farmako diuretik

Upload: inasept

Post on 16-Oct-2015

78 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

diuretik, diet

TRANSCRIPT

DIURETIKDiuretik ialah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dan air. Fungsi utama diuretic adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel kembali menjadi normal.

Fungsi utama diuretic adalah untuk memobalisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel kembali menjadi normal.

Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan :

1. Diuretik OsmotikIstilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal. Suatu zat dapat bertindak sebagai diuretik osmotik apabila memenuhi 4 syarat: 1) difiltrasi secara bebas oleh glomerulus, 2) tidak atau hanya sedikit direabsorpsi sel tubuli ginjal, 3) secara farmakologis merupakan zat yang inert, dan 4) umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan metabolik. Contoh golongan obat ini adalah : Manitol, Urea, Gliserin, Isosorbid.

Diuretik osmtik terutama bermanfaat pada pasien oligura akut akibat syok hivovolemik yang tealh dikoreksi, reaksi transfuse atau sebab lain yang menimbulkan nekrosis tubuli, karena dalam keadaan ini obat yang kerjanya mempengaruhi fungsi tubuli tidak aktif.

Yang termasuk golongan ini adalah :

A. Manitol

Manitol merupakan obat yang sering digunakan diantara obat lain, karena manitol tidak mengalami metabolisme dalam badan dan hanay sedikit sekali di reabsorpsi

Manitol digunakan misalnya untuk mencegah gagal ginjal akut atau untuk mengatasi oliguria, dosis manitol total yang diberikan untuk dewasa 50-100gr, untuk menurunkan tekanan intracranial yang meninggi, menurunkan tekanan intraokuler pada serangan akut glaucoma kongestiv atau sebelum operasi mata, digunakan manitol 1,5 2 g/kg BB sebagai larutan 15-20%, yang diberikan melalui infuse selama 30-60 menit.

Manitol dikontrainsikasikan pada penyakit ginjal dengan anuria, kongesti atau udem paru yang berat, dehidrasi hebat dan pendarahan intracranial kecuali bila akan dilaukan kraniotonomi. Infuse monitol harus segera dihentikan bila terdapat tanda-tanda gangguan fungsi ginjal yang progresif, payah jantung atau kongesti paru.

B. Urea

Merupakan suatu Kristal putih dengan rasa agak pahit dan mudah larut dalam air. Sediaan intravena mengandug urea sampai 30% dalam dekstrose 5% (iso-osmotik) sebab urea murni dapat menimbulkan hemolisis. Pada tindakan bedah syaraf, urea diberikan intravena dengan dosis 1-1,5g/KgBB. Sebagai diuretic, urea potensinya lebih lemah dibandingkan dengan monitol, karena 50% senyawa urea ini akan direabsorpsi oleh tubuli ginjal

C. Gliserin

Diberikan peroral sebelum suatu tindakan optalmologi dengan tujuan menurunkan tekanan intraokuler. Efek maksimal terlihat satu jam sesudah pemberian obat dan menghilang sesudah 5 jam.

Dosis untuk orang dewasa yaitu 1-1,5g/KgBB dalam larutan 50 atau 75%. Gliserin ini cepat dimetabolisme, sehingga efek diuresisnya relative kecil.

D. Isosorbid

Diberikan secara oral untuk indikasi yang sama dengan gliserin. Efeknya juga sama, hanaya isosorbid menimbulkan diuresis yang lebih besar daripada fliserin, tanpa menimbulkan hiperglikemia. Dosis berkisar antara 1-3g/KgBB, dan dapat diberikan 2-4 kali sehari

2. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidraseKarbonik anhidrase adalah enzim yang terdapat didalam sel korteks renalis,pancreas, mukosa lambung, mata, eritrosit dan SSP tetapi tidak terdapat dalam plasma.

Yang termasuk kedalam golongan ini adalah asetazolamid.

Mekanisme Kerja :Asetazolamid menghambat karbonik anhidrase yang terletak didalam sel dan membrane tubulus proksimal. Karbonik anhidrase mengkatalisis reaksi CO2 dan H2O menjadi H+ dan HCO3 (bikarbonat). Penurunan kemampuan untuk menukar NA+ untuk H+ dengan adanya asetazolamid menyebabkan diuresis ringan. Selain itu, HCO3 dipertahankan dalam lumen yang ditandai dengan penigkatan PH urine. Hilangnya HCO3 menyebabkan asidosis metabolism hiperkloremik dan penurunan kemampuan diuresis setelah beberapa hari pengobatan.

Penggunaan dalam Terapia. Pengobatan Glaukoma: penggunaan klinik asetazolamid yang paling umum adalah untuk menurukan kenaikan tekanan dalam bola mata glukoma sudut terbuka. Aetazolamid menurunkan produksi aqueous humor, ungkin dengan menghambat karbonik anhidrase pada corvus siliaris mata. Obat ini berguna untuk pengobatan kronis glaucoma tetapi tidak digunakan untuk serangan akut.

b. Epilepsi : asetazolamid kadang-kadang digunakan pada pengobatan epilepsy baik yang grand mal maupun petit mal. Obat ini mengurangi berat dan tingkat serangan kejang. Asetazolamid sering digunakan secara kronis bersam-sama dengan obat-obat antiepilepsi untuk meningkatkan kerja obat-obat.

c. Mountain Sickness : sedikit asetazolamid dapata digunakan untuk pencegahan mountain sickness akut.

FarmakokinetikAsetazolamid diberikan peroral setiap hari.

Efek SampingAsedosis metabolic ( ringan), penurunan kalium, pembentukan batu ginjal, mengantuk, dan parestasia mungkin akan terjadi.

3. Diuretik Golongan tiazidTiazid merupakan obat diuretik yang paling banayak digunakan. Obat-obat ini merupakan derifat sulfonamide dan setrukturnya berhubungan dengan penghambat karbonik anhidrase. Tiazid memiliki aktivitas diuretic lebih besar daripada asotazolamid, da obat-obat ini bekerja di ginjal dengan mekanisme yang berbeda-beda. Semua tiazid mempengaruhi tubulus distal, dan semuanya memiliki efek diuretic maksimum yang sama, berbeda hanya dalam potensi, dinyatakan dalam per milligram basa.

Adapun yang termasuk kedalam golongan tiazid diantaranya :

A. Klorotiazid

Klorotiazid merupakan golongan tiazid modern pertama yang aktif peroral dan mampu mempengaruhi edema berat yang disebabkan oleh sirosis hati dan gagal jantung kongestif dengan efek samping yang minimum. Sifat-sifatnya memiliki kelompok tiazid walaupun derifat yang lebih baru seperti hidroklotiazid atau klortalidon yang sekarang lebih sering digunakan.

Penggunanan dalam terapi :

a. Hipertensi : Secara klinis, tiazid telah lama digunakan sebagai obat pertama dalam pengobatan hipertensi karena tidak mahal, mudah diberikan, dan ditoleransi dengan baik oleh tubuh. Obat-obat ini efektif menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolic untuk jangka waktu yang lama pada kebanyakan pasien dengan hipertensi esensial ringan dan sedang.

b. Gagal Jantung Kongestif : tiazid dapat menjadi diuretic pilihan utama dalam penurunan volume cairan ekstraselular pada gagal jantung ringan ampai sedang.

c. Hiperklasiuria : Tiazid dapat berguna dalam mengobati hiperklasiuria idiopatik karena penghambatan ekskresi Ca++ urine. Hal ini terutama berguna untuk pasien dengan batu kalsium oksalat didalam salura kemih.

d. Diabetes Insipidus : Tiazid meiliki kemampuan yang unik untuk membentuk urine yang hiperosmolar. Tiazid dapat menggantikan hormone antidiuretik untuk mengobati diabetes insipidus nefrogenik. Volume urine pada pasien seperti ini dapat turun dari 11 liter/hari menjadi sekiter 3liter/hari b ila diobati dengan obat ini.

Farmakokinetik :Obat-obatan ini efektif peroral. Kebanyakan tiazid, memerlukan waktu 1-3 minggu untuk mencapai penurunan tekanan darah yang stabil, dan obat ini menunjukan waktu paruh biologis yang panjang (40 jam). Seua tiazid disekresi oleh system sekresi asam organic gijal.

Efek Samping:Kehilangan kalium, Hiperurisemia, Pengurangan volume, hiperkalsemia, hiperglikemia, hipersensitifitas.

B. Hidroklorotiazid

Hidroklorotiazid adalah direvat tiazd yang telah terbukti lebih popular dibandingkan obat induk. Hal ini karena kemampuannya untuk menghambat karbonik anhidrase kurang dibandingkan klorotiazid. Obat ini juga lebih kuat, sehinga dosis yang diperlukan kurang dibandingkan klorotiazid. Selain itu, efektivitas sama dengan obat induknya.

C. Klortalidon

Klortalidon adalah merupakan suatu derivat tiazid yang bersifat seperti hidroklorotiazid. Memiliki ,asa kerja yang panjang dank arena itu sering digunakan untuk mengobati hipertensi. Diberikan sekali sehari untuk indikasi ini.

D. Analog Tiazid

1) Metolazon : lebih kuat dari tiazid dan tidak seperti tiazid, obat ini menyebabkan Na+ pada gagal ginjal lanjut.

2) Indapamid : larut dalam lipid, merupakan diuretic bukan gologan tiazid yang memiliki masa kerja panjang. Pada dosis rendah, obat ini memperlihatkan efek anti hipertensi yang bermakna dengan efek diuretic yang minimal. Indapamid sering digunakan pada gagal ginjal yang lanjut untuk merangsang diuresis tambahan diatas duresis yang telah dicapai oleh diuretic kuat. Indapamid di metabolism dan diekresi oleh saluran pencernaan dan ginjal, oleh karena itu sedikit kemungkinan untuk terakumulasi dengan pasien dengan gagal ginjal dan mungkin berguna untuk pengobatan.

4. Diuretik Hemat KaliumObat-obat ini bekerja di tubulus renalis rektus utuk menghambat reabsorpsi Na+, sekresi K+ dan H+. diuretic hemat kalium digunakan terutama vila aldosteron berlebihan. Penggunaan utama obat-obatan hemat kalium ialah untuk pengobatan hipertensi, paling sering dalam kombinasi dengan tiazid. Pasien yang diobati dengan diuretic hemat kalium dipantau kadar kaliumnya. Pemberian kalium tambahan biasanya

Yang termasuk diuretic hemat kalium, dintaranya :

A. Spironolakton

Spirinolakton merupakan antagonis aldosteron yang bersaing dengan aldosteron untuk mencapai reseptor sitoplasma intraselullar.

Digunakan dalam terapi :

a. Diuretik : meskipun spirinolakton memiliki efektifitas yang rendah dalam memobilisasi Na+ dari tubuh dibandingkan dengan obat-obat lain, namun obat ini memiliki sifat yang berguna dalam menyebabkan retensi K+.

b. Hiperaldosteronisme sekunder : merupakan satu-satunya diuretic hemat kalium yang digunakan tunggal secara rutin untuk menimbulkan efek negative bersih keseimbangan garam. Obat ini terutama efektif dalam keadaan klinik yang disertai hiperaldosteronisme sekunder.

FarmakokinetikSpirnolakton diabsorpsi sempurna peroral dan terikat erat pada protein.

Efek Samping

Hiperkalemia, mual, alergi, dan kebingungan mental.B. Triamteren dan amilorid

Merupakan penghambat saluran transport Na+ menyebabkan penurunan pertukaran Na+ - K+, obat-obatan ini memiliki efek diuretic hemat kalium sama dengan spironolakton. Namun, kemampuan obat ini untuk menghambat tempat pertukaran K+ -Na+ di tubulus renalis rektus tidak tergantung pada kehadiran aldosteron jadi obat ini memiliki aktifitas diuretic walaupun pada individu pada penyakit adison.

Efek SampingKejang pada kaki dan kemungkinan meningkatkan nitrogen darah serta asam urat dan retensi K+.

5. Diuretik KuatDiuretik mencakup sekelompok diuretic yang efeknya sangat kuat dibandingkan dengan diuretic lain. Tempat kerja utamanya dibagian epitel tebal ansa henle bagian asenden, karena itu kelompok ini disebut juga sebagai loop diuretics, Yang termasuk golongan ini adalah bumetanid, furosemid, torsemid dan asam etakrina.

Penggunaan terapiMerupakan obat pilihan utama untuk menurunkan edema paru-paru akut pada gagal jantung kongestiv karena cara kerja cepat, maka obat ini berguna untuk situasi darurat seperti edema paru-paru akut yang memerlukan diuresis yang cepat.

FarmakokinetikDiberikan peroral atau parenteral, masa kerja relative singkat 1-4 jam.

Efek sampingOtotoksisitas,hiperurisemia,hipopolemia akut, kekurangan kalium.

6. XantinXantin mempunyai efek diuresis. Efek stimulasinya pada jantung, menimbulkan dugaan bahwa diuresis sebagian disebabkan oleh peningkatannya aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus. Namun, semua derivate xantin ini berefek langsung pada tubuli ginjal yaitu menyebabkan peningkatan ekskresi Na+ dan Cl- tanpa disertai perubahan yang nyata pada pengasaman urine. Efek diuresis ini hanya edikit dipengaruhi oleh keseimbangan asam basa, tetapi mengalami potensiasi bila diberikan bersama penghambat karbonik anhidrase.

Diantara kelompok xantin, teofilin memperlihatkan efek diuresis yang paling kuat. Xatin sangat jarang digunakan sebagai diuretic utama, namun bila digunakan untuk tujuan lain terutama sebagai bronkodilator adanya efek diuresis harus tetap diingat.

ANGIOTENSIN II RECEPTOR BLOCKER

Angiotensin Receptor Blocker (ARB) merupakan kelompok obat yang memodulasi sistem RAS dengan cara menginhibisi ikatan angiotensin II dengan reseptornya, yaitu pada reseptor AT1 secara spesifik. Semua kelompok ARB memiliki afinitas yang kuat ribuan bahkan puluhan ribu kali lebih kuat dibanding angiotensin II dalam berikatan dengan reseptor AT1. Akibat penghambatan ini, maka angiotensin II tidak dapat bekerja pada reseptor AT1, yang secara langsung memberikan efek vasodilatasi, penurunan vasopressin, dan penurunan aldosteron, selain itu, penghambatan tersebut juga berefek pada penurunan retensi air dan Na dan penurunan aktivitas seluler yang merugikan (misalnya hipertrofi). Sedangkan Angiotensin II yang terakumulasi akan bekerja di reseptor AT2 dengan efek berupa vasodilatasi, antiproliferasi. Sehingga pada akhirnya rangsangan reseptor AT2 akan bekerja sinergistik dengan efek hambatan pada reseptor AT1.

Macam-macam Angiotensin-Receptor BlockerBerbagai obat yang termasuk ke dalam golongan ARB telah banyak dipublikasikan dan dipasarkan. Beberapa obat ARB yang ada, antara lain:ValsartanValsartan merupakan prototipe ARB dan keberadaannya cukup mewakili seluruh ARB. Valsartan bekerja pada reseptor AT1 secara selektif, sehingga diindikasikan untuk mengatasi hipertensi. Valsartan memiliki rumus kimia C24H29N5O3 dengan berat molekul 435,519 g/mol. Bioavailabilitas valsartan adalah sebesar 25% dengan 95% terikat protein. Waktu paruh valsartan adalah 6 jam, dan kemudian diekskresikan 30% melalui ginjal dan 70% melalui bilier.

Valsartan terdapat dalam kemasan tablet 40 mg, 80 mg, 160 mg, dan 320 mg, menyesuaikan rentang dosis harian yang direkomendasikan, yaitu 40 320 mg per hari. Nama dagang valsartan, antara lain diovan dan valtan. Pada tahun 2005, diovan telah digunakan lebih dari 12 juta orang di Amerika Serikat saja. Studi yang dipublikasikan oleh Journal of Clinical Investigation menunjukkan adanya efek pencegahan dan pengobatan terhadap alzheimer, meskipun hal itu masih sebatas penelitian. Obat ini dapat menurun efektivitasnya hingga 40% bila diberikan bersama makanan.TelmisartanTelmisartan merupakan salah satu ARB yang digunakan sebagai antihipertensi. Telmisartan dipasarkan dengan nama dagang Micardis (Boehringer Ingelheim), Pritor or Kinzal (Bayer Schering Pharma), Telma (Glenmark Pharma) dan Teleact D by (Ranbaxy). Telmisartan memiliki rumus kimia C33H30N4O2 dengan berat molekul 514,617 g/mol. Bioavailabilitas telmisartan adalah sebesar 42% hingga 100% dengan lebih dari 99,5% berikatan dengan protein. Waktu paruh telmisartan adalah 24 jam, dan kemudian diekskresikan hampir seluruhnya melalui feses.

Secara farmakologis, kinerja telmisartan tidak jauh berbeda dengan kelompok ARB lainnya, yaitu dengan mengikat reseptor AT1. Afinitas telmisartan terhadap reseptor AT1 cukup tinggi dan merupakan yang tertinggi di kelompoknya. Reduksi tekanan darah terjadi akibat relaksasi otot polos pembuluh darah, sehingga terjadi vasodilatasi.LosartanLosartan merupakan salah satu ARB yang diindikasikan untuk hipertensi. Selain itu, losartan juga dapat memperlambat progresivitas nefropati diabetik dan kelainan ginjal lain pada pasien diabetes melitus tipe II, hipertensi, dan mikroalbuminuria (>30 mg/hari) atau proteinuria (> 900 mg.hari). Losartan merupakan ARB pertama yang dipasarkan secara luas dengan nama dagang Cozaar (Merc & Co). Losartan memiliki rumus kimia C22H23ClN6O dengan berat molekul 422,91 g/mol. Bioavailabilitas losartan adalah sebesar 25% hingga 35%. Metabolisme losartan terjadi di hepar dengan bantuan enzim sitokrom p450 CYP2C9 dan CYP3A4. Waktu paruh telmisartan adalah 1,5 hingga 2 jam, tetapi memiliki metabolit aktif asam 5-karboksilat yang dapat bekerja dalam 6 hingga 8 jam. Metabolit aktif ini juga memiliki efektivitas blocking reseptor AT1 10 hingga 40 kali lebih kuat dibanding bahan induknya, losartan. Losartan kemudian diekskresikan 13% - 25% melalui ginjal dan 50% - 60% melalui bilier.

Meskipun losartan jarang digunakan sebagai terapi first-line untuk hipertensi akibat harganya yang relatif lebih mahal dibanding diuretik atau beta bloker, losartan ternyata dapat dijadikan sebagai terapi first-line untuk hipertensi dengan risiko kardiovaskular event. Wiki osa2 Losartan juga terdapat dalam kombinasi dengan diuretik tiazid dosis rendah dan dipasarkan dengan nama dagang Hyzaar (Merck). Losartan akhir-akhir ini diteliti mengenai efektivitasnya dalam menekan reseptor TGF- tipe I dan II pada ginjal diabetik, yang diasumsikan bertanggung jawab dalam efek proteksi ginjal pada pasien diabetes.IrbesartanIrbesartan digunakan terutama untuk menangani hipertensi. Irbesarta dikembangkan pertama kali melalui riset Sanofi, dan kemudian dipasarkan oleh sanovi-aventis dan Bristol-Myers Squibb dengan nama dagang Aprovel, Karvea, dan Avapro. Irbesartan memiliki rumus kimia C25H28N6O dengan berat molekul 428,53 g/mol. Bioavailabilitas irbesartan adalah sebesar 60% hingga 80%. Waktu paruh irbesartan adalah 11-15 jam, dan kemudian diekskresikan 20% melalui ginjal dan sisanya melalui feses.

Selain sebagai antihipertensi, irbesartan juga mampu menghambat progresivitas nefropati diabetik, mikroalbuminuria, atau proteinuria pada penderita diabetes melitus. Irbesartan juga terdapat dalam formula kombinasi dengan diuretik tiazid dosis rendah, yang ditujukan untuk meningkatkan efek antihipertensinya. Kombinasi ini tersedia dalam berbagai nama dagang, seperti CoAprovel, Karvezide, Avalide, dan Avapro HCT. OlmesartanOlmesartan (Benicar, Olmetec) merupakan salah satu ARB untuk hipertensi. Olmesartan bekerja dengan memblokade ikatan angiotensin II dengan reseptor AT1 sehingga akan merelaksasi otot polos vaskular. Dengan blokade tersebut, olmesartan akan menghambat feedback negatif terhadap sekresi renin. Olmisartan memiliki rumus kimia C29H30N6O6 dengan berat molekul 558,585 g/mol. Bioavailabilitas Olmisartan adalah sebesar 26% dengan metabolisme terjadi di hepar dan tidak hilang dengan hemodialisis. Waktu paruh Olmisartan adalah 13 jam, dan kemudian diekskresikan 40% melalui ginjal dan 60% melalui bilier.Olmesartan tersedia dalam bentuk tablet 5 mg, 20 mg, dan 40 mg. Dosis normal yang dianjurkan untuk dewasa (termasuk lanjut usia dan kerusakan hepar dan ginjal ringan) adalah 20 mg/hari dosis tunggal. Selanjutnya dosis dapat ditingkatkan menjadi 40 mg per hari setelah 2 minggu, bila tekanan darah tetap tidak mencapai target.CandesartanCandesartan merupakan salah satu ARB yang digunakan sebagai antihipertensi. Prodrug candesartan dipasarkan dalam bentuk candesartan cileksil, dengan nama Blopress, Atacand, Amias, dan Ratacand. Candesartan memiliki rumus kimia C243H20N6O3 dengan berat molekul 440,45 g/mol. Bioavailabilitas candesartan adalah sebesar 15% hingga 40% dengan metabolisme terjadi di dinding intestinal untuk candesartan sileksil, dan dihepar untuk candesartan yang dikatalisasi enzim sitokrom p450 CYP2C9. Waktu paruh candesartan adalah 5,1 sampai 10,5 jam, dan kemudian diekskresikan 33% melalui renal dan 67% melalui feses.Selain sebagai obat antihipertensi, candesartan juga diindikasikan untuk pasien dengan gagal jantung kongestif. Indikasi ini merupakan hasil studi CHARM pada awal tahun 2000. Disamping itu, candesartan dapat dikombinasikan dengan ACE inhibitor untuk memperbaiki morbiditas dan mortalitas penderita gagal jantung. Kombinasi dengan diuretik tiazid dapat menambah efek antihipertensi.

EprosartanEprosartan merupakan salah satu ARB yang digunakan sebagai antihipertensi. Eprosartan dipasarkan dengan nama Teveten HCT dan Teveten plus. Kerja obat ini pada sistem RAS akan menurunkan resistensi perifer. Obat ini juga menghambat produksi norepinefrin simpatetik sehingga juga menurunkan tekanan darah. Eprosartan memiliki rumus kimia C23H24N2O4S dengan berat molekul 520,625 g/mol. Bioavailabilitas eprosartan adalah sebesar 15% tanpa dimetabolisme. Waktu paruh eprosartan adalah 5 hingga 9 jam, dan kemudian diekskresikan 10% melalui ginjal dan 90% melalui bilier

Penggunaan Angiotensin-Receptor BlockerGolongan sartan atau ARB digunakan untuk menangani pasien dengan hipertensi, terutama terhadap pasien yang intoleransi dengan terapi ACE inhibitor. Keunggulan ARB dibanding ACE inhibitor adalah ARB tidak menghambat penguraian bradikinin dan kinin lain, sehingga tidak menimbulkan batuk atau angioedem yang dipicu bradikinin. Akhir-akhir ini, mulai dikembangkan penggunaan ARB pada gagal jantung bila terapi menggunakan ACE inhibitor menemui kegagalan, terutama dengan Candesartan. Irbesartan dan losartan juga menunjukkan keuntungan pada pasien hipertensi dengan diabetes tipe II, dan terbukti menghambat secara bermakna progresivitas nefropati diabetik. Candesartan juga telah diuji coba secara klinis dalam mencegah dan mengatasi migrain.Spesifikasi penggunaan ARB berdasarkan efektivitasnya dalam menghambat ikatan angiotensin II dan reseptornya dapat dijadikan sebagai ukuran untuk mempertimbangkan golongan mana yang dapat dipilih. Terdapat 3 parameter penggunaan ARB, yaitu menurut efek inhibisi dalam 24 jam, tingkat afinitasnya terhadap reseptor AT1 dibanding AT2, dan waktu paruh obat.a. Efek inhibisi selama 24 jam merupakan ukuran penting terkait dengan jumlah atau besar angiotensin II yang dihambat selama 24 jam. Berdasarkan FDA USA, beberapa ARB dan efek penghambatan terhadap angiotensin, yaitu: Valsartan 80 mg 30% Telmisartan 80 mg 40% Losartan 100 mg 25-40% Irbesartan 150 mg 40% Irbesartan 300 mg 60% Olmesartan 20 mg 61 % Olmesartan 40 mg 74%b. Afinitas ARB terhadap reseptor AT1 dibanding AT2 merupakan pertimbangan penting, karena kedua reseptor ini memiliki kerja yang saling berlawanan. Semakin kuat afinitas ARB terhadap AT1 dibanding AT2, maka efek antihipertensi juga akan semakin meningkat. Berdasarkan FDA US, beberapa ARB dan afinitasnya terhadap reseptor AT1 dibanding AT2, yaitu: Losartan 1000 kali Telmisartan 3000 kali Irbesartan 8500 kali Olmesartan 12500 kali Valsartan 20000 kalic. Waktu paruh ARB juga penting dipertimbangkan sebagai dasar terapi. Waktu paruh merupakan indikator seberapa lama obat memiliki efek yang signifikan di dalam tubuh. Beberapa ARB dan waktu paruhnya, yaitu: Valsartan 6 jam Losartan 6-9 jam Irbesartan 11-15 jam Olmesartan 13 jam Telmisartan 24 jamSebagai obat antihipertensi terbaru, Angiotensin receptor blocker (ARB) atau penyekat reseptor angiotensin perlu dianalisis. ARB merupakan antihipertensi yang banyak digunakan di Asia, terutama Jepang. Losartan Intervention For Endpoint reduction in hypertension (LIFE) membuktikan bahwa ARB terbukti lebih superior dibandingkan atenolol dalam mengurangi morbiditas kardiovaskular atau stroke (tetapi tidak untuk infark miokard). Manfaat ini didapat di luar efek penurunan tekanan darah. Hasil studi LIFE menujukkan bahwa ARB menjadi pilihan lebih baik dibandingkan beta bloker bagi pasien hipertensi sitolik yang terisolasi berusia > 70 tahun.

Studi lain, yakni VALUE, membuktikan tidak ada perbedaan signifikan pada morbiditas dan mortalitas kardiovakular pada pasien risiko tinggi, baik pada penerima valsartan maupun amlodipine, meskipun ada perbedaan penurunan tekanan darah. Amlodipine lebih besar menurunkan tekanan darah dengan perbedaan 3,2/1,6 mmHg. Hanya penurunan fatal dan non-fatal infark miokard yang berkaitan langsung dengan penurunan tekanan darah. Studi SCOPE, yakni studi pada pasien hipertensi usia lanjut (> 70 tahun), menunjukkan bahwa penurunan tekanan darah lebih baik dengan pemberian ARB candesartan dibandingkan plasebo (perbedaan 3,2/1,6 mmHg). Namun perbedaan ini secara statistik dianggap tidak bermakna. Demikian pula dalam hal kematian kardiovaskular dan MI non-fatalHasil-hasil studi ELITE II (losartan vs captopril), OPTIMAAL (losartan vs captopril), VALIANT (valsartan vs captopril), dan VaL-HeFT (valsartan vs ACE-inhibitor atau placebo) menunjukkan bahwa ARB sama efektif dengan ACE-inhibitor. Namun kombinasi keduanya lebih superior dibandingkan ACE-inhibitor saja dalam memperbaiki hasil akhir kejadian kardiovaskular. Meski dalam penurunan mortalitas dan kejadian kardiovaskular ARB setara dengan ACE-inhibitor, namun ada kecenderungan ARB lebih superior untuk gagal jantung dan proteksi terhadap ginjal. Efek ARB dalam proteksi ginjal sudah banyak diketahui terutama pada pasien diabetes. Dalam hal mencegah progresivitas mikroalbuminuria dan meningkatkan hasil akhir terhadap ginjal, beberapa studi komparatif menunjukkan, ARB superior dibandingkan plasebo atau CCB, dan juga ACE-inhibitor. Efek ini bersifat independen dari efek penurunan tekanan darah.Untuk kasus gagal jantung, ARB adalah antihipertensi terbaru yang paling efektif. Hal ini dibuktikan oleh candesartan dan valsartan melalui dua studi besar, yakni ValHeFT dan CHARM. Hasil kedua studi mennjukkan, angka perawatan rumah sakit akibat gagal jantung berkurang, adanya kenaikan kriteria NYHA dan perbaikan kualitas hidup. Studi lanjutan CHARM, yakni CHARM Alternative dan CHARM-Added menunjukkan candesartan mampu mengurangi kematian karena berbagai sebab. Untuk pasien yang intoleran dengan ACE-inhibitor, candesartan bisa menurunkan risiko kematian akibat kardiovakular atau perawatan rumah sakit akibat gagal jantung, menurunkan risiko gagal jantung yang membutuhkan perawatan rumah sakit dan kenaikan kelas NYHA. Penemuan berkaitan dengan gagal jantung ini memperkuat studi lain, yakni VALIANT, di mana valasartan sama efektif dengan ACE-inhibitor (captopril) dalam mengurangi kematian dan morbiditas kardiovakular.Panduan dari American College of Cardiolody dan American Heart Association (ACC/AHA) tentang diagnosis dan manajemen gagal jantung kronis pasien dewasa merekomendasikan ARB sebagai alternatif ACE-inhibitor. Dalam guideline dinyatakan, ARB reasonable untuk digunakan sebagai alternatif ACE-inhibitor sebagai terapi lini pertama pasien dengan gagal jantung ringan sedang dan mengurangi LVEF, khususnya pada pasien yang sudah menggunakan ARB untuk indikasi. Terapi kombinasi valsartan dengan hidroklorotiazid (HCT) menunjukkan penurunan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik lebih baik dengan kombinasi valsartan + HCT daripada valsartan saja. Studi Mailion menunjukkan, kombinasi valsartan 160 mg + HCT 25 mg mampu menurunkan rata-rata tekanan sistolik sebanyak 21,7 mmHg dan diastolik 14,2 mmHg dibandingkan dengan valsartan 160 mg saja

Kombinasi lain adalah ARB + CCB. Dasar pemikiran kombinasi CCB + ARB adalah untuk mendapatkan efek sinergis dari mekanisme kerja yang berlawanan. Kekurangan CCB seperti merangsang SRAA dan tidak bermanfaat pada kasus gagal jantung dapat ditutupi dengan kelebihan ARB, yaitu menghambat SRAA dan bermanfaat pada gagal jantung. ARB kurang bermanfaat pada penderita iskemia jantung, sebaliknya CCB justru mengurangi risiko iskemia jantung. CCB menyebabkan arteriodilatasi tanpa disertai venodilatasi sehingga memicu kebocoran plasma lalu edema perifer. Dengan adanya ARB yang menyebabkan venodilatasi maka tekanan vena dan arteri akan sama sehingga edema perifer tidak terjadi.Pada penderita hipertensi ringan-sedang yang ditandai dengan tekanan diastolik 95-110 mmHg, kombinasi valsartan 160 mg + amlodipine 10 mg menurunkan tekanan darah sistolik lebih besar daripada amlodipine 10 mg saja (p