sifat yang dicintai oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dan juga dengannya akan bisa meraih segala kebaikan dan keutamaan. Dengannya pula akan melahirkan sikap hikmah, yang juga merupakan sikap yang dicintai oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala di dalam berkata dan bertindak.

1. c.       Saling Memberi

Islam mensyari’atkan sarana yang dapat menyebabkan keakraban, mendamaikan dan menghilangkan kabut hati. Di antara sarana ituadalah saling memberikan hadiah di antara sesama muslim.

Hadiah dapat melakukan apa yang tidak dapat dilakukan ucapan dan permintaan ma’af. Ia mampu menghilangkan kabut hati, memadamkan api permusuhan, menenangkan kemarahan dan melenyapkan rasa iri hati dan kedengkian. Ia dapat mendatangkan kecintaan dan persahabatan setelah sekian lama tercerai-berai. Hadiah selalu memberi kesan perdamaian, rasa cinta dan penghargaan dari si pemberi kepada yang diberi.

Persahabatan semestinya tidak kering dari adanya pemberian. Saling memberi hadiah walaupun sedikit tidak ditinjau dari sisi nilai materinya tetapi lebih kepada nilai maknawinya. Halini dapat terlihat dari sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam melalui hadits Abu Hurairah Radhiallahu Anhu bahwa beliau bersabda,

“Wahai para wanita kaum muslimin, janganlah ada seorang tetangga meremehkan pemberian tetangganya yang lain sekali ia (pemberian tersebut) berupa ujung kuku (teracak) unta.” (HR. Bukhari) Padahal, apalah artinya kuku yang tentunya hanya menyisakan sedikit daging.

Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam menganjurkan agar saling memberi dan menerima hadiah. Beliau menjelaskan pengaruh hadiah di dalam meraih kecintaan dan kasih sayang di antara sesama manusia,

وا حاي�+ هاذوا ن�� ي��“Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. al-Bukhari, al-Adab al-Mufrid)

Hadits yang mulia ini menunjukkan bahwa pemberian hadiah akan menarik rasa cinta diantara sesama manusia, karena tabiat jiwamemang senang terhadap orang yang berbuat baik kepadanya. Inilah sebab disyariatkannya memberi hadiah. Dengannya akan terwujud kebaikan dan kedekatan. Sementara agama Islam adalah agama yang mementingkan kedekatan hati dan rasa cinta. Hadiah menumbuhkan cinta yang berarti akan mengusir kebencian, permusuhan, dan kedengkian di dalam hati.

Sebagai penutup, yang semestinya diperhatikan dalam memberikanhadiah adalah seseorang hendaknya melihat keadaan orang yang akan diberikan hadiah agar hadiah tersebut berada pada tempat yang semestinya dan lebih bermanfaat bagi yang menerimanya. Seorang yang fakir diberikan hadiah yang bisa dimanfaatkannya dan bisa menolong penghidupan serta nafkahnya. Sementara orangyang berpunya diberi hadiah pula yang sesuai keadaannya seperti diberi minyak wangi dan semisalnya. Dengan demikian masing-masing diberikan yang sesuai dengan keadaannya. (Taudhihul Ahkam, 5/128)

 

و ه ه� ب� روه ا> ف ع ت� اس� ا ف� ولى� ه�د ول ق� ق� �م. ا كت� ح ز ال� ك� وال�د ات� �vب eن� الا ه م� ن� ما ق� م ت�+ اك� �Iب ي� وا> عب ق م، ون� �vري ك ال� ن� eرا�ف ي� ال� م ف ك ول� ارك�G ال�له لى� ب�+م ت� ح� ور ال�ز ق ع ال�

 

JANGAN REMEHKAN DOA

Khutbah Jum’at. Ust. Drs. H. Aseph Aonuddin, M.Si

لا ال�له ال�مال�كG ال�حق� له ا> ن� لا ا> �هد ا ش�) �م. ا ت� ف� لى صراط م�ست� ، ال�هاذي� ا> ن� عي� ست� اه ن� �Iب د وا> عن+ اه ن� �Iب م، ا> ي�Iر ال�حكت� ال�حمد ل�له ال�عره وم�ن� ص�حاب�+ �له وا eا م�حمد7 وع�لي ا دب� . ال�لهم ص�ل وس�لم ع�لي س�ن� ن� م�ي� �ده ورس�وله ال�ضاذق� ال�وع�د الا ن� م�حمدا ع�ن+ �هد ا ش�) �، وا ي�ن� ال�من+

. ن� �Iي وم ال�د لى ي�� ح�سان� ا> ا_ عه ب�` ت+ ن��ال�له م�ن� عوذ ب�+ �م: ا �vن� ال�كري �ي ال�ف�را عالى ف ال ال�له ن�� . ف�� ون� ق� ار ال�مت� د ف� ق� وي ال�له ف� ق� ت� سي� ن�+ ف اي� ن� �Iب كم وا> و ص�ن� �ها ال�مسلمون� ا �vي �ا

م: ت� ظان� ال�زح�+ ن� ال�س) : ل ع�مران� eا } سلمون� م م� ت� vن �لا وا ن� ا> موي�� ه ولا ت�� �vاب ق� ق� ن�� وا اهلل ح� ق� وا ان�� ن م� eن� ا �Iي د ها ال� �vي �ا ا 102}ب��

Kaum muslimin yang dirahmati Allah..

Alhamdulillah pada siang kali ini kita berkumpul dalam sebuah masjid. Karena kita datang memenuhi panggilan Allah dan tengahberkumpul di rumah-Nya, mudah-mudahan yang memuliakan kita

adalah Allah Subhanahu Wa Ta’ala, kemuliaan di dunia dan akhirat.

Inti daripada khutbah jum’at adalah seorang khatib berkewajiban menyampaikan ajakan takwa kepada Allah dengan takwa yang sebenarnya. Dan Ia memesankan bahwa janganlah meninggalkan dunia ini melainkan dalam keadaan islam.

Mudah-mudahan pada waktu dipanggil oleh Allah, kita tetap dalam keadaan iman dan islam sehingga meninggal dalam keadaan Husnul Khatimah.

Secara bahasa, takwa berarti: takut atau mencegah dari sesuatuyang dibenci dan dilarang. Sedangkan menurut istilah, terdapatpelbagai pengertian mengenai takwa. Ibn Abbas mendefinisikan, taqwa adalah takut berbuat syirik kepada Allah dan selalu mengerjakan ketaatan kepada-Nya. [Tafsir Ibn Katsir]

Umumnya, para ulama mendefinisikan taqwa sebagai berikut: “Menjaga diri dari  perbuatan maksiat, meninggalkan dosa syirik, perbuatan keji dan dosa-dosa besar, serta berperilaku dengan adab-adab syariah.” Singkatnya, “Mengerjakan ketaatan dan menjauhi perbuatan buruk dan keji.” Atau pengertian yang sudah begitu populer,  taqwa adalah melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala bentuk larangan-Nya.

Kata takwa sudah amat akrab di telinga kita. Tiap khutbah Jumat sang khatib senantiasa menyerukan pesan takwa. Mudah-mudahan dengan seruan takwa tersebut kita dijadikan sebagai orang-orang Muttaqin oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dan memang, jika ingin memperoleh kemuliaan di dunia maupun di akhirat, maka tidak bisa terlepas dari sikap Takwa. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

: . )ال�حح+رات� م اك� ق� �vن � ا د اهلل ن م ع� ك زم� ك� �ن� ا …. ا> …13)“Sesungguhnya orang-orang yang paling mulia di antara kamu sekalian di sisi Allahadalah orang yang paling bertakwa”. (Al Hujurat: 13) 

Jika mengharapkan rahmat dan barakah Allah dicurahkan dari langit dan dikeluarkan dari bumi, hidup tenang dan tentram, menjadi negara yang disebut alquran sebagai Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Gafuur”, kuncinya juga takwa.

: �ا ور )س�ن+ ق ة� ورت+ ع� ن+ ي� لده� ط� روا له ب�+ ك م واس�) ك +vب ر ق� ر ن� ر لوا م� مال ك� وش�) ن� مي� ن� ت�� ع� ان� ن� ي ه� ح�+ ب�� eهم ا ب سك ي� م� ا> ف سن+ ان� ل� د ك� ق� (15ل�“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun”. (Saba’: 15)

ون� سن+ ك وا ب�� اي� ما ك� م ت�+ اه� ب� د ح� �ا وا ف� +vي د ـكن� ك� ول� رض �ماء والا ن� ال�س م� ات� رك� هم ي�+ لب� ا ع� ب ج ت� ف وا ل� ق� وا وان�� ن م� eري ا�ف ل ال� ه� �ن� ا �و ا ول� : ع�راف �(96)الا

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (Al A’raf: 96)

Dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari Muslim dikisahkan sebuah peristiwa yang terjadi pada zaman Bani Israil, jauh sebelum diutusnya Rasulullah. Beliau mengisahkannya kepada kita berdasarkan wahyu dari Allah Ta’ala, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

ال ق� هم ف� لب� ت� ع� ف� ت+ ظ اي� ل ف� ب+ ج+ ن� ال� حره� م� م ص� اره� م ع� لي ف� ت� ع� ظ ح ان� ل ف� ب+ ي� ح�+ ار ف لى ع� ووا ا> �ا ر ف� مظ م ال� ه� د ح� �ون� ا مش) ي� فر ن�� ه� ن� (vب لا ما ب�) ي ي� ي�`ه ب� هم ا> م: ال�ل ده� ح� �ال ا ق� م. ف� ك ن ها ع� فرج�+ عل ال�له ن�� ها، ل� عالى ي�+ اذعوا ال�له ن�� له ف� ه� ل� ح ال� ا ص� موه� ملي� مالا ع� ع� �روا ا Òظ : اي� عض ت+ هم ل� عض ن�+

هما ب� ي� شق� دي� ق� وال� ت� ي�+ �دا ب+ ت� ق� لن+ هم ح� لب� ت� ع� رح� �ا ا ذ ا> هم ف� لب� ي ع� رع� �ار ا ع ة� ص� ن� ي` ى� ولى� ص� � Iت � وامرا ران� ن� ت` ك� ان� ح ت� س�) دان� ان� لى� وال� ك�لات+ ح ال� ن�ت� ب�+ ج+ لب+ ف� ح� �نت� ا ما ك� ت� ك� لن+ ح ا ف� ام� د ب� هما ف�� دي�� وح�+ ت� ق سن� م� �ي ا ب� ح� ت� eلم ا ر ف� ح+ وم ال�ش) ات� ي�� ى� ذ ي ت�+ �ا ه ب� vب �، وا ي� ب± ل ن�` ب+ ق��

ل ر± لم ي�� ،7 ف� دمي� د ف�� ن ون� ع� اع ض ن� ة� ن�� ن� ي` لهما، وال�ض ب+ ة� ق�� ن� ي` ي� ال�ض ق� س� �ن� ا �زه ا ك� �هما وا وم� ن� ي� هما م� Òظ وق�� �ن� ا �زه ا ك� �هما ا د رءوش� ن مت� ع� ق� ف�ماء. ها ال�س ب ه� ي�ري م� زج+ ها ق� ب ا م� ن ل� زج� اق� هكG ف� اء وج�+ ع ت� `vان Gك ل� علب� ذ ى� ف� Iت �علم ا نت� ن�� ن� ك� ا> ر، ف� ح+ ف لع ال� ي ظ� ب� هم ح� ي�+ �ى� وذا +vت �كG ذا ل� ذ

ساء ال ال�ي ح�+ ت+ ال�ز ج ا ن�� د م� س�) �ا ها ك� ب� ي+ ب+ ح� �م ا ة� ع� ن +vان ب� لى� اي� ه ك� ب� هم ا> ر: ال�ل خ� eال الا ماء، وف�� ها ال�س ب وا م� �زا ه� ق� زج+ ها ق� ب ال�له م� فرج� ف�ا : ب�� ب� ال� ها ف�� لب� ن� رح�+ ي� عت� ي�+ ا وف�� لم ها ف� ها ي�+ ب� �ي ح+ ار ف� ن ن�¹ ه� ذ �اب� معت� م� ي ح�+ ب� ت� ح� عن+ ت� ار ق� ن ن�¹ ذ ه� �ماب� ها ت�+ ب� ن�¹ eي ا ب� +ب� ح� ي� �ا سها ف� ف ها ن� ب� ل� ت� ا> لن+ وظ�ها ب ا م� ن ل� زج� اق� هكG ف� اء وج�+ ع ت� `vان Gك ل� علب� ذ ى� ف� Iت �علم ا نت� ن�� ن� ك� ا> ها، ف� ب مت� ع� ق� ه. ف� ق� ح لا ن�+ م ا> اي�� ح ح ال� ت� ف ال�له ولا ن�� ق� د ال�له، اي�� ن+ ع�

ت� عرص� ي� ف� ق� ي� ح� ب ظ ع� �ال: ا مله ف�� ي ع� ض ا ق�� لم ف� رر � ا فرق� را ن�+ ن� ج+ �رت� ا خ�+ �ا ن� نت� اس� ى� ك� ت¹ هم ا> ر: ال�ل خ� eال الا هم، وف�� ل� فرج� . ف� ه� زج+ ق�

: لب� . ف�� ي� ق� ي�7 ح� لمب Òظ ال�له ولا ي�� ق� ال: اي�� ق� ى�7 ف� اءت� ح+ ا، ف� اءه� ف�را ورع� ة ن�+ ن معت� م� ي ح�+ ب� رعه ح� ر �ل ا ر �لم ا ة، ف� ن ت+ ع� زع� ه ق� زق� ه ق� لن� ع�ف�ر ت+ كG ال� ل� د ذ ، ح� Gك ي� ي�+ هز ب� س� �ى� لا ا ت¹ : ا> لب� ق� . ف� ى� ي� ت�+ هز سب� ال�له ولا ن�� ق� ال: اي�� ق� ا. ف� ه� د ح ها ف� �اي� ف�ر ورع� ت+ كG ال� ل لى ب�� ت+ ا> ه� اذ

ي� ق� ا ن�` ال�له م� فرج� . ف� ي� ق� ا ن�` ا م� ن ل� زج� اق� هكG ف� اء وج�+ ع ت� `vان Gك ل� علب� ذ ى� ف� Iت �علم ا نت� ن�� ن� ك� ا> ه، ف� ت+ ب�+ ه� د± ه ف� د ح� �ا ا. ف� اءه� ورع�Ketika ada tiga orang sedang berjalan, mereka ditimpa oleh hujan. Lalu mereka pun berlindung ke dalam sebuah gua di sebuah gunung. Tiba-tiba jatuhlah sebuah batu besar dari gunung itu lalu menutupi mulut gua mereka. Lalu sebagian mereka berkata kepada yang lain: “Perhatikan amalan shalih yang pernah kamu kerjakan karena Allah, lalu berdoalah kepada Allah dengan amalan itu. Mudah-mudahan Allah menyingkirkan batu itu dari kalian.”

Lalu berkatalah salah seorang dari mereka: “Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai dua ibu bapak yang sudah tua renta,seorang istri, dan anak-anak yang masih kecil, di mana aku menggembalakan ternak untuk mereka. Kalau aku membawa ternak itu pulang ke kandangnya, aku perahkan susu dan aku mulai dengan kedua ibu bapakku, lantas aku beri minum mereka sebelumanak-anakku. Suatu hari, ternak itu membawaku jauh mencari tempat gembalaan. Akhirnya aku tidak pulang kecuali setelah sore, dan aku dapati ibu bapakku telah tertidur. Aku pun memerah susu sebagaimana biasa, lalu aku datang membawa susu tersebut dan berdiri di dekat kepala mereka, dalam keadaan tidak suka membangunkan mereka dari tidur. Aku pun tidak suka memberi minum anak-anakku sebelum mereka (kedua orangtuanya, red.) meminumnya. Anak-anakku sendiri menangis di bawah kakikumeminta minum karena lapar. Seperti itulah keadaanku dan mereka, hingga terbit fajar. Maka kalau Engkau tahu, aku melakukan hal itu karena mengharapkan wajah-Mu, bukakanlah satu celah untuk kami dari batu ini agar kami melihat langit.”

Lalu Allah bukakan satu celah hingga mereka pun melihat langit.

Yang kedua berkata: “Sesungguhnya aku punya sepupu wanita yangaku cintai, sebagaimana layaknya cinta seorang laki-laki kepada seorang wanita. Aku minta dirinya (melayaniku), tapi dia menolak sampai aku datang kepadanya (menawarkan) seratus dinar. Aku pun semakin payah, akhirnya aku kumpulkan seratus

dinar, lalu menyerahkannya kepada gadis itu. Setelah aku berada di antara kedua kakinya, dia berkata: ‘Wahai hamba Allah. Bertakwalah kepada Allah. Jangan engkau buka tutup (kiasan untuk keperawanannya) kecuali dengan haknya.’ Maka akupun berdiri meninggalkannya. Kalau Engkau tahu, aku melakukannya adalah karena mengharap wajah-Mu, maka bukakanlahuntuk kami satu celah dari batu ini.”

Maka Allah pun membuka satu celah untuk mereka.

Laki-laki ketiga berkata: “Ya Allah, sungguh, aku pernah mengambil sewa seorang buruh, dengan upah satu faraq beras. Setelah dia menyelesaikan pekerjaannya, dia berkata: ‘Berikan hakku.’ Lalu aku serahkan kepadanya beras tersebut, tapi dia tidak menyukainya. Akhirnya aku pun tetap menanamnya hingga aku kumpulkan dari hasil beras itu seekor sapi dan penggembalanya. Kemudian dia datang kepadaku dan berkata: ‘Bertakwalah kepada Allah, dan jangan zalimi aku dalam urusan hakku.’

Aku pun berkata: ‘Pergilah, ambil sapi dan penggembalanya.’ Dia berkata: ‘Bertakwalah kepada Allah dan jangan mempermainkan saya.’ Aku pun berkata: ‘Ambillah sapi dan penggembalanya itu.’ Akhirnya dia pun membawa sapi dan penggembalanya lalu pergi. Kalau Engkau tahu bahwa aku melakukannya karena mengharap wajah-Mu, maka bukakanlah untuk kami apa yang tersisa.”

Maka Allah pun membukakan untuk mereka sisa celah yang menutupi. (HR. Bukhari dan Muslim)

Jangan Menganggap Remeh Doa

Doa merupakan suatu ibadah dan salah satu bentuk taqarrub yangpaling afdhal yang harus dilakukan oleh seorang Mukmin terhadap Rabb-Nya. Ia juga mengandung makna perlindungan seorang hamba kepada Rabbnya dan bagaimana dia merasakan betapa faqir, hina dina serta lemahnya kekuatan yang ada pada dirinya.

Doa juga merupakan senjata orang beriman. Namun banyak orang berdoa hanya saat dalam keadaan sempit dan terjepit. Sebaliknya ketika senang dan lapang dirinya lupa kepada Allah.

Mengaji dianggap sebuah kegiatan yang hampir tidak ada manfaatnya, dirinya tertumpu pada kekuatan, kekayaan dan sebagainya. Tetapi begitu diberikan ujian berupa sakit hingga menginap di rumah sakit. Hidungnya terpasang oksigen, kanan kiri terpasang cairan pengganti yang dibutuhkan tubuhny, dokterpun mengatakan sudah berusaha maksimal, tapi Allah lah yang menentukan. Ketika kita menjenguknya dirinya pun berkata,“tolong doakan saya”. Padahal selama ini dirinya lupa kepada Pencipta-Nya dan lupa kepada Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Dalam hal ini, ketiga orang tersebut berlindung kepada Allah Ta’ala dan memohon agar Dia Ta’ala menyelamatkan mereka dari kondisi yang tengah mereka alami (terkurung dalam gua) melaluidoa dan tawassul mereka kepadaNya.

Allah Ta’ala berfirman:

“Dan Rabbmu berfirman, “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. (Ghâfir: 60)

Dan firmanNya:

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoaapabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (Al-Baqarah: 186)   

Mengapa harus berdoa?? Karena harus yakin bahwa segala sesuatuyang terjadi adalah atas izin Allah. Perjalanan hidup ini masih panjang sedangkan Allah Ta’ala adalah Dzat yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji, Maha Kuasa atas segala sesuatu dan sebagainya.

Berbakti Kepada Kedua Orangtua

Hadits diatas juga menunjukkan keutamaan berbakti kepada keduaorangtua (birr al-Wâlidain), patuh, melakukan kewajiban terhadap hak-hak keduanya dan mengabdikan diri serta menanggung segala kesulitan dan derita demi keduanya. Diantaranya hak-hak keduanya adalah:

melakukan perintah keduanya selama bukan dalam berbuat maksiatkepada Allah Ta’ala, melayani, membantu dalam bentuk fisik danmateril, berbicara dengan ucapan yang lembut, tidak durhaka serta selalu berdoa untuk keduanya.

Memperbanyak doa untuk keduanya, bersedekah jariyah atas nama keduanya, melaksanakan wasiat, menyambung rahim serta memuliakan rekan-rekan keduanya. Dalam hal ini Allah berfirman:

“Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlahkepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (Al-Isra’: 23-24)

Meninggalkan Maksiat Karena Allah

Terlihat dari doa orang kedua dari tiga orang yang terkurung dalam gua tersebut. Dirinya bertawassul kepada Allah melalui perbuatannya yang dianggap paling afdhal dan ikhlas dilakukannya yaitu meninggalkan zina karena Allah.

“Sesungguhnya aku punya sepupu wanita yang aku cintai, sebagaimana layaknya cinta seorang laki-laki kepada seorang wanita. Aku minta dirinya (melayaniku), tapi dia menolak sampai aku datang kepadanya (menawarkan) seratus dinar. Aku pun semakin payah, akhirnya aku kumpulkan seratus dinar, lalu menyerahkannya kepada gadis itu. Setelah aku berada di antara kedua kakinya, dia berkata: ‘Wahai hamba Allah. Bertakwalah kepada Allah. Jangan engkau buka tutup (kiasan untuk keperawanannya) kecuali dengan haknya.’ Maka aku pun berdiri meninggalkannya. Kalau Engkau tahu, aku melakukannya adalah karena mengharap wajah-Mu, maka bukakanlah untuk kami satu celah dari batu ini.”

Karena sikapnya yang dapat menjaga dirinya tersebut, dia akhirnya mendapatkan balasan yang baik di dunia, yaitu dengan merenggang dan terbukanya rongga gua dari batu besar yang

menutupnya. Sungguh, apa yang berasal dari sisi Allah adalah lebih baik dan abadi.

Memberikan Hak Pekerja

Bagi setiap majikan hendaklah ia tidak mengakhirkan gaji bawahannya dari waktu yang telah dijanjikan, saat pekerjaan itu sempurna atau di akhir pekerjaan sesuai kesepakatan. Jika disepakati, gaji diberikan setiap bulannya, maka wajib diberikan di akhir bulan. Jika diakhirkan tanpa ada udzur, maka termasuk bertindak zhalim.

Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam juga memerintahkan memberikanupah sebelum keringat si pekerja kering. Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,

ه رق� ف ع� ح+ ن� ن�� �ل ا ب+ ره ق�� خ�+ �ر ا ن� ج+ �وا الا ط ع� �ا“Berikan kepada seorang pekerja upahnya sebelum keringatnya kering.” (HR. Ibnu Majah, shahih)

Maksud hadits ini adalah bersegera menunaikan hak si pekerja setelah selesainya pekerjaan, begitu juga bisa dimaksud jika telah ada kesepakatan pemberian gaji setiap bulan.

Pemberian upah ini tetap harus diberikan kepada yang berhak. Hal inilah yang dicontohkan oleh doa orang ketiga meskipun telah berlangsung beberapa lama. Doa orang ketiga tersebut yaitu, “Ya Allah, sungguh, aku pernah mengambil sewa seorang buruh, dengan upah satu faraq beras. Setelah dia menyelesaikanpekerjaannya, dia berkata: ‘Berikan hakku.’ Lalu aku serahkan kepadanya beras tersebut, tapi dia tidak menyukainya. Akhirnyaaku pun tetap menanamnya hingga aku kumpulkan dari hasil berasitu seekor sapi dan penggembalanya. Kemudian dia datang kepadaku (setelah beberapa tahun) dan berkata: ‘Bertakwalah kepada Allah, dan jangan zalimi aku dalam urusan hakku.’

Aku pun berkata: ‘Pergilah, ambil sapi dan penggembalanya.’ Dia berkata: ‘Bertakwalah kepada Allah dan jangan mempermainkan saya.’ Aku pun berkata: ‘Ambillah sapi dan penggembalanya itu.’ Akhirnya dia pun membawa sapi dan penggembalanya lalu pergi. Kalau Engkau tahu bahwa aku

melakukannya karena mengharap wajah-Mu, maka bukakanlah untuk kami apa yang tersisa.”

Maka Allah pun membukakan untuk mereka sisa celah yang menutupi.

Demikianlah diantara pelajaran dan hikmah yang kita perolah dari kisah yang diceritakan oleh Rasulullah Shallallahu AlaihiWasallam. Mari kita jalani kehidupan ini dengan ikhlas dan mengharap keridhaan Allah. Oleh karena itu, milikilah amal unggulan yang bisa dijadikan sebagai wasilah untuk bermunajat kepada Allah untuk meminta dilepaskan dari kesulitan yang dihadapi ketika berada dalam situasi seperti kisah di atas. Mudah-mudahan kisah ini memberikan manfaat dan barakah bagi kita semua.

ه ه�و ب� ه ا> لاوب�� كم ب�� ي� وم�ن ل م�ب ن+ ف� م، ون�� ك�ز ال�حكت� ات� و ال�د ب�� eه م�ن� الا ن� ما ق� اك�م ت�+ �Iب ي� وا> عب ق ون� ي�Iر ن� ال�عر eرا�ي� ال�ف ارك�G ال�له لى� ول�كم ف ب�+م ور ال�زح�ت� ق ال�ع