file · web viewkurikulum merupakan suatu pedoman atau alat yang digunakan untuk mencapai...
TRANSCRIPT
TUGAS KELOMPOKKOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM
Disusun untuk memenuhi sebagian tugas mata kuliah Kurikulum Pembelajaran
Dosen pengampu : Badarudin S. Pd
Disusun :
Laeli Nur Rakhmayanti ( 1001100095 ) Tiara Farikhah ( 1001100094 ) Bamas Aprihadi ( 1001100052 ) Mega Mawarni ( 1001100067 ) Tiar Arif Setiawan ( 1001100075 )
Semester IVKelas B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASARFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2011
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT, yang atas rahmat-Nya
maka kami penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas makalah “Komponen –
Komponen Kurikulum”.Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas
dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Kurikulum Pembelajaran
SD.Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki kami. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini,
khususnya kepada:
1. Badarudin, S.Pd yang telah memberi bimbingan, pengarahan, dorongan
dalam rangka penyelesaian penyusunan makalah ini
2. Rekan-rekan PGSD 4B ‘10
3. Keluarga yang telah mendukung dalam menyelesaikan tugas mata kuliah
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini
sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Purwokerto, 16 Maret 2011
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan suatu pedoman atau alat yang digunakan
untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan, dan kurikulum merupakan alat
yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan. Sehingga apabila dalam
suatu sekolah tidak mempunyai kurikulum maka akan terjadi suatu
kesulitan dalam pelaksanaan pendidikan.
Dalam kurikum terdapat banyak beberapa komponen-komponen
yang harus diketahui oleh guru,calon guru maupun oleh orang-orang yang
berada dalam dunia pendidikan sehingga tercipta suatu pendidikan yang
lebih baik. Selain itu juga kita harus mengetahui dan memahami
komponen-komponen kurikulum serta keterkaitan antar setiap komponen
dalam sistem pengembangan kurikulum, sehingga ketika kita terjun
langsung dalam dunia pendidikan tidak akan merasa kesulitan ataupun
terbebani dengan kurikulum yang sudah ditetapkan.
B. Rumusan Masalah
a. Apa saja komponen-komponen kurikulum ?
b. Apakah ada keterkaitan antar kurikulum ?
C. Tujuan
a. Dapat mengetahui komponen apa saja yang terdapat dalam
kurikulum
b. Dapat mengetahui keterkaitan antar komponen kurikulum
BAB II
KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM
A. Komponen Tujuan
Mengingat pentingnya pendidikan bagi manusia, hampir di setiap negara
telah mewajibkan para warganya untuk mengikuti kegiatan pendidikan,
melalui berbagai ragam teknis penyelenggaraannya, yang disesuaikan dengan
falsafah negara, keadaan sosial-politik kemampuan sumber daya dan keadaan
lingkungannya masing-masing. Kendati demikian, dalam hal menentukan
tujuan pendidikan pada dasarnya memiliki esensi yang sama. Seperti yang
disampaikan oleh Hummel (Uyoh Sadulloh, 1994) bahwa tujuan pendidikan
secara universal akan menjangkau tiga jenis nilai utama yaitu:
1. Autonomy; gives individuals and groups the maximum awarenes,
knowledge, and ability so that they can manage their personal and
collective life to the greatest possible extent.
2. Equity; enable all citizens to participate in cultural and economic life by
coverring them an equal basic education.
3. Survival ; permit every nation to transmit and enrich its cultural
heritage over the generation but also guide education towards mutual
understanding and towards what has become a worldwide realization of common
destiny.)
Tujuan kurikulum setiap satuan pendidikan harus mengacu ke arah
pencapaian tujuan pendidikan nasional, sebagaimana telah ditetapkan
dalam UU No. 2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional.
Kurikulum menyediakan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk
mengalami proses pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional khususnya dan menciptakan sumber daya manusia
yang berkualitas pada umumnya. Tujuan ini dikategorikan sebagai tujuan
umum kurikulum.
Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional
dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistrm Pendidikan Nasional, bahwa : ” Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”..
Agar lebih memahami bagaimana tujuan-tujuan pendidikan
memiliki kawasan tersendiri, maka akan dijelaskan mengenai hirarki
tujuan-tujuan pendidikan. Namun sebelumnya kita harus memahami istilah
tujuan ada dua istilah utama yang perlu dipahami yaitu “Goals” dan “
Objectives ”. kedua istilah ini sama-sama mengacu pada makna tujuan.
Istilah Goals cenderung lebih menekankan pada tujuan yang bersifat
umum dan belum bisa diukur dalam aspek perubahan perilaku peserta
didiknya. Sedangkan istilah Objectives cenderung mengarah pada
pemahaman kita mengenai tujuan yang sudah dapat diukur dalam aspek
perubahan perilaku peserta didiknya.
Hiraraki tujuan pendidikan dan Pembelajaran
1. Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu tujuan yang tercantum dalam UUD
1945, sebagai tujuan utama bagi sistem pendidikan nasional kita dalam
rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Tujuan ini
dijabarkan lagi dalam bentuk tujuan-tujuan kelembagaan yang ada
dibawahnya. Tujuan Pendidikan Nasional merupakan tujuan yang
paling umum dan sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman oleh
setiap usaha pendidikan. Setiap lembaga dan penyelenggara
pendidikan harus dapat membentuk manusia yang sesuai rumusan
tersebut. Tujuan pendidikan umum biasanya dirumuskan dalam bentuk
perilaku yang ideal sesuai dengan pandangan hidup dan filsafat suatu
bangsa yang dirumuskan oleh pemerintah dalam bentuk undang-
undang.
2. Tujuan Institusional, yaitu tujuan yang dirumuskan oleh institusi-
institusi pendidikan yang diselenggarakan baik oleh pemerintah
maupun swasta. Tujuan institusional harus di capai oleh setiap
lembaga pendidikan. Tujuan ini sebagai kualifikasi yang harus dimiliki
oleh setiap siswa setelah mereka menempuh atau dapat menyelesaikan
program disuatu lembaga pendidikan tertentu.
3. Tujuan Kurikuler, yaitu tujuan yang dirumuskan pada tingkat mata
pelajaran atau bidang studi tertentu baik di tingkat pendidikan dasar
maupun lanjutan atau tujuan yang hendak dicapai oleh setiap bidang
studi atau mata pelajaran. Tujuan kurikuler dapat didefinisikan sebagai
kualifikasi yang harus dimiliki anak didik setelah mereka
menyelesaikan suatu bidang studi tertentu dalam suatu lembaga
pendidikan. Tujuan kurikuler harus dapat mendukung dan diarahkan
untuk mencapai tujuan institusional, serta tergambarkan pada standar
isi setiap mata pelajaran atau bidang studi yang harus dikuasai oleh
setiap siswa pada setiap satuan pendidikan.tujuan pembelajaran
merupakan bagian dari tujuan kurikuler. Yaitu kemampuan yang harus
dimiliki oleh setiap anak didik setelah mereka mempelajari bahasan
tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan.
Terdapat tiga perilaku yang harus dirumuskan, yaitu
a. domain kognitif terdiri dari:
knowledge (pengetahuan) adalah kemampuan
mengingat dan kemampuan mengungkapkan kembali
informasi yang sudah dipelajari.
Comprehension (pemahaman) adalah kemampuan
memahami suatu objek atau subjek pembelajaran.
Application (penerapan) adalah kemampuan untuk
menggunakan konsep, prinsip, prosedur pada situasi
tertentu.
Analysis adalah kemampuan untuk menguraikan atau
memcahkan suatu bahan pelajaran ke dalam bagian-
bagian atau unsur-unsur serta hubungan antar bagian
Synthesis, adalah kemampuan untuk menghimpun
bagian-bagian ke dalam suatu keseluruhan yang
bermakna
Evaluation, adalah kemampuan membuat penilaian
terhadap sesuatu terhadap maksud dan kriteria tertentu
b. domain afektif. Terdiri dari :
penerimaan adalah sikapkesadaran atau kepekaan
seseorang terhadap gejala,kondisi, keadaan atau suatu
masalah
merespon, ditunjukan oleh kemampuan untuk
berpartisipasi aktif dalam kegiatan tertentu seperti
kemauan untuk menyelesaikan tugas tepat waktu,
kemauan untuk mengikuti diskusi, kemauan untuk
membentu orang lain.
Menghargai, kemampuan untuk memberi penilaian atau
kepercayaan kapada gejala atau suatu objek tertentu.
Mengorganisasi, berkenaan dengan pengembengan nilai
ke dalam sistem organisasi tetentu, termasuk hubungan
antar nilai dan tingaky prioritas nilai=nilai tersebut.
Karakterisasi nilai, mengadakan sintesis
daninternalisasi sistem nilaidengan pengkajian secara
mendalam, sehingga nilai-nilai yang dibangunnnya
dijadikan sebagai falsafah hidup serta dijadikan
pedoman dalam berperilaku
c. dan domain psikomotor., terdiri dari :
perception (persepsi), kemampuan seseorang dalam
memandang sesutau yang dipermasalhkan.
Set (kesiapan), kesediaan seseorang untuk melatih diri
tentang keterampilan tertentu yang direflesikan dengan
perilaku khusus
Imitation (meniru), kemampuan seseorang dalam
mempraktekan gerakan-gerakan sesuai dengan contoh
yang diamati
Habbitual (membiasakan) kemampuan seseorang untuk
mempraktekan gerakan-gerakan tertentu tanpa harus
melihat contoh
Adaption (menyesuaikan), kemampuan sudah
disesuaikan dengan kondisi dan keadaan tertentu
Organization ( menciptakan), tergambar dari
kemampuannya dalm menghasilkan sesuatu yang baru
4. Tujuan pembelajaran umum, yaitu tujuan yang dirumuskan dalam
rangka mencapai tujuan setiap pokok bahasan yang ada pada setiap
mata pelajaran baik pada tingkat pendidikan dasar maupun lanjutan.
Tujuan pembelajaran khusus, yaitu tujuan yang dirumuskan untuk
mencapai tujuan pada sub pokok bahasan , atau uraian materi setiap
pertemuan proses pembelajaran. Tujuan – tujuan mengajar juga memiliki
tingkat kesukaran yang berbeda – beda. Blom, (1975)membagi dominan
kognitif atas enam tingkatan dari yang paling rendah, yaitu pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Perumusan tujuan
mengajar yang berbentuk tujuan khusus(objektive) memberi beberapa
keunggulan yaitu:
a. Tujuan khusus memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud
kegiatan mengajar –belajar kepada siswa. Berdasarkan penelitian
mager dan clark (1963) siswa yang mengetahui tujuan – tujuan
khusus suatu pokok bahasan, diberikan referensi dan sumber yang
memadai, dapat belajar sendiri dalam waktu setengah dari waktu
belajar dalam kelas biasa.
b. Tujuan khusus, membantu memudahkan guru – guru memilih dan
menyusun bahan ajar.
c. Tujuan khusus memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan
media mengajar.
d. Tujuan khusus memudahkan guru mengadakan penilaian. Dengan
tujuan khusus guru lebih mudah menentukan bentuk tes, lebih
mudah merumuskan butir tes dan lebih mudah menentukan kriteria
pencapaian
B. Komponen Materi
Isi kurikulum merupakan komponen yang harus berhubungtan
dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum
menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan
atau meteri pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap mata
pelajaran yang diberikan maupun aktifitas dan kegiatan siswa. Materi
maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang
ingin dicapai.
Dalam menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar tidak
lepas dari filsafat dan teori pendidikan dikembangkan. Seperti telah
dikemukakan di atas bahwa pengembangan kurikulum yang didasari
filsafat klasik (perenialisme, essensialisme, eksistensialisme) penguasaan
materi pembelajaran menjadi hal yang utama.
Siswa belajar dalam bentuk interaksi dengan lingkungannya,
lingkungan orang – orang, alat – alat dan ide – ide. Tugas utama guru
adalah menciptakan lingkungan tersebut, untuk mendorong siswa
melakukan interaksi yang produktif dan memberikan pangalaman belajar
yang dibutuhkan. Kegiatan dan lingkungan demikian direncanakan dalam
suatu rencana mengajar, yang mencakup komponen – komponen : tujuan
khusus, sekuens bahan ajar , strategi mengajar , media dan sumber belajar,
serta evaluasi hasil mengajar. Karena perumusan tujuan khusus strategi ,
dan evaluasi mengajar dibahas secara tersendiri, maka dalam bagian ini
yang akan diuraikan hanya sekuens bahan ajar,
Untuk mencapai tiap tujuan mengajar yang telah ditentukan diperlukan
bahan ajar. Bahan ajar tersusun atas topik – topik dan sub – subtopik
tertentu. Tiap topik atau subtopik mengandung ide – ide pokok yang
relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Topik – topik atau sub –
subtopik tersebut tersusun dalam sekuens tertentu yang membentuk suatu
sekuens bahan ajar.
Materi kurikulum pada hakikatnya adalah isi kurikulum yang
dikembangkan dan disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Materi kurikulum berupa bahan pelajaran yang terdiri dari bahan
kajian atau topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam
proses belajar dan pembelajaran
2. Mengacu pada pencapaian tujuan masing-masing satuan pendidikan
3. Diarahkann untuk mencapai tujuan masing-masing pendidikan
nasional. Materi kurikulum mengandung aspek-aspek tertentu sesuai
dengan tingkatan tujuan kurikulum yang meliputi :
a. Teori, seperangkat konstruk atau konsep, definisi, atau
preposisi yang saling berhubungan, yang menyajikan
pendapat sistematik tentang gejala dengan menspesifikasi
hubungan-hubungan antara variabel-variabel dengan maksud
menjelaskan dan meramalkan gejala bahasa.
b. Konsep, suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari
kekhususan-kekhususan, merupakan definisi singkat dari
sekelompok fakta atau gejala.
c. Generalisasi, yaitu kesimpulan umum berdasarkan hal-hal
yang khusus bersumber dari analisis, pendapat atau
pembuktian dalam penelitian.
d. Prinsip, yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi
yang mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.
e. Prosedur, yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam
materi pelajaran yang harus dilakukan oleh siswa.
f. Fakta, sejumlah informasi khusus dalam materi yang
dianggap penting terdiri dari terminologi, orang dan tempat
serta kejadian.
g. Istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus
diperkenalkan dalam materi
h. Contoh atau ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang
bertujuan memperjelas suatu uraian atau pendapat.
i. Definisi, yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian
tentang suatu hal/ kata dalam garis besarnya.
j. Preposisi, yaitu cara yang digunakan untuk menyampaikan
pelajaaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.
Materi pembelajaran yang didasarkan pada filsafat progresivisme
lebih memperhatikan tentang kebutuhan, minat, dan kehidupan peserta
didik. Oleh karena itu, materi pembelajaran harus diambil dari dunia
peserta didik dan oleh peserta didik itu sendiri. Materi pembelajaran yang
didasarkan pada filsafat konstruktivisme, materi pembelajaran dikemas
sedemikian rupa dalam bentuk tema-tema dan topik-topik yang diangkat
dari masalah-masalah sosial yang krusial, misalnya tentang ekonomi,
sosial bahkan tentang alam. Materi pembelajaran yang berlandaskan pada
teknologi pendidikan banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi telah diramu
sedemikian rupa dan diambil hal-hal yang esensialnya saja untuk
mendukung penguasaan suatu kompetensi. Materi pembelajaran atau
kompetensi yang lebih luas dirinci menjadi bagian-bagian atau sub-sub
kompetensi yang lebih kecil dan obyektif.
Dengan melihat pemaparan di atas, tampak bahwa dilihat dari
filsafat yang melandasi pengembangam kurikulum terdapat perbedaan
dalam menentukan materi pembelajaran,. Namun dalam implementasinya
sangat sulit untuk menentukan materi pembelajaran yang beranjak hanya
dari satu filsafat tertentu., maka dalam prakteknya cenderung digunakan
secara eklektik dan fleksibel..
Berkenaan dengan penentuan materi pembelajaran dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, pendidik memiliki wewenang
penuh untuk menentukan materi pembelajaran, sesuai dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang hendak dicapai dari setiap kegiatan
pembelajaran. Dalam prakteknya untuk menentukan materi pembelajaran
perlu memperhatikan hal-hal berikut :.
1. Sahih (valid); dalam arti materi yang dituangkan dalam pembelajaran
benar-benar telah teruji kebenaran dan kesahihannya. Di samping itu, juga materi
yang diberikan merupakan materi yang aktual, tidak ketinggalan zaman, dan
memberikan kontribusi untuk pemahaman ke depan.
2. Tingkat kepentingan; materi yang dipilih benar-benar diperlukan peserta
didik. Mengapa dan sejauh mana materi tersebut penting untuk dipelajari.
3. Kebermaknaan; materi yang dipilih dapat memberikan manfaat akademis
maupun non akademis. Manfaat akademis yaitu memberikan dasar-dasar
pengetahuan dan keterampilan yang akan dikembangkan lebih lanjut pada jenjang
pendidikan lebih lanjut. Sedangkan manfaat non akademis dapat mengembangkan
kecakapan hidup dan sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Layak dipelajari; materi memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek
tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit) maupun aspek
kelayakannya terhadap pemanfaatan materi dan kondisi setempat.
5. Menarik minat; materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat
memotivasi peserta didik untuk mempelajari lebih lanjut, menumbuhkan rasa
ingin tahu sehingga memunculkan dorongan untuk mengembangkan sendiri
kemampuan mereka.
Terlepas dari filsafat yang mendasari pengembangan materi, Nana
Syaodih Sukamadinata (1997) mengetengahkan tentang sekuens
susunan materi pembelajaran, yaitu :
1. Sekuens kronologis; susunan materi pembelajaran yang mengandung
urutan waktu.
2. Sekuens kausal; susunan materi pembelajaran yang mengandung
hubungan sebab-akibat.
3. Sekuens struktural; susunan materi pembelajaran yang mengandung
struktur materi.
4. Sekuens logis dan psikologis; sekuensi logis merupakan susunan materi
pembelajaran dimulai dari bagian menuju pada keseluruhan, dari yang
sederhana menuju kepada yang kompleks. Sedangkan sekuens psikologis
sebaliknya dari keseluruhan menuju bagian- bagian, dan dari yang kompleks
menuju yang sederhana. Menurut sekuens logis materi pembelajaran disusun
dari nyata ke abstrak, dari benda ke teori, dari fungsi ke struktur, dari masalah
bagaimana ke masalah mengapa.
5. Sekuens spiral ; susunan materi pembelajaran yang dipusatkan pada
topik atau bahan tertentu yang populer dan sederhana, kemudian
dikembangkan, diperdalam dan diperluas dengan bahan yang lebih kompleks.
6. Sekuens rangkaian ke belakang; dalam sekuens ini mengajar dimulai
dengan langkah akhir dan mundur kebelakang. Contoh pemecahan masalah
yang bersifat ilmiah, meliputi 5 langkah sebagai berikut : (a) pembatasan
masalah; (b) penyusunan hipotesis; (c) pengumpulan data; (d) pengujian
hipotesis; dan (e) interpretasi hasil tes.
7. Dalam mengajarnya, guru memulai dengan langkah (a) sampai (d),
dan peserta didik diminta untuk membuat interprestasi hasilnya (e).
Pada kasempatan lain guru menyajikan data tentang masalah lain dari
langkah (a) sampai (c) dan peserta didik diminta untuk mengadakan
pengetesan hipotesis (d) dan seterusnya.
8. Sekuens berdasarkan hierarki belajar; prosedur pembelajaran dimulai
menganalisis tujuan-tujuan yang ingin dicapai, kemudian dicari suatu
hierarki urutan materi pembelajaran untuk mencapai tujuan atau
kompetensi tersebut. Hierarki tersebut menggambarkan urutan perilaku apa
yang mula-mula harus dikuasai peserta didik, berturut-berturut sampai
dengan perilaku terakhir.
C. Komponen Metode
Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan mata
pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Dewasa ini, aktivitas
guru yang bertindak sebagai fasilitator dan pebimbing bagi siswa. Karena
itu istilah metode yang lebih menekankan pada kegiatan guru, selanjutnya
diganti dengan istilah strategi pembelajaran yang menekankan pada
aktivitas siswa secara optimal.
Komponen strategi berhubungan dengan implementasi kurikulum.
Strategi meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang
direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Strategi pembalajaran
merupakan rencana tindakan atau rangkaian kegiatan termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan
dalam pembelajaran. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu.
Metode digunaklan untuk merealisasikan strategi yang ditetapkan. Strategi
berbeda dengan motode :
Strategi adalah a plan of operation achieving something.
Metode adalah a way achieving something.
Penggunaan strategi dan metode dalam pembelajaran tergantung pada
pendekatan tertentu.
Srategi pembelajaran dapat terbagi atas
1. Strategi ekspositori
2. Strategi discoveri
3. Strategi group
4. Strategi individual
Metode atau strategi pembelajaran menempati fungsi yang penting
dalam kurikulum, karena memuat tugas-tugas yang perlu dikerjakan oleh
siswa dan guru. Karena itu, penyusunan ini hendaknya berdasarkan
analisis tugas yang mengacu pada tujuan kurikulum dan berdasarkan
perilaku awal siswa (entry behaviour).
Dalam konteks masalah kajian metode ini, maka ada tiga alternatif
pendekatan yang dapat digunakan, yaitu ;
a. Pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran (subject oriented)
b. Pendekatan yang berpusat pada siswa (student oriented)
c. Pendekatan yang berorientasi pada kehidupan bermasyarakat
(social oriented)
Pada kajian metode ini ada landasan yang dapat dijadikan tolak ukur
dalam pemakaian jenis metode yaitu bahwa tidak ada metode satupun yang
dapat dikatakan lebih baik, namun metode pembelajaran hendaknya bersifat
multi method. Untuk kepentingan pemilihan metode pembelajaran, maka
seorang guru harus menetapkan beberapa metode dalam desain
pembelajarannya. Sebelum menetapkan metode tertentu maka terlebih dahulu
guru harus berpedoman pada jenis pendekatan. Ada beberapa pendekatan
dalam pembelajaran yang dapat dijadikan pedoman oleh guru, yaitu
pendekatan Heuristik dan Ekspositorik. Pendekatan Heuristik adalah
pendekatan yang bisa dijadikan pedoman dalam memilih metode yang sifatnya
penyampaian informasi termasuk metode ceramah dan sejenisnya. Pendekatan
Ekspositorik, adalah pendekatan yang bisa dijadikan pedoman dalam memilih
metode yang sifatnya praktek, termasuk eksperimen, observasi, discovery
inquiri dan sejenisnya.
D. Komponen Organisasi Kurikulum
Organisai kurikulum terdiri dari beberapa bentuk yang masing-masing
memiliki ciri-ciri tersendiri. Dibawah ini akan dijabarkan beberapa jenis
kurikum yaitu :
1. Mata pelajaran terpisah-pisah (isolated subject)
2. Kurikulum terdiri dari sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah yang
diajarkan sendiri-sendiri tanpa ada hubungannya dengan mata pelajaran
lainnya. Masing-masing diberikan pada waktu tertentu dan tidak
mempertimbangkan minat, kebutuhan dan kemampuan siswa, semua materi
diberikan sama.
3. Mata pelajaran berkorelasi (correlated)
4. Korelasi diadakan sebagai upaya untuk mengurangi kelemahan-kelemahan
sebagai akibat pemisahan mata pelajaran. Prosedur yang ditempuh ialah
menyampaikan pokok-pokok yang saling berkorelasi guna memudahkan
siswa memahami pelajaran tertentu.
5. Bidang studi (broad field)
6. Yaitu organisasi kurikulum yang berupa pengumpulan beberapa mata
pelajaran dan sejenis serta memiliki ciri-ciri yang sama dan dikorelasikan/
difungsikan dalam satu bidang pangajaran. Salah satu mata pelajaran dapat
dijadikan “correct subject”, sedangkan mata pelajaran lainnya dikorelasikan
dengan core tersebut.
7. Program yang berpusat pada anak (child centered)
8. Program yang menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan peserta didik bukan
mata pelajaran.
9. Inti masalah (core programs)
10. Core program merupakan suatu program yang berupa unit-unit masalah,
dimana masalah-masalah diambil dari suatu mata pelajaran tertentu, mata
ajaran lainnya diberikan melalui kegiatan-kegiatan belajar dalam upaya
memecahkan masalahnya. Mata ajaran-mata ajaran yang menjadi pisau
analisisnya diajarkan secara terintegrasi.
11. Electric program
Electric program yaitu suatu program yang mencari keseimbangan antara
organisasi kurikulum yang terpusat pada mata ajaran dan peserta didik.
Berkenaan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
tampaknya lebih cenderung menggunakan pengorganisasian yang bersifat
eklektik, yang terbagi ke dalam lima kelompok mata pelajaran, yaitu : (1)
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; (2) kelompok mata
pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; (3) kelompok mata pelajaran
ilmu pengetahuan dan teknologi; (4) kelompok mata pelajaran estetika;
dan (5) kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan
Kelompok-kelompok mata pelajaran tersebut selanjutnya
dijabarkan lagi ke dalam sejumlah mata pelajaran tertentu, yang
disesuaikan dengan jenjang dan jenis sekolah. Di samping itu, untuk
memenuhi kebutuhan lokal disediakan mata pelajaran muatan lokal serta
untuk kepentingan penyaluran bakat dan minat peserta didik disediakan
kegiatan pengembangan diri.
E. Komponen Evaluasi
Komponen utama selanjutnya setelah rumusan tujuan, materi,
metoda, organisasi kurikulum, adalah evaluasi. Evaluasi ditunjukkan untuk
menilai pencapaian tujuan – tujuan yang telah ditentukan serta menilai
proses pelaksanaan mengajar secara keseluruhan. Tiap kegiatan akan
memberikan umpan balik, demikian juga dalam pencapaian tujuan –
tujuan dan proses pelaksanaan mengajar. Umpan balik tersebut digunakan
untuk mengadakan berbagai usaha penyempurnaan baik bagi penentuan
dan perumusan tujuan mengajar, penentuan sekuens bahan ajar, strategi,
dan media mengajar.
Untuk menilai keberhasilan penguasaan siswa atau tujuan – tujuan
khusus yang telah ditentukan, diadakan suatu evaluasi. Evaluasi ini disebut
juga evaluasi hasil belajar – mengajar. Dalam evaluasi ini disusun butir –
butir soal untuk mengukur pencapaian tiap tujuan khusus yang telah
ditentukan. Untuk tiapa tujuan khusus minimal disusun satu butir soal.
Menurut lingkup luas bahasa dan jangka waktu belajar dibedakan antara
evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi formatif ditunjukan untuk menilai
penguasaan siswa terhadap tujuan – tujuan belajar dalam jenjang waktu
yang relatif pendek. Tujuan utama dari evaluasi sebenarnya lebih besar
ditunjukan untuk menilai proses pengajaran. Dalam kurikulum pendidikan
dasar dan menengah evaluasi formatif digunakan untuk menilai
penguasaan siswa setelah selesai mempelajari satu pokok bahasan.
Sedangkan evaluasi sumatif ditunjukan untuk menilai penguasaan siswa
terhadap tujuan – tujuan yang lebih luas, sebagai hasil usaha belajar dalam
jangka waktu yang cukup lama, satu semester, satu tahun atau selama
jenjang pendidikan. Evaluasi sumatif mempunyai fungsi yang lebih dari
luas daripada evaluasi formatif. Dalam kurikulum pendidikan dasar adan
menengah, evaluasi sumatif dimaksudkan untuk menilai kemajuan belajar
siswa serta menilai evektifitas program secara menyeluruh.
Melelui kegiatan evaluasi dapat ditentukan nilai dan arti
kurikulum, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan apakah
kurikulum perlu dipertahankan atau tidak. Evaluasi merupakan konponen
untuk melihat efektifitas pencapaian tujuan. Dalam konstek kurikulum,
evaluasi dapat berfungsi untu mengetahui apakah tujuan yang telah
ditetapkan telah tercapai atau belum. Evaluasi sebagai alat untuk melihat
keberhasilan pencapaian tujuan dapat dikelompokan kedalam dua jenis :
1. Tes
a. Digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek
kognitif atau tingkat penguasaan materi pembelajaran
b. Tes harus memiliki dua kriteria, yaitu kriteria validitas dan
reliabilitas
c. Tes hasil belajar dapat dibedakan menjadi tes kelompok dan tes
individu
2. Non tes
a. Adalah alat evaluasi yang biasa digunakan untuk menilai aspek
tingkah laku termasuk sikap, minat, dan motivasi
b. Jenis-jenis non tes : Observasi, wawancara, studi kasus, skala
sikap
Aspek-aspek yang perlu dinilai bertitik tolak dari aspek-aspek
tujuan yang hendak dicapai. Sedangkan jenis penilaian yang dilaksanakan
tergantung pada tujuan diselenggarakannya penilaian itu sendiri. Jenis
penilaian meliputi :
a. Penilaian awal pembelajaran
b. Penilaian proses pembelajaran
c. Penilaian akhir pembelajaran
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh instrumen
penilaian, ialah aspek vasilidasi dan reliabilitas,kepraktisan dan
pembedaan. Di samping itu perlu diperhatikan bahwa penilaian harus
bersifat objectif, dilakukan berdasarkan tanggungjawab kelompok guru,
rencana yang rinci dan terkait dengan pelaksanaan kurikulum, sesuai
dengan tujuan dan materi kurikulum, menggunakan alat ukur yang handal
dan mudah dilaksanakan serta memberikan hasil yang akurat.
Terdapat beberapa model evaluasi kurikulum, diantaranya adalah
Model CIPP (Context, Input, Process dan Product) yang bertitik tolak pada
pandangan bahwa keberhasilan progran pendidikan dipengaruhi oleh
berbagai faktor, seperti : karakteristik peserta didik dan lingkungan, tujuan
program dan peralatan yang digunakan, prosedur dan mekanisme
pelaksanaan program itu sendiri. Evaluasi model ini bermaksud
membandingkan kinerja (performance) dari berbagai dimensi program
dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya sampai pada deskripsi dan
judgment mengenai kekuatan dan kelemahan program yang dievaluasi.
Model ini kembangkan oleh Stufflebeam (1972) menggolongkan program
pendidikan atas empat dimensi, yaitu : Context, Input, Process dan Product.
Menurut model ini keempat dimensi program tersebut perlu dievaluasi
sebelum, selama dan sesudah program pendidikan dikembangkan.
Penjelasan singkat dari keempat dimensi tersebut adalah, sebagai berikut :
1. Context; yaitu situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-
jenis tujuan dan strategi pendidikan yang akan dikembangkan dalam
program yang bersangkutan, seperti : kebijakan departemen atau unit
kerja yang bersangkutan, sasaran yang ingin dicapai oleh unit kerja
dalam kurun waktu tertentu, masalah ketenagaan yang dihadapi dalam
unit kerja yang bersangkutan, dan sebagainya.
2. Input; bahan, peralatan, fasilitas yang disiapkan untuk keperluan
pendidikan, seperti : dokumen kurikulum, dan materi pembelajaran
yang dikembangkan, staf pengajar, sarana dan pra sarana, media
pendidikan yang digunakan dan sebagainya.
3. Process; pelaksanaan nyata dari program pendidikan tersebut, meliputi :
pelaksanaan proses belajar mengajar, pelaksanaan evaluasi yang
dilakukan oleh para pengajar, penglolaan program, dan lain-lain.
4. Product; keseluruhan hasil yang dicapai oleh program pendidikan,
mencakup : jangka pendek dan jangka lebih panjang.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam mewujudkan pendidikan yang baik dan mencerdaskan anak bangsa, maka
kita sebagai calon pendidik hendaknya dapat memahami dan menggunakan
kurikulum dengan semestinya karena kurikulum merupakan salah satu alat yang
dapat digunakan agar pendidikan dapat berjalan sesuai dengan aturan pendidikan
nasional. Selain itu juga kita hendaknya dapat mengetahui komponen-komponen
apa saja yang terdapat dalam kurikulum, sehingga tidak terjadi suatu
penyimpangan atau kesulitan ketika berada di sekolah atau dunia pendidikan.