diuretik percobaan

6
DIURETIK I. TUJUAN a. Mengenal suatu cara untuk mengevaluasi secara eksperimental efek diuretik suatu obat. b. Merumuskan beberapa kriteria diuretic dan pendekatan yang baik untuk mengatasinya. II. TEORI DASAR Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian: 1. menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi. 2. menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam air. Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali menjadi normal. Diuretik menurunkan tekanan darah terutama dengan cara mendeplesikan simpanan natrium tubuh. Awalnya, diuretik menurunkan tekanan darah dengan menurunkan volume darah dan curah jantung, tahanan vaskuler perifer. Penurunan tekanan darah dapat terlihat dengan terjadinya diuresis. Diuresis menyebabkan penurunan volume plasma dan stroke volume yang akan menurunkan curah jantung dan akhirnya menurunkan tekanan darah. Mekanisme kerja diuretik Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik : - tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yangbekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium sedikit, akanmemberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan diure-tik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium banyak. - status fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasijantung, sirosis hati, gagal ginjal. Dalam keadaan ini akanmemberikan respon yang berbeda terhadap diuretik. - interaksi antara obat dengan reseptor. Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu : 1. Diuretik osmotik Tempat Dan Cara Kerja : Tubuli Proksimal penghambatan reabsorbsi natrium dan air melalui daya osmotiknya Ansa Henle penghambatan reasorbsi natrium dan air oleh karena hiperosmolaritas daerah medula menurun. Duktus Koligentes penghambatan reasorbsi natrium dan air akibat adanya papilarry washout, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau adanya faktor lain.

Upload: muhammad-erwin-yamashita

Post on 16-Jul-2015

136 views

Category:

Data & Analytics


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Diuretik percobaan

DIURETIK

I. TUJUAN

a. Mengenal suatu cara untuk mengevaluasi secara eksperimental efek diuretik suatu obat.

b. Merumuskan beberapa kriteria diuretic dan pendekatan yang baik untuk mengatasinya.

II. TEORI DASAR

Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin.

Istilah diuresis mempunyai dua pengertian:

1. menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi.

2. menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam air.

Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti

mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel

kembali menjadi normal.

Diuretik menurunkan tekanan darah terutama dengan cara mendeplesikan

simpanan natrium tubuh. Awalnya, diuretik menurunkan tekanan darah dengan

menurunkan volume darah dan curah jantung, tahanan vaskuler perifer. Penurunan

tekanan darah dapat terlihat dengan terjadinya diuresis. Diuresis menyebabkan

penurunan volume plasma dan stroke volume yang akan menurunkan curah jantung dan

akhirnya menurunkan tekanan darah.

Mekanisme kerja diuretik

Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik :

- tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yangbekerja pada daerah yang reabsorbsi

natrium sedikit, akanmemberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan diure-tik

yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium banyak.

- status fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasijantung, sirosis hati, gagal ginjal.

Dalam keadaan ini akanmemberikan respon yang berbeda terhadap diuretik.

- interaksi antara obat dengan reseptor.

Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :

1. Diuretik osmotik

Tempat Dan Cara Kerja :

Tubuli Proksimal penghambatan reabsorbsi natrium dan air melalui daya

osmotiknya Ansa Henle penghambatan reasorbsi natrium dan air oleh karena

hiperosmolaritas daerah medula menurun. Duktus Koligentes penghambatan reasorbsi natrium dan air akibat adanya

papilarry washout, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau adanya faktor lain.

Page 2: Diuretik percobaan

diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan

cepat diekskresi oeh ginjal.

Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isosorbid.

2. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase

Tempat Dan Cara Kerja : Diuretik ini bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara

menghambat reabsorpsi bikarbonat.

Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan

meatzolamid.

3. Diuretik golongan tiazid

Tempat Dan Cara Kerja : Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli

distal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium klorida.

Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ; klorotiazid,

hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid,

metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.

4. Diuretik hemat kalium

Tempat Dan Cara Kerja : Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal

dan duktus koligentes daerah korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan

sekresi kalium dengan jalan antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara

langsung (triamteren dan amilorida).

Yang tergolong dalam kelompok ini adalah: antagonis aldosteron. triamterenc.

amilorid.

5. Diuretik kuat

Tempat Dan Cara Kerja : Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian

asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat transport elektrolit

natrium, kalium, dan klorida.

Yang termasuk diuretik kuat adalah ; asam etakrinat, furosemid dan bumetamid.

6. Xantin

Xantin ternyata juga mempunyai efek diuresis. Efek stimulansianya paa fungsi

jantung, menimbulkan dugaan bahwa diuresis sebagian disebabkan oleh meningkatnya

aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerolus. Namun semua derivat xant in ini rupanya

juga berefek langsung pada tubuli ginjal, yaitu menyebabkan peningkatan ekskresi Na+

dan Cl- tanpa disertai perubahan yang nyata pada perubahan urin. Efek diuresis ini

hanya sedikit dipengaruhi oleh keseimbangan asam-basa, tetapi mengalami potensiasi

bila diberikan bersama penghambat karbonik anhidrase.Diantara kelompok xantin,

theofilin memperlihatkan efek diuresis yang paling kuat.

Penggunaan klinik diuretik.

Diuretik golongan Tiazid, merupakan pilihan utama step 1, pada sebagian besar

penderita.

Page 3: Diuretik percobaan

Diuretik golongan tiazid, :

a. digunakan pada payah jantung kronik kongestif, bila fungsi ginjal normal.

b. Digunakan pada penderita batu ginjal.

c. disertai dengan diet rendah garam digunakan pada penderita diabetes insipidu

Diuretik kuat biasanya (furosemid) :

a. terutama bermanfaat pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal.

b. Udem paru akut.

c. digunakan bila terdapat gangguan fungsi ginjal atau bila diperlukan efek diuretik yang

segera.

d. diberikan bersama infus NaCl hipertonis pada penderita hiperklasemia

Diuretik osmotik :

a. pada penderita udem otak

b. Diuretik osmotik atau asetazolamid digunakan prabedah pada penderita acute angle

closure glaucoma

Diuretik hemat kalium, digunakan bersama tiazid atau diuretik kuat, bila ada

bahaya hipokalemia.

Biasanya digunakan diuretik golongan tiazid atau diuretik kuat bersama dengan spironolakton untuk penderita sindrom nefrotik

III. ALAT DAN BAHAN

Tikus 1 ekor

Obat : furosemid injeksi

Timbangan hewan

Alat suntik

Alat untuk pengujian (tabung metabolisme)

Gelas ukur

IV. CARA KERJA

1. Tikus ditimbang pada timbangan hewan.

2. Dihitung nilai VAO dan dosis furosemid yang akan diinjeksikan pada tikus

3. Tikus disuntikan secara intraperitoneal dengan kadar dosis yang telah dihitung.

4. Tikus dimasukkan kedalam tabung metabolisme untuk dilakukan pengamatan.

5. Pengamatan dilakukan pada menit ke 10’, 20’, 30’, 40’, 50’, 60’

6. Jumlah volume urin tikus yang dihasilkan pada menit diatas dicatat

7. Dibuat kurva hubungan antara volume urin dan waktu.

Page 4: Diuretik percobaan

8. Dilihat perbedaan pada dosis yang diberikan terhadap jumlah urine yang dihasilkan.

V. HASIL PENGAMATAN

Tikus I

§ Berat Badan : 300 mg = 0,3 kg

§ Dosis Obat (Furosemid) : 40 mg

§ Konsentrasi Obat : 10 mg/ml

§ VAO : BB (kg) x Dosis (mg/kgBB) / Konsentrasi ( mg/ml)

: 0,3 kg x 40 mg/kgBB / 10 mg/ml

: 1,2 ml

Tikus II

Berat Badan : 320 mg = 0,32 kg

§ Dosis Obat (Furosemid) : 80 mg

§ Konsentrasi Obat : 10 mg/ml

§ VAO : BB (kg) x Dosis (mg/kgBB) / Konsentrasi ( mg/ml)

: 0,3 kg x 40 mg/kgBB / 10 mg/ml

: 1,8 ml

TabeL Hasil pengamatan

Waktu (Menit) Tikus I Kelompok 1,2, dan 3

Tikus II Kelompok 4,5, dan 6

10 0 2

20 4 2

30 2,5 2,5

40 2,5 1,5

50 2 1,25

60 2 1,25

VI. PEMBAHASAN

Pada pratikum kali ini dilakukan uji diuretik. Diuretik sendiri berfungsi sebagai obat yang dapat

menambah kecepatan pembentukan urien. Dengan kata lain adalah berfungsi membuat pruduksi urine

meningkat. Hal ini dilakukan dengan maksud mencuci atau membilas ginjal dari dari zat zat berbahaya.

Pada pratikum kali ini hewan percobaan yang digunakan adalah 2 ekor tikus putih. Sebelum disuntikan

dengan obat diuretik tikus - tikus tersebut di timbang terlebih dahulu guna menentukan jumlah obat yang

akan digunakan. Setelah didapatkan jumlah dosis barulah diambil obat yang akan digunakan. P ada bab diuretik

ini digunakan obat furosemid i njeksi dengan [] 10 mg/1 ml . Setelah itu tikus - tikus disuntik dengan

Page 5: Diuretik percobaan

konsentrasi dosis yang berbeda. Untuk tikus kelompok a digunakan dosis dengan konsentrasi 40mg/1ml.

Sedangkan untuk tikus kelompok b digunakan dosis dengan kontrasi 80mg/1ml. Obat di suntikan ke tikus

secara intraperitonial.

Setelah masing- masing tikus disuntikkan, tikus lansung dimasukkan ke sebuah tempat yaitu kandang

metabolisme. Masing – masing tikus diletakkan pada kandang yang berbeda. Kemudian setelah 10 menit tikus

berada didalam kandang masing – masing tikus mulai mengeluarkan urine. Kemudian urine tersebut di

tampung menggunakan gelas ukur. Setelah itu urin yang telah ditambung menggunakan gelas ukur tersebut

diukur dan dicatat berapa banyak keluarnya. Masing – masing urin tikus diukur dengan selang waktu antara 10

menit, 20 menit, 30 menit, 40 menit, 50 menit dan 60 menit.

Pada tikus A diperoleh data sebagai berikut pada menit ke 10 urine berjumlah 0 ml , pada menit ke

20 bertambah 4 ml , pada menit ke 30 bertambah 2,5 ml, pada menit ke 40 bertambah 2,5 ml, pada menit ke

50 bertambah 2 ml, dan pada menit 60 bertambah 2 ml. setelah di jumlahkan maka di peroleh jumlah hasil

urine dari tikus kelompok A adalah 13 ml.

Sedangkan pada tikus B diperoleh data sebagai berikut menit ke 10 urine tikus berjumlah 2 ml , pada

menit ke 20 urine tikus bertambah 2 ml , menit ke 30 urine tikus bertambah 2,5 ml, pada menit ke 40 urine

tikus bertambah 1,50 ml, pada menit ke 50 urine tikus bertambah 1,25 ml, dan pada menit ke 60 urin tikus

bertambah 1,25 ml. Setelah di jumlahkan maka diperoleh hasil urine dari tikus kelompok B adalah 10,5 ml.

Dari hasil data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tikus kelompak A lebih banyak mengeluarkan

urine dari pada tikus kelompok B. Tetapi berdasarkan jumlah konsentrasi dosis obat seharusnya tikus

kelompok B lebih banyak mengeluarkan urine dari pada. Konsentrasi dosis obat untuk tikus kelompak B lebih

tinggi di bandingkan tikus kelompok A. karene dosis yang lebih besar berpengaruh terhadap kerja obat didalam

tubuh.

Setelah dil ihat dari prosedur kerjanya pada tikus kelompok B ditemukan bahwa pada saat

penyuntikkan obat kepada tikus, tikus tersebut terus bergerak saat dipegang oleh sala h satu pratikan sehingga

mengakibatkan pratikan yang bertugas menyuntikan obat merasa takut dan pada waktu obat disuntikan ke

tikus obat hanya dapat masuk setengahnya saja. Karena obat hanya masuk setengah dari jumlah obat yang

seharusnya disuntikkan maka efek dari obat tersebut tidak efektif, dan mengakibatnkan tikus kelompok B

mengeluarkan urien lebih sedikit dari tikus kelompok A.

obat furosemid sendiri sebenarnya mulai menunjukkan efek pada menit ke 72, tetapi pengamatan

yang di lakukan hanya pada menit ke 60. Urine yang dikeluarkan oleh masing masing tikus bukan akibat efek

dari obat ferusemid melaikan efek dari stressnya tikus karena penyuntikkan yang sebelumnya di lakukuan. Ini

bisa dil ihat dari tikangkah laku tikus yang hanya diam di sudut kandang sambil menahan sakit akibat

penyuntikan. Sehingga pada pada pratikum ini urine yang didapat hanya sedikit sekali.

Urine yang sedikit ini juga bisa disebabkan karena masing – masing tikus sebelum pratikum ini hanya

meminum sedikit air. Sehingga kadar air didalam tubuhnya hanya sedikit dan membuat urine yang dihasilkan

sedikit.

VII. KESIMPULAN

Page 6: Diuretik percobaan

1. Diuretik berfungsi sebagai obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urine.

2. tikus kelompak A lebih banyak mengeluarkan urine dari pada tikus kelompok B.

3. obat furosemid Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel

tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan klorida. Mulai menunjukkan

efek pada menit ke 72.

4. Adanya kesalahan dalam penyuntikan, sehingga hasil yang didapat tidak sesuai. Diharuskan pratikan

lebih ahli dalam penyuntikan.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI.2008. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit

FKUI

Mutschler, E., 1991, Dinamika Obat,.Bandung: ITB Tjay, Tan Hoan, Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting Edisi 6 . Jakarta : PT. Elex Media Komputindo

http://gooddic.wordpress.com/2009/12/24/epilepsi-dan-terapi-antiepilepsi/ (diakses pada 23 April 2011)

http://repository.ui.ac.id (diakses pada 23 April 2011)