03 nerves system dictate

40
SISTEM SYARAF Bila menghadapi seekor pasien dengan gangguan pada sistem syaraf, maka harus ditentukan lokasi yang tepat dari lesi sebelum bisa menetapkan diagnosa. Dalam hal ini diperlukan juga latar belakang pengetahuan anatomi dan fisiologi yang baik. Tujuan dari penentuan diagnosa pada gangguan sistem syaraf adalah : 1. menentukan lokalisasi lesi 2. menentukan tipe lesi (bersifat iritasi atau destruktif) 3. menentukan kausa dari lesi yang tidak kurang pentingnya adalah menentukan prognosa yang tepat. Banyak kelainan-kelainan syaraf tidak bisa disembuhkan, dan pemilik hewan juga perlu mengetahui hal itu. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS Tujuan dari pemeriksaan neurologis adalah menentukan apakah ada penyakit pada sistem syaraf, dan menentukan lokasi dan luasnya proses penyakit. Pada waktu mengadakan pemeriksaan neurologis bisa terlihat tanda-tanda tertentu sehingga pemeriksa memusatkan perhatiannya pada daerah tertentu dari sistem syaraf. Sebelum mengadakan pemeriksaan neurologis perlu dilakukan anamnese yang lengkap dan teliti. Pemeriksaan neurologis harus dilakukan secara sistematis dan sebaiknya dimulai dari pusat integrasi yang tertinggi sampai yang terendah. Obeservasi (Inspeksi) Pada waktu observasi diperhatikan apakah hewan itu ”alert” atau mengalami depresi, dan bagaimana sikapnya terhadap perubahan lingkungan. 1. Fungsi cerebrum Anamnese pemilik bisa mengungkapkan kelainan-kelainan tingkah laku, sensoris atau motoris yang menyatakan adanya distropi cortex cerebri. Di samping itu observasi respons hewan terhadap perintah pemilik, stimuli dan manipulasi pada waktu diperiksa, membantu pemeriksaan untuk menilai fungsi cortex cerebri. 2. General behaviour Penyimpangan dari tingkah laku normal dari anamnese maupun hasil observasi bisa menyatakan adanya penyakit pada cortex cerebri. 1

Upload: untb

Post on 09-Nov-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

SISTEM SYARAF

Bila menghadapi seekor pasien dengan gangguan pada sistem syaraf, maka harus

ditentukan lokasi yang tepat dari lesi sebelum bisa menetapkan diagnosa. Dalam hal ini

diperlukan juga latar belakang pengetahuan anatomi dan fisiologi yang baik. Tujuan dari

penentuan diagnosa pada gangguan sistem syaraf adalah :

1. menentukan lokalisasi lesi

2. menentukan tipe lesi (bersifat iritasi atau destruktif)

3. menentukan kausa dari lesi

yang tidak kurang pentingnya adalah menentukan prognosa yang tepat. Banyak kelainan-kelainan

syaraf tidak bisa disembuhkan, dan pemilik hewan juga perlu mengetahui hal itu.

PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

Tujuan dari pemeriksaan neurologis adalah menentukan apakah ada penyakit pada sistem

syaraf, dan menentukan lokasi dan luasnya proses penyakit. Pada waktu mengadakan

pemeriksaan neurologis bisa terlihat tanda-tanda tertentu sehingga pemeriksa memusatkan

perhatiannya pada daerah tertentu dari sistem syaraf.

Sebelum mengadakan pemeriksaan neurologis perlu dilakukan anamnese yang lengkap

dan teliti. Pemeriksaan neurologis harus dilakukan secara sistematis dan sebaiknya dimulai dari

pusat integrasi yang tertinggi sampai yang terendah.

Obeservasi (Inspeksi)

Pada waktu observasi diperhatikan apakah hewan itu ”alert” atau mengalami depresi, dan

bagaimana sikapnya terhadap perubahan lingkungan.

1. Fungsi cerebrum

Anamnese pemilik bisa mengungkapkan kelainan-kelainan tingkah laku, sensoris atau

motoris yang menyatakan adanya distropi cortex cerebri. Di samping itu observasi

respons hewan terhadap perintah pemilik, stimuli dan manipulasi pada waktu diperiksa,

membantu pemeriksaan untuk menilai fungsi cortex cerebri.

2. General behaviour

Penyimpangan dari tingkah laku normal dari anamnese maupun hasil observasi bisa

menyatakan adanya penyakit pada cortex cerebri.

1

3. Lobus-lobus otak

a. Lobus frontalis

Lesi pada lobus frontalis bisa menyebabkan :

- hewan tidak mengenali pemiliknya

- kebiasaan-kebiasaan (acquired habits) hilang / berubah

- perubahan temperamen : menjadi galak dan sulit dikendalikan

- jalan berputar, menekankan kepala dan terus berjalan

- hilang / melemahnya placing reaction dan hopping reaction

- hipotonis kelompok muskulus tertentu.

b. Lobus Parietalis

Lobus parietalis mempunyai fungsi asosiasi dan sensoris yang sulit sekali untuk

dievaluasi pada hewan.

c. Lobus temporalis

Lobus temporalis berfungsi untuk evaluasi dari impuls-impuls pendengaran dan

tempat memori. Lesi unilateral pada daerah auditorius tidak menyebabkan

gangguan pendengaran secara klinis.

d. Lobus occipitalis

Fungsi utamanya adalah penerimaan dan interpretasi impuls-impuls penglihatan.

Kebutaan akibat lesi di daerah ini terjadi bila terdapat kerusakan yang luas secara

bilateral.

4. Struktur-struktur sub cortex

a. Basal nuclei

Basal nuclei menerima impuls-impuls sensoris dan berfungsi dalam permulaan

dari banyak gerakan-gerakan tubuh pada anjing dan kucing.

Lesi pada basal nuclei bisa menyebabkan :

- Kepala menoleh ke salah satu sisi

- Hilangnya placing dan hopping reaction

- Hipertonis dan hipotonis

- Jatuh dan tersandung pada waktu mulai bergerak

- Gerakan-gerakan chorei form (menyerupai chorea)

b. Thalamus

Thalamus hádala pusat penerimaan rasa sakit. Lesi pada thalamus bisa

menyebabkan hiperalgesia atau hiperestesia, tetapi keadaan tersebut sulit

dievaluasi pada anjing dan kucing.

c. Hypothalamus dan limbic system

Limbic system berpengaruh pada tingkah laku, emosi, reaksi makan dan seksual.

Hypothalamus berisi pusat-pusat otonom untuk kontrol dari fungsi-fungsi dari

limbic system.

2

Lesi pada hypothalamus bisa menyebabkan :

- polidipsia / poliuria

- hipertermia / hipotermia

- hipersomnia

- tachycardia / bradycardia

- hiperphagia / hipophagia

- hewan menjadi buas / depresi

- hiperseksualisme

- takut

- gelisah dan tidak bisa diam

5. Otak bagian tengah

Pada otak bagian tengah terdapat nuclei dari n. Trochlearis, Occulomotoris dan

mesencephalic dari n. Trigeminus. Lesi pada bagian tersebut menyebabkan aktivitas

motoris yang abnormal dari otot-otot meta dan perubahan pada ukuran pupil. Corpora

quadrigemina yang mengatur reflex-reflex auditorius dan visual juga terdapat pada otak

bagian tengah. Lesi pada daerah tersebut menyebabkan abnormalitas pada reflex-reflex

auditorius dan visual.

6. Pons

Pons berisi nuclei dari cabang-cabang n. Trigeminus yang lain, n. Aducens dan n.

Facialis.

Lesi pada pons menyebabkan :

- Hilangnya persepsi sensoris wajah

- Hiperestesia atau hipestesia pada wajah

- Hilangnya fungsi dan atrofi otot-otot mastikasi

- Paralisa otot-otot wajah

7. Medulla

Medula berisi nuclei dari n. Acousticus, n. Glossopharyngealis, n. Vagus, n. Spinal

accessorius dan n. Hypoglossi; sebagian dari n Trigeminus, n. Fascialis, n. Abducens dan

n. Vestibularis; pusat-pusat cardiovascular dan respirasi; dan syaraf-syaraf ascendens

serta descendens.

Lesi pada medulla bisa menyebabkan :

- kepala miring, berjalan berputar-putar, jatuh ke salah satu sisi dan nystagmus

(pada nuclei vestibularis)

- hilangnya persepsi sensoris pada pharynx dan kesulitan menelan

- paralisa lidah

- gangguan motoris dan sensoris

Lesi pada pusat-pusat yang vital (jantung, vasomotor dan respirasi) sering berakibat fatal.

3

8. Reticular activating system

Ini adalah serabut-serabut dan sel-sel syaraf yang saling terjalin yang membentuk pusat

dari brain stem dan berhubungan dengan thalamus dan medulla spinalis. Sistem ini

penting untuk kesadaran dan memusatkan perhatian. Tergantung sifat lesi apakah

destruktif atau iritatif terjadi depresi atau eksitasi yang berat.

9. Cerebellum

Cerebellum mengatur aktivitas muscoskeletal. Lesi menyebabkan :

- hewan tidak bisa berdiri dengan kekakuan pada extensor dari kaki depan atau

ke 4 kaki

- gangguan koordinasi pada waktu berjalan dan atau berdiri

- tremor pada otot.

Pemeriksaan fisik

Hewan disuruh berjalan, berlari, naik turun tangga dan dibawa ke tempat yang banyak

halangannya. Dengan demikian bisa dinilai fungsi dari sistem visual, motoris, vestibular,

cerebellar dan proprioceptif.

Hewan menggunakan cortex motoris untuk memulai gerakan-gerakan motoris tertentu;

nuclei subcortex untuk mengatur dan memulai gerakan-gerakan tubuh; cerebellum untuk

koordinasi gerakan-gerakan tersebut; sistem vestibular untuk mempertahankan keseimbangan;

dan medulla spinalis untuk membawa impuls syaraf dari pusat yang lebih tinggi ke neuron

motoris yang lebih rendah dan otot-otot skelet, dan membawa tanda-tanda proprioceptif kembali

ke cerebellum dan cerebrum.

Diadakan inspeksi yang lebih teliti dengan palpasi terhadap adanya asimetri, tonos otot

yang abnormal atau atrofi otot.

Syaraf-syaraf cranial

Kelainan pada syaraf Tanda-tanda

I. Olfactorius

II. Opticus

III. Oculomotorius

IV. Trochlearis

V. Trigeminus

VI. Abducens

- hiposmia / anosmia

- jalannya ragu-ragu, menabrak benda-benda di hadapannya

- anisocoria (ukuran pupil kiri dan kanan tidak sama),

mydriasis, miosis

- anisocoria, mydriasis, miosis, ptosis, deviasi bola mata ke

ventral dan lateral

- bola mata tidak bisa bergerak

a. Sensoris : Hyperesthesia / anestesia pada satu sisi wajah

dan mata

b. Motoris : tidak bisa menutup atau membuka mulut

- mata tidak bisa bergerak ke lateral

- terdapat strabismus medial

4

VII. Fascialis

VIII. Acousticus

IX. Glossopharyngeal

X. Vagus

XI. Spinal accessorius

XII. Hypoglossi

- asimetri ekspresi wajah

- kelopak mata dan bibir terkulai

- telinga tidak bisa bergerak

a. n. Cochlearis : tuli

b. n. Vestibularis : berputar-putar, kepala miring,

nystagmus, kehilangan keseimbangan

- dysphagia

- dysphagia

- tachycardia

- kelemahan otot-otot leher

- deviasi kepala

- deviasi lidah ke sisi yang sehat (stadium awal)

- deviasi lidah ke sisi yang terkena dan atrofi (stadium yang

lanjut)

Postural reaction dan reflex-reflex Medulla Spinalis

Postural reaction dan reflex-reflex Medulla Spinalis digunakan untuk menentukan fungsi dari

medula spinalis dan pusat-pusat yang lebih tinggi di otak. Reactions adalah respons yang

melibatkan medulla spinalis dan pusat-pusat yang lebih tinggi, sedangkan reflex hanya

melibatkan pusat-pusat di medulla spinalis.

Reaksi Lokasi lesi yang bisa menyebakan abnormalitas pada reaksi

1. Tonic neck reaction

2. Placing reaction

3. Proprioceptive

positioning

4. Extensor postural

thrust reaction

5. Walking reaction

6. Hopping reaction

7. Righting reaction

Otak bagian tengah, syaraf-syaraf spinal cervical, medulla spinalis

Medula spinalis cervical, brain ítem, syaraf perifer

Syaraf perifer, medulla spinalis

Cerebrum, system vestibula cerebellar, medulla spinalis

Syaraf perifer, kaki depan, medulla spinalis cervical, brain stem

Cerebrum, cerebellum, brain stem, medulla spinalis, syaraf-syaraf

perifer

Sistem visual, syaraf vestibular

5

Reflex-reflex medulla spinalis :

1. Extensor thrust reflex

2. Tendon reflex : - reflex patell

- reflex biceps dan triceps

3. Flexor reflex

4. Crossed extensor reflex : ini tidak terdapat pada hewan normal

5. Reflex perineal

Reflex-reflex medulla spinalis berguna untuk menentukan lokalisasi lesi pada hewan dengan

defisiensi motoris.

Pada kaki belakang :

1. Paralisa flaccid, reflex-reflex kaki belakang tidak ada : lesi terdapat pada lumbal bagian

bawah dan sacral dari medulla spinalis dan syaraf-syaraf yang berhubungan

2. Paralisis atau paresis dengan reflex-reflex kaki belakang yang lemah : lesi terdapat pada

lumbal bagian atas dari medulla spinalis

3. Paralisa atau paresis spastik dengan reflex-reflex normal atau hiperaktif : lesi terdapat

pada bagian bawah dari medulla spinalis thoracal

4. Paralisa spastik, terdapat crossed extensor reflex dan reflex-reflex hiperaktif : lesi pada

medulla spinalis thoracal bagian tengah dan atas.

Pada kaki depan :

1. Paresis atau paralisa, reflex-reflex hilang pada satu sisi : lesi terdapat pada plexos

branchialis atau medulla spinalis cervicalis atau akar syaraf thoracal yang pertama

2. Paresis atau paralisa dengan hilang / berkurangnya reflex-reflex pada kedua sisi : lesi

bilateral pada medulla spinalis cervical atau akar syaraf thoracal pertama

3. Paresis dengan reflex hiperaktif : lesi pada bagian atas dari medulla spinalis cervical (bisa

juga terjadi pada tetraparesis)

4. Paralisis spastik pada kaki depan dengan paralisis / paresis flaccid pada kaki belakang :

lesi pada bagian tengah medulla spinalis thoracal.

Pemeriksaan sensoris

Pemeriksaan terhadap kepekaan kulit dilakukan dengan menusukkan jarum pada kulit.

Hiperestesia menyatakan adanya iritasi pada segmen medulla spinalis yang memberikan

inervasi sensoris pada daerah yang diperiksa.

Anestesia menyatakan adanya kerusakan pada syaraf-syaraf perifer atau pada segmen

medulla spinalis yang memberi inervasi pada daerah tersebut.

6

Electroencephalography

Bila dikombinasi dengan anamnese yang teliti dan pemeriksaan fisik dan neurologis yang

lengkap, maka EEG sangat berguna untuk menentukan differential diagnosa dan prognosa dari

penyakit-penyakit pada sistem syaraf pusat.

EEG dapat dipergunakan untuk mengetahui apakah ada penyakit pada otak atau tidak,

apakah penyakitnya terlokalisir dan bagian otak yang terkena, apakah penyakitnya akut atau

kronis, apakah proses penyakitnya inflamatoris atau degeneratif, luas dari kerusakan, dan apakah

penyakitnya progreasif / stabil / mengalami perbaikan. Perubahan-perubahan pada EEG biasanya

tidak spesifik untuk suatu kelainan tertentu, dan dipengaruhi umur dari hewan.

Pemeriksaan radiografik

Pemeriksaan radiografik secara klinis dipergunakan untuk konfirmasi dugaan terhadap

adanya suatu lesi, menentukan lokasi dan evaluasi keadaan lesi dan kadang-kadang untuk

differensial diagnosa.

Biasanya diperlukan anestesi umum dan kadang-kadang media kontras.

Pemeriksaan laboratoris

Untuk membantu diagnosa perlu dilakukan pemeriksaan :

1. hematologi

2. kimia klinik dari darah

3. urinalisis

4. cairan cerebro spinal

5. feses

PENYAKIT – PENYAKIT PADA OTAK

Tanda-tanda klinis penyakit pada otak

Pada bermacam-macam penyakit otak tertentu terdapat beberapa tanda yang karakteristik.

Yang paling sering terdapat adalah seizure, perubahan pada derajad keasadaran dan gangguan-

gangguan pergerakan.

Seizure : serangan yang mendadak

Menurut bentuknya seizure yang sering terjadi pada hewan ada 2 macam, yaitu :

1. Partial seizures, misalnya pada sebagian dari motoris, psychomotor atau sensoris

2. General seizures : yang paling sering pada hewan adalah bentuk grand mal yang disertai

dengan hilangnya kesadaran, tonus dan clonus (terdapat pada epilepsy).

7

Menurut etiologinya seizure bisa dibagi menjadi :

1. Gangguan fungsional, misalnya :

- idiopathic epilepsy

- cerebral ischemic : karena shock, kelainan jantung dan sebagainya

- kelainan-kelainan metabolik : hypocalsemia, hypoglycemic, hyperthermia dan

sebagainya

- infestasi parasit internal dan eksternal

- tetanus

- hysteria

2. Gangguan organik, misalnya :

- encephalitis

- hydrocephalus

- neoplasma

- perdarahan otak

- meningitis

3. Intoksikasi : dengan organophosphate, chlorinated hydrocarbon, cyanide, strychnine dan

sebagainya.

Derajat Kesadaran

Penilaian terhadap derajat kesadaran penting dilakukan, terutama setelah terjadi trauma

pada kepala.

Keadaan hewan disebut :

- alert : bila bereaksi langsung terhadap stimuli

- lethargy : bila reaksi hewan lambat dan perlu lebih banyak stimuli

- stupor : hewan hanya bereaksi pada stimulasi yang keras

- coma : hewan tidak bisa dibangunkan dan hanya bereaksi

terhadap stimuli dengan reflex-reflex sederhana.

Concussion adalah gangguan kesadaran untuk sementara tanpa ada kerusakan pada

struktur otak dan terjadi kesembuhan yang sempurna. Pada keadaan coma terdapat gangguan

kesadaran untuk waktu yang lama karena disfungsi otak secara umum (pada hypoglycemia,

uremia) atau disfungsi sistem retikular ascendens pada brain stem (pada perdarahan, tumor).

Difungsi otoris dan proprioceptive

Bisa berupa :

- paralisa / paresis yang spastic / flaccis

- kelemahan

- hipertonia / hipotonia

- ataxia

8

- gerakan-gerakan involunter : misalnya gerakan choreiform

- tremor

EPILEPSY

Epilepsy termasuk penyakit dengan gangguan fungsional pada otak dimana terdapat

tanda-tanda syaraf tanpa ada perubahan yang jelas pada sistem syaraf.

Idiopathic epilepsy

Pada idiopathic epilepsy pada hewan diperkirakan seizures terjadi karena disfungsi

metabolik pada sistem syaraf pusat. Ini adalah kelainan kongenital pada anjing (terutama jenis

toy poodle).

Tanda-tanda klinis

Seizures yang pertama biasanya terjadi pada umur 6 – 18 bulan. Dari anamnese bisa

diketahui bahwa keadaan ini terjadi tanpa ada penyakit yang mendahuluinya.

Seizures biasanya didahului dengan aura (tanda-tanda pendahuluan) di mana hewan

gelisah, nervous, Madang-kadang melolong, menggoyang-goyangkan kepala, hipersalivasi dan

sebagainya.

Pada waktu ictus (serangan yang sebenarnya) terlihat :

- spasmus tonis secara umum, diikuti dengan clonus

- kesadaran hilang

- terdapat miksi, defekasi dan salivasi

- rotasi bola mata sehingga sclera terlihat

- nystagmus

Ictus terjadi selama 3 – 5 menit.

Setelah itu hewan sadar kembali, tetapi seperti bingung dan tidak mengenali pemiliknya

atau keadaan sekitarnya (tanda-tanda post ictus). Keadaan ini bisa berlangsung 5 menit sampai 2

hari. Biasanya satu kali serangan tidak membahayakan, tetapi pada status epilepticus (seizures

berulang-ulang dengan hewan tetap dalam keadaan tidak sadar), bisa terjadi gangguan respirasi

dan anoxia pada otak sehingga menimbulkan kerusakan yang permanen.

Terapi

Seizures yang berlangsung sebentar, ringan dan tidak sering biasanya tidak diobati. Terapi

hanya dilakukan untuk mengurangi seizures, karena keadaan ini tidak bisa disembuhkan.

Beberapa anticonvulsant yang bisa diberikan adalah :

1. Diphenylhydantoin : 30 – 90 mg 3 dd PO dan biasanya dikombinasi dengan

phenobarbital 8 - 65 mg 3 dd PO.

2. Primidone : 50 mg / kg bb per hari PO. Dosis sedikit demi

sedikit dikurangi bila telah diperoleh hasil yang memuaskan.

9

3. Diazepam bisa dipergunakan pada serangan yang akut atau status epileptikus secara

IV dengan dosis 2 – 50 mg atau sampai efek sedasi.

4. Phenobarbital : diberikan sebagai kombinasi dengan diphenylhydantoin secara PO,

atau pada serangan akut secara IV 2 – 4 mg / kg bb atau sampai tercapai efek sedasi.

Pada keadaan status epileptikus diberikan anticonvulsant IV (phenobarbital atau

diazepam) atau anestesi umum (inhalasi atau short acting barbiturate).

Symptomatic Epilepsy

Symptomatic (false) epilepsy adalah keadaan dengan bermacam-macam etiologi yang

menyerupai epilepsy karena terjadi tanda-tanda convulsi atau spasmus tonis.

Symptomatic epilepsy bisa disebabkan oleh : bermacam-macam penyakit metabolik,

cerebral ishcemic, infestasi parasit, tetanus, hysteria dan intoksikasi (lihat etiologi seizures).

Symptomatic epilepsy diobati secara kausal di samping pemberian anticonvulsant.

PENYAKIT-PENYAKIT DEVELOPMENTAL DAN GENETIK

HYDROCEPHALUS

Pada hydracephalus terjadi akumulasi patologis dari cairan di dalam otak. Akumulasi

cairan ini bisa terjadi karena :

1. produksi cairan yang meningkat (jarang terdapat)

2. absorbsi di meningen menurun

3. obstruksi terhadap aliran normal normal dari cairan cerebrospinal (obstruktive

hydrocephalus).

Menurunnya absorbsi cairan cerebrospinal di meningen bisa terjadi karena pernah

mengalami meningitis atau perdarahan subarachnoid (perolehan). Hydrocephalus yang

obstruktive bisa terjadi secara kongenital atau perolehan (obtruksi terjadi oleh tumor, hematoma

atau keradangan); dan merupakan bentuk kelainan developmental yang paling sering terdapat

pada anjing.

Kejadian

Hydrocephalus terutama terjadi pada anjing-anjing jenis toy breeds, beagle dan jenis-jenis

brachycephalic (Pekingese, Boston terrier).

Tanda-tanda klinis

Hewan-hewan dengan hydrocephalus kongenital mempunyai cranium yang membesar

dengan sutura-sutura dan fontanel yang terbuka. Tanda-tanda syaraf akan timbal kemudian. Pada

yang ringan ata upada stadium permulaan terdapat depresi ringan, gangguan penglihatan,

amaurosis total dan strabismus ventrolateral. Pada keadaan yang berat bisa terjadi ataxia, jalan

berputar-putar dan seizures.

10

Diagnosa

Diagnosa ditentukan berdasarkan tanda-tanda dan hasil pemeriksaan klinis, jenis anjing

yang terkena dan dikonfirmasi secara radiografik.

Terapi

Diberikan corticosteroid, diuretika dan agens osmotic, terapi kebanyakan kasus bersifat

progresif sehingga perlu dilakukan koreksi operatif untuk mengalirkan cairan kebagian tubuh

yang lain.

CEREBELLAR HYPOPLASIA

Bisa terdapat pada kucing dan anjing. Pada kucing merupakan kelainan developmental

yang paling sering dilaporkan.

Tanda-tanda klinis

Tanda-tanda klinis biasanya timbul pada waktu hewan mulai berjalan berupa : dysmetria

(tidak bisa mengatur atau membatasi gerakan), ataxia, kadang berputar-putar, tremor.

Biasanya tanda-tanda klinis dari cerebellar hypoplasia tidak progresif.

Terapi

Tidak ada

KRABBE,S DISEASE (Globoid Cell Leucodistrophy)

Penyakit ini teruatama terdapat pada anjing-anjing jenis West Highland Terrire, Cairn

Terrier, Poodle dan Beagle, dimana terjadi degenerasi dari Susunan Syaraf Pusat.

Tanda-tanda klinis

Mula-mula terdapat ataxia, paresis, paralysis dan tremor pada kepala. Tanda-tanda ini

biasanya progresif dan kematian terjadi 2-3 bulan setelah timbul gejala-gejala pertama.

PENYAKIT-PENYAKIT CEREBROVASCULAR

Berbeda dengan manusia, penyakit-penyakit cerebrovascular pada anjing jarang terjadi.

Pada anjing, atherosclerosis secara umum hanya bisa terjadi pada keadaan tertentu, misalnya

hypothyroidsme. Demikian juga stroke (=apoplexy = cerebrovascular accident / CVA) yaitu

perdarahan intracranial secara spontan, trombosis dan embolisme pada pembuluh darah otak,

jarang terjadi pada anjing.

Perdarahan intracranial menimbulkan kehilangan kesadaran dan tanda-tanda lain

tergantung lokasi, luas dan besarnya perdarahan.

Terapi biasanya symptomatis dengan pemberian mannitol atau corticosteroid IV untuk

mengurangi edema otak dan pemberian oksigen. Perawatan umum yang lain terhadap hewan

yang tidak sadar yaitu dengan mengosongkan vesica urinaria secara manual, pemberian cairan,

antibiotikda dan sebagainya.

11

PENYAKIT-PENYAKIT INFEKSIUS

Penyakit infeksius merupakan penyebab terbesar dari kasus-kasus dengan kelainan Sistem

Syaraf Pusat.

Kausa / Penyakit Penyebaran Tanda-tanda klinis

1. Viral, Richettsia

a. Canine Distemper

b. Rabies

c. Aujezky’s disease

d. Infectious Canine

Hepatities

e. Salmon poisoning

Udara, excrement

Gigitan

Kontak dengan hewan

penderita

Excrement

Salmon fluke yang

terinfeksi richettsia

Febris persisten, gejala-gejala respirasi,

diare, kelemahan, konvulsi, chorea.

Perubahan temperamen, paralisa,

kematian dalam 10 hari.

Self-mutilation, paralisa dan kematian

dalam waktu 48 jam.

Gejala-gejala syaraf jarang terjadi,

biasanya karena kerusakan pembuluh

darah

Febris, diare cair berdarah, dehidrasi,

depresi, kematian dalam 7 – 10 hari.

2. Bakterial

a. Tetanus

b. Meningitis

c. Tuberculosis

d. Abses

Dari tanah, kontaminasi

luka-luka nekrotic

-

Excrement, sputum

Perluasan infeksi pada

organ lain

Excitabilitas otot secara umum, spasmus

kronis, diare, opisthotonus dan spasmus

tonis.

Hipertermia, hiperesthesia, leher kaku.

Gejala syaraf yang terjadi, biasanya

karena ada massa di otak.

Lesi SSP lokal

3. Fungi, protozoa

Cryptococcosis,

Toxoplsmosis,

Coccidiodemycosis,

nocardiosis

Tanah Tanda-tanda encephalitis yang resisten

terhadap terapi antibiotika, leukositosis,

febris.

MENINGITIS

Meningitis bisa terjadi bersama-sama dengan encephalitis dan myelitis. Kausanya

bervariasi. Infeksi bisa berasal dari otak, medulla spinalis, sinus-sinus, telinga atau secara

metastatik.

12

Tanda-tanda klinis

Hipertermia, hiperesthesia, leher kaku, opisthotonus, jalannya kaku dan kadang-kadang

terjadi convulsi.

Diagnosa

Ditentukan berdasarkan gejala-gejala klinis dan pemeriksaan cairan cerebrospinal.

Terapi

1. antibiotika, bila kultur terhadap cairan cerebrospinal tidak berhasil bisa diberikan

chloramphenicol 50 - 100 mg per hari

2. corticosteroid

3. terapi suportif

PENYAKIT-PENYAKIT PARASITER

Gejala-gejala syaraf akibat infestasi parasit pada hewan dapat terjadi secara sistemik atau

lokal. Yang sistemik bisa terjadi oleh toxin dari parasit yang berada di luar sistem syaraf

misalnya infestasi tick atau Ascaris sp. Infestasi berat dengan endoparasit pada anjing juga bisa

menyebabkan convulsi karena defisiensi nutrisi.

Gejala-gejala syaraf pada infestasi parasiter lebih sering disebabkan oleh invasi secara

langsung ke SSP, dan tanda-tanda klinis yang timbul tergantung pada lokasi daripada invasi dan

bukan pada jenis parasit.

Beberapa parasit yang bisa menginvasi otak adalah :

1. Dirofilaria immitis

2. Larva dari Toxocara canis

3. Larva Cuterebra

4. Cyste Coenurus sp.

5. Babesia canis

PENYAKIT-PENYAKIT NEOPLASTIK

Pada SSP bisa terjadi tumor-tumor primer maupun sekunder, terutama pada anjing di atas

5 tahun. Tumor-tumor primer lebih sering pada : beberapa jenis anjing brachycephalic yaitu

boxer dan boston terrir.

Tanda-tanda klinis

Tanda-tanda klinis tergantung pada lokasi massa (lihat tabel). Tetapi tekanan intracranial

yang meningkat bisa menimbulkan gejala-gejala yang sama yaitu lesu, apatis dan convulsive

seizures. Perjalanan penyakit biasanya progresif dan lambat.

13

Diagnosa Defferntial

Pada tanda-tanda dari penyakit focal (yang terlokalisir, lihat tabel), lesi harus dibedakan

dari :

1. Abses-abses

2. Cerebro Vasculas Accident (CVA)

3. Proses infeksius focal

Kasus-kasus dengan anamnese seizures atau gejala-gejala syaraf yang lain pada hewan-

hewan di atas umur 5 tahun, terutama pada boxer atau boston terrier, kemungkinan menderita

tumor otak.

Konfirmasi dilakukan dengan pemeriksaan radiografik, EEG, dan pemeriksaan cairan

cerebrospinal.

Terapi

Secara operatif; tetapi biasanya tidak bisa dilakukan karena tumor pada hewan domestik

lebih sering terdapat pada dasar otak.

Lokasi lesi pada otak Tanda klinis yang timbal

Dekat Crirebriform Plate (sy. Cr. I, II, lobus

frontalis).

Pituitary Fossa (optic chiasma, sy. Cr. III,

hypothalamus).

Ventrolateral Posterior Fossa (bagian dari

cerebellum, nucleus dan n.vestibularis).

Medulla oblongata (sy. Cr. VIII, IX, X, XI)

Tentorial herniation (sy.cr. III, sistem reticular

atau contralateral cerebral peduncle).

Anosmia, buta, reflex pupil (-), perubahan

mental.

Buta / gangguan penglihatan, reflex pupil (-),

tanda-tanda hypothalamik (perubahan pada

makan, minum, tidur atau tingkah laku seksual;

pengaturan cardiovascular, dan temperatur;

aktivitas endokrin.

Ipsilateral : Kepala miring, berputar-putar,

kelemahan, nystagmus, depresi pada reflex

extensor, abnormalitas pada tonic neck dan eye

reflexes dan righting reflexes.

Gangguan reflex, dysphagia, disponía,

(gangguan bersuara), paresis lidah, gangguan

pada righting reflex.

Awal : mydriasis, ipsilateral.

Lanjut : ptosis, strabismus lateral, kesadaran

hilang; hilangnya placing reaction bisa ipsi /

contralateral.

14

Sy. Cr. VI dan VII.

Sy. Cr. III, IV, VI (pada dasar fossa cranialis,

sinus cavernosa dan orbita).

Horner’s syndrom (syaraf simpatik ke pupil,

hypothalamus, medulla lateral, medulla

spinalis, cervical dan ganglion anterior).

Cerebellopontine angle (sy. Cr. V, VII, VIII,

dan XII, brain stem).

Debíais mata contralateral, paralisa fascialis

ipsilateral.

Strabismus, gangguan mobilitas mata.

Miosis, ptosis, enophthalamus.

Ipsilateral : paralisa fascialis dan otot-otot

mastikasi, anestesia bagian cranial occipitalis,

kepala miring, tuli, kadang terdapat atrofi dan

deviasi lidah dan gangguan motoris.

TRAUMA

Trauma pada kepala bisa menimbulkan concussio, contasio, laserasi, perdarahan,

peningkatan tekanan intra cranial dan edema; itu bisa terjadi dengan atau tanpa fractura pada

tulang-tulang kepala.

Yang paling sering terjadi adalah edema, dan karena SSP berada di dalam tempat yang

tertutup, maka setiap kebengkakan pada jaringan akan membawa akibat-akibat yang berat.edema

SSP bisa disebabkan oleh trauma, hypoxia, hypercapnia, kongesti pembuluh darah, toxin dan

infeksi.

Tanda-tanda klinis

Hewan bisa dalam derajat kesadaran yang normal sampai sama sekali tidak sadar. Perlu

dilakukan pemeriksaan terhadap adanya lesi-lesi yang lain (misalnya penetrasi toraks), fraktura

spinal atau shock.

Bila hewan hanya tidak sadar sebentar, kemudian cepat pulih (concussio), biasanya

prognosanya baik. Pada beberapa hewan bisa terjadi post traumatic epilepsy dalam waktu 1 tahun

setelah trauma. Bila hewan tidak sadar segera setelah trauma, selama lebih dari 24 jam, mungkin

terdapat lesi pada brain stem. Keadaan ini biasanya irreversible. Bisa terdapat kekakuan atau

paralisa flaccid, miosis pada keadaan awal dan midriasis pada keadaan lanjut.

Hematoma di daerah rostrotentorial, edema cerebral atau fraktura dengan depresi pada

tulang cranium akan mendorong isi intracranial sehingga lobus-lobus dari hemisphere cerebral

mengadakan hernia di bawah tentorium cerebelli (tentorial herniation). Tentorial herniation bisa

terjadi tidak berapa lama setelah trauma atau beberapa hari sampai beberapa minggu setelah

15

trauma, keadaan ini bersifat progresif dengan derajat kesadaran yang apatis yang melanjut sampai

coma. Tonus otot yang mula-mula normal atau lemah bisa jadi kaku dan melanjut ke paralisa

flaccid. Tentorial herniation bisa bersifat reversible bila cepat ditangani secara operatif.

Diagnosa dan diagnosa differential

Diagnosa biasanya di tentukan dari anamnesa.

Bila pemilik hewan tidak mengetahui adanya trauma keadaan tersebut harus dibedakan

dengan : intoksikasi atau gangguan metabolik. Pada penyakit otak primer terdapat tanda-tanda

abnormalitas pada syaraf cranial, dan perubahan respons pupil atau gerakan-gerakan ocular.

Pemeriksaan radiografik bisa dipergunakan untuk menentukan adanya fraktur cranium.

Terapi

1. Keadaan paten dari jalan nafas perlu segera dipertahankan (untuk mencegah hypoxia)

yaitu dengan endotracheal tube atau tracheostomy.

2. Pharynx perlu dibersihkan dari vomitus, darah atau mukus.

3. Perdarahan yang banyak dikontrol dengan ditekan.

4. Corticosteroid diberikan untuk mengobati shock dan mencegah atau mengurangi edema

SSP, yaitu : dexamethasone 0,5 – 2 mg / kg bb IV tiap 6 – 8 jam. Bila hewan sadar dan

keadaannya tidak memburuk, tidak diperlukan terapi lain hanya diberikan corticosteroid

dengan dosis yang dikurangi selama 48 jam berikutnya.

5. Cairan IV harus segera diberikan pada hewan yang shock tetapi tidak boleh sampai

berlebihan.

6. Pada brain stem, diberikan mannitol IV 2 g / kg bb tiap 4 – 6 jam selama 24 jam. Bila

tidak ada perbaikan selama 48 jam maka prognosanya tidak baik.

7. Perlakuan pada hewan selanjutnya adalah :

- hewan sering dibalik.

- vesica urinaria dikosongkan 3 kali sehari.

- temperatur tubuh di pertahankan pada batas-batas neormal.

- keseimbangan cairan tubuh dipertahankan.

8. Terapi operatif dilakukan segera pada tentorial herniation. Pada fractura cranium operasi

bisa dilakukan dalam waktu 24 – 48 jam bila keadaan tidak mendesak.

16

PENYAKIT-PENYAKIT METABOLIK

Penyakit-penyakit metabolik bisa menimbulkan gejala-gejala syaraf seperti convulsi,

kelemahan dan tremor.

GANGGUAN NUTRISI

Pada anjing bisa terjadi gangguan nutrisi berupa defisiensi atau kelebihan. Defisiensi

vitamin atau mineral terjadi karena defisiensi di dalam diet atau gangguan absorbsi.

Hypovitaminosis A

Pada anjing dalam masa pertumbuhan, defisiensi vit. A bisa menyebabkan tulang-tulang

cranium menjadi tebal. Ini menyebabkan kompresi dan gangguan pertumbuhan pada SSP,

sehingga timbul gejala-gejala syaraf.

Tanda-tanda klinis yang lain adalah gangguan pertumbuhan, xenophthalmia., penyakit

kulit supuratif dan gangguan pertumbuhan tulang.

Hypovitaminosis B

Gejala-gejala syaraf bisa terjadi pada defisiensi thiamine, riboflavin, niacin, asam

pantothenat dan biotin.

Defisiensi thiamine menimbulkan : anorexia, gangguan pertumbuhan, ataxia dan

kelemahan otot.

Defisiensi riboflavin menyebabkan : kulit kering dan bersisik, eritema pada kulit, anemia

dan kelemahan otot. Kadang terjadi spasmus muskulus, ataxia dan convulsi.

Defisiensi niacin menimbulkan anorexia, kekurusan, diare, hiperemi dan ulcerasi selaput

mucosa mulut dan lidah, dan tanda-tanda syaraf berupa kelemahan extremitas, konvulsi dan

coma.

Defisiensi asam pantothenat menimbulkan anorexia, hypoglycemia, hypochloremia dan

retensi BUN (Blood Urea Nitrogen), di samping tanda-tanda syaraf berupa convulsi, coma dan

kematian.

Defisiensi biotin bisa terjadi bila hewan diberi makan telur mentah (terutama putih telur).

Tanda-tanda yang bisa terjadi adalah berjalan-jalan terus, spasmus kaki belakang dan paralisa

yang progresif.

Hyperviatminosis A

Hypervitaminosis A sering terjadi pada anjing atau kucing yang diberi makan hati.

Hypervitaminosis A menyebabkan hipertrofi tulang belakang terutama di daerah cervical dan

lumbal sehingga menekan syaraf-syaraf spinal dan medulla spinalis.

Tanda-tanda klinisnya adalah anorexia, lesu, tidak bisa menggerakkan kepala dan leher

serta paralisa kaki depan.

Defisiensi mineral

Defisiensi potassium bisa menyebabkan paralisa dan depresi pada reflex-reflex.

Defisiensi magnesium bisa menyebabkan hipereksitasi dan konvulsi.

17

ANOXIA CEREBRAL

Anoxia cerebral bisa terjadi karena :

1. kegagalan jantung

2. anemia yang berat

3. hilangnya kapasitas pembawa oksigen dari darah misalnya pada

waktu anestesia, intoksikasi dengan karbon monoksida atau cyanid.

Bentuk yang karakteristik dari saluran respirasi anjing-anjing jenis brachycephalic

menjadikannya lebih peka terhadap defisiensi oksigen pada waktu anestesi.

Tanda-tanda klinis dari anoxia cerebral adalah : dilatasi pupil, colaps, convulsi (tonis atau

klonis), ataxia dan coma.

Pada anoxia biasanya terjadi edema otak.

Anoxia selama lebih dari 5 – 10 menit menyebabkan kerusakan yang permanen pada otak.

HEAT STROKE

Heat stroke terjadi bila hewan berada di tempat yang panas, sedangkan ventilasi udara

kurang dan kelembaban udara tinggi. Mekanisme fisiologis untuk menurunkan panas pada anjing

adalah dengan panting dan penguapan cairan-cairan melalui lidah, pharinx dan saluran

pernafasan bagian atas. Mekanisme ini menjadi tidak efektif bila temperatur lingkungan tinggi,

ventilasi tidak baik dan kelembaban udara tinggi.

Anjing-anjing jenis brachycephalic misalnya boxer, boston terrier, pug, bulldog,

pekingese dan sebagainya lebih peka terhadap heat stroke karena terbatasnya / pendeknya saluran

respirasi atas.

Tanda-tanda klinis

Pada heat stroke terjadi hiperemi otak yang akut dan kongesti pada seluruh viscera.

Tanda-tanda klinis dari heat stroke adalah panting, ekspresi wajah yang ketakutan dan

hipertermia (sampai lebih dari 42˚C); kemudian diikuti dengan kelemahan, pulsus yang cepat dan

keras, dyspnu, cyanosis dan colapse. Aktivitas respirasi dan sirkulasi menjadi lemah dan terjadi

systemic shock dengan meningkatnya BUN dan oligouria. Pada darah bisa terlihat hyperkalemia,

thrombocytopenia dan hypoprothrombine.

Diagnosa differential

Heat stroke harus dibedakan dari eclampsia, hypoglycemia, encephalitis dan convulsi

karena sebab-sebab lain. Biasanya dari anamnese, temperatur yang tinggi dan gejala-gejala yang

mendadak, bisa ditentukan diagnosa dari heat stroke.

Terapi

Angka mortalitas pada heat stroke ± 50%.

Terapi yang diberikan adalah :

1. Menurunkan panas badan dengan cepat dengan memasukkan anjing di dalam air

dingin. Temperatur harus dijaga tetap pada 39˚C.

18

2. Transquilizer untuk mengurangi hysteria.

3. Untuk mencegah atau mengurangi edema otak diberikan mannitol IV.

4. Untuk terapi shock diberikan corticosteroid dan cairan elektrolit IV.

5. Bisa diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder.

Pencegahan

Pemilik hewan bisa mencegah terjadinya heat stroke dengan : melindungi hewan terhadap

panas matahari langsung yang terik, memberi minum air dingin dengan bebas, mengurangi

aktivitas / latihan pada waktu udara panas dan menberikasn ventilasi yang baik.

PENYAKIT-PENYAKIT PADA MEDULLA SPINALIS

Penyakit-penyakit pada medulla spinalis biasanya menyebabkan tanda-tanda klinis

berupa:

1. disfungsi sensoris

2. gangguan motoris

3. abnormalitas reflex

4. perubahan tonus otot

5. atrofi otot

Karena penilaian disfungsi sensoris sulit dilakukan pada hewan, maka yang diperiksa

adalah proprioception (penerimaan stimuli) dan persepsi rasa sakit.

Tanda-tanda klinis pada lesi medulla spinalis biasanya terlihat pada bagian tubuh sebelah

caudal dari lesi. Pada permulaan penyakit tanda-tanda ini bisa unilateral, tetapi pada umumnya

bilateral dan bisa asimetris.

Tanda-tanda klinis dari penyakit pada mdulla spinalis tidak karakteristik dan bisa terjadi

pada lesi otak atau syaraf perifer. Tetapi pada lesi otak tanda-tanda tersebut selalu disertai dengan

gejala-gejala otak, sedangkan lesi pada syaraf perifer biasanya unilateral dan kelainan syaraf

terbatas pada bagian yang diinervasi syaraf tersebut.

Lesi pada medulla spinalis disebut myelopathy. Segmen medulla spinalis adalah bagian di

mana keluar satu pasang syaraf spinal. Lesi pada banyak segmen disebut disseminated

myelopathy, sedangkan lesi pada satu atau beberapa segmen disebut transverse myelopathy

(tanda-tandanya seperti terpotongnya medulla spinalis). Hematomyelia, myelitis dan berbagai

penyakit degeneratif dan metabolik biasanya menyebabkan disseminated myelopathy. Sebaliknya

kompresi pada medulla spinalis (karena tumor, fraktura dan sebagainya) menimbulkan transverse

myelopathy.

19

Tanda-tanda klinis dari kelainan syaraf yang terjadi tergantung pada faktor :

1. Umur hewan

Pada hewan yang sangat muda kadang gangguan syaraf belum terlihat karena

bagian sistem saraf itu belum dipergunakan. Misalnya pada anak anjing yang

belum bisa berjalasn dan berlari, belum menampakkan gangguan pada cara

berjalan dan berlari.

2. Cepat atau lambatnya terjadi

Kompresi yang akut menimbulkan tanda-tanda yang berat, sedangkan bila terjadi

sedikit demi sedikit tanda-tanda tidak begitu jelas. Pada keadaan akut terjadi

ischemia, edema dan perdarahan sehingga tanda-tandanya lebih berat.

3. Struktur syaraf di dalam canalis spinalis yang terkena.

Lesi pada syaraf spinal menyebabkan disfungsi motoris dan sensoris pada bagian

yang diinervasi. Lesi pada akar dorsal dari syaraf spinal menimbulkan gangguan

sensoris (hiperesthesia atau hip / anesthesia). Lesi pada akar ventral dari syaraf

spinal menyebabkan disfungsi motoris dan depresi reflex-reflex. Pada meningen

menimbulkan kekakuan otot dan rasa sakit pada daerah tersebut. Lesi pada

medulla spinalis menyebabkan abnormalitas bilateral pada sensoris, motoris,

reflex-reflex dan tonus otot.

4. Lokasi lesi

Lokasi lesi pada medulla spinalis menentukan tanda-tanda klinis yang terjadi

karena distribusi syaraf ke kaki depan dan bagian belakang, dan adanya 2 tipe dari

motor neuron yaitu lower motor neuron (LMN) dan upper motor neuro (UMN).

Lesi pada LMN ditandai dengan :

- hilangnya aktivitas motoris yang disadari pada otot yang diinervasi.

- Hilangnya semua aktivitas reflex motor dari otot.

- Hilangnya tonus otot (flaccid)

- Atrofi otot karena denervasi

Lesi pada UMN ditandai dengan :

- hilangnya aktivitas motoris yang disadari (volunter)

- reflex-reflex spinal bertambah

- ada reflex-reflex spinal abnormal (misalnya crosse extensor reflex)

- tonus meningkat

- atrofi otot karena tidak dipergunakan

Lokasi lesi:

- Lumbrosacral : terjadi lesi LMN pada bagian belakang tubuh

- Thoracolumbal : lesi UMN pada bagian belakang tubuh

20

- Cervicothoracal : lesi LMN pada kaki depan dan lesi UMN pada bagian

belakang tubuh.

- Cervical : lesi UMN pada kaki depan dan tubuh bagian belakang.

Paralisa anus dan vesica urinaria terjadi pada lesi UMN dan LMN, bedanya pada

UMN masih terdapat reflex dan tonos otot, sedangkan pada LMN tidak. Paralisa

pada anus dan vesica urinaria menyebabkan terjadinya incontinencia. Cauda

equine adalah bagian caudal dari medulla spinalis dan syaraf-syaraf spinal di

dalam canalis spinalis di sebelah caudal dari medulla spinalis. Lesi pada cauda

equina (pada vertebra L 4 – 5) menimbulkan :

- paresis atau paralisa kaki belakang

- hip atau anestesi pada bagian belakang

- hilangnya reflex-reflex dan tonos otot

- anus dan vesica urinaria mengalami atonia dan arefleks

- anestesia perineum

- ekor flaccid dan mengalami anestesia.

Diagnosa lesi pada medulla spinalis dilakukan setelah mengadakan anamnese,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis, yang dibantu dengan pemeriksaan

radiografik dan cairan cerebrospinal. Electromyography (EMG) bisa digunakan untuk

menentukan lokasi lesi pada medulla spinalis.

KELAINAN-KELAIANAN KONGENITAL

Kelainan-kelainan kongential yang menimbulkan tanda-tanda syaraf bisa terjadi pada

medulla spinalis. Kelainan-kelainan kongenital columnae vertebralis sering terjadi, tetapi tidak

menimbulkan tanda-tanda klinis.

Spina bifida

Spina bifida adalah fusi yang inkomplit dari arcus vertebralis. Spina bifida paling sering

terjadi di daerah lumbal. Pada keadaan yang berat terdapat paralisa di bagian belakang lesi. Pada

yang tidak begitu berat, lesi di daerah L7 / S1 menyebabkan paresis, paralisa, inkontinensia feses

dan urin. Sering juga terdapat spina bifida yang ringan tanpa menimbulkan tanda-tanda klinis.

21

PENYAKIT-PENYAKIT PARASITER

Invasi medulla spinalis dengan parasit pada anjing dan kucing jarang sekali terjadi.

Tick Paralisa

Tick paralisa adalah suatu sindrom yang diakibatkan oleh toksin dari caplak betina

dewasa. Terutama dari Ixodes sp. dan Dermacentor sp. Banyak spesies hewan, dan juga manusia

peka terhadap penyakit ini.

Tanda-tanda klinis

Terjadi paralisis ascendens yang flaccid dengan sedikit / tanpa gangguan syaraf sensoris.

Bila paralisa sampai pada bagian cervical enterior atau sampai ke medulla oblongata, bisa terjadi

gangguan pada respirasi dan sirkulasi sehingga terjadi kematian.

Differential diagnosa

Tick paralisis harus dibedakan dari polyradiculoreuritis (coonhounds paralysis).

Terapi

Dengan membasmi caplak. Biasanya terjadi kesembuhan yang cepat (dalam waktu 1 – 3

hari). Hewan yang mengalami paralisa harus mendapat perawatan yang baik.

PENYAKIT-PENYAKIT NEOPLASTIK

Tumor-tumor pada medulla spinalis bisa berupa tumor primer (dari medulla spinalis,

meningen dan akar-akar spinal) atau sekunder. Menurut letaknya bisa dibagi menjadi ekstradural

dan intradural. Tumor-tumor intradural bisa terdapat di dalam maupun di luar medulla spinalis

sendiri dan biasanya bersifat benigna.

Tanda-tanda klinis

Tekanan pada medulla spinalis atau akar-akar syaraf menyebabkan transverse

myelopathy, di mana tanda-tanda klinis biasanya terjadi secara bilateral, tetapi bisa asimetris.

Perjalanan penyakit biasanya lambat.

Diagnosa

Ditentukan berdasarkan gejala-gejala klinis dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan

radiografik biasa ataupun dengan media kontras (myelography) dan pemeriksaan cairan

cerebrospinal.

Terapi

Secara operatif (kecuali pada tumor-tumor intradural yang terletak di dalam medulla

spinalis). Operasi bisa dilakukan bila tumor didiagnosa sebelum terjadi kerusakan yang

irreversible pada medulla spinali.

22

PENYAKIT-PENYAKIT DEGENERATIF

Degeneratif myelopathy pada Alsatian

Degeneratif myelopathy pada Alsatian (Anjing Gembala Jerman) biasanya terjadi pada

anjing bermur 6 tahun atau lebih.

Degenerasi terutama terjadi pada bagian thoracal dan kausanya tidak diketahui.

Tanda-tanda klinis

Terdapat tanda-tanda dari transverse myelopathy bagian thoracolumbal yang progresif

dengan lambat.

Mula-mula kaki belakang bagian bawah diseret sehingga jari-jari menggeser di tanah,

kedua kaki belakang bisa saling menyilang atau terpentang. Bila penyakit melanjut, kaki

belakang sulit berdiri atau berjalan; dan lama-lama terjadi atrofi inaktivitas pada bagian belakang

tubuh.

Diagnosa

Ditentukan berdasarkan jenis anjing, umur, anamnese, tanda-anda klinis dan tidak adanya

sebab-sebab lain dari paresis.

Differential diagnosa

Penyakit-penyakit dengan tanda-tanda klinis yang serupa adalah :

1. Kompresi medulla spinalis (karena disk herniation atau tumor)

2. Myelitis

Terapi

Tidak ada

Necrotic myelopathy pada Afghan Hounds

Keadaan ini terdapat pada anjing-anjing Afghan dan ditandai dengan posterior paresis

pada umur 3 – 6 bulan, yang melanjut menjadi tetraplegic dan kematian karena paralisa respirasi

dalam waktu 2 – 4 minggu. Penyakit ini terjadi secara herediter, tetapi patogenesanya tidak

diketahui.

Diagnosa ditentukan berdasarkan bangsa, umur dan tanda-tanda klinis.

Differential diagnosa dan terapi

Sama dengan di atas.

PENYAKIT-PENYAKIT NUTRISIONAL DAN METABOLIK

Hypervitaminosis A pada kucing

Causa

Ingesti vitamin A berlebih karena pemberian vitamin A atau hati mentah untuk waktu

yang lama.

23

Tanda-tanda klinis

Mula-mula terjadi hypersensitivitas di daerah cervical-cranial dan kekakuan cervical. Ini

terjadi karena proliferasi tulang pada os occipitales dan vertebrae cervicalis 1 – 3. Kemudian

exostosis bisa terjadi pada seluruh tulang belakang sehingga terjadi kepincangan pada kaki depan,

ataxia, paralisa dan hyperesthesia atau anestesia kulit pada daerah leher dan kaki depan; bisa juga

terjadi hipertrofi gingiva dan dermatitis proliferatif.

Diagnosa

Dari tanda-tanda klinis, anamnese dan pemeriksaan radiografik

Terapi

Mengganyi diet

Biasanya tanda-tanda klinis berkurang atau hilang dalam waktu beberapa minggu, tetapu

perubahan-perubahan pada tulang bisa bersifat permanen.

TRAUMA MEDULLA SPINALIS

Trauma pada medulla spinalis bisa menimbulkan : concusio (disfungsi fisiologis yang

reversible, tanpa perubahan patologis yang berarti), contusio (karena trauma yang lebih keras

sehingga terjadi degenerasi, edema dan hemoragi), laserasi ( sobeknya medulla spinalis atau

meningen), dan kompresi (meningkatnya tekanan yang asalnya dari dalam atau luar medulla

spinalis).

Trauma pada medulla spinalis bisa terjadi karena bermacam-macam kausa. Stres mekanis

yang tiba-tiba seperti peregangan oleh fleksi, ekstensi dan torsio yang berlebihan bisa merusak

medulla spinalis. Ini bisa terjadi karena luxatio vertebra, fraktura vertebra, intervertebral disk

portusion dan tumor-tumor.laserasi bisa terjadi pada fraktura vertebra, luka gigitan atau lika

tembak.

Degenerative Intervertebral Disk Disease

Discus intervertebralis terdapat diantara tiap vertebra, kecuali antara C1 – C2 dan pada

vertebra sacralis. Discus ini terdiri dari pusat gelatinas yang amorf (nukleus pulposus), dan

lapisan cincin fibrosa di sebelah luar (anulus fibrosus). Pada penyakit ini terjadi portusio dari

discus ke dalam canalis spinalis.

Patogenesa

Menurut Harsen terdapat 2 tipe dari degenerasi discus :

I. Biasanya terdapat pada jenis-jenis anjing chondrodystrophoid (misalnya dashshund,

Pekingese) pada umur muda, yang di dahului dengan metamorfosis chondroid dari

nucleus pulposus. Pada umur 1 tahun hampir semua nucleus mengalami perubahan

dan bisa terjadi kalsifikasi.

II. Biasanya terdapat pada jenis-jenis anjing nonchondrodystrophoid pada usia setengah

umur atau lebih, yang didahului oleh metamorfosis fibroid dari nucleus. Kalsifikasi

biasanya jarang terjadi.

24

Degenerasi ini mempengaruhi semua discus dari columna vertebrales. Sesudah terjadi

degenerasi nucleus, mulai terjadi degenerasi anulus dan nucleus bisa menonjol. Pada tipe

I dari Hansen terjadi ruptura total dari anulus, sedangkan pada tipe II terjadi ruptura

partial. Ruptura bisa terjadi ke ventral, lateral dan dorsal, tetapi penting secara klinis

adalah yang dorsal karena mengiritasi meningen dan menekan medulla spinalis.

Anatomi protusio discus tipe I dan II dari Hansen

Meskipun degenerasi terjadi pada semua discus, tetapi prolapsus paling sering terjadi

pada T11 – L3 karena beban mekanis yang paling berat.

Tanda-tanda klinis

Tipe I biasanya terjadi secara akut; gejala-gejala klinis biasanya terjadi terjadi dalam

waktu beberapa menit sampai beberapa jam, meskipun bisa juga lebih lama. Tipe II terjadi

sedikit demi sedikit, dengan anamnese kelemahan kaki belakang dan/atau kaki depan yang

progresif selama beberepa bulan.

Tanda-tanda klinis adalah tanda-tanda dari transverse myelopathy. Terdapat rasa sakit

karena iritasi pada meningen atau akar syaraf; dan terdapat gangguan syaraf karena kompresi

pada akat syaraf atau medulla spinalis. Pada tipe II rasa sakit tidak begitu nyata. Pada kucing

biasanya tidak menimbulkan gejala-gejala klinis.

Diagnosa

Diagnosa ditentukan berdasarkan :

1. umur dan jenis anjing

2. anamnese

3. tanda-tanda klinis

4. pemeriksaan radiografik untuk konfirmasi.

Penyakit ini harus dibedakan dengan iritasi meningal atau transverse myelopathy karena

kasus-kasus lain.

25

Terapi

Dengan kombinasi tindakan medis (menghilangkan edema) dan operatif. Tindakan

operatif dilakukan untuk menghilangkan kompresi yaitu dengan laminectomy atau melubangi

discus (disc fenestration).

Prognosa

Pada lesi yang ringan dan baru terjadi (kurang dari 48 jam), prognosanya baik. Pada lesi

yang berat atau progresif dengan hemoragik myelomalacia prognosanya dubius sampai infausta.

Fraktura dan Luxatio vertebral

Fraktura bisa terjadi karena trauma, atau secara sekunder karena penyakit tulang atau

tumor pada tulang.

Tanda-tanda syaraf

Fraktura dan luxatio vertebral menyebabkan transverse myelopathy. Lesi yang terjadi bisa

ringan atau berat dan tidak tergantung pada tampak radiografik dari lesi, karena luxatio mungkin

terlihat ringan pada radiograf tapi telah menyebabkan kerusakan yang berat pada medulla spinalis

pada saat terjadi luxatio. Kadang-kadang tanda-tanda syaraf hanya ringan pada saat itu terjadi,

tetapi bertambah berat pada hari-hari selanjutnya. Ini terjadi karena ada hematoma yang meluas

atau trauma pada medulla spinalis yang berlanjut karena tidak stabilnya vertebra. Hemoragic

myelomalacia (perdarahan di dalam medulla spinalis) bisa terjadi dan prognosanya infausta.

Diagnosa

Pada umumnya diagnosa bisa ditentukan dengan palpasi, dan dikonfirmasi secara

radiografik.

Cervical spondylopathy

Penyakit ini disebut juga Canine Wobbler Síndrome dan terdapat pada anjing terutama

jenis besar seperti Great Dane, Doberman, Pinscher, Bosset Hound dan Rhodesian Ridgeback.

Pada keadaan ini terjadi kelainan-kelainan pada vertebra cervicalis (terutama C5-7), di

mana terjadi subluxatio, deformitas, kelainan-kelainan pada cartílago dan persendian.

Causa

Tidak diketahui

Tanda-tanda klinis

Terjadi inkoordinasi kaki belakang yang progresif secara lambat yang mulai terjadi pada

umur 3 – 12 bulan atau lebih.

Kadang-kadang tanda-tanda timbul dengan akut dan anjing sudah mengalami

quadripelgia pada waktu dibawa ke dokter hewan.

26

Diagnosa

Ditentukan berdasarkan jenis anjing, umur dan tanda-tanda klinis dan dikonfirmasi secara

radiografik.

Terapi

Ditujukan terhadap edema dan secara operatif. Pada kasus-kasus kronis yang progresif

secara lambat sudah terjadi kerusakan yang irreversible pada medulla spinalis.

Kelainan-kelainan kongenital

Pada beberapa jenis anjing terdapt kelainan-kelainan kongenital sehingga oleh trauma

yang ringan saja bisa terjadi : inxatio, fractura atau intervertebral disk protusion.

Misalnya :

1. atlantoaxial subluxation sering terjadi pada anjing-anjing jenis kecil seperti Toy

Poodle, Cihuahua, Pomeranian, Yorkshire Terrier, dan sebagainya.

2. anjing-anjing dengan hemivertebrae (biasanya terdapat pada English Bulldog, Boston

Terrier dan Pug).

Ossifikasi dural

Disebut juga ossifying pachymeningitis, tetapi istilah tersebut sebetulnya kurang tepat

karena sifat penyakitnya tidak inflamatoris. Keadaan ini lebih sering terjadi pada anjing-anjing

jenis besar, di mana terjadi perubahan-perubahan yang menulang pada duramater.

Kausa dan patogenesanya tidak jelas, tetapi penebalan-penabalan itu mungkin berasal dari

pembentukan tulang secara metaplastik. Penebalan-penebalan terutama terjadi pada daerah

cervical dan lumbal.

Meskipun banyak anjing yang mengalami keadaan ini, tetapi tanda-tanda klinis biasanya

tidak berarti. Hanya kadang-kadang bisa terjadi edema, fibrosis, gliosis dan malacia dari akar-

akar syaraf dan medula spinalis di daerah tersebut sehingga terjadi paresis yang progresif atau

paralisa. Tidak ada terapi terhadap penyakit ini.

Terapi trauma medulla spinalis

Pengobatan terhadap trauma medulla spinalis selalu harus dilakukan dengan segera untuk

menghindari kerusakan syaraf yang permenen atau paralisa. Terapi trauma medulla spinalis

ditujukan untuk :

1. menghilangkan edema.

2. homostasis.

3. menghilangkan kompresi.

4. mengeluarkan corpora aliena.

5. stabilisasi tulang-tulang atau fragüen-fragmen tulang.

6. merawat hewan yang mengalami paralisa.

27

Menghilangkan edema

Edema bisa dihilangkan/dikurangi dengan memberikan cairan hiperosmolar yaitu : larutan

manitol 15 – 20 % i.v dengan dosis inisial 3 g/kg BB. Maintenance : 1 – 2 g/kg tiap 4 – 6 jam.

Terapi manotol harus dihentikan setelah 36 jam supaya tida terjadi dehidrasi. Selama itu perlu

dikontrol terhadap dehodrasi yang berlebihan dan gangguan perimbangan elektrolit. Selain

manitol bisa juga dipakai glycerol p.o ddengan dosis 1-2 g/kg BB setiap 3 jam.

Corticosteroid juga mengurangi edema pada sistem syaraf, tetapi karena onset of

actionnya lebih lambat (≥4 jam) bisa diberikan pada waktu pemberian cairan hiperosmolar

dihentikan. Untuk reaksi yang cepat bisa diberikan hydrocortison succinate atau prednisolone

sodium phosphate secara i.v., setelah itu bisa dilanjutkan dengan preparat yang kerjanya lebih

lambat tetapi lebih kuat misalnya dexamethason. Terapi untuk mengurangi edema harus

diberikan selama 2-3 minggu setelah trauma yang menyebabkan disfungsi syaraf yang berat.

Hemostasis

Perdarahan di dalam medulla sulit untuk dikontrol. Perdarahan epidural bisa dihentikan

secara operatif lalu digunakan elektrocauter atau secara hemostatik.

Perawatan terhadap hewan yang m,engalami paralisa

Problem utama yang dihadapi adalah pemberian makanan dan minutan, terjadinya

decubitus dan terjadinya cistitis.

1. Tempat makan dan minum harus diletakkan di dekat hewan tersebut, terutama pada

hewan yang quadriplegia.

2. Makanan yang diberikan harus mempunyai nilai gizi yang tinggi.

3. Untuk mencegah decubitus kulit dan bulu harus tetap kering dan bebas dari urin dan

feses. Kalu perlu dimandikan dan dikeringkan setiap hari. Hewan harus dibaringkan di

tempat yang lunak dan dibalik tiap 2 - 4 jam.

4. Untuk mencegah cystitis vesica urinaria harus dikosongkan 3 – 4 kali sehari. Yang terbaik

adalah dengan kompresi manual.

Bila sering dilakukan katerisasi mudah terjadi infeksi. Bisa diberikan terapi antibiotika

secara profilaktik. Urin harus diperiksa terhadap adanya infeksi secara teratur.

5. Untuk melatih hewan mempergunakan kakinya, bisa dimasukkan ke dalam bak berisi air

hangat di mana hewan bisa berrenang, selama 10 – 20 menit. Ini juga menstimulir urinasi

dan defekasi. Bisa juga dilakukan massage atau dirangsang dengan terapi listrik.

Prognosa

Pada kerusakan medulla spinalis yang berat di mana tidak ada kemajuan setelah

perawatan 3 minggu, prognosanya infausta.

28

PENYAKIT-PENYAKIT INFEKSIUS PADA MEDULLA SPINALIS DAN MENINGEN

Pada keadaan normal SSP terlindungi baik oleh jaringan-jaringan di sekitarnya yaitu kulit,

otot, tulang, meningen dan blood brain barrier. Tetapi sekali ada organisme yang bisa memasuki

SSP, mekanisme untuk melawan infeksi jauh lebih rendah daripada di bagian tubuh yang lain,

karena :

- produksi antibodi di dalam SSP minimal

- cairan cerebrospinal merupakan media kultur yang ideal

- blood brain barrier mencegah masuknya antibodi, sel-sel radang dan obat-obat ke

dalam SSP.

Infeksi SSP bisa terjadi secara hematogen, karena perluasan infeksi jaringan di sekitarnya

atau invasi secara langsung bersaan dengan luka penetrasi.

Meningitis dan myelitis bisa disebabkan oleh bakteri, virus, fungi, dan protozoa; tetapi

tanda-tanda klinisnya bukan tergantung pada agen kausal melainkan pada struktur syaraf yang

terkena.

Diagnosa

Metode primer untuk mendiagnosa meningitis atau myelitis adalah dengan analisa cairan

cerebrospinal. Tanda-tanda klinis hanya menyatakan adanya iritasi meningen atau myelopathy,

tetapi tanda-tanda tersebut tidak bisa dibedakan dari iritasi meningen atau myelopathy karena

penyakit lain.

Pada meningitis atau myelitis terdapat peningkatan leukosit dan protein total di dalam

cairan cerebrospinal. Dalam hal ini perlu dilakukan kultur terhadap fungi dan bakteri. Pada

umumnya infeksi bakterial menghasilkan persentase neutrophil yang tinggi dalam cairan

cerebrospinal, sedangkan pada infeksi viral terdapat persentase mononuclear cells yang tinggi.

Terapi

Terhadap infeksi viral dan bakterial diberikan antibiotika dan corticosteroid untuk

menekan edema dan perdarahan akibat keradangan. Biasanya terapi harus diberikan untuk waktu

yang lama (2 – 4 minggu atau lebih).

Meningitis dan myelitis karena fungi sulit diterapi karena amphotericin B (drug of choice

terhadap penyakit mycotic) tidak menembus blood brain barrier dan cukup toksik. Di samping itu

aspek kesehatan masyarakat perlu dipertimbangkan terhadap infeksi mycotic.

Canine distemper

Virus canine distemper sering menyerang sistem syaraf dan menyebabkan myelitis

dan/atau myoclonus (chorea).

Distemper myelitis menyebabkan transverse myelopathy yang progresif, terutama pada

bagian thoracolumbal. Tanda-tanda ini biasanya disertai lesi-lesi lain pada SSP (vestibular

syndrome atau cerebellar syndrome) dan tanda-tanda yang lain (discharge nasal, discharge mata

29

dan suara paru-paru yang keras, hiperkeratosis pada hidung dan telapak kaki atau

chorioretinopathy).

Myoclonus (chorea) adalah kontraksi ritmik dari sekelompok otot, dan boleh dikatakan

patognomonis untuk penyakit canine distemper. Myoclonus paling sering terjadi pada otot-otot

wajah dan mastikasi dan otot-otot ekstrimitas. Patogenesanya tidak jelas. Tidak ada terapi

terhadap myelitis dan myoclonus karena distemper. Myelopathy yang terjadi biasanya

irreversible. Myoclonus juga bersifat permanen, tetapi biasanya tidak begitu mengganggu kecuali

terjadi pada sebagian besar dari tubuh.

Toxoplasmosis

Toxoplasma gondii merupakan protozoa yang menginvansi SSP anjing dan kucing.

Penyebaran ke berbagai bagian tubuh adalah secara hematogen.

Infeksi pada medulla spinalis menyebabkan myelitis sehingga terjadi transverse atau

disseminated myelopathy. Bisa terlihat tanda-tanda LMN atau UMN tergantung lokasi lesi pada

medulla spinalis.

Tanda-tanda kelainan SSP yang lain adalah : seizures, kebutaan, inkoordinasi, tremor,

hemiparesis atau paraparesis dan sebagainya. Biasanya terjadi atrofi otot pada kaki belakang

karena rusaknya LMN dan/atau myositis.

Tanda-tanda sistemik adalah febris, lymphadenopathy secara umum, tanda-tanda respirasi

dan gastrointestinal dan lesi pada mata. Diagnosanya sulit ditentukan dan untuk melakukan terapi

perlu diperhitungkan aspek kesehatan masnyarakat.

PENYAKIT-PENYAKIT PADA SYARAF PERIFER DAN MUSKULUS

Sistem syaraf perifer terdiri dari 12 pasang syaraf cranial yang keluar dari otak dan 36

pasang syaraf spinal yang keluar dari medulla spinalis (C1-8, T1-13, L1-7, S1-3, Co1-5). Syaraf-syaraf

perifer bisa terdiri dari syaraf-syaraf sensoris dan/atau motoris.

Penyakit-penyakit pada syaraf perifer pada hewan paling sering disebabkan oleh trauma.

Neuropraxia adalah gangguan sementara pada fungsi syaraf setelah lesi yang bersifat fisiologis.

Neurotmesis atau axonotmesis adalah rusaknya atau ruptura seluruh syaraf atau axon. Neuro-

atau axonostenosis adalah penyempitan pada syarah sehingga menghambat impuls melalui bagian

tersebut (ini terjadi kerena tekanan peregangan atau kontraksi pada waktu kesembuhan syaraf).

Axonocachexia adalah perubahan pada excitabilitas dan konduktivitas melalui seluruh bagian

distal dari axon.

Hewan-hewan dengan sensory neuropathy bisa menunjukkan hyperesthesia, hypesthesia

dan anesthesia; sedangkan dengan motor neuropathies menunjukkan kepincangan otot, paralisa

otot dan atrofi otot. Penyakit-penyakit pada neuromuscular junction menyebabkan kelemahan

otot dan paralisa otot. Penyakit muskulus primer bisa menunjukkan rasa sakit pada otot sehingga

30

jalannya kaku, terdapat kelemahan otot, atrofi atau hypertrofi otot. Pada stadium awal sulit sekali

untuk membedakan antara penyakit neuromuskuler dengan penyakit yang menyerang SSP dan

beberapa penyakit bisa menyerang SSP dan sistem neuromuskulersecara bersamaa.

Pemeriksaan neurologis

Syaraf-syaraf cranial perifer masing-masing mempunyai fungsi spesifik dan masing-

masing di evaluasi fungsinya baik kiri maupun kanan.

Evaluasi pada syaraf-syaraf spinal perifer dilakukan dengan menguji reflex-reflex (toe

pinch atau flexor reflex, extensor thrust reflex, patellar reflex, anal reflex) dan bagian sensoris

diuji dengan tusukan jarum tau cubitan pada kulit.

Diagnostic aids

Untuk membantu menentukan diagnosa bisa digunakan :

1. Electromyography (EMG) yaitu catatan berupa grafik dari perubahan pada potensial

listrik membran sel otot yang terjadi dengan disadari atau oleh induksi.

2. Pemeriksaan patologi klinik, yaitu dengan pemeriksaan SGOT, CPK, dan LDH.

3. Biopsi syaraf dan otot dan pemeriksaan mikroskopis dari hasil biopsi.

PENYAKIT-PENYAKIT PADA SYARAF-SYARAF CRANIAL PERIFER

Gangguan syaraf cranial perlu dibedakan dari gangguan syaraf perifer dan lesi pada SSP

yang mempengaruhi syaraf perifer. Disfungsi bilateral atau multipel dari syaraf cranial paling

sering terjadi bersamaan dengan penyakit pada SSP, tetapi bisa juga terlihat pada poly

neuropathy. Disfungsi pada syaraf-syaraf cranial perifer bisa disebabkan oleh :

1. lesi kongenital

2. trauma

3. keradangan

4. neoplasia

Tanda-tanda dari disfungsi syaraf cranial bisa dilihat pada tabel halaman 4.

N. olfactorius

Penyakit pada n. olfactorius paling sering terjadi karena keradangan pada mucosal nasal

di mana terdapat ujung-ujung syaraf. Rhinitis menyebabkan anosmia karena kebengkakan

mukosa dan sumbatan oleh eksudat. Anosmia bisa menyebabkan menurunnya nafsu maka.

Fungsi penciuman biasanya pulih kembali bila rhinitis sembuh. Adanya neoplasia pada mukosa

septum nasal juga bisa merusak ujung-ujung perifer dari n. olfactorius sehingga terjadi anosmia.

N. opticus

Kelainan-kelainan pada n. opticus dibahas pada penyakit-penyakit mata.

31

N. occulomotorius, trochlearis dan abducens

Ketiga syaraf ini mengatur gerakan bola mata. Strabismus adalah deviasi tidak terkontrol

dari salah satu atau kedua bola mata dari sumbu normalnya. Esotropia adalah deviasi kedalam

atau disebut strabismus convergeus pada keadaan bilateral (secara kongenital bisa terdapat pada

kucing siam).

Exotropia adalah deviasi ke luar, san disertai strabismus divergeus pada keadaan bilateral

(secara kongenital terdapat pada anjing Chihuahua dan Pug).

Strabismus secara perolehan terjadi karena :

1. penyakit-penyakit pada otot-otot bola mata

2. penyakit pada n. occulomotorius, n trochlearis dan n. abducens (biasanya bersamaan

dengan penyakit SSP)

3. penyakit pada SSP.

N. trigeminus

Kelainan unilateral yang menyebabkan atrofi unilateral bisa terjadi karena trauma perifer

atau proses-proses neoplastik pada syaraf dan jaringan sekitarnya. Kelainan bilateral bisa terjadi

karena penyakit SSP.

Chorea pada m. temporalis dan m. messeter biasanya terjadi karena canine distempet

encephalitis.

N. fascialis

Iritasi n. fascialis sehingga terjadi spasmus bibir dan wajah dan retraksi daun telinga ke

dorsal terlihat pada tetanus dan otitis media awal.

Paralisa unilateral n. fascialis bisa terjadi karena trauma pada syaraf atau karena otitis

media yang berat.

N. oestibulocochlearis

Ketulian bisa terjadi :

1. secara kongenital : pada anjing jenis Dalmation atau Collie bewarna blue merle dan

pada kucing bewarna putih dan bermata biru.

2. karena antibiotika yang ototoksis misalnya streptomycin, neomycin.

3. karena otitis media dan interna yang berat.

4. Karena usia tua.

Gangguan pada n. vestibularis bisa terjadi karena otitis media dan interna, karena trauma

pada kepala atau penyakit pada SSP.

N. glossopharyngeal dan n. vagus

Penyakit padasyaraf-syaraf ini bisa terjadi karena :

1. polyradiculoneuritis pada coonhound paralysis, botulismus dan tick paralysis.

2. rabies

3. tetanu

32

N. spinal accessories

Penyakit pada syaraf ini bisa terjadi karena trauma yang menyebabkan fraktura pada dasar

cranium.

N. hypoglossi

Disfungsi terjadi karena trauma.

Terapi

Terapi yang diberikan tergantung kausa. Bila disebabkan oleh trauma diberikan

dexamethasone PO 0,05 – 0,1 mg / kg bb 3 dd selama 1 minggu.

KELAINAN-KELAINAN PADA AKAR SYARAF

Kelainan-kelainan pada akar syaraf

Akar syaraf bisa terkena langsung pada intervertebral disk herniation, kelainan kongenital

pada vertebra, spondylosis ( penyempitan ruang-ruang intervertebralis), keradangan dan tumor

medulla spinalis.

Bila akar-akar syaraf dari plexus brachialis atau plexus lumbosacralis terkena, maka

reflex-reflex ekstrimitas hilang.

Coonhound paralysis

Ini adalah suatu idiopathic polyradiculoneuritis yang menimbulkan paralisa flaccid yang

ascendens. Keadaan ini peling sering terdapat pada anjing pemburu dewasa. Di duga bahwa

gigitan oleh raccoon memegang peranan, tetapi anjing-anjing yang tidak pernah digigit pun bisa

terkena.

Tanda-tanda syaraf biasanya dimulai pada kaki belakang, dan dari kelemahan pada kaki

belakang melanjut menjadi tetraplegia flaccid yang simetris. Seringkali anjing tidak bisa

mengangkat kepalanya. Ekstremitas tidak bisa digerakkan dan tidak terdapat reflex-reflex.

Sensitivitas normal atau meningkat. Bisa terdapat kesulitan menelan dan perubahan suara.

Paralisa respirasi adalah komplikasi yang serius yang bisa menimbulkan kematian. Hilangnya

reflex menelan bisa menyebabkan aspirasi. Pemeriksaan patologi klinik dan cairan cerebrospinal

biasanya normal.

Terapi

Diberikan terapi corticosteroid dan perawatan terhadap hewan yang menglami paralisa

(lihat terapi trauma medulla spinalis). Perjalanan penyakit antara 3 minggu – 3 bulan. Biasanya

terjadi kesembuhan yang sempurna.

33

Traumatic neuropathies

Penyakit-penyakit pada syaraf spinal paling sering akibat trauma. Lesi yang terjadi

biasanya unilateral kecuali pada fraktur sacral atau pelvis.

Avulsio plexus branchialis

Ini yang paling sering terjadi di antara gangguan syaraf karena trauma (plexus branchialis

berasal dari sgmen spinal C5 – 8 dan T1 – 2).

Tanda-tandanya :

- kaki tersebut tidak mampu manahan berat badan, dan diseret pada waktu berjalan

- tidak ada flexor reflex dan extensor thrust reflex

- anestesi pada seluruh kaki tersebut

- karena ada inervasi simpatik terhadap pupil dan kelopak mata dari segmen medulla

spinalis C7 – T2, maka bisa terjadi Horner’s syndrome (ptosis, miosis dan

enophthalmus)

- bisa terdapat atrofi pada otot-otot seluruh kaki.

Lesi pada n. supra scapularis

Tanda-tandanya : terjadi atrofi pada m. supraspinatus dan m. infraspinatus. Pengaruh

terhadap cara berjalan hanya sedikit saja.

Lesi pada n. radialis

Bisa terjadi bersamaan dengan lesi pada plexus branchialis atau fraktura humerUs.

Tanda-tandanya :

- extensor thrust reflex hilang

- kaki tidak bisa menahan berat badan

- bagian dorsal kaki yang menyentuh tanah terdapat lesi-lesi

- anesthesi / hipestesi pada bagian dorsal dan lateral dari kaki depan dan bagian dorsal

dari jari-jari.

- Atrofi m. triceps dan extensor-extensor carpus dan digiti.

Lesi pada m. mediana dan n. ulnaris

Lesi bisa terjadi karena fraktura pada bagian distal humerus atau pada radius ulna.

Tanda-tandanya :

- hilangnya kemampuan fleksi dari carpus dan digiti, sehingga terjadi ekstensi berlebih

pada carpus pada waktu menahan berat badan

- anesthesi / hipestesi pada bagian caudal dari kaki bagian atas, aspek dorsolateral dari

jari ke 5 dan sisi volar lateral dari jari-jari (pada lesi n. ulnaris)

- anesthesi / hipestesi pada bagian volar medial dari jari-jari (pada lesi n. mediana).

Lesi pada n. ischiadicus

Lesi sering disebabkan oleh :

- fraktura ilium

- fraktura dan trauma pada operasi proximal femur

34

- injeksi intramuskular yang kurang tepat.

Tanda-tandanya :

- extensor pesendian genu tidak terpengaruh sehingga hewan bisa menahan berat badan

pada kakinya

- bila berjalan terjadi fleksi dan ekstensi yang pasif pada persendian tarsi dan bagian

dorsal jari-jari menyentuh tanah

- tidak ada reflex eflexor pada persendian genu dan tarsi

- terjadi fleksi persendian panggul sehingga kaki tertarik ke garis median

- hip / anesthesi pada permukaan lateral dari kaki di bawah genu dan permukaan

anterior dan posterior.

Lesi pada . peronealis (n. ibularis)

Syaraf ini mudah terkena trauma karena terletak pada sebuah lateral persendian genu.

Tanda-tandanya :

- reflex extensor pada persendian tarsus hilang

- tidak bisa menahan berat badan pada waktu berjalan

- hip / anesthesi pada permukaan dorsal kaki di bawah persendian genu dan pada

permukaan dorsal dari jari-jari.

Lesi pada n. tibialis

Tanda-tandanya :

- tidak bisa extensi persendian tarsus

- hilangnya extensor thrust reflex pada persendian tarsus

- hewan berdiri dengan fleksi pada persendian tarsus

- hip / anesthesi pada bagian kaki dan bagian plantar dari jari-jari

Lesi n. femoralis

Tanda-tandanya :

- tidak bisa mengextensi persendian genu sehingga kaki tersebut tidak bisa menahan

berat badan

- reflex pattella dan extensor thrust reflex pada genu hilang

- hip / anesthesi pada permukaan medial paha, genu, kaki bagian bawah dan jari-jari

Lesi pada n. obturatorius

N. obturatorius bisa mngalami neuropraxia pada waktu partus sehingga menyebabkan

hewan tidak bisa mengadukksi pahanya.

Lesi pada n. pudendus

Lesi pada syaraf ini bisa terjadi pada waktu proses operasi di daerah anus. Lesi pada akar-

akar syaraf yang membentuk syaraf ini (S1, S2, S3) bisa terjadi pada hernia discus intervertebralis

atau fraktura.

35

Tanda-tandanya :

- hilangnya tonus sphincter ani secara uni / bilateral

- anesthesi pada penis dan scrotum atau clitoris dan vulva, dan kulit perianal

- hilangnya reflex anal

Terapi

Pada waktu syaraf mengadakan regenerasi dengan lambat, maka muskulus yang

mengalami denervasi akan mengalamiatrofi yang berat. Karena tidak digunakan, maka suplai

darah ke bagian tersebut menurun hingga memperberat atofi yang sudah terjadi. Untuk mengatasi

problem sirkulasi dan menghambat atrofi otot maka perlu dilakukan terapi fisik yaitu dengan :

1. terapi panas : dengan aplikasi panas secara lokal dengan sinar lampu, dimasukkan

air hangat, dengan bantal panas tau listrik frekuensi tinggi (diathermy)

2. energi ultrasonik

3. massage.

Pertolongan yang lain adalah :

1. reparasi secara operatif

2. pemberian dexamethasone PO 0,05 – 0,1 mg / kg bb 3 dd

3. immobilisasi kaki yang terkena supaya lesi tidak bertambah berat

4. manipulasi pasif dan melatih kaki untuk menjaga fungsi tendon-tendon dan

persendian. Ini harus dilakukan beberapa kali sehari.

5. kadang-kadang kaki perlu diamputasi bila terdapat lesi-lesi yang berat pada bagian

dorsal.

Sensory neuropathies

Manifestasi dari sensory neuropathies berupa daerah-daerah yang mengalami

hiperesthesia sehingga menyebabkan rasa sakit yang hebat atau pruritus sehingga terjadi

otomutilasi. Sebaliknya bisa terjadi hip atau anesthesi karena panas atau dingin yang sangat, atau

karena trauma.

Mutilasi diri sendiri bisa terjadi karena :

1. penyakit canine distemper

2. pseudorabies (penyakit Aujeszky)

3. beberapa keadaan dengan etiologi yang tidak jelas misalnya menggigit-gigit

punggung, ekor atau ekstrimitas pada kucing siam dan anjing, dan lick granuloma

yaitu luka kronis pada kaki karena terus dijilati.

36

Polyneuropathies

Toxic polyneuropathies

Intoksikasi kronis dengan Pb, As, Hg,dan Tl (Thallium) menyebabkan kelemahan umum

pada semua ekstremitas.

Polyneuropathy yang lain

Pada anjing-anjing dengan diabetes mellitus bisa terjadi kelemahan umum, atrofi otot dan

depresi reflex-reflex ekstremitas.

Neoplasia pada syaraf perifer

Tumor-tumor primer jarang terdapat

Tumor-tumor sekunder pada umumnya adalah lymphosarcoma dan lebih sering terdapat

pada kucing daripada anjing. Seringkali terdapat pada ektremitas sehingga terjadi paralisa yang

progresif lambat dan atrofi otot.

PENYAKIT-PENYAKIT PADA NEUROMUSCULAR JUNCTION

Neuromuscular junction bisa terkena pada beberapa keadaan.

Intoksikasi organophosphate

Organophosphate menginaktifkan acethylcholinesterase. Synapsis dari sistem syaraf

otonom dan sistem syaraf pusat juga terpengaruh.

Tanda-tandanya : miosis, hipersalivasi, tremor otot dan konvulasi.

Botulismus

Toxin Clostridium botulinum menghambat pelepasan acethylcholin dan mempengaruhi

syaraf-syaraf skeletal dan otonom, sehingga terjadi : kelemahan posterior / tetraparesis tanpa

reflex-reflex spinal pada ekstrimitas, anorexia dan hypersalivasi. Bisa terjadi kegagalan respirasi.

Fungsi sensoris tetap normal.

Tick Paralisa

Toxin dari Dermacentor viriabilia betina dewasa menghambat pelepasan acetylcholin

pada neuromuscular junction. Gejala-gejalanya sama dengan botulismus.

Myasthenia gravis

Pada myasthenia gravis terdapat defisiensi acethylcholin pada neuromuscular junction.

Etiologinya tidak jelas (diduga suatu proses otoimun) dan bisa terjadi pada anjing dan kucing

semua umur.

Tanda-tanda klinis

Neuromuscular junction pada seluruh tubuh bisa terkena, terutama pada mata, wajah,

bibir, lidah tenggorokan dan leher sehingga terlihat :

- paralisa fascial, strabismus dan ptosis (disebut “myasthesia fascies”)

- kelemahan otot-otot mastikasi

37

- kesulitan menelan (mudah terjadi aspirasi) dan perubahan suara

- sulit mengambil makanan

- bila ekstremitas terkena terjadi kelemahan yang bertambah berat setelah exercise

- fungsi sensoris pada umumnya normal

- dispnu dan kegagalan respirasi bisa terjadi pada keadaan yang berat.

Diagnosa ditentukan dengan melihat tanda klinis, dengan pemberian edrophonium

chloride dan pemeriksaan EMG. Bila diberikan edrophonium chloride 1 – 2 mg IV, maka setelah

± 1 menit semua paresis akan hilang, tetapi setelah 15 menit kelemahan akan terjadi lagi.

Terapi

Diberikan neostigmine secara PO dan corticosteroid atau ACTH.

PENYAKIT-PENYAKIT PADA MUSKULUS

Myositis spesifik

Myositis ditandani dengan terjadinya eksudasi plasma, infiltrasi dengan sel-sel radang,

dan reaksi pada jaringan ikat serabut-serabut otot biasanya terkena secara sekunder setelah

terkenanya jaringan interstitial dan jaringan panjang.

Myositis spesifik bisa disebabkan oleh :

1. trauma

2. infeksi bakteri : biasanya terjadi secara sekunder pada luka

3. mycosis sistemik : blastomycosis, actinomycosis dan sebagainya.

4. leptospirosis

5. toxoplasmosis

6. parasit-parasit pada otot misalnya cycticercus dan sarcosporidia.

Myositis nonspesifik

Ada beberapa tipe myositis yang causanya tidak jelas.

Eosinophilic myositis

Penyakit ini terutama menyerang anjing jenis besar (misalnya Anjing Gembala Jerman)

pada usia dewasa muda.

Tanda-tandanya :

- pembengkakan bilateral simetris pada otot-otot kepala (masseter, temporalis dan

pterygoideus)

- rahang sedikit terbuka dan sakit bila dipalpasi

- terdapat prolapsus membrana nictitans dan exophthalmus sehingga terjadi keratitis

secara sekunder

- pada hemogram terdapat eosinofilia yang menyolok

- CPK meningkat.

38

Terapi

Pemberian corticosteroid dan mengistirahatkan otot-otot yang terkena dengan

memberikan makanan melalui stomach tube. Perjalanan penyakit ini bisa sampai beberapa

minggu, dan bisa kambuh. Prognosa menjadi kurang baik bila sering kambuh karena terjadi atrofi

dan fibrosis pada otot-otot yang mengakibatkan trismus.

Atrophic myositis

Penyakit ini menyerang bermacam-macam jenis anjing pada berbagai umur.

Tanda-tandanya :

- terdapat atrofi yang progerasif dengan lambat pada otot-otot kepala yang bisa

unilateral, bilateral, asimetris atau simetris

- tidak terdapat rasa sakit

- tidak terdapat eosinofilia

Tterapi

Sama dengan atas

Muscular dystrophy

Distrofi otot ditandai dengan pembengkakan serabut-serabut otot dan kemudian terjadi

atrofi, digantikan dengan hialin dan lemak, dan jaringan ikat bertambah.

Bentuk psuedohyperthrophic dari muscular dystrophy bisa terdapat pada anjing-anjing

muda dengan tanda-tanda :

- jalannya kaku

- makin lama makin lemah

- otot-otot leher, bahu dan punggung membesar.

Penyakit ini bersifat progresif dan berakhir dengan kematian.

Bentuk atrophic dari muscular dystrophy terdapat pada anjing-anjing yang lebih tua

dengan tanda-tanda :

- kelemahan yang progreasif lambat

- jalannya kaku

- otot-otot mengecil.

Pronosa penyakit inipun jelek karena sifatnya progresif.

Nutritional myodegeneration

Defisiensi vitamin E menyebabkan perubahan-perubahan pada otot karena degenerasi.

Biasanya hewan muda lebih peka.

Tanda-tandanya adalah :

- sulit bangkit berdiri

- jalannya kaku

- terdapat kelemahan umum.

39

Pemberian vitamin pada stadium awal dari penyakit memberi hasil yang baik. Tetapi pada

keadaan yang berat bisa terjadi kematian karena otot-otot jantung terkena.

Metabolic myopathies

Kekejangan otot bisa terjadi pada anjing jenis greyhound, yang bisa disamakan dengan

paralytic myoglobinuria pada kuda. Pada waktu berlari tiba-tiba terjadi spasmus otot pada

ektremitas dab tubuh, hewan berhenti danberdiri dengan kaku atau jatuh dan mengalami

cyanosis. Patofisiologi keadaan tersebut tidak jelas. Bilas spasmus terjadi pada satu ekstremitas,

istirahat dan massage akan menyebabkan relaksasi. Pada spasmus yang berat anjing menjadi

cyanotis dan mati, atau tetap hidup tetapi terjadi degenerasi dan atrofi otot-otot (tidak bisa

dipergunakan untuk pacuan lagi).

Spasmus otot juga bisa terjadi pada anjing Scottish terrier pada waktu eksitasi atau

exercise yang berat (disebut scottie cramp). Pada keadaan ini terdapat kerusakan pada otot, dan

diduga spasmus berasal dari SSP. Pemberian diazepam, acepromazine atau primidone bisa

menghilangkan gejala-gejala. Kadang-kadang anjing harus diberi salah satu obat tersebut seumur

hidup.

Neoplasia muskulus

Neoplasia primer maupun sekunder pada muskulus jarang terjadi.

40