03 nerves system dictate
TRANSCRIPT
SISTEM SYARAF
Bila menghadapi seekor pasien dengan gangguan pada sistem syaraf, maka harus
ditentukan lokasi yang tepat dari lesi sebelum bisa menetapkan diagnosa. Dalam hal ini
diperlukan juga latar belakang pengetahuan anatomi dan fisiologi yang baik. Tujuan dari
penentuan diagnosa pada gangguan sistem syaraf adalah :
1. menentukan lokalisasi lesi
2. menentukan tipe lesi (bersifat iritasi atau destruktif)
3. menentukan kausa dari lesi
yang tidak kurang pentingnya adalah menentukan prognosa yang tepat. Banyak kelainan-kelainan
syaraf tidak bisa disembuhkan, dan pemilik hewan juga perlu mengetahui hal itu.
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Tujuan dari pemeriksaan neurologis adalah menentukan apakah ada penyakit pada sistem
syaraf, dan menentukan lokasi dan luasnya proses penyakit. Pada waktu mengadakan
pemeriksaan neurologis bisa terlihat tanda-tanda tertentu sehingga pemeriksa memusatkan
perhatiannya pada daerah tertentu dari sistem syaraf.
Sebelum mengadakan pemeriksaan neurologis perlu dilakukan anamnese yang lengkap
dan teliti. Pemeriksaan neurologis harus dilakukan secara sistematis dan sebaiknya dimulai dari
pusat integrasi yang tertinggi sampai yang terendah.
Obeservasi (Inspeksi)
Pada waktu observasi diperhatikan apakah hewan itu ”alert” atau mengalami depresi, dan
bagaimana sikapnya terhadap perubahan lingkungan.
1. Fungsi cerebrum
Anamnese pemilik bisa mengungkapkan kelainan-kelainan tingkah laku, sensoris atau
motoris yang menyatakan adanya distropi cortex cerebri. Di samping itu observasi
respons hewan terhadap perintah pemilik, stimuli dan manipulasi pada waktu diperiksa,
membantu pemeriksaan untuk menilai fungsi cortex cerebri.
2. General behaviour
Penyimpangan dari tingkah laku normal dari anamnese maupun hasil observasi bisa
menyatakan adanya penyakit pada cortex cerebri.
1
3. Lobus-lobus otak
a. Lobus frontalis
Lesi pada lobus frontalis bisa menyebabkan :
- hewan tidak mengenali pemiliknya
- kebiasaan-kebiasaan (acquired habits) hilang / berubah
- perubahan temperamen : menjadi galak dan sulit dikendalikan
- jalan berputar, menekankan kepala dan terus berjalan
- hilang / melemahnya placing reaction dan hopping reaction
- hipotonis kelompok muskulus tertentu.
b. Lobus Parietalis
Lobus parietalis mempunyai fungsi asosiasi dan sensoris yang sulit sekali untuk
dievaluasi pada hewan.
c. Lobus temporalis
Lobus temporalis berfungsi untuk evaluasi dari impuls-impuls pendengaran dan
tempat memori. Lesi unilateral pada daerah auditorius tidak menyebabkan
gangguan pendengaran secara klinis.
d. Lobus occipitalis
Fungsi utamanya adalah penerimaan dan interpretasi impuls-impuls penglihatan.
Kebutaan akibat lesi di daerah ini terjadi bila terdapat kerusakan yang luas secara
bilateral.
4. Struktur-struktur sub cortex
a. Basal nuclei
Basal nuclei menerima impuls-impuls sensoris dan berfungsi dalam permulaan
dari banyak gerakan-gerakan tubuh pada anjing dan kucing.
Lesi pada basal nuclei bisa menyebabkan :
- Kepala menoleh ke salah satu sisi
- Hilangnya placing dan hopping reaction
- Hipertonis dan hipotonis
- Jatuh dan tersandung pada waktu mulai bergerak
- Gerakan-gerakan chorei form (menyerupai chorea)
b. Thalamus
Thalamus hádala pusat penerimaan rasa sakit. Lesi pada thalamus bisa
menyebabkan hiperalgesia atau hiperestesia, tetapi keadaan tersebut sulit
dievaluasi pada anjing dan kucing.
c. Hypothalamus dan limbic system
Limbic system berpengaruh pada tingkah laku, emosi, reaksi makan dan seksual.
Hypothalamus berisi pusat-pusat otonom untuk kontrol dari fungsi-fungsi dari
limbic system.
2
Lesi pada hypothalamus bisa menyebabkan :
- polidipsia / poliuria
- hipertermia / hipotermia
- hipersomnia
- tachycardia / bradycardia
- hiperphagia / hipophagia
- hewan menjadi buas / depresi
- hiperseksualisme
- takut
- gelisah dan tidak bisa diam
5. Otak bagian tengah
Pada otak bagian tengah terdapat nuclei dari n. Trochlearis, Occulomotoris dan
mesencephalic dari n. Trigeminus. Lesi pada bagian tersebut menyebabkan aktivitas
motoris yang abnormal dari otot-otot meta dan perubahan pada ukuran pupil. Corpora
quadrigemina yang mengatur reflex-reflex auditorius dan visual juga terdapat pada otak
bagian tengah. Lesi pada daerah tersebut menyebabkan abnormalitas pada reflex-reflex
auditorius dan visual.
6. Pons
Pons berisi nuclei dari cabang-cabang n. Trigeminus yang lain, n. Aducens dan n.
Facialis.
Lesi pada pons menyebabkan :
- Hilangnya persepsi sensoris wajah
- Hiperestesia atau hipestesia pada wajah
- Hilangnya fungsi dan atrofi otot-otot mastikasi
- Paralisa otot-otot wajah
7. Medulla
Medula berisi nuclei dari n. Acousticus, n. Glossopharyngealis, n. Vagus, n. Spinal
accessorius dan n. Hypoglossi; sebagian dari n Trigeminus, n. Fascialis, n. Abducens dan
n. Vestibularis; pusat-pusat cardiovascular dan respirasi; dan syaraf-syaraf ascendens
serta descendens.
Lesi pada medulla bisa menyebabkan :
- kepala miring, berjalan berputar-putar, jatuh ke salah satu sisi dan nystagmus
(pada nuclei vestibularis)
- hilangnya persepsi sensoris pada pharynx dan kesulitan menelan
- paralisa lidah
- gangguan motoris dan sensoris
Lesi pada pusat-pusat yang vital (jantung, vasomotor dan respirasi) sering berakibat fatal.
3
8. Reticular activating system
Ini adalah serabut-serabut dan sel-sel syaraf yang saling terjalin yang membentuk pusat
dari brain stem dan berhubungan dengan thalamus dan medulla spinalis. Sistem ini
penting untuk kesadaran dan memusatkan perhatian. Tergantung sifat lesi apakah
destruktif atau iritatif terjadi depresi atau eksitasi yang berat.
9. Cerebellum
Cerebellum mengatur aktivitas muscoskeletal. Lesi menyebabkan :
- hewan tidak bisa berdiri dengan kekakuan pada extensor dari kaki depan atau
ke 4 kaki
- gangguan koordinasi pada waktu berjalan dan atau berdiri
- tremor pada otot.
Pemeriksaan fisik
Hewan disuruh berjalan, berlari, naik turun tangga dan dibawa ke tempat yang banyak
halangannya. Dengan demikian bisa dinilai fungsi dari sistem visual, motoris, vestibular,
cerebellar dan proprioceptif.
Hewan menggunakan cortex motoris untuk memulai gerakan-gerakan motoris tertentu;
nuclei subcortex untuk mengatur dan memulai gerakan-gerakan tubuh; cerebellum untuk
koordinasi gerakan-gerakan tersebut; sistem vestibular untuk mempertahankan keseimbangan;
dan medulla spinalis untuk membawa impuls syaraf dari pusat yang lebih tinggi ke neuron
motoris yang lebih rendah dan otot-otot skelet, dan membawa tanda-tanda proprioceptif kembali
ke cerebellum dan cerebrum.
Diadakan inspeksi yang lebih teliti dengan palpasi terhadap adanya asimetri, tonos otot
yang abnormal atau atrofi otot.
Syaraf-syaraf cranial
Kelainan pada syaraf Tanda-tanda
I. Olfactorius
II. Opticus
III. Oculomotorius
IV. Trochlearis
V. Trigeminus
VI. Abducens
- hiposmia / anosmia
- jalannya ragu-ragu, menabrak benda-benda di hadapannya
- anisocoria (ukuran pupil kiri dan kanan tidak sama),
mydriasis, miosis
- anisocoria, mydriasis, miosis, ptosis, deviasi bola mata ke
ventral dan lateral
- bola mata tidak bisa bergerak
a. Sensoris : Hyperesthesia / anestesia pada satu sisi wajah
dan mata
b. Motoris : tidak bisa menutup atau membuka mulut
- mata tidak bisa bergerak ke lateral
- terdapat strabismus medial
4
VII. Fascialis
VIII. Acousticus
IX. Glossopharyngeal
X. Vagus
XI. Spinal accessorius
XII. Hypoglossi
- asimetri ekspresi wajah
- kelopak mata dan bibir terkulai
- telinga tidak bisa bergerak
a. n. Cochlearis : tuli
b. n. Vestibularis : berputar-putar, kepala miring,
nystagmus, kehilangan keseimbangan
- dysphagia
- dysphagia
- tachycardia
- kelemahan otot-otot leher
- deviasi kepala
- deviasi lidah ke sisi yang sehat (stadium awal)
- deviasi lidah ke sisi yang terkena dan atrofi (stadium yang
lanjut)
Postural reaction dan reflex-reflex Medulla Spinalis
Postural reaction dan reflex-reflex Medulla Spinalis digunakan untuk menentukan fungsi dari
medula spinalis dan pusat-pusat yang lebih tinggi di otak. Reactions adalah respons yang
melibatkan medulla spinalis dan pusat-pusat yang lebih tinggi, sedangkan reflex hanya
melibatkan pusat-pusat di medulla spinalis.
Reaksi Lokasi lesi yang bisa menyebakan abnormalitas pada reaksi
1. Tonic neck reaction
2. Placing reaction
3. Proprioceptive
positioning
4. Extensor postural
thrust reaction
5. Walking reaction
6. Hopping reaction
7. Righting reaction
Otak bagian tengah, syaraf-syaraf spinal cervical, medulla spinalis
Medula spinalis cervical, brain ítem, syaraf perifer
Syaraf perifer, medulla spinalis
Cerebrum, system vestibula cerebellar, medulla spinalis
Syaraf perifer, kaki depan, medulla spinalis cervical, brain stem
Cerebrum, cerebellum, brain stem, medulla spinalis, syaraf-syaraf
perifer
Sistem visual, syaraf vestibular
5
Reflex-reflex medulla spinalis :
1. Extensor thrust reflex
2. Tendon reflex : - reflex patell
- reflex biceps dan triceps
3. Flexor reflex
4. Crossed extensor reflex : ini tidak terdapat pada hewan normal
5. Reflex perineal
Reflex-reflex medulla spinalis berguna untuk menentukan lokalisasi lesi pada hewan dengan
defisiensi motoris.
Pada kaki belakang :
1. Paralisa flaccid, reflex-reflex kaki belakang tidak ada : lesi terdapat pada lumbal bagian
bawah dan sacral dari medulla spinalis dan syaraf-syaraf yang berhubungan
2. Paralisis atau paresis dengan reflex-reflex kaki belakang yang lemah : lesi terdapat pada
lumbal bagian atas dari medulla spinalis
3. Paralisa atau paresis spastik dengan reflex-reflex normal atau hiperaktif : lesi terdapat
pada bagian bawah dari medulla spinalis thoracal
4. Paralisa spastik, terdapat crossed extensor reflex dan reflex-reflex hiperaktif : lesi pada
medulla spinalis thoracal bagian tengah dan atas.
Pada kaki depan :
1. Paresis atau paralisa, reflex-reflex hilang pada satu sisi : lesi terdapat pada plexos
branchialis atau medulla spinalis cervicalis atau akar syaraf thoracal yang pertama
2. Paresis atau paralisa dengan hilang / berkurangnya reflex-reflex pada kedua sisi : lesi
bilateral pada medulla spinalis cervical atau akar syaraf thoracal pertama
3. Paresis dengan reflex hiperaktif : lesi pada bagian atas dari medulla spinalis cervical (bisa
juga terjadi pada tetraparesis)
4. Paralisis spastik pada kaki depan dengan paralisis / paresis flaccid pada kaki belakang :
lesi pada bagian tengah medulla spinalis thoracal.
Pemeriksaan sensoris
Pemeriksaan terhadap kepekaan kulit dilakukan dengan menusukkan jarum pada kulit.
Hiperestesia menyatakan adanya iritasi pada segmen medulla spinalis yang memberikan
inervasi sensoris pada daerah yang diperiksa.
Anestesia menyatakan adanya kerusakan pada syaraf-syaraf perifer atau pada segmen
medulla spinalis yang memberi inervasi pada daerah tersebut.
6
Electroencephalography
Bila dikombinasi dengan anamnese yang teliti dan pemeriksaan fisik dan neurologis yang
lengkap, maka EEG sangat berguna untuk menentukan differential diagnosa dan prognosa dari
penyakit-penyakit pada sistem syaraf pusat.
EEG dapat dipergunakan untuk mengetahui apakah ada penyakit pada otak atau tidak,
apakah penyakitnya terlokalisir dan bagian otak yang terkena, apakah penyakitnya akut atau
kronis, apakah proses penyakitnya inflamatoris atau degeneratif, luas dari kerusakan, dan apakah
penyakitnya progreasif / stabil / mengalami perbaikan. Perubahan-perubahan pada EEG biasanya
tidak spesifik untuk suatu kelainan tertentu, dan dipengaruhi umur dari hewan.
Pemeriksaan radiografik
Pemeriksaan radiografik secara klinis dipergunakan untuk konfirmasi dugaan terhadap
adanya suatu lesi, menentukan lokasi dan evaluasi keadaan lesi dan kadang-kadang untuk
differensial diagnosa.
Biasanya diperlukan anestesi umum dan kadang-kadang media kontras.
Pemeriksaan laboratoris
Untuk membantu diagnosa perlu dilakukan pemeriksaan :
1. hematologi
2. kimia klinik dari darah
3. urinalisis
4. cairan cerebro spinal
5. feses
PENYAKIT – PENYAKIT PADA OTAK
Tanda-tanda klinis penyakit pada otak
Pada bermacam-macam penyakit otak tertentu terdapat beberapa tanda yang karakteristik.
Yang paling sering terdapat adalah seizure, perubahan pada derajad keasadaran dan gangguan-
gangguan pergerakan.
Seizure : serangan yang mendadak
Menurut bentuknya seizure yang sering terjadi pada hewan ada 2 macam, yaitu :
1. Partial seizures, misalnya pada sebagian dari motoris, psychomotor atau sensoris
2. General seizures : yang paling sering pada hewan adalah bentuk grand mal yang disertai
dengan hilangnya kesadaran, tonus dan clonus (terdapat pada epilepsy).
7
Menurut etiologinya seizure bisa dibagi menjadi :
1. Gangguan fungsional, misalnya :
- idiopathic epilepsy
- cerebral ischemic : karena shock, kelainan jantung dan sebagainya
- kelainan-kelainan metabolik : hypocalsemia, hypoglycemic, hyperthermia dan
sebagainya
- infestasi parasit internal dan eksternal
- tetanus
- hysteria
2. Gangguan organik, misalnya :
- encephalitis
- hydrocephalus
- neoplasma
- perdarahan otak
- meningitis
3. Intoksikasi : dengan organophosphate, chlorinated hydrocarbon, cyanide, strychnine dan
sebagainya.
Derajat Kesadaran
Penilaian terhadap derajat kesadaran penting dilakukan, terutama setelah terjadi trauma
pada kepala.
Keadaan hewan disebut :
- alert : bila bereaksi langsung terhadap stimuli
- lethargy : bila reaksi hewan lambat dan perlu lebih banyak stimuli
- stupor : hewan hanya bereaksi pada stimulasi yang keras
- coma : hewan tidak bisa dibangunkan dan hanya bereaksi
terhadap stimuli dengan reflex-reflex sederhana.
Concussion adalah gangguan kesadaran untuk sementara tanpa ada kerusakan pada
struktur otak dan terjadi kesembuhan yang sempurna. Pada keadaan coma terdapat gangguan
kesadaran untuk waktu yang lama karena disfungsi otak secara umum (pada hypoglycemia,
uremia) atau disfungsi sistem retikular ascendens pada brain stem (pada perdarahan, tumor).
Difungsi otoris dan proprioceptive
Bisa berupa :
- paralisa / paresis yang spastic / flaccis
- kelemahan
- hipertonia / hipotonia
- ataxia
8
- gerakan-gerakan involunter : misalnya gerakan choreiform
- tremor
EPILEPSY
Epilepsy termasuk penyakit dengan gangguan fungsional pada otak dimana terdapat
tanda-tanda syaraf tanpa ada perubahan yang jelas pada sistem syaraf.
Idiopathic epilepsy
Pada idiopathic epilepsy pada hewan diperkirakan seizures terjadi karena disfungsi
metabolik pada sistem syaraf pusat. Ini adalah kelainan kongenital pada anjing (terutama jenis
toy poodle).
Tanda-tanda klinis
Seizures yang pertama biasanya terjadi pada umur 6 – 18 bulan. Dari anamnese bisa
diketahui bahwa keadaan ini terjadi tanpa ada penyakit yang mendahuluinya.
Seizures biasanya didahului dengan aura (tanda-tanda pendahuluan) di mana hewan
gelisah, nervous, Madang-kadang melolong, menggoyang-goyangkan kepala, hipersalivasi dan
sebagainya.
Pada waktu ictus (serangan yang sebenarnya) terlihat :
- spasmus tonis secara umum, diikuti dengan clonus
- kesadaran hilang
- terdapat miksi, defekasi dan salivasi
- rotasi bola mata sehingga sclera terlihat
- nystagmus
Ictus terjadi selama 3 – 5 menit.
Setelah itu hewan sadar kembali, tetapi seperti bingung dan tidak mengenali pemiliknya
atau keadaan sekitarnya (tanda-tanda post ictus). Keadaan ini bisa berlangsung 5 menit sampai 2
hari. Biasanya satu kali serangan tidak membahayakan, tetapi pada status epilepticus (seizures
berulang-ulang dengan hewan tetap dalam keadaan tidak sadar), bisa terjadi gangguan respirasi
dan anoxia pada otak sehingga menimbulkan kerusakan yang permanen.
Terapi
Seizures yang berlangsung sebentar, ringan dan tidak sering biasanya tidak diobati. Terapi
hanya dilakukan untuk mengurangi seizures, karena keadaan ini tidak bisa disembuhkan.
Beberapa anticonvulsant yang bisa diberikan adalah :
1. Diphenylhydantoin : 30 – 90 mg 3 dd PO dan biasanya dikombinasi dengan
phenobarbital 8 - 65 mg 3 dd PO.
2. Primidone : 50 mg / kg bb per hari PO. Dosis sedikit demi
sedikit dikurangi bila telah diperoleh hasil yang memuaskan.
9
3. Diazepam bisa dipergunakan pada serangan yang akut atau status epileptikus secara
IV dengan dosis 2 – 50 mg atau sampai efek sedasi.
4. Phenobarbital : diberikan sebagai kombinasi dengan diphenylhydantoin secara PO,
atau pada serangan akut secara IV 2 – 4 mg / kg bb atau sampai tercapai efek sedasi.
Pada keadaan status epileptikus diberikan anticonvulsant IV (phenobarbital atau
diazepam) atau anestesi umum (inhalasi atau short acting barbiturate).
Symptomatic Epilepsy
Symptomatic (false) epilepsy adalah keadaan dengan bermacam-macam etiologi yang
menyerupai epilepsy karena terjadi tanda-tanda convulsi atau spasmus tonis.
Symptomatic epilepsy bisa disebabkan oleh : bermacam-macam penyakit metabolik,
cerebral ishcemic, infestasi parasit, tetanus, hysteria dan intoksikasi (lihat etiologi seizures).
Symptomatic epilepsy diobati secara kausal di samping pemberian anticonvulsant.
PENYAKIT-PENYAKIT DEVELOPMENTAL DAN GENETIK
HYDROCEPHALUS
Pada hydracephalus terjadi akumulasi patologis dari cairan di dalam otak. Akumulasi
cairan ini bisa terjadi karena :
1. produksi cairan yang meningkat (jarang terdapat)
2. absorbsi di meningen menurun
3. obstruksi terhadap aliran normal normal dari cairan cerebrospinal (obstruktive
hydrocephalus).
Menurunnya absorbsi cairan cerebrospinal di meningen bisa terjadi karena pernah
mengalami meningitis atau perdarahan subarachnoid (perolehan). Hydrocephalus yang
obstruktive bisa terjadi secara kongenital atau perolehan (obtruksi terjadi oleh tumor, hematoma
atau keradangan); dan merupakan bentuk kelainan developmental yang paling sering terdapat
pada anjing.
Kejadian
Hydrocephalus terutama terjadi pada anjing-anjing jenis toy breeds, beagle dan jenis-jenis
brachycephalic (Pekingese, Boston terrier).
Tanda-tanda klinis
Hewan-hewan dengan hydrocephalus kongenital mempunyai cranium yang membesar
dengan sutura-sutura dan fontanel yang terbuka. Tanda-tanda syaraf akan timbal kemudian. Pada
yang ringan ata upada stadium permulaan terdapat depresi ringan, gangguan penglihatan,
amaurosis total dan strabismus ventrolateral. Pada keadaan yang berat bisa terjadi ataxia, jalan
berputar-putar dan seizures.
10
Diagnosa
Diagnosa ditentukan berdasarkan tanda-tanda dan hasil pemeriksaan klinis, jenis anjing
yang terkena dan dikonfirmasi secara radiografik.
Terapi
Diberikan corticosteroid, diuretika dan agens osmotic, terapi kebanyakan kasus bersifat
progresif sehingga perlu dilakukan koreksi operatif untuk mengalirkan cairan kebagian tubuh
yang lain.
CEREBELLAR HYPOPLASIA
Bisa terdapat pada kucing dan anjing. Pada kucing merupakan kelainan developmental
yang paling sering dilaporkan.
Tanda-tanda klinis
Tanda-tanda klinis biasanya timbul pada waktu hewan mulai berjalan berupa : dysmetria
(tidak bisa mengatur atau membatasi gerakan), ataxia, kadang berputar-putar, tremor.
Biasanya tanda-tanda klinis dari cerebellar hypoplasia tidak progresif.
Terapi
Tidak ada
KRABBE,S DISEASE (Globoid Cell Leucodistrophy)
Penyakit ini teruatama terdapat pada anjing-anjing jenis West Highland Terrire, Cairn
Terrier, Poodle dan Beagle, dimana terjadi degenerasi dari Susunan Syaraf Pusat.
Tanda-tanda klinis
Mula-mula terdapat ataxia, paresis, paralysis dan tremor pada kepala. Tanda-tanda ini
biasanya progresif dan kematian terjadi 2-3 bulan setelah timbul gejala-gejala pertama.
PENYAKIT-PENYAKIT CEREBROVASCULAR
Berbeda dengan manusia, penyakit-penyakit cerebrovascular pada anjing jarang terjadi.
Pada anjing, atherosclerosis secara umum hanya bisa terjadi pada keadaan tertentu, misalnya
hypothyroidsme. Demikian juga stroke (=apoplexy = cerebrovascular accident / CVA) yaitu
perdarahan intracranial secara spontan, trombosis dan embolisme pada pembuluh darah otak,
jarang terjadi pada anjing.
Perdarahan intracranial menimbulkan kehilangan kesadaran dan tanda-tanda lain
tergantung lokasi, luas dan besarnya perdarahan.
Terapi biasanya symptomatis dengan pemberian mannitol atau corticosteroid IV untuk
mengurangi edema otak dan pemberian oksigen. Perawatan umum yang lain terhadap hewan
yang tidak sadar yaitu dengan mengosongkan vesica urinaria secara manual, pemberian cairan,
antibiotikda dan sebagainya.
11
PENYAKIT-PENYAKIT INFEKSIUS
Penyakit infeksius merupakan penyebab terbesar dari kasus-kasus dengan kelainan Sistem
Syaraf Pusat.
Kausa / Penyakit Penyebaran Tanda-tanda klinis
1. Viral, Richettsia
a. Canine Distemper
b. Rabies
c. Aujezky’s disease
d. Infectious Canine
Hepatities
e. Salmon poisoning
Udara, excrement
Gigitan
Kontak dengan hewan
penderita
Excrement
Salmon fluke yang
terinfeksi richettsia
Febris persisten, gejala-gejala respirasi,
diare, kelemahan, konvulsi, chorea.
Perubahan temperamen, paralisa,
kematian dalam 10 hari.
Self-mutilation, paralisa dan kematian
dalam waktu 48 jam.
Gejala-gejala syaraf jarang terjadi,
biasanya karena kerusakan pembuluh
darah
Febris, diare cair berdarah, dehidrasi,
depresi, kematian dalam 7 – 10 hari.
2. Bakterial
a. Tetanus
b. Meningitis
c. Tuberculosis
d. Abses
Dari tanah, kontaminasi
luka-luka nekrotic
-
Excrement, sputum
Perluasan infeksi pada
organ lain
Excitabilitas otot secara umum, spasmus
kronis, diare, opisthotonus dan spasmus
tonis.
Hipertermia, hiperesthesia, leher kaku.
Gejala syaraf yang terjadi, biasanya
karena ada massa di otak.
Lesi SSP lokal
3. Fungi, protozoa
Cryptococcosis,
Toxoplsmosis,
Coccidiodemycosis,
nocardiosis
Tanah Tanda-tanda encephalitis yang resisten
terhadap terapi antibiotika, leukositosis,
febris.
MENINGITIS
Meningitis bisa terjadi bersama-sama dengan encephalitis dan myelitis. Kausanya
bervariasi. Infeksi bisa berasal dari otak, medulla spinalis, sinus-sinus, telinga atau secara
metastatik.
12
Tanda-tanda klinis
Hipertermia, hiperesthesia, leher kaku, opisthotonus, jalannya kaku dan kadang-kadang
terjadi convulsi.
Diagnosa
Ditentukan berdasarkan gejala-gejala klinis dan pemeriksaan cairan cerebrospinal.
Terapi
1. antibiotika, bila kultur terhadap cairan cerebrospinal tidak berhasil bisa diberikan
chloramphenicol 50 - 100 mg per hari
2. corticosteroid
3. terapi suportif
PENYAKIT-PENYAKIT PARASITER
Gejala-gejala syaraf akibat infestasi parasit pada hewan dapat terjadi secara sistemik atau
lokal. Yang sistemik bisa terjadi oleh toxin dari parasit yang berada di luar sistem syaraf
misalnya infestasi tick atau Ascaris sp. Infestasi berat dengan endoparasit pada anjing juga bisa
menyebabkan convulsi karena defisiensi nutrisi.
Gejala-gejala syaraf pada infestasi parasiter lebih sering disebabkan oleh invasi secara
langsung ke SSP, dan tanda-tanda klinis yang timbul tergantung pada lokasi daripada invasi dan
bukan pada jenis parasit.
Beberapa parasit yang bisa menginvasi otak adalah :
1. Dirofilaria immitis
2. Larva dari Toxocara canis
3. Larva Cuterebra
4. Cyste Coenurus sp.
5. Babesia canis
PENYAKIT-PENYAKIT NEOPLASTIK
Pada SSP bisa terjadi tumor-tumor primer maupun sekunder, terutama pada anjing di atas
5 tahun. Tumor-tumor primer lebih sering pada : beberapa jenis anjing brachycephalic yaitu
boxer dan boston terrir.
Tanda-tanda klinis
Tanda-tanda klinis tergantung pada lokasi massa (lihat tabel). Tetapi tekanan intracranial
yang meningkat bisa menimbulkan gejala-gejala yang sama yaitu lesu, apatis dan convulsive
seizures. Perjalanan penyakit biasanya progresif dan lambat.
13
Diagnosa Defferntial
Pada tanda-tanda dari penyakit focal (yang terlokalisir, lihat tabel), lesi harus dibedakan
dari :
1. Abses-abses
2. Cerebro Vasculas Accident (CVA)
3. Proses infeksius focal
Kasus-kasus dengan anamnese seizures atau gejala-gejala syaraf yang lain pada hewan-
hewan di atas umur 5 tahun, terutama pada boxer atau boston terrier, kemungkinan menderita
tumor otak.
Konfirmasi dilakukan dengan pemeriksaan radiografik, EEG, dan pemeriksaan cairan
cerebrospinal.
Terapi
Secara operatif; tetapi biasanya tidak bisa dilakukan karena tumor pada hewan domestik
lebih sering terdapat pada dasar otak.
Lokasi lesi pada otak Tanda klinis yang timbal
Dekat Crirebriform Plate (sy. Cr. I, II, lobus
frontalis).
Pituitary Fossa (optic chiasma, sy. Cr. III,
hypothalamus).
Ventrolateral Posterior Fossa (bagian dari
cerebellum, nucleus dan n.vestibularis).
Medulla oblongata (sy. Cr. VIII, IX, X, XI)
Tentorial herniation (sy.cr. III, sistem reticular
atau contralateral cerebral peduncle).
Anosmia, buta, reflex pupil (-), perubahan
mental.
Buta / gangguan penglihatan, reflex pupil (-),
tanda-tanda hypothalamik (perubahan pada
makan, minum, tidur atau tingkah laku seksual;
pengaturan cardiovascular, dan temperatur;
aktivitas endokrin.
Ipsilateral : Kepala miring, berputar-putar,
kelemahan, nystagmus, depresi pada reflex
extensor, abnormalitas pada tonic neck dan eye
reflexes dan righting reflexes.
Gangguan reflex, dysphagia, disponía,
(gangguan bersuara), paresis lidah, gangguan
pada righting reflex.
Awal : mydriasis, ipsilateral.
Lanjut : ptosis, strabismus lateral, kesadaran
hilang; hilangnya placing reaction bisa ipsi /
contralateral.
14
Sy. Cr. VI dan VII.
Sy. Cr. III, IV, VI (pada dasar fossa cranialis,
sinus cavernosa dan orbita).
Horner’s syndrom (syaraf simpatik ke pupil,
hypothalamus, medulla lateral, medulla
spinalis, cervical dan ganglion anterior).
Cerebellopontine angle (sy. Cr. V, VII, VIII,
dan XII, brain stem).
Debíais mata contralateral, paralisa fascialis
ipsilateral.
Strabismus, gangguan mobilitas mata.
Miosis, ptosis, enophthalamus.
Ipsilateral : paralisa fascialis dan otot-otot
mastikasi, anestesia bagian cranial occipitalis,
kepala miring, tuli, kadang terdapat atrofi dan
deviasi lidah dan gangguan motoris.
TRAUMA
Trauma pada kepala bisa menimbulkan concussio, contasio, laserasi, perdarahan,
peningkatan tekanan intra cranial dan edema; itu bisa terjadi dengan atau tanpa fractura pada
tulang-tulang kepala.
Yang paling sering terjadi adalah edema, dan karena SSP berada di dalam tempat yang
tertutup, maka setiap kebengkakan pada jaringan akan membawa akibat-akibat yang berat.edema
SSP bisa disebabkan oleh trauma, hypoxia, hypercapnia, kongesti pembuluh darah, toxin dan
infeksi.
Tanda-tanda klinis
Hewan bisa dalam derajat kesadaran yang normal sampai sama sekali tidak sadar. Perlu
dilakukan pemeriksaan terhadap adanya lesi-lesi yang lain (misalnya penetrasi toraks), fraktura
spinal atau shock.
Bila hewan hanya tidak sadar sebentar, kemudian cepat pulih (concussio), biasanya
prognosanya baik. Pada beberapa hewan bisa terjadi post traumatic epilepsy dalam waktu 1 tahun
setelah trauma. Bila hewan tidak sadar segera setelah trauma, selama lebih dari 24 jam, mungkin
terdapat lesi pada brain stem. Keadaan ini biasanya irreversible. Bisa terdapat kekakuan atau
paralisa flaccid, miosis pada keadaan awal dan midriasis pada keadaan lanjut.
Hematoma di daerah rostrotentorial, edema cerebral atau fraktura dengan depresi pada
tulang cranium akan mendorong isi intracranial sehingga lobus-lobus dari hemisphere cerebral
mengadakan hernia di bawah tentorium cerebelli (tentorial herniation). Tentorial herniation bisa
terjadi tidak berapa lama setelah trauma atau beberapa hari sampai beberapa minggu setelah
15
trauma, keadaan ini bersifat progresif dengan derajat kesadaran yang apatis yang melanjut sampai
coma. Tonus otot yang mula-mula normal atau lemah bisa jadi kaku dan melanjut ke paralisa
flaccid. Tentorial herniation bisa bersifat reversible bila cepat ditangani secara operatif.
Diagnosa dan diagnosa differential
Diagnosa biasanya di tentukan dari anamnesa.
Bila pemilik hewan tidak mengetahui adanya trauma keadaan tersebut harus dibedakan
dengan : intoksikasi atau gangguan metabolik. Pada penyakit otak primer terdapat tanda-tanda
abnormalitas pada syaraf cranial, dan perubahan respons pupil atau gerakan-gerakan ocular.
Pemeriksaan radiografik bisa dipergunakan untuk menentukan adanya fraktur cranium.
Terapi
1. Keadaan paten dari jalan nafas perlu segera dipertahankan (untuk mencegah hypoxia)
yaitu dengan endotracheal tube atau tracheostomy.
2. Pharynx perlu dibersihkan dari vomitus, darah atau mukus.
3. Perdarahan yang banyak dikontrol dengan ditekan.
4. Corticosteroid diberikan untuk mengobati shock dan mencegah atau mengurangi edema
SSP, yaitu : dexamethasone 0,5 – 2 mg / kg bb IV tiap 6 – 8 jam. Bila hewan sadar dan
keadaannya tidak memburuk, tidak diperlukan terapi lain hanya diberikan corticosteroid
dengan dosis yang dikurangi selama 48 jam berikutnya.
5. Cairan IV harus segera diberikan pada hewan yang shock tetapi tidak boleh sampai
berlebihan.
6. Pada brain stem, diberikan mannitol IV 2 g / kg bb tiap 4 – 6 jam selama 24 jam. Bila
tidak ada perbaikan selama 48 jam maka prognosanya tidak baik.
7. Perlakuan pada hewan selanjutnya adalah :
- hewan sering dibalik.
- vesica urinaria dikosongkan 3 kali sehari.
- temperatur tubuh di pertahankan pada batas-batas neormal.
- keseimbangan cairan tubuh dipertahankan.
8. Terapi operatif dilakukan segera pada tentorial herniation. Pada fractura cranium operasi
bisa dilakukan dalam waktu 24 – 48 jam bila keadaan tidak mendesak.
16
PENYAKIT-PENYAKIT METABOLIK
Penyakit-penyakit metabolik bisa menimbulkan gejala-gejala syaraf seperti convulsi,
kelemahan dan tremor.
GANGGUAN NUTRISI
Pada anjing bisa terjadi gangguan nutrisi berupa defisiensi atau kelebihan. Defisiensi
vitamin atau mineral terjadi karena defisiensi di dalam diet atau gangguan absorbsi.
Hypovitaminosis A
Pada anjing dalam masa pertumbuhan, defisiensi vit. A bisa menyebabkan tulang-tulang
cranium menjadi tebal. Ini menyebabkan kompresi dan gangguan pertumbuhan pada SSP,
sehingga timbul gejala-gejala syaraf.
Tanda-tanda klinis yang lain adalah gangguan pertumbuhan, xenophthalmia., penyakit
kulit supuratif dan gangguan pertumbuhan tulang.
Hypovitaminosis B
Gejala-gejala syaraf bisa terjadi pada defisiensi thiamine, riboflavin, niacin, asam
pantothenat dan biotin.
Defisiensi thiamine menimbulkan : anorexia, gangguan pertumbuhan, ataxia dan
kelemahan otot.
Defisiensi riboflavin menyebabkan : kulit kering dan bersisik, eritema pada kulit, anemia
dan kelemahan otot. Kadang terjadi spasmus muskulus, ataxia dan convulsi.
Defisiensi niacin menimbulkan anorexia, kekurusan, diare, hiperemi dan ulcerasi selaput
mucosa mulut dan lidah, dan tanda-tanda syaraf berupa kelemahan extremitas, konvulsi dan
coma.
Defisiensi asam pantothenat menimbulkan anorexia, hypoglycemia, hypochloremia dan
retensi BUN (Blood Urea Nitrogen), di samping tanda-tanda syaraf berupa convulsi, coma dan
kematian.
Defisiensi biotin bisa terjadi bila hewan diberi makan telur mentah (terutama putih telur).
Tanda-tanda yang bisa terjadi adalah berjalan-jalan terus, spasmus kaki belakang dan paralisa
yang progresif.
Hyperviatminosis A
Hypervitaminosis A sering terjadi pada anjing atau kucing yang diberi makan hati.
Hypervitaminosis A menyebabkan hipertrofi tulang belakang terutama di daerah cervical dan
lumbal sehingga menekan syaraf-syaraf spinal dan medulla spinalis.
Tanda-tanda klinisnya adalah anorexia, lesu, tidak bisa menggerakkan kepala dan leher
serta paralisa kaki depan.
Defisiensi mineral
Defisiensi potassium bisa menyebabkan paralisa dan depresi pada reflex-reflex.
Defisiensi magnesium bisa menyebabkan hipereksitasi dan konvulsi.
17
ANOXIA CEREBRAL
Anoxia cerebral bisa terjadi karena :
1. kegagalan jantung
2. anemia yang berat
3. hilangnya kapasitas pembawa oksigen dari darah misalnya pada
waktu anestesia, intoksikasi dengan karbon monoksida atau cyanid.
Bentuk yang karakteristik dari saluran respirasi anjing-anjing jenis brachycephalic
menjadikannya lebih peka terhadap defisiensi oksigen pada waktu anestesi.
Tanda-tanda klinis dari anoxia cerebral adalah : dilatasi pupil, colaps, convulsi (tonis atau
klonis), ataxia dan coma.
Pada anoxia biasanya terjadi edema otak.
Anoxia selama lebih dari 5 – 10 menit menyebabkan kerusakan yang permanen pada otak.
HEAT STROKE
Heat stroke terjadi bila hewan berada di tempat yang panas, sedangkan ventilasi udara
kurang dan kelembaban udara tinggi. Mekanisme fisiologis untuk menurunkan panas pada anjing
adalah dengan panting dan penguapan cairan-cairan melalui lidah, pharinx dan saluran
pernafasan bagian atas. Mekanisme ini menjadi tidak efektif bila temperatur lingkungan tinggi,
ventilasi tidak baik dan kelembaban udara tinggi.
Anjing-anjing jenis brachycephalic misalnya boxer, boston terrier, pug, bulldog,
pekingese dan sebagainya lebih peka terhadap heat stroke karena terbatasnya / pendeknya saluran
respirasi atas.
Tanda-tanda klinis
Pada heat stroke terjadi hiperemi otak yang akut dan kongesti pada seluruh viscera.
Tanda-tanda klinis dari heat stroke adalah panting, ekspresi wajah yang ketakutan dan
hipertermia (sampai lebih dari 42˚C); kemudian diikuti dengan kelemahan, pulsus yang cepat dan
keras, dyspnu, cyanosis dan colapse. Aktivitas respirasi dan sirkulasi menjadi lemah dan terjadi
systemic shock dengan meningkatnya BUN dan oligouria. Pada darah bisa terlihat hyperkalemia,
thrombocytopenia dan hypoprothrombine.
Diagnosa differential
Heat stroke harus dibedakan dari eclampsia, hypoglycemia, encephalitis dan convulsi
karena sebab-sebab lain. Biasanya dari anamnese, temperatur yang tinggi dan gejala-gejala yang
mendadak, bisa ditentukan diagnosa dari heat stroke.
Terapi
Angka mortalitas pada heat stroke ± 50%.
Terapi yang diberikan adalah :
1. Menurunkan panas badan dengan cepat dengan memasukkan anjing di dalam air
dingin. Temperatur harus dijaga tetap pada 39˚C.
18
2. Transquilizer untuk mengurangi hysteria.
3. Untuk mencegah atau mengurangi edema otak diberikan mannitol IV.
4. Untuk terapi shock diberikan corticosteroid dan cairan elektrolit IV.
5. Bisa diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder.
Pencegahan
Pemilik hewan bisa mencegah terjadinya heat stroke dengan : melindungi hewan terhadap
panas matahari langsung yang terik, memberi minum air dingin dengan bebas, mengurangi
aktivitas / latihan pada waktu udara panas dan menberikasn ventilasi yang baik.
PENYAKIT-PENYAKIT PADA MEDULLA SPINALIS
Penyakit-penyakit pada medulla spinalis biasanya menyebabkan tanda-tanda klinis
berupa:
1. disfungsi sensoris
2. gangguan motoris
3. abnormalitas reflex
4. perubahan tonus otot
5. atrofi otot
Karena penilaian disfungsi sensoris sulit dilakukan pada hewan, maka yang diperiksa
adalah proprioception (penerimaan stimuli) dan persepsi rasa sakit.
Tanda-tanda klinis pada lesi medulla spinalis biasanya terlihat pada bagian tubuh sebelah
caudal dari lesi. Pada permulaan penyakit tanda-tanda ini bisa unilateral, tetapi pada umumnya
bilateral dan bisa asimetris.
Tanda-tanda klinis dari penyakit pada mdulla spinalis tidak karakteristik dan bisa terjadi
pada lesi otak atau syaraf perifer. Tetapi pada lesi otak tanda-tanda tersebut selalu disertai dengan
gejala-gejala otak, sedangkan lesi pada syaraf perifer biasanya unilateral dan kelainan syaraf
terbatas pada bagian yang diinervasi syaraf tersebut.
Lesi pada medulla spinalis disebut myelopathy. Segmen medulla spinalis adalah bagian di
mana keluar satu pasang syaraf spinal. Lesi pada banyak segmen disebut disseminated
myelopathy, sedangkan lesi pada satu atau beberapa segmen disebut transverse myelopathy
(tanda-tandanya seperti terpotongnya medulla spinalis). Hematomyelia, myelitis dan berbagai
penyakit degeneratif dan metabolik biasanya menyebabkan disseminated myelopathy. Sebaliknya
kompresi pada medulla spinalis (karena tumor, fraktura dan sebagainya) menimbulkan transverse
myelopathy.
19
Tanda-tanda klinis dari kelainan syaraf yang terjadi tergantung pada faktor :
1. Umur hewan
Pada hewan yang sangat muda kadang gangguan syaraf belum terlihat karena
bagian sistem saraf itu belum dipergunakan. Misalnya pada anak anjing yang
belum bisa berjalasn dan berlari, belum menampakkan gangguan pada cara
berjalan dan berlari.
2. Cepat atau lambatnya terjadi
Kompresi yang akut menimbulkan tanda-tanda yang berat, sedangkan bila terjadi
sedikit demi sedikit tanda-tanda tidak begitu jelas. Pada keadaan akut terjadi
ischemia, edema dan perdarahan sehingga tanda-tandanya lebih berat.
3. Struktur syaraf di dalam canalis spinalis yang terkena.
Lesi pada syaraf spinal menyebabkan disfungsi motoris dan sensoris pada bagian
yang diinervasi. Lesi pada akar dorsal dari syaraf spinal menimbulkan gangguan
sensoris (hiperesthesia atau hip / anesthesia). Lesi pada akar ventral dari syaraf
spinal menyebabkan disfungsi motoris dan depresi reflex-reflex. Pada meningen
menimbulkan kekakuan otot dan rasa sakit pada daerah tersebut. Lesi pada
medulla spinalis menyebabkan abnormalitas bilateral pada sensoris, motoris,
reflex-reflex dan tonus otot.
4. Lokasi lesi
Lokasi lesi pada medulla spinalis menentukan tanda-tanda klinis yang terjadi
karena distribusi syaraf ke kaki depan dan bagian belakang, dan adanya 2 tipe dari
motor neuron yaitu lower motor neuron (LMN) dan upper motor neuro (UMN).
Lesi pada LMN ditandai dengan :
- hilangnya aktivitas motoris yang disadari pada otot yang diinervasi.
- Hilangnya semua aktivitas reflex motor dari otot.
- Hilangnya tonus otot (flaccid)
- Atrofi otot karena denervasi
Lesi pada UMN ditandai dengan :
- hilangnya aktivitas motoris yang disadari (volunter)
- reflex-reflex spinal bertambah
- ada reflex-reflex spinal abnormal (misalnya crosse extensor reflex)
- tonus meningkat
- atrofi otot karena tidak dipergunakan
Lokasi lesi:
- Lumbrosacral : terjadi lesi LMN pada bagian belakang tubuh
- Thoracolumbal : lesi UMN pada bagian belakang tubuh
20
- Cervicothoracal : lesi LMN pada kaki depan dan lesi UMN pada bagian
belakang tubuh.
- Cervical : lesi UMN pada kaki depan dan tubuh bagian belakang.
Paralisa anus dan vesica urinaria terjadi pada lesi UMN dan LMN, bedanya pada
UMN masih terdapat reflex dan tonos otot, sedangkan pada LMN tidak. Paralisa
pada anus dan vesica urinaria menyebabkan terjadinya incontinencia. Cauda
equine adalah bagian caudal dari medulla spinalis dan syaraf-syaraf spinal di
dalam canalis spinalis di sebelah caudal dari medulla spinalis. Lesi pada cauda
equina (pada vertebra L 4 – 5) menimbulkan :
- paresis atau paralisa kaki belakang
- hip atau anestesi pada bagian belakang
- hilangnya reflex-reflex dan tonos otot
- anus dan vesica urinaria mengalami atonia dan arefleks
- anestesia perineum
- ekor flaccid dan mengalami anestesia.
Diagnosa lesi pada medulla spinalis dilakukan setelah mengadakan anamnese,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis, yang dibantu dengan pemeriksaan
radiografik dan cairan cerebrospinal. Electromyography (EMG) bisa digunakan untuk
menentukan lokasi lesi pada medulla spinalis.
KELAINAN-KELAIANAN KONGENITAL
Kelainan-kelainan kongential yang menimbulkan tanda-tanda syaraf bisa terjadi pada
medulla spinalis. Kelainan-kelainan kongenital columnae vertebralis sering terjadi, tetapi tidak
menimbulkan tanda-tanda klinis.
Spina bifida
Spina bifida adalah fusi yang inkomplit dari arcus vertebralis. Spina bifida paling sering
terjadi di daerah lumbal. Pada keadaan yang berat terdapat paralisa di bagian belakang lesi. Pada
yang tidak begitu berat, lesi di daerah L7 / S1 menyebabkan paresis, paralisa, inkontinensia feses
dan urin. Sering juga terdapat spina bifida yang ringan tanpa menimbulkan tanda-tanda klinis.
21
PENYAKIT-PENYAKIT PARASITER
Invasi medulla spinalis dengan parasit pada anjing dan kucing jarang sekali terjadi.
Tick Paralisa
Tick paralisa adalah suatu sindrom yang diakibatkan oleh toksin dari caplak betina
dewasa. Terutama dari Ixodes sp. dan Dermacentor sp. Banyak spesies hewan, dan juga manusia
peka terhadap penyakit ini.
Tanda-tanda klinis
Terjadi paralisis ascendens yang flaccid dengan sedikit / tanpa gangguan syaraf sensoris.
Bila paralisa sampai pada bagian cervical enterior atau sampai ke medulla oblongata, bisa terjadi
gangguan pada respirasi dan sirkulasi sehingga terjadi kematian.
Differential diagnosa
Tick paralisis harus dibedakan dari polyradiculoreuritis (coonhounds paralysis).
Terapi
Dengan membasmi caplak. Biasanya terjadi kesembuhan yang cepat (dalam waktu 1 – 3
hari). Hewan yang mengalami paralisa harus mendapat perawatan yang baik.
PENYAKIT-PENYAKIT NEOPLASTIK
Tumor-tumor pada medulla spinalis bisa berupa tumor primer (dari medulla spinalis,
meningen dan akar-akar spinal) atau sekunder. Menurut letaknya bisa dibagi menjadi ekstradural
dan intradural. Tumor-tumor intradural bisa terdapat di dalam maupun di luar medulla spinalis
sendiri dan biasanya bersifat benigna.
Tanda-tanda klinis
Tekanan pada medulla spinalis atau akar-akar syaraf menyebabkan transverse
myelopathy, di mana tanda-tanda klinis biasanya terjadi secara bilateral, tetapi bisa asimetris.
Perjalanan penyakit biasanya lambat.
Diagnosa
Ditentukan berdasarkan gejala-gejala klinis dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan
radiografik biasa ataupun dengan media kontras (myelography) dan pemeriksaan cairan
cerebrospinal.
Terapi
Secara operatif (kecuali pada tumor-tumor intradural yang terletak di dalam medulla
spinalis). Operasi bisa dilakukan bila tumor didiagnosa sebelum terjadi kerusakan yang
irreversible pada medulla spinali.
22
PENYAKIT-PENYAKIT DEGENERATIF
Degeneratif myelopathy pada Alsatian
Degeneratif myelopathy pada Alsatian (Anjing Gembala Jerman) biasanya terjadi pada
anjing bermur 6 tahun atau lebih.
Degenerasi terutama terjadi pada bagian thoracal dan kausanya tidak diketahui.
Tanda-tanda klinis
Terdapat tanda-tanda dari transverse myelopathy bagian thoracolumbal yang progresif
dengan lambat.
Mula-mula kaki belakang bagian bawah diseret sehingga jari-jari menggeser di tanah,
kedua kaki belakang bisa saling menyilang atau terpentang. Bila penyakit melanjut, kaki
belakang sulit berdiri atau berjalan; dan lama-lama terjadi atrofi inaktivitas pada bagian belakang
tubuh.
Diagnosa
Ditentukan berdasarkan jenis anjing, umur, anamnese, tanda-anda klinis dan tidak adanya
sebab-sebab lain dari paresis.
Differential diagnosa
Penyakit-penyakit dengan tanda-tanda klinis yang serupa adalah :
1. Kompresi medulla spinalis (karena disk herniation atau tumor)
2. Myelitis
Terapi
Tidak ada
Necrotic myelopathy pada Afghan Hounds
Keadaan ini terdapat pada anjing-anjing Afghan dan ditandai dengan posterior paresis
pada umur 3 – 6 bulan, yang melanjut menjadi tetraplegic dan kematian karena paralisa respirasi
dalam waktu 2 – 4 minggu. Penyakit ini terjadi secara herediter, tetapi patogenesanya tidak
diketahui.
Diagnosa ditentukan berdasarkan bangsa, umur dan tanda-tanda klinis.
Differential diagnosa dan terapi
Sama dengan di atas.
PENYAKIT-PENYAKIT NUTRISIONAL DAN METABOLIK
Hypervitaminosis A pada kucing
Causa
Ingesti vitamin A berlebih karena pemberian vitamin A atau hati mentah untuk waktu
yang lama.
23
Tanda-tanda klinis
Mula-mula terjadi hypersensitivitas di daerah cervical-cranial dan kekakuan cervical. Ini
terjadi karena proliferasi tulang pada os occipitales dan vertebrae cervicalis 1 – 3. Kemudian
exostosis bisa terjadi pada seluruh tulang belakang sehingga terjadi kepincangan pada kaki depan,
ataxia, paralisa dan hyperesthesia atau anestesia kulit pada daerah leher dan kaki depan; bisa juga
terjadi hipertrofi gingiva dan dermatitis proliferatif.
Diagnosa
Dari tanda-tanda klinis, anamnese dan pemeriksaan radiografik
Terapi
Mengganyi diet
Biasanya tanda-tanda klinis berkurang atau hilang dalam waktu beberapa minggu, tetapu
perubahan-perubahan pada tulang bisa bersifat permanen.
TRAUMA MEDULLA SPINALIS
Trauma pada medulla spinalis bisa menimbulkan : concusio (disfungsi fisiologis yang
reversible, tanpa perubahan patologis yang berarti), contusio (karena trauma yang lebih keras
sehingga terjadi degenerasi, edema dan hemoragi), laserasi ( sobeknya medulla spinalis atau
meningen), dan kompresi (meningkatnya tekanan yang asalnya dari dalam atau luar medulla
spinalis).
Trauma pada medulla spinalis bisa terjadi karena bermacam-macam kausa. Stres mekanis
yang tiba-tiba seperti peregangan oleh fleksi, ekstensi dan torsio yang berlebihan bisa merusak
medulla spinalis. Ini bisa terjadi karena luxatio vertebra, fraktura vertebra, intervertebral disk
portusion dan tumor-tumor.laserasi bisa terjadi pada fraktura vertebra, luka gigitan atau lika
tembak.
Degenerative Intervertebral Disk Disease
Discus intervertebralis terdapat diantara tiap vertebra, kecuali antara C1 – C2 dan pada
vertebra sacralis. Discus ini terdiri dari pusat gelatinas yang amorf (nukleus pulposus), dan
lapisan cincin fibrosa di sebelah luar (anulus fibrosus). Pada penyakit ini terjadi portusio dari
discus ke dalam canalis spinalis.
Patogenesa
Menurut Harsen terdapat 2 tipe dari degenerasi discus :
I. Biasanya terdapat pada jenis-jenis anjing chondrodystrophoid (misalnya dashshund,
Pekingese) pada umur muda, yang di dahului dengan metamorfosis chondroid dari
nucleus pulposus. Pada umur 1 tahun hampir semua nucleus mengalami perubahan
dan bisa terjadi kalsifikasi.
II. Biasanya terdapat pada jenis-jenis anjing nonchondrodystrophoid pada usia setengah
umur atau lebih, yang didahului oleh metamorfosis fibroid dari nucleus. Kalsifikasi
biasanya jarang terjadi.
24
Degenerasi ini mempengaruhi semua discus dari columna vertebrales. Sesudah terjadi
degenerasi nucleus, mulai terjadi degenerasi anulus dan nucleus bisa menonjol. Pada tipe
I dari Hansen terjadi ruptura total dari anulus, sedangkan pada tipe II terjadi ruptura
partial. Ruptura bisa terjadi ke ventral, lateral dan dorsal, tetapi penting secara klinis
adalah yang dorsal karena mengiritasi meningen dan menekan medulla spinalis.
Anatomi protusio discus tipe I dan II dari Hansen
Meskipun degenerasi terjadi pada semua discus, tetapi prolapsus paling sering terjadi
pada T11 – L3 karena beban mekanis yang paling berat.
Tanda-tanda klinis
Tipe I biasanya terjadi secara akut; gejala-gejala klinis biasanya terjadi terjadi dalam
waktu beberapa menit sampai beberapa jam, meskipun bisa juga lebih lama. Tipe II terjadi
sedikit demi sedikit, dengan anamnese kelemahan kaki belakang dan/atau kaki depan yang
progresif selama beberepa bulan.
Tanda-tanda klinis adalah tanda-tanda dari transverse myelopathy. Terdapat rasa sakit
karena iritasi pada meningen atau akar syaraf; dan terdapat gangguan syaraf karena kompresi
pada akat syaraf atau medulla spinalis. Pada tipe II rasa sakit tidak begitu nyata. Pada kucing
biasanya tidak menimbulkan gejala-gejala klinis.
Diagnosa
Diagnosa ditentukan berdasarkan :
1. umur dan jenis anjing
2. anamnese
3. tanda-tanda klinis
4. pemeriksaan radiografik untuk konfirmasi.
Penyakit ini harus dibedakan dengan iritasi meningal atau transverse myelopathy karena
kasus-kasus lain.
25
Terapi
Dengan kombinasi tindakan medis (menghilangkan edema) dan operatif. Tindakan
operatif dilakukan untuk menghilangkan kompresi yaitu dengan laminectomy atau melubangi
discus (disc fenestration).
Prognosa
Pada lesi yang ringan dan baru terjadi (kurang dari 48 jam), prognosanya baik. Pada lesi
yang berat atau progresif dengan hemoragik myelomalacia prognosanya dubius sampai infausta.
Fraktura dan Luxatio vertebral
Fraktura bisa terjadi karena trauma, atau secara sekunder karena penyakit tulang atau
tumor pada tulang.
Tanda-tanda syaraf
Fraktura dan luxatio vertebral menyebabkan transverse myelopathy. Lesi yang terjadi bisa
ringan atau berat dan tidak tergantung pada tampak radiografik dari lesi, karena luxatio mungkin
terlihat ringan pada radiograf tapi telah menyebabkan kerusakan yang berat pada medulla spinalis
pada saat terjadi luxatio. Kadang-kadang tanda-tanda syaraf hanya ringan pada saat itu terjadi,
tetapi bertambah berat pada hari-hari selanjutnya. Ini terjadi karena ada hematoma yang meluas
atau trauma pada medulla spinalis yang berlanjut karena tidak stabilnya vertebra. Hemoragic
myelomalacia (perdarahan di dalam medulla spinalis) bisa terjadi dan prognosanya infausta.
Diagnosa
Pada umumnya diagnosa bisa ditentukan dengan palpasi, dan dikonfirmasi secara
radiografik.
Cervical spondylopathy
Penyakit ini disebut juga Canine Wobbler Síndrome dan terdapat pada anjing terutama
jenis besar seperti Great Dane, Doberman, Pinscher, Bosset Hound dan Rhodesian Ridgeback.
Pada keadaan ini terjadi kelainan-kelainan pada vertebra cervicalis (terutama C5-7), di
mana terjadi subluxatio, deformitas, kelainan-kelainan pada cartílago dan persendian.
Causa
Tidak diketahui
Tanda-tanda klinis
Terjadi inkoordinasi kaki belakang yang progresif secara lambat yang mulai terjadi pada
umur 3 – 12 bulan atau lebih.
Kadang-kadang tanda-tanda timbul dengan akut dan anjing sudah mengalami
quadripelgia pada waktu dibawa ke dokter hewan.
26
Diagnosa
Ditentukan berdasarkan jenis anjing, umur dan tanda-tanda klinis dan dikonfirmasi secara
radiografik.
Terapi
Ditujukan terhadap edema dan secara operatif. Pada kasus-kasus kronis yang progresif
secara lambat sudah terjadi kerusakan yang irreversible pada medulla spinalis.
Kelainan-kelainan kongenital
Pada beberapa jenis anjing terdapt kelainan-kelainan kongenital sehingga oleh trauma
yang ringan saja bisa terjadi : inxatio, fractura atau intervertebral disk protusion.
Misalnya :
1. atlantoaxial subluxation sering terjadi pada anjing-anjing jenis kecil seperti Toy
Poodle, Cihuahua, Pomeranian, Yorkshire Terrier, dan sebagainya.
2. anjing-anjing dengan hemivertebrae (biasanya terdapat pada English Bulldog, Boston
Terrier dan Pug).
Ossifikasi dural
Disebut juga ossifying pachymeningitis, tetapi istilah tersebut sebetulnya kurang tepat
karena sifat penyakitnya tidak inflamatoris. Keadaan ini lebih sering terjadi pada anjing-anjing
jenis besar, di mana terjadi perubahan-perubahan yang menulang pada duramater.
Kausa dan patogenesanya tidak jelas, tetapi penebalan-penabalan itu mungkin berasal dari
pembentukan tulang secara metaplastik. Penebalan-penebalan terutama terjadi pada daerah
cervical dan lumbal.
Meskipun banyak anjing yang mengalami keadaan ini, tetapi tanda-tanda klinis biasanya
tidak berarti. Hanya kadang-kadang bisa terjadi edema, fibrosis, gliosis dan malacia dari akar-
akar syaraf dan medula spinalis di daerah tersebut sehingga terjadi paresis yang progresif atau
paralisa. Tidak ada terapi terhadap penyakit ini.
Terapi trauma medulla spinalis
Pengobatan terhadap trauma medulla spinalis selalu harus dilakukan dengan segera untuk
menghindari kerusakan syaraf yang permenen atau paralisa. Terapi trauma medulla spinalis
ditujukan untuk :
1. menghilangkan edema.
2. homostasis.
3. menghilangkan kompresi.
4. mengeluarkan corpora aliena.
5. stabilisasi tulang-tulang atau fragüen-fragmen tulang.
6. merawat hewan yang mengalami paralisa.
27
Menghilangkan edema
Edema bisa dihilangkan/dikurangi dengan memberikan cairan hiperosmolar yaitu : larutan
manitol 15 – 20 % i.v dengan dosis inisial 3 g/kg BB. Maintenance : 1 – 2 g/kg tiap 4 – 6 jam.
Terapi manotol harus dihentikan setelah 36 jam supaya tida terjadi dehidrasi. Selama itu perlu
dikontrol terhadap dehodrasi yang berlebihan dan gangguan perimbangan elektrolit. Selain
manitol bisa juga dipakai glycerol p.o ddengan dosis 1-2 g/kg BB setiap 3 jam.
Corticosteroid juga mengurangi edema pada sistem syaraf, tetapi karena onset of
actionnya lebih lambat (≥4 jam) bisa diberikan pada waktu pemberian cairan hiperosmolar
dihentikan. Untuk reaksi yang cepat bisa diberikan hydrocortison succinate atau prednisolone
sodium phosphate secara i.v., setelah itu bisa dilanjutkan dengan preparat yang kerjanya lebih
lambat tetapi lebih kuat misalnya dexamethason. Terapi untuk mengurangi edema harus
diberikan selama 2-3 minggu setelah trauma yang menyebabkan disfungsi syaraf yang berat.
Hemostasis
Perdarahan di dalam medulla sulit untuk dikontrol. Perdarahan epidural bisa dihentikan
secara operatif lalu digunakan elektrocauter atau secara hemostatik.
Perawatan terhadap hewan yang m,engalami paralisa
Problem utama yang dihadapi adalah pemberian makanan dan minutan, terjadinya
decubitus dan terjadinya cistitis.
1. Tempat makan dan minum harus diletakkan di dekat hewan tersebut, terutama pada
hewan yang quadriplegia.
2. Makanan yang diberikan harus mempunyai nilai gizi yang tinggi.
3. Untuk mencegah decubitus kulit dan bulu harus tetap kering dan bebas dari urin dan
feses. Kalu perlu dimandikan dan dikeringkan setiap hari. Hewan harus dibaringkan di
tempat yang lunak dan dibalik tiap 2 - 4 jam.
4. Untuk mencegah cystitis vesica urinaria harus dikosongkan 3 – 4 kali sehari. Yang terbaik
adalah dengan kompresi manual.
Bila sering dilakukan katerisasi mudah terjadi infeksi. Bisa diberikan terapi antibiotika
secara profilaktik. Urin harus diperiksa terhadap adanya infeksi secara teratur.
5. Untuk melatih hewan mempergunakan kakinya, bisa dimasukkan ke dalam bak berisi air
hangat di mana hewan bisa berrenang, selama 10 – 20 menit. Ini juga menstimulir urinasi
dan defekasi. Bisa juga dilakukan massage atau dirangsang dengan terapi listrik.
Prognosa
Pada kerusakan medulla spinalis yang berat di mana tidak ada kemajuan setelah
perawatan 3 minggu, prognosanya infausta.
28
PENYAKIT-PENYAKIT INFEKSIUS PADA MEDULLA SPINALIS DAN MENINGEN
Pada keadaan normal SSP terlindungi baik oleh jaringan-jaringan di sekitarnya yaitu kulit,
otot, tulang, meningen dan blood brain barrier. Tetapi sekali ada organisme yang bisa memasuki
SSP, mekanisme untuk melawan infeksi jauh lebih rendah daripada di bagian tubuh yang lain,
karena :
- produksi antibodi di dalam SSP minimal
- cairan cerebrospinal merupakan media kultur yang ideal
- blood brain barrier mencegah masuknya antibodi, sel-sel radang dan obat-obat ke
dalam SSP.
Infeksi SSP bisa terjadi secara hematogen, karena perluasan infeksi jaringan di sekitarnya
atau invasi secara langsung bersaan dengan luka penetrasi.
Meningitis dan myelitis bisa disebabkan oleh bakteri, virus, fungi, dan protozoa; tetapi
tanda-tanda klinisnya bukan tergantung pada agen kausal melainkan pada struktur syaraf yang
terkena.
Diagnosa
Metode primer untuk mendiagnosa meningitis atau myelitis adalah dengan analisa cairan
cerebrospinal. Tanda-tanda klinis hanya menyatakan adanya iritasi meningen atau myelopathy,
tetapi tanda-tanda tersebut tidak bisa dibedakan dari iritasi meningen atau myelopathy karena
penyakit lain.
Pada meningitis atau myelitis terdapat peningkatan leukosit dan protein total di dalam
cairan cerebrospinal. Dalam hal ini perlu dilakukan kultur terhadap fungi dan bakteri. Pada
umumnya infeksi bakterial menghasilkan persentase neutrophil yang tinggi dalam cairan
cerebrospinal, sedangkan pada infeksi viral terdapat persentase mononuclear cells yang tinggi.
Terapi
Terhadap infeksi viral dan bakterial diberikan antibiotika dan corticosteroid untuk
menekan edema dan perdarahan akibat keradangan. Biasanya terapi harus diberikan untuk waktu
yang lama (2 – 4 minggu atau lebih).
Meningitis dan myelitis karena fungi sulit diterapi karena amphotericin B (drug of choice
terhadap penyakit mycotic) tidak menembus blood brain barrier dan cukup toksik. Di samping itu
aspek kesehatan masyarakat perlu dipertimbangkan terhadap infeksi mycotic.
Canine distemper
Virus canine distemper sering menyerang sistem syaraf dan menyebabkan myelitis
dan/atau myoclonus (chorea).
Distemper myelitis menyebabkan transverse myelopathy yang progresif, terutama pada
bagian thoracolumbal. Tanda-tanda ini biasanya disertai lesi-lesi lain pada SSP (vestibular
syndrome atau cerebellar syndrome) dan tanda-tanda yang lain (discharge nasal, discharge mata
29
dan suara paru-paru yang keras, hiperkeratosis pada hidung dan telapak kaki atau
chorioretinopathy).
Myoclonus (chorea) adalah kontraksi ritmik dari sekelompok otot, dan boleh dikatakan
patognomonis untuk penyakit canine distemper. Myoclonus paling sering terjadi pada otot-otot
wajah dan mastikasi dan otot-otot ekstrimitas. Patogenesanya tidak jelas. Tidak ada terapi
terhadap myelitis dan myoclonus karena distemper. Myelopathy yang terjadi biasanya
irreversible. Myoclonus juga bersifat permanen, tetapi biasanya tidak begitu mengganggu kecuali
terjadi pada sebagian besar dari tubuh.
Toxoplasmosis
Toxoplasma gondii merupakan protozoa yang menginvansi SSP anjing dan kucing.
Penyebaran ke berbagai bagian tubuh adalah secara hematogen.
Infeksi pada medulla spinalis menyebabkan myelitis sehingga terjadi transverse atau
disseminated myelopathy. Bisa terlihat tanda-tanda LMN atau UMN tergantung lokasi lesi pada
medulla spinalis.
Tanda-tanda kelainan SSP yang lain adalah : seizures, kebutaan, inkoordinasi, tremor,
hemiparesis atau paraparesis dan sebagainya. Biasanya terjadi atrofi otot pada kaki belakang
karena rusaknya LMN dan/atau myositis.
Tanda-tanda sistemik adalah febris, lymphadenopathy secara umum, tanda-tanda respirasi
dan gastrointestinal dan lesi pada mata. Diagnosanya sulit ditentukan dan untuk melakukan terapi
perlu diperhitungkan aspek kesehatan masnyarakat.
PENYAKIT-PENYAKIT PADA SYARAF PERIFER DAN MUSKULUS
Sistem syaraf perifer terdiri dari 12 pasang syaraf cranial yang keluar dari otak dan 36
pasang syaraf spinal yang keluar dari medulla spinalis (C1-8, T1-13, L1-7, S1-3, Co1-5). Syaraf-syaraf
perifer bisa terdiri dari syaraf-syaraf sensoris dan/atau motoris.
Penyakit-penyakit pada syaraf perifer pada hewan paling sering disebabkan oleh trauma.
Neuropraxia adalah gangguan sementara pada fungsi syaraf setelah lesi yang bersifat fisiologis.
Neurotmesis atau axonotmesis adalah rusaknya atau ruptura seluruh syaraf atau axon. Neuro-
atau axonostenosis adalah penyempitan pada syarah sehingga menghambat impuls melalui bagian
tersebut (ini terjadi kerena tekanan peregangan atau kontraksi pada waktu kesembuhan syaraf).
Axonocachexia adalah perubahan pada excitabilitas dan konduktivitas melalui seluruh bagian
distal dari axon.
Hewan-hewan dengan sensory neuropathy bisa menunjukkan hyperesthesia, hypesthesia
dan anesthesia; sedangkan dengan motor neuropathies menunjukkan kepincangan otot, paralisa
otot dan atrofi otot. Penyakit-penyakit pada neuromuscular junction menyebabkan kelemahan
otot dan paralisa otot. Penyakit muskulus primer bisa menunjukkan rasa sakit pada otot sehingga
30
jalannya kaku, terdapat kelemahan otot, atrofi atau hypertrofi otot. Pada stadium awal sulit sekali
untuk membedakan antara penyakit neuromuskuler dengan penyakit yang menyerang SSP dan
beberapa penyakit bisa menyerang SSP dan sistem neuromuskulersecara bersamaa.
Pemeriksaan neurologis
Syaraf-syaraf cranial perifer masing-masing mempunyai fungsi spesifik dan masing-
masing di evaluasi fungsinya baik kiri maupun kanan.
Evaluasi pada syaraf-syaraf spinal perifer dilakukan dengan menguji reflex-reflex (toe
pinch atau flexor reflex, extensor thrust reflex, patellar reflex, anal reflex) dan bagian sensoris
diuji dengan tusukan jarum tau cubitan pada kulit.
Diagnostic aids
Untuk membantu menentukan diagnosa bisa digunakan :
1. Electromyography (EMG) yaitu catatan berupa grafik dari perubahan pada potensial
listrik membran sel otot yang terjadi dengan disadari atau oleh induksi.
2. Pemeriksaan patologi klinik, yaitu dengan pemeriksaan SGOT, CPK, dan LDH.
3. Biopsi syaraf dan otot dan pemeriksaan mikroskopis dari hasil biopsi.
PENYAKIT-PENYAKIT PADA SYARAF-SYARAF CRANIAL PERIFER
Gangguan syaraf cranial perlu dibedakan dari gangguan syaraf perifer dan lesi pada SSP
yang mempengaruhi syaraf perifer. Disfungsi bilateral atau multipel dari syaraf cranial paling
sering terjadi bersamaan dengan penyakit pada SSP, tetapi bisa juga terlihat pada poly
neuropathy. Disfungsi pada syaraf-syaraf cranial perifer bisa disebabkan oleh :
1. lesi kongenital
2. trauma
3. keradangan
4. neoplasia
Tanda-tanda dari disfungsi syaraf cranial bisa dilihat pada tabel halaman 4.
N. olfactorius
Penyakit pada n. olfactorius paling sering terjadi karena keradangan pada mucosal nasal
di mana terdapat ujung-ujung syaraf. Rhinitis menyebabkan anosmia karena kebengkakan
mukosa dan sumbatan oleh eksudat. Anosmia bisa menyebabkan menurunnya nafsu maka.
Fungsi penciuman biasanya pulih kembali bila rhinitis sembuh. Adanya neoplasia pada mukosa
septum nasal juga bisa merusak ujung-ujung perifer dari n. olfactorius sehingga terjadi anosmia.
N. opticus
Kelainan-kelainan pada n. opticus dibahas pada penyakit-penyakit mata.
31
N. occulomotorius, trochlearis dan abducens
Ketiga syaraf ini mengatur gerakan bola mata. Strabismus adalah deviasi tidak terkontrol
dari salah satu atau kedua bola mata dari sumbu normalnya. Esotropia adalah deviasi kedalam
atau disebut strabismus convergeus pada keadaan bilateral (secara kongenital bisa terdapat pada
kucing siam).
Exotropia adalah deviasi ke luar, san disertai strabismus divergeus pada keadaan bilateral
(secara kongenital terdapat pada anjing Chihuahua dan Pug).
Strabismus secara perolehan terjadi karena :
1. penyakit-penyakit pada otot-otot bola mata
2. penyakit pada n. occulomotorius, n trochlearis dan n. abducens (biasanya bersamaan
dengan penyakit SSP)
3. penyakit pada SSP.
N. trigeminus
Kelainan unilateral yang menyebabkan atrofi unilateral bisa terjadi karena trauma perifer
atau proses-proses neoplastik pada syaraf dan jaringan sekitarnya. Kelainan bilateral bisa terjadi
karena penyakit SSP.
Chorea pada m. temporalis dan m. messeter biasanya terjadi karena canine distempet
encephalitis.
N. fascialis
Iritasi n. fascialis sehingga terjadi spasmus bibir dan wajah dan retraksi daun telinga ke
dorsal terlihat pada tetanus dan otitis media awal.
Paralisa unilateral n. fascialis bisa terjadi karena trauma pada syaraf atau karena otitis
media yang berat.
N. oestibulocochlearis
Ketulian bisa terjadi :
1. secara kongenital : pada anjing jenis Dalmation atau Collie bewarna blue merle dan
pada kucing bewarna putih dan bermata biru.
2. karena antibiotika yang ototoksis misalnya streptomycin, neomycin.
3. karena otitis media dan interna yang berat.
4. Karena usia tua.
Gangguan pada n. vestibularis bisa terjadi karena otitis media dan interna, karena trauma
pada kepala atau penyakit pada SSP.
N. glossopharyngeal dan n. vagus
Penyakit padasyaraf-syaraf ini bisa terjadi karena :
1. polyradiculoneuritis pada coonhound paralysis, botulismus dan tick paralysis.
2. rabies
3. tetanu
32
N. spinal accessories
Penyakit pada syaraf ini bisa terjadi karena trauma yang menyebabkan fraktura pada dasar
cranium.
N. hypoglossi
Disfungsi terjadi karena trauma.
Terapi
Terapi yang diberikan tergantung kausa. Bila disebabkan oleh trauma diberikan
dexamethasone PO 0,05 – 0,1 mg / kg bb 3 dd selama 1 minggu.
KELAINAN-KELAINAN PADA AKAR SYARAF
Kelainan-kelainan pada akar syaraf
Akar syaraf bisa terkena langsung pada intervertebral disk herniation, kelainan kongenital
pada vertebra, spondylosis ( penyempitan ruang-ruang intervertebralis), keradangan dan tumor
medulla spinalis.
Bila akar-akar syaraf dari plexus brachialis atau plexus lumbosacralis terkena, maka
reflex-reflex ekstrimitas hilang.
Coonhound paralysis
Ini adalah suatu idiopathic polyradiculoneuritis yang menimbulkan paralisa flaccid yang
ascendens. Keadaan ini peling sering terdapat pada anjing pemburu dewasa. Di duga bahwa
gigitan oleh raccoon memegang peranan, tetapi anjing-anjing yang tidak pernah digigit pun bisa
terkena.
Tanda-tanda syaraf biasanya dimulai pada kaki belakang, dan dari kelemahan pada kaki
belakang melanjut menjadi tetraplegia flaccid yang simetris. Seringkali anjing tidak bisa
mengangkat kepalanya. Ekstremitas tidak bisa digerakkan dan tidak terdapat reflex-reflex.
Sensitivitas normal atau meningkat. Bisa terdapat kesulitan menelan dan perubahan suara.
Paralisa respirasi adalah komplikasi yang serius yang bisa menimbulkan kematian. Hilangnya
reflex menelan bisa menyebabkan aspirasi. Pemeriksaan patologi klinik dan cairan cerebrospinal
biasanya normal.
Terapi
Diberikan terapi corticosteroid dan perawatan terhadap hewan yang menglami paralisa
(lihat terapi trauma medulla spinalis). Perjalanan penyakit antara 3 minggu – 3 bulan. Biasanya
terjadi kesembuhan yang sempurna.
33
Traumatic neuropathies
Penyakit-penyakit pada syaraf spinal paling sering akibat trauma. Lesi yang terjadi
biasanya unilateral kecuali pada fraktur sacral atau pelvis.
Avulsio plexus branchialis
Ini yang paling sering terjadi di antara gangguan syaraf karena trauma (plexus branchialis
berasal dari sgmen spinal C5 – 8 dan T1 – 2).
Tanda-tandanya :
- kaki tersebut tidak mampu manahan berat badan, dan diseret pada waktu berjalan
- tidak ada flexor reflex dan extensor thrust reflex
- anestesi pada seluruh kaki tersebut
- karena ada inervasi simpatik terhadap pupil dan kelopak mata dari segmen medulla
spinalis C7 – T2, maka bisa terjadi Horner’s syndrome (ptosis, miosis dan
enophthalmus)
- bisa terdapat atrofi pada otot-otot seluruh kaki.
Lesi pada n. supra scapularis
Tanda-tandanya : terjadi atrofi pada m. supraspinatus dan m. infraspinatus. Pengaruh
terhadap cara berjalan hanya sedikit saja.
Lesi pada n. radialis
Bisa terjadi bersamaan dengan lesi pada plexus branchialis atau fraktura humerUs.
Tanda-tandanya :
- extensor thrust reflex hilang
- kaki tidak bisa menahan berat badan
- bagian dorsal kaki yang menyentuh tanah terdapat lesi-lesi
- anesthesi / hipestesi pada bagian dorsal dan lateral dari kaki depan dan bagian dorsal
dari jari-jari.
- Atrofi m. triceps dan extensor-extensor carpus dan digiti.
Lesi pada m. mediana dan n. ulnaris
Lesi bisa terjadi karena fraktura pada bagian distal humerus atau pada radius ulna.
Tanda-tandanya :
- hilangnya kemampuan fleksi dari carpus dan digiti, sehingga terjadi ekstensi berlebih
pada carpus pada waktu menahan berat badan
- anesthesi / hipestesi pada bagian caudal dari kaki bagian atas, aspek dorsolateral dari
jari ke 5 dan sisi volar lateral dari jari-jari (pada lesi n. ulnaris)
- anesthesi / hipestesi pada bagian volar medial dari jari-jari (pada lesi n. mediana).
Lesi pada n. ischiadicus
Lesi sering disebabkan oleh :
- fraktura ilium
- fraktura dan trauma pada operasi proximal femur
34
- injeksi intramuskular yang kurang tepat.
Tanda-tandanya :
- extensor pesendian genu tidak terpengaruh sehingga hewan bisa menahan berat badan
pada kakinya
- bila berjalan terjadi fleksi dan ekstensi yang pasif pada persendian tarsi dan bagian
dorsal jari-jari menyentuh tanah
- tidak ada reflex eflexor pada persendian genu dan tarsi
- terjadi fleksi persendian panggul sehingga kaki tertarik ke garis median
- hip / anesthesi pada permukaan lateral dari kaki di bawah genu dan permukaan
anterior dan posterior.
Lesi pada . peronealis (n. ibularis)
Syaraf ini mudah terkena trauma karena terletak pada sebuah lateral persendian genu.
Tanda-tandanya :
- reflex extensor pada persendian tarsus hilang
- tidak bisa menahan berat badan pada waktu berjalan
- hip / anesthesi pada permukaan dorsal kaki di bawah persendian genu dan pada
permukaan dorsal dari jari-jari.
Lesi pada n. tibialis
Tanda-tandanya :
- tidak bisa extensi persendian tarsus
- hilangnya extensor thrust reflex pada persendian tarsus
- hewan berdiri dengan fleksi pada persendian tarsus
- hip / anesthesi pada bagian kaki dan bagian plantar dari jari-jari
Lesi n. femoralis
Tanda-tandanya :
- tidak bisa mengextensi persendian genu sehingga kaki tersebut tidak bisa menahan
berat badan
- reflex pattella dan extensor thrust reflex pada genu hilang
- hip / anesthesi pada permukaan medial paha, genu, kaki bagian bawah dan jari-jari
Lesi pada n. obturatorius
N. obturatorius bisa mngalami neuropraxia pada waktu partus sehingga menyebabkan
hewan tidak bisa mengadukksi pahanya.
Lesi pada n. pudendus
Lesi pada syaraf ini bisa terjadi pada waktu proses operasi di daerah anus. Lesi pada akar-
akar syaraf yang membentuk syaraf ini (S1, S2, S3) bisa terjadi pada hernia discus intervertebralis
atau fraktura.
35
Tanda-tandanya :
- hilangnya tonus sphincter ani secara uni / bilateral
- anesthesi pada penis dan scrotum atau clitoris dan vulva, dan kulit perianal
- hilangnya reflex anal
Terapi
Pada waktu syaraf mengadakan regenerasi dengan lambat, maka muskulus yang
mengalami denervasi akan mengalamiatrofi yang berat. Karena tidak digunakan, maka suplai
darah ke bagian tersebut menurun hingga memperberat atofi yang sudah terjadi. Untuk mengatasi
problem sirkulasi dan menghambat atrofi otot maka perlu dilakukan terapi fisik yaitu dengan :
1. terapi panas : dengan aplikasi panas secara lokal dengan sinar lampu, dimasukkan
air hangat, dengan bantal panas tau listrik frekuensi tinggi (diathermy)
2. energi ultrasonik
3. massage.
Pertolongan yang lain adalah :
1. reparasi secara operatif
2. pemberian dexamethasone PO 0,05 – 0,1 mg / kg bb 3 dd
3. immobilisasi kaki yang terkena supaya lesi tidak bertambah berat
4. manipulasi pasif dan melatih kaki untuk menjaga fungsi tendon-tendon dan
persendian. Ini harus dilakukan beberapa kali sehari.
5. kadang-kadang kaki perlu diamputasi bila terdapat lesi-lesi yang berat pada bagian
dorsal.
Sensory neuropathies
Manifestasi dari sensory neuropathies berupa daerah-daerah yang mengalami
hiperesthesia sehingga menyebabkan rasa sakit yang hebat atau pruritus sehingga terjadi
otomutilasi. Sebaliknya bisa terjadi hip atau anesthesi karena panas atau dingin yang sangat, atau
karena trauma.
Mutilasi diri sendiri bisa terjadi karena :
1. penyakit canine distemper
2. pseudorabies (penyakit Aujeszky)
3. beberapa keadaan dengan etiologi yang tidak jelas misalnya menggigit-gigit
punggung, ekor atau ekstrimitas pada kucing siam dan anjing, dan lick granuloma
yaitu luka kronis pada kaki karena terus dijilati.
36
Polyneuropathies
Toxic polyneuropathies
Intoksikasi kronis dengan Pb, As, Hg,dan Tl (Thallium) menyebabkan kelemahan umum
pada semua ekstremitas.
Polyneuropathy yang lain
Pada anjing-anjing dengan diabetes mellitus bisa terjadi kelemahan umum, atrofi otot dan
depresi reflex-reflex ekstremitas.
Neoplasia pada syaraf perifer
Tumor-tumor primer jarang terdapat
Tumor-tumor sekunder pada umumnya adalah lymphosarcoma dan lebih sering terdapat
pada kucing daripada anjing. Seringkali terdapat pada ektremitas sehingga terjadi paralisa yang
progresif lambat dan atrofi otot.
PENYAKIT-PENYAKIT PADA NEUROMUSCULAR JUNCTION
Neuromuscular junction bisa terkena pada beberapa keadaan.
Intoksikasi organophosphate
Organophosphate menginaktifkan acethylcholinesterase. Synapsis dari sistem syaraf
otonom dan sistem syaraf pusat juga terpengaruh.
Tanda-tandanya : miosis, hipersalivasi, tremor otot dan konvulasi.
Botulismus
Toxin Clostridium botulinum menghambat pelepasan acethylcholin dan mempengaruhi
syaraf-syaraf skeletal dan otonom, sehingga terjadi : kelemahan posterior / tetraparesis tanpa
reflex-reflex spinal pada ekstrimitas, anorexia dan hypersalivasi. Bisa terjadi kegagalan respirasi.
Fungsi sensoris tetap normal.
Tick Paralisa
Toxin dari Dermacentor viriabilia betina dewasa menghambat pelepasan acetylcholin
pada neuromuscular junction. Gejala-gejalanya sama dengan botulismus.
Myasthenia gravis
Pada myasthenia gravis terdapat defisiensi acethylcholin pada neuromuscular junction.
Etiologinya tidak jelas (diduga suatu proses otoimun) dan bisa terjadi pada anjing dan kucing
semua umur.
Tanda-tanda klinis
Neuromuscular junction pada seluruh tubuh bisa terkena, terutama pada mata, wajah,
bibir, lidah tenggorokan dan leher sehingga terlihat :
- paralisa fascial, strabismus dan ptosis (disebut “myasthesia fascies”)
- kelemahan otot-otot mastikasi
37
- kesulitan menelan (mudah terjadi aspirasi) dan perubahan suara
- sulit mengambil makanan
- bila ekstremitas terkena terjadi kelemahan yang bertambah berat setelah exercise
- fungsi sensoris pada umumnya normal
- dispnu dan kegagalan respirasi bisa terjadi pada keadaan yang berat.
Diagnosa ditentukan dengan melihat tanda klinis, dengan pemberian edrophonium
chloride dan pemeriksaan EMG. Bila diberikan edrophonium chloride 1 – 2 mg IV, maka setelah
± 1 menit semua paresis akan hilang, tetapi setelah 15 menit kelemahan akan terjadi lagi.
Terapi
Diberikan neostigmine secara PO dan corticosteroid atau ACTH.
PENYAKIT-PENYAKIT PADA MUSKULUS
Myositis spesifik
Myositis ditandani dengan terjadinya eksudasi plasma, infiltrasi dengan sel-sel radang,
dan reaksi pada jaringan ikat serabut-serabut otot biasanya terkena secara sekunder setelah
terkenanya jaringan interstitial dan jaringan panjang.
Myositis spesifik bisa disebabkan oleh :
1. trauma
2. infeksi bakteri : biasanya terjadi secara sekunder pada luka
3. mycosis sistemik : blastomycosis, actinomycosis dan sebagainya.
4. leptospirosis
5. toxoplasmosis
6. parasit-parasit pada otot misalnya cycticercus dan sarcosporidia.
Myositis nonspesifik
Ada beberapa tipe myositis yang causanya tidak jelas.
Eosinophilic myositis
Penyakit ini terutama menyerang anjing jenis besar (misalnya Anjing Gembala Jerman)
pada usia dewasa muda.
Tanda-tandanya :
- pembengkakan bilateral simetris pada otot-otot kepala (masseter, temporalis dan
pterygoideus)
- rahang sedikit terbuka dan sakit bila dipalpasi
- terdapat prolapsus membrana nictitans dan exophthalmus sehingga terjadi keratitis
secara sekunder
- pada hemogram terdapat eosinofilia yang menyolok
- CPK meningkat.
38
Terapi
Pemberian corticosteroid dan mengistirahatkan otot-otot yang terkena dengan
memberikan makanan melalui stomach tube. Perjalanan penyakit ini bisa sampai beberapa
minggu, dan bisa kambuh. Prognosa menjadi kurang baik bila sering kambuh karena terjadi atrofi
dan fibrosis pada otot-otot yang mengakibatkan trismus.
Atrophic myositis
Penyakit ini menyerang bermacam-macam jenis anjing pada berbagai umur.
Tanda-tandanya :
- terdapat atrofi yang progerasif dengan lambat pada otot-otot kepala yang bisa
unilateral, bilateral, asimetris atau simetris
- tidak terdapat rasa sakit
- tidak terdapat eosinofilia
Tterapi
Sama dengan atas
Muscular dystrophy
Distrofi otot ditandai dengan pembengkakan serabut-serabut otot dan kemudian terjadi
atrofi, digantikan dengan hialin dan lemak, dan jaringan ikat bertambah.
Bentuk psuedohyperthrophic dari muscular dystrophy bisa terdapat pada anjing-anjing
muda dengan tanda-tanda :
- jalannya kaku
- makin lama makin lemah
- otot-otot leher, bahu dan punggung membesar.
Penyakit ini bersifat progresif dan berakhir dengan kematian.
Bentuk atrophic dari muscular dystrophy terdapat pada anjing-anjing yang lebih tua
dengan tanda-tanda :
- kelemahan yang progreasif lambat
- jalannya kaku
- otot-otot mengecil.
Pronosa penyakit inipun jelek karena sifatnya progresif.
Nutritional myodegeneration
Defisiensi vitamin E menyebabkan perubahan-perubahan pada otot karena degenerasi.
Biasanya hewan muda lebih peka.
Tanda-tandanya adalah :
- sulit bangkit berdiri
- jalannya kaku
- terdapat kelemahan umum.
39
Pemberian vitamin pada stadium awal dari penyakit memberi hasil yang baik. Tetapi pada
keadaan yang berat bisa terjadi kematian karena otot-otot jantung terkena.
Metabolic myopathies
Kekejangan otot bisa terjadi pada anjing jenis greyhound, yang bisa disamakan dengan
paralytic myoglobinuria pada kuda. Pada waktu berlari tiba-tiba terjadi spasmus otot pada
ektremitas dab tubuh, hewan berhenti danberdiri dengan kaku atau jatuh dan mengalami
cyanosis. Patofisiologi keadaan tersebut tidak jelas. Bilas spasmus terjadi pada satu ekstremitas,
istirahat dan massage akan menyebabkan relaksasi. Pada spasmus yang berat anjing menjadi
cyanotis dan mati, atau tetap hidup tetapi terjadi degenerasi dan atrofi otot-otot (tidak bisa
dipergunakan untuk pacuan lagi).
Spasmus otot juga bisa terjadi pada anjing Scottish terrier pada waktu eksitasi atau
exercise yang berat (disebut scottie cramp). Pada keadaan ini terdapat kerusakan pada otot, dan
diduga spasmus berasal dari SSP. Pemberian diazepam, acepromazine atau primidone bisa
menghilangkan gejala-gejala. Kadang-kadang anjing harus diberi salah satu obat tersebut seumur
hidup.
Neoplasia muskulus
Neoplasia primer maupun sekunder pada muskulus jarang terjadi.
40