arungi samudra bersama sang naga

23

Upload: unajni

Post on 08-Dec-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ARUNGI SAMUDRA BERSAMA SANG NAGA

Sinergi Poros Maritim Dunia dan Jalur Sutra Maritim Abad ke-21

Untung Suropati Yohanes Sulaiman Ian Montratama

PT. Elex Media Komputindo - Jakarta

Arungi Samudra bersama Sang Naga Sinergi Poros Maritim Dunia dan Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 Oleh: Untung Suropati, Yohanes Sulaiman, Ian Montratama ©2016 Untung Suropati, Yohanes Sulaiman, Ian Montratama Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang Diterbitkan pertama kali oleh: Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta EMK ISBN Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit

Bagi mereka yang ingin Indonesia meraih kejayaannya kembali sebagai bangsa maritim

DAFTAR ISI

Kata Sambutan IKAL PPSA XX/Lemhannas RI.………………................. 3 Kata Pengantar Gubernur Lemhannas RI………………………................. 5 Kata Pengantar Tim Penulis……………………...………………................. 7 Abstrak .……………………………………………….……………..……… 9 Pendahuluan …………………………………………………………………. 13

Bagian Pertama SEJARAH KEMARITIMAN INDONESIA ...................……………….… 23 1. Arsitektur Geopolitik Zaman Sriwijaya dan Majapahit ……………..… 27 2. Tiongkok sebagai Pusat Perdagangan Dunia.......................………….… 29 3. Visi dan Strategi Maritim Sriwijaya…………………………………..…. 32 4. Visi dan Strategi Maritim Majapahit……….…………………………….. 36 5. Memetik Pelajaran Sejarah Sriwijaya dan Majapahit …………................. 38

Bagian Kedua ARSITEKTUR GEOPOLITIK INDO-PASIFIK ABAD KE-21 …..…….. 44 1. Kebangkitan China dan Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 ……..……. 49 2. Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Menghadapi Kebangkitan

China …………………………………………………………………. 57 3. Dinamika China dan ASEAN di Laut China Selatan ..….……… 58 4. Dinamika Australia, India, dan Jepang di Indo-Pasifik .…………………. 70 5. Implikasi Dinamika Geopolitik Indo-Pasifik Abad ke-21 …..................... 76

Bagian Ketiga JALUR SUTRA MARITIM ABAD KE-21 .........………………………… 80 1. Evolusi Konsep Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 ..……….…………… 85 2. Implementasi Konsep Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 .. …...................... 93 3. Hikmah Konsep Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 ..……………………. 107

Bagian Keempat POROS MARITIM DUNIA ..........……………………………………….... 109 1. Mengapa harus Poros Maritim Dunia? . .................................................... 114 2. Proposisi Konsep Poros Maritim Dunia ……………….………................ 123 3. Konsep Poros Maritim Dunia dalam Kebijakan Publik Indonesia .......... 152

Bagian Kelima SINERGI POROS MARITIM DUNIA DAN JALUR SUTRA MARITIM ABAD KE-21 .............................................................………….. 162 1. Persamaan Kepentingan Indonesia dan China……………………….. 164 2. Potensi Benturan Kepentingan Indonesia vs China.………………. … 172 3. Proposisi Penyelarasan Poros Maritim Dunia dan Jalur Sutra Maritim...... 176 4. Konsekuensi dari Kebijakan yang Ditawarkan ...... …………………...... 188

Penutup …………………………………………………………………….. 193 Daftar Pustaka ……………………………………………………………… 196

Sambutan Ketua Ikatan Alumni Lemhannas RI (IKAL)

PPSA XX/Lemhannas RI Dalam kuliah pertamanya di depan peserta Kursus Reguler Angkatan I Tahun 1965 (KRA I/1965) pasca-peresmian Lembaga Pertahanan Nasional Republik Indonesia (kepanjangan Lemhannas RI pada kala itu) di Istana Negara Jakarta tanggal 20 Mei 1965, Presiden Soekarno dengan tegas menekankan pentingnya pengetahuan geopolitik agar ketahanan nasional Indonesia tetap terjaga. Sejarah membuktikan, jatuh bangunnya suatu negara tidak dapat dipisahkan dari tinggi rendahnya pengetahuan geopolitik para elite politiknya.

Dengan sumber daya alam yang melimpah dan posisi geografis yang sangat strategis, selama berabad-abad Indonesia selalu menjadi incaran bangsa asing. Dengan berbagai cara, baik ideologi, ekonomi, maupun budaya, bahkan militer, mereka berusaha menguasai Indonesia. Singkat kata, karena potensinya, Indonesia justru menjadi ajang pertarungan kekuatan-kekuatan besar dunia. Tanpa kesadaran dan kepedulian akan fakta ini, dipastikan kita akan terlambat mengantisipasi dampak terburuk. Di sinilah pengetahuan geopolitik menemukan relevansinya.

Dengan pengetahuan geopolitik pula, Indonesia dapat menentukan orientasi kebijakan nasionalnya. Buku yang kini di tangan Anda, tidak lain juga adalah bagian dari upaya memahami konstelasi geopolitik, sehingga tidak berisiko keliru memilih kebijakan. Contohnya mengapa kita menganggap penting peningkatan kerja sama ekonomi dengan China. Mengapa pula kebijakan Poros Maritim Dunia harus disinergikan dengan Jalur Sutra Maritim Abad ke-21. Dalam buku inilah, secara gamblang dan komprehensif Penulis akan menjelaskannya.

Sejarah membuktikan, bukan saja pada zaman pra-kemerdekaan, tetapi pasca-kemerdekaan pun Indonesia selalu menjadi ajang perebutan pengaruh kekuatan-kekuatan utama dunia, seperti Amerika Serikat, China, dan Rusia. Percaya atau tidak, 'Teori Domino' yang kita kenal sebagai konsepsi strategi Amerika Serikat pada masa Perang Dingin, semata-mata didasarkan pada nilai strategis Indonesia. Amerika Serikat berobsesi agar Indonesia tidak jatuh

ke rezim komunis dan menjadi bagian dari blok komunis. Karena alasan itu pula, Amerika Serikat memilih berperang habis-habisan di Vietnam (1957-1975).

Namun sayang, di pentas pertarungan geopolitik global, Indonesia terkesan hanyalah pemain figuran. Negeri sebesar dan sekaya Indonesia, ironisnya, lebih banyak menjalani peran sebagai objek daripada subjek. Dengan berbagai keunggulan komparatifnya, Indonesia terkesan tidak lebih bagai putri cantik yang selalu menjadi rebutan para pangeran. Padahal dengan berbagai keunggulan yang dimiliki, sang putri mestinya bisa menjadi ratu. Dalam analogi catur, ratu digambarkan sebagai sosok yang kuat, dominan, dan dihormati.

Analogi tersebut menguatkan premis, bahwa untuk menjadi kekuatan dominan (baca: pemimpin alamiah kawasan), Indonesia harus sadar akan potensi diri dan lingkungannya. Pada saat yang sama, Indonesia dituntut pula harus paham siapa dan mengapa mereka. Itulah sejatinya esensi pengetahuan geopolitik yang dikuliahkan Presiden Soekarno, 51 tahun silam.

Dalam konteks sinergi Poros Maritim Dunia - Jalur Sutra Maritim Abad ke-21, framing China dari perspektif kepentingan nasional Indonesia, harus menjadi perhatian utama. Kenapa? Bagai dua sisi mata koin, China adalah ancaman sekaligus peluang. Melihat perilakunya yang agresif di Laut China Selatan, tidak diragukan lagi China adalah ancaman. Tapi bila dilihat dari potensi ekonominya, China jelas adalah peluang.

Tanpa membaca secara utuh, sekilas buku ini terlalu banyak mengekspose kelebihan China. Namun bila dicermati, penulis sebenarnya hanya ingin mengajak pembaca, dengan kesadaran penuh dirinya, untuk mengeksplorasi lebih luas dan dalam dimensi lain yang sarat peluang. Ketika banyak kalangan meragukan efektivitas sinergi Poros Maritim Dunia - Jalur Sutra Maritim Abad ke-21, karena disparitas kekuatan Indonesia vs China terlalu jomplang, Penulis dengan berani justru melempar tesis, 'Kenapa kita tidak eksploitasi rivalitas dua raksasa Amerika Serikat vs China?' Di sinilah kekuatan buku ini. Pembaca seakan sengaja dibuat penasaran.

Wacana di atas mengingatkan kita pada pidato Mohammad Hatta di depan Sidang Badan Pekerja Komite Nasional Pusat (BPKNP), tanggal 2 September 1948 di Yogyakarta yang berjudul 'Mendayung di Antara Dua Karang'. Buku ini seakan menghidupkan kembali pemikiran Mohammad

Hatta dalam konteks geopolitik kontemporer. Karena kebijakan Poros Maritim Dunia menurut cara pandang Penulis, lebih dimaknai sebagai konsep geopolitik dalam rangka menuju Indonesia sebagai kekuatan maritim yang disegani. Pemikiran tersebut menghangatkan kembali debat Poros Maritim Dunia yang sempat kehilangan arah.

Selaku Ketua Ikatan Alumni (IKAL) PPSA XX/2015 Lemhannas RI, saya sangat bangga dan mendukung penuh pemikiran brilian rekan saya sesama alumnus PPSA XX/2015, Laksda TNI Untung Suropati beserta dua rekannya, Sdr. Yohanes Sulaiman dan Sdr. Ian Montratama. Harus diakui, buku ini adalah bukti konkret komitmen seorang alumnus Lemhannas RI dalam turut membangun dan mengedukasi bangsa.

Jakarta, Juni 2016

Irjen Pol Dr. Petrus R. Golose, Drs., M.M. Ketua IKAL PPSA XX/2015 Lemhannas RI

Kata Pengantar

Kebijakan Maritim Indonesia di Tengah Pusaran Rivalitas

Indo-Pasifik

Letnan Jenderal TNI (Purn.) Agus Widjojo Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia

Sejak kebijakan Poros Maritim Dunia didengungkan Presiden Joko Widodo

pada akhir tahun 2014, beragam reaksi sekaligus interpretasi bermunculan.

Beberapa kalangan meragukan kebijakan tersebut akan efektif dan dapat

membawa perubahan. Namun juga tidak sedikit yang merasa optimis bahwa

kebijakan tersebut tepat dan dapat membawa perubahan besar bagi kemajuan

dan kesejahteraan bangsa. Di tengah pro dan kontra menyikapi kebijakan

tersebut, wajar ketika kemudian beberapa kalangan bertanya tidakkah perlu

terbit sebuah buku yang dapat sedikit memberi kejelasan, atau paling tidak

memperkaya wacana pemikiran.

Jawabannya adalah buku yang kini ada di tangan Anda. Dalam buku

inilah kita akan menemukan jawaban dari perdebatan seputar kebijakan yang

fenomenal tersebut. Secara ringkas buku yang ditulis oleh Untung Suropati,

Yohanes Sulaiman dan Ian Montratama ini memiliki tiga proposisi utama,

yaitu: (1) konstruksi konsep Poros Maritim Dunia, (2) pemahaman konsep

Jalur Sutra Maritim Abad ke-21, dan (3) strategi sinergi Poros Maritim Dunia

- Jalur Sutra Maritim Abad ke-21.

Dalam menjawab proposisi pertama, yaitu konstruksi konsep Poros

Maritim Dunia, buku ini mencoba melihat dari beberapa sudut pandang –

salah satunya aspek sejarah, terutama pelajaran apakah yang bisa dipetik dari

catatan masa lalu bangsa kita. Karena itulah bagian pertama buku ini akan

membahas sejarah perjalanan para leluhur yang selama berabad-abad

mendiami kepulauan Nusantara. Secara spesifik Tim Penulis mencoba

menganalisis bagaimana kebijakan maritim dikembangkan ketika itu,

terutama era Sriwijaya dan Majapahit, dua kerajaan maritim besar yang

eksistensi dan perannya banyak mewarnai corak budaya maritim Indonesia

saat ini. Dengan analisis sejarah yang kritis, kita akan dapat memetik

pelajaran berharga guna memperluas cakrawala pandang serta memperkaya

pemahaman tentang konsep Poros Maritim Dunia. Dari situ barulah kita akan

dapat merekonstruksi visi dan strategi maritim masa lalu yang dapat dijadikan

contoh atau pola (role model) kebijakan maritim masa kini.

Sebagai konsep geopolitik, implementasi kebijakan Poros Maritim

Dunia haruslah bersifat fleksibel dan dinamis sesuai dinamika perkembangan

lingkungan strategis yang sangat diwarnai interaksi negara-negara ASEAN

dengan negara-negara maju yang banyak berkiprah di panggung Indo-Pasifik.

Inilah yang menjadi inti dari bagian kedua buku ini, yaitu bagaimana

arsitektur geopolitik Indo-Pasifik abad ke-21. Sebagaimana kita saksikan,

kebangkitan China telah merubah status quo kawasan sehingga memantik

reaksi keras negara-negara ASEAN dan para pemain lain seperti Amerika

Serikat, Australia, India, Jepang, dan Korea Selatan.

Proposisi kedua, yaitu pemahaman konsep Jalur Sutra Maritim Abad

ke-21 akan dikupas secara mendalam di bagian ketiga buku ini. Di sini kita

akan mempelajari bagaimana konsep geopolitik China sebagai bagian dari

strategi globalnya terus dikembangkan untuk memperluas pengaruhnya secara

politik, ekonomi, maupun militer di dunia. Satu hal yang perlu digarisbawahi

ialah bahwa walaupun konsep ini dirancang oleh China untuk China, namun

sebenarnya dalam konsep ini masih terbuka peluang yang bisa dimanfaatkan

bagi siapa saja, khususnya Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia perlu

memahami seutuhnya konsep Jalur Sutra Maritim Abad ke-21.

Bagian keempat mendeskripsikan apa sebenarnya yang dimaksud, atau

tepatnya definisi Poros Maritim Dunia. Ini penting agar kebijakan tersebut

dapat dipahami secara komprehensif-integral, termasuk apa sebenarnya

tujuan strategis yang ingin dicapai. Dengan definisi yang jelas pula kita akan

dapat melakukan analisis, baik dari aspek kekuatan maupun kelemahan visi

tersebut dihadapkan pada dinamika perkembangan lingkungan strategis,

terutama seiring dengan kebangkitan ekonomi dan militer China. Di bagian

ini Tim Penulis juga mencoba membedah pengertian kata "poros" secara

kritis, baik dari segi leksikal maupun implikasi strategisnya terhadap

kepentingan nasional Indonesia.

Bagian kelima atau bagian terakhir buku ini, akan membahas proposisi

ketiga, yaitu strategi sinergi Poros Maritim Dunia - Jalur Sutra Maritim Abad

ke-21. Bahasan akan dimulai dari kajian tentang bagaimana kebijakan Poros

Maritim Dunia diimplementasi melalui formulasi strategi nasional yang tepat.

Permasalahan paling menonjol sekaligus paling menarik di bagian ini, atau

bahkan dari seluruh isi buku ini, adalah bagaimana Indonesia dituntut mampu

memanfaatkan peluang dari kebijakan Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 yang

diinisiasi China. Sinergi kebijakan Poros Maritim Dunia - Jalur Sutra Maritim

Abad ke-21 diyakini akan membawa perubahan besar bagi pembangunan

ekonomi Indonesia ke depan, serta membuka peluang bagi tampilnya

Indonesia sebagai pemain dunia baru di bidang ekonomi maritim.

***

Sebagaimana kita ketahui, proposal China membangun Jalur Sutra Maritim

Abad ke-21 telah memantik beragam reaksi: positif dan negatif. Namun

sebagaimana kita saksikan, China secara aktif terus mengembangkan

kemitraan ekonomi dengan negara-negara di sepanjang jalur laut tersebut.

Dengan memadukan jalur perdagangan laut dan darat melalui strategi baru

yang disebut Satu Sabuk Satu Jalur/One Belt One Road (OBOR), tidak

diragukan lagi China berambisi ingin mengintegrasikan seluruh potensi

ekonomi negara-negara di sepanjang jalur menjadi suatu sistem ekonomi

terpadu, dengan China sebagai episentrum. Dari perspektif Indonesia, sebagai

salah satu negara yang dilewati, yang perlu diperhatikan adalah apakah

inisiatif OBOR, khususnya Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 sejalan dengan

kebijakan Poros Maritim Dunia.

Tim Penulis berpendapat bahwa Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 tidak

lain adalah bagian dari strategi China dalam menghadapi para pesaingnya.

Sebagai negara yang merasa kebangkitannya dihambat, mudah dipahami

apabila Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 sejatinya merupakan strategi

tandingan (counter-containment strategy) China dalam rangka menangkal

kepungan Amerika Serikat melalui strategi barunya yang disebut Rebalancing

to Asia. Inisiatif global China juga bisa dimaknai sebagai cara negeri Tirai

Bambu tersebut menunjukkan kelasnya sebagai negara besar yang tidak ingin

harga dirinya dilecehkan begitu saja. Namun pada saat yang sama, China juga

tidak ingin pembangunan ekonominya terhambat hanya karena konflik

langsung dengan Amerika Serikat. Tidak heran ketika kedua negara akhirnya

memilih jalan yang sangat unik, yaitu pada saat yang sama saling bersaing

sekaligus "bekerja sama" di bidang ekomomi maupun militer.

Indonesia, menurut Tim Penulis, adalah bangsa yang tengah mengalami

sindrom kerancuan identitas: bangsa maritim dengan paradigma berpikir

kedaratan. Oleh karena itu, gagasan membangun Poros Maritim Dunia yang

digelorakan Presiden Joko Widodo layak dicatat dengan tinta emas sebagai

tonggak sejarah (milestone) kebangkitan kembali Indonesia sebagai bangsa

maritim. Membangun Poros Maritim Dunia adalah sebuah proyek besar yang

perlu dukungan penuh dan peran aktif seluruh komponen bangsa. Selain itu,

Poros Maritim Dunia juga merupakan proyek jangka panjang dengan bentang

waktu berdimensi lintas-generasi. Oleh karena itu perlu strategi raya (grand

strategy) untuk mewujudkannya. Cetak biru dokumen itulah yang nantinya

akan menjadi acuan setiap Kementerian dan Lembaga Pemerintah dalam

menyusun strategi turunan sesuai tugas pokok dan fungsinya.

Tim Penulis menganggap bahwa Poros Maritim Dunia pada dasarnya

adalah suatu pilihan yang berpijak pada kesadaran politik bahwa mengingat

Indonesia adalah bangsa maritim dan secara geografis berada tepat di tengah

pusaran rivalitas negara-negara besar di Indo-Pasifik, maka kita dituntut perlu

memiliki visi maritim yang jelas. Dari premis tersebut maka cetak biru

kebijakan Poros Maritim Dunia perlu disusun sedemikian rupa sehingga tetap

adaptif terhadap dinamika perubahan lingkungan strategis kawasan. Secara

lebih spesifik, mengingat kebangkitan China tak terelakkan (inevitable), maka

Indonesia dituntut pula mampu menyusun strategi pencapaian yang tepat,

sehingga kebijakan Poros Maritim Dunia dapat bersinergi dengan Jalur Sutra

Maritim Abad ke-21. Sinergi keduanya dapat dijadikan momentum sekaligus

media pembangunan kembali spirit maritim bangsa yang lama tenggelam

pasca-keruntuhan Majapahit, sehingga Indonesia dapat kembali bangkit

menjadi negara maritim hebat.

Selain dengan China, Indonesia juga harus tetap menjaga hubungan

bilateral yang erat dengan adidaya Amerika Serikat dan negara-negara maju

lainnya di kawasan Indo-Pasifik. Demikian juga dengan negara-negara di

sepanjang Jalur Sutra yang melintasi Benua Asia, Afrika, dan Eropa.

Kedekatan Indonesia dengan pihak China sekaligus dengan Amerika Serikat,

diyakini dapat berkontribusi positif bagi terciptanya stabilitas kawasan dan

dunia.

Kata Pengantar

TIM PENULIS

Puji syukur kami haturkan kepada Sang Pencipta kami, yang atas kehendak-Nya kami dapat merampungkan buku pertama kami dalam tema Poros Maritim Dunia. Butuh waktu lima belas bulan untuk menulis naskah sebanyak kurang dari 200 halaman ini yang merupakan ekstraksi dari ratusan halaman naskah awal agar pesan disampaikan secara efektif dan efisien.

Topik tentang Poros Maritim Dunia belakangan ini mulai redup dengan sejumlah berita lain yang menyedot atensi publik. Hal ini tidak lain dikarenakan belum adanya kejelasan tentan konsepsi Poros Maritim Dunia (PMD) yang telah dicanangkan Presiden Joko Widodo di forum resmi nasional maupun internasional di sepanjang tahun 2014. Belum ada regulasi seperti Peraturan Presiden maupun Peraturan Pemerintah yang jelas dan operasional tentang maksud dan tujuan PMD, yang dapat dijadikan acuan kebijakan instansi bawah.

Buku ini, walau bertema sinergi kebijakan Poros Maritim Dunia dan Jalur Sutra Maritim Abad ke-21, mengajukan konsep PMD yang lebih komprehensif dahulu. Karena tanpa menentukan apa itu PMD, maka akan sulit untuk mensinergikan dengan kebijakan lain. Tim Penulis menempatkan kebijakan PMD sebagai tujuan nasional untuk menjadikan Indonesia sebagai kekuatan maritim yang besar dan disegani. Dalam hal ini, Indonesia harus mampu mengoptimalkan sumber daya maritimnya untuk mensejahterakan rakyatnya, dan selanjutnya Indonesia harus memiliki kekuatan pertahanan dengan daya tangkal yang efektif untuk menjaga kedaulatannya.

Namun, China sebagai great power regional, telah bersikap asertif di Laut China Selatan yang mengundang cemoohan berbagai pihak. Sebagai negara yang merasa kebangkitannya dihambat - oleh Amerika Serikat - China kini tengah berusaha keras untuk keluar dari problematika tersebut. Salah satunya dengan tawaran kerja sama ekonomi berbasis maritim melalui kebijakannya yang sangat populer, Jalur Sutra Maritim Abad ke-21.

Apa yang harus disikapi Indonesia? Tim Penulis berargumen bahwa Indonesia bersikap arif dan bijaksana. Ditopang posisi geografisnya yang sangat strategis, Indonesia harus dapat memanfaatkan kesempatan tersebut. Caranya adalah dengan mensinergikan kebijakan Poros Maritim Dunia dan Jalur Sutra Maritim Abad ke-21. Tentu saja sinergi tersebut harus tetap berorientasi pada kepentingan nasional Indonesia.

Sementara dalam menghadapi sikap agresif China, Indonesia perlu lebih mempertegas komitmennya untuk senantiasa membela kepentingan ASEAN. Contohnya dalam kasus sengketa wilayah Laut China Selatan antara Filipina/Vietnam vs China. Secara moral kasus tersebut adalah tanggung jawab Indonesia, sebagai negara besar sekaligus pemimpin alamiah ASEAN. Dengan sikap politik yang jelas dan tegas, tidak perlu ada kekhawatiran akan merusak hubungan, sekaligus mempengaruhi sikap China. Situasi saat ini memaksa China sangat membutuhkan Indonesia. Karena kebijakan Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 harus melewati jalur-jalur pelayaran strategis (SLOC) di perairan Indonesia.

Melalui buku ini, kami mencoba menawarkan solusi, sekaligus konsepsi strategi, bagaimana sebaiknya kedua kebijakan, yaitu Poros Maritim Dunia dan Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 disinergikan. Tanpa strategi yang tepat, Indonesia kembali hanya akan menjadi pecundang.

Secara paralel, Indonesia perlu tetap menjaga hubungan baik dengan Amerika Serikat, terutama di bidang politik dan keamanan. Kenapa? Karena framing China sebagai ancaman bersama (common threat), saat ini justru akan mendongkrak posisi tawar Indonesia di mata ASEAN dan Amerika Serikat.

Kami berharap pandangan kami dalam buku ini dapat menjadi bagian solusi bagi kebijakan Pemerintah Indonesia dalam hubungan bilateralnya dengan China. Kami yakin bahwa selalu ada pilihan terbaik yang menguntungkan bagi kepentingan nasional Indonesia, namun tetap dapat menjaga wibawa regionalisme ASEAN.

Kami berterima kasih kepada para pembaca yang budiman atas perhatiannya membaca buku kami. Tidak lupa kami ucapkan pada seluruh sahabat dan mitra kami yang telah membantu mewujudkan penulisan dan penerbitan buku ini. Secara khusus kami berterima kasih kepada Letjen TNI (Pur.) Agus Widjojo, sebagai Gubernur Lemhanna RI, yang telah mendukung

penulisan buku ini sejak awal kehadiran beliau sebagai pimpinan lembaga kajian Presiden RI. Kami pun berterima kasih kepada Prof. Djagal Wiseso Marseno yang tiada lelah membimbing penulisan buku ini. Kepada Prof. Hasjim Djalal dan Prof. Geoffrey Till, kami berterima kasih karena telah memberi gagasan yang brilian di bidang hukum dan politik kelautan. Sementara kawan kami Kol. CHB. Victor Tobing, kami pun mengapreasiasi semangat dan masukannya yang sangat berarti dalam mewarnai tulisan kami. Yang terakhir, kami berterima kasih kepada istri dan anak kami di rumah yang selalu sabar dan mendukung kami kegiatan kami ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, Juni 2016

Tim Penulis

Abstrak

ARUNGI SAMUDRA BERSAMA SANG NAGA

Sinergi Poros Maritim Dunia - Jalur Sutra Maritim

Abad ke-21

Buku ini menyuguhkan kajian mendalam tentang seberapa besar

kemungkinan kebijakan Poros Maritim Dunia Presiden Joko Widodo dapat

bersinergi dengan kebijakan Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 Presiden Xi

Jinping. Mencermati kecenderungan dinamika perkembangan global, tiba

saatnya sinergi kebijakan maritim kedua bangsa besar tersebut perlu

dipikirkan. Mengingat China yang begitu superior, beberapa kalangan

pesimis apabila upaya tersebut akan membawa hasil berimbang. Katakanlah

itu sebuah kendala, Tim Penulis mencoba melihatnya dari perspektif berbeda.

Tim Penulis yakin, kata kunci keberhasilan misi ini sebenarnya terletak pada

kepiawaian kita menyusun strategi. Sebagai negara maju yang sedang menuju

puncak kejayaannya, kerja sama dengan China melalui jalan sinergi Poros

Maritim Dunia - Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 menjadi suatu hal yang

tidak terhindarkan dan sangat perlu. Inisiatif tersebut diharap dapat memberi

dampak positif, khususnya bagi pembangunan sektor ekonomi maritim,

sekaligus membuka peluang tampilnya Indonesia sebagai pemain global.

Buku yang ditulis oleh Untung Suropati, Yohanes Sulaiman, dan Ian

Montratama ini menampilkan tiga proposisi utama, yaitu: (i) konstruksi

konsep Poros Maritim Dunia, (ii) pemahaman konsep Jalur Sutra Maritim

Abad ke-21, dan (iii) strategi sinergi Poros Maritim Dunia - Jalur Sutra

Maritim Abad ke-21.

Tim Penulis memandang bahwa Poros Maritim Dunia pada dasarnya

merupakan konsep geopolitik Indonesia berbasis potensi diri dan

lingkungannya. Posisi Indonesia yang secara geografis berada tepat di pusat

gravitasi politik dan ekonomi Indo-Pasifik, harus dapat dimanfaatkan

sedemikian rupa sehingga potensi tersebut bisa menjadi daya dorong

terwujudnya kejayaan kembali Indonesia sebagai negara maritim. Sebagai

visi bangsa, Poros Maritim Dunia adalah penentu arah, sekaligus pemandu

jalan bagi tercapainya tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam

Pembukaan UUD 1945.

Walaupun berkali-kali China mengklaim bahwa pembangunan Jalur

Sutra Maritim Abad ke-21 bertujuan damai dan murni dilandasi motif

ekonomi, namun tak pelak inisiatif tersebut mengundang banyak reaksi,

tepatnya memantik pro dan kontra. Satu hal yang pasti adalah bahwa dengan

Jalur Sutra Maritim Abad ke-21, China secara konsisten terus

mengembangkan beragam kemitraan ekonomi dengan negara-negara kawasan

di sepanjang rute klasik tersebut. Sebagai negara besar, China berambisi

memadukan kedua jalur perdagangan laut dan darat yang telah berlangsung

selama ribuan tahun menjadi satu konsep jalur perdagangan yang terintegrasi,

yang dikenal dengan sebutan Satu Sabuk Satu Jalur/One Belt One Road

(OBOR). Pertanyaannya adalah apakah konsep OBOR sejalan dengan visi

Poros Maritim Dunia? Tim Penulis berpendapat bahwa OBOR khususnya

Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 bukanlah kebijakan yang semata-mata

dilandasi kepentingan ekonomi. Tetapi ia adalah bagian dari strategi politik

China dalam usahanya ingin keluar dari kepungan Amerika Serikat dan

sekutunya. Terbukti dengan kemampuan ekonomi dan militernya, China terus

berusaha membangun pengaruh politik atas negara-negara di sepanjang jalur

laut yang terbentang di tiga benua.

Sebagaimana kita ketahui, Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 terbentang

dari pelabuhan Tianjin, Qingdao, Shanghai di Laut China Timur hingga

berbagai pelabuhan utama di Asia Selatan, Afrika Timur, dan Eropa. Di satu

sisi jelas ini akan memperkuat pembangunan ekonomi China. Tapi pada saat

bersamaan, jalur ini juga membuka peluang berkembangnya Regional

Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang memberi peluang positif

bagi ASEAN - khususnya Indonesia - dan negara-negara lain di sepanjang

Jalur Sutra. Namun seiring dengan fenomena bergesernya pusat gravitasi

politik dan ekonomi dunia dari Samudra Atlantik ke Pasifik, maka berubah

pula arsitektur geopolitik regional. Salah satu indikasinya adalah semakin

terpusatnya medan pertarungan negara-negara besar ke kawasan Indo-Pasifik.

Meningkatnya eskalasi konflik Laut China Timur dan Laut China Selatan

akibat masing-masing pihak cenderung memaksakan kehendaknya adalah

bukti bahwa kawasan ini tidak lagi bisa dikatakan telah aman dan stabil.

Dalam konteks sinergi Poros Maritim Dunia - Jalur Sutra Maritim

Abad ke-21, satu hal yang tidak boleh dikesampingkan adalah perlunya

Indonesia tetap memelihara hubungan yang kondusif dengan Amerika Serikat

selaku hegemon dunia sekaligus rival terberat China. Demikian pula dengan

negara-negara maju lain di Indo-Pasifik, seperti Australia, India, Jepang, dan

Korea Selatan. Ini penting, mengingat merekalah yang kini banyak mewarnai

dinamika perkembangan lingkungan regional Indo-Pasifik, di mana Indonesia

akan semakin signifikan berperan.

didikan ilmu politik dan hubungan inter-nasional di University of Wisconsin - Madison (S1) dan Ohio State University (S2 dan S3), di mana disertasinya tentang Kebijakan Luar Negeri Indonesia era Soekarno, pada tahun 2008 meraih Henry R. Spencer Award sebagai disertasi terbaik di departemen ilmu politik Ohio State University.

Ian Montratama adalah analis keamanan dan konsultan industri pertahanan terkemuka di Indonesia. Selain menjadi peneliti tamu di Institute for Defense and Strategic Research (IDSR), beliau juga pernah menjadi dosen tamu di Sekolah Staf dan Komando TNI (Sesko TNI), Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara (Seskoau), dan Universitas Pertahanan Indonesia (Unhan). Beliau adalah alumnus FEUI angkatan 1992, EDHEC Business School tahun 2001 dan Prodi SPS Unhan Cohort 5/2014. Saat ini beliau sedang menyelesaikan program pendidikan doktoralnya pada bidang Hubungan Internasional di Universitas Padjadjaran (Unpad).

Untung Suropati adalah akademisi senior yang saat ini bekerja di Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesian (Lemhannas RI). Beliau merupakan perwira tinggi TNI AL lulusan AAL tahun 1984 yang pernah bertugas di berbagai medan penugasan, antara lain Korps Marinir, Pusat Penerbangan AL, dan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI). Beliau adalah alumnus Seskoau XXXV/1999, Sesko TNI XXX/2003, US Naval War College tahun 2009, US EUROCOM George C. Marshall Center tahun 2011, dan PPSA XX/2015 Lemhannas RI.

Yohanes Sulaiman adalah dosen tetap Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) yang aktif mengajar di Universitas Pertahanan Indonesia (Unhan), Sekolah Staf dan Komando TNI (Sesko TNI), Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara (Seskoau), Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad); selain menulis artikel di berbagai media dan menjadi Direktur Eksekutif Institute for Defense and Strategic Research (IDSR). Beliau menempuh pen

ARUNGI SAMUDRA BERSAMA SANG NAGA

SINERGI POROS MARITIM DUNIA DAN JALUR SUTRA MARITIM ABAD KE-21

Kebangkitan Tiongkok sebagai kekuatan ekonomi dan militer baru di abad ke-21 ini telah merubah keseimbangan kekuatan geopolitik dunia pada umumnya dan kawasan Asia Pasifik atau Indopasifik pada khususnya. Kebangkitan tersebut banyak membuat keresahan di berbagai kalangan. Namun sebagian lainya menganggap hal itu sebagai peluang untuk kepentingan nasionalnya. Buku ini mencoba untuk mengambil sudut pandang dari kelompok kedua, walau Tim Penulis menyadari bahwa Indonesia harus juga membangun kerja sama erat dengan kekuatan besar lain di kawasan seperti dengan Australia, Jepang, Korea, India, dan Amerika Serikat. Namun Pemerintah Indonesia harus arif, cerdas, cermat, dan bijaksana dalam membangun bentuk kerja sama yang paling tepat guna mengamankan kepentingan nasional Indonesia sendiri.

Untung Suropati adalah akademisi senior yang saat ini bekerja di Lembaga Ketahanan Nasional (LEMHANNAS RI). Beliau merupakan perwira tinggi Angkatan Laut lulusan Akademi Angkatan Laut tahun 1984 yang pernah bertugas di Korps Marinir TNI AL, Pusat Penerbangan TNI AL, dan Kapal Perang TNI AL (KRI). Beliau juga pernah mengikuti pendidikan di Naval War College pada tahun 2009 dan PPSA Angkatan XX/2015 Lemhannas RI.

ARUNGI SAMUDRA BERSAMA SANG NAGA

SINERGI POROS MARITIM DUNIA DAN JALUR SUTRA MARITIM ABAD KE-21

Kebangkitan China sebagai kekuatan global abad ke-21 telah merubah arsitektur geopolitik dan peta keamanan dunia, khususnya di kawasan Asia-Pasifik yang kini semakin populer dengan sebutan Indo-Pasifik. Kebangkitannya tak pelak telah membuat banyak negara merasa terancam. Namun juga tidak sedikit yang merasa diuntungkan, dan menjadikannya peluang bagi kepentingan nasionalnya. Buku ini mencoba meneropong cara pandang dan pemikiran kelompok kedua. Tapi pada saat yang sama Tim Penulis juga menggarisbawahi pentingnya Indonesia menjalin hubungan yang erat dengan pemain utama lainnya seperti Amerika Serikat, Australia, Jepang, India, dan Korea Selatan. Di tengah rivalitas yang hebat, Indonesia dituntut untuk mampu menyusun strategi nasional yang tepat, guna mengamankan kepentingan nasionalnya.

Yohanes Sulaiman adalah dosen tetap Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) yang aktif mengajar di Universitas Pertahanan Indonesia (Unhan), Sekolah Staf dan Komando TNI (Sesko TNI), Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara (Seskoau), Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad); selain menulis artikel di berbagai media dan menjadi Direktur Eksekutif Institute for Defense and Strategic Research (IDSR). Beliau menempuh pendidikan ilmu politik dan hubungan internasional di University of Wisconsin - Madison (S1) dan Ohio State University (S2 dan S3), di mana disertasinya tentang Kebijakan Luar Negeri Indonesia era Soekarno, pada tahun 2008 meraih Henry R. Spencer Award sebagai disertasi terbaik di departemen ilmu politik OSU.

Ian Montratama adalah analis pertahanan dan konsultan industri pertahanan terkemuka di Indonesia. Selain menjadi peneliti tamu di Institute for Defense and Strategic Research (IDSR), beliau

Untung Suropati adalah akademisi senior yang saat ini bekerja di Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesian (Lemhannas RI). Beliau merupakan perwira tinggi TNI AL lulusan AAL tahun 1984 yang pernah bertugas di berbagai medan penugasan, antara lain Korps Marinir, Pusat Penerbangan AL, dan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI). Beliau adalah alumnus Seskoau XXXV/1999, Sesko TNI XXX/2003, US Naval War College tahun 2009, US EUROCOM George C. Marshall Center tahun 2011, dan PPSA XX/2015 Lemhannas RI.

ARUNGI SAMUDRA BERSAMA SANG NAGA

SINERGI POROS MARITIM DUNIA DAN JALUR SUTRA MARITIM ABAD KE-21

Kebangkitan Tiongkok sebagai kekuatan ekonomi dan militer baru di abad ke-21 ini telah merubah keseimbangan kekuatan geopolitik dunia pada umumnya dan kawasan Asia Pasifik atau Indopasifik pada khususnya. Kebangkitan tersebut banyak membuat keresahan di berbagai kalangan. Namun sebagian lainya menganggap hal itu sebagai peluang untuk kepentingan nasionalnya. Buku ini mencoba untuk mengambil sudut pandang dari kelompok kedua, walau Tim Penulis menyadari bahwa Indonesia harus juga membangun kerja sama erat dengan kekuatan besar lain di kawasan seperti dengan Australia, Jepang, Korea, India, dan Amerika Serikat. Namun Pemerintah Indonesia harus arif, cerdas, cermat, dan bijaksana dalam membangun bentuk kerja sama yang paling tepat guna mengamankan kepentingan nasional Indonesia sendiri.

Untung Suropati adalah akademisi senior yang saat ini bekerja di Lembaga Ketahanan Nasional (LEMHANNAS RI). Beliau merupakan perwira tinggi Angkatan Laut lulusan Akademi Angkatan Laut tahun 1984 yang pernah bertugas di Korps Marinir TNI AL, Pusat Penerbangan TNI AL, dan Kapal Perang TNI AL (KRI). Beliau juga pernah mengikuti pendidikan di Naval War College pada tahun 2009 dan PPSA Angkatan XX/2015 Lemhannas RI.

Yohanes Sulaiman adalah akademisi yang saat ini aktif mengajar di Universitas Ahmad Yani (UNJANI) dan Universitas Pertahanan Indonesia (UNHAN), menulis artikel di berbagai media dan menjadi Direktur Eksekutif di IDSR. Beliau menempuh pendidikan ilmu politik dan hubungan internasional di Wisconsin State University (S1) dan Ohio State University (S2 dan S3), dimana disertasinya pada tahun 2008 mendapat penghargaan di kampusnya sebagai disertasi terbaik.

Ian Montratama adalah analis pertahanan yang juga seorang eksekutif di perusahaan konsultan pemasaran produk pertahanan terkemuka di Indonesia. Selain menjadi peneliti tamu di IDSR, beliau juga menjadi dosen tamu di Sekolah Staf dan Komando TNI (Sesko TNI), Sekolah Staf dan Komando TNI AU (Seskoau), dan Universitas Pertahanan Indonesia (UNHAN). Saat ini beliau juga sedang menyelesaikan pendidikan doktoral di bidang Hubungan Internasional di Universitas Padjadjaran (UNPAD).

ARUNGI SAMUDRA BERSAMA SANG NAGA

SINERGI POROS MARITIM DUNIA DAN JALUR SUTRA MARITIM ABAD KE-21

Kebangkitan China sebagai kekuatan global abad ke-21 telah merubah arsitektur geopolitik dan peta keamanan dunia, khususnya di kawasan Asia-Pasifik – yang kini semakin populer dengan sebutan Indo-Pasifik. Kebangkitannya tak pelak telah membuat banyak negara merasa terancam. Namun juga tidak sedikit yang merasa diuntungkan, dan menjadikannya peluang bagi kepentingan nasionalnya. Buku ini mencoba meneropong cara pandang dan pemikiran kelompok kedua. Tapi pada saat yang sama Tim Penulis juga menggarisbawahi pentingnya Indonesia menjalin hubungan yang erat dengan pemain utama lainnya, seperti Amerika Serikat, Australia, Jepang, India, dan Korea Selatan. Di tengah rivalitas yang hebat, Indonesia dituntut untuk mampu menyusun strategi nasional yang tepat, guna mengamankan kepentingan nasionalnya. Buku ini menampilkan tiga proposisi utama, yaitu: () konstruksi konsep Poros Maritim Dunia, (2) pemahaman konsep Jalur Sutra Maritim Abad ke-21, dan (3) strategi sinergi Poros Maritim Dunia - Jalur Sutra Maritim Abad ke-21. Tim Penulis memandang Poros Maritim Dunia pada dasarnya merupakan konsep geopolitik Indonesia berbasis potensi diri dan lingkungannya. Posisi Indonesia – yang secara geografis berada tepat di pusat gravitasi politik dan ekonomi Indo-Pasifik – harus dimanfaatkan sedemikian rupa agar menjadi daya dorong terwujudnya kejayaan (kembali) Indonesia sebagai kekuatan maritim. Sebagai visi bangsa, Poros Maritim Dunia adalah penentu arah, sekaligus pemandu jalan bagi tercapainya tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Walaupun berkali-kali China mengklaim bahwa pembangunan Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 bertujuan damai dan murni dilandasi motif ekonomi, namun tak pelak inisiatif tersebut mengundang banyak reaksi, tepatnya memantik pro dan kontra. Satu hal yang pasti adalah bahwa dengan Jalur Sutra Maritim Abad ke-21, China secara konsisten terus mengembangkan beragam kemitraan ekonomi dengan negara-negara kawasan di sepanjang rute klasik tersebut. Sebagai negara besar, China berambisi memadukan kedua jalur perdagangan laut dan darat yang telah berlangsung selama ratusan tahun menjadi satu konsep jalur perdagangan yang terintegrasi, yang dikenal dengan sebutan Satu Sabuk Satu Jalur(One Belt One Road - OBOR). Pertanyaannya adalah apakah konsep OBOR sejalan dengan visi Poros Maritim Dunia? Tim Penulis berpendapat bahwa OBOR – khususnya Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 – bukanlah kebijakan yang semata-mata dilandasi kepentingan ekonomi. Tetapi ia adalah bagian dari strategi politik China dalam usahanya ingin keluar dari kepungan Amerika Serikat dan sekutunya. Terbukti dengan kemampuan ekonomi dan militernya, China terus berusaha membangun pengaruh politik atas negara-negara di sepanjang jalur laut yang terbentang di tiga benua.

Penerbit PT. Elex Media Komputindo Gedung Kompas Gramedia Jalan Palmerah Barat 29-37 Lt.2 Tower Jakarta 10270 Telp. (021) 53650110, 53650111 ext. 3225 Web Page: www.elexmedia.id

LEMHANNAS RI

IKAL PPSA XX

Didukung oleh :