analisis perhitungan pph pasal 21 atas pegawai tetap pada pt
TRANSCRIPT
ANALISIS PERHITUNGAN PPH PASAL 21 ATASPEGAWAI TETAP PADA PT PERKEBUNAN
NUSANTARA III (PERSERO)
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat MenyelesaikanPendidikan Program Diploma 3
Oleh:
FACHRI AZHARI SIREGARNIM 1605074040
PROGRAM STUDI PERBANKAN DAN KEUANGANJURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI MEDANMEDAN
2019
PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan, bahwa Tugas Akhir ini merupakan
karya s a ya sendiri (ASLI), dan isi dalam Tugas Akhir ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan oleh orang lain atau kelompok lain untuk memperoleh gelar akademis
di suatu Institusi Pendidikan, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis dan/atau diterbitkan oleh orang lain atau
kelompok lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan
dalam daftar pustaka.
Jika kemudian hari saya terbukti melakukan plagiat terhadap Tugas Akhir ini, maka
saya bersedia menerima sanksi pencabutan Gelar Akademik yang saya terima.
Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, penuh kesadaran dan
tanggungjawab untuk dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
Medan, Agustus 2019
Nama Lengkap NIM Tanda tangan
Fachri Azhari Siregar 1605074040
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Analisis Perhitungan PPh Pasal 21 Atas Pegawai Tetap Pada PTPerkebunan Nusantara III (Persero). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakahperhitungan pemotongan PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap PT PerkebunanNusantara III (Persero) telah sesuai dengan UU tentang pajak penghasilan. Jenis data yangdigunakan adalah data kuantitatif berupa formulir 1721-A1. Data yang digunakan dalampenelitian ini diperoleh dari bagian Pajak PT Perkebunan Nusantara III (Persero). Teknikpengolahan data yang digunakan adalah Teknik Analisis Deskriptif. Hasil analisa yangdiperoleh bahwa perhitungan PPh Pasal 21 menggunakan metode Gross-Up dan telahsesuai dengan UU No. 36 Tahun 2008.
Kata Kunci : Perhitungan, PPh Pasal 21, Metode Gross-Up
ABSTRACT
This study was entitled "Analysis of the calculation of income tax article 21 for permanentemployees at PT Perkebunan Nusantara III (Persero). This Study aimed to determinewhether the calculation of income tax article 21 for permanent employee’s income at PTPerkebunan Nusantara III (Persero) was in accordance with the Law on income tax. The typeof data used was quantitative data in the form of form 1721-A1. The data used in this studywas obtained from the tax section of PT Perkebunan Nusantara III (Persero). The dataprocessing technique used was Descriptive Analysis Technique. The analysis resultobtained was that the calculation of income Tax Article 21 was using the Gross-Up methodand in accordance with Law No. 36 issued in 2008.
Keywords : Calculation, Income tax article 21, Gross-Up Method.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT dan Nabi besar Muhammad SAW yang
telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya, sehingga Tugas Akhir (TA) ini dapat
diselesaikan tepat waktu dan tanpa adanya halangan yang berarti. Semoga Tugas
Akhir (TA) ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca.
Penulisan Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan Program Diploma 3 Jurusan Akuntansi Program Studi Perbankan dan
Keuangan Politeknik Negeri Medan.
Ucapan terima kasih teristimewa disampaikan kepada Ayahanda Adil Makmur
Siregar dan Ibunda Rodia Daulay yang telah memberikan perhatian dan kasih
sayang juga bantuan material dan moril. Adik – adikku tercinta Nur Saida dan
Afriliani yang telah memberikan dukungan dan semangat.. Penuturan terima kasih
yang besar atas bimbingan dan bantuan berbagai pihak sehingga Tugas Akhir ini
terselesaikan, juga diucapkan kepada:
1. M. Syahruddin, S.T.,M.T., Direktur Politeknik Negeri Medan.
2. Darwin S.H. Damanik, S.E.,M.Si., Ketua Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri
Medan.
3. Sastra Karo-karo, S.E.Ak., M.Si selaku Sekertariat Jurusan Akuntansi
Politeknik Negeri Medan.
4. Jonni Hamonangan Silaen, S.E., M.Si Kepala Program Studi Perbankan dan
Keuangan Politeknik Negeri Medan.
5. Riswanto, S.E., sebagai Wali Kelas BK-6J Politeknik Negeri Medan.
6. Susilawati, S.E. Ak., M.Si., Dosen Pembimbing Utama yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk memberikan petunjuk-petunjuk, saran, serta
pikiran sejak awal hingga akhir penyelesaian laporan Tugas Akhir ini.
7. Dra. Lina Rusli M.Hum., Dosen Pembimbing Pendamping yang telah
memberikan bimbingan serta masukan selama penulisan Tugas Akhir ini.
i
8. Seluruh Staff pengajar dan Staff Administrasi Jurusan Akuntansi Politeknik
Negeri Medan.
9. Seluruh staf PT Perkebunan Nusantara III (Persero) yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
10. Sahabat dalam suka maupun duka febri, saskia, tia, indah, fio dan reynol yang
selalu membantu dan memberi semangat dalam penulisan Tugas Akhir.
11. Seluruh teman-teman yang ada di BK-6I yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
12. Seluruh sahabat Halaqoh di Qomarun Squad yang mendoakan dan memberi
semangat kepada penulis.
13. Seluruh teman-teman Unit Kegiatan Mahasiswa Islam Politeknik Negeri Medan
periode 2018/2019.
14. Seluruh teman-teman HMPS Perbankan dan Keuangan periode 2018/2019.
15. Seluruh teman-teman seperjuangan di Forum Silaturrahmi Banking
16. Seluruh teman dan abang perantauan di kos 10 C.
17. Seluruh teman teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Politeknik
Negeri Medan. Disadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna. Untuk itu, diharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua
pihak untuk penyempurnaan Tugas Akhir ini.
Medan, Agustus 2019
Penulis,
Fachri Azhari Siregar
NIM. 1605074040
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................vii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian. ....................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 4
1.5 Batasan Penelitian....................................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Analisis. .....................................................................................6
2.2 Perhitungan ..................................................................................................6
2.3 Pajak. ...........................................................................................................6
2.3.1 Pengertian Pajak ................................................................................6
2.3.2 Fungsi Pajak.......................................................................................7
2.3.3 Jenis Pajak. ........................................................................................7
2.4 Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21................................................................8
2.4.1 Pengertian PPh Pasal 21 ....................................................................8
2.4.2 Subjek PPh Pasal 21 ..........................................................................8
2.4.3 Bukan Subjek Pajak PPh Pasal 21 ..................................................... 9
2.4.4 Objek PPh Pasal 21......................................................................... 10
2.4.5 Bukan Objek PPh Pasal 21. ............................................................ 11iii
2.4.6 Sistem Pemungutan Pajak................................................11
2.4.7 Tarif Pemotongan PPh Pasal 21 ......................................12
2.4.8 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)...........................12
2.4.9 Pemotong PPh Pasal 21 ...................................................13
2.4.10 Metode Perhitungan PPh Pasal 21. .................................14
2.4.11 Pegawai tetap ..................................................................17
2.4.12 Perhitungan PPh Pasal 21 ...............................................18
2.4.13 Contoh Perhitungan. .......................................................19
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................. 20
3.2 Populasi dan Sampel .............................................................................. 21
3.3 Jenis Data ............................................................................................... 22
3.4 Sumber Data ........................................................................................... 22
3.5 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 22
3.6 Teknik Pengolahan Data ........................................................................ 23
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Perusahaan ................................................................................... 24
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan........................................................ 24
4.1.2 Visi dan Misi PT Perkebunan Nusantara III (Persero)............... 26
4.1.3 Tata Nilai PT Perkebunan Nusantara III (Persero)..................... 26
4.1.4 Makna Logo Perkebunan Nusantara III (Persero)...................... 27
4.1.5 Struktur Organisasi Perkebunan Nusantara III (Persero) ........... 28
4.1.6 Aktivitas Kerja Perusahaan. ....................................................... 29
4.2 Hasil Pengumpulan dan Pengolahan Data ............................................. 30
4.2.1 Hasil Pengumpulan Data ............................................................ 30
4.2.2 Hasil Pengolahan Data ............................................................... 31
4.3 Pembahasan............................................................................................ 39
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan. .................................................................................................41
iv5.2 Saran........................................................................................................ 41
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tarif Pajak Orang Pribadi ................................................................. 12
Tabel 2.2 Besar Perhitungan PTKP Orang Pribadi ........................................... 12
Tabel 2.3 Perhitungan PPh Pasal 21. ................................................................ 18
Tabel 3.1 Waktu Kegiatan Penulisan Tugas Akhir........................................... 20
Tabel 4.1 Data Beberapa Pegawai Tetap PTPN III........................................... 30
Tabel 4.2 Data Pegawai Setelah Diolah. ........................................................... 35
Tabel 4.3 Perbedaan PPh Pasal 21. ................................................................... 39
Tabel 4.4 Perbedaan Perhitungan Pemotongan PPh Pasal 21........................... 39
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Struktur Organisasi Perusahaan...................................................... 43
Lampiran 2 Formulir 1721-A1 LF ..................................................................... 44
Lampiran 3 Formulir 1721-A1 RE..................................................................... 45
Lampiran 4 Formulir 1721-A1 AD.................................................................... 46
Lampiran 5 Formulir 1721-A1 AM. .................................................................. 47
Lampiran 6 Formulir 1721-A1 HR .................................................................... 48
Lampiran 7 Biodata Mahasiswa......................................................................... 49
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerusdan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraanrakyat. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyakmemperhatikan masalah-masalah dalam pembiayaan pembangunan. DiIndonesia sendiri lebih dari 80% penerimaan Negara Republik Indonesiaberasal dari pajak. Dalam normalnya APBN yang baik adalah penerimaanutamanya adalah dari pajak, bukan berasal dari pengelolaan Sumber DayaAlam semata, karena salah satu fungsi dari pajak adalah fungsi stabilitaskarena dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankankebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapatdikendalikan (www.pajak.go.id, 2018).
Untuk meningkatkan penerimaan pajak, pemerintah melakukan beberapaupaya seperti intensifikasi pajak (usaha mengoptimalkan penerimaan pajakdengan meningkatkan faktor-faktor penunjang dari luar), dan perlunya asaskeadilan dan kepastian hukum bagi para pembayar pajak. Usahamemaksimalkan penerimaan pajak tidak dapat hanya mengandalkan perandari ditjen pajak maupun petugas pajak, tetapi dibutuhkan juga peran aktifdari para wajib pajak itu sendiri. Perubahan sistem perpajakan dari officialassessment menjadi self assessment, memberikan kepercayaan wajib pajakuntuk mendaftar, menghitung, membayar dan melaporkan kewajibanperpajakannya sendiri. Hal ini menjadikan kepatuhan dan kesadaran wajibpajak menjadi faktor yang sangat penting dalam hal untuk mencapaikeberhasilan penerimaan pajak. Salah satu upaya pemerintah dalammeningkatkan kepatuhan wajib pajak adalah dengan diadakannyapengampunan pajak (tax amnesty) (Rahayu, 2017:18).
Ada beberapa jenis pajak yang diberlakukan di Indonesia diantaranya: Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPn BM), Bea Materai, Pajak Bumi Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan
Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
Pajak penghasilan merupakan pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diterima
oleh setiap Wajib Pajak dalam negeri maupun luar negeri baik yang menjalankan
usaha maupun perseorangan. Pajak Penghasilan (PPh) diatur oleh Undang-Undang
No. 36 Tahun 2008 yang berlaku sejak 1 Januari 2009, dan menerapkan
penyempurnaan dari Undang-Undang No.17 Tahun 2000. Pajak Penghasilan (PPh)
1
2
21 dianggap memiliki peranan dan menjadi sumber penerimaan yang cukup besar
bagi negara. Menurut Waluyo (2005:149) Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21
merupakan pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi
dalam negeri. Salah satu hal yang mempengaruhi perhitungan Pajak Penghasilan
Pasal 21 (PPh 21) adalah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP) merupakan besarnya penghasilan yang menjadi batasan tidak
kena pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi (WP-OP), dengan kata lain apabila
penghasilan neto Wajib Pajak Orang Pribadi (WP-OP) masih dibawah PTKP maka
tidak akan dilakukan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21).
Pemerintah telah mengeluarkan peraturan terbaru mengenai PTKP yaitu sesuai
dalam PMK Nomor 101/PMK.010/2016 adalah tentang besarnya penghasilan tidak
kena pajak yang disesuaikan untuk tahun pajak 2016 yang mulai diterapkan pada
pada perhitungan PPh Pasal 21 masa pajak Januari 2016. Besarnya PTKP tersebut
adalah Rp54.000.000,00 untuk WP-OP, Rp4.500.000,00 untuk Wajib Pajak Kawin
dan Tanggungan. Dengan adanya perubahan PTKP ini, diharapkan bisa
mensejahterakan rakyat dan mampu meningkatkan kesadaran bagi Wajib Pajak
agar melaporkan SPT PPh Pasal 21 sesuai dengan penghasilan yang diperolehnya.
Setiap perusahaan yang terdaftar sebagai wajib pajak biasanya mewajibkan
pegawai untuk memiliki NPWP. NPWP digunakan untuk memotong PPh Pasal 21.
PT Perkebunan Nusantara III (Persero) sebagai salah satu perusahaan BUMN juga
melakukan pemotongan PPh pasal 21 terhadap karyawannya dengan memberikan
tunjangan PPh atau menggunakan metode Gross-Up. Dalam memotong PPh Pasal
21 ada beberapa metode yang dapat digunakan yaitu metode Gross, metode Net dan
metode Gross-Up. Kebijakan PT Perkebunan Nusantara III (Persero) yang
memiliki metode Gross-Up menimbulkan pertanyaan bagi penulis, sehingga
penulis tertarik untuk meneliti tentang pemotongan PPh Pasal 21.
3
Ada banyak penelitian yang telah dilakukan tentang PPh Pasal 21, diantaranya
dilakukan oleh Juliani (2016) dengan judul Analisis perhitungan PPh pasal 21 atas
pegawai tetap PT Sucofindo. Metode yang digunakan adalah analisis desksriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan tersebut kurang memahami UU
Perpajakan khususnya PPh 21 dan kurang update terhadap perubahan yang terjadi
sehingga kesalahan perhitungan dan keterlambatan penyetoran pajak terutang
menyebabkan kerugian terhadap karyawan, perusahaan dan negara.
Vinry (2016) melakukan penelitian tentang PPh Pasal 21 terhadap pegawai tetap
atas berlakunya PMK RI No : 101/PMK.010/2016 tentang ptkp studi kasus pada
PT Bank Sulutgo cabang tahuna. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif.
Hasil penelitian yaitu perhitungan dan pelaporan pajak Penghasilan Pasal 21 pada
PT Bank SulutGo cabang tahuna telah sesuai dengan UU Nomor 36 tahun 2008 dan
prosedur yang diatur dalam peraturan perpajakan yang berlaku di indonesia.
Sedangkan Bugis (2013) melakukan penelitian dengan judul Analisis perencanaan
pajak penghasilan (PPh) 21 pegawai tetap pada PT Semen Tonasa. Metode yang
digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil penelitiannya yaitu perusahaan
menerapkan kebijakan menanggung pajak karyawan untuk meminimalkan jumlah
pajak terutang yang harus dibayar dengan memberikan tunjangan pajak kepada
pegawai yang diperbolehkan sebagai pengurang penghasilan perusahaan dalam
perhitungan pajak penghasilan (PPh) badan. Perusahaan memperoleh manfaat
apabila melakukan perencanaan pajak dengan memberikan tunjangan pajak dan
dapat meminimalisasi jumlah pajak yang harus dibayarkan perusahaan sehingga
meningkatkan laba komersial.
Berdasarkan penelitian terdahulu, penulis lebih tertarik dengan peneltian yang
dilakukan oleh Juliani dikarenakan penulis ingin menganalisis perhitungan PPh
Pasal 21 namun bedanya terletak pada perusahaannya saja. Dengan begitu penulis
tertarik untuk memahami dan mendalami apakah sistem perhitungan dan
pemotongan pajak pada pegawai tetap di PT Perkebunan Nusantara III (Persero)
dilakukan sesuai dengan Undang-undang yang berlaku. Oleh karena itu penulis
ingin membahas dan mengangkatnya menjadi laporan tugas akhir yang berjudul
4
“Analisis Perhitungan PPh 21 Atas Pegawai Tetap Pada PT Perkebunan
Nusantara III (Persero)”.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah utama yang akan dibahas dalam penulisan tugas akhir ini adalah “Apakah
Perhitungan Pajak Penghasilan terhadap pegawai tetap pada PT Perkebunan
Nusantara III (Persero) telah sesuai dengan UU No. 36 Tahun 2008 ?”
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apakah Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) 21 atas pegawai
tetap pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) telah sesuai dengan UU No. 36
Tahun 2008.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberi manfaat bagi berbagai pihak yakni :
1. Untuk Penulis
Untuk menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan mengenai analisis
perhitungan, pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak penghasilan pasal
21.
2. Untuk Politeknik Negeri Medan
Dapat menambah informasi praktis bagi lembaga pendidikan terutama mengenai
pajak dalam hal ini Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.
3. Untuk Perusahaan
Untuk menambah bahan evaluasi terhadap perhitungan pemotongan, penyetoran
dan pelaporan atas PPh Pasal 21 atas pegawai tetap.
4. Untuk Masyarakat
Untuk menambah pengetahuan tentang PPh Pasal 21 apakah telah diterapkan
sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.
5
1.5 Batasan Penelitian
Karena luasnya tentang PPh 21 yang ada, serta untuk menghindari terlampau
luasnya permasalahan yang dibahas, maka penulis membatasi masalah dalam
penulisan Tugas Akhir ini hanya pada perhitungan PPh 21 atas pegawai tetap pada
PT Perkebunan Nusantara III (Persero).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Analisis
“Menurut Spradley dalam Sugiyono (2014:89) analisis adalah sebuah kegiatan
untuk mencari suatu pola selain itu analisis merupakan cara berpikir yang berkaitan
dengan pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian,
hubungan antar bagian dan hubungannya dengan keseluruhan.”
Analisis adalah suatu usaha untuk mengurai suatu masalah atau fokus kajian
menjadi bagian-bagian (decomposition) sehingga susunan/tatanan bentuk sesuatu
yang diurai itu tampak dengan jelas dan karenanya bisa secara lebih terang
ditangkap maknanya atau lebih jernih dimengerti duduk perkaranya (Satori dan
Komariyah, 2014:200).
2.2 Perhitungan
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta, perhitungan
adalah penjumlahan/ penentuan total pengeluaran atau pembayaran untuk sebuah
jasa dan ongkos antaran. Maka dari definisi diatas dapat diketahui perhitungan
adalah suatu proses penjumlahan yang sistematis untuk menentukan jumlah suatu
biaya.
2.3 Pajak
2.3.1 Pengertian Pajak
Dalam membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan
tentang pajak, diantara pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr.
Rocmat Soemitro, dan Mardiasmo, “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas
negara berdasarkan Undang – undang (yang dapat dipaksakan ) dengan tiada
mendapat jasa timbal balik ( kontraprestasi ) yang lansung dapat ditujukan dan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum” (Prof. Dr. Rocmat
Soemitro, dan Mardiasmo, 2009:1)
Menurut Prof. Dr. P.J.A. Andriani, Guru Besar Hukum PajakUniversitas Amsterdam, yang telah di terjemahkan oleh R.SantosoBrotidihatjo, dalam bukunya, “Pengantar Ilmu Hukum Pajak” Waluyo
6
7
dan Wirawan B.Ilyas (2009:4) “Pajak adalah iuran kepada negara (yangdapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib pajak yang membayarnyamenurut peraturan–peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali,yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya untuk membiayaipengeluaran–pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negaraharus menyelenggarakanpemerintahan”.
2.3.2 Fungsi Pajak
Ada 2 fungsi pajak yaitu:
1. Fungsi Budgetair (Penerimaan)Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untukmembiayai pengeluaran, baik ruti maupun pembangunan. Sebagaisumber keuangan negara, pemerintah berupaya memasukkan uangsebanyak-banyaknya untuk kas negara. Upaya tersebut ditempuhdengan cara ekstensifikasi dan intensifikasi pemungutan pajakmelalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak, sepertiPajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), PajakPenjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan(PBB) dan sebagainya.
2. Fungsi Regulerent (Mengatur)Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya sebagai alat untukmengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidangsosial dan ekonomi serta mencapai tujuan-tujuan tertentu diluarbidang keuangan (Resmi, 2017:3).
2.3.3 Jenis Pajak
Ada beberapa jenis pajak, yaitu :
1. Menurut golongan atau pembebanana. Pajak Langsung, adalah pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib
pajak dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain.Contoh: Pajak Penghasilan (PPh). PPh dibayar atau ditanggung olehpihak-pihak tertentu
b. Pajak Tidak Langsung, adalah pajak yang pada akhirnya dapatdibebankan atau dapat dilimpahkan kepada orang lain atau pihakketiga.Contoh: Pajak Pertambahan Nilai,Pajak Penjualan, PPn-BM/ Pajakpenjualan atas barang mewah, Bea Materai (BM) dan Cukai.
2. Menurut SifatPajak dapat dikelompokkan menjadi dua. Berikut ini penjelasannya.a. Pajak Subjektif, adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan
keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan pajak yangpengenaannya memperhatikan keadaan subjeknya.Contoh: Pajak Penghasilan (PPh)
b. Pajak Objektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan padasubjeknya,dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
8
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas BarangMewah.
3. Menurut Lembaga Pemungutannyaa. Pajak Pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.Contoh: Pajak Penghasilan (PPh) , Pajak Pertambahan Nilai (PPn)dan Pajak 16 Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumidan Bangunan (PBB), dan Bea Materai.
b. Pajak Daerah, adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerahdan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.Pajak Daerah terdiri atas:Pajak Provinsi contoh : Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak BahanBakar Kendaraan BermotorPajak Kabupaten/Kota, contoh : Pajak Hotel, Pajak Restoran, danPajak Hiburan (Resmi 2017:7).
2.4 Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
2.4.1 Pengertian PPh Pasal 21
“Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan pajak yang dilewatkan terhadap Wajib
Pajak orang pribadi dalam negeri atas penghasilan yang terkait dengan pekerjaan,
jasa, atau kegiatan. Penghasilan yang dimaksud meliputi upah, gaji honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun” (Resmi
2017:175).
2.4.2 Subjek Pajak PPh 21
Beberapa subjek pajak diantaranya yaitu:
1. PegawaiMerupakan orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, berdasarkanperjanjian atau kesepakatan kerja baik secara tertulis atau tidak tertulisuntuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentudengan memperoleh imbalan atau ketentuan lain yang ditetapkanpemberi kerja.Pegawai tetap adalah pegawai yang menerima atau memperolehpenghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur, termasuk anggotadewan komisaris dan anggota dewan pengawas serta pegawai yangbekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu tertentu yangmenerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secarateratur.Pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas adalah pegawai yang hanyamenerima penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan bekerjaberdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit hasil pekerjaan yangdihasilkan, atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta olehpemberi kerja.
9
2. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjanganhari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya;
3. Bukan pegawai adalah orang pribadi selain pegawai tetap dan pegawaitidak tetap/ apapun sebagai imbalan yang dilakukan berdasarkan perintahatau permintaan dari pemberi penghasilan. Termasuk bukan pegawaiadalah:a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, terdiri dari atas
pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris dan lainnyab. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,
bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model danlainnya
c. Olahragawand. Penasehat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh dan moderatore. Pengarang, peneliti dan penerjemahf. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik komputer dan
sistemnya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan sosialg. Agen iklanh. Pengawas atau pengelola proyeki. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang
menjadi perantaraj. Petugas penjaja barang dagangank. Petugas dinas luar asuransil. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan
kegiatan sejenis lainnya;4. Anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap
sebagai tetap pada perusahaan yang sama.5. Mantan pegawai;6. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lainmeliputi :a. Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan
olahraga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi danperlombaan lainnya
b. Peserta rapat, konfrensi, sidang, pertemuan atau kunjungan kerja;c. Peserta atau anggota dalam suatu kepanitian sebagai penyelenggara
kegiatan tertentu;d. Peserta pendidikan dan pelatihan;e. Peserta kegiatan lainnya (Resmi 2017:178)
2.4.3 Bukan Subjek PPh Pasal 21
Tidak termasuk dalam pengertian penerima penghasilan yang di potong PPh pasal21 yaitu :
1. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain darinegara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yangbekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syaratbukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau
10
memperoleh penghasilan lain diluar jabatan atau pekerjaannya, sertanegara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;
2. Pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksuddalam Pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan,telahditetapkan oleh Menteri Keuangan, dengan syarat bukan warga NegaraIndonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaanlain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia (Resmi 2017:179)
2.4.4 Objek Pajak PPh 21
Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
252/PMK.03/2008 adalah:
1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupapenghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur;
2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secarateratur berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya;
3. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upahharian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yangdibayarkan secara bulanan;
4. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium,komisi, fee, dan imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dankegiatan yang dilakukan;
5. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uangrepresentasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengannama dan dalam bentuk apa pun, dan imbalan sejenis dengan namaapa pun;
6. Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjanganhari tua, atau jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus, yangpembayarannya melewati jangan waktu 2 (dua) tahun sejak pegawaiberhenti bekerja;
7. Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidakterautr yang diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris ataudewan pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap padaperusahaan yang sama;
8. Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atauimbalan lain yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperolehmantan pegawai;
9. Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta programpensiun yang masih berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yangpendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan;
10.Semua jenis penghasilan no.1-9 yang diterima dalam bentuk naturadan/atau kenikmatan lainnya dengan nama dan dalam bentuk apa punyang diberikan oleh:a. Wajib Pajak yang dikenakan PPh yang bersifat final; ataub. Wajib Pajak yang dikenakan PPh berdasarkan norma perhitungan
khusus (deemed profit).
11
2.4.5 Bukan Objek PPh Pasal 21
Tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang di potong PPh Pasal 21 adalah:1. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransijiwa, asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa;
2. Penerimaan dalam bentuk natura dan/ atau kenikmatan dalam bentukapapun yang diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah;
3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannyatelah disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atauiuran jaminan hari tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tuaatau badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar olehpemberi kerja;
4. Zakat yang diterima oleh orang pribadi berhak dari badan atau lembagaamil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, atau sumbangankeagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui diIndonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari lembagakeagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintahsepanjangtidakadahubungandengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan diantara pihak-pihak yang bersangkutan;
5. Beasiswa, yang memenuhi yang memenuhi persyaratan tertentu yangketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan PeraturanMenteri Keuangan (Resmi 2017:182)
2.4.6 Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak dibagi tiga seperti yang diungkapkan oleh Mardiasmo(2011:7) sebagai berikut :
1. Official Assessment SystemAdalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenangkepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besanya pajak yangterhutang oleh Wajib Pajak. Ciri-ciri official assessment system yaitu:a.Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terhutang berada pada
fiskus.b. Wajib pajak bersifat pasif.c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh
fiskus.2. Self Assessment System
Adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepadaWajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terhutang.a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada
Wajib Pajak sendiri.b. Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan
melaporkan sendiri pajak yang terhutang.c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
3. Withholding SystemAdalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenangkepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yangbersangkutan ) untuk menentukan besarnya pajak yang terhutang oleh
12
Wajib Pajak. Ciri-ciri Withholding System yaitu : wewenangmenenutukan besarnya pajak yang terhutang ada pada pihak ketiga,pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.
2.4.7 Tarif Pemotongan Pasal PPh 21
Berdasarkan UU PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 17, tarif pajak yang diterapkan
atas penghasilan Kena Pajak bagi orang pribadi dalam negeri :
Tabel 2.1 : Tarif pajak orang pribadi dalam negeri
Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp 50.000.000,00 5%
Diatas Rp50.000.000,00s.d.Rp 250.000.000,00 15%
Diatas Rp. 250.000.000,00s.d.Rp 500.000.000,00 25%Di atas Rp 500.000.000,00 30%
(Sumber: https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/buku%20pph%20upload.pdf)
2.4.8 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) adalah besaran nilai yang ditentukan oleh
pemerintah yang digunakan sebagai pengurang penghasilan bruto pada saat
menghitung Pajak Penghasilan Orang Pribadi baik PPh Orang Pribadi maupun
PPh Pasal 21. Dengan kata lain PTKP adalah batasan penghasilan yang dikenai
Pajak Penghasilan.
Berdasarkan ketentuan yang terbaru yaitu Peraturan Menteri Keuangan Nomor
101/PMK.010/2016 tanggal 22 Juni 2016 tentang penyesuaian besarnya
Penghasilan Tidak Kena Pajak yaitu:
Tabel 2.2 : Besar perhitungan PTKP Orang Pribadi
PTKP Sebelumnya Sekarang
Wajib Pajak Orang Pribadi Rp.36.000.000 Rp. 54.000.000
Tambahan untuk WP kawin Rp. 3.000.000 Rp. 4.500.000
Tambahan untuk tanggungan Rp. 3.000.000 Rp. 4.500.000
Tambahan apabila penghasilan istri
digabung dengan suamiRp. 36.000.000 Rp. 54.000.000
Sumber : Buku Perpajakan Siti Resmi Edisi 10
Peraturan Menteri Keuangan tersebut mulai berlaku sejak Tahun 2016 dan
pengumuman kenaikan secara resmi dilakukan pada bulan Juni 2016.
13
2.4.9 Pemotong PPh Pasal 21
Beberapa yang berhak memotong PPh Pasal 21 diantara nya yaitu:
1. Pemotong PPh Pasal 21 meliputi :a.Pemberi kerja yang terdiri dari :
1) Orang Pribadi;2) Badan; atau3) Cabang, perwakilan, atau unit, dalam hal yang melakukan sebagian
atau seluruh administrasi yang terkait dengan pembayaran gaji,upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain adalah cabang,perwakilan, atau unit tersebut.
b. Bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara ataupemegang kas pada Pemerintah Pusat termasuk institusiTNI/POLRI, Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah,lembaga-lembaga negara lainnya, dan Kedutaan Besar RepublikIndonesia diluar negeri, yang membayarkan gaji, upah, honorarium,tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentukapapun sehubung dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan;
c. Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, danbadan-badan lain yang membayar uang pensiun secara berkala dantunjangan hari tua atau jaminan hari tua;
d. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebasserta badan yang membayar :1) Honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai
imbalan sehubungan dengan jasa yang dilakukan oleh orangpribadi dengan status subjek pajak dalam negeri, termasuk jasatenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindakuntuk dan atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas namapersekutuannya;
2) Honorarium, komisi, fee atau pembayaran lain sebagai imbalansehubungan dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadidengan status Subjek Pajak luar negeri;
3) Honorarium, komisi, fee, atau imbalan lain kepada pesertapendidikan dan pelatihan, serta pegawai magang;
e. Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasiyang bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadiserta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan, yangmembayar honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentukapapun kepada Wajib Pajak orang pribadi berkenaan dengan suatukegiatan.
2. Tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang mempunyai kewajibanuntuk melakukan pemotongan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf a atau huruf b adalah :a. Kantor perwakilan negara asing;b. Organisasi-organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai penetapanorganisasi-organisasi internasional yang tidak termasuk subjekpajak penghasilan;
14
c. Organisasi-organisasi internasional yang ketentuan PajakPenghasilannya didasarkan pada ketentuan perjanjian internasionaldan dalam perjanjian internasional tersebut mengecualikankewajiban pemotong pajak, serta organisasi-organisasi dimaksudtelah ditetapkan oleh Menteri Keuangan;
d. Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usahaatau pekerjaan bebas yang semata-mata mempekerjakan orangpribadi untuk melakukan pekerjakan rumah tangga atau pekerjaanbukan dalam rangka melakukan kegiatan usaha atau pekerjaanbebas.
3. Dalam hal organisasi internasional tidak memenuhi ketentuansebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, organisasi internasionaldimaksud merupakan pemberi kerja yang berkewajiban melakukanpemotongan pajak (Resmi 2017:176).
2.4.10 Metode Perhitungan PPh Pasal 21
Saat diluncurkannya program reformasi perpajakan di tahun 1983, sejak itupula berkembang pemikiran dari wajib pajak untuk mengefisienkan pajakyang harus menjadi beban perusahaan. Menurut Pohan (2011:91) setidaknyaada 3 metode yang biasanya digunakan dalam perhitungan pajak penghasilanPasal 21 oleh perusahaan dalam menjalankan perencanaan pajak, yaitu:a. Gross Method (PPh Pasal 21 ditanggung oleh Karyawan)
Merupakan metode pemotongan pajak dimana karyawan menanggungsendiri jumlah pajak penghasilannya, yang biasanya dipotong langsungdari gaji karyawan yang bersangkutan. Biasanya dilakukan padaperusahaan yang baru berdiri.
Contoh : Perhitungan PPh Pasal 21 Metode Gross
Romi sebagai pegawai tetap pada PT. Hutama Agri di Jakarta pada tahun2017 menerima gaji sebulan sebesar Rp 6.000.000,00 dan membayariuran pensiun Rp 100.000,00. Romi telah menikah tetapi belummempunyai anak dan telah ber-NPWP. Perhitungan PPh Pasal 21 sebagaiberikut:
Gaji sebulan Rp 6.000.000
Pengurang:
- Biaya jabatan:
5% x Rp 6.000.000 Rp 300.000
- Iuran Pensiun Rp 100.000
Rp 400.000
Penghasilan Neto sebulan Rp 5.600.000
Penghasilan Neto setahun
15
12 x Rp 5.600.000 Rp 67.200.000
PTKP (K/0) setahun
- Untuk WP sendiri Rp 54.000.000
- Tambahan WP kawin Rp 4.500.000
Rp 58.500.000
Penghasilan Kena Pajak setahun
PPh Pasal 21 Terutang setahun
Rp 8.700.000
5% x Rp 8.700.000 Rp 435.000
PPh Pasal 21 sebulan Rp 36.250
Dari perhitungan diatas Romi menanggung sendiri PPh Pasal 21 yaitusebesar Rp 36.250 perbulan yang langsung dipotong dari gajinya. Jadi,gaji yang dibawa pulang oleh Romi sebesar Rp 8.663.750 perbulan
b. Net Method (PPh Pasal 21 ditanggung oleh Perusahaan)Merupakan metode pemotongan pajak dimana perusahaan menanggungpajak karyawannya. Sebagaimana dimaksud dalam Kep. Dirjen PajakNo. 31/PJ./2008 Pasal 5 ayat (2) dan Pasal 8 ayat (I), Penghasilan yangdipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 termasuk pula penerimaandalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya dengan nama dandalam bentuk apapun yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, WajibPajak yang dikenakan Pajak penghasilan yang bersifat final; atau WajibPajak yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan normapenghitungan khusus (deemed profit). Selanjutnya pada Pasal 8 ayat 2menegaskan bahwa Pajak Penghasilan yang ditanggung oleh pemberikerja, termasuk yang ditanggung oleh pemerintah, merupakanpenerimaan dalam bentuk kenikmatan.
Contoh : Perhitungan PPh Pasal 21 Metode Net
Gunawan yaitu sebagai pegawai tetap pada PT. Rustam Mandiri denganstatus menikah dengan punya 1 orang anak dan telah ber-NPWPmenerima gaji Rp. 6.000.000 sebulan serta PPh ditanggung pemberikerja. Tiap bulan Gunawan membayar iuran pensiun ke dana pensiunyang pendiriannya disahkan oleh Menteri Keuangan sebesar Rp.150.000.
Perhitungan PPh Pasal 21 atas gaji sebagai berikut:
Gaji sebulan Rp 6.000.000
Pengurang:
- Biaya jabatan:
5% x Rp 6.000.000 Rp 300.000
16
- Iuran Pensiun Rp 150.000
Rp 450.000
Penghasilan Neto sebulan Rp 5.550.000
Penghasilan Neto setahun
12 x Rp 5.550.000 Rp 66.600.000
PTKP (K/1) setahun
- Untuk WP sendiri Rp 54.000.000
- Tambahan WP kawin Rp. 4.500.000
- Tambahan 1 orang anak Rp. 4.500.000
Rp 63.000.000
Penghasilan Kena Pajak setahun
PPh Pasal 21 Terutang setahun
Rp 3.600.000
5% x Rp 3.600.000 Rp 180.000
PPh Pasal 21 sebulan Rp 15.000
PPh Pasal 21 sebesar Rp. 15.000 ditanggung dan dibayar oleh pemberikerja dan jumlah tersebut tidak dapat dikurangkan dari penghasilan Brutopemberi kerja dan bukan merupakan penghasilan yang dikenakan pajakkepada Gunawan. Jadi, gaji yang dibawa pulang Gunawan adalah sebesarRp. 6.000.000.
c. Gross-Up Method (Tunjangan pajak yang di Gross-Up)Merupakan metode pemotongan pajak dimana perusahaan memberikantunjangan pajak yang jumlahnya sama besar dengan jumlah pajak yangakan dipotong dari karyawan. Perhitungan tunjangan pajak diformulasikan untuk menyamakan jumlah pajak yang akan dibayardengan tunjangan pajak yang diberikan perusahaan terhadapkaryawannya (Sihotang, 2017:28).
Contoh : Perhitungan PPh Pasal 21 Metode Gross-Up
Indra status kawin mempunyai 1 orang anak telah memiliki NPWPbekerja pada PT Surya Tama dengan memperoleh gaji sebesarRp.7.000.000 sebulan. Iuran pensiun yang dibayarkan Indra sebesarRp.100.000 sebulan. Perhitungan PPh Pasal 21 sebagai berikut:
Gaji sebulan Rp 7.000.000
Tunjangan Pajak Rp. 65.000
Pengurang:
- Biaya jabatan:
17
5% x Rp 7.000.000 Rp. 350.000
- Iuran Pensiun Rp. 100.000
- PPh Pasal 21 ditanggung perusahaan Rp. 65.000
Rp 515.000
Penghasilan Neto sebulan Rp 6.550.000
Penghasilan Neto setahun
12 x Rp 6.550.000 Rp 78.600.000
PTKP (K/1) setahun
- Untuk WP sendiri Rp 54.000.000
- Tambahan WP kawin Rp 4.500.000
- Tambahan 1 orang anak Rp. 4.500.000
Rp 63.000.000
Penghasilan Kena Pajak setahun
PPh Pasal 21 Terutang setahun
Rp 15.600.000
5% x Rp.15.600.000 Rp 780.000
PPh Pasal 21 sebulan Rp 65.000
Dari perhitungan diatas PPh Pasal 21 yang dipotong dari pegawai yaitusebesar Rp.65.000 atau sebesar tunjangan pajak yang diberikanperusahaan. Tunjangan pajak ini merupakan penghasilan pegawai yangbersangkutan sehingga dapat dijadikan pengurang Penghasilan Bruto.Sedangkan untuk gaji yang dibawa pulang oleh Indra sebesarRp.7.000.000
2.4.11 Pegawai tetap
Menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003 yang dimaksud
dengan karyawan tetap adalah karyawan yang diikat oleh perjanjian kerja untuk
waktu tidak tertentu. Untuk calon karyawan tetap, perusahaan dapat mensyaratkan
adanya masa percobaan paling lambat 3 bulan. Dalam dunia ketenagakerjaan,
dikenal adanya pegawai tetap dan pegawai tidak tetap (pegawai kontrak). Pegawai
tetap yang dimaksud ketenagakerjaan pada umumnya didefinisikan sebagai pekerja
yang memiliki perjanjian kerja dengan pengusaha untuk jangka waktu tidak
tertentu. Sedangkan pegawai tidak tetap (pegawai kontrak) secara umum
didefinisikan sebagai pekerja yang memiliki perjanjian kerja dengan pengusaha
18
terbatas untuk jangka waktu tertentu atau berdasarkan selesainya suatu pekerjaan
tertentu. Namun dalam perpajakan, baik pegawai tetap atau pegawai kontrak kedua-
duanya merupakan pegawai tetap dalam Pajak Penghasilan implikasinya dalam
menghitung PPh Pasal 21 dan mereka berhak atas biaya jabatan serta mendapatkan
pengurangan PTKP setahun.
Sumber:(http://www.konsultasipajak.com/2017/04/artian-pegawai-tetap-dan-pegawaikontrak.html)
2.4.12 Perhitungan PPh Pasal 21
Perhitungan PPh Pasal 21 bagi pegawai tetap atas penghasilan yang bersifat tetap
secara umum dapat di rumuskan sebagai berikut.
Tabel 2.3 : Perhitungan PPh Pasal 21
1. Penghasilan bruto perbulan
Pengurangan :
2. Biaya Jabatan (5% x penghasilan bruto, maksimal xxx
xxx
Rp. 500.000/bulan)
3. Iuran pensiun atau JHT xxx
Jumlah pengurangan (xxx)
Penghitungan PPh Pasal 21 : -
4. Penghasilan neto sebulan xxx
5. Penghasilan neto setahun xxx
6. PTKP (xxx)
7. PKP xxx
8. PPh Pasal 21 yang terutang setahun xxx
9. PPh Pasal 21 yang dipotong sebulan xxx
Sumber: Buku Perpajakan Siti Resmi Edisi 10
Ilustrasi di atas berlaku bagi wajib pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP). Sementara, bagi wajib pajak yang tidak memiliki NPWP, akan dikalikan
120%.
19
2.4.13 Contoh Menghitung Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Pegawai Tetap
Ada beberapa contoh menghitung PPh Pasal 21 yaitu:
1. Gaji BulananTommy Hakim bekerja di Universitas Nusantara. Ia memperoleh gajisebulan berupa gaji pokok Rp. 6.000.000. Tommy membayar iuranpensiun sebesar Rp. 100.000. Tommy sudah menikah, tetapi belum punyaanak.Penghitungan PPh Pasal 21 adalah :Gaji sebulan Rp. 6.000.000Pengurangan :1. Biaya jabatan (5% x Rp. 6.000.000) Rp. 300.0002. Iuran pensiun Rp. 100.000
Rp. 400.000Penghasilan neto sebulan Rp. 5.600.000
Penghasilan neto setahun: 12 x Rp. 5.600.000 Rp. 67.200.000PTKP (K/-):- WP sendiri Rp. 54.000.000- Tambahan WP menikah Rp. 4.500.000
Rp. 58.500.000PKP Rp. 8.700.000
PPh Pasal 21 setahun: 5% x Rp. 8.700.000 = Rp. 435.000PPh Pasal 21 sebulan: Rp. 435.000 ÷ 12 = Rp. 36.250
2. Gaji mingguanPutri, belum menikah, menerima gaji mingguan sebesar Rp 1.500.000.Bila Putri hanya menerima gaji saja adalah, maka perhitungannya adalahsebagai berikut:Gaji Sebulan (4 x Rp 1.500.000) Rp 6.000.000Pengurangan:1. Biaya Jabatan 5% x Rp 6.000.000 Rp 300.0002. Penghasilan Neto Sebulan Rp 5.700.000Penghasilan Neto Setahun (12 x Rp 5.700.000) Rp 68.400.000WP sendiri = Rp 54.000.000Penghasilan Kena Pajak Setahun = Penghasilan Neto Setahun – PTKPSetahun= Rp 68.400.000 – Rp 54.000.000 = Rp 14.400.000PPh 21 Terutang SemingguPPh Pasal 21 (5% x Rp 14.400.000) Rp 720.000PPh Pasal 21 Sebulan (Rp 720.000 : 12) Rp 60.000PPh Pasal 21 Atas Gaji/Upah Minggu Pertama (Rp 60.000 : 4) Rp 15.000(Resmi 2017:196-197)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam Penelitian ini, penulis mengambil lokasi di PT Perkebunan Nusantara III
(Persero) yang beralamat di Jalan Sei Batang Hari No. 2 Medan Sumatera Utara.
Selain itu Tugas Akhir ini membutuhkan waktu dengan alokasi sebagai berikut :
Tabel 3.1.Waktu Kegiatan Penulisan Tugas Akhir 2019
No Kegiatan
Waktu Kegiatan Penulisan Tugas Akhir
April Mei Juni Juli Agustus
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
2 PengumpulanData
3 Tabulasi DanAnalisa Data
4 MenyusunKonsep Laporan
5 Konsultasi padaPembimbing
6 Sidang TugasAkhir
7PerbaikanLaporan TugasAkhir
8 PenggandaanLaporan
Sumber: Pedoman Tugas Akhir 2019
Keterangan :
1. Tahap persiapan Tugas Akhir
Pada tahap ini, dilakukan pengajuan judul, serta pengajuan proposal dan
menunggu agar proposal disetujui.
2. Tahap pengumpulan data Tugas Akhir
Pada tahap ini, dilakukan pengumpulan data untuk tugas akhir baik data yang
berasal dari perusahaan maupun pendukung dari sumber lain.
20
21
3. Tahap tabulasi dan analisa data Tugas Akhir
Pada tahap ini, data dianalisis yang telah diperoleh dari berbagai sumber.
4. Tahap menyusun konsep laporan Tugas Akhir
Pada tahap ini, mengerjakan dan menyusun konsep laporan Tugas Akhir yang
disidangkan.
5. Tahap konsultasi pada pembimbing Tugas Akhir
Pada tahap ini, melakukan bimbingan dan konsultasi sampai tugas akhir
selesai.
6. Tahap sidang Tugas Akhir
Pada tahap ini, akan diuji pada sidang atas Tugas Akhir.
7. Tahap perbaikan laporan Tugas Akhir
Tahap ini, dilakukan perbaikan yang diperlukan.
8. Tahap penggandaan laporan
Pada tahap ini, penggandaan laporan Tugas Akhir yang diajukan kepada
pihak-pihak berkepentingan.
3.2. Populasi dan Sampel
1. Populasi
“Populasi adalah seluruh kumpulan elemen yang menunjukkan ciri-ciri tertentu
yang dapat digunakan untuk membuat kesimpulan” (Anwar Sanusi, 2011:87).
Populasi penelitian ini adalah pegawai tetap PT Perkebunan Nusantara III
(Persero) yang berjumlah.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki olehpopulasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkinmempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasandana, tenaga, dan waktu maka peneliti dapat mengggunakan sampel yangdiambil dari populasi itu. Kesimpulannya akan dapat diberlakukan untukpopulasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus benar-benarrepresentative / mewakili (Sugiono, 2008 : 116).
“Sample dalam penelitian ini berjumlah 5 (lima). Teknik pemilihan sample yaitu
dengan menggunakan Purpossive Sampling. Purpossive Sampling adalah teknik
pengambilan sample sumber data dengan pertimbangan tertentu.” (Sugiyono,
2010:392)
22
Dalam penelitian ini penulis memilih sample berdasarkan kriteria, yaitu dilihat dari
Status pegawai tersebut. Dari 761 (tujuh ratus enam puluh satu) populasi yang ada
diambil satu untuk setiap perwakilan. Keterangannya sebagai berikut:
a. TK/0 = belum menikah dan tidak ada tanggungan
b. K/0 = sudah menikah dan tidak ada tanggungan
c. K/1 = sudah menikah dan mempunyai tanggungan satu
d. K/2 = sudah menikah dan mempunyai tanggungan dua
e. K/3 = sudah menikah dan mempunyai tanggungan tiga
3.3. Jenis Data
Menurut Sanusi (2011:104), jenis data dibedakan atas 2 bagian yaitu :
1. Data kualitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat dangambar.
2. Data kuantitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk angka atau datakualitatif yang diangkakan.
Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yaitu pendapatan/ gaji dan PPh Pasal
21 PT Perkebunan Nusantara III (Persero)
3.4 Sumber Data
Menurut Hasan (2006:19), sumber data terdiri atas:a. Data primer yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dari
responden melalui kuesioner dan wawancara.b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan melalui penelitian
kepustakaan yang berasal dari perpustakaan atau dari laporan- laporanpeneliti terdahulu.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu berupa bukti pemotongan PPh
Pasal 21 dalam formulir 1721-A1 pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero).
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara :
“Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, parasasti, notulen, rapat, lengger,
agenda dan sebagainya” (Arikunto, 2014:274). Didalam melaksanakan metode
dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,
23
majalah, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. Dalam
hal ini penulis menggunakan data sekunder yang diperoleh dari internet dan
dokumen perusahaan yang dianggap relevan dengan permasalahan.
3.6 Teknik Pengolahan Data
Analisis Deskriptif merupakan metode analisis data yang diterapkan dalampenelitian ini. Analisis Deksriptif merupakan statistik yang digunakan untukmenganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan datayang terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud untuk membuatkesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi (Sanusi, 2011:115).
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Perusahaan
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
PT Perkebunan Nusantara III (Persero) di singkat PTPN III (Persero), merupakan
salah satu dari 14 (empat belas) Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Perkebunan
yang bergerak dibidang usaha perkebunan dan pemasaran hasil perkebunan.
Pembentukan perseroan ini mempunyai lintasan sejarah diawali dengan proses
pengambilalihan Perusahaan-perusahaan Perkebunan Belanda pada tahun 1958
oleh Pemerintah RI yang dikenal dengan proses “Nasionalisasi” Perusahaan
Perkebunan Asing menjadi Perseroan Perkebunan Negara (PPN). Perusahaan yang
turut membentuk perseroan berasal dari NV. Ruber Cultuur Matschappij
Amsterdam dan NV. Cultuur Mij’d Oeskut (CMO) yang merupakan perusahaan
perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia sejak zaman colonial pada masa
pemerintahan Hindia-Belanda.
Langkah awal perseroan dimulai pada tahun 1958 dengan nama perusahaan
Perkebunan Negara Baru cabang Sumatera Utara (PPN Baru). Setelah mengalami
beberapa perubahan bentuk/status badan hukum sejalan UU dan Peraturan
Pemerintah (PNP) yang selanjutnya pada tahun 1968 PPN tersebut diorganisasikan
menjadi beberapa kesatuan Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) yang selanjutnya
pada tahun 1974 bentuk hukumnya dialihkan menjadi PT Perkebunan (Persero).
Guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas terhadap kegiatan usaha BUMN,
Pemerintah pada tahun 1968, PPN direstrukturisasi menjadi beberapa kesatuan
Perusahaan telah mencanangkan program merestrukturisasi BUMN sub-sektor
perkebunan melwilayah eksploitasi dan perampingan struktur organisasi. Dari
program restrukturisasi tersebut telah dilakukan penggabungan 32 BUMN
perkebunan yaitu PT Bina Mulya Ternak menjadi 14 BUMN perkebunan baru
yakni PT Perkebunan Nusantara I sampai dengan PT Perkebunan Nusantara XIV.
24
25
Diawali dengan langkah penyatuan manajemen pada tahun 1994, 3 (tiga) BUMN
terdiri dari PT Perkebunan III, PT Perkebunan IV (Persero) dan PT Perkebunan V
(Persero). Selanjutnya melalui peraturan pemerintah No. 8 tahun 1996 tanggal 14
Februari 1996 ketiga persero tersebut yang wilayah kerjanya berada di Provinsi
Sumatera Utara digabung menjadi satu perseroan dengan nama PT Perkebunan
Nusantara III (Persero) disingkat dengan PTPN III (Persero).
PTPN III (Persero) didirikan dengan Akta Notaris Harum Kamil SH, No. 36 tanggal
11 Maret 1996 dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik
Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-8331.HT.01.01.TH.96 tanggal 8
Agustus 1996 serta telah di umumkan dalam berita Negara Republik Indonesia No.
81 tanggal 8 Oktober 1996, Tambahan Lembaran Negara No. 8674/1996.
Saat ini PT Perkebunan Nusantara III (Persero) mengelola komoditi utama tanaman
karet, kelapa sawit dan didukung dengan pabrik perkebunan untuk masing-masing
komoditi. Lahan perkebunan di 5 provinsi Sumatera Utara yaitu Kabupaten Deli
Serdang Simalungun Asahan Labuhan Batu dan Tapanuli Selatan. Luas lahan
keseluruhan PT Perkebunan Nusantara III (Persero) tahun 2005 seluas 186.179,83
Ha yang terdiri dari kebun sendiri 166.625,89 Ha dan kebun plasma 19.553,94 Ha
sebagai BUMN (Badan Usaha Milik Negara), perusahaan dan badan pengawasan
perusahaan mengacu kepada peraturan pemerintah yang berlaku. Adapun
pengangkatan dan pemberhentian manajemen perseroan ditetapkan berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia No. KEP-
213/MMBU/2003 tanggal 05 Juni 2003. Sepanjangan tahun 2004, PTPN III telah
melaksanakan perubahan mendasar dan menyeluruh untuk mendukung tercapainya
visi yang telah ditetapkan. Perubahan ini tidak lepas dari keinginan perseroan untuk
terus berkembang.
Perseroan juga melakukan kegiatan pemesanan komoditi kelapa sawit karet
didalam dan luar negeri. Untuk mendukung pemasaran komoditi dan produk yang
dihasilkan seluruh BUMN Perkebunan di Indonesia telah membentuk kantor
pemasaran bersama (KPB) yang berkedudukan di Jakarta-Indonesia. Komoditi
26
primer yang dihasilkan oleh perseroan seperti minyak sawit, inti sawit dan karet
merupakan bahan baku industri lanjutan. Pembentukan harga terjadi berdasarkan
keseimbangan antara supply dan demand di pasar fisik komoditi dan di pasarbursa
komoditi. PT Perkebunan Nusantara III (Persero) memiliki 15 kepala bagian, 8
Distrik Manajer, 32 Manajer kebun, 11 PKS, 5 Manajer MS dan 7 anak perusahaan.
4.1.2 Visi dan Misi PT Perkebunan Nusantara III (Persero)
Visi PT Perkebunan Nusantara III (Persero) yaitu menjadi perusahaan agribisnis
kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan tata kelola bisnis terbaik.
Misi PT Perkebunan Nusantara III (Persero) yaitu:
1. Mengembankan industri hilir berbasis perkebunan secara berkesinambungan
2. Menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan
3. Memperlakukan karyawan sebagai aset strategis dan mengembangkannya
secara optimal
4. Menjadikan perusahaan terpilih yang memberikan “imbal hasil” terbaik bagi
para investor
5. Menjadikan perusahaan yang paling menarik dalam bermitra bisnis
6. Memotivasi karyawan untuk berpartisipasi dalam pengembangan komunitas
7. Melaksanakan seluruh aktivitas perusahaan yang berwawasan lingkungan.
4.1.3 Tata Nilai PT Perkebunan Nusantara III (Persero)
PT Perkebunan Nusantara III (Persero) menerapkan tata nilai diantaranya yaitu:
1. Proactivity
Proactivity adalah selalu bersikap proaktif, dengan penuh inisiatif,
mengevaluasi risiko yang mungkin terjadi.
2. Excellence
Excellence adalah selalu memperlihatkan gairah keunggulan dan berusaha
bekerja keras untuk hasil maksimal sesuai dengan kompetensi kita.
3. Team Work
Team Work adalah selalu mengutamakan kerjasama tim, agar mampu
menghasilkan sinergi optimal bagi perusahaan.
27
4. Innovation
Innovation adalah selalu menghargai kreativitas dan menghasilkan inovasi
dalam metode baru dan produk baru.
5. Responsibility
Responsibility adalah selalu bertanggung jawab atas akibat keputusan yang
diambil dan tindakan yang dilakukan.
4.1.4 Makna logo PT Perkebunan Nusantara III (Persero)
Gambar 4.1Logo PT Perusahaan Nusantara III (Persero)
Sumber : www.holding-perkebunan.com/struktur-organisasi
Makna logo PT Perkebunan Nusantara III (Persero) yaitu :
1. Romawi III melambangkan identitas PT Perkebunan Nusantara III (Persero)
dan mencerminkan bisnis perusahaan yg berbasis pada 3P yaitu Planet, People,
dan Profit.
2. Bentuk daun menunjukkan bahwa perusahaan memiliki korbisnis perkebunan
dengan aset utamanya adalah tanaman.
3. Simpul tali melambangkan peran perusahaan sebagai holding BUMN
perkebunan yg menjadi induk dalam mensinergikan PTPN group.
4. Simbol infinity menunjukkan harapan dan tekad perusahaan untuk terus
berkelanjutan sepanjang masa.
5. Warna Hijau melambangkan Fertility, Growth, Harmony with nature dan
Strong determination.
6. Warna Biru melambangkan Professional dan Go Global
7. Warna Emas melambangkan Prosperity, Glory dan Welfare.
28
4.1.5 Struktur Organisasi PT Perkebunan Nusantara III (Persero)
Struktur organisasi PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan merupakan salah
satu faktor yang menjadi penentu keberhasilan dalam mencapai tujuanperusahaan.
Struktur organisasi PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan menunjukkan
bahwa struktur tersebut dapat di lihat secara vertikal dan horizontal yang
menunjukkan adanya pemisahan lingkup tugas, fungsi, wewenang dan tanggung
jawab sesuai dengan pembidangan direktorat masing-masing (Direktorat Produksi,
Direktorat Keuangan, Direktorat SDM dan Umum, Direktorat Perencanaan dan
Pengembangan).
Susunan Komisaris Perseroan adalah sebagai berikut :
Komisaris Utama : Arif Satria
Komisaris : Deddy Fauzi El Hakim
Komisaris : Arie Yuriwin
Komisaris : Muhammad Syakir
Komisaris : Bambang Hendroyono
Komisaris Independen : Dahlan Harahap
Komisaris Independen : Deddy Yefri H Sitorus
Susunan Direksi dan Senior Executive Vice President (SEVP) adalah sebagai
berikut :
Direktur Utama : Dolly P Pulungan
Direktur Keuangan : Mohammad Yudayat
Direktur Pemasaran : I Kadek K. Laksana
Direktur Produksi dan Pengembangan : Ahmad Haslan Saragih
Direktur SDM & Umum : Seger Budiarjo
SEVP Bidang Koordinator : Suhendri
SEVP Bidang Produksi : Adi Fitria
SEVP Bidang SDM & Umum : Ahmad Gusmar Harahap
Untuk lebih jelasnya, struktur organisasi pada PT Perkebunan Nusantara III
(Persero) Medan dapat dilihat pada lampiran 1.
29
4.1.6 Aktivitas Kerja Perusahaan
PT Perkebunan Nusantara III (persero) Medan bergerak dalam bidang usaha
perkebunan dengan komoditi utama kelapa sawit dan karet. Perusahaan melakukan
pengelolahan hasil tanaman dan kebun sendiri, kebun plasma maupun dari pihak
pihak lain menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Pengelolaan komoditi dan
produk dihasilkan di dalam negeri dan hasilnya dipasarkan di 28 dalam negeri
maupun diekspor ke luar negeri. Adapun kondisi komoditi dan produk yang diolah
PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan berupa komoditi kelapa sawit diolah
menjadi minyak sawit (CPO) dan inti sawit. Untuk mendukung pemasaran komoditi
yang dihasilkan, seluruh BUMN perkebunan di Indonesia telah membentuk PT.
Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (PT. KPBN) yang berkedudukan di
Jakarta - Indonesia. PT KPBN dibentuk untuk menjadi pusat pemasaran komoditi
utama PTPN. PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan menjadikan minyak
sawit dan inti sawit menjadi komoditi utama yang memberikan kontribusi besar
bagi pendapatan perusahaan. PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan
menggunakan penjualan dengan istilah pendapatan. Mutu produk minyak dan inti
sawit yang dihasilkan perusahaan sudah dikenal di pasar lokal dan internasional
dengan pasokan yang tepat waktu kepada pembeli.
1. Kelapa Sawit – Minyak Sawit dan Inti Sawit
PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan menjadikan minyak dan inti
sawit sebagai komoditi yang memberikan kontribusi besar bagi pendapatan
perusahaan. Mutu produk minyak dan inti sawit yang dihasilkan perusahaan
sudah dikenal di pasar lokal dan internasional dengan pasokan yang tepat
waktu kepada pembeli.
2. Karet –Lateks, Crumb rubber dan Rubber Smoke
Di Seantaro dunia, Sumatera dikenal sebagai penghasil karet bermutu tinggi,
lebih dari 54.000 hektar lahan PT Perkebunan Nusantara III (Persero)
diusahakan untuk menghasilkan karet berkualitas terbaik di dunia. Mutu
produk RSS-I, SIR-20 dan lateks pekat mampu menembus pasar internasional
di sejumlah pabrik ban terbesar seperti Bridgestone Good Year, Firetone
Hankook dan lainya.
30
3. Industri Hilir Karet – Rubber Threads, Rubber Dockfender, Rubber Article
Rubber Cownet Conveyor Belt, Rubber Karl dan Resin
Pabrik industri hilir karet didirikan tahun 1965 untuk mengantisifikasi
penurunan fluktuasi pada karet alam dan persaingan kuat karet sintesis PT
Perkebunan Nusantara III (Persero) sekarang ini memiliki 3 fasilitas fasilitas
pengelolaan yang disebut dengan Rubber Threads, Rubber Dockfender,
Rubber Article Rubber Cownet Conveyor Belt, Rubber Karl dan Resin adalah
produk utama pabrik-pabrik tersebut. Produk perusahaan telah menerima
Indonesian Industries Standart (SII) Certificate International Quality
Certificate ISO 9001: 2000 dan ISO 14001 1996, TUV dan OCOTEX
4.2 Hasil Pengumpulan dan Pengolahan Data
4.2.1 Hasil Pengumpulan Data
Model perhitungan PPh Pasal 21 di PT Perkebunan Nusantara III (Persero) adalah
sebagai berikut :
Subjek Pajak yang dipotong PPh Pasal 21 pada PT Perkebunan Nusantara III
(Persero) adalah penghasilan berupa gaji pokok, tunjangan-tunjangan, dan
penerima lainnya dalam bentuk apapun yang diterima oleh pegawai tetap PT
Perkebunan Nusantara III (Persero)
Tabel 4.1Data beberapa pegawai tetap PT Perkebunan Nusantara III (Persero)
(Dalam Rupiah)
Nama Status Gaji setahunPremi
asuransiTunjangan
PPh 21Tunjangan
lainnyaTantiem,bonus dll
BiayaJabatan
PTKPIuran
JHT/THTPPh 21
dipotong
LF TK/ 0 55.436. 916 2.683.152 16.303.900 68.871.168 61.606.273 6.000.000 54.000.000 2.874.636 16.303.900
RE K/ 0 32.055.890 1.551.510 2.327.000 39.410.498 36.974.106 5.615.950 58.500.000 1.662.243 2.327.000
AD K/ 1 73.514.292 3.337.551 33.228.000 122.443.323 95.033.375 6.000.000 63.000.000 5.643.568 33.228.000
AM K/ 2 28.226.119 1.366.144 1.373.950 39.102.067 32.190.893 5.112.959 67.500.000 2.166.536 1.373.950
HR K/ 3 118.389.270 4.479.300 85.238.500 175.624.726 163.141.653 6.000.000 72.000.000 7.918.567 85.238.500
Sumber : Bagian pajak PT Perkebunan Nusantara III (Persero)
Pajak Terutang = Tarif Pajak x Penghasilan Kena Pajak
31
4.2.2 Hasil Pengolahan Data
Di dalam formulir 1721-A1 yang didapat penulis dari perusahaan, PT Perkebunan
Nusantara III (Persero) dalam menghitung PPh Pasal 21 menggunakan Metode
Gross-Up, yaitu metode yang diterapkan bagi karyawan atau penerima penghasilan
yang diberikan tunjangan pajak (gajinya dinaikkan terlebih dahulu) sebesar pajak
yang dipotong.Berikut ini adalah perhitungan PPh Pasal 21 pegawai tetap PT Perkebunan
Nusantara III (Persero) yang mengacu pada Undang-undang Pajak Penghasilan
No.36 Tahun 2008 berdasarkan PTKP Tahun 2016.
1. Perhitungan PPh Pasal 21 atas LF (TK/0)
Gaji sebulan Rp. 4.619.743
Premi Asuransi Rp. 223.596
Tunjangan lainnya Rp. 5.739.264
Tantiem, bonus, gratifikasi, dan THR Rp. 5.133.856
Total penghasilan Bruto perbulan Rp. 15.716.459
Pengurangan
Biaya Jabatan Rp. 500.000
Iuran Rp. 239.553
(Rp. 739.553)
Penghasilan neto sebulan Rp. 14.976.906
Penghasilan neto setahun 12 x Rp. 14.976.906 Rp. 179.722.872
PTKP
a. WP sendiri Rp. 54.000.000
PPh pasal 21 Terutang :
5% x Rp. 50.000.000 = Rp. 2.500.000
15% x Rp. 75.722.872 = Rp. 11.358.431
PPh Pasal 21 Setahun Rp. 13.858.431
PPh pasal 21 Sebulan Rp. 1.154.869
(Rp.54.000.000)
Rp.125.722.872
32
Maka jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong atas penghasilan LF setiap bulannya
adalah Rp. 1. 154.869.
2. Perhitungan PPh Pasal 21 atas RE (K/0)
Gaji sebulan Rp. 2.671.324
Premi Asuransi Rp. 129.292
Tunjangan lainnya Rp. 3.284.208
Tantiem, bonus, gratifikasi, dan THR Rp. 3.081.175
Total penghasilan Bruto Rp. 9.165.996
Pengurangan
Biaya Jabatan Rp. 467.995
Iuran Rp. 138.520
(Rp. 606.515 )
Penghasilan neto sebulan Rp. 8.559.481
Penghasilan neto setahun 12 x Rp. 8.559.481 Rp. 102.713.772
PTKP
a. WP sendiri Rp. 54.000.000
b. Istri Rp. 4.500.000
(Rp. 58.500.000)
Rp. 44.213.772
PPh pasal 21 Terutang : 5% x Rp. 44.213.772 = Rp. 2.210.688
PPh pasal 21 Setahun Rp. 2.210.688
PPh pasal 21 Sebulan Rp. 184.224
Maka jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong atas penghasilan RE setiap bulannya
adalah Rp. 184.224
3. Perhitungan PPh Pasal 21 atas AD (K/1)
Gaji sebulan Rp. 6.126.191
Premi Asuransi Rp. 278.129
Tunjangan lainnya Rp. 10.203.610
Tantiem, bonus, gratifikasi, dan THR Rp. 7.919.448
Total penghasilan Bruto Rp. 24.527.378
33
Pengurangan
Biaya Jabatan Rp. 500.000
Iuran Rp. 470.297
(Rp. 970.297 )
Penghasilan neto sebulan Rp. 23.557.081
Penghasilan neto setahun 12 x Rp. 23.557.081 Rp. 282.684.972
PTKP
a. WP sendiri Rp. 54.000.000
b. Istri Rp. 4.500.000
c. Tanggungan Rp. 4.500.000
PPh pasal 21 Terutang :
5% x Rp. 50.000.000 = Rp. 2.500.000
15% x Rp. 169.684.972 = Rp. 25.452.746
PPh pasal 21 Setahun Rp. 27.952.746
PPh pasal 21 Sebulan Rp. 2.329.395
(Rp. 63.000.000)
Rp. 219.684.972
Maka jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong atas penghasilan AD setiap bulannya
adalah Rp. 2.329.395
4. Perhitungan PPh Pasal 21 atas AM (K/2)
Gaji sebulan Rp. 2.352.176
Premi Asuransi Rp. 113.845
Tunjangan lainnya Rp. 3.258.505
Tantiem, bonus, gratifikasi, dan THR Rp. 2.682.574
Total penghasilan Bruto Rp. 8.407.100
Pengurangan
Biaya Jabatan Rp. 426.079
Iuran Rp. 180.544
(Rp. 606.624)
Penghasilan neto sebulan Rp. 7.800.476
Penghasilan neto setahun 12 x Rp. 7.800.476 Rp. 93.605.712
34
PTKP
a. WP sendiri Rp. 54.000.000
b. Istri Rp. 4.500.000
c. Tanggungan 2 Rp 9.000.000
(Rp.67.500.000)
Rp. 26.105.712
PPh pasal 21 Terutang : 5% x Rp. 26.105.712 = Rp. 1.305.286
PPh pasal 21 Setahun Rp. 1.305.286
PPh pasal 21 Sebulan Rp. 108.774
Maka jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong atas penghasilan AM setiap bulannya
adalah Rp. 108.774
5. Perhitungan PPh Pasal 21 atas HR (K/3)
Gaji sebulan Rp. 9.865.772
Premi Asuransi Rp. 373.275
Tunjangan lainnya Rp. 14.635.394
Tantiem, bonus, gratifikasi, dan THR Rp. 13.595.138
Total penghasilan Bruto Rp. 38.469.579
Pengurangan
1. Biaya Jabatan Rp. 500.000
2. Iuran Rp. 659.880
(Rp . 1.159.880 )
Penghasilan neto sebulan Rp. 37.309.699
Penghasilan neto setahun 12 x Rp. 37.309.699 Rp. 447.716.388
PTKP
a. WP sendiri Rp. 54.000.000
b. Istri Rp. 4.500.000
c. Tanggungan 3 Rp. 13.500.000
PPh pasal 21 Terutang :
5% x Rp. 50.000.000 = Rp. 2.500.000
(Rp. 72.000.000 )
Rp. 375.716.388
35
15 % x Rp. 200.000.000 = Rp. 30.000.000
25 % x Rp. 125.716.388 = Rp. 31.429.097
PPh pasal 21 Setahun Rp. 63.929.097
PPh pasal 21 Sebulan Rp. 5.327.425
Maka jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong atas penghasilan HR setiap bulannya
adalah Rp. 5.327.425.
Berikut ini adalah tabel setelah PPh Pasal 21 dihitung sesuai dengan mekanisme
yang terdapat di undang-undang.
Tabel 4.2Data pegawai setelah diolah
(Dalam rupiah)
Nama Status Gaji setahunPremi
asuransiTunjangan
lainnyaTantiem,bonus dll
BiayaJabatan
PTKPIuran
JHT/THTPPh 21dipotong
LF TK/0 55.436.916 2.683.152 68.871.168 61.606.273 6.000.000 54.000.000 2.874.636 13.858.431
RE K/ 0 32.055.890 1.551.510 39.410.498 36.974.106 5.615.950 58.500.000 1.662.243 2.210.688
AD K/ 1 73.514.292 3.337.551 122.443.323 95.033.375 6.000.000 63.000.000 5.643.568 27.952.746
AM K/ 2 28.226.119 1.366.144 39.102.067 32.190.893 5.112.959 67.500.000 2.166.536 1.305.286
HR K/ 3 118.389.270 4.479.300 175.624.726 163.141.653 6.000.000 72.000.000 7.918.567 63.929.097
Sumber : Data diolah
Perbandingan perhitungan pemotongan PPh Pasal 21 dengan metode Gross,
Metode Net dan Metode Gross-Up.
1. Metode Gross (tanpa tunjangan pajak)
a. Pemotongan PPh Pasal 21 atas nama LF
Penghasilan Kena Pajak Rp.125.722.872
PPh Pasal 21 5% x Rp. 50.000.000 = Rp. 2.500.000
15% x Rp. 75.722.872 = Rp. 11.358.431
PPh Pasal 21 Setahun (Rp. 13.858.431)
Penghasilan yang diterima LF Rp. 111.864.441
b. Pemotongan PPh Pasal 21 atas nama RE
Penghasilan Kena Pajak Rp. 44.213.772
36
PPh Pasal 21 5% x Rp. Rp. 44.213.772 = Rp. 2.210.688
PPh Pasal 21 Setahun (Rp. 2.210.688)
Penghasilan yang diterima RE Rp. 42.003.084
c. Pemotongan PPh Pasal 21 atas nama AD
Penghasilan Kena Pajak Rp. 219.684.972
PPh Pasal 21 5% x Rp. 50.000.000 = Rp. 2.500.000
15% x Rp. 169.684.972 = Rp. 25.452.746
PPh Pasal 21 Setahun (Rp. 27.952.746 )
Penghasilan yang diterima AD Rp. 191.732.226
d. Pemotongan PPh Pasal 21 atas nama AM
Penghasilan Kena Pajak Rp. 26.105.712
PPh Pasal 21 : 5% x Rp. 26.105.712 = Rp. 1.305.286
PPh Pasal 21 Setahun (Rp. 1.305.286 )
Penghasilan yang diterima AM Rp. 24.800.426
e. Pemotongan PPh Pasal 21 atas nama HR
Penghasilan Kena Pajak Rp. 375.716.388
PPh Pasal 21 5% x Rp. 50.000.000 = Rp. 2.500.000
15 % x Rp. 200.000.000 = Rp. 30.000.000
25 % x Rp. 125.716.388 = Rp. 31.429.097
PPh pasal 21 Setahun (Rp. 63.929.097)
Penghasilan yang diterima HR Rp. 311.787.291
2. Metode Net (perusahaan membayarkan PPh pegawai)
a. Pemotongan PPh Pasal 21 atas nama LF
Penghasilan Kena Pajak Rp.125.722.872
PPh Pasal 21 5% x Rp. 50.000.000 = Rp. 2.500.000
15% x Rp. 75.722.872 = Rp. 11.358.431
PPh Pasal 21 Setahun ditanggung perusahaan Rp. 13.858.431
Penghasilan yang diterima LF Rp. 125.722.872
b. Pemotongan PPh Pasal 21 atas nama RE
37
Penghasilan Kena Pajak Rp. 44.213.772
PPh Pasal 21 5% x Rp. Rp. 44.213.772 = Rp. 2.210.688
PPh Pasal 21 Setahun ditanggung perusahaan Rp. 2.210.688
Penghasilan yang diterima RE Rp. 44.213.772
c. Pemotongan PPh Pasal 21 atas nama AD
Penghasilan Kena Pajak Rp. 219.684.972
PPh Pasal 21 5% x Rp. 50.000.000 = Rp. 2.500.000
15% x Rp. 169.684.972 = Rp. 25.452.746
PPh Pasal 21 Setahun ditanggung oleh perusahaan Rp. 27.952.746
Penghasilan yang diterima AD Rp. 219.684.972
d. Pemotongan PPh Pasal 21 atas nama AM
Penghasilan Kena Pajak Rp. 26.105.712
PPh Pasal 21 : 5% x Rp. 26.105.712 = Rp. 1.305.286
PPh Pasal 21 Setahun ditanggung oleh perusahaan Rp. 1.305.286
Penghasilan yang diterima AM Rp. 26.105.712
e. Pemotongan PPh Pasal 21 atas nama HR
Penghasilan Kena Pajak Rp. 375.716.388
PPh Pasal 21 5% x Rp. 50.000.000 = Rp. 2.500.000
15 % x Rp. 200.000.000 = Rp. 30.000.000
25 % x Rp. 125.716.388 = Rp. 31.429.097
PPh pasal 21 Setahun ditanggung oleh perusahaan Rp. 63.929.097
Penghasilan yang diterima HR Rp. 375.716.388
3. Metode Gross-Up (Perusahaan memberi tunjangan pajak kepada pegawai)
a. Pemotongan PPh Pasal 21 atas nama LF
Penghasilan Kena Pajak Rp.142.026.000
PPh Pasal 21 5% x Rp. 50.000.000 = Rp. 2.500.000
15% x Rp. 92.026.000 = Rp. 13.803.900
PPh Pasal 21 Setahun ditanggung perusahaan Rp. 16.303.900
38
Penghasilan yang diterima LF Rp. 125.722.872
b. Pemotongan PPh Pasal 21 atas nama RE
Penghasilan Kena Pajak Rp. 46.540.000
PPh Pasal 21 5% x Rp. Rp. 46.540.000 = Rp. 2.327.000
PPh Pasal 21 Setahun ditanggung perusahaan Rp. 2.327.000
Penghasilan yang diterima RE Rp. 44.213.772.
c. Pemotongan PPh Pasal 21 atas nama AD
Penghasilan Kena Pajak Rp. 252.912.000
PPh Pasal 21 5% x Rp. 50.000.000 = Rp. 2.500.000
15% x Rp. 200.000.000 = Rp. 30.000.000
25% x Rp. 2.912.000 = Rp. 728.000
PPh Pasal 21 Setahun ditanggung oleh perusahaan Rp. 33.228.000
Penghasilan yang diterima AD Rp. 219.684.972
d. Pemotongan PPh Pasal 21 atas nama AM
Penghasilan Kena Pajak Rp. 27.479.000
PPh Pasal 21 : 5% x Rp. 27.479.000 = Rp. 1.373.950
PPh Pasal 21 Setahun ditanggung oleh perusahaan Rp. 1.373.950
Penghasilan yang diterima AM Rp. 26.105.712
e. Pemotongan PPh Pasal 21 atas nama HR
Penghasilan Kena Pajak Rp. 460.954.000
PPh Pasal 21 5% x Rp. 50.000.000 = Rp. 2.500.000
15 % x Rp. 200.000.000 = Rp. 30.000.000
25 % x Rp. 210.954.000 = Rp. 52.738.500
PPh pasal 21 Setahun ditanggung oleh perusahaan Rp. 85.238.500
Penghasilan yang diterima HR Rp. 375.716.388
39
4.3 Pembahasan
Tabel perbandingan perhitungan PPh Pasal 21 menurut perusahaan dan UU dengan
kebijakan PT Perkebunan Nusantara III (Persero) menggunakan metode Gross-Up
Tabel 4.3Perbedaan PPh Pasal 21
No NamaPPh Pasal 21 yang dipotong
SelisihMenurut Perusahaan Menurut UU
1. L F TK/ 0 Rp. 16.303.900 Rp. 13.858.431 Rp. 2.445.469
2. R E K/ 0 Rp. 2.327.000 Rp. 2.210.688 Rp. 116.312
3. A D K/ 1 Rp. 33.228.000 Rp. 27.952.746 Rp. 5.275.254
4. A M K/ 2 Rp. 1.373.950 Rp. 1.305.286 Rp. 68.664
5. H R K/ 3 Rp. 85.238.500 Rp. 63.929.097 Rp. 21.309.403
Sumber : Data diolah
Penyebab terjadinya perbedaan perhitungan menurut perusahaan dengan UUyaitu perusahaan memberi tunjangan pajak kepada karyawan, lalu besartunjangan pajak tersebut sama besarnya dengan PPh pasal 21 terutangkaryawan. Apabila kepada pegawai tetap diberikan tunjangan pajak makatunjangan pajak tersebut merupakan penghasilan pegawai yang bersangkutandan ditambahkan pada penghasilan yang diterima (Resmi,2017: 209).
Berikut adalah perbedaan penghasilan yang diterima dengan metode Gross, metode
Net dan metode Gross-Up :
Tabel 4.4Perbedaan perhitungan pemotongan PPh Pasal 21
(Dalam Rupiah)
No Nama PKPMetode Gross Metode Net Metode Gross-Up
pph 21 gajibersih yg diterima pph 21 gajibersih yg diterima pkp pph 21 gajibersih yg diterima
1 LF 125.722.872 -13.858.431 111.864.441 13.858.431 125.722.872 142.026.000 16.303.900 125.722.872
2 RE 44.213.772 -2.210.688 42.003.084 2.210.688 44.213.772 46.540.000 2.327.000 44.213.772
3 AD 219.684.972 -27.952.746 191.732.226 27.952.746 219.684.972 252.912.000 33.228.000 219.684.972
4 AM 26.105.712 -1.305.286 24.800.426 1.305.286 26.105.712 27.479.000 1.373.950 26.105.712
5 HR 375.716.388 -63.929.097 311.787.291 63.929.097 375.716.388 460.954.000 85.238.500 375.716.388
Sumber : Data diolah
Dari tabel diatas, dapat di lihat bahwa pemotongan PPh Pasal 21 dengan metode
Gross jumlah penghasilan lebih sedikit diterima oleh karyawan karena pajaknya
tidak ditanggung pemberi kerja. Sedangkan metode Net PPh Pasal 21 dibayarkan
40
oleh pemberi kerja tetapi tidak masuk kedalam tunjangan PPh. Namun dalam
Metode Gross-Up, pemberi kerja memberi tunjangan kepada karyawan sehingga
PKP lebih besar dari 2 metode sebelumnya tetapi gaji bersih yang diterima setelah
pajak sama besarnya dengan metode Net.
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut :
Dalam perhitungan pemotongan PPh Pasal 21 di PT Perkebunan Nusantara III
(Persero) menggunakan metode Gross-Up sehingga terdapat perbedaan PPh
terutang, hal ini disebabkan perusahaan memberikan tunjangan PPh kepada
pegawai tetap sebesar jumlah PPh 21 terutang. PT Perkebunan Nusantara III
(Persero) dalam menghitung PPh Pasal 21 telah sesuai dengan UU No. 36 Tahun
2008.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam hal perhitungan pemotongan PPh Pasal 21 PT Perkebunan
Nusantara III (Persero) menggunakan metode Gross, karena akan mengurangi
beban operasional dan meningkatkan laba komersial perusahaan. Metode Gross
dapat menjadi opsi ketika keuangan perusahaan sedang tidak stabil.
41
42
DAFTAR PUSTAKA
Burhanudin; Lisdiana, D. (2015). Analisis Perbandingan Metode Gross Up DanNet Sebagai Perencanaan Pajak PPh 21 Terhadap Laba Sebelum Pajak PadaPT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk. (WOM Finance). Jurnal Akuntansi,2(1), 17–28.
Hasan, Iqbal,2006. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: PT BumiAksara
Pohan. Chairil Anwar. 2013. Manajemen Perpajakan Strategi Perencanaan Pajakdan Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Resmi, Siti. (2017). Perpajakan Edisi 10 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Rahayu, N. (2016). Pengaruh Tax Amnesty Dan Sanksi Pajak Terhadap KepatuhanPajak. Equilibrium, 1(2), 15–30.
Sanusi, Anwar, 2011. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta. Salemba Empat.
Satori; Komariah. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif: Alfabeta
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D: Alfabeta.
Sihotang, R. C. (2017). Analisis Penerapan Perencanaan Pajak (Tax Planning)Pph Pasal 21 dalam Upaya Efisiensi Beban Pajak Penghasilan Badan UsahaStudi. UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG.
Sumber dari internet :Pajak Penghasilan Pasal 21, 2010.(http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream
/123456789/943/1/AHMAD%20NAJIYULLAH-FEB.PDF) diakses padatanggal 23 Juli 2019
Pengertian Analisis, 2019.(http://repository.fkip.unja.ac.id/file?i=zYnrr Yc5RKARvejlAICnqyPuwT2ID5wU8fp8fVBsKwM) diakses pada tanggal 25 Juni2019
Metode Gross-Up, 2014.(http://eprints.ums.ac.id/29330/12/NASKAH_PUBLIKASI.pdf) diakses pada tanggal 27 Juli 2019
49
Lampiran 7
1. Nama Lengkap/Panggilan : Fachri Azhari Siregar/Fahri
2. NIM : 1605074040
3. Tempat/TglLahir : Sibolga / 19 Juli 1998
4. Agama : Islam
5. Asal Sekolah : SMK Negeri 1 Sibolga
6. Alamat : Jl. Spirok No. 10 C
7. Alamat Rumah : Jl. Kapten Tandean No. 2 D
Kec. Sibolga Kota
Kota Sibolga
8. No. HP : 0821 6589 6472
9. E-mail/FB/Twitter : [email protected]
10. Hobby : Bermain Futsal, Renang dan Badminton
11. Keahlian/Keterampilan : - Terampil dalam bidang Perbankan
- Terampil dalam menjalankan Ms.Office
(Ms.Word,Ms.Excel,Ms.PowerPoint)
- Memahami Arus Kas Keuangan
12. Prestasi : - Kepala Bidang KPP di HMI Komisariat FMIPA USU
-Kepala Biro Kordinasi Kampus di HMPS Perbankan
dan Keuangan
- Anggota dibagian BMC UKMI
13. Motto Hidup : Allah meridhoi Yakin Usaha Sampai
14. Nama Orang Tua : Ayah : Adil Makmur SiregarIbu : Rodia Daulay
Demikianlah biodata ini saya buat dengan sebenarnya dengan penuh tanggung
Jawab untuk dapat dipergunakan sesuai keperluan.
Medan, Agustus 2019
Hormat Saya,
(Fachri Azhari Siregar)NIM 1605074040