asam benzoat dan natrium benzoat : sifat, karakteristik dan fungsional
TRANSCRIPT
Senyawa Benzoat : Sifat, Karakteristik dan Fungsional
DAFTAR ISI1. Karakteristik Umum................................................22. Benzoat Sebagai Bahan Pengawet....................................2
3. Benzoat Sebagai Senyawa Antioksidan dan Agen Anti-Browning........54. Regulasi dan Metabolisme Benzoat..................................6
5. Daftar Pustaka :..................................................8
DAFTAR GAMBARGambar 1. Efek Asam Benzoat Pada Escherichia coli (Bakteriostatik; AktivitasBakterisidal) dan Staphylococcus aureus ( Bakteriostatik; Aktivitas bakterisidal)........................................................4Gambar 2. Penghambatan Aspergillus niger oleh Asam Benzoat; Asam p-hidroksibenzoat propil ester dan Asam Sorbat.......................4Gambar 3. Struktur Benzoat dan Senyawa Turunannya....................5Gambar 4. Reaksi Pencoklatan Enzimatis...............................6Gambar 5. Mekanisme Metabolisme Benzoat Dalam Tubuh (Betaria, 2012). .7
DAFTAR TABELTabel 1. Kadar Maksimal Benzoat Pada Beberapa Produk Pangan..........3Tabel 2. Pengaruh pH Pada Disosiasi Asam Benzoat.....................4
Semarang, Maret 2013
Yeremia Adi Wijaya
1Yeremia Adi Wijaya ©2013 Food-Chem Studio
Senyawa Benzoat : Sifat, Karakteristik dan Fungsional
1.Karakteristik UmumAsam benzoat/ asam benzene karboksilat/ asam phenil
karboksilat (C7H6O2 atau C6H5COOH) merupakan suatu
senyawa kimia yang umum digunakan sebagai bahan
pengawet yang dianggap GRAS oleh FDA, dan secara
kimia dapat dihasilkan melalui oksidasi fase cair
dari toluena (Srour, 1989; WHO, 2000). Asam benzoat memiliki
bentuk serbuk kristal padat, tidak berwarna, tidak berbau,
sedikit terlarut didalam air, tetapi larut dalam etanol dan
sangat mudah larut dalam benzena dan aseton. Asam benzoat, dalam
bahan pangan umum digunakan sebagai bahan pengawet. Namun diluar
itu, juga dapat dimanfaatkan sebagai penghambat korosi (WHO,
2000). Dalam beberapa penelitian menunjukan bahwa senyawa benzoat
dapat ditemukan secara alami pada beberapa jenis tanaman dan juga
produk hewani baik dalam bentuk bebas maupun dalam bentuk
terikat. Asam benzoat dalam tanaman seperti pada beberapa tanaman
berry (±500 mg/kg) seperti cranberry (V.vitis idaea) dan bilberry
(V.macrocarpon) dengan kandungan sebesar 300 – 1300 mg/kg buah
ditemukan dalam bentuk glikosida (Hegnauer, 1996). Selain tanaman
berry, Asam benzoat juga teridentifikasi pada beberapa spesies
fitofag dan omnivora seperti pada (lagopus mutus) (Hegnauer,
1989).maupun pada muskox jantan (Ovibos moschatus) (Flood et al,
1989)
Natrium benzoat (C7H502Na), merupakan senyawa yang
secara kimia dihasilkan dari reaksi netralisasi
2Yeremia Adi Wijaya ©2013 Food-Chem Studio
Senyawa Benzoat : Sifat, Karakteristik dan Fungsional
asam benzoat dengan natrium hidroksida (NaOH), merupakan salah
satu bentuk pengawet benzoat yang sering digunakan untuk
menghambat pertumbuhan jamur dan bakteri dengan pKa = 8,0 (Srour,
1989). Secara kimia, natrium benzoat terlarut dalam ethanol,
methanol dan etilen glikol dan mempunyai tingkat kelarutan yang
lebih tinggi 200 kali (550 – 630 g/liter pada 20°C) dibandingkan
asam benzoat (2,9 g/liter pada 20°C). Kelarutan natrium benzoat
dalam air yang tinggi ini kemudian menjadikan natrium benzoat
lebih sering digunakan dibandingkan asam benzoat.
2.Benzoat Sebagai Bahan PengawetDi kebanyakan negara, senyawa asam benzoat dan garamnya lebih
banyak dimanfaatkan sebagai bahan pengawet makanan. Sebagai bahan
pengawet, asam benzoat dan natrium benzoat akan efektif apabila
digunakan pada kisaran pH 2,5 – 4 dan menjadi kurang efektif
apabila digunakan pada pH diatas 4,5 (Rahman, 2007). Di USA, asam
benzoat dan natrium benzoat merupakan salah satu senyawa yang
dikategorikan GRAS (Generally Recognized as Safe) dengan batasan
maksimal adalah 0,1%. Untuk masing-masing negara, batasan benzoat
yang diizinkan dalam tiap jenis bahan pangan sangat beragam.
Berikut tabel batasan benzoat yang diperbolehkan dalam beberapa
jenis bahan pangan yang digunakan di India :
Tabel 1. Kadar Maksimal Benzoat Pada Beberapa Produk Pangan
Jenis bahan pangan Kadarmaksimal
benzoat (ppm)
3Yeremia Adi Wijaya ©2013 Food-Chem Studio
Senyawa Benzoat : Sifat, Karakteristik dan Fungsional
Anggur non-alkohol, jus buah,air barley (yang digunakansetelah adanya pengenceran)
600
Selai, jelly, buah kaleng 200Minuman-minuman manis yang siapsaji
120
Breewed ginger beer 120Acar dan chutney 250Tomat dan produk saus lainnya 750Caviar 50Pasta tomat dan puree tomat 750Sirup dan sharbat 600Fat spread 1000 (Mahindru, 2000)
Senyawa benzoat sebagai pengawet makanan diketahui dapat
mengendalikan pertumbuhan bakteri, khamir maupun kapang. Namun
demikian, efektivitas pengendaliannya cenderung lebih tinggi pada
khamir dan kapang dibandingkan bakteri (Frazier & Westhoff,
1988). Dalam hal ini, diketahui bahwa kebanyakan khamir dan
kapang dapat dihambat sebanyak 0,05% - 0,1% dari jumlah asam yang
tidak terdisosiasi, sedangkan bakteri hanya dihambat dalam jumlah
yang lebih kecil dibandingkan khamir dan kapang. Oleh karenanya,
senyawa benzoat cenderung kurang efektif dalam mengawetkan produk
pangan yang potensinya terhadap pertumbuhan bakteri sangat
tinggi. Untuk meningkatkan efektifitas dalam menghambat
pertumbuhan bakteri, umumnya senyawa benzoat ditambahkan bersama
dengan asam sorbat maupun SO2 (Mahindru, 2000)..
4Yeremia Adi Wijaya ©2013 Food-Chem Studio
Senyawa Benzoat : Sifat, Karakteristik dan Fungsional
Efektivitas benzoat sebagai pengawet
sangat dipengaruhi oleh pH dimana
semakin rendah pH maka benzoat akan
semakin efektif peranannya sebagai
antimikroba karena semakin banyaknya
asam yang tidak terdisosiasi. Semakin
banyak asam yang tidak terdisosiasi
(tidak bermuatan) tersebut maka akan
membuat benzoat menjadi semakin mudah
terlarut dalam lipid dari membran sel
mikroba yang bersifat permeabel
terhadap molekul benzoat tersebut.
Ketika molekul asam benzoat masuk
kedalam sel mikroba tersebut, maka
molekul asam benzoat akan terdisosiasi
dan menghasilkan sejumlah ion hidrogen
(H+) yang menyebabkan penurunan pH pada
sel mikroba tersebut, dan sebagai
akibatnya aktivitas metabolisme sel
akan terganggu dan akhirnya sel mikroba
dalam bahan pangan tersebut akan mati
(Zentimer, 2007). Gambar 1 dan Gambar
2, menunjukan pengaruh pH terhadap
aktivitas benzoat dalam menghambat pertumbuhan Escherichia coli;
Stapylococcus aureus; dan Aspergillus niger
5Yeremia Adi Wijaya ©2013 Food-Chem Studio
Gambar 1. Efek Asam BenzoatPada Escherichia coli ( :Bakteriostatik; :Aktivitas Bakterisidal) danStaphylococcus aureus ( :Bakteriostatik; :Aktivitas bakterisidal)
Senyawa Benzoat : Sifat, Karakteristik dan Fungsional
Tabel 2. Pengaruh pH Pada Disosiasi Asam Benzoat
pH Asam yang tidak
terdisosiasi (%)3 93,54 59,35 12,86 1,447 0,144(Cahyadi, 2006)
3.Benzoat Sebagai Senyawa Antioksidan dan Agen Anti-
BrowningAsam benzoat dan senyawa turunannya merupakan salah satu kelompok
gugusan senyawa fenolik. Hal tersebut tampak dari keberadaan
cincin fenil pada struktur kimia senyawa benzoat dan turunannya
(March, 1992; .Natella et al, 1999). Terlepas dari asalnya,
keberadaan dari gugusan tersebut menyebabkan senyawa benzoat
dapat berperan sebagai senyawa antioksidan, antiviral,
antibakterial, antifungal, antimutagenik, maupun insektisidal
(Castellano et al, 2012). Keberadaan gugusan hidroksil (OH-)
fenolik dalam struktur senyawa benzoat merupakan kunci dalam
peranannya sebagai antioksidan. Dalam mekanismenya sebagai anti-
radikal, gugus hidroksil (OH-) akan berperan sebagai pendonor
elektron terhadap senyawa radikal bebas. Donor elektron terhadap
6Yeremia Adi Wijaya ©2013 Food-Chem Studio
Gambar 2. PenghambatanAspergillus niger oleh AsamBenzoat ( ); Asam p-hidroksibenzoat propilester ( ) dan Asam Sorbat( )
Senyawa Benzoat : Sifat, Karakteristik dan Fungsional
senyawa radikal bebas akan menyebabkan adanya kestabilan muatan
dari suatu senyawa radikal (Marcone, 2012).
Asam p-Hidroksibenzoat Asam 3,4-Dihidroksibenzoat Asam
Vanillat
Gambar 3. Struktur Benzoat dan Senyawa Turunannya
Sebagai senyawa flavonoid, posisi gugus hidroksil (OH-) dan
tingkat hidroksilasi merupakan aspek utama yang menentukan
aktivitas antioksidan terhadap suatu senyawa anti-radikal.
Pengaruh dari struktur molekul tersebut terhadap aktivitas
antioksidan diketahui dalam penelitian Cuvelier et al (1992) yang
menunjukan adanya hubungan yang sangat kuat. Dalam kaitannya
dengan senyawa benzoat, maka diketahui bahwa derivatif benzoat
menunjukan adanya aktivitas antioksidan yang lebih tinggi
dibandingkan senyawa asam benzoat itu sendiri. Oleh karenanya
dalam peranan sebagai antioksidan, derivatif benzoat lebih banyak
dimanfaatkan dibandingkan senyawa asam benzoat (Sroka, 2005).
Asam 3,4-dihidroksibenzoat (asam protokatekuat / protocatechuic acid)
merupakan salah satu derivatif benzoat yang memiliki peran
penting sebagai antioksidan.
7Yeremia Adi Wijaya ©2013 Food-Chem Studio
Senyawa Benzoat : Sifat, Karakteristik dan Fungsional
Asam benzoat merupakan salah satu agen yang cukup efektif dalam
menghambat pencoklatan dalam kombinasinya dengan asam askorbat.
Seperti halnya pada sulfit, kombinasi keduanya menunjukan
kemampuan serupa dalam menghambat aktivitas enzim polifenol
oksidase (PPO). Enzim ini merupakan enzim yang bertanggung jawab
terhadap reaksi pencoklatan, yang muncul ketika senyawa
monofenolik dari tanaman ataupun bahan mengalami hidroksilasi
menjadi o-difenol dan kemudian menjadi o-quinon dengan adanya
pengaruh oksigen dilingkungan (Rahman, 2007).
Gambar 4. Reaksi Pencoklatan Enzimatis
4.Regulasi dan Metabolisme BenzoatDi Indonesia, penggunaan asam benzoat dan natrium benzoat diatur
dalam BPOM No 36 Tahun 2013 mengenai batas maksimal penggunaan
BTP pengawet. Untuk tiap negara, batas maksimal benzoat yang
diperbolehkan umumnya berbeda-beda. Dalam hal ini, batasan
maksimal benzoat yang boleh ditambahkan dalam bahan adalah
sekitar 2000 mg/kg bahan pangan (WHO, 2000). Asam benzoat dari
penelitian yang ada, menunjukan tingkat toksisitas akut dalam
tubuh yang relatif kecil. Namun, asam benzoat diketahui
menyebabkan pseudoallergi (Lahti & Maibach, 1984), menyebabkan
iritasi mata (Bayer, 1986), serta sedikit menyebabkan iritasi
8Yeremia Adi Wijaya ©2013 Food-Chem Studio
R O
O
OH
OH
RMonophenol
R
OH
PPO + O2
Diphenol
PPO + O2
o-quinon
Polimer kompleks
Senyawa Benzoat : Sifat, Karakteristik dan Fungsional
pada kulit (Bayer, 1978). Sedang untuk natrium benzoat, tidak
menunjukan adanya dampak terhadap iritasi kulit dan hanya sedikit
menyebabkan iritiasi mata (Bayer, 1977). Namun demikian, dampak
asam benzoat dan natrium benzoat terhadap kulit secara umum
tergolong langka, karena dari percobaan Brasch et al (1993)
terhadap 2045 pasien, hanya 5 pasien saja yang menunjukan reaksi
positif dalam uji tempel (patch test).
Dalam beberapa kasus, asam benzoat dan natrium benzoat diketahui
menimbulkan beberapa gejala seperti asma dan urtikaria yang
diikuti adanya paparan benzoat baik secara oral, dermal maupun
melalui pernafasan. Gejala tersebut muncul sesaat setelah
terpapar, namun, akan hilang setelah beberapa jam meski terpapar
pada dosis yang rendah (Maibach & Johnson, 1975; Clemmensen &
Hjorth, 1982; Larmi et al, 1988; Ring, 1989; Gailhofer et al, 1990;
Aberer et al, 1992; Lahti et al, 1995; Anderson, 1996; Bindslev-
Jensen, 1998; Coverly et al, 1998). Dalam penelitian Wiley &
Bigelow (1908), menunjukan adanya dampak seperti sakit kepala,
mual, muntah, rasa terbakar dan iritasi pada eksofagus sebagai
hasil paparan jangka pendek senyawa benzoat. Sedangkan untuk
pengaruh paparan jangka panjang tampak menyebabkan kerusakan pada
sistem saraf dan beresiko menimbulkan kanker (Betaria, 2012).
Dalam sejumlah penelitian toksisitas, maka diketahui bahwa LD50
(tikus; oral) senyawa benzoat adalah sekitar 1,7 – 3,7 g/kg berat
badan. Sedangkan berdasarkan penelitian toksisitas pada babi,
9Yeremia Adi Wijaya ©2013 Food-Chem Studio
Senyawa Benzoat : Sifat, Karakteristik dan Fungsional
kucing, anjing dan kelinci menunjukan nilai LD100 adalah 1,4 – 2
g/kg berat badan. 5 mg/kg berat badan merupakan ADI untuk senyawa
benzoat (Belitz et al, 2009; WHO, 2000). Dalam tubuh manusia,
tingkat toksisitas secara akut relatif rendah dan tidak
menunjukan adanya bahaya akumulasi yang muncul dalam tubuh hingga
penggunaan pada dosis 4 g/hari. (WHO, 2000; Lahti & Maibach,
1984). Rendahnya tingkat toksisitas senyawa benzoat dalam tubuh
dipengaruhi oleh adanya metabolisme senyawa tersebut didalam
tubuh. Dalam hal ini, ketika senyawa benzoat terasup dalam tubuh
baik secara oral maupun dermal, maka akan terjadi penyerapan
(absorbsi) senyawa benzoat yang sangat cepat dalam
gastrointestinal tract, yang kemudian akan dimetabolisme didalam
hati melalui adanya konjugasi dengan glisin dan menyebabkan
pembentukan asam hippurat yang kemudian akan diekskresikan secara
cepat melalui urin (Feldman & Maibach, 1970; US FDA, 1972a;
Feillet & Leonard, 1998; WHO, 1996).
Gambar 5. Mekanisme Metabolisme Benzoat Dalam Tubuh (Betaria,2012)
10Yeremia Adi Wijaya ©2013 Food-Chem Studio
N
C N CH2 COOH +
CoA
O
CO CoA + AMP PICOCH + ATP + CoA
Benzil CoA + Glisin
Senyawa Benzoat : Sifat, Karakteristik dan Fungsional
5.Daftar Pustaka :
Anonim. (2012). Kandungan Fitokimia Dalam Herbal, Manfaat danCara Kerjanya Sebagai Antioksidan dan Perendaman Radikal Bebas(Flavonoid dan Non-Flavonoid Polifenol)http://mhanafi123.files.wordpress.com/2012/07/fitokimia-dalam-herbal-dan-cara-kerjanya-dalam-mencegah-atau-mengatasi-gangguan-kesehatan.pdf. Diakses pada 23 Juni 2014.
Aberer, W, Kager, B, Ziegler, V, Horak, F. (1992) Schnupfen durchSchneiderkreide — Allergie, Pseudoallergie, Rhinopathie oder Einbildung. Dermatosen Vol 40(6):231–234.
Andersen, K.E; Maibach, H.I; Anjo, M.D. (1980) The Guinea-Pig: anAnimal Model for Human Skin Absorption of Hydrocortisone,Testosterone and Benzoic Acid. British journal of dermatology Vol102:447–453.
Bayer, A.G. (1978). Untersuchung Zur Haut-und Schleimhautverträglichkeit. Wuppertal (Unpublisher Report).
Bayer, A.G. (1986). Benzoesaure DAB8. Prüfung auf primär reizende/ ätzende Wirkung am Kaninchenauge. Wuppertal (unpublished report).
Belitz, H.D; Grosch, W & P, Schieberle. (2009). Food Chemistry4th Revised and Extended Edition. Springer Science & BussinesMedia. Berlin.
Betaria, S. (2012). Pengembangan Sensor Spektrofotometri UntukPenentuan Natrium Benzoat didalam Minuman Soft Drink.Undergraduate Theses UNIMED. Medan.
Bindslev-Jensen, C (1998) ABC of allergies. Food allergy. Britishmedical journal Vol 316:1299 – 1302.
Brasch, J; Henseler, T; Frosch, P. (1993). Patch Test Reaction toa Preliminary Preservative Series. Dermatosen Vol 41(2):71-76
11Yeremia Adi Wijaya ©2013 Food-Chem Studio
Senyawa Benzoat : Sifat, Karakteristik dan Fungsional
Cahyadi, S. (2006). Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan TambahanPangan. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Castellano, G; Tena, J & Torrens, F. (2012). Classification ofPhenolic Compound by Chemical Structural Indicators and itsRelation to Antioxidant Properties of Posidonia Oceania (L) Delile.MATCH Commun.Math.Comput.Chem Vol 67:231-250.
Clemmenson, O & N, Hjorth. (1982). Perioral Contact UrticariaFrom Sorbic and Benzoic Acid in Salad Dressing. ContactDermatitis Vol 8:1-6.
Coverly, J; Peters, L; Whittle, E, Basketter, D.A. (1998)Susceptibility to skin stinging, non-immunologic contacturticaria and acute skin irritation; is there a relationship?.Contact dermatitis Vol 38(2):90–95.
Cuvelier, M.E; Richard, H & C, Berset. (1992). Comparison of theAntioxidant Activity of Some Acid Phenols : Structure-ActivityRelationship. Biochi.Biotech.Biochem Vol 56:324-325.
Feillet, F; Leonard, J.V. (1998). Alternative Pathway Therapy forUrea Cycle Disorders. Jornal of Inherited Metabolic Desease SupplVol 21(1):101-111.
Feldman, R.J; Maibach, H.I. (1970). Absorption of Some OrganicCompound Through the Skin in Man. Journal of InvestigativeDermatology Vol 54:399-404.
Frazier, W.C & D.C, Westhoff. (1988). Food Microbiology 4th
Edition. McGraw Hill. New York.
Flood, P.F; Abrams, S.R; Muir, G.D & J.E, Rowell. (1989). Odor ofthe Muskox. A Preliminary Investigation. Journal of ChemicalEcology Vol 15 : 2207-2217
12Yeremia Adi Wijaya ©2013 Food-Chem Studio
Senyawa Benzoat : Sifat, Karakteristik dan Fungsional
Hegnauer, R. (1966). Chemotaxonomie der Pflanzen. Basel.Birkhäuser Verlag.
Hegnauer, R. (1989). Chemotaxonomie der Pflanzen. Basel.Birkhäuser Verlag. Pp 415-416
Gailhofer, G; Soyer, H.P; Ludvan, M. (1990). Nahrungsmittelallergien und Pseudoallergien —Mechanismen, Klinik und Diagnostik. Wiener Medizinische Wochenschrift Vol 140:227–232
https://www.academia.edu/5630270/BPOM_No_36_Tahun_2013_Tentang_Batas_Maksimum_Penggunaan_BTP_Pengawet
Kirk & Othmer, 1989.Encyclopedia of chemical technology 4th Ed.Vol 21
Lahti, A & H.I, Maibach. (1948). An Animal Model for Non-Immunological Contact Urticaria. Toxicology and AppliedPharmacology Vol 76:219-224.
Lahti, A; Pylvanen, V; Hannuksela, M. (1995). Immediate IrritantReaction of Benzoic Acid are Enhanced in Washed Skin Areas.Contact Dermatitis Vol 33: 177-182
Larmi, E; Lahti, A; Hannuksela, M. (1988). Effect of SorbitanSesquioleata of Non-immunologic Immediate Contact Reactions toBenzoic Acid. Contact Dermatitis Vol 19:368-371.
Lin. H.H; Chen, J.H; Huang, C.C; Wang, C.J. (2007). Apoptoticeffect of 3,4-dihydroxybenzoic acid on human gastric carcinomacells involving JNK/p38 MAPK signaling activation. Int.J.CancerVol 120(11):2306-2316.
Maibach, H.I & H.L, Johnson. (1975). Contact Urticaria Syndrome.Archives of Dermatology Vol 111:726-730
13Yeremia Adi Wijaya ©2013 Food-Chem Studio
Senyawa Benzoat : Sifat, Karakteristik dan Fungsional
March, J. (1992). Advanced Organic Chemistry 4th Edition. Wileyand Sons. New York.
Marcone, M. (2012). Analytical Technique in Food Biochemistry.Dalam Simpson, B.K; Leo, M.L; Nollet; Fidel, T; Benjakul, S;Paliyath G & Y.H, Hui. (2012). Food Biochemistry and FoodProcessing 2nd Edition. John Wiley & Sins. New York.
Mahindru, S.N. (2000). Food Additives : Characteristics,Detection and Estimation. Mc-Graw Hill. New Delhi.
M. Jones and S.A. Fleming in "Organic Chemistry", Norton, 4thed., 2010, Chapter 6, p. 227-230,Chapter 16, p. 797-802; Chapter 17 p. 840
Natella, F; Nardini, M; Felice, M.D & C. Scaccini. (1999).Benzoic and Cinnamic Acid Derivative as Antioxidant : Structure-Activity Relation. J.Agric.Food.Chem Vol 47:1453-1459.
Rahman, M.S. (2007). Handbook of Food Preservation 2nd Edition.CRC Press. New York.
Rasmussen LEL, Hess DL, Haight JD (1990) Chemical analysis oftemporal gland secretions collected from an Asian bull elephantduring a four-month musth episode. Journal of chemical ecology,16(7):2167–2181.
Ring J (1989) Arzneimittelunverträglichkeit durch pseudoallergische Reaktionen. Wiener Medizinische Wochenschrift Vol 139:130–134.
Sroka, Z. (2005). Antioxidative and Antiradical Properties ofPlant Phenolic. Z.Naturforsch Vol 60:833-843.
Srour, R. (1989). Benzoid Acid : Aromatic Intermediate andDerivatives. Paris.
14Yeremia Adi Wijaya ©2013 Food-Chem Studio
Senyawa Benzoat : Sifat, Karakteristik dan Fungsional
US FDA. (1972a). GRAS (Generally Recognized as Safe) FoodIngredient : Benzoic Acid and Sodium Benzoate. US Food and DrugAdministration. USA.
WHO. (1996). Toxicological Evaluation of Certain Food Additives.World Health Organization. USA. WHO. (2000). Benzoic Acid and Sodium Benzoate. World HealtOrganization. USA.
Wiley HM, Bigelow WD (1908) Influence of benzoic acid andbenzoates on digestion and health. Bulletin 84, Part IV. Bureauof Chemistry, US Department of Agriculture [cited in US FDA,1972a].
Zentimer, S. (2007). Pengaruh Konsentrasi Natrium Benzoat danLama Penyimpanan Terhadap Mutu Minuman Sari Buah Sirsak (Annonamuricata L) Berkarbonasi. Departemen Teknologi PertanianUniversitas Sumatra Utara. Sumatra Utara.
15Yeremia Adi Wijaya ©2013 Food-Chem Studio