disseminated intravascular coagulation.doc

7
Disseminated Intravascular Coagulation Disusun oleh: Ramli Saibun Hasudungan Simanjuntak (11-2013-320) Penguji: dr. Estya Dewi, Sp.OG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA Jl. Arjuna Utara No. 6 JAKARTA BARAT 11510

Upload: ramli-s

Post on 26-Sep-2015

216 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Disseminated Intravascular Coagulation Disusun oleh:

Ramli Saibun Hasudungan Simanjuntak

(11-2013-320)Penguji:

dr. Estya Dewi, Sp.OG

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

Jl. Arjuna Utara No. 6

JAKARTA BARAT 11510Alamat Korespondensi

[email protected] DIAGNOSIS Disseminated Intravascular CoagulationUntuk membuat diagnosis DIC dari berbagai tingkat dapat dikemukakan proses terjadinya gangguan koagulasi. Dalam praktek praktis dikemukakan oleh Mujun Yu dan Nardella suatu sistem skoring untuk dapat menduga terjadinya DIC sebagai berikut:

1. Diagnosis klinik

1 point

2. Kejadian trombo hemorrhagic

1 point

3. Meningginya PT atau PTT atau TT

1 point

4. Trombositopeni

1 point

5. Menurunnya kadar fibrinogen

1 point

6. Meningginya FDP

1 point

7. Meningginya D-dimer

1 point

8. Menurunnya AT III

1 point

8 point

Nilai skor untuk menduga adanya DIC diperlukan 5 point.

Ada juga sistem scoring untuk DIC ysng dikemukakan pada pertemuan Scientific and Standarization committee International Society on Thrombosis and Homeostasis (2001)( paling banyak dianut

Skor DIC

1. Penentuan risiko : apakah terdapat kelainan dasar atau etiologi yang mencetuskan DIC? Jika tidak, Penilaian tidak dianjurkan

2. Uji koagulasi (Jumlah Trombosit, PT, Fibrinogen, FDP/D-Dimer)

3. SKOR :

- Jumlah trombosit: >100.000/mm3

= 0

50.000-100.000/mm3

= 1

< 50.000/mm3

= 2

- sFM/FDP/D-dimer: tidak meningkat (D-dimer 1.000)

= 3

- Pemanjangan PT: < 3 detik

= 0

4-6 detik

= 1

> 6 detik

= 2

- Fibrinogen

: < 100 mg/dl

= 1

> 100 mg/dl

= 0

4. Jumlah skor:

> 5 : Sesuai DIC: Skor diulang tiap hari

< 5 : Sugestif DIC: Skor diulang dalam 1-2 hariSedangkan Departemen Kesehatan Jepang sejak tahun 1988 sampai sekarang menggunakan skoring untuk diagnosis DIC yang dikemukakan oleh Tomoki dkk (2000).

Dari hasil uji laboratorium dapat dilakukan pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis DIC dengan cara :

1. Pemeriksaan D-dimer.

D-dimer adalah produk pemecahan fibrin (FDP) yang berasal dari lisis plasmin.

Adanya fragmen ini menunjukkan adanya trombin dan plasmin (fibrinolisis)

Uji Antibodi monoklonal memiliki spesifitas yang paling baik dan paling terpercaya untuk mendiagnosis DIC.

2. Kadar Antithrombin III.

Fungsi antithronuin III fungsional menurun pada DIC.

Pemeriksaan substrat sintetis merupakan uji yang terpercaya dan berguna untuk monitoring diagnosis dan terapi.

3. Fibrinogen dan fibrin degradation product (FDP).

Produk degradas meningkat sebagai akibat aktivasi fibrinolitik.

Uji ini bukan untuk menegakkan diagnosis DIC, oleh karena kadar inimeningkat pada 85100% penderita.

4. Fibrinopeptide A.

Pemeriksaan cara ELISA atau radioimmunoassay digunakan untuk mengukur fibrinopeptide A (FPA).

FPA merupakan hasil pemecahan dari fibrinogen yang menunjukkan aktivitas dari trombin.

Pada DIC terdapat peningkatan kadar FPA

5. Jumlah trombosit.

Jumlah trombosit menurun bervariasi. Pada umumnya ditemukan pada hapusan darah tepi.

Berkurangnya fungsi trombosit sering tampak dan tak diperlukan pemeriksaan lebih lanjut.

6. Fibrinogen.

Uji trombin time digunakan untuk mengukur kadar fibrinogen.Fibrinogen adalah reaktan fase akut dan biasanya meningkat paling awal sebagai akibat dari penyakit yang mendasari.

7. Prothrombin time.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menambahkan suatu bahan yang berasal dari jaringan (biasanya dari otak, plasenta dan paru-paru) pada plasma sitrat dan dengan memberikan kelebihan Ca2+, kemudian diukur waktu terbentuknya bekuan. Pemanjangan Masa Protrombin berhubungan dengan defisiensi faktor-faktor koagulasi jalur ekstrinsik seperti faktor VII, faktor X, faktor V, protrombin dan fibrinogen, kombinasi dari faktor-faktor ini, atau oleh karena adanya suatu inhibitor.

Uji prothrombin time (PT) untuk menguji faktor ekstrinsik dan jalur umum (common pathways).

PT dapat normal, memanjang dan memendek pada DIC.

Secara umum bukan mcrupakan uji yang dapat dipercaya untuk D1C oleh karena 50-75% penderita dapat memanjang.

8. Activated partial thromboplastin time (aPTT)

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menambahkan aktifator seperti kaolin, ellegic acid atau celite dan juga fosfolipid standard untuk mengaktifkan faktor kontak pada plasma sitrat. Lalu ditambahkan ion kalsium dan diukur waktu sampai terbentuknya bekuan.

Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan kadar dan fungsi faktor faktor koagulasi jalur intrinsik ; prekallikrein, HMWK, faktor XII, faktor XI, faktor IX, faktor VIII dan aktifitas jalur bersama ; faktor X, faktor V, protrombin dan fibrinogen, serta adanya inhibitor.

Pemeriksaan aPTT untuk menguji faktor intrinsic dan common pathways.

Nilanya tak dapat diperkirakan pada DIC.

Bukan merupakan uji yang dapat dipercaya untuk diagnosis DIC, oleh karena 50-60% penderita dapat memanjang

9. Thrombin time.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menambahkan trombin eksogen pada plasma sitrat, lalu dilakukan waktu terjadinya bekuan. Defesiensi atau abnormalitas fibrinogen dan adanya heparin atau fibrin (ogen) degradatioan product (FDP) adalah yang paling sering menyebabkan perpanjangan TT. Digunakan untuk mengukur perubahan fibrinogen menjadi fibrin.

Seharusnya memanjang pada DIC.

10. Uji Protamine

Uji protamine adalah uji parakoaguian untuk mendeteksi fibrin monomer di plasma.

Seharusnya postif pada nenderita DIC

11. Penurunan faktor koagulasi.

Faktor V, VII, VIII, IX, X, XIII, Protein C.